BAB I
PENDAHULUAN
“Randomized Controlled Trial of
Phyllanthus niruri Linn Extract”
A. Problem, Intervensi, Compare, & Outcome
Problem : Keuntungan secara klinis dari pengobatan antivirus pada anak yang
menderita varicella tanpa komplikasi masih kontroversial. Ekstrak
Phyllanthus niruri Linn sebagai obat alami digunakan untuk
meningkatkan imunitas selular dan humoral.
Intervensi : Subjek penelitian, 101 anak usia 2-14 tahun yang menderita varicella
tanpa komplikasi. Subjek secara acak diberikan baik sirup ekstrak
Phyllanthus niruri Linn (5 mg/5 ml; 3 kali sehari) maupun placebo.
Compare : Membandingkan kelompok penelitian yang diberikan ekstrak
Phyllanthus niruri Linn dengan kelompok placebo.
Outcome : Khasiat dari ekstrak Phyllanthus niruri Linn didasarkan pada tidak ada
lagi papul baru yang timbul pada monitoring selama 4 hari yang
terdeteksi pada 46 subjek (51,1%) kelompok ekstrak Phyllanthus niruri
Linn dibandingkan dengan kelompok placebo (p=0,723). Sementara itu,
perbedaan khasiat berdasarkan waktu hilangnya krusta pada kelompok
Phyllanthus niruri Linn dan placebo masing-masing adalah 22 subjek
(43,1%) dan 15 subjek (30%); (p=0,053). Temuan ini terbukti memiliki
manfaat klinis (NNT=7,6).
1
Pencarian bukti ilmiah :
Kata Kunci : varicella, varicella-zoster virus, papul, krusta, phyllanthus niruri Linn
Dipilih jurnal berjudul :
“Randomized Controlled Trial of Phyllanthus niruri Linn Extract”
Oleh :
Patria Vittarina Sarisetyaningtyas, Sri Rezeki Hadinegoro, Zakiudin Munasir
(Departemen Kesehatan Anak, FKUI/RSCM, Jakarta).
Dimuat dalam :
Paediatricia Indonesiana, volume 46, no. 3-4, p77–81, 2006.
B. Abstrak
Objektif : Untuk mengetahui efektivitas dan keamanan ekstrak Phyllanthus niruri
Linn dalam penatalaksanaan varicella pada anak dibandingkan placebo.
Desain : Metode penelitian double-blind randomized controlled trial.
Partisipan :Subjek penelitian adalah 101 anak-anak yang menderita varicella tanpa
komplikasi dimana papul timbul kurang dari 2 hari, dengan rentang usia
2-14 tahun, dan belum pernah mendapatkan vaksinasi varicella sebelum
didaftarkan dalam penelitian ini.
Intervensi :Subjek penelitian, 101 anak usia 2-14 tahun yang menderita varicella
tanpa komplikasi. Subjek secara acak diberikan baik sirup ekstrak
Phyllanthus niruri Linn (5 mg/5 ml; 3 kali sehari) maupun placebo.
Hasil :Data kuantitatif tentang khasiat dari ekstrak Phyllanthus niruri Linn
didasarkan pada tidak ada lagi papul baru yang timbul pada monitoring
2
selama 4 hari yang terdeteksi pada 46 subjek (51,1%) kelompok ekstrak
Phyllanthus niruri Linn dibandingkan dengan kelompok placebo
(p=0,723). Sementara itu, perbedaan khasiat berdasarkan waktu
hilangnya krusta pada kelompok Phyllanthus niruri Linn dan placebo
masing-masing adalah 22 subjek (43,1%) dan 15 subjek (30%);
(p=0,053). Temuan ini terbukti memiliki manfaat klinis (NNT=7,6).
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara khasiat Phyllanthus niruri
Linn dan placebo dalam hal pencegahan timbulnya papul-papul dan
krusta baru. Namun, secara klinis Phyllanthus niruri Linn mempercepat
hilangnya krusta dibandingkan dengan placebo.
C. Definisi Operasional
Varicella : suatu penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster dengan
gambaran klinis pada stadium prodromal berupa timbulnya ruam kulit disertai
demam yang tidak begitu tinggi serta malaise. Pada stadium erupsi kulit muncul di
wajah serta kulit kepala, dan dengan cepat menyebar ke tubuh dan ekstremitas.
Gambaran yang menonjol adalah perubahan yang cepat dari makula kemerahan ke
papula, vesikula, pustule, dan akhirnya menjadi krusta.
Varicella-zoster virus : suatu virus yang merupakan salah satu dari 8 jenis virus dari
family herpesviridae yang dapat menyerang manusia dan primate. Merupakan virus
DNA alfa herpesvirus, memiliki 125000 pasangan basa yang mengandung 70 gen.
Papul : Penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran diameter lebih
kecil dari 0,5 cm, dan berisikan zat padat. Warna papul dapat merah akibat
peradangan, pucat, hiperkrom, putih atau seperti kulit di sekitarnya.
3
Krusta : Cairan badan yang mongering, dapat bercampur dengan jaringan nekrotik,
maupun benda asing (kotoran, obat, dan sebagainya). Warnanya ada beberapa
macam; kuning muda berasal dari serum, kuning kehijauan berasal dari pus, dan
kehitaman berasal dari darah.
Phyllanthus niruri Linn : Disebut juga tanaman Meniran dalam khazanah Indonesia;
merupakan tanaman yang berasal dari Indonesia dan memiliki kandungan senyawa
kimia, yaitu lignan, terpen, flavonoid, lipid, benzenoid, alkaloid, steroid, alcanes,
vitamin C, dan lain-lain. Digunakan sebagai imunostimulator yang dapat
meningkatkan sistem imun pada binatang percobaan maupun manusia.
D. Pendahuluan
Varicella yang dikenal sebagai cacar air, sangat menular. Di daerah
tropis, dilaporkan sebagai penyakit yang tidak berbahaya (benigna) pada anak
tetapi tidak pada dewasa. Penyakit ini disebabkan oleh herpes virus yang
dinamakan varicella-zoster virus yang juga menyebabkan herpes-zoster. Data
rumah sakit menunjukkan bahwa varicella sebagian besar diderita pada anak
usia 5-13 tahun.
Anak yang sehat menerima tatalaksana simptomatik hanya pada
varicella tanpa komplikasi. Pada kebanyakan anak, keuntungan klinis dari
pengobatan antivirus masih kontroversial.
Pertanyaan-pertanyaan muncul sebagai respon dari kepantasan
penggunaan obat antivirus untuk mengobati suatu penyakit yang secara umum
tidak berbahaya (benigna). Alasan lain adalah ketidaknyamanan pengobatan
4
dengan dosis 4 kali sehari dan kemungkinan resistensi terhadap virus yang
akan berkembang.
Penyakit yang disebabkan oleh virus secara signifikan berhubungan
dengan imunitas. Dengan demikian, upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan imunitas adalah dengan pemberian obat imunostimulan sebagai
suatu terapi adjuvan.
Ekstrak Phyllanthus niruri Linn sebagai obat alami dapat digunakan untuk
meningkatkan imunitas spesifik dan nonspesifik pada penderita. Suatu penelitian
invitro pada mencit membuktikan bahwa pemberian secara oral dari ekstrak
Phyllanthus niruri Linn meningkatkan baik aktivitas makrofag maupun proliferasi
limfosit T. Sebagian limfosit T akan berdiferensiasi menjadi sel T helper 1 yang
berperan penting dalam respon imun selular. Ekstrak ini juga berperan mendorong
sekresi TNF alfa dari makrofag aktif.
Ekstrak Phyllanthus niruri Linn adalah obat herbal yang berasal dari
Indonesia yang kurang diteliti lebih lanjut untuk menerapkan keutamaannya dalam
pelayanan kesehatan. Peneliti mempelajari Phyllanthus niruri Linn dalam manajemen
varicella pada anak.
E. Metode
Penelitian ini adalah suatu penelitian double-blind randomized controlled
trial yang dilakukan di poliklinik rawat jalan, Departemen Kesehatan Anak,
FKUI/RSCM. Sebelum penelitian, persetujuan diperoleh dari komite etik FKUI.
Subjek penelitian adalah anak-anak yang menderita varicella tanpa
komplikasi, dimana papul muncul kurang dari 2 hari, dengan rentang usia 2-14 tahun,
dan belum pernah mendapatkan vaksinasi varicella sebelum didaftarkan dalam
penelitian ini. Persetujuan telah diperoleh dari orang tua.
5
Kriteria eksklusi terdiri atas anak-anak dengan penyakit imunodefisiensi,
menggunakan obat-obatan kortikosteroid dan imunosupresan, menderita gizi buruk,
dan mendapat pengobatan antivirus sekurang-kurangnya selama 2 minggu.
Subjek yang termasuk ke dalam kriteria inklusi secara acak dibagi menjadi
dua kelompok dengan simple randomized sampling. Kelompok penelitian menerima
sirup ekstrak Phyllanthus niruri Linn dan kelompok placebo menerima sirup placebo.
Keduanya dikemas dan diberi label yang sama. Sebuah produk komersial ekstrak
Phyllanthus niruri Linn (Stimuno®) digunakan dalam penelitian ini. Dosis sirup
ekstrak Phyllanthus niruri Linn berdasarkan rekomendasi farmasi adalah 25 mg; 3 x
5 ml selama 5 hari. Obat-obat lain dapat diberikan kecuali yang diindikasikan dalam
kriteria eksklusi.
Pada kunjungan pertama, pemeriksaan fisik dan laboratorium ginjal serta
fungsi hati dilakukan. Sebuah buku catatan diberikan kepada orang tua untuk
mencatat gejala-gejala dan tanda-tanda harian dari penyakit ini, efek samping, dan
pengobatan lain yang diberikan. Subjek di-follow up pada kunjungan kedua setelah
pemberian ekstrak Phyllanthus niruri Linn selama 4 hari, dimana pemeriksaan fisik
dan laboratorium serta pengumpulan catatan harian dilakukan. Khasiat ekstrak
Phyllanthus niruri Linn ditentukan dengan memeriksa papul dan krusta. Analisis
statistik dilakukan dengan uji Chi-square.
F. Hasil
101 subjek terdaftar. 51 pasien dalam kelompok penelitian yang
diberikan ekstrak Phyllanthus niruri Linn secara oral dan 50 pasien diberikan
placebo. Karakteristik subjek ditunjukkan pada (tabel 1).
6
Penilaian klinis pada kunjungan pertama dilakukan dengan
menggunakan system penilaian pada (tabel 2). Tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam manifestasi klinis diantara kedua kelompok. Pada kunjungan
kedua tidak ditemukan papul baru, penampakan krusta lebih dari 50% dan
sebagian besar hampir tereliminasi. Penampakan krusta dan sebagian besar
krusta yang tereliminasi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada
kedua kelompok (tabel 3). Parameter-parameter tersebut dimonitor melalui
catatan harian pasien.
7
(Figur 1) menunjukkan bahwa jumlah pasien dengan krusta pada
kelompok penelitian lebih tinggi daripada kelompok placebo, walaupun
perbedaannya secara statistik tidak signifikan (p=0,63).
Selama masa observasi selama 5 hari, tidak ditemukan peningkatan
dieresis pada subjek. Efek samping dimonitor dengan pemeriksaan
transaminase, ureum, dan serum kreatinin. Hati dan fungsi ginjal normal.
8
G. Diskusi
Berdasarkan penelitian epidemiologi varicella di Indonesia, insidensi
tertinggi diderita oleh anak usia 5-9 tahun. Penemuan-penemuan serupa juga
ditemukan pada penelitian ini dimana rata-rata usia pada kelompok penelitian
adalah 7 tahun dan pada kelompok placebo adalah 7,6 tahun. Ooi et al
menemukan bahwa varicella lebih banyak diderita anak laki-laki daripada
anak perempuan dengan rasio 1,4 : 1, tidak terlalu berbeda dengan yang
ditemukan pada penelitian ini, yaitu 1,1 : 1.
Manifestasi klinis yang terdeteksi pada kunjungan pertama terdiri atas
demam ringan yang timbul seiring munculnya lesi kulit, seperti papul, vesikel,
dan gatal ringan. Pada saat itu, krusta belum tampak. Proses pemulihan
varicella ditandai oleh suhu tubuh yang normal, berkurangnya jumlah papul,
dan ditemukannya krusta pada sebagian besar tubuh; sebagai tanda bahwa
penyakit ini sudah tidak lagi menular. Hal tersebut ditunjukkan bahwa setelah
4 hari pemberian ekstrak Phyllanthus niruri Linn, krusta muncul lebih dari
50% dan sebagian besar tereliminasi pada 43,1% dan 30% pasien pada
kelompok penelitian dibandingkan dengan kelompok placebo. Data yang
dilaporkan dari catatan harian bahwa pada hari ke-3 follow up, subjek pada
kelompok penelitian memiliki krusta lebih banyak dibandingkan dengan
kelompok placebo.
Sebagaimana yang ditunjukkan dalam penelitian ini, tidak ditemukan
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok, walaupun observasi klinis
menunjukkan bahwa ekstrak Phyllanthus niruri Linn memiliki kelebihan
dalam proses munculnya krusta dan mengeliminasinya. Kurniati melaporkan
9
bahwa subjek yang mendapatkan ekstrak Phyllanthus niruri Linn yang
dikombinasikan dengan asiklovir untuk herpes zoster tanpa komplikasi
didapatkan pemulihan yang lebih baik pada lesi kulit dibandingkan kelompok
placebo yang hanya mendapatkan asiklovir. Perbaikan lesi kulit
dimanifestasikan eritema, edema, dan vesikel (p<0,01). Subjek pada kelompok
penelitian memiliki perkembangan klinis yang lebih baik daripada kelompok
placebo, dengan proporsi masing-masing 90,2% dan 88%, walaupun secara
statistik tidak signifikan.
Peneliti mengobservasi bahwa durasi demam pada anak dengan
varicella muncul secara bersamaan dengan timbulnya lesi pada kulit. Hal ini
cukup berbeda pada dewasa dan remaja dimana demam muncul pada 1-2 hari
sebelum timbul lesi. Lebih jauh lagi, penelitian ini menemukan bahwa demam
pada kedua kelompok menghilang pada kunjungan kedua di hari kedua
pemberian ekstrak Phyllanthus niruri Linn. Bagaimanapun, subjek pada kedua
kelompok masih mengalami gatal ringan pada kunjungan kedua. Berbeda
dengan penelitian ini, Kurniati melaporkan bahwa ekstrak Phyllanthus niruri
Linn dapat mengurangi gejala klinis pada pasien dewasa dengan herpes zoster
tanpa komplikasi.
Pemberian ekstrak Phyllanthus niruri Linn secara klinis telah
dibuktikan aman. Tidak ada subjek yang mengeluhkan peningkatan diuresis,
data ini juga didukung oleh penelitian lain. Munasir melaporkan bahwa
ekstrak Phyllanthus niruri Linn digunakan dengan baik pada pengobatan anak
dengan infeksi saluran pernapasan akut tanpa menggunakan obat antipiretik
atau obat antibiotik. Subjek tidak mengeluhkan apa pun selama follow up
10
setelah pemberian ekstrak Phyllanthus niruri Linn. Kurniati menemukan 60
subjek dengan herpes zoster dengan diuresis ringan terjadi pada 21,4%
kelompok penelitian dibandingkan 27,6% kelompok placebo. Sementara itu,
tidak ditemukan efek samping seperti gangguan fungsi hati dan ginjal. Oleh
karena itu, ekstrak Phyllanthus niruri Linn cukup aman dikonsumsi oleh anak-
anak dengan varicella. Peneliti menyarankan bahwa ekstrak Phyllanthus niruri
Linn dapat diberikan selama stadium awal penyakit kepada anak dengan
varicella untuk meningkatkan pemulihan dan mempersingkat perjalanan
penyakit.
Kesimpulannya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara khasiat
Phyllanthus niruri Linn dan placebo dalam hal pencegahan timbulnya papul
baru dan krusta. Bagaimanapun, Phyllanthus niruri Linn memperpecat
kemunculan dan mengeliminasi krusta dibandingkan placebo.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Varicella
Varicella disebabkan oleh varicella-zoster virus (VZV). Varicella
terkenal dengan nama chickenpox atau cacar air adalah penyakit primer
varicella-zoster virus yang pada umumnya menyerang anak. Sedangkan
herpes zoster atau shingles merupakan suatu reaktivitasi infeksi endogen pada
periode laten varicella-zoster virus, umumnya menyerang orang dewasa atau
anak yang menderita defisiensi imun.
Varicella sebagai penyakit virus pada anak, sangat menular, lebih
menular daripada parotitis, tetapi kurang menular bila dibandingkan dengan
campak. Gejala klinis varicella bila mengenai anak sehat pada umumnya tidak
berat dan sangat sedikit yang menderita penyulit. Walaupun demikian,
berdasarkan penelitian di Amerika Serikat bila anak menderita varicella, anak
akan mangkir dari sekolah rata-rata 5-6 hari; dan akan diikuti oleh teman
sekelasnya yang lain oleh karena penularan varicella terjadi sejak sebelum
ruam keluar sampai terjadi krusta (kira-kira 7 hari). Di lain pihak, anak dengan
status imunitas yang menurun (misalnya anak yang menderita leukemia,
anemia aplastik, atau anak yang mendapat pengobatan imunosupresan), akan
mudah menderita penyulit dan kematian.
12
1. Epidemiologi
Di negara barat, kejadian varicella tergantung dari musim (musim
dingin dan awal musim semi). Di Indonesia walaupun belum pernah
dilakukan penelitian, agaknya penyakit virus menyerang pada musim
peralihan antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya. Angka
kejadian di Indonesia belum pernah diteliti, tetapi di Amerika Serikat
disebutkan kira-kira 3,1-3,5 juta kasus dilaporkan tiap tahun.
Varicella sangat mudah menular terutama melalui kontak langsung,
droplet, atau aerosol dari lesi vesikular di kulit ataupun melalui sekret
saluran napas, dan jarang melalui kontak tidak langsung. Varicella dapat
menyerang semua golongan usia termasuk neonatus, 90% kasus berumur
10 tahun dan terbanyak umur 5-9 tahun. Viremia terjadi pada masa
prodromal sehingga transmisi virus dapat terjadi pada fetus intrauterin atau
melalui transfusi darah. Pasien dapat menularkan penyakit selama 24-48
jam sebelum lesi kulit timbul, sampai semua lesi timbul krusta, biasanya
7-8 hari. Seumur hidup seseorang hanya satu kali menderita varicella.
Serangan kedua mungkin berupa penyebaran ke kulit pada herpes zoster.
2. Patogenesis
Varicella-zoster virus merupakan salah satu dari 8 jenis
herpesvirus dari family herpesviridae yang dapat menyerang manusia dan
primata, merupakan virus DNA alfa herpesvirus, memiliki 125.000
pasangan basa yang mengandung 70 gen.
13
Varicella-zoster virus masuk ke tubuh melalui mukosa saluran
napas bagian atas atau orofaring. Pada lokasi masuknya terjadi replikasi
virus yang selanjutnya menyebar melalui pembuluh darah dan limfe
(viremia pertama). Selanjutnya virus berkembang biak di sel
retikuloendotelial. Pada kebanyakan kasus, virus dapat mengatasi
pertahanan nonspesifik seperti interferon dan respon imun. Satu minggu
kemudian, virus kembali menyebar melalui pembuluh darah (viremia
kedua) dan pada saat ini timbul demam dan malaise. Penyebaran ke
seluruh tubuh terutama kulit dan mukosa. Lesi kulit muncul tidak
bersamaan, sesuai dengan siklus viremia. Pada keadaan normal, siklus ini
berakhir setelah 3 hari akibat adanya kekebalan humoral dan selular
spesifik.
3. Gambaran Klinis
Stadium Prodromal
Gejala prodromal timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi, dengan
timbulnya ruam kulit disertai demam yang tidak begitu tinggi serta
malaise. Pada remaja dan dewasa, ruam didahului oleh demam selama
2-3 hari sebelumnya, menggigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia,
nyeri punggung, dan pada beberapa kasus nyeri tenggorok dan batuk.
Stadium Erupsi
Ruam kulit muncul di muka dan kulit kepala, dengan cepat menyebar
ke badan dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang
tertutup dan jarang ditemukan pada telapak kaki dan tangan.
14
Penyebaran lesi varicella bersifat sentrifugal. Gambaran yang
menonjol adalah perubahan yang cepat dari makula kemerahan ke
papula, vesikula, pustula, dan akhirnya menjadi krusta. Perubahan ini
hanya terjadi dalam waktu 8-12 jam. Gambaran vesikel khas,
superfisial, dinding tipis, dan tampak seperti tetesan air. Cairan vesikel
pada permulaan jernih, dan dengan cepat menjadi keruh akibat
sebukan sel radang dan menjadi pustula. Lesi kemudian mengering
yang dimulai dari bagian tengah dan akhirnya berbentuk krusta. Krusta
akan lepas dalam waktu 1-3 minggu bergantung pada dalamnya lesi
kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal berwarna merah
muda dan kemudian berangsur-angsur hilang.
4. Diagnosis
Diagnosis varicella dapat ditegakkan secara klinis dengan
gambaran dan perkembangan lesi kulit yang khas, terutama apabila
diketahui ada kontak 2-3 minggu sebelumnya. Gambaran khas termasuk :
muncul setelah masa prodromal yang singkat dan ringan; lesi berkelompok
terutama di bagian sentral; perubahan lesi yang cepat dari makula,
vesikula, pustule, hingga krusta; terdapatnya semua tingkat lesi kulit
dalam waktu bersamaan pada daerah yang sama; terdapatnya lesi mukosa
mulut.
Umumnya pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan lagi. Pada
tiga hari pertama dapat terjadi leukopenia yang diikuti leukositosis. Serum
antibodi IgA dan IgM dapat terdeteksi pada hari pertama dan kedua pasca
15
ruam. Pemeriksaan rontgen toraks dilakukan untuk mengonfirmasi
ataupun untuk mengekslusi pneumonia. Gambaran nodul infiltrat difus
bilateral umumnya terjadi pada pneumonia varicella primer sedangkan
infiltrat fokal mengindikasikan pneumonia bakterial sekunder. Pungsi
lumbal dapat dilakukan pada anak dengan kelainan neurologis.
5. Pengobatan
Pada anak sehat, varicella umumnya ringan dan sembuh sendiri,
cukup diberikan pengobatan simptomatik. Pada lesi kulit local dapat
diberikan lotio calamine. Untuk mengurangi rasa gatal dapat dengan
kompres dingin, mandi secara teratur, ataupun dengan pemberian
antihistamin. Antipiretik jarang diperlukan.
Antivirus yang dapat diberikan adalah asiklovir atau vidarabin.
Dosis asiklovir 80 mg/kgBB/hari per oral, terbagi dalam 5 dosis selama 5
hari atau 500 mg/m2, intravena tiap 8 jam selama 7 hari dan vidarabin 10
mg/kgBB selama 5 hari. Anak yang mendapat terapi asiklovir disarankan
harus mendapat cukup hidrasi karena asiklovir dapat mengkristal pada
tubulus renal bila diberikan pada individu yang dehidrasi.
6. Pencegahan
Semula vaksin varicella yang merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan (live attenuated) hanya diberikan pada anak dengan risiko
terjadi penyulit berat, yaitu anak yang menderita penyakit keganasan, anak
yang mendapat pengobatan imunosupresan, atau menderita defisiensi
16
imun; tetapi pada perkembangannya vaksin ini juga diberikan pada anak
sehat. Imunisasi aktif ini dilakukan dengan menggunakan vaksin single
live attenuated strain yang sudah terbukti aman, ditoleransi baik dengan
efek samping yang minimal (demam dan ruam minimal) dan memiliki
tingkat perlindungan yang tinggi pada anak usia 1-12 tahun, sedangkan di
negara maju tersedia sediaan kombinasi dengan vaksin lain, seperti MMR-
V. Imunisasi pasif dapat diberikan pada kelompok risiko tinggi, sedangkan
pada pasca paparan varicella harus diberikan dalam 96 jam pertama.
Berdasarkan guidelines terbaru dari Advisory Committee on
Immunization Practices of the Centers for Disease Control and
Prevention, pemberian vaksin varicella dosis tunggal belum mampu
mencegah wabah varicella sepenuhnya. Sehingga kini direkomendasikan
pemberian vaksin varicella dua kali (masing-masing 0,5 ml) subkutan pada
anak-anak berusia 12 bulan-12 tahun, dengan interval minimum 3 bulan.
Sedangkan pemberian pada pasien yang telah berusia lebih dari 12 tahun,
interval yang direkomendasikan adalah 4 minggu. Vaksin varicella ini
terbukti mampu memberikan perlindungan hingga 10 tahun kemudian.
B. Phyllanthus niruri Linn sebagai Imunomodulator
Imunomodulator digunakan untuk memperbaiki sistem
imun dengan cara stimulasi (imunostimulan) pada kondisi
defisiensi imun dan menekan (imunosupresan) atau
menormalkannya pada saat reaksi imun berlebihan. Salah
satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai
17
immunomodulator adalah Phyllanthus niruri L21 atau sering
disebut dengan Bahupatra, Bhuimala, Chanca Piedra, Quebra
Piedra, Pitirishi, stone breaker, memeniran, meniran, rami
buah, tamalaka, dan turi hutan.
Kandungan senyawa kimia Phyllanthus niruri Linn,
berupa :
a) Lignan (phyllanthine, hypophyllantine, phyltetraline, lintetralin, niranthin,
nirtetralin, nirurin, niruside, niephyline);
b) Terpen (cymene, limonene,lupeol, lupeol acetate);
c) Flavonoid (quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin, rutine,
physetinglucoside);
d) Lipid (ricinoleic acid, dotriancontanoic acid, linoleic acid, linolenic acid);
e) Benzenoid (methilsalisilate);
f) Alkaloid (norsecurinine, 4-metoxinorsecurinine, entnorsecurinina, nirurine);
g) Steroid (beta sitosterol);
h) Alcanes (triacontanal, triacontanol);
i) dan lain-lain (vitamin C, tannin, saponin).
Phyllanthus niruri L telah digunakan pada Ayurvedic medicine
selama lebih dari 2000 tahun untuk penyakit batu empedu,
gonorhoe, dan diabetes. Secara topikal dipakai untuk
mengobati ulkus, luka, bengkak, dan gatal-gatal. Selain itu
juga digunakan untuk gangguan hati, antiseptik, astringen,
dan diuretik. Untuk gangguan pencernaan dipakai pada
kondisi dispepsia, kolik, diare dan disentri. Pada Ayurvedic
18
Medicine juga digunakan untuk pengobatan bronkhitis, lepra,
anemia, dan asma.
Sementara itu Unani System of Medicine Herb menggunakan
Phyllanthus niruri L untuk luka dan disenteri kronik. Buah
digunakan untuk luka, scabies dan cacing gelang. Akar yang
segar dipercaya baik untuk batu empedu. Campuran daun dan
garam dipakai untuk mengobati scabies dan tanpa garam
untuk mengobati luka dan memar. Infus dari akar dan daun
merupakan tonik yang baik. Di India lazim digunakan pada
gigitan ular dan gangguan pencernaan. Pemakaian secara
tradisional juga digunakan untuk batu ginjal, batu kandung
kemih, penyakit hati dan ayan.
Gambar 1. Phyllanthus niruri Linn
Ekstrak Phyllanthus niruri L telah melalui uji klinis dan pre-
klinis di beberapa rumah sakit besar. Uji klinis acak buta
19
ganda mengenai efek pemberian imunostimulan ekstrak
Phyllanthus niruri L pada pasien infeksi saluran nafas akut oleh
berbagai etiologi pada anak yang dilakukan di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta, menunjukkan hasil yang baik terutama dalam
mempercepat turunnya suhu badan. Lebih lanjut penggunaan
ekstrak Phyllanthus niruri L sebagai adjuvan dengan obat
antituberkulosis juga menunjukkan perbaikan yang bermakna
dibandingkan dengan plasebo. Demikian juga penelitian
pemberian ekstrak Phyllanthus niruri sebagai ajuvan pada terapi
varisela di Bagian Kulit RSU Tangerang menunjukkan
penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan
penggunaan placebo.
Penggunaan utama Phyllanthus pada kebanyakan
gangguan fungsi hati telah dibuktikan. Phyllanthus menghambat
DNA polymerase – enzyme yang dibutuhkan untuk reproduksi
virus hepatitis B dan mengikat HbsAg pada penelitian in vitro.
Baru-baru ini juga diketahui adanya kasiat hepatoprotektif.
Phyllanthus niruri L mencegah peningkatan GTP dalam serum
maupun sitosol hepar dan kandungan flavanoidnya
merupakan antioksidan yang berpotensi mencegah kerusakan
sel hepar serta dipakai sebagai obat hepatoprotektif atau anti
hepatotoksik. Hasil penelitian menggunakan tikus
20
menunjukkan adanya efek dalam menormalkan penumpukan
asam lemak pada liver setelah minum alkohol.
Penelitian tentang manfaat Phyllanthus niruri L sebagai
imunomodulator terus dilakukan. Beberapa diantaranya telah
membuktikan manfaat imunostimulan pada kasus-kasus
bruselosis kronis dan infeksi virus yang tidak dapat diobati
dengan antibiotika. Beberapa jenis infeksi virus yang dapat
diberikan Phyllanthus niruri L misalnya morbili, influenza,
bronkhitis, rhinovirus, pneumonia, dan herpes simpleks.
Penelitian lain pada mencit Balb/C memberikan kesimpulan
bahwa efek Phyllanthus niruri L setingkat kotrimoksasol dalam
pengendalian infeksi stafilokokus aureus. Phyllanthus juga baik
untuk terapi adjuvant pada kanker dengan menunjukkan
aktifitas antikarsinogenik dan antimutagenik pada penelitian
in vivo dan in vitro.
Dari hasil penelitian in vitro, pemberian ekstrak Phyllanthus
niruri L diketahui mempunyai efek terhadap respon imun
nonspesifik berupa peningkatan fagositosis dan kemotaksis
makrofag, kemotaksis neutrofil, sitotoksisitas sel NK serta
aktivasi komplemen. Terhadap respons imun spesifik
pemberian ekstrak Phyllanthus niruri L mempunyai efek
meningkatkan proliferasi sel limfosit T, meningkatkan sekresi
TNFα, IFNγ, dan IL-4 serta menurunkan sekresi IL-2 dan IL-10.
Terhadap imunitas humoral, ekstrak Phyllanthus niruri L ini dapat
21
meningkatkan produksi imunoglobulin M (IgM) serta
imunoglobulin G (IgG).
Hal yang menarik bahwa Phyllanthus diduga kuat
mempunyai efek antiinflamasi. Phyllanthus menunjukkan
kemampuan menghambat nitrit oxida (NO) dan prostaglandin
E-2 (PGE-2), menurunkan endotoxin-induced nitric oxide synthase
(iNOS), cyclooxygenase (COX-2), dan menghambat produksi NFκB
secara in vitro. Juga menghambat induksi IL-1β, IL-10, dan IFNγ
pada whole blood serta reduksi TNFα secara in vivo. Penelitian
pada binatang menunjukkan bahwa Phyllanthus
meningkatkan aktifitas berbagai enzim antioxidan, seperti
superoxide dismutase (SOD), catalase (CAT), glutathione-S-transferase
(GST), glutathione peroxidase (GPX), dan glutathione reductase (GR), di
darah maupun jaringan yang tereduksi pada radioterapi,
sehingga mereduksi kerusakan sel akibat radioterapi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Phyllanthus
niruri L merupakan immunomodulator yang bukan hanya
menaikkan, tapi juga mengendalikan sistem imun sehingga
tetap seimbang. Ini sangat penting mengingat bahwa reaksi
imun dapat membahayakan diri sendiri apabila tidak
terkontrol atau terjadi penurunan maupun peningkatan secara
berlebihan.
22
A. Kesimpulan
Disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara khasiat
Phyllanthus niruri Linn dan placebo dalam hal pencegahan timbulnya papul
baru dan krusta. Namun Phyllanthus niruri Linn memperpecat kemunculan
dan mengeliminasi krusta dibandingkan placebo.
Sementara itu, tidak ditemukan efek samping seperti gangguan fungsi
hati dan ginjal. Oleh karena itu, ekstrak Phyllanthus niruri Linn cukup aman
dikonsumsi oleh anak-anak dengan varicella.
B. Saran
Peneliti menyarankan bahwa ekstrak Phyllanthus niruri Linn dapat
diberikan selama stadium awal penyakit kepada anak dengan varicella untuk
meningkatkan pemulihan dan mempersingkat perjalanan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Patria Vittarina Sarisetyaningtyas, Sri Rezeki Hadinegoro, Zakiudin Munasir.
Randomized Controlled Trial of Phyllanthus niruri Linn. Paediatricia
Indonesiana, volume 46, no. 3-4, p77–81, 2006.
2. Kurniati SC. Pengobatan oral infeksi varisela-zoster dengan kombinasi ekstrak
phyllanti herba dan terapi standar dibandingkan dengan terapi standar tunggal.
Clinical Research Division of Dexa Medica Pharmaceutical. Jakarta; 2002.
3. Munasir Z. The role of phyllanti herba in the treatment of upper respiratory
tract infections in paediatric patients. Clinical Research Division of Dexa
Medica Pharmaceutical. Jakarta; 2002.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Editor : Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo;
Herry Garna; Sri Rezeki S. Hadinegoro; et al. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis. 2008. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. p134-40.
5. Brunnel PA. Varicella zoster infection. Dalam : Feigin RD, Cherry JD
(Editor). Textbook of Pediatric Infectious Disease, edisi ke-3. Philadelphia :
WB Saunders, Co. 1992. P1587-91.
6. Satari HI, Hadinegoro SR, et al. Seroconversion and adverse reaction of live-
attenuated (OKA strain) varicella vaccine. Paed Ind 2003; 43:171-176.
7. Barbour EK, Sagherian VK, Talhouk RS, Harakh S, and Talhouk SN. Cell-
Immunomodulation against Salmonella enteritidis in herbal extract-treated
broilers. Journal of Applied Research in Veterinary Medicine. 2004;2:67-73.
8. Williams JE. Review of antiviral and immunomodulating properties of plants
of the Peruvian rainforest with a particular emphasis on Uña de Gato and
Sangre de Grado. Alternative Medicine Review. 2001; 6:567-79.
25
9. Praseno, Nuryastuti T, dan Mustafa M. Perbandingan efikasi infusa meniran
(Phyllantus niruri L.) dan kotrimoksazol pada pengobatan infeksi kulit oleh
Staphilococcus aureus. Berkala Ilmu Kedokteran. 2001; 33:89-93.
10. Chodidjah. Pengaruh pemberian ekstrak (Phyllantus niruri L) pada sel
mononuklear terhadap viabilitas sel adenokarsinoma mama mencit C3H,
penelitian invitro (tesis). Semarang 2003: Universitas Diponegoro.
11. Radityawan D. Pengaruh Phyllanthus niruri sebagai imunomodulator terhadap
kadar IFN-γ pada penderita tuberkulosis paru. Dexa Media. 2005.18:94-6.
12. Naik AD and Juvekar AR. Effects of alkaloidal extract of Phyllanthus niruri
on HIV replication. Indian J Med Sci. 2003; 57: 387-93.
13. Stagg J. Phyllanthus. 2006. (cited 17/6/07) Available from: URL: http:
//www.supplementnews.org/phyllantus.html.
26