Download - RADIKALISME DARI PERSPEKTIF ANTROPOLOGI
RADIKALISMEDARI PERSPEKTIF ANTROPOLOGI
IDA BAGUS GDE PUJAASTAWA
PROGRAM STUDI ANTROPOLOGIFAKULTAS ILMU BUDAYAUNIVERSITAS UDAYANA
POLDA BaliRakor Penerttiban dan Penegakan Hukum bagiOrganisasiRadikal dan Anti Pancasila, 12 Juni 2018
Kaum radikal menginginkan perubahansecara drastis sampai ke akar dan
cenderung menggunakan cara-carakekerasan.
Karena cenderung menggunakan cara-cara kekerasan, gerakan radikalisme kerap
berujung terorisme.
RADIKALISME
Sintesa Konsep :
Radikalisme adalah faham atau aliranyang menolak sistem nilai yang dianggap
berbeda, karena menganggap sistemnilai yang dianutnya sebagai satu-satunya
representasi dari kebenaran.
TINJAUAN HISTORIS
Radikalisme dengan intensitas yang tinggi lebihbanyak terjadi di kawasan Timur Tengah.
Dikaitkan dengan proses globalisasi yang lebihdimaknai sebagai menyebarnya sistem nilaiekonomi, politik, kebudayaan modern (Barat) keberbagai belahan dunia.
Ekonomi : kapitalisme, liberalismePolitik : demokratsiBudaya : sekularisme, hedonisme, materialisme
Radikalisme pada Tataran Global
Globalisasi dipandang sebagai bentukimperialisme kultural (Cocacolanisasi,Mcdonaldisasi) yang mengancam tatananmasyarakat berbasis agama.
Dampak :menyebarnya sistem nilai ekonomi,politik, kebudayaan modern (Barat)menyebabkan berubahnya tatanan
ekonomi, politik, kebudayaanmasyarakat di berbagai belahan
dunia, termasuk tatanan ekonomi,politik, dan kebudayaan masyarakat
berbasis agama (Islam) di negara-negara Kawasan Timur Tengah.
Timbul resistensi atau perlawanan darikelompok-kelompok fundamentalisIslam terhadap Barat, terutamaAmerika dan sekutunya.
Tujuannya :Mengubah atau mengganti tatanansosial yang dipengaruhi oleh sistemnilai Barat dengan tatanan sosialberbasis agama (Islam).
Cara untuk mencapai tujuan cenderungmenggunakan cara-cara kekerasan,sehingga radikalisme kerap berujungterorisme.
Radikalisme dan Aksi Terorisme Internasional
Serangkaian serangan yang telah diatur terhadap beberapa target di New YorkCity dan Washington, D.C. pada 11 September 2001. Pemimpin kelompok Al-Qaeda, Osama bin Lasen, yang awalnya menolak terlibat, mengklaimbertanggung jawab atas serangan ini. Bin Laden juga mengatakan dukunganAS terhadap Israel, keberadaan tentara AS di Arab Saudi, dan sanksi terhadapIrak sebagai motif serangan ini (wikipedia).
Radikalisme di Indonesia
Muncul pada awal kemerdekaan (DI/TII, NII)
Awal era orde baru muncul gerakan radikalismeagama garis keras (Komando Jihad).
Dilatarbelakangi ketidakpuasan terhadapsistem politik nasional dengan mengangkat isu-isu agama untuk menarik simpati danmelegitimasi gerakan.
Kerap merujuk situasi di Timur Tengah sebagaiinspirasi untuk melakukan perlawanan.
Dalam perkembangan selanjutnya radikalismedi Indonesia banyak dipengaruhi bahkanmenjadi bagian dari jaringan radikalismeinternasional (Alqaeda, HT, ISIS, dan lainnya).
Radikalisme di Indonesia
Belakangan ini radikalisme telah menyusupisejumlah kampus di Indonesia. Menurut laporan
BNPT, dari 20 PT yang disurvei di 15 provinsisepanjang tahun 2017, menunjukkan 39 %
mahasiswanya anti demokrasi dan tidak setujuPancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Penggeledahan Densus 88 Antiteror diGelanggang Mahasiswa UniversitasRiau, 2 Juni 2019, menemukan bomrakitan yang direncanakan untukmelakukan aksi peledakan di GedungDewan Perwakilan DPRD Riau danDPR RI.
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme(BNPT) Drs Komjen Pol Suhardi Alius MH, mengatakan, ada dosen atau pengajar ditingkat perguruan tinggi yang menyusupkan paham radikal kepada mahasiswanya.
Radikalisme dan Aksi Terorisme di Indonesia
28 Maret 1981Sekelompok orang yang mengaku anggotakelompok “Komando Jihad” membajakpesawat DC-9 Garuda “Woyla”. Aksipembajakan ini berakhir di Bandara DonMuang (Thailand) pada 31 Maret 1981dengan operasi militer oleh Pasukan AntiTeror dari Kopassandha.
Peristiwa terorisme pertama bermotif “jihad”yang menimpa Indonesia (wikipedea).
12 Oktober 2002Aksi pengeboman di Kawasan PariwisataKuta yang menewaskan 202 0rang olehkelompok radikal yang berafiliasi denganorganisasi “Jamaah Islamiah”.
Tradedi ini dianggap sebagai aksi terorismepaling parah dalam sejarah Indonesia(wikipedia).
Agama : Sumber Kedamaian atau Sumber Konflik?
“..... Adakah sesuatu yang mempertemukanagama-agama di negeri ini sehingga membuatmereka para umat beragama itu tidak harussaling menghancurkan? .....”
(Nurcholis Madjid, 2001 : 2).
Agama yang semestinya memuliakan harkat dan martabat manusia telahdigunakan sebagai alat legitimasi untuk mengembangkan faham radikalmelalui aksi teror dan kekerasan destruktif lainnya.
Agama dan Radikalisme
Agama dan Radikalisme
Setiap agama mengajarkan kebajikandan kedamaian yang bertujuan untuk
meningkatkan harkat dan martabatmanusia,
Dalam kenyataannya, banyak kelompokradikal yang melakukan aksi-aksikekerasan dengan mengatasnamakanagama.
Isu agama adalah isu yang paling sensitif dan efektif untukmenarik simpati, sekaligus meligitimasi radikalisme sebagai
kewajiban suci membela agama.
Isu agama dapat dikemas sebagai komoditas untuk mencapai tujuan politis
DAMPAK RADIKALISME BAGI INDONESIA
Bangsa indonesia bersifat majemuk (plural),terdiri dari beraneka ragam suku, agama, ras, kebudayaan yang berbeda-beda
Panca Sila(Landasan Ideologi)
UUD 1945(Landasan Konsitusional)
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika
Keberagaman : antara anugerah dan musibah
Berkembangnya faham radikal yang mengusung doktrin agama dikhawatirkanakan menyuburkan benih-benih intoleransi antarkelompok umat beragama.
Semangat saling menghargai perbedaan terancam memudar dan indahnyakeberagaman yang semestinya dipandang sebagai anugerah kini dapatmenjadi musibah.
DAMPAK RADIKALISME BAGI INDONESIA
DAMPAK RADIKALISME BAGI INDONESIA
Radikalisme agama bertujuan untukmelakukan perubahan secara drastis
dengan mengganti ideologi negaradengan ideologi keagamaan sampai
keakar-akarnya.
Kurang menghargai eksistensikelompok yang berbeda.
Mengancam keutuhan NKRIyang bhinneka Tunggal Ika
Perlu formulasi strategiuntuk mengantisipasi dan menanggulangi
radikalisme
ALTERNATIF SOLUSI :MENGEMBANGKAN SEMANGAT MULTIKULTURALISME
MODEL :BALI DALAM REFLEKSI MULTIKULTURALISME
Multikulturalisme
Ideologi yang mengakui dan mengagungkanperbedaan dalam kesederajatan, baik secaraindividual maupun secara kebudayaanlaksana sebuah mozaik.
Konsep multikulturalisme tidaklah dapatdisamakan dengan pluralisme, karenamultikulturalisme menekankankeanekaragaman kebudayaan dalamkesederajatan.
MOZAIK
Kontak perdagangan dengan orang-orangCina sekitar `900 M – 1250 M
Adanya perkampungan orang Cina,seperti di Pabean dan Sangsit (Buleleng),Gumicik (Sukawati), dan Blahbatuh(Gianyar).
Di Desa Batur (Bangli), Pesanggaran(Denpasar), Abiansemal (Badung), tempatibadah umat Khonghucu dibangunberdampingan dengan pura.
Mitologi barong landung yangmengisahkan perkawinan raja JayaPangus dengan seorang putri Cina.
Penggunaan pipis bolong atau uangkepeng sebagai sarana upacara dalampraktik ritual agama Hindu di Bali
Motif hiasan patra cina Lakon cerita Sampik Ing Tai
Fenomena multikultural di Balitelah dimulai sejak zaman tradisi
kecil.
BALI DALAM REFLEKSI MULTIKULTURALISME(TATARAN MIKRO)
Bali-Cina
Bali - Islam
Abad XV, Raja Gelgel memberikan tanahpermukiman bagi utusan Kerajaan Demak(Kampung Islam Gelgel).
1587 Raja Buleleng memberikan wilayahpermukiman di Desa Pegayaman danTegallinggah kepada penduduk muslimBlambangan.
Antara raja Badung dan komunitas Islam diDesa Kepaon dan Serangan terdapat ikatanemosional yang dilatarbelakangi perkawinanantara putri dari keluarga raja Pemecutandengan seorang jejaka muslim.
Kerajaan Badung dan Bulelengmempercayakan orang-orang Islam Bugissebagai pasukan elite kerajaan.
Kerajaan Karangasem mempercayakanorang-orang Islam Sasak (Lombok) sebagaiprajurit kerajaan.
Di Karangasem, kebijakan Raja Karangasem membebaskan sejumlah tanahuntuk permukiman bagi komunitas Islam Sasak.
Anak Agung Gde Ngurah Karangasem yang bertahta di Lombok dikenalsebagai penganut Hindu yang taat, sangat memperhatikan kepentingan umatIslam. Di antaranya merintis pendirian perwakilan jemaah haji di Jeddah gunamempermudah umat muslim Sasak dalam menunaikan ibadah haji.
Bangunan langgar dalam KompleksPura di Desa Bunutin (Bangl)i yangdikenal dengan nama Pura langgaratau Pura Dalem Jawa
Perkampungan umat Kristen di desa yangpenduduknya mayoritas beragama Hindu,seperti di Desa Melaya (Jembrana),Abianbase dan Dalung (Badung).
Dalam bidang pendidikan, sekolah-sekolah bernuansa Kristen banyakdiminati oleh kalangan umat Hindu.
Pementasan kesenian tradisional Balikerap dipentaskan dalam perayaan hariraya umat Kristen seperti Hari Natal danPaskah.
Sejalan perkembangan pariwisatadi Bali, kedatangan kelompok
diaspora kian meningkat
Hubungan antarkelompok etnik &semangat saling menghargai
perbedaan relatif kondusif
Bali-Kristen
BALI DALAM REFLEKSI MULTIKULTURALISMEBALI DALAM REFLEKSI MULTIKULTURALISME(TATARAN MAKRO)(TATARAN MAKRO)
TURIS
KAPITALIS
TERORIS
DIASPORA
Bali sebagai arena perjumpaanberanekaragam kebudayaan
Posisi Bali sebagai destinasi pariwisata internasional ibarat “terminalinternasional” kebudayaan, tempat interaksi antara kebudayaan Bali (tuanrumah) dan beraneka ragam kebudayaan asing.
Sikap toleransi dan menghargai keberagaman budaya disadari sebagaibagian dari pariwisata sebagai industri hospitality .
Refleksi semangat multikulturalismedalam selebrasi yang dilakukan pemain-pemain Bali United.
PENUTUP
Berkembangnya radikalisme di Indonesia menyebakan falsafah Bhinneka TunggalIka yang mengandung makna keberagaman dalam persatuan belakangan inibanyak mendapat tantangan, antara dalam bentuk :(1) Fundamentalisme agama yang cenderung menganggap kelompoknya sebagai
representasi dari kebenaran;(2) Cara pandang terhadap teks (kitab suci) yang bersifat harfiah atau literalistik,
sehingga cenderung mengkafirkan hal-hal yang ada di luar teks;(3) Nasionalisme yang bersifat sentralistik disertai dengan penyeragaman
kebijakan yang dapat mengancam keberagaman; dan(4) Sikap eksklusif atau menutup diri terhadap kelompok lain.
Perlu dikembangkan semangat dan kesadaran untuk saling menghargai perbedaanatau keberagaman dalam persatuan dalam bingkai NKRI
yang Bhinneka Tungal Ika