Makalah Kimia Terapan
DISUSUN OLEH
CUT ILMA ASYURA
(1006103040057)
Kimia 02
DARUSSALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya jualah makalah ilmiah ini dapat kami selesaikan. Demikianlah juga
shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Dalam penulisan makalah ini yang berjudul “PUPUK KOMPOS DAN
PUPUK UREA”. Kami menyadari bahawa dalam penyusunan maupun isi dari
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritikan dan
asaran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan, demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya kami mengharapkan agar makalah ini dapat berguna bagi
kami dan bagi temen-temen lainnya.
Darussalam, 20 februari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan...........................................................................2
1.3 Manfaat penelitian..........................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................4
2.1.Pupuk Kompos ...............................................................................4
2.1.1 Kandungan unsur dalam pupuk kompos ..............................4
2.1.2 Pembuatan kompos dalam skala kecil..................................5
2.1.3 Pembuatan kompos dengan cara krants..............................6
2.1.4 Pembuatan kompos dengan cara indore...............................6
2.1.5 Pembuatan kompos dengan cara Macdonald.......................7
2.1.6 pembuatan kompos dari limbah Biohidrogen .......................7
2.1.7 faktor yang mempengaruhi pengomposan............................9
2.1.8 keuntungan pupuk kompos...................................................12
2.2 .Pupuk Urea .................................................................................14
2.2.1 Jenis-jenis pupuk urea..........................................................14
2.2.2 proses pembuatannya...........................................................17
2.3 . Perbandingan Pupuk Organik dan Anorganik..............................21
BAB III KESIMPULAN........................................................................................23
3.1 . Kesimpulan.............................................................................................23
3.2. Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di
alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Kompos
adalah hasil pelapukan dari berbagai bahan yang berasal dari makhluk
hidup, seperti dedaunan, cabang tanaman,kotoran hewan dan sampah.
Proses pembuatan kompos dapat di percepat dengan bantuan manusia
(Prihmantoro.2007).
Kompos merupakan pupuk organik yang efektif. Pengomposan secara
aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk
dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit.
Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu
sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara
anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan
udara dalam mendegradasi bahan organik.
Proses pengomposan juga bermanfaat untuk mengubah limbah yang
berbahaya seperti: tinja, sampah dan limbah cair menjadi bahna yang
aman dan bermanfaat. Organisme yang bersifat patogen akan mati
karena suhu yang tinggi pada saat pengomposan berlangsung. (Susanto:
2002).
Sedangkan pupuk urea merupakan pupuk anorganik yang berkadar
hara tinggi, Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan
gas alam atau pembakaran batu bara. (Lingga. 2008)
Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristalberwarna putih, dengan rumus
kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air
dansifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu
sebaiknya disimpan di tempat kering dantertutup rapat.
Dalam pembuatan kompos ini dapat dikemukakan cara-cara Krantz,
Indore, dan Macdonald. Cara Krantz yaitu dengan menggunakan bahan-
bahan mentah (serasah, sampah organic, dll) ditumpuk sampai setinggi
50 cm atau lebih. Kemudian diberi pupuk kandang sebagai aktifator,
setelah beberapa hari temperature mencapai 50oC-60oC, temperatur ini
bisa mematikan kuman-kuman serta biji-biji tanaman pengganggu.
Tumpukan diinjak-injak sehingga keadaan menjadi anaerob, selanjutnya
ditambahkan bahan-bahan mentah sehingga tumpukan mencapai sekitar
80 cm, demikian seterusnya perlakuan penamabahan dilakukan sampai
tumpukan menjadi tinggi sekitar 1,5 m. kemudian tumpukan harus ditutup
dengan lapisan tanah bagian atasnya, perlakuan demikian untuk
mencegah kehilangan N lebih lanjut dan juga melindungi kompos dari
pengaruh teriknya sinar matahari. Setelah 3 bulan biasanya kompos
telah matang dan dapat dipergunakan (Sutejo, 2002)
1.2. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1. mengetahui proses pembuatan pupuk kompos dan pupuk urea
2. mengetahui unsu-unsur yang terdapat pada kedua pupuk
3. membandingkan kelemahan dan kekurangan antara pupuk kompos
dan pupuk urea
1.3. manfaat penulisan
Manfaat penulisan makalah ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai
berikut:
1. menjadi bahan masukan berbagai pihak dalam menganalisis
kandungan yang terdapat dalam pupuk kompos dan pupuk urea
2. menjadi sumber acuan bagi masyarakat atau siapapun yang hendak
mempraktikkan pembuatan kedua pupuk tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pupuk Kompos
Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-
bahan organik seperti tanaman, hewan atau limbah organik lainnya.
Kompos yang digunakan sebagai pupuk di sebut pula pupuk organik
karena penyususnannya terdiri dari bahan-bahan organik. (Indriani.
2007)
Pupuk kompos di buat dari sampah organik, antara lain daun-daunan,
jerami dan kotoran hewan. Ciri pupuk kompos yang baik yakni: berwarna
coklat kehitaman, tiak mengeras dan tidak berbau. (subarnas. 2006).
Kompos di buat dari bahan rganik yang berasal dari bermacam-macam
sumber. Dengan demikian kompos merupakan seumber bahasn organik
dan nutrisi tanaman.(susanto. 2002).
2.1.1 Kandungan Unsur Dalam Pupuk Kompos
Kandungan zat hara dalam kompos sangat bervariasi
terkantung dari bahan yang di komposisikan, cara pengomposan
dan cara penyimpanannya. Namun secara umum, berdasarkan
penelitian seorang ahli di bogor, kandungan zat hara dalam
kompos dapat dilihat sebagai berikut. (Prihmantoro. 2007)
Komponen Kadar %CairanBahan keringKarbonNitrogenFosfor (P2O3)Kalium (K2O)C/N
41.0059.008.200.090.360.8123.00
kandungan pupuk kompos adalah bahan organik yang mencapai
18 % bahkan ada yang mencapai 59 %. Unsur lain yang
dikandung oleh kompos adalah nitrogen, fosfor, kalsium, kalium
dan magnesium.
Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulose 15%-
60%, hemiselulose 10-30, lignin 5-30%, protein 5-40%, bahan
material(abu) 3-5%, di samping itu terdapat bahan larut air panas
dan dingin (gula, pati, asam amino, urea, garam amonium)
sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol, minyak
ndan lilin. Komponen organik ini mengalami dekomposisi di bawah
kondisi mesofilik dan termofilik. (Susanto. 2002)
2.1.2 Pembuatan Kompos Skala Kecil
Untuk pembuatan pupuk kompos dapat menggunakan
bahan sampah rumah tangga (sampah dapur dan sisa
makanan), daun-daun dari kebun, kertas/ karton, kotoran
ternak dan abu.
Pembuatan pupuk kompos skala kecil untuk rumah
tangga dapat menggunkan cara:
1. Membuat dua buah lubang/ bak dalam tanah dengan
ukuran 100 x 1000 cm, kedalaman lubangnya 60 cm
2. sampah yang diolsh jadi kompos sebaikknya di potong
kecil-kecil, kemudian baru di masukkan kedalam lubang
3. untuk mempercepat proses pembuatan pupuk, sampah di
campur dengan kotoran ternak.
Jika lubang pertama sudah penuhterisi bahan sampah maka
diaduk dan disiram air agar basah, karena proses penguraian
sampah oleh bakteri memerlukan suasana lembab, kemudian
di tutup dan di biarkan selama 45 hari sampai bahan sampah
hancur menjadi pupuk kompos, sementara itu lubang kedua
mulai diisi sampah, demikian kedua lubang di gunakan
bergantian. Dengan menggunakan lubang sampah di dalam
tanah, maka proses pengolahan sampah menjadi pupuk
kompos akan lebih cepat, dan tidak menimbulkan banyak
gangguan bau-busuk di sekitarnya.(gunawan. 2003)
2.1.3 Pembuatan Kompos Dengan Cara Krantz
Dengan menggunkan bahan-bahan mentah (serasah,
sampah organik, dll) di tumpuk sampai setinggi 50 cm atau
lebih. Kemudian di beri pupuk kandang sebagai aktifator,
setelah beberapa hari temperatur mencapai 50-60 °C,
temperatur ini bisa mematikan kuman-kuman serta biji-biji
tanaman pengganggu. Tumpukkan diinjak-injak sehingga
keadaan menjadi anaerob, selanjutnya di tambahkan bahan-
bahan mentah sehingga tumpukan mencapai sekitar 80 cm,
demikian seterusnya perlakuan penampahan di lakukukan
sampai tumpukan menjadi tinggi 1,5 m. Kemudian tumpukan
harus di tutup dengan lapisan tanah bagian atasnya, perlakuan
demikian untuk mencegah kehilangan N lebih lanjut dan juga
melindungi kompos dari pengaruh teriknya sinar matahari.
Setelah 3 bulan biasanya kompos telah matang dan dapat di
gunakan (Sutejo, 2002)
2.1.4 Pembuatan Kompos Dengan Cara Indore
Menggunakan bahan-bahan mentah (serasah, sampah,
bahan organik, dll) ditumpuk berlapis-lapis setinggi ± 60 cm
dengan ukuran panjang, Lebar 2,5 x 2,5 cm. Setiap lapis
tingginya sekitar 15 cm, jadi bagi ketinggian 60 cm harus dibuat
4 lapis. Diantara lapisan-lapisan diberikan pupuk kandang
sebagai lapis yang tipis, atau disiram dengan cairan pupuk
kandang. Lakukan perlakuan pembalikan, lapisan-lapisan
kompos itu secara teratur, yaitu pada hari ke15, 30 dan 60.
Pembalikan ini dimaksud untuk meratakan penguraian. Pada
pembalikan ini lapisan 1 dan ke 4 disatukan dan jua lapisan ke
2 dan ke 3 disatukan dan tumpukan ke 1 diletakkan dibawah
dan tumpukan ke 2 diatasnya setelah umur kompos 60 hari
kedua tumpukan disatukan dan dilakukan pembalikan secara
merata. Agar kompos tetap dalam keadaan anaerob perlu
ditempatkan dibawah atap agar tidak terkena air hujan (Sutejo,
2002).
2.1.5. Pembuatan Kompos Dengan Cara Macdonald
Menggunakan bahan-bahan mentah, (batang-batang
kecil dan daun-daunan, serasah atau sampah tanaman)
dimasukkan kedalam tempat tumpukan bahan-bahan mentah
dan mencapai tinggi sekitar 1 m, setiap 20 cm tinggi tumpukan
diberi aktifator misalnya pupuk kandang atau sayuran yang
telah busuk untuk pengembangan bakteri. Didalam tumpukan
itu akan menimbulkan panas, dalam keadaan panas biji-biji
tanaman dan larva hama tanaman dapt terbunuh. Pada waktu
kering segera siramkan cairan pupuk kandang secukupnya dan
kemudian tutup kembali. Setelah 2 sampai 3 bulan kompos
dapat digunakan (Sutejo, 2002)
Suriawiria (2003) menyatakan bahwa adapun kunci
membuat kompos yang bagus meliputi: rasio karbon/nitrogen,
adanya bahan mikroorganisme, tingkat kelembapan, tingkat
oksigen dan ukuran partikel
2.1.6 Pembuatan Pupuk Kompos Dari Limbah Biohidrogen
pembuatan pupuk kompos dari limbah biohidrogen (kulit
pisang) dilakukan dengan membuat variasi rasio antara limbah
biohidrogen dan kotoran sapi dengan perbandingan 100:0;
80:20; 60:40; 40:60; 20:80 kemudian ditempatkan pada alat
pengomposan. Dipelajari variabel yang berpengaruh pada
proses pengomposan, yaitu suhu, pH dan kadar air. Uji akhir
yang dianalisis adalah kandungan unsur hara untuk
menentukan kulaitas pupuk kompos.Dari penilitiandiperoleh
kandungan BOD, COD, TSS pada limbah biohidrogen (kulit
pisang) masih sangat tinggi belum dapat dibuang langsung
kelingkungandibutuhkan proses lebih lanjut dengan
menjadikannya pupuk kompos. Analisis pH selama proses
pengomposan menujukkan hasil rata-rata optimal yaitu pH
berkisaran antara 6-8 sesuai SNI 19-7030-2004 pH yang
diizinkan antara 6,8-7,49 dan analisis suhuproses
pengomposan masih berada pada fase mesofilik dengan suhu
berkisaran 27-30 oC, masih dibutuhkan waktu yang cukup untuk
berada pada fase termofilik utuk mendapatkan pupuk kompos
yang matang. C/N rasio pupuk kompos yang memenuhi syarat
SNI 19-7030-2004 adalah ratio 80 : 20; 40 :60; dan 20 : 80
dengan nilai C/N rasionya 17,012, 18,121, dan 17,076. Kadar
N,P,K pupuk kompos dari llimbah biohidrogen (kulit pisang)
belum memenuhi syarat SNI 19-7030-2004 minimal N,P,K yag
diperoleh 0,4%, 0,1%, dan 0,2%.
2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan
Setiap organisme pendegradasi bahan organik
membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-
beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut
akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik
Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka
organisme tersebut akan dorman,
Faktor-faktor yangmempengaruhiproses pengomposan
antara lain:
1. Rasio C/Nyang efektif untuk proses pengomposan
berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah
senyawa C sebagai sumber energi dan
menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio
C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup
C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila
rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N
untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan
lambat.Umumnya, masalah utama pengomposan
adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika
bahan utamanya adalah bahan yang mengandung
kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting,
ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N
diperlukan perlakuan khusus, misalnya
menambahkan mikroorganisme selulotik
(Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan
kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung
banyak senyawa nitrogen.
2. Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada di antara
permukaan area dan udara. Permukaan area yang
lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba
dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan
lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan
besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk
meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
3. Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam
kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara
alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu
yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara
yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan
kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan
kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi
terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang
akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi
dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan
atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
4. Porositas Porositas adalah ruang di antara partikel
di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung
dengan mengukur volume rongga dibagi dengan
volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air
dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk
proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh
air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan
proses pengomposan juga akan terganggu.
5. Kelembapan (Moisture content) Kelembapan
memegang peranan yang sangat penting dalam
proses metabolisme mikroba dan secara tidak
langsung berpengaruh pada suplay oksigen.
Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik
apabila bahan organik tersebut larut di dalam air.
Kelembapan 40 - 60 % adalah kisaran optimum
untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di
bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami
penurunan dan akan lebih rendah lagi pada
kelembapan 15%. Apabila kelembapan lebih besar
dari 60%, hara akan tercuci, volume udara
berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun
dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang
menimbulkan bau tidak sedap.
6. Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas
mikroba. Ada hubungan langsung antara
peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen.
Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak
konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula
proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi
dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur
yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan
aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih
tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba
dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap
bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan
membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan
benih-benih gulma.
7. pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran
pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses
pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH
kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga
7.4. Proses pengomposan sendiri akan
menyebabkan perubahan pada bahan organik dan
pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses
pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan
menyebabkan penurunan pH (pengasaman),
sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa
yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH
pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang
sudah matang biasanya mendekati netral.
8. Kandungan Hara Kandungan P dan K juga penting
dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di
dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini
akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses
pengomposan
9. Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan
organik mungkin mengandung bahan-bahan yang
berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam
berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa
bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam
berat akan mengalami imobilisasi selama proses
pengomposan.
10.Lama pengomposan Lama waktu pengomposan
tergantung pada karakteristik bahan yang
dikomposkan, metode pengomposan yang
dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan
aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan
akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu
sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.
2.1.8 Keuntungan pupuk kompos
Pupuk kompos memiliki keunggulan-keunggulan sebagai
berikut:
1. Memperbaiki struktur tanah. Lahan pertanian atau
media tanam pada pot yang sudah terlalu lama di
pupuk dengan pupuk kimia, terutama urea (pupuk
dengan kandungan N tinggi) akan menjadi keras, liat
dan asam. Pupuk kompos yang remah dan gembur
akan memperbaiki pH dan strukturnya.
2. Memiliki kandungan unsur mikro dan makro yang di
dalam kompos sedikit, tetapi kelengkapannya sangat
di perlukan tanaman. Tanaman yang kekuranagn
salah satu unsur mikro atau makro akan
terhambatpertumbuhannya, bahkan dapat
menyebabkan tanaman tidak bisa menyerap unsur
hara yang di perlukan.
3. Ramah lingkungan. Sesuai slogan “go organik 2010”,
pemakaian kompos dalam pertanian ataupun hobi
bercocok tanam yang ramah lingkungan, di
bandingkan dengan pemakaian pupuk kimia, akan
menjaga kelestarian lingkungan.
4. Murah dan mudah didapat, bahkan dapat di buat
sendiri
5. Mampu menyerap dan menampung air lebih lama di
bandingkan pupuk kimia
6. Membantumeningkatkan jumlah mikroorganisme
pada media tanam, sehingga dapat meningkatkan
unsur hara tanaman.
Kompos sangat baik di gunakan sebagai pupuk padat
tanah-tanah yang berstuktur keras untuk memperbaikki
strukturnya. Biasanya penggunaan kompos diimbangi dengan
pemberian pupuk kandang. Hal ini akan membantu
meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah.
(Djuarnani. 2005)
2.2. PUPUK UREA
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N)
berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat
diperlukan tanaman. Unsur N nya sebesar 46 %. Itu artinya dalam 100 kg
pupuk urea ada 46 kg hara N (linga.2008).
Pupuk ini mudah larut dalam air dan bersifat higroskopis (mudah
menghisap air). Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih,
dengan rumus kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut
dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena
itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup.
Urea termasuk pupuk nitrogen yang dulu banyak diimpor. Namun, kini
urea sudah di ekspor karena banyak di buat di dalam negeri. Urea di buat
dari gas amoniak dan gas asam arang. (linga. 2008).
2.2.1 Jenis-Jenis Pupuk Urea
1. Urea prill
Urea prill merupakan jenis urea yang telah di kenal
selama ini. Butirannya kecil hingga halus dan berwarna
putih. Sifat-sifat kimianya termasuk pupuk yang
higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembapan
73%, pupuk ini sudah mampu menarik uap air di udara.
Oleh karna itu, urea mudah larut dalam air dan mudah di
serap oleh tanaman. Kalu di berikan ke tanahm pupuk ini
akan mudah berubah menajadi amoniak dan
karbondioksida. Padahal kedua zat ini berupa gas yang
mudah menguap. Sifat lainnya ialah mudah tercuci oleh
air dan mudah terbakar oleh sinar matahari. Urea dapat
membuat tanaman hangus, terutama yang memiliki daun
yang amat pekat. Adapun keuntungan dalam penggunaan
urea prill ini antra lain sebagai berikut: (linga. 2008)
a. Urea prill sudah di kenal luas di kalangan petani
dengan tingkat kepercayaan tinggi sehingga di
jadikan prioritas utama dalam pemupukan
b. Urea prill mudah di peroleh di berbagai tempat
c. Harganya cukup murah sehingga terjangkau oleh
daya beli petani
d. Urea prill dapat di beli atau di temukan dalam
berbagai ukuran kemasan sesuai kebutuhan
e. Penggunaannya mudah, bisa di sebar langsung
atau di larutkan terlebih dahulu
f. Kandungan hara nitrogennya cukup tinggi 46%
g. Urea prill dapat di manfaatkan untuk penggunaan
lain selain pemupukan tanaman, yaitu
pemupukan tambak, campuran ransum ternak,
campuran pembuatan lem pada industrikayu,
serta campuran bahan pengolahan kain pada
industri sandang.
Di samping kelebihan yang di sandang urea prill,
terdapat juga kekurangan atau kelemahan. Kelemahan
ini umumnya belum banyak di ketahui atau disadari oleh
petani. Akibatnya, mereka pun tidak tahu kalu
sebenarnya mereka sudah mengalami kerugian secara
ekonomis. Adapun kelamahan urea prill sebagai berikut
a. Oleh karena sifatnya mudah menyerap air dari
udara maka pupuk ini mudah basah tau hancur
b. Bila sudah berubah menjadi basah (mencair)
berarti kandungan nitrogennya sudah terlepas
maka pupuk dapat di katakan sudah rusak
c. Urea prill memiliki butiran yang cukup kecil yang
berarti mempunyai bidang permukaan yang luas,
akan lebih cepat mengalami pelarutan,
penguapan, dan pencucian unsur N di
bandingkan jenis lain
d. Urea prill mudah menguap, larut, dan tercuci
sehingga hanya 30-50% saja yang termanfaatkan
oleh tanaman.
2. Urea nonprill
Urea non prill tediri dari beberapa jenis,
diantranya ialah urea ball fertilizer, urea super granule,
urea briket, dan ura tablet.(Linga. 2008)
a. Urea ball fertilier. Urea ini merupakan pupukurea
yang berbentuk bola-bola kecil dengan respons
tinggi. Unsur Nnya terlepas secara lambat dan
dapat diikat kuat oleh partikel tanah yang pada
saatnya nanti akan di serap akar tanaman.
b. Urea super granule (USG). Urea ini merupakan
pupuk ysng mirip urea prill, hanya saja ukuran
butirannya lebih besar. Proses pembuatan urea
ini masih terlalu mahal atau tidak komersial
sehingga tidak terlalu di pasarkan
c. Urea briket. Urea ini merupakan proses lanjutan
dari urea prill yang di padatkan dan merupakan
penyempurnaan dari pupuk USG.
d. Urea tablet. Urea ini merupakan prill yang sudah
melalu proses pengempaan bertekanan tinggi
sehingga menjadi bentuk tablet. Di bandingkan
dengan urea prill urea tablet mempunyai banyak
keunggulan, diantaranya sebagai berikut:
1. Penggunaannya 2-3 kali lebih efisien
2. Produksi padi meningkat 20,87%
sehingga dapat meningkatkan
pendapatan petani
3. Bila mengaplikasikan pupuk sudah
benar-benar di kuasai, akan terjadi
efesiensi tenaga maupun biaya
pemupukan
4. Tumbuhan gulma bisa berkurang
karena penempatannya di bawah
permukaan tanah dan tidak cepat
terut=rai sehingga tidak terserap oleh
gulma
5. Pencemaran mikro akibat penggunaan
pupuk urea prill dapat di tekan atau di
kurungi bila menggunkan urea tablet.
2.2.2 Proses Pembuatan
Bahan baku dalam pembuatan urea adalah gas
CO2 dan NH3 cair yang dipasok dari Pabrik Amoniak.
Proses pembuatan urea di bagi menjadi 6 Unit (diktat
kimia industri)
1. Sintesa unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari
pabrik Urea, untuk mensintesa dengan
mereaksikan NH3 cair dan gas CO2 didalam Urea
Reactor dan kedalam reaktor ini dimasukkan juga
larutan Recycle karbamat yang berasal dari
bagian Recovery. Tekanan operasi proses sintesa
adalah 175 Kg/cm2. Hasil Sintesa Urea dikirim ke
bagian Purifikasi untuk dipisahkan Ammonium
Karbamat dan kelebihan amonianya setelah
dilakukan Stripping oleh CO2.
2. Purifikasi Unit
Amonium Karbamat yang tidak terkonversi
dan kelebihan amonia di Unit Sintesa diuraikan
dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan
dan pemanasan dengan 2 langkah penurunan
tekanan, yaitu pada 17 Kg/cm2 dan 22,2 Kg/cm2.
Hasil penguraian berupa gas CO2 dan NH3
dikirim kebagian recovery, sedangkan larutan
urea dikirim ke bagian Kristaliser.
3. Kristaliser Unit
Larutan Urea dari unit Purifikasi
dikristalkan di bagian ini secara vakum, kemudian
kristal urea dipisahkan di pemutar sentrifugal.
Panas yang diperlukan untuk menguapkan air
diambil dari panas sensibel larutan urea, maupun
panas kristalisasi urea dan panas yang diambil
dari sirkulasi urea slurry ke HP Absorber dari
Recovery
4. Prilling Unit.
Kristal urea keluaran pemutar sentrifugal
dikeringkan sampai menjadi 99,8 % berat dengan
udara panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas
prilling tower untuk dilelehkan dan didistribusikan
merata ke distributor, dan dari distributor
dijatuhkan kebawah sambil didinginkan oleh
udara dari bawah dan menghasilkan produk urea
butiran (prill). Produk urea dikirim ke Bulk Storage
dengan Belt Conveyor.
5. Recovery Unit.
Gas Ammonia dan Gas CO2 yang
dipisahkan dibagian Purifikasi diambil kembali
dengan 2 langkah absorbsi dengan menggunakan
Mother Liquor sebagai absorben, kemudian
direcycle kembali ke bagian Sintesa.
6. Proses Kondensat Treatment
Unit Uap air yang menguap dan
terpisahkan dibagian kristalliser didinginkan dan
dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3 dan
CO2 ikut kondensat kemudian diolah dan
dipisahkan di Stripper dan Hydroliser. Gas CO2
dan gas NH3 dikirim kembali ke bagian purifikasi
untuk direcover. Sedang air kondensatnya dikirim
ke utilitas.
Sintesa urea dapat berlangsung dengan bantuan
tekanan tinggi. Sintesa ini dilaksanakan untuk pertama
kalinya oleh BASF pada tahun 1941 dengan bahan baku
karbon dioksida (CO2) dan amoniak (NH3). Sintesa urea
berlangsung dalam dua bagian. Selama bagian reaksi
pertama berlangsung, dari amoniak dan karbon dioksida
akan terbentuk amonium karbamat. Reaksi ini bersifat
eksoterm.
Kedua bagian reaksi berlangsung dalam fase cair pada
interval temperatur mulai 170-190°C dan pada tekanan
130 sampai 200 bar. Reaksi keseluruhan adalah
eksoterm. Panas reaksi diambil dalam sistem dengan
jalan pembuatan uap air. Bagian reaksi kedua merupakan
langkah yang menentukan kecepatan reaksi dikarenakan
reaksi ini berlangsung lebih lambat dari pada reaksi
bagian pertama.
2.3. Perbandingan Pupuk Organik Dengan Pupuk Kimia
Kesuburan dan kegemburan tanah akan terjaga jika kita selalu
menambahkan bahan organic, salah satunya kompos. Pemakaian
kompos sangat dianjurkan karena dapat memperbaiki
produktivitas tanah, baik secara fisik, kimia, maupun biologi tanah.
Secara fisik, kompos bisa menggemburkan tanah; memperbaiki
aerasi dan drainase; meningkatkan pengikatan antar-partikel dan
kapasitas mengikat air sehingga dapat mencegah erosi dan
longsor; mengurangi tercucinya nitrogen terlarut; serta
memperbaiki daya olah tanah.
Berikut merupakan perbedaan antara pupuk organik dan
anorganik
Pupuk Organik:
1. Mengandung unsure hara makro dan mikro lengkap, tetapi
jumlahnya sedikit.
2. Dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi
gembur.
3. Memiliki daya simpan air (water holding capacity) yang tinggi.
4. Beberapa tanaman yang di pupuk dengan pupuk organic lebih
tahan terhadap penyakit/hama.
5. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang
menguntungkan.
6. Memiliki residual effect yang positif. Artinya pengaruh positif
dari pupuk organic terhadap tanaman yang ditanam pada
musim berikutnya masih ada sehingga pertumbuhan dan
produktivitasnya masih bagus.
Pupuk Anorganik:
1. Hanya mengandung satu atau beberapa unsure hara, tetapi
dalam jumlah banyak.
2. Tidak dapat memperbaiki struktur tanah, justru penggunaannya
dalam jangka waktu panjang menyebabkan tanah menjadi
keras.
3. Sering membuat tanaman rentan terhadap penyakit/hama.
4. Pupuk anorganik mudah menguap dan tercuci. Karena itu,
pengaplikasian yang tidak tepat akan sia-sia karena unsure
hara yang ada hilang akibat menguap atau tercuci oleh air.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-
bahan organik seperti tanaman, hewan atau limbah organik lainnya.
kandungan pupuk kompos adalah bahan organik yang mencapai 18 %
bahkan ada yang mencapai 59 %. Unsur lain yang dikandung oleh kompos
adalah nitrogen, fosfor, kalsium, kalium dan magnesium. Faktor yang
mempengaruhi pengomposan yaitu rasio C/N, ukuran partikel, aerasi,
porositas, kelembapan, suhu, pH, kandungan hara, kandungan zat
berbahaya dan lamanya pengomposan.
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N)
berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan
tanaman. Unsur N nya sebesar 46 %. Itu artinya dalam 100 kg pupuk urea
ada 46 kg hara N. Berdasarkan strukturnya pupuk anorganik ini di bedakan
menjadi 2 yaitu: Urea prill dan Urea nonprill
Berdasarkan perbandingan keunggulan pupuk organik dan pupuk
anorganik, dapat di katakan bahwa pupuk organik lebih baik dari pada pupuk
anorganik (kimia) karena ramah lingkungan, mudah dibuat serta murah.
3.2. Saran
Dengan adanya makalah Pupuk Kompos dan Pupuk Urea ini,
diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kandungan unsur hara
apa saja yang terdapat dalam pupuk dan proses pembuatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Djuarnani, nan. 2005. Cara Praktis Membuat Kompos. Jakarta: AgroMedia
Gunawan, rudy. 2003. Pengantar Ilmu Bangunan. Yogyakarta: Kanisius
http://digilib.umi.ac.id/berita-144-pembuatan-kompos-dari-limbah-
biohidrogen-kulit-pisang.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196802161994022-
SOJA_SITI_FATIMAH/Kimia_industri/INDUSTRI_PUPUK.pdf
Indriana, yovita. 2007. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Lingga, pinus. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar
Swadaya
Od.wikipedia.org/wiki/kompos
Prihmantoro, heru. 2007. Memupuk Tanaman Buah. Jakarta: Penebar
Swadaya
Subarnas, nandang. 2007. Terampil Berkreaksi. Jakarta: Grafindo Media
Pratama
Suriawiria, unus. 2003. Tanaman Bernilai Magis, Buku Petunjuk. Jakarta:
Papas Sinar s
Susanto, rahcman. 2002. Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius
Sutedjo, mul mulyani. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka cipta
Toharisman, A. 1991. Potensi Dan Pemanfaatan Limbah Industri Gula
Sebagai Sumber Bahan Organik Tanah