Download - PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN II
rsBN 978 - 6A2 - 294 - 215 - 3
PROSIDINGSEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA II
PENGEMBANGAN PENGETAHUAN SASTRA DAN BUDAYASEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGETAIIUAN
I}AIY APRBSIASI TERIIAI}AP KERAGAMAN BUDAYA BAIq{GSA
DENPASAR, 26 - 27 lil,flIE,l2017
FAKULTAS IL1UU BUPAYAUNIYERSITAS UDAfi&NA
PROSII}INCSEMINAR NASIONAT SAST,&& BUDAYA II
TAKIILTAS ILMU.STI$S&{ .T'I{-ffENSI?AS UI}AYAFTA
26 -21MEI2017Jalan Pulau Ni*s No. 13 S*nglah Delpacrr ',;,;
Udnyara U*iversity Prcsr
ISBN 1?8-LBt-atq-e1,5-3
,fi|llfiJillllll|ffilliltl I|
FENOMENA SOSIAL DALAM CERPEN "PROTES" KARYA PUTL-WIJAYAI Ketut Sudewa
HARMONIS TRAGIS STRUKTUR HANCUR: PENDIDIKAN KARAI\I5DALAM BUNGUT LANTANG NGUTAHANG KACANG KARYAMADE SANGGRAI Made Suarsa
MAHABHARATA DALAM TRADISI DAN PENCIPTAAN SASTR{BALII Made Suastika
PERKAWINAN GANDARWA DALAM PERSPEKTIF MASA KIM(REFLEKSI PERKAWINAN DUSMANTA-SAKUNTALA DALAMMAHABHARATA) ...........I Nyoman Duana Sutika
NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM SASTRA PARIBASABALII Nyoman Suarka
MAKNA PENDIDIKAN MORAL DALAM KIDUNGEPISODE PERSAHABATAN SI LUTIING DENGANI Nyoman Sukartha
NACA WINAS{SI KEKER
sEltl
PRAKTIK-PRAKTIK KULTURAL KEBUDAYAAN BALI DI KELLA$&ISUMERTA DENPASAR TIMUR 2002-2017 .
I Nyoman Wijaya, Anak Agung Ayu Rai Wahyuni, dan Fransiska Deui SmrSunaryo
PENGARCAAN PRATIMA DEWA DEWA HINDU DI BALI:KESINAMBTINGAN TRADISI PENGARCAAN JAMAN INDONESL{ .
HINDUI Wayan Redig
MERAruT KEBHINEKAAN DALAM BINGKAI NEGARA KESATL'.REPUBLIK INDONES IA (NKRI) BERDASARKAN BUKTI-BUKTIARKEOLOGI..............I Wayan Srijaya
lv
Slrtue dan BudaYa II!ilci 2017
KULTURAL KEBUDAYAAII BALIDI KELURAIIAN SUMERTA
DENPASAR TIMUR2002-2017.
INyomanWrjaYa
Anak Agung AYu Rai WahYuni
Fransiska Dewi Setiowati SunarYo
[rE!@ Surdi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana
iwij [email protected]
Abstrak
Snrdi ini mengambil topik riset konstruktivisme budaya dengan
deri penekanan pada praktik-praktik kultural kebudayaan Bali di
f,cfurhan Sumerta di Denpasar Timur tahun 2002-2017. Persoalan
p akan dibahas dalam penelitian ini adalah langkah-langkah yang
,rn r,rtan oleh pemerintahan Keluruhan Sumerta memanfaatkan
ermsi budayanya dalam mengelola para migran muslim di wilayah
LJ.rr-*r^r,.ya. Apakah langkah-langkah tersebut merupakan sebuah
palfi} multikulturalisme atau hanya sebuah bentuk praktik kuasa
dftsiptin. oleh karenanya studi ini difokuskan pada pengalaman hidup
pera migran muslim di kelurahan ini yang begabung dalam Paguyuban
L-"t Muslim Akasia (PUMA). Dari dua kemungkinan itu, praktik-
Fakhk kultural kebudayaan Bali yang terkait dengan PUMA lebih
mengarah pada praktik kuasa disiplin daripada multikulturalisme,
rhingga tidak menghasilkan sebuah bentuk masyarakat multikultural,
malainkan masyarakat yang patuh dan berguna pada aturan-aturan
langberlaku di Keluruhan Sumerta'
Kata kunci: migran, muslim, kuasa'disiplin, masyarakat
multilatltural, masyarakat plural
PENDAHULUAN
Paguyuban Umat Muslim Akasia (PUMA) merupakan sebuah komunitas
migan asal Jawa yang tinggal di Jalan Akasia Keluruhan Sumerta, Kecamatan
.Makalah yang dibawakan dalam Seminar Nasional Sastra dan Budaya II yang diselenggrakan
oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana tanggal2' dat26Mei 2017 .
ISBN 978-602-294-215-3 269
Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya IIDenpasar, 26'27 Mei 2017
DenpasarTimur'KomunitasiniberdiripadabulanJunitahun2008.pembentukannya dilakukan oleh tokoh-tokoh yang berpendapatbahwa ada banyak
migranmuslim,namrrnbelummemilikisuatuwadahyangbisamenampung
aspirasi, tempat mengadu' dan berkeluh kesah'l
KelahirannyabermuladariketidaksengajaanketikaSeofangmigran
bernama Samali mengundan g parawarga muslim yang tinggal di Jalan Akasia
untukmengadakanpengajian.Seusaipengajian,paratokohwalgadudukbersantai
bersamasambilmembicarakanprihalsemakinbanyaknyamigranmuslimyang
datangdantinggaldiwilayahKecamatanSumerta.Salahseorangdarinya,Waluyo
lalumengajakparawargaAkasiamembentuksuatuwadahataupaguyubanumat
muslim'AjakaninilangsungditerimapesertapengajiandanWaluyoditunjuk
sebagaiketusnya.Waluyosetuju,makaterbentuklahpeguyubanini.Anggotanya
lebihdari54kepalakeluarga,sebagianbesardarinyaberasaldariJemberdan
daerah-daerah lainnya di Jawa Timur'2
Selainkegiatanpengajian,PUMAjugamelaksanakantaraweh,halal.bihalal
yangbiasadilalqrkandiBedugulsesuaikondisi.Apabilakegiatanituberlangsung
disekretariatpuMA,makaparaaparat,pengurusbanjartermasuksesepuft'pemuka
masyarakatdanLurahSumertadiundangsebagaitamukehormatan.Padasaat
perayaanldulFitri,Lurahsumertadiberikanundangankhususuntuk
menyampaikansambutandaninformasi-informasiyangperluditeruskankepada
anggotaPUMA.SelainsaatldulFitri,dilangsungkanpulaperayaanMaulidNabi,
IsraMiraj.Selamaberlangsungnyakegiatankeagamaanitu,PUMAselaluberbekal
persetujuandarikepalalingkungansetempat,kelianbanjar.Sekalipundemikian,
demimenjagakeamanan,makasetiapmelakukankegiatankeagamaan,PUMA
lHasilwawancaraNyomanokaPrihastaPutradenganWaluyo,selakuketuaumumPUMApada
;;;;i';d il;;;r 2017, bertempat di Akasia v no'2 Denpasar rimut'
2 Hasil wawancara puru Dyah pradnya Paramitha i"::3y:t:::-t"tl*f,ffi.'-"*';|frffiJffi oo"rff*"-ia, tanggal 18 Maret 2or't di Seketariat PUMA.
270rsBN g78 - 602 - 294 - 2t5 - 3
ProsidingSeminar Nasional Sastra dan Budaya IIDenpasar, 26'27 Mei 2017
selalu harus mendapatkan izn dari pemerintah kecamatan dan melibatkan
Pecalang, BABINSA.3
Selama 9 tahun berdiri belum pernah ada gejolak-gejolak yang serius
antarmigran dan warga lokal atau bahkan nyaris tidak ada kejadian-kejadian yang
menyimpang dari awig-awig, tata-tertib PUMA, sebab sekecil apapun bentuk
penyimpangan itu akan diluruskan dan ditangani oleh pengurusnya. a Interaksi
mereka dengan warga lokal dan pejabat pemerintah di Kelurahan sumerta
berlangsung dengan baik. Pemerintah Kelurahan Sumerta melaksanakan fungsinya
sebagai pengayom semua umat beragama dengan baik's
Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian
Latar belakang tersebut di atas memperlihatkan adanya suatu persoalan
menarik yang perlu dikaji dalam studi ini, yakni sekelompok migran muslim asal
Jawa dengan jumlah anggota relatif banyak bisa bertahan hidup di tengah-tengah
kelompok mayoritas Hindu, tanpa menimbulkan konflik horisontal' Mengapa
sekalipun berada dalam posisi sebagai kelompok minoritas, mereka masih bisa
bertahan tinggal di wilayah Kelurahan Sumerta. Tentunya ada korelasi sebab akibat
antara eksistensi komunitas ini dengan praktik-praktik kultural kebudayaan Bali di
Kelurahan Sumerta dalam mengelola para migran di daerahnya' Akan tetapi belum
jelas secara keilmuan, fenomena apakah yang terjadi di Kecamatan Sumerta'
Pada umumnya, studi-studi terdahulu mengenai eksistensi kelompok
minorotas di Bali selalu disebut sebagai seuah praktik masyarakat multikultural'5
hil wawancara Nyoman Oka Prihasta Putra dengan Waluyo, selaku ketua umum PUMA pada
n!-rl l8 Maret 2017, bertempat di Akasia v no'2 Denpasar Timur'
&l wawancara Nyoman Oka Prihasta Putra, sama dengan di atas.
!N rawancara putu Dyah Pradnya Paramitha dengan I Made Tirana selaku Kepala Kelurahan
l r, tanggal 9 Maret 2ol7 diKantor Kelurahan Sumerta'
fim@pa penelitian terdahulu yang secara optimis menyebut masyarakat Bali adalah masyarakat
t-tlElE-al antara lain dapat dilihat pada I G Pitana, "Memperjuangkan Otonomi Daerah:
9?8- 602-294-215-3 271
Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya IIDenPasar, 26-27 Mei 2017
Akantetapiadanyasejumlahkepatrrhanyangditampilkanolehkomunitasinidalam
kehidupanbermasyarakat,menunjull<anyangterjadibukanlahsebuahpraktik
masyarakat multikultural melainkan relasi kuasa' 7
Adasejumlahkondisiyangmenunjut&anpraktikhubunganantataanggota
PUMAdanmasyarakatlokaltidaklebihdarisebuahpraktikkehidupanyang
umumnyaterjadidalammasyarakatplural,bukanmasyarakatmuttikultural'
DenganmengutipLubis(2006),Syaifuddin(2006),Fay(1996),Furnivall(1948),
dan Burhanuddin (2003), Nengah Bawa Atmadja menggambarkan perbedaan
attaramasyarakat plural dan multikultural'8
MencegahSandyakalaningPariwisataRali,,,.dalamlNyomanDarmaPutra(ed.),BaliMenujuJagaditha: ,ln"t o r"rrp"fi6fo"npurur, pustaka Bali Post, 2}}4),yatgmenyebutkan kebudayaan
Bali adalah sebuah mehin[ pot,suatu konsep y*g b"rurui dari multikulturalisme; I Nyoman Naya
Sujana, *Konflik sosid Jigali, F"oolll"nu dan s#ategi Penanggulangan ' dalam I Nyoman Darma
Putra (ed.), B ali Menuiu )agaditha: Aneka P"op"iy"p"np*u'' pottuttusali Post' 2004)'p' 7 yaolg
menyebutkan masyarakat iali semakin *uiemrrtia, multikultur, baik secara internal mauprm
eksternal; I wayan arait"l.grk i-Bukti fukeolosi iert"ntrtnya Akar Multikulturalisme"' dalam
I Wayan Ardika dan parma putra (ed.), politik Keli)oroon dan ldentitas Elnik (Denpasar
SastraUniversitasUdayanadanBalimangsiPress,2004),pp,3-5,yangmengatakanmultikulturalir*. t"tut tuJi, 2500 tahun yang lalu ketika bangsa-bangsa asing mencari rempah-
rempah. Hal itu terbukti iuri ait"*rtu*yu g"ruuut , toamik, alat-alat logam, dan manik-manik dari
kaca maupun kamelian t "rir
proarrtri uungru-u*-g* uring;'r wayan- Gede suacana, "Diferensiasi
Sosial dan penguatan Toleransi dalam Masyarutiittoulu*a1," dalam Jurnal Kaiian Budoya'
Nomer 3 Volume 2 Januari 2005, pp. r-r:, vurrg;"rrgutut* masyarakat Bali adalah masyarakat
multikultural, namun *"*itiUi '"'i't"n'i '"'ai;;i"dt' tll"Out! Yan
terhadap konflik' dan
cenderung t"ra.f"'"*iu'i, sehingga diperlukan strategi jitu dalam mengelolanya'
TPenelitianterdahuluyangsudahmemakai.analisislNyomanWijaya,etal.,,,Mengelolla
Kemajemukan, rrr"ngguii*iL M"roro,r.ku, - st ut.gi Menuju tvtalvuratat Multikultual di Bali
Antara Masyarakat ';ffi a*
"t*rurut*- Iviultikulnual," Laporan Penelitian Nomor
0 1 3/SP2HP/PL/Dit'Lit;; *nlt ZO1ZT Maret 20 I 2' Universitas Udayana' 20 I 2'
8 Nengah Bawa Atmadja, ..Identitas
t-ru*1 Etnik, dan Nasional Plh* Perspettif Pendidikan
Multikultural ,- purtoio'lurnal llmu-Ilm, n"ii)v-riie vIII, No'l Februari 2008 diterbitkm
;i;Y;** Guna Widva Fakultas Sastra Unud'
272rsBN g78 - 602 - 294 - 215 - 3
ProsidingSeminar Nasional Sastra dan Budaya IIDenpasar, 26-27 D'Iei 2017
Berpijak dari ciri-ciri yang digambarkan oleh Atrnadja di atas, tampak jelas
di Kelurahan Sumerta, terkait dengan hubungan antara masyarakat lokal dengan
anggota PUMA, lebih menunjukkan sebuah potret masyarakat plural. Beberapa ciriyang menunjukkan ada pohet seperti itu adalah, satu, sekalipun di dalamnya dua
unstu masyarakat dengan ciri-ciri budaya yang berbeda satu sama, namun mereka
hidup dalam dunianya sendiri. Padahal supaya bisa disebut sebagai masyarakat
multikultural, di dalam kemajemukannya itu, setiap anggota masyarakat semestinya
sudah melakukan interaksi aktif dalam kehidupan sehari-hari.
Dua, terlihat pula dengan jelas, baik penduduk lokal maupun para migranmasih bisa mempertahankan batas-batas kebudayaannya secara tegas. Sangatjarang
terjadi interaksi lintastruktur maupun lintasmasyarakat dan jika pun ada, arenanya
berada di ruang publik, terutama pasar (dalam pengertian luas) yang berlangs,ng diatas suatu kepentingan. Hubungan yang terjadi di antara penduduk lokal dan
migran, tidak selamanya menjunjung kesederajatan atau kesetaraan yangberkeadilan, melainkan bisa saja mengedepankan praktik dominasi, bersifatdiskriminatif yang dilakukan secara tersamar. Padahal untuk bisa disebut sebagai
masyarakat multikultural, seharusnya kedua belah pihak, tidak bisa lagimempertahankan batas-batas kebudayaannya secara tegas. Demikian pula dengan
interaksi bercorak lintaskultur maupun lintasmasyarakat harusnya berlangsung
sangat intensif, sedangkan arena interaksi bukan hanya di atas kepentingan pasar,
tetapi dengan berbagai kepentingan.
Lebih tegas lagi, faktor yang memperkuat penyebebutannya sebagai
masyarakat plural dapat dilihat dari adanya kenyataan bahwa setiap kelompokmemegang agama, kebudayaan, bahasa, dan cara hidupnya sendiri-sendiri. Jadi,
mereka tidak lebih dari sebuah masyarakat majemuk dengan bagian-bagian
komunitas yang hidup berdampingan, namun terpisah dalam satuan politik yangsama. SupaYa bisa disebut sebagai masyarakat multikultural, sekalipun setiap
kelompok bisa tetap memegang agama, kebudayaan, bahasa, dan carahidupnya
sendiri-sendiri, namun, di balik itu keberadaafinya haruslah dalam konteks
kesetaraan, kesederaj atan, toleransi, saling menghargai.
ISBN 978 - 602 - 294 - 215 _ 3 273
Prosiding
Seminar Nasional Sastra dan Budaya IIDenpasar, 26'27 Mei 2017
Relasi Kuasa-DisiPlin
Dalam kaitannya dengan penduduk lokal, data yang diperoleh di lapangan
justrumemperilahtkananggotaPUMAselaludiawasi,dipantau,dandilatihuntuk
dijadikanpatuhdanbergunasesuaidengankepentinganumummasyarakatdi
KelurahanSumerta.DalambahasaMichelFoucault,fenomenakehidupanseperti
inidapatdisebutsebagaipraktikkuasadisiplin.gPraktikkuasadisplinini
menunjukkanadanyahubunganantarakuasa,pengetahuandantubuhmodern.
Foucaultmenganggapkuasasebagaisuatumekanisme,bukanmilik.Diatidak
bersifatterpusat,tetapitersebar.Pemenuhankuasadanhubungannyadengan
pengetahuan,memperlihatkankuasabukanlahsepertianggapanlamapenghambat
tampilnyapengetahuan.Metaluikuasayangtersebarpengetahuanberkembang
mengiringinYa'ro
Kuasabukanhanyasebagaikekuatanyangbisanyahanyamelarang'
membatasiataumenekan,tetapijugamerupakanmekanisme-mekanismeproduktif
yangmelaksanakanhukumantanpamenyentuhtubuhuntukmenjadikanindividu
patuhdanberguna.llDengankatalain,kuasabukansekedarsesuatuyang
memalcsa, menyensor, memeras) menutupi, dan menyembunyikan, melainkan juga
bersifatproduktif,menghasilkanrealitas,menghasilkandomainobjekdanritual
kemerdekaan'12
KuasayangdipakaiolehpenduduklokaldanpemerintahKelurahan
Sumerta untuk mendisiplinkan tubuh para migran bersumber dari pengetahuan yang
merekamiliki.Pengetahuanituterbentukdariargumentasidandayaakalserta
wacana yang berkembang di dalam masyarakat. wacana yang paling berpengaruh
gsunuHardiYanta,MichelFoucoultDisiptinTubuhBengkellndividuModern(Yogyakarta:LKiS,
L9971, P.20'ro lbid., p.u.Lt tbid.12 Simon Philpott, Meruntuhkon lndonesia: Politik Postkoloniol don otoritorionisme, terj. Nuruddin
*na.'Ot,, Jzrir Fauzan (Yogyakarta: LKIS' 2003)' p' 22'
zi4
rvE'Yi'- ISBN 978-602-294-215-3
iiir:i.:|'
ProsidingSeminar Nasional Sastra dan Budaya IIDenpasar, 2G27 Mei2017
dalam terbentuknya pengetahuan yang dijadikan sebagai kuasa untukmendisplinkan tubuh para migran adalah pasca peledakan bom di Legian tahun2002' Peristiwa tersebut membuat penduduk lokal bersikap hati-hati terhadapaktivitas para migran muslim. Salah satu bentuk kehati-hatian itu terlihat dariadanya aturan bahwa suafu pengajian akbar dan pementasan-pementasan kesenianyang dilangsungkan hingga pukul 22.00 maramsupaya tidak sampai menggangguwarga sekitar yang mulai memasuki jam beristirahat.t3
Praktik kuasa disiplin yang ditujukan kepada para migran muslim diKelurahan Sumerta menghasilkan tubuh-tubuh yang patuh dan berguna. Hal ituterlihat dari kepatuhan mereka ketika menyelenggarakan kegiatan_ke giatankeagamaan, dengan cara selalu mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku diKelurahan Sumerta berupa surat-surat perijinan atau permakluman secara resmikepada pemerintah kelurahan. la
Tubuh yang patuh dan berguna itu bukan hanya terlihat secara vertikal,untuk dan demi para pejabat di tingkat kelurahan, tetapi juga secara horisontal,antara sesama warga mayararakat, seperti dalam perayaan upacara keagamaan.Pada hari raya Idul Adha, umat muslim memberikan suguhan berupa daging mentahatau olahan kepada umat Hindu yang berada di sekitar tempat tinggalnya masing_masing.. Dalam budaya lokal, tradisi ini disebut ngejot. pembiaran suguhan inibiasanya diawali dengan mengajukan pertanyaan apakah akan memilih dagingkambing ataukah sapi. pertanyaan ini dianggap penting mengingat ada sebagianumat Hindu yang tidak mau mengkonsumsi daging sapi. sebaliknya, pada p erayaanGalungan dan Kuningan, umat Hindu memberikan bingkisan berupa buah_buahandan jajan surudan, yang sudah digunakan untuk kepentingan upacara.rs
13 Hasil wawancara Dwi Ari wulaningsih dengan Puji suwantoro di sekretariat puma,Denpasar Barat, pada tanggal 1g Maret 2017.
ra Hasil wawancara putu Dyah pradnya paramitha dengan Mistari selaku Ketua Umum IPaguyuban umat Muslim Akasia, tanggal 1g Maret 2017 disekretariafpUue.15 Sama dengan di atas.
ISBN 978 - 602 - 294 _ 215 _ 3 275
ProsidingSeminar Nasional Sastra dan Budaya II
DenPasar, 26-27 Mei 2017
SIMPI]LAI\
Praktik kehidupan bermasyarakat antarapara migran yang tergabung dalam
PUMA di Kelurahan Sumerta belum bisa disebut sebagai masyarakat multikultural,
melainkan sebuah masyarakat plural, sebab multikulturalisme yang menjadi fondasi
dari terbentukya masyarakat multikultural bukanlah sekedar aneka budaya'
melainkan sebuah kebudayaan baru yang tidak semata-mata mengakui keragaman
ras, budaya, dan bahasa, tetapi satu sama lain hidup secara harmonis dalam
kesederajatan. Praktik kehidupan bermasyarakat pada dua kelompok yang berbeda
suku, agama, dan adat ini tebih tepat disebut sebagai sebuah praktik pendisiplinan
tubuh yang dilakukan oleh penduduk lokal dan pemerintah Kelurahan Sumerta
untuk melahirkan komuniats muslim yang patuh dan dan berguna pada aturan-
aturan lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Ardika, I Wayan. 2004. "Bukti-Bukti Arkeologi Terbentuknya {kar Muhikulturalisme," dalam I
WayanArdika dan Darma iutra (ed.), Politik Kebudayaan dan ldentitas Etnik'Denpasar: Fakultas
Sastra Universitas Udayana dan Balimangsi Press'
Bawa Atmadja, Nengah. 2008. *Identitas Agama, Etnik, dan Nasional Dalam Perspektif Pendidikan
Multikulturai,'; p^tot o Jurnal llmu-Ilmu Budaya Yobtme VIII, No'l Februari 2008 diterbitkan
oleh Yayasan Guna Widya Fakultas Sastra Unud'
Naya Sujana, I Nyoman. 2004. "Konflik Sosial di Bali: Fenomena dan Strategi Penanggulanga&"
dalam I Nyoman pa.ma Putra (ed.), Bali Menuiu Jagaditha: Aneka Perspehif'Denpasar: hrstaka
Bali Post.
philpott, Simon. 2003. Meruntuhkan Indonesia: Politik Postkolonial dan otoritarianisme, terj'
Nuruddin Mhd' Ali, Uzair Favzan' Yogyakarta; LKIS'
Pitana, I G. 2004. 'Memperjuangkan Otonomi Daerah: Mencegah Sandyakalaning Pariwisata BalL-
dalam I Nyoman pur*u p"tru (ed.), Bali Menuiu Jagaditha: Anela Perspektif'Denpasar: hrstalr
Bali Post.
Suacana, I Wayan Gede.2005. "Diferensiasi Sosial dan Penguatan Toleransi dalam Masyaralr
Multikuitural ," dalamJurnat Kaiian Budaya,Nomer 3 Volume 2 Januari'
Hardiyanta. 1997. Michel Foucault Disiplin Tubuh Bengkel Individu Modern' Yoryalrtr
Wijaya, I Nyomarl et al.,2ll2..Mengelola Kemajemukan: Menggali dan Merumuskan St..!!:rtrJr,irirr,rrJv*atat vtuttituttoral ai sati Antara Masyarakat Plural dan Masyarakat Multik.ffi
SunuLKiS.
276 rsBN 978-602-294-215-
ProsidingSeminar Nasional Sastra dan Budaya IIDenpasar, 26-27 Mei 2017
Laporan Penelitian Nomor: 013/SP2IIP/PL/Dit.Litabmaslfr,/2012 7 Maret 2012, Universitas
Udayana.
Sumber Lisan
Hasil wawancara Dwi Ari Wulaningsih dengan Puji Survantoro di Sekretariat Puma, Denpasar
Barat, pada tanggal 18 Maret 2017.
Hasil wawancara Putu Dyah Pradnya Paramitha dengan Mistari selaku Ketua Umum I Paguyrban
Umat Muslim Akasia, tanggal 18 Maret 2017 di Sekretariat PITMA.
"Hasil wawancara Nyoman Oka Prihasta Putra dengan Waluyo, selaku ketua umum PUMA pada
tanggal I 8 Maret 201 7, bertempat di Akasia v no.2 Denpasar Timur."
rsBN 978 - 602 -294 - 215 - 3 277