Download - PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS …
STUDI FENOMENOLOGI
PENGALAMAN SUAMI MENGHADAPI ISTRI YANG MEMASUKI MASA
MENOPAUSE DI KELURAHAN PISANGAN, CIPUTAT
Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada
Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
RAFITA OCTAVIA
109104000053
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
PER}IYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
STUDI FENOMENOLOGIPENGALAMAN SUAMI MENGHADAPI ISTRI YAIIG MEMASUKI MASA
MENOPAUSE DI KELURAHAN PISANGAII, CIPUTAT
Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DISUSUN OLEH
RAFITA OCTAVIA
NrM. 109104000053
Pembimbing I A
*wt,Puspita P:rlupi, S.("p., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat
NIP. 19801 r 19201 1012006 NrP. 19790210 200541 2042
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
LINIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAIQ{IITA I434HI2OI3 M
Pembimbing II
Maulina llandayani, S.Kp, MSc
LEMBAR PENGESAHAI\
. Skripsi dengan judul
STUDI FENOMENOLOGIPENGALAMAI{ SUAMI MENGHADAPI ISTRI YAI\G MEMASUKI MASA
MENOPAUSE DI KELURAHAN PISANGAN, CIPUTAT
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:
RAFITA OCTAVIA
NIM: 109104000053
Pembimbing I
d@1-./
Puspita Palupi, S.Kep.,M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat
NrP. 1980111920fl012,006
Yenita Agus, M. Kep, Sp. Mat., Ph.D
NIP. 19720608 200604 2001
Pembimbing II
Maulina Handayanio S.Kp, MSc
NrP. 197902fi 2AA50l 2002
Penguji II
2'Maulina Handavani. S.Kn. MSc
NrP. 19790210 2005A1 2002
Penguji III
A@pPuspita Palupi. S.Ken..M.Kep.. Ns.Sp.Kep.Mat
NIP. 19801 1 19201 101200
LEMBAR PENGESAIIAN
PANITIA SII}AI\G UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKTILTAS KEPOIilERAN DAI\ ILMU KESEHATAN
T]NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATULLAI{ JAKARTA
Ciputat, Oktober 2013
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kqrerawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
-
Prof. FR 'rrdin. Sp. And
m
t!.1t+
rui
\
ff'
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa :
l. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas
Kedokteran dan Ihu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullan Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
Saya atau merupakan jrplakm dari karya orang lain, maka Saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakuhas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam l.tegeri GmD Sy,arif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, Oktober 2013
IV
(RAFITA OCTAVLA,)
v
RIWAYAT HIDUP
Nama : Rafita Octavia
Tempat tanggal lahir : Palembang, 17 oktober 1991
Agama : Islam
Status : Mahasiswi / Belum menikah
Alamat : Desa Tanjung Dayang Utara, Indralaya selatan, Ogan Ilir,
SumSel
Nama Orang Tua
a. Ayah : Ruslan
b. Ibu : Janidah
Telpon : 085287796554/085774222720
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK Nurul Ikhsan : tahun 1995-1997
2. MI Nurul Ikhsan : tahun 2000-2003
3. SDN2 Tanjung Dayang : tahun 1997-2003
4. SMPN 2 Meranjat : tahun 2003-2006
5. MAN Sakatiga : tahun 2006- 2009
6. S1 keperawatan UIN Syarif hidayatullah Jakarta : tahun 2009- 2013
Pengalaman Pelatihan, Prestasi, Seminar dan Workshop:
1. Juara II “ Lomba Cerdas Cermat” dalam rangka kegiatan Gebyar
Ramadhan 1427 H/ 2006 di MAN Sakatiga
2. Seminar “Kalau Ada Jalan Yang Lurus, Kenapa Pilih Jalan yang Sesat??”
tahun 2008
vi
3. Peserta Lomba Penelitian Siswa dalam kegiatan Pameran dan Lomba
Hasil Penelitian siswa tahun 2009
4. Pelatihan Kesehatan “Health Training 4 Medical Skill” Tahun 2009
5. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization
Era” tahun 2009
6. Diskusi Publik “ Kosmetik yang Aman untuk Kecantikan yang Alami”
tahun 2009
7. Seminar Umum “ Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok”
Tahun 2009
8. Seminar Kesehatan “ Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di
Rumah” tahun 2010
9. Seminar Dokter Muslim “ Smoking Cessation For Better Generation
Without Tobacco” tahun 2010
10. Seminar Nasional “ Homeopathy, A Brighter Alternative Treatment
Method, Builds An Indonesian Awareness Of Natural Medication In The
Future” tahun 2011
11. Seminar Kesehatan “ Peran Kebijakan Standarsisasi Internasional Rumah
Sakit dalam Meningkatkan Profesionalisme Pelayanan Kesehatan” Tahun
2011
12. Seminar dan Workshop “ Peran Perawat dalam Tatalaksana Trauma
Thoraks Berbais Pasien Safety” tahun 2012
13. Seminar Nasional “ Music Theraphy: Melodi For Heart and Brain Health”
tahun 2012
14. Workshop Nasional “ Uji kompetensi Keperawatan “ tahun 2012
15. Seminar Nasional “ Uji Kompetensi Nasional Meningkatkan Peran dan
Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” tahun
2012
16. Seminar Nasional Keperawatan “ NANDA, NIC, NOC: Concept,
Implementation and Innovation for Better Quality of Nursing Service in
Indonesia” tahun 2013
vii
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim,..
Pada bulan ini akhirnya aku bisa menyelesaikan tugasku sebagai mahasiswa
Pada bulan ini juga bertepatan dengan ulang tahunku, terima kasih banyak karuniaMu ya Allah..
Aku percaya bahwa rencanaMu jauh lebih indah ya Rabb,,,
Ku persembahkan skripsi ini untuk Orang tuaku tercinta, yang telah berkorban banyak khususnya
ibuku yang telah mengandung, melahirkan dan merawat fita sampai seperti ini,,
Mamak, bapak, dan Gede maafkan kalau fita belum bisa membuat kalian bahagia
Doakan selalu anadamu agar senantiasa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang disekitarnya
serta bisa mewujudkan impian kalian dalam menjadikan fita sebagai perawat yang profesional dan
yang disukai banyak pasien karena akhlak dan sifatnyaa, seperti apa yang mamak ungkapkan ketika
fita masih kecil dulu... “nak, jadilah perawat yang bisa menolong siapa saja dan yang banyak dicintai
orang karena kemuliaan hatimu”
Kata-kata itu insyaAllah kan selalu fita kenang dan dicoba untuk diterapkan....
Beribu-ribu ucapan terima kasih fita sampaikan untuk para guru-guru, mulai dari guru TK, SD,
SMP dan MAN serta para Dosen PSIK yang selalu memberikan ilmu yang sangat berharga serta
nasihat yang sangat bermanfaat untuk masa depan fita, semoga Allah membalas jasa kalian wahai
Guru-guruku serta para dosen-dosenku Tercinta,,,,
Kehidupan ini tidak bisa dijalani sendiri tanpa orang lain, begitu juga aku, ketika sedih, senang,
banyak masalah dan aku sakit, kalianlah yang selalu menemani aku, menghibur dan membantu aku
wahai sahabat-sahabat terbaikku, tanpa kalian aku bukanlah siapa-siapa
Kalian adalah anugerah terindah yang dikirim oleh Allah utukku..
Kita adalah the Fighters, jadi perjuangkan hidup kita sampai kita sukses
Love u my friends {Fighters’ Coklat strowberry’ psik 09, SJD SS and my beloved Mr R}
viii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Oktober 2013
Rafita Octavia, NIM : 109104000053
Studi Fenomenologi
Pengalaman Suami Menghadapi Istri yang akan Memasuki Masa
Menopause di Kelurahan Pisangan, Ciputat
Xii + 89 halaman, 1 tabel, 1 gambar, 2 bagan, 7 lampiran
ABSTRAK
Menopause merupakan masa berakhirnya menstruasi selama 12 bulan dan
umumnya terjadi pada usia 45-55 tahun. Menopause juga mempunyai dampak
baik fisik maupun psikologis yang berpengaruh terhadap kehidupan seseorang.
Suami sebagai orang yang dekat dengan perempuan menopause sudah selayaknya
terlibat dalam perubahan yang terjadi pada isrtinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran makna dan arti pengalaman
suami menghadapi istri yang akan menopause. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif melalui wawancara
mendalam. Partisipan meliputi suami yang memiliki istri yang telah menopause
maksimal tiga tahun yang diperoleh melalui purposive sampling. Data yang
dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara mendalam dan dianalisis dengan
metode Collazi.
Penelitian ini mengindetifikasi tujuh tema yaitu : 1) Makna menopause bagi
suami; 2) Perubahan fisik yang dialami istri menjelang menopause; 3) Perubahan
psikologis yang dialami istri saat menopause; 4) Perubahan respon seksual suami
saat istri menjelang menopause; 5) Perubahan respon psikologis suami saat istri
menjelang menopause; 6) Penyesuaian suami terhadap perubahan pada masa
menopause; 7) Upaya suami dalam meningkatkan kenyamanan terhadap
perubahan masa menopause. Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai
eksplorasi lebih mendalam berupa mekanisme adaptasi suami dalam menghadapi
perubahan psikologi istri saat memasuki masa menopause.
Kata kunci: Pengalaman, Menopause, Suami
Daftar bacaan: 82 (2000-2013)
ix
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOLL OF NURSING
Undergraduated Thesis, October 2013
Rafita Octavia, ID Number : 109104000053
Husbands Experiences within greet Menopausal Wife at Pisangan District,
Ciputat
Xii + 89 pages, 1 tabel, 1 picture, 2 drafts, 7 appendixes
ABSTRACT
Menopause is the end period of 12 months women’s cycle of menstruation and
generally occurs around 45-55 years old. Menopause have physical and
psychological impact on human’s life. A husband as closest person would have
been involved in his wife changes.
The purpose of this research is to get a broad picture of perspective of menopause
according husbands’ experience. This research is a qualitative which is descriptive
phenomenology design. The Participants of this research were husband who have
wife had experienced menopause maximum of three years were chosen by
purposive sampling. The data were collected in a result of in-depth interview
records and analyzed with Collazi method.
This research identified seven themes : 1) The husbands’ perspective about
menopause; 2) The physical changes experienced during premenopause; 3) The
psychological changes experienced during menopause; 4) The changes of
husband’s sexual response during menopause 5) The changes of husband’s
psychological responses during menopause; 6) husband adjustment in menopausal
wife period; 7) The husband’s effors to improving the comport of the changes in
menopause period. More researches are needed to perform in-depth exploration
towards husbands’ adaptation mechanism in facing psychological changes in
within their menopause wives.
Keywords: experience, menopause, husband
Bibliography:82 (2000-2013)
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaniirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Studi Fenomenologi Pengalaman Suami Menghadapi Istri yang
Memasuki Masa Menopause” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang
penulis hadapi. Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang luar
biasa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan
ini, penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan
yang tidak terhingga, kepada:
1. Prof. DR. dr (hc) M. K. Tadjuddin, Sp. And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Waras Budi Utomo, S. Kep, Ns., MKM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Ns. Eni Nur’aini
Agustini, S. Kep, MSc Selaku Sekretaris Program Studi IImu Keperawatan
(PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ernawati, S. Kp, M. Kep, Sp. KMB selaku pembimbing akademik yang
selalu memberikan nasehat dan dukungan selama proses pendidikan di
Program Studi Ilmu Keperawatan.
xi
4. Ibu Puspita Palupi, S. Kep.,M. Kep., Ns.Sp.Kep.Mat, selaku pembimbing I
yang telah membimbing dan memberikan masukan serta support demi
terselesainya penulisan proposal skripsi ini.
5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc selaku pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan proposal penelitian
ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
mengajarkan dan membimbing penulis selama 4 tahun dibidang pendidikan
keperawatan, serta staf akademik Bapak Azib Rosyidi, S.Psi dan Ibu
Syamsiyah yang telah memudahkan dalam proses birokrasi.
7. Pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
Sumatera selatan dan staf pengurus Program Beasiswa “Santri Jadi Dokter”
yang telah memberikan kesempatan untuk berkuliah di Program Studi IImu
Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menimbah ilmu
yang akan dipergunakan kelak dalam pengabdian untuk masyarakat Sumatera
Selatan Sehat 2020.
8. Ucapan terima kasih yang teristimewa penulis ucapkan kepada kedua orang
tua yang selalu memberi nasihat, dukungan baik moril maupun materil yang
tak ternilai harganya serta yang tak henti-hentinya mendoakan ananda.
bapakku tersayang Ruslan dan ibu ku tercinta Janidah serta bapak Anto
Marsup dan mamak Zainab. Serta tak kalah pentingnya adik-adik ayuk yang
tercinta, adik Anti, Anjani, Wahyu, Novi, Nick, Febyo dan Bella
9. Sahabat-sahabatku “Fighters” (Etika, Fitri, Hanik, Mala, Dian, Ulfi, Dewi,
Mayra, Astuti, Iqbal), teman-teman satu pembimbing, dan seluruh angkatan
xii
2009 yang telah berjuang bersama dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi
di Ilmu Keperawatan, sahabat Santri Jadi Dokter (SJD) Sum-Sel angkatan
2009-2012.
“Tidak ada gading yang tak retak”. Dengan memanjatkan doa kepada Allah
SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat
balasan dari Allah SWT dan semua kesalahan diampuni oleh Allah. Amin.
Jakarta, Oktober 2013
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HAL
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................vii
ABSTRAK ...........................................................................................................viii
ABSTRACT .........................................................................................................ix
KATA PENGANTAR ..........................................................................................x
DAFTAR ISI.........................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi
DAFTAR BAGAN..............................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
D. Manfaat Penlitian..........................................................................................6
E. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................9
A. Pengalaman ...................................................................................................9
B. Menopause ...................................................................................................10
1. Pengertian ...............................................................................................10
2. Fase klimakterium ..................................................................................10
3. Perubahan Fisiologis Masa Menopause .................................................13
xiv
4. Perubahan Psikologis masa Menopause .................................................15
C. Dukungan Suami ..........................................................................................17
1. Dukungan Suami ....................................................................................17
2. Penyesuaian Sosial .................................................................................19
3. Jenis-jenis Dukungan Sosial ...................................................................19
D. Kerangka Teori .............................................................................................21
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH......................22
A. Kerangka Konsep ..........................................................................................22
B. Definisi Istilah ...............................................................................................23
BAB IV METODELOGI PENELITIAN.........................................................24
A. Desain Penelitian ...........................................................................................24
B. Waktu dan Lokasi ..........................................................................................26
C. Partisipan Penelitian ......................................................................................26
D. Tehnik Pengumpulan Data ............................................................................27
E. Keabsahan Data .............................................................................................32
F. Tehnik Analisa Data ......................................................................................36
G. Etika Penulisan ..............................................................................................38
BAB V HASIL PENELITIAN...........................................................................40
A. Gambaran Umum Wilayah ............................................................................40
B. Hasil Penelitian ..............................................................................................41
1. Karakteristik Partisipan.............................................................................41
2. Hasil Analisis Tematik .............................................................................42
a. Tema 1. Makna Menopause bagi Suami ............................................43
b. Tema 2. Perubahan fisik yang dialami istri menjelang menopause ...45
c. Tema 3. Perubahan Psikologis yang dialami Istri Menjelang
Menopause..........................................................................................46
d. Tema 4. Perubahan respon seksual suami saat istri menjelang
Menopause..........................................................................................47
e. Tema 5 Perubahan respon psikologis suami saat istri menjelang
Menopause ........................................................................................49
xv
f. Tema 6. Penyesuaian suami terhadap perubahan pada masa
Menopause ....................................................................................... 50
g. Tema 7. Upaya suami dalam meningkatkan kenyamanan terhadap
perubahan masa menopause ............................................................52
BAB VI PEMBAHASAN...................................................................................54
A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ......................................................54
B. Keterbatasan Penelitian .................................................................................71
BAB VII PENUTUP............................................................................................72
A. Kesimpulan ....................................................................................................72
B. Saran ...............................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Hal
2.1 Fase Klimakterium...................................... 11
xvii
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Judul Bagan Hal
2.1 kerangka teori............................................ 21
4.1 Teknik analisa data Colaizzi...................... 38
xviii
Daftar Lampiran
1. Lampiran 1 Permohonan Izin Studi Pendahuluan
2. Lampiran 2. Permohonan Izin Penelitian
3. Lampiran 3. Surat keterangan dari Kelurahan
4. Lampiran 4. Identitas Peneliti
5. Lampiran 5. Lembar persetujuan informan
6. Lampiran 6. Pedoman wawancara Mendalam
7. Lampiran 7. Matriks Analisis tematik.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil pembangunan kesehatan Indonesia adalah meningkatnya angka
harapan hidup (life expectancy) dan meningkatnya status kesehatan
masyarakat (Bappenas, 2005). Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(2005) & Badan Statistik Indonesia (2012) melaporkan bahwa angka harapan
hidup penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) naik dari 69,0 tahun
pada periode 2005 menjadi 73,7 tahun dengan perkiraan jumlah penduduk
akan mencapai 273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Pada 2020 diperkirakan
jumlah perempuan yang hidup dalam usia menopause adalah 30,3 juta jiwa
(Baziad, 2003). Meningkatnya umur harapan hidup, maka meningkat pula
populasi perempuan menopause di Indonesia (Bappenas, 2005).
Menopause merupakan awal berhentinya menstruasi pertama kali dan
bisa juga berhenti menstruasi selama 12 bulan pada umumnya terjadi pada
usia antara 45 hingga 55 tahun (Aubrey, 2010; Eny, 2012). Menopause
merupakan kejadian yang sangat individual dan bersifat universal yang
dialami sebagai proses penuaan yang menandakan berakhirnya kesuburan dan
berakhirnya menstruasi (Andrews, 2010). Baziad (2003) mengungkapkan
menopause merupakan periode dimana seseorang perempuan tidak terjadi
menstruasi selama 12 bulan akibat dari ketidakefektifan folikel sel telur dan
dijumpai kadar FSH darah > 40mlU/ml dan kadar estradiol <30pg/ml.
Perempuan dalam menghadapi menopause dapat mengalami berbagai
keluhan baik fisik maupun psikologis. Keluhan fisik dapat berupa
2
ketidakteraturan siklus menstruasi, rasa panas (hot flashes), vagina menjadi
kering, jantung berdebar-debar, sulit tidur, sakit kepala, cepat lelah,
kesemutan, nyeri pada tulang dan otot, kulit kering dan rambut kemaluan
rontok. Keluhan psikologi dapat berupa mudah marah (emosi), stres dan
tempramen, kehilangan minat seksual, merasa rendah diri dan tidak berharga,
sering lupa, serta kesulitan membuat keputusan (Northrup, 2006; Baziad,
2003).
Andrews (2010) mengungkapkan gejala menopause dapat di bagi
menjadi efek jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Efek
jangka pendek meliputi hot flushes, keluhan psikologis dan insomnia. Efek
jangka menengah meliputi kehilangan minat seksual, dispareunia, atrofi
vagina. Efek jangka panjang meliputi osteoporosis dan penyakit
kardiovaskular.
Menopause tidak hanya dapat menimbulkan berbagai keluhan seperti
diatas dan keluhan itu tidak hanya dirasakan oleh seorang perempuan atau
istri tetapi pada suami juga. Banyak suami tidak mengetahui adanya dampak
dan perubahan-perubahan yang dialami oleh istri ketika akan menopuse
karena kurangnya pengetahuan suami. Wulandari dkk (2009) melaporkan
hasil penelitiannya mengenai hubungan tingkat pengetahuan menopause
dengan dukungan sosial suami saat istri menghadapi menopause di desa
Somagede Banyumas didapatkan hasil 10% dari responden mempunyai
tingkat pengetahuan yang kurang dengan dukungan suami sedang, 35,7%
responden mempunyai pengetahuan cukup dengan dukungan suami sedang
dan 20% responden mempunyai pengetahuan baik dengan dukungan suami
3
yang tinggi. Ermawati (2009) juga melaporkan hasil penelitiannya yang
berjudul persepsi suami terhadap kejadian menopause pada istri di desa
Wonobroto didapatkan hasil 76% respoden mempunyai persepsi baik
terhadap kejadian menopause pada istri, 68% responden respoden mempunyai
pengetahuan sangat baik terhadap kejadian menopause pada istri.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Pramodana (2011) hasil
penelitiannya yang berjudul hubungan antara harga diri dan dukungan suami
dengan kecemasan wanita menghadapi menopause di Semarang,
menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial suami maka semakin
berkurang rasa ansietas pada istri sebanyak 58% dari responden. Kristiono
(2011) melaporkan hasil penelitiannya yang berjudul kecemasan menghadapi
menopause ditinjau dari dukungan sosial suami didapatkan hasil ada
hubungan negatif antara dukungan sosial suami dengan kecemasan istri
dalam menghadapi menopause. Semakin tinggi dukungan sosial suami maka
semakin rendah kecemasan istri dalam menghadapi menopause, demikian
juga sebaliknya. Adapun dukungan sosial suami memberikan sumbangan
positif sebesar 29,3% terhadap pengurangan kecemasan istri dalam
menghadapi menopause.
Djamhoer (2005) mengungkapkan mitos yang beredar secara luas di
masyarakat mengatakan bahwa kehidupan seksual perempuan telah berakhir
pada saat perempuan itu memasuki masa menopause sehingga suami
menjauhi istrinya yang telah mengalami menopause. Bahkan bagi sebagian
suami proses menopause digunakan sebagai alasan untuk menikah lagi karena
sang istri dianggap sudah tidak mampu lagi melakukan hubungan seksual.
4
Anggapan yang salah ini sering berakibat buruk, seperti pasangan usia lanjut
bercerai karena masalah seksual atau pria menikah lagi dengan perempuan
yang jauh lebih muda. Taylor (2009) mengungkapkan bahwa kehadiran suami
dapat mengurangi rasa cemas yang dihadapi istri ketika memasuki masa
menopause.
Penelitian mengenai menopause telah banyak dilakukan namun
mengenai bagian pengalaman suami dalam menghadapi istri yang akan
memasuki masa menopause masih belum pernah dilakukan. Penelitian yang
akan dilakukan di kelurahan Pisangan, Ciputat dengan alasan pada daerah
tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengalaman suami
menghadapi istri yang akan memasuki masa menopause. Selain belum pernah
dilakukan penelitian mengenai menopause, di kelurahan tersebut juga
memiliki jumlah perempuan menopause yang cukup banyak yaitu sekitar
2514 orang (usia 50-60 tahun), dan kelurahan Pisangan merupakan urutan
kedua yang memiliki jumlah perempuan menopause setelah daerah Cempaka
Putih (Laporan Kependudukan kelurahan Pisangan, 2012), sehingga dengan
banyaknya angka perempuan menopause di kelurahan Pisangan membuat
peneliti tertarik ingin melihat fenomena yang ada dan yang terjadi di
kelurahan tersebut khususnya ingin melihat respon dari suami dalam
menyikapi istri yang menopause dan peneliti tertarik meneliti lebih dalam
serta mengeksplorasi secara mendalam mengenai pengalaman suami tersebut
baik dari ungkapan maupun cerita langsung.
5
B. Rumusan Masalah
Menopause merupakan masa berakhirnya menstruasi atau haid yang
sering kali dianggap sebagai momok dalam kehidupan perempuan yang
menimbulkan gangguan dan keluhan serta dapat terjadi perubahan fisik dan
psikologis yang dikarenakan terjadi penurunan hormon gonadal (ovarian)
(Northrup, 2006; Baziad, 2003). Hal tersebut menyebabkan wanita
mengalami penurunan fungsi tubuh sehingga akan berdampak pada
ketidaknyamanan dan ketidaksiapan dalam menjalani kehidupan seperti
sebelum menopause. Keluhan dan perubahan yang terjadi pada masa
menopause tidak hanya berpengaruh pada istri namun pada suami, sesuai
fenomena banyak masyarakat yang beranggapan bahwa menopause masa
yang paling ditakutkan, suami akan meninggalkan istri dan melakukan
perceraian, opini tersebut diakibatkan karena kurangnya pengetahuan serta
pengalaman suami bagaimana menyikapi istri yang akan menopause.
Kristiono (2011) melaporkan hasil penelitiannya yang berjudul
kecemasan menghadapi menopause ditinjau dari dukungan sosial suami
didapatkan hasil ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan
kecemasan istri dalam menghadapi menopause. Semakin tinggi dukungan
sosial suami maka semakin rendah kecemasan istri dalam menghadapi
menopause, demikian juga sebaliknya. Adapun dukungan sosial suami
memberikan sumbangan sebesar 29,3% terhadap kecemasan menghadapi
menopause. Hasil dari pelaporan jumlah penduduk di kelurahan Pisangan,
Ciputat di dapat bahwa jumlah perempuan menopause yaitu sekitar 2514
orang, itu merupakan angka yang sangat besar dan di kelurahan Pisangan juga
6
belum pernah dilakukan penelitian mengenai menopause sehingga membuat
peneliti tertarik untuk melihat fenomena yang ada yang berkaitan dengan
menopause khususnya dalam konteks pemahaman suami tentang menopause
pada istri dan peneliti ingin mencoba untuk mengeksplorasi lebih dalam
mengenai pengalaman suami dalam mengahadapi istri yang akan memasuki
masa menopause di kelurahan Pisangan, Ciputat.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan atau mengeksplorasi
pengalaman suami dalam menghadapi istri yang akan memasuki masa
menopause di wilayah Pisangan, Ciputat.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
a. Memberikan informasi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya
mengenai pengalaman suami menghadapi istri yang menopause.
b. Menjadi landasan dan evidance based keperawatan mengenai
pengalaman suami menghadapi istri yang menopause.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur ilmu pengetahuan
bagi pendidik dan peserta didik untuk meningkatkan wawasan serta
data dasar dalam peningkatan ilmu keperawatan dalam hal mengkaji,
7
mengidentifikasi dan mengeksplorasi pengalaman suami menghadapi
istri yang telah menopause.
b. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat serta dapat memperkaya
ilmu pengetahuan khususnya dibidang keperawatan maternitas sebagai
landasan dalam promosi kesehatan mengenai menopause.
c. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat tentang
pengalaman suami menghadapi istri yang menopause. Masyarakat
dapat mengenal berbagai perubahan-perubahan yang terjadi pada
perempuan yang memasuki masa menopause.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskriptif yaitu gambaran mengenai pengalaman dari
kehidupan seorang individu. Metode yang dilakukan dengan cara
pengambilan data secara wawancara mendalam (Indepth interview) yang
dibantu dengan alat pencatat dan alat perekam serta catatan lapangan (field
note). Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai
pengalaman suami menghadapi istri yang akan memasuki masa menopause
diwilayah Pisangan, Ciputat. Partisipan yaitu suami yang memiliki istri yang
telah menopause maksimal 3 tahun. Alasan pemilihan partisipan yang
memiliki istri yang telah menopause maksimal 3 tahun yaitu diharapkan
pengalaman partisipan masih baru dan belum begitu lama sehingga apa-apa
8
yang dialami dapat diingat semua dan diharapkan mendapatkan pengalaman
yang sesuai dan tepat seperti yang dirasakan partisipan waktu menghadapi
istri yang menopause. Adapun menurut Bridge et al., (2006) dalam
penelitiannya bahwa perempuan memiliki kemampuan mengkorelasikan
suatu informasi lebih baik dari pada laki-laki. Seseorang yang lebih tua
cenderung memiliki kemampuan mengingat yang kurang dibandingkan orang
yang lebih muda. Semakin bertambahnya usia maka sel-sel otak akan
semakin kelelahan dalam menjalankan fungsinya yang menyebabkan tidak
bisa bekerja secara optimal seperti saat masih muda (Suprenant et al., 2006).
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Pengalaman adalah sebuah ketertarikan terhadap situasi, objek, orang,
kelompok atau hal lain dalam lingkungan seseorang (Van Koiij, 2007).
Pengalaman menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2008) diartikan sebagai
sesuatu yang pernah dijalankan dan atau dirasakan. Pengalaman terjadi
karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok dengan
lingkungannya. Notoatmodjo (2007) mengungkapkan pengalaman yang
dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam
menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Jadi berdasarkan pendapat dari
berbagai sumber diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman dapat dijadikan
sebagai persepsi seseorang terhadap suatu hal yang telah dialaminya dan
memiliki makna tersendiri bagi orang tersebut.
Pengalaman hidup seseorang apabila diungkapkan kembali, bisa berupa
tanggapan, reaksi, interpretasi, autokritik, bahkan terhadap pertahanan diri
terhadap dunia luar. Pengalaman hidup juga menjadi gambaran lengkap
kehidupan seseorang dimasa lampau mengenai hitam putih, baik buruk, yang
dapat diungkapkan kembali melalui upaya penelusuran pengalaman hidup
tersebut (Bungin, 2008). Coon & Mitterer (2010) menyatakan bahwa aliran
humanisme salah satunya berfokus pada pengalaman manusia. Aliran ini
menekankan tentang pengalaman subjektif. Pengalaman subjektif merupakan
10
persepsi pribadi terhadap realita. Hal ini juga menunjukkan bahwa
pengalaman erat kaitannya dengan kehidupan manusia.
B. Menopause
1. Pengertian
Menopause secara harfiah merujuk pada waktu berhentinya
menstruasi untuk pertama kali dan terjadi perubahan – perubahan fisik dan
psikologis pada periode tertentu (Aubrey, 2010). Bobak (2005)
mendefinisikan menopause sebagai berhentinya siklus menstruasi terutama
karena ketidakmampuan sistem neurohormonal untuk mempertahankan
stimulasi periodiknya pada sistem endokrin. Menopause adalah periode
menstruasi spontan yang terakhir pada seseorang wanita dan merupakan
diagnosis yang ditegakkan secara retrospektif setelah amenore selama 12
bulan (Glasier, dkk 2006). Menopause merupakan peristiwa yang sangat
alamiah dan normal terjadi pada seorang wanita tetapi banyak
menimbulkan keluhan dan gangguan (Endang, 2008).
Pengertian menopause dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa, menopause merupakan suatu kondisi berhentinya
menstruasi selama 12 bulan yang diakibatkan karena penurunan hormone
estrogen dan progesterone serta dimulai dari fase premenopause dan
diakhiri pada fase pasca menopause.
2. Fase Klimakterium
Pada masa klimakterium wanita sangat membutuhkan perhatian
khusus, karena wanita akan mengalami sejumlah gangguan fisik maupun
11
psikologis yang mengganggu aktivitas sehari-hari serta menimbulkan
dampak negatif terhadap kualitas hidup dan rasa percaya diri (Siswono,
2004). Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi
menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi
generative ataupun endrokrinologik dari ovarium (Baziad, 2003).
Klimakterium dimulai dari enam tahun sebelum menopause dan berakhir
6-7 tahun setelah menopause, masa ini terjadi lebihkurang selama 13 tahun
dan terjadi pada usia 40-65 tahun (Kasdu, 2002). Menurut Baziad (2003),
klimakterium terdiri dari empat fase yang meliputi: premenopause,
perimenopause, menopause dan postmenopause.
Gambar 2.1 : Fase Klimakterium
Sumber: Menopause dan Andropause, Baziad (2003)
a. Premenopause
Premenopause mulai terjadi pada usia 40 tahun dan dimulainya
fase klimakterium serta terjadi sebelum periode menstruasi berakhir.
Fase ini dimulai dengan munculnya tanda ketidakteraturan siklus haid,
amenorrhoe, disminorrhea, polimenorrhea dan hipermenorrhea
(Andrews, 2010; Baziad, 2003 & Kusmiran, 2012).
12
b. Perimenopause
Perimenopause merupakan fase peralihan pramenopause dan
paska menopause. Fase ini perempuan mengalami siklus haid
(anovulatorik). Meskipun terjadi ovulasi namun kadar progesterone
tetap rendah, kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH), Luteinizing
Hormon (LH), dan estrogen sangat bervariasi tergantung individu
masing-masing (Andrews, 2010; Baziad, 2003 & Kusmiran, 2012).
c. Menopause
Menopause merupakan haid terakhir, dimana jumlah polikel yang
mengalami atresia meningkat sampai ketidaktersedianya folikel yang
cukup dan produksi estrogen berkurang, kadar FSH darah >40mlU/ml
dan kadar estradiol <3pg/ml (Baziad, 2003). Menopause mulai
terdiagnosis setelah 12 bulan mengalami amenorrhea dan secara umum
terjadi pada usia 40-58 tahun dan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik,
merokok, pengangkatan ovarium dan kemoterapi (Kusmiran, 2012).
d. Postmenopause
Postmenopause merupakan periode yang terjadi sesudah siklus
menstruasi terakhir dan merupakan periode bertahun-tahun setelah
menopause terjadi (Kusmiran, 2012). Fase ini ovarium sudah tidak
berfungsi sama sekali, kadar estradiol berkisar dari 20-30pg/ml dan
kadar hormon gonadotropin meningkat (Baziad, 2003).
13
3. Perubahan fisiologis masa menopause
Menopause merupakan periode menstruasi yang alami, yang terjadi
disebabkan oleh perubahan hormon-hormon yang mengontrol siklus
menstruasi berada dalam kadar yang sangat rendah sehingga menstruasi
tidak mungkin bisa terjadi lagi (Spencer & Brown, 2006). Perempuan
ketika mulai mengalami menopause, folikel telur di indung telur menjadi
kurang peka terhadap rangsangan hormon pituitari dan perubahan hormon
pituitari dapat menyebabkan perubahan hormon FSH dan LH. FSH dan
LH mengalami perubahan maka folikel sel telur yang dirangsang sedikit,
sehingga estrogen yang dilepas pada masa menstruasi juga sedikit dan
dinding rahim kurang berfungsi dengan baik terhadap rangsangan dan
menyebabkan haid menjadi tidak teratur (Llewellyn, 2006).
Perubahan fisiologis pada menopause meliputi:
a. Ketidakteraturan siklus menstruasi
Ketidakteraturan siklus menstruasi disebabkan oleh penurunan
hormon FSH dan LH yang menyebabkan folikel sel telur mengalami
penurunan sehingga hormon estrogen yang dikeluarkan juga sedikit dan
menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur (Llewellyn, 2006).
b. Menurunnya hasrat seksual
Penurunan hormon progesteron dan estrogen menyebabkan
penurunan libido dan hasrat seksual pada sebagian wanita menopause
(Northrup, 2006). Gangguan seksual terjadi karena penurunan kadar
estrogen yang menyebabkan vagina menjadi atropi, kering, gatal, panas
14
dan nyeri saat berhubungan seksual dikarenakan setelah menopause
sekresi vagina berkurang (Kasdu, 2002).
c. Berkeringat di malam hari
Pada malam hari perempuan premenopause mengalami rasa panas
dan lebih banyak berkeringat sehingga meyebabkan mengganggu rasa
nyaman saat tidur, mekanisme berkeringat banyak belum diketahui
pasti, namun hal itu bisa disebabkan oleh perubahan hormon yang
mengatur termoregulitas tubuh yang rendah, akibatnya suhu tubuh yang
semula normal menjadi panas dan mengeluarkan keringat sebagai
proses adaptasi tubuh (Kasdu, 2002).
d. Rasa panas (Hot flushes)
Keluhan vasomotor merupakan gangguan kesehatan yang dapat
berupa rasa panas (Hot flushes), rasa panas sering terjadi pada malam
hari, dan menyebabkan keluarnya keringat, terjadi selama beberapa
detik atau menit, tetapi ada juga yang berlangsung selama satu jam. Hot
Flushes dapat berlangsung selama 2-5 tahun ketika perempuan akan
memasuki usia menopause atau pada saat menopause akan menghilang
sekitar 4-5 tahun pasca menopause ( Kasdu, 2004 ; Baziad, 2003).
e. Keluhan fisik lainnya
Selain beberapa keluhan diatas, perempuan juga sering
mengalami keluhan berupa nyeri otot dan sendi atau lebih dikenal
dengan istilah osteoporosis dan osteoartritis yang terjadi akibat
penurunan hormon estrogen (Baziad, 2003). Penurunan hormon
estrogen juga berpengaruh pada jaringan kolagen, jaringan kolagen
15
menyebabkan kulit menjadi kering dan keriput, rambut rontok, gigi
mudah goyang, sariawan, dan gusi berdarah (Kasdu, 2004). Masa
menopause juga sering mengalami penyakit kardiovaskular dikarenakan
pada fase ini sering mengalami peningkatan kadar kolesterol dan
penumpukan kolesterol LDL yang dapat mempersempit dan
menyumbat pembuluh darah arteri, selain masalah kardiovaskular,
perempuan menopause juga sering mengalami obesitas dikarenakan
perubahan cara penyimpanan lemak di dalam tubuh (Spencer & Brown,
2007).
4. Perubahan psikologis masa menopause
Perubahan kehidupan merupakan periode yang harus dihadapi
seseorang perempuan, mulai dari remaja hingga tua, mulai dari siklus
menarche sampai siklus menopause sehingga perempuan harus dapat
menyesuaikan diri secara psikologi terhadap perubahan yang dihadapi
(Llewellyn, 2006). Perubahan- perubahan psikologis yang terjadi dan
gejala menopause dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Glasier
& Gebbie (2005) mengungkapkan perubahan psikologi yang terjadi
meliputi, perubahan mood, irritabilitas, kecemasan, labilitas emosi, merasa
tidak berdaya dan tidak siap, penurunan ingatan, konsentrasi berkurang,
sulit mengambil keputusan dan merasa tidak berharga.
Perempuan menilai atau menganggap menopause sebagai peristiwa
yang menakutkan (stressor) dan berusaha untuk menghindarinya, maka
strespun sulit dihindari. Ia akan merasa sangat menderita karena
kehilangan tanda-tanda kewanitaan yang selama ini dibanggakannya.
16
Sebaliknya bagi wanita yang menganggap menopause sebagai suatu
ketentuan Allah (Sunnatullah) yang akan dihadapi semua wanita, maka ia
tidak akan mengalami stres atau stres yang dialami tidak seberat wanita
yang mempersepsikan menopause itu sebagai “momok” atau “kiamat”
(Retnowati, 2003). Islam memahami bahwa kehidupan manusia akan
mengalami tiga fase, yaitu masa bayi, masa muda dan masa tua, sehingga
menopause juga harus dipahami sebagai ketentuan Allah. Didalam Al
Qur’an, Allah SWT telah berfirman:
“Kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah pada kedewasaan dan diantara kamu
ada yang diwafatkan dan ada pula di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dulunya diketahuinya.” (QS.Al Hajj: 5).
“Allah-lah yang mencipatkan kamu dari keadaan lemah, kemudian
menjadikan kamu sesudah lemah menjadi kuat, setelah kuat lemah lagi
dan beruban.” (QS.ArRuum: 54)
Agar dapat menjalani menopause dengan baik, diperlukan kemauan
diri untuk memandang hidup sebagai sebuah harapan, dan dibutuhkan
pikiran yang positif dalam memandang setiap kejadian atau peristiwa yang
dialami. Perempuan yang dapat berpikir secara positif, maka dapat
melalui masa menopause dengan mudah namun jika perempuan yang
berpikir negatif tentang menopause, maka keluhan-keluhan yang muncul
akan semakin memberat hidupnya, oleh karena itu penting bagi seseorang
untuk berpikir secara positif bahwa menopause merupakan sesuatu yang
sifatnya alami, sama halnya seperti fase kehidupan yang lain. Sikap positif
17
tersebut dapat muncul apabila ada bantuan dari orang-orang disekitarnya
(Kasdu, 2002). Penelitian yang lain menyatakan bahwa perasaan- perasaan
negatif yang dialami seseorang selama menopause berhubungan dengan
rendahnya dukungan yang diperoleh dalam hidupnya (Dacey & Travers,
2002). Kasdu (2002) menyatakan bahwa pengertian, penerimaan dan
dukungan dari suami sangat besar artinya bagi wanita yang menjalani
menopause. Komunikasi dan keterbukaan diantara keduanya dapat
membantu seseorang menjalani menopausenya dengan lebih baik. Peran
positif dari suami akan membuat seorang wanita berpikir bahwa
kehadirannya masih sangat dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan.
C. Dukungan Suami
1. Dukungan Suami
Setiap orang membutuhkan kehadiran orang lain dalam
kehidupannya, sehingga individu tidak mungkin bisa hidup sendiri
meskipun ia orang yang sangat mandiri. Bunk dalam Taylor (2009)
mengatakan dukungan sosial dapat berasal dari pasangan atau partner,
anggota keluarga dan masyarakat. Dukungan suami sangat berperan
penting untuk mengatasi kecemasan istri pada saat mengahadapi
menopause, perasaan cemas muncul karena seseorang merasa tidak
memperoleh dukungan dari orang lain (Thaliss, 1992 dalam Taylor 2009).
Kristiono (2011) mengemukakan bahwa istri yang mendapat dukungan
sosial dari suami ketika istri sedang mengalami rasa takut terhadap
menopause dan suaminya mengerti keadaan dari perasaannya, maka istri
18
merasa bahwa suami tersebut memiliki perhatian dan kasih sayang.
Kondisi demikian membuat istri merasa tenang karena diperhatikan dan
merasa tidak sendirian dalam menghadapi menopause. Istri yang kurang
mendapat dukungan emosional, merasa bahwa suaminya acuh dan tidak
peduli. Hal ini dapat menyebabkan istri semakin larut dalam ketakutannya
menghadapi menopause.
Dukungan sosial adalah kenyamanan secara fisik dan psikologis
yang diberikan oleh orang lain (teman atau anggota keluarga) (Sarason
dalam Baron dan Byrne, 2005). Dukungan sosial merupakan sumber daya
sosial yang dapat membantu individu dalam menghadapi suatu kejadian
yang menekan. Penelitian yang dilakukan wangmuba (2009) didapat
bahwa dukungan sosial juga mempunyai hubungan yang positif yang dapat
mempengaruhi kesehatan individu dan kesejahteraannya atau dapat
meningkatkan kreativitas individu dalam kemampuan penyesuaian yang
adaptif terhadap stres dan rasa sakit yang dialami.
Taylor (2009) mengatakan bahwa dukungan sosial dapat berasal dari
pasangan atau partner, anggota keluarga, kawan dan masyarakat sekitar
tempat tinggal dan kerja. Sarafino dalam Smet (2004) menyatakan bahwa
dukungan sosial ini dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber seperti
pasangan hidup, keluarga, suami, dan guru. Baron dan Byrne (2005)
mengatakan bahwa teman-teman dan keluarga mungkin dapat membantu
memecahkan suatu masalah. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan
sosial merupakan suatu suport yang diperoleh dari orang terdekat dan
dapat berpengaruh dalam menyelesaikan suatu permasalahan seseorang.
19
2. Penyesuaian sosial
Usia madya (40-50 tahun) sering membawa perubahan minat
dalam kehidupan sosial. Sebagai pasangan yang tanggung jawab
keluarganya berkurang, mereka dapat lebih banyak terlibat dengan
kegiatan sosial dibanding semasa mudanya. Banyak orang yang berusia
madya terutama kaum wanita, menyadari bahwa kegiatan sosial dapat
menghilangkan kesepian karena anak-anaknya sudah dewasa dan
berkeluarga. Selain itu apabila seseorang mulai memasuki masa pensiun,
kegiatan masyarakatnya pun akan berkurang, akibatnya seseorang
cenderung menghabiskan waktunya dengan keluarga dekat (Hurlock,
2010).
3. Jenis-jenis dukungan sosial
Taylor, dkk (2009) dan Smet (2004) membagi beberapa cara untuk
mengelompokkan jenis-jenis dukungan sosial sebagai berikut:
a. Dukungan emosional.
Perhatian emosional yang diekspresikan melalui suka cita, cinta,
kepedulian, empati dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan.
b. Dukungan instrumental misalnya penyedian jasa atau barang.
c. Dukungan informatif misalnya pemberian informasi tentang situasi
yang menekan.
20
d. Dukungan penghargaan, yaitu dukungan yang berupa persetujuan dari
orang lain mengenai gagasan atau perilaku. Dapat terjadi lewat
ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk seseorang.
Kasdu (2002) menyatakan bahwa pengertian, penerimaan dan
dukungan dari suami sangat besar artinya bagi wanita yang menjalani
menopause. Komunikasi dan keterbukaan diantara keduanya dapat
membantu seseorang menjalani menopausenya dengan lebih baik. Peran
positif dari suami akan membuat seorang wanita berpikir bahwa
kehadirannya masih sangat dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan.
21
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1 kerangka teori
Dimodifikasi dari Baziad (2003), Kasdu (2004), Llewellyn (2006),
Glasier & Gebbie (2005) dan Bunk dalam Taylor (2009).
Menopause pada perempuan
Perubahan fisik
- Ketidakteraturan siklus menstruasi
- Menurunnya hasrat seksual
- Berkeringat di malam hari
- Rasa panas (Hot flushes)
- Keluhan fisik lainnya
Perubahan psikologis
- Perubahan mood
- Cemas
- Merasa tidak percaya
diri
- Sulit berkonsentrasi
- Stres
Dampak pada pasangan
- Suami
Pengalaman suami menghadapi
istri yang menopause
22
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka sebelumnya, menopause merupakan
peristiwa penting yang mempengaruhi kehidupan perempuan dan keluarga.
Perempuan yang mengalami menopause akan mengalami berbagai
perubahan, baik fisik, psikologis, maupun sosial budaya. Respon perempuan
saat menghadapi menopause berbeda-beda satu dengan yang lain karena
banyak faktor yang turut mempengaruhinya. Beberapa faktor yang berperan
yaitu suport sosial yang didapat seorang perempuan, mulai dari suport
keluarga terdekat seperti suami, anak, dan orang tua serta bukan hanya suport
sosial saja yang mempengaruhi perempuan dalam menghadapi menopause,
karena menopause itu merupakan permasalahan yang sangat kompleks
sehingga dibutuhkan pengetahuan serta pengalaman yang cukup dari berbagai
faktor.
Pengalaman perempuan saat menghadapi menopause belum banyak
terekspos di Indonesia, dikarenakan banyak yang beranggapan permasalahan
itu masih tabu dan tidak harus dipermasalahkan. Banyak dampak yang
ditimbulkan dari kurangnya komunikasi serta pengetahuan mengenai
menopause baik dari kalangan istri maupun suami, padahal pengetahuan itu
sangat penting agar bisa menghadapi menopause dengan baik dan saling
suport antara suami istri dan mempunyai pengalaman yang baik. Pengalaman
suami tersebut perlu diteliti karena dimungkinkan memberikan dampak besar
23
bagi kehidupan istri karena suami adalah orang yang paling dekat dengan istri
dan sudah seharusnya mengerti serta memahami perubahan yang terjadi pada
istri. Informasi tentang pengalaman tersebut diharapkan juga dapat dijadikan
sumber wawasan masyarakat untuk membantu perempuan melewati masa
menopause dengan baik. Peneliti ingin mengekplorasi secara mendalam
tentang pengalaman suami dalam menghadapi istri yang akan memasuki
masa menopause.
B. Definisi Istilah
1. Pengalaman adalah suatu yang telah dialami, dilalui, dirasakan dan yang
pernah dihadapi oleh suami dalam menghadapi istri yang menopause
maksimal tiga tahun.
2. Menopause merupakan berhentinya dan tidak terjadinya haid seseorang
perempuan selama 12 bulan.
24
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah (Moleong, 2005). Alasan menggunakan metode kualitatif
karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh
makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring
dengan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti quisioner,
selain itu metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam dan suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang
sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.
Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2010).
Studi fenomenologi mempelajari tentang arti kehidupan beberapa
individu dengan melihat konsep pengalaman hidup mereka atau
fenomenanya. Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk
menjelaskan fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya
pengalaman hidup. fenomenologi bertujuan untuk mengetahui dunia dari
sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung atau berkaitan
25
dengan sifat-sifat alami pengalaman manusia, dan makna yang dianutnya.
Fenomenologi cenderung menggunakan metode observasi, wawancara
mendalam, dan analisis dokumen dengan metode hermeneutik (Kuswarno,
2009). Studi fenomenologi penting bagi praktek keperawatan karena
pendekatan ini membawa pada pengalaman hidup seseorang mengenai
persepsi pada suatu fenomena yang dihadapinya (Streubert, 1999).
Fenomenologi deskriptif mencakup eksplorasi secara langsung, analisis,
dan deskripsi dari fenomena tertentu, sebebas mungkin timbul dari prasangka
tidak teruji, dengan tujuan presentasi intuisi yang maksimal. Fenomenologi
deskriptif menstimulasi persepsi pengalaman hidup mereka dengan
menekankan pada kesempurnaan, luasnya dan kedalaman pengalaman yang
didapat (Spiegelberg (1975) dalam Streubert, (1999)).
Spiegelberg (1975) mengidentifikasi 3 langkah proses untuk
fenomenologi deskriptif : 1) intuisi (intuiting), 2) analisis (analyzing), dan 3)
menggambarkan (describe). Langkah pertama yaitu intuisi, peneliti menjadi
sepenuhnya terlibat dalam investigasi fenomena. Proses dimana peneliti
mulai mengetahui tentang fenomena seperti yang dijelaskan oleh para
partisipan, pengalaman suami yang meghadapi istri yang memasuki masa
menopause. Langkah kedua yaitu analisis, yang melibatkan identifikasi esensi
dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana
data disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut berkaitan
dengan elemen atau unsur, peneliti juga mengeksplorasi hubungan dan
koneksi dengan fenomena yang berdekatan yang dialami partisipan. Langkah
ketiga yaitu deskripsi, merupakan bagian integral dari intuisi dan dan analisis.
26
Meskipun ditangani secara terpisah, intuisi dan analisis sering terjadi secara
bersamaan. Pada tahap deskripsi peneliti akan mengkomunikasikan dan
membawa ke penjelasan tertulis dan lisan yang berbeda, juga elemen-elemen
penting dari fenomena tersebut. Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan
mengklasifikasikan atau mengelompokan pada tiap fenomena tersebut.
Peneliti akan menghindari upaya untuk menggambarkan fenomena sebelum
waktunya.
Penelitian ini didasarkan pada fokus masalah yang diteliti, memilih
partisipan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, analisis data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2010). Melalui pendekatan ini
diharapkan dapat menggali informasi secara mendalam tentang pengalaman
suami menghadapi istri yang akan menopause di Kelurahan Pisangan,
Ciputat.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pisangan, Ciputat pada bulan
Juni – Juli tahun 2013. jumlah perempuan menopause di kelurahan Pisangan
yaitu sekitar 2514 orang (Laporan Kependudukan kelurahan Pisangan, 2012).
C. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini yaitu para suami yang memiliki istri
yang telah mengalami menopause maksimal tiga tahun yang berada di
kelurahan Pisangan dan diwawancarai secara langsung oleh peneliti.
27
Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan
(adequancy). Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Pengumpulan
data dilakukan dengan tehnik Snowball, yaitu dengan cara menghubungi
partisipan pertama dan meminta rekomendasi satu orang untuk dijadikan
partisipan selanjutnya dan seterusnya.
1. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini yaitu para suami yang memiliki istri
yang telah mengalami menopause maksimal tiga tahun yang berada di
kelurahan Pisangan sebanyak enam orang, dengan kriteria:
a. Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menjawab semua
pertanyaan peneliti.
b. Bersedia dan kooperatif menjadi partisipan penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai Juli
2013. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan metode
wawancara mendalam dan menggunakan instrumen (MP 10 atau pulpen
perekam, field note, pedoman wawancara). Wawancara mendalam
dilakukan pada partisipan dengan berpedoman pada pedoman wawancara
yang telah disiapkan sebelumnya.
28
2. Tahap pengumpulan Data
a. Tahap Persiapan Pengumpulan Data
1) Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin
penelitian kepada pihak-pihak terkait seperti kepala Lurah
Pisangan, Ciputat dan RT/RW dan melakukan kode etik
penelitian.
2) Setelah perizinan selesai peneliti melakukan uji coba pedoman
wawancara pada satu orang partisipan pemula yang memiliki
kriteria sama seperti partisipan yang akan dilakukan dalam
penelitian ini, tanpa dibuatkan transkrip hasil wawancara. Uji
coba pedoman wawancara ini dilakukan untuk melatih peneliti
agar lancar saat pengumpulan data pada partisipan sebenarnya.
3) Selanjutnya peneliti mendata partisipan yang sesuai dengan
kriteria, lalu mengadakan pertemuan dengan partisipan untuk
melakukan inform consent dan menjelaskan tujuan serta manfaat
dari penelitian ini.
4) Peneliti akan melakukan wawancara terlebih dahulu pada
partisipan lalu hasil dari wawancara dilakukan transkrip data.
b. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan
pembuatan laporan penelitian, ada beberapa teknik, cara atau metode
yang dilakukan oleh peneliti dan disesuaikan dengan jenis penelitian
kualitatif, yaitu cara mengumpulkan data dengan:
29
Wawancara mendalam (indepth interview) secara umum adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
partisipan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara
(Bungin, 2008). Peneliti menggunakan jenis wawancara tidak
terstruktur yaitu wawancara mengajukan beberapa pertanyaan secara
lebih luas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya namun tetap bedasarkan pada pedoman
wawancara yang telah disiapkan peneliti agar wawancara tidak
menyimpang jauh. Biasanya pertanyaan muncul secara spontan
dengan perkembangan situasi dan kondisi ketika melakukan
wawancara (Maleong, 2007). Dengan teknik ini diharapkan terjadi
komunikasi langsung, luwes, fleksibel serta terbuka, sehingga
informasi yang didapatkan lebih banyak dan luas mengenai
pengalaman suami mengahadapi istri yang akan memasuki masa
menopause.
Field & Morse (1985) dalam Holloway & Wheeler (2010)
mengungkapkan bahwa wawancara mendalam dapat dilakukan dalam
waktu satu jam. pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi
sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus
melakukan wawancara agar memperoleh data yang valid dan akurat
(sugiyono, 2010)
Peneliti melakukan kontrak waktu dengan partisipan, sehingga
partisipan dapat merencanakan kegiatannya pada hari itu tanpa
30
terganggu oleh wawancara. Beberapa kali wawancara singkat akan
lebih efektif dibanding hanya satu kali dengan waktu yang panjang.
Selama melakukan wawancara mendalam penelti juga membuat
catatan lapangan (field note) yang mendeskripsikan tanggal, waktu,
kondisi dilingkungan rumah informan, kondisi saat wawancara dan
reaksi yang dimunculkan informan ketika wawancara mendalam.
Tehnik wawancara dimulai dari hal yang bersifat umum ke khusus,
karena penliti ingin menjalin hubungan saling percaya terlebih dahulu
kepada partisipan agar partisipan bisa terbuka dan menerima
kehadiran peneliti sehingga dapat memperoleh hasil yang benar- benar
akurat dan sesuai yang diharapkan peneliti.
Tugas peneliti dalam melakukan wawancara meliputi aktif
mendengarkan, empati, fleksibel dan tanggap, merekam dan mencatat,
lebih banyak mendengarkan, menindak lanjuti jawaban partisipan
serta wawancara dilakukan dengan face to face. Wawancara akan
berlangsung baik kalau telah tercipta rapport antara peneliti dengan
partisipan, Stainback dalam Sugiyono (2010) mengatakan bahwa
rapport adalah suatu hubungan yang saling menguntungkan, merasa
saling percaya dan terjalin emosi diantara kedua orang (peneliti dan
partsipan). Tehnik yang telah dipersiapkan di atas dapat membuat
partisipan lebih luwes, lebih terbuka dan percaya kepada peneliti
sehingga partisipan mau menceritakan pengalamannya dalam
menghadapi istri yang memasuki masa menopause secara terbuka dan
di dapat hasil yang akurat dan valid.
31
Prosedur yang harus dipenuhi dalam wawancara fenomenologi
menurut Ibid dalam Kuswarno (2009) sebagai berikut:
1) Menyatakan dengan jelas identitas, dan tujuan peneliti.
2) Mampu membuat catatan-catatan kecil yang lengkap dan cepat
selama wawancara berlangsung.
3) Usahakan untuk mengingat pertanyaan untuk meminimalkan
kehilangan kontak mata dengan partisipan.
4) Usahakan untuk tidak banyak bicara (menimpali partisipan) ketika
wawancara berlangsung.
5) Merekam proses wawancara dalam bentuk video atau kaset untuk
keakuratan data.
6) Membuat jadwal wawancara untuk masing-masing partisipan.
7) Mencocokan tingkat pertanyaan dengan kemampuan pasrtisipan.
8) Memperhitungkan waktu untuk pembuatan transkrip wawancara.
9) Menciptakan suasana nyaman selama proses wawancara.
10) Mempersiapkan cara-cara interupsi yang tidak akan mengganggu
proses wawancara.
11) Percaya dengan kemampuan mewawancarai.
12) Mempersiapkan cara atau metode yang akan digunakan ketika
wawancara.
13) Tidak melenceng jauh dari daftar pertanyaan yang telah dibuat
(pedoman wawancara), namun bisa berkembang seiring situasi
saat wawancara.
14) Belajar untuk mendengarkan
32
15) Mampu mengendalikan ledakan/ pancaran emosi selama
wawancara berlangsung.
16) Antisipasi bila jawaban partisipan melenceng dari pertanyaan
peneliti.
17) Mengucapkan terima kasih kepada partisipan, diakhir wawancara
sekaligus meminta persetujuannya bila hasil wawancara
dipublikasikan.
18) Meminta kesediaan partisipan untuk wawancara tambahan bila
diperlukan.
19) Menanyakan dengan pertanyaan yang tepat dan bergantung
kepada partisipan ketika mendiskusikan makna peristiwa yang
mereka alami, sesungguhnya membutuhkan kesabaran dan
keterampilan khusus dari peneliti.
E. Keabsahan Data
Data yang peneliti peroleh dalam penelitian kualitatifnya perlu diuji
validitas dan reliabilitas untuk mengukur keabsahan data. Hal ini
dikarenakan hal yang diuji validitas dan reliabilitas pada penelitian
kualitatif adalah datanya (Sugiyono, 2010). Data yang valid yaitu data
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa
yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Banyak hasil
penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu
subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
kualitatif, sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi
33
hasil akurasi penelitian (Bungin, 2003; Sugiyono, 2010 & Streubert,
2003). Oleh karena itu penelitian kualitatif perlu dilakukan uji
keabsahannya, adapun uji keabsahan tersebut meliputi: uji credibility,
transferability, dependability, dan confirmability (Maleong, 2007;
Sugiyono, 2010).
1. Kredibilitas (Credibility)
Kredibilitas menguraikan fokus penelitian dan menunjukkan
kepercayaan diri terhadap kebenaran data dan bagaimana data di
proses dan di analisis dengan baik sesuai dengan fokus yang
dimaksudkan (Polit & Hunger, 1999 dalam Granehim & Lundman,
2003). Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi, dengan
teman sejawat, analisis kasus negative, dan member check (Sugiyono,
2010 & Bungin, 2008). Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil
penelitian, yaitu (Bungin, 2007):
a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari
kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden dan untuk
membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga
kepercayaan diri peneliti sendiri.
b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
34
atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci.
c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut.
d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang di peroleh dalam
bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat atau yang ahli
dalam bidang kualitatif.
e. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan
dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-
pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya
pada data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
data.
Penelitian ini peneliti menggunakan kredibilitas Peer debriefing dan
triangulasi. Dimana setelah peneliti mengumpulkan data peneliti akan
membuat transkrip data. Pertama, transkip data yang di buat peneliti akan
dibicarakan kepada pembimbing untuk mendiskusikan unsur-unsur yang
penting yang dialami partisipan. Kedua peneliti memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data misalnya memanfaatkan hasil video dan field note
guna membandingkan hasil dari wawancara mendalam tadi untuk
melakukan pengecekan.
35
2. Transferabilitas (Transferability)
Uji transferabilitas mengandung arti bahwa data yang dilaporkan
dapat diterapkan atau diberlakukan di tempat lain pula. Tempat lain
tersebut juga harus memiliki karakter yang hampir sama dengan obyek
penelitian sebelumnya (Lapau, 2012). Hasil penelitian kualitatif memiliki
standar transferabilitas tinggi bilamana para pembaca laporan penelitian
memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan
fokus penelitian (Bungin, 2008). Peneliti dalam melakukan uji
tranferabilitas harus membuat laporan atau hasil penelitian secara jelas,
rinci, sitematis, dan dapat dipercaya sehingga orang lain atau pembaca
menjadi jelas dan mengerti terhadap hasil dari penelitian yang dilakukan
agar orang lain dapat memutuskan untuk dapat mengaplikasikan atau tidak
hasil penelitian tersebut di tempat lain.
3. Dependabilitas
Polit & Hunger, (1999) dalam Granehim & Lundman, (2003)
menyatakan bahwa salah satu teknis untuk mencapai reliabilitas adalah
dengan melibatkan seorang auditor eksternal untuk melakukan audit dan
menelaah hasil penelitian secara keseluruhan. Dependabilitas yaitu apakah
hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam
mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika
membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat
digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau
tidak (Bungin, 2003).
36
Pada penelitian ini peneliti membuat transkrip data secara singkat
maksud, tujuan, proses dan hasil temuan studi. Peneliti akan menjelaskan
secara rinci cara pencatatan yang telah diadakan selama penelitian. Peneliti
juga akan menyediakan segala macam pencatatan yang diperlukan dan
bahan-bahan penelitian yang tersedia untuk dipelajari oleh pembimbing
(auditor) untuk membuat suatu kesepakatan, dalam hal ini auditor
eksternal yang dapat dilibatkan adalah pembimbing dari peneliti baik
pembimbing I dan II untuk mereview seluruh hasil penelitian.
4. Konfirmabilitas (confirmability)
Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan
kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang
dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Dalam penelitian
kualitatif uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependability sehingga
pengujiannya bisa dilakukan secara bersama (Sugiyono, 2010). Pada
penelitian ini hasil penelitian ditelusuri oleh pembimbing (auditor) untuk
memastikan apakah hasil temuan itu benar-benar dari data, menelusuri
data mentah yang dibuat peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti, dan
menelaah kegiatan peneliti dalam memeriksakan keabsahan data.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini mengunakan tehnik analisa data menurut tehnik Colaizzi
(1978). Langkah-langkah analisis data berdasarkan Colaizzi (1978) dalam
Streubert (2003), meliputi:
37
1. Peneliti mulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh
tentang fenomena yang diteliti yaitu pengalaman suami menghadapi istri
yang menopause.
2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir
mengenai gambaran para partisipan mengenai pengalaman dalam
mengahadapi istri yang menopause, data yang dianggap penting dibuat
pengkodean data.
3. Membaca semua gambaran semua partisipan secara berulang-ulang dari
fenomena yang dialami partisipan mengenai pengalaman menghadapi
istri yang akan memasuki masa menopause sampai memperoleh
pemahaman yang benar
4. Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan
mengelompokkan kata kunci dari para partisipan mengenai pengalaman
menghadapi istri yang akan memasuki masa menopause.
5. Mengatur kumpulan membentuk pengertian dari kelompok tema dengan
membuat kategori-kategori.
6. Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan tema.
7. Selanjutnya mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif
8. Peneliti mengulang validasi data ke partisipan atas gambaran yang
diberikan untuk megklarifikasi data hasil penelitian
9. Jika data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga menjadi
gambaran yang lengkap ( Streubert dan Carpenter, 2003).
38
Bagan 4.1 Teknik analisa data Colaizzi (1978)
Sumber: Streubert & Carpenter (2003).
G. Etika Penulisan
Setiap penelitian harus menjunjung tinggi etika penelitian. Notoatmojdo
(2010) mengemukakan prinsip dasar etika penelitian, meliputi :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).
Sebelum melakukan penelitian peneliti terlebih dahulu harus menjelaskan
maksud, tujuan dan manfaat penelitian ini kepada partisipan dan
melakukan inform consent, Jika partisipan bersedia maka partisipan harus
Mencatat data yang diperoleh
(hasil wawancara dan observasi)
Membaca transkrip secara
berulang-ulang
Mengelompokkan kata kunci
Membuat kategori-kategori
Menggabungkan data yang baru
diperoleh saat dilakukan validasi
Kembali ke responden untuk
klarifikasi data hasil penelitian
Merumuskan tema
Mengintegrasikan hasil analisis
ke dalam bentuk deskriptif
Memiliki gambaran yang jelas
tentang fenomena yang diteliti
39
menandatangani lembar persetujuan sebagai bukti kesediaan menjadi
partisipan. Namun, jika partisipan menolak untuk di teliti maka peneliti
tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak partisipan.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan, peneliti tidak akan
mencantumkan nama partisipan pada lembar pedoman wawancara atau
hasil penelitian yang akan disajikan. Peneliti hanya akan menggunakan
kode pada lembar pedoman wawancara dan mengunakan inisial dalam
penyajian hasil penelitian serta akan membuat password ketika data
dimasukan ke dalam file tersendiri dan yang boleh mengetahui password
tersebut hanya peneliti dan para pembimbing.
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice/inclusiveness)
Peneliti menjaga prinsip keadilan dengan memberikan perlakuan yang
sama pada setiap partisipan dan tidak membeda-bedakan ras, agama, dan
sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harm and benefits).
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang optimal bagi
masyarakat maupun partisipan sendiri. Peneliti juga perlu berusaha untuk
meminimalkan dampak yang merugikan.
40
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
kepada enam partisipan dengan melalui proses analisa data dari hasil wawancara
mendalam dan ketika pada saat melakukan analisa data ditemukan beberapa tema-
tema esensial yang selanjutnya oleh peneliti dideskripsikan kedalam bentuk
naratif dengan penyajian hasil penelitian sebagai berikut.
Penyajian hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama
menguraikan mengenai gambaran umum wilayah penelitian. Bagian kedua
memaparkan hasil penelitian yang meliputi karakteristik partisipan dan hasil
analisa tematik. Paparan hasil penelitian ini dideskripsikan berdasarkan hasil
wawancara mendalam yang telah disusun berdasarkan tema yang telah ditemukan.
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kelurahan Pisangan adalah kelurahan terluas di kecamatan Ciputat
timur degan luas 4.140 km2 atau 24,2% dari seluruh wilayah kecamatan
Ciputat Timur dengan total populasi sebanyak 30132 jiwa yang terdiri dari
18 RT. Adapun batas-batasnya: sebelah utara berbatasan dengan Cirendeu
atau Cilandak, sebelah selatan Cipayung kecamatan Ciputat, sebelah timur
Pondok Cabe kecamatan Ciputat, sebelah barat Cempaka putih kecamatan
Ciputat timur (Laporan Kependudukan Kelurahan Pisangan, 2013)
41
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Partisipan
Sebanyak enam partisipan berpartisipasi dalam penelitian ini.
Semua partisipan bertempat tinggal di daerah kelurahan Pisangan,
Ciputat. Adapun karakteristik dari partisipan sebagai berikut:
Partisipan pertama (P1) bapak D 52 tahun, istri Ny W 59 tahun,
pendidikan terakhir SMU, pendidikan istri SMP, pekerjaan sopir,
pekerjaan istri ibu rumah tangga, jumlah anak tiga, umur istri pertama
kali menstruasi 16 tahun, lama istri menopause tiga tahun yang lalu.
Partisipan kedua (P2) bapak H 52 tahun, istri Ny S 52 tahun,
pedidikan terakhir SD, pendidikan istri SD, pekerjaan Buruh,
pekerjaan istri ibu rumah tangga, jumlah anak 3 orang, umur istri
pertama kali menstruasi 17 tahun, lama istri menopause 2 bulan yang
lalu.
Partisipan ketiga (P3) bapak B 60 tahun, istri Ny S 51 tahun,
pendidikan terakhir SMA, pendidikan istri SMP, pekerjaan Pensiunan
PNS, pekerjaan istri ibu rumah tangga, jumlah anak 6 orang, umur
istri pertama kali menstruasi 15 tahun, lama istri menopause 6 bulan
yang lalu.
Partisipan keempat (P4) bapak R 57 tahun, istri Ny D 48 tahun,
pendidikan terakhir tidak sekolah, pendidikan istri tidak sekolah,
pekerjaan Buruh, pekerjaan istri ibu rumah tangga, jumlah anak 4
orang, umur istri pertama kali menstruasi 9 tahun, lama istri
menopause 3 tahun yang lalu.
42
Partisipan kelima (P5) bapak M 67 tahun, istri Ny R 50 tahun,
pendidikan terakhir PGA, pendidikan istri SD, pekerjaan Buruh,
pekerjaan istri ibu rumah tangga, jumlah anak 3 orang, , umur istri
pertama kali menstruasi 12 tahun, lama istri menopause 1 tahun yang
lalu.
Partisipan keenam (P6) bapak N 58 tahun, istri Ny S 51 tahun,
pendidikan terakhir SLA, pendidikan istri SLA, pekerjaan
Wiraswasta, pekerjaan istri ibu rumah tangga, jumlah anak 4 orang,
umur istri pertama kali menstruasi 11 tahun, lama istri menopause 3
tahun yang lalu.
2. Hasil Analisis Tematik
Hasil analisis tematik ini menjelaskan tujuh tema yang ditemukan
pada penelitian ini. Berbagai tema yang ditemukan terkait pengalaman
suami menghadapi istri yang akan memasuki masa menopause sebagai
berikut: 1) Makna menopause bagi suami; 2) Perubahan fisik yang
dialami istri menjelang menopause; 3) Perubahan psikologis yang
dialami istri saat menopause; 4) Perubahan respon seksual suami saat
istri menjelang menopause; 5) Perubahan respon psikologis suami saat
istri menjelang menopause; 6) Penyesuaian suami terhadap perubahan
pada masa menopause; 7) Upaya suami dalam meningkatkan
kenyamanan terhadap perubahan masa menopause.
43
Tema 1. Makna Menopause bagi Suami
Makna menopause bagi suami sangat beragam yang mencakup
semua makna yang berkaitan dengan penilaian dan pemahaman
mengenai menopause yang dialami oleh istri. Makna menopause bagi
suami yang meliputi: 1) Menopause sebagai proses alamiah; 2)
menopause sebagai perubahan non produktif; 3) Menopause sebagai
proses penuaan; 4) Menopause sebagai perubahan siklus menstruasi;
5) Menopause sebagai perubahan pemahaman hubungan seksual.
1. Menopause sebagi proses alamiah
Makna menopause diungkapkan berbeda-beda oleh para
suami, adapun sebanyak dua dari enam partisipan mengungkapkan
bahwa menopause itu suatu proses alamiah, berikut ini salah satu
ungkapan dari partisipan sebagai berikut:
“ ...bagi saya istri yang menopause itu sudah alamiah,
bakalan ngerasain semua jadi nggak usah dipermasalahkan,
harus diterima saja” (P1)
“ ya sama-sama kita sadari, kita mengertilah kan itu udah
proses alami, kan semua orang juga mengalaminya...” (P2)
2. Menopause sebagai perubahan non produktif
Tiga dari enam partisipan memaknai menopause sebagai
perubahan masa produktif, seperti ungkapan salah satu partisipan
berikut ini:
“.... ya gitu bagi saya menopause ya sudah mengurangi
waktu subur dan pemberhentian punya anak kali ya, heee...” (P3)
44
3. Menopause sebagai proses penuaan
Sebagian besar partisipan beranggapan bahwa istri
menopause telah menjadi tua, berikut ungkapan dari salah satu
partisipan yaitu bapak M (67 tahun) pekerja sebagai buruh yang
istrinya sudah mengalami menopause selama 1 tahun sebagai
berikut :
“....Paling anggapannya ya istri saya sudah tua, wajarlah
saya juga sudah tua.” (P5)
4. Menopause sebagai perubahan siklus menstruasi
Menopause diartikan sebagai perubahan siklus menstruasi
oleh beberapa partisipan, dibawah ini salah satu ungkapannya
sebagai berikut:
“.... Apa yah?? Mungkin menopause itu mens yang mulai
tidak teratur, kadang-kadang dapat, kadang-kadang nggak.”(P2)
5. Menopause sebagai perubahan pemahaman hubungan seksual
Sebagian besar partisipan menyatakan bahwa makna
menopause bagi suami suatu bentuk yang lebih mengakrapkan
hubungan kekeluargaan, mereka beranggapan setelah menopause
hubungan suami istri berubah menjadi lebih kekeluargaan dan
bahkan bisa seperti hubungan kakak- adek, berikut ungkapan dari
salah satu partisipan:
“....ya gitu udah berubah aja, kan sudah tua jadi lebih ke
rasa kayak teman, kayak kakak adek ajalah...”(P1).
“....ya nggak seperti suami istri aja, sepeti lebih saudara
dan lebih kayak keluarga aja...hubungannya lebih ke saling
tolong-menolong aja.” (P4)
45
Tema 2. Perubahan fisik yang dialami istri menjelang menopause
Perempuan menopause akan mengalami beberapa perubahan
pada organ tubuh, berbagai macam perubahan fisik yang dialami oleh
wanita menopause antara lain perubahan siklus menstruasi, perubahan
pola tidur, menderita berbagai macam penyakit dan lain-lain. Berikut
ini hasil wawancara mendalam kepada enam partisipan, mereka
melaporkan beberapa perubahan yang terjadi pada istri ketika
menopause diantarnya lima dari enam partisipan mengatakan bahwa
istrinya semenjak menopause lebih gampang capek, sering males dan
lelah, berikut ini adalah penuturannya:
“...istri semenjak menopause sekarang lebih gampang capek,
sering males-malesan aja, kalau lagi kerja dirumah sering ngeluh
gampang capek, akibat sudah tua.”(P2).
Satu dari enam partisipan mengatakan bahwa istrinya sulit
tidur dan gampang capek, berikut ini penuturannya:
“...Ibu gak ada perubahan apa-apa neng, ya paling mengeluh
sulit tidur, gampang capek dan pegal-pegal dikaki doank selama
menopause.”(P5)
Satu dari enam partisipan mengungkapkan perubahan fisik
yang terjadi pada istri menopause yaitu mulai keriput dan dianggap
sebagai tanda penuaan, berikut ungkapan partisipan tersebut:
“...Nggak kok, nggak ada perubahan fisik apa-apa, paling ibu
itu berubah dari segi penampilan, dulu masih muda sekarang tua,
udah mulai mau keriputan, itu aja kok.”(P4)
Menurut penuturan bapak B (60 tahun) yang berprofesi sebagai
PNS, istrinya Ny S (51 tahun), tidak mengalami perubahan dari segi
46
fisik, dikarenakan mereka rajin olahraga dan meminum jamu.
Dibawah ini penuturanya:
“...Ibu nggak ada perubahan dari segi fisik, kan kita rajin
olahraga serta minum jamu jadi kita jaga kesehatan aja.”(P3)
Tema 3. Perubahan psikologis yang dialami istri menjelang
menopause
Siklus menopause sangat identik dengan perubahan psikologis
yang dihadapi oleh para wanita, sebagian besar wanita akan
mengalami perubahan yang signifikan dalam permasalahan
psikologis, adapun perubahan yang biasa terjadi misalnya, wanita
lebih gampang marah, emosinya sering berubah-ubah / labil, merasa
cemas, takut ditinggal suami dan lain sebagainya.
Perubahan psikologis istri yang menopause dalam studi ini lebih
mengarah kepada perubahan emosi misalnya istri lebih pecemburu ,
istri lebih sering marah dan ada juga yang istri dari partisipan tidak
mengalami perubahan.
Tiga dari enam partisipan mengatakan bahwa istrinya mudah
marah ketika menopause. Berikut ini salah satu ungkapan dari
partisipan tersebut :
“...Ya suka marah-marah, pokoknya suka banget marah-marah
itulah orang menopause...pokoknya kalau berpendapat suka ngotot,
kalau nggak suka sama dia kita dimarahin, pokoknya sekarang
gampang marah neng..”(P1)
47
Bapak H (52 tahun) mengungkapkan bahwa istrinya sekarang
lebih cemburuan dan takut kalau ditinggal, berikut ungkapnya:
“...ya perubahannya cemburuan, cemburu buta, bingung harus
menghadapinya,,heee..ya dia takut ditinggal, takut kalau saya main
belakang..”(P2)
Satu dari enam partisipan mengungkapkan bahwa istrinya tidak
mengalami perubahan psikologis, istrinya tetap sama saja antara
sebelum dan sesudah menopause, dibawah ini ungkapan dari salah
satu partisipan yang istrinya baru 1 tahun yang lalu mengalami
menopause sebagai berikut:
“...Gk ada perubahan emosi, ibu tetap seperti dulu pendiam dan
tidak gampang marah.”(P5)
Tema 4. Perubahan respon seksual suami saat istri menjelang
menopause
Permasalahan seksualitas pada perempuan menopause terjadi
akibat penurunan fungsi hormonal yang menyebabkan beberapa
perubahan, yaitu perubahan pola seksual atau penurunan libido pada
istri menopause, perubahan kenikmatan seksual, penurunan frekuensi
hubungan seksual, berkurangnya cairan vagina dan keluhan sakit
ketika istri diajak melakukan hubungan intim.
Para partisipan dalam studi ini menceritakan tentang adanya
perubahan respon seksual suami pada istri menopause meliputi: a)
perubahan pada gairah seksual; b) perubahan kenyamanan fisik
berhubungan intim (Dispareunia) dan c) Perubahan frekuensi
hubungan suami istri.
48
a. Menopause dianggap sebagai perubahan gairah seksual
Semua partisipan menyebutkan terdapat perubahan gairah
seksual pada istri ketika mengalami masa menopause diantaranya
penurunan libido dan perubahan kenikmatan seksual, berikut
pemaparannya:
Bapak D (52 tahun) bekerja sebagai sopir, pendidikan
terakhir SMU, mengungkapkan bahwa istrinya, Ny W (59
tahun) yang telah memasuki masa menopause selama 3 tahun
yang lalu, mengalami perubahan dalam berhubungan intim,
berikut penuturannya:
“Masalah hubungan itu sudah agak jauh, berhubungan
agak gelisah, sakit mungkin,, jadi saya tidak maksa dan
mainnya Cuma sebentar...ibu itu sering menghindar kalau saya
mau, ibu suka pergi dan menghindar.”(P1)
b. Perubahan kenyamanan fisik berhubungan intim (Dispareunia)
Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa istrinya
mengalami nyeri ketika berhubungan intim, berikut ini salah satu
ungkapan partisipan tersebut:
“saya melihatnya kalau biasanya main dulu sebelum
menopause selalu banjir kalau sekarang sudah nggak, sudah
kering dan ibu bilang nyeri karena cairannya udah
kering..hee”(P4)
c. Perubahan frekuensi hubungan suami istri
Sebagian partisipan mengungkapkan ketika istri memasuki
masa menopause, frekuensi melakukan hubungan intim menjadi
berubah, tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa dulu
sebelum menopause berhubungan intim setiap malam, kalau
49
sekarang berapa bulan baru main, berikut ungkapan dari salah
satu partisipan tersebut:
“sekarang berapa bulan baru main, kalau dulu sebelum
menopause setiap malam main..”(P1)
Perubahan yang sama juga dirasakan oleh bapak H,
menurut beliau ibu S (52 tahun) yang sehari-hari berprofesi
sebagai ibu rumah tangga dan baru sekitar dua bulan yang lalu
mengalami menopause, mengalami perubahan frekuensi ketika
berhubungan badan berikut penuturannya:
“...dulu sebelum menopause mainnya bisa tiap malam, tapi
sekarang sudah jarang bisa seminggu hanya dua kali tapi kalau
puasa kayak gini ya kita nggak mainlah.”(P2)
Bapak B (60 tahun) mengungkapkan bahwa tidak ada
perubahan dalam frekuensi berhubungan intim dengan istri,
dikarenakan sudah terbiasa sering hidup berjauhan dari istrinya,
berikut pemaparannya:
“Frekuensinya dan kebiasaan mainnya sama saja tidak ada
perubahan, karena kita terbiasa hidup tepisah...”(P3)
Tema 5 Perubahan respon psikologis suami saat istri menjelang
menopause
Ketika istri memasuki masa menopause, para suami juga
mengalami perubahan psikologis, berikut hasil dari wawancara
mendalam kepada enam partisipan:
50
a. Marah kepada istri
Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa sering
jengkel kepada istri, berikut ini pemaparan dari salah satu
partisipan :
“...Terkadang sekarang saya merasa sering jengkel kalau
ibu sering cuek dan tidak cepat-cepat merespon keinginanan
saya.”(P2)
b. Merasa istri lebih tidak peduli
Satu dari enam partisipan merasa kalau istrinya lebih cuek
dan tidak seperti dulu sebelum menopause, berikut ungkapannya:
“...Saya merasa semenjak menopause ibu cuek dan tidak peduli
sama saya, tidak seperti dulu yang perhatiannya 100%, sekarang
ibu galak.”(P1)
c. Tidak ada perubahan
Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa tidak ada
perbedaan yang dia rasakan ketika istrinya menopause, mereka
beranggapan istrinya sama seperti dulu, berikut pemaparan dari
salah satu partisipan:
“...Ibu biasa aja, sama seperti dulu, tetap setia dan tidak
pernah bikin saya marah, saya tidak mengalami perbedaan emosi
kok.”(P6)
Tema 6. Penyesuaian suami terhadap perubahan pada masa
menopause
Telah diuraikan diatas, wanita yang memasuki masa menopause
akan mengalami perubahan baik dari segi fisik dan psikologis, dalam
51
menghadapi perubahan tersebut diperlukan upaya penyesuaian dari
para suami menghadapi perubahan pada istri adapun upaya yang
dilakukan oleh enam partisipan sebagai berikut:
Empat dari enam partisipan mengungkapkan perasaan menerima
dengan ikhlas terhadap perubahan fisik yang terjadi pada istri ketika
menopause, berikut ini salah satu ungkapan partisipan tersebut:
“...Ya cara menyikapinya paling kita harus menyadari , kalau
sudah tua kita harus menerima dengan ikhlas dan saling
pengertian.”(P2)
Dua dari empat partisipan mengungkapkan bahwa penyesuaian
yang dilakukan terhadap perubahan pada masa menopause yaitu
dengan menyadari serta menyerahkan kepada Tuhan, berikut
penuturannya:
“...saya nggak ada perasaan menyesal kan itu proses normal
kalau ada perubahan pada istri dan semuana diserahkan saja kepada
Tuhan.
Satu dari enam partisipan mengungkapkan bahwa menyesuaikan
dan tidak mempermasalahkan terhadap perubahan yang terjadi pada
istri menopause, berikut ungkapannya:
“...ya saya diem aja, nggak mempermasalahkan lagi, kalau dulu
tidur kita sama-sama, sekarang sendiri-sendiri.
52
Tema 7. Upaya suami dalam meningkatkan kenyamanan
terhadap perubahan masa menopause
Beberapa upaya yang dilakukan partisipan untuk memberikan
kenyamanan seksual saat istri menopause, mulai dari keinginan untuk
membeli pelumas, menciptakan hubungan menjadi lebih intim dengan
pasangan dan perlakukan to the point ketika berhubungan intim.
Satu dari enam partisipan mengatakan keinginannya untuk
membeli pelumas, agar ketika waktu berhubungan intim tidak terlalu
kering dan sakit, berikut ungkapannya:
“... kepingin beli pelumas aja, biar ibu tidak sakit dan anunya
tidak kering,, ketika main.hee.,”(P1)
Lima dari enam partisipan mengungkapkan bahwa ketika
berhubungan mereka langsung saja, tanpa melakukan pemanasan,
sebab istrinya tidak mau main dalam waktu yang lama, berikut ini
salah satu ungkapan partisipan tersebut:
“...ya kita kalau mainnya nggak harus pemanasan dulu lah,
tanpa pemanasan juga udah panas neng...kita kalau main itu
langsung aja, langsung to the point aja.”(P2)
Berbeda dengan yang lain, bapak R (57 tahun) mengatakan
bahwa walaupun istrinya menopause lebih cepat dari yang lain yaitu
ketika berusia 45 tahun, bapak R tetap konsisten mencari cara untuk
menciptakan hubungan yang lebih intim dengan pasangan, demikian
ungkapannya:
53
“...Caranya kita kalau ada keinginan kita bercumbu terus
mainnya sebentar aja cukup, sekedar memenuhi keinginan aja dan
harus saling mengerti..”(P4)
54
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini menjabarkan beberapa bagian yang terkait dengan hasil penelitian
yang telah diperoleh. Bagian pertama menjabarkan pembahasan hasil penelitian
yaitu membandingkan dengan konsep, teori, dan berbagai penelitian sebelumnya
yang terkait dengan hasil penelitian ini untuk memperkuat pembahasan
interpretasi hasil penelitian. Bagian kedua adalah mengemukakan berbagai
keterbatasan selama proses penelitian dengan membandingkan pengalaman
selama proses penelitian yang telah dilakukan dengan proses yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan aturan.
A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi
Penelitian ini menghasilkan tujuh tema. Beberapa diantaranya memiliki
sub tema dengan beberapa kategori makna tertentu. Tema tersebut
teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian. Berikut penjelasan secara rinci
untuk masing-masing tema yang dihasilkan dari penelitian ini:
Tema 1. Makna menopause bagi suami
Menopause memiliki makna yang begitu luas, yang mencakup
penilaian serta pemahaman seseorang. Pada penelitian ini makna menopause
dipersepsikan bervariasi oleh para partisipan. Makna menopause bagi suami
meliputi suatu hal yang alamiah, masa tidak produktif, menyadari sebagai
proses penuaan, dan mengalami perubahan pemahaman hubungan suami
istri.
55
Setiap perempuan dalam kehidupannya akan mengalami masa produktif
yang dimulai dari mentruasi dan diakhiri dengan masa non produktif dengan
ditandai adanya menopause (Indarti, 2005). Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian dimana dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa mereka
menganggap menopause merupakan sesuatu yang alamiah yang akan terjadi
pada setiap perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian Wijayanti (2011)
yang melaporkan bahwa upaya yang dilakukan untuk mengurangi rasa
kecemasan pada istri yang menopause, suami diharapkan menerima dan
menganggap bahwa menopause merupakan hal yang normal dan merupakan
proses penuaan yang alamiah. Menopause merupakan proses kehidupan yang
alami yang dialami oleh setiap wanita (Indarti, 2005). Penelitian yang serupa
juga dilakukan oleh Adler (2000) yang melaporkan bahwa menopause
merupakan perkembangan alami melalui siklus kesuburan seseorang.
Menopause juga dimaknai sebagai proses penuaan dan masa dimana istri
sudah tidak produktif lagi oleh para partisipan didalam penelitian ini. Hal ini
sejalan dengan penelitian Adekunle et al, (2005) yang melaporkan bahwa
menopause dianggap sebagai manifestasi fisiologis normal dari proses
penuaan dengan 95,56 % responden, sementara 2,66% responden percaya itu
adalah suatu kondisi penyakit penurunan libido. Dillaway (2005) melaporkan
bahwa menopause merupakan bagian dari proses penuaan. Pada masa
menopause seorang perempuan tidak bisa hamil dan mulai stop untuk
memproduksi anak, tetapi itu merupakan fase awal pada kehidupan yang baru
(Llewellyn, 2006). Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
Larasati (2006) yang melaporkan bahwa menopause merupakan suatu proses
56
peralihan dari masa produktif menuju perubahan secara perlahanlahan ke
masa non produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan
progesterone seiring dengan bertambahnya usia.
Pada penelitian ini empat partisipan memaknai menopause sebagai
perubahan pemahaman mengenai hubungan seksual, mereka beranggapan
bahwa setelah istri menopause hubungan intim suami istri berubah menjadi
lebih akrab seperti hubungan kakak- adek, teman dan keluarga dekat lainnya.
Penelitian ini Bertolak belakang dengan penelitian Putikah (2010), yang
mengatakan ada perubahan hubungan kekeluargaan yang semulanya erat dan
kuat (tight family relationship) cenderung menjadi longgar dan rapuh (loose
family relationship) setelah seseorang mengalami menopause. Hurlock (2010)
juga menyatakan bahwa pada masa ini, terdapat perubahan hubungan dari
hubungan yang berpusat pada keluarga (family centred relationship) menjadi
hubungan yang berpusat pada pasangan (pair centred relationship), dimana
hal ini menunjukkan bahwa peran pasangan sangat penting artinya dalam
kehidupan
.
Tema 2. Perubahan fisik yang dialami istri menjelang menopause
Perubahan fisik dapat mempengaruhi kehidupan perempuan selama
masa menopause. Perempuan yang menopause akan mengalami berbagai
macam perubahan fisik diantaranya akan mengalami perubahan siklus
menstruasi, hotflushes, vagina menjadi kering, insomnia, fatigue, penurunan
libido, palpitasi jantung dan lain-lain (the women’s health, 2008). Pada
penelitian ini semua partisipan mengemukaan bahwa ketika menjelang
57
menopause istrinya mengalami berbagai perubahan fisik diantaranya
perubahan siklus menstruasi, perubahan pola tidur, , lebih sering malas dan
mengeluh mudah capek namun ada satu dari enam partisipan yang
mengatakan istrinya tidak mengalami perubahan. Hal ini sejalan dengan
penelitian Wulandari (2009) yang melaporkan sebanyak 69% dari partisipan
mengalami gejala-gejala seperti haid tidak teratur, (31%) haid sedikit,
(15,5%) haid dengan keluar darah yang banyak, sedangkan (8,6%) nya lagi
mengeluhkan keluhan seperti nyeri otot, sukar tidur, nyeri senggama,
banyak keluar keringat dan sering buang air kecil.
Wagiyo (2005) melaporkan hasil penelitiannya bahwa setelah
menopause beberapa dari partisipan mempunyai pengalaman yang negatif
seperti cairan vagina menjadi kering dan penurunan libido sehingga
perempuan menopause mengalami perubahan hubungan pada pasangan.
Perubahan fisik pada perempuan menopause juga dilaporkan oleh Dillaway
(2005), sebanyak lebih dari 85% dari partisipan mengalami perubahan fisik
yang mana sebanyak 65% mengalami perubahan yang dinilai negatif oleh
para partisipan seperti perubahan pada berat badan sebanyak 59% dan
perubahan siklus menstruasi sebanyak 54% sehingga menyebabkan
partisipan mengalami perubahan citra tubuh dan melakukan perawatan pada
tubuh. Setiap wanita akan mengalami menopause yaitu suatu proses dimana
tidak terjadi lagi menstruasi karena tidak bisa memproduksi hormon
estrogen, dimana akan menyebabkan perubahan fisik dan psikologis
sehingga untuk mengatasi perubahan tersebut sangat dibutuhkan dukungan
dari orang terdekat terutama suami (Kusumawardani, 2007). Pada penelitian
58
ini didapatkan hasil bahwa satu dari enam partisipan mengatakan istrinya
menderita penyakit hipertensi dan tidak mengalami perubahan fisik lainnya,
hal ini sejalan dengan penelitian Reif (2011) yang melaporkan bahwa
sebanyak 694 partisipan menopause yang berkulit hitam 4 kali lebih tinggi
mengalami penyakit hipertensi. Selain menderita hipertensi patisipan dalam
penelitian ini juga melaporkan bahwa istrinya mengalami perubahan pola
tidur, hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mangoenprasodjo (2004) Keluhan Susah Tidur atau Insomnia dimulai dari
kesulitan untuk mulai tidur, lama tidak bisa tidur lagi dan sering terbangun
di waktu malam sehingga mengantuk di siang hari. Insomnia terjadi karena
berkurangnya hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh.
Gejala menopause lain yang juga dilaporkan dalam beberapa literatur
yaitu mudah marah (irritability), perasaan yang mudah berubah (volatile
mood swings), kelelahan (fatigue), dan kecemasan (anxiety) (Quadagno,
1999 dalam Soedirman 2008). Berdasarkan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN, 2007) dalam Mangoenprasodjo (2004)
menyebutkan partisipasi yang dapat dilakukan oleh suami dalam memahami
dan memberikan ketenangan kepada istri menopause antara lain adalah
Ketika penampilan fisik istri akan menurun karena mengalami menopause,
misalnya kulit menjadi lebih kasar dan berkerut, maka suami harus
membantu istri agar tidak kehilangan kepercayaan dirinya, suami harus
meyakinkan isteri bahwa ia tetap menyayangi istrinya, sehingga istri merasa
diterima. Suami harus memberikan perhatian lebih pada kondisi kesehatan
59
istri di saat istri mengalami ketidaknyamanan fisik, seperti rasa panas,
tegang, pegal-pegal, jantung berdebar-debar dan lain sebagainya.
Dispareunia merupakan salah satu perubahan fisik yang paling sering
dialami oleh para perempuan menopause, dua dari enam partisipan
melaporkan bahwa istrinya mengalami perasaan sakit ketika berhubungan
intim yag disebakan karena kekurangan cairan vagina, menurut Dennerstein
et al (2004) perempuan yang menopause akan mengalami perubahan gairah
dalam berhubungan intim dan mengalami dispareunia sehingga mengalami
permasalahan pada hubungan suami istri. Selain karena penurunan produksi
hormon estrogen yang menyebabkan dispareunia terdapat beberapa faktor
lainnya, diantaranya disebabkan oleh tipisnya mukosa vagina, hilangnya
elastisitas pada tonus otot genetalia dan pelvis serta hilangnya lemak pada
labia mayor dan labia minor (Boorsma, 2008).
Tidak semua perempuan yang merasakan dispareunia mengalami
masalah ketika melakukan hubungan intim, seperti hasil penelitian yang
dilakukan oleh Notelovitz (2004) yang melaporkan bahwa tiga dari tujuh
orang partisipan mengatakan bahwa setelah menopause mereka tetap merasa
enjoy ketika berhubungan dengan pasangan walaupun cairan vagina
menjadi kering dan mengalami rasa sakit ketika berhubungan.
Tema 3. Perubahan psikologis yang dialami istri menjelang menopause
Dimensi psikologis yang berkaitan dengan menopause memiliki
berbagai macam permasalahan diantaranya permasalahan emosional. Pada
penelitian ini didapatkan beberapa perubahan psikologis yang dialami oleh
60
perempuan menopause yang dilaporkan oleh beberapa partisipan
diantaranya istrinya lebih mudah marah, lebih cemas, pecemburu dan
merasa takut ditiggal suami. Wanita yang mengalami menopause merasakan
pergeseran dan perubahan-perubahan fisik dan psikis yang mengakibatkan
timbulnya satu krisis psikologis antara lain adalah depresi, murung, mudah
tersinggung dan mudah marah, mudah curiga, merasa cemas, insomia atau
tidak bisa tidur karena sangat bingung dan gelisah (Yatim, 2001).
Salah satu partisipan mengungkapkan bahwa setelah memasuki masa
menopause istrinya lebih pecemburu dan mengatakan takut kalau ditinggal
suami. Rasa cemburu yang berlebihan pada perempuan menopause sangat
wajar, karena itu disebabkan oleh perubahan emosional dan beberapa
perubahan fisik yang dialaminya yang membuat perempuan merasa tidak
percaya diri, hal ini sejalan dengan penelitian Poerwandari (2009) yang
melaporkan bahwa kaum wanita yang memasuki masa menopause ada yang
mengalami goncangan, tidak puas dengan keadaan, kurang bergairah,
dilanda rasa kesepian, takut ditinggal suami, khawatir bahwa rumah tangga
akan terancam, atau bahkan segera akan menjadi seorang janda.
Kartono (2007) mengungkapkan adapun penyebab umum para suami
tidak lagi tertarik dan bergairah lagi kepada istri disebabkan karena
kurangnya perhatian istri terhadap penampilan fisiknya, istri tidak mau
merias diri, tampak acak-acakan dan acuh tak acuh. Sebagai akibat yang
lebih parah adalah suami mencari relasi seksual diluar rumah. Soedirham
(2008) yang melaporkan hasil penelitiannya bahwa sebanyak 11 partisipan
atau sebesar 27% partisipan mengatakan ada perubahan pada penampilan
61
dan emosi. Misalnya ada yang berhias lebih dari biasanya agar suami tidak
tertarik pada wanita lain, sikapnya cenderung suka kesal dan emosinya tidak
terkontrol, selain itu ada yang menjadi lebih tertutup serta minder padahal
sebelum menopause mereka tidak bersikap seperti itu. Hal serupa juga
dialami oleh partisipan dalam penelitian ini yang didapatkan bahwa hampir
semua partisipan mengakui peningkatan emosi seperti mudah marah, mau
menang sendiri ketika istri mengalami masa menopause.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Smart et al
(2010) yang melaporkan bahwa sebanyak 47% partisipan mengalami
perubahan emosi, lebih sering marah dan curiga kalau suaminya pulang
terlambat serta cemburu kepada rekan kerja suaminya. Perubahan emosi
diakibatkan karena kurangnya hormon estrogen sehingga menimbulkan
keluhan seperti mudah tersinggung, cepat marah, dan berasa tertekan
(Baziad, 2003). Keluhan psikologis yang sering muncul pada wanita
menoapause diantaraya rasa lelah, semangat menurun, depresi, dan suasana
hati yang berubah- ubah (Indarti, 2005). Spencer & Brown (2007)
mengartikan menopause sebagai suatu akhir proses biologis dari siklus
menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen dan
progesteron yang dihasilkan ovarium (indung telur). Saat seseorang
memasuki masa menopause, kadar estrogennya akan turun hingga kira-kira
80%. Selain itu saat menstruasi seseorang berhenti, tingkat progesterone
juga menurun. Perubahan hormon estrogen dan progesteron tersebut
memberikan pengaruh pada organ tubuh wanita pada umumnya, dan
62
biasanya hal tersebut diikuti dengan berbagai perubahan kondisi fisik
maupun psikologis wanita yang mengalaminya (Kasdu, 2003).
BKKBN (2007) menyampaikan partisipasi yang dapat dilakukan oleh
suami dalam memahami dan memberikan ketenangan kepada istri
menopause dengan cara ketika istri mudah tersinggung, marah-marah,
kecewa dan sebagainya, para suami harus bersikap sabar, walaupun hal ini
dapat menyebabkan timbulnya sikap yang tidak menyenangkan bagi suami
dan anak-anaknya.
Tema 4. Perubahan respon seksual suami saat istri menjelang
menopause
Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan berhubungan dengan
orang lain baik dengan seks yang sama maupun berbeda yang terdiri dari
pikiran, pengalaman, ideal diri, proses belajar, nilai-nilai, fantasi dan emosi.
Seksualitas juga berkaitan dengan bagaimana seseorang menilai tentang
dirinya dan bagaimana mereka mengkonsumsikan berbagai perasaan kepada
orang lain melalui sentuhan, berciuman, memeluk, berhubungan seksual,
bahasa tubuh dan cara berbicara (Potter & Perry, 2006).
Hasil penelitian ini terdapat berbagai perubahan seksualitas yang
dirasakan oleh suami ketika istri menopause. Para partisipan
mempersepsikan berbagai macam mengenai perubahan seksualitas yang
terjadi pada istrinya diantaranya terjadi perubahan pada gairah seksual,
perubahan kenyamanan fisik saat berhubungan intim, perubahan frekuensi
hubungan suami istri dan mekanime koping yang dilakukan suami untuk
63
mengahadapi perubahan pada istri. Penelitian yang dilakukan Magdalena
(2006) di Kelurahan Pangkalan Masyhur Medan Johor (2007) terdapat 140
wanita menopause yang masih bersuami dan dari diperoleh gambaran
bahwa 32,0% ibu-ibu usia menopause di daerah ini memilih jarang untuk
melakukan aktifitas hubungan seksual dan 44,7% yang menjalani aktifitas
hubungan seksual seperti biasanya meskipun merasa ketidaknyamanan saat
berhubungan seksual. Penelitian serupa juga dilakukan oleh beberapa
peneliti yang didapatkan bahwa sebanyak 32.000 responden usia 40 tahun
keatas terdapat 43,1% responden mengalami masalah seksual saat
menopause, sebanyak 39% mengalami penurunan hasrat seksual, 26%
mengalami masalah rangsangan, dan 21% mengeluhkan soal pencapaian
orgasme (Shifren, 2006 & Perez, 2008). Hal ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2010) di wilayah kerja Puskesmas
Pasar Rebo yang melaporkan bahwa adanya ketidakpuasan dalam
berhubungan seksual dan terjadi perubahan pada respon seksual ketika istri
memasuki masa menopause.
Keluhan ketidaknyamanan fisik saat berhubungan pada istri
menopause yaitu terjadinya rasa nyeri (dispareunia), kurangnya cairan
vagina (lubrikasi pada vagina menjadi kurang) yang menyebabkan adanya
rasa kurang puas atau ketidakpuasaan saat berhubungan seksual dan
penurunan frekuensi saat melakukan hubungan juga mempengaruhi gairah
suami. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang dilakukan yaitu
bahwa penurunan tingkat estrogen pada wanita menopause akan
memberikan dampak perubahan pada tubuh seseorang seperti vagina
64
menjadi kering sehingga menyebabkan masalah lubrikasi dan bisa
menyebabkan nyeri saat berhubungan (The Women’ Health Council, 2008
& Lewdermilk et al, 2000). Penelitian serupa juga dilakukan oleh Kaur et al
(2005) di wilayah Klantan, Malaysia yang melaporkan bahwa lebih dari
dua pertiga partisipan melaporkan terjadi penurunan aktivitas seksual yang
dikarenakan oleh berbagai penyebab yaitu 44 % partisipan mengalami
dispareunia, 52,4 % karena berkurangnya sekresi vagina dan 8,8%
partisipan mengeluhkan karena vagina kurang elastisitas.
Penelitian yang dilakukan di London pada 185 partisipan didapatkan
bahwa sebagian besar mereka mengalami masalah psikoseksual yang
mempengaruhi kehidupan rumah tangga. Adapun permasalahannya yaitu
gangguan hasrat seksual, respon seksual dan perilaku seksual (Sarrel ,
2005). Perubahan frekuensi berhubungan intim pada istri, semua partisipan
mengatakan terdapat perubahan frekuensi ketika sebelum dan sesudah
menopause, yang dulu sebelum menopause bisa melakukan hubungan badan
setiap malam tetapi setelah menopause sudah berubah, ada yang awalnya
tiap minggu sekarang menjadi tiap bulan. Penelitian yang sama dilakukan
oleh Rodhiyah, dkk (2010) melaporkan bahwa hampir semua partisipan
dalam penelitiannya mengatakan lebih jarang melakukan hubungan intim
pada saat menopause dibandingkan sebelum menopause. Mereka
mengatakan terjadi perubahan yang signifikan terhadap frekuensi
berhubungan intim dengan suaminya. Penelitian serupa juga telah dilakukan
oleh Palupi (2010) di wilayah Puskesmas Pasar Rebo yang melaporkan
bahwa partisipan mengalami penurunan frekuensi melakukan hubungan
65
intim yang dulu sebelum menopause bisa 6-7 kali dalam sebulan sekarang
menjadi sebulan 3 kali atau seminggu sekali sebelumnya seminggu 2-3 kali.
Banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi ketika istri menopause,
untuk menghadapinya perlu suatu tindakan adaptasi, adapun proses adaptasi
yang dilakukan partisipan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari sikap
menerima, tidak mempermasalahkan, mengganggap sebagai kewajiban istri,
mengalihkan kehobi yang lain, mengganggap sebagai proses alamiah dan
harus diserahkan semuanya kepada Tuhan. Empat dari enam partisipan pada
penelitian ini mengatakan menerima dan tidak mempermasalahkan terhadap
perubahan yang terjadi pada istri ketika menopause, ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Soedirham (2008) yang melaporkan bahwa
sebanyak 32 partisipan atau sebesar 80% dari partisipan mengatakan bahwa
menopause merupakan hal yang alami atau wajar di mana terjadi
berhentinya masa menstruasi seorang wanita. Penelitian serupa juga
dilakukan oleh Bartlik & Goldstein (2000) yang melaporkan bahwa semua
partisipan menerima dan menganggap sebagai proses alamiah.
Perempuan yang mengalami menopause, kehilangan daya tarik
seksualnya serta menurunnya aktivitas seksual. Ada beberapa wanita yang
beranggapan sesudah menopause, tidak bisa memberi kepuasan seksual bagi
suaminya. Berkurangnya elastisitas pada jaringan vagina membuat
sebagaian besar perempuan tidak mau melakukan hubungan intim dan ada
juga yang berpendapat bahwa ketika melakukan hubungan intim sewaktu
menopause akan menyebabkan timbulnya beberapa penyakit, dengan
beranggapan seperti ini dapat mengganggu keharmonisan hubungan suami
66
istri (Retnowati, 2006). Hal ini sejalan dengan pendapat Myskow, 2002
yang mengatakan bahwa hubungan suami istri sangat mempengaruhi
kualitas seksual, hubungan yang baik dan mesra dalam melakukan
hubungan seksual maupun non seksual dapat memberikan dampak postif
bagi semua pihak dan sebaliknya ketika hubungan yang tidak harmonis
maka akan berpengaruh terhadap frekuensi serta keinginan untuk
melakukan hubungan intim.
Tema 5 Perubahan respon psikologis suami saat istri menjelang
menopause
Ketika menopause tidak hanya kaum perempuan yang mengalami
perubahan psikologis, namun kaum laki-laki juga. Menurut pendekatan
kognitif, dalam ilmu psikologi, pada dasarnya gangguan emosi berupa takut,
cemas dan stress yang dialami manusia, sangat ditentukan oleh bagaimana
individu menilai, menginterpretasi, atau mempersepsikan peristiwa yang
dialaminya (Chirawatkul & Lenore 2011) Jadi, bagaimana individu
mempersepsikan atau menilai menopause akan berpengaruh pada kondisi
emosi-psikologisnya
Pada penelitan ini para partisipan mengungkapkan bahwa dirinya
merasa marah dan merasa istri tidak peduli, dikarenakan istri yang tidak
segera merespon keinginan suami dan sudah tidak memperdulikan suami
karena lebih cuek dan perhatiannya sudah tidak seperti sebelum menopause.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
67
The Womens Health Council (2008) yang melaporkan bahwa Salah satu
keluarga partisipan yaitu suaminya mengatakan bahwa semenjak istrinya
mengalami menopause dia merasa lebih berubah dan tidak seperti biasanya,
sekarang istrinya sudah tidak sibuk bekerja dan lebih fokus kepada anak dan
keluarga. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Shemma (2011) melaporkan
bahwa suami partisipan yang mengalami menopause mengatakan tidak
mempermasalahkan dan mengganggap bahagia terhadap perubahan yang
dirasakan ketika istri menopause.
Tema 6. Penyesuaian suami terhadap perubahan pada masa
menopause
BKKBN (2007) dalam Mangoenprasodjo (2004) yang mengatakan
bahwa partisipasi yang dapat dilakukan oleh suami dalam memahami dan
memberikan ketenangan kepada istri menopause antara lain adalah:
1. Memahami bahwa suatu saat istri akan berhenti haid dan tidak bisa
hamil lagi disebabkan karena proses penuaan yang alami.
2. Ketika penampilan fisik istri akan menurun karena mengalami
menopause, misalnya kulit menjadi lebih kasar dan berkerut, maka
suami harus membantu istri agar tidak kehilangan kepercayaan dirinya.
Suami harus meyakinkan isteri bahwa ia tetap menyayangi istrinya,
sehingga istri merasa diterima.
3. Mengajak istri untuk berolah raga dan memperbaiki pola makan karena
berat badan istri akan bertambah pada saat mulai menopause.
68
Pengertian, penerimaan dan dukungan dari suami sangat besar artinya
bagi wanita yang mengalami menopause, sehingga ketegangan yang muncul
dapat di cegah (Hammasah, 2004). Adaptasi suami dalam menghadapi
perubahan pada istri sangatlah bervariasi, dalam penelitian ini para
partisipan mengungkapkan adaptasinya yaitu dengan menggangap
perubahan pada istri sebagai proses penuaan yang harus diterima dan tidak
dipermasalahkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Adler et al (2000) di negara Amerika dan Cina yang melaporkan bahwa
menopause merupakan perkembangan alami melalui siklus hidup dan
sebagai penanda untuk penuaan yang harus diterima dan tidak
dipermasalahkan.
Pengertian, penerimaan dan dukungan dari suami sangat besar artinya
bagi wanita yang menjalani menopause. Suami yang perduli dan perhatian
serta dapat diajak berbagi, akan sangat membantu seseorang dalam
menjalani masa menopausenya. Perhatian yang diperoleh akan membuatnya
merasa berharga dan dicintai oleh pasangannya (Fitri, 2012). Pada penelitian
ini para partisipan mempunyai mekanisme adaptasi yang baik sehingga
dapat memberikan ketenangan bagi istri mereka ketika menopause.
Tema 7. Upaya suami dalam meningkatkan kenyamanan terhadap
perubahan masa menopause
Banyaknya perubahan serta keluhan yang dialami oleh perempuan
ketika menopause terutama keluhan mengenai masalah seksual
69
menyebabkan para suami harus melakukan sesuatu tindakan untuk
menciptakan kenyamanan saat berhubungan seksual, adapun upaya yang
dilakukan pada oleh partisipan dalam penelitian ini yaitu keinginan untuk
membeli pelumas, ada juga yang secara langsung melakukan hubungan
intim tanpa pemanasan terlebih dahulu serta melakukan rayuan untuk
meningkatkan gairah pada istri dalam melakukan hubungan.
Partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan keinginannya
membeli pelumas dikarenakan cairan vagina istrinya sudah kering dan
istrinya mengeluh sakit ketika berhubungan intim sehingga mengurangi rasa
kenyamanan saat berhubungan badan dan dapat menyebabkan
ketidakharmonisan dalam hubungan suami istri. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Palupi (2010) yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Pasar Rebo yang melaporkan bahwa partisipan menggunakan
pelumas atau jelly untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan saat berhubungan
intim. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Hensen et al, 2004 pada
sebuah klinik yang berada di Perancis mengenai masalah nyeri ketika
berhubungan suami istri, para partisipan mengatakan bahwa setelah diberikan
terapi komplementer menggunakan tehnik pijat dengan minyak beraroma
frangipani, didapatkan hasil bahwa kombinasi aromaterapi frangipani dan
masase dapat menurunkan nyeri saat berhubungan seksual.
Rasa ketidaknyamanan dapat dikurangi dengan olahraga yang teratur,
menjaga pola makan, Terapi Sulih Hormon (TSH) serta komunikasi yang
baik dengan pasangan. TSH penggunaannya sudah dimulai sejak tahun 1978
yang berguna untuk menggantikan peran hormon estrogen yang telah
70
berkurang produksinya sehingga dapat membantu lubrikasi pada wanita
(Anantasari, 2006). Palupi (2006) rasa ketidaknyamanan dapat
dikomunikasikan dengan baik kepada pasangan, baik secara verbal maupun
non verbal hal ini juga dilakukan oleh beberapa partisipan yang melakukan
komunikasi terlebih dahulu kepada pasangan, sehingga mereka berinisiatif
ketika melakukan hubungan intim secara langsung tanpa pemanasan terlebih
dahulu guna untuk mempercepat waktu berhubungan dan dharapkan dapat
mengurangi rasa ketidaknyamanan pada istri.
Seorang partisipan mengungkapkan bahwa dirinya melakukan proses
percumbuan terlebih dahulu kepada istri agar dapat menciptakan hubungan
yang lebih intim dan nyaman. Tidak semua orang mengalami permasalahan
dan penurunan seksualitas pada masa menopause namun ada juga yang
mengalami peningkatan gejala seksual sehingga bisa dikatakan seseorang
tersebut mengalami pubertas kedua dan sifat yang biasa muncul agak berbeda
seperti biasanya (Green, 2013). Pada salah satu partisipan yang mengatakan
bercumbu untuk meningkatkan rasa kenyamanan istri saat berhubungan
intim, peneliti memiliki asumsi bahwa partisipan tersebut mengalami
pubertas kedua seperti yang ada di teori tersebut.
71
B. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan pengalaman proses penelitian didapatkan beberapa
keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain:
1. Ketika mencari partisipan penelitian yang harus sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi merupakan suatu tantangan tersendiri. Peneliti
harus mendatangi partisipan secara door to door yang sebelumnya
peneliti tidak mengetahui data dan alamat lengkap partisipan.
2. Kebanyakan partisipan di daerah Ciputat merupakan penduduk
pendatang dan kebanyakan berasal dari suku jawa sehingga membuat
karakerstik partisipan kurang bervariasi
3. Banyak partisipan menganggap pengalaman menopause sebagai hal
yang tabu dan itu merupakan masalah pribadi rumah tangga yang tidak
layak untuk diomongankan ke orang lain, sehingga mempersulit peneliti
untuk membina hubungan.
4. Penelitian yang serupa belum banyak dilakukan membuat peneliti
kekurangan reverensi sehingga ketika melakukan pembahasan belum
begitu lengkap dan detail.
72
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran arti
pengalaman suami dalam menghadapi istri yang menopause. Tema yang
teridentifikasi sejumlah sepuluh tema, yaitu 1) Makna menopause bagi
suami; 2) Perubahan fisik yang dialami istri menjelang; 3) Perubahan
psikologis yang dialami istri saat menopause; 4) Perubahan respon
seksual suami saat istri menjelang menopause; 5) Perubahan respon
psikologis suami saat istri menjelang menopause ; 6) Penyesuaian suami
terhadap perubahan pada masa menopause; 7) Upaya suami dalam
meningkatkan kenyamanan terhadap perubahan masa menopause.
Makna menopause bagi suami yaitu suatu hal yang alamiah, masa
tidak produktif, proses perubahan kerah penuaan dan perubahan
pemahaman hubungan suami istri. Perubahan seksualitas suami saat istri
menopause terdiri dari perubahan gairah seksual, Perubahan kenyamanan
fisik berhubungan seksual misalnya dispareunia, penurunan frekuensi
hubungan namun ada juga partisipan yang tidak merasakan perubahan
tersebut. Serta koping suami mengahdapi perubahan seksual pada istri
yang diantaranya menerima dan tidak mempermasalahkan, mengganggap
sebagai proses alami, dan mengganggap sebagai kewajiban istri. Upaya
meningkatkan kenyamanan hubungan seksual masa menopause yang
meliputi pemakaian pelumas, berhubungan intim secara to the point atau
73
tanpa proses pemanasan terlebih dahulu dan ada juga dengan proses
bercumbu.
Perubahan fisik yang dialami oleh istri menjelang menopause
antara lain: perubahan siklus menstruasi, perubahan pola tidur, mudah
lelah dan perubahan kearah penuaan. Mekanisme koping suami terhadap
perubahan fisik istri menopause yaitu perubahan kearah sendiri-sendiri,
menerima dengan ikhlas, dan mengajak istri untuk olahraga. Perubahan
psikologis istri menopause meliputi perubahan emosi seperti mudah
marah, pecemburu, mau menang sendiri dan tidak mau mengalah.
Perubahan psikologis suami saat istri menopause yaitu marah pada istri,
merasa istri tidak peduli, dan ada juga yang mengatakan tidak ada
perubahan psikologi yang dirasakan
B. Saran
1. Institusi Keperawatan
Hasil penelitian ini bagi pendidikan keperawatan dapat menjadi
landasan dalam mengembangkan program kurikulum keperawatan
terkait dengan mata ajar keperawatan maternitas dan dapat
mengembangkan kompetensi pembelajaran pada mahasiswa mengenai
pengalaman suami dalam menghadapi menopause pada istri.
2. Peneliti selanjutnya.
Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi bahan referensi dan
pertimbangan serta perlu adanya pengeksplorasian lebih dalam
74
mengenai cara untuk mendapatkan hasil lebih luas dari pengalaman
suami ketika menghadapi menopause pada istri serta peneliti
selanjutnya diharapkan untuk memilih tempat yang lebih kompleks
dan luas permasalahannya sehingga dapat mengahsilkan data yang
lebih bervariasi serta holistik.
3. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini bagi pelayanan keperawatan dapat memperkaya
khasanah perkembangan ilmu keperawatan yang terkait dengan
berbagai aspek ketika suami menghadapi istri yang menopause.
Disamping itu dapat dijadikan landasan bagi keperawatan untuk
mengembangkan instrument pengkajian khususnya pengkajian utuk
menilai pemahaman seorang suami terhadap proses menopause yang
terjadi pada istrinya secara lebih komprehensif selain itu juga
penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam memberikan
pendidikan kesehatan dan informasi serta promosi kesehatan kepada
masyarakat khususnya suami mengenai menopause.
DAFTAR PUSTAKA
Adekunle, A, Fawole, M and Okunlola. Perceptions and attitudes of
Nigerian women about the menopause 2005, Vol. 20, No. 5 Pages
525-529
Anantasari, R, Setyowati dan Hanny H. Efektivitas Pijat dengan
Menggunakan Minyak Beraroma Frangipani terhadap Tingkat
kenyamanan hubungan seksual pada Ibu menopasue di dusun jabon
dan Sawojajar II kabupaten malang. 2006
Andrews, Gilly. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta:
EGC. 2010.
Adler, shelly et al. Maturitas, Volume 35, Issue 1. Pages 11-23 . 2000
Aubernethy M. Viropouse- Andropause Menopause Laki-laki, perubahan-
perubahan emosional dan fisik yang dialami laki-laki Paruhbaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010
BAPPENAS. Tahun 2025, angka harapan hidup penduduk Indonesia 73,
7 tahun. 2005. Diakses 18 maret 2013 ; http://www.bappenas.go.id/
Badan Statistik Indonesia. Profil Data Kesehatan Indonesia 2011. 2012.
Diakses 18 maret 2013 ; http://www.bps.go.id
Bartlik, Barbara & Goldstein M. Maintaining Sexual Health After
Menopause. Vol 51 No 6. Psychiatric Services. 2000
Baziad, A. Menapouse dan Andrepause. Jakarta: Yayasan Bina Darma
Pustaka. 2003
Baron, R.A., dan Byrne, D. Psikologi Sosial. Jilid 2. Edisi Kesepuluh. Alih
Bahasa: Ratna Djuwita. Jakarta: Erlangga. 2005.
Bobak , L. J. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC.
2005
Boorsma, Joann. Hot Flashes, Blood Glucose and Diabetic
Postmenopausal Women. Master of Science School Of Health
Sciences University Of Lethbridge, Alberta, Canada. 2008
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada. 2008
Chirawatkul, S & Lenore, M. Conceptualizing Menopause and Midlife:
Chinese America and Chinese Women In the Us. Original Research
Article Perception of menopause In Northeasth Thailand.
(http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/02779536949000
6X
diakses tanggal 4 agustus 2013, pukul 20.00 wib)
Coon, Dennis & Mitterer, John O. 2010. Introduction to Psychology:
Gateway to Mind and Behaviour. USA: Wadsworth
Dacey, John S. & Travers, J.F. (2002). Human Development Across the
Lifespan
(5th edition). USA: Mc Graw Hill
Dennerstein, L & Lehert, P. Women’s Sexual functioning, Lifestyle, Mid-
age, and menopause in 12 European Countries. Menopause, 11,778-
85
Dillaway. Women’s Experiences and Understandings of Menopause 2008,
the womens health council. 2005
Djamhoer, Martanadisoebrata. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi
Sosial. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. 2005.
Eny, K. Kesehatan Reproduksi Remaja dan wanita. Jakarta: Salemba
Medika. 2012
Endang Purwoastuti. Menopause Siapa Takut ?.Yogyakarta : Kanisius.
2008
Ermawati T. N. Persepsi Suami Terhadap Kejadian Menopause Pada Istri
di Dusun Wonobroto, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo,
Kabupaten Kulon Progo. 2009
Evi, Mayasari A. Hubungan Tingkat pendidikan dengan Pengetahuan
tentan Gejala Klinis Pre Menopause pada Wanita Usia 40-45
tahun di Dusun Gorekan Kidul desa Cermen Lerek, kecamatan
Kedamean kabupaten Gresik. 2011
Fino, R. Faktor- faktor yang Berhungan dengan Sikap Sami dalam
Menghadapi Istri Menopasue di Rw 01 Kelurahan Pangkalan Jati
kecamatan Limo- Depok. 2007
Fitri, Mei E. Gambaran Dukungan Suami pada Istri Menjelang
Menopause di desa Ronosentanan Kecamatan Siman kabupaten
Ponorogo. 2012
Green, Wendy. 50 Hal yang Bisa Anda Lakukan hari ini untuk Mengatasi
Menopause. Jakarta: PT Elex Media Komputido Kelompok
Gramedia, Anggota IKAPI. 2013
Glasier, A & Gebbie, A. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi
edisi empat, cetakan pertama. Jakarta: EGC. 2006
Hammasa, S.N. Menopause. Kiat wanita lansia sehat menuju khusnul
khatimah. Solo: Ma’sum Press. 2004.
Henson, et al. Aromatherapy Massage For Menopause. 2004
http://content.herbalgram.org/wholefoodmarket/herbclip/pdfs/0704
42-269.pdf. Diakses pada 30 agustus 2013 pukul 20.30 wib)
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi 5. Alih bahasa: Istiwidayanti
dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. 2010
Ina, E. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan istri mengenai
menopause di kompleks dosen Uin ciputat. 2007
Indarti, Junita. Panduan Kesehatan Wanita. Cetakan kedua, Jakarta: 2005
Kartono, R. Kartini. Psikologi wanita 2, Mengenal Wanita sebagai Ibu &
Nenek. Cetakan ke lima. Bandung: CV Mandar Maju. 2007
Kasdu, D. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta: Puspa
Swara. 2002
Kaur, D, Harbindar, J & Nor Aliza, AG. Sexual Function in Menopausal
Women in Kelantan, Malaysia. 2005 (diakses tanggal 7 juli 2013
pukul 2.00 wib
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S03785122050004
59)
Kernoff, Phyllis M, Patricia and Gretchen. Husband’s support Of Their
Perimenopausal Wives. 2008 (diakses 2oktober, pukul 13.30 wib)
http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1300/J013v38n03_07#.Uk1LttLwZ2E
Kusmiran, Eny. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika. 2012
Kristiono, Elisabeth Yocelin Ivana. Kecemasan Menghadapi Menopause
ditinjau dari Dukungan Sosial Suami. Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata 2011 diakses tanggal 21 april.
2013.
(http://eprints.unika.ac.id/3850/1/07.40.0114_Elisabeth_Yocelin_Iv
ana_K.pdf
Kuswarno, Engkus. Metodelogi Penelitian Komunikasi Fenomenologi
konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitiannya. Bandung : Widya
Padjajaran. 2009
Kusumawardani, Devina. Kecemasan pada wanita pasca menopause
ditinjau dari dukungan sosial suami. 2007
Kuntjoro, E. Hubungan Suami dengan Tingkat kecemasan Ibu
Menghadapi Menopause di Perumahan Griya Cipta Laras
Wonogiri. 2005
Laporan Kependudukan kelurahan Pisangan, 2012
Larasati, Tika. Jurnal Kualitas Hidup pada Wanita yang Sudah Memasuki
Masa Menopause. Gunadarma. 2006
Llewllyn, Derek & Jones. Setiap Wanita Jakarta : Delapratasa Publishing.
2006.
Lowdermilk, Reed & Sutton. A Resource for Making Healthy Choices,
National Institutes on aging. 2000
Magdalena, Y. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Suami tentang Aktifitas Seksual pada Istri Menopause di Kelurahan Pangkalan Masyhur
Medan Johor. 2006
Myscow, L. Perimenopausal Issue in Sexuality. Sexual and Relationship
Therapy, 17, 253-260. 2002
Moleong, L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke duapuluh
satu. Bandung: PT Remaja Rodakarya Offset. 2005.
Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke duapuluh
empat satu. Bandung: PT Remaja Rodakarya Offset. 2007
Notoadmodjo. Metodelogi penelitian kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Rineka.
2003.
Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007
Northrup, C. Bijak disaat Menopause, Menciptakan Kesehatan Fisik dan
Emosional Saat Menghadapi Perubahan. Bandung: Q-Press. 2006
Palupi, Puspita. Tesis, Pengalaman Seksualitas Perempuan Menopause di
wilayah kerja Puskesmas kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur.
2010
Palupi. Anti Penuaan. Jakarta: Puspaswara. 2006.
Perez, S. Clinical Menopause Part I: An Introduction Into Nursing
Practice. 2008 (diakses 6 juli 2013, pukul 15.00 wib
http://ons.metapress.com/content/m4501v0v51kg84w4/fulltext.pdf)
Pramodana. Hubungan antara harga diri dan dukungan suami dengan
kecemasan wanita menghadapi menopause di Semarang. 2011
diakses tanggal 29 april
2013.http://eprints.unika.ac.id/3531/1/06.40.0123_Anastasia_Astasa
ri_Pramodana.pdf.pdf
Poerwandari, K.E. Pendekatan Kaulitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia. Jakarta: Lembaga pengembangan Sarana pengukuran dan
Pendidikan Psikologi Fakultas Universitas Indonesia. 2009
Potter, A & Perry, G. Fundamental of Nursing: Concept Process and
Practice. St Louis: Mosby 2006
Putikah, titik. Tesis Hubungan antara pengetahuan, Sikap dan Perilaku
dengan Kecemasan Wanita Menopause di Ngawi. 2010
Rani, Sobha. The Psychosexual Implications of menopause. British
Journal Of Nursing. Vol 18 No 6. 2009
Reiff et al. The effect of outside work on the menopausal woman . 2011
(diakses tanggal 12 agustus 2013, pukul 09.00wib
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/037851227890009
9)
Retnowati, S. Tetap Bergairah Memasuki Usia Menopause: Sebuah
Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. 2005
Rodhiyah, Inuk. L, & Budi, P. Peningkatan Kualitas Hidup Wanita Usi
Klimakterium melalui Pemahaman Mengenai Menopause di kota
Semarang. 2010
Sarrel, Philip. Sex and Menopause: Defining the Issues. Original Research
Article Maturitas, vol 7, Issue 3. 2005
Sheema, M. Postmenopausal Women: A Study of Their Psycho-Physical
Changes with an Impact on Family. Anhropologist, 13: 131-135.
2011
Soedirham, Oedojo & Muji Sulistyowati. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perempuan Dalam Menopuse. J. Penelit. Med.
Eksakta Vol. 7 No. 1. 2008
Smart, et al. Women’s Status and Experience of The Menopuase in A
Newfoundland Fishing Village, Original Research Article
Maturitas, Vol 4, Issue 3, Pages 207-216. 2010
Smet, B. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widisarana Indonesia.
2004
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010
Suyono, joko. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates.
2001
Spencer, Rebecca & Brown. Simple Guides Menopause. Jakarta: Erlangga.
2006
Straubert, Helen J & Carpenter, Dona R. 1999. Qualititative Research In
Nursing Advancing the Humanistic Imperative. Second Edition.
Walnut Street, Philadelphia
Taylor, S.E., Peplau, L.A., dan Sears, D.O. Psikologi Sosial. Edisi
Keduabelas. Alih Bahasa: Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2009
The women’s Health Council. A Guide Menopause. 2008
Vankooij , Rijnardus A. Bermain dengan api: relasi antara gereja-gereja
meinstrem dan kalangan kharismatik. Jakarta : gunung mulia. 2007
Wagiyo. Studi Etnografi Pada Wanita Jawa Tengah Dalam Menjalani
Masa Menopause. FIK UI: Thesis tidak dipublikasikan. 2005.
Wangmuba. Dukungan sosial. 2009. Diambil tanggal 13 maret 2013 dari
http://wangmuba.com/tag/dukungan-sosial/
Weschler, T. Taking Charge of Your Fertility ( Mengendalikan Kesuburan
Anda ). 2006
Wulandari, Indah Yuliana dkk. “Hubungan tingkat pengetahuan tentang
menopause dengan dukungan sosial suami saat istri menghadapi
menopause di desa Somagede kecamatan Somagede Banyumas”.
2009. diakses tanggal 20 april.
2013.(http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/download/54
8/pdfhttp://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/download/54
8/pdf)
Wijayanti, Maria Tri. “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan dan Kecemasan pada Wanita Pre Menopause di desa
Jendi kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri”.
Yatim, F. Haid tidak wajar & menopause. Jakarta: Pustaka Populer. 2001
LAMPIRAN
MAGAII{AuNrvERsrTAs rslAn{ NEGERT ( trrN }
TAKWTAS M I}AI{ ILMU KESMATAI{
Jt. Kermuhi IrIo. 5 Pisqgm Cipdrr lt4l,&lp. : $2-2QBtl67t8 Fu:(62-21)740r985Wcbsitc : www.uiqtlacjd: E mil : *i@rrqfit aoid
CipUat, I- Juai2013Nomor : Un.0lffl0/I(M.0l2l/Ll1l20l3Iampiran : -fhl : PernohonanlzinPenclifian
Tembtrsm:IlekanFKIK
KepadaYaugTeftormat,K€pala Kelurshan Pisangan
Pisaryan
Arselrriru'alal*uu Wn IYb.
hlam rangka parplesoian figas athir pe*utlahan mahasiswadipcrtuk{n p€nyu$mm S*ripsi }Eqg bsrjudul %ngntaman SunniMengbdapi Istori Akan Meurasr*i Mam Menryuse di Wilayah PisanganCipilafl.
Sehubungan d€ngan itr lcami mbon diberilon izin meh*smakanpcmelitisn das nama:
Nama
NIMScrn€sbr
hogrmr.Sftrdi
Fakultas
RafitaOotavia
I09104m0053
utrIlmuKeperauratan
Kedotileran dan Ilmu Kesehatan tlIN Syarif
h,Jlr.6
Hids)'a$llah Jal56tt
Demikian ahs perhatim dm banhran sarrdra kami ucapkan Grimalqsih.
Wrsoalrmu'drihn Wn TYb.
i Widjqiakusumab AIF., PFK
ololan'
iB0lLLlH. H.'ts,3EM
rnI$i0ot2 toorot I ool
PEMERINTAII KOTA TAIYGERANG SELATANKECAMATAN CIPUTAT TIMUR.KELURAHAN
PISANGANJl.Tarumanegara No.1 Pisangan - Ciputat Timur Kota Tangsel Kode pos:15419
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Jabatan
: IIIRUS ASENIH KURNAIN, SE
:Plt. LurahPisangan
Menerangkan bahwa Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah bernama RAIIII'A OCTAVTA NIM : 109104000053 Program srudi : llmu
Keperawatan telah selesai melaksanakan penelitian di wilayah Kelurahan Pisangan mulai
tanggal 06 Juni s/d 06 Juii 20i3 dengan judul Pengalaman suami menghadapi istri yang akam
memasuki masa menopouse di Kelurahan pisangan.
Demikian Surat Keterangaa ini kami buat, agar dapat di jadikan bahan periksa
seperlunya
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANTAKULTAS KEDOIffERAN I}A}I ILMU KESEHATAI\
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Kepada Yth,
Bapak/Ibu
Di Tempat
Ciputat Juni 2013
Assalamu'alayhrq Wr. Wb
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang saya hormati,
Sehubungan dengan tugas akhir dalam penyelesaian studi untuk mendapatkan
gelar sarjana Keperawatan (S.Kep), saya sebagai peneliti:
Nama : Rafita Octavia
NIM : 109104000053
: Program Studi Ilmu Keperawatan (PSU$ FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jalerta
Kontak :085287796554
Mohon kiranya Bapat</Ibu/Saudara/Saudari dapat menjadi partisipan dalam
penelitian saya dengan judul Pengalaman suami dalam isfii yang
akan memasuki nrasa menopause di kelurahan PisangarU Ciputat" Informasi yang
Bapak/IbdSaudara/Saudari berikan sebagai partisipan sangat berharga dalam
penelitian ini. Jika ada pertanyaan be*aitan penelitian ini
@audari dapr me,nghubungr peneliti.
Atas pethatian dan partisipasi Bapak/Ibra peneliti mengucapkan terima
kasih. Wassalamu'alaykuq Wr. Wb.
Ciputat, Juni 2013
Hormat Sayq
G4.*"
f,--.- *'ifrlrrr-ltulFtnxffiIm{"
Itafita Octavia
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAI\II.AKUL_TAS KEDOIffERAN DAI\I ILMU KESEHATAIY
TIIN SYARIF HIDAYATI]LLAII JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN INFORMATT
Saya telah diminta dan memberikan izin unhrk terlibat dalam penelitian ini
dan berperan serta sebagai partisipan dalam penelitian yang berjudul pengalaman
suami dalam menghadapi istri yang akan memasuki masa menoparse di kelurahan
Pisangan" Ciputat yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti telah menjelasakan
tentang penelitian yang akan dilal$anakan. Saya mengetahui bahwa tujuan
penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan.
feratrasiaatr ini dijamin selegal mungkin. Semua berkas yang mencantumkan
identitas partisipan peneliti hanya alcan digunakan rmtuk pengelolaan
data penelitian dan bila sudah tidak digrmalmn lagi akan dihafus. Hanya peneliti
yang dapat mengetahui kerahasiaan data
Demikian dengan sukarela dan tidak ada unsur palsaan dari siapapuq
saya berperan sebagai partisipan dalam penelitian ini.
f.-.'1f,I rrr- IIUIIII
\r@*rq-relffiU,m
Ciputat, Juni 2013
Patisipan
,//-D/ .aH_t-/
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAI\IFAIruL'TAS KEDOIOERAN DAN ILMU KESEIIATAI\T
UIIT SYARIX' HII}AYATI]LLAH JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN INTORMAN
Saya telah diminta dan memberikan izin untuk terlibat dalam penelitian ini
dan berperan serta sebagai partisipan dalam penelitian yang berjudul pengalaman
suami dalam i isti yang akan memasuki rnasa m€lropause di keturahan
Pisaagan" Ciputat yang dilala*an oleh peneliti. Peneliti telah meqielasakan
tentang penelitian yang akan dila*sanakan. Saya mengetahui bahwa tujuan
penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan.
Kerahasiaan ini dijamin selegal mungkin. Semua b€rkas yang mencantgmkaur
identitas prtisipan peneliti hanya akan digunakan untuk keperluan pengelolaan
data penelitian dan bila sudah tidak diguoakan lagi akan dihapus. Hanya peneliti
yang dapat mengetahui kerahasiaan dab.
Derrikian dengan sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun"
saya berperan sehgai partisipan dalam pelrelitian ini.
Ciputat, Juni 2013
Partisipan
ffiIrar-Itulil[""ffiffiIEnh
ffilrrrrltugttr"ffififiIfr*
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAI\IrAKUL'TAS KEDOIffERAN DAFI ILMU KESEIIATAII
UIN SYARIF' HMAYATULLATI JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAI{ INFORIT,IAN
Saya telah dimina dan memberikan izin rmtuk terlibat dalam penelitian ini
dan berprau serta sebagai partisipan dalam penelitian yang berjudul pengalaman
suami dalammenghadapi isri yang akanmmasuki ilrasamenopaus,e di kehrahan
Pisangan, Ciputat yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti telah meqielasakan
tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Saya mengetahui bahwa tujuan
penelitian ioi dapat meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dirafrasiakan.
Kerahasiaan ini dijamin selegal mungkin. semua berkas yang mencantumkan
identitas partisipan peneliti hanya akan digmakan untuk keperluan pengelolaan
data penelitian dan bila sudah tidak diguakan lagi akan dihapus. Hanya peneliti
yang dapat gengetahui kerahasiaan data
Demikian dengan sukarela dBn tidak ada rmst* paksaan dari siapap.n"
saya berperan sebagai partisipan dalam penelitian iri.
Ciputat Juni 2013
Partisipan
-
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANITAKULTAS KEDOI(TERAN DAI\I ILMU KESEIIATAI{
TM{ SYARIT HIDAYATTJLLAII JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN INT'ORMAN
Sayatelah dimintadan memberikan izin untuk terlibat dalam penelitian ini
dan berperan serta sebagai partisipan dalam penelitian yang berjudul
suami dalam menghadapi isti yang akanmemasuki masamenopause di kelurahan
Pisangan, Ciputat yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti telah menjelasakan
tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Saya mengetatrui bahwa tujuan
penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan.
Saya mengerti bahwa catatan me,ngenai penelitian ini akan dirahasiakan.
Kerahasiaan ini dijamin selegal mungkin. semua krkas yang mencantumkan
identitas partisipan peneliti hanya akan digunakan untuk pengelolaan
data penelitian dqn bila sudatr tidak digrnakan lagi akan dihapus. Hanya pemeliti
yaog dapat mengetahui kerahasiaan data
Demikian dengan sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,
saya berperan sebagai partisipan dalam penelitian ini.
Ciputat Juni 2013
Partisipan
ffiItlt-llulltl*lffiftIE-.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAI\IFAIilILTAS KEIrcIffERAN DAI![ ILMU KESEHATA}I
UIN SYARTF HIDAYATI]LLAH JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUA}T INFORMAN
Saya telah diminta dan memberikan izin untuk terlibat dalaur penelitian ini
dan berperan serta sebagai partisipan dalam penelitian yang berjudul pengalaman
suami dalam menghadapi isti yang akanmemasuki masamenoPuse di kelurahan
Pisangan" Ciputat yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti telah meqielasakan
tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Saya mengetahui bahwa tujuan
penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dimhasiakan.
Kerahasiaan ini dijamin selegal mungkin. Semua berkas yang mencantumkan
identitas partisipan peneliti hanya akan digunakan untuk keperluan pengelolaan
data penelitian dan bila sudah tidak digunakan lagi akan dihapus. Hanya peneliti
yang dapt mengetahui kerahasiaan data.
Demikian de,ngan sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,
saya brperan sebagai partisipan dalam penelitian ini.
Ciputat, Juni 2013
Partisipan
ffiIrrr:llulilt."ffiffi}fr*"
Lampiran 6
Pedoman Wawancara Mendalam bagi partisipan
Pengalaman Suami menghadapai Istri yang akan memasuki masa
menopause di Kelurahan Pisangan, Ciputat Tangerang Selatan Tahun 2013.
A. Petunjuk Umum
1. Tahap perkenalan
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Membuat kontrak waktu
B. Petunjuk Wawancara Mendalam
1. Wawancara mendalam akan dilakukan oleh peneliti
2. Informan/partisipan bebas menyampaikan segala pendapat, pengalaman,
kritik, maupun saran
3. Pernyataan partisipan tidak bernilai benar atau salah tetapi bersifat
pendapat apa yang diketahui partisipan
4. Semua hasil wawancara akan dijamin kerahasiaannya
5. Peneliti akan merekam hasil wawancara dengan tape recorder untuk
membantu pencatatan hasil wawancara dan menggunakan sebuah buku
sebagai field note untuk membantu pencatatan agar tidak ada pernyataan
yang terlewatkan akan dimintakan dari setiap partisipan.
C. Identitas Pewawancara
Pewawancara :
Tanggal wawancara :
Waktu wawancara : s/d
Tempat wawancara :
D. Identitas Partisipan
1. Nama Partisipan :
2. Umur/ tanggal lahir :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Nama istri :
6. Umur istri :
7. Pekerjan istri :
8. Pendidikan istri :
9. Jumlah anak :
10. Kapan istri menopause :
11. Umur istri pertama kali menstruasi:
E. Pertanyaan Wawancara
1) Pengetahuan
Apa yang bapak ketahui tentang menopause?
a. Dari mana bapak memperoleh pengetahuan tentang menopause?
b. Apa saja tanda dan gejala yang bapak ketahui ketika istri bapak
menopause?
2) Pengalaman
1. Apa makna menopause menurut bapak?
2. Perubahan apa saja yang dialami oleh istri yang bapak rasakan
saat istri menjelang menopause?
- Perubahan fisik (perubahan yang terlihat pada tubuh atau
badan ibu ketika akan menjelang menopause)
- Perubahan psikologi (perubahan emosi atau perasaan yang
timbul ketika istri menjelang menopause)
3. Apa saja yang dilakukan bapak dalam mengatasi berbagai
perubahan yang terjadi pada saat istri menjelang menopause?
4. Perubahan yang terjadi pada bapak ketika istri menopause itu
seperti apa?
5. Menurut bapak bagaimana penilaiannya terhadap istri yang
menopause?
Lampiran 7
Matriks Analisis Tematik
No Pernyataan Signifikan Kategori Sub Tema Tema P
1
P
2
P
3
P
4
P
5
P
6
1 Suatu hal yang alamiah, bakalan
ngerasain semua orang jadi nggak
usah dipermasalahkan dan harus
ikhlas.
Menopause sebagai proses
alamiah
Penilaian suami Makna menopause bagi suami √ √
2 Ya menopause sudah mengurangi
waktu subur, pemberhentian
punya anak, sudah nggak produksi
anak lagi
Menopause sebagai perubahan
non produktif
√ √ √
3 Kita harus sadar kalau sudah tua
kalau sudah menopause itu neng,,
Menopause sebagai proses
penuaan
√ √ √ √
4 Mens yang mulai tidak teratur,
kadang-kadang dapat, kadang-
Menopause sebagai perubahan
siklus menstruasi
√ √ √ √
kadang nggak.
5 Menopause membuat hubungan
kita lebih kayak keluarga, kakak-
adek, dan teman
Menopause sebagai perubahan
pemahaman hubungan seksual
√ √ √ √
6. Lebih gampang capek, sering
males-malesan aja, kalau lagi kerja
dirumah sering ngeluh gampang
capek, akibat sudah tua
Istri mudah lelah Perubahan fisik yang dialami
istri menjelang menopuase
√ √ √ √ √
7 Ibu paling mengeluh sulit tidur,
gampang capek dan pegal-pegal
dikaki.
Gangguan pola tidur √
8 Nggak kok, paling ibu itu berubah
dari segi penampilan, dulu masih
muda sekarang tua, udah mulai
mau keriputan, itu aja kok.
Istri mulai keriput dan sudah tua √
9 Ibu nggak ada perubahan dari segi
fisik, kan kita rajin olahraga serta
minum jamu jadi kita jaga
kesehatan aja.
Tidak ada perubahan secara fisik √
10 Ibu itu sekarang gampang
cemburuan, kalau dulu nggak
kayak itu..
Istri lebih pecemburu Masalah Psikologis
istri
Perubahan psikologis yang
dialami istri menjelang
menopause
√
11 Ya suka marah-marah, pokoknya
suka banget marah-marah
Istri lebih sering marah √ √ √
12 Gk ada perubahan emosi, ibu tetap
seperti dulu pendiam dan tidak
gampang marah
Istri tidak mengalami perubahan √
13 Masalah hubungan itu sudah agak
jauh, berhubungan agak gelisah,
sakit mungkin jadi saya tidak
maksa dan mainnya Cuma
sebentar aja
Menopause dianggap sebagai
perubahan pada gairah seksual
Perubahan hasrat
seksual
Perubahan respon seksual
suami saat istri menjelang
menopause
√ √ √ √ √ √
14 Istri kesakitan karena cairan itu
sudah sedikit, cairan yang keluar
dari jalan lahir menjadi kering
Dispareunia Menopause
merupakan perubahan
kenyamanan saat
berhubungan intim
√ √
15 Sekarang berapa bulan baru main,
kalau dulu sebelum menopause
setiap malam main
Menopause merupakan
perubahan frekuensi hubungan
suami istri
√ √ √
16 Terkadang sekarang saya merasa
sering jengkel kalau ibu sering
cuek dan tidak cepat-cepat
merespon keinginanan saya.
Suami marah kepada istri Perubahan respon psikologis
suami saat istri menjelang
menopause
√ √ √
17 Saya merasa ibu cuek dan tidak
peduli sama saya, tidak seperti
dulu yang perhatiannya 100%,
sekarang ibu galak.
Merasa istri sudah tidak peduli √
18 Ibu biasa aja, sama seperti dulu,
tetap setia dan tidak pernah bikin
saya marah, saya tidak mengalami
perbedaan emosi kok
Istri sama seperti dulu dan tidak
ada perubahan
√ √ √
19 Nggak maksain, terima aja dan
harus megertiin istrilah, kalau dia
mau nanti datang sendiri
Menerima keadaan istri ketika
menopause
Koping suami
terhadap perubahan
seksual pada istri
Penyesuaian suami terhadap
perubahan pada masa
menopause
√ √ √ √
20 Ya saya diem aja, nggak
mempermasalahkan lagi, kalau
dulu tidur kita sama-sama,
sekarang sendiri-sendiri.
Menyesuaikan dan tidak
mempermasalahkan
√
21 Sayang gak ada perasaan
menyesal kan itu proses normal
Menyadari serta menyerahkan
semuanya kepada Tuhan
√ √
kalau ada perubahan pada istri dan
semuanya diserahkan saja kepada
Tuhan
22 Kepingin beli pelumas biar tidak
kering
Keinginan suami untuk membeli
pelumas
Upaya suami dalam
meningkatkan kenyamanan
terhadap perubahan masa
menopause
√
23 Kalau berhubungan langsung aja,
nggak pake pemanasan
Berhubungan intim secara
langsung/ to the point tanpa
pemanasan
√ √ √ √ √
24 Caranya kita kalau ada keinginan
kita bercumbu terus mainnya
sebentar aja cukup, sekedar
memenuhi keinginan aja dan harus
saling mengerti, kalau saya mau
dia menolak, berarti dia dosa dan
sebaliknya jadi harus saling
memahamilah.
Menciptakan hubungan menjadi
lebih intim dengan pasangan
√