1
IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN PENCEMARAN TANAH
DAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUKAD BADUNG
PROVINSI BALI
IDA BAGUS PUTU BHAYUNAGIRI,SP.,M.SI.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Berkat Rakhmat Nya penulisan
Karya ilmiah ‘ Identifikasi dan Pemetaan Pencemaran Tanah dan Air di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Tukad Badung Provinsi Bali ‘ dapat terselesaikan. Penulisan ini
bertujuan Mengetahui potensi pencemaran tanah dan air sehingga dapat ditentukan
pendekatan sesuai dengan permasalahannya, memperoleh peta pencemaran tanah dan air
di Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Badung. Serta upaya yang dapat dilakukan dalam
pengendalian yang meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan kondisi DAS
Penulis menyadari bahwa penulisan ini belum sempurna, oleh karnanya kritik dan
saran yang konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Denpasar, April 2019
penulis
3
`DAFTAR ISI
Kata Pengantar--------------------------------------------------------------------- i
Daftar Isi------------------------------------------------------------------------------------ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang --------------------------------------------------------------------------- I
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian-------------------------------------------------------- I
1.3 Manfaat------------------------------------------------------------------------------------- 2
1.4 Urgensi penelitian----------------------------------------------------------------------- 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sungai--------------------------------------------------------------- 4
2.2 Pencemaran Air------------------------------------------------------------------ 4
2.3 Permasalahan Air Sungai------------------------------------------------------- 6
2.4 Parameter Penentu Kualitas Air Sungai -------------------------------------- 7
BAB III METODOLOGI
3.1 Metode Pengambilan Sampel- ----------------------------------------------- 9
3.2 Metode Pemeriksaan Kualitas Air--------------------------------------------- 11
3.3 Metode Analisis Data ------------------------------------------------ 11
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1 Gambaran Umum Lokasi Pemantauan---------------------------------------- 12
3.2 Keadaan Topografi Tukad badung -------------------------------------------- 12
4.3 Deskripsi Wilayah Pantauan---------------------------------------------------- 13
4.4 Lokasi Sampling Air Tukad Badung------------------------------------------- 14
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Kualitas Air dan Air Limpasan Tukad Badung-------------------- 18
5.2 analisis Kandungan Logam Berat Pada Tanah-------------------------------- 22
5.3 Peta Status Pencemaran Tanah dan Air di DAS Tukad Badung----------- 24
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Simpulan -------------------------------------------------------------------------- 26
6.2 Rekomendasi --------------------------------------------------------------------- 28
Daftar Pustaka----------------------------------------------------------------------------- 30
4
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan pariwisata di Provinsi Bali secara langsung memberikan magnet
terhadap besarnya investasi pariwisata, besarnya urbanisasi, berimplikasi terhadap
tingginya alih fungsi lahan. Perkembangan pariwisata kecendrungannya hanya berkisar
pada Kabupaten Badung dan Kota Denpasar yang tentunya wilayah tersebut akan disesaki
oleh arus urban. Tingginya pertambahan penduduk akan diikuti oleh besarnya aktifitas
penduduk itu sendiri, seperti aktifitas pengelolaan pertanian, peternakan, industri, rumah
sakit dan pasar. Ruang atau wilayah atau kawasan yang paling berkembang adalah
sepanjang daerah aliran sungai, perkembangan kawasan ini disebabkan nilai ekonomi
tanahnya masih relative rendah. Terdapat dua kategori utama pemanfaatan lahan di
sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Badung, yaitu pemukiman
(industry,industry rumah tangga) dan sawah. Daerah pemukiman padat mulai Br. Gunung
Pemogan sampai Br. Tulangampiang Desa Ubung Kaja. Daerah persawahan terdapat di
Desa Pemogan dan dari Br. Tulangamping Desa Ubung Kaja sampai ke hulu meliputi
Desa Mambal.
Tingginya pertambahan penduduk dan besarnya aktifitas masyarakat sepanjang
DAS Tukad Badung mempengaruhi kondisi DAS Tukad Badung itu sendiri, seperti
kondisi kualitas tanah dan air dari limbah yang dibuang pada kawasan tersebut. Sumber-
sumber limbah yang berpotensi mencemari daerah aliran sungai ini sangat beragam
seperti limbah industri (industri pengolahan dan industri pencelupan), limbah domestik,
limbah bengkel, limbah limpasan jalan, limbah peternakan , limbah rumah sakit, limbah
pasar, dan lain sebagainya.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka pertanyaan penulis
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pola pencemaran tanah dan air di daerah aliran sungai (DAS) Tukad
Badung ?
2. Bagaimanakah model pemetaan status pencemaran tanah dan air di daerah aliran sungai
(DAS) Tukad Badung ?
5
Bertolak dari pertanyaan-penelitian tersebut, maka keberadaan data mengenai: (1)
aktifitas masyarakat sepanjang DAS Tukad Badung, (2) perkembangan
pembangunan/perumahan , (3) faktor-faktor yang mempengaruhi minat masyarakat untuk
menetap di sepanjang DAS Tukad Badung, menjadi data yang sangat penting digunakan
untuk mengidentifikasi dan memetakan status pencemaran tanah dan air di daerah aliran
sungai tukad badung.
1.2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi untuk mengetahui sumber pencemaran tanah dan air pada
daerah aliran sungai (DAS) Tukad Badung.
2. Mengetahui klasifikasi dan kualitas tanah dan air di daerah aliran sungai (DAS)
Tukad Badung
3. Menyusun peta status pencemaran tanah dan air di daerah aliran sungai (DAS)
Tukad Badung untuk menjadi dasar dalam penanganan dan pengelolaan lebih
lanjut.
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai merupakan tempat-tempat atau wadah-wadah serta jaringan
pengaliran air mulai dari mata air sampai ke muara dengan dibatasi kanan dan kirinya
serta sepanjang pengalirannya oleh garis sepandan. Sungai berfungsi menampung curah
hujan dan mengalirkannya ke laut. Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan sungai
yang dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat.
Badan sungai bagian hilir umumnya lebih lebar, tebingnya curam atau landai, badan air
dalam, keruh dan aliran air lambat (Mulyanto, 2007). Sungai sebagai penampung dan
penyalur air yang datang dari daerah hulu sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan dan
luasnya daerah aliran sungai, dimana pengaruhnya akan terlihat pada kualitas air sungai
(Odum, 1996).
2.1. 1 Kualitas Air
Kualitas air dalah batas atau kadar makhluk hidup zat, energi atau komponen lain yang
ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air
pada sumber air tertentu sesuai dengan peruntukannya. Baku mutu ini ditetapkan untuk air
pada badan air dengan mengingat peruntukan badan air dan kemampuan self puriffikasi.
Berdasarkan Lampiran I Peraturan Pemerintah No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dinyatakan :
Kelas I : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu
Kelas II : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
Kelas III : Air yang dapat digunakan untuk peternakan, perikanan
Kelas IV : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanaian dan
dapatdimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan PLTA.
Baku mutu limbah cair ditetapkan untuk limbah cair yang keluar dari suatu kegiatan
sebelum dibuang ke badan air. Dalam hal pengendalian pencemaran air, maka dapat
dilakukan dengan pembatasan baku mutu, misalnya jenis baku mutu limbah cair I, hanya
diijinkan untuk dibuang ke kelas air II ,III, IV, baku mutu limbah cair II, hanya diijinkan
untuk dibuang ke kelas air III dan IV dan seterusnya.
7
2.2. Pencemaran Air
Pencemaran adalah suatu penyimpangan dari keadaan normalnya. Jadi pencemaran
air adalah suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan dari keadaan
normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air
itu sendiri dan asal sumber air (Wardhana, 2004). Pengaruh pencemaran air limbah
terhadap kualitas air dapat dilihat dari sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik
antara lain peningkatan kekeruhan, padatan tersuspensi, air menjadi berbau dan berwarna.
Sedangkan sifat kimia dan biologi adalah meningkatnya kandungan nutrien dan logam-
logam serta bakteri (Mantiri, 1994).
2.3. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk
dan merubah lingkungan tanah alami (Veegha, 2008). Darmono (2001) menyatakan
bahwa ada dua sumber utama kontaminasi tanah yaitu kebocoran bahan kimia organik
dan penyimpanan bahan kimia dalam bunker yang disimpan dalam tanah, dan
penampungan limbah industri yang ditampung dalam suatu kolam besar yang terletak di
atas atau di dekat sumber air tanah. Pencemaran tanah biasanya terjadi karena: kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida ;
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan
kendaraaan pengangkut minyak , zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industry yang langsung dibuang ke tanah secara tidak
memenuhi syarat (illegal dumping). Ketika suatu zat berbahaya/ beracun telah mencemari
permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam
tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia
beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada
manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya (Veegha,
2008)
. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industry
maupun domestic (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah ), yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena
tidak memiliki nilai ekonomis
. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Organic dan
anorganik.
8
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia , sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah
tergantung pada jenis dan karakteristik limbah (Wikipedia, 2009).
Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari: pabrik,
manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat dan cair.
1. Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil buangan industri
berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa
pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan
daging dll.
2. Limbah cair yang adalah hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya
sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya.
Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari proses
industri pelapisan logam. (Sadrach, 2008).
Limbah yang telah mencemari lingkungan akan membawa dampak yang merugikan
manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian secara langsung, apabila
pecemaran tersebut secara langsung dan cepat dapat dirasakan akibatnya oleh manusia.
Kerugian secara tidak langsung, apabila pencemaran tersebut mengakibatkan lingkungan
menjadi rusak sehingga daya dukung lingkungan terhadap kelangsungan hidup manusia
menjadi menurun. Kondisinya
dapat lebih parah lagi apabila daya dukung lingkungan sudah tidak mampu menopang
kebutuhan manusia, sehingga malapetaka bagi kehidupan manusia tidak terhindar.
Sebagai contoh adalah kesuburan tanah sangat menurun sehingga mengganggu sektor
pertanian yang berakibat menurunnya produksi pangan dan juga sumber air minum yang
sehat sudah sulit didapatkan sehingga masyarakat kekurangan air untuk kebutuhan hidup
sehari-hari (Sunu, 2001). Pada dasarnya kontaminasi logam dalam tanah pertanian
bergantung pada:
1). Jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk.
2). Jumlah mineral yang ditambahkan pada tanah sebagai pupuk.
3). Jumlah deposit logam dari atmosfer yang jatuh ke dalam tanah.
4). Jumlah yang terambil pada proses panen ataupun merembes ke dalam tanah yang lebih
dalam Darmono, 2001).
9
2.4. Sumber Pencemar
Sumber pencemar dapat berupa suatu lokasi tertentu (point sources) atau tak
tentu/tersebar (non-point sources/diffuse sources). Sumber pencemar point source
misalnya saluran limbah industri dan cerobong asap pabrik. Pencemar yang berasal dari
sumber point source bersifat lokal, efek yang ditimbulkan dapat ditentukan berdasarkan
karakteristik spasial kualitas air. Volume pencemar dari point source biasanya relatif
tetap. Sumber pencemar non-point source dapat berupa point source dalam jumlah yang
banyak, misalnya limpasan dari daerah pertanian yang mengandung pestisida dan pupuk,
limpasan dari daerah permukiman penduduk (domestik), dan limpasan dari daerah
perkotaan. Davis dan Cornwell (1991) mengemukakan beberapa jenis pencemar dan
sumbernya dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Beberapa jenis pencemar dan sumbernya
Jenis Pencemar
Sumber Tertentu
(Point Source)
Sumber Tak Tentu
(Non-point Source)
Limbah
Domestik
Limbah
Industri
Limpasan
Daerah
Pertanian
Limpasan
Daerah
Perkotaan
1. Limbah yang dapat
menurunkan kadar
oksigen
X x X x
2. Nutrien X x X x
3. Patogen X x X x
4. Sedimen X x X X
5. Garam-garam - x X X
6. Logam yang toksik - x - X
7. Bahan organik yang
toksik
- x X -
8. Pencemaran panas - x - -
Sumber : Davis dan Cornwell (1991)
2.5. Permasalahan Air Sungai
Sungai merupakan tipe perairan mengalir (lentik). Karena sifatnya yang mengalir,
banyak sungai yang menerima bahan pencemar mampu memulihkan diri (self
10
purification) dengan cepat, terutama terhadap limbah penyebab penurunan kadar oksigen
(oxygen demanding wastes) dan limbah panas. Di banyak sungai lainnya, kandungan
oksigen terlarut tidak terpulihkan karena beban pencemaran yang masuk melampaui batas
daya self purification dan bersifat kontinyu. Kemampuan sungai dalam memulihkan diri
dari pencemaran tergantung pada ukuran sungai dan laju aliran air sungai dan volume
serta frekuensi limbah yang masuk (Lehler dalam Miller, 1975).
Meskipun sungai yang satu dengan sungai lainnya berbeda panjangnya, terdapat
tiga masalah prinsip sungai yang dapat mempengaruhi kapasitasnya untuk memulihkan
diri sendiri dari pencemaran. Pertama, sungai yang secara alamiah mempunyai laju aliran
air yang lambat atau sungai yang memiliki laju aliran air menurun dengan cepat karena
adanya pembendungan. Kedua, masalah terjadi ketika sungai pada musim tertentu
memiliki laju aliran yang cukup tetapi pada musim lainnya menjadi sangat rentan
terhadap pencemaran karena laju alirannya menurun. Ketiga, masalah sungai yang
berkaitan dengan masuknya pencemaran senyawa nonbiodegradable yang dapat merusak
kehidupan di dasar sungai, menyebabkan kematian ikan-ikan secara masif, atau terjadi
magnifikasi biologis pada rantai makanan (Lehler dalam Miller, 1975). Untuk jenis
pencemaran panas, pencemar penyebab penurunan kadar oksigen terlarut, dan senyawa
kimia berdaya racun singkat, pengenceran dapat menjadi cara untuk mengatasi masalah
pencemaran jika didukung oleh laju aliran yang memadai dan masuknya pencemaran
tidak berlebihan. Untuk jenis pencemar radioisotop, logam berat, dan senyawa organik
yang lambat terdegradasi dan bahkan merupakan agen magnifikasi biologis, minyak dan
senyawa kimia lainnya yang merusak dasar sungai, pengenceran tidak mengatasi masalah
pencemaran. Senyawa-senyawa tersebut harus dicegah masuk ke sungai (Lehler dalam
Miller, 1975).
11
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat penelitian yang akan digunakan dalam penelitian berupa peta dan
citra serta peralatan untuk survei tanah dan air dan survei penelitian sosial masyarakat
pada daerah hulu, tengah dan hilir.
3.2. Rancangan Penelitian
Penelitian Identifikasi dan Pemetaan Status Pencemaran Tanah dan Air Daerah
Aliran Sungai (DAS) Tukad Badung dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Mengumpulkan dan mempelajari pustaka yang ada kaitannya dengan topik
penelitian utamanya.
2. Orientasi lapangan.dan membuat peta kerja
3. Menentukan wilayah dan variabel penelitian.
4. Pengumpulan data primer dan data skunder seperti, peta, data iklim, data debit
sungai, dan data kualitas air..
5. Penentuan status kualitas tanah dan air dengan uji laboratorium (kimia,fisika dan
biologi tanah)
6. Sinkronisasi uji tanah dan air
7. Pembuatan peta status pencemaran tanah dan air
12
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada kajian pencemaran tanah dan air
daerah aliran sungai (DAS) Tukad Badung ini adalah :
1. Data primer didapatkan dari observasi langsung ke DAS Badung diteruskan
dengan sampling tanah dan air untuk penetapan kualitasnya.
2. Data skunder didapatkan melalui pengumpulan informasi ataupun data dari
instansi terkait.
3. Penentuan titik sampling untuk kualitas tanah dan air didasarkan atas
pertimbangan aktifitas masyarakat, kegiatan pertanian dan kegiatan industri
sehingga ditentukan titik-titik sampling yang dianggap mewakili kualitas dari
hulu, tengah, dan hilir.
3.4. Teknik Analisis Data
Menetapkan kelayakan kualitas tanah dan air pada DAS Badung dilakukan dengan
membandingkan data hasil pengukuran dari masing - masing parameter dengan nilai baku
mutu
1. Analisis tanah
Penentuan kualitas tanah dapat dilakukan dengan uji laboratorium yaitu
menentukan nilai logam berat pada tanah
2. Analisis air
Penentuan status mutu air dengan uji laboratorium untuk mengetahui kualitas air
di DAS Tukad Badung (air limpasan dan air Tukad Badung)
13
IV. GAMBARAN UMUM DAS TUKAD BADUNG
4.1 Gambaran Umum
Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Badung dengan luas ± 22,55 Km2 dengan
batas-batas sebagai berikut:
Bagian utara dibatasi oleh DAS Tukad Ayung.
Bagian timur dibatasi oleh DAS Tukad Ayung.
Bagian selatan dibatasi oleh Teluk Benoa.
Bagian barat dibatasi oleh DAS Tukad Mati.
Tukad Badung berawal dari Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung, kurang
lebih 12 Km sebelah utara Kota Denpasar. Sungai tersebut mengalir ke arah selatan
melewati Kota Denpasar dan bermuara di Teluk Benoa. Panjang Tukad Badung mulai
dari hulu sampai Teluk Benoa ± 22 Km. Anak-anak sungai utamanya adalah Tukad
Tagtag dan Tukad Pedih.
4.2 Keadaan topografi Tukad Badung
Daerah pengaliran Tukad Badung merupakan daerah dengan topografi landai.
Sampai jarak ± 10 Km dari muara mempunyai ketinggian 0 m sampai dengan 20 m di atas
permukaan air laut (dpal). Sedangkan daerah hulu bervariasi antara 20 sampai dengan 50
m dpal. Dimuara Tukad Badung ini dibuat waduk muara (estuary reservoir). Sehingga
dalam normalisasi alur sungai diperhitungkan pula efek air balik (back water) dari waduk
terutama saat banjir.
Berdasarkan data hujan dari tiga stasiun penakar hujan harian selama ± 37 tahun
terakhir, yaitu stasiun Denpasar, Blahkiuh dan stasiun Tabanan maka hujan rata-rata yang
terjadi di DAS Tukad Badung diperkirakan sebesar 182,985 mm.
Stasiun klimatologi terdekat adalah stasiun Ngurah Rai, dimana menurut data
selama 12 tahun menunjukkan bahwa temperatur rata-rata bulanan 27,5 0C dengan
temperatur rata-rata bulanan maksimum 280C yang terjadi pada bulan Januari sampai
dengan April dan Oktober sampai dengan Desember. Sedangkan temperatur rata-rata
bulanan terendah 260C terjadi pada bulan Juli hingga Agustus. Temperatur esktrim
umumnya berkisar pada 320C dan 24
0C terjadi pada bulan April sampai dengan Oktober.
14
Kelembaban relatif rata-rata tahunan ± 77,8 % dengan variasi antara ± 80% pada
musim penghujan dan ± 75 % pada musim kemarau. Penguapan rata-rata bulanan berkisar
antara 3,67 mm/hari sampai dengan 5,10 nm/hari, sedangkan rembesan (infiltrasi) rata-
rata bulanan diestimasi sebesar 2 mm/hari.
Dilihat dari keadaan topografi dan kondisi sungai maka Tukad Badung dibagi
menjadi 3 daerah tinjauan, yaitu:
- Daerah pertama dari Bendung Mertagangga ke hulu.
- Daerah kedua dari Bendung Mertagangga sampai dengan Bendung Gerak Tukad
Badung.
- Daerah ketiga dari Bendung Gerak Tukad Badung sampai dengan muara.
4.3 Deskripsi Lokasi Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel air ditetapkan sebanyak 5 ( lima ) titik lokasi yang
mewakili kondisi daerah hulu, tengah, dan hilir sungai. Mewakili bagian hulu sungai,
titik pantau ditetapkan di Kelurahan mambal ( Hulu 1 ), pengambilan satu titik lokasi
disebabkan kondisi wilayah sebagian besar pertanian. Selanjutnya titik lokasi tengah
diambil di belakang Rumah Sakit Wangaya dan Pasar Badung ( Tengah 1 dan 2 ).
Terakhir titik pantau daerah hilir ditetapkan di Bendungan Batanta dan Pemogan ( Hilir 1
dan 2 ). Secara menyeluruh dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Posisi Geografis Masing-masing Titik Lokasi Tukad Badung
Bagian Sungai Nama Titik
Pantau
Kode Titik
Pantau
Koordinat Titik Lokasi
Lintang Bujur
Daerah Hulu Hulu 1 (Hu1) 08054510 115
021655
Daerah Pertengahan
Daerah Pertengahan
Tengah 1
Tengah 2
(T1)
(T2)
08064948
08065944
115021236
115021331
Daerah Hilir
Daerah Hilir
Hilir 1
Hilir 2
(Hi1)
(Hi2)
08068528
08070407
115019816
115019334
15
4.4 Lokasi Sampling
Tukad Badung merupakan sungai lintas kabupaten/kota yaitu Kota Denpasar dan
Kabupaten Badung. Sungai ini bermuara di perbatasan antara Kelurahan Kuta dan
Kelurahan Pemogan dimana muara sungai ini telah dibendung menjadi waduk Estuary
Dam. Hulu Tukad Badung berada di Dam Mambal-Desa Mambal Kecamatan Abian
Semal. Panjang aliran Tukad Badung adalah 22 km dan luas daerah pengaliran ± 25 km2.
Terdapat dua kategori utama pemanfaatan lahan di sepanjang aliran Tukad
Badung, yaitu pemukiman dan sawah. Daerah pemukiman padat mulai Br. Gunung
Pemogan sampai Br. Tulangampiang Desa Ubung Kaja. Daerah persawahan terdapat di
Desa Pemogan dan dari Br. Tulangamping Desa Ubung Kaja sampai ke hulu meliputi
Desa Mambal.
Sumber-sumber limbah yang berpotensi mencemari sungai ini sangat beragam
seperti limbah industri (industri pengolahan dan industri pencelupan), limbah domestik,
limbah bengkel, limbah limpasan jalan, limbah peternakan, peternakan dan limbah rumah
sakit, limbah pasar, dan lain sebagainya. Pada penelitian ini ditetapkan 5 (lima) titik
pengambilan sampel yaitu:
1) Tukad Badung 1: terletak di Jalan Raya
Mambal, Dam Mambal-Abian Semal. Kondisi
aliran sungai pada lokasi sampel ini relatif alami
dimana di tepi sungai ditumbuhi oleh vegetasi
yang lebat. Pemanfaatan lahan di bagian hulu
berupa persawahan dan sebelah kiri dan
kanannya merupakan daerah permukiman
penduduk. Beban limbah yang masuk ke sungai
bagian ini relatif kecil. Air sungai masih dapat
digunakan penduduk untuk mandi dan cuci.
16
2) Tukad Badung 2: Lokasi ini tepat di
Jalan Kartini- Wangaya Kaja
Kecamatan Denpasar Barat Kota
Denpasar. Lokasi ini berada wilayah
pemukiman penduduk yang sangat
padat, lalu lintas jala raya juga sangat
padat dan dekat dengan pasar Badung.
3) Tukad Badung 3: terletak di Jalan
Hasanudin-Denpasar. Sekitar lokasi
pengambilan sampel merupakan
kawasan permukiman penduduk.
Sumber pencemar yang masuk ke
sungai di bagian ini lebih beragam
antara lain limbah domestik, limbah
pasar, limbah bengkel dan limbah
pengolahan makanan.
4) Tukad Badung 4: terletak di Jalan
Batukaru, Bendungan Dam Batanta,
merupakan daerah hilir sebelum
memasuki Estuary Dam. Permukiman
penduduk tidak terlalu padat, masih
terdapat lahan kosong. Posisi sungai
pada titik pengambilan sampel ini
merupakan daerah recovery, dimana
di bagian hilir lokasi ini tidak
dijumpai adanya sumber pencemaran
yang bersifat point source.
lokasi titik sampling tukad badung 3
17
5) Tukad Badung 5: Terletak di Jalan
Taman Pancing Desa Gelogor Carik
Kabupaten Badung. Titik sampling ini
berada di pinggir jalan raya dengan
kondisi perumahan penduduk tidak begitu
padat. Hamparan tanah kosong dengan
peternakan serta pertanian terdapat di
sekitar daerah ini.
18
V. EVALUASI PENCEMArAN TANAH DAN AIR DI DAS BADUNG
DAS Tukad Badung mengalir dari wilayah Desa Mambal Kabupaten Badung
dengan pola pengaliran di daerah dataran rendah cenderung berbentuk dendritik
(percabangan pohon) dan pola pengairan di daerah dataran berkelok-kelok (oxbow lake)
yang mengalir ke arah selatan menuju Dam Estuaria. Secara umum bentuk Daerah Aliran
Sungai Tukad Badung adalah memanjang, dengan bagian hulu agak lebar, menyempit
pada bagian pertengahan sungai dan paling lebar pada bagian hilir sungai.
Kawasan Tukad Badung seperti juga wilayah lainnya di Bali secara umum
beriklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim dan terdapat musim kemarau dan
musim hujan yang diselingi oleh musim pancaroba. Suhu udara rata-rata mencapai 27,50C
dengan suhu minimum rata-rata 260C dan suhu maksimum rata-rata 28
0C serta suhu
ekstrim yang umumnya berkisar pada 240C dan 32
0C. Kelembaban relative rata-rata
tahunan ± 77,8% dengan variasi antara ± 80% pada musim penghujan dan ± 75% pada
musim kemarau. Penguapan rata-rata bulanan berkisar antara 3,67 mm perhari sampai
dengan 5,10 mm perhari Sedangkan intensitas curah hujan rata-rata pertahun berdasarkan
data hujan dari 3 stasiun penakar hujan harian selama kurang lebih 37 tahun terakhir yaitu
stasiun Denpasar, Blahkiuh dan Tabanan maka hujan rata-rata yang terjadi di DAS Tukad
Badung diperkirakan sebesar 182,985 mm/tahun. Batasan lingkup DAS Tukad Badung
merupakan kawasan tangkapan air induk sungai dan anak sungainya. Tukad Badung
memiliki panjang 22 Km dan luas DAS ± 25,0 Km2. Secara geografis Tukad Badung
berada pada posisi 080.54623” LS dan 115
0.21705” BT sampai 08
070930” LS dan
1150.19122” BT.
5.1 Hasil Analisis Air dan Tanah DAS Tukad Badung
5.1.1 Analisis kualitas air dan Air Limpasan DAS Tukad Badung
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil analisis derajat
keasaman (pH), Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical
Oxygen Demand (COD), Nitrit, Nitrat, Fosfat, Amoniak, Sulfat, Deterjen, logam Cu,
logam Fe, logam Cd, logam Pb) pada air Tukad Badung daerah hulu, tengah dan hilir
sebanyak 2 titik. Khusus segmen hulu hanya 1 titik dikarenakan kawasan tersebut masih
homogeny (lahan pertanian masih luas)
19
Pengambilan sampel di segmen hulu (Hu) meliputi satu titik yakni di DAM
Mambal, Jalan Raya Mambal, Abiansemal (Hu) ; segmen tengah (T) di Jalan Kartini,
Desa Wangaya (T1) dan Jalan Hasanudin, Denpasar (T2); segmen hilir (Hi) di Jalan
Tukad Baru, Bendung Batanta (H1) dan Jalan Taman Pancing, Desa Gelogor Carik (H2).
Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Juni yaitu dari tanggal 12 sampai
dengan tanggal 20 juni 2016. Hasil analisis yang didapatkan sebagai berikut :
Tabel 5.1 Hasil Analisis Kualitas Air Tukad Badung Pada Daerah Hulu (Hu)
NO PARAMETER SATUAN
NILAI PENGUKURAN
Sampel Hulu Air Limpasan
Hulu
1 Ph - 7.71 7.76
2 DO mg/L 3.86 8.94
3 BOD5 mg/L 6.58 15.61
4 COD mg/L 19.60 30.78
5 Nitrit (NO2) mg/L 0.083 0.184
6 Nitrat (NO3) mg/L 28.47 38.78
7 Amoniak (NH3) mg/L 0.045 0.946
8 Sulfat (SO4) mg/L 5.63 45.64
9 Fosfat (PO4) mg/L 3.60 9.67
10 Deterjen mg/L 0.105 6.106
11 Tembaga (Cu) mg/L 0.015 0.815
12 Kadmium (Cd) mg/L 0.005 0.105
13 Besi (Fe) mg/L 0.079 0.380
14 Timbal (Pb) mg/L 0.013 0.913
20
Tabel 5.2 Hasil Analisis Kualitas Air Tukad Badung Pada Daerah Tengah 1 (T1)
NO PARAMETER SATUAN
NILAI PENGUKURAN
Sampel Tengah I Air Limpasan
Tengah I
1 pH - 7.95 8.03
2 DO mg/L 3.91 9.95
3 BOD5 mg/L 6.78 20.85
4 COD mg/L 19.61 32.81
5 Nitrit (NO2) mg/L 0.083 0.284
6 Nitrat (NO3) mg/L 27.34 47.61
7 Amoniak (NH3) mg/L 0.041 1.041
8 Sulfat (SO4) mg/L 5.85 55.91
9 Fosfat (PO4) mg/L 3.56 9.60
10 Deterjen mg/L 0.121 9.122
11 Tembaga (Cu) mg/L 0.021 0.921
12 Kadmium (Cd) mg/L 0.006 0.306
13 Besi (Fe) mg/L 0.085 0.586
14 Timbal (Pb) mg/L 0.011 1,111
Tabel 5.3 Hasil Analisis Kualitas Air Tukad Badung Pada Daerah Tengah2 (T2)
NO PARAMETER SATUAN
NILAI PENGUKURAN
Sampel Tengah II Air Limpasan
Tengah II
1 pH - 7.88 8.04
2 DO mg/L 3.91 9.99
3 BOD5 mg/L 6.77 21.91
4 COD mg/L 19.81 32.21
5 Nitrit (NO2) mg/L 0.085 0.287
6 Nitrat (NO3) mg/L 27.38 47.93
7 Amoniak (NH3) mg/L 0.045 1.046
8 Sulfat (SO4) mg/L 5.75 55.87
9 Fosfat (PO4) mg/L 3.59 9.66
10 Deterjen mg/L 0.125 9.128
11 Tembaga (Cu) mg/L 0.023 0.923
12 Kadmium (Cd) mg/L 0.082 0.384
13 Besi (Fe) mg/L 0.012 0.512
14 Timbal (Pb) mg/L 0.014 1.014
21
Tabel 5.4 Hasil Analisis Kualitas Air Tukad Badung Pada Daerah Hilir 1 (Hi1)
NO PARAMETER SATUAN
NILAI PENGUKURAN
Sampel Hilir I Air Limpasan
Hilir I
1 pH - 7.98 8.14
2 DO mg/L 3.9 9.98
3 BOD5 mg/L 7.32 22.47
4 COD mg/L 20.98 31.40
5 Nitrit (NO2) mg/L 0.085 0.297
6 Nitrat (NO3) mg/L 27.43 47.98
7 Amoniak (NH3) mg/L 0.048 1.049
8 Sulfat (SO4) mg/L 5.55 55.66
9 Fosfat (PO4) mg/L 3.36 9.43
10 Deterjen mg/L 0.114 0.916
11 Tembaga (Cu) mg/L 0.024 0.324
12 Kadmium (Cd) mg/L 0.08 0.582
13 Besi (Fe) mg/L 0.014 0.523
14 Timbal (Pb) mg/L 0.013 1.013
Tabel 5.5 Hasil Analisis Kualitas Air Tukad Badung Pada Daerah Hilir 2 (Hi2)
NO PARAMETER SATUAN
NILAI PENGUKURAN
Sampel Hilir II Air Limpasan
Hilir II
1 pH - 7.09 7.76
2 DO mg/L 3.91 8.91
3 BOD5 mg/L 7.23 15.23
4 COD mg/L 20.69 29.78
5 Nitrit (NO2) mg/L 0.084 0.174
6 Nitrat (NO3) mg/L 27.48 37.78
7 Amoniak (NH3) mg/L 0.048 0.988
8 Sulfat (SO4) mg/L 6.25 46.64
9 Fosfat (PO4) mg/L 3.72 9.87
10 Deterjen mg/L 0.123 6.306
11 Tembaga (Cu) mg/L 0.019 0.915
12 Kadmium (Cd) mg/L 0.007 0.115
13 Besi (Fe) mg/L 0.071 0.393
14 Timbal (Pb) mg/L 0.013 0.944
22
1. DO,BOD dan COD
Ketiga parameter ini saling berkaitan karena apabila nilai BOD dan nilai COD
tinggi maka nilai DO akan menjadi turun. Nilai BOD mencerminkan kandungan bahan
organik yang mudah terdegradasi dalam air, apabila kandungan bahan organik tinggi
maka jumlah oksigen yang diperlukan oleh bakteri pengurai dalam air akan meningkat
yang terukur sebagai nilai BOD sebagai akibatnya nilai DO akan menjadi menurun.
Kadar COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi baik yang sukar didegradasi secara biologis
maupun yang mudah didegradasi secara biologis. Seperti halnya pada BOD, nilai COD
yang meningkat akan menurunkan nilai DO. Hasil pemeriksaan DO, BOD dan COD air
Tukad Badung telah melampui baku mutu air kelas I berdasarkan PerGub Bali No 8
Tahun 2007.
Perbandingan antara segmen air menunjukkan paling tinggi di hilir kemudian
segmen tengah dan paling rendah di segmen hulu. Nilai COD tertinggi di segmen hilir
sebagai akibat dari akumulasi bahan-bahan pencemar di bagian hilir yang dibawa dari
hulu dan tengah sungai. Disamping itu juga sebagai akibat dari sumbangan pencemar
yang masuk dari derah sekitar sungai seperti limbah pertanian, rumah tangga dan limbah
industri.
2. Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan Amonia (NH3)
Senyawa nitrit yang terdapat dalam air merupakan hasil reduksi senyawa nitrat
atau oksidasi ammonia oleh mikroorganisme yang ada dalam air. Kandungan nitrit dalam
air bersifat sangat labil dan dipengaruhi oleh kandungan oksigen terlarut (DO). Jika
kadungan DO tinggi maka senyawa nitrit akan cepat dioksidasi menjadi nitrat dan
sebaliknya jika DO rendah maka nitrit akan direduksi menjadi ammonia.
Hasil pemeriksaan parameter nitrat , apabila dilihat dari tahap pemantauan dan
segmen sungai tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini sebagai akibat dari
sifat dari nitrat yang cendrung stabil dalam air. Sumber utama nitrat dalam perairan adalah
runoff, erosi dan leaching lahan pertanian dan limbah pemukiman. Nitrat di perairan
berasal dari pemecahan nitrogen organik dan anorganik yang berasal dari dekomposisi
bahan organik dengan bantuan mikroba. Unsur nitrogen sengaja ditambahkan pada tanah
karena sangat diperlukan oleh tumbuhan untuk proses pertumbuhan dan kelebihannya
akan mencemari lingkungan.
23
3. Phosfat (PO4)
Phosfat adalah bentuk phosfor yang diperlukan oleh tumbuhan dan merupakan
unsur esensial bagi tubuhan tingkat tinggi dan alga sehingga dapat mempengaruhi tingkat
produktivitas perairan. Sumber phosfat di perairan adalah deposit fosfor, industri, limbah
domestik, limbah pertanian dan pertambangan batuan phosfat.
Hasil pemeriksaan parameter phosfat air Tukad Badung, apabila dilihat dari tahap
pemantauan dan segmen sungai tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini
karena kesetabilan phosfat dalam perairan cukup tinggi, disamping itu kondisi lahan
pertanian yang ada di sekitar daerah aliran Tukad Badung tidak jauh berbeda.
4. Logam-logam
Parameter logam yang dikur meliputi: Tembaga (Cu), Kadmium (Cd), Besi (Fe),
Timbal (Pb). Logam Cu dan Fe merupakan trace mineral esensial karena keberadannya
dalam jumlah kecil diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme, sedangkan Pb,Cd
dan Se merupakan non trace esensial bahkan bersifat toksik terhadap tubuh. Logam-
logam ini merupakan logam berat yang keberadaannya di lingkungan khususnya pada
perairan akan berdampak terhadap kesehatan apabila melebih baku mutu yang ditetapkan .
Sumber logam ini berasal dari bahan-bahan hasil industri seperti: alat-alat listrik,
gelas, keramik, zat pewarna, kemasan makanan, transfortasi, usaha las, garmen
(pencelupan), usaha pengecatan, rumah sakit, bengkel dan bidang pertanian (pupuk,
pestisida). Di dalam air logam-logam ini berada sebagai ion ataupun persenyawaan yang
bersifat stabil karena terjadinya kesetimbangan antara bentuk satu dengan bentuk lainnya.
Hasil pemeriksaan air Tukad Badung menunjukkan kandungan logam ini berada
di bawah baku air yang ditetapkan. Kecendrungan pola yang yang ditunjukkan adalah
sama baik dilihat dari segi periode pemantauan ataupun dari segmen sungai (hulu, tengah
dan hilir).
Berdasarkan data hasil analisis nilai rata rata pengujian air Tukad Badung dan air
limpasan (limbah) didapatkan bahwasanya kondisi kualitas air di Tukad Badung sudah
tercemar. Tingginya aktifitas manusia sepanjang DAS serta saluran drainase yang
terhubung langsung ke Tukad Badung disinyalir menjadi penyebab utama.
24
5.1.2. Hasil Analisis Kandungan Logam Berat Pada Tanah di DAS Tukad Badung
Pengambilan sampel tanah dilakukan pada kawasan yang dilalui air limpasan, hal
ini dikarenakan terjadinya akumulasi limbah yang dibawa oleh air dan mengendap pada
tanah sekitarnya. Tanah yang diambil dilakukan secara acak pada area air limpasan
kemudian dikompositkan lalu diuji untuk mengetahui kandungan logam berat pada tanah
tersebut seperti logam : Tembaga (Cu), Kadmium (Cd), Besi (Fe), Timbal (Pb).
25
Tabel 5.6 Hasil Analisis Kandungan Logam Berat pada Tanah di DAS Tukad
Badung.
NO PARAMETER SATUAN NILAI PENGUKURAN
Sampel Tanah Hulu
1 Tembaga (Cu) mg/L 91,589
2 Kadmium (Cd) mg/L 25,426
3 Besi (Fe) mg/L 6,795
4 Timbal (Pb) mg/L 9315,646
Sampel Tanah Tengah I
1 Tembaga (Cu) mg/L 131,871
2 Kadmium (Cd) mg/L 53,457
3 Besi (Fe) mg/L 8,694
4 Timbal (Pb) mg/L 15093,534
Sampel Tanah Tengah II
1 Tembaga (Cu) mg/L 129,644
2 Kadmium (Cd) mg/L 55,367
3 Besi (Fe) mg/L 8,699
4 Timbal (Pb) mg/L 15033,78
Sampel Tanah Hilir I
1 Tembaga (Cu) mg/L 124,824
2 Kadmium (Cd) mg/L 53,067
3 Besi (Fe) mg/L 8,624
4 Timbal (Pb) mg/L 15250,341
Sampel Tanah Hilir II
1 Tembaga (Cu) mg/L 97,575
2 Kadmium (Cd) mg/L 23,647
3 Besi (Fe) mg/L 6,544
4 Timbal (Pb) mg/L 9080,518
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwasanya kondisi lahan (tanah) di
kawasan DAS Tukad Badung yang dilalui air limpasan mengandung logam berat yang
sangat tinggi, berdasarkan standart logam berat pada pangan tentunya hal ini akan sangat
mengkhawatirkan. Pada segmen hulu dan hilir II didapatkan kondisi bahwasanya lahan
yang ada masih dimanfaatkan untuk pertanian (sawah) yang mana irigasi yang digunakan
melalui dan melewati drainasi perumahan, industry, pasar. Pencemaran logam berat pada
26
tanah khususnya areal yang dilalui air limpasan sangat mungkin akan terdegradasi, hal ini
disebabkan terjadinya penumpukan bahan bahan pencemar dari aktifitas manusia seperti
limbah Pestisida, pupuk, rumah tangga, industry, pasar, rumah sakit. Kadar logam
cadmium (Cd),tembaga (Cu), besi (Fe) dan timbal (Pb) telah memenuhi ambang batas
baku mutu. Kandungan logam berat semakin ke hilir semakin meningkat, hal ini
disebabkan hilir merupakan akumulasi bagi cemaran yang berasal dari hulu dan tengah.
5.1.3. Peta Status Pencemaran Tanah dan Air di DAS Tukad Badung
Karakteristik sumber pencemar pada daerah hulu sampai dengan Hilir dari
desa Mambal sampai Br. Pemogan adalah kegiatan pertanian dan pemukiman
penduduk serta letaknya relative cukup dekat, terjadinya peningkatan pemukiman
penduduk dan berbagai usaha seperti laundry, bengkel, pasar, rumah saki t yaitu
dari Wangaya sampai di sekitar daerah Pasar Badung. Pada segmen hilir, sumber-
sumber limbah yang berpotensi mencemari sungai ini sangat beragam seperti limbah
industri (industri pengolahan dan industri pencelupan), limbah domestik, limbah bengkel,
limbah limpasan jalan, limbah peternakan, limbah rumah sakit, limbah pasar, dan lain
sebagainya.
27
28
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
1. Segmen Hulu yakni di Dam Mambal dan di Jembatan Binoh berstatus cemar
berat. Kondisi di sekitar Dam Mambal (Hulu1) adalah daerah pertanian, pabrik air
aqua dan perumahan bengekel, laundry dan Pasar.
2. Segmen Tengah yakni di Jalan Kartini Wangaya ( Tengah 1) dan di Jalan
Hasanudin (Tengah 2) berstatus cemar berat, kondisi di sekitar Jalan Kartini
adalah Rumah Sakit, perumahan, pasar, peternakan dan usaha-usaha lainnya
(laundry, bengkel, warung makan). Kondisi di sekitar Jalan Hasanudin adalah
perumahan, pasar, Hotel, dan usaha lainnya seperti rumah makan, bengkel,
pertokoan dan sebagainya..
3. Segmen Hilir yakni di Bendungan Batanta (Hilir 1) dan di Gelogor Carik (Hilir 2)
berstatus cemar berat kondisi kawasan adalah : persawahan, perumahan, pasar,
peternakan (ternak sapi) dan usaha-usaha lainnya (laundry, bengkel, warung
makan). Kondisi di sekitar Gelogor carik adalah perumahan, persawahan,
peternakan (ternak sapi), dan usaha-usaha lainnya (laundry, bengkel, warung
makan).
4. Air limpasan yang terdapat disetiap jalur DAS Tukad Badung memiliki potensi
tercemar berat.
5. Kondisi tanah yang terdapat disekitar air limpasan memiliki potensi kandungan
logam berat yang sangat tinggi.
6. Pengendalian pencemaran air sungai Tukad Badung di Kabupaten Badung dan
Kota Denpasar dapat dilakukan dengan meningkatkan inventarisasi dan
identifikasi sumber pencemar air, meningkatkan pengelolaan limbah, menetapkan
daya tampung beban pencemar, meningkatkan pengetahuan dan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan limbah, meningkatkan pengawasan dalam
pembuangan air limbah dan meningkatkan pemantauan kualitas air sungai.
29
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan pemantauan dan pendataan penggunaan pupuk buatan
(N,P,K) dan pestisida oleh instansi terkait dalam hal ini Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Badung dan Kota Denpasar
dan Petugas Penyuluh Lapangan petani serta pembuangan limbah domestic
yang berasal dari pemukiman.
2. Perlu dilakukan pendataan dan pengawasan tentang perijinan kegiatan/
usaha baik skala rumah tangga maupun skala menengah,kegiatan
peternakan serta limbah yang dihasilkan oleh instansi terkait yaitu Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dan UKM, Dinas Peternakan, Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
30
DAFTAR PUSTAKA
ADB. 2006. Country Synthesis Report On Urban Area Quality Management Indonesia.
Asian Development Bank and the Clean Air Initiative for Asian Cities (CAI-Asia)
Center.
Altshuller AP. Thermodynamic considerations in the interactions of nitrogen oxides and
oxy-acids in the atmosphere.Journal of the AirPollution Control Association,
1956, 6:97–100.
Anwar, A danAnsofina. 2008. BeberapaDimensiMasalahSumberdaya Air
keArahPengelolaan Optimal. DalamArsyad, S. dan E. Rustiadi (eds), 2008.
Penyelamatan Tanah, Air danLingkungan. Crespent Press danYayasanObor
Indonesia. Jakarta.
Boney, A.D. 1989.Phytoplankton.Second edition. Edward Arnold. London.
Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds.Fourth Printing.Urburn
University Agricultural Experiment Station. Alabama, USA.
Clark, J.R. 1996. Coastal Zone Management Handbook.Lewis Publishers.Boca Raton,
New York, London, Tokyo.
Davis, M.L. and D.A. Cornwell. 1991. Introduction to Environmental Engineering.
Second edition.Mc-Graw-Hill, Inc. New York.
Duce, R A. 2008.Impacts of Atmospheric Anthropogenic Nitrogen on the Open
Ocean.Science.Vol 320.
Dugan, P.R. 1972. Biochemical Ecology of Water Pollution.Plenum Press. New York.
Effendi, H. 2003.TelaahKualitas Air
BagiPengelolaanSumberdayadanLingkunganPerairan.PenerbitKanisius.
Yogyakarta.
EPA. 1995. Air quality criteria for ozone and related photochemical oxidants. Research
Triangle Park, NC, US Environmental Protection Agency, 1995 (EPA Report No.
EPA/600/P-93/004aF-cF.3v).
EPA. 1993. Air quality criteria for oxides of nitrogen. Research Triangle Park, NC,
USEnvironmental Protection Agency, 1993 (EPA Report No.EPA/600/8-
91/049aF-cF. 3v).
Federal Ministry of Interior. 1983. BerichtuberWaldschaden und
Luftverschmutzung[Report on forest damage and air pollution]. Bonn, Federal
Ministry of the Interior.
Hickman AJ, Bevan MG, Colwill DM. Atmospheric pollution from vehicle emissions at
four sites in Coventry.Crowthorne, Department of the Environment, 1976 (Report
No. CR 695).
Jeffries, M. and D. Mills. 1996. Freshwater Ecology, Principles, and Applications. John
Wiley and Sons.Chichester, UK.
Kodotie, R.J. dan R. Sjarief. 2005. Pengelolaan Smberdaya Air Terpadu. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
31
Krzyzanowski M, Kuna-Dibbert B, and Schneider J. 2005.Health effects of transport-
related air pollution. Copenhagen, WHO Regional Office for Europe.
Laidler G. 1991. Environmental Chemistry An Australian Perspective. Longman
Cheshire. Pty Limited.
Manahan, S.E. 1994. Environmental Chemistry. Lewis Publishers.
Mason, C.F. 1993. Biology of Freshwater Pollution.Second edition.Longman Scientific
and Technical. New York.
McNeely, R.N., V.P. Nelmanis and L. Dawyer. 1979. Water Quality Source Book. A
Guide to Water Quality Parameter. Island Water Directorate, Water Quality
Branch. Ottawa, Canada.
Miller, G.T. 1972. Living in the Environment, Concepts, Problems and
Alternatives.Wadswooth Publishing Company, California.
Miller, G.T. 1992. Living in the Environment.Seventh edition.Wadswooth Publishing
Company, California.
Moore, J.W. 1991. Inorganic Contaminants of Surface Water.Springer-Verlag. New York.
Mulyanto., H.R. 2007. Sungai, Fungsidan Sifat-Sifatnya.Graha Ilmu. Yogyakarta.
Rao, C.S. 1992. Environmental Pollution Control Engineering.Wiley Eastern Limited.
New Delhi.
Sawyer, C.N. and P.L. McCarty. 1978. Chemistry for Environmental Engineering. Third
edition. McGraw-Hill Company. Tokyo.
Wetzel, R.G. 1975. Limnology.WB. Sounders Co. Philadelphia, Pennylvania.
Svartengren, M. 2000. Short-term exposure to air pollution in a road tunnel enhances the
asthmatic response to allergen. European Respiratory Journal. 15:716–724.
UNEP. 1984. International Register of Potentially Toxic Chemicals. List of
environmentally dangerous chemical substances and processes of global
significance.Geneva, United Nations Environment Programme, 1984 (UNEP
Reports No. 1 and 2).
WHO. 2005. WHO challenges world to improve air quality. Communications and
Advocacy officerPublic Health and the Environment, WHOTelephone: +41 22
791 4475.
WHO.2005a. Air Quality Guidelines. Global up date 2005.Particulate Matter, Ozone,
Sulphur Dioxide, and Nitrogen Dioxide. WHO Regional Office for Europe
Scherfigsvej 8 DK-2100 Copenhagen O, Denmark.