PRODUKSI PISANG CAVENDISH DI KEBUN CIBUNGUR,
PTPN VIII, SUKABUMI, JAWA BARAT
LUBERING ARTHA
A24110085
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Pisang
Cavendish di Kebun Cibungur, PTPN VIII, Sukabumi, Jawa Barat adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Lubering Artha
NIM A24110085
ABSTRAK
Magang dilaksanakan di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan, Kebun Cibungur,
PTPN VIII selama empat bulan dari tanggal 1 Maret 2015 hingga 30 juni 2015.
Kegiatan ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis
budidaya pisang Cavendish dan secara khusus untuk mempelajari dan
menganalisis klasifikasi kesesuaian lahan dan produksi pisang Cavendish. Data
sekunder didapatkan dari arsip perusahaan. Data primer didapatkan dari
pengamatan komponen produksi di lapangan terdiri atas bobot buah per tandan,
bobot buah bermutu, jumlah sisir per tandan, jumlah sisir bermutu, jumlah buah
per sisir bermutu dan bobot buah per sisir pada tanaman contoh di blok „A‟, „B‟,
„C‟. Hasil pengamatan menunjukkan blok „C‟ memiliki peringkat bobot per
tandan tertinggi diduga karena kedekatan dengan sumber air dan pengawasan
yang lebih baik. Blok „A‟ memiliki peringkat jumlah sisir bermutu tertinggi
diduga karena kondisi jalan yang baik dan jarak yang dekat dari packing house.
Lokasi magang dinyatakan telah sesuai dengan syarat perbaikan ketersediaan air
dan kemiringan lereng. Pengelolaan kebun belum dilakukan secara maksimal.
Masalah utama di kebun adalah keterlambatan bahan produksi, lemahnya
pengawasan karyawan, kondisi jalan yang kurang memadai, ketersediaan air bagi
tanaman saat musim kemarau dan lereng yang curam tanpa peremajaan teras.
Kata kunci : cavendish, klasifikasi kesesuaian lahan, produksi, komponen
produksi
ABSTRACT
The internship program was conducted at Afdeling 5 and 6 Panarewuan,
Cibungur estate, PTPN VIII, Sukabumi, West Java for four month from 1st
March
to 30th
june 2015. The purpose the internship is to improve technical and skill of
the cultivation of Cavendish and specifically to study and analyze banana land
suitability classification and Cavendish production. Secondary data has gotten
from business archives. Primary data has gotten from direct observation of
plantation consist weight per cluster, weight grade per cluster, comb per cluster,
comb grade per cluster, finger per comb and weight comb grade from sample
plant on blok ‘A’, ‘B’, ‘C’. Results indicated blok ‘C’ had the best rank of weight
per cluster to assumption water nearness and good control. Blok ‘A’ had the best
rank comb grade to assumption packing house nearness and good track to aim.
Internship location had suitable land for banana cultivation with irrigation and
slope conditional repair. Maximal estate management has not be done. The
problems were delay material production, weakness labor control, bad track,
irrigation on dry season and steep slope without terace rejuvenation.
Keywords : cavendish, land suitability classification, production, production
component
PRODUKSI PISANG CAVENDISH DI KEBUN CIBUNGUR,
PTPN VIII, SUKABUMI, JAWA BARAT
LUBERING ARTHA
A24110085
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Produksi Pisang Cavendish di Kebun Cibungur, PTPN VIII,
Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi ini merupakan hasil dari kegiatan magang penulis
pada bulan 01 Maret – 30 Juni 2015 di Kebun Cibungur , PT. Perkebunan
Nusantara VIII, Sukabumi, Jawa Barat. Penulis menyampaikankan terima kasih
kepada:
1. Ir. Winarso Drajad Widodo, M.S., Ph.D. selaku pembimbing skripsi I dan
Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc. selaku pembimbing skripsi II atas
segala bimbingan, pengarahan dan sarannya sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Dr. Ir. Ketty Suketi, M.Si. dan Dr. Ir. Supijatno, M.Si. selaku dosen
penguji yang telah memberikan arahan dan saran-saran sehingga skripsi ini
dapat diselasaikan dengan baik.
3. Prof. Dr. Ir. Memen Surahman, M.Agr. selaku dosen pembimbing
akademik atas seluruh arahan, masukan, motivasi dan saran selama penulis
melaksanakan studi.
4. PT. Perkebunan Nusantara VIII yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan magang di salah satu kebun yang
dibawahinya.
5. Manajer kebun Kebun Cibungur beserta seluruh staf dan karyawan yang
telah memberikan fasilitas dan kesempatan untuk melaksanakan magang.
6. Kedua orang tua Drs. Sarino (alm), Endang Setyowati, S.Pd. dan Sukaeri,
S.Pd. serta kakak-kakak saya Bandhu, Ginanjar, Pramestuti, Kresna dan
Ika yang selalu memberikan d‟oa kepada penulis.
7. Teman-teman Renaya, Adelina, Nuri, Etik, Ila yang selalu memberi
dukungan kepada penulis
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Bogor, April 2016
Lubering Artha
A24110085
DAFTAR ISI
DARFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 1
TINJAUAN PUSTAKA 2
Pisang Cavendish 2
Morfologi Pisang Cavendish 2
Persyaratan Tumbuh Tanaman Pisang 3
Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Pisang 4
Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial 4
Kesuburan Tanah 5
METODE 6
Tempat dan Waktu Magang 6
Metode Pelaksanaan 6
Pengumpulan Data dan Informasi 6
Analisis Data dan Informasi 8
KEADAAN UMUM 8
Sejarah Singkat 8
Letak Geografi dan Administratif 8
Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim 9
Tata Guna Lahan 9
Keadaan Pertanaman dan Produksi 9
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 10
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 11
Aspek Teknis 11
Aspek Manajerial 25
PEMBAHASAN 27
Manajerial Produksi 27
Potensi Produksi di Lokasi Magang 28
Produksi Aktual di Lapangan 28
Kesesuaian Lahan Tanaman Pisang 29
Hasil Pengamatan Komponen Produksi 31
KESIMPULAN DAN SARAN 32
Kesimpulan 32
Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 35
RIWAYAT HIDUP 51
DAFTAR TABEL
1 Data informasi blok pengamatan 7
2 Produksi tahun pertama pisang Cavendish di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan 10
3 Dosis pupuk per satu siklus tanaman 13
4 Perolehan suntik tandan bunga Afdeling 5 dan 6 Panarewuan 18
5 Taksasi produksi Afdeling 5 dan 6 Panarewuan di Kebun Cibungur 21
6 Daftar harga sesuai kelas mutu buah pisang Cavendish 24
7 Produksi Cavendish Kebun Cibungur Maret-Juni 2015 24
8 Prestasi kerja penulis saat menjadi karyawan harian lepas 27
9 Kriteria kesesuaian lahan terhadap potensi produksi pisang Cavendish 28
10 Kelas kesesuaian lahan berdasarkan potensi produksi tertinggi di lapangan 29
11 Penilaian karakteristik lahan berdasarkan literatur 30
12 Rata-rata pengamatan komponen produksi 31
DAFTAR GAMBAR
1 Pengendalian gulma secara manual 11
2 Pengendalian gulma secara kimiawi 12
3 Pemupukan 13
4 Pengendalian hama dan penyakit 14
5 Penjarangan anakan 15
6 Pemangkasan daun 16
7 Pemasangan penyangga 16
8 Penyuntikan tandan bunga 18
9 Pembrongsongan 20
10 Pemanenan 21
11 Proses packaging 23
12 Spesifikasi bentuk pisang Cavendish 24
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian kegiatan karyawan harian lepas di Afdeling 5
dan 6 Kebun Cibungur PTPN VIII
36
2 Jurnal harian kegiatan sebagai pendamping mandor di
Afdeling 5 dan 6 Kebun Cibungur PTPN VIII
37
3 Jurnal harian kegiatan sebagai pendamping kepala afdeling
di Afdeling 5 dan 6 Kebun Cibungur PTPN VIII
38
4 Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang
menurut CSR/FAO (1983)
40
5 Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang
menurut Sys et al. (1993)
41
6 Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang
menurut LREP II (1994)
42
7 Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang
(Musa acuminata COLLA) menurut Djaenudin et al.(2003)
43
8 Curah hujan di Kebun Cibungur PT. Perkebunan Nusantara
VIII
45
9 Peta areal konsesi Kebun Cibungur 46
10 Jumlah dan posisi tenaga kerja di Afdeling 5 dan 6 Kebun
Cibungur
47
11 Struktur organisasi Afdeling 5 dan 6 Kebun Cibungur 48
12 Kalender pita tahun 2015 49
13 Spesifikasi kelas mutu super pisang Cavendish 50
14 Spesifikasi kelas mutu ambon pisang Cavendish 50
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pisang merupakan produk unggulan tanaman hortikultura. Buah pisang
juga merupakan salah satu buah yang berpotensi sebagai bisnis usaha dan bahan
pangan utama. Hampir setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang. Pisang
juga dianggap sebagai komoditas penting sehingga ada lembaga dunia yang
mengurusi masalah pisang, yaitu International Network for Improvement of
Banana and Plantain (INIBAP), yang berkedudukan di Perancis. Pisang
Cavendish menjadi salah satu jenis pisang komersial paling berpengaruh di
perdagangan buah dunia (Ansyori, 2009).
Produksi dan produktivitas pisang nasional berdasarkan provinsi selama
tahun 2010-2013 adalah 5,9 juta ton/tahun dan 17,94 ton/ha/tahun (BPS, 2013).
Menurut Sys et al. (1993), tanaman pisang yang diusahakan secara komersial
pada lahan tadah hujan mampu menghasilkan pisang segar sebanyak 30-35
ton/ha/tahun dan pada lahan irigasi sebanyak 40-60 ton/ha/tahun.
Menurut Kuswanto (1990), masyarakat masih memanfaatkan tanaman
pisang sebagai tambahan penghasilan keluarga tanpa perawatan intensif. Hanya
sebagian kecil produksi pisang yang dihasilkan dengan sistem pertanian
komersial. Data FAOSTAT (2016) menunjukkan produksi pisang di Indonesia
masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki
wilayah geografis lebih sempit seperti Filipina dan Ekuador. Produksi pisang yang
dihasilkan dengan sistem pertanian komersial pisang harus mempertimbangkan
beberapa hal. Salah satunya adalah kesesuaian lahan.
Kriteria kesesuaian lahan yang telah ada untuk berbagai komoditas
pertanian di Indonesia masih bersifat umum dengan hanya mengacu pada
publikasi dari luar negeri, antara lain FAO (1976) dan Sys et al. (1993). Kriteria
kesesuaian lahan umumnya disusun berdasarkan syarat tumbuh tanaman secara
empiris, tetapi jarang yang didasarkan pada data produksi aktual di lapangan.
Pemilihan lahan untuk mencapai produktivitas optimal akan dapat
dilakukan dengan baik, apabila dilakukan melalui tahap evaluasi lahan dengan
kriteria yang mencerminkan persyaratan tumbuh untuk berproduksinya suatu
tanaman secara optimal. Lahan yang tidak sesuai akan berdampak pada produksi
yang tidak optimal sehingga kurang menguntungkan. Berdasarkan hal tersebut ,
upaya perbaikan lahan diperlukan.
Budidaya pisang berbasis perkebunan yang dikelola secara intensif masih
sedikit di Indonesia. Sebagian besar kebutuhan pisang nasional diperoleh dari
pekarangan dan ladang warga. Budidaya pisang berbasis perkebunan diperlukan
untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pisang nasional. Budidaya pisang
berbasis perkebunan yang dikelola secara intensif selanjutnya akan menghasilkan
pisang dengan mutu tinggi yang dapat mendukung ekspor nasional.
Tujuan
Tujuan umum magang ini adalah mempelajari, menambah pengetahuan
dan pengalaman mengenai aspek teknis dan manajemen perkebunan pisang
Cavendish serta mempelajari dan mengembangkan keterampilan yang didapatkan
2
di lapangan. Tujuan khusus magang mempelajari karakteristik kesesuaian lahan
lokasi magang dan mempelajari produksi pisang Cavendish berdasarkan
kesesuaian lahan dan komponen produksi di lapangan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pisang Cavendish
Jenis pisang Cavendish mempunyai genom A yang tergolong jenis pisang
makan “edible banana”. Jenis ini lazim digolongkan dalam Musa acuminata,
yang di dalamnya terdapat jenis diploid A, triploid A dan tetraploid A. Pisang
olahan “cooking banana” digolongkan dalam jenis M. balbisiana. Golongan
pisang ini yang mempunyai genom A berkombinasi dengan genom B, yang di
dalamnya terdapat jenis diploid AB, triploid B, triploid AAB, triploid ABB dan
tetraploid ABBB. Pisang Cavendish termasuk dalam golongan M. acuminata
dengan genom AAA ( Stover dan Simmonds, 1987 ).
Morfologi Pisang Cavendish
Akar Akar pisang Cavendish berupa akar serabut. Akar keluar pada bagian
bonggol yang berbatasan dengan batang semu. Akar terdiri atas akar primer, akar
sekunder dan akar tersier. Massa akar terakumulasi pada kedalaman 0-40 cm
sekitar 70%. Produktifitas pisang berkaitan dengan kondisi fisik, biologi dan
kimia tanah sebagai media tumbuh akar dan berkorelasi dengan iklim dan tehnik
budidaya yang diterapkan, kesuburan bagian tanaman di atas tanah mencerminkan
banyak dan sehatnya keadaan akar ( Turner, 2003 ).
Bonggol (Corm)
Bonggol pisang merupakan organ batang yang sesungguhnya dari tanaman
pisang. Bonggol pisang terdiri atas dua bagian yaitu sentral silinder pada bagian
dalam dan korteks merupakan bagian luar yang bersentuhan dengan tanah.
Bonggol pisang terus membesar sesuai dengan pertambahan umur tanaman, pada
tanaman pisang dewasa besar bonggol lebarnya mencapai ± 30 cm ( Stover dan
Simmonds, 1987 ). Bonggol pisang yang terpendam di dalam tanah merupakan
tempat keluarnya akar dan anakan ( Nakasone dan Paull, 1999).
Batang semu (Pseudostem)
Batang pisang yang umum dikenal sebenarnya adalah susunan tangkai
daun atau pelepah yang berpangkal pada bonggol dan berujung sebagai lamina
daun. Susunan pelepah sangat rapi, saling overlap dari bagian dalam sampai
terluar ( Nakasone dan Paull, 1999). Pertambahan tinggi batang sejalan dengan
bertambahnya daun, dan tinggi tanaman maksimum terjadi pada saat tanaman
mengeluarkan jantung pisang. Batang pisang umumnya mampu memikul beban
tandan pisang seberat 50 kg, akan tetapi batang tersebut 95% tersusun dari air,
sehingga dibutuhkan penopangan untuk mencegah roboh akibat hembusan angin
kencang ( Robinson dan Sauco, 2010 ).
3
Daun
Daun pisang diproduksi oleh tanaman mulai dari awal tanam hingga
keluarnya jantung pisang, daun keluar dari bagian sentral meristem bonggol
pisang ( Robinson, 1995 ). Semakin cepat pertumbuhan tanaman, maka akan
semakin cepat pula jumlah daun yang diproduksi. Umur daun berkisar 130-180
hari ( Stover dan Simmonds, 1987 ). Jumlah daun saat keluar jantung antara 10-15
helai. Jumlah daun pada saat keluar jantung berkorelasi positif dengan berat
tandan pada saat dipanen ( Nakasone dan Paull, 1999).
Bunga dan Tandan
Bunga terdiri dari kumpulan dua baris bunga pertama adalah bunga betina
dan disusul bunga jantan. Braktea membuka secara sekuen sekitar satu per hari.
Tangkai bunga terus memanjang sampai 1,5 m. Buah kemungkinan berkembang
dari ovari interior dan eksokarp disusan pada lapisan epidermis dan aerenkim,
dengan daging menjadi mesokarp. Endokarp terdiri atas lapisan hampir rongga
ovarian. Masing-masing node memiliki dua baris pada bunga yang membentuk
tandan pada buah dan secara umum disebut „sisir‟ dengan buah individual yang
disebut finger. Pisang Cavendish mempunyai 16 sisir per tandan dengan 30 finger
persisir dan potensial berat tandan buah hingga 70 kg. Buah matang pada daerah
tropik sekitar 85-110 hari setelah muncul inflorescence (antesis) dan
perkembangan buah pada daerah subtropik dingin atau dibawah kondisi mendung
sekitar 210 hari ( Nakasone dan Paull, 1999 ).
Persyaratan Tumbuh Tanaman Pisang
Tanaman pisang tumbuh dengan baik pada daerah tropik basah dan
beriklim panas (Espino et al., 1999). Menurut Purseglove (1978) udara lembab di
daerah yang terletak antara 30 ºLU dan 30 ºLS merupakan keadaan yang
dibutuhkan pisang untuk tumbuh subur. Meskipun tidak optimal, tanaman pisang
dapat ditanam di daerah subtropik. Tanaman pisang yang ditanam di daerah
subtropik akan mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan. Air merupakan
komponen penting lainnya. Air lebih diperlukan saat fase penanaman dan
pembentukan buah. Kebutuhan air per minggu minimal tanaman pisang adalah 25
mm dengan curah hujan 2.000 – 2.500 mm per tahun. Kebutuhan air tanaman
pisang menurut Robinson (1995) sekitar 3 – 6,3 mm per hari dengan
pertimbangan faktor udara, kelembaban, radiasi matahari dan angin. Akibat
kekurangan air ketika fase pembentukan buah adalah sunburn (Nakasone dan
Paull, 1999). Pengairan tambahan sangat penting dilakukan ketika suplai air tidak
memenuhi. Suhu udara yang baik berkisar 18 – 35 ºC dan optimum pada suhu 25
– 27 ºC (Deptan, 1997).
Akar pisang yang serabut dan cenderung dangkal membuat tanaman
rawan tumbang karena angin. Angin dengan kecepatan 80 km/jam dapat dapat
menumbangkan pohon. Serangan dari nematoda Radopholus similis dan angin
yang kencang akan sangat mudah untuk menumbangkan pohon. Kedalaman akar
paling dalam adalah 0,90 m. Tanaman pisang membutuhkan cahaya matahri yang
cukup. Panjang hari 10 – 14 jam dapat menambah munculnya daun baru sehingga
meningkatkan proses fotosintesis sebagai pendukung produktivitas (Nakasone
dan Paull, 1999). Namun kelebihan cahaya matahari tidak baik, karena akan
menyebabkan sunburn. Naungan untuk tanaman pisang juga tidak baik, tanaman
4
pisang yang mendapat naungan ringan akan lambat dalam pertumbuhan dan
menghasilkan tandan yang kecil (Espino et al., 1999). Cahaya matari penuh dan
cukup adalah yang dibutuhkan tanaman pisang untuk tumbuh dengan optimum.
Drainase dan aerasi tanah untuk tanaman pisang harus baik. Kisaran pH yang
dibutuhkan adalah 5,8 – 6,5 (Espino et al., 1999). Nilai pH tanah yang rendah
dapat meningkatkan serangan penyakit sehingga menyebabkan pertumbuhan
terhambat (Purseglove, 1978).
Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Pisang
Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan berguna untuk menilai atau
memprediksi potensi atau kelas kesesuaian lahan dari suatu lahan tertentu.
Kriteria kesesuaian lahan sebaiknya disusun berdasarkan tujuan evaluasi dan
persyaratan penggunaan lahan dari suatu tipe penggunaan lahan tertentu. Hal
tersebut karena setiap tipe penggunaan lahan memerlukan persyaratan
penggunaan lahan yang berbeda untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara
optimal. Pemilihan kualitas atau karakteristik lahan yang dibutuhkan sangat
ditentukan oleh tujuan evaluasi, relevansi, ketersediaan dan kualitas data yang
tersedia (Ansyori, 2009).
Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang telah
dikemukakan oleh CSR/FAO (1983), Sys et al. (1993), LREP II (1994), dan
Djaenudin et al. (2003). Sys et al. (1993) menyusun kriteria klasifikasi kesesuaian
lahan untuk tanaman pisang menjadi lima kelas dengan menggunakan kerangka
FAO (1976). Kelas kesesuaian lahan tersebut yaitu sangat sesuai (S1), cukup
sesuai (S2), sesuai terbatas (S3), tidak sesuai saat ini (N1) dan tidak sesuai (N2).
Penilaian dilakukan dengan cara: metode pembatas sederhana; metode pembatas
dengan memperhatikan jumlah dan intensitas pembatas; dan metode parametrik.
Parameter yang digunakan pada kriteria ini adalah karakteristik iklim dan tanah
yang meliputi: topografi, kelembaban, sifat fisik tanah, kesuburan tanah, salinitas
dan alkalinitas tanah
Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan LREP II (1994) merupakan hasil
modifikasi kriteria kesesuaian lahan CSR/FAO (1983) dan Sys et al. (1993).
Persyaratan penggunaan lahan dalam kriteria LREP II ini telah memperhatikan
persyaratan tumbuh tanaman, persyaratan pengelolaan, dan konservasi lahan.
Kriteria ini juga telah memasukkan ketersediaan hara dalam parameternya.
Djaenudin et al. (2003) telah menetapkan dan menyusun kriteria
kesesuaian lahan untuk tanaman pisang berdasarkan kualitas/karakteristik lahan
yang dianggap relevan dengan kondisi wilayah di Indonesia untuk skala semi detil
(skala peta 1: 50.000). Kriteria kesesuaian lahan tersebut terbagi menjadi empat
kelas kesesuaian lahan, serta terdiri dari 11 macam kualitas lahan dan 24
karakteristik lahan. Kriteria tersebut memasukkan ketinggian tempat sebagai
penentu kelas kesesuaian lahannya, tetapi tidak memasukkan parameter
ketersediaan hara.
Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial
Klasifikasi kesesuaian lahan dapat dibedakan atas klasifikasi kesesuaian
aktual atau kesesuaian lahan saat ini (current suitability) dan klasifikasi
kesesuaian lahan potensial (potential suitability). Klasifikasi kesesuaian lahan
5
aktual adalah kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang ada,
belum mempertimbangkan asumsiasumsi atau usaha perbaikan dan tingkat
pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor pembatas. Faktor
pembatas dapat bersifat permanen atau sementara. Faktor pembatas yang bersifat
permanen tidak ekonomis jika dilakukan perbaikan seperti tekstur tanah,
kedalaman efektif tanah, dan komponen-komponen iklim. Faktor pembatas yang
bersifat sementara memungkinkan dan ekonomis diperbaiki dengan memberikan
masukan seperti kesuburan tanah dan pembuatan teras untuk lahan yang
berlereng. Klasifikasi kesesuaian lahan potensial adalah klasifikasi kesesuaian
lahan yang menyatakan keadaan kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah
usahausaha perbaikan dilakukan. Usaha perbaikan yang dilakukan harus sejalan
dengan tingkat penilaian kesesuaian lahan yang akan dilaksanakan. Kesesuaian
lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberi masukan
sesuai dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan, sehingga dapat diduga
produktivitas dari suatu lahan serta produksi per satuan luasnya (FAO, 1976).
Usaha perbaikan yang dapat dilakukan harus mengacu pada karakteristik
lahan yang tergabung dalam masing-masing kualitas lahan. Karakteristik lahan
dapat dibedakan atas karakteristik lahan yang dapat diperbaiki dan tidak dapat
diperbaiki. Karakteritik lahan yang dapat diperbaiki sangat bervariasi dalam hal
masukan, tergantung pada tingkat pengelolaan yang akan diterapkan. Kelas
kesesuaian lahan mempunyai faktor pembatas dapat diperbaiki, setelah diberikan
perbaikan akan meningkat kelas kesesuaian lahannya, sesuai dengan tingkat
asumsi perbaikan yang digunakan. Sebaliknya kelas kesesuaian lahan dengan
faktor pembatas permanen tidak berubah kelas kesesuaian lahannya ( FAO, 1976).
Kesuburan Tanah
Menurut Nakasone dan Paull (1999), tanaman pisang akan tumbuh baik
pada tanah yang subur dan gembur, dengan kandungan bahan organik tinggi (3%),
kelembaban tanah yang cukup (60-70%), dan pada tanah bertekstur pasir sampai
tanah bertekstur liat. Selain itu tanaman pisang memerlukan unsur hara dalam
jumlah yang tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Setiap kultivar
memerlukan dosis pupuk yang berbeda karena perbedaan karakteristik dan hasil
produksi sebagai contoh kultivar Cavendish memerlukan 189 N kg/ha, 29 P kg/ha,
778 K kg/ha, dan 101 Ca kg/ha. Selanjutnya dikatakan iklim berpengaruh
terhadap pemupukan, di daerah subtropik pupuk diperlukan dalam jumlah yang
lebih besar, karena sangat dipengaruhi oleh suhu udara. Keterlambatan pemberian
pupuk akan mengurangi produksi sebesar 40-50%.
Menurut Espino et al. (1999) hara yang diserap untuk memproduksi 30
ton/ha/tahun buah pisang dari tanah sebesar 50 kg N, 15 kg P2O5, 175 kg K2O,
serta 10 kg CaO dan 25 kg MgO. Sementara itu Lahav (1995) menyatakan bahwa
untuk menghasilkan 50 ton/ha/tahun buah pisang segar, diperlukan hara N
sebanyak 388 kg/ha, P 52 kg/ha, K 1.438 kg/ha, Ca 227 kg/ha, Mg 125 kg/ha, S
73 kg/ha, Cl 525 kg/ha, Na 10,6 kg/ha, dan hara mikro 26,94 kg/ha.
Hara mempunyai peran penting karena tanaman pisang memerlukan hara
yang banyak untuk pertumbuhan dan produksi buah. Kehilangan hara (kg/ha per
siklus pertumbuhan) untuk produksi tinggi (25 ton/ha) yaitu: 17 - 28 N, 6 - 7
6
P 2O5, dan 56 - 78 K2O. Kalium merupakan unsur penting dalam tanaman pisang.
Pupuk yang dibutuhkan untuk memproduksi 30 ton/ha per siklus pertumbuhan
adalah N 50 - 90 kg/ha, P2O5 60 -100 kg/ha, dan K2O 150 - 250 kg/ha. Dengan
perbandingan CaO/MgO/K2O sebesar 10/5/0,5. (Sys et al., 1993).
Menurut Nakasone dan Paull (1999), setiap kultivar memerlukan dosis
pupuk yang berbeda karena perbedaan karakteristik dan hasil produksi, sebagai
contoh kultivar Cavendish memerlukan 189 N kg/ha, 29 P kg/ha, 778 K kg/ha,
dan 101 Ca kg/ha. Iklim berpengaruh terhadap pemupukan, di daerah subtropik
pupuk diperlukan dalam jumlah yang lebih besar, karena sangat dipengaruhi oleh
suhu udara. Keterlambatan pemberian pupuk akan mengurangi produksi sebesar
40-50%.
METODE
Tempat dan Waktu Magang
Kegiatan magang dilaksanakan di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan, Kebun
Cibungur, PT Perkebunan Nusantara VIII, Sukabumi, Jawa Barat. Kegiatan
magang dilakukan selama empat bulan, yakni mulai dari tanggal 01 Maret sampai
30 Juni 2015.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis dibagi 2 aspek, yaitu aspek
teknis selama menjadi karyawan harian lepas (KHL) dan aspek manajerial selama
menjadi pendamping mandor dan pendamping asiten afdeling. Kegiatan menjadi
KHL dilaksanakan selama 1 bulan, setelah itu dilanjutkan dengan menjadi
pendamping mandor selama 1 bulan dan pendamping kepala afdeling selama 2
bulan (Lampiran 1-3).
Pengumpulan Data dan Informasi
Data yang diperoleh dalam kegiatan magang adalah data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data dilakukan ketika penulis melakukan kegiatan
sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping
kepala afdeling. Data primer merupakan data yang diperoleh oleh penulis di
lapangan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara serta diskusi
langsung dengan karyawan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
arsip perusahaan.
Data sekunder meliputi data karakteristik lahan yang dinilai dari literatur
yaitu: CSR/FAO (1983), Sys et al. (1993), LREP II (1994) dan Djaenudin et al.
(2003) (Lampiran 4 – 7); data produksi kebun; data data areal dan tata guna lahan;
struktur organisasi dan ketenagakerjaan; sejarah kebun dan peta kebun.
Data primer yang dikumpulkan meliputi data prestasi kerja penulis selama
menjadi KHL, data prestasi kerja karyawan selama penulis menjadi KHL, data
komponen produksi. Untuk mendapatkan data komponen produksi penulis
memilih 3 blok contoh dalam lokasi magang yang selanjutnya dinamakan dengan
7
blok „A‟, „B‟ dan „C‟. Ketiga blok dipilih karena adanya perbedaan informasi dari
hasil wawancara dengan karyawan setempat (Tabel 1).
Tabel 1. Data informasi blok pengamatan
Informasi Blok A Blok B Blok C
Tahun tanam November 2013 Desember 2013 Oktober 2013
Jarak ke packing house Cukup dekat Jauh Dekat
Kondisi jalan menuju blok Baik Baik Buruk
Jangkauan sumber air Cukup jauh Cukup jauh Dekat
Intensitas gulma Sedang-tinggi Sedang-tinggi Sedang
Tanaman sebelumnya Singkong Singkong Karet
Luas (ha) 20 20 22.89
Jumlah karyawab (orang) 13 13 15
Kemiringan (%) 42 37 40
Sumber : wawancara penulis (2015)
Tanaman yang diamati adalah tanaman dengan umur 8 minggu setelah
shooting (keluarnya jantung dari pohon). Tanaman contoh yang diamati
berjumlah 16 setiap blok. Sehingga jumlah tanaman yang diamati sebanyak 48
tanaman. Dalam pengamatan komponen produksi, peubah yang diamati adalah :
1. Bobot per Tandan
Pengamatan dilakukan dengan melakukan penimbangan pada tandan-tandan
yang baru dipanen menggunakan timbangan mekanik kapasitas 25 kg.
Tandan yang ditimbang masih utuh bersama buah yang yang tidak layak
masuk grade namun masih melekat pada tandan. Setelah itu memposisikan
tandan untuk pengamatan peubah selanjutnya.
2. Bobot per Tandan Bermutu
Pengamatan bobot tandan bermutu dilakukan dengan menimbang bobot sisir-
sisir buah yang layak masuk dalam bak grading. Untuk mendapatkan data
peubah pengamatan ini penulis mengamati proses penyisiran. Buah yang
layak masuk dalam bak grading dari tempat penyisiran diantaranya buah
yang berkulit mulus atau berkulit tidak mulus dengan cacat kurang dari 50%
kecuali cacat karena lecet.
3. Jumlah Sisir per Tandan
Jumlah sisir per tandan penulis dapatkan dari pengamatan terhadap kegiatan
penyisiran. Penulis menghitung berapa jumlah sisir yang terdapat dalam
tandan sebelum proses penyisiran.
4. Jumlah Sisir Bermutu
Pengamatan jumlah sisir bermutu dilakukan setelah proses pada bak grading.
Karyawan yang bertugas dalam bak grading bertugas meneliti kembali buah
yang layak menuju bak sortasi. Hal yang diteliti dalam bak grading adalah
diameter buah dan panjang buah. Karyawan di bak grading juga bertugas
untuk menentukan buah akan dijadikan dalam bentuk sisir (hand), setengah
sisir (cluster), dan jari ( 1- 3 buah ). Penulis meminta izin untuk membiarkan
buah dalam bentuk sisir dan hanya melakukan penghilangan pada jari-jari
yang tidak layak produksi.
5. Jumlah Buah per Sisir
Pengamatan jumlah buah per sisir dilakukan di bak sortasi. Karyawan dalam
bak sortasi mencuci buah dari sisa-sisa kotoran yang masih menempel pada
8
buah dan mengelompokkan buah-buah sesuai grade yang telah dibuat oleh
karyawan di bak grading. Karyawan dalam bak sortasi juga meneliti kembali
apakah ada buah yang tidak layak produksi.
6. Bobot Buah per Sisir
Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot masing-masing sisir yang
diperoleh. Penimbangan dilakukan dengan timbangan analog kapasitas 100
kg.
Analisis Data dan Informasi
Data kesesuaian lahan dianalisis dengan analisis deskriptif. Data prestasi
kerja dan data produksi diolah menggunakan perhitungan sederhana rata-rata dan
persentase. Pengamatan komponen produksi pada masing-masing tanaman contoh
di 3 blok dianalisis menggunakan analisis nonparametrik Kruskal-Wallis dengan
uji lanjut Dunn‟s taraf 5 % menggunakan software XLSTAT 2014.5.03 untuk
melihat perbedaan hasil produksi pada ketiga blok pengamatan.
KEADAAN UMUM
Sejarah Singkat
Status Kebun Cibungur pada masa Kolonial Belanda adalah perusahaan
swasta dengan nama NV. Cultur MIJ Cibungur dan NC.Cultur MIJ Mandaling.
Kemudian perkebunan dinasionalkan oleh Pemerintahan Republik Indonesia
berdasarkan UU nomor 86 tahun 1958 dengan status perkebunan negara.
Selanjutnya berdasarkan PP nomor 34 tahun 1971 perkebunan berganti status
menjadi PT. Persero. Hingga akhirnya Kebun Cibungur menjadi salah satu anak
perusahaan dari gabungan PTP XI, PTP XII dan PTP XIII yang melebur menjadi
PT. Perkebunan Nusantara VIII pada wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Kantor
pusat PT. Perkebunan Nusantara VIII bertempat di Jalan Sindangsirna No 4
Bandung.
Letak Geografi dan Administratif
Kebun Cibungur merupakan salah satu kebun milik PTPN VIII yang
berada di Desa Ubrug, Kecamatan Warung Kiara, Kabupaten Sukabumi, Provinsi
Jawa Barat. Terletak sekitar 28 km sebelah barat daya Kota Sukabumi dengan
jarak tempuh ± 1 jam.
Pusat Kebun Cibungur yang terletak di Desa Ubrug dibatasi oleh
beberapa desa lainnya. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Damarraja, sebelah
timur berbatasan dengan Desa Cikembar, sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Sukaharja dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Giriharja.
Afdeling 5 dan 6 Panarewuan terletak ± 70 km dari pusat kebun dengan
waktu tempuh ± 2 jam dengan kendaraan bermotor. Afdeling tempat penulis
melakukan magang terletak di Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Jampang
Tengah, Kabupaten Sukabumi. Luas Desa Bojong Jengkol adalah 3.938,55 ha.
Secara geografis kondisi wilayahnya adalah daerah pertanian, perkebunan dan
9
kehutanan. Secara administratif berbatasan dengan Desa Sukamaju, Kecamatan
Cikembar. Berbatasan langsung dengan Desa Bantar Panjang, Kecamatan Bantar
Tengah di sebelah selatan. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bantar Kalong,
Kecamatan Warung Kiara dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Cijulang,
Kecamatan Jampang Tengah.
Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim
Wilayah Kebun Cibungur terletak pada ketinggian 100 m dpl untuk titik
ketinggian terendah dan 600 m dpl untuk titik ketinggian tertinggi. Keadaan
topografi di lokasi magang bergelombang dan berbukit. Suhu rata-rata tahunan
sebesar 29 ºC. Rata-rata curah hujan 3.199 mm/tahun. Berdasarkan klasifikasi
Schmidth – Ferguson, tipe iklim di Kebun Cibungur tergolong dalam kategori
iklim basah (B) dengan 1,72 bulan kering (Lampiran 8).
Secara umum jenis tanah di perkebunan Cibungur adalah latosol coklat tua
kemerahan .Kelas drainase tanah agak cepat. Tekstur tanah permukaan liat sampai
liat berpasir. Kedalaman efektif tanah 100 cm. Derajat keasaman tanah (pH) tanah
sebesar 5,83. KTK tanah sebesar 40,22 cmol(+)/kg. Kandungan N total
permukaan sebesar 0,03 %, kandungan P2O5 sebesar 1,56 ppm dan kandungan K
sebesar 0,33 cmol(+)/kg.
Tata Guna Lahan
Kebun Cibungur dibagi menjadi 6 afdeling yang terdiri atas Afdeling 1
Ciawitali, Afdeling 2 Cilandak, Afdeling 3 Mandaling, Afdeling 4 Artana. Luas
areal HGU (Hak Guna Usaha) yang dikelola seluas 5.889,98 ha yang dapat dilihat
di Lampiran 5. Areal cadangan tanaman kayu 1.872,19 ha dan tanaman
hortikultura seluas 152,88 ha.
Luas total areal yang ditanami pisang adalah 330,34 ha. Total areal pisang
terdiri atas 176,12 areal pisang Cavendish;101,50 ha pisang Emas Kirana; 46,30
ha pisang Barangan dan 5,83 ha pisang Raja Sereh.
Total areal Afdeling 5 dan 6 Panarewuan adalah 162,15 ha yang 158,9 ha
diantaranya ditanami pisang Cavendish sejumlah 317.800 pohon dan 3,25 ha
ditanami pisang Barangan sejumlah 6.500 pohon. Bulan tanam pisang Cavendish
antara lain, September tahun 2013, Oktober 2013, November 2013, Desember
2013, Januari 2014 dan Desember 2015.
Keadaan Pertanaman dan Produksi
Pisang termasuk jenis tanaman baru yang diusahakan oleh PTPN VIII.
Jenis pisang yang dibudidayakan meliputi Cavendish, Barangan, Mas Kirana dan
Raja Sereh. Bahan tanam yang digunakan untuk pisang Cavendish adalah kultur
jaringan, bonggol dan anakan. Bahan tanam yang digunakan untuk jenis pisang
lainnya hanya kultur jaringan. Jarak tanam Pisang Cavendish monocrop
(Cavendish, Barangan dan Raja Sereh) yang digunakan adalah 2 m x 2,5 m
dengan populasi perhektar sebanyak 2.000 pohon. Sedangkan untuk sistem
intercrop (emas kirana) , populasi sebanyak 550 pohon perhektar. Dari populasi
tersebut kemudian dibentuk rumpun dengan memelihara dua anakan yang masing-
masing berbeda umur sekitar 4 bulan.
10
Bulan tanam pisang Cavendish di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan :
September tahun 2013, Oktober 2013, November 2013, Desember 2013, Januari
2014 dan Desember 2015. Produksi pada panen tahun pertama di Afdeling 5 dan 6
Panarewuan pada bulan Desember 2014 adalah produksi bobot per tandan terbaik.
Produksi tertinggi adalah tanaman yang ditanam pada Oktober dan November
2013. Bobot per tandan masing-masing adalah 14 kg dan 15 kg dengan
produktivitas 28 ton/ha/tahun dan 30 ton/ha/tahun. Rata-rata produktivitas panen
pertama di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan sebesar 27 ton/ha/tahun dengan kisaran
bobot per tandan sebesar 13.5 kg/tandan. Produksi tahun pertama Afdeling 5 dan
6 Panarewuan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi tahun pertama pisang Cavendish di Afdeling 5 dan 6
Panarewuan
Waktu Tanam Luas
Areal
(ha)
Produksi Bobot per
Tandan
(kg)
Produktivitas
(ton/ha/tahun) Bobot
(kg)
Jumlah
(tandan)
September 2013 9,50 99.616 7.566 13 26
Oktober 2013 28,15 163.993 11.572 14 28
November 2013 29,00 164.418 10.848 15 30
Desember 2013 37,50 97.176 7.854 12 24
Rata-rata 26,04 131.301 9.460 13,5 27 Sumber : Data PTPN VIII (2015)
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Struktur organisasi di Kebun Cibungur dipimpin oleh seorang administratur
kebun. Administratur memiliki wewenang terhadap kepala tanaman, kepala
administrasi, kepala teknik dan pengolahan dan kepala afdeling. Administratur
diangkat melalui rapat direksi dan bertanggung jawab kepada direksi.
Tenaga kerja Kebun Cibungur terdiri atas staf, non staf , karyawan harian
lepas (KHL). Karyawan staf di tingkat afdeling meliputi kepala afdeling dan
mandor besar. Karyawan non staf meliputi juru tulis afdeling dan para mandor.
Penghargaan bagi hasil kerja karyawan staf dan non staf berbeda. Karyawan staf
dihargai dengan gaji dan non staf dengan upah. Sistem upah karyawan harian
lepas di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan berdasarkan kehadiran dan diberikan sehari
setelah tanggal gajian para karyawan staf. Upah karyawan harian lepas dihargai
Rp35.000,00 / HOK. Seorang asisten afdeling memiliki tanggung jawab dalam
melakukan pengelolaan kebun di afdelingnya agar memperoleh hasil dengan
standar yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam menjalankan tugas seorang
kepala afdeling dibantu oleh mandor besar untuk melaksanakan tugas di lapangan
dan dibantu seorang juru tulis afdeling untuk melaksanakan tugas administrasi.
Seorang mandor besar di lapangan memimpin mandor blok, mandor suntik,
mandor pengendalian hama penyakit dan mandor panen. Seorang mandor blok
memimpin 13-15 orang karyawan. Mandor suntik memimpin 7 orang karyawan
suntik dan 7 orang karyawan pembrongsongan. Mandor pengendalian hama
penyakit memimpin 3 orang karyawan. Mandor panen memimpin 7 orang
karyawan panen dan seorang sopir. Jumlah karyawan di Afdeling 5 sebanyak 122
orang dan 129 orang di Afdeling 6. Total karyawan Afdeling 5 dan Panarewuan
11
sebanyak 251 orang (Lampiran 10) . Struktur organisasi di Afdeling 5 dan 6
Panarewuan dapat dilihat pada Lampiran 11.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pengendalian gulma secara manual
Pengendalian gulma secara manual sering dilakukan pada pertanaman
pisang TBM dan dikerjakan oleh karyawan blok di bawah pengawasan mandor
blok. Alat yang digunakan adalah kored. Alat perlindungan diri adalah sepatu
boot. Pekerjaan dilakukan pada pukul 07.00 – 11.00. Pekerjaan ini lebih
dikhususkan pada areal TBM yang memiliki intensitas gulma tinggi. Prosedur
pekerjaan adalah membersihkan area 30 cm di sekitar pokok tanaman. Berikut
pekerjaan pengendalian gulma secara manual disajikan pada Gambar 1.
a. Gulma menutup tanaman pisang
b. Kegiatan penyiangan gulma manual
Gambar 1. Pengendalian gulma secara manual
Norma kerja pekerjaan pengendalian gulma manual adalah 0,05 ha/HOK.
Jumlah karyawan dalam pekerjaan adalah 13 orang. Maka areal yang diselesaikan
setiap hari adalah 0,65 ha. Penulis mengikuti pekerjaan pengendalian gulma
manual selama 5 hari. Rata-rata prestasi kerja penulis adalah 0,04 ha/HOK. Rata-
rata prestasi kerja karyawan sebesar 0,06 ha/HOK, di atas standar yang ditetapkan
perusahaan adalah 0,05 ha. Prestasi penulis masih di bawah prestasi kerja standar
perusahaan maupun karyawan.
Pengendalian gulma secara kimiawi
Siklus pengendalian gulma secara kimiawi adalah 1 kali per bulan setiap
plot. Pekerjaan dilakukan pada areal TBM maupun TM oleh 3 orang karyawan
semprot di bawah pengawasan mandor blok. Bahan kimia yang digunakan adalah
herbisida sistemik dengan bahan aktif isopropilamina glifosat 615 g/l atau setara
dengan glifosat 456 g . Konsentrasi larutan sebesar 7,5 ml/l. Volume semprot
sebesar 200 liter/ha. Sehingga dosis yang digunkana adalah 1,5 liter/ha. Alat yang
a b
12
digunakan adalah knapsack sprayer kapasitas 15 liter, drum, ember dan gelas
ukur. Alat perlindungan diri adalah sepatu boot dan masker. Pekerjaan dimulai
pukul 07.00 – 12.00. Tahapan pekerjaan dimulai dengan membuat larutan dengan
dosis yang telah ditetapkan, kemudian memasukkan larutan ke knapsack sprayer
dan aplikasi di lapangan. Berikut pengendalian gulma secara kimiawi disajikan
pada Gambar 2.
a. Persiapan larutan
b. Pengaplikasian
Gambar 2. Pengendalian gulma secara kimiawi
Penulis mengikuti pekerjaan ini selama 2 hari. Rata-rata prestasi kerja
penulis adalah 0,08 ha/HOK. Standar prestasi kerja pengendalian gulma kimiawi
adalah 1 ha/HOK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0,33 ha/HOK. Prestasi kerja
panulis maupun karyawan masih di bawah standar prestasi kerja. Kendala dari
pekerjaan ini adalah sumber air yang jauh dari lokasi sehingga memakan banyak
waktu hanya untuk mengambil air.
Pemupukan
Pemupukan di kebun ini terdapat 2 jenis yaitu pemupukan anorganik dan
organik. Pemupukan organik dilakukan pada awal penanaman. Pupuk organik
yang digunakan adalah pupuk kandang kompos sapi dengan dosis 15 kg/lubang
tanam. Pupuk anorganik yang digunakan adalah NPK 16-16-16 , 12-6-16 dan 12-
6-18 sesuai dengan umur tanaman. Alat yang digunakan adalah ember dan alat
penakar (bekas gelas air mineral). Alat perlindungan diri yang digunakan adalah
sepatu boot. Pekerjaan dilakukan dari pukul 07.00 – 11.00 dan dilakukan oleh
karyawan blok sebanyak 13 orang terdiri atas 10 orang penebar dan 3 orang
pengecer. Norma kerja pada pekerjaan pemupukan adalah 0,4 ha/HOK. Khusus
pekerjaan pemupukan anorganik, selain mandor blok, mandor besar dan sinder
juga ikut mengawasi. Hal ini karena banyak karyawan terdahulu yang
menyalahgunakan penggunaan pupuk. Pemupukan anorganik dilakukan sebanyak
6 kali selama satu siklus tumbuh. Kebutuhan pupuk tanaman pisang Cavendish
selama satu siklus tumbuh disajikan pada Tabel 3.
a b
13
Tabel 3. Dosis pupuk per satu siklus tanaman
Umur Pupuk (kg/tanaman)
Organik NPK 16-16-16 NPK 12-6-16 NPK 12-6-18
0 BST 15 - - -
1 BST - 0,1 - -
2 BST - 0,1 - -
4 BST - - 0,15 -
6 BST - - 0,15 -
8 BST - - - 0,2
10 BST - - - 0,2 Sumber : Data PTPN VIII (2015)
Tahapan pertama dalam pemupukan anorganik adalah menyiapkan pupuk
dan membagi kepada para karyawan dengan menggunakan ember. Tahap
selanjutnya adalah menebar pupuk sesuai dosis pada jarak 20 cm dari pohon.
Kemudian pupuk ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan dilakukan sebelum
pukul 11.00. Tujuan dilakukan pemupukan sebelum pukul 11.00 untuk
mengurangi penguapan pupuk oleh terik matahari. Berikut tahapan pemupukan
disajikan pada Gambar 3.
a. Persiapan c. Penyebaran pupuk
b. Takaran pemupukan d. Penutupan dengan tanah
Gambar 3. Pemupukan
Kendala umum dari jenis kegiatan ini adalah kurangnya pengawasan.
Karyawan banyak melakukan prosedur yang kurang bila lepas dari pengawasan
mandornya karena kelelahan. Saran teknis yang mungkin adalah dengan
a
c d
b
14
mengawali pekerjaan dari dalam kebun mengarah ke luar kebun. Sehingga
pekerjaan karayawan mudah diawasi oleh mandornya.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit di lokasi magang disebut dengan istilah
Spray daun adalah jenis pekerjaan yang dilakukan dengan cara menyemprot
daun menggunakan alat power sprayer untuk mencegah dan mengendalikan
penyakit dan hama pada tanaman. Penyakit yang sering terjadi di lokasi adalah
sigatoka yang disebabkan oleh cendawan Mycosphaerella musicola. Oleh sebab
itu, spray daun lebih sering digunakan untuk aplikasi fungisida. Siklus spray daun
adalah 2 kali dalam satu bulan pada tanaman 1 BST, 2 BST, 3 BST dan 4 BST.
Setelah itu aplikasi spray daun sesuai kondisi di lapangan. Pekerjaan ini
dilakukan oleh karyawan di bawah pengawasan mandor pengendalian hama
penyakit. Perlengkapan pelindung diri karyawan adalah sepatu boot, masker dan
sarung tangan karet. Alat yang digunakan yaitu power sprayer kapasitas 20 liter,
drum kapasitas 200 liter, gelas ukur, ember dan kayu pengaduk. Fungisida yang
digunakan berbahan aktif difenoconazole 250 g/l. Dosis yang digunakan 1 ml/l.
Standar prestasi kerja karyawan adalah 0,33ha/HOK. Prestasi kerja karyawan di
lapangan sudah memenuhi prestasi kerja karyawan. Berikut tahapan dalam
pekerjaan spray daun ditampilkan pada Gambar 4.
a. Penentuan dosis c. Aplikasi
b. Pengadukan larutan d. Daun yang disemprot
Gambar 4. Pengendalian hama dan penyakit
Penjarangan Anakan
Penjarangan anakan adalah salah satu pekerjaan mengambil anakan yang
tidak diinginkan dalam rumpun dengan maksud mengoptimalkan produksi.
Tanaman yang dipelihara dalam satu rumpun berjumlah 3 tanaman yang terdiri
atas 1 pohon induk dan 2 anakan. Jarak umur masing-masing tanaman dalam satu
rumpun adalah 4 bulan. Pekerjaan dilakukan oleh karyawan blok di bawah
a b
c d
15
pengawasan mandor blok dan dimulai pukul 07.00 – 12.00. Alat yang digunakan
adalah sabit atau golok. Alat perlindungan diri yang digunakan adalah sepatu
boot. Berdasarkan prosedur, penjarangan anakan dilakukan setiap 4 bulan sekali
pada setiap rumpun. Tahapan pertama dalam penjarangan anakan adalah
menentukan anakan yang akan dibuang. Kemudian potong anakan sebatas
permukaan tanah. Anakan yang dibuang adalah anakan air yang memiliki ciri
daun lebar dan batang kerdil. Anakan yang dipelihara adalah anakan pedang yang
memiliki bentuk daun runcing dan mengerucut. Pemilihan juga memperhatikan
jumlah tanaman dalam satu rumpun. Berikut pekerjaan penjarangan anakan
disajikan pada Gambar 5.
a. Anakan air c. Rumpun sesuai standar
b. Anakan pedang
Gambar 5. Penjarangan anakan
Penulis mengikuti pekerjaan penjarangan anakan selama 3 hari. Rata-rata
prestasi kerja penulis adalah 410 anakan/HOK. Rata-rata prestasi kerja karyawan
adalah 517 anakan/HOK. Standar prestasi kerja adalah 600 anakan/HOK. Prestasi
kerja penulis maupun karyawan masih di bawah standar perusahaan.
Pemangkasan daun
Pemangkasan dilakukan 2 minggu sekali. Pemangkasan daun dilakukan
untuk menghilangkan daun tua dan kering. Pemangkasan daun juga dapat
dilakukan pada daun yang terkena serangan penyakit yang disebabkan oleh
cendawan atau bakteri yang sifatnya menular. Pemangkasan daun merupakan
salah satu upaya menjaga kondisi kebun agar tetap bersih dan sehat untuk
mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Pemangkasan daun dikerjakan
oleh karyawan blok di bawah pengawasan mandor blok. Pekerjaan dimulai pukul
07.00 – 12.00. Alat yang digunakan sabit atau sabit yang telah disambung dengan
bambu. Alat perlindungan diri yang digunakan sepatu boot .Tindakan
pemangkasan dilakukan sesuai dengan keadaan daun yang kering secara penuh
(deleafing) maupun sebagian (trimming). Pekerjaan pemangkasan daun
ditampilkan pada Gambar 6.
a b c
16
a. Pemangkasan penuh
b. Pemangkasan sebagian
Gambar 6. Pemangkasan daun
Penulis mengikuti pekerjaan pemangkasan daun selama 3 hari. Rata-rata
prestasi kerja penulis adalah 0,30 ha/HOK, masih di bawah rata-rata prestasi kerja
karyawan sebesar 0,40 ha/HOK. Standar kerja perusahaan adalah 0,5 ha/HOK.
Prestasi kerja penulis masih di bawah standar kerja perusahaan. Prestasi kerja
karyawan sudah melampaui standar prestasi kerja perusahaan.
Pemasangan Penyangga
Pohon pisang yang telah berbuah tekadang condong karena menahan
beban tandan pisang yang semakin berat. Beban berat pada pohon dan hembusan
angin yang kencang sering mengakibatkan kerobohan Untuk mengantisipasi
pohon agar tidak roboh maka perlu dilakukan pemasangan penyangga. Pekerjaan
ditujukan untuk memperkuat pohon pisang. Prosedur pekerjaan diutamakan pada
pohon yang memiliki tandan besar. Alat perlindungan diri pekerja berupa sepatu
boot . Pekerjaan dimulai pada pukul 07.00 – 12.00 oleh karyawan blok di bawah
pengawasan mandor blok. berikut adalah tahapan pada pemasangan penyangga
disajikan pada Gambar 7.
a. Bambu penyangga c. Pengikatan
b. Pemasangan penyangga
Gambar 7. Pemasangan penyangga
Selama menjadi karyawan harian lepas penulis melakukan kegiatan
pemasangan penyangga selama 2 hari. Rata-rata prestasi kerja penulis sebesar 32
batang /HOK, karyawan 53 batang /HOK dengan standar perusahaan sebesar 100
batang/HOK. Rendahnya prestasi kerja penulis dibandingkan prestasi kerja
karyawan karena kurangnya pengalaman. Rendahnya prestasi kerja karyawan
b
a b c
a
17
dibandingkan standar kerja perusahaan karena ketersedian bambu yang tidak
selalu ada.
Penyuntikan Tandan Bunga (Bud Injection)
Penyuntikan tandan bunga (bud injection) atau dalam bahasa setempat
disebut suntik ontong merupakan hal yang penting untuk menjaga kualitas buah.
Menurut pengalaman di lapangan, tandan bunga yang tidak mendapatkan
suntikan menghasilkan tandan buah dengan kualitas yang tidak maksimal.
Dampak umum jika tandan bunga tidak disuntik adalah munculnya „kudis‟ pada
permukaan kulit buah ( banana scab moth).
Alat suntik tandan bunga berupa alat suntik khusus yang terdiri atas jarum
suntik khusus, hand sprayer, selang plastik transparan dan sebilah bambu ringan.
(Gambar 8a – 8d). Prosedur suntik tandan bunga berlaku pada pohon yang sudah
muncul tandan bunga pada ujung pohon, menancapkan jarum pada 1/4 bagian
tandan bunga. Hand sprayer dipompa , klep penutup dibuka. Larutan suntik naik
melalui selang menuju ujung jarum suntik yang menancap pada tandan bunga.
Indikasi larutan sudah cukup bagi tandan bunga yang disuntik adalah keluarnya
larutan suntik dari bekas suntikan. Rata – rata dosis suntik untuk setiap tandan
bunga adalah 125 – 150 ml larutan suntik. Larutan suntik yang diaplikasikan
adalah insektisida sistemik dengan bahan aktif abamectin 18 g/l
dengan
konsentrasi larutan 1 ml/l.
Penandaan pita untuk suntik berdasarkan kalender pita yang telah
ditetapkan PTPN VIII. Warna pita dicantumkan pada kalender tahunan
menggunakan warna secara berurutan sehingga membentuk pola sebagai berikut :
putih, merah, kuning, hijau, hitam, biru kembali ke putih dan seterusnya
(Lampiran 12). Misalkan pada tanggal 1 Maret 2015 (merah) maka warna pita
yang digunakan sebagai tanda suntik pada hari itu adalah merah. Kebijakan
kalender pita ditetapkan untuk memeudahkan kegiatan suntik tandan bunga,
pembrongsongan juga panen. Kalender pita mulai diterapkan pada tahun 2014.
Jumlah karyawan suntik sebanyak 7 orang yang dipimpin oleh seorang
mandor suntik per afdeling. Pekerjaan mulai pukul 07.00 – 15.00. Penulis
mengikuti pekerjaan suntik tandan bunga selama 3 hari selama sebagai karyawan
harian lepas (KHL). Rata-rata prestasi kerja penulis sebesar 47 pohon/HOK. Rata-
rata prestasi karyawan sebesar 83 pohon/HOK . Standar perusahaan sebesar 100
pohon/HOK. Prestasi penulis maupun karyawan masih di bawah standar yang
ditetapkan perusahaan.
18
a. Jarum suntik e. Tandan bunga yang siap disuntik
b. Hand sprayer f. Penyuntikan tandan bunga
c. Selang plastik g. Tanda pita pada pohon setelah penyuntikan
d. Penggunaan alat suntik
Gambar 8. Penyuntikan tandan bunga
Pekerjaan suntik tandan bunga telah memiliki standar perusahaan. Standar
suntik 100 pohon/HOK , karyawan sebanyak 14 orang , hari kerja ada 26
hari/bulan. Maka perolehan suntik tandan bunga standar per bulan adalah 18,2 ha
atau jika dalam populasi sebanyak 36.400 pohon. Berdasarkan arsip Afdeling 5
dan 6 menyatakan rata-rata perolehan suntik karyawan pada bulan Januari – Mei
sebanyak 13.211 pohon/bulan atau 6,60 ha dalam satuan luas. Angka ini baru
mencapai 36,26 % dari standar perusahaan. Berikut perolehan suntik tandan
bunga Afdeling 5 dan 6 pada Januari – Mei 2015 (Tabel 4).
Tabel 4. Perolehan suntik tandan bunga Afdeling 5 dan 6 Januari - Mei 2015
Bulan
Perolehan suntik ontong
per bulan
(pohon)
Luasan
(ha)
Standar
(ha)
Persentase
tercapai
(%)
Januari 8.902 4,45 18,2 24,45
Februari 8.887 4,44 18,2 24,39
Maret 16.880 8,44 18,2 46,37
a b c
d e f
g
19
Tabel 4. (Lanjutan)
Bulan
Perolehan suntik ontong
per bulan
(pohon)
Luasan
(ha)
Standar
(ha)
Persentase
tercapai
(%)
April 14.962 7,48 18,2 41,09
Mei 16.423 8,21 18,2 45,10
Rata-rata 13.211 6,60 18,2 36,26 Sumber : Data PTPN VIII (2015)
Tabel 4 menunjukkan perolehan suntik Afdeling 5 dan 6 Panarewuan per
bulan. Standar (ha) dihitung berdasarkan standar kerja 100 pohon/HOK (0.05 ha
dalam satuan luas) dikali dengan 14 karyawan suntik dikali 26 hari kerja
karyawan suntik. Standar kerja per bulan dalam satuan luas adalah 18,2 ha. Jika
dibandingkan dengan perolehan suntik di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan terlihat
bahwa antara standar dan prestasi kerja karyawan tidak seimbang. Persentase
tandan bunga yang tersuntik pada bulan Januari hanya mencapai angka 24,45 %
dari target. Bulan Februari persentase tandan bunga yang tersuntik memiliki
perolehan terendah yaitu 24,39 %. Persentase tandan bunga yang tersuntik
mengalami peningkatan pada bulan Maret mencapai angka 46,36 %, di mana
perolehan bulan Maret menjadi perolehan yang tertinggi. Pada bulan April
mengalami penurunan menjadi 41,09 % dan terakhir bulan Mei persentase bunga
yang tersuntik sebesar 45,10 %. Rata-rata perolehan suntik tandan bunga bulan
Januari-Mei sebesar 36,26 % dari target perusahaan. Rendahnya prestasi
karyawan adalah karena kurangnya pengawasan oleh mandor suntik. Selain itu
belum ada realisasi kompensasi yang ditetapkan perusahaan jika karyawan
mengerjakan pekerjaan di bawah maupun di atas standar perusahaan.
Pembrongsongan (Bagging)
Salah satu aspek budidaya yang secara langsung berdampak dengan
kualitas buah adalah pembrongsongan. Kegiatan ini dilakukan oleh karyawan
brongsong yang bertugas sebanyak 7 orang per afdeling dibawah pengawasan
mandor suntik. Bahan yang digunakan adalah tali rafia dan plastik dursban. Alat
yang dibutuhkan adalah tangga untuk mencapai tandan yang akan dirongsong dan
pisau. Alat perlindungan diri yang digunakan adalah sepatu boot. Pekerjaan
dilakukan mulai pukul 07.00 – 15.00.
Prosedur pembrongsongan adalah pada tandan yang telah tebuka
sempurna. Tanda tandan yang telah terbuka sempurna dan siap dibrongsong
adalah adanya hand false. Hand false adalah istilah kebun untuk menyebut
keadaan sisir akhir sebelum melakukan prosedur pembrongsongan dengan
ditandai dengan munculnya buah tidak sempurna dalam sisir (Gambar 10d ). Atau
menghitung jumlah sisir yang telah keluar berjumlah 8 sisir. Tahapan pertama
adalah memotong tandan bunga yang masih ada bersama tandan menggunakan
pisau . Pemotongan tandan bunga dimaksudkan agar buah berkembang secara
maksimal. Setelah tandan bunga dipotong, buang sebagian jari buah cacat dalam
sisir terakhir dan pertahankan 2 – 3 jari buah terbaik. Tahapan kedua plastik
dursban dibungkuskan melalui bawah tandan dan diikat dengan tali rafia ± 5 cm
20
di atas pangkal sisir pertama. Tahapan terakhir adalah memberi tanda pita sesuai
warna pita pada minggu berjalan. Tahapan pembrongsongan disajikan pada
Gambar 10.
a. Pemotongan tandan bunga c. Pembrongsongan
b. Pembrongsongan d. Buah cacat pada sisir terakhir
Gambar 9. Pembrongsongan
Selama penulis melakukan kegiatan pembrongsongan selama 6 hari,
penulis mempunyai rata-rata prestasi kerja 50 pohon/HOK. Prestasi karyawan 81
pohon/HOK. Namun prestasi karyawan masih di bawah standar yang ditetapkan
perusahaan sebesar 100 pohon/HOK. Masalah pada pekerjaan ini adalah
karyawan yang tidak tertib dan keterlambatan plastik dursban.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan kurang lebih 3 bulan (10-12 minggu setelah
pembrongsongan). Panen dilakukan dengan tenaga manusia. Alat yang digunakan
adalah golok/sabit dan tali tambang. Tim panen terdiri atas 2 orang pemanen, 3
orang pembawa tandan ke penggantungan sementara dan 2 orang yang menaikkan
tandan ke truk panen dan menurunkan tandan ke packing house.
Pekerjaan dilakukan pukul 06.00 – selesai. Tahapan pertama dalam panen
adalah menentukan pohon mana yang buahnya akan dipanen sesuai dengan
warna pita yang berada di tandan. Pohon dirundukkan sampai tandan tersandar di
pundak pemanen, kemudian pangkal tandan ditebas. Tahap berikutnya tandan
dibawa ke tempat penggantungan sementara di pinggir kebun untuk kemudian
diangkut ke truk panen untuk dibawa menuju packing house. Tahapan akhir panen
adalah menggantungkan tandan ke patio packing house. Alat perlindungan diri
pekerja adalah sepatu boot .
a b c
d
21
a. Merundukkan pohon c. Penggantungan sementara
b. Menebas tandan d. Tandan di truk panen
Gambar 10. Pemanenan
Standar kerja untuk pemanenan bisa berbeda setiap waktunya sesuai
dengan perintah dari kantor pusat. Berikut taksasi dan realisasi produksi minggu
10 – minggu 20 Afdeling 5 dan 6 Panarewuan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Taksasi produksi afdeling 5 dan 6 Kebun Cibungur
Minggu Taksasi Produksi Realisasi produksi Tercapai
(tandan) (kg) (kg/tandan) (tandan) (kg) (kg/tandan) (%)
10 2.407 36.105 15 9.537 65.448 6,86 45,73
11 2.127 31.905 15 11.319 80.157 7,08 47,20
12 1.966 29.490 15 1.080 10.200 9,44 62,93
13 1.763 26.445 15 3.269 26.951 8,24 54,93
14 2.066 30.990 15 4.853 37.594 7,74 51,60
15 2.207 33.105 15 6.131 48.715 7,94 52,93
16 2.630 39.450 15 441 4.273 9,68 64,53
17 1.984 29.760 15 2.725 28.778 10,56 70,40
18 3.130 46.950 15 5.336 55.186 10,34 68,93
19 3.597 53.955 15 7.866 79.117 10,05 67,00
20 28.526 427.890 15 10.485 104.017 9,92 66,13
Rata-rata 4.764 71.459 15 5.731 49.131 8,89 54,21
Sumber : Data PTPN VIII (2015)
Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase perolehan produksi terbaik
terdapat pada minggu 17 dengan persentase hasil mencapai 70,40 % diperoleh
dari perbandingan (kg/tandan realisasi produksi) per (kg/tandan taksasi produksi).
Perolehan persentase produksi terendah terdapat pada minggu 10 dengan angka
persentase tercapai 45,73 % dari target produksi. Berdasarkan tabel terlihat bahwa
rata-rata produksi (kg/tandan) masih jauh dari angka harapan. Jika dihitung rata-
rata taksasi produksi Afdeling 5 dan 6 Panarewuan pada minggu 10-20 adalah
4.764 tandan dengan bobot sebesar 71.459 kg dan bobot rata-rata sebesar 15
kg/tandan. Realisasi produksi menunjukkan perolehan panen pada minggu 10-20
a b
c d
22
adalah 5.731 tandan, bobot sebesar 49.131 kg dengan bobot rata-rata sebesar 8,89
kg/tandan. Terlihat bahwa target produksi dengan realisasi sangat berbeda jauh.
Penyebabnya adalah pengelolaan kebun yang kurang maksimal. Hal yang sering
menjadi permasalahan teknis di kebun adalah keterlambatan barang bahan
budidaya pisang Cavendish.
Packaging
Tandan-tandan pisang yang dipanen mengalami proses packaging di
packing house. Pekerjaan dimulai pukul 07.00 – selesai seperti halnya pekerjaan
panen. Jumlah karyawan di packing house sebanyak 28 orang setiap timnya.
Afdeling 5 dan 6 Panarewuan memiliki 2 tim karyawan packing house. Karyawan
diawasi oleh 2 orang mandor panen dan seorang mador besar packing house. Para
karyawan melakukan pekerjaan yang terdiri atas penimbangan , penggantungan
tandan, pencatatan hasil penimbangan, penyisiran, sortasi dan grading,
penimbangan, penyemprotan crown dengan fungisida, pelabelan dan pengepakan,
bagian boks, bagian unspek (pisang yang tidak masuk grade), pencatatan jumlah
boks yang diperoleh. Pekerjaan pertama adalah penurunan tandan dari truk kemudian
ditimbang. Timbangan yang digunakan adalah timbangan mekanik dengan merk
“NAGATA” kapasitas 25 kg. Kemudian setelah itu tandan digantung pada patio,
dilanjutkan dengan penyisiran dari sisir terbawah sampai ke atas. Sisiran buah
pisang kemudian dimasukkan dalam bak-bak pencucian. Volume bak pencucian
4 m x 0,6 m x 0,5 m. Tahap selanjutnya adalah membentuk grading buah di bak
pencucian dengan memperhatikan panjang dan diameter buah . Kemudian hasil
grading disortasi pada bak pencucian selanjutnya. Hasil sortasi kemudian
ditempatkan pada nampan-nampan alumunium berukuran 50 cm x 50 cm dengan
arah crown menghadap ke atas. Selanjutnya ditimbang dalam ukuran 16 kg.
Setelah itu crown disemprot dengan larutan fungisida untuk menjaga penampilan
buah agar tetap baik sampai ke tangan konsumen. Larutan yang digunakan untuk
menyemprot crown tandan adalah fungisida berbahan aktif iprodion 50 % (merek
dagang rovral) 1 g/l air dan tawas sebanyak 30 g/l air. Tahap berikutnya adalah
pelabelan. Tahap terakhir adalah pengepakan. Alat yang digunakan adalah patio
(penggantungan), pisau sisir, caliper, pengukur panjang buah, nampan,
timbangan, knapsack sprayer, kardus, sekat sterefoam, plastik pengepakan, dan
isolasi.
Air yang digunakan adalah air sumur. Untuk mencapai bak pencucian air
disalurkan melalaui pipa-pipa paralon diameter 1 inchi, disusun secara paralel di
atas bak dan dibuat lubang-lubang untuk mengeluarkan airnya. Air pada bak telah
diisi kembali oleh petugas air pada dini hari. Dosis tawas yang yang digunakan
adalah 500 g/bak. Tawas digunakan untuk menjernihkan air. Keterangan dari
beberapa karyawan packing house, pemberian tawas dapat memudahkan
terlepasnya kotoran-kotoran dan sisa getah yang menempel pada kulit pisang
selama proses pencucian.
23
a. Penimbangan f. Penimbangan
b. Tandan digantung di patio g. Penyemprotan fungisida
c. Penyisiran h. Pelabelan
d. Grading i. Pengepakan
e. Sortasi
Gambar 11. Proses packaging
PTPN VIII menentukan kelas mutu sendiri untuk produk pisang
Cavendish. Kelas mutu pisang dibedakan menjadi 2 kelas yaitu kelas super dan
kelas ambon. Kedua lekas mutu dibedakan berdasarkan kemulusan kulit buah dan
kesempurnaan bentuk buah. Kedua kelas mutu buah terdiri atas 3 kelas dengan
spesifikasi bentuk : sisir penuh, ½ sisir, jari (1 – 3 buah). Potongan sisir disajikan
pada Gambar 12. Dasar spesifikasi bentuk adalah panjang buah disajikan di
Lampiran 13 dan 14.
a b c
d e f
g h i
24
a. Jari (Finger) c. Sisir penuh (Hand)
b. ½ sisir (Cluster)
Gambar 12. Spesifikasi bentuk pisang Cavendish
Setiap spesifikasi bentuk dan kelas mutu buah dihargai dengan harga yang
berbeda. Kewenangan dalam penetapan harga terletak pada kantor pusat. Harga
dapat berubah sesuai dengan keadaan buah. Berikut daftar harga per kelas mutu
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Daftar harga sesuai kelas mutu buah pisang Cavendish
Kelas mutu Spesifikasi bentuk
Super Cluster
(C3)
Cluster
Small
(CS)
Hand
(H)
Finger
Besar
(FB)
Finger
Sedang
(FS)
Finger
Kecil
(FK)
Harga (Rp) 110.000 100.000 110.000 75.000 60.000 45.000
Ambon Ambon
Cluster
(AC)
Ambon
Hand
(AH)
Ambon
Hand
Kecil
(AHK)
Ambon
Besar
(AB)
Ambon
Sedang
(AS)
Ambon
Kecil
(AK)
Harga (Rp) 100.000 100.000 100.000 75.000 60.000 45.000 Sumber : Data PTPN VIII (2015)
Jumlah produksi
Banyaknya produksi sesuai kelas mutu untuk setiap kebun ditentukan oleh
pihak kantor pusat PTPN VIII di Bandung. Jumlah. Berikut adalah data produksi
sesuai kelas mutu disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Produksi Cavendish Kebun Cibungur berdasarkan kelas mutu Maret –
Juni 2015
Bulan
produksi
Spesifikasi bentuk
C3 CS H (FB) (FS) (FK)
(Boks)
Maret 221 - - 260 507 78
April 156 - 78 247 403 52
Mei 91 - - - - -
Juni 260 - - - - -
Jumlah 728 - 78 507 910 130
a b c
25
Tabel 7. (Lanjutan)
Bulan
produksi
Spesifikasi bentuk
(AC) (AH) (AHK) (AB) (AS) (AK)
(Boks)
Maret 312 - - 494 1.326 507
April 65 - - 403 754 741
Mei 182 858 468 520 689 -
Juni 65 221 78 169 286 -
Jumlah 624 1.079 546 1.586 3.055 1.248 Sumber : Data PTPN VIII (2015)
Aspek Manajerial
Tenaga kerja di tingkat Afdeling Kebun Cibungur, PTPN VIII terdiri atas
tenaga staf dan non staf. Tenaga staf meliputi kepala afdeling, mandor besar dan
juru tulis kepala. Tenaga non staf di Kebun Cibungur meliputi juru tulis afdeling,
mandor dan KHL. Aspek manajerial yang dilakukan penulis di Afdeling dimulai
dari pendamping mandor selama 1 bulan, pendamping mandor besar selama 1
bulan dan yang terakhir sebagai pendamping kepala afdeling selama 2 bulan. Di
sela kegiatan menjadi pendamping kepala afdeling, penulis membantu pekerjaan
administrasi afdeling bersama juru tulis afdeling.
Pendamping Mandor Blok
Pekerjaan yang dilakukan penulis bersama mandor blok adalah melakukan
pengawasan terhadap pekerja di wilayah blok nya. Pekerjaan meliputi
pengendalian gulma manual maupun kimiawi, pemupukan, penjarangan anakan,
pangkas daun dan pemasangan gantar. Pengawasan dilakukan mulai pukul 07.00,
sebelumnya mandor bertugas menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
kegiatan pada hari itu serta melakukan pengarahan kepada karyawan. Setelah
pekerjaan selesai, mandor melakukan evaluasi pekerjaan dan mengumumkan
pekerjaan pada esok hari. Mandor blok juga bertugas mengisi absensi terhadap
karyawan di awal dan akhir pekerjaan. Melakukan pengawasan dan bertanggung
jawab pada pekerjaan karyawan blok yang ada di bawah tanggung jawabnya.
Selepas dari kebun, mandor blok menuju kantor afdeling untuk memberi laporan
tentang evaluasi kegiatan dan absensi karyawannya. Pekerjaan selesai pada pukul
13.00.
Pendamping Mandor Suntik
Pekerjaan yang dilakukan adalah pengawasan terhadap karyawan suntik
dan karyawan brongsong yang dimulai pada pukul 07.00. Mandor sebelumnya
telah melakukan pengecekan alat suntik,tangga, bahan suntik dan brongsong.
Pekerjaan diawali dengan pengarahan tentang pembagian ke blok mana mereka
melakukan pekerjaannya. Kemudian dilanjutkan dengan absensi terhadap
karyawan suntik maupun brongsong sebelum dan selesai pekerjaan. Mandor
suntik bertanggung jawab melakukan pendataan setiap hari mengenai jumlah
pohon shooting yang sudah disuntik. Laporan kemudian dilaporkan kepada juru
26
tulis afdeling dan direkap oleh juru tulis kepala di afdeling. Juru tulis kepala di
afdeling ini selanjutnya melaporkan rekapan data suntik ke kebun induk.
Pekerjaan selesai pada pukul 15.00.
Pendamping Mandor Pengendalian Hama dan Penyakit (PHP)
Pekerjaan dimulai pada pukul 07.00 dengan pengarahan, sebelumnya
mandor melakukan penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian
dilanjutkan dengan absensi karyawan, pengawasan terhadap pekerjaan karyawan,
absensi setelah pekerjaan selesai. Selanjutnya adalah laporan ke kantor afdeling
dan penyerahan absensi. Pekerjaan selesai pada pukul 13.00.
Pendamping Mandor Panen
Pekerjaan yang dilakukan adalah pengawasan terhadap karyawan suntik
dan karyawan brongsong yang dimulai pada pukul 06.00. Mandor sebelumnya
telah melakukan pengecekan alat panen. Pertama mandor melakukan pengarahan
terhadap karyawan ke blok mana mereka harus memanen dan taksiran jumlah
tandan yang harus dipanen. Mandor melakukan absensi kehadiran di awal
pekerjaan. Mandor kemudian mengawasi pekerjaan para karyawan. Melakukan
absensi kembali setelah pekerjaan usai. Laporan pekerjaan ke kantor afdeling dan
absensi karyawan. Pekerjaan selesai pada pukul 15.00.
Pendamping Mandor Packing House
Pekerjaan dilakukan pada pukul 07.00 yang didahului oleh persiapan
bahan-bahan packaging seperti kardus, foam dan palstik. Setelah itu mandor
melakukan absensi kehadiran terhadap karyawan, mengawasi pekerjaan
karyawan, mendata tandan yang masuk, mendata jumlah unspek pisang, mendata
boks pisang yang dihasilkan, melaporkannya di kantor afdeling, melakukan
absensi kembali pada karyawan, mengawasi pengangkutan boks oleh truk
pengangkut. Pekerjaan selesai pada pukul 18.00.
Pendamping Mandor Besar
Pekerjaan yang dilakukan penulis sewaktu menjadi pendamping mandor
besar adalah melakukan pengawasan terhadap pekerjaan mandor-mandor yang
dibawahi pada wilayah tanggung jawabnya. Mandor besar di Afdeling 5 dan 6
dibedakan menjadi mandor besar lapangan dan mandor besar packing house.
Pekerjaan dilakukan pada pukul 07.00. Sebelumnya mandor besar lapangan
maupun packing house. membuat perencanaan dan penugasan terhadap mandor-
mandor bawahannya. Pekerjaan mandor besar di lapangan adalah mengawasi
semua mandor afdeling bersama dengan kepala afdeling ataupun mandiri,
memberikan pengarahan dan evaluasi pekerjaan sebelumnya kepada para mandor.
Pekerjaan sebagai mandor besar berakhir pada pukul 12.00. Pekerjaan mandor
besar packing house adalah mengawasi mandor packing house bersama karyawan
packing house dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang dilakukan di
packing house selama jam kerja berlangsung. Pekerjaan mandor besar packing
house berakhir pada pukul 18.00.
27
Pendamping Kepala Afdeling
Tanggung jawab seorang kepala afdeling meliputi semua yang ada di
wilayah afdelingnya. Segala bentuk pekerjaan mulai dari monitor kegiatan
lapangan, mengatur persediaan barang bahan, menerima laporan mandor,
menyusun rencana kerja bulanan (RKB), didampingi juru tulis afdeling
merapatkan rancangan kerja bulanan (RKB) bersama kepala tanaman, kepala
administrasi dan administratur kebun. menyusun jadwal pekerjaan afdeling,
merekap hasil panen, mengambil upah karyawan di kebun induk, membagikan
upah kepada para karyawan dan mandor.
Seorang kepala afdeling juga dituntut untuk selalu dapat memimpin dan
mempengaruhi semua karyawan afdeling untuk dapat bekerja lebih baik sehingga
hasil yang diperoleh memenuhi standar yang telah ditetapkan perusahaan atau
bahkan lebih. Pekerjaan diawali pada pukul 06.00 di kantor afeling dengan
pekerjaan kepada para mandor dan mandor besar tentang pekerjaan yang akan
dilakukan, dilanjutkan dengan mengabsen para mandor, mengecek alat dan bahan
yang dibawa para mandor, menuju ke kebun, melakukan pengawasan pada blok-
blok tanggung jawabnya. Pekerjaan dilanjutkan di kantor afdeling, menerima
laporan mandor, mengevaluasi kerja mandor, mengecek alat yang dikembalikan
oleh mandor. Pekerjaan berakhir pada pukul 16.00.
PEMBAHASAN
Manajerial Produksi
Aspek manajerial di lokasi magang masih perlu perbaikan pada
manajemen ketenagakerjaan antara lain : perencanaan tenaga kerja, kompensasi,
keselamatan kerja dan pelatihan pengembangan tenaga kerja.
Ketika penulis menjadi karyawan harian lepas, prestasi kerja penulis masih
di bawah prestasi kerja karayawan. Hal ini karena kurangnya pengalaman penulis
dlam pekerjaan. Prestasi kerja karyawan beberapa masih ada yang di bawah
standar yang ditetapkan perusahaan. Prestasi kerja penulis, karyawan dengan
standar perusahaan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Prestasi kerja saat menjadi karyawan harian lepas
Kegiatan
Prestasi kerja
Satuan/HOK
Penulis Karyawan Standar
Penjarangan anakan 410 anakan 517 anakan 600 anakan
Suntik tandan bunga 47 pohon 83 pohon 100 pohon
Pembrongsongan 50 tandan 81 tandan 100 tandan
Pengendalian gulma secara manual 0,04 ha 0,06 ha 0,05 ha
Pengendalian gulma secara kimia 0,20 ha 0,33 ha 0,33 ha
Pengendalian hama penyakit 0,18 ha 0,33 ha 0,33 ha
28
Tabel 8. (Lanjutan)
Kegiatan
Prestasi kerja
Satuan/HOK
Penulis Karyawan Standar
Pemasangan penyangga 32 pohon 52 pohon 100 pohon
Pemangkasan daun 0,30 ha 0,42 ha 0,5 ha Sumber : Data PTPN VIII (2015)
Potensi Produksi di Lokasi Magang
Kebun Cibungur, PTPN VIII menanam 3 jenis pisang yaitu Cavendish,
Emas Kirana dan Barangan. Informasi klon pada setiap jenis pisang khususnya
Cavendish tidak diketahui. Indeks produksi digunakan sebagai parameter produksi
di lapangan dengan potensial produksi klon. Karena tidak ada informasi tentang
klon dan potensi produksi klon, maka digunakan produksi tertinggi di Kebun.
Produksi tertinggi memiliki rata-rata berat per tandan 15 kg dengan produktivitas
tertinggi di lokasi magang adalah 30 ton/ha/tahun terjadi pada tahun 2014 bulan
tanam November 2013. Cavendish DM2 adalah klon hasil seleksi massa positif
oleh PT. Nusantara Tropical Farm, Lampung Indonesia. Klon pisang DM2
memiliki potensi produktivitas sebesar 50 ton/ha/tahun. Produksi tertinggi klon
DM2 di PT. NTF adalah 49,58 ton/ha/tahun yang dicapai pada tahun 2004
(Ansyori 2009). Mengacu Wood dan Dent (1983), hubungan kelas kesesuaian
lahan dengan produksi pisang Cavendish lokasi magang dan potensi produksi
pisang Cavendish di NTF tersaji pada Tabel 9.
Tabel 9. Kriteria kesesuaian lahan terhadap potensi produksi pisang Cavendish
Kelas
Kesesuaian
Lahan
Indeks Produksi Produksi Tertinggi di
Lokasi Magang
(ton/ha/tahun)
Produksi Tertinggi
Klon DM2 di
PT. NTF
(ton/ha/tahun)
S1 >0,80 > 24 > 39,66
S2 0,60 – 0,80 18 – 24 29,75 – 39,66
S3 0,40 – 0,59 12 – 17,7 19,83 – 29,25
N1 0,20 – 0,39 6 – 11,7 9,92 – 18,94
N2 < 0,20 < 6 < 9,92 Sumber : Data PTPN VIII (2015) dan Ansyori (2009)
Berdasarkan Tabel 9 produksi pisang Cavendish lokasi magang jika
dibandingkan dengan produksi pisang Cavendish di PT. NTF masih terpaut jauh.
Salah satu penyebab rendahnya produksi di lokasi magang diduga karena
ketidaksesuaian lahan lokasi.
Produksi Aktual di Lapangan
Berdasarkan kriteria kesesuaian, maka kelas kesesuaian lahan di lokasi
magang dapat ditetapkan menurut besarnya produksi tanaman pisang Cavendish
di lapangan. Tabel 10 menunjukkan produksi per bulan Afdeling 5 dan 6.
Produktivitas per hektar diperoleh dari hasil perhitungan produksi per bulan dalam
29
kg per jumlah tandan yang dipanen. Pada bulan Februari 2014 produksi mencapai
100.041 kg dengan jumlah tandan sebanyak 13.890 tandan, produktivitas 14,40
ton/ha. Produktivitas bulan Maret adalah 14,45 ton/ha dari produksi 90.044 kg per
12.455 tandan. Peningkatan produktivitas cukup berarti terjadi di bulan April dari
bulan Maret sebesar 1,44 ton. Produktivitas bulan April 15,89 ton/ha dari 48. 715
kg/6.131 tandan. Peningkatan produktivitas yang kembali terjadi di bulan Mei
dengan angka produktivitas mencapai 19,84 ton/ha dengan mencapai produksi
104.017 kg dari 10.485 tandan dengan produktivitas sebesar 19,84 ton/ha dari
produksi 104.017 kg/10.485 tandan yang dipanen. Bulan Juni terlihat
produktivitas pisang Cavendish di lokasi magang menurun menjadi 18,32 ton/ha
dari angka produksi 85.973 kg/9.382 tandan yang dipanen. Rata-rata hasil
produksi bulan Februari-Juni, produktivitas Afdeling 5 dan adalah 16,38 ton/ha.
Tabel 10. Kelas kesesuaian lahan berdasarkan potensi produksi tertinggi di
lapangan
Bulan
Produksi
Jumlah
Tandan
(tandan)
Produksi
(kg)
Produktivitas
(ton/ha)
Kelas
Kesesuaian
Lahan
Februari 13.890 100.041 14,40 S3
Maret 12.455 90.044 14,45 S3
April 6.131 48.715 15,89 S3
Mei 10.485 104.017 19,84 S2
Juni 9.382 85.973 18,32 S2
Rata-rata 10.467 85.758 16,38 S3 Sumber : Data PTPN VIII (2015)
Kesesuaian Lahan Tanaman Pisang
Tingkat kemampuan lahan berproduksi dapat dilihat dari tingkat
kesesuaian lahan yang dimiliki. Penilaian tingkat kesesuaian lahan dapat dikaji
dari karakteristik lahan yang dimaksud. Kesesuaian lahan pada lokasi magang
didapatkan dari data sekunder perusahaan. Karakteristik lahan dalam data
kesesuaian lahan meliputi suhu udara rata-rata tahunan, curah hujan tahunan,
kelas drainase tanah, tekstur tanah, kedalaman efektif, kemiringan lereng. Unsur
kimia tanah berupa pH tanah, KTK tanah, % N total dan P2O5 tersedia diuji di
laboratorium pengujian tanah, pupuk dan tanaman, Balai Penelitian Tanaman
Obat dan Aromatik.
Penilaian kelas kesesuaian lahan berdasarkan hukum minimum Liebig
diperoleh hasil : kelas kesesuaian lahan mengacu pada literatur CSR/FAO (1983)
adalah S3n,s ; kelas kesesuaian lahan mengacu literatur LREP II (1994) adalah
N1s,n ; kelas kesesuaian lahan mengacu literatur Sys et al. (1993) adalah N1s;
kelas kesesuaian lahan mengacu literatur Djaenudin et al. (2003) adalah S3c,s .
Penilaian kelas lahan berdasarkan karakteristik lahan lokasi magang dengan
mengacu pada 4 literatur disajikan pada Tabel 11.
30
Tabel 11. Penialaian karakteristik lahan berdasarkan literatur
Karakteristik
Lahan Satuan
Data
Lokasi
Kondisi Optimum
CSR/FAO
(1983)
LREP II
(1994)
Sys et
al.
(1993)
Djaenudin
et al.
(2003)
Suhu udara (t) °C 29 25 – 27
(S2)
25 – 27
(S2)
>20
S1
25 – 27
( S2)
Ketinggian
lokasi
m dpl 100-600 - - - <1.200
(S1)
Iklim (c)
Curah hujan mm/tahun 3.166 2.000 –
4.000
(S1)
2.000 –
4.000
(S1)
> 1.800
(S1)
1.500 –
2.500
(S3)
Jumlah bulan
kering
Bulan 1,72 0 – 1
(S2)
0 – 1
(S2)
0 – 1
(S2)
0 – 3
(S1)
Media
perakaran (r)
Drainase tanah agak
cepat
agak baik
- baik
(S2)
sedang –
baik
(S2)
baik
(S2)
baik –
agak
terhambat
(S2)
Tekstur tanah halus SL,L,
SCL,
SIL,SI,
CL, SICL
SL,L,
SCL,
SiL,Si,
SiCL
SiCL,
CL,
SiL
halus, agak
halus dan
sedang
(S1)
Kedalaman
efektif
Cm 100 > 100
(S1)
< 100
(S2)
> 100
(S1)
> 100
(S1)
Retensi Hara (f)
KTK tanah cmol/kg 40,22 17 - > 40
(S1)
17-> 40
(S1)
> 24
(S1)
> 16
(S1)
pH tanah 5,83 6,0 – 0,7
(S2)
6,0 – 0,7
(S2)
6,4 –
7,0
(S2)
5,6 – 7,5
(S1)
Ketersediaan
hara (n)
K cmol/kg 0,33 (r) - - - -
N total % 0,03 (sr) 0,21-
>0,75 (s)
(S3)
0,21-
>0,75 (s)
(S3)
- -
P2O5 tersedia Ppm 1,56 (sr) 8 - > 15 (s)
(S3)
8 - > 15 (s)
(S3)
- -
Terrain (s)
Kemiringan
lereng
% 30 - 40 0 – 8
(S3)
< 3
(N1)
0 % - 4
%
(N1)
< 8
(S3)
Hasil penialaian S3n, s N1s,n N1s S3c,s
Sumber : Analisis penulis berdasarkan data PTPN VIII (2015)
Penilaian data kesesuaian lahan lokasi magang yang dibandingkan dengan
keempat literatur menunjukkan kelas kesesuaian lahan pada lokasi adalah : S3n,s
menurut CSR/FAO (1983), N1s,n menurut LREP II (1994), N1s menurut Sys et al.
(1993) dan S3c,s menurut Djaenudin et al. (2004). Hasil penilaian kesesuaian
31
lahan secara keseluruhan pada keempat literatur menunjukkan bahwa lokasi tidak
sesuai untuk pertanaman pisang.
Faktor pembatas dalam kelas kesesuaian lahan berdasarkan keempat
literatur adalah ketersediaan hara (n) dan terrain (s). Faktor pembatas yang lain
adalah iklim (c) pada literatur Djaenudin et al. (2003). Faktor pembatas pada
lokasi, kecuali iklim adalah bersifat tidak permanen atau sementara yang berarti
masih bisa ditoleransi asalkan terdapat upaya perbaikan.
Upaya perbaikan berupa pemupukan berkala sudah dilakukan untuk
mengatasi faktor pembatas ketersediaan hara (n) yang menunjukkan adanya
kekurangan unsur N dan P. Upaya perbaikan dilakukan untuk mengatasi masalah
kekurangan unsur hara (n) adalah pemupukan. Faktor pembatas iklim hanya
terdapat pada literatur Djaenudin et al. (2003). Berdasarkan literatur,
menunjukkan bahwa curah hujan di lokasi magang terlalu tinggi untuk ukuran
curah hujan optimum dalam kisaran 1.500 – 2.500 mm/tahun. Berdasarkan data
iklim di lokasi, ketersediaan air di lokasi tidak dalam kondisi kurang. Kondisi
ketersediaan air yang baik dalam data lokasi berbeda dengan kondisi sebenarnya.
Curah hujan yang tinggi per tahun dalam data, kenyataannya tidak menyebar
merata. Upaya perbaikan penyiraman tambahan ketika hujan tidak turun selama 2
minggu berturut-turut pada pertanaman sudah dilakukan. Penyiraman dilakukan
dengan menyemprotkan air yang dibawa oleh truk tangki yang melewati jalan
kebun. Penyiraman kurang maksimal karena dengan cara seperti itu air hanya
terkena pada tanaman pinggir jalan kebun saja. Faktor pembatas terakhir adalah
terrain (s) yang terdapat pada kemiringan lereng. Kemiringan lereng di lokasi
terlalu curam dan tidak sesuai dengan pertanaman pisang. Upaya perbaikan yang
dilakukan adalah membuat teras khususnya pada lereng-lereng yang curam.
Pembuatan teras secara maksimal hanya dilakukan pada saat tanam dan tidak
dilakukan peremajaan setelahnya.
Hasil Pengamatan Komponen Produksi
Komponen produksi yang diamati terdiri dari bobot buah per tandan,
bobot per tandan bermutu, jumlah sisir per tandan, jumlah sisir per tandan
bermutu, bobot buah per sisir. Rata-rata hasil pengamatan produksi diikuti hasil
uji non parametrik Kruskall-Wallis yang tersaji pada Tabel 12.
Tabel 12. Komponen produksi pisang Cavendish
Blok Bobot Buah
per Tandan
(kg/tandan)
Bobot Buah
Bermutu
(kg/tandan)
Jumlah
sisir per
Tandan
Jumlah
sisir
Bermutu
Jumlah
buah per
Sisir
Bobot
buah per
sisir
(kg/sisir)
A 10,94 ab 9,44 a 7,5 a 6,0 b 12,9 a 1,62 a
B 9,85 a 8,86 a 7,1 a 4,8 a 13,0 a 1,96 a
C 12,13 b 10,84 a 7,0 a 5,8 ab 12,6 a 1,89 a
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang
sama tidak berbeda nyata berdasarakan uji Dunn‟s taraf 5 %.
Tabel 12 menunjukkan bahwa ada perbedaan bobot buah per tandan paling
tinggi terletak pada blok C dengan angka 12,13 kg/tandan, setelah itu blok A
32
dengan rata-rata 10,94 kg/tandan dan terakhir adalah blok B dengan angka 9.85
kg/tandan. Perbedaan rata-rata yang lain terlihat pada komponen produksi jumlah
sisir bermutu. Rata-rata jumlah sisir bermutu terletak pada blok A dengan 6,0
sisir, kemudian blok C dengan rata-rata sebesar 5,8 sisir dan rata-rata jumlah sisir
bermutu paling rendah terletak pada blok B. Komponen produksi yang lain tidak
menunjukkan perbedaan nilai yang nyata.
Perbedaan blok diduga memiliki pengaruh terhadap perbedaan nilai
komponen produksi antar blok (Tabel 1). Bobot buah per tandan tertinggi terdapat
pada blok C. Letak blok C yang dekat dengan air sehingga tanaman mendapat air
dengan cukup. Letak blok C yang dekat dengan pusat produksi (packing house)
membuat blok C mendapat perhatian khusus dari para karyawan. Pengawasan
terhadap pekerjaan di blok C juga lebih baik dari blok yang lain.
Jumlah sisir bermutu tertinggi terdapat pada blok A. Berdasarkan
informasi blok. Blok A terletak cukup dekat dengan pusat produksi meskipun
tidak lebih dekat seperti jarak blok C dengan pusat produksi. Kelebihan blok A
adalah kondisi jalan menuju kebun yang baik daripada blok yang lain. sehingga
resiko buah lecet pada tandan yang dibawa dari blok A menuju pusat produksi
dapat diminimalisir. Waktu tempuh dari pusat produksi menuju titik terjauh blok
A adalah 8 menit dengan mengendarai truk panen berkecepatan 20 km jam-1
.
Waktu tempuh dari pusat produksi menuju titik terjauh blok B adalah 14 menit
dengan mengendarai kendaraan dan kecepatan yang sama. Waktu tempuh dari
pusat produksi menuju titik terjauh blok C adalah 5 menit dengan kendaraan dan
kecepatan yang sama.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kegiatan magang yang dilakukan telah meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman mengenai aspek teknis dan manajemen perkebunan pisang
Cavendish. Prestasi kerja penulis masih di bawah prestasi kerja karyawan dan
standar yang berlaku di kebun.
Pekerjaan teknis di lapangan banyak yang mengalami kendala akibat
ketidaksiplinan para karyawan dan lemahnya pengawasan mandor. Manajemen
ketenagakerjaan yang masih perlu mendapat perhatian antara lain : perencanaan
tenaga kerja, kompensasi, keselamatan kerja dan pelatihan pengembangan tenaga
kerja.
Lahan di lokasi magang termasuk dalam S3 (kurang sesuai). Penyebab
rendahnya produksi diduga karena kurangnya manajemen ketenagakerjaan dan
lahan yang kurang sesuai. Kesesuaian lahan di lokasi masuk dalam kategori S3n,s
dan N1s. Hasil pengamatan komponen produksi menunjukkan adanya perbedaan
rata-rata peringkat bobot per tandan pada blok C yang dipengaruhi kedekatan
sumber air dan lebih ketatnya pengawasan karena jarak blok yang paling dekat
dengan pusat produksi (packing house). Perbedaan nilai juga terlihat pada blok A
yang paling unggul dalam jumlah sisir bermutu. Hal ini diduga karena jalan dari
packing house menuju blok cukup dekat dalam kondisi baik.
33
Saran
Perlu dilakukan peremajaan teras terutama pada lereng-lereng yang curam.
Perlu adanya irigasi yang lebih sistematis. Perlu adanya perbaikan jalan dari
kebun ke packing house. Perlu pengawasan yang lebih baik oleh mandor besar
dan kepala afdeling pada setiap karyawan disarankan untuk meningkatkan
kedisiplinan pada diri karyawan. Ketepatan waktu dalam penyediaan barang
bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansyori. 2009. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang cavendish yang
dikelola secara intensif di Way Kambas Lampung Timur. Disertasi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[Balittanah] Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis kimia tanah, tanaman, air dan
pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi buah-buahan menurut provinsi:
http//www.bps.go.id. [1 November 2014].
CSR/FAO Staff. 1983. Reconnaisance land resource survey 1: 250.000 scale atlas
format procedure. Ministry of Agriculture Government of
Indonesia/UNDP/FAO.
[Deptan] Departemen Pertanian. 1997. Kriteria Kesesuaian Tanah dan Iklim
Tanaman Pertanian. Biro Perencanaan. Jakarta.
Djaenudin D., Marwan H., Subagjo H. dan Hidayat A. 2003. Petunjuk Teknis
Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah.
Bogor.
Espino R.R.C., Jamaluddin S.H., Silayoi B. and Nasution R.E. 1999. Musa L.
(Edible Cultivars). P. 225-233. In: E.W.M. Verheij and R.E. Coronel
(Eds.). PROSEA 2: Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation. Bogor.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 1976. A Framework for Land
Evaluation. FAO Soil Bull. No. 32. Rome
[FAOSTAT] Food and Agriculture Organization of The United Nations Statistic
Division. 2016. Food security. http://faostat3.fao.org/browse/area/*/E. [31
Januari 2016]
Kuswanto. 1990. Studi biologi bunga pada tanaman pisang. Laporan Penelitian
Fakultas Pertanian. Universitas Brawiijaya. Malang.
Lahav E. 1995. Banana Nutrition. P. 258-316. In: S Gowen (Ed.) Bananas and
Plantains, Chapman & Hall. London.
[LREP II] Second Land Resource Evaluation and Planning Project. 1994.
Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pertanian dan Tanaman Kehutanan.
Puslittanak. Bogor
Nakasone H.Y. and Paull R.E. 1999. Tropical Fruits. CAB, Int. London.
Oldeman LR. 1975. An Agroclimatic Map of Java. Contribution from the Central
Research Institute for Agriculture Organisation of United Nation. Rome.
[PTPN VIII] PT. Perkebunan Nusantara XII. 2015. Pedoman Budidaya Tanaman
Pisang Revisi III. Unit Aneka Usaha PTPN VIII. Bandung.
34
Purseglove J.W. 1978. Tropical crops monocotyledons. Combined. Longman
group Ltd.(1-2): 607
Robinson J.C. 1995. Systems of Cultivation and Management. P. 16-65. In: S
Gowen (Ed.) Bananas and Plantain, Chapman & Hall. London.
Robinson J.H. and Sauco, V.G. 2010. Banana and Plantains. 2nd
Editition. CABI
North America Office. USA.
Stover R.H. dan Simmonds N.W. 1987. Bananas, Tropical Agricultura Series.
Essex UK: Longman Scientific and Technical. Halaman 86-101.
Sys C., Ranst van E., Debaveye J., Beernaert F. 1993. Land evaluation part III:
Crop Requirements. ITC. Sci. Univ. Ghent. Agric. Publ. No.7
Turner D.W. 2003. Factors affecting the physiology of the banana root
system.dalam. Towards a better understanding for its productive
managementTurner,D.W.,Rosales, F.E. Banana Root System (Editor) :.
INIBAP.Costa Rica.
Wood S.R. and Dent F.J. 1983. A Land Evaluation Computer System
Methodology. Ministry of Agriculture/UNDP/FAO.
35
LAMPIRAN
36
Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan sebagai karyawan harian lepas di Afdeling 5
dan 6 kebun Cibungur PTPN VIII
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja
(Satuan/HK)
Lokasi
Penulis Karyawan Standar
1 Maret 2015 Pengendalian gulma
manual
0,03 ha 0,05 ha 0,05 ha Blok 7, HM 1
2 Maret 2015 Pengendalian gulma
manual
0,03 ha 0,05 ha 0,05 ha Blok 8, HM 1
3 Maret 2015 Pengendalian gulma
manual
0,04 ha 0,05 ha 0,05 ha Blok 5, plot
81
4 Maret 2015 Pengendalian gulma
manual
0,04 ha 0,05 ha 0,05 ha Blok 6, plot
105
5 Maret 2015 Pengendalian gulma
manual
0,05 ha 0,05 ha 0,05 ha Blok 1, plot
14
6 Maret 2015 Libur - - - -
7 Maret 2015 Pengendalian hama
penyakit terpadu
0,14 ha 0,33 ha 0,33 ha Blok 8, HM 9
8 Maret 2015 Pengendalian hama
penyakit terpadu
0,16 ha 0,33 ha 0,33 ha Blok 7, HM
12
9 Maret 2015 Pengendalian hama
penyakit terpadu
0,20 ha 0,33 ha 0,33 ha Blok 5, plot
86
10 Maret 2015 Suntik tandan bunga 40 pohon 80 pohon 100 pohon Blok 5 dan 6
11 Maret 2015 Suntik tandan bunga 50 pohon 80 pohon 100 pohon Blok 5 dan 6
12 Maret 2015 Penjarangan anakan 400 anakan 500 anakan 600 anakan Blok 5 dan 6
13 Maret 2015 Penjarangan anakan 430 anakan 550 anakan 600 anakan Blok 1, plot
14,15,16
14 Maret 2015 Pemasangan
penyangga
30 batang 50 batang 100 batang Blok 6, plot
101-102
15 Maret 2015 Pemasangan
penyangga
34 batang 55 batang 100 batang Blok 6, plot
103-105
16 Maret 2015 Pengepakan pisang 100 boks 150 boks - Packing
house
17 Maret 2015 Pembrongsongan 30 pohon 85 pohon 100 pohon Blok 1 dan 2
18 Maret 2015 Suntik tandan bunga 50 pohon 90 pohon 100 pohon Blok 5 dan 6
19 Maret 2015 Pembrongsongan 40 pohon 80 pohon 100 pohon Blok 2 dan 4
20 Maret 2015 Pembrongsongan 47 pohon 78 pohon 100 pohon Blok 5 dan 6
21 Maret 2015 Pembrongsongan 50 pohon 81 pohon 100 pohon Blok 3 dan 4
22 Maret 2015 Pengendalian gulma
kimiawi
0,2 ha 0,33 ha 0,33 ha Blok 7, HM
15
23 Maret 2015 Pembrongsongan 56 pohon 79 pohon 100 pohon Blok 5 dan 6
24 Maret 2015 Pembrongsongan 75 pohon 83 pohon 100 pohon Blok 6, plot
101-105
25 Maret 2015 Pengendalian hama
penyakit terpadu
0,22 ha 0,33 ha 0,33 ha Blok 5, plot
90
26 Maret 2015 Penjarangan anakan 400 anakan 500 anakan 600 anakan Blok 4, plot
60-64
27 Maret 2015 Libur - - - -
28 Maret 2015 Pengendalian gulma
kimiawi
0,2 ha 0,33 ha 0,33 ha Blok 8, HM
20
29 Maret 2015 Pemangkasan daun 0,2 ha 0,45 ha 0,5 ha Blok 5, plot
95
30 Maret 2015 Pemangkasan daun 0,3 ha 0,40 ha 0,5 ha Blok 5 dan 6
31 Maret 2015 Pemangkasan daun 0,35 ha 0,41 ha 0,5 ha Blok 6, plot
110
37
Lampiran 2. Jurnal harian kegiatan sebagai pendamping mandor di Afdeling 5 dan
6 kebun Cibungur PTPN VIII
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja
(Satuan/HK)
Lokasi
Jumlah
KHL yang
Diawasi
(orang)
Luas Areal
yang Diawasi
(ha)
Lama
Kegiatan
(jam)
1 April 2015 Pemanenan 7 40 8 Blok 5 dan 6
2 April 2015 Supervisi - - - -
3 April 2015 Libur - - - -
4 April 2015 Pengendalian gulma
manual
13 1 4 Blok 7, HM 4
5 April 2015 Pengendalian gulma
manual
13 1 4 Blok 8, HM 3
6 April 2015 Pengendalian hama
penyakit terpadu
5 2 4 Blok 5 plot
95-96
7 April 2015 Pengendalian hama
penyakit terpadu
5 2 4 Blok 5 plot
97-98
8 April 2015 Pemupukan 15 4 4 Blok 5 plot
81-85
9 April 2015 Pemupukan 15 4 4 Blok 5 plot
85-88
10 April 2015 Pemupukan 15 4 4 Blok 6 plot
101-104
11 April 2015 Pemupukan 15 4 4 Blok 6 plot
105-108
12 April 2015 Pemanenan 6 40 7 Blok 3 dan 4
13 April 2015 PackingHouse (PH) 28 - 16 Packing
House
14 April 2015 PackingHouse (PH) 28 - 16 Packing
House
15 April 2015 Pengendalian hama
penyakit terpadu
3 1 4 Blok 7, HM 1
16 April 2015 Pengendalian hama
penyakit terpadu
3 1 4 Blok 8, HM 2
17 April 2015 Libur - - - -
18 April 2015 Libur - - - -
19 April 2015 Libur - - - -
20 April 2015 Pengamatan dan PH 28 1 16 Packing
House
21 April 2015 Pengendalian hama
dan penyakit terpadu
3 1 4 Blok 7, HM 3
22 April 2015 Libur
23 April 2015 Pengendalian gulma
kimiawi
3 1 4 Blok 7, HM 4
24 April 2015 Libur
25 April 2015 Penggemburan 4 6 4 Blok 7, HM 1
26 April 2015 Suntik tandan bunga 6 40 7 Blok 5 dan 6
27 April 2015 Pengamatan dan PH 28 1 16 Packing
House
28 April 2015 Pengamatan dan PH 28 1 16 Packing
House
29 April 2015 Suntik tandan bunga 6 40 7 Blok 5 dan 6
30 April 2015 Suntik tandan bunga 6 40 7 Blok 5 dan 6
38
Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan sebagai pendamping kepala afdeling di
Afdeling 5 dan 6 kebun Cibungur PTPN VIII
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja
(Satuan/HK)
Lokasi
Jumlah
KHL yang
Diawasi
(orang)
Luas Areal
yang
Diawasi
(ha)
Lama
Kegiatan
1 Mei 2015 Libur
2 Mei 2015 Penggemburan 10 4 5 Blok 1 plot 15-16,
blok 2 plot 1-2
3 Mei 2015 Penyiangan gulma
manual
5 2 5 Blok 3,plot 41-42
4 Mei 2015 Penyiangan gulma
manual
5 2 5 Blok 4, plot 70-71
5 Mei 2015 Pemangkasan daun 5 2 5 Blok 1, plot 1-2
6 Mei 2015 Membantu
administrasi
- - 10 Afdeling 5
7 Mei 2015 Membantu
administrasi
- - 8 Afdeling 5
8 Mei 2015 Libur
9 Mei 2015 Membantu
administrasi
- - 10 Afdeling 5
10 Mei 2015 Suntik tandan bunga 7 3 5 Blok 4, plot 54-56
11 Mei 2015 Suntik tandan bunga 7 3 5 Blok 4, plot 57-59
12 Mei 2015 Penyiangan gulma
kimiawi
5 2 5 Blok 1, plot 12-13
13 Mei 2015 Penggemburan 10 4 5 Blok 2 plot 21-22,
Blok 3 plot 51-52
14 Mei 2015 Pemangkasan daun 5 2 5
Blok 17-18
15 Mei 2015 Libur
16 Mei 2015 Penggemburan 5 2 5 Blok 3 plot 55-56
17 Mei 2015 Penggemburan 10 4 5 Blok 2 plot 25-26
Blok 3 plot 57-59
18 Mei 2015 Suntik tandan bunga 7 3 5 Blok 4 plot 78-80
19 Mei 2015 Suntik tandan bunga 7 2 5 Blok 1 plot
20 Mei 2015 Penyiangan gulma
manual
5 2 5 Blok 1 plot 14-15
21 Mei 2015 Penyiangan gulma
manual
5 1 5 Blok 2 plot 20-21
22 Mei 2015 Libur - - - -
23 Mei 2015 Penjarangan anakan 5 1 5 Blok 1 plot 10
24 Mei 2015 Pemanenan 7 5 5 Blok 4 plot 61-64
25 Mei 2015 Pemanenan 7 5 5 Blok 3 plot 56-60
26 Mei 2015 Pemanenan 7 6 5 Blok 3 dan 4
27 Mei 2015 Pemangkasan daun 5 2 5 Blok 3 plot 52-53
28 Mei 2015 Pemangkasan daun 5 2 5 Blok 3 plot 54
29 Mei 2015 Libur
30 Mei 2015 Pengendalian hama
penyakit terpadu
5 2 5 Blok 1 plot 5-6
31 Mei 2015 Penggemburan 5 2 5 Blok 2 plot 36-37
1 Juni 2015 Panen 8 5 5 Blok 5 plot 81-85
2 Juni 2015 Pemanenan 8 2 5 Blok 6 plot 105-
106
3 Juni 2015 Pemanenan 8 3 5 Blok 5 plot 82, 84
39
Lampiran 3. ( Lanjutan )
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja
(Satuan/HK)
Lokasi
Jumlah
KHL yang
Diawasi
(orang)
Luas Areal
yang
Diawasi
(ha)
Lama
Kegiatan
4 Juni 2015 Suntik tandan bunga 7 4 5 Blok 5 plot 95-96.
Blok 6 plot 111-
112
5 Juni 2015 Libur - - - -
6 Juni 2015 Suntik tandan bunga 7 3 5 Blok 5 plot
95,97,99
7 Juni 2015 Penggemburan 5 5 5 Blok 7, HM
1,2,3,4,5
8 Juni 2015 Penggemburan 5 5 5 Blok 7, HM
5,6,7,8,9
9 Juni 2015 Penggemburan 5 5 5 Blok 7, HM
9,10,11
10 Juni 2015 Pemangkasan daun 5 1 5 Blok 5 plot 87
11 Juni 2015 Pemangkasan daun 5 2 5 Blok 5 plot 88-89
12 Juni 2015 Libur - - - -
13 Juni 2015 Pengendalian hama
penyakit terpadu
4 2 5 Blok 6 plot 101-
102
14 Juni 2015 Pemanenan 7 3 5 Blok 5 plot 95,
96, 97
15 Juni 2015 Pemanenan 7 4 5 Blok 5 plot
98,99,100. Blok 6
plot 101
16 Juni 2015 Pemanenan 7 4 5 Blok 6 plot
102,103,104,105
17 Juni 2015 Suntik tandan bunga 7 3 5 Blok 5 plot
89,90,91
18 Juni 2015 Suntik tandan bunga 7 3 5 Blok 5 plot
92,93,94
19 Juni 2015 Libur
20 Juni 2015 Suntik tandan bunga 7 2 5 Blok 5 plot 100
dan Blok 6 plot
101
21 Juni 2015 Pemangkasan daun 5 3 5 Blok 6 plot
107,107,108
22 Juni 2015 Membantu
administrasi
- - 9 Afdeling 6
23 Juni 2015 Membantu
administrasi
- - 9 Afdeling 6
24 Juni 2015 Membantu
administrasi
- - 8 Afdeling 6
25 Juni 2015 Membantu
administrasi
- - 10 Afdeling 6
26 Juni 2015 Libur
27 Juni 2015 Penggemburan 5 5 5 Blok 7 HM
17,18,20. Blok 8
HM 1 dan 2
28 Juni 2015 Pemanenan 7 4 5 Blok 5 blok 91,
92, 93,94
40
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja
(Satuan/HK)
Lokasi
Jumlah
KHL yang
Diawasi
(orang)
Luas Areal
yang
Diawasi
(ha)
Lama
Kegiatan
29 Juni 2015 Pemanenan 7 5 5 Blok 6 plot 112-
117
30 Juni 2015 Pamitan - - - -
Lampiran 4. Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang menurut
CSR/FAO (1983)
Kualitas/Karakteristik
Lahan
Satuan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 S4
Suhu udara (t)
-Rata-rata tahunan 0C 25-27 28-29;
23-24
30-32
19-22
>32
<19
Ketersediaan air (w)
-Bulan kering (<75
mm)
bulan 0-1 1,1-2 2,2-3 >3
-Curah hujan tahunan mm/tahun 2000-4000 >4.000-
5.000
1.500-
<2.000
1.000-
<1.500
<5.000:<1.000
Kondisi perakaran (r)
-Kelas drainase tanah - Agak
Baik, Baik
Agak
Cepat
Agak
Terhambat,
Terhambat
Sangat
Terhambat,
Cepat
-Tekstur tanah
(permukaan)
- SL, L,
SCL, SIL,
SI, CL,
SICL
LS, SC, C SiC, Str C Kerikil,
Pasir,Liat
Masiv
-Kedalaman efektif cm >100 70-99 45-99 <45
Retensi Hara (f)
-KTK tanah (sub soil) - >=sedang Rendah Sangat
Rendah
Td
-pH tanah (permukaan) - 6,0-7,0 7,1-7,5;
5,0-5,9
7,6-8,5;
<5,0
>8,5
Ketersediaan Hara (n)
-N-total (permukaan) - >=sedang Rendah Sangat
Rendah
-
-P2O5 tersedia
(permukaan)
- >=sedang Rendah Sangat
Rendah
-
41
Lampiran 4. (Lanjutan)
Kualitas/Karakteristik
Lahan Satuan
Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 S4
-K2O tersedia
(permukaan)
- Tinggi Sedang Rendah-
Sangat
Rendah
Toksisitas (s)
-Salinitas (sub soil) mmhos/
cm
<2 2-3 >3-6 >6
Terrain (s)
-Kemiringan lahan % 0-8 8-15 15-50 >50
-Batu di permukaan % 0 1 2 ≥3
-Singkapan batuan % 0 1 2 ≥3
Lampiran 5. Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang menurut
Sys et al. (1993)
Karakteristik
Lahan
Tingkat Kelas Faktor Pembatas dan Rating Skala
S1 S2 S3 S4 N1 N2
0 1 2 3 4
100 95 85 60 40 25 Topografi (t) Kemiringan lereng (%) (1) 0-1 1-2 2-4 4-6 - >8
(2) 0-2 2-4 4-8 8-16 - >16
(3) 0-4 4-8 8-16 16-30 30-50 >50 Kebasahan (w) -Kebanjiran F0 - F1 F2 - F3+ -Drainase Baik Sedang sempurna Buruk dan
aeric
Buruk
tetapi
Drainadl
e
Buruk
Tidak
drainable
Fisik Tanah (s) - Tekstur/ Struktur C<60s,
Co,
SiCs,
SiCL,
CL, SiL
C> 60s,
C<60v, SC,
L
C> 60v,
SCL
SL, LfS, LS - Cm,
SiCm,
fS, S, cS
- Fragmen Kasar
(%vol) 0-3 3-15 15-35 35-55 - >55
- Kedalaman Tanah
(cm) >100 100-75 75-50 50-25 - <25
- CaCO3 (%) 0 <1 5-10 10-15 - >15 - Gypsum (%) 0 <1 1-4 4-10 - >10 Kesuburan Tanah (f) - KTK liat (cmol+/kg
clay) >24 24-16 <16(-) <16(+) - -
- Kejenuhan Basa (%)
>50 50-35 35-20 <20 - -
- Jumlah Kation
Basa (cmol+/kg)
> 6,5 6,5- 4 4 -2,8 - - -
- pH H2O 6,4-5,8
6,4-7,0
5,8-5,6
7,0-7,5
5,6-5,2
7,5-8,0
5,2-4,5
8,0-8,2
<4,5
-
-
> 8,2 -C-organik >2,4 2,4 – 1,5 1,5 – 0,8 <0,8 Td Td
42
Lampiran 5. (Lanjutan)
Karakteristik
Lahan
Tingkat Kelas Faktor Pembatas dan Rating Skala
S1 S2 S3 S4 N1 N2
0 1 2 3 4
100 95 85 60 40 25 Salinitas dan
Alkalinitas (n)
- EC (dS/m) 0 - 1 1 – 2 2 - 4 4 – 6 6 – 8 >8 - ESP (%) 0 - 2 2 – 4 4 - 8 8 – 12 12 – 16 >16 Karakteristik Iklim
(c)
- Curah Hujan Tahunan (mm)
>1.800 1.800-1.500 1.500-1.250 1.250-1.000 - <1.000
- Lama Bulan Kering (bln:
p<1/2PET)
0-1 1-3 3-4 4-6 - >6
- Rata-rata Suhu udara
Tahunan (oC)
>22 22-18 18-16 16-14 - <14
- Rata-rata suhu udara
minimum bln
terdingin (oC)
>20 20-15 15-8 8-2 - <2
- Suhu udara
minimum absolut
bln terdingin (oC)
> 12 12-8 8-0 0-2 - <-2
Lampiran 6. Kritera klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang menurut
LREP II (1994)
Kualitas/ Karakteristik
Lahan
Satuan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N1 N2
Suhu udara (t)
- Rata-rata tahunan oC 25 – 27 >27 – 30;
22 - <25
>30 – 35;
18 –22
Td > 35; < 18
Ketersediaan Air (w)
- Bulan kering (<75 mm) Bulan 0-1 >1-2 >2-3 Td >3
- Curah hujan tahunan mm/th 2.000-
4.000
>4.000–
5.000;
1.500- <2.000
1.000 -
<1.500
Td < 5.000;
<1.000
- LGP (length of growing) Hari 300 –
330
270 – 300 < 270 < 270 < 270
Media Perakaran (r)
- Drainase tanah - Sedang,
Baik
Agak Cepat Agak
Terhambat
Terhambat Sangat ter
hambat,Sa
ngat Cepat
- Tekstur tanah - SL, L,
SCL,
SiL, Si,
CL,
SiCL
LS,SC, C SiC, Str C Td Kerikil,
Pasir
- Kedalaman efektif - >-100 70-<100 50 - < 70 25 - <50 < 25
- Kematangan gambut - - Saprik Hemik Hemik-
Fibrik
Fibrik
- Ketebalan gambut Cm <100 100-150 >150-200 200 >200
Retensi Hara (f)
- KTK tanah - >=Seda
ng
Rendah Sangat
Rendah
Td -
- pH tanah - 6,0-7,0 >7,0 –7,5;
5,0 - <6,0
>7,0 –8,0;
4,5 - < 5,0
> 8,0 –8,5;
0 - <4,5
> 4,0
43
Lampiran 6. (Lanjutan)
Kualitas/ Karakteristik
Lahan
Satuan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N1 N2
- C-organik % >8,0 <8,0 Td Td Td
Kegaraman (c)
- Salinitas/DHL Mmh
os
/cm
< 2 2-3 >3-6 - >6
Toksisitas (x)
- Kejenuhan alumunium % - - - - -
- Kedalaman sulfidik Cm <125 90-125 70 - < 90 - < 70
Ketersediaan Hara (n)
- N-total - >=Sedang Rendah Sangat
Rendah
- -
- P2O5 tersedia - >=Sedang Rendah Sangat
Rendah
- -
- K2O tersedia - Tinggi Sedang-
Rendah
Sangat
Rendah
- -
Kemudahan Pengolahan (p) - - - Sangat
keras,
sangat
teguh,
sangat lekat
- Berkerikil,
Berbatu
Potensi Mekanisasi (m)
- Kemiringan lahan % <3 3-8 >8-15 >25 – 45 > 45
- Batu dipermukaan % <3 3-15 >15-40 Td > 40
- Singkapan batuan % <2 3-10 >10-25 >25 – 40 > 40
Tingkat Bahaya Erosi (e) - Sangat
Ringan
Ringan Sedang Berat Sangat
Berat
Bahaya Banjir (b) - F0 F1 F2 F3 F4
Lampiran 7. Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang (Musa
acuminata COLLA) menurut Djaenudin et al. (2003)
Persyaratan Penggunaan
Lahan
Satuan
Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Suhu udara (tc) °C 25 – 27 27– 30; 22 - 25 30 – 35; 18 - 22 > 35; <
18
- Ketinggian tempat dpl M dpl <1200 1200-1500 1500-2000 >2000
Ketersediaan Air (wa)
- Curah hujan tahunan mm/tahun 1500-2500 1250 – 1500;
2500-3000
1000 -1250;
3000-4000
>4000
- Lamanya masa kering Bulan 0- 3 3-4 4-6 >6
- Kelembaban % >60 50-60 30-50 <30
Ketersediaan oksigen
(oa)
- Drainase tanah - Baik sampai
Agak
Terhambat
Agak Cepat Terhambat Sangat
Terham
bat;
Cepat
Media Perakaran (rc)
- Tekstur tanah - Halus, agak
halus,
sedang
- Sangat halus,
agak kasar
Kasar
- Bahan Kasar % <15 15-35 35-55 >55
-Kedalaman tanah Cm >75 50-75 25-50 <25
44
Lampiran 7. (Lanjutan)
Persyaratan Penggunaan
Lahan
Satuan
Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
- Gambut:
Ketebalan
cm <60 60-140 140-200 >200
+ dengan sisipan/
pengkayaan
cm <140 140-200 200-400 >400
Kematangan gambut - Saprik + Saprik; Hemik
+
Hemik; Fibrik + Fibrik
Retensi Hara (nr)
- KTK liat cmol > 16 <= 16 - -
- Kejenuhan Basa % > 50 35-50 <35 -
- pH H2O - 5,6 – 7,5 5,2-5,6; 7.5-8,0 <5,2 ; > 82 -
- C-organik - > 1,5 0,8 – 1,5 < 0,8 -
Toksisitas (xc)
- Salinitas dS/m <2 2-4 4-6 >6
Sodisitas (xn)
- Alkalinitas/ ESP % <4 4-8 8-12 >12
Bahaya Sulfidik (xs) cm >100 75-100 40-75 <40
- Kedalaman Sulfidik cm >100 75-100 40-75 <40
Bahaya erosi (eh)
- Lereng % <8 8-16 16-40 >40
- Bahaya Erosi - Sangat
ringan
Rendah-sedang Berat Sangat
berat
Bahaya Banjir (fh)
- Genangan - F0 F1 F2 >F3
Penyiapan Lahan (lp)
- Batu dipermukaan % <5 5 – 15 15 - 40 >40
- Singkapan batuan % <5 5 – 15 15 - 25 >25
45
Lampiran 8. Curah hujan di Kebun Cibungur PT Perkebunan Nusantara VIII
Bulan 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
Januari 360 17 234 16 530 20 656 27 858 27 360,5 17,5
Februari 304 15 284 13 456 18 343 23 445 18 382,3 17
Maret 313 23 335 15 548 16 323 27 228 16 357,0 18
April 106 8 113 8 570 18 360 22 409 14 304,0 14,3
Mei 285 18 215 12 214 8 694 22 243 14 228,0 11,9
Juni 281 13 138 6 54 3 271 15 125 6 182,6 8,5
Juli 389 15 174 5 0 0 307 14 50 6 151,8 7,3
Agustus 201 9 17 1 0 0 132 7 236 13 106,4 5
September 385 19 17 1 5 2 118 3 0 0 163,5 6,8
Oktober 203 15 329 8 336 14 410 14 163 7 214,9 10,2
November 449 22 702 18 506 20 645 14 780 26 552,2 19,5
Desember 264 18 106 9 361 25 738 19 605 26 433,0 20,5
Total 3.513 192 2.664 112 3.580 144 4.997 198 4.202 179 3.463 156,5
BB 12 10 8 12 10 10,40
BK 0 2 4 0 2 1,6
Keterangan :
BB = bulan basah (CH>60 mm)
BK = bulan kering (CH<60 mm) Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson
termasuk tipe iklim B (basah)
45
46
Lampiran 9. Peta areal konsesi Kebun Cibungur
46
ITK = Jumlah tenaga kerja (orang)
Luas lahan (ha)
= 251
162.15
= 1,54 orang/ha
49
Lampiran 10. Jumlah dan posisi tenaga kerja di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan,
Kebun Cibungur
No Bagian Jumlah
(orang)
1 Karyawan Staf
-Kepala Afdeling 2
-Mandor Besar 4
Jumlah 5
2 Karyawan Non Staf
-Juru Tulis Afdeling 2
-Pengawas Mandor 2
-Mandor Blok 8
-Mandor Suntik 2
-Mandor Pengendalian Hama Penyakit 2
-Mandor Panen 2
-Mandor Packing House 2
Jumlah 20
3 Karyawan Harian Lepas (KHL)
-Karyawan Blok 112
-Karyawan Suntik 28
-Karyawan Pengendalian Hama Penyakit 6
-Karyawan Panen 15
-Karyawan Packing House 56
-Karyawan kebersihan 4
-Keamanan 4
Jumlah 225
Total Karyawan 251
Sumber : Administrasi Afdeling 5 dan 6
47
Lampiran 11. Struktur organisasi Afdeling 5 dan 6 Kebun Cibungur
Kepala Tanaman
Kepala Afdeling VI Kepala Afdeling V
Mandor Besar
Lapangan Mandor. Besar Packing
House (PH) Mandor Besar TBM
Mandor Besar TM
Mandor Blok 1
Mandor Blok 2
Mandor Blok 3
Mandor Blok 4
Mandor Pengendalian Hama
Penyakit
Mandor Suntik
Mandor Panen
Mandor PH 1
Mandor PH 2
Mandor Blok 7
Mandor Blok 8
Mandor Blok 5
Mandor Blok 6
Mandor Pengendalian
Hama Penyakit
Mandor Suntik
Mandor Panen
48
49
Lampiran 12. Kalender pita tahun 2015
Keterangan : Pedoman suntik ontong, pembrongsongan dan panen
50
Lampiran 13. Spesifikasi kelas mutu super pisang Cavendish
Spesifikasi
Grade A Grade B Grade C
Cluster
(C3)
Cluster
Small
(CS)
Full
Hand
(H)
Finger
Besar
(FB)
Finger
Besar 1
(FB)
Finger
Sedang
(FS)
Finger
Kecil
(FK)
Bobot Buah
per Sisir
(gram/cluster)
700-900
700-900
>1300 *) *) *) *)
Jumlah Butir
per Sisir
3 - 9 5 – 9 18-22
(1 sisir)
2 - 3 Satuan 1 - 3 1 - 3
Panjang per
Buah (inchi)
>7,5 6,8 – 7,5 6,8 –
7,5
>7,5 >7,5 1 - 3 1 - 3
Kalibrasi (cm) 3 – 4 3 – 4 3 – 4 3 – 4 3 – 4 3 – 4 ≥2,5
Label N8 N8 N8 polos polos polos polos
Netto (kg) 13 13 13 13 13 13 13
Lampiran 14. Spesifikasi kelas mutu ambon pisang Cavendish
.
Spesifikasi
Grade
A
Grade
B Grade
C Ambon
Cluster
(AC)
Ambon
Hand
(AH)
Ambon
Hand
Kecil
(AHK)
Ambon
Besar
(AB)
Ambon
Sedang
(AS)
Ambon
Kecil
(AK)
Ambon
Unspek
(AU)
Ambon
Unspek
Kecil
(AUK) Bobot Buah
per Sisir
(gram/cluster)
700-
900
700-
900
>1300 *) *) *) *)
*)
Jumlah Butir
per Sisir
4 – 10 Full Full 1 - 3 1 - 3 1 - 3 Full Full
Panjang per
Buah (inchi)
≥7,5 ≥6,5 5,5<
AHK
<6,5
≥7,5 6,5 <
AS<7,5
5,5<AS
< 6,5
≥ 6,5 5,5<AU
K<6,5
Kalibrasi (cm) 3 – 4 3 – 4 ≥2,5 3 – 4 3 – 4 ≥2,5 3 – 4 ≥2,5 Label Cibiru Cibiru Cibiru Polos Polos Polos Polos Polos
Netto (kg) 13 13 13 13 13 13 13 13 Keterangan : Cluster = 1/ 2 sisir
Hand = sisir penuh
Finger = 1-3 buah
51
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 18 September 1993 di Pati, Jawa Tengah.
Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari seorang ayah yang
bernama Sarino dan ibu yang bernama Endang Setyowati. Penulis lulus dari SDN
Tambakromo 03, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah pada
tahun 2005. Pada tahun 2008 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan dari
SMP Negeri 1 Pati untuk selanjutnya masuk ke SMA Negeri 3 Pati pada tahun
yang sama dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan
pada Departemen Agronomi dan Hortikultura. Selama perkuliahan penulis pernah mengikuti kepanitiaan TEGAR (Temu
Agronomi) 2012. Kepanitiaan MPD (masa perkenalan departemen) Agronomi dan
Hortikultura Angkatan 49 pada tahun 2013. Penulis penah menjadi asisten praktikum
Ilmu Tanaman Pangan pada tahun 2015.