“PROBLEMATIKA PERNIKAHAN DI INDONESIA DALAM PANDANGAN
ISLAM”
(Penikahan Beda Agama Dan Nikah Siri)
LAPORAN SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam
Oleh Kelompok 8:
SIGIT PURWANA YUDHA (1000083)
SISKA WINDIA NATA (1000783)
DARWIS YAN WIBISANA(1003089)
REINA AYULIA R (1005211)
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
ABSTRAK
Dalam realita kehidupan sehari – hari pernikahan tidak hanya menjadikan suatu kesenangan
dunia semata bagi manusia. Terdapat banyak problematika yang membiaskan tujuan dari
pernikahan itu sendiri. Seperti banyak kasus yang terjadi saat ini seperti Pernikahan beda
agama, nikah siri, poligami dll, yang menimbulkan banyak pertentangan di masyarakat dan
memunculkan permasalahan dalam pernikahan itu sendiri yang berujung pada sebuah
konflik. Niat suci suatu pernikahan yang merupakan salah satu ibadah, terkadang menjadi
suatu tempat timbulnya dosa ketika suatu hubungan dalam keluarga tidak dibangun dengan
baik.
2
LEMBAR PENGESAHAN
PROBLEMATIKA PERNIKAHAN DI INDONESIA DALAM PANDANGAN ISLAM
(PERNIKAHAN BEDA AGAMA DAN PERNIKAHAN SIRI)
PROPOSAL PENELITIAN INI TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
DOSEN SPAI
Saepul Anwar, Q, Ces, S.Pd. I., M. Ag
NIP. 19811109.200.501.1.001
Tanggung Jawab Yuridis Ada pada Penulis
Ketua Kelompok 8
Sigit Purwana Y udha
NIM. 1000083
3
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur seraya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kemudahan bagi penulis sehingga bisa menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan utama dalam pembuatan Makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam
Pembuatan Makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kepada para pembaca penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif
demi kesempurnaan Makalah ini sehingga kedepannya dapat tersusun dengan baik.
Penulis meminta maaf sebesar-besarnya apabila masih ada kesalahan atau penggunaan kata
yang kurang tepat. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.
Wassalam .
Bandung, Mei 2013
Penulis
4
DAFTAR ISI
Abstraksi 2
Lembar Pengesahan Laporan Penelitian 3
Kata Pengantar 4
Daftar Isi 5
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Penelitian 6
B. Perumusan Masalah Penelitian 7
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 8
E. Sistematika Penulisan 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 9
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 13
B. Teknik Pengumpulan Data 13
C. Sumber Data/Lokasi Penelitian 14
D. Teknik Analisis Data 15
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 16
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 20
B. Rekomendasi 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu perempuan-perempuan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di
sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga)” (QS. Ali Imran [3]:14). Menurut ayat
tersebut Imam Syafi’i berpendapat bahwa nikah itu bukanlah ibadah (la min al-qurubat).
Tetapi sesuatu kebutuhan dan hasrat seksualnya (la min al-syahwat) (Monib dan Nurcholish,
2009:33)
Sebagian besar ulama memandang bahwa pernikahan itu bersifat wajib bagi mereka
yang telah mampu secara harta, fisik maupun psikis agar tidak terjebak pada perilaku seks
bebas. Pernikahan akan bernilai ibadah jika diniatkan untuk mencari ridha Allah SWT.
Dalam realita kehidupan sehari – hari pernikahan tidak hanya menjadikan suatu
kesenangan dunia semata bagi manusia. Terdapat banyak problematika yang membiaskan
tujuan dari pernikahan itu sendiri. Seperti banyak kasus yang terjadi saat ini seperti
Pernikahan beda agama, nikah siri, poligami dll, yang menimbulkan banyak pertentangan di
masyarakat dan memunculkan permasalahan dalam pernikahan itu sendiri yang berujung
pada sebuah konflik. Niat suci suatu pernikahan yang merupakan salah satu ibadah,
terkadang menjadi suatu tempat timbulnya dosa ketika suatu hubungan dalam keluarga tidak
dibangun dengan baik.
Dalam kasus pernikahan beda agama meskipun telah memenuhi rukun nikah dan
melaksanakan akad nikah, hubungan suami istri yang mereka lakukan masih dianggap tidak
sah dan merupakan perbuatan zinah. Bahkan Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan
fatwa mengenai ketidakabsahan pernikahan beda agama. Akan tetapi dalam ranah teologis,
terjadinya suatu perbedaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar, karena Islam pun
besar dengan adanya perbedaan di dalamnya dalam menafsirakan Al-Quran . Dengan
merujuk ayat Al- qur’an Surat Ali Imran di atas, tentu saja perbedaan iman seharusnya tidak
menjadi unsur yang menentukan suatu pernikahan dapat berhasil atau tidak. Dan sampai saat
6
ini tidak ada yang dapat memastikan apakah hal tersebut memang memicu konflik antar
agama atau justru sebaliknya.
Islam selalu mengatur segala sesuatu secara seimbang dan selaras yang
memperhatikan hak-hak individu dan hak kelompok. Terlepas dari niat suci pernikahan,
apabila dapat merugikan banyak pihak maka Islam tentu saja dapat menilai suatu pernikahan
itu menjadi tidak barokah.
Setumpuk persoalan pernikahan dan kontroversi dalam masyarakat yang terjadi di
Indonesia dalam penelitian ini akan dikaji secara objektif dalam perspektif Islam. Dengan
meneliti banyak sumber bacaan maupun secara langsung dilapangan, diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan menyiapkan solusi dalam mengatasi segala problematika dalam
urusan pernikahan, sehingga pertentangan di masyarakat yang menimbulkan suatu konflik
dapat secara bertahap teratasi.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini di fokuskan untuk mengkaji problematika suatu pernikahan menurut
persepktif islam yang di rumuskan kedalam pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah pengertian pernikahan ?
2. Apa tujuan pernikahan dalam Islam?
3. Bagaimana ketentuan pernikahan dalam Islam (Hukum, Rukun, Syarat)?
4. Bagaimana hukum pernikahan beda agama dalam pandangan Islam?
5. Bagaimana kebijakan negara tentang pernikahan beda agama dan nikah siri?
6. Bagaimana pandangan islam tentang nikah siri?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengenali segala problematika tentang
pernikahan. Tujuan penelitian ini diantaranya:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pernikahan
2. Mengetahui tujuan pernikahan
3. Mengetahui ketentuan pernikahan dalam Islam (Hukum, Rukun, Syarat)
4. Mengetahui bagaimana hukum pernikahan beda agama menurut pandangan islam
5. Mengetahui bagaimana kebijakan negara tentang perniakahan beda agama
6. Mengetahu pandangan islam tentang nikah siri
7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis adalah untuk mengetahui dan mengenal pernikahan yang sah
menurut pandangan islam.
2. Bagi pembaca, adalah untuk menambah pemahaman dan memberikan landasan
agar masyarakat tidak mudah mengambil sikap tanpa dibarengi dengan adanya
suatu landasan.
E. Sistematika Penulisan
Abstraksi
Lembar Pengesahan Laporan Penelitian
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Penelitian
B. Perumusan Masalah Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Teknik Pengumpulan Data
C. Sumber Data/Lokasi Penelitian
D. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pernikahan
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu perempuan-perempuan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga)” (QS. Ali Imran
[3]:14). Menurut ayat tersebut Imam Syafi’i berpendapat bahwa nikah itu bukanlah
ibadah (la min al-qurubat). Tetapi sesuatu kebutuhan dan hasrat seksualnya (la min al-
syahwat) (Monib,M dan Nurcholish,A, 2009:33)
Sementara perkawinan/pernikahan menurut UU nomor 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan adalah:
Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia/tentram (sakinah) dan kekal,
berdasarkan ke-Tuhan-an Yang Maha Esa (Allah Swt).
2.2 Tujuan Pernikahan
Tujuan pernikahan menurut Islam adalah sebagaimana yang telah tercantum
pada Al Qur’an surat Ar Rum ayat 21, yakni :
Dan diantara tanda tanda (kebesaran)- Nya ialah Dia menciptakan pasangan
pasangan untukmu dari jenismu sendiri , agar kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya , dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang . Sungguh ,
pada demikian itu benar benar terdapat tanda tanda (kebesaran Allah) bagi kaum
yang berpikir.[21]
9
Dari ayat Al-Quran tersebut dapat disebutkan bahwa tujuan pernikahan itu
untuk menciptakan perasaan tentram dan menumbuhkan rasa kasih sayang dalam
hubungan percintaan suami istri .
Sementara menurut Sana’ Al-Khuli , guru besar ilmu sosial di Universitas
Iskandariyah (Muhammad Nabil Kazhim,2007:89) adalah
a. Saling mendapat cinta antara kedua pasangan serta meraih rasa aman
b. Mencari keamanan ekonomi dan rumah tangga secara mandiri
c. Memenuhi keinginan kedua orang tua
d. Melepaskan diri dari kesendirian atau melepaskan diri dari rumah kedua orang tua
e. Mendapatkan teman atau pasangan hidup
f. Mencari perlindungan,popularitas, dan status sosial
2.3 Ketentuan Pernikahan Dalam Islam (Hukum, Rukun, Syarat)
Keabsahan suatu pernikahan dalam Islam dapat dinilai berdasarkan ketentuan
pernikahan yang meliputi hukum, rukun, dan syarat pernikahan (Prof.Dr.Wahbah az-
Zuhaili,2007) . Adapun penjelasan ketiga unsur tersebut sebagai berikut :
a. Hukum
Hukum pernikahan menurut para ulama fiqih bergantung pada masing masing
niat dan tujuan orang tersebut menikah, diantarnya :
(a) Fardhu.
Ulama berpendapat hukum pernikahan adalah wajib , jika seseorang
yakin akan jatuhnya perzinahan seandainya tidak menikah , sedangka dia
mampu untuk memberikan nafkah kepada istrinya berupa mahar dan nafkah
batin serta hak-hak pernikahan lainnya.
(b) Haram
Pernikahan diharamkan jka seseorang yakin akan menzalimi dan
membahayakan istrinya jika menikahinya , seperti dalam keadaan tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan pernikahan , atau tidak bisa berbuat adil
diantara istri istrinya.
b. Rukun
10
Rukun pernikahan menurut ulamaHanafiah yaitu dengan melakukan ijab dan
qabul . Sementara menurut jumhur ulama ada empat yakni sighat (ijab dan
qabul) ,istri,suami, dan wali.
c. Syarat –syarat terlaksananya pernikahan
(1) Syarat –syarat kedua belah pihak yang melakukan Akad
- Mampu melaksanakan
- Mendengarkan pendapat orang lain
(2) Syarat-syarat Pada Perempuan
- Harus benar-benar berjenis kelamin perempuan
- Perempuan tersebut tidak diharamkan atas lelaki yang mau menikahinya
(3) Syarat-syarat Sighnat akad (Ijab dan Kabul)
- Dilakukan dalam satu majelis, jika kedua belah pihak hadir.
- Orang yang mengucapkan kalimat ijab tidak boleh menarik kembali
ucapannya.
- Diselesaikan pada waktu akad seperti jual-beli
2.4 Nikah Siri
Nikah siri, atau Perkawinan siri, berasal dari kata Nikah dan siri. Kata “siri”
berasal dari bahasa Arab “sirrun” yang berarti rahasia, atau sesuatu yang
disembunyikan. Melalui akar kata ini Nikah siri diartikan sebagai Nikah yang
dirahasiakan, berbeda dengan Nikah pada umumnya yang dilakukan secara terang-
terangan. Nikah siri sering diartikan dalam pandangan masyarakat umum sebagai:
a. Nikah tanpa wali
Nikah jenis ini dilakukan secara rahasia (siri) karena wali pihak
perempuan mungkin tidak setuju atau karena menganggap sahnya Nikah
tanpa wali atau hanya karena ingin memuaskan nafsu syahwat belaka tanpa
mengindahkan lagi ketentuan syariat.
b. Nikah yang sah secara agama dan adat istiadat
Pandangan ini menjelaskan bahwa pernikahan siri tidak dicatatkan
secara resmi dalam lembaga pencatatan negara, yaitu Kantor Urusan Agama
(KUA) bagi yang beragama Islam dan Kantor Catatan Sipil (KCS) bagi yang
beragama non Islam
c. Nikah yang dirahasiakan
11
Nikah siri ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan
tertentu, misalnya karena takut menerima stigma negatif dari masyarakat
yang dianggap tabu karena pertimbangan-pertimbangan lain yang akhirnya
memaksa seseorang merahasiakannya. .(Mushlihin Al-Hafizh,2012)
2.5 Nikah Beda Agama
Perkawinan beda agama adalah perkawinan antara pria dan wanita yang
keduanya memiliki perbedaan agama atau kepercayaan satu sama lain. Perkawinan
beda agama bisa terjadi antar sesama WNI yaitu pria WNI dan wanita WNI yang
keduanya memiliki perbedaan agama/ kepercayaan juga bisa antar beda
kewarganegaraan yaitu pria dan wanita yang salah satunya berkewarganegaraan
asing dan juga salah satunya memiliki perbedaan agama atau kepercayaan.( Laporan
Akhir Pengkajian Hukum Beda Agama,BPHN,2011).
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, ( sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagi instrumen kunci, pengambilan sampel sumber
data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada regenerasi.(Sugiyono, 2011:15)
3.1.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kasus dan lapangan atau Case
and Field Research, hal ini didasarkan pada tujuan yang akan dicapai Menurut Whintney
(1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
Penelitian deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam masyarakat serta tatacara yang
berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.(M.Imamul Muttaqin,2010)
3.2 Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Observasi
Observasi ini dilakukan pada pasangan nikah beda agama , lembaga MUI yang
mengawasi permasalahan pernikahan,
3.2.2 Wawancara
13
Wawancara dilakukan pada pasangan beda agama dan pasangan nikah siri juga
lembaga MUI, KUA, dan ormas NU yang terdapat di sekitar Bandung .
3.2.3 Angket
Angket bersifat optional, digunakan angket untuk mengetahui respon
masyarakat mengenai pernikahan khususnya pernikahan beda agama dan nikah siri.
3.2.4 Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk menambah informasi mengenai pernikahan dan
membandingkannya dengan hasil wawancara dan observasi.
3.3 Sumber Data / Lokasi Penelitian
a. MUI Provinsi Jawa Barat
Lokasi : Jl. RE. Martadinata no.105 Bandung
Telepon/Fax : (022)727286413
b. NU
Lokasi : Jl. Galunggung No. 9 Bandung
No. tlp. 081220052845
c. Muhammadiyah
Lokasi : Jl. Sancang No. 6 Bandung
d. Persis
Lokasi : Jl. Perintis Kemerdakaan No 2 , Bandung
Telepon : (022) 4220702
e. Kantor Urusan Agama Sukasari
Lokasi : Jl. Polisi Militer No. 1 KPAD
14
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan teknik statistik deskriptif. Teknik statistik deskriptif
adalah statitik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaiman adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.(Sugiyono, 2011:207).
15
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hukum Nikah Beda Agama
Non muslim ada dua macam, yaitu orang musyrik dan ahli kitab. Orang yang tidak beragama
termasuk kategori orang musyrik.
Allah berfirman dalam Al-Bayyinah 98:1
Orang muslim baik laki-laki maupun perempuan dilarang kawin dengan orang-orang musyrik
, kecuali jika orang-orang musyrik tersebut telah beriman.
Allah berfirman dalam Al-Baqarah 2:221
Mengenai ahli kitab, Allah SWT melarang perkawinan laki-laki ahli kitab dengan wanita
mukmin. Sedangkan laki-laki mukmin boleh kawin dengan wanita ahli kitab, sebgaimana
dijelaskan dalam firman ALLAH SWT dalam Al Maidah ayat 5
16
�ات� �ب الط�ي �م� �ك ل ح�ل�� أ �و�م� �ي �م� ال �ك ل ح�ل� �اب� �ت �ك ال �وا �وت أ �ذ�ين� ال و�ط�ع�ام�
�ه�م� ل ح�ل� �م� م�ن� و�ط�ع�ام�ك �ات� �م�ح�ص�ن و�ال �ات� �م�ؤ�م�ن ال م�ن� �ات� �م�ح�ص�ن و�ال
�خ�ذ�ي م�ت و�ال� اف�ح�ين� م�س� �ر� غ�ي �ين� م�ح�ص�ن ه�ن� ج�ور�� أ �م�وه�ن� �ت �ي آت �ذ�ا إ �م� �ك �ل ق�ب م�ن �اب� �ت �ك ال �وا �وت أ �ذ�ين� ال
ن� د�ا خ� م�ن� دا ة� خ�ر� اآل� ف�ي و�ه�و� �ه� ع�م�ل �ط� ب ح� ف�ق�د� �يم�ان� �اإل� ب �ف�ر� �ك ي و�م�ن
ر�ين� �خ�اس� ال
Mengenai status anak yang lahir dari perkawinan Muslim dan non Mulim dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Jika suami Islam dan istri ahli Kitab, maka suami yang bertanggung jawab atas nafkah
dan pendidikan anaknya. Begitu pula yang menjadi wali pernikahannya dan menerima
warisan dari ayahnya yang setelah meninggal dunia, seandainya anak itu Muslim
2. Jika suami ahli Kitab, hal ini dilarang oleh agama islam dan agama islam tidak
mengaturnya.
4.2 Hukum Nikah Siri
Istilah nikah siri atau nikah yang dirahasiakan memeang dikenal di kalangan para
ulama, paling tidak seja masa imam Malik bin Anas. Hanya saja nikah siri yang dikenal pada
masa dahulu berbeda pengertiannya dengan nikah siri pada masa sekarang. Pada masa
dahulu yang dimaksud dengan nikah siri yaitu pernikahan yang memenuhi unsur-unsur atau
rukun-rukun perkawinan dan sayaratnya menurut syariat, yaitu adanya mempelai laki-laki
dan mempelai perempuan, adanya ijab qabul yang dilakukan oleh wali dengan mempelai
laki-laki dan disaksikan oleh dua orang saksi, hanya saja saksi diminta untuk merahasiakan
atau tidak memberitahukan terjadinya pernikahan tersebut kepada khalayak ramai, kepada
masyarakat. Adapun nikah siri yang dikenal oleh masyarakat indonesia sekarang ini ialah
pernikahan yang dilakukan oleh wali atau wakil wali dan disaksikan oleh para saksi, tetapi
tidak dilakukan dihadapan petugas pencatat nikah sebagai aparat resmi pemerintah atau
perkawinan yang tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama, sehingga dikenal dengan istilah
nikah siri atau perkawinan dibawah tangan.
17
Nikah siri yang dikenal masyarakat seperti disebutkan di atas muncul setelah
dinyatakan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974. Dalam kedua peraturan tersebut disebutkan bahwa tiap-tiap perkawinan selain
harus dilakukan menurut ketentuan agama juga harus dicatatkan. Dalam pasal 2 Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan disebutkan :
1. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama
dan kepercayaannya.
2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.3 Tata cara dan Pencatatan Perkawinan
Pasal 10 PP No.9 Tahun 1975 mengatur tata cara perkawinan. Dalam ayat (2)
disebutkan : “ Tata cara perkawinan dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaanya”. Dalam ayat (3) disebutkan : “ dengan mengindahkan tatacara perkawinan
menurut hukum agamanya dan kepercayaannya itu, perkawinan dilaksanakan di hadapan
Pegawai Pencatat dan dihadiri oleh dua orang saksi “.
Tentang pencatatan pernikahan diatur dalam Pasal 11 :
1. Sesaat setelah dilangsungkannya perkawinan sessuai dengan ketentuan-ketentuan
Pasal 10 Peraturan Pemerintah ini kedua mmpelai menandatangani akta perkawinan
yang telah disiapkan oleh Pegawai Pencatat berdasarkan ketentuan yang berlaku.
2. Akta perkawinan yang telah ditanda tangani oleh mempelai itu, selanjutnya ditanta
tangani pula oleh wali nikah atau yang mewakilinya.
3. Dengan penadatanganan akta perkawinan, maka perkawinan telah tercata secara
remi.
4.4 Pandangan MUI dan Ormas Islam (NU, Muhammadiyah, dan Persis) Mengenai
Hukum Nikah Beda Agama
4.4.1 Pandangan MUI
18
Majelis Ulama Indonesia memandang penikahan beda agama sebagai sesuatu yang dilarang
karena banyak hal yang dapat memancing perselisihan dalam rumah tangga, meskinpun
semua agama mengajarkan tentang kebaikan. Pada dasarnya MUI membeolehkan terjadinya
pernikahan beda agama asalkanpernikahan itu terjadi antara laki - laki muslim dengan
perempuan ahli kitab seperti yang tercantum pada surat AlMaidah 5: 5
4.4.2 Pandangan Muhammadiyah
Menurut pandangan Muhammadiyah laki-laki muslim diperbolehkan menikahi wanita
ahli kitab apabila sesuai syarat islam. Untuk wanita tidak diperbolehkan menikah dengan ahli
kitab (haram). Tetapi pada realitasnya sekarang laki-laki juga sudah ditutup kemungkinannya
untuk menikah dengan beda agama karena lebih banyak madhorod nya dari pada manfaatnya.
Menurut Muhammadiyah yang dimaksud dengan ahli kitab ialah penganut agama yang
menjadikan Kitab Taurat dan Injil sebagai kitab suci mereka. Sedangkan Taurat dan Injil
yang sekarang telah banyak masuk ke dalamnya perkataan-perkataan orang-orang yang hidup
terdahulu, sehingga tidak diketahui lagi mana yang merupakan firman Allah dan mana yang
bukan. Oleh sebab itu lebih baik menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak iman
dan taqwa kepada Allah SWT.
4.5 Pandangan MUI dan Ormas Islam (NU, Muhammadiyah, dan Persis) Mengenai
Hukum Nikah Siri
Menurut pandangan ormas-ormas islam pernikahan siri dianggap sah apabila sesuai
syarat-syarat islam. Walaupun sebaiknya pernikahan siri lebih baik dihindarkan karena lebih
banyak mendatangkan madhorod dari pada manfaatnya sendiri. Dengan demikian lebih baik
mencatatkan pernikahan. Mencatatkan perkawinan mengandung manfaat atau kemaslatan,
kebaikan yang besar dalam kehidupan masyarakat. Sebaliknya apabila perkawinan tidak
teratur secara jelas melalui peraturan perundangan dan tidak dicatatkan akan digunakan oleh
pihak-pihak yang melakukan perkawinan hanya untuk kepentingan pribadi dan merugikan
pihak lain terutama itri dan anak-anak. Melalui pencatatan perkawinan yang dibuktikan
dengan akad nikah, apabila terjadi perselisihan diantara suami istri, atau salah satu pihak
tidak bertanggung jawab, maka yang lain dapat melakukan upaya hukum guna
19
mempertahankan atau memperoleh haknya masing-masing, karena dengan akta nikah suami
istri memiliki bukti otentik atas perkawinan yang terjadi diantara mereka.
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan
Pernikahan merupakan Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia/tentram
(sakinah) dan kekal, berdasarkan ke-Tuhan-an Yang Maha Esa (Allah Swt).
Banyak terdapat problematika pernikahan di Indonesia seperti nikah sirri,
poligami, nikah beda agam dan lain sebagainya. Selama pernikahan tidak
bertentangan dengan hukum islam, hukum nya sah.
B. RekomendasiDari hasil penelitian yang dilakukan kami merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :1. Kaum muslim sebaiknya menghindari terjadinya nikah sirri karena lebih
banyak mudhorot nya2. Lebih baik menikah dengan kaum yan se-agama
20
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku:
Monib, M. dan Nurcholish, A. (2008). Kado cinta bagi pasangan beda agama. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Sugiyono (2011). Metode Penilitian Pendidikan. Bandung : Alfabet
Laporan Akhir Pengkajian Hukum Beda Agama, Badan Pembinaan Hukum Nasional
(2011).Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum dan HAM.
Republik Indonesia, 1974. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan .
Lembaran Negara RI Tahun 1974, No. 3019. Sekretariat Negara. Jakarta.
Kazhim,M.(2007).Buku Pintar Nikah Strategi Menuju Pernikahan Sukses.Solo : Samudera
Az-Zuhaili,Wahbah.(2011).Fiqih Islam Wa Adillatuhu (Abdul Hayyie Al-Katani , Trans).
Jakarta : Gema Insani
Sumber internet:
Muttaqin,M.(2010). Metode Deskriptif. Diambil 25 Februari 2013, 16.00, dari
http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/
Mushlihin,Al-Hafizh.(2012). Pernikahan Siri . Diambil 27 Februari 2013, 14.31, dari
http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-nikah-siri.html
21
LAMPIRAN
PERSONALIA
Ketua
Nama Lengkap : Sigit Purwana Yudha
TTL : Sumedang, 10 Juli 1992
Alamat : Jln Gegerkalong Girang Gang Albarqah No 7 C Bandung
No. HP : 085781886665
Anggota
1. Nama Lengkap : Reina Ayulia Rosadiana
NIM : 1005211
TTL : Bandung, 12 Juli 1992
Alamat : Jl. Sarimanah X Blok 12 No 84 Sarijadi Bandung
No. HP : 0857 222 600 33
2. Nama Lengkap : Siska Windia Nata
NIM : 1000783
TTL : Sinabang, 11 Desember 1992
Alamat : Jl. Gegerkalong tengah No 10 B Bandung
No. HP : 085277267818
3. Nama Lengkap : Darwis Yan Wibisana
NIM : 1003089
TTL : Sumedang, 23 pebruari 1992
Alamat : Jl. Nagrog Karanganyar 1 No 118 Ujungberung Bandung
No. HP : 08522204961
22
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
No. Kegiatan Pebruari Maret April
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Melakukan studi literatur
tentang pernikahan
2. Pembuatan proposal dan surat
ijin observasi
3. Melakukan observasi kegiatan
dan wawancara pada
pasangan beda nikah agama
dan nikah siri serta lembaga
MUI dan KUA
4. Melakukan wawancara pada
NU
5. Pembuatan Laporan
Observasi
6 Asistensi Laporan Observasi
7 Pelaksanaan Seminar
23
INSTRUMEN PENELITIAN
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian dimulai dengan merencanakan tema dan judul pada
tanggal 8 Februari 2013 yaitu Problematika Pernikahan di Indonesia dalam
Pandangan Islam ( Pernikahan Siri dan Pernikahan Beda Agama ) , kemudian
mencari materi dan sumber-sumber kajian, melakukan observasi ke ormas
islam , Dinas Pencatatan Sipil, Kantor Urusan Agama, dan Narasumber
Pernikahan Beda Agama.
b. Pelaksanaan
Kegiatan penelitian dilakukan dengan kegiatan observasi dan wawancara
kepada narasumber pasangan nikah siri ,MUI,Dinas Pencatatan Sipil beserta
ormas islam untuk mencari data yang relevan yang disusun dalam laporan
penelitian.
c. Seminar dan Pelaporan Hasil Penelitian
Seminar dan presentasi hasil dari penelitian mengenai “Problematika
Pernikahan di Indonesia Dalam Pandangan Islam dilaksanakan pada
pertemuan ke 14 pada tanggal 16 Mei 2013
24
DOKUMENTASI PENELITIAN dan SEMINAR
25