PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN
TEKANAN DARAH RESPONDEN BERUSIA 40-75 TAHUN DI
KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, DIY PADA TAHUN 2015
(KAJIAN FAKTOR UMUR DAN JENIS KELAMIN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Tika Desi Indriyani
NIM : 128114092
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN
TEKANAN DARAH RESPONDEN BERUSIA 40-75 TAHUN DI
KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, DIY PADA TAHUN 2015
(KAJIAN FAKTOR UMUR DAN JENIS KELAMIN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Tika Desi Indriyani
NIM : 128114092
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Percaya dengan kemampuan sendiri” Jika aku percaya bahwa aku tak bisa melakukan sesuatu, maka hal itu membuatku tak mampu melakukannya. Namun, ketika
aku yakin bahwa aku bisa, aku mendapatkan kemampuan untuk melakukannya, bahkan meski awalnya aku tidak
memiliki kemampuan itu Mahatma Gandhi
Berusahalah untuk menjadi diri sendiri, jangan selalu menjadi orang lain, karena awal dari kesuksesan adalah dari diri kita
sendiri Bob Sadino
Untuk: Ayah Ir. Kaca Widagdo
Adik Novita Wulandari Para Sahabat Terbaikku
Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih
serta Penyayangdan atas semua rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan
Pengendalian Tekanan Darah Responden Berusia 40-75 tahun di Kecamatan
Kalasan, Sleman, DIY Pada Tahun 2015 (Kajian Faktor Umur dan Jenis Kelamin).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ayah, Ibu dan adik yang tidak bosan-bosannya memberikan dorongan
semangat dan doa setiap saat.
3. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma DIY yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk selalu membimbing, memberikan semangat, dan
motivasi serta saran dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
5. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi.
6. Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi.
7. Bapak Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing II
yang selalu memberikan bimbingan, dorongan serta saran demi
terselesaikannya skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
8. Pemerintah Kabupaten Sleman, BAPPEDA, Camat Kecamatn Kalasan, Kepala
Desa dan Padukuhan setempat yang telah memberikan izin dalam penelitian
sehingga penulis dapat melakukan penelitian dengan lancar.
9. Segenap Masyarakat di Padukuhan setempat yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
10. Teman-teman seperjuangan skripsi payung Nonitha, Venny, Monik, Sina, Ella,
Tiwi dan Edo atas kesabaran, pengertian, kebersamaan dan perjuangannya dari
awal perencanaan hingga akhir pengerjaan skripsi ini.
11. Sahabat tersayang Gita, Prita, Cindya, Kristy, Lisa, Tata, Nuri, Noven, Tiwi
dan Dara yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, perhatian,
pengertian, kesabaran dan dukungan dalam proses pembuatan skripsi ini.
12. Sahabat terhebat Angga Hakim Permana Putra yang selalu mendengarkan
semua keluh kesah dari awal hingga akhir pengerjaan skripsi ini. Teman yang
selalu memberikan semangatnya, motivasi, kesabaran, perhatian yang tidak
lelah dan terbatas dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabat-sahabat FSM C dan FKK B yang telah menemani dalam suka duka
perkuliahan dari semester awal hingga akhir.
14. Sahabat-sahabat selama bersekolah di SMP N 6 DIY Ririn, Vidya, Danik, Adis,
Chika, Risty dan Idham yang selalu membawa keceriaan yang dapat
meningkatkan mood dan semangat dalam mengerjakan skripsi ini.
15. Sahabat- sahabat selama bersekolah di SMA N 6 DIY Tunjung, Nusa, Effine,
Kemal, Nonik, Mareth, Vita, Asri, dan semua sahabat yang tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
disebutkan satu persatu. Para sahabat yang selalu memotivasi, menyemangati,
serta membawa keceriaan dalam proses pembuatan skripsi ini.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam proses
perkuliahan, pengambilan data dan penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
INTISARI
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian nomor 3 di Indonesia.
Tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia mengakibatkan timbulnya masalah
kesehatan pada masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi
prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah serta untuk
mengevaluasi perbedaan faktor usia dan jenis kelmain terhadap prevalensi,
kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun
di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan
pendekatan cross-sectional. Jumlah responden penelitian sebanyak 813 responden
pada 6 padukuhan di Kecamatan Kalasan. Uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan melakukan uji t tidak
berpasangan dan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi
responden dengan tekanan darah ≥140 mmHg sebesar 43,9%, sadar hipertensi
25,5%, melakukan terapi 12,6%, dan yang mengendalikan tekanan darah 1,1%.
Faktor usia mempengaruhi prevalensi hipertensi dengan nilai OR 2,76 (95%
CI) 2,01-3,77 tetapi tidak mempengaruhi kesadaran, terapi dan pengendalian
tekanan darah. Faktor jenis kelamin mempengaruhi prevalensi hipertensi dengan
OR 1,36 (95% CI: 1,03-1,80) dan nilai p=0,03. Responden laki-laki memiliki risiko
lebih besar untuk mengalami tekanan darah ≥140 mmHg.
Kata kunci: Hipertensi, Prevalensi, Kesadaran, Terapi, Pengendalian Tekanan
Darah, Faktor Usia dan Jenis Kelamin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
Hypertension is on the third rank as one of the cause of death in Indonesia.
The high prevalence of hypertension in Indonesia creats health problems in the
society. The aim of this study is to find the proportion of prevalence, awareness,
therapy and blood pressure control and to evaluate the differences of age and gender
factor againts prevalence, awareness, therapy and blood pressure control of
respondents within the age of 40-75 in Kalasan, Sleman, DIY.
The type the research is observational research with cross-sectional
approach. The total research respondents is 813 from 6 hamlets in Kalasan.
Normality test was conducted using Kolmogorov-Smirnov test, then continued with
independent t test and Chi Square test. Result of the research show the prevalence
of respondents with blood pressure ≥140 mmHg is 43,9%, 25,5% is aware of
hypertension, 12,6% do the therapy, and 1,1% control their blood pressure.
The age factor affects at the prevalence of hypertension with an OR 2,76
(95% CI) 2,01-3,77, but does not affect awareness, therapy and control of blood
pressure. The gender factor affects the prevalence of hypertension with an OR 1,36
(95% CI: 1,03-1,80) and p value=0,03. Male respondents have greater risk to
experience blood pressure ≥140 mmHg.
Keywords: Hypertension, Prevalence, Awareness, Therapy, Blood Pressure
Control, Age Factor, Gender Factor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... v
PRAKATA ..................................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ ix
INTISARI ....................................................................................................... x
ABSTRACK .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I. PENGANTAR
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1. Perumusan masalah .......................................................................... 4
2. Keaslian penelitian ........................................................................... 4
3. Manfaat penelitian ........................................................................... 6
B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
1. Tujuan Umum ................................................................................... 7
2. Tujuan Khusus .................................................................................. 7
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA
A. Hipertensi ................................................................................................ 9
B. Kesadaran Hipertensi .............................................................................. 11
C. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi ......................................................... 12
1. Terapi non-farmakologi .................................................................... 12
2. Terapi farmakologi ............................................................................ 13
D. Pengendalian Tekanan Darah.................................................................. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
E. The Rule of Halves .................................................................................. 16
F. Pengukuran Tekanan Darah .................................................................... 17
G. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Hipertensi ............................ 18
1. Faktor Umur ...................................................................................... 19
2. Jenis Kelamin .................................................................................... 20
H. Landasan Teori ........................................................................................ 22
I. Hipotesis ................................................................................................. 24
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 25
B. Variabel Penelitian .................................................................................. 25
1. Variabel bebas ................................................................................... 25
2. Variabel tergantung ........................................................................... 25
3. Variabel pengacau ............................................................................. 26
C. Definisi Operasional ............................................................................... 26
D. Subyek Penelitian .................................................................................... 30
E. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 31
F. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 32
G. Teknik Pengambilan Sampel .................................................................. 32
H. Instrumen Penelitian ............................................................................... 33
I. Tata Cara Penelitian ................................................................................ 34
1. Observasi awal .................................................................................. 34
2. Permohonan ijin dan kerjasama ........................................................ 34
3. Permohonan ijin dan kerjasama dengan Kepala Dukuh ................... 34
4. Pembuatan Case Report Form dan Inform Consent ......................... 35
5. Pengujian validitas dan realibilitas instrument penelitian ................ 35
6. Penetapan dan seleksi pada calon responden penelitian ................... 37
7. Pengukuran tekanan darah ................................................................ 37
8. Penjelasan hasil pengukuran dan wawancara responden .................. 38
9. Pengelompokan dan pengolahan data hasil penelitian ...................... 38
J. Analisis Data Penelitian .......................................................................... 39
K. Pembuktian Hipotesis ............................................................................. 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
L. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ...................................................... 41
1. Kesulitan Penelitian .......................................................................... 41
2. Kelemahan Penelitian ...................................................................... 42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi dan Pengendalian Tekanan
Darah Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY ........................ 52
B. Perbedaan Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Prevalensi,
Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden
Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY .................................... 55
1. Prevalensi Hipertensi ........................................................................ 57
2. Kesadaran Hipertensi ........................................................................ 59
3. Terapi Hipertensi .............................................................................. 60
4. Pengendalian Hipertensi ................................................................... 62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 64
B. Saran ................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 66
LAMPIRAN ................................................................................................... 70
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Keaslian Penelitian ................................................................. 5
Tabel II. Penyebab Hipertensi yang Dapat Diidentifikasi .................... 10
Tabel III. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah Berdasarkan
ESH/ESC ................................................................................ 11
Tabel IV. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi .......... 13
Tabel V. Definisi Operasional Penelitian.............................................. 26
Tabel VI. Profil Responden Penelitian di Kecamatan Kalasan .............. 44
Tabel VII. Karakteristik Normalitas Data Responden di
Kecamatan Kalasan ................................................................ 46
Tabel VIII. Perbedaan Faktor Umur Terhadap Tekanan Darah
Sistolik (TDS), Tekanan Darah Diastolik (TDD),
Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI) di
Kecamatan Kalasan ................................................................ 48
Tabel IX. Perbedaan Faktor Jenis Kelamin Terhadap Umur,
Tekanan Darah Sistolik (TDS). Tekanan Darah Diastolik
(TDD), Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI) di
Kecamatan Kalasan ................................................................ 50
Tabel X. Terapi Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan ............ 53
Tabel XI. Perbedaan Faktor Jenis Kelamin dan Usia Terhadap
Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan ..................... 56
Tabel XII. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap
Prevalensi Hipertensi Responden 40-75 tahun di
Kecamatan Kalasan ................................................................ 56
Tabel XIII. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap
Kesadaran Hipertensi Responden 40-75 tahun di
Kecamatan Kalasan ................................................................ 59
Tabel XIV. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap
Terapi Hipertensi Responden 40-75 tahun di
Kecamatan Kalasan ................................................................ 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel XV. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap
Pengendalian Tekanan Darah Responden 40-75 tahun di
Kecamatan Kalasan ................................................................ 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Perhitungan Besar Sampel Menggunakan
Rumus Prevalensi Tidak Diketahui ........................................ 31
Gambar 2. Bagan Lokasi Penelitian di Kecamatan Kalasan .................... 31
Gambar 3. Alur Tata Cara Penelitian ....................................................... 34
Gambar 4. Pembuktian Hipotesis ............................................................. 41
Gambar 5. Bagan Proporsi Responden Hipertensi Berdasarkan
“Rule of Halves” ..................................................................... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ............................................................... 70
Lampiran 2. Ethical Clearance .................................................................. 71
Lampiran 3. Inform Consent ....................................................................... 72
Lampiran 4. Uji Realibilitas Instrumen Penelitian ...................................... 77
Lampiran 5. Validasi Timbangan Berat Badan ........................................... 81
Lampiran 6. SOP Pengukuran Tekanan Darah ........................................... 89
Lampiran 7. Pedoman Wawancara dan CRF (Case Report Form) ............. 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian nomor 3 setelah
stroke dan tuberkulosis dengan 6,7% dari populasi kematian pada semua usia di
Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 yang
menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%. Tingginya
prevalensi hipertensi di Indonesia mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan
pada masyarakat. Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko yang paling
berpengaruh terhadap kejadian jantung dan pembuluh darah (Depkes RI, 2010).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terjadi penurunan
prevalensi hipertensi dari 31,7 persen pada tahun 2007 menjadi 25,8 persen pada
tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai dari alat
pengukur tekanan darah yang berbeda hingga pada kemungkinan masyarakat sudah
mulai datang berobat ke berbagai fasilitas kesehatan. Namun responden yang
mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang mengkonsumsi obat antihipertensi
sebesar 0,7 persen maka prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen
(Depkes RI, 2010).
Berdasarkan Laporan Survailans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas di
DIY pada tahun 2012 ditemukan penyakit hipertensi sebanyak 29.546 kasus yang
masuk dalam urutan ketiga dari distribusi 10 besar penyakit berbasis STP
Puskesmas. Hal ini terjadi seiring dengan adanya peningkatan status ekonomi,
perubahan gaya hidup serta terpengaruh efek modernisasi maka membuat masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
penyakit tidak menular pun cenderung meningkat. Menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas, 2007) menunjukkan bahwa provinsi DIY masuk ke dalam
kelompok lima besar provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak. Sedangkan pada
hasil Riskesdas tahun 2010 kasus hipertensi di provinsi DIY mencapai 35,8% yang
berada diatas rata-rata seluruh Indonesia yang mencapai 31,7% (Dinas Kesehatan
Daerah Istimewa DIY, 2013). Prevalensi hipertensi di Kabupaten Sleman pada
tahun 2011 sebesar 39,65% pada orang berusia lanjut/tua, data diperoleh dari data
kesehatan puskesmas (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2012).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Sleman tahun 2015, Kecamatan
Kalasan merupakan salah satu Kecamatan yang memiliki jumlah kasus hipertensi
lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit-penyakit lain terutama yang terjadi pada
lansia dengan usia 40-80 tahun (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2015).
Tingginya prevalensi tersebut diakibatkan oleh kebiasaan masyarakat yang lebih
mengutamakan pekerjaan dibandingkan dengan pemeliharaan kesehatan mereka
dan keluarganya. Jauhnya jarak puskesmas juga merupakan salah satu kurangnya
upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Hal ini yang
dapat memicu kurangnya kesadaran masyarakat Kecamatan Kalasan terhadap
hipertensi dan penanggulangannya. Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian di
Kecamatan Kalasan yang diharapkan dapat memprediksi lebih awal dalam
mengetahui prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah di
masyarakat.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi
hipertensi dengan usia ≥18 tahun berdasarkan yang terdiagnosis tenaga kesehatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dan pengukuran terlihat meningkat dengan bertambahnya umur, prevalensi
hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi (perempuan sebesar 28,8% dan
laki-laki sebesar 22,8%) daripada laki-laki di perkotaan. Terdapat dua kelompok
faktor risiko yang dapat memicu munculnya hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat
dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Beberapa contoh dari faktor yang tidak
dapat dikontrol antara lain keturunan atau riwayat hipertensi di dalam keluarga,
apabila riwayat hipertensi tersebut diperoleh dari kedua orang tua kandung, maka
kemungkinan besar mengalami hipertensi. Dilihat dari faktor jenis kelamin, laki-
laki cenderung lebih mudah terserang hipertensi hal tersebut kemungkinan terjadi
karena laki-laki memiliki lebih banyak faktor pendorong terjadinya hipertensi,
contohnya stress, kelelahan dan pola makan yang tidak terkontrol. Namun ketika
perempuan mengalami menopause (sekitar 45 tahun) risiko peningkatan terjadinya
hipertensi bertambah. Pada umumnya, laki-laki pada usia di atas 31 tahun lebih
rentan terserang hipertensi, sedangkan pada perempuan terjadi setelah usia 45 tahun
(menopause) (Sustrani, Alam, dan Hadibroto, 2006).
Beberapa faktor yang dapat dikontrol antara lain kegemukan/obesitas yang
telah terbukti bahwa memiliki hubungan erat dengan terjadinya hipertensi di waktu
yang akan datang karena daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang
tinggi dibanding dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal.
Membatasi konsumsi garam secara berlebih karena garam memiliki sifat menahan
air dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah, diet garam dan tidak
mengkonsumsi makanan yang telah diasinkan. Melakukan olahraga secara rutin
dan aktif dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
darah. Olahraga dapat menurunkan berat badan melalui proses pembakaran lemak
serta dapat menurunkan kadar garam dalam tubuh, karena garam akan keluar dari
dalam tubuh bersama keringat. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan tekanan
darah karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dan pengapuran
pada dinding pembuluh darah. Konsumsi alkohol secara berlebihan berkaitan
dengan hipertensi. Pada orang yang menderita hipertensi dianjurkan untuk
menghentikan konsumsi alkohol. Stres memiliki hubungan dengan hipertensi,
apabila seseorang stres maka tekanan darahnya akan naik dalam jangka waktu
pendek dengan cara mengaktifkan bagian otak dan sistem saraf yang biasanya
mengendalikan tekanan darah secara otomatis (Sustrani, Alam, dan Hadibroto,
2006).
1. Rumusan masalah
a. Berapa proporsi prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran terhadap
hipertensi, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah responden
hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY?
b. Apakah perbedaan usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi perbedaan
prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah
responden hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY?
2. Keaslian penelitian
Sepanjang penelusuran peneliti, judul penelitian ini belum pernah
diteliti. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan prevalensi, kesadaran,
terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan darah dengan kajian faktor umur
dan jenis kelamin yang telah dipublikasikan antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Tabel I. Keaslian penelitian
Hasil Persamaan Perbedaan
Rahajeng
dan
Tuminah,
2009
Prevalensi hipertensi
secara nasional sebesar
28,3%. Proporsi pada
usia ≥45-54 tahun lebih
tinggi dari kontrol. Pada
usia ≥75 tahun memiliki
peningkatan risiko
dengan seiring
bertambahnya usia.
Proporsi laki-laki
bermakna memiliki
risiko hipertensi 1,25
kali daripada
perempuan.
Penelitian ini
menggunakan metode
analisis cross –
sectional, tekanan
darah >140/90 mmHg.
Menggunakan variabel
bebas seperti umur,
jenis kelamin,
merokok,
mengkonsumsi
alkohol, aktivitas fisik,
diet (garam), BMI,
pendidikan, pekerjaan.
Pada penelitian ini
menggunakan data
responden berumur
>18 tahun ang
berjumlah 567.530
orang. Menggunakan
metode analisis kasus
kontrol untuk
mengetahui faktor
yang berisiko
terhadap hipertensi.
meneliti variabel
tentang status
ekonomi serta tipe
daerah (kota/desa).
Rahayu,
2012
Jumlah responden yang
menderita hipertensi
(33,7%) lebih sedikit
daripada jumlah
responden yang tidak
hipertensi (66,3%),
umur rata-rata penderita
hipertensi 49,21 tahun.
Berdasarkan jenis
kelamin di dapat
presentase hipertensi
pada perempuan lebih
besar daripada laki-laki
Menggunakan desain
penelitian cross-
sectional. Penelitian
ini menganalisis
hubungan antara umur,
jenis kelamin, genetik,
mengkonsumsi
makanan asin, BMI,
merokok, olahraga..
Penelitian ini sampel
diambil secara acak
menggunakan simple
random sampling.
Menggunakan tekanan
darah >140/90 mmHg
sebagai kategori
hipertensi.
Pada penelitian ini
menggunakan desain
penelitian deskriptif
korelatif. Dalam
mengumpulkan data
penelitian ini
menggunakan
kuisioner.
Bersmin,
et al.,
2009
Prevalensi pada
perempuan dan laki-laki
sebesar 10%,
ketidaksadaran
responden sebesar 65%
dan yang menggunakan
terapi sebesar 71%.
Menggunakan desain
analisis cross-
sectional. Prevalensi
hipertensi dilaporkan
berdasarkan hasil
pengukuran tekanan
darah. Variabel
sosiodemografi yang
digunakan antara lain
umur, jenis kelamin,
pendidikan.
Menggunakan
rentang umur 25-84
tahun. Dalam
mengumpulkan data
digunakan kuisioner.
Variabel
sosiodemografi yang
digunakan bahasa
pokok sewaktu
dirumah dan status
asuransi kesehatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Lanjutan..
Hasil Persamaan Perbedaan
Gu,
Reynolds,
Wu,Chen
,Duan,M
untner,et
al., 2002
Prevalensi hipertensi
pada laki-laki usia 45-54
sebesar 28,2%; usia 64-
74 sebesar 47,3%,
prevalensi pada
perempuan usia 45-54
sebesar 26,8%; usia 64-
74 sebesar 50,2%.
Kesadaran responden
hipertensi sebesar
44,7%, menerima terapi
sebesar 28,2% dan yang
mengontrol
hipertensinya sebesar
8,1%.
Menggunakan desain
analisis cross-
sectional, Teknik
sampling multistage
cluster, tekanan darah
≥140/90 mmHg
sebagai kategori
hipertensi. Variabel
yang digunakan usia
dan jenis kelamin.
Tempat penelitian
berbeda dan rentang
usia yang digunakan
berbeda yaitu 35-74
tahun.
Greta,
2014
Prevalensi hipertensi
sebesar 55,8% dengan
proporsi laki-laki
sebesar 44,6% dan
perempuan 55,4%.
Responden yang sadar
menderita hipertensi
29,1%, yang melakukan
terapi secara rutin 2,6%
dan yang jarang
melakukan terapi
14,7%.
Jenis penelitian
observasional dengan
rancangan cross
sectional dengan
kesamaan variabel
antara lain umur, jenis
kelamin, aktivitas
fisik, merokok, pola
makan, BMI,
konsumsi alkohol dan
riwayat penyakit.
Dalam penelitian ini
juga dilaporkan hasil
prevalensi, kesadaran
dan terapi responden
hipertensi dan
menggunakan teori
Rule of Halves.
Pada penelitian ini
menggunakan
responden dengan
umur ≥ 40 tahun dan
teknik pengambilan
sampel dilakukan
secara non-random
dengan jumlah
responden penelitian
265 orang.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat melihat pengaruh antara faktor umur dan
jenis kelamin terhadap prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran terhadap
hipertensi, terapi hipertensi dan pengendalian responden hipertensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
b. Manfaat praktis.
Berdasarkan data yang diperoleh diharapkan dapat memberikan
Informasi mengenai tekanan darah responden sehinga responden dapat
melakukan tindak lanjut yang seharusnya dilakukan setelah mengetahui
tekanan darahnya. Penelitan juga diharapkan dapat memberikan
Informasi terkait faktor risiko kesehatan kepada penderita hipertensi
sehingga dapat membantu masyarakat, peneliti selanjutnya atau
institusi dibidang kesehatan seperti puskesmas dalam menurunkan
tingkat prevalensi hipertensi, meningkatkan kesadaran hipertensi,
meningkatkan terapi hipertensi dan dapat mengendalikan tekanan darah
responden di Kabupaten Sleman, DIY.
B. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, kesadaran, terapi, dan
pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan
Kalasan, Sleman, DIY pada tahun 2015.
b. Tujuan khusus.
1. Menghitung berapa proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran responden
terhadap hipertensi, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah
yang ada pada populasi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Melakukan evaluasi perbedaan usia dan jenis kelamin terhadap
prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah
responden hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Hipertensi
Sekitar sepertiga dari orang dewasa di sebagian besar masyarakat negara maju
dan berkembang di dunia mengalami hipertensi. Oleh sebab itu hipertensi adalah
kondisi kronis yang paling sering ditangani oleh dokter, keperawatan dan praktisi
kesehatan lain. Ada hubungan yang erat antara tingkat tekanan darah dan risiko
kejadian kardiovaskular, stroke dan penyakit ginjal (Weber, et al., 2014).
Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistolik seseorang
berada pada nilai ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik menunjukkan nilai ≥ 90
mmHg dan/atau sedang mengkonsumsi obat untuk menurunkan tekanan darah
tingginya (Ostchega, et al., 2008). Tekanan darah tinggi merupakan salah satu
penyakit degeneratif yang umumnya tekanan darah tersebut akan naik atau
bertambah secara perlahan dengan seiring bertambahnya umur (Chobaniam, et al.,
2003). Awalnya kebanyakan dari penderita tekanan darah tinggi mengalami tahap
tekanan darah prehipertensi sebelum mereka didiagnosis hipertensi, serta banyak
diagnosis hipertensi terjadi pada umur antara dekade ketiga dan kelima. Hingga
umur 55 tahun, lebih banyak laki-laki yang menderita hipertensi dibanding dengan
perempuan. Umur 55 – 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding dengan
laki-laki yang menderita hipertensi sedangkan pada populasi lansia dengan umur
≥60 tahun, prevalensi hipertensinya sebesar 65,4% ( Prodjosudjadi, 2000).
Hipertensi adalah kondisi medis yang heterogen. Pada banyak pasien tidak
diketahui faktor penyebab terjadinya hipertensi mereka (essensial atau hipertensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
primer). Sementara itu hipertensi tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol.
Sebagian kecil dari pasien memiliki faktor penyebab hipertensi mereka yang
spesifik (hipertensi sekunder) dan apabila penyebab hipertensi sekunder ini dapat
diidentifikasi maka hipertensi pada pasien tersebut dapat berpotensi untuk
disembuhkan (Dipiro, et al., 2005). Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi
merupakan hipertensi primer (Chobaniam, et al., 2003). Kurang dari 10% dari
penderita hipertensi merupakan hipertensi sekunder dimana dapat dikarenakan
penyakit dan pengonsumsian obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan
darah. Dalam tabel dibawah ini merupakan penyakit dan obat-obatan yang memiliki
efek meningkatkan tekanan darah:
Tabel II. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi
Penyakit Obat
Penyakit ginjal kronis Kortikosteroid, ACTH
Hiperaldosteronisme primer Estrogen ( pil KB dengan kadar
estrogen yang tinggi)
Penyakit renovaskular NSAID, cox-2 inhibitor
Sindroma Cushing Fenilpropanolamine dan analog
Pheochromocytoma Cyclosporin dan tacrolimus
Koarktasi aorta Eritropoetin
Penyakit tiroid atau paratiroid Sibutramin
Antidepresan ( terutama venlafaxine)
NSAID: non-steroid-anti-inflamatory-drug, ACTH: adrenokortikotropik hormon
(Depkes RI, 2006)
Menurut European Society of Hypertension (ESH) and European Society of
Cardiology (ESC) Guidelines 2013 mengklasifikasikan tingkat tekanan darah,
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tabel III. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah (mmHg) Berdasarkan
ESH/ESC
Kategori Sistolik Diastolik
Optimal <120 dan <90
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal kategori tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi kelas 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi kelas 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi kelas 3 ≥180 dan/atau ≥110
Hipertensi isolasi sistolik ≥140 dan <90
(Mancia, et al., 2013)
B. Kesadaran Hipertensi
Kesadaran tentang hipertensi dapat diartikan sebagai orang yang telah
diberitahu oleh dokter atau paramedis bahwa ia memiliki hipertensi dan
menanyakan lebih lanjut tentang pengobatan yang harus mereka dapatkan (Kiau, et
al., 2013). Apabila dibandingkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007 dan 2013, maka dapat dilihat adanya penurunan prevalensi dari 31,7%
menjadi 25,8% secara nasional dan hal ini cukup menggembirakan. Namun hal
yang masih perlu mendapatkan perhatian adalah adanya ketidaksadaran masyarakat
jika dirinya ternyata menderita hipertensi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran
karena masih sangat banyak masyarakat yang kurang menyadari jika dirinya
mengidap hipertensi yang setiap saat bisa mengancam jiwa mereka karena stroke
atau penyakit jantung.
Tingkat kesadaran pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini
salah satunya dapat dikarenakan oleh seringnya perempuan mengunjungi pusat
kesehatan atau pratik dokter, antara lain dalam konsultasi kehamilan, pengendalian
kelahiran dan konsultasi tentang anak-anak mereka contohnya imunisasi atau
kegiatan posyandu, sehingga secara tidak langsung, para perempuan atau ibu ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
juga ikut memeriksakan kesehatan mereka termasuk pemeriksaan tekanan darah
(Pereira, et al., 2009).
C. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi
Tujuan umum dari pengobatan hipertensi adalah untuk mengurangi
morbiditas yang terkait hipertensi dan mortalitas. Morbiditas dan mortilitas ini
terkait dengan target kerusakan organ akibat hipertensi, misalnya, kejadian
kardiovaskular, serebrovaskular, gagal jantung dan penyakit ginjal (Dipiro, et al,
2005). Mengurangi risiko yang masih dapat dikendalikan sebagai penyebab
hipertensi sebagai contoh merokok, mengurangi konsumsi garam dengan program
diet, BMI, olahraga, dan faktor stress.
Terapi yang dapat diterapkan pada pasien hipertensi dapat dibedakan
sebagai terapi non-farmakologi dan terapi farmakologi:
1. Terapi non-farmakologi
Perubahan gaya hidup merupakan dasar bagi pencegahan tingkat
kejadian hipertensi. Efek dari perubahan gaya hidup dengan menargetkan
penurunan tekanan darah dapat setara dengan mengkonsumsi terapi tunggal
obat hipertensi, meskipun kelemahannya adalah tingkat kepatuhan yang
sewaktu – waktu dapat berubah. Perubahan gaya hidup dapat menunda dan
mencegah terjadinya hipertensi pada subyek yang belum terdiagnosis
hipertensi secara aman dan efektif.
Beberapa modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan tekanan darah menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas
dan Klinik tahun 2006:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Tabel IV. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Kira-kira
penurunan tekanan
darah (range)
Penurunan berat
badan (BB)
Pelihara berat badan
normal (BMI : 18.5-
24.9)
5-20 mmHg/10 kg
penurunan berat
badan
Adopsi pola makan
DASH
Diet kaya dengan
buah, sayur, dan
produk susu rendah
lemak
8-14 mmHg
Diet rendah sodium Mengurangi sodium,
tidak lebih dari
100meq/L (2,4 g
sodium atau 6 g
sodium klorida)
2-8 mmHg
Aktifitas fisik Aktifitas fisik reguler
seperti jalan kaki 30
menit/hari, beberapa
hari/minggu
4-9 mmHg
Mengurangi
konsumsi alkohol
Batas minum alkohol
tidak lebih dari 2/hari
( 30 mL etanol, misal
720 mL beer, 300 mL
wine) untuk laki-laki
dan 1/hari untuk
perempuan
2-4 mmHg
Keterangan: BMI, Body Mass Index ; BB, Berat Badan ; DASH, Dietary
Approach to Stop Hypertension.
2. Terapi farmakologi
Pemilihan obat untuk hipertensi dipengaruhi oleh usia, etnis/ras, dan
karakteristik klinis lain dari pasien. Pilihan obat juga dapat dipengaruhi oleh
kondisi lain terkait hipertensi, misalnya, diabetes dan penyakit koroner. Obat
yang dikonsumsi sekali sehari (long-acting) lebih diminati oleh pasien karena
lebih sederhana dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsinya dibanding ketika mereka mendapat terapi rejimen yang
terdiri lebih dari 1 jenis obat. Obat tunggal dapat dikonsumsi pada pagi hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
atau malam hari sebelum tidur (Weber, et al., 2014). Pilihan obat hipertensi
dapat dibagi dalam beberapa golongan, antara lain:
a. Angiotensi Receptor Blocker (ARB)
ARB secara langsung memblok reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1) karena
angiotensin II tidak berikatan dengan AT1 maka akan berikatan dengan AT2.
Stimulasi reseptor AT2 akan menyebabkan vasodilatasi, perbaikan jaringan,
dan penghambatan pertumbuhan sel akan tetap terjadi ketika ARB
digunakan (Dipiro, et al., 2009). Contoh obatnya antara lain candesartan,
losartan, valsartan, irbesartan, olmesartan, dan telmisartan (DIH, 2007).
b. Angiotensin Converting Enzim inhibitor (ACEi)
ACE inhibitor memblokir ACE, sehingga menghambat konversi
angiotensin I menjadi angiotensin II. Dengan menghalangi ACE,
vasodilatasi dan penurunan aldosteron terjadi. Sebagai akibat vasodilatasi
tekanan darah sistemik turun, beban afterload jantung berkurang, aliran
darah ke organ-organ penting seperti jantung dan ginjal meningkat (Dipiro,
et al., 2009). Contoh obatnya antara lain, benazepril, captopril dan enalapril
(DIH, 2007).
c. Calcium Chanel Blockers (CCB)
CCB bekerja dengan menghambat masuknya kalsium melewati membran
sel atau respon vaskuler terhadap angiotensin. Contoh obat golongan CCB
anatara lain amlodipine dan nifedipine (DIH, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
d. Diuretik
Obat-obatan golongan diuretik bekerja dengan mengeluakan cairan tubuh
(melalui air kencing), sehingga menyebabkan cairan dari dalam tubuh
berkurang, dengan demikian daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan
berefek pada penurunan tekanan darah. Obat golongan diuretik digunakan
sebagai pilihan pertama pada hipertensi tanpa adanya penyakit penyerta
lain, contohnya adalah hidroclorotiazid (Depkes RI, 2006).
D. Pengendalian Tekanan Darah
Hipertensi merupakan peyebab utama dari kejadian penyakit jantung dan
stroke, hal ini merupakan sebuah tantangan besar yang harus dihadapi oleh
lembaga-lembaga kesehatan pemerintah dan para praktisi medis untuk dapat
mengendalikan hipertensi, baik pada satu individu pasien maupun pada tingkat
populasi di masyarakat (Singh, et al., 2000). Hingga saat ini masih terdapat banyak
pasien hipertensi dengan tekanan darah yang tidak terkontrol dan bahkan jumlahnya
terus meningkat. Apabila pengendalian hipertensi berhasil maka akan menurunkan
pula kejadian stroke, peyakit jantung dan penyakit gagal ginjal. Hipertensi yang
dapat dikendalikan maka akan mengurangi beban ekonomi dan sosial bagi keluarga,
masyarakat, pemerintah terhadap yang diakibatkannya (Sofia, 2014).
Kasus hipertensi yang sudah terdiagnosis atau yang telah minum obat
hipertensi masih rendah yaitu 24,2%, hal ini menunjukkan 75,8% kasus hipertensi
di masyarakat belum terjangkau pelayanan kesehatan. Analisis lebih lanjut pun
menunjukkan hanya sekitar 18% mempunyai tekanan darah yang terkontrol dari
yang telah terdiagnosis (Turana, 2007). Terdapat pergeseran pola makan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Indonesia yang mengarah pada makanan cepat saji dan makanan yang diawetkan
serta mengandung tinggi garam, lemak jenuh, dan rendah serat yang mulai
menjamur terutama di kota-kota besar di Indonesia. Maka Indonesian Society of
Hypertension melalui berbagai kesempatan selalu mempromosikan dan
mengedukasi masyarakat untuk melakukan gaya hidup sehat, diet sehat dengan
mengkonsumsi makanan tinggi buah, sayur, rendah lemak jenuh dan kolesterol,
rendah garam serta produk susu rendah lemak, aktivitas fisik secara teratur,
mempertahankan berat badan ideal, lingkar pinggang ideal dan berada di
lingkungan yang bebas asap rokok.
Meskipun pengendalian tekanan darah dipengaruhi oleh pengobatan, bukan
hal yang tidak mungkin untuk memisahkan sampai sejauh mana perbedaan dalam
pengendalian tekanan darah apakah dari perbedaan dalam pengobatan
menggunakan obat anti hipertensi atau dari faktor lain. Pada faktor jenis kelamin,
perempuan merupakan indikator yang kuat dari keberhasilan pengendalian
hipertensi (Pereira, et al., 2009).
E. The Rule of Halves
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu faktor risiko
kardiovaskular yang paling sering terjadi dan dapat diobati. Menurut beberapa
penelitian “Rule of Halves” berlaku di negara berkembang (Panesar, et al., 2013).
Secara sederhana kesadaran, terapi dan pengendalian hipertensi dapat ditunjukan
melalui “Rule of Halves” yaitu setengah dari responden menderita hipertensi,
setengah dari penderita hipertensi sadar, setengah dari penderita hipertensi yang
sadar menerima terapi dan setengah dari penderita hipertensi yang mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
terapi mengontrol tekanan darah mereka (Danon-Hersch, et al., 2009). “Rule of
Halves” untuk keadaan hipertensi adalah setengah orang-orang dengan tekanan
darah tinggi tidak diketahui (“rule 1”), setengah dari mereka diketahui tidak terobati
(“rule 2”) dan setengah dari mereka yang terobati tidak mengontrolnya (“rule 3”)
(Janus, et al., 2008).
F. Pengukuran Tekanan Darah
Menurut Agency for Healthcare Research and Quality, tekanan darah tinggi
atau hipertensi merupakan kondisi medis yang serius. Hal ini terjadi ketika
kekuatan memompa darah melalui arteri terlalu kuat. Adanya kesadaran tentang
pentingnya tekanan darah bagi kesehatan, maka pasti akan paham betapa
pentingnya memeriksa atau mengecek tekanan darah. Pengukuran tekanan darah
dapat dilakikan sendiri maupun meminta petugas kesehatan (dokter, perawat,
bidan) untuk mengukurnya. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan alat yang
disebut sphygmomanometer. Dalam pengukuran tekanan darah dapat menggunakan
sphygmomanometer manual maupun digital. Penggunaan spghmomanometer
hingga saat ini dianggap cara yang paling baik karena ketepatannya dalam
mengukur tekanan darah. Apabila ingin mengukur tekanan darah secara mandiri di
rumah, saat ini sudah beredar alat pengukur tekanan darah digital (tanpa air raksa
namun menggunakan baterai) yang mudah dan praktis cara penggunaannya
(Perhimpunan Hipertensi Indonesia, 2012).
Pengukuran tekanan darah menggunakan alat ukur tekanan darah yaitu
spghmomanometer akan menghasilkan dua angka hasil pencatatan, yaitu tekanan
darah sistole dan diastole. Angka yang ditunjukkan pertama yang lebih besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
nilainya, menunjukkan tekanan darah sistole, dan angka kedua yang lebih kecil
nilainya, menunjukkan tekanan darah diastole. Sistole adalah tekanan darah pada
saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung kontraksi).
Diastole adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah
dari seluruh tubuh kembali atau pembuluh nadi mengempis kosong (Yeni, Djananh,
dan Solikhah, 2010).
G. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu jenis dari Penyakit Tidak Menular (PTM)
yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius, hipertensi disebut sebagai the
silent killer. Apabila hipertensi tidak terkontrol, maka akan menyerang target organ
lain, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta
kebutaan (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Beberapa faktor risiko yang saling terkait
dengan hipertensi yang harus diperhatikan antara lain usia, obesitas, aktivitas fisik,
mengkonsumsi makanan tinggi garam, konsumsi alkohol dan merokok
(Thawornchaisit, et al., 2013). Menurut Pedoman Teknis Penemuan dan
Tatalaksana Penyakit Hipertensi, terdapat 2 kelompok faktor risiko penyakit
hipertensi, yaitu:
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah, antara lain umur, jenis kelamin dan faktor
genetik.
b. Faktor risiko yang dapat diubah, antara lain merokok, diet rendah serat, kurang
aktivitas gerak, kelebihan berat badan, konsumsi alkohol, stres dan konsumsi
garam berlebih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1. Faktor umur
Tingkat prevalensi, kesadaran, terapi dan kontrol tekanan darah dapat
dipengaruhi oleh faktor umur. Adanya peningkatan prevalensi seiring dengan
bertambahnya umur, dari 7,3% yang berumur 18-39, menjadi 32,4% yang
berumur 40-59 dan 65,0% di antara yang berumur ≥60 tahun. Di antara orang
dewasa dengan hipertensi, terjadi peningkatan kesadaran seiring bertambahnya
umur. Kesadaran hipertensi diantara yang berumur 18-39 tahun sebesar 61,8%,
kesadaran hipertensi yang berumur 40-59 tahun sebesar 83,0% dan pada umur
≥60 tahun sebesar 86,1%. Penggunaan terapi obat untuk menurunkan tekanan
darah juga meningkat seiring dengan bertambahnya umur, 44,5% yang
berumur 18-39 tahun, 73,7% yang berumur 40-59 tahun dan 82,2% yang
berumur ≥60 tahun. Di antara orang dewasa dengan hipertensi, pada umur 18-
39 tahun (34,4%) cenderung kurang memiliki tekanan darah yang terkontrol
dibandingkan yang berumur 40-59 tahun (57,8%) atau pada umur ≥60 tahun
sebesar 50,5% (Nwankwo, et al., 2013).
Umur dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi. dengan seiring
bertambahnya umur, maka risiko terkena hipertensi juga menjadi lebih besar
sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu
sekitar 40% dengan mortalitas sekitar di atas 65 tahun. Pada usia lanjut,
hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik.
Tingginya hipertensi berjalan seiring dengan bertambahnya umur, hal ini
disebabkan oleh perubahan struktur dari pembuluh darah besar, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku,
akibatnya terjadi peningkatan pembuluh darah sistolik (Depkes RI, 2006).
2. Faktor jenis kelamin
Keberhasilan dari upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan
terjadinya peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH). Terjadinya peningkatan
UHH maka akan menambah jumlah lansia yang akan berdampak pada
pergeseran pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit
degeneratif. Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan
prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi akan cenderung
mengalami peningkatan (Zuraidah, et al., 2012).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi
antara lain faktor yang telah melekat atau tidak dapat diubah yaitu jenis
kelamin, umur dan genetik. Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya
hipetensi, di mana laki-laki lebih banyak yang menderita hipertensi
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dapat terjadi karena diduga laki-laki
memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah
dibandingkan dengan perempuan. Namun, setelah memasuki masa menopause,
prevalensi hipertensi pada perempuan akan meningkat. Bahkan setelah umur
65 tahun, kejadian hipertensi pada perempuan akan lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Depkes RI, 2006).
Sesuai dengan teori medis dan berdasarkan hasil penelitian nasional
(Riskesdas tahun 2007) menunjukkan prevalensi hipertensi pada perempuan
lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki pada usia muda. Namun prevalensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
hipertensi pada perempuan mulai lebih tinggi dari laki-laki saat mendekati
umur 35 tahun. Menurut teori medis, hormon estrogen dapat melindungi
perempuan terhadap hipertensi. Kadar estrogen akan menurun saat menopause
(Isfandari, 2015). Penggunaan kontrasepsi hormonal diketahui dapat
berpengaruh terhadap peningkatan berat badan dan kanker, serta dapat
mempengaruhi keadaan fisiologis dan psikologis pada perempuan (Isfandari,
2015). Menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (2006),
penggunaan obat kontrasepsi oral dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko
hipertensi akan meningkat dengan lamanya penggunaan. Perempuan yang
menggunakan obat konrasepsi oral harus memeriksakan tekanan darahnya
secara teratur.
Adanya hubungan distress emosional, jenis kelamin dan status ekonomi
yang sangat jelas. Perempuan memiliki insiden kesehatan mental yang buruk
dua kali lebih tinggi, dan masalah mental meningkat seiring dengan penurunan
pendapatan. Bahkan dalam jaminan keamanan pada pekerjaan yaitu adanya
pekerjaan sementara tanpa jaminan asuransi dan gaji teratur, laki-laki memiliki
posisi yang lebih baik di lapangan atau industri, sedangkan perempuan bekerja
di sektor unskilled. Pendapatan perempuan 40% lebih rendah daripada laki-
laki. Selain bekerja, perempuan juga memiliki tanggung jawab keluarga. Hasil
Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi distress emosional pada perempuan
dengan umur 15 tahun keatas lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, hal
ini menjadi kontributor terjadinya kejadian hipertensi pada perempuan lebih
dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya hipertensi khususnya
pada laki-laki, faktor-faktor tersebut antara lain umur, riwayat keluarga dengan
hipertensi, obesitas, asupan garam yang terlalu tinggi, merokok dan kebiasaan
mengkonsumsi kopi. Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan
bertambahnya umur dan laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih tinggi untuk
menderita hipertensi lebih awal yaitu pada umur ≥40 tahun. Pada kelompok
penduduk umur 25-65 tahun dengan jenis kelamin laki-laki memiliki kebiasaan
merokok yang cukup tinggi yaitu 54,5%. Setiap harinya dapat menghisap lebih
dari satu pak rokok per orangnya, karena kebiasaan merokok ini menjadikan
dua kali lebih rentan terhadap hipertensi daripada mereka yang tidak merokok.
Kebiasaan mengkonsumsi kopi juga merupakan salah satu faktor pencetus
terjadinya hipertensi pada laki-laki. Kebiasaan merokok dan konsumsi kopi
merupakan gaya hidup yang dilakukan oleh laki-laki. Kopi adalah suatu bahan
minuman yang biasa dikonsumsi yang mengandung kafein. Kopi juga dapat
berakibat buruk pada jantung. Kandungan pada kopi yaitu kafein dapat
menstimulasi jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga jantung dipacu untuk
mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya. Setiap satu cangkir kopi
mengandung 75-200 mg kafein, sehingga apabila minum kopi lebih dari empat
cangkir sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg dan
tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg (Wahyuni, 2013).
H. Landasan Teori
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam arteri (Anies, 2006). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%. Banyak orang yang meninggal
dikarenakan hipertensi karena mereka tidak menyadari menderita hipertensi
sehingga terlambat untuk mencegah atau mengobati hipertensi (Depkes RI, 2009).
Terapi terhadap pasien hipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang
diinginkan dapat dilakukan, namun mengurangi tekanan darah tersebut tidak
menjamin bahwa kerusakan organ tidak terjadi (Dipiro, et al., 2005). Apabila
pengendalian hipertensi berhasil maka akan menurunkan pula kejadian stroke,
peyakit jantung dan penyakit gagal ginjal (Indonesian Society of Hypertension,
2014).
Prevalensi hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Hampir setengah dari orang tua yang berusia 60-64 tahun mengalami hipertensi.
hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia maka kemungkinan akan
terjadinya hipertensi juga akan meningkat. Oleh karena itu harus dilakukan
pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan edukasi tentang kesehatan dan
pentingnya tekanan darah bagi kesehatan serta adanya intervensi untuk
pengendalian dan pencegahan hipertensi dikalangan lanjut usia. Bagi penduduk
dengan usia kurang dari 50 tahun, laki-laki memiliki tingkat hipertensi lebih tinggi
dibanding perempuan, tetapi pada perempuan yang mendekati atau memasuki masa
menopause pada usia 50 tahun keatas akan memiliki prevalensi hipertensi yang
lebih tinggi daripada laki-laki dengan usia diatas 50 tahun, hal ini karena perempuan
kehilangan peran estradiol endogen yang berperan sebagai pelindungan dari
tekanan darah tinggi (Wang, et al., 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Menurut penelitian The National Health and Nutrition Examination
Surveys (NHANES) di kalangan penduduk Amerika pada tahun 2007-2008
menunjukka bahwa pengobatan, kesadaran dan kontrol hipertensi memiliki
presentase sebesar 80,6%, 73,7% dan 30,3%. Hasil dari penelitian Wang, et al,
(2013) menunjukkan bahwa kesadaran hipertensi dan pengobatan pada perempuan
lebih tinggi daripada laki-laki yang sering ditemui baik di negara maju maupun
berkembang. Dibandingkan dengan perempuan, laki-laki sangat jarang
mengunjungi dokter, memiliki waktu yang lebih singkat ketika sedang
berkonsultasi dengan tenaga kesehatan atau dokter dan cenderung mengunjungi
dokter setelah mereka terkena suatu penyakit. Pengaruh sosial dan komprehensif
pada perempuan dan laki-laki dapat dipengaruhi oleh perkembangan dan faktor
kepribadian, maka hal ini dapat memperjelas mengapa perempuan memiliki
kesadaran, pengobatan dan kontrol hipertensi yang lebih tinggi.
“Rule of Halves” pada hipertensi ditunjukkan dengan setengah dari pasien
hipertensi tidak diketahui layanan kesehatannya, setengah dari mereka diketahui
hipertensi/tidak menerima terapi dan setengah dari mereka yang menerima terapi
dan terkontrol (Kutnikar, et al., 2014).
I. Hipotesis
Adanya perbedaan faktor umur dan jenis kelamin yang dapat berpengaruh
terhadap proporsi prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian hipertensi di
Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian observasional, pada
penelitian ini tidak dilakukan manipulasi atau intervensi pada subyek yang diteliti.
Penelitian dilakukan dengan hanya melakukan pengamatan (observasi) saja pada
subyek penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan dengan rancangan
penelitian cross-sectional yang dirancang untuk meneliti beberapa fenomena
dengan cara mengukur dalam satu waktu. Dalam penelitian, pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara langsung yang terstruktur menggunakan
panduan pertanyaan dalam bentuk Case Report Form (CRF).
Case Report Form (CRF) merupakan suatu dokumen khusus yang
digunakan dalam sebuah penelitian klinis. CRF harus sesuai dengan aturan dalam
penelitian yang memiliki isi yang kuat dan mencakup materi sesuai dengan data
yang ingin dikumpulkan dalam penelitian (Bellary, Krishnankutty and Latha,
2014). Selain menggunakan panduan pertanyaan yang terdapat di CRF, dalam
pengumpulan data dilakukan juga pengukuran tekanan darah, penimbangan berat
badan serta pengukuran tinggi badan.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
a. Umur
b. Jenis kelamin.
2. Variabel tergantung
Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden
hipertensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3. Variabel pengacau
Gaya hidup dan hormonal
C. Definisi Operasional
Tabel V. Definisi Operasional Penelitian
Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran
Skala Penilaian
Umur Responden penelitian
adalah penduduk di
Kecamatan Kalasan,
Sleman, DIY yang berusia
40 – 75 tahun yang telah
memenuhi kriteria inklusi
yang diperoleh dari
wawancara sebelumnya.
Pengelompokan umur
dilakukan berdasarkan
Nwankwo (2013).
Kategorikal 1. 60-75 tahun
2. 40-59 tahun
Jenis Kelamin Responden penelitian
adalah penduduk laki-laki
dan perempuan.
Pengelompokan jenis
kelamin dilakukan
berdasarkan
Thawomchaisit, et al
(2013).
Kategorikal 1. Laki-laki
2. Perempuan
Aktivitas Fisik Responden penelitian
melakukan aktivitas fisik
(olahraga) secara rutin.
Dapat dikatan rutin
berolahraga apabila
melakukan olahraga berupa
jalan kaki atau lari minimal
1 kali seminggu. Dapat
dikatakan tidak rutin
apabila tidak pernah
melakukan olahraga.
Pengelompokan pengaturan
aktivitas fisik dilakukan
berdasarkan AHA (2014).
Kategorikal 1. Tidak Rutin
2. Rutin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lanjutan...
Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran
Skala Penilaian
Merokok Responden penelitian setiap
hari merokok atau dahulu
pernah merokok, dalam
satu rumah ada yang
merokok dan ditempat kerja
ada yang merokok (perokok
pasif). Pengelompokan
merokok berdasarkan CDC
(2015).
Kategorikal 1. Merokok
2. Tidak
Merokok
Pengaturan Diet Pengukuran pengaturan diet
responsen penelitian yaitu
responden setiap hari
mengatur konsumsi
garamnya saat masak
sehingga tidak berlebihan,
jarang mengkonsumsi
jeroan, daging berlemak
atau bergajih, santan, mie
atau makanan instan, kecap,
saus, gorengan, dan
seberapa sering dalam
mengkonsumsi buah, sayur
dan susu rendah lemak
setiap harinya.
Pengelompokan pengaturan
diet dilakukan berdasarkan
U.S Departement of Health
and Human Services
(2006).
Kategorikal 1. Tidak
Mengatur Diet
2. Mengatur Diet
BMI
(Body Mass
Index)
BMI dihitung dengan
rumus:
BMI=
Berat badan (kg)
Tinggi badan (m2)
Pengelompokan BMI
dilakukan berdasarkan
WHO (2004).
Kategorikal 1. ≥23 kg/m2
2. <23 kg/m2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lanjutan...
Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran
Skala Penilaian
Pendidikan Pendidikan terakhir yang
telah ditempuh oleh
responden penelitian.
pengelompokan pendidikan
dilakukan berdasarkan
Zhang, et al (2013).
Kategorikal 1. ≤SMP
2. >SMP
Akivitas dalam
bekerja
Kegiatan aktif yang
dilakukan oleh responden
penelitian untuk
mendapatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pekerjaan dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok jenis pekerjaan
yang banyak melakukan
aktivitas fisik (buruh,petani)
dan kelompok jenis
pekerjaan yang kurang
menggunakan aktivitas fisik
(pekerja kantoran).
Pengelompokan jenis
pekerjaan dilakukan
berdasarkan Muhammadun
(2010).
Kategorikal 1. Jenis
pekerjaan
yang kurang
melakukan
aktivitas fisik
2. Jenis
pekerjaan
yang banyak
melakukan
aktivitas fisik.
Penghasilan Penghasilan yang diperoleh
responden selama satu
bulan bekerja dengan batas
UMR adalah
Rp.1.200.000,00. Bagi
responden yang sudah
berkeluarga batas UMR
adalah Rp.2.400.000,00.
Pengelompokan
penghasilan dilakukan
berdasarkan Peraturan
Daerah Provinsi DIY
(2015).
Kategorikal 1. ≤UMR
2. >UMR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lanjutan...
Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran
Skala Penilaian
Prevalensi Presentase responden
penelitian yang hipertensi
dan yang tidak hipertensi.
Standar pengukuran
tekanan darah pada
penelitian ini adalah
berdasarkan klasifikasi
menurut ESH dan ESC
Guidelines 2013.
Kategorikal 1. Hipertensi
(Tekanan
darah ≥140/90
mmHg)
2. Tidak
hipertensi
(Tekanan
darah <140/90
mmHg)
Kesadaran Kesadaran masyarakat akan
hipertensi dapat dilihat dari
hasil wawancara terstruktur
menggunakan CRF, apakah
responden pernah
melakukan pengukuran
tekanan darah sebelumnya,
jika pernah dan hasil
pengukuran tekanan darah
termasuk hipertensi maka
responden termasuk sadar
terhadap hipertensi.
Kategorikal 1. Sadar
hipertensi
2. Tidak sadar
hipertensi
Terapi Responden yang
mengalami hipertensi dan
sadar menderita hipertensi
dan yang melakukan terapi
baik dengan obat
(farmakologi) maupun
tidak menggunakan obat
(non-farmakologi).
Kategorikal 1. Terapi (Rutin
terapi secara
farmakologi
maupun non-
farmakologi)
2. Tidak Terapi
(Tidak pernah
terapi secara
farmakologi
maupun non-
farmakologi).
Pengendalian Tekanan darah yang
dikendalikan
< 140 mmHg sesuai target
menurut ESC/ ESH
Guidelines 2013.
Kategorikal 1. Terkendali
2. Tidak
terkendali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
D. Subyek Penelitian
Responden merupakan subjek yang dijadikan target pada penelitian
ini. Responden dalam penelitian ini adalah penduduk yang berumur 40-75 tahun di
Padukuhan Jetis, Pundung, Grumbulgede, Dhuri, Sambirejo, dan Surokerten di
Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Kriteria inklusi adalah semua penduduk yang
berumur 40 - 75 tahun. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak bersedia
mengisi Inform consent dan responden yang tidak dapat diukur tekanan darahnya.
Responden penelitian dari Padukuhan Pundung dan Surokerten sampling dilakukan
dengan mengumpulkan masyarakat yang berusia 40-75 tahun di satu tempat.
Responden penelitian dari Padukuhan Dhuri, Jetis, Grumbulgude dan Sambirejo
sampling dilakukan secara door to door. Jumlah responden yang digunakan pada
penelitian ini didapatkan dari perhitungan besar sampel yang belum diketahui
prevalensinya, rumus yang digunakan adalah:
𝑛 = 𝑧𝑎2 𝑥 𝑃1𝑥𝑃2
𝑑2=
(1,962)𝑥0,5𝑥0,5
0,102= 96,04 ∗ (dibulatkan menjadi 100)
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan
Z = Derajat kepercayaan
P1 = Proporsi yang melakukan terapi
P2 = (1-p) = Proporsi yang tidak melakukan terapi
d = Limit eror atau presisi absolut
(Dahlan, 2013).
Berdasarkan perhitungan besar sampel “Rule of Halves” jumlah 100 sampel
tersebut diharapkan terdapat pada responden yang menjalani terapi hipertensi,
sehingga dapat diperoleh jumlah sampel pada responden yang sadar hipertensi dan
prevalensi, sehingga didapat jumlah sampel sebanyak 800 responden. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
penelitian ini responden yang masuk kriteria inklusi sebanyak 813 responden dan
yang termasuk kriteria eksklusi sebanyak 3 responden.
*Hasil didapatkan berdasar rumus prevalensitidak diketahui untuk menentukan
proporsi responden
Gambar 1. Bagan perhitungan besar sampel menggunakan rumus
prevalensi tidak diketahui
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 6 Padukuhan di Kecamatan Kalasan, Sleman,
DIY yaitu Padukuhan Jetis, Padukuhan Pundung, Padukuhan Grumbulgede,
Padukuhan Dhuri, Padukuhan Sambirejo dan Padukuhan Surokerten. Penelitian
berlangsung pada bulan Mei sampai Juni 2015.
Gambar 2. Bagan lokasi penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.
Kabupaten Sleman
Kecamatan Kalasan
Desa
Tritomartani
Padukuhan Jetis
Padukuhan Pundung
Padukuhan Dhuri
Desa
Selomartani
Padukuhan Grumbulgede
Padukuhan Surokerten
Padukuhan Sambirejo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma DIY yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan
Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan,
Sleman, DIY (Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio-Demografi)”.
Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota 8 orang. Pada
setiap padukuhan diteliti oleh 8 orang yang sesuai dengan faktor yang diteliti antara
lain umur, jenis kelamin, BMI, pengaturan diet, merokok, olahraga, pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Fokus peneliti
hanya pada faktor umur dan jenis kelamin.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan untuk memilih lokasi penelitian dilakukan dengan
multistage random sampling. Multistage random sampling merupakan salah satu
teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara bertahap dengan menggunakan
unit sampel yang lebih kecil dan lebih kecil lagi pada setiap tahapnya. Sampel dapat
dikatakan baik apabila sampel tersebut representatif, yang dapat memberikan
gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti. Menurut
Kerlinger dan Lee (2000) besar sampel sebanyak 30 sampel sebagai jumlah
minimal sampel dalam penelitian kuantitatif dan jumlah tersebut dapat
memperkecil resiko sampel tidak representatif. Jumlah tersebut juga telah
memenuhi batas minimum 30 sampel sebagai pertimbangan untuk pengolahan
statistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel (sampling) dilakukan secara
cluster random sampling. Cluster random sampling digunakan jika populasi
penelitian heterogen. Cluster random sampling adalah teknik pengambilan sampel
secara berkelompok (Budiarto, 2002).
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Case report Form
(CRF), Inform consent, dan alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah
responden berupa sphygmomanometer digital, timbangan dan alat pengukur tinggi
badan. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang valid, maka alat yang digunakan
harus akurat dan telah dikalibrasi maupun diorientasi. Sphygmomanometer digital
sebelum digunakan dilakukan orientasi dengan sphygmomanometer raksa untuk
melihat perbedaan angka pengecekan pada subjek yang sama dan waktu yang sama.
Apabila pengukuran tekanan pertama dan kedua memiliki selisih >10 mmHg
dilakukan pengukuran sekali lagi pada lengan yang berbeda. Meteran dan
timbangan sebelum digunakan dikalibrasi terlebih dahulu di Badan Metrologi DIY.
Sebelum sphygmomanometer digital digunakan dilakukan uji realibiltas terlebih
dahulu pada 3 probandus dengan melakukan 3 kali pengukuran dan hasilnya
menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan memiliki realibilitas yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
I. Tata Cara Penelitian
Gambar 3. Alur Tata Cara Penelitian
1. Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dengan menggunakan metode multistage
random sampling.
2. Permohonan ijin dan kerjasama
Dilakukan permohonan ijin yang ditujukan kepada Komisi Etik
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada DIY untuk mendapatkan ethical clearence. Permohonan ijin
ini dilakukan untuk memenuhi etika penelitian dengan menggunakan hasil
pengukuran tekanan darah manusia dan hasil penelitian ini dapat
dipublikasikan.
3. Permohonan ijin dan kerjasama dengan Kepala Dukuh
Permohonan ijin dan kerjasama diajukan kepada Kesatuan Bangsa,
BAPPEDA, Kecamatan Kalasan, Kepala Desa Selomartani dan
Penentuan Lokasi Penelitian
Permohonan ijindan kerjasama
kepada Komisi Etik dan Kepala Dukuh
Penyusunan Casee Report Form dan InForm Consent
Pengujian validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian
Penetapan dan seleksi pada calon
responden penelitian
Pengamatan dengan mengukur tekanan darah responden
Penjelasan tentang hasil pengukuran dan wawancara terhadap
responden
Pengumpulan dan pengolahan data responden
penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tirtomartani serta Kepala Dukuh dari Padukuhan Jetis, Pundung,
Grumbulgede, Surokerten, Sambirejo, dan Dhuri di Kecamatan Kalasan,
Sleman, DIY.
4. Pembuatan Case Report Form dan Inform consent
Inform consent yang dibuat harus memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedoteran dan Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Case report Form (CRF)
merupakan selembar kertas dengan ukuran A4 yang berisikan kolom-kolom
pertanyaan sebagai sumber Informasi data penelitian untuk pengambilan
hasil wawancara responden.
5. Pengujian validitas dan reliabilitas instrument penelitian
Pada sebuah penelitian dapat meminimalkan kesalahan dengan
memaksimalkan reliabilitas (kepercayaan) dan validitas (kesahihan) hasil
penelitian. Alat ukur atau instrumen yang baik harus dapat mengukur
dengan benar (valid) dan konsisten (reliabel). Dengan pemilihan desain
penelitian yang tepat akan maka akan menghasilkan kesimpulan yang dapat
dipercaya (reliable) dan sahih (valid). Instrumen yang memiliki validitas
dan reliabilitas yang baik dapat dinyatakan dengan nilai Coefficient of
Variation (CV) ≤5%. Validitas suatu instrumen menunjukkan tingkat
ketepatan suatu instrumen yang digunkan pada saat penelitian. Validitas
penelitian adalah derajat kebenaran (keabsahan) kesimpulan yang ditarik
dari sebuah penelitian, yang dinilai berdasarkan melalui metode yang
digunakan, keterwakilan sampel, dan sifat populasi asal sampel (Last,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2001). Reliabilitas adalah dimana tingkat ketepatan suatu instrumen
mengukur apa yang harus diukur.
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan
sphygmomanometer digital. Sphygmomanometer digital menggunakan
sensor tekanan dan layar elektronik yang menggantikan manometer merkuri
(MHRA, 2013). Dalam sejumlah survei di beberapa negara secara cross-
sectional, perangkat sphygmomanometer digital telah menggantikan
perangkat merkuri untuk mengukur tekanan darah (Ostchega, 2012). Uji
reliabilitas pada penelitian ini dilakukan pengukuran tekanan darah
dilakukan sebanyak 2-3 kali dengan jeda waktu 5 menit pada setiap
pengukurannya pada 3 probandus menggunakan sphygmomanometer
digital dan raksa kemudian masing-masing hasil dari pengukuran tersebut
dihitung nilai coefficient of variation (CV).
Validasi instrumen pada penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan hasil pengukuran tekanan darah 3 probandus yang
dilakukan sebanyak 2 sampai 3 kali dengan jeda waktu 2 menit
menggunakan sphygmomanometer digital dan sphygmomanometer raksa.
Setalah pengukuran dilakukan analisis secara statistik menggunakan uji t-
berpasangan dan instrumen dinyatakan valid apabila p>0.05. Instrumen
untuk menimbang berat badan responden berupa timbangan berat badan
dilakukan penaraan di Balai Metrologi, DIY.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
6. Penetapan dan seleksi pada calon responden penelitian
Setelah mendapat ijin dari enam Kepala Dukuh maka dilakukan
penetapan responden penelitian yang dilakukan secara door to door atau
dari rumah ke rumah. Setelah bertemu dengan responden, peneliti
menjelaskan tentang tujuan dari penelitian kepada calon responden. Bagi
responden yang telah bersedia mengikuti beberapa tahap penelitian maka
segera dilakukan pengukuran tekanan darah, berat badan dan tinggi badan.
Pertanyaan wawancara sesuai dengan isi CRF setelah semua pengukuran
selesai dilakukan. Setelah semua pengukuran dan wawancara selesai,
responden penelitian diminta untuk menandatangani Inform consent.
7. Pengukuran tekanan darah
Pengukuran tekanan darah responden penelitian dilakukan setelah
peneliti menyatakan tujuan dan meminta persetujuan dari responden serta
sedikit menanyakan kegiatan fisik apa yang dilakukan responden sebelum
dilakukan pengukuran seperti olahraga, merokok dan makan, minimal 30
menit sebelum dilakukan pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan posisi
duduk. Lengan kiri responden diletakkan diatas meja sehingga manset yang
akan dipasang dapat sejajar dengan posisi jantung responden. Pengukuran
tekanan darah dilakukan menggunakan sphygmomanometer digital
OMRON® HEM -7203. Pada saat akan dilakukan pengukuran tekanan
darah, lengan baju yang panjang sebaiknya disingsingkan sehingga tidak
menghambat aliran darah di daerah lengan dan meminta responden untuk
tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat pengukuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak dua kali dengan jarak antara
dua pengukuran antara 2 menit dengan melepaskan manset pada lengan.
Apabila hasil pengukuran pertama dan kedua terdapat selisih >10 mmHg
maka pengukuran diulangi untuk ketiga kalinya setelah istirahat selama 10
menit dengan melepaskan manset dari lengan. Kemudian hasil pengukuran
dicatat dan nilai yang paling mendekati dihitung rata-ratanya.
8. Penjelasan hasil pengukuran dan wawancara responden
Setelah dilakukan pengukuran tekanan darah, selanjutnya hasil
pengukuran akan dijelaskan oleh peneliti kepada responden. Pemberian
informasi mengenai pencegahan hipertensi dilakukan apabila responden
memiliki tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Wawancara berdasarkan
pertanyaan yang terdapat pada CRF dilakukan disela-sela memberikan
penjelasan kepada responden. Informasi yang telah didapatkan akan
dikelompokkan sebagai data analisis.
9. Pengelompokan dan pengolahan data hasil penelitian
Setelah dilakukan pengambilan data dengan menggunakan teknik
wawancara terstruktur pada CRF, data yang telah terkumpul dikelompokkan
berdasarkan masing-masing kategori kemudian diolah secara manual
dengan bantuan komputer untuk mengubah data tersebut menjadi sebuah
informasi. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan pengolahan
data diawali dengan proses editing yaitu dengan memeriksa kelengkapan
data yang dibutuhkan. Entry dilakukan dengan memasukkan data yang telah
didapatkan berdasarkan CRF kedalam Program Excel. Coding merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
proses dimana data diklasifikasikan menurut masing-masing kategori
dengan memberikan kode 1 untuk jenis kelamin laki-laki dan 2 untuk jenis
kelamin perempuan. Proses terakhir cleaning yaitu dilakukan pengecekan
data yang telah dimasukkan untuk memeriksa kembali agar data yang
dimasukkan tidak ada yang salah.
J. Analisis Data Penelitian
Data yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan dan dianalisis secara
statistik dengan bantuan program komputer. Data yang dianalisis tersebut sudah
merupakan data yang memenuhi kriteria inklusi. Pada penelitian ini dilakukan
beberapa pengujian data antara lain, analisis univariat untuk mendapatkan
gambaran distribusi frekuensi variabel bebas (umur dan jenis kelamin) dan variabel
tergantung (tekanan darah). Uji univariat berfungsi untuk mengetahui apakah data
yang digunakan tersebut sudah layak dan melihat apakah data yang didapatkan telah
optimal jika digunakan untuk analisis berikutnya (Umar, 2002).
Data yang telah dikelompokkan lalu diolah menggunakan uji normalitas
untuk melihat dan mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menganalisis
data setiap variabel penelitian karena jumlah responden penelitian ≥50 orang.
Apabila data memiliki nilai p>0,05 maka data terdistribusi normal (Dahlan, 2014).
Data yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan dan Mann
Whitney apabila data tidak terdistribusi normal. Uji t tidak berpasangan yaitu untuk
mengetahui perbedaan rerata antarkelompok. Uji ini dilakukan untuk melihat
perbedaan rata-rata antara kelompok responden yang berumur 60-75 tahun terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kelompok umur 40-59 tahun. Untuk mengetahui perbedaan proporsi faktor umur
dan jenis kelamin terhadap prevalensi hipertensi, kesadaran, terapi, pengendalian
tekanan darah dari data penelitian dilakukan Uji Chi Square. Dengan dilakukan Uji
Chi Square dapat melihat ada tidaknya pengaruh kelompok responden yang
berumur 60-75 tahun terhadap prevalensi hipertensi, kesadaran, terapi dan
pengendalian tekanan darah responden.
Apabila distribusi data normal maka digunakan mean sebagai ukuran
pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran. Apabila distribusi
data tidak normal maka digunakan median sebagai ukuran pemusatan dan
minimum-maksimum sebagai ukuran penyebaran (Dahlan, 2014). Dinyatakan
secara statistik apabila ukuran sampel semakin besar diharapkan dapat memberikan
hasil yang semakin baik. Dengan menggunakan sampel yang besar, mean dan
standar deviasi yang akan diperoleh akan memiliki probabilitas yang tinggi untuk
menyerupai mean dan standar deviasi populasi. Menurut Agung (2006), terdapat
suatu teorema tentang variabel tunggal atau univariat, yaitu teorema limit sentral
yang menyatakan statistik rata-rata mempunyai distribusi normal untuk ukuran
sampel yang mendekati tak terhingga. Dalam praktek, teorema limit sentral telah
dapat diterapkan untuk ukuran sampel minimal 30.
K. Pembuktian Hipotesis
Hipotesis (H) yaitu pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan
penelitian yang harus dijawab secara empiris. Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis
yang menunjukkan tidak ada perbedaan antarkelompok atau tidak ada hubungan
antarvariabel. H1 merupakan hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Apabila Ho ditolak maka H1 diterima, atau dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan terhadap variabel tergantung yang diukur.
Gambar 4. Pembuktian Hipotesis
Ho : P1 = P2
H1,2,3,4 : P1≠P2 ; <0.05
P1 = proporsi prevalensi (H1), kesadaran (H2), terapi (H3), dan pengendalian
tekanan darah (H4) responden hipertensi yang berumur 60-75 tahun atau
berjenis kelamin laki-laki.
P2 = proporsi prevalensi (H1), kesadaran (H2), terapi (H3), dan pengendalian
tekanan darah (H4) responden hipertensi yang berumur 40-59 tahun atau
berjenis kelamin perempuan.
L. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian
1. Kesulitan Penelitian
a. Adanya ketidakterbukaan responden mengenai Informasi yang diberikan
untuk melakukan analisis terhadap tingkat kesadaran, terapi dan
pengendalian tekanan darah responden.
Faktor Umur
Prevalensi (H1)
Kesadaran (H2)
Terapi (H3)
Pengendalian (H4)
Faktor Jenis Kelamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
b. Beberapa responden penelitian sebelum dilakukan pengukuran tekanan
darah baru saja menyelesaikan beberapa kegiatan fisik seperti bertani atau
mencari pakan ternak sebaiknya beristirahat terlebih dahulu selama 5
menit sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah.
c. Beberapa responden yang sudah mengetahui mengalami tekanan darah
tinggi dahulu pernah mengkonsumsi obat antihipertensi namun terkadang
lupa untuk membelinya lagi ke apotek bahkan lupa dengan nama obat
tersebut sehingga target terapi tidak tercapai.
2. Kelemahan Penelitian
Prevalensi hipertensi yang diwakili oleh responden yang memiliki tekanan
darah ≥140/90 mmHg dilakukan pada waktu yang berbeda-beda yaitu pada pagi,
siang dan malam hari. Perbedaan waktu pengukuran tekanan darah responden
berpengaruh terhadap hasil pengukuran yang masih dapat dipengaruhi oleh
aktivitas fisik responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dengan judul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian
Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY dengan
kajian Faktor Umur dan Jenis Kelamin” merupakan bagian dari penelitian payung
yang dilakukan pada enam padukuhan yang terdapat pada Kecamatan Kalasan,
Sleman, DIY melalui metode multistage random sampling. Data dikumpulkan
dengan metode wawancara langsung terstruktur dan pengukuran tekanan darah,
tinggi badan serta berat badan. Dalam analisis data dilakukan analisis univariat
yang merupakan analisis setiap variabel yang dinyatakan dengan sebaran frekuensi,
baik secara angka-angka mutlak maupun secara persentase, disertai dengan
penjelasan secara kualitatif.
Hipertensi dapat menjadi penyebab dari komplikasi penyakit. Menurut
World Health Organization (WHO) hipertensi ditetapkan sebagai faktor risiko
nomor tiga penyebab kematian di dunia. Faktor pemicu utama dari stroke, serangan
jantung, gagal ginjal, gagal jantung adalah hipertensi. Hasil survey kesehatan
daerah pada tahun 2007 di Daerah Istimewa DIY (DIY) menunjukkan bahwa DIY
merupakan provinsi dengan penderita hipertensi tertinggi ke lima di Indonesia.
Presentase penderita hipertensi di DIY mencapai 35,80%. Berdasarkan Profile
Kesehatan Sleman Tahun 2013, terdapat 63.377 kasus hipertensi primer di
Kabupaten Sleman, kasus ini berada di peringkat kedua setelah kasus Common
Cold. Pada penelitian ini dipilih Kecamatan Kalasan dengan jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2014 berdasarkan Data Hasil Konsolidasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Pembersihan Database Kependudukan oleh Ditjen Kependudukan Pencatatan Sipil
Kemendagri diolah Bagian Kependudukan Biro Tata Pemerintahan Setda DIY
dengan jumlah laki-laki sebanyak 39.455 jiwa dan perempuan 38.452.
Tabel VI. Profil Responden Penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY
pada Tahun 2015
Variabel n(%) p
Total Responden 813 (100%)
Umur (tahun)
40-59
60-75
581 (71,5%)
232 (28,5%)
<0,01*
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
335 (41,2%)
478 (58,8%)
<0,01*
Body Mass Index (BMI)
≥23 kg/m2
<23 kg/m2
428 (52,6%)
385 (47,4%)
0,13
Mengatur pola makan
Ya
Tidak
181 (22,3%)
632 (77,7%)
<0,01*
Merokok
Ya
Tidak
429 (52,8%)
384 (47,4%)
0,11
Mengatur Aktivitas Fisik
Rutin
Tidak Rutin
315 (38,7%)
498 (62,3%)
<0,01*
Pendidikan
≤SMP
>SMP
506 (62,2%)
307 (37,8%)
<0,01*
Penghasilan
≤UMR
>UMR
610 (75,0%)
203 (25,0%)
<0,01*
Pekerjaan
Fisik (aktif)
Pikiran (tidak aktif)
279 (34,3%)
534 (65,7%)
<0,01*
*Nilai p<0,05 menunjukkan perbedaan bermakana
Berdasarkan tabel profil responden penelitian, total responden yang didapat
sebanyak 813. Untuk melihat proporsi, presentase(%) dan nilai p (tabel masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
masing variabel antara lain umur, jenis kelamin, BMI, mengatur pola makan,
merokok, mengatur aktivitas fisik, pendidikan, penghasilan dan pekerjaan) dapat
dilihat dari tabel profil responden penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY
yang dianalisis menggunakan uji Chi Square non-parametrik (tabel VI). Pada
rentang umur 40-59 tahun terdapat sebanyak 581 jiwa (71,5%) dan pada rentang
umur 60-75 tahun terdapat sebanyak 232 jiwa (28,5%). Pada variabel jenis
kelamin, responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki yaitu
responden perempuan sebanyak 478 jiwa (58,8%) dan responden laki-laki sebanyak
335 jiwa (41,2%) dengan nilai p= <0,01. Responden dengan nilai BMI ≥23 kg/m2
sebanyak 428 jiwa (52,6%) dan responden dengan nilai BMI <23 kg/m2 sebanyak
385 jiwa (47,4%). Terdapat lebih banyak jumlah responden dengan nilai BMI lebih
dari normal (≥23 kg/m2) dengan nilai p=0,13.
Jumlah responden yang merokok lebih banyak daripada yang tidak yaitu
sebanyak 429 jiwa (52,8%) dan yang tidak merokok sebanyak 384 jiwa (47,4%)
dengan nilai p=0,11. Responden yang rutin melakukan aktivitas fisik seperti jalan
kaki atau berolahraga ringan sebanyak 315 jiwa (38,7%) dan yang tidak rutin
melakukan aktivitas fisik sebanyak 498 jiwa (61,3%). Lebih banyak responden
penelitian yang tidak rutin melakukan aktivitas fisik seperti jalan-jalan, bersepeda
atau berolahraga ringan dengan nilai p= <0,01. Responden dengan tingkat
pendidikan ≤SMP lebih banyak daripada responden dengan tingkat pendidikan
>SMP yaitu sebanyak 506 jiwa (62,2%), sedangkan responden dengan tingkat
pendidikan >SMP sebanyak 307 jiwa (37,8%) dengan nilai p= <0,01. Responden
yang kurang aktif melakukan aktivitas fisik dalam pekerjaannya jumlahnya lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
sedikit dibandingkan dengan yang aktif melakukan aktivitas fisik. Responden yang
kurang aktif melakukan aktivitas fisik dalam pekerjaannya berjumlah 279 jiwa
(34,3%) dan yang aktif sebanyak 534 (65,7%) dengan nilai p= <0,01. Responden
penelitian dengan penghasilan ≤UMR berjumlah lebih banyak daripada responden
yang berpenghasilan >UMR. Total responden dengan penghasilan ≤UMR sebanyak
610 jiwa (75,0%) dan dengan penghasilan >UMR sebanyak 203 jiwa (25,0%)
dengan nilai p= <0,01.
Dilihat dari tabel porfil diatas pada variabel umur, jenis kelamin, mengatur
pola makan, mengatur aktivitas fisik, pendidikan, penghasilan dan pekerjaan
memiliki nilai p<0,05 maka secara statistik dapat dikatakan bahwa masing-masing
kelompok variabel tersebut memiliki proporsi yang sama.
Tabel VII. Karakteristik Normalitas Data Responden di Kecamatan
Kalasan, Sleman, DIY pada Tahun 2015
Karakteristik Mean±SD Median Nilai p
Umur (tahun) 53,9±10,1 52,0 <0,01
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
139,8±23,5 135,0 <0,01
Tekanan Darah
Diastolik (mmHg)
81,4±13,2 80,0 <0,01
Denyut Nadi
(kali/menit)
80,2±12,7 79,0 <0,01
BMI (kg/m2) 23,6±4,1 23,5 <0,01
p>0,05= data terdistribusi normal
p<0,05= data tidak terdistribusi normal
Uji statistik yang digunakan pada tabel diatas adalah uji normalitas yaitu
untuk melihat data hasil penelitian yang didapat terdistribusi normal atau tidak
terdistribusi normal. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk melakukan uji
normalitas data tersebut karena jumlah sampel lebih dari 50 sampel. Nilai p
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
digunakan untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak. Apabila nilai
p<0,05 maka data tidak terdistribusi normal (Dahlan, 2014).
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel VII, hasil yang ditunjukkan adalah
tidak ada data yang terdistribusi normal setelah dilakukan uji normalitas pada
variabel umur, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi dan
Body Mass Index (BMI). Karena data yang didapat tidak terdistribusi normal maka
digunakan median sebagai ukuran pemusatan. Terdapat salah satu teorema yang
penting berkaitan dengan distribusi normal yaitu teorema limit pusat. Teorema limit
pusat menyatakan jika dari suatu populasi diambil sampel berukuran cukup besar,
maka distribusi sampling dari rata-rata sampel akan mendekati distribusi normal
yaitu pada umumnya distribusi sampling dari rata-rata sampel akan mendekati
distribusi normal jika ukuran sampelnya lebih besar dari 30 (Nurudin, Mara dan
Kusnandar, 2014). Maka apabila data terdistribusi normal dapat diasumsikan bahwa
sampel yang digunakan benar-benar mewakili populasi sehingga hasil penelitian
bisa digeneralisasikan pada populasi.
Tabel VII menunjukkan karakteristik dan distribusi data responden
penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Rata-rata umur responden
penelitian 54 tahun, umur tersebut masuk dalam kategori masa lansia awal. Dengan
bertambahnya usia maka kemungkinan seseorang menderita hipertensi akan
semakin besar. Menurut Zuraidah (2012), umur lebih dari 40 tahun mempunyai
risiko terkena hipertensi, dengan bertambahnya umur makan risiko hipertensi akan
lebih besar dengan prevakensi pada usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dan
dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun. Hal ini terjadi karena arteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kehilangan elastisitas serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya
usia.
Rata-rata tekanan darah sistolik responden penelitian mendekati ambang
atas nilai normal yaitu 139,8 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik responden
penelitian sebesar 81,4 mmHg. Sesuai dengan pengertian hipertensi menurut
ESH/ESC yaitu nilai tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau nilai tekanan
darah diastolik ≥90mmHg. Menurut klasifikasi dari pengukuran tekanan darah, data
hasil analisis menempati kategori normal tinggi untuk nilai rata-rata tekanan darah
sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah diastolik menempati kategori normal
yaitu dengan rentang nilai 80-84 mmHg.
Body Mass Index (BMI) merupakan sebuah pengukuran yang
menghubungkan atau membandingkan berat badan dengan tinggi badan. BMI dapat
menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan dapat digunakan
dalam penelitian populasi berskala besar. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata
BMI responden di Kecamatan Kalasan sebesar 23, 6 kg/m2 yang termasuk kategori
overweight.
Tabel VIII. Perbedaan Faktor Umur Terhadap Tekanan Darah
Sistolik (TDS), Tekanan Darah Diastolik (TDD), Denyut Nadi, dan Body
Mass Index (BMI)
Karakteristik
Mean±SD
Nilai p 65-75 Tahun 40-59 Tahun
Tekanan Darah Sistolik
mmHg
149,1±24,7 136,2±22,0 0,01*
Tekanan Darah Diastolik
mmHg
80,3±15,3 81,8±12,3 0,17
Body Mass Index (BMI)
kg/m2
22,6±4,2 24,0±3,9 0,01*
*Nilai p<0,05 yaitu menunjukkan terdapat perbedaan rerata antar kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah, Maksuk, dan Apriliadi
(2012), risiko terkena hipertensi seiring bertambahnya umur, sehingga prevalensi
di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50%
diatas umur 60 tahun. Seseorang dengan umur di atas 60 tahun, 50-60% diantaranya
mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal
tersebut dikarenakan dari pengaruh degenerasi yang terjadi seiring dengan
pertambahan usia. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel VIII menunjukkan
adanya perbedaan rerata pada Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Body Mass Index
(BMI) terhadap responden dengan umur 60-75 tahun dan 40-59 tahun yang dapat
dilihat dari nilai p<0,05. Kenaikan Tekanan Darah Sistolik (TDS) pada responden
dengan umur 60-75 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan
umur 40-59 tahun. Hal tersebut disebabkan oleh kehilangannya elastisitas dari arteri
serta tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia. Rerata BMI lebih tinggi
pada kelompok umur 40-59 tahun dibandingkan kelompok umur 60-75 tahun.
Menurut Soetiarto, Roselinda dan Suhardi (2010), prevalensi BMI meningkat pada
umur ≥25 tahun dan tertinggi pada umur 45-54 tahun. Tidak ada perbedaan rerata
antara faktor umur terhadap tekanan darah diastolik (TDD) dan denyut nadi pada
hasil analisis data Tabel VIII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel IX. Perbedaan Faktor Jenis Kelamin Terhadap Umur, Tekanan
Darah Sistolik (TDS), Tekanan Darah Diastolik (TDD), Denyut Nadi, dan
Body Mass Index (BMI)
Kategori
Mean±SD
p Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Umur (tahun) 55,2±10,16 52,91±10,01 0,01*
Tekanan Darah Sistolik
(TDS)
140,80±21,56 139,17±24,81 0,33
Tekanan Darah Diastolik
(TDD)
81,39±13,01 81,34±13,41 0,95
BMI (kg/m2) 23,25±3,87 23,84±4,15 0,41
*Terdapat perbedaan rerata antar kelompok
Uji yang digunakan pada Tabel VIII adalah uji t tidak berpasangan (t test
independent) yang digunakan untuk melihat kebermaknaan rerata antar kelompok
dengan menggunakan skala pengukuran numerik dengan syarat untuk melakukan
uji tersebut yaitu dengan menggunakan data dua kelompok yang tidak berpasangan
(Dahlan, 2014).
Hasil analisis data pada Tabel IX yaitu terdapat perbedaan rerata pada
kategori umur dengan nilai p=0,01. Faktor umur pada laki-laki memiliki rerata lebih
tinggi dibandingkan dengan perempuan. Insidensi hipertensi semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya usia dan laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih
tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Seiring meningkatnya kelompok usia
(≥40 tahun) maka meningkat pula prevalensi hipertensi.Pada kalangan penduduk
dengan umur 25-65 tahun dengan jenis kelamin laki-laki mempunyai kebiasaan
merokok cukup tinggi yaitu 54,5%. Kebiasaan laki-laki mengkonsumsi kopi juga
merupakan salah satu faktor penumbang terjadinya hipertensi. kopi adalah bahan
minuman yang banyak mengandung kafein. Kopi juga dapat berakibat buruk pada
jantung. Kafein dapat menstimulasi jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya. Kebiasaan minum kopi yang di
dapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein, sehingga minum
kopi lebih dari empat cangkir dalam sehari dapat meningkatkan tekanan darah
sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah sistolik sekitar 8 mmHg (Sutejdo,
2006).
Hipertensi pada laki-laki dan komplikasinya dapat dicegah dengan gaya
hidup sehat dan mengendalikan faktor risiko yaitu dengan memodifikasi hidup
secara efektif, melakukan langkah penurunan berat badan yang berlebih,
mengurangi asupan natrium terutama pada garam, menghentikan atau mengurangi
kebiasaan merokok dan minum kopi bagi penderita yang terbiasa mengkonsumsi
rokok dan kopi, mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan
serta menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga minimal dua kali seminggu
terutama bagi yang mempunyai berat badan berlebih (Wahyuni, 2013). Namun,
setelah memasuki masa menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan akan
meningkat. Bahkan setelah umur 65 tahun, kejadian hipertensi pada perempuan
akan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang diakibatkan oleh faktor
hormonal (Depkes RI, 2006).
Faktor jenis kelamin memiliki pengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana
laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan,
dengan rasio sekitar 2,29 untuk kenaikan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan
tekanan darah diastolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi dan Pengendalian Tekanan Darah
Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY
Gambar 5. Bagan Proporsi Responden Hipertensi Berdasarkan “Rule of
Halves”
Bagan diatas menunjukkan hasil proporsi prevalensi, kesadaran, terapi dan
pengendalian tekanan darah responden di enam padukuhan di Kecamatan Kalasan,
Sleman, DIY. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada “Rule of Halves” yang
dapat digambarkan dengan menunjukkan hasil bahwa setengah responden
hipertensi tidak mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi, setengah dari
mereka yang sadar terkena hipertensi menjalani terapi, dan setengah dari yang
menjalani terapi melakukan pengendalian tekanan darah mereka. Prevalensi
hipertensi pada penelitian ini yaitu proporsi responden dalam populasi dengan
tekanan darah ≥140/90 mmHg. Hasil prevalensi hipertensi pada penelitian yang
dilakukan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY yaitu sebanyak 357 responden
(43,9%) dari total responden penelitian sebanyak 813. Pada penelitian ini
digunakan “Rule of Halves” untuk acuan, namun hasil yang didapatkan kurang
sesuai karena responden hipertensi proporsinya dibawah setengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Salah satu penyebab meningkatnya prevalensi hipertensi yaitu karena
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap risiko hipertensi. Kurangnya kesadaran
terhadap hipertensi dapat dikarenakan hipertensi tidak menunjukkan gejala-gejala
yang spesifik dan jelas, sehingga penderita hipertensi tidak mengetahuinya yang
menyebabkannya tidak menyadari bahwa tekanan darahnya sedang tinggi
(Eksanoto, 2010). Kesadaran terhadap hipertensi yaitu responden yang sadar akan
hipertensi. Berdasarkan Gambar 5 ditunjukkan bahwa responden yang sadar
memiliki hipertensi lebih rendah daripada responden yang tidak sadar bahwa
dirinya mengalami hipertensi. responden yang tidak sadar bahwa dirinya
mengalami hipertensi sebesar 74,5%. Hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa
kesadaran akan hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY masih rendah
karena responden yang sadar memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg proporsinya
tidak lebih dari setengah responden hipertensi, maka hal ini tidak sesuai dengan
“Rule of Halves”. Pemberian edukasi oleh tenaga medis mengenai hipertensi, gejala
terjadinya hipertensi, faktor penyebab hipertensi dan risiko hipertensi dapat
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasien serta keluarga dalam upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi penyakit.
Tabel X. Terapi Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan,
Sleman, DIY
Nama Obat Frekuensi
Amlodipin 10
Kaptopril 24
Lisinopril 1
Valsartan 1
Terapi Non Farmakologi 1
Lupa/Tidak tahu nama obat 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Terapi adalah usaha untuk menyembuhkan suatu penyakit yang dilakukan
oleh seseorang. Terapi yang dapat dilakukan adalah terapi farmakologi dan/atau
non farmakologi. Berdasarkan Tabel X, dari 91 responden yang sadar dengan
hipertensi, terdapat 46 responden (5,7%) yang tidak menjalankan terapi dan 45
responden (5,5%) menjalankan terapi. Proporsi hasil analisis data mendekati
setengah (50%) namun proporsi responden hipertensi yang menjalani terapi masih
kurang dari setengah dari responden yang sadar terhadap hipertensi, maka hal
tersebut kurang sesuai dengan “Rule of Halves”. Masih sedikitnya proporsi
responden yang melakukan terapi hipertensi merupakan salah satu tugas bagi
tenaga kesehatan untuk melakukan edukasi kepada pasien hipertensi agar lebih
patuh dalam melakukan terapi hipertensi. Pengetahuan pasien mengenai hipertensi
dapat mempengaruhi tingkat kemampuan untuk mengerti, memahami manfaat dan
risiko terapi hipertensi, tujuan dan kepatuhan pasien hipertensi dalam menjalani
pengobatan hipertensi secara teratur.
Pengendalian hipertensi atau sama dengan mengontrol tekanan darah agar
tetap terjaga atau bahkan berada dibawah dari nilai 140/90 mmHg pada responden
hipertensi yang menjalankan terapi secara rutin. Berdasarkan Tabel X, dari 45
responden yang menjalankan terapi hipertensi, terdapat 41 responden (5%) yang
menjalankan terapi namun tidak mengendalikan tekanan darahnya dan 4 responden
(0,5%) yang menjalan terapi hipertensi dapat mengendalikan tekanan darahnya,
maka hal tersebut kurang sesuai dengan “Rule of Halves”. Masih sedikitnya
proporsi responden hipertensi yang melakukan pengendalian tekanan darah dapat
dipengaruhi oleh masih rendahnya pengertahuan pasien terhadap hipertensi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
risiko bahaya hipertensi. pengetahuan responden mengenai hipertensi dapat
mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi atau
melakukan pengendalian tekanan darah. Pengetahuan secara formal dan melalui
pengalaman akan memotivasi responden untuk menjalani pengobatan hipertensi
dan melakukan pengendalian tekanan darah pasien hipertensi. Frekuensi kunjungan
pasien hipertensi ke pusat layanan kesehatan seperti puskesmas di dekat tempat
tinggal mereka secara rutin, menjadikan pasien hipertensi mendapatkan Informasi
tentang penyakit hipertensi dan penatalaksaan terapi farmakologi dan non
farmakologi, sehingga pengetahuan pasien tentang pengendalian tekanan darah
akan meningkat. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam melakukan
pengendalian tekanan darah pasien hipertensi untuk menjalankan program terapi
dan modifikasi gaya hidup yang sehat maka perlu dilakukan edukasi kesehatan
secara periodik oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat dan sistematis serta
menggunakan media yang sesuai, sehingga Informasi yang didapatkan oleh para
pasien hipertensi bisa diperoleh secara kontinyu.
B. Perbedaan Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Prevalensi,
Kesadaran, Terapi, dan pengendalian Tekanan Darah Responden
Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY
Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden
usia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY ditinjau berdasarkan kajian
umur dan jenis kelamin dilaksanakan pada tahun 2015. Banyak faktor risiko yang
dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi, antara lain umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, penghasilan, BMI, kebiasaan merokok, alkoholik,
pengaturan diet, olahraga, stress, hormonal hingga genetik namun hipertensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
merupakan penyakut yang dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko yang
sebagian besar merupakan faktor perilaku dan lifestyle masa kini.
Wilayah penelitian yaitu Kecamatan Kalasan merupakan wilayah yang
memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak. Sebagian besar wilayah masih
berupa sawah dan ladang maka dari itu sebagian besar pekerjaan yang mendominasi
adalah bertani dan beternak. Persebaran penduduk berdasarkan jenis kelamin di
Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY tidak terpaut banyak antara jenis kelamin laki-
laki yang berjumlah 39.455 dan perempuan berjumlah 38.452.
Tabel XI. Perbedaan Faktor Jenis Kelamin dan Usia Terhadap Responden
40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY
Usia
60-75 40-59 Total Nilai
p
OR
(95%CI) n % n % n %
Jenis
Kelamin
Laki-laki 110 32,8 225 67,2 335 100 0,03*
1,43
Perempuan 112 25,5 356 74,5 478 100 (1,05-1,94)
*nilai p bermakna (p<0,05)
Hasil analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi square tentang
perbedaan faktor jenis kelamin dan usia terhadap responden 40-75 tahun di
Kecamatan Kalasan. Berdasarkan data tersebut, terdapat pengaruh perbedaan faktor
jenis terhadap usia dengan nilai p sebesar 0,03. Maka dapat dikatakan bahwa pada
kelompok usia 60-75 tahun proporsi laki-laki 1,43 kali lebih banyak daripada
proporsi perempuan. Menurut hasil penelitian Purnama dan Prihartono (2013), yang
dilakukan pada responden lansia berusia 65-74 tahun dan 75 tahun ke atas,
prevalensi hipertensi pada perempuan lebih rendah (60%) daripada laki-laki (80%).
Laki-laki mempunyai risiko untuk menderita hipertensi lebih besar daripada
perempuan dengan rasio 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
1. Prevalensi Hipertensi
Tabel XII. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Prevalensi
Hipertensi Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman
Variabel
Prevalensi
Nilai
p
OR
(95%CI)
≥140/90
mmHg
<140/90
mmHg
n % n %
Umur (tahun)
0,01*
2,76
(2,01-3,77)
60-75 143 40,1 89 19,5
40-59 214 59,9 367 80,5
Jenis Kelamin
0,03*
1,36
(1,03-1,80)
Laki-laki 162 48,4 173 51,6
Perempuan 195 40,8 283 59,2
*p<0,05=data berbeda bermakna
Hasil analisis data tentang pengaruh faktor umur dan jenis kelamin terhadap
prevalensi hipertensi di Kecamatan Kalasan. Pada kategori usia 60-75 tahun tingkat
prevalensi hipertensi (≥140/90 mmHg) sebesar 143 (40,1%) dan pada kategori usia
40-59 tahun sebesar 214 (59,9%). Maka dapat disimpulkan bahwa kategori usia 60-
75 tahun 2,76 kali lebih berisiko mengalami tekanan darah ≥140/90 mmHg
dibandingkan dengan kategori usia 40-59 tahun yang dilihat dari nilai OR yaitu 2,76
(2,01-3,77). Hasil penelitian menunjukkan nilai p<0,01, maka menunjukkan adanya
pengaruh perbedaan antara faktor umur terhadap prevalensi hipertensi. Hasil
tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu semakin
bertambahnya usia maka risiko untuk terkena hipertensi menjadi lebih besar
sehingga prevalensi hipetensi lebih banyak ditemukan pada kelompok usia 55-64
dan lebih dari 65 tahun (Depkes RI, 2006).
Hasil analisis antara faktor jenis kelamin terhadap prevalensi hipertensi
menunjukkan nilai p<0,05 yaitu 0,03, maka dapat di katakan bahwa jenis kelamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
dapat mempengaruhi prevalensi hipertensi. Nilai OR (Odds Ratio) yang didapat
sebesar 1,36 dengan CI 95% 1,03-1,80 yang artinya responden laki-laki 1,36 kali
lebih berisiko terkena hipertensi dibandingkan dengan responden perempuan. Jenis
kelamin merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi. Hasil temuan peneliti
berbeda dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa kejadian hipertensi
meningkat seiring bertambahnya umur dan laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih
tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal yaitu pada umur ≥40 tahun (Wahyuni,
2013). Setelah memasuki masa masa menopause, prevalensi hipertensi pada
perempuan akan meningkat. Bahkan setelah umur 65 tahun, kejadian hipertensi
pada perempuan akan lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang diakibatkan oleh
faktor hormonal (Depkes RI, 2006). Hasil analisis data pada Tabel XI menyatakan
bahwa laki-laki dengan usia 60-75 memiliki proporsi yang lebih banyak daripada
perempuan, hasil ini mendukung dari hasil data pada Tabel XII yaitu laki-laki yang
memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg lebih banyak daripada wanita. Banyaknya
responden laki-laki yang berusia 60-75 tahun merupakan salah satu faktor yang
mendukung tingginya prevalensi hipertensi pada laki-laki di Kecamatan Kalasan.
Prevalensi hipertensi pada perempuan lebih rendah dibandingkan pada laki-
laki diusia muda, namun prevalensi hipertensi pada perempuan akan mulai lebih
tinggi daripada laki-laki saat mendekati umur 35 tahun. Ketika perempuan
memasuki masa menopause, maka prevalensi hipertensi pada perempuan akan
meningkat. Menurut Depkes RI (2006) yaitu setelah umur 65 tahun, kejadian
hipertensi pada perempuan akan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang
diakibatkan oleh faktor hormonal. Menurut teori medis, hormon estrogen dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
melindungi perempuan terhadap hipertensi namun kadar estrogen akan menurun
saat menopause (Isfandari, 2015).
2. Kesadaran Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif dan memiliki risiko
bahaya besar namun belum banyak orang yang menyadari. Kesadaran masyarakat
untuk melakukan kontrol tekanan darah dinilai masih rendah. Hal ini disebabkan
oleh peningkatan tekanan darah yang tidak menunjukkan gejala-gejala spesifik,
serta kurangnya pengetahuan tentang faktor risiko meningkatnya tekanan darah
tersebut (Depkes RI, 2009).
Tabel XIII. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap
Kesadaran Hipertensi Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan
Variabel
Kesadaran
Nilai
p
OR
(95%CI)
Sadar
Tidak
Sadar
n % n %
Umur (tahun)
0,46
0,81
(0,49-1,32)
60-75 33 36,3 110 41,4
40-59 58 63,7 156 58,6
Jenis Kelamin
0,33
0,77
(0,48-1,25)
Laki-laki 37 40,7 125 47,0
Perempuan 54 59,3 141 53,0
Hasil analisis data tentang pengaruh faktor umur dan jenis kelamin terhadap
kesadaran responden terhadap hipertensi di Kecamatan Kalasan. Hasil analisis usia
terhadap kesadaran hipertensi diperoleh nilai p>0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada pengaruh bermakna antara faktor usia dengan kesadaran
responden. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran seseorang
terhadap hipertensi. semakin tua usia seseorang maka akan semakin meningkat pula
tingkat kesadarannya. Tingginya tingkat kesadaran pada orang dengan usia lanjut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dikarenakan pada perhatian mereka terhadap kesehatan tubuhnya sehingga
membuat mereka untuk lebih sering bertemu dengan tenaga kesehatan. Maka
apabila semakin sering seseorang menemui tenaga kesehatan, maka akan semakin
sadar dengan kondisi tubuhnya (Malekzadeh, Etemadi, Kamangar, Khademi,
Golozar, Islami et al., 2013).
Analisis jenis kelamin terhadap kesadaran responden diperoleh nilai p
sebesar 0,33, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh
terhadap kesadaran responden hipertensi. Namun hasil tersebut berbeda dengan
penelitian Pereira, et al., (2009), bahwa tingkat kesadaran pada perempuan lebih
tinggi daripada laki-laki, beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya karena
seorang ibu atau perempuan akan lebih sering mengunjungi pusat kesehatan atau
tempat pratik dokter untuk keperluan konsultasi kehamilan, kelahiran bayi dan
konsultasi mengenai anak-anak mereka contohnya untuk keperluan imunisasi atau
kegiatan posyandu secara rutin di wilayah mereka. Hal ini secara tidak langsung
membuat para ibu atau perempuan tersebut untuk memeriksakan kesehatan mereka
termasuk mengukur tekanan darahnya.
Responden dengan usia 60-74 tahun dengan hipertensi, kesadaran
perempuan terhadap hipertensi lebih tinggi secara bermakna daripada laki-laki
dengan nilai OR=1,48 (Kaiu, et al., 2013).
3. Terapi Hipertensi
Obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah juga terbukti efektif dalam
menurunkan atau mencegah kerusakan ginjal pada penderita diabetes dengan atau
tanpa adanya hipertensi. Beberapa waktu terakhir sebagian obat-obatan telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
terbukti dapat mencegah kerusakan retina pada penderita diabetes dan zat
antihipertensi dapat pula mengurangi kemungkinan orang yang mengalami
serangan jantung untuk mengalaminya lagi atau mengalami gagal jantung (Dipiro,
et al., 2005).
Tabel XIV. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Terapi
Hipertensi Responden di Kecamatan Kalasan
Variabel
Terapi
Nilai
p
OR
(95%CI)
Ya
Tidak
n % n %
Umur (tahun)
0,08
0,43
(0,18-1,04)
60-75 12 26,7 21 45,7
40-59 33 73,3 25 54,3
Jenis Kelamin
0,67
0,80
(0,34-1,82)
Laki-laki 17 45,9 20 54,1
Perempuan 28 51,9 26 48,1
Hasil analisis data tentang pengaruh faktor usia terhadap terapi hipertensi
menunjukkan nilai p>0,05 yaitu 0,08 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh antara faktor usia dengan terapi hipertensi di Kecamatan Kalasan. Terapi
hipertensi banyak dilakukan oleh orang yang telah berusia lanjut yang memiliki
komplikasi beberapa komplikasi penyakit termasuk hipertensi Namun, seiring
dengan bertambahnya usia, jumlah responden yang melakukan terapi hipertensi
secara rutin semakin menurun. Hal tersebut disebabkan karena tingkat kesadaran
responden dengan usia diatas 60 tahun semakin menurun (Seed, Al-Hamdan,
Bahnassy, Abdalla, Abbas, and Abuzaid, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan nilai p sebesar 0,67 maka dapat disimpulkan
bahwa perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi terapi hipertensi responden di
Kecamatan Kalasan. Beberapa laki-laki yang menjalani terapi hipertensi terkadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
lupa dalam mengkonsumsi obat-obatnya. Hal ini disebabkan oleh kesibukan
mereka, mayoritas pekerjaan penduduk di Kecamatan Kalasan antara lain bertani
dan berladang sekaligus mencari pakan untuk ternak mereka dirumah. Kegiatan
tersebut bisa dilakukan dari pagi hingga siang hari atau dari siang hingga sore hari,
hal ini menyebabkan rendahnya tingkat ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat
antihipertensi mereka dan cenderung sulit untuk mengontrol makan yang
dikonsumsi dan porsi makan mereka.
Pada responden berusia tua dengan hipertensi, dalam terapi untuk
mengatasi hipertensi perempuan lebih baik daripada laki-laki dan pada responden
dengan usia 60-74 tahun dikaitkan dengan tingkat pengobatan yang dilakukan,
secara signifikan lebih tinggi dibandingan dengan usia >75 tahun (Kiau, et al.,
2013).
4. Pengendalian Hipertensi
Tabel XV. Pengaruh Faktor Umur dan Jenis Kelamin Terhadap
Pengendalian Tekanan Darah Responden di Kecamatan Kalasan
Variabel
Terkendali
Nilai
p
OR
(95%CI)
Ya
Tidak
n % n %
Umur (tahun)
0,56
Tidak dapat
dihitung
60-75 0 0 12 29,3
40-59 4 100 29 70,7
Jenis Kelamin
0,63
1,73
(0,22-13,60)
Laki-laki 2 11,8 15 88,2
Perempuan 2 7,1 26 92,9
Hasil analisis data tentang pengaruh faktor umur terhadap pengendalian
tekanan darah responden didapatkan nilai p sebesar 0,56 maka dapat di katakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
bahwa tidak ada pengaruh antara faktor usia dengan pengendalian tekanan darah
responden hipertensi. Odds Ratio (OR) pada pengendalian tekanan darah tidak
dapat dihitung karena pada kelompok responden yang berumur 40-59 tahun,
tekanan darah yang terkendali sebanyak 0 (0%). Analisis yang digunakan adalah
Uji Chi Square crosstab 2x2, apabila pada tabel data terdapat nilai 0 makan ketika
akan dilakukan analisis lebih lanjut tidak dapat dihitung nilai Odds Ratio untuk
pengendalian tekanan darah terhadap faktor umur.
Analisis data tentang pengendalian tekanan darah responden hipertensi
berdasarkan faktor perbedaan jenis kelamin diperoleh nilai p sebesar 0,63, maka
dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara faktor perbedaan jenis
kelamin terhadap pengendalian tekanan darah responden hipertensi. menurut hasil
penelitian Kiau, et al (2013), bagi responden lanjut usia 60-74 tahun dan >75 tahun
dengan pengobatan hipertensi, responden perempuan yang melakukan pengobatan
hipertensi cenderung lebih rendah untuk memiliki tekanan darah yang terkendali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Responden penelitian ini sebanyak 813 responden. Prevalensi hipertensi
sebanyak 357 responden, proporsi kesadaran hipertensi sebanyak 91
responden (25,8%), menjalani terapi hipertensi sebanyak 45 responden
(12,8%) dan pengendalian tekanan darah terhadap hipertensi sebanyak 4
responden (1,1%) dari subjek yang hipertensi.
2. Responden yang berumur 60-75 tahun yang memiliki tekanan darah
≥140/90 mmHg dibandingkan 40-59 tahun dengan nilai OR 2,76 (95%CI:
2,01-3,77). Responden laki-laki memiliki prevalensi hipertensi dengan
nilai OR 1,36 (95%CI: 1,03-1,80), maka 1,36 kali lebih banyak
dibandingkan dengan responden perempuan, namun tidak terdapat
perbedaan terhadap kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang didapat
dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran antara lain:
1. Dilakukan penyuluhan kesehatan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman
untuk memberikan beberapa Informasi dan edukasi seputar hipertensi, cara
mengendalikannya dan terapi yang tepat untuk mencegah dan mengobati
hipertensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
2. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengukuran tekanan darah lebih
dari sekali pada kesempatan yang berbeda untuk memastikan apakah hasil
pengukuran tersebut benar-benar bisa membuktikan bahwa responden
memiliki tekanan darah tinggi atau tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I., 2006, Statistika Penerapan Model Rerata Sel Multivariat dan Model
Ekonometri dengan SPSS, Jakarta, hal. 83.
Bellary, S., Krishnankutty, B., and Latha, M.S., 2014, Basics of Case Report Form
Designing in Clinical Research, Perspect Clin Res, 5 (4), 159.
Budiarto, E., 2002, Biostatistika, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 17.
Chobanian, A,V., 2004, The Sevent Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure,
US Department of Health and Human Services, National High Blood Pressure
Educatin Program.
Dahlan, M,S., 2014, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Deskriptif,
Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS,
Edisi 6, Salemba Medika, Jakarta, hal. 55.
Dahlan, M,S., 2013, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta, hal.
41.
Danon-Hersch, N., Marques-Vidal, P., Bovet, P., Chiolero, A., Paccaud, F., Pecoud,
A., et al, 2009, Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of High Blood
Pressure in a Swiss City Gneneral Population: The Colaus Study. European
Journal of Cardiovascular Prevention and Rehabillitation, 16 (1), 66.
Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana
Penyakit Hipertensi, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 13.
Departemen Kesehatan RI, 2009, Hipertensi Faktor Risiko Utama Penyakit
Kardiovaskular, Departemen Kesehatan RI,
www.depkes.go.id/article/view/157/hipertensi-faktor-risiko-utama-penyakit-
kardiovaskular.html, diakses tanggal 16 April 2015.
Departemen Kesehatan RI, 2010, Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga,
Departemen Kesehatan RI, www.depkes.go.id/article/view/810/hipertensi-
penyebab-kematian-nomor-tiga.html, diakses tanggal 16 April 2015.
Departemen Kesehatan RI, 2012, Masalah Hipertensi di Indonesia, Departemen
Kesehatan RI, www.depkes.go.id/article/view/1909masalah-hipertensi-di-
indonesia.html, diakses tanggal 16 April 2015.
Departemen Kesehatan RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2013),
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 122.
Departemen Kesehatan RI, 2014, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Departemen Kesehatan RI, 2006, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 616.132 Ind P, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Penyakit Hipertensi, Jakarta, hal. 13.
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa DIY, 2013, Profil Kesehatan Daerah Istimewa
DIY, Sistem Informasi Kesehatan DIY, DIY.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2012, http://dinkes.slemankab.go.id, diakses
tanggal 23 Maret 2016.
DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.C., Wells, B.G., and Posey, L.M.,
2005, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, The
McGraw-Hill Companies, Inc., United States, 186.
Gu, D., Reynolds, K., Wu, X., Chen, J., Duan, X., Muntner, P., et al, 2002,
Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of Hypertension in China,
American Heart Association, Inc., 920-927.
Isfandari, S., 2015, Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dan Distress Emosional
Sebagai Kontributor Hipertensi Perempuan Indinesia: Tinjauan Perspektif
Jender, Bul Penelit Kesehatan,43 (1), hal. 56,57,60.
Janus, E. D., Bunker, S. J., Kilkkinen, A., Namara, K. Mc., Philpot, B., Tideman,
P., et al., 2008, Prevalence, Detection and Drug Treatment of Hypertension
in A Rural Australian Population: The Gender Green Triangle Risk Factor
Study 2004-2006, Internal Medicine Journal, 883.
Kennedy, L., 2009, Problem Solving in Hypertension, Atlas Medical Publishing,
UK, 2-3.
Kiau, H.B., Kaur, J., Nainu, B.M., Omar, M.A., Saleh, M., Keong, Y.W., et al.,
2013, Prevalence, awareness, treatment and control of Hypertension among
the elderly: the 2006 National Health and Morbidity Survey III in Malaysia,
Med J Malaysia, 68(4), 332-333.
Last, J.M., 2001, A Dictionary of Epidemiology, Oxford: Oxford University Press.
Malekzadeh, M., Etemadi, A., Kamangar, F., Khademi, H., Golozar, A., Islami, F.,
et al., 2013, Prevalence, awareness and risk factors of hypertension in a large
cohort of Iranian adult population, J Hypertens, 31 (7), 1364-1371.
Mancia, G., Fagard, R., Narkiewicz, K., Redon, J., Zanchetti, A., Bohm, M., et al.,
2013, The Task Force for The Management of Arterial Hypertension of The
European Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of
Cardiology (ESC), J Hypertens, 1286.
MHRA, 2013, Blood Pressure Measurement Devices, Medicines and Healthcare
Products Regulatory Agency, 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Nurudin, M., Mara, M,M., dan Kusanandar, D., 2014, Ukuran Sampel dan
Distribusi Sampling dari Beberapa Variabel Random Kontinu, Buletin Ilmiah
Mat. Stat dan Terapannya (Bimaster), 03 (1), hal. 1-6.
Nwankwo, T., Yoon, S. S., Burt, V., and Gu, Q., 2013, Hypertension Among Adults
in the United States: National Health and Nutrition Examination Survey
2011-2012, NCHS Data Brief, No. 133, US, 2-5.
Ostchega, Y., Yoon, S.S., Hughes, J., Louis, T., and Division of Health and
Nutrition Examination Surveys, 2008, Hypertension Awareness, Treatment,
and Control-Continued Disparaties in Adult: United States 2005-2006, US
Department Of Health And Human Services, NCHS, 1-15.
Panesar, S., Chaturvedi, S., Saini, N.K., Avasthi, R., Quadri, S. S., Singh, A., 2013,
Current status of the ‘rule of halves’ of hypertension: a survey among the
residents of slum resettlement colony from east Delhi, healthline pISSN
2239-337X337X/eISSN2320-1525, 4, 71.
Pereira, M., Lunet, N., Azevedo, A., and Barros, H., 2009, Differences in
prevalence, awareness, treatment and control of hypertension between
developing and develop countries, Journal of Hypertension, 27 (5), 972.
Perhimpunan Hipertensi Indonesia dan Direktorat Penyakit Tidak Menular
KEMENKES R. I., 2012, Referensi Populer Untuk Masyarakat Umum:
Kenalilah Tekanan Darah Anda, Jakarta, Pusat Promosi Kesehatan, hal. 21-
24.
Purnama, D,S., dan Prihartono, N,A., 2013, Prevalensi Hipertensi dan Faktor-
faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di
Posyandu Lansia Wilayah Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat Tahun
2013, Jakarta, Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia.
Rahajeng, E., dan Tuminah, S., 2009, Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia, Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Jakarta, hal. 581.
Saeed, Abdallah, A., Al-Hamdan, N., Bahnassy, A., Abdalla, A., Abbas, Mostafa,
A., and Abuzaid, L., 2011, Prevalence, Awareness, Treatment, and Control
of Hypertension among Saudi Adult Population: A National Survey,
International Journal of Hypertension, 2011, 1-8.
Singh, R.B., Suh, I.L., Singh, V.P., Chaithiraphan, S., Laothavorn, P., Sy, R.G.,
2000, Hypertension and stroke in Asia: prevalence, control and straegis in
developing coutries for prevention, India, Journal of Human Hypertension,
14, 753
Soetiarto, F., Roselinda., dan Suhardi, 2010, Hubungan Diabetes Melitus dengan
Obesitas Berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang Data
Riskesdas 2007, Buletin Penelitian Kesehatan (Online), Vol. 38, No. 1, hal.
36-42.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Sustrani, L., Alam, S., dan Hadibroto, I., 2006, Hipertensi, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Sutedjo, 2006, Profil Hipertensi pada Populasi Monica, Hasil Penelitian Monica-
Jakarta III”, Jakarta: Filed Under Riset Epidemiologi.
Thawomchaisit, P., Looze, F., Reid, M. C., Seubsman, S., Sleigh, A., and, Thai
Cohort Study Team., 2013, Health-Risk Factors and the Prevalence of
Hypertension: Cross-Sectional Findings from a National Cohort of 87 143
Thai Open University Students, Global Journal of Health Science; 5 (4), 127.
Umar, H., 2002, Metode Riset Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.
P. 150.
Wahyuni, I. K., 2013, Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Laki-Laki di Wilayah
Kerja Puskesmas Tawangrejo Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun, Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Ponorogo.
Wang, H., Zhang, X., Zhang, J., He, Q., Hu, R., Wang, L., et al., 2013, Factors
Associated with Prevalence, Awareness, Treatment adn Control of
Hypertension Among Adults in Southern China: A Community-Based,
Cross-Sectional Survey, PLOS ONE, 8, 4-7.
Weber, M.A., Schiffrin, E.L., White, W.B., Mann, S., Lindholm, L.H., and
Kenerson, J.G., 2014, Clinical Practice Guidelines for the Management of
Hypertension in the Community: A Statement by the American Society of
Hypertension and the International Society of Hypertension, The Journal of
Clinical Hypertension (16)1, 15.
Sofia, M., 2014, Hipertensi Menduduki Penyebab Kematian Pertama di Indonesia,
www.inash.or.id/news_detail.html, diakses tanggal 5 Desember 2015.
Yeni, Y., Djannah, S.N., dan Solikhah, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas
Umbulharjo I DIY Tahun 2009, KESMAS, Vol. 4, No.2, hal. 95, 100.
Zuraidah, Maksuk, dan Apriliadi, N., 2012, Analisis Faktor Risiko Penyakit
Hipertensi Pada Masyarakat di Kecamatan Kemuning Kota Palembang
Tahun 2012, Palembang, hal. 4-5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 2. Ethical Clearence
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 3. Infrom Consent
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
Kami dari tim peneliti yang diketuai oleh Nonitha Viana Susilo dari Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma akan melakukan penelitian yang berjudul
“Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Responden Hipertensi di
Kecamatan Kalasan” (Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Sosiodemografi)”.
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Melakukan evaluasi berdasarkan tingkat prevalensihipertensi, kesadaran
responden terhadap hipertensi, terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan
darah yang terjadi.
2. Melakukan evaluasi terhadap pengaruh umur dan 8 faktor (BMI, jenis
kelamin, olahraga, diet, merokok, pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan)
terhadap prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan
darah responden.
Tim peneliti mengajak bapak/ibu/saudara(i) untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Penelitian ini membutuhkan sekitar 800 responden penelitian. waktu penelitian
diperkirakan 30 menit untuk masing-masing responden.
A. Keikutsertaan untuk Ikut Penelitian
Responden penelitian dibebaskan untuk memilih keikutsertaan dalam
penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila responden penelitian sudah memutuskan
untuk ikut, maka responden penelitian juga bebas untuk mengundurkan
diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau sanksi apapun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
B. Prosedur Penelitian
Apabil responden penelitian bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini,
responden penelitian diminta menandatangani lembar persetujuan ini. Prosedur
selanjutnya adalah:
1. Responden penelitian akan diwawancarai oleh tim peneliti. Setiap dukuh
terdiri dari dua tim peneliti untuk menanyakan: Nama, alamat, usia, jenis
kelamin, riwayat pengobatan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan
minum alkohol, pengaturan pola makan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan
penghasilan (berdasarkan CRF yang sudah disediakan).
2. Responden penelitian akan diukur berat badan, tinggi badan dan tekanan
darahnya oleh tim peneliti.
C. Kewajiban Subyek Penelitian
Sebagai subyek penelitian berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk
penelitian seperti yang tertulis diatas. Bila ada yang belum jelas, responden
penelitian bisa bertanya lebih lanjut kepada tim peneliti.
D. Manfaat
Keuntungan langsung yang responden penelitian dapatkan adalah:
1. Responden penelitian mendapatkan pemeiksaan tekanan darah secara
grartis.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan Informasi mengenai faktor
risiko kesehatan terhadap responden hipertensi sehingga dapat mencegah
prevalensi hipertensi meningkat dan tekanan darah responden hipertensi
dapat terkontrol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
3. Data yang didapatkan diharapkan dapat memberikan Informasi mengenai
tekanan darah responden sehingga responden dapat melakukan tindak
lanjut yang harus dilakukan dengan mengetahui tekanan darahnya, serta
dapat memberikan Informasi terkait faktor risiko kesehatan dan sosio-
demografi terhadap responden di Kecamatan Kalasan. Pengukuran tekanan
darah yang dilakukan diharapkan mampu memberikan gambaran mengani
faktor risiko hipertensi.
E. Kerahasiaan
Semua Informasi yang berkaitan dengan identitas responden penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti.
F. Informasi Tambahan
Bapak/ibu/saudara(i) responden penelitian diberi kesempatan untuk
menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini.
Bila sewaktu-waktu membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Bapak/ Ibu/
saudara(i) dapat menghubungi Nonitha Viana Susilo pada 085713535980.
Bapak/ ibu/ saudara(i) juga dapat menanyakan tentang penelitian kepada
Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM
(Telp. 9017225 dari lingkungan UGM) atau 0274-7134955 dari luar, atau e-
mail: [email protected].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
Kami dari tim peneliti yang diketuai oleh Nonitha Viana Susilo dari Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma akan melakukan penelitian yang berjudul
“Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Responden Hipertensi di
Kecamatan Kalasan” (Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Sosiodemografi)”.
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Melakukan evaluasi berdasarkan tingkat prevalensihipertensi, kesadaran
responden terhadap hipertensi, terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan
darah yang terjadi.
2. Melakukan evaluasi terhadap pengaruh umur dan 8 faktor (BMI, jenis
kelamin, olahraga, diet, merokok, pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan)
terhadap prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan
darah responden.
Tim peneliti mengajak bapak/ibu/saudara(i) untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Penelitian ini membutuhkan sekitar 800 responden penelitian dengan jangka waktu
keikutsertaan masing-masing subjek sekitar 1 bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 4. Validari dan Uji Realibilitas Alat Pengukuran Tekanan Darah
yang digunakan dalam Penelitian.
a. Validitas Sphygmomanmeter Digital dan Raksa
Validitas sphygmomanometer dilakukan melalui ujit t berpasangan
dengan taraf kepercayaan 95%. Nilai p diperoleh >0,05 sehingga secara
statistik dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan antara
sphygmomanometer digital dan raksa. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa instrumen penelitian yang digunakan valid.
ValiditasSpyghmomanometer Digital 1 dan Raksa pada Probandus
Sphygmomanometer 1 Probandus
1 2 3
Digital
Raksa
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
106
60
115
60
102
53
106
58
104
55
107
55
Nilai p sistolik
Nilai p diastolik
0,103
0,423
ValiditasSpyghmomanometer Digital 2 dan Raksa pada Probandus
Sphygmomanometer 2 Probandus
1 2 3
Digital
Raksa
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
116
77
120
80
131
67
130
70
115
71
120
80
Nilai p sistolik
Nilai p diastolik
0,287
0,085
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
ValiditasSpyghmomanometer Digital 3 dan Raksa pada Probandus
Sphygmomanometer 3 Probandus
1 2 3
Digital
Raksa
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
98
78
100
60
91
53
90
60
105
65
110
70
Nilai p sistolik
Nilai p diastolik
0,386
0,085
ValiditasSpyghmomanometer Digital 4 dan Raksa pada Probandus
Sphygmomanometer 4 Probandus
1 2 3
Digital
Raksa
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
113
73
110
70
117
80
110
80
111
67
110
70
Nilai p sistolik
Nilai p diastolik
0,173
0,560
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
b. Uji Realibilitas Spyghmomanometer Digital
Uji Realibilitas Spyghmomanometer Digital 1 pada Probandus
Probandus
Sphygmomanometer
Digital 1
Hasil
Pengukuran
Mean SD CV
(%)
1 2 3
1 Sistolik (mmHg) 113 115 115 114,33 1,15 0,94
Diastolik (mmHg) 69 77 72 72,66 4,04 3,29
2 Sistolik (mmHg) 101 103 111 105 5,29 4,32
Diastolik (mmHg) 62 71 67 66,67 4,50 3,68
3 Sistolik (mmHg) 101 99 104 101,33 2,51 2,05
Diastolik (mmHg) 75 72 79 75,33 3,51 2,86
Uji Realibilitas Spyghmomanometer Digital 2 pada Probandus
Probandus
Sphygmomanometer
Digital 2
Hasil
Pengukuran
Mean SD CV
(%)
1 2 3
1 Sistolik (mmHg) 101 115 98 99,62 1,53 1,25
Diastolik (mmHg) 59 56 66 60,33 5,13 4,19
2 Sistolik (mmHg) 103 97 102 97 4,36 3,56
Diastolik (mmHg) 57 56 58 57 1 0,81
3 Sistolik (mmHg) 97 94 95 95,33 1,52 1,24
Diastolik (mmHg) 60 63 65 62,66 2,51 2,05
Uji Realibilitas Spyghmomanometer Digital 3 pada Probandus
Probandus
Sphygmomanometer
Digital 3
Hasil
Pengukuran
Mean SD CV
(%)
1 2 3
1 Sistolik (mmHg) 104 115 107 102,67 5,13 4,19
Diastolik (mmHg) 56 77 57 55,33 2,08 1,70
2 Sistolik (mmHg) 94 103 99 96 2,56 2,16
Diastolik (mmHg) 54 71 59 55 3,60 2,94
3 Sistolik (mmHg) 102 99 104 100,33 4,73 3,86
Diastolik (mmHg) 59 72 65 59,66 5,03 4,10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Uji Realibilitas Spyghmomanometer Digital 4 pada Probandus
Probandus
Sphygmomanometer
Digital 4
Hasil
Pengukuran
Mean SD CV
(%)
1 2 3
1 Sistolik (mmHg) 102 99 107 101 1,73 1,41
Diastolik (mmHg) 55 61 65 60,33 5,03 4,11
2 Sistolik (mmHg) 97 103 95 98,33 4,16 3,40
Diastolik (mmHg) 55 61 63 59,67 4,16 3,40
3 Sistolik (mmHg) 107 100 102 103 3,60 2,94
Diastolik (mmHg) 60 59 62 60,33 1,52 1,24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 5. Validasi Timbangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 6. SOP Pengukuran Tekanan Darah
SOP PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2007), standar operasional pengukuran (SOP)
tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital, antara lain:
1. Sebelum menggunakan pengukuran tekanan darah, responden sebaiknya
menghindari aktivitas fisik seperti olahraga, merokok dan makan, minimal 30
menit sebelum pengukuran. Duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum
pengukuran.
2. Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stress. Pengukuran sebaiknya
dilakukan dalam ruangan yang tenang dan dalam kondisi tenag serta posisi
duduk.
3. Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua
telapak kaki datar menyentuh lantai. Letakkan lengan kanan responden di atas
meja sehingga manset yang sudah terpasang sejajar dengan jantung responden.
4. Singsingkan lengan baju bagian kanan dan meminta responden untuk tetap
duduk tanpa banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat melakukan
pengukuran tekanan darah. responden yang menggunakan baju berlengan
panjang dapat disingsingkan lengan bajunya keatas tetapi pastikan lipatan baju
tidak terlalu ketat sehingga tidak menghambat aliran darah di lengan.
5. Biarkan lengan dalm posisi tidak tegang dengan telapak tangan terbuka ke atas.
Pastikan tidak ada lekukan pada pipa manset.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
6. Persiapkan manset, perhatikan bahwa manset diambil dengan cara yang benar
dengan mengangkat secara keseluruhan (tidak ditarik salah saty bagiannya).
7. Pasang manset pada lengan kanan responden dengan posisi kain halus/lembut
ada di bagian dalam dan D-ring (besi) tidak menyentuh lengan, masukkan
ujung manset melalui D-ring dengan posisi kain perekat di bagian luar. Ujung
bawah manset terletak kira-kira 1-2 cm diatas siku. Posisi pipa manset harus
terletak sejajar dengan lengan kanan responden dalam posisi lurus dan relaks.
8. Tarik manset dan kencangkan melingkari lengan kanan responden. tekan kain
perekat secara benar pada kain bagian luar manset. Pastikan manset terpasang
secara nyaman pada lengan kanan atas responden.
9. Tekan tombol “start” pada layar akan muncul angka 888 dan semua simbol.
10. Semua simbol gambar hati akan berkedip-kedip sampai denyut jantung tidak
terdeteksi dan tekanan udara dalam manset berkurang, angka sistolik, diastolik,
dan denyut nadi akan muncul.
11. Catat angka sistolik, diastolik dan denyut nadi hasil pengukuan tersebut pada
formulir hasil pengukuran dan pemeriksaan
12. Pengukuran dilakukan dua kali, jarak antara dua pengukuran sebaiknya 2 menit
dengan melepaskan manset pada lengan.
13. Apabila pengukuran kedua terdapat selisih >10mmHg, ulangi pengukuran
ketiga setelah istirahat 10 menit dengan melepas manset pada lengan.
14. Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat dilakukan dengan
posisi berbaring dan catat kondisi tersebut di lembar catatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 7. Case Repot Form (CRF)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
BIOGRAFI PENULIS
Tika Desi Indriyani, lahir di Indragiri Hilir, Riau pada
tanggal 22 Desember 1993 dari pasangan Bapak Ir. Kaca
Widagdo dan Ibu Siti Juwariyah. Peneliti adalah anak
pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang
pernah ditempuh yaitu TK Aisyah Bustanul Akfal
Temanggung (1998-2000), SD Negeri Jampiroso 2
Temanggung (2000-2005), SD Negeri Sagan DIY (2005-2006), SMP Negeri 6 DIY
(2006-2009), SMA Negeri 6 DIY (2009-2012), dan mulai tahun 2012 mengikuti
Program Studi Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma DIY
sampai sekarang. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma DIY, peneliti menjadi Koordinator Divisi Konsumsi acara
Pelepasan Wisuda Oktober 2014 dan acara Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) 2014,
anggota Divisi P3K dalam Acara Pharmacy Performance tahun 2012, anggota
Divisi P3K dalam acara pengobatan gratis 2013, anggota Divisi Hubungan
Masyarakat dalam acara pengobatan gratis dalam rangka Dies Natalis Fakultas
Farmasi 2014, Anggota Divisi Hubungan Masyarakat dalam acara Pengabdian
Masyarakat 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI