http://doi.org/10.22435/blb.V15i1.408.
13
Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum) sebagai Repelen Nyamuk
Aedes aegypti
Potency of Star Anise (Illicium verum) Essential Oil as Aedes aegypti Mosquito Repellent
Eva Lestari*, Bondan Fajar Wahyudi, Adil Ustiawan, Dian Indra Dewi
Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara Jalan Selamanik Nomor 16A Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia
*E_mail: [email protected]
Received date: 07-09-2018, Revised date: 28-03-2019, Accepted date: 28-05-2019
ABSTRAK Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Kasus DBD di
Indonesia tahun 2017 terdapat 68.407 kasus dengan kematian sebanyak 493 orang. Angka kesakitan DBD tahun
2017 adalah 26,10 per 100.000 penduduk. DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti. Beberapa jenis tanaman baik batang, daun maupun bunganya dapat digunakan sebagai bahan
alami pengusir nyamuk Ae. aegypti. Bunga lawang (Illicium verum) mempunyai kandungan senyawa kimia yang
dapat digunakan sebagai penolak nyamuk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi minyak atsiri bunga
lawang sebagai repelen nyamuk Ae. aegypti. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium
dengan rancangan penelitian post test only with control group design. Pengujian daya tolak minyak atsiri bunga
lawang dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% diujikan terhadap nyamuk Ae. aegypti betina dengan
umur 3-5 hari. Hasil penelitian menunjukkan persentase daya tolak minyak atsiri bunga lawang konsentrasi 10%,
20%, 30%, 40% dan 50% selama 6 jam pengamatan adalah 58,1%; 63,51%; 59,95%; 49,45%; dan 65,32%.
Minyak atsiri bunga lawang pada konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% mampu memberikan perlindungan
terhadap gigitan nyamuk Ae. aegypti selama 1 sampai 2 jam.
Kata kunci: repelen, bunga lawang (Illicium verum), Aedes aegypti, minyak atsiri, Demam Berdarah Dengue
ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still a become public health problem in the world. In 2017, there were
68,407 cases with 493 deaths DHF cases in Indonesia . The incidence rate of DHF in 2017 was 26,10/100,000
population. DHF was caused by dengue virus which was transmitted through the bites of Aedes aegypti. Several
types of plants such as stems, leaves, and flowers can be used as natural ingredients for repelling Ae. aegypti,
Star anise (Illicium verum) has a chemical compound that can be used as a mosquito repellent. The purpose of
this study was to know the potential of star anise essential oil as repellents of Ae. aegypti. This study was an
experimental study with post test only with control group design. The experiment to test the repellency of star
anise essential oil was carried out using concentrations of 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% on 3-5 days old
female Ae. aegypti. The result of this study showed that repellency index of star anise essential oil at concentration 10%, 20%, 30%, 40% and 50% during 6 hours were 58.1%; 63.51%; 59.95%; 49.45% and
65.32%. Star anise essential oil at concentration 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% can provide protection against
the bites of Ae. aegypti for 1 until 2 hours.
Keywords: repellent, star anise (Illicium verum), Aedes aegypti, essential oil, Dengue Hemorrhagic Fever
PENDAHULUAN
Insidensi Deman Berdarah Dengue
(DBD) terus meningkat di seluruh dunia dalam
beberapa tahun terakhir. Menurut laporan
World Health Organization (WHO) (2015)
terdapat 390 juta infeksi Dengue di seluruh
dunia setiap tahunnya.1 Deman Berdarah
Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan
subtropis.2 Kasus DBD di Indonesia tahun
2017 terdapat 68.407 kasus dengan kematian
sebanyak 493 orang, sedangkan angka
kesakitan DBD tahun 2017 adalah 26,10 per
100.000 penduduk.3
Dengue ditransmisikan oleh gigitan
nyamuk Aedes betina yang terinfeksi dengan
virus Dengue. Aedes aegypti merupakan vektor
BALABA Vol. 15 No. 1, Juni 2019: 13-22
14
utama DBD.1 Biasanya nyamuk betina
menggigit pada siang hari, dengan dua puncak
aktivitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-
17.00. Tidak seperti nyamuk lain, Ae. aegypti
mempunyai kebiasaan menghisap darah
berulang kali (multiple bites). Dengan
demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai
penular penyakit.4
Upaya pencegahan terhadap transmisi
virus Dengue adalah menghindari gigitan
nyamuk.5 Perlindungan terhadap gigitan
serangga terutama nyamuk dapat dilakukan
dengan cara mengurangi habitat
perkembangbiakan nyamuk, menggunakan
pakaian yang terlindung dari serangan
nyamuk, dan penggunaan pestisida, termasuk
senyawa penolak serangga/repelen.6,7
Repelen merupakan pestisida yang tidak
bersifat membunuh tetapi hanya mengusir
serangga.8 Repelen digunakan dengan cara
menggosokkannya pada kulit atau
menyemprotkannya pada pakaian. Standar
repelen tidak mengganggu pemakainya, tidak
melekat atau lengket di kulit, baunya
menyenangkan pemakainya dan orang
sekitarnya, tidak menimbulkan iritasi pada
kulit, tidak beracun, tidak membahayakan,
tidak merusak pakaian dan daya pengusir
terhadap serangga bertahan cukup lama.9
Repelen yang banyak digunakan oleh
masyarakat untuk menolak serangga adalah
repelen sintetik yang merupakan hasil sintesis
di laboratorium, seperti N,N-dietil-m-
toluamida (DEET).6 Mengingat penggunaan
repelen sintetik menimbulkan banyak efek
negatif, maka upaya pencarian senyawa alami
yang dapat digunakan sebagai repelen lebih
diutamakan.6 Repelen hayati dapat digunakan
untuk melindungi dari gigitan serangga yang
bersifat aman dan ramah lingkungan.10,11
Bahan alami yang di dalamnya
terkandung senyawa sebagai repelen adalah
bunga lawang. Bunga lawang merupakan jenis
rempah yang mempunyai bentuk seperti
bintang bersudut delapan dengan ujung berisi
biji pipih. Buahnya dipetik sebelum terlalu
masak dan dikeringkan dengan bantuan cahaya
matahari. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah
tropik dan subtropik dengan ketinggian hingga
2.000 m, curah hujan 1.500-2.200 mm, suhu
12-18°C, dan pH 4-5.12 Dalam ekstrak bunga
lawang terkandung senyawa linalool yang
mempunyai daya antinyamuk dari aroma khas
yang ditimbulkannya.13,14 Zat kimia linalool
merupakan sejenis alkali yang bersifat stabil,
senyawa minyak atsiri, mudah menguap. Zat
ini sering dimanfaatkan sebagai salah satu
pewangi sabun dan minyak wangi. Selain
aromanya yang tidak disukai nyamuk, linalool
juga bisa mengakibatkan iritasi pada bagian
tubuh nyamuk.15 Linalool juga dapat merusak
sistem saraf serangga.16
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
potensi minyak atsiri bunga lawang sebagai
repelen nyamuk Ae. aegypti.
METODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yang menggunakan desain
penelitian eksperimental laboratorium dengan
rancangan penelitian post test only with control
group design. Waktu penelitian dilakukan
selama 9 bulan mulai bulan Februari-Oktober
2015. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua nyamuk dewasa Ae. aegypti yang
dikembangbiakkan di Laboratorium
Entomologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.
Sampel penelitian adalah nyamuk Ae. aegypti
betina berusia 3-5 hari. Total jumlah nyamuk
uji sebanyak 625 ekor. Minyak atsiri yang
digunakan untuk uji repelen berasal dari bunga
lawang yang diperoleh dari pedagang di Pasar
Johar Semarang.
Pembuatan minyak atsiri dilakukan di
Laboratorium Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Terpadu Universitas
Sebelas Maret Solo, dengan metode destilasi
uap.17 Dalam penelitian ini bunga lawang
kering yang digunakan sebanyak 6,5 kg.
Bunga lawang dimasukkan kedalam panci
steam dengan kapasitas 0,5 kg selama kurang
lebih 3 jam pada suhu 100°C. Sebelum panci
dipanaskan, pompa air dihubungkan dengan
pipa pendingin. Uap akan melewati pipa
pendingin, kemudian tertampung pada labu.
Cairan yang dihasilkan akan terpisah antara
Potensi Minyak........(Lestari, dkk)
15
minyak atsiri dengan air. Minyak atsiri yang
dihasilkan sebanyak 160 ml ditampung dalam
botol penyimpanan.
Pengujian daya tolak nyamuk
menggunakan minyak atsiri bunga lawang
konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%
yang diencerkan menggunakan parafin cair.
Parafin cair atau mineral oil merupakan
minyak kental yang tidak berwarna dan tidak
berasa18 sehingga dapat larut dalam minyak
atsiri bunga lawang.
Penarikan sampel menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL).19 Pengujian
daya tolak menggunakan lima orang probandus
(relawan). Lengan kiri setiap relawan masing-
masing diolesi minyak atsiri konsentrasi 10%,
20%, 30%, 40% dan 50%, sebagai kontrol
adalah lengan kanan relawan tanpa olesan
minyak atsiri bunga lawang.
Pengujian dilakukan di Laboratorium
Entomologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.
Selama pengujian dilakukan pengamatan mulai
jam ke-0 hingga jam ke-6 terhadap jumlah
nyamuk dewasa yang hinggap pada lengan
perlakuan dan kontrol. Selain itu juga
dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban
ruangan tiap jam pengamatan. Pengamatan
dimulai pada jam 09.00 hingga 15.00. Jumlah
nyamuk dewasa yang digunakan sebanyak 25
ekor pada setiap kandang uji ukuran 50x35x40
cm3 dengan sekat dan dua lubang untuk
memasukkan kedua lengan relawan uji dimana
lengan kiri untuk perlakuan dan lengan kanan
sebagai kontrol. Waktu yang dibutuhkan setiap
jam pengujian adalah 5 menit. Pengulangan
dilakukan sebanyak 5 kali. Pada akhir
pengujian dihitung persentase daya proteksi
sebagai proporsi jumlah nyamuk dewasa yang
hinggap pada lengan perlakuan dengan jumlah
nyamuk dewasa yang hinggap pada lengan
kontrol.
Persentase Daya Tolak (%)20
= ∑C - ∑T x 100%
∑C
Keterangan:
C = jumlah nyamuk dewasa hinggap pada
lengan kontrol
T = jumlah nyamuk dewasa hinggap pada
lengan perlakuan20
Pelaksanaan penelitian ini telah
mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik
Penelitian Kesehatan, Badan Litbang
Kesehatan, Kemenkes RI Nomor
LB.02.01/5.2/KE.039/2014.
HASIL
Hasil pengujian daya tolak minyak atsiri
bunga lawang (konsentrasi 10%, 20%, 30%,
40% dan 50%) terhadap nyamuk dewasa Ae.
aegypti yang dilakukan selama 6 jam
pengamatan mulai jam ke-0 hingga jam ke-6
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Rata-Rata Jumlah Nyamuk Hinggap pada Lengan Perlakuan dan Kontrol pada Jam ke-0 hingga Jam
ke-6
Jam
ke-
Konsentrasi
10% 20% 30% 40% 50%
Lengan perlakuan
Lengan kontrol
Lengan perlakuan
Lengan kontrol
Lengan perlakuan
Lengan kontrol
Lengan perlakuan
Lengan kontrol
Lengan perlakuan
Lengan kontrol
0 214 12,6 128 7,2 101 4,6 88 4 96 1
1 179 39,8 193 41,6 114 29,2 144 45,4 144 28,8
2 164 49,4 213 61,2 131,6 48,6 169 66,8 161 33,4
3 215 53 182 83,6 151 53,6 123 82,8 163 49,2
4 138 81,6 185 73,2 147 69,2 143 95,8 149 71,2
5 153 106 190 97,2 126 89,8 122 99,8 131 59,2
6 153 125,4 155 97,4 128 76 169 105 111 86,4
BALABA Vol. 15 No. 1, Juni 2019: 13-22
16
Tabel 1 menunjukkan jumlah nyamuk
yang hinggap pada lengan perlakuan dan
kontrol di masing-masing konsentrasi minyak
atsiri bunga lawang. Tidak terdapat
kecenderungan penurunan jumlah nyamuk
yang hinggap pada lengan perlakuan dari
konsentrasi rendah ke yang lebih tinggi. Dari
data tersebut dapat dihitung persentase daya
tolak minyak atsiri bunga lawang yang
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Daya Tolak Minyak Atsiri Bunga Lawang pada Jam ke-0 hingga Jam ke-6
Jam ke- Konsentrasi
10% 20% 30% 40% 50%
0 94,11 94,37 95,44 95,45 98,96
1 77,76 78,45 74,39 68,47 80,00
2 69,88 71,27 63,07 60,47 79,25
3 75,35 54,07 64,50 32,68 69,82
4 40,87 60,43 52,92 33,01 52,21
5 30,72 48,84 28,73 18,20 54,81
6 18,04 37,16 40,62 37,87 22,16
Rata-Rata 58,10 63,51 59,95 49,45 65,32
Dari Tabel 2 dapat dilihat pada jam ke-0
daya tolak masing-masing konsentrasi
memiliki daya tolak lebih dari 90%. Daya
tolak memiliki kecenderungan menurun pada
pengamatan jam berikutnya. Semakin lama
waktu pengamatan maka daya tolaknya
semakin rendah. Pola penurunan daya tolak
minyak atsiri bunga lawang pada masing-
masing konsentrasi dapat dilihat pada Gambar
1. Rata-rata konsentrasi menunjukkan
penurunan daya tolak nyamuk dari jam ke-0
hingga jam ke-6. Namun, pada beberapa
konsentrasi yaitu 30% dan 40% daya tolak
nyamuk mengalami peningkatan kembali pada
jam ke-6.
Gambar 1. Pola Penurunan Daya Tolak Minyak Atsiri Bunga Lawang pada Jam ke-0 hingga Jam ke-6
Potensi Minyak........(Lestari, dkk)
17
Gambar 2. Rata-Rata Daya Tolak Minyak Atsiri Bunga Lawang pada Masing-Masing Konsentrasi
Gambar 2 menunjukkan bahwa daya tolak
minyak atsiri bunga lawang konsentrasi
terendah (10%) hingga konsentrasi tertinggi
(50%) tidak menunjukkan kecenderungan
peningkatan daya tolak. Konsentrasi yang
mempunyai daya tolak paling tinggi yaitu
konsentrasi 50% dengan rata-rata persentase
daya tolak 65,32%.
Pengukuran suhu dan kelembaban
ruangan juga dilakukan selama pengujian
berlangsung. Hasil pengukuran suhu dan
kelembaban ruangan dapat dilihat pada Tabel
3. Suhu ruangan pada saat pengujian cukup
stabil dengan rentang 26-28°C dan
kelembaban sekitar 69-74%.
Tabel 3. Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Ruangan Saat Pengujian
Jam ke- Suhu
(0C)
Kelembaban (%)
0 26,2 74,4
1 26,7 73,2
2 27,3 73
3 27,6 70,8
4 27,9 69,4
5 28,1 68,8
6 27,9 71
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan minyak
atsiri bunga lawang mampu menolak nyamuk
dewasa Ae. aegypti. Daya tolak hingga jam ke-
2 masih menunjukkan hasil yang cukup baik.
Hal ini selaras dengan hasil penelitian Wei et
al. pada tahun 2014 yang mengemukakan
bahwa ekstrak bunga lawang mempunyai
aktivitas repelensi dan toksisitas dalam
menyerang serangga.21 Penelitian Chaiyasit
melaporkan minyak atsiri yang potensial untuk
adultisida berasal dari tanaman celery (Apium
graveolens), caraway (Carum carvi), zedoary
(Curcuma zedoaria), long pepper (Piper
longum), dan Chinese star anise atau bunga
lawang (I. verum). Kelima tanaman ini dapat
digunakan untuk melawan Aedes aegypti.22
Selain itu ekstrak tanaman bunga lawang dapat
BALABA Vol. 15 No. 1, Juni 2019: 13-22
18
dipakai sebagai larvasida terhadap Culex
quinquefasciatus dengan konsentrasi 50,54
ppm.23
Akan tetapi jika dilihat
keefektivitasannya, minyak atsiri bunga
lawang kurang efektif digunakan sebagai
repelen karena persentase daya tolaknya
kurang dari 90% selama 6 jam pengamatan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah melalui
Komisi Pestisida Departemen Pertanian tahun
1995, suatu zat dikatakan efektif sebagai
repelen jika pengamatan yang dilakukan
selama 6 jam daya tolaknya ≥ 90%.20,24
Berdasarkan hasil identifikasi senyawa
menggunakan metode Gas Chromatography
Mass Spectrometry (GCMS), minyak atsiri
bunga lawang mengandung 1,8-Cineole
(0,83%), linalool (0,71%) dan limonene
(3,51%). Senyawa-senyawa tersebut dapat
digunakan sebagai penolak nyamuk.25
Senyawa 1,8-Cineole terbukti efektif melawan
gigitan nyamuk Culex pipiens molestus dengan
perlindungan selama 2 jam.26 Sedangkan
linalool menghasilkan bau yang tidak disukai
oleh nyamuk.16
Senyawa lain yang terdapat dalam bunga
lawang antara lain trans-anethole, cis-
anethole, estragole, alpha-terpineol,
anisaldehyde, dll.13,27 Minyak atsiri bunga
lawang didominasi senyawa trans-anethole
dengan persentase sekitar 80-90%21,28,29,30,
sedangkan senyawa lain yang berpotensi
sebagai penolak nyamuk memiliki persentase
yang kecil sehingga daya tolaknya kurang
maksimal.
Penelitian yang dilakukan Zhi Long Liu
tahun 2011 di China menunjukkan bahwa
minyak atsiri bunga lawang dalam menolak
Blatella germanica termasuk dalam kategori
repelensi kelas I dengan daya tolak 0,1-20%.31
Komponen utama minyak atsiri bunga lawang
adalah trans-Anethole. Anethole yang
terkandung dalam minyak atsiri bunga lawang
merupakan repelen yang lemah.32
Beberapa faktor yang mempengaruhi
efektivitas repelen antara lain komponen bahan
kimia aktif, komposisi, dosis, metode aplikasi,
titik didih, kecepatan penguapan, jenis
serangga target, aktivitas dan kondisi fisik
individu (misalnya pori-pori tubuh), dan faktor
lingkungan (suhu, kelembaban, sirkulasi udara,
iklim dan curah hujan).33
Semakin lama waktu pengamatan
menunjukkan kecenderungan daya tolak yang
semakin menurun pada setiap jam pengamatan.
Hal ini disebabkan adanya penguapan minyak
atsiri yang dioleskan pada lengan relawan.
Disamping sifat minyak atsiri yang mudah
menguap, hilangnya minyak atsiri pada kulit
disebabkan oleh adanya abrasi, absorpsi, dan
keringat.33
Minyak atsiri mempunyai sifat mudah
menguap sehingga diperlukan suatu formula
yang dapat membuat minyak atsiri lebih tahan
lama setelah dioleskan di kulit. Penelitian
Hodijah dan Widawati tahun 2013 tentang
repelen, menggunakan losion yang
ditambahkan pada minyak atsiri daun nilam
untuk menolak nyamuk Ae. aegypti, Culex sp.
dan Anopheles sp. Sediaan losion digunakan
agar minyak atsiri dapat menempel lebih lama
di permukaan kulit.34 Modifikasi senyawa
turunan diperlukan untuk mendapatkan
formulasi yang dapat membuat repelen
menjadi tahan lama.35
Faktor lain yang dapat mempengaruhi
efektivitas repelen yaitu hilangnya kandungan
senyawa dalam bahan tanaman yang
digunakan sebagai repelen.36 Aktivitas dan
kondisi fisik individu (pori-pori kulit) juga
dapat mempengaruhi efektivitas repelen. Kulit
mengekskresikan keringat yang dikeluarkan
melalui pori-pori. Keringat mengandung asam
laktat yang diketahui sebagai atraktan/penarik
nyamuk dalam mencari makan (host-
seeking).37 Besar pori-pori kulit tiap individu
berbeda, hal ini dapat mempengaruhi
ketertarikan nyamuk untuk hinggap.
Sedangkan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi efektivitas repelen adalah suhu
dan kelembaban ruangan. Suhu dan
kelembaban berkaitan dengan proses
metabolisme dan keadaan oviparitas yang
menjadi penentu keaktivan nyamuk dalam
mendeteksi host untuk menghisap darah.38
Selama pengujian berlangsung suhu ruangan
Potensi Minyak........(Lestari, dkk)
19
antara 26-28°C dan kelembaban sekitar 69-
74%. Suhu dan kelembaban ruangan dengan
rentang tersebut masih sesuai untuk aktivitas
nyamuk dalam menggigit. Suhu dan
kelembaban optimal untuk aktivitas menggigit
nyamuk adalah pada suhu 25°C dan
kelembaban antara 70-90%.39 Hasil penelitian
Syahribulan tahun 2010 mengenai waktu
aktivitas menghisap nyamuk Aedes sp.
menyatakan bahwa aktivitas nyamuk tertinggi
ditemukan pada suhu 28°C dan kelembaban
86%.40
KESIMPULAN
Minyak atsiri bunga lawang pada
konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%
dapat dijadikan sebagai alternatif pengusir
nyamuk Ae. aegypti karena mampu
memberikan perlindungan selama 1 sampai 2
jam terhadap gigitan nyamuk Ae. Aegypti.
SARAN
Perlu penelitian lebih lanjut untuk
mencari dosis minyak atsiri bunga lawang
yang efektif dalam menolak nyamuk Ae.
aegypti. Minyak atsiri bunga lawang dapat
dimurnikan atau dikombinasikan dengan
senyawa lain atau formula yang membuat
minyak atsiri lebih tahan lama dalam menolak
nyamuk.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Kepala Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, Dra.
Blondine Christina, M.Kes, Prof. Dr. Amrul
Munif, M.Sc, Prof. Dr. Yanni Sudiyani, M.Agr
selaku pembimbing dan Bina Ikawati, SKM,
M.Kes atas saran dan masukan yang diberikan.
Dr. Sayekti Wahyuningsih, M.Si selaku
Kepala Laboratorium MIPA Terpadu UNS,
Bapak Widyo Wartono selaku dosen kimia
UNS, serta tim teknis dan relawan uji Balai
Litbang P2B2 Banjarnegara.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Dengue and severe dengue [Internet].
2015 [cited 2015 Nov 4]. Available from:
http://www.who.int/.
2. Kementerian Kesehatan RI. Demam berdarah
dengue di Indonesia tahun 1968-2009. Bul
Jendela Epidemiol. 2010;2:1–14.
3. Kementerian Kesehatan RI. Profil kesehatan
Indonesia tahun 2017. Jakarta; 2018.
4. Depkes RI. Pencegahan dan pemberantasan
demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Jenderal PP dan PL; 2005.
5. Medikanto BR, Setyaningrum E. Pengaruh
ekstrak daun legundi (Vitex trifolia L.) sebagai
repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti. Med J Lampung Univ. 2013;2(4):35–43.
6. Mustanir, Rosnani. Isolasi senyawa bioaktif
penolak (repellent) nyamuk dari ekstrak
aseton batang tumbuhan legundi (Vitex
trifolia). Littro. 2008;XIX(2):174–80.
7. CDC. Avoid dengue by preventing mosquito
bites [Internet]. 2018 [cited 2018 Sep 24].
Available from:
https://www.cdc.gov/features/avoid-
dengue/index.html.
8. Djojosumarto P. Pestisida dan aplikasinya.
Jakarta: PT Agromedia Pustaka; 2008.
9. Soedarto. Entomologi kedokteran. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1992.
10. Maia MF, Moore SJ. Plant-based insect
repellents : a review of their efficacy,
development and testing. Malar J.
2011;10(Suppl 1):S11.
11. Ramar M, Ignacimuthu S, Paulraj MG.
Mosquito knock-down and adulticidal
activities of essential oils by vaporizer,
impregnated filter paper and aerosol methods.
Int J Mosq Res. 2014;1(3):26–32.
12. Joker D, Luu NDT. Illicium verum Hook. f.
Seed Leaflet. 2002;52.
13. Saraswathy A, Vidhya B, Amala K. Comparative HPTLC fingerprint profile of
Illicium verum. J Pharmacogn Phytochem.
2013;1(5):96–105.
14. Tambwe MM, Mbeyela EM, Massinda BM,
Moore SJ, Maia MF. Experimental hut
evaluation of linalool spatial repellent agar gel
against Anopheles gambiae sensu stricto
mosquitoes in a semi-field system in
Bagamoyo, Tanzania. Parasites and Vectors.
BALABA Vol. 15 No. 1, Juni 2019: 13-22
20
2014;7:550.
15. Ekowati D, Abid AN, Merari J. Uji aktivitas
minyak atsiri kulit buah jeruk nipis (Citrus
aurantifolia, Swingle) dalam sediaan lotion
sebagai repelan terhadap nyamuk Aedes
aegypti. Biomedika. 2013;6(1):18-23. doi:
10.31001/biomedika.v6i1.241.
16. Sanjaya Y, Adisenjaya, Yusuf H, Wijayanti L.
Efektivitas daya tolak ekstrak Geranium Radula Cavan terhadap nyamuk Aedes aegypti
(Linn.). Bionatura-Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati
dan Fis. 2014;16(2):62–7.
17. Cassel E, Vargas RMF, Martinez N, Lorenzo
D, Dellacassa E. Steam distillation modeling
for essential oil extraction process. Ind Crops
Prod. 2009;29(1):171–6.
18. Yovita VSR. Optimasi parafin cair sebagai
emolien dan gliserol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) serta uji aktivitas
antioksidan. Tesis. Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta;
2016.
19. Supranto J. Teknik sampling untuk survei dan
eksperimen. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2000.
20. Kementerian Pertanian. Metode standar
pengujian efikasi pestisida rumah tangga dan
pengendalian vektor. Jakarta: Direktorat Pupuk dan Pestisida, Dirjen Prasarana dan
Sarana Pertanian; 2012.
21. Wei L, Hua R, Li M, Huang Y, Li S, He Y.
Chemical composition and biological activity
of star anise Illicium verum extracts against
maize weevil, Sitophilus zeamais adults. J
insect Sci. 2014;14(80):1–13.
22. Chaiyasit D, Choochote W. Essential oils as
potential adulticides against two populations of Aedes aegypti, the laboratory and natural
field strains, in Chiang Mai Province,
Northern Thailand. Parasitol Res.
2006;99(6):715–21.
23. Mario Vargas V. An update on published
literature (period 1992-2010) and botanical
categories on plant essential oils with effects
on mosquitoes (Diptera: Culicidae). Bol
Malariol y Salud Ambient. 2012;52(2):143–
93.
24. Marina R, Astuti EP. Potensi daun pandan
(Pandanus amaryllifolius) dan repellen
nyamuk Aedes albopictus. Aspirator.
2012;4(2):85–91.
25. Lestari E, Wahyudi BF, Ustiawan A, Dewi DI.
Daya tolak bunga lawang (Illicium verum)
terhadap nyamuk Aedes aegypti. Laporan
Akhir Penelitian Risbinkes. Banjarnegara:
Balai Litbang P2B2 Banjarnegara; 2015.
26. Traboulsi AF, El-Haj S, Tueni M, Taoubi K,
Nader NA, Mrad A. Repellency and toxicity
of aromatic plant extracts against the mosquito Culex pipiens molestus (Diptera: Culicidae).
Pest Manag Sci. 2005;61(6):597–604.
27. Chouksey D, Sharma P, Pawar RS. Biological
activities and chemical constituents of Illicium
verum hook fruits (Chinese star anise). Der
Pharm Sin. 2010;1(3):1–10.
28. Orwa. Illicium verum. In: Agroforesty
Database 40. 2009. p. 1–5.
29. Renaninggalih R, Mulkiya K, Sadiyah ER.
Karakterisasi dan pengujian aktivitas penolak
nyamuk minyak atsiri daun kecombrang
(Etlinera elatior (Jack) R. M. Smith). In:
Prosiding SnaPP 2014 Sains, Teknologi dan
Kesehatan. 2014. p. 483–90.
30. Zongliang H. Anethole development trends.
In: Conference Proceedings at the IFEAT
International Conference in Singapore
Essential Asia. 2012. p. 103–11.
31. Liu ZL, Yu M, Li XM, Wan T, Chu SS.
Repellent activity of eight essential oils of
chinese medicinal herbs to Blattella
germanica L . ACG Publ Rec Nat Prod.
2011;5(3):176–83.
32. Tunc I, Erler F. Repellency and repellent
stability of essential oil constituents against
Tribolium confusum. J Plant Dis Prot.
2003;110(4):394–400.
33. Hadi S, Christina B. Uji efikasi repelen “X”
terhadap nyamuk Aedes aegypti, Culex
quinquefasciatus dan Anopheles aconitus di
laboratorium. J Vektora. 2009;1(2):102–9.
34. Hodijah DN, Widawati M. Potential topical
natural repellent agains Ae. aegypti, Culex sp.
and Anopheles sp. mosquitoes. Heal Sci J
Indones. 2014;5(1):44–8.
35. Iovinella I, Pelosi P, Conti B. A rationale to
design longer lasting mosquito repellents. Parasitol Res. 2014;113:1813–20.
36. Winangsih, Prihastanti E, Parman S. Pengaruh
Potensi Minyak........(Lestari, dkk)
21
metode pengeringan terhadap kualitas
simplisia lempuyang wangi (Zingiber
aromaticum L.). Bul Anat dan Fisiol.
2013;21(1):19–25.
37. Cahyadi A. Daya tolak infusa daun pandan
wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
terhadap petetakan telur nyamuk Aedes spp.
Naskah Publikasi. Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura. Pontianak; 2013.
38. Reiter P. Climate change and mosquito-borne
disease. Environ Health Perspect.
2001;109(Supplement 1):141–61.
39. Hendri J, Santya RNRE, Prasetyowati H.
Distribusi dan kepadatan vektor demam
berdarah dengue (DBD) berdasarkan
ketinggian tempat di Kabupaten Ciamis Jawa
Barat. J Ekol Kesehat. 2015;14(1):17–28.
40. Syahribulan, Biu FM, Hassan MS. Waktu
aktivitas menghisap darah nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus di Desa
Pa’lanassang Kelurahan Barombing Makassar
Sulawesi Selatan. J Ekol Kesehat.
2012;11(4):306–14.
BALABA Vol. 15 No. 1, Juni 2019: 13-22
22