Download - Posese Por
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
26
BAB I
LATAR BELAKANG
Dewasa ini tingkat pengangguran di Indonesia semakin tinggi, hal ini disebabkan kurangnya lapangan pekerjaan yang dapat menampung tenaga pekerja. Disamping itu peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mengelola Sumber Daya Alam (SDA) juga sangat dibutuhkan. Dalam hal ini peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dapat diatasi dengan cara pemberian ketrampilan. Ketrampilan pada bidang industri, khususnya bidang manufaktur, dapat dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami peralatan/mesin yang berhubungan dengan bidang manufaktur tersebut. Mesin Bubut (Lathe Mechine) merupakan mesin yang mencakup segala mesin perkakas yang memproduksi benda kerja berbentuk silindris (pada umumnya) dan digunakan untuk menghasilkan benda-benda putar, membuat ulir, membuat lubang (pengeboran) dan meratakan permukaan benda kerja yang berputar. Benda kerja diberi gerakan memutar (rotasi), sedangkan pahat bergerak horizontal sepanjang sumbu benda kerja. Benda kerja yang dihasilkan berbentuk silinder, ulir, dan tirus.
Prinsip mekanisme gerakan pada mesin bubut yaitu energi pada motor listrik ditransmisikan ke gear box melalui pulley. Lalu energi tersebut ditransmisikan ke spindle untuk menggerakkan chuck.
Mesin Milling adalah jenis mesin pemotong yang melakukan pemotongan logam dengan cutting tool bergigi banyak (Multiple Tooth Cutting Tool) yang disebut milling cutter/pisau frais. Ada banyak jenis dari mesin milling, diantaranya mesin milling horizontal, vertikal, universal dll dengan bentuk konstruksi dan fungsi yang berbeda. Milling cutter dipasang pada arbor dan diputar oleh mekanisme gerak mesin dengan menggunakan motor listrik. Energi pada motor listrik tersebut ditransmisikan ke spindle yang nantinya akan menggerakkan arbor.Mesin bor biasa digunakan untuk membuat lubang (drilling), reaming, dan counterboring pada benda-benda ferrous maupun non ferrous. Benda kerja diletakkan pada table dan jika diperlukan dapat dijepit pada ragum (vise) yang biasanya ada sebagai perlengkapan tambahan pada mesin bor. Selanjutnya mata bor yang mendapat daya dan putaran dari motor listrik ditekankan pada benda kerja tersebut.
Mesin las adalah mesin yang digunakan untuk penyambungan plat atau logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan. Yaitu dengan cara logam yang akan disambung dipanaskan terlebih dahulu hingga meleleh, kemudian baru disambung dengan bantuan perekat (filler). Selain itu las juga bisa didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang timbul akibat adanya gaya tarik antara atom.
BAB II
PRAKTIKUM
2.1 Mesin Bubut
2.1.1 Tujuan
Tujuan umum:
Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoprasiannya
Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas
Tujuan khusus:
Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bubut
Mengetahui proses dan cara pembuatan benda kerja dengan mesin bubut
Mengetahui dan memahami cara pembuatan ulir
2.1.2 Alat dan Bahan
Alat
Mesin Bubut Tipe KRISBOW KW16 485Alat yang digunakan untuk menghasilkan benda-benda putar, membuat ulir, pengeboran dan meratakan permukaan benda putar.
Gambar 2.1 Mesin Bubut Tipe KRISBOW KW16- 485
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.
Gambar 2.2 Jangka Sorong
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
Center GaugeDigunakan untuk menyenterkan benda kerja.
Gambar 2.3 Center GaugeSumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
Stop Watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pemakanan.
Gambar 2.4 Stop Watch
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)Kunci ChuckDigunakan untuk mengencangkan chuck/ pencekam, bentuk matanya biasanya berbentuk bujur sangkar.
Gambar 2.5 Kunci ChuckSumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
Kunci Pahat
Digunakan untuk mengencangkan pahat agar selama proses pembubutan kedudukan pahat tidak berubah.
Gambar 2.6 Kunci Pahat
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)TachometerDigunakan untuk mengukur putaran dari spindle.
Gambar 2.7 TachometerSumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
Pahat HSSDigunakan sebagai alat pemakan benda kerja. HSS (High Speed Steel) merupakan baja paduan tinggi dengan unsur paduan utama karbon (C), tungsten (W), vanadium (V), molybdenum (Mo), kromium (Cr), ataupun kobalt (Co).
Gambar 2.8 Pahat HSSSumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
Kunci Pass
Digunakan untuk mengubah sudut compone rest waktu proses penirusan.
Gambar 2.9 Kunci Pass 17
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)Kamera
Digunakan untuk mengambil gambar alat dan bahan pada saat praktikum
Gambar 2.10 Kamera
Sumber : Anonymous 1, 2010
Bahan
Nama Bahan : Baja Esser (ST 37)Bahan yang digunakan adalah baja esser (ST 37) dengan koefisien bahan 157 kg/mm2. Baja ST 37 merupakan baja karbon rendah dengan komposisi kimia: 0,17% C; 0,30% Si; 0,20%- 0,50% Mn, P dan S masing-masing 0,05%. Dipergunakan untuk pembuatan poros, konstruksi gedung-gedung ataupun bangunan.
Gambar 2.11 Baja Esser (ST 37)
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
2.1.3 Desain
2.1.4 Flowchart
2.1.5 Proses Pengerjaan
Pertama kita menyiapkan parameter-parameter pemotongan pada mesin
bubut seperti, deep of cut, kecepatan putaran spindle, feed motion,
desain produk, dan alat bantu.Baja yang dipakai dalam proses pembubutan ini adalah baja ST 37. Ukur benda kerja awal dan benda kerja yang diinginkan. Hal ini
bertujuan agar benda kerja yang dihasilkan/ ukuran data aktual sesuai
dengan ukuran data teoritis.Buka chuck protection cover dan kendurkan chuck. Pasang benda kerja
pada chuck kemudian rapatkan kembali chuck.Setting kecepatan spindle pada 235 rpm lalu tutup chuck protection
cover dan tekan tombol T (trial).Mengecek apakah gear box sudah dalam kondisi aman. Jika belum maka kembali ke langkah penyetingan kecepatan spindle. Jika sudah maka
lanjut ke tahap berikutnya.Buka chuck protection cover, lalu centerkan benda kerja dan tutup
kembali chuck protection cover. Turunkan Spindle Forward Stop
Reverse Lever (Mesin Nyala) dan Naikkan Spindle Forward Stop
Reverse Lever (Mesin Mati)Mengecek apakah benda kerja sudah dalam posisi center atau tengah. Jika belum, maka kembali pada proses sebelumnya. Jika sudah, maka
lanjut ke tahap selanjutnya.Buka kembali chuck protection cover dan kendurkan chuck. Pasang benda kerja pada chuck kemudian rapatkan kembali chuck.Setting kecepatan spindle pada 235 rpm lalu tutup chuck protection cover dan tekan tombol T (trial).Mengecek apakah gear box sudah dalam kondisi aman. Jika belum maka kembali ke langkah penyettingan kecepatan spindle. Jika sudah maka
lanjut ke tahap berikutnya.Buka chuck protection cover, lalu setting left and right hand thread change lever ke arah kanan. Dan tutup chuck protection cover. Tekan
tombol T (trial). Jika sudah siap lakukan pemakanan. Turunkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala). Setting feed motion pada = 0,161 mm/rev.
Setting titik nol diameter benda kerja dan Setting titik nol panjang benda
kerja.Bebaskan pahat menjauhi benda kerja dan Netralkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Netral). Buka chuck protection cover. Setting depth of cut = (max) 0,5 mm. Tutup chuck protection cover. Turunkan Spindle Forward Stop
Reverse Lever (Mesin Nyala).Naikkan longitudinal and cross power feed lever. Pembubutan L = 150 mmAmbil data putaran spindle dan waktu pembubutan. Netralkan longitudinal and cross power feed lever.Netralkan Spindle Forward
Stop Reverse Lever (Mesin Netral). Bebaskan pahat ke titik awalMaka = 20 mm . mengecek kembali apakah ukuran sudah sesuai. Jika belum maka kembali ke proses sebelumnya. Jika sudah maka lanjut ke
tahap berikutnya.Buka chuck protection cover Ukur diameter dan panjang benda kerja hasil pembubutan. Mengecek kembali, apakah ukuran desain sudah
sesuai dengan yang diinginkan. Jika belum maka ulangi langkah
sebelumnya. Jika sudah maka lanjut ke tahap berikutnya.Lakukan percobaan tersebut berulang-ulang mulai dari setting deep of
cut sampai menjadi diameter yang diinginkan sudah sesuai desain. Mulai
dari pembubutan, 150mm dengan = 20 mm, 100mm dengan = 15
mm, dan 55mm dengan = 12 mm.Jika proses pembubutan telah selesai,lalu kendurkan mur pengunci compound rest. Atur sudut compound rest =600 . Kencangkan mur pengunci compound rest. Setting kecepatan spindle pada 235 rpm lalu tutup chuck protection cover dan tekan tombol T (trial).Mengecek apakah gear box sudah dalam kondisi aman. Jika belum maka kembali ke langkah penyetingan kecepatan spindle. Jika sudah maka
lanjut ke tahap berikutnya.Buka chuck protection cover, lalu centerkan benda kerja dan tutup kembali chuck protection cover. Turunkan Spindle Forward Stop
Reverse Lever (Mesin Nyala) dan Naikkan Spindle Forward Stop
Reverse Lever (Mesin Mati)
Gambar 2.12 Benda Kerja
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
Pada proses penguliran , Setting depth of cut = 0,25 mm. Turunkan Split nut lever. Tutup chuck protecting cover. Tutup chuck protecting cover.
Lakukan penguliran L = 40 mm. Ambil data putaran spindle dan waktu
penguliran. Netralkan Spindle Forward Stop Reverse Lever.
Putar top carriedge hand wheel CCW. Naikkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala Putaran Spindle CW). Netralkan Spindle
Forward Stop Reverse Lever (Mesin Mati).Buka chuck protecting cover. Ukur diameter dan panjang benda kerja hasil penguliran. Mengecek apakah sudah sesuai desain, jika belum
makan kembali ke tahap sebelumnya. Jika sudah maka lanjut ke tahap
berikutnya.Lakukam percobaan tersebut kembali mulai dari mengatur sudut compound rest =00 sampai turunkan Spindle Forward Stop
Reverse Lever (Mesin Nyala).Setting pitch pada = 1,75 mm/ gang, Setting titik nol diameter ulir dan Setting titik nol panjang penguliran. Lakukan hal yang sama seperti
sebelumnya, akan tetapi setting deep of cutnya = 0,25mm dan penguliran
L= 40 mm sampai mengecek kembali, apakah ukuran desain sudah
sesuai dengan yang diinginkan.Kendurkan chuck, lepas produk, Bersihkan mesin dan Kondisikan seperti semulaPada proses penirusan, proses pengerjaanya sama saja dengan pembubutan dan penguliran hanya saja pembubutan tirus = 30. Buka chuck protecting cover. Ukur diameter dan panjang benda kerja hasil penguliran. Mengecek apakah sudah sesuai desain, jika belum
makan kembali ke tahap sebelumnya. Jika sudah maka lanjut ke tahap
berikutnya.Kembalikan alat pada tempatnya
Gambar 2.13 Benda Kerja
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
Produk sudah jadi dan bersihkan sisa sisa pembubutan agar mesin dapat terawat dengan baik.
2.1.6 Data Hasil Praktikum
2.1.7 Perhitungan
2.1.8 Grafik dan Pembahasan
2.1.9 Studi Kasus
2.2 Mesin Milling
2.2.1 Tujuan
Tujuan umum
Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoprasiannya
Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas
Tujuan khusus
Mengetahui serta mampu mengoperasikan bagian bagian dari mesin millingMelatih praktikan melakukan pekerjaan dalam pembuatan roda gigi, alur pada poros dengan menggunakan mesin milling dan mengetahui macam mcam pekerjaan yang dapat dilakukan
2.2.2 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Mesin Milling
Digunakan untuk melakukan pemotongan logam dengan cutting tool bergigi banyak yang disebut milling cutting/ pisau frais.
Gambar 4.7 Skema Kontrol Utama Pada Mesin Milling Horisontal
Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Produksi I
Variable Speed Control
Digunakan untuk mengatur kecepatan putar milling cutter.
Cross Feed
Digunakan untuk menggerakkan saddle ke arah melintang / transversal.
Vertical Feed
Digunakan untuk menggerakkan knee dalam arah vertikal.
Longitudinal Feed
Digunakan untuk menggerakkan table dalam arah longitudinal.
Kontrol 2, 3, 4 disebut juga dengan Table Transverse Handwheel.
2.Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.
Gambar 2.20 Jangka Sorong
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
3.Stop Watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pemakanan.
Gambar 2.21 Stop Watch
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
4.Kunci Chuck
Digunakan untuk mengencangkan chuck/ pencekam, bentuk biasanya bujur sangkar.
Gambar 2.22 Kunci Chuck
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
5.Kunci L
Digunakan untuk mengencangkan tailctock.
Gambar 2.23 Kunci L
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
6.Kunci Inggris
Digunakan untuk mengencangkan benda kerja pada proses berulir dan mengatur kedudukan index crank.
Gambar 2.24 Kunci Inggris
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
7.Obeng (-)
Digunakan untuk mengatur sector arm.
Gambar 2.25 Obeng
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
8.Milling Cutter Modul
Milling Cutter Modul pada mesin milling mempunyai bentuk silindris, berputar pada sumbunya dan dilengkapi dengan gigi melingkar.
Gambar 2.26 Milling Cutter Modul
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
9.Poros Berulir
Digunakan sebagai tempat kedudukan benda kerja sebelum dipasang pada chuck.
Gambar 2.27 Poros Berulir
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
10.Index Deviding Head
Digunakan untuk mengatur, memutar/ membagi benda kerja melalui besar sudut tertentu, sehingga menghasilkan pemotongan dengan jarak yang sama.
Gambar 2.28 Index Deviding Head
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
b. Bahan
Bahan benda kerja : Aluminium silinder
Konstanta Bahan : 32 kg/mm2
Gambar 2.29 Aluminium silinder
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
2.2.3 Proses Pembuatan Benda Kerja
Pertama kita menyiapkan alat kerja, bahan desain dan mengecek mesin agar berjalan dengan lancar pada saat proses pengerjaan.
Setelah itu, benda kerja tersebut dipasang pada chuck yang terdapat pada
mesin milling. Centerkan tailstock dengan pisau frais pada mesin milling.
Hal ini bertujuan agar, sesuai dengan desain yang diinginkan.
Lalu, putar knee feed handwheel untuk menurunkan posisi tailstock.
Setelah itu, kita menentukan possisi jarum index crank sesuai dengan
perhitungan. Pasang benda kerja pada poros tersebut. Jangan lupa atur
putaran spindel pada kecepatan 680 rpm.
Kita hidupkan mesin milling tersebut , lalu tentukan titik nol benda kerja
dengan memutar kneefeed of handwheel. Lalu benda kerja dinetralkan
dengan memutar table feen of handwheel.
Setting deef of cut pada 3mm dengan memutar knee of handwheel 1,5
putaran kemudian putar jarum indexcrank .
Gambar 2.30 Proses Pemakanan pada roda gigi
Sumber :Dokumentasi Pribadi
Lakukan pemakanan lalu netralkan benda kerja . Setelah itu kita
mengecek apakah mata roda gigi sudah sesuai desain. Jika belum ulang
percobaan dari memutar jarum index crank. Akan tetapi , jika sudah
maka lanjut setting deep of cut 2,0635 dengan memutar knee of
handwheel 82,5 skala.
Lakukan percobaan sama seperti menyeting deep of cut sebelumnya. Apabila sudah selesai dan jumlah pemakanannya sesuai, matikan mesin,
lalu lepas benda kerja.
Maka jadilah sebuah roda gigi.
Gambar 2.31 sebuah roda gigi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Yang terakhir adalah membersihkan serpihan alumunium tersebut agar
alat mesin milling terawat dengan baik.
2.2.3.1 Desain Benda Kerja
2.2.3.1.1 Perhitungan
2.2.3.1.2 Gambar
2.2.3.2 Penentuan Parameter Penelitian
2.2.3.3 Flowchart2.2.4 Data Hasil Praktikum
2.2.5 Pengolahan Data2.2.6 Studi Kasus
2.3 Mesin Bor
2.3.1 Tujuan
Tujuan umum :
Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasiannya.
Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas.
Tujuan khusus :
Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bor.
Mengetahui proses dan cara pengeboran benda kerja dengan menggunakan mesin bor.
2.3.2 Alat dan Bahan
a. Alat
Mesin Bor
Digunakan untuk membuat lubang (drilling), reaming dan counterboring pada benda-benda ferrous maupun non ferrous.
Gambar 6.1 Skema Bench Drilling Machine FLOTT SB M3
Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Produksi I
Keterangan gambar
Hood
Belt Tensioning Lever
Digunakan untuk mengatur ketegangan belt,sehingga mempermudah dalam mengatur kecepatan putar yang diinginkan.
Drilling Lever
Digunakan dalam proses pemakanan.Drilling Lever mengatur kedudukan mata bor secara vertikal.
Drilling Depth Control
Bagian ini terdapat pada front plate. Drilling depth control digunakan untuk mengetahui kedalaman pemakanan .
Driving Motor
Table
Base
Table Clamp
Table clamp digunakan untuk mengunci kedudukan table.
Spindle Head
Drilling Chart
Rack
Front Plate
Gambar 6. 2 Front Plate Pada Mesin Bor FLOTT SB M3
Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Produksi I
Keterangan :
Main Switch
Merupakan saklar utama yang berfungsi menghidupkan / mematikan mesin.
Two Speed Switch
Digunakan untuk mengatur kecepatan mesin sesuai posisi vee belt pada puli bertingkat.
Emergency Push Button
Merupakan tombol darurat untuk mematikan mesin dengan cepat.
Fuse
Coolant Switch
Digunakan untuk mengaktifkan coolant.
Lighting Switch
Digunakan untik mengaktifkan lampu penerangan.
Drilling Depth Scale
Merupakan skala pada sisi luar Drilling Depth Control, digunakan untuk
mengetahui kedalaman pemakanan.
2.Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.
Gambar 2.34 Jangka Sorong
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
3.Stop Watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pemakanan.
Gambar 2.35 Stop Watch
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
4.Kunci Drill Chuck
Digunakan untuk mencangkan drill chuck
Gambar 2.36 Kunci Drill Chuck
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
5. Palu
Digunakan untuk membersihkan kerak.
Gambar 2.37 Palu
Sumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
Mata Bor
Digunakan untuk melubangi benda kerja.
Gambar 2.38 Mata BorSumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
Penitik
Digunakan untuk menandai benda kerja yang akan di bor.
Gambar 2.39 PenitikSumber: Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2013)
2.3.3 Proses Pembuatan Benda Kerja
Pertama, kita menyiapkan alat kerja, bahan, desain dan mengecek mesin agar lancar dalam proses pengerjaan.
Lalu tempelkan gambar desain yang sudah dibuat pada benda kerja dan
tandai titik di tengah dengan menggunakan palu. Hal ini bertujuan agar
hasil yang dibuat presisi dengan desain yang diinginkan.
Lalu, lepas kertas dari benda kerja. Pasang benda kerja pada ragum (penjepit). Pasang pahat tersebut dan turunkan mata bor hingga
menyentuh benda kerja yang ingin dibor. Geser ragum hingga posisi
titik pusat lingkaran yang akan dibor menyentuh titik pusat tersebut.
Setelah itu, naikan mata bor dan hidupakan mesin. Lakukan pemakanan sesuai dengan yang diinginkann.
Jika sudah selesai matikan mesin. Lepas benda kerja pada ragum.
Maka jadilah sebuah silinder berlubang
Gambar 2.40 Benda kerja setelah dibor
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Yang terakhir adalah bersihkan agar mesin bor terawat dengan baik.
2.3.3.1 Desain Benda Kerja
2.3.3.2 Penentuan Parameter Permesinan
2.3.3.3 Flowchart
2.3.4 Data Hasil Praktikum
2.3.5 Pengolahan Data2.3.6 Studi Kasus
2.3.5. Proses Pengerjaan
2.3.6 Data Hasil Praktikum
2.3.7 Perhitungan
2.3.8 Studi Kasus
2.4 Kerja Bangku
Tujuan
Tujuan umumPengenalan secara langsung terhadap mesin las serta cara pengoperasiannya.
Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang proses pengelasan.
Tujuan khusus
Dapat mengetahui, memahami dan melakukan proses pengelasan.
Melatih ketrampilan dalam mengoperasikan mesin las.
Alat dan Bahan
AlatTang
Digunakan untyuk menjepit benda kerja pada saat pengelasan apabila diperlukan.
Gambar 2.43 TangSumber: Laboratorium Proses Produksi I Universitas Brawijaya
Kacamata Las
Digunakan untuk melindungi mata pada saat proses pengelasan berjalan.
Gambar 2.44 Kacamata LasSumber: Laboratorium Proses Produksi I Universitas BrawijayaStopwatch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pengelasan.
Gambar 2.45 StopwatchSumber: Anonymous 2, (2013)Penggaris
Digunakan untuk mengukur benda kerja setelah dilas.
Gambar 2.46 PenggarisSumber: Anonymous 3, (2013)Palu
Digunakan untuk membersihkan terak.
Gambar 2.47 PaluSumber: Anonymous 4, (2013) Gergaji
Digunakan untuk memotong besi hollow dan kayu.
Gambar 2.48 Gergaji BesiSumber: Anonymous 5, (2013)Mesin Las
Digunakan untuk menyambung benda kerja.
Gambar 2.49 Mesin Las SMAWSumber: Laboratorium Proses Produksi I Universitas BrawijayaPenggaris Siku
Digunakan untuk menegakluruskan benda kerja
Gambar 2.50 Penggaris SikuSumber: Anonymous 6, (2013)Penanda
Digunakan untuk menandai pada benda kerja
Gambar 2.51 Penanda (paku)Sumber: Anonymous 7, (2013)b. Bahan
Besi Hollow Dengan ukuran :1130mm x 35mm
750mm x 35mm
580mm x 35mm
Gambar 2.52 Besi Hollow
Sumber: Anonymous 8, (2013)Kayu
Dengan ukuran : 1200mm x70mm
Gambar 2.53 Kayu
Sumber: Anonymous 9, (2013)Sekrup
Gambar 2.54 Sekrup
Sumber: Anonymous 10, (2013)2.4.3 Desain
2.4.4 Flowchart
2.4.5 Proses Pengerjaan
2.4.6 Data Hasil Praktikum
2.4.7 Perhitungan
2.4.8 Studi Kasus
Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin Universitas Brawijaya
_1234567893.vsdC
Tutup chuck protection cover
Turunkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala)
Naikkan longitudinal and cross power feed lever
Pembubutan L = 150 mm
_1234567897.vsdSetting depth of cut = 0,25 mm
Turunkan Split nut lever
Tutup chuck protecting cover
Turunkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala)
Penguliran L = 40 mm
Ambil data putaran spindle dan waktu penguliran
Netralkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala)
Putar top carriedge hand wheel CCW
Naikkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala Putaran Spindle CW)
Netralkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Mati)
Buka chuck protecting cover
Ukur diameter dan panjang benda kerja hasil penguliran
Sesuai desain ?
_1234567899.vsdTurunkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala)
Gear Box OK?
Setting pitch pada = 1,75 mm/ gang
Setting titik nol diameter ulir
Setting titik nol panjang penguliran
Bebaskan pahat menjauhi benda kerja
Netralkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Mati)
Buka chuck protecting cover
Setting depth of cut = 0,25 mm
Turunkan Split nut lever
Tutup chuck protecting cover
Turunkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala)
I
J
K
L
N
Y
_1234567901.vsd
Netralkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala)
Buka chuck protection cover
Setting depth of cut = 0,5 mm
Tutup chuck protection cover
Turunkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala)
Pembubutan tirus = 30
Putar hand wheel compound rest CCW (kembalikan pahat pada posisi awal)
Netralkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala)
Buka chuck protection cover
Ukur panjang benda kerja hasil pembubutan tirus
Sesuai desain ?
M
N
N
Y
Putar hand wheel compound
_1234567902.vsdKembalikan alat
Produk
Selesai
N
_1234567903.vsd
_1234567900.vsdPenguliran L = 40 mm
Ambil data putaran spindle dan waktu penguliran
Netralkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala)
Putar top carriedge hand wheel CCW
Naikkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala Putaran Spindle CW)
Netralkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Mati)
Buka chuck protecting cover
Ukur diameter dan panjang benda kerja hasil penguliran
Sesuai desain ?
Kendurkan chuck
Lepas produk
Bersihkan mesin
Kondisikan seperti semula
K
M
L
N
Y
_1234567898.vsdBebaskan pahat
Kendurkan mur pengunci compound rest
Atur sudut compound rest = 00
Kencangkan mur pengunci compound rest
Setting kecepatan putaran spindle pada = 65 rpm
Tutup chuck protection cover
Tekan tombol T (trial)
Gear Box OK?
Buka chuck protection cover
Setting left and right hand thread change lever kearah kiri
Tutup chuck protection cover
Tekan tombol T (trial)
H
Buka chuck protection cover
I
J
N
Y
_1234567895.vsdE
Tutup chuck protection cover
Turunkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala)
Naikkan longitudinal and cross power feed lever
Pembubutan L= 55 mm
Ambil data putaran spindle dan waktu pembubutan
Netralkan longitudinal and cross power feed lever
Netralkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Netral)
Bebaskan pahat ke titik awal
Setting depth of cut = (max) 0,5 mm
= 12 mm
N
Buka chuck protection cover
Ukur diameter dan panjang benda kerja hasil pembubutan
Sesuai desain ?
F
N
Y
Y
_1234567896.vsdF
Kendurkan mur pengunci compound rest
Atur sudut compound rest =600
Kencangkan mur pengunci compound rest
Setting kecepatan putaran spindle pada = 235 rpm
_1234567894.vsdD
Tutup chuck protection cover
Turunkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala)
Naikkan longitudinal and cross power feed lever
Pembubutan c = 100 mm
Ambil data putaran spindle dan waktu pembubutan
Netralkan longitudinal and cross power feed lever
Netralkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Netral)
Bebaskan pahat ke titik awal
Setting depth of cut = 0,5 mm
= 15 mm
Buka chuck protection cover
N
Ukur diameter dan panjang benda kerja hasil pembubutan
Sesuai desain ?
E
N
Y
_1234567891.vsdA
Buka chuck protection cover
Center-kan benda kerja
Tutup chuck protection cover
Turunkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala)
Naikkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Mati)
Benda kerja center ?
Buka chuck protection cover
Setting kecepatan putaran spindle pada = 235 rpm
_1234567892.vsdB
Setting left and right hand thread change lever kearah kanan
Tutup chuck protection cover
Tekan tombol T (trial)
Feed Rod OK ?
Turunkan Spindle Forward Stop Reverse Lever (Mesin Nyala)
Setting feed motion pada = 0,161 mm/rev
_1234567890.vsdMulai
Parameter pemotongan :1. Depth of cut2. Kecepatan putaran spindle3. Feed motion4. Desain produk 5. Alat bantu
Input = Baja ST 37
Ukur Benda Kerja
Buka chuck protection cover
Kendurkan chuck
Pasang benda kerja pada chuck
Rapatkan kembali chuck
Setting kecepatan spindle pada = 235 rpm