POLA KEBUTUHAN DAN PERMINTAAN IBU
PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PELAYANAN
PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAMULANG
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
Yusuf Brilliant
NIM: 107103000220
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatanm Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 05 Oktober 2010
Yusuf Brilliant
LEMBAR PERSETUJUAN PEBIMBING
POLA KEBUTUHAN DAN PERMINTAAN IBU PASANGAN USIA
SUBUR TERHADAP PELAYANAN PERTOLONGAN PERSALINAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Yusuf Brilliant
NIM: 107103000220
Pembimbing Pembimbing
dr. Ayat Rahayu SpRad, M.Kes Prof.Dr.H.Sardjana dr.SpOG(K),SH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian berjudul POLA KEBUTUHAN DAN PERMINTAAN IBU
PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PELAYANAN PERTOLONGAN
PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG yang
diajukan oleh Yusuf Brilliant (NIM: 107103000220), telah diujikan dalam sidang
di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 05 Oktober 2010. Laporan
penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 05 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
Pembimbing Penguji
dr. Ayat Rahayu, SpRad, M.Kes dr. Ahmad Husaini, SpOG
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM
v
KATA PENGANTAR
Pertama–tama Peneliti panjatkan puji syukur kehadirat Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rakhmat dan karunia-Nya sehingga
Peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Pola Kebutuhan Dan
Permintaan Ibu pasangan Usia Subur Terhadap Pelayanan Pertolongan Persalinan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang sebagai salah satu syarat penyelesaian
studi pada Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Jakarta.
Pada kesempatan ini, Peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada para pembimbing riset ini serta pihak-pihak lain yang juga turut serta
mempermudah jalannya penelitian, yaitu:
1. Prof. Dr. dr. M.K Tadjudin Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, atas
kesempatan yang diberikan kepada Peneliti untuk mengikuti dan
menyelesaikan Program Studi dan Pendidikan Kedokteran pada Program
Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
2. DR. dr. H. Syarif Hasan Luthfie SpRM selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, atas kesempatan yang diberikan kepada
Peneliti untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Studi dan
Pendidikan Kedokteran pada Program Sarjana Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
3. dr. Ayat Rahayu SpRad, M.Kes selaku pembimbing penelitian yang telah
menyetujui dan mengijinkan penelitian ini dan dengan penuh perhatian
dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam
penelitian ini.
4. Prof.Dr.H.Sardjana dr SpOG(K),SH sebagai pembimbing awal dalam
penelitian ini yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan
bimbingan dalam pengolahan statistiknya.
vi
5. Drg. Laifa Annisa H. PhD selaku penanggung jawab Modul Riset Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan
tanggung jawab kepada Peneliti melakukan penelitian ini dan menyetujui
ijin penelitian ini untuk menyelesaikan tugas akhir dari Modul Riset
sebagai syarat kelulusan dari Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
6. Drg. Unna Rahmadona selaku Kepala Puskesmas Pamulang yang telah
memberikan kesempatan pada Peneliti untuk melakukan penelitian di
Puskesmas yang beliau pimpin.
7. DR. H. Arif Soemantri M.Kes selaku staf pengajar Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan
saran dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini secepatnya.
8. dr. Bisatyo Mardjikoen SpOT selaku staf pengajar Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan saran, kritik dan
semangat terhadap penelitian ini.
9. Kedua orangtua Peneliti, Prof DR H Sardjana dr SpOG (K) SH dan Arina
Nurfinnahari SE, SH yang telah memberikan banyak dukungan selama ini.
Saudara kandung Peneliti, Erlangga Husada dan Gulam Gumilar atas
bantuan, doa restu, dorongan moral yang tiada henti-hentinya mendoakan
demi keberhasilan Peneliti.
10. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah angkatan 2007 khususnya Ricky Fathoni, Syamsuddin dan
Tiara Bunga Melati Jelita yang selama ini telah memberikan dukungan
maupun peran sertanya kepada Peneliti dalam menyelesaikan penelitian
ini.
vii
11. Teman-teman mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah angkatan 2007 khususnya Hara dan Hasyim yang telah
banyak membantu selama penelitian ini berlangsung.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu untuk terlaksananya
penelitian ini, Peneliti ucapakan terima kasih. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak peneliti-peneliti selanjutnya.
Jakarta, 05 Oktober 2010
Yusuf Brilliant
viii
ABSTRAK
Yusuf Brilliant. Program Studi Pendidikan Dokter. Pola Kebutuhan dan Permintaan Ibu
Pasangan Usia Subur Terhadap Pelayanan Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pamulang. 2010.
Studi tentang pola kebutuhan dan permintaan pertolongan persalinan di wilayah
kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. Studi ini mencakup
298 orang ibu yang bersalin (Bulin) pada periode bulan Maret 2009 s/d April 2010 di
wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak
sederhana (simple random sampling). Uji statistik yang dipergunakan dalam studi ini
adalah regresi logistik.
Tujuan studi adalah untuk mengetahui gambaran pola kebutuhan dan permintaan
ibu pasangan usia subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan, mengukur besarnya
kebutuhan dan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas dan faktor
apa yang mempengaruhinya, serta melihat faktor apa yang mempengaruhi perubahan
kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu teerhadap pertolongan persalinan.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa kebutuhan ibu terhadap pertolongan
persalinan di Puskesmas (34,2%) lebih rendah jika dibandingkan dengan pertolongan
persalinan oleh tenga kesehatan di luar puskesmas (56,7%), dan hal ini menyebabkan
permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas (39,1%) juga lebih rendah
jika dibandingkan dengan permintaan pertolongan persalinan di tenaga kesehatan di luar
Puskesmas (58,1%).
Faktor yang berpengaruh pada kebutuhan dan permintaan ibu terhadap
pertolongan persalinan bervariasi, tergantung pada jenis fasilitas pertolongan
persalinannya. Secara umum, kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan
merupakan faktor paling penting dalam mempengaruhi kebutuhan ibu melakukan
pelayanan pertolongan persalinan di Puskesmas. Faktor kebutuhan ibu dan jarak rumah
dalam satuan menit ke tempat persalinan merupakan faktor yang mempengaruhi
permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas. Sedangkan jarak tempuh
rumah dengan tempat persalinan dalam satuan menit dan ada tidaknya penyulit dalam
persalinan mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu terhadap
pelayanan pertolongan persalinan.
Kata kunci : kebutuhan ibu, permintaan ibu, dan perubahan kebutuhan menjadi
permintaan ibu, pertolongan persalinan, Puskesmas
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Hipotesis ...................................................................................................... 5
1.4 Tujuan Studi ............................................................................................... 5
1.5 Manfaat Studi ............................................................................................. 6
BAB 2 Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 7
2.1 Landasan Teori ........................................................................................... 7
2.1.1 Teori Kebutuhan ................................................................................ 7
2.1.1.1 Konsep Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan ............. 11
2.1.2 Teori Permintaan ............................................................................. 12
2.1.2.1 KonsepPermintaan Terhadap Pelayanan Kesehatan ............ 14
2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan terhadap Pelayanan
kesehatan .............................................................................. 15
2.1.3 Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) .................................. .....22
2.1.3.1 Pengertian Puskesmas ......................................................... 22
2.1.3.2 Kegiatan Pokok Puskesmas ................................................. 23
2.1.3.3 Fungsi Puskesmas ................................................................. 24
2.1.3.4 Puskesmas dengan Perawatan .............................................. 24
2.1.4 Pelayanan Kebidanan ...................................................................... 25
2.1.4.1 Pengertian ............................................................................ 25
2.1.4.2 Ruang Lingkup Standar Pelayanan Kebidanan ................... 26
2.1.4.3 Manfaat Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan ............. 31
2.1.5 Asuhan Persalinan Normal .............................................................. 32
2.2 Kerangka Konseptual ............................................................................... 39
2.3 Definisi Operasional ................................................................................. 40
BAB 3 Metodologi Penelitian ............................................................................ 42
3.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 42
3.2 Lokasi Studi .............................................................................................. 42
3.3 Populasi atau Objek studi ......................................................................... 42
3.4 Pengolahan Data ....................................................................................... 43
3.5 Tekhnik Analisis Data .............................................................................. 43
3.6 Perangkat Analisis .................................................................................... 44
x
BAB 4 Hasil dan Pembahasan ........................................................................... 45
4.1 Hasil Studi ................................................................................................ 45
4.1.1 Diskripsi Subyek Studi .................................................................... 45
4.2 Pembahasan .............................................................................................. 57
4.2.1 Kebutuhan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan ............................ 58
4.2.2 Permintaan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan ........................... 62
4.2.3 Perubahan Kebutuhan Ibu Menjadi Permintaan Ibu Terhadap
Pertolongan Persalinan ..................................................................... 66
BAB 5 Simpulan dan Saran ............................................................................... 67
5.1 Simpulan ................................................................................................... 67
5.2 Saran ....................................................................................................... 768
Daftar Pustaka ................................................................................................... 69
Lampiran .............................................................................................................. 72
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di
Kabupaten Tangerang Tahun 2005-2007 ........................................... 2
Gambar 2.1 Modifikasi Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan ..................... 22
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ....................................................................... 39
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Umur Ibu ........................ 45
Tabel 4.2 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Paritas ............................. 46
Tabel 4.3 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Ibu ... 46
Tabel 4.4 Pengelompokkan Lama Pendidikan Responden Menurut Tingkat
Pendidikannya ..................................................................................... 47
Tabel 4.5 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Lama Pendidikannya ...... 47
Tabel 4.6 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Ibu .......... 47
Tabel 4.7 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu . 48
Tabel 4.8 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Resiko Ibu Hamil
.............................................................................................................. 49
Tabel 4.9 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Penghasilan Keluarga ..... 50
Tabel 4.10 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Suku Bangsa Ibu ........... 50
Tabel 4.11 Jumlah dan Distribusi Pengambil Keputusan dalam Keluarga Menurut
Responden …………………………………………………………...51
Tabel 4.12 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Masyarakat
Dalam melakukan Persalinan ………………………………………..51
Tabel 4.13 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Pola Kebutuhan Ibu
terhadap Pertolongan Persalinan …………………………………….52
Tabel 4.14 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut jarak rumah-tempat
Persalinan dalam (Km) ………………………………………………53
Tabel 4.15 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut jarak rumah – tempat
Persalinan dalam (menit) …………………………………………….53
Tabel 4.16 Disitribusi Sisitim Birokrasi yang Akan Dijalani Menurut Responden
………………………………………………………………………..54
Tabel 4.17 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Ada-Tidaknya Penyulit
Saat Persalinan ………………………………………………………54
Tabel 4.18 Distribusi Jumlah Responden Menurut Jumlah Sarana Persalinan yang
Ada …………………………………………………………………..55
Tabel 4.19 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Jumlah Biaya yang Akan
Dikeluarkan ………………………………………………………….55
Tabel 4.20 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Kepuasan Yang
Diharapkan …………………………………………………………..56
Tabel 4.21 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Permintaan Ibu Terhadap
Pertolongan Persalinan ………………………………………………56
Tabel 4.22 Hasil Uji Statistik Antara Variabel Bebas yang Mempunyai Pengaruh
dengan Permintaan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan …………..63
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner ........................................................................................................
Lampiran 2. Hasil Uji Statistik ...........................................................................................
Lampiran 3. Skoring ...........................................................................................................
Lampiran 4. Inform consent ................................................................................................
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Pengertian sehat meliputi kesehatan jasmani, rohani serta social dan
bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan (Dep.Kes
R.I, 2000)
Indikator dalam mengukur derajat kesehatan masyarakat adalah Crude
Death Rate, Malnutrition, Infant Mortality rate, maternal Mortality Rate dan
umur harapan hidup. Dari indikator tersebut, subyek yang paling banyak dijadikan
ukuran adalah ibu dan anak. Hal ini disebabkan ibu dan anak merupakan
kelompok yang mempunyai tingkat kerentanan yang besar terhadap penyakit,
cacat dan kematian. Kerentanan ini disebabkan oleh adanya sifat yang khas dari
kelompok ini, yaitu adanya peristiwa kehamilan, proses kelahiran dan masa
pertumbuhan serta perkembangan.
Untuk memberikan perlindungan terhadap kelompok ini diperlukan
perhatian khusus terhadap sistim pemberian pelayanan kesehatannya. Perhatian ini
juga harus dapat memberikan kemungkinan tentang cara penggunaan secara
efisien sumber daya dan sarana yang pada umunya serba terbatas (Morley David,
2003).
Usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah pada umumnya telah
memberikan hasil, serta tampak adanya kemajuan. Tetapi sering terlihat bahwa
pola pelayanan terhadap ibu, khususnya ibu bersalin, masih belum mencapai
tingkat yang diharapkan. Dalam hal pencarian pertolongan persalinan, terutama
bagi ibu yang berada di pedesaan, sebagian besar masih mencari pertolongan
persalinan lewat dukun bayi.
Hasil laporan mengenai pertolongan persalinan di Propinsi Banten yang
ditolong tenaga medis terkait erat dengan upaya menurunkan angka kematian bayi
dan kematian ibu. Pertolongan persalinan oleh tenaga medis sebesar 56,6% pada
tahun 2002, meningkat menjadi 62,3% pada tahun 2005. Data tahun
2
2005 menunjukkan bahwa masih terdapat 37,7% persalinan yang ditolong oleh
tenaga non medis atau dukun paraji (Dinas Kesehatan Propinsi Banten, 2002).
Persalinan yang ditolong tenaga medis terkait erat dengan upaya
menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu. Walaupun pergerakannya
lambat namun secara pasti proporsinya menunjukkan peningkatan dibanding yang
ditolong tenaga non medis (seperti dukun bayi). Kisarannya masih bergerak pada
angka 50-60%. Pada tahun 2000 terdapat sebanyak 51,3% bayi yang
persalinannya ditolong tenaga medis (dokter atau bidan) dan sisanya sebesar
48,7% menggunakan jasa tenaga non medis seperti dukun bayi (paraji).
Selanjutnya pada periode tahun 2004 perhatian masyarakat akan pentingnya
pemanfaatan tenaga medis meningkat menjadi 59,7%. (Dinas Kesehatan Propinsi
Banten, 2005)
Dari hasil laporan mengenai pertolongan persalinan di Kabupaten
Tangerang, komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan karena
pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan.
Dalam lima tahun terakhir pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan terus meningkat. Pada tahun 2007 sebesar 73,66% dari 94.638
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, gambaran cakupan linakes dari 2005-
2007 adalah sebagai berikut :
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Tangerang
Tahun 2005-2007
Gambar 1.1 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2007.
3
Puskesmas Pamulang yaitu salah satu puskesmas di Kota Tangerang
Selatan yang dimana wilayah kerjanya mencakup 8 kelurahan yaitu : Pamulang
Barat, Pamulang Timur, Pondok benda, Benda Baru, Bambu Apus, Kedaung,
Pondok Cabe Ilir, dan Pondok Cabe Udik. Puskesmas Pamulang memiliki
beberapa macam fasilitas pelayanan kesehatan salah satu diantaranya adalah
pelayanan pertolongan persalinan.Puskesmas Pamulang telah mencatat jumlah
persalinan pada Januari s/d Desember 2009 yang ditolong oleh nakes di wilayah
kerja Puskesmas Pamulang adalah sebesar 82,85% dan sisanya persalinan
dilakukan oleh non nakes (dukun bayi), dan Puskesmas Pamulang sendiri telah
mencatat persalinan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang pada periode
Januari-Desember 2009 sebesar 90,58% dari sasaran ibu hamil yg diperiksa di
Puskesmas Pamulang (Puskesmas Pamulang, 2009).
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa Puskesmas Pamulang sebagai salah
satu Puskesmas di Kota Tangerang Selatan yang dulunya juga merupakan bagian
dari Kabupaten Tangerang telah menunjukkan data pertolongan persalinan yang
cukup baik untuk wilayah kerja di Puskesmas Pamulang namun tetap harus
dicermati apakah pelayanan pertolongan persalinan di Puskesmas Pamulang
tersebut sudah memenuhi kebutuhan dan permintaan pelayanan bagi ibu pasangan
usia subur di wilayah kerja Puskesmas tersebut.
Untuk mengetahui pelaksanaan pertolongan persalinan yang dapat
diterima masyarakat, perlu diketahui faktor penting yang mempengaruhi seorang
ibu dalam mencari pertolongan persalinan, sehingga dapat digunakan untuk
meningkatkan keinginan dan kemauan masyarakat dalam menggunakan
Puskesmas sebagai tempat persalinan.
Sarana pelayanan kesehatan akan digunakan oleh masyarakat bila
masyarakat merasa membutuhkan terhadap pelayanan kesehatan tersebut.
Kebutuhan yang dirasakan seseorang akan membuat seseorang mengambil
keputusan untuk mencari pertolongan atau tidak. Perwujudan felt need tidak selalu
dapat terwujud menjadi penggunaan pelayanan kesehatan (demand atau
permintaan yang efektif), oleh karena adanya faktor lain yang mempengaruhi
seperti faktor sosio kultural, faktor organisasional dan faktor sosio demografi
(Dever G.E. Alan, 2004).
4
Untuk mengetahui hubungan penggunaan Puskesmas sebagai tempat
persalinan dan faktor determinan yang mempengaruhinya, maka diperlukan kajian
tentang demand pertolongan persalinan di Puskesmas pada ibu yang melahirkan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Belum semua kelompok ibu Pasangan Usia Subur yang akan
melahirkan:
a. membutuhkan keberadaan Puskesmas
b. meminta atau menggunakan Puskesmas sebagai tempat
persalinannya
2. Banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan (need) pada kelompok
ibu Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan di
Puskesmas.
3. Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan atau penggunaan
(demand) pada kelompok ibu Pasangan Usia Subur terhadap
pertolongan persalinan di Puskesmas.
4. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kebutuhan
potensial (felt need) menjadi permintaan riil demand pada kelonpok
ibu Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan.
Di dalam studi ini istilah demand dimaksudkan sebagai permintaan yang
efektif (effective demand) yaitu permintaan yang disertai oleh kemampuan dan
kemauan untuk membeli, dan istilah need dimaksudkan sebagai kebutuhan
potensial. Di dalam penulisan selanjutnya, kata “kebutuhan” tetap digunakan
sebagai pengganti istilah need sedangkan kata “permintaan” dipakai sebagai
pengganti istilah demand.
5
1.3 Hipotesis
Dalam studi ini akan dipergunakan hipotesis yang dirumuskan sebagai
berikut:
1. Adanya hubungan antara kebutuhan ibu terhadap pertolongan
persalinan di Puskesmas dengan : umur, paritas, pendidikan, pekerjaan,
tingkat pengetahuan, tingkat risiko ibu hamil, suku bangsa, kebiasaan
masyarakat, pengambil keputusan dalam keluarga, dan penghasilan
keluarga.
2. Permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas
dipengaruhi oleh faktor: kebutuhan ibu, sistim birokrasi, jarak rumah
tempat persalinan, ada tidaknya penyulit dalam persalinan, jumlah
tempat persalinan yang ada, biaya persalinan, dan kepuasan konsumen.
3. Perubahan kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu terhadap
pertolongan persalinan Puskesmas dipengaruhi oleh faktor: sistim
birokrasi, jarak rumah ,tempat persalinan, ada tidaknya penyulit dalam
persalinan, jumlah tempat persalinan yang ada, biaya persalinan, dan
kepuasaan konsumen.
1.4 Tujuan Studi
Secara umum studi ini ingin menguraikan dan menilai adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan permintaan pada kelompok ibu
Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas, serta faktor
yang mempengaruhi perubahan kebutuhan menjadi permintaan pada kelompok
ibu Pasangan Usia Subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan, khususnya:
1. Mendapatkan gambaran pola :
a. Kebutuhan pada kelompok ibu pasangan usia subur di wilayah
kerja Puskesmas Pamulang terhadap pertolongan persalinan.
b. Permintaan pada kelompok ibu pasangan usia subur di wilayah
kerja Puskesmas Pamulang terhadap pertolongan persalinan.
2. Mempelajari faktor yang mempengaruhi kebutuhan pada kelompok ibu
pasangan usia subur terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas.
6
3. Mempelajari faktor yang mempengaruhi permintaan pada kelompok
ibu pasangan usia subur terhadap pertolongan persalinan di
Puskesmas.
4. Mempelajari faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kebutuhan
menjadi permintaan pada kelompok ibu pasangan usia subur terhadap
pertolongan persalinan.
1.5 Manfaat Studi
1. Sebagai bahan penulisan riset khususnya untuk kelengkapan data
primer, yang harus dipenuhi dalam rangka penyelesaian Program
Studi Pendidikan Dokter (PSPD) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Memberi masukan pada perencanaan dan pengelola program dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), sehingga pelayanan pertolongan persalinan Puskesmas
dapat lebih berdaya guna di masa yang akan datang.
3. Memberikan informasi pada petugas pelaksana pelayanan
pertolongan persalinan di Puskesmas, sebagai dasar untuk
membuahkan pemikiran-pemikiran secara faktual dalam upaya
meningkatkan jumlah atau cakupan ibu bersalin di Puskesmas.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Kebutuhan
(Murray, 2001), mendefinisikan kebutuhan sebagai berikut:
“A need is a construct (a convenient fiction or hypothetical concept) which
stands for a force in the brain region, a force which organizer perception,
apperception, intellection, conation and action in such a way as to transform in a
certain direction an existing unsatisfying situation. A need is sometimes provoked
directly by internal processes of a certain kind. But, more frequently by the
occurrence of one of few commonly effective press (environmental forces). Each
need is characteristically accompanied by a particular feeling or emotion and …
certain may be weak or intense, momentary or enduring. But usually is persist
and gives rise to certain course of overt behavior (or fantacy)”
Kebutuhan adalah suatu konstruk (konsep hipotesis) yang memberikan
suatu kekuatan di dalam otak. Kekuatan yang mengorganisir persepsi, appersepsi,
inteleksi, konasi dan tindakan sedemikian rupa dengan maksud merubah suatu
keadaan tertentu yang ada yaitu sesuatu yang tidak memuaskan. Kebutuhan
kadang-kadang ditimbulkan secara langsung oleh proses internal tetapi lebih
sering ditimbulkan oleh peristiwa yang terjadi dalam lingkungan individu. Adanya
kebutuhan menyebabkan individu beraktivitas dan individu mempertahankan
aktivitas ini sampai kebutuhannya terpenuhi. Beberapa kebutuhan secara
karakteristik disertai oleh perasaan dan emosi. Kebutuhan dapat lemah dan kuat,
sebentar atau seterusnya, tetapi biasanya menetap dan berpengaruh terhadap
timbulnya perilaku yang nyata atau fantasi (Murray, 2001).
(Maslow, 2000), mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai
kebutuhan yang pemunculannya sangat tergantung pada kepentingan individu.
Kebutuhan yang harus dipenuhi merupakan faktor pendorong (motif) yang
menyebabkan seseorang beraktivitas. Manusia tidak hanya bereaksi terhadap satu
motif atau kebutuhan saja, tetapi membuat seleksi terhadap sejumlah motif yang
ada dalam dirinya pada saat yang sama.
8
Kebutuhan itu terjadi secara bertahap (hirarkis) mulai dari kebutuhan yang
paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis. Bila kebutuhan ini sudah terpenuhi baru
mencari kebutuhan pada hirarki yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa
keamanan dan perlindungan. Apabila kebutuhan ini sudah terpenuhi maka akan
muncul hirarki kebutuhan yang lebih tinggi adalah kebutuhan akan aktualisasi
diri. Teori ini dikenal dengan five hierarchy of need dari (Maslow, 2000).
Tetapi teori (Maslow, 2000), di atas mempunyai kelemahan yaitu tidak
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, karena manusia tidak harus memenuhi
kebutuhan pada hirarki yang lebih rendah baru memikirkan kebutuhan pada
hirarki yang lebih tinggi. Misalkan seseorang yang masih kekurangan kebutuhan
fisiologisnya tetapi dia ternyata sudah mempunyai kebutuhan akan harga diri.
Menurut (Robert Moroney, 2003), kebutuhan dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Kebutuhan normatif (normative need) yaitu kebutuhan yang timbul pada
individu yang pada umumnya banyak dipengaruhi faktor nilai, lingkungan
sosial dan hukum.
Seorang ibu hamil yang selalu mengalami perdarahan selama
kehamilannya, disarankan oleh bidan, untuk selalu periksa ke dokter ahli
kandungan dan melahirkan dengan pertolongan dokter ahli kandungan. Ibu
hamil ini mempunyai kebutuhan normatif (kebutuhan yang sesuai dengan
norma kesehatan yang ada), untuk periksa dan melahirkan melalui
pertolongan dokter ahli kandungan.
2. Kebutuhan yang dirasakan (perceived need) yaitu apa yang menjadi
kebutuhan mereka. Perceived need biasa disebut juga felt need.
Seorang ibu hamil merasa tidak mempunyai keluhan yang berarti selama
kehamilannya, dan menginginkan suatu proses persalinan yang menurut
dia “aman” serta terjangkau biayanya. Ibu hamil tersebut merencakan
untuk bersalin di Puskesmas, karena kebutuhan yang dirasakan (felt need)
ibu tersebut cocok dengan kondisi Puskesmas. Dapat dikatakan bahwa ibu
hamil tersebut mempunyai felt need pada Puskesmas.
3. Kebutuhan yang diekspresikan (expressed need) yaitu felt need uang
beubah menjadi penggunaan pelayanan atau sejumlah orang yang
9
mendapatkan pelayanan. Expressed need ini biasa disebut demand atau
permintaan yang efektif.
Seorang ibu hamil yang sudah mempunyai rencana untuk melahirkan di
Puskesmas, tiba-tiba merasakan bahwa proses persalinannya sudah dekat,
pada saat malam hari. Keluarganya tidak membawa dia ke Puskesmas
tetapi meminta pertolongan dukun bayi yang berdekatan dengan
rumahnya, untuk membantu persalinan tersebut. Dalam kasus ini,
meskipun felt need ibu hamil tersebut pada Puskesmas tetapi expressed
need atau demand nya pada dukun bayi.
4. Kebutuhan relatif (relative need) yaitu kebutuhan yang dalam
pemenuhannya berbeda antara satu individu dengan individu lainnya atau
antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Relative need ini juga
biasa disebut sebagai comparative need.
Beberapa ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang relatif sama (tidak
mempunyai keluhan yang berarti selama kehamilannya), akan mempunyai
kebutuhan yang berbeda-beda pada saat dia melahirkan. Ada yang merencakan
untuk bersalin di rumah dengan pertolong dukun bayi, dirumah dengan
pertolongan bidan, di tempat praktek bidan, di Puskesmas atau di Rumah Sakit
dengan pertolongan dokter ahli kandungan. Dalam kasus ini jelas bahwa
kebutahan beberapa ibu hamil tersebut relatif dalam pemenuhannya.
Berdasarkan definisi kebuthan yang dikemukakan oleh Moroney, maka
yang dimaksud need atau kebutuhan dalam penelitian ini adalah felt need: atau
kebutuhan yang dirasakan. Menurut (David Mc Clelland, 2003), yang telah
memformulasikan konsep kebutuhan untuk keberhasilan (the need to achieve),
orang yang mempunyai kebuthan untuk keberhasilan akan mempunyai keinginan
yang kuat untuk mencapai keberhasilannya tersebut dan mempunyai cirri-ciri
sebagai berikut: (Hick H G & Gullent C R, 2007).
1. Ia menempatkan tujuan yang moderat dan memperhitungkan
risikonya.
2. Penempatan tujuan seperti itu karena ia secara pribadi dapat
mempertanggung jawabakan hasilnya.
10
3. Ia menginginkan arus balik yang tepat mengenai keberhasilan atau
kegagalannya.
4. Ia lebih menyukai para pekerja pembantu yang kompeten walaupun
ada perasaan pribadi tentang mereka.
Teori (David Mc Clelland, 2003) ini lebih dikenal dengan nama
Achievement Motivation Theory, yaitu Seorang ibu hamil merencakan untuk
melakukan persalinan dengan pertolongan bidan. Dalam hal ini, ibu tersebut (1)
telah menempatkan tujuannya sesuai dengan kemampuannya dan telah
memperhitungkan faktor risikonya, (2) dia telah memprediksi akan dapat
melakukan persalinan dengan baik (3) dia mengharapkan bidan dapat memberikan
gambaran tentang proses persalinan yang akan dohadapinya (kemungkinan
hambatan yang akan dihadapi), (4) dia percaya dengan kemampuan bidan dalam
menolong persalinannya dan mengabaikan perasaan pribadi.
Teori kebutuhan yang berhubungan dengan kepuasaan kerja dikemukakan
oleh (Frederick Herzberg, 2002), yang lebih dikenal dengan teori dua faktor pada
kepuasaan kerja atau konsep faktor motivator – hygience dari Herzberg. Menurut
teori (Herzberg, 2002), ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
bekerja yaitu (1) faktor yang berperan sebagai motivator yaitu yang mampu
memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja baik, dan (2) faktor hygience
yang dapat meimbulkan rasa tidak puas pada pegawai (Hicks H G & Gullent C R,
2007). Faktor yang berperan sebagai motivator adalah:
1. achievement (keberhasilan pelaksanaan)
2. Recognition (Pengakuan)
3. the work it self (pekerjaan itu sendiri)
4. responsibilities (tanggung jawab)
5. Advancement (pengembangan)
Sedangkan faktor hygience terdiri dari:
1. company pokicy and administration (kebijakan dan administrasi
perusahaan)
2. technical supervisor (supervisi)
3. interpersonal supervision (hubungan antara pribadi)
4. working condition (kondisi kerja)
11
5. wages (gaji)
Seorang ibu hamil telah merencanakan untuk melakukan persalinan di
Puskesmas karena dia telah termotivasi oleh (1) keberhasilan proses persalinan
yang ditangani di Puskesmas, (2) merasa mendapat pengakuan dari masyarakat,
dan (3) keyakinan dapat melakukan persalinan dengan lancer. Selain itu dia juga
telah mempertimbangkan faktor 1) birokrasi yang harus dilakukan, (2) fasilitas
yang diberikan dan (3) biaya yang harus dikeluarkan.
2.1.1.1 Konsep Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan
Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan, terdiri atas kebutuhan yang
dirasakan oleh konsumen (felt need) dan kebutuhan yang diukur menurut
pendapat provider (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan menurut
konsumen dipengaruhi oleh faktor sosio demograhi dan faktor sosio psikologis
(Dever G A, 2004).
John Cullis dan Peter A. West (1999), mengatakan bahwa kebutuhan yang
dirasakan (felt need) terhadap pelayanan kesehatan, merupakan penjumlahan dari
kebutuhan fisiologis da psikologis individu terhadap suatu pelayanan kesehatan.
Felt need timbul bila individu menginginkan pelayanan kesehatan. Felt need
berhubungan dengan persepsi individu terhadap pelayanan kesehatan.
Sedangkan Kenneth Lee & Anne Mills (2003), menmgemukakan bahwa
kebutuhan akan pelayanan kesehatan terdiri atas kebutuhan yang tidak dirasakan
dan kebutuhan yang dirasakan (felt need). Kebutuhan yang dirasakan (felt need)
membuat individu mengambil keputusan untuk mencari pelayanan kesehatan atau
tidak. Ekspresi dari felt need terhadap pelayanan kesehatan adalah merupakan
penggunaan dari pelayanan kesehatan atau demand dari pelayanan kesehatan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan yang dirasakan
seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang berasal dari
individu itu sendiri (faktor intrinstik) misalnya tingkat pengetahuan, umur dan
pekerjaan maupun factor di luar individu (faktor ekstrinsik) misalnya lingkungan
sosial.
Seorang ibu yang sedang hamil mungkin sudah mempunyai rencana untuk
melahirkan dengan pertolongan dukun bayi di rumah. Hal ini disebabkan karena
12
tingkat pengetahuan ibu yang rendah tentang kesehatan dan kebiasaan yang
berlaku di daerah tersebut.
Ibu hamil yang lain mungkin merencanakan untuk bersalin dengan
pertolongan dokter spesialis kandungan, karena ibu ini sudah mengetahui bahwa
dirinya termasuk golongan “kehamilan risiko tinggi” dan untuk itu diperlukan
penanganan tenaga professional.
Ibu hamil yang mungkin merencanakan untuk bersalin dengan pertologan
bidan karena seluruh kerabatnya juga melakukan hal yang sama. Tetapi pada saat
bersalin ibu tersebut mengalami penyulit yang menyebabkan bidan mengambil
keputusan untuk merujuk ibu tersebut ke Rumah Sakit. Ibu tersebut akhirnya
bersalin dengan pertolongan dokter.
Hasil penelitian Indriati Basong (2007), yang menghubungkan kebutuhan
(felt need) ibu dengan penggunaan posyandu, membuktikan bahwa umur,
pengetahuan dan persepsi tentang posyandu ibu mempunyai hubungan yang
bermakna dengan felt need ibu terhadap posyandu.
2.1.2 Teori Permintaan
Di dalam teori ekonomi, konsep permintaan menggambarkan kerangka
sistematis tentang perilaku konsumen. Demand berarti permintaan sejumlah
barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen (willingness) dan konsumen
mampu (ability) untuk membeli dalam satu kurun waktu tertentu atau dengan kata
lain demand adalah julmah komoditas total yang dibeli oleh konsumen (Lipsey
RG, Steiner PO, Purvis DD, 2001).
Dari teori di atas dapat dikatakan bahwa permintaan adalah kebutuhan
yang direalisasikan dalam perbuatan. Kebutuhan merupakan suatu permintaan
akan barang atau jasa yang mana konsumen mau (willingness) untuk membeli,
tetapi belum diikuti dengan kenyataan (action) dalam membeli. Sedangkan
permintaan adalah kebutuhan yang telah diikuti dengan kemampuan daya beli
(ability) dan direalisasikan dalam perbuatan (membeli barang atau jasa).
Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep ini. Pertama,
jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan (desired). Ini
menunjukkan berapa banyak “komoditi” yang ingin dibeli oleh rumah tangga, atas
13
dasar harga komoditi yang diperhitungkan dengan harga komoditi lainnya,
penghasilan mereka, cita rasa dan selera mereka. Kedua, apa yang diinginkan
tidak merupakan harapan kosong, tetapi merupakan permintaan efektif. Artinya,
merupakan jumlah orang yang bersedia dan mampu membelinya pada harga yang
harus mereka bayar untuk komoditi itu. Ketiga, kuantitas yang diminta merupakan
arus pembelian yang kontinyu artinya pembelian itu akan diikuti dengan
pembelian selanjutnya (Lipsey RG, Steiner PO, Purvis DD, 2001).
Jumlah barang yang diminta (permintaan) sangat tergantung kepada:
1. Harga atau tarif dari barang atau jasa yang bersangkutan.
2. Cita rasa (taste) dan preferensi konsumen
3. Pendapatan konsumen
4. Harga atau tarif dari barang atau jasa lain yang dekat hubungannya
dengan barang tersebut.
Dari uraian diatas, tersirat peran kebutuhan di dalam faktor cita rasa (taste)
dan preferensi konsumen menunjukkan suatu kebutuhan yang belum
direalisasikan. Apabila citarasa dan preferensi telah diikuti dengan pertimbangan
harga, pendapatan (daya beli) dan harga barang substitusi serta diikuti dengan
perbuatan membeli, maka akan menjadi permintaan pada barang atau jasa
tersebut.
Sehingga secara matematik, permintaan merupakan fungsi dari beberapa
faktor, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Q = F ( P, Y, Z1 . . . Z n, T)
Dimana: Q = Kuantitas barang atau jasa yang diminta
P = harga dan tarif
Y = pendapatan konsumen
Z1 . . . Zn = harga atau tarif dari barang lain
T = citarasa dan preferensi konsumen
Rumus ini kalau diterapkan dalam pelayanan pertolongan persalinan
adalah:
Q = jumlah permintaan pertolongan persalinan di Puskesmas
P = biaya pertolongan persalinan di Puskesmas
Z1 . . . Zn = biaya pertolongan persalinan selain di Puskesmas
14
Y = pendapatan konsumen
T = cita rasa dan preferensi konsumen terhadap pertolongan
persalinan yang diinginkan
2.1.2.1 Konsep Permintaan terhadap Pelayanan Kesehatan
Michael Grossman seperti yang dikutip oleh Feldstein mengemukakan
bahwa konsumen mempunyai permintaan terhadap pelayanan kesehatan karena
dua alasan, yaitu (1) kesehatan sebagai barang konsumsi, yang membuat
konsumen merasakan lebih baik, dan (2) pelayanan kesehatan sebagai barang
investasi, yang memberikan sejumlah waktu kepada kosumen untuk berproses
produksi (Feldstein, 2007).
Terdapat beberapa kesulitan dalam mengaplikasikan teori permintaan
terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
(Sorkin AL,2003)
1. Untuk estimasi permintaan individu diperlukan informasi tentang harga
pelayanan kesehatan pada institusi yang sama dengan karakteristik
penyakit dan pelayanan yang sama pula.
2. Availability pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi kuantitas
pelayanan yang diminta.
3. Permintaan terhadap pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
status kesehatan dan tingkat kebutuhan pelayanan medisnya.
4. Pelayanan kesehatan yang bersifat supply induced demand membawa
konsumen pada posisi yang lemah, dimana jenis pelayanan yang dia
terima tergantung dari providernya.
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa permintaan pelayanan kesehatan
tidak bisa murni seperti pada permintaan barang konsumsi, karena sangat
dipengaruhi baik oleh faktor individu itu sendiri maupun faktor di luar individu
tersebut, terutama faktor provider.
Permintaan terhadap pelayanan kesehatan tergantung pada beberapa
faktor, sehingga formulasi permintaan tersebut dapat digambarkan sebagai:
D = F (X1 . . . . Xn)
Dimana:
15
D = permintaan terhadap barang dan jasa, yang dalam penelitian ini adalah
jumlah ibu yang bersalin di Puskesmas (prosentasenya dibandingkan dengan yang
bersalin di luar Puskesmas)
X1 . . . Xn = factor yang mempengaruhi permintaan ibu terhadap
pertolongan persalinan di Puskesmas.
Hasil penelitian David S. Guzick (2006), tentang permintaan terhadap
pelayanan dokter umum dan dokter internist, menunjukkan bahwa faktor asuransi
dan income, umur, jenis kelamin, ras (suku bangsa) dan tempat tinggal
mempunyai hubungan yang bermakna dengan permintaan terhadap pelayanan
dokter umum dan dokter internist. Masing–masing faktor mempunyai pengaruh
yang berlainan antara permintaan pelayanan dokter umum dan permintaan
pelayanan dokter internist.
Hasil penelitian Wasis Budiarto (2004), tentang permintaan terhadap
pelayanan kesehatan Puskesmas, membuktikan bahwa faktor kebutuhan,
pekerjaan, biaya, pendapatan, waktu dan jarak mempunyai hubungan yang
bermakna dengan permintaan seseorang terhadap pelayanan kesehatan
Puskesmas.
Hasil penelitian Irene B (2006), tentang permintaan terhadap pelayanan
kesehatan gigi, membuktikan bahwa pengetahuan, biaya, pendapatan per kapita
dan kebiasaan merawat gigi seseorang mempunyai hubungan yang bermakna
dengan permintaan terhadap pelayanan kesehatan gigi.
2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan terhadap Pelayanan
Kesehatan
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan (permintaan)
pelayanan kesehatan, telah digolongkan oleh beberapa ahli dalam beberapa model,
yaitu:
1. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)
Apabila individu bertindak untuk mencari pengobatan atas penyakitnya,
ada empat variable kunci yang terlihat di dalam tindakan tersebut, yaitu : (1)
kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, (2) keseriusan yang dirasakan,
16
(3) manfaat yang diterima atau rintangan yang dialami dalam melawan
penyakitnya dan (4) hal yang memotivasi tindakan tersebut (Wolinsky FD, 2000).
a. Kerentanan yang dirasakan (Perceived susceptibility)
Seseorang akan bertindak untuk mencari pencegahan atau pengobatan
terhadap suatu penyakit bila dia telah merasakan rentan terhadap
penyakit tersebut. Seorang ibu hamil berpikir untuk mencari
pertolongan dalam melakukan persalinan karena ibu tersebut merasa
rentan terhadap proses persalinan yang akan dialaminya.
b. Keseriusan yang dirasakan (Perceived seriousness)
Seseorang bertindak untuk mencari pengobatan karena didorong oleh
keseriusan penyakit yang dideritanya. Seorang ibu hamil merencanakan
untuk melakukan persalinan dengan pertolongan bidan karena ibu
tersebut merasa bahwa dia akan dapat melakukan persalinan dengan
lancar tanpa ada faktor penyulit yang berarti.
Ibu hamil yang lain mungkin telah merencanakan untuk melakukan
persalinan dengan pertolongan dokter spesialis kandungan karena
selama hamil ibu tersebut mengalami perdarahan dan letak bayi dalam
kandungannya diketahui melintang.
c. Manfaat atau rintangan yang dirasakan (Perceived benefit and barriers)
Seseorang akan beertindak mencari pengobatan untuk mendapatkan
manfaat (sembuh dari penyakitnya) atau menghindari rintangan yang
dirasakan (terhindar dari akibat penyakit yang dideritanya). Sesorang
ibu hamil mungkin mencari pertolongan persalinan di Puskesmas
karena ibu tersebut merasa mendapatkan manfaat (bisa melahirkan
dengan selamat) dan tetap sehat setelah melalui proses persalinan
tersebut.
d. Isyarat atau tanda-tanda (Cuse)
Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan,
keseriusan dan keuntungan dari tindakan yang dilakukan oleh
seseorang, diperlukan isyarat berupa faktor dari luar, misalnya pesan-
pesan yang ada di media massa, nasihat atau anjuran para ahli, teman,
anggota keluarga dan lain-lain. Seorang ibu hamil dapat mengetahui
17
kerentanan, keseriusan atau bahkan manfaat tindakannya dari pesan-
pesan yang ada pada media massa, nasihat dokter, bidan atau keluarga.
2. Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan (Health Service Utilization
Model)
Andersen dan Anderson (2003), telah menggolongkannya menjadi
beberapa model berdasarkan tipe variabel yang digunakan sebagai faktor penentu,
yaitu: (Wolinsky FD, 2000).
a. Model Demografi (Demographic Model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah: umur, seks, status
perkawinan dan besarnya keluarga. Perbedaan akan derajat kesehatan,
derajat kesakitan dan tingkat penggunaan pelayanan kesehatan
diasumsikan akan berhubungan dengan seluruh variabel diatas.
Apabila kita perhatikan, variabel yang digunakan dalam model ini
adalah variable yang berasal dari dalam individu sendiri (intrinsik),
yang secara langsung akan mempengaruhi kebutuhan seseorang dan
apabila direalisasi dalam perbuatan akan menjadi permintaan.
b. Model Struktur Sosial (Social Structural Model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah: pendidikan,
pekerjaan dan suku bangsa atau etnis. Penggunaan pelayanan kesehatan
adalah salah satu aspek gaya hidup (life style) seseorang, yang
dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial psikologisnya.
Variabel di atas juga merupakan variabel yang secara langsung
mempengaruhi kebutuhan seseorang.
Seseorang yang sedang sakit perut (diare), langsung mencari
pengobatan dengan cara tradisional (memakan daun jambu yang masih
muda dan arang) karena kebiasaan yang ada di desa tersebut sedangkan
orang lain yang memiliki latar pendidikan SLTA, juga menderita diare,
dia merasa membutuhkan pertolongan dokter dan langsung pergi ke
dokter untuk mendapatkan pertolongan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa latar belakag social seseorang akan sangat berpengaruh pada
kebutuhan seseorang dan pada akhirnya akan mempengaruhi juga
tingkat penggunaan pelayanan kesehatan.
18
c. Model Sosial-psikologis (Social Psycological Model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah sikap dan keyakinan
(belief) individu. Variabel sosial psikologis pada umumnya terdiri dari
empat kategori, yaitu (1) Kerentanan terhadap penyakit atau sakit yang
dirasakan, (2) Keseriusan penyakit atau sakit yang dirasakan, (3)
Keuntungan yang diharapkan dalam mengambil tindakan untuk
mengatasi penyakit (4) Kesiapan tindakan individu.
Seorang suami mengetahui istrinya akan melahirkan dia membawa
istrinya ke Rumah Sakit bersalin yang berdekatan karena (1) suami
tersebut merasa istrinya rentan terhadap persalinan yang akan
dihadapinya, (2) proses persalinan dianggap sebagai sesuatu yang serius
berkenaan dengan kesehatan, (3) dengan membawa ke rumah sakit
bersalin akan mendapatkan pertolongan yang memadai untuk mengatasi
proses persalinan tersebut, (4) tindakan suami tersebut didasari oleh
pengetahuan yang dimilikinya.
d. Model Sumber Daya Keluarga (Family Resouce Model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah pendapatan keluarga,
cakupan asuransi kesehatan, ekanggotaan dalam asuransi kesehatan.
Variabel ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan bayar (daya
beli atau tingkat ekonomi) individu atau keluarga untuk pelayanan
kesehatan keluarga mereka.
Seorang ibu hamil merencakan untuk bersalin di rumah dengan
pertolongan bidan, karena biayanya yang cukup murah.
e. Model Sumber Daya Masyarakat (Community Resource Model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah penyediaan pelayanan
kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat dan ketercapaian
(accessibility) pelayanan kesehatan yang tersedia dan sumber-sumber di
dalam masyarakat.
Masyarakat di desa “A”, akan pergi ke Puskesma desa “A” tersebut
pada saat ada yag sakit, karena pemerintah telah menyediakan
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan yang keberadaannya
dapat terjangkau oleh masyarakat di desa “A” tersebut.
19
f. Model Organisasi (organization Model)
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah pencerminan
perbedaan bentuk system pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Gaya (Style praktek pengobatan (sendiri, rekanan atau kelompok)
2. Sifat (nature) dari pelayanan tersebut (membayar langsung atau
tidak)
3. Letak pelayanan kesehatan (tempat pribadi, rumah sakit atau klinik)
4. Petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien (dokter,
perawat, dukun dan sebagainya).
Seorang ibu hamil memutuskan untuk bersalin di rumah dengan
pertolongan bidan karena (1) gaya (style) prakteknya secara rekanan
artinya apablia terjadi penyulit pada pasien bidan tersebut sudah
mempunyai tempat rujukan, (2) sifat pembayarannya secara langsung,
(3) letak pelayanannya merupakan tempat pribadi, dan (4) petugas
pertama kali yang kontak dengannya adalah bidan.
g. Model Sistem Kesehatan
Keenam model penggunaan fasilitas kesehatan tersebut di atas tidak
berbeda secara nyata, meskipun ada perbedaan dalam sifat (nature).
Model system kesehatan menggabungkan keenam model tersebut di
atas ke dalam model yang lebih sempurna.
3. Model Perilaku Kesehatan Lawrence Green
Menurut Lawrence Green (2004), perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3
faktor yaitu faktor predisposisi, faktor yang memudahkan dan faktor yang
memperkuat.
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), terwujud dalam
pengatahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan persepsi dari
seseorang.
b. Faktor yang memudahkan (enabling factors), terwujud dalam
lingkungan fisik (tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan).
c. Faktor yang memperkuat (reinforcing factores), terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas pelayanan kesehatan.
20
4. Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan Alan Dever
Menurut Alan Dever (2004), faktor yang mempengaruhi penggunaan
(permintaan) pelayanan kesehatan adalah:
1. Faktor Sosiokultural, yaitu:
a. Norma dan nilai yang ada di masyarakat.
Norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat akan
mempengaruhi seseonag dalam bertindak, termasuk dalam
menggunakan pelayanan kesehatan.
b. Tekhnologi yang digunakan dalamn pelayanan kesehatan.
Kemajuan di bidang tekhnologi dapat mengurangi atau menurunkan
angka kesakitan sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi pula
penggunaan pelayanan kesehatan. Tetapi kemajuan tekhnologi juga
dapat meningkatkan penggunaan pelayanan kesehatan, seperti pada
kasus tehnologi penyinaran.
2. Faktor Organisasional, yaitu:
a. Ketersediaan sumber daya.
Sumber daya yang mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas,
sangat mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan.
b. Keterjangkauan Lokasi.
Keterjangkauan lokasi (geografis), berkaitan dengan keterjangkauan
tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat diukur dengan jarak tempuh,
waktu tempuh dan biaya perjalanan. Sedangkan keterjangkauan waktu,
dilihat dari keterbatasan waktu pelayanan kesehatan yang disediakan.
Seseorang yang akan menggunakan pelayanan kesehatan, akan
mempertimbangkan keterjangkauan lokasi ini.
c. Keterjangkauan sosial.
Konsumen memperhitungkan “sikap provider terhadap konsumen”
misalnya atribut petugas seperti etnis dan jenis kelamin, serta
kemampuan membayar.
d. Karakteristik dari struktur organisasi formal dan dari cara pemberian
pelayanan kesehatan.
21
Pelayanan kesehatan ada yang mempunyai struktur organisasi yang
formal misalnya Rumah Sakit dan ada yang tidak misalnya praktek
perorangan.
3. Faktor Interaksi Konsumer-Provider
a. Faktor yang berhubungan dengan konsumen:
Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh
konsumen berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintaan
pelayanan kesehatan. Kebutuhan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan
(perceived need) dan evaluated need (clinical diagnosis).
Perceived need dipengaruhi oleh:
a.1. Faktor sosiodemografi: umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan,
jumlah keluarga, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan,
penghasilan).
a.2. Faktor sosiopsikologis: persepsi sakit, gejala sakit, keyakinan
terhadap perawatan medis atau dokter.
a.3. Faktor epidemiologis: mortalitas, morbiditas, disabilitas dan
factor risiko.
b. Faktor yang berhubungan dengan provider:
b.1. Faktor ekonomi: adanya barang substitusi, adanya keterbatasan
pengetahuan konsumen tentang penyakit yang diderita.
b.2. Karakteristik dari provider: tipe pelayanan kesehatan, sikap
petugas, keahlian petugas, fasilitas yang dipuyai oleh pelayanan
kesehatan tersebut.
Hasil penelitian Indriati Basong (2007), membuktikan bahwa felt need ibu
terhadap posyandu mempunyai hubungan yang bermakna dengan penggunaan
atau permintaan posyandu oleh ibu
Berdasarkan teori-teori yang telah disebutkan di atas, maka dapat
dibuatkan model yang merupakan modifikasi dari model penggunaan pelayanan
kesehatan Alan Dever. Modifikasi model ini dianggap lebih lengkap, karena dapat
merangkum seluruh teori yang telah disebutkan diatas. Model yang telah
dimodifikasi, dapat dilihat pada skema 1 berikut ini.
22
Gambar 2.1 : MODIFIKASI MODEL PENGGUNAAN PELAYANAN
KESEHATAN
Sumber : Model Determinan of health services utilization dari G. E. Alan Dever
(2004), yang telah dimodifikasi.
Modifikasi ini dianggap lebih cocok karena kebutuhan seseorang sangat
dipengaruhi oleh faktor pada individu itu sendiri dan faktor sosial dimana individu
tersebut berada. Sedangkan faktor organisasional yang dalam hal ini berkaitan
dengan sistim pelayanan kesehatan serta birokrasi untuk mendapatkan pelayanan,
lebih mempengaruhi penggunaan atau permintaan pelayanan kesehatan itu sendiri.
2.1.3 Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)
2.1.3.1 Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat
pengembangan, pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus
merupakan pos terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat (Dep. Kes.
R.I, 2000).
Definisi Puskesmas menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(1990/1991) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran
Faktor ciri karakteristik
konsumen:
- Sosiodemografi
- Sosiopsokologis
- Epidemiologis
Kebutuhan Permintaan
Factor
sosiokultural
Factor
Organisasional
Faktor yang
berhubungan
dengan provider
Faktor
lingkungan
23
serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Dengan kata lain perkataan Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung
jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan, tergantung kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan
geografik dan keadaan infrastruktur masing-masing Puskesmas. Sedangkan
pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang
ditujukan kepada semua jenis kelamin dan golongan umur (Dep. Kes. R.I, 2000).
2.1.3.2 Kegiatan Pokok Puskesmas
Pelayanan upaya kesehatan di Puskesmas dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan pokok, yaitu (Dep.Kes. RI., 2000):
a. Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)
b. Keluarga Berencana
c. Usaha Peningkatan Gizi
d. Kesehatan Lingkungan
e. Pencegahan dan Pemberanasan Penyakit Menular
f. Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
g. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
h. Kesehatan Sekolah
i. Kesehatan Olah Raga
j. Perawatab Kesehatan Masyarakat
k. Kesehatan Kerja
l. Kesehatan Gigi dan Mulut
m. Kesehatan Jiwa
n. Kesehatan Mata
o. Laboratorium Sederhana
p. Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka system informasi kesehatan
q. Kesehatan Usia Lanjut
r. Pembinaan Pengobatan Tradisional
24
Kegiatan pokok ini akan terus dikembangkan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhannya. Beberapa Puskesmas tertentu sesuai dengan perkembangan
akan dilengkapi dengan sarana rawat tinggal dan unit pertolongan pertama pada
keadaan darurat atau gawat.
2.1.3.3 Fungsi Puskesmas
Beberapa fungsi Puskesmas adalah: (Dep.Kes R.I. 2000)
a. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan hidup sehat.
c. Sebagai pusat pengembangan Kesehatan Masyarakat di wilayah
kerjanya.
Sedangkan pelaksanaan fungsi Puskesmas di atas adalah:
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menunjang dirinya sendiri.
b. Memberi petunjuk kepada masyarakat tentang upaya menggali dan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan
medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan
bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
d. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program Puskesmas.
2.1.3.4 Puskesmas dengan Perawatan
Puskesmas dengan perawatan adalah Puskesmas yang diberi yambahan
ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat baik berupa
tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara (Dep.Kes R.I, 2000).
Fungsi Puskesmas dengan Perawatan yang utama, sebagai “Pusat Rujukan
Antara”, yang melayani penderita gawat darurat sebelum dapat dibawa ke Rumah
Sakit (Dep.Kes R.I, 2000).
25
Kegiatan-kegiatan yang dapat dikerjakan oleh Puskesmas dengan
perawatan ini meliputi:
1. Melakukan tindakan operasi terbatas terhadap penderita gawat darurat
antara lain:
a. kecelakaan lalu lintas
b. persalinan dengan penyulit
c. penyakit lain yang mendadak dan gawat
2. Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi
penderita dalam rangka diagnostik dengan rata-rata perawatan 3 hari atau
maksimum 7 hari.
3. Melakukan pertolongan sementara untuk persiapan pengiriman penderita
lebih lanjut ke Rumah Sakit.
4. Memberi pertolongan persalinan bagi kehamilan risiko tinggi dan
persalinan dengan penyulit.
5. Melakukan metode operasi pria untuk keluarga berencana.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa Puskesmas dengan perawatan adalah
pengembangan dari Puskesmas biasa, yang mampu betindak sebagai “Pusat
Rujukan Sementara” yang salah satu tugasnya adalah memberi pertolongan
persalinan dengan risiko tinggi dan dengan penyulit. Sehingga secara otomatis dia
juga melaksanakan fungsi Puskesmas biasa yaitu memberi pertolongan persalinan
dengan tingkat risiko rendah atau persalinan normal.
2.1.4 Pelayanan Kebidanan
2.1.4.1 Pengertian
a) Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam
rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan keluarga
merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan
kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan
ibu dan anak. Adapun sasaran pelayanan kebidanan adalah individu,
keluarga dan masyarakat yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.
26
b) Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi atau
sempurna yang digunakan sebagai batas penerimaan. Standar adalah
rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu
dicapai berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.
2.1.4.2 Ruang lingkup Standar Pelayanan Kebidanan
Menurut Depkes RI (2000), Standar pelayanan kebidanan adalah terdiri
dari 25 standar, yang meliputi standar pelayanan umum dan standar pelayanan
kebidanan termasuk di dalamnya adalah standar untuk penanganan
kegawatdaruratan. Standar tersebut dapat dikelompokkan dan diuraikan secara
berurutan dari standar 1 sampai dengan standar 25 yaitu sebagai berikut:
a) Standar Pelayanan Umum terdiri dari 2 Standar yaitu: Standar 1 dan
Standar 2.
Standar 1: Persiapan untuk Kehidupan Keluarga Sehat
Pernyataan Standar:
Bidan memberikan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan
masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk
penyuluhan kesehatan umum, gizi, keluarga berencana, kesiapan dalam
menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang
tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.
Standar 2: Pencatatan
Pernyataan Standar:
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya, yaitu
regitrasi semua ibu hamil di wilayah kerjanya, rincian pelayanan yang diberikan
kepada setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan
rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Bidan hendaknya mengikutsertakan
kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang
berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir. bidan meninjau secara teratur catatan
untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan
pelayanannya.
b) Standar Pelayanan Ante Natal terdiri dari 6 Standar yaitu:
Standar 3 s/d Standar 8
27
Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil
Pernyataan Standar:
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinterakasi dengan masyarakat
secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami dan
anggota keluarga agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak
dini dan secara teratur.
Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Pernyataan Standar:
Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelyanan antenatal, pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai
apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan
risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PSM/Infeksi HIV,
memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas
terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas. Bidan harus mencatat data yang
tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
Standar 5: Palpasi Abdomen
Pernyataan Standar:
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan melakukan
palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan
bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin
ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat
waktu.
Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Pernyataan Standar:
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/atau
rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Pernyataan Standar:
28
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamasi lainnya, serta mengambil
tindakan yang tepat dan merujuknya.
Standar 8: Persiapan Persalinan
Pernyataan Standar:
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ke tiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan
yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan
dengan baik, disamping persiapan transportaasi dan biaya untuk merujuk, bila
tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan
rumah untuk hal ini.
c).Standar Pertolongan Persalinan terdiri dari 4 Standar, yaitu
standar 9 s/d standar 12
Standar 9: Asuhan Saat Persalinan
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan
kebutuhan klien, selama proses
persalinan berlangsung.
Standar 10: Persalinan yang Aman
Pernyataan Standar:
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan
dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
Standar 11: Pengeluaran Plasenta dengan Penegangan Tali Pusat
Pernyataan Standar:
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
Standar 12: Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui Episiotomi
Pernyataan Standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk menperlancar
persalinan, diikuti dengan penjahitan
perineum.
29
d).Standar Pelayanan Nifas terdiri dari 3 Standar yaitu Standar 13
s/d Standar 15
Standar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir
Pernyataan Standar:
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan dan
melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan harus
mencegah hipotermia.
Standar 14: Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
Pernyataan Standar:
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi
dalam dua jam seletah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.
Bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya
kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
Standar 15: Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
Pernyataan Standar:
Bidan memberikan pelayanan pada masa nifas melalui kunjungan rumah
pada hari ke tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang
benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi
pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,
kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian
ASI, imunisasi dan KB.
e).Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obtetri Neonatal, terdiri
dari 10 Standar yaitu Standar 16 s/d Standar 25.
Standar 16: Penanganan Pendarahan pada Kehamilan
Pernyataan Standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala pendarahan, serta
melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
Standar 17: Penanganan Kegawatan pada Eklamasi
Pernyataan Standar:
30
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamasi mengancam, serta
merujuk dan/atau memberikan pertolongan pertama
Standar 18: Penanganan Kegaawatan pada Partus Lama/Macet
Pernyataan Standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partuslama/ macet serta
melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
Standar 19: Persalinan dengan Forcep Rendah
Pernyataan Standar:
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi forcep rendah, menggu nakan
forcep secara benar dan menolong persalinan secara aman bagi ibu dan bayinya.
Standar 20: Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor.
Pernyataan Standar:
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraki vakum, melakukannya secara
benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan
keamanannya bagi ibu dan janin/bayinya.
Standar 21: Penanganan Retentio Plasenta
Pernyataan Standar:
Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan
pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan pendarahan, sesuai dengan
kebutuhan.
Standar 22: Penanganan Pendarahan Post Partum Primer
Pernyataan Standar:
Bidan mampu mengenali pendarahan yang berlebihan dalam 24 jam
pertama setelah persalinan (post partum primer) dan segera melakukan
pertolongan pertama untuk mengendalikan pendarahan.
Standar 23: Penanganan Pendarahan Post Partium Sekunder
Pernyataan Standar:
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
pendarahan post portum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk
menyelamatkan jiwa ibu, dan/atau merujuknya.
Standar 24: Penanganan Sepis Puerpularis
Pernyataan Standar:
31
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerpularis,
serta melakukan pertulongan pertama atau merujuknya.
Standar 25: Penanganan Asfiksia
Pernyataan Standar:
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia,
serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang
diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan (Depkes RI,2000).
2.1.4.3 Manfaat Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan
a). Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja
yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar
pelayanan sekaligus akan melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap
proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan dengan dasar yang jelas.
b). Dengan adanya standar pelayanan yang dapat dibandingkan dengan
pelayanan yang diperoleh, maka masyarakat akan mempunyai kepercayaan yang
lebih mantap terhadap pelaksana pelayanan. Standar pelayanan kebidanan dapat
pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam
menjalankan praktik sehari-hari. Pelayanan yang berkualitas dapat dikatakan
sebagai tingkat pelayanan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dengan
demikian standar penting untuk pelaksanaan pemeliharaan dan penilaian kualitas
atau mutu pelayanan. hal ini menunjukkan bahwa standar pelayanan perlu dimiliki
oleh setiap pelaksana pelayanan. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang
telah ditetapkan.
Jadi Program menjaga mutu pelayanan adalah suatu upaya yang
berkesinambungan, sisematis dan obyektif dalam memantau dan menilai
pelayanan yang diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah
ditetapkan serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memperbaiki mutu
pelayanan (Depkes RI, 2000).
32
2.1.5 Asuhan Persalinan Normal
Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 1998). Menurut Saifuddin,
2001, persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin. Definisi persalinan normal menurut WHO adalah
persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan
tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu
lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah tercapainya kelangsungan hidup
dan kesehatan yang tinggi bagi ibu serta bayinya, melalui upaya yang terintegrasi
dan lengkap namun menggunakan intervensi seminimal mungkin sehingga prinsip
keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada tingkat yang seoptimal
mungkin. pendekatan seperti ini berarti bahwa: dalam asuhan persalinan normal
harus ada alasan yang kuat dan bukti manfaat apabila akan melakukan intervensi
terhadap jalannya proses persalinan yang fisiologis/alamiah (Depkes RI, 2000).
Tugas Penolong Persalinan pada Auhan Persalinan Normal
Tugas penolong persalinan pada asuhan persalinan normal yaitu (Depkes RI,
2000) :
1). Memberikan dukungan pada ibu, suami dan keluarganya selama proses
persalinan, saat akan melahirkan bayi dan pada masa sesudahnya.
2). Melakukan pemantauan terhadap ibu dan janin dalam proses persalinan
dan setelah persalinan; menilai adanya faktor risiko; melakukan deteksi
dini terhadap komplikasi persalinan yang mungkin muncul.
33
3). Melakukan intervensi minor bila diperlukan seperti melakukan
amniotommi; episotomi pada kasus gawat janin; melakukan
penatalaksanaan pada bayi baru melahirkan dengan asfiksi ringan.
4). Melakukan rujukan pada fasilitas yang lebih lengkap sesuai dengan
masalah kasusu yang dirujuk bila didapatkan adanya faktor risiko atau
terdeteksi adanya komplikasi selama proses persalinan. Selain tugas-
tugas di atas, seorang penolong persalinan harus mendapatkan
kualifikasi sebagai tenaga pelaksana penolong persalinan melalui
serangkaian latihan, bimbingan langsung dan kesempatan untuk
mempraktekkan keterampilannya pada suasana sesungguhnya. Dalam
kualifikasi tersebut, penolong persalinan dapat melakukan penilaian
terhadap faktor risiko, mendeteksi secara dini terjadinya komplikasi
persalinan, melakukan pemantauan terhadap ibu maupun janin, dan juga
bayi setelah dilahirkan.
Penolong persalinan harus mampu melakukan penatalaksanaan awal
terhadap komplikasi terhadap bayi baru lahir. Ia juga harus mampu untuk
melakukan rujukan baik ibu maupun bayi bila komplikasi yang terjadi
memerlukan penatalaksanaan lebihlanjut yang membutuhkan keterampilan di luar
kompetensi yang dimilikinya. Tidak kalah pentingnya adalah seorang penolong
persalinan harus memiliki kesabaran, kemampuan untuk berempati dimana hal ini
amat diperlukan dalam memberikan dukungan bagi ibu dan keluarganya (Depkes
RI, 2000).
Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan Normal
Di dalam asuhan Persalinan terdapat 5 (lima) aspek disebut juga sebagai 5
(lima) benang merah yang perlu mendapatkan perhatian, ke 5 aspek tersebut yaitu
( Depkes RI, 2000) :
1) Aspek Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan
Pengambilan Keputusan Klinik (Clinical Decision Making). Dalam
keperawatan dikenal dengan Proses Keperawatan, para bidan
menggunakan proses serupa yang disebut sebagai proses
penatalaksanaan kebidanan atau proses pengambilan keputusan klinik
34
(clinical decision making). Proses ini memiliki beberapa tahapan mulai
dari pengumpulan data, diagnosis, perencanaan dan penatalaksanaan,
serta evaluasi, yang merupakan pola pikir yang sistematis bagi para
bidan selama memberikan Asuhan Kebidanan khususnya dalam Asuhan
Persalinan Normal.
2) Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi. Asuhan sayang ibu dalam
proses persalinan yang harus diperhatikan para Bidan adalah:
a) Suami, saudara atau keluarga lainnya harus diperkenankan untuk
mendampingi ibu selama proses persalinan bila ibu
menginginkannya.
b) Standar untuk persalinan yang bersih harus selalu dipertahankan
c) Kontak segera antara ibu dan bayi serta pemberian Aair Susu Ibu
harus dianjurkan untuk dikerjakan.
d) Penolong persalinan harus bersikap sopan dan penuh pengertian.
e) Penolong persalinan harus menerangkan pada ibu maupun keluarga
mengenai seluruh proses persalinan.
f) Penolong persalinan harus mau mendengarkan dan memberi jawaban
atas keluhan maupun kebutuhan ibu.
g) Penolong persalinan harus cukup mempunyai fleksibilitas dalam
menentukan pilihan mengenai hal-hal yang biasa dilakukan selama
proses persalinan maupun pemilihan posisi saat melahirkan.
h) Tindakan-tindakan yang secara tradisional sering dilakukan dan
sudah terbukti tidak berbahaya harus diperbolehkan bila dilakukan.
i) Ibu harus diberi privasi bila ibu menginginkan.
j) Tindakan-tindakan medik yang rutin dikerjakan dan ternyata tidak
perlu dan harus dihindari (episiotomi, pencukuran dan klisma).
Aspek Pencegahan Infeksi
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang dan
atau dari peralatan/sarana kesehatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan
penghalang diantara mikroorganisme dan individu (klien atau petugas kesehatan).
35
Penghalang ini dapat berupa proses secara fisik, mekanik ataupun kimia yang
meliputi (Depkes RI, 2000) :
c) Cuci tangan
Secara praktis, mencuci tangan secara benar merupakan salah satu
tindakan pencegahan infeksi paling penting untuk mengurangi penyebaran
penyakit dan menjaga lingkungan bebas dari infeksi. Cuci tangan dilakukan sesuai
dengan Standar dan prosedur yang ada.
d) Pakai sarung tangan
Untuk tindakan pencegahan, sarung tangan harus digunakan oleh semua
penolong persalinan sebelum kontak dengan darah atau cairan tubuh dari klien.
Sepasang sarung tangan dipakai hanya untuk seorang klien guna mencegah
kontaminasi silang. Jika mungkin, gunakanlah sarung tangan sekai pakai, namun
jika tidak mungkin sebelum dipakai ulang sarung taangan dapat dicuci dan disteril
dengan otoklaf, atau dicuci dan didesinfektan tingkat tinggi dengan cara
mengkukus.
e) Penggunaan Cairan Antiseptik
Penggunaan antiseptik hanya dapat menurunkan jumlah mikroorganisme
yang dapat mengkontaminaasi luka dan dapat menyebabkan infeksi. Untuk
mencapai manfaat yang optimal, penggunaan antiseptik seperti alkohol dan
lodofor (Betadin) membutuhkan waktu beberapa menit untuk bekerja secara aktif.
Karena tiu, untuk suatu tindakan kecil yang membutuhkan waktu segeraseperti
penyuntikan oksitosin IM saat penatalaksanaan aktif kala III dan pemotongan tali
pusat saat bayi baru lahir, penggunaan antiseptik semacam ini tidak diperlukan
sepanjang alat-alat yang digunakan steril atau DTT.
f) Pemrosesan alat bekas
Proses dasar pencegahan infeksi yang biasa digunakan untuk mencegah
penyebaran penyakit dari peralatan, sarung tangan dan bahan-bahan lain yang
terkontaminasi adalah dengan :
1) Pencucian dan pembilasan
Pencucian penting karena: merupakan cara yang paling efektif untuk
menghilangkan sejumlah besar mikroorganisme pada peralatan kotor atau bekas di
pakai. Tanpa pencucian, prosedur terilisasi ataupun desinfeksi tingkat tinggi tidak
36
akan terjadi secara efektif. Jika alat sterilisasi tidak teredia, pencucian yang
seksama merupakan cara mekanik satu-satunya untuk menghilangkan sejumlah
endospora.
2) Dekontaminasi, yaitu segera setelah alat-alat itu digunakan,
tempatkan benda-benda tersebut dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, yang
akan secara cepat mematikan virus Hepatitis B dan virus HIV. Larutan klorin
cepat sekali berubah keadaannya, oleh sebab itu setiap hari harus diganti atau
dibuat baru apabila larutan tersebut tampak kotor (keruh).
3) Sterilisasi atau Desinfeksi Tingkat Tinggi
Di beberapa tempat pelayanan yang tidak memungkinkan untuk
melakukan sterilisasi dengan otoklaf atau oven/jenis alat yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan sterilisasi dengan cara diatas, maka Deinfeksi
Tingkat Tinggi merupakan pilihan satu-satunya yang masih bisa diterima. DTT ini
bisa dengan cara merebus, menggunakan uap, menggunakan bahan kimia, dengan
langkah-langkah sesuai prosedur yang sudah ada.
e) Pembuangan sampah
Tujuan pembuangan sampah klinik seccara benar adalah: mencegah
penyebaran infeksi kepada petugas klinik yang menangani sampah dan
masyarakat yang sekaligus dapat melindunginya dari luka karena tidak terkena
benda-benda tajam yang sudah terkontaminasi. Jadi dengan penanganan sampah
yang benar tersebut akan mengurangi penyebaran infeksi baik kepada petugas
klinik maupun kepada masyarakat setempat
4) Aspek Pencatatan (Dokumentasi)
Dokumentasi dalam manajemen kebidanan merupakan bagian yang sangat
penting. Hal ini karena:
a) Dokumentasi menyediakan catatan permanen tentang manajemen pasien.
b) Memungkinkan terjadinya pertukaran informasi diantara petugas
kesehatan.
c) Kelanjutan dari perawatan dipermudah, dari kunjungan ke kunjungan
berikutnya, dari petugas ke petugas yang lain, atau petugas ke fasilitas.
d) Informasi dapat digunakan untuk evaluasi, untuk melihat apakah
perawatan sudah dilakukan dengan tepat, mengidentifikasi kesenjangan
37
yang ada, dan membuat perubahan dan perbaikan peningkatan
manajemen perawatan pasien.
e) Memperkuat keberhasilan manajemen, sehingga metode-metode dapat
dilanjutkan dan disosialisasikan kepada yang lain.
f) Data yang ada dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus.
g) Dapat digunakan sebagai data tatitik, untuk catatan nasional.
h) Sebagai data statitik yang berkaitan dengan kesakitan dan kematin ibu
dan bayi.
Dalam Asuhan Persalinan Normal, sistem pencatatan yang digunakan
adalah partograf, hasil pemeriksaan yang tidak dicatat pada partograf dapat
diartikan bahwa pemeriksan tersebut tidak dilakukan (Depkes RI, 2000).
5) Aspek Rujukan
Jika ditemukan uatu masalahdalam persalinan, sering kali ulit untuk
melakukan upaya rujukan dengan cepat, hal ini karena banyak faktor yang
mempengaruhi. Penundaan dalam membuat keputusan dan pengiriman ibu ke
tempat rujukan akan menyebbkan tertundanya ibu mendapatkan penatalaksanaan
yang memadai, sehingga akhirnya dapat menyebabkan tingginya angka kematian
ibu. Rujukan tepat waktu merupakan bagian dari asuhan sayang ibu dan
menunjang terwujudnya program Safe Motherhood (Depkes RI, 2000).
Kebijakan Pelayanan Asuhan Persalinan
Sebagai kebijakan pemerintah tentang pelayanan asuhan persalinan adalah
(Depkes RI, 2000) :
1). Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan
terlatih.
2). Rumah Bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitaas memadai untuk
menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24 jam.
3). Obat-obat esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh
petugas terlatih.
38
Rekomendasi kebijakan tehnis asuhan persalinan dan kelahiran
Untuk mendukung dilaksanakannya kebijakan tentang pelayanan asuhan
persalinan, maka selanjutnya pemerintah merekomendasikan tentang kebijakan
terebut. Adapun rekomendasi yang dimaksud adalah (Depkes RI, 2000) :
1). Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi harus dimasukkan sebagai bagian
dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-
orang yang memberi dukungan bagi ibu.
2). Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi
sebagai suatu catatan/rekam medik untuk persalinan.
3). Selama persalinan normal, intevensi hanya dilaksanakan jika benarbenar
dibutuhkan. Prosedur ini hanya dilakukan jika ada indikasi atau penyulit.
4).Manajemen aktif kala III, termasuk penjepitan danpemotongan tali pusat
secara dini, memberikan suntikan oksitosin IM, melakukan penegangan
tali pusat terkendali (PTT) dan segera melakukan massase fundus, harus
dilakukan pada semua persalinan normal.
5). Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi
setidaktidaknya 2 jam pertama etelah kelahiran, atau sampai ibu sudah
dalam keadaan stabil. Fundus harus diperiksa setiap 15 menit selama 1
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam ke dua. Massase fundus harus
dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uterus tetap baik,
pendarahan minimal dan mencegah pendarahan.
6). Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa
dan dimassase sampai tonus baik. ibu atau anggita keluarga dapat
diajrkan melakukan hal ini.
7). Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera
diselimuti dan bayi segera dikeringkan serta dijaga kehangatannya untuk
mencegah terjadinya hipotermi.
8). Obat-obat esensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh
petugas dan keluarga.
39
2.2 Kerangka Konseptual
Dari tinjauan pustaka yang telah dibicarakan dan dari hasil pemikiran-
pemikiran yang ada, maka dasar teori yang digunakan dalam studi ini adalah dasar
teori menurut Alan Dever (model Donabedian, 2004).
Model kerangka teori dapat digambarkan seperti di bawah cini:
Gambar 2.2: KERANGKA KONSEP
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan konsumen:
- umur ibu
- paritas ibu
- pendidikan ibu
- pekerjaan ibu
- Tk. Pengetahuan ibu ttg
kehamilan & persalinan
- Tk. Risiko ibu hamil
- Penghasilan keluarga
- Etnik / suku bangsa
- Pengambil keputusan
“Kebutuhan” ibu
terhadap pelayanan
pertolongan
persalinan di
Puskesmas
“Permintaan” ibu
terhadap pelayanan
pertolongan
persalinan di
Puskesmas
Kebiasaan
masyarakat
dalam persalinan
RIS
ET
- Jarak
- Sistem
birokrasi
Ada tidaknya
penyulit pada
saat proses
persalinan
- Tempat
persalinan
yang
tersedia
- Biaya
- Kepuasan
konsumen
40
2.3 Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel-variabel dalam studi ini adalah sebagai
berikut:
a. Permintaan pertolongan persalinan di Puskesmas: realisasi ibu untuk
melahirkan di Puskesmas. Pengukuran variabel dengan menanyakan
kepada ibu melahirkan, apakah melahirkan di Puskesmas atau di
tempat lain selain Puskesmas, untuk responden itu bersalin pada periode
(bulan Maret 2009 – April 2010)
b. Kebutuhan pertolongan persalinan di Puskesmas: kebutuhan yang
dirasakan ibu terhadap pertolongan persalinan yang diberikan oleh
Puskesmas. Diukur dengan pertanyaan yang berkaitan dengan
kebutuhan ibu, yang dinilai adalah butuh atau tidak butuh.
c. Umur ibu: usia atau banyaknya tahun kalender yang telah dijalani oleh
ibu sesuai yang tertera pada KTP atau kartu identitas lain. Dalam
penelitian ini, umur dihitung dengan pembulatan ke bawah. Misalkan
25 tahun 4 bulan dibulatkan 25 tahun, 26 tahun 9 bulan dibulatkan 26
tahun.
d. Paritas Ibu :jumlah kehamilan yang pernah dialami ibu, baik yang
berakhir dengan kelahiran hidup ataupun mati.
e. Pendidikan : pendidikan formal ibu, dihitung banyaknya tahun sukses
yang pernah dijalani. Misal SLTP kelas I dihitung 7.
f. Pekerjaan ibu : pekerjaan yang dilakukan ibu dan mendapat upah berupa
uang atau barang. Profesi/jenis pekerjaan adalah macam pekerjaan yang
sedang dilakukan oleh responden, yaitu (1) tenaga profesional, tehnisi
dsb (2) tenaga kepeminpinan dan ketatalaksanaan (3) tenaga tata usaha
(4) tenaga usaha penjualan (5) tenaga usaha jasa (6) tenaga usaha
pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan (7) tenaga produksi,
operator alat angkutan, pekerja kasar (8) lainnya.
g. Pengetahuan ibu: diukur dengan beberapa pertanyaan, yang harus
dinilai benar atau salah. Kemudian jumlah jawaban yang bernilai benar
dikategorikan dengan pengetahuan tinggi, sedang dan rendah.
41
h. Etnik : suku bangsa dari ibu, berdasarkan tempat kelahiran ibu atau
faktor keturunan ibu. Ditanayakan etnik mana yang paling
mempengaruhinya, dicocokkan dengan pemakaian bahasa sehari-hari.
i. Pengambil keputusan dalam keluarga: dilihat yang paling dominan,
apakah suami, istri, suami-istri (bersama) atau orang tua.
j. Penghasilan keluarga: silihat dari jumlah pendapatan keluarga rata-rata
selama satu bulan. Untuk pengukuran, dihitung rata-rata pendapatan
selama satu bulan dari seluruh anggota keluaga, dalam artian jumlah
pendapatan riil dari anggota keluarga (suami, istri, anak dan anggota
keluarga yang lain yang tinggal bersama dan makan dalam satu dapur).
Pendapatan riil maksudnya pendapatan yang benar-benar disumbangkan
(dikontribusikan) untuk pebiayaan kelangsungan hidup seluruh
angggota rumah tangga.
k. Tingkat risiko ibu hamil: diukur dengan skor tinggi, sedang, dan
rendah.
l. Tersedianya pelayanan pertolongan persalinan yang lain : sarana
pertolongan persalinan selain Puskesmas (dukun, bidan, Rumah sakit,
polindes).
m. Biaya : biaya yang dikeluarkan untuk proses pertolongan persalinan.
n. Kebiasaan masyarakat dalam persalinan: Apakah ada kebiasaan
masyarakat dalam memilih tempat melakukan persalinan seperti: di
rumah sendiri, dukun, bidan, puskesmas, Polindes atau rumah sakit.
o. Sistem birokrasi : alur pelayanan yang berlaku untuk mendapatkan
pelayanan rumit atau tidak, menurut responden. Dalam artian tahap
pelayanannya dan biaya yang harus dikeluarkan, misalnya alurnya
berbelit-belit tetapi biayanya murah atau sebaliknya.
p. Jarak : jarak antara rumah dengan Puskesmas tempat persalinan, baik
jarak fisik (dalam Km) maupun jarak tempuh (dalam menit).
42
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Studi
Jenis studi yang digunakan adalah survey lapangan karena studi ini
mempelajari tentang sesuatu yang terjadi di lapangan. Sample diambil dari
anggota masyarakat dan kuesioner dipakai sebagai alat pengumpul data.
Rancangan studi adalah “cross sectional” yaitu mengkaji kejadian yang terjadi
pada bulan Maret 2009 – April 2010. Untuk pengambilan data dilakukan pada
bulan Mei sampai Oktober 2010.
3.2 Lokasi Studi
Puskesmas Pamulang dipilih sebagai lokasi studi karena Puskesmas
Pamulang adalah salah satu puskesmas di kota Tangerang Selatan yang memiliki
pelayanan pertolongan persalinan dan juga menjadi tempat studi modul Ilmu
Kedokteran Komunitas Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah.
3.3 Populasi atau Obyek Studi
Sebagai populasi adalah semua ibu yang telah melakukan persalinan pada
periode Maret 2009 – April 2010 di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Ibu
yang selesai bersalin digali keterangannya dengan cara menanyakan kembali
seluruh pengalamannya pada saat ibu tersebut hamil (untuk melihat
kebutuhannya) dan saat ibu melahirkan (untuk melihat permintaannya). Besar
sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan perhitungan role of
thumb karena penelitian ini menggunakan analisis multivariat dengan metode
regresi logistik yang dapat dihitung sesuai rumus :
N= 5-50 x jumlah variabel bebas yg diteliti, maka didapat jumlah besar
sampel adalah:
N= 5-50 x 18 (variabel bebas yang diteliti)
Jumlah sampel = 90 – 900
43
Maka dapat dijelaskan target sampel pada penelitian ini sesuai dengan
penghitungan sampel yg digunakan adalah 80-800 ibu yang melakukan persalinan
pada periode Maret 2009 hingga April 2010 di wilayah kerja Puskesmas
Pamulang.
3.4 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan, dikelompokkan berdasarkan kelompok
masing-masing responden kemudian dimasukkan dalam file data. Setelah
dikelompokkan data lalu diedit, dikoreksi kebenarannya, kelengkapan
pengisiannya dan kejelasan maksud dari jawabannya. Yang terakhir, dilakukan
koding. Dan semua pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software
SPSS.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam studi ini, dipergunakan beberapa tehnik analisis sebagai berikut:
a. Diskriptif analisis : mendiskripsikan hasil studi yang telah dilakukan.
b. Analisis Univariat : Data hasil penelitian dideskripsikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi, grafik dan narasi untuk mengevaluasi besarnya
persentase pada seluruh variabel penelitian.
c. Analisis Bivariat : Analisis bivariat merupakan kelanjutan dari analisis
univariat dengan cara melakukan tabulasi silang antara variabel dependent
dengan independent dan menggunakan uji Chi Square ini juga digunakan
sebagai uji kandidat atas variabel independent (p < 0,25) untuk disertakan
dalam uji multivariat ( multiple regression logistik).
d. Tekhnik analisis multivarian : Analisis multivariat digunakan untuk
mengetahui pengaruh paparan secara bersama-sama dari beberapa variabel
dependent yang berpengaruh terhadap variabel independen. Uji yang
digunakan adalah regresi logistik. Apabila masing-masing variabel
dependent menunjukkan nilai p < 0,25, maka variabel tersebut dapat
dilanjutkan ke dalam model multivariat. Analisis multivariat digunakan
untuk mendapatkan model yang terbaik. Seluruh variabel kandidat
dimasukkan bersama-sama untuk dipertimbangkan menjadi model dengan
44
hasil nilai p < 0,05. Variabel yang terpilih dimasukkan ke dalam model
dan nilai p yang tidak signifkan dikeluarkan dari model, berurutan dari
nilai p tertinggi.
e. Comparatif analisis : membandingkan hasil studi dengan teori-teori yang
ada dan hasil studi penulis lainnya.
f. Induksi analisis : hasil analisis pada studi ini (bersifat khusus),
dipergunakan sebagai pengambil kesimpulan secara umum.
3.6 Perangkat Analisis
Alat analisa yang dipakai adalah regresi logistik (logistic regression), hal
ini untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independent terhadap variabel
dependent yang bersifat dikotomous.
Dalam studi ini, penghitungan kebutuhan dan permintaan bersifat
dikotomous yaitu : membutuhkan, tidak membutuhkan, meminta (menggunakan)
dan tidak menggunakan pelayanan kesehatan berupa pertolongan persalinan di
Puskesmas.
45
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Studi
4.1.1 Diskripsi Subyek Studi
Jumlah responden seluruhnya adalah 298 orang ibu, yang terdiri dari 298
orang ibu yang bersalin (Bulin) pada periode bulan Maret 2009 s/d April 2010.
Ditinjau dari segi agama, 100% responden beragama Islam. Diskripsi responden
menurut variabel yag diteliti diuraikan di bawah ini.
a. Umur Responden
Responden merupakan pasangan usia subur yang masih produktif. Distribusi
frekuensi umur responden disusun seperti tabel berikut ini.
Tabel 4.1. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Umur, 2010.
Umur Responden Ibu Bersalin %
< 26 139 46,6
26-34 138 46,3
> 35 21 7,1
Jumlah 298 100
Dari tabel di atas dapat dilihat, rentangan umur responden adalah antara 18
tahun sampai 46 tahun. Sebagaian besar responden berumur kurang dari 35 tahun
dan responden yang berumur lebih dari 35 tahun sebesar 7,1 %.
b. Paritas responden
Paritas responden diukur berdasarkan jumlah kehamilan yang pernah dijalani
oleh responden, karena banyak responden yang baru mengalami kehamilan
pertama. Distribusi frekuensi menurut paritas responden, disajikan pada tabel
berikut ini.
46
Tabel 4.2. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Paritas, 2010
Jumlah Paritas Ibu Bersalin %
1 kali 106 35,7
2 kali 89 29,8
3 kali 51 17,2
4 kali 19 6,5
> 4 kali 33 10,7
Jumlah 298 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, rentangan jumlah paritas responden
adalah 1 sampai 13 kali kehamilan. Sebagian besar responden mempunyai paritas
sebanyak 1 dan 2 kali kehamilan. Rata-rata paritas responden 2-3 kali kehamilan
dengan standar devisiasi sebesar 1.60.
c. Tingkat pendidikan responden
Distribusi responden menurut tingkat pendidikannya, disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.3. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan, 2010
Tk Pendidikan Ibu bersalin %
Tidak sekolah 3 1,0
Tidak lulus SD 27 9,1
Lulus SD 95 31,9
Lulus SLTP 59 19,8
Lulus SLTA 104 34,9
Lulus Per. Tinggi 10 3,3
Jumlah 298 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, tingkat pendidikan responden relatif
cukup tinggi karena lebih dari 50% responden telah lulus SLTP, sedangkan
responden yang tidak sekolah dan tidak lulus SD hanya +10%.
47
Lama pendidikan responden dikelompokkan berdasarkan tingkat
pendidikan ibu, seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4. Pengelompokkan Lama Pendidikan Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikannya, 2010
b
Tingkat Pendidikan Lama Pendidikan ( th )
Tidak sekolah – tidak lulus SD
Lulus SD -
Lulus SLTP –
Lulus SLTA –
Lulus Perguruan Tinggi
0 – 5
6 - 8
9 – 11
12 – 14
>15
Distribusi responden menurut lama pendidikan ibu, disajikan pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.5. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Lama Pendidikan, 2010.
Lama Pendidikan (
tahun )
Ibu Bersalin %
0 – 8
6 – 8
9 – 11
12 – 14
15
30
95
59
104
10
10
31,9
19,8
34,9
3,4
Jumlah 298 100
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata lama pendidikan
responden 8-9 tahun dengan standar deviasi sebesar 3 tahun.
d. Pekerjaan Responden
Tabel 4.6.Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan (Profesi) Ibu, 2010
Profesi Responden Ibu Bersalin %
T. professional
T. kepemimpinan
15
-
5,1
-
48
T. tata usaha
T. penjualan
T. usaha jasa
T. pertanian dll
T. produksi dll
Lainnya *)
7
11
7
2
33
238
2,3
3,7
2,3
0,7
11,1
74,8
Jumlah 298 100
Keterangan:
*) = ibu rumah tangga
T. . . . = tenaga . . .
Sebagian besar responden tidak bekerja (74,8%). Mereka berstatus sebagai
ibu rumah tangga yang mengurus dan melaksanakan kegiatan rumah tangga
sehari-hari. Responden yang bekerja sebesar 25,2% dengn jenis pekerjaan
(profesi) yang bervariasi.
e. Tingkat pengetahuan responden
Pengetahuan responden meliputi pengetahuan tentang peristiwa kehamilan
dan persalinan, berkaitan dengan kesehatan responden. Tingkat pengetahuan
responden dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu rndah untuk yang
memperoleh nilai 0 – 36,67% sedang untuk yang memperoleh nilai 36,68 – 73,34
dan tinggi untuk yang mmperoleh nilai 73,35 – 110. Distribusi responden menurut
tingkat pengetahuannya tentang kehamilan dan persalinan, dapat dilihat dalam
tabel berikut ini.
Tabel 4.7. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu,
2010.
Tk. Pengetahuan (skor) Ibu bersalin %
Rendah (0-36,67)
Sedang (36,68-73,34)
Tinggi (73,35-110)
112
132
54
37,6
44,3
18,1
Jumlah 298 100
49
Dari tabel di atas disimpulkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 44,3%. Rata-rata tingkat
pengetahuan responden sebesar 54,40 dengan standar deviasi sebesar 24,70.
f. Tingkat risiko ibu hamil responden
Tingkat risiko ibu hamil digolongkan dalam tiga kelompok yaitu rendah
untuk yang mempunyai risiko 0-4, sedang untuk yang mempunyai resiko 5-8 dan
tinggi untuk yang mempunyai risiko 9-12. Distribusi responden menurut besarnya
tingkat risiko ibu hamil dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.8. Jumlah Dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Risiko Ibu Hamil,
2010.
Tk. Risiko bumil (skor) Ibu Bersalin %
Rendah (0-4)
Sedang (5-8)
Tinggi (9-12)
287
11
-
98,2
1,8
-
Jumlah 298 100
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, hampir semua responden
mempunyai tingkat risiko hamil yang rendah (98,2%) dan hanya 1,8% saja yang
mempunyai tingkat risiko hamil sedang. Nilai rata-rata untuk tingkat risiko ibu
hamil adalah 0,25 dengn standar deviasi sebesar 0,78.
g. Penghasilan keluarga responden
Tolok ukur tingkat sosial ekonomi adalah penghasilan keluarga per bulan.
Indikator BPS tahun 2005 batas kemiskinan keluarga adalah yang memiliki
penghasilan di bawah Rp 180.000 perbulan. Berdasarkan data tersebut dan
disesuaikan dengan tingkat inflasi sebesar 1,093 per tahun, maka penghasilan
keluarga dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu penghasilan keluarga
di bawah atau sama dengan garis kemiskinan dan penghasilan keluarga di atas
garis kemiskinan. Distribusi responden menurut jumlah penghasilan keluarga
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
50
Tabel 4.9. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Penghasilan Keluarga,
2010.
Penghasilan
Keluarga
Ibu Bersalin %
< Rp 180.000
>Rp 180.000
113
185
37,9
62,1
Jumlah 298 100
Rentangan penghasilan keluarga per bulan yang terendah sebesar Rp.
65.000 dan yang tertinggi sebesar Rp. 1.100.000. Rata-rata penghasilan keluarga
per bulan sebesar Rp. 187.463,- dengan standar deviasi sebesar Rp. 98.768,- .
sebagian besar responden mempunyai penghasilan keluarga di atas garis
kemiskinan, yaitu lebih besar atau sama dengan Rp. 180.000,- (62,1%).
h. Suku bangsa responden
Distribusi responden menurut suku bangsa ibu, dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.10. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Suku Bangsa Ibu, 2010.
Suku Bangsa Ibu Bersalin Jumlah %
Betawi
Selain Betawi
289
9
97,0
3,0
Jumlah 298 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, sebagian besar responden berasal
dari suku bangsa Betawi dan hanya 3% saja yang berasal dari suku bangsa selain
Betawi, (Jawa dan Sunda).
i. Pengambil keputusan dalam keluarga responden
51
Distribusi pengambil keputusan dalam keluarga menurut responden, dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.11. Jumlah dan Distribusi Pengambil Keputusan dalam keluarga menurut
responden, 2010.
Pengambil Keputusan Ibu Bersalin %
Suami
Istri
Suami dan istri
Orang tua
47
18
211
22
15,8
6,0
70,8
7,4
298 100
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sikap demokrasi dalam rumah
tangga merupakan hal yang utama dalam pengambilan keputusan. Hal ini
tercermin dari pengambil keputusan dalam keluarga, yang didominasi oleh
keputusan bersama antara suami dan istri (70,8%), sedangkan yang terendah
adalah pengambil keputusan oleh istri (6,0%).
j. Kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan menurut
responden
Kebiasaan dalam melakukan persalinan oleh anggota masyarakat di
sekeliling responden, dijadikan tolak ukur adat istiadat dalam persalinan.
Distribusi kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan menurut responden
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.12. Jumlah dan Disitrinusi Responden Menurut kebiasan Masyarakat
dalam Persalinan, 2010.
Kebiasaan Bersalin Ibu Bersalin %
Tidak tentu
Dukun Bayi
Puskesmas
Tenaga Kesehatan
43
6
95
154
14,4
2
31,9
51,7
52
di luar Puskesmas
Jumlah 298 100
Dari tabel di atas dapat disimpulkan, bahwa sebagian besar responden
berpendapat, masyarakat diselilingnya mempunyai kebiasaan melakukan
persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di luar Puskesmas yaitu sebesar
51,7 %.
k. Pola Kebutuhan Responden
Pola kebutuhan responden terhadap pertolongan persalinan, dapat
digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu (1) responden yang tidak mempunyai
pola kebutuhan tertentu, (2) responden yang mempunyai pola kebutuhan terhadap
dukun bayi, (3) responden yang mempunyai pola kebutuhan terhadap Puskesmas
dan (4) responden yang mempunyai pola kebutuhan terhadap tenaga kesehatan di
luar Puskesmas. Distribusi responden menurut pola kebutuhannya terhadap
pelayanan pertolongan persalinan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.13 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Pola Kebutuhan Ibu
Terhadap Pertolongan Persalinan, 2010.
Pola Kebutuhan Ibu Bersalin %
Tidak punya pola kebutuhan
Dukun bayi
Puskesmas
Tenaga Kesehatan di luar
Puskesmas
19
8
102
169
6,4
2,7
34,2
56,7
Jumlah 298 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai pola kebutuhan untuk pertolongan persalinan terhadap tenaga
kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
masyarakat telah mempunyai kesadaran untuk ditangani oleh tenaga kesehatan,
baik di tenaga kesehatan di Puskesmas maupun di Puskesmas.
53
Rencana jarak yang ditempuh responden
Jarak yang akan ditempuh responden dalam rangka mendatangi tempat
persalinannya dapat kita bedakan menjadi jarak diukur dalam km dan jarak
tempuh yang diukur dalam satuan menit.
l. Jarak rumah dengan tempat persalinan dalam km
Distribusi jarak rumah dengan tempat persalinan responden (dalam km),
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.14. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Jarak-Rumah-Tempat
Persalinan (Km), 2010
Jarak (km) Ibu Bersalin %
0
1 – 5
6 – 10
>10
82
197
12
7
27,6
66,3
3,9
2,2
Jumlah 298 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar jarak antara rumah
dengan tempat persalinan responden berkisar antara 1 – 5 km (66,3 %), sedangkan
27,6% responden melakukan persalinan di rumah sendiri. Rata-rata jarak antara
rumah dengan tempat persalinan adalah 2,1 km, dengan standar deviasi 4 km.
m. Jarak tempuh (menit) antara rumah dengan tempat persalinan
Distribusi jarak tempuh (menit) antara rumah dengan tempat persalinan
menurut responden, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.15. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Jarak Tempuh (Menit)
antara Rumah dengan Tempat Persalinan, 2010
Jarak (menit) Ibu Bersalin %
0
1 – 10
82
169
27,6
56,6
54
11 – 12
>20
38
9
12,9
2,9
Jumlah 298 100
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
membutuhkan waktu yang relatif singkat yaitu antara 1 – 10 menit, untuk dapat
menjangkau tempat persalinannya (56,6%). Rata-rata waktu tempuh antara rumah
dengan tempat persalinan responden adalah 7,95 menit, dengan standar deviasi
sebesar 9,88.
n. Sistim Birokrasi yang akan dijalani Responden
Distribusi sistim birokrasi yang akan dijalani responden dalam melakukan
persalinan, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.16. Distribusi Sistim Birokrasi yang akan dijalani Menurut Responden,
2010
Sistim Birokrasi Ibu Bersalin %
Sangat rumit
Biasa saja
Tidak rumit
16
15
267
5,4
5,0
89,6
Jumlah 110 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
memperkirakan akan menjalani sistim birokrasi yang tidak rumit pada saat
mencari pertolongan persalinan, yaitu sebesar 89,6 %.
o. Ada-tidaknya penyulit pada saat persalinan
Distribusi ada-tidaknya penyulit pada saat persalinan, dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.17. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Ada-Tidaknya Penyulit
Persalinan, 2010
55
Ada-tidaknya Penyulit Ibu Bersalin %
Ada penyulit
Tidak ada penyulit
13
285
4,4
95,6
Jumlah 298 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak
mengalami penyulit pada saat akan melahirkan (95,6%).
p. Tersedianya sarana pertolongan persalinan yang lain
Distribusi jumlah sarana pertolongan persalinan dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.18. Distribusi Jumlah Responden Menurut Jumlah Sarana Persalinan yang
Tersedia, 2010
Jumlah sarana
persalinan yang tersedia
Jumlah %
1 buah
2 buah
3 buah
4 buah
5 buah
78
44
94
53
29
26,2
14,8
31,5
17,8
9,7
Jumlah 298 100
Jumlah sarana pertolongan persalinan yang paling banyak diketahui
responden adalah tiga buah (31,5%). Sedangkan rata-rata jumlah sarana persalinan
yang diketahui responden adalah 2-3 buah dengan standar deviasi sebesar 1 buah.
q. Biaya yang akan dikeluarkan oleh responden
Distribusi jumlah biaya yang akan dikeluarkan oleh responden, dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.19. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Jumlah Biaya yang Akan
Dikeluarkan, 2010
56
Jumlah Biaya (Rp) Ibu Bersalin %
Gratis (Rp 0,-)
< 500.000
500.000 – 800.000
800.000 – 1.000.000
>1.000.000
5
9
92`
138
44
1,8
3,2
30,5
46,2
14,3
Jumlah 298 100
Sebagian besar responden memperkirakan akan mengeluarkan atau sama
dengan Rp 800.000,-. Rata-rata jumlah biaya yang akan dikeluarkan menurut
responden sebesar Rp 831.715,- dengan standar deviasi Rp 81.654,-.
r. Kepuasan konsumen yang diharapkan responden
Distribusi tingkat kepuasan yang diharapkan menurut responden, dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.20. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Kepuasan yang
Diharapkan, 2010
Kepuasan Konsumen Ibu Bersalin %
Kurang memuaskan
Cukup memuaskan
Sangat memuaskan
12
220
66
3,9
73,9
22,2
Jumlah 298 100
Sebagian besar konsumen mengharapkan tingkat kepuasan yang sedang
(cukup memuaskan) dalam menerima pelayanan pertolongan persalinan, yaitu
sebesar 73,9%.
s. Permintaan Responden
57
Permintaan responden terhadap pertolongan peralinan dapat digolongkan
menjadi tiga kelompok, yaitu (1) responden yang mempunyai permintaan paa
dukun bayi, (2) responden yang mempunyai permintaan pada Puskesmas dan (3)
responden yang mempunyai permintaan pada tenaga kesehatan di luar Puskesmas.
Distribusi responden menurut permintaannya terhadap pertolongan persalinan,
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.21. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Permintaan Ibu Terhadap
Pertolongan Persalinan, 2010.
Permintaan Ibu Ibu Bersalin %
Dukun Bayi
Puskesmas
Tenaga medis di luar Puskesmas
8
117
173
2,8
39,1
58,1
Jumlah 298 100
Permintaan responden untuk pertolongan perslinan, sebagaian besar tertuju
pada tenaga medis di luar Puskesmas yaitu sebesar 58,1%. Sedangkan permintaan
terendahnya tertuju pada Dukun Bayi (2,8%).
Hasil uji Statistik
Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis adanya pengaruh variable
umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan, penghasilan keluarga,
tingkat risiko ibu hamil, suku bangsa, pengambil keputusan dalam keluarga dan
kebiasaan persalinan masyarakat pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan
persalinan adalah uji regresi logistic (logistic regression). Uji regresi logistik ini
dipergunakan juga untuk menguji adanya pengaruh variabel kebutuhan ibu,
sisitim birokrasi, jarak, ada-tidaknya penyulit pada saat persalinan, biaya pada
permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan.
4.2 Pembahasan
Analisa kebutuhan dan permintaan ini, yang diuji statistik dengan uji
regresi logistik, digunakan untuk mengetahui faktor apa yang berpengaruh
terhadap pelayanan pertolongan persalinan, baik yang dilakukan oleh dukun bayi,
58
Puskesmas maupun tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Selain itu juga untuk
mengetahui diantara faktor tersebut mana yang paling berpengaruh (Sorkin AL,
2003).
Kebutuhan sebagai objek psikologis adalah hal yang penting untuk
terjadinya suatu tindakan. Kebutuhan demikian nyata mempengaruhi tindakan,
meskipun bukan satu-satunya faktor penentu, sebab faktor eksternal juga secara
langsung dapat mempengaruhi tindakan (Ward, 2006).
4.2.1 Kebutuhan Ibu terhadap Pertolongan Persalinan
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu, penghasilan
keluarga, suku bangsa dan kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan
mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun
bayi (P = 0,0037; P = 0,0003; P = 0,0129; P= 0,0003). Faktor yang paling besar
pengaruhnya pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi
adalah kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan (R = 0,1997) dan yang
paling kecil pengaruhnya adalah faktor suku bangsa (R = 0,1199).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor yang mempunyai pengaruh
pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas adalah tingkat
pengetahuan ibu dan kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan (P =
0,0273; P = 0,0020), dan faktor yang paling berpengaruh adalah kebiasaan
masyarakat dalam melakukan persalinan (R = 0,2309). Sedangkan umur ibu,
paritas ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, suku
bangsa ibu dan kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan, mempunyai
pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di
luar Puskesmas (P = 0,0950; P = 0,0868; P =0,0072; P = 0,0796; P = 0,0083; P =
0,0528; P = 0,0010), dan faktor yang paling besar pengaruhnya adalah faktor
kebiasaan masyarakat dalam persalinan (R = 0,1684).
Dalam model penggunaan pelayanan kesehatan G.A. Alan Dever (2004),
kebutuhan menurut konsumen (perceived need atau felt need) dipengaruhi oleh
faktor sosiodemografi (umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah
keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan), faktor sosiopsikologis
59
(persepsi sakit, gejala sakit, keyakinan terhadap para medis atau dokter), faktor
epidemiologis (mortalitas, morbiditas dan faktor risiko) (Dever G A, 2004).
Variabel umur dilihat sebagai variabel yang dapat mempengaruhi seorang
ibu dalalm memilih kebutuhannya terhadap pelayanan pertolongan persalinan,
karena dengan meningkatnya umur maka pengalaman hidupnya akan lebih lama
pula. Dalam studi ini, variabel umur mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu
terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini
sejalan dengan hasil studi dari Akesode (2002) dan Slessinger (2005) yang
menunjukkan bahwa umur ibu berpengaruh terhadap penggunaan pelayanan
kesehatan. Tetapi dalam studi ini juga menunjukkan bahwa variabel umur ini
tidak berpengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun
bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan
kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini disebabkan
karena variabel umur tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan
kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi maupun Puskesmas
(lihat lampiran hasil crosstab antara variabel tergantung dengan variabel bebas).
Hal ini kemungkinan disebabkan varaibel umur belum tentu menunjukkan
kematangan seseorang dalam bertindak dan pengalaman seseorang dalam proses
persalinan.
Variabel paritas dilihat sebagai variabel yang dapat menunjukkan
pengalaman ibu dalam menentukan kebutuhannya akan pelayanan pertolongan
persalinan. Dalam studi ini, paritas ibu mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu
terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Akan tetapi,
paritas ibu tidak berpengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan
dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal
ini disebabkan tidak adanya hubungan antara variabel paritas dengan variabel
kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini kemungkinan
disebabkan rata-rata paritas responden rendah (2 kali kehamilan), sehingga ibu
tidak mempunyai pengalaman yang cukup.
Menurut Robert M Gagne (1997) yang dikutip oleh Suwondo (2002)
tingkat pendidikan formal merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu,
membuat lebih mengerti dan memahami sesuatu, atau menerima dan menolak
60
sesuatu. Tingkat pendidikan formal juga memungkinkan perbedaan pengetahuan
dan pengambilan keputusan. Dalam studi ini, tingkat pendidikan mempunyai
pengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun
bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar
Puskesmas.akan tetapi, tidak mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap
pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini disebabkan variabel tingkat pendidikan
ibu tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kebutuhan ibu terhadap
pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini sejalan dengan studi Budiarto (2004),
yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap
kunjungan Puskesmas tetapi tidak berpengaruh terhadap kunjungan paramedik
dan dokter swasta.
Pekerjaan seseorang dapat mencerminkan sedikit banyaknya informasi
yang diterima. Karena jenis pekerjaan juga mempengaruhi hubungan seseorang
dengan lingkungannya dimana informasi dapat diperoleh atau diterima. Dalam
studi ini, pekerjaan ibu mempunyai pengaruh terhadap besarnya kebutuhan ibu
terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas, tetapi tidak
mempunyai pengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan
persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan
Puskesmas. Hal ini dikarenakan tidak adanya hubungan antara variabel pekerjaan
ibu dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi maupun
Puskesmas. Hal ini kemungkinan disebabkan di tempat ibu bekerja telah
disediakan sarana pertolongan persalinan sehingga ibu tidak membutuhkan dukun
bayi atau Puskesmas.
Menurut Ancok (2005), menyatakan bahwa pengetahuan seseorang sedikit
banyaknya akan mempengaruhi keyakinan seseorang akan akibat tertentu dari
konsekuensi tindakan yang dilakukannya. Hasil studi ini menunjukkan bahwa
tigkat pengetahuan mempunyai pengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap
pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini sejalan dengan hasil studi Irene
Budisantoso (2006), yang menunjukkan bahwa pengetahuan mempunyai
pengaruh terhadap kunjungan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas. Selain itu,
dalam studi ini juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tidak berpengaruh
pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan
61
kebutuhan ibu terhadap pertolongan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini
sejalan dengan hasil studi Andersen (2006), dan Mc. Kinlay (2006), yang
menyatakan tidak terdapat atau sedikit saja hubungan antara pengetahuan tentang
penyakit dengan penggunaan pelayanan kesehatan (Wolinsky FD, 2000).
Variabel tingkat risiko ibu hamil dalam studi ini tidak mempunyai
pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi,
Puskesmas dan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini disebabkan karena
variabel tingkat risiko ibu hamil tidak mempunyai hubungan dengan kebutuhan
ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas dan tenaga kesehatan
di luar Puskesmas. Hal ini kemungkinan disebabkan rendahnya tingkat risiko ibu
hamil dari responden, rata-rata tingkat risiko ibu hamil responden tergolong
rendah.
Variabel penghasilan keluarga mempunyai pengaruh pada besarnya
kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu
terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas, sedangkan
pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas terbukti tidak
berpengaruh. Hal ini sejalan dengan hasil studi Kalimo (2005), yang menunjukkan
bahwa status ekonomi berpengaruh terhadap felt need pelayanan kesehatan.
Adanya perbedaan dalam hasil studi ini kemungkinan disebabkan karena tarif atau
biaya pertolongan persalinan yang berbeda, sehingga kemampuan ekonomi sangat
menentukan penggunaan pelayanan pertolongan persalinan yang diinginkan.
Variabel suku bangsa mempunyai pengaruh pada besarnya kebutuhan ibu
terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap
pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas, tetapi tidak
mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap petolongan persalinan
Puskesmas. Hal ini disebabkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara
variabel suku bangsa dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan
Puskesmas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gesler dan Meade (2005), yang
menunjukkan bahwa ras (suku bangsa) tidak mempunyai pengaruh terhadap
perilaku pencarian pelayanan kesehatan. Dan hal ini juga sejalan dengan hasil
studi Guzick (2006), yang menyatakan bahwa ras (suku bangsa), berpengaruh
pada demand terhadap dokter umum dan dokter ahli penyakit dalam.
62
Dalam studi ini, variabel pengambil keputusan dalam keluarga tidak
berpengaruh baik terhadap besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan
persalinan dukun bayi, Puskesmas maupun tenaga kesehatan di luar Puskesmas.
Hal ini disebabkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara variabel
pengambil keputusan dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan
dukun bayi, Puskesmas maupun tenaga kesehatan di luar Puskesmas.
Dalam studi ini, kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan
mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun
bayi, Puskesmas dan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini sejalan dengan
pendapat Green (2004), yang menyatakan bahwa salah satu aspek yang
mempengaruhi perilaku adalah faktor predisposing (pengetahuan, sikap nilai
kepercayaan). Faktor predisposing merupakan faktor yang dapat memotivasi
seseorang untuk mengambil tindakan kesehatan yang dirasa paling sesuai.
4.2.2 Permintaan Ibu terhadap Pertolongan Persalinan
Hasil studi membuktikan bahwa jumlah permintaan pertolongan
persalinan yang tertinggi, tertuju pada tenaga kesehatan di luar Puskesmas
(58,1%) dan permintaan terendah tertuju pada Dukun Bayi (2,8%). Hal ini
menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan, sudah semakin baik namun masih perlu
pemikiran dan usaha lebih lanjut, untuk mengubah permintaan pertolongan
persalinan oleh dukun bayi menjadi oleh tenaga kesehatan.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada satu faktorpun, dari 8
variabel bebas yang diteliti, yang mempunyai pengaruh pada permintaan ibu
terhadap pertolongan persalinan dukun di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.
Rendahnya angka permintaan persalinan oleh dukun bayi menunjukkan
permintaan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan di Pamulang, baik Tenaga
kesehatan non Puskesmas (58,1%) dan Puskesmas (39,1%) menunjukkan bahwa
tenaga kesehatan telah menjadi pilihan utama untuk permintaan pertolongan
persalinan di Pamulang.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada satu faktorpun, dari 8
variabel bebas yang diteliti, yang mempunyai pengaruh pada permintaan ibu
63
terhadap pertolongan persalinan dukun bayi (P > 0,1000). Hal ini kemungkinan
disebabkan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak ikut diteliti.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kebutuhan ibu dan jarak rumah
dengan tempat persalinan dalam satuan menit, mempunyai pengaruh pada
permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas (P = 0,0822; P=
0,0001), dan faktor yang paling besar pengaruhnya adalah faktor kebutuhan ibu
terhadap pertolongan persalinan Puskesmas (R = 0,8837). Sedangkan kebutuhan
ibu, jarak rumah dengan tempat persalinan dalam satuan menit, sisitim birokrasi,
dan kepuasan konsumen mempunyai pengaruh pada permintaan ibu terhadap
pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas (P = 0,0001; P =
0,0001; P = 0,0197; dan P = 0,0628) dan faktor yang paling berpengaruh adalah
faktor kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar
Puskesmas (R = 0,6856) dan yang paling kecil pengarunya adalah faktor kepuasan
konsumen (R = 0,0984). Dari uraian diatas, dapat disimpulkan seperti dalam tabel
berikut ini.
Tabel 4.22. Hasil Uji Statistik Antara Variabel Bebas yang Mempunyai Pengaruh
dengan Permintaan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan, 2010
Variabel
Permintaan ibu terhadap
Dukun bayi Puskesmas Nankes Non
Puskesmas
Kebutuhan ibu
Jarak rumah –tempat persalinan
Sistim birokrasi
Kepuasan konsumen
-
-
-
-
Berpengaruh
Berpengaruh
-
-
Berpengaruh
Berpengaruh
Berpengaruh
Berpengaruh
Dari tabel 4.22. diatas, dapat dilihat bahwa semakin professional tenaga
penolong persalinan yang diminta, semakin banyak faktor yang
memepengaruhinnya. Jika dilihat dari dimensi ekonomi, variabel jarak tempuh,
sistim birokrasi, dan kepuasan konsumen merupakan variabel yang berkaitan
dengan biaya (uang). Sehingga dapat dikatakan, semakin profesional tenaga
64
penolong persalinan yang diminta akan semakin banyak kriteria ekonomi yang
menjadi bahan pertimbangan. Untuk permintaan terhadap dukun bayi, kriteria
yang digunkan sebagai bahan pertimbangan lebih bersifat behavioral
(perilaku/kebiasaan) yang berlaku.
Dari hasil analisis tentang kebutuhan ibu terhadap pelayanan pertolongan
persalinan di atas dan dihubungkan dengan yang dikemukakan oleh Malow dan
Hezberg, maka dapat diambil kesimpulan bahwa variabel yang termasuk dalam
faktor sosio demografis, sosiopsikologis dan epidemiologis bukan merupakan
penyebab langsung digunakanya sarana pelayanan kesehatan, melainkan hanya
untuk menimbulkan timbulnya rasa membutuhkan (felt need). Rasa membutuhkan
(felt need) inilah yang merupakan suatu pendorong (motivator) digunakannya
sarana pelayanan kesehatan.
Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan ibu mempunyai
pengaruh yang sangat besar pada permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan
Puskesmas dan tenaga keehatan di luar Puskesmas. Adanya pengaruhnya faktor
kebutuhan pada permintaan pelayanan kesehatan, sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Kalimo (2005). Menurut Kalimo, penggunaan atau permintaan
pelayanan kesehatan didorong oleh kebutuhan yang dirasakan (felt need).
Sedangkan untuk menentukan felt need tersebut, harus ditanyakan langsung pada
yang bersangkutan (dalam studi ini dilakukan dengan cara wawancara langsung
pada responden).
Hal ini juga sejalan dengan hasil studi Budiarto (2004), yang menyatakan
bahwa demand Puskesmas dan demand pelayanan kesehatan non Puskesmas
dipengaruhi oleh kebutuhan individu atau keluarga. Hasil studi dari Indriati
Basong (2007), juga menunjukkan bahwa felt need ibu terhadap posyandu
mempunyai pengaruh terhadap penggunaan posyandu oleh ibu dan balita.
Dari uji statistik terbukti bahwa variabel jarak tempuh antara rumah
dengan tempat persalinan mempunyai pengaruh pada permintaan ibu terhadap
pertolongan persalinan Puskesmas dan permintaan ibu terhadap pertolongan
persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini sejalan dengan hasil studi
Gesler dan Meade (2005), yang menunjukkan bahwa jarak mempunyai pengaruh
terhadap pencarian pelayanan kesehatan. Hasil studi Guzick (2006), juga
65
menunjukkan bahwa jarak dan tempat tinggal berpengaruh pada demand dokter
umum dan dokter ahli penyakit dalam.
Hasil studi ini membuktikan bahwa sistim birokrasi, dan kepuasan
konsumen mempunyai pengaruh pada permintaan ibu terhadap pertolongan
persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas tetapi, tidak mempunyai pengaruh
pada permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini
disebabkan karena variabel sistim birokrasi dan kepuasan konsumen tidak
mempunyai hubungan yang bermakna dengan kebutuhan ibu terhadap
pertolongan persalinan Puskesmas.
Sedangkan variabel ada-tidaknya penyulit dalam persalinan, jumlah
tempat persalinan yang ada dan biaya persalinan yang akan dikeluarkan terbukti
tidak berpengaruh pada besarnya permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan
Puskesmas dan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga keehatan
di luar Puskesmas.
Variabel ada atau tidaknya penyulit dalam persalinan tidak mempuyai
pengaruh terhadap besarnya permintaan kemungkinan disebabkan karena
sebagaian besar responden tidak mengalami penyulit pada saat persalinan,
sehingga tidak mempengaruhi permintaan.
Jumlah tempat persalinan yang ada tidak berpengaruh terhadap besarnya
permintaan pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas maupun tenaga
kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini diebabkan tidak adanya hubungan yang
bermakna antara variabel jumlah tempat persalinan yang ada dengan permintaan
ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas maupun tenaga
kesehatan di luar Puskesmas.
Biaya persalinan yang akan dikeluarkan tidak mempunyai pengaruh
terhadap permintaan pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas maupun
tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini disebabkan tidak adanya hubungan
yang bermakna antara variabel biaya yang akan dikeluarkan dengan permintaan
ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas maupun tenaga
kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini kemungkinan disebabkan peristiwa
persalinan adalah peristiwa yang ditunggu-tunggu, sehingga biaya persalinannya
sudah disediakan sebelumnya.
66
Hal ini bertentangan dengan hasil studi dari Irene Budisantoso, yang menyatakan
bahwa demand pelayanan gigi Puskesmas dipengaruhi oleh biaya Puskesmas.
Faktor biaya ini, menurut hasil studi Budianto, juga merupakan pertimbangan
utama dari keluarga pedesaan, yang sangat mempengaruhi demand pelayanan
kesehatan Puskesmas.
4.2.3 Perubahan Kebutuhan Ibu menjadi permintaan ibu terhadap
Pelayanan Pertolongan Persalinan
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa jarak tempuh rumah dengan tempat
persalinan dalam satuan menit dan ada tidaknya penyulit dalam persalinan
mempunyai pengaruh pada perubahan kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu
terhadap pelayanan pertolongan persalinan (P = 0,0254 dan P = 0,0001), dan
faktor yang paling besar pengaruhnya adalah faktor ada tidaknya penyulit pada
saat persalinan (R = 0,2241). Sedangkan sistim birokrasi, jumlah tempat
persalinan yang ada, biaya persalinan yang akan dikeluarkan dan kepuasan
konsumen tidak mempunyai pengaruh pada perubahan kebutuhan ibu menjadi
permintaan ibu terhadap pelayanan pertolongan persalinan. Hal ini disebabkan
variabel sistim birokrasi, biaya yang akan dikeluarkan dan kepuasan konsumen
tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan perubahan kebutuhan ibu
menjadi permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan.
Hal ini kemungkinan disebabkan perubahan kebutuhan menjadi
permintaan pada pelayanan pertolongan persalinan berkaitan dengan “proses
persalinan” itu sendiri, yang seringkali tanda-tandanya dirasakan secara
mendadak. Karena keterbatasan waktu itu pula, maka jarak mempunyai pengaruh
pada perubahan ini.
Sedangkan ada-tidaknya penyulit dalam persalinan sangat berpengaruh
dalam perubahan ini, karena pada saat ada penyulit responden seringkali tidak
mempunyai alternatif memilih.
67
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini menunjukkan gambaran pola kebutuhan dan permintaan
kelompok ibu pasangan usia subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan dan
adanya beberapa faktor dari keseluruhan faktor yang telah diuraikan dalam
hipotesis pada bab sebelumnya memiliki pengaruh pada kebutuhan, permintaan,
dan perubahan dari kebutuhan menjadi permintaan pada ibu kelompok Pasangan
Usia Subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan di Puskesmas Pamulang.
Simpulan ini berdasarkan hasil uji statistik yang telah dianalisa pada bab
sebelumnya dan menghasilkan beberapa simpulan khusus sebagai berikut :
1. Tingkat kebutuhan ibu kelompok pasangan usia subur terhadap pelayanan
pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang adalah: tenaga
kesehatan di luar Puskesmas (56,7%); Puskesmas (34,2%); dan di dukun bayi
(2,7%).
2. Tingkat permintaan kebutuhan ibu kelompok pasangan usia subur terhadap
pelayanan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang adalah:
tenaga kesehatan di luar Puskesmas (58,1%); Puskesmas (39,1%); dan di dukun
bayi (2,8%).
3. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan kelompok ibu pasangan usia subur
terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas adalah tingkat pengetahuan ibu dan
kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan ( P=0,0273; P= 0,0020), dan
faktor yang paling berpengaruh adalah kebiasaan masyarakat dalam melakukan
persalinan (R = 0,2309).
4. Faktor kebutuhan ibu dan jarak rumah dalam satuan menit, mempunyai
pengaruh pada permintaan kelompok ibu pasangan usia subur terhadap
pertolongan persalinan di Puskesmas (P= 0,0822; P= 0,0001), dan faktor yang
paling besar pengaruhnya adalah faktor kebutuhan ibu terhadap pertolongan
persalinan di Puskesmas (R=0,8837).
5. Faktor jarak tempuh rumah dengan tempat persalinan dalam satuan menit dan
ada tidaknya penyulit dalam persalinan mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu
68
menjadi permintaan kelompok ibu pasangan usia subur terhadap pelayanan
pertolongan persalinan (P= 0,0254 dan P= 0, 0001), dan faktor yang paling besar
pengaruhnya adalah faktor ada atau tidaknya penyulit pada saat persalinan
(R=0,2241).
5.2 Saran
1. Diperlukannya jumlah populasi sampel yang lebih besar dan waktu yang lebih
lama untuk menemukan faktor-faktor lain yang belum diteliti dan untuk
menyempurnakan penelitian ini.
69
DAFTAR PUSTAKA
Afifi A, Clark V, Computer –Aided Multivariate analysis, Van Nostrand
Reinhold, 2006
Ancok D, Teknik Penyusunan Skala Pengukur, Pusat Penelitian Kependudukan
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2005.
As’ad M, Kepemimpinan Efektif Dalam Perusahaan, Penerbit Liberty,
Yogyakarta,2006.
Basong I, Kebutuhan (Felt Need) Ibu Terhadap Posyandu Di Kecamatan Tandes
Kodya Surabaya, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 2007.
Budisantoso I, Demand Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan Gigi
(Puskesmas, Dokter Gigi Praktek Swasta. Poliklinik Gigi Rumah Sakit) di
Kecamatan Tegalsari Kotamadya Surabaya,Program Pascasarjana,Universitas
Airlangga, Surabaya,2006.
Budhiarto W, Demand terhadap Pelayanan Kesehatan Puskesmas di Kabupaten
Mojokerto Jawa Timur, Fakultas Pascasarjana ,Unifersitras Airlangga,
Surabaya,2004.
Biro Pusat Statistik, Penduduk Provinsi Banten Hasil Sensus 2010,Jakarta-
Indonesia,2010.
Departemen Kesehatan R.I, Sistem Kesehatan Nasional Jakarta,2000.
Depkes RI, Standar Pelayanan Kebidanan, Jakarta, 2000.
Depkes RI, Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar, Jakarta,
2004.
Dever G A, Epidemology in Health Service Management An Aspen Publication,
Roovile Maryland,2004.
Dinas Kesehatan,Kabupaten Tangerang,Data Pertolongan Persalinan di
Kabupaten Tangerang tahun 2007, Tangerang,2007.
70
Dinas Kesehatan Provinsi Banten,Data Perkembangan Perkembangan Pertolongan
Persalinan di Provinsi Banten Tahun 2006, Banten ,2005.
Feldstein P and Roehring C, Health Care Economics, Second Edition, New York,
Wiley Medical Publication,2007.
Gesler W M,Meade M S, Locational and Population Factors in Health Care-
Seeking Behavior in Savanah,Georgia, Health Services Research Vol,23, No.3
Agust,2005.
Green L W,Comunity Health, Time Miror Calibs Publication St. Louis –
Boston,2004.
Guzick D S,Demand for General Praktitioner and Internist Services, Health
Services Research,Winter ,2006.
Hicks H G, Gullent G R,Organisation : Theory and Behavior,Terjemahan
:G.Kartasepoetra,Jakarta,2007.
Kantor Wilayah Deparetmen Kesehatan/Dinas Kesehatan Profinsi Daerah
Tingkat I Jawa Timur,Kesehatan Dalam Angka di Jawa Timur Tahun III Pelita
V,Surabaya,2006.
Kalimo E, Health Services Needs,in :Measurement of Level of Health, edited by
Holand Walter W .et Al ,WHO Regional Publications,Europen series
No.7,Chopenhagen,2005.
Kast F E,Rosenzwig J E, Organisation and Management,Terjemahan : A.Hasyim
Ali,Jakarta ,2004.
Lee K and Mills A, The Economics of Health in Developing
Countries,Toronto,Oxford University Press,2003.
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,Dasar-Dasar
Demografi, Jakarta Indonesia,2001.
71
Lipsey R G,Steiner P O, Purvis D D,Pengantar Mikro Ekonomi,8th
Edition,Penerbit Erlangga, Jakarta,2001.
Manuaba. 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan
Bidan, EGC, Jakarta.
Morley D, Prioritas Pediatri di Negara Sedang Berkembang, Yayasan Essentia
Medica ,Yogyakarta,2002.
Moroney R, Managing Human Service, International City Managers Association
,2003.
Notoatmojo S dan Sarwono S, Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan, BPKM-EKM
Universitas Indonesia,Jakarta,1993.
Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1, Jakarta,2001.
Puskesmas Kecamatan Pamulang , Laporan Tahunan Puskesmas Pamulang Tahun
2009, Pamulang.2009.
Riono P, Adisasmita A C Ariawan I, Aplikasi Regresi Logistik, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok,2007.
Ross H S, Mico P R, Theory and Practice in Health Education, Mayfield Publising
Company California,2000.
Sorkin A L,Health Economics : An Introduction,Second and Revised Edition
,Toronto,2003.
Ward W B, Advances in Health Education and Promotion,Vol.1,Jai Press
Ino,2006.
Wolinsky F D, The Sociology of Health, Littele Brown and
Company,Boston,Toronto,2000.
Zainudin M, Metodologi Penelitian, Buku Kuliah Program Pascasarjana
UNAIR,Surabaya,2005.
72
Lampiran 1
K U E S I O N E R
POLA KEBUTUHAN DAN PERMINTAAN IBU PASANGAN USIA
SUBUR TERHADAP PELAYANAN PERTOLONGAN PERSALINAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG
STATUS IDENTITAS
No :
Tgl wawancara: . . . . . .
Nama responden :
Alamat :
RT : RW : Kelurahan:
Wilayah kerja Puskesmas :
Agama :
Pewawancara : Tanda
tangan :
73
KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Umur ibu (responden) : th
1.
2. Usia bayi ibu sekarang : bulan
2.
3. Pendidikan ibu :
3.
1. Tidak sekolah
2. SD/SLTP/SLTA : kelas / lulus
3. Akademi/Perguruan Tingg i : tingkat / lulus
4. Tempat kelahiran ibu, propinsi ……..
4.
5. Bahasa sehari-hari ibu :
5.
6. Ibu merasa sebagai suku bangsa :
6.
7. Pekerjaan ibu
Berdasarkan profesi / jenis pekerjaan :
7.
1. Tenaga profesional / teknisi
2. Tenaga kepemimpinan / ketatalaksanaan
3. Tenaga tata usaha
4. Tenaga usaha pejualan
5. Tenaga usaha jasa
6. Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perikanan
7. Tenaga produksi, operator alat angkutan, pekerja kasar
8. Lainnya
74
8. Berapa kali ibu hamil : kali
8.
9. Berapa kali ibu melahirkan : kali
9.
10. Rata–rata penghasilan seluruh keluarga per bulan 10.
11. Rata-rata pengeluaran seluruh keluarga per bulan 11.
No Nama Jenis Penghasilan Niai Rupiah
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
Jumlah penghasilan seluruhnya . . . . . . . .
No. Jenis pengeluaran Nilai (rupiah)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pangan / konsumsi
Sandang
Perumahan
Pendidikan
Kesehatan
Transportasi
Lain-lain
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Jumlah pengeluiaran seluruhnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
75
12. Siapakah pengambil keputusan dalam keluarga ?
12.
1. Suami
2. Istri
3. Suami dan istri
4. Orang tua
13. Menurut kebiasaan masyarakat di darah ibu, dimanakah mereka
melakukan persalinan?
13.
1. Tidak tentu
2. Rumah oleh dukun bayi
3. Rumah oleh bidan
4. Puskesmas
5. Polindes
6. Dokter spesialis
7. Rumah sakit / rumah sakit bersalin
TINGKAT RISIKO IBU HAMIL
14. Apakah umur ibu kurang dari 17 tahun atau lebih dari 35 th
14.
1. Ya
2. Tidak
76
15. Apakah tinggi badan ibu kurang dari 140 cm ?
15.
1. Ya
2. Tidak
16. Apakah ibu menderita penyakit jantung atau diabetes ?
16.
1. Ya
2. Tidak
17. Apakah ibu mengalami perdarahan pada saat kehamilan terakhir
17.
1. Ya
2. Tidak
18. Apakah ada kelainan letak bayi dalam kandungan ibu pada saat hamil
yang terakhir ini?
18.
1. Ya
2. Tidak
PENGATAHUAN IBU TENTANG KEHAMILAN DAN PERSALINAN
(Apabila menjawab tahu, jawaban bisa lebih dari satu)
19. Apakah ibu tahu tentang tanda-tana kehamilan :
19.
1. Tidak tahu
2. Tahu : - tidak haid
3. Tahu : - muntah-muntah
77
20. Bagaimana cara ibu mengetahui adanya kehamilan :
20.
1. Tidak tahu
2. Tahu : - periksa ke dukun bayi
3. Tahu : - periksa ke bidan
4. Tahu : - periksa ke puskesmas
5. Tahu : - periksa ke polindes
6. Tahu : - periksa ke dokter
7. Tahu : - periksa urine ke laboratorium
21. Apa manfaat ibu periksa kehamilan :
21.
1. Tidak tahu
2. Tahu : - meramalkan kelahiran
3. Tahu : - demi kesehatan ibu /bayi
4. Tahu : - mendapatkan immunisasi
5. Tahu : - perbaikan gizi
22. Apakah ibu tahu manfaat immunisasi TT :
22.
1. Tidak tahu
2. Tahu : - mencegah tetanus bagi bayi
23. Apa artinya bila seorang wanita tidak haid selalu merupakan tanda-
tanda kehamilan:
23.
1. Tidak tahu
2. Tahu : - karena kesehatan buruk
3. Tahu : - karena meneteki
4. Tahu : - pemakianan obat-obat KB (suntik)
78
24. Apakah ibu tahu tanda-tanda kehamilan resiko tinggi ?
24.
1. Tidak tahu
2. Tahu : - umur ibu kurang dari 17 tahun
3. Tahu : - umur ibu lebih dari 35 tahun
4. Tahu : - tinggi badan kurang dari 140 cm
5. Tahu : - ibu hamil dengan penyakit jantung
6. Tahun : - perdarahan waktu hamil
7. Tahu : - Kelainan letak bayi dalam kandungan
25. Apakah ibu tahu bagaimana perawatan ibu hamil risiko tinggi:
25.
1. Tidak tahu
2. Tahu : - sering periksa ke bidan / puskesmas / dokter
3. Tahu : - pertolongan persalinan ke bidan / dokter
26. Dimanakah ibu hamil dengan risiko tinggi (persalinan tidak normal)
harus melahirkan:
26.
1. Tidak tahu
2. Dukun bayi
3. Bidan
4. Puskesmas
5. Polindes
6. Dokter spesialis kandungan
7. Rumah sakit bersalin
27. Siapakah yang harus menolong persalinan ibu hamil dengan resiko
tinggi (persalinan tidak normal)
27.
28.
79
1. Rumah sendiri / rumah dukun bayi oleh dukun bayi
2. Rumah sendiri / rumah bidan oleh bidan
3. Puskesmas oleh tenaga bidan
4. Polindes oleh tenaga bidan
5. Praktek dokter spesialis kandungan
6. Rumah sakit bersalin dengan dokter spesialis kandungan
28.a Berapakah biaya yang ibu keluarkan untuk persalinan tersebut ?
(hanya biaya untuk pertolongan persalinan). Sebutkan . . . . . . . . . . . .
. . ... . . . . . .
28.b Menurut ibu, bagaimana biaya persalinan yang dikenakan pada ibu?
28.b
1. Murah
2. Sedang
3. Terlalu mahal
28.c Menurut ibu, bagaimana sistem birokrasi (prosedur) yang harus ibu
lakukan pada saat akan melahirkan?
28.c
1. Sangat rumit
2. Biasa saja rumitnya
3. Tidak rumit
28.d Menurut ibu bagaimana pelayanan yang ibu terima pada saat
persalinan?
1. Tidak memuaskan
28.d
2. Cukup memuaskan
3. Sangat memuaskan
80
28.e Menurut ibu, apakah biaya yang ibu keluarkan sudah sesuai dengan
prosdur yang harus ibu lakukan dan pelayanan yang ibu terima?
28.e
1. Tidak
2. Sudah
29. Apa sebabnya ibu memilih tempat tersebut di atas?
29.
1. Dekat dengan rumah
2. Kebiasaan masyarakat yang ada
3. Anjuran keluarga
4. Biaya murah
5. Pelayanan memuaskan
6. Sesuai dengan apa yang saya rencanakan sebelum persalinan
7. Terpaksa karena keadaan pada saat melahirkan
30. Apakah seluruh persalinan ibu dilakukan di tempat yang sama?
30.
a. Ya, di ……………..
b. Tidak
31. Dimana saja ibu melakukan persalinan?
31.
Anak I : . . . . . . . . .
Anak II : . . . . . . . . .
Anak III : . . . . . . . . .
Anak IV : . . . . . . .
Anak V : . . . . . . .
(sebutkan juga alasannya)
81
KEBUTUHAN IBU TERHADAP PERTOLONGAN PERSALINAN
32. Tempat pertolongan persalinan mana saja yang ibu ketahui?
32.
1. Rumah dukun bayi
2. Rumah bidan
3. Puskesmas
4. Polindes
5. Praktek dokter spesialis kandungan
6. Rumah sakit / rumah sakit bersalin
33. Tempat pertolongan persalinan mana saja yang ada di daerah ibu
(terjangkau oleh ibu)?
33.
1. Rumah dukun bayi
2. Rumah bidan
3. Puskesmas
4. Polindes
5. Praktek dokter spesialis kandungan
6. Rumah sakit / rumah sakit bersalin
34. Apakah ibu sudah mempunyai rencana dalam memilih tempat
persalinan, pada saat hamil yang terakhir?
34.
1. Belum
2. Sudah - - - - - - langsung ke no 38
35. Apa sebabnya ibu tidak mempunyai rencana ?
35.
1. Terserah keluarga / suami / ibu
82
2. Belum memikirkan
3. Kalau tiba saatnya saja baru dipikirkan
36. Kalau sudah, dimana rencana ibu akan melahirkan waktu itu?
36.
1. Rumah sendiri
2. Rumah dukun bayi
3. Rumah bidan
4. Puskesmas
5. Polindes
6. Praktek dokter spesialis kandungan
7. Rumah sakit / rumah sakit bersalin
37.a Apakah ibu sudah tahu biaya yang harus ibu keluarkan pada saat
itu? Kalau sudah berapa biaya yang harus ibu keluarkan untuk
persalinan tersebut? (hanya biaya untuk pertolongan-persalinan).
Sebutkan . . . . . . . . . . . .
37.b Menurut ibu, bagaimana biaya yang akan ibu keluarkan untuk
persalinan tersebut?
37.b
1. Murah
2. Sedang
3. Mahal
37.c Bagaimanakah kira-kira pelayanan yang akan ibu terima pada saat
melahirkan tersebut?
37.c
1. Kurang memuaskan
2. Cukup memuaskan
83
3. Sangat memuaskan
37.d Bagaimanakah kira-kira prosedur yang harus ibu lakukan pada saat
akan melahirkan di tempat tersebut?
37.d
1. Sangat rumit
2. Biasa-biasa saja rumitnya
3. Tidak rumit
37.e Berapakah jarak rumah ibu dengan tempat persalinan yang ibu
rencanakan tersebut di atas?
1. ……………… Km
2. ……………… menit (dengan kendaraan yang ada)
38. Apa sebabnya ibu memilih tempat tersebut diatas ?
38.
1. Dekat dengan rumah
2. Kebiasaan masyarakat yang ada
3. Anjuran keluarga / suami / ibu
4. Biaya murah
5. Pelayanan memuaskan
6. Sesuai dengan kondisi kesehatan (kehamilan) sekarang
39. Bagaimana kondisi kesehatan (kehamilan) ibu pada saat akan
melahirkan tersebut di atas?
39.
1. Terjadi penyulit (sakit)
2. Biasa-biasa saja (sehat)
84
PERMINTAAN IBU TERHADAP PERTOLONGAN PERSALINAN
40. Dimanakah ibu melahirkan ?
41. 40.
1. Rumah sendiri
2. Rumah dukun bayi
3. Rumah bidan
4. Puskesmas
5. Polindes
6. Tempat praktek dokter spesialis kandungan
7. Rumah sakit / rumah sakit bersalin
42. Siapakah yang menolong ibu dalam persalinan tersebut ?
41.
1. Dukun bayi
2. Bidan
3. Dokter umum
4. Dokter spesialis kandungan
43. Apa sebabnya ibu memilih tempat melahirkan sperti no 42?
42.
1. Dekat dengan rumah
2. Sudah kebiasaan masyarakat / keluarga
3. Anjuran keluarga / suami
4. Biayanya murah
5. Pelayanan baik / memuaskan
6. Lain-lain . . . .. . . . . . . . ..
44. Berapakah biaya yang ibu keluarkan untuk persalinan tersebut?
(hanya biaya untuk pertolongan persalinan). Sebutkan . . . . . . . . . . . . .
. . . . .
85
45. Apakah tempat ibu melahirkan tersebut sesuai dengan rencana ibu
pada saat hamil?
44.
1. Tidak
2. Ya - - - - - - -langsung ke no 46
46. Apa yang menyebabkan ibu tidak jadi melahirkan di tempat yang telah
ibu rencanakan?
45.
1. Tidak boleh keluarga / suami
2. Terburu-buru (terlanjur merasakan gejala perslinan)
3. Terjadi penyulit
4. Tidak punya cukup biaya
47. Menurut ibu, bagaimanakah pelayanan yang ibu terima pada saat
persalinan?
1. Tidak memuaskan
46.
2. Cukup memuaskan
3. Sangat memuaskan
48. Menurut ibu, bagaimana biaya persalinan yang dikenakan pada ibu?
47.
1. Murah
2. Sedang
3. Terlalu mahal
49. Menurut ibu, apakah biaya yang ibu keluarkan sudah sesuai
dengan pelayanan yang ibu terima?
48.
1. Tidak
2. Sudah
50. Berapakan jarak rumah ibu dengan Puskesmas?
a. …………………. Km
86
b. …………………. menit (dengan kendaraan yang ada)
51. Berapakah jarak tempuh ibu dengan tempat persalinan ibu?
a. ………………….. Km
b. ………………….. menit (dengan kendaraan yang ada)
87
Lampiran 4
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Program Studi Pendidikan Dokter
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : …………………………
Umur : ………………………… tahun
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari
penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul :
POLA KEBUTUHAN DAN PERMINTAAN IBU PASANGAN
USIA SUBUR TERHADAP PELAYANAN PERTOLONGAN
PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PAMULANG
dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas, dan akan
menjawab pertanyaan yang diajukan dengan jujur. Bila suatu waktu responden
merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini serta
berhak untuk mengundurkan diri.
Jakarta, April 2010
Peserta
( )