Transcript
Page 1: Pikiran Rakyat - Pustaka Ilmiah Universitas Padjadjaranpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/pikiranrakyat... · pada rubrik Opini Piki-ran Rakyat 2 Maret 2011, yang diawali

• Sabtu

Pikiran Rakyato Selasa o Mingguo Rabu o Kamis 0 Jumat

4 520

6 721 22

823

9 10 1124 25 26

12 1327 28

14 1529 30 31ONov ODes• Mar OApr OMei OJun OJul 0 Ags

Perguruan Tinggi dan Koru:Oleh BUm RAJAB

T ULISANYesmilAnwarpada rubrik Opini Piki-ran Rakyat 2 Maret

2011, yang diawali denganme-nyitir sebagian dari pidato Rek-tor Universitas Padjadjaran pa-da acara wisuda 2 Februari2011, bahwa perguruan tinggibukanlah lembaga yang me-lahirkan koruptor; tidak adaperguruan tinggi yang bertujuanmendidik mahasiswanya menja-di koruptor; kalau pun adalulusan perguruan tinggi yangmelakukan korupsi, pasti bukandari hasil didikan bangku kuli-ah, patut diapresiasi dan diberi'tanggapan lebih lanjut.

Meskipun tulisan Yesmiltidak secara eksplisit menun-jukkan adanya hubungan lang-sung antara perilaku koruptifdan dunia perguruan tinggi,toh dia memberi contoh, seba-'gian koruptor di negeri iniadalah jebolan perguruan ting-gi. Gayus Tambunan adalahsalah satunya. Contoh lain yangdiungkapkan Yesmil berasaldari kehidupan kampus, umpa-manya maraknya budayamenyontek di kalangan maha-siswa 8-1, 8-2, 8-3, membuattanda tangan palsu padahaltidak hadir dalam kuliah. Con-toh lain, dosen yang mengisitanda tangan padahal tidakhadir mengajar, membuat la-poran hasil penelitian fiktifpadahal tidak ke lapangan.

Dengan contoh-contoh itu,

tampak memang kehidupan diperguruan tinggijuga mengan-dung ragam perilaku koruptif.Kesimpulan dari penutuptulisan Yesmil, bagaimanamungkin membersihkan ruang

. kotor dengan sapu kotor.Apakah mungkin perguruantinggi melakukan tindakanpencegahan dan upaya-upayapemberantasan korupsi, se-dangkan dirinya sendiri jugaberbuat korup?

**SECARA ideal normatif,

tidak hanya perguruan tinggi,tetapi mulai dari tingkat seko-lah dasar sampai sekolahlanjutan atas, katakanlah pen-didikan formal pada berbagai 'tingkat tidak memberikan ma-teri pembelajaran yang menga-jarkan teknik-teknik korupsi.Mungkin dapat dikatakan,tidak ada satu pun substansidan bentuk materi penge-tahuan yang diajarkan di seko-lah-sekolah, termasuk juga dilingkungan pendidikan infor-mal dan nonformal mengan-dung pembelajaran ten tangcara berbuat korupsi, perilakuyang memang secara moral,agama, dan juga hukum tidakdapat dipertanggungjawabkan.

Kalaupun ada pelajaranpengetahuan tentang korupsidi sekolah-sekolah itu, lebihkhususnya di perguruan tinggi,banyak terkait dengan prosesanalisis dalam metode berpikir

OSep OOkt

dan penelitian, umpamanyakenapa orang melakukan ko-rupsi, apa sebab-sebabnya danbagaimana kemudian dampakyang ditimbulkannya. Bukanpembelajaran tentangbagaimana melakukan korupsiyang efektif, tetapi memper-tanyakan dan kemudian mem-beri penjelasan mengapa 0 angperseorangan atau secaraberkelompok bertindak korupdan bagaimana cara mencegah

, dan menghukum orang-orangyang korup tersebut.

Akan tetapi, seperti yang ter-sirat dipertanyakan Yesmil, ke-napa kok di perguruan tinggiada dan berlangsung ragam pe-rilaku koruptif, padahal tidakada pelajarannya? Di sinilahmemang permasalahannya! Ka-lau perguruan tinggi tidak me-ngajarkan perilaku koruptif, ke-napa dunia itu mengandung pe-rilaku koruptif yang dilakukanoleh sebagian civitas academicadan juga paralulusannya yangtelah bekerja di instansi-instan-si lain? Dari mana perilaku ko-ruptif itu mereka pelajari?

**

Sl•

MUNGKIN pendekatan so-'siologi dapat sedikit mem-berikan penjelasan tentang ke-napa muncul perilaku tertentu,seperti perbuatan korupsi itupadahal model perilaku yangdemikian itu tidak secarakhusus dan formal diberikandalam mata pelajaran.

Pembentukan perilaku tidakselalu terbangun dari hasilpembelajaran yang formal atau

Kllplng Humas Onpad 2011

Page 2: Pikiran Rakyat - Pustaka Ilmiah Universitas Padjadjaranpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/pikiranrakyat... · pada rubrik Opini Piki-ran Rakyat 2 Maret 2011, yang diawali

resmi. Bahkan sebagian besarbentuk dan isi perilaku yangterbentuk adalah dari prosesbelajar lewat lingkungan-lingkungan yang lebih infor-mal, katakanlah dari pergaulansehari-hari. Interaksi dan relasidalam pergaulan dengansesama itulah yang malah lebihbanyak memengaruhi terben-tuknya pandangan dan peri-laku seseorang atau kelompok.J adi perilaku koruptif yang adadi perguruan tinggi atau yangdilakukan para alumnusnyabukan melulu didapat darihasil pembelajaran, penge-tahuan di bangku kuliah, tetapidiperoleh dari pergaulan se-hari-hari mereka, apakah itudari lingkungan pekerjaannyaatau dari lingkungan pergaulandi tempat lain dan bahkan bia-sanya pengalaman dari ling-kungan pergaulan inilah yangcukup tertanam (interna-lized)padajiwa seseorang. Nah, pen-galaman-pengalaman berinter-aksi dan berelasi dari per-gaulan inilah yang kemudianakan mendorong munculnyaperilaku koruptif.

Mungkin lewat penjelasansosiologi yang cukup sederhanaitu, jadinya kita pun akan sepa-kat, bahwa perguruan tinggisama sekali memang tidakmengajarkan cara-cara mela-kukan korupsi, tetapi perilakukoruptif dari para anggotanyaakan muncul ke permukaan.Ya, karena perilaku koruptif itudiperoleh dari pengalaman per-gaulan dalam lingkungan

sosial. Ini berlaku juga sebe-narnya bagi institusi-institusilain, tidak hanya untuk lemba-ga perguruan tinggi. Di lemba-ga-Iembaga pemerintahan, kor- 'porat, yayasan-yayasan pela-yanan, lembaga-Iembaga hu-kum atau keagamaan, dan or-ganisasi-organisasi lainnya, ko-rupsi itu dilarang, tetapi tetapsaja pada institusi-institusi inipun perilaku koruptif yangtidak bertanggung jawab ituakan ditemukan pada sebagianaparatusnya.

Setidaknya melalui penje-lasan sosiologis itu kita diberisedikit pemahaman, perilakukoruptifterbentuksecaralebihinformal, bersumber dari pe-ngalaman pergaulan hidup se-hari-hari, bukan didapat lang-sung dari proses pembelajaranformal. Jadi perilaku koruptifyang ada di perguruan tinggidan yang dilakukan sebagianalumnusnya tidak bisa.secaralangsung "menyalahkan" kon-disi pembelajaran formal diperguruan tinggi itu. Pembela-jaran lewat pergaulan-per-gaulan itulah yang menjadikanperilaku koruptif tetap terben-tuk dan bila tidak ada otoritasyang kuat dan represif untukmelakukan tindakan penya-daran dan sanksi hukum yangtegas, perilaku koruptif tetapakan berlangsung dan bahkanmungkin akan meluas lagi.***

Penulis, staf pengajar Ju-rusan Antropologi, FISIPUnpad.


Top Related