Download - PERLAKUAN AKUNTANSI SERTA PENERAPAN AKAD …
PERLAKUAN AKUNTANSI SERTA PENERAPAN AKAD PEMBIAYAAN
GADAI EMAS SYARIAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR
CABANG BANJARMASIN
SKRIPSI
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK
MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA SAINS
TERAPAN (DIPLOMA IV)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
PADA JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
OLEH :
MAULIDA SAFRIANTI DEWI A04 140015
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN AKUNTANSI
2018
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Maulida Safrianti Dewi
NIM : A04140015
Tempat, tanggal lahir : Hariti, 20 Juli 1995
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sudirman A. Yani Desa Hariti Rt. 01 Rw. 01
No. 17 Kec. Sungai Raya Kab. Hulu Sungai Selatan
Nama Orang Tua (Ayah) : Hasan
(Ibu) : Misbah
Riwayat Pendidikan :
1. TK Munggu Raya, Hulu Sungai Selatan, 2003
2. SDN Batang Kulur Tengah, Hulu Sungai Selatan,
2008
3. MTsN Sungai Raya, Hulu Sungai Selatan, 2011
4. MAN 2 Kandangan, Hulu Sungai Selatan,2014
v
Motto
“Di balik kesusahan pasti ada
kemudahan”
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga masih diberi
ketetapan Iman serta komitmen sebagai Insan yang haus akan ilmu pengetahuan.
Atas ridho Allah SWT, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penerapan Akuntansi Pembiayaan Gadai Emas Syariah di Bank Syariah Mandiri
KC Banjarmasin”.Tidak lupa penulis haturkan shalawat dan salam kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW serta sahabat dan pengikut Beliau
hingga akhir jaman.
Penulis tentunya tidak mampu menyelesaikan skripsi ini tanpa batuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada yang telah memberikan dorongan dan
bimbingan serta pengarahan dalam penyelasaian skripsi ini, yaitu antara lain:
1. Bapak dan Ibu penulis yang telah melahirkan dan membesarkan penulis serta
selalu memotivasi dan memberikan bantuan moril maupun dana.
2. Bapak H. Edi Yohanes, ST. MT selaku Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin.
3. Ibu Andriani, SE, MM, M.Sc selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Banjarmasin.
4. Bapak H. Mairijani, M.Ag selaku Kaprodi Akuntansi Lembaga Keuangan
Syariah.
5. Bapak Mochammad Arif Budiman, S.Ag, MEI selaku dosen pembimbing 1
sekaligus dosen wali.
viii
6. Bapak H. Muhammmad Yassir F, S,PdI, MSI selaku dosen pembimbing 2.
7. Seluruh Dosen dan staf pengajar yang telah tulus dan ikhlas membimbing dan
memberikan bekal ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
8. Kakak-kakak kandung penulis Zaitun, Syariffudin, Jauhar Hayati, Ida Hartati,
Rabiatul Isna Wati yang telah memberikan doa dan motivasi.
9. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan
dana buat penulis menyelesaikan perkuliahan selama ini.
10. Seluruh teman ALKS 2014 yang selalu membantu dan memotivasi penulis.
11. Teman penulis Erviana Sya’adah S. Pd, Lisa, Siti Kisrawiah, Fathul Jannah,
Anik Septiani, Siti Risma Octaviani yang telah memberikan doa, support dan
dukungan serta motivasi.
12. Seluruh pihak yang telah terlibat dan membantu penulis yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa penulis
harapkan dari pembaca.
Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda atas seluruh
bantuan yang sangat berharga ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Banjarmasin,
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
ABSTRAK ..................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Batasan Masalah ................................................................................... 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ..................................................................................... 7
B. Landasan Operasional Gadai Syariah .................................................. 19
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi dan Pembrian Definisi Operasional Variabel .................... 32
B. Jenis Penelitian ..................................................................................... 32
C. Objek dan Lokasi Penelitian ................................................................ 32
D. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 33
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 34
G. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 37
1. Profil Perusahaan ............................................................................. 37
2. Visi dan Misi Perusahaan ................................................................ 40
3. Struktur Organisasi .......................................................................... 41
4. Job Description ................................................................................ 41
5. Produk dan Layanan ........................................................................ 44
B. Pembahasan Penelitian ......................................................................... 48
1. Penerapan Akad Gadai Syariah ....................................................... 48
2. Perlakuan Akuntansi Gadai Syariah di Bank Syariah Mandiri ....... 51
3. Kesesuaian Akad & Perlakuan Akuntansi Gadai Syariah dengan
ketentuan PSAK,PAPSI & Fatwa DSN MUI ................................. 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 60
B. Saran ..................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................62
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Produk umum Bank Syariah Mandiri
Tabel 2 : Ketentuan Produk
Tabel 3 : Pendapatan produk gadai emas terhadap total pendapatan BSM
Tabel 4 : Ilustrasi jurnal pada saat akad rahn
Tabel 5 : Ilustrasi jurnal pada saat biaya-biaya diterima
Tabel 6 : Ilustrasi jurnal pada saat pelunasan/ cicilan pinjaman
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Kerangka Pemikiran
Gambar 2 : Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Balasan Ijin Penelitian Perusahaan Terkait
Lembar Bimbingan Skripsi ( Pembimbing 1)
Lembar Bimbingan Skripsi ( Pembimbing 2)
Denah Perusahaan
Lembar Tanda Terima Penerima Penilaian Pembimbingan Sripsi
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.25/DSNMUI/ III/2002
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.26/DSNMUI/ III/2002
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 68/DSN-MUI/III/2008
ABSTRAK
Maulida Safrianti Dewi / A04140015 / 2018 / Perlakuan Akuntansi Pembiayaan
Gadai Emas Syariah pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Banjarmasin
Bank Syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga
melainkan dengan prinsip syariah. Perbankan syariah memiliki tugas pokok yaitu
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat
dalam bentuk pembiayaan. Penulis memfokuskan penelitian terhadap produk Gadai
Emas di Bank Syariah Mandiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui penerapan akad Gadai
Emas Syariah di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin; (2) menjelaskan perlakuan
akuntansi untuk pembiayaan gadai syariah yang diterapkan di Bank Syariah Mandiri
KC Banjarmasin; (3) menilai kesesuaian perlakuan akuntansi untuk pembiayaan gadai
syariah di Bank Syariah Mandiri dengan ketentuan PSAK 59 dan PAPSI; dan (4)
mengetahui penerapan fatwa DSN MUI untuk pembiayaan gadai syariah di Bank
Syariah Mandiri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah metode wawancara, dokumentasi dan kepustakaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi pembiayaan
gadai emas pada Bank Syariah Mandir KC Banjarmasin telah sesuai dengan ketentuan
PSAK 59, PAPSI dan Fatwa DSN-MUI Nomor 25/DSN-MUI/III/2002, serta Fatwa
DSN-MUI Nomor 26/DSN-MUI/III/2002.
Kata kunci : gadai emas, rahn, perlakuan akuntansi,pembiayaan.
xv
ABSTRACT
Maulida Safrianti Dewi / A04140015 / 2018 / Accounting treatment for Shariah
Gold Mortagage Financing in Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin
Shariah bank conducts its business activities not based on the interest
(bunga) but on the sharia principles. Shariah bank has the main task of collecting
fund from the community and channeling it back to the community in the form of
financing. The author focuses the research on gold mortgage product in BSM.
The purpose of this research is (1) to find out the operation of gold mortgage
in Bank Syariah Mandiri; (2) to assess the accounting treatment for gold mortgage
in Bank Syariah Mandiri; (3) to explain the suitability level of its accounting
treatment with the regulation of PSAK 59 and PAPSI; and (4) to explain the
suitability level of its application with the fatwa of DSN-MUI. The type of research
conducted by the researcher is descriptive-comparative while data collection
methods used were interview, documentation and library research.
The results of this research indicate that the accounting treatment for the
financing of gold mortgage in Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin has been in
accordance with the provision of PSAK 59, PAPSI and Fatwa of DSN-MUI
Number 25/DSN-MUI/III/2002 as well as Fatwa DSN-MUI Number 26/DSN-
MUI/III/2002.
Keywords: gadai emas, rahn, accounting treatment, financing.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan lembaga perbankan syariah di Indonesia belakangan
ini sangat pesat. Perkembangan ini didukung pula oleh masyarakat
Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Apabila dibandingkan dengan
pendapatan atau aset yang dimiliki lembaga perbankan konvensional,
memang lembaga perbankan syariah masih jauh tertinggal dengan Bank
konvensional. Namun belakangan ini persaingan antara lembaga perbankan
syariah dan lembaga perbankan konvensional semakin ketat (Sari, 2017).
Seiring dengan perkembangan sektor perbankan di Indonesia, bank-bank
yang ada berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanannya guna menarik nasabah baru dan juga untuk menjaga loyalitas
nasabah lama. Hal tersebut berlaku pula untuk perkembangan perbankan
syariah saat ini yang semakin menunjukan tren positif (Ramadhani, 2012).
Adapun beberapa dari produk bank telah dipasarkan salah satunya
yaitu pembiayaan gadai emas syariah (Rahn) yang merupakan penyerahan
jaminan/hak penguasaan secara fisik atas barang berharga berupa emas
(lantakan atau perhiasan) kepada bank sebagai jaminan atas pembiayaan
(qardh) yang diterima. Gadai emas Syariah ini dapat dimanfaatkan oleh
nasabah yang membutuhkan dana jangka pendek dan keperluan yang
mendesak. Misalnya menjelang tahun ajaran baru, hari raya, kebutuhan
modal kerja jangka pendek dan sebagainya (Ramadhani, 2012).
2
Gadai Syariah atau Rahn adalah menahan barang milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima. Barang yang ditahan tersebut
memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan
memperboleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya. manfaat yang langsung yang didapat dari produk
gadai emas (rahn) untuk bank adalah biaya-biaya konkret yang harus
dibayar oleh nasabah untuk pemeliharaan dan keamanan aset tersebut. Jika
penahanan aset berdasarkan fidusia (penahanan barang bergerak sebagai
manfaat yang langsung yang didapat dari produk gadai emas (rahn) untuk
bank adalah biaya-biaya konkret yang harus dibayar oleh nasabah untuk
pemeliharaan dan keamanan aset tersebut. Jika penahanan aset berdasarkan
fidusia (penahanan barang bergerak sebagai (Antonio, 2005).
Gadai emas BSM diluncurkan untuk menutupi kebutuhan mendesak
baik dari nasabah individu yang membutuhkan dana super cepat dengan
menggunakan akad syariah dan telah menunjukkan kinerja yang
menjanjikan di tahun tahun pertama setelah diluncurkan (Mandiri, 2016).
Pembiayaan gadai emas syariah membutuhkan kerangka akuntansi
yang menyeluruh yang dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang
tepat dan sesuai sehingga dapat mengkomunikasikan informasi akuntansi
secara tepat waktu dengan kualitas yang dapat diandalkan serta mengurangi
adanya perbedaan perlakuan akuntansi antara Bank Syariah dengan yang
lain.
3
Praktek gadai emas pada dasarnya tidak melanggar hukum atau
peraturan nasional. Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan mengenai
produk-produkyang akan ditawarkan oleh Bank Syariah kepada
nasabahnya. Melalui peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (Maemunah, 2016).
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.26/DSN-
MUI/ III/2002 dengan akad Qardh (PSAK 59) merupakan panduan dalam
pengakuan, pengukuran penyajian, dan pengungkapan yang berhubungan
dengan pembiayaan gadai syariah. PSAK ini berlaku sejak tanggal 1 Januari
2008. Penerapan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
No.26/DSN-MUI/III/2002 dan dengan akad pendamping dari gadai syariah
yaitu akad qardh (PSAK 59) untuk pembiayaan dengan gadai syariah akan
memberikan kontribusi terhadap pencapaian target pertumbuhan perbankan
syariah karena peraturan tersebut merupakan formulasi yang dibuat oleh
para pakar ekonomi syariah dan para akuntan di IAI. Dengan demikian,
kepercayaan masyarakat akan bertambah dalam memanfaatkan produk
pembiayaan gadai syariah.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik
untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana perlakuan akuntansi pada
pembiayaan gadai syariah, sehingga menjadi latar belakang penulis untuk
mengadakan penelitian yang mengangkat judul “Perlakuan Akuntansi
Pembiayaan Gadai Syariah PT. Bank Syariah Mandiri KC
Banjarmasin.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan akad Gadai Emas Syariah di Bank Syariah
Mandiri KC Banjarmasin?
2. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk pembiayaan gadai syariah yang
diterapkan di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin?
3. Bagaimana kesesuaian perlakuan akuntansi untuk pembiayaan gadai
syariah di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin dengan ketentuan
PSAK Syariah 59, dan PAPSI?
4. Bagaimana kesesuaian penerapan fatwa DSN MUI untuk pembiayaan
gadai Syariah di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin?
C. BATASAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan dan objek
penelitian yang diteliti, maka penulis memberikan batasan yaitu hanya pada
perlakuan akuntansi gadai emas di Bank Mandiri Syariah tahun 2018, dan
bukan membahas tentang gadai dengan barang jaminan benda lain selain
emas. Selain itu, fatwa DSN yang dirujuk dalam penelitian ini dibatasi pada
fatwa-fatwa yang terkait dengan gadai, yaitu fatwa DSN MUI
No.25/DSNMUI/ III/2002 tentang Rahn & fatwa DSN MUI
No.25/DSNMUI/ III/2002 tentang Rahn Emas.
5
D. Tujuan Penelitian
Adapun keinginan yang ingin dicapai dalam penelitian ini :
1. Untuk mengetahui penerapan akad Gadai Emas Syariah di Bank Syariah
Mandiri KC Banjarmasin?
2. Untuk menjelaskan perlakuan akuntansi untuk pembiayaan gadai syariah
yang diterapkan di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin?
3. Untuk menilai kesesuaian perlakuan akuntansi untuk pembiayaan gadai
syariah di Bank Syariah Mandiri dengan ketentuan PSAK Syariah 59,
PAPSI?
4. Untuk mengetahui penerapan fatwa DSN MUI untuk pembiayaan gadai
syariah di Bank Syariah Mandiri?
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai media untuk mengaplikasikan
ilmu akuntansi yang didapat penulis selama kuliah yaitu dengan
menerapkan , sehingga penulis dapat menuangkan hasil penelitian dalam
bentuk skripsi.
2. Bagi Perguruan Tinggi
6
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan bahan
rujukan untuk peneliti selanjutnya yang lebih mendalam terhadap
bidang Ilmu Akuntansi khususnya pada bidang akuntansi syariah.
3. Bagi Bank
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi
perkembangan produk gadai emas di Bank Syariah Mandiri dan
peluangnya produk tersebut di masyarakat.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Gadai Syariah (Rahn)
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial
intermediary adapun maksudnya adalah bank sebagai perantara bagi orang
kelebihan dana dan kekurangan dana, yang mana orang yang kelebihan
dana akan menitipkan uangnya kepada bank dan bank menyalurkan dana
tersebut kepada orang memerlukan. Artinya, lembaga bank adalah lembaga
yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu,
usaha bank akan selalu dikaitkan dengan maslaah uang yang merupakan
alat pelancar terjadinya perdagangan yang utama.kegiatan dan usaha yang
akan selalu terkait dengan komoditas, antara lain: (1) Memindahkan uang;
(2) Menerima dan membayar kembali uang nasabah; (3) Membeli dan
menjual surat-surat berharga; dan (4) Memberi jaminan bank (Muhammad,
2016).
Produk yang termasuk dalam pelayanan jasa ini menjadi salah satu
produk yang banyak diminati masyarakat pada akhir-akhir ini. Hal tersebut
dikarenakan emas merupakan produk yang mengalami kenaikan setiap
8
tahunnya. Bahkan masyarakat cenderung menggunakan gadai emas
menjadi suatu bentuk investasi. Gadai emas Syariah ini dapat dimanfaatkan
oleh nasabah yang membutuhkan dana jangka pendek dan keperluan yang
mendesak. Misalnya menjelang tahun ajaran baru, hari raya, kebutuhan
modal kerja jangka pendek dan sebagainya. Sistem gadai emas juga sangat
bermanfaat bagi sebagian orang yang senang memanfaatkan momentum
tren sebuah bisnis. Sistem gadai lebih menguntungkan dari pada menjual
emas tersebut. Gadai emas bisa dilakukan di berbagai macam tempat, tetapi
yang paling umum ditemukan di Indonesia adalah melalui pegadaian
syariah dan bank syariah. Pembiayaan adalah salah satu kegiatan yang
dilakukan oleh bank syariah. Pembiayaan gadai emas syariah adalah
penggadaian atau penyerahan hak penguasa secara fisik atas harta/barang
berharga (berupa emas) dari nasabah (rahin) kepada bank (Murtahin) untuk
dikelola dengan prinsip ar-rahn yaitu sebagai jaminan (Marhun) atas
pinjaman/utang (Marhun bih) yang diberikan kepada nasabah/ peminjaman
tersebut (Sari, 2017).
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh oleh orang yang berpiutang
atas suatu barang bergerak yang diserahkan oleh orang yang berpiutang
sebagai jaminan utangnya dan barang tersebut dapat dijual oleh orang yang
berpiutang bila yang berutang tidak dapat melunasi kewajiban pada saat
jatuh tempo (Sutedi, 2011).
9
Gadai (Rahn) dalam Fiqh adalah perjanjian suatu barang sebagai
tanggungan utang atau menjadikan suatu benda bernilai menurut
pandangan syara’ sebagai tanggungan pinjaman (marhun bih), sehingga
dengan adanya tanggungan utang ini seluruh atau sebagian utang dapat
diterima. (Apriani, 2010)
Pembiayaan gadai syariah membutuhkan kerangka akuntansi yang
menyeluruh yang dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat
dan sesuai sehingga dapat mengkomunikasikan informasi akuntansi secara
tepat waktu dengan kualitas yang dapat diandalkan serta mengurangi
adanya perbedaan perlakuan akuntansi antara bank syariah yang satu
dengan yang lain. Pada penerapan sistem syariah, tentu mempunyai sistem
perlakuan akuntansi yang berbeda dengan perlakuan akuntansi
konvensional pada umumnya. Kebutuhan dalam menetapkan metode
pengukuran akuntansi, terutama pembiayaan gadai syariah harus
disesuaikan dengan peraturan perbankan dan ketentuan-ketentuan syariah
yang telah diatur.
Sedangkan pengertian gadai yang dalam Pasal 1150 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdataan (KUHD) adalah suatu hak yang
diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak
tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh orang yang
mempunyai utang. Oleh karena itu, makna gadai (rahn) dalam bahasa
10
hukum perundang-undang disebut sebagai barang jaminan atau agunan
(Sutedi, 2011).
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterima. Barang yang ditahan tersebut
memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan
memperboleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah
semacam jaminan utang atas gadai. manfaat yang langsung yang didapat
dari produk gadai emas (rahn) untuk bank adalah biaya-biaya konkret yang
harus dibayar oleh nasabah untuk pemeliharaan dan keamanan aset
tersebut. Jika penahanan aset berdasarkan fidusia (penahanan barang
bergerak sebagai manfaat yang langsung yang didapat dari produk gadai
emas (rahn) untuk bank adalah biaya-biaya konkret yang harus dibayar
oleh nasabah untuk pemeliharaan dan keamanan aset tersebut. Jika
penahanan aset berdasarkan fidusia (penahanan barang bergerak sebagai
jaminan) (Antonio, 2005). Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn
adalah semacam jaminan utang atau gadai.
Ar Rahn merupakan akad penyerahan barang dari nasabah kepada
bank/pegadaian sebagai jaminan sebagian atau seluruhnya atas hutang
yang dimiliki nasabah. Transaksi di atas merupakan
11
kombinasi/penggabungan dari beberapa transaksi atau akad yang
merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan meliputi:
a. Pemberian pinjaman dengan menggunakan transaksi/akad Qardh.
b. Penitipan barang jaminan berdasarkan transaksai/akad Rahn
c. Penetapan sewa tempat khasanah (tempat penyimpanan barang) atas
penitipan tersebut di atas melalui transaksi/akad ijaroh (Apriani, 2010).
Akad qardh adalah akad dana kepada nasabah dengan ketentuan
bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu
yang telah disepakati. Pinjaman qardh meliputi pembiayaan dengan akad
hawalah dan rahn. Akad hawalah adalah akad pengalihan utang dari pihak
yag berutang (nasabah) kepada pihak lain (bank) yang wajib menanggung
atau membayar. Atas transaksi ini Bank mendapatkan imbalan (ujrah) dan
diakui sebagai pendapatan pada saat diterima. Rahn merupakan transaksi
gadai barang atau harta dari nasabah kepada bank dengan uang sebagai
gantinya. Barang atau harta yang digadaikan tersebut dinilai sesuai harga
pasar dikurangi persentase tertentu. Atas transaksi ini Bank mendapatkan
imbalan (ujrah) dan diakui selama periode akad (Mandiri, 2016).
Secara umum transaksi yang digunakan dalam gadai syariah,
misalnya dipegadaian syariah adalah transaksi yang menggunakan dua
akad yaitu (a) akad rahn dan (b) akad ijarah. Meskipun, secara konsep
12
kedua akad dimaksud, sesungguhnya mempunyai perbedaan. Namun,
dalam teknis pelaksanaannya. maka nasabah (rahin) tidak perlu
mengadakan akad dua kali.
a. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya,
pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini,
lembaga keuangan syariah menahan barang bergerak sebagai
jaminan atas uang nasabah.
b. Akad Ijarah. Dalam gadai syariah dengan akad ijarah, penerima
gadai dapat menyewakan tempat penyimpanan barang kepada
nasabahnya. Berarti nasabah (rahin) memberikan murtahin
ketika masa kontrak berakhir dan murtahin mengembalikan
marhun kepada rahin (Indriani, 2013).
Berdasarkan beberapa pengertian, dapat diartikan gadai (rahn) harta
yang untuk dijaminkan oleh pemiliknya sebagai jaminan utang dan
kepercayaan hutang.
2. Gadai Emas
Gadai emas syariah saat ini tengah menjadi primadona bagi
masyarakat yang memerlukan dana segar dengan cepat. Masyarakat juga
memiliki pilihan tempat untuk melakukan gadai emas syariah karena selain
13
di Pegadaian Syariah, yang bekerjasama dengan Bank Muamalat, kini
banyak bank-bank syariah yang membuka unit gadai syariah, seperti Bank
Syariah Mandiri, Bank Danamon Syariah, BNI Syariah, Bank BRI Syariah,
dan Bank Jabar Syariah. Gadai emas di pegadaian syariah atau bank syariah
memiliki kelebihan, seperti persyaratan mudah, proses cepat dan
mudah, jaminan keamanan standar bank, pencairan dana cepat, dan jangka
waktu peminjaman yang dapat diperbarui. Segala kelebihan di atas menjadi
pendorong bagi masyarakat atau wirausahawan untuk melakukan gadai
emas syariah.
Bagi lembaga keuangan syariah, khususnya bank syariah,
produk gadai emas juga memiliki beberapa keuntungan. Menurut Direktur
Utama Karim Business Consulting, Adiwarman A. Karim, ada tiga
keuntungan yang diperoleh bank syariah dari produk gadai emas, yaitu 1.)
profitabilitas tinggi, margin tebal karena masyarakat kecil mau bayar
mahal, 2.) bagi bank aman karena ini ibarat seperti Kredit Tanpa Agunan
(KTA), tapi kalau KTA tidak ada jaminan, ini ada jaminan dan likuid, 3.)
tidak ada penyisihan penghapusan aktiva produktif. Keuntungan dan
kelebihan yang dapat diberikan oleh gadai emas syariah baik bagi
masyarakat maupun bank syariah menjadikan produk pembiayaan ini
memiliki prospek yang bagus untuk mendorong partisipasi masyarakat
14
dalam aktivitas ekonomi Islam dan ikut serta dalam memperluas penerapan
ekonomi Islam di Indonesia.
Sistem gadai emas syariah yang saat ini sedang booming di
pegadaian syariah dan bank syariah ini tentu perlu untuk diketahui landasan
syariah dan fiqh muamalahnya agar masyarakat mendapat informasi dan
edukasi yang cukup tentang sistem ini. Selain itu, agar masyarakat
mengetahui dan memahaminya sehingga ekonomi Islam menjadi semakin
akrab di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
3. Dasar Hukum Gadai Syariah (Rahn)
Adapun yang menjadi landasan dalam gadai syariah bersumber dari
Al Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW yakni :
a. Al – Qur’an
1) QS. Al- Baqarah: 283 :
Artinya: “ jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak
secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis,
maka hendaklah ada barang tanggung yang dipegang. Tetapi jika
sebagaimana kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya)
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Rabbnya. Dan janganlah
kamu menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa
menyembunyikan, sesungguh , hatinya kotor (berdosa). Allah maha
mengatahui apa yang kamu kerjakan. QS Al-baqarah 283
Ayat ini menerangkan dalam hal muamalah yang tidak
tunai, yang dilakukan dalam perjalanan dan tidak ada seorang juru
15
tulis yang akan menuliskannya, maka hendaklah ada barang
tanggungan (jaminan) yang dipegang oleh pihak yang berpiutang,
kecuali jika masing-masing percaya mempercayai dan
menyerahkan/berserah diri kepada Allah, maka muamalah itu
boleh dilakukan tanpa adanya barang tanggungan.
2) QS. Al- Maidah : 2 :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-
bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,
dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka
mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu
telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil haram,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
b. Hadits
1) Hadits menurut HR Al Bukhari no 2513 dan Muslim no. 1603
“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli dari
seorang yahudi bahan makanan dengan cara hutang dan
menggadaikan baju besinya”
16
2) Hadist menurut HR Syafi’I dan Daruqutni
“Barang yang digadaikan itu tidak boleh ditutup dari pemilik yang
menggadaikannya baginya adalah keuntungan dan tanggung
jawabnyalah bila ada kerugian (biaya).
3) Hadist menurut Shahih riwayat At-Tirmidzi
“Hewan yang dikendarai dinaiki apabila digadaikan dan susu (dari
hewan) diminum apabila hewannya digadaikan. Wajib bagi yang
mengendarainya dan yang minum, (untuk) memberi nafkahnya.”
4) Hadist Nabi riwayat al-Syafi'i, al-Daraquthni dan Ibnu Majah dari
Abu Hurairah, Nabi s.a.w. bersabda:
"Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang
menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung
resikonya."
4. Rukun-Rukun Syarat Gadai Syariah
a. Rukun-rukun Gadai Syariah
Muljono (2015: 236) menyebutkan rukun gadai syariah (rahn)
dapat dijabarkan sebagai berikut.
17
1) Rahin (yang menggadaikan)
Orang yang dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan memiliki barang
yang digadaikan.
2) Murtahin (yang menerima gadai)
Orang, bank atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk
mendapatkan modal dengan jaminan barang (gadai).
3) Marhun (barang yang digadai)
Barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan dalam
mendapatkan utang.
4) Marhun bih (utang)
Sejumlah dana yang memberikan murtahin kepada rahin atas dasar
besar taksiran marhun.
5) Sighat
Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam transaksi gadai
syariah.
b. Syarat Gadai Syariah (rahn)
1) Rahin dan Murtahin
Pihak-pihak yang melakukan perjanjian rahn, yakni rahin dan murtahin
harus mengikuti syarat-syarat berikut kemampuan, yaitu berakal sehat.
Kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan
transaksi.
18
2) Sighat
a) Sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan juga dengan
suatu waktu di masa depan.
b) Rahn mempunyai sisi pelepasan barang dan pemberi utang
seperti halnya akad jual beli. Maka tidak boleh diikat dengan
syarat tertentu atau dengan suatu waktu di masa depan.
3) Marhun bih (utang)
a) Harus merupakan hak yang wajib diberikan/diserahkan kepada
pemiliknya.
b) Memungkinkan pemanfaatan, bila sesuatu menjadi utang tidak
bisa dimanfaatkan, maka tidak sah.
c) Dapat dihitung jumlahnya, bila tidak dapat diukur maka gadai
tidak sah.
4) Marhun (barang)
Secara umum barang gadai harus memenuhi beberapa syarat,
antara lain:
a) Harus diperjualbelikan.
b) Harus berupa harta yang bernilai.
c) Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah.
d) Harus diketahui keadaan fisiknya,maka piutang tidak sah untuk
digadaikan, harus berupa barang yang diterima secara langsung.
19
e) Harus dimiliki oleh rahin (pegadai) setidaknya harus seizin
pemiliknya.
B. Landasan Operasional Gadai Syariah (Rahn)
1. Perlakuan Akuntansi Gadai Syariah (Rahn)
Untuk mengetahui kesesuaian perlakuan akuntansi atas pembiayaan
gadai syariah dengan SAK Syariah 59(akad qardh) . SAK Syariah 59 yang
mengatur yaitu sebagai berikut :
Dalam Rahn emas penentuan biaya dan pendapatan sewa (Ijarah) atau
penyimpanan dilakukan berdasarkan akad pendamping dari gadai syariah
yaitu akad qardh (SAK 59) yang terkait dimana pengakuan dan pengukuran
serta pengungkapan dan penyajiannya (IAI, 2017)
a. Pengakuan dan Pengukuran Qardh
139. Pinjaman qardh adalah menyediakan dan atau tagihan
dapat dipersembahkan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepekatan antara peminjam dan pihak yang meminjam yang
mewajibkan peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu. Pihak yang meminjam dapat menerima imbalan namun
tidak diperkenankan untuk dipersyaratkan di dalam perjanjin.
140. Bank Syariah di samping memberikan pinjaman qardh,
juga dapat menyarulkan pinjaman dalam bentuk qardhul hasan
adalah pinjaman tanpa imbalan yang memungkinkan peminjam
20
untuk menggunakan dana tersebut selama jangka waktu tertentu
dan mengembalikan dalam jumlah yang sama pada akhir
periode yang disepakati. Jika peminjam mengalami kerugian
bukan karena kelalaiannya maka kerugian tersebut dapat
mengurangi jumlah pinjaman. Pelaporan qardhul hasan
disajikan tersendiri dalam laporan sumber dan penggunaan dana
qardhul hasan karena danatersebut bukan aset bank yang
bersangkutan.
141. sumber dana qardhul hasan berasal dari eksternal dan
internal. Sumber dana ekternal meliputi dana qardhul hasan
yang diterima Bank Syariah dari pihak lain (misalnya dari
syariah dan sumbangan, infak, shadaqah, dan sebagainya) dana
yang disedikan oleh para pemilik Bank Syariah dan hasil
pendapatan nonhalal. Sumber dana internal meliputi hasil
tagihan pinjaman qardhul hasan.
b. Penyajian dan Pengungkapan
Berdasarkan penjelasan yang terdapat dalam PSAK Syariah 59,
penyajian dan pengungkapan meliputi:
142. pinjaman qardh diakui sebesar jumlah dana yang
dipinjamkan pada saat terjadinya. Kelebihan penerimaan dari
pinjaman atas qardh yang dilunasi diakui sebagai pendapatan
pada saat terjadinya.
21
143. dalam hal Bank bertindak sebagai pinjaman qardh,
kelebihan pelunasan pemberi pinjaman qardh diakui sebagai
beban.
2. PAPSI
a. Definisi
01 Pinjaman Qardh yang diberikan adalah penyediaan dana atau
tagihan yang dapat dipersama kan dengan itu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan yang
mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu.
b. Dasar Pengaturan
01. SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
02. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
c. Penjelasan
01.Pinjaman Qardh yang diberikan merupakan pinjaman yang tidak
mempersyaratkan adanya imbalan.
02.Akad Qardh dalam Lembaga Keuangan Syariah terdiri dari dua
macam :
a) Akad Qardh yang berdiri sendiri untuk tujuan sosial semata
sebagaimana dimaksud dalam Fatwa DSN-MUI Nomor:
19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-Qardh, bukan sebagai
22
sarana atau kelengkapan bagi transaksi lain dalam produk
yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan;
b) Akad Qardh yang dilakukan sebagai sarana atau kelengkapan
bagi transaksi lain yang menggunakan akad-akad
mu’awadhah (pertukaran dan dapat bersifat komersial) dalam
produk yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Penggunaan dana dari pihak ketiga hanya diperbolehkan
untuk tujuan komersial antara lain seperti produk Rahn Emas,
Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah,
Pengalihan Utang, dan Anjak Piutang.
03. Bank dapat meminta jaminan atas pemberian Qardh.
04. Bank hanya boleh mengenakan biaya administrasi atas pinjaman
Qardh.
05. Pendapatan yang berasal dari biaya Administrasi dalam pinjaman
Qardh yang dananya berasal dari dana pihak ketiga akan dibagi -
hasilkan, sedangkan untuk pinjaman Qardh yang dananya berasal
dari modal Bank tidak bagihasil.
06. Ujrah dari akad ijarah atau akad lain yang dilakukan bersamaan
denganpemberian pinjaman Qardh (untuk rahn, talangan haji, dan
pengalihan utang) yang dananya berasal dari dana pihak ketiga maka
pendapatan yang diperoleh akan dibagihasilkan, sedangkan apabila
23
dananya berasal selain dari dana pihak ketiga pendapatan yang
diperoleh tidak dibagihasilkan.
07. Dalam hal nasabah mengalami tunggakan pembayaran angsuran,
Bank membentuk Penyisihan Penghapusan Aset untuk pinjaman
Qardh sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh otoritas pengawasan.
D. Perlakuan Akuntansi
D1. Pengakuan dan Pengukuran
01. Pinjaman Qardh diakui sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat
terjadinya.
02. Biaya administrasi, bonus, ujrah yang dananya bersumber dari modal
Bank diakui sebagai pendapatan operasional lainnya sebesar jumlah
yang diterima.
03. Biaya administrasi, bonus, ujrah yang dananya bersumber dari dana
pihak ketiga diakui sebagai pendapatan utama lain dan dibagihasilkan
sebesar jumlah yang diterima.
D2. Penyajian
01. Pinjaman Qardh yang bersumber dari modal Bank dan dana pihak
ketiga disajikan pada pos pinjaman Qardh.
02. Penyisihan Penghapusan Aset pinjaman Qardh disajikan sebagai pos
lawan (contra account) pinjaman Qardh.
24
Fatwa DSN-MUI yang merupakan hukum positif oleh Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah juga telah
mengatur Rahn. Fatwa yang mengatur yaitu sebagai berikut :
3. Fatwa DSN-MUI No.25/DSN-MUI/III/2002
Menurut fatwa DSN-MUI No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai
syariah (Rahn) yang menetapkan hukum bahwa gadai syariah dibolehkan,
dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam fatwa.
Pertama : Hukum
Bahwa pinjam dengan mengadaikan barang sebagai jaminan
utang dalam bentuk rahn dibolehkan.
Kedua : Ketentuan Rahn
a. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk
menahan Marhun (barang) sampai semua utang Rahin
(yang menyerahkan barang) dilunasi.
b. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada
prinsipnya, Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh
Murtahin kecuali seizin Rahin,dengan tidak mengurangi
nilai marhun dan manfaatnya itu sekedar pengganti biaya
pemeliharaan dan perawatannya.
c. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya
menjadi kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga
25
oleh Murtahin sedangkan biaya dan pemeliharaan
penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin.
d. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak
boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
e. Penjual Marhun :
1) Apabila jatuh tempo, Murtahin harus
memperingatkan Rahin untuk segera melunasi
utangnya.
2) Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya,
maka Marhun dijual paksa/dieksekusi melalui
lelang sesuai syariah.
3) Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi
utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang
belum dibayar serta biaya penjualan.
4) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan
kekurangannya menjadi ke wajiban Rahin.
4. Fatwa DSN-MUI No.26/DSN-MUI/III/2002
Menurut Fatwa DSN-MUI No.68/DSN-MUI/III/2008 tentang Rahn
Emas yang menetapkan hukum bahwa gadai syariah dibolehkan, dengan
ketentuan sebagaimana diatur dalam fatwa.
Pertama : Ketentuan Khusus
26
a. Rahn emas dibolehkan berdasar prinsip Rahn (lihat Fatwa
DSN nomor : 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn)
b. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun)
ditanggung oleh penggadai (rahin)
c. Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya
didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata
diperlukan.
d. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan
berdasarkan Akad Ijarah.
5. Fatwa DSN-MUI No.68/DSN-MUI/III/2008
Menurut Fatwa DSN-MUI No.68/DSN-MUI/III/2008 tentang Rahn
Tasjily yang menetapkan hukum bahwa gadai syariah dibolehkan, dengan
ketentuan sebagaimana diatur dalam fatwa.
Pertama : Ketentuan Umum
Rahn Tasjily disebut juga dengan Rahn Ta’mini, Rahn Rasmi,
atau Rahn Hukmi adalah jaminan dalam bentuk barang atas
utang, dengan kesepakatan bahwa yang diserahkan kepada
penerima jaminan (Murtahin) hanya bukti sah kepemilikannya,
sedangkan fisik barang jaminan tersebut (Marhun) tetap berada
dalam penguasaan dan pemanfaatan pemberi jaminan (Rahin).
Kedua : Ketentuan Khusus
27
Rahn Tasjily boleh dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Rahin menyerahkan bukti sah kepemilikan atau seritifat
barang yang dijadikan jaminan (Marhun) kepada Murtahin;
b. Penyerahan barang jaminan dalam bentuk bukti sah
kepemilikan atau seritifikat tersebut tidak memindahkan
kepemilikan barang ke murtahin.
c. Rahin memberi wewenang (kuasa) kepada Murtahin untuk
melakukan penjualan Marhun, baik melalui lelang atau
dijual ke pihak lain sesuai prinsip syariah, apabila terjadi
wanprestasi atau tidak dapat melunasi utangnya;
d. Pemanfaatan barang marhun oleh rahin harus dalam batas
kewajaran sesuai kesepakatan;
e. Murtahin dapat mengenakan biaya pemeliharaan dan
penyimpanan barang Marhun (berupa bukti sah
kepemilikan seritifikat) yang ditangguhkan oleh Rahin,
berdasarkan akad Ijarah;
f. Besaran biaya sebagaimana dimaksud huruf (e) tersebut
tidak boleh dikaitkan dengan jumlah utang Rahin kepada
Murtahin;
28
g. Selain biaya pemeliharaan, Murtahin dapat pula
mengenakan biaya lain yng diperlukan pada pengeluaran
yang riil.
h. Biaya asuransi Rahn Tasjily ditanggung oleh Rahin.
Ketiga : Ketentuan Umum fatwa No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang
Rahn terkait dengan pelaksaan akad Rahn Tasjily berlaku
pula pada fatwa ini.
Berdasarkan SAK 107 dalam rahn emas penentuan biaya dan pendapatan sewa
(ijarah) dilakukan berdasarkan akad pendamping dari gadai emas syariah yaitu akad
ijarah (SAK 107). Fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn yaitu
menentukan gadai syariah. Fatwa DSN-MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn
emas yang mengatur pembiayaan tentang rahn emas. Fatwa DSN-MUI No. 68/DSN-
MUI/III/2008 tentang rahn tasjily pengaturan penyerahan barang yang di gadaikan.
SAK 107 dalam rahn emas penentuan biaya dan pendapatan sewa (ijarah) dilakukan
berdasarkan akad pendamping dari gadai emas syariah yaitu akad qardh(SAK 59).
29
c. Hasil Penelitian Terdahulu
Identitas Peneliti/
Aspek
Judul
Intusi/ perusahaan
yang diteliti
Permaslahan Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Ami Apriani
206046103804
Universitas Islam
Negeri Syarif
Hidayattullah Jakarta
Prosfek
Gadai
(Rahn)
Emas di
Perbankan
Bank Syariah
Mandiri Cabang
Bekasi
1.Bagaimana pratek gadai emas
(rahn)
2.Bagaimana tingkat perkembangan
gadai emas
Data kualitatif 1. Perlakuan akuntansi rahn di Pegadaian
Syariah Cabang Istiqlal Manado
menggunakan prinsip akuntansi yang
berlaku umum seperti, Fatwa DSN-MUI
No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn,
No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn
emas, serta No. 92/DSN-MUI/IV/2014
tentang pembiayaan yang disertai rahn. Hal
tersebut dilakukan karena belum adanya
standar akuntansi yang berlaku untuk
pembiayaan rahn. 2. Tingkat pengembalian keuntungan dari
pembiayaan gadai Syarih (rahn) untuk
tahun 2010 ke 2011 mengalami
peningkatan dengan persentase dari 0.31%,
begitupula untuk jumlah nominal dari
pembiayaan yang disalurkan ke masyarakat
juga terjadi peningkatan signifikan.
Nur Amaliah
Ramadahani
A31107024
Universitas Hasanuddin
Makasar
Analisis
Perlakuan
Akuntasi
pembiayaan
Gadai
Emas
Bank BNI Syariah
Cabang Makasar
1Apakah perlakuan akuntansi atas
pembiayaan gadai syariah yang
diterapkan Bank BNI Syariah telah
sesuai dengan PSAK 107 (akad
ijarah )?
2.Apakah gadai emas syariah di
Bank BNI Syariah telah sesuai
Fatwa DSN MUI No.26/DSN-
MUI/III/2002?
3.Bagaimanakah tingkat
pengembalian pendapatan
(keuntungan) pembiayaan gadai
syariah pada PT. Bank Negara
Data kualitatif
dan Data
kuantitatif
1. Perlakuan akuntansi pembiayaan gadai syariah rahn pada BNI Syariah cabang Makassar sudah sesuai PSAK 107 (akad Ijarah) dengan uraian yang meliputi: a. Pengakuan dan pengukuran pembiayaan gadai syariah, Kejadian-kejadian yang penting (critical event) pada pembiayaan yaitu Pada saat terjadinya akad pembiayaan: Pengakuan tersebut sesuai dengan PSAK No.107 part 1 yang menyatakan bahwa
30
Indonesia Syariah, Tbk. Cabang
Makassar? pembiayaan gadai emas dinilai sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat terjadinya dan menggunakan dasar kas (cash basis) 2.Pembiayaan gadai emas syariah pada BNI Syariah telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.26/DSNMUI/ III/2002. 3. Tingkat pengembalian keuntungan dari pendapatan pembiayaan gadai syariah (rahn) untuk tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan dengan persentase dari 0,31% menjadi 3,78%, begitupula untuk jumlah nominal dari pembiayaan yang disalurkan ke masyarakat juga terjadi peningkatan yang signifikan.
Adisty Isini
Herman Karamoy
Universitas Sam
Ratulangi, Manado
Evaluasi
Penerapan
Akuntasi
Gadai
Syariah
PT Pegadaian
(Persero) Cabang
Manado
1.Apakah perlakuan akuntansi atas
pembiayaan gadai emas syariah
yang diterapkan Bank BJB Syariah
Kantor Cabang Pembantu
Karawang telah sesuai dengan
PSAK 107 (akad ijarah)?
2.Apakah gadai emas syariah di
Bank BJB Sayriah Kantor Cabang
Pembantu Karawang telah sesuai
dengan Fatwa Dewan Syariah
Nasional MUI No. 26/DSN-
MUI/III/2002?
Data Kualitatif 1. Penerapan akuntansi rahn di Pegadaian
Syariah Cabang Istiqlal Manado untuk
transaksi mengenai sewa tempat (ujroh)
sudah sesuai dengan PSAK 107 tentang
ijarah. Serta untuk transaksi lainnya pihak
pegadaian menggunakan Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
sesuai dengan produk pembiayaan gadai
syariah (rahn).
2. Perlakuan akuntansi rahn di Pegadaian
Syariah Cabang Istiqlal Manado
menggunakan prinsip akuntansi yang
berlaku umum seperti, Fatwa DSN-MUI
No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn,
No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn
emas, serta No. 92/DSN-MUI/IV/2014
tentang pembiayaan yang disertai rahn. Hal
tersebut dilakukan karena belum adanya
standar akuntansi yang berlaku untuk
pembiayaan rahn.
31
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu dari Ami Apriani tidak
menggunkan PSAK Syariah 59 penulis terdahulu ini cuma menggunakan Fatwa DSN
–MUI, Ami Apriani melakukan penelitian di pegadaian Syariah. Sedangkan Nur
Amaliah melakukan penelitian bukan di Bank Syariah Mandiri, penulis terdahulu ini
melakuakan penelitian terdahulu di Bank BNI Syariah.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Opersional Variabel
1. Pembiayaan Gadai Emas Syarah yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah perlakuan akuntansi menurut PSAK Syariah 59 dan PAPSI.
2. Pembiayaan Gadai Emas Syariah yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah penerapan fatwa DSN MUI
B. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif ini menjelaskan fenomena-fenomena sosial yang ada
dengan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak
melakukan pengujian hipotesis.
C. Objek dan Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengambil objek penelitian PT. Bank
Syariah Mandiri KC Banjarmasin, Tbk, beralamat di Jl. Lambung Mangkurat
No. 16, Kertak Baru Ulu, Kec. Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin,
Kalimantan Selatan.
33
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Data kualitatif yaitu data yang tidak dapat diukur atau dinilai dengan
angka angka, berbentuk informasi seperti gambaran umum perusahaan
dan informasi lain yang digunakan untuk membahas rumusan masalah.
b) Data kuantitatif adalah data yang dapat diukur dengan angka-angka,
seperti Laporan Keuangan triwulan bank.
2. Adapun sumber data yang digunakan yaitu:
a) Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung
terhadap objek penelitian, baik melalui pengamatan, wawancara,
maupun dokumentasi.
b) Data sekunder adalah data yang tidak diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh penulis. Dalam penelitian ini, data sekunder
diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan berupa catatan dan
laporan perusahaan baik yang dipulikasikan maupun yang tidak
dipublikasikan, selain itu juga diperoleh dari buku, jurnal dan penelitian
terdahulu.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas,
penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
34
Pengumpulan data diperoleh dari buku-buku, literatur-literatur, peraturan
perundangan, dokumen resmi, majalah, tulisan-tulisan ilmiah dan sumber
kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data yang
diperoleh dengan teknik ini adalah data sekunder.
2. Studi Lapangan
Penelitian yang data dan informasinya diperoleh dari kegiatan di lapangan
penelitian langsung dari obyek penelitian.
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu komunikasi verbal seperti percakapan untuk
memperoleh informasi. Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data
dengan melakukan tanya jawab kepada pegawai Bank Syariah Mandiri.
E. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Setelah data diperoleh, maka data tersebut selanjutnya diolah
kemudian dilakukan analisis. Analisis data ini penting artinya karena dari
analisis ini, data yang diperoleh dapat memberi arti dan makna yang
berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Teknik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan obyek penelitian yang
sesungguhnya untuk mengetahui dan menganalisis tentang permasalahan
yang dihadapi oleh obyek penelitian kemudian membandingkan dengan
35
standar yang ada pada saat itu untuk selanjutnya dideskripsikan bagaimana
PT. Bank Syariah Mandiri , Tbk. memperlakukan perihal yang berkaitan
dengan pembiayaan gadai syariah berdasarkan PSAK 59, PAPSI, Fatwa
DSN MUI yang meliputi Fatwa DSN-MUI No.25/DSN-MUI/III/2002
tentang Rahn, Fatwa DSN-MUI No.26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn
Emas, dan Fatwa DSN-MUI No.68/DSN-MUI/III/2008.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Mengumpulkan literatur-literatur yang mendukung penelitian seperti,
penelitian terdahulu, buku, jurnal.
b) Mengumpulkan data-data yang ada pada objek penelitian dengan berupa
wawancara.
c) Membandingkan penerpan akad rahn dengan Fatwa MUI DSN DSN-
MUI No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn, dan , Fatwa DSN-MUI
No.26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas, serta membandingkan
perlakuan akuntansi pembiayaan rahn di Bank Syariah Mandiri KC
Banjarmasin dengan PSAK 59 dan PAPSI.
36
F. Kerangka Pemikiran
Gambar 1
Kerangka pemikiran penelitian
Produk Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin
Penerapan
Akad
1. Fatwa DSN MUI
No. 25/DSN-
MUI/III/2002
2. Fatwa DSN MUI
No. 26/DSN-
MUI/III/2002
3.
1. PSAK 59
2. PAPSI Perlakuan
Akuntansi
Kesesuai Penerapan Akad dengan Fatwa DSN MUI Kesesuai Perlakuan akuntansi dengan PSAK 59
dan PAPSI
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Profil Perusahaan
PT Bank Syariah Mandiri (BSM) adalah perusahaan yang bergerak
di bidang usaha industri perbankan yang berdiri sejak 1999. Berdirinya
BSM merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan
moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter
sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multidimensi termasuk di
panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam negatif yang sangat
hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia
usaha.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha
keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan
beberapa bank lain serta mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan
(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim
dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero)
pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga
38
menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai
pemilik mayoritas baru BSB.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi
bank syariah. Oleh karena itu, Tim Pengembangan Perbankan Syariah
segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan
usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri
sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8
September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, BI
menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul
pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara
resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandas kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
39
nila -nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk
bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.PT Bank
Syariah Mandiri kini memiliki 669 outlet terdiri dari 125 Kantor Cabang,
406 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 38 Kantor Kas, 15 Konter Layanan
Syariah, dan 85 Payment Point. BSM dilengkapi layanan berbasis e-
channel seperti BSM Mobile Banking GPRS dan BSM Net banking serta
fasilitas ATM yang terkoneksi dengan bank induk.
Adapun Bank Syariah Mandiri Banjarmasin tepatnya Kantor Cabang
Pembantu Ahmad Yani yang menjadi fokus penelitian di sini berdiri sejak
tanggal 1 September 2009 dengan Sub Branch Manager Ayun Kurniawan,
dengan jumlah karyawan sebanyak 12 orang dengan kepala unit. Sedangkan
produk -produk yang berkenaan dengan gadai yang ditawarkan tidak hanya
gadai emas saja, akan tetapi Bank Syariah Madiri juga memiliki produk
yang diterima cicil emas, sedangkan jenis produk lainnya sama saja dengan
produk–produk dan layanan Bank Syariah Mandiri pada umumnya, seperti
Tabungan BSM, BSM Tabungan Mabrur, BSM Tabungan Investa
Cendekia, BSM Tabungan Berencana, BSM Tabungan Simpatik,
TabunganKu, BSM Deposito, BSM Giro, BSM Card, BSM Mobile
Banking GPRS, dan BSM Net Banking.
40
2. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri
Visi adalah suatu tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Visi dari
Bank Syariah Mandiri adalah “Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan
Mitra Usaha”. Maksud dari visi tersebut adalah Bank Syariah Mandiri
(BSM) berusaha untuk dapat menjadi salah satu lembaga keuangan syariah
yang dapat dipercaya oleh semua lapisan masyarakat sebagai mitra atau
rekan yang dapat membantu mereka untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha-usahanya tanpa membedakan agama, budaya, latar
belakang, sejarah, maupun hal lainnya, sehingga dapat menjadikan
masyarakat di Indonesia hidup sejahtera dan makmur. Sedangkan misi
adalah cara untuk mencapai visi itu sendiri. Sehingga untuk menjadi Bank
Syariah terpercaya pilihan mitra usaha, Bank Syariah Mandiri memiliki
misi berikut ini:
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan.
b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM.
c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan
kerja yang sehat.
d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang
sehat.
41
3. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri
Gambar 2
Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri
Sumber : Perusahaan Bank Syariah Mandiri, diolah oleh Penulis
4. Job Description
a. Kepala Cabang
1) Bertanggung jawab atas pelaksanaan operasional KC, pengawasan
pengembangan usaha serta pendayagunaan sarana organisasi
kepegawaian untuk mencapai tingkat usaha yang optimal, efektif
dan efisien.
KEPALA CABANG
KEPALA WARUNG
MIKRO
OPERASIONAL
OFFICER
OFFICER
GADAI
ACCOUNT
OFFICER
ANALISIS BACK OFFICE PELAKSANA
GADAI
PELAKSANA
MARKETING
SUPPORT
ADMINISTRASI TELLER
SHARIA
FUNDING
EXECUTIVE PMM
CUSTOMER
SERVIS
42
2) Mewakili direksi untuk tugas-tugas intern maupun ekstern yang
berhubungan dengan kegiatan. Memastikan pencapaian target
usaha cabang serta menetapkan upaya pengembangan kegiatan
usaha.
3) Membagi-bagikan keuntungan kepada seluruh karyawan/wati
sesuai dengan jabatan dan pekerjaan masing-masing anggota.
4) Mengkoordinir, memberikan supervisi dan melakukan
pemantauan atas pekerjaan yang dilakukan jajaran pegawai
cabang pembantu.
b. Kepala Warung Mikro
1) Bertanggung jawab terhadap pencapaian target pembiayaan outlet
warung mikro.
2) Sebagai supervisi terhadap pegawai di outlet warung mikro.
3) Melakukan monitoring terhadap nasabah pembiayaan existing.
4) Melakukan pembinaan dan pengembangan kepada pegawai di outlet
warung mikro.
5) Ikut membantu melakukan penyelesaian pembiayaan bermasalah di
outlet Warung Mikro.
c. Operational Officer
1) Mengoordinir dan membantu kepala cabang sesuai struktur
organisasi.
43
2) Turut bertanggung jawab terhadap pelaksanaaanya pengelolaan
operasional kantor cabang pembantu secara baik.
3) Dapat mewakili kepala cabang jika kepala cabang pembantu
berhalangan atau keperluan tugas lain.
4) Bertindak untuk dan atas nama kepala cabang pembantu untuk
menandatangi surat berharga, surat keluar atau masuk berdasarkan
surat kuasa yang diterima bersama-sama dengan pejabat yang
ditunjuk oleh direksi
d. Officer Gadai
1) Memberikan pelayanan pada nasabah secara tepat, cepat, cermat,
lancar dan ramah sehubungan dengan transaksi gadai emas yang
dilakukan.
2) Menerima dan menghitung secara hati-hati setiap emas dari
nasabah.
3) Bertanggung jawab atas kebenaran perhitungan pembiayaan atas
jaminan emas.
e. Account Officer
1) Tempat proses pengajuan ke komite sebelum ke kepala Kantor
Cabang Pembantu untuk disetujui pencairan pembiayaan.
2) Mencari wilayah penyaluran dan penghimpunan dana baru dengan
memperhatikan potensi dan peluang produk yang diterima
masyarakat.
44
3) Mencari debitur dan deposan potensial.
4) Melemparkankan dana seaman mungkin dengan melakukan analisis
pembiayaan secara cermat dan hati hati terhadap calon debitur.
5) Menjaga hubungan baik dengan debitur dan melakukan pembinaan
jika masih diperlukan.
6) Memonitor pembiayaan yang telah disalurkan dan mel aksanakan
penagihan serta penyeleaian pembiayaan debitur bermasalah.
5. Produk Umum Bank Syariah Mandiri
Dalam menjalankan kegiatan operasional, Bank Syariah Mandiri
memiliki berbagai produk dan jasa yang ditawarkan kepada masyarakat
luas. Adapun produk dan jasa Bank Syariah Mandiri antara lain sebagai
berikut :
Tabel 1
Produk Umum Bank Syariah Mandiri
No Produk Keteranagan
1 Tabungan BSM Merupakan tabungan harian yang menggunakan
mata uang rupiah. Rekening ini berdasarkan sistem
Akad mudharabah muthlaqah. Nasabah bisa memilih
dengan fitur ATM atau tanpa ATM. Baik perorangan
maupun non perorangan (lembaga, organisasi,
perkumpulan, dll) diperbolehkan buka rekening ini.
2 Tabungan BSM
Simpatik
Produk Bank Syariah Mandiri yang ini hampir sama
dengan Tabungan BSM di atas. Bedanya Tabungan
BSM Simpatik menggunakan sistem wadhi’ah dan
hanya ditujukan perorangan saja.
3 TabunganKu BSM
TabunganKu merupakan program pemerintah untuk
meningkatkan gemar menabung pada masyarakat.
TabunganKu ada di seluruh bank di Indonesia,
45
termasuk juga di Mandiri. Baik Mandiri
konvensional maupun syariah memilikinya. Namun
keduanya ada bedanya. Berikut inilah sedikit info
mengenai TabunganKu di Bank Mandiri Syariah.
4 Tabungan Berencana
BSM
Tabungan berjangka yang memberikan nisbah bagi
hasil berjenjang serta kepastian pencapaian target
dana yang telah ditetapkan.
5 Tabungan Investa
Cendekia BSM
Jenis produk Bank Syariah Mandiri yang satu ini
menggunakan dasar prinsip mudharabah muthlaqah.
Rekening ini sangat cocok dipilih jika untuk
keperluan pendidikan anak-anak. Merupakan
tabungan berjangka dengan setoran bulanan tetap.
6 Tabungan Kurban
BSM
Bank Mandiri Syariah terkenal sebagai salah satu
bank yang mempermudah nasabahnya untuk
menyalurkan zakat, infak, dan sedekah. Tidak hanya
itu, ternyata bank ini juga mengeluarkan produk
Tabungan Kurban BSM. Sesuai namanya, tentu
tabungan ini cocok bagi anda yang merencanakan
ibadah kurban dan aqiqah.
7 Tabungan Pensiun
BSM
Produk ini merupakan hasil kerjasama BSM dengan
PT Taspen yang diperuntukkan bagi pensiunan
pegawai negeri Indonesia. Akad dasarnya
mudharabah muthlaqah.
8 Tabungan Dolar BSM
Sebenarnya produk Bank Syariah Mandiri ini seperti
tabungan harian biasa. Perbedaannya cuma mata
uang yang digunakannya, yaitu dolar.
9 Pembiayaan Gria BSM Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka
pendek,menengah, atau panjang untuk membiayai
pembelian rumah tinggal (konsumer), baik baru
maupun bekas, di lingkungan developer dengan
sistem murabahah.
10 Gadai Emas BSM Pembiayaan atas dasar jaminan berupa emas sebagai
salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan
cepat.
11 Mudhrabah BSM Pembiayaan atas seluruh modal kerja yang
dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank.
Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan
nisbah yang disepakati.
12 Musyarakah BSM Pembiayaan berdasarkan Akad jual beli antara bank
dan nasabah. Bank membeli barang yang
dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar
46
harga pokok ditambah dengan margin keuntungan
yang disepakati. Dapat dipergunakan untuk
keperluan usaha (investasi, modal kerja) dan
pembiayaankonsumer.
13 Murabahah BSM Pembiayaan berdasarkan Akad jual beli antara bank
dan nasabah. Bank membeli barang yang
dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar
harga pokok ditambah dengan margin keuntungan
yang disepakati. Dapat dipergunakan untuk
keperluan usaha (investasi, modal kerja) dan
pembiayaan konsumer.
14 BSM Pembiayaan
Talangan Haji
Merupakan pinjaman dana talangan dari bank
kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan
dana untuk memperoleh
kursi/seat haji dan pada saat pelunasan BPIH.
Sumber : Perusahaan Bank Syariah Mandiri, diolah oleh penulis
6. Produk Gadai Emas Syariah
Gadai emas syariah merupakan produk Bank Syariah Mandiri
dengan menggunakan Akad Qard, Rahn, dan Ijarah , dengan cara menahan
emas milik nasabah sebagai barang jaminan atas hutang/pinjaman yang
diterima. Pelunasan marhun bih dapat dilakukan kapan saja sampai batas
waktu maksimal 4 (empat) bulan dengan melakukan pelunasan sekaligus
dengan membayar marhun bih dan ujrah, cicilan atau melunasi dengan
membayar sebagian marhun bih dan ujrah, dan biaya administrasi dari
Akad baru, memperpanjang akad yaitu mempertahankan akad dengan
membayar ujrah dan biaya administrasi akad baru.
47
Tabel 2
Ketentuan Produk Gadai Emas
No Kategori Keterangan
1 Nama Produk Gadai Emas BSM
2 Tujuan Penggunaan Konsumtif & Modal Kerja untuk UMKM
3 Objek Produk Emas (Perhiasan/Batangan)
4 Jangka Waktu Maksimal 4 bulan, dapat diperpanjang 2x
(untuk keperluan konsumsif) dan untuk
modal kerja bisa sampai 1 tahun.
5 Nilai Pembiayaan Rp 1.000.000,- s.d Rp 250.000.000,- (
untuk keperluan Konsumtif) dan Rp
1.000.000,- s.d Rp 50.000.000,- (untuk
modal kerja).
6 Kualitas Emas 16 karat – 24 karat
7 Maksimal Pembiyaan Emas batangan, logam mulia, atau
perhiasan tanpa permata dengan kadar 24
karat setara dengan 99,99% maksimum
80% dari harga taksiran emas, emas
koin,emas polos tanpa permata dengan
kadar dibawah 24 karat maksimum 77,5%
dari harga taksiran emas, emas perhiasan
dengan permata, maksimum 75% dari
harga taksiran emas.
Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri, diolah oleh penulis
48
Tabel 3
pendapatan Produk Gadai Emas BSM terhadap total pendapatan BSM
No Kategori 2014 2015 2016
1 Gadai Emas 1.601.000 1.567.000 2.107.000
2 Total Pendapatan BSM 56.486.000 46.875.000 60.965.000
Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri, diolah oleh penulis
Perkembangan produk gadai emas BSM antara tahun 2014 hingga 2016
menunjukan fluktuasi. Pada tahun 2014 pendapatan gadai sebesarRp 1.601.000,
pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar Rp 1.567.000, dan tahun 2016
gadai mengalami kenaikan sebesar Rp 2.107.000.
B. Pembahasan
1. Penerapan Akad Gadai di Bank Syariah Mandiri
a. Akad yang digunakan dalam produk Gadai Emas
Bank Syariah Mandiri mengunakan tiga akad yaitu akad Qard
untuk keperluan pinjam meminjam uang, untuk akad Rahn untuk
keperluan transaksi gadai yang dilakukan oleh nasabah kepada
bank, untuk akad Ijarah untuk keperluan beban pemeliharaan atas
barang jaminan (marhun)
49
b. Biaya administrasi dalam produk gadai emas (Rahn)
Dalam Rahn emas yang diterapkan oleh Bank Syariah
Mandiri mewajibkan nasabah untuk membayar biaya-biaya yang
nantinya akan disepakati bersama pada awal akad. Bank Syariah
Mandiri mewajibkan untuk membayar biaya administrasi dan
materai yang dibayar pada awal akad serta biaya pemeliharan emas
yang nantinya akan dibayar nasabah pada saat akad berakhir/saat
pinjaman dilunasi
Biaya administrasi adalah ongkos pengorbanan materi yang
dikeluarkan oleh Bank. Para ulama sepakat bahwa segala biaya yang
bersumber dari barang yang digadaikan adalah menjadi tanggungan
penggadai. Maka oleh sebab itu, biaya administrasi gadai
dibebankan kepada penggadai.
Karena biaya administrasi merupakan ongkos yang
dikeluarkan bank, maka pihak bank yang lebih tahu dalam
menghitung rincian biaya administrasi. Setelah bank menjumlah
biaya administrasi, kemudian nasabah atau penggadai mengganti
biaya administrasi tersebut.
Biaya pemeliharaan adalah merupakan biaya yang
dibutuhkan untuk merawat barang yang digadaikan selama jangka
waktu yang di tetapkan pada saat Akad. Sesuai dengan pendapatan
50
para ulama biaya pemeliharaan menjadi tanggungan rahin. Karena
rahin pemilik barang yang digadaikan tersebut.
Akad yang digunakan adalah Akad ijarah (sewa), rahin
penyewa tempat di bank untuk menyimpan atau menitipkan barang
gadainya, kemudian bank menetapkan biaya sewa tempat. Dalam
pengertian lainnya, rahin menggunkan jasa bank untuk menyimpan
barang gadainya sehingga jangka waktu gadai berakhir.
Dengan Akad ijarah dalam pemeliharaan atau penyimpanan
barab gadaian bank dapat memperoleh pendapatan yang sah dan
halal. Bank akan mendapatkan fee atau upah atas jasa yang
diberikan kepda penggadai atau bayaran atas jasa sewa yang
diberikan kepada penggadai. Oleh karena itu, gadai emas syariah
sangat bermanfaat bagi penggadai yang membutuhkan dana tunai
dengan cepat dan bagi pihak bank yang menyediakan jasa gadai
emas syariah karena bank akan mendapatkan pemasukan atau
keuntungan dari jasa penitipan barang gadaian dan bukan dari
kegiatan gadai itu sendiri.
c. Dasar Penentuan Biaya
Bank Syariah Mandiri mewajibkan agar nasabah membayar biaya
administrasi yang ditentukan oleh bank berdasarkan keperluan
nasabah, yakni untuk keperluan konsumtif berkisar antara Rp
10.000,- s.d Rp 25.000,- sedangkan untuk keperluan modal kerja
51
berkisar Rp 25.000,- s.d Rp 100.000,-. Nasabah juga diwajibkan
membayar biaya materai sebesar Rp 6.000,- untuk keperluan
pengikat perjanjian Rahn emas atau sebagai cara pelunasan terhadap
pengenaan pajak atas dokumen serta biaya pemeliharaan emas yang
ditentukan berdasarkan harga standar emas.
d. Sistem Pelunasan pembiayaan yang digunakan
Bank Syariah Mandiri memberikan kebijakan kepada nasabah
untuk sistem pelunasan pembiayaan yakni dengan cara pelunasan
langsung di akhir Akad atau dengan menggunakan cara sistem
penurunan pokok yang kurang lebih sama dengan sistem angsuran
namun jumlahnya ditentukan oleh bank.
2. Perlakuan Akuntansi Gadai Syariah di Bank Syariah Mandiri
a. Pengakuan produk Rahn emas
Bank Syariah Mandiri mengakui/mencatat pembiayaan Rahn emas
saat Akad terjadi pada saat pinjam meminjam sebesar jumlah yang
dipinjamkan, pengakuan pencatatan ini sesuai dengan PAPSI akad
pinjam Qard.
52
Tabel 4
Ilustrasi jurnal pada saat akad Rahn
Tanggal Rekening Debet Kredit
xx xx xxx Qard xxxxx
Kas xxxxx
Sumber : diolah oleh penulis
b. Pengakuan biaya-biaya yang diterima
Bank Syariah Mandiri mengakui/mencatat biaya-biaya yang
diterima sebagai pendapatan diterima di muka untuk biaya
pemeliharaan/penyimpanan yang seharusnya dibayar pada akhir akad/
pinjaman tetapi telah dilunasi di awal. Bank Syariah Mandiri juga
mengakui/mencatat biaya-biaya yang diterima sebagai dari pendapatan
administrasi pinjaman untuk biaya administrasi yang dibebankan
kepada nasabah saat awal Akad.
53
Tabel 5
Ilustrasi jurnal pada saat Akad biaya-biaya diterima
Tanggal Rekening Debet Kredit
xx xx xxx Qard xxxxx
Kas Xxxxx
Pendapatan administrasi
pinjaman
Xxxxx
Pendapatan Diterima
dimuka
Xxxxx
Sumber : diolah oleh penulis
c. Pengakuan pada saat pelunasan/cicilan pinjaman oleh nasabah
Mengakui pelunasan/cicilan pinjaman nasabah sebagai pengurangan
pokok pinjaman dan pendapatan pemeliharaan emas. Hal ini sesuai
dengan ilustrasi Jurnal poin 3 (tiga) pada PAPSI Akad Qard pada sisi
kredit.
Tabel 6
Ilustrasi jurnal pada saat Pelunasan/cicilan Pinjaman
Tanggal Rekening Debet Kredit
xx xx xxx Kas xxxxx
Qard xxxxx
Pendapatan pemeliharaan
Emas
xxxxx
Sumber : diolah oleh penulis
54
d. Kebijakan bank dalam menyikapi keterlambatan pelunasan pembiayaan
oleh nasabah
Bank Syariah Mandiri hanya menerapkan 1 (satu) kebijakan
untuk menyikapi keterlambatan pelunasan pembiayaan oleh nasabah
yaitu memberi sanksi denda sesuai dengan keterlambatan. Hal ini
tersebut diatas sesuai dengan yakni Fatwa DSN MUI No. 25/DSN-
MUI/III/2002 tentang Rahn poin 5 (lima) penjualan apabila jatuh tempo,
Murtahin harus memperingati Rahin untuk segera melunasi utangnya
dan apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka Marhun
dijual paksa melalui lelang sesuai syariah.
e. Pengungkapan rincian atas jumlah pinjaman berdasarkan sumber dana,
jenis penggunaan dan lain-lain
Bank Syariah Mandiri tidak mengungkapkan rincian atas jumlah
pinjaman berdsarkan sumber dana, jenis penggunaan rincian dan lain-
lain.
f. Pengungkapan kebijakan manajemen dalam pelaksanan pengendalian
risiko pinjaman
Dari hasil wawancara, Bank Syariah Mandiri telah mengungkap
kebajikan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko pinjaman
dlam laporan tahunan.
g. Pengungkapan jumlah piutang cicilan yang akan jatuh tempo hingga 3
(tiga) tahun terakhir
55
Dari hasil wawancara telah mengungkap jumlah piutang
cicicilan yang akan jatuh tempo hingga 3 (tiga) tahun terakhir.
h. Pengungkapan kebajikan akuntansi yang digunakan Rahn emas
Dari hasil wawancara yang dilakukan Bank Syariah Mandiri telah
mengungkapkan kebijakan akuntansi yang digunakan produk Rahn
emas dalam catatan atas laporan keuangan periode tahun 2016.
3. Kesesuaian penerapan gadai syariah dengan fatwa DSN MUI dan
perlakuan akuntansi dengan PSAK serta PAPSI
a. Penerapan Akad Gadai Emas
1) Akad yang digunakan dalam produk Gadai Emas
Di dalam Fatwa DSN MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang
Rahn tidak disebutkan akad apa saja yang digunakan untuk produk
Rahn emas. Akan tetapi, Fatwa DSN MUI No. 26/DSN-
MUI/III/2002 tentang Rahn Emas poin ke 4 menyebut bahwa biaya
penyimpanan harus dilakukan berdasarkan Akad Ijarah untuk biaya
penyimpanan/pemeliharaan.
2) Biaya Administrasi dalam produk Gadai Emas
Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam Fatwa DSN MUI No.
26/DSN-MUI/III/2002 menyebut bahwa biaya atau ongkos yang
ditanggung oleh penggadai besarnya didasarkan pelunasan yang
nyata diperlukan. Penggadai harus mengatahui besar rincian dan
56
pengeluaran apa saja yang dikeluarkan oleh bank untuk
melaksanakan akad gadai.
Kewajiban nasabah membayar biaya-biaya yang ditetapkan
Bank Syariah Mandiri dalam produk gadai emas telah sesuai dengan
Fatwa DSN MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas
poin 2 yakni ongkos dan biaya penyimpanan barang ditanggungkan
oleh penggadai.
3) Dasar penentuan biaya
Fatwa DSN MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn
emas, tidak disebutkan dasar penentuan biaya atas produk Rahn
emas. Fatwa DSN MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn
poin 4, karena biaya tersebut tidak ditentukan berdasarkan jumlah
pinjaman yang diberikan kepada nasabah.
4) Sistem pelunasan pembiayaan yang digunakan
Di dalam fatwa DSN MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002
tentang Rahn & fatwa DSN MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002
tentang Rahn emas, tidak mengatur sistem pelunasan, begitu pula
dengan PSAK 107 Akuntansi Ijarah, tetapi pada PAPSI akad qardh
pinjaman yang diberikan mengatur angsuran, sejauh ini telah sesuai
karena tidak melanggar peraturan yang ada.
57
b. Perlakuan Akuntansi Gadai Emas
1) Pengakuan produk Gadai Emas
Pengakuan/pencatatan ini sesuai dengan PAPSI akad pinjaman
Qardh diakui sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat terjadinya
dengan ilustrasi jurnal pinjaman Qardh pada sisi debit dan kas pada
sisi kredit.
2) Pengakuan biaya-biaya yang diterima
Mengakui/mencatat biaya-biaya yang diterima sesuai dengan
Akad pinjaman Qardh- pinjaman yang diatur pada bagian PAPSI
D.1 02 pengakuan dan pengukuran yakni biaya administrasi, bonus,
ujrah yang dananya bersumber dari dana intern diakui sebagai
pendapatan operasi lain sebesar jumlah yang diterima. Dengan
ilustrasi jurnal kas pada sisi debet dan pada pendapatan operasional
lain pada sisi kredit.
3) Pengakuan pada saat pelunasan/cicilan pinjaman oleh nasabah
Pelunasan/cicilan sesuai dengan ilustasi Jurnal poin 3 pada
PAPSI akad pinjaman Qardh Pinjaman yang diberikan yakni Kas
pada sisi debet dan Pinjaman Qardh pada sisi kredit.
pelunasan/cicilan juga sesuai dengan PAPSI akad sewa Ijarah atas
jasa poin 2 D.1 pengakuan dan pengukuran yakni pendapan Ijarah
diakui selama masa akad bank dan nasabah.
58
4) Kebijakan bank menyikapi keterlambatan pelunasan pembiayaan
oleh nasabah
Telah sesuai dengan fatwa DSN MUI No. 25/DSN-
MUI/III/2002 tentang Rahn poin 5 Penjualan Marhun yakni apabila
jatuh tempo, Murtahin harus memperingati Rahin untuk segera
melunasi utangnya dan apabila Rahin tetap tidak melunasi
utangnya, maka Marhun dijual paksa melalui lelang sesuai syariah.
5) Pengungkapan rincian atas jumlah pinjaman berdasarkan sumber
dana, jenis penggunaan dan lain-lain sesuai dengan PAPSI akad
pinjaman Qardh- pinjaman yang diatur dalam poin 01 F tentang
pengungkapan yakni harus mengungkapkan rincian jumlah
pinjaman Qardh berdasarkan sumber dana, jenis kegunaan dan
sektor ekonomi dan PAPSI akad sewa – Ijarah atas aset berwujud
poin 01 F pengungkapan sumber dana yang digunakan dalam
pembiayaan ijarah.
6) Pengungkapan kebijakan manajemen dalam pelaksanaan
pengendalian resiko pinjaman sesuai dengan PAPSI akad Pinjaman
Qardh–pinjaman yang diberikan poin 03 F pengungkapan yakni
kebajikan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko
pinjaman Qardh.
7) Pengungkapan jumlah piutang cicilan yang akan jatuh tempo hingga
3 tahun terakhir sesuai dengan PAPSI akad sewa–Ijarah atas jasa
59
poin 3 F Pengungkapan yakni harus mengungkapkan jumlah
piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga 3 (tiga) tahun
terakhir.
8) Pengungkapan kebijakan akuntansi digunakan Rahn emas telah
sesuai dalam catatan atas laporan keuangan Periode Tahun 2016.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan akad gadai emas syariah menggunakan akad Qard, Rahn, dan
ijarah.
2. Perlakuan akuntansi pembiayaan gadai emas syariah (Rahn) pada Bank
Syariah Mandiri meliputi :
a. Pengakuan dan pengukuran pembiayaan gadai emas syariah ditetapkan
sebesar jumlah yang dipinjam pada saat terjadinya akad menggunakan
dasar kas.
b. Untuk pendapatan gadai emas syariah ditetapkan sebagai pendapatan
diterima di muka, sedangkan untuk biaya pemeliharaan/penyimpanan
dibayarkan pada akhir akad atau setelah pinjaman dilunasi.
c. Laporan Keuangan untuk gadai emas syariah telah disajikan dan
diungkapkan dengan baik berdasarkan ketentuan PSAK 59 dan PAPSI.
3. Perlakuan akuntansi untuk pembiayaan gadai emas syariah pada Bank
Syariah Mandiri telah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK,
dan PAPSI.
56
4. Penerapan akad gadai emas telah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI
No.25/DSN-MUI/III/2002, dan Fatwa DSN-MUI No.26/DSN -
MUI/III/2002.
56
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka penulis
memberi saran yang dapat menjadi masukan:
1. Bank Syariah Mandiri hendaknya tetap meningkatkan pembiayaan gadai
emas dan mengelolanya dengan baik agar pembiayaan gadai emas syariah
mampu meningkatkan Bank Syariah Mandiri.
2. Penelitian selanjutnya hendaknya dapat dilakukan dengan membandingkan
penerapan akuntansi pembiayaan gadai emas antara perbankan syariah dan
pegadaian syariah.
62
Daftar Pustaka
Antonio, M. S. (2005). Bank Syariah. Jakarta.
Apriani, A. (2010). Profek Gadai Emas diperbankan. 27.
Ayu Ramadhana Sari, M. A. (2017). Analisis akuntansi pembiayaan gadai emas berda.
Jurnal Ekonomi, 133.
Hadi, Muhammad Sholikul. Pegadaian Syariah. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba
Diniyah,2003.
IAI. (2017). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta.
Indriani, A. (2013). Penerapan Akuntansi Rahn.2012
Kitab Undang-Undang Hukum PerdataPeraturan Pemerintah No. 103 tahun 2000
tentang (PERUM) Pegadaian.
Maemunah, M. (2016). ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI GADAI EMAS
SYARIAH PADA. Jurnal Ekonomi, 97.
Mandiri, B. S. (2016). Laporan Tahunan.
Muhammad. (2016). Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UUP STIM
YKPN.
Ramadhani, N. A. (2012). ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN
GADAI. Jurnal Ekonomi, 11.
Sutedi, A. (2011). Hukum Gadai Syariah. Bandung.
63
Saputra, H., & DKK.(2014).Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah
Nasional MUI.Ciracas, Jakarta:Erlangga.
Sri Nurhayati dan Wasilah. (2014). Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia
Widodo. (2017). Metodologi Penelitian. Jakarta.