PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II
MAKALAH PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA
Disusun Oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul.”Perkembangan Sosial Remaja”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi perkembangan
II dan mengembangkan potensi mahasiswa.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian makalah ini tidak lepas dari
dukungan orang – orang yang kami sayangi, untuk itu kami menyampaikan terima kasih atas
dukungan dan kesediaannya untuk membantu penulis menyelesaikan penulisan makalah.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan,
untuk itu penyusun menerima saran dan kritik dari pembaca guna melengkapi kekurangan
penyusunan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Semarang, 12 Maret 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Manfaat Makalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Sosial
B. Pengertian Remaja
C. Perkembangan Sosial pada Remaja
D. Peran Peer Group
E. Loners
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Apakah pengertian perkembangan sosial?
2. Apakah pengertian remaja?
3. Apakah perkembangan sosial remaja?
4. Apakah peer group?
5. Apakah loners?
C. Manfaat Makalah
1. Menambah wawasan mahasiswa
2. Mengetahui perkembangan sosial pada remaja
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bersosialisasi (sozialed),
memerlukan tiga proses dimana masing-asing proses tersebut terpisah dan sangat
berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses
akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Menurut Hurlock (1996) tiga proses
dalam perkembangan sosial adalah sebagai berikut;
1. Berperilaku dapat diterima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku
yang dapat diterima. Untuk dapat bersosialisasi seseorang tidak hanya harua
mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan
perilakunya sehingga ia bisa diterima sebagian dari masyarakat atau lingkungan
sosial tersebut.
2. Memainkan peran di lingkungan sosialnya
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebisaaan yang telah ditentukan dengan
seksama oleh para anggotanya dan setiap anggota dituntut untuk dapat memenuhi
tuntutan yang diberikan kelompoknya.
3. Memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik, seseorang harus menyukai orang yang
menjadi kelompok dan aktifitas sosialnya. Jika seseorang disenangi berarti, ia
berhasil dalam penyesuaiaan sosial dan diterima sebagai anggota kelompok sosial
tempat mereka menggabungkan diri.
B. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja
sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak
tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon
(dalam Monks, dkk 1990) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi
atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak.
Borring E.G. (dalam Hurlock, 1990) mengatakan bahwa masa remaja
merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari
anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai
persiapan memasuki masa dewasa. Sedangkan Monks, dkk ( dalam Hurlock, 1990 )
menyatakan bahwa masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama
kali menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.
Neidahart (dalam Hurlock, 1990) menyatakan bahwa masa remaja merupakan
masa peralihan dan ketergantungan pada masa anak-anak kemasa dewasa, dan pada
masa ini remaja dituntut untuk mandiri. Pendapat ini hampir sama dengan yang
dikemukakan oleh Ottorank (dalam Hurlock, 1990) bahwa masa remaja merupakan
masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri,
bahkan Daradjat (dalam Hurlock, 1990) mengatakan masa remaja adalah masa
dimana munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan
kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang.
Erikson (dalam Hurlock, 1990) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa
kritis identitas atau masalah identitas – ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat,
serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus
memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal
seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada
pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan
perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.
C. Perkembangan Sosial pada Remaja
Perkembangan sosial pada masa puber dapat diihat dari ciri khas yaitu mulai
terbentuknya kelompok teman sebaya baik dengan jenis kelamin yang sama atau
dengan jenis kelamin yang berbeda dan mulai memisahkan diri dari orang tua.
Erikson (Potter&Perry, 2005) menyatakan remaja pada tahap konflik antara
identity vs identity confussion. Individu mengembangkan penyatuan rasa diri sendiri.
Pada masa ini remaja berusaha mempunyai identitas diri baik seksual, umur, dan
pekerjaan. Hal ini penting dalam usaha adaptasi di lingkungan masyarakat
selanjutnya. Identifikasi terhadap tokoh idola sebelumnya sudah tidak memadai lagi,
sehingga perlu mencari identitas diri baru. Sering pula timbul pertanyaan “siapa aku”
atau “akan menjadi apa aku”.
Pengaruh teman sebaya mempunyai pengaruh kuat terhadap perilaku
(Potter&Perry, 2005). Kelompok teman sebaya menjadi penting perananya bagi
kehidupan remaja. Melalui kehidupan dalam kelompok ini remaja dapat
mengekspresikan pikiran, perasaan, memainkan peran dan mendapat pengakuan dan
menerima keberadaannya.
D. Peran Peer Group
a. Pengertian Peer Group
Pada hakekatnya manusia disamping sebagai makhluk individu juga sebagai
makhluk sosial yang dituntut adanya saling berhubungan dan kerjasama antara
sesamanya. Individu dalam kelompok sebaya (peer group) merasakan adanya
kesamaan satu dengan yang lainnya seperti dibidang usia, kebutuhan dan tujuan
yang dapat memperkuat kelompok itu. Peer group atau kelompok sebaya
merupakan proses penting artinya bagi proses pendewasaan remaja. Hal ini
disebabkan kelompok sebaya merupakan wadah untuk tumbuh dan
berkembangnya suatu kepentingan atau masalah bersama mengembangkan
kecakapan-kecakapan dan pengetahuan-pengetahuan tertentu.
Remaja juga memperoleh kesempatan menguji kecakapan dan menambah
pengalaman tentang dirinya sendiri. Peer group adalah suatu kelompok orang
yang mempunyai umur, status dan minat serta perasaan yang sama. Di antara
anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan
kegagalan kelompoknya. Di dalam peer group individu merasakan menemukan
dirinya (pribadi) serta dapat mengembangkan rasa sosial sejalan dengan
perkembangan kepribadiannya.
b. Latar belakang terbentuknya peer group
Peer group merupakan kelompok yang dibentuk oleh individu yang
mempunyai persamaan usia dan status sosial. Peer group ini muncul karena setiap
anggotanya mempunyai kebutuhan dan keinginan yang sama. Hal ini akan
mendorong seorang anak untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan
membuat suatu kelompok baik itu teman sekolah, teman bermain bahkan anak
kerabat. Karena mereka merasa bahwa hanya teman-teman dalam kelompoknya
saja yang mengerti, memahami dan merasakan apa yang sedang dialami.
Slamet Santoso (2004) menjelaskan latar belakang terbentuknya peer group:
1. Adanya perkembangan proses sosial
Pada usia remaja (usia anak SMP dan SMA), individu mencoba
bersosialisasi dengan lingkungan. Dalam usia remaja ini mereka sedang
belajar dalam memperoleh kemantapan dalam mempersiapkan diri untuk
menjadi orang dewasa yang baru. Sehingga individu mencari kawan yang
mempunyai perasaan, keinginan dan kebutuhan yang sama. Dalam
kelompok individu dapat saling berinteraksi satu sama lain, berusaha
mengerti dan memahami satu sama lain agar dapat diterima dalam
kelompok tersebut.
2. Kebutuhan untuk menerima penghargaan
Secara psikologis, individu membutuhkan penghargaan dari orang lain agar
mendapat kepuasan dari apa yang telah dicapainya. Oleh karena itu individu
bergabung dengan teman sebayanya, yang menpunyai kebutuhan psikologis
yang sama yaitu ingin dihargai. Dengan begitu individu merasakan adanya
kebersamaan atau kekompakan dalam kelompok teman sebayanya.
3. Perlu perhatian dari orang tua
Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian, dari lingkungannya,
berusaha mendapatkan status dan peranan seperti dalam kegiatan organisasi
remaja di kampong-kampung.
Mereka menginginkan keberadaannya diakui dalam kelompok. Individu
memerlukan perhatian dari orang lain terutama yang senasib dengan
dirinya. Hal ini dapat ditemukan dalam kelompok sebaya dimana individu
merasa sejajar denga orang lain, mereka tidak merasakan adanya perbedaan
status seperti jika mereka bergabung dengan dunia orang dewasa.
4. Ingin menemukan dunianya
Dalam peer group individu dapat menemukan dunianya sendiri yang
berbeda dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai persamaan
pembicaraan dalam segala bidang, yang tidak dapat mereka bicarakan
dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.
c. Ciri-ciri peer group
Ciri-ciri dari peer group menurut Slamet Santoso (2004):
1) Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas
Peer group terbentuk secara spontan. Kelompok ini tidak mempunyai
struktur organisasi yang jelas karena semua anggota mempunyai kedudukan
dan fungsi yang sama, tetapi tetap ada satu orang diantara anggota yang
dianggap sebagai seorang pemimpin yaitu anak yang paling disegani dan
paling mendominasi dalam kelompok.
2) Bersifat sementara
Peer group ini bukanlah suatu organisasi resmi dan kemungkinan tidak
bertahan lama karena tidak ada stuktur organisasi yang jelas lebih-lebih jika
keinginan angota masing-masing berbeda dan tidak mencapai kesepakatan.
Dapat juga mereka dipisahkan pada keadaan seperti teman sebaya saat lulus
sekolah dan masing-masing anggotanya melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi yang berbeda.
3) Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan luas
Setiap anggota peer group berasal dari lingkungan yang berbeda dan
mempunyai aturan serta kebisaaan yang berbeda pula. Dalam peer group
mereka akan saling mengenalkan kebisaaan masing-masing. Sehingga
mereka dapat saling belajar.
Secara tidak langsung kebisaaan-kebisaaan tersebut dipilih dan disesuaikan
dengan kelompok untuk dilanjutkan menjadi kebisaan kelompok.
4) Anggotanya adalah individu yang sebaya
Peer group yang terbentuk secara spontan ini beranggotakan individu-
individu yang mempunyai persamaan usia dan posisi sosial. Contoh
konkritnya adalah pada anak SMP dan SMA, diman amereka mempunyai
tingkatan usia, keinginan, dan tujuan serta kebutuhan yang sama.
d. Fungsi Peer Group
Fungsi peer group menurut Slamet Santoso (2004):
1. Mengajarkan kebudayaan
Dalam peer group diajarkan keadaan yang berbeda di tempat tersebut,
individu yang masuk alam kelompok dituntut untuk menyesuaikan dengan
kemomoknya baik cara bertingkah laku, sikap dan gaya berpakaian. Angota
dari kelompk sebaya terdiri dari individu-individu yang mempunyai
perbedaan dalam hal kebudayaan maupun kebisaaan. Dalam pergaulan peer
group remaja diajarkan kebisaaan yang berbeda-beda, sehingga individu
yang berada dalam kelompok sebayanya bisa mempelajari kebudayaan
maupun kebisaaan yang berbeda.
2. Mengajarkan mobilitas sosial
Seorang anak akan senang bila masuk dalam kelompok sebayanya yang
memiliki status sosial yang lebih tinggi. Dengan memasuki kelompok
dengan status sosial yang tinggi maka status mereka juga akan meningkat.
Seorang anak yang berada dalam peer group status sosialnya akan lebur
menjadi satu bagian dengan kelompoknya karena identitas kelompoknya
juga berarti identitas dirinya.
3. Membantu peranan sosial yang baru
Di dalam peer group akan memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk
mengisi peranan sosial yang baru. Setiap anak mempunyai peranan dalam
peer group sehingga interaksi yang terjalin sesuai dengan peranan dan
tujuan dengan kelompoknya.
4. Peer group sebagai sumber informasi untuk orang tua dan guru bahkan
untuk masyarakat
Peer group dapat meberikan informasi tentang hubungan sosial individu
dan orang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dengan kelompoknya.
Bila suatu kelompok sebaya sukses, maka anggota-anggotanya juga baik.
Dalam hal ini orang tua da guru jyga lebih mudah dalam pengawasannya
terhadap anak karena identitas dari anak juga merupakan identitas dari
kelompoknya
5. Dalam peer group individu, dapat mencapai ketergantungan satu sama lain
Karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan dengan
kelompok, mereka saling tergantung satu sama lainnya. Seorang individu
akan memecahkan permasalahan-permasalahan dalam hidupnya yang tidak
bisa diselesaikan dengan orang tua ataupun guru di sekolahnya.
6. Peer group mengajar moral orang dewasa
Angota peer group bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa,
untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka belajar
kemantapan sosial. Tingkah laku mereka seperti orang dewasa tetapi
mereka tidak mau disebut dewasa.
7. Dalam peer group individu dapat mencapai kebebasan diri
Kebebasan disini diartikan sebagai kebebasan berpendapat, bertindak atau
menemukan identitas diri. Seorang individu lebih mudah mengekspresikan
dirinya dalam peer group tanpa ada pekerjaan dari orang tua atau orang
dewasa di luar kelompoknya. Karena di dalam kelompok itu anggota yang
lain juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama.
8. Di dalam peer group anak-anak mempunyai organisasi sosial yang baru
Anak belajar tingkah laku yang baru yang tidak terdapat dalam keluarga.
Mereka belajar bagaimana menjadi teman, berorganisasi, berhubungan
dengan anggita lain, dan bagaimana menjadi pemimpin dan pengikut.
Dalam hal ini, anak merasakan bagaimana dalam keseluruhan status sosial,
minat dan tujuan yang ingin dicapai dari kelompok.
e. Peranan peer group
Dalam peer group setiap individu mempunyai peranan dalam bersosialisasi
antat anggota tentang cara berinteraksi, bertingkah laku, dan mencapai tujuan.
Peer group mempunyai kontribusi yang sangat positif terhadap perkembangan
kepribadian remaja. Namun disisi lain tidak sedikit remaja yang melakukan
tindak kenakalan karena pengaruh peer group.
Syamsu Yusuf (2002) mengemukakan peranan peer group bagi remaja adalah
memberikan kesempatan bagi remaja untuk:
1) Belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain
Peer group mengajarkan individu untuk menjalin suatu hubungan dengan
teman-teman anggota kelompoknya. Dalam peer group mereka akan lebih
mudah bergaul dan bersosialisasi karena mereka mempunyai berbagai
kesamaan, seperti usia, status sosial dan minat serta tujuan. Seorang
individu merasa sebagai bagian dari satu kesatuan kelompok yang
memberikan peran bagi tiap-tiap anggotanya. Dalam peer group mereka
belajar bagaimana bersikap, berperilaku dan cara mencapai tujuan.
2) Belajar mengontrol tingkah laku sosial
Dalam peer group seorang anak akan lebih mudah dalam pengawasannya,
karena setiap tingkah laku individu menunjukkan perilaku umum dari
kelompoknya. Hal ini mempermudah orang tua atau guru di sekolah dalam
memberika pengawasan kepada mereka.
Seorang anak yang melakukan penyimpangan atau mebawa nama buruk
dari kelompoknya sehingga kelompoknya akan memberikan tekanandan
peringatan pada anak tersebut.
3) Belajar mengembangkan ketrampilan dan minat yang relevan dengan
usianya
Dalam peer group seorang anak dapat mengembangakn ketrampilannya
karena dalam kelompok tersebut banyak teman-teman yang mempunyai
kegemaran yang sama. Dalam hal ini anak akan lebih mudah dalam
mengembangkan ketrampilannya. Serta menumbuhkan minat yang relevan
diantara teman sebayanya untuk menurunkan eksistensi dalam
kelompoknya.
4) Belajar saling bertukar perasaan dan masalah
Dalam peer group seorang anak lebih nyaman karena teman sebaya yang
lebih mengerti akan dirinya dan masalah yang dihadapi. Mereka saling
bersama menumpahkan segala perasaan dan permasalahan hidup yang tidak
dapat mereka ceritakan kepada orang tua maupun gurunya. Kebersamaan
ini lah yang menyebabkan tali persahabatan sangat kuat. Mereka tak segan
menceritakan masalah yang dihadapinya, seperti masalah percintaan,
persahabatan bahkan masalah keluarga.
f. Bentuk-bentuk peer group
Penggolongan kelompok remaja menurut Hurlock (2008) adalah:
1. Teman dekat
Teman dekat terdiri dari dua atau tiga orang yang mempunyai jenis
kelamin, minat, dan kemampuan yang hampir sama. Beberapa kemiripan
itu membuat mereka saling akrab dan mempengaruhi satu sama lain,
walaupun terkadang terjadi perselisihan namun dengan mudah mereka
melupakan.
2. Kelompok kecil
Terdiri dari beberapa kelompok teman dekat, pada mulanya mereka terdiri
dari jenis kelamin yang sama, tetapi kemudian meliputi jenis kelamin laki-
laki dan perempuan. Diantara orang-orang yang berlainan jenis kelamin
hubungan teman dekat (walaupun tidak selalu) berkembang menjadi
hubungan romantis.
3. Kelompok besar
Terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, lalu
berkembang dengan meningkatnya minat dan interaksi antara mereka.
Karena kelompok ini besar, maka penyesuaian minat antar anggotanya
berkurang sehingga terjadi jarak sosial yang lebih besar diantara mereka.
4. Kelompok yang terorganisasi
Kelompok ini mempunyai sruktur organisasi atau susunan organisasi yang
jelas dan terwujud dalam organisasi sekolah atau masyarakat yang dibentuk
untuk memenuhi kebutuhan sosial remaja.
Kelompok ini masih dalam bimbingan dan pengawasan orang dewasa
sehingga remaja yang mengikuti kelompok ini sering merasa bosan karena
mereka menganggap telah diatur dan dibatasi ruang geraknya.
5. Kelompok geng
Remaja yang merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi
mungkin akan mengikuti kelompok geng. Kelompok geng bisanya terdiri
dari anak yang berjenis kelamin sama dan minat utama mereka adalah
untuk menghadap penolakan-penolakan teman melalui perilaku anti sosial.
Kelompok geng sebenarnya tidak berbahaya asalkan orang dewasa masih
tetap mengarahkan. Sebab dalam kelompok itu kaum remaja dapat
memenuhi kebutuhannya misal, kebutuhan untuk dimengerti, kebutuhan
dianggap, kebutuhan diperhatikan, kebutuhan mencari pengalaman baru,
kebutuhan berprestasi dan kebutuhan mencari rasa aman yang semuanya
tersebut tidak dapat diperoleh di rumah maupun sekolah.
g. Pengaruh perkembangan peer group
Pada dasarnya manusia disamping sebagai makhluk individual juga sebagai
makhluk sosial. Dalam perkembangan sosialnya, anak juga dipengaruhi
perkembangan kepribadian dalam dirinya. Peer group berpengaruh dalam
kehidupan pribadi seorang anak dan kelompoknya. Pengaruh perkembangn peer
group meliputi dua hal yaitu pengaruh peer group terhadap kelompoknya dan
pengaruh peer group terhadap individu dalam kelompok.
Havinghurst dalam bukunya Slamet Santoso (2004) menyatakan pengaruh
perkembangan peer group menyebabkan munculnya “in group” dan “out group”
dan adanya kelas-kelas sosial terhadap kelompoknya.
1. Muncul ‘in’ dan ‘out’ group
Pengaruh dari perkembangan peer group dalam lingkungan sosial adalah
akan memunculkan kelompok atau teman sebaya yang mempunyai usia,
status sosial, dan minat yang sama dalam kelompk tersebut, selain itu
juga akan memunculkan usia, status sosial, dan minat yang berbeda.
Dalam pengaruh perkembangan peer group ini kelompok sebaya yang
mempunyai usia, status sosial, dan minat yang sama disebut dengan
group yang berada di dalam kelompoknya (in group) dan kelompok
sebaya yang mempunyai usia, status sosial, dan minat yang berbeda
disebut group yang berada di luar kelompoknya (out group).
Contoh yang mudah mengenai in dan out group dapat dirasakan dalam
suatu kelas, dimana seorang siswa akan mempunyai teman akrab yang
berada dalam peer groupnya dan teman yang tidak akrab atau teman
bisaa yang berada di luar peer groupnya. Teman yang akrab disebut
group dalam dan teman yang tidak akrab disebut group luar.
2. Muncul adanya kelas-kelas sosial
Pembentukan peer group sering kali didasarkan atas dasar status sosial
ekonomi seseorang, sehingga dapat digolongkan atas kelompok kaya dan
kelompok miskin. Bisaanya mereka yang miskin akan sulit diterima
masuk dalam kelompok orang kaya, selain itu peer group berpengaruh
terhadap kemampuan kreativitas dan kegemaran yang sama. Hal ini akan
menimbulkan kelompok-kelompok dengan kreativitas dan kegemaran
yang berbeda-beda, misalnya: seorang remaja yang mempunyai
kegemaran olahraga akan membentuk kelompok yang sesuai dengan
kegemarannya.
Slamet Santoso (2004) menyatakan pengaruh dari perkembangan peer
group terhadap individu dalam kelompok ada yang positif dan ada yang
negatif:
1) Pengaruh positif dari peer group adalah:
a) Apabila seorang anak berkembang dengan lingkungan peer
groupnya, maka mereka akan lebih mudah dalam
perkembangan sosialisasinya yang lebih luas.
b) Dalam peer group seorang individu akan terbentuk rasa
solidaritas yang lcukup kuat dengan anggota dalam
kelompoknya.
c) Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota
akan dapat membentuk suatu masyarakat yang direncanakan
karena mereka dapat membedakan dan menyaring kebudayaan
yang bertentangan dengan kelompoknya
d) Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan,
kecakapan dan melatih bakatnya.
e) Dalam peer group akan mendorong setiap anggota untuk lebih
mandiri karena mereka dapat mengaktualisasikan dirinya lebih
luas dalam kelompoknya.
f) Dalam peer group semua anggota dapat mengeluarkan
pendapatnya dan perasaannya tentang hubungan antar angota
dan tentang kelompoknya.
2) Pengaruh negatif dari peer group adalah:
a) Sulit menerima seseorang dari luar kelompok yang tidak
mempunyai kesamaan.
b) Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota dari
kelompoknya
c) Menimbulkan rasa iri dari anggota satu dengan anggota yang
lain yang tidak mempunyai kesamaan dengan dirinya
d) Timbulnya persaingan antar anggota kelompok ataupun dengan
kelompok lain
e) Timbulnya pertentangan atau gap-gap antar peer group,
misalnya antara kelompok kaya dengan kelompok miskin.
E. Loners
a. Pengertian Loners
Loners merupakan orang yang menarik diri dari lingkungan, karena dia lebih
menikmati dunia kesendiriannya. Dalam perkembangan sosial remaja, loners
sangat berhubungan dengan tahap ke enam teori Erikson yakni Intimacy vs
Isolation. Dalam tahap tersebut dikemukakan bahwa individu dihadapkan pada
tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Erikson
menggambarkan bahwa keintiman sebagai penemuan diri sendiri pada diri orang
lain, namun kehilangan diri sendiri. Ketika remaja membentuk hubungan yang
sehat dan relasi yang akrab dengan dan intim dengan orang lain, maka keintiman
akan tercapai, namun jika tidak, isolasilah yang akan terjadi.
b. Penyebab Loners
Loners terjadi terutama karena individu sulit untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Faktor yang menyebabkan kelambatan beradaptasi itu, yakni:
1. Faktor internal (diri individu)
Terjadi karena kesulitan penyesuaian diri, logika bahasa yang kurang dan
karakteristik kepribadian.
2. Pola asuh orangtua
Gaya pengasuhan orangtua yang salah dan tokoh identifikasi yang
mempengaruhi konsep diri remaja
3. Peristiwa traumatic
Lingkungan sosial yang membuat remaja merasa tidak aman dan nyaman,
konflik tertentu yang membuat dia lebih sulit terbuka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial.
2. Remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa
anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang
sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.
3. Perkembangan sosial pada masa puber dapat diihat dari ciri khas yaitu mulai
terbentuknya kelompok teman sebaya baik dengan jenis kelamin yang sama
atau dengan jenis kelamin yang berbeda dan mulai memisahkan diri dari orang
tua.
4. Peer group adalah suatu kelompok orang yang mempunyai umur, status dan
minat serta perasaan yang sama.
5. Loners merupakan orang yang menarik diri dari lingkungan, karena dia lebih
menikmati dunia kesendiriannya.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA