SKRIPSI
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI SISWA AUTISME
TINGKAT SMA : STUDI KASUS DI SLB NEGERI
SEMARANG
Skripsi ini ditulis untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Perpustakaan
Disusun oleh:
Nadhia Ramadhani
A2D009028
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
ii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nadhia Ramadhani
NIM : A2D009028
Jurusan : S1 Ilmu Perpustakaan
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perilaku
Pencarian Informasi Siswa Autisme Tingkat SMA: Studi Kasus Di SLB Negeri
Semarang” adalah benar-benar karya ilmiah saya sendiri. Bukanlah hasil plagiat
hasil karya ilmiah orang lain baik sebagian maupun kseluruhan dan semua kutipan
yang ada ddi skripsi ini telah saya sebutkan sumber aslinya berdasarkan tata cara
penulisan kutipan yang lazim pada karya ilmiah.
Semarang,12 September 2013
Yang menyatakan,
Nadhia Ramadhani
NIM A2D009028
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Janganlah engkau putus asa, karena putus asa bukanlah
akhlak seorang muslim. Ketahuilah bahwa kenyataan hari ini
adalah mimpi hari kemarin dan impian hari ini adalah
kenyataan hari esok.”
(Hasan Al-Banna)
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW atas karunia dan lindungan-Nya.
Ayah dan Mama tercinta yang selalu mendoakan yang terbaik untukku.
Adikku yang senantiasa mensupport saya sampai demikian.
Teman-temanku atas bantuan dan semangatnya. Almamaterku tercinta.
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Tiada rangkaian kata-kata indah selain ucapan puji syukur kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Perilaku Pencarian
Informasi Siswa Autisme Tingkat SMA: Studi Kasus Di SLB Negeri
Semarang” Skripsi ini diajukan untuk memenuhi tugas-tugas dan melengkapi
syarat-syarat untuk menyelesaikan program Strata 1 (S1) pada Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Diponegoro.
Penulis banyak memperoleh bantuan, dorongan, serta petunjuk-petunjuk
dari berbagai pihak yang sangat membantu dan berharga dalam menyusun skripsi
ini. Maka pada kesempatan kali ini pula penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Sudharto P. Hadi, MES, Ph. D, selaku Rektor Universitas
Diponegoro.
2. Dr Agus Maladi Irianto, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Budaya khususnya Program
S1 Program Studi Ilmu Perpustakaan.
3. Ibu Dr. Dewi Yuliati, M.A selaku Dekan I Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro.
4. Ibu Dr. Sri Ati, M. Si selaku Kepala Jurusan Ilmu Perpustakaan serta
Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang dengan sabar
vii
memberikan bimbingan dan membagikan pengetahuan dan
pengalamannya.
5. Bapak Amin Taufiq K, S.Sos selaku Dosen Wali yang telah banyak
memberikan nasehat serta pengarahan kepada penulis selama
menyelesaikan studi.
6. Seluruh Dosen, segenap karyawan dan staf administrasi di lingkungan
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro yang telah memberi ilmu
yang bermanfaat serta membantu penulis selama aktif menjadi mahasiswa
di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
7. Bapak Drs. Ciptono selaku Kepala Sekolah SLB Negeri Semarang, Guru
Kelas, Pustakawan dan adik-adik SLB Negeri Semarang selaku
narasumber dalam skripsi ini.
8. Teman-teman kuliah saya yang selalu kompak dari awal kuliah hingga
sekarang, yaitu: Ami, Wulan, Rina, Diah, Putri, Abkarina dan yang tidak
dapat saya sebutkan satu-persatu. Terimakasih atas segalanya.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 yang telah memberikan
motivasi kepada penulis.
10. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan, semoga Allah
SWT menggantikannya dengan kebaikan-kebaikan. Penulis menyadari bahwa
tiada yang sempurna didunia ini dan begitu pula dalam penyusunan skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.
viii
Oleh karena itu penulis sangat berbesar hati dan dengan kerendahan hati
apabila ada kritik dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini menjadi
sebuah karya yang lebih baik. Harapan penulis skripsi ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi penulis dan memberikan masukan kepada SLB Negeri
Semarang, perkembangan terhadap studi kepustakaan khususnya ilmu
perpustakaan dan masyarakat pada umumnya.
Semarang, September 2013
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
ABSTRAK ......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Permasalahan ......................................................................................... 6
1.3. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 6
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................... 7
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
1.6. Batasan Istilah ........................................................................................ 8
1.7. Kerangka Pikiran ................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 10
2.1. Informasi ................................................................................................ 10
2.2. Kebutuhan Informasi ............................................................................. 11
2.3. Perilaku Pencarian Informasi ................................................................. 14
2.4. Model Perilaku Pencarian Informasi ..................................................... 15
2.5. Perpustakaan Sekolah ............................................................................ 19
2.6. (Autism Spectrum Disorder) / Gangguan Spektrum Autis .................... 20
2.6.1. Pengertian Autis........................................................................... 21
2.6.2. Tingkat Kecerdasan Anak Autis.................................................. 25
2.7. Penelitian Sebelumnya ........................................................................... 26
x
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 30
3.1. Metode Penelitian .................................................................................. 30
3.2. Subyek dan Obyek Penelitian ................................................................ 31
3.3. Informan ................................................................................................. 31
3.4. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 33
3.5. Variabel dan Indikator ........................................................................... 33
3.6. Teknik Pengumpulan data ...................................................................... 35
3.7. Teknik Analisis Data.............................................................................. 38
BAB IV GAMBARAN UMUM ........................................................................ 41
4.1. Perpustakaan SLB Negeri Semarang ..................................................... 41
4.1.1. Sejarah Singkat Perpustakaan SLB Negeri Semarang................ 42
4.1.2. Visi dan Misi Perpustakaan SLB Negeri Semarang.................... 42
4.1.3. Struktur Organisasi Perpustakaan SLB Negeri Semarang........... 43
4.1.4. Peraturan Ketertiban SLB Negeri Semarang............................... 50
4.1.5. Kondisi Kesiswaan...................................................................... 52
4.1.6. Grafik Pengunjung Perpustakaan SLB Negeri Semarang........... 53
4.1.7. Koleksi Bahan Pustaka Perpustakaan SLB Negeri Semarang..... 53
BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN ..................................................... 55
5.1. Tujuan Mencari Informasi ..................................................................... 57
5.2. Tahap Pencarian Informasi .................................................................... 61
5.2.1. Tahap Permulaan......................................................................... 61
5.2.2. Tahap Pemilihan.......................................................................... 64
5.2.3. Tahap Penjelajahan...................................................................... 68
5.2.4. Tahap Penyusunan....................................................................... 74
5.2.5. Tahap Pengumpulan..................................................................... 75
5.2.6. Tahap Penyajian........................................................................... 77
5.2.7. Tahap Evaluasi............................................................................. 80
5.2.8. Kendala Pencarian Informasi....................................................... 82
xi
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 86
6.1. Simpulan ................................................................................................ 87
6.2. Saran ...................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................92
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Pedoman Wawancara
LAMPIRAN B Transkip Wawancara
LAMPIRAN C Dokumentasi Penelitian
LAMPIRAN D Biodata Penulis
LAMPIRAN E Lembar Konsultasi Skripsi
LAMPIRAN F Surat Keterangan Penelitian
xiii
ABSTRAK
Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencarian
informasi siswa autis tingkat SMA di SLB Negeri Semarang. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analisis dengan jenis studi kasus dan pendekatan
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dan wawancara.
Informan dipilih dengan cara purposive sampling yaitu informan yang dipilih
secara acak oleh penulis sesuai dengan kriteria yang sering datang ke
perpustakaan SLB Negeri Semarang. Informan yang penulis pilih secara acak
terdiri dari 7 siswa autis yang dipilih dari masing-masing kelas, 3 guru kelas
khusus, 2 pustakawan dan 2 orang tua wali murid.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua siswa autis tingkat SMA di
SLB Negeri Semarang pernah melakukan pencarian informasi yang bertujuan
untuk tugas yang diberikan oleh guru, menunjang ketrampilan dan minat siswa,
memahami materi sesuai dengan minatnya dan untuk menambah wawasan.
Sebagian besar anak autis tidak bisa jauh dengan informasi karena rasa ingin tahu
yang tinggi akan segala hal. Media yang digunakan sebagian besar siswa autis
tingkat SMA di SLB Negeri Semarang menggunakan internet. Sebagian kecil
menggunakan media lain seperti memilih membaca buku dari perpustakaan dan
toko buku, bertanya kepada orang yang lebih tahu dan melihat televisi. Semua
Anak autis tingkat SMA di SLB Negeri Semarang sering mendapatkan
penghargaan dan hadiah di tingkat nasional karena informasi yang didapat dan
keterampilan, prestasi serta bakat masing-masing yang dimiliki. Sebagian siswa
autis merasa ada kendala internal yang ada di dalam dirinya dan kendala eksternal
yang ada di lingkungan perpustakaan SLB Negeri Semarang terhadap informasi
yang mereka cari karena masih banyaknya hambatan serta keinginan untuk
mendapatkan informasi tersebut. Namun, ada juga yang sudah merasa cukup
dengan media yang dapat mereka gunakan untuk mencari informasi.
Kata kunci: Siswa Autis, Perilaku Pencarian Informasi, SLB Negeri
Semaran
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman, informasi
berkembang dengan cepat. Bila tak mau dianggap ketinggalan zaman, informasi
mutlak diperlukan. Oleh karena itu informasi sudah menjadi suatu kebutuhan.
Di era globalisasi informasi mengalami perkembangan yang pesat dan
telah merambah ke berbagai aspek kehidupan manusia yang didukung oleh
perkembangan pengetahuan dan teknologi menyebabkan kebutuhan informasi
semakin meningkat. Informasi sangat mudah didapatkan karena setiap orang bisa
menemukan dan memperoleh informasi kapanpun mereka berada. Dewasa ini
informasi terus berkembang dengan adanya teknologi informasi. Media teknologi
informasi antara lain personal computer, gadget, handphone dan lainnya yang
telah dihubungkan dengan internet. Gadget ataupun komputer merupakan
kebutuhan hampir tidak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari. Dan mereka
juga berlangganan internet untuk menjelajah dunia tanpa batas secara online untuk
mendapatkan berbagai informasi yang mereka inginkan sewaktu-waktu. Informasi
sangat penting bagi mereka yang membutuhkan.
Media massa seperti koran sebagai salah satu sumber informasi yang
berbentuk kertas. Mereka pun mengikuti langganan Koran setiap minggunya
karena memang mereka hobi membaca. Ada juga yang berlangganan internet
2
untuk membuka berbagai sumber informasi seperti e-books, televisi digital dan
lain sebagainya karena media tersebut mampu memberikan informasi berupa
gambar suara maupun data, selain untuk mencari informasi yaitu merupakan
sarana hiburan bagi mereka.
Buku juga akan dicari bagi mereka yang membutuhkan informasi. Buku
bisa didapatkan di toko buku ataupun di perpustakaan. Menurut Sulistyo-Basuki
(1991:3) perpustakaan merupakan sebuah ruangan yang digunakan untuk
menyimpan buku dan terbitan lainnya (termasuk koleksi elektronik maupun
digital) yang disimpan menurut menurut tata susunan tertentu untuk dibaca, bukan
untuk dijual. Perpustakaan merupakan salah satu pusat informasi, hiburan,
rekreasi serta pelestarian budaya bangsa serta memberikan layanan jasa lainnya.
Bagi yang suka membaca mereka bisa meminjam buku ataupun koleksi yang ada
di perpustakaan.
Jadi semua orangpun membutuhkan informasi untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya. Semua bidang seperti pendidikan, agama, politik dan sebagainya
membutuhkan informasi. Di bidang pendidikan siswa merupakan salah satu pihak
yang membutuhkan informasi. Kebutuhan informasi pada siswa pun beragam
mulai dari informasi yang bersifat umum, berkaitan dengan hobinya dan yang
berkaitan dengan pengembangan minat dan bakat mereka. Informasi tidak hanya
di butuhkan oleh orang normal saja, tetapi juga dibutuhkan oleh orang-orang yang
mempunyai keterbatasan dan berkebutuhan khusus. Anak luar biasa atau disebut
sebagai anak berkebutuhan khusus (children with special needs). Seperti Anak
Autisme, Autism Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan adanya
3
hambatan pada ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan pada
otak. Menurut Reber (dalam Trearther, 1998) dinyatakan bahwa Autisme sendiri
dapat didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang luar biasa asik dengan dirinya
sendiri. Anak autis mempunyai memori yang kuat dalam mengingat suatu fakta-
fakta yang ada di sekitarnya.
SLB Negeri Semarang merupakan sekolah luar biasa yang menerima anak
berkebutuhan khusus. Sesuai dengan kurikulum umum dan kurikulum SLB
merupakan perintisan sekolah inklusi, yaitu sistem pendidikan yang memadukan
pendidikan biasa dan luar biasa (siswa luar biasa). Pendidikan yang telah
disediakan yaitu pendidikan yang bersifat membangun kemandirian bagi siswa
dan disesuaikan dengan minat serta bakat siswa. Telah menyediakan sarana dan
prasarana ruang kelas yang presentatif, ICT (Information and communications
technology), ruang Terapi ( Wicara, Okupasi, musik, fisioterapi, sosiointegrasi),
ruang ketrampilan ( otomotif, pertukangan, tata busana, tata boga, Ict, musik,
kecantikan, dan pertamanan), ruang praktikan, ruang perpustakaan dan
perpustakaan digital. Sarana dan prasarana disediakan untuk membantu
penyembuhan dan memenuhi kebutuhan berbagai siswa yang signifikan
mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial, dan
emosional) dalam proses pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan anak-
anak lain yang seusianya.
Jenis siswa di SLB Negeri Semarang berkebutuhan khusus antara lain
adalah Tunanetra, Tunarunguwicara, Tunagrahita, Tunadaksa, dan Autisme. SLB
Negeri Semarang merupakan sekolah yang disediakan untuk siswa-siswa yang
4
mempunyai kebutuhan khusus, kebutuhan khusus yang dimaksudkan disini adalah
siswa yang mempunyai gangguan perkembangan dibandingkan siswa yang
mengikuti pendidikan pada umumnya. Siswa autis merupakan individu unik yang
memiliki sifat, kelebihan, dan potensi kecerdasan masing-masing. Gardner (1983)
dalam Amstrong (2005) menyebutkan potensi kecerdasan tersebut berupa
kecerdasan matematika-logika, bahasa, visual-spatial (gambar), natural (alam),
hubungan antar manusia, musik, olah tubuh (bodily kinesthetic) dan pemahaman
diri sendiri (self smart). Seperti yang disebutkan oleh Gardner potensi kecerdasan
tersebut akan berpengaruh pada kebutuhan informasi para siswa mulai dari
informasi yang bersifat umum berkaitan dengan mengembangkan serta
menunjang hobi, kreativitas, bakat dan kreativitas anak-anak autis.
Tidak semua anak autis memiliki masalah dalam belajar dan tidak semua
siswa autis memiliki IQ yang rendah. Menurut Lorna Wing (dalam Peters, 2009)
menyatakan bahwa penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa bukan anak autis
saja yang memiliki kesulitan dalam memahami sesuatu tapi anak-anak pada
umumnya pun juga akan mengalaminya. Di SLB Negeri Semarang mempunyai
anak autis yang memiliki potensi yang tinggi dan mempunyai kemampuan-
kemampuan yang unggul dalam segi intelektual, teknik, estetika, social, fisik
(Freemen J, 1975:120), akademik, psikomotor dan psikososial (Sisk dalam Amin,
M. 1996:3). Prestasi serta kreativitas yang luar biasa dalam hal seni dan teknologi
serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sangat membanggakan
sekali ternyata anak autispun bisa mengharumkan nama sekolah dengan mengikuti
banyak kompetisi dalam bidang seni, musik maupun teknologi tingkat nasional.
5
Berbagai potensi kecerdasan tersebut seharusnya bisa dikembangkan secara
optimal jika didukung oleh lingkungan yang kondusif.
Anak autis, memang tidak selalu mengalami masalah dan kendala dalam
memenuhi kebutuhan informasi. Kebutuhan terjadi karena keadaan tidak menentu
yang timbul akibat terjadinya kesenjangan atau gap dalam diri manusia antara
pengetahuan yang dimiliki dengan yang dibutuhkannya. Pemakai akan mencari
informasi untuk memenuhi kebutuhannya karena adanya kesenjangan tersebut,
manusia menggunakan atau berusaha menggunakan berbagai sumber informasi
(Chen dan chernon, dalam Pannen 1990: 31).
Anak autis memiliki perbedaaan potensi dalam kecerdasan mereka, maka
minat dan keinginannya pun berbeda. Misalnya anak autis dengan potensi dalam
bidang seni bermain musik maka dalam belajar mereka dapat lebih mudah jika
menggunakan diiringi dengan alat musik dan mencari informasi tentang lagu-lagu
terbaru dan bahkan dapat menginspirasi mereka untuk membuat lagu, begitupun
dengan anak autis yang mempunyai potensi dalam bidang teknologi maka mereka
bisa menggunakan media teknologi informasi seperti: personal computer ataupun
tablet handphone sehingga akan mempermudah mereka dalam pengembangan dan
mengaplikasikan program-program yang ada didalam personal computer ataupun
tablet handphone sehingga dapat menunjang dan mengembangkan potensi dalam
bidang teknologi dan anak autis lain dengan kemampuan serta keinginan yang
lain. Adanya perbedaaan minat dan keinginan yang terjadi pada anak autis maka
akan mempengaruhi kebutuhan mereka dalam mencari informasi yang mereka
butuhkan, guna menunjang potensi yang ada didalam anak-anak yang memiliki
6
kecerdasan potensi yang berbeda tersebut. Sehingga, semua anak Autis akan
mengalami proses dalam pencarian suatu informasi sesuai dengan minat dan
kebutuhan akan informasi tersebut. Dengan adanya kebutuhan akan informasi
maka akan menimbulkan suatu perilaku yang biasa disebut dengan perilaku
pencarian informasi. Perilaku Pencarian Informasi dapat berbeda antara satu orang
dengan orang lain. Siswa yang satu dengan yang lain pun kemungkinan akan
berbeda. Namun tidak menutupi akan kemungkinan adanya persamaan dalam
melakukan proses pencarian informasi tersebut.
Bertolak dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
mengambil judul penelitian “Perilaku Pencarian Informasi oleh Siswa Autisme
Tingkat SMA: Studi Kasus SLB Negeri Semarang”.
1.2 Permasalahan
Dari latar belakang diatas maka dampak permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Perilaku Pencarian Informasi yang
dilakukan siswa Autisme tingkat SMA: Studi Kasus di SLB Negeri Semarang ”
1.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Adapun lokasi penelitian
1. SLB Negeri Semarang di Jalan Elang Raya No 2 Mangunharjo,
Tembalang Semarang
7
2. Perpustakaan dan Ruang ICT (Information and communications
technology) SLB Negeri Semarang di Jalan Elang Raya No 2
Mangunharjo, Tembalang Semarang
1.4 Tujuan Penelitian
Dilihat dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang siswa autis melakukan pencarian
informasi
2. Untuk mengetahui gambaran perilaku pencarian informasi siswa autis di
SLB Negeri Semarang.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Manfaat teoritis
Bagi kepentingan akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
bagi para pembaca dan memberikan sumbangan saran mengenai perkembangan
ilmu perpustakaan terutama dalam memenuhi kebutuhan informasi suatu instansi.
Manfaat Praktis
Bagi SLB Negeri Semarang diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengadaan sumber
koleksi dan sistem informasi apa sajakah yang lebih dibutuhkan siswa SLB N
Semarang agar lebih menunjang kegiatan belajar mengajar yang optimal.
8
Bagi peneliti dapat memahami dan menganalisis mengenai teori perilaku
pencarian informasi.
1.6 Batasan Istilah
1. Informasi adalah bahan, produk, komoditas yang membuat sesorang
menjadi tahu sesuatu bahkan menjadikan sesorang relative lebih tahu
dibandingkan dengan orang lain.
2. Kebutuhan informasi merupakan suatu yang diinginkan untuk dimiliki
sesorang dalam rangka kegiatannya. Kebutuhan ini didorong adanya
kesenjangan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan berbagai
pertanyaan didalam pikirannya.
3. Perilaku pencarian informasi adalah cara yang digunakan oleh siswa dalam
mencari informasi dengan menggunakan berbagai sumber informasi untuk
menunjang kreativitas, hobi serta prestasi siswa autis.
4. Siswa Autis atau Autisme Spectrum Disorder / Autisme (Autisme Klasik)
adalah kondisi yang paling umum dari kelompok gangguan
perkembangan.
5. SLB Negeri Semarang merupakan sekolah inklusi yaitu sekolah yang
memadukan antara sistem pendidikan umum dengan sistem pendidikan
khusus (pendidikan khusus di Indonesia lazim disebut sebagai pendidikan
luar biasa
9
Kerangka Pemikiran
Kebutuhan
yang inginkan
Pengetahuan
yang dimiliki
Inisiasi
Kebutuhan
lain
Menambah
Wawasan
Menunjang
minat,
Prestasi
serta
Kreativitas
Kebutuhan Pencarian
Informasi
Kesenjangan
Seleksi
Formulasi
Eksplorasi
Koleksi
Perilaku Pencarian
Informasi
Presentasi
Inisiasi
Seleksi
Eksplorasi
Inisiasi
Seleksi
Eksplorasi
Inisiasi
Seleksi
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Informasi
Informasi merupakan suatu kumpulan data yang dikomunikasikan kepada
orang lain. Sesungguhnya sangat sulit untuk mendefinisikan informasi secara
jelas, karena informasi mempunyai kegunaan dan kebutuhan bagi setiap individu.
Informasi adalah keseluruhan dari pengetahuan, ide, fakta, dan imajinatif dari
pikiran yang dikomunikasikan secara formal dan atau non formal dalam berbagai
bentuk (Chi Chi dan Peter Hernon dalam Laloo, 2002:2).
Shanon dan Weaver yang di kutip oleh Laloo (2002:2) menyebutkan
bahwa informasi merupakan suatu stimulus yang mampu menghilangkan
ketidakpastian. Yang dimaksudkan dengan ketidakpastian yaitu bahwa jika
seseorang sudah memperoleh informasi, maka orang tersebut akan memperoleh
pemahaman sehingga akan membuat seseorang akan lebih yakin. Demikian juga
Estabrook (dalam Yusuf, 2008) menyatakan memang informasi dapat mengurangi
ketidakpastian, tetapi malah menambah kebingungan. Namun itulah yang menarik
tapi yang paling penting informasi dapat dicari atau ditemukan dengan cepat dan
tepat.
Saleh dan Sujana (2009:89) mengatakan bahwa Informasi merupakan
sesuatu yang sangat menentukan dalam pengambilan keputusan atau kesimpulan.
Suatu keputusan atau kesimpulan yang didukung oleh informasi yang cukup,
biasanya kurang akurat dan sering memberikan hasil yang memuaskan.
11
Jadi informasi adalah suatu ide, fakta, dan pengetahuan yang muncul dari
pikiran kita, yang ada di sekitar lingkungan kita yang telah dikomunikasikan
dalam berbagai bentuk. Dengan adanya informasi akan mampu menghilangkan
ketidakpastian serta pengambilan keputusan dan dapat dimanfaatkan oleh orang
lain yang membutuhkannya secara cepat dan tepat.
2.2. Kebutuhan Informasi
Setiap orang membutuhkan informasi sebagai bagian dari tuntutan
kehidupannya, penunjang kegiatannya, dan pemenuhan kebutuhannya. Rasa ingin
tahu seseorang timbul karena ia ingin selalu berusaha menambah pengetahuannya.
Krech, Crutchfield, dan Ballachey (dalam Yusup, 1995: 8) menyatakan bahwa
Kebutuhan Informasi merupakan suatu keadaan yang terjadi dimana sesorang
merasa ada kekosongan informasi atau pengetahuan sebagai akibat tugas atau
sekedar ingin tahu. Kekurangan ini perlu dipenuhi dengan informasi baru sesuai
dengan kebutuhannya.
Menurut Belkin (dalam Suwanto, 1997) dinyatakan bahwa kebutuhan
informasi terjadi karena keadaan tidak menentu yang timbul akibat terjadinya
kesenjangan atau (gap) dalam diri manusia antara pengetahuan yang dimiliki
dengan yang dibutuhkannya. ’Kesenjangan’ yang dipakai dalam dalam definisi
tersebut tampaknya selaras dengan kata ’Ketidakpastian’ dalam definisi
kebutuhan informasi yang lain. Menurut Krikelas (dalam Purnomowati, 2008)
mendefinisikan kebutuhan informasi sebagai pengakuan tentang adanya
ketidakpastian dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk mencari informasi.
12
Kondisi ketidakpastian inilah yang disebut sebagai ”anomalous state of
knowlwgde” kondisi dimana seseorang merasa bahwa tingkat pengetahuannya
tidak cukup untuk menghadapi situasi tertentu pada saat itu. Sehingga menurut
Wersig (dalam Harisanty, 2009) menyatakan kebutuhan informasi tersebut
didorong oleh a problematic situation, situasi problematik pada penelitian ini
adalah situasi dimana siswa merasa kekurangan informasi baik yang bersifat
umum, berkaitan dengan minat ataupun hobinya maupun berkaitan dengan
menunjang prestasi serta kreativitas sementara pengetahuan yang dimilikinya
terbatas. Kebutuhan informasi merupakan suatu kebutuhan yang harus di penuhi
dalam kehidupan manusia, bahkan dalam era informasi ini telah menjadi suatu
tuntutan kehidupan. Menurut Krikelas yang dikutip oleh Hayden (dalam Harisanty
2009) kebutuhan informasi ini akan mendorong munculnya perilaku pencarian
informasi dan perilaku ini akan berakhir pada saat informasi yang dirasakan telah
terpenuhi. Sementara itu Yusup (2010:68) menyatakan pemenuhan informasi
inilah yang mendorong seseorang berinteraksi atau berkomunikasi dengan
berbagai sumber informasi untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Kebutuhan dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Menurut
Belkin (dalam Suwanto, 1997) yaitu kebutuhan dan perilaku pencarian informasi
dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam sebab, antara lain latar belakang sosial,
budaya, pendidikan, tujuan yang ada dalam diri manusia tersebut serta lingkungan
sosialnya. Hal ini dapat dilihat pada anak autis yang bersikap menarik diri serta
dapat menghabiskan waktunya berjam-jam melakukan kegiatan kegemarannya,
13
tingkah laku yang demikian itu mencerminkan kebutuhan anak yang bersangkutan
untuk mempertahakan suatu keadaan lingkungan yang konstan (Behrman,
1988:153).
Jadi kebutuhan informasi merupakan kebutuhan yang timbul karena
adanya kekosongan informasi serta pengetahuan yang terjadi pada situasi dan
masalah tertentu sehingga memunculkan ketidakpastian dan mendorong sesorang
melakukan pencarian informasi melalui berbagai sumber informasi untuk
mencapai tujuan tertentu.
Menurut Tague (dalam Laloo 2002:14) kebutuhan informasi dibagi dalam
beberapa tipe yaitu:
1. Social or pragmatic information needs – required for coping with day-to-
day life.
2. Recreation Infromation needs.
3. Professional information needs.
4. Education information needs.
Menurut tipe yang sesuai dengan kebutuhan informasi di atas, dapat
diambil suatu pendapat bahwa tipe kebutuhan informasi siswa autisme lebih pada
tipe recreation needs dan educational needs.
2.3. Perilaku Pencarian Informasi
Penelitian mengenai perilaku informasi banyak dilakukan, karena
berhubungan dengan tingkah laku seseorang dalam menemukan, mencari dan
14
menjawab setiap informasi yang dibutuhkannya. Menurut Pendit (dalam Yusup,
2010:100) menyatakan bahwa Perilaku Informasi merupakan keseluruhan pola
laku manusia terkait dalam keterlibatan informasi. Sepanjang laku manusia
memerlukan, memikirkan, memperlakukan, mencari, dan memanfaatkan
informasi dari beragam saluran, sumber dan media penyimpanan informasi lain.
Kebutuhan dan pencarian merupakan suatu konsep yang tidak bisa
dipisahkan secara nyata (Suwanto, 1997). Seseorang akan melakukan sebuah
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan akan informasi yang diinginkan nya hingga
kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dengan baik, aktivitas inilah yang biasa
disebut dengan pencarian informasi. Chen (dalam Laloo, 2000:45) menyatakan
bahwa Pencarian Informasi adalah kegiatan seseorang yang dilakukan untuk
mendapatkan manusia akan menunjukkan perilaku pencarian informasi untuk
memenuhi kebutuhannya. Perilaku pencarian informasi dimulai ketika seseorang
merasa bahwa ada pengetahuan yang dimilikinya saat itu kurang dari pengetahuan
yang dibutuhkannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut seseorang mencari
informasi dengan menggunakan berbagai sumber informasi. Tindakan
menggunakan literatur adalah suatu perilaku yang kenyataannya menggambarkan
berbagai tujuan (Krikelas dalam Suwanto:1997). Menurut Wilson dalam Laloo
(2010) menyatakan bahwa Perilaku Pencarian Informasi merupakan perilaku
tingkat mikro yang ditunjukkan seseorang ketika berinteraksi dengan semua jenis
sistem informasi. Itu sermua termasuk semua interaksi dengan sistem, baik di
tingkat berinteraksi dengan computer (contohnya penggunaan mouse dan meng-
klik link) atau di tingkat intelektual (contohnya strategi Boolean atau untuk
15
memutuskan pilihan di antara dua buku dari sederetan buku yang berguna di
perpustakaan), yang akan mempengaruhi mental, seperti data yang relevan atau
informasi yang di terima.
Sehingga, perilaku pencarian informasi merupakan suatu perilaku yang
timbul karena adanya kebutuhan akan informasi pada diri seseorang ketika
seseorang mulai merasa membutuhkan informasi maka mereka akan mencari
informasi dengan menggunakan berbagai macam sumber ataupun media untuk
mendapatkan sebuah informasi tersebut guna mencapai tujuan tertentu.
2.4. Model Perilaku Pencarian Informasi
Menurut Khultau (1991:361) menggambarkan kegiatan pencarian
informasi sebagai sebuah konstruksi (pengembangan pembangunan) yang di lalui
seseorang dari tahap ketidak-pastian (uncertainty) menuju pemahaman
(understanding). Khultau (1991:366-368) juga menyatakan bahwa ada enam hal
yang harus diperhatikan untuk melakukan pencarian informasi, antara lain:
1. Inisiasi, ketika sesorang untuk pertama kalinya perduli akan pengetahuan
yang dibutuhkan, merasa tidak yakin dan cemas akan sesuatu. Hal ini
dikarenakan mereka menyadari akan kebutuhan informasi.
2. Seleksi, mengidentifikasi dan menyeleksi topik yang umum.
3. Eksplorasi, adalah karakteristik dari perasaan yang bingung,
ketidakpastian, dan keraguan dimana frekuensi bertambah setiap waktu,
yang menginginkan pengguna untuk melakukan pencarian informasi.
16
4. Formulasi, adalah suatu fokus atau kejelasan akan informasi yang sudah
ditemukan dalam pencarian informasi.
5. Koleksi, yang dimaksud adalah penghubung suatu informasi yang
difokuskan dalam suatu topik. Hal ini merupakan suatu proses ketika ada
interaksi antara pengguna dengan fungsi sistem informasi secara efektif
dan efisien.
6. Presentasi, memaparkan apa yang telah dicari dan ditemukan.
Secara lebih jelas model Information Search Process (Khultau, 1991:366)
dapat ditunjukkan pada gambar berikut:
17
Model Information Search Process ini merupakan sebuah artikulasi yang
biasa digunakan seseorang untuk menyampaikan pengalamannya, dimana
seseorang dapat berbagi dengan orang lain, dan suatu sistem merupakan suatu
dasar untuk berbagi (Khultau, 1991:370). Hasil akhir dari Information Search
Process ini, adalah pemahaman baru atau sebuah solusi yang mungkin diberikan
atau dibagikan kepada orang yang membutuhkannya. Dalam arti informasi
memberikan suatu produk atau menunjukkan hasil dimana pengguna saling
berbagi akan pengetahuan baru mereka.
2.5. Perpustakaan Sekolah
Tahap-tahap
dalam ISP
Perasaan yang
muncul dalam
satu tahapan
Pola pikir
yang muncul
dalam setiap
tahapan
Tindakan
yang umum
dalam setiap
tahapan
Tugas yang
sesuai menurut
Khultau
1. INISIASI Ketidakpastian
Umum/samar-
samar
Latar belakang
dalam mencari
informasi
Mengenali
2. SELEKSI Optimisme Mengidentifikasi
3. EKSPLORASI Kebingungan /
frustasi
Mencari
informasi yang
relevan
Menyelidiki
4. FORMULASI Kejelasan
Lebih sempit/
lebih jelas Merumuskan
5. KOLEKSI Keyakinan /
pengumpulan
Peningkatan
rasa tertarik
Mencari
informasi
secara lebih
fokus
Mengumpulkan
6. PRESENTASI Lega/ puas juga
bisa kecewa
Lebih
jelaslebih
terfokus
Menyelesaikan
18
Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang
kegiatan belajar siswa memegang peranan yang sangat penting dalam memacu
tercapainya tujuan pendidikan di sekolah (Darmono, 2007:1). Perpustakaan
sekolah adalah perpustakaan yang ada di sekolah untuk melayani peserta didik
dalam memenuhi kebutuhan informasi (Suherman, 2009:20).
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan perpustakaan yang tergabung
pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan,
dengan tujuan membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan
tujuan pendidikan pada umumnya (Sulistyo-Basuki, 1991:50).
Sebagaimana telah diketahui fungsi perpustakaan pada umumnya yaitu
edukatif, infromatif, rekreatif dan riset. Perpustakaan sekolah pun mempunyai
fungsi yang sama. Namun perpustakaan mempunyai fungsi yang paling menonjol
yaitu menitik beratkan pada fungsi rekreatif dan edukatif (Yusup, 2010:19).
Jadi perpustakaan sekolah adalah sebuah bagian dari sekolah dan dikelola
oleh sekolah, merupakan pusat sumber belajar serta informasi yang berfungsi
sebagai sarana edukative, informative dan recreative bagi siswa, dalam memenuhi
kebutuhan yang mereka inginkan untuk menunjang kreativitas serta kegiatan
belajar di dalam maupun di luar sekolah.
Menurut Mbulu dalam Darmono (2007:3) menyatakan bahwa
perpustakaan sekolah sangat diperlukan keberadaaannya dengan pertimbangan
bahwa :
19
a. Perpustakaan merupakan sumber belajar di lingkungan sekolah.
b. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu komponen sistem
pengajaran.
c. Perpustakaan sekolah merupakan sumber untuk menunjang kualitas
pendidikan dan pengajaran.
d. Perpustakaan sekolah sebagai laboratorium belajar yang
memungkinkan peserta didik dapat mempertajam dan memperluas
kemampuan untuk memcaba, menulis, berfikir dan berkomunikasi.
2.6. ASD (Autism Spectrum Disorder) / Gangguan Spektrum Autis
Menurut Andri Priyatna (2010) Autisme Spectrum Disorder / Autisme
(Autisme Klasik) adalah kondisi yang paling umum dari kelompok gangguan
perkembangan. Autisme Spectrum Disorder adalah fenotipe autism yang lebih
luas. Dia dapat saja menggambarkan individu yang tidak benar-benar mengidap
Autism Spectrrum Disorder tetapi, nyata-nyata menampilkan ciri-ciri umum
autistik (interaksi sosial, komunikasi dan imajinasi). Maka penulis mencoba
memaparkan bagaimanakah gangguan spektrum Autis itu dengan lebih jelas.
2.6.1 Pengertian Autis
20
Kata Autis berasal dari baha yunani “Auto” berarti sendiri, yang ditujukan
pada sesorang yang menunjukkan gejala “hidup dengan dunianya sendiri”
(Huzaemah, 2010:1). Menurut Andi Priyatna (2010) menjelaskan mitos yang
beredar mengatakan bahwa autisme menjadikan seorang anak seolah hidup dalam
dunia milik sendiri. Dia mengisi dunia tersebutpun dengan caranya sendiri yang
tentu saja berbeda dari anak-anak yang lain. Pendapat lain menyatakan kata
autisme menimbulkan kebingungan karena, tanpa melihat semua publikasi dan
bukti ilmiah terbaru, banyak orang mengaitkan sindrom autisme dengan satu
gejala penarikan diri. Walaupun demikian mereka yang membaca definisi autisme
dengan hati-hati dapat menyimpulkan bahwa penarikan diri mungkin terjadi,
tetapi bukan merupakan ciri pokok dalam diagnosa autisme (Peeters, 2004).
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasive yang mempengaruhi
domain ketrampilan sosial dan komunikasi dan pada individu tertentu ditambah
dengan beberapa derajat gangguan kemampuan motorik dan berbahasa (Priyatna,
2010:165). Gangguan perkembangan pervasif adalah kelompok sosial psikiatri
dimana kemampuan sosial yang diharapkan, perkembangan bahasa, dan kejadian
perilaku tidak pernah berkembang secara sesuai atau hilang pada masa kanak-
kanak (Kaplan dan Sadock, 1996:712).
Menurut Kaplan dan Sadock (1997: 712-713) Gangguan Autistik
merupakan suatu gangguan perkembangan perilaku, juga dikenal sebagai autisme
infantile. Dalam bukunya Kaplan dan Sadock (1997) mengutip tulisan klasiknya
Leo Kanner (1943) dalam “Autistic Disturbance of Affective Contact”
21
menyebutkan istilah “autisme infantile” dan memberikan sumbangan yang jelas
dan menyeluruh untuk sindroma masa anak-anak awal. Ia menggambarkan anak-
anak menunjukkan kesepian autistik yang ekstrim, gagal untuk menerima sikap
antisipasi, perkembangan bahasa yang terlambat atau menyimpang dengan
ekokalia, pengulangan monoton bunyi atau ungkapan verbal, daya ingat jauh yang
sangat baik, keterbatasan rentan dalam berbagai aktivitas spontan, stereotipik dan
keinginan yang obsesif untuk mempertahankan kesamaan rasa dan rasa takut akan
perubahan, kontak mata yang buruk dan hubungan yang abnormal dengan orang
lain dan lebih menyukai gambar dan benda mati.
Kanner (dalam Kaplan dan Sadock, 1997:713) dalam hal ini menyatakan
bahwa beberapa anak autis telah keliru diklasifikasikan sebagai retardasi mental
(keterbelakangan mental) atau scizofrenik. Sedangkan menurut Priyatna (2010)
anak autis berbeda dengan anak yang memiliki keterbelakangan mental yang
dicirikan oleh relative kurangnya atau bahkan hampir tidak ada perkembangan
pada level ketrampilan. Anak dengan autisme seringkali dapat menunjukkan
perkembangan ketrampilannya masing-masing. Bahkan ada yang sampai level
luar biasa. Mereka boleh jadi sangat berbakat dalam bidang seperti engineering,
teknologi, musik dan menciptakan musik, menggambar atau melukis,
meyelesaikan soal matematika yang maha rumit dan mengingat fakta-fakta sampai
mendetail.
22
Autisme merupakan lima tipe gangguan perkembangan pervasive atau
PDD (Pervasive Development Disorder). Cakupan dari kelima tipe Pervasive
Development Disorder tersebut antara lain (Priyatna, 2010:2) :
1. Autisme
Merupakan tipe yang paling popular dari PDD. Mengacu problema
dengan interaksi sosial, komunikasi dan bermain imajinatif yang mulai
muncul sejak anak berusia di bawah 3 tahun.
2. Syndrom Asperger
Mempunyai keterbatasan pada level aktivitas dan interest. Anak-anak
dengan sindrom asperg tidak memiliki keterlambatan substansial
dalam perkembangan bahasa dan memiliki kecerdasan rata-rata atau
bahkan di atas rata-rata. Mereka pun mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang normal dalam bahasa dan kognitif (proses mental
yang berkaitan dengan berfikir dan belajar). Individu dengan SA pun
secara umum termasuk very bright dan verbal, tetapi mereka
mengalami deficit keahlian sosial yang signifikan. Pendapat lain
menurut Kaplan (1997) gangguan asperger adalah suatu kondisi
dimana anak menunjukkan gangguan jelas dalam hubungan sosial dan
perilaku yang berulang dan stereotipik tanpa keterlambatan dalam
perkembangan bahasa. Kemampuan kognitif dan ketrampilan adaptif
anak adalah normal.
23
3. Gangguan Disintegerasi pada masa Kanak-kanak
Sebuah kondisi yang jarang terjadi, anak dengan kondisi ini biasanya
mulai pembangunan di segala bidang, fisik dan mental sejak awal dia
lahir normal seperti anak lain seusianya. Tetapi, pada titik tertentu
biasanya antara usia 2 sampai 10 tahun, mereka mulai kehilangan
banyak ketrampilan yang telah dia kembangkan.
4. Syndrom Rett
Biasa terjadi pada anak perempuan. Anak-anak dengan sindrom Rett
mulai berkembang secara normal. Lalu secara perlahan mereka pun
mulai kehilangan kemampuan komunikasi dan keterampilan sosial
sejak mulai usia 1 sampai 4 tahun.
5. Pervasive Development Disorder - Not Otherwise Specified (PDD-
NOS)
PDD-NOS merupakan jenis kategori untuk anak yang menampilkan
sebagian problem autistik. Tetapi, tidak termasuk ke dalam kategori-
kategori sebelumnya. Disebut juga dengan istilah autisme atipikal.
2.6.2 Tingkat kecerdasan anak autis
Autisme sendiri dikelompokkan menjadi Low Functioning Autism (LFA),
Middle Functioning Autism (MFA) dan High Functioning Autism (HFA)
Pusponegoro & Solek (2007) dalam Firdaus (2012) berdasarkan tes kecerdasan
24
(IQ), masing-masing kelompok berturut-turut memiliki nilai IQ:<50, 50-70, dan
>70. Pusponegoro dan Solek (2007) dalam Firdaus (2012:2) menyebutkan bahwa
tingkat kecerdasan anak autis dibagi mejadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
a. Low Functioning (IQ rendah)
Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori low functioning (IQ
rendah), maka dikemudian hari hampir dipastikan penderita ini tidak
dapat diharapkan untuk hidup mandiri, sepanjang hidup penderita
memerlukan bantuan orang lain.
b. Medium Functioning (IQ sedang)
Apabila penderita masuk ke dalam kategori medium functioning (IQ
sedang), maka dikemudian hari masih bisa hidup bermasyarakat dan
penderita ini masih bisa masuk sekolah khusus yang memang dibuat
untuk anak penderita autis.
c. High Functioning (IQ tinggi)
Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori high functioning (IQ
”tinggi”), maka dikemudian hari bisa hidup mandiri bahkan mungkin
sukses dalam pekerjaannya, dapat juga hidup berkeluarga.
2.7. Penelitian Sebelumnya
Penelitian tentang perilaku pencarian informasi sebelumnya telah di teliti oleh
beberapa penulis. Berikut akan di paparkan beberapa skripsi yang memiliki
jenis yang sama dengan penelitian yang akan penulis lakukan.
25
1. Skripsi berjudul kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi
sekolah dasar ini dilakukan di SD Lazuardi GIS, JI. Garuda Ujung No. 35
Griya Clnere, Depok 16515 terhadap 6 (enam) orang informan yang
merupakan guru kelas di SD Lazuardi GIS oleh Tuti Fatimah (2005)
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui informasi apa saja
yang menjadi kebutuhan guru khususnya dalam kegiatan belajar mengajar,
diluar kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan kelas dengan siswa
berkebutuhan khusus dan (2) mengetahui gambaran perilaku pencarian
informasi yang dilakukan oleh guru Lazuardi GIS.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa, informasi yang diperlukan
guru untuk kegiatan belajar mengajar meliputi media pengajaran, materi
pengajaran, strategi atau metode mengajar, manajemen kelas dan evaluasi.
Subyek yang diminati oleh guru di luar kegiatan belajar mengajar adalah
psikologi dan sastra. Subyek yang diinginkan untuk pengembangan diri
dan wawasan adalah informasi pendidikan, bahasa, psikologi dan
ketrampilan. lnformasi yang dibutuhkan dalam mengelola kelas dengan
siswa berkebutuhan khusus adalah metode penanganan, metode mengajar
dan jenis jenis kelainan serta penyebabnya. Diketahui pula dari hasil
penelitian bahwa pencarian informasi dilakukan dengan cara mencari ke
sumber informasi tertulis seperti buku, observasi, bertanya dan berdiskusi.
Sumber informasi formal yang digunakan antara lain buku, artikel
koran/majalah dan internet sedangkan sumber informasi informal yang
26
digunakan adalah teman, terapis, orangtua murid dan perpustakaan
sekolah. Kendala utama dalam pencarian informasi adalah keterbatasan
fasilitas akses dan waktu.
2. Skripsi berjudul Kebutuhan dan perilaku pencarian informasi siswa
tunanetra tingkat SMP-SMA studi kasus di SLB/A Pembina Tingkat
nasional, Lebak Bulus, Jakarta Selatan oleh Dian Mardiarin Ismail (2004)
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengunggapkan informasi yang
mereka perlukan. (2) mengungkapkan sumber-sumber perolehan informasi
yang mereka perlukan. (3) mengetahui proses pencarian informasi yang
mereka perlukan. (4) menggungkapkan permasalahan yang mereka hadapi
dalam pencarian dan perolehan informasi.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa, 1) Ada lima kategori jenis
kebutuhan informasi siswa tunanetra. Dua kategori yang utama adalah
kebutuhan informasi berdasarkan pelajaran sekolahnya dan berdasarkan
minatnya. Tiga lainnya adalah informasi tentang lawan jenisnya, berita-
berita umum, dan orientasi arah/harga barang. 2) Sumber perolehan
informasi andalan untuk kebutuhan informasi berdasarkan pelajaran
sekolahnya adalah informal (teman, keluarga, dan guru/pihak sekolah) dan
formal (kaset, buku braille, radio, tv, internet). Sumber perolehan
informasi untuk kebutuhan informasi andalan untuk kebutuhan informasi
berdasarkan minat, lawan jenis, berita-berita umum, dan orientasi
arah/harga adalah informal (teman dan keluarga). 3) Tidak tersedianya
27
buku braille di perpustakaan umum menunjukkan kurang seriusnya
perhatian pemerintah sehingga para penyandang tuna netra lebih
mengandalkan kekuatan sendiri dan kerja sama dengan pihak swasta/luar
negeri. 4) Tahap pencarian informasi untuk kebutuhan informasi
berdasarkan pelajaran sekolahnya adalah starting, chaining, browsing,
differentiating, extracting, dan ending. Tahap pencarian informasi untuk
kebutuhan informasi berdasarkan minatnya adalah starting, chaining,
browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. 5)
Hambatan yang dialami para siswa ini adalah hambatan personal (trauma
dan psikologis karena perubahan daya fisik penglihatan) dan lingkungan
(masyarakat, tak tersedianya akses atau fasilitas memadai ke dan di
sumber perolehan informasi)
Dari penelitian di atas terdapat tujuan yang sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti yang berjudul perilaku pencarian informasi
siswa autisme di SLB N Semarang yaitu bertujuan untuk mencari tahu
bagaimana perilaku informasi serta sumber-sumber informasi apakah yang
dibutuhkan oleh para pencari informasi. Penelitian yang pertama dan
kedua sama-sama menggunakan model pencarian informasi yang dijadikan
indikator dalam penelitian tersebut. Jadi pada dasarnya tujuan penelitian
yang sekarang dan terdahulu adalah sama yaitu guna memperoleh
pemecahan sebuah masalah yaitu ingin mengetahui bagaimana perilaku
dalam mencari informasi, mengetahui sumber-sumber informasi yang
dibutuhkan oleh informan serta kendala-kendala yang mereka temukan
28
dalam memperoleh suatu informasi. Sedangkan perbedaan yang ada yaitu
Metode penelitian yang terdapat pada penelitian menggunakan jenis
penelitian kualitatif deskriptif. Terdapat pula perbedaan subyek serta
obyek penelitian pada penelitian yang pertama dan kedua dengan
karakteristik objek yang berbeda pula. Penelitian ini menggunakan
karakteristik subjek serta objek untuk memudahkan dalam pengelompokan
variabel dan indikator. Dalam penelitian sebelumnya terdapat perbedaaan
informan karena penelitian sebelumnya menggunakan populasi,dan
menggunakan snowball sampling dan internal sampling. Sedangkan dalam
penelitian ini hanya menggunakan informan dan purposive sampling saja.
Terdapat perbedaan Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian
sebelumnya adalah dengan metode kualitatif dengan cara
mengklasifikasikan dan menginterpretasikan dengan kata-kata saja, serta
menggunakan coding dalam tekniknya, sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan reduksi data dari daftar wawancara dan menggunakan tabel
untuk menghubungkan antar kategori dimaksudkan agar informasi yang
bermanfaat saja dipakai untuk analisis lebih rinci.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.
Sebagai format penelitian untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan,
mengolah, dan menganalisis data hasil penelitian. “metode penelitian kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati” (Bogdan dan
Taylor dalam Moleong, 2011:3).
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif.
“Penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari
semua aktifitas, objek, proses dan manusia” (Sulistyo-Basuki, 2006:110).
Sedangkan bentuk penelitian ini adalah studi kasus. “Studi kasus
merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, lingkungan dan situasi tertentu
yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami suatu hal” (Sulistyo-
Basuki, 2006:113). Karena penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif
lebih menekankan analisis pada proses penyimpulan induktif serta memperoleh
deskripsi, penulis mencoba menggambarkan bagaimana perilaku pencarian
informasi siswa Autis di Perpustakaan dan di lingkungan SLB Negeri Semarang.
1.2 Subyek dan Obyek Penelitian
30
Subyek penelitian adalah sumber tempat kita memperoleh keterangan atau
orang yang ingin kita ketahui perilaku dan sifat tabiatnya itu. Sumber
informasinya adalah orang yang kita tanyai (jika ditanyakan dengan kuesioner,
angket tersebut biasa disebut angket tidak langsung). Obyek penelitian adalah
informasi mengenai perilaku dan sifat/tabiat apa yang ingin kita ketahui dari orang
tersebut (Amirin, 1993:92).
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Autis tingkat SMA di SLB
Negeri Semarang, sedangkan untuk Obyek dalam penelitian ini adalah perilaku
pencarian informasi yang dilakukan oleh siswa autisme.
1.3 Informan
Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama
dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan yang nantinya akan di
wawancarai secara mendalam yang berkaitan dengan permasalahan yang akan
diteliti dalam skripsi ini.
Pemilihan Informan dalam penelitian ini adalah orang yang dapat
memberikan informasi tantang situasi dan kondisi penelitian yang sedang diteliti.
Pemilihan informan dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Menurut
(Sugiono, 2009: 218) menyatakan bahwa Pusposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu ini, adalah anak autis yang aktif melakukan pencarian informasi di
31
Perpustakaan dan di hotspot yang ada di SLB Negeri Semarang. Adapun informan
yang akan dipilih harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Merupakan siswa autis tingkat SMA di SLB Negeri Semarang.
2. Aktif mencari informasi tidak hanya melalui saluran pihak sekolah
(termasuk di dalamnya perpustakaan sekolah), tetapi juga melalui
saluran lain yang bisa ia lakukan.
3. Bersedia menjadi informan.
1.3 Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah menggunakan skala data nominal. Skala
nominal adalah skala kategoris yang terdiri dari dua kategori bernama atau lebih
dan digunakan untuk menggolongkan atau klasifikasi objek, perorangan, atau
tanggapan. Sifat skala nominal ialah kategori yang dihasilkan bersifat kualitatif,
bukan kuantitatif.
Menurut Lofland dalam Moleong (2007) menyatakan bahwa sumber
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata atau tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen. Berkaitan dalam hal tersebut maka sumber data
yang peneliti gunakan adalah sumber data primer dan sumber data dokumen
Data Primer
Subagyo (1997:87) data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dengan masyarakat, baik yang dilakukan ,melalui wawancara,
32
observasi dan alat lainnya. Data primer dalam penelitian ini diperoleh
melalui observasi nonpartisipasif dan wawancara mendalam kepada siswa
Autisme di SLB N Semarang.
Data Dokumen
Data dokumen merupakan data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan
kepustakaan dan digunakan untuk melengkapi data primer. Data sekunder
tersebut bersumber dari buku-buku literatur, (skripsi, tesis, disertasi), dan
sumber elektronik berupa jurnal-jurnal dari internet yang dapat menunjang
kegiatan penelitian. Data dokumen dalam penelitian yang diperoleh buku-
buku yang berkaitan dengan perilaku pencarian informasi.
1.4 Variabel dan Indikator
Variabel penelitian ini adalah perilaku pencarian informasi oleh siswa
Autis tingkat SMA di SLB Negeri Semarang. Dan Indikator dalam penelitian ini
adalah
1. Tujuan Pencarian Informasi
Pada tahapan ini disebutkan
1. Latar Belakang siswa autis mencari informasi
2. Tahap Pencarian Informasi menurutt Khultau
1. Tahap Permulaan. Tahapan ini yang dilakukan adalah dengan
mengidentifikasi apa yang dilakukan siswa autis tingkat SMA
33
di SLB Negeri Semarang ketika akan melakukan proses
pencarian informasi.
2. Tahap Pemilihan. Pada tahapan ini siswa autis tingkat SMA
di SLB Negeri Semarang mengeksplorasi atau melakukan
pemilihan mengenai cara atau proses yang akan dilakukan
untuk melalukan pencarian informasi.
3. Tahap Penjelajahan Pada tahap ini siswa autis tingkat SMA
di SLB Negeri Semarang melalukan proses penjelajahan
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Perilaku
seperti apa yang mereka lakukan ketika melalukan proses
penjelajahan tersebut dan menemukan suatu fokus akan
informasi yang sudah ditemukan dalam pencarian informasi.
4. Tahap Penyusunan. Setelah tahap penjelajahan dilakukan dan
informasi yang dibutuhkan telah didapat, maka yang
dilakukan selanjutnya adalah tahap penyusunan. Pada tahap
ini siswa mencoba untuk menyusun informasi yang mereka
dapatkan agar mudah untuk diformulasikan dan dipelajari.
5. Tahap Penyajian. Setelah informasi telah diolah, maka
hasilnya akan disajikan atau dipresentasikan sesuai dengan
tujuan siswa melakukan pencarian infomasi.
6. Tahap Evaluasi. Pada tahap ini yang dilakukan adalah
mengevaluasi mengenai hasil yang diperoleh oleh siswa
tingkat SMA di SLB Negeri Semarang setelah mereka
34
melakukan proses pencarian informasi. Cara apa yang lebih
disukai dan mudah dilakukan, menurut mereka, untuk
memperoleh informasi serta bagaimana perasaan mereka
selama mereka melakukan proses pencarian informasi
tersebut.
1.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Observasi
Sulistyo-Basuki menyebutkan bahwa observasi informal dapat bermanfaat
dalam tahap awal perencanaan proyek penelitian (Sulistyo-Basuki, 2006:148).
Oleh karena itu penulis juga melakukan observasi terlebih dahulu di SLB Negeri
Semarang untuk mengetahui gambaran dan suatu objek penelitian yang akan
diteliti. Menurut Marshall dalam Sugiono (2009:226) menyatakan bahwa “
through observation, the research learn about behaviour dan the meaning
attached to those behavior” dimaksudkan bahwa melalui Observasi, peneliti
belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Sehingga dengan
adanya observasi maka penulis akan lebih memahami keadaaan, suatu objek
penelitian untuk mendapatkan data yang valid. Dalam observasi ini peneliti akan
meneliti siswa autis berjumlah 7 orang yang ada di perpustakaan maupun di luar
perpustakaan SLB Negeri Semarang.
35
Sedangkan untuk jenis observasinya penulis menggunakan observasi
partisipatif karena penulis ingin mendapatkan informasi yang objektif. Susan
Stainback menyatakan “in participant observation, the researcher observes what
people do, listed to what they say, and participates in their activities” yang
dimaksudkan adalah dengan adanya observasi partisipasif peneliti akan
mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan,
dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Dalam golongan observasi partisipatif,
penulis memilih golongan partisipasi pasif. Menurut Sugiono (2009:228)
Partisipasi pasif (passive participation): means the research is present at the scene
of action but does not interact or participate. Jadi dalam hal ini dimaksudkan
bahwa peniliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut
terlibat dalam kegiatan dalam kegiatan pencarian informasi.
2. Wawancara
Menurut Estenber (dalam Sugiono, 2009) Wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Dalam bukunya yang berjudul
metode penelitian. Sulistyo Basuki menyebutkan bahwa tujuan wawancara
mendalam ialah mengumpulkan suatu informasi yang kompleks dan sebagian
besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi. Sasaran wawancara
mendalam ialah menyelenggarakan wawancara yang memungkinkan para
responden membahas secara mendalam sebuah subjek (Sulityo-Basuki,
36
2006:173). Dalam wawancara ini peneliti akan melalukan wawancara dengan
anak autis yang mempunyai kecerdasan dan memiliki potensi khusus sebanyak 14
orang terdiri dari 7 siswa autis yang dipilih dari masing-masing kelas, 3 guru kelas
khusus, 2 pustakawan dan 2 orang tua wali murid.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiono (1997) Dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar. Penulis
mendokumentasikan hasil observasi berupa foto-foto tempat penelitian dan
kegiatan siswa autisme di SLBN Semarang ketika melakukan pencarian
informasi. Foto-foto tersebut dimaksudkan agar lebih menguatkan hasil dari
penelitian ini. Disamping itu juga peneliti akan mencari dokumen data tentang
peminjaman koleksi, dan data dari layanan sirkulasi agar bisa menjelaskan secara
mendetail di dalam penelitian ini.
1.6 Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Bogdan adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, bahan-
bahan lain, sehingga mudah difaham, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
37
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiono, 2009:244).
Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiono, 2009) mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,. Aktivitas yang dilakukan dalam
analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.
Secara umum proses analisis datanya adalah antara lain: (Sugiono,
2009:247-289)
1. Reduksi Data
a. Mereduksi data berati merangkum, memilihi, hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melalukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari yang
diperlukan
b. Dengan reduksi, maka peneliti merangkum, mengambil data yang
pokok dan penting. Catatan lapangan merupakan huruf besar, huruf
kecil dan angka.
Dalam reduksi data ini peneliti akan merangkum, memeriksa kembali
data yang telah dikumpulkan, menggolongkan, membuang yang tidak
38
perlu sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi.
2. Penyajian Data
Setelah direduksi, maka selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam
hal ini Miles dan Huberman (1984) menyatakan “the most frequent form of
display data for qualitative research data in the past has been narrative
text” dimaksudkan adalah yang paling sering digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam penelitian ini
peneliti akan menggunakan pengembangan sendiri dengan teks yang
bersifat naratif serta akan menggunakan tabel atau bagan yang
menguhubungkan kategori yang akan diteliti dan pembagian dari daftar
wawancara sehingga mudah dalam pengelompokannya
3. Verifikasi
Dalam penelitian pada tahap ini, peneliti akan melakukan
wawancara kepada pada pustakawan dan guru yang mengajar siswa
tingkat SMA di SLB Negeri Semarang SLB Negeri Semarang untuk
mengkroscek informasi yang sebelumnya sudah dilakukan kepada siswa
39
autis agar mendapatkan tambahan informasi serta menguatkan hasil data
yang telah ada.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam analisis penelitian ini menurut Milles dan
Huberman adalah kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat dan
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dalam penelitian ini
penulis melalukan pemeriksaan dengan jalan menggunakan berbagai
informasi tentang berbagai hal dari berbagai sudut pandang dan memeriksa
pandangan seseorang dengan hasil verifikasi, observasi peneliti terhadap
orang tersebut, atau sebaliknya meminta persetujuan (konfirmasi) hasil
observasi peneliti kepada orang yang ditelitinya.
40
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Perpustakaan SLB Negeri Semarang
4.1.1. Sejarah Singkat Perpustakaan SLB Negeri Semarang
Bersamaan dengan berdirinya sekolah SLB Negeri Semarang perpustakaan
sekolah diselenggarakan sejak tahun 2006 dengan pengelolaan perpustakaan yang
belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari minimnya administrasi, jumlah koleksi,
dan kondisi ruangan perpustakaan yang kurang memadai. Pada tahun berikutnya,
perpustakaan mengalami perkembangan yaitu adanya penambahan kolesi sedikit
demi sedikit sehingga koleksi makin bertambah, tetapi pengelolaan perpustakaan
masih sangat sederhana karena tidak mempunyai petugas khusus perpustakaan.
Pada tahun 2004 bangunan perpustakaan di blok B di Lantai 2 mulai
dibangun dan resmi digunakan sekitar tahun 2006 dan dijadikan satu dengan
ruang ITC (Information Center Technology) yang memiliki 15 unit Personal
Computer. Koleksi juga semakin bertambah yang berasal dari komite sekolah,
dinas yang membawahi yayasan anak berkebutuhan khusus, sumbangan, serta
membuat dan membeli sendiri. Perpustakaan saat ini dikelola oleh seorang
petugas perpustakaan yang berposisi sebagai ahli teknologi dan mengikuti diklat
perpustakaan. Dengan adanya petugas perpustakaan tersebut, maka sedikit demi
sedikit pengelolaan perpustakaan disesuaikan dengan standar atau aturan yang
berlaku seperti pengolahan, layanan serta administrasi-administrasi yang
diperlukan.
41
4.1.2. Visi dan Misi Perpustakaan SLB Negeri Semarang
1. Visi Perpustakaan
Untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan dan ketrampilan. Mempertinggi budi pekerti dan mempertebal
semangat kebangsaan dan cinta tanah air sehingga dapat menumbuhkan manusia-
manusia pembangun yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa berdasarkan sistem pendidikan
berbasis teknologi dan sistem pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan
UUD1945.
2. Misi Perpustakaan
Menggembangkan minat kemampuan dan menumbuhkan kebiasaan
membaca khususnya serta mendayagunakan budaya tulisan dalam segala
sektor kehidupan.
Menggembangkan kemampuan mencari dan mengolah serta
memanfaatkan informasi.
Mendidik siswa agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka
secara tepat dan berhasil guna.
Meletakkan dasar-dasar kearah belajar mandiri
Memupuk dan mengembangkan minat dan bakat siswa dalam segala aspek
Menumbuhkan penghargaan siswa terhadap pengalaman imajinatif
Mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang
hihadapi atas tanggung jawab dan usahanya sendiri.
4.1.3. Struktur Organisasi Perpustakaan SLB Negeri Semarang
42
Organisasi pada hakikatnya digunakan sebagai sarana dimana orang-orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional, sistematis dan terencana berdasarkan
peraturan yang ditetapkan guna mencapai tujuan bersama.
Agar tugas, pokok dan fungsi tiap-tiap bagian berjalan dengan jelas,
efektif dan efisien maka diperlukan struktur organisasi.
Struktur organisasi perpustakaan SLB Negeri Semarang terdiri dari
beberapa bagian, meliputi unsur kepala sekolah, koordinator perpustakaan, dan
beberapa bagian. Bagan struktur organisasi perpustakaan SLB Negeri Semarang
dapat dilihat dalam gambar berikut:
Layanan Pembaca
Sugiyono, S.Pd
Teknis
Bambang Hariyanto, S.Pd
Kepala Sekolah
Drs. Ciptono
Koordinator Perpustakaan
Sri Yati, S.sos
43
Sumber: Laporan Perpustakaan Tahun 2013/2014
4.1.4. Sistem Pengelolaan dan Pelayanan Perpustakaan SLB Negeri
Semarang
Secara umum sistem pengelolahan belum sepenuhnya dapat terlaksana,
sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut mereka menggunakan layanan manual.
Pengaturan koleksi perpustakaan digunakan klasifikasi Dewey Decimal
Clasification (DDC) agar memudahkan pengguna dalam menemukan koleksi
yang dibutuhkan. Sistem ini dipilih karena mempermudah petugas untuk
mengklasifikasikan buku sesuai dengan jenis dan merupakan pedoman standar
perpustakaan di Indonesia.
44
Adapun sistem pelayanan yang digunakan dengan sitem terbuka. Jenis
pelayanan ini memungkinkan pengguna untuk mencari sendiri koleksi yang
diperlukan. Sistem ini sangat efektif baik bagi petugas maupun pengguna.
4.1.5. Kegiatan Perpustakaan SLB Negeri Semarang
Kegiatan yang dilaksanakan di Perpustakaan SLB Negeri Semarang
adalah sebagai berikut :
1. Administrasi
a. Pencatatan pengembalian
b. Pembuatan kartu anggota
c. Pembuatan laporan
d. Pembuatan statistik perpustakaan
2. Pengadaan
Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkaian dari kebijakan
pengembangan koleksi perpustakaan. Pengadaan buku untuk Perpustakaan
SLB Negeri Semarang dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Pembelian
Pengadaan melalui pembelian di SLB Negeri Semarang
dananya berasal dari dana Komite yang keluar setiap satu tahun
sekali. Buku yang ada dibeli merupakan usulan dari guru-guru
maupun pengelola perpustakaan sesuai kebutuhan pemustaka
khususnya para siswa atau guru itu sendiri untuk bahan mengajar.
Data usulan buku yang sudah jadi kemudian disusun dan dibuatkan
45
daftar permintaan buku yang diajukan kepada penganggunjawab
yang juga menjabat sebagai Kepala Sekolah.
b. Dropping
Buku yang berasal dari dropping biasanya diperoleh dari
pemerintah Kota Semarang yang berupa buku paket.
c. Sumbangan
Buku yang berasal dari sumbangan biasanya diperoleh dari:
(1) Sumbangan dari beberapa penerbit yang berupa buku paket,
(2) Sumbangan dari Dinas Pendidikan berupa buku bacaan,
keterampilan dan buku paket.
(3) Sumbangan dari yayasan anak berkebutuhan khusus berupa
buku-buku ketrampilan.
d. Membuat sendiri
Pengadaan dengan cara membuat sendiri dilakukan dengan
cara guru memberikan tugas kepada para siswa untuk praktek
ketrampilan tertentu yang hasil akhirnya dikumpulkan di
perpustakaan untuk dijadikan tambahan koleksi bagi perpustakaan
dan selanjutnya bisa dimanfaatkan oleh siswa yang lainnya.
Penugasan dapat berupa pembuatan ketrampilan membuat batik,
keramik, kayu, membuat lagu, puisi, dan sebagainya
3. Seleksi / pemilihan bahan pustaka
Seleksi adalah kegiatan menyeleksi bahan pustaka yang baru
datang oleh pihak perpustakaan yang dimaksudkan untuk mengetahui asal
46
bahan pustaka apakah dari pembelian, sumbangan, dropping, serta untuk
mengetahui bahan pustaka yang baru datang tersebut sesuai dengan
pesanan atau tidak.
4. Pengolahan
Pengolahan bahan pustaka dilakukan sejak buku masuk ke
perpustakaan sampai siap untuk dimanfaatkan / dipinjam oleh pemustaka.
Proses pengolahan bahan pustaka teridiri dari:
a. Inventarisasi
Inventarisasi adalah kegiatan pencatatan bahan pustaka ke
dalam buku inventaris yang isinya teridiri dari judul buku,
pengarang, kolasi (kota terbit, dan tahun terbit), dan jumlah
eksemplar buku.
b. Stempelisasi
Stempelisasi adalah pemberian cap identitas perpustakaan
pada bahan pustaka dengan aturan yang sudah ditentukan.
Stempelisasi terdiri dari stempel invetaris dan stempel identitas
perpustakaan.
c. Kasifikasi
Klasifikasi adalah suatu proses pemberian nomor buku
dengan aturan tertentu yang berdasarkan subjek sehingga bahan
pustaka dapat dikelompokkan sesuai subjek masing-masing yang
diletakkan bersama-sama di suatu tempat untuk membatnu dan
47
mempermudah pengguna dalam enelusuran bahan pustaka. Sistem
klasifikasi yang digunakan adalah Dewey Decimal Clasification
(DDC).
5. Layanan
Pada bagian ini perpustakaan berhubungan langsung dengan siswa.
Siswa SLB Negeri Semarang melakukan pencarian informasi pada bagian
layanan Perpustakaan SLB Negeri Semarang. Jenis layanan yang
dilakukan oleh perpustakaan SLB Negeri Semarang meliputi:
a. Layanan Sirkulasi
Tugas-tugas bagian layanan sirkulasi adalah sebagai
berikut:
1. Layanan peminjaman buku.
Layanan peminjaman buku diberikan siswa sekolah
yang telah tercatat sebagai anggota perpustakaan SLB
Negeri Semarang. Setiap siswa diperbolehkan meminjam
buku paling banyak 2 eksemplar dengan didampingi oleh
orang tua wali murid. Proses peminjaman berlangsung
sebagai berikut: peminjam mengisi buku pengunjung,
memilih buku yang ingin dipinjam di rak koleksi. Setelah
menemukan buku yang akan dipinjam, dibawa ke petugas
layanan dengan menyerahkan kartu anggota perpustakaan.
2. Layanan pengembalian dan/atau perpanjangan
48
Pada saat habis masa pinjam 7 hari, buku harus
dikembalikan ke perpustakaan. Caranya adalah dengan
membawa buku yang dipinjam beserta dengan kartu
anggota yang nantinya akan diberi stempel bukti pelunasan.
Perpanjangan masa pinjam dapat dilakukan sebanyak satu
kali. Buku yang akan diperpanjang masa pinjamannya
dibawa dan ditunjukkan kepada petugas.
b. Layanan Terbitan Berkala
Perpustakaan SLB Negeri Semarang menyediakan layanan
terbitan berkala seperti majalah, koran dan tabloid. Koleksi terbitan
berkala menggunakan sistem terbuka yaitu memberikan
kesempatan kepada pemustaka untuk memilih dan mengambil
terbitan sendiri. Koleksi terbitan perpustakaan SLB Negeri
Semarang hanya dapat dibaca ditempat yang mudah disediakan,
dan tidak dapat dipinjam untuk dibawa pulang.
c. Layanan internet
Perpustakaan SLB Negeri Semarang menyediakan layanan
internet. Siswa SLB Negeri Semarang dapat memanfaatkannya
untuk mencari informasi tertentu melalui internet. Perpustakaan
juga dilengkapi dengan LAN (local area network) yaitu computer
yang saling dihubungkan oleh kabel dan dapat melakukan akses
internet, area hotspot, sehingga siswa juga dapat melakukan
pencarian informasi melalui hotspot tersebut.
49
Untuk layanan internet, di lingkungan SLB Negeri
Semarang juga telah ada area hotspot. Siswa dapat mencari
informasi melalui internet tidak hanya di perpustakaan, tetapi
mereka juga bisa melakukan pencarian informasi di lingkungan
SLB Negeri Semarang.
4.1.6. Peraturan Ketertiban SLB Negeri Semarang
Peraturan yang perlu diperhatikan:
1. Siswa, guru, karyawan serta pengunjung lain yang memasuki ruang
perpustakaan diharap melapor kepada pengelola/petugas perpustakaan dan
mengisi buku daftar pengunjung.
2. Di dalam ruang perpustakaan harap menjaga ketertiban dan kesopanan
supaya tidak mengganggu orang lain yang sedang membaca atau sedang
belajar.
3. Setiap peminjam buku, majalah, surat kabar dan lain-lain harus memiliki
kartu anggota perpustakaan.
4. Setiap peminjam diperbolehkan mengambil sendiri buku-buku, majalah,
surat kabar yang akan dipinjam dan melaporkan kepada petugas
perpustakaan.
5. Selesai membaca buku, majalah, surat kabar dan lain-lain harus
dikembalikan pada tempatnya semula.
6. Setiap peminjam harus mengembalikan pinjaman buku, surat kabar,
majalah dan lain-lain sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh
perpustakaan.
50
7. Bila ada jam kosong siswa/siswi diperbolehkan belajar di ruang
perpustakaan setelah terlebih dahulu melapor kepada petugas
perpustakaan.
8. Menjaga / merawat buku-buku yang dipinjam dari perpustakaan.
9. Apabila buku-buku, majalah, surat kabar yang dipinjam rusak atau hilang
harap segera melapor kepada pengelola/petugas perpustakaan.
10. Jagalah kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan di dalam
ruang perpustakaan untuk mendapatkan kenyamanan bersama.
Larangan yang harus diperhatikan:
1. Tidak dibenarkan memakai topi, jaket, serta membawa tas kedalam ruang
perpustakaan.
2. Dilarang membawa makanan/minuman serta benda-benda lain yang tidak
berhubungan dengan perpustakaan.
3. Dilarang makan/minum, merokok, atau hal-hal lain yang bisa menodai
barang-barang didalam ruangan perpustakaan serta membuat udara di
dalam ruangan tidak nyaman.
4. Dilarang mencoret-coret / menggunting, menyobek buku-buku, majalah,
surat kabar dan lain-lain milik perpustakaan.
5. Dilarang bermain atau bergurau yang dapat mengganggu orang lain yang
sedang membaca/belajar.
6. Tidak dibenarkan menggunakan ruang perpustakaan untuk keperluan lain,
selain sebagai sarana pendidikan di sekolah serta untuk meningkatkan
efektifitas kegiatan belajar mengajar.
51
7. Tidak dibenarkan menukar buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain
milik perpustakaan dengan buku lain lain tanpa seijin pengelola.
4.1.7. Kondisi Kesiswaan
Siswa SLB Negeri Semarang secara otomatis dapat memanfaatkan
koleksi yang ada di perpustakaan. Mereka boleh mencari informasi yang mereka
inginkan di perpustakaan.
Tabel IV.1 Jumlah Siswa Autis SLB Negeri Semarang
TAHUN KELAS JUMLAH KELAS JUMLAH SISWA
2010/2011 X 1 15
XI 1 18
XII 1 14
2011/2012 X 1 12
XI 1 12
XII 1 16
Sumber: Data SLB Negeri Semarang
4.1.8 Grafik Pengunjung Perpustakaan SLB Negeri Semarang
52
Gambar 5. Grafik Pengunjung Perpustakaan SLB Negeri Semarang
Tahun Ajaran 2012/2013
4.1.9. Koleksi Bahan Pustaka Perpustakaan SLB Negeri Semarang
Koleksi yang dimiliki perpustakaan SLB Negeri Semarang telah diolah
yang dilengkapi dengan label, kartu buku, kantong buku, yang disusun
berdasarkan nomor klasifikasi dengan menggunakan DDC. Adapun data koleksi
yang ada di perpustakaan SLB Negeri Semarang sampai dengan tahun 2013
adalah sebagai berikut:
176
156
192 200
188 172
196 192 204
144
176 168
0
50
100
150
200
250
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Grafik Pengunjung Perpustakaan
Jumlah Pengunjung
53
1. Jumlah Koleksi Buku
Tabel IV.2. Jumlah Koleksi Buku
NO KODE
BUKU
+ 20% JUMLAH KET
1 000 – 099 53 80 229 344
20 % adalah
perkiraan
buku yang
belum masuk
di data.
2 100 – 199 43 79 186 340
3 200 – 299 66 159 286 687
4 300 – 399 83 198 357 857
5 400 – 499 52 149 225 644
6 500 – 599 62 13 268 445
7 600 – 699 40 91 172 392
8 700 – 799 38 141 165 610
9 800 – 899 56 165 244 715
10 900 – 999 5 144 23 621
11 FIKSI 73 151 229 654
12 REFRENSI 23 41 122 175
Jumlah 655 1284 2751 6356
1251
Sumber: Data Perpustakaan SLB Negeri Semarang
2. Jumlah Koleksi Lain
Koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan selain buku terdiri dari
buku paket, majalah, kliping, surat kabar, jurnal, CD, Globe, dan peta
yaitu:
Tabel IV.3. Jumlah Koleksi Lain
NO JENIS JUMLAH JUDUL EKSEMPLAR
1 Buku paket 33 8880
2 Majalah 25 400
3 Buku Keterampilan 30 -
4 Surat Kabar 9 -
5 Jurnal 2 54
6 CD 25 -
7 Globe 1 -
8 Peta 20 -
Sumber: Data Perpustakaan SLB Negeri Semarang
54
BAB V
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pada bab V ini, peneliti akan memaparkan, menganalisis, hasil penelitian
agar tujuan penelitian ini dapat tercapai, yaitu untuk mendapatkan informasi dan
pemahaman mengenai tujuan pencarian infomasi para siswa autis, perilaku
pencarian informasi mereka dan kendala-kendala yang dihadapi.
Analisis didasarkan pada pengamatan di lapangan dan wawancara kepada
14 informan. Informan yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 7 orang siswa
autis SLB Negeri Semarang yang terdiri dari 5 siswa dan 2 siswi, 2 orang
pustakawan di SLB Negeri Semarang, 2 orang tua murid dan 3 orang guru kelas
siswa autis. Informan diambil dari siswa autis dari masing-masing kelas X, kelas
XI dan kelas XII
5.1. Informan
Informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel V.1. Data Informan Siswa Autis
No. NAMA KELAS
1 AV XA
2 CA XA
3 KH XID
4 DA XID
5 AN XIIC
6 IQ XIIC
7 SB XIIC
Data Informan Pustakawan di Perpustakaan SLB Negeri Semarang
55
No. NAMA
1 HU
2 SG
Data Informan Guru Kelas SLBN Semarang
No. NAMA GURU KELAS
1 KC XA
2 BG XID
3 PU XIIC
Data Informan Orang Tua Siswa Autis
No. NAMA
1 MD
2 FH
Semua siswa autis tingkat SMA di SLB Negeri Semarang pernah
melakukan pencarian informasi, berikut hasil wawancara peneliti dengan
informan berikut:
”Iya, saya pernah mencari informasi”. (Av siswa autis kelas XA, 15 Juli 2013)
”Saya sering melakukan pencarian informasi”. (Cu siswa autis kelas XA, 15 Juli
2013)
”Iya, sering dan hampir tiap hari melakukan pencarian informasi”. (Kh siswa
autis kelas XID, 16 Juli 2013)
”Saya pernah melakukan pencarian informasi, hampir setiap hari saya
melakukan pencarian informasi”. (Da siswa autis kelas XID, 16 Juli 2013)
”Iya, saya pernah melakukan pencarian informasi”. (An siswa autis kelas XIIC,
17 Juli 2013)
”Saya pernah melakukan pencarian informasi”. (Iq siswa autis kelas XIIC, 17
Juli 2013)
56
”Saya pernah melakukan pencarian informasi”. (Sb siswa autis kelas XIIC, 16
Juli 2013)
Anak autis selalu melakukan pencarian informasi karena rasa
keingintahuan mereka yang sangat tinggi dan mempunyai pemikiran-pemikiran
yang kritis tentang segala hal yang belum mereka ketahui dan segala hal yang
baru dikenalinya. Hal ini di dukung dengan pernyataan guru, pustakawan serta
wali murid sebagai berikut:
”Anak autis selalu melakukan pencarian informasi dikarenakan rasa keingin
tahuan mereka yang sangat tinggi”. (Hu pustakawan, 25 Juli 2013)
”Anak autis tidak pernah lepas dari informasi, mereka selalu mencari informasi
karena informasi merupakan sebagian dari diri mereka”. ( Kc guru kelas XA, 18
Juli 2013)
”Anak saya selalu mencari informasi setiap hari” (Md Orang Tua Murid, 27 Juli
2013)
Dari hasil wawancara dengan anak autis, pustakawan, guru kelas dan
orang tua murid menyatakan bahwa sebagian besar anak autis pernah melakukan
pencarian informasi karena informasi adalah sebagian dari kebutuhan yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan mereka.
5.2 Tujuan mencari informasi
Secara keseluruhan siswa autis tingkat SMA di SLB Negeri Semarang
melakukan pencarian informasi karena dilatarbelakangi oleh adanya minat siswa
terhadap ketrampilan yang mereka kuasai, tugas dari guru, menambah wawasan,
hiburan dan segala sesuatu hal yang ingin mereka ketahui. Selain pelajaran umum
yang dipelajari di sekolah biasa misalnya Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Ilmu
57
Pengetahuan Alam, Matematika dan juga ada pelajaran ketrampilan sesuai dengan
minat siswa. Minat merupakan sesuatu yang mereka senangi, di luar pelajaran
sekolah. Pelajaran yang ada di SLB Negeri Semarang yang disesuaikan
berdasarkan minat dan bakat anak adalah pelajaran musik, ketrampilan memasak,
menggambar, menyanyi dan segala bidang kesenian. Karena di sekolah ini
termasuk golongan dalam sekolah kejuruan yang menunjang minat siswa agar
siswa dapat keluar dari sekolah ini dengan bekal agar dapat mandiri. Berdasarkan
hasil wawancara terungkap bahwa minat yang mereka senangi adalah bidang tata
boga, musik, menggambar, olahraga, kesenian,kecantikan, ilmu alam, dan ilmu
sosial. Berikut hasil wawancara dengan siswa tentang latarbelakang mereka
mencari informasi sebagai berikut:
”Saya suka memasak dan sering praktek memasak di rumah. Sehingga saya perlu
melakukan pencarian informasi untuk menambah pengetahuan tentang cara
membuat roti, bolu kukus dan masakan lain”. (Av, siswa autis kelas XA, 15 Mei
2013)
“Saya melakukan pencarian informasi karena ingin menambah wawasan, hiburan
selain itu saya harus tahu segalanya apalagi tentang band-band di di Indonesia
bahkan diluar negeri pun saya harus tau dan saya akan mencari lagu-lagu yang
sedang popular”. (Kh siswa autis kelas XID, 15 Juli 2013)
Minat yang ia sukai saat ini adalah musik, dan berlibur. Ketika wawancara
berlangsung, ia merasa bangga saat dia menceritakan sesuatu hal yang bersifat up
to date dan bisa menceritakan detail, kemana saja dia pernah berlibur, bercerita
secara rinci logo daerah tersebut, tempat wisata di daerah yang dia kunjungi,
makanan khas. Untuk hobi musik juga dia menyebutkan dan hafal menyanyikan
band-band luar negeri serta lagu-lagunya. Disini terungkap bahwa ada rasa ingin
dihargai karena ia mempunyai nilai plus dibandingkan dengan teman-temannya.
58
“Saya melakukan pencarian informasi karena saya suka apapun tentang berita
dan jurnalistik ingin menambah wawasan tentang berita-berita up to date tentang
suatu peristiwa atupun berita yang sedang hangat dibicarakan pada waktu ini”.
(An siswa autis kelas XIIC, 16 Juli 2013)
Minat yang disukai oleh Andre siswa kelas XIIC yang menyukai tentang
ilmu jurnalistik. Sehingga ia harus selalu up to date tentang berita apapun dan
selalu ingin mengetahui tentang bagaimana cara menjadi jurnalis yang baik dan
benar. Hal serupa dikatakan oleh siswa kelas XI dan XII sebagai berikut:
“Saya suka pelajaran ilmu alam. Saya melakukan pencarian informasi karena
untuk hiburan dan saya ingin jenius dan masuk kuliah. Kadang ya karena
mendapatkan tugas dari guru”. (Da siswa autis kelas XID, 15 Juli 2013)
“Saya melakukan pencarian informasi karena saya suka seni wayang. Saya harus
tau semua tentang cerita-cerita perwayangan yang ada di Indonesia karena saya
suka bermain wayang dan sering ikut pentas seni dengan ayah saya untuk
melestarikan kebudayaan Indonesia disamping untuk hiburan dan memang
menjadi minat saya”. (Iq siswa autis kelas XIIC, 16 Juli 2013)
“Saya melakukan pencarian informasi karena hobi saya yang suka olahraga bola
dan musik”. (Sb siswa autis kelas XIIC, 16 Juli 2013)
Secara keseluruhan seluruh siswa autis melakukan pencarian informasi
karena dilatarbelakangi oleh adanya tugas, memahami materi pelajaran, hiburan,
menambah wawasan, minat, hobi, tugas dari guru dan mencari informasi tentang
musik, melukis menggambar, teknologi dan ilmu alam.
Hal ini di dukung dengan pernyataan guru, pustakawan serta orang tua
murid sebagai berikut:
“Pernah melakukan pencarian informasi karena mereka keingin tahuannya yang
tinggi dalam bidang seni, musik maupun teknologi”. (Md Orang Tua Murid, 27
Juli 2013)
59
“Anak autis pernah melakukan pencarian informasi karena tugas yang saya
berikan dan siamping itu karena rasa ingin tahuan mereka yang besar akan
segala hal”. (Pu Guru Kelas XIIC, 19 Juli 2013)
“Anak autis pernah melakukan informasi karena mereka suka dengan sesutu hal
yang belum mereka ketahui, berdasarkan minat dan bakatnya serta hal baru yang
ada di sekitar mereka”. ( Bg Guru Kelas XID, 18 Juli 2013)
“Anak autis memiliki memori yang kuat dalam mengingat suatu hal. Untuk itu
mereka pernah melakukan pencarian informasi karena keingin tahuannya kuat
akan sesuatu hal dan biasanya bermain game misalnya game tentang IQ dan
sebagainya”. (Sg Pustakawan, 25 Juli 2013)
Peneliti menyimpulkan bahwa mereka membutuhkan informasi karena
rasa ingin tahu dan kekosongan informasi demi menambah cakrawala
pengetahuan, membuat mereka lebih dihargai masyarakat, dan mempertahankan
hidup. Hal ini juga selaras dengan pendapat Krech, Crutchfield, dan Ballachey
(dalam Yusup, 1995: 8) menyatakan bahwa Kebutuhan Informasi merupakan
suatu keadaan yang terjadi dimana sesorang merasa ada kekosongan informasi
atau pengetahuan sebagai akibat tugas atau sekedar ingin tahu. Kekurangan ini
perlu dipenuhi dengan informasi baru sesuai dengan kebutuhannya.
5.3. Tahap Pencarian Informasi
5.3.1. Tahap Permulaan
Langkah awal dari sebuah perilaku pencarian informasi adalah pengenalan
untuk mengetahui dan memahami informasi apa yang dibutuhkan. Dari rasa
pengenalan, pengetahuan, pemahaman informasinya, akan terbentuk tahap-tahap
pencarian informasi. Sebelum mencari informasi para informan kebanyakan hanya
60
mengingat-ingat saja informasi yang akan dicari. Berikut jawaban informan
adalah sebagai berikut:
“Sebelum mencari informasi saya hanya mengingat-ingat saja informasi apa yang
mau saya cari”. (Ca siswa autis kelas XA, 15 Juli 2013)
“Saya hanya mengingat-ingat saya informasi yang akan saya cari. Saya tidak
pernah mencatat untuk informasi apa yang akan saya cari. Misalnya saya ingin
mengetahui musik terbaru boyband dari amerika maka saya ketik saja di google
lagu terbaru boyband westlife”. (Kh, siswa autis kelas XID, 15 Juli 2013)
“saya hanya mengingat-ingat saja informasi yang akan saya cari. Biasanya saya
langsung ke perpustakaan dan memilih judul yang sesuai dengan informasi yang
akan saya cari. Misalnya tentang ilmu alam dan thermometer suhu badan maka
saya mencari buku IPA”. (Da siswa autis kelas XID, 15 Juli 2013)
“Permulaan yang saya lakukan sebelum mencari informasi biasanya hanya di
ingat saja, jarang untuk dicatat. Kalau saya memang ingin segera mengetahui
maka saya akan langsung mencarinya. Kalau biasanya dapat pelajaran yang
menarik dari guru dan hal baru yang tidak diketahui baru saya catat di buku
catatan saya”. (An siswa autis kelas XIIC, 16 Juli 2013)
Pada tahap permulaan, yang paling sering dilakukan oleh siswa autis
tingkat SMA di SLB Negeri Semarang adalah mereka selalu mengingat-ingat
informasi yang akan mereka cari, dan hanya beberapa siswa yang mencatat secara
inti-inti mengenai informasi yang akan mereka cari tersebut dikarenakan mereka
mempunyai kelebihan dalam memori ingatan mereka yang sangat bagus dan IQ
yang dimiliki hampir di atas rata-rata. Hal ini selaras dengan pendapat Priyatna
(2010) anak autis berbeda dengan anak yang memiliki keterbelakangan mental
yang dicirikan oleh relatife kurangnya atau bahkan hampir tidak ada
perkembangan pada level ketrampilan. Anak dengan autisme seringkali dapat
menunjukkan perkembangan ketrampilannya masing-masing. Bahkan ada yang
61
sampai level luar biasa. Hal ini di dukung dengan pernyataan pustakawan serta
wali murid sebagai berikut:
“Karena memori mereka sangat kuat dalam hal mengingat maka mereka jarang
sekali mencatat informasi yang mereka butuhkan bahkan untuk informasi yang
akan mereka cari sesuai dengan ketrampilan masing-masing anak”. (Hu utomo
Pustakawan, 25 Juli 2013)
“Karena mempunyai kelebihan daya pikir, daya tangkap serta daya ingat mereka
yang sangat bagus. Seringkali saya sebagai gurunya malah bertanya ataupun
dikoreksi oleh mereka. Dalam permulaan mencari informasi mereka hanya
mengingat-ingat saja informasi apa yang akan mereka cari”. (Kc, Guru Kelas
XA, 18 Juli 2013)
“Karena rasa ingin tahu serta daya ingat mereka yang sangat kuat, saya para
guru malah sering belajar dari mereka. Sehingga dalam mencari informasi
mereka selalu mengingat-ingat saja”. (Pu Guru Kelas XIIC, 19 Juli 2013)
“Anak saya tidak pernah mencatat informasi yang akan dia cari. Jika penasaran
akan suatu hal dikarenakan membaca berita atau menonton televisi. Anak saya
biasanya langsung menginginkan suatu berita yang lebih lengkap dan akurat.
sehingga dia langsung mencarinya di google dan hanya di ingat-ingat saja”. (Md
Orang Tua Murid, 27 Juli 2013)
Berikut yang dipaparkan oleh guru kelas XID yang menyatakan bahwa
“Saya sering memberikan materi kepada anak autis tentang pelajaran matematika
atau bahasa indonesia. Mereka langsung ingat jika suatu saat mereka ditanyai
materi yang diberikan pada watu minggu lalu. Anak autis sering mengingat-ingat
dan selalu mempunya rasa ingin tahu yang besar jika saya mengajar tentang
keajaiban yang ada di Indonesia, anak autis terkadang sering penasaran
terhadap keajaiban-keajaiban di dunia. Maka mereka langsung mencari
informasi tentang keajaiban yang ada di dunia. Mereka biasanya hanya
mengingat-ingat saja dan langsung mencarinya di google”. (Bg Guru Kelas XID,
18 Juli 2013)
Dari sudut pandang peneliti yang dimaksudkan bahwa anak autis sebelum
mencari-cari, melihat kemudian mengingat informasi yang dirasa perlu untuk
dicari maka secara otomatis mereka akan berusaha mencari informasi tersebut
karena rasa keingintahuan yang tinggi dan mereka merasa perlu mengetahuinya.
62
Berbeda dengan anak autis yang memiliki IQ rendah dan IQ rata-rata
mereka terkadang masih mencatat informasi yang akan mereka cari. Sebagai
contoh hasil wawancara dengan siswa kelas X sebagai berikut:
“Sebelum saya mencari informasi dan banyak membutuhkan informasi (lebih dari
2 informasi) saya mendata dahulu secara terperinci. Misalnya saya sedang ingin
membuat kue lapis legit atau bolu kukus keju. Tapi kadang saya sering
mengingat-ingatnya kalo lagi malas mencatat”. (Av siswa autis kelas XA, 15 Juli
2013)
Permulaan yang dilakukan sebelum melakukan pencarian informasi yang
didasarkan oleh kebutuhan memenuhi informasi mereka. Seraca keseluruhan anak
autis selalu melihat-lihat terlebih dahulu, di baca dan mengingat-ingat
(mengidentifikasi), informasi yang akan dicari sesuai dengan kebutuhan,
ketrampilan dan minat mereka.
5.3.2 Tahap Pemilihan
Pada tahap ini, siswa autis SLB Negeri Semarang lebih memilih mencari
informasi yang memang penting dan perlu untuk dicari dahulu, serta mencari
informasi mulai dari yang mudah ke yang lebih sulit untuk ditemukan.
“Saya memilih informasi yang saya cari itu penting atau tidak. Apabila penting
karena disuruh bu guru, saya akan segera mencari informasi tersebut. Tapi kalau
tidak ketemu saya tinggalkan yang sulit and mencari yang mudah dahulu”. (Av
siswa autis kelas XA, 15 Juli 2013)
63
Yang dimaksudkan dengan penting atau tidak adalah informan lebih
memilih mencari informasi dikarenakan ia akan mendahulukan mencari informasi
jika ada tugas dari guru dan praktek memasak disekolahan. Hal ini didukung
dengan pernyataan dari Pustakawan sebagai berikut:
“Anak autis mencari informasi sesuai dengan keinginan mereka jadi biasanya
memilih informasi yang lebih penting apabila mendapat tugas dari saya dan
mengabaikan informasi yang menurut mereka tidak penting”. (Hu Pustakawan,
25 Juli 2013)
Cara siswa autis di SLB Negeri Semarang dalam menentukan melalui apa
mereka mencari informasi yang mereka butuhkan dapat dibedakan menjadi 3 tipe.
Pertama adalah dengan mengelompokkan dahulu informasi apa saja yang
sekiranya sesuai dan cocok untuk dicari melalui apa. Berikut hasil wawancara
dengan informan adalah sebagai berikut:
“Untuk mencari informasi, saya lebih memilih dengan buku, malajah atau koran
tentang suatu hal yang memeang ingin saya ketahui, hal baru dan darurat jika
memang saya harus mencari karena saya tidak mau ketinggalan jaman.
Selebihnya saya akan bertanya kepada orang yang lebih tau”. (An siswa autis
kelas XIIC, 16 Juli 2013)
“untuk mencari informasi saya lebih memilih dengan menggunakan buku terlebih
dahulu, apabila ada informasi yang belum ketemu saya biasanya menanyakan
kepada kakak saya atau orang yang lebih tahu tentang apa saja yang ingin saya
ketahui, saya lebih sering mencari informasi di perpustakaan”. (Da siswa autis
kelas XID, 15 Juli 2013)
“Saya biasanya mencari informasi dengan memilih sumber yang terpercaya, saya
biasanya mencari informasi melalui majalah, televisi, buku olahraga dan
otomotif. Tapi saya lebih sering membuka internet karena menurut saya informasi
yang saya cari lebih lengkap dan lebih gampang”. (Sb siswa autis kelas XIIC, 16
Juli 2013)
64
Sumber terpercaya yang dimaksudkan adalah sumber yang satu dengan
yang lain terdapat banyak kesamaan. Hal ini didukung dengan pernyataan dari
guru kelas XIIC sebagai berikut:
“Anak autis adalah anak yang kritis, mereka selalu menanyakan segala sesuatu
hal yang tidak dimengerti tapi tidak cukup puas dengan bertanya ataupun
mencari pada satu sumber saja. Sehingga menurut saya mereka selalu
menggunakan segala sumber informasi yang terpercaya”. (Pu Guru Kelas XIIC,
20 Juli 2013)
Tipe kedua adalah memilih mencari informasi sesuai dengan tugas yang
diperintahkan guru untuk mencari informasi tersebut dimana.
“Jika ada tugas dari guru dan praktek memasak di sekolahan saya langsung
mencari informasi dan bahan bacaan yang saya butuhkan biasanya karena
perpustakaan lebih banyak informasi ya saya kesana”. (Av, siswa autis kelas XA,
15 Juli 2013)
“Biasanya mereka mencari informasi ketika mendapatkan tugas dari guru kela,
jika guru kelas mengharuskan mereka mencari informasi di perpustakaan”. (Hu
Pustakawan, 25 Juli 2013)
Tipe ketiga adalah melakukan pencarian informasi melalui apapun yang
disukainya. Mereka tidak perlu memilah-milah informasi yang akan mereka cari
tersebut cocok melalui apa, mereka melakukan pencarian sesuai dengan keinginan
mereka mencari informasi tersebut melalui apa.
“Saya lebih sering mencari informasi sesuai dengan keinginan saya, biasanya
mencari informasi melalui buku dan majalah”. (Sh siswa autis kelas XIIC, 17 Juli
2013)
“Untuk mencari informasi, saya lebih memilih untuk menggunakan cara yang
lebih efektif dan efisien” (Ca siswa autis kelas XA, 15 Juli 2013)
Ketika wawancara berlangsung, ia lebih menyukai cara yang efektif dan
efisien ini dimaksudkan ia lebih suka mencari informasi melalui internet,
65
menurutnya lebih efektif dan efisien karena informasi yang ada di internet lebih
banyak, lengkap, jelas, spesifik, up to date dan terus berkembang.
“Anak autis lebih suka mencari informasi sesuai dengan keinginan dan minat
mereka”. (Bg Guru Kelas XIID, 17 Juli 2013)
Walaupun ada sebagian yang lebih suka mencari informasi melalui selain
internet terlebih dahulu. Ada yang lebih memilih membaca buku dari
perpustakaan dahulu, misal buku keterampilan dan buku pelajaran sekolah, selain
informasinya juga lengkap mereka juga senang berkunjung ke perpustakaan. Ada
juga yang lebih senang bertanya kepada orang yang lebih tahu terlebih dahulu.
Menurut ia dengan bertanya kepada orang yang lebih tahu, informasi yang dia
dapatkan lebih valid dan lebih cepat.
“Saya lebih sering mencari informasi melalui orang yang lebih tahu, karena saya
suka dengan seni wayang saya biasanya bertanya kepada ayah saya karena ayah
saya seorang dalang. Jadi pastinya dia tahu sekali mendetail tentang
perwayangan dan disesuaikan dengan keinginan saya”. (Iq siswa autis kelas
XIIC, 17 Juli 2013)
Cara lain yang mereka pilih selain cara di atas yaitu melalui televisi untuk
mendapatkan informasi teraktual seperti berita dan radio. Berikut hasil wawancara
dengan informan sebagai berikut:
“Saya suka melihat televisi yang ada acaranya farah queen. Biasanya saya
mempraktekkannya kepada ayah saya karena ibu saya juga biasa berjualan
drumah dan membuat camilan”. (Av autis kelas XA, 15 Juli 2013 )
Ketika wawancara berlangsung ia sepertinya menyukai informasi yang
penyajiannya menarik dan bersifat visual agar ia bisa mencerna informasi dengan
baik dan mempraktekkannya sendiri.
66
“Saya mencari informasi melalui radio karena saya suka mendengarkan lagu-
lagu maka saya sering mendengar gajah mada FM karena biasanya memutar
lagu-lagu yang hits pada saat sekarang ini. Selain mendengarkan radio saya suka
melihat televisi biasanya saya suka berita tentang bencana alam, kecelakaan,
berita tentang kesehatan, penculikan dan sebagainya” (Kh siswa autis kelas XD,
15 Juli 2013)
“Saya biasanya mencari informasi melalui Koran, berita televisi apa sih yang
sedang up to date dan dibicarakan orang banyak. Saya sering bertanya kepada
teman kakak saya yang bekerja di trans tv. Misalnya bagaimana sih menjadi
jurnalis dan bertanya tentang apapun yang ingin saya ketahui tentang dunia
teknologi dan jurnalistik”. (An, siswa autis kelas XIIC, 16 Juli 2013)
Ada beberapa tipe dalam proses pemilihan seleksi yang dilakukan oleh
siswa autis. Yang pertama berdasarkan dengan mengelompokkan dahulu
informasi apa saja yang sekiranya sesuai dan cocok untuk dicari melalui apa. Tipe
kedua adalah memilih mencari informasi sesuai dengan tugas yang diperintahkan
guru untuk mencari informasi tersebut dimana. Tipe ketiga adalah melakukan
pencarian informasi melalui apapun yang disukainya. Mereka tidak perlu
memilah-milah informasi yang akan mereka cari tersebut cocok melalui apa,
mereka melakukan pencarian sesuai dengan keinginan mereka mencari informasi
tersebut melalui apa. Tipe yang lain adalah dengan menggunakan melalui sumber
elektronik dan sejenisnya.
5.3.3 Tahap Penjelajahan
Penjelajahan yang dilakukan oleh siswa autis secara keseluruhan hampir
sama, tergantung mereka mencari informasi melalui apa. Berikut penulis jabarkan
cara mereka melakukan penjelajahan melalui media sebagai berikut:
1. Internet
67
Secara keseluruhan, semua siswa autis tingkat SMA di SLB Negeri
Semarang melakukan cara yang sama ketika mereka melakukan penjelajahan
informasi melalui internet. Pertama mereka menuliskan alamat web yang akan
mereka buka. Biasanya mereka menggunakan google, setelah itu mereka
memasukkan kata kunci yang sesuai dengan informasi yang diinginkan.
”Ketika saya melakukan penjelajahan melalui internet. Saya buka google dan
browsing dan memasukkan subjek atau kata kunci yang saya ingin cari. Saya
sering membuka situs youtube.com dan sering sekali menshare video yang saya
buat sendiri untuk dishare ke youtube”. (Sb siswa autis kelas XIIC, 24 Juli 2013 )
“Penjelajahan lebih sering dilakukan melalui internet dan biasanya
menggunakan google”. (Hu Pustakawan, 25 Juli 2013)
“Anak autis biasanya membuka internet dan browsing melalui google, youtube
dan blog”. (Kc Guru Kelas XA, 18 Juli 2013)
“Anak autis biasanya menggunakan internet membuka link google, website”. (Bg
Guru Kelas XID, 19 Juli 2013 )
“Anak autis suka menggunakan internet dan biasa membuka google”. (Pu Guru
Kelas XIIC, 20 Juli 2013)
“Proses penjelajahan informasi melalui internet saya lebih suka browsing di
google. Kalau mencari informasi musik saya biasanya membuka 4share.com
untuk mendownload lagu dan menyimpannya sebagai link favorite di laptop saya
sehingga saya membuka Mozilla langsung bisa saya klik link yang saya tag tadi”.
(Kh siswa autis kelas XID, 22 Juli 2013)
Ketika wawancara berlangsung, ia menjelaskan bahwa tidak gampang
berlangganan 4share.com dan memberitahu kepada peneliti jika ingin
berlangganan dan mendownload lagu-lagunya maka harus mendaftar dahulu
melalui email dan 4share.com.
Setelah memasukkan kata kunci yang sesuai mereka baca, hafalkan dan
ingat-ingat, terkadang dicatat dalam proses permulaan tadi satu persatu. Kemudian
68
muncul berbagai rujukan yang sesuai dengan kata kunci yang telah mereka
masukkan tadi. Rujukan atau informasi yang dipilih pertama kali oleh sebagian
siswa adalah yang paling atas karena biasanya memuat informasi yang lebih
lengkap dan paling sesuai. Berikut hasil wawancara dengan informan adalah
sebagai berikut:
”Saya mencari informasi melalui internet saya klik google dan memasukkan apa
yang ingin saya cari, jika banyak informasi yang muncul saya biasanya memilih
yang paling atasa karena disitu biasanya memuat informasi yang banyak dicari
dan lebih lengkap”. (An siswa autis kelas XIIC, 24 Juli 2013)
Kemudian apabila informasi yang ditemukan belum sesuai atau belum
ketemu, maka mereka akan mambuka rujukan yang lain. Apabila mereka belum
menemukan yang sesuai, maka mereka akan memasukkan kata kunci lain yang
hampir sama.
“Proses penjelajahan melalui internet yang saya biasa lakukan yaitu membuka
google dan situs-situs tertentu biasanya saya suka membuka situs fashion, seni
lukis abstrak, musik, dan saya suka membuat puisi jadi untuk menginspirasi saya.
Jika informasi yang saya dapat menurut saya kurang sebagai contoh kalau saya
ingin membuka seni lukis maka yang pertama saya tulis yaitu seni lukisan abstrak
atau contoh gambar abstrak”. (Ca siswa autis kelas XA, 22 Juli 2013)
Ada juga yang langsung membuka Wikipedia untuk mendapatkan
informasi mengenai informasi mengenai seni perwayangan dan jalan ceritanya.
“Melalui internet sih biasanya saya membuka Wikipedia, saya membuka
informasi tentang cerita wayang”. (Iq siswa autis kelas XIIC, 14 Juli 2013)
Proses penjelajahan yang dilakukan oleh sebagian besar siswa autis
tingkat SMA di SLB Negeri Semarang adalah melalui internet. Yang dilakukan
pertama kali oleh mereka adalah membuka situas yang di inginkan. Sebagian
besar menggunakan google untuk pencarian informasi mereka. yang pertama kali
69
dilakukan adalah memasukkan kata kunci sesuai dengan informasi yang
diinginkan. Sebagian kecil lainnya mencari informasi menggunakan youtube,
Wikipedia dan 4share.com
2. Perpustakaan
Ketika melakukan pencarian informasi melalui perpustakaan, pertama
yang mereka lakukan adalah mengisi daftar hadir. Setelah mereka mengisi daftar
hadir, ada sebagian dari mereka yang bertanya terlebih dahulu kepada petugas
perpustakaan mengenai buku yang mereka cari kemudian mencari buku di rak
sesuai dengan yang ditunjukkan petugas perpustakaan.
“Proses penjelajahan ketika mencari informasi di perpustakaan yaitu pertama
saya mengisi daftar kunjung. Saya biasanya langsung menuju ke rak untuk
mencari buku yang saya inginkan, kemudian saya baca dan saya catat. Kadang
kalau tidak ketemu saya bertanya kepada petugas di perpustakaan”. (Av siswa
autis kelas XA, 22 Juli 2013)
Dari hasil observasi peneliti, yang di lakukan pertama kali adalah bertanya
kepada petugas perpustakaan, setelah ditunjukkan dimana buku tersebut dapat dia
temukan, dia langsung mencari buku tersebut di rak yang telah ditunjukkan tadi.
Kemudian ia pilih dan diambil. Ia mengambil beberapa buku yang berhubungan
dengan informasi yang ia butuhkan agar informasi yang ia dapatkan lebih
lengkap. Hal ini didukung dengan pernyataan dari pustakawan SLB Negeri
Semarang sebagai berikut:
“Ada beberapa anak autis yang suka bertanya dahulu sebelum dia mencari
bukunya langsung ke rak”. (Hu, 15 Juli 2013)
70
Dari hasil wawancara peneliti dengan informan, anak autis banyak yang
langsung menuju ke rak buku diperpustakaan untuk mencari informasi yang
dibutuhkan. Ia merasa kesulitan untuk menemukan buku yang ia cari.
“Penjelajahan informasi yang saya lakukan di perpustakaan yang pertama kali
saya lakukan adalah langsung mencari buku di rak dan memilih buku atau
informasi yang saya butuhkan, tapi kadang susah nyarinya karena banyak
bukunya”. (Ca siswa autis kelas XA, 22 Juli 2013)
“Penjelajahan yang saya lakukan ketika melakukan pencarian informasi di
perpustakaan yaitu saya biasanya langsung menuju ke rak buku. Tapi sih
seringnya engga ketemu bukunya soalnya nyarinya harus satu persatu”. (An
siswa autis kelas XIIC, 24 Juli 2013)
”Proses penjelajahan yang saya lakukan adalah melalui perpustakaan dengan
buku, Biasanya sih saya langsung menuju rak bukunya langsung. Tapi susahnya
itu kadang tidak ketemu buku yang saya cari karena bingung banyak bukunya”.
(Da siswa autis kelas XID, 23 Juli 2013)
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa cara pencarian informasi,
khususnya buku, melalui Perpustakaan SLB Negeri Semarang, untuk saat ini lebih
efektif jika siswa bertanya terlebih dahulu kepada petugas.
Dari hasil pengamatan penulis, diketahui bahwa alat pencarian elektronik
di Perpstakaan SLB Negeri Semarang sedang tidak berfungsi karena masih
menggunakan katalog manual.
3. Toko Buku
Ada beberapa siswa autis yang mencari informasi melalui Toko Buku.
“Pernah juga saya mencari di toko buku. Yang saya lakukan pertama kali adalah
menuju catalog yang ada di toko buku, kalau tidak menemukan informasi yang
saya inginkan saya baru menayakan kepada penjaga toko”. (Av siswa autis kelas
XA, 22 Juli 2013)
Hal ini didukung dengan pernyataan Orang Tua Murid sebagai berikut:
71
“Anak saya suka membaca buku di perpustakaan maupun toko. Kalau ditoko
buku biasanya dia menanyakan kepada saya rak sebelah mana kadang bertanya
kepada petugas”. (Fe Orang Tua Murid, 28 Juli 2013)
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa autis pertama
kali yang di lakukan adalah menuju ke catalog buku jika belum ketemu informasi
yang di inginkan bertanya kepada wali murid dan petugas toko buku dimana
informasi yang ia inginkan bisa dicari, kemudian baru menuju ke rak buku.
4. Bertanya kepada yang lebih tahu
Sesuai dengan hasil wawancara dengan anak autis ada beberapa anak yang
suka bertanya kepada orang lain dengan pertimbangan orang tersebut memang
mengerti akan informasi yang ditanyakan
“bertanya langsung kepada orang yang lebih tahu tentang informasi yang saya
butuhkan, karena saya pikir dengan bertanya kepada orang yang kebih tahu
informasi yang saya dapatkan itu benar”. (An siswa autis kelas XIIC, 24 Juli
2013)
”biasanya bertanya langsung kepada orang yang lebih tahu, biasanya saya
bertanya kepada guru atau ayah saya”. (Iq siswa autis kelas XIIC, 24 Juli 2013)
5. Televisi
Sesuai dengan hasil wawancara dengan anak autis, ia suka menonton
televisi. Acara yang biasa dilihat adalah berita
“Terkadang suka melihat televisi untuk melihat berita, seperti berita kriminal dan
berita bencana-alam”. (Kh siswa autis kelas XID, 23 Juli 2013)
”Saya suka menonton televisi biasanya sih chanelnya berita dalam negeri atau
luar negeri. Pengen liat berita yang sedang up to date”. (Ansiswa autis kelas
XIIC, 24 Juli 2013)
72
Siswa tersebut suka melihat televisi dikarenakan dia ingin
mengembangkan pengetahuan tentang kabar terbaru yang sedang up to date.
Ketika wawancara berlangsung ia mengatakan bahwa ia selalu mengamati para
presenter membawakan sebuah berita karena ia ingin menjadi seorang jurnalis.
5.3.4 Tahap Penyusunan
Penyusunan informasi yang dilakukan oleh siswa SLB Negeri Semarang
yaitu dengan cara menyusun sesuai dengan pokok yang telah dibuat secara rinci.
Informasi yang disusun sesuai dengan informasi yang saling berhubungan dan
disusun sesuai dengan kategori informasi.
“Informasi yang saya dapatkan saya susun sesuai dengan kategori masakan.
Misalnya kalau masakan kue kering saya urutkan saja dari kategori masakan
kering dulu dan selanjutnya kue basah untuk selanjutnya saya bisa
mempelajarinya atau bahkan masakan yang akan saya buat perlu dikembangkan
dalam variasi rasa ataupun bentuk”. (Av siswa autis kelas XA, 23 Juli 2013)
Secara teknis sebagian besar hal yang dilakukan ketika mereka
mendapatkan informasi melalui internet adalah dengan cara dibaca dahulu, jika
perlu disimpan maka akan disimpan. Kebanyakan dari anak autis hanya membaca
dan menghafal informasi yang ditemukan.
“Informasi yang telah saya temukan biasanya langsung saya baca dan saya
pelajari sejenak, jika penting untuk saya simpan maka saya akan
menyimpannya”. (Ca siswa autis kelas XA, 22 Juli 2013)
“saya biasanya sih Cuma membaca dan dihafalkan aja dan kalau menurut saya
memang butuh karena informasi itu informasi yang blm saya ketahui dan up to
date dan perlu baru akan saya simpan di laptop saya”. (Kharisma siswa autis
kelas XID, 24 Juli 2013)
73
“Penyusunan informasi yang saya dapatkan biasanya hanya saya baca dan saya
ingat-ingat”. (Deas Amadika siswa autis kelas XID, 24 Juli 2013)
Namun ada juga yang mencatat ulang dari pokok-pokok informasi yang
didapatkan, kemudian baru dipelajari dan dibuat rangkuman.
“Saya menyusun informasi dengan mencatat dan kemudian membuat
rangkuman”. (Sb siswa autis kelas XIIC, 25 Juli 2013)
Pada tahap penyusunan ini kebanyakan siswa autis menyusun sesuai
pokok yang telah dibuat secara rinci menurut kategori sebuah informasi, beberapa
hanya di catat, di baca dan di ingat-ingat saja. Jika mereka merasa perlu untuk
menyimpan informasi tersebut maka akan menyimpannya agar kapanpun bisa di
temukan kembali.
5.3.5 Tahap Pengumpulan
Informasi yang telah disusun tadi, apabila dalam bentuk softcopy, biasanya
akan mereka simpan dalam satu folder sesuai dengan minat siswa. Mereka
melakukan pengumpulan folder yang sesuai secara rinci.
“Informasi yang saya dapatkan tadi kemudian saya kumpulkan dalam suatu
folder dan berupa jilidan agar mudah untuk saya pelajari kembali. Sebagai
contoh saya membuat folder untuk puisi, menggambar, musik”. (Ca siswa autis
kelas XA, 13 Juli 2013)
Berdasarkan hasil wawancara dengan anak autis, ia menyatakan di
masing-masing folder tersebut dibuat folder lagi sampai pada bab paling spesifik.
Pada folder musik maka akan dibuat musik Indonesia, Barat, dan musik Korea.
“Informasi yang telah saya susun, kemudian saya kumpulkan dalam folder-folder
agar saya mudah untuk mencarinya. Contohnya folder musik, hiburan,
pariwisata. (Kharisma siswa autis kelas XID, 25 Juli 2013)
74
Ketika wawacara berlangsung, ia menunjukkan laptop nya dan isi di dalam
folder dan sub-sub folder tersebut. Dia mengatakan bahwa informasi yang sudah
dikumpulkan dalam folder-folder agar dia mudah untuk mencarinya apabila di
butuhkan dan ditemu kembali.
”Mereka biasanya menyimpan informasi di dalam computer mereka. Kalau anak
yang suka mendownload musik maka biasanya akan dibuatkan di folder musik”.
(Kc Guru Kelas XA, 20 Juli 2013)
“Kalaupun mendapatkan informasi melalui internet mereka simpan di dalam
folder computer mereka”. (Hu Pustakawan, 23 Juli 2013)
“Selain itu juga, biasanya dia mencari informasi dari internet. Untuk
pengumpulannya disimpan dalam folder di laptopnya”. (Md Orang Tua Murid,
28 Juli 2013)
Informasi yang didapatkan Dijilid seperti yang dinyatakan oleh siswa
sebagai berikut:
”Untuk informasi lain saya biasanya ada dokumentasi tentang jalan cerita
perwayangan dan saya jilid untuk mempelajarinya”. (Iqbal Chanaqia Aldhani
siswa autis kelas XIIC, 25 Juli 2013)
Ada beberapa siswa yang mengumpulkan informasi dengan cara yang
berbeda. Ia mengumpulkan informasi menurut asal sumbernya. Ia mengatakan
bahwa informasi dia kelompokkan menurut asal sumbernya. Misalya dari internet,
buku atau koran. Kemudian informasi tersebut dibendel
”Saya mencatatnya dibuku. Terkadang informasi yang saya peroleh dari sumber
mana saja misalnya Koran, majalah, artikel dan sebagainya saya susun menjadi
satu agar mudah di cari kembali”. (Sb siswa autis kelas XIIC, 25 Juli 2013)
”Informasi saya kelompokkan menurut sumbernya. Misalnya materi dari guru
saya, majalah, catatan atau kliping tentang masakan kue basah, kue kering dan
sebagainya”. (Av siswa autis kelas XA, 23 Juli 2013)
75
“Biasanya pengumpulannya di catat, di print out dan terkadang dijilid karena
akan mempermudah dalam penemuan kembali informasi jika sewaktu-waktu
informasinya dibutuhkan kembali”. (Fe Orang Tua Murid, 28 Juli 2013)
Tahap pengumpulan yang dilakukan oleh siswa autis yaitu
mengelompokkan sesuai dengan sumbernya, mengumpulkan informasi dalam satu
folder. Apabila mereka menginginkan akan dicatat dan di ingat-ingat saja, dan
beberapa informasi dimengerti dan dikembangkan.
5.3.6. Tahap Penyajian
Informasi yang telah didapatkan biasanya mereka sajikan sesuai dengan
keinginan mereka sendiri. penyejian informasi biasanya dalam bentuk softcopy,
seminar dan presentasi.
Penyajian dalam bentuk softcopy biasanya berupa Ms.Word,
adobephotoshop serta rekaman video dan rekaman suara untuk diceritakan
kembali dalam suatu seminar. Dalam bentuk hardcopy berupa printout yang
dijilid dan dibendel saja.
“Jika saya mendapatkan informasi tentang resep masakan yang baru melalui
internet maka akan saya copy paste dan simpan di dalam ms.word dikomputer
saya, biasanya sih saya print dan bendel karena akan mempermudah dalam
mencari dan mempelajarinya dan saya biasanya langsung mempraktekkan nya di
sekolahan jika dapat tugas dari guru”.(Av siswa autis kelas XA, 28 Juli 2013)
“Penyajian informasi yang saya lakkan biasanya dengan bentuk jilidan karena
biasanya saya susun dalam bentuk seperti kliping dan di straples saja dan
dikumpulin kalau guru yang suruh”. (Da siswa autis kelas XA, 28 Juli 2013)
“Penyajian informasi yang biasa saya lakukan yaitu berupa soft copy,(mencatat)
dan rekaman video bisanya sih disuruh mempresentasikan di depan kelas dan pas
ada lomba band antar sekolah”. (Ansiswa autis kelas XIIC, 29 Juli 2013)
76
“Penyajian informasi yang saya lakukan biasanya dalam bentuk file dan folder,
kalau file saya biasanya menyimpan pada Ms. Word, rekaman video dan rekaman
suara. Saya sih biasanya mengikuti lomba jadinya disajikan pas waktu lomba dan
kadangkala di suruh guru keterampilan untuk menggambar”. (Ca siswa autis
kelas XA, 28 Juli 2013)
Dari segi penyajian kebanyakan memang disajikan dalam bentuk
presentasi yang kemudian hanya akan dibaca, di ingat-ingat dan dikembangkan
untuk menunjang minat dan hobi dalam mengikuti lomba.
“Penyajian informasi yang saya lakukan biasanya saya mencatat lalu meng print
out jika itu perlu saya lakukan. Terkadang saya meng-copy file rekaman yang
berbentuk rekaman video di flash disk biasanya sih saya sering di ajak pak cip
untuk mengikuti berbagai lomba band”. (Sb siswa autis kelas XIIC, 30 Juli 2013)
“Penyajian informasi yang biasa saya lakukan yaitu berupa soft copy,(mencatat)
dan rekaman video bisanya sih disuruh mempresentasikan di depan kelas dan pas
ada lomba band antar sekolah”. (An autis kelas XIIC, 29 Juli 2013)
“Saya sering mengikuti seminar dengan pak ciptono jadi saya terkadang
diberikan rekaman suara untuk menghafalkannya. Dan kadang kalau ada acara
mingguan ngeband di sekolah”. (Khsiswa autis kelas XIIC, 29 Juli 2013)
“Informasi yang telah saya temukan biasanya saya baca untuk pengetahuan baru,
jika suatu saat nanti saya disuruh pak ciptono membuat puisi untuk lomba maka
inspirasi saya akan datang dengan sendirinya”. (Ca autis kelas XA, 23 Juli 2013)
Ketika wawancara berlangsung informan, ia menyatakan bahwa yang
dilakukan pertama kali ketika mendapatkan informasi adalah dibaca, dipahami
dan dikembangkan dan disajikan dalam bentuk presentasi dan seminar. Hal ini
didukung dengan pernyataan guru kelas sebagai berikut:
“Terkadang informasi yang mereka dapatkan adalah informasi dari guru jika
menurut mereka perlu pengembangan dalam informasi yang guru katakan maka
mereka akan berusaha mencari sendiri dan bersifat kritis dalam bertanya.
Biasanya mereka menyocokkan informasi yang mereka dapatkan dengan kritis
bertanya”. (Bg Guru Kelas XID, 20 Juli 2013)
77
“Siswa yang bernama ca itu dia pintar membuat puisi dia pernah bertemu dengan
mentri pendidikan dan beliau bilang ca adalah gurunya karena bahasa dalam
puisinya cukup tinggi dan jarang dimengerti oleh orang lain. Mereka sering
ikutan lomba di tingkat nasional dan seminar nasional. Kh pernah bertemu
dengan bu ani yidhoyono, cindy pernah masuk di televisi tayangan hitam putih”.
(Kc, Guru Kelas XA)
Penyajian yang dilakukan oleh siswa autis berbeda-beda. Hal ini didukung
dengan pernyataan pustakawan dan guru kelas sebagai berikut:
“Penyajian informasi yang biasa mereka lakukan berbeda-beda sesuai dengan
keinginan mereka. Ada yang dicatat lalu di print out, menyimpang dalam
flashdisk, melalui rekaman suara, video dan sebagainya. Sebagian besar hanya di
hafalkan saja mereka langsung bisa hafal. Dan praktiknya mereka biasa
mengikuti berbagai seminar dan lomba tingkat nasional”. (Hu Pustakawan, 27
Juli 2013)
“mereka biasanya mempresentasikan apa yang dia dapatkan bersama saya,
terkadang di depan kelas”. (Bg Guru Kelas XD, 20 Juli 2013)
“biasanya sih mereka menyajikan untuk mengikuti perlombaan dan seminar
nasional”. (Pu Guru Kelas XIIC, 22 Juli 2013)
Penyajian informasi yang dilakukan oleh anak autis berbeda beda sesuai
dengan keinginan mereka. Sebagian besar mereka menyimpan di dalam folder
melalui softcopy dan dijilid. Dan secara teknis biasanya disajikan untuk seminar
dan presentasi kepada guru. Sebagian kecilnya hanya untuk dokumentasi, acara
perlombaan dan tugas praktek yang diberikan dari guru keterampilan mereka.
5.3.7 Tahap Evaluasi
78
Pada tahap ini setelah tahap penyajian siswa autis mengadakan evaluasi
setelah melakukan penyajian informasi. Evaluasi dilakukan untuk mengoreksi
kesalahan, mendapatkan nilai dari guru, mendapatkan penghargaan, dan
pengalaman. Berikut hasil wawancara sebagai berikut:
“biasanya sih bu guru suka komentar kalau masakan yang saya buat kurang
garam, mentega atau tepungnya, jadi saya pikir lain kali saya akan berusaha
yang terbaik agar mendapatkan nilai yang bagus di bidang boga”. (Av siswa
autis kelas XA, 28 Juli 2013)
Ketika wawancara berlangsung ia mengatakan bahwa akan berusaha lebih
baik lagi agar bisa mendapatkan nilai yang bagus dan akan berusaha mempelajari
lebih banyak informasi tentang masakan.
Berikut juga wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa autis,
setelah menyajikan informasi maka dia selalu mendapatkan banyak penghargaan
tingkat nasional dan mendapatkan hadiah.
“habis ikutan lomba menggambar, lomba puisi, musik saya suka diberikan
banyak hadiah sama orang. Saya sering memenangkan lombanya loh mbak,
pernah juga masuk tv di hitam putih sm kick andy”. (Ca siswa autis kelas XA, 28
Juli 2013)
“saya sering diajakin pak cipto dong jalan-jalan keluar pulau naik pesawat,
sering juga di ajakin lomba bermusik antar kota, saya sering mendapatkan
hadiah berupa laptop sm hape”.(Kh siswa autis kelas XD, 28 Juli 2013)
”saya sih biasanya ikutan lomba ngeband sama grup band saya setelah saya
berlatih cukup banyak kepada guru kelas saya, karena saya sering menang saya
sering di ajak maen band untk meramaikan berbagai acara contohnya festival
tahunan SLB Negeri di seluruh indonesia ataupun tingkat kota. Saka suka
menambah pengalaman tuh ikutan lomba kesana kemari”.( (Sb siswa autis kelas
XIC, 28 Juli 2013)
“saya biasanya sih bediskusi dengan orang tua saya tentang bagaimana
memainkan seni wayang yang baik dan benar, ayah saya kan dalang terbaik
79
sejawa tengah, karena nya saya sering di ajak ikutan pentas keluar kota tuh”. (Iq
siswa autis kelas XIC, 28 Juli 2013)
Hal ini di dukung dengan pernyataan guru kelas dan orang tua murid
sebagai berikut:
“biasanya siswa saya suka memasak suka diberikan masukan sama guru
ketrampilan kalau masakannya kurang enak. Soalnya dia bilang kalau ingin
menjadi koki yang terkenal suatu saat nanti”. (Bg Guru Kelas XD, 22 Juli 2013)
“kalau kharisma itu sih suka di ajakin pak cipto untuk seminar nasional keluar
kota, biasanya mereka sering menambah pengalaman yang baru kalau sudah
dari luar kota”. (Kc Guru Kelas XIA, 23 Juli 2013)
“cindy itu murid yang multitalenta, dia sepertinya senang kalau memenagkan
lomba, sudah sampai tingkat nasional, kalau kharisma juga pernah masuk ke
dalam rekor muri Indonesia karena pernah mengikuti dan hafal 250 lagu dalam
satu waktu”. (Pu Guru Kelas XIIC, 24 Juli 2013)
“anak saya sering mendapatkan penghargaan dan hadiah setelah mealkukan
penyajian informasi dan mempreentasikan suatu informasi. Dia mendapatkan
penghargaan oleh rekor muri dan mendapatkan banyak hadiah dari kementrian
pendidikan dan kementrian lain setelah mengakui keterampilan dan kemampuan
anak saya”. (Md Orang Tua Murid, 27 Juli 2013)
“anak saya biasanya langsung menanyakan koreksi yang dilakukan oleh guru
ketrampilannya tentang memasak kepada ibunya, biasanya sih dia membaca
ulang informasi yang dia punya dan berusaha mempraktekkan lagi sampai benar
dirumah”. (Fe Orang Tua Murid, 27 Juli 2013)
Peneliti mengimpulkan bahwa semua anak autis melakukan evaluasi untuk
mengoreksi kesalahan, mendapatkan nilai bagus dari guru keterampilan,
mendapatkan penghargaan, mendapatkan hadiah dan pengalaman. Anak autis
selalu berusaha memberikan yang terbaik, beberapa ada yang belajar dari
kesalahan dan bertanya kepada orang yang lebih tahu.
5.3.8 Kendala Pencarian Informasi
80
Kendala yang sering ditemukan oleh siswa autis tingkat SMA di SLB
Negeri Semarang ketika melakukan pencarian informasi dapat dibedakan dalam 2
faktor yaitu internal dan eksternal
1. Faktor internal
Adanya ketidakmerataan sarana dan prasarana untuk mendukung
pencarian informasi seperti laptop, modem dan gadget yang dibutuhkan. Dan
sebagian tidak memiliki cukup waktu untuk mencari informasi. Kurangnya
hubungan pertemanan atau yang disebut friendship yang terbatas sehingga mereka
kebanyakan sibuk sendiri dengan kesibukan masing-masing
Berikut hasil wawancara dengan informan sebagai berikut:
“Ga pernah tanya-tanya sih mereka suka sibuk sendiri juga”. (Ca siswa autis
kelas XA, 28 Juli 2013)
Ketika wawancara berlangsung informan menyatakan “ga pernah tanya-
tanya” yang dimaksudkan gak pernah tanya-tanya adalah ia tidak pernah
berdiskusi dan bertukar informasi dengan temannya karena teman-temannya
kebanyakan sibuk sendiri dengan kesibukan, hobi dan minat serta keterampilan
masing-masing yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
“Ya karena saya ga punya laptop sendiri sih jadi rada susah juga nyari lewat
internet makanya aku suka liat di buku”. (Av siswa autis kelas XA, 28 Juli 2013)
“Saya belum punya laptop makanya sih saya lebih suka bertanya sm orang yang
lebih tahu”. (Iq siswa autis kelas XIIC, 30 Juli 2013)
Hal ini didukung dengan pernyataan guru kelas
81
“tidak semua anak autis memiliki fasilitas yang sama, karena tidak semua anak
autis membawa laptop serta media untuk menunjang mereka mencari informasi
yang mereka inginkan melalui media internet dan sebagainya”. (Bg Guru Kelas
XD, 22 Juli 2013)
“karena mereka terlalu sibuk dengan keasikan dan minat masing-masing yang
berbeda-beda satu dengan yang lainnya, maka mereka sih jarang bertukar
informasi mereka lebih suka mencari informasi sendiri”. (Pu Guru Kelas XIIC, 24
Juli 2013)
2. Faktor Eksternal
a. Perpustakaan
Kendala yang biasanya ditemukan diperpustakaan adalah mereka tidak
menemukan buku yang dicari karena dipinjam oleh orang lain, letak buku yang
tidak sesuai dengan letak yang seharusnya (koleksi kurang lengkap atau bukunya
rusak). Memerlukan waktu yang lama untuk mencari, Koleksi buku yang kurang
up to date.
“Kendala yang saya temukan terkadang buku yang ada di perpustakaan itu masih
berantakan dan butuh waktu lama untuk mencarinya”. (Av siswa autis kelas XA,
28 Juli 2013)
“Kendala yang saya lakukan dalam mencari informasi di perpustakaan bukunya
terkadang tidak, tidak tau tempatnya, karena dipinjam orang dan lama
mencarinya”. (Ca siswa autis kelas XA, 28 Juli 2013)
“Kendala yang saya temukan di perpustakaan yaitu tata letak buku-buku masih
tidak sesuai dengan nomer buku atau daftar katalognya jadi perlu waktu lama
nyarinya”.(Da siswa autis kelas XID, 29 Juli 2013)
“Kendala nya kadang bingung nyari bukunya karena banyak banget bukunya dan
harus satu persatu nyarinya”. (Sb siswa autis kelas XIIC, 30 Juli 2013)
b. Internet
Kendala yang ditemukan melalui internet yang ada disekolah adalah
jaringan internet sering bermasalah, loading internet yang lama, komputer di
82
sekolah termasuk di perpustakaan sering eror, Informasi di internet kadang sering
berbeda dengan yang dikatakan oleh guru ataupun buku.
“Kalau internet di perpustakaan terkadang sering tidak nyala dan lemot. Dan
kalau saya make computer di perpustakaan juga sering eror makanya ak
seringnya bawa laptop dan modem sendiri”. (Kh siswa autis kelas XID, 29 Juli
2013)
”Kalau nyari di internet perpustakaan suka lemot jaringannya, dan seringnya kok
info nya berbeda kalau saya Tanya guru saya dan di internet”. (Sb siswa autis
kelas XIIC, 30 Juli 2013)
“Kendala nya mereka dalam mencari informasi di perpustakaan itu kadang
bukunya tidak ditemukan dan bukunya terkadang tidak sesuai dengan yang ada di
katalognya. Internet di perpustakaan sering eror dan lemot”. (Hu, Pustakawan)
Berdasarkan wawancara, kendala yang juga berpengaruh dalam usahanya
mencari informasi adalah kendala yang dialami oleh siswa autis dibedakan
menjadi 2 yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah Adanya
ketidakmerataan sarana dan prasarana untuk mendukung pencarian informasi
seperti laptop, modem dan gadget yang dibutuhkan. Tidak memiliki cukup waktu
untuk mencari informasi. Faktor eksternal adalah kendala yang di alami di
perpustakaan dan internet.
83
BAB VI
PENUTUP
6.1. Simpulan
Berdasarkan uraian yang penulis sampaikan tentang perilaku pencarian
informasi oleh siswa autis tingkat SMA di SLB Negeri Semarang, maka dapat
diambil simpulan:
1. Semua siswa autis tingkat SMA di SLB Negeri Semarang pernah
melakukan pencarian informasi.
2. Tujuan siswa autis tingkat SMA di SLB Negeri Semarang melakukan
pencarian informasi adalah karena ingin menunjang ketrampilan, minat
dan bakat yang dimiliki oleh siswa autis. Beberapa karena tugas,
menambah wawasan dan rasa ingin tahu.
3. Tahap pencarian informasi
Perilaku pencarian informasi yang dilakukan oleh siswa autis tingkat SMA
di SLB Negeri Semarang adalah:
a. Pada tahap permulaan, semua siswa autis tingkat SMA di SLB Negeri
Semarang selalu menginga-ingat informasi apa yang akan mereka cari
karena siswa tersebut mampunyai IQ di atas rata-rata sehingga mereka
memiliki daya ingat yang sangat bagus untuk menyimpan informasi di
dalam memori pikiran dengan sangat baik, sehingga dalam tahap
permulaan mereka hanya mengingat-ingat saja secara spesifik
84
informasi apa yang akan mereka cari. Beberapa ada yang mencatatnya
karena memang siswa tersebut masuk dalam kategori rata-rata.
b. Pada tahap pemilihan, sebagian besar siswa autis tingkat SMA di SLB
Negeri Semarang memilih informasi dengan 3 tipe adalah sebagai
berikut:
Tipe pertama adalah melakukan pencarian informasi melalui apapun
yang disukainya berdasarkan minatnya. Tipe kedua adalah memilih
mencari informasi sesuai dengan tugas yang diperintahkan gutu untuk
mencari informasi tersebut dimana. Tipe ketiga adalah dengan
mengelompokkan dahulu informasi apa saja yang sekiranya sesuai dan
cocok untuk dicari melalui apa.
Sebagian besar dari mereka lebih memilih melalui internet karena lebih
efektif dan efisien dan informasi yang didapatkan lebih banyak,
lengkap, jelas, spesifik, up to date, dan terus berkembang. Walaupun
ada sebagian yang lebih memilih membaca buku dari perpustakaan dan
toko buku, bertanya kepada orang yang lebih tahu, melihat televisi,
atau mendengarkan radio.
c. Pada tahap penjelajahan, siswa autis tingkat SMA di SLB Negeri
Semarang melakukan pencarian informasi sebagai berikut:
i. Sebagian besar melakukan penjelajahan melalui internet yang
dilakukan di lingkungan SLB Negeri Semarang dan di
perpustakaan biasanya menggunakan google dan sebagian
menggunakan yahoo dan youtube. Mereka memasukkan kata
85
kunci yang sesuai dengan yang telah mereka catat dalam proses
permulaan tadi satu persatu. Kemudian muncul berbagai
macam rujukan yang sesuai dengan kata kunci yang telah
mereka masukkan tadi. Apabila belum puas, maka mereka akan
membuka rujukan yang lain. Apabila mereka belum
menemukan yang sesuai, maka mereka akan memasukkan kata
kunci lain yang hampir sama.
Ada juga yang langsung membuka wikipedia dan blog untuk
mendapatkan informasi mengenai informasi yang sesuai
dengan minatnya.
ii. Sebagian lainnya melakukan penjelajahan melalui
perpustakaan, yang dilakukan pertama adalah mengisi daftar
hadir. Lalu langsung menuju ke rak buku dan mencari buku
satu persatu. Dan ada sebagian dari mereka yang bertanya
terlebih dahulu kepada petugas perpustakaan. Untuk saat ini,
lebih efektif jika siswa bertanya terlebih dahulu kepada petugas
perpustakaan daripada langsung ke rak buku.
iii. Sebagian kecil melakukan penjelajahan melalui toko buku yang
pertama dilakukan adalah bertanya kepada penjaga toko.
Kemudian langsung menuju ketempat dimana buku tersebut
berada agar lebih efektif dalam penggunaan waktu.
86
iv. Sebagian kecil lainnya bertanya kepada yang lebih tahu
dilakukan dengan bertukar informasi dengan guru dan
keluarga.
v. Penjelajahan melakui televisi, cukup dengan melihat dan
mendengar saja untuk mencari informasi yang teraktual seperti
berita.
vi. Mendengarkan radio dan mencatat si berita untuk menambah
wawasan dan mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat
siswa autis.
d. Pada tahap penyusunan, siswa autis tingkat SMA di SLB Negeri
Semarang menyusun sesuai dengan pokok yang telah dibuat secara
rinci. Informasi yang didapatkan dipilih dan digabungkan antara yang
satu dengan yang lain agar padu dan sesuai dengan yang diinginkan.
Secara teknis, sebagian besar mereka mengcopy-paste informasi yang
didapat melalui internet. Mereka pelajari sejenak dan membaca ulang
beberapa kali, kemudian dikembangkan atau dibuat karangan baru
yang sesuai dengan keinginannya.
Ada sebagian dari mereka yang menyimpannya di dalam folder laptop
mereka.
Jika mendapatkan informasi dari buku biasanya hanya dibaca dan
diingat-ingat saja.
Sebagian ada yang mencatatnya dalam buku agar memudahkan dalam
temu kembali informasinya.
87
e. Pada tahap pengumpulan, apabila dalam bentuk softcopy, biasanya
akan mereka kumpulkan dalam satu folder. Pengumpulan dalam
folder-folder ini dilakukan agar mudah untuk menemukan kembali
apabila akan di print atau dibaca lagi. Jika dalam bentuk hardcopy,
biasanya di jilid atau di printout sesuai dengan kategori materi, judul
dan sumber yang mereka dapatkan.
f. Pada tahap penyajian, informasi yang telah didapatkan biasanya
mereka sajikan sesuai dengan permintaan guru, karena keinginan
sendiri, untuk pentas seni dan ketrampilan yang dilakukan di sekolah,
lomba dan seminar. Penyajian informasi biasanya dalam bentuk
softcopy dan hardcopy.
Jika mendapatkan informasi melalui radio dan televisi sebagian besar
informasi yang didapatkan hanya diingat-ingat saja dan dilain waktu
dia komunikasikan kepada guru atau orang lain.
4. Kendala yang sering ditemukan oleh siswa autis tingkat SMA di SLB
Negeri Semarang ketika mereka melakukan pencarian informasi dapat
dibedakan dalam 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
88
6.2. Saran
Dari hasil penelitian didapat, maka ada beberapa saran sebagai berikut:
1. Siswa autis tingkat SMA di SLB Negeri Semarang sebaiknya lebih berani
untuk terbuka kepada pihak perpustakaan SLB Negeri Semarang dan
sekolah untuk memberikan kritik dan saran yang membangun untuk
menunjang proses pencarian informasi seperti yang telah mereka sebutkan
ketika wawancara yaitu:
a. Pelayanan petugas lebih diperbaiki seperti mau ikut membantu
mencarikan buku,
b. Perlu adanya alat bantu dalam mencari buku di Perpustakaan
Online Public Access Cataloguing (OPAC),
c. Hotspot di sekolah diperbaiki dan diperluas, serta bandwith
dipercepat.
d. Bahan pustaka dan koleksi ketrampilan di Perpustakaan ditambah
dan diperbanyak
2. Masing-masing siswa autis diberikan kemerataaan sarana dan prasarana
untuk menunjang kegiatan belajar mereka agar lebih menunjang
ketrampilan serta prestasi.
89
DAFTAR PUSTAKA
Aminin, Tatang M. 1993. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: SIC
Armstrong, Thomas. 2005. Multiple Intelligences. Berkas elektonik Terdapat
dalam http://www.thomasamrmstrong.com/multiple_inteligences.htm
diakses pada 10 maret 2013
Behrman, E Richard, dan Victor C Vaughan. 1988. Ilmu Kesehatan Anak.
(Diterjemahkan oleh Moelia Radja Siregar) Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran)
Darmono. 2007. Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT Grasindo.
Firdaus, Syaepul. Rabu, 23 Mei 2012. ilmu kedokteran dan meneliti : Aspek
bioetika dalam Terapi Stem Cell untuk Penderita. Terdapat dalam
http://syaepul-firdaus.blogspot.com/2012/05/aspek-bioetika-dalam-terapi-
stem-cell.html diakses pada 24/04/2012 diakses pada 2 maret 2013.
Harisanty. (2009). Kebutuhan Informasi. Terdapat dalam
http://palimpsest.fisip.unair.ac.id/images/pdf/Dessy.pdf diakses pada 14
April 2013.
Huzaemah, 2010. Kenali Autisme Sejak Dini. Jakarta : Pustaka Popoler Obor.
Kaplan, Harold I, Benjamin J Sadock dan Jack A Greb. 1997. Buku Referensi
Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psiatri Klinis
(Diterjemahkan oleh Dr. Widjaja Kusuma) Jakarta : Binarupa Aksara.
90
Khultau, Carol C. (1991). “inside the search process: information seeking from
the User’s perspective”. Journal of the American society for information
science. Volume 42 no. 5 page 361-371
Laloo, Bikika Tariang. 2002. Information needs, information seeking behavior
ans users. New delhi: Ess Ess publication.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Pendit, putu Laxman. (2008). Informasi: dibutuhkan, di inginkan, di perlukan.
Terdapat dalam http:/iperpin.wordpress.com/2008/10/11/informasi-
dibutuhkan-diinginkan-diperlukan/. Diakses pada 12 november 2012
______________. (2006). Ragam teori informasi. Terdapat dalam
http://eprints.relis.org?bitstream/10760/10294/1/ragam_teori_informasi.pd
f. Diakses pada 1 desember 2012.
Peters, Theo. 2004. Panduan autisme terlengkap. (Diterjemahkan oleh Oscar
H.Simbolon dan yayasan suryakanti) Bandung: DIAN RAKYAT
Peters, Theo. (1998). autism from theoretical understanding to educational
intervention, London : whurr publisher Ltd.
Priyatna, Andi. 2010. Amazing Autism. Jakarta: Media Komputindo.
91
Purnomowati. (2008). Kebutuhan informasi. Terdapat dalam
http://www.pdii.lipi.go.id/kebutuhan-informasi-dan-perilaku-pencarian-
informasi-lipi-di-serpong.html diakses pada 12 Februari 2013.
Saleh , abdul Rahman dan Janti G. Sujana. 2009. Pengantar Kepustakaan.
Jakarta: Sagung Seto.
Subagyo, P. Joko. 1997. Metode Penelitian dalam teori dan praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suherman. 2009. Perpustakaan sebagai jantung sekolah. Bandung: MSQ
PUBLISHING.
Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.
____________. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Indonesia.
Suwanto, Sri Ati. (1997). Studi tentang kebutuhan dan pencarian Informasi
bagi dosen Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Universitas
Islam Sultan Agung. Thesis Magister Ilmu Perpustakaan program pasca
sarjana UI.
Threvanthen, Cowyn. (1999). Children With Autism, second edition.
Philadelphia : Jessica Kingsley Publisher
92
Yusup, Pawit M. 1995. Pedoman praktis mencari Informasi. Bandung: remaja
rosdakarya.
____________ dan priyo Subekti. 2010. Teori dan praktik penelusuran
infomasi (information retrieval). Jakarta: Kencana.
______________ 2009. Ilmu informasi, komunikasi dan kepustakaan. Jakarta:
Bumi Aksara.
93
Lampiran D
BIODATA PENULIS
Nama : Nadhia Ramadhani
Tempat/ tanggal lahir : Jombang, 11 April 1991
Alamat : Jln. Raya Sidomulyo Rt 01/Rw05. Kec Bandar –
Kab. Batang
Pendidikan Formal
JENJANG NAMA
SEKOLAH
NAMA
KOTA
TAHUN
MASUK
TAHUN
LULUS
SD SD Negeri 2
Tejo Selatan 1997 2003
SMP SMP Negeri 1 Bandar 2003 2006
SMA SMA Negeri 1 Batang 2006 2009
94
Lampiran A : Daftar Pertanyaan Wawancara
Untuk Siswa Autis Tingkat SMA
I. Identitas Informan
Nama :
Kelas :
Alamat :
II. Daftar Pertanyaan
1. Konsentrasi apa yang kamu ambil dalam kelas yang sekarang
2. Pernahkah anda mencari informasi
3. Informasi apa sajakah yang ingin kamu ketahui
4. Kenapa kamu melakukan pencarian informasi (latar belakang apa karena
tugas dari guru atau karena rasa ingin tahu, menambah wawasan ataupun
kreativitas )
5. Bagaimanakah permulaan yang anda lakukan sebelum melakukan
pencarian informasi (apakah ditulis dulu, atau kah di ingat ingat)
6. Bacaan apa yang ingin kalian baca dan Bagaimana kalian akan
mencarinya? Dimana? (Biasanya melakukan pencarian informasi melalui
perpustakaan, internet atau toko buku atau yang lain) Mengapa anda
memilih cara tersebut?
7. Bagaimana proses pemilihan (seleksi) yang anda lakukan ketika
melakukan pencarian informasi (apakah memilih informasi yang penting,
95
menggunakan buku, memilih yang penting untuk dicari dan darurat,
memilih dari sumber yang terpercaya)
8. Bagaimana proses penjelajahan yang anda lakukan kalau melalui
perpustakaan atau yang lainnya, prosesnya seperti apa? Internet (melalui
yahoo,google,dll), perpustakaan alat penelusuran apa sajakah, apakah
mereka langsung ke rak buku atau catalog bukunya dulu/bertanya,
bertanya kepada yang lebih tahu bertukar informasi dengan teman , guru
atau lainnya, ke toko buku televisi melihat apa berita dll, radio
mendengarkan apa
9. Bagaimana penyusunan informasi yang anda lakukan setelah anda
memperoleh informasi? Apakah mengkaitkan informasi yang satu dengan
yang lainnyamengembangkan informasi, membuat rangkuman, apakah
menyusun sesuai porsinya, menyusun sesuai kebutuhan dll
10. Bagaimana proses pengumpulan informasi yang anda lakukan? Apakah
mengumpulkan informasi dalam suatu folder, mengelompokkan sesuai
dengan sumbernya, disimpan di flashdisk
11. Kalau sudah mendapatkan informasi yang anda inginkan, apa yang akan
anda lakukan? (Menggunakan hardcopy, softcopy, apakah dijilid,
dibendel, ataukah direkam)
12. Apakah puas dengan informasi yang di dapatkan
13. Adakah kesulitan dan kendala yang di hadapi? Apa saja?
96
Untuk Guru Kelas SLB Negeri Semarang
I. Identitas Informan
Nama :
Guru kelas :
Alamat :
II. Daftar Pertanyaan
1. Guru yang mengajar pelajaran apakah anda? Dan guru dalam bidang apa
(apakah musik, kecantikan, ketrampilan dan lain lain)
2. Materi pelajaran apa yang di ajarkan kepada anak autis?
3. Apa latar belakang anak autis mencari informasi? (apakah untuk hiburan,
tugas atau memang ada tuntutan khusus seminar dan lainnya)
4. Pernahkah para guru memberikan pr ataupun tugas? Dan dimana para
siswa biasanya mencari jawabannya dan dengan cara apa (apakah bertanya
kepada teman, bertanya kepada guru atau mencari di internet ataupun
perpustakaan)
5. Bagaimana cara mereka mencari informasi? Kalau sedang di perpustakaan
Dan bagaimana cara mereka ketika mencari informasi? (apakah memilih
informasi yang penting, menggunakan buku, memilih yang penting untuk
dicari dan darurat, memilih dari sumber yang terpercaya )
6. Bagaimana penyusunan yang mereka lakukan setelah mencari informasi
(Apakah membuat rangkuman, mengkaitkan informasi yang satu dengan
yang lain atau menggembangkan informasi)
97
7. Kalau sudah mendapatkan informasi yang dicari apa yang biasanya
dilakukan (menggunakan flasdisk, direkam dan dijilid atau sebagainya)
8. Bahan bacaan dan pelajaran apa yang disuka anak autis
9. Apakah kendala yang biasa ditemui anak autis dalam mencari informasi?
(apakah mereka sukar dalam memahami materi yang diberikan oleh guru
dan sebagainya)
10. Menurut anda apakah koleksi dan sarana serta prasarana yang di
perpustakaan sudah menunjang kegiatan belajar siswa dan menunjang
prestasi siswa. Kalau belum mengapa
98
Untuk Pustakawan SLB Negeri Semarang
III. Identitas Informan
Nama :
Alamat :
IV. Daftar Pertanyaan
1. Apa saja yang biasa dilakukan anak autis di perpustakaan? (apakah
mencari informasi, hanya bermain-main, mengerjakan tugas, bermain
internet ataupun sedang mendiskusikan hobi dan kreativitas mereka kalau
emang menggunakan perpustakaan apa yang biasanya mereka lakukan
apakah langsung ke rak, bertanya dan lainnya. Kalau membuka internet
apakah yang biasanya mereka buka apakah google, facebook, yahoo dll)
2. Kalaupun sedang mencari informasi apa yang biasanya buku apa yang
anak autis cari? (apakah buku pelajaran atau yang lainnya)
3. Dalam mencari informasi di perpustakaan apa yang akan mereka lakukan?
(apakah mencari buku di rak secara langsung, atau bertanya terlebih
dahulu kepada pustakawan)
4. Kendala apa yang sering ditemui oleh anak autis dalam mencari
informasi? (apakah tekadang mereka tidak menemukan buku di
perpustakaan) dan mengapa demikian?
5. Apa yang para pustakawan inginkan di dalam perpustakaan SLB Negeri
Semarang agar dapat menunjang para siswa dalam memperoleh informasi.
99
LAMPIRAN B
Hasil reduksi wawancara sebagai berikut:
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
1. Kenapa
melakukan
pencarian
informasi
XA Saya melakukan
pencarian
informasi karena
saya suka
memasak
sehingga saya
ingin menambah
pengetahuan
tentang cara
membuat roti,
bolu kukus dan
sebagainya.
Anak autis
melakukan
pencarian
informasi
berdasarkan
dengan minat dan
hobi mereka
karena rasa ingin
tahuan yang
tinggi serta ingin
mengetahui
segala hal dan
menambah
wawasan.
Sebagian ada
yang melakukan
pencarian
informasi karena
adanya tugas dari
guru mereka.
XA Saya melalukan
pencarian
informasi karena
saya penasaran
akan sesuatu hal.
Karena saya suka
musik, melukis,
memasak,
olahraga dan
membuat
kerajinan keramik
dan kerajinan lain.
Terkadang
disuruh oleh guru
karena tugas
XD Saya melalukan
pencarian
informasi karena
ingin menambah
wawasan dan saya
harus tahu
segalanya apalagi
tentang band-band
di di Indonesia
bahkan diluar
negeri pun saya
harus tau dan saya
akan mencari
100
lagu-lagu yang
sedang popular
XD Saya melakukan
pencarian
informasi karena
untuk hiburan dan
saya ingin jenius
dan masuk kuliah.
Kadang ya karena
mendapatkan
tugas dari guru
XIC Saya melakukan
pencarian
informasi karena
saya suka apapun
tentang berita dan
jurnalistik ingin
menambah
wawasan tentang
berita-berita up to
date tentang suatu
peristiwa atupun
berita yang
sedang hangat
dibicarakan pada
waktu ini
XIC Saya melakukan
pencarian
informasi karena
saya suka seni
wayang. Saya
harus tau semua
tentang cerita-
cerita
perwayangan
yang ada di
Indonesia karena
saya suka bermain
wayang dan
sering ikut pentas
seni dengan ayah
saya untuk
melestarikan
kebudayaan
Indonesia
disamping untuk
101
hiburan dan
memang menjasdi
minat saya
XIC Saya melakukan
pencarian
informasi karena
hobi saya yang
suka olahraga
bola dan musik
Pustakawan Anak autis pernah
melalukan
pencarian
informasi
dikarenakan rasa
keingin tahuan
mereka yang
tinggi
Pustakawan Anak autis
memiliki memori
yang kuat dalam
mengingat suatu
hal. Untuk itu
mereka pernah
melakukan
pencarian
informasi dan
biasanya bermain
game misalnya
game tentang IQ
dan sebagainya
Guru Kelas XA Anak autis pernah
melakukan
informasi karena
mereka suka
dengan sesutu hal
yang belum
mereka ketahui
dan hal baru yang
ada di sekitar
mereka Guru Kelas XD Anak autis pernah
mencari informasi
dikarenakan mereka
selalu kritis dalam
segala hal
Guru Kelas XIC Anak autis pernah
102
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
2. Bagaimanakah
permulaan yang
anda lakukan
sebelum
melakukan
pencarian
informasi?
XA Sebelum saya
mencari informasi
dan banyak
membutuhkan
informasi (lebih
dari 2 informasi)
saya mendata
dahulu secara
terperinci.
Misalnya saya
sedang ingin
membuat kue lapis
legit atau bolu
kukus keju. Tapi
kadang saya sering
mengingat-
ingatnya kalo lagi
malas mencatat
Karena memori
dan daya pikir
anak autis
sangatlah bagus
mereka selalu
mengingat-ingat
saja informasi
yang mereka
inginkan.
XA Sebelum mencari
informasi saya
hanya mengingat-
melakukan
pencarian informasi
karena tugas yang
saya berikan dan
siamping itu karena
rasa ingin tahuan
mereka yang besar
akan segala hal
Wali Murid Pernah melakukan
pencarian informasi
karena mereka
keingin tahuannya
yang tinggi dalam
bidang seni, musik
maupun teknologi.
Wali Murid Pernah melakukan
informasi karena
hasrat mereka yang
tinggi akan
memahami suatu
hal dan karena
minat serta hobi nya
103
ingat saja
informasi apa yang
mau saya cari.
XD Saya hanya
mengingat-ingat
saya informasi
yang akan saya
cari. Saya tidak
pernah mencatat
untuk informasi
apa yang akan saya
cari.
Misalnya saya
ingin mengetahui
musik terbaru
boyband dari
amerika maka saya
ketik saja di google
lagu terbaru
boyband westlife
XD saya hanya
mengingat-ingat
saja informasi
yang akan saya
cari.
Biasanya saya
langsung ke
perpustakaan dan
memilih judul
yang sesuai dengan
informasi yang
akan saya cari.
Misalnya tentang
ilmu alam dan
thermometer maka
saya mencari buku
IPA
XIC Permulaan yang
saya lakukan
sebelum mencari
informasi biasanya
hanya di ingat saja,
jarang untuk
dicatat. Kalau
biasanya dapat
pelajaran yang
menarik dari guru
dan hal baru yang
tidak diketahui
baru saya catat di
104
buku catatan saya
XIC Permulaan yang
saya lakukan
dalam mencari
informasi adalah
biasanya hanya
mengingat-ingat
informasi yang
ingin saya cari
XIC Saya hanya
mengingat-ingat
saja informasi
yang akan saya
cari. Biasanya saya
menentukan kata
kunci baru saya
cari d intenet atau
Pustakawan Karena memori
mereka sangat kuat
dalam hal
mengingat maka
mereka jarang
sekali mencatat
informasi yang
mereka butuhkan
bahkan untuk
informasi yang
akan mereka cari
Pustakawan Daya ingat anak
autis sangatlah
bagus jadi mereka
jarang mencatat
informasi yang
mereka ketahui.
Jadi mereka
biasanya hanya
mengingat-ingat
saja
Guru Kelas XA Karena
mempunyai
kelebihan daya
pikir, daya tangkap
serta daya ingat
mereka yang
sangat bagus.
Seringkali saya
sebagai gurunya
malah bertanya
ataupun dikoreksi
105
oleh mereka.
Sehingga mereka
hanya mengingat-
ingat saja
informasi apa yang
akan mereka cari
Guru Kelas XD Saya sering
memberikan materi
kepada anak autis
tentang pelajaran
matematika atau
bahasa indonesia.
Mereka langsung
ingat jika suatu
saat mereka
ditanyai materi
yang diberikan
pada watu minggu
lalu. Anak autis
sering mengingat-
ingat dan selalu
mempunya rasa
ingin tahu yang
besar jika saya
mengajar tentang
keajaiban yang ada
di Indonesia, anak
autis terkadang
sering penasaran
terhadap
keajaiban-
keajaiban di dunia.
Maka mereka
langsung mencari
informasi tentang
keajaiban yang ada
di dunia. Mereka
biasanya hanya
mengingat-ingat
saja dan langsung
mencarinya di
Guru Kelas XIC Karena rasa ingin
tahu serta daya
ingat mereka yang
sangat kuat, saya
para guru malah
sering belajar dari
mereka. Sehingga
dalam mencari
106
informasi mereka
selalu mengingat-
ingat saja
Wali Murid Anak saya tidak
pernah mencatat
informasi yang
akan dia cari. Jika
penasaran akan
suatu hal
dikarenakan
membaca berita
atau menonton
televisi. Anak saya
biasanya langsung
menginginkan
suatu berita yang
lebih lengkap dan
akurat. sehingga
dia langsung
mencarinya di
google dan hanya
di ingat-ingat saja
Wali Murid Anak saya
biasanya hanya
mengingat-ingat
saja informasi
yang dicarinya.
Karena mereka
suka dengan hal
baru terkadang jika
ingin mencari
tentang resep
masakan membuat
dessert, jika
menemui masakan
pokok maka anak
saya biasanya
membaca nya dan
terkadang di catat
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
3. Biasanya
melakukan
pencarian
informasi
melalui
perpustakaan,
XA Biasanya saya
melakukan pencarian
informasi di
perpustakaan dan
toko buku, liat film
farah queen.
Informan lebih
memilih bertanya
kepada orang yang
lebih tahu dan
selanjutnya dengan
melalui kliping
107
internet, toko
buku atau
yang lainnya?
Mengapa anda
memilih cara
tersebut?
Terkadang saya
bertanya kepada ibu
saya karena beliau
biasa membuat
masakan dirumah dan
berjualan camilan.
Kalau buku
diperpustakaan itu
informasi yang saya
dapatkan menurut
saya lebih lengkap
dan lebih bagus
penyajiannya karena
buku yang saya cari
biasanya ada foto
bentuk penyajian dari
masakan tersebut jadi
saya bisa lebih
gampang
mempelajarinya dan
mempraktekkannya
dirumah bersama ibu
saya
masakan yang ada
di majalah atau
buku
XA Saya biasanya
mencari media
informasi melalui
internet, membaca
buku, membaca
Koran, mendengan
radio dan televisi.
Karena menurut saya
lebih gampang dan
praktis jika saya lebih
gampang karena saya
mempunyai tablet
jadi saya bisa
mencarinya kapan
saja dan dimana saja.
Informan lebih
memilih
menggunakan
internet
XD Saya mencari
informasi melalui
internet, Koran,
majalah, radio, vcd,
kaset rekaman.
Menurut saya lebih
lengkap informasi
nya yang ada di
internet. Saya bisa
mencari kapanpun
dan dimanapun
Informan lebih
suka memilih
menggunakan
internet
XD Saya mencari Informan lebih
108
informasi biasanya
melalui kakak saya,
buku di perpustakaan
Karena menurut saya
informasi di buku
yang ada di
perpustakaan itu
menurut saya lebih
akurat dan lengkap
memilih
menggunakan
buku dari
perpustakaan
XIC Saya biasanya
mencari informasi
melalui internet,
majalah, Koran,
berita televisi apa sih
yang sedang up to
date dan dibicarakan
orang banyak. dan
sering bertanya
kepada orang yang
lebih tahu. Saya
sering bertanya
kepada teman kakak
saya yang bekerja di
trans tv. Misalnya
bagaimana sih
menjadi jurnalis dan
bertanya tentang
apapun yang ingin
saya ketahui tentang
dunia teknologi dan
jurnalistik.
Menurut saya orang-
orang yang terjun
langsung di dunia
pekerjaan yang
seperti itulah yang
sudah mengetahui
lebih banyak jadi
informasi yang saya
dapatkan bisa lebih
jelas dan akurat
Informan lebih
memilih bertanya
kepada orang yang
lebih tahu
XIC Saya biasanya
mencari informasi
melalui internet.
Saya lebih sering
bertanya kepada ayah
saya, karena ayah
saya adalah dalang
jadi dia biasanya tau
informasi yang
Informan lebih
memilih bertanya
kepada orang yang
lebih tahu
109
berbuhungan dengan
seni dan tentang
perwayangan
XIC Saya biasanya
mencari informasi
melalui majalah,
televisi, buku-buku
yang menunjang
informasi yang ingin
saya cari misalnya
buku bola atau
olahraga, buku-buku
otomotif dan
sebagainya. Tapi saya
lebih sering
membuka internet
karena menurut saya
informasi yang saya
cari lebih lengkap dan
lebih gampang
mencari lewat google.
Informan lebih
memilih
menggunakan
internet
Pustakawan Informasi yang di cari
anak autis biasanya
melalui internet,
mereka lebih sering
membuka internet.
Tetapi semua
tergantung minat
anak dalam hal
ketrampilan. Untuk
ketrampilan boga,
seni keramik dan
alam mereka lebih
sering membaca buku
di perpustakaan
karena penyajian
gambarnya lebih
menarik
Informan
menyatakan anak
autis memilih
menggunakan
buku-buku di
perpustakaan
Pustakawan Kalau di
perpustakaan mereka
biasanya
menggunakan
majalah, Koran dan
yang paling sering
menggunakan
internet.
Terkadang mereka
menggunakan
computer di
perpustakaan untuk
Informan
menyatakan anak
autis memilih
menggunakan
internet
110
membuat desain
grafis juga
Guru Kelas XA Anak autis lebih
sering mencari
informasi melalui
internet. Karena
mereka sangatlah up
to date dengan berita-
berita yang ada.
Misalnya berita
politik, bencana alam
atau pun yang
berhubungan dengan
minat dan hobi
mereka.
Karena menurut
mereka internet
merupakan wadah
yang lebih praktis.
Informan
menyatakan anak
autis memilih
menggunakan
internet
Guru Kelas XD Karena mereka ada
jadwal di
perpustakaan
biasanya mereka
mencari informasi
melalui buku-buku di
perpustakaan, audio,
Koran dan majalah.
Tapi kebanyakan
mereka lebih suka
mencari informasi
menggunakan
internet
Informan
menyatakan anak
autis lebih memilih
mengunakan
internet
Guru Kelas XIC Anak autis sering
mencari informasi
melalui internet
karena memang
setiap anak
mempunyai tablet
atau computer
masing-masing.
Mereka tidak bisa
jauh dari alat-alat
teknologi informasi
seperti itu. Menurut
mereka akan bisa
mempermudah dan
mempercepat
memperoleh
informasi yang akurat
Informan
menyatakan anak
autis memilih
menggunakan
internet
Wali Murid Anak saya biasanya Informan
111
mengunakan internet,
tiada hari tanpa
internet.
Kalau buku sih
mereka baca untuk
yang buku-buku
alam, Koran dan
majalah. Biasanya
kalau dirumah sering
mendengarkan radio
dan menonton televisi
(acara berita)
menyatakan anak
autis memilih
menggunakan
internet
Wali Murid Karena anak saya ini
hobi nya memasak
maka dia lebih suka
mencari informasi
melalui di
perpustakaan maupun
di toko buku,
majalah, serta
menonton televisi
yang acaranya
tentang kuliner atau
memasak.
Menurutnya dengan
membaca dan melihat
televisi maka
informasi yang dia
dapatkan lebih bisa
dipahami, di hafalkan
dan dimengerti.
Informan
menyatakan anak
autis memilih
menggunakan
buku yang ada di
perpustakaan
maupun toko buku
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
4. Bagaimana
proses
pemilihan
(seleksi) yang
anda lakukan
ketika
melakukan
pencarian
informasi?
XA Saya memilih
informasi yang saya
cari itu penting atau
tidak. Apabila
penting saya, saya
akan segera mencari
informasi tersebut.
Jika ada tugas dari
guru dan praktek
memasak di
sekolahan saya
langsung mencari
bahan bacaan yang
saya butuhkan.
Memilih informasi
yang penting
112
Saya memang suka
mencari informasi di
perpustakaan karena
buku-bukunya
lengkap, penyajian
isi yang ada pun
juga sangat variatif
dan bagus
XA Untuk mencari
informasi, saya lebih
memilih untuk
menggunakan cara
yang lebih efektif
dan efisien
Memilih cara yang
lebih efektif dan
efisien
XD Untuk mencari
informasi saya
biasanya langsung
menggunakan
internet. Karena
informasi yang saya
dapatkan bisa lebih
cepat
Memilih cara
dengan internet
XD Untuk mencari
informasi saya lebih
memilih dengan
menggunakan buku
dahulu, apabila ada
informasi yang
belum ketemu saya
biasanya
menanyakan kepada
kakak saya atau
orang yang lebih
tahu tentang apa
yang saya tanyakan
Memilih mencari
melalui buku
XIC Untuk mencari
informasi, saya lebih
memilih dengan
buku, majalah atau
Koran tentang suatu
hal yang baru dan
lebih darurat.
Dan selebihnya saya
akan bertanya
kepada orang yang
lebih tahu
Mencari informasi
melalui buku dan
bertanya kepada
orang yang lebih
tahu
XIC Saya biasanya
mencari informasi
dengan memilih
sumber yang
Memilih sumber
yang terpercaya
113
terpercaya. Sumber
terpercaya
dimaksudkan
sumber satu dengan
yang lain terdapat
banyak kesamaan
XIC Saya lebih sering
mencari informasi
melalui buku atau
majalah dan
disesuaikan dengan
keinginan saya
Memilih informasi
melalui buku
Pustakawan Biasanya mereka
mencari informasi
kalau mendapatkan
tugas dari guru
kelas, kalau memang
guru kelas
mengharuskan akan
melakukan praktek
maka mereka
mendahulukan
informasi yang
darurat dengan
mencari sumber
informasi melalui
buku di
perpustakaan
Memilih informasi
melalui buku di
perpustakaan
Pustakawan Anak autis mencari
informasi sesuai
dengan keinginan
mereka jadi
biasanya memilih
informasi yang lebih
penting dan
mengabaikan
informasi yang
menurut mereka
tidak penting
Memilih informasi
yang penting
Guru Kelas XA Biasanya mereka
suka bertanya
kepada kenalan
mereka tentang
suatu informasi yang
blm mereka ketahui
Bertanya kepada
orang yang lebih
tahu
Guru Kelas XD Anak autis lebih
suka mencari
informasi sesuai
dengan keinginan
dan minat mereka.
Memilih mencari
informasi melalui
internet
114
Mereka lebih suka
browsing dan
menggunakan
internet dalam
penjelajahan dunia
tanpa batas
Guru Kelas XIC Anak autis adalah
anak yang kritis,
mereka selalu
menanyakan
segala sesuatu hal
yang tidak
dimengerti tapi
tidak cukup puas
dengan bertanya
ataupun mencari
pada satu sumber
saja. Sehingga
menurut saya
mereka selalu
menggunakan
segala sumber
informasi yang ada
dan terpercaya
Anak autis lebih
memilih informasi
sesuai dengan
keinginan
Wali Murid Meskipun anak saya
suka memasak, tapi
dia terbuka dengan
berbagai informasi
yang diterima dari
luar. Saya sering
mengajarkan desain
grafis pada anak
saya, jadi dia
biasanya berlatih
sendiri dan kalau
tidak faham dia
tanyakan kepada
saya. Pertama
memang dia belajar
memahami dan pada
akhirnya mencoba
dan
mengembangkan
Memilih informasi
dengan bertanya
kepada orang yang
lebih tahu
Wali Murid Karena memang
memori anak saya
yang super dalam
mengingat berbagai
macam hal tapi dia
selalu
Memilih informasi
yang lebih penting
115
mendahulukan
informasi yang dia
suka dan dia
inginkan, sehingga
jika ada informasi
yang menurut anak
saya kurang penting
akan dilupakan
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
5. Bagaimana
proses
penjelajahan
yang yang
anda lakukan
kalau melalui
perpustakaan
atau yang lain,
prosesnya
seperti apa?
XA Proses
penjelajahan
ketika mencari
informasi di
perpustakaan
yaitu pertama
saya mengisi
daftar kunjung.
Saya biasanya
langsung menuju
ke rak untuk
mencari buku
yang saya
inginkan,
kemudian saya
baca dan saya
catat. Kadang
kalau tidak
ketemu saya
bertanya kepada
petugas di
perpustakaan.
Pernah juga saya
menjelajah di
toko buku. Yang
saya lakukan
pertama kali
adalah menuju
catalog yang ada
di toko buku,
kalau tidak
menemukan
informasi yang
saya inginkan
saya baru
menayakan
kepada penjaga
Penjelajahan dilakukan
melalui
1. Internet
2. Perpustakaan
3. Bertanya kepada
yang lebih tahu
4. Televisi
5. Radio
116
toko.
XA Penjelajahan
informasi yang
saya lakukan di
perpustakaan
yang pertama kali
saya lakukan
adalah langsung
mencari buku di
rak dan memilih
buku atau
informasi yang
saya butuhkan.
Sedangkan
proses
penjelajahan
melalui internet
yang saya biasa
lakukan yaitu
membuka google
dan situs-situs
tertentu biasanya
saya suka
membuka situs
fashion, seni
lukis abstrak,
musik, dan saya
suka membuat
puisi jadi untuk
menginspirasi
saya saya butuh
ketenangan dan
terkadang suka
melihat televise
atau radio Gajah
Mada di
semarang.
XD Proses
penjelajahan
informasi melalui
internet saya
lebih suka
browsing di
google. Kalau
mencari
informasi musik
saya biasanya
membuka
4share.com untuk
mendownload
117
lagu dan
menyimpannua
sebagai link
favorite di laptop
saya sehingga
saya membuka
Mozilla langsung
bisa saya klik
link yang saya
tag tadi. Saya
suka menonton
televisi juga
karena saya suka
melihat berita
seperti berita
XD Proses
penjelajahan
yang saya
lakukan adalah
melalui
perpustakaan
dengan buku,
mencari
informasi di
dalam buku yang
sesuai dengan
yang saya
butuhkan.
Saya suka
membaca buku-
buku tentang
ilmu alam dan
pelajaran IPA.
Saya selalu
penasaran
informasi apa
saja sih yang ada
didalam ilmu
alam itu. Saya
membacanya dan
mengingat-ingat
XIC Penjelajahan
yang saya
lakukan ketika
melakukan
pencarian
informasi di
perpustakaan
yaitu saya
biasanya
118
langsung menuju
ke rak buku.
Dan untuk
pendukungnya
saya mencari
informasi melalui
internet saya klik
google dan
memasukkan apa
yang ingin saya
cari, jika banyak
informasi yang
muncul saya
biasanya memilih
yang paling atasa
karena disitu
biasanya memuat
informasi yang
banyak dicari dan
lebih lengkap.
Penjelajahan lain
yang saya
lakukan yaitu
melalui televisi,
majalah, Koran
dan bertanya
langsung kepada
orang yang lebih
tahu tentang
informasi yang
saya butuhkan,
karena saya pikir
dengan bertanya
kepada orang
yang kebih tahu
informasi yang
saya dapatkan itu
benar
XIC Penjelajahan
yang biasa saya
lakukan yaitu
biasanya
bertanya
langsung kepada
orang yang lebih
tahu, biasanya
saya bertanya
kepada guru atau
ayah saya.
Melalui internet
119
sih biasanya saya
membuka
Wikipedia , saya
membuka
informasi tentang
cerita wayang
XIC Penjelajahan
yang saya
lakukan di
perpustakaan
yaitu biasanya
saya langsung
menuju rak dan
mengambil buku
yang saya
inginkan.
Ketika saya
melakukan
penjelajahan
melalui internet.
Saya buka google
dan browsing dan
memasukkan
subjek atau kata
kunci yang saya
ingin cari. Saya
sering membuka
situs youtube.com
dan sering sekali
menshare video
yang saya buat
sendiri ke
youtube
Pustakawan Ketika di
perpustakaan
jarang sekali
anak autis
bertanya letak
buku yang
mereka cari
kepada petugas.
Tapi ada
beberapa anak
autis yang suka
bertanya dahulu
sebelum dia
mencari bukunya
langsung ke rak.
Biasanya
langsung menuju
120
ke rak buku
secara langsung.
Mereka selalu
ingin mengetahui
berbagai macam
hal. Jadi selain
peminatan,
mereka juga
terbuka dengan
semua hal yang
di anggapnya
baru dan
menarik.
Selain di
perpustakaan
anak autis lebih
suka dengan yang
berbentuk
gambar dan
audiovisual dan
internet.
Penjelajahan
lebih sering
dilakukan
melalui internet
dan biasanya
menggunakan
google.
Pustakawan Kalau di
perpustakaan
mereka langsung
menuju ke rak
buku untuk
mencari
informasi yang di
inginkan kalau
tidak bisa
menemukan buku
yang dia cari
biasanya mereka
langsung
mencarinya
melalui internet.
Sedangkan
dengan internet
biasanya kalau
ada tugas dari
guru
menggunakan
computer yang
121
ada
diperpustakaan
Guru Kelas
XA
Anak autis
biasanya
membuka
internet dan
browsing melalui
google, youtube
dan blog
Guru Kelas
XD
Anak autis
biasanya
menggunakan
internet
membuka link
google, website
dan beberapa
anak ada yang
suka membaca
buku
Guru Kelas
XIC
Anak autis suka
menggunakan
internet dan biasa
membuka google
Wali Murid Anak saya
biasanya suka
internetan. Situs
yang biasa
dibuka sih ga
tentu karena
keinginan anak
bisa berubah-
ubah sewaktu-
waktu sesuai
dengan yang
diinginkan.
Biasanya sih
membuka google,
facebook dan
yahoo ataupun
situs-situs lain
yang ingin dia
buka. Di
laptopnya
terdapat banyak
folder informasi
yang tersimpan.
Biasanya ada file
musik dan
lainnya.
Wali Murid Anak saya suka
122
membaca buku di
perpustakaan
maupun toko.
Kalau ditoko
buku biasanya
dia menanyakan
kepada saya rak
sebelah mana
kadang bertanya
kepada petugas.
buku karena dia
suka memasak
jadi dengan
mempelajari
bukunya
langsung dia bisa
belajar dan
memahami lebih
cepat
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
6. Bagaimana
penyusunan
(perumusan)
informasi yang
anda lakukan
setelah anda
memperoleh
informasi
XA Informasi yang
saya dapatkan saya
susun sesuai
dengan kategori
masakan. Misalnya
kalau masakan kue
kering saya urutkan
saja dari kategori
masakan kering
dulu dan
selanjutnya kue
basah untuk
selanjutnya saya
bisa
mempelajarinya
atau bahkan
masakan yang akan
saya buat perlu
dikembangkan
dalam variasi rasa
ataupun bentuk
Informan
mengurutkan
informasi sesuai
dengan kategori
kebutuhan informasi
XA Informasi yang
telah saya temukan
biasanya langsung
saya baca dan saya
pelajari sejenak,
Informan hanya
membaca dan
mengingat-ingat
saja dan
mengembangkan
123
jika penting untuk
saya simpan maka
saya akan
menyimpannya.
Karena saya suka
membuat puisi
maka inspirasi
datang kapan saja
informasi yang dia
temukan
XD Penyusunan
informasi yang saya
lakukan biasanya
dengan memilih
informasi yang
memang saya
inginkan dan
mencari yang saya
butuhkan. saya
biasanya sih Cuma
membaca dan
dihafalkan aja dan
kalau menurut saya
memang butuh dan
perlu baru akan
saya simpan di
laptop saya
Informan hanya
membaca dan
menginga-ingat
informasi yang dia
butuhkan
XD Penyusunan
informasi yang saya
dapatkan biasanya
hanya saya baca
dan saya ingat-
ingat. Sekiranya
informasi itu harus
saya ketahui dan
saya butuhkan.
untuk
penyusunannya
saya hanya
mengingat-ingat
saja
Informan hanya
mengingat-ingat
informasi yang dia
dapatkan
XIC Informasi yang
saya dapatkan saya
kaitkan dengan apa
yang ingin saya
cari. Misalnya saya
ingin mempelajari
cara menjadi
reporter yang benar
maka saya harus
bertanya kepada
orang lain yang
Informan lebih suka
bertanya kepada
orang yang lebih
tahu dan menginga-
ingat saja
124
lebih tahu dan kiat-
kiat yang di berikan
terkadang saya
catat sekiranya
harus dicatat dan
saya ingat-ingat
saja sesuai dengan
informasi yang
ingin saya cari
XIC Sesuai dengan apa
yang dikatakan
ayah saya dan guru
kesenian saya. Saya
pilih dan susun
informasi yang
berhubungan
Informan
menghubungkan
informasi yang dia
dapatkan
XIC Saya menyusun
informasi dengan
mencatat dan
kemudian membuat
rangkuman
Informan mencatat
dan membuat
rangkuman
Pustakawan Penyusunan
informasi biasanya
mereka hanya
mengingat-ingat
saja
Siswa autis hanya
menginga-ingat
informasi yang
dicari
Pustakawan Mereka hanya
mengingat-ingat
saja. Berhubung
daya ingat mereka
yang sangat baik
mereka tidak akan
pernah lupa dengan
memori yang harus
disimpan di dalam
ingatan mereka
Siswa autis hanya
mengingat-ingat
informasi yang
dicari
Guru Kelas XA Terkadang
informasi yang
mereka dapatkan
adalah informasi
dari guru jika
menurut mereka
perlu
pengembangan
dalam informasi
yang guru katakan
maka mereka akan
berusaha mencari
sendiri dan bersifat
kritis dalam
Siswa autis
mengembangkan
informasi yang dia
temukan
125
bertanya. Biasanya
mereka
menyocokkan
informasi yang
mereka dapatkan
dengan kritis
bertanya
Guru Kelas XD Karena daya
ingatnya sangat
baik maka
informasi yang
biasanya mereka
hanya mengingat-
ingat saja informasi
yang mereka
perlukan dan sekira
nya perlu untuk di
ingat.
Siswa yang
bernama cindy itu
dia pintar membuat
puisi dia pernah
bertemu dengan
mentri pendidikan
dan beliau bilang
cindy adalah
gurunya karena
bahasa dalam
puisinya cukup
tinggi dan jarang
dimengerti oleh
orang lain
Informasi yang
dicari
dikembangkan
sesuai dengan bakat
yang dimiliki
Guru Kelas XIC Daya ingat, daya
tangkap serta daya
pemahaman mereka
dalam suatu hal itu
sangatlah baik dan
bersifat kritis
kepada hal-hal yang
baru dan hal-hal
yang belum mereka
ketahui.
Jadi mereka susun
sesuai porsi dan
kebutuhan saja
Siswa autis
menyusun sesuai
dengan porsi
kebutuhan
informasinya
Wali Murid Anak saya biasanya
hanya di ingat-
ingat. Seringnya
mereka
mempelajari apa
Siswa autis hanya
menginga-ingat
informasi yang dia
temukan
126
yang di baca
Wali Murid Biasanya anak saya
mengumpulkan
bahan bacaan dan
kliping, majalah
dibendel dan di
praktekkan
Siswa autis
mengumpulkan
dengan dijilid
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
7. Bagaimanakah
proses
pengumpulan
informasi yang
anda lakukan?
XA Informasi saya
kelompokkan
menurut
sumbernya.
Misalnya materi
dari guru saya,
majalah, catatan
atau kliping
tentang masakan
kue basah, kue
kering dan
sebagainya.
Informan
mengelompokkan
sesuai sumbernya
XA Informasi yang
saya dapatkan tadi
kemudian saya
kumpulkan dalam
suatu folder dan
berupa jilidan agar
mudah untuk saya
pelajari kembali.
Sebagai contoh
saya membuat
folder untuk puisi,
menggambar,
musik
Informan
mengumpulkan
informasi dalam
satu folder dan
dijilid
XD Informasi yang
telah saya susun,
kemudian saya
kumpulkan dalam
folder-folder agar
saya mudah untuk
mencarinya.
Contohnya folder
musik, hiburan,
pariwisata
Informan
mengumpulkan
informasi dalam
satu folder
XD Informasi yang
saya dapatkan saya
baca dan saya
Informan mencatat
dan mengingat-
ingat informasi
127
hanya akan
mengingat-ingat
saja. Jika informasi
itu perlu saya
simpan maka saya
akan mencatat
dibuku untuk
menjadikan
referensi tambahan
XIC Pengumpulan yang
saya lakukan saya
copy dan Ms.word
kemudian
disimpan dalam
folder, terkadang
saya mencari
informasi dari
teman,meminta
video untk
melakukan praktik
menjadi presenter
dan
menyimpannya di
flashdisk
Informan lebih
suka menyimpan
melalui Ms.Word
dalam folder
mereka
XIC Saya biasa
mengingat-ingat
saja
semuainformasi
yang sudah saya
baca. Untuk
informasi lain saya
biasanya ada
dokumentasi
tentang jalan cerita
perwayangan dan
saya jilid untuk
mempelajarinya
Informan lebih
suka mengingat-
ingat informasi
XIC Saya mencatatnya
dibuku. Terkadang
informasi yang
saya peroleh dari
sumber mana saja
misalnya Koran,
majalah, artikel
dan sebagainya
saya susun menjadi
satu agar mudah di
cari kembali
Informan
menyatakan anak
autis lebih memilih
mencatat di buku
Pustakawan Biasanya sih
mereka
Informan
menyatakan anak
128
menyimpannya di
buku catatan atau
di dalam folder
computer yang
mereka punya
autis lebih memilih
menyimpan ke
dalam folder di
computer mereka
Pustakawan Anak autis
biasanya
menyimpang
informasi yang dia
dapatkan melalui
catatan dan
kalaupun
mendapatkan
informasi melalui
internet mereka
simpan di dalam
folder computer
mereka
Informan
menyatakan anak
autis lebih memilih
menyimpan di
dalam folder
Guru Kelas XA Mereka biasanya
menyimpan
informasi di dalam
computer mereka.
Kalau anak yang
suka mendownload
musik maka
biasanya akan
dibuatkan di folder
musik.
Terkadang mereka
mencatat apa yang
harus mereka catat
dan merasa perlu
untuk di catat.
Informan
menyatakan anak
autis lebih memilih
menyimpan
informasi di dalam
folder
Guru Kelas XD Anak autis
biasanya sekali
mengetahui dan
mendengarkan
mereka langsung
biasa memahami
dan mengerti. Jadi
selain mereka
mengingat-ingat
biasanya mereka
menyimpan
informasi melalui
folder yang ada di
laptop
Informan
menyatakan anak
autis lebih memilih
mengingat-ingat
informasi
Guru Kelas
XIC
Ada beberapa yang
di catat, dijilid dan
yang suka
Informan
menyatakan anak
autis lebih memilih
129
berlangganan
internet maka
biasanya mereka
menyimpan
informasi ke dalam
folder di computer
mereka
dijilid
Wali Murid Anak saya
memang jarang
mempunyai
catatan. Pernah
seringkali di ajak
seminar oleh
kepala sekolah dan
diminta untuk
mewakili sebagai
pembicara hanya
dengan diberikan
rekaman dan harus
dihafalkan yang
isinya pidato dari
kepala sekolah.
Jadi kebanyakan
jenis informasi
yang dia peroleh
yaitu dari non
book. Selain itu
juga, biasanya dia
mencari informasi
dari internet.
Untuk
pengumpulannya
disimpan dalam
folder di laptopnya
Informan
menyatakan anak
autis lebih memilih
mengingat-ingat
informasi yang di
dapatkan
Wali Murid Karena anak saya
suka memasak
sehingga seringkali
anak saya
mengajak saya
untuk mencari
referensi tentang
resep masakan.
Karena
penyajiannya lebih
mudah untuk
dipelajari dengan
referensi yang
berbentuk buku.
Biasanya
pengumpulannya
Informan
menyatakan anak
autis lebih memilih
untik di print dan
dijilid
130
di catat, di print
out dan terkadang
dijilid karena akan
mempermudah
dalam penermuan
kembali informasi
jika sewaktu-waktu
informasinya
dibutuhkan
kembali
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
8. Bagaimana
proses
penyajian
informasi yang
anda lakukan?
XA informasi yang telah
saya dapatkan
biasanya saya print
dan bendel karena
akan mempermudah
dalam mencari dan
mempelajarinya.
Jika saya
mendapatkan
informasi tentang
resep masakan yang
baru melalui
internet maka akan
saya copy paste dan
simpan di dalam
ms.word
dikomputer saya
Informan
menyajikan
informasi dengan
dijilid dan
mempresentasikan
kepada guru dan
untuk praktek
memasak di
sekolahan
XA Penyajian informasi
yang saya lakukan
biasanya dalam
bentuk soft copy.
Untuk soft copy
biasanya dalam
bentuk Ms.word dan
rekaman video dari
youtube. Saya
biasanya membuat
video baru dan saya
share kegrup
Informan
menyajikan
informasi dalam
bentuk softcopy dan
video untuk di
bagikan ke internet
XD Penyajian informasi
yang saya lakukan
biasanya dalam
bentuk file dan
folder, kalau file
saya biasanya
Informan
menyimpan rekaman
suara untuk
presentasi di dalam
seminar
131
menyimpan pada
Ms. Word, rekaman
video dan rekaman
suara untuk
seminar.
XD Penyajian informasi
yang saya lakkan
biasanya hanya saya
ingat-ingat saja dan
pada waktu tertentu
saya tanyakan
kembali kepada
kakak saya dan uru
saya
Informan
menyajikan
informasi untuk di
presentasikan
kepada guru dan
keluarga
XIC Penyajian informasi
yang biasa saya
lakukan yaitu
berupa soft copy,
saya lakukan untuk
sharing kepada guru
dan karena saya
mengikuti
keterampilan seni
menjadi presenter
juga
Informan
menyajikan
informasi kepada
guru kelas
XIC Penyajian informasi
yang saya lakukan
yaitu hanya dengan
bentuk catatan dan
biasanya saya print
out untuk bermain
wayang bersama
ayah saya kalau lagi
ada pentas wayang
Informan
menyajikan untuk
orang banyak di saat
pentas seni wayang
XIC Penyajian informasi
yang saya lakukan
biasanya saya
mencatat lalu meng
print out jika itu
perlu saya lakukan.
Terkadang saya
meng-copy file
music untuk lomba
music yang akan
diadakan disekolah
Informan
menyajikan
informasi untuk
lomba music
disekolah dan pentas
seni diluar sekolah
Pustakawan Penyajian informasi
yang biasa mereka
lakukan berbeda-
beda sesuai dengan
keinginan mereka.
Siswa autis
menyajikan
informasi untuk
acara lomba dan
pentas seni yang di
132
Ada yang dicatat
lalu di print out,
menyimpang dalam
flashdisk, melalui
rekaman suara,
video dan
sebagainya.
Sebagian besar
hanya di hafalkan
saja mereka
langsung bisa hafal.
Biasanya mereka
menyajikan karena
adanya pentas seni
disekolah yang
diadakan tiap
minggunya
adakan disekolah
Pustakawan Penyajian informasi
yang dilakukan
biasanya hanya di
ingat-ingat saya.
Tapi biasanya
setelah menemukan
informasi mereka
simpan dalam file
Ms. Word ataupun
melalui gom player.
Biasanya mereka
sajikan untuk
lomba-lomba
internasional
Siswa autis
menyajikan
informasi untuk
acara lomba dan
pentas seni.
Guru Kelas XA Penyajian informasi
yang biasa
dilakukan anak autis
yaitu mereka
biasanya berbentuk
soft copy dan hanya
akan disimpan di
dalam laptop
mereka. Biasanya
mereka
menceritakan
kepada saya dan
teman-teman
kelasnya untuk
informasi baru yang
di dapatkan
Anak autis
menyajikan melalui
soft copy dan di
presentasikan
kepada guru kelas
dan teman-temannya
Guru Kelas XD Penyajian informasi
yang dilakukan
anak autis biasanya
Anak autis
menyajikan dalam
softcopy dan
133
mereka
menyimpang file
suara, video,
gambar dan ada
beberapa yang di
print out kalau
memang mereka
merasa perlu.
Biasanya sih
mereka menyajikan
dengan preentasi,
tergantung dengan
minat dan bakat
anak. Jika anak itu
memiliki bakat
membuat puisi
terkadang saya
suruh dia
membacakan
tulisannya.
disajikan kepada
guru kelas
Guru Kelas XIC Penyajian informasi
yang biasa mereka
lakukan berbentuk
softcopy, hardcopy
dan catatan.
Biasanya sih
mereka sering
berlatih dengan
guru keterampilan
kalau lagi mau ada
lomba music dan
seminar nasional
Anak autis
menyajikan
informasi melalui
soft copy dan
mereka
mempresentasikan
untuk seminar dan
lomba.
Wali Murid Penyajian informasi
yang dilakukan
anak saya selain
dengan memori
ingatannya biasanya
dia hanya
menyimpangnnya
dalam bentuk soft
copy yaitu berisi
rekaman suara,
video dan music.
Biasanya sih dia
selalu menceritakan
apapun tentang hal
yang baru di
ketahuinya dan
biasanya disajikan
kalau akan seminar
Anak autis
menyajikan
informasi melalui
soft copy dan
mempresentasikan
untuk lomba dan
seminar
134
atau lomba
Wali Murid Penyajian informasi
yang dilakukan
anak saya biasanya
berbentuk artikel
dari Ms. Word dan
dia print out karena
penyajianya lebih
menarik. Biasanya
dia menyusun dan
membendel sesuai
dengan kategori
informasi tersebut
Informan
menyatakan anak
autis lebih memilih
menyajikan di
sekolah untuk
praktek dan dirumah
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
1. Bagaimana
proses
penyajian
informasi yang
anda lakukan?
XA informasi yang telah
saya dapatkan
biasanya saya print
dan bendel karena
akan mempermudah
dalam mencari dan
mempelajarinya.
Jika saya
mendapatkan
informasi tentang
resep masakan yang
baru melalui
internet maka akan
saya copy paste dan
simpan di dalam
ms.word
dikomputer saya
Informan
menyajikan
informasi dengan
dijilid dan
mempresentasikan
kepada guru dan
untuk praktek
memasak di
sekolahan
XA Penyajian informasi
yang saya lakukan
biasanya dalam
bentuk soft copy.
Untuk soft copy
biasanya dalam
bentuk Ms.word dan
rekaman video dari
youtube. Saya
biasanya membuat
video baru dan saya
share kegrup
Informan
menyajikan
informasi dalam
bentuk softcopy dan
video untuk di
bagikan ke internet
XD Penyajian informasi
yang saya lakukan
biasanya dalam
bentuk file dan
folder, kalau file
Informan
menyimpan rekaman
suara untuk
presentasi di dalam
seminar
135
saya biasanya
menyimpan pada
Ms. Word, rekaman
video dan rekaman
suara untuk
seminar.
XD Penyajian informasi
yang saya lakkan
biasanya hanya saya
ingat-ingat saja dan
pada waktu tertentu
saya tanyakan
kembali kepada
kakak saya dan uru
saya
Informan
menyajikan
informasi untuk di
presentasikan
kepada guru dan
keluarga
XIC Penyajian informasi
yang biasa saya
lakukan yaitu
berupa soft copy,
saya lakukan untuk
sharing kepada guru
dan karena saya
mengikuti
keterampilan seni
menjadi presenter
juga
Informan
menyajikan
informasi kepada
guru kelas
XIC Penyajian informasi
yang saya lakukan
yaitu hanya dengan
bentuk catatan dan
biasanya saya print
out untuk bermain
wayang bersama
ayah saya kalau lagi
ada pentas wayang
Informan
menyajikan untuk
orang banyak di saat
pentas seni wayang
XIC Penyajian informasi
yang saya lakukan
biasanya saya
mencatat lalu meng
print out jika itu
perlu saya lakukan.
Terkadang saya
meng-copy file
music untuk lomba
music yang akan
diadakan disekolah
Informan
menyajikan
informasi untuk
lomba music
disekolah dan pentas
seni diluar sekolah
Pustakawan Penyajian informasi
yang biasa mereka
lakukan berbeda-
beda sesuai dengan
Siswa autis
menyajikan
informasi untuk
acara lomba dan
136
keinginan mereka.
Ada yang dicatat
lalu di print out,
menyimpang dalam
flashdisk, melalui
rekaman suara,
video dan
sebagainya.
Sebagian besar
hanya di hafalkan
saja mereka
langsung bisa hafal.
Biasanya mereka
menyajikan karena
adanya pentas seni
disekolah yang
diadakan tiap
minggunya
pentas seni yang di
adakan disekolah
Pustakawan Penyajian informasi
yang dilakukan
biasanya hanya di
ingat-ingat saya.
Tapi biasanya
setelah menemukan
informasi mereka
simpan dalam file
Ms. Word ataupun
melalui gom player.
Biasanya mereka
sajikan untuk
lomba-lomba
internasional
Siswa autis
menyajikan
informasi untuk
acara lomba dan
pentas seni.
Guru Kelas XA Penyajian informasi
yang biasa
dilakukan anak autis
yaitu mereka
biasanya berbentuk
soft copy dan hanya
akan disimpan di
dalam laptop
mereka. Biasanya
mereka
menceritakan
kepada saya dan
teman-teman
kelasnya untuk
informasi baru yang
di dapatkan
Anak autis
menyajikan melalui
soft copy dan di
presentasikan
kepada guru kelas
dan teman-temannya
Guru Kelas XD Penyajian informasi
yang dilakukan
Anak autis
menyajikan dalam
137
anak autis biasanya
mereka
menyimpang file
suara, video,
gambar dan ada
beberapa yang di
print out kalau
memang mereka
merasa perlu.
Biasanya sih
mereka menyajikan
dengan preentasi,
tergantung dengan
minat dan bakat
anak. Jika anak itu
memiliki bakat
membuat puisi
terkadang saya
suruh dia
membacakan
tulisannya.
softcopy dan
disajikan kepada
guru kelas
Guru Kelas XIC Penyajian informasi
yang biasa mereka
lakukan berbentuk
softcopy, hardcopy
dan catatan.
Biasanya sih
mereka sering
berlatih dengan
guru keterampilan
kalau lagi mau ada
lomba music dan
seminar nasional
Anak autis
menyajikan
informasi melalui
soft copy dan
mereka
mempresentasikan
untuk seminar dan
lomba.
Wali Murid Penyajian informasi
yang dilakukan
anak saya selain
dengan memori
ingatannya biasanya
dia hanya
menyimpangnnya
dalam bentuk soft
copy yaitu berisi
rekaman suara,
video dan music.
Biasanya sih dia
selalu menceritakan
apapun tentang hal
yang baru di
ketahuinya dan
biasanya disajikan
Anak autis
menyajikan
informasi melalui
soft copy dan
mempresentasikan
untuk lomba dan
seminar
138
kalau akan seminar
atau lomba
Wali Murid Penyajian informasi
yang dilakukan
anak saya biasanya
berbentuk artikel
dari Ms. Word dan
dia print out karena
penyajianya lebih
menarik. Biasanya
dia menyusun dan
membendel sesuai
dengan kategori
informasi tersebut
Informan
menyatakan anak
autis lebih memilih
menyajikan di
sekolah untuk
praktek dan dirumah
139