BAB I
PENDAHULUAN
Perdarahan setelah melahirkan adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat
implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit
128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut
terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil
akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.
Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien
yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah
sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas
tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000
kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.
Pada satu penelitian, terata hemotokrit postpartum menurun sebesar 2,6% - 4,3% volume,
sepertiga wanita tidak memperlihatkan penurunan atau malah mengalami peningkatan.
Wanita yang menjalani seksio sesarea mengalami penurunan rerata hematokrit 42% volume
tetapi 20% tidak memperlihatkan penurunan (combus dkk, 1991 ).
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PERDARAHAN PERVAGINAM
2.1. DEFENISI
Perdarahan secara umum adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan
(robekan) pembuluh darah. Jika pembuluh darah terluka maka akan segera terjadi kontriksi
dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat berkurang. (Menurut WHO).
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam yang hilangnya darah 500 ml atau
lebih setelah kala tiga persalinan selesai. Hampir separuh wanita melahirkan secara
pervaginam dengan plasenta tidak lahir banyak bmengeluarkan darah, darah yang keluar bisa
dalam jumlah 500 ml atau bahkan lebih. Perdarahan pervaginam setelah melahirkan
merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu setelah melahirkan di
Indonesia. (Menurut buku obstetri Williams vol. 1 edisi 21 hal :704)
2.2. KLASIFIKASI
Perdarahan postpartum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage, atau Perdarahan
Postpartum Primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera). Perdarahan pasca
persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 2
Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta,
sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan masa nifas (Perdarahan Persalinan Sekunder atau Perdarahan Pasca
Persalinan Lambat). Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.
Perdarahan pasca persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim
yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.
2.3. PATOFISIOLOGI
HEMOSTASIS DI TEMPAT IMPLANTASI PLASENTA
Menjelang aterm, di perkirakan bahwa sekitar 600 ml/menit darah mengalir melalui ruang
antarvilus. Dengan terlepasnya plasenta, arteri-arteri dan vena-vena uterina yang mengangkut
darah ke plasenta akan terputus secara tiba-tiba. Dibagian tubuh lain, hemostasis tanpa ligasi
bedah bergantung pada vasospasme intrinsik dan pembentukan bekuan darah lokal. Di tempat
implantasi plasenta, yang paling penting untuk hemostasis adalah kontraksi dan retraksi
miometrium untuk menekan pembuluh dan menutup lumennya.
Potongan plasenta atau bekuan darah besar yang melekat akan menghambat kontraksi dan
retraksi miometrium yang efektif sehingga hemostasis di tempat implantasi terganggu.
Perdarahan postpartum yang fatal dapat terjadi akibat uterus hipotonik walaupun mekanisme
koagulasi ibu cukup normal. Sebaliknya, apabila miometrium di tempat implantasi atau
didekatnya berkontraksi dengan kuat, kecil kemungkinan terjadi perdarahan fatal dari tempat
implantasi plasenta walaupun mekanisme pembentukan darah sangat terganggu. (Menurut
buku obstetri Williams vol. 1 edisi 21 hal :704)
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 3
2.4. ETIOLOGI PERDARAHAN POST-PARTUM
Perdarahan pascapersalinan antara lain dapat disebabkan oleh:
1. Atonia uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan
sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu
menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya
perdarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka
pada bekas menempelnya plasenta yang lepas sebagian atau lepas keseluruhan.
2. Retensio plasenta
Retensio Plasenta adalah plasenta yang belum lepas setelah bayi lahir, melebihi waktu
setengah jam (Manuaba, 2001).
Retensio Plasenta ialah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga 30 menit atau
lebih setelah bayi (Syaifudin AB, 2001).
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah
bayi lahir (Rsustam Mochtar, 1998).
Penyebab retensio plasenta :
Menurut Wiknjosastro (2007) sebab retensio plasenta dibagi menjadi 2 golongan
ialah sebab fungsional dan sebab patologi anatomik.
1. Sebab fungsional
a) His yang kurang kuat (sebab utama)
b) Tempat melekatnya yang kurang menguntungkan (contoh : di sudut tuba)
c) Ukuran plasenta terlalu kecil
d) Lingkaran kontriksi pada bagian bawah perut
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 4
2. Sebab patologi anatomik (perlekatan plasenta yang abnormal)
1) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam.
2) Plasenta sudah lepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni uteri
atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim ( akibat kesalahan
penanganan kala III ) yang akan menghalangi plasenta keluar ( plasenta
inkarserata)
3. Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan
pascapersalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan
pascapersalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan
serviks atau vagina.
4. Inversio Uteri
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya
masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam
menjadi diluar saat melahirkan plasenta. Pada inversio uteri bagian atas uterus memasuki
kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri.
Inversio uteri terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 5
2.5. GEJALA KLINIS PERDARAHAN POST-PARTUM
Gejala klinis berupa pendarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir.
Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat,
tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain. Penderita
tanpa disadari dapat kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat bila pendarahan
tersebut sedikit dalam waktu yang lama.
2.6. DIAGNOSIS PERDARAHAN POST-PARTUM
Diagnosis perdarahan pascapersalinan dilakukan dengan :
1. Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.
3. Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari:
a. Sisa plasenta atau selaput ketuban
b. Robekan rahim
4. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah
5. Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, trombosit dan CT /BT.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 6
LAPORAN KASUS
Berikut ini adalah laporan kasus pasien mulai pasien datang ke ruang rawat inap VK/OK di
RS. Dr. Djasamen Saragih sampai pasien pulang.
Nama : Rosdelina Silalahi
Umur : 36 Tahun
Suku/Bangsa : Batak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Alamat : Purba Dolok
No. Rekam Medik : 28-64-84
Tanggal Masuk : 20 Maret 2014
Tanggal Keluar : 28 Maret 2014
I. ANAMNESA
Keluhan Utama : Uri tidak keluar setelah bayi lahir
Telaah : Os datang ke VK-OK RSUD dr. Djasamen Saragih Pematang
Siantar pada tanggal 20 Maret 2014 pukul 16.00 wib bersama
keluarga dan di dampingi oleh seorang bidan di tempat
tinggalnya. Os datang dengan keluhan uri tidak keluar setelah
18 jam bayi lahir. Os mengeluh keluar darah banyak dari jalan
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 7
lahir ± empat handuk, darah yang keluar tidak berhenti sejak 18
jam setelah melahirkan. Os juga mengeluh lemas dan pusing,
Os mengalami muntah dengan frekuensi 2 kali, isi muntah apa
yang dimakan.
HPHT : 13 juni 2013
Siklus Haid Teratur : (+)
Riwayat Kehamilan : G6P6A0
Riwayat Persalinan :1. Anak pertama laki-laki, melahirkan di rumah, persalinan
spontan dengan Berat Badan Lahir 2500 gram, usia anak
sekarang 14 tahun dan anak sehat. 2. Anak kedua laki-laki,
melahirkan di rumah, persalinan spontan dengan Berat Badan
Lahir 2600 gram, usia anak sekarang 10 tahun dan anak sehat.
3. Anak ketiga laki-laki, melahirkan dirumah, persalinan
spontan dengan Berat Badan Lahir 2600 gram, usia anak
sekarang 6 tahun dan anak sehat. 4. Anak keempat perempuan,
melahirkan di rumah, peralinan spontan dengan Berat Badan
Lahir 2200 gram, usia anak sekarang 4 tahun dan anak sehat.
5. Anak kelima perempuan, melahirkan di rumah, peralinan
spontan dengan Berat Badan Lahir 3000 gram, usia anak
sekarang 3 tahun dan anak sehat. 6. Anak keenam laki-laki,
melahirkan di rumah, peralinan spontan dengan Berat Badan
Lahir 2500 gram, usia anak sekarang 5 hari dan anak sehat.
Riwayat Operasi : (-)
Riwayat perdarahan selama kehamilan : (-)
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 8
Riwayat perdarahan setelah melahirkan: (-)
Riwayat Penyakit Terdahulu : (-)
Riwayat Pemakaian Obat : (-)
II. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik
Status present
Sensorium : Compos Mentis Anemis : (+)
TD : 80/40 mmHg Sianosis : (-)
HR : 120 x/menit Dyspnoe : (-)
RR : 26 x/menit Ikterik : (+)
Temp. : 37º Celcius. Oedem : (-)
BB : 68 kg
TB : 160 cm.
Abdomen
Infeksi : Perut simetris
Palpasi : TFU 2 jari diatas pusat.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 9
Genitalia : - pada pemeriksaan inspekulo : - tanpak sisa tali pusat
- ada keluar darah dari portio
- portio terbuka tanpak selaput
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan Lab. Tanggal 20 maret 2014.
HB : 3,9 gr/dl CT / BT : 5 menit / 3 menit
Leukosit : 25.800 /mm³ MCV : 98, 4 fl
Trombosit : 114.000 /ul MCH : 30,5 pg
HT : 12,6 % MCHC : 31,0 g/dl
DIAGNOSIS
Dalam kasus ini dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan
mengarahkan diagnosis pasien dengan “Perdarahan pervaginam banyak ec retensio
plasenta + anemia berat”.
PROGNOSIS
Jelek
TERAPI : - Manual Plasenta
- Perbaiki keadaan umum (transfusi darah dan terapi cairan)
- Pasang cateter (pantau urin output)
- Pasang oksigen
- Drip oxytosin : 10 iu / 500 cc cairan
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 10
Obat-obatan : - Ceftriaxone 1 amp / 12 jam iv
- Ranitidin 1 amp / 12 jam iv
FOLLOW-UP PASIEN
Follow-up 20 maret 2014
Ku : Perdarahan pervaginam (+), palpebra inferior anemis (+), lemas (+), mual (+),
Pusing (+), demam (+)
TD : 80/40 mmHg
HR : 120 x/i
RR : 20 x/i
Temp. : 37ºC
BB : 68 kg
TB : 160 cm
Anjuran dokter : Lakukan Pemeriksaan Darah Hb. Jika Hb < 6 maka berikan
transfusi WB 3 bag).
Telah dilakukan pemeriksaan Hb dengan hasil Hb 3,9 g/dl maka transfusi WB 3 bag setelah
transfusi periksa hb ulang.
Terapi : - O2 2 Liter /i
- IVFD Nacl 0,9 % + Adona AC 1 amp/30 gtt/i
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 11
- Tranfusi whole blood 3 bag (1.050 cc)
- pasang kateter
- Inj. Ceftriaxone 1 gram / 12 jam
- Inj. Ranitidin 1 amp / 12 jam
- Inj. Dexametasone 1 amp setelah transfusi
- Inj. Lasix 2 amp / 12 jam (k/p)
- Tranfusi tiap 2 bag beri inj. Calcium gluconas 1 amp.
Follow-up 21 maret 2014
Ku : perdarahan pervaginam (+), palpebra inferior anemis (+), lemas (+), mual (+),
Pusing (+), demam (-)
TD : 110/60mmHg
HR : 88 x/i
RR : 20 x/i
Temp. : 36,8 ºC
BB : 68 kg
TB : 160 cm
Telah di lakukan pemeriksaan lab dengan hasil Hb : 6,4 gram / dl, Leukosit : 17.300 / mm³,
Trombosit : 129.000 mm/1 jam.
Advice dokter : Lanjut Transfusi PRC 2 bag, setelah transfusi periksa hb ulang.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 12
Terapi : - IVFD RL 10 gtt/i
- IVFD Nacl 0,9 % 30 gtt/i
- Tranfusi PRC 2 bag setelah transfusi cek HB.
- pasang kateter
- Inj. Ceftriaxone 1 gram / 12 jam
- Inj. Ranitidin 1 amp / 12 jam
- B. Compeks tab 3x1 tab
- Vit. C tab 3x1 tab
Follow-up 22 maret 2014
Ku : perdarahan pervaginam (+),palpebra inferior anemis (+), Pusing (+),
TD : 110/60 mmHg
HR : 68 x/i
RR : 20 x/i
Temp. : 36,2ºC
BB : 68 kg
TB : 160 cm
Terapi : - IVFD RL 10 gtt/i
- cateter
- IVFD Nacl 0,9 % 30 gtt/i
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 13
- Inj. Ceftriaxone 1 gram / 12 jam
- Inj. Ranitidin 1 amp / 12 jam
- PCT tab 3x1 tab
- B. Vomp. Tab 3x1 tab
- Vit. K tab 3x1 tab
Telah dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen dengan hasil TFU 1 jari di bawah pusat
dan pemeriksaan USG dengan hasil kesimpulan retensi sisa plasenta. Anjuran dokter akan
dilakukan tindakan kuret pada pasien untuk mengeluarkan sisa plasenta.
Follow-up 23 maret 2014
Ku : perdarahan pervaginam (+), palpebra inferior anemis (+), lemas (+), Pusing (+),
TD : 120/80 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp. : 36ºC
BB : 68 kg
TB : 160 cm
Terapi : - IVFD RL 20 gtt/i
- cateter
- Clindamisin tab 3x1 tab
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 14
- Vit. B. Compeks tab 3x1 tab
- Vit. K tab 3 x 1 tab
Follow-up 24 maret 2014
Ku : perdarahan pervaginam (+), palpebra inferior anemis (-), lemas (+),
TD : 120/70 mmHg
HR : 72 x/i
RR : 24 x/i
Temp. : 36,5ºC
BB : 68 kg
TB : 160 cm
Terapi : - IVFD RL 20 gtt/i
- cateter
- Clindamisin tab 3x1 tab
- Vit. B. Compeks tab 3x1 tab
- Vit. K tab 3 x 1 tab
Telah di lakukan pemeriksaan lab dengan hasil Hb : 6,5 gram /dl. Anjuran dokter
Transfusi WB 2 bag (700 cc) setelah tranfusi periksa faal hati.
Sudah di lakukan pem. Faal Hati dengan hasil pemeriksaan dalam batas normal.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 15
Follow-up 25 maret 2014
Ku : Sakit pada punggung, perdarahan pervaginam (+),
TD : 170/ 80 mmHg
HR : 54 x/i
RR : 18 x/i
Temp. : 36,5ºC
BB : 68 kg
TB : 160 cm
Terapi : - IVFD RL 20 gtt/i
- cateter
- Clindamisin tab 3x1 tab
- Vit. B. Compeks tab 3x1 tab
- Vit. K tab 3 x 1 tab
Telah di lakukan pemerksaan lab. Dengan hasil Hb 8,1 g/dl dan leukosit 14.400 /mm³.
Anjuran dokter, dokter akan melakukan tindakan kuret besok pada tanggal 26 maret 2014
pukul 10.00 wib.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 16
Follow-up 26 maret 2014
Ku : perdarahan pervaginam (+), lemas (+), pusing(+)
TD : 170/ 80 mmHg
HR : 54 x/i
RR : 18 x/i
Temp. : 36,5ºC
BB : 68 kg
TB : 160 cm
Terapi : - IVFD RL 20 gtt/i
- cateter
- Clindamisin tab 3x1 tab
- Vit. B. Compeks tab 3x1 tab
- Vit. K tab 3 x 1 tab
DIAGNOSIS
Jadi diagnosis pasien setelah follow-up adalah “RETENSIO SISA PLASENTA”.
TERAPI
Dari follow-up pasien dengan diagnosa Retensio Sisa Plasenta maka akan dilakukan
tindakan operasi kuretasi pada pasien.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 17
LAPORAN OPERASI
Prosedur operasi rutin. Setelah pasien dalam keadaan stadium narkose dilakukakan toilet
vulva/vagina. Dipasang sims spekulum bawah dan atas - dilakukan pemasangan cunam pada
bibir depan portio. Dilakukan sondase masuk batas angka 12 cm, Ante Fleksi. Dilakukan
evakuasi cavum uteri dengan tang abortus - dilanjutkan dengan kuretase tajam. Pada saaat
dilakukan kuretase terjadi perdarahan banyak – di putuskan untuk menghentikan tindakan.
Kontrol perdarahan.
Dari hasil kuretase di temukan sisa plasenta, maka diagnosa “Retensio Sisa Plasenta” di atas
dapat di terima. Dalam tindakan kuretase terjadi perdarahan sampai tindakan kuretase selesai
dilakukan. Maka dari itu operator menyimpulkan untuk dilakukan tindakan pengangkatan
rahim (histerektomi) di karenakan terjadi “perdarahan pervaginam banyak yang sulit
dihentikan” keadaan ini disampaikan kepada pasien dan keluarganya serta di konsulkan ke
bagian anestesi.
CATATAN : Telah di terangkan kepada pasien dan keluarganya oleh dokter Bachder Johan,
Sp.OG tentang prosedur yang akan dilakukan selanjutnya yaitu pengangkatan rahim
(histerektomi). Akan tetapi hasil konsul dari bagian anestesi prosedur tersebut sangat
beresiko tinggi mengingat keadaan pasien dan bahan maupun alat tidak memadai, untuk itu
pasien di rujuk ke Medan. Akan tetapi pasien dan keluarganya tidak bersedia untuk di rujuk.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 18
FOLLOW-UP LANJUTAN
Follow-up tanggal 27 maret 2014
Ku : Perdarahan berkurang
TD : 160/90 mmHg
HR : 112 x/i
RR : 30 x/i
Temp. : 36,5ºC
BB : 68 kg
TB : 160 cm
Terapi : - awasi vital sign
- pasien boleh makan dan minum
- transfusi darah
- IVFD RL 20 gtt/i
- cateter
- inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam iv
- inj. Ranitidin 1 amp/12 jam iv
- Clindamisin tab 3x1 tab
- Vit. B. Compeks tab 3x1 tab
- Vit. K tab 3 x 1 tab
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 19
- metergyn tab 3 x 1 tab
- pct tab 3 x 1 tab
Dokter menganjurkan periksa Hb pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan Hb dengan hasil
Hb : 9,3 g/dl, anjuran dokter transfusi WB 1 bag.
Catatan : pasien tidak bersedia melakukan transfusi.
Pada pukul 21.35 lapor ke dokter tentang TD pasien yaitu 160/100 mmHg, advice dokter beri
catopril tab 25 mg 3 x 1.
Follow-up tanggal 28 maret 2014
Ku : Perdarahan berhenti
TD : 130/80 mmHg
HR : 84 x/i
RR : 20 x/i
Temp. : 36,5ºC
BB : 68 kg
Terapi : - IVFD RL 20 gtt/i - pct tab 3 x 1 tab (k/p)
- inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam iv - captopril 20 mg 3 x 1 tab
- inj. Ranitidin 1 amp/12 jam iv - Diet TKTP
- Clindamisin tab 3x1 tab - menghilangkan nyeri
- Vit. B. Compeks tab 3x1 tab - aff cateter
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 20
- Vit. K tab 3 x 1 tab - aff tampon vagina
- metergyn tab 3 x 1 tab
Perbaikan klinis : konjungtiva sub anemis, Perdarahan Berhenti, kontraksi uterus
baik.
Keadaan pasien waktu pulang : pasien sudah membaik dengan perdarahan sudah berhenti,
kunjungtiva sub anemis, dan pasien sudah bisa jalan sendiri. Oleh karena itu dokter
berkesimpulan pasien sudah layak pulang untuk berobat jalan.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 21
BAB III
PEMBAHASAN
PASIEN DENGAN “PERDARAHAN PERVAGINAM BANYAK ac RETENSIO
PLASENTA + ANEMIA BERAT”
PEMBAHASAN :
1. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir (Rsustam Mochtar, 1998).
Pada kasus ini : plasenta tidak keluar setelah pasien melahirkan. Pasien melahirkan
pada pukul 10 malam dan ke rumah sakit pukul 4 sore. Maka plasenta sudah 18 jam
tidak keluar berarti sudah lebih dari 1 jam. Maka pasien ini mengalami retensio
plasenta.
2. Perdarahan akibat retensi plasenta atau retensi sisa plasenta
Perdarahan postpartum dini jarang oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi
plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas. Inspeksi
plasenta setelah pelahiran harus di lakukan secara rutin. Apa bila ada bagian plasenta
yang hilang, uterus harus di eksplorasi dan sisa plasenta di keluarkan, terutama pada
perdarahan postpartum yang berlanjut. (Menurut buku obstetri Williams vol. 1 edisi
21 hal :709)
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 22
3. faktor etiologis terjadinya retensio plasenta
Perlekatan plasenta yang abnormal terjadi apabila pembentukan desidua terganggu.
Keadaan-keadaan terkait mencakup implantasi di segmen bawah uterus, di atas
jaringan parut seksio sesareaatau insisi uterus lainnya atau setelah kuretasu uterus.
Dalam ulasannya terhadap 622 kasus yang dikumpulkan antara tahun 1945dan 1969,
fox (1972) mencatat karakteristik berikut :
a. Plasenta previa di identifikasi pada sepertiga kehamilan yang terkena.
b. Seperempat pasien pernah menjalani seksio sesarea.
c. Hampir seperempat hampir menjalani kuretasi.
d. Seperempatnya adalah gravida 6 atau lebih.
Ibu-ibu yang dengan kehamilan lebih dari 3 kali atau yang termasuk multigravida
mempunyai risiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan pascapersalinan
dibandingkan dengan ibu-ibu yang termasuk golongan primigravida (hamil
pertama kali). Hal ini dikarenakan pada multigravida, fungsi reproduksi
mengalami penurunan sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan
pascapersalinan menjadi lebih besar. (Menurut buku obstetri Williams vol. 1 edisi
21 hal :709),
Pada kasus ini pasien telah melahirkan anak ke-6, jadi pasien ini sudah gravida 6 .
Sementara salah satu faktor etiologis terjadinya retensio plasenta adalah sudah
gravida 6 atau lebih, maka pasien ini mempunyai salah satu faktor etiologis
terjadinya retensio plasenta.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 23
4. Penanganan retensio plasenta
Masalah yang menyertai perlahiran plasenta dan perkembangan selanjutnya cukup
bervariasi, bergantung pada tempat implantasi, kedalaman penetrasi miometrium, dan
jumlah kotiledonyang terlibat. Kotiledon yang terlibat mungkin terlepas dari
miometrium dengan perdarahan yang cukup banyak. Pengobatan yang berhasil
bergantung pada pemberian darah pengganti sesegera mungkin.
Plasenta yang terlalu melekat walaupun jarang dijumpai, memiliki makna klinis yang
cukup penting karena morbiditas dan kadang-kadang mortalitasyang di timbulkan
oleh perdarahan berat. Zelop dkk (1993 ) melaporkan bahwa plasenta yg terlalu
melekat menyebabkan 65% kasus perdarahan intrapartum membandel yang
mengharuskan dilakukannya histerektomi . (Menurut buku obstetri Williams vol. 1
edisi 21 hal :711)
Pada kasus ini pasien dengan diagnosa retensio plasenta telah dilakukan plasenta
bimanual akan tetapi tidak seluruhnya plasenta keluar maka masih ada sisa plasenta
yang tertinggal, untuk memastikannya di lakukan USG dan hasil USG menunjukkan
masih ada sisa plasenta. Kemudian dokter melakukan tindakan operasi kuretasi dan
hasilnya semua sisa plasenta yang masih tertinggal sudah keluar.
5. Perdarahan banyak
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih
terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum
sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 24
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan
terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan
demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan
yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
Penanganannya adalah dengan terlepasnya plasenta, arteri-arteri dan vena-vena
uterina yang mengangkut darah ke plasenta akan terputus secara tiba-tiba. Dibagian
tubuh lain, hemostasis tanpa ligasi bedah bergantung pada vasospasme intrinsik dan
pembentukan bekuan darah lokal. Di tempat implantasi plasenta, yang paling penting
untuk hemostasis adalah kontraksi dan retraksi miometrium untuk menekan
pembuluh dan menutup lumennya.
Pada kasus ini pasien tergolong ke dalam perdarahan post-partum dini (early post-
partum haemoragik karena perdarahannya nya terjadi pada 24 jam persalinan
sementara pasien datang ke rumah sakit sudah 18 jam persalinan. Perdarahan banyak
yang terjadi pada pasien disebabkan karena ada kelainan pembekuan darah karena
plasenta yang masih tertinggal di dalam uterus sudah dikeluarkan namun perdarahan
tidak berhenti maka dalam kasus ini ada masalah dengan kelainan pembekuan darah.
Maka dari itu perdarahan banyak bukan di sebabkan oleh atonia uteri (tanpa
kontraksi) karena kontraksi uterus pada pasien baik, dan tidak di temukan adanya
trauma (robekan jalan lahir/perlukaan jalan lahir).
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 25
6. Anemia
Perdarahan pervaginam menyebabkan terjadinya anemia. Anemia adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin dibawah nilai normal.
Dikatakan anemia jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%. Perdarahan
pascapersalinan mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 500 ml atau lebih, dan jika
hal ini terus dibiarkan tanpa adanya penanganan yang tepat dan akurat akan
mengakibatkan turunnya kadar hemoglobin dibawah nilai normal.
Perdarahan pada kasus di atas pasien mengalami anemia hipovolemik yang di tandai
dengan konjungtiva pucat yang di sebabkan karena perdarahan banyak yang
berhubungan dengan sistem kelainan pembekuan darah.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 26
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Perdarahan pada kasus ini merupakan perdarahan postpartum karena perdarahan lebih dari
500 ml setelah anak lahir. Perdarahan pada pasien ini termasuk kedalam perdarahan post-
partum primer karena terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir sedangkan pasien
datang ke rumah sakit sudah 18 jam setelah persalinan. Perdarahan post-partum pada pasien
ini disebabkan oleh Retensio Plasenta yang berkaitan dengan sistem kelinan pembekuan
darah.
SARAN
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti mengenai konsep perdarahan post
partum, memahami tentang Definisi, Etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang, pemeriksaan fisik dan dapat memberikan terapi yang tepat pada ibu perdarahan
post partum.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 27
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, G, F, dkk (2006). Obstetri Williams (Volume 1). Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Edisi : 21.
Mochtar Rustam MPH, Sinopsis Obstetri (jilid 2). Jakarta : EGC, 1998.
Supono. Ilmu Kebidanan Bab Fisiologi. Palembang: Bagian Departemen Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2004.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga, Eds: Hanifa Wiknjosastro dkk.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005.
Perdarahan Pervaginam Oleh Karena Retensio Plasenta 28