Download - Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
1/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini.
ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam
10 besar penyakt di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia.
Menurut Profil Ditjen PP&PL thn 2006, 22,30% kematian bayi di Indonesia
akibat pneumonia. sedangkan morbiditas penyakit diare dari tahun ketahun kian
meningkat dimana pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk, lalu
meningkat menjadi 301 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 347 per 1000
penduduk pada tahun 2003. Pada tahun 2006 angka tersebut kembali meningkat
menjadi 423 per 1000 penduduk.
Menurut hasil survei mortalitas Subdit ISPA pada tahu 2005 di 10 provinsi
diketahui bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada bayi
(22,3%) dan pada balita (23,6%). Diare, juga menjadi persoalan tersendiri
dimana di tahun 2009 terjadi KLB diare di 38 lokasi yang tersebar pada 22
Kabupaten/kota dan 14 provinsi dengan angka kematian akibat diare (CFR) saat
KLB 1,74%. Pada tahun 2007 angka kematian akibat TBC paru adalah 250 orang
per hari. Prevalensi kecacingan pada anak SD di kabupaten terpilih pada tahun
2009 sebesar 22,6%. Angka kesakitan DBD pada tahun 2009 sebesar 67/100.000
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
2/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 2
penduduk dengan angka kematian 0,9%. Kejadian chikungunya pada tahun 2009
dilaporkan sebanyak 83.533 kasus tanpa kematian. Jumlah kasus flu burung ditahun 2009 di indonesia sejumlah 21, menurun dibanding tahun 2008 sebanyak
24 kasus namun angka kematiannya meningkat menjadi 90,48%.
Menurut Pedoman Arah Kebijakan Program Kesehatan Lingkungan Pada
Tahun 2008 menyatakan bahwa Indonesia masih memiliki penyakit menular yang
berbasis lingkungan yang masih menonjol seperti DBD, TB paru, malaria, diare,
infeksi saluran pernafasan, HIV/AIDS, Filariasis, Cacingan, Penyakit Kulit,
Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang buruk.. Pada tahun 2006,
sekitar 55 kasus yang terkonfirmasi dan 45 meninggal (CFR 81,8%), sedangkan
tahun 2007 - 12 Februari dinyatakan 9 kasus yang terkonfirmasi dan diantaranya
6 meninggal (CFR 66,7%). Adapun hal - hal yang masih dijadikan tantangan yang
perlu ditangani lebih baik oleh pemerintah yaitu terutama dalam hal survailans,
penanganan pasien/penderita, penyediaan obat, sarana dan prasarana rumah
sakit.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang makalah telah dijelaskan bahwa penyakit berbasis
lingkungan mencapai angka yang cukup tinggi untuk tingkat kematian pada
penduduk Indonesia, untuk itu penulis mengambil perumusan masalah mengenai
apa itu penyakit berbasis lingkungan? apakah faktor-faktor yang
mempengaruhinya, penyebabnya dan bagaimana dampaknya terhadapkehidupan manusia juga bagaimana cara mengatasinya?
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyakit berbasis lingkungan dan
agar kita bisa mempelajari, mengatasi, menghindari bahkan mencegah terjadinya
penyakit berbasis lingkungan.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
3/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 3
BAB II PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
2.1 DEFINISI
2.1.1 PENYAKIT
Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau
morfologi suatu organ dan/atau jar tubuh. (Achmadi05)
Penyakit merupakan suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang
dipengaruhinya. Penyakit merupakan respon tubuh akibat menurunnya energi
dalam tubuh karena berkurangnya kemampuan tubuh untuk mengeliminasi dan
membuang racun.
2.1.2 LINGKUNGAN
Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati,
nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara
elemen-elemen di alam tersebut. (Sumirat96)
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energy surya, mineral, serta flora dan fauna
yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan yang terdiri dari komponen
abiotik dan biotik.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Disfungsi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Disfungsi&action=edit&redlink=1 -
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
4/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 4
2.1.3 ABIOTIK DAN BIOTIK
Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara,
air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala
sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-
organisme (virus dan bakteri).
2.1.4 AGENT DAN VEKTOR PENYAKIT
Agent penyakit adalah zat, kekuatan, kehidupn mikro atau komponen
lingkungan lain di alam yang fana ini, baik terukur maupun tidak terukur yng
menjadi penyebab timbulnya gangguan fungsi atau kelainan morfologi pada
spesies manusia atau binatang.
Vektor merupakan binatang pembawa penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, ricketsia, virus, protozoa dan cacing, serta menjadi perantara penularan
penyakit tersebut.
2.1.5 PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa
kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi
manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
2.2 FAKTOR MUNCULNYA PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
Para ahli kesehatan masyarakat pada umumnyasepakat bahwa kualitas
kesehatan lingkungan adalah salah satu dari empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan manusia menurutH.L Blum yang merupakan faktor yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap pencapaian derajat kesehatan. Memang tidak selalu
lingkungan menjadi faktor penyebab, melainkan juga sebagai penunjang, media
transmisi maupun memperberat penyakit yang telah ada. Faktor yang
menunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan antara lain :
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
5/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 5
o Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman
Indonesia adalah salah satu
negara yang kaya akan sumber
daya air dimana ketersediaan air
mencapai 15.500 meter kubik per
kapita per tahun, jauh di atas
ketersediaan air rata-rata di
dunia yang hanya 8.000 meter
kubik per tahun.Namun demikian, Indonesia masih saja mengalami persoalan air
bersih. Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air
bersih, sebagian besar yang memiliki akses mendapatkan air bersih dari penyalur
air, usaha air secara komunitas serta sumur air dalam. Dari data Bappenas
disebutkan bahwa pada tahun 2009 proporsi penduduk dengan akses air minum
yang aman adalah 47,63%. Sumber air minum yang disebut layak meliputi air
ledeng, kran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung , mata air
terlindung dan air hujan. Dampak kesehatan dari tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar terhadap air bersih dan sanitasi diantaranya nampak pada anak-anak
sebagai kelompok usia rentan. WHO memperkirakan pada tahun 2005, sebanyak
1,6 juta balita (rata-rata 4500 setiap tahun) meninggal akibat air yang tidak aman
dan kurangnya higienitas.
o Akses sanitasi dasar yang layak
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
6/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 6
Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakan
salah satu isu penting dalam menentukan kualitas sanitasi. Namun padakenyataannya dari data Susenas 2009, menunjukkan hampir 49% rakyat
Indonesia belum memiliki akses jamban. Ini berarti ada lebih dari 100 juta rakyat
Indonesia yang BAB sembarangan dan menggunakan jamban yang tak
berkualitas. Angka ini jelas menjadi faktor besar yang mengakibatkan masih
tingginya kejadian diare utamanya pada bayi dan balita di Indonesia.
o Penanganan sampah dan limbah
Tahun 2010 diperkirakan sampah di Indonesia mencapai 200.000 ton per
hari yang berarti 73 juta ton per tahun. Pengelolaan sampah yang belum tertata
akan menimbulkan banyak gangguan baik dari segi estetika berupa onggokan
dan serakan sampah, pencemaran lingkungan udara, tanah dan air, potensi
pelepasan gas metan (CH4) yang memberikan kontribusi terhadap pemanasan
global, pendangkalan sungai yang berujung pada terjadinya banjir serta
gangguan kesehatan seperti diare, kolera, tifus penyakit kulit, kecacingan, atau
keracunan akibat mengkonsumsi makanan (daging/ikan/tumbuhan) yang
tercemar zat beracun dari sampah.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
7/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 7
o Vektor penyakit
Vektor penyakit semakin sulit diberantas, hal ini
dikarenakan vektor penyakit telah beradaptasi
sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga
kemampuan bertahan hidup mereka pun semakin tinggi.
Hal ini didukung faktor lain yang membuat
perkembangbiakan vektor semakin pesat antara lain :
perubahan lingkungan fisik seperti pertambangan,
industri dan pembangunan perumahan; sistem
penyediaan air bersih dengan perpipaan yang belum
menjangkau seluruh penduduk sehingga masih diperlukan
container untuk penyediaan air; sistem drainase
permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat;
sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi
syarat, penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam
pengendalian vektor; pemanasan global yang
meningkatkan kelembaban udara lebih dari 60% dan
merupakan keadaan dan tempat hidup yang ideal untuk
perkembang-biakan vektor penyakit.
o Perilaku masyarakat
Perilaku Hidup Bersih san Sehat belum banyak diterapkan masyarakat,
menurut studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku
masyarakat dalam mencuci tangan adalah (1) setelah buang air besar 12%, (2)
setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (3) sebelum makan 14%, (4)
sebelum memberi makan bayi 7%, dan (5) sebelum menyiapkan makanan 6 %.
Studi BHS lainnya terhadapperilaku pengelolaan air minum rumah tangga
menunjukan 99,20 % merebus air untuk mendapatkan air minum, namun 47,50
% dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.Menurut studi Indonesia
Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006 terdapat 47%
masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun
dan tempat terbuka.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
8/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 8
2.3 AGENT PENYAKIT
keberadaan agen penykit dalam tubuh manusia melalui perantara media
transmisi penyakit yang seringkali kontak dengan manusia yaitu udara, air,
pangan serangga serta manusia itu sendiri.
A. bahan kimia toksik
Bahan kimia merupakan komponen penting dalam tubuh manusia. Namun
tidak semua zat kimia dibutuhkan oleh tubuh manusia. Menurut Theophrastus
philippus Auroleus Bombastus von Hoheinheim (1493-1541) mengatakan bahwa
semua zat adalah racun, tidak ada satupun yang bukan racun. Dosis yang tepat
itulah yang membedakan mana racun dan mana obat (krieger, 2001 dalam
Abdurahman, 2010). Sebagai contoh Fe, atau zat besi dibtuhkan oleh manusia
tetapi apabia berlebihan akan menimbulkan racun dan menimbulkan efek buruk
bagi kesehatan manusia.
Zat toksik adalah mempunyai sifat toksik. Bahan beracun dapat
dikelompokan ke dalam organik dan anorganik
Zat toksik organik :
1. Berasal dari jasad hidup organisme
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
9/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 9
2. Mengandung karbon, seringkali bermolekul besar yang dapat disintesis
atau diisoliasi oleh alam.
Zat toksik anorganik :
1. Zat kimia spesifik
2. Umumnya bermolekul kecil
3. Zat toksik menurut sasaran
B.Agent penyakit : fisik
Gangguan fungsi atau kelainan morfologi pada organ atau jaringan tubuh
lain seringkali berubh fungsi akibat keterpaparan manusia terhadap agen yang
dikelompokan sebagai agen fisik.
Contoh-contoh agent fisik yaitu :
1. sinar ultraviolet
2. sinar inframerah
3. radioaktif
4. radiasi suhu panas
5. elektromagnetik
6. radiasi pengion dan non pengion
7. Cahaya dll
Berbagai agen fisik ini dipancarkan dari sumbernya melalui pancaran atau
radiasi dan dirambatkan melalui komponen lingkungan seperti benda padat dan
padat cair. Suhu panas dapat dirambatkan melalui media, demikian pula
kebisingan dan radiasi elektromagnetik. Sebuah yang tiba-tiba misalnya adalah
sebuah energi yang tidak terkendali dan dengan menumpang media transmisi
benda-benda tertentu menganai atau menabrak seseorang.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
10/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 10
C. Agent penyakit mikroorganisme
Mikroorganisme atau makhluk hidup memiliki ukurn sangat kecil dan
berdasarkan ukuran dan sifat-sifat lainnya mikroogranisme dpat dikelompokan
ke adalam 4 kelompok:
1. Virus
2. Bakteri
3. Jamur
4. Parasit
Diantara mikroorganisme tersebut, virus merupakan makhluk terkecil yang
dapat berkembang biak melalui penggandaan dirinya dalam waktu singkat
didalam sel tubuh binatang, tumbuhan, ataupun manusia. Sebenarnya ada yang
setengah makhluk dan setengah benda tidak hidup dan lebih kecil dari virus yang
juga merupakan penyebab salah satu penyakit yang disebut prion, sejenis prion
inilah yang menyebabkan penyakit madcow/sapi gila (Prof.Umar Fachmi
Achmadi, dasar-dasar penyakit berbasis lingkungan,Raja Grafindo Persada, Cet-
1, Jakarta http://putraprabu.wordpress.com diakses pada hari rabu1 januari
2012)
2.4 VEKTOR PENYAKIT MENULAR
Pencemaran karena vektor adalah terjadinya penularan penyakit melaluibinatang yang dapat jadi perantara penularan penyakit tertentu akibat kondisi
pencemaran vektor penyakit, antara lain:
1. Perubahan lingkungan fisik seperti pertambangan, industri dan
pembangunan perumahan yang mengakibarkan berkembang biaknya
vektor penyakit
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
11/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 11
2. Sistim penyediaan air bersih dengan perpipaan yang belum menjangkau
seluruh penduduk sehingga masih diperlukan container untukpenyediaan air.
3. Sistem drainase permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat
sehingga menjadi tempat perindukan vektor
4. Sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat menjadikan
sampah menjadi sarang vektor
5. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian vektor
penyakit secara kimia beresiko timbulnya keracunan dan pencemaran
lingkungan serta resistensi vektor
Beberapa jenis serangga merupakan vektor utama atau vektor penting dari
penyakit-penyakit tropis di Indonesia. Nyamuk Anopheles merupakan vektor
utama penyakit malaria, Aedes Aegypti adalah vektor utama penyakit demam
berdarah, cikungunya dan demam kuning.
Selain menyimpulkan bahwa serangga sebagai Vektor Penyakit Tropis di
Indonesia, dan menurut regulasi kesehatan internasional dari WHO dan dikenal
juga sebagai (Emerging Infectious Disease) dan pertama kali masuk ke Indonesia
pada tahun 1910. Sementara, untuk penyakit Pes di Sulut sendiri belum pernah
ditemukan (Anonim, 2003).
Vektor penyakit kini telah semakin sulit diberantas. Hal ini dikarenakan
vektor penyakit tersebut telah beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisilingkungan, sehingga kemampuan bertahan hidup mereka pun semakin tinggi.
Hal ini disimpulkan dari hasil penelitian para ahli di Institut Pertanian Bogor (IPB)
Jakarta. Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan kesimpulan bahwa
binatang pembawa agen penyakit, terutama nyamuk dan lalat, telah beradaptasi
sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga kemampuan bertahan
hidup mereka pun semakin tinggi.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
12/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 12
Menurut Projo Danoedoro (2003) Penyakit menular merupakan Penyakit
yang terkait dengan kondisi lingkungan tidak hanya yang menular. Kondisilingkungan yang spesifik dapat memicu angka kejadian penyakit yang tinggi.
Secara alami, wilayah gunung api biasanya miskin yodium. Daerah berbatuan
kapur juga menyebabkan kandungan air tanahnya mempunyai kandungan kapur
yang tinggi. Di pedalaman Kalimantan Timur, penulis pernah menjumpai air
permukaan dengan kandungan logam berat kadmium yang cukup tinggi
meskipun tidak terdapat kegiatan industri di sekitarnya.
Faktor non-alami juga bisa memunculkan masalah kesehatan yang perlu
dipahami risiko cakupan kewilayahannya. Penggunaan pestisida yang berlebihan
di daerah hulu daerah aliran sungai (DAS) akan mencemari air tanah dan terbawa
sampai ke hilir. Jarak, arah angin, curah hujan, kemiringan lereng, gerakan air
tanah, dan konsentrasi polutan industri sangat berpengaruh terhadap kesehatan
penduduk di sekitar lokasi industri.
Inderaja dan GIS dapat membantu mendefinisikan zona-zona dalam bentuk
satuan pemetaan, memodelkan pola dan arah gerakan atau aliran pencemar.
Dari sana kemudian dapat ditentukan wilayah-wilayah yang berisiko tercemar,
dengan memperhatikan pola permukiman, kepadatan penduduk, pola aktivitas,
dan pemanfaatan air tanahnya.
Dengan memahami kompleksitas fenomena penyakit dalam ruang,
sebenarnya perencanaan wilayah merupakan tugas yang sangat rumit. Pilihandalam perencanaan penggunaan lahan pertanian, misalnya, bukan lagi dalam
konteks produktivitas pangan, erosi, banjir, dan kesejahteraan ekonomi petani.
Di situ ada konsekuensi-konsekuensi kesehatan ketika pola tanam diubah karena
menyangkut kontinuitas siklus hidup inang dan vektor pembawa penyakit. Upaya
konservasi biodiversitas, seperti yang terjadi di Jerman, pun kadang-kadang tidak
mudah dipertemukan dengan upaya eradikasi penyakit menular.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
13/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 13
Perencanaan bidang kesehatan pun terbantu oleh inderaja dan SIG. Suplai
obat tertentu lebih bisa difokuskan pada wilayah-wilayah dengan angka insidensipenyakit tertentu yang juga tinggi. Dengan demikian, kemubaziran suplai obat
dan keterlambatan penanganan suatu kejadian luar biasa karena kurangnya obat
bisa dihindari. Penentuan lokasi puskesmas dan pusat pelayanan kesehatan lain
seyogianya tidak hanya bertumpu pada pusat-pusat kecamatan, melainkan juga
akses penduduk ke lokasi yang direncanakan.
Penyakit menular lain yang menjadi perhatian dalam pembangunan derajat
kesehatan masyarakat di Indonesia adalah: tetanus neonatorum, campak, infeksi
saluran pernapasan akut, diare, kusta, rabies, dan filariasis (Depkes 2004),
(Bappenas 2005).
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain
ditentukan oleh 3 faktor, yakni :
a. Agen (penyebab penyakit)
b. Host (induk semang)
c. Route of transmission (jalannya penularan
Agar supaya agen (vektor) atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup
(survive) maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. Berkembang biak
b. Bergerak atau berpindah dari induk semang
c. Mencapai induk semang barud. Menginfeksi induk semang baru tersebut.
Kemampuan agen (vektor) penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan
manusia adalah suatu faktor penting didalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit
penyakit (penyebab penyakit) mempunyai habitat sendiri-sendiri sehingga ia
dapat tetap hidup. Dari sini timbul istilah reservoar yang diartikan sebagai
berikut
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
14/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 14
1) habitat dimana bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang.
2) survival dimana bibit penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat
sehingga ia dapat tetap hidup. Reservoar tersebut dapat berupa
manusia, binatang atau benda-benda mati.
2.5 VEKTOR-VEKTOR BIOLOGIS DAN PENYAKIT YANG DI TIMBULKAN
1. Nyamuk
Penyakit yang dibawa oleh vektor nyamuk antara lain:
a. Malaria
Anopheles (nyamuk malaria) merupakan salah satu genus nyamuk.
Terdapat 400 spesies nyamuk Anopheles, namun hanya 30-40 menyebarkan
malaria (contoh, merupakan vektor) secara alami. Anopheles gambiae adalah
paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria (contoh.
Plasmodium falciparum) dalam kawasan endemikdi Afrika, sedangkan Anopheles
sundaicus adalah penyebar malaria di Asia.
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium
spdengan gejala demam, anemia dan spleomagali.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
15/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 15
Empat jenis plasmodium yaitu:
Plasmodium vivax, penyakit malaria tertina
Plasmodium malariae, malaria kuartana
Plasmodium Facifarum, malaria tropika
Plasmodium ovale, malariaovale
Upaya pencegahan antara lain , menghindari gigitan nyamuk, pengobatan
penderita untuk menghilangkan sumber penular dan pembrantasan nyamuk dan
larva.
Sebagian nyamuk mampu menyebarkan penyakit protozoa seperti malaria,
penyakit filaria seperti kaki gajah, dan penyakit bawaan virus seperti demam
kuning,demam berdarah dengue, encephalitis, dan virus Nil Barat. Virus Nil Barat
disebarkan secara tidak sengaja ke Amerika Serikat pada tahun 1999 dan pada
tahun 2003 telah merebak ke seluruh negara bagian di Amerika Serikat.
b. Demam Berdarah
Nyamuk Aedes aegypti adalah vector penyakit demam berdarah (DBD)
yangmerupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang cukup
meresahkan karena tingkat kematian akibat penyakit ini cukup tinggi. Sampai
saat ini, penyakit ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang utama. Perlu kewaspadaan yang tinggi terhadap penyakit DBD terutama
pada musim penghujan. Kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina
pada tahun 1953. Sedangkan penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan
di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada
tahun 1972.
Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue dengan tipe DEN 1 s/d 4. Virus
tersebut termasuk dalam grup B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
16/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 16
type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Virus yang
banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe DEN 1 & 3.
Gejala-gejala DBD sendiri adalah antara lain, Demam tinggi (38-40 C) yang
berlangsung 2 sampai 7 hari sakit kepala rasa sakit yang sangat besar pada otot &
persendian bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah
pendarahan pada hidung & gusi mudah timbul memar pada kulit shock yang
ditandai oleh rasa sakit pada perut, mual, muntah, jatuhnya tekanan darah,
pucat, rasa dingin yang tinggi terkadang disertai pendarahan dalam tubuh.
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes
albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari
penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil &
Ethiopia & sering menggigit manusia pada waktu pagi & siang.
Orang yang berisiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang
berusia di bawah 15 tahun, & sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta
daerah kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, & muncul pada
musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam
serta perilaku manusia.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di
Indonesia. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit
penyakit DBD, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk vektor penularnya
sudah tersebar luas di seluruh Indonesia. Sehingga tidaklah aneh apabila kita
sering kali melihat pemberitaaan di media massa tentang adanya berita
berjangkitnya penyakit DBD di berbagai wilayah Indonesia hampir di sepanjang
waktu dalam satu tahun.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
17/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 17
c. Elephantiasis (Kaki Gajah)
Wucheria sp. adalah Golongan nematoda
yang dapat menyebabkan penyakit
elephantiasis dengan gejala peradangan dan
penyumbatan saluran getah bening serta
disertai dengan demam. Vektor berupa
nyamuk jenis culex fatigans, aedes aegypty
dananopheles sp. Upaya pendegahan dengan
menghindari gigitan, pemberantasan nyamuk dan pengobatan penderita.
Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit,
disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya
pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang
nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta
adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.
Upik Kusumawati, peneliti Parasitologi dan Entimologi Kesehatan IPB
menyatakan bahwa Nyamuk pembawa virus demam berdarah kini tidak cuma
senang bertelur di genangan air bersih, tapi juga selokan yang kotor. Berdasarkan
kajian eksperimental yang dilakukan di laboratorium IPB, Upik Kusumawati
menjelaskan, didapati bahwa nyamuk Aides Aegepty bisa tetap bertelur di
habitat buatan yang terpolusi dengan detergen dan kaporit.
Hal ini teruji dengan percobaan denan wahana air yang kondisinya mirip
dengan limbah air di lapangan seperti air selokan. Dan ternyata nyamuk Aides
juga mau bertelur di tempat seperti itu.
Pemahaman umum tentang demam berdarah sebelumnya adalah nyamuk
membawa agen penyakit yakni Aides Aegepty hanya bertelur di air tergenang
yang bersih seperti tempat penampungan air bersih di rumah-rumah, Namun
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
18/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 18
sepertinya vektor penyakit sudah beradaptasi, sehingga mereka kini bisa hidup di
lingkungan yang terpolusi.
2. Lalat
Lalat adalah Vektor Mekanis
dan Biologi. Guru Besar Fakultas
Kedokteran Hewan Bidang Ilmu
Penyakit Hewan, Universitas
Gadjah Mada, Prof R Wasito MSc
menjelaskan bahwa lalat memang
vektor (pembawa) virus flu
burung. Bahkan, ujarnya, lalat ada
kemungkinan berfungsi sebagai vektor mekanis dan vektor biologi dari virus
Avian influenza (AI) ini. Vektor mekanis, maksudnya lalat bisa membawa virus AI
ke mana-mana sedangkan vektor biologi maksudnya virus ini bisa masuk ke
tubuh lalat dan berkembang di tubuh lalat.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa di lokasi yang pernah terkena wabah flu
burung yaitu di daerah Makassar dan Karanganyar ditemukan virus AI pada lalat
yang diteliti. Di dalam lalat tersebut dilakukan pemeriksaan lipoprotein dan
antigen untuk mengetahui tipe dan subtipenya ternyata, ditemukan H5N1 dan
cukup banyak pada lalat tersebut.
Pengambilan sampel lalat, jelasnya, dilakukan di tiga wilayah yaitu
Makassar, Karananyar, dan Tuban. Tetapi, di Tuban hasilnya negatif. Penelitian
bermula dari keheranan Wasito ketika masih menjadi Dirjen Bina Produksi
Deptan.
Menurutnya pada tahun 2003 dan 2004 di Makassar tidak ada kasus flu
burung, tetapi pada Maret tahun 2005, tiba-tiba ada wabah flu burung yang
mematikan ayam-ayam di Makassar. Padahal, lanjutnya, lalu lintas peternakan
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
19/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 19
sudah ketat. Pemikiran saya kemungkinan karena adanya burung yang terkena
flu burung yang bermigrasi dari negara tetangga atau dari provinsi lain,paparnya.
Kemudian, Guru Besar FKH UGM, Prof Hastari dan ahli Virologi Amerika
Prof, Roger K Maes mengatakan kemungkinan ada vektor lain yang menyebarkan
flu burung, tutur ahli Patologi ini. Akhirnya mereka bertiga mencari kantong-
kantong lalat di Makassar, Karanganyar, dan Tuban pada bulan Maret-Mei 2005.
Ternyata, cukup banyak lalat yang mengandung virus Avian Influenza di
enam lokasi di daerah Makassar dan Karanganyar. Setelah itu, kami mengajukan
proporsal ke Departemen Pertanian dan Alhamdulillah disetujui. Sehingga,
sampai sekarang kami masih mengumpulkan lalat-lalat dari hampir di seluruh
provinsi di Indonesia.
Dari enam lokasi tadi, diambil sampel lalat sebanyak 100 mg (sekitar lima
sampai enam ekor lalat) dari setipa lokasi. Lalu, diambil darahnya dan dibawa ke
laboratorium FKH UGM (Siswono, 2005).
Jenis penyakit dengan lalat sebagai vektor antara lain:
a. Estamoeba dysenteriae
Entamorba hestolyca adalah Organisme yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia, kucing, anjing dan babi. Vektornya adalah musca domestica (lalat
rumah) dan kecoa. Penularan terjadi karena makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh kista yang dibawa oleh vektor.
Gejala yang dapat ditmbulkan antara lain; sering buang air besar, fesesnya
sedikit-sedikit dengan lendir dan darah, dan biasanya disertai rasa sakit diperut
(kram perut), dan biasanya tidak demam.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
20/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 20
Upaya pencegahannya dengan perbaikan sanitasi lingkungan, dan
pencegahan kontaminasi makanan, pembasmian vektor serta perbaikan carapembuangan kotoran yang baik serta cuci tangan setelah defakasi.
b. Penyakit kala-azhar
penyakit kala-azhar adalah penyakit yang disebabkan oleh Golongan
protozoa yaitu laishmania donovani. Vektornya adalah lalat penghisap darah
pheblotomus sp.Gejalanya antara lain; deman tinggi, menggigil, muntah-muntah.
Terjadi pengurusan badan dan hepar bengkak. Bila tidak diobati menyebabkan
kematian. dan upaya pencegahannya adalah dengan pencegahan penderita,
menghilangkan sampah yang busuk (tempat perkembang biakan lalat), dan
menghindari gigitan.
c. Penyakit leishmaniasis
Penyakit leishmaniasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Golongan protozoa yaitu laishmania tropica. Vektornya adalah lalat penghisap
darahpheblotomuss. Gejalanya adalah terjadinya kupula ditempat gigitan, kulit
tertutupi kerak dan keluarnya exudate yang lengket serta terjadinya kerusakan
jaringan. Upaya pencegahan dengan penutupan kulit dan pemberantasan
serangga.
d. Penyakit mucocutaneus
penyakit mucocutaneus merupakan penyakit yang disebabkan oleh
golongan protozoa yaitu laishmania braziliensis. Vektornya adalah lalat
penghisap darahpheblotomus sp. Gejalanya adalah terjadinya papula berwarna
merah pada tempat gigitan dan terjadinya perubahan bentuk pada permukaan
yang digigit.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
21/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 21
e. Sleeping sickness (penyakit tidur)
Sleeping sickness merupakan penyakit yang disebabkan oleh golongan
protozoatrypanosoma gambiense. Vektornya adalah lalat glossina sp. Gejala
meliputi tiga fase, yaitu fase (1) dimana Trypanosoma gambiense berada dalam
tubuh, fase (2) dimana berada dalam jaringan dan fase (3) berada dalam susunan
syaraf.
Fase (1) dengan gejala rasa gatal pada tempat gigitan dan diikuti demam,
sakit kepal, menggil dan kehilangan nafsu makan. Fase (2) dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening, liver, sakit kepala, sakit sendi-sendi, lamah
dan ruam dikulit. Fase (3) dengan gejala lemah, malas, tubuh kaku dan tidur
dengan tidak terkendali.
f. Penyakit onchocerca volvulus
Penyakit ini disebabakan oleh Cacing onchocerca volvulus. vektornya
adalah lalat penghisap darah (simulum sp). Penyakit yang ditimbulkan adalah
radang pada tempat gigitan dan diikuti dengan adanya tonjolan. Perkembangan
nodula sangat lambat dan dalam waktu 3-4 tahun hanya mencapai ukuran 2-3
cm. Bila infeksi tonjolan mengenai mata menyebabkan kebutaan. Upaya
pendegahan dengan menghindari gigitan, pemberantasan nyamuk dan
pengobatan penderita.
g. Calabar (calabar swelling).
penyakit calabar (calabar swelling). Merupakan penyakit yang sebabkan
oleh cacing loa-loa. Vektor cacing ini adalah lalat tabanid genus chrysops.
Gelaja penyakit ini adalah pembengkakan jaringan adan terjadi benjolan
sebesar telur ayam. Upaya pendegahan dengan menghindari gigitan,
pemberantasan serangga dan pengobatan penderita.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
22/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 22
3. Burung/Angsa
Burung merupakan
hawan kelas aves yang memiliki
potensi sebagai vekor penyakit,
hal ini disebabkan burung
memiliki kemampuan untuk
berimigrasi dari suatu tempat
ke tempat lain. Sehingga
kemungkinan burung membawa
bibit penyakit yang dapat berupa virus (virus flu burung) ataupun bakteri.
Mengingat, burung-burung tersebut biasanya tersebar di pantai laut Pulau Jawa
dan daerah lain yang banyak persediaan makanan burung.
a. Flu Asiatik
Flu Asiatik, 18891890. Dilaporkan pertama kali pada bulan Mei 1889 di
Bukhara, Rusia. Pada bulan Oktober, wabah tersebut merebak sampai Tomsk dan
daerah Kaukasus. Wabah ini dengan cepat menyebar ke barat dan menyerang
Amerika Utara pada bulan Desember 1889, Amerika Selatan pada FebruariApril
1890, India pada FebruariMaret 1890, dan Australia pada MaretApril 1890.
Wabah ini diduga disebabkan oleh virus flu tipe H2N8 dan mempunyai laju
serangan dan laju mortalitas yang sangat tinggi.
b. Flu Spanyol
Flu Spanyol, 19181919. Pertama kali diidentifikasi awal Maret 1918 di
basis pelatihan militer AS di Fort Riley, Kansas, pada bulan Oktober 1918 wabah
ini sudah menyebar menjadi pandemi di semua benua. Wabah ini sangat
mematikan dan sangat cepat menyebar (pada bulan Mei 1918 di Spanyol,
delapan juta orang terinfeksi wabah ini), berhenti hampir secepat mulainya, dan
baru benar-benar berakhir dalam waktu 18 bulan. Dalam enam bulan, 25 juta
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
23/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 23
orang tewas; diperkirakan bahwa jumlah total korban jiwa di seluruh dunia
sebanyak dua kali angka tersebut. Diperkirakan 17 juta jiwa tewas di India,500.000 di Amerika Serikat dan 200.000 di Inggris. Virus penyebab wabah
tersebut baru-baru ini diselidiki di Centers for Disease Control and Prevention,
AS, dengan meneliti jenazah yang terawetkan di lapisan es (permafrost) Alaska.
Virus tersebut diidentifikasikan sebagai tipe H1N1.
c. Flu Hongkong
Flu Hong Kong, 19681969. Virus tipe H3N2 yang menyebabkan wabah ini
dideteksi pertama kali di Hongkong pada awal 1968. Perkiraan jumlah korban
adalah antara 750.000 dan dua juta jiwa di seluruh dunia.
d. Flu burung (Flu Asia)
Flu Asia, 19571958. Wabah ini pertama kali diidentifikasi di Tiongkok pada
awal Februari 1957, kemudian menyebar ke seluruh dunia pada tahun yang
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
24/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 24
sama. Wabah tersebut merupakan flu burung yang disebabkan oleh virus flu tipe
H2N2 dan memakan korban sebanyak satu sampai empat juta orang.
Pada Februari 2004, virus flu burung dideteksi pada babi di Vietnam,
sehingga meningkatkan kekhawatiran akan munculnya galur virus baru. Yang
ditakutkan adalah bahwa jika virus flu burung bergabung dengan virus flu
manusia (yang terdapat pada babi maupun manusia), subtipe virus baru yang
terbentuk akan sangat menular dan mematikan pada manusia. Subtipe virus
semacam itu dapat menyebabkan wabah global influensa yang serupa dengan flu
Spanyol ataupun pandemi lebih kecil seperti flu Hong Kong.
Pada bulan Oktober 2005, kasus flu burung (dari galur mematikan H5N1)
ditemukan diTurki setelah memakan sejumlah korban jiwa di berbagai negara
(termasuk Indonesia) sejak pertama kali diidentifikasi pada tahun 2003. Namun
demikian, pada akhir Oktober 2005 hanya 67 orang meninggal akibat H5N1; hal
ini tidak serupa dengan pandemi-pandemi influensa yang pernah terjadi.
e. Psitacosis
Walaupun belum ada laporan tentang kasus penyakit Psittacosis yang
diderita oleh manusia tetapi penyakit yang disebarkan oleh burung paruh
bengkok (nuri dan kakatua) ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan.
Penularannya bisa lewat kotoran burung yang kemudian terhirup oleh manusia.
Gejala klinik yang ditimbulkan antara lain adalah gangguan pernafasan
mulai dari sesak nafas sampai peradangan pada saluran pernafasan, diare,
tremor serta kelemahan pada anggota gerak. Kondisi akan semakin parah bila
penderita dalam kondisi stress dan makanan yang kekurangan gizi.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
25/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 25
4. Mamalia piaraan
Hewan yang banyak digemari dan
dipelihara oleh banyak orang ternyata dapat
menularkan penyakit melalui gigitan,
cakaran, sehingga perlu diwaspadai bagi
pamelihara memelihara satwa, karena
barangkali satwa itu terinveksi penyakit
(vector penyakit) dan berisiko melakukan penularan pada manusia. Jenis-jenis
penyakit yang disebabkan oleh satwa antara lain:
a. Hepatitis
Satwa primata (bangsa kera dan
monyet) dapat menularkan penyakit
hepatitis melalui gigitan atau cakaran.
Hati-hati memelihara primata, karena
barangkali primata itu terinveksi
hepatitis dan sekali dia menggigit anda
maka anda berisiko tertular hepatitis.
Di seluruh dunia diperkirakan 2 milyar manusia telah terinfeksi penyakit
hepatitis. Dua juta orang meninggal tiap tahunnya atau tiap menitnya ada 4
orang meninggal akibat kasus penyakit tersebut. Kecepatan penularan penyakit
hepatitis 4 kali lebih cepat dari penyakit HIV. Penularan penularan penyakit
hepatitis ini melalui aliran darah, plasenta bayi bagi ibu yang mengandung serta
cairan tubuh seperti sperma, vagina, dan air liur.
Orang yang terkena hepatitis, hatinya akan rusak. Perutnya tampak
membesar, muntah, diare dan kulit berwarna kekuningan. Fungsi hati yang
menyaring racun telah hancur oleh virus ini, akibatnya kematian mengancam
penderita hepatitis.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
26/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 26
b. Tuberculosa (TBC)
Satwa yang punya potensi besar menularkan penyakit TBC ke manusia
adalah primata, misalnya orangutan, owa dan siamang. TBC adalah penyakit yang
menyebabkan kematian terbesar kedua di Indonesia. Gejala yang ditimbulkan
antara lain gangguan pernafasan seperti sesak nafas, batuk sampai berdarah,
badan tampak kurus kering dan lemah. Penularan penyakit ini sangat cepat
karena ditularkan melalui saluran pernafasan.
Selain manusia satwapun dapat terinfeksi dan menularkan penyakit TBC
melalui kotorannya. Jika kotoran satwa yang terinveksi itu terhirup oleh manusia
maka membuka peluang manusia akan terinveksi juga penyakit TBC. Penyakit
Tuberculosis bersifat menahun atau berjalan kronis, sehingga gejala klinisnya
baru muncul jika sudah parah.
c. Rabies
Penyakit mematikan yang
disebabkan oleh virus ini dikenal juga
sebagai penyakit anjing gila. Penyakit
yang menyerang susunan syaraf pusat
ini dapat ditularkan ke manusia lewat
gigitan satwa. Kasus gigitan hewan
penyebar rabies adalah anjing (90%), kucing (3%), kera (3%) dan satwa lain (1%).
Gejala yang ditimbulkan bila terinfeksi rabies pertama-tama adalah tingkah
laku yang abnormal dan sangat sensitif (mudah marah), kelumpuhan dan
kekejangan pada anggota gerak. Penderita akan mati karena kesulitan untuk
bernafas dan menelan dalam kurun waktu 2-10 hari.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
27/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 27
d. Herpes
Adanya pelepuhan kulit di
seluruh tubuh merupakan gejala
awal yang ditimbulkan bila
terinfeksi virus herpes. Virus ini bisa
berakibat kematian bagi bangsa
primata. Manusia dapat tertular
dari gigitan atau cakaran satwa
yang mengandung virus tersebut.
Penderita penyakit ini akan
mengalami dehidrasi akibat pelepuhan kulit dan akhirnya kematian akan
menjemputnya. Hati-hati jika memelihara primata seperti monyet, lutung, owa,
siamang, orangutan, dan lain-lain.
e. Toxoplasmosis
Penyakit ini ditakuti oleh kaum
wanita karena menyebabkan
kemandulan atau selalu keguguran
bila mengandung. Bayi yang lahir
dengan kondisi cacatpun juga dapat
di sebabkan oleh penyakit ini.
Penyakit Toxoplasmosis disebarkanoleh satwa bangsa kucing, misalnya
kucing hutan, harimau atau juga kucing rumahan.
Penularan kepada manusia melalui empat cara yaitu: secara tidak sengaja
menelan makanan atau minuman yang telah tercemar Toxoplasama, memakan
makanan yang berasal dari daging yang mengandung parasit Toxopalsma dan
tidak dimasak secara sempurna/setengah matang. Penularan lain adalah infeksi
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
28/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 28
penyakit yang ditularkan melalui placenta bayi dalam kandungan bagi ibu yang
mengandung. Cara penularan terakhir adalah melalui transfusi darah.
f. Salmonellosis
Satwa yang bisa menularkan penyakit salmonella ini antara lain primata,
iguana, ular, dan burung. Bakteri Salmonella masuk ke tubuh penderita melalui
makanan atau minuman yang tercemar bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan bila
terinfeksi bakteri Salmonella adalah peradangan pada saluran pencernaan
sampai rusaknya dinding usus. Akibatnya penderita akan mengalami diare, sari
makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik sehingga
penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan oleh bakteri
Salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi wanita bahkan yang
sedang hamilpun dapat mengalami keguguran.
2.6 VEKTOR NON BIOLOIS DAN PENYAKIT YANG DITIMBULKAN
1. PES
Plague of Justinian (wabah
Justinian), dimulai tahun 541,
merupakan wabah pes bubonik
yang pertama tercatat dalam
sejarah. Wabah ini dimulai di
Mesir dan merebak sampai
Konstantinopel pada musim semi
tahun berikutnya, serta (menurut
catatan Procopius dari Bizantium)
pada puncaknya menewaskan 10.000 orang setiap hari dan mungkin 40 persen
dari penduduk kota tersebut. Wabah tersebut terus berlanjut dan memakan
korban sampai seperempat populasi manusia di Mediterania timur.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
29/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 29
The Black Death, dimulai tahun 1300-an. Delapan abad setelah wabah
terakhir, pes bubonik merebak kembali di Eropa. Setelah mulai berjangkit di Asia,wabah tersebut mencapai Mediterania dan Eropa barat pada tahun 1348
(mungkin oleh para pedagangItalia yang mengungsi dari perang di Crimea), dan
menewaskan dua puluh juta orang Eropa dalam waktu enam tahun, yaitu
seperempat dari seluruh populasi atau bahkan sampai separuh populasi di
daerah perkotaan yang paling parah dijangkiti.
2. Kolera
pandemi pertama, 18161826. Pada mulanya wabah ini terbatas pada
daerah anak benua India, dimulai di Bengal, dan menyebar ke luar India pada
tahun 1820. Penyebarannya sampai ke Tiongkok dan Laut Kaspia sebelum
akhirnya berkurang. Pandemi kedua (18291851) mencapai Eropa, London pada
tahun 1832, Ontario Kanada dan New York pada tahun yang sama, dan pesisir
Pasifik Amerika Utara pada tahun 1834. Pandemi ketiga(18521860) terutama
menyerang Rusia, memakan korban lebih dari sejuta jiwa. Pandemi keempat
(18631875) menyebar terutama di Eropa dan Afrika. Pandemi keenam (1899
1923) sedikit mempengaruhi Eropa karena kemajuan kesehatan masyarakat,
namun Rusia kembali terserang secara parah. Pandemi ketujuh dimulai di
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
30/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 30
Indonesia pada tahun 1961, disebut kolera El Tor (atau Eltor) sesuai dengan
nama galur bakteri penyebabnya, dan mencapai Bangladesh pada tahun 1963,India pada tahun 1964, dan Uni Soviet pada tahun 1966.
3. HIV
HIVvirus penyebab AIDSdapat dianggap
sebagai suatu pandemi, namun saat ini paling meluas di
Afrika bagian selatan dan timur. Virus tersebut ditemukan
terbatas pada sebagian kecil populasi pada negara-negara
lain, dan menyebar dengan lambat di negara-negara
tersebut. Pandemi yang dikhawatirkan dapat benar-benar
berbahaya adalah pandemi yang mirip dengan HIV, yaitu penyakit yang terus-
menerus berevolusi.
4. SARS
wabah sindrom pernapasan
akut parah (SARS) melanda dunia,
dan penyebarannya relatif cepat.
Ketika upaya penangkalan dan
pengobatannya secara medis masih
berlangsung, penyakit ini terus
berkembang seiring dengan migrasi
manusia antarnegara. Penyakit
menular semacam ini tidak mengenal batas teritori administratif.
wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS) melanda dunia, dan
penyebarannya relatif cepat. Ketika upaya penangkalan dan pengobatannya
secara medis masih berlangsung, penyakit ini terus berkembang seiring dengan
migrasi manusia antarnegara. Penyakit menular semacam ini tidak mengenal
batas teritori administratif.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
31/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 31
sebenarnya bukan hanya SARS saja yang fenomena penyebarannya
menarik perhatian kalangan yang bergelut dengan informasi keruangan(geoinformasi). Hampir semua gejala epidemiologis dalam lingkup regional telah
menarik perhatian para ahli geografi dan perencana wilayah sehingga kerja sama
dengan para ahli kesehatan diperlukan dalam pengembangan wilayah dan
pembangunan kesehatan masyarakat.
Pada tahun 2003, terdapat kekhawatiran bahwa SARS, suatu bentuk baru
pneumonia yang sangat menular, dapat menjadi suatu pandemi.
Selain itu, terdapat catatan pandemi influensa tiap 2040 tahun dengan
tingkat keparahan berbeda-beda
2.7 PARADIGMA KESEHATAN LINGKUNGAN
Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu
diketahui perjalanan penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita
dapat melakukan intervensi secara cepat dan tepat.
source : Ahmadi,2005
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
32/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 32
Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan
menjadi 4 (empat) simpul, yakni :
Simpul 1: Sumber Penyakit
Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent
penyakit. Agent penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat
menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak secara langsung maupun
melalui perantara.
Beberapa contoh agent penyakit:
Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll
Agent Kimia : Logam berat (Pb, Hg), air pollutants (Irritant: O3, N2O, SO2,
Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (Asbestos, silicon), Pestisida, dll
Agent Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dll
Simpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Transmisi,
Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karna dapat
memindahkan agent penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikena sebagai
media transmisi adalah:
- Udara
- Air
- Makanan
- Binatang
- Manusia / secara langsung
Simpul 3: Penduduk
Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara
lain:
- Perilaku
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
33/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 33
- Status gizi
- Pengetahuan- dll
2.8 UPAYA MEMINIMALISIR PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
penyakit berbasis lingkungan, diantaranya :
(1) Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui
Surveilans kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan
kualitas air, dan Pembinaan kelompok pemakai air.
(2) Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan pemantauan
jamban keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan
tempat pengelolaan sampah (TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum
(TTU) meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang
dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum,
salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.
(3) Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan
lain, sarana pendidikan, dan perkantoran.
(4) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang bertujuan untuk
melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat
penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan
penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit
bawaan makanan.
(5) Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah
bersama kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi
puskesmas, melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang
mungkin menjadi perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik.
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
34/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 34
2.9 UPAYA PENANGGULANGAN WABAH
Upaya penanggulangan wabah meliputi:
1. penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk
mengenal sifat-sifat penyebabnya serta faktor yang dapat menimbulkan
wabah,
2. pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk
tindakan karantina,
3. pencegahan dan pengebalan yaitu tindakan yang dilakukan untuk
memberikan perlindungan kepada mereka yang belum sakit tetapi
mempunyai risiko terkena penyakit,
4. pemusnahan penyebab penyakit, yaitu bibit penyakit yang dapat berupa
bakteri, virus dan lain-lain,
5. penanganan jenazah akibat wabah,
6. penyuluhan kepada masyarakat
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
35/36
Penyakit Berbasis Lingkungan Page 35
BAB III PENUTUP
3.1 KRITIK DAN SARAN
Penulis sadar akan ketidak sempurnaan makalah yang telah dibuat ini.
untuk membenahi agar kedepannya pembuatan makalah lebih baik dari ini, jika
pembaca memiliki kritik dan saran bisa menyampaikan langsung kepada penulis
atau mengirimkannya langsung ke e-mail pribadi penulis
-
7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu
36/36
DAFTAR PUSTAKA
http://anjaswulan.blogspot.com/2012/02/penyakit-berbasis-lingkungan.html
http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/index.php?option=com_content&view=
article&id=403:jenis-jenis-agent-penyakit-berbasis-
lingkungan&catid=39:kesehatan&Itemid=15
http://biostatistik.fkm.ui.ac.id/node/83
http://ciptakarya.pu.go.id/sanimas/berita-142-klinik-sanitasi-integrasi-menangani-
penyakit-berbasis-lingkungan.html
http://imindah.blogspot.com/2011/05/penyakit-berbasis-lingkungan.html
http://jiniaricute.wordpress.com/2008/05/27/vektor-penyakit-menular/
http://mitaunair-fk12.web.unair.ac.id/artikel_detail-70309-Gudang%20Rongsokan-
PENYAKIT%20BERBASIS%20LINGKUNGAN.html
http://putraprabu.wordpress.com/2008/10/10/penyakit-berbasis-lingkungan/
http://sanitasibersih.blogspot.com/2010/05/klinik-sanitasi-integrasi-menangani.html
http://www.sanitasi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=592:potret-buram-sanitasi-kita&catid=55:berita&Itemid=125