“ PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM
MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PERMAINAN
KONSTRUKTIF PADA KELOMPOK A DI TK HIKARI ”
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
ANTI MARIFAH
NIM. 11140184000027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
ii
0987
iii
iv
Abstrak
Anti Marifah 11140184000027 Peningkatan Kemampuan Kognitif dalam
Mengenal Bentuk Geometri Melalui Permainan Konstruktif Pada Kelompok A
Di Tk Hikari 2018/2019
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
mengenal bentuk-bentuk geometri melalui kegiatan permainan konstruktif pada
Kelompok A TK Hikari, Serpong. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas kolaboratif dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart.
Subjek penelitian adalah anak didik kelompok A TK Hikari yang berjumlah 12 anak.
Objek penelitian ini adalah kemampuan mengenal bentuk-bentuk geometri. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Instrumen yang digunakan
adalah pedoman observasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif
dan kuantitatif. Indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu jika minimal 75% dari
12 anak mengenal bentuk-bentuk geometri dengan kriteria sangat baik. Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan secara bertahap pada
kemampuan mengenal bentuk geometri dengan bermain konstruktif. Peningkatan
kemampuan mengenal bentuk geometri terlihat dari indikator kemampuan
menggelompokkan, membandingkan ukuran, mengurutkan, menerapkan,
mengidentifikasi bentuk geometri dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan
kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri melalui permainan konstruktif
dalam pelaksanaan Pratindakan 30,02%, dan pada Siklus I meningkat menjadi 44,8%,
karena masih kurang dari kriteria keberhasilan maka dilakukan siklus II meningkat
sangat baik dengan mendapatkan persentase 77,5%. Dengan perolehan tersebut maka
penelitian dihentikan karena telah mencapai kriteria keberhasilan.
Kata Kunci: kemampuan mengenal bentuk geometri, permainan konstruktif
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, wr. wb
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmad dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Peningkatan Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Bentuk Geometri
Melalui Permainan Konstruktif Pada Kelompok A Di Tk Hikari” dapat terselesaikan.
Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi salah
satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini atas dukungan
dan bantuan serta kerjasama dari berbagai pihak didalamnya. Oleh karena itu,
perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima
1. Ibu Siti Khadijah, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini yang telah memberikan izin dan motivasi serta pengarahan dalam
penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Miratul Hayati, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Rina
Syafrida, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
memberikan pengarahan, bimbingan, motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
3. Ibu Siti Nawangsari, S.Pd, selaku Kepala Sekolah TK Hikari, Serpong yang
telah memberikan izin penelitian dan memberikan pengarahan selama proses
penelitian.
4. Ibu Linda Handayani dan Ibu Rosidah yang senantiasa selalu membantu
peneliti dan bersedia berkerja sama dengan peneliti selama proses penelitian
berlangsung.
5. Partner mengajar saya di TK Hikari yaitu Ainida Yasinta Rahman yang
selalu membantu peneliti selama skripsi dan penelitian, memberikan
motivasi, dan selalu memberikan semangat kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi.
vi
6. Semua siswa kelompok A TK Hikari, terima kasih atas kerjasamanya, yang
selalu memberikan senyum, semangat dan keceriaan kepada peneliti.
7. Segenap keluarga tercinta ibu, bapak, Utia, Ubet dan seluruh keluarga yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan,
motivasi dan doanya.
8. Partner terdekat Khozin Asrori, Syafika Riris Khaeriah, Ani Wahyuni,
Annisa Putri, Alfath Prabowo, Rizqulloh Ramadhan, Reza Alamsyah, dan
Rizki HP yang sudah membantu peneliti dalam memberikan saran, motivasi,
semangat yang tiada hentinya diberikan kepada peneliti.
9. Sahabat-sahabatku Cabsyar (Ainida, Nadia, Evi A, Tadiastuti, Rafiatul,
Huda, Rizka, Melodyana, Mira, Evi Ros, Jihan, Fita, selfiana dan Meylinda)
terimakasih banyak atas motivasi, masukan, dan kerjasamanya telah
memberikan semangat, dan kecerian selama menyelesaikan penelitian.
10. Sahabat-sahabatku SMP Power Ranger (Faqih, Bela, Jaka, Afriyani, Firda,
dan Anwar) yang juga memberikan semangat.
11. Teman-teman SI PIAUD angkatan 2014 dan angkatan 2015, terimakasih atas
motivasi dan kerjasamanya.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga segala bantuan, dukungan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada
penulis menjadi amal kebaikan dan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Wassalamu’alaikum, wr. wb.
Jakarta, 2 November 2018
Penulis
Anti Ma’rifah
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ................................................ 6
C. Fokus Penelitian .................................................................................. 6
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
F. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Konsep Penelitian Tindakan
1. Definisi Penelitian Tindakan ........................................................ 9
2. Karakteristik Penelitian Tindakan ................................................ 11
3. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas ..................................... 20
4. Konsep Penelitian Tindakan ......................................................... 18
B. Konsep Model Tindakan
1. Kemampuan Kognitif .................................................................. 19
a. Hakikat Kemampuan ............................................................. 19
viii
b. Hakikat Kognitif ................................................................... 20
c. Pengembangan Kognitif ........................................................ 23
1) Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini .. 26
2) Aspek Pengembangan Kognitif ...................................... 29
3) Tahap Perkembangan Kognitif ...................................... 37
4) Kognitif dalam Islam ....................................................... 40
2. Mengenal Bentuk Geometri
a. Definisi Bentuk Geometri .................................................... 40
b. Tahapan Mengenal bentuk .................................................... 43
3. Permainan Konstruktif
a. Hakikat Bermain dan Permainan ........................................... 45
b. Karakteristik bermain ............................................................ 47
c. Permainan Konstruktif .......................................................... 48
d. Langkah bermain permainan konstruktif ............................. 51
C. Penelitian yang Relevan .................................................................... 52
D. Kerangka Teoritik .............................................................................. 54
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 58
1. Tempat Penelitian ....................................................................... 58
2. Waktu Penelitian ........................................................................ 58
B. Metode Penelitian ........................................................................... 59
C. Observasi Penelitian Tindakan
1. Observasi Awal .......................................................................... 61
2. Perencanaan Tindakan ............................................................... 61
3. Pelaksanaan tindakan ................................................................. 63
4. Pengamatan ................................................................................. 77
5. Refleksi ...................................................................................... 77
D. Kriteria Keberhasilan Tindakan ...................................................... 78
ix
E. Data dan Sumber Data
1. Data ............................................................................................ 79
2. Sumber Data ................................................................................ 79
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Instrumen .......................................................................... 80
2. Kisi-Kisi Instrumen ..................................................................... 82
a. Definisi Konseptual.............................................................. 82
b. Definisi Operasional ........................................................... 82
c. Kisi-kisi Instrumen .............................................................. 83
d. Penilaian Instrumen ............................................................. 85
G. Validasi Instrumen .......................................................................... 87
H. Validasi Data ................................................................................... 87
I. Analisis Data ................................................................................... 88
1. Analisis Data Kualitatif ............................................................. 88
2. Analisis Data Kuantitatif ............................................................ 89
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi
1. Deskripsi Umum ...................................................................... 90
2. Deskripsi Khusus ...................................................................... 92
B. Deskripsi Data dan Hasil Intervensi Tindakan
1. Siklus I ..................................................................................... 97
a. Perencanaan Tindakan Siklus 1 ........................................ 97
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 ......................................... 98
c. Pengamatan ....................................................................... 109
d. Refleksi ............................................................................. 113
e. Hasil Wawancara Guru ..................................................... 114
2. Siklus II .................................................................................... 115
a. Perencanaan Tindakan Siklus 1 ........................................ 115
x
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 ......................................... 116
c. Pengamatan ....................................................................... 127
d. Refleksi ............................................................................. 130
e. Hasil Wawancara Guru ..................................................... 131
C. Analisis Data
1. Analisis Data Kualitatif ........................................................... 132
2. Analisis Data Kuantitatif ......................................................... 135
D. Reduksi Data ................................................................................... 140
E. Temuan Penelitian .......................................................................... 149
F. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 150
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 151
B. Implikasi .......................................................................................... 151
C. Saran ............................................................................................... 151
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 153
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 : Hasil Penelitian Relevan
TABEL 3.1 : Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
TABEL 3.2: Perencanaan Tindakan Siklus I
TABEL 3.3: Perencanaan Tindakan Siklus II
TABEL 3.4 : Rencana Program Pelaksanaan Siklus I
TABEL 3.5 : Rencana Program Pelaksanaan Siklus II
TABEL 3.6 : Sumber Data
TABEL 3.7 : Kisi-kisi Instrumen
TABEL 3.8 : Instrumen Penilaian
TABEL 3.9 : Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Guru Dalam Menggunakan Permainan
Konstruktif
TABEL 3.10 : Instrumen Pengamatan
TABEL 3.11: Instrumen Wawancara Guru Dalam Menggunakan Permainan
Konstruktif
TABEL 4.1 : Jumlah Siswa TK Hikari 2018/2019
TABEL 4.2 : Daftar Tenaga Pengajar TK Hikari Tahun 2018/2019
TABEL 4.3 : Data Sampel Anak
TABEL 4.4 : Data Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Bentuk Geometri Pra-
Tindakan
TABEL 4.5 : Data Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Bentuk Geometri Melalui
Permainan Konstruktif Siklus I
TABEL 4.6 : Hasil Wawancara Guru Siklus I
TABEL 4.7 : Perencanaan Siklus II
TABEL 4.8 : Data Perbandingan Dan Perbandingan Skor Perkembangan Kognitif
Dalam Mengenal Bentuk Geometri Pratindakan, Siklus I Dan Siklus II
TABEL 4.9 : Hasil Wawancara Guru Siklus II
xii
TABEL 4.10 : Data Hasil Pra-tindakan dan Akhir Tindakan Kemampuan Kognitif
dalam Mengenal Bentuk Geometri Kelompok A
xiii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 : Model Kurt Lewin
GAMBAR 2.2 : Model Kemmis & Mc Taggart
GAMBAR 2.3 : Model MC Kernan
GAMBAR 2.4 : Siklus Model Kemmis & Mc Taggart
GAMBAR 2.5 : Model Kurt Lewin dan Kemmis & Mc Taggart
GAMBAR 2.6 : Kerangka Teoritik Membaca Permulaan
GAMBAR 3.1 : Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart
GAMBAR 3.2 : Komponen dalam Analisis Data (Flow Model)
GAMBAR 4.1 : Kondisi TK Hikari
GAMBAR 4.2 : Observasi pra penelitian
GAMBAR 4.3 : Permainan Konstrukif Balok
GAMBAR 4.4 : Penggunaan Permainan Konstruktif Balok
GAMBAR 4.5 : Penggunaan Permainan Konstruktif Kepingan Geometri
GAMBAR 4.6 : Pengunaan Permainan Konstruktif Balok
GAMBAR 4.7 : Penggunaan Permainan Konstruktif Playdough
GAMBAR 4.8 : Penggunaan Permainan Konstruktif Lego
GAMBAR 4.9 : Penggunaan Media Konstruktif Playdough
GAMBAR 4.10 : Penggunaan permainan konstruktif kepingan geometri
GAMBAR 4.11 : Penggunaan Permainan Konstruktif Balok
GAMBAR 4.12 : Penggunaan Permainan Konstruktif Lego
GAMBAR 4.13: Penggunaan permainan konstruktif kepingan geometri
GAMBAR 4.14 : Penggunaan Permainan Konstruktif Kepingan Geometri
GAMBAR 4.15 : Persentase Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Bentuk
Geometri Melalui Permainan Konstrukti
xiv
GAMBAR 4.16 : Peningkatan Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Bentuk
Geometri Melalui Permainan Konstruktif Dari Assesmen Awal
Sampai Akhir
GAMBAR 4.17 : Kenaikan Assesmen Siklus I Dan Siklus II
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Kisi kisi Instrumen dan Penilaian Instrumen
LAMPIRAN 2 Dokumentasi, Catatan Wawancara dan Catatan Lapangan
LAMPIRAN 3 Penilaian Instrumen Pra Penelitian Kemampuan Kognitif
Dalam Mengenal Bentuk Geometri Melalui Permainan
Konstruktif
LAMPIRAN 4 Penilaian Perkembangan Anak Siklus I Kemampuan Kognitif
Dalam Mengenal Bentuk Geometri Melalui Permainan
Konstruktif
LAMPIRAN 5 Penilaian Instrumen Penelitian Siklus 2 Kemampuan Kognitif
Dalam Mengenal Bentuk Geometri Melalui Permainan
Konstruktif
LAMPIRAN 6 Rubrik
LAMPIRAN 7 RPPH
LAMPIRAN 8 Surat-surat Pendukung Penelitian
LAMPIRAN 9 Uji Referensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini menjadi investasi yang sangat besar bagi
keluarga, bangsa, dan negara Indonesia serta sangat penting dipahami dan
dilaksanakan oleh setiap calon orangtua untuk menciptakan generasi penerus
keluarga yang baik dan berhasil. Orang tua sangat berperan untuk pengembangan
multipotensi dan multikecerdasan yang dimiliki anak karena Allah SWT telah
memberikan bakat kepada setiap anak.1
Perkembangan dan pertumbuhan anak harus distimulasi dengan baik, agar
tugas perkembangannya dapat berkembang secara optimal. Kehidupan pada masa
anak dengan berbagai pengaruh-pengaruhnya merupakan masa kehidupan yang
sangat penting khususnya berkaitan dengan diterimanya rangsangan (stimulasi)
dan perlakuan dari lingkungan hidupnya. Kehidupan pada masa yang merupakan
suatu periode yang disebut sebagai periode kritis ataupun periode sensitif dimana
kualitas stimulus harus diatur sebaik-baiknya, tentunya memerlukan intervensi
baik orangtua dan guru.
Menurut Piaget dalam Desmita, anak beradaptasi dengan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Anak
mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek, misalnya mainan, perabot dan
makanan, serta objek sosial seperti diri, orangtua dan teman.2 Setiap anak
membangun pengetahuan mereka sendiri berkat pengalaman-pengalaman dan
interaksi aktif dengan lingkungan sekitar dan budaya dimana mereka berada.3
Sehubungan dengan pendapat Piaget, Wachs juga berpendapat bahwa
perkembangan kognitif dapat ditingkatan apabila orang tua penuh kasih sayang,
1 Luluk Asmawati, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini Secara Islam, (Jakarta: STIT
INSIDA, 2008), h. 4. 2 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 46.
3 Yuliani Nuraini Sujiono, Metode Pengembangan Kognitif, (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2017), h. 3.4.
2
responsive verbal dan memberikan lingkungan yang terorganisasi dan bisa
diramalkan dengan kemungkinan untuk variasi pengalaman.4
Menurut Vygotsky dalam Sujiono menyatakan bahwa anak-anak belajar
melalui interaksi sosial. Mereka mendapatkan kemampuan sebagian dari induksi
mereka ke dalam cara hidup. Perkembangan kognitif dan bahasa anak tidak akan
berkembang dalam situasi sosial yang hampa. Fungsi alat berpikir setiap individu
berbeda satu sama lainnya. Melalui alat berpikir itulah kognitif akan berkembang
dari usia dini hingga dewasa.5 Aktivitas kognitif akan sangat bergantung pada
kemampuan berbahasa baik secara lisan maupun tulisan karena bahasa adalah alat
berpikir, dimana dalam berpikir menggunakan pikiran (kognitif).6
Perkembangan berpikir anak-anak usia dini atau prasekolah sangat pesat.
Perkembangan intelektual anak yang sangat pesat terjadi pada kurun usia nol
sampai usia prasekolah. Masa usia prasekolah itu dapat disebut sebagai masa peka
belajar. Dalam masa-masa ini segala potensi dan kemampuan anak dapat
dikembangkan secara optimal tentunya dengan bantuan dari orang-orang yang ada
di lingkungan anak-anak tersebut, misalnya dengan bantuan orang tua dan guru
Taman Kanak-kanak.
Perkembangan kognitif anak sangat penting agar anak mampu melakukan
eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya. Hari demi hari
pemikirannya berkembang sejalan dengan pertumbuhannya. Jadi jika anak
berkembang pemikirannya dengan cepat dan baik, maka anak akan menjadi lebih
cepat memecahkan masalahnya.
Pentingnya guru mengembangkan kemampuan kognitif anak menurut piaget
yaitu agar anak mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang ia lihat,
dengar, dan rasakan, mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa yang ia
alami, melakukan penalaran-penalaran, memahami simbol-simbol, dan mampu
memecahkan masalah.7 Perkembangan kemampuan kognitif dapat dilihat dari apa
yang mereka lakukan, yang mendorong rasa ingin tahu besar pada diri anak.
4 Ibid., h. 1.22.
5 Ibid., h. 4.3.
6 Ibid., h. 1.21.
7 Ibid,. h. 1,26.
3
Kognitif akan cepat berkembang, apalagi melalui permainan yang mengunakan
benda yang disukai anak.
Catron dan Allen sebagaimana yang dikutip Sujiono menyebutkan bahwa
terdapat 6 (enam) aspek perkembangan anak usia dini yaitu kesadaran personal,
kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi, kognisi, dan keterampilan motorik
sangat penting dan harus dipertimbangkan sebagai fungsi interaksi. Pada
pengembangan kognitif, bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara
aktif terlibat dengan lingkungan untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan
suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif lainnya.
Selama bermain, anak menerima pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat,
berinteraksi dengan orang lain dan mulai merasakan dunia mereka. Bermain
menyediakan kerangka kerja untuk anak untuk mengembangkan pemahaman
tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan. Bermain adalah awal dari
semua fungsi kognitif selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan
dalam kehidupan anak-anak.8
Menurut Triharso yang dikutip dalam Raharjo menyatakan bahwa dalam
membangun konsep geometri pada anak dimulai dari mengidentifikasi bentuk-
bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar biasa seperti:
segi empat, segitiga dan lingkaran. Belajar konsep letak, seperti di bawah, di atas,
kiri, kanan, meletakkan dasar awal memahami geometri.9 Hiele sebagaimana yang
dikutip Safrina dkk menyatakan bahwa dalam mempelajari geometri, seseorang
akan melewati tingkatan berfikir yang hararkis, tahapan-tahapan tingkat berpikir
siswa dalam geometri yaitu: pengenalan (tingkat 0), analisis (tingkat 1),
pengurutan (tingkat 2), dedukasi (tingkat 3), dan tigor/akurasi (tingkat 4).10
Pada
anak usia dini berada pada tahap pengenalan (tingkat 0) di mana siswa baru
8 Yuliani Nuraini Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: INDEKS, 2013),
h. 62-63. 9 Raharjo, Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Goemetri melalui Permainan Kotak Pos,
Jurnal Praktik Tindakan Kelas Pendidikan Dasar dan Menengah, Vol 6 (3) Juli 2016, h. 33. 10
Khusnul Safrina dkk, Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Gemetri melalui
Pembelajaran Kooperatif Berbasis Teori Van Hiele, Jurnal Didaktika Matematika, Vol 1 (1).
2014, h. 18.
4
mengenal bangun-bangun geometri dan memandang suatu bangun geometri
sebagai suatu keseluruhan.
Dalam kegiatan sehari-hari, anak memilih sendiri jenis dan bentuk
permainan yang akan mereka mainkan, karena anak senang dengan aktivitas
tersebut. Dengan bermain anak dapat mengembangkan berbagai pengalaman yang
dapat mengembangkan dimensi potensi perkembangan yang dimilikinya. Belajar
dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi,
mengulang-ngulang, menemukan sendiri, berekplorasi, mempraktikan dan
mendapatkan macam-macam serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.11
Oleh sebab itu, permainan yang dimainkan dapat memberikan pengaruh untuk
anak.
Berhubungan dengan pendapat Piaget dalam Mutiah menyatakan bahwa
saat bermain anak tidak belajar sesuatu yang baru, tetapi mereka belajar
mempraktikan dan mengsolidasikan keterampilan baru yang diperolehnya.
Perkembangan bermain berhubungan dengan perkembangan kecerdasan
seseorang, maka taraf kecerdasan seorang anak akan mempengaruhi kegiatan
bermainnya. Jadi bila anak mempunyai taraf kecerdasan di bawah rata-rata,
kegiatan bermain anak keterbelakangan dibandingkan anak seusianya begitu
sebaliknya. 12
Anak-anak belajar melalui permainan mereka. Pengalaman bermain
yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain, dan dukungan orang dewasa
membantu anak-anak berkembang secara optimal.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di TK Hikari, pada kelompok
A terdapat 9 anak perempuan dan 4 anak laki-laki. Dapat diketahui kemampuan
mengenal bentuk geometri masih rendah. Anak yang belum mengenal bentuk sulit
membedakan bentuk geometri dan menyebutkan nama dari bentuk geometri
tersebut, ketika di tanya satu persatu oleh guru anak asal jawab bentuk geometri
yang mereka ketahui atau menunggu teman yang sudah mengenal bentuk
11
Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Kencana Pranada
Media Group, 2011), h. 200. 12
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta:Kencana Prada Media Group, 2010),
h. 102.
5
menjawab.13
Dalam mengenal angka, sudah banyak yang mengetahui angka 1-10,
tetapi dalam mengenal simbol masih ada beberapa anak yang belum mengenal
simbol 1-10. Ketika anak meniru angka dan guru tanya kembali angka tersebut,
ada beberapa anak yang tidak mengetahui atau diam dan nunggu teman lain yang
membantu menjawab.
Faktor anak banyak yang belum paham geometri yaitu penggunaan media
yang terbatas, guru hanya menggunakan papan tulis dan gambar macam-macam
bentuk geometri, dan dalam sentra balok guru hanya menjelaskan tentang tema
dan tidak menjelaskan macam-macam bentuk untuk membangun bangunannya.
Akibatnya anak tidak menguasai dengan baik. Anak-anak masih kebingungan saat
menyebut macam-macam bentuk geometri yaitu bentuk segi empat, segitiga, dan
lingkaran. Penyajian dalam metode pembelajaran yang digunakan adalah
ceramah, guru hanya bercerita di depan menerangkan gambar bentuk geometri
jadi saat belajar mengajar berlangsung banyak anak yang bercerita dengan teman,
dan ada yang bermain sendiri, akibatnya proses belajar pembelajaran kurang
maksimal.
Dunia anak adalah dunia bermain, maka dari itu pembelajaran yang ada di
TK seharusnya diarahkan dengan cara bermain sambil belajar yang dikemas
dengan menarik. Agar anak mencapai perkembangan yang optimal maka metode
pembelajaran yang digunakan guru serta daya dukung alat peraga atau media yang
dapat memotivasi belajar peserta didik merupakan faktor yang berperan langsung
dalam proses pembelajaran. Dalam mengembangkan kemampuan mengenal
bentuk pada anak-anak dapat dilakukan berbagai hal, salah satunya dengan
menggunakan media bermain konstruktif.
Permainan konstruktif melibatkan individu dalam suatu kreasi atau
konstruksi suatu produk, serta dapat menimbulkan kesenangan karena anak
bermain sambil belajar. Selain meningkatkan kognitif permainan ini juga
menggunakan fisik motorik anak, dimana anak akan menciptakan sendiri
bangunan atau produk dari hasil pemikirannya sendiri. Beberapa permainan
konstruktif yang bisa anak mainan contohnya lego, balok, puzzle geometri dan
13
Catatan foto
6
masih banyak lainnya. Permainan yang sangat disukai anak juga mempunyai
manfaat untuk proses perkembangan kognitifnya.
Sehubung dengan keadaan tersebut perlu dilakukan tindakan yang dapat
meningkatkan kognitif bentuk pada kelompok A di TK Hikari. Hal ini dipilih
karena kegiatan bermain sangat tepat dan efektif diterapkan untuk anak usia dini.
Kegiatan bermain melompat bentuk ini menjadi salah satu alternatif untuk
meningkatkan kemampuan kognitif anak.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian tindakan
kelas dengan judul “Peningkatan Kemampuan Kognitif dalam Mengenal Bentuk
Geometri Melalui Permainan Konstruktif Pada Kelompok A Di TK Hikari”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Supaya penelitian lebih fokus dan tidak terjadi perluasan kajian maka
dilakukan fokus masalah, yaitu tentang cara yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk geometri pada kelompok A di TK
Hikari. Metode pembelajaran yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan
mengenal bentuk ini masih tidak menarik. Peneliti akan meningkatkan
kemampuanmengenal bentuk geometri melalui permainan konstruktif pada
kelompok A di TK Hikari. Pada kegiatan bermain konstruktif terdapat kegiatan
yang dapat menstimulus perkembangan mengenal bentuk geometri anak secara
menyenangkan.
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini di lakukan pada Kelompok A di TK Hikari tahun ajaran 2017-
2018. Fokus dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan kognitif
dalam mengenal bentuk melalui permainan konstruktif. Penelitian ini diterapkan
oleh peneliti dan digunakan oleh siswa dalam kegiatan inti pada proses
pembelajaran.
7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah rendahnya dalam mengenal
bentuk untuk meningkatkan kemampuan kognitif maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah permainan konstruktif dapat meningkatkan kemampuan
kognitif anak dalam mengenal bentuk geometri ?
2. Bagaimana permainan konstruktif dapat meningkatkan kemampuan
kognitif dalam mengenal bentuk geometri pada anak kelompok A?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1. Permainan konstruktif dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak
dalam mengenal bentuk geometri pada kelompok A di TK Hikari.
2. Meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri menggunakan
permainan konstruktif pada anak kelompok A di TK Hikari.
3. Guru dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal
bentuk geometri dengan menggunakan permainan konstruktif pada
anak
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi anak, guru,
sekolah, serta Orang tua. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Anak
a. Dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan.
b. Dapat meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk
c. Membantu anak menemukan dan memahami konsep-konsep yang
sulit
8
d. Mendorong semangat belajar anak didik terhadap pelajaran di
sekolah dalam mengenal bentuk
e. Membantu anak dalam mengenal simbol
2. Bagi guru
a. Memberikan informasi cara mengajarkan permainan konstruktif
b. Guru lebih kreatif dan inovatif dalam membuat media pembelajaran
yang baik dan tepat bagi anak TK.
c. Memudahkan guru untuk melatih keterampilan dan kesabaran dalam
mengajarkan pelajaran mengenal bentuk geometri.
d. Meningkatkan profesional dalam belajar mengajar.
e. Sebagai bahan evaluasi mengajar dalam meningkatkan kemampuan
kognitif dalam mengenal bentuk.
3. Bagi sekolah
a. Meningkatkan kontribusi yang dapat meningkatkan kegiatan proses
pembelajaran khususnya meningkatkan kemampuan kognitif dalam
mengenal bentuk anak kelompok A
b. Sebagai refrensi model pembelajaran anak untuk mengembangkan
kemampuan anak kelompok A.
c. Memudahkan dalam tercapainya tujuan pembelajaran di Taman
kanak-kanak melalu metode permainan konstruktif
d. Menambah koleksi media khususnya dalam media mengenal bentuk
4. Bagi Orangtua
Memberikan gambaran secara utuh tentang perkembangan kognitif
anak usia 4-5 tahun melalui permainan sehari-hari sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan dan menstimulasi perkembangan kognitif
anak, diciptakannya lingkungan yang kaya pengetahuan serta diharapkan
dapat menjadi pengetahuan bagi orang tua bahwa peningkatan kognitif
dalam mengenal bentuk pada anak usia 4-5 tahun sangat penting sehingga
dapat membantu anak dalam menghadapi kemampuan memecahkan
masalah.
9
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Konsep Penelitian Tindakan
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Perkembangan penelitian tindakan diawali oleh karya Kurt Lewin
yang menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu proses
yang memberikan kepercayaan pada pengembangan kekuatan berpikir,
reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-orang
biasa, berpartisipasi dalam penelitian kolektif dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan yang mereka hadapi dalam kegiatannya.14
Penelitian tindakan
kelas mempunyai potensi meningkatkan pembelajaran jika
diimplementasikan dengan baik oleh guru, diimplementasikan melalui
tindakan yang sesuai dengan aturan penelitian tindakan an.
Menurut Jaedun dalam Hanifah, penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah salah satu jenis penelitian tindakan yang dilakukan guru untuk
meningkatkan kualitas pembelajarannya di kelasnya (metode,
pendekatan, penggunaan media, tehnik evaluasi dsb).15
Suharsimi,
Suhadjono dan Supardi sebagaimana dalam Hanifah mendefinisikan
penelitian tindakan kelas dengan memisahkan kata-kata yang tergabung
didalamnya, yakni: Penelitian, Tindakan, Kelas seperti berikut :
1. Penelitian, merupakan kegiatan mencermati sebuah objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodelogi tertentu untuk memperoleh
data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatan mutu suatu hal
yang menarik dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, merupakan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian
siklus kegiatan untuk peserta didik.
14
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya ,
2010), h. 142. 15
Nurdinah Hanifah, Memahami Penelitian Tindakan Kelas: Teori dan Aplikasinya, (Bandung:
UPI Press, 2014), h. 5.
10
3. Kelas, dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas,
tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama
dikenal dalam bidag pendidikan dan pengajaran. Yang dimaksut kelas
adalah sekelompok peserta didik dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.16
PTK secara khusus memberikan peluang bagi seorang guru untuk
mengembangkan kinerja sebab metode penelitian ini memposisikan guru
sebagai peneliti dengan pola kerjanya yang bersifat kolaboratif, seperti
yang pengertian yang dikemukakan oleh kemmis, Ebbut, dan Elliot.
Pengertian pertama diberikan oleh Kemmis bahwa PTK adalah suatu
bentuk penelitian yang reflektif dan kolektif yang dilakukan dalam situasi
sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan
sosial mereka.17
Pengertian dari Kemmis ini lebih mengacu pada
peningkatan dan sosialnya. Selanjutnya pengertian kedua disampaikan
oleh Dave Ebbut bahwa :
Action research is about the systematic study of attempts to improve
educational practice by group of participants by means of their own
practical actions and by means of their own reflection upon the effects of
those actions.18
Maksut dari pengertian penelitian tindakan yang
dikemukakan oleh Ebbut yaitu suatu studi sistematis tentang upaya
meningkatkan praktek pendidikan yang dilakukan mereka sendiri dengan
cara tindakan dan refleksi. Dilanjutkan pengertian ketiga disampaikan
oleh Elliot, menurutnya penelitian tindakan adalah penelitian tindakan
kelas merupakan kajian tentang situasi sosial dengan maksut
meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. 19
Adapun pendapat lain menurut Hasley menyatakan penelitian adalah
intervensi dalam dunia nyata serta pemeriksaan terhadap pengaruh yang
ditimbulkan dari intervensi tersebut. Pendapat lain tentang penelitian
16
Ibid., h. 4. 17
Ibid. 18
Ibid. 19
Ibid., h. 2.
11
tindakan oleh Burns yang menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah
penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah
dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang
dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan
praktisi.20
Hopskin sebagaimana yang dikutip Gani menyatakan
penelitian ini dilaksanakan oleh guru untuk meningkatkan pengajarannya
dan pengajaran sesama pengajar untuk menguji asumsi teoretis praktik
pedagogis.21
Jadi kesimpulan dari penelitian tindakan kelas yang sudah
dikemukakan oleh para ahli yaitu suatu tindakan yang bertujuan untuk
memecahkan masalah dan kesulitan dalam pembelajaran yang
melibatkan guru sebagai peneliti dan praktisi dengan cara melakukan
berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis
setiap pengaruh dari perlakuaan tersebut untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja,
sifatnya konstektual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi namun hasil
penelitian dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang
mirip dengan yang dimiliki peneliti. Maka karakteristik dari penelitian
tindakan kelas yaitu22
:
a. Masalah pada PTK muncul dari kesadaran pada diri guru yang harus
memperbaiki dengan prakarsa perbaikan dari guru itu sendiri, bukan
dari orang luar. Dengan kata lain, PTK berfokus pada masalah
praktis bukan problem teoritis.
b. PTK merupakan penelitian yang dilakukan melalui refleksi diri (self
reflektif inquiry), dimana dalam reflektif inquiry yang bisa dilakukan
oleh seorang guru yaitu mengingat kembali apa yang sudah diajarkan
20
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 20. 21
Abd Rahman Gani, Metode Penelitian Tindakan Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo, 2014), h. 68 22
Nurdinah Hanifah, op. cit., h. 8.
12
dan evaluasi pembelajaran untuk memperbaiki dalam pertemuan
selanjutnya.
c. PTK dilakukan di dalam kelas, fokus penelitian ini adalah kegiatan
pembelajaran di kelas yang berupa perilaku guru dan siswa dalam
berinteraksi.
d. PTK merupakan bagian penting pengembangan profesionalitas
sistematis, mampu membiasakan guru untuk menulis dan membuat
catatan.
Pendapat lain, menurut Cohen dan Manion dalam Darmadi karakteristik
Penelitian Tindakan Kelas yaitu23
:
1. Situasional, praktik, dan secara langsung (relevan) dengan situasi
nyata dalam dunia kerja. Ia berkenan dengan diagnosis suatu
masalah dalam kontek tertentu dan usaha untuk memecahkan
masalah tersebut.
2. Subjeknya adalah di kelas, angggotanya staf sekolah, dan yang lain
penelitiannya terlibat dengan mereka subjek tindakan.
3. Fleksible dan adaptif, memungkinkan adanya perubahan selama
masa percobaan dan mengabaikan pengontrolan karena lebih
menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan dan pembaharuan di
tempat kejadian.
4. Partisipatori, di mana peneliti atau anggota tim peneliti sendiri ambil
bagian secara langsung atau tidak langsung dalam melaksanakan
peneltiannya bersama khalayak sasaran.
5. Self-evaluatif, yaitu modifikasi secara kontinyu dievalusi dalam
situasi yang ada, yang tujuan akhirnya untuk meningkatkan praktik
dalam cara tertentu.
3. Model Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas ditampilkan beberapa model PTK sebagai
langkah-langkah yang dilakukan dalam prosedur penelitian. Dalam penelitian
23
Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa, Sleman:
Deepublish, 2017), h. 406.
13
ini yang bertujuan memecahkan masalah terdapat di dalam kelas, terdapat
beberapa model atau desain yang dapat di terapkan, antara lain :
a. Model Kurt Lewin
Gambar 2.1
Model Kurt Lewin
Kurt Lewin merupakan pencetus pertama dan memperkenalkan Action
Research dan model ini dijadikan acuan pokok atau dasar dari adanya
berbagai model penelitian tindakan khususnya PTK.24
Menurut Lewin dalam
Ghani menyatakan penelitian tindakan merupakan siklus yang berulang
(Spiral), dimana masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan,
tindakan dan evaluasi. Pada setiap siklus diperoleh kedalaman (insight). Pada
penelitian ini dilakukan melalui tahapan pengumpulan, perencanaan, evaluasi
dan kemudian dilanjutkan kembali melalui tahapan siklus berikutnya
sehingga diperoleh tingkat kedalaman yang lebih baik dari sebelumnya, dan
begitu seterusnya.25
24
Wijaya & Dedi, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks, 2011), h. 20. 25
Abd Rahman Gani, op. cit., h.82.
14
b. Model Kemmis & Mc Taggart
Gambar 2.2
Model Kemmis & Mc. Targgart
Model jenis ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang
diperkenalkan Kurt Lewin, hanya dibedakan pada komponen acting
(tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan satu kesatuan.
Disatukan kedua komponen ini disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa
antara penerapan acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak
terpisahkan.26
Menurut Kemmis dalam Ghani menyebutkan bahwa penelitian
tindakan pada dasarnya adalah “self-reflective” (refleksi diri) yang dilakukan
pihak yang terlibat dalam situasi sosial untuk melakukan perubahan: (1)
rasionalitas dan keadilan terhadap praktik sosial (2) pemahaman pihak
tindakan dan situasi dimana mereka melakukan tindakan an.27
26
Wijaya & Dedi, op cit., h. 20. 27
Abd Rahman Gani, op cit., h. 85.
15
c. Model John Elliot
Gambar 2.3
Model Elliot
Model ini bukan dalam bentuk siklus (lingkaran) tetapi sebagai model
linier dialektis, karena dalam satu siklus tahapannya tidak lagi berputar dan
kembali ke tahapan awal. Namun bergerak dinamis dan mengalir sejalan
dengan dinamika yang berkembang dalam proses di lapangan.28
Penelitian ini dalam satu tindakan terdapat beberapa step atau langkah
tindakan an, yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2 dan langkah
tindakan 3. Adanya langkah-langkah ini atas dasar pemikiran bahwa disetiap
pokok bahasan terdiri dari beberapa materi, yang tidak dapat diselesaikan
dalam satu tindakan saja. oleh karenanya, untuk menyelesaikan satu bahasan
28
Ibid,. h. 91.
16
diperlukan beberapa kali langkah tindakan , yang terealisasi di dalam kegiatan
belajar-mengajar.29
d. Model Hopkins
Gambar 2.4
Model Hopskins
Desain model PTK ini berpijak pada desain-desain model PTK para
ahli pendahulunya, Hopkins menyusun desain tersendiri yaitu perencanaan
tindakan target, tugas, kriteria keberhasilan-implementasi-evaluasi. Hopkins
Dalam wijaya dan Dedi menyusun desain yang dikenal model Ebbut. Model
ini menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian dimulai dari pemikiran awal
penelitian yang selanjutnya dikenal dengan reconnaissance.
29
Wijaya & Dedi, op. cit., h. 21.
17
e. Model Mc Kernan
Gambar 2.5
Gambar Mc Kernan
Menurut Mc Kernan sebagaimana yang dikutip dalam Wijaya
ada tujuh langkah yang harus dicermati dalam PTK yaitu analisis
situasi (reconnaissance) atau kenal medan, perumusan dan identifikasi
permasalahan, hipotesis tindakan, perencanaan tindakan, penerapan
tindakan dengan monitoringnya, evaluasi hasil tindakan, refleksi dan
pengambilan keputusan untuk pengembangan selanjutnya.30
Beberapa model di atas yang paling mudah dipahami dan
dilaksanakan untuk PTK yaitu desain model Kurt Lewin dan Kemmis
& McTaggart, kita dapat memilih model yang cocok untuk penelitian
kita yang mudah untuk dijalankan dan dapat digunakan untuk
memperbaiki atau mengatasi permasalahan di kelas.
30
Ibid., h. 24.
18
4. Konsep Penelitian yang Digunakan
Penelitian yang digunakan adalah penelitian model Kemmis dan
Mc Taggart. Untuk melakukan siklus PTK menggunakan empat langkah
diatas, keempat langkah dalam setiap siklus dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.1
Penelitian tindakan kelas ini sudah banyak negara yang
menggunakan, termasuk Indonesia. Sudah banyak penelitian yang
dilakukan guru maupun tenaga pendidik dalam melakukan penelitiannya
menggunakan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart.
Gambar 2.6
Model Kemmis dan Mc. Taggart
Model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart ini pada
hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu
perangkat teridiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan an,
Perencanaan
Pengamatan
Tindakan Refleksi Siklus 1
19
pengamatan, dan refleksi yang diuntai menjadi satu siklus.31
Jadi
pengertian siklus disini merupakan putaran kegiatan yang terdiri dari
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Jumlah siklus
tergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan.
Penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang
dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri
(dilakukan oleh dosen, mahasiswa, guru, kepala sekolah, konseler) dalam
mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan
hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun rencana dan
melakukan kegiatan penyempurnaan. Penelitian tindakan
menggabungkan kegiatan penelitian pengumpulan data dengan
penggunaan hasil penelitian. Kegiatan ini dilakukan secara timbal balik
membentuk spiral : rencana, tindakan an, pengamatan dan refleksi.32
B. Konsep Model Tindakan an
1. Kemampuan Kognitif
a. Hakikat Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam pekerjaan. Kata kemampuan sekarang sudah banyak
dipakai daripada bakat karena pada dasarnya kemampuan penyempitan
dari kata bakat, pada kata kemampuan dapat diperoleh asal ada “bakat”
atau “bawaan” dalam arti luas yaitu “kemampuan intelektual”.33
Karena
kemampuan merupakan bawaan maka ini sudah ada di dalam diri individu
sejak usia dini. Kemampuan dalam diri individu harus dikembangkan dan
disalurkan dengan baik dengan dan bantuan orang lain maupun diri
individu itu sendiri.
Menurut Munandar sebagaimana yang dikutip Susanto menyatakan
bahwa kemampuan merupakan hasil dari pembawaan dan latihan yang
31
Wijaya & Dedi, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks, 2011), h.21. 32
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya
2010), h. 140. 33
Drost, Sekolah: Mengajar atau Mendidik?, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), h.22.
20
dilakukan pada suatu tindakan. Dalam pandangan Munandar, kemampuan
ini potensi yang merupakan bawaan sejak lahir yang dimatangkan dengan
pembiasaan dan latihan sehingga seseorang dapat melakukan sesuatu.
Pendapat lain yang senada oleh Robin sebagaimana yang dikutip oleh
Susanto yang menyatakan bahwa kemampuan merupakan suatu kapasitas
tugas dalam suatu pekerjaan.34
Jadi kemampuan merupakan daya atau
kesanggupan pada individu dimana daya ini dihasilkan dari pembawaan
dan juga latihan yang mendukung seseorang menyelesaikan tugasnya.
b. Hakikat Kognitif
Cognitive berasal dari kata cognition yang berarti knowing
(mengetahui). Menurut Neisser yang dikutip oleh Muhibbin, dalam artian
luas cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan.35
Perolehan itu termasuk perolehan informasi dimana
informasi ini menekankan pada bagaimana individu memperoleh informasi
tentang dunia mereka, bagaimana informasi disimpan dan disebarkan,
bagaimana informasi ini masuk ke dalam pikiraan, dan bagaimana
informasi yang diambil kembali untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas
yang kompleks seperti memecahkan masalah dan berpikir.
Kognitif adalah suatu proses berpikir, kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa. Gadner dalam Susanto menyatakan bahwa intellegensi sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah.36
Carl Witherington dalam
Sujiono menyatakan bahwa kognitif adalah pikiran, kognitif (kecerdasan
pikiran), melalui pikiran dapat digunakan dengan cepat dan tepat dalam
mengatasi suatu situasi untuk memecahkan masalah. Sedangkan Gagne
34
Ahmat Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014),
h. 97. 35
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 22. 36
Ahmad Susanto, op. cit., h. 49.
21
menyatakan bahwa kognitif adalah cepat lambatnya individu di dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya.37
Dictionary of Psychology karya Drever yang dikutip oleh Desmita,
dijelaskan bahwa secara umum kognitif adalah mencakup segenap
pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna dan
penalaran.38
Dari beberapa ahli yang menyebutkan tentang pengertian
kognitif menggunakan istilah thinking atau pikiran menunjuk pengertian
yang sama dengan cognition (kognisi) yang mencakup berbagai aktivitas
mental, seperti penalaran, pemecahan masalah, dan pembentukan konsep-
konsep. Aktivitas mental ini berhubungan persepsi, pikiran, ingatan, dan
pengelolaan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh
pengetahuan, memecahkan masalah dan merencanakan masa depan atau
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan, menilai, dan memikirkan lingkungannya.
Kemampuan kognitif adalah hasil dari hubungan kemampuan
perkembangan otak dan sistem nervous serta pengalaman-pengalaman
individu yang dapat membantunya beradaptasi. Terman dalam Masgati
menyatakan bahwa kemampuan kognitif sebagai pemikiran yang bersifat
abstrak.39
Kemampuan berfikir abstrak ini tidak terlepas dari pengetahuan
tentang konsep, karena berfikir memerlukan kemampuan untuk
membayangkan atau menggambarkan benda dan peristiwa yang tidak
selalu ada. Jadi kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan
menemukan pemecahan masalah tanpa hadirnya objek yang nyata.
Berbeda dengan Colvin yang menyatakan bahwa kemampuan
kognitif adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan.40
Penyesuaian ini merupakan usaha seseorang agar dapat
37
Yuliani Nurani Sujiono, Metode Perkembangan Kognitif, (Tangerang: Universitas Terbuka,
2017), h. 10. 38
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), h. 96. 39
Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Depok: Kencana, 2017), h. 47. 40
Ibid,. h.47
22
mengatasi kebutuhan, konflik dan frustasi yang dialami dalam diri.
Sedangkan Hunt dan Gardner menyatakan bahwa kemampuan kognitif
diterima melalui panca indera untuk memperoleh informasi agar dapat
menciptakan karya.41
Dengan melihat, mendengar, dan merasakan
seseorang dapat berfikir untuk menciptakan karya seni yang dapat
dinikmati orang lain. Lingkungan menjadi hal terpenting dalam
perkembangan kemampuan kognitif seseorang.
Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif
merupakan sesuatu yang penting untuk membimbing tingkah laku anak
dan menjadikan anak sebagai indivdu yang aktif dalam membangun
sendiri pengetahuan mereka tentang dunia. Individu hidup dalam dunia
benda dan manusia, suatu dunia yang disekitarnya terdapat indra dengan
berbagai stimulus. Segala informasi tentang dunia akan sampai ke individu
melalui indera, seperti indera pengelihatan menangkap cahaya dan benda-
benda, indera pendengaran menangkap gelombang suara, indera pengecap
menangkap rasa, indera temperature menangkap suhu udara. Penginderaan
itu merupakan kombinasi dari berbagai alat indera lain dalam mengenal
benda-benda, aktivitas mengenal benda ini merupakan aktivitas mental
atau yang disebut aktivitas kognisi.
Teori perkembangan kognitif Piaget merupakan teori komprehensif
membahas sifat dan perkembangan kecerdasan manusia. Menurut Piaget
dalam Wahab bahwa perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan
pengetahuan secara progresif yang terjadi saat kematangan biologis dan
memungkinkan seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan.42
Sementara Vygotsky berpendapat anak mendapatkan pengetahuan bermula
dari lingkup sosial antar orang dan lingkup individu sebagai peristiwa
internalisasi.43
Sama seperti aspek perkembangan anak yang lainnya, peran
kemampuan kognitif anak mengalami perkembangan tahap dan tahap
41
Ibid,. h.47 42
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar,(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), h. 51 43
Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Depok: Kencana, 2017), h. 49.
23
menuju kesempurnaan. Bisa kita pahami tentang kemampuan kognitif
secara sederhana sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks
serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan
berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak
menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu
bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sehari-
hari.
Hubungan antara kesempurnaan kognitif dan kesempurnaan fisik
sama dengan hubungan bentuk dan materi, dan kesempurnaan atau
kebahagiaan yang berkaitan dengannya lebih tinggi. Kesempurnaan
kognitif manusia lebih tinggi yaitu ketika tercapai “kontak” antara akal
manusia dengan “agen spiritual” yang biasanya disebut sebagai “akal
aktif”. Akal atau rasional menempati posisi yang tinggi dalam etika islam.
Nashiruddin al Thusi menyebut akal sebagai kesempurnaan atau
kamaliyyah manusia. 44
Pada akallah terletak esensi yang membedakannya
dari jenis hewan. Akal mempunyai kecakapan kognitif sehingga mampu
menyerap rohani, membedakan antara yang baik dan buruk, antara terpuji
dan tercela, dan antara yang benar dan salah.
c. Pengembangan Kognitif
Pengembangan kognitif pada dasarnya dimaksudkan agar anak
mampu melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sekitar melalui panca
inderanya, dengan pengetahuan itu, anak bisa menjalankan hidupnya dan
mampu memecahkan masalahnya sendiri. Proses kognisi meliputi berbagai
aspek, seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan
masalah. Dengan demikian, pengembangan kognitif fungsi berpikir dapat
digunakan dengan cepat dan tepat dalam mengatasi suatu situasi untuk
memecahkan masalah.
Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam
pembelajaran, dimana lingkungan tersebut meliputi orang-orang,
44
Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 48.
24
kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut sebagai
pembentukan pengetahuan. Sebagaimana dalam Masgati, Vygotsky
berpendapat tentang interaksi sosial yaitu interaksi individu dengan orang
lain merupakan faktor penting yang dapat memicu perkembangan kognitif
seseorang. Selanjutnya menurut pandangannya, perkembangan kognitif
menekankan pada pengaruh budaya, dimana fungsi mental yang lebih
tinggi bergerak antara interpsikologi (interpsycological) melalui interaksi
sosial dan intrapsikologi (intrapsycological) dalam benaknya.45
Pemikiran Vygotsky tentang fungsi alat berpikir (tool of the mind)
pada setiap individu berbeda satu sama lain. Fungsi alat berpikir adalah
memudahkan anak memahami suatu fenomena, memecahkan masalah,
mengingat dan berfikir. Vygotsky menjelaskannya secara spesifik tentang
kegunaan dari alat berpikir tersebut yakni:46
1. Membantu memecahkan masalah
Melalui alat berfikir ini seseorang dapat mencari jalan keluat
terhadap masalahnya. Kerangka berpikir yang terbentuk pada fungsi
berfikir manusia akan menentukan yang keputusan yang diambilnya
dalam pemecahan masalah yang dihadapinya.
2. Mudah dalam melakukan tindakan an
Melalui alat berpikirnya, setiap manusia akan dapat memilih
tindakan atau perbuatan yang seefektif dan seefisien mungkin dalam
mencapai tujuan. Kepraktisan dalam bertindakan yang sering kali
ditunjukkan oleh seorang anak dalam melakukan suatu aktivitas
merupakan cerminan dari keberfungsian alat berpikirya.
3. Memperluas kemampuan
Melalui keberfungsian dari alat berpikirlah setiap individu akan
mampu memperluas wawasan berpikirnya melalui beragai
aktivitasnya untuk mencari da menemukan berbagai pengetahuan
yang ada disekitarnya. Melalui berbagai ekplorasi yang dilakukan oleh
45
Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Depok: Kencana, 2017), h. 55. 46
Yuliani Nurani Sujiono, Metode Perkembangan Kognitif, (Tangerang: Universitas Terbuka,
2017), h. 4.3.
25
seorang anak melalui panca inderanya, maka semakin banyak hal yang
dia ketahui.
4. Melakukan aktivitas sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya.
Alat berfikir manusia pada umumnya berkembang secara alamiah
mengikuti apa yang terjadi di lingkungannya. Semakin banyak
stimulasi yang diperoleh anak saat ia berinteraksi dengan
lingkungannya maka semakin cepat berkembangnya fungsi berfikir.
Teori Vygotsky tentang pengembangan kognitif yang sesuai dengan
teori revolusi-sosiokultural adalah hukum genetik tentang pengembangan
(genetic low of development), dan zona perkembangan proksimal (Zone of
proksimal development).47
1. Hukum genetik tentang pengembangan (Genetic low of
development)
Vygotsky berpendapat bahwa belajar dan perkembangan
merupakan perubahan kualitatif dalam pandangan yang tidak hanya
diperoleh melalui akumulatif fakta-fakta dan keterampilan. Tumbuh
kembang seorang anak melawati 2 tataran, yaitu tataran lingkungan
(dikategorikan Interpsikologis atau Intermental) dan tataran di dalam
diri orang tersebut (dikategorikan Intrapsikologis atau Intramental).
Pada Intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer
pembentukan pengetahuan serta pengembangan kognitif seseorang.
Sedangkan Intramental dilihat sebagai derivasi atau keturunan yang
tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap
proses-proses sosial tersebut.
2. Zona perkembangan proksimal (Zone of proksimal development,
ZPD)
ZPD ialah istilah Vygotsky untuk tugas yang terlalu sulit dikuasai
sendiri oleh anak-anak, tetapi dapat dikuasi dengan bimbingan dan
bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih terampil. Menurutnya
kemampuan seseorang dapat dibedakan dalam 2 tingkatan yaitu
47
Yuliani Nurani Sujiono , Ibid,. h. 4.5
26
perkembangan aktual dan perkembangan potensial. ZPD diartikan
sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan yang belum matang yang
masih berada pada proses pematangan.
Menurut pandangan Vygotsky sebagaimana yang dikutip Thalib,
interaksi dengan teman sebaya, peranca (scaffolding),dan modeling
merupakan penting yang memfasilitasi merupakan faktor penting
memfasilitasi perkembangan kognitif dan perolehan pengetahuan individu,
termasuk dalam perkembangan bahasa. 48
Scaffolding berarti pemberian
bantuan dan bimbingan kepada anak selama tahap-tahap awal
pembelajaran dan kemudian anak tersebut mengambil alih tugas tanggung
jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.49
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan,
menguraikan masalah ke dalam langkah pemecahan, memberikan contoh,
atau apapun yang lain yang memungkinkan anak menjadi mandiri.
1) Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Anak usia 4-5 tahun sampai 5-6 tahun, anak mulai memasuki
masa prasekolah yang merupakan masa kesiapan untuk memasuki
pendidikan formal pada jenjang sekolah dasar. Montessori yang
dikutip Susanto menyatakan bahwa pada masa prasekolah merupakan
masa peka terhadap segala stimulasi yang diterimanya melalui panca
indera.50
Jika orang tua sudah mengetahui anaknya masuk pada usia
ini, segeralah memberikan stimulasi yang tepat, maka akan
mempercepat penguasaan terhadap tugas perkembanganya pada
usianya.
Karakteristik perkembangan kognitif anak usia 3-4 sampai 5-6
tahun berdasarkan teori-teori para ahli dan tugas perkembangan anak
masa prasekolah sebagai berikut :
48 Syamsul Bachri Tahlib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analilis Empiris Aplikatif, (Jakarta:
Kencana Prenada Group, 2010), h. 95. 49 Ibid,. h. 95 50
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2014), h. 49.
27
1. Memahami konsep makna berlawanan; kosong/penuh atau
ringan/berat.
2. Menunjukkan pemahaman menganai di dasar/di puncak,
dibelakang/ di depan, di atas/di bawah.
3. Mampu menyemakan bentuk lingkaran atau persegi dengan
objek nyata/gambar.
4. Sengaja menumpuk kotak atau gelang sesuai ukuran.
5. Mengelompokkan benda yang memilki persamaan, warna,
bentuk, dan ukuran.
6. Mampu mengetahui dan menyebutkan umurnya.
7. Memasangkan dan menyebutkan benda yang
samaMencocokkan segitiga persegi panjang dan wajik.
8. Menyebutkan lingkaran dan kotak jika diperlihatkan.
9. Memahami konsep lambat/cepat, sedikit/banyak, tipis/tebal,
sempit/luas.
10. Menyentuh dan menghitung angka sebanyak empat sampai
tujuh benda.
11. Mengenal dan membaca yang sering dilihat di sekolah dan di
rumah.
12. Mampu menjelaskan fungsi-fungsi profesi yang ada di
masyarakat.
13. Mengenali dan menghitung angka sampai 20.
14. Mengklasifikasi angka, tulisan, buah dan sayur.51
Pada perkembangan kognitif anak usia 3-5 tahun biasanya disebut
masa prasekolah, dimana anak menunjukan sikap dan perilaku yang
kreatif, bebas, dan penuh imajinasi. Imajinasi anak meningkat seiring
dengan banyaknya pengalaman yang ia peroleh sehingga
mempengaruhi perkembangan mental mereka. Perilaku anak usia 3
tahun diwarnai dengan imajinasi, umumnya mereka belum bisa
membedakan antara imajinasi dengan realitas. Selanjutnya anak usia 4
51
Ibid., h. 58.
28
tahun semakin bersemangat untuk mempelajari hal-hal baru, umunya
di akhir usia 4 tahun daya hayal anak semakin menipis seiring dengan
meningkatnya kemampuan memahami realitas sehingga kemampuan
mengatasi masalahpun meningkat.
Masa ini juga disebut masa berkelompok, anak tumbuh dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mempelajari dasar-dasar perilaku
sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang
diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas
satu sekolah dasar.
Piaget dalam Sujiono menggolongkan 4-5 tahun ke dalam tahap
pra operasional karena anak-anak belum siap untuk telibat dalam
operasi atau manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis.52
Karakteristik perkembangan dalam tahap utama kedua ini adalah
perluasan penggunaan pemikiran simbolis atau kemampuan
representasional. Karakteristik perkembangan kognitif anak usia 3-7
tahun yaitu53
:
1. Mengelompokkan benda yang memiliki persamaan.
2. Mengitung 1-20.
3. Mengenal bentuk sederhana.
4. Memahami konsep makna berlawanan.
5. Mampu membedakan bentuk lingkaran atau persegi dengan
objek nyata atau gambar.
6. Memasangkan dan menyebutkan benda.
7. Mencocokkan bentuk-bentuk sederhana.
8. Mengklasifikasi angka, tulisan, buah dan sayur.
9. Mengenal huruf besar dan kecil.
10. Mengenal warna-warna.
52
Yuliani Nurani Sujiono, Metode Perkembangan Kognitif, (Tangerang: Universitas Terbuka,
2017), h. 4.1 53
Ahmad Susanto, Op Cit. h. 58.
29
2) Aspek Pengembangan Kognitif
Ruang lingkup aspek kognitif mencakup pengetahuan konten
dan perkembangan keterampilan intelektual. Pengembangan kognitif
akan mudah jika stimulus yang diberikan orang tua secara optimal.
Aspek kognitif sebagaimana Susanto mengungkapkan tujuan
pengembangan kognitif diarahkan pada pengembangan kemampuan
auditory, visual, Taktik, kinestetik, aritmatika, geometri, dan sains
permulaan.54
a) Pengembangan Auditory
Kemampuan ini berhubungan bunyi atau indera
pendengaran anak, seperti :
1. Mendengarkan atau menirukan bunyi yang didengar
sehari-hari.
2. Mendengarkan nyanyian atau syair dengan baik.
3. Mengikuti perintah lisan sederhana.
4. Mendengarkan cerita dengan baik.
5. Mengungkapkan kembali cerita sederhana.
6. Menebak lagu atau apresiasi musik.
7. Mengikuti rimtis dengan bertepuk
8. Menyebutkan nama-nama hari dan bulan.
9. Mengetahui nama benda yang dibunyikan.
b) Pengembangan visual
Kemampuan ini berhubungan dengan pengelihatan,
pengamatan, perhatian, tanggapan, dan persepsi anak terhadap
lingkungan sekitarnya.
Adapun yang akan dikembangkan yaitu:
1. Mengenali benda-benda sehari-hari.
2. Membandingkan benda-benda dari sederhana menuju
ke yang lebih kompleks.
54
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Aspeknya, (Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, 2011). h. 61.
30
3. Mengetahui ukuran benda, bentuk atau dari warnanya.
4. Mengetahui adanya benda yang hilang apabila
ditunjukkan yang belum sempurna atau janggal.
5. Menjawab pertanyaan tentng sebuah gambar dari seri
lainnya.
6. Menyusun potongan teka-teki mulai dari yang
sederhana sampai ke yang lebih rumit.
7. Mengenali namanya sendiri bila tertulis.
8. Mengenali huruf dan angka.
c) Pengembangan taktik
Kemampuan ini berhubungan dengan pengembangan
tekstur (indera peraba). Seperti :
1. Mengembangkan indera sentuhan.
2. Mengembangkan kesadaran pada tekstur.
3. Mengembangkan kosa kata untuk mengembangkan
berbagai tekstur seperti tebal-tipis, halus-kasar, panas-
dingin, dan tekstur kontras lainnya.
4. Mengembangkan kosa kata untuk menggambarkan
berbagai tekstur.
5. Bermain di bak pasir.
6. Bermain air.
7. Bermain dengan plastisin.
8. Menebak dengan meraba tubuh teman, meraba dengan
kertas amplas.
9. Meremas kertas Koran.
10. Meraup biji-bijian.
d) Pengembangan kinestetik
Kemampuan ini berhubungan dengan kelancaran gerak
tangan atau motorik halus yang mempengaruhi perkembangan
kognitifnya. Permainan yang dapat mengembangkan yaitu :
31
1. Finger painting dengan tepung kanji.
2. Menjiplak huruf-huruf geometri.
3. Melukis dengan cat.
4. Mewarnai gambar dan huruf sederhana.
5. Menjahit dengan sederhana.
6. Merobek kertas koran.
7. Menciptakan bentuk-bentuk dengan balok.
8. Membuat sendiri dengan berbagai media.
9. Menyusun atau menggabungkan potongan gambar atau
teka-teki sederhana
10. Mampu menggunakan gunting dengan baik.
11. Mampu menulis.
e) Pengembangan Aritmatika
Kemampuan yang diarahkan untuk penguasaan berhitung
atau konsep berhitung permulaan, berikut adalah yang
dikembangkan :
1. Mengenali atau membilang angka.
2. Menyebut urutan benda.
3. Menghitung benda.
4. Mengenali himpunan dengan nilai bilangan berbeda.
5. Memberi nilai bilangan pada suatu bilangan himpunan
benda.
6. Mengerjakan atau menyelesaikan operasi penjumlaha,
pengurangan, perkalian, pembagian dengan
menggunakan konsep bilangan dengan lambang
bilangan.
7. Menghubungkan konsep bilangan dengan lambang
bilangan
8. Menggunakan konsep waktu misal hari ini
9. Menyatakan waktu dengan jam
32
10. Mengurutkan lima hingga sepuluh benda berdasarkan
urutan tinggi besar.
11. Mengenal ukura panjang, berat, dan isi.
f) Pengembangan Geometri
Kemampuan ini berhubungan dengan pengembangan konsep
bentuk dan ukuran. Menurut Clement, Wilson dan Sarama dalam
Susanto menyatakan membangun konsep geometri pada anak-anak
dimulai dengan mengidentifikasi bentuk dan menyelidiki bangunan
dan memisahkan gambar biasa seperti segitiga, persegi, lingkaran.
belajar konsep-konsep maupun belajar bahasa untuk
mengungkapkan letak seperti dibawah, diatas, kiri dan kanan
meletakkan dasar awal memahami geometri.55
Adapun yang
dikembangkan :
1. Memilih benda menurut warna, bentuk, dan ukurannya.
2. Mencocokkan benda dengan menurut warna, benda,
dan ukurannya.
3. Membandingkan benda menurut besar, kecil, panjang,
pendek, tinggi, pendek.
4. Mengukur benda secara sederhana.
5. Mengerti dan menggunakan bahasa ukuran, seperti
ukuran besar-kecil, panjang-lebar, tinggi-rendah,
panjang-pendek.
6. Menciptakan bentuk dari kepingan geometri.
7. Menyebut benda-benda yang ada di kelas sesuai dengan
bentuk geometri
8. Menyebut, menunjuk, dan menggelompokkan segi
empat.
9. Menyusun menara dari delapan kubus.
10. Mengenal ukuran panjang, berat, dan isi.
55
Carol seefeldt dan Barbara A. Wasik, Terjemahan: Pendidikan Anak Usia Dini: Menyiapkan
Anak Usia Tiga, Empat, Lima Tahun Masuk Sekolah, (Jakarta : Indeks, 2008), h.398.
33
11. Meniru pola dengan empat kubus.
g) Pengembangan Sains Permulaan
Kemampuan ini berhubungan dengan berbagai percobaan
atau demonstrasi sebagai suatu pendekatan secara saintifik atau
logis, tetapi dengan mempertimbangkan tahapan berpikir anak.
Adapun yang dikembangkan, yaitu :
1. Mengekplorasi benda yang ada disekitar.
2. Mengadakan berbagai percobaan sederhana.
3. Mengkomunikasikan apa yang diamati dan teliti.
Contoh kegiatan yang dapat dikembangkan melalui
permainan sebgai berikut : proses merebus atau
mebakar jagung, membuat jus, warna dicampur,
mengenal asal mula sesuatu, balon ditiup lalu
dihempas, benda kecil dilihat dengan kaca pembesar,
besi berani didekatkan dengan macam-macam benda,
biji, biji yang ditanam, benda-benda yang dimasukkan
ke dalam air , dan mengenal sebab akibat mengapa.
Menurut bloom sebagaimana yang dikutip Astiti, aspek kognitif
yang telah di revisi terdiri atas enam jenjang yaitu:
34
Tabel 2.1
Tabel Aspek Kognitif
No Jenjang Deskripsi
Kata kerja
operasional
1. Mengingat
(remembering)
Kemampuan
menyebutkan kembali
informasi/
pengetahuan yang
tersimpan dalam
ingatan
Mendefinisikan,
menyusun daftar,
menjelaskan,
mengingat,
mengenali,
menemukan kembali,
menyatakan,
mengulang,
mengurutkan,
menamai,
menempatkan,
menyebutkan.
2. Memahami
(understanding)
Kemampuan
memahami instruksi
dan menegaskan
pengertian/makna ide
atau konsep yang
telah diajarkan baik
dalam bentuk lisan,
tertulis, maupun
grafik/diagram.
Menerangkan,
menjelaskan,
menguraikan,
mengartikan,
menyatakan kembali,
menafsirkan,
menginterpretasikan,
mendiskusikan,
meyeleksi,
mendeteksi,
melaporkan,
menduga,
mengelompokkan,
memberi contoh,
35
merangkum,
menganalogikan,
mengubah,
memperkirakan.
3. Menerapkan
(applying)
Kemampuan
melakuakan sesuatu
dan mengaplikasikan
konsep dalam situasi
tertentu.
Memilih,
menerapkan,
melaksanakan,
mengubah,
mendemonstrasikan,
memodifikasi,
menginterpretasikan,
menunjukan,
membuktikan,
menggambarkan,
mengoperasikan,
menjalankan,
memprogramkan,
mempraktektikan,
memulai.
4. Menganalisis
(analyzing)
Kemampuan
memisahkan konsep
kedalam beberapa
komponen dan
menghubungkan satu
sama lain untuk
memperoleh
pemahaman atas
konsep tersebut secara
utuh
Mengkaji ulang,
membedakan,
membandingkan,
mengontraskan,
memisahkan,
menghubungkan,
menunjukan
hubungan antara
variable, memecah
menjadi beberapa
bagian, menyisihkan,
36
mempertimbangkan,
mempertentangkan,
menata ulang,
mencirikan,
mengubah struktur,
melakukan
pengetesan,
mengintegrasikan,
mengorganisir,
mengkerangkakan.
5. Mengevaluasi
(evaluating)
Kemampuan
menetapkan sesuatu
berdasarkan norma,
kriteria, atau patokan
tertentu
Mengkaji ulang,
mempertahankan,
menyeleksi,
mempertahankan.
Mempertahankan,
mengevaluasi,
mendukung, menilai,
menjustifikasi,
mengecek,
mengkritik,
memprediksi,
membenarkan,
menyalahkan,
6. Menciptakan
(creating)56
Kemampuan
memadukan unsur-
unsur menjadi sesuatu
bentuk baru yang utuh
dan koheran, atau
Merakit, merancang,
menemukan,
menciptakan,
memperoleh,
mengembangkan,
56
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, ( Yogyakarta: Penerbit Andi, 2017), h. 21.
37
membuat sesuatu
yang orisinil.
mengformulasikan,
membangun,
membentukm,
melengkapi,
membuat,
menyempurnakan,
melakukan inovasi,
mendesain,
menghasilkan karya.
3) Tahap Perkembangan Kognitif
Tahapan perkembangan kognitif merupakan suatu hal yang
terpenting untuk diketahui salah satunya oleh lembaga pendidikan
khususnya guru hal ini dikarenakan agar guru dapat menyusun
program pendidikan sesuai dengan perkembangannya. Piaget dalam
Beaty membagi tahap perkembangan kognitif dalam 4 tahap yaitu:
38
Tabel 2.2
Tahapan Perkembangan Kognitif
Tahap Sensorimotor
( lahir hingga 2 tahun)
Anak berpikir dalam pola visual (skemata).
Anak menggunakan indera untuk untuk
mengeksplorasi objek (melihat, menyimak,
membaui, merasai dan memanipulasi).
Usia belajar mengingat ciri-ciri fisik sebuah objek.
Tahap Praoprasional
(usia 2-7 tahun)
Anak menguasai pemikiran simbolis.
Anak menggunakan objek untuk menyimbolkan.
Anak memikirkan produk akhir dan bukan pada
perubahan benda.
Tahap Konkret Oprasional
(usia 7-11 tahun)
Pemikiran anak bisa menangani perubahan benda
dan bagaimana perubahannya.
Anak telah melampaui terlihat dimomen tertentu dan
mulai memahami benda saling berkaitan.
Tahap Formal Oprasional
(usia 11 tahun ke atas)
Anak mulai berpikir secara abstrak tanpa butuh
benda konkret.
Anak bisa berhipotesis tentang benda.
Piaget juga membagi pengetahuan anak-anak dalam tiga
kategori :
Pengetahuan fisik: anak-anak belajar tentang objek di
lingkungan mereka secara fisik memanipulasi objek.
Mereka mulai menyusun konsep mental tentang bentuk,
ukuran dan warna objek.
Pengetahuan logis-matematis: anak-anak menyusun
hubungan tentang benda-benda seperti sama dan berbeda,
39
lebih dan kurang, mana yang sekelompok, berapa banyak
seberapa banyak.
Pengetahuan sosial: anak-anak mempelajari aturan bagi
perilaku dan pengetahuan tentang tindakan orang-orang
dengan keterlibatannya.57
Berpikir praoperasional merupakan tindakan yang dilakukan
secara mental terhadap objek yang dihadapinya. Ciri dari tahapan ini
adalah operasi mental yang jarang dilakukan, karena menurut logika
tidak memadai. Pemikiran anak pada tahap ini masih masih egosentris
dimana anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain.
Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda dengan warna yang sama walaupun
bentuknya berbeda, atau mengumpulkan semua yang sama bentuk
walaupun warnanya berbeda. Mereka masih mempresentasikan benda-
benda dengan kata-kata dan gambar serta masih menggunakan
penalaran intuitif, tidak secara logika.58
Menurut piaget dalam Hosnan, perkembangan dari masing-
masing tahapan merupakan hasil perbaikan dari perkembangan tahap
sebelumnya, hal ini terjadi karena tekanan biologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian
struktur berpikir. Tahap perkembangan ini memberikan petunjuk bagi
guru dalam memilih strategi pembelajaran yang lebih efektif pada
tingkat kelas yang berbeda.59
Jadi untuk anak kelompok A usia 4-5
tahun berada pada tahap praoperasional konkrit dimana anak masih
belajar melalui pemikiran yang simbolis, menghadirkan benda nyata
atau gambar dan pada usia tersebut juga anak masih berfikir
egosentris.
57
Janice J. Beaty, Observasi Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Penada Group,
2013), h. 267. 58
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2011), h. 157. 59
M. Hosnan, Psikologi perkembangan Anak Usia Dini, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2016), h. 146.
40
4) Kognitif dalam Islam
Al-Qur‟an telah menegaskan bahwa pengetahuan kognitif
indriawi merupakan dasar pengetahuan dalam tahap-tahap
perkembangan sejarah manusia, dan tidak akan pernah hilang.
Pengetahuan kognitif (fu’ad) adalah pengetahuan yang membentuk
pengalaman (al-inthiba) dan memori dengan memberikan pra asumsi
awal bagi pikiran.60
Sebagaimana manusia yang mempunyai dan di
berikan akal oleh Allah SWT harus menggunakannya dengan baik.
Dalam surah Shad: 29 yang artinya : “Kitab (Al-Qur‟an) yang Kami
turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-
ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran”
Di dalam Islam, terdapat beberapa kegiatan yang menggunakan
kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, dan fitrah. Pada
kemampuan kognitif disampaikan perintah berpikir, menggunakan
akal dalam melakukan penalaran, melakukan pengamatan dan
observasi, memahami secara dalam, mengerjakan sesuatu, dan
perintah untuk mengetahui. Semua itu diperintahkan Islam yang
berkaitan dengan pekerjaan akal (kognitif). Semua kegiatan yang
membutuhkan kecakapan kognitif, afektif, psikomotorik, dan fitrah
memerlukan rancangan yang konsepsional sebagai proses
pembelajaran.61
Jadi pandangan Islam tentang berfikir sebagaimana
yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya, dimana
sehari-harinya melakukan pekerjaan yang membutuhkan akal dalam
memecahkan masalahnya.
2. Mengenal Bentuk Geometri
a. Definisi Bentuk Geometri
Perkembangan kognitif anak sangat diperlukan untuk
mengembangkan kemampuan kognitif, salah satu materi dalam
60
Muhammad Syahrur, Tirani Islam, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2003), h. 121. 61
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Kencana Prenada Group,
2009), h. 105.
41
mengembangkan kemampuan kognitif yaitu mengenal geometri.
Pentingnya mengembangkan geometri pada anak agar anak mampu
membedakan beberapa macam bentuk geometri yang dijumpai sehari-
harinya, menyusun bentuk geometri dan membedakan macam bentuk
geometri.62
Geometri merupakan cabang matematika yang diajarkan pada
setiap jenjang pendidikan, dan hampir semua objek yang ada di
lingkungan siswa adalah objek geometri, serta juga salah satu bidang
matematika yang dapat mengaitkan matematika dengan bentuk fisik dunia
nyata yang sangat cocok untuk anak usia dini di mana menurut Piaget
berada pada tahap praoperasional konkret. Menurut Freudenthal
sebagaimana yang dikutip Safrina menyatakan bahwa geometri adalah
ruang dimana anak-anak berada, hidup, dan bergerak, yang mana dalam
ruangan itu anak harus belajar mengetahui, menelaah, bertempur untuk
menang, merencanakan dan mengatur kehidupan bernapas, dan berbuat
yang lebih baik.
Lingkungan sekitar banyak yang bisa dijadikan bahan untuk
pembelajaran yang berhubungan dengan geometri yang memiliki berbagai
bentuk, nama, ciri-ciri, ukuran, dan fungsi. Menurut Hartono sebagaimana
yang dikutip oleh Pratiwi menyatakan geometri adalah ilmu matematika
yang mempelajari hubungan antara titik-titik, garis-garis, sudut-sudut,
bidang-bidang serta bangun datar dari bangun ruang.63
Anak usia dini
dapat mempelajari ilmu matematika dengan yang paling mudah dengan
mengenal titik lalu di sambungkan menjadi garis. Sedangkan mengenal
bangun ruang anak perlu memahami yaitu serangkaian bangun datar yang
disusun sehingga menjadi bangun ruang.
Selanjutnya menurut Yoona sebagaimana yang dikutip oleh Pratiwi
menyatakan bentuk geometri adalah bentuk-bentuk tertentu yang terukur
62
Wiwik dan Sri, “Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui Permainan
Ambil Susun Di Play Group”, Skripsi pada PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri
Surabaya. 63
Yuli Sri Pratiwi, “Peningkatan Kemampuan Kelompok A2 Dalam Mengenal Bentuk Geometri
Melalui Kepingan Bangun Datar Di TK Sekar Sekar Tanjung Kecamatan Sempu Kabupaten
Banyuwangi Tahun Pelajaran 2015-2016”, Skripsi pada Universitas Jember, 2016.
42
dan bisa didefinisikan berdasarkan nama dan ciri-ciri.64
Nama dari bentuk
geometri dapat anak lihat dari ciri-ciri bentuk tersebut misalnya segitiga
memiliki ujung lancip berjumlah tiga buah. Dengan cara menyenangkan
anak dapat belajar mengenal dan membedakan bentuk tersebut. Pendapat
lain menurut Lestari sebagimana yang dikutip Raharjo menjelaskan bahwa
mengenal bentuk geometri pada anak usia dini adalah kemampuan anak
mengenal, merajuk, menyebutkan, serta mengumpulkan benda-benda
sekitarnya yang berbentuk geometri.65
Mengenalkan, merajuk,
menyebutkan dan mengumpulkan dapat dilakukan anak melalui aktivitas
ataupun permainan sederhana yang sering dimainkan anak, misalnya
melalui permainan balok.
Van Hiele merupakan Guru yang berasal dari Belanda yang
melakukan penelitian dalam pengajaran Geometri. Menurut Hiele dalam
mempelajari geometri, anak akan mengalami tingkatan berpikir yang
tinggi. Hiele juga menyatakan ada tiga unsur utama dalam pengajaran
goemetri yaitu: waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang
diterapkan, jika diterapkan dengan baik ia aakan meningkatkan
kemampuan berfikir anak kepada tingkatan berfikir yang lebih tinggi.66
Jadi, guru anak usia dini dapat mengajarkan anak mengenal bentuk
geometri sesuai dengan tema dan materi pengajaran serta media untuk
menunjang keberhasilan pembelajaran tentang geometri tersebut.
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik sintesa bahwa mengenal
bentuk geometri merupakan kegiatan yang berada tidak jauh dari sekitar
kita dimana kita dapat mengajarkan bentuk geometri dengan objek yang
nyata, anak yang mempelajari bentuk geometri akan mempunyai tingkat
berfikir yang tinggi berbeda dengan anak yang tidak di perkenalkan bentuk
geometri sejak dini.
64
Yuli Sri Pratiwi, “Peningkatan Kemampuan Kelompok A2 Dalam Mengenal Bentuk Geometri
Melalui Kepingan Bangun Datar Di TK Sekar Sekar Tanjung Kecamatan Sempu Kabupaten
Banyuwangi Tahun Pelajaran 2015-2016”, Skripsi pada Universitas Jember, 2016. 65
Raharjo, Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Goemetri melalui Permainan Kotak Pos,
Jurnal Praktik Tindakan Kelas Pendidikan Dasar dan Menengah, Vol 6 (3) Juli 2016, h. 33. 66
Tatang, Karlimah dan Komariah, Pendidikan Matematika I, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 55.
43
b. Tahapan Mengenal bentuk
Anak usia dini pada dasarnya memiliki tahapan belajar mengenal
bentuk geometri, mereka tidak dapat langsung mengerti ciri-ciri setiap
bentuk karnanya sebagai orang tua maupun pendidik perlu mengetahui
tahapan mengenal bentuk agar materi yang berikan mudah diterima oleh
anak. Van Hiele dalam Tatang dkk menyimpulkan ada 5 tahap atau
pengembangan siswa dalam memahami geometri, yaitu67
:
1) Tahap Pengenalan (Visualisasi) :
Tahap ini anak mulai mengenal bentuk geometri secara
keseluruhan, misalnya bentuk persegi, segitiga, lingkaran, dan lain-
lain. Namun anak belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat bentuk
yang dilihatnya.
2) Tahap Analisis :
Tahap ini anak mulai mengenal dan memahami sifat-sifat yang
dimiliki benda geometri yang diamati.
3) Tahap Pengurutan (Dedukasi Informal) :
Tahap ini anak sudah mampu mengurutkan berdasarkan sifta-sifat
yang dimiliki setiap bangun geometri. Anak sudah mulai mampu
menarik kesimpulan namun kemampuan ini dilakukan secara tidak
formal.
4) Tahap Dedukasi :
Tahap ini anak sudah memahami pentingnya mengambil
kesimpulan secara dedukatif. Matematika merupakan ilmu deduktif,
karena pengambilan kesimpulan, pembuktian dalil dan lain sebagainya
harus dilakukan secara deduktif. Selain itu, siswa sudah dapat
memahami pentingnya mengambil kesimpulan secara deduktif, dan
apabila dia mengambil kesimpulan secara induktif itu mungkin bisa
keliru.
5) Tahap Keakuratan (Tigor) :
67
Ibid., h.56.
44
Tahap ini anak sudah menyadari pentingnya ketepatan atau akurasi
dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Tahap
akurasi merupakan tingkat berfikir tinggi, rumit, serta kompleks.
Dienes dalam Suawangsih dan Tiurlina mengemukakan bahwa tiap-
tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk
yang konkret akan dapat dipahami anak dengan baik.68
Hal ini berarti
benda atau objek dalam bentuk permainan akan sangat sangat berperan
bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika untuk anak
usia dini khususnya dalam megenal bentuk geometri. Melihat tahapan
mengenal huruf tersebut, semua anak mempelajari geometri dengan urutan
yang sama, akan tetapi kapan seseorang anak mulai memasuki suatu
tingkat yang baru tidak selalu sama dengan anak yang satu dengan yang
lain semua itu bergantung pada guru dan belajar yang dilalui siswa.
Penelitian yang dilakukan untuk anak usia dini dalam mengenal bentuk
hanya sampai pada tahap pengenalan, karena mengingat usia yang masih
usia 4-5 tahun anak baru dapat mengenal belum bisa mengetahui sifat-sifat
dari bentuk yang lebih spesifik.
Menurut Andriyani aspek-aspek anak dalam mengenal bentuk
geometri dimulai dari anak mengetahui bentuk geometri dan namanya
meliputi kemampuan mengucapkan bentuk geometri dan memberi nama
geometri, memahami bentuk-bentuk geometri yang meliputi memberi
contoh benda yang sama dengan bentuk geometri dan menerapkan bentuk
geometri dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi menggambar bentuk
geometri, menyusun beberapa bentuk menjadi suatu benda, dan bercerita
mengenai benda yang dibuatnya dari beberapa bentuk geometri.69
Kegiatan tersebut bisa dilakukan anak di sekolah maupun di rumah dengan
bantuan pembimbing agar maksimal. Pada kegiatan di sekolah dapat
diterapkan pada sudut pengaman setelah anak selesai mengerjakan tugas.
68
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: Bahan Belajar
Mandiri, 2006), h. 94. 69
Marlia Andriyani, Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bentuk Geometri Datar
Melalui Permainan Tradisional Gotri Legendri, Skripsi pada Universitas Negri Yogyakarta, 2015.
45
Teori yang diungkapkan oleh Bloom mengenai aspek kognitif anak
yang mempengaruhi perkembangan kognitif dapat dikaitkan dengan
pembelajaran geometri pada anak usia dini. Dalam pertumbuhannya, anak-
anak tidak dapat terpisahkan dari benda-benda yang ada disekitarnya.
Sejak usia dini, sudah berbaur dengan benda-benda yang ada disekitarnya
seperti buku, gelas, bola, meja, lemari dan lain-lainnya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya atau kebutuhan dalam bermain.
Pembelajaran melalui kegiatan bermain untuk mengenal bentuk geometri
dapat membantu anak untuk memahami, menggambarkan, dan
mendiskripsikan benda-benda yang sudah ada di sekitarnya. Di dalam
pembelajaran geometri terdapat pembelajaran mengenai konsep dasar
bangun datar seperti segitiga, segiempat, dan lingkaran.
3. Permainan Konstruktif
a. Hakikat Bermain dan Permainan
Setiap hari, anak-anak memilih mainan yang akan mereka mainkan.
Menurut Mayesty dalam Sujiono, bermain adalah kegiatan yang dilakukan
anak-anak sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan
hidup adalah bermain.70
Anak-anak menikmati permainan dan akan terus
melakukannya di mana saja jika mereka memiliki kesempatan. Sedangkan
menurut Piaget bermain merupakan kegiatan yang menimbulkan
kesenangan atau kepuasan bagi setiap orang.71
Hal ini dikarenakan setelah
bermain akan ada kenangan baik ataupun buruk misalnya menang maupun
kalah.
Sedangkan menurut Smith dan Pellegrini dalam Musfiroh dan
Tatminingsih menyatakan bermain merupakan kegiatan untuk kepentingan
diri sendiri yang dilakukan secara menyenangkan, tidak bertitik berat pada
hasil akhir, fleksible, aktif, dan positif.72
Teori pertama yang menyadarkan
70
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar PAUD, (Jakarta:Indeks, 2013), h. 144. 71
Ibid,. 72
Tadkiroatun Musfiroh dan Sri Tatmingsih, Bermain dan Permainan Anak, (Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2015), h. 1.5.
46
pentingnya nilai praktis dari bermain yaitu teori dari Plato. Menurut Plato
dalam Mutiah menyatakan bahwa anak-anak akan mudah mempelajari
matematika dengan cara membagikan apel kepada anak-anak, dengan
memberikan alat permainan balok pada anak usia 3 tahun akan
mengantarkan anak menjadi seorang ahli bangunan.73
Menurut Frobel dalam Musfiroh dan Tatminingsih menyatakan bahwa
Frobel percaya anak-anak membutuhkan pengalaman yang nyata dan aktif
secara fisik. Frobel juga menunjukan pentingnya alat permainan out door
dan permainan natural yang didapatkan dari lingkungan. Berbeda dengan
Freud yang melihat bermain dari sudut pandang Psikoanalisis, menurutnya
bermain merupakan mekanisme untuk mengulang kembali peristiwa
traumatik yang dialaminya sebagai upaya memperbaiki diri atau
menguasai pengalaman demi kepuasan anak. Jadi Freud melihat bermain
sebagai sarana melepaskan kenangan dan perasaan yang menyakitkan.
Sedangkan menurut Vygotsky bermain merupakan sumber
perkembangan anak, terutama untuk aspek berpikir. Menurut Vygotsky
anak mendapatkan pengetahuan bukan hanya karena faktor kematangan,
tetapi karena adanya interaksi aktif dengan lingkungannya.74
Jadi dapat
simpulkan bahwa kegiatan bermain merupakan kegiatan yang dilakukan
sehari-hari dengan menimbulkan kesenangan dan pengalaman yang
dijadikannya sebagai pembelajaran untuk anak usia dini.
Teori tentang permainan pertama kali ditemukan oleh ahli matematika
yaitu Neumann dan Morgenstern, dimana mereka menyatakan permainan
terdiri dari sekumpulan peraturan yang membangun situasi bersaing dari
dua sampai beberapa orang atau kelompok dengan membangun strategi
untuk memaksimalkan kemenangan sendiri atau meminimalkan
kemenangan lawan. 75
Sedangkan permainan menurut Bucher dalam
Musfiroh dan Tatmingsih merupakan kegiatan yang telah dikenal setiap
orang dan kegiatan ini mampu menggerakkan orang untuk berlatih,
73
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 92. 74
Tadkiroatun Musfiroh dan Sri Tatmingsih, Op Cit., h. 1.9. 75
Ibid., h. 7.6.
47
bergembira, dan melakukan relaksasi. 76
Bermain yang melibatkan anggota
badan secara tidak langsung membuat aspek perkembangan anak
berkembang. Jadi permainan merupakan kegiatan yang dapat dilakukan
oleh setiap orang untuk mencari kesenangan dan tanpa disadari dapat juga
membentuk kepribadian anak.
b. Karakteristik bermain
Jeffree, McConkey, dan Howson sebagaimana yang dikutip Sujiono
berpendapat ada 6 karakteristik dalam kegiatan bermain pada anak yang
perlu diperhatikan, yaitu77
:
Bermain muncul dari dalam diri anak, dimana tanpa paksaan dari
luar.
Keinginan bermain harus ada pada diri anak, sehingga dapat
dinikmati dan bermain sesuai dengan caranya sendiri. Itu artinya
bermain dilakukan dengan kesukarelaan bukan dengan paksaan.
Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat, kegiatan harus
dinikmati.
Bermain pada anak usia dini harus terbebas dari aturan yang
mengikat, karena anak usia dini memiliki cara bermainnya sendiri.
Karena itu bermain pada anak selalu menyenangkan, mengasikkan
dan menggairahkan.
Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya.
Bermain anak melakukan aktivitas nyata bukan hanya gambar.
Misalnya ketika anak bermain dengan air, anak melakukan aktivitas
dengan air dan mengenal air dari bermainnya. Dalam bermain
melibatkan partisipasi aktif baik secara baik maupun mental.
Bermain harus difokusnya pada proses dari pada hasil.
Proses akan lebih difokuskan oleh anak dari pada hasil yang
mereka ciptakan. Bermain anak mengenal dan mengetahui apa yang ia
76
Ibid., h. 7.6. 77
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar PAUD, (Jakarta:Indeks, 2013), h. 146.
48
mainkan dan mendapatkan keterampilan baru, mengembangkan anak
dan anak memperoleh pengetahuan dari apa yang ia mainkan.
Bermain harus didominasi oleh pemain.
Bermain harus didominasi oleh pemain, yaitu si anak itu sendiri
tidak didominasi oleh orang dewasa, karena jika bermian didominasi
oleh orang dewasa maka anak tidak akan mendapatkan makna apa pun
dari bermainnya.
Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain.
Bermain harus aktif pemain. Anak sebagai pemain harus turun
langsung dalam bermain. Jika anak pasif dalam bermain anak tidak
akan memperoleh pengalaman baru, karena bagi anak bermain adalah
bekerja untuk mendapatkan pengetahuan baru.
Cara anak menggunakan objek di dalam bermain berubah sejalan
dengan kematangan dan kemampuan untuk berpura-pura. Ketika anak
bermain mainan baru maka hal pertama ia lakukan adalah menghabiskan
waktu untuk mengekplorasi main tersebut. Mereka menggunakan
inderanya untuk menemukan bagaimana objek tersebut bekerja dan yang
harus ia kerjakan dengan objek tersebut. Berdasarkan pemaparan diatas
bermain dapat meningkatkan rasa keinginan tahuan anak dan
menimbulkan rasa senang ketika melakukannya.
c. Permainan Konstruktif
Seluruh potensi kecerdasan anak akan berkembang optimal apabila
diciptakan suasana penuh kasih sayang dan jauh dari tindakan kekerasan,
sehingga anak dapat bermain dengan gembira. Menurut beberapa ahli
psikologi seperti Rodgers, Erikson, Piaget, Vygotsky, dan frued
sebagaimana yang dikutip Syarbini menyampaikan jenis kegiatan bermain
yang mendukung pembelajaran anak salah satunya yaitu permainan
konstruktif. 78
Bermain konstruktif dilakukan melalui kegiatan bermain
78
Amirulloh Syarbini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga, Jakarta: Elek Media
Komputindo Kelompok Gramedia, 2014, h. 67.
49
untuk membuat bentuk-bentuk tertentu menjadi sebuah karya dengan
menggunakan beraneka bahan, baik bahan cair maupun bahan terstruktur,
seperti air, cat, krayon, playdough, pasir, puzzle atau bahan alam lainnya.
Bermain konstruktif menurut Piaget sebagaimana yang dikutip Syarbini
yaitu dapat membantu mengembangkan keterampilan anak dalam rangka
keberhasilan sekolahnya dikemudian hari.79
Anak usia dini dalam kegiatan mengenal pola yang berurutan akan
lebih memahami dengan jelas apabila dilakukan dengan bermain
konstruktif. Menurut Miller & Boyd dalam Masnipal menyatakan
Konstruksional atau yang lebih merajuk pada proses membangun
(building), membentuk (forming), modifikasi kreatif bangunan struktur
yang sudah ada (Fashioning) benda tiga dimensi atau rangkaian benda-
benda.80
Pengalaman kreatif akan diperoleh anak dalam permainan
konstruktif (constructive play). Menurut Somerest dalam Masnipal,
melalui permainan ini anak dapat mengembangkan ekspresi kreatif, belajar
kognitif, keterampilan manipulatif, imaginasi, dan aspek dramatik serta
melibatkan sejumlah alat yang dipakai untuk bermain, seperti peralatan
(equipment) dan bahan-bahan (materials).81
Rubin, Fein, Vandenberg, dan Smilansky yang dikutip oleh Rusyani
mengemukakan bahwa tahapan perkembangan bermain kognitif adalah
functional play, costructive play, make believe, dan games with rules.82
Untuk anak usia 3-6 tahun sudah dapat bermain permainan membangun
(costructive play), kegiatan ini adalah kegiatan membentuk sesuatu,
menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia,
misalnya membuat rumah-rumahan dengan balok kayu atau potongan
kayu. Dalam mengenal bentuk anak dapat menggunakan bentuk yang
sesuai dengan kegunaannya, misal membuat rumah dengan membangun
79
Ibid,. 80
Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2013), h. 290. 81
Ibid,. 82
Endang Rusyani, Peningkatan Kemampuan Dasar Matematika Melalui Permainan Konstruktif,
Disertasi: Universitas Negeri Jakarta , 2016.
50
tembok yang berbentuk persegi panjang dan atapnya memakai bentuk
segitiga.
Para ahli yang dikutip Masnipal berpendapat bahwa penggunaan alat
permainan untuk anak usia dini sangat membantu mereka dalam
mengembangkan daya fantasi dan kreativitas.83
Jika anak sudah masuk
usia sekolah dan sudah lebih mampu membedakan fantasi dan realitas
maka anak akan cenderung bermain permainan kontruktif. Jenis permainan
konstruktif yang popular adalah membuat sesuatu dan menggambar,
membuat sesuatu yang berbentuk geometri misalnya dari pasir, balok, lilin,
kertas, dan lain sebagainya.
Ketika mainan bongkar pasang ini dipasang secara bebas, jadilah
permainan ini permainan konstruktif sekaligus imajinatif. Disebut
konstruktif karena memasang dan menatanya, dan disebut imajinatif
karena saat disusun bebas, akan menghasilkan berbagai bentuk yang
dibayangkan secara hebat oleh anak. Adapun bangun bebas adalah
permainan konstruktif yang bahan, bentuk, cara, dan tempat melakukannya
tidak ditentukan sama sekali.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa permainan
konstruktif adalah permainan yang dapat dilakukan oleh anak meliputi
merancang, membentuk, menyusun, atau mengkonstruksi untuk
mengembangkan kemampuan daya cipta (kreativitas), melatih motorik
halus, melatih ketekunan, dan banyak melibatkan kegiatan perhitungan
(menyusun, mengelompokkan, membandingkan), atau berhubungan
dengan cara mengamati dan memecahkan masalah. Permainan konstruktif
ini juga menimbulkan rasa puas dan meningkatkan keinginan bekerja lebih
baik lagi. Berdasarkan tahapan tersebut peneliti melakukan sintesis
bermain konstruktif dengan tahapan membangun (building), membentuk
(forming), modifikasi kreatif bangunan struktur yang sudah ada
(Fashioning).
83
Masnipal, Op. cit., h. 290.
51
d. Langkah bermain permainan konstruktif
Bermain konstruktif melalui kegiatan membangun dan
mengklasifikasi ini, tidak hanya sekedar bermain yang menyenangkan
untuk belajar mengenal geometri tetapi dalam permainan ini anak
berinteraksi langsung dengan objek-objek tersebut. Menurut pandangan
anak bentuk hanya sebatas memberikan kegembiraan. Dengan bantuan
permainan konstruktif dan guru sebagai pembimbing anak akan belajar
mengenali dan menamai bentuk dasar. Menurut Soetopo, ketika anak
belajar tentang ukuran dia akan senang membuat perbandingan yang
berhubungan dengan diri sendiri yaitu apakah lebih kecil atau lebih besar
lebih tinggi atau lebih pendek daripada orang lain dalam keluarga.84
Teknik bermain balok yang kembangkan oleh Dogge yang dikutip
Masnipal bahwa bermain balok meliputi empat tahapan, yaitu85
:
1. Memilih dan menemukan balok-balok (carrying blocks).
2. Memasang tiang pancang balok dan membuat jalan.
3. Menghubungkan balok untuk menciptakan dan membuat jalan.
4. Membuat konstruktif yang lebih rinci (menciptakan arlistik, struktur
kompleks).
Dalam bermain konstruktif memerlukan keterlibatan guru sebagai
pembimbing bermain. Dalam hal ini peran guru meliputi:
1. Tahap persiapan, peranan guru sebagai organisator dan fasilitator
kegiatan yang akan dilakukan guru:
1) Memilih dan menyiapkan tempat/ruangan.
2) Menyiapkan peralatan dan bahan untuk bermain.
3) Mengorganisasikan anak bermain.
4) Mengatur efektifitas waktu.
5) Menyampaikan informasi tentang aturan-aturan.
84
Helyantini Soetopo, Aktivitas Cerdas Usia Dini 3-4 Tahun, (Jakarta: Esensi Erlangga Group,
2012), h. 61. 85
Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional, (Jakarta: Elex Media
Kompetindo Kelompok Gramedia, 2013), h. 296.
52
2. Tahap bermain, peranan guru yaitu mengamati (observing) dan
membimbing (gulding). Kegiatan yang dilakukan guru yaitu:
1) Guru melihat dan mendengar apa saja yang dikatakan anak.
2) Guru mengamati gambaran tindakan anak, bahasa, gambaran
mimik, ekspresi wajah dan kreasi.
3) Guru membimbing anak bermain dan memecahkan masalah
(yang sulit diatasi).
4) Guru melakukan monitoring terhadap kegiatan anak.
3. Tahap penilaian, dimana peranan guru yaitu menilai (assessing).
Kegiatan guru yang dilakukan yaitu :
1) Guru menilai proses belajar anak.86
C. Penelitian yang Relevan
Terdapat penelitian yang relevan yang berkaitan dengan penelitian ini.
Penelitian tersebut untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal
bentuk geometri pada anak kelompok A.
Tabel 2.4
No Judul Perbedaan Persamaan
1. Desy Wahyu
Rustiyanti 2014
Peningkatan
Kemampuan
Mengenal Bentuk
Geometri Melalui
Permainan Dakon
Geometri Pada Anak
Kelompok A Di Tk
Peneliti akan
meningkatkan kognitifnya
dalam mengenal geometri,
peneliti menggunakan
permainan konstruktif
sebagai media
pembelajaran mengenal
geometri, peneliti
menggunakan permainan
yang sudah sering
Sama-sama
melakukan penelitian
mengenal bentuk
geometri, sama-sama
melakukan penelitian
di kelompok A, sama-
sama melakukan
dengan media
permainan, sama-
sama melakukan
86
Ibid., h. 301
53
Arum Puspita Triharjo
Pandak Bantul87
dimainkan anak penelitian di TK
2. Marlia Andriyani
(2015)
Meningkatkan
Kemampuan
Mengenal Bentuk-
Bentuk Geometri
Datar Melalui
Permainan Tradisional
Gotri Legendri Pada
Anak Kelas B Tk
Sunan Kalijogo88
Permainan yang di
gunakan peneliti
permainan konstruktif
sedangkan itu
menggunakan permainan
tradisional gotri legendri,
peneliti melakukan
penelitian di kelompok A
sedangkan peneliti itu di
kelompok B
Sama-sama
penelitian mengenal
bentuk geometri,
sama-sama
melakukan dengan
media permainan,
sama-sama
melakukan penelitian
di TK
87
Desy Wahyu Rustiyanti, Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui
Permainan Dakon Geometri Pada Anak Kelompok A Di Tk Arum Puspita Triharjo Pandak
Bantul, Skripsi pada Universitas Negri Yogyakarta, Yogyakarta, 2014. 88
Marlia Andriyani, Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk-Bentuk Geometri Datar
Melalui Permainan Tradisional Gotri Legendri Pada Anak Kelas B Tk Sunan Kalijogo, Skripsi
pada Universitas Negri Yogyakarta, Yogyakarta, 2015.
54
3. Endang Suryani,
2016
Peningkatan
Kemampuan Dasar
Matematika melalui
Permainan Konstruktif
pada Kelompok B di
TK Negeri Pembina
Kabupaten Sumedang
Jawa Barat89
Penelitian yang
peneliti lakukan untuk
meningkatkan kognitif
dalam mengenal bentuk
sedangkan peneliti itu
untuk meningkatkan
kemampuan dasar
matematika, penelitian
peneliti pada kelompok A
sedangkan itu untuk
kelompok B.
Sama-sama
melakukan penelitian
dengan menggunakan
permainan
konstruktif, sama
sama melakukan di
TK
D. Kerangka Teoritik
Proses kognitif pada anak akan berubah sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan diri anak dan kemampuan kognitif pada umumnya berkembang
secara bertahap. Kemampuan kognitif erat kaitannya dengan kemampuan berfikir.
Menurut Dewey dalam Mutiah menyatakan bahwa berpikir merupakan usaha
seseorang untuk memeriksa dan menilai sebuah informasi berdasarkan kriteria.90
Menurut Dewey dalam Swarningsih dan Tiurlina menyatakan bahwa hal-
hal yang perlu diperhatikan ketika pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yaitu91
:
1. Penyajian konsep harus mengutamakan pengertian.
2. Proses belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan intelektual
siswa.
3. Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar.
Guru jangan memberikan konsep yang harus diterima begitu saja dalam
menyampaikan pelajaran, melainkan harus lebih meningkatkan pemahaman
89
Endang Suryani, Peningkatan Kemampuan Dasar Matematika melalui Permainan Konstruktif
pada Kelompok B di TK Negeri Pembina Kabupaten Sumedang Jawa Barat, Skripsi pada
Universitas Negri Jakarta, Jakarta, 2016. 90
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 16. 91
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: Bahan Belajar
Mandiri, 2006), h. 94.
55
terhadap proses terbentuknya konsep tersebut daripada hasil akhir. Pendekatan
dan metode tersebut harus disesuaikan dengan kesiapan intelektual anak. Anak
usia dini berada pada tahap praoperasional dimana konsep abstrak harus dibantu
menggunakan benda konkret. Dalam konsep matematika dalam mengenal bentuk
geometri anak dapat mengenal melalui benda-benda yang ada disekitarnya.
Mengajarkan anak tentang mengenal bentuk geometri sangat
dimungkinkan dilakukan melalui hal yang biasa anak lakukan sehari-hari seperti
kegiatan bermain. Pembelajaran melalui permainan tidak hanya memberikan
kepuasan dan kesenangan tetapi juga menstimulasi anak untuk berpikir. Hal ini
sesuai dengan hakikat anak usia dini menurut Mayesty dalam Sujiono dimana
hidup adalah bermain dan bermain adalah hidup.
Selanjutnya menurut Dockett dan Fleer dalam Sujiono berpendapat bahwa
bermain merupakan kebutuhan anak karena dengan bermain anak dapat
memperoleh pengetahuan yang dapat menggembangkan kemampuan dirinya.92
Sejalan dengan pendapat tersebut, Eheart dan Leavitt dalam Sujiono mengatakan
bahwa pembelajaran dapat mengembangkan berbagai potensi pada anak, tidak
saja pada potensi fisik, tetapi juga perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosi,
kreativitas dan pada akhirnya potensi akademik.93
Pada saat bermain anak berlatih
mengamati, membuat kesimpulan, dan akhirnya memecahkan masalah. Ketika
bermain kebutuhan menyalurkan minatnya terpenuhi, daya konsentrasi terlatih,
inisiatif, imaginasi, daya fantasinya tertanam. Pada kelompok A untuk mengenal
bentuk benda sekitarnya harus menggunakan pengalaman sehari-hari dan
menyenangkan.
Akan terjadi peningkatan kemampuan kognitif anak dalam mengenal
bentuk apabila anak diperkenalkan dengan benda yang ada disekitar yaitu
menggunakan permainan. Sehingga untuk meningkatkan kemampuan kognitif
anak dalam mengenal bentuk, guru bisa membantu dengan memberikan stimulus
anak yaitu dengan permainan konstruktif. Permainan konstruktif merupakan
kegiatan yang menggunakan berbagai benda yang ada untuk menciptakan hasil
92
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar PAUD, (Jakarta:Indeks, 2013), h. 145. 93
Ibid,.
56
karya tertentu. Bermain konstruktif bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan berfikir, ketekunan, melatih konsentrasi dan daya tahan. Permainan
ini dapat menimbulkan kepuasan tersendiri untuk anak karena pada dasarnya anak
senang bermain membongkar dan menciptakan kembali sesuai dengan
imajinasinya.
Alat permainan konstruktif merupakan alat yang dapat dipisahkan dan
dapat disatukan kembali atau bongkar pasang. Contoh alat permainan ini adalah
balok, bricks, lego, dan puzzle.94
Permainan konstruktif menggolongkan bentuk
dapat dilakukan melalui permainan menggolongkan bentuk lingkaran, segi empat,
jajar genjang, oval, segitiga.95
Anak mengkonstruksi benda, seperti menyusun,
mengelompokkan, dan membentuk benda dalam mengkreasikan imajinasinya.
Untuk dapat melakukan itu, anak harus mengenali dahulu bentuk-bentuk
geometri agar dapat menyusun bentuk bangunan, menggelompokkan bentuk, dan
membentuk sebuah bentuk dari bentuk tersebut.
Sewaktu anak-anak bermain dengan balok-balok, menyusun teka-teki, atau
bermain game board, lego, puzzle, kepingan geometri mereka belajar prinsip-
prinsip geometri. Menciptakan situasi-situasi di ruang kelas dapat memperkuat
belajar bentuk-bentuk. Sementara, memberikan anak pengalaman dalam
lingkungan langsung kepada mereka yang memungkinkan mereka
mengidentifikasi bentuk-bentuk. Selain itu, membuat anak sadar akan bentuk-
bentuk geometri di dalam lingkungan alami memungkinkan mereka untuk
membuat asosiasi antara benda-benda biasa dan kata-kata tidak biasa.
94
Tadkiroatun Musfiroh dan Sri Tatmingsih, Bermain dan Permainan Anak, (Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2015),h. 3.8. 95
Endang Rusyani, Peningkatan Kemampuan Dasar Matematika Melalui Permainan Konstrukstif,
Disertasi pada Universitas Negri Jakarta, Jakarta, 2016.
57
Gambar 2.7
Kerangka Teoritik Kognitif
Kognitif
Mengidentifikasi
Mengelompokkan
Mengurutkan
Belum mengenal
bentuk geometri
Solusi
kognitif
dalam
mengenal
bentuk
Masalah
kognitif
Dalam
menganal
bentuk
Aspek
kognitif
Taksnomi
Bloom
Sulit membedakan
bentuk
Menerapkan
Membandingkan
ukuran
Bermain permainan
konstruktif
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan yang berlokasi di TK Hikari, Perumahan Serpong
Lagoon Kelurahan Koceak Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Provinsi
Banten. Penelitian dilakukan di ruang kelas kelompok A dengan setting kelas
seperti biasa tidak ada penataan khusus atau perubahan setting kelas. Alasan
memilih waktu ini dikarenakan:
1) Adanya permasalahan mengenal bentuk sehingga akan
mempengaruhi kemampuan kognitifnya dalam mengenal bentuk.
2) Penggunaan metode dalam mengenal bentuk tidak dijelaskan secara
mendetail berdasarkan hasil observasi peneliti pada kelompok A.
3) TK Hikari ini memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai
untuk penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.
4) Guru-gurunya sebagian besar berkualifikasi S1.
5) Lokasi atau tempat penelitian ini terjangkau.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai bulan Juni 2018 sampai dengan
bulan Juli 2018. Penelitian ini dilaksanakan dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan kognitif anak dalam mengenal bentuk geometri pada kelompok A.
penelitian ini juga diberi persetujuan oleh kepala sekolah dan guru-guru. Pada
penelitian ini akan dilakukan pada I siklus, jika siklus I belum memenuhi target
maka akan dilanjutkan pada penelitian siklus II. Dalam setiap siklus dilakukan 7
kali pertemuan.
59
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
NO Pelaksanaan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Observasi
2
Penyusunan
Proposal Skripsi
dan Perbaikan
3 Seminar Proposal
4 Pelaksanaan
siklus I
5 Pelaksanaan
siklus II
6 Analisis Data
7
Penyempurnaan
Laporan
Penelitian
B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research. Penelitian Tindakan
Kelas merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk memecahkan masalah dan
kesulitan dalam pembelajaran yang melibatkan guru sebagai peneliti dan praktisi
dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata
serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuaan tersebut untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Penelitian ini diperkenalkan pertama kali oleh Kurt Lewin
dan selanjutnya sudah banyak ahli tentang penelitian tindakan kelas ini.
60
Dalam penelitian di TK Hikari ini peneliti menggunakan model Kemmis
dan Mc Taggart. Model Kemmis dan Mc Taggart adalah model spiral yaitu
meliputi menyusun rencana, tindakan, pelaksanaan, melakukan refleksi untuk
merancang tindakan selanjutnya. Adapun dalam penelitian ini terdiri dari dua
siklus. Pelaksanaan siklus kedua sama halnya dengan siklus pertama
menggunakan instrument yang sama, tetapi yang membedakan yaitu strategi yang
digunakan berbeda agar dalam mengenal geometri pada anak dapat meningkat
sesuai indikator keberhasilan yang ditentukan. Langkah dalam setiap siklus dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1
Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Perencanaan
Tindakan Refleksi Siklus I
Pengamatan
Perencanaan
Tindakan Refleksi Siklus II
Pengamatan
?
61
C. Prosedur Penelitian Tindakan
Penelitian untuk meningkat kognitif dalam mengenal bentuk geometri di TK
Hikari menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Adapun setiap langkah
penelitian model Kemmis dan Mc Taggart dijelaskan sebagai berikut :
1. Observasi Awal
Sebelum melakukan penelitian peneliti meminta izin terlebih dahulu
kepada kepala TK Hikari, lalu dilanjutkan observasi atau pengamatan
untuk melihat permasalahan yang ada di sekolah tersebut. Penelitian ini
berdasarkan observasi yang peneliti lakukan. Pada tahap ini peneliti
mengunjungi setiap kelas untuk melihat-lihat pembelajaran di TK tersebut.
Peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian pada kelompok A
dimana mereka belum banyak mengetahui tentang bentuk geometri dan
sulit membedakan bentuk geometri. Peneliti langsung melakukan
pengumpulan data dan berkenalan untuk lebih dekat dengan anak-anak
kelompok A.
2. Perencanaan tindakan
Perencanaan ini dibuat agar dalam penelitian ini tersusun rapi dan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Perencanaan tindakan ini dibuat
untuk dua siklus. Siklus kedua dibuat apabila pada siklus pertama belum
menunjukkan hasil. Dalam kegiatan pengembangan kognitif terutama dalam
mengenal bentuk geometri anak-anak kelompok A di TK Hikari masih
belum dapat mengenal dan masih sulit mengenal bentuk geometri. Oleh
karena itu peneliti membuat dan menyusun perencanaan pembelajaran yaitu
dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaraan harian (RPPH).
Adapun perencanaan yang akan dilaksanakan pada penelitian ini yaitu:
62
1) Menyusun jadwal dengan guru kelompok A sebelum melakukan
tindakan an.
2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) yaitu
berisi kegiatan pelaksanaan bermain konstrutif yang sesuai dengan
tema dan sub tema dari sekolah.
3) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam bermain permainan
konstruktif berupa balok, lego, playdough, dan kepingan geometri.
4) Menyiapkan pedoman observasi
5) Evaluasi
Tabel 3.2
Perencanaan Tindakan Kelas Siklus I
Pertemuan
ke - Tema Kegiatan
1 Diriku Menyusun balok ke samping
2 Diriku Membangun pagar dari balok
3 Diriku Menyusun puzzle geometri
4 Keluarga Menyusun balok ke atas
5 Keluarga Membentuk bentuk persegi dari playdough
6 Keluarga Membentuk bentuk segitiga dari playdough
Pada setiap pertemuan siklus 1 peneliti melakukan permainan tebak kata
dimana anak menyampaikan kata geometri dari satu anak ke anak yang lain
dengan cara dibisikkan.
63
Tabel 3.3
Perencanaan Tindakan Siklus II
Pertemuan
ke - Tema Kegiatan
7 Keluarga Membentuk pistol dari lego
8 Keluarga Membentuk rumah dari kepingan geometri
9 Keluarga Membangun rumah dari balok
10 Lingkunganku Membangun pesawat dari lego
11 Lingkunganku Menyusun kepingan geometri bentuk hewan di
darat
12 Lingkunganku Menyusun kepingan geometri bentuk orang
Pada siklus 2, anak membuat sebuah benda yang menyerupai bentuk asli
dengan permainan konstruktif
3. Pelaksanaan tindakan
Tahapan pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari tahap
perencanaan dari rancangan yang telah dibuat sebelumnya. Dalam
pelaksanaan ini peneliti dan guru harus bekerja sama dengan baik agar
tujuan penelitian tercapai. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan pada II siklus
yang masing-masing siklusnya dibagi menjadi enam pertemuan.
Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan penutup.
64
Tabel 3.4
Pelaksanaan Siklus I
Perte
muan Tema Kegiatan Media
1.
Diriku Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “Aku adalah aku” dan
“Menanam Jagung” 3. Mengenalkan aturan main
4. Berdiskusi tentang menyusun balok
Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Diri sendiri
Alat dan bahan (balok persegi)
2. Anak bertanya
Cara menyusun balok ke
samping
3. Mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan
dengan cara memberi contoh
cara menyusun balok ke
samping
4. Anak menalar :
Anak mengingat cara menyusun
balok ke samping
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “Aku
adalah aku” dan “Menanam
Jagung” dengan gerakan
Recalling :
Menanyakan kegiatan apa saja
yang dilakukan anak
Menguatkan konsep tentang diri
sendiri
Menguatkan konsep
pengelompokan bentuk
(lingkaran, segitiga, persegi
panjang)
Balok
65
Kegiatan Penutup 1. Menanyakan perasaan selama
hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja
yang sudah dimainkan hari ini
3. Menginformasikan kegiatan
untuk esok hari
4. Berdo‟a setelah belajar
2. Diriku Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “matamu yang
mungil” dan “menanam Jagung”
3. Bermain kuda bisik
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang mata
6. Berdiskusi tentang menyusun balok
menjadi pagar
Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Gambar pagar
Alat dan bahan
2. Guru bertanya
Fungsi mata
Fungsi pagar
Cara menyusun balok menjadi
pagar
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan
dengan gambar pagar dan
memberi contoh menyusun
balok menjadi pagar
4. Anak menalar :
Anak menyebutkan fungsi mata
Anak menyebutkan fungsi pagar
Anak mengingat cara menyusun
balok ke samping
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “matamu
yang mungil” dan “menanam
Jagung Menebalkan gambar mata
Balok
66
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja
yang dilakukan anak
2. Menanyakan bentuk balok yang
sudah digunakan
3. Menguatkan tentang bentuk balok
yang sudah digunakan
Kegiatan Penutup 1. Menanyakan perasaan selama
hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang
sudah dimainkan hari ini
3. Menginformasikan kegiatan
untuk esok hari
4. Berdo‟a setelah belajar
3. Diriku Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “matamu yang
mungil” dan “menanam Jagung”
3. Bermain kuda bisik
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang keluarga inti
6. Berdiskusi tentang menyusun
puzzle geometri
Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Gambar keluarga (ibu, ayah,
kakak, adik)
Alat dan bahan
2. Guru bertanya
Nama keluarga Inti
Anak bertanya cara menyusun
puzzle geometri
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan
dengan gambar keluarga dan
memberi contoh menyusun
puzzle geometri
4. Anak menalar :
Anak menyebutkan keluarga inti
Anak mengingat cara menyusun
puzzle geometri
Kepingan
geometri
67
5. Anak mengkomunikasikan :
Menggambar keluarga
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja
yang dilakukan anak
2. Menguatkan tentang bentuk
puzzle yang disusun
Kegiatan Penutup 1. Menanyakan perasaan selama
hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang
sudah dimainkan hari ini
3. Menginformasikan kegiatan
untuk esok hari
4. Berdo‟a setelah belajar
4. Keluarga
ku
Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi *Bunda piara*
3. Bermain kuda bisik
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang menyusun balok
ke atas seperti menara
Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Bagian tubuh
Alat dan bahan (balok persegi)
2. Anak bertanya
Bagian tubuh
Cara menyusun balok ke atas
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan
dengan gambar bagian tubuh
dan memberi contoh menyusun
balok ke atas
4. Anak menalar :
Anak menyebutkan bagian
tubuh
Anak mengingat cara menyusun
balok ke samping
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “sentuhan
boleh” dengan gerakan
Balok
68
Menggambar bebas geometri
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja
yang dilakukan anak
2. Menguatkan konsep tentang bagian
tubuh
3. Menanyakan balok yang digunakan
untuk menyusun ke atas.
Kegiatan Penutup 1. Menanyakan perasaan selama
hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja
yang sudah dimainkan hari ini
3. Menginformasikan kegiatan
untuk esok hari
4. Berdo‟a setelah belajar
5. Keluarga
ku
Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi ”Satu-Satu Aku
Sayang Ibu”
3. Bermain kuda bisik
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang keluarga
besar
6. Berdiskusi tentang mencetak
Playdough bentuk persegi
Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Gambar keluarga (kakek, nenek,
paman, tante)
Alat dan bahan (playdough)
2. Guru bertanya
Nama keluarga besar
Anak bertanya cara mencetak
pasir bentuk persegi
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan
dengan gambar keluarga dan
memberi contoh mencetak
playdough berbentuk persegi
4. Anak menalar :
Anak menyebutkan keluarga
Playdough
69
besar
Anak mengingat cara mencetak
playdough
5. Anak mengkomunikasikan :
Membentuk persegi dari
plastisin
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja
yang dilakukan anak
2. Menguatkan tentang bentuk persegi
3. Menguatkan tentang benda yang
berbentuk persegi
Kegiatan Penutup 1. Menanyakan perasaan selama hari
ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang
sudah dimainkan hari ini
3. Menginformasikan kegiatan untuk
esok hari
4. Berdo‟a setelah belajar
5. Keluarga
ku
Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “Ibu dan Ayah”
3. Bermain kuda bisik
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang pekerjaan
keluarga
6. Berdiskusi tentang mencetak
dengan playdough
Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Gambar pekerjaan keluarga
Alat dan bahan
2. Guru bertanya
Pekerjaan orang tua
Anak bertanya cara mencetak
bentuk segitiga dengan
playdough
3. Anak mengumpulkan informasi
Playdough
70
Guru memberi dukungan
dengan memberi contoh
mencetak segitiga dengan
playdough
4. Anak menalar :
Anak menyebutkan pekerjaan
orang tua
Anak mengingat cara mencetak
playdough bentuk segitigs
5. Anak mengkomunikasikan :
Mewarnai gambar keluarga
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja
yang dilakukan anak
2. Menguatkan bentuk segitiga
3. Menguatkan benda di kelas yang
berbentuk segitiga
Kegiatan Penutup 1. Menanyakan perasaan selama hari
ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang
sudah dimainkan hari ini
3. Bercerita pendek yang berisi
pesan-pesan
4. Menginformasikan kegiatan untuk
esok hari
5. Berdo‟a setelah belajar
71
Tabel 3.5
Pelaksanaan Siklus II
Perte
muan Tema Kegiatan Media
7. keluarga
ku
Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “Pak polisi”
3. Bernyanyi “Satu-satu Aku Sayang Ibu”
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang profesi
6. Berdiskusi tentang membuat pistol dari lego
Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Gambar pak polisi
Alat dan bahan
2. Anak bertanya
Tugas pak polisi
Anak bertanya cara membuat pistol dari
lego
3. Anak mencoba anak mengumpulkan
informasi
Guru memberi dukungan dengan gambar
polisi
4. Anak menalar :
Anak menyebutkan tugas pak polisi
Anak mengingat cara membuat pistol
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “Pak polisi”
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang
dilakukan anak
2. Menguatkan tentang polisi
3. Menguatkan bentuk lego yang susun menjadi
tembakan
Kegiatan Penutup 1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah
dimainkan hari ini
3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
Lego
72
4. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
5. Berdo‟a setelah belajar
8. Keluarga
ku
Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “Happy Family”
3. Mengenalkan aturan main
4. Berdiskusi tentang keluarga
5. Berdiskusi tentang membuat rumah
Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Gambar keluarga
Alat dan bahan
gambar rumah dari kepingan geometri
2. Anak bertanya
Cara membuat rumah dari geometri
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan
menunjukkan gambar rumah dari kepingan
geometri
4. Anak menalar :
Anak mengingat cara menyusun rumah
dari geometri
Anak mengingat cara membuat kandang
binatang
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “Happy Family”
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang
dilakukan anak
2. Menguatkan tentang kepingan geometri
yang digunakan
3. Menguatkan pengelompokan bentuk
(lingkaran, segitiga, persegi panjang)
Kegiatan Penutup
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
Kepingan
geometri
73
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah
dimainkan hari ini
3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
4. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
5. Berdo‟a setelah belajar
9. Keluarga Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi *happy family*
3. Mengenalkan aturan main
4. Berdiskusi tentang membangun rumah
Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Benda yang ada dirumah
Bangunan rumah
2. Anak bertanya
Cara membangun bentuk rumah
3. Anak Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan gambar
rumah dan memberi contoh membangun
rumah
4. Anak menalar :
Anak mengingat cara membangun rumah
5. Anak mengkomunikasikan :
Menggambar rumah
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang
dilakukan anak
2. Menguatkan tentang membilang banyak
balok yang digunakan untuk membangun
rumah
Kegiatan Penutup 1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah
dimainkan hari ini
3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
4. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
5. Berdo‟a setelah belajar
Balok
74
10. Lingkun
ganku
Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “Happy Family”
3. Mengenalkan aturan main
4. Berdiskusi tentang membuat pesawat
Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Gambar pesawat
Alat dan bahan
2. Anak bertanya
Cara membuat pesawat dari lego
Bagian pesawat
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan gambar
pak pilot dan memberi contoh cara
membuat pesawat dari lego
4. Anak menalar :
Anak mengingat cara membuat pesawat
dari lego
Anak mengingat cara bagian-bagian
pesawat
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “Happy Family”
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang
dilakukan anak
2. Menguatkan tentang lego yang disusun
menjadi pesawat
Kegiatan Penutup
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah
dimainkan hari ini
3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
4. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
5. Berdo‟a setelah belajar
Lego
75
11. Lingkun
ganku
Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “Rumahku”
3. Bernyanyi “Harimau Bermain Musik”
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang binatang yang ada
didarat
6. Berdiskusi tentang menyusun kepingan
geometri
Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Gambar binatang yang ada di hutan
Alat dan bahan
2. Anak bertanya
Hewan yang ada di darat
Anak bertanya makanan yang dimakan
hewan yang ada di darat
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan gambar
binatang yang ada di hutan dan memberi
contoh menyusun kepingan geometri
4. Anak menalar :
Anak menyebutkan keluarga inti
Anak mengingat cara menyusun kepingan
geometri
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “Harimau Bermain
Musik”
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang
dilakukan anak
2. Menanyakan tentang bentuk kepingan yang
digunakan untuk membentuk binatang
3. Menguatkan konsep pengelompokan bentuk
(lingkaran, segitiga, persegi panjang)
Kegiatan Penutup 1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah
dimainkan hari ini
3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
kepingan
geometri
76
4. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
5. Berdo‟a setelah belajar
12. Lingkun
ganku
Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “Satu jari kananku”
3. Bernanyi ”rumahku”
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang rumahku
6. Berdiskusi tentang kepingan geometri
menjadi bentuk orang
Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Gambar orang
Alat dan bahan
2. Anak bertanya
Anak bertanya cara menyusun menjadi
orang dari kepingan geometri
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan memberi
contoh menyusun kepingan geometri
menjadi bentuk orang
4. Anak menalar
Anak mengingat cara menyusun kepingan
geometri menjadi bentuk orang
5. Anak mengkomunikasikan :
Bernyanyi rumahku
Membentuk kepingan geometri menjadi
bentuk orang
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang
dilakukan anak
2. Menanyakan tentang bentuk kepingan
geoemtri yang digunakan
3. Menguatkan tentang bentuk segitiga,
persegi dan lingkaran
Kegiatan Penutup 1 Menanyakan perasaan selama hari ini
2 Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah
dimainkan hari ini
4. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
kepingan
geometri
77
5. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
6. Berdo‟a setelah belajar
3. Pengamatan
Pengamatan yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pegamat. Pengamatan
ini dilakukan secara bersamaan saat pelaksanaan berlangsung. Guru juga
dapat mendapatkan peluang untuk menjadi pengamat.96
Dalam pengamatan
ini guru mencatat dan menilai pada lembar penilaian untuk memperoleh
data yang dibutuhkan. Tujuannya adalah mengamati dan memonitor
peningkatan dalam mengenal bentuk geometri saat bermain melalui
permainan konstruktif. Pengamatan ini dilakukan mulai dari anak bermain
sampai selesai.
4. Refleksi
Refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
terjadi. Istilah ini biasanya dikenakan ketika guru pelaksana sudah selesai
melakukan tindakan an, kemudian berhadapan dengan peneliti dan subjek
peneliti (dalam hal ini siswa-siswa yang diajar), untuk bersama-sama
mendiskusikan implementasi rancangan tindakan an. Inilah inti dari
penelitian tindakan an, yaitu ketika guru pelaku tindakan mengatakan
kepada pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan dengan baik
dan bagian mana yang belum.97
Pada tahap refleksi ini merupakan tahap akhir dalam Penelitian
Tindakan Kelas. Setelah mengkaji, menganalisis, dan mengevaluasi pada
Siklus I peneliti dan guru berkerjasama lagi untuk menindaklanjutinya
dengan melakukan penelitian di Siklus II. Pada Siklus ke II nanti akan
diketahui juga mengenai hasil apakah sudah maksimal atau belum.
96
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rhineka Cipta, 2013), h. 139.
97 Ibid,. h. 140.
78
D. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Penentu keberhasilan tindakan ini ditentukan sendiri oleh peneliti dalam
subjek yang diteliti. Hasil observasi aktivitas siswa ini dikelompokkan dalam 4
kategori yaitu belum berkembang, mulai berkembang, berkembang sesuai
harapan, berkembang sangat baik. Menurut Mulyasa kualitas pembelajaran dapat
dilihat dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%) peserta didik
terlibat aktif, baik mental maupun sosial dalam pembelajaran. Dari segi hasil,
proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang
positif pada peseta didik setidaknya (75%) dari jumlah siswa.98
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila ada peningkatan dalam kemampuan
membedakan bentuk geometri. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini
mengenai kemampuan mengenal bentuk geometri pada anak di Kelompok A
melalui permainan konstruktif akan terlihat dari proses pembelajaran yang sesuai
dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Sebagaimana menurut
Tampubolon Penelitian tindakan kelas dikatakan berhasil bila dilakukan tindakan
kualitas pembelajaran, maka akan berdampak terhadap perbaikan perilaku siswa
dan hasil belajar. Urutan indikator secara logika/ilmiah disusun kembali menjadi :
1. Indikator keberhasilan kualitas proses pembelajaran minimal “baik”
(indikator ini untuk tujuan umum dari penelitian).
2. Indikator keberhasilan perbaikan perilaku siswa (misal aspek motivasi
belajar, minat belajar, keaktifan belajar, kerjasama, dan lain-lain)
minimal baik.
3. Indikator keberhasilan hasil belajar secara klasikal minimal 75% dari
jumlah siswa yang mencapai yang ditetapkan. 99
98
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasik Kompetensi, (Bandung: Rosda Karya, 2010), h. 101. 99
Saur Tampubolo, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Erlanga, 2014), h. 55
79
E. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa hasil observasi
kemampuan mengenal bentuk geometri.
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah sumber dari mana data dapat
diperoleh. Peneliti menggunakan tehnik observasi, maka sumber datanya
bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu.100
Tabel 3.6
Sumber data
No Jenis Data Sumber Data Tehnik
1. Kognitif dalam mengenal
bentuk
Guru
Anak
Observasi
Wawancara
Pelaksanaan
tindakan an
2. kegiatan bermain konstruktif Guru
Anak
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Pelaksanaan
tindakan an
100
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rhineka Cipta,
2013), h. 172
80
F. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui tehnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan.101
Pada penelitian ini di lakukan
empat tehnik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Jenis Instrumen
Menyusun instrument ini adalah pekerjaan penting di dalam langkah
penelitian. Peneliti harus menentukan metode yang tepat untuk memperoleh
data, kemudian dilanjutkan dengan cara-cara menyusun alat pendukungnya
yaitu instrumen.
a. Observasi
Tehnik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-
gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam
menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format pengamatan sebagai instrument. Format
disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan akan terjadi.102
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. Menurut Hopskin dalam Wiritaatmadja
wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam
kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Orang-orang yang
diwawancarai dapat termasuk beberapa orang siswa, kepala sekolah,
101
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.
222. 102
Suharsimi Arikunto, Op cit., h. 272.
81
beberapa teman sejawat, pegawai, tata usaha sekolah, orang tua siswa,
dll.103
Peneliti menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan data
atau keterangan yang diperlukan untuk penelitian. Wawancara ini
bertujuan memperoleh data kegiatan pembelajaran dikelas, kemampuan
mengenal bentuk geometri anak, dan kendala yang dihadapi anak dalam
pembelajaran mengenal bentuk geometri.
Pedoman wawancara pada anak sebagai berikut :
Tabel 3.7
Pertanyaan Wawancara Anak
Pertanyaan untuk anak
1. Apakah nama bentuk geometri ini ?
2. Apa saja benda yang ada di kelas yang berbentuk persegi ?
3. Apa saja benda yang ada di kelas yang berbentuk lingkaran ?
4. Apa saja benda yang ada di kelas yang berbentuk segitiga ?
5. Berapa jumlah kepingan geometri yang kamu ambil ?
6. Apakah perbedaan bentuk persegi dan persegi panjang ?
7. Lingkaran mana yang paling kecil ?
8. Balok ini di letakkan di tempat yang berwarna apa ?
9. Apakah warna dari bentuk ini ?
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
notulen rapat, agenda dan lain sebagainya. Peneliti membutuhkan
dokementasi untuk data tertulis dari suatu sekolah untuk penelitian.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian berupa profil sekolah, nama
guru dan anak kelompok A, rencana pelaksanaan pembelajaran
103
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), h. 117.
82
mingguan, rencana pelaksanaan pembelajaraan harian, dan hasil tes
mengenal bentuk geometri.
2. Kisi-kisi Instrumen
a. Definisi konseptual
]Kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk geometri merupakan
kemampuan anak dalam mengenal, merajuk, menyebutkan, serta
mengumpulkan benda-benda sekitarnya yang berbentuk geometri.
kegiatan yang berada tidak jauh dari lingkungan anak dimana dapat
mengajarkan bentuk geometri dengan objek yang nyata, anak yang
mempelajari bentuk geometri akan mempunyai tingkat berfikir yang
tinggi berbeda dengan anak yang tidak diperkenalkan bentuk geometri
sejak dini.
b. Definisi Operasional
Kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk geometri adalah skor
yang dinilai dengan rating scale, didefinisikan dalam aspek-aspek
mengenal bentuk geometri yaitu mengelompokkan, membandingkan
ukuran, mengurutkan, menerapkan, mengidentifikasi. Penelitian
dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan kemampuan kognitif
dalam mengenal bentuk geometri melalui permainan konstruktif, yang
diamati dengan rating scale yang diturunkan dari RPPH dan memuat
indikator pencapaian anak yang dikembangkan menurut para ahli dan
berikut penjabarannya :
a) 1 (BB) Belum Berkembang : bila anak tidak dapat melakukan
dan dibantu atau dicontohkan oleh guru.
b) 2 (MB) Mulai Berkembang : bila anak melakukan dapat
melakukan dengan masih dibimbing oleh guru.
c) 3 (BSH) Berkembang Sesuai Harapan : bila anak sudah dapat
melakukan secara mandiri dengan tepat tanpa bantuan dan
diingatkan guru.
83
d) 4 (BSB) Berkembang Sangat Baik : bila anak sudah dapat
melakukan secara mandiri dengan tepat dan cepat tanpa
bantuan dan diingatkan guru.
c. Kisi-kisi Instrumen
Tabel 3.8
Kisi-kisi Instrumen
Aspek Indikator No Jumlah
Butir Butir
Menggelomp
okkan
Anak dapat menyebut,
menunjuk, dan
mengelompokkan bentuk
geometri (segitiga, persegi,
lingkaran)
Anak dapat menyebutkan
benda-benda yang ada di kelas
sesuai dengan bentuk geometri
3,7,8
4
4
Membanding
kan ukuran
Anak dapat mengerti dan
menggunakan bahasa ukuran,
seperti ukuran besar-kecil,
panjang-lebar, tinggi-rendah,
panjang-pendek
Anak dapat membandingkan
benda menurut besar, kecil,
panjang, pendek, tinggi, pendek
14
5
2
Mengurutkan Anak dapat menyusun menara
dari kubus ke atas dan ke
samping
Anak dapat mengurutkan ukuran
geometri dimulai dari yang
terkecil (lingkaran, persegi, dan
10
11,12
3
84
segitiga)
Menerapkan Anak dapat menciptakan bentuk
sederhana dari kepingan
geometri
Anak dapat menirukan pola
lingkaran, segitiga, persegi
16
17
9
3
Mengidentifik
asi
Anak dapat mengenali bentuk
sederhana geometri (lingkaran,
segitiga, persegi)
Anak dapat mengikuti aturan
bermain
Anak dapat menjelaskan
bangunan yang telah dibuat
Anak dapat mencocokan dengan
menurut warna, benda, dan
ukuran
1,2
15
6
13
5
Jumlah 17 17
Tabel 3.9
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Guru Dalam Menggunakan Permainan
Konstruktif
Komponen Sub Komponen No Butir
Tahap Persiapan Sebagai organisator dan
fasilitator 1, 2, 3, 4, 5
Tahap Bermain
Mengamati (Observing)
Membimbing (Gulding)
6 dan 7
8 dan 9
Tahap Penilaian Menilai (Asessing) 10
85
d. Penilaian Instrumen
Tabel 3.10
Instrumen Pengamatan
No Butir Indikator 1
BB
2
MB
3
BSH
4
BSB
1. Anak dapat melafalkan bentuk geometri
2. Anak dapat mengingat bentuk balok
3. Anak dapat mengurutkan pola persegi
4. Menyebutkan benda-benda yang ada di kelas
sesuai dengan bentuk geometri
5. Anak dapat menjelaskan perbedaan bentuk
balok
6. Anak dapat menjelaskan tentang bangunan
yang telah dibuat
7. Anak dapat menyebutkan jumlah kepingan
geometri yang diambil
8. Anak dapat mengelompokkan geometri sesuai
dengan bentuknya
9. Anak dapat menggambarkan bentuk geometri
sesuai imajinasinya
10.
Anak dapat menyusun balok persegi ke atas
dan ke samping
11. Anak dapat mengurutkan bentuk lingkaran
kecil-besar pada kepingan geometri
12.
Anak dapat membedakan bentuk persegi dan
persegi panjang pada balok
13. Anak merapikan balok sesuai dengan gambar
balok
86
14. Anak dapat mengurutkan benda berdasarkan 5
seriasi ukuran atau warna
15. Anak dapat bermain dengan sesuai dengan
aturan
16. Anak dapat menyusun kepingan geometri
menjadi sebuah bentuk
17. Anak dapat membuat lego menjadi sebuah
bentuk
Tabel 3.11
Instrumen Wawancara Guru Dalam Menggunakan Permainan Konstruktif
No. Butir Keterangan
1. Apakah guru memilih dan
menyiapkan tempat/ruangan ?
2. Apakah guru menyiapkan peralatan
dan bahan untuk bermain?
3. Apakah guru mengorganisasikan
anak bermain ?
4. Apakah guru mengatur efektifitas
waktu ?
5. Bagaimana guru menyampaikan
informasi tentang aturan-aturan ?
6. Apakah guru melihat dan
mendengar apa saja yang dikatakan
anak ?
7. Apakah guru mengamati gambaran
tindakan anak, bahasa, gambaran
mimik, ekspresi wajah dan kreasi
8. Apakah guru membimbing anak
bermain dan memecahkan masalah
(yang sulit diatasi) ?
9. Apakah guru melakukan
monitoring terhadap kegiatan anak
10. Apakah guru menilai proses belajar
anak ?
87
G. Validasi Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen, suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah.104
Sebuat instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat dikatakan valid apabila dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Validasi instrumen ini dilakukan atas dasar pertimbangan atau judgement
para validator yakni para pakar yang ahli dalam bidang penelitian yang
bersangkutan. Berdasarkan hasil validasi instrumen yang dilakukan, permainan
konstruktif yang lebih jelas menguraikan apa saja yang diteliti serta menghasilkan
kalimat-kalimat yang lebih operasional sebagaimana yang telah tercantum pada
butir instrumen penelitian.
H. Validasi Data
Menurut Hopskins sebagaimana yang dikutip Wiriaatmadja, ada beberapa
bentuk validasi yang dapat dilakukan dipenelitian tindakan kelas yaitu :105
.
1. Expert opnion, yaitu mengecek kesahihan hasil temuan penelitian
dengan pakar dibidangnya. Pembimbing akan memeriksa semua tahapan
kegiatan penelitian, dan memberikan arahan terhadap masalah-masalah
penelitian yang peneliti kemukakan.
2. Audit trail, biasanya dilakukan untuk mengaudit catatan, maka dapat
diperiksa kesalahan-kesalahan di dalam metode atau prosedur yang
dipakai peneliti, dan di dalam pengambilan kesimpulan.
104
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rhineka Cipta, 2013, h.211. 105
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindak Kelas, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009,
h. 168
88
I. Analisis Data
Data yang terkumpul tidak akan bermakna tanpa dianalisis, yakni diolah dan
diinterpretasikan. Menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan
menginterpretasikan data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi
sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan
tujuan penelitian. Tehnik analisis data pada penelitian tindakan kelas ini
menggunakan tehnik analisis kualitatif dan tehnik analisis kuantitatif.
1. Analisis data kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan tekhnik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi) dan dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh.
Penelitian terus menerus mengakibatkan variasi data yang tinggi sekali.106
Dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama proses
dilapangan, bersamaan dengan pengumpulan data. Jika dirasa jawaban
yang diwawancarai belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan
pertanyaan lagi sampai tahap tertentu hingga data yang dianggap
kredible.107
Gambar 3.2
Komponen dalam analisis data model Miles and Huberman
106
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.
243 107
Ibid., h. 246
89
Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui setelah peneliti melakukan
pengumpulan data maka peneliti melakukan antisipatory sebelum
melakukan reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan
polanya.
2. Analisis data kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan
hasil belajar siswa sebagai pengaruh setiap tindakan yang dilakukan. Teknik
analisis data kuantitatif diperoleh melalui tes lisan yang dilaksanakan.
Proses analisis diarahkan untuk mengumpulkan informasi, kemudian
dianalisis dengan menghitung skor rata-rata kemampuan mengenal bentuk
geometri dari Pratindakan an, Siklus I, dan Siklus II kemudian dibandingkan
untuk dilihat peningkatannya. Membandingkan jumlah skor yang diperoleh
dengan skor ideal dalam kelas dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai
berikut108
:
108
Desy Wahyu Rustiyanti, Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui
Permainan Dakon Geometri Pada Anak Kelompok A Di Tk Arum Puspita Triharjo Pandak
Bantul, Skripsi pada Universitas Negri Yogyakarta, Yogyakarta, 2014.
90
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. DEKSRIPSI
1. Deskripsi Umum
Sekolah Hikari dibangun ditengah-tengah Desa keranggan, berdekatan
dengan Perumahan Citra Prima Serpong. Untuk menjamin mutu pendidikan,
pemantauan pelaksanaannya dilakukan oleh beberapa tenaga ahli pendidikan dari
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Faculty of Human Develompent University of Toyama Japan, Indonesia
Education Promoting Foundation (IEPF) Jepang.
Taman kanak-kanak Hikari merupakan Satuan PAUD yang di kelola oleh
Yayasan Semarak Pendidikan Indonesia, telah memiliki izin operasional dari
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan Nomor : 800/3601-
Dispen/2011. TK Hikari menggunakan pembelajaran sentra yaitu sentra
persiapan, sentra balok, sentra seni, sentra bermain peran dan sentra imtaq. Secara
umum fasilitas gedung dan peralatan penunjang kegiatan sekolah di PAUD ini
cukup memadai ada 2 ruang kelas yang dibatasi rak buku, perpustakaan, 4 kamar
mandi, halaman yang luas, musholla, dan ruang administrasi.
Gambar 4.1
Kondisi TK Hikari
91
Berikut ini merupakan daftar jumlah siswa di TK Hikari pada Tahun 2018/2019
yaitu :
Tabel 4.1
Jumlah Siswa TK Hikari 2018/2019
Tabel 4.2
Daftar Tenaga Pengajar TK Hikari Tahun 2018/2019
Kelompok Jumlah Siswa Total
Laki-Laki Perempuan
A 4 8 12
B.1 5 8 13
B.2 5 6 11
B.3 6 3 9
JUMLAH 20 25 45
No Nama Kelas Mengajar
1 Dr. Fadhilah Hasyim Ketua Yayasan Semarak
Pendidikan Indonesia
2 Siti Nawangsari, S.Pd Kepala Sekolah
3 Vina Vebriani Admin
4 Anti Ma’rifah Kelompok A
5 Linda Handayani, S.Pd Kelompok B.1
5 Rosidah Kelompok B.2
6 Ainida Yasinta Kelompok B.3
92
2. Deskripsi khusus
a. Deskripsi Data dan Pra Penelitian (Pra Siklus)
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melihat-lihat keadaan dan
kondisi yang terjadi di TK tersebut. Tampak biasa seperti TK pada
umumnya, mulai dari penyambutan saat pagi hari, berbaris hingga circle
time, hingga memasuki sentra. Akhirnya peneliti menemukan subjek
penelitian yang dimana terdapat permasalahan di dalam kondisi/keadaan
tersebut yang sangat penting untuk di tingkatkan. Sampel penelitian yakni
anak usia 4-5 tahun tahun yang dijadikan sebagai target dalam penelitian
tindakan ini. Peneliti memulai penelitian pada kelompok A yang
berjumlah sebanyak 12 anak. Berikut sampel anak yang dijadikan subjek
penelitian :
Tabel 4.3
Data Sampel Anak
NO NAMA ANAK USIA
1. AC 5 Tahun
2. AL 5 Tahun
3. AY 5 Tahun
4. BT 5 Tahun
5. DN 5 Tahun
6. IB 5 Tahun
7. KN 5 Tahun
8. RJ 5 Tahun
9. RY 5 Tahun
10. SH 5 Tahun
11. SY 5 Tahun
12. VN 5 Tahun
Data yang diambil terkait dengan kemampuan mengenal geometri
melalui permainan konstruktif pada kelompok A diperoleh dengan
melakukan pra tindakan an. Pada pra tindakan tersebut ini peneliti
93
mengumpulkan informasi dan pengumpulan data anak melalui
dokumentasi dan observasi langsung kepada guru sentra balok dan
persiapan. Kegiatan observasi dilakukan dalam 2 hari yaitu pada tanggal
31 Juli dan 1 Agustus 2018. Dibantu oleh guru sentra balok, peneliti
melakukan kolaboratif untuk melakukan assesmen untuk awal melakukan
tindakan untuk kemampuan kognitif mengenal bentuk geometri yang
dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2018 dikarenakan ada kegiatan-
kegiatan dari program sekolah yang sedang berlangsung.
Kegiatan pra-tindakan ini dilakukan menggunakan instrumen
observasi untuk mengukur kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk
geometri dengan 17 pernyataan yang terkait dengan kemampuan tersebut.
Terdapat empat skala penilaian yang memperhatikan butir deskriptor
dalam penilaian yang akan di berikan, untuk skor 4 apabila semua
deskriptor nampak , jika 2 skor yang nampak dalam penelitian maka
mendapat skor 3, selanjutnya jika descriptor yang nampak hanya 1 maka
mendapat skor 2, ketika dalam pengembangan tidak ada descriptor yang
nampak maka anak mendapat skor 1.
Peneliti melakukan observasi pra penelitian dikelompok A selama
2 hari yaitu pada hari selasa dan rabu ketika kelompok A berada pada
sentra balok dan sentra persiapan. Peneliti menilai kemampuan kognitif
dalam mengenal bentuk geometri tersebut dengan butir instrumen yang
telah dibuat. Dalam penentuan keberhasilan penelitian berpatokan pada
aturan skor yang berbobot rendah 1 dan bobot tinggi 4.
1) Hasil Pertama Observasi
Sebelum melakukan observasi peneliti meminta izin kepada kepala
sekolah terlebih dahulu. Pagi hari pertama observasi peneliti mengamati dari
anak-anak datang hingga pulang sekolah. Anak-anak datang dan bersalaman
dengan semua guru lalu anak menyimpan tasnya di belakang kursinya. Saat
berbaris yang dipimpin oleh ibu ND, semua anak berbaris dan guru yang lain
membantu merapikan anak-anak. Setelah baris anak masuk ke dalam kelas dan
duduk circle time menyanyikan lagu-lagu anak lalu berdoa sebelum belajar.
94
Setelah itu anak-anak menuju sentra masing-masing. Pada kelompok A langsung
menuju kelas sentra balok dengan guru sentra balok yaitu bu LD. Saat sudah
berada di sentra balok anak semua duduk, bu LD bercakap-cakap tentang tema,
bernyanyi sesuai tema, menjelaskan aturan bermain dan juga tentang kegiatan
yang akan dilakukan hari ini di sentra balok. Sebelumnya bu LD hanya
menggunakan gambar untuk menjelaskan bentuk-bentuk geometri dan hanya
memberi tahu bentuk bangunan yang akan dibuat tanpa memberi contoh ataupun
memberi dukungan dengan gambar. Anak-anak mulai mengambil balok, dan
mulai menyusun balok menjadi sebuah bangunan. Banyak anak yang mengambil
balok belum mengikuti aturan dan bermain belum mengikuti aturan seperti
membuat bangunan yang sesuai kemauan mereka. Setelah jadi bangunannya anak
ditanya oleh bu LD tentang bangunan yang dibuat. Kurang lebih 45 menit
bermain balok, anak-anak merapikan bangunan. Banyak anak yang belum
menyadari tentang merapikan balok, mengembalikan balok belum sesuai dengan
tempatnya. Tetapi sudah yang mengembalikan balok sesuai dan mengingatkan
temannya. Setelah merapikan balok, lalu anak-anak berkumpul lagi membentuk
lingkaran dan bu Linda menanyakan kembali tentang tema hari dan bangunan
yang telah di buat hari ini.
Setelah selesai sentra anak-anak cuci tangan lalu makan. Setelah makan
anak-anak mengerjakan pengayaan yang diberikan wali kelas. Sebelum pulang
anak ditanyakan kembali tentang kegiatan hari ini dan perasaan selama belajar.
Anak-anak antusias dan senang terhadap kegiatan hari ini.
2) Hasil kedua Observasi
Hari kedua observasi peneliti melihat kegiatan dari pagi hingga pulang
sekolah. anak-anak datang lalu bersalaman dengan semua guru lalu meletakkan
tasnya dibelakang kursinya masing-masing. Ada yang main di playground dan ada
yang bermain di halaman sekolah. suara tamborin sudah dibunyikan tanda sudah
masuk, anak-anak bergegas berbaris di depan kelas menurut kelompoknya
masing-masing. Barisan di pimpin oleh bu Nida. Bernyanyi saat berbaris lalu
anak-anak masuk kelas secara bergantian dengan meletakkan sepatu mereka
dengan disusun rapi didepan kelas. Anak-anak duduk melingkar dan bernanyi
95
bersama bu nida dengan riang dan dilanjutkan dengan berdoa sebelum belajar.
Setelah berdoa anak-anak masuk ke sentra masing-masing. Kelompok A masuk
ke sentra persiapan bersama bu Rosi. Anak-anak duduk melingkar, bernyanyi
sesuai tema dan menanyakan tema minggu ini. Setelah bernanyi, bu rosi
mengabsen semua anak dengan memanggil namanya. Kemudian bu Rosi
menjelaskan tentang tema minggu ini dan tugas hari ini, untuk tugas pertama anak
menulis huruf “1”, tugas kedua anak meniru angka “a” tugas ketiga menyusun
kepingan geometri menjadi sebuah bentuk. Ketika menyusun kepingan geometri
anak menyusun sesuai dengan imajinasinya. ada yang menyusun menjadi robot,
ada yang menyusun menjadi rumah dan ada yang disusun kesamping.
Sebelumnya belum ada contoh cara menyusunnya jadi anak-anak langsung
membuat sesuai dengan imanjinasi mereka. Saat menyusun kepingan geometri
ada yang menyusunnya sendiri dan ada yang menyusunnya secara bersama-sama.
Setelah kegiatan sentra anak-anak cuci tangan lalu bersiap untuk makan.
Sebelum makan berdoa terlebih dahulu. Lalu anak-anak berkumpul lagi untuk
berdoa sesudah makan. Anak-anak tidak pengayaan pada hari ini, jadi anak-anak
bebas main, ada yang bermain lego, masak-masakan, maze, dan lain sebagainya.
Sampai saatnya pulang, anak-anak kumpul membentuk lingkaran lagi dan guru
bertanya perasaan dan kesan hari ini. Anak-anak menjawab senang dan
menyenangkan.
Gambar 4.2
Observasi pra penelitian
96
b. Analisis Gambaran Awal Pembelajaran Di Kelompok A
Berdasarkan gambaran pembelajaran sebagaimana diuraikan pada
deskripsi tersebut diatas, pembelajaran dalam mengenal geometri kurang
menarik sehingga anak tidak mengikuti aturan dalam menyusun maupun
membangun bangunan yang diinginkan oleh guru sentra tersebut.
Diperoleh gambaran umum bahwa pengembangan kemampuan kognitif
dalam mengenal bentuk geometri perlu ditingkatkan dengan menggunakan
permainan konstruktif agar pembelajaran semakin menyenangkan dan
anak lebih termotivasi dalam melakukan kegiatan yang sudah
direncanakan oleh guru. Hasil observasi terkait dengan pembelajaran
dalam mengenal bentuk geometri yang dilakukan di kelompok A, maka
dapat diperoleh kesimpulan bahwasannya kemampuan anak dalam
mengenal bentuk perlu ditingkatkan dengan memberikan tindakan berupa
permainan konstruktif sesuai dengan perkembangan anak.
c. Refleksi Gambaran Awal Pembelajaran
Berdasarkan hasil analisis gambaran awal pembelajaran terlihat masih
banyak yang perlu diadakannya perbaikan untuk meningkatkan
kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk goemetri. Program
pembelajaran untuk meningkatkan pembelajaran yang dilakukan antara
lain membuat permainan yang menggunakan bentuk geometri menjadi
lebih mudah dan menyenangkan untuk anak lakukan sehingga anak selalu
melihat, menyebut, dan menggunakan bentuk tersebut untuk menyusun
atau bahkan membangun bangunan. Dalam mengetahui kondisi
kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk geometri, peneliti melakukan
observasi berdasarkan instrumen yang telah dibuat dan divalidasi oleh
pakar. Pengamatan dilakukan oleh guru dan peneliti pada saat kegiatan
pembelajaran di dalam kelas.
Berdasarkan hasil observasi dan pengumpulan data pra tindakan
yang dilakukan pada kelompok A yang berjumlah 12 orang, maka hasil
kemampuan kognitif anak dalam mengenal bentuk geometri anak
kelompok A TK Hikari adalah sebagai berikut :
97
Tabel 4.4
Data Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Bentuk Geometri Pra-
Tindakan an
NO SUBYEK SKOR %
1 AC 19 27,9
2 AL 20 29,4
3 AY 20 29,4
4 BT 22 32,3
5 DN 19 27,9
6 IB 19 27,9
7 KN 23 33,8
8 RJ 19 27,9
9 RY 21 30,8
10 SH 22 32,3
11 SY 22 32,3
12 VN 19 27,9
Jumlah 245 30,02
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masih banyak anak yang
belum berhasil dalam mengenal bentuk geometri. Total tertinggi adalah 23 dan
terendah yaitu 19. Pada diagram yang terendah ada 5 responden yang
mendapatkan skor 19 dan hanya ada 1 yang mendapatkan skor tetinggi yang
diperoleh responden 7. Dengan demikian perlu dilakukan peningkatan
kemampuan kognitif anak dalam mengenal bentuk geometri.
B. Deskripsi Data dan Hasil Intervensi Tindakan an
1. Tindakan Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Siklus 1
Tahap tindakan siklus 1 terdiri dari 6 pertemuan, setiap memulai
kegiatan anak bermain kuda bisik dengan dibisikkan 1 kata bentuk geometri.
Kegiatan anak pada siklus 1 yaitu anak hanya mencetak dan menyusun
bentuk geometri. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dapat
98
dilihat pada lampiran. Uraian proses pembelajaraan siklus 1 dijelaskan
sebagai berikut :
1) Membuat RPPH dengan mengintegrasikan penerapan permainan
konstruktif
2) Menyiapkan instrumen penilaian
3) Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera dan video
4) Menyiapkan kelas pembelajaran
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
1) Pertemuan 1/ Senin, 3 September 2018
Pembukaan :
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
meletakkan tas di belakang kursi (CL1.,P2.,K1). Ada yang bermain di
playground dan ada yang main di dalam kelas (CL2,.P1.,K2). Lalu suara
tamborin bunyi pertanda masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas,
menyanyi dan periksa kuku (CL1.,P1.,K3). Kemudian dilanjutkan masuk
ke dalam kelas melakukan circle time bersama, menyanyikan lagu
Indonesia Raya dan lagu sesuai tema lalu dilanjutkan berdoa
(CL1.,P1.,K4). Setelah itu anak-anak menuju ke sentra masing-masing.
Kelompok A masuk ke sentra Seni (CL1.,P1.,K5).
Inti :
Peneliti memulainya dengan tepuk semangat terlebih dahulu lalu
menyanyikan lagu sesuai dengan tema “Diriku” yaitu menyanyikan lagu
“aku adalah aku” lalu dilanjutkan menyanyikan lagu-lagu “berhitung”,
lagu “Menanam Jagung” (CL1.,P2,K1). Setelah itu peneliti menjelaskan
tema “diriku” yaitu bertanya dan menjelaskan ciri-ciri anak perempuan
dan anak laki-laki (CL1.,P2,K2). Tidak semua anak menjawab ada yang
dia saja, dilanjutkan dengan bermain kuda bisik (CL1.,P2,K3). Guru
membisikkan sebuah kata geometri lalu anak tersebut membisikkan
ketemannya kata pertama yang guru bisikkan adalah “persegi” ada
beberapa anak yang salah mengucapkan kata persegi tersebut
(CL1.,P2,K4).
99
Kegiatan inti dimulai dengan guru bertanya “balok ini berbentuk apa
ya ?” tidak semua anak menjawab tetapi ada yang beberapa anak yang
menjawab “persegi panjang” dilanjutkan lagi peneliti menanyakan
bentuk geometri selanjutnya sambil mengangkat bentuk baloknya “ini
bentuknya apa ya?” ada sebagian anak yang menjawab “bulat”, AL
menjawab “persegi bulat”, terdengar SY mengatakan “masa persegi bulat
si” (CL1.,P3,K1). Lanjut ke pertanyaan ketiga yang peneliti tanyakan
“yang ini bentuknya apa ya?” ada yang menjawab “persegi kotak” dan
peneliti bertanya pada IB, dia terlihat bingung sehingga ia menjawab
“kotak” (CL1.,P3,K2). Selanjutnya peneliti menjelaskan kegiatan yang
akan dilakukan dan memberi tahu aturan permainannya “kalau anak-anak
mengambil baloknya banyak membereskannya harus banyak oke? Nanti
yang paling banyak merapikan bu guru kasih stempel” anak-anak
mengatakan “oke bu” (CL1.,P3,K3).
Kegiatan bermain balok berjalan dengan baik walaupun masih ada
yang pindah - pindah kelompoknya (CL1.,P4,K1). Hari ini menyusun
balok ke samping dan sebagian anak sudah ada yang bisa menyusun
balok ke samping sesuai dengan perintah guru seperti SY, SH, AY, KN,
dan DN (CL1.,P4,K2). Peneliti mengatakan “bermainnya sudah selesai,
waktunya beres-beres” lalu AL teriak “temen-temen beres-beres
sekarang” setelah permainan selesai ada beberapa anak yang mau
merapikan dan ada tidak mau merapikan dan hanya berdiri di dekat loker
balok (CL1.,P4,K3). VN dan AY yang tidak mengetahui tempat balok
tersebut dan bertanya “bu guru ini tempatnya dimana?” peneliti
menjawab “ini diloker merah AY” (CL1.,P4,K4).
Penutup :
Anak-anak duduk kembali melingkar di karpet, lalu peneliti bertanya
kembali apa saja yang telah dibuat dengan balok, SY, BT, dan AY
menjawab “bermain balok menyusun balok ke samping” lalu peneliti
menanyakan perasaan selama hari ini anak-anak serempak menjawab
“senang” (CL1.,P5,K1). Peneliti memberikan stempel untuk yang paling
100
banyak membereskan yaitu BT dan AY (CL1.,P5,K2). Kemudian
bernyanyi sebelum pulang dan mulai berdoa sesudah belajar
(CL1.,P5,K2).
Gambar 4.3
Permainan konstrukif balok
2) Pertemuan 2/ Selasa, 4 September 2018
Pembukaan :
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
meletakkan tas di belakang kursi (CL2.,P1,K1).. Ada yang bermain di
playground dan ada yang main di dalam kelas (CL2.,P1,K2). Lalu suara
tamborin bunyi pertanda masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas,
berbaris di pimpin oleh bu RS (CL2.,P1,K2). Lalu anak-anak melakukan
circle time, bernyanyi sesuai tema dilanjutkan berdoa (CL2.,P1,K3).
Kemudian anak masuk ke kelas sentra balok (CL2.,P1,K4).
Inti :
Peneliti memulai dengan bernyanyi “Matamu yang mungil” dan lagu
“Menanam Jagung” semua anak ikut bernyanyi (CL2.,P2,K1). Kemudian
peneliti membuat kereta untuk mengajak anak-anak bermain kuda bisik
(CL2.,P2,K2). Di depan ada SH dan di paling belakang ada RY
(CL2.,P2,K3). Peneliti mulai memberi tahu tata cara bermain kuda bisik
kepada anak-anak (CL2.,P2,K4). Lalu peneliti berbisik kata “persegi”
dimulai dari SH berbisik ke AL dan selanjutnya, RY berada paling
belakang menebak kata apa yang di bisiki oleh IB (CL2.,P2,K3). RY
sempat berfikir kata apa yang disebut IB dan ketika peneliti
menyuruhnya mengambil balok mana yang sudah dibisiki oleh IB dan
101
RY menggambil salah RY menggambil balok segitiga (CL2.,P2,K5) .
Setelah semua peneliti tanya kesalahan berada pada AL (CL2.,P2,K6).
Kegiatan inti dimulai dari tepuk “diam”lalu semua anak duduk dan
langsung menghadap ke peneliti (CL2.,P3,K1). Peneliti memegang balok
persegi panjang dan menanyakan “ini bentuk apa?” SY menjawab
„persegi panjang bu‟ dan RY „persegi panjang‟ dan AY ,AL, AC, dan SH
menjawab „kotak‟. VN, RJ, KN sibuk bermain sendiri sementara IB
diam tidak tau (CL2.,P3,K2). Lalu peneliti melanjutkan menanyakan
“siapa yang tau perbedaan benda ini (persegi dan pesegi panjang)” lalu
SY menunjuk tangan „saya buguru tau ini panjang dan yg satu lagi
pendek‟ dan RY menujuk tangan juga „ini kotak kecil yang satu lagi
persegi panjang panjang‟ lalu peneliti langsung memberi apresiasi
dengan bertepuk tangan (CL2.,P3,K3). Kemudian peneliti menjelaskan
tata tertib bermain balok dan cara membuat pagar yaitu dengan cara
menyusun balok yang persegi panjang kesamping dan diatasnya boleh
ditambahkan hiasan (CL2.,P3,K4). Anak-anak mulai dengan mengambil
alas dan mencari teman yaitu satu alas diisi oleh tiga anak, AY terlihat
bingung saat menyusun pagar hanya menyusun balok ke samping
(CL2.,P3,K5). RY mencoba buat gapura dengan balok persegi panjang
ketika peneliti tanya “kamu balok apa aja?” RY menjawab “ini aku ambil
balok persegi panjang bu guru ada 2” (CL2.,P3,K6), sementara SH
membuat pagar dengan balok tabung yang kecil dan persegi panjang
diatasnya, peneliti menanyakan „pagar SH mana?‟ SH menjawab „ini
pagar SH‟ “ada bentuk apa saja ini?” SH menjawab “ini bentuk bulat
panjang sama persegi panjang bu guru” peneliti langsung memberi tahu
nama bentuk balok tersebut (CL2.,P3,K7). Setelah semua membuat
akhirnya waktunya membereskan yang paling banyak membereskan ada
SH, AY, AL (CL2.,P3,K8).
Penutup :
Setelah membereskan waktunya untuk bersiap pulang. Peneliti
menanyakan kegiatan hari ini lalu sambil menanyakan kepada AY, IB,
102
dan RY benda-benda yang bentuk seperti persegi (CL2.,P4,K1). Mereka
menunjuk dan tidak menyebutkan nama benda tersebut (CL2.,P4,K2).
Berbeda dengan AL dan BT mereka menunjuk seraya mengatakan nama
benda tersebut (CL2.,P4,K3). Peneliti menanyakan “tadi kita telah
membuat apa hari ini dengan balok?” anak-anak menjawah “pagar”
(CL2.,P4,K4). Peneliti memberikan stempel untuk yang paling banyak
membereskan mainannya yaitu SH dan SY lalu peneliti menanyakan
perasaan hari ini dan mereka serempak menjawab “senang” lalu berdoa
pulang (CL2.,P4,K5).
Gambar 4.4
Penggunaan Permainan Konstruktif Balok
3) Pertemuan 3/ Rabu, 5 September 2018
Pembukaan :
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi (CL3.,P1,K1). Ada yang bermain di
playground dan ada yang main di dalam kelas (CL3.,P1,K2). Lalu suara
tamborin bunyi pertanda masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas,
menyanyi yang masih dipimpin oleh bu RS (CL3.,P1,K3).. Kemudian
dilanjutkan masuk ke dalam kelas melakukan circle time bersama
menyanyikan lagu “good morning” dan lagu sesuai tema. Lalu anak
masuk ke kelas sentra persiapan (CL3.,P1,K1).
Inti :
Peneliti memulai dengan bernyanyi “matamu yang mungil”
dilanjutkan dengan bernyanyi “menanam jagung” dan “satu dua tiga”
semua anak ikut bernyanyi (CL3.,P2,K1). Peneliti menanyakan tentang
103
tema yang sudah dijelaskan oleh guru sentra (CL3.,P2,K2). Kemudian
peneliti mengajak anak untuk berdiri dan membuat kereta untuk bermain
kuda bisik (CL3.,P2,K3). Yang didepan ada SH, ketika semua sudah siap
semua peneliti langsung membisikkan kata “segitiga” dan SH langsung
berbisik ke AL dan seterusnya sampai yang terakhir ada RJ. Peneliti
menanyakan kepada RJ kata apa yang dibisikkan IB, RJ menjawab “aku
tidak tau” (CL3.,P2,K5). ketika peneliti tanya kesalahan pada AC yang
berbisik tidak sesuai(CL3.,P2,K6).
Kegiatan inti dimulai dengan peneliti menanyakan benda yang
peneliti pegang yaitu “lingkaran” AC ,AL, IB, DN menjawab “budaran”
BT dan SH menjawab “Bulat” KN dan RY menjawab “Lingkaran”
(CL3.,P3,K1). kemudian peneliti menunjukkan gambar untuk menyusun
puzzle (CL3.,P3,K2). Peneliti mengatakan “bu guru punya gambar ini
nanti anak-anak menyusun bentuk ini ya, nanti dicari kepingan
geometrinya yang sama untuk membuat menjadi bentuk persegi, persegi
panjang, persegi lima dan ada bentuk laying-layang, bisa?” dan DN, KN,
AL, dan SH mengatakan “aku tidak bisa bu” RY, BT, SY langsung
antusias melihat contoh yang peneliti contohkan (CL3.,P3,K3).
Peneliti mulai mempersilahkan anak-anak menyusun kepingan
geometri menjadi sebuah bentuk (CL3.,P4,K1). DN dan RY menyusun
bentuk segitiga dan persegi sedangkan BT menyusun sendiri bukan
sesuai dengan gambar (CL3.,P4,K2). KN tampak yakin bisa menyusun
persegi dengan dua segitiga yang disatukan (CL3.,P4,K3). Sedangkan SH
menyusun persegi dengan 4 bentuk segitiga dan menyusun layang-layang
dengan 4 bentuk jajargenjang (CL3.,P4,K4). VN menyusun layang-
layang dengan 4 bentuk jajar genjang dengan bantuan motivasi dari
peneliti (CL3.,P4,K5). VN tampak senang karena bisa menyelesaikan
puzzle tersebut “bu Vina bisa ya” katanya (CL3.,P4,K6).
Setelah itu, anak-anak duduk di tempatnya masing-masing untuk
menggambar bentuk geometri menjadi sebuah gambar yang sebelumnya
peneliti mencontohkan sebuah gambar (CL3.,P5,K1). SH dan SY
104
membuat gunung menggunakan 2 segitiga dan lingkaran sama seperti
yang peneliti contohkan, AY juga menggambar menggunakan rumah
menggunakan segitiga dan lingkaran “bu guru aku mau gambar orang
boleh ya” peneliti menjawab “iya boleh” (CL3.,P5,K2). DN dan IB
menggambar rumah hanya mengambil segitiga untuk menggunakan atap
(CL3.,P5,K3). Sedangkan BT menggambar hanya menggambar bentuk
dua buah lingkaran sebagai matahari untuk keduanya, juga menggambar
persegi panjang untuk membuat gedung dan AL menggambar pohon
menggunakan bentuk jajar genjang (CL3.,P5,K4).
Penutup :
Setelah membereskan semua mainan, peneliti mengajak duduk
melingkar dan menanyakan kembali tentang tema dan kegiatan
menyusun kepingan geometri “siapa yang ingat tadi menyusun kepingan
geometrinya bentuk apa saja?” RY mengatakan “persegi segitiga persegi
panjang bu” KN dan BT menjawab “ persegi dan segitiga” peneliti
mengatakan “iya pintar, ada persegi, segitiga, layang-layang, persegi
lima dan persegi panjang” (CL3.,P6,K1). Peneliti memberikan stempel
untuk yang paling banyak membereskan mainannya yaitu KN dan IB,
setelah itu bernyanyi sebelum pulang dan berdoa sebelum pulang
(CL3.,P6,K2).
Gambar 4.5
Penggunaan Permainan Konstruktif Kepingan Geometri
105
4) Pertemuan 4/ Senin, 10 September 2018
Pembukaan :
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi (CL4.,P1,K1). Ada yang bermain di
playground dan ada yang main di dalam kelas (CL4.,P1,K2). Lalu suara
tamborin bunyi pertanda masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas
yang dipimpin oleh bu LD, menyanyi dan periksa kuku (CL4.,P1,K3).
Kemudian dilanjutkan masuk ke dalam kelas melakukan circle time
bersama, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu sesuai tema lalu
dilanjutkan berdoa (CL4.,P1,K4). Setelah itu anak-anak menuju ke sentra
seni (CL4.,P1,K5).
Inti :
Peneliti memulai dengan bernyanyi lagu “daddy fingers” dan lagu
*Bunda piara* dilanjutkan bermain kuda bisik dengan menggunakan kata
“lingkaran” (CL4.,P2.,K1). kuda bisik dimulai dari AL dan berakhir di
SY ketika peneliti tanya kata apa yang disikkan SY menjawab benar
yaitu “lingkaran” (CL4.,P2.,K2). Peneliti mulai berdiskusi tentang cara
menyusun balok ke atas, anak-anak memperhatikan contoh yang
diberikan dan anak-anak mendengarkan aturan permainan “ambil
baloknya hanya lima ya anak-anak nanti disusun ke atas, ambilnya dua
dua agar tidak jatuh dan kena kaki anak, oke?” anak-anak menjawab
“oke bu” (CL4.,P2.,K3).
Kegiatan bermain balok mulai dengan anak-anak mengambil alas
untuk bermain, RJ tidak mau ikut bermain RJ mengatakan “aku gak mau
main bu, aku gabisa bikinnya” AL, BT dan VN membangun dialas yang
sama berwarna merah (CL4.,P3.,K1). AC, SY, SH, dan KN membangun
di alas yang sama berwarna oren. IB, AY, dan RJ membangun di alas
berwarna oren, sedangkan RY dan DN membangun di alas merah biru
(CL4.,P3.,K2). Peneliti bertanya kepada RY “tadi kamu ngambil
baloknya berapa?” RY menjawab “10 bu guru” “kalau DN?” tanya
peneliti kepada DN “5 bu guru” “kalau kamu?” tanya ke KN “5 bu guru”
106
kata KN (CL4.,P3.,K3). Setelah itu peneliti bertanya juga ke alea “tadi
alea ambil baloknya berapa?” AL menghitung dan mejawab “15 bu guru”
“kalau beth?” tanya peneliti lagi “aku ambilnya 4 bu guru” jawab BT.
Peneliti lanjut menanyakan ke AC balok yang diambil dan AC menjawab
“aku ambil 5 bu guru” “coba dihitung apakah benar 5” kata peneliti, AC
menghitung dan langsung tersenyum seraya berkata “iya tadi aku ambil
udh 5 bu guru” (CL4.,P3.,K4). Waktu bermain sudah selesai anak-anak
mulai merapikan balok, semua anak bergotong royong merapikan, anak-
anak sudah merapikan sesuai dengan bentuknya walaupun ada beberapa
anak seperti RJ dan DN yang masih lupa (CL4.,P3.,K5).
Penutup :
Semua balok sudah dibereskan, peneliti mengajak duduk melingkar,
serta menanyakan kembali terkait tema yang sudah dijelaskan oleh guru
sentra dan perasaan hari ini anak-anak menjawab “senang”. Peneliti
memberikan stempel untuk yang paling banyak membereskan mainannya
yaitu AC dan AL, Lalu bernyanyi dan berdoa pulang (CL4.,P4.,K1).
Gambar 4.6
Pengunaan Permainan Konstruktif Balok
5) Pertemuan 5/ Selasa, 11 September 2018
Pembukaan :
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi (CL5.,P1.,K1). Ada yang bermain di
playground dan ada yang main di dalam kelas (CL5.,P1.,K2). Lalu
107
suara tamborin bunyi pertanda masuk lalu anak-anak berbaris di depan
kelas, baris di pimpin oleh bu LD (CL5.,P1.,K3). Menyanyi dilanjutkan
di dalam di dalam kelas, anak-anak duduk melingkar dan menyanyikan
lagu “Good Morning” dan lagu sesuai tema dilanjutkan dengan berdoa
sebelum belajar.kemudian anak-anak masuk ke sentra balok
(CL5.,P1.,K4).
Inti :
Peneliti memulai dengan bernyanyi lagu “Satu-Satu Aku Sayang
Ibu” dilanjutkan bermain kuda bisik dengan menggunakan kata “persegi”
(CL5.,P2.,K1). Setelah itu, Peneliti mulai berdiskusi tentang persegi
“siapa yang tau, benda apa yang berbentuk seperti persegi” BT dan RY
langsung bangun dan menunjuk kaca yang berbentuk persegi “ini bu
yang berbentuk persegi” IB menjawab “bu yang diatas pintu berbentuk
persegi” SY “tempat duduk bu bentuknya sama” (CL5.,P2.,K2). Setelah
itu peneliti mencontohkan cara mencetak menjadi bentuk persegi dengan
playdough (CL5.,P2.,K3). KN berkata “bu aku tidak bisa” AL, DN, dan
AC juga berkata “iya bu aku tidak bisa” tapi berbeda dengan lain AY dan
RY mengatakan “bu aku bisa” (CL5.,P2.,K4).
Kegiatan mencetak dimulai anak-anak mengambil alas terlebih
dahulu dan mengabil play dough lalu mengambil kepingan geometri
untuk mencetak bentuk (CL5.,P3.,K1). Al “bu bisa bantu aku? Aku tidak
bisa” peneliti menjawab “bisa kamu ambil terus di lebarkan dengan
ditekan lalu letakkan bentuk persegi itu diatasnya kemudian pisahkan
bagian yang tidak tertutupi kepingan geometri ini (CL5.,P3.,K2). Ayo
coba lakukan” lalu AY mengatakan “bu seperti ini kan” peneliti
menjawab “iya benar ini bentuk apa?” AY menjawab “persegi” lalu BT
mengatakan “bu seperti ini?” peneliti menjawab “ iya seperti ini, ini
bentuk apa?” BT menjawab “bentuk persegi” SH mengatakan “bu susah,
seperti ini bukan bentuknya” peneliti menjawab “iya ini sudah mendekati
tidak apa-apa, ini bentuk apa namanya?” SH menjawab “persegi bu” lalu
terlihat rayyan sedang konsentrasi mencetak bentuknya “rayyan ini
108
sudah? Ini bentuk apa?” RY “bentuk persegi empat” (CL5.,P3.,K3).
Peneliti mengatakan “waktunya beres-beres” dan semua anak sibuk
membereskan Playdough mereka (CL5.,P3.,K4).
Penutup :
Setelah semua mencoba membuat waktunya beres-beres kelas
Karena sudah mau pulangc(CL5.,P4.,K1).. Dan anak-anak mulai
membereskan dan peneliti mulai duduk melingkar untuk menanyakan
kembali kegiatan hari ini dan perasaan hari ini. Semua anak menjawab
sangat senang hari ini (CL5.,P4.,K2). Peneliti memberikan stempel untuk
yang paling banyak membereskan mainannya yaitu RY dan AY, lalu
mulai berdoa pulang (CL5.,P4.,K3).
Gambar 4.7
Penggunaan Permainan Konstruktif Playdough
6) Pertemuan 6/ Rabu, 12 September 2018
Pembukaan :
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi (CL6.,P1.,K1). Ada yang bermain di
playground dan ada yang main di dalam kelas. Lalu suara tamborin bunyi
pertanda masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas, baris di pimpin
oleh bu LD (CL6.,P1.,K2). Menyanyi dilanjutkan di dalam di dalam
kelas, anak-anak duduk melingkar dan menyanyikan lagu “Good
109
Morning” dan lagu sesuai tema dilanjutkan dengan berdoa sebelum
belajar. Kemudian anak-anak masuk ke sentra persiapan (CL6.,P1.,K3).
Inti :
Peneliti memulai dengan bernyanyi lagu “sentuhan boleh” dan lagu
“Ibu dan Ayah” dilanjutkan bermain kuda bisik dengan menggunakan
kata “segitiga” (CL6.,P2.,K1). Peneliti mulai berdiskusi tentang cara
mencetak bentuk segitiga dengan mengambil bentuk segitiga pada
kepingan geometri (CL6.,P2.,K2). Lalu peneliti menanyakan “benda apa
saja yang berbentuk seperti bentuk segitiga?” RJ dan AL langsung
menunjuk ke kaca yang berbentuk segitiga (CL6.,P2.,K3). Semua anak
mencari apa saja yang berbentuk seperti segitiga yang ada didalam kelas
(CL6.,P2.,K4). KN membentuk segitiga dari jari tangan “ini bu segitiga”
BT dan DN juga membentuk segitiga dari jari tangan (CL6.,P2.,K4).
Kegiatan mencetak bentuk dari playdough dimulai anak mengambil
alas dan playdough lalu menggambil kepingan geometri berbentuk
segitiga (CL6.,P3.,K1). Semua anak mencetak bentuk segitiga dan yang
pertama selesai mencetak ada RY dan berkata “bu aku bisa bikin
segitiga” dan langsung menghampiri kaca yang berbentuk segitiga dan
menempelkannya ke kaca tersebut dan berkata “bu ini segitiganya sama
ya” peneliti memuji RY (CL6.,P3.,K2). DN mencetak segitiganya dengan
gembira walaupun segitiganya cukup mirip dengan aslinya. SY juga
membuat segitiga yang hampir menyerupai bentuk segitga
(CL6.,P3.,K3). SH, RJ dan BT juga membuat yang hampir menyerupai
bentuk segitiga (CL6.,P3.,K4). Peneliti menanyakan kepada RJ “ini
mencetak bentuk apa?” RJ dengan suara kecilnya dan dibantu untuk
menjawab “segitiga” (CL6.,P3.,K5).
Penutup :
Setelah semua mencoba membuat waktunya beres-beres kelas
Karena sudah mau pulang (CL6.,P4.,K1). Dan anak-anak mulai
membereskan dan peneliti mulai duduk melingkar untuk menanyakan
kembali kegiatan hari ini dan perasaan hari ini. Semua anak menjawab
110
sangat senang hari ini (CL6.,P3.,K2). Peneliti memberikan stempel untuk
yang paling banyak membereskan mainannya yaitu DN dan SY, lalu
mulai berdoa pulang (CL5.,P4.,K3).
Gambar 4.8
Penggunaan Media Konstruktif Playdough
c. Pengamatan
Setelah melakukan perencanaan dan pelaksanaan tahap selanjutnya dari
penelitian tindakan kelas ini adalah observasi dan refleksi. Observasi
dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan yaitu ketika bermain
permainan konstruktif. Kemampuan mengenal bentuk geometri pada
kelompok A yaitu kemampuan dalam mengenal bentuk yang digunakan
anak dalam menyusun, membangun ataupun mencetak bentuk tersebut dari
pertemuan pertama hingga pertemuan ke enam diketahui bahwa
kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri mulai meningkat secara
bertahap. Hasil dari tiap tindakan menjadi dua yaitu kualitatif dan
kuantitatif.
1) Hasil pengamatan secara kualitatif
Dari hasil pengamatan selama enam kali pertemuan dapat
disimpulkan bahwa kemampuan kognitif dalam mengenal geometri
anak melalui permainan konstruktif mengalami peningkatan dari
sebelum dilakukan tindakan an. Seperti pengucapan bentuk geometri
terdapat 3 orang dalam pengucapan sudah benar, 6 anak sudah dapat
111
membedakan bentuk walapun dengan bimbingan, dan terdapat 4 orang
anak yang dapat merapikan sesuai bentuk balok.
Hal ini berbeda dengan sebelum di lakukan tindakan an, hanya ada 1
anak yang sudah mengenal bentuk geometri dan melafalkan bentuk
dengan benar walaupun terkadang dibimbing oleh guru. Terdapat 2
anak setelah bermain balok merapikan sesuai dengan bentuknya,
biasanya teman yang lainnya hanya membantu dengan mendekatkan
balok-balok tersebut dekat lemari tempat penyimpanan balok. Anak-
anak cenderung harus menunggu perintah tanpa dan tidak punya
kesadaran sendiri dalam merapihkan mainan yang telah di mainkan.
Berdasarkan deskripsi tersebut dapat dilihat bahwa ada beberapa
anak yang masih kurang dalam mengenal bentuk geometri, namun rata-
rata anak sudah mengalami peningkatan untuk proses pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas. Guru bersama dengan peneliti
melakukan pengamatan terhadap kegiatan dari awal sampai dengan
akhir kegiatan.
2) Hasil Pengamatan Secara Kuantitatif
Hasil pengamatan secara kuantitatif kemampuan kognitif dalam
mengenal bentuk geometri pada kelompok A pada akhir siklus yaitu
sebagai berikut:
112
Tabel 4.5
Data Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Bentuk Geometri Melalui
Permainan Konstruktif Siklus I
NO NAMA
Skor
pratindakan
an
% Skor
Siklus 1 %
Kenaikan
Skor
Kenaikan
%
1 AC 19 27,9 31 45,5 12 17,6
2 AL 20 29,4 33 48,5 13 19,1
3 AY 20 29,4 32 47,0 12 17,6
4 BT 22 32,3 33 48,5 11 16,1
5 DN 19 27,9 28 41,1 9 13,2
6 IB 19 27,9 26 38,2 7 10,2
7 KN 23 33,8 36 52,9 13 19,1
8 RJ 19 27,9 25 36,7 6 8,8
9 RY 21 30,8 34 50 13 19,1
10 SH 22 32,3 32 47,0 10 14,7
11 SY 22 32,3 36 52,9 14 20,5
12 VN 19 27,9 23 33,8 4 5,8
Jumlah 245 30,02 369 45,22 124 14,02
Hasil tabel di atas, diketahui kemampuan kognitif dalam mengenal
bentuk geometri pada kelompok A mengalami peningkatan. Skor total
semua anak sebelum dilakukan tindakan berjumlah 24 dengan rata-rata
persentase skor adalah 30,02% namun setelah dilakukannya tindakan
pada siklus 1 skor kemampuan membaca permulaan anak menjadi 369
dengan rata-rata presentase kemampuan anak adalah 45,22%. Kenaikan
skor sebelum tindakan sampai pada siklus 1 mencapai 124 dengan rata-
rata presentase 14,02%.
d. Refleksi
Tahapan refleksi peneliti bersama dengan kolaborator melakukan
evaluasi dan mendiskusikan hasil pengamatan terhadap tindakan yang telah
dilaksanakan, berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 1 maka dapat
dibuat analisis sebagai berikut:
113
Kelebihan yang ditemukan dalam siklus I ini adalah anak melakukan
kegiatan dengan sesuai instruksi guru, kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana, dan akhir kegiatan pembelajaran guru memberikan stempel
kepada siswa sebagai motivasi siswa untuk melakukan yang lebih baik
sehingga siswa termotivasi melakukan yang terbaik. Pelaksanaan proses
pembelajaran siklus I, masih terdapat banyak kekurangan dalam setiap
pertemuan. Beberapa situasi yang terjadi pada proses pembelajaran untuk
menerapkan permainan konstruktif dalam mengenal bentuk geometri yang
harus di perbaiki untuk siklus II diantaranya guru tidak menjelaskan dan
memberi contoh yang kongkrit kepada siswa, guru tidak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, alokasi waktu yang dilaksanakan
kurang maksimal, dan pembagian kelompok alas anak ketika bermain balok
secara acak sehingga ada anak yang tidak memiliki kelompok alas.
Perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II yaitu guru akan
menjelaskan dan memberi contoh kongkrit kepada siswa, guru memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya, mengatur alokasi waktu agar tercapai
semua kegiatan, dan pembagian kelompok yang merata agar anak semua
mendapatkan alas untuk bermain. Hasil yang diperoleh dari enam
pertemuan dalam pelaksanaan tindakan siklus I terlihat peningkatan pada
kemampuan mengenal bentuk-bentuk geometri. Namun hasil yang diperoleh
pada Siklus I belum mencapai pada indikator yang diinginkan sehingga
diperlukan pelaksanaan Siklus II. Berdasarkan refleksi yang dilakukan,
perbaikan yang telah direncanakan akan dilakukan pada siklus II dengan
tujuan untuk memperoleh perbaikan mengenai kemampuan mengenal
bentuk geometri pada anak.
e. Hasil Wawancara Guru
Hasil wawancara siklus I ini ditunjukkan untuk guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran mengenal bentuk geometri melalui
permainan konstruktif.
114
Tabel 4.6
Hasil Wawancara Guru Siklus I
No. Butir Penjelasan
1. Bagaimana guru memilih dan
menyiapkan tempat/ruangan ?
Pada awal sebelum melakukan kegiatan
bermain ini guru harus menyiapkan
tempat maupun ruangan untuk dijadikan
pembelajaran yang nyaman untuk anak.
2. Bagaimana guru menyiapkan
peralatan dan bahan untuk
bermain?
Guru menyiapkan peralatan untuk
bermain konstruktif yaitu berupa balok,
playdough, dan kepingan geometri.
3. Bagaimana guru
mengorganisasikan anak bermain ?
Pada kegiatan ini guru membagikan
kelompok agar adil secara merata.
4. Bagaimana guru mengatur
efektifitas waktu ?
Guru mengatur mengatur durasi waktu
bermain anak. Setelah bercakap-cakap
sampai anak bermain dan selesai bermain.
5. Bagaimana guru menyampaikan
informasi tentang aturan-aturan ?
Sebelum melakukan bermain konstruktif
guru menjelaskan aturan bermain dan juga
cara bermainnya.
6. Bagaimana guru melihat dan
mendengar apa saja yang dikatakan
anak ?
Guru mengamati dan mendengar yang
dilakukan anak dari awal pembelajaran
sampai anak melakukan kegiatan
permainan konstruktif.
7. Bagaimana guru mengamati
gambaran tindakan anak, bahasa,
gambaran mimik, ekspresi wajah
dan kreasi
Guru mengamati tentang bahasa, mimik,
ekpresi dan kreasi yang dilakukan anak
saat bermain konstruktif satu persatu.
8. Bagaimana guru membimbing
anak bermain dan memecahkan
masalah (yang sulit diatasi) ?
Pada kegiatan bermain ini guru
membimbing anak yang belum dapat
melakukan permainan tersebut dan belum
memahami tentang yang akan dia bangun
maupun bentuk.
9. Bagaimana guru melakukan
monitoring terhadap kegiatan anak
Guru melakukan kegiatan monitoring ke
semua anak saat kegiatan berlangsung.
10. Bagaimana guru menilai proses
belajar anak ?
Guru menilai proses pembelajaran dan
menilai hasil bentuk atau bangunan anak
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti mampu
menguasai keadaan kelas, menguasai keadaan anak-anak dan mampu
meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui permainan
konstruktif. Peneliti mampu mengasah dan menggali kemampuan dan
kreativitas anak dalam bermain konstruktif tersebut. Pada permainan
115
konstruktif tersebut juga peneliti mampu memberikan motivasi serta
dorongan agar anak mau mengeksplore imajinasinya.
2. Tindakan Siklus II
Setelah melakukan refleksi berkenan dengan tindakan pada siklus I maka
peneliti dan kolaborator melanjutkan tindakan pada siklus berikutnya.
Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II adalah sebanyak 6 kali pertemuan
dengan tahapan sebagai berikut :
a. Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan siklus II, peneliti bekerjasama dengan guru
kelas yang sekaligus sebagai kolaborator melakukan kegiatan antara lain
menentukan waktu penelitian dan merencanakan pelaksanaan pembelajaran
mengenal bentuk- bentuk geometri datar melalui permainan konstruktif.
Adapun jadwal penelitian siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.7
Perencanaan Siklus II
Pertemuan
ke -
Tanggal Kegiatan
7 Kamis, 13 September 2018 Membentuk pistol dari lego
8 Senin, 17 September 2018 Membentuk rumah dari kepingan
geometri
9 Selasa, 18 September 2018 Membangun rumah dari balok
10 Rabu, 19 September 2018 Membentuk pesawat dari lego
11 Senin, 24 September 2018 Menyusun kepingan geometri
bentuk hewan di darat
12 Selasa, 25 September 2018 Menyusun kepingan geometri
bentuk orang
116
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
7) Pertemuan 7/ Kamis, 13 September 2018
Pembukaan :
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi (CL7., P1.,K1). Ada yang bermain di
playground dan ada yang main di dalam kelas (CL7., P1.,K2). Lalu suara
tamborin bunyi pertanda masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas,
baris di pimpin oleh bu Linda (CL7., P1.,K3). Menyanyi dilanjutkan di
dalam di dalam kelas, anak-anak duduk melingkar dan menyanyikan lagu
“Good Morning” dan lagu sesuai tema dilanjutkan dengan berdoa
sebelum belajar, kemudian anak-anak masuk ke sentra bermain peran
(CL7., P1.,K4).
Inti :
Peneliti memulai dengan tes suara anak-anak “mana suaramu” anak
anak menjawab “ ini suaraku” lalu bernyanyi “Lihat Bapak Polisi” dan
“Satu-satu Aku Sayang Ibu” (CL7., P2.,K1). Peneliti mulai menanyakan
bentuk melalui kepingan geometri berbentuk persegi “ini bentuk apa?”
anak-anak menjawab “persegi” peneliti mengeluarkan kembali bentuk
lingkaran dan menayakan kembali “ini bentuk apa?” SY, KN, RY
menjawab “Lingkaran” AC, AY, AL menjawab “bulatan” (CL7.,
P2.,K2). Setelah itu peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.“
(CL7.,P2.,K3). Sebelumnya peneliti menjelaskan fungsi pistol yang
dipakai pak polisi dan anak-anak semua menyimak (CL7., P2.,K4). Lalu
peneliti menanyakan kembali bentuk lego yang berbentuk seperti persegi
“lego ini kalau dilihat bentuknya apa ya?” SH menjawab “itu bentuknya
kotak bu” lalu KN mengatakan “bukan itu bentuk persegi empat”
kemudian peneliti mengambil lagi lego seperti bentuk persegi panjang
dan menanyakan kembali “lego ini kalau dilihat bentuknya apa ya?” lalu
RY menjawab “persegi panjang bu” peneliti memuji anak yang bisa
menjawab “siapa yang tau bedanya lego ini dan lego yang satu lagi?” KN
menjawab “lego yang kanan berbentuk persegi dan yang satu lagi persegi
117
panjang, kalau persegi panjang dia panjang bentuknya” peneliti
memberikan tepuk tangan untuk KN yang sudah mau menjawab
pertanyaannya (CL7., P2.,K5). Selanjutnya peneliti menjelaskan aturan
bermain untuk main lego dengan membuat pistol pak polisi “setelah
bermain nanti dirapikan oke, yg paling banyak merapikan nanti dapat
stempel dari bu guru, ayo mulai membuat”. Dan anak mulai membuat
pistol dari lego (CL7.,P2.,K6). “bu pistol aku keren kan?”kata RY,
berbeda dengan AY, VN dan AL meminta bantuan untuk membuat pistol
dan dibantu oleh IB dan RY (CL7.,P2.,K6). Setelah semua mempunyai
pistol semua anak bermain pistol tersebut (CL7., P2.,K7).
Penutup :
Waktunya beres-beres karena waktu sudah mau pulang
(CL7.,P3.,K1). Lalu anak-anak merapikan lego yang telah dipakainya
tadi dan siap menggendong tasnya (CL7.,P3.,K2). Peneliti menanyakan
kembali tentang tema dan kegiatan hari ini anak-anak menjawab
“senang” dengan kegiatan hari ini kemudian peneliti mulai memberikan
stempel untuk anak yang hebat dalam membuat pistolnya sendiri yaitu
peneliti memberikannya kepada RY dan RJ, lalu semua anak bernyanyi
kemudian berdoa sebelum pulang (CL7.,P3.,K3).
Gambar 4.9
Penggunaan Permainan Konstruktif Lego
8) Pertemuan 8/ Senin, 17 September 2018
Pembukaan :
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi (CL8.,P1.,K1). Ada yang bermain di
playground dan ada yang main di dalam kelas (CL8.,P1.,K2). Lalu suara
tamborin bunyi pertanda masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas,
118
baris di pimpin oleh bu Siti (CL8.,P1.,K3). Menyanyi dilanjutkan di
dalam di dalam kelas, anak-anak duduk melingkar dan menyanyikan lagu
“Good Morning” dan lagu sesuai tema dilanjutkan dengan berdoa
sebelum belajar.kemudian anak-anak masuk ke sentra seni
(CL8.,P1.,K4).
Inti :
Peneliti memulai dengan bernyanyi “Happy Family” dan mulai
berhitung jumlah anak yang masuk hari ini (CL8.,P2.,K1). Kemudian
peneliti melanjutkan dengan mengambil kepingan geometri dan
menanyakan “bu guru punya bentuk apa ini ?” KN menjawab “persegi
panjang” kemudian peneliti menanyakan kembali dengan mengambil
bentuk persegi “ini bentuk apa?” AY menjawab “persegi kotak bu guru”
(CL8.,P2.,K2). Peneliti mengambil bentuk lingkaran dan bertanya “ini
bentuk apa?” AC dan SY menjawab “lingkaran” peneliti menjelaskan
tentang kegiatan yang akan dilakukan dan mencontohkan cara menyusun
kepingan geometri menjadi sebuah bentuk rumah (CL8.,P2.,K3).
Kegiatan inti dimulai dari anak mengambil beberapa kepingan
geometri untuk membuat rumah, RY mengatakan “bu aku bisa membuat
rumah” ketika peneliti tanya berapa jumlah kepingan yang diambil RY
menjawab “5” dan menunjukkan jarinya (CL8.,P3.,K1). Peneliti juga
menanyakan KN berapa jumlah kepingan geometri yang diambil KN
menjawab “3” dan menunjukkan 3 jarinya lalu peneliti mengatakan
kepada KN untuk dihitung kembali dengan benar (CL8.,P3.,K2). RJ
menyusun dengan ragu-ragu dan akhirnya berhasil (CL8.,P3.,K3). DN
menyusun benda berdasarkan warna yang sama, DN mengambil empat
bentuk lingkaran berwarna hijau dan 1 segitiga berwarna hijau sedangkan
IB mengumpulkan lima kepingan geometri berdasarkan bentuk yang
sama (CL8.,P3.,K4).
Peneliti menuju ke SH dan menanyakan bangunan apa yang telah
ia susun dan SH menjawab “aku membuat rumah bu guru” peneliti
menanyakan “pake bentuk geometri apa saja ini” SH menjawab “ini pake
119
segitiga buat atas rumahnya, pake persegi panjang 2 bu guru”
(CL8.,P4.,K1). Peneliti langsung mengambil bentuk persegi dan persegi
panjang dan menanyakan kepada SH dan BT “ini bedanya apa SH
(bentuk persegi dan persegi panjang?” dan SH menjawab “ini persegi
panjang bentuknya kotak, kalo ini persegi panjang bentuknya panjang”
sedangkan BT menjawab “ini kecil bu (Persegi) kalo ini panjang
bentuknya (persegi panjang)” (CL8.,P4.,K2). Selanjutnya peneliti
menanyakan hal yang sama kepada AY dan AL, AY menjawab “ini
persegi bentuknya kecil bu guru, kalau yang ini persegi panjang
bentuknya lebih panjang bu guru” sedangkan AL menjawab “ini lebih
panjang bu guru ( Persegi panjang)” (CL8.,P4.,K3).
Penutup :
Waktunya beres-beres dan semua anak merapikan kepingan
geometrinya. Peneliti mengajak duduk dan menanyakan kembali tentang
tema dan kegiatan hari ini serta perasaan hari ini (CL8.,P5.,K1). Semua
anak senang membangun rumah idaman mereka dan peneliti memberi
stempel untuk anak yang mau bermain sesuai dengan aturan yaitu RY
dan KN (CL8.,P5.,K2). Kemudian bernyanyi sebelum pulang dan berdoa
pulang (CL8.,P5.,K3).
Gambar 4.10
Penggunaan permainan konstruktif kepingan geometri
9) Pertemuan 9/ Selasa, 12 September 2018
Pembukaan :
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi (CL9.,P1.,K1). Ada yang bermain di
playground dan ada yang main di dalam kelas (CL9.,P1.,K2). Lalu suara
120
tamborin bunyi pertanda masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas,
baris di pimpin oleh bu Siti (CL9.,P1.,K1). Menyanyi dilanjutkan di
dalam di dalam kelas, anak-anak duduk melingkar dan menyanyikan lagu
“Good Morning” dan lagu sesuai tema dilanjutkan dengan berdoa
sebelum belajar, kemudian anak-anak masuk ke sentra balok
(CL9.,P1.,K3).
Inti :
Peneliti memulai dengan benyanyi “Happy Family” dilanjutkan
berhitung anak (CL9.,P2.,K1). Lalu peneliti menanyakan tentang rumah
“dirumah ada apa aja ya” AL “ada pintu bu” RY menjawab “Ada dapur
bu” SH “ada kamar mandi bu” BT “ada dapurnya untuk masak bu” IB
“ada jendelanya bu” (CL9.,P2.,K2). Lalu peneliti memberi pujian ke
semua anak yang sudah menjawab pertanyaan (CL9.,P2.,K3). Lalu
peneliti mejelaskan bagian rumah dan fungsi rumah. Semua anak terlihat
memperhatikan peneliti saat menjelaskan (CL9.,P2.,K4). Setelah itu,
peneliti menjelaskan aturan bermain balok yang baik dan aturan
membuat rumah (CL9.,P2.,K5). Peneliti memegang bentuk persegi
panjang lalu peneliti menanyakan “ini bentuk apa?” SY menjawab
“persegi panjang bu” IB menjawab “segi panjang bu” peneliti memegang
bentuk segitiga dan menanyakan “ini bentuk apa?” IB menjawab “segi
tiga bu”.
Kegiatan inti anak mulai bermain dengan mengambil alas untuk bermain
(CL9.,P3.,K1). IB menceritakan bangunannya “ini ada pintunya, ada
atapnya dan masuknya lewat sini bu” SY juga menceritakan rumah yang
ia bangun “dirumah ini ada tangga, ada pagernya dan pintunya lewat sini
terus ada kolam renangnya juga bu, ada kamarnya juga” (CL9.,P3.,K2).
AL menceritakan “ini rumah aku ada kamar tidurnya, ada kolam
bebeknya juga bu guru” sedangkan AY menceritakan “bu aku rumahnya
ada kamar tidurnya doing ya bu” berbeda dengan SH ia menceritakan “bu
guru dirumah aku ada kolam ikannya sama kolam renangnya” setelah
121
anak-anak selesai membangun semua saling berkunjung ke rumah teman
untuk silaturahmi (CL9.,P3.,K3).
Penutup :
Waktunya beres-beres dan semua anak merapikan baloknya, ada yang
merapikan paling banyak dan ada yang merapikan semua balok tanpa
pandang itu punya dia ataupun bukan (CL9.,P4.,K1). Peneliti mengajak
duduk dan menanyakan kembali tentang tema dan kegiatan hari ini serta
perasaan hari ini (CL9.,P3.,K2). Semua anak senang membangun rumah
idaman mereka dan peneliti memberikan stempel untuk anak yang paling
banyak merapikan balok yaitu BT dan IB (CL9.,P4.,K2). Kemudian
semua anak bernyanyi sebelum pulang dan berdoa pulang (CL9.,P4.,K3).
Gambar 4.11
Penggunaan Permainan Konstruktif Balok
10) Pertemuan 10/ Rabu, 19 September 2018
Pembukaan :
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi (CL10.,P1.,K1). Ada yang bermain di
playground dan ada yang main di dalam kelas. Lalu suara tamborin bunyi
pertanda masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas, baris di pimpin
oleh bu Siti (CL10.,P1.,K2). Menyanyi dilanjutkan di dalam di dalam
kelas, anak-anak duduk melingkar dan menyanyikan lagu “Good
Morning” dan lagu sesuai tema dilanjutkan dengan berdoa sebelum
belajar. Kemudian anak-anak masuk ke sentra persiapan (CL10.,P1.,K3).
Inti :
122
Peneliti memulai dengan tes suara anak-anak “mana suaramu” anak
anak menjawab “ ini suaraku” lalu bernyanyi “Happy Family” dan “Pak
pilot” (CL10.,P2.,K1). Peneliti mulai menanyakan bentuk melalui
kepingan geometri berbentuk persegi “ini bentuk apa?” anak-anak
menjawab “persegi” peneliti mengeluarkan kembali bentuk lingkaran dan
menayakan kembali “ini bentuk apa?” SY , KN, RY menjawab
“Lingkaran” AC, AY, AL menjawab “bulatan” (CL10.,P2.,K2). Sebelum
memulai kegiatan bermain peneliti menjelaskan tentang pesawat antara
lain fungsi pesawat, tempat naik pesawat, ada siapa saja di dalam
pesawat dan siapa yang mengendarai pesawat. lalu peneliti menanyakan
kembali bentuk lego yang berbentuk seperti persegi “lego ini kalau
dilihat bentuknya apa ya?” AL menjawab “itu bentuknya kotak bu” lalu
AY mengatakan “persegi bu guru” kemudian peneliti mengambil lagi
lego seperti bentuk persegi panjang dan menanyakan kembali “lego ini
kalau dilihat bentuknya apa ya?” lalu BT menjawab “persegi panjang bu”
peneliti memuji anak yang bisa menjawab (CL10.,P2.,K3). Peneliti
menanyakan lagi “siapa yang tau bedanya lego ini dan lego yang satu
lagi?” SY menjawab “persegi pendek kalau persegi panjang panjang bu
guru” (CL10.,P2.,K4).
Kegiatan membuat pesawat dimulai, RY dan DN membangun
pesawatnya bersama namun DN terlihat ingin sendiri merancangnya
(CL10.,P3.,K1). Setelah berdiskusi sebentar akhirnya DN mengizikan
membangun pesawatnya bersama tetapi RY memilih membangun sendiri
pesawatnya ketika peneliti tanya tentang pesawatnya dia menjawab “ini
pesawat jet” (CL10.,P3.,K2). Lalu peneliti menanyakan SH pesawat apa
yang dibuat dia menjawab “ini pesawat kendaraan bu” (CL10.,P3.,K3).
Berbeda dengan AC menyusun lego membuat pesawat pribadi “ini ada
tempat tidurnya dan pintunya bu dipesawat” katanya (CL10.,P3.,K4).
Penutup :
Waktunya beres-beres karena waktu sudah mau pulang
(CL10.,P4.,K1). Lalu anak-anak merapikan lego yang sudah digunakan
123
dan siap menggendong tasnya (CL10.,P4.,K2). Peneliti menanyakan
kembali tentang tema dan kegiatan hari ini, anak-anak menjawab senang
dengan kegiatan hari ini (CL10.,P4.,K3). Kemudian semua anak mulai
bernyanyi sebelum pulang lalu berdoa sebelum pulang (CL10.,P4.,K4).
Gambar 4.12
Penggunaan Permainan Konstruktif Lego
11) Pertemuan 11/ Senin, 24 September 2018
Pembukaan :
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi (CL11.,P1.,K1). Ada yang bermain di
playground dan ada yang main di dalam kelas (CL11.,P1.,K2). Lalu suara
tamborin bunyi pertanda masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas,
baris di pimpin oleh bu Linda (CL11.,P1.,K3). Menyanyi dilanjutkan di
dalam di dalam kelas, anak-anak duduk melingkar dan menyanyikan lagu
“Good Morning” dan lagu sesuai tema dilanjutkan dengan berdoa
sebelum belajar.kemudian anak-anak masuk ke sentra balok
(CL11.,P1.,K4).
Inti :
Peneliti memulai dengan bernyanyi “Dihutan Ada Rumah” dan
lagu “Rumahku”, peneliti mengajak bernyanyi tentang binatang karena
anak-anak akan membuat binatang darat yaitu lagu “Harimau Bermain
Musik” (CL11.,P2.,K1). Peneliti menanyakan tentang binatang kesukaan.
RY menjawab “aku suka kucing” AC menjawab “Aku juga suka kucing”
RJ menjawab “aku suka burung” IB dan DN “aku suka kelinci” BT, SH,
124
dan SY “aku suka kuda poni bu guru” peneliti menjelaskan tentang
kegiatan yang akan dilakukan hari ini (CL11.,P2.,K2). Hari ini anak-anak
akan membuat binatang darat. Kegiatan dimulai dengan mengambil
kepingan geometri (CL12.,P2.,K3).
RY mengatakan “bu aku bikin harimau ada sayap, badan, kepala,
dan buntut” peneliti memujinya, AL juga membuat binatang
kesayangannya yaitu kucing “bu guru liat ini aku bikin kucing lucu kan?”
tanya AL, peneliti memujinya dan mengatakan “wah iya bagusnya, ini
memakai bentuk apa saja AL?” AL menjawab “ada lingkaran persegi
panjang besar sama persegi panjang kecil” (CL11.,P3.,K1). Sementara
ada KN yang membuat anjing “ini anjing aku bu guru”, AY membuat
kucing juga seperti AL (CL11.,P3.,K2). IB mengatakan “bu guru aku
buat ini srigala” selanjutnya ada RJ yang membuat kucing kecil, berbeda
dengan lainnya SY membuat domba (CL11.,P3.,K3). Setelah anak-anak
bebas membuat binatang lainnya, ada RY yang membuat binatang
kucing, sementara BT membuat ikan hiu (CL11.,P3.,K4).
Penutup :
Waktunya beres-beres dan semua anak merapikan kepingan
geometrinya (CL11.,P4.,K1). Peneliti mengajak duduk dan menanyakan
kembali tentang tema dan kegiatan hari ini serta perasaan hari ini
(CL11.,P4.,K2). Semua anak senang membuat binatang kesayangan
mereka dan peneliti memberikan stempel untuk yang paling banyak
membuat binatang (CL11.,P4.,K3). Kemudian bernyanyi sebelum pulang
dan berdoa pulang (CL11.,P4.,K4).
125
Gambar 4.13
Penggunaan permainan konstruktif kepingan geometri
12) Pertemuan 12/ Selasa, 25 September 2018
Pembukaan :
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
meletakkan tas di belakang kursi (CL12.,P1.,K1). Ada yang bermain di
playground dan ada yang main di dalam kelas (CL12.,P1.,K2). Lalu suara
tamborin bunyi pertanda masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas,
menyanyi dan periksa kuku yang dipimpin oleh bu Siti (CL12.,P1.,K3).
Kemudian dilanjutkan masuk ke dalam kelas melakukan circle time
bersama, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu sesuai tema lalu
dilanjutkan berdoa sebelum belajar (CL12.,P1.,K4). Setelah itu anak-
anak menuju ke sentra seni (CL12.,P1.,K5).
Inti :
Peneliti memulai dengan bernyanyi “Berhitung jari kanan dan kiri”
dilanjutkan dengan bernyanyi “satu dua tiga” dan lagu ”rumahku” semua
anak ikut bernyanyi, setelah itu kondisi kelas sangat ramai sehingga
peneliti menenangkan kelas terlebih dahulu “mana suaramu” anak-anak
serempak menjawab “ini suaraku” lalu peneliti mengatakan lagi “mana
duduk rapimu” anak-anak menjawab “ini duduk rapiku” setelah semua
anak duduk rapi peneliti langsung memulai (CL12.,P2.,K1). Lalu peneliti
memegang kepingan geometri berbentuk persegi dan bertanya “siapa
yang tahu ini bentuk apa?” BT dan SY mengatakan “segi empat” AL
mengatakan “Persegi” SH dan Daniel “per se gi” IB “segitiga” dengan
nada sedikit pelan (CL12.,P2.,K2). RY dan RJ tidak menjawab,
sedangkan VN dan AY sibuk ngobrol sendiri, lalu peneliti bertanya lagi
“siapa yang tahu ini bentuk apa?” RY menjawab dengan lantang “persegi
panjang” sedangkan AC hampir menjawab “persegi lima” dan yang
lainnya mengikuti (CL12.,P2.,K3). Pertanyaan ketiga peneliti bertanya
“ini bentuk apa?” hanya AC yang menjawab “lingkaran” dan lainnya
126
sibuk menyamakan bentuk lingkaran dengan benda yang menyerupai
lingkaran seperti RY “bu itu sama dengan bentuk kaca” peneliti memuji
“iya kamu hebat” SH juga berteriak itu sama dengan yang disana kipas
angin dan kaca juga sama” lalu AC juga mengambil dan bentuk persegi
dan berkata “itu juga sama bu yang kaca” karena anak-anak sudah tak
sabar bermain peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu
membuat orang dari kepingan geometri (CL12.,P2.,K4). Sebelumnya
peneliti mencontohkan cara membuatnya “lingkaran untuk kepala,
persegi untuk badannya, persegi panjangnya untuk kaki dan tangannya
ya” (CL12.,P2.,K5). Anak-anak langsung menjawab “ya” dan peneliti
langsung membagikan kepingan geometri (CL12.,P2.,K5).
Kegiatan inti di mulai dari anak mengambil bentuk dan
memakainya untuk membuat bentuk orang (CL12.,P3.,K1). Sudah
banyak anak yang bisa membuatnya (CL12.,P3.,K2) . Ketika peneliti
tanya ini BT “bisa jelaskan ini ada apa aja” BT menjawab “ini ceritanya
tangan, kepala dan ini kakinya” dan peneliti juga bertanya kepada RY,
RY menjawab “gatau ini bentuknya” dan ketika peneliti bantu bertanya
dia langsung menjawab “ini bulat, persegi” berbeda dengan AC ia
membuat dua bentuk orang “ini ada mama dan ada papa aku”
(CL12.,P3.,K3). IB juga menceritakan tentang bentuk yang dibuatnya
“ini aku buat orang bu guru, ada lingkaran, persegi panjang dan segitiga
bu guru. Buat kepala badan, tangan dan kakinya” (CL12.,P3.,K4).
Penutup :
Setelah semua sudah dibereskan, waktu pulang anak-anak bergegas
untuk pulang (CL12.,P4.,K1). Dan peneliti menanyakan kembali tentang
tema dan kegiatan hari ini (CL12.,P4.,K2). Anak-anak merasa senang
ketika bermain membuat orang dari kepingan geometri ini
(CL12.,P4.,K3).
127
Gambar 4.14
Penggunaan Permainan Konstruktif Kepingan Geometri
c. Pengamatan
Pada siklus II, peneliti mengamati perkembangan anak dalam kegiatan
Permainan konstruktif mengamati perkembangan kognitif dalam mengenal
bentuk geometri anak. Hasil dari pengamatan peneliti menunjukan bahwa
pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah berjalan dengan baik dan sesuai
dengan perencanaan. Kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk
geometri pada kelompok A sampai dengan pertemuan ke 6 tampak
menunjukan peningkatan yang lebih baik dari hasil sebelumya pada siklus I.
Hasil pada setiap tindakan yang di lakukan akan digambarkan menjadi dua
penjelasan yaitu secara kualitatif dan kuantitatif.
1) Hasil pengamatan secara kualitatif
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama enam kali
pertemuan di siklus II ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus
I dalam mengenal bentuk geometri pada kelompok A. Hampir semua
anak sudah bisa melafalkan bentuk geometri dengan benar seperti KN
dan RY tanpa dibantu, pada saat bermain balok anak-anak sudah
bermain sesuai aturan dan sesuai dengan tema yang sudah direncanakan
serta saat merapikan balok sudah ada kesadaran dalam merapikan balok
sesuai dengan bentuknya, karena sebelumnya dalam membangun balok
ataupun menyusun kepingan geometri anak suka tidak sesuai tema dan
harus diingatkan oleh guru. Anak sudah dapat membedakan bentuk
persegi dan persegi panjang serta bentuk balok lainnya seperti lingkaran
128
segitiga dan segi lima. Dalam menceritakan bangunan yang telah
dibuatnya anak-anak sudah dapat menceritakannya seperti IB, DN, dan
AC yang sebelumnya tidak mau dan bingung saat peneliti menanyakan
bangunan apa yang dibuatnya. Ada 5 anak yang tergolong cepat
perkembangannya dalam membuat bentuk maupun bangunan yaitu RY,
BT, SY, KN, dan SH yang sebelumnya dalam pelafalan masih kurang
benar dan terkadang suka terbalik dalam pelafalannya, setelah diberi
tindakan sudah tampak pelafalan maupun mengingat bentuknya sudah
benar dan mencapai cukup mencapai target.
Tabel 4.8
Data Perbandingan Dan Perbandingan Skor Perkembangan Kognitif
Dalam Mengenal Bentuk Geometri Pratindakan an, Siklus I Dan Siklus
II
Nama Skor
Pratidakan %
Skor
Siklus 1 %
Skor
Siklus 2 %
AC 19 27,9 31 45,5 52 76,4
AL 20 29,4 33 48,5 53 77,9
AY 20 29,4 32 47,0 52 76,4
BT 22 32,3 33 48,5 54 79,41
DN 19 27,9 28 41,1 52 76,47
IB 19 27,9 26 38,2 52 76,4
KN 23 33,8 36 52,9 55 80,8
RJ 19 27,9 25 36,76 51 75
RY 21 30,8 34 50 54 79,4
SH 22 32,3 32 47,0 53 77,9
SY 22 32,3 36 52,9 54 79,4
VN 19 27,9 23 33,8 51 75
Jumlah 245 30,02 369 45,22 633 77,57
Tabel tersebut menunjukkan bahwa kemampuan kognitif dalam
mengenal bentuk geometri pada kelompok A melalui permainan
konstruktif dari sebelum dilakukan tindakan sampai pada siklus II
meningkat secara baik, peningkatan kemampuan mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan
bentuk geometri. Sebelum dilakukan tindakan dengan skor 295 dan
129
rata-rata persentase yaitu 30,2%, setelah dilakukan tindakan pada siklus
I meningkat dengan skor 369 dan rata-rata persentase 45,22 namun
belum mencapai tujuan hingga dilakukan siklus II. Skor terus
meningkat yaitu 633 dan rata-rata persentase 77,57 % pada
kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk geometri. Adapun
diagram persentase yang menggambarkan presentase peningkatan
keampuan membaca permulaan sebelum dilakukan tindakan sampai
pada siklus II adalah sebagai berikut:
Gambar 4.15
Persentase Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Bentuk Geometri
Melalui Permainan Konstruktif
Diagram kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk geometri melalui
permainan konstruktif terlihat mengalami peningkatan dari sebelum
dilakukan tindakan hingga siklus II. Hal tersebut dapat terlihat dari
persentase setiap anak, hasil tersebut dapat diketahui bahwa anak yang
memenuhi kriteria dapat atau mampu telah meningkat dan mencapai target
yang diharapkan. Kriteria tersebut dapat dilihat melalui rata-rata
persentase pada pra siklus yaitu 30,02% setelah dilakukan tindakan pada
siklus I meningkat menjadi 45,22% kemudian di beri tindakan pada siklus
II meningkat menjadi 77,57%. Kenaikan persentase tersebut menunjukkan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
AC AL AY BT DN IB KN RJ RY SH SY VN
Pra Penelitian
Siklus I
Siklus II
130
bahwa dengan dilakukannya tindakan siklus II, kemampuan kognitif dalam
mengenal bentuk geometri meningkat dengan baik. Peningkatan presentase
kemampuan membaca permulaan anak digambarkan dalam grafik sebagai
berikut:
Gambar 4.15
Peningkatan Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Bentuk
Geometri Melalui Permainan Konstruktif Dari Assesmen Awal Sampai
Akhir
d. Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan mengenal bentuk geometri melalui
permainan konstruktif pada kelompok A di TK Hikari, kemampuan
mengenal bentuk-bentuk geometri telah mengalami peningkatan sesuai
dengan target yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan mengenal bentuk-
bentuk geometri datar melalui parmainan konstruktif anak lebih antusias dan
senang. Dengan perbaikan yang telah dilakukan terhadap hambatan yang
terjadi pada siklus I, pada tindakan siklus II kemampuan mengenal bentuk-
bentuk geometri datar telah mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan
kemampuan mengenal bentuk-bentuk geometri datar melalui permainan
konstruktif pada kelompok A di TK Hikari telah berhasil sesuai dengan
30,02
45,2
77,5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3
131
kriteria yang ditetapkan yaitu > 75%. Dengan demikian, pelaksanaan
tindakan meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk-
bentuk geometri datar melalui permainan konstruktif tidak perlu dilanjutkan
pada siklus berikutnya lagi.
e. Hasil Wawancara Guru
Hasil wawancara siklus II ini ditunjukkan untuk guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran mengenal bentuk geometri melalui
permainan konstruktif.
Tabel 4.9
Hasil Wawancara Guru Siklus II
No. Butir Penjelasan
1. Bagaimana guru memilih dan
menyiapkan tempat/ruangan ?
Pada awal sebelum melakukan kegiatan
bermain ini guru harus menyiapkan
tempat maupun ruangan untuk
dijadikan pembelajaran yang nyaman
untuk anak.
2. Bagaimana guru menyiapkan
peralatan dan bahan untuk
bermain?
Guru menyiapkan peralatan untuk
bermain konstruktif yaitu berupa balok,
playdough, dan kepingan geometri.
3. Bagaimana guru
mengorganisasikan anak
bermain ?
Pada kegiatan ini guru membagikan
kelompok agar adil secara merata.
4. Bagaimana guru mengatur
efektifitas waktu ?
Guru mengatur mengatur durasi waktu
bermain anak. Setelah bercakap-cakap
sampai anak bermain dan selesai
bermain.
5. Bagaimana guru menyampaikan
informasi tentang aturan-aturan ?
Sebelum melakukan bermain
konstruktif guru menjelaskan aturan
bermain dan juga cara bermainnya.
6. Bagaimana guru melihat dan
mendengar apa saja yang
dikatakan anak ?
Guru mengamati dan mendengar yang
dilakukan anak dari awal pembelajaran
sampai anak melakukan kegiatan
permainan konstruktif.
7. Bagaimana guru mengamati
gambaran tindakan anak, bahasa,
gambaran mimik, ekspresi wajah
dan kreasi
Guru mengamati tentang bahasa,
mimik, ekpresi dan kreasi yang
dilakukan anak saat bermain
konstruktif satu persatu.
132
8. Bagaimana guru membimbing
anak bermain dan memecahkan
masalah (yang sulit diatasi) ?
Pada kegiatan bermain ini guru
membimbing anak yang belum dapat
melakukan permainan tersebut dan
belum memahami tentang yang akan
dia bangun maupun bentuk.
9. Bagaimana guru melakukan
monitoring terhadap kegiatan
anak
Guru melakukan kegiatan monitoring
ke semua anak saat kegiatan
berlangsung.
10. Bagaimana guru menilai proses
belajar anak ?
Guru menilai proses pembelajaran dan
menilai hasil .bangunan yang telah
anak bangun.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti mampu
menguasai keadaan kelas, menguasai keadaan anak-anak dan mampu
meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui permainan
konstruktif. Peneliti mampu mengasah dan menggali kemampuan dan
kreativitas anak dalam bermain konstruktif tersebut. Pada permainan
konstruktif tersebut juga peneliti mampu memberikan motivasi serta
dorongan agar anak mau mengekplore imajinasinya.
C. Analisis Data
Observasi hasil pengamatan penelitian yang dilakukan selama proses
pelaksanaan penelitian sangat diperlukan dalam melakukan analisis data kualitatif
dan kuantitatif. Observasi dilakukan menggunakan instrumen observasi, pedoman
observasi yang berisi indikator, pengamatan selama pembelajaran, catatan
lapangan, wawancara dan dokumentasi.
a. Data Analisis kuantitatif
Analisis data kualitatif didapatkan dari hasil pelaksanaan penelitian dari
pra-tindakan sampai pada siklus I dan II secara kuantitatif hasil data-data
pengamatan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui permainan
konstruktif yang dapat dilihat sebagai berikut
133
Tabel 4.10
Data Hasil Pra-tindakan dan Akhir Tindakan Kemampuan Kognitif dalam
Mengenal Bentuk Geometri Kelompok A
Tabel diatas menunjukkan bahwa kemampuan kognitif dalam mengenal
bentuk geometri anak kelompok A dari awal pra tindakan sampai siklus II
mengalami peningkatan lebih baik. Kemampuan meningkat setelah
dilakukannya siklus I dengan rata-rata kenaikan 19,40% kemudian
dilakukannya kembali tindakan pada siklus II dengan rata-rata kenaikannya
30,07% dari siklus I. Hasil tersebut, jika divisualisasikan dalam diagram
dapat digambarkan sebagai berikut:
NAMA AC AL AY BT DN IB KN RJ RY SH SY VN JUMLAH
skor
pratindakan
an
19 20 20 22 19 19 23 19 21 22 22 19 245
% 27,9 29,4 29,4 32,3 27,9 27,9 33,8 27,9 30,8 32,3 32,3 27,9 30,02
Skor siklus
1 31 33 32 33 28 26 36 25 34 32 36 23 369
% 45,5 48,5 47,0 48,5 41,1 38,2 52,9 36,7 50 47,0 52,9 33,8 45,2
Kenaikan Skor
12 13 12 11 9 7 13 6 13 10 14 4 124
Kenaikan% 17,6 19,1 17,6 16,1 13,2 10,2 19,1 8,8 19,1 14,7 20,5 5,8 14,0
Siklus 2 52 53 52 54 52 52 55 51 54 53 54 51 633
% 76,4 77,9 76,4 79,4 76,4 76,4 80,8 75 79,4 77,9 79,4 75 77,5
kenaikan skor
21 20 20 21 24 26 19 26 20 21 18 28 264
kenaikan % 30,8 29,4 29,4 30,8 35,2 38,23 27,9 38,2 29,4 30,8 26,4 41,1 32,35
134
Gambar 4.17
Kenaikan Assesmen Siklus I Dan Siklus II
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat kemampuan mengenal bentuk
geometri adanya kenaikan pada setiap responden setelah dilakukan tindakan
pada siklus I dan siklus II. Respoden 1 pada siklus I mendapat presentase
48,43% kemudian mengalami peningkatan pada siklus II yaitu menjadi 78,12.
Responden 2 pada siklus I mendapat presentase 51,56% kemudian mengalami
peningkatan pada siklus II menjadi 79,68%. Responden 3 pada siklus I
mendapat presentase 50% kemudian meningkat pada siklus II menjadi
78,12%. Pada responden 4 pada siklus I mendapat presentase 51,56%
kemudian meningkat menjadi 81,25% pada siklus II. Responden 5 pada siklus
I mendapat presentase 43,75% kemudian mendapat peningkatan pada siklus
II yaitu menjadi 76,56%. Responden 6 pada siklus I mendapat presentase
40,62% kemudian meningkat menjadi 75% pada siklus II. Reponden 7
mendapat presentase 56,25% pada siklus I kemudian meningkat menjadi
82,81% pada siklus II. Reposnden 8 mendapat presentase pada siklus I yaitu
39,06% kemudian pada siklus II mendapat peningkatan menjadi 76,56%.
Responden 9 mendapat presentase 53,12% kemudian meningkat pada siklus
II yaitu menjadi 82,81%. Responden 10 mendapat presentase 50% pada siklus
I kemudian meningkat pada siklus II yaitu menjadi 82,25%. Responden 11
mendapat presentase 56,25% pada siklus I kemudian meningkat menjadi
81,25% pada siklus II. Responden 12 mendapat presentase pada siklus I yaitu
48,4375 51,5625 50 51,5625 43,75 40,625
56,25
39,0625
53,125 50 56,25
35,9375
78,125 79,6875 78,125 81,25 76,5625 75
82,8125 76,5625
82,8125 81,25 81,25
64,06
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Siklus I
Siklus II
135
35,93 kemudian meningkat menjadi 64,06% pada siklus II. Peningkatan
presentase menunjukkan bahwa melalui permainan konstruktif tersebut,
kemampuan kognitif anak dalam mengenal bentuk geometri meningkat.
Indikator keberhasilan dari tindakan dalam penelitian ini terjadi dengan
adanya peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk geometri
dengan menggunakan permainan konstruktif pada kelompok A. Hasil ini
menunjukkan bahwa permainan konstruktif dapat meningkatkan kemampuan
kognitif dalam mengenal bentuk geometri pada anak kelompok A.
kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk geometri mengalami
peningkatan dari pratindakan an, siklus I dan siklus II. Peningkatan tersebut
ditandai dengan skor yang diperoleh semua anak pada siklus II dari subjek
telah tuntas pada tingkat kemampuan mengenal bentuk geometri. Hal tersebut
dapat dilihat pada presentase akhir telah mencapai 78,12%.
b. Data Analisis Kualitatif
Berdasarkan hasil penelitian selama pelaksanaan tindakan maka data
kualitatif yang didapat yaitu sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran
a) Guru: dalam proses pembelajaran terdapat perencanaan
pembelajaran dan mampu membuat sebuah pembelajaran yang
menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak dalam mengenal
bentuk geometri. Pembelajaran tersebut tidak hanya
menyenangkan tetapi juga dapat memotivasi anak dan memupuk
kreativitas serta percaya diri anak.
b) Anak: anak tampak antusias serta tampak senang karena belajar
melalui permainan yang sangat mereka sukai selama proses
pembelajaran sampai proses pembelajaran berakhir.
Perkembangan kemampuan anak dalam mengenal bentuk-bentuk
geometri pada anak berlangsung secara bertahap, yaitu
mengetahui macam-macam bentuk geometri yang meliputi
menyebutkan nama serta memberi nama bentuk geometri,
memahami bentuk-bentuk geometri yang meliputi memberikan
136
contoh suatu benda yang sama dengan bentuk geometri serta
mendeskripsikan bentuk geometri.
Ketika pra penelitian AC belum mengetahui nama balok
maupun kepingan geometri yang ia gunakan. Setiap guru bertanya
ia menjawab sesuai dengan bentuk geometri yang ketahui saja
contohnya “segitiga”. Setelah dilakukan siklus 1 AC sudah dapat
mengetahui nama bentuk tersebut seperti “lingkaran, persegi,
segitiga” namun belum dapat membedakan bentuk tersebut.
Ketika guru meminta AC megurutkan persegi ia mengambil
bentuk persegi dan persegi panjang. Setelah dilakukan siklus 2
AC sudah dapat membedakan bentuk persegi dan persegi
panjang.
Selanjutnya AL, pada pra penelitian AL juga sama dengan
AC hanya mengetahui nama bentuk geometri yaitu “segitiga”.
Setelah dilakukan siklus 1 AL sudah banyak mengetahui nama
bentuk tersebut walau terkadang masih tertukar menyebutkan
nama bentuk tersebut seperti persegi ia sering mengatakan
“persegi segitiga”. Setelah dilakukan siklus 2, AL lebih percaya
diri menyebutkan bentuk tersebut dengan jelas dan benar.
AY memang anak yang suka malu-malu, suaranya pun
menjadi kecil ketika guru menanyakan sesuatu kepadanya.
Sebelum pra siklus guru sering menanyakan nama bentuk
geometri tersebut dengan malu-malu dan sedikit ragu ia
mengatakannya. Ia sudah mengenal bentuk namun sedikit ragu
mengucapkannya dan dalam mengucapkannya sedikit kurang
jelas karna mengatakkannya sambil menunduk. Setelah dilakukan
siklus 1 ia mulai percaya diri menyebutkannya namun masih
dibantu guru. Setelah dilakukan guru sudah percaya diri dan tidak
menundukkan kepalanya ketika ditanya karena peneliti
memberikan motivasi untuk AY.
137
BT pada dasarnya sudah melafalkan bentuk geometri
tersebut sudah benar hanya saja dalam membedakan bentuk
persegi dan persegi panjang BT masih suka tertukar jadi dalam
mengurutkan suatu benda pula BT masih butuh bantuan. Setelah
dilakukan siklus 1 BT masih belum meningkat karena faktor BT
yang jarang masuk tetapi pada siklus ke 2 BT mulai menunjukkan
peningkatan yang signifikan karena sudah sering masuk dan cepat
memahaminya. Dalam menceritakan bangunan yang sudah
dibuatya BT menjeaskan dengan detail sambil menunjuk
bangunannya.
Pada pra penelitian yang terlihat oleh DN ketika ia
menyebutkan bentuk geometri yang ada di dalam kelas. Dalam
pelafalan masih sering tertukar, tetapi setelah dilakukan siklus 1
DN mulai meningkat walaupun masih butuh bantuan dari guru
dan peneliti. Dalam hal merapikan mainan DN terlihat belum ada
kesadaran itu, namun setelah dikasih reward pada siklus 2
kesadaran dalam hal merapikan mainan DN sudah muncul.
IB hampir sama dengan DN yang belum memiliki
kesadaran untuk merapikan mainan yang telah ia mainakan harus
diingatkan dulu ataubahkan tidak merapikan sama sekali. Pada
siklus 1 IB sudah mulai memilki kesadaran karena semua teman
bergotong royong bersama-sama merapikan mainan. Pada
permainan balok, IB masih belum dapat merapikan sesuai dengan
bentuk yang sama jadi terkadang IB dibantu oleh teman-
temannya. Pada siklus 2 IB sudah mulai dapat membedakan
walaupun masih dibantu guru.
KN sudah dapat melafalkan bentuk dengan jelas namun
dalam mengigat bentuknya masih dibantu oleh guru. Namun
setelah dilakukan siklus 1 meningkat secara signifikan, namun
pada membedakan bentuk persegi dan persegi panjang terkadang
masih terbalik walaupun tidak sering. Pada siklus 2 peningkatan
138
yang diterjadi pada KN naik secara signifikan. KN memang cepat
memahami pembelajaran.
RJ juga sangat malu-malu seperti AY bersuara kecil, tidak
percaya diri saat ditanya oleh guru. Jadi dalam pelafalan nama
bentuk geometri masih belum jelas dan masih dibantu oleh guru.
Setelah dilakukan siklus 1 peningkatan pada menyusun balok ke
atas dan ke samping yang lebih terlihat. Dalam pelafalan pada
siklus 1 masih belum menningkat. Pada siklus 2 RJ terlihat
meningkat dalam pelafalan dan mengingat bentuk geometri
walaupun masih dibantu. Untuk mengelompokkan bentuk RJ
meningkat sangat baik dan mengurutkan lingkaran dari besar-
kecil.
RY sudah cukup baik dalam melafalan bentuk geometri
sebelum dilakukan tindakan an. Pada siklus I RY terlihat
meningkat dalam mengingat dan melafalkan bentuk geometrid an
terlebih pada membuat bangunan menggunakan lego.
Peningkatan itu juga terjadi di siklus II, ia lebih dapat
berekplorasi dengan bentuk-bentuk tersebut, dalam pelafalan juga
jauh lebih baik dari pra tindakan dan siklus I.
SH pada pra tindakan sudah dapat bermain seusai dengan
aturan walaupun dalam hal mengingat dan melafalan bentuk
geometri masih kurang. Tetapi setelah dilakukan siklus I terlihat
peningkatan dalam mengingat dan melafalkan bentuk geometri
tersebut, walaupun terlihat dalam menghitung jumlah kepingan
yang diambil masih sering tidak sesuai dengan jumlah yang
diambil. Terlihat pada siklus II peningkatan yang terjadi pada SH,
bermain sesuai dengan aturan mendapatkan point tertinggi
diantara teman-temannya.
SY telihat pada saat pra tindakan masih terbalik dalam
mengingat bentuk geometri. Tetapi pada siklus I mengalami
peningkatan untuk mengingat bentuk geometri walaupun masih
139
dalam bantuan. Tetapi sudah terlihat sangat baik dalam menyusun
balok ke atas dan ke samping sudah terlihat sesuai dengan
perintah guru. Pada siklus II juga terlihat signifikan dalam
melafalkan bentuk geometri tanpa dibantu oleh guru dan dalam
menjelaskan bentuk bangunan yang sudah dibuat sudah sangat
baik.
Ketika pra tindakan VN terlihat masih belum dapat
menyebutkan bentuk dan melafakan dengan jelas. Ketika guru
meminta VN mengatakan “persegi” ia belum jelas dalam
pelafalannya menjadi “Perseji” dan guru meminta melafalkan
“segitiga” ia mengatakannya “sigitiga”. Setelah dilakukan siklus 1
masih belum jelas dalam pengucapannya namun VN sudah mulai
mengenal bentuk geometri tersebut. Pada siklus ini VN hanya
terlihat meningkat yang signifikan pada menyusun balok.
Terkadang terhalang suasana hatinya yang kurang baik, ia tidak
mau melakukan ataupun melakukan namun harus dengan pujian
setelah melakukannya.
c) Pelaksanaan proses pembelajaran melalui permainan konstruktif
dilaksanakan dalam 3 kegiatan yaitu pembukaan yang diawali
menyambut anak, berbaris, circle time, berdoa, sampai anak
masuk ke sentra masing-masing. Inti dilaksanakan setelah anak
keluar dari sentra dan kembali ke kelas lalu setelah makan peneliti
melaksanakan tindakan an. Kemudian penutup yaitu evaluasi
tentang kegiatan hari ini sampai berdoa pulang.
2. Media pembelajaran
Media pembelajaran dalam mengenal bentuk geometri yaitu
menggunakan permainan konstruktif berupa balok, lego, kepingan
geometri dan playdough. Media yang disiapkan untuk menunjang
pembelajaran yang dikaitkan dalam meningkatkan kemampuan mengenal
bentuk geometri.
140
3. Kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk geometri
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi terdapat peningkatan
dalam mengenal bentuk geometri yang meliputi mengelompokkan,
membandingkan ukuran, menerapkan, mengurutkan, dan
mengidentifikasi. Permainan konstruktif telah membuat cara pandang
anak untuk bereksplorasi. Peneliti telah menunjukkan bahwa dengan
menggunakan permainan konstruktif dapat meningkatkan kemampuan
mengenal bentuk geometri pada anak kelompok A TK Hikari.
Peningkatan kemampuan mengenal bentuk-bentuk geometri terbukti dari
hasil nilai rata-rata sebelum tindakan dan setelah tindakan. Hasil nilai
rata-rata indikator menunjukkan peningkatan yang signifikan pada
masing-masing siklusnya. Secara kualitatif, berdasarkan penyusunan data
menurut Miles dan Huberman, tahapan yang dilalui yaitu reduksi data,
display data, dan verifikasi (penarikan kesimpulan).
D. Reduksi data
Data mengenai kemampuan mengenal bentuk geometri diperoleh berdasarkan
catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan dokumentasi. Berikut
merupakan reduksi data mengenai kemampuan mengenal bentuk geometri melalui
permainan konstruktif pada kelompok A :
1 Aspek Mengelompokkan
Aspek mengelompokkan terdapat kegiatan mengelompokkan benda sesuai
bentuk geometri anak sudah banyak yang mengerti (CL2.,P4.,K2)
(CL2.,P4.,K3) (CL.,P2.,K3) (CL12,P2.,K5). Anak dapat menjelaskan
perbedaan bentuk balok yang tampak didepannya (CL2.,P3,.K6)
(CL2.,P3,K7). Kemampuan anak menyebutkan benda sesuai dengan bentuk
warna dan ukuran sudah banyak yang mampu (CL4.,P3.,K5) (CL6.,P3,.K2)
(CL12.,P2,K4). Dalam hal menyebutkan benda-benda yang ada di kelas
sesuai dengan bentuk geometri pada sikus I anak terlihat masih kebingungan
namun pada siklus II anak sudah dapat menyebutkan tanpa dibantu oleh guru
maupun temannya (CL2.,P4.,K2) (CL3.,P4.,K2). Dalam berhitung jumlah
141
kepingan geometri yang diambilnya anak sudah baik (CL8.,P3.,K1)
(CL8.,P3.,K2)
Hasil kegiatan anak yang berkaitan dengan aspek ini dapat dilihat pada
mengurutkan bentuk persegi (CD3), menyebutkan benda sesuai dengan
bentuk geometri (CD4), Menyebutkan benda-benda yang ada di kelas (CD2).
a. Display data
Berdasarkan hasil pengamatan, catatan dokumentasi, catatan
wawancara peneliti dengan guru sentra, dapat diketahui bahwa anak sudah
menunjukan kemampuan mengenal bentuk geometri pada aspek
mengingat dalam penyajian dalam bentuk bagan.
Display data di atas menggambarkan perkembangan kemampuan
membaca permulaan pada aspek mengingat berupa catatan lapangan,
catatan wawancara, dan dokumentasi merupakan satu kesatuan yang
menjelaskan bahwa kemampuan mengelompokkan bentuk geometri anak
terkait dengan aspek mengelompokkan.
b. Verifikasi data
Anak kelompok A di TK Hikari memiliki kemampuan mengenal
bentuk geometri yang sudah berkembang pada setiap butir indikatornya
dan aspeknya di dalamnya. Dalam aspek mengelompokkan yang di
dalamnya terdapat mengurutkan pola persegi, menyebutkan jumlah bentuk
yang diambilnya dan mengelompokkan geometri berdasarkan bentuknya.
Selanjutnya anak sudah memahami konsep tentang benda yang
142
menyerupai bentuk geometri tersebut di sekitarnya khususnya didalam
kelas.
2 Aspek Membandingkan Ukuran
Kemampuan kognitif dalam memahami bentuk geometri, yaitu anak dapat
memahami dan menjelaskan perbedaan balok yang guru tanya. Awalnya anak
malu-malu bahkan ada yang tidak mengerti bagaimana cara menjelaskannya
sebelum ditanya pada pra siklus tetapi setelah siklus I dilakukan sudah
banyak yang menceritakan perbedaan balok (CL8.,P4.,K3) (CL10.,P2.,K3)
(CL8.,P2.,K3). Dalam bahasa ukuran anak-anak sudah dapat membedakan,
mengelompokkan (CL8.,P3.,K4). Kemudian ketika semua sudah dapat
menjelaskan dengan baik, anak juga dapat mengurutkan benda sesuai ukuran
dan warna (CL12.,P2.,K4). Hasil kegiatan anak yang berkaitan dengan aspek
ini dapat dilihat pada kegiatan menjelaskan bentuk balok dan mengurutkan
benda sesuai ukuran (CD8) (CD10).
a. Dispay data
Berdasarkan hasil pengamatan, catatan dokumentasi, catatan
wawancara peneliti dengan guru sentra, dapat diketahui bahwa anak sudah
menunjukan kemampuan mengenal bentuk geometri pada aspek
memahami dalam penyajian dalam bentuk bagan.
Display data di atas menggambarkan perkembangan kemampuan
mengenal bentuk geometri pada aspek membandingkan ukuran berupa
catatan lapangan, catatan wawancara, dan dokumentasi merupakan satu
143
kesatuan yang menjelaskan bahwa kemampuan mengenal bentuk geometri
anak terkait dengan aspek membandingkan ukuran.
b. Verifikasi Data
Pada kemampuan membandingkan ukuran anak yaitu anak dapat
membandingkan ukuran suatu benda yang berbentuk geometri yang sesuai
dengan jenisn, warnan maupun ukuran. Anak sudah dapat memahami
bentuk dan memahami konsep membandingkan ukuran benda dengan
membandingkan bentuk balok yang digunakannya. Anak dapat melihat
langsung perbedaan yang nyata.
3 Aspek Mengurutkan
Pada kegiatan anak dapat menyusun balok ke atas dan ke samping anak
sudah banyak yang menyusun ke atas dan ke samping (CL1.,P4.,K2)
(CL2.,P3.,K4) (CL2., P3.,K5). Kemampuan dalam menganalisis bentuk
geoemetri yaitu anak dapat mengurutkan lingkaran dari besar ke kecil, ada
beberapa anak sudah dapat mengurutkan dari lingkaran besar ke kecil dan ada
yang sudah dapat mengurutkan. Pada kegiatan membedakan bentuk persegi
dan persegi panjang sudah banyak yang mengerti dalam membedakannya.
Ketika peneliti bertanya tentang perbedaan bentuk persegi panjang dan
persegi ada yang menjawab detail dengan menunjuk bentuk tersebut
(CL2.,P3.,K3) (CL7.,P2.,K5) (CL8.,P4.,K1) (CL8.,P4.,K2) (CL8.,P4.,K3).
Hasil kegiatan yang berkaitan dengan aspek ini dapat dilihat pada kegiatan
membedakan bentuk persegi dan persegi panjang (CD2) (CD7) (CD8),
menyusun balok ke atas dan ke samping (CD1) (CD2).
a. Display Data
Berdasarkan hasil pengamatan, catatan dokumentasi, catatan
wawancara peneliti dengan guru sentra, dapat diketahui bahwa anak
sudah menunjukan kemampuan mengenal bentuk geometri pada aspek
mengurutkan dalam penyajian dalam bentuk bagan.
144
Display data di atas menggambarkan perkembangan kemampuan
mengenal bentuk geometri pada aspek mengurutkan berupa catatan
lapangan, catatan wawancara, dan dokumentasi merupakan satu kesatuan
yang menjelaskan bahwa kemampuan mengenal bentuk geometri anak
terkait dengan aspek mengurutkan.
b. Verifikasi Data
Dalam menyusun balok, tidak lepas dari menyusun ke atas maupun
ke samping. Penempatan yang pas setelah dilakukan siklus I sudah baik,
anak sudah dapat menyusun balok ke atas dan menyusunnya ke samping
menurut imajinasinya. setelah siklus II anak mulai berkereasi dengan
balok yang disusun ke atas maupun kesamping menjadi sebuah
bangunan.
Kegiatan membangun balok sangat anak senangi karena anak dapat
mengekpore imajinasi dan juga berkreasi tentang bangunan yang akan di
bangunnya. Tidak hanya berbentuk persegi dan persegi panjang tetapi
beberapa bentuk lain yang anak jumpai pada balok. Membangun dengan
menyusun ke atas dan ke samping pada kelompok A sudah baik. Anak
dapat membedakan panjang maupun lebar dari balok yang digunakan.
4 Aspek Menerapkan
Kemampuan kognitif dalam menerapkan bentuk geometri, yaitu anak
dapat menerapkan bentuk geometri melalui menggambar bentuk geometri
(CL3.,P5,K2) (CL3.,P5,K3) (CL3.,P5,K4). Anak dapat menciptakan suatu
145
bentuk ataupun bangunan melalui media permainan balok, playdough dan
kepingan geometri. Anak dapat membuat pagar, rumah maupun bangunan
yang lainnya dimana anak membangun ataupun menyusunnya tanpa bantuan
(CL2.,P3.,K4) (CL2.,P3.,K6) (CL9.,P3.,K2) (CL9.,P3.,K3). Pada kegiatan
menggunakan lego anak dapat membuat pesawat dan tembakan
(CL7.,P2.,K6) (CL7.,P2.,K7) (CL10.,P3.,K2) (CL10.,P3.,K3)
(CL10.,P3.,K4).
Selanjutnya pada kegiatan menggunakan kepingan geoemetri anak
menyusun menjadi tengrem atau puzzle geometri (CL3.,P4.,K2)
(CL3.,P4.,K3) (CL3.,P4.,K4) (CL3.,P4.,K5). Pada kegiatan disiklus II
membuat benda atau menyerupai aslinya menggunakan kepingan geometri
anak membuat hewan yang disukai (CL11.,P3.,K1) (CL11.,P3.,K2)
(CL11.,P3.,K4) membuat orang (CL12.,P3.,K3) (CL12.,P3.,K3). Hasil
kegiatan yang berkaitan dengan aspek dalam kegiatan menggunakan balok
(CD2) (CD9), menggunakan lego (CD7) (CD10), menggunakan kepingan
geometri (CD3) (CD11) (CD12).
Hasil yang berkaitan dengan aspek ini dapat dilihat pada kegiatan
membedakan bentuk persegi dan persegi panjang (CD8) dan mengurutkan
lingkaran pada (CD4), menyusun balok ke atas dan ke samping (CD1) (CD4)
(CD9).
a. Display Data
Berdasarkan hasil pengamatan, catatan dokumentasi, catatan
wawancara peneliti dengan guru sentra, dapat diketahui bahwa anak sudah
menunjukan kemampuan mengenal bentuk geometri pada aspek
menerapkan dalam penyajian dalam bentuk bagan.
146
Display data di atas menggambarkan perkembangan mengenal
bentuk geometri pada aspek menerapkan berupa catatan lapangan,
catatan wawancara, dan dokumentasi merupakan satu kesatuan yang
menjelaskan bahwa kemampuan mengenal bentuk geometri anak terkait
dengan aspek menerapkan.
b. Verifikasi Data
Menerapkan bentuk geometri yang dilakukan melalui menggambar
bentuk yang awalnya hanya menggambar bentuk geometrinya saja
namun setelah dilakukan tindakan menjadi sebuah gambar yang sesuai
bagus. Aspek menerapkan, anak sudah dapat berkembang imajinasi
melalui bentuk-bentuk yang ia jumpai menjadi sebuah bentuk maupun
sebuah benda yang hampir menyerupai bentuk aslinya pada siklus II
terlihat dari refleksi pada siklus ke 1 dan tindakan-tindakan yang telah
dilakukan selama 11 kali pertemuan menunjukan adanya peningkatan
yang signifikan.
5 Aspek Mengidentifikasi
Kemampuan kognitif dalam kemampuan mengidentifikasi anak mampu
melafalkan bentuk geometri dengan benar dan jelas, anak tampak percaya diri
namun salah mengucapkan bentuk yang ditanya oleh guru (CL1.,P3.,K1)
(CL1.,P3.,K2) (CL6.,P3.,K5). Dalam mengingat bentuk geometri, Nampak
ada anak yang belum mengingat dan nama bentuk geometri tersebut
(CL5.,P2.,K5). Pada pertemuan selanjutnya sudah benar dalam melafalkan
bentuk geometri (CL4.,P2.,K1) dan sudah tampak anak mengingat bentuk
geometri yang ia gunakan (CL5.,P3.,K3).
Merapikan bentuk balok anak ataupun merapikan mainan seringkali anak
tidak sesuai dan masih bertanya ke guru (CL1.,P4.,K4) setelah di pertemuaan
selanjutnya hampir semua anak sudah dapat merapikan dengan benar
(CL2.,P3.,K7) (CL4.,P3.,K5) setelah di lakukan siklus II kesadaran anak
mulai tumbuh sehingga merapikan tanpa dibantu oleh guru kembali
147
(CL9.,P4.,K1). Anak senang merapikan karena peneliti memberi reward
berupa stempel bertuliskan „BEST‟.
Dalam Ketika dilakukan siklus II anak sudah tampak percaya diri dalam
melafalkan bentuk geometri (CL7.,p2.,K1) (CL12.,P3.,K3) (CL12.,P3.,K4).
Kemampuan kognitif dalam mengevaluasi kegiatan, anak dapat mengerti
bahasa ukuran serta anak dapat bermain sesuai dengan aturan yang dibuat
oleh guru maupun peneliti. Dalam bermain pada awal pra tindakan masih
banyak yang tidak sesuai dengan tema yang sudah direncanakan. Setelah
dilakukan tindakan siklus I anak sudah mengerti dengan aturan yang dibuat
(CL1.,P4.,K2) (CL8.,P4.,K2). Hasil kegiatan yang berkaitan dengan aspek ini
dalam kegiatan melafalkan bentuk (CD1) (CD7), anak dapat menjelaskan
bangunan yang telah dibangun (CD1), anak merapikan balok sesuai bentuk
yang sama dan bermain sesuai aturan (CD8).
a. Display Data
Berdasarkan hasil pengamatan, catatan dokumentasi, catatan
wawancara peneliti dengan guru sentra, dapat diketahui bahwa anak
sudah menunjukan kemampuan mengenal bentuk geometri pada aspek
mengidentifikasi dalam penyajian dalam bentuk bagan.
Display data di atas menggambarkan perkembangan kemampuan
mengenal bentuk geometri pada aspek mengidentifikasi berupa catatan
lapangan, catatan wawancara, dan dokumentasi merupakan satu kesatuan
yang menjelaskan bahwa kemampuan mengenal bentuk geometri anak
terkait dengan aspek mengidentifikasi.
148
b. Verifikasi Data
Pada aspek mengidentifikasi anak sudah dapat mengikuti aturan
main dan mau bermain sesuai aturan yang telah dibuat oleh guru. Untuk
melafalkan yang sebelumnya masih terbalik ataupun tidak sesuai setelah
diadakannya tidakkan ini anak sudah benar dan jelas dalam pelafalannya,
karena sudah dapat melafalkan itu berarti anak sudah dapat mengingat
bentuk geometri. Kegiatan menganalisis ini anak dapat mengurutkan dan
menyebutkan perbedaan pada bentuk geometri yang ditemui.
Merapikan mainan sering kali anak tidak mau melakukannya
ataupun melakukannya masih salah, namun setelah dilakukan tindakan
ini motivasi anak untuk merapikan mainan semakin berkembang bahkan
ada yang bukan milikinya juga ikut merapikan dan sesuai dengan bentuk.
Anak-anak kelompok A yang sebelumnya tidak mengikuti aturan
permainan sekarang berkembang menjadi lebih baik. Dalam pelafalan
yang awalnya terbalik atau bahkan sulit dan tertukar kini sudah dapat
berkembang lebih baik. Anak terlihat percaya diri ketika ditanya bentuk
geoemteri tersebut, dan juga anak terlihat senang belajar melalui
permainan yang mereka sukai dan sering mereka jumpai. Setelah
pemberian tindakan didapati bahwa anak sudah berada ditahap cukup
dalam kemampuan mengenal bentuk geometri, sehingga dapat dikatakan
bahwa melalui permainan konstruktif meningkatkan kemampuan
mengenal geometri anak.
D. Temuan Penelitian
Kegiatan mengenal bentuk geometri melalui permainan konstruktif dilakukan
dengan menggali kreativitas anak, dimana anak membangun, menyusun, maupun
mencetak bentuk geometri sesuai dengan imajinasi mereka. Hasil yang diperoleh
setelah melakukan permainan ini anak dapat memebedakan dan mengenal bentuk
geometri, anak dapat melafalkan dengan jelas bentuk geoemtri, anak dapat
membentuk hewan melalui permainan menyusun kepingan geometri, serta anak
dapat memodifikasi bangunan balok sesuai imajinasinya.
149
Kegiatan mengenal bentuk geometri melalui permainan konstruktif, keaktifan
anak terlihat saat membangun dan menyusun balok, lego, playdough, maupun
kepingan geometri. Suasana hati anak yang berubah-ubah membuat penelitian
sedikit terhambat. Pembelajaran tersebut merangsang berpikir anak untuk
memecahkan masalah dan menemukan jawaban sendiri. Dengan pengalaman
langsung tersebut pemahaman anak dalam menyebutkan bentuk geometri dapat
optimal.
Penelitian mengenal bentuk geometri melalui permainan konstruktif ini di
pilih berdasarkan prinsip-prinsip belajar melalui permainan. Secara tidak langsung
anak-anak belajar dalam suatu permainan, tetapi juga bermain ketika belajar.
Teori yang diungkapkan oleh Bloom mengenai aspek kognitif anak yang
mempengaruhi perkembangan kognitif dapat dikaitkan dengan pembelajaran
geometri pada anak usia dini. Menurut Somerest dalam Masnipal, melalui
permainan ini anak dapat mengembangkan ekspresi kreatif, belajar kognitif,
keterampilan manipulatif, imaginasi, dan aspek dramatik serta melibatkan
sejumlah alat yang dipakai untuk bermain, seperti peralatan (equipment) dan
bahan-bahan (materials) yang dikaitkan pula pada pembelajaran untuk mengenal
bentuk-bentuk geometri pada anak dengan permainan konstruktif. Melalui
permainan tersebut anak-anak akan mudah belajar mulai dari mengetahui,
memahami, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari karena antara belajar
dan bermain sama-sama menyenangkan sekaligus menantang.
E. Keterbatasan penelitian
Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan oleh peneliti dan dibantu
oleh guru sentra ini dalam meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri
melalui permainan konstruktif pada anak kelompok A di TK Hikari mengalami
peningkatan yang baik. Akan tetapi dalam pelaksanaanya masih terdapat
keterbatasannya yaitu :
1. Penelitian ini menggunakan permainan yang pada kegiatan menyusunnya
dan merapikannya perlu waktu yang lebih sehingga anak bermain dirasa
kurang puas.
150
2. Kondisi kelas yang hanya di batasi oleh lemari membuat fokus anak-anak
terbagi dengan suara kelas sebelah.
3. Penelitian ini hanya dilakukan oleh anak kelompok A di TK Hikari.
151
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan bahwa
pernerapan permainan konstruktif dapat meningkatkkan kemampuan kognitif
dalam mengenal bentuk geometri pada kelompok A di TK Hikari. Peningkatan
dapat dilihat dari presentase pra tindakan dengan rata-rata 30,02% setelah
dilakukan tindakan yaitu pada siklus I meningkat dengan rata-rata presentase
44,8%. Dengan adanya peningkatan pada siklus I namun hasil tersebut belum
memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 75% dan pada siklus
II presentase rata-rata keberhasilan meningkat menjadi 77,5%. Peningkatan ini
dilihat dari kemampuan anak dalam mengelompokkan, membandingkan ukuran,
mengurutkan, menerapkan, mengidentifikasi bentuk geometri.
B. Implikasi
Impikasi dalam penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kognitif dalam
mengenal bentuk geometri pada anak kelompok A. Mengingat pentingnya
mengenal bentuk geometri maka dilakukan dengan metode yang menyenangkan
untuk meningkatkan kemampuan tersebut yaitu menggunakan permainan
konstruktif. Meningkatkan juga motivasi dan minat belajar anak dalam kegiatan
mengenal bentuk dengan cara yang menyenangkan. Serta terciptanya suasana
aktif dan kreatif pada anak dalam proses pembelajaran.
C. Saran
Setelah mengetahui kesimpulan kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk
geometri, maka diberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Guru hendaknya menggunakan permainan konstruktif sebagai media
untuk pembelajran dalam mengenal bentuk geometri.
b. Guru hendaknya memperhatikan alokasi waktu dalam penerapan
permainan konstruktif.
152
2. Bagi Kepala Sekolah
a. Kepala sekolah hendaknya memotivasi guru dalam menerapkan
permainan konstruktif khususnya untuk pembelajaran mengenal
bentuk.
b. Kepala sekolah hendaknya memfasilitasi guru dalam menerapkan
kegiatan bermain permainan konstruktif.
3. Bagi peneliti lain
Diharapkan peneliti menggunakan permainan konstruktif untuk
mengembangkan lebih lanjut pengenalan bentuk geometri yang lebih
bervariasi.
153
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, Marlia. Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk-Bentuk
Geometri Datar Melalui Permainan Tradisional Gotri Legendri Pada Anak Kelas
B Tk Sunan Kalijogo, Skripsi pada Universitas Negri Yogyakarta, Yogyakarta,
2015.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rhineka Cipta, 2013
Asmawati, Luluk. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini Secara Islam, Jakarta:
STIT INSIDA, 2008
Astiti, Kadek Ayu Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2017
Barbara A. Wasik dan Carol seefeldt. Terjemahan: Pendidikan Anak Usia Dini:
Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, Lima Tahun Masuk Sekolah, Jakarta :
Indeks, 2008
Beaty, Janice J. Observasi Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana
Penada Group, 2013
Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa, Sleman: Deepublish, 2017
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012
Drost, Sekolah: Mengajar atau Mendidik?, Yogyakarta: Kanisius, 2008
Dedi, & Wijaya Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Indeks, 2011
Gani, Abd Rahman. Metode Penelitian Tindakan Sekolah, Jakarta: Raja Grafindo,
2014
Hosnan, M. Psikologi perkembangan Anak Usia Dini, Bogor: Ghalia Indonesia,
2016
Hanifah,Nurdinah. Memahami Penelitian Tindakan Kelas: Teori dan Aplikasinya,
Bandung: UPI Press, 2014
Kuswana, Wowo Sunaryo. Taksonomi Berpikir, Bandung: Remaja RosdaKarya,
2011
Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional, Jakarta:
Gramedia, 2013
154
Mulyasa, E. Kurikulum Berbasik Kompetensi, Bandung: Rosda Karya, 2010
Mutiah, Diana. Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta:Kencana Prada Media
Group, 2010
Nata, Abuddin. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Kencana Prenada
Group, 2009
Pratiwi,Yuli Sri. “Peningkatan Kemampuan Kelompok A2 Dalam Mengenal
Bentuk Geometri Melalui Kepingan Bangun Datar Di TK Sekar Sekar Tanjung
Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi Tahun Pelajaran 2015-2016”, Skripsi
pada Universitas Jember, 2016
Raharjo, Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Goemetri melalui
Permainan Kotak Pos, Jurnal Praktik Tindakan Kelas Pendidikan Dasar dan
Menengah, Vol 6 (3) Juli 2016
Rustiyanti, Desy Wahyu. Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri
Melalui Permainan Dakon Geometri Pada Anak Kelompok A Di Tk Arum Puspita
Triharjo Pandak Bantul, Skripsi pada Universitas Negri Yogyakarta, Yogyakarta,
2014
Rusyani, Endang. Peningkatan Kemampuan Dasar Matematika Melalui
Permainan Konstruktif, Disertasi: Universitas Negeri Jakarta , 2016
Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana, 2010
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2012
Sit, Masganti. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, Depok: Kencana, 2017
Sujiono, Yuliani Nuraini. Metode Pengembangan Kognitif, Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka) 2017
Sujiono, Yuliani Nuraini. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta:
INDEKS, 2013
Suryani,Endang. Peningkatan Kemampuan Dasar Matematika melalui Permainan
Konstruktif pada Kelompok B di TK Negeri Pembina Kabupaten Sumedang Jawa
Barat, Skripsi pada Universitas Negri Jakarta, Jakarta, 2016
Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Aspeknya,
Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2014
155
Sukmadinata,Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya , 2010
Sri Tatmingsih dan Tadkiroatun Musfiroh Bermain dan Permainan Anak,
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2015
Syah,Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2015
Syahrur, Muhammad. Tirani Islam, Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2003
Tahlib,Syamsul Bachri. Psikologi Pendidikan Berbasis Analilis Empiris Aplikatif,
Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010
Tampubolo,Saur. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Erlanga, 2014
Tatang, Karlimah dan Komariah, Pendidikan Matematika I, Bandung: UPI Press,
2007
Tiurlina, dan Erna Suwangsih. Model Pembelajaran Matematika, Bandung:
Bahan Belajar Mandiri, 2006
Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009
Wiwik, “Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui
Permainan Ambil Susun Di Play Group”, Skripsi pada PG PAUD Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negri Surabaya.
Yus, Anita Penilaian Perkembangan Belajar Taman Kanak-kanak, Jakarta:
Kencana Pranada Media Group, 2011
Lampiran 1
Kisi kisi Instrumen
Aspek Indikator No Jumlah
Butir Butir
Menggelomp
okkan
Menyebut, menunjuk, dan
menggelompokkan segi empat.
Anak dapat menyebut,
menunjuk, dan
mengelompokkan bentuk
geometri (segitiga, persegi,
lingkaran)
Anak dapat menyebutkan
benda-benda yang ada di kelas
sesuai dengan bentuk geometri
3
7,8
4
4
Membanding
kan ukuran
Anak dapat membandingkan
benda menurut besar, kecil,
panjang, pendek, tinggi, pendek.
Anak dapat mengerti dan
menggunakan bahasa ukuran,
seperti ukuran besar-kecil,
panjang-lebar, tinggi-rendah,
panjang-pendek
5
14
3
Mengurutkan Anak dapat menyusun menara
dari kubus ke atas dan ke
samping
Anak dapat mengurutkan ukuran
geometri dimulai dari yang
terkecil (lingkaran, persegi, dan
segitiga)
10
11,12
3
Menerapkan Anak dapat menciptakan bentuk
sederhana dari kepingan
geometri
Anak dapat menirukan pola
lingkaran, segitiga, persegi
16
17
9
3
Mengidentifik
asi
Anak dapat mengenali bentuk
sederhana geometri (lingkaran,
segitiga, persegi)
Anak dapat mengikuti aturan
bermain
Anak dapat menjelaskan
bangunan yang telah dibuat
Anak dapat mencocokan dengan
menurut warna, benda, dan
ukuran
1,2
15
6
13
4
Jumlah 17 17
Penilaian Instrumen
No Butir Indikator 1
BB
2
MB
3
BSH
4
BSB
1. Anak dapat melafalkan bentuk geometri
2. Anak dapat mengingat bentuk balok
3. Anak dapat mengurutkan pola persegi
4. Menyebutkan benda-benda yang ada di kelas
sesuai dengan bentuk geometri
5. Anak dapat menjelaskan perbedaan bentuk balok
6. Anak dapat menjelaskan tentang bangunan yang
telah dibuat
7. Anak dapat menyebutkan jumlah kepingan
geometri yang diambil
8. Anak dapat mengelompokkan geometri sesuai
dengan bentuknya
9. Anak dapat menggambarkan bentuk geometri
sesuai imajinasinya
10. Anak dapat menyusun balok persegi ke atas dan
ke samping
11. Anak dapat mengurutkan bentuk lingkaran kecil-
besar pada kepingan geometri
12.
Anak dapat membedakan bentuk persegi dan
persegi panjang pada balok
13. Anak merapikan balok sesuai dengan gambar
balok
14. Anak dapat mengurutkan benda berdasarkan 5
seriasi ukuran atau warna
15. Anak dapat bermain dengan sesuai dengan
aturan
16. Anak dapat menyusun kepingan geometri
menjadi sebuah bentuk
17. Anak dapat membuat lego menjadi sebuah
bentuk
Lampiran 2
Dokumentasi Permainan Konstruktif
1. Aspek Mengelompokkan
Anak menyusun balok kesamping anak menyusun puzzle geometri
Anak sedang mencetak bentuk geometri dengan menggunakan playdough
2. Aspek Membandingkan ukuran
Anak menyusun bentuk balok menjadi pagar
Anak bermain kepingan geometri membentuk rumah
3. Aspek Mengurutkan
Anak bermain puzzle geometri anak bermain balok membentuk pagar
4. Aspek Menerapkan
Anak menyusun balok ke atas dan
kesamping
Anak mencetak bentuk segitiga dengan playdough anak membuat rumah balok
5. Aspek Mengidentifikasi
Anak mencetak bentuk dengan playdough anak menyusun kepingan geometri
menjadi rumah
Anak bermain kepingan geometri
menjadi orang dan menyusun menjadi
puzzle.
Catatan Wawancara
Catatan Lapangan
Pertemuan ke 1. Senin, 3-9-2018
Waktu Deskripsi
07.00-
08.00
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
meletakkan tas di belakang kursi. Ada yang bermain di playground
dan ada yang main di dalam kelas. Lalu suara tamborin bunyi
pertanda masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas, menyanyi
dan periksa kuku. Kemudian dilanjutkan masuk ke dalam kelas
melakukan circle time bersama, menyanyikan lagu Indonesia Raya
dan lagu sesuai tema lalu dilanjutkan berdoa. Setelah itu anak-anak
menuju ke sentra masing-masing. Kelompok A masuk ke sentra
Seni.
09.30-
09.50
Waktu istirahat makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan
09.50-
10.50
Peneliti memulainya dengan tepuk semangat terlebih dahulu lalu
menyanyikan lagu sesuai dengan tema “Diriku” yaitu menyanyikan
lagu “aku adalah aku” lalu dilanjutkan menyanyikan lagu-lagu
“berhitung”, lagu “lima anak bebek”. Setelah itu peneliti
menjelaskan tema “diriku” yaitu bertanya dan menjelaskan ciri-ciri
anak perempuan dan anak laki-laki. Tidak semua anak menjawab
ada yang dia saja. dilanjutkan dengan bermain kuda bisik. Guru
membisikkan sebuah kata geometri lalu anak tersebut membisikkan
ketemannya kata pertama yang guru bisikkan adalah “persegi” ada
beberapa anak yang salah mengucapkan kata persegi tersebut.
Kegiatan inti dimulai dengan guru bertanya “balok ini berbentuk apa
ya ?” tidak semua anak menjawab tetapi ada yang beberapa anak
yang menjawab “persegi panjang” dilanjutkan lagi peneliti
menanyakan bentuk geometri selanjutnya sambil mengangkat
bentuk baloknya “ini bentuknya apa ya?” ada sebagian anak yang
menjawab “bulat”, AL menjawab “persegi bulat”, terdengar Syalom
berbicara “masa persegi bulat si”. Lanjut ke pertanyaan ketiga yang
peneliti tanyakan “yang ini bentuknya apa ya?” ada yang menjawab
“persegi kotak” dan peneliti bertanya pada IB, dia terlihat bingung
sehingga ia menjawab “kotak”. Selanjutnya peneliti menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan dan memberi tahu aturan
permainannya. (video)
Kegiatan bermain balok berjalan dengan baik walaupun masih ada
yang pindah – pindah kelompoknya. Hari ini menyusun balok ke
samping dan sebagian anak sudah ada yang bisa menyusun balok ke
samping sesuai dengan perintah guru. Setelah permainan selesai ada
beberapa anak yang mau merapikan dan ada tidak mau merapikan
dan hanya berdiri di dekat loker balok. VN dan AY yang tidak
mengetahui tempat balok tersebut dan bertanya “bu guru ini
tempatnya dimana?”
10.50-
11.00
Anak-anak duduk kembali lalu peneliti bertanya kembali apa saja
yang tadi dibuat dengan balok, anak-anak ada yang menjawab
“bermain balok membuat rumah, menyusun balok ke samping” lalu
peneliti menanyakan perasaan selama hari ini anak-anak serempak
menjawab “senang”. Kemudian mulai berdoa sesudah belajar.
Refleksi :
Hari ini adalah hari pertama bermain menyusun balok. Balok hanya disusun ke
samping, cukup mudah di lakukan oleh anak sampai tidak jatuh itulah. Untuk
pertemuan selanjutnya masih melakukan dengan balok yaitu menyusun balok
kesamping menjadi pagar.
Pertemuan ke 2, selasa 4-9-2018
Waktu Deskripsi
07.00-
08.00
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
meletakkan tas di belakang kursi. Ada yang bermain di playground
dan ada yang main di dalam kelas. Lalu suara tamborin bunyi
pertanda masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas, berbaris di
pimpin oleh bu Rosidah. Lalu anak-anak melakukan circle time,
bernyanyi sesuai tema dilanjutkan berdoa. Kemudian anak masuk ke
kelas sentra balok.
09.30-
09.50
Waktu istirahat makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan.
09.50-
10.50
Peneliti memulai dengan bernyanyi “Matamu yang mungil” semua
anak ikut bernyanyi. Kemudian peneliti membuat kereta untuk
mengajak anak-anak bermain kuda bisik. Di depan ada SH dan di
paling belakang ada RY. Peneliti mulai memberi tahu tata cara
bermain kuda bisik kepada anak-anak. Lalu peneliti berbisik kata
“persegi” dimulai dari SH berbisik ke AL dan selanjutnya. Dipaling
belakang RY menebak kata apa yang di bisiki oleh IB. RY sempat
berfikir kata apa yang disebut IB dan ketika peneliti menyuruhnya
mengambil balok mana yang sudah dibisiki oleh IB dan RY
menggambil salah RY menggambil balok segitiga. Setelah semua
peneliti tanya kesalahan berada pada AL.
Kegiatan inti dimulai dari tepuk “diam”lalu semua anak duduk dan
langsung menghadap ke peneliti. Peneliti memegang balok persegi
panjang dan menanyakan “ini bentuk apa?” SY menjawab „persegi
panjang bu‟ dan RY „persegi panjang‟ dan AY ,AL, AC, dan SH
menjawab „kotak‟. VN, RJ, KN sibuk bermain sendiri sementara IB
diam tidak tau. Lalu peneliti melanjutkan menanyakan “siapa yang
tau perbedaan benda ini(persegi dan pesegi panjang)” lalu SY
menunjuk tangan „saya buguru tau ini panjang dan yg satu lagi
pendek‟ dan RY menujuk tangan juga „ini kotak kecil yang satu lagi
persegi panjang panjang‟ lalu peneliti langsung memberi apresiasi
dengan bertepuk tangan. Kemudian peneliti menjelaskan tata tertib
bermain balok dan cara membuat pagar yaitu dengan cara menyusun
balok yang persegi panjang kesamping dan diatasnya boleh
ditambahkan hiasan. Anak-anak mulai dengan mengambil alas dan
mencari teman yaitu satu alas diisi oleh tiga anak. AY terlihat
bingung saat menyusun pagar hanya menyusun balok ke samping.
RY mencoba buat gapura dengan balok persegi panjang , sementara
SH membuat pagar dengan balok tabung yang kecil. Peneliti
menanyakan „pagar SH mana?‟ SH menjawab „ini pagar SH‟.
Setelah semua membuat akhirnya waktunya membereskan yang
paling banyak membereskan ada SH, AY, AL.
10.50-
11.00
Setelah membereskan waktunya untuk bersiap pulang. Peneliti
menanyakan kegiatan hari ini lalu sambil menanyakan kepada AY,
IB, dan RY benda-benda yang bentuk seperti persegi. Mereka
menunjuk dan tidak menyebutkan nama benda tersebut. Berbeda
dengan AL dan BT mereka menunjuk seraya mengatakan nama
benda tersebut. Peneliti menanyakan “tadi kita telah membuat apa
hari ini dengan balok?” anak-anak menjawah “pagar” dan peneliti
menanyakan perasaan hari ini dan mereka serempak menjawab
“senang” lalu berdoa pulang.
Refleksi : Hari ini Sangat senang anak-anak masih bermain dengan balok dan
cukup mudah hanya membuat pagar dengan balok di susun ke samping dengan
ada bangunan lain di tengahnya. Ada anak yang hanya membangun pagar dan ada
yang membangun pagar dengan ada tambahan bangunan lainnya. Untuk
pertemuan selanjutnya berganti permainan yaitu dengan menggunakan kepingan
geometri yang disusun seperti puzzle untuk membuat menjadi sebuah bentuk
geometri.
Pertemuan ke 3. Rabu,5-9-2018
Waktu Deskripsi
07.00-
08.00
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi. Ada yang bermain di playground dan
ada yang main di dalam kelas. Lalu suara tamborin bunyi pertanda
masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas, menyanyi yang masih
dipimpin oleh bu Rosi. Kemudian dilanjutkan masuk ke dalam kelas
melakukan circle time bersama menyanyikan lagu “good morning”
dan lagu sesuai tema. Lalu anak masuk ke kelas sentra persiapan.
09.30-
09.50
Waktu istirahat makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan
09.50-
10.50
Peneliti memulai dengan bernyanyi “Happy family” dilanjutkan
dengan bernyanyi “satu dua tiga” semua anak ikut bernyanyi.
Peneliti menanyakan tentang tema yang sudah dijelaskan oleh guru
sentra. Kemudian peneliti mengajak anak untuk berdiri dan
membuat kereta untuk bermain kuda bisik. Yang didepan ada SH,
ketika semua sudah siap semua peneliti langsung membisikkan kata
“segitiga” dan SH langsung berbisik ke AL dan seterusnya sampai
yang terakhir ada RJ. Peneliti menanyakan kepada RJ kata apa yang
dibisikkan IB, RJ menjawab “aku tidak tau”. ketika peneliti tanya
kesalahan pada AC yang berbisik tidak sesuai.
Kegiatan inti dimulai dengan peneliti menanyakan benda yang
peneliti pegang yaitu “lingkaran” AC ,AL, IB, DN menjawab
“budaran” BT dan SH menjawab “Bulat” KN dan RY menjawab
“Lingkaran”. kemudian peneliti menunjukkan gambar untuk
menyusun puzzle. Peneliti mengatakan “bu guru punya gambar ini
nanti anak-anak menyusun bentuk ini ya, nanti dicari kepingan
geometrinya yang sama untuk membuat menjadi bentuk persegi,
persegi panjang, persegi lima dan ada bentuk laying-layang, bisa?”
dan DN, KN, AL, dan SH mengatakan “aku tidak bisa bu” RY, BT,
SY langsung antusias melihat contoh yang peneliti contohkan.
Peneliti mulai mempersilahkan anak-anak menyusun kepingan
geometri menjadi sebuah bentuk. DN dan RY menyusun bentuk
segitiga dan persegi sedangkan BT menyusun sendiri bukan sesuai
dengan gambar . KN tampak yakin bisa menyusun persegi dengan
dua segitiga yang disatukan. Sedangkan SH menyusun persegi
dengan 4 bentuk segitiga dan menyusun layang-layang dengan 4
bentuk jajargenjang . VN menyusun layang-layang dengan 4 bentuk
jajar genjang dengan bantuan motivasi dari peneliti. VN tampak
senang karena bisa menyelesaikan puzzle tersebut “bu Vina bisa ya”
katanya.
10.50-
11.00
Setelah membereskan semua mainan, peneliti mengajak duduk
melingkar dan menanyakan kembali tentang tema dan kegiatan
menyusun kepingan geometri “siapa yang ingat tadi menyusun
kepingan geometrinya bentuk apa saja?” RY mengatakan “persegi
segitiga persegi panjang bu” KN dan BT menjawab “ persegi dan
segitiga” peneliti mengatakan “iya pintar, ada persegi, segitiga,
layang-layang, persegi lima dan persegi panjang” setelah itu
bernyanyi sebelum pulang dan berdoa sebelum pulang.
Refleksi :
Hari ini anak-anak senang, karena sudah ada yang dapat menyusun kepingan
bentuk menjadi sebuah bentuk yang lain walaupun pada awalnya 3 anak tidak
yakin bisa tetapi ketika dicoba mereka dapat mengerjakannya. Masih ada 2 orang
yang kesulitan mencocokan namun sudah banyak yang bisa menyusun sendiri
dengan tepat. Untuk pertemuan selanjutnya anak bermain dengan balok yaitu
menyusun balok ke atas.
Pertemuan ke 4 Senin, 10-9-2018
Waktu Deskripsi
07.00-
08.00
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi. Ada yang bermain di playground dan
ada yang main di dalam kelas. Lalu suara tamborin bunyi pertanda
masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas yang dipimpin oleh bu
Linda, menyanyi dan periksa kuku. Kemudian dilanjutkan masuk ke
dalam kelas melakukan circle time bersama, menyanyikan lagu
Indonesia Raya dan lagu sesuai tema lalu dilanjutkan berdoa.
Setelah itu anak-anak menuju ke sentra seni.
09.30-
09.50
Waktu istirahat makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan
09.50-
10.50
Peneliti memulai dengan bernyanyi lagu “daddy fingers” dilanjutkan
bermain kuda bisik dengan menggunakan kata “lingkaran”. kuda
bisik dimulai dari AL dan berakhir di SY ketika peneliti tanya kata
apa yang disikkan SY menjawab benar yaitu “lingkaran”. Peneliti
mulai berdiskusi tentang cara menyusun balok ke atas, anak-anak
memperhatikan contoh yang diberikan dan anak-anak mendengarkan
aturan permainan “ambil baloknya hanya lima ya anak-anak nanti
disusun ke atas, ambilnya dua dua agar tidak jatuh dan kena kaki
anak, oke?” anak-anak menjawab “oke bu”
Kegiatan bermain balok mulai dengan anak-anak mengambil alas
untuk bermain, RJ tidak mau ikut bermain RJ mengatakan “aku gak
mau main bu, aku gabisa bikinnya” AL, BT dan VN membangun di
alas yang sama berwarna merah. AC, SY, SH, dan KN membangun
di alas yang sama berwarna oren. IB, AY, dan RJ membangun di
alas berwarna oren, sedangkan RY dan DN membangun di alas
merah biru. Peneliti bertanya kepada RY “tadi kamu ngambil
baloknya berapa?” RY menjawab “10 bu guru” “kalau Daniel?”
tanya peneliti lagi “5 bu guru” “kalau kinant?” “5 bu guru” kata
kinanti. Setelah itu peneliti bertanya juga ke alea “tadi alea ambil
baloknya berapa?” AL menghitung dan mejawab “15 bu guru”
“kalau beth?” tanya peneliti lagi “aku ambilnya 4 bu guru” jawab
BT. Peneliti lanjut menanyakan ke AC balok yang diambil dan AC
menjawab “aku ambil 5 bu guru” “coba dihitung apakah benar 5”
kata peneliti, AC menghitung dan langsung tersenyum seraya
berkata “iya tadi aku ambil udh 5 bu guru”.
Waktu bermain sudah selesai anak-anak mulai merapikan balok,
semua anak bergotong royong merapikan.
10.50-
11.00
Semua balok sudah dibereskan, peneliti mengajak duduk melingkar,
serta menanyakan kembali terkait tema yang sudah dijelaskan oleh
guru sentra dan perasaan hari ini anak-anak menjawab senang. Lalu
bernyanyi dan berdoa pulang.
Refleksi :
Hari ini anak-anak menyusun balok ke atas, cukup mudah namun harus penuh
hati-hati karena bisa jatuh jika disusun terlalu tinggi tanpa penyangga. Hampir
semua anak bisa melakukan ini dan hanya yang tidak mau balok saja yang tidak
mau melakukan ini. Untuk pertemuan selanjutnya peneliti menggunakan
playdough untuk mencetak bentuk.
Pertemuan ke 5, selasa 11-9-2018
Waktu Deskripsi
07.00-
08.00
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi. Ada yang bermain di playground dan
ada yang main di dalam kelas. Lalu suara tamborin bunyi pertanda
masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas, baris di pimpin oleh
bu Linda. Menyanyi dilanjutkan di dalam di dalam kelas, anak-anak
duduk melingkar dan menyanyikan lagu “Good Morning” dan lagu
sesuai tema dilanjutkan dengan berdoa sebelum belajar.kemudian
anak-anak masuk ke sentra balok.
09.30-
09.50
Waktu istirahat makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan
09.50-
10.50
Peneliti memulai dengan bernyanyi lagu “Satu-Satu Aku Sayang
Ibu” dilanjutkan bermain kuda bisik dengan menggunakan kata
“persegi”. Setelah itu, Peneliti mulai berdiskusi tentang persegi
“siapa yang tau, benda apa yang berbentuk seperti persegi” BT dan
RY langsung bangun dan menunjuk kaca yang berbentuk persegi
“ini bu yang berbentuk persegi” IB menjawab “bu yang diatas pintu
berbentuk persegi” SY “tempat duduk bu bentuknya sama”. Setelah
itu peneliti mencontohkan cara mencetak menjadi bentuk persegi
dengan playdough. KN berkata “bu aku tidak bisa” AL, DN, dan AC
juga berkata “iya bu aku tidak bisa” tapi berbeda dengan lain AY
dan RY mengatakan “bu aku bisa”
Kegiatan mencetak dimulai anak-anak mengambil alas terlebih
dahulu dan mengabil play dough lalu mengambil kepingan geometri
untuk mencetak bentuk. Al “bu bisa bantu aku? Aku tidak bisa”
peneliti menjawab “bisa kamu ambil terus di lebarkan dengan
ditekan lalu letakkan bentuk persegi itu diatasnya kemudian
pisahkan bagian yang tidak tertutupi kepingan geometri ini. Ayo
coba lakukan” lalu AY mengatakan “bu seperti ini kan” peneliti
menjawab “iya benar ini bentuk apa?” AY menjawab “persegi” lalu
BT mengatakan “bu seperti ini?” peneliti menjawab “ iya seperti ini,
ini bentuk apa?” BT menjawab “bentuk persegi” SH mengatakan
“bu susah, seperti ini bukan bentuknya” peneliti menjawab “iya ini
sudah mendekati tidak apa-apa, ini bentuk apa namanya?” SH
menjawab “persegi bu” lalu terlihat rayyan sedang konsentrasi
mencetak bentuknya “rayyan ini sudah? Ini bentuk apa?” RY
“bentuk persegi empat”.
10.50-
11.00
Setelah semua mencoba membuat waktunya beres-beres kelas
Karena sudah mau pulang. Dan anak-anak mulai membereskan dan
peneliti mulai duduk melingkar untuk menanyakan kembali kegiatan
hari ini dan perasaan hari ini. Semua anak menjawab sangat senang
hari ini.
Refleksi :
Hari ini anak-anak senang melakukan dengan permainan baru dengan
menggunakan playdough dan kepingan geometri anak-anak tampak senang karena
mereka membentuk persegi, tampak banyak kesulitan membuatnya. Maka dari itu,
peneliti akan mengulang tentang mencetak bentuk geometri dengan kepingan
geometri pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan ke 6, Rabu, 12-9-2018
Waktu Deskripsi
07.00-
08.00
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi. Ada yang bermain di playground dan
ada yang main di dalam kelas. Lalu suara tamborin bunyi pertanda
masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas, baris di pimpin oleh
bu Linda. Menyanyi dilanjutkan di dalam di dalam kelas, anak-anak
duduk melingkar dan menyanyikan lagu “Good Morning” dan lagu
sesuai tema dilanjutkan dengan berdoa sebelum belajar.kemudian
anak-anak masuk ke sentra persiapan.
09.30-
09.50
Waktu istirahat makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan
09.50-
10.50
Peneliti memulai dengan bernyanyi lagu “sentuhan boleh”
dilanjutkan bermain kuda bisik dengan menggunakan kata
“segitiga”. Peneliti mulai berdiskusi tentang cara mencetak bentuk
segitiga dengan mengambil bentuk segitiga pada kepingan geometri.
Lalu peneliti menanyakan “benda apa saja yang berbentuk seperti
bentuk segitiga?” RJ dan AL langsung menunjuk ke kaca yang
berbentuk segitiga. Semua anak mencari apa saja yang berbentuk
seperti segitiga yang ada didalam kelas. KN membentuk segitiga
dari jari tangan “ini bu segitiga” BT dan DN juga membentuk
segitiga dari jari tangan.
Kegiatan mencetak bentuk dari playdough dimulai anak mengambil
alas dan playdough lalu menggambil kepingan geometri berbentuk
segitiga. Semua anak mencetak bentuk segitiga dan yang pertama
selesai mencetak ada RY dan berkata “bu aku bisa bikin segitiga”
dan langsung menghampiri kaca yang berbentuk segitiga dan
menempelkannya ke kaca tersebut dan berkata “bu ini segitiganya
sama ya” peneliti memuji RY. DN mencetak segitiganya dengan
gembira walaupun segitiganya cukup mirip dengan aslinya. SY juga
membuat segitiga yang hampir menyerupai bentuk segitga. SH, RJ
dan BT juga membuat yang hampir menyerupai bentuk segitiga.
Peneliti menanyakan kepada RJ “ini mencetak bentuk apa?” RJ
dengan suara kecilnya dan dibantu untuk menjawab “segitiga”.
10.50-
11.00
Setelah semua mencoba membuat waktunya beres-beres kelas
Karena sudah mau pulang. Dan anak-anak mulai membereskan dan
peneliti mulai duduk melingkar untuk menanyakan kembali kegiatan
hari ini dan perasaan hari ini. Semua anak menjawab sangat senang
hari ini.
Refleksi : pertemuan hari ini sangat menyenangkan anak-anak sudah terlihat
peningkatan dalam pengucapan dan mengingat bentuk geometri yang di
gunakannya. Untuk itu dilakukan tindakan lebih lanjut untuk meningkatkan dalam
mengenal lebih banyak lagi bentuk geometri yang lain.
Pertemuan ke 7 Kamis, 13-9-2018
Waktu Deskripsi
07.00-
08.00
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi. Ada yang bermain di playground dan
ada yang main di dalam kelas. Lalu suara tamborin bunyi pertanda
masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas, baris di pimpin oleh
bu Linda. Menyanyi dilanjutkan di dalam di dalam kelas, anak-anak
duduk melingkar dan menyanyikan lagu “Good Morning” dan lagu
sesuai tema dilanjutkan dengan berdoa sebelum belajar.kemudian
anak-anak masuk ke sentra bermain peran.
09.30-
09.50
Waktu istirahat makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan
09.50-
10.50
Peneliti memulai dengan tes suara anak-anak “mana suaramu” anak
anak menjawab “ ini suaraku” lalu bernyanyi “Lihat Bapak Polisi”.
Peneliti mulai menanyakan bentuk melalui kepingan geometri
berbentuk persegi “ini bentuk apa?” anak-anak menjawab “persegi”
peneliti mengeluarkan kembali bentuk lingkaran dan menayakan
kembali “ini bentuk apa?” SY , KN, RY menjawab “Lingkaran” AC,
AY, AL menjawab “bulatan”. Setelah itu peneliti menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan. Sebelumnya peneliti menjelaskan
fungsi pistol yang dipakai pak polisi dan anak-anak semua
menyimak. Lalu peneliti menanyakan kembali bentuk lego yang
berbentuk seperti persegi “lego ini kalau dilihat bentuknya apa ya?”
SH menjawab “itu bentuknya kotak bu” lalu KN mengatakan
“bukan itu bentuk persegi empat” kemudian peneliti mengambil lagi
lego seperti bentuk persegi panjang dan menanyakan kembali “lego
ini kalau dilihat bentuknya apa ya?” lalu RY menjawab “persegi
panjang bu” peneliti memuji anak yang bisa menjawab “siapa yang
tau bedanya lego ini dan lego yang satu lagi?” KN menjawab “lego
yang kanan berbentuk persegi dan yang satu lagi persegi panjang,
kalau persegi panjang dia panjang bentuknya” peneliti memberikan
tepuk tangan untuk KN yang sudah mau menjawab pertanyaannya.
Selanjutnya peneliti menjelaskan aturan bermain untuk main lego
dengan membuat pistol pak polisi. Dan anak mulai membuat pistol
dari lego. “bu pistol aku keren kan?”kata RY, berbeda dengan AY,
VN dan AL meminta bantuan untuk membuat pistol dan dibantu
oleh IB dan RY. Setelah semua mempunyai pistol semua anak
bermain pistol tersebut.
10.50-
11.00
Waktunya beres-beres karena waktu sudah mau pulang. Lalu anak-
anak merapikan dan siap menggendong tasnya. Peneliti menanyakan
kembali tentang tema dan kegiatan hari ini anak-anak menjawab
senang dengan kegiatan hari ini . bernyanyi kemudian berdoa
sebelum pulang.
Refleksi : kegiatan hari ini cukup baik, tetapi masih ada yang dibantu dalam
membuat bentuk dari mainan lego yang sering digunakan oleh anak. Untuk
pertemuan selanjutnya masih menggunakan lego dengan membuat bentuk dari
lego dengan benda yang lebih banyak menggunakan lego tersebut.
Pertemuan ke 8. Senin, 17-9-2018
Waktu Deskripsi
07.00-
08.00
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi. Ada yang bermain di playground dan
ada yang main di dalam kelas. Lalu suara tamborin bunyi pertanda
masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas, baris di pimpin oleh
bu Linda. Menyanyi dilanjutkan di dalam di dalam kelas, anak-anak
duduk melingkar dan menyanyikan lagu “Good Morning” dan lagu
sesuai tema dilanjutkan dengan berdoa sebelum belajar.kemudian
anak-anak masuk ke sentra seni
09.30-
09.50
Waktu istirahat makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan
09.50-
10.50
Peneliti memulai dengan bernyanyi “ru ru rumahku” dan mulai
berhitung jumlah anak yang masuk hari ini. Kemudian peneliti
melanjutkan dengan mengambil kepingan geometri dan menanyakan
“bu guru punya bentuk apa ini ?” KN menjawab “persegi panjang”
kemudian peneliti menanyakan kembali dengan mengambil bentuk
persegi “ini bentuk apa?” AY menjawab “persegi kotak bu
guru”.peneliti mengambil bentuk lingkaran dan bertanya “ini bentuk
apa?” AC dan SY menjawab “lingkaran” peneliti menjelaskan
tentang kegiatan yang akan dilakukan dan mencontohkan cara
menyusun kepingan geometri menjadi sebuah bentuk rumah. RY
mengatakan “bu aku bisa membuat rumah” ketika peneliti tanya
berapa jumlah kepingan yang diambil RY menjawab “5” dan
menunjukkan jarinya. Peneliti juga menanyakan KN berapa jumlah
kepingan geometri yang diambil KN menjawab “3” dan
menunjukkan 3 jarinya. RJ menyusun dengan ragu-ragu dan
akhirnya berhasil.
10.50-
11.00
Waktunya beres-beres dan semua anak merapikan kepingan
geometrinya. Peneliti mengajak duduk dan menanyakan kembali
tentang tema dan kegiatan hari ini serta perasaan hari ini. Semua
anak senang membangun rumah idaman mereka. Kemudian
bernyanyi sebelum pulang dan berdoa pulang
Refleksi : membuat rumah dari kepingan geometri memang menyenangkan
karena semua anak bisa melakukan tanpa bantuan hanya saja dalam penggunaan
kepingan geometri anak tidak membuat ruangan yang terdapat dirumah. Kegiatan
selanjutnya anak masih membuat rumah namun menggunakan balok.
Pertemuan ke 9. Selasa, 18-9-2018
Waktu Deskripsi
07.00-
08.00
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi. Ada yang bermain di playground dan
ada yang main di dalam kelas. Lalu suara tamborin bunyi pertanda
masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas, baris di pimpin oleh
bu Linda. Menyanyi dilanjutkan di dalam di dalam kelas, anak-anak
duduk melingkar dan menyanyikan lagu “Good Morning” dan lagu
sesuai tema dilanjutkan dengan berdoa sebelum belajar.kemudian
anak-anak masuk ke sentra bermain peran
09.30-
09.50
Waktu istirahat makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan
09.50-
10.50
Peneliti memulai dengan benyanyi “ru ru rumahku” dilanjutkan
berhitung anak. Lalu peneliti menanyakan tentang rumah “dirumah
ada apa aja ya” AL “ada pintu bu” RY menjawab “Ada dapur bu”
SH “ada kamar mandi bu” BT “ada dapurnya untuk masak bu” IB
“ada jendelanya bu”. Lalu peneliti memberi pujian ke semua anak
yang sudah menjawab pertanyaan. Lalu peneliti mejelaskan bagian
rumah dan fungsi rumah. Semua anak terlihat memperhatikan
peneliti saat menjelaskan. Setelah itu, peneliti menjelaskan aturan
bermain balok yang baik dan aturan membuat rumah. Peneliti
memegang bentuk persegi panjang lalu peneliti menanyakan “ini
bentuk apa?” SY menjawab “persegi panjang bu” IB menjawab
“segi panjang bu” peneliti memegang bentuk segitiga dan
menanyakan “ini bentuk apa?” IB menjawab “segi tiga bu”.
Selanjutnya anak mulai bermain dengan mengambil alas untuk
bermain. IB menceritakan bangunannya “ini ada pintunya, ada
atapnya dan masuknya lewat sini bu” SY juga menceritakan rumah
yang ia bangun “dirumah ini ada tangga, ada pagernya dan pintunya
lewat sini terus ada kolam renangnya juga bu, ada kamarnya juga”.
AL menceritakan “ini rumah aku ada kamar tidurnya, ada kolam
bebeknya juga bu guru” sedangkan AY menceritakan “bu aku
rumahnya ada kamar tidurnya doing ya bu” setelah anak-anak
selesai membangun semua saling berkunjung ke rumah teman untuk
silaturahmi.
10.50-
11.00
Waktunya beres-beres dan semua anak merapikan baloknya.peneliti
mengajak duduk dan menanyakan kembali tentang tema dan
kegiatan hari ini serta perasaan hari ini. Semua anak senang
membangun rumah idaman mereka. Kemudian bernyanyi sebelum
pulang dan berdoa pulang.
Refleksi : Hari ini anak-anak terlihat senang karena mereka dapat membangun
rumah idaman mereka. Dan mereka mampu membuatnya sendiri tanpa bantuan.
Tidak ada kesulitan yang terlihat hanya saja perlu motivasi dalam membangun
ruangan-ruangan yang terdapat di rumah yang akan dibuat. Kegiatan selanjutnya
membuat pesawat menggunakan lego.
Pertemuan ke 10. Rabu, 19-9-2018
Waktu Deskripsi
07.00-
08.00
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi. Ada yang bermain di playground dan
ada yang main di dalam kelas. Lalu suara tamborin bunyi pertanda
masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas, menyanyi dan periksa
kuku. Kemudian dilanjutkan masuk ke dalam kelas melakukan circle
time bersama, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu sesuai
tema lalu dilanjutkan berdoa. Setelah itu anak-anak menuju ke sentra
masing-masing.
09.30-
09.50
Waktu istirahat makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan
09.50-
10.50
Peneliti memulai dengan tes suara anak-anak “mana suaramu” anak
anak menjawab “ ini suaraku” lalu bernyanyi “Pak pilot”. Peneliti
mulai menanyakan bentuk melalui kepingan geometri berbentuk
persegi “ini bentuk apa?” anak-anak menjawab “persegi” peneliti
mengeluarkan kembali bentuk lingkaran dan menayakan kembali
“ini bentuk apa?” SY , KN, RY menjawab “Lingkaran” AC, AY,
AL menjawab “bulatan”. Sebelum memulai kegiatan bermain
peneliti menjelaskan tentang pesawat antara lain fungsi pesawat,
tempat naik pesawat, ada siapa saja di dalam pesawat dan siapa yang
mengendarai pesawat. lalu peneliti menanyakan kembali bentuk lego
yang berbentuk seperti persegi “lego ini kalau dilihat bentuknya apa
ya?” AL menjawab “itu bentuknya kotak bu” lalu AY mengatakan
“persegi bu guru” kemudian peneliti mengambil lagi lego seperti
bentuk persegi panjang dan menanyakan kembali “lego ini kalau
dilihat bentuknya apa ya?” lalu BT menjawab “persegi panjang bu”
peneliti memuji anak yang bisa menjawab. Peneliti menanyakan lagi
“siapa yang tau bedanya lego ini dan lego yang satu lagi?” SY
menjawab “persegi pendek kalau persegi panjang panjang bu guru”.
Kegiatan membuat pesawat dimulai, RY dan DN membangun
pesawatnya bersama namun DN terlihat ingin sendiri merancangnya.
Setelah berdiskusi sebentar akhirnya DN mengizikan membangun
pesawatnya bersama tetapi RY memilih membangun sendiri
pesawatnya ketika peneliti tanya tentang pesawatnya dia menjawab
“ini pesawat jet”. Lalu peneliti menanyakan SH pesawat apa yang
dibuat dia menjawab “ini pesawat kendaraan bu”. Berbeda dengan
AC menyusun lego membuat pesawat pribadi “ini ada tempat
tidurnya dan pintunya bu dipesawat” katanya.
10.50-
11.00
Waktunya beres-beres karena waktu sudah mau pulang. Lalu anak-
anak merapikan dan siap menggendong tasnya. Peneliti menanyakan
kembali tentang tema dan kegiatan hari ini anak-anak menjawab
senang dengan kegiatan hari ini . bernyanyi kemudian berdoa
sebelum pulang.
Refleksi : hari ini anak-anak senang karena bermain lego membuat pesawat.
permainan yang sering dimainkan anak dengan menyusun berbagai lego hingga
terbentuk pesawat. Terlihat tidak ada yang kesulitan dalam pembuatan pesawat
menggunakan lego. kegiatan selanjutnya menggunakan kepingan geometri
membuat binatang.
Pertemuan ke 11. Senin, 24-9-2018
Waktu Deskripsi
07.00-
08.00
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi. Ada yang bermain di playground dan
ada yang main di dalam kelas. Lalu suara tamborin bunyi pertanda
masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas, baris di pimpin oleh
bu Linda. Menyanyi dilanjutkan di dalam di dalam kelas, anak-anak
duduk melingkar dan menyanyikan lagu “Good Morning” dan lagu
sesuai tema dilanjutkan dengan berdoa sebelum belajar.kemudian
anak-anak masuk ke sentra bermain peran
09.30-
09.50
Waktu istirahat makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan
09.50-
10.50
Peneliti memulai dengan bernyanyi “Dihutan Ada Rumah” dan lagu
“Rumahku”, peneliti mengajak bernyanyi tentang binatang karena
anak-anak akan membuat binatang darat yaitu lagu “Harimau
Bermain Musik”. Peneliti menanyakan tentang binatang kesukaan.
RY menjawab “aku suka kucing” AC menjawab “Aku juga suka
kucing” RJ menjawab “aku suka burung” IB dan DN “aku suka
kelinci” BT, SH, dan SY “aku suka kuda poni bu guru” peneliti
menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan hari ini. Hari ini
anak-anak akan membuat binatang darat. Kegiatan dimulai dengan
mengambil kepingan geometri.
RY mengatakan “bu aku bikin harimau ada sayap, badan, kepala,
dan buntut” peneliti memujinya, AL juga membuat binatang
kesayangannya yaitu kucing “bu guru liat ini aku bikin kucing lucu
kan?” tanya AL, peneliti memujinya dan mengatakan “wah iya
bagusnya, ini memakai bentuk apa saja AL?” AL menjawab “ada
lingkaran persegi panjang besar sama persegi panjang kecil”.
Sementara ada KN yang membuat anjing “ini anjing aku bu guru”,
AY membuat kucing juga seperti AL. IB mengatakan “bu guru aku
buat ini srigala” selanjutnya ada RJ yang membuat kucing kecil,
berbeda dengan lainnya SY membuat domba. Setelah anak-anak
bebas membuat binatang lainnya, ada RY yang membuat binatang
kucing, sementara BT membuat ikan hiu.
10.50-
11.00
Waktunya beres-beres dan semua anak merapikan kepingan
geometrinya. Peneliti mengajak duduk dan menanyakan kembali
tentang tema dan kegiatan hari ini serta perasaan hari ini. Semua
anak senang membuat binatang kesayangan mereka dan peneliti
memberikan stempel untuk yang paling banyak membuat binatang.
Kemudian bernyanyi sebelum pulang dan berdoa pulang.
Refleksi : Membuat hewan kesukaan merupakan hal yang disukai anak, ada
beberapa anak yang membuat lebih dari 2 kali untuk membuat binatang
kesukaannya. Kesulitan yang dihadapi hampir tidak ada hanya saja mereka harus
melihat contoh gambar hewannya, tetapi sudah ada yang bisa tanpa melihat
gambar. Kegiatan selanjutnya masih menggunakan kepingan geometri membuat
orang.
Pertemuan ke 12, kamis 20-9-2018
Waktu Deskripsi
07.00-
08.00
Anak-anak datang satu persatu bersalaman dengan bu guru lalu
menaru tas di belakang kursi. Ada yang bermain di playground dan
ada yang main di dalam kelas. Lalu suara tamborin bunyi pertanda
masuk lalu anak-anak berbaris di depan kelas, menyanyi dan periksa
kuku. Kemudian dilanjutkan masuk ke dalam kelas melakukan circle
time bersama, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu sesuai
tema lalu dilanjutkan berdoa. Setelah itu anak-anak menuju ke sentra
masing-masing.
09.30-
09.50
Waktu istirahat makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan
09.50-
10.50
Peneliti memulai dengan bernyanyi “Berhitung jari kanan dan kiri”
dilanjutkan dengan bernyanyi “satu dua tiga” semua anak ikut
bernyanyi, setelah itu kondisi kelas sangat ramai sehingga peneliti
menenangkan kelas terlebih dahulu. “mana suaramu” anak-anak
serempak menjawab “ini suaraku” lalu peneliti mengatakan lagi
“mana duduk rapimu” anak-anak menjawab “ini duduk rapiku”.
Lalu peneliti memegang kepingan geometri berbentuk persegi dan
bertanya “siapa yang tahu ini bentuk apa?” BT dan SY mengatakan
“segi empat” AL mengatakan “Persegi” SH dan Daniel “per se gi”
IB “segitiga” dengan nada sedikit pelan. RY dan RJ tidak menjawab.
Sedangkan VN dan AY sibuk ngobrol sendiri. Lalu peneliti bertanya
lagi “siapa yang tahu ini bentuk apa?” RY menjawab dengan lantang
“persegi panjang” sedangkan AC hampir menjawab “persegi lima”
dan yang lainnya mengikuti. Pertanyaan ketiga peneliti bertanya “ini
bentuk apa?” hanya AC yang menjawab “lingkaran” dan lainnya
sibuk menyamakan bentuk lingkaran dengan benda yang
menyerupai lingkaran seperti RY “bu itu sama dengan bentuk kaca”
peneliti memuji “iya Rayyan hebat” SH juga berteriak itu sama
dengan yang disana kipas angin dan kaca juga sama” lalu AC juga
mengambil dan bentuk persegi dan berkata “itu juga sama bu yang
kaca” karena anak-anak sudah tak sabar bermain peneliti
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu membuat orang
dari kepingan geometri. Sebelumnya peneliti mencontohkan cara
membuatnya “lingkaran untuk kepala, persegi untuk badannya,
persegi panjangnya untuk kaki dan tangannya ya”. Anak-anak
langsung menjawab “ya” dan peneliti langsung membagikan
kepingan geometri.
Kegiatan inti di mulai dari anak mengambil bentuk dan memakainya
untuk membuat bentuk orang. Sudah banyak yang bisa membuatnya.
Ketika peneliti tanya ini BT “bisa jelaskan ini ada apa aja” BT
menjawab “ini ceritanya tangan, kepala dan ini kakinya” dan peneliti
juga bertanya kepada RY, RY menjawab “gatau ini bentuknya” dan
ketika peneliti bantu bertanya dia langsung menjawab “ini bulat,
persegi” berbeda dengan AC ia membuat dua bentuk orang “ini ada
mama dan ada papa aku”
10.50-
11.00
Setelah semua sudah dibereskan waktu pulang anak-anak bergegas
untuk pulang. Dan peneliti menanyakan kembali tentang tema dan
kegiatan hari ini. Anak-anak merasa senang ketika bermain
membuat orang dari kepingan geometri ini.
Refleksi : pertemuan terakhir ini menunjukkan adanya peningkatan. Kesulitan
yang dihadapi hampir tidak ada, ketika guru menanyakan anak benda serupa
dengan geometri anak sudah dapat menjawab.
Lampiran 3 PENILAIAN PRA TINDAKAN
NO NAMA
BUTIR Σ % Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 AC 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 19 27,9411765 Rendah
2 AL 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 20 29,4117647 Rendah
3 AY 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 20 29,4117647 Rendah
4 BT 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 22 32,3529412 Rendah
5 DN 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 19 27,9411765 Rendah
6 IB 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 19 27,9411765 Rendah
7 KN 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 23 33,8235294 Rendah
8 RJ 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 19 27,9411765 Rendah
9 RY 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 21 30,8823529 Rendah
10 SH 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 22 32,3529412 Rendah
11 SY 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 22 32,3529412 Rendah
12 VN 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 19 27,9411765 Rendah
ZK 245 360,294118
Rata-Rata 20,4 30,0245098
Keterangan
Tidak
tuntas tidak tuntas
Lampiran 4
PENILAIAN INSTRUMEN SIKLUS I
KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM MENGENAL BENTUK GEOMETRI
MELALUI PERMAINAN KONSTRUKTIF
AC AL AY BT DN IB KN RJ RY SH SY VN
1Anak dapat melafalkan bentuk
geometri2 2 2 3 2 2 3 1 3 2 2 1
2 Anak dapat mengingat bentuk balok 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 3 2
3 Anak dapat mengurutkan pola persegi 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1
4
Menyebutkan benda-benda yang ada
di kelas sesuai dengan bentuk
geometri
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2
5Anak dapat menjelaskan perbedaan
bentuk balok2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1
6Anak dapat menjelaskan tentang
bangunan yang telah dibuat2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1
7Anak dapat menyebutkan jumlah
kepingan geometri yang diambil1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1
8Anak dapat mengelompokkan
geometri sesuai dengan bentuknya3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 3 1
9Anak dapat menggambarkan bentuk
geometri sesuai imajinasinya2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
10Anak dapat menyusun balok persegi
ke atas dan ke samping 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
11
Anak dapat mengurutkan bentuk
lingkaran kecil-besar pada kepingan
geometri
1 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 1
12
Anak dapat membedakan bentuk
persegi dan persegi panjang pada
balok
1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
13Anak merapikan balok sesuai dengan
bentuk gambar yang sama 1 3 3 2 1 1 2 1 1 2 2 1
14
Anak dapat mengurutkan benda
berdasarkan 5 seriasi ukuran atau
warna
2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
15Anak dapat bermain dengan sesuai
dengan aturan2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
16Anak dapat menyusun kepingan
geometri menjadi sebuah bentuk2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
17Anak dapat membuat lego menjadi
sebuah bentuk 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1
31 33 32 33 28 26 36 25 34 32 36 23
45,6 48,5 47,1 48,5 41,2 38,2 52,9 36,76 50 47,1 52,94 33,8
NAMA ANAK NO BUTIR INDIKATOR
Jumlah
%
Rata-Rata 45,22058824
KETERANGAN
2 = Mulai Berkembang (MB)
1 = Belum Berkembang (BB) 3 = Berkembang sesuai Harapan (BSH)
4 = Berkembang Sangat Baik (BSB)
Rata-rata = Rata-rata Persentase keseluruhan
% = Persentase
Lampiran 5
PENILAIAN INSTRUMEN PENELITIAN SIKLUS II
KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM MENGENAL BENTUK GEOMETRI
MELALUI PERMAINAN KONSTRUKTIF
AC AL AY BT DN IB KN RJ RY SH SY VN
1Anak dapat melafalkan bentuk
geometri3 3 3 3 2 3 4 2 4 3 4 3
2 Anak dapat mengingat bentuk balok 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 Anak dapat mengurutkan pola persegi 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4
Menyebutkan benda-benda yang ada
di kelas sesuai dengan bentuk
geometri
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5Anak dapat menjelaskan perbedaan
bentuk balok2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3
6Anak dapat menjelaskan tentang
bangunan yang telah dibuat3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
7Anak dapat menyebutkan jumlah
kepingan geometri yang diambil3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3
8Anak dapat mengelompokkan
geometri sesuai dengan bentuknya4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
9Anak dapat menggambarkan bentuk
geometri sesuai imajinasinya3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
10Anak dapat menyusun balok persegi
ke atas dan ke samping 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
11
Anak dapat mengurutkan bentuk
lingkaran kecil-besar pada kepingan
geometri
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
12
Anak dapat membedakan bentuk
persegi dan persegi panjang pada
balok
3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2
13Anak merapikan balok sesuai dengan
bentuk gambar yang sama 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3
14
Anak dapat mengurutkan benda
berdasarkan 5 seriasi ukuran atau
warna
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
15Anak dapat bermain dengan sesuai
dengan aturan3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
16Anak dapat menyusun kepingan
geometri menjadi sebuah bentuk3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
17Anak dapat membuat lego menjadi
sebuah bentuk 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3
52 53 52 54 52 52 55 51 54 53 54 51
76,5 77,9 76,5 79,4 76,5 76,5 80,9 75 79,4 77,9 79,41 75
Jumlah
%
Rata-Rata 77,57352941
NO BUTIR INDIKATOR NAMA ANAK
KETERANGAN
2 = Mulai Berkembang (MB)
1 = Belum Berkembang (BB) 3 = Berkembang sesuai Harapan (BSH)
4 = Berkembang Sangat Baik (BSB)
Rata-rata = Rata-rata Persentase keseluruhan
% = Persentase
Lampiran 6
PENILAIAN SKALA NILAI LEMBAR PENGAMATAN
RUBRIK
1. Indikator : Anak dapat melafalan bentuk geometri dengan benar
Penjelasan :
Anak dapat melafalkan bentuk geometri dengan benar dan jelas. Karena
salah mengucapkan salah arti.
Penilaian butir ini memperhatikan deskriptor berikut.
a. Mengucapkan dengan jelas
b. Mengucapkan bentuk geometrinya benar
c. Mengucapkan tanpa dibantu
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
2. Indikator : Anak dapat mengingat bentuk balok
Penjelasan :
Kemampuan anak dalam mengingat bentuk balok yang mempunyai
banyak bentuk.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor berikut.
a. Anak dapat mengucapkan nama balok
b. Anak dapat membantu temannya mengingat nama balok
c. Anak dapat mengingat bentuk tanpa bantuan
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
3. Indikator : Anak dapat mengurutkan pola persegi sesuai ukuran
Penjelasan :
Anak dapat mengurutkan pola persegi dari yang terbesar-terkecil.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu
kegiatan pengembangan :
a. Kesesuaian pola yang diurutkan
b. Kemandirian anak dalam mengurutkan
c. Anak melakukan tanpa dibantu guru
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
4. Indikator : Menyebutkan benda-benda yang ada di kelas sesuai dengan
bentuk geometri
Penjelasan :
Menyebutkan benda benda di dalam kelas yang berbentuk dengan bentuk
geometri.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu
kegiatan pengembangan :
a. Anak menyebutkan seraya menunjuk
b. Anak menyebutkan lebih dari 3 benda
c. Anak menyebutkan tanpa dibantu guru
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
5. Indikator : Anak dapat menjelaskan perbedaan bentuk balok
Penjelasan :
Anak dapat menjelaskan perbedaan bentuk balok yang tampak
didepannya. Mulai dari menyebutkan bentuk, ciri-ciri, warna dan lain-lain
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor berikut.
a. Anak mengetahui perbedaan
b. Anak menjelaskan perbedaan
c. Anak menguraikan bentuk geometri dengan benar
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
6. Indikator : Anak dapat Menjelaskan tentang bangunan yang telah dibuat
Penjelasan :
Setelah anak membangun bangunan dari balok anak dapat menjelaskan
bagian yang telah dibuatnya. Penilaian yang perlu dipehatikan :
a. Anak menjelaskan dengan detail bangunan yang dibuat
b. Anak mengingat balok apa saja yang digunakan
c. Anak menjelaskan tanpa bantuan guru
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
7. Indikator : Anak dapat menyebutkan jumlah kepingan geometri yang
diambil
Penjelasan :
Anak mengambil bentuk kepingan geometri secara bebas lalu menghitung
jumlah kepingan geometri tersebut.
Penilaian butir ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.
a. Anak dapat menyebutkan sesuai perintah guru
b. Anak dapat menyebutkan tanpa dibantu
c. Anak dapat menghitung jumlah kepingan geometri dengan benar
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
8. Indikator : Anak dapat mengelompokkan geometri sesuai dengan
bentuknya
Penjelasan :
Anak dihadapkan bentuk geometri secara acak dan mulai
mengelompokkan sesuai dengan bentuknya
Penilaian butir ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.
a. Anak dapat mengelompokkan dari besar-kecil
b. Anak dapat mengelompokkan dari sesuai bentuk bentuk
c. Anak dapat mengelompokkan tanpa di bantu
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
9. Indikator : Anak dapat menggambarkan bentuk geometri sesuai
imajinasinya
Penjelasan :
Anak diberi kertas dengan gambar awal bentuk awal bentuk geometri lalu
dengan imajinasinya minta anak untuk menggambarkan.
Penilaian butir ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.
a. Anak dapat menggambarkan bentuk geometri lebih dari 3 bentuk
b. Anak berkreasi dengan gambar yang dibuatnya
c. Anak menggambar tanpa bantuan
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
10. Indikator : Anak dapat menyusun balok persegi ke atas dan ke samping
dengan tepat
Penjelasan :
Anak mengambil balok persegi dan disusun ke atas dan ke samping.
Penilaian butir ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.
a. Anak dapat menyusun 3 balok atau lebih ke atas
b. Anak dapat menyusun lebih dari 5 balok ke samping
c. Anak dapat menyusun tanpa bantuan
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
11. Indikator : Anak dapat mengurutkan bentuk lingkaran kecil-besar
Penjelasan :
Anak menyusun bentuk lingkaran dari yang terbesar hingga yang terkecil.
Penilaian butir ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.
a. Anak dapat menyusun dari yang terbesar dahulu
b. Anak dapat menghitung jumlah lingkaran
c. Anak dapat menyusun tanpa dibantu
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
12. Indikator : Anak dapat membedakan bentuk persegi dan persegi panjang
Penjelasan :
Anak melihat dan mengetahui nama bentuk tersebut bentuk lalu
membedakan bentuk persegi dan persegi panjang.
Penilaian butir ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.
a. Anak dapat menjelaskan perbedaan bentuk persegi dan persegi panjang
b. Anak dapat menguraikan tanpa bantuan guru
c. Anak dapat mengetahui bentuk persegi dan persegi panjang
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
13. Indikator : Anak merapikan balok sesuai dengan bentuk balok
Penjelasan :
Setelah bermain balok anak harus merapikan balok sesuai dengan balok
pada box
Penilaian butir ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.
a. Kesesuaian tempat balok
b. Anak dapat merapikan tanpa bantuan
c. Anak dapat mengingatkan teman dalam merapikan sesuai gambar
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
14. Indikator : Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna
Penjelasan : anak dapat mengurutkan 5 bentuk geometri bentuk berbeda
menurut ukuran atau warna.
Penilaian butir ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.
a. Anak dapat mengurutkan 5 bentuk sesuai ukuran
b. Anak dapat mengurutkan 5 bentuk sesuai warna
c. Anak dapat mengurutkan tanpa bantuan
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
15. Indikator : Anak dapat bermain dengan sesuai dengan aturan
Penjelasan :
Anak bermain sesuai dengan aturan yang dibuat oleh guru.
Penilaian butir ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.
a. Anak dapat bermain sesuai aturan yang dibuat guru
b. Anak dapat mengingatkan teman
c. Anak dapat mengajak teman bermain
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
16. Indikator : anak dapat menyusun kepingan geometri menjadi sebuah
bentuk
Penjelasan :
Anak mengambil bentuk kepingan geometri lalu membuat menjadi bentuk
binatang
Penilaian butir ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.
a. Anak dapat mengetahui jumlah kepingan yang diambil
b. Anak dapat membuat kepingan geometri menjadi sebuah bentuk
c. Anak dapat membuat tanpa dicontohkan
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
17. Indikator : Anak dapat membuat lego menjadi sebuah bentuk
Penjelasan :
Anak mengambil lego lalu membuatnya menjadi sebuah bentuk
Penilaian butir ini perlu diperhatikan deskriptor berikut.
a. Anak dapat membuat sebuah benda dari lego
b. Anak dapat menjelaskan bagian dari sebuah bentuk yang dibuatnya
c. Anak dapat membuat tanpa dicontohkan
Skala Penilaian Penjelasan
1 Dalam pengembangan :
Tidak satu pun deskriptor yang tampak
2 Satu deskriptor yang tampak
3 Dua deskriptor yang tampak
4 Semua deskriptor yang tampak
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
(RPPH)
Semester/bulan/minggu ke : 1/September/7
Hari/Tanggal : Senin/ 3 September 2018
Kelompok/Usia : A/ 4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Diriku Kesukaanku (Makanan Sehat)
MATERI DALAM KEGIATAN :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “Aku adalah aku” dan “Menanam Jagung”
3. Mengenalkan aturan main
4. Berdiskusi tentang menyusun balok
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN :
1. Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan
2. Mengucapkan salam masuk dalam penyambutan dan penjemputan
3. Berdo‟a sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan
4. Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah
makan
ALAT DAN BAHAN :
1. Alas dan balok
A. PEMBUKAAN
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “Aku adalah aku” dan “Menanam Jagung”
3. Mengenalkan aturan main
4. Berdiskusi tentang bentuk balok
5. Berdiskusi tentang cara menyusun balok ke samping
B. INTI (60 menit)
1. Anak mengamati
Alat dan bahan (balok persegi)
Cara menyusun balok
No : HIKARI/FR/KURIKULUM/03
Tgl Terbit : 19 Februari 2011
2. Anak bertanya
Cara menyusun balok ke samping
3. Mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan cara memberi contoh cara menyusun
balok ke samping
4. Anak menalar :
Anak mengingat cara menyusun balok ke samping
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “Aku adalah aku” dan “Menanam Jagung” dengan
gerakan
Recalling :
Menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan anak
Menguatkan konsep tentang diri sendiri
Menguatkan konsep pengelompokan bentuk (lingkaran, segitiga, persegi panjang)
C. PENUTUP
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini
3. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
4. Berdo‟a setelah belajar
Mengetahui, Setu, 3 September 2018
Kepala TK Hikari Guru Kelas
Siti Nawangsari, S.Pd Anti Marifah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
(RPPH)
Semester/bulan/minggu ke : 1/September/7
Hari/Tanggal : Selasa /4 September 2018
Kelompok/Usia : B/5-6Tahun
Tema/Sub Tema : Diriku Kesukaanku (Makanan Sehat)
MATERI DALAM KEGIATAN :
1. Doa sebelum belajar
2. Bernyanyi “matamu yang mungil” dan “menanam Jagung”
3. Bermain kuda bisik
4. Mengenalkan aturan main
5. Bermain balok menyusun menjadi pagar
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN :
1. Menyayangi diri sendiri sebagai rasa syukur
2. Mengucapkan salam masuk dalam penyambutan dan penjemputan
3. Berdo‟a sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan
4. Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah
makan
ALAT DAN BAHAN :
1. Balok berbagai bentuk
2. Alas
A. Kegiatan awal :
1. Doa sebelum belajar
2. Bernyanyi “matamu yang mungil” dan “menanam Jagung”
3. Bermain kuda bisik
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang menyusun balok menjadi pagar
B. Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Gambar pagar
Alat dan bahan
No : HIKARI/FR/KURIKULUM/03
Tgl Terbit : 19 Februari 2011
2. Guru bertanya
Fungsi pagar
Cara menyusun balok menjadi pagar
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan gambar pagar dan memberi contoh
menyusun balok menjadi pagar
4. Anak menalar :
Anak menyebutkan fungsi pagar
Anak mengingat cara menyusun balok ke samping
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “matamu yang mungil” dan “menanam Jagung”
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan anak
2. Menanyakan bentuk balok yang sudah digunakan
3. Menguatkan tentang bentuk balok yang sudah digunakan
C. Kegiatan Penutup
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini
3. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
4. Berdo‟a setelah belajar
Mengetahui, Setu, 4 September 2018
Kepala TK Hikari Guru Kelas
Siti Nawangsari,S.Pd Anti Marifah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
(RPPH)
Semester/bulan/minggu ke : 1/September/7
Hari/Tanggal : Rabu/ 5 September 2018
Kelompok/Usia : A/ 4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Diriku Kesukaanku (Makanan Sehat)
MATERI DALAM KEGIATAN :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “matamu yang mungil” dan “menanam Jagung”
3. Bermain kuda bisik
4. Berdiskusi tentang menyusun puzzle geometri
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN :
1. Menyayangi diri sendiri sebagai rasa syukur
2. Mengucapkan salam masuk dalam penyambutan dan penjemputan
3. Berdo‟a sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan
4. Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah
makan
ALAT DAN BAHAN :
1. Alas, kepingan geometri
A. Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “matamu yang mungil” dan “menanam Jagung”
3. Bermain kuda bisik
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang menyusun puzzle geometri
B. Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Alat dan bahan (puzzle geometri)
No : HIKARI/FR/KURIKULUM/03
Tgl Terbit : 19 Februari 2011
2. Guru bertanya
Anak bertanya cara menyusun puzzle geometri
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan gambar keluarga dan memberi contoh
menyusun puzzle geometri
4. Anak menalar :
Anak mengingat cara menyusun puzzle geometri
5. Anak mengkomunikasikan :
Bermain puzzle dan bernyanyi
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan anak
2. Menguatkan tentang bentuk puzzle yang disusun
C. Kegiatan Penutup
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini
3. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
4. Berdoa setelah belajar
Mengetahui, Setu, 5 September 2018
Kepala TK Hikari Guru Kelas
Siti Nawangsari,S.Pd Anti Marifah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
(RPPH)
Semester/bulan/minggu ke : 1/September/8
Hari/Tanggal : Senin/ 10 September 2018
Kelompok/Usia : A/4-65 Tahun
Tema/Sub Tema : Keluargaku/ Anggota Keluarga
MATERI DALAM KEGIATAN :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi *Bunda piara*
3. Bermain kuda bisik
4. Mengenalkan aturan main
5. Menyusun balok ke atas seperti menara
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN :
1. Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan
2. Mengucapkan salam masuk dalam penyambutan dan penjemputan
3. Berdo‟a sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan
4. Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah
makan
ALAT DAN BAHAN :
1. Alas, balok, gambar menara
A. Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi *Bunda piara*
3. Bermain kuda bisik
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang menyusun balok ke atas seperti menara
No : HIKARI/FR/KURIKULUM/03
Tgl Terbit : 19 Februari 2011
B. Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Alat dan bahan (balok persegi)
2. Anak bertanya
Cara menyusun balok ke atas
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan memberi contoh menyusun balok ke atas
4. Anak menalar :
Anak mengingat cara menyusun balok ke samping
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “sentuhan boleh” dengan gerakan
Menggambar bebas geometri
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan anak
2. Menguatkan konsep tentang bagian tubuh
3. Menanyakan balok yang digunakan untuk menyusun ke atas.
C. Kegiatan Penutup
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini
3. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
4. Berdo‟a setelah belajar
Mengetahui, Setu,10 September 2018
Kepala TK Hikari Guru Kelas
Siti Nawangsari, S.Pd Anti Marifah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
(RPPH)
Semester/bulan/minggu ke : 1/September/8
Hari/Tanggal : Rabu/ 12 September 2018
Kelompok/Usia : A/4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Keluargaku/ Anggota Keluarga
MATERI DALAM KEGIATAN :
1. Berdo'a Sesudah belajar
2. Lagu *Ibu dan Ayah*
3. Mencetak playdough
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN :
1. Menyayangi diri sendiri sebagai rasa syukur
2. Mengucapkan salam masuk dalam penyambutan dan penjemputan
3. Berdo‟a sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan
4. Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah
makan
ALAT DAN BAHAN :
1. Alas, playdough, Kepingan geometri
A. Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi *Bunda piara*
3. Bermain kuda bisik
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang menyusun balok ke atas seperti menara
B. Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Alat dan bahan (balok persegi)
2. Anak bertanya
Cara menyusun balok ke atas
NO. : HIKARI/FR/KURIKULUM/03
Tgl. Terbit : 19 Februari 2018
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan gambar bagian tubuh dan
memberi contoh menyusun balok ke atas
4. Anak menalar :
Anak menyebutkan bagian tubuh
Anak mengingat cara menyusun balok ke samping
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “sentuhan boleh” dengan gerakan
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan anak
2. Menguatkan konsep tentang bagian tubuh
3. Menanyakan balok yang digunakan untuk menyusun ke atas.
C. Kegiatan Penutup
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini
3. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
4. Berdo‟a setelah belajar
Mengetahui, Setu, 12 September 2018
Kepala TK Hikari Guru Kelas
Siti Nawangsari,S.Pd Anti Marifah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
(RPPH)
Semester/bulan/minggu ke : 1/September/8
Hari/Tanggal : Selasa/ 11 September 2018
Kelompok/Usia : A/4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Keluargaku/ Anggota Keluarga
MATERI DALAM KEGIATAN :
1. Berdo'a sesudah belajar
2. Lagu *Satu-Satu Aku Sayang Ibu*
3. Bc. Bentuk geometri
4. Mencetak play dough
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN :
1. Menyayangi diri sendiri sebagai rasa syukur
2. Mengucapkan salam masuk dalam penyambutan dan penjemputan
3. Berdo‟a sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan
4. Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah
makan
ALAT DAN BAHAN :
1. Alas
2. Playdough
3. Kepingan geometri berbentuk persegi
A. Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi ”Satu-Satu Aku Sayang Ibu”
3. Bermain kuda bisik
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang keluarga besar
6. Berdiskusi tentang mencetak Playdough bentuk persegi
B. Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Alat dan bahan (playdough)
No : HIKARI/FR/KURIKULUM/03
Tgl Terbit : 19 Februari 2011
2. Guru bertanya
Anak bertanya cara mencetak pasir bentuk persegi
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan memberi contoh mencetak playdough
berbentuk persegi
4. Anak menalar :
Anak mengingat cara mencetak playdough
5. Anak mengkomunikasikan :
Membentuk persegi dari plastisin
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan anak
2. Menguatkan tentang bentuk persegi
3. Menguatkan tentang benda yang berbentuk persegi
C. Kegiatan Penutup
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini
3. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
4. Berdo‟a setelah belajar
Mengetahui, Setu, 11 September 2018
Kepala TK Hikari Guru Kelas
Siti Nawangsari,S.Pd Anti Marifah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
(RPPH)
Semester/bulan/minggu ke : 1/September/8
Hari/Tanggal : Kamis/ 13 September 2018
Kelompok/Usia : A/4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Keluargaku/ Anggota Keluarga
MATERI DALAM KEGIATAN :
1. Berdo'a sebelum belajar
2. Lagu *Satu-Satu Aku Sayang Ibu*
2. Bc. Profesi
3. Membuat pistol dari lego
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN :
1. Menyayangi diri sendiri sebagai rasa syukur
2. Mengucapkan salam masuk dalam penyambutan dan penjemputan
3. Berdo‟a sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan
4. Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah
makan
ALAT DAN BAHAN :
1. Lego
A. Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “Pak polisi”
3. Bernyanyi “Satu-satu Aku Sayang Ibu”
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang profesi
6. Berdiskusi tentang membuat pistol dari lego
No : HIKARI/FR/KURIKULUM/03
Tgl Terbit : 19 Februari 2011
B. Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Gambar pak polisi
Alat dan bahan
2. Anak bertanya
Tugas pak polisi
Anak bertanya cara membuat pistol dari lego
3. Anak mencoba anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan gambar polisi
4. Anak menalar :
Anak menyebutkan tugas pak polisi
Anak mengingat cara membuat pistol
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “Pak polisi”
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan anak
2. Menguatkan tentang polisi
3. Menguatkan bentuk lego yang susun menjadi tembakan
C. Kegiatan Penutup
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini
3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
4. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
5. Berdo‟a setelah belajar
Mengetahui, Setu, 13 September 2018
Kepala TK Hikari Guru Kelas
Siti Nawangsari, S.Pd Anti Marifah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
(RPPH)
Semester/bulan/minggu ke : 1/September/9
Hari/Tanggal : Senin/ 17 September 2018
Kelompok/Usia : A/4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Keluargaku/ Anggota Keluarga
MATERI DALAM KEGIATAN :
1. Do'a sebelum & sesudah belajar
2. Lagu *Happy Family*
3. Bc. Bagian rumah
4. Membuat rumah dari balok
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN :
1. Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan
2. Mengucapkan salam masuk dalam penyambutan dan penjemputan
3. Berdo‟a sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan
4. Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah
makan
ALAT DAN BAHAN :
1. Gambar rumah
2. Kepingan geometri
A. Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “Happy Family”
3. Mengenalkan aturan main
4. Berdiskusi tentang bagian rumah
5. Berdiskusi tentang membuat rumah
B. Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Alat dan bahan
gambar rumah dari kepingan geometri
NO. : HIKARI/FR/KURIKULUM/03
Tgl. Terbit : 19 Februari 2018
2. Anak bertanya
Cara membuat rumah dari geometri
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan menunjukkan gambar rumah dari
kepingan geometri
4. Anak menalar :
Anak mengingat cara menyusun rumah dari geometri
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “Happy Family”
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan anak
2. Menguatkan tentang kepingan geometri yang digunakan
3. Menguatkan pengelompokan bentuk (lingkaran, segitiga, persegi panjang)
C. Kegiatan Penutup
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini
3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
4. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
5. Berdo‟a setelah belajar
Mengetahui, Setu, 17 September 2018
Kepala TK Hikari Guru Kelas
Siti Nawangsari, S.Pd Anti Marifah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
(RPPH)
Semester/bulan/minggu ke : 1/September/9
Hari/Tanggal : Selasa/ 18 September 2018
Kelompok/Usia : A/4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Keluargaku/ Anggota Keluarga
MATERI DALAM KEGIATAN :
1. Do'a sebelum & sesudah belajar
2. Lagu *Happy Family*
3. Bc. Bagian rumah
4. Membilang balok bentuk segitiga
5. Membangun rumah dari balok
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN :
5. Menyayangi diri sendiri sebagai rasa syukur
6. Mengucapkan salam masuk dalam penyambutan dan penjemputan
7. Berdo‟a sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan
8. Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah
makan
ALAT DAN BAHAN :
1. Balok berbagai bentuk
2. Alas
3. Gambar rumah
A. Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi *Happy Family*
3. Mengenalkan aturan main
4. Berdiskusi tentang membangun rumah
B. Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Benda yang ada dirumah
Bangunan rumah
2. Anak bertanya
Cara membangun bentuk rumah
NO. : HIKARI/FR/KURIKULUM/03
Tgl. Terbit : 19 Februari 2018
3. Anak Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan gambar rumah dan memberi contoh
membangun rumah
4. Anak menalar :
Anak mengingat cara membangun rumah
5. Anak mengkomunikasikan :
Menggambar sekolah
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan anak
2. Menguatkan tentang membilang banyak balok yang digunakan untuk membangun
rumah
C. Kegiatan Penutup
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini
3. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
4. Berdo‟a setelah belajar
Mengetahui, Setu, 18 September 2018
Kepala TK Hikari Guru Kelas
Siti Nawangsari,S.Pd Anti Marifah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
(RPPH)
Semester/bulan/minggu ke : 1/September/9
Hari/Tanggal : Rabu/19 September 2018
Kelompok/Usia : A/4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Keluargaku/ Anggota Keluarga
MATERI DALAM KEGIATAN :
1. Do'a sebelum & sesudah belajar
2. Lagu *Happy Family*
3. Bc. Pesawat
4. Membuat pesawat dari lego
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN :
1. Menyayangi diri sendiri sebagai rasa syukur
2. Mengucapkan salam masuk dalam penyambutan dan penjemputan
3. Berdo‟a sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan
4. Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah
makan
ALAT DAN BAHAN :
1. Alas dan lego
A. Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “Happy Family”
3. Mengenalkan aturan main
4. Berdiskusi tentang membuat pesawat
NO. : HIKARI/FR/KURIKULUM/03
Tgl. Terbit : 19 Februari 2018
B. Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Gambar pesawat
Alat dan bahan
2. Anak bertanya
Cara membuat pesawat dari lego
Bagian pesawat
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan gambar pak pilot dan memberi contoh
cara membuat pesawat dari lego
4. Anak menalar :
Anak mengingat cara membuat pesawat dari lego
Anak mengingat cara bagian-bagian pesawat
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “Happy Family”
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan anak
2. Menguatkan tentang lego yang disusun menjadi pesawat
Kegiatan Penutup
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini
3. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
4. Berdo‟a setelah belajar
Mengetahui, Setu, 19 September 2018
Kepala TK Hikari Guru Kelas
Siti Nawangsari,S.Pd Anti Marifah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
(RPPH)
Semester/bulan/minggu ke : 1/September/10
Hari/Tanggal : SENIN/ 24 September 2018
Kelompok/Usia : A/4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Lingkunganku
MATERI DALAM KEGIATAN :
1. Do'a sebelum & sesudah belajar
2. Lagu *Rumahku* dan “Harimau Bermain Musik”
3. Bc. Hewan peliharaan
4. Membuat hewan dari kepingan geometri
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN :
1. Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan
2. Mengucapkan salam masuk dalam penyambutan dan penjemputan
3. Berdo’a sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan
4. Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah
makan
ALAT DAN BAHAN :
1. Alas dan kepingan geometri
A. Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “Rumahku”
3. Bernyanyi “Harimau Bermain Musik”
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang binatang yang ada didarat
6. Berdiskusi tentang menyusun kepingan geometri
NO. : HIKARI/FR/KURIKULUM/03
Tgl. Terbit : 19 Februari 2018
B. Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Gambar binatang yang ada di hutan
Alat dan bahan
2. Anak bertanya
Hewan yang ada di darat
Anak bertanya makanan yang dimakan hewan yang ada di darat
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan gambar binatang yang ada di hutan
dan memberi contoh menyusun kepingan geometri
4. Anak menalar :
Anak menyebutkan keluarga inti
Anak mengingat cara menyusun kepingan geometri
5. Anak mengkomunikasikan :
Menyanyikan lagu “Harimau Bermain Musik”
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan anak
2. Menanyakan tentang bentuk kepingan yang digunakan untuk membentuk binatang
3. Menguatkan konsep pengelompokan bentuk (lingkaran, segitiga, persegi panjang)
C. Kegiatan Penutup
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini
3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
4. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
5. Berdo‟a setelah belajar
Mengetahui, Setu, 24 September 2018
Kepala TK Hikari Guru Kelas
Siti Nawangsari, S.Pd Anti Marifah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
(RPPH)
Semester/bulan/minggu ke : 1/September/10
Hari/Tanggal : Selasa/ 25 September 2018
Kelompok/Usia : A/4-5 Tahun
Tema/Sub Tema : Lingkungan ku
MATERI DALAM KEGIATAN :
1. Do'a sebelum & sesudah belajar
2. Lagu “Satu jari kananku”
3. Bc. Bagian orang
4. Menyusun orang dari kepingan geometri
MATERI YANG MASUK DALAM PEMBIASAAN :
1. Menyayangi diri sendiri sebagai rasa syukur
2. Mengucapkan salam masuk dalam penyambutan dan penjemputan
3. Berdo‟a sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan
4. Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk ke dalam SOP sebelum dan sesudah
makan
ALAT DAN BAHAN :
1. Alas dan kepingan geometri
2. Gambar orang
A. Kegiatan awal :
1. Do‟a sebelum belajar
2. Bernyanyi “Satu jari kananku”
3. Bernanyi ”rumahku”
4. Mengenalkan aturan main
5. Berdiskusi tentang rumahku
6. Berdiskusi tentang kepingan geometri menjadi bentuk orang
NO. : HIKARI/FR/KURIKULUM/03
Tgl. Terbit : 19 Februari 2018
B. Kegiatan inti :
1. Anak mengamati
Gambar orang
Alat dan bahan
2. Anak bertanya
Anak bertanya cara menyusun menjadi orang dari kepingan geometri
3. Anak mengumpulkan informasi
Guru memberi dukungan dengan memberi contoh menyusun kepingan
geometri menjadi bentuk orang
4. Anak menalar
Anak mengingat cara menyusun kepingan geometri menjadi bentuk
orang
5. Anak mengkomunikasikan :
Bernyanyi “Satu jari kananku”rumahku
Membentuk kepingan geometri menjadi bentuk orang
Recalling :
1. Menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan anak
2. Menanyakan tentang bentuk kepingan geoemtri yang digunakan
3. Menguatkan tentang bentuk segitiga, persegi dan lingkaran
C. Kegiatan Penutup
1 Menanyakan perasaan selama hari ini
2 Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkan hari ini
4. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
5. Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
6. Berdo‟a setelah belajar
Mengetahui, Setu, 24 September 2018
Kepala TK Hikari Guru Kelas
Siti Nawangsari,S.Pd Anti Marifah
Lampiran 8
Lampiran 9