perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN PERSEGI
BERLUBANG SUSUNAN SEGARIS DALAM SALURAN SEGIEMPAT
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Oleh:
SUNARIS NIM: I1407521
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGUJIAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS
DAN PENURUNAN TEKANAN DARI SIRIP - SIRIP PIN
PERSEGI BERLUBANG SUSUNAN SEGARIS DALAM
SALURAN SEGIEMPAT
Disusun oleh :
Sunaris NIM. I1407521
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Tri Istanto, ST., MT. Wibawa Endra J., ST., MT. NIP. 19730820 20012 1 001 NIP. 19700911 200003 1 001 Telah dipertahankan di hadapan Tim Dosen Penguji pada hari Rabu tanggal 13 Januari 2011. 1. Zainal Arifin, ST., MT. …………………………
NIP. 19730308 200003 1 001 2. Rendy Adhi Rachmanto, ST., MT. ………………………....
NIP. 19710119 200012 1 006
Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Mesin Koordinator Tugas Akhir Dody Ariawan, ST., MT. Wahyu Purwo Raharjo, ST., MT. NIP. 19730804 199903 1 003 NIP. 19710615 199802 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Pengujian Karakteristik Perpindahan Panas Dan Penurunan Tekanan Dari Sirip - Sirip Pin Persegi Berlubang Susunan Segaris Dalam Saluran
Segiempat
Sunaris Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menguji karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal dari sirip-sirip persegi berlubang dalam saluran udara segiempat, dimana udara mengalir di dalamnya sebagai fluida pendingin. Sirip-sirip pin ini disusun secara segaris. Dimensi plat dasar dimana sirip-sirip pin dipasang adalah 150 mm x 200 mm x 6,5 mm. Temperatur rata-rata permukaan plat dasar dijaga konstan sebesar 60oC. Sirip-sirip pin terbuat dari duralumin dengan tinggi 75 mm, dengan sisi-sisinya berturut-turut 12,7 mm dan 12,7 mm, diameter lubang 6 mm sejarak 15 mm dari dasar sirip, dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah melintang aliran udara dibuat konstan sebesar Sx/D = 2,95. Parameter-parameter dalam penelitian ini adalah bilangan Reynolds (Re) 3.124 – 37.833 berdasarkan kecepatan udara masuk rata-rata dan diameter hidrolik, dan jarak antar titik pusat sirip arah aliran udara ( Sy/D = 1,97 – 3,94). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan bilangan Reynolds dan semakin kecil jarak Sy/D akan meningkatkan bilangan Nusselt (Nu), yang berarti meningkatkan laju perpindahan panas, dimana mencapai maksimum pada Sy/D = 2,36. Nilai penurunan tekanan (DP) dan faktor gesekan (f) menurun dengan meningkatnya Sy/D. Unjuk kerja termal (h) menurun dengan kenaikan bilangan Reynolds. Nilai unjuk kerja termal (h) bervariasi antara 0,70 dan 1,27. Meningkatnya bilangan Reynolds akan menurunkan unjuk kerja termal (h) untuk keseluruhan Sy/D. Perolehan energi netto dapat dicapai hingga 27% untuk nilai Sy/D = 2,36 pada Re = 3.124. Kata kunci : Sirip pin persegi berlubang, bilangan Reynolds, bilangan Nusselt,
faktor gesekan, unjuk kerja termal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Investigation on Heat Transfer and Pressure Drop Characteristics of Inline Perforated Square Pin Fin Array in Rectangular Channel
Sunaris Mechanical Engineering Departement
Engineering Faculty, Sebelas Maret University Surakarta, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstract
This research was conducted to investigate the characteristics of heat transfer and pressure drop as well as the thermal performance of perforated square pin fin array in the rectangular channel which air was passed through it as coolant fluid. The pin fins were arranged in inline manner. Dimension of base plate in which pin fins were attached was 150 mm x 200 mm x 6.5 mm. The average temperature of base plate surface was kept constant at 60oC. Pin fins were made of duralumin having the dimension of 75 mm of height, with 12.7 mm x 12.7 mm of sides, hole diameter of 6 mm which have the distance 15 mm from the base of fins, and the distance inter-fin picth in the spanwise direction was kept constant at Sx/D= 2.95. The parameters of this research were Reynolds number (Re) 3.124 – 37.833 based on averaged inlet air velocity and hydraulic diameter of rectangular channel, and the distance between the inter-fin pitch in the streamwise direction (Sy/D =1.97 – 3.94)
The research result shown that increasing Reynolds number and decreasing the distance Sy/D increased Nusselt number (Nu), that means increased heat transfer rate where it reach maximum at Sy/D =2.36. The values of pressure drop (DP) and friction factor (f) decreased with increasing Sy/D. Thermal performance decreased with increasing Reynolds number. The thermal performances (h) varied between 0.70 – 1.27. The increasing of Reynolds number would decrease the thermal performances (h) for all Sy/D. A net energy gain can be achieved up to 27% for the value of Sy/D = 2.36 and Re =3.124.
Keywords : Perforated square pin fin, Reynolds number, friction factor, thermal
performance.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan, maka hendaklah kita bersungguh – sungguh dalam mengerjakan segala sesuatu dalam kehidupan kita”
“Kedewasaan seseorang tidak diperoleh dari bertambahnya usia, melainkan dari bertambahnya
kebijakan seseorang dalam bersikap”
“Kejujuran merupakan kunci utama dalam meraih kesuksesan. Tanpa kejujuran, tak akan ada keyakinan dan kemampuan untuk bertindak “
“Bersabarlah kita dalam menghadapi permasalahan hidup, dengan bersabar segala sesuatunya pasti akan
berjalan sesuai dengan yang diharapkan”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengujian Karakteristik Perpindahan
Panas Dan Penurunan Tekanan Dari Sirip-sirip pin persegi berlubang susunan
segaris dalam saluran segi empat ” dengan baik dan lancar.
Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam Penyelesaian Skripsi ini tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Dody Ariawan, ST. MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
UNS Surakarta.
2. Bapak Tri Istanto, ST. MT, selaku Pembimbing I atas bimbingannya
hingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
3. Bapak Wibawa Endra J, ST. MT, selaku Pembimbing II yang telah turut
serta memberikan bimbingan yang berharga bagi penulis.
4. Bapak Heru Sukanto, ST. MT, selaku Pembimbing Akademis yang telah
memberikan pengarahan selama menempuh studi di Universitas Sebelas
Maret ini.
5. Bapak Wahyu Purwo Raharjo, ST. MT, selaku koordinator Tugas Akhir
6. Bu Elisa, Pak Endras, Pak Agus dan Pak Har yang banyak membantu
dalam hal administarsi.
7. Seluruh Dosen serta Staf di Jurusan Teknik Mesin UNS, yang telah turut
mendidik penulis hingga menyelesaikan studi S1.
8. Ayah, Ibu, dan kakakku atas do’a restu, motivasi, dan dukungan material
maupun spiritual dalam menyelesaian Tugas Akhir ini.
9. Rekan Skripsi : Semua personil tim “Sirip Pin” tuk semua dukungan,
sindiran, kritikan, serta bantuan yang sangat berarti dalam mengerjakan
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
10. Semua teman-teman mahasiswa teknik mesin UNS khususnya
mahasiswa Transfer angkatan 2007.
11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
membantu pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari
sempurna, maka kritik dan saran penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi
ini.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan dan kita semua
Amin.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
HALAMAN SURAT PENUGASAN .......................................................... iii
MOTTO ........................................................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR NOTASI ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 2
1.3. Batasan Masalah ..................................................................... 3
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 4
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................. 4
BAB II DASAR TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 6
2.2. Dasar Teori .............................................................................. 8
2.2.1. Sirip ................................................................................... 8
2.2.2. Sirip Pin............................................................................. 13
2.2.3. Macam-Macam Bentuk Sirip Pin ...................................... 14
2.2.3.1. Silinder ...................................................................... 14
2.2.3.2. Kubus ........................................................................ 14
2.2.3.3. Oblong ....................................................................... 15
2.2.3.4. Ellips ......................................................................... 15
2.2.4. Aplikasi Sirip Pin .............................................................. 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
2.2.5. Perpindahan Panas ............................................................ 18
2.2.6. Parameter Tanpa Dimensi ................................................. 19
2.2.7. Perhitungan Perpindahan Panas dan Faktor Gesekan
pada Pin Fin Array ........................................................... 20
2.2.7.1. Perhitungan Perpindahan Panas (Heat Transfer)...... 20
2.2.7.2. Perhitungan Faktor Gesekan (Friction Factor) ........ 26
2.2.7.3. Perhitungan Unjuk Kerja Termal Pin Fin Assembly 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat Penelitian ................................................................... 29
3.2. Alat Penelitian .......................................................................... 29
3.3. Spesimen Penelitian ................................................................ 34
3.4. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 36
3.4.1. Tahap Persiapan .............................................................. 36
3.4.2. Tahap Pengujian .............................................................. 37
3.5. Metode Analisis Data .............................................................. 37
3.6. Diagram Alir Penelitian .......................................................... 39
BAB IV DATA DAN ANALISIS
4.1 Data Hasil Pengujian ............................................................... 40
4.2 Perhitungan Data ...................................................................... 41
4.3 Analisis Data ........................................................................... 49
4.3.1 Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat
Sirip Dalam Arah Streamwise Terhadap Karakteristik
Perpindahan Panas ........................................................... 49
4.3.2 Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat
Sirip Dalam Arah Streamwise Terhadap Karakteristik
Penurunan Tekanan ......................................................... 52
4.3.3 Pengaruh Bilangan Reynolds dan Jarak Antar Titik Pusat
Sirip Dalam Arah Streamwise Terhadap Unjuk Kerja
Termal .............................................................................. 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 57
5.2. Saran ........................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Spesifikasi spesimen penelitian ......................................... 35
Tabel 4.1. Data hasil pengujian specimen 1 ........................................ lampiran
Tabel 4.2. Data hasil pengujian spesimen 2 ........................................ lampiran
Tabel 4.3. Data hasil pengujian spesimen 3 ........................................... lampiran
Tabel 4.4. Data hasil pengujian spesimen 4 ............................................ lampiran
Tabel 4.5. Data hasil pengujian spesimen 5 (Tanpa sirip) .................. lampiran
Tabel 4.6. Data hasil pengujian spesimen 5 (Tanpa sirip) .................. lampiran
Tabel 4.7. Data hasil pengujian spesimen 5 (Tanpa sirip) .................. lampiran
Tabel 4.8. Data hasil pengujian spesimen 5 (Tanpa sirip) .................. lampiran
Perhitungan spesimen 1 ......................................................................... lampiran
Perhitungan spesimen 2 ......................................................................... lampiran
Perhitungan spesimen 3 ......................................................................... lampiran
Perhitungan spesimen 4 ......................................................................... lampiran
Perhitungan spesimen 5 ......................................................................... lampiran
Perhitungan spesimen 5 (Lanjutan) ....................................................... lampiran
Perhitungan spesimen 5 (Lanjutan) ....................................................... lampiran
Perhitungan spesimen 5 (Lanjutan) ....................................................... lampiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Beberapa contoh jenis extended surface ................................. 9
Gambar 2.2. Beberapa contoh jenis permukaan penukar kalor kompak ..... 10
Gambar 2.3. Perbedaan-perbedaan gradien temperatur dalam sirip ........... 11
Gambar 2.4. Sebuah susunan sirip pin persegi berlubang segaris ............... 13
Gambar 2.5. Susunan sirip pin ..................................................................... 14
Gambar 2.6. Perbandingan sirip pin silinder lurus dengan sirip pin silinder
berfillet ..................................................................................... 14
Gambar 2.7. Perbandingan antara konfigurasi susunan staggered sirip pin
kubus dan sirip pin diamond .................................................... 15
Gambar 2.8. Konfigurasi susunan staggered menggunakan sirip pin
oblong ...................................................................................... 15
Gambar 2.9. Ukuran relatif dari circular fin, SEF dan N fin ...................... 16
Gambar 2.10. Potongan melintang sudu turbin dengan pendinginan dalam
(internal cooling) ................................................................... 17
Gambar 2.11. Pin fin array dalam suatu saluran udara segiempat dengan
clearance nol ........................................................................ 23
Gambar 3.1. Skema alat penelitian .............................................................. 29
Gambar 3.2. Saluran udara segiempat ............................................................. 29
Gambar 3.3. Pelurus aliran udara (air flow straightener) .................................. 30
Gambar 3.4. Fan hisap .................................................................................. 30
Gambar 3.5. Rheostat ................................................................................... 30
Gambar 3.6. Anemometer ............................................................................ 31
Gambar 3.7. Pemanas listrik (electric heater) ................................................. 31
Gambar 3.8. Regulator pengatur tegangan listrik yang masuk heater ................ 31
Gambar 3.9. Voltmeter .................................................................................. 32
Gambar 3.10. Amperemeter ........................................................................... 32
Gambar 3.11. Manometer U dan posisi titik pengukuran tekanan ................ 33
Gambar 3.12. Termokopel tipe T ..................................................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Gambar 3.13. Posisi 3 buah termokopel untuk mengukur temperatur
udara masuk seksi uji .............................................................. 33
Gambar 3.14. Posisi 5 buah termokopel untuk mengukur temperatur
udara keluar seksi uji ............................................................... 33
Gambar 3.15 Pemasangan termokopel pada base plate ............................... 33
Gambar 3.16 Display termokopel ................................................................. 34
Gambar 3.17 Dimensi dan tata nama spesimen ............................................ 34
Gambar 3.18 Spesimen 1 .............................................................................. 35
Gambar 3.19 Spesimen 2 .............................................................................. 35
Gambar 3.20 Spesimen 3 .............................................................................. 36
Gambar 3.21 Spesimen 4 .............................................................................. 36
Gambar 4.1. Posisi titik pengukuran temperatur udara ................................ 40
Gambar 4.2. Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap bilangan
Nusselt pada Sx/D = 2,95 ........................................................ 49
Gambar 4.3. Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap koefisien
perpindahan panas konveksi rata-rata pada Sx/D = 2,95 ......... 50
Gambar 4.4. Grafik pengaruh nilai Sy/D terhadap bilangan Nusselt pada
Sx/D = 2,95 .............................................................................. 51
Gambar 4.5. Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap penurunan
tekanan pada Sx/D = 2,95 ....................................................... 53
Gambar 4.6. Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap faktor
gesekan pada Sx/D = 2,95 ...................................................... 54
Gambar 4.7. Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap unjuk kerja
termal pada Sx/D = 2,95 ......................................................... 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR NOTASI
Lt = Panjang seksi uji ( m )
H = Tinggi sirip ( m )
Wb = Lebar specimen ( m )
L = Panjang specimen ( m )
S = Sisi-sisi sirip ( m)
Afront = Luas frontal dari sirip – sirip ( m2 )
As = Luas total permukaan perpindahan panas ( m2 )
At = Luas penampang melintang saluran udara ( m2 )
Dh = Diameter hidrolik ( m )
inT = Temperatur rata – rata udara masuk saluran udara ( oK )
outT = Temperatur rata – rata udara keluar saluran udara ( oK )
bT = Temperatur udara rata – rata base plate ( oK )
Tf = Temperatur film ( oK )
V = Kecepatan rata- rata dalam saluran udara (m/s)
Vmaks = Kecepatan uadara maksimum yang melalui sirip pin (m/s)
ρ = massa jenis udara (kg/m3)
ν = viskositas kinematik udara (m2/s)
µ = viskositas dinamik udara (kg/m.s)
CP = Panas jenis udara (kJ/kg.oC)
Qelect = Laju aliran panas dari heater (W)
m& = Laju aliran masa udara ( kg/s )
Qconv = Laju perpindahan panas konveksi (W)
Qloss = Heat losses yang terjadi pada seksi uji
ha = Koefisien perpindahan panas konveksi rata – rata dengan sirip (W/m2.K)
hs = Koefisien perpindahan panas konveksi rata – rata tanpa sirip (W/m2.K)
Nu = Bilangan Nusselt saluran udara ( Duct Nusselt number )
NuD = Bilangan Nusselt pada pin ( Pin Nusselt number )
Re = Bilangan Reynold saluran udara ( Duct Reynold number )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ReD = Bilangan Reynold pada pin ( Pin Reynold number )
PD = Penurunan tekanan
f = Faktor gesek
η = Unjuk kerja termal
Vh = Tegangan listrik heater ( V )
Ih = Arus listrik heater ( A )
Vf = Tegangan listrik fan ( V )
If = Arus listrik fan ( A )
jcos = Faktor daya listrik 2 phase
Pfan = Daya listrik fan ( pumping power ) ( W )
g = Percepatan gravitasi ( m/s2 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perluasan permukaan perpindahan panas menggunakan sirip-sirip (fins)
sering digunakan dalam peralatan penukar panas yang bertujuan untuk
meningkatkan perpindahan panas antara permukaan utama dan fluida
disekitarnya. Sirip-sirip tersebut menonjol keluar dari sebuah permukaan dasar
segiempat atau silindris. Berbagai tipe sirip alat penukar panas, mulai dari bentuk
yang sederhana, seperti sirip segiempat (rectangular), silindris, annular, tirus
(tapered) atau pin, sampai kombinasi dari berbagai geometri yang berbeda, dan
digunakan dengan jarak yang telah diatur dalam susunan selang-seling (staggered)
atau segaris (inline). Tipe sirip yang digunakan tergantung dari proses permesinan
dan ruang yang tersedia dalam peralatan pembangkit panas yang terlibat dalam
proses pendinginan.
Salah satu tipe sirip alat penukar panas yang biasa digunakan adalah sirip
pin. Sirip pin adalah elemen berbentuk silinder atau bentuk lainnya yang dipasang
secara tegak lurus terhadap dinding alat penukar panas, dengan fluida pendingin
mengalir dalam arah aliran melintang (crossflow) terhadap elemen tersebut. Sirip-
sirip pin yang menonjol dari sebuah permukaan yang dipanaskan dapat
meningkatkan luas permukaan disipasi panas dan menyebabkan percampuran
aliran yang turbulen, sehingga meningkatkan unjuk kerja disipasi panas yang
berdampak pada meningkatnya ketahanan (reliabilty) dan umur peralatan.
Terdapat berbagai parameter yang menggolongkan sirip pin, seperti
bentuk, tinggi, diameter, perbandingan tinggi-diameter (H/D) dan sebagainya.
Sirip pin dengan perbandingan tinggi-diameter (H/D) antara 0,5 – 4 dikategorikan
sebagai sirip pin pendek (short pin fin), sedangkan perbandingan tinggi-diameter
> 4 digolongkan ke dalam sirip pin panjang (long pin fin). Perbandingan tinggi-
diameter yang besar merupakan bagian yang menarik dalam aplikasi alat penukar
panas dalam hal pencapaian koefisien perpindahan panas yang sangat tinggi. Sirip
pin banyak digunakan dalam berbagai aplikasi industri, khususnya dalam alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
penukar panas ringkas (compact heat exchanger), trailing edge sudu turbin gas,
beberapa sistem elektronik modern dan industri pesawat terbang.
Laju perpindahan panas dari suatu rakitan sirip pin (pin fin assembly) ke
lingkungan tergantung pada distribusi temperatur pada sirip pin dan plat dasar
(base plate), geometri sirip pin, shroud clearance (jarak antara ujung sirip pin
dengan permukaan atas saluran udara), sifat-sifat fluida dan sirip pin, laju aliran
udara, jarak antar titik pusat sirip (inter-fin pitch), susunan sirip pin, dan orientasi
dari penukar panas (terutama untuk laju aliran udara yang rendah). Untuk plat
dasar dengan temperatur tertentu, laju perpindahan panas dapat ditingkatkan
dengan menaikkan koefisien perpindahan panas rata-rata, menaikkan luas
permukaan perpindahan panas atau kedua-duanya. Kenaikan perpindahan panas
dapat dicapai dengan cara konveksi paksa (forced convection) atau mengubah
konfigurasi geometri dari alat penukar panas. Dalam praktiknya, cara-cara ini
dibatasi oleh penurunan tekanan maksimum yang diijinkan melalui susunan sirip
pin tersebut karena kenaikan perpindahan panas akan disertai penurunan tekanan.
Energi yang hilang karena penurunan tekanan dapat melebihi energi yang
didapatkan dari usaha peningkatan perpindahan panas tersebut.
Karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan dalam sistem sirip
pin telah menjadi bahan penelitian secara luas karena perannya yang penting
dalam berbagai aplikasi keteknikan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal
dari sirip-sirip pin persegi berlubang susunan segaris (inline) dalam saluran
segiempat (rectangular channel).
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat
sirip dalam arah aliran udara (streamwise) terhadap karakteristik perpindahan
panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja termal dari sirip-sirip pin persegi
berlubang susunan segaris (in line) dalam saluran segiempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
1.3. Batasan Masalah
Pada penelitian ini masalah dibatasi sebagai berikut:
1. Material sirip pin dan plat dasar (base plate) yang digunakan adalah
duralumin.
2. Dimensi plat dasar yang digunakan adalah : panjang 200 mm, lebar 150
mm dan tebal 6,5 mm
3. Dimensi sirip pin yang digunakan adalah : tinggi 75 mm, sisi-sisi 12,7 mm
x 12,7 mm, atau H/D = 5,9 dan lubang dengan diameter 6 mm, jarak
lubang dari plat dasar 15 mm.
4. Jarak antara ujung sirip pin dengan permukaan atas saluran udara (shroud
clearence) adalah nol.
5. Penelitian menggunakan alat saluran udara segiempat yang terdiri dari:
a. Saluran udara segiempat berdimensi penampang 150 mm x 75 mm
b. Fan hisap
c. Pemanas listrik tipe plat (plate electric heater)
d. Pelurus aliran udara (flow straightener)
e. Manometer U
6. Permukaan dalam saluran udara dilapisi dengan bahan melamin yang
halus, sehingga faktor gesekan diabaikan.
7. Permukaan luar saluran udara dimana seksi uji diletakkan diisolasi dengan
glasswool dan styrofoam sehingga perpindahan panas ke lingkungan
diminimalisasi.
8. Parameter yang dibuat konstan yaitu temperatur permukaan plat dasar
sebesar 60oC, temperatur udara masuk, jarak antar titik pusat sirip dalam
arah melintang (spanwise direction) sebesar 37,5 mm.
9. Parameter yang divariasi adalah kecepatan udara masuk yaitu sebesar 0,5
m/s, 1 m/s, 2 m/s, 3 m/s, 4 m/s, 5 m/s, 5,5 m/s dan 6 m/s, serta jarak antar
titik pusat sirip dalam arah aliran udara (streamwise) yaitu sebesar 25
mm, 30 mm, 37,5 mm dan 50 mm.
10. Pengujian karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta
unjuk kerja termal dari sirip-sirip pin persegi berlubang susunan segaris
dilakukan pada kondisi tunak (steady state).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
11. Penelitian dilakukan dalam keadaan diam (static experiment) dan pada
temperatur kamar.
1.4. Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh bilangan Reynolds terhadap karakteristik perpindahan
panas dan penurunan tekanan dari sirip-sirip pin persegi berlubang susunan
segaris dalam saluran segiempat.
2. Mengetahui pengaruh jarak antar titik pusat sirip dalam arah aliran udara
(streamwise direction) terhadap karakteristik perpindahan panas dan
penurunan tekanan dari sirip-sirip pin persegi berlubang susunan segaris
dalam saluran segiempat.
3. Mengetahui pengaruh variasi bilangan Reynolds dan jarak antar titik
pusat sirip dalam arah aliran udara terhadap unjuk kerja termal dari sirip-
sirip pin persegi berlubang susunan segaris dalam saluran segiempat.
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Mampu memberikan pengetahuan baru yang berguna dalam ilmu
perpindahan panas, khususnya mengenai karakteristik perpindahan panas,
penurunan tekanan dan unjuk kerja termal dari sirip-sirip pin persegi
berlubang susunan segaris dalam saluran segiempat.
2. Dapat diterapkan dalam sistem pendinginan sudu-sudu turbin gas, sistem
elektronik modern dan industri pesawat terbang.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian.
BAB II : Dasar teori, berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan
pengujian susunan sirip pin, dasar teori tentang sirip pin dan teori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
perhitungan perpindahan panas, penurunan tekanan dan unjuk kerja
termal dari susunan sirip pin dalam saluran segiempat.
BAB III : Metodologi penelitian, menjelaskan tempat dan pelaksanaan
penelitian, peralatan yang digunakan, langkah-langkah penelitian
dan pengambilan data.
BAB IV : Data dan analisis, menjelaskan data hasil pengujian, perhitungan
data hasil pengujian serta analisis hasil dari perhitungan.
BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Sara, et al (2000) melakukan penelitian tentang unjuk kerja termal dari
blocks persegi pejal (solid blocks) dan blocks persegi berlubang (perforated
rectangular blocks) yang dipasang pada sebuah permukaan datar dalam sebuah
saluran segiempat, dimana perpindahan panas dibandingkan dengan plat yang
sama tanpa blocks. Data yang digunakan dalam analisis unjuk kerja diperoleh
secara eksperimental untuk berbagai kondisi aliran dan geometri. Diperoleh
bahwa solid blocks membangkitkan kehilangan energi netto meskipun secara
signifikan meningkatkan perpindahan panas karena kenaikan luasan permukaan
perpindahan panas. Ketika blocks dilubangi, kehilangan energi netto didapatkan
kembali dan tergantung pada kondisi geometri dan aliran, perolehan energi netto
hingga 20% dapat dicapai. Untuk solid blocks dan blocks berlubang, kenaikan
bilangan Reynolds membuat unjuk kerja menurun.
Sara, et al (2001) melakukan penelitian tentang peningkatan perpindahan
panas dan penurunan tekanan diatas sebuah permukaan datar yang diberi
halangan-halangan pejal (solid blocks) berpenampang persegi berlubang dalam
saluran segiempat. Saluran segiempat terbuat dari kayu dengan panjang 2000 mm
dan mempunyai ukuran tinggi 80 mm dan lebar 160 mm (aspek rasio saluran 2 : 1,
diameter hidrolik, De 106,7 mm). Plat dasar terbuat dari aluminium dengan tebal 2
mm, lebar 140 mm dan panjang 320 mm. Solid blocks terbuat dari aluminium
yang sama dengan plat dasar dengan penampang segiempat dimana sisi-sisinya 25
mm dan 10 mm, dan tinggi 140 mm, serta diameter lubang divariasi 2,5 mm, 4,5
mm dan 8 mm. Sudut inklinasi lubang q = 0o, 15o, 30o dan 45o, jumlah blocks Nb
= 2, 3, 4, dan 7 dan memberikan nilai rasio antara blocks terhadap diameter
hidrolik saluran, Sx/De = 1,407, 1,116, 0,712 dan 0,309. Rasio luasan terbuka dari
block berlubang (Φ) = 0,05, 0,1, dan 0,15 Percobaan meliputi kisaran bilangan
Reynolds (Re) 6670 – 40000, dan blocks melintang terhadap aliran utama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Diperoleh hasil bahwa peningkatan perpindahan panas meningkat dengan
kenaikan θ, Φ, D, dan penurunan Sx/De dan Re. Penurunan tekanan (pressure
drop) tidak dipengaruhi oleh θ sedangkan penurunan tekanan menurun dengan
kenaikan D, Re, Sx/De, dan Φ. Analisis unjuk kerja menunjukkan bahwa solid
block menyebabkan kehilangan energi mencapai hingga 20% meskipun
perpindahan panas naik secara signifikan karena adanya penambahan luasan
permukaan perpindahan panas. Energi yang hilang didapatkan kembali oleh
lubang-lubang terbuka pada blocks yang berarti bahwa ada kemungkinan untuk
mencapai keuntungan penambahan energi hingga 40%.
Sahin. B., et al (2008) melakukan penelitian tentang peningkatan
perpindahan panas dan penurunan tekanan melalui permukaan datar yang
dilengkapi dengan sirip-sirip pin silinder berlubang dalam sebuah saluran
segiempat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan saluran segiempat yang
terbuat dari kayu berdimensi; lebar 250 mm, tinggi 100 mm, tebal 20 mm (aspek
rasio saluran 2,5 : 1, diameter hidrolik, Dh = 142,86 mm) dan panjang saluran
3140 mm. Plat dasar (base plate) terbuat dari aluminium (Al 1050) dengan
dimensi panjang 250 mm, lebar 250 mm dan tebal 6 mm. Sirip pin silinder
berlubang dengan diameter 15 mm dan tinggi sirip berbeda-beda yang
memberikan clearence ratio (C/H) sebesar 0, 0,333, dan 1, lubang terletak pada
17 mm dari dasar sirip dengan diameter lubang 8 mm. Sirip-sirip dipasang dengan
jarak antar sirip dalam arah streamwise sebesar (Sy/D) = 1,208, 1,524, 1,944, dan
3,417 dengan jarak dalam arah spanwise konstan (Sx/D) = 1,208. Pengujian
dilakukan dengan variasi bilangan Reynolds sebesar 13.500 – 42.000.
Peningkatan efisiensi bervariasi antara 1,4 dan 2,6 tergantung pada clearence
ratio dan rasio jarak antar titik pusat sirip. Bilangan Nusselt naik dengan
penurunan clearence ratio dan rasio jarak antar titik pusat sirip. Peningkatan
efisiensi meningkat dengan penurunan bilangan Reynolds, sehingga pada bilangan
Reynolds yang lebih rendah membuat perbaikan dalam unjuk kerja perpindahan
panas.
Sahin. B., et al (2008) melakukan penelitian tentang peningkatan
perpindahan panas dan penurunan tekanan pada plat bersirip pin persegi
berlubang dalam saluran segiempat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
saluran segiempat yang terbuat dari kayu berdimensi; lebar 250 mm, tinggi 100
mm, tebal 20 mm (aspek rasio saluran 2,5 : 1, diameter hidrolik, Dh = 142,86 mm)
dan panjang saluran 3140 mm. Plat dasar (base plate) terbuat dari aluminium (Al
1050) dengan dimensi panjang 250 mm, lebar 250 mm dan tebal 6 mm. Sirip pin
berbentuk persegi berlubang dengan panjang sisi – sisi 15 mm x 15 mm dan tinggi
sirip berbeda-beda yang memberikan clearence ratio (C/H) sebesar 0, 0,333, dan
1, lubang terletak pada 17 mm dari dasar sirip dengan diameter lubang 8 mm.
Sirip-sirip dipasang dengan jarak antar sirip dalam arah streamwise sebesar (Sy/D)
= 1,208, 1,524, 1,944, dan 3,417 dengan jarak dalam arah spanwise konstan
(Sx/D) = 1,208. Pengujian dilakukan dengan variasi bilangan Reynolds sebesar
13.500 – 42.000. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa penggunaan sirip pin
berpenampang persegi berlubang dapat meningkatkan perpindahan panas.
Peningkatan efisiensi bervariasi antara 1,1 dan 1,9 tergantung pada clearence
ratio dan rasio jarak antar titik pusat sirip. Pada clearence ratio dan rasio jarak
antar titik pusat yang lebih kecil dan pada bilangan Reynolds yang lebih rendah,
unjuk kerja termal lebih tinggi.
2.2. Dasar Teori
2.2.1. Sirip
Perluasan permukaan perpindahan panas (extended surface heat transfer)
adalah studi tentang komponen-komponen perpindahan panas berunjuk kerja
tinggi yang berkenaan dengan berat, volume, dan biaya yang semakin kecil, dan
perilakunya dalam berbagai kondisi lingkungan termal. Komponen-komponen
tertentu telah diterapkan dalam berbagai macam aplikasi seperti pesawat
ruang angkasa (air-land-space vehicles) dan sumber dayanya dalam proses-proses
kimia, refrigerasi, dan kriogenika, dalam peralatan listrik dan elektronika, dalam
tungku konvensional dan turbin gas, dalam proses pembuangan panas pada boiler,
dan dalam modul bahan bakar nuklir.
Dalam desain dan konstruksi dari berbagai macam peralatan perpindahan
panas, bentuk-bentuk sederhana seperti; silinder, batang dan plat biasa
diterapkan pada aliran panas antara sumber panas dan penyerap panas (heat
source and heat sink). Permukaan-permukaan penyerap panas maupun pembuang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
panas masing-masing dikenal sebagai permukaan utama (prime surface). Apabila
permukaan utama diperluas dengan permukaan tambahan seperti dalam gambar
2.1, maka gabungan antara kedua permukaan tersebut dinamakan permukaan
yang diperluas (extended surface). Elemen yang digunakan untuk memperluas
permukaan utama dikenal sebagai sirip (fin). Jika elemen sirip tersebut berbentuk
kerucut atau silinder, sirip tersebut dinamakan spines atau pegs.
Gambar 2.1. Beberapa contoh jenis extended surface: (a) sirip longitudinal (memanjang) dengan profil segiempat (b)pipa silindris dengan sirip berprofil segiempat (c) sirip longitudinal dengan profil trapezioda (d) sirip longitudinal dengan profil parabola (e) pipa silindris dengan sirip radial berprofil segiempat (f) pipa silindris dengan sirip radial berprofil trapezoida (g)cylindrical spine (h)truncated conical spine (i) truncated parabolic spine
Kebutuhan untuk perlengkapan pesawat terbang, pesawat ruang angkasa,
turbin gas, pengkondisian udara, dan kriogenika telah mendapatkan perhatian
khusus dalam hal keringkasan permukaan alat penukar panas, terutama pada
permukaan yang mengalami gradien tekanan yang kecil dalam fluida yang
bersirkulasi melaluinya. Beberapa diantaranya ditunjukkan dalam gambar 2.2.
Keringkasan (compactness) mengacu pada perbandingan luas permukaan
perpindahan panas per satuan volume alat penukar panas.
Definisi awal dari Kays dan London (1950) menetapkan bahwa elemen
alat penukar panas kompak adalah alat penukar panas yang mempunyai kelebihan
245 m2 per meter kubik alat penukar panas. Elemen alat penukar panas kompak
telah tersedia lebih dari 4.100 m2 per meter kubik dibandingkan dengan 65 – 130
m2 per meter kubik untuk alat penukar panas konvensional dengan pipa 5/8 – 1 in.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Kebanyakan elemen alat penukar panas kompak terdiri dari plat-plat permukaan
utama atau pipa-pipa yang dipisahkan oleh plat, batang atau spines, yang juga
bertindak sebagai sirip. Seperti pada gambar 2.2 (d), setiap sirip dapat
diperlakukan sebagai sirip tunggal dengan tinggi sirip sama dengan setengah
dari jarak plat pemisah dan dengan plat pemisah bertindak sebagai permukaan
utama. Sehingga, alat penukar panas kompak dipandang sebagai bentuk lain dari
permukaan yang diperluas (extended surface).
Gambar 2.2. Beberapa contoh jenis permukaan penukar kalor kompak: (a) pipa silinder (b) pipa silinder dengan sirip-sirip radial (c) flat tube dengan sirip kontinyu (d) sirip plat
(plate fin) (e)offset plate fin (f) crossed rod matrix
Apabila sirip dan permukaan utamanya ditempatkan pada lingkungan
termal yang seragam, efektivitas permukaan sirip lebih kecil daripada permukaan
utama. Hal ini dapat dilihat pada plat dengan sirip memanjang (longitudinal)
pada penampang melintang segiempat pada gambar 2.3. Permukaan plat bagian
dalam membuang panas dari sumber panas dengan koefisien perpindahan panas
seragam dan temperatur T1, sedangkan permukaan plat bagian luar dan sirip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
membuang panas tersebut ke lingkungan sekelilingnya yang lebih dingin dengan
koefisien perpindahan panas seragam dan temperatur Ts. Permukaan plat yang
lebih dingin berada pada temperatur intermediate Tp, dan panas dari sumber panas
meninggalkan plat karena adanya gradien temperatur, Tp – Ts. Dengan cara yang
sama, permukaan sirip dengan temperatur tertentu T, dan panas meninggalkan
sirip karena adanya gradien temperatur T – Ts. Panas memasuki sirip melalui
dasarnya (base), dimana itu berhubungan dengan plate dan bergerak berpindah
secara kontinyu melalui sirip secara konduksi. Hampir dalam setiap kasus,
temperatur dasar sirip akan sangat mendekati sama dengan Tp. Panas yang
diserap oleh sirip melalui dasarnya dapat mengalir menuju ujung sirip hanya
jika ada gradien temperatur dalam sirip, yakni Tp lebih besar dari T. Untuk
kondisi ini, karena temperatur T bervariasi dari dasar hingga ujung sirip, gradien
temperatur T – Ts akan lebih kecil daripada Tp – Ts, sehingga satu satuan luas
permukaan sirip akan kurang efektif dibandingkan dengan satu satuan luas
permukaan plat atau permukaan utama.
Gambar 2.3. Perbedaan-perbedaan gradien temperatur dalam sirip
Rugi mutlak dari unjuk kerja satu satuan permukaan sirip dibandingkan
terhadap satu satuan permukaan utama dinamakan inefisiensi sirip. Efisiensi sirip
didefinisikan sebagai perbandingan antara panas aktual yang hilang dari sirip
terhadap panas ideal yang hilang jika temperatur seluruh permukaan sirip sama
dengan temperatur dasarnya. Sirip dengan ukuran, bentuk, dan material
tertentu memiliki efisiensi sirip yang berbeda-beda, dan efisiensi sirip akan
bervariasi terhadap konduktivitas termal dan cara perpindahan panasnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
berkenaan dengan lingkungannya. Referensi telah dibuat untuk permukaan yang
diperluas berisikan beberapa tipe permukaan utama dan beberapa tipe sirip.
Banyak pengetahuan mengenai aliran panas, profil temperatur, efisiensi dan
optimasi parameter-parameter sirip dapat diperoleh dari analisis tiga geometri
dasar sirip yang ditunjukkan dalam gambar 2.1. yaitu sirip longitudinal, sirip
radial dan spines.
Sirip dengan berbagai macam geometri dan konduktivitas termal akan
memberikan tanggapan yang berbeda terhadap sumber panas dan penyerap
panas (source and sink) yang seragam dan identik. Sebaliknya, terdapat
banyak hal mengapa temperatur dan koefisien perpindahan panas dari sumber
panas dan penyerap panas bisa bervariasi. Hal penting dalam menganalisis
geometri sirip adalah asumsi-asumsi yang diambil untuk menentukan dan
membatasi masalah dan tentunya menyederhanakan penyelesaiannya. Analisis
dari tiga geometri dasar sirip dapat dilakukan dengan mengacu pada asumsi
Murray-Gardner, yaitu:
1. Aliran panas dalam sirip dan temperaturnya tetap konstan terhadap
waktu.
2. Material sirip adalah homogen, konduktivitas termal sama di segala
arah, dan tetap konstan.
3. Koefisien perpindahan panas konveksi di permukaan sirip konstan
dan seragam di keseluruhan permukaan sirip.
4. Temperatur dari medium lingkungan sirip konstan.
5. Ketebalan sirip adalah kecil, dibandingkan dengan tinggi dan
panjangnya, sehingga gradien temperatur melewati ketebalan sirip
dan perpindahan panas dari tepi sirip dapat diabaikan.
6. Temperatur dasar sirip adalah seragam.
7. Tidak ada tahanan kontak dimana dasar sirip digabung dengan
permukaan utama.
8. Tidak ada sumber panas di dalam sirip itu sendiri.
9. Panas yang ditransfer melalui ujung sirip diabaikan dibandingkan
dengan panas yang meninggalkan permukaan lateralnya.
10. Perpindahan panas ke atau dari sirip sebanding terhadap kelebihan
temperatur antara sirip dan medium sekitar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2.2.2. Sirip pin
Sirip pin adalah elemen berbentuk silinder atau bentuk lainnya yang
dipasang secara tegak lurus terhadap dinding alat penukar panas, dengan fluida
pendingin mengalir dalam arah aliran melintang (crossflow) terhadap elemen
tersebut. Terdapat berbagai parameter yang menggolongkan sirip pin, seperti
bentuk, tinggi, diameter, perbandingan tinggi-diameter (H/D) dan sebagainya.
Sirip pin dengan perbandingan tinggi-diameter (H/D) antara 0,5 – 4 dikategorikan
sebagai sirip pin pendek (short pin fin), sedangkan sirip pin panjang (long pin fin)
memiliki perbandingan tinggi-diameter > 4. Perbandingan tinggi-diameter yang
besar merupakan bagian yang menarik dalam aplikasi alat penukar panas dalam
hal pencapaian koefisien perpindahan panas yang sangat tinggi.
Gambar 2.4. Sebuah susunan sirip pin persegi berlubang susunan segaris
Sirip pin dapat disusun dalam dua arah utama. Pada gambar 2.5 sirip-sirip
pin ditunjukkan dalam susunan segaris (inline) dan selang-seling (staggered). Sy
adalah jarak antar titik pusat sirip sepanjang arah aliran (stream-wise direction),
sedangkan Sx adalah jarak antar titik pusat sirip yang diukur normal/tegak lurus
terhadap arah aliran (span-wise direction).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Gambar 2.5. Susunan sirip pin (a) inline (b) staggered
2.2.3. Macam-macam bentuk sirip sin
2.2.3.1. Silinder
Silinder lurus merupakan geometri sirip pin yang paling umum. Geometri
sirip pin yang lain adalah silinder lurus dengan ujung difillet (filleted pin fin) dan
silinder tirus (tapered cylindrical pin fin). Hubungan antara geometri sirip pin
silinder lurus dengan geometri sirip pin silinder berfillet ditunjukkan dalam
gambar 2.6.
Gambar 2.6. Perbandingan sirip pin silinder lurus dengan sirip pin silinder berfillet
2.2.3.2. Kubus
Sirip pin berbentuk kubus (cubic pin fin) dapat disusun secara segiempat
maupun diamond berdasarkan arah aliran. Diamond merupakan susunan
segiempat yang diputar 45o. Gambar 2.7 menunjukkan sketsa kedua tipe
susunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Gambar 2.7. Perbandingan antara konfigurasi susunan staggered sirip pin kubus
dan sirip pin diamond
2.2.3.3. Oblong
Sirip pin oblong merupakan perpaduan antara bentuk silinder dan bentuk
kubus. Sirip pin oblong tersusun pada sudut orientasi yang berbeda,γ,
berdasarkan arah aliran. Gambar 2.8 menunjukkan tata nama yang digunakan
dalam sirip pin oblong.
Gambar 2.8. Konfigurasi susunan staggered menggunakan sirip pin oblong
2.2.3.4. Ellips
Sirip pin ellips adalah bentuk silinder yang direntangkan dalam satu arah
garis diameternya. Gambar 2.9 menunjukkan sketsa geometri circular fin dan
dua bentuk sirip pin ellips. Dalam menguji sirip pin ellips, sumbu utama (major
axis) segaris dengan arah aliran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Gambar 2.9. Ukuran relatif dari circular fin, SEF dan N fin.
Bentuk-bentuk sirip pin ellips dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Standard Elliptical Fin (SEF).
Sirip pin ini mempunyai standar penampang ellips dengan panjang sumbu
minor sama dengan diameter circular fin dan panjang sumbu utama adalah
1,67 kali panjang sumbu minor. Luas permukaan dari SEF dihitung 1,35 kali
luas permukaan circular fin, tetapi luas frontal efektif sama dengan circular fin
karena panjang sumbu minor sama dengan diameter circular fin.
b. N fin
Bentuk sirip ini diturunkan dari seri airfoil simetris 4 digit NACA. Panjang
sumbu minor sama dengan diameter circular fin dan panjang sumbu utama 2,5
kali panjang sumbu minor. Luas permukaan N fin dihitung 1,85 kali lebih besar
daripada luas permukaan circular fin. Luas frontal efektif adalah sama dengan
circular fin.
Kemampuan bentuk sirip pin dalam meningkatkan perpindahan panas
dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyebabkan pemisahan aliran (flow
separation) dan menghasilkan turbulensi dalam medan aliran. Sehingga, sirip pin
dengan bentuk yang kurang aerodinamis akan menghasilkan peningkatan
perpindahan panas yang lebih baik, misalnya pada sirip pin kubus. Karena
kuatnya gaya inersia dari aliran fluida di sekitar sirip pin, aliran tidak dapat
melekat pada permukaan sirip bagian belakang (downstream) dari sudut yang
tajam. Selain itu, perubahan lintasan aliran secara tiba-tiba di sekeliling sirip pin
kubus menyebabkan pemisahan aliran dan daerah pusaran turbulen (turbulent
vortex shedding), yang dapat menambah perpindahan panas dalam susunan sirip
pin tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2.2.4. Aplikasi sirip pin
Perpindahan panas dari susunan sirip pin merupakan subjek yang sangat
penting dengan banyak aplikasi keteknikan. Aplikasi tersebut mulai dari alat
penukar panas kompak, boiler untuk turbin uap dan pendinginan internal secara
konveksi dari air foils turbin gas. Seperti pada gambar 2.10, sirip pin biasanya
dimasukkan dalam ruang pendinginan dalam (internal cooling) dekat trailing
edge dari sudu turbin untuk meningkatkan perpindahan panas. Hal ini
memungkinkan sudu beroperasi dalam temperatur tinggi tanpa mengalami
kerusakan, sehingga meningkatkan efisiensi termal dan daya output.
Gambar 2.10. Potongan melintang sudu turbin dengan pendinginan dalam
(internal cooled)
Oleh karena pertimbangan aerodinamis, seperti pada gambar 2.10 trailing
edge dari sudu menuntut profil yang semakin mengecil. Untuk itu, ruang
pendinginan dalam daerah ini harus dengan bentuk penampang trapesium.
Pendingin dari pangkal sudu (blade base) bergerak memutar ke samping
kemudian dikeluarkan dari slot ujung sudu, atau melalui saluran sirip pin
kemudian keluar dari slot sepanjang trailing edge sudu. Namun, kebanyakan
penelitian yang dilakukan adalah untuk sirip pin yang menggunakan saluran
segiempat (rectangular channel) dengan aliran keluar yang lurus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2.2.5. Perpindahan panas
Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari tentang cara untuk
meramalkan perpindahan (distribusi) energi berupa panas yang terjadi karena
adanya perbedaan temperatur di antara benda atau material. Perpindahan
panas dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
Perpindahan panas secara konduksi adalah distribusi energi berupa
panas yang terjadi pada benda atau medium yang diam (padat) bertemperatur
tinggi ke bagian benda yang bertemperatur rendah atau terdapat gradien
temperatur pada benda tersebut. Rumus dasar perpindahan panas secara konduksi
adalah :
xTAk
QD
-= (2.1)
dimana:
Q = laju perpindahan panas (Watt)
k = konduktivitas panas (W/m.oC)
A = luasan perpindahan panas arah normal Q (m2)
∆T = beda temperatur (oC)
x = ketebalan bahan (m)
Perpindahan panas konveksi adalah distribusi energi berupa panas yang
terjadi karena terdapat aliran fluida. Persamaan dasar perpindahan panas konveksi
adalah :
( )¥-= TTAhQ w.. (2.2)
dimana:
Q = laju perpindahan panas (Watt)
h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 oC)
A = luasan perpindahan panas arah normal Q (m2)
Tw = temperatur permukaan benda (oC)
T¥ = temperatur fluida (oC)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Perpindahan panas radiasi adalah distribusi energi berupa panas yang
terjadi melalui pancaran gelombang cahaya dari suatu zat ke zat yang lain tanpa
zat perantara. Untuk menghitung besarnya panas yang dipancarkan yaitu
menggunakan rumus :
se 4TAQ = (2.3)
dimana:
Q = panas yang dipancarkan (Watt)
ε = emisivitas permukaan benda (0 s.d. 1)
A = luas perpindahan panas (m2)
T = temperatur permukaan benda (K)
σ = konstanta Stefan Boltzmann (W/m2.K4)
Untuk benda hitam sempurna nilai emisivitasnya (ε) adalah 1 dan besar nilai
σ = 5,67.10-8 W/m2.K4
2.2.6. Parameter tanpa dimensi
Persamaan perpindahan panas konveksi berkaitan dengan variabel
penting yang dinamakan parameter tanpa dimensi (dimensionless). Parameter
tanpa dimensi dalam kaitannya dengan perpindahan panas konveksi adalah:
a. Bilangan Reynolds ( Reynolds Number )
Bilangan Reynolds dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya
inersia dengan gaya kekentalan, di dalam kecepatan lapis batas. Untuk kontrol
volume yang berbeda pada lapis batas ini, gaya inersia diasosiasikan dengan
sebuah kenaikan momentum dari fluida yang bergerak melewati kontrol volume.
Gaya inersia dalam bentuk [ ] xuu ¶¶ /)(r didekati dengan persamaan :
LV
FI
2r= . Gaya kekentalan diwakili dengan gaya geser dalam bentuk
( )[ ] yyuyyx ¶¶¶¶=¶¶ /// mt dan dapat didekati dengan persamaan : 2/ LVFs m= .
Perbandingan gaya tersebut dapat ditulis :
Ls
I VLLVLV
F
FRe
//
2
2
===mr
mr
(2.4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Untuk harga Re yang tinggi , gaya inersia akan lebih berpengaruh daripada gaya
kekentalan. Untuk harga Re yang rendah, gaya kekentalan akan lebih berpengaruh
dari gaya inersia.
b. Nusselt ( Nusselt Number )
Bilangan Nusselt adalah bilangan tanpa dimensi yang menyatakan
perbandingan antara koefisien perpindahan panas konveksi terhadap konduktivitas
termal fluida. Bilangan ini menyediakan sebuah perhitungan tentang perpindahan
panas konveksi yang terjadi pada permukaan. Bilangan Nusselt dirumuskan :
fk
hDNu = (2.5)
dimana :
Nu = bilangan Nusselt
h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2. oC)
D = diameter (m)
kf = konduktivitas termal fluida (W/m.oC)
Bilangan Nu merupakan fungsi universal dari bilangan Re. Apabila fungsi
bilangan Re diketahui, maka dapat digunakan untuk menghitung nilai Nu untuk
fluida, nilai kecepatan, dan skala panjang yang berbeda.
2.2.7. Perhitungan perpindahan panas dan faktor gesekan pada pin-fin
assembly
2.2.7.1 Perhitungan perpindahan panas (Heat Transfer)
Kesetimbangan energi kondisi tunak (steady state) untuk permukaan uji
yang dipanaskan secara elektrik adalah sebagai berikut :
Qelect = Qconv + Qloss (2.6)
dimana :
Qelect = laju aliran panas dari listrik (W)
Qconv = laju perpindahan panas konveksi (W)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Qloss = laju aliran panas yang hilang dari sistem (heat loss) (W)
Input panas listrik dapat dihitung dari tegangan listrik dan arus listrik yang
disuplai ke permukaan. Kehilangan panas (heat loss) dari sistem bisa karena; (i)
radiasi dari permukaan dan (ii) konduksi melalui dinding-dinding saluran ke
atmosfer. Sehingga persamaan (2.6) dapat ditulis menjadi :
Qelect = Qconv + Qrad + Qcond (2.7)
dimana :
Qrad = laju perpindahan panas radiasi (W)
Qcond = laju perpindahan panas konduksi (W)
Pada penelitian yang serupa, Naik et al (1987) dan Hwang dan Liou (1995)
melaporkan bahwa total kehilangan panas secara radiasi dari permukaan uji yang
serupa sekitar 0,5% dari total input panas listrik, sehingga kehilangan panas secara
radiasi diabaikan. Kehilangan panas karena konduksi dari sisi dinding-dinding
dapat diabaikan dibandingkan dari permukaan bawah dari seksi uji, karena luas
total sisi plat yang dipanaskan jauh lebih kecil dari luas permukaan bawah. Pada
penelitian ini, permukaan bawah dari plat uji tidak dipapar ke aliran, dan disolasi
dengan kombinasi lapisan isolator dan lapisan kayu, sehingga kehilangan panas
karena konduksi dapat diminimalisir. Analisis data akan memuaskan jika
persentase total heat loss, (Qelect –Qconv)/Qconv kurang dari 10% (Naphon, P.,
2007).
Maka persamaan (2.7) menjadi :
Qelect = Qconv (2.8)
Panas yang dipindahkan dari permukaan bersirip dengan cara konveksi adalah :
úû
ùêë
é÷øö
çèæ +
-=2
.. outinbsconv
TTTAhQ (2.9)
dimana :
Qconv = laju perpindahan panas konveksi (W)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
h = koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (W/m2.K)
As = luas seluruh permukaan yang kontak dengan udara dari pin fin
assembly (m2)
Tb = temperatur plat dasar (base plate) (K)
Tin = temperatur inlet dari aliran udara (K)
Tout = temperatur outlet dari aliran udara (K)
Dari persamaan (2.9), Qconv dapat juga dinyatakan dengan :
Qconv = (2.10)
dimana :
= laju aliran massa udara (kg/s)
Cp = panas jenis udara (J/kg.K)
Tin = temperatur inlet aliran udara (K)
Tout = temperatur outlet aliran udara (K)
Koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (h) dapat dihitung dengan
menggunakan kombinasi persamaan (2.9) dan (2.10) sehingga didapatkan bahwa :
( )( )( )[ ]2.
..
inoutbs
inoutp
TTTA
TTCmh
+-
-=
& (2.11)
Dari persamaan (2.11) laju aliran massa, , dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
= r. At. V (2.12)
dimana :
r = massa jenis (densitas) udara (kg/m3)
At = luas penampang saluran udara (m2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 2.11. Pin fin assembly dalam suatu saluran udara segiempat dengan clearence
nol
Untuk kasus dengan clearence nol seperti pada gambar 2.11, maka At dihitung
dengan rumus :
At = H. Wb (2.13)
V = kecepatan rata-rata udara dalam saluran udara (m/s)
As adalah luas seluruh permukaan yang kontak dengan udara dari pin fin assembly
atau luas permukaan total dari permukaan plat dasar dan sirip-sirip pin persegi
berlubang, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
As = Wb.L + 2 (a + b).H.Nf + p.d.a.Nf – ½ .π.d2. Nf – a.b.Nf (2.14)
dimana :
Wb = lebar base plate untuk pin fin assembly (m)
L = panjang base plate untuk pin fin assembly (m)
Nf = jumlah total sirip pin persegi berlubang dalam pin fin assembly
H = tinggi saluran udara atau tinggi sirip pin persegi berlubang (m)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
a, b = panjang sisi-sisi sirip pin persegi berlubang (m)
d = diameter lubang pada sirip pin persegi (m)
Dari persamaan (2.11) nilai-nilai Tb, Tin dan Tout diukur dari percobaan yang
dilakukan menggunakan termokopel. Sedangkan sifat termofisik dari udara Cp
dihitung berdasarkan temperatur udara rata-rata, Tf = (Tin + Tout)/2 menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Cp = [9,8185 + 7,7 x 10-4 (Tin + Tout)/2] x 102 J/kg.K (2.15)
Persamaan (2.15) berlaku untuk udara pada tekanan atmosfer dan
K4002
K250 £+
£ outin TT Parameter tanpa dimensi (dimensionless) yang digunakan
dalam perhitungan perpindahan panas untuk permukaan bersirip dihitung sebagai
berikut :
a. Bilangan Reynolds (Re)
Dua jenis bilangan bilangan Reynolds digunakan untuk menggolongkan
kondisi aliran. Pertama adalah bilangan Reynolds berdasarkan kecepatan rata-
rata (V) dalam saluran halus (smooth duct) dan diameter hidrolik dari saluran
(Dh) dan dinyatakan dengan :
Re = (2.16)
Re = (2.17)
Kedua adalah berdasarkan kecepatan maksimum melalui pin fins dan ketebalan
dari pin fins, yaitu :
ReD = (2.18)
dimana Vmaks adalah kecepatan maksimum melalui pin fins dan diberikan
dengan persamaan :
Vmaks = (2.19)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
ReD telah digunakan secara luas dalam banyak studi perpindahan panas pada
sirip pin, dan ReD tergantung pada jumlah pin dalam arah spanwise dan tinggi
dari sirip pin. Re diatas biasa disebut sebagai duct Reynolds number dan ReD
disebut sebagai pin Reynolds number.
b. Bilangan Nusselt (Nu)
Seperti pada definisi bilangan Reynolds, bilangan Nusselt rata-rata dinyatakan
juga dengan duct Nusselt number dan pin Nusselt number, dimana berturut-
turut dinyatakan dengan persamaan :
Nu = (2.20)
Nu = (2.21)
dimana :
Re = duct Reynolds number
ReD = pin Reynolds number
V = kecepatan rata-rata udara dalam saluran udara (m/s)
Vmaks = kecepatan maksimum melalui sirip-sirip pin (m/s)
Dh = diameter hidrolik dari saluran udara (m)
d = diameter sirip pin (m)
n = viskositas kinematik udara (m2/s)
r = massa jenis udara (kg/m3)
µ = viskositas dinamik udara (kg/m.s)
A = luas penampang saluran (m2)
Afront = luas frontal dari sirip-sirip (m2)
Nu = duct Nusselt number
NuD = pin Nusselt number
h = koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (W/m2.K)
k = konduktifitas termal udara (W/m.K)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Untuk saluran udara segiempat, diameter hidrolik, Dh , dihitung dengan
persamaan :
( )b
bh WH
WH
PA
D+
==2
..4.4 (2.22)
Properties udara, µ dan k dihitung berdasarkan temperatur udara rata-rata, Tf =
(Tin + Tout)/2 menggunakan persamaan sebagai berikut :
µ = [4,9934 + 4,483 x 10-2 (Tin + Tout/2)] x 10-6 kg/m.s (2.23)
k = [3,7415 + 7,495 x 10-2 (Tin + Tout/2)] x 10-3 W/m.K (2.24)
Persamaan (2.23) dan (2.24) berlaku untuk udara pada tekanan atmosfer dan
K4002
K250 £+
£ outin TT
2.2.7.2 Perhitungan faktor gesekan (Friction Factor)
Penelitian penurunan tekanan (pressure drop) sepanjang seksi uji dalam
saluran bersirip diukur dibawah kondisi aliran panas. Pengukuran ini dikonversi
ke faktor gesekan (friction factor), f. Faktor gesekan ditentukan dari nilai
pengukuran penurunan tekanan, DP , sepanjang seksi uji menggunakan persamaan
úúû
ù
êêë
é÷÷ø
öççè
æ÷÷ø
öççè
æ=
2
Δ2V
ρD
L
Pf
h
t
(2.25)
dimana :
f = faktor gesekan
DP = perbedaan tekanan statik (N/m2)
Lt = panjang jarak titik pengukuran tekanan di seksi uji (m)
Dh = diameter hidrolik (m)
r = massa jenis udara (kg/m3)
V = kecepatan rata-rata udara dalam saluran udara (m/s)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2.2.7.3 Perhitungan unjuk kerja termal pin-fin assembly
Peningkatan perpindahan panas dicapai dengan mengorbankan penurunan
tekanan. Banyak aplikasi praktis hal tersebut dibolehkan, sehingga perlu untuk
menentukan keuntungan ekonomis karena peningkatan perpindahan panas dan
pengaruh sirip-sirip pin dan susunannya terhadap unjuk kerja energi overall dari
sistem perpindahan panas sekarang melalui sebuah analisis unjuk kerja termal.
Daya pemompaan (pumping power) adalah daya yang dibutuhkan
untuk mengalirkan fluida pendingin ke susunan sirip pin, dalam hal ini
adalah daya blower. Daya pemompaan blower dapat diukur dari besaran
arus dan tegangan listriknya. Untuk sebuah daya pemompaan yang konstan,
adalah berguna untuk menentukan efektivitas peningkatan perpindahan kalor dari
promotor perpindahan panas dibandingkan dengan permukaan halus, sedemikian
sehingga :
(2.26)
Dimana dan berturut-turut adalah laju aliran volumetrik di atas plat tanpa
halangan (blocks) dan dengan halangan, sedangkan dan berturut-turut
adalah penurunan tekanan tanpa dan dengan halangan. Mengunakan persamaan
Darcy untuk penurunan tekanan dan bilangan Reynolds untuk masing-masing
geometri, dari hubungan antara permukaan dengan sirip dan permukaan halus
untuk daya pemompaan yang sama, persamaan (2.26) dapat ditulis ulang menjadi
:
(2.27)
Efisiensi peningkatan perpindahan panas untuk suatu daya pemompaan
yang konstan dapat dinyatakan sebagai berikut :
h = (ha/hs)P (2.28)
dimana :
ha = koefisien perpindahan panas konveksi dengan sirip (W/m2.K)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
hs = koefisien perpindahan panas konveksi tanpa sirip (W/m2.K)
Jika nilai h ≥ 1, teknik yang dipakai untuk menaikkan laju perpindahan panas
adalah menguntungkan dari sudut pandang energi. Jika h ≤ 1, energi yang telah
digunakan untuk menaikkan laju perpindahan panas lebih besar daripada yang
diperoleh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas dan
Termodinamika, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3.2. Alat Penelitian
Gambar 3.1. Skema alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Saluran udara segiempat
Saluran udara segiempat terbuat dari kayu yang permukaan bagian dalam dan
luarnya dilapisi melamin. Dimensi penampang bagian dalam dari saluran udara
segiempat adalah 150 mm x 75 mm x 2.000 mm.
Gambar 3.2. Saluran udara segiempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b. Pelurus aliran udara (flow straightener)
Pelurus aliran udara terbuat dari selang plastik berdiameter 5 mm, panjang 200
mm yang disusun sedemikian hingga membentuk segiempat dimana dimensi
keseluruhan dari pelurus aliran udara adalah 150 mm x 75 mm x 200 mm.
Gambar 3.3. Pelurus aliran udara (air flow straightener)
c. Fan hisap
Fan hisap merupakan modifikasi dari blower, sedemikian rupa sehingga
blower dapat menghisap udara.
Gambar 3.4. Fan hisap d. Rheostat
Rheostat digunakan untuk mengatur putaran fan hisap agar didapatkan
kecepatan udara yang diinginkan.
Gambar 3.5. Rheostat e. Anemometer
Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan aliran udara yang masuk
ke dalam saluran udara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar 3.6. Anemometer
f. Pemanas (heater)
Pemanas terbuat dari pita nikelin dengan panjang 4.000 mm, lebar 3 mm dan
tebal 1,3 mm yang dililitkan pada kertas mika tahan panas dengan dimensi
panjang 200 mm, lebar 150 mm dan tebal 1 mm.
Gambar 3.7. Pemanas listrik (electric heater).
g. Regulator
Regulator digunakan untuk mengatur tegangan listrik yang dialirkan ke heater
sehingga temperatur permukaan base plate dapat dijaga konstan pada setiap
variasi kecepatan dan variasi jarak antar titik pusat sirip pin arah streamwise.
Gambar 3.8. Regulator pengatur tegangan listrik yang masuk heater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
h.Voltmeter
Voltmeter digunakan untuk mengukur besarnya tegangan listrik yang
dibutuhkan heater untuk mencapai temperatur permukaan base plate yang
diinginkan.
Gambar 3.9. Voltmeter
i. Amperemeter
Amperemeter digunakan untuk mengukur besarnya arus listrik yang
dibutuhkan heater untuk mencapai temperatur permukaan base plate yang
diinginkan.
Gambar 3.10. Amperemeter
j. Manometer U
Manometer digunakan untuk mengukur penurunan tekanan udara yang terjadi
antara sisi masuk dan sisi keluar seksi uji. Manometer terbuat dari selang
plastik berdiameter 5 mm yang kedua ujungnya ditempatkan pada awal dan
akhir dari seksi uji, sehingga dapat mengukur besarnya beda tekanan yang
terjadi antara keduanya. Fluida yang digunakan dalam manometer ini adalah
solar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 3.11. Manometer U dan posisi titik pengukuran tekanan
k. Termokopel
Menggunakan termokopel tipe T sebanyak 17 buah, dimana 3 buah termokopel
dipasang sebelum seksi uji untuk mengukur temperatur udara inlet, 5 buah
termokopel dipasang setelah seksi uji untuk mengukur temperatur udara outlet
dan 9 buah termokopel dipasang pada permukaan base plate untuk mengukur
temperatur permukaan base plate.
Gambar 3.12. Termokopel tipe T
Gambar 3.15. Pemasangan termokopel pada base plate
Gambar 3.13. Posisi 3 buah termokopel untuk mengukur temperatur udara masuk seksi uji
Gambar 3.14. Posisi 5 buah termokopel untuk mengukur temperatur udara keluar seksi uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
l. Thermocouple reader
Alat ini digunakan untuk menunjukkan temperatur yang terukur oleh sensor
termokopel.
Gambar 3.16. Display termokopel
3.3. Spesimen
Spesimen berupa pin fin assembly dengan dimensi plat dasar (base plate)
panjang 200 mm, lebar 150 mm dan tebal 6,5 mm, yang dipasangi oleh sejumlah
sirip-sirip pin persegi berlubang yang disusun secara segaris (inline) dengan
panjang sisi-sisi sirip 12,70 mm x 12,70 mm dan tinggi sirip 75 mm serta diameter
lubang 6 mm dimana pusat lubang sejarak 18 mm dari permukaan plat dasar.
Spesimen sirip pin persegi berlubang dibuat dengan jarak antar titik pusat sirip
arah spanwise (Sx) yang tetap dan divariasi pada jarak antar titik pusat sirip dalam
arah streamwise (Sy), seperti terlihat pada tabel 3.1. Bahan base plate dan sirip-
sirip pin persegi berlubang adalah duralumin.
Gambar 3.17. Dimensi dan tata nama spesimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 3.1 Spesifikasi spesimen penelitian
Spesimen Sx (mm) Sy (mm) Jumlah
sirip, Nf
Sx /D Sy /D
1 37,5 25 28 2,95 1,97
2 37,5 30 24 2,95 2,36
3 37,5 37,5 20 2,95 2,95
4 37,5 50 16 2,95 3,94
5 Plat tanpa sirip 0 0 0
Gambar 3.18. Spesimen 1 Gambar 3.19. Spesimen 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Gambar 3.20. Spesimen 3 Gambar 3.21. Spesimen 4
3.4. Pelaksanaan Penelitian
Pengujian dilakukan pada keadaan diam (statis). Sistem beroperasi pada
temperatur udara masuk yang konstan sebesar 26 oC dan temperatur permukaan
base plate yang konstan sebesar 60 oC. Alat penelitian harus dinetralkan terlebih
dahulu seperti pada kondisi pengujian sebelumnya (kondisi awal) untuk periode
pengujian selanjutnya. Pengambilan data penelitian berupa temperatur dilakukan
hingga semua temperatur udara keluar seksi uji mencapai steady state. Data-data
temperatur dan beda tekanan pada keadaan steady state inilah yang akan
digunakan untuk analisis data penelitian. Dalam setiap pencatatan data akan
diperoleh 17 data temperatur (3 data temperatur udara masuk seksi uji, 5 data
temperatur udara keluar seksi uji dan 9 data temperatur permukaan base plate).
3.4.1 Tahap persiapan
Memastikan bahwa seluruh alat yang digunakan dalam pengujian, seperti
fan hisap, saluran udara, seksi uji, heater, regulator, rheostat, manometer dan alat
pendukung lainnya telah terpasang dengan benar dan berfungsi dengan baik.
Memastikan termokopel pengukur temperatur udara masuk dan keluar telah
terhubung ke thermocouple reader serta termokopel pengukur temperatur
permukaan base plate spesimen telah terpasang dengan benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
3.4.2 Tahap pengujian
1. Memasang spesimen ke dalam saluran udara.
2. Menghubungkan semua termokopel dengan thermocouple reader.
3. Menyalakan heater sebagai pemanasan awal (preheating) sebesar 70 oC.
4. Menghidupkan fan hisap.
5. Mengatur kecepatan udara sebesar 0,5 m/s dengan mengatur putaran fan
menggunakan rheostat.
6. Mengatur temperatur permukaan base plate pada temperatur 60 oC.
7. Mencatat seluruh data temperatur dan beda tinggi fluida manometer (h)
setiap 15 menit sampai didapatkan temperatur steady.
8. Mencatat tegangan dan arus listrik yang disuplai ke heater dan fan hisap.
9. Mematikan heater setelah selesai mengambil data.
10. Mematikan fan.
11. Mengulangi langkah percobaan (1) – (10) untuk variasi kecepatan udara
yang lain (1 m/s, 2 m/s, 3 m/s, 4 m/s, 5 m/s, 5,5 m/s dan 6 m/s).
12. Mengulangi langkah percobaan (1) – (11) dengan mengganti spesimen
untuk variasi jarak antar titik pusat sirip pin arah streamwise, Sy yang lain
(30 mm, 37,5 mm dan 50 mm)
13.Mengulangi pengujian untuk spesimen tanpa sirip dengan daya
pemompaan yang sama dengan spesimen bersirip.
14. Mematikan alat setelah selesai mengambil semua data.
3.5. Metode Analisis Data
Berdasarkan data hasil pengujian, yaitu berupa kecepatan aliran udara,
temperatur rata-rata udara masuk seksi uji, temperatur rata-rata udara keluar seksi
uji, temperatur rata-rata permukaan base plate, beda tinggi fluida manometer (h),
serta tegangan listrik dan arus listrik yang disuplai ke heater dan fan hisap,
selanjutnya dapat dilakukan analisis data yaitu dengan melakukan perhitungan
terhadap:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
a. Laju aliran panas dari heater listrik (Qelect)
b. Laju perpindahan panas konveksi (Qconv)
c. Koefisien perpindahan panas konveksi rata – rata (h)
d. Bilangan Nusselt (Nu)
e. Bilangan Reynolds (Re)
f. Faktor gesekan (f)
g. Unjuk kerja termal dari inline perforated square pin fin assembly (η)
Setelah melakukan perhitungan besaran diatas untuk setiap variasi
berdasar data yang didapat maka selanjutnya dapat disusun grafik hubungan
antara :
a) Koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (h) dengan bilangan
Reynolds ( Re )
b) Bilangan Nusselt ( Nu ) dengan bilangan Reynolds ( Re )
c) Pengaruh jarak antar titik pusat sirip pin dalam arah aliran (streamwise
direction, Sy/D) terhadap bilangan Nusselt (Nu).
d) Penurunan tekanan (DP) dengan bilangan Reynolds (Re)
e) Faktor gesekan (f) dengan bilangan Reynolds (Re)
f) Unjuk kerja termal (η) dengan bilangan Reynolds (Re).
Berdasar grafik-grafik hubungan tiap – tiap besaran tersebut maka dapat
dilakukan analisa karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta
unjuk kerja termal untuk setiap variasi kecepatan aliran udara (bilangan Reynolds)
dan jarak antar titik pusat sirip pin dari sirip-sirip pin persegi berlubang susunan
segaris dalam saluran segiempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3.6. Diagram Alir Penelitian
Persiapan: Alat penelitian berupa saluran udara segiempat lengkap dengan seksi uji.
(Inline perforated square pin fin assembly)
Mulai
Variasi:
· Kecepatan udara; 0,5 m/s, 1 m/s, 2 m/s, 3 m/s, 4 m/s, 5 m/s, 5,5 m/s dan 6 m/s.
· Jarak antar titik pusat sirip pin dalam arah aliran udara (streamwise); 25 mm, 30 mm, 37,5 mm dan 50 mm.
Analisis data:
· Laju aliran panas dari listrik (Qelect) · Laju perpindahan panas konveksi (Qconv) · Koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (h) · Bilangan Reynolds (Re) · Bilangan Nusselt (Nu) · Faktor Gesekan (f) · Unjuk kerja termal inline perforated square pin fin
assembly (η)
Pengambilan data:
· Temperatur udara masuk, temperatur udara keluar dan temperatur permukaan plat dasar
· Beda tinggi fluida manometer (h) · Tegangan listrik dan arus listrik yang digunakan
pada fan dan heater
Kesimpulan
Selesai
Hasil analisa untuk tiap variasi data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB IV
DATA DAN ANALISA
Pada bab ini akan dianalisis mengenai pengaruh bilangan Reynolds dan
jarak antar titik pusat sirip dalam arah aliran udara (streamwise direction)
terhadap karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta unjuk kerja
termal dari sirip pin persegi berlubang yang disusun segaris dalam saluran
segiempat.
Pengujian dilakukan dengan variasi kecepatan aliran udara masuk antara
0,5 m/s – 6 m/s, dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah aliran udara yaitu
sebesar 25 mm, 30 mm, 37,5 mm dan 50 mm. Data yang diperoleh dalam
pengujian ini, yaitu kecepatan aliran udara masuk, temperatur udara masuk seksi
uji, temperatur udara keluar seksi uji, temperatur permukaan plat dasar, penurunan
tekanan serta tegangan listrik dan arus listrik yang disuplai ke heater dan fan
hisap. Sistem dijalankan sampai didapatkan temperatur pada kondisi tunak (steady
state) pada tiap variasi pengujian. Proses pengambilan data adalah setiap 10 menit
hingga tercapai kondisi tunak.
4.1 Data Hasil Pengujian
Pengujian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas dan
Termodinamika Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Dari hasil pengamatan temperatur udara masuk seksi uji, temperatur
udara keluar seksi uji, temperatur permukaan plat dasar, penurunan tekanan,
kecepatan aliran udara masuk serta tegangan listrik dan arus listrik yang disuplai
ke heater dan fan hisap saat pengujian pada kondisi tunak, diperoleh data seperti
pada tabel 4.1 – 4.8, selengkapnya tercantum dalam lampiran.
Gambar 4.1 Posisi titik pengukuran temperatur udara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
4.2. Perhitungan Data
Berikut contoh perhitungan untuk spesimen 1 dan spesimen 5 (pada daya
pemompaan yang sama dengan spesimen 1)
Data spesimen dan seksi uji:
Panjang seksi uji (Lt) = 250 mm = 0,25 m
Tinggi sirip (H) = 75 mm = 0,075 m
Sisi-sisi sirip persegi = 12,7 mm x 12,7 mm
= 0,0127 m x 0,0127 m
Panjang spesimen (L) = 200 mm = 0,2 m
Lebar spesimen (Wb) = 150 mm = 0,15 m
Diameter lubang (d) = 6 mm = 0,006 m
Jarak lubang dari plat dasar = 15 mm = 0,015 m
Contoh perhitungan :
1. Spesimen 1 (Sx/D = 2,95; Sy/D = 1,97) pada kecepatan aliran udara 0,5 m/s
Data hasil pengujian:
Tegangan heater = Vh = 35 V Tin, rata-rata = inT = 26,3 oC = 299,3 K
Arus heater = Ih = 2,5 A Tout,, rata-rata = outT = 36,3 oC = 309,3 K
Tegangan fan = Vf = 89 V Tbase, rata-rata = bT = 60,1 oC = 333,1 K
Arus fan = If = 1,12 A
Beda ketinggian fluida manometer = h = 0,9 mm
· Pumping power
jcosIVP fffan ..=
0,8xA121,xV89=
= 79,74 W
· Temperatur film
( )
2outin
f
TTT
+=
( )
2K309,33,992 +
=
K3,304=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
· Properti udara
ρ@299,3 = 1,164821733 (tabel Incropera)
( ) 24 10]2107,78185,9[ xTTxxC outinp ++= -
24 10]3,304107,78185,9[ xxx -+=
kg.KJ1005,2811=
( ) 32 10]210495,77415,3[ -- ++= xTTxxk outin
32 10]3,30410495,77415,3[ --+= xxx
m.KW 0,02654879=
( ) 62 10]210483,49934,4[ -- ++= xTTxx outinm
62 10]3,30410483,49934,4[ --+= xxx
m.skg0,00001864=
· Luas penampang melintang saluran udara A = H. Wb
m0,15xm0,075=
2m0,01125=
· Luas total permukaan perpindahan panas
As = Wb.L + 2 (a + b).H.Nf + p.d.a.Nf – ½ .π.d2. Nf – a.b.Nf
= 0,15 m x 0,2 m + 2 x (0,0127 m + 0,0127 m) x 0,075 m x 28 + p x
0,006 m x 0,0127 m x 28 – ½ x p x (0,006 m)2 x 28 – 0,0127 m x
0,0127 m x 28
= 0,137 m2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
· Diameter hidrolik saluran udara
PA
Dh
4=
( )b
b
WHWH+
=2
..4
( )m0,15m0,075x2m0,15xm0,075x4
+=
20,1 m=
· Laju aliran panas dari heater
jcos.I.VQ hhelect =
0,8xA5,2xV35=
Watt70 =
· Laju aliran massa udara
VAm ..r=&
sm0,5xm01125,0xmkg164821733.1 23=
skg6550,00=
· Laju perpindahan panas konveksi
( )inoutpconv TTCmQ -= ..&
( )K299,3309,3xkg.KJ1005,2811xskg0,00655 -=
W85,65=
· Heat losses yang terjadi pada seksi uji
%100x
Q
QQQ
conv
convelectloss
-=
%100xW85,65
W85,6570W -=
= 6,3 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
· Koefisien perpindahan panas konveksi rata - rata
( )( )( )[ ]2.
..
inoutbs
inoutpa TTTA
TTCmh
+-
-=
&
( )( )( )[ ]2K3,9923,093K1,333xm137,0
K3,9923,093kg.KJ2811,0051xskg00655,02 +-
-=
= 16,7 W/m2.K
· Bilangan Nusselt
Ø Duct Nusselt number
k
DhNu ha .
=
m.KW0,02654879
m0,1x.KmW7,16 22
=
= 62,9
· Bilangan Reynolds
Ø Duct Reynolds number
mr hDV
Re..
=
m.skg00001864,0
m0,1xsm0,5xmkg164821733,1 23
=
= 3125
· Penurunan tekanan
hgP ..r=D
m0009,0sm81,9mkg800 23 xx=
= 7,0632 Pa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
· Faktor gesekan
úúû
ù
êêë
é÷÷ø
öççè
æ÷÷ø
öççè
æ=
2
Δ2V
ρD
L
Pf
h
t
( )úúû
ù
êêë
é÷÷ø
öççè
æ÷÷ø
öççè
æ=
2sm5,0
mkg164821733,1m1,0m25,0
Pa7.06322
3 x
= 19,404
2. Spesimen 5 tanpa sirip pada pumping power = 79,74 W
Data hasil pengujian:
Tegangan heater = Vh = 21 V Tin, rata-rata = inT = 26,3 oC = 299,3 K
Arus heater = Ih = 1.1 A Tout,, rata-rata = outT = 27,7 oC = 300,7 K
Tegangan fan = Vf = 89 V Tbase, rata-rata = bT = 60,1 oC = 333,1 K
Arus fan = If = 1,12 A
Beda tekanan ketinggian fluida manometer = h = 0,3 mm
· Temperatur film
( )
2outin
f
TTT
+=
( )
2K7,3003,992 +
=
K300=
· Properti udara
ρ@299,3 = 1,164821733 kg/m3 (tabel Incropera)
( ) 24 10]2107,78185,9[ xTTxxC outinp ++= -
24 10]300107,78185,9[ xxx -+=
kg.KJ95.1004=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
( ) 32 10]210495,77415,3[ -- ++= xTTxxk outin
32 10]30010495,77415,3[ --+= xxx
m.KW0262265,0=
( ) 62 10]210483,49934,4[ -- ++= xTTxx outinm
62 10]30010483,49934,4[ --+= xxx
m.skg240,00001844=
· Luas penampang melintang saluran udara
bWHA .=
m0,15.m0,075=
2m0,01125=
· Luas total permukaan perpindahan panas
bs WLA .=
m0,15xm0,2=
2m0,03=
· Diameter hidrolik saluran udara
PA
Dh
4=
( )b
b
WHWH+
=2
..4
( )m0,15m0,075x2m0,15xm0,075x4
+=
m0,1=
· Laju aliran panas dari heater
jcos.I.VQ hhelect =
0,8xA1,1xV21=
= 18,48 W
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
· Laju aliran massa udara
VAm ..r=&
sm0,8xm01125,0xmkg31,16482173 23=
skg10480,0=
· Perpindahan panas konveksi
( )inoutpconv TTCmQ -= ..&
( )K299,3-300,7xkg.KJ1004,95xskg0,01048=
W74,14=
· Heat loss yang terjadi
%100x
Q
QQQ
conv
convelectloss
-=
%100x4,74W1
W74,148.48W1 -=
= 2,54 %
· Koefisien perpindahan panas konveksi rata - rata
( )( )( )[ ]2.
..
inoutbs
inoutps TTTA
TTCmh
+-
-=
&
( )( )( )[ ]2K299,37,003K1,333xm0,03
K3,9927,003kg.KJ95,0041xskg0,010482 +-
-=
.KmW85,14 2=
· Bilangan Reynolds
Ø Duct Reynolds number
mr hDV
Re..
=
m.skg0000184424,0
m0,1xsm0,8xmkg164821733,1 23
=
= 5052,8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
· Bilangan Nusselt
Ø Duct Nusselt number
k
DhNu hs .
=
m.K0,0262265W
m0,1x.KmW4,851 22
=
62,56=
· Penurunan tekanan
hgP ..r=D
m0003,0sm81,9mkg800 23 xx=
= 2,354 Pa
· Faktor gesekan
úúû
ù
êêë
é÷÷ø
öççè
æ÷÷ø
öççè
æ=
2
Δ2V
ρD
L
Pf
h
t
( )úúû
ù
êêë
é÷÷ø
öççè
æ÷÷ø
öççè
æ=
2sm8,0
mkg164821733,1m1,0m25,0
Pa 2.3542
3 x
5263,2=
· Unjuk kerja termal pada sirip pin persegi berlubang
( ) psa hh=h
.KmW85,14.KmW7,16
2
2
=
= 1,125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4.3 Analisis Data
4.3.1. Pengaruh bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah Streamwise terhadap karakteristik perpindahan panas
Sirip-sirip dipasang secara vertikal pada permukaan base plate sehingga
mempunyai nilai perbandingan jarak antar titik pusat sirip pin persegi berlubang
dalam arah streamwise dengan panjang sisi sirip (Sy/D) untuk susunan sirip
segaris, sebesar 1,97, 2,36, 2,95 dan 3,94, sedangkan nilai perbandingan jarak
antar titik pusat sirip pin persegi berlubang dalam arah spanwise dengan panjang
sisi, Sx/D , konstan sebesar 2,95. Pengaruh bilangan Reynolds terhadap
karakteristik perpindahan panas pada sirip pin persegi berlubang susunan segaris
dapat dilihat pada gambar 4.2. Karakteristik perpindahan panas pada sirip pin
persegi berlubang susunan segaris dapat dilihat pada hubungan antara duct Nusselt
number dan duct Reynolds number.
Gambar 4.2 Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap bilangan Nusselt pada Sx/D = 2,95
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa bilangan Nusselt rata-rata meningkat
dengan kenaikan bilangan Reynolds. Hal ini terjadi pada keseluruhan nilai Sy/D,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Peningkatan perpindahan panas ini berasal dari penurunan tebal lapis batas
(boundary layer) dengan kenaikan laju aliran udara (Bilen, 2002), Dari fenomena
ini terlihat bahwa bilangan Reynolds berpengaruh kuat pada laju perpindahan
panas.
Gambar 4.3 Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata pada Sx/D = 2,95.
Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa dengan kenaikan bilangan Reynolds,
maka nilai koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (h) semakin besar.
Semakin besar nilai koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata, maka
semakin besar laju perpindahan panas konveksi yang terjadi.
Gambar 4.4 menunjukkan kelakuan bilangan Nusselt rata-rata terhadap Sy/D
pada bilangan Reynolds yang berbeda-beda untuk sirip pin persegi berlubang
susunan segaris. Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa bahwa nilai Sy/D
mempunyai pengaruh yang sedang (moderate effect) terhadap perpindahan panas
(Nu). Bilangan Nusselt naik sedikit dengan kenaikan Sy/D, mencapai maksimum
pada Sy/D = 2,36 dan kemudian menurun dengan kenaikan Sy/D. Sirip-sirip pin,
setelah baris pertama dari susunan sirip, adalah dalam jalur turbulen dari aliran
bagian depan sirip-sirip pin (upstream pin fins). Untuk nilai Sy yang sedang
(moderate), koefisien konveksi yang berkaitan dengan aliran di baris sirip bagian
belakang (downstream row) dipertinggi sebagai hasil aliran turbulen. Akan tetapi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
untuk nilai Sy yang kecil, baris-baris di bagian depan (upstream rows) akan
menghalangi laju aliran udara pada baris-baris di bagian belakang (downnstream
rows) dan laju perpindahan panas akan berkurang (Babus’Haq, R.F., 1995).
Sehingga, lintasan aliran yang diinginkan (prefered flowpath) dalam jalur antara
sirip-sirip pin, sangat banyak permukaan sirip-sirip pin tidak terkena aliran utama
(main flow) terutama pada baris-baris bagian belakang. Untuk susunan segaris,
lintasan dari aliran utama lurus.
Koefisien perpindahan panas konveksi (h) akan meningkat seiring dengan
semakin kecil jarak antar titik pusat sirip pin dalam arah streamwise (Sy) atau
semakin banyak sirip pin persegi berlubang yang dipakai sampai pada nilai
tertentu dan mencapai maksimal dimana penambahan sirip pin lebih lanjut atau
nilai Sy yang semakin kecil akan menurunkan koefisien perpindahan panas
konveksi rata-rata, karena semakin rapat sirip-sirip pin, tahanan aliran semakin
besar yang berakibat semakin rendah kecepatan aliran udara melewati susunan
sirip pin persegi yang berakibat menurunkan nilai h.
Gambar 4.4 Grafik pengaruh nilai Sy/D terhadap bilangan Nusselt pada Sx/D = 2,95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Dari data-data penelitian ini dapat diperoleh korelasi matematis untuk
karakteristik perpindahan panas dari sirip pin persegi berlubang susunan segaris.
Korelasi antara bilangan Nusselt (Nu) dengan bilangan Reynolds (Re), jarak antar
titik pusat sirip (Sy) dan panjang spesimen uji (L) adalah :
Nu = 0,234 Re 0,673(Sy/L)-0,220 (4.1)
Korelasi perpindahan panas pada persamaan (4.1) berlaku valid untuk range
bilangan Reynold 3.124 ≤ Re ≤ 37.833 , L/Dh = 2 dan 1,97 ≤ Sy/D ≤ 3,94
4.3.2. Pengaruh bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat sirip dalam
arah Streamwise terhadap karakteristik penurunan tekanan
Pengaruh bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah
streamwise terhadap penurunan tekanan (pressure drop) dan faktor gesekan dari
sirip pin persegi berlubang susunan segaris berturut-turut dapat dilihat pada
gambar 4.5 dan 4.6. Kelakuan penurunan tekanan (DP) terhadap bilangan
Reynolds (Re) serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yang et al
(2007). Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa penambahan sirip-sirip pin persegi
berlubang susunan segaris, menyebabkan penurunan tekanan yang signifikan
dibandingkan dengan permukaan tanpa sirip-sirip (smooth surface). Kelakuan
faktor gesekan terhadap bilangan Reynolds pada gambar 4.6 serupa dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kakac et al (1987). Nilai penurunan tekanan (DP)
dan faktor gesekan (f) akan semakin menurun dengan kenaikan nilai Sy/D. Hal ini
disebabkan dengan semakin besar nilai Sy/D, maka jumlah sirip-sirip pin persegi
berlubang akan semakin berkurang, sehingga tahanan terhadap aliran udara
(resistance to flow) akan semakin berkurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 4.5 Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap penurunan tekanan
pada Sx/D = 2,95.
Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa nilai Sy/D lebih berpengaruh
dibandingkan bilangan Reynolds terhadap nilai faktor gesekan (f). Hal ini
menunjukkan bahwa kenaikan faktor gesekan (f) seiring dengan berkurangnya
nilai Sy/D pada dasarnya disebabkan karena meningkatnya luas permukaan
halangan dan efek halangan (blockage effect) akibat kenaikan jumlah sirip-sirip
pin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 4.6 Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap faktor gesekan
pada Sx/D = 2,95
Dari data-data penelitian dapat dibuat korelasi matematis antara faktor
gesekan (f) yang dihasilkan oleh sirip pin persegi berlubang susunan segaris
dengan bilangan Reynolds (Re), jarak antar titik pusat sirip (Sy) dan panjang
spesimen uji (L) sebagai berikut :
f = 1,897E5 Re-1,424Sy/L-1,082 (4.2)
Korelasi faktor gesek pada persamaan (4.2) berlaku valid untuk range bilangan
Reynolds 3.124 ≤ Re ≤ 37.833 , L/Dh = 2 dan 1,97 ≤ Sy/D ≤ 3,94
4.3.3. Pengaruh bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah Streamwise terhadap unjuk kerja termal Dari data penelitian dapat diambil kesimpulan mengenai pengaruh
bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah streamwise terhadap
unjuk kerja umum dari sistem dan dapat dievaluasi perolehan energi netto karena
penambahan sirip-sirip. Peningkatan perpindahan panas disertai oleh kenaikan
penurunan tekanan yang signifikan, dimana dapat mengeliminasi perolehan energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
karena peningkatan laju perpindahan panas. Untuk tujuan aplikasi praktis, analisis
unjuk kerja termal menjadi sebuah pemikiran yang berguna untuk menentukan
perolehan energi netto karena adanya penambahan sirip-sirip.
Pada gambar 4.7 menunjukkan hubungan antara unjuk kerja termal (h)
dengan bilangan Reynolds (Re) pada nilai Sy/D yang berbeda-beda untuk sirip pin
persegi berlubang susunan segaris. Perlu ditekankan lagi disini bahwa untuk
perolehan energi netto yaitu untuk perpindahan panas yang efektif, nilai h harus
lebih besar dari 1 (batas ambang perolehan energi). Dari gambar 4.7 dapat dilihat
bahwa nilai h menurun dengan kenaikan bilangan Reynolds (Re), dimana nilai h
bervariasi antara 0,70 dan 1,27 untuk keseluruhan Sy/D dan Re yang diteliti.
Untuk Sy/D = 1,97 dan Re > 25.000, nilai h lebih kecil dari 1 dan bervariasi antara
0,86 dan 0,99. Ini berarti bahwa pemakaian sirip-sirip pin persegi berlubang
susunan segaris dengan Sy/D = 1,97 untuk Re > 25.000 akan menyebabkan
kehilangan energi daripada perolehan energi. Untuk Sy/D = 2,95 dan Re > 18.800
nilai h lebih kecil dari 1 dan bervariasi antara 0,78 dan 0,93, ini berarti bahwa
pemakaian sirip-sirip pin persegi berlubang susunan segaris dengan Sy/D = 2,95
untuk Re > 18.800 akan menyebabkan kehilangan energi daripada perolehan
energi. Untuk Sy/D = 3,94 dan Re > 12.500, nilai h lebih kecil dari 1 dan
bervariasi antara 0,70 dan 0,96. Ini berarti bahwa pemakaian sirip-sirip pin persegi
berlubang susunan segaris dengan Sy/D = 3,94 untuk Re > 12.500 akan
menyebabkan kehilangan energi daripada perolehan energi. Untuk Sy/D = 2,36
dan Re > 37.700, nilai h = 0,95, ini berarti bahwa pemakaian sirip-sirip pin
persegi berlubang susunan segaris dengan Sy/D = 2,36 untuk Re > 37.700 akan
menyebabkan kehilangan energi daripada perolehan energi.
Nilai h lebih besar dari 1 hanya untuk Sy/D = 1,97 pada Re < 25.000, Sy/D
= 2,36 pada Re < 37.700, Sy/D = 2,95 pada Re < 18.800, dan Sy/D = 3,94 pada Re
< 12.500. Sehingga direkomendasikan untuk memperbaiki efisiensi dari suatu
sistem dengan menggunakan sirip-sirip pin persegi berlubang susunan segaris
dibatasi pada spesifikasi Sy/D = 1,97 pada Re < 25.000, Sy/D = 2,36 pada Re <
37.700, Sy/D = 2,95 pada Re < 18.800, dan Sy/D = 3,94 pada Re < 12.500.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 4.7 Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap unjuk kerja termal
pada Sx/D = 2,95
Dari gambar 4.7 dapat dilihat bahwa pada Sy/D = 2,36 menghasilkan unjuk
kerja termal yang paling tinggi untuk keseluruhan Re, sehingga direkomendasikan
penggunaan pin persegi berlubang susunan segaris dengan nilai Sy/D = 2,36 untuk
memperbaiki efisiensi suatu sistem. Perolehan energi netto dapat dicapai hingga
27 % untuk nilai Sy/D = 2,36 pada Re = 3.124.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan
mengenai pengujian karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan serta
unjuk kerja termal dari sirip pin persegi berlubang susunan segaris dalam saluran
segiempat sebagai berikut :
1. Sirip pin persegi berlubang susunan segaris meningkatkan perpindahan panas
dari permukaan base plate sebagai hasil dari kenaikan luasan permukaan
perpindahan panas dan turbulensi, tetapi dengan mengorbankan penurunan
tekanan yang lebih besar dalam saluran segiempat.
2. Kenaikan bilangan Reynolds (Re) meningkatkan laju perpindahan panas,
tetapi kenaikan nilai Sy/D meningkatkan perpindahan panas hingga Sy/D =
2,36 setelah itu kenaikan nilai Sy/D lebih lanjut akan menyebabkan penurunan
perpindahan panas.
3. Penurunan tekanan dan faktor gesekan (f) meningkat seiring dengan
berkurangnya nilai Sy/D.
4. Kenaikan bilangan Reynolds (Re) akan menurunkan unjuk kerja termal (h)
untuk keseluruhan nilai Sy/D.
5. Sirip-sirip pin persegi berlubang susunan segaris dapat mencapai perolehan
energi netto hingga 27% untuk nilai Sy/D = 2,36 pada Re = 3.124.
5.2 Saran
Berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari penelitian tentang pengujian
karakteristik perpindahan panas dan penurunan tekanan pada sirip pin persegi
berlubang susunan segaris dalam saluran segiempat ini, direkomendasikan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Menggunakan data akusisi agar pengambilan data temperatur menjadi lebih
mudah dan akurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2. Peningkatan kualitas pendingin ruangan dan pengadaan pemanas ruangan agar
temperatur ruangan yang dikehendaki untuk pengambilan data dapat tercapai
dalam semua kondisi cuaca.
3. Perlu adanya pengembangan penelitian mengenai pengaruh variasi geometri,
jarak antar titik pusat pin terhadap perpindahan panas dan penurunan tekanan
serta unjuk kerja termal.