74
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS
PAJAK DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
SEBAGAI VARAIBEL MODERASI
Findria Prameswari
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui apakah corporate social
responsibility (CSR) dapat memperlemah hubungan antara ukuran perusahaan dengan
agresivitas pajak. Informasi dalam laporan tahunan atau keuangan perusahaan digunakan
untuk menguji dan menghitung proksi variabel-variabel tersebut. Populasi yang digunakan
adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2015. Teknik
analisis data menggunakan analisis statistic SPSS dengan MRA (Moderated Regression
Analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap agresivitas pajak dan corporate social responsibility (CSR) tidak dapat
memperlemah hubungan antara ukuran perusahaan dengan agresivitas pajak.
Kata Kunci: Corporate Social Responsibility (CSR), Ukuran Perusahaan, Agresivitas Pajak.
ABSTRACT
This study aims to examine and determine whether corporate social
responsibility (CSR) can weaken the relationship between firm size and tax aggressiveness.
Information in annual reports or corporate finances is used to test and quantify the proxies of
those variables. The population used is mining firm listed on the BEI in 2011-2015. Data
were analyzed using SPSS statistical analysis with MRA (Moderated Regression Analysis).
The results showed firm size not have effect on tax aggressiveness and that corporate social
responsibility (CSR) can not weaken the relationship between firm size and tax
aggressiveness.
Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), Firm Size, Tax Aggressiveness.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang tinggi di dunia.
Bukan hanya itu, Indonesia juga memiliki kekayaan akan sumber daya yang melimpah dan
merupakan kawasan lalu lintas perdagangan dunia karena letak geografisnya yang cukup
strategis. Keadaan seperti itu menyebabkan banyak perusahaan dalam negeri maupun luar
negeri tertarik untuk mendirikan usahanya di Indonesia dan menjadi hal yang
menguntungkan bagi negara dalam hal peningkatan pendapatan terutama dari sektor
perpajakan.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
75
Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara. Hal ini dikarenakan
pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang berasal dari iuran wajib rakyat,
dimana ketentuan pungutannya diatur dalam undang-undang seperti yang dinyatakan dalam
pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen III. Pasal 23A UUD 1945 menjelaskan
bahwa pajak dan pungutan lain yang memiliki sifat paksaan dan digunakan untuk keperluan
negara diatur dengan undang-undang. Pemerintah menggunakan pajak yang diperoleh dari
wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan untuk melaksanakan tanggung jawab
negara di berbagai sektor kehidupan guna mencapai kesejahteraan umum, termasuk
masyarakat dan bangsa Indonesia.
Sebagai salah satu sumber pendapatan terbesar negara pajak merupakan hal yang
krusial, baik itu dari segi pelaksanaan, pemungutan maupun peraturan perundang-
undangannya. Sementara bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai biaya yang akan
mengurangi keuntungan perusahaan dan memperkecil laba bersih. Kondisi itulah yang
menyebabkan banyak perusahaan berusaha mencari cara untuk mengurangi biaya pajak yang
dibayar. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan perusahaan akan bersikap agresif
dalam perpajakan. (Chen et al., 2008)
Perusahaan-perusahaan yang berdiri saat ini umumnya tidak bertujuan untuk
mensejahterakan pemegang sahamnya saja dengan memperoleh laba, perusahaan juga tidak
puas dengan menghemat pajak yang sedikit. Dalam prakteknya, perusahaan-perusahaan
tersebut akan berusaha dengan berbagai cara untuk menghemat pajak semaksimal mungkin
meski resiko yang akan ditanggung semakin besar juga. Perusahaan melaksanakan
perencanaan pajak (tax planning) dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi
maupun pidana karena adanya perbedaan penafsiran antara aparat fikus dengan wajib pajak
akibat dari begitu luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan system informasi yang
belum efektif. Perusahaan memerlukan perencanaan pajak yang agresif untuk dapat
menghemat pajaknya. Penghematan pajak seperti ini dikenal dengan istilah agresivitas pajak
(tax aggressive).
Agresivitas pajak merupakan perencanaan pajak yang agresif. Perencanaan pajak
tersebut dianggap agresif apabila melanggar peraturan pajak yang ada dan berdampak negatif
pada kelangsungan perusahaan. Menurut Hlaing (2012) agresivitas pajak adalah suatu
kegiatan perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan dimana memiliki tujuan untuk
mengurangi beban pajak yang dibayar dalam periode tersebut yang akan berakibat turunnya
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
76
tarif pajak efektif. Agresivitas pajak dapat juga dapat diartikan sebagai suatu tingkat
keagresifan perusahaan untuk menghemat pajak yang seharusnya dibayar.
Tindakan agresivitas pajak menurut Ngadiman dan Puspitasari (2014) disebabkan
salah satunya oleh ukuran perusahaan. Dalam penelitian tersebut menemukan bahwa
perusahaan dengan skala yang lebih besar akan memiliki aktivitas operasi perusahaan yang
lebih banyak dan rumit sehingga terdapat celah-celah untuk dimanfaatkan dalam keputusan
tax avoidance. Sedangkan Hanum dan Zulaikha (2013) menjelaskan bahwa perusahaan yang
lebih besar akan membayar pajak yang lebih tinggi, sehingga dapat dikatakan laba yang
semakin besar akan menunjukkan tarif efektif pajak yang semakin besar juga. Ukuran
perusahan adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, semakin besar laba bersih
maka perusahaan dianggap semakin besar (Suyanto dan Supramono, 2012). Besar kecilnya
sebuah perusahaan dapat dipengaruhi dari seberapa besar penjualan yang dilakukan oleh
perusahaan.
Tetapi tidak semua perusahaan besar akan membayar pajak yang tinggi. Dharma dan
Ardiana (2016) menunjukkan perusahaan besar akan lebih mudah melakukan praktik tax
avoidance karena perusahaan tersebut memiliki sumber daya yang lebih unggul dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Sumber daya unggul yang dimiliki perusahaan dapat dimanfaatkan
untuk meminimalkan beban pajak yang seharusnya dibayarkan dengan cara memanfaatkan
celah-celah peraturan perpajakan yang berlaku. Persepsi tersebut sejalan dengan teori
akuntansi positif yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (1990) menyatakan bahwa
tujuan utama teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan dan memprediksi pilihan
standar akuntansi oleh manajemen. Dan sejalan juga dengan teori perilaku terencana yang
dikemukakan oleh Ajzen (1991) bahwa wajib pajak memiliki kesadaran untuk melakukan
tindakan agresif terhadap pajak yang menyebabkan wajib pajak tersebut akan memiliki niat
dan melakukan tindakan agresif terhadap pajak.
KAJIAN PUSTAKA
Teori Akuntansi Positif (PositiveAAccounting Theory)
Watts dan Zimmerman (1990) menyatakan bahwa pendekatan akuntansi positif
bertujuan untuk mempredikasi dan menjelaskan pilihan standar akuntansi mana yang dipilih
manajemen dengan menganalisis manfaat dan biaya tertentu dalam hubungannya dengan
alokasi sumber daya dan berbagai individu dalam perekonomian. Hipotesis Biaya politik
termasuk dalam bagian teori akuntansi positif menjelaskan manajer cenderung lebih memilih
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
77
prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa sekarang menuju
masa depan jika biaya politik yang harus ditanggung perusahaan semakin besar. Untuk itu
dalam rangka meyakinkan pemerintah bahwAprofit yang dimiliki perusahaan tidak terlalu
besar perusahaan memilih untuk mengadopsi kebijakan akuntansi income-decreasing
(pendapatan menurun).
Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)
Ajzen (1991) mengemukakan teori perilakuAterencana yang menjelaskan bahwa
perilaku akan timbul oleh individu karena adanya niat untuk beperilaku. Teori perilaku
terencana dapat menjelaskan bagaimana perilaku wajibApajak tersebut untuk melaksanakan
kewajibannya membayar pajak. Individu dapat memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan
diperolehnya sebelum individu melakukan sesuatu hal. Kemudian wajib pajak dapat
memutuskan untuk melakukannya atauAtidak. Setelah wajibApajak memiliki kesadaran
untuk melakukan tindakan agresif terhadap pajak, maka wajibApajak tersebut akan berniat
untuk melakukan tindakan agresif terhadap pajak.
Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
Teori legitimasi adalah sistem dimana perusahaan akan mengelola dan berorientasi
untuk berpihak kepada masyarakat,Apemerintah, kelompok dan individu masyarakat (Gray et
al, 1996). Legitimasi perusahaan memiliki tanggung jawab kepada tuntutan atau harapan
masyarakat karena adanya tanggung jawab sosial perusahaan (Kuznetsov dan Kuznetsova,
2008). Hal ini dapat diartikan jika masyarakat beranggapan organisasi tersebut telah
melakukan pelanggaran secara kontrak sosial maka kelangsungan hidup suatu organisasi
tersebut akan terancam. Sebagai wujud tanggungAjawab kepada masyarakat dan sekitar
perusahaan akan melakukan kegiatan CSR, atau dapat diartikan perusahaan peduli akan
masyarakat dan lingkungannya. Sama dengan wujud usaha peningkatan kesejahteraan
pembangunan nasional dan masyarakat, tanpa melakukan agresivitas pajak atau mengurangi
pajak perusahaan dapat taat dalam pembayaran pajak sesuai dengan ketentuanAyang berlaku.
Dapat dikatakan, perusahaan dengan banyak pengungkapan aktivitas CSR-nya maka semakin
kecil memungkinkan dalam hal bertindak agresivitas terhadap pajak dan tentu akan
merugikan perusahaan sendiri dan masyarakat.
Agresivitas Pajak
Hlaing (2012) menjelaskan agresivitasApajak merupakan aktivitas perusahaan dalam
merencanakan pajak (tax planning) yang melibatkan usaha untuk pengurangan pajak
seharusnya. Tax Planning adalah proses pengendalian perilaku agar tidak terkena
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
78
konsekuensi pembayaran pajak yang tidak diharapkan. Perusahaan yang bertindak agresif
terhadap pajak biasanya dikatakan sama halnya denganAperusahaan tersebut tidakApeduli
akan keadaan sosialAdisekitarnya. Avi-yonah (2006) menjelaskan bahwa tujuan menekan
biaya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan akan dapat dimengerti dan akan
menampakkan beberapa perilaku pemangku kepentingan atau komunitas lainnya di
perusahaan. Perencanaan beban pajak yang baik diperlukan oleh perusahaan, maka dari itu
untuk mendorongAperusahaan agar dapat bersaing denganAperusahaan yang lain diperlukan
perencanaan yang sesuai denganAketentuan yang berlaku.
Ukuran Perusahaan
Machfoedz (1994) yang dikutip oleh Suwito dan Herawati (2005) menjelaskan bahwa
ukuranAperusahaan merupakan suatu pengukuran yang dapat menggolongkan perusahaan
menjadi kecildan besar menurut berbagai cara seperti total aset atau total aktiva perusahaan,
rata-rata tingkat penjualan, nilai pasar saham, dan total penjualan. Umumnya
ukuranAperusahaan dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu large firm (perusahaanAbesar),
medium firm (perusahaanAmenengah), dan small firm (perusahaanAkecil). Semakin
perusahaan tersebut besar maka tentu mempunyai perilaku operasi yang besar juga.
Perusahaan dalam skala besar tentu mempunyai pengalaman lebih lama untuk melakukan
operasinya, dan mempunyai pengalaman yang lebih dalam strategiAuntuk keberlanjutan
operasinya, tak terkecuali tindakan meminimalkan pajak (Kristanto, 2013).
Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan pendekatan yaitu perusahaan
berintegrasi kepedulian sosial di operasi bisnis serta dalam interaksi perusahaan dengan para
pemangku kepentingan yang berdasar pada kemitraan dan sukarela (Nuryana, 2005).
Nirmalasari (2012) menyatakan perusahaan-perusahaan yang berlokasi di luar negeri, seperti
di Amerika SerikatAdan Eropa, akan lebih luas dalam hal pengungkapan kegiatan CSR.
Dechant dan Altman (1994) menjelaskan menjalankan kegiatan CSR adalah bagian
dariAperencanaan perusahaan. CSR bukanlah kegiatan menguras keuangan perusahaan
namun menjadi hal yang menguntungkan kompetitif dan pada akhirnya dapat
memberikanAkeuntungan untuk perusahaan (Strike, 2006). Namun perlahan-lahan CSR kini
menjadi bagian yang sangat penting dari dunia usaha. Pelan tapi pasti CSR telah menjadi
agenda wajib atau rencana strategis perusahaan. Menurut Citraningrum, dkk (2014) CSR
bukanlah formalitas akan tetapi ikut berperan membangun ekonomi berkelanjutanAguna
meningkatkan lingkungan yang bermanfaat dan kualitas kehidupan, tidak hanyaAbagi
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
79
perusahaan, akan tetapi masyarakat dan komunitas setempat. PerusahaanAmengungkapkan
CSR sebagai bentuk pengabdiannya kepada masyarakat. Perusahaan akan lebih transparan
dalam melaporkan informasi keuangannya, sehingga terdapat sedikit kemungkinan
perusahaan akan melakukan tindakan agresif terhadap pajak.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Agresivitas Pajak
Perusahaan diklasifikasikan kecil atau besar dari salah satunya dari kecil besarnya
total penjualan perusahaan. Tolok ukur yang digunakan untuk memperlihatkan kecil besarnya
suatu perusahaan, antara lain total penjualan, jumlah pelanggan tetap dan total aktiva
(Sunarto dan Budi 2009). Semakin besar total penjualan atau aset, maka ukuran suatu
perusahaan semakin besar juga (Mulianti, 2010). Untuk menurunkan ETR suatu perusahaan
perusahaan berkesempatan cukup besar merencanakan pajak yang baik dengan mempraktikan
akuntansi yang efektif (Rodriguez dan Arias, 2012). Penjualan yang dilakukan perusahaan
akan memengaruhi banyaknya laba perusahaan. Semakin besar laba yang dimiliki suatu
perusahaan akan berdampak semakin besarnya juga pajak yang harus dibayarkan perusahaan
tersebut. Sejalan dengan teori akuntansi positif, dalam rangka meyakinkan pemerintah bahwa
profit yang dimiliki perusahaan tidak terlalu besar perusahaan akan mengadopsi kebijakan
akuntansi income-decreasing (pendapatan menurun).
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak
Corporate Social Responsibility Memperlemah Hubungan Ukuran Perusahaan terhadap
Agresivitas Pajak
Kegiatan CSR merupakan perwujudan perhatian perusahaan terhadap masyarakat,
selain dengan membayar pajak dengan benar dan baik. CSR merupakan wujud hubungan
komunikasi. Hal ini dilakukan agar perusahaan memiliki citra positif dimata stakeholder
maupun masyarakat luas. Sejalan dengan teori legitimasi disamping mendapatkan
keuntungan yang maksimal perusahaan dituntut untuk perhatian kepada masyarakat. Ukuran
perusahaan dapat berhubungan positif dengan agresivitas pajak. Akan tetapi, ketika terjadi
faktor lain seperti adanya CSR diduga akan memperlemah hubungan antara ukuran
perusahaan dengan agresivitas pajak. CSR tersebut akan memperkuat nilai CETR yang
berarti perusahaan akan lebih transparan untuk membangun hubungan yang baik dengan
masyarakat ataupun stakeholder. Hal ini sejalan legitimasi theory yaitu sebagai bentuk
tanggung jawab kepada masyarakat dan sekitar. Dechant dan Altman (1994) juga mengatakan
bahwa perusahaan di luar negeri melakukan aktivitas CSR sebagai bagian dari
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
80
strategiAperusahaan. Dengan demikian, adanya CSR tersebut dapat memperlemah pengaruh
ukuran perusahaan terhadap agresivitas pajak.
H2: Corporate social responsibility (CSR) dapat memperlemah hubungan ukuran
perusahaan terhadap agresivitas pajak
Model Penelitian
Gambar 1
Model Penelitian
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif atau statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan (Sugiyono, 2010: 14). Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti
bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara variabel independen yaitu ukuran
perusahaan (size), variabel bebas yaitu agresivitas pajak, CSR sebagai variabel moderasi.
Data yang digunakan merupakan data sekunder. Indriantoro & Supomo (2002: 14)
menjelaskan data sekunder merupakan sumber data dalam penelitian yang didapat melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat pihak lain). Peneliti memperoleh datalsekunder berupa
laporan keuangan telah dipublikasikan (BEI) www.idx.co.id dan web perusahaan masing-
masinguselama 5 (lima) tahun terakhir yaitu 2011-2015.
Variabel Independen
Variabel independennya adalah ukuraniperusahaanc(size). Ukuranwperusahaan adalah
variabel yang banyak dipakai menjelaskan pengungkapan laporan tahunan sperusahaan.
Tolok ukur yang digunakan untuk menunjukkan skala perusahaan, adalh penjualan total,
Ukuran
Perusahaan
Agresivitas
Pajak
CSR
H1
H2
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
81
jumlah total aktivaAdan jumlah total pelangganutetap (Sunarto dan Budi, 2009).
Ukuranqperusahaanzdiukur melalui naturalvlogaritma totalapenjualan.
Variabel Dependen
Variabel dependennya adalah agresivitasopajak. Agresivitas pajak merupakan upaya
wajib pajak untuk menghindari pajak baik legal maupun illegal. Rasio cash effective tax rate
(CETR) digunakan sebagai alat ukur agresivitas pajak. Cash effective tax rate (CETR)
digunakan sebagai metode untuk menghitung agresivitas pajak karena dapat menggambarkan
tarif bagi wajib pajak dan dilihat berdasarkan jumlah pajak yang dibayarkan. Semakin besar
nilai CETR, semakinArendah tindakan agresif suatu perusahaan (Suardijaya dkk, 2013).
Rasio cash effective tax rate (CETR) merupakan perhitungan antara jumlah pajak yang
dibayarkan dibagi dengan laba sebelum pajak.
Variabel Moderasi
Variabel moderasi penelitian ini adalah Corporate Social Responsibilityo (CSR). CSR
adalah usaha untuk menciptakanohubunganpyang baik dengan masyarakat, melalui acara
yang cocok dengan norma dan nilaipserta keperluan masyarakat. Cara pengukuran yaitu
dengan mencocokan item pada check list dengan item yang terungkap pada
laporanqtahunaneperusahaan dan mengacu pada indikator pengungkapanAoleh Global
Reporting Initiatives (GRI) 3.1. GRI dianggap member rangka menyeluruh
mengenaiAkinerjaAperusahaan (Suaryana, 2011). Diberi nilai 1 jika item y diungkapkan, dan
diberi nilai 0 jika item y tidak diungkapkan. Kemudian hitunglah ungkapan CSR
menggunakan rumus CSRI.
CSRIi : IndeksAluas pengungkapanACSR perusahaanAi
ƩXyi : nilaiA= 1 jika itemAy diungkapkan; 0 = jika y tidakAdiungkapkan
ni : jumlahAitem perusahaanAI, niA= 84
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
82
Teknik Analisis Data
PenelitianAini menggunakanAanalisis Moderated Regression Analysis (MRA) yang
bertujuan untuk mengukur persamaan regresiAmengandung unsur interaksiA(perkalian
duaAatau lebih variabelAindependen). Sharma et al (1981) membagi variabel moderator
dalam beberapa kelompok.
Tabel 1
Jenis-Jenis Variabel Moderator
Berhubungan dengan
kriterion dan atau predictor
Tidakberhubungan dengan
kriterion dan predictor
Tidak berinteraksi dengan
predictor
1
Intervening, Exogen,
Antesedent, Prediktor
2
Moderator (Homologizer)
Berinteraksi dengan
predictor
3
Moderator
(Quasi Moderator)
4
Moderator
(Pure Moderator) Sumber: Sharma, et al (1981)
Berikut persamaan Moderated Regression Analysis (MRA):
Yi = α + β 1X + ε ……………………….…………. (1)
Yi = α + β 1X + β 2 Z + ε ……………………………(2)
Yi = α + β 1X + β 2 Z + β 3 X*Z + ε ……….………. (3)
Yi = Agresivitas pajak
α = Konstanta
β 1- β 3 = Koefisien regresi
X = Ukuran perusahaan
Z = CSR
X*Z = Interaksi antara ukuran perusahaan dengan CSR
ε = Error Term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
HASIL DAN PENELITIAN
Deskripsi Objek Penelitian
Penggunaan jenis data penelitian ini adalah data sekunderAyang terdapat pada
bursaAefek indonesiaA(www.idx.com). Populasi dalamApenelitian iniAadalah
perusahaanApertambangan yang terdaftarApada BursaAEfek IndonesiaA(BEI) untuk
periodeA2011-2015. PengumpulanAdata menggunakan teknikAdokumentasi dan teknik
studiApustaka. StudiApustaka merupakan teknik pengumpulanAdata denganAmelakukan
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
83
pengkajian berbagai sumber seperti jurnal, buku dan lainnya. SedangkanAdokumentasi
dengan cara mencatatAdokumen-dokumen yang dimilikiAperusahaan.
Metode pengambilan sampel digunakan dalam penelitian ini adalah
purposiveAsampling. Total awal perusahaan sampel sebanyak 43 perusahaan. Kemudian
disebabkan karena tidak memiliki data penelitian yang dibutuhkan akhirnya ada 33
perusahaan yang tidak memenuhi kriteria, sehingga tinggal 10 perusahaan sampel dipakai
penelitianAini dalam kurun waktu 5 tahun.
Tabel 2
Kriteria PemilihanAPopulasi dan Sampel
No Keterangan Jlh Perusahaan
1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI 43
2. Tidak menerbitkan annual report secara teratur (11)
3. Tidak mengungkapkan CSR (0)
4. Tidak memiliki laba sebelum pajak bernilai positif (19)
5. Tidak memiliki data-data terkait penelitian (3)
Jumlah sampel 10
Total sampel selama 2011-2012 50 Sumber: Peneliti (2017)
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum. Berikut hasil analisis
deskriptif masing-masing variabel dari tahun 2011-2015:
Tabel 3
Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
SIZE 50 18.82 24.40 21.9137 1.68164
CETR 50 .00 .97 .4752 .25916
CSRI 50 .11 .56 .2476 .10558
Valid N (listwise) 50
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22, (2017)
Variabel independen yaitu ukuran perusahaan menggunakan rumus SIZE, memiliki
nilai minimum sebesar 18,82 yaitu PT. Citatah, Tbk. (CTTH) tahun 2011 dan nilaiA
maksimum sebesar 24,40 yaitu PT. Adaro Energy, Tbk (ADRO) Tahun 2014. Mean nilai
ukuran perusahaan seluruh perusahaan sampel sebesar 21,9137 dengan standar deviasi
sebesar 1,68164. Variabel dependen yaitu agresivitas pajak menggunakan rumus CETR,
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
84
mempunyai nilai minimum sebesar 0,00 yaitu PT. Citatah, Tbk. (CTTH) tahun 2014 dan
nilai maksimum sebesarA0,97 yaitu PT. Samindo Resources, Tbk. (MYOH) tahun 2013.
Mean nilai agresivitas pajak seluruh perusahaan sampel sebesar 0,4752 dengan standar
deviasi sebesar 0,25916. Variabel moderasi yaitu corporate social responsibility (CSR)
menggunakan rumus CSRI, mempunyai nilai minimum sebesar 0,11 yaitu PT. Baramulti
Sukses sarana, Tbk. (BSSR) tahun 2011-2012 dan nilai maksimum sebesar 0,56 yaitu PT.
Adaro Energy,Tbk (ADRO) tahun 2012. Mean nilai corporate social responsibility (CSR)
seluruh perusahaan sampel sebesar 0,2476 dengan standar deviasi sebesar 0,10558.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas residual dilakukan
dengan uji statistik non-parametik Kolmogorov Smirnov (K-S). HasilAuji statistik non-
parametrik K-S memiliki tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,200 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara normal.
Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terdapat korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal (Ghozali, 2009:95). Nilai tolerance pada
variable SIZE, CSRI dan SIZE*CSRI mempunyai nilai Tolerance kurang dari 0,10 dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) memperlihatkan ketiga variabel mempunyai nilai VIF lebih
dari 10, sehingga adanya multikolinieritas antar variable independen dalam model regresi.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. utokolerasi
dapat diuji menggunakan Run Test. Hasil uji autokorelasi memperlihatkan nilai symp. Sig.
(2-tailed) > 0,05 yaitu 0,391. Maka data dikatakan random (acak) sehingga tidak terdapat
masalah autokorelasi.
Uji Heteroskedastis
Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
85
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Cara mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan denganmenggunakan Uji
Glejser. Untuk variabel ukuran perusahaan (X) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,441,
variabel CSR (Z) memiliki signifikansi sebesarA0,609, sedangkan variabel interaksi (X*Z)
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,647 dimana ketiganya jauh diatas tingkat signifikansi
diatasA0,05. ModelAregeresi tidakAmengandung Heterokedastisitas.
Moderated Regression Analysis (MRA)
Model 1
1. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Tabel 4
Uji Koefisien Determinasi Model 1
Model Summaryc,d
Model R R
Squareb
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
1 .134a 0.018 0.003 0.31947
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22, (2017)
Dari Tabel 4 dapat diperoleh bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,003.
Angka ini menunjukkan bahwa variasi nilai agresivitas pajak yang dapat dijelaskan oleh
ukuran perusahaan adalah sebesar 0,3% sedangkan sisanya sebesar 99,7% dijelaskan oleh
variabel lain di luar model.
Tabel 5
Uji Koefisien Determinasi Model 3
Model Summaryc,d
Model R R
Squareb
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
1 .351a 0.123 0.066 0.19980 Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22, (2017)
Dari Tabel 5 dapat diperoleh bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,066.
Angka ini menunjukkan bahwa variasi nilai agresivitas pajak yang dapat dijelaskan oleh
Interaksi antara ukuran perusahaan dengan CSR adalah sebesar 6,6% sedangkan sisanya
sebesar 93,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
86
2. Uji Simultan (Uji F)
Tabel 6
Uji Silmultan Model 1
ANOVA
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression .037 1 0.037 0.871 .355a
Residual 2.057 48 0.043
Total 2.095 49
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22, (2017)
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,355. Oleh karena (0, 355
> 0,05), maka pengambilan keputusannya adalah H0 ditolak. Artinya variabel bebas tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat. Jadi, variabel bebas yang terdiri dari ukuran
perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu agresivitas pajak
(CETR).
Tabel 7
Uji Silmultan Model 3
ANOVA
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression .259 3 .086 2.159 .106b
Residual 1.836 46 .040
Total 2.095 49
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22, (2017)
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,185. Oleh karena (0, 106
> 0,05), maka pengambilan keputusannya adalah H0 ditolak. Artinya variabel bebas tidak
berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Jadi, variabel bebas
yang terdiri dari ukuran perusahaan (SIZE), CSR (CSRI) dan variabel interaksi (SIZE*CSRI)
secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu agresivitas pajak
(CETR).
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
87
3. Uji Parsial (Uji t)
Tabel 8
Uji Parsial Model 1
Coefficients
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -.056 .765 -.073 .942
SIZE .153 .164 .134 -.933 .355 Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22, (2017)
Dari Tabel 8 diperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
agresivitas pajak yang ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 0,933 dan nilai tsign 0,355. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai α lebih besar dari nilai tsign (0,05 < 0,355). Dengan demikian
pengujian menunjukkan variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas
pajak.
Tabel 9
Uji Parsial Model 3
Coefficients
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.155 3.995 2.042 .047
SIZE -1.523 .840 -1.333 -1.812 .076
CSRI -19.289 8.577 -9.093 -2.249 .029
SIZE*CSRI 3.940 1.780 10.094 2.213 .032 Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22, (2017)
Dari Tabel 3 diperoleh hasil bahwa interaksi ukuran perusahaan dan CSR mempunyai
nilai tsign 0,032. Hal ini menunjukkan bahwa nilai α lebih besar dari nilai tsign (0,05 > 0,032).
Dengan demikian pengujian menunjukkan H0 diterima H1 ditolak. Artinya CSR bukan
merupakan variabel moderasi yang dapat memperlemah hubungan ukuran perusahaan dengan
agresivitas pajak, namun CSR merupakan variabel independen. Hal ini terlihat ketika ukuran
perusahaan tidak signifikan terhadap aresivitas pajak, kemudian CSR menjadi sebuah
variabel independen maka hasil yang didapat adalah signifikan.
PEMBAHASAN
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Besarnya ukuran
suatu perusahaan maka perusahaan mempunyai sedikit peluang untuk melakukan
penghindaran pajak (unacceptable tax avoidance/ aggressive tax planning). Ukuran suatu
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
88
perusahaan dapat dilihat melalui jumlah penjualanAperusahaan. Jika perusahaan semakin
besar, maka going concern perusahaan tersebut semakin bagus pula. Perusahaan besar/yang
telah lama beroperasi cenderung memiliki praktisi pajak yang benar-benar memahami
peraturan perpajakan. Sebenarnya dalam undang-undang pajak penghasilan sudah terdapat
pencegahan terhadap tindakan agresif terhadap pajak. Seperti pasal 18 UU PPh Tahun 2013
yang mengatur agar tidak terjadinya transfer pricing dari perusahaan- perusahaan yang
memiliki hubungan istimewa. Untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak yang dapat
terjadi karenaAadanya hubungan istimewa maka diadakannya ketentuan tersebut. Selain itu,
perusahaan pertambangan termasuk perusahaan yang mendapatkan fasilitas dan
insentifApajak penghasilan. Umumnya pembentukanAdana cadangan tidak boleh dibebankan
sebagai biaya. Akan tetapi, sesuai dengan Undnag-Undang Pajak Penghasilan pasal 9 ayat (1)
huruf c biaya cadangan reklamasi dapat menjadipengurang PKP. Fasilitas pajak perusahaan
pertambangan inilah yang menyebabkan perhitungan penghasilan kena pajak dapat berkurang
sehingga tanpa bersikap agresif perusahaan dapat sedikit membayar pajaknya dari pada
perusahaan yang tidak memiliki fasilitas ini.
Hasil uji menjelaskan bahwa CSR merupakan variabel independen yang ditunjukkan
dengan nilai t sebesar 0,029, namun bukan variabel moderasi antara ukuran perusahaan dan
agresivitas pajak yang ditunjukkan dengan nilai sebesar 0,035, namun menjadi. Tanpa
adanya CSR,perusahaan telah taat membayar pajak.
SIMPULAN
Menurut hasil penelitian dan pembahasan maka dapat simpulkan bahwa hasil
pengujian melalui uji regresi berganda menemukan bahwa:
1. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal ini menjelaskan
bahwa perusahaan pertambangan memiliki praktisi pajak yang mengetahui dan
memahami peraturan-peaturan perpajakan sehingga bersikap tidak agresif terhadap pajak.
Selain itu perusahaan pertambangan memiliki fasilitas pajak tersendiri yaitu biaya
pemupukan cadangan reklamasi dapat dijadikan pengurang penghasilan kena pajak. Jadi
tanpa bersifat agresif perusahaan akan membayar pajak lebih sedikit jika dibandngkan
perusahaan yang tidak memiliki fasilitas tersebut seperti perusahaan manufaktur dan
sebagainya.
2. Corporate social responsibility tidak dapat memperlemah hubungan antara ukuran
perusahaan dengan agresivitas pajak. Corporate social responsibility tidak dapat
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
89
membuat perusahaan besar bersikap tidak agresif terhadap pajak. Tanpa adanya CSR
perusahaan sudah taat dalam membayar pajaknya.
SARAN
Dari hasil penelitian maka ada beberapa saran guna evaluasi serta perbaikan penelitian
dengan topik serupa yaitu:
1. Penelitian dimasa mendatang semoga dapat memasukkan criteria perusahaan yang tidak
memiliki hubungan istimewa untuk dijadikan sampel penelitian, karena ukuran
perusahaan tidak bepengaruh terhadap agresivitas pajak memperlihatkan jika perusahaan
yang memiliki hubungan istimewa
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan untuk meneliti dan menguji
kemudian membandingkan mengenai agresivitas pajak pada sector lain yang tidak
memiliki fasilitas khusus dengan sector pertambangan.
3. Penelitian yang akan datang bisa menambahkan periode tahun yang akan diteliti,
sehingga sampel yang diuji semakin banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior And Human
Decision Processes, 50, 179–211.
Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., & Shevlin, T. (2008). Are family firms more or less tax
aggressive? Journal of Financial Economics, 41–61.
Dharma, I. M. S., & Ardiana, P. A. (2016). Pengaruh Leverage, Intensitas Aset Tetap,
Ukuran Perusahaan, Dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 15.1, 584–613.
Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (4th ed.).
Universitas Diponegoro.
Hanum, H. R., & Zulaikha. (2013). Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap
Effective Tax Rate. Diponegoro Journal of Accounting, 2(2), 1–10.
Hlaing, K. P. Organizational Architecture of Multinationals and Tax Aggressiveness,
University of Waterloo 19–51 (2012).
Ngadiman, & Puspitasari, C. (2014). Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusionaal, Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan
Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2012. Jurnal
Akuntansi, XVIII(3), 408–421.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)
90
Suyanto, K. D., & Supramono. (2012). Likuiditas, Leverage , Komisaris Independen, dan
Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan. Jurnal Keuangan Dan
Perbankan, 16(2), 167–177.
Watts, R. L., & Zimmerman, J. L. (1990). Positive Accounting Theory: A Ten Year
Perspective. The Accounting Review, 65(1), 131–156.
Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)