PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA TERHADAP
KEMISKINAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT
PERIODE 2017-2020
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana
Ekonomi Islam
Oleh :
FIYOLA ALIJA RAHMI : 3217.007
Dosen Pembimbing:
Dr. Hesi Eka Puteri, SE, M.Si
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
2021M/1442H
i
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing skripsi atas nama Fiyola Alija Rahmi Nim 3217007, dengan
judul “Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap Kemiskinan
Di Provinsi Sumatera Barat Periode 2017-2020”, menyatakan bahwa memang
skripsi yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan ilmiah dan dapat di setujui
untuk diajukan ke Sidang Munaqasah. Demikian persetujuan ini diberikan untuk
dapat dipergunakan seperlunya.
Bukittinggi, 26 Oktober 2021
Pembimbing
iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Sumatera Barat Periode 2017-
2020”. Yang disusun oleh Fiyola Alija Rahmi Nim 3217007 telah diuji dalam
sidang munaqasah, jurusan S1 Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Islam IAIN Bukittinggi, pada Hari….Tanggal ….Bulan…. 2021 dan telah berhasil
di pertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai salah satu syarat
dalam mencapai gelar Serjana Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Islam Program Studi S1 Ekonomi Islam.
Bukittinggi … November 2021
TIM PENGUJI
Ketua Sidang Sekretaris
Nama………… Nama…………….
NIP. NIP.
Anggota
Penguji Utama Penguji Utama
Nama………… Nama……………
NIP. NIP.
Penguji Pendamping
Nama…………..
NIP.
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Bukittinggi
Dr. Iiz Izmuddin. MA
NIP. 197503032001121007
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayangMu telah
memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan
cinta, atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya skripsi yang
sederhana ini dapat di selesaikan. Shalawat dan salam selalu dilimpahkan kehadiratnya
Rasullah Muhammad SWT.
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Sebagai tanda bukti, hormat dan rasa terimakasih yang tiada terhingga kupersembahkan
karya kecil ini kepada Ibu (Gusri Epi) dan Ayah (Ali Jasman) yang telah memberikan
kasih sayang, dukungan, ridho dan cinta tiada terhingga dan tiada mungkin dapat
kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertulisan kata persembahan. Semoga ini
menjadi langkah awal membuat Ibu dan Ayah bahagia. Karena kusadar, selama ini
belum bisa berbuat lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan
selalu menyirami kasih sayang. Selalu mendoakanku, selalu menasehatiku serta selalu
meridhoiku melakukan hal yang lebih baik. Terimakasih Ibu.....Terimakasih Ayah
Adik dan Sahabat Terdekat
Sebagai tanda terimakasih aku persembahkan karya kecil ini untuk adik tersayang Iva
Tasya Syahira dan Muhammad Fadil serta sahabat terdekat Rossyta Asril, S.E, Lusi
Rafmawati, Listi Verima Sari, Citra Veronica, Selanjutnya Gheantisa Febria serta
sahabat terdekat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih telah
memberikan semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga doa
dan semua hal yang terbaik yang engkau berikan semoga menjadikanku orang yang lebih
baik pula Terimakasih.
Dosen Pembimbing Tugas Akhir
Ibuk Dr. Hesi Eka Puteri, SE., M.Si yang selaku dosen pembimbing Skripsi saya,
terimakasih banyak ibuk sudah membantu mengarahkan selama ini, sudah di nasehati,
sudah diajari dan mengarahkan saya sampai skripsi ini selesai.
By: Fiyola Alija Rahmi
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap Kemiskinan Di
Provinsi Sumatera Barat Periode 2017-2020”. Shalawat beserta salam semoga
tetap tercurahkan kepada sang Baginda Rasulullah SAW serta sahabat serta
pengikut-Nya yang senantiasa tetap istiqomah sampai akhir zaman.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
mendaptkan gelar sarjana Strata Satu Ekonomi Islam (S.E) pada program studi
Ekonomi Islam pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Bukittinggi. Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan,
dukungan serta doa dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada yang teristimewa
yaitu Ayahanda Ali Jasman dan Ibunda Gusri Epi yang senantiasa mensupport
serta mendoakan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ridha Ahida M.Hum selaku Rektor IAIN Bukittinggi serta
jajarannya yang sudah memfasilitasi.
2. Bapak Dr. Iiz Izmuddin, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Islam (IAIN) Bukittinggi beserta jajaran.
3. Ibu Rini Elvira, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi
Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
ii
4. Ibu Dr. Hesi Eka Puteri, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang
selalu bersedia mengarahkan dan meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Hj. Zulhelmi, SE., MM selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak/Ibu Dosen IAIN Bukittinggi khususnya dosen FEBI yang telah
mendidik dan mengajarkan penulis banyak hal.
7. Adinda Iva Tasya Syahira dan Muhammad Fadil terimakasih atas semua
do‟a, kasih sayang, dukungan, dan motivasi yang diberikan.
8. Sahabat terdekat yang selalu mensuport selama ini Rossyta Asril, SE dan
sahabat yang sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi Lusi
Rafmawati, Listi Verima Sari, Citra Veronica, Gheantisa Vebria serta
teman – teman seperjuangan mahasiswa IAIN Bukittinggi yang tidak
tersebutkan namanya, Jurusan S1 Ekonomi Islam angkatan 2017
khususnya teman-teman kelas EI.A yang slalu memberikan dukungan
selama perkuliahan hingga skripsi ini terselesaikan.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi untuk penelitian
selanjutnya dan berguna bagi masyarakat banyak.
Bukittinggi, 21 Oktober 2021
Penulis
Fiyola Alija Rahmi
Nim. 3217007
iii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Sumatera Barat Periode 2017-2020 disusun oleh Fiyola Alija Rahmi NIM 3217.007 Jurusan Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bukittinggi.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis dalam melihat
banyaknya masyarakat yang bekerja namun jumlah penduduk miskin juga masih
banyak. tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja Terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat periode 2017-
2020.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi
data panel yang menggunakan alat bantu eviews 9 dan pengambilan datanya yang
diambil dari website Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. Data yang
digunakan dalam penelitian ini data panel dengan menggabungkan data time
series dan cross section.
Hasil dari penelitian ini yaitu Tingkat partisipasi Angkatan Kerja
berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan dengan R-Squared sebesar 98%. Hal
ini berarti bahwa 98% dari kemiskinan dapat dijelaskan oleh tingkat partisipasi
angkatan kerja sedangkan 2% lagi dijelaskakn oleh variabel lain yang tidak
digunakan dalam model penelitian ini. Pada uji t diperoleh hasil bahwa Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja berpengaruh dan signifikan terhadap kemiskinan di
Provinsi Sumatera Barat.
Penelitian ini berkontribusi pada kebijakan pemerintah dan pihak terkait
dalam membuat program-program yang mendukung pertumbuhan ekonomi
masyarakat. Serta memperluas lapangan kerja dan memberikan pelatihan-
pelatihan melalui Balai Latihan Kerja (BLK) agar masyarakat mempunyai
kemampuan untuk dapat bersaing dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan masyarakat miskin dalam mengembangkan kemampuan kerja dan
berusaha serta melindungi pekerja baik laki-laki maupun perempuan untuk
menjamin keberlangsungan, keselamatan dan keamanan kerja.
Kata Kunci : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Kemiskinan
iv
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN TIM PENGUJI
LEMBAR PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 8
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................. 9
F. Penjelasan Judul ......................................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Tenaga Kerja ................................................................................ 12
1. Pengertian Tenaga Kerja .................................................................. 12
2. Teori Ketenagakerjaan ..................................................................... 13
3. Klasifikasi Tenaga Kerja.................................................................. 19
4. Tingkat Partisipasi Angkatan kerja dalam perspektif islam .......... 21
B. Kemiskinan ................................................................................................. 23
a. Defenisi Kemiskinan ........................................................................ 23
b. Teori Kemiskinan ............................................................................. 25
c. Penyebab Kemiskinan ...................................................................... 30
d. Ukuran Kemiskinan.......................................................................... 31
e. Kemiskinan Dalam perspektif Islam ............................................... 32
f. Hubungan TPAK dengan kemiskinan............................................. 34
C. Kajian Terdahulu ....................................................................................... 35
D. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 38
E. Hipotesis ..................................................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian........................................................................................... 40
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 40
C. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 40
D. Variabel Penelitian..................................................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 42
F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 42
G. Pengujian model ........................................................................................ 44
1. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik .................................................. 44
2. Uji Kesesuaian Model ...................................................................... 45
3. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
v
A. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Barat ............................................. 51
B. Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap Kemiskinan ... 54
1. Tingakat Partisipasi Angkatan Kerja di Sumbar ............................ 54
2. Kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat ......................................... 55
3. Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 57
a. Uji normalitas .......................................................................... 57
b. Uji Heteroskedastisitas............................................................ 57
c. Uji Autokorelasi ...................................................................... 58
4. Uji Kesesuaian Model ...................................................................... 55
a. Common Effect model ............................................................. 59
b. Fixed Effect model .................................................................. 60
c. Random Effect Model ............................................................. 60
4. Estimasi Model Panel....................................................................... 61
a. Uji Chow .............................................................................. 61
b. Uji Hausman......................................................................... 62
5. Pengujian model ............................................................................... 62
a. Analisis Regresi Data Panel ................................................ 62
b. Uji Koefisien Determinasi (R-Squared) ............................. 64
c. Uji Signifikansi Simultan .................................................... 64
d. Uji Parsial atau Uji t ............................................................ 64
6. Analisis Temuan ................................................................................ 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 76
B. Saran ........................................................................................................... 79
Daftar Pustaka….…………………………………………………...………....80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Sumatera Barat Periode
2017-2020 ................................................................................................................ 5
Tabel 1.2 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Sumatera Barat periode 2017-
2020 .......................................................................................................................... 7
Tabel 2.1 Perbedaan Teori Neo liberal dan Demokrasi Sosial............................. 26
Tabel 2.2 Kajian Terdahulu .................................................................................... 36
Tabel 4.1 Tingkat partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Sumatera Barat Periode
2017-2020 ................................................................................................................ 54
Tabel 4.2 Persentase Penduduk miskin Provinsi Sumatera Barat Periode 2017-
2020 .......................................................................................................................... 55
Tabel 4.3 Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 58
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ..................................................................................... 58
Tabel 4.5 Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model ................................. 59
Tabel 4.6 Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model....................................... 60
Tabel 4.7 Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model .................................. 60
Tabel 4.8 Uji Chow ................................................................................................. 61
Tabel 4.9 Uji Hausman ........................................................................................... 62
Tabel 4.10 Hasil Regresi Dari FEM....................................................................... 63
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan ............................................................. 27
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 38
Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi Sumatera Barat ............................................. 51
Gambar 4.2 Uji Normalitas .................................................................................... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di berbagai negara
berkembang yang mencakup lebih dari satu milyar penduduk dunia.
Kemiskinan merupakan masalah global yang menjadi tantangan yang harus
dihadapi dan dicarikan solusinya bagi suatu negara. Oleh karena itu
mengurangi tingkat kemiskinan selalu menjadi tujuan di hampir setiap negara.
Menurut Kunarjo dan Badrul Munir suatu negara dikatakan miskin biasanya
ditandai dengan tingkat pendapatan rendah, dan mempunyai tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kemiskinan juga menjadi salah satu
permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan
merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah melalui berbagai
kebijakan. Kebijakan-kebijan tersebut diharapkan dapat menekan jumlah
penduduk miskin di berbagai daerah.1
Menurut ahli ekonomi pembangunan dalam buku Mudrajat Kuncoro
dengan konsep lingkaran setan kemiskinan. Lingkaran setan kemiskinan
mengandung arti deretan melingkar kekuatan-kekuatan yang satu sama lain
beraksi sedemikian rupa sehingga menempatkan suatu negara miskin tetap
miskin dan sukar untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih baik.
Adanya keterbelakangan, rendahnya kualitas SDM, ketidaksempurnaan pasar
1 Sutyastie Soemitro Remi, Kemiskinan dan ketidak merataan di Indonesia,
(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018), hlm. 22
2
serta rendahnya modal mengakibatkan rendahnya produktivitas. Rendahnya
produktivitas mengakibatkan rendahnya penerimaan pendapatan masyarakat
yang mengakibatkan rendahnya tabungan dan investasi. Investasi yang rendah
menyebabkan rendahnya akumulasi modal sehingga proses penciptaan
lapangan kerja menjadi rendah.2
Upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif,
mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat dan dilaksanakan secara
terpadu. Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang
tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang di anggap sebagai
kebutuhan minimal dan standar hidup tertentu.3
Salah satu cara untuk mengatasi kemiskinan yaitu dengan bekerja.
Sesuai dengan firman Allah dalam Qs. At-Taubah ayat 105
ن بل ع ل ئ دى س ت س ى ه إ و ال ل س ز ن ك ل و ع الله س س اف ل و اع ل ق
بك و ث ن ك ئ ج ف بد ح الشه ت غ لى ال و ت ع ن ت
Artinya:
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Berdasarkan QS At-Taubah ayat 105 manusia harus terus beramal,
karena nilai kehidupan ditentukan oleh amalan yang bermutu. Amal artinya
pekerjaan, usaha, perbuatan atau keaktifan hidup. Allah selalu memperhatikan
2 Mudrajat Kuncoro, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan, (Jakarta:
YKPN, 1997), hlm. 50 3 Abu Kosim, Kualitas Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 13
3
amalmu. Dan di akhirat akan diberitakan Allah bagaimana mutu amal itu,
jujurkah atau curangkah di waktu itu tidak bisa bersembunyi lagi.4
Kemiskinan dapat ditinjau dari berbagai sisi, salah satunya
ketenagakerjaan. Tenaga kerja merupakan modal bagi bergeraknya roda
pembangunan. Komposisi dan jumlah tenaga kerja akan terus mengalami
perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Pertumbuhan
ekonomi yang semakin membaik tetap harus didukung dengan ketersediaan
tenaga kerja baik itu pekerja ahli maupun pekerja kasar. Salah satu indikator
yang digunakan dalam ketenagakerjaan adalah Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK).5
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan salah satu
ukuran yang sering dipakai untuk melihat fluktuasi dan partisipasi penduduk
usia kerja dalam kegiatan ekonomi. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) merupakan perbandingan jumlah angkatan kerja dengan penduduk
dalam usia kerja pada kelompok yang sama. Semakin besar Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja semakin besar jumlah angkatan kerja dalam kelompok yang
sama. Sebaliknya semakin besar jumlah penduduk yang masih bersekolah dan
mengurus rumah tangga, semakin besar yang tergolong bukan angkatan kerja
mengakibatkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja semakin kecil.6
4 Hamka, Tafsir Al-Azhar: jilid 4, ( Depok: Gema Insani, 2015), hlm. 281-283
5 Ita Pingkan, Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Utara, Jurnal Pembangunan Ekonomi dan
Keuangan Daerah, Vol. 21, No. 1, 2020, hlm. 86 6 Reza Romanda, Analisis Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Provinsi Bengkulu
(2010-2019), Jurnal Akuntansi dan Ekonomi, Vol. 10, No. 1, Juni 2020, hlm. 110
4
Tjipto menyatakan bahwa keputusan keluarga yang mengharuskan
anak atau istri untuk bekerja akan meningkatkan jumlah angkatan kerja dan
meningkatkan jumlah partisipasi angkatan kerja. Sebaliknya keputusan
keluarga yang tidak mengharuskan seorang istri atau anak untuk bekerja akan
menurunkan tingkat partisipasi angkatan kerja. Secara umum tingginya
partisipasi angkatan kerja salah satunya disebabkan oleh pendapatan yang
rendah. Keluarga yang memiliki keterbatasan pendapatan menyebabkan
anggota keluarga semakin banyak bekerja, hal tersebut dilakukan agar dapat
meningkatkan pendapatan.7
Menurut Rowtree ketenagakerjaan dipercaya menjadi jalan keluar
terbaik dari kemiskinan salah satu caranya melalui pemanfaatan angkatan kerja
usia produktif untuk bekerja. Jika suatu wilayah memiliki jumlah penduduk
yang tidak bekerja lebih banyak, maka akan berimplikasi pada peningkatan
jumlah penduduk miskin dan sebaliknya jika Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) meningkat maka akan memberikan dampak terhadap
pertumbuhan ekonomi yang lebih besar.8
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anwar Rasyadi dengan
judul pengaruh produk domestik bruto dan tingkat partisipasi angkatan kerja
terhadap kemiskinan di Indonesia, mendapatkan hasil PDB berpengaruh
signifikan dan bersifat negatif dengan jumlah penduduk miskin. TPAK tidak
7 Herijanto Tjipto, Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan Nasional, (Jakarta:
LPFE Universitas Indonesia, 1996), hlm. 15 8 Seebohm Rowntree, Poverty A Study Of Town Life, Terj. Lawang, (Jakarta: PT
Gramedia, 1997), hlm. 230
5
bepengaruh signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Krisis ekonomi
berpengaruh signifikan dan positif terhadap jumlah penduduk miskin.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada laman Badan Pusat
Statistik Sumatera Barat pada tanggal 27 Februari 2021, dapat diketahui bahwa
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Sumatera Barat mengalami kenaikan.
Akan tetapi terdapat beberapa kabupaten/kota yang Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerjanya berada di bawah rata-rata TPAK Provinsi. Jumlah TPAK
Sumatera Barat sepanjang periode 2017-2020 terlihat pada tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Provinsi Sumatera Barat Periode 2017-2020
(persentase)
No Kabupaten/Kota Tahun
2017 2018 2019 2020
1 Kep. Mentawai 77,95 75,00 83,10 81,65
2 Pesisir Selatan 64,03 66,63 68,82 65,00
3 Solok 67,50 68,35 70,83 74,64
4 Sijunjung 68,21 68,43 70,17 70,70
5 Tanah Datar 66,51 69,03 69,25 69,42
6 Padang Pariaman 64,12 65,56 63,23 67,18
7 Agam 66,07 68,56 69,59 70,29
8 Lima Puluh Kota 72,63 73,10 73,28 72,71
9 Pasaman 70,63 67,20 70,91 72,97
10 Solok Selatan 69,19 74,89 72,56 72,67
11 Dharmasraya 64,53 68,56 70,49 72,72
12 Pasaman Barat 68,63 66,96 65,76 67,47
13 Padang 61,15 62,78 61,98 64,31
14 Solok 66,29 64,76 62,51 66,77
15 Sawahlunto 70,44 72,88 69,83 70,57
16 Padang Panjang 64,17 66,17 69,05 69,81
17 Bukittinggi 65,23 69,15 65,55 69,84
18 Payakumbuh 71,42 70,81 68,76 68,68
19 Pariaman 65,20 67,00 69,36 64,16
Sumatera Barat 67,29 67,56 67,88 69,01
Kenaikan - 0,27 0,32 1,13
Sumber: BPS Sumatera Barat 2017-2020
6
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) Sumatera Barat dari tahun 2017-2020 mengalami kenaikan
setiap tahunnya. Namun terdapat beberapa Kabupaten/Kota yang TPAK berada
di bawah rata-rata TPAK provinsi. Pada tahun 2017 terdapat 10
Kabupaten/Kota yang berada di bawah rata-rata TPAK provinsi diantaranya
Pesisir Selatan, Tanah Datar, Padang Pariaman, Agam, Dharmasraya, Padang,
Solok, Padang Panjang, Bukittinggi dan Pariaman. Pada tahun 2018 terdapat 8
kabupaten yang TPAKnya berada di bawah TPAK Provinsi. Daerah tersebut
yaitu Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Pasaman, Pasaman Barat, Padang,
Solok, Padang Panjang dan Pariaman.
Pada tahun 2019 terdapat 5 Kabupaten/Kota yang TPAK berada di
bawah rata-rata provinsi yaitu Padang Pariaman, Pasaman Barat, Padang,
Solok dan Bukittinggi. Kemudian pada tahun 2020 terdapat 7 Kabupaten/Kota
yang berada di bawah TPAK Provinsi yaitu, Pesisir Selatan, Padang Pariaman,
Pasaman Barat, Padang, Solok, Payakumbuh dan Pariaman. Beberapa
Kabupaten/Kota yang TPAK berada dibawah TPAK Provinsi disebabkan
karena banyaknya angkatan kerja berusia 15 tahun ke atas di daerah tersebut
yang memilih melanjutkan pendidikan dan mengurus rumah tangga, sehingga
TPAK Kabupaten/Kota tersebut menjadi rendah.
Meskipun TPAK Provinsi Sumatera Barat mengalami kenaikan setiap
tahunnya, hal tersebut berbeda dengan kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat,
Penurunan kemiskinan di Sumatera Barat mengalami fluktuasi. Persentase
7
penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat periode 2017-2020 dapat dilihat
pada tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2
Persentase Penduduk Miskin
Provinsi Sumatera Barat Periode 2017-2020
No Kabupaten/Kota Tahun
2017 2018 2019 2020
1 Kep. Mentawai 14,67 14,44 14,43 14,35
2 Pesisir Selatan 7,79 7,59 7,88 7,61
3 Solok 9,06 8,88 7,98 7,81
4 Sijunjung 7,35 7,11 7,04 6,78
5 Tanah Datar 5,56 5,32 4,66 4,40
6 Padang Pariaman 8,46 8,04 7,10 6,95
7 Agam 7,59 6,76 6,75 6,75
8 Lima Puluh Kota 7,15 6,99 6,97 6,86
9 Pasaman 7,41 7,31 7,21 7,16
10 Solok Selatan 7,21 7,07 7,33 7,15
11 Dharmasraya 6,68 6,42 6,29 6,23
12 Pasaman Barat 7,26 7,34 7,14 7,04
13 Padang 4,74 4,70 4,48 4,40
14 Solok 3,66 3,30 3,24 2,77
15 Sawahlunto 2,01 2,39 2,17 2,16
16 Padang Panjang 6,17 5,88 5,60 5,24
17 Bukittinggi 5,35 4,92 4,60 4,54
18 Payakumbuh 5,88 5,77 5,68 5,65
19 Pariaman 5,20 5,03 4,76 4,10
Sumatera Barat 6,97 6,87 6,42 6,28
Penurunan - 0,1 0,45 0,14
Sumber: BPS Sumatera Barat 2017-2020
Berdasarkan tabel 1.2 terlihat bahwa penurunan kemiskinan di
Provinsi Sumatera Barat mengalami fluktuasi. Pada tahun 2018 penurunan
kemiskinan Sumatera Barat 0,1 dari tahun sebelumnya dan terdapat 1
Kabupaten/Kota yang mengalami kenaikan penduduk miskin dari pada tahun
sebelumnya yaitu Sawah Lunto. Pada Tahun 2019 penurunan kemiskinan
Sumatera Barat naik menjadi 0,45 dan Kabupaten/Kota yang mengalami
8
kenaikan kemiskinan naik menjadi 2 wilayah yaitu pesisir selatan dan solok
selatan. Kemudian pada tahun 2020 penurunan kemiskinan turun menjadi 0,14,
Berdasarkan latar belakang tersebut maka saya ingin meneliti Pengaruh
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera
Barat Periode 2017-2020.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja periode 2017-2020 mengalami
kenaikan setiap tahunnya, namun terdapat 5 sampai 10 Kabupaten/Kota
yang Tingkat Pertisipasi Angkatan Kerjanya berada di bawah Tingkat
Pertisipasi Angkatan Kerja Provinsi.
2. Penurunan kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat mengalami fluktuasi.
3. Pada tahun 2017-2020 terdapat 3 Kabupaten/Kota yang persentase
penduduk miskin mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka
penelitian ini dibatasi pada pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja menurut
Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat terhadap kemiskinan di
Provinsi Sumatera Barat periode 2017-2020
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, berikut adalah rumusan masalah
dalam penelitian ini.
9
1. Apakah ada pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap kemiskinan
di Provinsi Sumatera Barat periode 2017-2020?
2. Seberapa besarkah pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap
kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat periode 2017-2020?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap
kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat periode 2017-2020.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat meraih
gelar sarjana S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi
Ekonomi Islam pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam perluasan studi empiris tentang pengaruh tingkat partisipasi
angkatan kerja terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat periode
2017-2020
c. Manfaat praktis dari penelitian ini diharapakan dapat menambah
informasi dan referensi mengenai pengaruh tingkat partisipasi angkatan
kerja terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat periode 2017-
2020
10
d. Bagi pengembangan studi lanjut, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan sebagai acuan dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
F. Penjelasan Judul
Untuk memudahkan dan tidak terjadi kekeliruan dalam memahami
judul, maka penulis menjelaskan arti beberapa istilah yang terdapat dalam judul
berikut:
Pengaruh : Daya yang timbul dari sesuatu
(benda atau orang) yang dapat
membentuk watak, perbuatan atau
kepercayaan seseorang.9
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja : Persentase penduduk usia 15 tahun
ke atas yang merupakan angkatan
kerja.10
Kemiskinan : Ketidak mampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan dasar
mereka sendiri seperti makanan,
pakaian, tempat berlindung,
kesehatan dan pendidikan.11
9 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Depdikbud, 2013), hlm. 40
10 Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia Tahun 2010. (Jakarta Pusat: Badan Pusat
Statistik, 2010) 11
Nurul Huda, Ekonomi Pembangunan Islam, (Jakarta: Pranadamedia Group, 2015),
hlm. 23
11
Adapun maksud secara keseluruhan dari judul di atas yaitu melihat
bagaimana pengaruh dan kekuatan yang ditimbulkkan atas Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja yang dilihat berdasarkan Persentase penduduk usia 15 tahun ke
atas yang merupakan angkatan kerja terhadap persentase penduduk yang
mengalami kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat Periode 2017-2020 yang
akan diteliti oleh penulis.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Tenaga Kerja
1. Pengertian tenaga kerja
Dalam undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang tenaga kerja
memberikan pengertian tentang tenaga kerja yang terdapat dalam pasal 1
ayat 2 bahwa tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa baik guna
memenuhi kebutuhan masyarakat maupun untuk kebutuhan diri sendiri.
Menurut mulyadi tenaga kerja merupakan penduduk dalam usia kerja 15-
64 tahun atau jumlah keseluruhan penduduk dalam negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga
mereka, dan mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut. Menurut
Murti, tenaga kerja merupakan individu yang menawarkan kemampuan
dan keterampilan untuk memproduksi barang atau jasa agar perusahaan
mendapatkan keuntungan dan individu tersebut memperoleh upah atau gaji
sesuai keterampilan yang dimilikinya.12
Simanjuntak juga memberikan defenisi tenaga kerja mencakup
penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang mencari pekerjaan dan
yang melakukan kegiatan lain seperti mengurus rumah tangga dan
bersekolah. Bersekolah, mengurus rumah tangga dan pencari kerja
walaupun tidak bekerja tetapi sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Defenisi
12
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2008), hlm. 12
13
tentang tenaga kerja yang dikemukakan Simanjuntak memiliki pengertian
yang lebih luas dari buruh/pekerja. Defenisi tenaga kerja disini mencakup
tenaga kerja/buruh yang terikat dalam hubungan kerja dan tenaga kerja
yang belum bekerja. Sedangkan pengertian buruh/pekerja merupakan
setiap orang yang bekerja dengan menerima imbalan atau upah dala
bentuk lain. Pekerja atau buruh merupakan tenaga kerja yang sedang
dalam ikatan kerja.13
Menurut Murti tenaga kerja adalah individu yang menawarkan
kemampuan dan keterampilan untuk memproduksi barang dan jasa supaya
perusahaan dapat mendapatkan keuntungan dan untuk itu individu akan
mendapatkan upah atau gaji sesuai kemampuan yang dimilikinya.14
Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan tenaga
kerja merupakan setiap penduduk yang mampu menghasilkan jasa atau
barang dengan batas usia minimal angkatan kerja 15 tahun untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Teori Ketenagakerjaan
Terdapat beberapa teori penting dalam kaitannya dengan masalah
ketenagakerjaan. Teori-teori tersebut yaitu:
a. Teori klasik Adam Smith
Adam Smith (1729-1790) adalah tokoh utama aliran ekonomi
yang dikenal dengan aliran klasik. Adam Smith melihat manusia
13
Payaman Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Mannusia, (Jakarta:
LPFEUI, 2001), hlm. 30 14
Murti Sumarni, Pengantar Bisnis Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan , (Yogyakarta:
Liberty, 2014), hlm. 5
14
sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran
bangsanya. Alam (tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada SDM yang
mengolahnya. Alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan
awal pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi
modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi bisa
tetap tumbuh. Alokasi SDM yang efektif merupakan syarat perlu
dalam pertumbuhan ekonomi.15
b. Teori Malthus
Thomas Robert Malthus (1976-1834) merupakan pemikir
klasik sesudah Adam Smith. Thomas Robert Malthus merupakan
pemikir klasik yang berjasa dalam pengembangan pemikiran-
pemikiran ekonomi. Thomas Robert Malthus menyatakan manusia
berkembang jauh lebih cepat dibandingkan produksi hasil pertanian
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi makanan meningkat
sesuai deret hitung sedangkan manusia berkembang sesuai dengan
deret ukur. Mathus mengatakan bahwa jumlah penduduk yang tinggi
dapat mengakibatkan turunnya produksi perkepala dan satu-satunya
cara menghindari hal tersebut yaitu melakukan pengawasan
pertumbuhan penduduk. Seperti menunda usia perkawinan serta
mengurangi jumlah anak. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka
15
Adam Smith, The Wealth of Nations, Terj. Haz Algebra, (Jakarta: Global Indo Kreatif,
2019), hlm. 258
15
pengurangan jumlah penduduk akan diselesaikan dengan cara alamiah
seperti kekurangan pangan, timbul perang, epidemik dan sebagainya.16
c. Teori Keynes
John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa
dalam pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan
klasik. Dimana pekerja mempunyai serikat kerja yang berusaha
memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Jika
tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai kecil sekali,
tingkat pendapatan masyarakat pasti akan turun. Turunnya pendapatan
anggota masyarakat akan menyebabkan daya beli menjadi turun.
Sehingga menyebabkan konsumsi menjadi berkurang. Berkurangnya
daya beli akan menyebabkan turunnya harga. Jika harga turun, maka
kurva nilai produktivitas marjinal labor yang merupakan patokan
pengusaha dalam mempekerjakan labor menjadi turun. Jika penurunan
harga tidak terlalu besar kurva produktivitas hanya turun sedikit.
Walaupun demikian jumlah tenaga kerja yang meningkat tetap saja
lebih kecil dari jumlah penawaran tenaga kerja. Jika harga-harga turun
drastic menyebabkan kurva nilai produksi marginal labor turun drastis
dan tenaga kerja semakin sedikit yang tertampung dan pengangguran
menjadi banyak.17
16
Thomas Robert Malthus, An Essay On The Principle Of Population, Terj. Setio,
(Yogyakarta: Universitas Jaya), hlm. 50 17
John M. Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money, Terj.
Willem H. Makaliwe, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), hlm. 50
16
d. Teori Harrod-Domar (1946) atau yang lebih dikenal dengan teori
perumbuhan ekonomi. Dalam Teori Harrod-Domar investasi tidak
hanya menciptakan permintaan, tetapi juga meningkatkan kapasitas
produksi. Kapasitas produksi yang meningkat membutuhkan
permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak mengalami
penurunan. Jika kapasitas meningkat tidak diikuti dengan permintaan
yang besar, surplus akan muncul dan diikuti penurunan jumlah
produksi.18
Selain teori yang dikemukakan oleh tokoh konvensional tersebut,
terdapat juga teori-teori yang dikemukakan oleh tokoh islam
diantaranya sebagai berikut:
a. Muhammad Abdul Manan
Muhammad Abdul Manan merupakan tokoh ekonomi yang
konsern dalam membahas produksi. Tujuan produksi menurut Manan
selain meningkatkan utilitas juga untuk kesejahteraan masyarakat.
Faktor produksi diantaranya tanah, tenaga kerja, modal dan organisasi.
Eksistensi tenaga kerja dalam Islam sangat dijunjung tinggi karena
dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan taraf hidup
masyarakat, seperti perusahaan memperoleh output sesuai yang
direncanakan sementara tenaga kerja memperoleh upah dari usaha
yang mereka lakukan. Menurut Muhammad Abdul Manan upah
merupakan imbalan yang diterima oleh pekerja. Imbalan yang
18
Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003),
hlm. 30
17
dimaksud sebagai upah dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu dari
moneter dan bukan moneter. Upah dapat dilihat dari beberapa uang
yang diterima pekerja pada waktu tertentu, serta kuantitas hidup
pekerja yang ia dapat karena bekerja.19
b. Yusuf Al-Qardhawi
Menurut Yusuf Al-Qardhawi unsur penting dari produksi
adalah bekerja. Kerja merupakan segala usaha optimal yang dilakukan
manusia, baik melalui gerak tubuk atau akal yang digunakan untuk
menambah kekayaan, baik secara perorangan atau kolektif, baik untuk
keperluan pribadi maupun orang lain. Bagi Yusuf Al-Qardhawi
manusia diberikan kebebasan untuk mengembangkan keilmuan,
tingkat kreativitas, situasi dan kondisi lingkungan, produktifitas akan
timbul dari gabungan kerja manusia dan kekayaan alam, bumi
merupakan tempat bekerja sedangkan manusia merupakan pekerja di
atasnya. Dalam agama Islam bekerja merupakan suatu kewajiban bagi
mereka yang mampu. Islam memberkahi pekerjaan di dunia dan
menjadikannya bagian dari ibadah apabila dikerjakan sesuai dengan
peraturan Allah SWT.20
Seorang muslim dilarang memproduksi sesuatu yang
diharamkan untuk dikonsumsi, produsen muslim juga dilarang
memproduksi barang yang haram baik itu haram digunakan atau haram
19
Manan, Muhammad Abdul Sonhadji, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Terj. M.
Nastangin, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yata, 1997), hlm. 230 20
Yusuf Qardhawi , Norma dan Etika Ekonomi Islam, Terj. Zainal Arifin dan Dahlia
Husin, (Jakarta: Gema Insani Pers), hlm. 80
18
untuk dikoleksi seperti membuat patung berhala, membuat gelang
emas yang diperuntukan untuk laki-laki. Islam sangat mengharamkan
memproduksi segala sesuatu yang dapat merusak aqidah dan akhlak.
Serta hal yang dapat menyibukan seseorang pada hal sia-sia dan
menjauhkan keseriusan. Dalam penentuan upah menurut Yusuf
Qardhawi rujukannya kesepakatan kedua belah pihak. Tapi tidak
dibolehkannya untuk mengeksploitasi kebutuhan yang lemah dengan
memberikan upah dibawah standar. Kemudian tidak boleh pula
mengeksploitasi kebutuhan darurat pekerja untuk membeli jerih payah
dan cucuran keringatnya dengan upah yang minim sehingga tidak
dapat menghilangkan lapar.21
c. Ibnu Khaldun
Menurut Ibnu Khaldun tenaga kerja merupakan sumber yang
sangat berharga. Tenaga kerja sangat penting bagi seluruh akumulasi
modal dan pendapatan. Sekalipun pendapatan dihasilkan dari selain
keahlian, segala nilai-nilai yang mendatangkan laba dan modal
haruslah mencangkup nilai-nilai tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja hal
tersebut belum tentu bisa diperoleh. Sebuah peradapan besar
menghasilkan keuntungan yang besar karena besarnya jumlah
(tersedia) tenaga kerja yang merupakan penyebab dari keuntungan.
Keuntungan merupakan nilai yang direalisasikan dari tenaga kerja.
ketika lebih banyak tenaga kerja nilai yang direalisasikanpun akan
21
Yusuf Qardhawi , Norma dan Etika Ekonomi Islam, Terj. Zainal Arifin dan Dahlia
Husin, (Jakarta: Gema Insani Pers), hlm. 90
19
meningkat. Dengan demikian keuntungan mereka meningkat. Semua
ini merupakan kegiatan yang membutuhkan upah/harga dan orang-
orang yang mempunyai keahlian dipilih untuk melakukannya dan
menjadi ongkos dari mereka. Kemakmuran datang kepada mereka
yang bekerja dan menghasilkan hal-hal tersebut dengan kerja
mereka.22
3. Klasifikasi Tenaga Kerja
Pada dasarnya, tenaga kerja dapat dikelompokan menjadi dua bagian
yaitu:
a. Bukan Angkatan Kerja
Terdapat beberapa versi yang menjelaskan terkait pengertian
penduduk bukan angkatan kerja diantaranya yaitu, menurut Ostinasia
bukan angkatan kerja merupakan penduduk usia kerja yang tidak
bekerja maupun tidak mencari pekerjaan atau penduduk usia kerja
dengan kegiatan sekolah atau mengurus rumah tangga. Sedangkan
dalam versi lain bukan angkatan kerja merupakan tenaga kerja berusia
15 tahun ke atas yang selama seminggu hanya mengurus rumah
tangga, bersekolah dan sebagainya. Serta tidak melakukan kegiatan
yang bisa dikategorikan bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari
kerja. Bukan angkatan kerja merupakan tenaga kerja yang berusia 15
tahun ke atas yang hanya bersekolah seminggu yang lalu, mengurus
rumah tangga dan tidak melakukan kegiatan yang dikategorikan
22
Indra Hidayatullah, Pemikiran Ibnu Khaldun Tentang Mekanisme Pasar dan
Penetapan Harga, Jurnal Ekonomi, Vol, 1, No. 1, Desember 2017, hlm. 102
20
bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari kerja. Ketiga golongan
dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat
menawarkan jasanya untuk bekerja.23
b. Angkatan Kerja
Angkatan kerja dapat dijelaskan dengan beberapa pengertian
yaitu angkatan kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang terdapat
dalam suatu perekonomian pada waktu tertentu. Selain itu angkatan
kerja merupakan penduduk usia kerja yang bekerja atau punya
pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan sedang mencari
pekerjaan. Mulyadi mengatakan angkatan keja merupakan bagian
tenaga kerja yang sesunggunya terlibat dan berusaha untuk terlibat
dalam kegiatan produksi barang atau jasa. Berdasarkan defenisi di atas
dapat disimpulkan angkatan kerja merupakan penduduk usia kerja,
yaitu penduduk berusia 15 tahun ke atas yang memiliki pekerjaan
maupun yang sedang mencari pekerjaan.24
Angkatan kerja merupakan tenaga kerja berusia 15 tahun
yang selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang
bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu alasan.
Angkatan kerja terdiri dari pengangguran dan penduduk usia kerja.
penduduk bekerja merupakan penduduk yang melakukan kegiatan
ekonomi dengan maksud membantu atau memperoleh keuntungan atau
23
Gatiningsih, Kependudukan dan Ketenagakerjaan, (Sumedang: Fakultas Manajemen
Pemerintahan IPDN, 2017), hlm. 3 24
Mulyadi Sabri, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 71
21
pendapatan selama paling sedikit satu jam secara tidak terputus selama
seminggu yang lalu.25
Salah satu indikator untuk melihat perkembangan
ketenagakerjaan di Indonesia adalah dengan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
menunjukan suatu ukuran proporsi penduduk usia kerja yang terlibat
secara aktif dalam pasar tenaga kerja baik yang bekerja maupun
sedang mencari pekerjaan. TPAK dapat dinyatakan untuk seluruh
tenaga kerja yang ada atau jumlah tenaga kerja menurut kelompok
umur tertentu, jenis kelamin,tingkat pendidikan maupun desa-kota.
TPAK dapat diukur dengan persentase jumlah angkatan kerja terhadap
jumlah penduduk usia kerja. TPAK dapat mengindikasikan besaran
ukuran relatif penawaran tanaga kerja yang dapat terlihat dalam
produksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Secara umum
TPAK didefenisikan sebagai ukuran yang menggambarkan jumlah
angkatan kerja untuk setiap 100 penduduk usia kerja.26
4. Tingkat Partisipasi angkatan kerja dalam perspektif Islam
Prinsip angkatan kerja dalam Islam yaitu:
a. Prinsip kemuliaan derajat manusia
Islam menetapkan apapun pekerjaan manusia dalam posisi yang
terhormat. Karena Islam sangat mencintai seorang muslim yang gigih
25
Nur Feriyanto, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Indonesia,
(Yogyakarta: UU STIM YKPM, 2014), hlm. 6 26
Kusnendi, Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Alam, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), hlm. 6-8
22
untuk kehidupannya. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-
Jumuah (62:10)
ض افال ز س ت ش ب ف ح ل الصه ت ض ذ اق ا ف الله ل ف ض ي اه ت غ ث ا
ى ح ل ف ت ن ك ه ل ع ال س ث االله ك س ك اذ
Artinya:
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.
Artinya adalah apabila shalat jumat tersebut telah selesai dikerjakan,
umat yang tadinya disuruh ke tempat shalat dan menghentikan jual beli
itu sudah dibolehkan keluar kembali. Kalau mereka tadinya berjual
beli sudah boleh disambung kembali jual beli yang tadinya dihentika
pergi ke masjid. Keberuntungan yang utama yaitu segala apa yang
diusahakan mendapat berkah dari Allah. Jika mendapat rezeki ialah
rezeki yang halal. Selain keuntungan benda yang utama sekali adalah
keuntungan karena hilangnya kekacauan pikiran yang diakibatkan
perbuatan tidak halal.27
b. Prinsip keadilan
Keadilan merupakan hal yang penting demi terciptanya penghormatan
dan hak-hak yang layak sesuai aktivitasnya. Sesuai dengan firman
Allah dalam QS. Al-Hadid (57:25)
اى ز و ال ت بة ك ال ن ع به ل ز أ بت ج بل ث ب ل س بز ل س أ ز د ق ل
ع بف ه د د سش أ ث د ف د ح بال ل ز أ ظ س ق بل ث بس ه ال م ق ل
27
Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid 9, (Depok:Gema Insani, 2015), hlm. 142
23
س ص ي ه الله ن ل ع ل بس ه ل ل ت غ بل ث ل س ز ق الله ىه ئ
ز ز ع
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia,
(supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi
Maha Perkasa.
Keadilan yang dimaksud pada ayat tersebut yaitu perintah bagi
manusia untuk berlaku adil terhadap sesama dengan menjunjung hak
dan kewajiban yang dimiliki orang lain, prinsip keadilan berkaitan
dengan keadilan yang dilakukan pengusaha yang adil dalam
memberikan kompensasi atas apa yang telah dilakukan oleh pekerja.
B. Kemiskinan
1. Defenisi Kemiskinan
Kemiskinan terjadi disebabkan karena ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat berlindung, pakaian
dan kesehatan. Kemiskinan merupakan permasalahan yang tidak saja
dialami oleh negara berkembang tetapi juga di negara maju. Menurut
Eryani Yustika pembicaraan mengenai kemiskinan biasa meliputi berbagai
aspek. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, lahan, SDM,
24
pendidikan, gizi, kesehatan, pendapatan perkapita dan minimnya
investasi.28
Menurut Siregar, seseorang dapat dikatakan mengalami
kemiskinan jika pendapatan atau akses terhadap barang dan jasa lebih
rendah dibandingkan orang lain dalam perekonomian tersebut secara
absolut, seseorang dinyatakan miskin apabila tingkat pendapatan atau
standar hidupnya secara absolut berada di bawah tingkat subsisten, ukuran
subsisten tersebut dapat dilihat dengan garis kemiskinan.29
Menurut tambunan kemiskinan merupakan ketidakmampuan
untuk memenuhi standar kebutuhan hidup minimum, yang meliputi
makanan dan non makanan, nilai standar kebutuhan minimum digunakan
sebagai garis batas kemiskinan atau garis kemiskinan, yang terdiri dari dua
komponen yaitu garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non
makanan. Menurut tambunan, kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa
mengacu pada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu pada garis
kemiskinan disebut kemiskinan relative, sedangkan konsep yang
pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut
kemiskinan absolut.30
28
Parsudi Suparkan, Kemiskinan di Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2003),
hlm. 20 29
Siregar, Perbaikan Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi: Mendorong Investasi dan
Menciptakan Lapangan Kerja, Jurnal Ekonomi Politik dan Keuangan, Vol. 2, No. 4, 2006, hlm. 45 30
Tulus Tambunan, Transformasi Ekonomi di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,
2001), hlm. 20
25
2. Teori Kemiskinan
Terdapat beberapa paradigma atau teori besar mengenai kemiskinan yaitu
paradigma neo liberal dan demokrasi sosial. Yang kemudian menjadi dasar
menganalisis kemiskinan dan program anti kemiskinan yaitu:
a. Teori neo-liberal
Neoliberalisme merupakan sebuah aliran dengan misi khusus,
yaitu mengurangi campur tangan negara dalam ekonomi untuk diganti
dengan pasar. Dalam neoliberal kebebasan individu menjadi
komponen penting dari sebuah masyarakat. Para pendukung neo-
liberal mengatakan bahwa kemiskinan merupakan persoalan individual
yang disebabkan oleh kelemahan atau pilihan yang diambil individu.
Kemiskinan akan hilang jika kekuatan pasar diperluas dan
pertumbuhan ekonomi dipacu setinggi-tingginya.31
b. Teori demokrasi sosial
Teori demokrasi sosial memandang kemiskinan bukanlah
persoalan individu, melainkan struktural. Kemiskinan disebabkan
karena ketidak adilan dan ketimpangan dalam masyarakat akibat
terhalangnya akses kelompok tertentu terhadap sumber-sumber
kemasyarakatan. Teori ini berporos pada prinsip ekonomi campuran
dan ekonomi manajemen-permintaan.32
31
Dealirnove, Ekonomi Politik, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 30 32
Thomas Gombert, Akademie Soziale Demokratie, Terj. Ivan A. Hadar, (Jakarta:
Friedrich-Ebert-Stiftung (FES), 2010), hlm. 86
26
Tabel 2.1
Perbedaan Teori Neo Liberal dan Demokrasi Sosial
Paradigma Neo Liberal Demokasi Sosial
Landasan teori Individual Struktural
Konsep dan indikator
kemiskinan
Kelemahan dan
pilihan-pilihaan
individu, lemahnya
pengaturan pendapatan,
lemahnya kepribadian
(malas, bodoh, pasrah
Ketimpangan struktur
ekonomi dan politik,
ketidak adilan sosial
Strategi
penanggulangan
kemiskinan
Penyaluran pendapatan
terhadap orang miskin
secara selektif,
memberi pelatihan
keterampilan
pengolahan keuangan
melalui inisiatif LSM
dan masyarakat
Penyaluran pendapatan
dasar secara universal,
perubahan fundamental
dalam pola-pola
pendistribusian
pendapatan melalui
intervensi negara dan
kebijakan sosial
c. Teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty)
Teori lingkaran setan kemiskinan dalam buku Mudrajat
Kuncoro merupakan ketidaksempurnaan pasar, ketertinggalan,
keterbelakangan dan kurangnya modal sehingga menyebabkan
produktivitas menjadi rendah. Rendahnya produktivitas
mengakibatkan rendahnya pendapatan yang diterima. Rendahnya
pendapatan menyebabkan rendahnya investasi dan tabungan, investasi
yang rendah berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya. Logika
berpikir yang dikemukakan Nurkse sebagai berikut:
27
Gambar 2.1
Lingkaran Setan Kemiskinan
Ketidak sempurnaan pasar,
keterbelakangan
Kekurangan modal
Investasi rendah Poduktivitas rendah
Tabungan rendah Pendapatan rendah
Berdasarkan gambar lingkaran setan pada gambar 2.1,
kemiskinan merupakan mata rantai yang saling berkaitan satu dengan
lain. Kemiskinan merupakan sebab akibat dari produktivitas yang
rendah, tabungan yang rendah, investasi yang rendah,
ketidaksempurnaan pasar dan kurang modal.33
Teori mengenai kemiskinan tidak hanya dikemukakan oleh
ekonom konvensional tetapi ada juga beberapa teori mengenai
kemiskinan yang dikemukakan oleh ekonom muslim diantaranya
sebagai berikut:
1) Al-Ghazali
Menurut Al-Ghazali kemiskinan yaitu suatu keadaan
seseorang tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi apa
yang mereka butuhkan secara mendasar. Kemiskinan dapat dibagi
33
Mudrajat Kuncoro, Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah dan Kebijakan,
(Yogyakarta: AMP YKPN, 2003), hlm. 50
28
menjadi dua bagian yaitu yang berhubungan dengan material dan
yang berhubungan dengan spiritual. Kemiskinan bukan hanya
perampasan barang dan jasa tetapi juga kurangnya ketenangan
dalam roh. Menurut Al-Ghazali konsep kesejahteraan masyarakat
tergantung pada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar
yakni agama (ad-din), hidup (nafs), keturunan (nasl), harta (mal),
dan akal (aql). Al-Ghazali juga mendefenisikan aspek ekonomi
dari fungsi kesejahteraan sosial dalam kerangka sebuah hirarki
utilitas individu dan sosial yang tripartite, yakni kebutuhan
(daruri), kesenangan (hajat), dan kemewahan (tahsinaat).34
2) Ibnu Khaldun
Dalam teori Ibnu Khaldun kemiskinan tidak hanya
disebabkan oleh faktor ekonomi saja. Berbagai faktor lain yang
dapat menjadi pengaruh terhadap kemiskinan diantaranya sumber
daya manusia, peran pemerintah, keadilan serta aspek syariah. Dari
pandangan Ibnu Khaldun keseluruhan aspek tersebut dapat menjadi
penyebab kemiskinan. Menurut teori Ibnu Khaldun semakin
berkembang negara maka akan semakin banyak modal
intelektualnya sehingga dapat memberikan pengaruh yang lebih
besar kepada perekonomian suatu negara. Peningkatan terhadap
kualitas hidup manusia sangat penting dilakukan agar dapat
34
Nurul Huda, Ekonomi Pembangunan Islam, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2015), hlm.
23
29
mengatasi permasalahan diantaranya kesenjangan dan kemiskinan
yang ada di masyarakat.35
3) Umar Chapra
Analisis Chapra mengenai kemiskinan dan kesenjangan parah yang
terjadi pada negara-negara berkembang disebabkan oleh kebijakan-
kebijakan yang diambil menurut perspektif strategi sekuler, baik
berupa kapitalisme, sosialisme atau negara kesejahteraan. Strategi-
strategi tersebut gagal mewujudkan kebahagiaan bagi penganutnya.
Karena kebahagiaan merupakan suatu refleksi dari kedamaian
pikiran. Kemudian Chapra menawarkan tiga solusi bagi
permasalahan ekonomi yang dialami negara muslim yaitu sebagai
berikut:
a. Mekanisme filter terhadap kepentingan penggunaan sumber
daya langka, sehingga tercipta efisiensi.
b. Sistem motivasi penggunaan agar sesuai dengan mekanisme
filter.
c. Rekonstruksi sosioekonomi yang akan menegakan kedua
elemen sebelumnya dan mengaktualisasikan hayatan
thayyibatan.36
35
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Terj. Masturi Irham, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
hlm.300 36
M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, Edisi Terjemahan dari Islam and The
Economic Challenge, diterjemahkan oleh, Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta: Gema Insani Press,
2000), hlm. 338
30
3. Penyebab Kemiskinan
Salah satu penyebab kemiskinan menurut Worl Bank yaitu
karena kurangnya pendapatan dan aset untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti makanan, pakaian, perumahan, kesehatan serta
pendidikan. Tidak memiliki pekerjaan (pengangguran) juga berkaitan
dengan kemiskinan. Menurut Bapedda kemiskinan dapat disebabkan
karena kelangkaan alat pemenuhan kebutuhan dasar, atau sulit aset
terhadap pendidikan dan pekerjaan.37
Kedua aspek penyebab kemiskinan menurut Kuncoro dan
Safi‟i yaitu aspek sosial dan ekonomi. Adapun penyebabnya yaitu:
1) Rendahnya akses terhadap lapangan pekerjaan. Tingkat kesempatan
kerja adalah rasio antara jumlah penduduk yang bekerja terhadap
jumlah angkatan kerja.
2) Lemahnya akses masyarakat terhadap faktor produksi, seperti
rendahnya akses modal usaha, lemahnya masyarakat mengakses
pasar, kepemilikan aset yang sedikit.
3) Rendahnya akses pendidikan sehingga menyebabkan produktifitas
rendah dan penghasilan menjadi rendah
4) Fasilitas kesehatan yang rendah, fasilitas kesehatan negara maju
jauh lebih tinggi dari pada negara berkembang.38
37
Worl Bank, Dasar-Dasar Analisis Kemiskinan, Edisi Terjemahan (Jakarta: Badan
Pusat Statistik, 2003), hlm. 3 38
Mudrajat Kuncoro, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan, (Jakarta:
YKPN, 1997), hlm. 66
31
4. Ukuran Kemiskinan
Terdapat 3 macam ukuran kemiskinan dilihat dari tingkat pendapatan
yang mampu digunakan yaitu:
1) Kemiskinan Relatif
Penduduk yang mempunyai tingkat pendapatan yang bisa
memenuhi kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti tidak
miskin, ada ahli yang berpendapat bahwa walaupun pendapatan
sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih
jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitar,
maka penduduk tersebut termasuk miskin. Berdasarkan konsep
ini,garis kemiskinan mengalami perubahan jika tingkat hidup
masyarakat berubah. Hal ini jelas mengurangi perbaikan dari
konsep kemiskinan absolut, konsep kemiskinan relative bersifat
dinamis, sehingga kemiskinan selalu ada.39
2) Kemiskinan Kultural
Kemiskinan ini diakibatkan oleh pemahaman suatu sikap, budaya
dan kebiasaan hidup seseorang yang merasa cukup dan tidak
kekurangan. Kelompok ini sangat sulit diajak berpartisipasi dalam
pembangunan dan cendrung tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupannya meskipun ada pihak luar membantu.40
39
Nur Palikhah, Konsep Kemiskinan Kultural, Jurnal Ilmu Ekonomi, Vol. 15, No. 30,
Desember 2016, hlm. 11 40
Indraddin, Strategi dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), hlm. 77
32
3) Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang berkaitan dengan
perkiraan tingkat pendapatan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan hanya
dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum
untuk hidup. Jika tidak dapat memenuhi kebutuhan minimum maka
orang tersebut dikatakan miskin. Kemiskinan diukur dengan
membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat
pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar.41
4) Kemiskinan struktural merupakan situasi yang disebabkan Karena
rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu
sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung
pembebasan kemiskinan, tetapi kerap menyebabakan suburnya
kemiskinan.42
Menurut Suryawati selain jenis kemiskinan berdasarkan bentuknya
terdapat juga jenis kemiskinan berdasarkan sifanya. Adapun jenis
kemiskinan berdasarkan sifatnya yaitu sebagai berikut:
1) Kemiskinan alamiah merupakan kemiskinan yang berbentuk
sebagai akibat adanya kelangkaan sumber daya alam dan minimnya
pra sarana umum (listrik, air dan jalan raya), dan keadaan tanah
yang kurang subur, daerah tersebut pada umumnya belum
41
Michael P. Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, (Jakarta: Erlangga, 2009),
hlm. 182 42
Indraddin, Strategi dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), hlm. 78
33
terjangkau oleh kebijakan pembangunan sehingga menjadi daerha
tertinggal.
2) Kemiskinan buatan merupakan kemiskinan yang diakibatkan oleh
sistem modernisasi atas pembangunan yang menyebabkan
masyarakat tidak memiliki banyak kesempatan untuk menguasai
sarana, sumber daya dan fasilitas ekonomi secara merata.
Kemiskinan seperti ini merupakan dampak negatif dari pelaksanaan
konsep pembangunan yang umumnya dijalankan di negara-negara
sedang berkembang. Sarana untuk mengejar target pertumbuhan
ekonomi tinggi mengakibatkan tidak meratanya pembagian hasil-
hasil pembangunan di mana sektor industry labih menikmati tingkat
keuntungan dibandingkan mereka yang bekerja di sektor pertanian.
5. Dampak Kemiskinan
Menurut Itang kemiskinan memiliki dampak bagi orang yang
menyandangnya, beberapa dampak dari kemiskinan yaitu sebagai berikut:
a. Pengangguran merupakan dampak dari kemiskinan, pendidikan dan
keterampilan merupakan hal yang sulit diraih masyarakat, ini membuat
masyarakat menjadi sulit berkembang dan sulit mencari pekerjaan
yang layak untuk memenuhi kebutuhan. Seorang pengangguran yang
tak dapat memberikan makan kepada anaknya akan menjadi dampak
yang buruk bagi masa depan sehingga akan mendapat kesulitan untuk
waktu yang lama.
34
b. Putusnya sekolah dan kesempatan pendidikan tentunya merupakan
dampak kemiskinan. Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan rakyat
miskin putus sekolah karena tidak bisa membiayai sekolah. Ini akan
menjadi penghambat rakyat miskin dalam meningkatkan keterampilan.
c. Kriminalitas merupakan dampak lain dari kemiskinan. Kesulitan
mencari pekerjaan memebuat orang lupa diri sehingga mencari jalan
cepat tanpa memperdulikan halal atau haramnya uang yang di
dapatkan tersebut.
d. Buruknya generasi penerus merupakan dampak yang berbahaya akibat
dari kemiskinan. Jika anak-anak putus sekolah dan terpaksa bekerja,
maka akan ada gangguan pada anak-anak itu sendiri. Dampak
kemiskinan pada generasi penerus merupakan dampak yang panjang
dan buruk karena seharunya anak-anak mendapat hak untuk bahagia,
pendidikan dan nutrisi yang baik. Keadaan ini akan menyebabkan
mereka terjebak dalam kesulitan hingga dewasa dan berdampak pada
generasi penerusnya.
e. Kesehatan sulit untuk didapatkan karena kurangnya pemenuhan gizi
sehari-hari akibat kemiskinan, biaya pengobatan yang mahal tidak
dapat dijangkau masyarakat miskin. Ini berakibat gizi buruk atau
banyaknya penyakit yang menyebar.43
43
Wahyuni, Penanggulangan Kemiskinan: Tinjauan Sosiologi Terhadap Dampak
Pembangunan, (Jakarta: Erlangga, 2019), hlm. 32
35
6. Kemiskinan dalam Perspektif Ekonomi Islam
Menurut Al-Ghozali kemiskinan merupakan ketidakmampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan mereka, baik itu kebutuhan
material dan kebutuhan rohani. Islam menganggap kemiskinan merupakan
suatu hal yang mampu membahayakan akhlak, keluarga dan juga
masyarakat. Dengan demikian kemiskinan mempunyai dampak buruk
terhadap masyarakat yang mengalami situasi tersebut.44
Perhatian Islam terhadap masalah kemiskinan sangat besar
sekali. Dalam Al-Quran banyak ayat yang menjelaskan masalah
kemiskinan, diantaranya QS Az-Zariyat : 19
م س ح و ال ل ئ ب لسه ل ق ح ن ال فأ ه
Artinya:
Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin yang tidak meminta
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam mewajibkan setiap muslim untuk
berpartisipasi menanggulangi kemiskinan sesuai dengan kemampuannya.
Qardawi menjelaskan Bagi yang tidak memiliki kemampuan materi
diharapkan berpartisipasi dalam bentuk memikirkan, merasakan dan
mendorong pihak lain untuk berpartisipasi aktif, seperti bekerja, jaminan
sanak famili yang berkelapangan dan zakat.45
Al-Quran memberikan
44
Nurul Huda, Ekonomi Pembangunan Islam, ( Jakarta: Pranadamedia Group, 2015),
hlm. 24 45
Ujang Syahrul M, Pengaruh Anggaran Belanja Bidang Kesejahteran Rakyat
Pendayagunaan ZIS dan PDRB Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia, Jurnal Ekonomi,
Vol.1, No. 4, 2009, hlm. 27
36
peringatan terhadap manusia yang melalaikan kemiskinan, seperti dalam
QS Al-Ma‟un: 1-7
ة الهرك ر ت أ ي﴿أ ز ﴾١ثبلد الهر دع ط ع بم٢ال تن ﴿ف ر لك ل ع حط ل ﴾
﴿٣الوسكي﴿ لي لوص لل ﴿٤﴾ف ى ب نس ت ل نع يص ﴿٥﴾الهري اؤى س ن ﴾٦﴾الهري
﴿ بعى الو و عى ٧﴾
Artinya:
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama, itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin. Maka celakah bagi orang yang shalat, (yaitu)orang-orang yang
lalai dalam shalatnya, orang-orang yang berbuat riya. Dan enggan
(menolong dengan) barang berguna”.
Ayat tersebut menegaskan bahwa seseorang yang lupa akan
agama. lalai atas kewajiban (shalat) dan tidak tolong menolong niscaya
Allah akan mencelakakannya dan mereka lah orang-orang yang
bermaksud dalam mendustakan agama, (dan tidak menganjurkan) dirinya
atau orang-orang lain (memberi makan orang miskin) ayat ini diturunkan
berkenaan dengan orang yang bersikap demikian yaitu Al-„Ash bin Wail
atau Walid bin Mughairah.
7. Hubungan Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) dengan
kemiskinan.
Masalah kemiskinan juga merupakan masalah multidimensi yang
meliputi berbagai aspek dalam lini kehidupan manusia. Hal ini terjadi
karena keterbatasan manusia dalam pemenuhan hidupnya, seperi sandang,
pangan, papan, kesehatan, pendidikan maupun pekerjaan. Kemiskinan
muncul karena adanya gap antara ketersediaan sumber daya utama dengan
37
kemampuan individu atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan
dasar.46
Usaha untuk mengentasakan kemiskinan harus memperlihatkan
akar permasalahan kemiskinan itu sendiri, salah satunya terkait
ketenagakerjaan. Salah satu permasalahan pokok yang menjadi akar
pemasalahan kemiskinan adalah rendahnya pendapatan penduduk miskin
karena tidak adanya pekerjaan ataupun memiliki pekerjaan tetapi
upah/pendapatan rendah.47
Tenaga kerja merupakan modal bagi bergeraknya roda
pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami
perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Pertumbuhan
ekonomi yang semakin membaik harus didukung dengan ketersediaan
tenaga kerja baik itu pekerja ahli maupun pekerja kasar (buruh).
Pembangunan ketenagakerjaan juga perlu ditunjang dengan peningkatan
kualitas sumber daya. Hal ini sejalan dengan peran sumber daya pemuda
sebagai tenaga pelaksanan pembangunan yang secara langsung maupun
tidak langsung turut menentukan langkah, karakteristik dan keberhasilan
pembangunan itu sendiri. Salah satu indikator yang digunakan dalam
ketenagakerjaan adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).48
46
Bayu Kharisma. Kemiskinan Dan Ketenagakerjaan Di Jawa Barat: Studi Kasus
Kabupaten Purwakarta, E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, Vol. 9, No. 1, 2020,
hlm. 3 47 Bayu Kharisma. Kemiskinan Dan Ketenagakerjaan Di Jawa Barat: Studi Kasus
Kabupaten Purwakarta, E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, Vol. 9, No. 1, 2020,
hlm. 3 48
Meyvi Rine Mirah, Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Provinsi Sulawesi Utara, Jurnal Pembanguan
Ekonomi dan Keuangan Daerah, Vol. 21, No. 1, 2020, hlm. 87
38
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan salah satu
ukuran yang sering dipakai untuk melihat fluktuasi dari partisipasi
penduduk usia kerja dala kegiatan ekonomi. TPAK di defenisikan sebagai
perbandingan antara penduduk yang terlibat dalam kegiatan ekonomi atau
disebut dengan angkatan kerja (bekerja atau mencari pekerjaan) terhadap
seluruh penduduk usia kerja.49
C. Kajian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang relevan mengenai tingkat partidipasi
angkatan kerja terhadap kemiskinan di antaranya:
Tabel 2.2
Kajian Terdahulu
Nama/Tahun Judul Hasil Penelitian
Winsy Sari,
(2019)50
Pengaruh tingkat
upah, pertumbuhan
ekonomi terhadap
tingkat partisipasi
angkatan kerja di
Provinsi Riau
Hasil uji f menunjukan upah
minimum dan PDRB berpengaruh
signifikan terhadap Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).
Hasil perhitungan regresi
menunjukan tingkat upah
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap TPAK, sedangkan PDRB
berpengaruh positif dan signifikan.
Armidi, Erfit,
Yulmardi
(2019)51
Pengaruh tingkat
partisipasi angkatan
kerja dan indeks
harga konsumen
terhadap upah
minimum Provinsi
Jambi
Tingkat partisipasi angkatan kerja
dan indeks harga konsumen
berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap upah minimum. Secara
parsial tingkat partisipasi tenaga kerja
tidak berpengaruh signifikan terhadap
upah minimum, sedangkan indeks
49
Meyvi Rine Mirah, Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Provinsi Sulawesi Utara, Jurnal Pembanguan
Ekonomi dan Keuangan Daerah, Vol. 21, No. 1, 2020, hlm. 87 50
Winsy Sari, Pengaruh Tingkat Upah, Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja di Provinsi Riau, Vol. 2, No. 1, hlm. 15 51
Armidi, Erfit, Yulmardi, Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Indeks
Harga Konsumen Terhadap Upah Minimum Provinsi Jambi, Jurnal Ekonomi Sumberdaya dan
Lilngkungan, April 2018, Vol. 7, No. 1, hlm. 40
39
harga konsumen berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap upah
minimum.
Slamet
Rahmadi,
Parmadi
(2019)52
Pengaruh
ketimpangan
pendapatan dan
kemiskinan terhadap
pertumbuhan
ekonomi antar pulau
di Indonesia
Ketimpangan pendapatan dan
kemiskinan berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi
(PDRB) di Pulau Sumatera, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Koefisien regresi ketimpangan
pendapatan dan kemiskinan terbesar
dan terkecil dalam mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi terdapat di
Pulau Sulawesi dan Sumatera.
Anwar
Rasyadi
(2019)53
Pengaruh Produk
Domestik Bruto
(PDB) dan tingkat
partisipasi angkatan
kerja (TPAK)
terhadap kemiskinan
di Indonesia
PDB berpengaruh signifikan dan
bersifat negatif dengan jumlah
penduduk miskin. TPAK tidak
bepengaruh signifikan terhadap
jumlah penduduk miskin. Krisis
ekonomi berpengaruh signifikan dan
positif terhadap jumlah penduduk
miskin.
Diyah Ayu
Lestari
(2020)54
Analisis pengaruh
ZIS, kemiskinan dan
inflasi terhadap
pertumbuhan
ekonomi dengan
indeks pembangunan
manusia sebagai
variabel Intervening
di Indonesia periode
2015-2019
ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah)
berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi periode 2015-
2019, kemiskinan dan inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi periode 2015-
2019.
Amirudin
(2019)55
Analisis pengaruh
Indeks Pembangunan
indeks pembangunan manusia (IPM)
dan tingkat pengangguran secara
52
Selamet Rahmadi, Parmadi, Pengaruh Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Antar Pulau di Indonesia, Jurnal Paradigma Ekonomika, Vol. 14, No. 2, Juni 2019, hlm. 65
53 Anwar Rasyadi, Skripsi: Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) dan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Terhadap Kemiskinan di Indonesia, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2019), hlm. 78
54 Diyah Ayu Lestari, Skripsi: Analisis Pengaruh ZIS Kemiskinan dan Inflasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Dengan Indeks Pembangunan Manusia Sebagai Variabel Intervening di
Indonesia Periode 2015-2019, (Salatiga: IAIN Salatiga, 2020), hlm. 96 55
Amirudin, Skripsi: Analisi pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Tingkat
Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 2014-2017 (studi kasus: 34 provinsi),
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2019), hlm. 71
40
Manusia (IPM) dan
tingkat pengangguran
terhadap kemiskinan
di Indonesia tahun
2014-2017 (studi
kasus: 34 provinsi)
bersama-sama memiliki pengaruh
signifikan terhadap kemiskinan 34
provinsi di indonesia pada tahun
2014-2017
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel dengan menggunakan
gabungan data time series dan cross section, Penyediaan data lebih kompleks
sehingga derajat kebebasan lebih dominan. Data panel dapat memberikan
informasi yang lebih banyak dan bisa melihat dampak ekonomis yang melekat
dari setiap individu dari berbagai periode. Serta mampu mengatasi masalah
terutama ketika penghilangan variabel. Kemudian perbedaan lain yaitu objek
penelitian dan waktu pengamatan, penelitian ini menggunakan data TPAK dan
kemiskinan provinsi Sumatera Barat pada periode waktu 2017-2020.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu bahwa kemiskinan
dipengaruhi oleh variabel tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).
Kemudian variabel bebas tersebut dan varibael terikat yaitu kemiskinan diukur
menggunakan alat analisis regresi untuk mendapatkan tingkat signifikansinya.
Dari hasil regresi tersebut diharapkan tingkat signifikansi variabel bebas dapat
mempengaruhi kemiskinan. Semakin banyak tingkat partisipasi angkatan kerja
atau masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi.
Meningkatnya TPAK suatu daerah menyebabkan meningkat pula pendapatan
perkapita yang mempengaruhi berkurangnya kemiskinan. Dari pembahasan
tersebut berikut adalah kerangka penelitian dari penelitian yang dilakukan.
41
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
E. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat dilihat hipotesis penelitian
sebagai berikut:
H0 : diduga tidak ada pengaruh signifikan antara Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (X) terhadap kemiskinan (Y) di Provinsi Sumatera Barat Periode
2017-2020
H1 : diduga terdapat pengaruh signifikan antara Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (X) terhadap kemiskinan (Y) di Provinsi Sumatera Barat Periode
2017-2020
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
(X)
Kemiskinan
(Y)
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dalam bentuk data panel (time series dan cross section ) tahunan mulai dari
tahun 2017-2020 yang bersifat data kuantitatif. Jenis penelitian ini
menggunakan jenis penelitian asosiatif dengan bentuk hubungan kausal.
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Dalam
hubungan kausal terdapat hubungan memengaruhi dan dipengaruhi oleh
variabel-variabel yang diteliti. Dengan penelitian ini maka akan dapat
dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramal dan
mengontrol suatu gejala.56
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang tidak melibatkan
responden secara langsung. Data diambil dilaman Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatera Barat. Waktu penelitian dilakukan pada 27 Februari 2021
sampai Oktober 2021.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dengan tipe data panel. Data panel merupakan gabungan data time series dan
cross section. Penelitian ini menggunakan data time series selama 4 tahun (t =
4) yakni dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2020, sedangkan data cross
56
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Perbandingan Perhitungan
Manual dan SPSS, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 7
43
section dalam penelitian ini adalah 19 daerah (n = 19), sehingga total data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 19 x 4 = 76 data.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat
Statistik Sumatera Barat. Adapun data yang digunakan adalah Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan jumlah penduduk miskin tahun
2017-2020.
D. Variabel Penelitian
Secara umum variabel merupakan objek yang akan dijadikan
penelitian baik yang berbentuk abstrak maupun real. Variabel penelitian
mencerminkan karakteristik populasi yang ingin ditelaah.57 Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen (terikat) dan
variabel independen (bebas).
1) Variabel Bebas (variabel independen ) (X)
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen (terikat),
dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) Provinsi Sumatera Barat periode 2017-2020. data di ambil
melalui BPS Provinsi Sumatera Barat.
2) Variabel Terikat (variabel dependen) (Y)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini
variabel terikatnya yaitu tingkat kemiskinan, data yang digunakan yaitu
57
Ismail Nurdin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Media Sahabat Cendekia,
2019), hlm.110.
44
data penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat tahun 2017-2020, data
di ambil melalui BPS Provinsi Sumatera Barat.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pengumpulan data primer
dan data sekunder. Untuk mengumpulkan data dan informasi dalam penelitian
ini menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar
atau karya-karya monumental dari seseorang. Metode ini dilakukan dengan
mengambil dokumentasi atau data yang mendukung penelitian, seperti
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Kemiskinan Provinsi
Sumatera Barat.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel. Data panel
merupakan gabungan data time series dan cross section. Penelitian ini
dilakukan dengan metode statistik yang dibantu program Eviews 9. Maka
pada penelitian ini, analisis regresi dilakukan dengan metode analisis regresi
data panel dengan model persamaannya sebagai berikut:
Yit = α + Xitβ + Ɛit
Keterangan :
Yit = Kemiskinan ke-i tahun ke-t
α = Konstanta
Xit = Tingkat partisipasi Angkatan kerja ke-i tahun ke-t
β = Koefisien regresi
45
Ɛ = Tingkat kesalahan
Berikut merupakan beberapa teknik untuk mengestimasi parameter model
dengan data panel, yaitu:58
1. Metode Cummon Effect
Pendekatan ini merupakan model data panel yang paling sederhana, karena
hanya mengombinasikan data time series dan cross section. Model ini
tidak memperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga
mengasumsikan bahwa perilaku data perusahaan sama dalam berbagai
kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan Ordinary Least Square (OLS)
atau teknik kuadrat terkecil.
2. Metode Fixed Effect
Model ini mengasumsikan perbedaan antara individu dapat diakomodasi
dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel fixed effect
menggunakan teknik variabel dummy untuk menangkap perbedaan
intersep antar perusahaan. Slopenya sama antar perusahaan.
3. Metode Random Effect
Model ini mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin
saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model random
effect perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms masing-masing
perusahaan. Dengan model ini dapat menghilangkan heterokedastisitas.
58
Hasbi yasin, Spatial Data Panel, (Ponorogo: Wade Group, 2017),hlm. 15
46
G. Pengujian Model
1. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi, perlu dilakukan asumsi klasik, hal ini
dilakukan supaya data sampel yang diolah dapat mewakili populasi secara
keseluruhan.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data adalah uji untuk mengukur apakah data
yang didapatkan memiliki distribusi normal atau tidak normal,
sehingga pemilihan statistik dapat dilakukan dengan tepat. Kaidah
yang digunakan dalam metode ini yaitu dengan melihat skor sig
(Asymtotic Significant), yaitu jika angka sig > 0,05 maka data
terdistribusi normal, jika angka sig < 0,05 maka data terdistribusi tidak
normal.59
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk melihat apakah terdapat
ketidaksamaan varians dari satu residual pengamatan ke pengamatan
yang lain. Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi
heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke dalam
bentuk logaritma, yang dapat dilakukan jika semua data bernilai
positif. Model regresi yang baik seharunya tidak terjadi
59
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013), hlm. 139-140
47
heteroskedastisitas. Dasar pengambilan heteroskedastisitas yaitu: Jika
nilai signifikan > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas Jika nilai
signifikan < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas.60
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika d
(durbin watson) lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka
hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi. Jika d (durbin
watson) terletak antara dU dan (4-dU) maka hipotesis nol diterima,
yang berarti tidak ada autokorelasi. Jika d (durbin watson) terletak
antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak
menghasilkan kesimpulan yang pasti. Model regresi yang baik yaitu
bebas dari gejala autokorelasi.61
2. Uji Kesesuaian model
Metode yang ditawarkan oleh regresi data panel dapat dipilih dengan
beberapa uji untuk menentukan manakah antara model PLS, FEM atau
REM yang paling tepat. Uji yang digunakan antara lain:62
60
Nikolaus Duli, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta: Deepublish, 2019),
hlm. 114 61
Firdaus, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Riau: Dotplus Publisher, 2012), hlm. 34 62
Ansofino, Buku Ajar Ekonometrika, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2016), hlm. 153
48
a. Uji Chow
Uji chow digunakan untuk menentukan model yang paling baik antara
Commont atau Pooled dan Fixed Effect yang akan digunakan dalam
mengestimasi data panel. Uji Chow memiliki hipotesis yaitu:
H0 : model mengikuti Common atau Pooled
H1 : model mengikuti Fixed Effect
Penentuan model yang baik mengikuti Chi-Square atau F-tast dengan
melihat apakah probabilitasnya (p-value) lebih besar atau lebih kecil
dari alpha. Jika p-value > α (0,05), maka H0 diterima sehingga model
mengikuti Common atau Pooled. Apabila nilai p-value < α (0,05),
maka H0 ditolak sehingga model mengikuti Fixed Effect.
b. Uji Hausman
Uji Hausman merupakan uji statistik yang digunakan untuk memilih
apakah model Fixed Effect atau Random Efffect yang paling tepat
digunakan. Adapun hipotesis pengujian Hausman sebagai berikut:
H0 : model mengikuti Random Effect
H1 : model mengikuti Fixed Effect
Penentuan model yang baik mengikuti Chi-Square dengan melihat
apakah probabilitasnya (p-value) lebih besar atau lebih kecil dari
alpha. Jika p-value > α (0,05), maka H0 diterima sehingga model
mengikuti Random Effect. Apabila nilai p-value < α (0,05), maka H0
ditolak sehingga model mengikuti Fixed Effect.
49
c. Uji Langrage Multiplie (LM)
Apabila dari uji Chow dan uji Hausman menunjukan bahwa model
PLS dan REM yang terpilih, maka perlu dilakukan uji Langrage
Multiplie untuk mengetahui apakah model Random Effect atau
common effect yang terpilih. Adapun hipotesis dari pengujian uji LM
yaitu:
H0 : model mengikuti Common Effect
H1 : model mengikuti Random Effect
Penentuan model yang baik mengikuti Probabilitas Breush-Pagan
dengan melihat apakah probabilitasnya (p-value) lebih besar atau lebih
kecil dari alpha. Jika p-value > α (0,05), maka H0 diterima sehingga
model mengikuti Common Effect. Apabila nilai p-value < α (0,05),
maka H0 ditolak sehingga model mengikuti Random Effect.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji signifikan Simultan (Uji Statistik F)
Uji Statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel yang ada di dalam model regresi secara bersama terhadap
variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan syarat, jika F hitung < F
tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara bersama-sama
variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan menerima H1, artinya
secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen. Pengujian juga dapat dilakukan melalui
50
pengamatan signifikansi F pada tingkat α yang digunakan.Dasar
pengambilan keputusan yaitu, jika signifikansi < 0,05 maka H0
ditolak, jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.63
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel independen yang
diformulasikan dalam model. Jika signifikansi < 0,05 maka pengaruh
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen, jika signifikansi t > 0,05 makavariabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.64
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) mengukur sebarapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu
bermaksud variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel
dependen. Jika R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas65
63
Ali Baroroh, Trik-Trik Analisis Statistik, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2008),
hlm. 30 64
Chandrarin, Metode Riset Akuntansi Pendekatan Kuantitatif, (Yogyakarta: Salemba
Empat, 2017), hlm. 35 65
Suryani, Hendri, Metode Riset Kuantitatif, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm.
97
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Barat
Secara astronomis Sumatera Barat terletak antara 0 54' Lintang Utara
dan 3 30' Lintang Selatan dan antara 98 36'-101 53' Bujur Timur dan dilalui oleh
garis ekuator atau garis khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 0 .
Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi Sumatera Barat memiliki batas-
batas sebagai berikut:
Utara : Provinsi Sumatera Utara dan Riau
Selatan : Samudera Hindia
Barat : Samudera Hindia
Timur : Provinsi Jambi dan Bengkulu
Gambar 4.1
Peta Wilayah Provinsi Sumatera Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Barat
52
Sumatera Barat terdiri dari 19 kabupaten/kota yaitu kabupaten (
Kepulauan mentawai, Pesisir Selatan, Solok, Sijunjung, Padang Pariaman,
Tanah Datar, Agam, Lima Puluh Kota, Pasaman, Solok Selatan, Dharmasraya,
dan Pasaman Barat) sedangkan kota (Padang, Solok, Sawah Lunto, Padang
Panjang, Bukittinggi, Payakumbuh, Pariaman). Pada tahun 2020 Sumatera
Barat mempunyai 19 daerah Kabupaten/Kota yang terdiri dari 179 kecamatan,
803 Nagari, 230 kelurahan dan 126 desa. Seluruh wilayah administrasi nagari
berada pada wilayah kabupaten kecuali untuk kabupaten Kepulauan Mentawai
yang memiliki wilayah administrasi terendah berupa desa, sedangkan wilayah
administrasi terendah di daerah kota adalah desa/kelurahan.66
Provinsi Sumatera Barat mempunyai luas wilayah sekitar 42,01 ribu
Km². Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki wilayah terluas yaitu 6,01
ribu Km² atau sekitar 14,31% dari luas Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan
kota Padang Panjang memiliki luas daerah terkecil yakni 23,0 Km² atau sekita
0,05%. Wilayah administrasi Provinsi Sumatera Barat sama seperti provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia yang memiliki struktur pemerintahan yang
dimulai dari Gubernur hingga desa. Desa di Sumatera Barat disebut dengan
istilah Nagari. Nagari merupakan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat yang dihormati
dan diakui dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.67
66
BPS, Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2021, (Sumatera Barat: BPS Provinsi
Sumatera Barat, 2021), hlm. 58 67
BPS, Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2021, (Sumatera Barat: BPS Provinsi
Sumatera Barat, 2021), hlm. 64-65
53
Jumlah penduduk Sumatera Barat pada tahun 2020 sebanyak
5.534.472 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun 1,29% selama
periode 2010-2020. Kepadatan penduduk per km² di Provinsi Sumatera Barat
pada tahun 2020 sebesar 131,73 km². ini berarti setiap 1 km² wilayah
Sumatera Barat terdapat sekitar 131 hingga 132 penduduk. Persentase
penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebesar 67,98%. Sedangkan persentase
penduduk lansia (60 tahun ke atas) sebesar 10,46%. Penduduk Sumatera Barat
tahun 2020 hasil sensus penduduk sebanyak 5,53 juta jiwa yang terdiri dari
2,79 juta laki-laki dan 2,75 juta perempuan dengan rasio jenis kelamin 101.
Jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sekitar
687,56 ribu jiwa.68
Tingkat kepadatan penduduk Sumatera Barat tahun 2020 sebesar 132
orang per km². kepadatan penduduk tertinggi di kota Bukittinggi mencapai
4.795 orang per km², sedangkan yang paling rendah berada di Kepulauan
Mentawai yaitu sekitar 15 orang per km². Menurut lapangan pekerjaan utama
jumlah pekerja yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan
masih dominan yaitu sebanyak 935,13 ribu orang. Sektor kedua terbanyak
adalah sektor perdagangan besar dan eceran , reparasi mobil dan sepeda motor
sebanyak 493,16 ribu orang.69
68
BPS, Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2021, (Sumatera Barat: BPS Provinsi
Sumatera Barat, 2021), hlm. 125 69
BPS, Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2021, (Sumatera Barat: BPS Provinsi
Sumatera Barat, 2021), hlm. 133
54
B. Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap kemiskinan
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Provinsi Sumatera Barat
Persentase tingkat partisipasi angkatan kerja Provinsi Sumatera
Barat pada masing-masing Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut.
Tabel 4.1
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Provinsi Sumatera Barat Periode 2017-2020
(persentase)
No Kabupaten/Kota Tahun
2017 2018 2019 2020
1 Kep. Mentawai 77,95 75,00 83,10 81,65
2 Pesisir Selatan 64,03 66,63 68,82 65,00
3 Solok 67,50 68,35 70,83 74,64
4 Sijunjung 68,21 68,43 70,17 70,70
5 Tanah Datar 66,51 69,03 69,25 69,42
6 Padang Pariaman 64,12 65,56 63,23 67,18
7 Agam 66,07 68,56 69,59 70,29
8 Lima Puluh Kota 72,63 73,10 73,28 72,71
9 Pasaman 70,63 67,20 70,91 72,97
10 Solok Selatan 69,19 74,89 72,56 72,67
11 Dharmasraya 64,53 68,56 70,49 72,72
12 Pasaman Barat 68,63 66,96 65,76 67,47
13 Padang 61,15 62,78 61,98 64,31
14 Solok 66,29 64,76 62,51 66,77
15 Sawahlunto 70,44 72,88 69,83 70,57
16 Padang Panjang 64,17 66,17 69,05 69,81
17 Bukittinggi 65,23 69,15 65,55 69,84
18 Payakumbuh 71,42 70,81 68,76 68,68
19 Pariaman 65,20 67,00 69,36 64,16
Sumatera Barat 67,29 67,56 67,88 69,01
Kenaikan - 0,27 0,32 1,13
Sumber: BPS Sumatera Barat 2017-2020
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Barat dari tahun 2017-2020 mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Namun terdapat beberapa Kabupaten/Kota yang
55
TPAK berada di bawah rata-rata TPAK provinsi. Pada tahun 2017 terdapat
10 Kabupaten/Kota yang berada di bawah rata-rata TPAK provinsi
diantaranya Pesisir Selatan, Tanah Datar, Padang Pariaman, Agam,
Dharmasraya, Padang, Solok, Padang Panjang, Bukittinggi dan Pariaman.
Pada tahun 2018 terdapat 8 kabupaten yang TPAKnya berada di bawah
TPAK Provinsi. Daerah tersebut yaitu Pesisir Selatan, Padang Pariaman,
Pasaman, Pasaman Barat, Padang, Solok, Padang Panjang dan Pariaman.
Pada tahun 2019 terdapat 5 Kabupaten/Kota yang TPAK berada
di bawah rata-rata provinsi yaitu Padang Pariaman, Pasaman Barat,
Padang, Solok dan Bukittinggi. Kemudian pada tahun 2020 terdapat 7
Kabupaten/Kota yang berada di bawah TPAK Provinsi yaitu, Pesisir
Selatan, Padang Pariaman, Pasaman Barat, Padang, Solok, Payakumbuh
dan Pariaman.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Di Provinsi Sumatera Barat
periode 2017-2020 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jumlah angkatan
kerja di tahun 2020 masih di dominasi oleh laki-laki yang mencapai 1,63
juta orang dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar
82,08 persen dan angkatan kerja perempuan sebesar 1,14 juta orang
dengan TPAK 56,24 persen.70
70
BPS, Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka 2021, (Sumatera Barat: BPS Provinsi
Sumatera Barat, 2021), hlm. 133-134
56
2. Kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat
Persentase penduduk miskin berdasarkan Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Persentase Penduduk Miskin
Provinsi Sumatera Barat Periode 2017-2020
No Kabupaten/Kota Tahun
2017 2018 2019 2020
1 Kep. Mentawai 14,67 14,44 14,43 14,35
2 Pesisir Selatan 7,79 7,59 7,88 7,61
3 Solok 9,06 8,88 7,98 7,81
4 Sijunjung 7,35 7,11 7,04 6,78
5 Tanah Datar 5,56 5,32 4,66 4,40
6 Padang Pariaman 8,46 8,04 7,10 6,95
7 Agam 7,59 6,76 6,75 6,75
8 Lima Puluh Kota 7,15 6,99 6,97 6,86
9 Pasaman 7,41 7,31 7,21 7,16
10 Solok Selatan 7,21 7,07 7,33 7,15
11 Dharmasraya 6,68 6,42 6,29 6,23
12 Pasaman Barat 7,26 7,34 7,14 7,04
13 Padang 4,74 4,70 4,48 4,40
14 Solok 3,66 3,30 3,24 2,77
15 Sawahlunto 2,01 2,39 2,17 2,16
16 Padang Panjang 6,17 5,88 5,60 5,24
17 Bukittinggi 5,35 4,92 4,60 4,54
18 Payakumbuh 5,88 5,77 5,68 5,65
19 Pariaman 5,20 5,03 4,76 4,10
Sumatera Barat 6,97 6,87 6,42 6,28
Penurunan - 0,1 0,45 0,14
Sumber: BPS Sumatera Barat 2017-2020
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa penurunan persentase
penduduk miskin yang berada di Provinsi Sumatera Barat mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2018 penurunan kemiskinan Sumatera Barat 0,1 dari
tahun sebelumnya dan terdapat 1 Kabupaten/Kota yang mengalami
kenaikan penduduk miskin dari pada tahun sebelumnya yaitu Sawah
57
Lunto. Pada Tahun 2019 penurunan kemiskinan Sumatera Barat naik
menjadi 0,45 dan Kabupaten/Kota yang mengalami kenaikan kemiskinan
naik menjadi 2 wilayah yaitu pesisir selatan dan solok selatan. Kemudian
pada tahun 2020 penurunan kemiskinan turun menjadi 0,14.
Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu ada disetiap
negara, baik dalam bentuk kemiskinan yang sifatnya absolut maupun
kemiskinan relatif. Masalah kemiskinan ini harus diupayakan
penyelesaiannya, sebab jika tidak mampu diselesaikan maka akan menjadi
permasalahan yang dapat mengganggu aktivitas perekonomian. Al-
Qardhawi menjelaskan bahwa pandangan Islam tidak dapat dibenarkan
seseorang yang hidup di tengah masyarakat Islam, sekalipun di Ahl al-
Dzimma (warga negara non-muslim) menderita lapar, tidak berpakaian ,
menggelandang (tidak bertempat tinggal) dan ajaran Islam menyatakan
perang terhadap kemiskinan dan berusaha keras untuk membendungnya
serta mengawasi kemungkinan yang dapat menimbulkannya. Hal itu
dilakukan dalam rangka menyelamatkan akidah, akhlak dan perbuatan,
memelihara kehidupan rumah tangga , melindungi kestabilan serta
ketentraman masyarakat, di samping menwujudkan jiwa persaudaraan
antara sesama anggota masyarakat.71
71
Naerul Edwin Kiky Aprianto, Kemiskinan Dalam Perspektif Ekonomi Politik islam,
Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 8, no.2, 2017, hlm. 170-171
58
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji normalitas
Dasar dalam menentukan normal atau tidak normalnya data dilihat dari
nilai probabilitasnya. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka data
terdistribusi normal. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka data tidak
terdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilihat pada grafik 4.1
sebagai berikut:
Gambar 4.2
Uji Normalitas
Berdasarkan gambar 4.2 di atas dapat dilihat bahwa nilai dari
probabilitas pada penelitian ini sebesar 0,540771 > 0,05 maka data
dalam penelitian ini terdistribusi normal.
b. Uji Heterokedastisitas
Pada uji heterokedastisitas jika nilai probabilitas < 0,05 maka data
terjangkit masalah heterokedatisitas, namun jika nilai probabilitas >
59
0,05 maka data terbebas dari masalah heterokedastisitas. Uji
heterokedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.620934 Prob. F(2,73) 0.5403
Obs*R-squared 1.271277 Prob. Chi-Square(2) 0.5296
Scaled explained SS 2.731003 Prob. Chi-Square(2) 0.2553
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas Chi-Square yang
Obs*R-Squared sebesar 0.5296 > 0.05 maka dalam penelitian ini tidak
terjadi masalah heterokedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan hubungan anggota seri dari observasi yang
diurutkan berdasarkan time series atau cross section. Salah satu uji
yang dapat digunkan yaitu uji Breus Godfrey atau biasa diebut dengan
Langrage Multiplier, jika nilai Prob < 0,05 maka terjadi autokorelasi,
jika Prob > 0,05 maka terbebas dari autokorelasi. Regresi yang baik
adalah regresi yang tidak terjadi autokorelasi.
Tabel 4.4
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.194085 Prob. F(2,71) 0.8240
Obs*R-squared 0.407810 Prob. Chi-Square(2) 0.8155
60
Berdasarakan tabel 4.4 dapat dilihat nilai Prob. Chi-Square pada
Obs*R-Square sebesar 0,8155 > 0,05 maka dalam penelitian ini tidak
terjadi masalah autokorelasi.
4. Uji Kesesuaian model
Regresi data panel bisa dilakukan dengan tiga model diantaranya Common
Effect Model, Fixed Effect Model,dan Random Effect model. Oleh karena
itu hal awal yang harus dilakukan yaitu memilih model yang tepat dari
ketika model tersebut. Berikut hasil dari Common Effect Model, Fixed
Effect Model,dan Random Effect model.
Tabel 4.5
Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model
Dependent Variable: KEMISKINAN
Method: Panel Least Squares
Date: 08/26/21 Time: 18:50
Sample: 2017 2020
Periods included: 4
Cross-sections included: 19
Total panel (balanced) observations: 76 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -16.50338 4.145165 -3.981356 0.0002
TPAK 0.333818 0.060061 5.558002 0.0000 R-squared 0.294508 Mean dependent var 6.496316
Adjusted R-squared 0.284975 S.D. dependent var 2.490101
S.E. of regression 2.105609 Akaike info criterion 4.353050
Sum squared resid 328.0855 Schwarz criterion 4.414385
Log likelihood -163.4159 Hannan-Quinn criter. 4.377562
F-statistic 30.89139 Durbin-Watson stat 0.223181
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data Olahan Eviews 9
61
Tabel 4.6
Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect model
Dependent Variable: KEMISKINAN
Method: Panel Least Squares
Date: 09/23/21 Time: 10:28
Sample: 2017 2020
Periods included: 4
Cross-sections included: 19
Total panel (balanced) observations: 76 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.91471 1.357187 8.042160 0.0000
TPAK -0.064129 0.019691 -3.256770 0.0019 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.987439 Mean dependent var 6.496316
Adjusted R-squared 0.983177 S.D. dependent var 2.490101
S.E. of regression 0.322975 Akaike info criterion 0.798448
Sum squared resid 5.841504 Schwarz criterion 1.411799
Log likelihood -10.34102 Hannan-Quinn criter. 1.043572
F-statistic 231.6942 Durbin-Watson stat 1.481563
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data Olahan Eviews 9
Tabel 4.7
Hasil Regresi Data Panel Random Effect model
Dependent Variable: KEMISKINAN
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/26/21 Time: 18:53
Sample: 2017 2020
Periods included: 4
Cross-sections included: 19
Total panel (balanced) observations: 76
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.10413 1.416078 7.135293 0.0000
TPAK -0.052364 0.019462 -2.690545 0.0088 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 1.977546 0.9740
Idiosyncratic random 0.322975 0.0260 Weighted Statistics R-squared 0.075645 Mean dependent var 0.528732
62
Adjusted R-squared 0.063154 S.D. dependent var 0.364828
S.E. of regression 0.353120 Sum squared resid 9.227330
F-statistic 6.055818 Durbin-Watson stat 0.876992
Prob(F-statistic) 0.016193 Unweighted Statistics R-squared -0.099642 Mean dependent var 6.496316
Sum squared resid 511.3833 Durbin-Watson stat 0.015824
Sumber: Data Olahan Eviews 9
5. Estimasi Model Panel
Penentuan model analisis dalam data panel menggunakan 3 metode
pendekatan yaitu Common Effect Model, Fixed Effect Model dan Random
Effect Model dengan pengujian sebagai berikut:
a) Uji Chow
Pengujian ini digunakan untuk menentukan model CEM atau model
FEM yang paling sesuai dalam penelitian ini. Hasil uji Chow dapat
dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: MODEL_FEM
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 171.623082 (18,56) 0.0000
Cross-section Chi-square 306.149735 18 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data Eviews 9
Dari hasil pengujian pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas 0.000 < 0.05 sehingga H0 ditolak dan menerima H1, sehingga
model yang digunakan adalah Fixed Effect model. Karena yang terpilih
adalah Fixed Effect model maka dilanjutkan dengan uji Hausman.
63
b) Uji Hausman
Uji hausman digunakan untuk melihat metode mana yang tepat
digunakan. Jika nilai probabilitas jika > 0,05 maka mengikuti Random
Effect Model, Jika nilai probabilitas Chi-Square < 0,05 maka
mengikuti Fixed Effect Model. Hasil uji hausman dapat dilihat pada
tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9 Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: MODEL_REM
Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 15.458466 1 0.0001
Sumber: Hasil Pengolahan Data Eviews 9
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas 0,0001 < 0,05
sehingga model yang paling tepat digunakan adalah Fixed Effect
model. Karena pada penelitian ini saat uji chow dan uji hausman sama-
sama mendapatkan Fixed Effect model sebagai model yang terbaik.
Maka tidak perlu lagi melakukan uji Langrage Multiplier.
6. Pengujian model
a. Analisis Regresi data panel
Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat dapat dilakukan dengan data panel. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat pengaruh variabel tingkat partisipasi
angkatan kerja terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat. Hasil
64
pengolahan data dengan model terpilih dalam penelitian ini sebagai
berikut.
Tabel 4.10
Hasil Regresi dari FEM
Dependent Variable: KEMISKINAN
Method: Panel Least Squares
Date: 08/26/21 Time: 18:52
Sample: 2017 2020
Periods included: 4
Cross-sections included: 19
Total panel (balanced) observations: 76 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.91471 1.357187 8.042160 0.0000
TPAK -0.064129 0.019691 -3.256770 0.0019 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.987439 Mean dependent var 6.496316
Adjusted R-squared 0.983177 S.D. dependent var 2.490101
S.E. of regression 0.322975 Akaike info criterion 0.798448
Sum squared resid 5.841504 Schwarz criterion 1.411799
Log likelihood -10.34102 Hannan-Quinn criter. 1.043572
F-statistic 231.6942 Durbin-Watson stat 1.481563
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Hasil Pengolahan Data Eviews 9
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa variabel terikat
sebelum dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu sebesar 10.91471
persen dengan melihat hasil probabbilitas dengan α = 5%. Dapat
diketahui bahwa variabel bebas mengalami pengaruh yang signifikan
terhadap kemiskinan Karena nilai nilai probabilitas 0.0019 < 0.05.
Dari hasil regresi pada tabel 4.10 dapat ditulis persamaan
sebagai berikut:
Y = 10.91471 - 0.064129 + e
65
1) Ketika b0 = 10.91471, apabila x = 0 atau tidak ada perubahan maka
Y meningkat sebesar 10.91471.
2) Ketika bx = (-0.064129), apabila terjadi kenaiakan variabel x
sebesar 1% maka variabel kemiskinan akan mengalami penurunan
sebesar 0.064129 dengan asumsi bahwa variabel lain bersifat
konstan.
a. Uji Signifikansi Simultan
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai Prob (F-statistic)
sebesar 0,00 < 0,05 sehingga variabel tingkat partisipasi angkatan kerja
berpengaruh terhadap kemiskinan.
b. Uji Parsial atau Uji t
Berdasasrkan tabel 4.10 diketahui bahwa nilai Prob. Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja sebesar 0,0019 < 0,05 sehingga menerima
H1 yaitu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja berpengaruh terhadap
kemiskinan.
c. Uji koefisien determinasi (R-Squared)
Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa Nilai Adjusted R-Square sebesar
0,98 (98%) mengandung arti bahwa variasi kemiskinan dapat
dijelaskan oleh tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 98%.
Sedangkan sisanya 2% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Maka R-Square dalam penelitian ini sudah termasuk baik karena diatas
50% dan dapat dikatakan sudah memiliki hubungan antar variabel
yang kuat.
66
d. Analisis Temuan Pengaruh Tingkat partisipasi Angkatan Kerja Terhadap
Kemiskinan Di Provinsi Sumatera Barat Periode 2017-2020
Untuk menjawab hipotesis penelitian, maka analisis hubungan
tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap kemiskinan di Provinsi
Sumatera Barat periode 2017-2020 dilakukan dengan regresi data panel
yang dilakukan dengan tiga metode estimasi model, yaitu pooled least
squared (PLS), Fixed Effect Model dan Random Effect Model.
Setelah mendapatkan hasil estimasi dari tiga model tersebut yang
terdiri dari PLS, Fixed Effect Model dan Random Effect Model, kemudian
untuk menentukan model yang akan dipilih dilakukan beberapa uji.
Beberapa uji yang dilakukan terdiri dari uji Chow, uji Hausman dan uji
Langrange Multiplier. Hasil uji chow menunjukan probabilitas 0,000 <
0,05 sehingga menerima Fixed Effect Model. Kemudian dilanjutkan
dengan uji Hausman dimana didapatkan nilai probabilitas 0,0001 < 0,05
sehingga model yang paling tepat digunakan adalah Fixed Effect model.
Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang signifikan antara
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap kemiskinan. Secara
keseluruhan hasil regresi panel dengan Fixed Effect Model cukup bagus
dan memenuhi kriteria secara statistik dengan probabilitas 0,0019 dan R-
Squared 0.987439 yang artinya 98% kemiskinan dipengaruhi oleh Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja sedangkan 2% dipengaruhi oleh variabel lain.
analisis regresi dalam penelitian ini diperoleh persamaan:
Y = 10.91471 - 0.064129 + e
67
Ketika b0 sebesar 10.91471, apabila x = 0 atau tidak ada
perubahan maka Y meningkat sebesar 10.91471. ketika bx = (-0.064129),
apabila terjadi kenaikan variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
sebesar 1% maka variable Kemiskinan mengalami penurunan sebesar
0.064129 dengan asumsi bahwa variabel lain bersifat konstan.
Selanjutnya untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dapat
dilihat koefisien estimasi menyatakan bahwa ada pengaruh negatif antara
Tingkat Partisipasi Angkatan kerja dengan kemiskinan (koefisien = -
0.064129, nilai p = 0.0019). Sehingga menerima H1 : Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja berpengaruh terhadap Kemiskinan. Kenaikan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja menyebabkan penurunan kemiskinan di
Provinsi Sumatera Barat. Dengan demikian peningkatan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja menyebabkan meningkatnya pendapatan
masyarakat.
Hasil temuan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Meyvi Rine Mirah, Paulus Kindengan, Ita Pingkan F. Rorong pada
jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah. Dimana didapatkan
hasil penelitian bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan kerja laki-laki dan
perempuan mempu memberikan pengaruh secara signifikan terhadap
kemiskinan di Sulawesi utara dan sesuai dengan harapan teoritik bahwa
Tingkat Partisipasi Angkatan kerja laki-laki dan perempuan mampu
68
memberikan penurunan positif terhadap penurunan angka kemiskinan di
Provinsi Sulawesi Utara.72
Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja sebagai penentu kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat
periode 2017-2020 telah teruji secara empiris. Temuan penelitian ini
menekankan peran tenaga kerja, ketika angkatan kerja sudah memasuki
dunia kerja dengan tingkat penghasilan yang sudah disesuaikan dengan
pendidikan dan kemampuan yang mereka miliki maka pendapatan dari
angkatan kerja akan meningkat. Dengan pendapatan yang meningkat
tersebut membuat kesejahteraan keluarga juga meningkat, sehingga
mereka secara perlahan bisa keluar dari kemiskinan.
Qardhawi juga menggagas konsep pengentasan kemiskinan
menururt islam yang bertumpu pada berbagai instrumen salah satunya
dengan bekerja. Selain itu dalam gagasannya Qardhawi juga memberikan
gagasan mengenai solusi untuk mengatasi hambatan bagi orang fakir
miskin yang kesulitan menjalankan aktivitas pengentasan kemiskinan
dengan bekerja. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Qardhawi, dimana pada penelitian ini semakin banyak
orang yang bekerja maka kemiskinan juga akan mengalami penurunan.
Secara teoritis Semakin banyak yang bekerja dalam anggota
keluarga maka pendapatan atau penghasilan dari keluarga tersebut akan
72 Meyvi Rine Mirah, Paulus Kindengan, Ita Pingkan F. Rorong, Pengaruh Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Provinsi
Sulawesi Utara, Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah. Vol.21, No. 1, 2020, hlm.
90
69
mengalami peningkatan. Dengan demikian semakin banyak keputusan
keluarga yang mengharuskan anak atau istri untuk bekerja akan
meningkatkan jumlah partisipasi angkatan kerja dan meningkatkan
pendapatan keluarga. Bagi perempuan profesi sebagai ibu rumah tangga
dan wanita pekerja adalah sebuah pilihan yang tidak selalu karena
kekurangan pendapatan, tetapi pada rumah tangga miskin adalah sebuah
keharusan bagi seorang istri untuk dapat berperan ganda dalam rumah
tangganya dengan mengalokasikan waktu untuk mengurus rumah tangga
dan bekerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Bagi rumah tangga miskin peran ganda perempuan dalam rumah
tangga memang merupakan keharusan untuk membantu meningkatkan
perekonomian rumah tangganya. Mereka merupakan angkatan kerja
wanita yang mayoritas terjun ke dunia kerja dengan bekal ijazah SD dan
SMA. Dimana angka partisipasi angkatan kerja wanita dengan
menggunakan ijazah ini merupakan porsi tertinggi.
Temuan tersebut sama seperti penelitian yang dilakukan oleh
Radhitiya Widyasworo dengan judul pengaruh pendidikan, kesehatan dan
angkatan kerja wanita terhadap kemiskinan di Kabupaten Gresik.
Didapatkan hasil bahwa angkatan kerja wanita memiliki pengaruh negatif
terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Gresik.73
73 Radhitiya Widyasworo, Analisis Pengaruh Pendidikan, Kesehatan, Dan Angkatan Kerja
Wanita Terhadap Kemiskinan Di Kabupaten Gresik (Studi Kasus 2016-2020), Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 1, No.3, hlm. 13
70
Sumatera Barat kaya akan kekayaan alam sehingga banyak
masyarakat di Provinsi Sumatera Barat memanfaatkan sumber daya alam
yang ada tersebut. Hal ini dibuktikan dengan masih dominannya pekerja
yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di provinsi
Sumatera Barat. Sebanyak 935,13 ribu orang bekerja di sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan. Kemudian Sektor kedua terbanyak adalah sektor
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang
tercatat sebanyak 493,16 ribu orang.
Hasil pada penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Awar Rasyadi dengan judul pengaruh produk domestik
bruto (PDB) dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) terhadap
kemiskinan di Indonesia. Dalam penelitian tersebut di dapatkan hasil
bahwa pada tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) tidak berpengaruh
signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini terjadi karena tingkat partisipasi
angkatan kerja yang meningkat tanpa diimbangi dengan tercukupinya
lapangan pekerjaan yang memadai di daerah penelitian.74
Dalam Al-Quran Allah memerintahkan untuk mencari rizki-Nya
di dunia dan bekerja merupakan bentuk dari mencari rizki Allah di muka
bumi. Bahkan bekerja termasuk ibadah yang mulia dan pahalanya
disejajarkan dengan jihad di jalan Allah. Pengentasan kemiskinan dalam
Ekonomi Islam yang manjadi orientasinya adalah akhirat. Allah
74 Anwar Rasyadi, Skripsi: Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) dan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Terhadap Kemiskinan di Indonesia, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2019), hlm. 78
71
menjelaskan bahwa selama seseorang itu berusaha dan bekerja keras pasti
Allah akan memberikan hasil yang setimpal. Sunatullah telah menetapkan
terhadap semua makhluk, bahwa rezki yang terkandung di dalam bumi,
bahan-bahan makanan yang telah disiapkan, semuanya itu tidak akan dapat
dicapai melaikan harus dengan bekerja keras. Allah pasti akan
memberikan rezki kepada hambanya yang mau berusaha di atas
permukaan bumi.
Dalam penentuan upah menurut Yusuf Qardhawi rujukannya
kesepakatan kedua belah pihak. Tapi tidak dibolehkannya untuk
mengeksploitasi kebutuhan yang lemah dengan memberikan upah dibawah
standar. Kemudian tidak boleh pula mengeksploitasi kebutuhan darurat
pekerja untuk membeli jerih payah dan cucuran keringatnya dengan upah
yang minim sehingga tidak dapat menghilangkan lapar.
Semakin tinggi upah dapat memicu penurunan tingkat
kemiskinan. Rata-rata upah atau gaji bersih sebulan menurut lapangan
pekerjaan utama di Provinsi Sumatera Barat yaitu pada sektor pertanian,
kehutanan, perikanan rata-rata upah sebulan Rp.1.985.847, sektor
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor rata-rata
upah sebulan di Provinsi Sumatera Barat sebesar Rp.2.776.216. Dengan
cukup besarnya rata-rata upah yang didapatkan pada berbagai sektor
tersebut sehingga menyebabkan kesejahteraan masyarakat juga meningkat.
Hasil temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rizki Dita Aprilia dengan judul pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah,
72
pendidikan dan tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa
Timur. Dari hasil penelitian tersebut di dapatakan bahwa upah
berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur.75
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Provinsi Sumatera Barat
memang selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tenaga kerja
yang berada di Provinsi Sumatera Barat masih di dominasi oleh
berpendidikan sekolah dasar (SD) kebawah yaitu sebanyak 31,39 persen.
Sedangkan tenaga kerja yang berpendidikan tinggi yaitu diploma dan
universitas sebesar 17,77 persen.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) berkaitan erat
dengan tingkat pendidikan atau bisa dikatakan semakin tinggi tingkat
pendidikan yang ditamatkan maka semakin tinggi pula Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerjanya. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan yang ditamatkan, kesempatan untuk bisa masuk ke
pasar tenaga kerja menjadi lebih siap dan peluang masuk dunia usaha
semakin terbuka.
Tetapi kenyataannya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
pedesaan lebih tinggi dari pada Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) perkotaan untuk seluruh tingkat pendidikan yang ditamatkan. Hal
ini dikarenakan tenaga kerja pedesaan utamanya di sektor pertanian dan
informal sehingga membutuhkan pendidikan khusus. Jumlah tenaga kerja
yang diserap pada daerah pedesaan jauh lebih tinggi dari pada perkotaan
75
Rizki Dita Aprilia, pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah, pendidikan dan tingkat
pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur Tahun 2015-2020, Jurnal Ekonomi,
Vol.4, No.2, hlm. 15
73
untuk jenjang pendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD dan SLTP.
Hal ini membuktikan bahwa meskipun pendidikan rendah tetapi masih
dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan hidup
melalui sektor informal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hastin Wulandari dimana tingkat pendidikan tidak
berpengaruh terhadap kemiskinan.
Menururt Imam Al-Ghazali kemiskinan merupakan
ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Ketidakmampuan memenuhi apa yang tidak dibutuhkan bukan merupakan
kemiskinan. Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk selalu
hidup secara berkecukupan. Karena Islam selalu mengajarkan kepada
umatnya untuk selalu menafkahkan hartanya di jalan Allah.
Kemiskinan pada sejatinya tidak dapat dihilangkan, karena
menjadi sunatullah fil hayyah, walaupun dengan berbagai jenis kebijakan
dan program dengan sistem pemerintahan yang berbeda dari tahun ke
tahun, masalah kemiskinan tetap ada dan tidak dapat dihilangkan secara
total, akan tetapi masih bisa diminimalisir persentase kemiskinan diseluruh
wilayah dengan menggunakan berbagai kebijakan baik dilakukan oleh diri
sendiri maupun kebijakan dari pemerintah.
Begitu pula dengan kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat
sendiri. Seperti yang diketahui sebelumnya jika kemiskinan di Provinsi
Sumatera Barat mengalami fluktuasi. Dengan angka kemiskinan yang
fluktuasi di Provinsi Sumatera Barat, maka sudah menjadi tugas utama
74
bagi pemerintah dan pihak terkait dalam membuat program-program yang
mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sesuai dengan prinsip
pertumbuhan ekonomi dalam Islam yaitu mendorong pertumbuhan
ekonomi masyarakat dengan tujuan masyarakat akan mampu hidup secara
mandiri dan mampu memberikan kehidupan yang layak kepada
masyarakat lainnya. Disinilah fungsi dan Tingkat Partisipasi Angkatan
kerja yaitu dengan menciptakan lapangan kerja baru dan memberikan
pelatihan-pelatihan melalui Balai Latihan Kerja (BLK) agar masyarakat
mempunyai kemampuan untuk dapat bersaing. Hal tersebut secara
otomatis dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara perkapita
yang sekaligus dapat mengurangi angka kemiskinan.
Berdasarkan hasil temuan yang didapatkan dalam penelitian ini
tingkat partisipasi angkatan kerja berpengaruh terhadap kemiskinan
diharapkan pemerintah Sumatera Barat lebih mengoptimalkan
memberikan pelatihan-pelatihan karena jumlah pekerja yang bekerja di
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan masih dominan di Provinsi
Sumatera Barat. Pelatihan tersebut diharapkan nantinya dapat
meningkatkan kemampuan masyarakat serta juga meningkat hasil
produksi di berbagai sektor tersebut. Dengan hasil produksi yang
meningkat tentunya juga akan meningkatkan pendapatan masyarat.
Sehingga kemiskinan yang berada di Sumatera Barat lebih cepat
mengalami penurunan.
75
Pemenuhan hak masyarakat miskin atas pekerjaan dan
pengembangan usaha yang layak dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Meningkatkan efektivitas dan kemempuan kelembagaan pemerintah
dalam menegakan hubungan industrial yang manusiawi dan harmonis
b. Meningkatkan kemitraan global dalam rangka memperluas
kesempatan kerja dan meningkatkan perlindungan kerja
c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin
dalam mengembangkan kemampuan kerja dan berusaha
d. Melindungi pekerja baik laki-laki maupun perempuan untuk
memjamin keberlangsungan, keselamatan dan keamanan kerja
e. Mengembangkan kelembagaan masyarakat miskin dalam
meningkatkan posisi tawar dan efisiensi usaha
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk menjawab hipotesis penelitian, maka analisis hubungan
tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera
Barat periode 2017-2020 dilakukan dengan regresi data panel yang dilakukan
dengan tiga metode estimasi model, yaitu pooled least squared (PLS), Fixed
Effect Model, dan Random Effect Model.
Setelah mendapatkan hasil estimasi dari tiga model tersebut yang
terdiri dari PLS, Fixed Effect Model, dan Random Effect Model, kemudian
untuk menentukan model yang akan dipilih dilakukan beberapa uji. Beberapa
uji yang dilakukan terdiri dari uji Chow, uji Hausman dan uji Langrange
Multiplier. Hasil uji chow menunjukan probabilitas 0,000 < 0,05 sehingga
menerima Fixed Effect Model. Kemudian dilanjutkan dengan uji Hausman
dimana didapatkan nilai probabilitas 0,0001 < 0,05 sehingga model yang
paling tepat digunakan adalah Fixed Effect model.
Berdasarkan hasil pengolahan data Fixed Effect Model dapat
diperoleh kesimpulan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja menunjukan
pengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Sumatera Barat. Hal tersebut
didukung dengan uji signifikan simultan (uji statistik f). Pada uji signifikan
simultan (uji statistic f) diperoleh hasil sebesar 0,00 < 0,05 sehingga variabel
tingkat partisipasi angkatan kerja berpengaruh terhadap kemiskinan. Pada uji
parsial/ uji t nilai Prob. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja sebesar 0,0019 <
77
0,05 sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja berpengaruh terhadap
kemiskinan.
Pada penelitian ini diperoleh hasil R-Square 0,98 atau 98% yang
berarti bahwa variabel bebas dalam penelitin ini mampu menjelaskan variasi
dari variabel terikat sebesar 98%. Sedangkan sisanya 2% akan dijelaskan oleh
variabel-variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini. Dalam kata
lain dapat disimpulkan antara Tingkat partisipasi angkatan kerja dan
kemiskinan memiliki hubungan yang kuat.
Hal ini dapat dilihat apabila tingkat partisipasi angkatan kerja
bertambah sebesar 1 persen, maka kemiskinan akan mengalami penurunan
sebesar 0.064129. sehingga tingkat partisipasi angkatan kerja memiliki
kontribusi terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat.
Temuan penelitian ini menekankan peran tenaga kerja, ketika
angkatan kerja sudah memasuki dunia kerja dengan tingkat penghasilan yang
sudah disesuaikan dengan pendidikan dan kemampuan yang mereka miliki
maka pendapatan dari angkatan kerja akan meningkat. Dengan pendapatan
yang meningkat tersebut membuat kesejahteraan keluarga juga meningkat,
sehingga mereka secara perlahan bisa keluar dari kemiskinan.
Semakin banyak yang bekerja dalam anggota keluarga maka
pendapatan atau penghasilan dari keluarga tersebut akan mengalami
peningkatan. Dengan demikian semakin banyak keputusan keluarga yang
mengharuskan anak atau istri untuk bekerja akan meningkatkan jumlah
partisipasi angkatan kerja.
78
Sektor yang paling banyak tenaga kerjanya di Provisni Sumatera
Barat yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di provinsi
Sumatera Baratdan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil
dan sepeda motor.
79
B. Saran
Tingkat partisipasi angkatan kerja mempunyai pengaruh terhadap
kemiskinan di Sumatera Barat. Hal ini disebabkan karena Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja mempunyai peranan penting terhadap kemiskinan. Oleh sebab
itu pemerintah dan pihak terkait dapat membuat program-program yang
mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sesuai dengan prinsip
pertumbuhan ekonomi dalam Islam yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi
masyarakat dengan tujuan masyarakat akan mampu hidup secara mandiri dan
mampu memberikan kehidupan yang layak kepada masyarakat lainnya, serta
memberikan pelatihan-pelatihan melalui Balai Latihan Kerja (BLK) agar
masyarakat mempunyai kemampuan untuk dapat bersaing.
Pemenuhan hak masyarakat miskin atas pekerjaan dan
pengembangan usaha yang layak dilakukan dengan:
a. Meningkatkan efektivitas dan kemampuan kelembagaan pemerintah dalam
menegakan hubungan industrial yang manusiawi dan harmonis
b. Meningkatkan kemitraan global dalam rangka memperluas kesempatan
kerja dan meningkatkan perlindungan kerja
c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin dalam
mengembangkan kemampuan kerja dan berusaha
d. Melindungi pekerja baik laki-laki maupun perempuan untuk memjamin
keberlangsungan, keselamatan dan keamanan kerja
e. Mengembangkan kelembagaan masyarakat miskin dalam meningkatkan
posisi tawar dan efisiensi usaha
80
Sementara itu untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
mengenai kemiskinan mengingat masih banyak kekurangan dalam penelitian
ini, diharapkan penelitian selanjutnya mampu melakukan penelitian yang
serupa dengan menambahkan beberapa variabel lainnya dan memberi
perbaikan pada penelitian selanjutnya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin. 2019. Skripsi: Analisi pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) dan Tingkat Pengangguran Terhadap Kemiskinan di
Indonesia Tahun 2014-2017 (studi kasus: 34 provinsi). Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah
Ansofino. 2016. Buku Ajar Ekonometrika. Yogyakarta: CV Budi Utama
Arikunto, Suharmis. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Bank, Worl. 2003. Dasar, Dasar Analisis Kemiskinan. Edisi Terjemahan.
Jakarta: Badan Pusat Statistik
Baroroh, Ali. 2008. Trik-Trik Analisis Statistik. Jakarta: PT Alex Media
Komputindo
Chandrarin. 2017. Metode Riset Akuntansi Pendekatan Kuantitatif.
Yogyakarta: Salemba Empat
Dealirnove. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta: Erlangga
Depdikbud. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud
Erfit, Armidi. 2018. Yulmardi, Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
dan Indeks Harga Konsumen Terhadap Upah Minimum Provinsi
Jambi. Jurnal Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Vol. 7. No.
1, hlm. 40
Feriyanto, Nur. 2014. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif
Indonesia. Yogyakarta: UU STIM YKPM
Firdaus. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Riau: Dotplus Publisher
82
Gatiningsih. 2017. Kependudukan dan Ketenagakerjaan. Sumedang: Fakultas
Manajemen Pemerintahan IPDN
Gombert, Thomas. 2010. Akademie Soziale Demokratie. Terj. Ivan A. Hadar.
Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung (FES)
Hendri, Suryani. 2016. Metode Riset Kuantitatif. Jakarta: Prenadamedia Group
Huda, Nurul. 2015. Ekonomi Pembangunan Islam. Jakarta: Pranadamedia
Group
Indraddin. 2016. Strategi dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Deepublish
Jhingan. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja
Grafindo
Keynes, John M. 1991. The General Theory of Employment, Interest and
Money. Terj. Willem H. Makaliwe. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Kosim, Abu. 2011. Kualitas Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga
Kuncoro, Mudrajat. 1997. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan
Kebijakan. Jakarta: YKPN,
Kusnendi. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Alam. Jakarta:
Universitas Terbuka
Lestari, Diyah Ayu. 2020. Skripsi: Analisis Pengaruh ZIS Kemiskinan dan
Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Indeks
Pembangunan Manusia Sebagai Variabel Intervening di Indonesia
Periode 2015-2019. Salatiga: IAIN Salatiga
83
Luth, Thohir. 2010. Antara Perut dan Etos Kerja dalam Perspektif Islam.
Jakarta: Gema Insani
Malthus, Thomas Robert. 2015. An Essay On The Principle Of Population,
Terj. Setio. Yogyakarta: Universitas Jaya
M, Ujang Syahrul. 2009. Pengaruh Anggaran Belanja Bidang Kesejahteran
Rakyat Pendayagunaan ZIS dan PDRB Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi. Vol.1. No. 4. hlm. 27
Nurdin, Ismail. 2019. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Media Sahabat
Cendekia
Ovan. 2020. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian Berbasis
Web. Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmad Cendekia Indonesia
Palikhah, Nur. 2016. Konsep Kemiskinan Kultural, Jurnal Ilmu Ekonomi, Vol.
15. No. 30. hlm. 11
Parmadi, Selamet Rahmadi. 2019. Pengaruh Ketimpangan Pendapatan dan
Kemiskinan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Antar Pulau di
Indonesia. Jurnal Paradigma Ekonomika. Vol. 14. No. 2. hlm. 65
Pingkan, Ita. 2020. Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi
Utara. Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah, Vol.
21, No. 1
Rasyadi, Anwar. 2019. Skripsi: Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) dan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Terhadap Kemiskinan
di Indonesia. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
84
Remi,Sutyastie Soemitro. 2018. Kemiskinan dan ketidak merataan di
Indonesia. Yogyakarta: CV Budi Utama
Riyanto, Slamet. 2020. Metode Riset Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: CV
Budi Utama
Romanda, Reza. 2020. Analisis Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di
Provinsi Bengkulu (2010-2019). Jurnal Akuntansi dan Ekonomi.
Vol. 10. No. 1. hlm. 110
Rowntree, Seebohm. 1997. Poverty A Study Of Town Life. Terj. Lawang.
Jakarta: PT Gramedia
Rusli, Hardijan. 2008. Hukum Ketenagakerjaan. Jakarta: Ghalia Indonesia
Sarsi, Wisna. 2014. Pengaruh Tingkat Upah dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Provinsi Riau.
Jom Fekom. Vol. 1. No. 2, hlm. 7
Sabri, Mulyadi. 2014. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif
Pembangunan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sari, Nia. 2015. Pengolahan dan Analisa Data Statistika dengan SPSS.
Yogyakarta: CV Budi Utama
Sari, Winsy. 2019. Pengaruh Tingkat Upah, Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Provinsi Riau. Vol. 2. No.
1, hlm. 15
Simanjuntak, Payaman. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Mannusia.
Jakarta: LPFEUI
85
Siregar. 2006. Perbaikan Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi: Mendorong
Investasi dan Menciptakan Lapangan Kerja. Jurnal Ekonomi
Politik dan Keuangan. Vol. 2. No. 4. hlm. 45
Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Smith, Adam. 2019. The Wealth of Nations, Terj. Haz Algebra. Jakarta:
Global Indo Kreatif
Suparkan, Parsudi. 2003. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Sumarni, Murti. 2014. Pengantar Bisnis Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan.
Yogyakarta: Liberty,
Sujarweni, Wiratna. 2015. Metodelogi Penelitian Bisnis dan Ekonomi.
Yogyakarta: Pustaka Baru Perss
Tambunan, Tulus. 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat
Todaro, Michael P. 2009. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta:
Erlangga
Tjipto, Herijanto. 1996. Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan
Nasional. Jakarta: LPFE Universitas Indonesia
Umar, Husein. 2013. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta: Rajawali Pers,
Yasin, Hasbi. 2017. Spatial Data Panel. Ponorogo: Wade Group
86
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.620934 Prob. F(2,73) 0.5403
Obs*R-squared 1.271277 Prob. Chi-Square(2) 0.5296
Scaled explained SS 2.731003 Prob. Chi-Square(2) 0.2553
c. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.194085 Prob. F(2,71) 0.8240
Obs*R-squared 0.407810 Prob. Chi-Square(2) 0.8155
87
2. Uji Kesesuaian Model
a. Hasil Regresi data panel Common Effect Model
Dependent Variable: KEMISKINAN
Method: Panel Least Squares
Date: 08/26/21 Time: 18:50
Sample: 2017 2020
Periods included: 4
Cross-sections included: 19
Total panel (balanced) observations: 76 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -16.50338 4.145165 -3.981356 0.0002
TPAK 0.333818 0.060061 5.558002 0.0000 R-squared 0.294508 Mean dependent var 6.496316
Adjusted R-squared 0.284975 S.D. dependent var 2.490101
S.E. of regression 2.105609 Akaike info criterion 4.353050
Sum squared resid 328.0855 Schwarz criterion 4.414385
Log likelihood -163.4159 Hannan-Quinn criter. 4.377562
F-statistic 30.89139 Durbin-Watson stat 0.223181
Prob(F-statistic) 0.000000
b. Hasil Regresi data panel Fixed Effect Model
Dependent Variable: KEMISKINAN
Method: Panel Least Squares
Date: 09/23/21 Time: 10:28
Sample: 2017 2020
Periods included: 4
Cross-sections included: 19
Total panel (balanced) observations: 76 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.91471 1.357187 8.042160 0.0000
TPAK -0.064129 0.019691 -3.256770 0.0019 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.987439 Mean dependent var 6.496316
Adjusted R-squared 0.983177 S.D. dependent var 2.490101
S.E. of regression 0.322975 Akaike info criterion 0.798448
Sum squared resid 5.841504 Schwarz criterion 1.411799
Log likelihood -10.34102 Hannan-Quinn criter. 1.043572
F-statistic 231.6942 Durbin-Watson stat 1.481563
Prob(F-statistic) 0.000000
88
c. Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model
Dependent Variable: KEMISKINAN
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/26/21 Time: 18:53
Sample: 2017 2020
Periods included: 4
Cross-sections included: 19
Total panel (balanced) observations: 76
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.10413 1.416078 7.135293 0.0000
TPAK -0.052364 0.019462 -2.690545 0.0088 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 1.977546 0.9740
Idiosyncratic random 0.322975 0.0260 Weighted Statistics R-squared 0.075645 Mean dependent var 0.528732
Adjusted R-squared 0.063154 S.D. dependent var 0.364828
S.E. of regression 0.353120 Sum squared resid 9.227330
F-statistic 6.055818 Durbin-Watson stat 0.876992
Prob(F-statistic) 0.016193 Unweighted Statistics R-squared -0.099642 Mean dependent var 6.496316
Sum squared resid 511.3833 Durbin-Watson stat 0.015824
3. Estimasi Model Panel
a. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: MODEL_FEM
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 171.623082 (18,56) 0.0000
Cross-section Chi-square 306.149735 18 0.0000
89
b. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: MODEL_REM
Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 15.458466 1 0.0001
4. Analisis Regresi Data Panel
a. Hasil Regresi dari FEM
Dependent Variable: KEMISKINAN
Method: Panel Least Squares
Date: 08/26/21 Time: 18:52
Sample: 2017 2020
Periods included: 4
Cross-sections included: 19
Total panel (balanced) observations: 76 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.91471 1.357187 8.042160 0.0000
TPAK -0.064129 0.019691 -3.256770 0.0019 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.987439 Mean dependent var 6.496316
Adjusted R-squared 0.983177 S.D. dependent var 2.490101
S.E. of regression 0.322975 Akaike info criterion 0.798448
Sum squared resid 5.841504 Schwarz criterion 1.411799
Log likelihood -10.34102 Hannan-Quinn criter. 1.043572
F-statistic 231.6942 Durbin-Watson stat 1.481563
Prob(F-statistic) 0.000000
90
91
92
93
RIWAYAT PENULIS
Penulis bernama Fiyola Alija Rahmi dengan
panggilan Ola lahir di Jorong Kampung
Tampang Nagari Ganggo Mudiak Kecamatan
Bonjol Kabupaten Pasaman pada tanggal 19
Desember 1999. Anak pertama dari pasangan
Ali Jasman dan Gusri Epi. Penulis memiliki satu
adik perempuan yang bernama Iva Tasya
Syahira dan satu adik laki-laki yang bernama
Muhammad Fadil.
Penulis mengawali pendidikan awal di
SDN 08 Ganggo Mudiak pada tahun 2005,
kemudian dilanjutkan ke pendidikan Madrasah Tsanawiyah tahun 2011 di MTsN 1
Bonjol, dan pendidikan menengah atas tahun 2014 di SMAN 1 Bonjol. Melalui proses
SPAN-PTKIN pada tahun 2017 penulis diterima di IAIN Bukittinggi pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam prodi Ekonomi Islam.
Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha serta
dukungan dan doa restu dari orang tua, dosen, dan orang-orang terdekat, penulis telah
menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan tugas akhir skripsi inii
mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia perekonomian.