Download - PENGARUH SUMBER DAYA MODAL DAN SUMBER DAYA …
PENGARUH SUMBER DAYA MODAL DAN SUMBER DAYA MANUSIA
TERHADAP PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
Muhammad Ihsan
NIM : 1111084000029
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2016/ 1438 H
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Muhammad Ihsan
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 13 September 1993
3. Alamat : JL. Bangka VIII C No. 1 RT.04/12
Kel. Pela Mampang Kec. Mampang
Prapatan, Jak-Sel
4. Telepon : 083871603385
5. Email : [email protected]
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. MI Al Hikmah Tahun 1999-2005
2. MTs Negeri 1 Jakarta Tahun 2005-2008
3. SMK Negeri 8 Jakarta Tahun 2008-2011
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2016
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Rohis SMKN 8 Jakarta periode 2009-2010
2. Kuliah Kerja Nyata (KKN) MATAHARI di Desa Leuwi Karet,
Kabupaten Bogor 2014.
D. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Forum Riset Keuangan Syariah 2014 dengan Tema: “Mewujudkan
Industri Keuangan Syariah yang Efisien, Berdayasaing, dan
Berkontribusi Lebih Besar dalam Pembangunan Ekonomi Nasional”.
Kampus IPB Darmaga, 2014.
2. Seminar Nasional IAEI dengan Tema: “Penyiapan SDM Berbasis
Kompetensi Syariah dalam Pengembangan Perbankan Syariah Era
MEA 2015”. Universitas Prof. Moestopo (Beragama), 2014.
3. Seminar Ekonomi dengan Tema: “Solusi Ekonomi Tahan Kritis”. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
E. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Ahmad
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 2 April 1964
3. Telepon : 083812147314
4. Ibu : Ida Farida
5. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Juni 1972
6. Telepon : 085778165585
7. Anak ke dari : 2 dari 3 bersaudara
ii
Abstract
Since the beginning of the emergence of Islamic banks in 1992 were marked
by the establishment of Bank Muamalat Indonesia as well as with the regulations
issued by the government in Law No. 10 of 1998 concerning banking, to this day
continues to show its development of Islamic banking in Indonesia. It can be seen
from the total assets of Islamic banking Islamic banking assets currently.Total
assets be a measure to see how big the market share held by the banks in an
economy. It is necessary strategic steps to increase the total assets of Islamic
banking one of them that is doing the human resource development of Islamic banks
both in quality and quantity in order to maximize the use of existing capital.
This study uses quantitative analysis on Islamic banking in Indonesia.
Sources of data in this research is secondary data. Data collected through literature
obtained from the Otoritas Jasa Keuangan (OJK) in the period of June 2011 to
2015 over the internet. This study uses Ordinary Least Square (OLS) as an
analytical technique.
The results showed that the total assets of Islamic banks able to be explained
by a network of offices, third party funds, the cost of education and training and
employment of Islamic banks amounted to 99, 87%. Partially office network, third
party funds, the cost of education and training has a positive and significant impact
on the total assets of Islamic banks. While the number of workers has a positive
effect but not significant to the total assets of Islamic banks. Simultaneously network
of offices, third party funds, the cost of education and training and the number of
workers affect the total assets of Islamic banks.
Keywords: office networks, third-party funds, the cost of education training, the
number of workers, human resources, capital and total assets.
iii
Abstrak
Sejak awal kemunculan bank syariah pada tahun 1992 yang ditandai dengan
berdirinya Bank Muamalat Indonesia serta dengan peraturan yang dikeluarkan
pemerintah dalam UU No. 10 tahun 1998 mengenai perbankan, hingga saat ini
perbankan syariah terus menunjukan perkembangannya di Indonesia. Hal tersebut
dapat dilihat dari total aset yang dimiliki perbankan syariah saat ini.Total aset
perbankan syariah menjadi ukuran untuk melihat seberapa besar pangsa pasar yang
dimiliki oleh perbankan tersebut dalam suatu perekonomian. Maka diperlukan
langkah-langkah strategis untuk meningkatkan total aset perbankan syariah salah
diantaranya yakni melakukan pengembangan sumber daya manusia bank syariah
baik dari kualitas maupun kuantitas guna memaksimalkan penggunaan modal yang
ada.
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif pada perbankan
syariah di Indonesia. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka yang diperoleh dari Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) periode juni 2011-2015 melalui internet. Penelitian ini
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai teknik analisis .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total aset bank syariah mampu
dijelaskan oleh jaringan kantor, dana pihak ketiga, biaya pendidikan dan pelatihan
dan jumlah pekerja bank syariah sebesar 99, 87%. Secara parsial jaringan kantor,
dana pihak ketiga, biaya pendidikan dan pelatihan memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap total aset bank syariah. Sedangkan jumlah pekerja memiliki
pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap total aset bank syariah.
Secara simultan Jaringan kantor, dana pihak ketiga, biaya pendidikan dan pelatihan
serta jumlah pekerja berpengaruh terhadap total aset bank syariah.
Kata kunci : jaringan kantor, dana pihak ketiga, biaya pendidikan pelatihan, jumlah
pekerja, modal, sumber daya manusia dan total aset.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat,
rezeki, karunia, berkah, dan hidayah-Nya kepada penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Sumber Daya Modal
Dan Sumber Daya Manusia Terhadap Perkembangan Perbankan
Syariah”dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan
kepada baginda nabi besar Muhammad SAW yang telah membimmbing
umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan
dukungan, bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik
yang ada di sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka
dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT, karena dengan kehendak dan segala pertolonganNya
tidak mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas
segala keberkahan yang Engkau berikan ya Rabb.
2. Keluarga tercinta dan terhebat yang saya miliki, Ayahanda Ahmad bin H.
Bantongan dan Ibunda Ida Farida binti H. Saumun yang selalu
memberikan motivasi terbaik, selalu mencurahkan cinta, kasih sayang dan
perhatiannya, serta selalu bekerja keras demi anak-anak dan keluarga.
v
Kakanda Luqman Hakim dan juga adikku Farhan Ramadhan yang selalu
menghibur di saat suka maupun duka, dan memberikan motivasi selama
menulis skripsi. Tanpa dukungan dan pengorbanan kalian penulis tidak
akan menjadi pribadi seperti sekarang ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., Msi selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semoga dapat memajukan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis lebih baik lagi.
4. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan kerendahan hatinya selalu bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing, memberikan pengarahan, memberikan ilmu yang
bermanfaat dan motivasi kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan bapak.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu dan pembelajaran yang sangat berharga dan bermanfaat
bagi saya. Serta jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah melayani dan membantu penulis selama perkuliahan. Semoga
Allah SWT membalas semua kebaikan bapak ibu semua.
7. Ketua dan seluruh pegawai perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan
pelayanan pustaka selama penulisan skripsi.
vi
8. Bella Puspita Sari, seorang yang sangat baik, sabar dan setia yang selalu
ada disamping penulis disaat suka, duka, sedih dan bahagia. Dan selalu
memberi motivasi dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih.
9. Sahabat-sahabat laki-laki terbaik angkatan 2011 diantaranya, Ahmad
Misbahul Munir, Muhammad Aditia, Muhammad Yusuf, Riri Ruhiana,
Septian Puguh, Barep Prajitno, Dimas Brianto, Kharisma Susetyo,
Novanda Dwi Saputra, Kemal Rizki Maulidi, Ariad Ditya, Muhammad
Arief Budiman dll yang telah menghabiskan waktu bersama untuk berbagi
cerita dan selalu ada dalam suka maupun duka, membantu saya dalam
penyelesaian skripsi maupun perkuliahan, dan mengingatkan saya ketika
melakukan kesalahan demi kebaikan saya selama ini. Sukses untuk kita
semua dan semoga Allah selalu melindungi dan membalas kebaikan-
kebaikan kalian.
10. Sahabat-sahabat wanita terbaik IESP angkatan 2011 yang saya miliki,
Mirna Setyawati, Nuni, Nurul Alifah, Nilam Nurlaela, Dwika Julia, dll
yang telah membantu saya baik dalam perkuliahan maupun penyelesaian
skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kabaikan-kebaikan kalian.
11. Teman-teman IESP angkatan 2011 yang tidak saya bisa sebutkan satu-
persatu, terimakasih atas semua kenangan selama empat tahun kebersamaan
dengan penuh warna dan saling bahu-membahu dalam perkuliahan. Sukses
umtuk kalian semua.
12. Tri Adji Sudrajat, Puji Hartaji, Vebry Ramadhoni, Muhammad Hilman,
vii
Noorfie Syahri, Muhammad Khairul Sani sahabat terbaik sejak yang selalu
ada dalam suka maupun duka, terimakasih untuk waktu dan motivasi yang
kalian berikan.
13. Kelompok KKN MATAHARI Desa Leuwi Karet, Bogor yang telah
menghabiskan waktu selama sebulan penuh dengan canda dan tawa serta
banyak pelajaran yang bisa saya ambil dalam kebersamaan ini,
terimakasih untuk kalian semua semoga Allah SWT senantiasa
memberikan keberkahan kepada kalian semua.
14. Sahabat dari MI dan MTs, Muhammad Irfan, Hafiz, Nurul, Mardianto,
Anggi, Marwah dan Isti yang selalu ada dalam suka maupun duka, semoga
kita semua sukses dan bermanfaat bagi masyarakat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan,
baik kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr, Wb.
Jakarta, 7 Oktober 2016
Muhammad Ihsan
viii
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembibing
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
Lembar Pernyataan Karya Ilmiah
Daftar Riwayat Hidup…………………………………………………………...i
Abstract…………………………………………………………………………...ii
Abstrak…………………………………………………………………………..iii
Kata Pengantar ………………………………………………………………..iv
Daftar Isi …………………………………………………………………….viii
Daftar Tabel ………………………………………………….………………....xi
Daftar Grafik …………………………………………………………………..xii
Daftar Gambar ..................................................................................................xiii
Daftar Lampiran ………………………………………………………………xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 7
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………….. 8
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………….8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori………………………………………………………10
1. Bank……………………………………………………………...10
2. Bank Syariah……………………………………………………..15
3. Modal…………………………………………………………….19
4. Jaringan Kantor Bank Syariah……………………………………22
5. Dana Pihak Ketiga………………………………………………..23
6. Sumber Daya Manusia……………………………………………29
7. Pendidikan dan Pelatihan………..………………………………..32
ix
8. Total Aset ………………………………………………………33
B. Hubungan Antar Variabel …………………………………………..38
1. Hubungan Antara Jaringan Kantor TerhadapTotal Aset. ……….38
2. Hubungan Antara Dana Pihak Ketiga Terhadap Total Aset ……39
3. Hubungan Antara Jumlah Pekerja Terhadap Total Aset ………. 39
4. Hubungan Antara Biaya Pendidikan dan Pelatihan Terhadap
Total Aset ...………………………………………………..…...40
C. Penelitian Terdahulu………………………………………………....42
D. Kerangka Pemikiran…………………………………………………44
E. Hipotesis……………………………………………………………..47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………...49
B. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………..49
C. Teknik Analisis Data …………………………………………………50
1. Analisis Regresi Linier Berganda ………………………………..50
2. Uji Asumsi Klasik ………………………………………………..51
a. Uji Normalitas………………………………………………..51
b. Uji Multikolinieritas ………………………………………… 53
c. Uji Heterokedastisitas ………………………………………..57
d. Uji Autokorelasi ……………………………………………..58
3. Uji Signifikansi ……………………………….………………….62
a. Uji t Statistik (Parsial) …………………….………………….62
b. Uji F Statistik (Simultan) ………………….………………....64
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) .…………….64
D. Operasional Variabel Penelitian…………………..…….……………65
1. Variabel Dependen………………………………….……………65
2. Variabel Independen………………………………….…………..66
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ………………………...69
x
1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ……………………...69
2. Gambaran Umum Penelitian …………………………………... 70
a. Perkembangan Total Aset …………………………………. 71
b. Perkembangan Jaringan Kantor …………………………… 72
c. Perkembangan Dana Pihak Ketiga ………………………… 74
d. Perkembangan Jumlah Pekerja ……………………….……. 75
e. Perkembangan Biaya Pendidikan dan Pelatihan ………….... 76
B. Hasil Analisis Dan Pembahasan ………………………………….. 77
1. Uji Asumsi Klasik…………………………………………….. 78
a. Uji Normalitas ……………………………………………. 78
b. Uji Multikolinieritas ……………………………………… 79
c. Uji Heterokedastisitas …………………………………….. 81
d. Uji Autokorelasi ………………………………………….. 82
2. Uji Statistik……………………………………………………. 83
3. Uji t (Parsial) dan Interpretasi ………………………………… 85
4. Uji F (Simultan) dan Interpretasi ……………………………... 87
5. Uji Koefosien Determinasi (Adjusted R Squared) …………… 88
6. Analisis Ekonomi …………………………………………….. 88
a. Jaringan Kantor Terhadap Total Aset …………………….. 88
b. Dana Pihak Ketiga Terhadap Total Aset ………………….. 89
c. Jumlah Pekerja Terhadap Total Aset ……………………... 90
d. Biaya Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Total Aset........ 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 94
B. Saran ……………………………………………………………… 95
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………...…………………... 97
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..…………………………………………………. 101
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah……………………...………...3
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu……………………………………………...42
Tabel 4.1 Uji Normalitas…………………………………..………………..79
Tabel 4.2 Uji Multikolinieritas……………………..……………………….80
Tabel 4.3 Uji Klien……….…………………..……………………………..81
Tabel 4.4 Uji White Heterokedastisitas……………………………………..82
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi…………………………………………………. 83
Tabel 4.6 Uji t-statistik……………………………………………………...85
Tabel 4.7 Uji F-statistik……………………………………………………..87
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Perkembangan Total Aset……………………………………… 71
Grafik 4.2 Perkembangan Jaringan Kantor………………………………... 73
Grafik 4.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga……………………………... 74
Grafik 4.4 Perkembangan Jumlah Pekerja ………….................................... 76
Grafik 4.5 Perkembangan Biaya Pendidikan dan Pelatihan………………... 77
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran…………………………………………….46
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian …………………………………………………101
Lampiran 2 Regresi Linier Berganda………………………………………..103
Lampiran 3 Uji Normalitas………………………………………………….103
Lampiran 4 Uji Multikolinieritas……………………………………………104
Lampiran 5 Uji Autokorelasi………………………………………………..104
Lampiran 6 Uji Heterokedastisitas………………………………………….105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perbankan merupakan salah satu agen pembangunan (agent of development)
dalam kehidupan bernegara, karena fungsi utama dari perbankan adalah sebagai
lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), yaitu lembaga
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
pembiayaan. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai
peranan penting di dalam perekonomian suatu negara. Dalam melakukan kegiatan
operasionalnya, bank konvensional mengambil keuntungan dengan menggunakan
sistem bunga pada produk yang ditawarkan. Sistem bunga inilah yang menjadi
kelemahan dalam perbankan konvensional, yang dapat memberikan kerugian bagi
perekonomian suatu Negara.
Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 1997 telah
menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan
merupakan satu-satunya sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada sistem
perbankan lain yang lebih tangguh karena menanamkan prinsip keadilan dan
keterbukaan, yaitu perbankan syariah (Fauzi, 2008). Sistem perbankan syariah
lahir di Indonesia di awali pada tahun 1992 dengan diterbitkannya UU No.7 tahun
1992 tentang bank dengan sistem bagi hasil, dimana bank syariah pada saat itu
2
belum disebut secara eksplisit. Pada tahun inilah lahir bank syariah pertama yang
tidak menggunakan sistem bunga sebagaimana bank konvensional melainkan
dengan sistem bagi hasil yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI). Dukungan
pemerintah dalam mengembangkan sistem perbankan syariah ini selanjutnya
terlihat dengan dikeluarkannya perangkat hukum yang mendukung sistem
operasional bank syariah, yaitu UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan dan PP
No.72 Tahun 1992. Ketentuan ini menandai dimulainya era sistem perbankan
ganda ( dual banking sistem) di Indonesia, yaitu beroperasinya sistem perbankan
konvensional dan sistem perbankan dengan prinsip bagi hasil. Dalam sistem
perbankan ganda ini, kedua sistem perbankan secara sinergis dan bersama-sama
memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk dan jasa perbankan, serta
mendukung pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional (Karim,
2008:1).
Selaku regulator, Bank Indonesia memberikan perhatian yang serius dan
bersungguh-sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah.
Semangat ini dilandasi oleh keyakinan bahwa perbankan syariah akan membawa
‘maslahat’ bagi peningkatan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Pertama, bank syariah lebih dekat dengan sektor riil karena produk yang
ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying
transaksi di sektor riil sehingga dampaknya lebih nyata dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi. Kedua, tidak terdapat produk-produk yang bersifat
spekulatif (gharar) sehingga mempunyai daya tahan yang kuat dan teruji
3
ketangguhannya dari direct hit krisis keuangan global. Secara makro, perbankan
syariah dapat memberikan daya dukung terhadap terciptanya stabilitas sistem
keuangan dan perekonomian nasional. Ketiga, sistem bagi hasil (profit-loss
sharing) yang menjadi ruh perbankan syariah akan membawa manfaat yang lebih
adil bagi semua pihak, baik bagi pemilik dana selaku deposan, pengusaha selaku
debitur maupun pihak bank selaku pengelola dana. (Alamsyah, 2012).
Tabel 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah*
Berdasarkan data yang dipubilikasikan Otoritas Jasa Keuangan dalam
Statistik Perbankan Syariah, diketahui bahwa perkembangan total aset bank
syariah pada tahun 2011 sebesar Rp 109.750 Miliar kemudian meningkat pada
tahun 2012 sebesar 41,6% menjadi Rp Rp 155.412 Miliar, pada tahun 2013
meningkat sebesar 40,6% menjadi Rp 218.566 Miliar, pada tahun 2014 meningkat
sebesar 15,25% menjadi Rp 251.909 Miliar, dan kemudian pada tahun 2015
Tahun Total Aset** Jaringan
Kantor DPK**
Jumlah
Pekerja
Biaya
Pendidikan dan
Pelatihan**
2011 109.750 1.632 87.025 18.397 29
2012 155.412 1.999 119.279 24.754 47
2013 218.566 2.420 163.966 34.726 67
2014 251.909 2.575 191.470 44.043 60
2015 274.940 2.448 213.478 53.589 83
*)Juni 2011-2015
**)Dalam Miliar Rupiah Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
4
meningkat sebesar 9,14% menjadi Rp 274.940 Miliar. Dari Juni 2011 sampai
dengan Juni 2015 peningkatan total aset bank syariah terbesar terjadi pada tahun
2012 dengan kenaikan sebesar 41,6%.
Pada Juni 2011 hanya terdapat 1.632 unit jaringan kantor bank syariah ,
kemudian pada Juni 2012 meningkat sebesar 22,4 % menjadi 1.999 unit jaringan
kantor, kemudian pada Juni 2013 meningkat sebesar 21,06 % menjadi 2.420 unit
unit jaringan kantor, kemudian pada Juni 2014 meningkat sebesar 6,4 % menjadi
2.575 unit jaringan kantor, sedangkan pada Juni 2015 mengalami penurunan
sebesar 4,9% menjadi 2.448 unit jaringan kantor.
Seiring dengan semakin bertambahnya jaringan kantor bank syariah di
Indonesia, hal tersebut diduga berpengaruh kepada akses nasabah terhadap bank
syariah untuk menyimpan dana maupun nasabah yang memerlukan pembiayaan di
bank syariah. Pada Juni 2011 Dana Pihak Ketiga Bank Syariah yang terhimpun
sebesar Rp 87.25 Miliar, kemudian pada Juni 2012 mengalami peningkatan
sebesar 37,06% menjadi Rp 119.279 Miliar, kemudian pada Juni 2013 mengalami
peningkatan sebesar 37,46% menjadi Rp 163.966 Miliar, kemudian pada Juni 2014
mengalami peningkatan sebesar 16,77% menjadi 191.470 Miliar, kemudian pada
Juni 2015 mengalami peningkatan sebesar 11,49% menjadi Rp 213.478 Miliar.
Dengan berkembangnya bank syariah maka jumlah pekerja di bank syariah
juga terlihat mengalami peningkatan. Pada Juni 2011, jumlah pekerja bank syariah
sebanyak 18.397 pekerja, kemudian meningkat pada Juni 2012 sebesar 34,55%
jumlah pekerja, kemudian pada Juni 2013 meningkat sebesar 40,2% menjadi
5
34.726 jumlah pekerja, kemudian pada Juni 2014 meningkat sebesar 26,8%
menjadi 44.043 jumlah pekerja, kemudian pada Juni 2015 meningkat sebesar
21,6% menjadi 53.589 jumlah pekerja.
Untuk meningkatkan kualitas pekerja bank syariah dalam melayani para
nasabah dan mengelola bank syariah itu sendiri, maka perbankan syariah
mengadakan program pendidikan dan pelatihan untuk para pekerja bank syariah.
Pada Juni 2011 biaya yang dikeluarkan perbankan syariah untuk pendidikan dan
pelatihan para pekerja yakni sebesar Rp 29 Miliar, kemudian pada Juni 2012
meningkat sebesar 62,06% menjadi Rp 47 Miliar, kemudian pada Juni 2013
meningkat sebesar 42,55% menjadi Rp 67 Miliar, kemudian pada Juni 2014
mengalami penurunan sebesar 10,44% menjadi Rp 60 Miliar, dan kemudian pada
Juni 2015 meningkat sebesar 38,33% menjadi Rp 83 Miliar.
Perkembangan perbankan syariah tidak serta merta menjadi semakin kokoh dan
kuat serta mampu memimpin pangsa pasar perbankan nasional. Agar pbankan
sariah mampumeningkatkan pangsa pasarnya, maka perlu di dukung dengan
peningkatan aset yang cukup signifikan sehingga dapat diperoleh manfaat dari
perbankan syariah secara lebih luas.
Menurut Haryono dkk (2003), aset perbankan syariah menjadi ukuran untuk
melihat seberapa besar pangsa pasar yang dimiliki oleh perbankan tersebut dalam
suatu perekonomian. Selain itu, kecilnya aset akan berdampak pada kecilnya
tingkat economic of scale dari bank. Dampak dari kecilnya economic of scale
6
menyebabkab kecilnya tingkat laba dan lamanya pencapaian Break Even Point
(BEP) (Haryono dkk, 2003 :86). Maka perlu langkah-langkah strategis yang harus
dilakukan guna meningkatkan total aset perbankan syariah salah satunya yakni
permodalan. Makin besar modal suatu bank maka makin tinggi pula laverage yang
dimiliki oleh bank dalam menghimpun dana pihak ketiga yang memungkinkan
pula bank memperbesar earning asetnya untuk memaksimalkan keuntungan atau
nilai saham pemilik bank (Ali, 2004).
Perkembangan perbankan syariah ini tentunya juga harus didukung oleh
sumber daya insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Sumber daya manusia memainkan peran penting baik dalam skala mikro
(organisasi) maupun skala makro (Negara). Negara-negara maju yang menempati
posisi papan atas dalam aspek ekonomi dan aspek lainnya tidak dapat dipisahkan
dari kehandalan sumber daya manusia yang mereka miliki (Muhammad, 2005).
Dalam konteks studi ini, sumber daya manusia yang berkualitas tidak dapat
dinafikan perannya bagi pertumbuhan dan kontinuitas bank syariah. Sumber daya
manusia tidak saja terkait dengan perkembangan produk, tetapi dalam aspek yang
lebih luas sangat menentukan kelanjutan dan kesinambungan masa depan bank
syariah (Muhammad,2005). Namun realitas yang ada menunjukan bahwa masih
banyak sumber daya insani yang selama ini terlibat di institusi syariah tidak
memiliki pengalaman akademis maupun praktis dalam Islamic banking. Tentunya
kondisi ini cukup signifikan mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme
7
perbankan syariah itu sendiri. Inilah yang memang harus mendapatkan perhatian
dari kita semua, yakni mencetak sumber daya insani yang mampu mengamalkan
ekonomi syariah di semua lini karena sistem yang baik tidak mungkin dapat
berjalan bila tidak didukung oleh sumber daya insani yang baik pula (Karim,2003).
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan diatas, penelitian
ini memfokuskan pada perkembangan perbankan syariah yang dilihat dari
indikator total aset yang dipengaruhi oleh sumber daya modal perbankan syariah
yang dilihat dari jaringan kantor dan dana pihak ketiga dan sumber daya manusia
diliat dari jumlah pekerja dan biaya pendidikan pelatihan pekerja perbankan
syariah di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang diteliti penulis
adalah :
1. Apakah jaringan kantor mempengaruhi total aset perbankan syariah ?
2. Apakah dana pihak ketiga (DPK) mempengaruhi total aset perbankan
syariah?
3. Apakah biaya pendidikan dan pelatihan pekerja bank syariah mempengaruhi
total aset perbankan syariah ?
4. Apakah jumlah pekerja mempengaruhi total aset perbankan syariah?
8
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini antara lain:
1. Mengetahui pengaruh jaringan kantor bank syariah terhadap total asset
perbankan syariah.
2. Mengetahui pengaruh dana pihak ketiga (DPK) terhadap total asset
perbankan syariah.
3. Mengetahui pengaruh biaya pendidikan dan pelatihan pekerja bank syariah
terhadap total asset perbankan syariah.
4. Mengetahui pengaruh jumlah pekerja terhadap total asset perbankan
syariah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penilitian ini antara lain :
1. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi alternatif bagi penelitian mengenai perbankan syariah lebih lanjut
sehingga dapat menghasilkam penelitian yang lebih baik lagi.
2. Bagi bank syariah, penelitian ini dapat menjadi masukan ataupun sarana
guna lebih meningkatkan kualitas perbankan syariah sehingga dapat terus
berkembang dikemudian hari.
3. Bagi peneliti
a) Penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
pada umumnya dan ekonomi pada khususnya
9
b) Menambah wawasan dalam ilmu yang telah diperoleh dalam masa
perkuliah serta mengetahui gambaran umum mengenai perkembangan
perbankan syariah di Indonesia.
c) Penelitian ini berguna sebagai tugas akhir dari penulis untuk
memperoleh derajat pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bank
Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi perantara antara
masyarakat yang mempunyai kelebihan dana, dengan masyarakat yang
mengalami kekurangan dana, dan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
Masyarakat menyimpan uangnya di bank memiliki beberapa tujuan,
selain menabung, masyarakat mempunyai harapan memperoleh tambahan
uang dari bunga sebagai bentuk balas jasa dari Bank. Bank wajib mengelola
dan masyarakat yang telah disimpan di bank tersebut dengan baik dan benar,
karena bank wajib mengembalikan dana masyarakat tersebut beserta
bunganya, apabila masyarakat menghendaki menarik simpanannya. Untuk itu
dimensi bank sebagai lembaga keuangan harus dijaga keberadaannya.
Fungsi utama bank sebagai financial intermediary adalah menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannyya kembali ke masyarakat. Selain itu
bank mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :
a. Agent of Development, artinya bank sebagai agen pembangunan berperan
untuk memperlancar kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi. Sektor
dalam perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter, dan sektor riil
11
tidak dapat dipisahkan. Sektor riil dapat bekerja dengan baik apabila
sektor moneter bekerja dengan baik. Kegiatan bank sebagai financial
intermediary sangat diperlukan untuk memperlancar kegiatan sektor riil,
sehingga memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusin
dan konsumsi.
b. Agent of trust, lembaga keuangan seperti bank adalah sebuah simbol dari
sebuah kepercayaan, karena bank dibangun dari kepercayaan masyarakat
untuk menyimpan uangnya kepada bank.
c. Agent of service, selain melakukan kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan
yang lain kepada masyarakat, antara lain jasa pengiriman uang, jasa
penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa
penyelesaian tagihan.
Bank dan lembaga keuangan bukan bank pada dasarnya mempunyai
fungsi menyalurkan dana-dana dari penabung atau unit surplus, kepada
peminjam atau unit defisit. Dana-dana tersebut dialokasikan dengan negosiasi
anatara pemilik dana dengan peminjam dana melalui pasar modal atau pasar
uang. Proses transaksi yang dilakukan dapat berupa jual beli sekuritas primer
(saham, obligasi, dan sebagainya ) maupun sekuritas sekunder (deposito,
polis, program pensiun dan lain sebagainya). (susilo dkk, 2000:7). Misalnya,
unit defisit menerbitkan sekuroitas primer, yang kemudian dijual kepada bank
12
dan lembaga keuangan bukan bank, atau proses transaksi menggunakan
sekuritas sekunder yang diterbitkan oleh bank dan lembaga keuangan bukan
bank yang ditawarkan kepada unit surplus, kemudian unit surplus akan
menerima pendapatan, contohnya pendapatan bunga dari bank dan lebaga
keuangan bukan bank. Dana dihimpun dari unit surplus disalurkan kembali
kepada unit defisit dan unit defisit akan membayar biaya bunga kepada bank
atau lembaga keuangan bukan bank yang menyalurkan dana tersebut.
Bank sentral indonesia adalah Bank Indonesia. Lembaga keuangan ini
merupakan lembaga negara independen, bebas dari campur tangan pemerintah
atau pihak-pihak lainnya. Bank indonesia berkedudukan di ibukota negara
Indonesia dan dapat mempunyai kantor-kantor di dalam dan di luar wilayah
Republik Indonesia. (Suyatno dkk, 2001: 196). Tujuan Bank Indonesia adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dan untuk mencapai tujuan
tersebut Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
c. Mengatur dan mengawasi bank .
(Susilo dkk, 2000 : 12)
Jenis bank menurut kegiatan usaha didefinisikan atas Bank Umum dan
Bank Pengkreditan Rakyat. Bank Umum didefinisikan oleh Undang-Undang
13
No. 10 Tahun 198 sebagai Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberi jasa dalam lalu lintas pembayaran (Susilo dkk, 2000:
49). Selanjutnya menurut UU no. 10 Tahun 1998, Bank pengkreditan Rakyat
bertindak sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Susilo dkk, 2000 : 51).
Jenis bank apabila ditinjau dari segi imbalan atau jasa openggunaan
dana, baik simpanan maupun pinjaman, dapat dibedakan menjadi :
a. Bank Konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya,
memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah
imbalan dalam presentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu.
Presentase tertentu ini biasanya ditetapkan pertahun.
b. Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan
dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan
mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi
hasil.
Perbankan mempunyai tujuan fundamental bisnis yaitu memperoleh
keuntungan optimal dengan memberikan layanan jasa keuangan kepada
14
masyarakat. Pemilik saham menanamkan modalnya pada bank bertujuan
untuk memperoleh penghasilan berupa deviden atau mendapat keuntungan
melalui meningkatnya harga pasar saham yang dimilikinya (Kuncoro, 2000:
529). Bank yang selalu dapat menjaga kinerjanya dengan baik terutama
tingkat profitabilitasnya tinggi dan mampu membagikan deviden dengan baik
serta prospek usahanya dapat selalu berkembang dan dapat memenuhi
ketentuan prudential banking regulation dengan baik yaitu :
a. Untuk melindungi simpanan masyarakat di perbankan.
b. Untuk mengontrol penawaran uang dan kredit dalam rangka mencapai
tujuan perekonomian nasional yang telah di tetapkan pemerintah, seperti
mempertahankan tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja, dan
menekan laju inflasi.
c. Untuk menjamin kesemptan yang sama dan keadilan bagi masyarakat
agar mendapatkan akses kredit dan layanan jasa keuangan lainnya yang
vital.
d. Untuk meningkatkan kepercayaan ,asyarakat terhadap sistem keuangan
di tangan sekelompok pengusaha dan lembaga.
e. Untuk menyediakan sumber kredit, pajak dan jasa keuangan lainnya bagi
pemerintah.
Untuk membantu sektor-sektor ekonomi yang memberikan kredit
perumahan, usaha kecil dan pertanian. (Rose, 1996 : 38)
15
2. Bank Syariah
Islam merumuskan sistem ekonomi berbeda dari sistem ekonomi lain,
karena akar dari syariah yang menjadi sumber dan panduan setiap muslim
dalam menjalanka setiap kehidupannya. Dalam hal ini Islam memmiliki
tujuan-tujuan syariah (maqosyid-syariah) serta petunjuk untuk mencapai
maksud tersebut. Bank syariah merupaka salah satu jenis bank yang
berlandaskan atas prinsip-prinsip syariah.
Pada umumnya yang dimaksud bank syariah adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syariah (Sudarsono, 2007 :27).
Pengertian bank syariah sendiri, menurut Perwataatmaja dan Antonio
dalam Yudiharianto (2007:10) adalah bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam, khususnya yang menyangklut tata cara
bermuamalat secara islami. Dalam tata cara bermuamalat tersebut dijauhi
praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi
dengan kegiatan-kegitan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan
perdagangan. Definisi lain dari bank syariah menurut Sumitro dalam
Yudiharianto (2007: 11) adalah bank yang tata cara operasinya didasarkan
pada tata cara bermuamalat secara operasinya didasarkan pada tata cara
bermuamalat secara islami yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-
Qur’an dan Hadist. Sedangkan menurut Aziz dalam Yudihariyanto (2007: 11)
16
bank berdasarkan syari’at Islam ( Bank Islam) adalah lembaga perbankan
yang menggunakan sistem dan operasinya berdasarkan syariah islam.
Menurut ensiklopedia Islam dalam Auwalin (2006: 15), bank syariah adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah islam.
Tujuan bank syariah secara umum adalah untuk mendorong dan
mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan
kegiatan perbankan, financial, komersial dan investasi sesuai dengan kaidah
syariah. Hal ini berbeda dengan bank konvensional yang tujuan utamanya
adalah pencapaian keuangan yang setinggi-tingginya (profit maximization).
Tujuan pendirian bank Islam menurut Hand Book of Islamic Banking (HIB)
dalam Auwalin (2006: 16 ) adalah untuk menyediakan fasilitas keuangan
dengan cara mengupayakan instrumen-instrumen keuangan (financial
instrument) yang sesuai dengan ketentuan norma-norma syariah, sedangkan
menurut Metwally dalam Auwalin (2006 : 16 ) secara umum, tujuan utama
bank islam adalah mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu
masyarakat dengan melakukan semua kegiatan perbankan, finansial,
komersial, dan investasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Dengan
demikian penekanan tujuan pendirian bank syariah adalah penyediaan suatu
sistem perbankan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dalam semua
operasinya.
17
Munculnya bank syariah di Indonesia sejak tahun 1970-an, namun
karena adanya kendala dan beberapa alasan seperti :
a. Operasi bank syariah yang menerapkan prinsip bagi hasil belum diatur,
dan karena itu, tidak sejlan dengan UU Pokok Perbankan yang berlaku,
yakni UU No.14/1967.
b. Konsep bank syariah dari segi politik berkonotasi ideologi merupakan
bagian dari atau berkaitan dengan konsep negara Islam, dan karena itu
tidak dikehendaki pemerintah.
c. Masih dipertanyakan, siapa yang bersedia menaruh modal dalam ventura
semacam itu, sementara pendidikan bank baru diatur dari Timur Tengah
masih dicegah, antara lain pembatasan bank asing yang ingin membuka
dikantornya di Indonesia.
(Sudarsono, 2007 : l 30).
Akibatnya ide ini menjadi tidak terealisasi. Kemudian pada Agustus
1990 pada Musyawarah Nasional (MuNas) IV Majelis Ulama Indonesia
(MUI) sepakat untuk mendirikan bank syariah di Indonesia.
Menurut ketentuan yang tercantum di dalam Peratuan Bank Indonesia
No. 2/8/PBI/2000, Pasal I, Bank Syariah adalah “Bank umum sebagaimana
yang dimaksud dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan
dan telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha syariah dan
18
kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah”. Adapun yang dimaksud dengan unit usaha syariah adalah unit kerja
di kantor pusat bank konvensinal yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang syariah. Terdapat perbedaan mendasar antara bank
konvensional dan bank syariah. Pertama, dari segi akad dan aspek legalitas.
Akad praktikkan dalam bank syariah memili konsekuensi duniawi dan
ukhrawi, dunia dan akhirat, karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum
atau syariat Islam. Jika terjadi perselisihan antara nasabah dan bank, maka
bank syariah dapat merujuk kepada Badan Arbitrase Muamalat Indonesia
(BAMUI) yang penyelesaiannya dilakukan berdasarkan hukum Islam. Kedua,
dari sisi struktur organisasi. Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama
dengan bank konvensional, namun unsur yang membedakannya adalah bahwa
bak syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah yang bertugas
mengawasi operasional dan produk-produk bank agar sesuai dengan
ketentuan-ketentuan syariah Islam. Eksistensi Dewan Syariah di dalam
struktur organisasi bank syariah adalah wajib, bahkan bagi setiap bank yang
berskala kecil sekalipun, seperti Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
atau Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) harus mempunyai Dewan Pengawas
Syariah. Ketiga, berkenaan dengan bisnis dan usaha yang dibiayai. Haruslah
bisnis dan usaha yang diperkenankan atau dihalalkan oleh syariat Islam.
Kehalalan bisnis dan usaha merupaka syarat mutlak agar suatu bidang usaha
itu halal untuk dibiayai oleh perbankan syariah. Karena itulah, secara
19
langsung atau tidak langsung perbankan Islam tidaklah semata-mata
merupakan institusi ekonomi, tetapi juga sebagai instansi yang ikut
bertanggung jawab menjaga moral dan akhlak masyarakat. Keempat,
berkaitan dengan lingkungan kerja dan budaya perusahaan perbakan
(Corporate culture). dalam hal etika, sifat shiddiq (jujur), amanah (dapat
dipercaya), fathanah (cerdas, profesionalisme ), tabligh (komunikatif, ramah
keterbukaan) dan istiqamah harus melandasi setiap tindakan para pelaku
perbankan syariah. Dalam hal reward dan punishment yang berlaku dalam
perbankan syariah dipraktikan dengan prinsip berkeadilan dan sesuai dengan
syariah.
Bank syariah pertama yang terbentuk setelah musyawarah tersebut,
adalah Bank Muamalat Indonesia milik PT Bank Muamalat Indonesia. Akte
pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ini ditandatangani pada tanggal 1
Nopember 1990, dengan modal Rp 84 Miliar, kemudian pada acara
silaturahim oleh Presiden di Istana Bogor, dicapai modal Rp 106
.126.382.000,- dan pada tanggal 1 Mei 1992, Bank Muamalat Indonesia
(BMI) mulai beroperasi.
3. Modal
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap usaha atau perusahaan
membutuhkan dana atau biaya untuk beroperasi. Hal ini sebenarnya menjadi
persoalan yang dihadapi pengusaha, karena untuk memulai usaha dibutuhkan
20
pengeluaran sejumlah uang sebagai modal awal. Pengeluaran tersebut untuk
membeli bahan baku dan penolong, alat-alat dan fasilitas produksi serta
pengeluaran operasional lainnya. Melalui barang-barang yang dibeli tersebut
perusahaan dapat menghasilkan sejumlah output yang kemudian dapat
diualnya untuk mendapat sejumlah pengembalian modal dan keuntungan.
Bagian keuntungan ini sebagian digunakan untuk memperbesar modal agar
menghasilkan uang sebagai keuntungan dalam jumlah yang lebih besar lagi,
seterusnya begitu sampai pengusaha mendapatkan hasil yang sesuai yang
diinginkan atau target (Achmad, 2009).
Smith (1776) menggunakan istilah modal dan modal berputar, yang
didasari oleh kriteria sejauh mana suatu unsur modal terkonsumsi dalam
jangka waktu tertentu (misal satu tahun). Jika unsur modal dalam jangka
waktu tertentu hanya terkonsumsi sebagian sehingga hanya sebagian (kecil)
nilainya menjadi susut, maka unsur tersebut disebut modal tetap misalnya
(mesin, bangunan dan sebagainya). Akan tetapi jika unsur modal terkonsumsi
secara total, maka disebut modal berputar (misal tenaga kerja, bahan mentah
dan sarana produksi).
Mill (1848) menggunakan istilah modal dengan arti barang fisik yang
digunaan untuk menghasilkan barang lain, dan suatu dana yang tersedia untuk
mengupah buruh. Pada akhir abad-19, modal dalam arti barang fisik yang
dipergunakan untuk menghasilkan barang lain, dipandang sebagai salah satu
21
diantara empat factor produksi(tiga lainnya adalah tanah, tenaga kerja dan
organisasi manajemen).
Tulus (2002) menjelaskan bahwa modal adalah salah satu faktor
produksi yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala kecil, menengah
maupun besar. Sedangkan Neti (2009) menyebutkan bahwa dalam memulai
suatu usaha, modal merupakan salah satu faktor penting disamping faktor
lainnya, sehingga suatu usaha bisa tidak beralan apabila tidak tersedia modal.
Artinya, bahwa suatu usaha tidak akan pernah ada atau tidak dapat berajalan
tanpa adanya modal. Hal ini menggambarkan bahwa modal menjadi faktor
utama dan penentu dari suatu kegiatan usaha. Karenanya setiap orang yang
akan melakukan, kegiatan usaha, maka langkah utama yang dilakukannya
adalah memikirkan dan mencari modal untuk usahanya.
Menurut Prawirosentono (2002) dalam Neti (2009) modal merupakan
kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan
pada waktu yang akan datang dan dinyatakan dlam nilai uang. Modal dalam
bentuk uang pada suatu usaha mengalami perubahan bentuk sesuai dengan
kebutuhan untuk mencapai tujuan usaha, yakni :
a. Sebagian dibelikan tanah dan bangunan
b. Sebagian dibelikan persediaan bahan
c. Sebagian dibelikan mesin dan peralatan
d. Sebagian lagi disimpan dalam bentuk uang tunai.
22
Sebagai bagian terpenting di dalam proses produksi, modal juga
merupakan faktor utama dan mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di
dalam pengembangan usaha. Hal ini dicapai melalui peningkatan jumlah
produksi yang mengasilkan keuntungan atau laba bagi pengusaha (Achmad,
2009).
4. Jaringan Kantor Bank Syariah
Jaringan kantor bank berkaitan dengan kemudahan fasilitas serta
pelayanan yang ditawarkan pada masyarakat. Untuk meraih minat masyarakat
pada bank harus dikembangkan jaringan kantor cabang dan cabang cabang
pembantu yang cukup luas yan gdpat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Makin banyaknya jumlah kantor bank maka kesempatan masyarakat untuk
menabung semakin banyak dan meningkat. Dengan kondisi yang seperti ini
maka akan semakin membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin
memenuhi kebutuhannya di bidang perbankan. Dalam hal ini adalah
menabung atau menyimpan dananya pada lembaga perbankan, tanpa adanya
alasan yang disebabkan lokasi bank yang jauh dari tempat tinggal, sehingga
mereka malas dan enggan untuk menabungkan uangnya di bank karena tidak
memiliki waktu luang (Laturmerissa, 1999:150).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan
dari waktu kewaktu ditandai dengan bertambahnya jumalh kantor bank
syariah. Hal ini terlihat dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia
23
pada Desember 2006 terdapat 3 Bank Umum Syariah dan 20 Unit Usaha
Syariah dan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah 105 Unit dengan total aset
lebih dari 26 triliun rupiah (belum termasuk BPRS). Sedangkan pada
Desember 2014 2.910 jaringan kantor bank syariah dengan total aset 272.343
miliar
5. Dana Pihak Ketiga
Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank
konvensional maupun syariah dilakukan dengan instrumen tabungan,
deposito, dan giro yang secara tota biasa disebut dana pihak ketiga. Menurut
Kashmir (2009:19) Dana bank sebagai usaha bank dalam menghimpun dana
tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari simpanan masyarakat atau diberi
lembaga lainnya. Dana bank merupakan semua utang modal dan modal yang
tercatat pada neraca bank sisi pasiva yang dapat dipergunakan sebagai modal
operasional bank dalam rangka kegiatan penyaluran/penempatan dana. Dana
bank yang digunakan sebagai modal operasional dalam kegiatan usaha
tersebut dapat bersumber dari salah satunya dana masyarakat (Dana Pihak
Ketiga) dana pihak ketiga adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat,
baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan
menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank.
Dana masyarakat dana terbesar yang dimiliki oleh bank dan ini sesuai dengan
24
fungsi bank sebagai penghimpun dana dari pihak-pihak yang berkelebihan
dana dalam masyarakat”.
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah Bab IV pasal 19, menyatakan bahwa kegiatan usaha bank umum
syariah dalam menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang berupa giro,
tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad
wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Dan
menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Berdasarkan fatwa Dewan Syawiah Nasional (DSN), prinsip
penghimpunan dana yang digunakan yang digunakan dalam bank syariah ada
dua, yaitu prinsip wadi’ah dan prinsip mudharabah (Yaya dkk, 2013 : 58).
a. Giro Syariah
Yang dimaksud dengan giro wadi’ah adalah giro yang dijalankan
berdasarkan akad wadi’ah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat
diambil jika pemiliknya menghendaki. Dalam kaitannya dengan produk
giro, bank syariah menerapkan prinsip wadi’ah yad dhamanah, yakni
nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank
syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang
titipannya., sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi
25
yang disertai hak untuk mengelola dana titipan dengan tanpa mempunyai
kewajiban memberikan bagi hasil dari keuntungan pengelolaan dana
tersebut. Namun demikian, bank syariah diperkenankan memberikan
insentif berupa bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya
(Karim, 2013 : 351-352).
Karakteristik giro wadiah ini mirip dengan giro pada bank
konvensional, ketika kepada nasabah penyimpan diberi garansi untuk
mendapat menarik dananya sewaktu-waktu dengan menggunakan
berbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti cek, bilyet giro, kartu
ATM atau dengan menggunakan sarana perintah pembayaran lainnya
atau dengan cara pemindahbukuan tanpa biaya (Ascarya, 2008 : 113-
114).
b. Tabungan Syariah
1) Tabungan Wadiah
Menurut Ascarya (2008 : 115-116) tabungan wadi’ah adalah
pendanaan bank syariah berupa simpanan dari nasabah dalam bentuk
rekening tabungan (saving account) untuk keamanan dan kemudian
pemakaiannya, seperti giro wadi’ah, tetapi tidak sefleksibel giro
wadi’ah, karena nasabah tidak dapat menarik dananya dengan cek.
Karakteristik tabungan wadi’ah ini juga mirip dengan tabungan pada
bank konvensional ketika nasabah penyimpan diberi garansi untuk
dapat menarik dananya sewaktu-waktu dengan menggunakan
26
berbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti ATM, dan
sebagainya tanpa biaya. Seperti halnya pada giro wadi’ah, bank juga
boleh menggunakan dana nasabah yang terhimpun untuk tujuan
mencari keuntungan dalam kegiatan yang berjangka pendek atau
untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank, selama dana tersebut
tidak ditarik.
Biasanya bank dapat menggunakan dana ini lebih leluasa
dibandingkan dana dari giro wadi’ah, karena sifat penarikannya yang
tidak sefleksibel giro wadi’ah, sehingga bank mempunyai
kesempatan lebih besar untuk mendapatkan keuntungan.
2) Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan
itu (Yaya, Martawireja, dan Abdurahim, 2013 :60).
Mudharabah merupakan prinsip bagi hasil dan bagi kerugian
ketika nasabah sebagai pemilik modal (shahibul maal) menyerahkan
uangnya kepada bank sebagai pengusaha (mudharib) untuk
diusahakan. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan, dan kerugian
ditanggung oleh pemilik dana atau nasabah (Ascarya, 2008 :117).
c. Deposito Syariah
27
Deposito mudharabah adalah simopanan dana dengan skema
pemilik dana (shahibul maal) mempercayakan dananya untuk dikelola
bank (mudharib) dengan hasil yang diperoleh dibagi antara pemilik dana
dan bank dengan nisbah yang telah disepakati sejak awal. Dalam transaksi
penyimpanan deposito mudharabah, bank wajib memberitahukan kepada
pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberian keuntungan dan
atau perhitungan distribusi keuntungan serta resiko yang dapat timbul dari
deposito tersebut (Yaya, Martawireja dan Abdurahim, 2013 : 61).
Bank syariah menerima simpanan deposito berjangka (pada
umumnyua untuk satu bulan ke atas) ke dalam rekening investasi umum
(general investment account ) dengan prinsip mudharabah al-muthlaqah.
Investasi umum ini sering disebut juga sebagai investasi tidak terikat
(Ascarya, 2008 : 118).
Dalam deposito mudharabah muthlawah (URIA), pemilik dana
tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepana bank syariah
dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara
maupun objek investasinya. Dengan kata lain, bank syariah mempunyai
hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana URIA ini
ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh
keuntungan (Karim, 2013 :364).
Selain rekening investasi umum, bank syariah juga menawarkan
rekening investasi khusus (special investment account) kepada nasabah
28
yang ingin menginvestasikan dananya langsung dalam proyek yang
disukainya yang dilaksanakan oleh bank dengan prinsip mudharabah al-
muqayyadah. Investasi khusus ini sering disebut juga sebagai investasi
terikat. Jangka waktu investasi dan bagi hasil disepakati bersama dan
hasilnya langsung berkaitan dengan keberhasilan proyek investasi yang
dipilih (Ascarya, 2008 : 118).
Berbeda halnya dengan deposito mudharabah mutlaqah (URIA),
dalam deposito mudharabah muqayyadah (RIA), pemilik dana
memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam
mengelola investsinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara, maupun
objek investasinya (Karim, 2013 : 367).
Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh islam, karena
dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk
pelaksanaan perencanaan masa depan yang akan datang sekaligus untuk
menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam Al-Qur’an terdapat
ayat-ayat yang secara ridak langsung memerintahkan kaum muslimin
untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik (Antonio, 2001 : 153).
Menabung di bank islam akan membangun secar perlahan-lahan
perekonomian bangsa karena masyarakat mulai bersama-sama belajar
bagaimana melakukan kegiatan bisnis dan ekonomi yang adil dan sama-
sama saling menguntungkan dengan menggunakan sistem bagi hasil
(Rivai dan Arifin, 2010 : 221).
29
Kinerja positif sektor keuangan akan berkorelasi positif terhadap
kinerja ekonomi suatu negara. Sektor keuangan bisa menjadi sumber
utama pertumbuhan sektor riil ekonomi. Semakin banyak alokasi danak
pihak ketiga perbankan yang dialokasikan pada sektor-sektor riil maka
akan berkurang tingkat pengangguran dan kemiskinan dalam sebuah
perekonomian (Rama, 2013 : 2).
6. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia memainkan peran penting baik dalam skala
mikro (organisasi) maupun skala makro (Negara). Negara Negara maju yang
menempati posisi papan atas dalam aspek ekonomi dan aspek lainnya tidak
dapat dipisahkan dari kehandalan sumber daya manusia yang mereka miliki.
Jepang dan German misalnya dapat dijadikan contoh dalam hal ini.
Keduanya pada dasarnya merupakan negara yang tidak memiliki teknologi
dan sumber daya alam, namun memiliki SDM. Dengan SDM yang ada dalam
waktu tiga puluh tahun mereka mampu menjadi Negara papan atas dalam
segala arena kehidupan khususnya ekonomi dan teknologi (Abdul Aziz,
1992:45). Keduanya memiliki kekuatan potensial dalam percaturan ekonomi
internasional (Perace dan Robbins, 1994 :95).
Studi-studi empiris Dension (1985) dan Solow (1957) dalam
menunjukan bahwa SDM menjadi bagian penting dalam proses pembanguna
ekonomi nasioanal atau dalam pembangunan sebuah organisasi. Dansion
(1985) mengatakan bahwa produktifitas agregat dan pertumbuhan ekonomi
30
meningkat seiring dengan sumber daya manusia setempat. Ia menunjukan
bahwa antara tahun 1929 dengan tahun 1982, 73 persen pertumbuhan ekonomi
di Amerika berhubungan dengan perkembangan sumber daya manusia.
Camevale (1983) juga melaporkan bahwa perbaikan peningkatan
produktifitas ekonomi di Amerika sejak tahun 1929 dapat dikaitkan dengan
aktivitas sumber daya manusia seperti magang training, pendidikan formal
training dan kesehatan. Sumber daya manusia menjadi persoalan krusial bagi
sebuah negara jika tidak mendapatkan perhatian serius. Dengan mengacu pada
permasalahan yang dihadapi oleh negara negara maju seperti amerika dan juga
negara-negara lain pada umumnya, maka tantangan ekonomi riil yang
dihadapi oleh berbagai negara di belahan dunia pada masa masa yang akan
dating sama yaitu meningkatkan nilai potensial atas apa yang dapat
ditambahkan oleh warga negaranya terhadap perkembangan ekonomi global,
dengan memberdayakan keterampilan dan kapasitas mereka, dan
memperbaiki alat atau cara untuk menghubungkan keterampilan
ketereampilan kapasitas-kapasitas tersebut terhadap pasar dunia. Hal inilah,
setidaknya-tidaknya yang dapat dirangkum dari pandangan Reich (1971) di
bawah ini:
“the real economic challenge facing the united states in the year ahead
the same as facing every other nation-is to increase potential value of what its
citizen can add ti the global economy, by enchancing their skills, and
31
capacities, and by improving their means of linking those skills and capacities
to the world market.”
Dalam konteks studi ini, sumber daya manusia yang berkwalitas tidak
dapat dinafikan perannya bagi pertumbuhan dan kontinuitas bank Syari’ah.
Sumber daya manusia tidak saja terkait dengan perkembangan produk, tetapi
dalam aspek yang lebih luas sangat menentukan kelanjutan dan
kesinambungan masa depan bank syari’ah (Muhammad, 2005).
Studi yang dilakukan oleh Michael Porter (1985) menunjukkan bahwa
sumber daya utama dalam sebuah organisasi adalah sumber daya manusia
(human capital), yaitu tenaga kerja (karyawan). Karyawan yang handala
adalah sumberdaya yang sangat bernilai membantu perusahaan dalam
melakukan positioning strategy yang tepat. Komitmen manajemen terhadap
karyawan melalui peningkatan kompetensi dan training akanmendorong
mereka bersungguh sungguh dalam melaksanakan tanggung jawab sehingga
melahirkan kinerja yang terbaik.
Relevansi pengembangan sumber daya manusia terhadap pertumbuhan
ekonomi sangat ditentukan oleh latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh
karyawan dan kepedulian manajemen terhadap karyawan dalam
mengembangkan pelatihan dan pendidikan mereka. Selama ini permasalahan
yang terjadi di dunia Islam yang membawa implikasi lebih jauh ke dalam
wilayah ekonomi dan perbankan adalah adanya dualism pendidikan. Disisi
lain pesantren sebagai tempat pengembangan ilmu-ilmu berbasis agama tidak
32
mengembangkan ilmu ‘aqli (rasio), sehingga para lulusannya mahir dalam
fiqh, ushul fiqih, hadist dan sebagainya namun lemah dalam ilmu kealaman
seperti fisika, biologi, matematika dan lain-lain. Ketika diminta
mengembangkan suatu produk, biasanya terjadi perdebatan yang cukup
panjang antara orang-orang yang berlatar belakang perbankan murni dengan
yang berlatarbelakang syariah. Jarang didapati dalam satu bank SDM yang
memahami kedua ilmu dasar ini, apa lagi tentang perbankan syariah yang
relative baru di Indonesia. (Muhammad, 2005).
7. Pendidikan dan Pelatihan
Salah satu masalah pada perbankan syariah adalah rendahnya kualitas
sumber daya manusia. Karena belum sesuainya antara rendahnya kualitas
sumber daya manusia bank syariah dengan ketersediaan lulusan sumber daya
manusia yang berasal dari ekonomi syariah. Hal ini menyebabkan bank
syariah harus mencukupi kebutuhan sumber daya manusia tersebut dari
perguruan tinggi umum, namun ini menyebabkan perlunya pendidikan dan
pelatihan kepada para lulusan perguruan tinggi umum. Imbas dari hal ini
adalah kualitas sumber daya manusia perbankan syariah yang rendah (Al arif,
2010).
Menurut Soekirjo Notoadmodjo (1992:27) dalam Mulyadi dan Sakti
(2015) mengatakan bahwa pendidikan (formal) didalam suatu organisasi
merupakan suatu proses pengembangan kemampuan kearah yang diinginkan
33
oleh organisasi bersangkutan. Sedangkan pelatihan merupakan bagian dari
suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang.Pendidikan dan
pelatihan pegawai adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan di dalam
pengembangan sumber daya manusia secara komperehensif, dimana Martoyo
Susilo (1999: 341) berpendapat pendidikan adalah proses pemberian
tambahan pengetahuan yang dilakukan oleh sebuah organisasi terhadap
pegawainya. Sedangkan pelatihan merupakan suatu proses pendidikan yang
diarahkan kepada nilai-nilai keterampilan dan keahlian pegawai sesuai dengan
jabatan atau pekerjaan yang diemban pegawai tersebut. Pendidikan dan
pelatihan dipandang sebagai bentuk investasi jangka panjang bagi setiap
organisasi, oleh karenannya setiap organisasi yang berkembang melakukan
atau memfasilitasi proses pendidikandan pelatihan bagi pegawainya dengan
memberikan perhatian yang sangat besar terhadap proses tersebut. Sehingga
meningkatnya kemampuan atau keterampilan para pegawai, maka secara
otomatis akan meningkat pula kinerja para pegawainya.
8. Total Aset
Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu yang memiliki manfaat ekonomi masa depan
bagi entitas syariah. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset
dapat mengalir ke dalam entitas syariah dengan beberapa cara, misalnya
34
(KDPPLKS paragraph 77) : digunakan sendiri maupun bersama aset lain
dalam produksi barang dan jasa yang dijual oleh entitas syariah, dipertukarkan
dengan aset lain yang diperlukan, digunakan untuk untuk menyelesaikan
kewajiban atau dibagikan kepada para pemilik entitas syariah (Yaya,
Martawrireja, dan Abdurahim, 2013 : 88).
Ihsan (2013 : 209) juga menjelaskan bahwa posisi aktiva (aset) yaitu
kekayaan bank baik yang berbentuk benda berwujud atau tidak berwujud yang
diperoleh melalui utang atau modal sendiri. Lembaga keuangan seperti bank
mempunyai karakteristik khusus karena asetnya ada yang berbentuk
penyaluran dana (pembiayaan).
Menurut Ihsan (2013) Adapun pos-pos yang termasuk dalam posisi
laporan keuangan aset yaitu :
a. Kas dan Setara Kas
Pada pos ini dilaporkan seluruh uang kartal yang ada dalam kas
bank berupa uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia yang menjadi alat pembayaran yang sah di Indonesia, termasuk
uang kertas dan uang logam yang masih berlaku milik bank pelapor.
b. Penempatan Pada Bank Indonesia
Penempatan pada Bank Indonesia terdiri dari giro wadiah pada
Bank Indonesia. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBIS) yang
merupakan fasilitas simpanan yang disediakan oleh Bank Indonesia
dalam rangka “standing facilities” dengan prinsip wadi’ah, namun
35
tagihan reserve repo SBSN Bank Indonesia dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah yang merupakan sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia
sebagai bukti penitipan dana berjangka dengan prinsip jualah.
c. Giro Pada Bank Lain
Giro pada bank lain adalah saldo rekening giro bank syariah pada
bank lain di dalam dan di luar negeri bank dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing dengan tujuan untuk menunjang kelancaran
transaksi antar bank.
d. Penempatan Pada Bank Lain
Penempatan pada ban lain adalah penamaan dana bank pada bank
syariah lainnya dan atau bank pengkreditan rakyat syariah antara lain
dalam bentuk wadi’ah, deposito berjangka dan atau tabungan
mudharabah, pembiayaan yang diberikan, dan bentuk-bentuk
penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.
e. Efek-efek atau Surat Berharga Syariah
Surat berharga syariah adalah surat bukti penanaman dalam surat
berharga berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar
uang syariah dan atau pasar modal syariah antara lain obligasi syariah,
sertifikat reksadana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan
prinsip syariah.
f. Piutang Usaha dan Piutang Lainnya
36
Piutang adalah tagihan yang timbul dari pembiayaan berdasarkan
akan murabahah, akad salam, istishna, dan atau akad ijarah.
g. Investasi
Pembiayaan bagi hasil dapat dilakukan dengan akad mudharabah
dan akad musyarakah.
h. Pinjaman Qardh
Pinjaman qardh adalah penyaluran dana dengan akad qardh.
Pinjaman qardh meliputi pembiayaan dengan akad hawalah dan rahn.
i. Persediaan
Pada proses persediaan dilaporkan semua aktiva yang diperoleh
dengan tujuan dijual kembali dengan akad mudharabah atau sebagai
setoran nontunai dalam rangka pembiayaan mudharabah/musyarakah,
disalurkan dalam akad salam/salam parallel dan aktiva istishna yang
telah selesai tetapi belum diserahkan bank kepada pembeli akhir.
j. Aset yang Diperoleh untuk Ijarah
Aset yang diperoleh untuk ijarah adalah aset yang dijadikan objek
sewa (Ijarah) dan diakui sebagai harga perolehan. Objek sewa dalam
transaksi ijarah disusutkan sesuai kebijakan penyusutan aset sejenis,
sedangkan objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik disusutkan
sesuai masa sewa.
k. Aset Istishna dalam Penyelesaian (setelah dikurangi termin istishna)
37
Aset istishna dalam penyelesaian adalah aset istishna yang masih
dalam proses pembuatan.
l. Penyertaan Pada Entitas Lain
Penyertaan modal dalah investasi dana bank dalam bentuk saham
pada lembaga keuangan syariah tersebut seperti bank syariah, bank
pembiayaan syariah.
m. Aset Tetap dan Akumulasi Penyusutan
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk
siap pakai yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan
untuk dijual. Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang
disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat.
n. Aset Lain-lain
Terdiri dari biaya dibayar dimuka, harta jaminan pembiayaan yang
diambil alih, seta persediaan alat tulis kantor, setoran jaminan dan biaya
ditangguhkan.
Dengan melihat peran kontribusinya dalam menggerakan sektror riil
dan pembiayaannya yang lebih prudent, maka perbankan syariah bukan lagi
mejadi alternatfi, tapi solusi bagi perekonomian nasional. Tingkat ini bisa
dicapai ketika kelak, share perbankan syariah semakin besar dan mencapai
skala keekoomiannya. Sebagai ilustrasi, bila share perbankan syariah
membesar, katakanlah sampai 50% dari total perbankan nasional, maka akan
38
terjadi pergeseran-pergeseran yang mengokohkan ekonomi nasional (Amin,
2009 :79).
B. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan antara Jaringan Kantor Terhadap Total Aset
Seiring dengan peningkatan jaringan kantor bank umum syariah dan
unit usaha syariah maka keberadaan bank syariah dapat lebih dirasakan oleh
masyarakat. Hal ini diduga berpengaruh kepada akses nasabah terhadap bank
syariah untuk menyimpan dana maupun nasabah yang memerlukan
pembiayaan di perbankan syariah.
Menurut teori pemasaran Kotler mengungkapkan bahwa stimuli
pemasaran (marketing simulti) yaitu factor pemasaran yang mendorong
sesorang untuk melakukan suatu tindakan transaksi ekonomi. Variable ini
memiliki empat dimensi, yaitu : product, price, place dan promotion (Kotler,
1997: 92). Sehingga peningkatan jumlah kantor bank syariah (place)
diharapkan dapat mendorong transaksi di bank syariah.
Berdasarkan penelitian Bank Indonesia (BI) diketahui bahwa
kemudahan dan kedekatan lokasi kantor bank syariah dengan pusat kegiatan
masyarakat menentukan akses nasabah terhadap bank syariah.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Hairiennisa Rohaya (2008)
mengungkapkan bahwa variable jaringan kantor perbankan syariah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap total aset perbankan syariah.
39
2. Hubungan antara Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Total Aset
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia menunjukan arah
peningkatan. Aset, DPK dan pembiayaan yang merupakan tiga indikator
pokok perkembangan bank syariah optimis akan terus meningkat seiring
dengan pemahaman masyarakat terhadap konsep perbankan syariah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pratiwhi (2008) dan Ulfah
(2009) yang membuktikan bahwa DPK dan pembiayaan merupakan dua factor
yang mempengaruhi aset secara signifikan yang berarti pengoptimalan aset
dapat dilakukan melalui peningkatan penghimpunan DPK dan
mempromosikan pembiayaan kepada masyarakat.
3. Hubungan antara Jumlah Pekerja Terhadap Total Aset
Saat ini perbankan syariah bukanlah menjadi sebuah lembaga yang
asing dalam dunia perbankan. Perbankan syariah di Indonesia telah
menunjukkan perkembangan yang sangat positif dari waktu ke waktu, baik
ditinjau dari jumlah bank atau kantor cabang bank, aktifitas bisnis, keragaman
produk, dukungan regulator maupun respon masyarakat terhadap keberadaan
bank syariah (Karim, 2006).
Sementara itu, dukungan kalangan akademisi juga semakin terlihat
dengan munculnya kegiatan seminar dan kajian tentang ekonomi, keuangan
dan perbankan syariah (Karim, 2002). Bahkan perguruan tinggi yang secara
khusus membuka program studi ekonomi, keuangan dan perbankan syariah
40
bertambah setiap tahunnya dalam rangka ikut serta membantu penyediaan
sumber daya manusia (SDM) yang semakin dirasakan kebutuhannya oleh
lembaga keuangan dan perbankan syariah.
Menurut Halim Alamsyah dalam milad ke-8 Ikatan Ahli Ekonomi Islam
(IAEI) (2012), ditengah perkembangan industri perbankan syariah, perlu
disadari masih adanya beberapa tantangan yang harus diselesaikan agar
perbankan syariah dapat meningkatkan kualitas pertumbuhannya dan
mempertahankan akselerasinya secara berkesinambungan. Salah satu
tantangan tersebut adalah pemenuhan gap sumber daya insani (SDI), baik
secara kuantitas maupun kualitas. Ekspansi perbankan syariah yang tinggi
ternyata tidak diikuti oleh penyediaan SDI secara memadai sehingga secara
akumulasi diperkirakan menimbulkan gap mencapai 20.000 orang.
4. Hubungan antara Biaya Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Total Aset
Sumber daya manusia memainkan peranan penting baik dalam skala
mikro (organisasi) maupun skala makro (negara). Negara-negara maju yang
menempati posisi papan atas dalam aspek ekonomi dan aspek lainnya tidak
dapat dipisakan dari kehandalan sumber daya manusia yang mereka miliki
(Muhammad, 2005).
Studi-studi empiris (Dension, 1985; Todaro, 1989 ;Reich ;1991 ;Solow
, 1957) menunjukan bahwa SDM menjadi bagian penting dalam proses
pembangunan ekonomi nasioanal atau dalam pembangunan sebuah
41
organisasi. Dansion (1985) mengatakan bahwa produktifitas agregat dan
pertumbuhan ekonomi meningkat seiring dengan sumber daya manusia
setempat. Ia menunjukan bahwa antara tahun 1929 dengan tahun 1982, 73
persen pertumbuhan ekonomi di Amerika berhubungan dengan
perkembangan sumber daya manusia.
Dalam konteks studi ini, sumber daya manusia yang berkualitas tidak
dapat dinafikan perannya bagi pertumbuhan dan kontinuitas bank Syariah.
Sumber daya manusia tidak saja terkait dengan perkembangan produk, tetapi
dalam aspek yang lebih luas sangat menentukan kelanjutan dan
kesinambungan masa depan bank syari’ah (Muhammad, 2005).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Al Arif (2010) semakin tinggi
biaya pendidikan dan pelatihan yang diberikan untuk keterampilan pegawai
turut pula memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penghimpunan
Dana Pihak Ketiga (DPK). Karyawan merupakan ujung tombak perusahaan
dalam menghimpun dana, sehingga semakin tinggi keahlian mereka baik
keahlian dan pengetahuan mengenai perbankan maupun tentang cara mereka
bersikap dan melayani nasabah akan mampu mempengaruhi nasabah sehingga
Dana Pihak Ketiga (DPK) pun akan meningkat.
42
C. Penelitian Terdahulu
Untuk melihat bagaimana hubungan ataupun pengaruh sumber daya modal
dan sumber daya manusia terhadap perkembangan perbankan syariah, telah
banyak dilakukan oleh para ahli maupun peneliti melalui berbagai penelitian.
Mengingat bahwa perbankan syariah sebagai lembaga intermediasi antara
penyimpan dana dan peminjam dana, para peneliti pada umumnya menggunakan
lebih dari satu ukuran keuangan perbankan syariah dalam penelitiannya.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul
Penelitian
Variabel Metode
Analisis
Hasil
Persamaan Perbedaan
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan
Aset Perbankan
Syariah Di
Indonesia
(Yuria Pratiwi
Cleopatra,
2008)
Penelitian ini
sama-sama
menggunakan
variabel
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
dan Jumlah
Kantor Bank
Syariah
Penelitian ini
menggunakan
variabel Non
Performing
Finance (NPF),
Financing to
Deposit Ratio
(FDR), Jumlah
Bank, Tingkat
Suku Bunga,
Inflasi, Office
Chanelling,
Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) ,
Sertifikat Wadi’ah
Bank Indonesia
(SWBI).
Single
Linier
Regression
dan Multi
Linier
Regression
Dana Pihak
Ketiga(DPK),
Jumlah Bank,
Non Performing
Finance (NPF) ,
Financing to
Debt Ratio
(FDR) , dan
tingkat suku
bunga
mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap
pertumbuhan
aset perbankan
syariah di
Indonesia.
Sedangkan
jumlah kantor
bank syariah,
Office
chanelling,
Sertifikat Bank
Indonesia (SBI),
dan Sertifikat
Wadiah Bank
43
Indonesia tidak
berpengaruh
signifikan.
Faktor Yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan
Aset Perbankan
Syariah 2008
(Ellyn Helia
Nur, 2008)
Penelitian ini
sama-sama
menggunakan
Variabel Dana
Pihak Ketiga
(DPK), Non
Performing
Finance
(NPF), dan
Total Aset
Penelitian ini
menggunakan
variabel Return
On Aset (ROA),
dan Sertifikat
Bank Indonesia
(SBI)
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Variabel Non
Performing
Finance (NPF)
dan Dana Pihak
Ketiga (DPK)
mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap
pertumbuhan
Aset Perbankan
Syariah.
Sedang kan
Return On Aset
(ROA, dan
Sertifikat Bank
Indonesia (SBI)
tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan.
Efektifitas
Biaya Promosi
dan Biaya
DIKLAT
Terhadap
Penghimpunan
Dana Pihak
Ketiga di Bank
Syariah (M. Nur
Rianto Al Arif,
2010)
Penelitian ini
sama-sama
menggunakan
Variabel Biaya
Diklat dan
Dana Pihak
Ketiga
Penelitian ini
menggunakan
Variabel Biaya
Promosi
Analisis
Regresi
Ordinary
Least Square
(OLS)
Masing-masing
variabel
independen
yakni Biaya
Promosi dan
Biaya Diklat
secara individu
mempengaruhi
variable Dana
Pihak Ketiga
secara
Signifikan. Hal
tersebut
memberikan
implikasi bahwa
semakin tinggi
biaya promosi
dan biaya diklat
yang dikeluarkan
maka akan
semakin
meningkat pula
44
Dana Pihak
Ketiga.
Analisis
Pengaruh
Kredit, Aset da
Jumlah Pegawai
Terhadap
Pendapatan
Usaha Kecil
Menengah
(UKM)
Penerima Kredit
Bank
Perkreditan
Rakyat
(Rochmawati
Malik dan
Hotniar
Siringoringo
Penelitian ini
sama-sama
menggunakan
variable aset
UKM,
Pendapatan
UKM dan
jumlah
pegawai
Penelitian ini
menggunakan
variabel Kredit
UKM
Analisis
Deskriptif
Berdasarkan
hasil analisis
maka ditarik
kesimpulan
bahwa kredit
berpengaruh
positif, langsung
dan
signifikan
terhadap aset
UKM, kredit
berpengaruh
positif, langsung
dan
signifikan
terhadap jumlah
pegawai UKM.
Kredit
berpengaruh
positif,
langsung dan
signifikan
terhadap
pendapatan
UKM,
sedangkan aset
berpengaruh
negatif, tidak
langsung dan
signifikan
terhadap
pendapatan
UKM.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran digunakan untuk menunjukkan arah pernyusunan
penelitian dan mempermudah dalam mernganalisa masalah yang dihadapi, maka
diperlukan suatu kerangka pemikiran yang akan memberikan gambaran tahap-
45
tahap penelitian untuk mencapai suatu kesimpulan. Kerangka pemikiran
merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka,
yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam
memberikan solusi atau alternative solusi dari serangkaian masalah yang
ditetapkan (Rodoni, 2010).
Pesatnya pertumbuhan Bank Syariah dapat dilihat dari tiga indicator utama
Bank Syariah, yaitu Total Aset, Dana Pihak Ketiga dan pembiayaan menunjukkan
betapa kompetitif dan universalnya system syariah yang telah diterapkan pada
system perbankan nasional. Dalam penelitian ini penulis menggunakan total aset
sebagai variable dependen. Hal tersebut disebabkan, total aset merupakan salah
satu indicator keuangan yang digunakan untuk mengukur pangsa pasar perbankan
syariah. Selain itu, total aset juga merupakan inidikator ukuran perbankan.
Dalam konsep dasar dari penelitian ini adalah menguji sumber daya modal
dan sumber daya manusia terhadap perkembangan perbankan syariah. Dalam
penelitian ini, dilakukan terhadap dua variabel sumber daya modal (Jaringan
Kantor dan DPK) dan dua variabel sumber daya manusia (jumlah pekerja dan
biaya pendidikan dan pelatihan) sebagai variabel independen yang diduga
berpengaruh terhadap total aset perbankan syariah (variabel dependen).
Secara ringkas kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat dari
bagan alir yang disajikan pada pada Gambar 2.1.
46
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Jaringan Kantor (X1)
Dana Pihak Ketiga
(X2)
Jumlah Pekerja (X3)
Biaya Pendidikan dan
Pelatihan (X4)
Total Aset Perbankan Syariah
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinieritas
3. Uji Autokorelasi
4. Uji Heterokedastisitas
Perbankan Syariah Indonesia
Regresi Linier Berganda
Sumber Daya Modal
Uji Statistik
1. Uji t (Parsial)
2. Uji f (Simultan)
Sumber Daya Manusia
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
47
E. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Variabel Jaringan Kantor Terhadap Total Aset
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Jaringan Kantor
terhadap Total Aset Perbankan Syariah.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Jaringan Kantor terhadapTotal
Aset Perbankan Syariah.
2. Variabel Dana Pihak Ketiga Terhadap Total Aset
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Dana Pihak Ketiga
terhadap Total Aset Perbankan Syariah.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Dana Pihak Ketiga terhadap
Total Aset Perbankan Syariah.
3. Variabel Jumlah Pekerja Terhadap Total Aset
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Jumlah Pekerja terhadap
Total Aset Perbankan Syariah.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Jumlah Pekerja terhadap Total
Aset Perbankan Syariah.
4. Variabel Biaya Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Total Aset
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Biaya pendidikan dan
Pelatihan terhadap Total Aset Perbankan Syariah.
48
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Biaya Pendidikan dan
Pelatihan terhadap Total Aset Perbankan Syariah.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang menggunakan data runtut
waktu (time series) yaitu : Total Aset (TA), Jaringan Kantor (JK), Dana Pihak
Ketiga (DPK), Jumlah Pekerja (JP) dan Biaya Pendidikan dan Pelatihan (BPP)
pada Bank umum syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) mulai dari bulan
Juni 2011 sampai Juni 2015. Metode yang digunakan adalah metode analisis
regresi linier berganda.
Pada tahap awal penelitian ini penulis mempelajari teori-teori yang
berhubungan dengan jaringan kantor, dana pihak ketiga, biaya pendidikan dan
pelatihan, jumlah pekerja dan total aset. Kemudian menganalisis perbandingan
antar variabel dari teori-teori tersebut dengan permasalahan yang ada saat ini.
Kemudian tahap selanjutnya pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari Bank
Indonesia (BI) dan Otoraitas Jasa Keuangan (OJK). Setelah diperoleh data maka
selanjutnya tahap pengujian dengan menggunakan uji ekonometrika.
B. Teknik Pengumpulan Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada
masyarakat penggunaan data (Kuncoro, 2009 : 148). Penelitian ini menggunakan
50
data time series selama kurun waktu 2011-2015. Adapun sumber data dalam
penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh
lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat penggunaan data
(Kuncoro, 2009 : 148).
C. Teknik Analisis Data
Melihat kepada permasalahan dan tujuan yang telah dirmuskan, maka
pendekatan keilmuan yang digunakan yaitu dengan menerapkan pendekatan
keilmuan analisis statistik dan ekonometrik serta ekonomi murni. Dimana metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Model regresi untuk hubungan antara variabel-variabel bebas (Jaringan
Kantor, DPK, Jumlah Pekerja, Biaya Pendidikan dan Pelatihan) dengan variabel
tidak bebas (Total Aset) .
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui seberapa besar
tingkat pengaruh variabel independen dengan variabel dependen. Metode ini
juga bisa digunakan sebagai ramalan sehingga dapat diperkirakan antar baik
atau buruknya variabel independen terhadap naik turunnya suatu tingkat
variabel dependen, begitu juga sebaliknya.
Teknik estimasi variabel dependen yang digunakan adalah Ordinary
Least Square (OLS) yaitu mengestimasi garis regresi dengan jalan
51
meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis
tersebut (Imam Ghozali, 2005).
Model persamaan regresi secara umum berbentuk sebagai berikut :
Y= a +b1x1+b2x2+b3x3+b4x4+e
Dimana :
Y = Total aset perbankan syariah
a = Bilangan konstan
b1X1 = Koefesien regresi X1 (jaringan kantor)
b2X1 = Koefisien regresi X2 (DPK)
b3X3 = Koefisien regresi X3 (Jumlah Pekerja)
b4X4 = Koefisien regresi X4 (Biaya Pendidikan dan Pelatihan )
e = standar error
2. Uji Asumsi Klasik
Berbagai masalah yang sering dijumpai dalam analisis regresi dan korelasi
adalah: multikolineritas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan normalitas.
a. Uji Normalitas
Widarjono (2010: 111) menjelaskan bahwa salah satu asumsi model
regresi adalah residual mempunyai distribusi normal. Apa
konsekuensinya jika model tidak mempunyai residual yang berdistribusi
normal? Uji t untuk melihat signifikansi variabel independen terhadap
52
variabel dependen tidak bisa diaplikasikan jika residual tidak mempunyai
distribusi normal.
Dalam analisis multivariat, para peneliti menggunakan pedoman
kalau tiap variabel terdiri atas 30 data, maka data sudah berdistribusi
normal. Apabila analisis melibatkan 3 variabel, maka diperlukan data
sebanyak 3 × 3 = 90 (Winarno, 2012: 5.37).
Pelanggaran terhadap kenormalan dapat terjadi karena terok tidak
berasal dari populasi normal atau adanya beberapa data, biasanya di
pinggir, yang merupakan pencilan (penyebabnya tidak jelas atau berasal
dari populasi lain yang tidak sama dengan bagian terbesar data lainnya)
(Sembiring, 2003: 65).
Menurut Algifari (2013: 32-33) pengujian terhadap normalitas ini
dapat dilakukan dengan banyak cara, seperti uji chi-square goodness of
fit atau uji jarque-bera.
Pengujian normalitas dengan uji chi-square goodness of fit. Jika nilai
x2 lebih kecil daripada nilai kritisnya (x2 tabel; df. = n-1-k; dimana n
adalah banyaknya kelas dan k adalah banyaknya parameter yang
disetimasi), maka dapat disimpulkan bahwa kesalahan pengganggunya
(disturbance ui) kemungkinan berasal dari distribusi hipotesis (distribusi
normal).
Menurut Winarno (2011: 5.39) bila nilai jarque-bera tidak signifikan
(lebih kecil dari 2), maka data berdistribusi normal. Bila probabilitas lebih
53
besar dari 5% (bila anda menggunakan tingkat signifikansi tersebut),
maka data berdistribusi normal (hipotesis nolnya adalah data berdistribusi
normal).
Rosadi (2012: 36) menjelaskan bagaimanakah jika data tidak
berdistribusi normal? Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam keadaan
ini adalah melakukan transformasi terhadap data. Jika data menceng dan
semuanya bernilai positif, salah satu metode transformasi yang dapat
digunakan adalah menggunakan transformasi power (y = xλ untuk λ ≠ 0
dan y = ln(x) untuk λ = 0), atau ekuivalennya, dengan menggunakan
metode Box-Cox power (y = (xλ – 1)/ λ untuk λ ≠ 0 dan y = ln(x) untuk
λ = 0).
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linier antar
variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel independen,
maka multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi
sederhana (yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel
independen) (Winarno, 2011: 5.1) .
Gujarati dalam Ariefianto (2012: 53) menyatakan bahwa
multikolinearitas adalah fenomena sampling. Ia terjadi pada sampel dan
bukan pada populasi. Hal ini tentu saja jika kita telah menspesifikasikan
variabel yang masuk ke dalam model dengan benar (misalnya tidak ada
54
variabel yang merupakan multiplikasi dari variabel lain). Dengan kata lain,
jika dimungkinkan untuk bekerja pada populasi maka multikolinearitas tidak
akan pernah menjadi suatu masalah.
Winarno (2011: 5.7) menjelaskan apabila model prediksi kita
memiliki multikolinearitas, akan memunculkan akibat-akibat berikut ini:
1) Estimator masih bersifat BLUE, tetapi memiliki varian dan kovarian
yang besar, sehingga sulit dipakai sebagai alat estimasi.
2) Interval estimasi cenderung lebar dan nilai statistik uji t akan kecil,
sehingga menyebabkan variabel independen tidak signifikan secara
statistik dalam mempengaruhi variabel independen.
Menurut Montgomery dan Peck dalam Ariefianto (2012: 52) Terdapat
beberapa penyebab multikolinearitas, di antaranya:
1) Cara pengambilan data dan kecilnya ukuran sampel
2) Pembatas pada model ataupun populasi yang disampel. Misalny kita
meregresi konsumsi listrik terhadap pendapatan dan ukuran rumah.
Disini populasi dari mana sampel diperoleh memiliki karakteristik
kolinieritas, dimana individu yang memiliki pendapatan tinggi
umumnya memiliki rumah berukuran besar.
3) Spesifikasi model. Penambahan polynomial (x2, x3, dst) berpotensi
menimbulkan masalah multikolinieritas teruta,a jika kisaran nilai x yang
dimiliki adalah kecil.
55
4) Model yang overdetermined. Hal ini terjadi jika model dimaksud
memiliki lebih banyak variable dibandingkan jumlah sampel
(umumnya terjadi pada penelitian medis).
5) Common trend. Terutama jika menggunakan timeseries, banyak
variable seperti GDP, Konsumsi Agregat, PMA dan sebagainya
bergerah searah berdasarkan arah waktu.
Menurut Winarno (2011: 5.1) kondisi terjadinya multikolinieratas
ditunjukan dengan berbagai informasi, salah satunya yaitu nilai R2 tinggi,
tetapi variable independen banyak yang tidak signifikan.
Menurut Widarjono (2010:77-82) ada beberapa metode untuk
mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinieritas dalam suatu model
regresi berganda :
1) Korelasi parsial antar variable independen. Multikolineritas bias
dideteksi dengan melihat korelasi linier antara variable independen di
dalam regresi. Sebagai aturan main yang kasar (rule of thumb), jika
koefisien korelasi cukup tinggi yaitu di atas 0,85 maka kita duga ada
multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi
kurang dari 0,85 maka kita duga model tidak mengandung unsur
multikolinieritas. Akan tetapi perlu kehati-hatian terutama pada time-
series karena jenis data time series seringkali menunjukkan korelasi
antar variable independen cukup tinggi. Korelasi tinggi ini terjadi
56
karena data time series seringkali menunjukkan unsur tren yaitu data
bergerak naik dan turun secara bersamaan.
2) Regresi auxiliary. Multikolinieritas bias terjadi karena satu atau lebih
variable independen merupakan kombinasi linier dengan variable-
variabel independen lain. Jika hal terjadi maka deteksi masalah
multikolinieritas dilakukan dengan melakukan regresi setiap variable
independen dengan sisa variable-variabel independen disebut degan
regresi auxiliary. Jika nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-kritis
dengan tingkat signifikansi α dan derajat kebebasan tertentu maka
dapat disimpulkan model mengandung unsur multikolinieritas.
Sebaliknya jika nilai F-hitung lebih kecil dari nilai F-kritis maka tidak
terdapat hubungan linier antara satu variable X dengan Variabel X
yang lain.
3) Metode deteksi klien. Klien menyarankan untuk mendeteksi maslaah
multikolinieritas dengan hanya membandingkan koefisien determinasi
auxiliary dengan koefisien determinai (R2) model regresi aslinya yaitu
Y dengan variable independen X. sebagai rule of thumb uji klien ini,
jika R2 x1,x2,x3,..x4 lebih besar dari R2 maka model mengandung unsur
multikolinieritas anatara variable independennya dan jika sebaliknya
maka tidak ada korelasi antar variable independen.
57
Terdapat suatu kemungkinan memperbaiki dengan data yang ada
beberapa hal yang disarankan untuk dilakukan diantaranya (Ariefianto,
2012 ; 54) :
1) Penggunaan informasi apriori. Informasi aprori adalah informasi yang
bersifat non-sample. Ia tidak berasal dari data melainkan dari teori,
penelitian lainnya atau judgment peneliti.
2) Penggunaan data panel. Data semacam ini memiliki beberapa karakter
yang berguna bagi penelitian dan robust terhadap beberapa
pelanggaran asumsi (termasuk multikolinieritas).
3) Penggantian atau mengeluarkan variable. Hal ini dilakukan jika tidak
menyebabkan specification error (variable yang dihilangkan tidak
berasal dari teori) dan bersifat subtitusi terhadap variable lainnya.
4) Tranformasi variable. Beberapa untuk transformasi yang umum
digunakan adalah first different, ratio transformation (seperti pada
WLS) dan bentuk log.
c. Uji Heterokedastisitas
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Tidak
adanya heterokedastisitas dapat dinyatakan sebagai berikut (Gujarati,
2007 : 82)
Pada persamaan diatas varians adalah tetap sebesar untuk setiap tidak
kesamaan inilah yang disebut sebagai heterokedastisitas. Pada
58
heterokedastisitas terdapat pengaruh positif antara X dan Y, dimana nilai
Y meningkat searah dengan nilai X, semakin besar nilai variable bebas X
dan variable Y, semakin jauh koordinat (X,Y) dan garis regresi (error
makin besar).
Pendeteksian heterokedastisitas dalam model ini dengan
menggunakan Uji White Heterokedastisity yaitu dengan melakukan
estimasi fungsi regresi terlebih dahulu dengan menspesifikasikan variable
bebas dan variable tidak bebas (Gujarati, 2007 :89)
Dari hasil uji White Heterokedastisity kriteria untuk mengetahui ada
tidaknya heterokedastisitas yaitu, jika Probabilitas R2 lebih besar a=5%
maka tidak ada heterokedastisitas (terima H0, tolak H1), sebaliknya jika
R2 lebih kecil a 5%= maka ada heterokedastisitas (tolak H0, terima H1).
d. Uji Autokorelasi
Autocorrelation adalah hbungan antara residual satu observasi dengan
residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data
yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa
sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya. Meskipun
demikian tetap dimungkinkan autokorelasi dijumpai pada data yang
bersifat antar objek (cross-section) (Winarno, 2011 : 5.26).
59
Menurut Winarno (2011: 5.27) apabila dat yang kita analisis
mengandung autokorelasi, maka estimator yang kita dapatkan memiliki
karakteristik berikut ini :
1) Estimator metode kuadrat terkecil masih linier.
2) Estimator metode kuadrat terkecil masih tidak bias.
3) Estimator metode kuardat terkecil tidak mempunyai varian yang
minimum (no longer best ).
Menurut Wooldridge (2005), Vogelvang (2005), dan Gujarati (2003)
dalam Ariefinato (2012: 27-28) secara spesifik, beberapa penyebab
autokorelasi (atau juga sering disebut korelasi serial ) diantaranya :
1) Inertia. Salah satu karakteristik umum dari data yang bersifat time
series adalah adanya inertia (sluggishness). Penyesuaian akibat suatu
goncangan terhadap variable makro ekonomi adalah bersifat
bertahap, dan berlansung sepanjang waktu tertentu.
2) Specification bias. Yakni kesalahan dalam menspesifikasi model.
Terdapat dua tipe kesalahan, yakni mengeluarkan variable yang
seharusnya ada pada model (omitted variable ) dan bentuk fungsional
yang tidak benar.
3) Fenomena Cobweb. Sering terjadi pada pemodelan dimana terdapat
suatu fenomean lagged response.
60
4) Rekayasa data. Karena satu hal lain, seorang peneliti kadang harus
“menukangi” data. Salah satu praktik “menukangi data” yang sering
terjadi misalnya akibat perbedaan frekuensi.
5) Dampak musiman. Misalnya variable terikat yang kita gunakan
memiliki karakter musiman (misalnya produksi beras ), sedangkan
variable penjelas yang digunakan tidak. Apabila variable terikat ini
tidak disesuaikan terlebih dahulu (deseasonalized) maka residual dari
regresi akan menunjukkan karakter musiman yang ada pada variable
terikat.
Mengingat dampak autokorelasi adalah negative terhadap inferensi
maka perlu dilakukan suatu tindakan. Namun demikian sebelum
melakukan tindakan perlu diketahui terlebih dahulu apakah model yang
dimiliki mengalami autokorelasi. Beberapa metode yag dapat digunakan
diantarnya (Ariefianto, 2012 : 29-31)
1) Observasi Grafik Residual terhadap waktu. Teknik ini bersifat
kasual umumnya namun cukup efektif sebagai evaluasi awal.
2) Statistik Durbin-Watson DW (1951). Adalah teknik deteksi
autokorelasi yang paling banyak digunakan. Statistik DW adalah
suatu prosedur rutin yang umum ditemukan pada banyak software
statistic, sehinga yang dilakukan adalah melihat apakah nilai
dimaksud terletak di antara 2<DW<4-du untuk menentukan ada
tidaknya autokorelasi.
61
3) Pengujian autokorelasi linier berorde tinggi (Breusch-Godfrey
Test). Ada kalanya kita menduga bahwa autokorelasi yang terjadi
adalah paa orde yang tinggi.
Ariefianto (2012: 31-33) juga menjelaskan jika pada model regresi
yang diperoleh ternyata terdeteksi adanya autokorelasi, maka dilakukan
prosedur koreksi. Prosedur koreksi dilakukan berdasarkan kasus yang
relevan (bentuk dan asumsi autokorelasi) yang dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Autokorelasi yang disebabkan oleh fenomena cobweb. Jika kita
yakin bahwa autokorelasi disebabkan karena adanya mekanisme
(cobweb (lagged response) maka prosedur koreksi dapat dilakukan
dengan menambahkan term lag variable terikat (y+1) pada model
regresi awal.
2) Autokorelasi berbentuk AR (1) dan ρ diketahui jika dapat
memperoleh estimasi tidak bias atau koefisien autokorelasi, maka
prosedur koreksi yang dilakukan adalah suatu varian dari GLS.
Teknik koreksi seperti ini dikenal sebagai prosedur Cochrane-
Orrcutt. Eviews telah membuat built in rountine melaksanakan
teknik koreksi ini. Prosedur yang dilakukan sangat sederhana
dengan hanya menambahkan ar (t), dibelakang syntax regresi
(Startz dalam Ariefianto,2012: 32), dimana t adalah derajat
autoregresi yang duduga terjadi (terdeteksi).
62
3) Serial Correlation Robust Standard Error. Seperti yang telah
diuraikan diatas dampak adanya autokorelasi adalah standar error
parameter menjadi bias. Dengan demikian salah satu cara untuk
mengoreksi kondisi ini adalah dengan membuat formulasi standar
error parameter yang tidak bias (disebut dengan serial correlation
ribust tandard error. Pada eviews prosedur koreksi standar error
Newey-West (1987) telah menjadi suatu rutinitas yang dapat
diakses pada sub menu option pada window estimasi.
3. Uji Signifikansi
Sebagai alternative, adna dapat menggunakan pendekatan ini dengan
memperoleh statistic uji yang relevan (misalnya, statistic uji t) dengan
hipotesis nol dan mencari nilai p untuk mendapatkan nilai tertentu dari
statistic uji menurut distribusi probabilitas yang sesuai (mialnya, distribusi t,
F,X2). Jika probabilitas ini lebih kecil dari nilai a yang telah ditetapkan
sebelumnya anda dapat menolak hipotesis nol. Tetapi jika probabilitas
tersebut lebih besar dari a, jangan menilak hipotesis nol. Jika anda tetap ingin
menetapkan nilai a terlebih dahulu, cukuo tampilkan p dari statistic uji
(Gujarati, 2007 : 109).
a. Uji t Statistik (Parsial)
Uji t ini deigunakan untuk membuktikan apakah ariabel independen
secara individu mempengaruhi variable dependen. Ada dua hipotesis
63
yang diajukan oleh setiap peneliti yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis
alternative (H1). Hipotesis nol merupakan angaka numerik dari nilai
parameter populasi. Hipotesis nol ini dianggap benar sampai kemudian
bisa dibuktikan salah berdasarkan data sampel yang ada. Sementara itu
hipotesis alternative merupakan lawan dari hipotesis nol. hipotesis
alternative ini harus benar ketika hipotesis nol terbukti salah
(Widarjono, 2010: 25)
Berdasarkan data yang tersedia, akan dilakukan pengujian terhadap β
(koefisien regresi populasi), apakah sama dengan nol, yang berate tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable terikat, atau
tidak sama dengan nol, yang berate mempunyai pengaruh signifikan
(Usman dan Nachrowi, 2002 : 24-25).
Menurut Widarjono (2010 : 28) signifikansi tidaknya sebuah variable
independen di dalam analisis regresi bias dilihat dari nilai ρ
dibandingakn dengan nilai α yang dipilih maka kita menoalk hipotesis
nol (H0) atau menerima hipotesis alternative (H1) dan sebaliknya jika
nilai probabilitas ρ lebih besar dari nilai α maka kita dapat menerima
hipotesis nol atau menolak hipotesis alternative. Setiap program
computer untuk olah data ekonometika selalu memberi informasi
tentang besarnya nilai probabilitas ρ sehingga kita bias secara cepat
mengevaluasi apakah variable independen berpengaruh terhadap
variable dependen.
64
b. Uji F Statistik (Simultan)
Uji F digunaakan untuk mengevaluasi pengaruh semua variable
independen terhadap variable dependen (Widarjono, 2010: 22).
Pengujian terhadap pengaruh variable independen secara bersama-sama
(simultan) terhadap perubahan nilai variable dependen dilakukan
melalui pengujian terhadap besarnya perubahan nilai variabel dependen
yang dapat dijelaskan (explained) oeh perubahan nilai semua variable
independen.
Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan antara
nilai F-hitung dengan nilai F-tabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat
signifikansi yang digunakan. Jika F-hitung lebih kecil daripada F-tabel,
maka keputusannya adlah menerima daerah penerimaan hipotesis nol
(H0). Artinya, secara statistic dapat dibuktikan bahwa smeua variable
independen tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai variable
dependen. Sedangkan jika F-hitung lebih besar daripada F-tabel maka
keputusannya adalah menolak hipotesis nol (H0) dan menerima
hipotesis alternative (H1). Artinya, secara statistic data yang digunaka
membuktikan bahwa semua variable independen berpengauh terhadap
nilai variable dependen (Algifari, 2013 : 72-73).
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjustment R Square)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa baik
garis regrsi sesuai dengan data aktualnya (goodness of ft). koefisien
65
determinasi ini mengukur presentase total variasi variable depende Y
yang dijelaskan oelah variable independen di dalam garis regresi
(widarjono, 210: 19).
Bila R2=0, artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama
sekali. Sementara bila R2 = 1, artina variasi dari Y, 100% dapat
diterangkan oleh X. dengan kata lain bila R2 = 1, aka semua titik
pengamatan berada pada garis regresi. Dengan demikian, ukuran
goodness of fit dari suatu model ditentukan leh R2 yang nilainya antara
nol dan 1 (Usman dan Nachrowi, 2002: 21-22).
D. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel dependen
Aset yaitu kekayaan bank baik yang berbentuk benda berwujud atau tidak
berwujud yang diperoleh melalui utang dan atau modal sendiri. Lembaga
keuangan seperti bank mempunyai karakteristik khusus karena ada yang
berbentuk penyaluran dana (Ihsan, 2013: 29).
Bila Share Perbankan syariah membesar, katakanlah sampai 50% dari
perbankan nasional, maka akan terjadi pergeseran-pergeseran yang
mengokohkan ekonomi nasional (Amin, 2009: 79). Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data nominal total aset perbankan syariah (BUS
dan UUS) di Indonesia pada Juni 2011-2015.
66
2. Variabel Independen
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan pengaruh sumber daya modal dan sumber daya
manusia terhadap perkembangan perbankan syariah, maka penelitian ini
menspesifikasikan variabel independen dan definisi operasional sebagai
berikut:
a. Jaringan Kantor
Penentuan jaringan kantor cabang bank syariah adalah dengan
menjumlahkan Kantor Pusat Operasional (untuk BUS), Kantor
Cabang (Untuk UUS), Kantor Cabang Pembantu (BUS dan UUS),
serta Unit Pelayanan Syariah (BUS dan UUS) yang beroperasi di
Indonesia. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan perhitungan jangka
waktu perbulan, yaitu dari bulan Juni 2011 – Juni 2015 dan dinyatakan
dalam bentuk unit.
b. Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga adalah penghimpunan dana dari masyarakat yang
dilakukan oleh bank konvensional maupun syariah dengan
menggunakan instrumen tabungan, deposito dan giro. Data
operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dana Pihak
Ketiga (BUS dan UUS) di Indonesia yang diperoleh dari Statistik
Perbankan Syariah yang dipublikasikan Otoritas Jasa Keuangan
67
berdasarkan perhitungan jangka waktu perbulan, yaitu dari bulan Juni
2011 – Juni 2015 dan dinyatakan dalam bentuk Miliar Rupiah.
c. Jumlah Pekerja
Sumber daya utama dalam sebuah organisasi adalah sumber daya
manusia (human capital), yaitu tenaga kerja (Pekerja). Sumber daya
manusia tidak saja terkait dengan perkembangan produk, tetapi dalam
aspek yang lebih luas sangat menentukan kelanjutan dan
kesinambungan masa depan bank syari’ah (Muhammad, 2005). Data
operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jumlah
Pekerja (BUS dan UUS) di Indonesia yang diperoleh dari Statistik
Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan
dalam perhitungan jangka waktu perbulan , yaitu dari bulan Juni 2011
– Juni 2015.
d. Biaya Pendidikan dan Pelatihan
Biaya pendidikan dan pelatihan merupakan seluruh biaya yang
dikeluarkan dalam rangka pendidikan dan pelatihan pegawai, dimana
mencakup biaya pendidikan, pelatihan, kursus, seminar serta
sumbangan-sumbangan yang diberikan kepada lembaga pendidikan
yang mengkhususkan pada pendidikan perbankan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Biaya pendidikan dan Pelatihan
(BUS dan UUS) di Indonesia yang diperoleh dari Sttatistik Perbankan
Syariah yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam
68
perhitungan jangka waktu perblan, yaitu dari bulan Juni 2011 – Juni
2015 dinyatakan dalam bentuk Miliar Rupiah.
69
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya yang
didirikan dengan kewenangan untuk menghimpun dana simpanan masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Menurut Undang-Undang
Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 Nopember
1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyaurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup oang banyak.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1998 tanggal 10
Nopember tahun 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha
perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana
dan merupakan pokok bank sedangkan jasa bank lainnya hanya kegiatan
pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa pengumpulan dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan gro, tabungan dan deposito. Kegiatan
menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman dana tau bentu-bentuk
lainnya.
70
Pendirian bank syariah di Indonesia bermula sejak tahun 1998, pada saat
pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang mengatur
deregulasi industri perbankan di Indonesia. Para ulama itu telah berusaha
mendirikan bank bebas bunga, tetapi tidak ada satupun perangkat hukum yang
dapat dirujuk kembali kecuali adanya penafsiran dari peraturan perundang-
undangan yang ada bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0
persen (Arifin, 2002 ).
Kemudian pada tahun 1998 pemerintah menetapkan UU No. 10 tahun
1998 yang mengatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis yang dapat
dioperasikan dan dimplementasikan oleh bank syariah, undang-undang
tersebut juga memberikan arahan bagi bak-bank konvensional untuk
membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi
bank syariah. Peluang tersebut disambut antusias oleh masyarakat perbankan.
Sebagian bank mulai membuka divisi atau cabang syariah dalam institusinya
ada pula bank yang mengkonversi diri sepenuhnya menjadi bank syariah.
2. Gambaran Umum Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah total aset bank syariah,
jaringan kantor, dana pihak ketiga, jumlah pekerja dan biaya pendidikan dan
pelatihan perbankan syariah di Indonesia dengan periode penelitian dari bulan
Juni 2011 sampai dengan bulan Juni 2015.
71
MIli
ar
a. Perkembangan Total Aset
Menurut Muhammad (2005) aset adalah sesuatu yang mampu
menimbulkan aliran kas positif atau manfaat ekonomi lainnya, baik
dengan dirinya sendiri ataupun dengan aset yang lain, yang haknya didapat
oleh perbnakna syariah yang sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di
mas lalu. Yang termasuk dalam total aset perbankan syariah adalah kas,
penempatan pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain,
pembiayaan yang diberikan, penyertaan penyisihan pengapusan aktiva
produktif, aktiva tetap dan inventaris dan rupa-rupa aktiva.
Grafik 4.1
Perkembangan Total Aset
Grafik 4.1 di atas menjelaskan bahwa total aset mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Terlihat pada grafik, total aset perbankan
Rp0
Rp50.000
Rp100.000
Rp150.000
Rp200.000
Rp250.000
Rp300.000
Juni 2011 Juni 2012 Juni 2013 Juni 2014 Juni 2015
72
syariah terus mengalami peningkatan dari tahun 2011 hingga tahun 2015.
Pada tahun 2011 total aset yang dimiliki bank syariah sebesar Rp 109.750
Miliar kemudian meningkat pada tahun 2012 sebesar 41,6% menjadi Rp
Rp 155.412 Miliar, pada tahun 2013 meningkat sebesar 40,6% menjadi Rp
218.566 Miliar, pada tahun 2014 meningkat sebesar 15,25% menjadi Rp
251.909 Miliar, dan kemudian pada tahun 2015 meningkat sebesar 9,14%
menjadi Rp 274.940 Miliar. Dari Juni 2011 sampai dengan Juni 2015
peningkatan total aset bank syariah terbesar terjadi pada tahun 2012 dengan
kenaikan sebesar 41,6%.
b. Perkembangan Jaringan Kantor
Jumlah kantor bank berkaitan dengan kemudahan serta fasilitas
serta pelayanan yang ditawarkan pada masyarakat. Semakin banyaknya
jumlah kantor bank maka kesempatan masyarakat untuk menabung di
semakin banyak dan meningkat. Dengan kondisi seperti ini maka akan
semakin membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin memenugi
kebutuhannya di bidang perbankan. Dalam hal ini adalah menabung atau
menyimpan dananya pada lembaga perbankan, tanpa adanya alasan yang
disebabkan lokasi bank yang jauh dari tempat tinggal, sehingga mereka
malas dan enggan untuk menabungkan uangnya di bank karena tidak
memiliki waktu luang (Latumeiririsa, 1999).
73
Grafik 4.2
Perkembangan Jaringan Kantor
Pada grafik 4.2 terlihat bahwa perkembangan perbankan syariah di
indonesia mengalami kemajuan dari waktu ke waktu ditandai dengan
bertambahnya jaringan kantor bank syariah. Hal ini terlihat dari data yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Pada
Juni 2011 hanya terdapat 1.632 unit jaringan kantor bank syariah ,
kemudian pada Juni 2012 meningkat sebesar 22,4 % menjadi 1.999 unit
jaringan kantor, kemudian pada Juni 2013 meningkat sebesar 21,06 %
menjadi 2.420 unit unit jaringan kantor, kemudian pada Juni 2014
meningkat sebesar 6,4 % menjadi 2.575 unit jaringan kantor, sedangkan
pada Juni 2015 mengalami penurunan sebesar 4,9% menjadi 2.448 unit
jaringan kantor.Menurut Mulya Siregar , Deputi Komsioner OJK, hal
tersebut terjadi karena perbankan syariah tengah melakukan konsolidasi
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Juni 2011 Juni 2012 Juni 2013 Juni 2014 Juni 2015
74
MIL
IAR
dan berdampak pada pelambatan pertumbuhan pembiayaan pada
perbankan syariah (www.bisnis.com).
c. Perkembangan Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga dalam UU Perbankan RI tahun 1998 tentang
perbankan adalah dana yang dipercyakan masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dlam bentuk giro, deposito,
tabungan dan atau bentuk lainnya yang disamakan dengan itu.
Pertumbuhan dana pihak ketiga menjadi sangat penting untuk tetap
terjaga pertumbuhannya, yaitu tidak lain untuk kepentingan semakin
masifnya pembiayaan yang akan diberikan bank syariah kepada calon
nasabah.
Grafik 4.3
Perkembangan Dana Pihak Ketiga
Pada grafik 4.3 terlihat bahwa dari bulan juni tahun 2011 sampai
dengan juni 2015, dana pihak ketiga yang terkumpul diperbankan syariah
Rp0
Rp50.000
Rp100.000
Rp150.000
Rp200.000
Rp250.000
Juni 2011 Juni 2012 Juni 2013 Juni 2014 Juni 2015
75
terus meningkat. Pada Juni 2011 Dana Pihak Ketiga Bank Syariah yang
terhimpun sebesar Rp 87.25 Miliar, kemudian pada Juni 2012 mengalami
peningkatan sebesar 37,06% menjadi Rp 119.279 Miliar, kemudian pada
Juni 2013 mengalami peningkatan sebesar 37,46% menjadi Rp 163.966
Miliar, kemudian pada Juni 2014 mengalami peningkatan sebesar 16,77%
menjadi 191.470 Miliar, kemudian pada Juni 2015 mengalami
peningkatan sebesar 11,49% menjadi Rp 213.478 Miliar. Peningkatan
terbesar terjadi pada tahun 2013 dengan peningkatan sebesar 37,4 % dari
tahun sebelumnya.
d. Perkembangan Jumlah Pekerja
Seiring makin berkembangnya perbankan syariah di Indonesia, hal
tersebut juga harus di imbangi dengan kebutuhan tenaga kerja perbankan
syariah. Hal tersebut untuk meningkatkan pelayanan prima dan edukasi
untuk para nasabah terkait produk perbankan syariah.
Grafik 4.4
Jumlah Pekerja
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Juni 2011 Juni 2012 Juni 2013 Juni 2014 Juni 2015
76
Pada grafik 4.4 terlihat bahwa jumlah pekerja di perbankan syariah
terus mengalami peningkatan dari mulai juni 2011 sampai dengan juni
2015. Pada Juni 2011, jumlah pekerja bank syariah sebanyak 18.397
pekerja, kemudian meningkat pada Juni 2012 sebesar 34,55% jumlah
pekerja, kemudian pada Juni 2013 meningkat sebesar 40,2% menjadi
34.726 jumlah pekerja, kemudian pada Juni 2014 meningkat sebesar
26,8% menjadi 44.043 jumlah pekerja, kemudian pada Juni 2015
meningkat sebesar 21,6% menjadi 53.589 jumlah pekerja. Peningkatan
terbesar terjadi pada tahun 2012 – 2013, meningkat sebanyak 40,2 %.
e. Perkembangan Biaya Pendidikan dan Pelatihan
Sumber daya manusia yang berkualitas tidak dapat dinafikan
perannya bagi pertumbuhan dan kontinuitas bank syariah. Sumber daya
manusia tidak saja terkait dengan perkembangan produk, tetapi dalam
aspek yang lebih luas yang sangat menentukan kelanjutan dan
kesinambungan masa depan perbankan syariah (Muhammad, 2005).
Oleh karena itu perbankan syariah terus meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki dengan memberikan pendidikan dan
pelatihan bagi karyawan bank syariah agar terciptanya sumber daya
manusia yang kompeten dan handal di tengah perkembangan perbankan
syariah itu sendiri.
77
MIL
IAR
Grafik 4.5
Perkembangan Biaya Pendidikan dan Pelatihan
Pada grafik 4.5 terlihat bahwa biaya yang dikeluarkan perbankan
syariah untuk pendidikan dan pelatihan karyawan terus mengalami
peningkatan mulai dari juni 2011 sampai dengan juni 2015. Pada Juni
2011 biaya yang dikeluarkan perbankan syariah untuk pendidikan dan
pelatihan para pekerja yakni sebesar Rp 29 Miliar, kemudian pada Juni
2012 meningkat sebesar 62,06% menjadi Rp 47 Miliar, kemudian pada
Juni 2013 meningkat sebesar 42,55% menjadi Rp 67 Miliar, kemudian
pada Juni 2014 mengalami penurunan sebesar 10,44% menjadi Rp 60
Miliar, dan kemudian pada Juni 2015 meningkat sebesar 38,33% menjadi
Rp 83 Miliar.
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
Data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder runtun
waktu (time series) yang berbentuk bulanan mulaidari bulan Juni 2011 – Juni 2015.
Rp0
Rp10
Rp20
Rp30
Rp40
Rp50
Rp60
Rp70
Rp80
Rp90
Juni 2011 Juni 2012 Juni 2013 Juni 2014 Juni 2015
78
Variabel yang digunakan daam penelitian ini menggunakan data variabel
dependen yaitu Total Aset (Y) dan variabel independen yaitu Jaringan Kantor
(X1), Dana Pihak Ketiga (X2), Jumlah Pekerja (X3) dan Biaya Pendidikan dan
Pelatihan (X4) dan. Semua data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari laporan bulanan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Model yang
digunakan sebagai alat analisis penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier
Berganda. Penggunaan model analisis regresi linier berganda dalam penelitian
adalah untuk mengetahui hubungan antara dua atau beberapa variaebel
independen terhadap variable dependen.
Pengolahan data menggunakan software Eviews 7 untuk mempermudah
menganalisis variabel-variabel yang akan diteliti. Pada tahap awal dalam
penyajian penelitian ini akan dilakukan beberapa pengujian untuk lebih
menguatkan asumsi-asumsi melalui beberapa pengujian dengan menggunakan
pengujian asumsi klasik dan uji statistik. Pengujian asumsi klasik berupa: Uji
Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heterokedastisitas, Uji Autokorelasi
sedangkan uji statistik menggunakan : uji t, uji F, dan Adjusted R Square.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Terdapat beberapa cara dalam mendeteksi
normalitas, yaitu dengan histogram dan uji Jarque-Bera. Jarque-Bera
adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal.
79
Uji ini mengukur perbedaan skewness dan kurtosis data dan
dibandingkan dengan apabila datanya bersifat normal. (Winarno,
2011) Asumsi untuk melihat data terdistribusi normal dapat dilihat bila
nilai Jarque-Bera tidak signifikan (lebih kecil dari 2) dan bila probabilitas
lebih besar 5%, maka data berdistribusi normal. Hasil data yang sudah
diolah menggunakan Eviews 7 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Uji Normalitas
Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan nilai J-B sebesar 0.178151 lebih
kecil dari 2 dan nilai probability sebesar 0,914776 lebih besar dari tingkat
signifikansi a = 5%, maka dapat diketahui data dalam penelitian ini
terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antar
variabel independen. Apabila nilai koefisien variabel bebas lebih besar
dari 0,85 maka dapat disimpulkan ada multikolinearitas dalam model.
0
2
4
6
8
10
-0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02
Series: Residuals
Sample 2011M06 2015M06
Observations 49
Mean -1.12e-14
Median -0.000818
Maximum 0.025392
Minimum -0.020738
Std. Dev. 0.009656
Skewness 0.112685
Kurtosis 3.190960
Jarque-Bera 0.178151
Probability 0.914776
80
Menurut Widarjono (2010: 77) perlu kehati-hatian terutama
pada data time series karena jenis data time series seringkali
menunjukkan korelasi antar variabel independen cukup tinggi.
Korelasi tinggi ini terjadi karena data time series seringkali
menunjukkan unsur tren yaitu data bergerak naik turun secara bersamaan.
Berikut ini adalah uji multikolinieritas dengan menggunakan correlation
matrix:
Tabel 4.2
Uji Multikolineritas
LOG(JK) LOG(DPK) LOG(JP) LOG(BPP)
LOG(JK) 1.000000 0.939125 0.258650 0.875282
LOG(DPK) 0.939125 1.000000 0.242471 0.972359
LOG(JP) 0.875282 0.972359 1.000000 0.168654
LOG(BPP) 0.258650 0. 242471 0.168654 1.000000
Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwah masih ada beberapa variabel
yang memiliki nilai koefisien korelasi cukup tinggi (diatas0,85) dari
semua nilai variabel independen, sehingga patut diduga adanya hubungan
linier antar semua variabel.
Untuk mengatasi masalah multikolinieritas yang masih terdapat
pada korelasi parsial antar variabel independen, maka dapat dilakukan
dengan metode deteksi klien. Widarjono (2010:81) menyarankan untuk
mendeteksi masalah multikolinieritas hanya dengn membandingkan
koefisien determinasi auxiliary dengan koefisien determinasi (R2) model
81
regresi aslinya yaitu Y dengan variabel independen X. Sebagai rule of
thumb uji klien ini, jika R2 x1x2x…x4 lebih besar dari R2 maka model
mengandung unsur multikolinieritas antara variabel independennya dan
jika sebaliknya maka tidak ada korelasi antar variabel independen.
Tabel 4.3
Uji Klien
R2 auxiliary R2 model regresi
R2 LOG(JK) 0.908568 0.998786
R2 LOG(DPK) 0.980085 0.998786
R2 LOG(JP) 0.961144 0.998786
R2 LOG(BPP) 0.144110 0.998786
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa semua koefisien determinasi regresi
auxiliary lebih kecil dari koefisien determinasi model regresi aslinya.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas
di dalam model regresi.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan lain tetap,
maka disebut Homoskedatisitas dan jika variance tidak konstan atau
berubaha-ubah disebut dengan Heterokedastisitas. Metode yang
digunakan untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas pada penelitian
ini adalah dengan melakukan Uji White. Masalah heterokedastisitas pada
82
data dapat dilihat dari nilai Obs*R-Squared pada output. Jika nilai
probabilitasnya lebih kecil dari α = 5% maka data yang digunakan
bersifat heterokedastisitas. (winarno, 2011).
Tabel 4.4
Uji White
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.595870 Prob. F(4,44) 0.6675
Obs*R-squared 2.517933 Prob. Chi-Square(4) 0.6414
Scaled explained SS 2.224138 Prob. Chi-Square(4) 0.6946
Dari tabel 4.4 diatas menunjukkan nilai probabilitas Obs*R-
Squared sebesar 0.6414 lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5%. Maka
dapat disimpulkan bahwa model tesebut terbebas dari heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokolerasi merupakan suatu kejadian di mana error term pada
suatu periode waktu secara sistematik tergantung pada error termpada
periode-periode waktu yang lain. Untuk mendeteksi masalah autokolerasi
digunkaan uji Lagrange Multiplier (LM-test). Uji ini sangat berguna
untuk mengindentifikasi masalah autokolerasi tidak hanya pada derajat
pertama (first order) tetapi juga digunakan pada tingkat derajat.
Uji autokolerasi dapat dilihat dari nilai probabilitas Obs*R-
Squared. Jika probabilitas Obs*R- Squared lebih besar dari tingkat
signifikansi α = 5% maka tidak terdapat autokolerasi dan sebaliknya jika
83
probablitas Obs*R- Squared lebih kecil dari 5% maka terdapat
autokolerasi.
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.371086 Prob. F(2,42) 0.6922
Obs*R-squared 0.850833 Prob. Chi-Square(2) 0.6535
Dari hasil uji Langrange Multiplier (LM -test) diatas didapatkan
bahwa nilai Obs*R- Squared sebesar 0.6535 yang lebih besar dari
nilai α sebesar 5% (0,05). Karena nilai probabilitas Obs*R- Squared
lebih besar dari α = 5% maka dapat disimpulkan data tidak mengandung
masalah autokolerasi.
2. Uji Statistik
Pengujian signifikansi digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis
yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik. Adapun rincian
uji siginifikansi terdiri dari uji t (parsial), uji F (simultan), dan uji koefisien
determinasi (Adjusted R-Square). Model penelitian yang menggunakan
analisis linier berganda ini dapat dijelaskan melalui persamaan regresi
sebagai berikut:
84
LOG(TA) = 3.250882 + 0.356902 LOG(JK) + 0.691105
LOG(DPK) + 0.00778 LOG(JP) + 0.004024
LOG(BPP)
Dimana
LOG(TA) : Total Aset
LOG(JK) : Jaringan Kantor
LOG(DPK) : Dana Pihak Ketiga
LOG(JP) : Jumlah Pekerja
LOG(BPP) : Biaya Pendidikan dan Pelatihan
Dari persamaan regresi yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Jika variabel-variabel independen dianggap konstan atau bernilai nol,
artinya variabel independen tidak terjadi peningkatan atau penurunan
maka besarnya pertumbuhan aset adalah 3,25 %.
b. Nilai koefisien regresi variabel jaringan kantor adalah sebesar 0,356902
yang berarti setiap peningkatan jaringan kantor perbankan syariah
sebesar 1% akan meningkatkan total aset sebesar 0,35%.
c. Nilai koefisien regresi variabel dana pihak ketiga adalah sebesar
0,818473 yang berati setiap peningkatan dana pihak ketiga perbankan
syariah sebesar 1% akan meningkatkan total aset sebesar 0,81%.
85
d. Nilai koefisien regresi variabel jumlah pekerja adalah sebesar 0,007778
yang berarti setiap peningkatan jumlah pekerja perbankan syariah
sebesar 1% akan meningkatkan total aset sebesar 0,007%.
e. Nilai koefisien regresi variabel biaya pendidikan dan pelatihan adalah
sebesar 0,004024 yang berarti setiap peningkatan biaya pendidikan dan
pelatihan perbankan syariah sebesar 1% akan meningkatkan total aset
sebesar 0,004%.
3. Uji t (Parsial) dan Interpretasi
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel independen yaitu
jaringan kantor, dana pihak ketika, biaya pendidikan dan pelatihan serta
jumlah pekerja berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu total aset.
Untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat, kita dapat melihat masing
masing nilai t-statistik yang dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tingkat
signifikansi α=5%. Jika nilai t-statistik < t-tabel atau nilai probabilitas > α=5%
maka H0 diterima H1 ditolak. Namun jika nilai t-statistik > t-tabel atau nilai
probabilitas < α=5% maka H0 ditolak H1 diterima.
Tabel 4.6
Uji t-statistik
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.250822 0.809832 4.014194 0.0002
LOG(JK) 0.356902 0.031476 11.33894 0.0000
LOG(DPK) 0.818473 0.038037 21.51801 0.0000
LOG(JP) 0.007778 0.025109 0.309756 0.7582
LOG(BPP) 0.004024 0.001916 2.100068 0.0415
86
Tabel 4.6 merupakan hasil pengujian variabel independen yaitu jaringan
Kantor perbankan syariah , dana pihak ketiga perbankan syariah, biaya
pendidikan dan pelatihan, dan jumlah pekerja perbankan syariah terhadap
total aset perbankan syariah secara parsial. Berdasarkan hasil regresi yang
diperoleh pada tabel 4.6 maka pembuktian dari hipotesis yang telah
dipaparkan adalah sebagai berikut:
1) Variabel jaringan kantor memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari
tingkat signifikansi α = 5% (0,0000 < 0,05 ) yang berarti H0 ditolak.
Artinya secara parsial variabel jaringan kantor perbankan syariah
mepunyai pengaruh yang signifikan terhadap total aset perbankan
syariah.
2) Variabel dana pihak ketiga memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari
tingkat signifikansi α = 5% (0,0000 < 0,05 ) yang berarti H0 ditolak.
Artinya secara parsial dana pihak ketiga perbankan syariah mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap total aset perbankan syariah.
3) Variabel jumlah pekerja memiliki nilai probabilits yang lebih besar dari
tingkat signifikansi α = 5% (0,7582 < 0,05 ) yang berarti H0 diterima.
Artinya secara parsial jumlah pekerja perbankan syariah mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan terhadap total aset perbankan syariah.
4) Variabel biaya pendidikan dan pelatihan memiliki nilai probabilitas lebih
kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0,0415 < 0,05 ) yang berarti H0
ditolak. Artinya secara parsial variabel biaya pendidikan dan pelatihan
87
perbankan syariah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap total
aset perbankan syariah.
4. Uji F (Simultan) dan Interpretasi
Untuk melihat apakah variabel independen berpengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen, maka digunakan uji F
dengan melihat nilai F-statistik yang dibandingkan dengan nilai F-tabel pada
tingkat signifikansi α = 5%. Jika nilai F-statistik < F-tabel atau nilai
probabilitas > α = 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak. Namun jika nilai F-
statistik > F-tabel atau nilai probabilitas < α = 5% maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Tabel 4.7
Uji F-statistik
F-statistic Prob(F-statistic)
9046.272 0.000000
Dari tabel 4.7 , diperoleh nilai probabilitas F-statistik adalah sebesar
0,000000 yang artinya nilai F-statistik lebih kecil dari tinkat signifikansi α =
5% (0,000000 < 0,05) yang berarti H0 ditolak. Maka secara bersama-sama
variabel independen yaitu jaringan kantor, dana pihak ketiga, jumlah pekerja
serta biaya pendidikan dan pelatihan perbankan syariah mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap total aset perbankan syariah.
88
5. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Squared)
Berdasarkan hasil regresi menggunakan metode Least Squre didapatkan
Adjusted R Square sebesar 0,998786. Dari nilai koefisien determinasi
menunjukkan bahwa 99,87% total aset perbankan syariah bisa dijelaskan oleh
jaringan kantor, dana pihak ketiga, biaya pendidikan pelatihan dan jumlah
pekerja perbankan syariah. Sedangkan 0,23% total aset perbankan syariah
dapat dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
6. Analisis Ekonomi
Berdasarkan dari pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik untuk menjelaskan hubungan antara
jaringan kantor, dana pihak ketiga, biaya pendidikan dan pelatihan dan jumlah
pekerja, total aset perbankan syariah pada bulan juni tahun 2011-2015.
Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel jaringan kantor, dana pihak ketiga,
biaya pendidikan dan pelatihan mempunyai pengaruh yang signifikan dan
mempunyai hubungan yang positif terhadap total aset perankan syariah.
Sedangkan variabel jumlah pekerja mempunyai pengaruh yang tidak signifikan
dan mempunyai hubungan positif terhadap total aset perbankan syariah.
a. Jaringan Kantor Terhadap Total Aset
Peningkatan jumlah kantor bank umum syariah dan unit usaha
syariah dari Juni 2011 yang sebelumnya hanya sebanyak 1.632 unit kantor
89
meningkat sampai dengan Juni 2015 dengan 2.448 unit kantor yang
tersebar di seluruh Indonesia.
Berdasarkan penelitian Bank Indonesia (BI) dketahui bahwa
kemudahan dan kedekatan lokasi kantor bank syariah dengan pusat
kegiatan masyarakat menentukan akses nasabah terhadap bank syariah.
Oleh karena itu dengan meningkatnya jumlah kantor Bank syariah
diharapkan dapat meningkatkan simpanan maupun penyaluran
pembiayaan kepada masyarakat.
Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jaringan kantor
mempunyai yang signifikan dan mempunyai hubungan positif terhadap
total aset perbankan syariah. Pada hasil regresi diperoleh nilai probabilitas
sebesar 0,0000 dimana lebih kecil dari α = 0,05. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian Heiriennisa Rohaya (2008) mengungkapkan
bahwa variabel jaringan kantor perbankan syariah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap total aset perbankan syariah.
b. Dana Pihak Ketiga Terhadap Total Aset
Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank
konvensional maupun syariah dilakukan dengan instrumen tabungan,
deposito, dan giro yang secara tota biasa disebut dana pihak ketiga.
Menurut Kashmir (2009:19) dana pihak ketiga adalah dana-dana yang
berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang
90
diperoleh bank dengan menggunakan berbagai instrumen produk
simpanan yang dimiliki oleh bank.
Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dana pihak ketiga
mempunyai hubungan positif dan dan signifikan terhadap total aset
perbankan syariah, karena memiliki nilai probabilitas sebesar 0,00000
dimana lebih kecil dari α = 0,05. Yakni jika dana pihak ketiga mengalami
kenaikan apabila nilai asetnya juga mengalami kenaikan, begitupun
sebaliknya. Jumlah dana pihak ketiga yang terhimpun menentukan pangsa
pasar perbankan syariah. Hal ini sesuai dengan penelitian Anton Sudarajat
(2015) Prathiwi (2008) dan Ulfah (2009) yang membuktikan bahwa dana
pihak ketiga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap total aset
perbankan syariah.
c. Jumlah Pekerja Terhadap Total Aset
Upaya pengembangan perbankan syariah telah membawa peluang
dan tantangan baru bagi dunia perbankan. Sementara itu kemampuan
untuk mengelola perbankan syariah akan sangat bergantung pada sumber
daya manusia yang ada di dalamnya sebagai pelaku utama. Peranan dan
tantangan sumber daya manusia terus berkembang dan semakin penting
serta beraneka ragam seiring besarnya pertumbuhan perbankan syariah
(Badrun, 2002). Persaingan yang ketat dalam pasar perbankan menuntut
kebutuhan sumber daya manusia yang profesional dan memiliki
kompetensi di bidangnya.
91
Pada hasil penelitian ini menunujukkan jumlah pekerja mempunyai
pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap total aset perbankan
syariah, karena memiliki nilai sebesar 0,7582 dimana lebih besar dari nilai
α = 0,05. Menurut Arifin (2002) pada saat ini sumber daya manusia yang
memiliki kompetensi mengenai perbankan syariah sangat sedikit. Padahal
untuk menjalankan kegiatan operasional perbankan syariah dibutuhkan
sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan luas di bidang
perbankan. Dengan semakin berkembangnya perbankan syariah di
Indonesia, hal tersebut juga tentunya harus di imbangi dengan kebutuhan
tenaga kerja perbankan syariah. Hal tersebut untuk meningkatkan
pelayanan prima dan edukasi untuk para nasabah terkait produk perbankan
syariah.
d. Biaya Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Total Aset
Perkembangan perbankan syariah ini tentunya juga didukung oleh
sumber daya insani yang memadai baik dari segi kualitas maupupun
kuantitasnya. Namun realitas yang ada menunjukan bahwa masih banyak
sumber daya insani yang selama ini terlibat di institusi syariah tidak
memiliki pengalaman akademis maupun praktis dalam Islamic banking.
Tentunya kondisi ini cukup signifikan mempengaruhi produktifitas dan
profesionalisme perbankan syariah itu sendiri. Inilah yang memang harus
mendapatkan perhatian dari kita semua, yakni mencetak sumber daya
insani yang mampu mengamalkan ekonomi syariah di semua lini karena
92
system yang baik tidak mungkin dapat berjalan bila tidak didukung oleh
sumber daya insani yang baik pula. (Karim, 2005).
Pada hasil penelitian ini menunujukkan bahwa biaya pendidikan
dan pelatihan pekerja mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap total aset perbankan syariah, karena memiliki nilai sebesar
0,0415 dimana lebih besar dari nilai α = 0,05. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian Sutawa (2014) yang menyatakan bahwa
pengembangan sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap
pengelolaan aset pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten
Ngawi. Proses pengembangan sumber daya manusia berhubungan erat
dengan konsep pendidikan (education) dan pelatihan (training).
Pendidikan dan pelatihan adalah upaya mengembangkan sumber daya
manusia terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kepribadian manusia.
Menurut M Nur Rianto al Arif (2010) dimana dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa semakin tinggi biaya pendidikan dan pelatihan yang
diberikan untuk keterampilan pegawai turut pula memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Dengan sehingga semakin tinggi keahlian mereka baik keahlian dan
pengetahuan mengenai perbankan maupun tentang cara mereka bersikap
93
dan melayani nasabah akan mampu mempengaruhi nasabah sehingga
Dana Pihak Ketiga (DPK) pun akan meningkat.
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial yaitu:
a. Variabel jaringan kantor berpengaruh signifikan dan berkorelasi
positif terhadap total aset perbankan Syariah. Pada hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai koefisien jaringan kantor sebesar 0,356902
menunjukkan apabila jaringan kantor meningkat sebesar 1% maka
akan meningkatkan total aset sebesar 0,35%.
b. Variabel dana pihak ketiga berpengaruh signifikan dan berkorelasi
positif terhadap total aset perbankan syariah. Pada hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai koefisien dana pihak ketiga 0,818473 yang
berarti apabila dana pihak ketiga meningkat sebesar 1% maka akan
menaikan total aset sebesar 0,81 %.
c. Variabel jumlah pekerja berpengaruh tidak signifikan dan berkorelasi
positif terhadap total aset perbankan syariah .
d. Variabel biaya pendidikan dan pelatihan berpengaruh signifikan dan
berkorelasi positif terhadap total aset perbankan syariah. Pada hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien biaya pendidikan dan
95
pelatihan 0,0415 yang berarti apabila biaya pendidikan dan pelatihan
meningkat sebesar 1% maka akan menaikkan total aset sebesar 0,04%.
2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara simultan atau bersama-sama
jaringan kantor, dana pihak ketiga, biaya pendidikan dan pelatihan dan jumlah
pekerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap total aset perbankan
syariah periode 2011-2015.
3. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi melalui estimasi dengan eviews 7
didapatkan nilai adjusted R Square sebesar 0,998786 yang menandakan
bahwa variasi dari perubahan total aset (TA) dapat dijelaskan secara bersama-
sama oleh jaringan kantor (JK), dana pihak ketiga (DPK), jumlah pekerja (JP)
dan biaya pendidikan dan pelatihan (BPP)sebesar 99,87%. Sedangkan sisanya
dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam
model.
B. Saran
1. Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah untuk bahan pertimbangan
dalam membuat kebijakan-kebijakan dan peraturan yang dapat
meningkatkan aset syariah dalam rangka lebih mengembangkan lagi
perbankan syariah di Indonesia.
96
2. Bagi Bank Syariah
Ditengah perkembangan perbankan syariah di Indonesia, seharusnya
perbankan syariah lebih memperhatikan aspek sumber daya manusia.
Melalui pendidikan dan pelatihan diharapkan akan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia perbankan syariah baik dari keahlian dan
keterampilan untuk mengelola sumber daya modal yang ada.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel total aset, jaringan
kantor, dana pihak ketiga, biaya pendidikan dan pelatihan dan jumlah
pekerja tahun 2011-2015. Maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan
agar menggunakan variabel-variabel yang lebih banyak dan menambah
periode waktu penelitian agar didapatkan hasil yang lebih maksimal.
97
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Zahra Afifah dan Setiawan, Achmad Hendra. 2012 .“Analisis Bantuan Modal
Dan Kredit Bagi Kelompok Pelaku Usaha Mikro Oleh Dinas Koperasi Dan
UMKM Kota Semarang”. Semarang : Diponegoro Journal Of Economics Vol.
1, No. 1.
Al Arif, M. Nur Rianto. 2010. “Efektifitas Biaya Promosi dan Biaya Diklat Terhadap
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga di Bank Syariah”. Jakarta: Jurnal
Ekonomi Bisnis, Universitas Gunadarma No. 3, Vol. 15.
Alamsyah, Halim. 2012. “Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia”.
IAEI.
Algifari. 2013. “Analisis Regresi: Teori, Kasus dan Solusi”. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta..
Ali, Masyhud. 2004. “Asset Liability Management, Menyiasati Risiko Pasar dan
Risiko Operasional dalam Perbankan”. PT. Elex Media Kompetindo
Kelompok Gramedia.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. “Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik”. Jakarta:
Gema Insani Press.
Ariefianto, Moch. Doddy. 2012. “Ekonometrika:Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan
Eviews”. Jakarta: Erlangga.
Arifin, Zainul. 2002. “Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah”. Bandung : Alva Beta.
98
Ascarya. 2008. “Akad dan Produk Bank Syariah”. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. 2007. “Dasar-dasar Ekonometrika:Jilid I”. Jakarta: Erlangga.
Hamid, Abdul dan Ahmad Rodoni. 2010. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. Jakarta
: Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Haryono, S, Iman Hilman, dan Abdul Mughits. 2003. “Perbankan Syariah Masa
Depan”. Jakarta : Senayan Abadi Publishing.
Ihsan, Dwi Nur’aini. 2013. “Analisa Laporan Keuangan Perbankan Syariah”. Jakarta
: UIN Press.
Karim. 2014. “Islamic Finance Outlook 2015”. http://karimconsulting.com.
Karim, Adiwarman. 2001. “ Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kontemporer”. Gema Insani
Press.
Karim, Adiwarman. 2002. “Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro”. Jakarta:
The International Institute of Islamic Thought.
Karim, Adiwarman. 2003. “Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan”. Jakarta: The
International Institute of Islamic Thought Indonesia.
Karim, Adiwarman. 2008. “Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan” Edisi 3.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
99
Karim, Adiwarman. 2013. “Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan” Edisi 5.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kashmir. 2009. “Analisa Laporan Keuangan”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. “Metode Riset Untuk Bisni dan Ekonomi”. Jakarta : Erlangga.
Masturoh, Lailatul. 2009. “Analisis Hubungan Total Aset dan Pembiayaan Pada
Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2004-2007”. Surabaya : Universitas
Airlangga
Muhammad. 2005. “Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di
Indonesia”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rama, Ali. 2013. “Perbankan Syariah dan Pertumbuhan Ekonomi : Studi Kasus
Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal Etikonomi, Vol. 12, No. 1.
Rivai, Veithzal dan Arifin, Arfiyan. 2010. “Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep,
dan Aplikasi”. Jakarta : Bumi Aksara.
Rosadi, Dedi. 2012. “Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews :
Aplikasi untuk Bidang Ekonomi dan Bisnis, Keuangan”. Yogyakarta: Andi.
Susilo, Sri Y, dkk. 2000. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Jakarta: Salemba
Empat.
100
Sutawa. 2014. “Pengaruh Pengembangan Sumber Daya Manusia Terhadap
Pengelolaan Aset dan Kinerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Aset Kabupaten Ngawi”. Media Soerjo Vol. 14, No.1.
Ulfah, Maria. 2008. “Analisia Perkembangan Asset, Dana Pihak Ketiga, dan
Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia”. Jakarta : Universitas
Gunadarma.
Usman, Hardius dan Nachrowi Djalal. 2002. “Penggunaan Teknik Ekonometri: Pendekatan
Populer dan Praktis Dilengkapi Teknik Analisis dan Pengolahan Data dengan
Menggunakan Paket Program SPSS”. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Widarjono, Agus. 2010. “Analisis Statistika Multivariat Terapan”. STIM YKPN.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. “Analisis Ekonometrika dan Statistika Dengan Eviews”.
Yogyakarta: STIM YKPN.
Yaya, Rizal dkk. 2013. “Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Produk
Kontemporer”. Jakarta : Salemba Empat.
Yuria, Pratiwi Cleopatra. 2008. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset
Perbankan Syariah Di Indonesia”. Jakarta: Universitas Indonesia.
www.OJK.Go.Id
www.BI.Go.Id
www.Bisnis.Com
101
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Penelitian
Bulan/Tahun TA* JK DPK* BPP* JP
Jun-11 Rp109.750 1632 Rp87.025 Rp29 18397
Jul-11 Rp112.864 1632 Rp89.786 Rp34 21675
Aug-11 Rp116.807 1632 Rp92.021 Rp39 21388
Sep-11 Rp123.362 1652 Rp97.756 Rp43 22728
Oct-11 Rp127.150 1692 Rp101.811 Rp44 23244
Nov-11 Rp132.462 1724 Rp105.330 Rp49 23824
Dec-11 Rp145.467 1737 Rp115.415 Rp55 23887
Jan-12 Rp143.888 1813 Rp116.518 Rp4 23924
Feb-12 Rp145.624 2006 Rp114.616 Rp12 24499
Mar-12 Rp151.862 1887 Rp119.639 Rp22 23790
Apr-12 Rp144.275 1900 Rp114.018 Rp29 23850
May-12 Rp147.543 1946 Rp115.206 Rp38 24190
Jun-12 Rp155.412 1999 Rp119.279 Rp47 24754
Jul-12 Rp155.666 2038 Rp121.018 Rp58 25630
Aug-12 Rp161.534 2096 Rp123.673 Rp69 25896
Sep-12 Rp168.660 2150 Rp127.678 Rp79 26345
Oct-12 Rp174.094 2188 Rp134.453 Rp91 26555
Nov-12 Rp179.871 2220 Rp138.671 Rp103 26910
Dec-12 Rp195.018 2262 Rp147.512 Rp119 27219
Jan-13 Rp193.110 2301 Rp148.731 Rp8 33024
Feb-13 Rp196.988 2325 Rp150.795 Rp16 33405
Mar-13 Rp209.603 2341 Rp156.964 Rp26 33684
Apr-13 Rp207.800 2396 Rp158.519 Rp38 33587
May-13 Rp215.444 2416 Rp163.858 Rp52 34325
Jun-13 Rp218.566 2420 Rp163.966 Rp67 34726
Jul-13 Rp219.183 2431 Rp166.453 Rp82 35363
Aug-13 Rp223.503 2473 Rp170.222 Rp88 36083
Sep-13 Rp227.711 2495 Rp171.701 Rp108 36650
Oct-13 Rp229.557 2526 Rp174.018 Rp123 37236
102
Nov-13 Rp233.130 2530 Rp176.292 Rp133 37767
Dec-13 Rp242.276 2588 Rp183.534 Rp155 38228
Jan-14 Rp233.305 2554 Rp177.930 Rp8 38611
Feb-14 Rp234.081 2558 Rp178.154 Rp15 38777
Mar-14 Rp240.915 2561 Rp180.945 Rp28 38219
Apr-14 Rp244.197 2564 Rp185.508 Rp39 38457
May-14 Rp247.236 2571 Rp190.783 Rp52 41921
Jun-14 Rp251.909 2575 Rp191.470 Rp60 44043
Jul-14 Rp252.464 2592 Rp194.299 Rp68 43704
Aug-14 Rp252.209 2577 Rp195.959 Rp79 43238
Sep-14 Rp257.519 2571 Rp197.141 Rp88 43393
Oct-14 Rp260.366 2519 Rp207.121 Rp100 44715
Nov-14 Rp261.927 2501 Rp209.644 Rp116 45009
Dec-14 Rp272.343 2471 Rp217.858 Rp112 45818
Jan-15 Rp263.468 2467 Rp210.761 Rp10 53684
Feb-15 Rp264.819 2468 Rp210.298 Rp23 53692
Mar-15 Rp268.357 2463 Rp212.988 Rp36 53471
Apr-15 Rp269.471 2458 Rp213.973 Rp52 53991
May-15 Rp272.397 2448 Rp215.339 Rp66 42721
Jun-15 Rp273.494 2448 Rp213.478 Rp83 53589 *) Dalam Miliar Rupiah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
103
Lampiran 2
Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: LOG(TA)
Method: Least Squares
Date: 09/03/16 Time: 10:49
Sample: 2011M06 2015M06
Included observations: 49 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.250822 0.809832 4.014194 0.0002
LOG(JK) 0.356902 0.031476 11.33894 0.0000
LOG(DPK) 0.818473 0.038037 21.51801 0.0000
LOG(DIKLAT) 0.004024 0.001916 2.100068 0.0415
LOG(JP) 0.007778 0.025109 0.309756 0.7582 R-squared 0.998786 Mean dependent var 32.91704
Adjusted R-squared 0.998675 S.D. dependent var 0.277078
S.E. of regression 0.010085 Akaike info criterion -6.259001
Sum squared resid 0.004475 Schwarz criterion -6.065958
Log likelihood 158.3455 Hannan-Quinn criter. -6.185761
F-statistic 9046.272 Durbin-Watson stat 1.727464
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 3
Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
-0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02
Series: Residuals
Sample 2011M06 2015M06
Observations 49
Mean -1.12e-14
Median -0.000818
Maximum 0.025392
Minimum -0.020738
Std. Dev. 0.009656
Skewness 0.112685
Kurtosis 3.190960
Jarque-Bera 0.178151
Probability 0.914776
104
Lampiran 4
Uji Multikolinieritas
LOG(JK) LOG(DPK) LOG(BPP) LOG(JP) LOG(JK) 1.000000 0.939125 0.258650 0.875282
LOG(DPK) 0.939125 1.000000 0.242471 0.972359
LOG(BPP) 0.258650 0.242471 1.000000 0.168654
LOG(JP) 0.875282 0.972359 0.168654 1.000000
Lampiran 5
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.371086 Prob. F(2,42) 0.6922
Obs*R-squared 0.850833 Prob. Chi-Square(2) 0.6535
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 10/09/16 Time: 11:16
Sample: 2011M06 2015M06
Included observations: 49
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.034459 0.849953 -0.040543 0.9679
LOG(JK) -0.000813 0.034367 -0.023642 0.9813
LOG(DPK) 0.001359 0.040023 0.033962 0.9731
LOG(BPP) 0.000297 0.001977 0.150084 0.8814
LOG(JP) -0.001051 0.025705 -0.040899 0.9676
RESID(-1) 0.123877 0.164586 0.752655 0.4559
RESID(-2) -0.073511 0.167992 -0.437589 0.6639 R-squared 0.017364 Mean dependent var -1.12E-14
Adjusted R-squared -0.123013 S.D. dependent var 0.009656
S.E. of regression 0.010233 Akaike info criterion -6.194885
Sum squared resid 0.004398 Schwarz criterion -5.924624
Log likelihood 158.7747 Hannan-Quinn criter. -6.092348
F-statistic 0.123695 Durbin-Watson stat 1.862478
105
Lampiran 6
Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.595870 Prob. F(4,44) 0.6675
Obs*R-squared 2.517933 Prob. Chi-Square(4) 0.6414
Scaled explained SS 2.224138 Prob. Chi-Square(4) 0.6946
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 10/09/16 Time: 11:19
Sample: 2011M06 2015M06
Included observations: 49 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.008237 0.005535 -1.488317 0.1438
(LOG(JK))^2 -3.19E-05 2.85E-05 -1.117583 0.2698
(LOG(DPK))^2 1.19E-05 7.99E-06 1.492752 0.1426
(LOG(DIKLAT))^2 -2.82E-08 5.48E-07 -0.051363 0.9593
(LOG(JP))^2 -2.29E-05 1.63E-05 -1.401340 0.1681 R-squared 0.051386 Mean dependent var 9.13E-05
Adjusted R-squared -0.034851 S.D. dependent var 0.000137
S.E. of regression 0.000139 Akaike info criterion -14.82837
Sum squared resid 8.50E-07 Schwarz criterion -14.63533
Log likelihood 368.2952 Hannan-Quinn criter. -14.75513
F-statistic 0.595870 Durbin-Watson stat 2.349973