Download - Pengaruh Npk + Kompos Thdp Prtmbuhan Jabon
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS
TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus
cadamba Roxb Miq.) PADA MEDIA TANAH BEKAS
TAMBANG EMAS (Tailing)
DWITA NOVIANI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS
TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus
cadamba Roxb Miq.) PADA MEDIA TANAH BEKAS
TAMBANG EMAS (Tailing)
DWITA NOVIANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ABSTRACT
Tailings is one of the waste generated in the gold mining operations containing low nutrients. One of the principles for the management of tailings is revegetation disturbed land so that the necessary election type that can be developed, in this case Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) is one type which is recommended to be developed in the post-mine land revegetation because it is a type of fast-growing and has a high adaptability to various soil types. NPK fertilizer with doses of 0 gram, 5 grams, 10 grams and 15 grams of compost with a dose of 0 grams, 10 grams, 20 grams and 30 grams can also help the growth of seedlings in the tailings Jabon both direct influence on its growth and its influence on the improvement of properties tailings that can support the improvement of seedling growth on the tailings Jabon.
Keywords: Jabon, fertilizer, NPK and compost, growth
RINGKASAN
Dwita Noviani. E44061158. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK dan Kompos terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing). Dibimbing oleh Dr. Ir. Basuki Wasis, MS.
Hutan memiliki arti penting dalam kehidupan. Sumberdaya hutan di Indonesia saat ini berada pada kondisi yang memprihatinkan akibat maraknya pengalihan penggunaan lahan hutan untuk penggunaan lain seperti pertambangan. Tailing akan dihasilkan dalam kegiatan pertambangan emas yang merupakan salah satu bentuk limbah dalam jumlah yang banyak dan juga dapat berpotensi menurunkan tingkat kesuburan tanah sehingga dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman, sehingga tanaman sulit untuk tumbuh. Pemupukan merupakan kegiatan menambahkan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam pertumbuhannya dengan tujuan untuk memperbaiki pertumbuhan. Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) merupakan jenis tanaman lokal Indonesia yang dapat direkomendasikan untuk dikembangkan dalam revegetasi lahan pasca tambang. Dengan makin baiknya pertumbuhan, maka usaha rehabilitasi lahan kritis akan terwujud.
Penelitian ini menggunakan data primer dari pengukuran pertumbuhan semai jabon
pada media tanah bekas tambang emas (tailing). Metode yang digunakan adalah pengukuran terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter semai jabon pada tailing dengan perlakuan pemberian pupuk NPK dan pupuk kompos dalam berbagai dosis selama tiga bulan. Analisis sidik ragam dilakukan dengan uji nilai signifikan (Pr>F) dimana jika nilai signifikan<0,05 (α) berarti perlakuan berpengaruh nyata terhadap hasil pertumbuhan dan sebaliknya jika nilai signifikan>0,05 (α) berarti perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap hasil pertumbuhan tinggi dan diameter semai jabon pada tailing, kemudian dilakukan uji lanjut untuk membandingkan nilai tengah perlakuan dengan uji Duncan.
Berdasarkan hasil analisis data rata-rata pertumbuhan tinggi dan diameter semai
jabon pada tailing, pupuk NPK dan pupuk kompos dapat membantu perbaikan pertumbuhan semai jabon pada tailing. Berdasarkan hasil uji nilai signifikan, pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi saja sedangkan pemberian pupuk kompos tidak terlihat pengaruhnya pada pertumbuhan tinggi dan diameter semai jabon pada tailing. Interaksi antara kedua pupuk tersebut menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan semai jabon pada tailing. Hasil uji lanjut Duncan untuk dosis terbaik ditunjukkan oleh dosis 15 gram pupuk NPK, sedangkan pupuk kompos lebih berperan dalam perubahan sifat tanah yaitu dalam peningkatan tekstur liat pada tailing yang berarti dapat meningkatkan kemampuan tailing untuk menahan air.
Berdasarkan hasil, dapat disimpulkan bahwa semai jabon dapat tumbuh pada
(tailing) dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. Pemberian pupuk NPK dan kompos dapat mempengaruhi perbaikan pertumbuhan semai jabon, baik tinggi maupun diameter pada media tanah bekas tambang emas (tailing). Dosis yang paling baik dari kombinasi kedua pupuk tersebut terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon adalah pupuk NPK dengan dosis 15 gram dan kompos 10 gram dan untuk pertumbuhan diameter semai jabon, dosis yang paling baik adalah antara pupuk NPK dosis 15 gram dan kompos 0 gram. Kata Kunci : Jabon, pupuk, NPK dan kompos, pertumbuhan
SUMMARY
Dwita Noviani. E44061158. Influence of NPK Fertilizer and Compost on Growth Seedling Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) Soil Media Used in Gold Mine (Tailing). Supervised by Dr. Ir. Basuki Wasis, MS.
Forests have an important meaning in life. Forest resources in Indonesia is now in appalling conditions caused by widespread use of transfer of forest land to other uses such as mining. Tailings will be produced in gold mining activity, which is one form of waste in significant amounts and can also potentially reduce the level of soil fertility so that they can cause toxicity to plants, so it is difficult to grow crops. Fertilization is an activity of adding nutrients needed by plants in growth with the aim to improve growth. Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) is an Indonesian local plant species that can be recommended to be developed in the post-mine land revegetation. With the good growth, then the critical land rehabilitation efforts will be realized.
This study uses primary data from the measurement of seedling growth in soil
media Jabon former gold mine (tailings). The method used is a measurement of height and diameter growth in seedling Jabon tailings treated with NPK fertilizer and compost in various doses for three months. Analysis of variance were tested with significant value (Pr>F) where significant if the value of <0.05 (α) means that the treatment significantly affect the results of growth and vice versa if the value significantly>0.05 (α) means that the treatment did not significantly affect the results seedling height and diameter growth Jabon on tailings and then conducted further tests to compare the mean value of treatment with Duncan test.
Based on the results of data analysis, the average height and diameter growth of
seedlings Jabon on the tailings, NPK fertilizer and compost can help improve seedling growth on the tailings Jabon. Based on test results of significant value, NPK fertilizer gave significant effect on growth, while high just does not look compost fertilizer effect on seedling height and diameter growth in tailings Jabon. The interaction between the two fertilizer showed significant effect on seedling growth on tailings Jabon. Duncan's test results go to the best dose is indicated by a dose of 15 grams of NPK fertilizer, compost, while a bigger role in changing soil properties, namely in improving the texture of clay in the tailings which means it can enhance the ability of the tailings to hold back the water.
Based on the results, it can be concluded that the seedling can grow on Jabon
(tailings) with growth rates vary. NPK fertilizer and compost can affect seedling growth Jabon improvement, both height and diameter of the soil media used in gold mining (tailings). The best dose of a combination of both manure to high seedling growth Jabon is a dose of NPK fertilizer and compost 15 grams to 10 grams and diameter growth of seedlings Jabon, it is best to dose between doses of 15 grams of NPK fertilizer and compost 0 grams. Keywords: Jabon, fertilizer, NPK and compost, growth
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ”Pengaruh Pemberian
Pupuk NPK dan Kompos terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus
cadamba Roxb Miq.) pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing)” adalah
benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan
belum pernah digunakan sebagai skripsi pada perguruan tinggi atau lembaga
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2010
Dwita Noviani
NIM. E44061158
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Pupuk NPK dan Kompos terhadap
Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing)
Nama : Dwita Noviani
NIM : E44061158
Menyetujui:
Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Basuki Wasis, MS
NIP. 1965 1002 1991 03 1 003
Mengetahui:
Ketua Departemen Silvikultur,
Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr
NIP. 1964 1110 1990 02 1 001
Tanggal :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Ridho-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh
Pemberian Pupuk NPK dan Kompos terhadap Pertumbuhan Semai Jabon
(Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) pada Media Tanah Bekas Tambang
Emas (Tailing)”. Penelitian tersebut dilakukan untuk memberikan informasi
mengenai pertumbuhan semai jabon pada media tanah bekas tambang emas
dengan pemberian pupuk NPK dan Kompos.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Basuki Wasis,
MS selaku pembimbing skripsi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada kedua orang tua serta seluruh keluarga atas segala do’a, kasih sayang dan
semangat yang telah diberikan. Selain itu, terima kasih juga penulis sampaikan
kepada pihak-pihak dan rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan
skripsi ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan demi perkembangan penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Bogor, Juli 2010
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Nopember 1988
sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Poedji
Kartono, S.Sos dan Pudji Astuti. Pada tahun 2006, penulis
menyelesaikan studi di SMAN 3 Depok dan pada tahun yang
sama, penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada
tahun 2007 penulis masuk Mayor Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan
pada tingkat dua dan selanjutnya pada tahun 2009 penulis mengambil minat studi
tanah di Laboratorium Pengaruh Hutan, Bagian Ekologi Hutan Departemen
Silvikultur.
Selama menuntut studi di IPB, penulis aktif pada beberapa organisasi
kemahasiswaan yakni sebagai anggota divisi Human Resources Development
Himpunan Profesi Tree Grower Community periode 2008-2009 dan bendahara
umum Himpunan Profesi Tree Grower Community periode 2009-2010, penulis
juga bergabung dalam unit kegiatan mahasiswa Agriaswara IPB. Selain itu
penulis memiliki pengalaman mengikuti sejumlah seminar maupun pelatihan
selama studi di Institut Pertanian Bogor. Penulis juga menjadi Asisten praktikum
untuk mata kuliah Pengaruh Hutan pada tahun 2009 dan juga untuk mata kuliah
Ekologi Hutan pada tahun 2010. Penulis juga melaksanakan Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan (P2EH) jalur Lw.Sancang-Kamojang, juga melaksanakan
Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) dan kegiatan magang di Hutan Pendidikan
Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, serta melaksanakan Praktek Kerja Profesi
(PKP) di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, Penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Pupuk NPK dan Kompos terhadap
Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) pada Media
Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing)” dibawah bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis,
MS.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih terutama kepada:
1. Kedua orang tua tercinta (Poedji Kartono, S.Sos dan Pudji Astuti), kakak
dan adik tercinta (Avrianti Elvandari dan Pramono Djati) serta seluruh
keluarga atas segala dukungan baik moril maupun materiil serta do’a,
kasih sayang dan semangat yang tak henti mengalir kepada penulis.
2. Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh rasa sabar kepada
penulis.
3. Komisi Pendidikan Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor yang telah membantu dalam pengurusan administrasi.
4. Keluarga besar Laboratorium Pengaruh Hutan (Ibu Atikah, Pak Dadan,
Mba Desti, Ka Muzi, Ka Ghina, Ka Kiki, Ka Atu, Ka Tami, Ka Martha,
Ka romi dan lain-lain).
5. Sahabat-sahabat terbaik, Thea Catleya Agnita, Lika Aulia Indina, Widia
Asti, Belinda Bunganagara dan Dessy Chahya Lestari atas keceriaan dan
semangat yang telah diberikan.
6. Rekan satu bimbingan (Idham Fahmi, Agustina Sandrasari, Tina Maretina
dan Nuri Fathia) atas masukan serta diskusi dengan penulis.
7. Septa Pradipta, Utet Hildaliyani, Lia Awaliatin dan Gamma Nur Merilia
atas persahabatannya selama ini.
8. Juniar Prayogi dan kawan-kawan atas bantuan, do’a dan semangat yang
dialirkan selama ini kepada penulis.
9. Teman-teman SVK ’43 (Nunu, Nana, Ajeng, Ega, Surahman, Adrian,
Niechi dkk) dan keluarga besar Silvikultur yang namanya tidak dapat
disebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaan selama tiga tahun
terakhir.
iv
10. Seluruh civitas akademika Fakultas Kehutanan IPB dan semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
Terima kasih atas bantuannya kepada Penulis. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Bogor, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................ i
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. ii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Tujuan ........................................................................................ 2
1.3. Manfaat ...................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 3
2.1. Tanah .......................................................................................... 3
2.2. Pertambangan dan Tailing .......................................................... 3
2.3. Jabon .......................................................................................... 5
2.4. Pupuk ......................................................................................... 6
2.5. Pupuk NPK ................................................................................ 7
2.6. Kompos ...................................................................................... 9
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................ 11
3.1. Waktu dan Tempat .................................................................... 11
3.2. Alat dan Bahan .......................................................................... 11
3.3. Metode Penelitian ..................................................................... 11
A. Persiapan .................................................................................. 11
B. Penyapihan ............................................................................... 12
C. Pemeliharaan ............................................................................ 12
D. Pengamatan dan Pengambilan Data ......................................... 12
E. Rancangan Percobaan dan Analsis Data................................... 12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 15
4.1. Hasil .......................................................................................... 15
4.1.1 Pertumbuhan Tinggi ........................................................ 15
vi
4.1.2 Pertumbuhan Diameter.................................................... 18
4.1.3 Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) 21
4.2. Pembahasan ............................................................................... 24
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 30
5.1. Kesimpulan .............................................................................. 30
5.2. Saran ......................................................................................... 31
Daftar Pustaka ......................................................................................... 32
Lampiran ................................................................................................. 34
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Bagan Pengamatan Penelitian ........................................................... 13
2. Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Berbagai
Perlakuan Terhadap Peubah-Peubah Pertumbuhan Semai Jabon
(Anthocephalus cadamba Miq.) ....................................................... 15
3. Hasil Uji Duncan Pengaruh Tunggal Pemberian Pupuk NPK dan
Pengaruh Tunggal Pemberian Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan
Tinggi Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) ....................... 16
4. Hasil Uji Duncan Pengaruh Kombinasi Pemberian Pupuk NPK dan
Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan Tinggi semai Jabon
(Anthocephalus cadamba Miq.) ........................................................ 17
5. Hasil Uji Duncan Pengaruh Tunggal Pemberian Pupuk NPK dan
Pengaruh Tunggal Pemberian Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan
Diameter semai jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) .................... 18
6. Hasil Uji Duncan Pengaruh Kombinasi Pemberian Pupuk NPK dan
Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan Diameter Semai Jabon
(Anthocephalus cadamba Miq.) ........................................................ 20
7. Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap Pertumbuhan Semai Jabon
(Anthocephalus cadamba Miq.) ........................................................ 22
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Pertumbuhan Tinggi Rata-rata Semai Jabon
(Anthocephalus cadamba Miq.) Per-Perlakuan .................................. 18
2. Pertumbuhan Diameter Rata-rata Semai Jabon
(Anthocephalus cadamba Miq.) Per-Perlakuan .................................. 21
3. Pertumbuhan Tinggi Rata-rata Semai Jabon
(Anthocephalus cadamba Miq.) ......................................................... 23
4. Pertumbuhan Diameter Rata-rata Semai Jabon
(Anthocephalus cadamba Miq.) ......................................................... 23
5. Pertumbuhan Semai Jabon dengan Perlakuan pupuk NPK................. 26
6. Pertumbuhan Tinggi Semai Jabon pada tiga perlakuan ...................... 28
7. Pertumbuhan Diameter Semai Jabon pada tiga perlakuan .................. 29
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Karakteristik Media Tanam Tailing, kombinasi Tailing dan NPK
Tailing dan Kompos .......................................................................... 35
2. Hasil Analisis Ragam dengan SAS 9.1.3 .......................................... 36
3. Data Hasil Pengukuran Pertumbuhan Tinggi dan Diameter
Semai Jabon Per Minggu .................................................................. 40
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hutan memiliki arti penting dalam kehidupan. Sumberdaya alam yang
terdapat di dalamnya merupakan faktor produksi utama bagi masyarakat yang
tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi, tapi juga aspek lain. Sumberdaya
hutan di Indonesia saat ini berada pada kondisi yang memprihatinkan. Hal ini
terlihat dari laju deforestasi yang sangat tinggi dimana maraknya pengalihan
penggunaan lahan hutan untuk penggunaan lain. Di antara sumberdaya alam yang
tersedia di Indonesia, bahan tambang dan kegiatan pertambangan mendapat
prioritas utama dalam skala investasi.
Kegiatan penambangan merupakan kegiatan mengekstraksi bahan tambang
dengan metode tertentu yang disesuaikan dengan karakteristik bahan tambang
tersebut. Kegiatan pertambangan tentu saja dapat merusak ekosistem hutan yang
dibuka untuk dijadikan areal pertambangan, kerusakan tidak saja pada kondisi
vegetasinya, tetapi juga kerusakan dapat terjadi pada kondisi sifat-sifat tanah
(Syamsudin 2009).
Pertambangan emas akan menghasilkan tailing yang merupakan salah satu
bentuk limbah yang dihasilkan dalam jumlah yang banyak. Tailing juga
berpotensi menurunkan tingkat kesuburan tanah dan menyebabkan keracunan bagi
tanaman, sehingga sulit bagi tanaman untuk tumbuh (Fauziah 2009). Selain
mempunyai konotasi sebagai limbah, tailing masih mempunyai prospek untuk
kembali diusahakan. Salah satu prinsip untuk pengelolaan tailing adalah
merevegetasi lahan yang terganggu, maka diperlukan pengetahuan tentang
pemilihan jenis-jenis pohon yang dapat dikembangkan.
Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) merupakan jenis tanaman lokal
Indonesia yang dapat direkomendasikan untuk dikembangkan dalam revegetasi
lahan pasca tambang. Jabon memiliki prospek yang cukup baik karena tergolong
jenis yang cepat tumbuh, dapat tumbuh di berbagai tipe tanah, prospek
pemasarannya cukup tinggi dengan teknik silvikultur yang mudah dan telah
diketahui.
2
Tersedianya unsur hara baik makro maupun mikro sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Ketersediaan unsur hara untuk tanaman sebagian besar
berasal dari tanah dan udara tetapi juga dapat habis dan tidak tersedia. Pada saat
unsur hara dalam keadaan habis atau tidak tersedia maka diperlukan unsur hara
buatan yang dibutuhkan tanaman. Unsur hara makro yang sangat esensial terhadap
pertumbuhan tanaman adalah N, P, K yang kemudian dikemas menjadi sebuah
produk pupuk NPK. Pemupukan merupakan kegiatan menambahkan unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman dalam pertumbuhannya dengan tujuan untuk
memperbaiki pertumbuhan yang mempengaruhi hasil produksi tanaman tersebut.
Dengan makin baiknya pertumbuhan, maka usaha rehabilitasi lahan kritis akan
terwujud, karena tajuk tanaman akan mengurangi kekuatan energi air hujan yang
jatuh langsung dan merusak tanah, menciptakan iklim mikro yang lebih baik akan
mengikat butiran-butiran tanah yang lepas yang mudah tererosi.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba Roxb
Miq.) pada media tanah bekas tambang emas (tailing).
2. Menganalisis pengaruh pemberian pupuk NPK dan kompos terhadap
pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) pada
media tanah bekas tambang emas (tailing).
3. Mendapat informasi mengenai dosis pupuk serta jenis pupuk yang paling
sesuai bagi pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba Roxb
Miq.) pada media tanah bekas tambang emas (tailing).
1.3. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah menyajikan informasi mengenai pengaruh
pemberian pupuk NPK dan kompos terhadap pertumbuhan semai jabon
(Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) di media tanah bekas tambang emas
(tailing) sehingga dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi dalam upaya
revegetasi lahan bekas penambangan emas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar
permukaan planet bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat
sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan
induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula
(Darmawijaya 1990). Tanah memiliki porositas yang dipengaruhi oleh kandungan
bahan organik. struktur tanah dan tekstur tanah (Hardjowigeno 2003).
Tanah adalah suatu tubuh alam yang tersusun oleh bahan-bahan padat
(hancuran batu, mineral/pelikan dan bahan organik, cairan dan gas), terdapat di
permukaan lahan, menempati ruang tertentu dan dicirikan oleh horison dan/atau
penambahan, pelenyapan, pemindahan dan malih wujud energi dan bahan
penyusunnya. Tubuh tanah ini terbentuk oleh adanya saling tindak antara bahan
induk tanah di suatu loka dengan lingkungannya yang melibatkan aneka proses
pembentukan tanah (Boul et al. 1980; Soil Survey Staff 1998 dalam
Purwowidodo 2005).
2.2. Pertambangan dan Tailing
Pertambangan merupakan proses pemindahan timbunan tanah penutup
(cover burden) seperti topsoil, subsoil, batuan dan lainnya yang di dalamnya
terdapat simpanan mineral yang dapat dipindahkan (Miller 1979 dalam Maryani
2007). Secara fisik, dampak kegiatan penambangan menimbulkan perubahan rona
dan kondisi lahan bekas lahan penambangan, seperti struktur lapisan tanah rusak,
permukan lahan tidak beraturan, adanya hubungan-hubungan dan sebagainya.
Hilangnya vegetasi di permukaan disertai kerusakan struktur lapisan tanah
merupakan faktor pendorong meningkatnya erosi yang berakibat hilangnya tanah
humus, sehingga tanah menjadi tandus, sedangkan terbentuknya lubang bekas
galian serta timbunan tanah penutup (cover burden) antara lain menyebabkan
turunnya nilai estetika (Suherman et al. 1999 dalam Maryani 2007).
Penambangan mempunyai potensi untuk meninggalkan kerusakan pada bentang
alam, bila tidak dikelola dengan baik. Batu buangan dan bahan non emas lainnya
4
(cover burden) yang ditimbun menyebabkan tanah yang terbentuk tidak ada
aktivitas biologi dan merusak pemandangan apabila tidak ada usaha-usaha untuk
memperbaiki kembali daerah tambang tersebut (Hermansyah 1999 dalam Maryani
2007).
Kegiatan penambangan adalah kegiatan mengekstraksi bahan tambang
terencana dengan menggunakan berbagai metode sesuai dengan karakteristik
bahan tambang. Logam emas paling mudah dikenal, terutama sekali jika dalam
bentuk emas alam (native Au) karena sifatnya yang khusus ialah warnanya
kuning, lunak, kekerasannya 21/2-3.0, lunak dan dapat ditempa (maleable), berat
jenisnya tinggi yakni ± 19.3, tahan terhadap asam dan basa dan tidak mudah
teroksidasi. Emas bukan sebagai mineral yang utama dalam endapan bahan galian
tersebut akan tetapi hanya merupakan mineral ikutan.
Penambangan emas menghasilkan sisa pengolahan bahan tambang atau
sering disebut tailing, yaitu berupa bubuk batuan mineral yang terus digerus
sedemikian rupa hasil pemisahan tembaga, emas dan perak di pabrik pengolahan
(Boul 1981). Sifat fisik tailing yang merupakan masalah bagi pertumbuhan
tanaman adalah tekstur, agregasi dan struktur, densitas dan infiltrasi, kompaksi,
daya pegang dan stabilitasnya. Menurut USDA ukuran partikel tailing relatif kecil
dan seragam berupa pasir halus berukuran 0,25-0,10 mm. Selain itu, sifat kimia
tailing seperti status hara yang rendah, kandungan logam berat seperti Cd, Hg, Pb,
As yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan (Williamson 1982).
Tailing adalah gabungan dari bahan padat berbutiran halus (umumnya
berukuran debu, berkisar antara 0,001 hingga 0,6 mm) yang tersisa setelah logam-
logam dan mineral-mineral diekstraksi dari bijih yang ditambang, serta air hasil
pengolahan yang tersisa. Sifat fisik dan kimiawi tailing berbeda-beda tergantung
sifat bijih tambangnya. Pengelolaan tailing adalah satu isu pengelolaan limbah
hasil pengolahan mineral. Pembahasan tailing umumnya dikaitkan dengan limbah
beracun berbahaya yang berpotensi mencemari lingkungan. Hal ini tidak
sepenuhnya benar, karena tailing sebagai ampas dari hasil pemurnian, pencucian
atau pengolahan bahan galian dapat berpotensi mencemari apabila masih
mengandung unsur toksik, akan tetapi apabila masih mengandung bahan galian
yang ekonomis, berpotensi juga untuk dimanfaatkan. Peningkatan kualitas atau
5
kemurnian bahan galian pada kegiatan usaha pertambangan umumnya dilakukan
melalui proses pengolahan. Tailing dari pengolahan bahan tambang, dapat
mengandung bahan-bahan atau mineral-mineral yang berpotensi untuk diusahakan
secara ekonomis. Selain mempunyai konotasi sebagai limbah, tailing masih
mempunyai prospek untuk kembali diusahakan.
2.3. Jabon
Menurut Pratiwi (2003), di beberapa Negara, jabon memiliki banyak nama
antara lain Jabon (Indonesia), Common Bur-Flower (Inggris), Kadam (Perancis),
Bangkal Kaatoan Bangkal (Brunei), Laran (Sabah), Labula (Papua New Guinea),
dan Thkoow (Kamboja). Menurut Yuniarti dan Wibowo (2008) dalam Hildalita
(2009) dalam sistem klasifikasi, tanaman jabon memiliki penggolongan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Anthocephalus
Spesies : Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.
Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) merupakan tanaman cepat
tumbuh dari famili Rubiaceae dengan banyak kegunaan. Sebagai salah satu jenis
yang dikembangkan dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI), jabon
memiliki prospek yang baik, terutama bila pengetahuan tentang aspek-aspek
silvikulturnya terus digali termasuk pengetahuan mengenai pertumbuhan jabon
pada tingkat anakan. Jenis ini umumnya tumbuh di tanah alluvial lembab di
pinggir sungai dan di daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang
kadang-kadang digenangi air. Di samping itu, jabon dapat tumbuh dengan baik di
tanah liat, tanah lempung podsolik coklat, tanah tuf halus atau tanah berbatu yang
tidak sarang. Jenis ini memerlukan iklim basah sampai kering dengan tipe curah
6
hujan A sampai D (Schmidt & Ferguson 1951), mulai dari dataran rendah sampai
ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut (Martawidjaja et al. 1989). Jenis ini
termasuk jenis pionir dan dapat membentuk hutan alam murni di tempat-tempat
yang bebas persaingan cahaya. Menurut Martawijaya et al. (1989), pohon jabon
adalah jenis pohon asli Indonesia yang secara alami meyebar di seluruh Sumatera,
Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, seluruh
Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Papua. Dengan demikian penyebaran jabon
secara alami lebih luas dibandingkan dengan sengon yang hanya menyebar di
bagian Timur Indonesia. Pohon dapat tumbuh tinggi hingga 45 m dengan panjang
bebas cabang 30 m dan diameter dapat mencapai 160 cm. Pohon jabon secara
alami berbatang lurus dan silindris, sehingga jika digergaji akan menghasilkan
rendemen yang tinggi.
2.4. Pupuk
Pupuk adalah bahan untuk diberikan kepada tanaman baik langsung maupun
tidak langsung, guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi
atau memperbaiki kualitasnya, sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman. Pupuk
akan sampai pada sasarannya jika diaplikasikan secara benar. Dalam aplikasi
pupuk, hal penting yang perlu diperhatikan adalah jenis tanaman yang akan
dipupuk dan jenis pupuk yang digunakan. Dengan aplikasi yang tepat dan benar
maka akan diperoleh efisiensi dan efektivitas pemupukan. Secara garis besar,
aplikasi pemupukan dapat dibedakan berdasarkan aplikasi pupuk padat dan
aplikasi pupuk cair. Adapun aplikasi dari jenis pupuk padat dan cair yaitu dengan
cara :
1. Ditebarkan langsung ke permukaan tanah
2. Ditabur ke dalam larikan atau barisan antar tanaman
3. Ditempatkan dalam lubang
4. Dicampurkan merata dengan tanah pada lahan olah
5. Dibenamkan dalam lubang dekat perakaran
6. Dikocor di dekat batang tanaman
7. Dicampur dengan tanah penutup lubang tanam.
Pemupukan dilakukan karena tanah tidak mampu menyediakan satu atau beberapa
unsur hara untuk menjamin suatu tingkat produksi tertentu. Tujuan dilakukan
7
pemupukan yaitu untuk memperoleh produksi yang tinggi dan bernilai dengan
memperbaiki penyediaan hara sambil memperhatikan atau memperbaiki
kesuburan tanah tanpa merusak lingkungan (Pratiwi 2003).
Pengertian klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi yaitu atas dasar
pembentukannya yang terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan, atas dasar
kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri dari pupuk tunggal dan
pupuk majemuk dan atas susunan kimiawi yang mempunyai hubungan penting
dengan perubahan-perubahan di dalam tanah. Pupuk alam diantaranya terdiri dari
pupuk kandang pupuk hijau, kompos dan guano (Marsono & Sigit 2002).
Sedangkan menurut Soepardi (1983), yang dimaksud dengan pupuk buatan adalah
pupuk yang dibuat di pabrik-pabrik yang mengandung unsur hara tertentu, yang
pada umumnya mempunyai kadar unsur hara tinggi.
Manfaat pupuk adalah meyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan
tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Marsono & Sigit
2000). Peningkatan pertumbuhan pada fase anakan dapat dilakukan dengan
pemberian pupuk dan zat pengatur tumbuh. Pemberian pupuk bertujuan untuk
meningkatkan ketersediaan unsur hara yang dapat diserap tanaman untuk
pertumbuhan optimum.
2.5. Pupuk NPK
Persentase tumbuh tanaman 4 (empat) bulan setelah tanam pada perlakuan
tanpa pupuk dan tanpa pengelolaan lahan (cemplongan) adalah 99% walaupun
tanah tempat tumbuhnya mempunyai kandungan P, K dan N sangat rendah
(Basuki 1996). Penambahan hara melalui pupuk pada tanah yang miskin akan
sangat mendukung pertumbuhan tanaman. Tanaman yang kurang memperoleh
nitrogen akan tumbuh kerdil dan sistem perakarannya terbatas. Daun menjadi
kuning atau hijau kekuningan dan bertendensi cepat rontok (Soepardi 1979).
N (Nitrogen) merupakan salah satu unsur yang paling luas penyebarannya di
alam (Hanafiah 2007). Pemberian N yang banyak akan menyebabkan
pertumbuhan vegetatif berlangsung hebat sekali dan warna daun menjadi hijau
tua. Kelebihan N dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses
pematangan karena tidak seimbang dengan unsur lainnya seperti P, K dan S
(Leiwakabessy 2003). Fungsi N adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif
8
tanaman (tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih
hijau) dan membantu proses pembentukan protein, kemudian gejala-gejala
kebanyakan N lainnya yaitu batang menjadi lemah, mudah roboh dan dapat
mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno 2007).
Penambahan unsur P pada tanah yang kekurangan unsur ini sangat penting
artinya bagi perkembangan tanaman, karena P terlibat di dalam penyediaan dan
transfer energi untuk semua proses biokimia. Fosfor yang diserap pada awal
pertumbuhan dipergunakan untuk mempercepat perkembangan sebagai akibat
perbedaan ukuran perkembangan menyebabkan tanaman yang kekurangan P
terlambat matang, sedangkan unsur K berperan sebagai aktivator enzim,
menjamin vigor tanaman, tanaman lebih tahan terhadap penyakit, essensial dalam
pembentukan hidrat arang dan translokasi gula dan diperlukan dalam
pembentukan khlorofil (Soepardi 1979).
Kalium merupakan unsur ketiga yang penting setelah nitrogen dan fosfor.
Kalium diserap oleh tanaman dalam jumlah yang cukup besar, kadang-kadang
lebih besar daripada nitrogen seperti halnya pada tanaman ubi-ubian oleh karena
itu apabila kalium di dalam tanah dan yang berasal dari air irigasi tidak
mencukupi untuk pertumbuhan, maka tanaman akan menderita karena kekurangan
kalium dan produksinya sangat rendah. Kalium berperan dalam metabolisme air
dalam tanaman, mempertahankan turgor, membentuk batang yang lebih kuat dan
berpengaruh terhadap hasil. Di samping itu kalium berpengaruh terhadap
fotosintesis dan pernapasan dan mempengaruhi metabolisme tanaman dalam
pembentukan karbohidrat dan aktivitas enzim. Kalium dalam tanah terdapat
sebagai K-mineral primer, K-terfiksasi mineral sekunder, K-tukar dan K-larut. K-
tukar dan K-larut langsung dan mudah dapat diserap tanaman disebut K-tersedia
(segera tersedia) sebagian K-terfiksasi dan K-mineral primer dapat juga diserap
tanaman setelah berubah menjadi K-tersedia disebut K-cadangan (potensial
tersedia). K-terfiksasi dan K-mineral primer yang tidak dapat diserap tanaman
disebut K-tidak tersedia. Ketiga bentuk kalium tersebut berada dalam
keseimbangan :
9
K- Tidak tersedia
K-tersedia K-sukar tersedia
Pengurangan dari K-tersedia akan diganti dengan K-sukar tersedia/ tidak tersedia
dan pemupukan berat akan meningkatkan jumlah K-sukar tersedia (Ismunadji et
al. 1976).
2.6. Kompos
Murbandono (1994) menyatakan bahwa kompos adalah bahan-bahan
organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya
interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya.
Bahan-bahan organik tersebut seperti dedauanan, rumput, jerami, sisa-sisa ranting
dan dahan. Kompos yang baik adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan
yang cukup dengan dicirikan warna sudah berbeda dengan warna bahan
pembentuknya, tidak berbau, Kadar air rendah dan memiliki suhu ruang.
Pengomposan bertujuan untuk menurunkan kadar karbon terhadap nitrogen atau
C/N ratio. Salah satu unsur pembentuk tanah adalah bahan organis. Bahan organis
terbentuk dari sisa tanaman, hewan atau kotoran hewan, juga sisa jutaan makhluk
kecil berupa bakteri jamur, ganggang, hewan satu sel maupun banyak sel. Karena
unsur hara tidak terikat dalam bentuk yang tidak dapat diserap oleh tanaman, oleh
sebab itu perlu dikomposkan. Selama proses perubahan dan peruraian bahan
organis, unsur hara makanan akan bebas menjadi bentuk yang larut dan dapat
diserap tanaman. Bahan organis yang telah dikomposkan dengan baik, bukan
hanya memperkaya bahan makanan untuk tanaman tetapi terutama berperan besar
terhadap perbaikan sifat-sifat tanah.
Pengomposan didefinisikan sebagai proses biokimiawi yang melibatkan
jasad renik sebagai agensia (perantara) yang merombak bahan organik menjadi
bahan yang mirip dengan humus. Hasil perombakan tersebut disebut kompos.
Kompos mampu mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah sehingga
memudahkan perkembangan akar dan kemampuannya dalam peyerapan hara,
meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air sehingga tanah dapat
menyimpan air lebih lama dan mencegah terjadinya kekeringan pada tanah,
10
menahan erosi tanah sehingga mengurangi pencucian hara, menciptakan kondisi
yang sesuai untuk pertumbuhan jasad penghuni tanah seperti cacing dan mikroba
tanah yang sangat berguna bagi kesuburan tanah (Aminah et al. 2003).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan selama enam bulan, dimulai pada bulan Agustus
2009 sampai dengan Februari 2010. Kegiatan pendahuluan dilaksanakan selama
tiga bulan dan kegiatan pengamatan pengukuran dilaksanakan selama tiga bulan.
Lokasi pengambilan tailing sebagai media tanam dilaksanakan di PT. Antam
UBPE Pongkor dan pengamatan pengukuran dilaksanakan di rumah kaca Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah timbangan, polybag, penggaris, caliper,
gembor, tally sheet, kamera, alat tulis dan label, sedangkan bahan yang digunakan
antara lain semai jabon, media tanam tailing, pupuk NPK, kompos dan air.
3.3. Metode penelitian
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap persiapan,
penyapihan, pemeliharaan, pengamatan dan pengambilan data serta pengolahan
data
A. Persiapan
Penelitian dilakukan secara eksperimen dalam rancangan faktorial dengan
16 perlakuan dimana setiap unit perlakuan terdiri dari dua ulangan. Tahap
persiapan ini meliputi penyiapan media tanam dan pupuk NPK dan kompos.
Media tanam yang digunakan adalah tailing yang berasal dari PT. Antam yang
dipindahkan ke rumah kaca Fakultas kehutanan IPB. Tailing tersebut ditimbang
dan dimasukkan ke dalam 32 polybag yang masing-masing diisi sebanyak 1 Kg.
Pupuk NPK dan kompos disiapkan dengan takaran untuk NPK yaitu 0 gr, 5 gr, 10
gr dan 15 gr sedangkan untuk kompos yaitu 0 gr, 10 gr, 20 gr dan 30 gr, kemudian
tailing dicampur dengan pupuk yang telah dikombinasikan. Persiapan terakhir
yaitu persiapan semai jabon dengan memanfaatkan semai yang sengaja
disemaikan di rumah kaca Fakultas Kehutanan IPB.
12
B. Penyapihan
Penyapihan semai jabon dilaksanakan pada sore hari. Semai jabon yang
disapih berasal dari biji jabon yang sengaja disemaikan pada bak kecambah yang
terdapat di rumah kaca Fakultas Kehutanan IPB, semai jabon yang disapih
merupakan semai yang berumur 3 minggu yang kemudian disapih ke dalam 32
polybag yang telah diisi tailing yang dicampur dengan kombinasi pupuk NPK dan
kompos, masing-masing berjumlah satu semai.
C. Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap semai jabon yang telah disapih adalah dengan
meletakkan 32 polybag di bawah tegakan pinus dengan tujuan aklimatisasi atau
untuk memperoleh pertumbuhan semai jabon yang stabil (sudah mampu
beradaptasi) di dalam polybag dan siap untuk dipindahkan ke dalam rumah kaca.
Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore dengan mempertimbangkan kondisi
media tanam di dalam polybag, jika terasa masih basah maka penyiraman tidak
dilakukan.
D. Pengamatan dan Pengambilan Data
Parameter yang diukur adalah diameter dan tinggi. Pengamatan terhadap
diameter dan tinggi dilakukan untuk menganalisis pertumbuhan semai jabon.
Diameter semai diukur dengan menggunakan caliper pada ketinggian 1 cm di atas
pangkal batang sedangkan tinggi semai diukur dengan menggunakan penggaris
mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh pucuk semai. Pengamatan dan
pengambilan data dilakukan selama 3 bulan. Data yang didapatkan kemudian di
rekapitulasi di dalam tally sheet.
E. Pengolahan Data
Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan faktorial 2 x 4 dan
masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari dua ulangan, masing-masing
terdiri dari satu tanaman. Untuk masing-masing faktor dirinci sebagai berikut :
Faktor A : Pupuk NPK
A0 : 0 gram/tanaman
A1 : 5 gram/tanaman
A2 : 10 gram/tanaman
A3 : 15 gram/tanaman
13
Faktor B : Pupuk kompos
B0 : 0 gram/tanaman
B1 : 10 gram/tanaman
B2 : 20 gram/tanaman
B3 : 30 gram/tanaman
Model linear rancangan percobaan faktorial adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Σijk i = perlakuan A
j = perlakuan B
k = ulangan (1,2)
Yijk = Nilai/respon dari pengamatan taraf ke-i dari faktor A (pupuk NPK),
faktor B (pupuk Kompos) taraf ke-j dan ulangan ke-k
µ = rata-rata umum
Ai = pengaruh sebenarnya dari taraf ke-i faktor A
Bj = pengaruh sebenarnya dari taraf ke-j faktor B
(AB)ij = pengaruh sebenarnya dari interaksi antara taraf ke-i faktor A dan taraf
ke-j faktor B
Σijk = kesalahan percobaan yang disebabkan oleh taraf ke-i faktor A dan taraf
ke-j faktor B
Untuk memudahkan dalam melakukan analisis data, maka dibuat bagan
pengamatan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Bagan Pengamatan Penelitian Pupuk NPK Ulangan
Pupuk Kompos 0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
0 gram 1 A1 B1 C1 D1 2 A2 B2 C2 D2
5 gram 1 E1 F1 G1 H1 2 E2 F2 G2 H2
10 gram 1 I1 J1 K1 L1 2 I2 J2 K2 L2
15 gram 1 M1 N1 O1 P1 2 M2 N2 O2 P2
14
Untuk hipotesis digunakan uji nilai signifikan (Pr>F), sebagai berikut:
H0 : Perlakuan tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman
H1 : Perlakuan mempengaruhi pertumbuhan tanaman
Pengambilan keputusan untuk uji (Pr>F) adalah :
Jika : nilai signifikan (Pr>F) < 0,05 (α)
nilai signifikan (Pr>F) > 0,05 (α)
Selanjutnya dilakukan uji Duncan terhadap data yang diperoleh. Hipotesis yang
digunakan untuk pengujian Duncan antara perlakuan, sebagai berikut :
H0 : tidak ada perbedaan yang nyata antara rata-rata perlakuan
H1 : terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata perlakuan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain pertumbuhan tinggi
dan diameter semai jabon pada media tanah bekas tambang emas dengan
pemberian pupuk NPK dan kompos. Respon pengaruh pemberian pupuk NPK dan
kompos terhadap parameter yang diamati dapat diketahui dengan melakukan
analisis sidik ragam. Hasil rekapitulasi sidik ragam disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap Peubah-Peubah Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
Faktor Peubah yang diamati
Tinggi Diameter
Pemberian pupuk NPK 0,02 ** 0,59 tn
Pemberian pupuk Kompos 0,24 tn 0,32 tn
Interaksi NPK*Kompos 0,01 ** 0,02**
Keterangan : Angka-angka dalam tabel adalah nilai signifikan (Pr > F)
** = Perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 % dengan nilai signifikan (Pr > F) < 0.05 ( α ) tn = Perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 % dengan nilai signifikan (Pr > F) > 0.05 ( α )
Tabel 2 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk NPK memberikan
pengaruh yang nyata hanya terhadap pertumbuhan tinggi saja. Pemberian pupuk
kompos tidak menunjukkan pengaruh yang nyata, baik terhadap pertumbuhan
tinggi maupun diameter. Interaksi antara pemberian pupuk NPK dan pupuk
kompos memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter
semai jabon.
4.1.1. Pertumbuhan Tinggi
Hasil uji Duncan pengaruh tunggal pemberian pupuk NPK dan pengaruh
tunggal pemberian pupuk kompos terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon dapat
dilihat pada Tabel 3.
16
Tabel 3. Hasil Uji Duncan Pengaruh Tunggal Pemberian Pupuk NPK dan Pengaruh Tunggal Pemberian Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan Tinggi Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
Faktor Rata-rata Persentase Pertumbuhan Pertumbuhan (cm) dibanding kontrol (%) Pemberian pupuk NPK - dosis 0 gram 9,85 ab -
- dosis 5 gram 8,65 b - 12,18 - dosis 10 gram 8,28 b - 15,94 - dosis 15 gram 11,30 a 14,72
Pemberian pupuk Kompos - dosis 0 gram 9,11 a - - dosis 10 gram 10,70 a 17,45
- dosis 20 gram 8,85 a - 2,85 - dosis 30 gram 9,41 a 3,29
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %
Pengaruh tunggal pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan tinggi
semai jabon menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK dengan dosis 5 gram
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pemberian pupuk NPK
dengan dosis 0 gram (kontrol) dan juga terhadap pemberian pupuk NPK dengan
dosis 10 gram, sedangkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap dosis 5 gram dan
10 gram ditunjukkan oleh pemberian pupuk NPK dengan dosis 15 gram.
Persentase pertumbuhan untuk dosis 5 gram, 10 gram dan 15 gram masing-masing
adalah sebesar -12,18 %, - 15,94 % dan 14,72 % terhadap kontrol (dosis 0 gram).
Pengaruh tunggal pemberian pupuk kompos terhadap pertumbuhan tinggi
semai jabon menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos dengan dosis 10
gram, 20 gram dan 30 gram tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap pemberian pupuk kompos dengan dosis 0 gram (kontrol). Persentase
pertumbuhan untuk dosis 10 gram, 20 gram dan 30 gram masing-masing adalah
sebesar 17,45 %, - 2,85 % dan 3,29 % terhadap kontrol (dosis 0 gram).
Respon pertumbuhan tinggi semai jabon karena pengaruh pemberian
kombinasi antara pupuk NPK dan kompos dapat diketahui dengan melakukan uji
Duncan dengan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.
17
Tabel 4. Hasil Uji Duncan Pengaruh Kombinasi Pemberian Pupuk NPK dan Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan Tinggi semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
Perlakuan Rata-rata Pertumbuhan (cm) Persentase Pertumbuhan Dibanding Kontrol (%)
N 11,00 a 16,03 9,28 P
B 10,36 a
10,28 ab 8,43 M 10,21a 7,70 O 10,08 a 6,33 F 9,68 ab 2,11 D 9,63 ab 1,58 J 9,49 ab 0,11 A 9,48 ab - C 9,35 ab - 1,37 H 9,03 ab - 4,75 E 8,88 ab - 6,33 L 8,84 ab - 6,75 G 8,75 ab - 7,70 I 8,69 ab - 8,33 K 8,56 ab - 9,70
Keterangan : A = Pemberian pupuk NPK dosis 0 gr dan pupuk kompos dosis 0 gr B = Pemberian pupuk NPK dosis 0 gr dan pupuk kompos dosis 10 gr
C = Pemberian pupuk NPK dosis 0 gr dan pupuk kompos dosis 20 gr D = Pemberian pupuk NPK dosis 0 gr dan pupuk kompos dosis 30 gr E = Pemberian pupuk NPK dosis 5 gr dan pupuk kompos dosis 0 gr F = Pemberian pupuk NPK dosis 5 gr dan pupuk kompos dosis 10 gr G = Pemberian pupuk NPK dosis 5 gr dan pupuk kompos dosis 20 gr H = Pemberian pupuk NPK dosis 5 gr dan pupuk kompos dosis 30 gr I = Pemberian pupuk NPK dosis 10 gr dan pupuk kompos dosis 0 gr J = Pemberian pupuk NPK dosis10 gr dan pupuk kompos dosis 10 gr K = Pemberian pupuk NPK dosis 10 gr dan pupuk kompos dosis 20 gr L = Pemberian pupuk NPK dosis 10 gr dan pupuk kompos dosis 30 gr M = Pemberian pupuk NPK dosis 15 gr dan pupuk kompos dosis 0 gr N = Pemberian pupuk NPK dosis 15 gr dan pupuk kompos dosis 10 gr O = Pemberian pupuk NPK dosis 15 gr dan pupuk kompos dosis 20 gr P = Pemberian pupuk NPK dosis 15 gr dan pupuk kompos dosis 30 gr
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan N (pemberian pupuk NPK dosis 15
gram dan kompos dosis 10 gram) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata
terhadap perlakuan A (kontrol) dengan respon persentase pertumbuhan tinggi
semai jabon sebesar 16,03 % atau peningkatan pertumbuhan rata-rata tinggi
sebesar 11,00 cm terhadap kontrol dan juga tidak berbeda nyata terhadap semua
perlakuan lainnya. Pertumbuhan tinggi yang terendah ditunjukkan oleh perlakuan
K (pemberian pupuk NPK dosis 10 gram dan kompos dosis 20 gram) dengan
respon persentase sebesar - 9,70 % atau rata-rata tinggi sebesar 8,56 cm.
18
10.08 9.68 9.63 9.49 9.48 9.35 9.03 8.88 8.84 8.75 8.568.69
10.2110.3610.2811.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
N P B M O F D J A C H E L G I K
Perlakuan
Ting
gi (c
m)
Gambar 1. Pertumbuhan Tinggi Rata-rata Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) Per- Perlakuan Gambar 1 menjelaskan bahwa perlakuan N (pemberian pupuk NPK dosis 15
gram dan kompos dosis 10 gram) memberikan pengaruh pertumbuhan tinggi rata-
rata semai jabon yang paling baik jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya
dan untuk perlakuan K (pemberian pupuk NPK dosis 10 gram dan kompos dosis
20 gram) menunjukkan pengaruh pertumbuhan tinggi rata-rata semai jabon yang
paling rendah di antara perlakuan lainnya.
4.1.2. Pertumbuhan Diameter
Hasil uji Duncan pengaruh tunggal pemberian pupuk NPK dan pengaruh
tunggal pemberian pupuk kompos terhadap pertumbuhan diameter semai jabon
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Duncan Pengaruh Tunggal Pemberian Pupuk NPK dan Pengaruh Tunggal Pemberian Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan Diameter semai jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
Faktor Rata-rata Pertumbuhan(cm)
Persentase Pertumbuhan disbanding kontrol (%)
Pemberian pupuk NPK - dosis 0 gram - dosis 5 gram - dosis 10 gram - dosis 15 gram
0,23 a
0,23 a
0,21 a 0,24 a
-
0,00 - 8,70 4,34
Pemberian pupuk Kompos - dosis 0 gram - dosis 10 gram - dosis 20 gram - dosis 30 gram
0,25 a
0,23 a
0,22 a
0,20 a
-
- 8,00 - 12,00 - 20,00
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %
19
Berdasarkan Tabel 5 di atas, pengaruh tunggal pemberian pupuk NPK
terhadap pertumbuhan diameter semai jabon menunjukkan bahwa pemberian
pupuk NPK dengan dosis 5 gram, 10 gram dan 15 gram memberikan pengaruh
yang tidak berbeda nyata terhadap masing-masing perlakuan tersebut dan juga
terhadap pemberian pupuk NPK dengan dosis 0 gram (kontrol) dengan respon
persentase pertumbuhan diameter masing-masing yaitu untuk dosis 5 gram, 10
gram dan 15 gram masing-masing adalah sebesar 0,00 %, - 8,70 % dan 4,34 %.
Pengaruh tunggal pemberian pupuk kompos terhadap pertumbuhan diameter
semai jabon menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos dengan dosis 10
gram, 20 gram dan 30 gram memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata
terhadap pemberian pupuk kompos dengan dosis 0 gram (kontrol). Persentase
pertumbuhan untuk dosis 10 gram, 20 gram dan 30 gram adalah sebesar - 8,00 %,
- 12,00 % dan 20,00 % terhadap kontrol (dosis 0 gram).
Respon pertumbuhan diameter semai jabon karena pengaruh pemberian
kombinasi antara pupuk NPK dan kompos dapat diketahui dengan melakukan uji
Duncan dengan hasil yaitu perlakuan M (pemberian pupuk NPK dosis 15 gram
dan kompos dosis 0 gram) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata
terhadap perlakuan A (kontrol) dengan respon persentase pertumbuhan tinggi
semai jabon sebesar 4,17 % terhadap kontrol dan juga menunjukkan pengaruh
yang tidak berbeda nyata terhadap semua perlakuan lainnya. Pertumbuhan
diameter yang terendah ditunjukkan oleh perlakuan L (pemberian pupuk NPK
dosis 10 gram dan kompos dosis 30 gram) dengan respon persentase sebesar -
16,67 %. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 6.
20
Tabel 6. Hasil Uji Duncan Pengaruh Kombinasi Pemberian Pupuk NPK dan Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan Diameter Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
Perlakuan Rata-rata Pertumbuhan (cm) Persentase Pertumbuhan Dibanding Kontrol (%)
M 0,25 a 4,17 A 0,24 a - E 0,24 a 0,00 N 0,24 a 0,00 B 0,23 a - 4,17 F 0,23 a - 4,17 O 0,23 a - 4,17 I 0,23 a - 4,17 P 0,22 a - 8,33 C 0,22 a - 8,33 G 0,22 a - 8,33 J 0,22 a - 8,33 D 0,22 a - 8,33 H 0,21 a - 12,50 K 0,21 a - 12,50 L 0,20 a - 16,67
Keterangan : A = Pemberian pupuk NPK dosis 0 gr dan pupuk kompos dosis 0 gr B = Pemberian pupuk NPK dosis 0 gr dan pupuk kompos dosis 10 gr
C = Pemberian pupuk NPK dosis 0 gr dan pupuk kompos dosis 20 gr D = Pemberian pupuk NPK dosis 0 gr dan pupuk kompos dosis 30 gr E = Pemberian pupuk NPK dosis 5 gr dan pupuk kompos dosis 0 gr F = Pemberian pupuk NPK dosis 5 gr dan pupuk kompos dosis 10 gr G = Pemberian pupuk NPK dosis 5 gr dan pupuk kompos dosis 20 gr H = Pemberian pupuk NPK dosis 5 gr dan pupuk kompos dosis 30 gr I = Pemberian pupuk NPK dosis 10 gr dan pupuk kompos dosis 0 gr J = Pemberian pupuk NPK dosis10 gr dan pupuk kompos dosis 10 gr K = Pemberian pupuk NPK dosis 10 gr dan pupuk kompos dosis 20 gr L = Pemberian pupuk NPK dosis 10 gr dan pupuk kompos dosis 30 gr M = Pemberian pupuk NPK dosis 15 gr dan pupuk kompos dosis 0 gr N = Pemberian pupuk NPK dosis 15 gr dan pupuk kompos dosis 10 gr O = Pemberian pupuk NPK dosis 15 gr dan pupuk kompos dosis 20 gr P = Pemberian pupuk NPK dosis 15 gr dan pupuk kompos dosis 30 g
21
0.25 0.24 0.24 0.24 0.23 0.23 0.23 0.23 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.21 0.21 0.20
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
M A E N B F O I P C G J D H K L
Perlakuan
Dia
met
er (c
m)
Gambar 2. Pertumbuhan Diameter Rata-Rata Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
Per-Perlakuan
Gambar 2 menjelaskan bahwa perlakuan M (pemberian pupuk NPK dosis 15
gram dan kompos dosis 0 gram) memberikan pengaruh pertumbuhan diameter
rata-rata semai jabon yang paling baik jika dibandingkan dengan perlakuan
lainnya dan untuk perlakuan L (pemberian pupuk NPK dosis 10 gram dan kompos
dosis 30 gram) menunjukkan pengaruh pertumbuhan diameter rata-rata semai
jabon yang paling rendah di antara perlakuan lainnya.
4.1.3. Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
Hasil pemberian berbagai perlakuan terhadap partumbuhan semai jabon
menunjukkan hasil bahwa perlakuan N (pemberian pupuk NPK dosis 15 gram dan
kompos dosis 10 gram) memberikan hasil yang paling baik pada pertumbuhan
tinggi semai jabon dan pertumbuhan terendah dari tinggi semai jabon ditunjukkan
oleh perlakuan K (pemberian pupuk NPK dosis 10 gram dan kompos dosis 20
gram), sedangkan untuk pertumbuhan diameter yang paling baik ditunjukkan oleh
perlakuan M (pemberian pupuk NPK dosis 15 gram dan kompos dosis 0 gram)
dan pertumbuhan terendah ditunjukkan oleh perlakuan L (pemberian pupuk NPK
dosis 10 gram dan kompos dosis 30 gram). Hasil dari uji Duncan dapat dilihat
pada Tabel 7.
22
Tabel 7. Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
Perlakuan Rata-Rata Pertumbuhan Tinggi (cm)
Rata-rata Pertumbuhan Diameter (cm)
A 9,48 ab 0,24 a B 10,28 ab 0,23 a
C 9,35 ab 0,22 a
D 9,63 ab 0,22 a E 8,88 ab 0,24 a F 9,68 ab 0,23 a
G 8,75 ab 0,22 a
H 9,03 ab 0,21 a
I 8,69 ab 0,23 a
J 9,49 ab 0,22 a K 8,56 ab # 0,21 a L 8,84 ab 0,20 a # M 10,21 a 0,25 a * N 11,00 a * 0,24 a O 10,08 a 0,23 a P 10,36 a 0,22 a
Keterangan : *) = Nilai Tertinggi pertumbuhan tinggi dan diameter rata-rata
#) = Nilai Terendah pertumbuhan tinggi dan diameter rata-rata
Gambar 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi rata-rata yang cukup
cepat sampai minggu kedua belas ditunjukkan oleh perlakuan N (pemberian
pupuk NPK dosis 15 gram dan kompos dosis 10 gram) yang mencapai 17,55 cm
sedangkan pertumbuhan tinggi rata-rata yang lambat ditunjukkan oleh perlakuan
K (pemberian pupuk NPK dosis 10 gram dan kompos dosis 20 gram) sebesar 9,90
cm.
23
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu
Ting
gi (c
m) Kontrol
N (NPK 15 gr +Kompos 10 gr)K (NPK 10 gr +Kompos 20 gr)
Gambar 3. Pertumbuhan Tinggi Rata-Rata Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
Gambar 4 menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter rata-rata yang cukup
cepat sampai minggu kedua belas ditunjukkan oleh perlakuan M (pemberian
pupuk NPK dosis 15 gram dan kompos dosis 0 gram) yang mencapai 0,48 cm
sedangkan pertumbuhan diameter rata-rata yang lambat ditunjukkan oleh
perlakuan L (pemberian pupuk NPK dosis 10 gram dan kompos dosis 30 gram)
sebesar 0,29 cm.
0.000.100.200.300.400.500.60
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu
Dia
met
er (c
m)
Kontrol
M (NPK 15 gr +Kompos 0 gr)L (NPK 10 gr +Kompos 30 gr)
Gambar 4. Pertumbuhan Diameter Rata-Rata Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
24
4.2. Pembahasan
Ketersediaan unsur hara di dalam tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, jika terjadi defisiensi unsur hara maka dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman terganggu. Berdasarkan teori tersebut, dapat dikatakan bahwa tanaman
yang ditanam pada tanah dengan unsur hara yang rendah seperti pada tanah bekas
tambang emas (tailing) maka pertumbuhannya akan terganggu, oleh karena itu
pemupukan sangat diperlukan untuk membantu tanaman dalam penyediaan unsur
hara yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhannya, misalnya dengan
penggunaan pupuk NPK dan kompos yang juga dilakukan dalam penelitian ini.
Parameter tinggi merupakan parameter yang paling sederhana dalam pengamatan
pertumbuhan tanaman karena tinggi merupakan indikator pertumbuhan atau
parameter yang digunakan untuk mengetahui pengaruh lingkungan atau pun
perlakuan yang diberikan. Pertumbuhan diameter dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang mempengaruhi fotosintesis. Pertumbuhan diameter berlangsung apabila
keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pertumbuhan akar
dan tinggi telah terpenuhi (Hildalita 2009).
Tanah dikatakan tidak subur jika unsur-unsur penunjang yang dibutuhkan
tanaman tidak ada atau tidak lengkap di dalamnya. Seperti halnya pada tailing,
berdasarkan hasil analisa karakteristik hara tailing tambang emas, tampak bahwa
tekstur tailing didominasi oleh fraksi pasir dengan komposisi 57,6 %, hal ini dapat
mengakibatkan tanaman sulit untuk menyerap (menahan) air dan unsur hara tetapi
dengan pemberian pupuk kompos terlihat bahwa komposisi fraksi liat dapat
meningkat, hal ini dapat meningkatkan kemampuan tailing dalam menahan air.
Nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada tailing tergolong rendah yaitu hanya
mencapai 3,21 me/100g, nilai tersebut masih jauh dari kriteria penilaian standar
sifat kimia yaitu berkisar antara 17-25 me/100g. Pemberian pupuk NPK dan
kompos dapat meningkatkan nilai KTK pada tailing tersebut walaupun nilai
peningkatannya juga masih jauh dari standar yang ada, tanah dengan nilai KTK
yang tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada
tanah dengan KTK yang rendah. Tailing bersifat asam, hal ini terlihat dari pH
tailing yang mencapai 6,6, tetapi hal ini tidak mempengaruhi jenis jabon untuk
tumbuh subur pada tailing tersebut karena jenis jabon dapat tetap tumbuh pada pH
25
4,5 sampai 7,5. Pemberian pupuk NPK dan kompos juga dapat menurunkan
kandungan logam Fe pada tailing yang dapat berpotensi menjadi racun jika
keberadaannya terlalu tinggi.
Berdasarkan analisis sidik ragam pada Tabel 1, pemberian pupuk NPK dan
pupuk kompos memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan
semai jabon. Secara umum dapat dilihat bahwa seluruh perlakuan yang diberikan
sebenarnya dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan semai
jabon pada media tanah bekas tambang emas (tailing), hanya saja dari setiap
perlakuan yang diberikan pengaruhnya berbeda-beda terhadap pertumbuhan semai
jabon tersebut.
Unsur nitrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan, terutama batang tanaman, cabang dan daun serta juga berperan
dalam pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis.
Unsur fosfor bagi tanaman lebih berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar,
khususnya akar tanaman muda. Unsur kalium berperan dalam membentuk protein
dan karbohidrat bagi tanaman (Setiawan 2005 dalam Fauziah 2009). Pemakaian
pupuk majemuk NPK akan memberi suplai N yang cukup besar ke dalam tanah,
sehingga dengan pemberian pupuk NPK yang mengandung nitrogen tersebut akan
membantu pertumbuhan tanaman (Pandiangan 2000). Fungsi lain dari nitrogen
ialah membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan lainnya (Lingga
1998 dalam Handayani 2009). Unsur Fosfor (P) sangat berguna untuk membentuk
akar, bahan dasar protein, memperkuat batang tanaman serta membantu asimilasi
dan respirasi, sedangkan unsur Kalium membantu dalam pembentukan protein
dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, serta membentuk antibodi
tanaman melawan penyakit dan kekeringan (Pristyaningrum 2009).
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari dua parameter
pertumbuhan yang diamati, yaitu tinggi dan diameter semai jabon, pemberian
pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon.
Pemberian pupuk NPK dengan tiga dosis yang berbeda yaitu dosis 5 gram, 10
gram dan 15 gram menunjukkan perbedaan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
dapat diketahui bahwa dosis yang paling baik dalam membantu semai jabon untuk
26
tumbuh pada tailing adalah pemberian pupuk NPK dengan dosis 15 gram, seperti
terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Pertumbuhan Semai Jabon dengan Perlakuan Pupuk NPK
a. Semai jabon dengan perlakuan kontrol
b. Semai jabon dengan perlakuan NPK 5 gr
c. Semai jabon dengan perlakuan NPK 10 gr
d. Semai jabon dengan perlakuan NPK 15 gr
Berdasarkan teori yang ada, pemberian pupuk akan memberikan hasil yang
lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan yang tidak diberi
pupuk, tetapi lain halnya dengan hasil penelitian pada perlakuan pemberian pupuk
NPK terhadap pertumbuhan diameter. Berdasarkan analisis sidik ragam, pengaruh
pemberian pupuk NPK tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan diameter semai jabon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaturan
peletakan posisi polybag pada saat penelitian berlangsung. Pemberian jarak antar
polybag yang sesuai dapat memberi ruang tumbuh yang lebih besar dan
pengambilan cahaya matahari dapat berlangsung secara optimal sehingga
pertambahan diameter dapat terjadi maksimal (Hildalita 2009).
27
Perlakuan dengan penggunaan pupuk kompos dengan berbagai dosis
menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan
diameter semai jabon, hal ini diduga dapat disebabkan karena pupuk kompos
memiliki kandungan hara yang lebih sedikit dibanding dengan pupuk NPK
sehingga hasilnya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan. Berdasarkan teori yang ada, pemberian pupuk kompos dengan dosis
kurang dari 1 Kg pada tanaman pengaruhnya terhadap pertumbuhan tidak akan
terlihat. Sebenarnya perlakuan dengan pemberian pupuk kompos juga dapat
membantu pertumbuhan semai jabon pada tailing tetapi penyebab yang mungkin
dapat terjadi yaitu untuk dosis yang digunakan dalam penelitian antara lain 10
gram, 20 gram dan 30 gram, pengaruhnya belum menunjukkan hasil yang optimal
bahkan tidak terlihat pengaruhnya dalam membantu pertumbuhan baik tinggi
maupun diameter semai jabon pada tailing dalam penelitian ini. Peranan bahan
organik (kompos) dalam pertumbuhan tanaman dapat secara langsung atau
sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah
(Brady 1974 dalam Fauziah 2009). Berdasarkan hasil yang didapat, kompos lebih
berperan dalam perubahan sifat tanah yaitu dalam peningkatan tekstur liat pada
tailing yang berarti dapat meningkatkan kemampuan tailing untuk menahan air.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh proses fisiologis yang terjadi di dalam
tubuh tanaman tersebut, yaitu proses fotosintesis, respirasi, translokasi dan
penyerapan air serta mineral (Daniel et al. 1987 dalam Handayani 2009).
Perlakuan kombinasi antara pupuk NPK dan pupuk kompos terhadap
pertumbuhan pada parameter yang diamati yaitu tinggi dan diameter semai jabon
menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa kombinasi
antara dua pupuk tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan baik tinggi maupun
diameter semai jabon pada tailing. Perlakuan kombinasi pupuk NPK dosis 15
gram dengan kompos dosis 10 gram merupakan kombinasi yang paling baik
dalam membantu pertumbuhan tinggi semai jabon sedangkan untuk kombinasi
yang mengahasilkan pertumbuhan yang paling rendah ditunjukkan oleh perlakuan
kombinasi antara NPK dosis 10 gram dan kompos dosis 20 gram, seperti terlihat
pada Gambar 6 .
28
Gambar 6. Pertumbuhan Tinggi Semai Jabon pada tiga perlakuan
a. Semai jabon dengan perlakuan NPK 15 gr + kompos 10 gr
b. Semai jabon dengan perlakuan kontrol
c. Semai jabon dengan perlakuan NPK 10 gr + kompos 20 gr
Gambar 6 menunjukkan bahwa perlakuan dengan pupuk NPK dosis 15 gram
dan kompos dosis 10 gram pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan
perlakuan kontrol dan perlakuan pemberian pupuk NPK 10 gram dan kompos 20
gram yang merupakan perlakuan pemberian pupuk NPK dengan dosis yang lebih
sedikit.
Sedangkan untuk diameter, perlakuan kombinasi yang paling baik adalah
antara pupuk NPK dosis 15 gram dan kompos dosis 0 gram dan untuk perlakuan
kombinasi yang menghasilkan pertumbuhan diameter semai jabon terendah
ditunjukkan oleh perlakuan kombinasi antara NPK dosis 10 gram dan kompos
dosis 30 gram. Gambar 7 menunjukkan bahwa perlakuan dengan pupuk NPK
dosis 15 gram dan kompos dosis 0 gram pengaruhnya lebih besar dibandingkan
dengan perlakuan kontrol dan perlakuan pemberian pupuk NPK 10 gram dan
kompos 30 gram yang merupakan perlakuan dengan pemberian pupuk NPK
dengan dosis yang lebih sedikit.
29
Gambar 7. Pertumbuhan Diameter Semai Jabon pada tiga perlakuan
a. Semai jabon pada perlakuan NPK 15 gr + kompos 0 gr
b. Semai jabon pada perlakuan kontrol
c. Semai jabon pada perlakuan NPK 10 gr + kompos 30 gr
Berdasarkan hasil yang didapat, dapat dikatakan bahwa di dalam interaksi
kedua pupuk tersebut lebih didominasi oleh pupuk NPK yaitu dengan dosis 15
gram sehingga dapat diketahui bahwa untuk pertumbuhan semai jabon pada
tailing, pertumbuhannya dapat dibantu dengan perlakuan pemberian NPK dengan
dosis 15 gram dan juga membutuhkan penambahan kompos dengan dosis yang
lebih tinggi dari dosis yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Semai jabon dapat tumbuh pada media tanah bekas tambang emas (tailing)
dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. Pemberian pupuk NPK
dan kompos dapat mempengaruhi perbaikan pertumbuhan semai jabon,
baik tinggi maupun diameter pada media tanah bekas tambang emas
(tailing).
2. Pupuk NPK dapat berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan
tinggi semai jabon dengan pengaruh yang paling baik adalah pada pupuk
NPK dengan dosis 15 gram. Pupuk kompos tidak berpengaruh langsung
terhadap pertumbuhan semai jabon, baik tinggi maupun diameter, tetapi
pengaruhnya adalah pada perbaikan sifat tanah bekas tambang emas
(tailing).
3. Interaksi antara pupuk NPK dan kompos juga dapat berpengaruh dengan
baik terhadap pertumbuhan semai jabon pada tailing, baik tinggi maupun
diameter. Dosis yang paling baik dari kombinasi kedua pupuk tersebut
terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon pada tailing adalah pupuk NPK
dengan dosis 15 gram dan kompos 10 gram dan untuk pertumbuhan
diameter semai jabon, dosis yang paling baik adalah antara pupuk NPK
dosis 15 gram dan kompos 0 gram. Dosis pupuk NPK yang digunakan
sudah cukup membantu dalam pertumbuhan semai jabon, tetapi untuk
dosis yang digunakan pada pupuk kompos pengaruhnya tidak terlihat pada
pertumbuhan tinggi dan diameter semai jabon.
31
5.2. Saran
Setelah penelitian ini dilakukan, saran yang dapat diberikan antara lain:
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian
pupuk NPK dan pupuk kompos dengan penggunaan dosis pupuk yang
lainnya.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk penerapan penanaman jenis
jabon pada tailing secara langsung di lapangan dalam rangka revegetasi
lahan bekas pertambangan.
DAFTAR PUSTAKA Aminah, S., Soedarsono G.B., Sastro Y. 2003. Teknologi pengomposan. Jakarta
selatan: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Basuki, T. 1996. Tingkat kesuburan tanah dan persen tumbuh Pinus merkusii pada beberapa cara pengolahan lahan dan pemupukan di kebun percobaan Aek Godang. Buletin Penelitian Kehutanan. Vol.14 No.2, Th. 2003:129-139.
Boul, S.W., F D. Hole and R.J. Mc Cracken. 1981. Soil Genesis Classification.
Iowa State University Press. Iowa. Budimanta, A. 2007. Kekuasaan dan penguasaan SDA. Studi kasus penambangan
timah di Bangka. Indonesia Center For sustainable development dengan dukungan the ford foundation.
Darmawijaya, M. I.. 1990. Klasifikasi tanah. Dasar teori bagi peneliti tanah dan
pelaksana pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University press. Fauziah, A. B. 2009. Pengaruh asam humat dan kompos aktif untuk memperbaiki
sifat tailing dengan indikator pertumbuhan tinggi semai Enterolobium cyclocarpum Griseb dan Altingia excelsa Noronhae. [Skripsi]. Departemen Silvikultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Hanafiah, K. A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Rajagrafindo
persada. Handayani, M. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap
Pertumbuhan Bibit Salam (Eugenia polyantha. Wight). [Skripsi]. Departemen Silvukultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Revisi. Jakarta:
Akademika Pressindo. Hildalita. 2009. Penggunaan Sludge Pabrik Kopi Dalam Produksi Semai Jabon
(Anthocephalus Cadamba Roxb Miq.). [Skripsi]. Departemen Silvikultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Ismunadji, M. 1976. Kalium dan tanaman pangan problem dan prospek. hasil-
hasil seminar penggunaan kalium pada tanaman pangan. Buletin Lembaga Pusat Penelitian Pertanian. Edisi Khusus No 2, Th. 1976:1-9.
Leiwakabessy FM, Wahjudin UM, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Fakultas
Pertanian. Bogor: IPB. Marsono dan Sigit, P. 2000. Pupuk Akar. Jakarta: Penebar Swadaya.
33
Marsono dan Sigit, P. 2002. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Martawijaya A., Kartasujana, Kadir K. dan Prawira SA. 1981. Atlas Kayu
Indonesia. Jilid II. Bogor: Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Maryani, I.S. 2007. Dampak penambangan pasir pada lahan hutan alam terhadap
sifat fisik, kimia dan biologi tanah. [Skripsi]. Departemen Silvikultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Miller, G. T, Jr. 1979. Living In The Environment. Second edition. St. Andreas
Pres. Murbandono, L. HS. 1994. Membuat Kompos. Jakarta: swadaya Pratiwi. 2003. Prospek pohon jabon untuk pengembangan hutan tanaman. Buletin
Badan Litbang Kehutanan. Vol.4 No.1, Th. 2003:61-66. Pristyaningrum, A. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Bokashi Terhadap
Pertumbuhan Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.). [Skripsi]. Departemen Silvikultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Purwowidodo. 2005. Mengenal tanah. Bogor: IPB Press. Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: IPB Press. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: IPB Press. Syamsudin, M. A. 2009. Dampak Pertambangan Batu Granit terhadap Sifat Fisik,
Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah di Areal Hutan Lindung PT. Karimun Granit Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau. [Skripsi]. Departemen Silvikultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Williamson N. A., M.S. Johnson, and A.D. Bradshaw. 1982. Mine Waste
LAMPIRAN
35
Lampiran 1. Karakteristik Media Tanam Tailing; kombinasi Tailing dan NPK; Tailing dan Kompos
Sifat Tailing Tailing + NPK Tailing + Kompos Standar
Debu (%) 33.9 31.6 28.5 -
Liat (%) 8.5 7.6 9.3 -
Pasir (%) 57.6 60.8 62.2 -
pH 6.6 6.4 6.7 7
KTK (me/100g) 3.21 7.14 3.46 17-25
C-org (%) 0.55 0.79 0.47 2-3
N-Total (%) 0.06 0.09 0.06 0.21-0.5
P (ppm) 4.4 5.9 9.4 16-25
K (me/100g) 0.43 1.03 0.62 21-40
Ca (me/100g) 0.61 2.29 0.67 6-10
Mg (me/100g) 0.42 1.46 1.28 1.1-2.0
Zn (ppm) 4.7 4.4 4.1 10-300
Pb (ppm) - - - 2-200
Fe (ppm) 42.1 30.7 40.2 50-250
36
Lampiran 2. Hasil Analisis Ragam dengan SAS 9.1.3
Analisis Ragam Faktorial RAL 19:38 Wednesday, June 11, 2010 1
The GLM Procedure Class Level Information
Class Levels Values
NPK 4 A0 A1 A2 A3
Kompos 4 B0 B1 B2 B3
Number of Observations Read 32 Number of Observations Used 32
Analisis Ragam Faktorial RAL 19:38 Wednesday, June 11, 2010 2 The GLM Procedure
Dependent Variable: tinggi Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 15 190.7587500 12.7172500 3.68 0.0069 Error 16 55.3300000 3.4581250 Corrected Total 31 246.0887500
R-Square Coeff Var Root MSE tinggi Mean
0.775162 19.53621 1.859603 9.518750
Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F NPK 3 44.6737500 14.8912500 4.31 0.0209 Kompos 3 16.1512500 5.3837500 1.56 0.2387 NPK*Kompos 9 129.9337500 14.4370833 4.17 0.0063 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F NPK 3 44.6737500 14.8912500 4.31 0.0209 Kompos 3 16.1512500 5.3837500 1.56 0.2387 NPK*Kompos 9 129.9337500 14.4370833 4.17 0.0063
37
Analisis Ragam Faktorial RAL 19:38 Wednesday, June 11, 2010 3 The GLM Procedure
Duncan's Multiple Range Test for tinggi NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square 3.458125
Number of Means 2 3 4 Critical Range 1.971 2.067 2.127
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N NPK
A 11.3000 8 A3 A B A 9.8500 8 A0 B B 8.6500 8 A1 B B 8.2750 8 A2
Analisis Ragam Faktorial RAL 19:38 Wednesday, June 11, 2010 3
The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for tinggi
NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square 3.458125
Number of Means 2 3 4 Critical Range 1.971 2.067 2.127
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N Kompos A 10.7000 8 B1 A A 9.4125 8 B3 A A 9.1125 8 B0 A A 8.8500 8 B2
38
Analisis Ragam Faktorial RAL 22:38 Wednesday, June 11, 2010 1
The GLM Procedure Class Level Information
Class Levels Values
NPK 4 A0 A1 A2 A3
Kompos 4 B0 B1 B2 B3
Number of Observations Read 32 Number of Observations Used 32
Analisis Ragam Faktorial RAL 22:38 Wednesday, June 11, 2010 2 The GLM Procedure
Dependent Variable: diameter Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 15 0.10062188 0.00670813 2.35 0.0505 Error 16 0.04575000 0.00285938 Corrected Total 31 0.14637188
R-Square Coeff Var Root MSE diameter Mean
0.687440 23.66722 0.053473 0.225938 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F NPK 3 0.00565937 0.00188646 0.66 0.5887 Kompos 3 0.01075938 0.00358646 1.25 0.3233 NPK*Kompos 9 0.08420313 0.00935590 3.27 0.0187 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F NPK 3 0.00565937 0.00188646 0.66 0.5887 Kompos 3 0.01075938 0.00358646 1.25 0.3233 NPK*Kompos 9 0.08420313 0.00935590 3.27 0.0187
39
Analisis Ragam Faktorial RAL 22:38 Wednesday, June 11, 2010 3 The GLM Procedure
Duncan's Multiple Range Test for diameter NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square 0.002859
Number of Means 2 3 4 Critical Range .05668 .05944 .06116
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N NPK
A 0.24375 8 A3 A A 0.22750 8 A0 A A 0.22625 8 A1 A A 0.20625 8 A2
Analisis Ragam Faktorial RAL 22:38 Wednesday, June 11, 2010 4 The GLM Procedure
Duncan's Multiple Range Test for diameter NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square 0.002859
Number of Means 2 3 4 Critical Range .05668 .05944 .06116
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N Kompos A 0.25125 8 B0 A A 0.23375 8 B1 A A 0.21625 8 B2 A
A 0.20250 8 B3
40
Lampiran 3. Data Hasil Pengukuran Pertumbuhan Tinggi dan Diameter Semai Jabon Per Minggu
Minggu ke-0 (25 NOPEMBER 2009)
KOMPOS
NPK
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
0 gram (cm) A1 A2 (cm) B1 B2 (cm) C1 C2 (cm) D1 D2
T 3.00 4.50 T 1.80 3.00 T 3.50 5.50 T 6.50 4.50
D 0.09 0.10 D 0.12 0.10 D 0.10 0.11 D 0.12 0.15
5 gram (cm) E1 E2 (cm) F1 F2 (cm) G1 G2 (cm) H1 H2
T 4.50 3.40 T 4.70 2.40 T 2.80 4.90 T 5.80 3.50
D 0.10 0.09 D 0.10 0.10 D 0.12 0.09 D 0.11 0.13
10 gram (cm) I1 I2 (cm) J1 J2 (cm) K1 K2 (cm) L1 L2
T 5.10 3.30 T 3.30 5.20 T 2.70 3.00 T 5.50 2.50
D 0.13 0.09 D 0.15 0.12 D 0.16 0.14 D 0.09 0.12
15 gram (cm) M1 M2 (cm) N1 N2 (cm) O1 O2 (cm) P1 P2
T 5.00 2.80 T 5.00 3.30 T 2.20 2.00 T 6.40 6.00
D 0.17 0.12 D 0.10 0.10 D 0.18 0.11 D 0.15 0.17
41
KOMPOS
NPK
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
0 gram (cm) A1 A2 (cm) B1 B2 (cm) C1 C2 (cm) D1 D2
T 3.30 5.00 T 2.30 3.40 T 4.00
5.80 T 8.00
5.00
D 0.09 0.12 D 0.13 0.13 D 0.12 0.14 D 0.13 0.19
5 gram (cm) E1 E2 (cm) F1 F2 (cm) G1 G2 (cm) H1 H2
T 5.00 4.00 T 5.00 2.90 T 3.10 5.00 T 6.60 4.00
D 0.13 0.10 D 0.10 0.12 D 0.12 0.10 D 0.13 0.15
10 gram (cm) I1 I2 (cm) J1 J2 (cm) K1 K2 (cm) L1 L2
T 5.30 3.90 T 4.00 5.40 T 3.50 3.90 T 6.20 4.00
D 0.14 0.10 D 0.15 0.13 D 0.20 0.15 D 0.11 0.15
15 gram (cm) M1 M2 (cm) N1 N2 (cm) O1 O2 (cm) P1 P2
T 5.60 4.00 T 6.50 4.40 T 3.00 2.40 T 6.90 6.20
D 0.19 0.13 D 0.11 0.13 D 0.20 0.12 D 0.15 0.18
KOMPOS
NPK
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram KOMPOS
NPK
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
Minggu ke-1 (2 DESEMBER 2009)
42
0 gram (cm) A1 A2 (cm) B1 B2 (cm) C1 C2 (cm) D1 D2
T 3.70 5.20 T 2.90 3.90 T 4.90
6.60 T 9.00
5.40
D 0.10 0.14 D 0.15 0.18 D 0.14 0.17 D 0.19 0.22
5 gram (cm) E1 E2 (cm) F1 F2 (cm) G1 G2 (cm) H1 H2
T 5.60 4.20 T 5.40 4.20 T 3.40 5.10 T 6.70 4.20
D 0.18 0.12 D 0.13 0.14 D 0.13 0.13 D 0.17 0.17
10 gram (cm) I1 I2 (cm) J1 J2 (cm) K1 K2 (cm) L1 L2
T 6.90 4.20 T 4.40 6.00 T 5.10 4.30 T 6.40 4.90
D 0.17 0.13 D 0.18 0.14 D 0.22 0.16 D 0.11 0.15
15 gram (cm) M1 M2 (cm) N1 N2 (cm) O1 O2 (cm) P1 P2
T 6.50 5.00 T 7.20 4.60 T 4.40 2.90 T 7.60 6.70
D 0.20 0.14 D 0.12 0.14 D 0.21 0.13 D 0.17 0.18
Minggu ke-2 (9 DESEMBER 2009)
43
Minggu ke-3 (16 DESEMBER 2009)
KOMPOS
NPK
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
0 gram (cm) A1 A2 (cm) B1 B3 (cm) C1 C3 (cm) D1 D2
T 4.20 5.80 T 3.10 4.20 T 5.10
8.00 T 10.20 5.80
D 0.19 0.17 D 0.18 0.19 D 0.15 0.19 D 0.22 0.26
5 gram (cm) E1 E2 (cm) F1 F2 (cm) G2 G3 (cm) H2 H3
T 6.40 5.00 T 5.50 4.80 T 3.40 5.10 T 7.20 4.40
D 0.19 0.14 D 0.16 0.15 D 0.14 0.19 D 0.19 0.17
10 gram (cm) I1 I2 (cm) J2 J3 (cm) K1 K2 (cm) L1 L3
T 7.80 5.10 T 4.50 6.50 T 6.50 4.90 T 6.50 5.10
D 0.19 0.16 D 0.19 0.14 D 0.23 0.16 D 0.14 0.16
15 gram (cm) M1 M2 (cm) N1 N2 (cm) O1 O2 (cm) P1 P2
T 8.20 5.90 T 8.20 5.00 T 5.40 3.50 T 7.70 6.70
D 0.23 0.18 D 0.14 0.20 D 0.23 0.16 D 0.19 0.19
44
KOMPOS
NPK
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
0 gram (cm) A1 A2 (cm) B1 B2 (cm) C1 C2 (cm) D1 D2
T 4.20 6.00 T 4.00 5.00 T 5.60 8.60 T 10.60
6.20
D 0.19 0.19 D 0.19 0.20 D 0.17 0.19 D 0.25 0.27
5 gram (cm) E1 E2 (cm) F1 F2 (cm) G1 G2 (cm) H1 H2
T 7.00 5.70 T 5.60 6.20 T 3.60 5.40 T 7.90 4.80
D 0.23 0.16 D 0.16 0.15 D 0.14 0.19 D 0.22 0.18
10 gram (cm) I1 I2 (cm) J1 J2 (cm) K1 K2 (cm) L1 L2
T 7.80 6.80 T 5.10 7.50 T 7.50 5.00 T 7.00 6.50
D 0.24 0.18 D 0.19 0.22 D 0.23 0.16 D 0.15 0.19
15 gram (cm) M1 M2 (cm) N1 N2 (cm) O1 O2 (cm) P1 P2
T 9.30 6.40 T 9.00 6.00 T 5.50 4.10 T 8.00 7.90
D 0.27 0.20 D 0.15 0.24 D 0.24 0.17 D 0.20 0.21
Minggu ke-4 (23DESEMBER 2009)
45
KOMPOS
NPK
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
0 gram (cm) A1 A2 (cm) B1 B2 (cm) C1 C2 (cm) D1 D2
T 4.30 6.50 T 5.90 6.30 T 6.70
9.50 T 11.00
7.50
D 0.19 0.20 D 0.22 0.21 D 0.25 0.24 D 0.27 0.27
5 gram (cm) E1 E2 (cm) F1 F2 (cm) G1 G2 (cm) H1 H2
T 8.00 6.70 T 6.40 7.70 T 3.70 5.70 T 8.60 5.40
D 0.28 0.20 D 0.16 0.21 D 0.14 0.19 D 0.22 0.19
10 gram (cm) I1 I2 (cm) J1 J2 (cm) K1 K2 (cm) L1 L2
T 9.20 9.20 T 5.50 8.30 T 8.50 5.70 T 8.20 7.40
D 0.31 0.21 D 0.19 0.23 D 0.24 0.16 D 0.16 0.20
15 gram (cm) M1 M2 (cm) N1 N2 (cm) O1 O2 (cm) P1 P2
T 10.40 7.40 T 9.90 6.40 T 8.10 4.90 T 8.70 8.30
D 0.34 0.25 D 0.19 0.26 D 0.24 0.19 D 0.20 0.21
Minggu Ke-5 (30 DESEMBER 2009)
46
KOMPOS
NPK
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
0 gram (cm) A1 A2 (cm) B1 B2 (cm) C1 C2 (cm) D1 D2
T 4.70 6.90 T 7.50 7.00 T 7.50 10.3
0
T 11.50
8.90
D 0.19 0.20 D 0.24 0.23 D 0.27 0.27 D 0.29 0.30
5 gram (cm) E1 E2 (cm) F1 F2 (cm) G1 G2 (cm) H1 H2
T 9.20 7.50 T 7.20 9.40 T 4.60 6.10 T 10.20 7.40
D 0.30 0.22 D 0.16 0.27 D 0.15 0.19 D 0.22 0.20
10 gram (cm) I1 I2 (cm) J1 J2 (cm) K1 K2 (cm) L1 L2
T 10.20 10.80 T 6.40 9.80 T 9.00 6.10 T 8.70 8.40
D 0.33 0.26 D 0.20 0.23 D 0.26 0.17 D 0.20 0.20
15 gram (cm) M1 M2 (cm) N1 N2 (cm) O1 O2 (cm) P1 P2
T 12.00 8.90 T 10.90 8.40 T 9.40 6.50 T 10.00 9.20
D 0.41 0.27 D 0.19 0.30 D 0.24 0.20 D 0.24 0.22
Minggu ke-6 (6 JANUARI 2010)
47
KOMPOS
NPK
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
0 gram (cm) A1 A2 (cm) B1 B2 (cm) C1 C2 (cm) D1 D2
T 4.90 7.10 T 8.20 8.20 T
9.00 11.5
0
T
12.70 10.00
D 0.19 0.21 D 0.26 0.27 D 0.28 0.30 D 0.31 0.31
5 gram (cm) E1 E2 (cm) F1 F2 (cm) G1 G2 (cm) H1 H2
T 9.70 8.50 T 8.10 10.90 T 5.20 7.10 T 11.00 7.90
D 0.38 0.22 D 0.20 0.30 D 0.16 0.19 D 0.23 0.22
10 gram (cm) I1 I2 (cm) J1 J2 (cm) K1 K2 (cm) L1 L2
T 10.50 12.20 T 6.90 10.00 T 9.90 6.50 T 9.60 8.60
D 0.37 0.28 D 0.22 0.24 D 0.27 0.19 D 0.26 0.22
15 gram (cm) M1 M2 (cm) N1 N2 (cm) O1 O2 (cm) P1 P2
T 13.70 10.00 T 11.70 9.20 T 10.50 8.30 T 10.60 9.80
D 0.46 0.30 D 0.19 0.34 D 0.26 0.23 D 0.25 0.24
Minggu ke-7 (13 JANUARI 2010)
48
KOMPOS
NPK
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
0 gram (cm) A1 A2 (cm) B1 B2 (cm) C1 C2 (cm) D1 D2
T 6.00 8.80 T 9.10 8.60 T
9.20 12.50 T
14.40 10.90
D 0.19 0.21 D 0.27 0.29 D 0.28 0.33 D 0.35 0.33
5 gram (cm) E1 E2 (cm) F1 F2 (cm) G1 G2 (cm) H1 H2
T 10.20 9.10 T 8.90 12.40 T 6.50 7.60 T 11.90 8.50
D 0.39 0.24 D 0.22 0.32 D 0.17 0.20 D 0.23 0.22
10 gram (cm) I1 I2 (cm) J1 J2 (cm) K1 K2 (cm) L1 L2
T 11.50 13.20 T 7.60 10.40 T 9.90 6.80 T 10.00 9.30
D 0.38 0.33 D 0.29 0.26 D 0.28 0.28 D 0.28 0.23
15 gram (cm) M1 M2 (cm) N1 N2 (cm) O1 O2 (cm) P1 P2
T 14.10 10.60 T 12.40 10.40 T 11.90 10.20 T 11.50 10.80
D 0.46 0.30 D 0.22 0.35 D 0.26 0.24 D 0.25 0.24
Minggu ke-8 (20 JANUARI 2010)
49
KOMPOS
NPK
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
0 gram (cm) A1 A2 (cm) B1 B2 (cm) C1 C2 (cm) D1 D2
T 7.30 9.20 T 10.50 9.20 T
9.90 12.80 T
14.80 12.10
D 0.19 0.21 D 0.31 0.33 D 0.28 0.34 D 0.36 0.36
5 gram (cm) E1 E2 (cm) F1 F2 (cm) G1 G2 (cm) H1 H2
T 12.10 9.60 T 9.90 13.00 T 7.40 8.30 T 13.20 9.30
D 0.39 0.25 D 0.23 0.34 D 0.20 0.22 D 0.23 0.24
10 gram (cm) I1 I2 (cm) J1 J2 (cm) K1 K2 (cm) L1 L2
T 13.40 14.10 T 8.40 10.80 T 10.20 7.20 T 10.70 10.30
D 0.38 0.34 D 0.29 0.30 D 0.29 0.28 D 0.29 0.24
15 gram (cm) M1 M2 (cm) N1 N2 (cm) O1 O2 (cm) P1 P2
T 15.40 11.20 T 12.90 11.90 T 12.90 11.90 T 12.40 11.40
D 0.48 0.31 D 0.23 0.36 D 0.31 0.27 D 0.27 0.30
Minggu ke-9 (27 JANUARI 2010)
50
KOMPOS
NPK
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
0 gram (cm) A1 A2 (cm) B1 B2 (cm) C1 C2 (cm) D1 D2
T 8.10 10.70 T 12.40 11.50 T
10.10 13.60 T
16.50 16.20
D 0.20 0.22 D 0.32 0.33 D 0.29 0.35 D 0.36 0.41
5 gram (cm) E1 E2 (cm) F1 F2 (cm) G1 G2 (cm) H1 H2
T 13.20 9.60 T 11.40 15.40 T 8.40 9.60 T 14.00 10.00
D 0.39 0.26 D 0.25 0.36 D 0.23 0.24 D 0.24 0.24
10 gram (cm) I1 I2 (cm) J1 J2 (cm) K1 K2 (cm) L1 L2
T 14.20 14.70 T 9.50 11.00 T 10.80 8.00 T 11.20 11.10
D 0.38 0.34 D 0.29 0.30 D 0.30 0.29 D 0.29 0.25
15 gram (cm) M1 M2 (cm) N1 N2 (cm) O1 O2 (cm) P1 P2
T 16.40 12.10 T 15.00 14.30 T 13.70 13.90 T 13.00 12.40
D 0.50 0.31 D 0.25 0.36 D 0.33 0.32 D 0.30 0.33
Minggu ke-10 (3 FEBRUARI 2010)
51
KOMPOS
NPK
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
0 gram (cm) A1 A2 (cm) B1 B2 (cm) C1 C2 (cm) D1 D2
T 8.50 11.10 T 14.00 11.80 T
11.00 15.00 T
17.40 18.10
D 0.20 0.22 D 0.34 0.34 D 0.28 0.37 D 0.38 0.41
5 gram (cm) E1 E2 (cm) F1 F2 (cm) G1 G2 (cm) H1 H2
T 14.00 9.80 T 12.10 16.20 T 9.20 10.20 T 15.40 10.30
D 0.39 0.27 D 0.29 0.40 D 0.24 0.25 D 0.25 0.27
10 gram (cm) I1 I2 (cm) J1 J2 (cm) K1 K2 (cm) L1 L2
T 14.70 14.70 T 10.50 11.00 T 11.20 8.10 T 11.40 11.40
D 0.38 0.35 D 0.29 0.30 D 0.30 0.30 D 0.31 0.26
15 gram (cm) M1 M2 (cm) N1 N2 (cm) O1 O2 (cm) P1 P2
T 16.80 12.50 T 16.00 15.50 T 14.20 14.60 T 13.60 13.00
D 0.51 0.31 D 0.27 0.36 D 0.34 0.33 D 0.30 0.33
Minggu ke-11 (10 FEBRUARI 2010)
52
KOMPOS
NPK
0 gram 10 gram 20 gram 30 gram
0 gram (cm) A1 A2 (cm) B1 B2 (cm) C1 C2 (cm) D1 D2
T 8.90 11.20 T 14.50 12.10 T
11.20 15.40 T
18.40 19.40
D 0.20 0.23 D 0.36 0.35 D 0.33 0.39 D 0.41 0.44
5 gram (cm) E1 E2 (cm) F1 F2 (cm) G1 G2 (cm) H1 H2
T 14.20 9.80 T 13.20 17.00 T 10.20 10.40 T 15.50 10.90
D 0.41 0.31 D 0.33 0.42 D 0.29 0.31 D 0.28 0.30
10 gram (cm) I1 I2 (cm) J1 J2 (cm) K1 K2 (cm) L1 L2
T 14.90 15.70 T 11.00 11.40 T 11.30 8.50 T 12.60 11.40
D 0.41 0.38 D 0.29 0.30 D 0.33 0.33 D 0.31 0.27
15 gram (cm) M1 M2 (cm) N1 N2 (cm) O1 O2 (cm) P1 P2
T 16.80 13.00 T 17.90 17.20 T 14.90 15.50 T 13.90 15.90
D 0.62 0.34 D 0.30 0.38 D 0.38 0.38 D 0.32 0.33
Minggu ke-12 (17 FEBRUARI 2010)