-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH MEDIA INTERAKTIF ANIMASI 3 DIMENSI DALAM
PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA ANAK
TUNARUNGU KELAS D6 DI SLB-B YRTRW SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
SKRIPSI
Oleh:
PUJI HASTUTI
K5107032
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGARUH MEDIA INTERAKTIF ANIMASI 3 DIMENSI DALAM
PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA ANAK
TUNARUNGU KELAS D6 DI SLB-B YRTRW SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi
Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus
Oleh :
PUJI HASTUTI
NIM K 5107032
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 21 Maret 2011
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Maryadi, M. AgNIP. 19520601 198103 1 003
Pembimbing II
Priyono,S.Pd, M. SiNIP. 19710902 200501 1 001
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Senin
Tanggal : 28 Maret 2011
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes (......................)
Sekretaris : Dewi Sri Rejeki, S.Pd, M.Pd (......................)
Anggota I : Drs. Maryadi, M.Ag (......................)
Anggota II : Priyono,S.Pd, M. Si (......................)
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.PdNIP. 19600727 198702 1 001
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Puji Hastuti. PENGARUH MEDIA INTERAKTIF ANIMASI 3DIMENSI DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASIBELAJAR IPA ANAK TUNARUNGU KELAS D6 DI SLB-B YRTRWSURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media interaktifanimasi 3 dimensi dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar IPA siswatunarungu kelas D6 di SLB_B YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011.
Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah media interaktif animasi 3dimensi; dan variabel terikat adalah prestasi belajar IPA.
Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, metode penelitian yangdigunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan one group pre testpost test design, dimana sekelompok subyek diberikan perlakuan dalam jangkawaktu tertentu, dan pengaruh dari perlakuan tersebut diukur dari perbedaan antarapengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest). Populasi adalah semuasiswa kelas D6 SLB-B YRTRW Surakarta yang berjumlah 7 siswa dijadikansubyek penelitian. Dikarenakan jumlah populasi yang kecil tersebut, maka tekniksampel tidak digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik tes. Teknik tes tersebutdigunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak pada pelajaran IPAmateri sistem tata surya kelas 6.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data stastistik nonparametrik, Tes Rangking Bertanda Wilcoxon dengan bantuan program komputerSPSS 15. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diketahui nilai Z hitung 0,014pada taraf signifikansi () 5%. Hasil tersebut menyatakan bahwa Ho ditolak danHa diterima. Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis data, maka dapatdisimpulkan bahwa ada pengaruh positif media interaktif animasi 3 dimensi dalampembelajaran terhadap prestasi belajar IPA anak tunarungu kelas D6 di SLB-BYRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Puji Hastuti. THE EFFECT OF INTERACTIVE 3 DIMENSIONANIMATION MEDIA IN LEARNING ON SCIENCE LEARNINGACHIEVEMENT OF THE SIXTH GRADE DEAF STUDENT IN SLB-BYRTRW SURAKARTA ACADEMIC YEAR 2010/2011. Thesis, Surakarta:Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University Surakarta,March 2011.
The aims of this research to know the effect of interactive 3 dimensionanimation media in learning on science learning achievement of the sixth gradedeaf students in SLB-B YRTRW Surakarta academic year 2010/2011.
In this research, the independent variable was interactive 3 dimensionanimation media; and the dependent variable was science learning achievement.
According to the aims of the research, the method used was theexperimental method with one group pre post test design,. It used one group pretest post test design, where a group of subject is given treatment in certain timespan and the effect of the treatment is measured from the different between firstmeasuring (pre test) and last measuring (post test). The population was all thesixth grade deaf students in SLB-B YRTRW Surakarta, which amounts to 7students that to be subject research. Because of the population was small, so thesample technique was not used in this research. The technique of collecting dataused the technique test. The technique test was used to know the progress of thestudents in understanding solar system position in the sixth grade science lesson.
This research used the data analysis technique of non parametric statisticalanalysis, Signed Rank Test Wilcoxon with SPSS 15 computer program.According to the result of analysis, it can be found that the probability of Z valueis 0,014 at significance level () of 5%. This analysis result meaning that Ho isrejected and Ha is accepted. Thus , from the analysis result it can be concludedthat there is significant effect of the interactive 3 dimension animation media inlearning on science learning achievement of the sixth grade deaf students in SLB-B YRTRW Suarakarta academic year 2010/ 2011.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan terus-menerus
beredar (dalam orbitnya), dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.
Terjemahan QS. Ibrahim ( 14 : 33 )
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Bapak dan Ibu, atas kasih sayang,
kepercayaan dan didikan tulus yang
kalian berikan.
Kakak-kakak dan adikku tersayang (Mas
Gagi, Mas Ryan, Mbak Eny, dan Dika),
atas doa dan semua yang telah kalian
berikan untuk saya.
Pemberi inspirasi dan motivasi untuk
saya, kang Hery.
Sahabat-sahabat terbaikku, Nurul,
Anjar, Mita, Maruf atas dorongan dan
semangatnya.
Teman-teman PLB angkatan 07, terima
kasih untuk persahabatan kita.
Almamaterku.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
berkah, rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk
memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program
Studi Pendidikan Khusus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang
timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, penulis sampaikan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin penyusunan skripsi.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd, selaku ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas
pemberian ijin penyusunan skripsi.
3. Drs. A Salim Choiri, M.Kes selaku ketua Program Studi Pendidikan Khusus
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
atas pemberian ijin penyusunan skripsi.
4. Drs. Maryadi, M.Ag selaku Pembimbing I yang telah sabar memberi
bimbingan, kritik, saran, dan nasehat sampai selesainya skripsi ini.
5. Priyono, S.Pd, M. Si, selaku Pembimbing II atas perhatian, ketulusan nasihat,
saran dan perbaikan-perbaikan yang bersifat membangun hingga
terselesaikannya skripsi ini.
6. Drs. Sudakiem, M.Pd selaku Pembimbing Akademis terimakasih atas
perhatian, bimbingan dan nasehat yang diberikan selama ini.
7. Misdi, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SLB-B YRTRW Surakarta yang telah
memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian guna
memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
8. Cipto Sri Harjono, S.Pd selaku Kepala Sekolah SLB.B YAAT Surakarta yang
telah memberikan ijin untuk melaksanakan tryout.
9. Dra. Sri Sumarsih, selaku guru kelas D6 SLB-B YRTRW Surakarta yang
telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.
10. Rangkoyo, S.Pd, selaku guru mata pelajaran IPA kelas D6 di SLB.B YAAT
Surakarta yang telah memberikan izin untuk tryout.
11. Ibu dan Bapak tercinta beserta keluarga atas kasih sayang, doa dan dukungan
materi untukku.
12. Teman-teman PLB07, terima kasih untuk persahabatan kita.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga amal kebaikan
semua pihak tersebut mendapat balasan dari Allah SWT.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun selalu peneliti harapkan. Akhirnya peneliti
berharap semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang Pendidikan Luar Biasa.
Surakarta, Maret 2011
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................... v
HALAMAN ASTRAK INGGRIS ............................................................. vi
HALAMAN MOTTO................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.. 1
B. Identifikasi Masalah 5
C. Pembatasan Masalah.................................................................. 5
D. Perumusan Masalah................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian....................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 8
1. Tinjauan Tentang Anak Tunarungu . 8
2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar . 18
3. Tinjauan Tentang IPA ... 22
4. Tinjauan Tentang Media Interaktif .... 28
5. Tinjauan Tentang Animasi 3Dimensi 38
B. Penelitian Yang Relevan.. 44
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
C. Kerangka Berfikir..... 47
D. Perumusan Hipotesis ................................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian . 50
B. Metodei Penelitian .. 51
C. Penetapan Populasi dan Sampel .. 54
D. Teknik Pengumpulan Data .. 55
E. Rancangan Penelitian ...... 64
F. Teknik Analisa Data .... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Data............................................................................ 66
B. Pengujian hipotesis 73
C. Rangkuman Pembuktian Hipotesis 74
D. Pembahasan Hasil penelitian. 76
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian 79
B. Implikasi Hasil Penelitian.......................................................... 79
C. Saran.......................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 81
LAMPIRAN. 85
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jenis Kegiatan dan Waktu Penelitian 51
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Prestasi Belajar IPA .................. 60
Tabel 3. Bagan Rancangan Penelitian dengan One Group Pretest
Posttest 64
Tabel 4. Data Siswa Kelas D6 SLB-B YRTRW Surakarta Tahun
Ajaran 2010/2011 . 67
Tabel 5. Data Nilai Prestasi Belajar IPA Sebelum Perlakuan (Pretest).... 69
Tabel 6. Data Nilai Prestasi Belajar IPA Setelah Perlakuan (Posttest)..... 70
Tabel 7. Data Nilai Pretest Posttest Prestasi Belajar IPA ....................... 71
Tabel 8. Ringkasan Hasil Deskriptif Data Nilai Pretest dan Posttest
Prestasi Belajar IPA ................................................................... 72
Tabel 9. Perhitungan Analisis Data Prestasi Belajar IPA sebelum dan
sesudah perlakuan..................................................................... 73
Tabel 11. Hasil Tes Statistik . 74
Tabel 12. Kesimpulan Hasil Penelitian .................................................... 75
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir ..................................................... 48
Gambar 2. Grafik Histogram Prestasi Belajar IPA
Sebelum Perlakuan (Pretest) ........ 70
Gambar 3. Grafik Histogram Prestasi Belajar IPA
Sesudah Perlakuan (Posttest) ....... 71
Gambar 4. Grafik Histogram Prestasi Belajar IPA Pretest Posttest ....... 72
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................ 86
Lampiran 2. Data Siswa Subyek Try Out dan Subyek
Penelitian ................................... 87
Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrument Penelitian ......................................... 88
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .. 89
Lampiran 5. Soal Instrument Try Out . 99
Lampiran 6. Kunci Jawaban Try Out .. 105
Lampiran 7. Data Nilai Try Out .. 106
Lampiran 8. Skor Try Out Prestasi Belajar IPA .. 107
Lampiran 9. Tabel Kerja Uji Validitas . 108
Lampiran 10. Perhitungan Uji Validitas ... 109
Lampiran 11. Rangkuman Hasil Analisis Validitas .. 111
Lampiran 12. Tabel Persiapan Perhitungan Reliabilitas .. 112
Lampiran 13. Perhitungan Reliabilitas . 113
Lampiran 14. Soal Pretest - Posttest Prestasi Belajar IPA ... 115
Lampiran 15. Kunci Jawaban Soal Pretest - Posttest .. 119
Lampiran 16. Data Nilai Pretest .................. 120
Lampiran 17. Data Nilai Posttest . 120
Lampiran 18. Hasil Anasilis Data dengan Wilcoxon
Signed Rank Test ................................ 121
Lampiran 19. Perijinan . 122
Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian .. 130
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang No.20 tahun 2003 yaitu tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa Warga Negara yang memiliki
kelainan fisik emosional, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus. Dari Undang Undang tersebut memberi isyarat bahwa semua anak yang
mengalami hambatan perkembangan tak terkecuali anak tunarungu berhak
memperoleh pendidikan yang berkualitas sesuai dengan hambatan perkembangan
yang dialaminya tanpa adanya diskriminasi.
Anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan / kehilangan
kemampuan mendengar, baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak
berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya, sehinggga ia tidak dapat
menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa
dampak terhadap kehidupannya secara kompleks. Salah satunya adalah mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran. Menurut Murni Winarsih (2007: 23) tunarungu
adalah seseorang yang kehilangan atau kekurangan kemampuan mendengar baik
sebagian maupun seluruhnya sehingga ia tidak dapat menggunakan fungsi
pendengarannya dalam kehidupan. Murni Winarsih (2007:36) menambahkan
Ketunarunguan, yang berarti tidak memiliki kemampuan mendengar, tentunya akan
membawa dampak juga pada kemampuan untuk memperoleh pendidikan bagi
penderitanya. Sementara pendidikan memiliki peran penting dalam kemampuan
berfikir seseorang.
Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996:12) menyatakan Anak
tunarungu akan berprestasi lebih rendah (menunjukkan daya ingat yang lebih rendah)
daripada anak normal untuk materi yang dapat di verbalisasikan (di bahasakan) anak
mendengar seperti daya ingatan untuk angka, gambar dan sebagainya. Untuk materi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
yang kurang diverbalisasikan oleh anak mendengar, prestasi mereka akan seimbang.
Mereka juga menambahkan Anak tuna rungu sering dikatakan kurang daya
abstraksinya jika dibandingkan dengan anak mendengar. Hal ini menyebabkan anak
sulit berimajinasi, bahkan dengan menggunakan gambar sekalipun. Dampak dari
ketunarunguan seperti lemahnya daya ingat dan daya abstraksi ini membuat anak
mengalami kesulitan dalam proses pembentukan konsep secara utuh, menjadikan
siswa mendapat kesulitan belajar, sulit mengingat, sulit berimajinasi, sulit memahami
dan akhirnya menjadikan siswa jenuh dan putus asa dalam mempelajari ilmu
pengetahuan yang ada di sekolah termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sehingga
hal tersebut menjadikan prestasi belajar IPA anak tuna rungu rendah.
Para pakar umumnya mengakui bahwa pendengaran dan penglihatan
merupakan indera manusia yang amat penting, disamping indera lainnya. Begitu
besar fungsi kedua indera tersebut dalam membantu setiap aktivitas manusia sehingga
banyak orang yang menyandingkan kedua jenis indera tersebut sebagai dwi
tunggal. Karena itu, jika seseorang telah kehilangan salah satu dari dua indera
tersebut, sama artinya ia telah kehilangan sesuatu yang sangat penting dan berharga
dalam hidupnya.
Anak yang kehilangan salah satu khususnya kehilangan pendengaran, tidak
bedanya ia seperti kehilangan sebagian kehidupan yang dimilikinya. Untuk
menggantinya dapat dialihkan pada indera penglihatan sebagai kompensasinya.
Seperti yang disampaikan dalam bukunya oleh Moh. Effendi (2006:85) bahwa
Kondisi ketunarunguan seseorang dapat mendorong untuk mengoptimalkan fungsi
penglihatan sebagai indera utama sebelum indera yang lain. Disamping sebagai
sarana pemerolehan visual, indera penglihatan sekaligus berperan sebagai ganti dari
persepsi auditif . Kompensasi dari ketunarunguan anak ini seharusnya menjadi
bahan pertimbangan bagi guru dalam penggunaan media pembelajaran dalam
menyampaikan materi agar lebih terkonsep pada anak, tak terkecuali untuk mata
pelajaran IPA yang lebih membutuhkan konsep daripada sekedar teori.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pengertian dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan
mencari tahu tentang alam secara sistematis. Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar
2004 (http:file:///E:/bahan skripsi/Newfolder-pengertian-pendidikan-ipa-dan.html)
merumuskan pengertian IPA atau Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta fakta, konsep konsep,
prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di
Sekolah Dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA sebaiknya
dilakukan dengan media pembelajaran yang nyata atau minimal hampir nyata agar
pembelajaran IPA tidak sekedar hafalan saja melainkan lebih terkonsep sebagai
pengeatahuan yang utuh.
Untuk mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang maksimal dalam
pembelajaran ketersedian buku pelajaran pokok atau bahan ajar, alat peraga, media
pembelajaran dan sumber belajar, sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan
mutu pendidikan perlu diupayakan. Dikarenakan media mempunyai peranan penting
dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan mempermudah guru dalam
menyampaikan materi pelajaran. Hasil belajar yang dicapai kemungkinan besar akan
kurang maksimal jika kurang dalam menggunakan media yang diperlukan. Hal ini
selaras dengan Gene.L.Wilkinson dalam Rio Yonatan (2010 : 2) bahwa media
merupakan alat mengajar dan belajar. Peralatan ini harus tersedia ketika dan dimana
ia dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru yang harus
menggunakannya. Oleh karena itu, agar materi pelajaran yang akan disampaikan
mudah diterima oleh siswa, guru membutuhkan suatu media dalam proses belajar
mengajar. Mengingat begitu pentingnya media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar, guru harus cerdik dalam memilih media yang tepat bagi anak tuna rungu
sesuai dengan keterbatasan dan potensi yang ada pada diri anak tunarungu.
E:\bahan skripsi\Newfolder-pengertian-pendidikan-ipa-dan.html -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Berdasarkan hasil observasi kelas dan kajian dokumentasi RPP serta nilai
ulangan IPA siswa di SLB YRTRW Surakarta kelas D6, guru dalam menyampaikan
materi khususnya materi pelajaran IPA lebih sering menggunakan metode ceramah
dan gambar diam. Berdasarkan karakteristik anak tuna rungu, materi yang
disampaikan melalui metode ceramah kurang diterima oleh anak karena keterbatasan
kemampuan auditif mereka. Bukan saja pada anak tunarungu, penyampaian materi
secara verbal juga menghambat proses belajar siswa pada umumnya. Seperti yang
disampaikan oleh Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:2) Diantara yang faktor-
faktor yang dianggap turut menghambat proses belajar siswa dikelas berasal dari
verbalisme, kekacauan makna, kegemaran berangan-angan, atau persepsi yang tidak
tepat. Dalam visi IPA yang dikemukakan oleh Conny R. Semiawan (2008:104)
menambahkanbahwa sains tidak bisa diajarkan semata dengan ceramah.
Kedua pendapat tersebut menjelaskan bahwa penyampaian materi yang didominasi
dengan verbalisme dapat menghambat proses belajar siswa. Selain itu, Penggunaan
gambar diam yang telah tersedia dalam buku teks membuat siswa cenderung pasif
dan kurang interaktif karena media gambar tidak mampu memberikan respon timbal
balik, kurang terlihat nyata dan kurang menarik bagi siswa. Termasuk pada
penyampaian mata pelajaran IPA materi tata surya yang merupakan materi nyata
yang berhubungan dengan alam disekitar namun abstrak karena tidak bisa dilihat
secara langsung sehingga guru tidak mungkin membawa media aslinya.
Sesuai dengan karakteristik anak tunarungu, penggunaan metode ceramah dan
media gambar diam untuk materi tata surya kurang memberikan hasil maksimal pada
prestasi belajar IPA anak tuna rungu. Oleh karena itu diperlukan suatu media yang
interaktif yang dapat memaksimalkan prestasi belajar siswa tunarungu dalam mata
pelajaran IPA sesuai dengan keterbatasan mereka pada kemampuan auditif.
Media interaktif animasi 3 dimensi merupakan salah satu media pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik anak tuna rungu. Media ini bersifat high teknologi
karena memanfaatkan program komputer macromedia flash. Media interatif animasi
3 dimensi bersifat visual dan interaktif sehingga siswa tidak hanya dapat melihat
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
gambar, tetapi juga memberikan interaksi timbal balik kepada siswa agar siswa lebih
aktif dalam mempelajari materi pelajaran. Seperti yang disampaikan oleh Sri Anitah
(2008:64) Ini [media interaktif animasi 3 dimensi] merupakan suatu sistem
penyajian pelajaran dengan visual, suara, dan materi video, disajikan dengan control
computer sehingga pebelajar tidak hanya dapat melihat dan mendengar gambar dan
suara, tetapi juga memberi respon aktif. Siswa boleh memilih apa yang ingin
dipelajari dari menu. Tampilan gambar dalam media ini terlihat nyata karena
menggunakan efek 3 dimensi yang tinggi, dimana anak seperti melihat wujud asli
dari objek yang diinginkan. Melalui media ini mereka lebih memahami materi
sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA.
Bertumpu dari permasalahan di atas, maka penulis mengadakan penelitian
yang berjudul : Pengaruh Media Interaktif Animasi 3 Dimensi Dalam
Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar IPA Anak Tunarungu Kelas D6 di
SLB - B YRTRW Surakarta Tahun Pelajaran 2010/ 2011
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:.
1. Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan kemampuan mendengar, mereka
mempunyai daya ingatan dan daya abstraksi yang rendah sehingga kemampuan
menerima materi yang disampaikan secara verbal dan abstrak kurang maksimal
seperti anak normal .
2. Media interaktif animasi 3 dimensi belum secara efektif digunakan untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan.
3. Tingkat prestasi belajar anak tunarungu rata-rata masih rendah disebabkan karena
intelegensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang dengan maksimum
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah dapat dikaji secara mendalam, maka perlu pembatasan masalah.
Hal ini penting agar masalah dikaji mejadi jelas dan dapat mengarahkan perhatian
dengan tepat. Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti adalah pada
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
masalah pengaruh penggunan media interaktif animasi 3 dimensi terhadap prestasi
belajar IPA anak tunarungu kelas D6 SLB-B YRTRW Surakarta tahun pelajaran
2010/2011.
1. Anak tunarungu yang dimaksud adalah anak tuna rungu kelas D6 di SLB-B
YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011 yang terdiri dari berbagai derajat
ketunarunguan yang berbeda-beda.
2. Media yang digunakan dalam menyampaikan materi adalah media interaktif
animasi 3 dimensi.
3. Dalam penelitian ini prestasi belajar yang dimaksud yaitu prestasi belajar IPA
kompetensi dasar mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun tata
surya berdasar hasil tes yang dibuat oleh peneliti.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan Apakah ada
pengaruh media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran terhadap prestasi
belajar IPA anak tunarungu kelas D6 di SLB-B YRTRW Surakarta tahun pelajaran
2010/ 2011?
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh media interaktif animasi 3 dimensi dalam
pembelajaran terhadap prestasi belajar IPA anak tunarungu kelas D6 di SLB-B
YRTRW Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011.
F. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian pengaruh media interaktif animasi 3 dimensi terhadap
peningkatan prestasi belajar IPA ini, diharapkan mampu memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Dapat menambah pengetahuan bagi guru khususnya mengenai media interaktif
animasi 3 dimensi dalam pembelajaran serta memberi inspirasi untuk membuat
media pembelajaran yang lebih menarik lagi.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Dapat memberikan alternatif pemilihan media serta cara menggunakannya sesuai
dengan kondisi peserta didik.
2. Bagi Sekolah
a. Sebagai bahan informasi bagi sekolah dalam memilih media pembelajaran yang
baik dalam proses pembelajaran.
b. Sebagai motivasi bagi sekolah untuk meningkatkan ketrampilan dalam memilih
strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik setiap peserta
didiknya sehingga dapat memperbaiki sistem pembelajaran di sekolah dan
memberikan layanan yang optimal bagi peserta didiknya.
3. Bagi Siswa
Dengan penelitian ini memberikan manfaat bagi siswa yaitu siswa mendapat
pelayanan pendidikan yang efektif, aktif dan menyenangkan sesuai dengan konsep
PAIKEM dalam pembelajaran.
4. Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti yaitu memperoleh pengetahuan tentang peningkatan
prestasi belajar IPA melalui media interaktif animasi 3 dimensi dalam pembelajaran
anak tuna rungu serta mendapat pengalaman secara langsung dalam pelaksanaan
pembelajaran.
5. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan informasi untuk para peneliti berikutnya yang ingin mengkaji
tentang media pembelajaran khususnya media interaktif animasi 3 dimensi.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul penelitian ini,
maka penulis akan mengemukakan teori beberapa ahli tentang definisi beberapa
istilah yang erat kaitannya dengan masalah yang akan diteliti.
1. Tinjauan Tentang Anak Tunarungu
a. Pengertian Tunarungu
Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang
mampu mendengar suara. Apabila dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak
berbeda dengan anak mendengar pada umumnya. Namun pada saat keterampilan
berkomunikasi, barulah diketahui bahwa mereka tunarungu. Untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai hakekat tunarungu, di bawah ini akan dikemukakan
beberapa pendapat mengenai pengertian tunarungu.
Menurut Andreas Dwidjosumarto dalam Permanarian Somad dan Tati
Hernawati (1996:27) mengemukakan bahwa Tunarungu dapat diartikan sebagai
suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat
menangkap berbagai perangsang terutama melalui indera pendengaran.
Selain itu Mufti Salim dalam Sutjihati Somantri (1996:74) mengatakan
bahwa, Anak tuna rungu ialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya
sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam
perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk
mencapai kehidupan lahir batin yang layak.
Sementara itu, Murni Winarsih (2007:23) menyimpulkan pengertian
tunarungu, yaitu :
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangankemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidakdapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari hari,yang berdampak terhadap kehidupannya secara kompleks terutama padakemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting.
The IDEA 04 dalam Ronald L. Taylor, Lydia R. Smiley dan Stephen B.
Richards (2009:258) memberikan batasan tentang ketulian dan gangguan
pendengaran, sebagai berikut :
Under IDEA 04, deafness means a hearing impairment that is so severe thechild is impaired in processing linguistic information through hearing, withor without amplification, and that adversely affects a childs educationalperformance. Hearing impairment means an impairment in hearing, whetherpermanent or fluctuating, that adversely affects a childs educationalperformance but that is not included under the definition of the deafness.
Yang artinya kurang lebih adalah sebagai berikut :
Menurut pendapat dari IDEA 04, ketulian maksudnya adalah sebuahgangguan pendengaran yang berat pada anak sehingga mengganggu prosesinformasi bahasa yang memalui pendengaran, dengan atau tanpa alat dengar,dan menyebabkan gangguan pada penyelenggaraan pendidikan anak.Gangguan pendengaran maksudnya adalah sebuah gangguan padapendengaran, baik itu menetap atau tidak menetap, yang menyebabkangangguan pada penyelenggaraan pendidikan anak, tetapi tidak termasukdalam pengertian ketulian.
Memperhatikan batasan-batasan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan tunarungu adalah mereka yang kehilangan fungsi indera
pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf) yang
menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan
sehari-hari termasuk dalam penyelenggaraan pendidikannya.
b. Klasifikasi dan Jenis Ketunarunguan
Klasifikasi ketunarunguan sangat bervariasi. Hal ini dimaksudkan untuk
keperluan layanan pendidikan khusus. Namun jika dicermati, pengklasifikasian
ketunarunguan antara satu ahli dengan yang lain tidak jauh berbeda. Biasanya
didasarkan pada keahlian yang dimiliki atau untuk kepentingan tujuan tertentu.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Jamila K.A Muhammad (2008:59) berpendapat bahwa, Terdapat berbagai faktor
yang berkaitan dengan klasifikasi masalah pendengaran, yaitu tahap kehilangan
pendengaran, usia ketika kehilangan pendengaran dan jenis-jenis masalah
kehilangan pendengaran. Puesche, seperti di kutip oleh Boothroyd dalam
Mulyono Abdurrahman (2003:64) mengemukakan bahwa, Klasifikasi anak
tunarungu berdasarkan pada (1) tingkat ketunarunguan dan (2) tempat kerusakan
dalam telinga. Untuk lebih jelas, di bawah ini akan di uraikan mengenai
klasifikasi dan jenis ketunarunguan ditinjau dari berbagai kepentingan.
1) Berdasarkan Tingkat Kehilangan Pendengaran/ Tingkat Ketunarunguan
Jamila K.A Muhammad (2008:59) menjelaskan lebih lanjut mengenai
klasifikasi tuna rungu berdasarkan tahap kehilangan pendengaran sebagai
berikut :
a) Masalah pendengaran
(1). Ringan (mild), dengan tingkat kehilangan pendengaran antara 27 hingga
40 dB.
(2). Sedang (moderate), dengan tingkat kehingan pendengaran antara 41
hingga 70 dB.
(3) Menengah Serius ( moderate-severe), dengan tahap kehilangan
pendengaran anatara 56 hingga 70 dB.
b) Tuli
(1). Serius (severe), dengan tingkat hilangnya pendengaran antara 71 hingga
90 dB.
(2). Sangat serius (profound), dengan tingkat kehilangan pendengaran lebih
dari 90 dB.
Sementara itu, Puesche et al, seperti dikutip oleh Boothroyd dalam
Mulyono Abdurrahman (2003:64) menjelaskan tentang tingkat ketunarungauan
sebagai berikut :
a) Kehilangan pendengaran ringan berarti bahwa suara-suara dengan kekuatan
sampai dengan 25-40 dB dan di atasnya tidak dapat didengar.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
b) Kehilangan pendengaran sedang berarti bahwa suara-suara dengan kekuatan
45-70 dB tidak dapat didengar.
c) Kehilangan pendengaran berat berati tidak dapat mendengar suara-suara
sampai kekuatan 71-90 dB.
d) Bagi orang yang kehilangan pendengaran sangat berat, suara-suara harus
mempunyai kekuatan 90 dB tau lebih agar dapat didengar.
Sedangkan Andreas Dwidjosumarto dalam Sutjihati Somantri (1996: 74)
mengelompokkan tunarungu menjadi:
a) Tingkat I : kehilangan kemampuan mendengar 35 sampai 54 dB,
penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar
secara khusus.
b) Tingkat II : kehilangan kemampuan mendengar 55 sampai 69 dB,
penderitanya kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara
khusus. Dalam kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara, dan
bantuan latihan berbahasa secara khusus.
c) Tingkat III : kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89 dB.
d) Tingkat IV : kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas.
Menurut Empu Driyanto Tofiq Boesoirre Tatangs dalam Edja Sadjaah dan
Dardjo Sukarjo (1995 : 46-47) mengklasifikasikan anak tunarungu sebagai
berikut :
a) Cacat dengar ringan (Mild Hearing Loss) yaitu derajat cacat dengan
hitungan dalam dB antara 26dB 40dB.
b) Kelompok cacat dengar dengan derajat antara 41dB- 55 dB.
c) Cacat dengar sedang berat (moderate severe hearing loss), yaitu kelompok
cacat dengar dengan derajat antara 56 dB- 70 dB.
d) Cacat dengar berat (severe hearing loss), yaitu kelompok cacat dengar
dengan derajat anatara 71 dB 90 dB.
e) Cacat dengar terberat (profound hearing loss), yaitu kelompok cacat dengar
dengan derajat di atas 91 dB.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Djoko S. Sindhusakti (1997:8), memberikan pengklasifikasian anak tuna
rungu berdasarkan derajat ketulian yang dialami oleh anak adalah sebagai
berikut :
Derajat ketulian Threshold rata frekuensi 500-2000 lebih
Normal -20 dBRingan 25-40 dBSedang 41-55 dBBerat 56-70 dBSangat berat 71-90 dBTotal 90 dB ke atas.
2) Berdasarkan Letak Gangguan Pendengaran (Anatomi fisiologis)
Pengelompokan tunarungu berdasarkan anatomi fisiologi oleh
Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 32) dikelompokkan menjadi:
a) Tunarungu hantaran adalah ketunarunguan yang disebabkan kerusakan atau
tidak berfungsinya alat-alat penghantar getaran suara pada telinga bagian
tengah
b) Tunarungu syaraf adalah tunarungu yang disebabkan oleh kerusakan atau
tidak berfungsinya alat-alat pendengaran bagian dalam
c) Tunarungu campuran adalah kelainan pendengaran yang disebabkan
kerusakan pada penghantar suara dan kerusakan pada syaraf pendengaran.
Senada dengan pendapat di atas, menurut Ronald L. Taylor, Lydia R.
Smiley dan Stephen B. Richard (2009:256-257) dalam bukunya
mengklasifikasikan tipe tunarungu sebagai berikut :
a) Sensorineural hearing loss : is caused by a problem directly related to
auditory nerve transmission; it is a problem associated with the inner ear or
auditory nerve that may result in deafness.
b) A conductive hearing loss : is caused by a problem directly associated with
the transmission of sound weaves from the outer ear throught the middle ear
that prevents at least some sound weaves from reaching the choclea in the
middle ear.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c) A mixed hearing loss : result when an individual experience both a
conductive loss and sensorineural loss.
Yang artinya kurang lebih adalah sebagai berikut :
a) Tunarungu syaraf : adalah yang disebabkan oleh kerusakan yang langsung
berhubungan dengan syaraf penghantar suara, kerusakan ini berhubungan
langsung dengan telinga dalam atau syaraf yang menyebabkan tuli.
b) Tunarungu hantaran : adalah kerusakan yang langsung berhubungan dengan
susunan penghantar suara dari telinga luar ke telinga tengah yang
menghalangi setidaknya beberapa susunan suara dari jangkauan koklea di
telinga tengah.
c) Tunarungu campuran : sebagai akibat dari seseorang yang mengalami
tunarungu hantaran dan syaraf.
Berdasar pengklasifikasian tunarungu ditinjau dari berbagai kepentingan di
atas, maka dapat disimpulkan klasifikasi dan jenis tunarungu antara lain :
1) Ditinjau dari anatomi fisiologi meliputi : Tuna rungu syaraf, tuna rungu
hantaran/ konduksi dan tuna rungu campuan.
2) Ditinjau dari tingkat ketulian meliputi : Tunarungu ringan, tunarungu sedang,
tunarungu berat, tunarungu sangat berat atau tunarungu total (deaf).
c. Penyebab Ketunarunguan
Banyak informasi tentang sebab sebab terjadinya kerusakan organ
pendengaran yang nengakibatkan seseorang mengalami kelainan pendengaran
(tunarungu). Banyak para ahli menyebutkan, kondisi ketunarunguan yang dialami
anak, dihubungkan dengan kurun waktu terjadinya, yaitu sebelum (prenatal), saat
anak lahir (neonatal), atau sesudah anak lahir (postnatal). Secara terinci berikut
akan di jelaskan apa saja yang dapat menyebabkan ketunarunguan.
Moh Effendi (2006:64) menyatakan secara terinci determinan ketunarunguan
yang terjadi sebelum, saat dan sesudah anak dilahirkan, yaitu:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1) Ketunarunguan sebelum lahir (prenatal) : Hereditas / keturunan, Maternal
rubella, Pemakaian antibiotika over dosis, Toxoemia
2) Ketunarunguan saat lahir (neonatal) : Lahir premature, Rhesus factors,Tang
verlossing
3) Ketunarunguan setelah lahir (post natal ) : Penyakit meningitis cerebralis,
Infeksi, Otitis media kronis.
Sementara itu Murni Winarsih mengelompokkan penyebab ketunarunguan
sebagai berikut :
1) Faktor internal diri anak: faktor keturunan, penyakit campak Jerman (rubella),
keracunan darah (Toxaminia)
2) Faktor eksternal diri anak : anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan,
meningitis (radang selaput otak), otitis media ( radang telinga bagian tengah.)
Jamila K.A Muhammad (2008:57) mengungkapkan faktor-faktor penyebab
masalah pendengaran ini bersumber dari berbagai faktor sebelum lahir, saat lahir
dan setelah lahir sebagai berikut :
1) Sebelum masa kelahiran
a) Penyakit turunan oleh gen
b) Bukan penyakit turunan
(1) Sakit selama hamil seperti virus rubella, demam glandular, selesma.
(2) Semasa hamil ibu mengidap penyakit karena pola makan kurang sehat.
(3) Selama hamil ibu mengkonsumsi obat/ bahan kimia seperti kuanin,
streptomycin.
(4) Toksemia pada masa akhir kehamilan.
(5) Sering hamil.
2) Saat melahirkan
a) Masa melahirkan terlalu lama, sehingga menyebabkan tekanan yang kuat
pada bagian telinga.
b) Lahir prematur
c) Cedera saat dilahirkan terutama pada telinga.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d) Penyakit hemolisis karena faktor Rhesus
3) Setelah kelahiran
a) Anak mengidap penyakit karena bakteri dan virus seperti gondok dan
campak.
b) Kecelakaan pada bagian telinga
c) Pengkonsumsi antibiotik seperti streptomycin
d) Menangkap bunyi terlalu keras dalam waktu lama.
Dari beberapa pendapat mengenai penyebab ketunarungan diatas, dapat
disimpulkan penyebab dari ketunarunguan adalah:
1) Sebelum kelahiran : Faktor keturunan, Trauma ibu pada saat mengandung,
Kekurangan gizi pada saat ibu mengadung, Lingkungan sekitar yang kurang
baik, Infeksi dan keracunan baik pada saat ibu masih mengandung dan
sebagainya.
2) Saat kelahiran : Masalah yang terjadi pada saat kelahiran, Lahir
premature, Rhesus factors,Tang verlossing
3) Setelah kelahiran : Radang selaput otak (meningitis), Otitis media (radang
pada bagian telinga tengah), Penyakit anak-anak dan luka-luka.
d. Karakteristik Anak Tunarungu
Jika dibandingkan dengan ketunaan yang lain ketunarunguan tidak tampak
jelas, karena sepintas fisik mereka tidak mengalami kelainan. Tetapi sebagai
dampak dari ketunarunguannya, anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas.
Untuk memahami tentang anak tunarungu, berikut akan diuraikan karakteristik
anak tunarungu dilihat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara, emosi serta sosial.
Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 34-39) melihat karakterisik
anak tunarungu dari beberapa segi:
1) Karakteristik dalam segi intelegensi
Anak tunarungu ada yang memiliki intelegensi tinggi, rata-rata dan rendah sama
seperti halnya anak normal. Akan tetapi intelegensi mereka tidak mendapatkan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kesempatan untuk berkembang, karena pendengaran mereka terganggu sehingga
sedikit sekali informasi yang diperoleh anak tunarungu. Dengan demikian
perkembangan intelegensi anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan anak
normal lainnya.
2) Karakteristik bahasa dan bicara
Kemampuan bahasa dan bicara anak tunarungu jauh berbeda dengan
kemampuan bahasa dan bicara anak normal. Hal itu disebabkan karena anak
tunarungu tidak dapat mendengar bahasa, kemampuan bahasanya tidak akan
berkembang jika tidak dididik dan dilatih secara khusus. Perkembangan bahasa
erat kaitannya dengan kemampuan mendengar. Akibat ketidakmampuannya
untuk mendengar dibanding dengan anak normal sebayanya, maka
perkembangan bahasa anak tunarungu tertinggal jauh.
3) Karakteristik dalam segi emosi dan sosial
Tunarungu menyebabkan seseorang terasing dari aturan sosial dan pergaulan
dalam kehidupan masyarakat mereka, maka anak tunarungu mengalami
hambatan dalam perkembangan kepribadian menuju kedewasaan. Hal tersebut
menimbulkan efek negatif bagi anak tunarungu, seperti:
a) Egosentrisme melebihi anak normal
Karena anak tunarungu mengalami hambatan dalam pendengarannya maka
mereka lebih menggunakan penglihatannya dalam pengamatan, maka anak
tunarungu mempunyai sifat ingin tahu yang besar yang seolah-olah mereka
selalu ingin melihat, hal itu dapat meningkatkan sifat egosentrisme mereka,
bahkan mereka ingin memilikinya, dan bisa terjadi ia langsung merebutnya
dari tangan orang lain.
b) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang luas
Anak tunarungu sering merasa menguasai keadaan yang diakibatkan oleh
pendengaran yang mengalami ganguan, maka ia sering merasa takut dan
khawatir.
c) Ketergantungan terhadap orang lain
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Sikap ketergantungan anak tunarungu menunjukkan bahwa ia putus asa dan
ingin mencari bantuan.
d) Perhatian sukar dialihkan
Keterbatasan bahasa menyebabkan keterbatasan berpikir seseorang, pikiran
anak tunarungu terpaku pada hal yang konkrit, seluruh perhatiannya tertuju
pad sesuatu dan sulit untuk melepaskannya karena ia tidak mempunyai
kemampuan lain. Sehingga jalan pikiran anak tunarungu sulit untuk
berpindah ke hal lain yang belum nyata.
e) Pada umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tidak banyak
masalah
Kemiskinan dalam bahasa mengakibatkan anak tunarungu dengan mudah
meyampaiakan perasaan dan apa yang ada dalam pikirannya tanpa
memandang segi-segi yang akan menghalanginya.
f) Mudah marah dan mudah tersinggung
Anak tunarungu sering mengalami kesulitan dalam menyampaikan perasaan
dan apa yang dipikirkan serta kesulitan memahami apa yang disampaikan
orang lain, maka hal tersebut diwujudkan dengan kemarahan.
Sedangkan menurut Kurikulum Pendidikan Luar Biasa tentang pedoman
bimbingan di sekolah Dep Dik Bud Badan Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan dan Kebudayaan (1994 : 51 ) dalam Rossalia Emma Diatermina
(2009:26) karakteristik anak tunarungu adalah sebagai berikut :
1) Dalam segi sosiala) Gangguan dalam segi bicara dan bahasab) Perbendaharaan bahasa terbatasc) Konsep diri negatif yang dapat berakibat rendah dirid) Cenderung lebih suka berkelompok dengan tuanrungue) Penyesuaian terhambatf) Kepekaan dalam bidang musik dan irama terganggu
2) Dalam segi pendidikana) Gangguan bahasa, sehingga kesulitan mengikuti pendidikanb) Kurang peka terhadap informasic) Perbedaan persepsi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Dari pendapat pendapat di atas tentang karakteristik anak tunarungu, maka
dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tunarungu meliputi segi intelegensi,
segi bahasa dan bicara, segi emosi, segi sosial dan segi pendidikan.
2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Setiap kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, pada
akhirnya selalu diketahui hasilnya. Begitu pula dengan kegiatan belajar. Hasil
belajar yang ingin dicapai tersebut disebut dengan prestasi belajar. Kegiatan
belajar dapat dikatakan berhasil jika dapat mencapai prestasi belajar yang optimal..
Prestasi belajar ini merupakan bukti konkret mengenai kemampuan seorang siswa
yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyerap atau
mengikuti proses belajar mengajar. Prestasi belajar biasanya menunjuk pada hasil
belajar yang diwujudkan dalam bentuk simbol, angka maupun huruf. Beberapa ahli
dalam dunia pendidikan memberikan pendapat mereka mengenai prestasi belajar.
Prestasi belajar menurut Nina Nuroniah (2008: 15) bahwa Prestasi belajar
merupakan hasil dari perubahan tingkah laku pada kegiatan belajar siswa yang
dinyatakan dengan angka.. Sedangkan menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001:43)
Prestasi belajar adalah hasil pengukuran serta penilaian usaha belajar. Prestasi
belajar di sini merupakan tingkat keberhasilan tertinggi yang telah dicapai.
Sementara itu, Nana Syaidah Sukmadinata (2003:103-104) berpendapat bahwa
Prestasi belajar atau achievement merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan
potensial yang dimiliki seseorang. Prestasi belajar seseorang dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan
berfikir maupun kemampuan motorik.
Menurut Dewa Ketut Sukardi (1990:30), prestasi belajar adalah suatu hasil
maksimal yang diperoleh seseorang dalam usahanya, dalam rangka
mengaktualisasikan diri lewat belajar. Sedangkan menurut Winkel (2004) dalam
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Indra Yunan Yunianto di www.indrayy.co.cc/2009/10/prestasi-belajar.com
prestasi belajar sebagai bukti usaha yang dapat dicapai.
Dalam blog yang berbeda di http://ridwan202.wordpress.com, Winkel
(1996:162) mengatakan bahwa, prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan
belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya
sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Dari beberapa pendapat pakar pendidikan mengenai pengertian prestasi
belajar di atas , penulis menarik kesimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang diperoleh seorang siswa setelah
melakukan kegiatan/ aktifitas belajar, sehingga memperoleh perubahan tingkah
laku baik pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai akibat dari latihan dan
pengalaman yang dinyatakan dengan angka/ simbol sesuai dengan kemampuan
yang dicapainya.
b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Dalam mencapai prestasi belajar, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab terbentuknya prestasi belajar, sepanjang proses belajar itu
berlangsung. S.Nasution (2005: 9-13) menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar antara lain :
1) Faktor dari dalam diri siswa meliputi :
a) Faktor fisiologis
Faktor ini berhubungan dengan fisik atau jasmani dari siswa.
b) Faktor psikologis
Faktor ini berkaitan dengan kejiwaan siswa yang merupakan factor yang
cukup kuat pengaruhnya terhadap proses belajar siswa. Faktor-faktor ini
meliputi :
(1) Intelegensi
(2) Motivasi belajar
(3) Minat belajar
http://www.indrayy.co.cc/2009/10/prestasi-belajar.comhttp://ridwan202.wordpress.com/ -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
(4) Ambisi dalam belajar
(5) Ingatan
(6) Kepercayaan diri
(7) Kedisiplinan diri
(8) Bakat
2) Faktor yang berasal dari luar diri siswa yaitu :
a) Faktor lingkungan yang terdiri dari
Lingkungan alami, yaitu keadaan di lingkungan siswa yang sedang belajar
b) Lingkungan sosial, yaitu seperti suasana rumah atau tempat tinggal
c) Faktor instrumental, yang terdiri dari :
(1) Kurikulum
(2) Program pengajaran
(3) Sarana dan prasarana
(4) Guru atau pendidik
Sementara itu, menurut Kartini - Kartono dalam Nuur Annisa Pri Astuti
(2003:6-7 ) menjelaskan prestasi belajar dipengaruhi oleh :
1) Faktor intern anak
a) Faktor kesehatan badan dan jasmani
b) Faktor kesehatan dari jiwanya
2) Faktor ekstern anak
a) Faktor keadaan keluarga
b) Faktor lingkungan masyarakat
c) Faktor sarana dan alat
Menurut Nana Sudjana (2009:39) hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :
1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada
faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kegiatan tersebut adalah faktor psikologi, antara lain: motivasi, perhatian,
pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
2) Faktor Eksternal ( dari luar individu yang belajar)
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya system lingkungan
belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa.
Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan,
penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
Dari beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu :
1) Faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri meliputi fisik, psikis,
IQ, bakat, minat, kreatifitas maupun motivasi.
2) Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang meliputi
lingkungan (keluarga, sekolah) dan sarana prasarana.
c. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar mempunyai banyak fungsi. Salah satunya adalah sebagai
bukti konkret mengenai kemampuan belajar yang dilakukan oleh seseorang. Selain
itu, di bawah ini akan diuraikan mengenai fungsi prestasi belajar. Fungsi prestasi
belajar yang dikemukakan oleh Zaenal Arifin (1990:3) antara lain :
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai anak.
2) Prestasi belajar sebagai lambang hasrat ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap anak didik.
Senada dengan pendapat di atas, menurut Indra Yunan Yunianto dalam
blognya di www.indrayy.co.cc/2009/10/prestasi-belajar.com
1) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan
http://www.indrayy.co.cc/2009/10/prestasi-belajar.com -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai
peserta didik.
3) Sebagai indikator intern dan ekstern dari lembaga pendidikan
4) Sebagai indikator terhadap daya serap anak didik pada materi yang
dipelajarinya.
5) Sebagai salah satu faktor penentu kelanjutan studi
6) Sebagai lambang pemuas keingintahuan siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar.
Berdasarkan dua pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa fungsi
dari prestasi belajar adalah sebagai indikator dari kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai anak, indikator intern dan ekstern dari lembaga/
institusi pendidikan, indikator terhadap daya serap anak didik pada materi yang
dipelajarinya, sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, faktor penentu
kelanjutan studi, serta lambang pemuas keingintahuan siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar.
3.Tinjauan Tentang IPA
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kata IPA merupakan singkatan dari kata Ilmu Pengetahuan Alam. Kata
kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata kata Bahasa
Inggris Natural Science yang secara singkat sering disebut Science. Natural
artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau yang berkaitan dengan alam.
Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA atau science itu secara harfiah dapat
disebut sebagai ilmu tentang alam ini. Di bawah ini akan diuraikan mengenai
pengertian IPA (Ilmu Pengetahuan Alam).
Pembelajaran IPA memiliki tiga aspek yaitu Biologi, Fisika, dan Kimia yang
dirangkum dalam satu mata pelajaran . IPA yang umumnya memiliki peran peting
dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta
didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak
perkembangan IPA dan teknologi.
Pengertian IPA dapat ditinjau dari istilah dan dari sisi dimensi IPA. Dari
istilah, IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta
isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada dia alam, peristiwa
dan gejala-gejala yang muncul di alam. Sedangkan dari dimensi IPA maka ilmu
dapa diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat obyektif. Jadi dari sisi
istilah menurut Hendro dan Kaligis (1993:3) IPA adalah suatu pengetahuan yang
bersifat obyektif tentang alam sekitar beserta isinya.
Websters, New Collegiate Dictionary dalam Srini M.Iskandar (2001:2)
menyatakan natural science is knowledge concerned with the physical world and
its phenomena, yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang
alam dan gejala gejalanya.
Carin (2009:1) dalam Anwar Kholil (http://anwar
kholil.hakikatpembelajaran-ipa.htm) mendefinisikan science sebagai The activity
of questioning and exploring the universe and finding and expressing its hidden
order, yaitu suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan
penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.
Konsep Maskoeri Jasin (2003:36) menjelaskan Ilmu Pengetahuan Alam
atau Ilmu Alamiah (Natural Science), yang membahas tentang alam semesta
dengan semua isinya.
IPA merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari di Sekolah Dasar.
Menurut Widi Rahayu (2003:1-7) IPA memiliki beberapa definisi yaitu :
1) IPA adalah sekumpulan pengetahuan yang telah disusun
2) IPA adalah ilmu pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan berhubungan
dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas pengamatan dan
induksi.
http://anwar/ -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3) IPA adalah suatu pengetahuan tentang fakta dan hukum-hukum yang didasarkan
atas pengamatan dan disusun dalam suatu sistem yang teratur.
4) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang
di dalam terlintas pada gejala alam.
Dari pendapat yang telah dikemukakan diatas mengenai pengertian IPA,
dapat ditarik kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu
ilmu pengetahuan yang mempelajari fakta, konsep dan hukum tentang alam
semesta dan peristiwa-peristiwa / gejala-gejala yang terjadi di alam berdasarkan
pengamatan secara sistematis.
b. Tujuan Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang membahas manusia dan alam
sekitar serta gejala-gejalanya. Melalui pengajaran IPA diperlukan banyak
informasi tentang pengalaman manusia dari zaman dahulu sampai sekarang.
Tujuan pemberian mata pelajaran IPA atau sains menurut Sumaji, Suhakso,dkk
(1998:35) adalah agar siswa mampu memahami dan menguasai konsep-konsep
IPA serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan
metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, sehingga lebih
menyadari dan mencintai kebesaran serta kekuasaan Penciptanya.
Mengacu pada Kurikulum KTSP SD/ MI 2009, mata pelajaran IPA bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esaberdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep konsep IPAyang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentangadanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,teknologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,menjaga dan melestarikan lingkungan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segalaketeraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagaidasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Yager dalam Parwoto (2007:215) juga menemukan 4 tujuan pendidikan
sains yaitu :
1) sains untuk mempertemukan kebutuhan personal
2) sains untuk pemecahan masalah-masalah sosial
3) sains untuk kesadaran karir, dan
4) sains untuk persiapan studi selanjutnya
Dari dua pendapat di atas, dapat di simpulkan tujuan dari pengajaran IPA
di SD adalah agar siswa memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa, untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep konsep
IPA yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, untuk kesadaran karir, serta
sebagai bekal persiapan studi berikutnya.
c. Fungsi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Sesuai dengan kurikulum 2004 mata pelajaran IPA di Sekolah Luar Biasa
berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat sains dalam kehidupan sehari-hari
serta untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau
Madrasah Tsanawiyah atau Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB).
Izzatin Kamala (2008:1) dalam blognya di http://juhji.pengertian-
pendidikan-IPA-perkembangannya.html. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam
proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya
untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang
mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia
sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam
yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
http://juhji.pengertian-pendidikan-ipa-dan/http://juhji.pengertian-pendidikan-ipa-dan/ -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dapat disimpulkan fungsi pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan pemahaman tentang semesta
alam.
d. Ruang Lingkup Pengajaran IPA (Sains)
Parwoto (2007:216) menjelaskan bahwa pendidikan sains di sekolah sangat
baik untuk mengekspresikan perhatian siswa dengan memasukkan subject matter
ke dalam tiga bidang : 1) ilmu hayat (living science) yang meliputi biologi, ilmu
hewan, ilmu tumbuh-tumbuhan, ekologi. 2) ilmu eksakta (non living science)
meliputi ilmu kimia dan ilmu fisika, dan 3) ilmu bumi (earth science).
Parwoto dalam bukunya juga mengemukakan topik topik yang harus
diprogramkan bagi siswa berkebutuhan khusus tingkat pendidikan dasar meliputi
: 1) kesehatan dan keselamatan, 2) binatang, 3) iklim/ cuaca, 4) panca indera, 5)
barang-barang yang ada di lingkungannya, 6) air, 7) barang-barang bergerak, 8)
bumi yang kita injak, 9) planet dan 10) berbagai jenis makanan.
Sementara itu Abdullah Aly dan Eny Rahma (1998:34-75) menyebutkan
ruang lingkup pengajaran IPA adalah :
1) Alam Semesta dan Tata Surya
a) Teori terbentuknya alam semesta
b) Teori terbentuknya galaksi dan tata surya
c) Sistem tata surya
2) Bumi
a) Hipotesis kejadian bumi
b) Susunan lapisan bumi
c) Atmosfer, Hidrosfer, dan Lithosfer
d) Cuaca
3) Asal Mula Kehidupan di Bumi
a) Berbagai pendapat tentang asal mula kehidupan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b) Sejarah perkembangan makhluk hidup
c) Perbedaan makhluk hidup dengan benda mati
d) Polusi atau pencemaran.
Tak berbeda jauh dengan pendapat di atas, menurut Kurikulum KTSP SD/
MI 2009 ruang lingkup kajian IPA di SD meliputi aspek-aspek berikut :
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
2) Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya
dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan ruang lingkup
pengajaran IPA di SD meliputi: Bumi dan alam semesta (termasuk tata surya),
asal mula kehidupan di bumi (makhluk hidup dan proses kehidupannya), benda
dan sifat-sifatnya, serta energi dan perubahannya.
e. Prinsip Pengajaran IPA di Sekolah Dasar
Mengajar dan belajar merupakan suatu proses yang tak dapat dipisahkan.
Suatu pengajaran akan berhasil apabila terjadi proses mengajar dan proses belajar
yang harmoni. John S. Richardson dalam Hendro Darmodjo dan Kaligis
(1992:12) menyarankan digunakannya tujuh prinsip dalam proses belajar
mengajar agar pengajaran IPA dapat berhasil. Ketujuh prinsip itu adalah : (1)
Prinsip keterlibatan siswa secara aktif, (2) prinsip belajar berkesinambungan, (3)
prinsip motivasi, (4) prinsip multi saluran, (5) prinsip penemuan, (6) prinsip
totalitas, (7) prinsip perbedaan individual.
Srini M.Iskandar (2001:30) menyebutkan salah satu tugas kita sebagai guru
IPA di Sekolah Dasar adalah menyediakan benda sebanyak-banyaknya yang
dapat diotak-atik oleh anak-anak.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip pengajaran IPA di Sekolah Dasar yang
harus ada adalah prinsip keterlibatan siswa secara aktif dan penyediaan media
yang dapat membuat siswa aktif.
4. Tinjauan Tentang Media Interaktif
a. Pengertian Media Interaktif
Hakekat proses belajar mengajar adalah komunikasi, yaitu penyampaian
informasi dari sumber kepada penerima informasi dengan media tertentu.
Komunikasi antara guru dan siswa tersebut dapat terjadi dengan adanya media
pembelajaran tertentu. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara
harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat
grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal. Berikut akan lebih dijelaskan mengenai
media dalam pembelajaran.
Pengertian media menurut Robertus Angkowo dan A. Kosasih (2007:11)
adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan
dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada
diri siswa.
Nasrul Rofiah Hidayati (2009: 25) dalam penelitiannya mengemukakan
bahwa media di dalam pembelajaran merupakan suatu alat bantu dalam
pengajaran yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan berbagai
fungsi sebagai alat perangsang belajar. Sedangkan menurut Oemar Malik dalam
Lilis Purwanti (2010:17) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan ( bahan pembelajaran), sehinggga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan si pebelajar dalam kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Newby dalam Dewi Salma
Prawiradilaga (2007: 64), media pembelajaran adalah media yang dapat
menyampaikan pesan pembelajaran atau mengandung muatan untuk
membelajarkan seseorang.
Interaktifitas bukanlah medium, interaktivitas adalah rancangan dibalik
suatu program multimedia. Interaktifitas disini diterjemahkan sebagai tingkat
interaksi dengan media pembelajaran yang digunakan, yakni multimedia(media
interaktif). Karena kelebihan yang dirniliki multimedia, memungkinkan bagi
siapapun untuk eksplore dengan memanfaatkan detail-detail di dalam multimedia
dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Interaktifitas mengijinkan seseorang
untuk mengakses berbagai macam bentuk media atau jalur di dalam suatu
program multimedia sehingga program tersebut dapat lebih berarti dan lebih
memberikan kepuasan bagi pengguna.
Sementara itu, media interaktif menurut Sri Anitah (2008 : 64) adalah
media yang meminta pebelajar mempraktekkan ketrampilan dan menerima
balikan. Media interaktif berbentuk media ganda (teks, audio, grafis, gambar
diam dan gambar hidup) yang dikombinasikan dalam satu sistem sehingga mudah
digunakan. Media interaktif berbasis komputer menciptakan lingkungan belajar
multimedia dengan ciri-ciri baik video maupun pembelajaran berbasis komputer.
Ini merupakan suatu sistem penyajian pelajaran dengan visual, suara, dan materi
video, yang disajikan dengan kontrol dari komputer sehingga pebelajar tidak
hanya melihat dan mendengar gambar,melainkan dapat memberikan respon aktif.
Selain itu, Daryanto (2010:51) dalam bukunya juga menjelaskan pengertian
multimedia interaktif [media interaktif] adalah suatu multimedia yang dilengkapi
dengan alat pengontrol yang dapat di operasikan oleh pengguna, sehingga
pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan pengertian media
interaktif adalah segala alat bantu dalam pembelajaran untuk menyalurkan
informasi yang diperlukan dalam belajar serta dapat merangsang keaktifan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pebelajar yang berbentuk media ganda seperti teks, audio, grafis, gambar diam dan
gambar hidup (animasi).
b. Kelebihan Media Interaktif
Media berbasis komputer interaktif ini mempunyai beberapa kelebihan,
menurut Sri Anitah (2008:65) kelebihan media interaktif adalah :
1) Berbentuk media ganda seperti teks, audio, grafis, gambar diam, dan gambar
hidup yang dikombinasikan menjadi satu.
2) Partisipasi pebelajar. Unsur R dalam model ASSURE dicapai dengan
interaksi melalui materi video, karena memerlukan kegiatan pebelajar.
3) Individualisasi. Individualisasi dimungkinkan karena program bercabang
memungkinkan pebelajar menempuh remidi seperti halnya pengayaan.
4) Fleksibilitas, yaitu pebelajar boleh memilih apa yang ingin dipelajari dari
menu, memilih bidang mana yang menarik, yang dapat memberikan jawaban
secara logis atau mengajukan tantangan yang besar.
5) Simulasi. Video interaktif dapat digunakan untuk pengalaman simulasi dalam
beberapa bidang khususnya keterampilan interpersonal.
Serasi dengan kelebihan yang disebutkan di atas, Sharon E. Smaldino dan
James D. Russel (2005:148) dalam bukunya menyebutkan manfaat dari media
interaktif adalah :
Advantages ( of interactive media ) :
1) Multiple media. Text, audio, graphics, still pictures and motion pictures can all
be combined in one easy-to-use system.
2) Learner participation. The R or the ASSURE model is achieved with
interactive video materials because they required that learners engage in
activities. These materials helps to maintain students attentions, and they allow
greater participation than does video viewing alone.
3) Individualization, is provided for because branching allows instruction on
remedial as well as enrichment levels.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4) Flexibility. The learner may choose what to study from the menu, selecting
those areas that seem interesting, that seem most logically to answer a
question, or that present the greatest challenge.
5) Simulations. Interactive media may be used to provide simulation experiences.
Apabila diterjemahkan secara bebas, artinya adalah sebagai berikut :
Manfaat ( media interaktif ) :
1) Berbentuk media ganda. Teks, audio, grafis, gambar diam, dan gambar hidup
yang dikombinasikan menjadi satu sistem.
2) Partisipasi pebelajar. Unsur R dalam model ASSURE dicapai dengan materi
video interaktif, karena memerlukan kegiatan pebelajar. Materi ini membantu
meningkatkan perhatian siswa, dan memungkinkan partisipasi yang lebih
daripada video satu arah.
3) Individualisasi. Individualisasi dimungkinkan karena program bercabang
memungkinkan pebelajar menempuh remidi seperti halnya pengayaan.
4) Fleksibilitas, yaitu pebelajar boleh memilih apa yang ingin dipelajari dari
menu, memilih bidang mana yang menarik, yang dapat memberikan jawaban
secara logis atau mengajukan tantangan yang besar.
5) Simulasi. media interaktif dapat digunakan untuk pengalaman simulasi.
Dari dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan kelebihan dari media
interaktif adalah :
1) Media interaktif berbentuk media ganda teks, audio, grafik, gambar diam dan
gambar hidup.
2) Melibatkan partisipasi aktif pebelajar.
3) Bersifat individual dan fleksibel.
4) Dapat digunakan sebagai pengalaman simulasi.
c. Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat digolongkan menjadi berbagai jenis.
Penggolongan atau pengklasifikasian ini dimaksudkan untuk mengenal
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
karakteristik yang dimiliki oleh masing masing media. Seseorang bertujuan
untuk menggolongkan sejumlah media yang tersedia untuk memberikan contoh
mengenai sudut pandang seseorang. Karena karakteristik suatu media akan
berbeda bila tujuan penggolongannya juga berbeda. Uraian di bawah ini akan
menjelaskan jenis jenis media dilihat dari berbagai sudut pandang.
Media pengajaran untuk tujuan praktis menurut Basuki Wibowo dan Farida
Mukti (2001:37) yaitu antara lain :
1) Media Audio : audio dan audio semi gerak
2) Media Visual : visual diam dan visual gerak
3) Media Audio Visual : audio visual diam dan audio visual gerak
4) Media Serba Aneka : boards dan displays, tiga dimensi, teknik dramatisasi,
sumber masyarakat, komputer dan simulator.
Menurut Heinich, Molenda, dan Russel dalam Robertus Angkowo dan
A.Kosasih (2007:12) menyatakan jenis media yang lazim dipergunakan dalam
pembelajaran antara lain : media non proyeksi, media proyeksi, media audio,
media gerak, media komputer, komputer multi media [media interaktif animasi 3
dimensi], hipermedia, dan media jarak jauh.
Azhar Arsyad (2005:65) dalam bukunya menyebutkan jenis media antara
lain :
1) Media audio
Media audioberfungsi menyalurkan pesan audio dari sumber ke penerima pesan.
Jenis dari media audio yaitu radio, piringan audio, tape recorder, phonograph,
telepon, laboratorium bahasa, public address system dan rekaman tulisan jauh.
2) Media visual
Media visual dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Media visual diam antara lain : foto, ilustrasi, flash card, gambar pilihan dan
potongan gambar, film rangkai, transparansi, proyektor dan tachitoscopes
serta grafik, bagan, gambar kartun, peta, dan globe.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b) Media visual gerak meliputi gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film
bisu.
3) Media audio visual
Media ini menjadi lebih efektif penggunaannya bila dibandigkan dengan media
pesan visual saja. Kemampuannya akan meningkat lagi bila media pesan visual
ini dilengkapi dengan karakteristik gerak. Media yang terakhir ini tidak saja
dapat menyampaikan pesan-pesan yang rumit, tapi juga realistis. Salah satu
contoh media audio visual adalah film.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan jenis-jenis media
pembelajaran antara lain :
1) Media audio (audio dan audio semi gerak)
2) Media visual (visual diam dan visual gerak)
3) Media audio visual (audio visual diam dan audio visual gerak)
4) Multimedia interaktif ( komputer, media interaktif, hypermedia, media jarak
jauh)
d. Fungsi Media Pembelajaran
Sebuah media akan mempunyai fungsi dan manfaat apabila digunakan sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Fungsi media menurut R. Angkowo dan A. Kosasih
(2007:27) dalam proses pembelajaran adalah :
1) Sebagai alat bantu pembelajaran yang ikut mempengaruhi situasi, kondisi dan
lingkungan belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah
diciptakan dan didesain oleh guru.
2) Media dapat memperjelas pesan agar tidak terlalu bersifat verbal (dalam
bentuk kata tertulis dan kata lisan belaka).
3) Memanfaatkan media secara tepat dan bervariasi akan dapat mengurangi sikap
pasif siswa.
4) Media berguna untuk membangkitkan gairah belajar, memungkinkan siswa
untuk belajar mandiri sesuai dengan minat dan kemampuannya.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
5) Media dapat meningkatkan pengetahuan, memperluas pengetahuan, serta
memberikan fleksibilitas dalam pencapaian pesan.
6) Media mampu membangkitkan keinginan dan minat yang baru.
7) Membangkitkan motivasi dan ransangan kegiatan belajar bahkan membawa
pengaruh psikologis terhadap siswa.
8) Media berfungsi sebagai alat komunikasi, sebagai sarana pemecahan masalah
dan sebagai sarana pengembangan diri.
Sementara menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:14-15) peran
dan fungsi media yaitu antara lain :
1) Media mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan
cermat oleh mata biasa.
2) Media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tak dapat dilihat oleh mata
telanjang.
3) Dapat memberikan penjelasan di kelas untuk sebuah objek yang sangat besar
yang tidak bisa dibawa ke dalam kelas.
4) Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan diagram atau model.
5) Media dapat menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh.
Daryanto (2010 : 9) menyebutkan fungsi media dilihat dari kelebihan media,
yaitu :
1) Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan
kembali suatu objek atau kejadian.
2) Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali objek atau
kejadian dengan berbagai macam peubahan (manipulasi) sesuai keperluaan,
misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta diulang-ulang
penyajiannya.
3) Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar
jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak.
Fungsi media sangat banyak, dari pendapat-pendapat di atas dapat
disimpulkan fungsi penggunaan media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
1) Sebagai alat bantu pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
yang telah diciptakan dan didesain oleh guru
2) Media dapat mengurangi sikap pasif siswa dan membangkitkan motivasi dan
minat baru siswa serta dapat memperjelas pesan agar tidak terlalu bersifat
verbal.
3) Media dapat menampilkan kembali suatu objek atau kejadian sesuai keperluan.
4) Dapat memberikan penjelasan di kelas untuk sebuah objek yang sangat besar,
sangat kecil dan kompleks yang tidak bisa dibawa ke dalam kelas.
e. Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Hujair AH. Sanaky (2009: 4-5) manfaat media pembelajaran sebagai
alat batu dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga memungkinkan
pebelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.
3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pebelajar tidak bosan dan pengajar
tidak kehabisan tenaga.
4) Pebelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mengdengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktifitas lain yang
dilakukan, seperti : mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Selain itu Sudjana dan Rivai dalam dalam Azhar Arsyad (2005:24-25)
mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3) Metode mengajarkan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mengdengarkan uraian guru, tapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
memerankan, dan lai-lain.
Berdasarkan pendapat pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan manfaat
media pembelajaran dalam proses belajar adalah :
1) Untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan pembelajaran yang
menarik.
2) Memperjelas makna bahan pembelajaran.
3) Meminimalisir komunikasi verbal, sehingga anak tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga.
4) Siswa lebih banyak melakukan aktivitas belajar selain mendengarkan.
f. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Media digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem belajar
mengajar yang ada. Karena itu, ketika memilih media pembelajaran yang ingin
digunakan, kita perlu mengingat faktor faktor yang dipertimbangkan waktu
menyusun rencana pengajaran agar media yang digunakan sesuai dengan tujuan
belajar yang telah direncanakan. Salah satu penyebab mengapa orang memilih
media adalah untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan pengajaran yang
diinginkan.
Menurut Wilkinson dalam R. Angkowo dan A. Kosasih (2007:14-15), ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran, yakni:
1) Tujuan
Media yang di pilih seharusnya menunjang tujuan pembelajaran yang
dirumuskan.
2) Ketepatgunaan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Penggunaan bahan-bahan yang bervariasi menghasilkan dan meningkatkan
pencapaian akademik.
3) Keadaan siswa
Media akan efektif bila tidak tergantung dari beda inter individual antara siswa.
Misalnya kalau siswa tergolong tipe auditif/ visual maka siswanya tergolong
auditif dapat belajara dengan media visual dan siswa yang tergolong visual
dapat juga belajar dengan menggunakan media auditif.
4) Ketersediaan
Peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan
siswa dan guru.
5) Biaya
Biaya untuk menggunakan media hendaknya benar-benar seimbang dengan
hasil yang akan dicapai.
Menurut Dick dan Carey dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti
(2001:100-102) dalam bukunya menyajikan suatu kriteria pemilihan media sebagai
berikut :
1) Tujuan
Kalau yang ingin diajarkan suatu proses, maka media gerak merupakan pilihan
yang sesuai. Jika tujuannya hanya ingin memperkenalkan faktor atau konsep
tertentu, maka media foto, slide, atau realita adalah pilihan yang tepat.
2) Karakteristik siswa
Berapa jumlahnya? Dimana lokasinya? Bagaimana gaya belajarnya?
3) Karakteristik media
Dalam pemilihan media perlu memperhatikan kelebihan dan kelemahan
masing-masing media.
4) Alokasi waktu
Cukupkah waktu untuk kegiatan perancangan, pengembangan, pengadaan atau
penyajian?
5) Ketersediaan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tersediakah media itu? Tenaga pengelolanya?
6) Efektifitas
Apakah media yang digunakan efektif untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan ?
7) Kompatibilitas
Apakah penggunaan media itu tidak bertentangan dengan norma-norma yang
berlaku? Praktiskah? Bagaimana daya tahannya?
8) Biaya
Bagaimana efisiensi dan efektivitasnya?
Sementara itu, Daryanto (2010: 157) memberikan beberapa pertimbangan
dalam pemilihan media, adalah sebagai berikut :
1) Tujuan yang ingin dicapai, karakteristik siswa/ sasaran
2) Jenis rangsangan belajar yang diing