-
i
PENGARUH KREDIT BERMASALAH TERHADAP
PERPUTARAN KAS DAN LIKUIDITAS PADA BPR
KONVENSIONAL DI WILAYAH REGIONAL
JAWA TENGAH
Oleh :
ANDREAS ANDRAGUNA SINAGA
NIM : 232009060
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
-
ii
-
iii
-
iv
HALAMAN MOTTO
“Mintalah, maka akan diberikan
kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan
dibukakan bagimu”
-Matius 7:7-
“Every day is happy day and no day
without smile” -Andreas Sinaga-
“Untuk satu tujuan yang sama tidak
perlu memilih jalan yang lebih rumit” -Giras Camar-
“Opo ora eman duite gawe tuku Water of
Evil”
-Soimah-
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas
berkat, penyertaan dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan kertas kerja ini.
Kertas kerja ini dapat terselesaikan atas bantuan dari pihak-pihak yang
telah memberikan dukungan dan dorongan bagi penulis. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua Orang Tua Bapak Tumbur Sinaga dan Ibu Tio Napitupulu, tidak lupa
untuk adik-adik tercinta Daniel Parsaoran Sinaga dan Dian Putra Gustinus
Sinaga. Serta orang-orang terkasih Kakak Pipit, Uda Regar, Michael, Ustin,
Nathan, Kak Okto, Kak Anjaya, Kak Bella, Cik Nana, Jurefa Dongoran, John
dongoran, Marno Sigalingging dan Aninditya Pakpahan
2. Ibu Linda Ariany Mahastanti, SE, M.Sc selaku dosen pembimbing yang
dengan sabar selalu memberi nasehat, arahan dan petunjuk kepada penulis.
3. Seluruh pengajar dan staff pegawai FEB UKSW yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi.
4. Brian Alfa Rosa sebagai sahabat sejak SD, SMP, SMA, sampai bangku
perkuliahan dan lulus bersama-sama.
5. Sahabat penulis selama berkuliah, baik yang sudah lulus maupun yang masih
berjuang, Adiel, Giras, Erwan, Fuad, Nafi, Nelphy, Adit, Bofi, Adityo, Rendi,
Rian, Yulius, Arya, Tiar, Endhyka, Sani, Adi, Dian Paula, Paula, Astrid,
Monika, Mima, Rizky, Okta, Dewi, Ayu, Arron, Ian, Dimas R, Dimas C,
Wahyu, Rara, Xandra, Berny, Helmy, Murio, Ryonaldo, Hermanto, Steve,
serta teman-teman ORB Gereh Layur dan teman-teman seangkatan FEB 2009
yang tidak dapat saya sebut satu persatu. Terima kasih atas persahabatan,
masukan dan kebersamaan selama ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas
semua bantuannya.
Salatiga, 01 Agustus 2013
Penulis
-
vi
ABSTRACT
The objectives of this research is to know the influence of non performing loan
to cash turnover and liquidity of BPR in Central Java. In this research, there was
three variable, first, Non Performing Loan (NPL) as independent variable that
counted by the comparison of estimated unclaimed loan and the total of the loan.
Second, there was Cash Turnover as dependent variable that counted by the
comparison of total income from loan earning and average cash. Third, there was
Liquidity as dependent variable that counted by cash ratio. The samples consist of
244 financial report from conventional BPR that listed in Bank Indonesia’s
publication report 2012 in Central Java. The method used in this research was
reggresion analyze linear. The result of this research showed that : NPL has
significant influence to Cash Turnover and NPL have no significant influence to
Liquidity in 2012. It showed that NPL ratio need to be considered.
Keywords: Non Performing Loan, Cash Turnover, Liquidity
-
vii
SARIPATI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kredit bermasalah atau
Non Performing Loan (NPL) terhadap tingkat perputaran kas dan tingkat
likuiditas pada BPR yang berada di wilayah Regional Jawa Tengah. Dalam
penelitian ini ada tiga variabel yang digunakan, yaitu Non Performing Loan
(NPL) sebagai variabel independen yang dihitung dengan perbandingan kredit
macet dan kredit yang diragukan dengan total kredit yang dikeluarkan. Lalu ada
perputaran kas sebagai variabel dependen yang yang didapat dengan
perbandingan pendapatan yang diterima melalui pemberian kredit dengan kas
rata-rata. Dan likuiditas sebagai variabel dependen yang dihitung dengan cash
ratio. Sampel yang digunakan terdiri dari 244 laporan keuangan dari BPR
konvensional yang terdaftar pada laporan publikasi Bank Indonesia pada tahun
2012 di wilayah Regional Jawa Tengah. Pengaruh Non Performing Loan (NPL)
tehadap Perputaran kas dan Likuiditas diuji dengan analisis regresi linear. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap
perputaran kas, dan NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada
tahun 2012. Hal ini menunjukan bahwa rasio NPL suatu BPR perlu untuk
diperhatikan.
Kata Kunci: Kredit Bermasalah, Perputaran Kas, Likuiditas.
-
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………….. i
Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi ……………………………… ii
Halaman Persetujuan / Pengesahan ………………………………………….. iii
Halaman Motto ………………………………………………………………. iv
Halaman Persembahan ………………………………………………………. v
Abstract ……………………………………………………………………… vi
Saripati ………………………………………………………………………. vii
Daftar Isi …………………………………………………………………….. viii
Daftar Tabel …………………………………………………………………. x
Daftar Lampiran …………………………………………………………….. xi
Daftar Gambar ………………………………………………………………. xii
1. PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
Latar Belakang Masalah …………………………………………………... 1
Rumusan Masalah …………………………………………………………. 4
2. KERANGKA TEORITIS ………………………………………………….. 4
Konsep dan Definiendum Konsep …………………………………………. 5
Nalar Konsep ………………………………………………………………. 6
Kerangka Konsep ………………………………………………………….. 8
3. METODE PENELITIAN ………………………………………………….. 9
Populasi Dan Sampel ……………………………………………………… 9
Jenis dan Sumber Data .…………………………………………………… 9
Metode Pengumpulan Data .…………………………………………….... 9
Pengukuran Variabel ……………………………………………………… 10
-
ix
Teknik dan Langkah Analisis ……………………………………………. 10
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ………………………………… 12
Pengaruh NPL terhadap Perputaran Kas …...........……………….....…… 18
Pengaruh NPL terhadap Likuiditas .......……………………………......... 20
5. PENUTUP ……………………...……………………………………….. 22
Kesimpulan dan Saran …………………………………………………… 22
Keterbatasan Penelitian …………………………………………………….. 23
Saran Untuk Penelitian Mendatang …………………………………….. 23
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 24
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………… 26
-
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Data ...........…………………………………………….. 9
Tabel 2. Deskriptif Statistik. .………….…………………………………. 12
Tabel 3. Regresi ...................................................…………....................... 18
Tabel 4. Regresi .........……………………………………………………. 20
-
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Laporan Keuangan Publikasi BPR ...………………… 26
Lampiran 2. Tabel Uji Normalitas ..………………………………………... 30
Lampiran 3. Uji Regresi Linear NPL terhadap Perputaran Kas ….………... 31
Lampiran 4. Uji Regresi Linear NPL terhadap Likuiditas ...………………. 33
-
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konsep …………………………………………... 8
-
1
1. PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Pada masa-masa saat ini, hampir semua lapisan masyarakat maupun badan
usaha memerlukan dan menggunakan jasa dari jasa perbankan. Jasa perbankan
dianggap sebagai kebutuhan utama dan pusat dari perekonomian. Ini terkait
dengan fungsi utama bank, yaitu sebagai penghimpun dana dari masyarakat
yang selanjutnya akan disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit.
Adanya penyaluran kredit oleh bank kepada masyarakat menunjukkan
betapa pentingnya bidang perbankkan itu. Bidang perbankan merupakan salah
satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi karena bank merupakan
salah satu sumber untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan oleh
masyarakat dan badan usaha untuk dapat menjalankan kegiatan operasinya.
Maka bank dianggap sebagai sarana yang dipakai pemerintah untuk
memajukan perekonomian, dalam arti ikut serta membiayai masyarakat
melalui jasa pemberian kredit.
Kredit merupakan pemberian pinjaman berupa dana kepada pihak lain
yang mewajibkan peminjam untuk membayarnya kembali beserta bunganya
selama jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
Dalam penyaluran kredit, bank dihadapkan dengan risiko yang dapat
menyebabkan kredit tersebut menjadi macet dan bermasalah (Non Performing
Loan). Untuk dapat siap dari risiko tersebut maka bank harus melakukan
-
2
perencanaan dan analisis yang tepat agar bisa mendeteksi kemungkinan
terjadinya kredit macet dan bermasalah.
Menurut Basel Committee on Banking Supervision yang dapat diakses
pada website http://www.bis.org/publ/bcbs54.htm (diakses pada 28 Oktober
2012, Pukul 20:25), menyatakan bahwa: “Credit risk is most simply defined as
the potential that a bank borrower or counterparty will fail to meet its
obligations in accordance with agreed terms”. Basel Committee on Banking
Supervision, menyatakan bahwa risiko kredit yang paling sederhana
didefinisikan sebagai potensi bahwa pihak debitur gagal memenuhi
kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan (waktu jatuh
tempo).
Kredit bermasalah adalah salah satu bentuk dari risiko kredit pada bank.
Kredit yang bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan
pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan. Kredit bermasalah akan
berdampak pada jumlah persediaan kas sehingga jumlah kas yang berada di
bank akan tinggal sedikit, karena jumlah arus kas yang berasal dari kredit
yang seharusnya diterima tidak dibayar secara penuh.
Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk memenuhi
kemungkinan ditariknya dana dalam bentuk deposito/simpanan oleh
deposan/penitip. Dengan kata lain, suatu bank dikatakan likuid apabila dapat
memenuhi kewajiban penarikan dana dari para penitip dana maupun dari para
peminjam/debitur.
BPR merupakan salah satu jenis bank yang juga menghadapi risiko kredit.
BPR dinilai sangat rawan terkena dampak dari munculnya kredit yang
-
3
bermasalah karena aktivitas BPR yang tidak sama dengan aktivitas bank
konvensional. Aktivitas BPR menyalurkan dananya kepada peminjam dan
peminjam akan mengembalikan dana tersebut secara mengangsurnya dalam
tempo tertentu. Apabila kemampuan peminjam tidak sesuai dengan apa yang
telah diperhitungkan maka dampak dari risiko kredit bisa saja akan
menyebabkan pengaruh pada perputaran kas dan tingkat likuiditas BPR.
BPR di wilayah regional Jawa Tengah sangat rawan terkena dampak dari
munculnya kredit-kredit yang bermasalah. Ini bisa dilihat dari perhitungan
rata-rata tingkat rasio NPL sebesar 6,88% yang didapat dari laporan publikasi
BPR konvensional pada Bank Indonesia. Dengan nilai rata-rata sebesar 6,88%
ini BPR pada wilayah regional Jawa Tengah dianggap tidak sehat karena nilai
mempunyai nilai NPL yang lebih tinggi dari peraturan Bank Indonesia yaitu
maksimal 5% untuk dinyatakan sehat.
Dari uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk membuat
penelitian mengenai tingkat Non Performing Loan (NPL) pada BPR
konvensional yang berada di wilayah regional Jawa Tengah karena tingkat
NPL pada BPR konvensional yang berada di wilayah regional Jawa Tengah
lebih tinggi dari peraturan Bank Indonesia untuk dinyatakan sehat.
Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah supaya manajemen
BPR dapat lebih memperhatikan mengenai tingkat NPL dan melakukan
analisis yang tepat dalam penyaluran kredit. Sehingga tingkat kesehatan dan
kinerja dari BPR dapat sesuai dengan yang diharapkan dan menambah tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap BPR. Dengan tingkat kesehatan dan kinerja
-
4
BPR yang baik diharapkan kepercayaan nasabah yang mempercayakan
dananya untuk disalurkan kepada BPR akan meningkat.
Rumusan Masalah Penelitian
1. Apakah ada pengaruh antara kredit bermasalah terhadap perputaran kas
pada BPR di cakupan wilayah regional Jawa Tengah ?
2. Apakah ada pengaruh antara kredit bermasalah terhadap likuiditas pada
BPR di cakupan wilayah regional Jawa Tengah ?
2. KERANGKA TEORITIS
Penyaluran Kredit selalu mendatangkan manfaat yaitu pendapatan, namun
di sisi lain juga menimbulkan risiko dan ada kesempatan yang hilang karena
dana tidak dapat diputar karena masih ada di tangan peminjam.
Penyaluran kredit merupakan kegiatan usaha yang mendominasi
pengalokasian dana bank. Pengunaan dana untuk penyaluran kredit ini
mencapai 70%-80% dari volume usaha bank. Oleh karena itu, sumber utama
pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk
pendapatan bunga (Siamat, 2005).
Berdasarkan besarnya alokasi dana yang dikeluarkan bank untuk
menyalurkan kredit, maka manajemen bank hendaknya memberikan perhatian
dan analisis yang tepat dalam kegiatan menyalurkan kredit untuk dapat
meminimalkan risiko yang akan berdampak pada bank. Maka dari itu perlu
-
5
ditetapkan kriteria siapa saja yang layak diberikan kredit dan bagaimana cara
dan syarat pembayarannya.
Non Performing Loan (NPL) adalah perbandingan antara total kredit
bermasalah dengan total kredit yang di berikan kepada debitur. Bank
dikatakan mempunyai NPL yang tinggi jika banyaknya kredit yang
bermasalah lebih besar dari pada jumlah kredit yang diberikan kepada debitur.
Konsep dan Definiendum Konsep
Kredit Bermasalah
PSAK No. 31 Tahun 2009 Tentang Akuntansi Perbankan menyatakan
bahwa kredit bermasalah/kredit non performing pada umumnya merupakan
kredit yang pembayaran angsuran pokok dan atau bunganya telah lewat 90
(sembilan puluh) hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang
pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit non performing
terdiri atas kredit yang digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan,
dan macet.
Perputaran Kas
Perputaran kas dimulai saat kas diinvestasikan ke dalam kredit yang
disalurkan sampai pada saat kembali lagi menjadi kas yang tepat dan tidak
terlambat (Mulyono, 2000).
Likuiditas
Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan
ditariknya deposito oleh deposan ataupun kebutuhan masyarakat akan kredit
(Cross dan Hempel, 1973)
-
6
Menurut Burns (1991) likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu
bank untuk menghimpun sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan
dalam jangka waktu tertentu.
Pernyataan tersebut sependapat dengan Wood (1982) yang mengatakan
bahwa likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan
dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo dan memenuhi
permintaan kredit tanpa penundaan.
Nalar Konsep
Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Perputaran kas
Perputaran kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam
dalam kas dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas diketahui dengan
membandingkan antara jumlah pendapatan dan pemberian pinjaman dengan
jumlah kas rata-rata. Dengan demikian tingkat perputaran kas menunjukkan
kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas atau setara kas
menjadi kas kembali.
Untuk menentukan berapa jumlah persediaan kas yang sebaiknya harus
dipertahankan oleh suatu bank, belum ada standar rasio yang bersifat umum.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan bank untuk mengatasi permasalahan
ini yaitu diantaranya dengan melakukan manajemen kas yang baik melalui
pengelolaan perputaran kas yang baik.
Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) dapat mempengaruhi
perputaran kas. Apabila NPL muncul, yaitu ketika dana yang dialirkan BPR
kepada peminjam dana atau debitur belum kembali kepada BPR, maka BPR
tidak dapat mengalirkan dana lagi kepada debitur yang lain.
-
7
Akibat dari perputaran kas yang rendah maka jumlah dana yang berada di
BPR akan semakin berkurang dan bahkan bisa juga habis.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut.
H1= Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif
terhadap perputaran kas.
Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Likuiditas
Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu
indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi BPR. Salah satu fungsi BPR
adalah sebagai mediator atau penghubung antara pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana.
Pembayaran kredit oleh debitur merupakan sebuah keharusan agar
kegiatan operasional BPR tetap dapat berjalan dengan lancar. Apabila terjadi
banyak penunggakan pembayaran kredit oleh debitur maka BPR tidak bisa
mendapatkan kembali modal yang telah dikeluarkan, dan hal ini tentu saja
dapat mempengaruhi tingkat likuiditas BPR dan bisa berpengaruh pada
penurunan tingkat kepercayaan masyarakat kepada BPR.
Tingkat likuiditas BPR merupakan hal yang penting yang harus
diperhatikan secara tepat oleh manajemen BPR. Manajemen BPR diharuskan
memantau keadaan aktiva lancar yang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat likuiditas BPR.
Kredit bermasalah berpengaruh pada kemampuan BPR untuk
mengembalikan semua kewajiban-kewajiban jangka pendeknya pada saat
jatuh tempo. Semakin besar kredit yang bermasalah maka semakin tidak likuid
-
8
juga BPR tersebut, karena dia tidak dapat memenuhi permintaan kredit dari
peminjam.
Suatu BPR dikatakan likuid apabila BPR yang bersangkutan dapat
memenuhi kewajiban utangnya, dapat membayar kembali semua deposito,
serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa penangguhan.
Makin tidak likuid maka akan menimbulkan runtuhnya kepercayaan
masyarakat yang dapat menyebabkan penarikan dana dan menurunkan
kinerja.
Aspek likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan BPR tersebut mampu membayar kewajibannya dan membayar
kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang
diajukan tanpa terjadi penangguhan (Payamta dan Machfoedz, 1999).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut.
H2= Kredit bermasalah berpengaruh negatif terhadap likuiditas
Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep
Likuiditas
Kredit
Bermasalah
Perputaran Kas
-
9
3. METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh BPR di wilayah regional jawa
Tengah yang dipublikasikan di website Bank Indonesia. Sampel diambil
secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan
kriteria tertentu sesuai dengan keperluan. Kriteria yang digunakan adalah BPR
yang melaporkan laporan keuangannnya pada tahun 2012.
Tabel 1. Kriteria Data
KRITERIA JUMLAH
Data seluruh BPR di wilayah Jawa
Tengah
Tidak ada laporan keuangan tahun 2012
250
(6)
Data yang memenuhi kriteria 244
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
sumber datanya diperoleh dari website Bank Indonesia.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan
oleh Bank Indonesia melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id)
-
10
Pengukuran Variable
Kredit bermasalah dapat dihitung dengan menggunakan rumus Non
Performing Loan sebagai berikut (Manurung dan Raharja, 2006).
x 100%
Perputaran kas menurut Mulyono, (2000) dapat dihitung sebagai berikut:
Aspek likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan bank tersebut mampu membayar utang-utangnya dan membayar
kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang
diajukan tanpa terjadi penangguhan (Payamta dan Machfoedz, 1999)
Likuiditas bank dapat dilihat dengan menggunakan alat ukur cash ratio.
Cash Ratio menurut Jumingan (2008) dapat dihitung dengan rumus:
X 100%
Teknik dan Langkah Analisis
Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi, sebelumnya perlu dilakukan
pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar data sampel
yang diolah dapat benar-benar dapat mewakili populasi secara keseluruhan
Uji Normalitas
Uji Normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen maupun independen mempunyai distribusi normal atau
-
11
tidak, agar dapat digunakan untuk melanjutkan ke uji berikutnya yaitu uji
regresi linear. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji
kolmogrov smirnov. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah
normal sehingga dapat dilanjutkan untuk uji selanjutnya. Sebaliknya apabila
nilai probabilitas ≤ 0,05 maka data tidak berdistribusi normal sehingga harus
dilakukan penormalan data.
Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan dalam penelitian ini untuk menguji besar pengaruh
antara variabel independen (Kredit Bermasalah) dengan variabel dependen
(Perputaran Kas dan Likuiditas) dan menunjukkan arah pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependennya. Model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model Regresi Linear Sederhana. Dimana model regresi
untuk hipotesis pertama, yaitu:
Y1 = b0 + b1x1 + e
Sedangkan model regresi untuk hipotesis yang kedua adalah:
Y2 = b0 + b1x1 + e
Keterangan :
Y1 = Perputaran Kas
Y2 = Likuiditas
b0 = konstanta
b1 = koefisien regresi untuk x1
X1 = Kredit Bermasalah
E = error
-
12
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan hasil dari analisis data berdasarkan
pengamatan sejumlah variabel yang digunakan dalam model analisis regresi
linear untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara Non Performing
Loan (NPL) sebagai variabel independen terhadap tingkat perputaran kas dan
tingkat likuiditas sebagai variabel dependen.
Deskriptif Statistik
Tabel 2. Deskriptif Statistik
Variabel BPR Minimum Maksimum Mean
Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah
Non
Performing
Loan
(NPL)
185 59 0,04% 0,14% 48,37% 29,23% 7,288% 5,599%
Perputaran
Kas 185 59 1,75 0,55 1421,42 101,06 47,85 23,44
Likuiditas 185 59 0,13 0,23 251 39,88 9,011 5,156
Jumlah 244
Sumber : Hasil olahan, November 2013
Terdapat 3 variabel yang dipakai dalam peneitian ini yaitu NPL (Non
Performing Loan), Perputaran Kas, dan Likuiditas yang diperoleh dari 244
BPR konvensional wilayah regional Jawa Tengah, yang terdiri dari 185 BPR
konvensional milik swasta dan 59 BPR konvensional milik pemerintah.
Dari 185 BPR konvensional milik swasta yang berada dalam wilayah
regional Jawa Tengah, nilai NPL yang paling rendah terdapat pada BPR
Citanduy Artha yaitu sebesar 0,04%. Hal ini dapat terjadi karena besarnya
total kredit yang dikeluarkan oleh BPR Citanduy Artha adalah 25 kali lebih
-
13
besar dari pada total kredit bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit
macet yang dikeluarkan oleh BPR Citanduy Artha. Berbeda dengan BPR
milik swasta yang lainnya yang perbandingan total kreditnya tidak mencapai
25 kali dengan total kredit bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit
macetnya.
Sedangkan NPL yang paling tinggi terdapat pada BPR milik swasta adalah
BPR Sahabat Purwokerto sebesar 48,37% karena besarnya total kredit
bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit macet yang disalurkan oleh BPR
Sahabat Purwokerto hampir mencapai setengah kali dari total kredit yang
disalurkan. Besarnya nilai NPL rata-rata dari seluruh BPR konvensional milik
swasta yang berada dalam wilayah Regional Jawa Tengah adalah sebesar
7,288%.
Dari 59 BPR konvensional milik pemerintah yang berada di wilayah
Regional Jawa Tengah, nilai NPL terendah terdapat pada BPR Bank
Purworejo yaitu sebesar 0,14%. Hal ini dapat terjadi karena besarnya total
kredit yang dikeluarkan oleh BPR Citanduy Artha adalah lebih dari 6 kali
lebih besar dari pada total kredit bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit
macet yang dikeluarkan oleh BPR Bank Purworejo. Berbeda seperti BPR
milik pemerintah yang lainnya yang perbandingan total kreditnya tidak
mencapai lebih dari 6 kali dengan total kredit bermasalah, kredit yang
diragukan dan kredit macetnya.
Sedangkan NPL paling tinggi yang terdapat pada BPR milik pemerintah
adalah BPR BP Kota Tegal sebesar 29,23% karena besarnya total kredit
bermasalah, kredit yang diragukan dan kredit macet yang disalurkan oleh BPR
-
14
BP Kota Tegal mencapai lebih dari seperempat kali dari total kredit yang
disalurkan. Besarnya nilai NPL rata-rata dari seluruh BPR konvensional milik
pemerintah yang berada dalam wilayah Regional Jawa Tengah adalah sebesar
5,599%.
Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April
2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menyatakan
bahwa semakin tinggi nilai NPL (di atas 5%) maka bank tersebut dinyatakan
mempunyai NPL yang tinggi atau dengan kata lain tidak sehat. Bedasarkan
uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa rata-rata BPR konvensional yang
berada di wilayah regional Jawa Tengah baik yang dimiliki oleh swasta
maupun pemerintah merupakan BPR yang tidak sehat.
Pada variabel Perputaran kas yang dihitung dengan rumus pendapatan
operasional dibagi dengan rata-rata kas, BPR milik swasta yang mempunyai
tingkat perputaran kas yang paling rendah terdapat pada BPR Arismentari
Ayu yaitu sebesar 1,75 kali, nilai ini diperoleh dari hasil bagi antara
pendapatan operasional dari BPR Arismentari Ayu dengan rata-rata kas yang
dimiliki oleh BPR Arismentari Ayu. BPR Arismentari Ayu memiliki tingkat
perputaran kas yang paling rendah dari antara BPR milik swasta yang lainnya,
nilai ini perlu untuk ditingkatkan lagi karena tingkat perputaran kas yang
rendah dan tidak efisien yang bisa menghambat kinerja dan mempengaruhi
kesehatan BPR yang akan berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan
masyarakat pada BPR Arismentari Ayu.
Sedangkan tingkat perputaran kas yang paling tinggi pada BPR milik
swasta terdapat pada BPR Wira Ardana Sejahtera yaitu sebesar 1421,42 kali.
-
15
Kondisi perputaran kas tinggi ini dapat terjadi karena besarnya nilai
pendapatan operasional yang lebih besar dari pada rata-rata kas yang dimiliki.
Karena kondisi perputaran kas yang tinggi dari BPR Wira Ardana Sejahtera
maka penggunaan kas pada BPR Wira Ardana Sejahtera dinilai sangat efisien
sehingga tidak ada kas yang menumpuk terlalu banyak dan tidak
dipergunakan.
Tingkat perputaran kas rata-rata pada seluruh BPR konvensional milik
swasta yang berada dalam wilayah Regional Jawa Tengah adalah sebesar
47,85 kali. Dengan nilai tingkat perputaran kas rata-rata yang cukup tinggi,
maka BPR konvensional milik swasta yang berada wilayah regional Jawa
Tengah dapat dinyatakan efisien dalam mengelola kas karena sedikit kas yang
menumpuk dan kas digunakan secara efisien.
BPR milik pemerintah yang mempunyai tingkat perputaran kas yang
paling rendah terdapat pada BPR BKK Mandiraja yaitu sebesar 0,55 kali, nilai
ini diperoleh dari hasil bagi antara pendapatan operasional dari BPR BKK
Mandiraja dengan rata-rata kas yang dimiliki oleh BPR BKK Mandiraja. BPR
BKK Mandiraja memiliki tingkat perputaran kas yang paling rendah dari
antara BPR milik pemerintah yang lainnya, ini merupakan keadaan yang tidak
baik bagi BPR BKK mandiraja, karena tingkat perputaran kas yang rendah
sehingga penggunaan kas dirasa tidak efisien yang bisa menghambat kinerja
dan mempengaruhi kesehatan BPR yang akan berdampak pada menurunnya
tingkat kepercayaan masyarakat pada BPR BKK Mandiraja.
Sedangkan tingkat perputaran kas pada BPR milik pemerintah yang paling
tinggi terdapat pada BPR Bank Pasar Kota Semarang yaitu sebesar 101,06
-
16
kali. Kondisi perputaran kas tinggi ini dapat terjadi karena besarnya nilai
pendapatan operasional yang lebih besar dari pada rata-rata kas yang dimiliki.
Karena kondisi perputaran kas yang tinggi dari BPR Bank Pasar Kota
Semarang maka penggunaan kas pada BPR Bank Pasar Kota Semarang dinilai
sangat efisien sehingga tidak ada kas yang menumpuk terlalu banyak dan
tidak dipergunakan.
Tingkat perputaran kas rata-rata pada seluruh BPR konvensional milik
pemerintah yang berada dalam wilayah Regional Jawa Tengah adalah sebesar
23,44 kali. Dengan nilai tingkat perputaran kas rata-rata yang cukup tinggi,
maka BPR konvensional milik pemerintah yang berada di wilayah regional
Jawa Tengah dapat dinyatakan efisien dalam mengelola kas karena sedikit kas
yang menumpuk dan kas dipergunakan secara efisien.
Sedangkan pada variabel likuiditas yang dihitung menggunakan cash
ratio, dengan rumus kas dibagi dengan kewajiban lancar. Tingkat likuiditas
terendah yang terdapat pada BPR milik swasta adalah BPR Mitra Banaran
Mandiri sebesar 0,13. Tingkat likuiditas yang rendah yang dimiliki oleh BPR
Mitra Banaran Mandiri terjadi karena besarnya nilai kas yang lebih kecil
dibanding nilai kewajiban lancarnya.
Kondisi seperti itu merupakan kondisi yang tidak sehat bagi BPR karena
BPR dinyatakan tidak liquid dan tidak dapat membayar seluruh kewajiban-
kewajiban yang harus segera dibayar, kondisi ini dapat berdampak
menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat yang mempercayakan dananya
kepada BPR Mitra Banaran Madiri.
-
17
Sedangkan tingkat likuiditas tertinggi pada BPR milik swasta terdapat
pada BPR Panasayu Arthalayan Sejahtera sebesar 251. Tingginya tingkat
likuiditas BPR Panasayu Arthalan Sejahtera disebabkan oleh nilai kas yang
lebih besar dari pada nilai kewajiban lancarnya, yang dengan kata lain BPR
Panasayu Arthalan Sejahtera merupakan BPR yang liquid yang dapat
membayar seluruh kewajiban lancarnya.
Tingkat likuiditas rata-rata pada seluruh BPR konvensional milik swasta
di wilayah regional Jawa Tengah adalah sebesar 9,011. Nilai rata-rata
likuiditas pada BPR milik swasta yang berada di wilayah regional Jawa
Tengah cukup tinggi, sehingga rata-rata BPR milik swasta yang berada di
wilayah regional Jawa Tengah merupakan BPR yang liquid yang dapat
membayar seluruh kewajiban lancarnya.
Sedangkan tingkat likuiditas terendah yang terdapat pada BPR milik
pemerintah adalah BPR Bank Magelang sebesar 0,23. Tingkat likuiditas yang
rendah yang dimiliki oleh BPR Bank Magelang terjadi karena besarnya nilai
kas yang lebih kecil dibanding nilai kewajiban lancarnya.
Kondisi seperti itu merupakan kondisi yang tidak sehat bagi BPR karena
BPR dinyatakan tidak liquid dan tidak dapat membayar seluruh kewajiban-
kewajiban yang harus segera dibayar, kondisi ini dapat berdampak
menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat yang mempercayakan dananya
kepada BPR Bank Magelang.
Sedangkan tingkat likuiditas tertinggi pada BPR milik pemerintah terdapat
pada BPR Bank Karanganyar sebesar 39,88. Tingginya tingkat likuiditas BPR
Bank Karanganyar disebabkan oleh nilai kas yang lebih besar dari pada nilai
-
18
kewajiban lancarnya, yang dengan kata lain BPR Bank Karanganyar
merupakan BPR yang liquid yang dapat membayar seluruh kewajiban
lancarnya.
Tingkat likuiditas rata-rata pada seluruh BPR konvensional milik
pemerintah di wilayah regional Jawa Tengah adalah sebesar 5,156. Nilai rata-
rata likuiditas pada BPR milik pemerintah yang berada di wilayah regional
Jawa Tengah cukup tinggi, sehingga rata-rata BPR milik pemerintah yang
berada di wilayah regional Jawa Tengah merupakan BPR yang liquid yang
dapat membayar seluruh kewajiban lancarnya.
Pengaruh NPL terhadap Perputaran Kas
Hasil pengolahan data dengan SPSS Versi 18.0 maka diperoleh hasil seperti
tabel dibawah ini.
Tabel 3. Regresi
Model Unstandarized
Coefficients
Sig.
B
Constant 3,345 0,000
NPL -0,102 0,077
R-square 0,013
Variabel Dependen : Perputaran kas
Sumber : Hasil olahan, November 2013
Nilai koefisien regresi yang menunjukkan pengaruh antara kredit
bermasalah atau NPL dan perputaran kas sebesar -0,102. Negatifnya nilai
koefisien regresi menunjukkan bahwa peningkatan kredit bermasalah akan
-
19
menurunkan perputaran kas. Sehingga semakin tinggi tingkat kredit
bermasalah maka tingkat perputaran kas akan semakin rendah, karena
semakin kecil jumlah pendapatan operasional dari penyaluran kredit. Begitu
pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kredit bermasalah maka tingkat
perputaran kas akan semakin tinggi, karena semakin besar jumlah pendapatan
operasional dari penyaluran kredit.
Berdasarkan hasil regresi linear dari variabel perputaran kas dengan
koefisien regresi sebesar -0,102 dan konstanta sebesar 3,345 maka dapat
dibuat model regresi linear sebagai berikut:
Perputaran Kas = 3,345 + (-0,102)NPL + e
Tingkat signifikansi Non Performing Loan (NPL) terhadap kredit
bermasalah dapat dilihat dari hasil output SPSS yang memberikan nilai
signifikansi sebesar 0,077. Pada tingkat keyakinan 90%, Non Performing
Loan (NPL) berpengaruh signifikan terhadap perputaran kas karena nilai
signifikansi sebesar 0,077
-
20
Besarnya kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen dari
NPL terhadap Perputaran Kas dapat dilihat dari nilai R-square pada tabel yaitu
sebesar 0.013 atau 1,3% dan selebihnya 98,7% dipengaruhi oleh faktor
lainnya di luar penelitian ini.
Pengaruh NPL tehadap Likuiditas
Hasil pengolahan data dengan SPSS Versi 18.0 maka diperoleh hasil seperti
tabel dibawah ini.
Tabel 4. Regresi
Model Unstandarized
Coefficients
Sig.
B
Constant 0,881 0,000
NPL 0,115 0,167
R-square 0,008
Variabel Dependen : Likuiditas
Sumber : Hasil olahan, November 2013
Nilai koefisien regresi yang menunjukkan pengaruh antara kredit
bermasalah dan likuiditas sebesar 0,115. Dengan kata lain NPL memiliki
pengaruh yang positif terhadap likuiditas.
Berdasarkan hasil regresi linear dari variabel likuiditas dengan koefisien
regresi sebesar 0,115 dan konstanta sebesar 0,881 maka dapat dibuat model
regresi linear sebagai berikut:
Likuiditas = 0,881 + 0,115NPL + e
-
21
Tingkat signifikansi Non Performing Loan (NPL) terhadap kredit
bermasalah dapat dilihat dari hasil output SPSS yang memberikan nilai
signifikansi sebesar 0,167. Ini menunjukakan bahwa pengaruh antara Non
Performing Loan (NPL) terhadap Likuiditas adalah tidak signifikan walaupun
pada tingkat keyakinan sebesar 90%, Non Performing Loan (NPL) karena
nilai signifikansi sebesar 0,077
-
22
5. PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan pada hasil pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengaruh dari tingkat NPL adalah negatif dan signifikan terhadap tingkat
perputaran kas pada BPR yang berada di wilayah regional Jawa Tengah.
2. Pengaruh dari tingkat NPL adalah tidak signifikan terhadap tingkat
likuiditas pada BPR yang berada di wilayah Regional Jawa Tengah.
Mengingat hasil penelitian pengaruh NPL terhadap tingkat perputaran kas
adalah signifikan maka manajemen BPR yang ada pada wilayah regional Jawa
Tengah hendaknya lebih memperhatikan risiko-risiko yang diakibatkan oleh
besarnya NPL supaya tingkat perputaran kas mempunyai nilai yang baik dan
meminimalkan risiko kehabisan kas yang dapat menghambat penyaluran
kredit terhadap nasabah.
Dan walaupun hasil penelitian NPL terhadap tingkat likuiditas adalah
tidak signifikan akan tetapi bukan berati manajemen mengabaikan tingkat
NPL mengingat peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12
April 2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum
menyatakan bahwa semakin tinggi nilai NPL (di atas 5%) maka bank tersebut
dinyatakan tidak sehat.
Jadi sebaiknya manajemen BPR mengusahakan analisis yang tepat dalam
penyaluran kredit sehingga nilai NPL pada BPR pada regional Jawa Tengah
dapat berada dibawah 5% sehingga dapat dinyatakan BPR yng berada di
wilayah regional Jawa Tengah merupakan BPR yang sehat.
-
23
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini bukanlah penelitian yang sempurna, penelitian ini masih
memiliki keterbatasan, diantaranya: pengunaan data yang hanya pada satu
periode waktu sehingga membuat kemungkinan ada penggunaan window
dressing sehingga dapat menyebabkan terjadinya distorsi akuntansi.
Saran Untuk Penelitian Mendatang
Mengingat adanya keterbatasan dengan penelitian ini, maka hendaknya
dalam penelitian yang akan datang menggunakan periode waktu yang tidak
hanya di dalam satu periode waktu untuk menghindari kemungkinan adanya
penggunaan window dressing.
-
24
Daftar Pustaka
Abiwodo. Salim, Ubud dan Swasto, Bambang., (2004) ,”Pengaruh Modal,
Kualitas Aktiva Produktif, Rentabilitas, dan Likuiditas terhadap Rasio
Laba Bersih Industri Perbankan yang Go Public di Indonesia”, Jurnal
Aplikasi Manajemen:Vol 2, No 2
Crosse, Howard D. and George H. Hempel., (1973) ,”Management Policies for
Commercial Bank”, Prentice-Hall.
Dahlan.Siamat., (2005) ,”Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi Kelima.
Jakarta: LPFE UI.
Greg. Anggana L., (1996) ,”PERANAN MANAJEMEN LIKUIDITAS BAGI
INDUSTRI PERBANKAN”, Gema Stikubank.
Jumingan., (2008), ”Analisis Laporan Keuangan”, Cetakan Kedua. Jakarta: Bumi
Aksara.
Komang. Darmawan., (2004) ,"Analisis Rasio-Rasio Bank," Info Bank, Juli, 18-
21.
Mandala. Manurung, Prathama. Raharja., (2006) ,”Uang, Perbankan dan Ekonomi
Moneter”. Jakarta: Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Payamta, dan Machfoedz, M., (1999) ,”Evaluasi Kinerja perusahaan Perbankan
sebelum dan sesudah Menjadi Perusahaan Publik di Bursa Efek
Jakarta”, KELOLA No. 20/VIII/ 1999.
Teguh. Pudjo Mulyono., (2000) ,”Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan”,
Edisi Revisi, Jakarta: Djambatan.
Yusnita. Rita Tri., (2011) ,”PENGARUH KREDIT BERMASALAH
TERHADAP PERPUTARAN KAS DAN DAMPAKNYA
TERHADAP LIKUIDITAS”, Jurnal Akuntansi: Vol 6, No 2
-
25
Widianti. Rita, Ekawati. Henny, Atahau. Apriani Dorkas Rambu, Sucahyo. Usil
Sis., (2006) ,”MANAJEMEN KEUANGAN”, Salatiga: Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana
-
26
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Contoh Data Laporan Keuangan Publikasi BPR
PD. BPR BKK Ungaran
JL. M YAMIN NO. 1 UNGARAN
Periode: Desember - 2012
LAPORAN NERACA
(Ribuan Rp.)
No Pos-Pos Posisi Desember
2012
Posisi Desember
2011
AKTIVA
1 Kas 1,636,766 2,566,043
2 Sertifikat Bank Indonesia 0 0
3 Antarbank Aktiva
a. Pada bank umum 25,948,083 18,160,214
b. Pada BPR 49,105 161,717
4 Kredit yang diberikan
a. Pihak terkait 677,841 760,513
b. Pihak tidak terkait 134,358,870 148,397,618
5 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif -/- 5,794,168 5,122,583
6 Aktiva dalam valuta asing 0 0
7 Aktiva tetap dan inventaris
a. Tanah dan gedung 724,716 778,791
b. Akumulasi penyusutan gedung -/- 424,426 417,982
c. Inventaris 3,559,201 3,408,074
d. Akumulasi penyusutan inventaris -/- 3,037,174 2,821,475
8 Aktiva Lain-lain 1,747,964 1,761,155
Jumlah Aktiva 159,446,778 167,632,085
-
27
No Pos-Pos Posisi Desember
2012
Posisi Desember
2011
PASSIVA
1 Kewajiban-kewajiban yang segera dapat dibayar 295,168 353,761
2 Tabungan
a. Pihak terkait 110,132 416,554
b. Pihak tidak terkait 39,135,834 37,761,095
3 Deposito berjangka
a. Pihak terkait 3,018,815 2,423,765
b. Pihak tidak terkait 65,884,076 65,818,816
4 Kewajiban kepada Bank Indonesia 0 0
5 Antarbank pasiva 27,296,579 39,147,696
6 Pinjaman yang diterima 0 0
7 Pinjaman subordinasi 0 0
8 Rupa-rupa Pasiva 1,809,252 1,810,432
9 Ekuitas :
a. Modal dasar 50,000,000 25,000,000
b. Modal yang belum disetor -/- 38,152,503 13,652,502
c. Agio 0 0
d. Disagio -/- 0 0
e. Modal sumbangan 0 0
f. Modal pinjaman 0 0
g. Dana setoran modal 0 0
h. Cadangan revaluasi aktiva tetap 0 0
i. Cadangan umum 2,996,040 2,356,892
j. Cadangan tujuan 1,226,063 719,387
k. Laba yang ditahan -248,872 241,853
l. Saldo Laba (Rugi) tahun berjalan 6,076,194 5,234,336
Jumlah Pasiva 159,446,778 167,632,085
-
28
Laporan Laba Rugi
(Ribuan Rp.)
No Pos-Pos Posisi Desember
2012
Posisi Desember
2011
1 Pendapatan Operasional
2 - Bunga 27,150,778 27,146,799
3 - Provisi dan Komisi 711,846 893,653
4 - Lainnya 1,907,571 2,453,070
5 Jumlah Pendapatan Operasional 29,770,195 30,493,522
6 Pendapatan Non Operasional 137,466 209,137
7 Jumlah Pendapatan 29,907,661 30,702,659
8 Beban Operasional
9 - Beban Bunga 10,556,914 12,685,287
10 - Beban Administrasi dan Umum 1,346,735 1,356,175
11 - Beban Personalia 7,229,433 7,039,726
12 - Penyisihan Aktiva Produktif 1,235,005 1,220,706
13 - Beban Operasional Lainnya 1,504,371 1,625,556
14 Jumlah Beban Operasional 21,872,458 23,927,450
15 Beban Non Operasional 144,676 111,275
16 Jumlah Beban 22,017,134 24,038,725
17 Laba/Rugi sebelum Pajak Penghasilan (PPh) 7,890,527 6,663,934
18 Taksiran Pajak Penghasilan 1,814,333 1,429,598
19 Laba/Rugi Tahun Berjalan 6,076,194 5,234,336
Laporan Komitmen dan Kontinjensi
(Ribuan Rp.)
No Pos-Pos Posisi Desember
2012
Posisi Desember
2011
1 Fasilitas pinjaman yang diterima dan belum ditarik 0 0
2 Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik 0 0
3 Lain-Lain 0 0
-
29
Jumlah Komitmen 0 0
1 Pendapatan bunga dalam penyelesaian 4,776,910 4,306,541
2 Lain-Lain 5,616,173 5,701,687
Jumlah Kontinjensi 10,393,083 10,008,228
Laporan Kualitas Aktiva Produktif & Informasi Lainnya
(Ribuan Rp.)
Keterangan L KL D M Jumlah
1. Penempatan pada bank lain 19,206,058 0 0 0 19,206,058
2. Kredit yang diberikan 0 0 0 0 0
a. Kepada pihak terkait 677,841 0 0 0 677,841
b. Kepada pihak tidak terkait 125,626,000 1,318,339 1,174,013 6,240,518 134,358,870
3. Jumlah aktiva produktif 145,509,899 1,318,339 1,174,013 6,240,518 154,242,769
4. NPL net (%) - - - - 2.72
5. Rasio KPMM (%) - - - - 18.21
6. Loan to Deposit Ratio / LDR (%) - - - - 89.28
7. Return on Asset / ROA (%) - - - - 4.89
PENGURUS BANK PEMILIK BANK
Dewan Komisaris:
Prasetyo Aribowo
Drs. Husen
Pemegang Saham:
Direksi:
DR. H. Zarul, S.Ag, SH, M.Si
Sugiarso, SH
Suryo Widodo, Akt, M.Si
Pemegang Saham Pengendali:
Pemerintah Propinsi Jawa Tenga
Pemerintah Kabupaten Semarang
-
30
Lampiran 2
Tabel Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
NPL PERPUTARAN_KAS LIKUIDITAS
N 244 244 244
Normal Parametersa,b
Mean 1.4718 3.1953 1.0504
Std. Deviation 1.05105 .94323 1.36442
Most Extreme Differences Absolute .059 .042 .043
Positive .035 .042 .043
Negative -.059 -.042 -.029
Kolmogorov-Smirnov Z .914 .653 .676
Asymp. Sig. (2-tailed) .374 .788 .750
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
-
31
Lampiran 3
Uji Regresi Linear NPL terhadap Perputaran Kas
Variables Entered/Removedb
Model Variables
Entered
Variables
Removed Method
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 NPLa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: PERPUTARAN_KAS
Model Summary
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .113a .013 .009 .93907
-
32
Model Summary
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .113a .013 .009 .93907
a. Predictors: (Constant), NPL
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.782 1 2.782 3.154 .077a
Residual 213.410 242 .882
Total 216.191 243
a. Predictors: (Constant), NPL
b. Dependent Variable: PERPUTARAN_KAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.345 .104 32.292 .000
NPL -.102 .057 -.113 -1.776 .077
a. Dependent Variable: PERPUTARAN_KAS
-
33
Lampiran 4
Uji Regresi Linear NPL terhadap Likuiditas
Variables Entered/Removedb
Model Variables
Entered
Variables
Removed Method
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 NPLa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: LIKUIDITAS
Model Summary
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .089a .008 .004 1.36183
-
34
Model Summary
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .089a .008 .004 1.36183
a. Predictors: (Constant), NPL
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.568 1 3.568 1.924 .167a
Residual 448.810 242 1.855
Total 452.378 243
a. Predictors: (Constant), NPL
b. Dependent Variable: LIKUIDITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .881 .150 5.863 .000
NPL .115 .083 .089 1.387 .167
a. Dependent Variable: LIKUIDITAS
-
35