1
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, CURRENT RATIO (CR), DEBT
TO EQUITY RATIO (DER), TOTAL ASSET TURNOVER (TAT), DAN RETURN
ON ASSET (ROA) TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI
(Pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014)
Nike Aprianty, H.Achmad Uzaimi, Lia Suprihartini
110462201203
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial,
Current Ratio (CR), Debt to Equity (DER), Total Asset Turnover (TAT), dan Return
on Asset (ROA) Terhadap Peringkat Obligasi (Pada Perusahaan Non Keuangan yang
terdaftar di BEI tahun 2011-2014). Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif
yang berupa laporan keuangan perusahaan non keuangan periode 2011-2014 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014. Sampel menggunakan metode
purposive sampling dengan jumlah 17 sampel perusahaan. Teknik analisis data
menggunakan analisis Regresi Logistik (logistic regression), dikarenakan variabel
dependen menggunakan variabel dummy.
Hasil penelitian ini menunjukkan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
terhadap peringkat obligasi. Sedangkan Kepemilikan Manajerial, Current Ratio (CR),
Total Asset Turnover (TAT), dan Return on Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap
peringkat obligasi.
Kata kunci : Peringkat Obligasi, Kepemilikan Manajerial, Current Ratio, Debt
to Equity, Total Asset Turnover dan Return on Assets
2
PENDAHULUAN
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi saat ini, pasar modal menjadi pilihan
bagi kalangan masyarakat yang berkeinginan untuk berinvestasi dengan harapan
mendapatkan keuntungan dimasa mendatang. Menurut Widoatmodjo (2012:15) Pasar
Modal memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi diberbagai negara,
terutama dinegara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Sebab, pasar modal
dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan atau dengan kata
lain berkembangnya pasar modal akan mendorong pula kemajuan ekonomi suatu
negara.
Dalam mengatur kegiatan Pasar Modal di Indonesia, Menteri Keuangan
membawahi Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangam (BAPEPAM
LK) yang mana lembaga ini membantu pemerintah untuk mewujudkan industri Pasar
Modal dan lembaga keuangan non bank yang sehat sehingga dapat menjadi
penggerak Perekonomian Indonesia (Martalena, 2011). Bermacam-macam lembaga
Pasar Modal yang ada di Indonesia seperti Bursa Efek Indonesia, Biro Administrasi
Efek, Pemeringkat Efek, dan lain-lainnya. Namun lembaga Pasar Modal yang paling
terkenal saat ini adalah Bursa Efek Indonesia dan Pemeringkat Efek Indonesia.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan dipasar modal merupakan
instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari satu tahun) seperti saham,
obligasi, dan lain-lain. Tetapi hanya beberapa yang populer saat ini yaitu investasi
dalam (saham) dan investasi dalam surat utang (obligasi). Beberapa perusahaan ada
3
yang menerbitkan saham dan obligasinya, namun juga ada perusahaan yang hanya
menerbitkan salah satu dari investasinya saja.
Meskipun obligasi relatif lebih aman daripada saham, namun obligasi juga
memiliki risiko yaitu default risk. Default risk adalah risiko tidak terbayarnya bunga
dan pokok utang. Sehingga untuk mencegah terjadinya risiko tersebut, sebaiknya
investor memperhatikan peringkat obligasi. Investor obligasi memerlukan informasi
yang dapat dijadikan acuan dalam mengkomunikasikan keputusan investasinya.
Sehingga informasi keuangan suatu entitas bisnis yang berkualitas sangat diperlukan
sebagai pertanggungjawaban atas pengelolaan dana yang ditanamkan. Peringkat
obligasi yang diumumkan kepublik dapat mengurangi asimetris informasi antara
perusahaan penerbit obligasi dan investor (Zuhrotun dan Baridwan, 2005).
Menurut Brigham (2006:373) Sejak awal tahun 1900-an, obligasi telah
diberikan peringkat mutu yang mencerminkan kemungkinan untuk mengalami gagal
bayar. Tiga agen pemeringkat utama adalah Moody’s Investors Service (Moody’s),
Standart % Poor’s Corporation (S&P) dan Fitch Investors Services. Sedangkan
menurut M.Fakhruddin (2008: 29) Di Indonesia terdapat beberapa lembaga yang
berperan sebagai pemeringkat efek yaitu: PT PEFINDO, PT Kasnic Duff & Phelps
Credit Rating Indonesia dan Fitch Rating. Namun saat ini lembaga Pemeringkat Efek
Indonesia yang paling dikenal adalah PT.PEFINDO, dikarenakan perusahaan yang
menerbitkan obligasinya di Bursa Efek Indonesia hampir seluruhnya mendapatkan
peringkat dari PT.PEFINDO.
4
Kepemilikan Manajerial para pemegang saham yang mempunyai kedudukan
di manajemen perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris
disebut juga sebagai kepemilikan manajerial (managerial ownership). Untuk
mengukur kinerja keuangan dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap
rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu (Kasmir, 2011)
Ada beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chandra Ly
Dali,dkk (2015) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Rasio Keuangan
terhadap Peingkat Obligasi hasil penelitiannya bahwa Dewan Komisaris tidak
berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi sedangkan Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajerial, Komisaris Indenpenden, Komite Audit, CGPI, Leverage,
Likuiditas, Profitabilitas berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi. Penelitian lain
oleh Alfiani (2013) pengaruh Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas,
dan Ukuran Perusahan terhadap Peringkat Obligasi. Temuan hasil penelitiannya
bahwa Rasio Solabilitas, Rasio Aktivitas tidak berpengaruh terhadap Peringkat
Obligasi sedangkan Rasio Likuiditas dan Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap
Peringkat Obligasi.
Sedangkan penelitian Amalia (2013) mengenai Pemeringkat Obligasi
PT.Pefindo: Berdasarkan informasi keuangan bahwa Variabel leverage berpengaruh
negatif dan berpengaruh positif , Variabel profitability yang diukur dengan return on
asset berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi di PT PEFINDO. Variabel
liquidity tidak berpengaruh, Variabel profitability yang diukur dengan return on
5
equity tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi di PT PEFINDO. Penelitian dari
Sunarjanto dan Tulasi (2013) Kemampuan Rasio Keuangan dan Corporate
Governance memprediksi peringkat obligasi pada perusahaan consumer good bahwa
dari empat rasio yang diaplikasikan untuk memprediksi variabilitas peringkat obligasi
yakni Current Ratio, Long-term debt ratio, Total Asset Turnover, Return on Asset,
hanya Variabel Total Aseet Turnover dan Return on Asset yang memiliki hubungan
positif dengan variabilitas obligasi perusahaan.
Selanjutnya peneilitian Rasyid dan Konstaman (2013) Analisis Pengaruh
Mekanisme Good Corporate Governance dan Profitabilitas Perusahaan terhadap
Peringkat Obligasi yakni variabel Kepemilikan Institusional, kepemilikan manajerial,
dewan komisaris indenpenden tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi,
sedangkan jumlah komite audit, kualitas audit, profitabilitas yang diproksikan Return
on Asset (ROA) berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Penelitian Maharti dan
Daljono (2011) analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi hasilnya
yaitu Profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, leverage tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi dan Jaminan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Ada beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu periode penelitian, perusahaan yang dijadikan sampel serta variabel
yang digunakan. Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini mengambil
judul:
“PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, CURRENT RATIO (CR),
DEBT TO EQUITY RATIO (DER), TOTAL ASSET TURNOVER (TAT), DAN
6
RETURN ON ASSET (ROA) TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI (Pada
Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI periode tahun 2011-2014)”
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Teori Signal
Menurut Zuhrotun dan Baridwan (2005) Teori Signal menjelaskan mengenai
mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan
keuangan kepada pihak eksternal, hal ini untuk mengurangi asimetri informasi.
Informasi yang dipublikasikan seperti peringkat obligasi. Sehingga dapat menjadi
sinyal kondisi perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi
sehubungan dengan utang yang dimiliki perusahaan.
Obligasi
Menurut Bursa Efek Indonesia mendefinisikan obligasi sebagai surat utang
jangka menengah-panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi janji dari pihak
yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan
melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli
obligasi tersebut. Sedangkan menurut Drs.Martono (2005:36) Obligasi merupakan
surat pengakuan hutang berjangka panjang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau
pemerintah. Pihak yang mengeluarkan obligasi tersebut berarti mempunyai hutang
kepada pihak yang membelinya. Sebaliknya pihak yang membeli obligasi tersebut
disebut sebagai investor (dalam hal ini bertindak sebagai kreditur) bagi pihak yang
mengeluarkannya.
7
Karakteristik Obligasi
Adapun karakteristik Obligasi (Bursa Efek Indonesia) yaitu :
1. Nilai Nominal (Face Value).
2. Kupon (the Interest Rate).
3. Jatuh Tempo (Maturity).
4. Penerbit/Emiten (Issuer.
Resiko Obligasi
Meskipun termasuk surat berharga dengan tingkat risiko relatif rendah, namun
obligasi tetap mengandung beberapa resiko diantaranya yaitu (Martalena, 2011) :
1. Gagal Bayar (default).
2. Resiko Tingkat Suku Bunga (Interest rate risk).
3. Capital Loss.
4. Callability.
Peringkat Obligasi ( Credit Ratings )
Seorang investor yang hendak membeli obligasi tentunya harus
memperhatikan peringkat obligasi (credit ratings). Peringkat obligasi merupakan
skala resiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan
seberapa aman suatu obligasi bagi investor. Keamanan ini ditunjukkan dari
kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman
(Sunarjanto dan Tulasi, 2013).
8
Pemeringkatan Efek Indonesia ( PT.PEFINDO )
Obligasi sebagai salah satu produk investasi, selain memberikan keuntungan
juga berpotensi menimbulkan kerugian atas investasi tersebut. Untuk mengurangi
resiko tersebut diperlukan pihak ketiga sebagai penyedia informasi tentang kinerja
keuangan, manajemen, bisnis dan kondisi industri emiten obligasi tersebut. Sehingga
pihak institusi yang memberikan evaluasi dan penilaian atas kinerja emiten disebut
Lembaga Pemeringkat ( Rating Company ) (Rahardjo, 2003)
Sebagai perusahaan pemeringkat tertua dan terpercaya di Indonesia, PT
Peringkat Efek Indonesia atau yang lebih dikenal luas sebagai PEFINDO, didirikan di
Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993 berdasarkan inisiatif Otoritas Jasa Keuangan
(dahulu dikenal sebagai Badan Pengawas Pasar Modal) dan Bank Indonesia.
PEFINDO, yang merupakan satu-satunya perusahaan pemeringkat efek yang dimiliki
oleh para pemegang saham domestik, telah melakukan pemeringkatan terhadap
banyak perusahaan dan surat-surat utang yang diperdagangkannya di Bursa Efek
Indonesia.
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Manajerial merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh
pihak manager atau dengan kata lain manager juga sekaligus pemegang saham.
Dengan adanya kepemilikan saham tentu akan mendorong pihak manager untuk
bertindak sejalan dengan keinginan pemegang saham dengan meningkatkan kinerja
dan tanggung jawab dalam mencapai kemakmuran pemegang saham. Hal ini
9
dikarenakan manager akan merasakan langsung dari setiap keputusan yang diambil
dan juga kerugian yang timbul apabila membuat keputusan yang salah (Satwiko,
2011).
Current Ratio (CR)
Menurut Hery (2015:178) Current Ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban hutang jangka
pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang tersedia.
Dengan kata lain, rasio lancar ini menggambarkan seberapa besar jumlah
ketersediaan aset lancar yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total
kewajiban lancar. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Current
Ratio (CR) (Kasmir, 2011) :
Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Hery (2015:198) Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Berikut adalah
rumus yang digunakan untuk menghitung Debt to Equity Ratio (DER) (Kasmir,
2011):
Total Asset Turnover (TAT)
Menurut Hery (2015;221) Total Asset Turnover merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam
Current Ratio (CR) = Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
Debt to Equity Ratio (DER) : Total Utang
Total Ekuitas
10
menghasilkan penjualan, atau dengan kata lain untuk mengukur berapa jumlah
penualan yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Total Asset Turnover (TAT)
(Kasmir, 2011) :
Return on Assets (ROA)
Hery (2015:230) Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang
menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan
kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang
akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Berikut adalah
rumus yang digunakan untuk menghitung Return on Assets (ROA) (Kasmir, 2011):
Kerangka Pemikiran
H1
H2
H3
H4
H5
Total Assets Turnover (TAT) : Penjualan Bersih
Total Aktiva
Return On Assets (ROA) : Earning After Interest and Tax
Total Asset
Current Ratio ( )
Debt to Equity Ratio ( )
Kepemilikan manajerial ( )
Peringkat
Obligasi
(Y)
Total Asset Turnover ( )
Return on Assets ( )
11
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Peringkat Obligasi
Kepemilikan Manajerial merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh
pihak manager atau dengan kata lain manager juga sekaligus pemegang saham.
Semakin tinggi persentase proporsi kepemilikan saham oleh manajer maka akan
terhindar dari resiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan
melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, maka semakin baik kinerja
perusahaan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi layak
untuk berinvestasi (High Investment Grade) dan akan menaikkan peringkat obligasi.
semakin sedikit persentase proporsi kepemilikan saham oleh manager akan beresiko
gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada
waktu yang telah ditentukan, maka semakin beresiko dalam kinerja perusahaan,
sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi yang sedikit lemah
untuk berinvestasi (Low Investment Grade) dan akan menurunkan peringkat obligasi.
Chandra Ly Dali, dkk (2015) menyatakan bahwa kepemilikan saham
manajerial dapat membantu pernyataan kepentingan antara pemegang saham dengan
manajer. Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen maka pihak manajemen
akan bertindak secara hati-hati dalam mengelolah perusahaan karena pihak
manajemen tidak hanya bertindak sebagai orang yang hanya mengatur manajemen
perusahaan tetapi juga sebagai sebagai pemilik perusahaan juga ikut menanggung
segala resiko yang dihadapi perusahaan sehingga akan berpengaruh terhadap
peringkat obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :
12
: Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi
Pengaruh Current Ratio Terhadap Peringkat Obligasi
Current Ratio (CR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya yang segera
jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang tersedia. Penelitian Alfiani (2013)
bahwa Current Ratio (CR) menunjukkan kemampuan perusahaan membayar
utang jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Dengan demikian, apabila
likuiditas (Current Ratio (CR)) perusahaan bagus berarti perusahaan mampu
untuk membayar hutang yang akan segera jatuh tempo dengan aktiva lancar
yang dimilikinya akan terhindar dari resiko gagal bayar untuk membayar imbalan
berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, sehingga
perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi layak untuk berinvestasi (High
Investment Grade) maka berpengaruh terhadap peringkat obligasi
Current Ratio (CR) mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki
Current Ratio (CR) yang tinggi kemungkinan besar terhindar dari resiko gagal
bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu
yang telah ditentukan, maka semakin baik kinerja perusahaan, sehingga perusahan
tersebut masuk kedalam kategori obligasi layak untuk berinvestasi (High Investment
Grade) maka berpengaruh terhadap peringkat obligasi (Chandra Ly Dali, dkk,
2015).
Ketika Current Ratio (CR) mengindikasikan bahwa perusahaan yang
memiliki Current Ratio (CR) yang rendah kemungkinan besar beresiko gagal
13
bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu
yang telah ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi
yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade) dan akan menurunkan
peringkat obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :
: Current Ratio berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi
Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Peringkat Obligasi
Menurut Hery (2015:198) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini
dihitung sebagai hasil bagi antara total utang dengan modal. Debt to Equity Ratio
(DER) yang relatif tinggi dalam sebuah perusahaan menunjukkan bahwa tingginya
resiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang
pada waktu yang telah ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam
kategori obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade) dan
akan menurunkan peringkat obligasi (Chandra Ly Dali, dkk, 2015).
Begitu juga dengan hasil penelitian Amalia (2013) mengatakan bahwa
semakin tinggi nilai leverage (DER), maka peringkat obligasi yang diperoleh akan
semakin rendah dikarenakan perusahaan tidak mampu membayar hutang obligasi dan
beresiko gagal bayar. Jika hasil Debt to Equity Ratio (DER) yang rendah dalam
sebuah perusahaan menunjukkan bahwa rendahnya atau terhindar dari resiko gagal
bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu
yang telah ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi
14
layak untuk berinvestasi (High Investment Grade) tentu akan menaikkan peringkat
obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :
: Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi
Pengaruh Total Asset Turnover terhadap Peringkat Obligasi
Total Asset Turnover (TAT) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan
penjualan (Hery, 2015). Semakin tinggi perputaran Aktiva (TAT) maka semakin
besar peluang obligasi sebuah perusahaan dimasukkan dalam kelompok high
investment grade . Karena resiko investasi pada obligasi juga semakin kecil sehingga
memiliki prospek yang baik dimasa mendatang dan terhindar dari resiko gagal bayar
tentu akan mempengaruhi peringkat obligasi (Sunarjanto dan Tulasi, 2013).
Semakin tinggi hasil Total Asset Turnover (TAT) mengindikasikan bahwa
perusahaan terhindar dari resiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga
dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, sehingga perusahan
tersebut masuk kedalam kategori obligasi layak untuk berinvestasi (High Investment
Grade) maka menaikkan peringkat obligasi. Semakin rendah hasil Total Asset
Turnover (TAT) mengindikasikan bahwa perusahaan kemungkinan besar beresiko
gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada
waktu yang telah ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori
obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade) dan akan
15
menurunkan peringkat obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian
ini adalah :
: Total Asset Turnover berpengaruh terhadap Peringkat obligasi
Pengaruh Return on Asset Terhadap Peringkat Obligasi
Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Hasil penelitian oleh Amalia (2013)
bahwa Perbandingan laba bersih perusahaan dengan total aset perusahaan tepat
digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi, karena jika perusahaan dalam
keadaan profit, maka prediksi perusahaan bertahan dalam jangka panjang lebih besar
termasuk melaksanakan kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Penelitian lain oleh Chandra Ly dali, dkk (2015) bahwa obligasi yang
diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki profitabilitas (ROA) memiliki
kemungkinan yang tinggi untuk mendapatkan perigkat obligasi berkategori
investment grade dari perusahaan dengan profitabilitas rendah. Semakin tinggi
tingkat Profitabilitas (ROA) maka semakin rendah resiko ketidakmampuan
membayar dan diharapkan peringkat yang diberikan kepada perusahaan tersebut
semakin baik.
Rasyid dan Konstaman (2013) Tinggi rendahnya peringkat obligasi
dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi hasil Return on Assets
(ROA) mengindikasikan bahwa perusahaan terhindar dari resiko gagal bayar untuk
membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah
16
ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi layak untuk
berinvestasi (High Investment Grade) maka menaikkan peringkat obligasi. Semakin
rendah hasil Return on Assets (ROA) mengindikasikan bahwa perusahaan
kemungkinan besar beresiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga
dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, sehingga perusahan
tersebut masuk kedalam kategori obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low
Investment Grade) dan akan menurunkan peringkat obligasi. Berdasarkan uraian
diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :
: Return on Asset berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi.
METODOLOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek dan Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu Perusahaan yang
menerbitkan obligasinya pada Indonesia Bond Market Directory (IBMD) di Bursa
Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Peringkat
obligasi yang dijadikan sebagai sampel adalah perusahaan yang mendapatkan
peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo, karena jasa pemeringkatan
obligasi yang ada di Bursa Efek Indonesia didominasi oleh PT. Pefindo.
Variabel Dependen
Variabel ini mengukur tingkat peringkat obligasi perusahaan non keuangan
dengan memberi nilai pada masing-masing kategori peringkat. Sehingga mengacu
17
pada penelitian terdahulu dengan sedikit dimodifikasi, yang mana variabel
dependennya merupakan variabel dummy. Seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Skala Penelitian Peringkat Obligasi
Peringkat Obligasi Kategori Nilai
AAA, AA, High Investment Grade 1
A, BBB Low Investment Grade 0
Sumber : dimodifikasi dari penelitian Sunarjanto dan Tulasi (2013)
Variabel Independen
Variabel Independen atau variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak
tergantung oleh variabel lain (Sunyoto, 2011). Variabel independen dalam penelitian
ini meliputi :
1. Kepemilikan Manajerial ( X1 )
2. Current Ratio (X2)
3. Debt to Equity Ratio (X3)
4. Total Asset Turnover (X4)
5. Return on Asset (X5)
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini menggunakan Perusahaan Non Keuangan yang
menerbitkan obligasinya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Index Bond
Market Directory (IBMD), serta mendapatkan peringkat obligasi yang dikeluarkan
oleh PT. PEFINDO. Pemilihan PT. PEFINDO dalam penelitian ini, dikarenakan
18
perusahaan yang mendapat izin serta menjadi market leader dalam pemberian rating
adalah PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) pada tahun 2011-2014
Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang dipilih dari populasi pada Perusahaan Non
Keuangan yang obligasinya terdaftar di Pefindo dan diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia. Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
purposive sampling.
N
o Kriteria Sampel Total
1
Perusahaan Non Keuangan yang menerbitkan obligasinya terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada Indonesia Bond Market Directory
(IBMD) pada tahun 2011-2014
61
2
Perusahaan tersebut tidak mempublikasikan laporan keuangan
(annual report) secara lengkap sudah diaudit terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2011-2014
(21)
3
Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan menggunakan
selain rupiah (currency) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-
2014
(2)
4
Perusahaan yang menerbitkan obligasinya diperingkat oleh
pemeringkat lain dan dikeluarkan dari sampel karena tidak
lengkap pada tahun 2011-2014.
(21)
Total Sampel 17
Sumber: Data IBMD,BEI & Pefindo diolah, 2011-2014
Metode Analisis
Metode Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi
logistick (logistik regression) karena menurut Ghozali (2013) metode ini cocok
digunakan untuk penelitian yang variabel dependennya bersifat kategorikal (nominal
atau non metrik) dan variabel independennya kombinasi antara metrik dan non
metrik.
19
Penelitian ini lebih dikhususkan pada metode analisa Regresi Logistik Biner
(Binary Logistik Regression). Regresi Logistik Binary bertujuan untuk menguji
pengaruh dengan data dependen (Y) adalah kategorikal ( misal : pemberian kode 1 :
membeli, kode 0 : tidak membeli ). Data indenpenden (X) adalah data kuantitatif
(misal iklan dikoran, iklan di radio) (Sujarweni, 2014).
Secara matematis, model regresi logistik sebagai berikut :
RAT = β0+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+ε
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu Perusahaan Non
Keuangan yang menerbitkan obligasinya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada Index Bond Market Directory (IBMD) websitenya (www.idx.co.id), serta
mendapatkan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT.PEFINDO websitenya
(www.pefindo.com) periode tahun 2011-2014.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Current Ratio 68 .818 2.902 1.56734 .473663
Debt to Equity Ratio 68 .473 7.249 1.67919 1.358127
Total Asset Turnover 68 .168 2.332 .97882 .561716
Return on Asset 68 .008 .240 .07499 .049997
Valid N (listwise) 68
Sumber : Data sekunder yang telah diolah,2016
20
Frekuensi Peringkat Obligasi
Peringkat Obligasi
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Low Investment
Grade 35 51.5 51.5 51.5
High Investment
Grade 33 48.5 48.5 100.0
Total 68 100.0 100.0
Sumber : Data sekunder yang telah diolah,2016
Peringkat Obligasi ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana
nilai 0 diberikan peringkat obligasi Low Investment Grade (A, BBB) dan nilai 1
diberikan pada peringkat obligasi High Investment Grade (AAA, AA,). Berdasarkan
tabel 4.3 frekuensi yang dihasilkan menunjukkan bahwa terdapat 33 (48.5%) yang
termasuk dalam kategori High Investment Grade dan 35 (51.5%) yang termasuk
dalam kategori Low Investment Grade.
Kepemilikan Manajerial
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada
Kepemilikan
Manajerial
36 52.9 52.9 52.9
Ada Kepemilikan
Manajerial 32 47.1 47.1 100.0
Total 68 100.0 100.0
Sumber : Data sekunder yang telah diolah, 2016
Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana nilai 0 =
Tidak Ada Kepemilikan Manajerial dan nilai 1 = Ada Kepemilikan Manajerial.
Berdasarkan tabel diatas frekuensi yang dihasilkan menunjukkan bahwa terdapat 36
21
(52.9 %) yang termasuk dalam kategori Tidak Ada Kepemilikan Manajerial dan
terdapat 32 (47.1%) yang termasuk dalam kategori Ada Kepemilikan Manajerial.
Menilai Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 8.397 8 .396
Nilai Hosmer and Lemeshow Test sebesar 8.397 dan siginifikan pada 0.396
oleh karena nilai ini > 0.05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti model regresi
dikatakan fit dengan data dan model dapat diterima (Ghozali, 2013)
Menilai Model Fit
Block 0 : Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 94.209 -.059
2 94.209 -.059
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 94.209
c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter
estimates changed by less than .001.
Block 1 : Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant X1 X2 X3 X4 X5
Step 1 1 68.510 .382 -.644 -.266 -.509 .074 14.148
2 64.959 .857 -.629 -.280 -.968 .177 15.219
3 64.131 1.262 -.503 -.249 -1.358 .290 13.451
4 64.089 1.349 -.462 -.232 -1.468 .326 12.960
5 64.089 1.352 -.460 -.231 -1.473 .328 12.942
6 64.089 1.352 -.460 -.231 -1.473 .328 12.942
22
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 94.209
d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed
by less than .001.
Hasil menunjukkan perbandingan antara nilai -2LogL blok awal dengan -
2LogL block akhir. Dari hasil perhitungan nilai -2LL terlihat bahwa nilai block awal (
Block Number = 0 ) adalah 94.209 dan nilai -2LogL pada block akhir ( Block
Number = 1) adalah 64.089 mengalami penurunan menjadi 30.120. Hal ini
menunjukkan model yang dihipotesiskan fit dengan data. Adanya penurunan nilai
menunjukkan model regresi yang lebih baik (Ghozali, 2013).
Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square)
Model Summary
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square Nagelkerke R Square
1 64.089a .358 .477
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter
estimates changed by less than .001.
Dapat dilihat bahwa nilai Nagelkerke’s R Square sebesar 0.477. Berarti
variabilitas variabel dependen (Peringkat obligasi) yang dapat dijelaskan oleh
variabilitas variabel indenpenden (Kepemilikan Manajerial, Current Ratio (CR), Debt
to Equity Ratio (DER), Total Asset Turnover (TAT), dan Return on Assets (ROA))
sebesar 47.7 %, sedangkan sisa (100% - 47.7% = 52.3% ) dijelaskan oleh faktor –
faktor diluar variabel yang diteliti (Ghozali, 2013).
23
Estimasi parameter dan intreprestasinya
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a X1 -.460 .743 .383 1 .536 .631
X2 -.231 .704 .108 1 .742 .793
X3 -1.473 .600 6.017 1 .014 .229
X4 .328 .628 .272 1 .602 1.388
X5 12.942 9.256 1.955 1 .162 417530.676
Constant 1.352 1.604 .710 1 .399 3.864
a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5.
Pada tabel diatas menunjukkan hasil dari pengujian terhadap koefisien regresi
menghasilkan model sebagai berikut ini :
Peringkat Obligasi (PO) : 1.352 – 0.460 X1 – 0.231 X2 – 1.473 X3 + 0.328 X4 +
12.942 X5 + e
1. Konstanta sebesar 1.352 yang berarti bahwa tanpa Kepemilikan Manajerial (X1),
Current Ratio (X2), Debt to Equity Ratio (X3), Total Asset Turnover (X4) dan
Return on Assets (X5) maka Peringkat Obligasi adalah 1.352
2. Koefisien Kepemilikan Manajerial sebesar –0.460, hal ini menunjukkan bahwa
setiap peningkatan Kepemilikan Manajerial satu satuan mengakibatkan peringkat
obligasi akan turun.
3. Koefisien Current Ratio (CR) sebesar –0.231, hal ini menunjukkan bahwa setiap
peningkatan Current Ratio (CR) satu satuan mengakibatkan peringkat obligasi
akan turun.
24
4. Koefisien Debt to Equity Ratio (DER) sebesar –1.473, hal ini menunjukkan
bahwa setiap peningkatan Debt to Equity Ratio (DER satu satuan mengakibatkan
peringkat obligasi akan turun.
5. Koefisien Total Asset Turnover (TAT) sebesar 0.328, hal ini menunjukkan bahwa
setiap peningkatan Total Asset Turnover (TAT) satu satuan mengakibatkan
peringkat obligasi akan naik.
6. Koefisien Return on Assets (ROA) sebesar 12.942, hal ini menunjukkan bahwa
setiap peningkatan Return on Assets (ROA) satu satuan mengakibatkan peringkat
obligasi akan naik
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Peringkat Obligasi
Hipotesis Pertama (H1) menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial
berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hal ini tidak sesuai dengan hasil yang
terlihat pada tabel 4.9 nilai probabilitas statistik atas Kepemilikan Manajerial sebesar
0.536 yang menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 5% (α = 0. 05) maka H1
ditolak. Sehingga Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap peringkat
obligasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada atau tidaknya kepemilikan
Manajerial pada perusahaan non keuangan tidak berpengaruh terhadap peringkat
obligasi yang diberikan oleh pefindo dalam memberikan peringkat yang berkategori
obligasi layak untuk berinvestasi (High investment grade) atau obligasi yang sedikit
lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade) karena Kepemilikan Saham oleh
25
pihak manager ini lebih berperan dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan
bertanggung jawab dalam mencapai kemakmuran pemegang saham.
Pengaruh Current Ratio terhadap Peringkat Obligasi
Hipotesis Kedua (H2) menyatakan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi. Hal ini tidak sesuai dengan hasil yang terlihat
pada tabel nilai probabilitas statistik atas Current Ratio (CR) sebesar 0.742 yang
menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 5% (α = 0.05) maka H2 ditolak.
Sehingga Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai Current Ratio (CR) yang tinggi pada Perusahaan
Non Keuangan disebabkan kelebihan aktiva lancar perusahaan yang belum tentu
menjamin akan dapat dibayarnya imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang
perusahaan yang jatuh tempo. Sehingga Current Ratio (CR) tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi yang diberikan oleh Pefindo dalam memberikan peringkat
yang berkategori obligasi layak untuk berinvestasi (High investment grade) atau
obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade) atau
kemungkinan lain pefindo lebih menilai peringkat obligasi atas resiko industri dari
resiko bisnis
Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap peringkat obligasi
Hipotesis Ketiga (H3) menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh terhadap peringat obligasi. Hasil ini sesuai dengan hasil yang terlihat
pada tabel nilai probabilitas statistik atas Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 0.014
26
yang menunjukkan nilai probabilitas lebih kecil dari 5% (α = 0.05) maka H3
diterima. Sehingga Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap peringkat
obligasi. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa Debt to Equity Ratio (DER)
yang relatif tinggi dalam sebuah Perusahaan Non Keuangan menunjukkan bahwa
tingginya resiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi
pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk
kedalam kategori obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment
Grade) dan akan menurunkan peringkat obligasi. Jadi, Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh terhadap peringkat obligasi yang diberikan oleh Pefindo dengan menilai
Perusahaan Non Keuangan tersebut masuk dalam kategori obligasi layak untuk
berinvestasi (High investment grade) atau obligasi yang sedikit lemah untuk
berinvestasi (Low Investment Grade).
Pengaruh Total Asset Turnover terhadap Peringkat Obligasi
Hipotesis Keempat (H4) menyatakan bahwa Total Asset Turnover (TAT)
berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hal ini tidak sesuai denga hasil yang terlihat
pada tabel nilai profitabilitas statistik atas Total Asset Turnover (TAT) sebesar 0.602
yang menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 5% (α = 0.05) maka H4
ditolak. Sehingga Total Asset Turnover (TAT) tidak berpengaruh terhadap peringkat
obligasi. Pada umumnya untuk melihat peringkat obligasi Perusahaan Non Keuangan
hal yang perlu diperhatikan segala sesuatu dari segi utang perusahaan (liabilitas)
untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang
27
telah ditentukan, sedangkan Total Asset Turnover (TAT) hanya mengukur efektivitas
total aset yang dimilik perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Sehingga
semakin tinggi ataupun semakin rendah Total Asset Turnover (TAT) tidak
berpengaruh terhadap peringkat obligasi yang dilakukan Pefindo dalam
memberikan peringkat yang berkategori obligasi layak untuk berinvestasi (High
investment grade) atau obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low
Investment Grade).
Pengaruh Return on Asset terhadap Peringkat Obligasi
Hipotesis Kelima (H5) menyatakan bahwa Return on Assets (ROA)
berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil yang
terlihat pada tabel nilai probabilitas statistik atas Return on Assets (ROA) sebesar
0.162 yang menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 5% (α = 0.05) maka H5
ditolak. Sehingga Return on Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap peringkat
obligasi. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa hasil Return on Assets (ROA)
pada Perusahaan Non Keuangan memiliki laba yang relatif tinggi belum tentu
terhindar dari resiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan
melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan atau belum tentu memiliki
prospek yang baik dalam berinvestasi obligasi. Keuntungan perusahaan cenderung
naik turun tidak bisa dijadikan ukuran dalam berinvestasi, karena perusahaan akan
tetap membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang sedangkan investor
tetap menerima tingkat bunga yang sudah ditentukan.
28
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Maka berdasarkan hasil regresi logistik penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan:
1. Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi Pada
Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2014
2. Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi Pada
Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2014
3. Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap peringkat obligasi Pada
Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2014
4. Total Asset Turnover (TAT) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi Pada
Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2014
5. Return on Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi Pada
Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2014
Saran
Saran yang berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini menggunakan perusahaan non keuangan. Penelitian selanjutnya
diharapkan menggunakan Sampel Perusahaan Lembaga Keuangan ataupun
sampel perusahaan yang lebih bervariasi lagi.
29
2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel Kepemilikan Manajerial diharapkan
penelitian selanjutnya mampu menggunakan variabel seperti komite audit,
kualitas audit, ukuran perusahaan dan informasi keuangan yang lebih luas seperti
rasio nilai pasar atau rasio keuangan lainnya yang dapat menggambarkan
keuangan perusahaan.
3. Bagi para investor, diharapkan jika ingin berinvestasi dapat melihat perusahaan
dari kemampuan perusahaan dalam menganalisis kinerja keuangannya sehingga
investor tidak mengalami kerugian investasi obligasi akibat perusahaan yang
beresiko gagal bayar (default risk)
4. Bagi penerbit obligasi, diharapkan dapat memperbaiki kinerja keuangan maupun
nilai perusahaan guna meningkatkan investasi dalam surat utang (obligasi) dan
perusahaan tidak termasuk kedalam kategori perusahaan yang beresiko gagal
bayar (default risk).
DAFTAR PUSTAKA
Maharti dan Daljono, (2009). Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Peringkat
Obligasi. Jurnal Akuntansi .
Alfiani, (2013). Pengaruh Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi. Jurnal Akuntansi , Vol 1 No.3.
Amalia, (2013). Pemeringkat Obligasi PT.Pefindo : Berdasarkan informasi keuangan.
Accounting Analysis Journal .
Chandra Ly Dali, dkk. (2015). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan
Rasio Keuangan terhadap Peringkat Obligasi. FINESTA , Vol.3 No.1, 30-35.
Drs.Martono, (2005). Manajemen Keuangan (Cetakan Ke-5 ed.). Yogyakarta:
EKONISIA Kampus Fakultas Ekonomi UII.
30
Fahmi, (2012). Dalam Analisis Laporan Keuangan (2 ed.). Bandung: Alfabeta,CV.
Ghozali, (2013). Aplikasi Analisis Mulitiariate dengan Program IBM SPSS 21
(Cetakan ke VII ed.). UNDIP.
Hery, (2015). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: CAPS ( Center for Academic
Publishing Service).
Kasmir, (2011). Analisis Laporan Keuangan (1 ed.). Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO
PERSADA.
M.Fakhruddin, (2008). Go Public : Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai
Perusahaan. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.
Martalena, (2011). Pengantar Pasar Modal (1 ed.). Yogyakarta: Andi Offset.
Rahardjo, (2003). Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Rasyid dan Konstaman. (2013). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance
dan Profitabilitas perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi. Jurnal UKRIDA ,
No.1.
Satwiko, (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepemilikan Manajerial. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi , Vol 3 No.1, 67-80.
Sujarweni, (2014). SPSS Untuk Penelitian (1 ed.). Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sunarjanto dan Tulasi. (2013). Kemampuan Rasio Keuangan dan Corporate
Governance memprediksi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Consumer Goods.
Jurnal Keuangan dan Perbankan , 17, 230-242.
Sunyoto, (2011). Metodologi Penelitian untuk Ekonomi (1 ed.). Yogyakarta:
PT.BUKU SERU.
Widoatmodjo, (2012). Cara Sehat Investasi di Pasar Modal (Cetakan Ke-1 ed.).
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
www.pefindo.com. Diakses pada tanggal 1 januari 2016.
www.idx.co.id. Diakses pada tanggal 1 januari 2016.