BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Dividen Kas
Ada beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan
kebijakan dividen untuk perusahaan. Sehingga dapat dijadikan pemahaman mengapa
suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu. Teori –teori tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Dividend irrelevance theory
Teori yang dianjurkan oleh Madigliani-Miller (MM) ini menyatakan bahwa
kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh, baik terhadap harga saham maupun
biaya modalnya atau dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen sebenarya tidak
relevan.
b. Bird-in-the-hand theory
Teori ini dikemukakan oleh Limtner (1956) yang menyatakan bahwa biaya
modal sendiri akan naik jika Dividend Payout Ratio (DPR) rendah. Hal ini
dikarenakan investor lebih suka menerima dividen daripada capital gain.
c. Tax preference theory
Adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap
keuntungan dividen dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gain
karena dapat menunda pembayaran pajak.
10 Universitas Sumatera Utara
Tujuan utama sebuah perusahaan adalah memaksimumkan harga saham dari
perusahaan tersebut. Salah satu faktor yang menentukan harga saham adalah
kemampuan perusahaan dalam meningkatkan aliran kas kini dan pada masa yang
akan datang. Dengan demikian perusahaan selaku emiten mampu mengelola
usahanya secara produktif guna memberikan keyakinan kepada para pemegang saham
untuk memperoleh pendapatan (dividen atau capital gain) di masa yang akan datang.
Berdasarkan bentuk pembayarannya, dividen dapat dibedakan menjadi dua
bentuk yaitu cash dividend (dividen tunai) dan stock dividend (dividen saham). Cash
dividend merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas, sebagaimana
menurut Ismaya (2005) bahwa kas dividen didefinisikan sebagai dividen yang
dibayar dengan uang tunai atau kas, sedangkan stock dividend merupakan saham
yang diberikan kepada para pemegang saham sebagai pengganti dividen dengan
maksud perluasan modal saham menjadi lebih besar.
Menurut Wild et.al (2005) dividen tunai atau kas dividen merupakan dividen
per lembar saham kepada pemegang saham. Dividen ini merupakan jenis dividen
yang paling umum dan pada saat diumumkan akan menjadi kewajiban bagi
perusahaan. Pembayaran dalam bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor
daripada bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi
ketidakpastian dalam melaksanakan aktivitas investasinya pada suatu perusahaan.
Berkaitan dengan pembayaran dividen, banyak terkait dengan struktur
kepemilikan perusahaan (Arifin, 2004). Struktur kepemilikan mempengaruhi besar
pembayaran dividen dari dua sisi, yaitu: ketika kepemilikan perusahaan
Universitas Sumatera Utara
terkonsentrasi (hanya ada beberapa pemilik), asyimmetric information antara orang
dalam dan orang luar perusahaan relatif kecil sehingga manajer tidak perlu
menggunakan dividen untuk menyampaikan informasi. Perusahan privat yang
dimiliki hanya beberapa orang yang saling mengenal satu dengan yang lain jelas
memiliki asymmetric information yang sangat kecil. Oleh karena itulah perusahaan
privat cenderung jarang membayarkan dividen dan jika membayar dividen jumlahnya
relatif kecil, kedua : tingkat pemisahan antara kepemilikan dan kontrol yang rendah
pada perusahaan privat dan perusahaan yang kepemilikannya terkonsentrasi
sedangkan pada perusahaan publik, terutama di Amerika Serikat, tingkat pemisahaan
antara kepemilikan dan kontrol sangatlah tinggi. Pemisahan antara kepemilikan dan
kontrol memunculkan masalah agensi. Masalah agensi akan semakin besar ketika
kepemilikan perusahaan terlalu menyebar karena pada pola seperti itu intensif
pemilik untuk mengontrol manajer akan rendah. Masalah agensi akan semakin
membesar jika pada saat yang sama perusahaan memiliki banyak free cash flows.
Salah satu cara untuk mengurangi masalah agensi karena menyebarnya kepemilikan
perusahaan dan besarnya free cash flows adalah dengan melakukan pembayaran
deviden.
Ketika memutuskan berapa banyak kas yang harus didistribusikan kepada
para pemegang saham, ada dua hal yang harus di ingat, yaitu: pertama; tujuan yang
mendasari adalah memaksimalkan nilai para pemegang saham dan kedua; arus kas
bersih perusahaan benar-benar menjadi milik para pemegang saham, sehingga
manajemen seharusnya menahan diri dari menahan laba kecuali jika mereka dapat
Universitas Sumatera Utara
menginvestasikannya kembali untuk menghasilkan pengembalian yang lebih besar
dari pada yang dapat dihasilkan oleh para pemegang saham itu dengan
menginvestasikan kas tersebut ke dalam investasi dengan tingkat resiko yang sama
Menurut William dalam Rahmawati (2005) penelitian memperkenalkan suatu
teori untuk menentukan nilai intrinsik suatu saham didasarkan atas pendapatan
perusahaan yang dibayarkan dalam bentuk dividen income. Ia juga memperkenalkan
konsep discounting pada dasarnya merupakan proses menilai aliran pendapatan
dimasa yang akan datang pada saat sekarang, bukan semata-mata menghitung jumlah
absolut pendapatan yang akan diterima di masa yang akan datang. Sehingga dalam
konteks ini nilai intrinsik yang dimaksud adalah sama dengan nilai sekarang (present
value) dari seluruh aliran penerimaan dividen yang akan diterima dalam priode-
priode yang akan datang. Ini berarti pemilik saham mendiskontokan nilai uang yang
akan diterima, kemudian dengan discount factor tertentu yang mencerminkan tingkat
return alternatif investasi yang diinginkan setelah memperhatikan unsur resiko dan
waktu.
Besarnya deviden tergantung dari besarnya keuangan dan jumlah saham yang
beredar dalam masyarakat. Ada tiga pendapat yang muncul mengenai kebijaksanaan
dividen, pertama: Deviden tidak Mempengaruhi Harga Saham. Teori ini berdasarkan
pandangan bahwa kebijaksanaan dividen tidak akan mempengaruhi terhadap aliran
kas dimasa yang akan datang. Berdasarkan pandangan ini, efisiensi pasar modal
menjadi kritis, dan cukai diabaikan. Argumen yang menyokong suatu hipotesis yaitu
jika manajemen dapat meningkatkan nilai pasar dari saham perusahaan dengan
Universitas Sumatera Utara
mengubah kebijakan dividennya. Dalam hal ini kebijaksanaan dividen tidak berarti.
Kedua: Dividen Akan Menurunkan Harga Saham. Jika tarif cukai investor atas
dividen lebih besar dari untung laba modal, maka investor akan berusaha untuk
menginvestasikan kembali pendapatan mereka untuk memaksimumkan Return
setelah cukai mereka. Sudah tentu berdasarkan alasan ini, jika tarif pajak atas capital
gain melebihi tarif dividen maka akan terjadi kebalikannya. Ketiga : Dividen Akan
Menaikkan Harga Saham (Erlina, 2008). Pendapatan dari dividen merupakan hal
yang sangat diharapkan oleh investor. Dengan asumsi seperti ini, keputusan
manajemen untuk menaikkan dividen merupakan suatu tanda bahwa perusahaan
tersebut mempunyai kemampuan untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang,
hal ini akhirnya akan mendorong harga saham menjadi lebih tinggi. Sebaliknya
dividen yang rendah merupakan suatu tanda yang kurang baik dan akhirnya akan
menurunkan harga saham.
Menurut Wild et.al. (2005) Deviden saham (stock dividend) adalah distribusi
saham perusahaan itu sendiri kepada pemegang saham secara proposional. Deviden
ini mencerminkan kapitasi laba secara permanen. Pemegang saham menerima
tambahan sebagai pengalihan laba ditahan ke akun modal. Akuntansi bagi dividen
kecil (small stock dividend) atau dividen sederhana (ordinari stock dividend),
umumnya lebih kecil dari 20 % sampai dengan 25 % saham beredar, menyaratkan
penilaian dividen saham pada nilai pasar pada tanggal pengumuman. Persyaratan ini
dirancang untuk membatasi frekuensi dividen saham. Dividen saham besar (large
Universitas Sumatera Utara
stock dividend atau split up dalam bentuk dividen), biasanya lebih besar dari 25 %
saham beredar, dinilai pada nilai nominal saham yang diterbitkan.
Menurut Bodie et.al (2006) Tingkat imbal hasil dividen atas saham mirip
dengan tingkat imbal hasil sekarang dari obligasi. Keduanya seperti pendapatan
sekarang atas persentase dari harga dan mengabaikan pengaruh keuntungan atas
penjualan saham (capital gain, yaitu kenaikan harga) atau kerugian atas penjualan
sehingga tidak mencerminkan total imbal hasil. Dividen yang rendah diasumsikan
menawarkan prospek yang besar atas keuntungan modal, atau investor tidak akan
memasangnya dalam portfolio mereka.
Menurut Lubis (2008) adalah tidak benar pendapat yang menyatakan bahwa
kondisi yang tidak pasti yang menambah pembayaran dividen sebuah perusahaan
diharapkan akan menaikkan harga saham. Kesimpulan itu diperoleh dengan asumsi
(1) pemegang saham adalah risk aversion, (2) ketidakpastian dividen perusahaan akan
bertambah dengan bertambah panjangnya waktu pembayaran dimasa depan. Nilai
dari saham adalah present value dari deviden yang akan diterimanya ditambah harga
saham pada saat dividen itu dibayar. Ada dua situasi dasar yang mendorong dua
kebijaksanaan dividen yang berbeda dengan mengabaikan taxes yaitu :
1. Perusahaan yang akan menghasilkan kesempatan yang inferior dari kesempatan
yang tersedia di luar bagi para pemegang saham,
2. Perusahaan lebih tertarik atas kesempatan memperoleh earning dari pada
memiliki kas.
Universitas Sumatera Utara
Investor lebih suka melakukan discounted kepada future dividen dengan
interest rate yang tinggi dari pada menerima dividen dimuka. Bila dihadapkan harus
memilih dividen sekarang, yang pasti dengan kemungkinan akan menerima dividen
yang tinggi dan tidak pasti di masa yang akan datang, maka investor akan memilih
yang pertama. Dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijaksanaan
dividen akan berpengaruh sesuai dengan jumlah pembayaran, waktu pembayaran dan
pajak yang harus dibayar. Menurunnya dividen sekarang cenderung akan
menurunkan besarnya pembayaran tax.
Suatu pendapat bahwa terdapat hubungan antara nilai perusahaan dan
pembayaran dividen adalah bahwa dividen menunjukkan hal yang pasti berkaitan
dengan apresiasi harga saham karena dividen diduga risikonya lebih kecil
dibandingkan dengan capital gain, maka perusahaan seharusnya menetapkan ratio
pembayaran dividen yang tinggi dan menawarkan dividen yield yang tinggi untuk
memaksimumkan harga saham. Pernyataan Miller dan Modigliani (1961) dalam
Apriani (2005) dalam berpendapat tidak setuju dengan hal tersebut dan menyebut
teori tersebut sebagai the bird in the hand fallacy. Demikian pula penelitian
Bhattacharya (1979) dalam Apriani (2005) berpendapat alasan yang mendasari
penjelasan the bird in the hand fallacy mengenai relevansi adalah salah. Resiko dari
arus kas bersih suatu proyek menentukan resiko perusahaan. Kenaikan dalam
pembayaran dividen saat ini akan berakibat penurunan dalam harga ex-divident suatu
saham. Jadi peningkatan dividen saat ini tidak akan meningkatkan nilai perusahaan
dengan menurunkan resiko arus kas bersih masa datang.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Pengertian Arus Kas Bersih
Pasar modal atau bursa efek adalah pasar tempat bertemunya penjual dan
pembeli surat-surat berharga yang akan memperdagangkan surat-surat berharga
sebagai fasilitator. Bursa efek dapat diibaratkan sebagai mandor pasar yang mengurus
segala keperluan para pedagang di pasarnya.
Dewasa ini instrumen yang sudah ada di pasar modal terdiri dari saham,
obligasi dan sertifikat, seperti pernyataan Putra (2003) menjelaskan bahwa dengan
menginvestasikan dananya di pasar modal, investor/masyarakat akan mendapatkan
keuntungan yang belum tentu bisa diperoleh jika mereka menginvestasikannya dalam
bentuk lain: pertama; Keuntungan yang diperoleh dari selisih pergerakan harga saham
pada saat membeli dan saat menjual (capital gain) dan kedua; Keuntungan yang
diperoleh dari deviden yang dibagikan pada pemegang saham.
Apriani (2005) penelitian yang dilakukan oleh Aharony, Falk dan Swary
(1988) berpendapat bahwa pasar bereaksi kuat terhadap pengumuman kenaikan/
penurunan dividen oleh utilitas public.
Untuk perusahaan dalam industri tidak diregulasi reaksi pasar tidak begitu kuat, hal
ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan harga saham sebelum dan sesudah
pengumuman kenaikan/penurunan dividen oleh perusahaan-perusahaan tertentu di
tahun-tahun tertentu.
Menurut Sitompul (2003) Perusahaan yang akan melaksanakan penawaran
umum efeknya di Bursa Efek Indonesia diharuskan tunduk pada peraturan tentang
pencatatan efek yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Bila suatu perusahaan ingin mencatatkan sahamnya di bursa tersebut,
diwajibkan memenuhi persyaratan pencatatan saham sebagai berikut (Sitompul,
2003); (1) untuk dapat mencatatkan saham, maka penrnyataan pendaftaran dalam
rangka penawaran umum ataupun sebagai perusahaan public harus telah dinyatakan
efektif oleh Bapepam; (2) laporan keuangan perusahaan tersebut untuk tahun buku
terakhir telah diaudit dan mendapat opini wajar tanpa syarat dari akuntan publik yang
terdaftar di Bapepam; (3) jumlah pemegang sahamnya, baik perorangan maupun
lembaga sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) dan masing-masing memiliki sekurang-
kurangnya 1 (satu) satuan perdagangan (1 (satu) lot; (4) saham yang dicatatkan
sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) lembar saham, (5) telah berdiri atau
beroperasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun; (6) wajib mencatatkan seluruh saham
yang telah disetor penuh dengan memperhatika ketentuan tentang persentase
pemilikan bagi pihak asing, (7) telah memperoleh laba operasional dalam 2 (dua)
tahun buku terakhir, (8) memiliki total asset minimal Rp. 20.000.000.000,00 (dua
puluh miliar rupiah) terdiri dari equity Rp. 7.500.000.000,00 (tujuh miliar lima ratus
juta rupiah) dan modal disetor Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan para
direktur dan komisaris mempunyai reputasi yang baik.
Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan
arus kas bersih dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai
untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangari
(termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah
serta waktu arus kas bersih dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan
Universitas Sumatera Utara
peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan
model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan
(future cash flow) dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut juga meningkatkan
daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat
meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap
transaksi dan peristiwa yang sama.
Menurut Riahi et.al (2006) kebanyakan pendukung dari akuntansi arus kas
merasa bahwa masalah-masalah yang berkaitan dengan evaluasi aktiva dan penentuan
laba sangat berat sehingga mereka membenarkan adanya derivasi sistem akuntansi
terpisah dan mengusulkan dimasukkannya laporan arus kas yang komprehensif dalam
laporan perusahaan.
Informasi tentang arus kas suatu. perusahaan berguna bagi para pemakai
laporan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas
dan setara kas dan menilai kebutuhan, perusahaan untuk menggunakan arus kas
tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu
melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan
setara kas serta kepastian perolehannya.
Menurut Niswonger et.al. (2009) laporan arus kas adalah biasa untuk
melaporkan arus kas (penerimaan dan pengeluaran arus kas) dalam tiga bagian yaitu :
(1) kegiatan operasi, (2) kegiatan investasi dan, (3) kegiatan keuangan. Arus kas dari
Universitas Sumatera Utara
kegiatan keuangan melaporkan transaksi kas yang mengaitkan investasi kas oleh
pemilik, dan peminjaman serta penarikan oleh pemilik.
Arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna
untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal
perusahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan
(Niswonger 2009) adalah (1) penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal
lainnya, (2) pembayaran kas kepada pemegang saham untuk menarik atau menebus
saham perusahaan, (3) peneriman kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik,
dan pinjaman lainnya, (4) pelunasan pinjaman, dan (5) pembayaran kas oleh penyewa
guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa
guna usaha pembiayaan (finance lease).
Menurut Meythi (2006) menguji apakah data arus kas mempunyai kandungan
informasi dalam hubungannya dengan harga saham. Data share price bulanan diambil
dari London Share Price Database. Data akuntansi diperoleh dari Cambridge/DTI
data. Sampel terdiri dari 39 perusahaan manufaktur untuk periode 1961-1977. Hasil
dari penelitian mereka menunjukkan tidak berhasil menolak hipotesis nol, yang
berarti bahwa data arus kas tidak mempunyai kandungan informasi dalam
hubungannya dengan harga saham.
Usaha memaksimumkan nilai perusahaan sebagai tujuan normatif perusahaan
merupakan salah satu elemen yang turut menentukan perubahan harga saham yang
diperdagangkan di Bursa Efek. Makna yang terkandung dalam tujuan normatif ini
sebenarnya adalah bagaimana perusahaan selaku emiten mampu mengelola usahanya
Universitas Sumatera Utara
secara produktif guna memberikan keyakinan kepada para pemegang saham untuk
memperoleh pendapatan (dividen atau capital gain) di masa yang akan datang.
Dalam konteks seperti ini, tentu semua kebijaksanaan akan memberikan dampak
langsung terhadap perubahan harga saham.
Menurut Mulyadi (1993) ada empat metode yang umum digunakan sebagai
criteria penilaian usulan investasi yakni : pay-back method, rate of return
investement, present value method, dan discount cash flows method. Dari keempat
method tersebut, dua method yang disebut terakhir memperhitungkan seluruh aliran
kas selama umur proyek dan telah memperhitungkan nilai waktu uang. Arus kas dari
bunga dan deviden yang diterima dan dibayarkan masing-masing harus diungkapkan
tersendiri. Masing-masing harus diklasifikasikan secara konsisten antar periode
sebagai aktivitas operasi, investasi atau pendanaan.
Bunga yang dibayar dan bunga serta dividen yang diterima oleh lembaga
keuangan biasanya diklasifikasikan sebagai arus kas operasi. Namun demikian, bagi
perusahaan lain belum ada kesepakatan mengenai klasifikasi arus kas Ini. Bunga yang
dibayarkan dan bunga serta dividen yang diterima dapat diklasifikasi sebagai arus kas
operasi karena mempengaruhi laba, atau rugi bersih sebagai alternatif bunga. yang
dibayar dan bunga serta dividen yang diterima dapat diklasiflkasi masing-masing
sebagai arus kas pendanaan dan arus kas investasi karena rnerupakan biaya perolehan
sumber daya keuangan atau sebagai hasil investasi (return on investment).
Menurut Jansen dalam Erlina (2008) Semakin besar kesempatan tumbuh
perusahaan, semakin sedikit pembayaran dividen, dan semakin sedikit hutang dalam
Universitas Sumatera Utara
struktur modal cenderung akan meningkatkan nilai perusahaan. Pendapat ini
didukung oleh teori aliran kas bebas dari Jansen (1986) yang menemukan adanya
peranan dari kesempatan tumbuh perusahaan dalam kaitannya dengan perubahan
harga saham karena perubahan kebijakan struktur modal. Pada perusahaan yang
mempunyai kesempatan tumbuh yang menguntungkan mereka, harga saham akan
berubah secara positif. Jika perusahaan mengumumkan untuk meningkatkan
tambahan dana, maka pasar akan meramal kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dari dana yang ditanamkan.
Dividen yang dibayar dapat diklasifikasi sebagai arus kas pendanaan karena
merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan. Sebagai alternatif dividen yang
dibayar dapat diklasifikasi sebagai komponen arus kas dari aktivitas operasi dengan
maksud untuk membantu para pengguna laporan arus kas dalam menilai kemampuan
perusahaan membayar dividen dari arus kas operasi.
Laporan arus kas banyak digunakan sebagai alat-alat untuk menentukan
kesehatan finansial suatu organisasi. Secara umum sumber pemasukan kas meliputi
laba bersih, penurunan aktiva, peningkatan utang, dan peningkatan modal saham.
Penggunaan kas meliputi peningkatan aktiva, penurunan utang, penurunan akun
modal pemegang sahan dan deviden Transaksi investasi dan pendanaan yang tidak
memerlukan penggunaan kas setara kas harus dikeluarkan dari laporan arus kas.
Transaksi semacam itu harus diungkapkan sedemikian rupa pada catatan atas laporan
keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai
aktivitas investasi dan pendanaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat aktivitas investasi dan pendanaan yang tidak mempunyai pengaruh
langsung terhadap arus kas periode berjalan meskipun mempengaruhi struktur aktiva
serta modal perusahaan. Tidak dimasukkannya transaksi bukan kas dalam laporan
arus kas ini konsisten dengan tujuan laporan arus kas sebab transakasi tersebut tidak
mempengaruhi arus kas dalam periode berjalan. Beberapa contoh transaksi non kas
adalah :
a. Perolehan aktiva secara kredit atau melalui sewa guna usaha pembiayaan (finance
lease),
b. Akuisisi perusahaan melalui emisi saham,
c. Konversi hutang menjadi modal.
Menurut Brigham et.al (2001) Langkah yang paling penting dan paling sulit
dalam penganggaran modal adalah mengestimasi arus kas proyek, pengeluaran
investasi dan arus kas masuk bersih tahunan sebelum proyek dijalankan. Transaksi
investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas atau setara kas
harus disajikan dalam kelompok “Aktivitas yang Tidak Mempengarihi Arus Kas”
dalam laporan arus kas.
Transaksi tersebut harus diungkapan sedemikian rupa pada catatan atas laporan
keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai
aktivitas investasi dan pendanaan tersebut. Transaksi tersebut dapat berbentuk :
1. Perolehan aktiva secara kredit atau melalui sewa guna usaha finance lease,
2. Akuisisi perusahaan melalui penerbitan saham,
3. Konversi hutang menjadi modal,
Universitas Sumatera Utara
4. Kapitalisasi biaya pinjaman.
2.1.3. Pengertian Leverage Ratio
Debt to equity ratio melihat struktur keuangan perusahaan dengan
meningkatkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. Rumus untuk
menghitung debt to equity ratio ini mengindikasikan sejauh mana perusahaan dapat
menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dalam
hal terjadi likuidasi, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan pemegang
saham, kreditor memiliki hak pertama atas asset perusahaan. Dari sudut pandang
kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur permodalan perusahaan dapat dianggap
sebagai katalisator, membantu memastikan bahwa terdapat aset yang memadai untuk
menutup klaim pihak lain.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang akan dihadapi oleh
perusahaan. Resiko yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang
rendah untuk membiayai aktiva dan berdampak terhadap harga saham. Dalam Fraser,
(1988) dikatakan bahwa rasio total hutang terhadap ekuitas mengukur tingkat resiko
struktur modal perusahaan punya hubungan antara pihak yang memiliki dana dan
pihak yang membutuhkan dana. Tinggi rendahnya komposisi hutang yang ada
menunjukkan besarnya juga resiko karena kreditur harus mengantisipasi jika
kemungkinan perusahaan itu dikemudian hari mengalami kebangkrutan.
Rasio yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif lebih
besar ketimbang asset yang tersedia untuk menutupnya, meningkatkan resiko bahwa
Universitas Sumatera Utara
klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup secara penuh bilamana terjadi
likuidasi. Semakin rendah rasionya, maka semakin sedikit kewajiban perusahaan
dimasa yang akan datang. Hal tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung
berdampak terhadap harga saham. Adapun persamaan debt to equity ratio adalah :
Debt to equity ratio
2.1.4. Pengertian Earnings per Share
Rasio Earning per Share (EPS) mengukur seberapa besar pendapatan bersih
yang dihasilkan perusahaan untuk tiap lembar saham. Bagi investor rasio ini
diperlukan untuk mengetahui kemampulabaan perusahaan dalam menghasilkan laba
(earning) tiap lembar sahamnya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa nilai
suatu perusahaan pada dasarnya tergantung pada kemampulabaan perusahaan yang
merupakan sumber dana untuk membayar deviden.
Menurut Brigham (2006:196) Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang
menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas
perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS
akan menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah
deviden yang diterima pemegang saham. EPS dihitung dengan rumus berikut:
BeredarSahamJumlahBersihLabaEPS = x100%
%100xpemilikequitasJumlah
kewajibanjumlah=
Universitas Sumatera Utara
EPS adalah angka yang paling sering digunakan karena adanya anggapan bahwa EPS
mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya
deviden per saham di kemudian hari dan tingkat harga saham di kemudian hari.
2.1.5. Harga Saham dan Penilaian Saham
Analisis terhadap saham secara umum terbagi dua yaitu analisis teknikal dan
analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data harga saham di masa lalu ,
sedangkan analisis fundamental menggunakan faktor yang diidentifikasikan sehingga
dapat mempengaruhi harga saham di masa mendatang. Dasar dari analisis
fundamental adalah faktor fundamental suatu perusahaan. Faktor fundamental
perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai faktor internal perusahaan yang
digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam bentuk
laporan keuangan (Halim:2003.5).
Pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan membutuhkan suatu alat ukur,
biasanya berbentuk rasio. Analisis rasio keungan mampu memberikan manajemen
gambaran tentang perubahan-perubahan pokok trend, jumlah dan hubungan serta
alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan diharapkan dapat
membantu manajemen dalam menginterpretasikan berbagai hubungan dan
kecendrungan sehingga dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi
keberhasilan perusahaan di masa depan.
Harga saham adalah harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu
penutupan (closing price) dari suatu saham. Menurut Jogiyanto (2004) harga saham
Universitas Sumatera Utara
mencerminkan nilai dari suatu saham. Dalam penelitian ini harga saham yang
dimaksud adalah rata-rata harga saham selama lima hari sebelum dan setelah
publikasi laporan keuangan pada periode pengamatan. Harga saham yang terjadi di
pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga dari suatu
saham akan ditentukan antara kekuatan penawaran dan permintaan. Apabila
permintaan harga dari suatu saham meningkat maka harga saham akan cenderung
naik, sebaliknya apabila terjadi kelebihan penawaran maka harga saham cenderung
turun. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan harga saham di
pasar modal, diantaranya adalah kinerja perusahaan, resiko, dividen, tigkat suku
bunga, penawaran permintaan, laju inflasi, kebijakan pemerintah, dan kondisi
perekonomian.
Menurut (Gart, 1988 dalam Sularso 2003) hal-hal penting yang merupakan
faktor makro atau pasar yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah :
1. Tingkat inflasi dan suku bunga
2. Kebijakan keungan dan fiskal
3. Situasi perekonomian
4. Situasi bisnis internasional
Sedangkan faktor mikro perusahaan yang dapat menyebablkan fluktuasi harga
saham adalah :
1. Pendapatan perusahaan
2. Dividen yang dibagikan
3. Arus kas perusahaan
Universitas Sumatera Utara
4. Perubahan mendasar dalam industri atau perusahaan
5. Perubahan dalm perilaku investasi
2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)
Berikut tini akan diuraikan beberapa tinjauan dari peneliti terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian ini :
1. Andi Sularso (2003) dengan judul “Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap
Perubahan Harga Saham (Return). sebelum dan sesudah Ex-Dividen Date di
Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Variabel independennya adalah Pengumuman Dividen
dan variabel dependennya adalah Harga Saham. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat pengaruh pengumuman dividen terhadap perubahan harga saham
sebelum dan sesudah Ex-dividen date di Bursa Efek Jakarta.
2. Rahmawati (2005) dengan judul “Over Reaksi Pasar Terhadap Harga Saham
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, dengan variabel independennya
Reaksi Pasar dan variabel dependennya Harga Saham. Hasil penelitiannya
menyimpulkan terdapat indikasi reaksi berlebihan (over reaction) yang ditandai
dengan portfolio loser mengungguli portfolio winner. Efek reaksi berlebihan
terjadi tidak dalam kurun waktu yang konstan lama, tetapi terjadi terpisah-pisah
atau separatis. Fenomena reaksi pasar berlebihan oleh para pelaku investor
menyimpulkan bahwa pasar adalah tidak efisien, karena dalam pasar yang efisien,
harga saham yang ada pada saat itu bisa mencerminkan pengetahuan dan harapan
dari semua investor, sehingga investor tidak mungkin tidak mengetahui antara
Universitas Sumatera Utara
investasi yang menguntungkan dan tidak menguntungkan berdasarkan pada harga
pasar pada saat ini.
3. I.G.K.A. Ulupui (2005) dengan judul ” Analisis Pengaruh Ratio Likuiditas,
Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitaas Terhadap Return Saham”, dengan variabel
independennya adalah ratio likuiditas, leverage ratio, aktivitas, dan profitabilitas
dan variabel dependennya adalah return saham. Hasil penelitian mennunjukkan
bahwa current ratio, return on asset, total asset, turn over, berpengaruh terhadap
return saham. Sedangkan debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap
return saham.
4. Meythi (2006) dengan judul “Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham
Dengan Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening”. Variabel independennya
adalah Arus Kas Operasi, Persistensi Laba sebagai variabel intervening dan
Harga Saham sebagai variabel dependennya. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa hasil path analysis menunjukkan tidak adanya pengaruh arus kas operasi
terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening,
sehingga hipotesis penelitian tidak mendapat dukungan empiris. Hubungan
langsung dari arus kas operasi ke harga saham ini tidak didukung oleh bukti
empiris karena tidak signifikan. Menurut penelitian Meythi (2006) hasil penelitian
ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hartono (2000),
yang menyatakan bahwa dengan model level, total arus kas tidak mempunyai
hubungan yang signifikan dengan harga saham, tetapi pemisahan arus kedalam
komponen arus kas operasi, arus kas pendanaan, dan arus kas investasi
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan harga saham. Hubungan
tidak langsung antara arus kas ke operasi terhadap harga saham melalui
persistensi laba tidak didukung oleh bukti empiris.
5. San Susanto dan Ekawati (2006) tentang “Relevansi Nilai Informasi Laba Dan
Aliran Kas Terhadap Harga Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup
Perusahaan”.Adapun variabel independennya adalah nilai informasi laba dan
aliran kas sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil
penelitiannya menyatakan bahwa siklus hidup perusahaan memiliki relevansi laba
dan aliran kas. Aliran kas investasi dan aliran kas pendanaan mempunyai value
relevancy pada tahan start up. Sedangkan tahap laba, aliran kas operasi, aliran kas
pendanaan mempunya value relevance pada tahap growth (pertumbuhan). Pada
tahap mature laba dan komponen aliran kas mempunyai value relevance
sedangkan pada tahap decline aliran kas operasi dan aliran kas pendanaan yang
mempunyai value relevance, seperti yang dinyatakan oleh Susanto (2006) hasil
penelitian ini tidak menunjukkan konsistensi dengan penelitian Black (1988)
maupun Atmini (2002) tetapi diharapkan saling melengkapi satu dengan yang
lain.
6. Siaputra, Lani, dan A.Surja Atmaja (2006) mengenai pengaruh poengumuman
deviden terhadap perubahan harga saham sebelum dan sesudah Ex-deviden date
di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Variabel independennya adalah Ex-deviden dan
variabel dependennya adalah harga saham. Hasil penelitiannya menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
terdapat pengaruh pengumuman deviden terhadap perubahan harga saham
sebelum dan sesudah Ex-deviden date di Bursa Efek Jakarta.
7. Nurhidayati (2006) mengenai “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengauhi
Dividen Kas di Bursa Efek Jakarta”. Adapun variabel independennya current
ratio, EPS, ROI, cash ratio, DTA, dan size. Sedangkan variabel dependennya
adalah hasil kas. Adapun hasil penelitiannya adalah bahwa current ratio, EPS,
signifikan berpengaruh positif terhadap Dividen Kas. ROI, cash ratio, DTA, size
tidak signifikan berpengaruh terhadap Dividen Kas. Secara simultan signifikan
terhadap Dividen Kas. Adapun reviu penelitian terdahulu terdapat pada Tabel 2.1.
berikut :
Tabel 2.1. Daftar Review Peneliti Terdahulu
Nama Judul Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
Andi Sularso, 2003
Pengaruh Pengumuman Dividen terhadap Perubahan Harga Saham (Return) Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date di BEJ
Pengumum-an Dividen dan Harga Saham
Hasil menunjukkan terdapat Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date di Bursa Efek Jakarta.
Rahma wati dan Tri Suryani (2005). I G. K. A. Ulupui (2005)
Over reaksi pasar terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Laveragre,
Reaksi pasar, harga saham perusahaan manufaktur Likuiditas, rasio likuiditas, leverage,
Indikasi reaksi berlebihan (overreaction) yang ditandai dengan portfolio loser mengungguli portfolio winner. Efek reaksi berlebihan terjadi tidak dalam kurun waktu yang konstan lama, tetapi terjadi terpisah-pisah atau separatis. Current ratio, return on asset, total asset turn over berpengaruh terhadap return saham. Debt to Equity ratio tidak berpengaruh terhadap return saham
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas, dan Profitabilitas Terhadap Return Saham
aktivitas, dan profitabilitas dan return saham
Meythi ( 2006)
Pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening
Harga saham, Arus kas operasi, persistensi laba
Hasil path analysis menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening, sehingga hipotesis penelitian tidak mendapat dukungan empiris.
San Susanto
dan Erni
Ekawati (2006)
Relevansi nilai informasi laba dan aliran kas terhadap harga saham dalam kaitannya dengan siklus hidup perusahaan
Nilai informasi laba, aliran kas (cash flow), harga saham, siklus hidup perusahaan
Menyatakan bahwa siklus hidup perusahaan memiliki relevansi laba dan aliran kas. Aliran kas investasi dan aliran kas pendanaan mempunyai value relevancy pada tahan start up. Sedangkan tahap laba, aliran kas operasi, aliran kas pendanaan mempunya value relevance pada tahap growth (pertumbuhan). Pada tahap mature laba dan komponen aliran kas mempunyai value relevance sedangkan pada tahap decline aliran kas operasi dan aliran kas pendanaan yang mempunyai value relevance.
Siaputra, Lani, dan A. Surja Atmadja(2006)
Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date Di Bursa Efek Jakart(BEJ)
Ex devidend date, harga saham.
Hasil menunjukkan terdapat Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date di Bursa Efek Jakarta.
Nurhidayati
(2006)
Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi Dividen Per Lembar Saham di Bursa Efek Jakarta
Dividen Per Lembar Saham, current ratio, EPS, ROI, cash ratio, DTA, size
Current ratio, EPS signifikan berpengaruh positif terhadap Dividen Per Lembar Saham. ROI, cash ratio, DTA, size tidak signifikan berpengaruh terhadap Dividen Per Lembar Saham. Secara simultan signifikan berpengaruh positif terhadap Dividen Per Lembar Saham
Lanjutan Tabel 2.1
Universitas Sumatera Utara