M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
84
PENGARUH CITRA POLISI, PENGETAHUAN SISWA
DAN AGRESIVITAS DENGAN KEPATUHAN TERHADAP
PERATURAN LALU LINTAS PADA SISWA
DI BANDAR LAMPUNG
M. Nursalim*
Intisari
Kepatuhan dalam berlalu lintas adalah kemauan individu untuk
mengikuti peraturan atau peraturan yang mengatur aktivitas lalu
lintas di jalan raya baik karena faktor internal dan faktor
eksternal, atau dengan kata lain pemahaman atau pemaksaan
yang baik. Kepatuhan diduga berhubungan dengan citra Polisi,
Pengetahuan Siswa dan Agresivitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh antara Citra
Polisian, Pengetahuan Siswa dan Agresivitas dengan Kepatuhan
terhadap peraturan lalu lintas, hipotesis yang diajukan: 1. Ada
hubungan antara Citra Polisi, Pengetahuan Siswa dan
Agresivitas dengan Kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas, 2.
Ada hubungan antara Citra Polisi dengan Kepatuhan terhadap
peraturan lalu lintas, dan 3. Ada hubungan antara Pengetahuan
Siswa dengan Kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas, dan 4.
Ada hubungan antara Agresivitas dengan Kepatuhan terhadap
peraturan lalu lintas.
Populasi penelitian adalah siswa SMK Negeri 1 Bandar Lampung
dengan jumlah siswa sebanyak 1452 orang. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik Stratified Proportional Random
Sampling, dan didapatkan sebanyak 74 siswa sebagai sampel.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes
prestasi untuk mengungkap pengetahuan Pelajar dan Skala
Psikologis yang terdiri dari; 1 Skala Citra Polisi, 2. Skala
Agresivitas dan, 3. Kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas.
Untuk menguji hipotesis tersebut kita dapat menggunakan teknik
statistik Anilisis Regresi dengan 3 prediktor. Hasil yang dapat
disimpulkan adalah;
1. R = 0,651 dan p = 0,000 (p <1%), artinya bersama-sama ada
pengaruh antara citra polisi, pengetahuan dan agresivitas
siswa dengan kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas dan
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
85
ketiga variabel tersebut secara efektif berkontribusi 42%
terhadap kepatuhan.
2. t = 2,602 dengan sig = 0,011 (p <0,05) ada hubungan anatara
citra polisis dengan kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas .
3. t = 3,158 dengan sig = 0,002 (p <0,01) artinya ada hubungan
yang sangat signifikan antara pengetahuan siswa dengan
kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas.
4. t = -5.351 dengan sig = 0,000 (p <0,01) artinya ada korelasi
negatif antara agresivitas dengan kepatuhan terhadap
peraturan lalu lintas.
Kata kunci: Keberatan dalam peraturan lalu lintas, citra Polisi,
Pengetahuan Siswa, Agresivitas
A. Pendahuluan Pertumbuhan ekonomi yang pesat dewasa ini juga telah
membawa perubahan dalam pemenuhan kebutuhan terutama di
bidang alat transportasi darat khususnya, mobil dan sepeda motor.
Sebagai gambaran menurut Ditlantas Polda Lampung
diperkirakan pertumbuhan mobil secara nasional sampai akhir
2014 sebanyak 1,7 juta unit dan sepeda motor 7,9 juta unit, dan
akan terus tumbuh rata rata 9% per tahun Meningkatnya jumlah
kendaraan bermotor seyogyanya diimbangi dengan kemajuan
sarana dan prasarana jalan seperti rambu-rambu lalu lintas dan
lain-lain, juga perilaku para pengendara dan masyarakatnya, serta
tak kalah pentingnya adalah perilaku penegak hukum yang
bersih dan berwibawa Agar kenyamanan dan keamanan dalam
berkendaraan tetap terjamin, mestinya juga ditingkatkan pula
kesadaran akan ketertiban dan kedisiplinan berlalu-lintas.
Kedisiplinan berkaitan erat dengan pelaksanaan hukum,
sedangkan pelaksanaan hukum merupakan bagian dari proses
penegakan hukum. Salah satu hal yang sangat menonjol dalam
kehidupan yang berkaitan erat dengan disiplin adalah kegiatan
sehari-hari di jalan raya. Proses penegakan hukum di jalan raya
memiliki lika-liku yang unik yang melibatkan masyarakat
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
86
(pemakai jalan), aparat penegak hukum (polisi), dan peraturan
dan hukumnya.1
Transportasi jalan diselenggarakan untuk mewujudkan lalu
lintan dan angkutan jalan raya dengan selamat, aman, cepat,
lancer, tertib dan teratur, aman dan efisien, mampu memadukan
mode transportasinya lainnya, menunjang pemerataan
pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong pembangunan
Nasional.
Kenyataan di lapangan menunjukan hal yang sangat
berbeda. Problem lalu lintas menjadi problem keseharian
masyarakat perkotaan, titik kemacetan lalu lintas makin hari
makin meluas. Pelanggaran lalu lintas dapat ditemui di setiap
perempatan jalan. Becak, sepeda, bus kota, dan pejalan kaki yang
lebih suka memotong arus lalu lintas dari pada melalui tempat
penyeberangan. kendaraan roda dua atau roda empat saling
serobot yang sering mengakibatkan kecelakaan lalu lintas 2.
Permasalahan-permasalahan lalu lintas seperti kemacetan,
pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas terus berkembang.
Pelanggaran lalu lintas dipandang memberi kontribusi yang
cukup besar pada kecelakaan lalu lintas. Karena kasus kecelakaan
lalu lintas yang terjadi pada umumnya diawali dengan
pelanggaran lalu lintas oleh pengemudi. Lalu disebabkan oleh
kondisi kendaraan, jalan dan alam. Faktor penyebab kecelakaan
lalu lintas jalan menurut kajian balitbang Kementerian PU
sebesar 67% karena human error (kesalahan manusia), sedangkan
sebesar 33% disebabkan oleh kondisi jalan, lingkungan, cuaca
dan kendaraan bermotor yang tidak layak jalan.3
Jumlah kecelakaan lalu lintas di Bandar Lampung dapat
dilihat melalui tabel yang tertera di bawah ini yaitu jumlah
kecelakaan lalu lintas tahun 2013 dan 2014.
1 Kunarto, 1995. Merenungi kritik terhadap polri. Jakarta : Cipta
Manunggal, 71 2
Maliana Sabirin, 2005. Lalu lintas jogja perlu solusi.
http://www.pikiran.rakyat.com/ceta/1204/12/hikmah/utama01.htm. 10
april 2015 3
(http://www.menkokesra.go.id/content/rakor-dampak-
kecelakaan-lalu-lintasdarat-bagi-kesehatan-sosial-dan-
ekonomi, diakses pada tanggal 24 Februari 2015)
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
87
Tabel 1. Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas No Tahun Jumlah Korban Kerugian
Materiil Meninggal Luka
Berat
Luka
Ringan
1. 2013 302 77 105 307 Rp.1.032.700.000
2. 2014 431 82 135 443 Rp.1.664.750.000
Sumber : Unit Laka Lantas Polresta Bandar Lampung 2014
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa jumlah
kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Bandar Lampung belum
dapat diminimalisir. Jumlah kecelakaan lalu lintas pada tahun
2014 lebih banyak jika dibanding tahun 2013. Hal ini pun
berbanding lurus dengan peningkatan jumlah korban, baik korban
meninggal dunia, korban luka berat dan korban luka ringan.
Kerugian material akibat kecelakaan lalu lintas pun semakin besar
jumlahnya.
Kecelakaan lalu lintas yang terjadi di wilayah Bandar
Lampung juga lebih didominasi oleh sepeda motor, hal ini sesuai
dengan data yang dihimpun oleh pihak Satlantas Polresta Bandar
Lampung pada tahun 2014 tentang kecelakaan lalu lintas yakni,
pada tahun 2014 jumlah kecelakaan lalu lintas sepeda motor
adalah 525 kejadian, mobil penumpang 51 kejadian, mobil beban
20 kejadian, bus 2 kejadian dan kendaraan khusus 1 kejadian.
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sepeda motor menempati
urutan pertama kendaraan yang paling banyak mengalami
kecelakaan, selain itu jumlah korban meninggal dunia yang
diakibatkan karena kecelakaan sepeda motor jumlahnya sangat
banyak jika dibandingkan dengan kecelakaan yang disebabkan
oleh kendaraan lain.
Pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi antara lain
berkendara tidak memakai helm, tidak menyalakan lampu sign
sepeda motor di siang hari, menerobos lampu merah, dan
melanggar marka, berkendara secara ugal-ugalan dan melebihi
batas kecepatan serta berkendara tidak dilengkapi dengan SIM
dan STNK. Sedangkan untuk profesi pelanggar lalu lintas tahun
2014 adalah sebagai berikut;
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
88
Tabel. 2. Profesi Pelanggar Lalu Lintas Tahun 2014 N
o
Jenis Jumlah
Pelangga
ran
Profesi Pelanggar Lalu Lintas
PNS Swasta Maha
siswa
Pelajar Penge
mudi
Lain-
lain 1 Tilang 40.389 120 22.180 4.656 9.026 1.677 2.730
2 Tegur
an
24.616 162 11.910 3.234 6.825 929 1.556
Jumla
h
65.005 282 34.090 7.890 15.851 2.606 4.286
Sumber : Satlantas Polresta Bandar Lampung Tahun 2014
Berdasarkan data pada table.2 pelanggaran dilakukan oleh
kalangan pelajar 15.851 atau 24,38% yang termasuk usaha
produktif, padahal kalangan pelajar merupakan anggota
masyarakat yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan secara sistematis, pelajar adalah generasi muda yang
kelak akan menggantikan tugas para orang tua, guru, dan bahkan
dapat menjadi aparat penegak hukum.
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode
"badai dan tekanan" masa dimana ketegangan emosi meninggi
sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjsr. Ketegangan
emosi pada masa remaja yang khas juga dipengaruhi oleh kondisi
sosial yang mengelilingi remcja karena rnereka berada dibawah
tekanan sosial dan kondisi baru, tidak semua remaja mengalami
masa "badai dan tekanan" tapi sebagian besar mengalami sebagai
konsekwensi dari pola-pola perilaku baru dan harapan sosial yang
baru.
Kunarto berpendapat kepatuhan lalu lintas di kalangan
pelajar, disamping ditentukan oleh faktor pemahaman terhadap
peraturar dan pelaksanaanya, sikap terhadap keselamatan dan
keamanan diri dan pemakai jalan yang lain, sikap dan perilaku
hati-hati, serta kesiapan individu dan kendaraan, juga dipengaruhi
karakteristik kalangan siswa iti sendiri yattu ; Perkembangan dan
kondisi psikis;nya, tingkat pendidikan yang mereka peroleh,
situasi yang melingkupi pelaksanaan peratura perundangan
tersebut di lapangan4.
SMK Negeri 1 adalah sekolah yang terletak di jalan pulau
Morotai yang menghubungkan jalan Pangeran Antasari dengan
4 Kunarto, 1995. Merenungi kritik terhadap polri, 67
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
89
jalan Jend.Urip Sumoharjo. Jalan pulau Morotai bukan jalan raya
yang ramai (seperti jalan P.Antasari dan jalan Jend.Urip
Sumoharjo) dan banyak terhubung dengan jalan-jalan kecil
lainnya dan kondisi ini sangat mendukung siswa-siswi untuk
melakukan pelanggaran lalu lintas.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan
pada tanggal 26 Maret 2015 terhadap beberapa siswa SMK
Negeri 1 Bandar Lampung, menunjukkan bahwa siswa SMK
Negeri termasuk pelajar yang belum dapat berperilaku patuh di
jalan raya. Fenomena kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas
yang rendah terlihat dari pemahaman terhadap peraturan lalu
lintas yang kurang, tidak rnemperhatikan keselamatan dan
keamanan diri serta pemakai jalan yang lain, sikap dan perilaku
hati-hati. Siswa SMK Negeri 1 Bandar Lampung juga banyak
belum memiliki SIM ada 4 dari 14 siswa atau 29% meski mereka
menggunakan kerdaraan bermotor dan telah memenuhi syarat
untuk mendapatkannya.
Natakusuma mengemukakan setiap kejadian kecelakaan di
jalan raya berawal dari pelanggaran lalu lintas. Polisi sebagai
penegak hukum sudah seharusnya memberikan pembinaan dan
penyuluhan pada rernaja terutama pelajar di sekolah untuk
mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran yang dilakukan
o!eh kalangan pelajar di jalan raya harus ditindak dengan tegas
seperti tidak memakai helm, ngebut, mengemudi saat mabuk,
menerjang lampu merah dan pelanggaran lain yang dapat
membahayakan pengguna jalan.5
Polisi sebagai penegak hukum di jalan raya harus
mempunyai kemampuan dalam memahami apa yang hendak
ditegakkan. Tugas polisi lalu lintas (polantas) sebenarya tidak
sekedar menegakkan hukum, tetapi lebih dari itu membina moral
bangsa di jalan raya. Tugas utama bagi Polisi semakin berat
untuk memperbaiki kepercayaan masyarakat pada hukum dan
prosedurnya yang selama ini cukup buruk dalam masyarakat.
Menurut Kunarto tugas Polantas relatif lebih berat
dibandingkan dengan tugas polisi yang lain. Pertama polisi
5
Natakusuma Romdhon, 2005. Pelajar pelaku tertinggi
pelanggaran lalu lintas dalam Suara Merdeka edisi 26 Agustus 2005
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
90
merupakan etalase hukum dan budaya bangsa, jika polisi baik
maka kehidupan masyarakat juga baik. Polantas merupakan
etalase polisi, apabila satuan ini baik maka satuan yang lain baik.
Hal ini dikarenakan polantas yang setiap hari terjun dalam
masyarakat, sehingga masyarakat langsung dapat menilai
polantas dari sudut pandang masing-masing.6
Polisi lalu lintas sudah tercitra mencari "rejeki lebih" maka
tugas seolah-olah menjadi nomor dua. Polantas sebenarya refleksi
POLRI karena mereka menyandang misi berat dalam
membangun persepsi masyarakat pada hukum dan prosedurnya.
Kedua mudahnya pengurusan SIM dengan cara membayar tanpa
tes, mengakibatkan banyak pengendara yang tidak layak
mengemudi mendapat SIM sehingga menimbulkan permasalahan
di jalan raya.
Polisi dinilai sebagai kepanjangan tangan dari kekuasaan
pemerintah. Masyarakat yang tidak puas dengan pemerintah
sering melakukan demo yang akhirnya melampiaskanya pada
polisi sebagai bentuk kekesalannya. Masyarakat banyak yang
tidak puas dengan kinerja polisi. Masyarakat mengeluh apabila
berurusan dengar polisi berarti mengeluarkan uang dan
melibatkan polisi dalam masalah justru menambah masalah.7
Persepsi terhadap polisi adalah cara pandang atau
penilaian seseorang terhadap status dan peran polisi yang
dilandasi harapan-harapan seseorang terhadap polisi dan
kenyataan yang diketahui tentang polisi dalam masyarakat.
Seseorang menilai polisi dengan cara mengintegrasikan polisi
berdasarkan konstruk yang berisi ciri sifat yang ada. Terdapat
kecenderungan untuk menggunakan stereotipe yang ada tentang
polisi sebagai landasan untuk membangun kesan tentangnya.8
Kepatuhan berlalu lintas di jalan raya dilandasi sikap
terhadap peraturan lalu lintas dan situasi pelaksanaan peraturan
tersebut. Situasi tersebut meliputi petugas, sarana prasarana, dan
6 Kunarto, Merenungi kritik terhadap polri, 91
7 Manggala. 2005. Polisi tidak gampang mendulang simpati.
Manggala edisi September 2005 hlm. 7 Yogyakarta. 8 Argyle, M. 1994. The Psychology of Interpersonal Behavior.
Fifty edition, New York : Penguin Books, 102-105
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
91
Hukum atau aturan itu sendiri. Petugas dalam menindak
pelanggaran yang kurang tegas serta persepsi masyarakat tentang
polisi terutama polantas mungkin penyebab ketidak patuhan
masyarakat. Kemungkinan yang lain sarana dan prasarana lalu
lintas yang kurang memadai, seperti minimnya rambu-rambu lalu
lintas dan marka jalan.
Selain itu kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas diduga
dipengaruhi oleh citra politi, pengetahuan siswa dan agrsevitas.
Citra polisi adalah bagaimana individu mengetahui,
menginterpretasi dan mengevaluasi polisi mengenai ciri-sifatnya,
kualitasnya, dan keadaan lain yang ada dalam diri polisi yang
akan berpengaruh pada sikap, interaksi, dan perilaku individu
terhadap polisi.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour),
dari pengalaman dan penelitian perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasarkan oleh pengetahuan9. Agresi merupakan perasaan marah
atau permusuhan yang berfungsi sebagai suatu motif untuk
melakukan respon berupa perlakuan kasar, penghinaan dan
frustasi10
.
Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh citra polisi, pengetahuan siswa dan
agresivitas dengan kepatuhan terhadap peraturan lalu
lintas?
2. Seberapa besarkah pengaruh citra polisi, pengetahuan
siswa dan agresivitas dengan kepatuhan terhadap peraturan
lalu lintas?
B. Tinjauan Pustaka
1. Kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas
Kepatuhan berarti kesediaan dan kesanggupan untuk
menerima dan mengikuti perintah pihak yang memegang otoritas,
9
Sukidjo Notoatmodjo, 2005, Ilmu Perilaku dan Pendidikan
Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta, 95-99 10
Kartono & Gulo, D. 1987. Kamus Psikologi. Bandung : Pionir
Jaya, 25
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
92
Gamson mengatakan kepatuhan (abedience) adalah rasa bahwa
individu harus melakukan seperti yang diperintahkan oleh
otoritas11
. Milgram menyebutkan bahwa kepatuhan merupakan
perilaku individu untuk menyetujui dan melakukan setiap perintah
atau peraturan yang berlaku di mana dia berada12
.
Peraturan lalu lintas adalah tataan (petunjuk, kaidah,
ketentuan) yang dibuat untuk mengatur gerak kendaraan, orang,
dan hewan di jalan, dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas
dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan
teratur.
Suekanto mengemukakan peraturan lalu lintas dan
angkutan jalan raya pada dasarnya berisi suruhan, larangan, dan
pembolehan yang mencakup paling sedikit tiga bidang utama
yaitu :
a. Peraturan mengenai pemakaian jalan yang menyangkut
manusia sebagai pejalan kaki dan pengendara bermotor
atau tidak bermotor
b. Peraturan mengenai sarana angkutan yang digunakan di
jalan raya
c. Peraturan mengenai jalan, khususnya tentang klasifikasi
jalan raya, jenis-jenis peraturan, rambu-rambu, dan
seterusnya13
.
Peraturan lalu lintas mencakup semua prosedur yang berisi
suruhan, larangan dan pembolehan yang menyangkut aktivitas di
jalan raya baik berupa undang-undang rabu-rambu, marka jalan,
serta petugas yang berfungsi sebagai pengawas, pengatur dan
penegak hukum di jalan raya.
2. Citra polisi
Rakhmat mengemukakan citra adalah gambaran realitas
dan tidak harus sesuai dengan realitas14
. Citra adalah dunia
menurut persepsi kita, citra keseluruhan inforasi yang telah diolah,
diorganisasikan, dan disimpan. Tagiuri mendefinsikan persepsi
11
Gamson, W. A. 1968. Power and Discontent. Hoom wood II :
Darsey Press., 87-88 12
Sears, D. O. 1992. Psikologi Sosial jilid satu, Jakarta : Penerbit
Erlangga, 141-143 13
Soekanto dan Abdullah. 1999. Psikologi Hukum. Jakarta :
Pustaka Ilmu, 89
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
93
merupakan suatu proses individu untuk mengetahui,
menginterpretasikan dan mengevaluasi obyek atau individu lain
yang dipersepsi, tentang sifat-sifat, kualitasnya, dan keadaan lain
yang ada dalam diri individu yang dipersepsi, sehingga terbentuk
gambaran mengenai individu yang dipersepsi15
.
Black mendefinisikan polisi adalah departemen
pemerintahan atau bagian dari pemerintahan yang bertugas
memelihara keamanan ketertiban, ketentraman masyarakat,
mencegah dan menindak pelaku kejahatan16
. Sadjijono
mendefinisikan polisi ialah badan atau lembaga yang harus
menjalankan fungsi pemerintahan dan sebagai sebutan dari
anggota lembaga.
Citra polisi adalah bagaimana individu mengetahui,
menginterpretasi dan mengevaluasi polisi mengenai ciri-sifatnya,
kualitasnya, dan keadaan lain yang ada dalam diri polisi yang
akan berpengaruh pada sikap, interaksi, dan perilaku individu
terhadap polisi.
Polisi memiliki fungsi menjamin ketertiban dan keamanan,
serta pelaksanaan hukum dalam masyarakat. Peran tersebut
mengandung kekuasaan untuk mengawasi, mengatur dan
penegakan hukum sehingga dalam praktek pekerjaan polisi
bersifat melayani, mendidik dan sekaligus menindak masyarakat
dalam pelaksanaan hukum.
Polisi lalu lintas (Polantas) sebagai penegak hukum di
jalan raya harus mempunyai kemampuan dalam memahami apa
yang hendak ditegakkan. Polantas dalam tugasnya tidak sekedar
menegakkan hukum, tetapi yang lebih luhur adalah membina
moral di jalan raya, dan menjaga kepercayaan masyarakat tentang
hukum serta prosedurnya yang „adil‟. Polisis merupakan etalase
hukum dan budaya bangsa, jika polisi baik maka kehidupan
masyarakat juga baik, Polantas merupakan etalase polisi, apabila
satuan ini baik maka satuan yang lain baik. Hal ini dikarenakan
Polantas yang setiap hari terjun dalam masyarakat, sehingga
15
Bimo Walgito. 2005. Pengantar Psikologi Umum, Edisi Revisi
Yogyakarta : Andi Offset., 25-26 16
Sadjijono. 2005. Hukum kepolisian perspektif kedudukan dan
hubungannya dalam hukum administrasi. Surabaya. Laksbang
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
94
masyarakat langsung dapat menilai Polantas dari sudut pandang
masing-masing. Polantas sudah tercitra mencari „rejeki lebih‟
maka tugas seolah-olah menjadi nomor dua.
3. Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pengetahuan
adalah pengertian, pendapat, aliran, mengerti benar17
. Maka dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan adalah pengertian atau mengerti
benar tentang sesuatu. Pengertian dapat juga diartikan sebagai
penerimaan dengan cermat dari stimuli atau isi pesan secara
cermat dari apa yang disampaikan komunikator.
Terkait dengan pengertian pengetahuan merupakan
penelaahan berbagai proses kognitif yang difokuskan pada
stimuli, terutama terhadap perorangan dan kelompok, yang
menjadi inti pendekatan pengetahuan adalah pandangan bahwa
persepsi manusia merupakan proses kognitif memandang orang
sebagai pengamat yang mengorganisasikan secara aktif, jadi
bukan sekedar kotak yang pasif, mereka dimotivasikan kebutuhan
untuk mengembangkan kesan yang terpadu dan berarti.
Notoatmojo, mendefinisikan pengetahuan sebagai
pengertian atau mengerti benar tentang sesuatu. Pengertian dapat
juga diartikan sebagai penerimaan dengan cermat dari stimuli atau
isi pesan secara cermat dari apa yang disampaikan. Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap sutu objek tertentu, terbentuknya suatu
perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada domain
kognitif. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behaviour), dari pengalaman dan penelitian perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasarkan oleh pengetahuan18
.
4. Agresivitas
Secara umum agresi dapat diartikan sebagai suatu
serangan yang dilakukan oleh suatu organism terhadap organism
lain, obyek lain atau bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini
berlaku bagi semua makhluk vertebrata, sementara bagi pihak
18 Sukidjo Notoatmodjo, Ilmu Perilaku, 103
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
95
manusia masalah agresi sangat komplek karena adanya peranan
perasaan dan proses-proses simbolik.
Agresi merupakan perasaan marah atau permusuhan yang
berfungsi sebagai suatu motif untuk melakukan respon berupa
perlakuan kasar, penghinaan dan frustasi19
.
Chaplin mendefinisikan agresi sebagai suatu bentuk
penyerangan tindakan permusuhan yang diarahkan pada orang
atau benda20
. Sedangkan Morre dan Fine memberiikan pengertian
agresi dilihat dari sudut pandang perilakunya21
. Mereka
menyatakan bahwa agresi adalah perilaku kekerasan secara fisik
ataupun verbal terhadap objek atau individu lain. Dapatlah
diartikan bahwa sasaran perilaku agresi tidak terbatas pada
manusia, tetapi juga benda.
Kaplan dan Sadock menyatakan, bahwa agresi adalah tiap
bentuk perilaku yang tujuannya menyakiti atau melukai orang lain
yang dimotivasi menghindari perlakuan tersebut22
. Sementara,
Baron dan Byne menyebutkan bahwa perilaku agresi merupakan
usaha untuk melukai pihak lain dan dari pihak lain berusaha untuk
menghindar23
. Akibat perilaku agresi dapat berupa fisik maupun
psikis. Selanjutnya Dayaksini menyatakan bahwa unsur penting
dari agresi yakni adanya tujuan atau kesenjangan dalam
melakukannya sehingga suatu peristiwa yang terjadi secara
kebetulan meskipun menghasilkan agersi bagi orang lain maka ini
tidak dimaksudkan dalam agresi24
.
Bruno mengatakan bahwa agresi dapat terlihat pada waktu
seorang remaja menyerang orang lain atau benda secara fisik atau
secara verbal dengan nada permusuhan. Seperti halnya terjadi
pertengkaran, saling melempar ejekan dan saling memaki. Bila
perdebatan semakin sengit, remaja menjadi naik pitam dan saling
20 Chaplin, 2001. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan. Jakarta
: Rajawali. 21
Koswara, Teori Agresi, Bandung ; Tarsito, 57 22
Kaplan & Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri. Alih bahasa.
Widjaya Kusuma. Jakarta. Binarupa Aksara., 45 23
Rahmawati 24
Dayakisni, T & Hudaniyah. 2003. Psikologi Sosial. Malang : UMM
Press, 65
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
96
melempar25
. Sikap di atas telah menunjukkan agresi yang sering
terjadi pada remaja.
5. Pengaruh antara Citra Polisi, Pengetahuan dan
Agresivitas dengan Kepatuhan terhadap peraturan lalu
lintas
Individu dalam berperilaku patuh dipengaruhi oleh faktor
eksternal (tekanan sosial) dan faktor internal (personal)
merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri individu seperti
tanggung jawab, kepribadian, kognitif, dan kondisi psikologis.
Proses kognitif meliputi penerimaan dan penyimpanan informasi,
perhatian, persepsi dan ingatan. Sears mengemukakan penilaian
memainkan peranan penting pada kepatuhan26
.
Sears mengatakan yang paling penting dalam kepatuhan
adalah adanya pemegang otoritas yang sah dalam situasi itu sesuai
dengan norma sosial yang berlaku, yang dimaksud legitimasi
adalah keyakinan umum bahwa pihak otoritas mempunyai hak
untuk menuntut kepatuhan terhadap perintahnya. Freidrich
mengatakan bahwa kepatuhan pada otoritas akan terjadi jika
perintah dilegitimasi dalam konteks peraturan dan nilai-nilai27
.
Polisi lalu lintas (Polantas) adalah pemegang otoritas yang sah di
jalan raya dan peraturan lalu lintas merupakan peraturan standar
yang berlaku dalam masyarakat ketika di jalan raya.
Polantas memiliki fungsi menjamin ketertiban dan
keamanan, serta pelaksanaan hukum dalam masyarakat. Peran
tersebut mengandung kekuasaan untuk mengawasi, mengatur, dan
penegakan hukum sehingga dalam praktek pekerjaan polisi
bersifat melayani, mendidik dan sekaligus menindak masyarakat
dalam pelaksanaan hukum. Informasi yang dimiliki individu
tentang polisi memiliki peran yang penting dalam penilaian
individu tentang polisi misalnya polisi bersifat rasis, polisi tidak
tegas dalam menindak pelanggar hukum dan sebagainya. Proses
evaluasi atau interpretasi berdasarkan informasi yang dimiliki
individu disebut persepsi. Wilson mengemukakan, ketika individu
memiliki alas an untuk percaya bahwa sistem yang ada tidak adil
misalnya polisi bersikap rasis, maka perilaku patuh hukum dan
26 Sears, Psikologi Sosial, 75
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
97
kepercayaan pada sistem akan menurun28
. Darley menambahkan,
sama halnya ketika ada perbedaan antara rasa keadilan yang
dipersepsikan oleh rata-rata individu dengan hukum yang berlaku,
individu cenderung mengabaikan hukum dan penegaknya29
.
Woodbury mengemukakan, prosedur atau tindakan yang
dilakukan oleh polisi mempengaruhi persepsi tentang hukum dan
keadilan.
Tagiuri mendefinisikan persepsi merupakan suatu proses
individu untuk mengetahui, menginterpretasikan, dan
mengevaluasi obyek atau individu lain yang dipersepsi.30
Sadil
berkeyakinan bahwa persepsi dianggap mempunyai implikasi
yang penting untuk bertingkah laku dan sangat menentukan
bagaimana individu itu bersikap dan berinteraksi dengan individu
atau obyek yang dipersepsi tersebut, apabila orang mempunyai
anggapan tertentu mengenai polatas, maka hal itu akan
menentukan reaksi orang tersebut terhadap Polantas, baik untuk
mengontrol maupun untuk menentukan reaksinya.31
Uraian di atas menunjukkan bahwa persepsi individu
terhadap polisi dapat mempengaruhi kepatuhan terhadap peraturan
lalu lintas. Persepsi yang positif terhadap polisi dapat mendorong
individu untuk patuh pada aturan dan hukum yang ada demikian
juga sebaliknya persepsi yang negative dapat membuat individu
untuk mengabaikan hukum dan penegaknya.
6. Hipotesis
Penelitian ini mengajukan hipotesis yaitu :
a. Hipotesis Mayor ; Ada pengaruh antara citra polisi,
pengetahuan siswa dan agresivitas dengan kepatuhan
terhadap peraturan lalu lintas.
b. Hipotesis minor :
1). Ada hubungan positif antara citra polisi dengan kepatuhan
terhadap peraturan lalu lintas. Semakin positif citra polisi
28
Baron and Byrne. 2005. Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh.
Jakarta : Erlangga, 112 29
Baron and Byrne. 2005, Psikologi Sosial, 117 30
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi , 32 31
Sadli, 1977. Persepsi Sosial mengenai perilaku menyimpang. Jakarta :
Bulan Bintang., 81
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
98
semakin tinggi tingkat kepatuhan terhadap peraturan lalu
lintas,
2) Ada hubungan positif antara pengetahuan siswa dengan
kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas, semakin tinggi
pengetahuan siswa maka akan semakin patuh terhadap
peraturan lalu lintasdan sebaliknya.
3) Ada hubungan negative antara agresivitas dengan kepatuhan
terhadap peraturan lalu lintas. Semakin tinggi tingkat
agresivitas maka akan semakin tinggi pula untuk melanggar
peraturan lalu lintas dan sebaliknya.
C. Metode Penelitian
1. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel
Subyek penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik
sampling Stratiafied Proporsional Random Sampling, ditetapkan
jumlah sample 5% x 1452= 72,6 dibulatkan menjadi 74 siswa,
selanjutnya dibuat proporsional yang berstrata berdasarkan kelas
yang akhirnya diperoleh sebagai subyek adalah dari kelas 1 = 15
siswa, kelas 2 = 22 siswa dan kelas 3 = 37 siswa
Metode pengumpulan data mempunyai tujuan untuk
mengungkap fakta mengenai variabel-variabel yang akan diteliti
(Azwar, 2003). Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini berupa skala psikologis terdiri dari ; 1.Skala Citra
Polisi, 2.Skala Agresivitas, 3. Skala Kepatuhan dan 4. Tes Prestasi
Pengetahuan siswa
Sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu untuk melihat
adanya pengaruh Antara Citra Polisi, Pengetahuan siswa dan
Agresivitas dengan Kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas,
maka tehnik analisis yang tepat diperguna adalah teknik Analisis
Regresi dengan tiga prediktor.
D. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil R = 0,651
dengan p < 0,01, berarti secara bersama-sama ada hubungan yang
signifikan antara citra polisi, pengetahuan siswa dan agresivitas
dengan kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas, hal ini
menunjukan hubungan yang positif dan sangat signifikan antara
variabel citra terhadap polisi, pengetahuan siswa dan agresivitas
dengan kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas. Semakin positif
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
99
citra terhadap polisi dan tingginya pengetahuan siswa terhadap
praturan lalu lintas akan membuat siswa akan patuh terhadap
peraturan lalu lintas dan semakin rendah tingkat agresivitas maka
akan semakin patuh terhadap peraturan lalu lintas.
Adapun hasil untuk masing-masing variabel diperoleh
hasil t= 2,602 dengan sig=0,011, ada hubungan antara citra polisi
dengan kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas, artinya semakin
positif citra terhadap polisi, maka akan diikuti dengan semakin
tinggi kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas. Begitu pula
sebaliknya semakin negatif citra polisi diikuti dengan semakin
rendah kepatuan terhadap peraturan lalu lintas.
Untuk hipotesis minor kedua diperoleh hasil t = 3,158
dengan sig = 0,002 (p<0,01) berarti ada hubungan yang sangat
signifikan antara pengetahuan siswa dengan kepatuhan terhadap
peraturan lalu lintas, jika siswa memiliki pengetahuan yang tinggi
terhadap peraturan lalu lintas maka siswa akan memiliki
kepatuhan yang tinggi terhadap peraturan lalu lintas dan sebalik
jika pengetahuan siswa rendah maka akan rendah pula tingkat
kepatuhan. Dan untuk hipotesis minor ke tiga didapatkan hasil t= -
5,351 dengan sig=0,000 (p<0,01) berarti ada hubungan negatif
antara agresivitas dengan kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas,
semakin tinggi agresivitas maka akan semakin rendah tingkat
kepatuhan dan sebaliknya jika tingkat agresivitas rendah maka
akan tinggi tingkat kepatuhan peraturan lalu lintas.
Adanya hubungan positif antara ketiga variabel di atas
dapat dijelaskan sebagai berikut, Milgram mengatakan elemen
kognitif memainkan peranan penting dalam kepatuhan terutama
penilaian. Seseorang menilai orang lain akan dipengaruhi oleh
pengetahuan dan harapan. Kesan yang terbentuk tentang individu
lain dilandasi pengetahuan hidupnya dalam berinteraksi dengan
individu tersebut, dimensi pengetahuan, harapan, ataupun
penilaian saling mempengaruhi satu sama lain. Pengetahuan
individu tentang individu lain akan bertambah atau mempengaruhi
bagaimana pengetahuan individu tentang individu lain dilandasi
pengetahuan dan harapan individu tersebut32
.
Sears mengatakan hal yang paling penting dalam
kepatuhan adanya pemegang otoritas yang sah dalam situasi itu
32
Sears, Psikologi Sosial, 101
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
100
sesuai dengan norma sosial yang berlaku, seseorang otoritas
memiliki hak untuk menuntut kepatuhan dari perintahnya. Polisi
lalu lintas adalah pemegang otoritas sah dalam situasi itu yang
mempunyai kekuatan hukum dan hak legitimasi untuk menuntut
kepatuhan terhadap perintahnya33
. Orang mematuhi perintah
karena percaya bahwa dirinya harus melakukan apa yang
diperintah oleh otoritas34
, Tyler mengemukakan orang akan
mematuhi hukum dan menerima keputusan otoritas selama
mereka percaya bahwa hukum dan prosedurnya “adil” (fair dan
just). Wilson mengatakan ketika orang memiliki alasan untuk
percaya bahwa hukum dan sistem yang ada tidak adil maka
perilaku patuh hukum dan kepercayaan mereka pada hukum
menurun, dan orang-orang cenderung untuk mengabaikan hukum
dan aparat penegak hukum.
Woodbury mengatakan prosedur atau perilaku yang
dilakukan oleh polisi akan mempengaruhi persepsi seseorang
tentang hukum dan keadilan. Dali persepsi mempunyai implikasi
penting untuk bertingkah laku, dan sangat menentukan bagaimana
individu itu bersikap dan berinteraksi dengan individu atau obyek
yang dipersepsi tersebut. Ketika seseorang mempersepsi polisi
buruk misalnya polisi bersikap rasis atau yang lain, hal ini akan
mempengaruhi sikap orang tersebut pada polisi atau hal lain yang
berkaitan erat dengan polisi, misalnya perilaku patuh35
.
Peneliti juga melakukan analisis untuk mengetahui berapa
besar sumbangan efektif variabel bebas dalam mempengaruhi
variabel tergantung. Citra terhadap polisi dan pengetahuan siswa
dan agresivitas secara bersama-sama memberikan sumbangan
efektif terhadap kepatuhan terhadap perturan lalu lintas sebesar
42,3 % (R square 0,423 x 100%), berarti sisanya 57,7% adalah
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan terhadap
peraturan lalu lintas yang tidak masuk dalam penelitian ini.
33
Sears, Psikologi Sosial, 109 34
Gamson, W. A. 1968. Power and Discontent. Hoom wood II :
Darsey Press. 35
Kartono & Gulo, D. 1987. Kamus Psikologi. Bandung : Pionir
Jaya
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
101
Selain itu nilai statistic deskripstif untuk variabel
Kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas yang termasuk kategori
tinggi ada 28 siswa (38%), kategori sedang 42 siswa (57%) dan
yang rendah hanya 4 siswa (5%), mayoritas subyek (43,62%)
berada dalam kategori sedang. Untuk kepatuhan terhadap
peraturan lalu lintas mayoritas siswa yang memiliki SIM 72% (13
siswa) termasuk kategori patuh, dan hanya 5 siswa termasuk
kategori sedang 28%.
E. Penutup
Dari penelitian yang dilakukan didapat hasil dengan
kesimpulan :
1. Ada hubungan antara citra polisi ,pengetahuan dan agresivitas
dengan kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas. Citra
terhadap polisi, pengetahuan siswa dan agresivitas secara
bersama-sama memberikan sumbangan efektif terhadap
kepatuhan terhadap perturan lalu lintas sebesar 42,38%.
Artinya cintra polisi, pengetahuan siswa dan agresivitas
memberi pengaruh positif sebesar 42,38 % dalam
mempengaruhi kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas,
sisanya 57,62 % dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti.
2. Ada hubungan antara citra polisi dengan kepatuhan terhadap
peraturan lalu lintas, artinya semakin positif citra terhadap
polisi, maka akan diikuti dengan semakin tinggi kepatuhan
terhadap peraturan lalu lintas. Begitu pula sebaliknya semakin
negatif citra polisi diikuti dengan semakin rendah kepatuan
terhadap peraturan lalu lintas
3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan terhadap
peraturan lalu lintas, artinya semakin tinggi pengetahui siswa
mengenai peraturan lalu lintas maka akan semakin tinggi
kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas, begitu pula
sebaliknya semakin rendah pengetahui siswa mengenai
peraturan lalu lintas maka akan semakin rendah kepatuhan
terhadap peraturan lalu lintas
4. Ada hubungan negatif antara agresivitas dengan kepatuhan
terhadap peraturan lalu lintas, semakin tinggi agresivitas siswa
maka akan semakin tinggi pelanggaran terhadap lalu lintas dan
sebaliknya semakin rendah nilai agresivitas maka semakin
patuh terhadap peraturan lalu lintas.
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
102
Rekomendasi
1. Untuk siswa
Kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas adalah hal yang
sangat penting sebagai wujud pelaksanaan dari UU tentang lalu
lintas, maka diharapkan kepada siswa untuk mentaati peraturan
lalu lintas diantaranya pengendera harus memiliki SIM. Selain itu
siswa juga bisa mengadakan kegiatan ekstra kulikuler dengan
bentuk PKS (polisi keamanan sekolah)
2. Untuk kepolisian
Polisi sebagai penegak hukum sudah seharusnya
memberikan pembinaan dan penyuluhan pada remaja terutama
pelajar di sekolah-sekolah untuk mematuhi rambu lalu lintas,
karena setiap kejadian kecelakaan di jalan raya berawal dari
pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran yang dilakukan oleh
kalangan pelajar dijalan raya hatus ditindak dengan tegas seperti
pemakaian helm, ngebut, mengemudi saat mabuk, menerjang
rambu-rambu lalu lintas dan pelanggaran lain yang dapat
membahayakan pengguna jalan lain, kalangan pelajar merupakan
anggota masyarat yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan secara sistematis, pelajar adalah generasi muda yang
kelak akan menggantikan tugas para orang tua, guru, dan bahkan
dapat menjadi aparat pengegak hukum
3. Untuk peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini bahwa citra polisi dan pengetahuan
siswa memberikan pengaruh positif kepatuhan terhadap peraturan
lalu lintas. Hal tersebut menunjukan bahwa citra terhadap polisi
mempunyai peranan penting pada perilaku individu dibidang
kepatuhan. Melihat hal tersebut penulis menyarankan kepada
penelitian selanjutnya agar dapat melibatkan variabel-variabel
lainnya yang berhubungan dengan perilaku masyarakat pada
bidang kepatuhan, misalnya ; ganjaran dan hukum, contoh atau
model serta norma sosial
Daftar Pustaka
Argyle, M. 1994. The Psychology of Interpersonal Behavior. Fifty
edition, New York : Penguin Books
Azwar. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Andi
Offset
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
103
Baron and Byrne. 2005. Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. Jakarta
: Erlangga.
Chaplin, 2001. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan. Jakarta :
Rajawali.
Dayakisni, T & Hudaniyah. 2003. Psikologi Sosial. Malang :
UMM Press
Davidoff, L. D. 1991. Psikologi Suatu Pegantar Edisi Kesatu.
Jakarta : Erlangga
________, 1991. Psikologi suatu pengantar edisi kedua. Jakarta :
Erlangga
Departemen Perhubungan RI. 1993. Undang-Undang Lalu Lintas
Dan Angkutan Jalan. Jakarta : Rineka Cipta.
Gamson, W. A. 1968. Power and Discontent. Hoom wood II :
Darsey Press.
Hadi, S. 2000. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta :
Penerbit Andi
_________, 2000. Metodologi Research, jilid 2, Yogyakarta :
Penerbit Andi
Kartono & Gulo, D. 1987. Kamus Psikologi. Bandung : Pionir
Jaya
Kaplan & Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri. Alih bahasa. Widjaya
Kusuma. Jakarta. Binarupa Aksara.
Kunarto, 1995. Merenungi kritik terhadap polri. Jakarta : Cipta
Manunggal.
Maliana Sabirin, 2005. Lalu lintas jogja perlu solusi.
http://www.pikiran.rakyat.com/ceta/1204/12/hikmah/utama0
1.htm. 10 april 2015.
Manggala. 2005. Polisi tidak gampang mendulang simpati.
Manggala edisi September 2005 hlm. 7 yogyakarta.
Natakusuma Romdhon, 2005. Pelajar pelaku tertinggi
pelanggaran lalu lintas dalam Suara Merdeka edisi 26
agustus 2005
Sadjijono. 2005. Hukum kepolisian perspektif kedudukan dan
hubungannya dalam hukum administrasi. Surabaya.
Laksbang
Sadli, 1977. Persepsi Sosial mengenai perilaku menyimpang.
Jakarta : Bulan Bintang.
Sears, D. O. 1992. Psikologi Sosial jilid satu, Jakarta : Penerbit
Erlangga
M. Nursalim, Pengaruh Citra Polisi.....
Al-AdYaN/Vol.XII, N0.1/Januari-Juni/2017
104
_______, 1994. Psikologi Sosial jilid dua. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia
Soekanto dan Abdullah. 1999. Psikologi Hukum. Jakarta : Pustaka
Ilmu.
Subroto. 2005. Disiplin Masyarakat dalam berlalu lintas perlu
ditingkatkan dalam mangala edisi September 2005. Hlm. 11.
Yogyakarta.
Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Jakarta : Srikandi
Utomo, W. H. 2005. Hukum Kepolisian di Indonesia. Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher.
Walgito, B. 1999. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta :
penerbit Andi Offset.
_________, B. 2005. Pengantar Psikologi Umum, Edisi Revisi
Yogyakarta : Andi Offset.
*Drs. M. Nursalim, M.Si adalah dosen tetap Program
Studi Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan
Lampung. Alumni Program Pascasarajan Universitas Gadjah
Mada (UGM) Yogyakarta, saat ini sedang melanjutkan ke
program Doktor (S3) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.