Pendidikan Wirausaha untuk
Keberdayaan Perempuan
Oleh :
Madekhan Ali
Moh. Yaskun
Pustaka Prakarsa
ii
Pendidikan Wirausaha untuk
Keberdayaan Perempuan
Disusun Oleh : Madekhan Ali Moh. Yaskun
Buku ini diterbitkan oleh Prakarsa Jawa Timur
ISBN : 978 602 50143 07
Prakarsa Jawa Timur Tuwiri RT. 02 / RW. 02 Desa Tambakrigadung
Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Telp. 0322 – 316519
Website : www.prakarsa-jatim.com Email : [email protected]
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan iii
Kata Pengantar
Buku Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan
Perempuan ini sebagai sebuah jawaban atas permasalahan
yang dihadapi oleh kaum perempuan sebagai pelaku usaha
kecil ataupun yang baru akan memulai usaha (berwirausaha)
tentang bagaimana cara menjalankan dan mengembangkan
usaha mereka.
Buku ini menitikberatkan pada pembahasan tentang
pengetahuan dasar kewirausahaan. Pengetahuan dasar
wirausaha ini menekankan pada penanaman jiwa wirausaha.
Dalam buku ini juga distimulasi melalui penyampaian cerita
sukses dari beberapa perempuan yang sukses menjadi pelaku
wirausahan.
Secara khusus kami menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Yayasan
Prakarsa atas bimbingan dan arahannya sehingga buku ini bisa
diterbitkan.
Akhir kata kami berharap kehadiran buku ini dapat
memberi kontribusi positif dalam membangun kesadaran,
pengetahuan dan mengembangkan usaha kecil bagi kaum
perempuan khususnya. Amien.
Penulis,
iv
Daftar isi
Sampul ........................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................ iii
Daftar isi .................................................................... iv
Bagian 1 : Persepsi Pemberdayaan Perempuan
Wirausaha
A. Perempuan dalam Organisasi Kerja Patriarki ...... 1
B. Marjinalisasi Perempuan Wirausaha .................... 5
Bagian 2 : Membangun Jiwa Kewirausahaan
Perempuan Mandiri
A. Kepribadian Wirausaha ...................................... 20
B. Sifat-sifat Unggul Wirausaha ............................. 23
C. Ciri-ciri Wirausaha Berhasil ............................... 24
D. Membangun Motivasi Sukses dalam
Berwirausaha ...................................................... 25
E. Penyebab Hilangnya Motivasi ............................ 27
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan v
F. Miliki 7 Kebiasaan Manusia Efektif ................... 28
G. Miliki Etos Kerja Sukses .................................... 29
H. Revolusi Sikap Menjadi Pengusaha
(Entrepeneur) ........................................................ 30
Bagian 3 : Konsep Kewirausahaan Perempuan
Mandiri
A. Definisi Wirausaha dan Kewirausahaan ............... 39
B. Wirausahawan Dilahirkan, Dicetak, atau
Lingkungan ........................................................... 41
C. Karakteristik Pribadi Wirausaha ........................... 44
D. Peran Wirausaha Bagi Lingkungannya ................. 47
E. Mitos dalam Kewirausahaan ................................. 48
F. Wirausaha, Manajer dan Organisasi ..................... 50
Bagian 4 : Manajemen Usaha Kecil
A. Aspek Pemasaran ................................................ 52
B. Aspek Permodalan .............................................. 93
C. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) .............. 100
vi
D. Aspek Produksi ................................................. 104
Bagian 5 : Perencanaan Usaha Kecil
A. Pentingnya Perencanaan Usaha ........................ 113
B. Penyusunan Rencana Usaha ............................. 117
C. Contoh Perencanaan Usaha .............................. 121
Bagian 6 : Sumber Pendanaan Bagi Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM)
A. Lembaga Keuangan dan Non Lembaga
Keuangan sebagai Sumber Dana bagi
UMKM ..............................................................139
B. Peranan Bank sebagai Lembaga Pemberi
Kredit ................................................................ 144
C. Akses UMKM Terhadap Jasa Kredit
Perbankan ......................................................... 151
D. Penyaluran Kredit oleh Bank Terhadap
UMKM ..............................................................159
E. Syarat UMKM Mendapat Kucuran Dana
dari Bank ........................................................... 162
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan vii
F. Permasalahan yang Dihadapi UMKM
dalam Mendapatkan Kredit dari
Perbankan ......................................................... 164
Referensi ................................................................. 169
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 1
Bagian 1
Perspektif Pemberdayaan
Perempuan Wirausaha
A. Perempuan dalam Organisasi Kerja Patriarki
Patriarki dalam organisasi kerja mengacu pada
kondisi dimana secara tradisi perempuan ditempatkan
dalam pekerjaaan-pekerjaan rendahan. Tingkat gaji juga
lebih rendah daripada laki-laki, tidak menetap akibat
adanya tanggung jawab melaksanakan kerja-kerja
domestik tanpa standar upah. Rosabeth Moss Kanter
(1977) dalam bukunya Men and Women of The
Corporation. Dia mengekplorasi isu terkait jender, dari
tokenisme (promosi sejumlah kecil perempuan dalam
posisi-posisi tinggi) sampai peran “sekretaris ekskutif”
dan “para istri perusahaan”. Analisisnya memperjelas
2 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
bahwa isu jender begitu memenuhi kehidupan organisasi.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak para
pakar komunikasi organisasi mengadopsi teori aliran
feminis sebagai landasan kerja mereka (Ashcraft dan
Mumby, 2004; Buzzanell, 1994; Mumby, 1996) .
Banyak pakar feminis mencatat bahwa organisasi
kerja-- dalam bentuk tradisional maupun birokratis --
sangat patriarki. Mereka lebih jauh mengungkapkan
bahwa perempuan memiliki cara pandang khas terhadap
dunia dan menciptakan makna-makna melalui interaksi.
Sebagai contoh Buzzanel (1994) mengatakan bahwa
pandangan tradisional dalam komunikasi organisasi
begitu menyoroti individualisme, pola pikir sebab-akibat
dan otonomi. Dalam kondisi tempat kerja demikian,
komoditas yang paling dihargai adalah karakter tipe laki-
laki seperti agresivitas, dan kompetitifnes. Sebaliknya,
karakter tipe perempuan seperti intuisi, emosi, empati,
kerukunan, dan kerjasama sepertinya diremehkan dalam
kehidupan organisasi. Para pakar feminisme mengatakan
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 3
bahwa konsep yang digunakan dalam memahami
kehidupan organisasi, (seperti rasionalitas dan hirarki)
cenderung bias laki-laki (Mumby dan Putnam, 1992) dan
bahwa struktur bahasa di organisasi juga bersifat patriarki
(lihat juga Penelope,1990). Pendeknya, para pakar
feminis meyakini bahwa perempuan di organisasi bisa
tertindas/terpinggirkan dalam kehidupan organisasi
akibat dinamika relasi gender yang bentukan struktur
organisasi yang patriarki.
Karakter organisasi kerja yang patriaki menjadi
jawaban mengapa meski perempuan membanjiri pasar
kerja, tingkat pendapatan mereka tidak lebih baik dari
pekerja laki-laki. Reskin (1985) dan Bergman (1986),
mengungkapkan bahwa pertama, perempuan memiliki
pendidikan, kemampuan, pengalaman kerja, dan
keterampilan yang kurang dibandingkan dengan laki-laki.
Kedua, tanggungjawab perempuan terhadap keluarga
mempengaruhi karier mereka. Apalagi kehamilan,
melahirkan, dan merawat bayi menyebabkan mereka
4 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
mengambil cuti dalam waktu yang lama. Oleh karena itu,
pengusaha (laki-laki) cenderung tidak mempromosikan
pekerja perempuan, kecuali yang memiliki prestasi kerja
spektakuler. Namun kalau ada dua orang pekerja (laki-
laki dan perempuan) yang menunjukkan prestasi
spektakuler, yang diprioritaskan tetap laki-laki . Karena
faktor-faktor seperti itu, kebanyakan perempuan
terperangkap dalam pekerjaan-pekerjaan “kerah pink”,
gaji sedikit dan didominasi oleh perempuan. Singkatnya,
peraturan-peraturan dibuat sedemikian rupa sehingga
pekerjaan-pekerjaan yang didominasi oleh perempuan
menghasilkan pendapatan yang sedikit.
Tindak kekerasan laki-laki menjadi struktur keempat
dan memperjelas bagaimana pola sikap laki-laki terhadap
perempuan secara sistematis didukung dan ditoleransi
oleh negara melalui berbagai pengabaian atas berbagai
tindak kekerasan yang berlangsung. Dalam situasi
subordinatif, perempuan relatif tidak memiliki kontrol
atas sumberdaya ekonomi keluarga; status lebih rendah,
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 5
dan posisi pengambilan keputusan dan kekuasaan lebih
didominasi si suami, dengan karakter relasi perilaku di
antara keduanya lebih mencerminkan hirarki superior
menindas inferior. Di dalam memandang kekerasan dan
eksistensi rumah tangga, konseptualisasi lebih berujung
pada pernyataan bahwa kekerasan rumah tangga sebagai
gejala subordinasi perempuan sekaligus salah satu sarana
praktis untuk menjalankannya. Kekerasan fisik terhadap
perempuan didasarkan atas dan berguna untuk menjaga
subordinasi ini, dan memang tidak dapat dijelaskan tanpa
merujuk kepada konsep subordinasi itu sendiri
(Campbell, 1992; Binney, 1985) .
B. Marjinalisasi Perempuan Wirausaha
Berdasarkan hasil penelitian Dewayanti dan Chotim
(Tambunan 2016), bahwa marjinalisasi dan eksploitasi
perempuan adalah faktor-faktor sebab musabab dari
rendahnya pembangunan dari bisnis-bisnis mikro atau
informal yang implikasinya adalah penambahan beban
6 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
bagi wanita yang melakukannya. Proses marjinalisasi
perempuan tersebut menciptakan penyebaran kemiskinan
karena kebanyakan wanita bekerja di Usaha Mikro Dan
Informal (UMI) di pedesaan. Mereka menemukan bahwa
isu marjinalisasi lebih mendesak bagi kaum perempuan
daripada kaum laki-laki karena pola pembagian kerja di
sebuah rumah tangga menempatkan wanita untuk
menerima beban-beban lebih berat untuk tugas-tugas di
dalam rumah. Pemilihan atau penentuan jenis-jenis
pekerjaan yang perlu dilakukan oleh wanita dan upaya
pemilihannya tidak bisa dilakukan secara terpisah dari
pola-pola pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rumah
tangga atau keluarga. Secara ekonomi, pembagian
pekerjaan dapat dijelaskan oleh gejala kemiskinan, bahwa
keluarga-keluarga miskin dapat menyuruh anggota-
anggota keluarga wanita untuk mengerahkan kemampuan
mereka untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan
keluarga. Untuk menciptakan efisiensi, pekerjaan-
pekerjaan wanita yang produktif di dalam wilayah rumah
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 7
tangga agar mereka juga bisa menyelesaikan/melakukan
kewajiban-kewajiban mereka mengurus rumah tangga.
Menghadapi kondisi yang sulit seperti ini, menurut
kedua peneliti itu, perempuan memainkan peran sangat
penting untuk pekerjaan tambahan, seperti
membuka/menjalankan warung makan/rokok, menjaga/
memelihara ternak dan kebun, membuat sumber tabungan
keluarga seperti perkebunan yang produktif dan
menyimpan perhiasan emas, dan mengembangkan
industri-industri kerajinan. Mereka juga menemukan
selama penelitian bahwa kebanyakan dari wanita yang
didampingi oleh LSM-LSM merasa percaya diri setelah
mereka bisa membuktikan kepada masyarakat dan
keluarga mereka bahwa mereka bisa berkontribusi kepada
perekonomian keluarga. Saat isu-isu politik dan gender
diperkenalkan, hanya kader-kader lokal yang sanggup
mengimbangi kegiatan-kegiatan LSM dengan politik.
Sedangkan, kebanyakan wanita lainnya yang mereka
wawancarai/amati tidak bisa mengikuti kegiatan seperti
8 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
ini karena mereka masih harus bergumul dengan
kebutuhan-kebutuhan ekonomi keluarga.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 9
Kelompok Perempuan, Lebih Dari Sekedar
Tambah Wawasan
“Awalnya karena saya ingin mencari wawasan lebih
yang lebih dan pengen bisa melatih mental kerjasama dengan
dengan banyak orang,” Kata Mbak Riska sambil memegang
canting batik. Alasan itu sepertinya yang seringkali
menyemangati Riska selalu hadir dan aktif dalam kegiatan
Kelompok Srikandi Perak. Sebuah kelompok beranggotakan
20 orang perempuan, bisa dikatakan kelompok ibu-ibu rumah
tangga, yang memilih fokus kegiatan wirausaha sebagai misi
organisasi di Perak, Jombang.
Pada awal Maret 2017, Srikandi Perak melaksanakan
pelatihan membatik. Bekerjasama dengan Prakarsa Jatim
sebagai lembaga pendamping, pelatihan menghadirkan Pak
Sutrisno, instruktur batik yang tinggal di Jombang. Usulan
kelompok agar Prakarsa memfasilitasi pelatihan Batik cukup
beralasan. Hasil Musyawarah Kelompok di akhir Februari
mengungkapkan bahwa usaha produk olahan makanan
pemasaran dirasa sudah terlalu banyak pesaing. Anggota
kelompok juga telah banyak memiliki keterampilan
memproduksi dan berjualan makanan. Karenanya pelatihan
batik dipandang bisa jadi keterampilan alternatif, sekaligus
pemasaran produknya lebih luas.
“Selain ingin ada keterampilan usaha baru selain produk
makanan, ibu-ibu di sini menilai kain batik tidak
10 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
ada kadaluarsanya. Prospek usahanya bagus karena di sini
banyak penjahit, juga sisa kain perca bisa digunakan untuk
banyak produk suvenir atau yang lain.” Ujar Bu Diana, ketua
kelompok.
Menurut Riska, sebagai anggota termuda di kelompok
Srikandi Perak, dia mengaku sama sekali tidak pernah tahu cara
membatik sebelumnya. Setelah mengikuti pelatihan membatik
selama satu minggu, Riska bersama 20 ibu-ibu Desa Perak yang
lain saat ini memiliki keterampilan membatik. Dari membuat
pola atau sketsa gambar sampai mewarnai.
“Sebelum pelatihan, membatik itu saya kira sulit, apalagi
saya rasa saya tidak bisa menggambar waktu sekolah dulu. Pada
saat pelatihan kemarin, Pak Tris memberi contoh gambar-
gambar batik, dari contoh itu saya kembangkan sendiri.
Sekarang menurut saya membatik itu menyenangkan. Kalau
sudah buat gambar atau mencairkan cairan lilin (malam), saya
sering lupa waktu.” Ujar Riska bersemangat.
Pada saat membuka pelatihan, Camat Perak menyatakan
komitmennya untuk membantu pemasaran batik yang dihasilkan
Srikandi Perak. Beliau juga akan berkoordinasi dengan instansi
terkait di Kabupaten Jombang untuk turut mendukung kegiatan-
kegiatan kelompok Srikandi Perak. Salah satunya, bersama
Dinas Pendidikan, akan mendorong keterampilan Batik sebagai
muatan lokal kurikulum SD di Kecamatan Perak.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 11
Tentu hasil pelatihan ini masih memerlukan banyak
pengembangan. Berbekal alat dan bahan pelatihan yang
disediakan Prakarsa Jatim, mereka mentargetkan akhir tahun
2017 sudah berhasil memasarkan produknya. Memang bahan
baku menjadi kesulitan tersendiri karena harus membeli dari
pusat batik di Solo.
“Saat ini kelompok masih ingin mengasah kemampuan
dulu, kalau waktu praktek ada kesulitan kita kontak instruktur.
Terutama pada tahap penguncian dan pelunturan, Pak Tris
masih ikut memandu lewat telpon atau kita datang ke rumahnya
bila ingin lebih paham”. Ujar Riska.
Pengurus kelompok menyadari bahwa batik yang
diproduksi memerlukan pemasaran produk. Mereka
mentargetkan adanya promosi. Stategi promosi yang diterapkan
adalah mengikuti pameran dan mempromosikan batik kepada
masyarakat sekitar dan instansi pemerintah.
Sementara ini, Srikandi Perak memutuskan mengusung
tema batik dengan pola gambar “jeruk nipis” sebagai buah khas
kecamatan Perak. Seperti yang dipesankan Pak Tris, instruktur
pelatihan, masing-masing anggota kelompok hendaknya
membuat gambar sendiri. Hal ini dikarenakan setiap gambar
memiliki hak cipta, sehingga bila memiliki gambar sendiri tidak
ada pihak yang merasa karyanya ditiru. Lebih dari itu, semakin
banyak gambar akan memungkinkan semakin banyak peminat
batik.
12 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Cerita Para Perintis Srikandi
Bu Barning, demikian biasanya ibu-ibu anggota kelompok
memanggil perempuan 51 tahun ini. Suaminya baru saja pensiun
dari perusahaan di Surabaya. Ia adalah salah satu dari ibu rumah
tangga yang selalu berusaha membantu ekonomi keluarga.
Sebagai ibu dari ketiga anaknya, Bu Barning juga aktif di PKK,
sebagai ibu RW I, Desa Perak, Kecamatan Perak, Jombang.
Berbekal keterampilan dalam usaha katering, ia dan sejumlah
ibu-ibu di Dusun Plumpung, menyatukan diri dalam kelompok
Srikandi Perak.
Apakah kegiatan kelompok tidak mengganggu aktifitas
usaha yang telah dijalani saat ini? Bu Barning mengatakan,
“Kegiatan di kelompok selalu diadakan menyesuaikan waktu
ibu-ibu di sini. Pelatihan usaha dua bulan lalu contohnya, pihak
pengurus sepakat diadakan setelah Jam 10 pagi sampai jam 2
sore. Pertimbangannya kan, setelah jam 10 ibu-ibu sudah selesai
dengan pekerjaan di rumah, nah biasanya setelah jam 2 bapak
sudah pulang kerja, kita juga sudah di rumah toh”.
Aktifitas ibu rumah tangga dalam organisasi seringkali
memang dibayangi dengan kekhawatiran kurangnya dukungan
suami. Paling tidak, tidak bisa dipungkiri bahwa pekerjaan
sebagai istri dan pengasuh anak-anak, sering dikhawatirkan
terbengkalai karena ibu-ibu harus beraktifitas di luar rumah.
.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 13
“Bapak tidak melarang, suami saya sudah terbiasa juga
melihat ibu-ibu di sini bekerja di luar rumah. Dasarnya
bapak-bapak di sini mendukung karena ingin kita lebih
memiliki kreatifitas, wawasan dan keterampilan usaha.
Mereka berharap juga hasil kelompok kita bisa menambah
penghasilan keluarga.” Ujar Bu Safira, di sela praktek
membatik di rumah Bu Barning, sore itu.
Kelompok wirausaha Srikandi Perak saat ini
beranggotakan 20 ibu rumah tangga. Mereka disatukan oleh
satu tekad untuk memiliki unit usaha yang mampu
mendukung kesejahteraan keluarga. Menurut Bu Diana,
Ketua Srikandi Perak, “Sederhana saja yang menyatukan
kami, kami akan memiliki kebanggaan sebagai ibu rumah
tangga yang mampu menghasilkan sesuatu yang bernilai,
selain apa yang sudah dihasilkan suami.”
Kemauan mereka bersambut dengan program
kewirausahaan ibu rumah tangga yang dirintis oleh Prakarsa
Jatim. Atas dukungan dana dari PT. HM. Sampoerna,
Prakarsa Jatim melakukan penguatan kapasitas ibu-ibu rumah
tangga di Kecamatan Perak. Menurut Subhan, Regional
Program Manager Jombang, “Ada dua desa yang menjadi
lokasi program, Desa Perak dan Desa Pagerwojo. Kedua desa
ini dipilih sebagaimana kriteria potensi wilayah semi urban
dengan masyarakat agrikultur, namun yang telah bersentuhan
banyak dengan ragam wirausaha non pertanian.
14 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Saat pembentukan, menurut Bu Diana, kesepakatan
awal terutama terkait kriteria anggota. Karena kelompok
yang dirintis bertujuan meningkatkan keterampilan
wirausaha maka diupayakan anggotanya telah memiliki
usaha rumahan. Tentu di Dusun Plumpung tidak semua ibu
rumah tangga memiliki usaha sampingan. Sehingga
keanggotaan kelompok dibatasi 20 orang dulu, dimana bagi
yang belum memiliki usaha rumahan, setidaknya dalam
rentang usia produktif antara 25 tahun sampai 45 tahun. Saat
ini, kelompok Srikandi Perak beranggotakan ibu-ibu yang di
antaranya telah mengelola usaha toko, pengrajin suvenir,
katering, susu, dan kue kering, dan jajanan keluarga.
Keberadaan Kelompok Srikandi Perak saat ini telah
mendapatkan perhatian besar dari pemerintah setempat.
Kepala Desa Perak memang pada awalnya menghendaki
kelompok ini masuk dalam binaan PKK Desa Perak. Namun,
pengurus kelompok lebih menghendaki Srikandi Perak
bergerak mandiri dulu. Menurut mereka, kemandirian
kelompok dipandang lebih memacu kreatifitas dan
kekompakan kerja kelompok.
Bagi pengurus, agenda prioritas saat ini adalah
memperkuat komitmen anggota untuk berwirausaha. Mereka
menyusun “Kontrak Kerja Organisasi”, semacam AD/ART.
Agar masyarakat dan pemerintah semakin mendukung
keberadaan kelompok, pengurus berupaya tidak meminta
bantuan dana kepada pemerintah desa maupun pemerintah
kabupaten. Bagi Srikandi Perak,
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 15
kepercayaan pemerintah dipandang jauh lebih penting
daripada bantuan dana.
“Kita ini bukan kelompok ibu rumah tangga yang
khusus berkecimpung dalam wirausaha, dan insyaallah tidak
berorientasi bantuan proyek pemerintah. Tetapi kami terus
menggalang dukungan dan komunikasi dengan pemerintah
desa, kecamatan maupun Kabupaten Jombang. Apalagi
sebagai kelompok usaha kami butuh jaringan pemasaran.
Untuk masuk sebagai bagian program kerja PKK desa, kami
pandang belum waktunya. Biarkan kami membuktikan diri
dulu, bahwa dengan jerih payah kelompok kami bisa
mempertahankan kekompakan anggota. Dalam tahap
penguatan organisasi sekarang, kami masih berusaha keras
membekali anggota dengan keterampilan usaha.” Tandas Bu
Diana.
Saat ini, selain keterampilan yang dimiliki masing-
masing anggota, Srikandi Perak sedang membekali
anggotanya dengan keterampilan membatik. Atas usulan
Srikandi Perak, pelatihan membatik telah diadakan tim
Prakarsa Jatim pada awal Maret 2017 lalu. Didukung bahan
dan alat hibah dari PT. HM. Sampoerna, Pelatihan ini telah
memberi keterampilan baru bagi anggota kelompok.
Menurut Bu Riska, salah seorang peserta, “Kemampuan
membatik nantinya bisa menjadi lahan usaha alternatif dari
usaha yang sudah ada.”
16 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Ketika Kader Posyandu Berwirausaha
“Separuh anggota Kelompok Sanmor adalah kader
Posyandu yang banyak aktif berkegiatan di PKK Kraksaan.”
Kata Bu Khusnul mengawali perbincangan sore itu. Dia
tercatat sebagai ketua Kelompok Kraksaan Timur,
Probolinggo. Bagi 20 anggotanya, kelompok perempuan
wirausaha ini disingkat Kelompok “Sanmor”. Kelompok ibu
rumah tangga ini dirintis Bu Khusnul atau biasa dipanggil Bu
Nunung, bersama Bu Mardiah, dan Bu Ratri, yang masing-
masing menjadi sekretaris dan bendahara.
Selain Kelompok Sanmor, ada lagi Kelompok
perempuan Kebonagung yang diketuai Bu Dede. Kelompok
Kebonagung juga beranggotakan 20 perempuan yang aktif di
Posyandu. Atas kesepakatan anggota, kedua kelompok ini
dibina dalam satu kepengurusan Tim 5 yang diketuai Bu
Nunung.
Sebagai salah seorang Bu RW di Kraksaan Wetan, tidak
sulit bagi Bu Nunung dibantu kedua rekannya menggerakan
kelompok perempuan di Kraksaan, Probolinggo. Setidaknya
sebagian besar anggota telah lebih dulu aktif sebagai kader
posyandu. “Ketika pendamping Prakarsa menghubungi saya
sekitar November tahun lalu, saya langsung mulai mendata
ibu-ibu yang aktif di Posyandu, dan tentu berminat
wirausaha. Pokoknya saya ajak siapa saja yang punya
kemauan maju di Kraksaan Wetan” Kata Ibu dua anak ini.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 17
Sejauh ini keyakinan Bu Nunung dan ibu-ibu anggota
kelompok Sanmor adalah pada terbukanya kesempatan
wirausaha. Mereka mengetahui banyak peluang usaha yang
masih terbuka untuk ibu-ibu rumah tangga. Masih banyak
waktu luang, selain sebagai ibu rumah tangga, yang mereka
bisa dimanfaatkan untuk berwirausaha. Mereka berharap
selain tambahan penghasilan, juga berkeinginan lebih
mengembangkan wawasan usahanya.
“Era sekarang, para suami sudah sangat memaklumi bila
istrinya punya kegiatan di luar rumah. Apalagi ikut berusaha
mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Kuncinya
pada menempatkan kegiatan kelompok pada jam-jam yang
tepat. Sebelum mengadakan kegiatan, kita melakukan
penjajakan dulu, hari dan jam berapa agar semua anggota bisa
hadir.” Ujar Bu Nunung.
Menurut Bu Nunung, anggota kelompok Sanmor saat ini
sangat aktif. Kemauan kuat mereka terutama pada keinginan
mendapatkan ilmu dan mengembangkan bakat wirausaha.
Tuntutan ekonomi, terutama untuk memenuhi biaya sekolah
anak, mendorong mereka selalu hadir dalam pelatihan
kelompok.
“Saya sekedar mengarahkan kegiatan kelompok, ketika
Prakarsa datang menemui Pak Lurah, kita sudah mendengar
sendiri bagaimana Pak Lurah sangat mendukung agar ada
peningkatan ekonomi keluarga.” Kata Bu Nunung, demikian
Bu RW ini biasa dipanggil warganya.
18 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Kripik dan Rengginang “Daun Mangga”
dari Probolinggo
Sekilas ide-ide wirausaha ibu-ibu di Kraksaan,
Probolinggo ini sederhana. Tetapi rupanya mereka telah
memahami benar prospek pasar, paling tidak di Kabupaten
Probolinggo. Ibu-ibu ini tergabung dalam dua kelompok
wirausaha. Kelompok Sanmor (Kraksaan Wetan) dan
Kelompok Kebonangung. Kedua kelompok perempuan ini
sama – sama di wilayah Desa Kraksaan. Meski belum genap
satu tahun umur pembentukannya, namun kedua kelompok
ini sudah terlibat berbagai kegiatan pelatihan, praktek
mandiri, dan juga pameran produk kelompok.
Menurut Bu Dede, Ketua Kelompok Kebonagung, dia
optimis hasil produk olahan makanan ringan akan banyak
laku di pasar Kraksaan, bahkan bisa keluar Probolinggo.
Niatan mereka semakin kuat setelah mendapatkan Pelatihan
Wirausaha dari Prakarsa Jatim atas dukungan dana
Sampoerna Indonesia. Pasca pelatihan, mereka memutuskan
dua produk usaha kelompok, ringginang dan keripik.
Berbekal pendampingan dan bantuan alat wirausaha, 40 ibu
rumah tangga di Kecamatan Kraksaan ini memutuskan untuk
mengembangkan daun mangga sebagai supplement makanan
ringan.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 19
“Jangan dinilai dari nama produknya, kita membuat
aneka rasa ringginang dan keripik. Kita sedang berusaha
memproduksi rengginang dan keripik khas Kraksaan yang
bisa jadi ikon probolinggo.” Jelas Bu Ratri.
Apa kekhasan rengginang dan kripik produksi
Kraksaan? Mereka rupanya berinovasi dengan daun mangga.
Ketika dimintakan pendapat pakar gizi, ibu-ibu ini semakin
mantap dengan inovasi daun mangganya. Mereka yakin
produk mereka bisa dikembangkan dan akan menjadi ikon
jajanan Kraksaan.
“Menurut ahli gizi yang diundang Prakarsa Jatim di
Pelatihan Februari lalu, rengginang dan kripik dengan
campuran daun mangga bisa menurunkan resiko kolesterol
dan hipertensi. Karena itu, kita sedang giat melakukan
praktek untuk mendapatkan komposisi bahan yang tepat.
Sampai saat ini, rengginang dan keripik daun mangga sudah
kita olah menjadi beberapa rasa. Ada rasa udang dan terasi.”
Kata Bu Dede, Ketua Kelompok Kebonagung.
Seperti dikatakan Bu Emli kalau kripik dan rengginang
dari Probolinggo saat ini bisa sampai dikirim ke Papua.
Sayangnya selama ini ibu-ibu Kraksaan kebanyakan sekedar
membeli bahan kripik dan mengemasnya sampai siap dikirim.
“Ibu-ibu ini memberi sentuhan lebih dari sekedar
rengginang dan kripik yang saat ini ada. Kita bercita-cita
produk ini tidak sekedar makanan ringan tapi bisa menjadi
ikon inovasi makanan Probolinggo ” Kata Bu Nunung, Ketua
Kelompok Sanmor.
20 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Bagian 2
Membangun Jiwa Kewirausahaan
Perempuan Mandiri
A. Kepribadian Wirausaha
Hasil studi seorang pakar kewirausahaan Indonesia
Sukardi (1999) menyimpulkan adanya sifat-sifat umum
wirausaha:
1. Sifat instrumental, yaitu tanggap terhadap peluang dan
kesempatan berusaha maupun yang berkaitan dengan
perbaikan kerja.
2. Sifat prestatif, yaitu selalu berusaha memperbaiki
prestasi, mempergunakan umpan balik, menyenangi
tantangan dan berupaya agar hasil kerjanya selalu
lebih baik dari sebelumnya.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 21
3. Sifat keluwesan bergaul, yaitu selalu aktif bergaul
dengan siapa saja, membina kenalan-kenalan baru dan
berusaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi.
4. Sifat kerja keras, yaitu berusaha selalu terlibat dalam
situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum
pekerjaan selesai. Tidak pernah memberi dirinya
kesempatan untuk berpangku tangan, mencurahkan
perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, dan memiliki
tenaga untuk terlibat terus menerus dalam kerja.
5. Sifat keyakinan diri, yaitu dalam segala kegiatannya
penuh optimisme bahwa usahanya akan berhasil.
Percaya diri dengan bergairah langsung terlibat dalam
kegiatan konkrit, jarang terlihat ragu-ragu.
6. Sifat pengambil risiko yang diperhitungkan, yaitu
tidak khawatir akan menghadapi situasi yang serba
tidak pasti di mana usahanya belum tentu
membuahkan keberhasilan. Dia berani mengambil
risiko kegagalan dan selalu antisipatif terhadap
22 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
kemungkinan-kemungkinan kegagalan. Segala
tindakannya diperhitungkan secara cermat.
7. Sifat swa-kendali, yaitu benar-benar menentukan apa
yang harus dilakukan dan bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri.
8. Sifat inovatif, yaitu selalu bekerja keras mencari cara-
cara baru untuk memperbaiki kinerjanya. Terbuka
untuk gagasan, pandangan, penemuan-penemuan baru
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kinerjanya. Tidak terpaku pada masa lampau,
gagasan-gagasan lama, tetapi berpandangan ke depan
dan mencari ide-ide baru.
9. Sifat mandiri, yaitu apa yang dilakukan merupakan
tanggung jawab pribadi. Keberhasilan dan kegagalan
dikaitkan dengan tindakan-tindakan pribadinya. Dia
lebih menyenangi kebebasan dalam mengambil
keputusan untuk bertindak dan tidak mau bergantung
pada orang lain.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 23
B. Sifat-Sifat Unggul Wirausaha
Dari berbagai kajian ilmiah tentang kewirausahaan,
ditemukan sedikitnya terdapat 19 sifat penting wirausaha.
Dari 19 sifat tersebut dikelompokkan menjadi 6 sifat
unggul dari wirausaha:
1. Percaya diri, terdiri atas sifat yakin, mandiri,
individualitas, optimisme, kepemimpinan, dan
dinamis.
2. Originalitas, terdiri atas sifat inovatif, kreatif,
mampu mengatasi masalah baru, inisiatif, mampu
mengerjakan banyak hal dengan baik, dan memiliki
pengetahuan.
3. Berorientasi manusia, terdiri atas sifat suka bergaul,
fleksibel, cepat tanggap terhadap saran/kritik.
4. Berorientasi hasil kerja, terdiri atas sifat ingin
berprestasi, berorientasi keuntungan, teguh, tekun,
kerja keras, dan penuh semangat.
24 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
5. Berorientasi masa depan, terdiri atas sifat pandangan
ke depan, dan keinginan untuk maju.
6. Berani ambil risiko, terdiri atas sifat mampu ambil
risiko, dan suka tantangan.
C. Ciri-ciri Wirausaha Berhasil
Ketika seorang telah memasuki dunia usaha (praktik
bisnis), faktor-faktor kepribadian juga tetap memegang
peranan penting sebagai pendorong keberhasilan
wirausaha. Menurut hasil dari penelitian yang dilakukan
di berbagai negara terhadap para pelaku usaha kecil,
ditemukan bahwa setidaknya ada 9 ciri wirausaha yang
berhasil, yang dibagi ke dalam tiga kategori:
1. Ciri proaktif, yaitu inisiatif yang tinggi dan inovatif.
2. Ciri orientasi prestasi, yaitu melihat
kesempatan/peluang dan bertindak langsung,
menekankan pekerjaan dengan kualitas tinggi,
perencanaan yang sistematis, dan melakukan evaluasi.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 25
3. Ciri komitmen, yaitu komitmen yang tinggi terhadap
pekerjaan, dan menyadari pentingnya hubungan bisnis
yang mendasar.
D. Membangun Motivasi Sukses dalam
Berwirausaha
Pada usia berapa rata-rata orang memulai
berwirausaha? Salah satu hasil kajian yang dilakukan
terhadap para wirausahawan (entrepreneur) yang telah
berhasil dalam dunia bisnis di negara maju, diketahui
bahwa usia rata-rata mereka memulai bisnis adalah
sebagai berikut:
No. Usia Mulai Wirausaha Prosentase (%)
1 < 20 tahun 1%
2 20 – 24 tahun 8%
3 25 – 29 tahun 17%
4 30 – 34 tahun 21%
5 35 – 39 tahun 18%
6 40 – 44 tahun 15%
7 45 – 49 tahun 9%
26 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
No. Usia Mulai Wirausaha Prosentase (%)
8 50 – 54 tahun 7%
9 > 54 tahun 4%
Dari data tersebut kebanyakan orang berwirausaha
berada di kelompok usia 25-44 tahun. Anda belum
terlambat untuk meraih kesuksesan melalui karir
kewirausahaan. Setiap orang kalau ditanya pasti ingin
sukses dalam hidupnya. Tetapi ketika kita mencoba
melakukan telaah apa yang biasa dilakukan kebanyakan
orang, ternyata sebagian besar dari mereka membungkus
diri dengan kesulitan. Mereka tidak sadar sesungguhnya
banyak hal yang bisa dilakukan tetapi mereka tidak
melakukan. Banyak hal yang mereka harus tidak
melakukan (karena hal itu dapat merusak motivasi) tetapi
malah ia lakukan. Itulah yang dinamakan sebagai
membungkus diri dengan kesulitan.
Anda termasuk tipe yang mana dari 4 tipe orang
sukses di bawah ini:
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 27
1. Tidak Punya Teori dan Tidak Melakukan Banyak Hal:
mereka adalah miskin kesadaran, miskin pengertian,
miskin tindakan. Hidup tak terarah.
2. Punya Teori Tidak Dipraktikkan: ada potensi, tetapi
tidak digunakan. Hidup mereka biasa-biasa saja.
3. Tidak Punya Teori Tetapi Melakukan Tindakan:
mereka digerakkan oleh kekuatan dari dalam,
motivator sejati, mereka adalah otodidak (belajar
sendiri).
4. Punya Teori dan Mempraktikkan: kondisi ideal yang
diinginkan semua orang. Mereka adalah orang sukses
sejati.
E. Penyebab Hilangnya Motivasi
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan
hilangnya motivasi seseorang dalam berusaha:
a. Selalu berpikir negatif
b. Perasaan tidak berharga
28 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
c. Suasana kerja
d. Penghargaan
e. Keadilan dan partisipasi
f. Tidak adanya kedisiplinan
F. Miliki 7 Kebiasaan Manusia Efektif
Wirausahawan seharusnya memiliki 7 kebiasaan
yang bisa membuat usahanya lebih efektif, yaitu:
a. Proaktif, bukan menunggu
b. Berorientasi pada tujuan
c. Bekerja berdasarkan prioritas
d. Berpikir ‘win-win’ (integritas, dewasa, positif)
e. Bersinergi, bekerjasama
f. Selalu melakukan perbaikan diri
g. Menggunakan energi spiritual
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 29
G. Miliki Etos Kerja Sukses
Etos kerja menjadi hal sangat penting untuk
mencapai kesuksesan dalam berwirausaha, yaitu:
✓ Sanggup bekerja benar (kerja itu suci, kerja sebagai
panggilan)
✓ Sanggup bekerja keras (kerja itu sehat, kerja sebagai
aktualisasi diri)
✓ Sanggup bekerja tulus (kerja itu rahmat, kerja
sebagai tanda terima kasih/syukur)
✓ Sanggup bekerja tuntas (kerja itu amanah, kerja
merupakan tanggung jawabku)
✓ Sanggup bekerja kreatif (kerja itu seni, kerja sebagai
kesukaan)
✓ Sanggup bekerja serius (kerja itu ibadah, kerja
sebagai pengabdian)
✓ Sanggup bekerja sempurna (kerja itu mulia, kerja
merupakan sebuah pelayanan)
30 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
✓ Sanggup bekerja unggul (kerja itu kehormatan, kerja
sebagai kewajiban).
H. Revolusi Sikap Menjadi Pengusaha
(Entrepreneur)
Apakah Anda ingin kaya? Kalau ya, ada tiga cara
menjadi kaya (Dion Alexander Nugraha, 2008), yaitu (1)
mewarisi uang, (2) menikahi orang kaya, dan (3)
menghasilkan uang. Untuk yang nomor 1 dan 2,
barangkali tergantung pada nasib. Tetapi untuk yang
ketiga, sesungguhnya merupakan peluang yang dapat
diperjuangkan bagi setiap orang. Kaya tidak harus secara
materi, tetapi juga pribadi yang kaya yang dapat
mengembangkan kekuatan diri sendiri tanpa batas untuk
mencapai sesuatu.
Menurut Dion (2008) dalam bukunya yang berjudul
8 Revolusi Sikap Menjadi Entrepreneur, ditegaskan
bahwa jika Anda seorang pemilik usaha kecil yang ingin
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 31
berkembang, seorang wiraswasta berprospek, seorang
yang ingin mendaki tangga karir, atau bahkan seorang
yang belum memutuskan arah mana yang hendak
diambil, maka 8 revolusi sikap menjadi entrepreneur,
perlu mendapatkan perhatian:
1. Berani mencoba (memulai)
2. Sikap terhadap uang (pengendalian dalam
penggunaan uang).
3. Mematahkan mitos (untuk menjadi kaya kita harus
terlahir kaya, kita harus cemerlang secara akademis,
semua itu hanyalah keberuntungan, latar belakang
keluarga yang mapan, harus memiliki kepribadian
sesuai dengan tren yang diinginkan, kita harus muda
agar kita sukses, kita harus melakukan kejahatan agar
kaya). Semua mitos tersebut hatus dipatahkan.
4. Kekuatan dalam sebuah kegagalan (kegagalan adalah
guru yang terbaik, kegagalan akan membuat Anda
mengubah tindakan, kegagalan akan membuat lebih
berhati-hati, kegagalan membuat kita lebih waspada.
32 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
5. Miliki motivasi diri
6. Deklarasi sikap dengan perkataan
Untuk membangun jiwa kewirausahaan, Dion
menawarkan model deklarasi sikap yang diberi nama
’Successibility thinking’ konsep ini pertama kali
diperkenalkan oleh Gerry Robert, yaitu
menggambarkan suatu sikap menolak untuk
menyerah, tindakan atau aksi yang harus dikerjakan
tanpa henti. Ada 31 deklarasi sikap yang harus
diucapkan terus menerus setiap saat. Di antaranya
adalah:
Saya adalah orang hebat;
Saya bisa karena saya berpikir saya bisa;
Saya orang kuat;
Saya percaya segalanya dimungkinkan;
Saya mengawalinya dengan senyum; Saya adalah orang yang
optimis;
Saya adalah orang yang selalu berpikir positif;
Saya menikmati hidup, meski terkadang musibah menimpa;
Saya akan maju terus;
Saya akan mengisi hidup saya segala dengan hal yang positif;
Tidak ada orang yang sempurna termasuk saya;
Saya bagaikan memiliki berlian di dalam diri saya;
Saya orang yang penuh komitmen;
Saya adalah orang yang memiliki daya imajinasi tanpa batas;
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 33
7. Sadar akan kelemahan diri
8. Konsisten
Di samping itu ada 5 sikap dasar yang harus kita
miliki dalam berusaha, apapun jenis usaha atau pekerjaan
yang harus dilakukannya, Disiplin, Kejujuran, Tanggung
jawab, Tekun dan focus, Keseimbangan hubungan antar
sesama dan Tuhan sebagai sumber apapun.
34 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Cerita Sukses:
Rizki Elsani, Pelaku Usaha Nugget dari
Bekasi – Jawa Barat
Seorang ibu rumah tangga yang telah berhasil
merintis dan menjalankan usaha kecil di bidang makanan
di daerah Bekasi Jawa Barat. Ibu rumah tangga dengan
usia 35 tahun ini memiliki bisnis nugget ikan sebagai
usaha sampingannya di rumah. Pemilihan jenis nugget
ikan tersebut bukan dilakukan tanpa perhitungan namun
telah dipertimbangkan dengan matang usaha nugget
berbahan dasar ikan. Ibu rumah tangga ini awalnya
bukanlah seorang pengusaha rumahan karena sebelumnya
pernah mengajar sebagai guru bahasa Inggris di sebuah
sekolah play grup Lembaga Kids 2 Succes dan Gymboree.
Dengan modal awal kurang dari 1 juta, Rizky Elsany
telah bereksperimen untuk membuat nugget dari ikan
dimana selama ini biasanya bahan nugget adalah ayam.
Berbagai percobaan telah dilakukannya untuk menciptakan
resep nugget ikan yang spesial.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 35
Menurutnya, nugget ikan adalah sebuah produk baru
yang belum banyak dikenal oleh masyarakat namun
memiliki prospek bagus karena nugget merupakan salah
satu makanan yang digemari oleh anak-anak.
Bisnis nuggetnya kini telah berusia lebih dari 2 tahun,
telah memiliki sertifikasi halal dari Disperindag & UKM
Bekasi. Untuk pemasarannya, ibu rumah tangga ini
biasanya memanfaatkaan internet sebagai sarananya
seperti lewat Facebook, Twitter dan website serta BBM.
Jangkauan pasarnya mulai dari Jawa, Sumatera, dan
sebagian Sulawesi. Untuk saat ini, Rizky Elsany fokus
mengembangkan bisnis nuggetnya di rumah karena selain
dapat memberikan lowongan kerja buat ibu rumah tangga
di sekitar rumahnya karena telah direkrut sebagai
karyawan bagian produksi, bisnis rumahannya ini telah
memberikan pemasukan lumayan dan membantu
meningkatkan tingkat ekonomi rumah tangganya.
36 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Claudia Syanny Latif, Pelaku Usaha
Cemilan Marguerite Nougat
Seorang ibu rumah tangga berusia 42 tahun, memiliki
usaha sendiri di rumahnya dengan membikin usaha camilan.
Usaha makanan kecil berupa camilan bukanlah sembarang
camilan karena Claudia membikin camilan tanpa bahan
pengawet sama sekali. Pemilihan jenis makanan camilan
tanpa pengawet didasarkan kepada kenyataan bahwa dewasa
ini makin banyak makanan tidak sehat bahkan sangat
berbahaya untuk kesehatan konsumen karena telah
dicampur dengan bahan kimia berbahaya. Oleh sebab itu,
Claudia Syanny Latif telah melakukan percobaan berbulan-
bulan untuk menemukan sebuah resep camilan tanpa
pengawet yang bisa tahan sampai 6 bulan lamanya.
Claudia Syanny Latif akhirnya berhasil membuat
camilan yang bisa tahan berbulan-bulan dan sangat aman
untuk kesehatan karena tidak memakai bahan pengawet
sekalipun. Produknya adalah Marguerite Nougat yang telah
dirintis sejak tahun 2008 dan sekarang berhasil memperoleh
keuntungan berkisar 20 jutaan perbulan dan bisa tembus 50
juta jika pada saat mendekati hari-hari besar keagamaan,
sebuah penghasilan lumayan untuk seorang ibu rumah
tangga mengingat latar belakang pendidikannya tidak ada
sama sekali sekali hubungannya dengan bisnis makanan.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 37
Dengan jumlah karyawan sekitar 7 orang, saat ini
bisnis Marguerite Nougatnya telah digemari di Indonesia
dan bahkan sampai ke Singapura. Di tahun-tahun
mendatang, ibu rumah tangga ini akan mengembangkan
bisnisnya dengan mencoba membuka gerai atau toko
makanan karena selama ini pemasaran yang dilakukannya
hanya melalui media online.
Dari sebuah ide usaha, hobi dan kerja keras adalah
menjadi kunci sebuah usaha rumahan yang
menguntungkan sekaligus menghasilkan.
38 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Fen Saparita, Pemilik Usaha Binatu
Pada awal memulai usaha ia sudah beberapa kali mengalami
kegagalan. Pada tahun 1996, ia memutuskan untuk mencoba
berusaha sendiri, karena itu mengundurkan diri dari pabrik semen
gresik tempat ia bekerja. Ia beralih menekuni bisnis binatu. Selain
modalnya murah, hal ini sudah menjadi kebutuhan orang banyak. Ia
mulai membeli mesin cuci dan mesin uap untuk memulai bisnisnya,
membuka lowongan kerja untuk karyawan yang kelak menjalankan
bisnis ini. Fen benar-benar nekat, karena sebenarnya ia tidak tahu
menahu mengenai bisnis ini. Ia justru berharap akan mendapat
pengetahuannya dari para karyawannya.
Fen membuka counter di kawasan Universitas Gajah Mada
untuk menjaring mahasiswa yang mau mencuci dan
menyeterikakan pakaiannya. Oleh karena targetnya adalah
mahasiswa, maka ia memberikan harga yang cukup murah.
Sayangnya nyaris tidak ada yang melirik usaha ini walau telah
diberikan harga yang murah. Oleh karena itu, ia harus keluar dari
lingkungan kampus, dan kali ini ia menyewa tempat di toserba Hero
dan mengharapkan kalangan menengah atas mau menggunakan
jasanya.
Harga yang dipasang pun relatif cukup tinggi. Tak diduga
order cuciannya mengalir dan terus meningkat. Fen sampai
membuka outlet baru di mal Galeria. Setelah itu usaha Fen pun
terus berkembang. Saat ini di Jogjakarta siapa yang tidak mengenal
Melia Laundry yang sudah memiliki puluhan cabang di beberapa
kota dengan ratusan agen pendukungnya.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 39
Bagian 3
Konsep Kewirausahaan
Perempuan Mandiri
A. Definisi Wirausaha dan Kewirausahaan
Kata entrepreneurship yang dahulunya sering
diterjemahkan dengan kata kewiraswastaan akhir-akhir
ini diterjemahkan dengan kata kewirausahaan.
Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu
entreprendre yang artinya memulai atau melaksanakan.
Wiraswasta/ wirausaha berasal dari kata: Wira: utama,
gagah berani, luhur, swa: sendiri, sta: berdiri, usaha:
kegiatan produktif.
Dari asal kata tersebut, wiraswasta pada mulanya
ditujukan pada orang-orang yang dapat berdiri sendiri. Di
Indonesia kata wiraswasta sering diartikan sebagai orang-
40 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
orang yang tidak bekerja pada sektor pemerintah yaitu;
para pedagang, pengusaha, dan orang-orang yang bekerja
di perusahaan swasta, sedangkan wirausahawan adalah
orang-orang yang mempunyai usaha sendiri.
Wirausahawan adalah orang yang berani membuka
kegiatan produktif yang mandiri.
Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008:10)
mendifinisikan: Kewirausahaan adalah proses penciptaan
sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan
upaya yang diperlukan, menanggung risiko keuangan,
fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima
imbalan uang yang dihasilkan, sertra kepuasan dan
kebebasan pribadi. Kewirausahaan dapat didefinisikan
sebagai berikut: Wirausaha usaha merupakan
pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri
denga memanfaatkan peluang-peluang untuk
menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang
inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 41
menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan-
tantangan persaingan (Nasrullah Yusuf, 2006).
Kata kunci dari kewirausahaan adalah;
(1) Pengambilan resiko
(2) Menjalankan usaha sendiri
(3) Memanfaatkan peluang-peluang
(4) Menciptakan usaha baru
(5) Pendekatan yang inovatif
(6) Mandiri (misal; tidak bergatung pada bantuan
pemerintah)
B. Wirausahawan Dilahirkan, Dicetak, Atau
Lingkungan
Sebuah pertanyaan yang sering diperdebatkan adalah
mengenai apakah wirausahawan itu dilahirkan yang
menyebabkan seseorang mempunyai bakat lahiriah untuk
menjadi wirausahawan atau sebaliknya wirausahawan itu
dibentuk atau dicetak. Sebagian pakar berpendapat bahwa
wirausahawan itu dilahirkan sebagian pendapat
mengatakan bahwa wirausahawan itu dapat dibentuk
42 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
dengan berbagai contoh dan argumentasinya. Misalnya
Bu Yuni tidak mengenyam pendidikan tinggi tetapi kini
dia menjadi pengusa besar nasional. Dilain pihak kini
banyak pemimpin/pemilik perusahaan yang
berpendidikan tinggi tetapi reputasinya belum melebihi
Bu Yuni tersebut.
Pendapat lain adalah wirausahawan itu dapat
dibentuk melalui suatu pendidikan atau pelatihan
kewirausahaan. Contohnya, setelah Perang Dunia ke-2
beberapa veteran perang di Amerika belajar
berwirausaha. Mereka belajar berwirausaha melalui suatu
pendidikan atau pelatihan baik pendidikan/pelatihan
singkat maupun pendidikan/ pelatihan yang berjenjang.
Dengan modal pengetahuan dan fasilitas lainnya mereka
berwirausaha. Samuel Whalton pendiri Walmart yang
kini menjadi retailer terbesar dunia adalah veteran yang
memulai usahanya pada usia 47 tahun. Ross Perot pendiri
Texas Instrument yang pernah mencalonkan diri sebagai
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 43
presiden Amerika dari partai independen juga seorang
veteran yang berhasil dibentuk menjadi wirausahawan.
Pendapat yang sangat moderat adalah tidak
mempertentangkan antara apakah wirausahawan itu
dilahirkan, dibentuk atau karena lingkungan. Pendapat
tersebut menyatakan bahwa untuk menjadi wirausahawan
tidak cukup hanya karena bakat (dilahirkan) atau hanya
karena dibentuk. Wirausahawan yang akan berhasil
adalah wirausahawan yang memiliki bakat yang
selanjutnya dibentuk melalui suatu pendidikan atau
pelatihan, dan hidup di lingkungan yang berhubungan
dengan dunia usaha.
Seseorang yang meskipun berbakat tetapi tidak
dibentuk dalam suatu pendidikan/pelatihan tidaklah akan
mudah untuk berwirausaha pada masa kini. Hal ini
disebabkan dunia usaha pada era ini menghadapi
permasalahan-permasalahan yang lebih kompleks
dibandingkan dengan era sebelumnya. Sebaliknya orang
yang bakatnya belum terlihat atau mungkin masih
44 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
terpendam jika ia memiliki minat dengan motivasi yang
kuat akan lebih mudah untuk dibentuk menjadi
wirausahawan. Bagi yang ingin mempelajari
kewirausahan janganlah berpedoman pada berbakat atau
tidak. Yang penting memiliki minat dan motivasi yang
kuat untuk belajar berwirausaha.
C. Karakteristik Pribadi Wirausaha
Sifat kepribadian wirausaha dipelajari guna
mengetahui karakteristik perorangan yang membedakan
seorang wirausaha dan bukan wirausaha. David
McCleland mengindikasikan ada korelasi positif antara
tingkah laku orang yang memiliki motif prestasi tinggi
dengan tingkah laku wirausaha. Karakteristik orang-
orang yang mempunyai motif prestasi tinggi adalah:
a) Memilih resiko “moderate”, dalam tindakannya dia
memilih melakukan sesuatu yang ada tantangannya,
namun dengan cukup kemungkinan untuk berhasil.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 45
b) Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-
perbuatan. Artinya kecil sekali kecenderungan untuk
mencari “kambing hitam” atas kegagalan atau
kesalahan yang dilakukannya.
c) Mencari umpan balik tentang perbuatan-
perbuatannya.
d) Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru.
Upaya untuk mengungkapkan karakteristik utama
wirausaha juga dilakukan oleh para ahli dengan
menggunakan teori letak kendali yang dikemukakan
oleh J.B. Rotter. Teori letak kendali menggambarkan
bagaimana meletakkan sebab dari suatu kejadian
dalam hidupnya. Apakah sebab kejadian tersebut
oleh faktor dalam dirinya dan dalam lingkup
kendalinya atau faktor diluar kendalinya.
Dua kategori letak kendali menurut Rotter yaitu:
1. Internal
Orang yang beranggapan bahwa dirinya
mempunyai kendali atas apa yang akan dicapainya.
Karakteristik ini sejalan dengan karakteristik
46 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
wirausaha seperti lebih cepat mau menerima
pembaharuan (inovasi).
2. Eksternal
Orang yang beranggapan keberhasilan tidak
semata tergantung pada usaha seseorang, melainkan
juga oleh keberuntungan, nasib, atau ketergantungan
pada pihak lain, karena adanya kekuatan besar
disekeliling seseorang.
Management Systems International (MSI)
menyebutkan karakteristik pribadi wirausaha (personal
entrepreneurial characteristics) sebagai berikut:
a. Mencari peluang
b. Keuletan
c. Tanggungjawab terhadap pekerjaan
d. Tuntutan atas kualitas dan efisiensi
e. Pengambilan resiko
f. Menetapkan sasaran
g. Mencari informasi
h. Perencanaan yang sistematis dan pengawasannya
i. Persuasi dan jejaring/koneksi
j. Percaya diri
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 47
D. Peran Wirausaha Bagi Lingkungannya
Dalam pandangan Schumpeter, seorang wirausaha
adalah inovator. Hanya seseorang yang sedang
melakukan inovasi yang dapat disebut sebagai wirausaha.
Mereka yang tidak lagi melakukan inovasi, walaupun
pernah, tidak dapat lagi dianggap sebagai wirausaha.
Wirausaha bukanlah jabatan, melainkan suatu peran.
Berdasarkan pengertian tentang wirausaha yang telah
dibahas sebelumnya dapat disimpulkan bahwa peran
wirausaha yang utama bagi lingkungannya adalah sebagai
berikut:
(1) Memperbaharui dengan “merusak secara kreatif”.
(2) Dengan keberaniannya melihat dan mengubah apa
yang sudah dianggap mapan, rutin, dan memuaskan.
(3) Inovator, menghadirkan hal yang baru di masyarakat.
(4) Mengambil dan memperhitungkan risiko
(5) Mencari peluang dan memanfaatkannya
(6) Menciptakan organisasi baru
48 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
E. Mitos Dalam Kewirausahaan
Berikut ini rincian mitos kewirausahaan yang
dikumpulkan oleh Michael Robert dan Alan Weiss, dan
sejumlah bukti yang dikumpulkan dari berbagai sumber
yang menetang mitos tersebut.
1. Wirausaha adalah pengambil resiko besar
a) Wirausaha bukan pengambil resiko besar,
melainkan seorang yang menghitung resiko yang
akan diambilnya. Tantangan ada namun dengan
upaya akan dapat dicapai.
b) Wirausaha bijaksana dalam memilih resiko dan
bukan penjudi.
2. Wirausaha adalah pemilik usaha, bukan pegawai
a) Yang mengubah restoran “fast food” McDonald’s
menjadi raja dibidang “franchising” adalah Ray
Kroc, pimpinan perusahaan, dan bukan
pemiliknya yaitu McDonald bersaudara.
b) Intrepreneur di dalam perusahaan bukanlah
pemilik.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 49
3. Inovasi hanya di perusahaan kecil
a) Inovasi dilakukan dengan ketrampilan atau
keahlian dan bukan pembawaan atau milik budaya
tertentu. Ia dilakukan dimana-mana.
b) Musuh inovasi adalah birokrasi yang terdapat di
perusahaan besar ataupun kecil.
4. Inovasi adalah gagasan besar
Sebagian keberhasilan besar dimulai dari gagasan baru
yang sederhana, misalnya “walkman” muncul sebagai
produk baru yang sukses berasal dari keinginan tetap
mendengar musik secara pribadi selagi berolahraga.
5. Wirausaha adalah pencetus gagasan saja: Seorang
inovator terjun langsung menerapkan gagasannya.
6. Wirausaha menyediakan sarananya termasuk modal
sendiri
a) Wirausaha tidak sama dengan kapitalis.
b) Wirausaha menggunakan sarana yang ada dengan
cara baru.
50 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
7. Wirausaha dilahirkan dan kewirausahaan tidak
dapat dilatihkan
Seperti ketrampilan dokter atau pengacara,
ketrampilan kewirausahaan dapat dilatihkan.
F. Wirausaha, Manajer dan Organisasi
Peran wirausaha pendiri adalah melahirkan suatu
organisasi baru, baik sendiri maupun bersama suatu
kelompok. Setelah lahir maka wirausaha pendiri
melakukan upaya pengembangan organisasi hingga
sampai organisasi tidak lagi tergantung pada pendiri.
Pelaksanaan organisasi memerlukan manajemen yang
menguatkan organisasi dengan sistem manajemen dan
mengurangi ketidak-pastian dan ketergantungan pada
faktor subjektivitas pendiri.
Pengembangan sistem dan budaya organisasi harus
dapat menampung manajemen yang baik dan juga adanya
kewirausahaan. Salah satu pola yang ada untuk
menampung kewirausahaan di dalam organisasi mapan
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 51
adalah wirausaha-intra (intrapreneurs). Pengembangan
kewirausahaan di dalam perusahaan dapat terjadi pada
tiga tingkatan, yaitu:
a. Individual
b. Kelompok kerja
c. Oganisasi/Perusahaan
Di Indonesia tidak jarang ditemui perusahaan yang
berada dalam kotak “tidak layak untuk terus” yaitu baik
manajemen dan kewirausahaan yang dimilikinya belum
cukup menyiapkan manajemennya dan sudah
“meninggalkan” perusahaan untuk membangun bisnis
baru. Wirausaha pendiri dapat dianggap sempurna bila
organisasi yang didirikannya dapat mencapai kotak
“ideal” yaitu baik manajemennya dan kewirausahaan
organisasinya dalam taraf “baik”.
52 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Bagian 4
Manajemen Usaha Kecil
A. Aspek Pemasaran
Beberapa konsep dasar yang perlu dipahami dalam
aspek pemasaran adalah sebagai berikut: “Kebutuhan”
yang menggambarkan kebutuhan dasar manusia seperti
pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, rekreasi,
dan sebagainya. Kebutuhan menjadi keinginan jika
kebutuhan telah mengarah pada satu keinginan yang
tertentu yang dapat memberikan kepuasan.
Permintaan adalah keinginan terhadap produk jasa
yang spesifik atau barang dan didukung oleh ketersediaan
dana atau daya beli untuk membayar barang atau jasa.
Produk adalah sesuatu yang ditawarkan untuk dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan seseorang.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 53
Brand (merk) adalah suatu yang ditawarkan dari satu
sumber yang diketahui sumbernya yang telah
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan. Konsep pemasaran: adalah (1) Kepuasan
Pelanggan, (2) Total usaha perusahaan terhadap produk
yang dihasilkan dan (3) Keuntungan bagi penghasil
barang dan jasa. Pada saat ini terjadi perubahan tentang
persepsi manajemen pemasaran. Persepsi manajemen
pemasaran saat ini berfokus pada: strategi, berorientasi
pada jangka panjang, dan berbasis komunikasi, dengan
menggunakan berbagai media teknologi komunikasi yang
canggih dan dikendalikan pelanggan.
Pemasaran adalah suatu proses sosial dimana ada
kelompok masyarakat atau individu ingin memenuhi
kebutuhannya melalui kegiatan menciptakan,
menawarkan dan mempertukarkan secara bebas produk
atau jasa yang bernilai dengan pihak lain (Philip Kotler).
Untuk memahami konsep pemasaran ada tiga kunci
dasar yaitu: Segmentasi; Mengenali kelompok pasar yang
54 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
berkaitan dengan potensi dan target yang ada dan
perbedaan masing masing dalam kelompok tersebut.
Memilih target atau kelompok sasaran yaitu Targeting;
Memilih kelompok yang akan menjadi fokus pasar
dengan menggunakan media komunikasi, kampanye,
penawaran. Mendudukan pesan apa yang ingin
disampaikn dan apa yang diinginkan dari target sasaran
dalam menilai bisnis atau Positioning.
1. Aktivitas Pemasaran
Jenis usaha yang dikembangkan pada kawasan sentra
produk unggulan melakukan proses produksi barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan/masyarakat.
Proses menikmati barang atau jasa tidak mungkin dapat
berjalan tanpa proses jual-beli antara penghasil produk
dengan konsumen.
Bila proses jual-beli tersebut tidak berlangsung,
maka barang atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku
UMKM tidak akan sampai ke konsumen, dengan
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 55
demikian kebutuhan masyarakat tidak akan terpenuhi.
Sebaliknya pebisnis UMKM yang menghasilkan barang
juga tidak dapat menjual barangnya, sehingga tidak
mencapai tujuannya untuk mendapatkan keuntungan.
Pemasaran merupakan suatu fungsi yang luas yang
mempengaruhi seluruh aspek operasi bisnis UMKM,
sebab berawal dan berakhir pada konsumen, oleh karena
itu tujuan pokok dari pelaku UMKM adalah melayani
kesejahteraan pelanggan/konsumen.
Pemasaran adalah proses dalam masyarakat, di mana
struktur permintaan akan barang ekonomis dan jasa-jasa
diantisipasi, disebarluaskan dan dipenuhi melalui
konsepsi, promosi, pertukaran, dan distribusi fisik dari
barang dan jasa.
Pada hakekatnya pemasaran meliputi berbagai upaya
untuk menumbuhkan permintaan efektif terhadap produk
yang dihasilkan oleh pebisnis UMKM, sehingga terjadi
proses jual beli dan kebutuhan konsumen dapat
56 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
terpuaskan serta tujuan pebisnis UMKM untuk
mendapatkan keuntungan juga dapat tercapai.
Terjadinya transaksi barang dapat dilakukan di pasar.
Pasar diartikan sebagai:
a. Pasar tempat pertemuan antara pembeli dan penjual
dan terjadinya penyerahan barang atau jasa
b. Sebagai jumlah total permintaan atas barang
c. Keadaan dan kekuatan yang menentukan harga
barang
d. Sekumpulan orang atau badan yang mempunyai
kebutuhan atas suatu produk dan mempunyai daya
beli.
2. Fungsi Pemasaran
Proses pemasaran mengandung beberapa fungsi yang
harus ditampung oleh pihak produsen UMKM dan
lembaga atau mata rantai distribusi produknya, dan sering
kali terjadi masalah yang harus dipecahkan baik oleh
produsen maupun lembaga distributor penyalur barang.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 57
Fungsi fungsi yang dimaksud adalah (1) pembelian,
pengumpulan, pengemasan, (2) penjualan, penyebaran
atau distribusi, (3) pengangkutan atau transportasi, (4)
penyimpanan, (5) pembiayaan atau pendanaan, (6) risiko,
(7) informasi pasar.
Berbagai kegiatan pemasaran meliputi:
(a) Perencanaan dan keputusan mengenai jenis barang
yang mempunyai keunggulan komparatif dan
kompetetif. Dalam perencanaan dan keputusan itu
juga tercakup mutu barang yang akan dihasilkan
yang ditujukan untuk masyarakat konsumen yang
mana, atau segmen konsumen yang mana, pemberian
merek/tanda agar barang mudah dikenal oleh
konsumen
(b) Perencanaan dan penentuan harga penjualan dari
produk yang ditawarkan kepada konsumen, dimana
turut diperhitungkan juga faktor-faktor yang ikut
menentukan nilai jual barang.
58 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
(c) Perencanaan dan penentuan kelompok sasaran
konsumen yang akan didorong untuk membeli
produk/jasa, baik ditinjau dari segi daerah tempat
tinggal, tingkat daya beli, tingkat kehidupan dan
kelompok konsumen.
(d) Perencanaan dan penentuan penyampaian produk
kepada konsumen, apakah langsung dengan cara
eceran, atau melalui badan penyalur, atau distributor.
(e) Mempengaruhi masyarakat konsumen agar tertarik
akan produk perusahaan melalui promosi.
(f) Segala upaya dalam kegiatan pemasaran perlu
dilandasi dengan pengetahuan mengenai: Perilaku
dan kesukaan masyarakat konsumen, selera pilihan
sesuai dengan pengelompokan berdasarkan tempat
tinggal, tingkat kehidupan, jenis kelamin dan usia.
(g) Mengidentifikasi berapa kebutuhan yang ada dari
tiap segmen masyarakat konsumen, apakah
senantiasa tetap, atau berubah. Kalau kebutuhan
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 59
sifatnya berubah ubah bagaimana pola perubahannya,
menurut musim atau tanggal.
(h) Jika permintaan barang belum terasa apakah dapat
memperkenalkan produk baru.
(i) Mengkaji penyaing yang menghasilkan jenis barang
baru yang juga menjualnya kepada kalangan
konsumen yang sama. Perlu juga dikaji berapa besar
kemampuan pesaing dalam mengisi kebutuhan
masyarakat.
3. Pengemasan Produk
Pengemasan sebagai salah satu dari sub fungsi
pemasaran dari fungsi pembelian dan pengumpulan suatu
produk. Pelaku UMKM masih sangat kurang
memperhatikan tentang pengemasan produk yang
dihasilkan. Banyak produk produk unggulan khususnya
hasil agribisnis memerlukan pengemasan yang baik,
tetapi kegiatan ini lebih banyak ditangani oleh para
pedagang pengumpul, yang merupakan bagian dari fungsi
60 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
pemasaran. Kegiatan ini dimulai dari tahap setelah pasca
panen atau setelah pengolahan produk hasil hasil
pertanian, misalnya produk pindang bandeng, atau
produk hasil pengolahan buah buahan dan sayuran.
Para pelaku UMKM dalam bidang industri dan
agroindustri memerlukan pengetahuan dasar dasar
pengemasan, khususnya bagi barang barang yang akan
dipasarkan ke pasar regional atau ekspor. Barang-barang
tersebut biasanya disampaikan dalam bentuk kemasan
atau pembungkus kepada konsumen.
Fungsi utama dari kemasan adalah untuk melindungi
barang yang dijual kepada konsumen agar tidak rusak,
karena penguruh udara, benturan, kotoran, pengambilan
sebagian. Kemasan juga mempunyai fungsi tambahan
untuk menambah daya tarik perhatian konsumen dan
memudahkan penyerahan kepada konsumen. Misalnya
menjual sirup ABC dalam botol dan diberi etiket (aturan
penyajian). Karena itu dalam upaya pemasaran perlu
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 61
memikirkan disain kemasan untuk menarik konsumen,
misalnya dengan warna dan gambar.
Kemasan adalah bagian yang sangat penting dari
produk agribisnis (khususnya perikanan dan tanaman
pangan dan hortikultura). Kemasan bertujuan untuk
mewadahi, melindungi, dan mempresentasikan produk.
Kemasan yang dilakukan oleh pengolala skala kecil
(UMKM) pada umumnya jauh dari persyaratan mutu
yang ditentukan dan penampilan kurang menarik.
Sedangkan disisi lain masih banyak kemasan yang tidak
sesuai dengan produk yang dikemas. Oleh karena itu
pemilihan bahan pengemas dan cara pengemasannya
harus disesuaikan dengan sifat produk, lama
penyimpanan dan kondisi yang diperlukan.
Pemilihan kemasan/wadah yang tepat akan
membantu mempertahankan mutu produk yang dikemas.
Dengan berkembangnya peralatan pengemas dapat
memberikan kemudahan dalam pengembangan
pemasaran. Keuntungan dari tipe pengemas modern ini
62 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
selain memberikan penampilan yang menarik juga
berfungsi untuk melindungi adanya kerusakan produk,
sehingga memungkinkan untuk dipasarkan atau
didistribusikan dalam waktu relatif lama dan tempat yang
jauh.
a. Kemasan berfungsi sebagai wadah
Wadah dari produk yang merupakan fungsi dasar
dari kemasan karena pengemas harus menahan
produk tetap dalam satu unit selama transportasi dan
penyimpanan. Jadi fungsi kemasan di sini
mempermudah pengangkutan atau supaya produk
tidak berserakan, karena tidak semua produk dapat
dipindahkan satu persatu bahkan ada produk yang
bila tidak menggunakan kemasan tidak mungkin
dapat dipindahkan dari satu tempat ketempat lainnya.
b. Melindungi dan mengawetkan produk
Selama transit, penyimpanan dan dipajang pada
tempat penjualan dan akhirnya dibawa dan disimpan
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 63
di rumah konsumen. Pengemasan mempengaruhi
keamanan mutu dan daya awet dari produk. Untuk
produk tertentu pemilihan sistim pengemasan dan
bahan pengemas akan mampu menahan daya awet.
Untuk melindungi produk perlu mengetahui
karateristik produk tersebut, misalnya makanan,
yaitu: Tidak terlalu kuat secara mekanis; Mudah
mengalami perubahan kadar air dilingkungannya;
Memberikan media bagi pertumbuhan bakteri;
Mudah mengalami reaksi kimia.
Sebagai pelindung, pengemas tidak hanya
melindungi produk yang dikemas tetapi juga
merupakan pelindung dari lingkungan dimana
produk tersebut berada, diantaranya memberikan
perlindungan terhadap uap air agar tidak bebas keluar
masuk kemasan dengan menggunakan kemasan
kedap air. Memberikan perlindungan terhadap zat
folatil dimana bahan pengemas yang dipakai kedap
gas dan uap air. Selain itu memberikan perlindungan
64 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
terhadap oksigen, invektasi serangga dan
perlindungan bahan yang rapuh.
4. Mempresentasikan Produk
Salah satu strategi pemasaran suatu produk adalah
menarik calon pembeli diantaranya melalui: (1)
Penampilan yang menarik dengan warna, bentuk dan
disain yang baik, (2) Sumber informasi mengenai produk,
(3) Memuat pesan-pesan dari produsen, (4)
Mempermudah atau memberi kenyamanan.
Muatan pesan, disain dari pengemasan sangat erat
hubungannya dengan dunia iklan. Tujuan dari
penggunaan grafis, warna, dan bentuk adalah untuk
memberikan image terhadap merek dan produk itu
sendiri. Iklan yang baik harus memberikan perhatian pada
pengemas yang merupakan presentasi dari produk
ditempat pemasaran. Pengemas yang mudah dikenal
seperti penggunaan logo atau merek tertentu akan
memberikan kemudahan kepada konsumen untuk
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 65
membeli kembali produk tersebut. Sering kali desain
pengemasan dapat digunakan untuk memberi rasa
familiar sehingga konsumen membeli produk lain dari
perusahaan yang sama. Pemasaran yang sukses juga
memerlukan pengemas yang memuat informasi seperti
nilai nutrisi atau rekomendasi mengenai metode
penyimpanan, pengolahan dan penyajian.
Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan,
dalam menentukan pilihan bentuk dan bahan kemasan
yaitu :
a) Tidak bersifat toksin (beracun) baik langsung
maupun tidak lansung maupun tidak
b) Mudah dan aman untuk mengeluarkan isi
c) Melindungi bahan terhadap tumpahan, penguapan,
kotoran, debu, serangga, dan serangan
mikroorganisme
d) Harga murah
e) Secara fisik tahan terhadap keretakan, gesekan, dan
perubahan suhu/cuaca.
66 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Selain itu ada beberapa sifat penting bahan pengemas
yang harus diperhatikan yaitu:
1) Sifat permeabilitas (dapat ditembus) terhadap air.
Sifat ini mempunyai keistimewaan dapat meloloskan
air atau garam. Wadah yang dibuat dengan sifat ini
tidak boleh untuk mengemas produk yang
mempunyai kandungan air yang tinggi, juga untuk
produk kering yang harus disimpan dalam kondisi
kelembaban tinggi.
2) Sifat permeabilitas terhadap lemak. Wadah ini
mempunyai keistimewaan dapat meloloskan lemak
atau menghidap lemak dari luar (melewati bahan ini).
Karena itu tidak boleh mengemas produk yang
mempunyai kandungan lemak tinggi.
3) Sifat permeabilitas terhadap uap air. Tidak cocok
untuk mengemas produk dengan kadar air tinggi,
sebab dapat kering bila disimpan pada ruangan yang
kelembabannya rendah.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 67
4) Sifat perrneabilitas terhadap gas. Wadah ini bersifat
dapat meloloskan gas, misalnya oksigen. Sehingga
untuk mencegah produk yang dikemas dari
terjadinya oksigeil lemak harus digunakan bahan
pengemas dengan sifat permeabilitas terhadap
oksigen harus sekecil mungkin.
5) Sifat permeabilitas terhadap aroma. Wadah ini
mampu meloloskan aroma. Karena itu sifat ini harus
sekecil mungkin untuk melindungi kehilangan aroma
atau masuknya aroma asing kedalam wadah.
6) Mempunyai daya tahan terhadap panas. Sifat ini
artinya konstan pada suhu penyimpanan atau suhu
suhu yang terjadi.
Dalam perancangan pengemasan, disamping seleksi
bahan baku yang bersyarat menarik dan tidak merugikan,
juga peralatan serta metode pengemasan yang hemat serta
disain yang serasi. Kemasan produk juga harus
memenuhi persyaratan fisik seperti tahan retak, kikisan,
68 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
gesekan, perubahan suhu serta cuaca dan kelembaban
yang lama.
Bahan pengemas pada umumnya untuk produk
agrobisnis amat bervariasi sesuai dengan tujuan kegunaan
produk tersebut. Misalnya produk perikanan dikemas
dalam kaleng, botol gelas, wadah kertas dan kantong
plastik (plastik pouches) atau wadah dimana dapat
mempertahankan selama distribusi. Bahan kemasan
kaleng untuk produk perikanan biasanya dibuat dari
lembaran logam tipis (0,2-0,4 mm) dengan komposisi
kimia: belerang, pospor, silisium dan mangan. Bentuk
botol (jars) biasanya digunakan untuk ikan dalam bentuk
asin yang diberi bumbu vinegar dan cream saus.
Keuntungan kemasan botol ini adalah dapat digunakan
lebih dari satu kali dan transparan sehingga dapat melihat
produk tanpa harus membukanya. Kerugiannya adalah
kemasan ini mudah pecah dan berat.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 69
a) Kertas/Karton
Masih akan bertahan untuk jangka waktu yang lama.
Hal ini karena harga yang murah, mudah diperoleh
dan penggunaannya luas. Untuk produks perikanan,
misalnya kertas/karton digunakan untuk produk yang
sudah dikemas dalam kaleng, kantong plastik (plastic
pouches) atau produk beku (master countainer). Sifat
pengemasan dari kertas sangat bervariasi tergantung
dari proses pembuatannya dan perlakuan tambahan
yang diberikan. Sifat fisiko kimia kertas, seperti
permeabilitas terhadap cairan, uap dan gas, dapat
dimodifikasi dengan penjenuhan, pelapisan dan
laminating. Bahan-bahan yang dapat digunakan
untuk tujuan ini termasuk malam (waxes), piastik,
resin, gum, adhesif dan bahan lainnya. Sifat
ketahanan air dari kertas akan lebih baik dan lebih
kuat bila dilapisi dengan lilin. Kertas lilin (waxed
paper) ini mempunyai peranan yang sangat pesting
dalam pembungkus bahan-bahan yang lengket seperti
70 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
permen, mentega. Penggunaan kertas lilin mulai
berkurang setelah munculnya kertas almunium foil
dan plastik.
b) Plastik
Dalam dua dasawarsa terakhir, kemasan plastik telah
mampu merebut pangsa pasar kemasan dunia yang
awalnya didominasi oleh kemasan kaleng dan gelas.
Jenis bahan kemasan dari plastik yang fleksibel
(luwes) diantaranya adalah polietilen (PE),
polipropilen (PP), polyester, nilon serta film vinil
menempati 53% dari jumlah plastik yang digunakan
untuk mengemas makanan. Sedangkan plastik
dengan kemasan kaku banyak digunakan untuk
minuman beverage. Keunggulan kemasan plastik
karena sifatnya yang kuat tetapi ringan, inert, tidak
karetan dan termoplastis (heat seal) serta dapat diberi
warna. Sedangkan kelemahannya adalah pada zat
monomer dan molekul kecil lain dari plastik yang
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 71
pindah ke dalam produk. Di pasaran diperkirakan
banyak dijumpai bahan kemasan yang sebenarnya
kurang cocok dengan jenis makanan yang sifatnya
perlu dilindungi. Kesalahan material kemasan dapat
mengakibatkan kerusakan bahan makanan yang
dikemas.
Berikut adalah contoh-contoh:
Kerupuk ikan, produk tersebut memerlukan
perlindungan terhadap kelembaban oleh karena
itu kemasan yang digunakan harus memiliki
ketahanan (barrier) terhadap uap air misalnya
LDPE (Low Density Poly Ethylene)
Keripik memerlukan kemasan yang mekiliki
ketahanan terhadap oksigen dan uap air serta
lemak. Kemasan yang tepat adalah PVCP (Poly
Vinylidenc Chlorida) yang dilapisi selofan atau
dilaminasi alumunium atau PVDC glassin
Produk daging ikan, untuk mempertahankan
kesegaran, kernasan yang tepat yaitu kemasan
72 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
yang tinggi daya transmisi oksigen dan tinggi
tingkat pencegahan hilangnya kadar air.
Kemasan yang cocok adalah PVDC.
Beberapa plastik baru sebagai bahan pengemas yang
baik ketahanannya adalah metalized polythylene
(PET), almunium foil, polylofelin dan ethylene high
vinyl alcohol copolymer.
5. Pengembangan Produk
Produk adalah faktor yang sangat penting dalam
pemasaran. Produk adalah barang atau jasa yang
digunakan untuk memuaskan konsumen.
Jenis barang yang dipasarkan dapat digolongkan
sebagai:
a) Bahan baku berasal dari hasil pertanian/perkebunan,
mineral, hasil laut atau hasil sintesa dari suatu
kawasan produksi.
b) Barang jadi hasil pengolahan secara mekanik,
kimiawi, atau kerajinan dari dari kawasan tertentu,
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 73
gerabah, kain tenun, dan peoduk khas dari hasil
budaya setempat.
Dari segi konsumen barang dapat digolongkan pada:
1) Barang konsumsi, yaitu barang yang akan dipakai
langsung oleh konsumen akhir, seperti pakaian batik,
makanan khas daerah tertentu, yang sangat bervariasi
untuk setiap daerah.
2) Barang industri, yaitu produk barang yang akan
digunakan untuk memproduksi barang lain.
6. Daur Hidup Produk
Produk yang dipasarkan mempunyai daur hidup
sendiri sendiri, yaitu daya untuk tetap dibutuhkan
masyarakat, ada yang lama atau yang singkat, misalnya
sepatu sejak lama sampai kini masih tetap diperlukan
oleh masyarakat konsumen.
Pertama, Tahapan Perkenalan, pada waktu itu
masyarakat konsumen belum mengenalnya dan
memerlukan pengenalan terhadap manfaat barang
74 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
sehingga timbul perasaan memerlukannya. Pemasar
memperkenalkan produk mereka ke calon pelanggan.
Tingkat penerimaan yang tinggi jarang terjadi. Produk
baru harus masuk pasar dan bersaing dengan produk yang
telah ada. Calon pelanggan harus mendapat informasi,
melalui iklan dan promosi. Biayanya sangat tinggi, oleh
karena itu pebisnis UMKM sangat sulit memperkenalkan
produk baru.
Kedua, Tahapan pengembangan, pada waktu itu
masyarakat konsumen telah merasakan kebutuhannya
terhadap barang dan kebutuhan itu terus meningkat,
sehingga diperlukan peningkatan kemampuan untuk
memenuhi permintaan. Pengembangan produk baru
merupakan bagian terpenting dalam pemasaran. Namun
demikian, dalam tahap pengembangan produk ini sering
timbul risiko yang besar dan hamper 80% produk gagal-
gagal. Ada beberapa alasan mengapa produk baru gagal:
a. Produk baru tidak berbeda secara memadai dengan
produk yang ada di pasar.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 75
b. Pengusaha tidak memiliki pengetahuan yang
memadai tentang pasar.
c. Perusahaan sangat miskin perencanaan dan kurang
gencar dalam memperkenalkan produk-produk
barunya.
d. Pengusaha kurang untuk menyesuaikan strategi
produknya ketika terjadi perubahan minat
pelanggan/konsumen.
e. Perusahaan kekurangan dana yang memadai dan
kurang fokus terhadap produk baru.
Untuk mengurangi resiko yang timbul dalam
memperkenalkan produk atau jasa baru, pelaku UKM
harus mempertimbangkan aturan-aturan dalam
pengembangan produk scbagai berikut:
1) Simplicity (sederhana). Produk baru harus mudah
digunakan (user-friendly), yaitu mudah dikenal dan
digunakan oleh konsumen. Misalkan, alat elektronik
yang mudah dihidupkan dengan remote control atau
alat-alat otomatis.
76 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
2) Integrity (integritas). Desain produk harus baik dari
sejak awal sampai akhir pakai.
3) Human focus (fokuskan pada orangnya).
Memerhatikan peranan komplementer pemakai akhir
untuk mendesain integritas. Keberhasilan suatu
produk adalah produk yang memerhatikan
pemakainya secara ekonomis.
4) Sinergy (berdaya juang). Desain produk yang baik
memerlukan kombinasi antara pengalaman,
pengetahuan, kecakapan dari suatu tim profesional.
5) Creativify (kreativitas). Keberhasilan produk sangat
tergantung pada keahlian kreatif dari banyak orang.
Manajer perusahaan kecil harus mendorong
perkembangan lingkungan kreatif.
6) Risk (risiko). Desain produk yang baik ditunjukkan
oleh produk yang terus eksis sampai batas akhir.
Ketiga, Tahapan stabilisasi, merupakan tahap
kematangan dan persaingan. Penjualan terus meningkat
tetapi laba memncak dan kemuian menurun ketika
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 77
pesaing masuk pasar.Umumnya harga jual diturunkan
untuk bersaing dan pangsa pasar dapat bertahan di
pasaran. Pada saat ini juga terjadi tahap kejenuhan pasar
dari daur hidup produk yang menunjukkan peringatan
bagi pemasar adalah saat memperkenalkan produk pada
generasi berikutnya. Jika suatu barang ternyata disukai
konsumen, maka pemakaian banyak produksi yang sama
dipasarkan karena banyak pesaing masuk pasar. Dalam
keadaan demikian perusahaan harus berusaha
memantapkan pasarnya. Banyak cara untuk merekayasa
produk barang dan jasa agar diminati oleh konsumen, di
antaranya:
✓ Jenis jenisnya diperbarui.
✓ Kualitasnya dibeda-bedakan dan ditingkatkan.
✓ Model dan desainnya bermacam-macam dan
dibedakan.
✓ Kemasan, warna, bentuk, ukuran, standar, merek
dibuat sedemikian rupa sehingga lebih menarik.
78 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Keempat, Tahapan menurun dan menghilangnya,
ialah tahap penjualan terus menurun, laba juga menurun
secara drastis. Kebutuhan terhadap barang yang
bersangkutan, biasanya karena ada barang lain yang
menggantikannya atau karena masyarakat konsumen
sudah bosan.
Panjang atau pendeknya daur hidup produk sangat
menentukan bentuk program pemasarannya. Selama
tahap perkenalan, penjualan barang mungkin kurang
menguntungkan bagi perusahaan dan akan menjadi beban
kerugian.
Pebisnis UMKM yang baru berdiri, dan kemampuan
keuangannya terbatas tidak mungkin mengikuti beban
keuangan membiayai tahapan perkenalan suatu produk
barang. Oleh karena itu sebaiknya memilih barang yang
akan dihasilkannya yang sudah dikenal masyarakat,
dengan memperbaiki mutu dan harga yang bersaing.
Pola perilaku dan kesukaan masyarakat konsumen
sangat besar pengaruhnya terhadap panjang atau
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 79
pendeknya daur hidup barang di pasaran. Konsumen
membeli barang ingin mendapatkan barang yang
seimbang dengan nilai uang yang dikorbannya. Karena
itu mutu barang yang dihasilkan tidak senantiasa harus
yang paling tinggi, tetapi harus sesuai dengan harganya.
Karena itu pebisnis UMKM selayaknya mempertahankan
mutu yang diproduksinya agar:
Seimbang dengan tingkat harganya,
Senantiasa tetap pada tingkat mutu yang sama.
Untuk mencegah kekecewaan konsumen Pemerintah
mengadakan ketentuan yang disebut standard untuk mutu
berbagai jenis barang. Oleh karena itu ditetapkan Standar
Nasioanal Indonesia (SNI) untuk setiap jenis barang.
Untuk pengembangan suatu produk baru diperlukan
inovasi dan kreaktivitas agar memiliki daur hidup barang
yang panjang. Produk baru adalah suatu barang yang
dihasilkan yang sama sekali baru, yang merupakan suatu
hasil kemajuan teknologi.
80 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Daur hidup suatu produk tertentu lebih banyak
dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan. Konsep daur hidup
produk berguna bagi usahawan karena dapat
memfokuskan perhatian pada kemungkinan pola-pola
penjualan di masa mendatang jika tidak diadakan
tindakan korektif. Ketika penjualan mulai menurun,
pebisnis UMKM harus memulai suatu program perluasan
jenis produk serta pengembangan pasar untuk menarik
mereka ke dalam tahap pertumbuhan yang lebih panjang,
dan harus memulai mencari poduk-produk baru, dan
mencari pasar yang potensial untuk diversifikasi.
7. Harga Jual Produk
Sesuai dengan prinsip bahwa perusahaan patut
mendapatkan keuntungan, maka harga jual yang
ditetapkan harus lebih besar dari biaya biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk barang sehingga
masih akan ada selisih yang disebut laba.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 81
Harga jual barang adalah biaya biaya untuk
menghasilkan barang ditambah dengan keuntungan yang
diharapkan oleh perusahaan. Dalam kenyataanya tidaklah
semudah itu untuk menentukan harga jual barang atau
jasa yang dihasilkan, karena ada faktor lain yang perlu
ditelaah.
Salah satu contoh faktor dalam menentukan harga
jual adalah apabila barang itu yang dihasilkan
mempunyai saingan yang serupa di pasaran atau mirip
dipasaran. Masyarakat konsumen akan membandingkan
harga barang yang ditawarkan dengan harga yang
dihasilkan oleh perusahaan lain. Hal ini disebabkan
konsumen ingin mendapatkan kepuasan setinggi
mungkin, maka konsumen akan berusaha mengurangi
pengorbanan uangnya dan membeli barang dengan harga
yang lebih rendah untuk mendapatkan barang yang
mutunya sama. Dalam keadaan persaingan bebas, karena
konsumen cenderung untuk membayar harga lebih rendah
82 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
dari pada yang diperhitungkan oleh perusahaan maka
harus dicari cara untuk menekan harga jual produk.
Cara yang mudah dengan menurunkan mutu
sehingga biaya untuk menghasilkan barang lebih rendah.
Cara ini cukup berbahaya, karena harus diingat konsumen
ingin tetap mendapatkan harga yang lebih rendah tetapi
mutu yang sama. Karena itu cara untuk menurunkan mutu
sama artinya dengan mengurangi kepuasan dan akan
mengurangi konsumen untuk membeli produk yang
dihasilkan.
Cara lain adalah dengan mengurangi laba yang akan
diterima. Cara ini dapat ditempuh, tetapi juga harus
dijaga agar laba tidak terlalu kecil, sehingga perusahaan
tidak lagi membiayai hidup perusahaan. Cara lain
ditempuh dengan menekan biaya produksi dengan cara
memproduksi barang yang lebih efisien, dengan
penggunaan teknologi baru, atau mengurangi
pemborosan, misalnya barang yang tidak laku dijual
menjadi lebih rendah. Atau pemakaian bahan bahan baku
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 83
dapat dihemat tanpa mengurangi mutu, atau bahan baku
pengganti yang dapat menghasilkan mutu yang sama.
Oleh karena itu penelitian dan pengembangan produk
bagi perusahaan besar sangat berperan dalam
pengembangan produk menekan biaya produksi, sehingga
tetap mampu bersaing dengan perusahaan yang
menghasilkan barang yang sejenis. Hal yang sama juga
untuk produk unggulan dikawasan tertentu.
Perusahaan berkepentingan untuk mendorong agar
jumlah barang yang terjual makin besar, kalau perlu
dengan mengorbankan sebagian keuntungan. Keuntungan
itu dapat dibagi dengan pihak lain, misalnya penyalur
atau pengecer dalam bentuk “komisi” atau “korting
harga” yang diberikan kepada pihak pihak pembeli dalam
jumlah besar. Cara ini ditempuh untuk merangsang orang
membeli dalam jumlah besar.
Dalam penentuan kebijakan harga sangat penting
diketahui keadaan pasaran terutama mengenai selera dan
kesediaan masyarakat untuk membayar harga barang
84 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
sejenis. Dan saingan saingan yang menghasilkan barang
yang serupa.
8. Saluran Distribusi
Pebisnis UMKM yang kemampuan produksinya
terbatas hanya dapat mengisi kebutuhan masyarakat yang
tinggal disekitar perusahaan itu sendiri. Semakin besar
kemampuan produksinya semakin luas masyarakat
konsumen yang dapat dipenuhi kebutuhannya, karena itu
diperlukan saluran distribusi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat konsumen dan memperbesar peluang
keuntungan bagi perusahaan penghasil produk barang.
Pedagang eceran adalah salah satu pihak yang
dapat mendekatkan sumber persediaan barang kepada
kosumen, sehingga konsumen tidak perlu menempuh
jarak jauh untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber
persediaan barang yang dekat dengan konsumen
memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 85
Karena pedagang eceran tempatnya terpencar
mendekati tempat konsumen, maka para pengecer sering
mengalami kesulitan untuk mendapatkan persediaan
barang kalau selalu harus mengambilnya sendiri ke
perusahaan yang memproduksi barang. Oleh karena itu
perlu ada pihak lain yang berdiri ditengah–tengah yaitu
para penyalur.
Para penyalur atau grosir juga mempunyai fungsi
untuk memantapkan persediaan barang. Penyalur biasa
menyimpan barang persediaan barang untuk memenuhi
kebutuhan konsumen selama jangka waktu tertentu.
Persediaan itu dapat memenuhi kebutuhan para
pengecer disekitarnya, walaupun persediaan dari pabrik
atau perusahaan hanya diterima misalnya seminggu
sekali. Usaha penyalur/grosir dan para pengecer harus
dapat keuntungan dari kegiatan usahanya. Keuntungan itu
berupa selisih harga yang dibayar oleh konsumen dengan
harga yang dibayarkan kepada konsumen.
86 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Agar pola penyampaian barang dari produsen
kepada konsumen itu dapat berjalan terus, maka produsen
harus memikirkan dan memperhitungkan besarnya
keuntungan yang harus diterima oleh para penyalur dan
pengecer, atau membagi keuntungan selisih dari apa yang
dibayarkan oleh konsumen dengan biaya produksi.
Tanpa kesediaan tersebut penyaluran barang akan
terhenti dan produsen tidak akan mampu menyalurkan
sendiri hasil produksinya kepada konsumen.
9. Promosi Produk
Kebutuhan terhadap barang ada yang sudah
dirasakan oleh konsumen sebelum ada perusahaan
didirikan, tetapi ada juga ada kebutuhan yang belum
disadari oleh masyarakat sehingga perlu dibangkitkan
atau dirangsang. Kebutuhan yang sudah ada dapat
ditingkatkan dengan merangsang masyarakat.
Upaya untuk membangkitkan timbulnya kebutuhan
masyarakat dapat dilakukan dengan promosi atau dengan
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 87
iklan. Iklan dan promosi harus dibuat sedemikian rupa
sehingga masyarakat, atau kelompok tertentu segmen
pasar), merasa perlu mendapatkan dan membeli barang
yang bersangkutan.
Iklan dan promosi dalam bentuk pameran dagang
sebagai upaya meningkatkan penjualan suatu produk
hasil perusahaan atau para pelaku bisnis UMKM Promosi
senantiasa memerlukan biaya, karena itu harus dipikirkan
bahwa apa yang dilakukan dalam bentuk iklan dan
pameran dapat mencapai hasil yang seimbang dengan
biaya yang dikeluarkan.
Promosi dalam pemasaran dapat memilih pemakaian
alat-alat promosi dalam berbagai jumlah dan kombinasi,
dapat memilih memakai iklan sebagai metode utama
untuk komunikasi kepada konsumen, atau dapat
memakainya hanya sebagai pelengkap untuk bentuk
komunikasi yang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan
memilih berbagai tipe media (misalnya televisi, radio,
88 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
surat kabar dan majalah), dan mempunyai pilihan khusus
yang tersedia dalam masing-masing kategori media ini.
Iklan dapat dipilih untuk menggunakan lebih banyak
atau lebih sedikit penjualan perorangan (personal
selling), mengarahkannya pada berbagai target pasar,
menggunakan dengan berbagai cara, memakai berbagai
daya tarik.
Dalam beberapa hal, terbuka pilihan baginya untuk
memilih antara pemakaian iklan atau penjualan
perorangan dalam perencanaan strateginya, sedangkan
dalam hal lain, hanya memakai salah satu saja. Promosi
penjualan pun merupakan suatu faktor pula bagi strategi
promosi yang bentuknya beraneka ragam, dan dapat
digunakan dalam berbagai jumlah, yang terdiri dari
berbagai cara seperti etalase, pameran interior,
perlombaan konsumen, contoh cuma-cuma, penawaran
berhadiah, dan banyak aktivitas lain. Untuk berbagai
produk, promosi penjualan sangat diandalkan, sedangkan
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 89
untuk produk lainnya hanya merupakan unsur kecil saja
atau tidak ada sama sekali.
10. Perencanaan Strategi Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu proses penciptaan dan
penyampaian barang dan jasa yang diinginkan pelanggan
yang meliputi kegiatan yang berkaitan dengan menarik
dan mempertahankan pelanggan setia. Rahasia pemasaran
yang berhail adalah adalah memahami siapa pelanggan,
apa kebutuhan, permintaan, dan keinginannya sebelum
pesaing menawarkan produk dan jasanya yang akan
memuaskan kebutuhan, permintaan dan keinginanya dan
memberikan jasa, kecocokan dan sesuatu bernilai pada
pelanggan sehingga dia mau kembali lagi. Aktivitas ini
merupakan kajian pasar yang sederhana. Dengan makin
bergejolaknya lingkungan global, pemilik usaha kecil
harus memahami pentingnya mengembangkan strategi
pemasaran yang relevan.
90 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Perencanaan pemasaran berfokus terhadap pelanggan
dan menyadari bahwa memuaskan pelanggan merupkan
landasan setiap bisnis UMKM. Perencanaan pemasaran
harus memiliki empat tujuan:
a) Menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan
melalui riset pasar
b) Menetapkan pasar pasar sasaran yang akan dilayani
oleh pebisnis UMKM
c) Menganalisis keungulan bersaing perusahaan dan
membangun strategi pemasaran di sekitarnya
d) Membantu menciptakan bauran pemasaran dengan
kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Untuk menentukan kebutuhan dan keinginan
pelanggan dilakukan melaui kajian pasar. Kajian pasar
merupakan sarana untuk mengumpulkan informasi yang
menjadi dasar perencanaan pemasaran. Kegiatannya
mencakup pengumpulan, analisis, dan interpretai data
secara sistematis yang berkaitan dengan pasar, pelanggan
dan perusahan pesaing.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 91
Kajian pasar akan menjawab pertanyaan:
Siapa pelanggan dan pelanggan potensial?
Apa yang mereka cari?
Orang seperti apa mereka itu?
Dimana mereka tinggal?
Seberapa sering mereka membeli produk atau jasa?
Model, jenis, atau rasa apa yang mereka sukai?
Kajian pasar yang bermanfat bagi pebisnis kecil tidak
perlu bersifat resmi dan mahal biaya. Pemilik bisnis dapat
melakukan sendiri dengan ”melacak kecenderungan”
perilaku dan tindakan pelanggan dan pemilik bisnis kecil
dapat menggeser lini produk dan jasanya sesuai dengan
perubahan selera di pasar. Pertanyan itu dapat langsung
ditanyakan kepada pelanggan atau pembeli. Hal dapat
dilakukan oleh pebisnis UMKM.
Sesuai dengan makna pemasaran, yaitu kegiatan
meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen,
menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan konsumen (product), menentukan tingkat
92 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
harga (price), mempromosikannya agar produk dikenal
konsumen (promotion), dan mendistiribusikan produk ke
tempat konsumen (place), maka tujuan pemasaran adalah
bagaimana agar barang atau jasa yang dihasilkan disukai,
dibutuhkan, dan dibeli oleh konsumen.
Prinsip dasar pemasaran adalah menciptakan nilai
bagi pelanggan, keunggulan bersaing, dan fokus
pemasaran. Tujuan pemasaran bukanlah untuk
mendapatkan langganan, akan tetapi memperbaiki situasi
bersaing. Dalam konteks ini, seorang wirausaha harus
mampu memproduksi barang atau jasa dengan mutu yang
lebih baik, harga yang lebih murah, dan penyerahan yang
lebih cepat daripada pesaing.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 93
B. Aspek Permodalan
1. Manajemen Permodalan
Manajemen Permodalan adalah alat fundamental
yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan
dengan teknik investasi modal dan pencarian sumber-
sumber modal secara efektif dan efisien. Hal yang sangat
penting dalam kelancaran melakukan kegiatan usaha atau
perusahaan adalah bagaimana mengelola keuangan usaha,
perusahaan agar lancar, mendatangkan manfaat jangka
panjang. Beberapa permasalahan yang berhubungan
dengan pengelolaan keuangan adalah sebagai berikut:
Berapa dana yang dibutuhkan untuk menjalankan
perusahaan?
Bagaimana cara mendapatkan dana?
Bagaimana mengalokasikan dana yang terbatas untuk
mendatangkan manfaat maksimal?
Bagaimana mengatur aktiva (kekayaan) tetap, dan
aktiva (kekayaan) lancar?
94 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Bagaimana menghitung dan mendistribusikan
keuntungan yang diperoleh?
Bagaimana mengelola modal kerja?
Alat apa yang digunakan untuk mengukur kinerja?
Fungsi pengelolaan keuangan meliputi, Pertama,
Cara mengivestasikan atau menggunakan dana. Dana
merupakan darah segar bagi kelangsungan hidup usaha.
Dana dalam perusahaan dapat digunakan untuk membeli
bahan, upah buruh, aktiva dan membayar berbagai biaya
untuk kegiatan operasional usaha. Dana secara umum
digunakan pengaturan investasi untuk berbagai aktivitas,
seperti:
(1) Kas, sebagai bagian dari modal kerja yang dapat
berupa uang tunai dan uang dibank yang
pencairannya dapat setiap waktu. Motivasi
memegang uang kas adalah:
a) Motif aspekulasi dimaksudkan pemegangan
uang tunai bertujuan untuk memanfaatkan
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 95
kesempatan pertama untuk meraih keuntungan.
Dengan adanya kas di tangan, maka transaksi per
kas pertama yang biasa mendadak dan dalam
waktu relatif singkat dan dengan leluasa bisa
segera dilakukan.
b) Motif berjaga-jaga dimaksudkan sebagai usaha
perusahaan menyediakan uang tunai untuk
berjaga-jaga. Motif ini bertujuan untuk menjaga
kemungkinan timbulnya hambatan terhadap
kontinuitas proses usaha perusahaan.
c) Motif transaksi dimaksudkan untuk menutup
transaksi operasional setiap hari yang merupakan
rutinitas kegiatan perusahaan. Transaksi pada
umumnya dapat ditutup dengan cara tunai dan
cara kredit.
(2) Piutang, dimaksudkan sebagai sejumlah tagihan
terhadap pihak lain akibat transaksi usaha yang
disetujui dengan pembayaran yang ditunda selama
jangka waktu tertentu.
96 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
(3) Persediaan barang merupakan jenis investasi modal
kerja yang dinamis, baik di perusahaan perdagangan
maupun manufaktur. Untuk perusahaan perdagangan
jenis persediaan berupa barang dagangan. Untuk
perusahaan yang melakukan proses produksi, jenis
persediaan dibagi dalam 3 bentuk persediaan, yaitu:
(1) bahan mentah, (2) barang sedang dalam proses
atau (3) barang jadi.
(4) Mesin, peralatan yang digunakan untuk proses
produksi dan diperhitungkan sebagai biaya overhead
pabrik.
(5) Gedung dan bangunan
(6) Aktiva tetap lain, seperti tanah.
Kedua, Cara Mencari Sumber-sumber dana. Dana
dalam perusahaan dapat diperoleh dari berbagai sumber
pendanaan, baik sumber dana internal maupun sumber
dana ekstemal seperti:
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 97
(1) Modal sendiri, merupakan sejumlah harta pemilik
yang diikut sertakan dalam melakukan kegiatan
usaha perusahaan. Modal tersebut kelak akan turut
diperhitungkan menerima laba dan menanggung
kerugiaan dalam kegiatan usaha apabila rugi.
(2) Hutang jangka pendek, merupakan kredit dengan
jangka waktu paling lama 12 bulan. Kredit ini
sebagian besar berupa kredit perdagangan untuk
menggerakkan kegiatan usaha, seperti:
a. Kredit penjual
b. Kredit pembeli
c. Kredit rekening koran
d. Kredit wesel
e. Kredit promis
(3) Hutang jangka menengah, merupakan jenis hutang
yang jangka waktunya antara 1 – 5 tahun.
(4) Hutang jangka panjang, merupakan kredit dengan
jangka waktu lima tahun atau lebih.
98 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
(5) Sumber pendanaan lain yang sah, seperti modal
ventura, dan lain-lain.
2. Menentukan Kebutuhan Modal Usaha
Pada hakekatnya masalah pembelanjaan atau
keuangan adalah menyangkut masalah keseimbangan
finansial di dalam usaha. Dengan demikian, pembelajaan
berarti (a) mengadakan keseimbangan antara aktiva (pos-
pos sebelah debet Neraca) dengan pasiva (pos-pos
sebelah kredit Neraca) yang diperlukan perusahaan, dan
(b) mencari susunan kualitatif dari aktiva dan pasiva
tersebut dengan sebaik-baiknya. Pemilihan susunan
kualitatif aktiva akan menentukan “Struktur kekayaan”,
dan susunan kualitatif pasiva akan menetukan “Struktur
finansial” dan “struktur modal”.
Struktur kekayaan adalah perbandingan antara aktiva
lancer dengan aktiva tetap. Aktiva lancer meliputi
sejumlah investasi dalam kas/giro bank, persediaan
barang, piutang dagang, sedangkan aktiva tetap meliputi
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 99
investai untuk pengadaan alat perlengkapan, mesin,
gedung dan tanah. Struktur keuangan adalah
perbandingan antara jumlah modal asing (modal
pinjaman/kredit dari para kreditur, baik jangka pendek
maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri.
Struktur modal adalah pembelanjaan permanent yang
menunjuka perbandingan antara modal asing jangka
panjang (kredit berjangka lebih dari 1 tahun) dengan
modal sendiri (modal setoran dari pemilik/pemegang
saham). Dalam hubungannya dengan struktur kekayaan
dan struktur finansiil ini, dikenal adanya “pedoman”
struktur finansial konservatif yang didasarkan pada
prinsip keamanan yang dapat memberikan perlindungan
terhadap kreditur maupun terhadap perusahaan.
Aturan fianansial vertika menetapkan bahwa
besarnya modal asing tidak beloh melebihi besarnya
modal sendiri. koefisien utang yaitu angka perbandiangan
antara jumlah modal asing dengan modal sendiri tidak
melebihi 1:1. Adapun aturan stuktur finansiil konservatif
100 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
yang horisonal memberikan batas imbangan besarnya
modal sendiri dengan besarnya aktiva tetap plus
persediaan minimum 1:1. Artinya keseluruhan “aktiva
tetap” dan “persediaan (persediaan minimal yang harus
ada)” harus sepenuhnya dapat dibiayai dengan modal
sendiri.
C. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Pengertian SDM
Banyak Usaha Kecil Menengah (UKM) yang
beroperasi tanpa karyawan. Semua aspek dikerjaan
sendiri oleh pemiliknya, kadang dibantu teman dan
keluarga. Ketika tiba saatnya harus merekrut karyawan
hal ini dianggap sebagai suatu lompatan besar karena
kerjaan pemilik UKM kini bertambah. Dia mulai harus
memikirkan gaji karyawan, asuransi kesehatan, pajak
penghasilan karyawan dan lain-lain.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 101
Manajemen Sumber Daya Manusia tidaklah
sederhana. Secara administratif meliputi:
a) Penyusunan struktur organisasi, seleksi dan
rekrutmen
b) Pelatihan dan pengembangan tenaga kerja
c) Peraturan kebijakan dan prosedur; asuransi
kesehatan, standar keselamatan, jam kerja, serikat
buruh
d) Pencatatan data karyawan
e) Administrasi upah dan gaji; deskripsi jabatan,
struktur gaji, pajak penghasilan, fasilitas perusahaan
untuk karyawan.
Perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 25 orang
karyawan wajib memiliki badan hukum yang disahkan
oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
2. Pengadaan Tenaga Kerja
Pengadaan karyawan merupakan upaya untuk
memperoleh jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat
102 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
untuk memenuhi kebutuhan organisasi dalam rangka
mencapai tujuan bisnis. Kebutuhan tenaga kerja telah
ditentukan perlu direkrut sesegera mungkin. Oleh karena
itu pengadaan tenaga kerja ini meliputi (a) penarikan
tenaga kerja, (b) seleksi tenaga kerja, dan (c) penempatan
tenaga kerja. Jenis tenaga kerja terdiri dari:
a) Tenaga kerja terdidik/tenaga ahli/tenaga mahir
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang
mendapatkan suatu keahlian atau kemahiran pada
suatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal
dan non formal. Contohnya sarjana ekonomi,
insinyur, sarjana muda, doktor, master, dan lain
sebagainya.
b) Tenaga kerja terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang
memiliki keahlian dalam bidang tertentu yang
didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih
ini tidak memerlukan pendidikan karena yang
dibutuhkan adalah latihan dan melakukannya
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 103
berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan
tersebut. Contohnya adalah supir, pelayan toko,
tukang masak, montir, pelukis, dan lain-lain.
c) Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah
tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga
saja. Contoh tenaga kerja model ini seperti kuli,
buruh angkut, buruh pabrik, pembantu, tukang becak,
dan lain-lain.
3. Pelatihan dan Pengembangan
Bagi karyawan baru yang belum memiliki
pengalaman kerja perlu diberi pelatihan. Tujuan untuk
membiasakan mereka bekerja di lingkungan perusahaan.
Diharapkan setelah mengikuti pelatihan keahlian mereka
bertambah atau meningkat sehingga mereka siap untuk
dipekerjakan. Materi pelatihan diberikan kepada mereka
sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan. Di samping itu
dipertimbangkan juga minat dan bakat karyawan. Jangka
104 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
waktu pelatihan ditentukan sesuai kebutuhan pengalaman
karyawan. Tempat pelatihan bisa dipilih di dalam atau di
luar perusahaan.
Begitu pula manajemen juga harus melaksanakan
fungsi pengembangan pada karyawan yang sudah
bekerja sebelumnya melalui pendidikan dan pelatihan.
Pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mereka sehingga mampu memenuhi
tuntutan organisasi dalam mengahadapi perkembangan
dan persaingan.
D. Aspek Produksi
1. Pengertian dan Fungsi Pengelolaan Produksi
Manajemen produksi adalah suatu proses secara
berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi-
fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai
sumberdaya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 105
Manajemen produksi merupakan kegiatan manajemen
yang berhubungan dengan pembuatan barang dan jasa.
Manajemen produksi sendiri memiliki beberapa
fungsi yang meliputi,
(1) Fungsi Perencanaan, mencakup penentuan peranan
dari kegiatan produksi termasuk perencanaan produk,
perencanaan fasilitas, dan perencanaan pengunaan
sumber daya produksi.
(2) Fungsi Pengorganisasian, mencakup penentuan
struktur organisasi dan kebutuhan sumberdaya yang
diperlukan di bagian produksi untuk mencapai tujuan
operasi serta mengatur wewenang dan tanggung
jawab yang diperlukan dalam pelaksanaannya.
(3) Fungsi Penggerakan, mencakup kegiatan
memotivasi karyawan bagian produksi untuk
melaksanakan tugasnya.
(4) Fungsi Kontrol, mencakup kegiatan
mengembangkan standar kualitas, standar waktu
kerja dan standar hasil kerja pada bagian produksi.
106 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Ukuran utama yang digunakan untuk mengukur
kinerja dari manajemen operasi adalah produktivitas.
Produktivitas merupakan ukuran bagaimana baiknya
suatu sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Secara umum
produktivitas dapat dinyatakan sebagai berikut:
Contoh:
Perusahaan roti “Lily” Lamongan pada tahun 2016
menghasilkan 28.000kg roti kering. Perusahaan
menggunakan input: tenaga kerja 10.000 jam @
Rp.6.000,-/jam, energi listrik 8.000 KVA @
Rp.5.000/KVA, dan bahan baku 40.000 kg @
Rp.1.000/kg.
Maka produktivitas = 28.0000kg/(10X6+ 8X5 +
40X1) = 2000kg/juta rupiah
Produktivitas = Pengeluaran/Biaya (biaya tenaga
kerja+biaya mesin+material)
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 107
2. Perencanaan Fasilitas
Perencanaan fasilitas adalah menentukan bagaimana
suatu asset tetap perusahaan digunakan secara efektif dan
efisien dalam menunjang kegiatan produksi. Adapun
tujuan perencanaan fasilitas adalah:
(1) Peningkatan pengadaan dan penyimpanan bahan
baku
✓ Menggunakan tenaga kerja, peralatan, ruang dan
energi secara efektif
✓ Meminimalkan investasi modal
✓ Mempermudah pemeliharaan fasilitas
✓ Meningkatkan keselamatan dan kepuasan kerja
(2) Perencanaan fasilitas produksi meliputi kegiatan-
kegiatan:
✓ Tetapkan jenis barang yang akan diproduksi
✓ Tentukan proses produksi yang diperlukan
✓ Tentukan hubungan antar departemen
✓ Tentukan kebutuhan ruangan untuk semua
bagian dalam produksi
108 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
✓ Susun rencana fasilitas
✓ Pemeliharaan fasilitas.
(3) Perencanaan fasilitas produksi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
Pertama, Perencanaan lokasi. Tujuan perencanaan
lokasi adalah untuk menentukan tempat pabrik
sebaik mungkin agar dapat berproduksi dengan
lancar, dengan biaya operasi yang murah dan
memungkinkan perluasan di masa depan. Penentuan
lokasi pabrik perlu mempertimbangkan: (a) mudah
dijangkau oleh konsumen, (b) dekat dengan bahan
baku, (c) ketersediaan tenaga kerja, (d) ketersediaan
tenaga listrik, (e) ketersediaan air, (f) ketersediaan
alat transportasi, dan (g) memungkinkan perluasan di
masa depan.
Kedua, Perencanaan Tata Letak Pabrik. Perencanaan
tata letak merupakan salah satu tahap perencanaan
fasilitas yang bertujuan untuk mengembangkan suatu
sistem produksi yang efeketif dan efisien, sehingga
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 109
mampu mencapai kapasitas optimel dan biaya
produksi paling ekonomis. Tujuan penyusunan tata
letak adalah:
Pemanfaatan peralatan pabrik secara optimal
Penggunaan jumlah tenaga kerja paling
minimum
Aliran bahan baku dan produk yang lancar
Kebutuhan persediaan yang rendah
Pemakaian ruang yang efisien
Ruang gerak yang cukup untuk kegiatan
operasional dan pemeliharaan
Biaya produksi dan investasi yang rendah
Keselamatan kerja yang tinggi
Suasana kerja yang menyenangkan
3. Pengaturan Tata Letak Alat/Mesin Produksi
Tata-letak Proses artinya bahwa penyusunan tata
letak mesin di mana alat produksi yang sejenis atau
berfungsi sama ditempatkan pada bagian yang sama.
110 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Model tata letak ini cocok untuk perusahaan yang
membuat produk bervariasi. Keuntungan model tata letak
(layout mesin) ini adalah: (a) pemanfaatan mesin yang
yang tinggi, (b) memungkinkan penggunaan mesin yang
multi guna sehingga cepat mengikuti perubahan produk,
(c) investasi yang rendah karena dapat mengurangi
duplikasi mesin, (d) sangat fleksibel dalam
mengalokasikan personel. Namun ada juga
kelemahannya, yaitu (a) pengawasan produksi sulit,
karena satu mesin bisa dipakai bermacam produk, (b)
waktu produksi per unit lebih lama, (c) memerlukan skill
yang tinggi, (d) tidak dapat digunakan model ban
berjalan.
Tata letak produk yaitu bahwa penyusunan tata
letak didasarkan pada tahapan operasi yang sama sejak
awal hingga akhir. Model tata letak ini cocok untuk
perusahaan yang proses produksinya sudah distandarkan
dan produksi massal dalam jumlah besar. Keuntungan
model tata letak produk adalah (a) aliran material yang
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 111
simpel dan langsung, (b) total waktu produksi lebih cepat,
(c) tidak memerlukan skill tenaga kerja yang tinggi, (d)
pengawasan proses produksi mudah, (e) dapat digunakan
mesin otomatis, (f) dapat digunakan model ban berjalan.
Namun kelemahannya adalah (a) kerusakan pada sebuah
mesin tertentu dapat menghentikan produksi, (b)
perubahan desain produk akan mengubah tata letak
mesin, (c) memerlukan investasi yang besar, (d) karena
proses monoton mengakibatkan kebosanan para personel.
4. Menentukan Tingkat Produksi
Salah satu keputusan penting dalapm perusahaan
adalah menentukan tingkat (volume) produksi. Penentuan
volume produksi harus disesuaikan dengan jumlah
permintaan pasar. Tingkat produksi terlalu besar
disbanding permintaan pasar dapat mengakibatkan
pemborosam biaya seperti biaya penyimpanan, biaya
modal dan biaya kerusakan barang selama penyimpanan.
Tetapi tingkat produksi yang terlalu kecil dibanding
112 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
permintaan juga mengakibatkan hilangnya kesempatan
memperoleh keuntungan dan hilangnya para pelanggan
kita.
Salah satu cara penentuan volume produksi adalah
menggunakan model peramalan (estimasi). Estimasi
dapat dilakukan dengan (a) metode kuantitatif yaitu
membuat ramalan dengan bantuan metode statistik dan
matematika, (b) metode kualitatif yaitu memperkirakan
jumlah produksi dengan pendapat melihat data penjualan
sebelumnya.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 113
Bagian 5
Perencanaan Usaha Kecil
A. Pentingnya Perencanaan Usaha
Dalam membuat bisnis plan, maka yang pertama kali
kita lakukan adalah mengenali dimana posisi kita,
kemana kita akan pergi (tujuan), mengapa kita ingin pergi
ke sana dan apa yang akan kita capai. Ukuran-ukuran
tersebut penting. Intinya adalah bagaimana cara yang
paling baik untuk mencapai tujuan yang kita capai.
Disitulah dibutuhkan sebuah strategi bagaimana kita
kesana. Pada masing-masing orang tentunya akan
berbeda dalam membuat strategi. Ketika menuju ke suatu
tempat, ada yang menganggap efektif naik taxi, tapi bisa
juga yang lain berpendapatbahwa akan ebih menghemat
114 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
biaya, maka efektifnya dengan bus, angkot atau bajaj.
Karenanya, bisnis plan yang dibuat untuk setiap usaha
pastinya tidak sama.
Berikut adalah manfaat dari bisnis plan bagi sebuah
usaha :
1) Fungsi dari perencanaan yang disusun secara
sistematis dapat menjadi sarana komunikasi bagi
semua pihak penyelenggara perusahaan.
2) Perencanaan bisa menjadi dasar pengaturan alokasi
sumberdaya.
3) Sebagai alat pendorong bagi pelaku bisnis untuk
melihat ke depan dan menyadari betapa pentingnya
variabel waktu.
4) Menjadi pegangan dan tolok ukur fungsi
pengendalian.
Idealnya, sebuah bisnis berawal dari sebuah ide atau
konsep, yang kemudian diterjemahkan dalam sebuah
perencanaan. Berbekal sebuah bisnis plan, maka bisnis
bisa dilaksanakan. Dari hasil kerja yang telah dilakukan,
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 115
perlu adanya evaluasi, yaitu sinkronisasi antara hasil dan
rencana.
Dari hasil evaluasi, maka akan berfungsi untuk
melakukan pengembangan usaha yang terus
berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan konsep PDCA (Plan,
Do, Check, Action), yang relevan tidak hanya untuk
bisnis, namun untuk semua aktifitas dalam kehidupan
kita.
a) Plan merupakan tahap pengembangan dari sebuah
gagasan yang dituangkan dari sebuah perencanaan.
b) Do merupakan implementasi dari perencanaan yang
telah dibuat.
c) Check merupakan evaluasi dari implementasi yang
telah kita lakukan.
d) Action merupakan pelaksanaan dari hasil evaluasi,
sehingga terjadi improvement (perkembangan) yang
lebih baik dari yang sebelumnya.
Dalam memulai bisnis, maka yang harus dirumuskan
adalah visi, misi dan nilai-nilai perusahaan (corporate
116 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
value). Misalnya saja Anda ingin membuat usaha yang
excellent, jujur, amanah dan sebagainya. Hal itu penting
karena akan menjadi jiwa perusahaan. Point-point
tersebut dituangkan dalam sebuah bisnis plan, yang
mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Visi
2. Misi
3. Nilai-nilai perusahaan
4. Sasaran
5. Strategi
6. Proyeksi keuangan
7. Inisiatif dan rencana tindakan
8. Rencana kebutuhan SDM
9. Struktur organisasi
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 117
B. Penyusunan Rencana Usaha
Dalam melakukan suatu usaha apapun yang
diharapkan adalah keuntungan, namun kenyataan yang
terjadi bahwa setiap pelaku usaha belum banyak
membuat perencanaan yang sistematis. Oleh karena itu
yang kita harapkan adanya suatu rencana usaha yang
dapat menjadi acuan dalam menjalankan usahanya.
Pada saat melakukan sebuah rencana usaha, kita
harus bisa menganalisa dan menyusun sebuah rencana
agar tujuan dari sebuah rencana usaha tersebut bisa di
targetkan nilai untung dan ruginya membuat sebuah
rencana usaha.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun
rencana usaha adalah:
1. Mimpi terhadap usaha yang akan
dikembangkan/Visi:
a. Maksimal
b. Standart
118 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
c. Minimal
Prinsip: sesuai potensi, terukur (Kuantitas dan
kualitas), jangka waktu jelas, dapat dicapai.
2. Ringkasan Pasar: kecenderungan pasar terhadap
produk/jasa yang kita tawarkan, baik di masa lalu,
masa sekarang dan yang akan datang.
3. Analisa pesaing:
✓ Siapa pesaing kita
✓ Produk/jasa apa yang dijual,berapa haganya
✓ Kekuatan dan kelemahan pesaing
4. Analisis internal produk/jasa yang kita jual
a. Apa keunggulannya
b. Bagaimana ketersediaannya. Harus dikaitkan
dengan rencana produksi, meliputi:
(1) Sistem produksi yang paling cocok:
Padat karya atau padat modal
Urutan proses produksi
Bahan baku dan bahan pembantu
Kontrol kualitas
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 119
Perlakuan limbah
(2) Penentuan
Lokasi usaha
Mesin dan peralatan
Tenaga kerja yang dipakai
Tata ruang dan tata letaknya
Sistem dan alat transportasi
Perkiraan dana
5. Aspek Pasar
a. Siapa pembeli potensial produk/jasa kita?
b. Dimana posisi konsumen
6. Modal yang dibutuhkan
a. Modal investasi (modal yang tidak habis
pakai,jangka panjang)
Modal jangka panjang apa yang dibutuhkan?
Berapa biaya yang dibutuhkan
Darimana asal modal investasi ini?
120 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
b. Modal Kerja (Modal jangka pendek/habis pakai)
Berapa kebutuhannya
Darimana sumbernya
c. Penentuan harga:
Harus menghitung total biaya yang
dikeluarkan dan produk yang dihasilkan
Harga pokok produksi = Total Biaya : Jumlah
Produk
BEP (Break Event Point) = titik impas yaitu
jumlah keadaan di mana usaha tidak
mengalami laba atau rugi. Tujuannya adalah
untuk mengetahui harga pokok produk dan
menentukan berapa penjualan minimum
untuk menghasilkan untung.
Berapa harga jualnya? Untuk usaha mantap
harga jual biasanya ditentukan dengan
menambahkan 20-30% dari BEP.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 121
7. Perkiraan Penjualan
a. Bagaimana melakukan promosi
b. Bagaimana distibusinya
8. Proyeksi Rugi Laba
a. Membandingkan antara pendapatan dan
pengeluaran dalam jangka waktu tertentu
b. Biasa dibuat dalam jangka waktu tertentu
C. Contoh Perencanaan Usaha
Berikut Contoh Perencanaan Usaha Pembuatan
Keripik Pisang Manis
I. Latar Belakang
Di zaman yang makin maju ini, kesempatan
untuk mencari lapangan pekerjaan sangatlah sulit.
Ketrampilan, pengetahuan seakan menjadi modal
utama untuk bisa bertahan hidup. Dalam tulisan ini,
saya akan membahas tentang rencana bisnis/usaha
yang berhubungan dengan produksi makanan,
122 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
tepatnya saya akan menjalankan bisnis/usaha kripik
pisang. Usaha saya ini, saya beri nama ‘Keripik
Pisang Manis’’. Sebelum saya membahas tentang
bisnis Keripik Pisang itu sendiri, ada baiknya kita
tinjau makna dari judul tulisan ini secara harfiah.
Bisnis adalah suatu kegiatan dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan. Melihat situasi
sekarang ini, bisnis kadang-kadang perlu bahkan
harus dilakukan oleh seseorang karena saat ini
untuk mencari sebuah pekerjaan sangat sulit.
Sekarang ini kita harus dapat menggantungkan
masa depan kita pada diri sendiri. Dalam hal ini kita
tidak boleh tergantung pada orang lain saja tetapi
kita juga harus dapat berusaha untuk
mengembangkan kemampuan kita untuk dapat
memenuhi segala kebutuhan kita dengan jalan
membuka usaha sendiri atau berwirausaha.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 123
Beberapa faktor yang mendukung pemilihan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pada usaha produksi kripik pisang ini
menghasilkan keuntungan yang cukup
menjanjikan karena usaha ini menghasilkan
keuntungan tiap bulannya Rp 1.080.000 dengan
rincian Rp 500.000 untuk pemilik dan Rp
580.000 untuk produksi sehingga tiap bulannya
jumlah hasil produksi dapat ditingkatkan
sehingga jumlah keuntungan tiap bulan akan
meningkat.
b. Dalam pembuatan kripik pisang ini sang pemilik
tidak membutuhkan keahlian khusus karena
membuat kripik pisang merupakan
kegemarannya.
c. Dalam pemasaran kripik pisang ini tidak
mengalami hambatan karena banyak orang yang
menyukainya.
124 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
d. Bahan baku pada usaha produksi kripik pisang
ini dapat diperoleh dengan mudah karena
didaerah ini dekat dengan pasar tradisional yang
masih banyak menjual bahan baku utama yaitu
pisang.
e. Pada usaha produksi kripik pisang ini tidak
memerlukan tenaga kerja tambahan karena usaha
ini hanya dijalankan oleh pemilik sehingga
keuntungan sepenuhnya dimiliki pemilik.
f. Pada usaha produksi kripik pisang ini
menggunakan modal sendiri karena usaha ini
tidak memerlukan modal yang cukup besar.
g. Pada usaha produksi kripik pisang ini tidak
memiliki tingkat resiko yang besar, karena
resiko yang mungkin terjadi hanyalah kerugian
bila kripik pisang tidak terjual semua tetapi hal
ini masih dapat diatasi dengan keuntungan hasil
penjualan kripuk pisang sebelumnya.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 125
h. Pada usaha produksi kripik pisang ini tidak ada
pesaing jadi bisa dikatakan usaha ini cukup
menjanjikan.
i. Pada usaha produksi kripik pisang ini bila sang
pemilik menginginkan usahanya diperbesar,
sang pemilik dapat menggunakan fasilitas dari
pemerintah yaitu berupa peminjaman modal dari
pemerintah dengan bunga rendah.
j. Pada usaha produksi kripik pisang ini sangat
ramah lingkungan karena tidak menghasilkan
limbah yang mencemari lingkungan.
k. Menejemen dari usaha ini cukup mudah karena
hanya dijalankan oleh perseorangan.
II. Bentuk Badan Usaha
Pada produksi kripik pisang ini, sang pemilik
menggunakan modal sendiri dan mengelolanya
sendiri, maka jelaslah bahwa bentuk usaha
merupakan usaha perorangan. Karena usaha keripik
pisang ini merupakan usaha perseorangan maka
126 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
keuntungan sepenuhnya dipegang oleh pemilik.
Produksi kripik pisang ini satu-satunya di daerah
tersebut sehingga dapat dikatakan jenis usaha ini
tanpa pesaing dan menjanjikan.
III. Pembuatan Studi Kelayakan
1. Pengantar
a. Manfaat Umum
Di zaman yang modern ini, kesempatan
untuk mencari lapangan pekerjaan sangatlah
sulit. Tapi meskipun begitu bukan berarti
kita hanya berpangku tangan dan putus asa.
Kita harus bisa berpikir kreatif untuk bisa
tetap bertahan hidup. Karena terpacu dengan
hidup yang serba sulit, maka penulis akan
berencana membangun usaha produksi
keripik pisang. Usaha yang dijalankan ini
belum ada pesaingnya dan cukup digemari
banyak orang, sehingga hasil yang
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 127
didapatkan cukup menjanjikan untuk bisa
mencukupi kebutuhan hidup.
b. Manfaat Ekonomis
Usaha produksi keripik ini menggunakan
modal sediri dan hanya dikerjakan oleh
pemilik usaha, tidak menarik tenaga kerja
lain, sehingga hal ini dapat menghemat
biaya operasional.
2. Profil Perusahaan
✓ Nama Perusahaan : Keripik Pisang Manis
✓ Pemilik perusahaan : Desi Indah Sari
✓ Bentuk perusahaan : Perseorangan
✓ Lokasi Perusahaan : Ds. Kraksaan Timur No.
86 Kec. Kraksaan
Kabupaten Probolinggo
✓ Ketenagakerjaan :
Proses produksi ini dijalankan oleh pemilik
usaha sendiri. Pemilik usaha tidak menggunakan
128 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
tenaga kerja lain karena untuk menghemat biaya
operasional.
3. Perizinan
✓ Izin usaha : Terlampir
✓ Izin Penggunaan Tanah : Terlampir
✓ Izin UU Gangguan : Terlampir
✓ Izin Lain-Lain : Terlampir
4. Rencana Produksi
✓ Jenis Produksi : Produksi makanan
✓ Kapasitas Produksi : 25 bungkus/hari
✓ Rencana Produksi Real : 900 bungkus/bulan
5. Pemasaran dan Pesaing
✓ Daerah pemasaran :Tembalang dan sekitarnya
✓ Jumlah yang dapat dijual (dipasarkan) : 25
bungkus/hari
✓ Sistem Penjualan : Titipan
✓ Pesaing produk sejenis : Tidak ada
✓ Jumlah industri sejenis (di sekitarnya) : Tidak
ada
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 129
✓ Jumlah seluruh produksi dari industri sejenis :
Tidak ada
6. Modal Tetap Yang Diperlukan
a. Tanah dan bangunan :
✓ Tanah 90 m2 : Rp 16.000.000,-
✓ Bangunan 80 m2 : Rp 48.000.000,- +
= Rp 64.000.000,-
b. Mesin dan peralatan :
✓ 2 buah kompor minyak : Rp. 210.000,-
✓ 2 buah penggorengan : Rp. 64.000,-
✓ 3 tempat adonan keripik : Rp. 33.000,-
✓ Cobek : Rp. 25.000,-
✓ Plastik kemasan : Rp 30.000,-
✓ Lain-lain : Rp. 10.000,-
= Rp. 380.000,-
Jumlah modal tetap = Rp 64.380.000,-
130 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
7. Modal Kerja Yang Diperlukan
a. Tenaga Kerja (3 bulan)
Gaji pemilik/pimpinan : Rp. 500.000,- / bln
: Rp. 1.500.000,-/3 bln
b. Bahan baku dan penolong
Bahan
Pengeluaran
per bulan
(Rp.)
Total 3
bulan (Rp.)
Gula pasir 210.000 630.000
Pisang Olah 90.000 270.000
Telur 98.000 294.000
Bumbu 45.000 135.000
Minyak goreng 275.000 825.000
Minyak tanah 180.000 540.000
Jumlah 2.694.000
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 131
Modal kerja yang dibutuhkan dalam waktu 3
bulan adalah :
= Tenaga Kerja + Bahan Baku dan Penolong
= Rp. 1.500.000 + Rp. 2.694.000
= Rp. 4.194.000,-
Sehingga Jumlah modal yang dibutuhkan untuk
menjalankan usaha selama 3 (tiga) bulan adalah :
= Modal Tetap + Modal Kerja
= Rp. 64.380.000 + Rp. 4.194.000
= Rp. 68.574.000,-
8. Biaya Produksi Selama Satu Tahun
a. Bahan baku penolong
Bahan
Pengeluaran
per bulan
(Rp.)
Total 1
tahun (Rp.)
Gula pasir 210.000 2.520.000
Pisang Olah 90.000 1.080.000
Telur 98.000 1.176.000
Bumbu 45.000 540.000
132 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Bahan
Pengeluaran
per bulan
(Rp.)
Total 1
tahun (Rp.)
Minyak goreng 275.000 3.300.000
Minyak tanah 180.000 2.160.000
Jumlah 10.776..000
b. Gaji/upah
Gaji Pemilik : Rp. 6.000.000,-
c. Penyusutan
Jenis Jumlah (Rp.)
Bangunan
5% x Rp. 48.000.000 2.400.000
Peralatan
15% x Rp. 380.000 57.000
Jumlah Penyusutan 2.457.000
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 133
d. Bunga modal pinjaman
Pinjaman modal investasi : Rp. 0,-
Pinjaman modal kerja : Rp. 0,-
Bunga pinjaman modal investasi : Rp. 0,-
e. Biaya lain-lain
Listrik : Rp 700.000,-
Air : Rp 850.000,-
Trasportasi : Rp 600.000,-
Gedung : Rp. 850.000,- +
= Rp. 3.000.000,-
Jumlah seluruh biaya produksi = Rp. 22.233.000,-
9. Rencana Penjualan
Penjualan (produksi) tahun ke-I 8.500
bungkus@ Rp 3.500,- : Rp 29.750.000,-
Penjualan (produksi) tahun ke-II 9.000
bungkus@ Rp 3.500,- : Rp 31.000.000,-
Penjualan (produksi) tahun ke-III 9.500
bungkus@ Rp 3.500,- : Rp 33.250.000,-
134 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
10. Pendapatan Perusahaan
a. Hasil Penjualan : Rp. 29.750.000
(Biaya tetap + Biaya variable) : Rp. 22.233.000 -
: Rp. 7.517.000,-
b. Pendapatan (laba) sebelum dikurangi bunga &
pajak : Rp 7.517.000,-
Bunga (tidak dimasukkan biaya tetap) : Rp
7.517.000,-
c. Pendapatan (laba) sebelum pajak : Rp.
7.517.000,-
PPn : 10% x Rp. DP
= 10% x 100/110 x Laba kotor
= 10% x 100/110 x Rp. 7.517.000,-
= Rp. 683.700,-
PPh : 1,5% x (laba kotor – PPn )
= 1,5 % x (Rp 7.517.000,- – Rp 683.700,-)
= Rp. 102.500,-
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 135
Zakat : 2,5% x (laba kotor – PPn – PPh)
= 2,5% x ( Rp. 7.517.000 – Rp. 683.700 –
Rp. 102.500)
= Rp. 168.300,-
11. Laba bersih perusahaan
= Laba Sebelum dikurangi pajak – PPn – PPh –
Zakat
= Rp. 7.517.000 – Rp. 683.700 – Rp. 102.500 –
Rp. 168.300
= Rp 6.562.500,-
12. Waktu Balik Modal
a. Laba barsih perusahaan ×100 %
= Rp 6.562.500,- × 100% = 9.6 %
b. Modal tetap + modal kerja = Rp. 68.574.000,-
BEP = Modal seluruh / Laba bersih
= Rp 68.574.000,- / Rp 6.562.500,-
= 10.4 Tahun
136 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Alternatif dari X:
Perhitungan Laba
1. Penjualan (tahun) : Rp. 29.750.000,-
2. Harga Pokok Penjualan
Sediaan awal produksi jadi : Rp. 15.033.000,-
Produk jadi yang dibuat : Rp. 3.000.000,- +
: Rp. 18.033.000,-
Nilai seluruh produk yang dapat dijual (a+b) : Rp.
18.033.000,-
Sediaan akhir produk jadi : Rp. 18.033.000,-
Harga pokok penjualan : Rp. 4.000,-
3. Pendapatan Kotor (Profit on sales) : Rp. 7.517.000,-
4. Biaya pemasaran : Rp. 200.000,-
Gaji tenaga pemasaran : Rp. 0,-
Biaya iklan/promosi : Rp. 0,-
Biaya penggudangan : Rp. 0,-
Biaya penyaluran : Rp. 0,-
Biaya kotor : Rp. 0,-
Biaya pemasaran : Rp. 200.000,-
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 137
Laba kotor : Rp. 7.317.000,-
5. Bunga pinjaman : Rp. 0,-
6. Laba sebelum potong pajak : Rp. 7.317.000,-
7. Pajak 5% x Rp 11.517.000 : Rp. 365.850,-
8. Laba bersih : Rp. 6.951.150,-
13. Pemilihan Lokasi Usaha
a. Faktor Bahan Baku
Bahan baku dalam usaha ini seperti gula pasir,
pisang olah, telur, bumbu, minyak goreng.
Bahan baku mudah diperoleh karena tempat
produksi dekat dengan pasar tradisional yang
berjarak kurang lebih hanya 2 km, sehingga
dapat menghemat biaya transportasi.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang saya pilih untuk tempat
usaha keripik pisang adalah lingkungan yang
padad penduduk karena semakin banyak
jumlah penduduk maka persentase terjualnya
keripik pisang ini akan semakin tinggi
sehingga keuntungan yang diperoleh
maksimal.
138 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
c. Faktor-faktor Lain
Faktor lain yang dimaksud di sini adalah
fasilitas dan kemudahan. Apabila usaha awal
yang saya rintis ini terlihat hasilnya maka saya
akan memperbesar hasil produksi dan
memperluas daerah pemasaran, yaitu dengan
mengguanakan salah satu progam pemerintah
“peminjaman modal dengan bunga ringan”
dengan jumlah produksi yang semakin banyak
maka hasil keuntungan yang diperoleh juga
semakin meningkat.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 139
Bagian 6
Sumber Pendanaan Bagi Usaha
Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM)
A. Lembaga Keuangan dan Non Lembaga
Keuangan sebagai Sumber Dana bagi
UMKM
Fungsi Lembaga Keuangan adalah sebagai perantara
antara kelompok masyarakat yang kelebihan dana dengan
kelompok masyarakat yang mengalami kekurangan dana.
Kelompok masyarakat yang kelebihan dana adalah
kelompok yang dengan berbagai alasan menyimpan
140 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
uangnya pada Bank atau Lembaga Keuangan lainnya
dengan alasan safety, liquidity, accessibility, convenience
dan untuk mencapai target jumlah tertentu.
Kelompok yang mengalami kekurangan dana terbagi
menjadi kelompok yang mengalami kekurangan modal
kerja, kelompok yang memerlukan dana untuk investasi
dan kelompok yang memerlukan dana konsumtif.
Lembaga Keuangan Perbankan. Bank adalah
Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak (menurut UU No. 10 tahun 1998). Bank pada
dasarnya adalah badan usaha yang melakukan usaha di
bidang:
1. Jasa perantaraan di bidang keuangan dalam bentuk
menghimpun dana dari masyarakat untuk kemudian
disalurkan kembali kepada masyarakat,
2. Jasa dibidang lalu lintas pembayaran.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 141
Berdasarkan hal tersebut, bank akan
mengembangkan jenis-jenis produknya dalam bentuk
berbagai pelayanan perbankan. Produk itu berkembangan
sesuai dengan perkembangan kebutuhan pelayanan dan
variasinya dan berkembang sesuai dengan kemajuan
teknologi informasi. Tetapi keragaman tersebut dibatasi
oleh jenis banknya, karena setiap Bank memiliki ciri
khas, keleluasaan dan keterbatasan tertentu.
Berdasarkan undang-undang yang berlaku,
pengelompokan bank di Indonesia dibedakan
berdasarkan:
a. Cakupan kegiatannya, dimana dibedakan antara Bank
umum dan Bank Perkreditan Rakyat,
b. Berdasarkan pola kerjanya, dimana dibedakan Bank
yang bekerja berdasarkan sistem bunga atau secara
konvensional dan Bank yang bekerja dengan prinsip
Syariah.
Sistem perbankan di Indonesia berdasarkan atas
Undang-undang No. 10 Tahun 1998 serta Undang-
142 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
undang 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Sistem
perbankan Indonesia terdiri atas:
1) Bank Indonesaia sebagai Bank Sentral Republik
Indonesia yang bertujuan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai Rupiah atau dengan
perkataan lain Bank Indonesia adalah otoritas
moneter di negara kita.
2) Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan
kegiatannya secara konvesional atau berdasarkan
prinsip Syariah.
3) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya secara konvesional
atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Lembaga Keuangan Non Perbankan adalah
lembaga yang menyalurkan dana bagi berbagai kegiatan
usaha mikro, kecil dan menengah yang sumbernya
berasal dari Pemerintah dan Swasta/BUMN/BUMD dan
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 143
Pegadaian. Saat ini banyak juga perusahaan-perusahaan
terutama perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), yang mempunyai program untuk membantu
pengusaha kecil, baik pusat maupun di daerah dengan
memberikan bantuan kredit dana bergulir. Contoh bentuk
program kemitraan bina lingkungan (PKBL) seperti
dilakukan oleh PT. Pertamina dengan membantu para
kelompok tani andalan untuk mengikuti pelatihan, PT.
Telkom dalam bentuk bantuan dana bagi usaha mikro dan
BUMN lainnya serta perusahaan-perusahaan swasta.
Lembaga Keuangan non perbankan yang juga
memberikan modal usaha dalam pinjaman bergulir adalah
pemerintah pusat dan daerah, BUMN/BUMD dan
perusahaan swasta besar sebagai pogram kemitraan bina
lingkungan (PKBL) dalam bentuk pinjaman dana
bergulir. Bunga pinjaman bergulir biasanya sangat rendah
kredit dan persyaratannya sangat lebih mudah dan sering
tanpa agunan, menjadi salah satu bentuk insentif bagi
144 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
UMKM walaupun harus tetap mengikuti prosedur dan
persyaratan lainnya.
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau unit Usaha
Simpan Pinjam Koperasi (USP) juga sebagai alternatif
lembaga keuangan non perbankan seperti KSP Dalam
koperasi serba usaha; seperti Koperasi Warga PT. Semen
Gresik (KWSG), Kopkar PT. HM Sampoerna, dimana
terdapat Unit Usaha Simpan Pinjam.
B. Peranan Bank sebagai Lembaga Pemberi
Kredit
Bank sebagai lembaga pemberi kredit sangat
berperan membantu pengusaha- pengusaha daerah guna
meningkatkan kegiatan perekonomian di daerah, guna
memperlancar kegiatan perekonomian masyarakat. Kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 145
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
perimbangan bunga.
Program pemerintah memfasilitasi kredit melalui
Bank-bank untuk UMKM sudah ada sejak lama, tetapi
minim bagi usaha mikro. Dukungan pemerintah tersebut
sebagai pendanaan bagi kegiatan pemberdayaan UMKM
dan koperasi dapat berasal dari dana pemerintah melalui
APBN, dana yang dihimpun perbankan serta dana yang
dihimpun lembaga khusus yang ditunjuk pemerintah.
1. Tujuan Pemberian Kredit
Prosedur pemberian kredit melalui alat anasilis
dengan:
a. Prinsip 5 C; Character (watak/kepribadian),
Capacity (kemampuan), Capital (modal),
Condition of economy (kondisi ekonomi),
Collateral (jaminan/agunan).
146 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
b. Prinsip 5 P; Party (penggolongan), Purpose
(tujuan), Payment (pembayaran), Profitability
(kemampuan memperoleh laba), Protection
(perlindungan).
c. Prinsip 3R; Returns/returning (hasil yang
dicapai), Repayment (pembayaran kembali), Risk
of bearing ability (kemampuan untuk
menanggung risiko).
Tujuan utama pemberian kredit antara lain:
a. Mencari Keuntungan. Pemberian kredit
merupakan upaya untuk memperoleh keuntungan
dari pemberian kredit tersebut. Terutama dalam
bentuk bunga yang diterima oleh Bank sebagai
balas jasa dan biaya administrasi kredit yang
dibebankan kepada nasabah, dengan harapan
nasabah yang memperoleh kredit pun bertambah
maju dalam usahanya. Keuntungan nasabah ini
penting untuk kelangsungan hidup Bank dan
kemajuan usaha nasabah.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 147
b. Membantu Usaha Nasabah. Membantu usaha
nasabah yang memerlukan dana, baik dana
investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan
dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya.
c. Membantu Pemerintah. Semakin banyak kredit
yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka
semakin banyak pengusaha yang dapat
berkembang, mengingat semakin banyak kredit
berarti adanya peningkatan pembangunan di
berbagai sektor. Semakin banyak pembangunan
tersebut maka semakin banyak kemungkinan
pendapatan pemerintah dari sektor pajak.
2. Pertimbangan dan Prosedur Pemberian Kredit
Pertimbangan. Kredit merupakan aktivitas Bank dari
sisi aktiva yaitu pinjaman yang diberikan untuk
mendapatkan penghasilan. Bank dalam memberikan
kredit kepada nasabahnya melakukan penelitian yang
148 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
mendalam, dimana bank umum dan Bank Syariah dalam
memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
Syariah, wajib mempunyai keyakinan berdasarkan
analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta
kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya,
sesuai dengan yang dijanjikan.
Prosedur Pemberian Kredit. Lembaga perbankan
sejak lama sudah melaksanakan prosedur pemberian
kredit dengan terlebih dahulu melakukan penganalisaan,
karena undang-undang telah mengatur hal tersebut.
Analisis sebelum memberikan kredit bertujuan
untuk:
a. Mendapatkan keyakinan. Bahwa bank harus benar-
benar yakin bahwa calon debitur mempunyai itikad
baik dalam menggunakan kredit dan
pengembaliannya.
b. Kemampuan. Dalam arti bahwa calon debitur diyakini
mempunyai sumber yang dapat diperhitungkan untuk
pengembalian kredit.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 149
c. Kesanggupan, bank harus yakin nasabah masih tetap
sanggup untuk membayar utangnya dengan
mencairkan agunan kredit. Jadi dalam pemberian
kredit oleh Bank harus didapatkan dua keyakinan
mengenai dua jaminan kredit yaitu: Keyakinan
jaminan pemberian kredit dapat dinilai dari
kemampuan nasabah untuk berusaha, sehingga
berpenghasilan yang menjadi sumber yang pasti untuk
mengembalikan kredit. Keyakinan jaminan kredit,
yaitu apabila usaha gagal sehingga tidak ada
penghasilan untuk mengembalikan kredit, ada agunan
yang dapat dicairkan untuk melunasi kredit.
d. Proses pengajuan kredit kepada Bank diperlukan
seperangkat analisis yang merupakan pertimbangan
Bank sebelum menyalurkan dananya. Sebagai sarana
analisis adalah: (1) Prinsip 5C; Character (watak /
kepribadian), Capacity (kemampuan), Capital (modal),
Condition of economy (kondisi ekonomi), Collateral
(jaminan/agunan). (2) Prinsip 5P; Party
150 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
(penggolongan), Purpose (tujuan), Payment
(pembayaran), Profitability (kemampuan memperoleh
laba), Protection (perlindungan), dan (3) Prinsip 3R;
Returns/returning (hasil yang dicapai), Repayment
(pembayaran kembali), Risk of bearing ability
(kemampuan untuk menanggung risiko).
Kilas Balik Pemberian Kredit kepada Usaha Kecil.
Pada masa lalu pemerintah telah berupaya menyediakan
berbagai program penyediaan dana dalam bentuk skim
kredit yang beraneka ragam untuk para pengusaha kecil.
Misalnya program pemerintah yang dititipkan
pelaksanaannya kepada Bank-bank umum, seperti: Kredit
KIK/KMKP, Kredit KUK, Kredit Koperasi, Kredit
Perusahaan Inti Rakyat (KPIR), Kredit Usaha Tani
(KUT), Perkebunan Inti Rakyat (PIR), Tambak Inti
Rakyat (TIR), dan Kredit Candak Kulak (KCK).
Hasil yang dicapai belum optimal dari upaya
pemberian dana pinjaman kepada usaha kecil. Untuk
memperbaiki hasil yang diharapkan lebih optimal adalah
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 151
didirikan BPR (Bank Perkreditan Rakyat). Bank
Pembangunan Daerah berfungsi sebagai intermediasi
dengan BPR atau Bank Syariah dengan tujuan untuk
memberikan pelayanan perbankan bagi masyarakat di
pedesaan. Saat ini banyak juga perusahaan-perusahaan
terutama perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang
mempunyai program untuk membantu pengusaha kecil,
pedagang kaki lima, pengusaha makanan catering/kue-
kue dan lain-lain, baik di pusat maupun di daerah dengan
memberikan bantuan kredit dalam bentuk dana bergulir.
C. Akses UMKM Terhadap Jasa Kredit
Perbankan
Dalam memberikan pembiayaan kepada sektor
UMKM, Bank tetap harus melakukan langkah-langkah
“prudential banking” serta melakukan manajemen risiko
sebagaimana yang telah digariskan dalam Standard
152 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Operasional dan Prosedur (SOP). Bank akan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Prinsip Kehati-hatian
Dalam melakukan prinsip kehati-hatian, bank harus
memperhatikan:
a. Prinsip utama dalam mengelola risiko kredit adalah:
Pemisahan pejabat kredit
Penerapan Risk Scoring System.
Pemisahan pengelolaan kredit bermasalah.
b. Prosedur Perkreditan yang sehat.
Bank harus melakukan prosedur yang sehat, dengan
melakukan:
Penetapan Pasar Sasaran.
Kriteria Risiko yang dapat diterima.
Pengawasan ekspansi kredit.
c. Jenis usaha yang dilarang atau dihindari untuk dibiayai
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 153
2. Dalam Kebijakan Umum Perkreditan
Bahwa setiap proses dan keputusan kredit harus
melalui langkah-langkah yang baku, sebagai berikut:
a. Ada permohonan kredit dari debitur secara tertulis,
b. Dilengkapi dokumen yang dipersyaratkan,
c. Disertai proposal kredit,
d. Dibuat rekomendasi dan keputusan kredit oleh
pejabat yang berwenang,
e. Pemberitahuan keputusan kredit (offering letter),
f. Melaksanakan perjanjian kredit secara hukum,
g. Proses pencairan kredit,
h. Melaksanakan pengawasan dan evaluasi.
3. Pre screening dan seleksi calon debitur UMKM
Permohonan kredit dapat diproses apabila telah lolos
pre screening, yaitu;
a. Memenuhi Pasar Sasaran.
b. Tidak termasuk jenis usaha yang dilarang.
154 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
c. Tidak termasuk dalam jenis usaha yang perlu
dihindari .
d. Tidak termasuk dalam Daftar Hitam BI.
e. Tidak termasuk dalam Daftar Kredit Macet BI.
f. Tidak termasuk dalam Daftar Hitam Intern Bank.
4. Bank juga melakukan penilaian rating atas
kesehatan debitur, melalui Credit Risk Rating
(CRR).
Credit Risk Rating ini merupakan alat penilaian
standar: untuk penilaian risiko kredit secara individual,
menetapkan langkah-langkah penanganan yang
diperlukan sejak dini, menetapkan standar ukuran risiko
yang dapat diterima Bank, memperkirakan kemungkinan
tingkat kegagalan pengembalian kredit.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 155
5. Apabila telah melalui proses penilaian rating dan
nilainya memenuhi standar yang ditetapkan, maka
akan disusun proposal analisis kredit, sebagai
bahan pertimbangan apakah usaha yang dibiayai
layak atau tidak untuk diberikan kredit.
Proposal analisis kredit bukan laporan deskriptif,
tetapi merupakan hasil analisis yang menyimpulkan
tingkat risiko calon debitur (layak atau tidak), sekaligus
rekomendasi serta mitigasi risiko (yang akan dituangkan
dalam bentuk loan structure, covenant, insurance dan
collateral). Prinsip penyusunan laporan analisis kredit,
harus memenuhi unsur: Obyektif, komunikatif (siapapun
yang membaca mempunyai persepsi yang sama), memuat
informasi pokok yang dibutuhkan pemutus kredit, dan
simpel.
156 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
6. Bank tetap harus memantau jalannya usaha
debitur, serta menerapkan Early Warning System
(EWS).
Early Warning System adalah mekanisme
deteksi/pengenalan terhadap gejala/tanda-tanda awal yang
diperkirakan dapat mempengaruhi/menyebabkan
kemungkinan terjadinya kegagalan debitur dalam
memenuhi kewajibannya. Tujuan EWS adalah
memberikan peringatan dini atas kondisi debitur yang
diperkirakan akan berdampak negatif terhadap kelancaran
pemenuhan kewajiban atas kredit yang telah diberikan.
Sasaran EWS adalah:
a. Mengindentifikasi dan mendeteksi debitur-debitur
yang diperkirakan akan berpotensi gagal dalam
memenuhi kewajibannya.
b. Mendukung proses monitoring portofolio pinjaman
secara keseluruhan.
c. Mengindetifikasi langkah-langkah perbaikan dan
penetapan rencana tindak lanjut yang efektif.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 157
7. Bank juga harus melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap kredit yang telah diberikan.
Prinsip pembinaan dan pengawasan adalah:
a. Setiap tahapan proses pemberian kredit harus
didasarkan atas azas-azas perkreditan yang sehat.
b. Setiap pemberian kredit harus mengandung unsur
pengawasan ganda dan pengawasan melekat
secara berkesinambungan.
c. Setiap pemberian kredit harus dipantau
perkembangan usaha debitur yang bersangkutan,
agar kredit mencapai sasaran dan mencegah
kemungkinan penurunan kualitas kredit.
d. Setiap perkembangan kredit tidak hanya diawasi
oleh pejabat kredit saja, tetapi juga oleh unit kerja
yang dibentuk melalui fungsi pengawasan, yaitu
audit internal.
158 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
8. Selain melakukan pembinaan dan pengawasan,
Bank juga harus merapikan dokumentasi kredit,
agar sewaktu-waktu dapat dimonitor.
Dokumentasi kredit ini menjadi bagian tak
terpisahkan dari paket kredit, merupakan salah satu aspek
penting yang dapat menjamin pengembalian kredit, serta
dokumentasi kredit wajib dilaksanakan dengan baik,
tertib dan lengkap.
Pada akhirnya, dengan kebijakan dan sistem yang
baik, akan diperoleh tingkat kesehatan bank. Di satu sisi,
setiap pejabat/staf dari bank yang berperan menganalisis
suatu usaha debitur telah mempunyai perangkat yang
dapat digunakan, sehingga manajemen risiko, serta early
warning system dapat dijalankan dengan baik. Dan yang
paling utama, jika semua prosedur standar telah dipenuhi,
maka budaya kredit (credit culture) yang sehat akan
berperan aktif dalam membuat bank dapat berperan serta
dalam menumbuhkan perekonomian untuk debitur
UMKM.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 159
D. Penyaluran Kredit Oleh Bank Terhadap
UMKM
Pada kenyataannya penyaluran kredit pada UMKM
masih kecil dibandingkan dengan usaha besar.
Pemecahan masalah tersebut secara makro seperti
kebijakan pemerintah mewajibkan Bank Umum untuk
menyalurkan 20 % kredit kepada UMKM dari total
kreditnya, KUT, program program promosi akses kredit
UMKM kepada lembaga keuangan dan lain-lainnya
ternyata hasilnya masih jauh dari memuaskan. Hal ini
disebabkan selain karena ketidak mampuan UMKM
mengakses bank juga disebabkan oleh :
1. Officer Bank kekurangan pengetahuan atau
pengalaman, sehingga bank kesulitan menilai
prospek bisnis UMKM, sehingga untuk
meminimalisasi resiko perlu menetapkan persyaratan
jaminan yang ketat. Skema kredit UMKM kurang
160 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
bervariasi mengikuti variasi karakteristik usaha
UMKM yang spesifik.
2. Pada UMKM yang mengajukan kredit, Officer Bank
masih kesulitan untuk menemukan yang prospektif
untuk dibiayai.
Untuk mendorong penyelesaian masalah ditingkat
mikro tersebut semestinya menjadi perioritas dalam
mempromosikan akses kredit UMKM pada lembaga
keuangan. secara teknis bank harus punya target pasar
spesifik untuk UMKM sebagaimana juga bank memiliki
target pasar spesifik untuk usaha besar, tetapi menetapkan
target pasar untuk UMKM ternyata lebih rumit dari pada
menetapkan target pasar kredit usaha besar, hal ini
disebabkan :
a. Tidak tersedianya data sekunder yang memadai
tentang UMKM, data yang tersedia pada dinas teknis
dan BPS sangat tidak memadai sebagai pertimbangan
dalam merumuskan target pasar kredit UMKM.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 161
b. Faktor lokalitas pada tingkat Kabupaten/propinsi
bahkan pada tingkat wilayah yang lebih kecil sangat
mempengaruhi potensi pengembangan UMKM,
dengan demikian data Nasional akan sangat bisa jika
digunakan dalam memilih sektor UMKM.
c. Pengelompokkan UMKM selama ini berdasarkan sub
sektor telah menjadi pola analisis, padahal
pengelompokkan tersebut pada dasarnya untuk
kepentingan administrasi (Pemerintah & BI) bukan
kepentingan analisis bisnis. Analisis yang paling
rasional adalah berdasarkan rantai bisnis dan wilayah
(wilayah yang dibatasi oleh keterkaitan pelaku bukan
wilayah administrasi).
Karena sebagian besar UMKM tidak memiliki
dokumen usaha dan data tentang UMKM sangat sedikit
maka untuk bisa menyalurkan kredit kepada UMKM,
bank perlu mengenal dengan baik karakteristik dan pola
bisnis UMKM, perlu cara lain dalam analisis pasar dan
162 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
potensi sektor agar penyaluran kredit pada UMKM tetap
dengan pendekatan koridor biasa.
E. Syarat UMKM Mendapat Kucuran Dana
dari Bank
Para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) harus memenuhi persyaratan agar usahanya
dinilai visible dan bankable bagi perbankan. Sehingga
perbankan bersedia untuk mengucurkan kredit. Ada tiga
syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Dokumentasi usaha yang jelas,
2. Track record yang positif, dan
3. Bisnis atau cashflow yang positif.
Seandainya aset usaha UMKM tersebut tergolong
besar tapi cashflownya negatif, perbankan tetap enggan
mengucurkan kreditnya. dalam hal ini Kementerian
Koperasi dan UMKM akan bekerjasama membuat
pelatihan bagi para pelaku UMKM, agar bisa bankable
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 163
sehingga bisa memperoleh pinjaman dari perbankan
untuk mengembangkan usaha.
Pada saat ini pemerintah berusaha untuk
merealisasikan UU tentang penjaminan kredit kepada
para pelaku UMKM. Sehingga nantinya Bank Indonesia
(BI) mempunyai payung hukum untuk melonggarkan
aturannya bagi perbankan dalam menyalurkan kredit ke
sektor UMKM, agar para pelaku UMKM tidak terbebani
masalah jaminan pinjaman kepada perbankan. Pada saat
ini bahkan ada pelaku UMKM yang memberikan jaminan
lebih besar kepada perbankan dibandingkan jumlah
pinjamannya.
Beberapa persyaratan administrasi untuk
permohonan kredit di bank adalah:
1. Membuat proposal permohonan kredit dan
direkomendasikan dinas terkait
2. Fotocopy KTP Nasabah, istri atau suami
(Perorangan)
3. Fotocopy KSK Nasabah (Perorangan)
164 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
4. Surat Nikah Nasabah (Perorangan)
5. Fotocopy KTP Pengurus (Badan Hukum)
6. Akte Pendirian (Badan Hukum)
7. Fotocopy Jaminan & SPPT.
8. Ijin Usaha, SIUP, NPWP, TDP.
9. Neraca tahun terakhir dan tahun berjalan (Badan
Hukum)
10. Kelengkapan peryaratan lain dibicarakan pada saat
survey.
F. Permasalahan yang Dihadapi UMKM
dalam Mendapatkan Kredit Dari
Perbankan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) saat ini
tengah menghadapi fenomena paradoks. Disatu sisi
UMKM terlihat sangat strategis karena merupakan pilar
pendukung utama dan terdepan dalam pembangunan
ekonomi. UMKM merupakan lapangan usaha yang paling
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 165
banyak dan paling mudah diakses oleh masyarakat bawah
di Indonesia. UMKM paling besar dan paling cepat dalam
memberikan peluang lapangan pekerjaan dan
memberikan sumber penghasilan bagi kebanyakan
masyarakat kita. UMKM paling fleksibel dan dapat
dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah
perekonomian dan UMKM juga cukup terdiversifikasi
dan memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan
perdagangan. Betapa luar biasanya peran UMKM di
Indonesia kita ini. Namun disisi lain kita juga banyak
menemukan persoalan pelik ditubuh UMKM.
Kelembagaan UMKM di Indonesia lemah. Hal ini
disebabkan karena secara ekonomi politik,
keberadaannya tidak diperhitungkan terutama pada masa
rezim Orde Baru. Dominasi keberpihakan rezim Orde
Baru kepada pelaku ekonomi besar telah menyebabkan
UMKM di Indonesia lemah secara kelembagaan.
Sehingga UMKM kita menjadi lambat mandiri, lambat
mengembangkan diri dan menjadi lemah dalam hal akses.
166 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
sudah menjadi rahasia umum UMKM di Indonesia,
bahwa dari dahulu permasalahan klasik yang selalu
mendera UMKM antara lain adalah permasalahan;
1. Rumitnya proses perizinan dan penyederhanaan
pencatatan usaha.
Perizinan usaha di Indonesia sangat berbelit dan
memakan waktu yang sangat lama jika dibandingkan
dengan negara-negara lain padahal untuk UMKM izin
usaha adalah modal paling dasar jika mau berkembang
dan mendapat akses dengan baik terutama sekali akses
permodalan. Menurut Bank Dunia, dibutuhkan rata-rata
sekitar 151 hari serta 12 prosedur untuk mendapatkan izin
usaha. Padahal kemudahan perizinan ini akan
menciptakan tambahan pertumbuhan ekonomi sebesar
0.25 % PDB.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 167
2. Sulitnya akses penambahan modal melalui kredit
bank.
Kebanyakan UMKM tidak berhasil mendapatkan
kredit dari bank karena UMKM tidak memenuhi
persyaratan untuk layak diberi kredit. Hal ini antara lain
karena UMKM belum memiliki pengetahuan dan
kesiapan dalam memenuhi persyaratan kredit sehingga
para pelaku UMKM memandang prosedur kredit sulit.
Sulaeman di Indonesia alasan utama yang dikemukakan
oleh UMKM kenapa UMKM tidak meminjam ke bank
adalah: (1) prosedur sulit (30,30 %), (2) Tidak berminat
(25,34 %), (3) Tidak punya agunan (19,28 %), (4) Tidak
tahu prosedur (14,33 %), (5) Suku bunga tinggi (8,82 %),
dan (6) Proposal ditolak (1,93 %) (Sulaeman, 2004)
3. Lemahnya kemampuan UMKM dalam hal
manajemen.
Permasalahan sebagian besar UMKM di Indonesia
adalah lemahnya kemampuan manajemen. Karena
sebagian besar pelaku UMKM memiliki tingkat
168 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
pendidikan SMU atau sederajat, maka penguasaan ini
sangat lemah. Padahal ini merupakan kunci jika UMKM
mau menilai perkembangan dan ingin mendapat akses
kredit modal usaha di perbanka
4. Lemahnya penguasaan terhadap networking atau
jaringan kerja dan akses pasar.
Hal ini muncul akibat lemahnya kemampuan UMKM
mengorganisir diri dan lemahnya kemampuan pemasaran
UMKM, lemahnya penguasaan jaringan pasar, dan
lemahnya penguasaan fasilitas teknologi dan informasi
(IT) oleh UMKM.
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 169
Referensi
Andibya, Budut dkk. 2007. Wirausahawan Tahan
Banting Sosok “Manusia Setengah Langka”
Pelajaran Berharga Bagi yang Berjiwa
Entrepreneur. Buku Kedua. Jakarta: Gibon
Book.
Arman Hakim Nasution, dkk. 2007. Entrepreneurship,
Membangun Spirit Teknopreneurship. Penerbit
Andi. Yogyakarta.
Benedicta Prihatin. Dwi Riyanti. 2003. Kewirausahaan
Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian.
Grassindo. Jakarta.
Chandra, Purdi E. 2008. Cara Gila Jadi Pengusaha.
Jakarta: PT Gramedia dan Alex Media
Komputindo.
170 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Dion Alexander Nugraha. 2008. 8 Revolusi Sikap
Menjadi Entrepreneur. Penerbit PT. Elex Media
Komputindo. Kompas Gramedia Jakarta.
Direktorat Usaha dan Investasi Ditjen Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen
Kelautan dan Perikanan. 2006.
Frida Rustiani. 2006. Mengembangkan Ekonomi
masyarakat Dalam Era Globalisasi: Masalah
Peluang dan Strategi Praktis. Diterbitkan Atas
Kerja Sama Yayasan AKTIGA-YAPIKA.
Indarti, Nurul. 2007. Entrepreneurship dan Usaha Kecil
Menengah di Indonesia. Yogyakarta: Ardana
Media.
Ismeth Abdullah. 2004. Berbagai masalah yang dihadapi
oleh Usaha Simpan Pinjam Koperasi sebagai
Lembaga Keuangan Mikro Infokom Nomor 24
Tahun XX 2004. Pemerhati masalah koperasi,
Anggota Dewan Redaksi Majalah Warta
Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 171
Koperasi dan Sekarang Gubernur Riau
Kepulauan.
Kementerian KUKM. Rencana Tindak Jangka Menengah
(RTJM) Pemberdayaan Koperasi dan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah 2005-2009.
Komite Penanggulangan Kemiskinan. Thn 2006.
Pengantar Pengetahuan Perbankan dan
Perkreditan, Bank Indonesia.
Komite Penanggulan Kemiskinan. Thn 2003. Kemiskinan
dan Keuangan Mikro, Diterbitkan oleh Gema
PKM Indoensia.
Muhammad Taufik. 2003. Membangun sistem pembiyaan
bagi Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi
(UMKMK). Infokop Nomor 23 Tahun XIX.
2003. Media Pengkajian Koperasi Usaha Kecil
dan Menengah. Deputi Pengembangan dan
Restrukurisasi Usaha Kementerian Koperasi,
Usaha Kecil dan Menengah.
172 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan
Suryadharma Ali yang diungkapkan kepada Media
Indonesia. Tgl 28 Oktober 2006.
Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat
dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba
Empat.
Syarif. A. 2008. Mengenal bank dan Lembaga Keuangan
Non Bank. Jakarta: Djambatan.
Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough. 2002.
Pengantar Kewirausahaan dan Bisnis Kecil.
Tunggal, Amin Widjaja. 2007. Kewirausahaan
(Entrepreneurship) Teori dan Praktik. Jakarta:
Harvarindo.
Yusuf, Nasrullah. 2006. Wirausaha dan Usaha Kecil.
Modul PTKPNF Depdiknas. Jakarta.