Penataan Jalur Pejalan Kaki dengan Standar Walkability (Studi Kasus
Koridor Jalan Pangeran Antasari Kota Bandar Lampung) Sabilla Atwinda Rafi (22116154)
Dosen Pembimbing (Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T. Goldie Melinda Wijayanti, S.T.,
M.T)
PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI DENGAN STANDAR
WALKABILITY
STUDI KASUS: KORIDOR JALAN PANGERAN ANTASARI
Sabilla Atwinda Rafi1
Perencanaan Wilayah dan Kota ITERA, Jl. Terusan Ryacudu, Jati Agung
Lampung Selatan.
ABSTRAK
Walkability merupakan kondisi sejauh mana lingkungan bersifat ramah
dan dapat dijangkau dengan berjalan kaki, walkability juga merupakan gagasan
untuk menciptakan suatu kawasan yang memiliki fasilitas lengkap yang dapat
dijangkau hanya dengan berjalan kaki. Penerapan standar walkability dalam jalur
pejalan kaki merupakan aspek utama dalam merencanakan dan menyediakan jalur
pejalan kaki dalam lingkup perkotaan. Lokasi penelitian berada di koridor jalan
Pangeran Antasari sebagai kawasan perdagangan dan jasa dengan panjang
koridor jalan 2,25 km tidak memiliki jalur pejalan kaki yang memadai untuk
digunakan. Dengan hirarki jalan arteri sekunder, keberadaan pejalan kaki tidak
aman jika menggunakan jalur pejalan kaki dalam kondisi tidak walkable dan
berdampingan dengan kegiatan kendaraan bermotor dengan kecepatan 30 km per
jam sampai 60 km per jam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana penataan jalur pejalan kaki yang walkable dilokasi penelitian dengan
penerapan nilai-nilai walkability. Untuk mengetahui sejauh mana walkability jalur
pejalan kaki dilakukan perhitungan walkability index berdasarkan persepsi
responden yang menggunakan jalur pejalan kaki di lokasi penelitian. Dengan
menggunakan analisis walkability index dari asian development bank (2011),
penelitian ini mengambil sampel masyarakat Kota Bandar Lampung yang pernah
menggunakan jalur pejalan kaki di koridor Jalan Pangeran Antasari menggunakan
metode purposive sampling didapatkan 100 responden untuk menilai walkability
index. Hasil penelitian ini menghasilkan nilai walkability index sebesar 48,9 (not
walkable) yang artinya sedikit fasilitas yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki
atau hampir seluruh fasilitas dan kegiatan memerlukan kendaraan bermotor pada
koridor Jalan Pangeran Antasari. Sehingga perlu dilakukan perumusan penataan
jalur pejalan kaki dengan menerapkan indikator-indikator walkability agar
penggunaan jalur pejalan kaki bersifat walkable digunakan bagi pejalan kaki.
Kata Kunci: Walkability Index, Jalur Pejalan Kaki, Penataan.
PENDAHULUAN
Berjalan kaki merupakan alat
pergerakan untuk internal kota serta satu-
satunya alat untuk memenuhi kebutuhan
interaksi tatap muka yang ada di aktivitas
komersil dan kultural lingkungan kehidupan
Penataan Jalur Pejalan Kaki dengan Standar Walkability (Studi Kasus Koridor Jalan
Pangeran Antasari Kota Bandar Lampung) Sabilla Atwinda Rafi (22116154)
Dosen Pembimbing (Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T. Goldie Melinda Wijayanti, S.T., M.T)
kota (John Fruin, 1979). Walkabilitas
perkotaan merupakan sebuah kota dimana
orang menjadikan berjalan kaki sebagai tujuan
utama mereka (Walking Plan For Londos,
2004), yang mampu menjangkau kegiatan
pada lingkup perkotaan hanya dengan berjalan
kaki. Walkability Index (WI) adalah ukuran
untuk menilai kondisi kelayakan berjalan
secara kualitatif pada jalur pejalan kaki
(Krambeck, 2006), dalam Victoria Transport
Policy Institute (VTPI,2014) menjelaskan
bahwa dalam perhitungan walkability
memperhitungkan beberapa paramater yaitu
rasa aman dalam berjalan, kenyamanan,
konektivitas jalur pejalan kaki serta kualitas
fasilitas yang ada.
Kota Bandar Lampung merupakan
kota yang sedang mengalami kenaikan
pertumbuhan ekonomi dibuktikan dengan
tumbuh banyak kawasan ekonomi di Kota
Bandar Lampung. Seiring dengan banyaknya
pertumbuhan kawasan ekonomi yang bergerak
pada bidang perdagangan dan jasa, makin
timbul juga permasalahan pada lingkup
perkotaan seperti kemacetan akibat tingginya
volume kendaraan pribadi, banyak pkl
disepanjang kawasan perdagangan dan jasa
serta isu yang dapat mengganggu lingkungan
secara berkelanjutan. Oleh karena masalah-
masalah diatas, penggunaan ruang jalan untuk
jalur pejalan kaki semakin tidak diperhatikan
dan terabaikan, banyak kendaraan dan pkl
yang menggunakan jalur pejalan kaki sehingga
fungsi jalur pejalan kaki tidak maksimal
terlayani. Dengan masalah diatas dan kondisi
jalur yang tidak baik, akibatnya banyak
pejalan kaki yang menggunakan badan jalan
sebagai tempat untuk berjalan sehingga dapat
membahayakan para pejalan kaki yang tidak
terlayani kegiatannya.
LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada
koridor jalan Pangeran Antasari dengan
hirarki jalan arteri sekunder dan fungsi
kegiatan utama dominan yaitu
perdagangan dan jasa. Pemilihan lokasi ini
didasarkan akan kebutuhan berjalan pada
koridor jalan Pangeran Antasari belum
terlayani dengan baik dikarenakan tidak
tersedianya jalur pejalan kaki yang bersifat
walkable. Secara administrasi lokasi ini
berada di sepanjang kecamatan kedamaian
dengan panjang koridor lokasi penelitian
yaitu 2,25km seperti gambar dibawah ini.
Gambar 1 Lokasi Penelitian (warna kuning)
Sumber: Hasil Deliniasi Peneliti
METODE PENELITIAN
1. Indikator Penelitian
Sebelumnya terdapat 2 analisa yang akan
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
walkability index untuk mengetahui nilai
walkability pada lokasi peneliti dan
selanjutnya yang terakhir analisa volume
pejalan kaki untuk mengetahui kebutuhan jalur
pejalan kaki sesuai dengan volume pejalan
kaki yang ada pada koridor penelitian.
Indikator penelitian yang akan digunakan
dalam penelitiain ini mengacu kepada
indikator yang ada dalam Global Walkability
Index (Krembeck,2006) dan Asian
Development Bank, 2011. Dalam dua indikator
yang digunakan tersebut, variabel akan
dijadikan acuan dalam tiap sasaran penelitian.
Terdapat 6 indikator dan 16 variabel dari dua
literatur yang digunakan setelah dilakukan
sintesa disesuaikan dengan kebutuhan lokasi
penelitian.
Penataan Jalur Pejalan Kaki dengan Standar Walkability (Studi Kasus Koridor Jalan
Pangeran Antasari Kota Bandar Lampung) Sabilla Atwinda Rafi (22116154)
Dosen Pembimbing (Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T. Goldie Melinda Wijayanti, S.T., M.T)
Tabel 1 Indikator Penilaian Walkability
N
o Indikator Penilaian
Sumber
1 Kenyamanan berjalan kaki
Asian
Developmen
t Bank
(2011)
2 Kemananan berjalan kaki
3 Kemenerusan infrastruktur
pejalan kaki
4 Ketersedian Penyeberangan
5 Perilaku Pengendara bermotor
6 Infrastruktur Penyandang
Cacat
Sumber: Hasil Sintesa Peneliti.
Untuk mengetahui tingkat walkability
pada analisis dua dibutuhkan responden,
dengan jumlah sample 100 masyarakat Kota
Bandar Lampung yang telah menggunakan
jalur pejalan kaki pada koridor penelitian.
Untuk analisis 1 indikator yang digunakan
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian,
yaitu mengamati lokasi penelitian dan
menyimpulkan masalah yang ada berdasarkan
acuan dari literatur ADB dan Permen PU.
Analisis 3 menggunakan indikator jumlah
pejalan kaki untuk mengetahui volume pejalan
kaki.
2. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini terbagi menjadi 3 metode, yaitu:
2.1 Mengidentifikasi tingkat walkability
index berdasarkan persepsi masyarakat
Identifikasi Tingkat Walkability pada
Koridor Jalan Pangeran Antasari
menggunakan data primer dengan teknik
pengambilan data kuesioner. Dibutuhkan
tingkat walkability sebagai alat penataan
dalam merumuskan jalur pejalan kaki pada
hasil dari penelitian ini. Dalam penelitian ini,
pengukuran kuesioner menggunakan skala
likert. Skala likert digunakan untuk mengukur
pendapat, persepsi, dan sikap sekelompok
orang yang dijadikan responden. Responden
dalam penelitian ini masyarakat Kota Bandar
Lampung yang jumlah populasi nya ditetapkan
melalui metode slovin, metode slovin menurut
(Sugiyono, 2011:87) digunakan karena metode
slovin bersifat representative agar hasil
penelitian dapat digeneralisasikan dengan
jumlah responden 100.
Selanjutnya untuk perhitungan walkability
index dibagi menjadi 3 hasil atau skor seperti
dibawah ini:
Tabel 2 Index Nilai Walkability
Skor Keterangan Rating
>70 Dalam melakukan
kegiatan harian tidak
membutuhkan
kendaraan bermotor
atau sebagian besar
kegiatan dilakukan
dengan berjalan kaki.
Highly
Walkable
50-
70
Beberapa fasilitas
dapat dijangkau
dengan berjalan kaki
Waiting to
Walk
<50 Sedikiti fasilitas yang
dapat dijangkau
dengan berjalan kaki
atau hampir seluruh
fasilitas dan kegiatan
memerlukan
kendaraan bermotor.
Not
Walkable
Setelah skor setiap bobot atribut
didapatkan kemudian dilakukan perhitungan
analisis walkability dengan menggunakan
rumus berikut.
𝐖𝐈 =∑
𝒏𝒋 = 𝟏
(𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒙 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕)
𝒊
Keterangan:
WI: Walkability Indeks
j: Parameter
n: Jumlah Parameter
i: Jumlah Ruas
sumber: Asian Develpoment Bank,
2011
Penataan Jalur Pejalan Kaki dengan Standar Walkability (Studi Kasus Koridor Jalan
Pangeran Antasari Kota Bandar Lampung) Sabilla Atwinda Rafi (22116154)
Dosen Pembimbing (Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T. Goldie Melinda Wijayanti, S.T., M.T)
2.2 Merumuskan Penataan Jalur
Pejalan Kaki berdasarkan hasil
Walkability Index
Untuk menjawab sasaran ke-3 ini,
sebelum melakukan perumusan penataan
dilakukan perhitungan volume jalur pejalan
kaki terlebih dahulu. Kemudian berdasarkan
dua analisis sebelumnya dilakukan penataan
dengan memerhatikan hasil analisis, studi
preseden yang telah dilakukan, dan indikator
walkability yang akan diterapkan pada
rumusan penataan jalur pejalan kaki. Analisis
volume pejalan kaki dibutuhkan untuk
mengetahui berapa jumlah volume
masyarakat pengguna jalur pejalan kaki
yang nantinya akan dihitung kebutuhan
jalur pejalan kaki minimal yang disesuaikan
dengan volume pejalan kaki yang ada. .
Informasi dan data yang didapatkan dari
hasil analisa ini akan digunakan sebagai
dasar perhitungan lebar (W) jalur pejalan
kaki yang akan direncanakan sesuai dengan
kebutuhan dan juga yang berdasarkan hasil
perhitungan dengan rumus dibawah ini:
W = 𝑣
35+ 𝑁……………(1)
Keterangan:
W = Lebar Jalur pejalan kaki (meter)
V= Volume Pejalan Kaki/ dua arah
(orang/meter/menit)
N= Standar lebar tambahan sesuai dengan
keadaan setempat (meter)
Dengan kebutuhan N disesuaikan dengan
fungsi kawasan yang akan menjadi fokus
dalam perencanaan dengan standar lembar
tambahan (N) seperti dibawah ini:
Lokasi N (m)
Jalan di daerah Pasar 1,5
Jalan di daerah Perbelanjaan
bukan Pasar
1,0
Jalan di daerah lain 0,5
Sumber: Ditjen Bina Marga, 1990
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Identifikasi tingkat walkability index
berdasarkan persepsi pejalan kaki.
Sebelum lebih lanjut melakukan
analisis, pada bagian ini bertujuan
membawa hasil dari analisis walkability
index dan analisis volume pejalan kaki.
Setelah mendapatkan hasil analisis maka
akan dilanjutkan perumusan penataan yang
disesuaikan dengan standar walkability
jalur pejalan kaki. Rumusan penataan
berdasarkan dengan standar walkability
yang akan dijelaskan lebih lanjut pada
bagian akhir analisis ini.
Berdasarkan hasil pengumpulan
data, diperoleh berbagai macam tipologi
masyarakat yang menjadi responden,
diantaranya karakteristik responden
berusia 18tahun-52 tahun dengan berbagai
jenis pekerjaan yaitu karyawan swasta,
wirausaha, wiraswata, PNS, dan
mahasiswa. Selebihnya karakteristik
responden akan diberikan dibawah ini
melalui penampilan grafik.
Gambar 2 Usia Responden
3%
60%16%
11%
10% <20 Tahun
20-30 Tahun
30-40 Tahun
40-50 Tahun
51-60 Tahun
Penataan Jalur Pejalan Kaki dengan Standar Walkability (Studi Kasus Koridor Jalan
Pangeran Antasari Kota Bandar Lampung) Sabilla Atwinda Rafi (22116154)
Dosen Pembimbing (Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T. Goldie Melinda Wijayanti, S.T., M.T)
Gambar 3 Jenis Kelamin Responden
Gambar 4 Jenis Pekerjaan Responden
Walkability Index merupakan suatu
nilai yang dapat mewakili suatu kondisi
tertentu dalam hal ini kelayakan berjalan
suatu wilayah. Dalam perhitungan ini,
diberikan total nilai dari variabel-variabel
yang dikelompokkan per aspek dalam
komponen Walkability Index lalu dikalikan
dengan panjang segmen dan jumlah
pejalan kaki yang terhitung saat
pengumpulan data. Dengan menggunakan
skala likert, dapat diketahui skor masing-
masing parameter Walkability Index dari
variabel penelitian yang didapatkan
jawaban dari responden sehingga tingkat
nilai Walkability Index dapat diketahui
setelah melalui perhitungan keseluruhan
dari variabel seperti dibawah ini.
Tabel 1 Perhitungan Walkability Index
N
o
Indikator
Penilaian
Skor
Penilaian
Hasi
l
1
Kenyamanan
berjalan kaki 2,8
47,8
8
N
o
Indikator
Penilaian
Skor
Penilaian
Hasi
l
2
Kemananan berjalan
kaki 3 51,3
3
Kemenerusan
infrastruktur pejalan
kaki 3,3
56,4
3
4
Ketersedian
Penyeberangan 3 53,6
5
Perilaku Pengendara
bermotor 3 51,3
6
Infrastruktur
Penyandang Cacat 2 33,4
Penghitungan
pejalan kaki 152
Panjang ruas jalan
yg disurvey (km) 2,25
Rata-rata
48,9
85
Berdasarkan perhitungan diatas
menggunakan variable yang telah
disebutkan sebelumnnya dan perolehan
nilai menggunakan metode penyebaran
data melalui metode kuisioner dengan
jumlah responden sebanyak 100, jalur
pejalan kaki pada koridor jalan Pangeran
Antasari yang memiliki fungsi kawasan
sebagai kawasan perdagangan dan jasa
memiliki skor walkability index sebesar
48,9 (not walkable) yang artinya sedikiti
fasilitas yang dapat dijangkau dengan
berjalan kaki atau hampir seluruh fasilitas
dan kegiatan memerlukan kendaraan
bermotor. Dari hasil akhir penilaian
walkability index yang menggunakan
metode pengambilan kuesioner dengan
jumlah responden 100 yaitu masyarakat
Kota Bandar Lampung, dapat disimpulkan
bahwa jalur pejalan kaki pada koridor
lokasi penelitian yaitu koridor Jalan
Pangeran Antasari bahwa jalur pejalan kaki
eksisting yang telah ada tidak layak
digunakan untuk berjalan kaki dan hanya
Laki-Laki51%
Perempuan49%
7%
12%
15%
4%
47%
4%9%
2% PNS
Karyawanswasta
Wiraswasta
IRT
Penataan Jalur Pejalan Kaki dengan Standar Walkability (Studi Kasus Koridor Jalan
Pangeran Antasari Kota Bandar Lampung) Sabilla Atwinda Rafi (22116154)
Dosen Pembimbing (Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T. Goldie Melinda Wijayanti, S.T., M.T)
sedikit fasilitas dalam Kawasan
perdagangan dan jasa koridor Jalan
Pangeran Antasari yang dapat dijangkau
menggunakan berjalan kaki menggunakan
jalur pejalan kaki yang ada.
Setelah didapat kan hasil langsung
dari lokasi penelitian, bahwa jalur pejalan
kaki pada Kawasan perdagangan dan jasa
koridor Jalan Pangeran Antasari memiliki
nilai walkability index yang rendah, maka
selanjutnya hasil ini akan dijadikan salah
satu acuan dalam penyusunan pedoman
perencanaan jalur pejalan kaki nantinya.
2. Rumusan Penataan Jalur Pejalan
Kaki dengan Standar Walkability
Pada tahapan ini akan dilakukan analisis
volume pejalan kaki dan selanjutnya
diberikan hasil akhir berupa design yang
memerhatikan hasil analisis dan studi
preseden serta standar dan indikator
walkability yang sebelumnya telah
dilakukan.
Analisis volume pejalan kaki
dibutuhkan untuk mengetahui berapa
jumlah volume masyarakat pengguna jalur
pejalan kaki yang nantinya akan dihitung
kebutuhan jalur pejalan kaki minimal yang
disesuaikan dengan volume pejalan kaki
yang ada. . Informasi dan data yang
didapatkan dari hasil analisa ini akan
digunakan sebagai dasar perhitungan lebar
(W) jalur pejalan kaki yang akan
direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan
juga yang berdasarkan hasil perhitungan
dibawah ini:
W = 𝒗
𝟑𝟓+ 𝑵………… (1)
1meter = 152
35+ 1 = 1meter= 4meter ……..
= 4 meter.
Berdasarkan perhitungan diatas,
didapatkan lebar jalur pejalan kaki rencana
yang harus ada pada lokasi penelitian
adalah 4 meter. Nilai tersebut didapatkan
dengan rumus volume pejalan kaki di
PERMEN Pu nomor 3 tahun 2004 dengan
data yang dibutuhkan yaitu lebar jalur
pejalan kaki eksisting, jumlah pejalan kaki
dan juga standar lebar tambahan yang telah
didapat dari PERMEN PU nomor 3 tahun
2004. Lebar yang didapat untuk rencana 2
arah jalur pejalan kaki adalah 4meter,
dimana satu ruas pejalan kaki memiliki
lebar 2 meter dan satu ruas dengan arah
berkebalikan nya juga memiliki luas 2
meter. Dari perhitungan diatas, hasil yang
telah didapatkan merupakan lebar minimal
jalur pejalan kaki yang dapat digunakan
untuk merencanakan jalur pejalan kaki
nantinya yaitu 4 meter atau 2 meter pada
tiap sisi ruas jalan. Setelah didapatkan
lebar jalur berdasarkan kondisi eksisting,
selanjutnya akan dilakukan perumusan
pedoman perencanaan jalur pejalan kaki
sebagai output akhir dari tujuan analisis
dan penelitian ini berupa pedoman
perencanaan jalur pejalan kaki yang
semestinya dan sesuai standar dan
kebutuhan pengguna jalur pejalan kaki.
Perencanaan jalur pejalan kaki dilakukan
setelah mendapatkan hasil dari 3 analisis
yang telah dilakukan sebelumnya dan juga
menggunakan preseden sebagai salah satu
acuan dalam perencanaan jalur pejalan
kaki yang disesuaikan dengan kebutuhan
pada lokasi penelitian. Berdasarkan hasil
analisis kebutuhan lebar jalan terhadap
volume pejalan kaki dan juga mengacu
pada preseden dan studi literatur terkait
perencanaan jalur pejalan kaki yang baik,
maka dibawah ini akan ditampilkan
gambar-gambar rencana jalur pejalan kaki
Penataan Jalur Pejalan Kaki dengan Standar Walkability (Studi Kasus Koridor Jalan
Pangeran Antasari Kota Bandar Lampung) Sabilla Atwinda Rafi (22116154)
Dosen Pembimbing (Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T. Goldie Melinda Wijayanti, S.T., M.T)
yang telah disesuaikan dengan hal-hal
diata yang telah disebutkan yang secara
lengkap akan ditampilkan pada lampiran.
Alat perumusan penataan jalur
pejalan kaki yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan standar
walkability jalur pejalan kaki sehingga
jalur pejalan kaki bersifat walkable.
Aspek-aspek walkability yang digunakan
pada perumusan penataan jalur pejalan
kaki yaitu aspek kenyamanan, aspek
kemenerusan, aspek keamanan,
ketersediaan jalur penyeberangan,
ketersediaan jalur difabel dan perilaku
pengendara kendaraan bermotor dan yang
akan diberikan adalah menurut standar
walkability ADB:
Penyediaan vegetasi peneduh
Penyediaan jalur
penyeberangan
Penyediaan jalur difabel
Penyediaan elemen jalur
pejalan kaki (kotak sampah,
lampu taman, kursi)
Rambu jalan dan pembatas
jalan (bollard)
Serta elemen-elemen yang akan
dicontoh dari studi preseden berupa
ketinggian jalur pejalan kaki preseden,
penempatan elemen-elemen pada preseden
serta perkerasan jalur pejalan kaki yang
digunakan dalam preseden. Selanjutnya
dibawah ini akan diberikan desain
penataan jalur pejalan kaki yang sesuai
dengan standar walkability dan kebutuhan
kawasan.
Gambar 5 Justifikasi Elemen Jalur Pejalan Kaki
Gambar 6 Rencana Jalur Pejalan Kaki 1
Gambar 7 Rencana Jalur Pejalan Kaki 2
Gambar 8 Rencana Jalur Penyeberangan
Penataan Jalur Pejalan Kaki dengan Standar Walkability (Studi Kasus Koridor Jalan
Pangeran Antasari Kota Bandar Lampung) Sabilla Atwinda Rafi (22116154)
Dosen Pembimbing (Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T. Goldie Melinda Wijayanti, S.T., M.T)
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, koridor jalan Pangeran Antasari
tidak memiliki fasilitas pejalan kaki yang
walkable atau tidak dapat dan menunjang
kegiatan berjalan kaki dengan baik,
sehingga perlu disediakan penataan jalur
pejalan kaki dengan standar walkability
atau nilai utama dari penyediaan jalur
pejalan kaki.