PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP
NEGERI 13 MAKASSAR TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Oleh Muh. Fahrizal Syahdan
NIM: 10519214114
Diajukan unruk memenuhi salah satu sarat untuk
memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi
Pendidikan Aagama Islam Fakultas Ajaran Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/ 2020
Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi ini dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan tim penguji ujian skripsi
pada Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
NAMA : MUH. FAHRIZAL SYAHDAN
NIM : 10519214114
Judul Skripsi : PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 13
MAKASSAR TAHUN PELAJARAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Skripsi ini berdasarkan hasil
penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah laporan
maupun kegiatan program akademik yang tercantum sebagai bagian dari Skripsi ini. Jika
terdapat karya orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang jelas. Demikian pernyataan
ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan
ketidakbenaran dalam pernyataan ini, mohon di berikan bimbingan dan proses dalam
memperbaiki skripsi yang baik dan benar sesuai persyaratan penulisan karya ilmiah dan yang
telah ditentukan di perpustakaan karya tulis ilmiah Universitas Muhammadiyah Makassar.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak manapun.
Makassar, 25 september 2020
Yang membuat pernyataan,
Muh. Fahrizal Syahdan
NIM. 10519214114
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa
tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman
yang terang benderang ini. sehingga bisa menyelasaikan skripsi dengan judul “PENANAMAN
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 13 MAKASSAR (Studi kasus pada Coffee Groove
Semarang)” sebagai syarat untuk menyelesaiakan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Diponegoro.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis hadapi
namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada : 1. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag, M.Si Selaku Ketua Prodi Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar dan Dosen Pembimbing yang telah memberikan saya arahan selama
penyusunan skripsi
3. Ahmad Nasir, S.Pd, M.Pd.I Selaku Wakil Dekan Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar dan Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan saya pengarahan terhadap penyusunan skripsi dan juga pada
masa perkuliahan.
4. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Fakultas agama islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Seluruh responden yang telah membantu dan meluangkan waktu dalam pengisian kuesioner.
6. Seluruh Staf dan guru Smp Negeri 13 Makassar yang telah memberikan ijin penelitian dan
membantu kelancaran penelitian ini.
7. Kedua orang tua dan saudari yang telah memberikan doa dan dukungan selama proses
pembuatan skripsi.
8. Teman-teman jurusan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
membantu dan memberikan pengarahan.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan yang telah membantu memberikan dukungan.
Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang telah dilakukan. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat untuk mendorong penelitian-penelitian selanjutnya
Makassar,September2020
Penulis,
( Muh. Fahrizal Syahdan)
ABSTRAK
MUH. FAHRIZAL SYAHDAN. 2020. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan
Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13
Makassar. Skripsi. Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah
Makassar. Penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang
bertujuan mendeskrispikan (1) Nilai-nilai pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Makassar. (2) Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13
Makassar. (3) Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Makassar. Objek penelitian
ini adalah guru Pendidikan Agama Islam dan seluruh peserta didik SMP Negeri 13
Makassar yang tersebar pada tiga tingkatan kelas (kelas VII, VIII, dan IX) pada
pembelajaran pendidikan Agama Islam. Data penelitian ini, yaitu data tentang
nilai pendidikan karakter yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP Negeri 13 Makassar. Data nilai pendidikan penelitian ini, yaitu
segala teks yang mengandung muatan nilai pendidikan karakter yang terdapat
dalam pembelajaran Agama Islam. Sumber data penelitian ini, yaitu proses
pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara dan format
pengamatan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter yang
ditanamkan di SMP Negeri 13 Makassar mengacu pada Permendikbud Tahun
2018 dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama
nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan bertanggung jawab. Proses pembelajaran agama Islam di SMP Negeri
13 Makassar kadang terkendala oleh sarana pembelajaran dan karakteristik peserta
didik. Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan kreativitas guru dalam mengolah
pembelajaran dengan baik dan guru mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan
karakter pada setiap tahapan pembelajaran. Penanaman nilai-nilai pendidikan
karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13
Makassar dilakukan oleh guru dengan menggunakan beberapa metode dan teknik
yaitu dengan metode pembiasaan dan kegiatan rutin seperti salah berjamaah di
masjid setiap hari sekolah. Selanjutnya, melalui keteladanan dengan memberikan
contoh kepada peserta didik, seperti karakter selalu syukur dengan
mengungkapkan rasa syukur di depan peserta didik setiap pertemuan dan ketika
ada peserta didik yang berprestasi di kelas. Metode berikutnya adalah kegiatan
spontanitas yang sifatnya sumbangsih dana kepada warga sekolah yang secara
tiba-tiba membutuhkan karena terdampak bencana dan sebaginya.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................................... 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 11
A. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ........................................................ 12
1. Pengertian Pendidikan Karakter ........................................................................ 12
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter ......................................................... 15
3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ................................................................ 16
4. Sasaran Pendidikan Karakter di SMP .............................................................. 17
5. Metode dalam Implementasi Pendidikan Karakter ...................................... 21
6. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter .......................................................... 23
vi
7. Penanaman nilai …………………………………………………………………..... 25
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP .................................................. 32
1. PembelajaranPendidikan Agama Islam di SMP……………………… .32
2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP………………35
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP…........35
C. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ............ 39
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................................... 45
A. Desain Penelitian......................................................................................................... 45
B. Lokasi dan Objek Penelitian .................................................................................... 45
C. Fokus Penelitian .......................................................................................................... 46
D. Deskripsi Fokus ........................................................................................................... 46
E. Data dan Sumber Data ............................................................................................... 47
F. Instrumen Penelitian ................................................................................................... 47
G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................... 47
H. Teknik Analisis Data.................................................................................................. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 50
A. Gambaran Umum Penelitian .................................................................................... 46
B. Hasil Penelitian ............................................................................................................ 51
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................................... 97
BAB V PENUTUP ...................................................................................................................... 104
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 104
vi
B. Saran ............................................................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 107
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era revolusi industri 4.0 saat ini sangat berbeda dengan era sebelumnya,
karena di era 4.0 ini sangat bergantung pada internet. Semua proses kehidupan
berkaitan dengan internet. Bahkan dunia pendidikan pun bergantung dengan
internet. Era revolusi industri 4.0 ini diharapkan dapat menyejahterakan manusia
bukan merobotkan manusia. Posisi pendidikan karakter di era revolusi industri 4.0
ini sangat penting karena manusia diharapkan untuk mempunyai karakter yang
bijak dalam menggunakan teknologi dengan baik.
Berdasarkan pada konsep terseut, maka Indonesia memerlukan sumber
daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama
dalam pembangunan di era 4.0. Untuk memenuhi sumberdaya manusia di era 4.0,
pendidikan memiliki peran yang sangat penting dengan menerapkan amanah UU
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
2
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa
pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus
diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut
berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,
beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Kesuksesan
seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis
(hard skill), tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen
oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan, orang-orang
tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan
soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan
karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia berbudi pekerti luhur.
Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan
jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah
3
peradaban yang manusiawi dan lebih baik, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu proses
dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada
setiap satuan pendidikan1. Pendidikan berkarakter merupakan pendidikan yang
mengembangkan nilai dan karakter pada diri peserta didik sehingga memiliki nilai dan
karakter dirinya dan menerapkannya dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyaraka
telah memberikan konsep -konsep tentang pendidikan karakter. Salah satu ayat yang
menerangkan tentang pendidikan karakter adalah Q.S Luqman ayat 12-24, Walaupun
terdapat banyak ayat Al -Qur’an yang memiliki keterkaitan dengan pendidikan karakter
tetapi Q.S Luqman ayat 12 -14 mewakili pembahasan ayat yang memiliki keterkaitan
makna paling dekat dengan konsep pendidikan karakter
Terjemahannya :
“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada
Allah!. Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk
dirinya sendiri, dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah
Mahakaya lagi Maha Terpuji”(12). Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
ketika dia memberi pelajaran kepadanya,"Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan allah adalah benar – benar suatu
1
Mulyasa, Enco. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.hal.9
4
yang besar” (13). keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku
kembalimu (14). 2
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau
kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja
seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan
pengembangan kurikulum 2013, dan implementasi pembelajaran dan penilaian di
sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik.
Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan
dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Mengacu pada uraian tersebut, maka penanaman nilai pendidikan karakter
pada pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran agama Islam sangat
penting. Penanaman tersebut mempunyai aspek-aspek pemahaman tentang hakikat
pembelajaran, hakikat nilai, hakikat belajar, hakikat proses belajar mengajar bahan
ajar, dan hakikat pembudayaan bahan ajar. Di sisi lain, nilai pendidikan karakter
harus mampu menjelaskan hakikat karakter, implementasi, dan contoh-contohnya;
menjelaskan sumber-sumber pengetahuan dan nilai-nilai dan jenis karakter yang
harus digali dan dikembangkan, ukuran atau pembenaran
2 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : Mahkota
Surabaya, 1989).
5
kelaziman karakter dalam lingkup pribadi, kelompok, berbangsa maupun secara
universal. Jika karakter dipandang sebagai nilai yang perlu digali, dikembangkan,
dan diimplementasikan, maka konteks ruang dan waktu serta arah
pengembangannya menjadi sangat penting.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dipandang sebagai ajang atau
wahana bagi pengembangan karakter di sekolah. Perpaduan atau sinergi antara
pendidikan karakter dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan
keadaan unik sebagai suatu proses pembelajaran yang dinamis yang merentang
dalam ruang dan waktunya. Dengan demikian, pendidikan karakter dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan potensi sekaligus fakta yang
harus menjadi bagian tak terpisahkan bagi setiap insan pengembang pendidikan,
baik pendidik, tenaga pendidik maupun pengambil kebijakan pendidikan.
Secara umum, kiranya semua sependapat bahwa tidaklah mudah
memahami kompleksitas karakter sebagai suatu nilai atau suatu isi atau konten.
Jika memikirkan karakter sebagai suatu isi atau konten maka secara umum, apa
pun yang dibicarakan, selalu berkaitan dengan dua hal yaitu: konten dan
metodenya. Apakah isi atau konten formal dan isi atau konten material pendidikan
karakter itu? Apakah isi atau konten formal dan isi atau konten material pada
bahan ajar itu? Apakah isi atau konten formal dan isi atau konten material
pendidikan karakter pada bahan ajar itu? Untuk dapat menjawab semua
pertanyaan itulah, diperlukan kajian tentang hakikat dari semua aspek yang
terkandung di dalam nilai pendidikan karakter pada pembelajaran Agama Islam.
6
Prinsip-prinsip dasar pengembangan pendidikan karakter dalam
Pendidikan Agama Islam meliputi berbagai proses yang secara hierarkis
merentang mulai dari kesadaran diri dan lingkungannya, perhatian, rasa senang,
dan rasa membutuhkan disertai dengan harapan ingin mengetahui, memiliki, dan
menerapkannya; merasa perlunya memunyai sikap yang selaras dan harmoni
dengan keadaan di sekitarnya, baik dalam keadaan pasif maupun aktif, serta
mengembangkannya dalam bentuk tindakan dan perilaku berkarakter; merasa
perlunya disertai usaha untuk mencari informasi dan pengetahuan tentang karakter
dan karakter dalam bahan ajar, yang dianggap baik; mengembangkan
keterampilan menunjukan sifat, sikap, dan perilaku berkarakter pada bahan ajar;
serta keinginan dan terwujudnya pengalaman mengembangkan hidupnya dalam
bentuk aktualisasi diri berkarakter dalam bahan ajar, baik secara sendiri, bersama
ataupun dalam jejaring sistemik.
Penanaman nilai pendidikan karakter di sekolah khususnya pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar sangat
penting, mengingat intensitas merebaknya sikap hidup yang buruk bagi genarasi
muda/pelajar. Selain itu, dengan melembaganya budaya kekerasan atau
merakyatnya bahasa ekonomi dan politik, disadari atau tidak, telah ikut
melemahkan karakter anak-anak bangsa, sehingga menjadikan nilai-nilai luhur
dan kearifan sikap hidup mati suri. Anak-anak sekarang gampang sekali
melontarkan bahasa oral dan bahasa tubuh yang cenderung tereduksi oleh gaya
ungkap yang kasar dan vulgar. Nilai-nilai etika dan estetika telah terbonsai dan
terkerdilkan oleh gaya hidup instan dan konstan.
7
Berbagai kasus yang marak dalam masyarakat bertentangan dengan nilai-
nilai moral dan rendahnya nilai karakter. Data konkret mulai dari kasus Prita,
Gayus Tambunan, Makam Priok, Angelina Sondakh, dan sebagainya menjadi
dasar betapa pentingnya pendidikan karakter ditanamkan sejak dini terutama di
bangku sekolah.3 Lebih memprihatinkan lagi, perbuatan itu tidak sedikit
melibatkan orang-orang yang terdidik. Ini menunjukkan bahwa pendidikan kurang
berhasil dalam membentuk watak (karakter) yang terpuji. Dalam kondisi yang
demikian, kiranya cukup relevan untuk diungkapkan kembali “paradigma lama”
tentang pendidikan, yakni pendidikan sebagai pewarisan nilai-nilai. Warisan nilai-
nilai budaya masa lalu itu tidak sedikit yang merupakan nilai-nilai moral.
Paradigma pendidikan seperti itu sering dianggap kuno, konservatif, dan tidak
sesuai dengan tuntutan zaman. Namun, hal itu tidak berarti bahwa nilai-nilai
warisan masa lalu, lebih-lebih nilai-nilai moral dan sopan santun, adalah sesuatu
yang usang dan harus dibuang.4
Mencermati problematik tersebut, maka seharusnya penamanam nilai
karakter harus ditanamkan kepada generasi muda di sekolah dengan
memanfaatkan segala komponen yang dapat mendukung penanaman nilai
pendidikan karakter, termasuk mengoptimalkan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Integrasi nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran diyakini dapat merestorasi dan menguatkan kembali nilai-nilai
pendidikan karakter pada anak didik.
3 Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.hal.1.
4 Poespoprojo. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Grafika. 1999.
8
Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai pada setiap
mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak
hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan
nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Berdasarkan uraian tentang pentingnya penanaman nilai karakter pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian penanaman nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar. Hal tersebut dilakukan mengingat
banyaknya pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah yang isinya
kurang sesuai dengan adat dan budaya masyarakat. Persoalan lain yang terjadi
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah kurang tergambarnya nilai-
nilai pendidikan. Faktanya dalam buku teks, sangat sulit menemukan nilai-nilai
pendidikan di dalamnya. Konten buku teks tersebut lebih cenderung menyajikan
konsep dan informasi terbaru yang terjadi di seantero dunia. Diperparah ketika
pembelajaran membaca teks wacana tentang perkembangan teknologi
(handphone, gadget, dan sebagainya) yang merupakan suatu suguhan materi yang
nihil dengan nilai-nilai pendidikan karakter.
Kurangnya nilai pendidikan karakter menjadi tugas dan tanggung jawab
guru untuk mengoptimalkan penanaman nilai pendidikan karakter melalui strategi
dan berbagai cara lain, misalnya ketika guru mengajarkan materi yang minim
dengan nilai karakter, maka guru harus cermat dan terampil mengintegrasikan
nilai pendidikan karakter.
9
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar”. Hal ini dilakukan
untuk mengkaji dan mengetahui lebih mendalam tentang nilai pendidikan pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Data lain adalah buku yang merupakan
suplai dari berbagai penerbit sehingga dapat menyaring buku-buku yang layak
digunakan sesuai dengan tujuan penanaman nilai pendidikan karakter. Selain itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses dan metode guru menanamkan
nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 13 Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter di SMP Negeri 13
Makassar?
2. Bagaimanakah proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 13 Makassar?
3. Bagaimanakah penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan:
1. Nilai-nilai pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Makassar.
2. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13
Makassar.
10
3. Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran bagi pembaca
mengenai nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi guru tentang perlunya
pembelajaran pendidikan karakter di sekolah-sekolah sehingga dapat
meningkatkan pembelajaran dan penanaman nilai pendidikan karakter bagi
peserta didik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dan
contoh penanaman nilai karakter dalam diri (peserta didik).
b. Bagi guru pendidikan Agama Islam sebagai acuan dan pedoman dalam
mengajarkan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam
pembelajaran Agama Islam.
c. Bagi peneliti lanjut, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan acuan
dalam melakukan penelitian yang relevan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang
membedakan antara dirinya dengan orang lain. Karakter adalah kualitas mental
atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Karakter adalah sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang
lain atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadibadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak.5
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Menurut Sumardjo bahwa untuk mengenal watak seseorang dapat diteliti
(1) Apa yang dikatakan (2) Apa yang dilakukannya (3) Bagaimana sikapnya
dalam menghadapi persoalan (4) Bagaimana penilaian tokoh lain atas dirinya6.
Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan
jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah
peradaban yang manusiawi dan lebih baik, yang bertujuan untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan
5 Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. 2012.hal.3.
6 Sumardjo, Jacob. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni. 1994.hal.56.
12
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan
standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.7
Pendidikan berkarakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai
dan karakter pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter
dirinya dan menerapkannya dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat.
Nilai-nilai moral sosial, meliputi: bekerjasama, suka menolong, kasih
sayang, kerukunan, suka memberi nasihat, peduli nasib orang lain, dan suka
mendoakan orang lain. nilai-nilai moral religi, meliputi: percaya kekuasaan tuhan,
percaya adanya tuhan, berserah diri kepada tuhan/bertawakal, dan memohon
ampun kepada tuhan.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di
sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-
komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan
lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia,
7 Mulyasa, Enco. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.hal.1-9.
13
apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan
pengembangan kurikulum 2013 dan implementasi pembelajaran dan penilaian di
sekolah, tujuan pendidikan di sekolah sebenarnya dapat dicapai dengan baik.
Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan
dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada
tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan
internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Alwi, dkk. menjelaskan
bahwa karakter adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Karakter merupakan nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat. Karakter juga merupakan cara berpikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara. Individu yang berkarakter
baik adalah individu yang mampu membuat suatu keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuatnya.8
Berkaitan dengan karakter, Saryono mengemukakan bahwa pembelajaran Agama
Islam dapat dijadikan sarana untuk membentuk karakter bangsa, antara nilai atau
aspek (1) literer-estetis, (2) humanistis, (3) etis dan moral, dan (4) religius-
8 Alwi, Hasan, dkk. (Eds.). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. Jakarta: Balai
Pustaka.2008.hal.623.
14
sufistis-profetis. Keempat nilai tersebut dipandang mampu mengoptimalkan peran
bahan ajar buku teks dalam pembentukan karakter bangsa9.
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi
dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional,
logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung
jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat
dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf,
berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif,
berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif
sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). 10
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan
karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school
life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di
sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk
komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga
sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu
9 Saryono, Djoko. Dasar Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Elmatera Publishing. 2009.hal.52.
10 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Bangsa Berperadaban, (Yogyakarta: 2012), hlm. 9-10.
15
perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus
berkarakter.
Pendidian karakter menurut Lickona (dalam Gunawan, 2012: 23) adalah
pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi
pekerti yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku
yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, kerja keras, dan
sebagainya.
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter
a) Tujuan
Menurut Gunawan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan
membentuk bangsa yang tangguh, kompetititf, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila. Pendidikan karakter
bertujuan pula meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi
lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari11
.
11 Gunawan, Heri. Op.cit. hal.20
16
b) Fungsi
Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar
berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik, (2) memperkuat dan
membangun perilaku bangsa yang multicultural, (3) meningkatkan peradaban
bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Menurut Gunawan bahwa pendidikan karakter memiliki prinsip sebagai
berikut:
a) Mempromosikan nilai dasar etika sebagai basis karakter.
b) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakupi pemikiran,
perasaan, dan perilaku.
c) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk
membangun karakter.
d) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
e) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang
baik.
f) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua peserta didik, membangun karakter peserta didik, dan
membantu untuk mencapai kesuksesan.
g) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada pserta didik.
h) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
bertanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang
sama.
17
i) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
j) Memfunsgikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha
membangun karakter.
k) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru karakter,
dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik12
.
4. Sasaran Pendidikan Karakter di SMP
Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan
budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan
masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau
watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di Indonesia negeri maupun swasta. Semua warga sekolah, meliputi para
peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran
program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan
pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi
contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.
Dalam Kemendiknas dijelaskan tentang nilai pendidikan karakter sebagai
berikut: Nilai Religius, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
12 Gunawan, Heri. Op.cit. hal.35.
18
prestasi, bersahabat dan komunikatif, cintadamai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab13
.
Melalui program ini diharapkan lulusan SMP memiliki keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia,
kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian
yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih
luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui
pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar
Kompetensi Lulusan SMP, yang antara lain meliputi sebagai berikut:
a) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan
remaja;
b) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
c) Menunjukkan sikap percaya diri;
d) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih
luas;
e) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup nasional;
f) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-
sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
g) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
13 Kemendiknas. Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktur Jenderal Mandikdasmen. 2010.hal.3.
19
h) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang
dimilikinya;
i) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari;
j) Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
k) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
l) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan
Republik Indonesia;
m) Menghargai karya seni dan budaya nasional;
n) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
o) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang
dengan baik;
p) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
q) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat;
r) Menghargai adanya perbedaan pendapat;
s) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
t) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;
u) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan
menengah;
v) Memiliki jiwa kewirausahaan.
20
5. Metode dalam Implementasi Pendidikan Karakter
Dalam proses pendidikan, termasuk pendidikan karakter diperlukan
metode-metode pendidikan yang mampu menanamkan nilai-nilai karakter kepada
peserta didik sehingga peserta didik bukan hanya mengetahui tentang moral
karakter atau moral knowing, melainkan juga diharapkan mampu melaksanakan
moral atau moral action yang menjadi tujuan utama pendidika karakter.
Menurut Gunawan bahwa metode dalam mengimplementasikan
pendidikan karakter sebagai berikut:
a) Metode Percakapan
Metode percakapan dilakukan dengan berdialog secara silih berganti
antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai satu topik dan dengan
sengaja diarhakan pada satu tujuan yang dikehendaki. b) Metode Cerita
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, cerita sebagai metode
pendukung pelaksanaan pendidikan yang memiliki peranan yang sangat penting
dalam kisah cerita terdapat berbagai keteladanan berdasarkan jelajah kejadian
masa lalu.
c) Metode Perumpamaan, Asosiasi, dan Contoh
Metode perumpamaan baik digunakan oleh guru dan mengajari peserta
didiknya, terutama dalam menanamkan nilai karakter. Cara penggunaan metode
perumpamaan yaitu dengan berkisah.
21
d) Metode Keteladanan
Dalam penanaman karakter kepada peserta didik di sekolah, keteladanan
merupakan metode yang lebih efektif dan efisien karena peserta didik pada
umumnya cenderung meneladani guru atau pendidiknya. Keteladanan dapat
ditunjukkan dalam perilaku dan sikap pendidik dalam memberikan contoh
tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta
didik.
e) Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang disengaja dilakukan secara berulang agar
sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Salah contoh penerapan metode pembiasaan
adalah membiasakan peserta didik melakukan sendiri dan jangan selalu menunggu
dari guru.
f) Metode Nasihat dan Sugesti
Metode nasihat disebut dengan istilah mau’idhoh yakni nasihat yang
lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.
g) Metode Janji
Metode ini sering disebut targhib yakni janji terhadap kesenangan,
kenikmatan akhirat, yang disertai dengan bujukan14
.
6. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter
Membangun peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah
pengembangan watak dan karakter manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual,
emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik
14 Gunawan, Heri. Op.cit. hal.88.
22
tolak kemuliaan manusia, baik sebagai bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai
hasil proses pendidikan. Nelson Black dalam bukunya yang berjudul “Kapan
Sebuah Bangsa Akan Mati” menyatakan bahwa nilai-nilai akhlak, kemanusiaan,
kemakmuran ekonomi, dan kekuatan budaya merupakan sederet faktor
keunggulan sebuah masyarakat yang humanis. Sebaliknya, kebejatan sosial dan
budaya merupakan faktor penyebab kemunduran sebuah peradaban. Hidup
haruslah diarahkan pada kemajuan, keberadaban, budaya dan persatuan, dan
masyarakat seharusnya tidak menolak elemen-elemen yang datang dari peradaban
asing. Ini adalah demi mendorong proses pertumbuhan dan pemerkayaan yang
lebih lanjut bagi kehidupan nasional serta secara mutlak untuk menaikkan
martabat kebanggaan bangsa Indonesia.15
Terlepas dari persoalan kuantitatif maupun kualitatif tersebut, dalam
konteks pembangunan sektor pendidikan, guru merupakan pemegang peran yang
amat sentral dalam proses pendidikan. Upaya meningkatkan profesionalisme para
pendidik adalah suatu keniscayaan. Guru harus mendapatkan program-program
pelatihan secara tersistem agar tetap memiliki profesionalisme yang tinggi dan
siap melakukan adopsi inovasi. Guru juga harus mendapatkan ”Reward” (tanda
jasa), penghargaan dan kesejahteraan yang layak atas pengabdian dan jasanya,
sehingga setiap inovasi dan pembaruan dalam bidang pendidikan dapat diterima
dan dijalaninya dengan baik. Di sinilah kemudian karakteristik pendidikan guru
memiliki kualitas ketika menyajikan bahan pengajaran kepada subjek didik.
15 Marlis, Alen. 2010. “Manfaat Pendidikan Karakter bagi Guru untuk Membangun
Peradaban Bangsa.” Dikutip dari http://alenmarlissmpn1gresik.wordpress. com/2012/10/03/manfaatkarakteristikpendidikan-bagi-guru-untuk membangun peradabanbangsa/ diakses hari Minggu tanggal 10 April pukul 20.02 WIB.
23
Kualitas seorang guru dapat diukur dari segi moralitas, bijaksana, sabar dan
menguasai bahan pelajaran ketika beradaptasi dengan subjek didik. Sejumlah
faktor itu membuat dirinya mampu menghadapi masalah-masalah sulit, tidak
mudah frustasi, depresi atau stress secara positif, dan tidak destruktif.
Dalam karakter pendidikan guru penting sekali dikembangkan nilai-nilai
etika dan estetika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan
rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai kinerja
pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan kegigihan sebagai
basis karakter yang baik. Guru harus berkomitmen untuk mengembangkan
karakter peserta didik berdasarkan nilai-nilai yang dimaksud serta
mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan
sekolah sehari-hari. Yang terpenting adalah semua komponen sekolah
bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang konsisten sesuai
dengan nilai-nilai inti.
Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai
dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan
moral dalam hidupnya. Demikian juga seorang pendidik dikatakan berkarakter,
jika memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan
serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik. Dengan demikian, pendidik yang berkarakter, berarti telah memiliki
kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, seperti sifat kejujuran,
amanah, keteladanan, ataupun sifat-sifat lain yang harus melekat pada diri
pendidik. Pendidik yang berkarakter kuat tidak hanya memiliki kemampuan
24
mengajar dalam arti sempit (transfer pengetahuan/ilmu), melainkan juga harus
memiliki kemampuan mendidik dalam arti luas (keteladanan sehari-hari).
Tujuan model pendidikan holistik berbasis karakter adalah membentuk
manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek
fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual peserta didik secara
optimal. Selain itu, untuk membentuk manusia yang lifelong learners (pembelajar
sejati) bisa dilakukan dengan beberapa langkah sebagaimana uraian berikut.
a) Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid, yaitu
metode yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi
manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang konkrit,
bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya (student active
learning, contextual learning, inquiry-based learning, integrated learning).
b) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning
community) sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana
yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan
semangat.
c) Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan
berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the
good, and acting the good.
d) Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing anak,
yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan
manusia.
25
7. Penanaman Nilai
a. Pengertian Nilai
Nilai adalah suatu perangkat ataupun perasaan yang diyakini sebagai
identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan,
keterkaitan, dan perilaku. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan
bahwa nilai adalah siat-sifat atau hal-hal yang pentin dan berguna bagi
kemanusiaan16
. Wahid mengatakan ”Sesuatu yang mempunyai nilai itu tidak
hanya sesuatu yang berwujud benda material saja, tetapi juga sesuatu yang
berwujud abstrak juga dapat mempunyai nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi
kemanusiaan17
.
Dalam pengertian sehari-hari, nilai diartikan sebagai harga, ukuran, dan
perbandingan dua benda yang dipertukarkan, bisa juga berarti angka kepandaian
(nilai ujian, nilai rapor), kadar, mutu, dan bobot. Namun, dalam sosiologi, nilai
mengandun pengertian yang lebih luas daripada pengertian sehari-hari. Nilai
merupakan sesuatu yang baik, yang diinginkan, dicita-citakan, dan dianggap
penting oleh warga masyarakat.
Nilai merupakan sesuatu yang dihargai atau dihormati, atau sesuatu yang
ingin dicapai atau dianggap sebagai sesuatu yang berharga. Dengan demikian,
nilai sosial adalah sesuatu yang dianggap sangat berharga untuk dicapai atau
dihormati dalam masyarakat. Nilai terbentuk daripada yang besar, pantas, dan
luhur untuk dikerjakan dan diperhatikan. Nilai bukanlah keinginan, melainkan
apa yang diinginkan, jadi bersifat subjektif. Selain itu, nilai juga bersifat relatif
16 Alwi, Hasan, dkk. (Eds.). Op.cit. hal. 690.
17 Wahid, Sugirah. Kapita Selekta Kritik Sastra. Makasar: BSID FBS, UNM.2004.hal.19.
26
karena apa yang menurut kita sudah benar dan baik belum tentu disebut nilai.
Jadi, nilai merupakan tujuan yang ingin dicapai.
Nilai-nilai (dalam pengertian sebagai penggambaran kecenderungan
terhadap apa-apa yang tidak di sukai) akan kelihatan bila sistem-sistem sosial
dipakai sebagai alat konsepsi di dalam tindakan sosial.
Nilai merupakan wujud penikmatan. Dengan penikmatan dapat
memberikan corak tersendiri antara individu akan sesuatu yang dianggapnya atau
dinilainya. Dengan nilai, sesuatu dapat dikategorikan atau ditaksir bagaimana dan
apa yang dinilai. Begitu pula dalam pembelajaran Agama Islam, banyak hal yang
patut menjadi penilaian, meskipun wujud dari penilaian pembaca berbeda antara
satu sama lain, karena hal tersebut dapat dilihat dari tingkat intensitas perindividu
berbeda. Jadi, secara singkat dapat diartikan bahwa nilai adalah hasil penelitian
pertimbangan baik atau buruk terhadap sesuatu yang kemudian dipergunakan
sebagai dasar melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
b. Perspektif Nilai Pendidikan Karakter
Setiap pembelajaran Agama Islam tentu saja menanamkan sejumlah nilai.
Di dalamya terdapat berbagai nilai di antaranya: nilai moral, nilai sosial, budaya,
dan nilai pendidikan.
Aksiologi merupakan ilmu tentang nilai. Dalam kaitannya dengan
pendidikan, maka aksiologi menelusuri seluk-beluk nilai pendidikan. Sementara,
pendidikan dapat dirumuskan sebagai suatu pembimbingan yang diberikan
dengan sengaja oleh pendidik kepada anak didik ke arah satu tujuan. Mengenai
pembimbingan atau bagaimana cara memberikan bimbingan, materi apa yang
27
akan diberikan dalam pembimbingan,apa tujuannya,dan hakikat pendidikan serta
anak didik itu sendiri, dapat tergantung pada dasar filsafah pendidikan.
Pendidikan menurut Alwi dkk. (Eds.), 2008: 149) adalah usaha dan
perbuatan dari generasi tua dan mengalihkan pengalaman, pengetahuan dan
keterampilan kepada generasi muda untuk melangsungkan fungsi hidup dengan
baik.
Bukanlah semata-mata pelajaran umum, tetapi merupakan peoses
kemandirian kesadaran pembangunan bangsa dan kesadaran individu secara
terpadu. Dengan demikian, manusia dapat mengkomunikasikan kebudayaan dan
warisan intelektualnya pada generasi yang akan datang serta memberikan
inspirasi cita-cita hidupnya.
Pendidikan adalah suatu proses, bukan kegiatan yang dijalankan oleh
subjek tertentu (pendidik atau anak didik). Ini berarti bahwa pendidikan
merupakan tahap perkembanan yang terus- menerus. Proses tersebut terjadi
karena interkasi berbagai faktor. Jadi, bukan hanya interaksi antara orang dewasa
dan manusia belum dewasa, melainkan juga bahan yang dipelajari, faktor
lingkungan (alam, kebudayaan, masyarakart, dan sebagainya).
Berdasarkan lingkungannya, pendidikan dapat pula digolongkan dalam 3
golongan kecil, yaitu pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan
masyarakat. Ketiga golongan ini dikenal dengan istilah “tripusat pendidikan”.18
Keluarga adalah pranata kehidupan terkecil yang secara langsung dialami
untuk pertama kali oleh seorang manusia. Kehadiran seorang anak dalam
18 Alwi, Hasan, dkk. (Eds.). Op.cit. hal. 149.
28
keluarga mengakibatkan bertambahnya tanggungjawab tiap orang tua.
Masyarakat merupakan suatu bentuk tata kehidupan sosial yang mencakup tata
nilai dan tata budaya sendiri.
Nilai pendidikan masyarakat dan keluarga mengalami perkembangan
sesuai dengan kemajuan kebudayaan manusia, demikian juga pendidikan yang
didapatkan di sekolah. Pendidikan dalam bentuk sekolah ini berkembang sesuai
dengan perkembangan kebudayaan manusia. Di sekolah anak mengalami
pendidikan formal seperti taman-taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan
seterusnya sampai perguruan tinggi.
Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan
batin,luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya diharapkan untuk menjadi
anggota masyarakat yang berguna dan bertanggungjawab atas kesejahteraan
bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Harapan itu memperlihatkan
bahwa betapa pentingnya dunia pendidikan bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan adalah suatu proses bimbingan manusia untuk mencapai tujuan yang
berguna bagi individu dan masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut, maka aksiologi pendidikan berhubungan
dengan ilmu tentang nilai. Aksiologi mengkaji seluk beluk nilai. Aksiologi
menyangkut pula nilai-nilai yang berupa pertanyaan tentang kebaikan. Aksiologi
adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Bidang kajian aksiologi,
yaitu moral conduct (tindakan moral), esthetic expression (ekspresi keindahan),
sosiopolitical life (kehidupan sosial politik). Nilai terdiri atas tiga bentuk, yaitu
nilai digunakan sebagai kata benda yang abstrak, nilai sebagai kata
29
benda konkret, dan nilai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai,
dan dinilai.
d. Substansi Nilai-nilai Karakter dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP
Substansi nilai-nilai karakter dalam standar kompetensi lulusan SMP
menurut Gunawan dapat dicermati pada tabel 2.1 berikut ini19
.
Tabel 2.1 Pemetaan Nilai Karakter sesuai dengan SKL
No. Standar Kompetensi Lulusan Nilai Karakter yang
Dikembangkan
1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai Religious, jujur, dan
dengan tahap perkembangan remaja tanggung jawab
2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri Jujur dan cerdas
3. Menunjukkan sikap percaya diri Jujur
4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku Bertanggung jawab
dalam lingkungan yang lebih luas
5. Menghargai keberagaman agama, budaya, uku, Peduli dan toleransi ras, dan golongan sosial ekonomi dalam
lingkungan nasional
6. Mencari dan menerapkan informasi dari Cerdas dan kreatif
lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara
logis, kritis, dan kreatif
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, Cerdas dan kreatif
kreatif, dan inovatif
8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri Cerdas dan sesuai dengan potensi yang dimilikinya bertanggung jawab
9. Menunjukkan kemmapuan menganalisis dan Cerdas
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari
10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial Bertanggung jawab
11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung Bertanggung jawab dan
jawab cerdas
12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam Peduli dan bertanggung kehidupanbermasyarakat, berbangsa dan jawab
bernegara demi terwujudnya persatua dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia
13. Menghargai karya seni dan budaya nasional Peduli dan bertanggung jawab
14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki Bertanggung jawab dan kemampuan untuk berkarya kreatif
19 Gunawan, Heri. Op.cit. hal.218.
30
15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan Bersih dan sehat
memanfaatkan waktu luang
16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan Peduli dan kreatif santun
17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain Bertanggung jawab dalam pergaulan di masyarakat
18. Menghargai adanya perbedaan pendapat Jujur dan peduli
19. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis Cerdas dan kreatif
naskah pendek sederhana
20. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, Cerdas dan kreatif membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris sederhana
21. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk cerdas mengikuti pendidikan menengah
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam
bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere”yang berarti menyampaikan
pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide
yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran20
.
Kegiatan belajar dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian kompetensi dasar. Pembelajaran adalah kegiatan dimana guru
melakukan perananperanan tertentu agar peserta didik dapat belajar untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Strategi pengajaran merupakan
keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan peserta
didik dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.
20 Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2008. hal. 265.
31
Pembelajaran dalam konteks pendidikan merupakan aktivitas pendidikan berupa
pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan21
.
Selain itu, pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan peserta
didik agar dapat mempelajari sesuatu yang relevan dan bermakna bagi diri
mereka, disamping itu, juga untuk mengembangkan pengalaman belajar dimana
peserta didik dapat secara aktif menciptakan apa yang sudah diketahuinya dengan
pengalaman yang diperoleh. Dan kegiatan ini akan mengakibatkan peserta didik
mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien22
.
Dalam pengetian lain, pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa
yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifa internal23
.
Dapat dikatakan pembelajaranmerupakansegala upaya untuk menciptakan
kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah (facilitated)
pencapaiannya. Sedangkan Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Zakiyah Darajat berpendapat bahwa pendidikan agama islam adalah
suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup24
.
Pendidikan agama Islam sebagai upaya mendidikkan agama Islam atau
ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap
21 Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 2014.hal. 201.
22 Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media. 1996. hal.157.
23 Warsita, Bambang. Op.cit. hal. 266.
24 Darajat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2008. Hal.87.
32
hidup) peserta didik. Pendidikan agama Islam juga merupakan upaya sadar untuk
mentaati ketentuan Allah sebagai pedoman dan dasar para pesera didik agar
berpengetahuan keagamaan dan handal dalam menjalankan ketentuan-ketentuan
Allah secara keseluruhan25
.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
agama Islam adalah sebuah sistem pendidikan yang mengupayakan terbentuknya
akhlak mulia peserta didik serta memiliki kecakapan hidup berdasarkan nilai-nilai
Islam. Karena pendidikan agama Islam mencakup dua hal, (a) mendidik peserta
didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam, (2) mendidik
peserta didik unuk mempelajari materi ajaran Islam yang sekaligus menjadi
pengetahuan tentang ajaran Islam iu sendiri. Sedangkan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh
belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus
mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara
beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan yang
mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku
seseorang yang baik dalam kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Menurut Majid bahwa pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah
bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta
didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia yang terus berkembang
25 Saputra. Aplikasi Metode Contextual Teaching Learning (CTL) dalam Pembelajaran PAI, (Jurnal At-Ta’dib Volume VI, No. 1, April-September 2014).hal.17.
33
dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi26
.
Lebih lanjut, tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu
usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan usaha dan
kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya
bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk
tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang,
berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Islam sebagai agama dan objek kajian akademik memiliki cakupan dan
ruang lingkup yang luas. Secara garis besar Islam memiliki sejumlah ruang
lingkup yang saling terkait yaitu lingkup keyakinan (akidah), lingkup norma
(syariat), muamalat, dan perilaku (akhlak/behavior). 27
a) Akidah
Akidah secara bahasa (etimologi) biasa dipahami sebagai ikatan simpul
dan perjanjian yang kuat dan kokoh. Ikatan dalam pengertian ini merujuk pada
makna dasar bahwa manusia sejak azali telah terikat dengan satu perjanjian yang
kuat untuk menerima dan mengakui adanya Sang Pencipta yang mengatur dan
menguasai dirinya, yaitu Allah SWT. Selain itu, akidah juga mengandung
cakupan keyakinan terhadap yang ghaib, seperti malaikat, surga, neraka, dan
sebagainya. Akidah Islam berisikan ajaran tentang apa saja yang harus dipercaya,
diyakini dan diimani oleh setiap Muslim. Karena agama Islam bersumber kepada
26 Majid, Abdul dan Dian andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006. Hal.230.
27 Rois, Mahfud. AL-ISLAM Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga, 2011.
34
kepercayaan dan keimanan kepada Allah, maka akidah merupakan sistem
kepercayaan yang mengikat manusia kepada Islam. a) Iman Iman secara umum
dipahami sebagai suatu keyakinan yang dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan
lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan
ikhlas dan selalu mengikuti petunjuk Allah SWT serta Sunnah Nabi Muhammad
SAW. Dalam AlQur’an terdapat sejumlah ayat yang menunjukkan kata-kata iman,
diantaranya terdapat pada firman Allah:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”. (QS. Al-Baqarah:2/165). 28
Rukun iman yang dipahami oleh kaum Muslim secara umum meliputi
iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada
nabi, iman hari kiamat, dan iman kepada qhada dan qadar Allah SWT. Esensi
iman kepada Allah SWT adalah pengakuan tentang keesaan (tauhid)- Nya. Tauhid
berarti keyakinan tentang kebenaran keesaan Allah, tidak mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun. Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang
termasuk gaib, tidak dapat dicapai dengan pancaindera, dan oleh karenanya
28 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : Mahkota
Surabaya, 1989).
35
termasuk golongan makhluk yang immaterial (rohani). Namun demikian, ia tetap
ada dan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah SWT yang tidak
pernah melanggar perintah Allah SWT. Selain percaya kepada Allah SWT, orang
yang beriman juga wajib percaya kepada kitabkitab Allah, sebab iman kepada
Allah dan iman kepada Rasul-Nya menjadi satu kesatuan yang utuh. Allah
menurunkan kitab-kitab Nya untuk dijadikan pedoman oleh manusia dalam
menata dan mengatur kehidupannya demi mencapai keridhoan Allah sebagai
puncak dari tujuan hidup uang sesungguhnya. b) Syariat
Secara etimologis, syariat berarti jalan ke tempat pengairan atau jalan pasal
yang diturut atau tempat mengalir air di sungai. Syariat merupakan aturan-aturan
Allah yang dijadikan referensi oleh manusia dalam menata dan mengatur
kehidupannya baik dalam kaitannya dengan hubungan antara manusia dengan
Allah SWT, hubungan antara manusia dengan manusia dan hubungan manusia
dengan alam sekitarnya.
Syariat tidak hanya satu hukum positif yang kongkrit, tetapi juga suatu
kumpulan nilai dan kerangka bagi kehidupan keagamaan Muslim. Ruang lingkup
syariat secara umum dapat dikategorikan ke dalam dua aspek, yaitu ibadah dan
muamalah. Ibadah diartikan secara sederhana sebagai persembahan, yaitu
sembahan manusia kepada Allah SWT sebagai wujud penghambaan diri kepada
Allah SWT. Ibadah dalam Islam secara garis besar terbagi kedalam dua jenis yaitu
mahdah (ibadah khusus) dan ibadah ghair mahdah (ibadah umum).
36
c) Akhlak, Etika dan Moral
Ruang lingkup ajaran Islam yang ketiga adalah akhlak. Akhlak merupakan
refleksi dari tindakan nyata atau pelaksanaan akidah dan syariat. Kata akhlak
secara bahasa merupakan bentuk jamak dari kata khulukun yang berarti budi
pekerti, perangai, tabiat, adat, tingkah laku, atau sistem perilaku yang dibuat.
Sedangkan secara terminologis akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara
baik dan buruk, antar yang baik dan buruk, antara yang terbaik dan tercela, baik
itu berupa perkataan maupun perbuatan manusia, lahir dan batin. Akhlak berarti
budi pekerti atau perangai. Dalam berbagai literatur Islam, akhlak diartikan
sebagai pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk, tujuan perbuatan,
serta pedoman yang harus diikuti. Pengetahuan yang menyelidiki perjalanan hidup
manusia sebagai parameter perbuatan, perkataan, dan ihwal kehidupannya.
C. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pendidikan karakter yang ditanamkan dalam pendidikan Islam yaitu
penciptaan fitrah peserta didik yang ber-akhlakul karimah, karena inti dari Islam
yakni terciptanya akhlakul karimah. Jika akhlak seseorang hilang berarti sebuah
kegagalan atas tujuan dari ajaran-ajaran agama Islam, sehingga pendidikan perlu
ditanamkan sejak dini. Beberapa hikmah yang dapat diraih apabila pendidikan
akhlak dapat ditanamkan sejak dini antara lain: pertama, pendidikan akhlak
mewujudkan kemajuan rohani, kedua, pendidikan akhlak menuntun kebaikan, dan
ketiga, pendidikan akhlak mewujudkan kesempurnaan iman. Keempat, pendidikan
akhlak memberikan keutamaan hidup di dunia dan kebahagiaan di hari kemudian.
37
Kelima, pendidikan akhlak akan membawa kepada kerukunan rumah tangga,
pergaulan di masyarakat dan pergaulan umum.29
Dalam Kemendiknas Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan
pendidikan kewarganegaraan, pendidikan karakter harus menjadi fokus utama
yang mana karakter dikembangkan sebagai dampak pembelajaran dan juga
dampak pengiring. Dengan hal ini, diharapkan dapat menjadikan peserta didik
peduli dan mampu mengamalkan nilai-nilai karakter yang telah didapatkannya itu.
Integrasi pendidikan karakter juga dapat dilakukan pada penginternalisasi nilai-
nilai di dalam tingkah laku yang dilakukan guru setiap hari dalam proses
pelaksanaan pembelajaran. Contohnya, guru yang datang tepat waktu secara tidak
sengaja telah memodelkan karakter disiplin. Dalam proses pembelajaran,
pendidikan karakter dimulai pada tahap perencanaan, kemudian dilaksanakan, dan
akhirnya dievaluasi30
.
1. Perencanaan pembelajaran
Perencanaan ialah proses penyusunan pola kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan. 41 Dalam silabus dan RPP memuat SK,
KD, tujuan pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, indikator pencapaian, alokasi waktu, materi pembelajaran dan
sumber belajar. Dalam perencanaan pembelajaran pendidikan karakter perlu
dilakukan perubahan pada tiga komponen silabus dan RPP, yaitu:
a) Penambahan atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan
29 Achmadi. Meluruskan Islam Fobia Mengembalikan Fitrah Islam dengan Pendidikan, (Jurnal Edukasi. 2007. Hal.24.
30 Kemendiknas. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Pedoman Sekolah. Jakarta: Balitbang. 2010. Hal. 34.
38
pembelajaran yang mengembangkan karakter.
b) Penambahan atau modifikasi pencapaian sehingga ada indikator yang terkait
dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter
c) Penambahan atau modifikasi teknik penilaian yang dapat mengembangkan
atau mengukur perkembangan karakter Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa RPP memiliki peranan penting dalam pengintegrasian
nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam proses pembelajaran di sekolah. RPP
merupakan gambaran tentang pembelajaran yang akan dilakukan dalam
proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan pembelajaran karakter
Pelaksanaan pendidikan karakter tentunya tidak terlepas dari perencanaan
yang telah dilakukan sebelumnya. Jadi pelaksanaan pembelajaran merupakan
implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pendidikan haruslah masuk atau ada dalam
setiap kegiatan tersebut Praktik penanaman pendidikan karakter harus dilakukan
menggunakan metode yang tepat. Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan
Nasional dalam kaitannya dengan pengembangan budaya sekolah yang
dilaksanakan dalam kaitan pengembangan diri, menyarankan empat hal yang
meliputi:
a) Kegiatan rutin Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilaksanakan peserta
didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat.
b) Kegiatan spontan Bersifat spontan saat itu juga, pada waktu terjadi keadaan
tertentu, misalnya mengumpulkan sumbangan bagi korban bencana alam.
39
c) Keteladanan Timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru
perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan di sekolah, bahkan seluruh
warga sekolah yang dewasa lainnya sebagai model.
d) Pengkondisian Penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan
pendidikan karakter.
Menurut Masnur Muslich dalam bukunya yang berjudul
“Pendidikan Karakter, Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional”
menyatakan beberapa metode yang dapat digunakan dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter, di antaranya:
a) Keteladanan
b) Kegiatan spontan
c) Teguran
d) Pengondisian lingkungan
e) Kegiatan rutin.
Pelaksanaan pendidikan karakter haruslah dilaksanakan secara sungguh-
sungguh dan berkelanjutan. Jadi penanaman pendidikan karakter tidak bisa hanya
dilakukan dalam satu kali pertemuan pembelajaran. Penanaman pendidikan
karakter juga jangan hanya dilakukan di ruang kelas, namun dalam setiap kegiatan
dan di lingkungan sekolah guru harus dapat memberikan contoh atau dapat
mengarahkan peserta didik untuk bertindak yang sesuai dengan karakter yang
baik. Jadi upaya untuk mengimplementasi pendidikan karakter perlu dilakukan
dengan pendekatan holistis, yaitu mengintegrasikan perkembangan karakter
kedalam setiap aspek kehidupan sekolah.
40
Pendekatan holistis dalam pendidikan karakter memiliki indikasi sebagai
berikut:
a) Segala kegiatan di sekolah diatur berdasarkan sinergitas kolaborasi
hubungan antara peserta didik, guru, dan masyarakat.
b) Sekolah merupakan masyarakat peserta didik yang peduli dimana ada
ikatan yang jelas yang menghubungkan peserta didik, guru, dan sekolah.
c) Pembelajaran emosional dan sosial setara dengan pembelajaran akademik.
d) Kerjasama dan kolaborasi diantara peserta didik menjadi hal yang lebih
utama dibandingkan persaingan.
e) Nilai-nilai seperti keadilan, rasa hormat, dan kejujuran menjadi bagian
pembelajaran sehari-hari baik di dalam maupun diluar kelas.
f) Peserta didik-peserta didik diberikan banyak kesempatan untuk
mempraktikkan perilaku moralnya melalui kegiatankegiatan seperti
pembelajaran memberikan pelayanan.
g) Disiplin dan pengelolaan kelas menjadi focus dalam memecahkan masalah
dibandingkan hadiah dan hukuman.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain penelitian untuk
memudahkan dalam melakukan penelitian. Dalam hal ini, mendatangkan hasil
yang baik, sehingga penulis menyusun desain penelitian. Sebagai langkah awal
yaitu penulis menentukan rumusan penelitian, kemudian penelitian mengadakan
studi kepustakaan. Selanjutnya menyelidiki variabel, memberikan definisi
operasional penelitian, serta menentukan metode yang akan digunakan dalam
penelitian.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah dengan cara kerjanya
mendiskripsikan nilai pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam
pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Makassar. Objek penelitian
ini adalah guru Pendidikan Agama Islam dan seluruh peserta didik SMP Negeri
13 Makassar yang tersebar pada tiga tingkatan kelas (kelas VII, VIII, dan IX)
yang belajar pendidikan Agama Islam.
42
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini, yaitu:
1. Penanaman nilai pendidikan karakter. Nilai dalam yang diamati di
antaranya: nilai religius, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, bersahabat dan komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab
2. Pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar difokuskan pada
cara dan proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Deskripsi fokus penelitian ini, yaitu penanaman, nilai dan pendidikan
karakter.
1. Penanaman nilai pendidikan karakter adalah upaya membentuk karakter
peserta didik yang religius, semangat kebangsaan, jujur, cinta tanah air,
toleransi, menghargai prestasi, disiplin, bersahabat/komunikatif, kerja
keras, cinta damai, kreatif gemar membaca, mandiri, peduli lingkungan,
demokratis, peduli sosial, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab.
2. Pembelajaran Agama Islam adalah cara dan proses kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru dengan memberikan bimbingan dan
asuhan terhadap peserta didik agar kelak setelah selesai pendidikannya
dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta
menjadikannya sebagai pendangan hidup (way of life). Selain itu,
pembelajaran agama Islam merupakan proses bimbingan dan asuhan
terhadap peserta didik nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat
43
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai
suatu pandangan hidupnya demi keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat
kelak.
E. Data dan Sumber Data
1. Data
Data penelitian ini, yaitu data tentang nilai pendidikan karakter yang
diimplementasikan dalam pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13
Makassar.
Data nilai pendidikan penelitian ini, yaitu segala teks yang mengandung
muatan nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam pembelajaran Agama Islam.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini, yaitu proses pembelajaran Agama Islam di
SMP Negeri 13 Makassar.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan
wawancara dan format pengamatan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai
berikut:
1. Teknik Dokumentasi
44
Teknik ini dilakukan dengan mendokumentasikan pembelajaran Agama
Islam.
2. Teknik Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan memawancarai guru dan peserta didik
tentang wujud dan bentuk penanaman nilai pendidikan karakter.
c. Teknik Observasi
Teknik catat dilakukan dengan mengamati segala aktivitas guru dan
peserta didik dalam pembelajaran Agama Islam untuk mengamati karakter yang
ditanamkan.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model alir
(Miles dan Huberman 2004). Model alir merupakan salah satu teknik analisis
dengan memadukan konsep yang menghasilkan sebuah metode analisis yakni:
pencatatan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan sementara,
validasi (sahih), dan penarikan kesimpulan akhir.
Kegiatan analisis data dimulai dari kegiatan pencatatan data. Kegiatan
reduksi data pada dasarnya merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,
penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi “data mentah”. Reduksi data
dimaksudkan untuk menyesuaikan bentuk data yang ada dengan bentuk data yang
dibutuhkan dengan kegiatan analisis. Kegiatan reduksi data setiap saat dapat
dilakukan selama dalam proses pengumpulan dan analisis data. Apabila ada data
yang tidak relevan dengan masalah, dilakukan reduksi data berupa pembuangan
45
data. Setelah diperoleh data yang representatif melalui reduksi data, dilakukan
penyajian data. Penyajian data diharapkan dapat tersusun secara sistematis
sehingga memudahkan peneliti mengamati dan menafsirkan (menginterpretasi)
data-data tersebut.
Penarikan simpulan sementara dilakukan dengan merumuskan (1) Nilai-
nilai pendidikan karakter apa sajakah yang ditanamkan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar. (2) Metode guru
menanamkan nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP Negeri 13 Makassar.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Lokasi Penelitian
SMP Negeri 13 Makassar didirikan pada tanggal 31 Desember 1981
melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 01 Januari
1980. SMP Negeri 13 Makassar didirikan bertujuan untuk meningkatkan
pendidikan khususnya pendidikan dasar menengah sejak tahun 1980-1981 dan
didirikan untuk mengantisipasi lonjakan lulusan SD sampai dampak keberhasilan
program wajar dikdas 9 tahun serta membantu pemerintah dalam pembentukan
SDM yang berkualitas baik IMTAK maupun IPTEK. Kepemilikan
tanah/bangunan SMP Negeri 13 Makassar merupakan milik pemerintah dengan
luas tanah 17693/ SHM dan luas bangunan 2975/SHM31
.
SMP Negeri 13 Makassar memiliki Visi yakni “membentuk manusia
cerdas spiritual, intelektual dan emosional yang berwawasan lingkungan sesuai
dengan nilai-nilai budaya daerah”, yang didukung dengan Misinya yaitu :
a. Menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan melalui pengalaman
ajaran agama yang dianut.
b. Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien dalam rangka
mengembangkan potensi siswa secara optimal.
31 Dokumentasi SMPN 13 Makassar pada tanggal 20 Maret 2020
47
c. Menanamkan kedisiplinan dalam rangka pembentukan karakter bagi
seluruh warga sekolah.
d. Mengembangkan bakat, minat dan potensi siswa dalam bidang akademik
maupun non akademik.
e. Menumbuhkan semangat dan kreatifitas dalam merenofasi bagi seliruh
warga sekolah.
f. Menumbuhkembangkan budaya bersih, rapi, indah, asri, dan peduli
lingkungan bagi seluruh warga sekolah.
g. Menanamkan anti korupsi dan anti narkoba bagi seluruh warga sekolah.
h. Melestarikan nilai-nilai budaya daerah dan budaya bangsa bagi peserta
didik.
i. Membudayakan senyum, salam, sapa, sopan, santun, semngat dan sepenuh
hati bagi seluruh warga sekolah.
j. Menerapkan manajeman berbasis sekolah yang partisipatif, transparan dan
akuntabel dengan melibatkan selruh kompenen sekolah32
.
2. Letak Geografis
Letak Geografis SMP Negeri 13 Makassar terletak di Jl. Tamalate VI
No.2, Kelurahan Kassi-Kassi, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar. Sekolah
ini bertempat di belakang Kantor Dinas Pendidikan Kota Makassar dan berada
ditengah pemukiman penduduk Tamalate VI. Lokasi SMP Negeri 13 Makassar
termasuk yang strategis karena berdekatan dengan SDN, SMPN lainnya,
SMAN dan Universitas. SMP Negeri 13 Makassar karena letaknya
32 Dokumentasi SMPN 13 Makassar pada tanggal 20 Maret 2020
48
berdekatan dengan Dinas Pendidikan Kota Makassar dan memiliki ruangan guru
yang luas maka sering digunakan sebagai tempat pertemuan/rapat Dinas
Pendidikan Kota Makassar sepulang siswa sekolah33
.
3. Organisasi dan Kepengurusan
Struktur organisasi dan kepengurusan SMP Negeri 13 Makassar sebagai
berikut:
Kepala Sekolah
Drs. Ramli, M.Pd
Wakil Kepala Wakil
Kepala
Sekolah Kesiswaan Sekolah
Kurikulum
Ismuddin, S.Pd Rosmini, S.Pd
Kepala
TU
Astati Amir, S. Sos
Kepala BK
Radiawati,S.Pd
Kepala Perpustakaan Kepala Laboratorium
Dra. Husnah
IPA
Asmawati, S.Pd
Wali kelas VII, VIII,
dan IX
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMPN 13 Makassar
4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jumlah pendidik di SMP Negeri 13 Makassar sebanyak 60 orang guru
mata pelajaran termasuk kepala sekolah dan wakil kepala sekolah dan
beberapa bertindak sebagai wali kelas untuk 30 rombel kelas. Sebagian guru
33 Dokumentasi SMPN 13 Makassar Pada Tanggal 20 Maret 2020
49
juga memiliki jabatan sebagai kepala perpustakaan, kepala koperasi, kepala
kantin, kepala laboratorium IPA dan Kepala Laboratorium Komputer,
Pembina Pengurus Mushalla, Pembina pengurus Aula Kesenian, dan beberapa
Pembina Ekstrakulikuler.
Jumlah Tenaga kependidikan terdiri atas Staff Tata Usaha dan Petugas
keamanan sekolah. Jumlah Staff Tata Usaha yang mengurus Administrasi
sekolah sebanyak 10 orang dan jumlah petugas keamanan sekolah sebanyak 5
orang34
.
5. Peserta Didik
Jumlah peserta didik SMP Negeri 13 Makassar tahun pelajaran
2019/2020 sebanyak 1070 siswa, dengan perincian:
a. Jumlah siswa kelas VII berjumlah 396 siswa terdiri dari 157 peserta didik
putra dan 239 peserta didik putri, masing-masing sebanyak 10 rombel
terdiri atas 36 siswa.
b. Jumlah siswa kelas VIII berjumlah 358 siswa terdiri dari 155 peserta didik
putra dan 203 peserta didik putri, masing-masing sebanyak 10 rombel
terdiri atas 34/36 siswa.
c. Jumlah siswa kelas IX berjumlah 346 siswa terdiri dari 165 peserta didik
putra dan 181 peserta didik putri, masing-masing sebanyak 10 rombel
terdiri atas 34/35 siswa35
.
6. Sarana dan Prasarana
34 Dokumentasi SMPN 13 Makassar Pada Tanggal 20 Maret 2020
35 Dokumentasi SMPN 13 Makassar Pada Tanggal 20 Maret 2020
50
Sarana dan prasarana yang tersedia di SMP Negeri 13 Makassar termasuk
lengkap sehingga dapat mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar
yang kondusif. Adapun sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 13
Makassar antara lain:
a. Terdapat 30 ruang kelas yaitu: kelas VII sebanyak 10 kelas, kelas VIII
sebanyak 10 kelas, dan kelas IX sebanyak 10 kelas
b. Terdapat ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang
kurikulum, ruang guru, ruang staff tata usaha, ruang BK, UKS, ruang 10
K, Koperasi, kantin, gudang, toilet, pos satpam dan parkir guru, dan
kolam ikan.
c. Terdapat tempat penunjang pembelajaran diantaranya: perpustakaan,
Laboratorium Komputer, Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa,
lapangan basket, lapangan Volly, lapangan bola, rumah kaca, taman baca,
Mushola beserta tempat wudhu
d. Ruang penunjang kegiatan ekstrakurikuler, seperti sanggar pramuka,
markas PMR, ruang OSIS dan Aula Kesenian36.
7. Kurikulum
Kurikulum yang diterapkan pada pembelajaran di SMP Negeri 13
Makassar adalah Kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 2013/ 2014. Kurikulum
2013 di SMPN 13 Makassar diterapkan secara utuh mulai dari RPP, buku
cetak berbasis K13, proses belajar mengajar dalam kelas, dan proses evaluasi.
36 Dokumentasi SMPN 13 Makassar Pada Tanggal 20 Maret 2020
51
Kurikulum 2013 juga selalu mengalami revisi sehingga setiap pergantian
revisi maka diikuti dengan penggantian RPP, buku cetak yang dibagikan ke
siswa, serta penilaian.
8. Evaluasi
Penerapan kurikulum 2013 di SMP Negeri 13 Makassar mengharuskan
evaluasi pembelajarannya pun harus berbasis K13 yaitu setiap kali pertemuan
dilakukan penilaian baik dalam bentuk tes maupun non tes serta adanya
penilaian karakter pada setiap mata pelajaran.
B. Hasil Penelitian Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tentang penanaman nilai-nilai
pendidikan karakter dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMP Negeri
13 Makassar. Hasil penelitian diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan di
sekolah, khususnya pada saat pembelajaran Agama Islam berlangsung.
Wawancara dan pengamatan yang dilakukan telah menemukan nilai-nilai
pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Makassar. Proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar. Penanaman nilai-nilai pendidikan
karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13
Makassar.
1. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di SMP Negeri 13 Makassar
Dalam Permendikbud Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
pada Satuan Pendidikan, pasal (2) ayat (1) dinyatakan bahwa Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila
52
dalam pendidikan karakter terutama nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin,
bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Nilai-nilai ini
sebagaimana dimaksud pada ayat tersebut merupakan perwujudan dari 5 (lima)
nilai utama yang saling berkaitan yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian,
gotong royong, dan integritas yang terintegrasi dalam kurikulum.
Menurut guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar dari
hasil wawancara bahwa dalam pembelajaran Agama Islam pada tiga tingkatan
kelas, guru agama Islam memiliki tujuan pembelajaran Agama Islam yang
dirumuskan pada komptetensi spiritual yang tercantum dalam Perencanaan
Pembelajarannya. Implementasi nilai spiritual yang diterapkan oleh guru Agama
Islam secara umum diklasifikasi ke dalam beberapa kategori, yakni nilai aqidah,
ibadah, dan akhlak.
a. Nilai Aqidah
Nilai aqidah terdiri dari 4 (empat) nilai karakter Islam, yaitu nilai religius,
tanggungjawab, toleransi, dan jujur, dan masing-masing nilai karakter tersebut
memiliki indikator.
1) Nilai Religius
Nilai religius merupakan konsep mengenai penghargaan tinggi yang
diberikan oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam
kehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga dijadikan pedoman bagi tingkah
laku keagamaan warga masyarakat yang bersangkutan. Makna religiusitas
53
lebih luas (universal) daripada agama, karena agama terbatas pada ajaran-ajaran
atau aturan-aturan, berarti ia mengacu pada agama (ajaran) tertentu. Nilai religius
dapat berkaitan dengan hubungan manusai dengan Tuhannya, hubungan sesama
manusia, hubungan manusia dengan alam atau lingkungan, serta yang berkaitan
dengan pendidikan keagamaan.
Hasil wawancara dari 4 guru agama Islam, rata-rata menyatakan bahwa
nilai riligius selalu menjadi prioritas untuk ditanamkan kepada peserta didik
dalam setiap pembelajaran. Guru menambahkan bahwa kompetensi spiritual aspek
religius harus sejalan dengan penanaman kompeteni pengetahuan kepada peserta
didik. Hal ini tampak pada kutipan wawancara dua orang guru Agama Islam di SMP
Negeri 13 Makassar, yaitu (Muslihati guru Pendidikan Agma Islam kelas IX, 11
Maret 2020)
“Jika yang berkaitan dengan penanaman nilai karakter religius, saya kira itu
menjadi program dan tujuan utama kita sebagai guru agama Islam. Namanya
pelajaran Agama Islam, ya tentu harus berbasis religi, atau keislaman, dan itu
tanggung jawab kita sebagai guru untuk mengajari dan menanamkannya
kepada peserta didik agar dapat berguna bagi orang-orang di sekitarnya
kelak.”
Kutipan wawancara dengan (Muammar,guru Pendidikan Agama Islam kelas VII,12 Maret 2020)
“Kalau saya, ya sebagai guru agama Islam punya tanggung jawab besar kepada anak didik kami untuk menanamkan nilai religius. Saya selalu
berupaya dan mengulang-ulangi di setiap pembelajaran bahwa kalian sebagai hamba harus selalu menjaga hubungan baik dengan Tuhan,
melaksanakan segala yang dianjurkannya dan menjauhi segala larangannya.
Adapun bentuk tindakannya biasanya dilakukan dalam praktik pembelajaran. Selalu juga mengajarkan kepada anak didik terutama anak
kelas VII bagaimana menjalin hubungan antara sesama manusia, hubungan manusia dengan alam atau lingkungan, serta yang berkaitan dengan
pendidikan keagamaan”.
54
Data hasil waancara tersebut menunjukkan bahwa guru pendidikan agama
Islam di SMP Negeri 13 Makassar telah menanamkan nilai pendidikan karakter
religius pada peserta didiknya. Menurut guru sebagai responden bahwa mereka
merumuskan tujuan pembelajaran pada aspek kompetensi spiritual lebih utama
dengan tujuan menanamkan nilai karakter. Guru menyatakan pula bahwa
pembelajaran yang dilaksanakan harus mencerminkan pembelajaran agama Islam,
punya ciri khas dan tujuan yang berbeda dengan mata pelajaran lain.
Kutipan tersebut juga mengindikasikan wujud nilai pendidikan karakter
yang selalu ditanamkan oleh guru dalam pembelajaran agama Islam di SMP
Negeri 13 Makassar. Guru pendidikan Agama Islam menyatakan bahwa tanggung
jawabnya kepada peserta didik sangat besar untuk membekalinya dalam
pengetahuan spiritual.
Dari hasil pengamatan saat pembelajaran agama Islam belangsung,
ditemukan wujud penanaman nilai karakter oleh guru terhadap peserta didiknya.
Nilai karakter yang ditanamkan sebagai wujud religiusitas adalah peserta didik
dibiasakan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran sebagai tampak pada
gambar berikut ini.
55
Gambar 4.1 Aktivitas Peserta Didik Sebelum Memulai Pembelajaran Agama Islam
Gambar tersebut mencerminkan wujud penanaman nilai karakter religius
kepada peserta didik. Dalam kegiatan ini, peserta didik dituntut agar mampu
memahami dan meningkatkan intensitas hubungannya dengan Tuhan sebagai
Sang Pencipta melalui berdoa kepada-Nya agar segala sesuatu yang dilakukan
(belajar selama di sekolah) diberikan kemudahan, kelancaran, dan terutama
keberkahan sehingga bernilai ibadah untuk dunia dan akhirat.37
Gambar 4.2 Aktivitas Peserta Didik dalam Melaksanakan Salat Wajib
37
Observasi proses kegiatan belajar mengajar pada tanggal 13 Maret 2020 pada kelas IX 2
56
Lebih lanjut, wujud penanaman nilai karakter religius kepada peserta didik
di SMP Negeri 13 Makassar tampak pada upaya guru meningkatkan kompetensi
spiritual peserta didik melalui kegiatan rutinitas salat, terutama salat berjamaah di
masjid sekolah ditambah salat sunnah lainnya. 38
Pada konteks lain, tampak wujud penanaman nilai karakter religius kepada
peserta didik melalui kegiatan keagamaan di sekolah, seperti mengikuti peringatan
hari besar keagamaan, seperti Maulid Nabi Besar Muhammad saw dan Isra Miraj.
Walaupun sifatnya kegiatan sekolah, tetapi hal ini diitegrasikan oleh guru sebagai
bagian pembelajaran agama Islam. Pada kegiatan ini, peserta didik diwajibkan
mengikuti semua rangkaian kegiatan dan guru memberikan tugas tertentu yang
bekaitan dengan materi, seperti meringkas materi ceramah, menuliskan hikmah
dari kegiatan tersebut, dan sebagainya.
2) Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan kemampuan bawaan makhluk hidup,
mewakili kehendak untuk dapat melaksanakan semua tugas dengan sebaik
mungkin dengan tujuan untuk mengembangkan rasa tanggung jawab dalam diri
peserta didik. Tangggung jawab juga diartikan sebagai sikap dan perilaku untuk
melaksanakan tugas dan kewajaiban sebagaimana seharusnya dilakukan terhadap
diri sendir, masyarakat, lingkungan, negara, dan Tuhan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam di
SMP Negeri 13 Makassar bahwa penanaman karakter bertangung jawab sering
38
Observasi proses kegiatan belajar mengajar pada tanggal 12 Maret 2020 pada kelas IX 2
57
ditanamkan kepada peserta didik sebagaimana tampak pada kutipan wawancara
berikut ini.
(Muslihati guru Pendidikan Agma Islam kelas IX, 11 Maret 2020)
“Kita sebagai guru juga punya tanggung jawab, yakni mendidik peserta didik. Jadi,
bukan hanya peserta didik yang punya tanggung jawab di sekolah. Jika
pertanyaannya tentang apakah Anda sering menanamkan nilai karakter tanggung
jawab di sekolah, ya jawabannya pasti seringlah sebagaimana telah tertuang dalam
program pembelajaran atau RPP yang disusun oleh setiap guru. Dalam RPP sudah
tergambar karakter yang ingin ditanamkan kepada peserta didik. Dalam kaitannya
dengan karakter tanggung jawab, ada beberapa komponen yang perlu ditanamkan
kepada peserta didik, di antaranya menanamkan dalam dirinya tentang perlunya
memajukan diri sendiri, menjaga kehormatan diri, komitmen pada tugas-tugas, dan
tentunya adalah bertanggung jawab atas keberhasilan sekolahnya dengan mengikuti
proses belajar dengan baik untuk sebagai wujud bukti kepada orang tuanya.”42
Data wawancara tersebut menggambarkan bahwa karakter tanggung jawab
merupakan salah satu wujud karakter yang sering ditanamkan kepada peserta
didik di SMP Negeri 13 Makassar. Ada beberapa wujud karakter tanggung jawab,
seperti melatih peserta didik agar mampu memajukan diri sendiri, menjaga
kehormatan diri, komitmen pada tugas-tugas, dan tentunya adalah bertanggung
jawab atas keberhasilan sekolahnya dengan mengikuti proses belajar dengan baik
untuk sebagai wujud bukti kepada orang tuanya.
Pada gambar berikut ini juga menggambarkan bentuk penanaman karakter
tanggung jawab kepada peserta didik di SMP Negeri 13 Makassar.
58
Gambar 4.3 Diskusi Kelompok
sebagai Wujud Penanaman Karakter Tanggung Jawab
Pada gambar tersebut tampak kegiatan pembelajaran diskusi dalam belajar
Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar. Menurut guru bahwa konteks kegiatan
tersebut diharapkan dapat membentuk rasa tanggung jawab kepada peserta didik.
Ketika peserta didik belajar kelompok, semua memiliki beban tugas masing-
masing untuk diselesaikan. 39
3) Toleransi
Pada dasarnya, konsep toleransi erat hubungannya dengan sikap jiwa
terhadap segala sesuatu yang berbeda. Sikap jiwa yang dimaksudkan adalah sikap
untuk menghormati, menghargai, bertenggang rasa, dan memberi kesempatan
terhadap keberadaan segala sesuatu yang berbeda dengan apa yang ada di dalam
diri kita. Konsep toleransi juga mengandung arti sebagai suatu sikap untuk tidak
menghina, tidak mencela, tidak menghujat, tidak merasa benar sendiri, dan tidak
ingin menang sendiri dalam hidup bersama dengan komponen lain yang berbeda
dengan keberadaan kita. Saling hormat menghormati dalam kehidupan beragama.
39
Observasi proses kegiatan belajar mengajar pada tanggal 12 Maret 2020 pada kelas IX 1
59
Toleransi di SMP Negeri 13 Makassar merupakan salah satu sikap dan
karakter unggul yang terus ditanamkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Hal
ini dimaksudkan agar peserta didik memiliki sikap kepekaan terhadap sesama
dalam kehidupannya, terutama mampu menunjukkan sikap menghargai,
memberikan kebebeasan kepada sesama, memahami perbedaan suku, rasa, dan
agama sebagaimana tampak pada kutipan wawancara berikut ini.
(Muslihati guru Pendidikan Agama Islam kelas IX, 11 Maret 2020)
“Bertoleransi di sini sangat dianjurkan untuk dipahami oleh peserta didik.
Kita selalu mengajari untuk saling menghargai perbedaan. Di sekolah ini
ada beberapa agama, dari situ peserta didik diajari untuk menghargai
temannya yang beragama lain. Contohnya saja, kalau ada pembelajaran
agama mereka dizinkan untuk mengikuti pelajarannya. Dalam diskusi juga
diajarkan saling menghargai perbedaan pendapat. Jika terjadi perbedaan
argumen, peserta didik diajarkan untuk menghargai argumen tersebut, tidak
dengan saling menyalahkan.”
Kutipan wawancara tersebut mengindikasikan wujud penanaman karakter
toleransi di SMP Negeri 13 Makassar. Pada data wawancara tersebut, peserta
didik diajarkan dan ditanamkan karakter bertoleransi antarwarga sekolah untuk
menghargai perbedaan. Hal ini perlu ditanamkan mengingkat peserta didik
sebagai makhluk sosial yang kelak akan berbaur di tengah masyarakat yang
memiliki banyak fenomena dan perbedaan. Jadi, toleransi merupakan alat
penangkal perbedaan dan fenomena tersebut.
4) Jujur
Di era milenilai saat ini, kejujuran bukan lagi hal tabuh. Banyak tontonan
di berbagai media yang ditampilkan oleh orang-orang dari kalangan masyarakat,
mulai kalangan politis sampai akademisi sekalipun. Mengumbar janji dan harapan
60
manis yang endingnya akan bermuara pada harapan palsu. Dalam fenomena ini,
terdapat indirect education yang akan ditiru oleh para generasi muda dengan
mencoba melakukan hal yang sama atau sudah menyimpan di memori bahwa
mengumbar janji itu tidak dilarang. Padahal, sesungguhnya janji itu adalah utang.
Seperti yang disampaikan marzuki “……Adapun perilaku anti karakter bangsa
diantaranya ditunjukkan oleh hilangnya nilai-nilai luhur yang melekat pada bangsa
Indonesia, seperti kejujuran, kesantunan, dan kebersamaan, serta ditandai dengan
munculnya berbagai kasus kriminal” (Marzuki, 2013).
Di SMP Negeri 13 Makassar, pembelajaran agama Islam atau
pembelajaran lain tentunya mengemban tujuan spiritual untuk menanamkan
karakter jujur pada peserta didik. Sebagaimana tampak pada kutipan wawancara
seperti yang dikatakan guru (Rosdiawati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII,
12 Maret 2020) menyatakan bahwa
“Pada kompetensi inti tiap mata pelajaran, telah tertulis nyata bahwa
peserta didik harus mampu memahami dan memiliki karakter jujur dalam
kehidupannya. Bukan hanya karena telah termuatnya dalam kompetensi
inti, saya sebagai guru agama punya tugas dan tanggung jawab moral untuk
membentuk perilaku anak didik saya menjadi lebih baik, terutama jujur.
Saya sering sampaikan bahwa kebaikan seseorang dilihat dari kejujurannya,
karenanya jangan sekali-kali hianati kejujuran itu”.
Dan juga wawancara dengan (Muammar, guru Pendidikan Agama Islam
kelas VII, 11 maret 2020)
“Hampir setiap aktivitas belajar selalu ditanamkan sikap dan karakter jujur
kepada peserta didik. Saat ujian, mengerjakan tugas agar sesuai dengan
kemampuannya, tidak menyontek, dan sebagainya. Ketika berada di rumah,
bersikap jujurlah kepada orang tua kalian, di kantin sekolah, dan
sebagainya”.
Kedua kutipan tersebut menggambarkan penanaman karakter jujur kepada
peserta didik di SMP Negeri 13 Makassar.
61
kepada peserta didik. Kejujuran adalah salah satunya sebagai cerminan identitas
pribadi seseorang. Berbagai bentuk upaya guru dilakukan untuk membentuk
karakter jujur bagi peserta didiknya. Pembelajaran di kelas merupakan momentum
paling tepat sebagai proses pembentukan karakter jujur dengan melatih peserta
didik berikap jujur saat menempuh ujian atau mengerjakan tugas individu.
b. Nilai pendidikan karakter
Nilai pendidikan karakter dalam penelitian ini terdiri dari 7 (tujuh) nilai
karakter Islam, yaitu menghargai prestasi, peduli sosial, peduli lingkungan, gemar
membaca, rasa ingin tahu, mandiri, dan kerja keras/ketekunan.
1) Prestasi
Salah satu karakter yang dibangun di SMP Negeri 13 Makassar optimis
untuk berprestasi. Optimis membentuk karakter peserta didik yang memiliki daya
juang tinggi, tidak mudah menyerah dalam meraih prestasi. Bila dalam suatu
kegiatan seorang peserta didik mengalami kegagalan, anak yang tangguh adalah
segera bangkit kembali untuk melakukan aktivitas menuju keberhasilan.
Optimistis membimbing peserta didik memiliki keyakinan bila mau bekerja
dengan sungguh-sungguh akan memperoleh keberhasilan. Apa-apa yang telah
dikerjakan dengan sungguh-sungguh pasti akan membawa manfaat bagi dirinya
sendiri. Hasil wawancara penanaman karakter berprestasi tampak pada kutipan
berikut ini.
(Rosdiawati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 11 Maret 2020)
“Masalah memang bukan hal muda, tidak semua peserta didik punya
potensi untuk berprestasi karena faktor latar belakang sosial budaya serta
strata ekonomi dan pendidikan orang tuanya. Namun, saya sebagai guru
sangat punya ekspektasi tinggi agar semua anak didik saya bisa berprestasi
62
dalam segala bidang. Setiap mengawali dan mengakhiri pembelajaran,
saya selalu memberikan ilustrasi dan pandangan tentang orang sukses
melalui biografinya. Kesuksesan tokoh tersebut karena dipengaruhi oleh
salah satunya adalah prestasinya. Hal ini saya sampaikan kepada anak
didik saya sebagai bentuk motivasi.”
(Rosdiawati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 11 Maret 2020)
“Peserta didik selalu diikutkan dalam berbagai event dan kegiatan yang
sifatnya perlombaan untuk menguji kemampuan dan mencari pengalaman.
Melalui kegiatan tersebut, peserta didik akan berupaya maksimal untuk
menunjukkan prestasinya.”
Data kutipan tersebut menggambarkan bentuk nilai karakter yang
ditanamkan di SMP Negeri 13 Makassar. Berprestasi merupakan karakter yang
didambakan oleh smeua sekolah agar peserta didiknya dapat meraih prestasi yang
gemilang sebagai gambaran kebanggaan sekolah. Salah satu cara yang dilakukan
adalah melalui pembiasaan dalam mengikuti tantangan dalam bentuk perlombaan.
2) Peduli sosial
Peduli sosial adalah sikap dan perbuatan mencerminkan kepedulian
terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkan. Kepedulian
tercermin pada kemampuan individu memperlakukan orang lain dengan sopan,
bertindak santun, tidak menyakiti orang lain, tidak mengambil keuntungan dari
orang lain, dan sebagainya.
Peduli sosial merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada setiap
anak, agar dapat mengapresiasi karya seni dan budaya secara maksimal. Hal ini
63
akan menjadi modal dasar anak menjadi manusia yang berkarakter,
berkepribadian berdasarkan Pancasila.
Gambar 4.4 Kegiatan Sosial Tukar Beras
dari Hasil Pengumpulan Sampah
Gambar 4.4 tersebut menampilkan aktivitas kepedulian sosial peserta didik
di SMP Negeri 13 Makassar. Peserta didik selalu diajari dan dibiasakan
mengumpulkan sampah dan dari pengumpulan sampah tersebut ditukar dengan
barang berharga. Hal ini mencerminkan penanaman karakter kepedulian sosial.
Melalui kegiatan ini, peserta didik akan memahami bahwa menukar barang
berharga dari hasil jerih payah seseorang merupakan bentuk kepedulian sosial.40
3) Peduli lingkungan
Karakter peduli lingkungan merupakan karakter yang wajib
diimplementasikan bagi sekolah di setiap jenjang pendidikan. Semua warga
sekolah harus mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan dengan cara
meningkatkan kualitas lingkungan hidup, meningkatkan kesadaran warga sekolah
tentang pentingnya peduli lingkungan serta mempunyai inisiatif untuk mencegah
40
Observasi proses kegiatan belajar mengajar pada tanggal 12 Maret 2020 pada kelas IX 1
64
kerusakan lingkungan. Pendidikan karakter peduli lingkungan ditanamkan sejak dini kepada
peserta didik sehingga dapat mengelola secara bijaksana sumber daya alam yang ada di
sekitar,Barnadib (1999 : 120) menyatakan bahwa “Barnadib mengemukakan bahwa
lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang bertanggung jawab atas
pembentukkan kepribadian, kasih sayang, kelakuan, perhatian, bimbingan, kesehatan dan
suasana rumah”.
Berikut ini dokumentasi kepedulian lingkungan yang sering ditanamkan oleh guru SMP
Negeri 13 Makassar.
Gambar 4.5 Kegiatan Kebersihan Lingkungan Sekitar Sekolah
Gambar 4.6 Kegiatan Kebersihan Lingkungan dalam Sekolah
Data tersebut menunjukkan karakter kepedulian lingkungan peserta didik.
Melalui pembiasaan kerja bakti dan menanam tanaman merupakan bentuk
kepedulian lingkungan sekitar sekolah dan masyarakat. Tampak peserta dengan
65
arahan dan bimbingan guru membersihkan lingkungan masyarakat sekitar sekolah
dan lingkungan sekolah itu sendiri. 41
Pada hasil wawancara dengan salah seorang guru di SMP Negeri 13 Makassar
bahwa kepedulian lingkungan sering dilakukan: (Rosdiawati, guru Pendidikan
Agama Islam kelas VIII, 11 Maret 2020)
“Peserta didik selalu ditanamkan agar mau mencintai lingkungan
sekitarnya, merawatnya, membersihkan dan menghijaukan kembali. Setiap
hari Jumat ada disebut Jumat bersih. Di situ semua peserta didik melakukan
pembersihan di sekitar lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan tentu untuk
menumbuhkembangkan kepekaan peserta didik terhadap sekitarnya”
Penanaman karakter peduli lingkungan pada dasarnya membantu guru
dalam penanaman karakter peserta didik tentang kepedulian mereka terhadap
lingkungan. Pendidikan karakter peduli lingkungan dapat menjadi tolok ukur
kepedulian serta kepekaan peserta didik kepada lingkungannya. Kepedulian dan
kepekaan peserta didik terhadap lingkungan akan suasana belajar mengajar yang
sehat dan nyaman. Lingkungan sekolah atau suasana belajar mengajar yang sehat
dan nyaman dapat meningkatkan prestasi dan kreativitas peserta didik.
4) Gemar Membaca Melalui Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah salah satu program Kemendikbud
RI. Program ini dicetuskan oleh mantan Mendikbud RI Anies Baswedan. Program
ini lahir untuk memperkuat Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 Tentang
Penumbuhan Budi Pekerti yang salah satunya adalah upaya penumbuhan budaya
literasi pada peserta didik dengan cara membaca buku non pelajaran selama 15
menit sebelum pelajaran dimulai. Gerakan literasi sekolah merupakan kemampuan
41Observasi proses kegiatan sebelum pembelajaran pada tanggal 12 Maret 2020 pada setiap kelas.
66
mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai
aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis dan berbicara. GLS
berupaya menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya
literat melalui pelibatan publik.
Karakter gemar membaca sebagai bentuk literasi, rutin dilaksanakan di
SMP Negeri 13 Makassar seperti tampak pada dokumentasi kegiatan berikut ini.
Gambar 4.7 Kegiatan Membaca sebagai Wujud Literasi
Gambar 4.8 Kegiatan Membaca sebagai Wujud Literasi
Gambar 4.7 dan 4.8 menunjukkan implementasi gerakan literasi sekolah
melalui kegiatan membaca. Kegiatan ini dilakukan selama 15 menit sebelum
67
pembelajaran dimulai. Setting pelaksanaannya berlangsung di depan kelas
masing-masing. Setiap peserta didik melakukan keterampilan informasi atau
membaca untuk mendapat informasi terbarukan. Kegiatan ini bertujuan
menumbuhkan semangat kebiasaan membaca bagi generasi muda. Kegiatan ini
merupakan program sekolah agar yang ingin menciptakan semua warga sekolah
yang literat. 42
Pada konteks lain, upaya menumbuhkan kegemaran membaca juga
dilakukan oleh setiap guru mata pelajaran. Peserta didik digiring untuk mengakses
informasi melalui membaca di perpustakaan pada waktu tertentu sebagai
penunjang materi pembelajaran yang sedang diajarkan. Perhatikan gambar berikut
ini!
Gambar 4.9 Kegiatan Literasi Baca di Perpustakaan
Pada gambar tersebut tampak kegiatan berliterasi baca di perpustakaan
sekolah. Peserta didik mengakses berbagai informasi dengan membaca buku
42
Observasi proses pembelajaran di kelas VII 1 pada tanggal 11 Maret 2020.
68
terbaru yang ada di perpustakaan. Menurut guru bahwa literais baca sangat
penting dilakukan pada setiap pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk
memperdalam materi yang sedang dipelajari dengan memperbanyak sumber dan
referensi bacaan.
5) Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu (curiosity) merupakan keinginan untuk menyelidiki dan amencari
pemhaman terhadap rahasia alam. Rasa ingin tahu senantiasa akan memotivasi diri untuk
terus mencari dan mengetahui hal-hal yang baru sehingga akan memperbanyak ilmu
pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar. Rasa ingin tahu akan
memperlihatkan sikap dan tindakan yang selalu berusaha untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya.
Dalam pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar, guru selalu
menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik dengan membangkitkan emosi untuk terus
bereksplorasi, investigasi, dan belajar. (Muslihati guru Pendidikan Agama Islam kelas
IX, 13 Maret 2020)
“Menurut saya, karakter rasa ingin tahu memang harus terus ditumbuhkan dan
ditanamkan kepada peserta didik. Hal ini sesuai dengan amanah dalam
kurikulum 2013 dan konsep pembelajaran abad 21. Dalam pembelajaran abad
21, peserta didik aktif, kreatif, dan inovatif dengan terus mencari dan mencari
sesuatu yang baru. Namun, perlu diingat bahwa guru juga harus terampil dan
kreatif menciptakan pembelajaran yang bisa menggiring peserta didik untuk
terus aktif bereksplorasi dengan konsep kelas yang menyenangkan”.
(Muslihati guru Pendidikan Agama Islam kelas IX, 11 Maret 2020)
“Rasa ingin ditanamkan kepada peserta didik dengan menuntun dan
membimbing untuk terus bertanya dan bertanya saat pembelajaran
berlangsung, memberikan stimulus yang bersumber dari berbagai media
69
informasi, seperti TV, koran, akun jejaring sosial media, dan sebagainya.
Dari situ nanti kembali ke kelas untuk mendiskusikannya”.
Pada kutipan tersebut, tampak bawa suasana kelas dapat membuat peserta didik
bertanya tentang materi pelajarannya termasuk keberanian menyampaikan temuan konsep
ilmu yang baru saja didapat dari membaca. Menanyakan sesuatu tentang kondisi sosial
lingkungan yang terjadi tentang info terkini yang didapatnya dari berbagai sumber Koran,
radio, TV, atau teman dijejaring sosialnya.
Pada gambar berikut ini juga menampilkan aktivitas keingintahuan peserta didik
dalam pembelajaran.
Gambar 4.10 Aktivitas Peserta Didik di Luar Kelas untuk Merumuskan
Masalah Pembelajaran dalam Kaitannya dengan Lingkungan Sekitar
Pada aktivitas gambar 4.10 tersebut menampilkan rasa keingintahuan
peserta didik terhadap materi yang sedang dipelajari. Melalui kegiatan
pembelajaran field trip, peserta didik menggali masalah yang sedang dipelajari
dengan mengaitkan dengan kondisi lingkungan sekitar. Peserta didik belajar
70
bersama secara berkelompok dan saling bekerja sama dalam menelusuri dan
mengeksplor materi dengan bimbingan guru. 43
6) Mandiri
Karakter mandiri adalah pendidikan yang membentuk akhlak, watak, budi
pekerti, dan mental manusia agar hidupnya tidak tergantung atau bersandar
kepada pihak-pihak lain, tidak bergantung pada bantuan orang lain.Seperti yang
dikatakan (T.Ramli,2003) Menurutnya pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya
adalah untuk membentuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang
baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik. Karakter mandiri mendorong
dan memacuseseoranguntuk memecahkan sendiri persoalan hidup dan cara
kehidupannya,sehingga dia termotivasi untuk berinisiatif, berkreasi,
berinovasi, proaktif danbekerja keras. Pendidikan budi pekerti mandiri memacu
keberanian seseoranguntuk berbuat atau bereaksi, tidak pasrah dan beku, tetap
dinamis, energik danselalu optimis menuju ke masa depan.
Pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar menuntut peserta
didiknya untuk memiliki kemandirian, baik kemandirian belajar, aktivitas hidup,
dan kegiatan persoalitas peribadinya yang lain.
(Muslihati guru Pendidikan Agama Islam kelas IX, 13 Maret 2020)
“Kita sebagai guru harus selalu mendidik peserta didik kita untuk mandiri,
tidak selalu bergantung pada orang lain. Diajarkan untuk selalu berusaha
sendiri terlebih dahulu”. Untuk anak usia SMP, minimal mereka harus
terbiasa belajar mandiri, mengurus diri sendiri tanpa harus selalu bantuan
orang tua, misalnya berangkat sekolah, mengurusi pakaian di rumah,
makanan di rumah, dan sebagainya”.
(Muslihati guru Pendidikan Agama Islam kelas IX, 13 Maret 2020)
“Dalam pembelajaran, kadang kita memberikan tugas yang harus
dikerjakan sendiri tanpa harus kerja kelompok. Jadi, ini juga membiasakan
peserta didik bekerja mandiri”.
43
Observasi proses pembelajaran di kelas VII 1 pada tanggal 11 Maret 2020.
71
Pada kutipan tersebut, tampak usaha guru menanamkan kemandirian bagi
peserta didiknya melalui berbagai cara, terutama dalam proses pembelajaran agama
Islam. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik setelah tamat sekolah ia akan
menggunakan ilmunya untuk menciptakan sendiri dan menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat.
Pada gambar berikut ini mencerminkan penanaman kemandirian kepada
peserta didik di SMP Negeri 13 Makassar dalam proses belajar mengajar.
Gambar 4.11 Aktivitas Pesserta Didik Mengerjakan Tugas
Secara Individu
Guru terus berupaya menumbuhkan jiwa kemandirian bagi peserta
didiknya dengan membiasakan belajar tanpa bantaun teman-temannya, tidak
melulu kerja kelompok. Pada gambar tersebut tampak jarak tempat duduk
antarpeserta didik dengan peserta didik lainnya dalam mengerjakan tugas belajar.
Hal ini mengindikasikan bahwa guru membiasakan peserta didiknya untuk
mandiri.44
44
Observasi proses pembelajaran di kelas VII 1 pada tanggal 11 Maret 2020.
72
7) Kerja Keras
Kerja keras merupakan sikap pantang menyerah untuk melakukan sesuatu,
tidak mengeluh dan selalu berusaha walaupun banyak rintangan dan tetap
berusaha untuk mencapainya. Kerja keras juga diartikan sebagai perilaku atau
tindakan yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan guna menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Pada pembelajaran di SMP Negeri 13 Makassar, peserta didik harus
memiliki semangat dan pantang menyerah untuk menyelesaikan tugas dari guru.
Sikap ini terus ditanamkan kepada peserta didik dalam menghadapi suatu hal
sebagaimana tampak pada kutipan wawancara berikut ini.
(Muammar, guru Pendidikan Agama Islam kelas VII, 11 maret 2020)
“Rata-rata dalam setiap pembelajaran, kita sebagai guru senantiasa selalu
mendidik anak kita agar cepat putus asa, terutama tidak cengeng, apalagi anak usia SMP kelas VII yang kadang masih membawa sifat kekanak-
kanakannnya waktu SD. Sedikit-sedikit ngambek, putus asa, tidak mau mengerjaka tugas, dan sebagainya. Di kelas VII selalu banyak yang masih
manja, kalau tugasnya tidak bisa diselesaikan, kadang dibiarkan atau ditinggalkan.”.
(Muammar, guru Pendidikan Agama Islam kelas VII, 11 maret 2020)
“Usia SMP adalah masa di mana anak harus lebih tanamkan nilai kerja keras. Anak sudah harus memahami hakikat dari kerja keras, walaupun kadang ada anak yang tau konsepnya tetapai belum bisa menerapkannya. Maklum, anak usia SMP masih sangat labil dan sangat sulit untuk mengontrol emosinya. Sering ditemukan terutama anak perempuan, apalagi
yang memiliki riwayat manja-manja dari rumahnya, kadang sangat sulit melaksanakan sesuatu yang diperintahkan. Istilahnya adalah mau-maunya. Jadi anak demikian harus terus dimotivasi dan diberi penghargaan agar mau melakukan sesuatu, termasuk mengerjakan tugassekolah”.
73
(Rosdiawati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 11 Maret 2020)
“Pada saat pembelajaran, khususnya mengerjakan tugas, kadang ada peserta didik tiba-tiba termenung atau diam ditempat, atau acuh ketika
merasa sulit mengerjakan tugas yang diberikan. Hal demikian harus terus dipacu dan dibimbing agar mau dan mau terus bekerja menyelesaikan
tugas sampai akhir. Kita sebagai guru harus melakukan komunikasi secara
kontinyu, karena kalau tidak direspons justru semakin menjadi-jadi. Artinya, menumbuhkan semangat kerja keras harus memperhatikan anak.
Sesungguhnya anak usia SMP sangat butuh perhatian saat belajar di kelas”.
Kutipan tersebut mengindikasikan proses penanaman karakter kerja keras
bagi peserta didik di SMP Negeri 13 Makassar. Penanaman karakter kerja keras
dilakukan dengan bimbingan, tuntunan, arahan, pujian, dan perhatian. Reward
menjadi daya tarik bagi anak usia SMP untuk mengerjakan tugas sehingga guru
harus memahami karakteristik peserta didik jika ingin mengubah karakternya.
c. Nilai Akhlak
Nilai akhlak terdiri dari 3 (tiga) nilai karakter Islam, yaitu disiplin,
komunikatif, dan demokratis.
1) Disiplin
Disiplin merupakan kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian
dalam hidupnya, perilaku itu tercipta melalui proses binaan keluarga, pendidikan
dan pengalaman. Tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar mereka belajar
mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka
74
sangat bergantung kepada disiplin diri. Diharapkan, kelak disiplin diri mereka
akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang.
Gambar 4.12 Aktivitas Peserta Didik Setiap Hari dengan Antre
dan Mengatur Barisan untuk Bersalaman dengan Guru
Konteks tersebut menggambarkan wujud kedisiplinan yang ditanamkan
oleh guru kepada peserta didik. Setiap hari tampak peserta didik berbaris dan antre
bersalaman dengan guru. Setiap peserta didik wajib melakukan kegiatan ini setiap
hari saat memasuki area sekolah. Hal ini berupakan pembiasaan yang harus
75
dilakukan guna membentuk jiwa kedisiplinan bagi anak didik45
. Hal ini sejalan
dengan hasil wawancara dengan guru agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar
seperti berikut:
(Muslihati guru Pendidikan Agama Islam kelas IX, 13 Maret 2020)
“Salah satu program sekolah yang juga menjadi tujuan kami di
pembelajaran agama adalah bagaimana mendisiplinkan peserta didik sebagai cerminan nilai akhlak mereka. Kami selaku guru agama terus
berupaya mendidik anak kami agar memiliki akhlak yang baik dengan
menunjukkan perilaku disiplin di sekolah, di rumah, dan di tengah-tengah masyarakat. Salah satu caranya adalah membiasakan peserta didik teratur
dan disiplin setiap hari, datang tepat waktu di sekolah dan jangan lupa berbaris rapih bersalaman dengan para guru di pelataran sekolah”
Pada kutipan tersebut, dapat dinyatakan bahwa guru senantiasa selalu
menanamkan nilai akhlak mulia kepada peserta didiknya dengan membimbing
dan mengarahkan untuk berlaku disiplin stiap saat di sekolah agar kelak dapat
ditunjukkan dalam kehidupannya di mana saja mereka berada.
2) Komunikatif
Komunikatif merupakan keterampilan kecakapan verbal maupun
nonverbal yang dimiliki oleh individu dalam menjalin interaksi dengan invidu
lain. Komunikatif menunjukkan kerahaman (humble) seorang individu dalam
merespons stimulus di sekitarnya. Pada konsep lain, komunikatif sebagai wujud
keterampilan berbicara dan berpikir kritis untuk menanggapi suatu permasalahan.
Pada pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar, peserta
didik selalu dibiasakan untuk tampil di depan umum untuk menyampaikan
argumen sebagai wujud penanaman karakter komunikatif dan percaya diri. Peserta
45
Observasi Siswa SMPN 13 Makassar sebelum memasuki sekolah 16 Maret 2020.
76
didik dibiasakan menyampaikan argumen dan pendapat dalam bentuk pertanyaan
dan pernyataan melalui kegiatan diskusi sebagaimana tampak pada gambar
berikut ini.
Gambar 4.13 Peserta Didik Tampil Menyampaikan Pendapat
di Depan Peserta Didik Lainnya
Pada gambar tersebut tampak perwujudan nilai karakter komunikatif pada
pembelajaran di SMP Negeri 13 Makassar. Pada konteks tersebut, peserta didik
dibiasakan tampil di depan peserta didik lainnya melakukan presentasi tugas dan
menyampaikan argumen dan pendapatnya. Pada sisi lain, peserta didik lainnya
mengajukan tanggapan, kritik, saran, dan pertanyaan. Proses ini merupakan
gambaran penanaman karakter komunikatif. 46
Proses pembelajaran untuk menanamkan karakter komunikatif ini
didampingi oleh guru dengan maksud agar isi dan konten komunikasi yang
disampaikan oleh peserta didik mengandung nilai dan kesantunan berbahasa dan
tidak asal berargumen. Jadi, proses penanaman karakter komunikatif tetapi
46
Observasi Proses Pembelajaran Peserta didik di kelas IX 3 pada tanggal 13 Maret 2020.
77
menganut prinsip kesantunan berbahasa agar maksud yang disampaikan oleh
peserta didik berterima bagi komunikan lainnya.
3) Demokratis
Demokrasi adalah memberikan kekuasaan, tempat kepada individu untuk
berperan dalam sebuah minat atau keinginan. Pembelajaran yang demokratis dan
humanis dinyatakan bahwa karakter yang terbentuk melalui pendidikan
demokratis merupakan model pendidikan yang mengembangkan prinsip-prinsip
demokrasi yaitu pendidikan yang menghargai perbedaan pendapat, kebebasan
untuk mengaktualisasi diri, kebebasan intelektual, kesempatan untuk bersaing di
dalam perwujudan diri sendiri, pendidikan yang membangun moral dan
pendidikan yang semakin mendekatkan diri pada sang pencipta.
Penanaman nilai demokratis di SMP Negeri 13 Makassar sering dilakukan
oleh guru sebagaimana tampak pada kutipan waancara berikut ini.
(Rosdiawati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 11 Maret 2020)
“Menurut saya, rata-rata guru di sini memiliki tujuan yang sama, yakni
mendidik dan membiasakan peserta didik agar menunjukkan sikap akhlak
mulia termasuk demokratis dengan mengajari untuk menghargai pendapat
orang lain saat berdebat dan diskusi materi, mengajari menyampaikan kritik,
mengajari diskusi atau belajar kelompok dan bermusyawarah dalam belajar,
berembuk saat ada pembagian tugas kelompok, dan sebagainya.”
Kutipan tersebut sejalan dengan aktivitas pada gambar berikut ini
tentang pembentukan karakter demokratis di SMP Negeri 13 Makassar. Pada saat
pembelajaran berlangsung, guru memiliki banyak teknik penanaman karakter
demokratis di kelas. Salah satunya adalah kooperatif learning. Dalam model ini,
78
peserta didik digiring untuk belajar bersama, berkelompok, berdemokratis,
menghargai, menerima pendapat.
Gambar 4.14 Model Penanaman Nilai Aklak Demokratis melalui Rembuk, Diskusi, dan Musyawarah
Pentingnya sikap demokratis dimiliki oleh peserta didik, membuat peserta
didik SMP Negeri 13 Makassar turut serta dalam menumbuhkan sikap tersebut.
Selain itu, untuk mewujudkan misi sekolah di antaranya menanamkan akhlakul
karimah dan membuka cakrawala pandang sebagai bagian dari masyarakat dunia
serta menanamkan toleransi. Bahkan, pembelajaran di SMP Negeri 13 Makassar
jauh lebih efektif, tidak hanya penggunaan metode Timed Pair Share atau teknik
Time Token Arend namun juga menggunakan metode debate, atau bahkan
bermain peran. Penggunaan metode yang bervariatif dengan mengembangkan
materi yang dikemas menjadi menarik ternyata memang benar dapat
menumbuhkan sikap demokratis dengan baik.47
2. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13
Makassar
47
Observasi Proses Pembelajaran Peserta didik di kelas IX pada tanggal 13 Maret 2020.
79
Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan
interaksi antara partisipan di kelas (guru dengan peserta didik dan peserta didik
dengan peserta didik). Dalam proses pembelajaran, terdapat transfer ilmu
pengetahuan dari guru atau sumber lain kepada pererta didik yang dapat
mengubah karakter dan cara pandangnya.
Proses pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13
Makassar dilakukan dengan mengemban tujuan dan kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik. Tujuan dan kompetensi tersebut yakni peserta didik
memiliki sikap spiritual, pengetahuan, dan keterampilan. Pelaksanaan
pembelajaran mengacu pada alokasi waktu pembelajaran agama Islam, yakni
3x40 menit per minggu.
Guru memiliki kreativitas dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan mendesain dua setting pembelajaran yakni ruang kelas dan masjid
sekolah. Pembelajaran di kelas jika materi pembelajaran pengetahuan dan apabila
pembelajaran keterampilan rata-rata dilaksanakan di masjid sekolah karena lebih
berorientasi pada praktik, misalnya praktik salat, adzan, dan sebagainya.48
Berikut ini disajikan proses pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13
Makassar pada tiga tingkatan kelas (kelas VII, VIII, dan IX). Pembelajaran
diamati masing-masing 1 pekan dengan alokasi waktu dua kali pertemuan.
48
Observasi Proses Pembelajaran Peserta didik di kelas IX pada tanggal 13 Maret 2020.
80
Tabel 4.1 Pengamatan Proses Pembelajaran Agama Islam di Kelas VII
SMP Negeri 13 Makassar
NO Kegiatan Yang Diamati Pertemuan Pertemuan
I II
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
1. Kegiatan pendahuluan
Guru membuka pelajaran √ √ dengan mengucapkan
salam
Guru mengarahkan √ √ peserta didik membaca
artikel sebagai bentuk
LITERASI
Guru mengecek keadaan √ √ fisik dan psikis peserta
didik
Guru melakukan √ √ apersepsi/ motivasi
dengan menampilkan
video motivator
Mengecek kesiapan √ √ peserta didik mengikuti
pembelajaran di kelas
Memberi pertanyaan √ √ kepada peserta didik
untuk mengetahui
konsep-konsep prasyarat
yang sudah dikuasai oleh
peserta didik.
Menyampaikan KD, √ √ indikator, materi yang
diajarkan
2. Kegiatan inti
Guru mengorganisasikan √ √ peserta didik dalam
bentuk kelompok
heterogen
Guru menyajikan materi √ √ dengan media,
pendekatan, model, dan
metode yang inovatif dan
variatif.
Menuntun peserta didik √ √ mendefinisikan dan
81
mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan
dengan masalah
(menetapkan topik, tugas,
dll).
Membimbing peserta √ √ didik pada pembelajaran
4C (Creativity,
Collaboration, Critical
Thinking,
Communication) dan
HOTS (Hight Order
Thinking Skill)
Guru memantau setiap √ √ kelompok dalam
mengerjakan LKS secara
individu maupun
kelompok
Membimbing peserta √ √ didik menganalisis
(analyze) cara-cara
(means) yang dibutuhkan
untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
Guru menugaskan √ √ perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan
hasil kerjanya, dan
menyempurnakan
jawaban peserta didik
yang kurang tepat
Guru memberikan √ √ kesempatan pada setiap
kelompok untuk
menanggapi hasil
persentase kelompok lain
Guru mengecek √ √ pemahaman peserta didik
dengan memberi umpan
balik (refleksi)
82
3. Kegiatan penutup
Guru dan peserta didik √ √ membuat kesimpulan dari
materi yang telah
dipelajari
Guru memberikan √ √ penghargaan pada
kelompok yang memiliki
kinerja yang baik
Guru menyampaikan √ √ materi selanjutnya
Guru memberikan tugas √ √
rumah pada peserta didik Sumber: Pengamatan Aktivitas Guru Pendidikan Agama Islam Kelas VII
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut, tampak proses pembelajaran pendidikan
Agama Islam di kelas VII SMP Negeri 13 Makassar yang diperoleh melalui
pengamatan langsung terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan yang berisi indikator
pelaksanaan pembelajaran sebagaimana yang telah dirumuskan dalam kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup pada RPP guru.
Pada kegiatan pendahuluan, aktivitas guru dan peserta didik yakni guru
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Selanjutnya, guru mengarahkan
peserta didik membaca artikel sebagai bentuk LITERASI. Artikel yang dibaca
bertema keagamaan. Guru mengecek keadaan fisik dan psikis peserta didik. Guru
melakukan apersepsi/ motivasi dengan menampilkan video motivator. Guru
mengecek kesiapan peserta didik mengikuti pembelajaran di kelas. Guru juga
memberi pertanyaan kepada peserta didik untuk mengetahui konsep-konsep
prasyarat yang sudah dikuasai oleh peserta didik. Guru menyampaikan KD,
indikator, materi yang diajarkan. Keterampilan guru pada kegiatan pendahuluan
rata-rata dikategorikan baik.
83
Selanjutnya, pada kegiatan inti, aktivitas guru dan peserta didik yakni
pertama-tama guru mengorganisasikan peserta didik dalam bentuk kelompok
heterogen. Bentuk kelompoknya adalah kelompok kooperatif learning.
Selanjutnya, guru menyajikan materi dengan media, pendekatan, model, dan
metode yang inovatif dan variatif. Media yang sering digunakan dan paling
menarik dan menyenangkan adalah media audiovisual. Guru lalu menuntun
peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah (menetapkan topik, tugas, dll). Pada kegiatan ini
guru tak lepas dalam membimbing peserta didik pada pembelajaran 4C
(Creativity, Collaboration, Critical Thinking, Communication) dan HOTS (Hight
Order Thinking Skill). Guru juga selalu memantau setiap kelompok dalam
mengerjakan LKS secara individu maupun kelompok. Membimbing peserta didik
menganalisis (analyze) cara-cara (means) yang dibutuhkan untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya, dan menyempurnakan jawaban peserta didik
yang kurang tepat. Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk
menanggapi hasil persentase kelompok lain. Guru mengecek pemahaman peserta
didik dengan memberi umpan balik (refleksi). Keterampilan guru pada kegiatan
inti rata-rata baik.
Selanjutnya, pada kegiatan penutup, aktivitas guru dan peserta didik yakni
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki kinerja yang baik.
Guru menyampaikan materi selanjutnya. Guru memberikan tugas rumah pada
84
peserta didik. Keterampilan guru pada kegiatan penutup rata-rata dikategorikan
baik.
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13
Makassar secara umum berlangsung dengan lancar. Artinya, guru sudah
melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Adapun kendala yang dihadapi tidak terlalu signifikan, dan kendala yang dihadapi
tersebut dapat diatasi. Kutipan wawancara dari guru berikut ini.
(Muammar, guru Pendidikan Agama Islam kelas VII, 11 maret 2020)
“Kendala yang paling sering saya temukan saat mengajar adalah masalah kemampuan peserta didik yang bervariasi, sehingga kadang sulit menentukan model dan media pembelajaran yang cocok untuk banyak anak yang berbeda sehingga harus cermat memilih dan menentukan media dan model pembelajarannya.”
Kutipan wawancara tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar, khususnya di
kelas VII rata-rata berlangsung dengan lancar tanpa ada masalah yang berarti.
Semua masalah dapat diatasi dengan keterampilan guru memilih dan menentukan
media dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Tabel 4.2 Pengamatan Proses Pembelajaran Agama Islam di Kelas VIII
SMP Negeri 13 Makassar
NO Kegiatan Yang Diamati Pertemuan Pertemuan
I II
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
1. Kegiatan pendahuluan
Guru membuka pelajaran √ √ dengan mengucapkan
salam
Guru mengarahkan √
peserta didik membaca √
85
artikel sebagai bentuk
LITERASI
Guru mengecek keadaan √ √ fisik dan psikis peserta
didik
Guru melakukan √ √ apersepsi/ motivasi
dengan menampilkan
video motivator
Mengecek kesiapan √ √ peserta didik mengikuti
pembelajaran di kelas
Memberi pertanyaan √ √ kepada peserta didik
untuk mengetahui
konsep-konsep prasyarat
yang sudah dikuasai oleh
peserta didik.
Menyampaikan KD, √ √ indikator, materi yang
diajarkan
2. Kegiatan inti
Guru mengorganisasikan √ √ peserta didik dalam
bentuk kelompok
heterogen
Guru menyajikan materi √ √ dengan media,
pendekatan, model, dan
metode yang inovatif dan
variatif.
Menuntun peserta didik √ √ mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan
dengan masalah
(menetapkan topik, tugas,
dll).
Membimbing peserta √ √ didik pada pembelajaran
4C (Creativity,
Collaboration, Critical
Thinking,
Communication) dan
HOTS (Hight Order
Thinking Skill)
86
Guru memantau setiap √ √ kelompok dalam
mengerjakan LKS secara
individu maupun
kelompok
Membimbing peserta √ √ didik menganalisis
(analyze) cara-cara
(means) yang dibutuhkan
untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
Guru menugaskan √ √ perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan
hasil kerjanya, dan
menyempurnakan
jawaban peserta didik
yang kurang tepat
Guru memberikan √ √ kesempatan pada setiap
kelompok untuk
menanggapi hasil
persentase kelompok lain
Guru mengecek √ √ pemahaman peserta didik
dengan memberi umpan
balik (refleksi)
3. Kegiatan penutup
Guru dan peserta didik √ √ membuat kesimpulan dari
materi yang telah
dipelajari
Guru memberikan √ √ penghargaan pada
kelompok yang memiliki
kinerja yang baik
Guru menyampaikan √ √ materi selanjutnya
Guru memberikan tugas √ √
rumah pada peserta didik Sumber: Pengamatan Aktivitas Guru Pendidikan Agama Islam Kelas VIII
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut, tampak proses pembelajaran pendidikan
Agama Islam di kelas VII SMP Negeri 13 Makassar yang diperoleh melalui
87
pengamatan langsung terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan yang berisi indikator
pelaksanaan pembelajaran sebagaimana yang telah dirumuskan dalam kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup pada RPP guru.
Pada kegiatan pendahuluan, aktivitas guru dan peserta didik yakni guru
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Selanjutnya, guru mengarahkan
peserta didik membaca artikel sebagai bentuk LITERASI. Artikel yang dibaca
bertema keagamaan. Guru mengecek keadaan fisik dan psikis peserta didik. Guru
melakukan apersepsi/ motivasi dengan menampilkan video motivator. Guru
mengecek kesiapan peserta didik mengikuti pembelajaran di kelas. Guru juga
memberi pertanyaan kepada peserta didik untuk mengetahui konsep-konsep
prasyarat yang sudah dikuasai oleh peserta didik. Guru menyampaikan KD,
indikator, materi yang diajarkan. Keterampilan guru pada kegiatan pendahuluan
rata-rata dikategorikan baik.
Selanjutnya, pada kegiatan inti, aktivitas guru dan peserta didik yakni
pertama-tama guru mengorganisasikan peserta didik dalam bentuk kelompok
heterogen. Bentuk kelompoknya adalah kelompok kooperatif learning.
Selanjutnya, guru menyajikan materi dengan media, pendekatan, model, dan
metode yang inovatif dan variatif. Media yang sering digunakan dan paling
menarik dan menyenangkan adalah media audiovisual. Guru lalu menuntun
peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah (menetapkan topik, tugas, dll). Pada kegiatan ini
guru tak lepas dalam membimbing peserta didik pada pembelajaran 4C
88
(Creativity, Collaboration, Critical Thinking, Communication) dan HOTS (Hight
Order Thinking Skill). Guru juga selalu memantau setiap kelompok dalam
mengerjakan LKS secara individu maupun kelompok. Membimbing peserta didik
menganalisis (analyze) cara-cara (means) yang dibutuhkan untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya, dan menyempurnakan jawaban peserta didik
yang kurang tepat. Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk
menanggapi hasil persentase kelompok lain. Guru mengecek pemahaman peserta
didik dengan memberi umpan balik (refleksi). Keterampilan guru pada kegiatan
inti rata-rata baik.
Selanjutnya, pada kegiatan penutup, aktivitas guru dan peserta didik yakni
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki kinerja yang baik.
Guru menyampaikan materi selanjutnya. Guru memberikan tugas rumah pada
peserta didik. Keterampilan guru pada kegiatan penutup rata-rata dikategorikan
baik.
Mencermati uraian tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar di kelas VIII
berlangsung dengan lancar. Dalam konteks ini, pembelajaran dapat dilaksanakan
oleh guru sesuai dengan perencanaan yang telah disusun pada RPP. Masalah
kendala yang dihadapai tidak menjadi pemicu kegagalan peserta didik dalam
memahami materi pembalajaran. Kutipan wawancara guru berikut ini.
“Seperti yang kita lihat materi tadi bahwa kompetensi dasar yang diajarkan adalah KD 3.11. Memahami tata cara puasa wajib dan sunah. Pada
89
(Rosdiawati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 12 Maret 2020)
pembelajaran materi ini, rata-rata peserta didik mampu memahami dengan baik. Prosesnya pun di kelas yakni diskusi sudah berlangsung sesuai dengan harapan. Proses tanya jawab saling beradu argumen sangat terjalin sehingga sikap kritis dan komunikatif dari peserta didik sangat tampak. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran yang saya gunakan adalah model JIGSAW. Jadi, model ini mampu mengaktifkan peserta didik dalam belajar”.
Kutipan wawancara tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar, khususnya di
kelas VIII rata-rata berlangsung dengan lancar tanpa ada masalah yang berarti.
Semua masalah dapat diatasi dengan keterampilan guru memilih dan menentukan
model pembelajaran JIGSAW yang dapat menstimulus peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam belajar.
Tabel 4.2 Pengamatan Proses Pembelajaran Agama Islam di Kelas IX
SMP Negeri 13 Makassar
NO Kegiatan Yang Diamati Pertemuan Pertemuan
I II
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
1. Kegiatan Pendahuluan
Guru membuka pelajaran √ √ dengan mengucapkan
salam
Guru mengarahkan √ peserta didik membaca √
artikel sebagai bentuk
LITERASI
Guru mengecek keadaan √ √ fisik dan psikis peserta
didik
Guru melakukan √ √ apersepsi/ motivasi
dengan menampilkan
video motivator
Mengecek kesiapan √ √ peserta didik mengikuti
pembelajaran di kelas
90
Memberi pertanyaan √ √ kepada peserta didik
untuk mengetahui
konsep-konsep prasyarat
yang sudah dikuasai oleh
peserta didik.
Menyampaikan KD, √ √ indikator, materi yang
diajarkan 2. Kegiatan inti
Guru mengorganisasikan √ √ peserta didik dalam
bentuk kelompok
heterogen
Guru menyajikan materi √ √ dengan media,
pendekatan, model, dan
metode yang inovatif dan
variatif.
Menuntun peserta didik √ √ mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan
dengan masalah
(menetapkan topik, tugas,
dll).
Membimbing peserta √ √ didik pada pembelajaran
4C (Creativity,
Collaboration, Critical
Thinking,
Communication) dan
HOTS (Hight Order
Thinking Skill)
Guru memantau setiap √ √ kelompok dalam
mengerjakan LKS secara
individu maupun
kelompok
Membimbing peserta √ √ didik menganalisis
(analyze) cara-cara
(means) yang dibutuhkan
untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
Guru menugaskan √ √
91
perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan
hasil kerjanya, dan
menyempurnakan
jawaban peserta didik
yang kurang tepat
Guru memberikan √ √ kesempatan pada setiap
kelompok untuk
menanggapi hasil
persentase kelompok lain
Guru mengecek √ √ pemahaman peserta didik
dengan memberi umpan
balik (refleksi)
3. Kegiatan penutup
Guru dan peserta didik √ √ membuat kesimpulan dari
materi yang telah
dipelajari
Guru memberikan √ √ penghargaan pada
kelompok yang memiliki
kinerja yang baik
Guru menyampaikan √ √ materi selanjutnya
Guru memberikan tugas √ √
rumah pada peserta didik
Sumber: Pengamatan Aktivitas Guru Pendidikan Agama Islam Kelas IX
Kegiatan pembelajaran sebagaimana tampak pada tabel 4.3 tersebut terdiri
atas dua kali pertemuan yang diamati. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan lembar pengamatan yang berisi indikator pelaksanaan pembelajaran
sebagaimana yang telah dirumuskan dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
dan penutup pada RPP guru.
Pada kegiatan pendahuluan, aktivitas guru dan peserta didik yakni guru
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Selanjutnya, guru mengarahkan
peserta didik membaca artikel sebagai bentuk LITERASI. Artikel yang dibaca
92
bertema religius. Setelah kegiatan literasi, guru mengecek keadaan fisik dan psikis
peserta didik. Guru melakukan apersepsi/motivasi dengan menampilkan video
motivator. Guru mengecek kesiapan peserta didik mengikuti pembelajaran di
kelas. Guru juga memberi pertanyaan kepada peserta didik untuk mengetahui
konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh peserta didik. Guru
menyampaikan KD, indikator, materi yang diajarkan. Keterampilan guru pada
kegiatan pendahuluan rata-rata dikategorikan baik.
Selanjutnya, pada kegiatan inti, aktivitas guru dan peserta didik yakni
pertama-tama guru mengorganisasikan peserta didik dalam bentuk kelompok
heterogen. Bentuk kelompoknya adalah kelompok kooperatif learning.
Selanjutnya, guru menyajikan materi dengan media, pendekatan, model, dan
metode yang inovatif dan variatif. Media yang sering digunakan dan paling
menarik dan menyenangkan adalah media audiovisual. Guru lalu menuntun
peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah (menetapkan topik, tugas, dll). Pada kegiatan ini
guru tak lepas dalam membimbing peserta didik pada pembelajaran 4C
(Creativity, Collaboration, Critical Thinking, Communication) dan HOTS (Hight
Order Thinking Skill). Guru juga selalu memantau setiap kelompok dalam
mengerjakan LKS secara individu maupun kelompok. Membimbing peserta didik
menganalisis (analyze) cara-cara (means) yang dibutuhkan untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya, dan menyempurnakan jawaban peserta didik
yang kurang tepat. Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk
93
menanggapi hasil persentase kelompok lain. Guru mengecek pemahaman peserta
didik dengan memberi umpan balik (refleksi). Keterampilan guru pada kegiatan
inti rata-rata baik.
Selanjutnya, pada kegiatan penutup, aktivitas guru dan peserta didik yakni
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki kinerja yang baik.
Guru menyampaikan materi selanjutnya. Guru memberikan tugas rumah pada
peserta didik. Keterampilan guru pada kegiatan penutup rata-rata dikategorikan
baik.
Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar di kelas IX berlangsung
dengan lancar sebagaimana tampak pada kutipan wawancara berikut ini.
(Muslihati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 11 Maret 2020)
“Jika ditanya masalah hambatan-hambatan, ya paling itu itu terus dari tahun ke tahun, yakni sarana pembelajaran yang tersedia di kelas seperti LCD. Karena kadang kita sebagai guru ingin menampilkan materi melalui power point dan LCD tapi tdak ada, ya terpaksa kita mengajar secara konvensional lagi. Tapi semua ada solusi, LCD bukan menjadi penyebab ketidakberhasilan pembelajaran yang penting kita sebagai guru harus
berkreasi dan terus berinovasi”.
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar, khususnya di
kelas IX kadang terkendala oleh sarana di kelas seperti LCD. Namun, masalah
tersebut dapat diatasi dengan keterampilan, kreativitas dan inovasi guru.
94
3. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar
Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter adalah cara dan proses yang
dilakukan dengan berbagai tahap dan upaya yang dilakukan guru untuk mengubah
cara pandang spiritual dan sosial peserta didik. Dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar, ada beberapa cara yang dilakukan guru
dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter, di antaranya adalah melalui
pembiasaan, keteladanan, dan sebagainya.
Pelaksanaan pendidikan karakter tentunya tidak terlepas dari perencanaan
yang telah dilakukan sebelumnya. Jadi, pelaksanaan pembelajaran merupakan
implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pendidikan haruslah masuk atau ada dalam
setiap kegiatan tersebut Praktik penanaman pendidikan karakter harus dilakukan
menggunakan metode yang tepat.
Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar dilaksanakan dalam kaitan
pengembangan budaya sekolah dan pengembangan diri. Penanmaan dilakukan
melalui kegiatan dan tindakan berikut ini. a. Kegiatan Rutin dan Pembiasaan
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilaksanakan peserta didik secara
terus-menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan rutin yang dilakukan untuk
membentuk karakter peserta didik di SMP Negeri 13 Makassar, seperti salat
berjamaah setiap hari di masjid sekolah dengan tujuan menanamkan karakter
95
religius. Selain itu, tampak pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS),
membaca buku atau artikel 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Di sekolah
juga dilaksanakan gerakan salim kepada guru saat tiba di sekolah.
Gambar 4.15 Salat Berjamaah sebagai Kegiatan Rutin setiap Hari untuk Membentuk Karakter Religius
Gambar 4.16 Membaca Buku 15 Menit Sebelum Pembelajaran untuk
Membentuk Karakter Gemar Membaca (Peserta Didik yang Literat)
96
4.17 Kegiatan Rutin Setiap Pagi Saat Peserta Didik Tiba di Sekolah
Gambar 4.15 sampai dengan 4.17 tersebut menggambarkan bentuk
penanaman karakter bagi peserta didik melalui kegiatan rutin dan pembiasaan.
Kegiatan rutin dan pembiasaan yang dilakukan seperti salat dhuhur berjamaah,
membaca sebagai wujud literasi yang dilakukan setiap pagi, bersalama dengan
guru setiap hari saat tiba disekolah. Beberapa kegiatan tersebut dilakukan agar
peserta didik memiliki kebiasaan yang berlanjut seiring dengan perkembangan
usianya dan dapata diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.49
b. Kegiatan Spontan
Penanaman karakter yang bersifat spontanitas juga sering dilakukan di
SMP Negeri 13 Makassar. Kegiatan ini dilakukan dengan bersifat spontan saat itu
juga, pada waktu terjadi keadaan tertentu, misalnya mengumpulkan sumbangan
bagi korban bencana alam atau ada keluarga peserta didik yang meninggal.seperti
Kutipan wawancara guru berikut ini.
(Muslihati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 13 Maret 2020)
“Masalah kegiatan spontanitas yang tujuannya menanamkan karakter, ya
sering dilakukan di sini. Peserta didik berpartisipasi mengumpulkan dana
untuk keperluan mendesak atau sifatnya sumbangan bencana dan lainnya.
Pengumpulan dana dilakukan dan dikoordinir oleh pengurus OSIS ataukah 49
Observasi Kegiatan Peserta didik SMPN 13 Makassar pada tanggal 13 Maret 2020
97
biasa ketua kelas yang mengumpulkan, lalu disetor untuk digabungkan dari kelas lainnya. Adapun jumlah sumbangannya sesuai dengan keikhlasan peserta didik, tidak diberi patokan. Bahkan ada yang tidak kalau memang tidak membawa uang cukup saat itu juga.”
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa kegiatan spontanitas merupakan
salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menanamkan karakter di SMP Negeri 13
Makassar. Dalam pembelajaran Agama Islam, peserta didik diberikan pemahaman
tentang sumbangan infak dan sadaqah. Jadi, saat ada masalah bencana yang
dialami oleh salah seorang keluarga SMP Negeri 13 Makassar, maka peserta didik
sudah terbiasa dengan kegiatan tersebut.
c. Keteladanan
Timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru perilaku dan
sikap guru dan tenaga kependidikan di sekolah, bahkan seluruh warga sekolah
yang dewasa lainnya sebagai model.
Guru pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar sering
memberikan keteladanan sebagaimana tergambar pada kutipan berikut ini.
(Muammar, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 11 Maret 2020)
“Saya sebagai guru ya tentu selalu memberi contoh kepada anak didik.
Tidak cukup hanya dengan menyuruh dan menyuruh atau memerintah anak
didik untuk melakukan sesuatu. Karakter anak didik sekarang harus dibujuk
dan dimanja. Jika kita menginginkan peserta didik rajin melaksanakan salat
berjamaah di masjid, maka kita sebagai guru juga harus berjamaah di
masjid, jangan hanya memerintahkan dan menyuruh semua ke masjid,
sementara gurunya tidak berjamaah”.
Mencermati uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan
karakter haruslah dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan
98
berkelanjutan. Jadi, penanaman pendidikan karakter tidak bisa hanya dilakukan
dalam satu kali pertemuan pembelajaran. Penanaman pendidikan karakter juga
jangan hanya dilakukan di ruang kelas, namun dalam setiap kegiatan dan di
lingkungan sekolah guru harus dapat memberikan contoh atau dapat mengarahkan
peserta didik untuk bertindak yang sesuai dengan karakter yang baik. Jadi upaya
untuk mengimplementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan pendekatan
holistis, yaitu mengintegrasikan perkembangan karakter ke dalam setiap aspek
kehidupan sekolah.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan Nasional
Indonesia dan tanggapan terhadap tuntutan perubahan zaman. Oleh karena itu,
pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak, sehingga agama
itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali
dalam hidup di kemudian hari.
Pendidikan agama yang diajarkan dan diberikan oleh guru harus
dilaksanakan oleh anak di lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat
99
supaya benar-benar tercermin dalam sikap, tingkah laku, cara menghadapi
persoalan dalam keseluruhan pribadinya.
Pendidikan karakter sangat diperlukan dalam pembentukan karakter
peserta didik, karena tujuannya pendidikan karakter salah satunya adalah
mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang
dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan
karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku anak yang negatif
menjadi positif. Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengkoreksian perilaku
dipahami sebagai proses yang pedagogis, bukan suatu pemaksaan atau
pengkondisian yang tidak mendidik. Proses pedagogis dalam pengkoreksian
perilaku negatif diarahkan pada pola pikir anak, kemudian dibarengi dengan
keteladanan lingkungan sekolah dan rumah, dan proses pembiasaan berdasarkan
tingkat dan jenjang sekolahnya.
Pendidikan karakter dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMP
Negeri 13 Makassar merupakan sebuah bentuk pembelajaran substantif.
Pembelajaran substantif adalah pembelajaran yang substansi materinya terkait
langsung dengan suatu nilai, seperti pada mata Pelajaran Agama dan PKN. Proses
pembelajaran substantif dilakukan dengan mengkaji suatu nilai yang dibahas,
mengkaitkannya dengan kemaslahatan (untuk kebaikan) kehidupan anak dan
kehidupan manusia, baik di dunia (saat ini) maupun di akhirat (setelah
meninggal). Dengan ini, pendidikan agama di SMP Negeri 13 Makassar, misalnya
pendidikan agama Islam, tidak saja menjadikan anak terampil dalam bacaan dan
100
gerakan shalat, tetapi juga anak memiliki kebiasaan, kemauan yang kuat dan
merasakan manfaat shalat bagi dirinya dan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Proses pembelajaran selalu dikaitkan dengan nilai yang ingin diperkuat
pada anak didik. Misalnya nilai yang terkandung dalam shalat adalah
penghambaan, keteraturan/ketertiban, kerendahan hati, keikhlasan, kebersamaan,
Amar Ma’ruf Nahi Munkar (menyuruh pada kebaikan dan mencegah kepada
kejelekan), dan sebagainya. Nilai mana yang akan dirujuk dalam pembelajaran
terlebih dahulu didesain oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran yang
mengarah pada visi sekolah.
Dalam model pelaksanaan nonpembelajaran, proses pembentukan karakter
peserta didik yang diajarkan oleh guru dilakukan dengan berbagai metode, dan
metode yang digunakan, seperti pembiasaan. Proses pembiasaan yang diberikan
supaya pembentukan karakter melalui mata pelajaran pendidikan agama Islam
adalah pembiasaan membaca surat-surat pendek, pembiasaan mendirikan sholat,
dan pembiasaan untuk selalu memuji Allah. Sedangkan pembiasaan terbentuknya
karakter positif yang terkandung dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
ialah dilakukan dengan berbagai kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi
internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
Lebih rincinya kegiatannya dilaksanakan dalam proses pelaksanaan
pendidikan karakter dalam pendidikan agama Islam. Pembiasaan membaca surat-
surat pendek dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar itu dimulai, dan
kegiatan ini dilaksanakan kurang lebih 10 menit. Pembiasaan ini dilakukan
101
dengan meminta salah satu peserta didik untuk memimpin membaca bersama-
sama dengan bergantian setiap harinya.
Pembiasaan mendirikan sholat dilaksanakan setiap hari dengan cara
mengajak
peserta didik untuk melaksanakan sholat duha dan sholat dzuhur berjamaah, untuk
sholat duha dilaksanakan pada jam istirahat pertama sedangkan untuk sholat
dzuhur dilaksanakan pada jam istirahat kedua dan kegiatan itu juga dilaksanakan
bersama-sama guru agama dan semua dewan guru.
Pembiasaan memuji Allah melalui asmaul husna dilaksanakan setiap hari
setelah membaca surat-surat pendek, dan cara membacanya juga bukan sekedar
membaca, melainkan juga menggunakan irama lagu yang bagus sehingga
membantu peserta didik dalam menghafal asmaul husna tersebut.
Melalui keteladanan dalam pembentukan karakter. Keteladanan yang
diberikan oleh guru terkait pembentukan karakter dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam ialah guru turut serta dalam setiap kegiatan yang ada di sekolah
seperti sholat berjamaah, pembacaan asmaul husna dan guru juga memberikan
contoh cara
membaca dan menghafal surat-surat pendek sebelum memulai pembelajaran.
Contoh lain keteladanan yang ditunjukkan oleh guru dalam pembentukan karakter
peserta didik di antaranya, selalu mengucapkan salam kepada sesama guru,
dengan peserta didik, mengucap salam ketika masuk ruang guru, ruang kelas,
perpustakaan maupun ruang kepala sekolah. Nilai-nilai karakter yang diharapkan
102
dapat dikembangkan melalui keteladanan di antaranya disiplin, sopan santun,
bertanggung jawab, dan berani.
Penanaman karakter melalui model pelaksanaan dalam pembelajaran.
Pendidikan karakter dalam proses pembelajaran secara tidak langsung diberikan
ketika proses pembelajaran, seperti metode pembelajaran yang digunakan oleh
guru, serta pembawaan atau keteladanan guru. Keteladanan guru sangat penting
karena guru merupakan contoh yang selalu dilihat dan berhadapan dengan peserta
didik. Proses pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran sangatlah
banyak. Contohnya ketika proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan
kepribadian peserta didik yang beragam, ada yang pendiam dan ada yang aktif.
Jika diberi soal, seringkali peserta didik yang terbilang bisa aktif ingin terus
menjawab dan tidak memberi kesempatan kepada teman yang lain. Maka guru
memberi nasihat bahwa yang belajar ada teman-teman yang lain yang juga berhak
mendapat kesempatan.
Melalui kegiatan tersebut guru secara tidak langsung memberikan
pemahaman dan nilai-nilai karakter baik seperti menghargai sesama teman, dan
peduli terhadap teman lainnya. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter di
SMP Negeri 13 Makassar diserahkan kepada masing-masing guru kelas yang
mengajar. Jadi pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran pendidikan
agama Islam mengacu pada perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang telah
dibuat oleh guru yang di dalamnya meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan
penutup, kemudian di dalam kegiatan inti terdapat kegiatan eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi.
103
Dalam proses pembentukan karakter, proses pembiasaan dan keteladanan
tidak boleh dipisahkan karena proses yang satu akan memperkuat proses yang
lain. Apabila pembentukan karakter hanya menggunakan proses pembiasaan tanpa
proses keteladanan, maka akan bersifat verbalistik dan teoritik. Di sisi lain, apabila
proses pembiasaan tanpa proses keteladanan hanya akan menjadikan manusia
berbuat tanpa memahami makna. Proses pembentukan karakter dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar yang
diberikan oleh guru melalui pembiasaan dan keteladanan dengan harapan agar
pendidikan karakter yang diberikan dapat berjalan sesuai sasaran.
Pembiasaan pendidikan karakter dalam pendidikan agama Islam yang
sering dilaksanakan adalah pembiasaan membaca surat-surat pendek, membaca
asmaul husna, dan mendirikan sholat. Dengan cara membiasakan peserta didik
untuk melakukan kegiatan membaca surat-surat pendek, membaca asmaul husna,
dan mendirikan sholat , diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai religius
kepada peserta didik melalui kegiatan tersebut.
Keteladanan merupakan metode kedua yang digunakan dalam
pembentukan karakter peserta didik untuk senantiasa melakukan kegiatan sholat
berjamaah, mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru maupun dengan
sesama teman, berdoa, membaca asmaul husna dan surat-surat pendek,
menyayangi teman dan sebagainya. Apabila pendidik melaksanakan sesuatu yang
diajarkan atau disampaikan dengan memberi keteladanan secara rutin lebih dapat
menggugah peserta didik untuk meniru apa yang dicontohkan oleh gurunya.
104
Dalam prinsip pengembangan RPP berbasis pendidikan karakter, setiap
guru diberi kebebasan dan keleluasaan dalam mengembangkan RPP sesuai dengan
kebutuhan masing-masing. Prinsip ini sudah dilaksanakan oleh guru pendidikan
agama Islam (PAI) dalam mengembangkan RPP tersebut, baik dari segi
komponen RPP sesuai dengan standar proses pendidikan.
Dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 13 Makassar, ada beberapa hal
yang perlu dilakukan oleh guru untuk mendorong dipraktikannya nilai-nilai
karakter yang akan diberikan kepada peserta didik. (1) Guru harus merupakan
sebuah model dalam karakter dari awal hingga akhir pembelajaran, guru harus
menjaga tutur kata, sikap, dan lain-lain, karena guru merupakan cerminan dari
nilai-nilai karakter yang hendak ditanamkannya kepada peserta didik. (2) Guru
harus menjaga hubungan baik antar peserta didik, supaya hal saling mengejek
antar peserta didik dapat diminimalisir. Sehingga peserta didik memiliki kebiasaan
dalam menumbuhkan sikap tanggung jawab, saling menghormati, empati, percaya
diri dll.
105
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, pada bagian ini disimpulkan
hasil penelitian sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan di SMP Negeri 13 Makassar
mengacu pada Permendikbud Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter pada Satuan Pendidikan, pasal (2) ayat (1) dinyatakan bahwa
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dilaksanakan dengan menerapkan nilai-
nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama nilai-nilai religius, jujur,
toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung
jawab.
2. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar.
Masih dalam tahap konsealing dan upaya stanar kurikulum terhadap pelajaran
berbasis computer dan sumber daya lingkungan. Proses pembelajaran agama
Islam di SMP Negeri 13 Makassar kadang terkendala oleh sarana
pembelajaran dan karakteristik peserta didik. Namun, hal tersebut dapat diatasi
dengan kreativitas guru dalam mengolah pembelajaran. Selanjutnya, Proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar
dilaksanakan dengan berdasar pada program dan perencanaan yang telah
disusun oleh setiap guru pendidikan Agama Islam.
106
Pembelajaran disusun dengan alokasi waktu 3x40 menit per pekan.
Pembelajaran dilaksanakan mengikuti langkah dan sintak pembelajaran, yakni
dimulai dari pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada tahap tersebut,
guru mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter pada setiap instruksi
dan kegiatan pembelajaran.
3. Penenaman nilai- nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Agama Islam
di SMP Negeri 13 Makassar dilakukan oleh guru dengan menggunakan
beberapa metode dan teknik. Metode yang dipakai adalah pembiasaan yang
diterapkan guru kepada muridnya. Contohnya seperti menarapkan protokol
kesehatan mencuci tangan dan membuang sampah pada tempatnya, juga di sana
juga sudah mendapatkan juara ataupun piagam kebersihan dari kota Makassar
sebagai sekolah yang memiliki wawasan dan lingkungan yang bersih, teratur
dan baik dalam segi epistemologi ( cabang yang mempeljarai filsafat berkaitan
pengetahuan).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, diajukan saran sebagai berikut:
1. Sekolah hendaknya lebih meningkatkan dan menguatkan penanaman nilai
karakter di sekolah dengan menyusun program yang lebih inovatif yang dapat
menstimulus peserta didik lebih memiliki karakter unggul berbasis religius.
2. Guru hendaknya merancang pembelajaran pada setiap pertemuan dengan
mengintegrasikan nilai karakter dalam setiap interaksi kelas antara peserta
didik dengan peserta didik lainnya maupun kepada guru.
107
3. Bagi pemerintah, hendaknya memberikan dukungan yang real kepada pihak
SMP Negeri 13 Makassar sebagai sekolah penyelenggara penguatan
pendidikan karakter agar sekolah dapat menicptakan generasi yang lebih
memiliki karakter unggul yang dapat berimplikasi positif dalam kehidupan
masyarakat.
108
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Karakter. Bandung: Refika Aditama.
Achmadi. 2007. Meluruskan Islam Fobia Mengembalikan Fitrah Islam dengan
Pendidikan, (Jurnal Edukasi.
Wibowo, Agus 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Bangsa
Berperadaban. Yogyakarta.
Alwi, Hasan, dkk. (Eds.). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. Jakarta: Balai Pustaka.
Darajat, Zakiyah. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahannya, Surabaya :
Mahkota, 1989.
Elfindri, dkk. 2012. Pendidikan Karakter: Kerangkan, Metode, dan Aplikasi untuk
Pendidikan dan Profesional. Jakarta: Badouse Media.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Hamalik, Oemar. 2014. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Jalaluddin & Abdullah Idi. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Gramedia
Pratama.
Junaedie, Moha. 1992. Apresiasi Sastra Indonesia. Ujung Pandang: Putra Maspul.
Kemendiknas. 2010. Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktur Jenderal Mandikdasmen.
Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,
Pedoman Sekolah. Jakarta: Balitbang.
Klare, George R. 1984. Handbook of Reading Research: Readability. London: Longman.
109
Majid, Abdul dan Dian andayani. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Marlis, Alen. 2010. “Manfaat Pendidikan Karakter bagi Guru untuk Membangun
Peradaban Bangsa.” Dikutip dari http://alenmarlissmpn1gresik.wordpress.
com/2012/10/03/manfaatkarakteristikpendidikan-bagi-guru-untuk membangun
peradabanbangsa/ diakses hari Minggu tanggal 10 April pukul 20.02 WIB.
Marsigit. 2011. Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Matematika: Yogyakarta: UNY Press.
Meisuri, Silvi. 2012. “Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Malaikat-Malaikat
Penolong Karya Abdulkarim Khiaratullah”. Skripsi. Padang: Universitas
Negeri Padang.
Muhaimin, dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media.
Mulyasa, Enco. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Musfitasari, Yulita. 2012. “Implementasi Pendidikan Karakter pada Sekolah
Berasrama (Boarding School) di Madrasah Aliyah Negeri 1 Surakarta.”
Laporan Hasil Penelitian. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Poespoprojo. 1999. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Grafika.
Rois, Mahfud. 2011. AL-ISLAM Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga.
Sahabuddin. 1997. ”Filsafat Pendidikan”. Diktat. Ujung Pandang: PPs IKIP UP.
Saputra. 2014. Aplikasi Metode Contextual Teaching Learning (CTL) dalam
Pembelajaran PAI, (Jurnal At-Ta’dib Volume VI, No. 1, April-
September 2014).
Saryono, Djoko. 2009. Dasar Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Elmatera Publishing.
Shirley. 2010. Karakter Pendidikan Islam VS Pendidikan Barat: Jakarta: Tim
Kajian Dakwah Alhikmah.
110
Sulistyarini, Dwi. 2012. “Nilai Moral dalam Cerita Rakyat sebagai Sarana Pendidikan
Budi Pekerti”. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sumardjo, Jacob. 1994. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak sebaga i Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Wahid, Sugirah. 2004. Kapita Selekta Kritik Sastra. Makassar: BSID FBS, UNM.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Zuhlan, Najib. 2011. Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya: JePe Press Media
Utama.
111
LAMPIRAN 1
FORMAT WAWANCARA
112
JUDUL:
PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 13 MAKASSAR
Nama Responden/Guru
:
Jenis Kelamin
:
Mata Pelajaran
:
Lama Mengajar
:
Mengajar di Kelas
Pertanyaan:
1. Apakah di SMP Negeri 13 Makassar memiliki format dan panduan
penanaman nilai karakter?
Respons guru:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
2. Kegiatan apa sajakah yang sering dilakukan sekolah pada setiap hari
untuk menanamkan nilai karakter?
Respons guru:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
3. Apakah kegiatan penanaman nilai karakter yang dilakukan sekolah pada
setiap hari mendapat dukungan dari semua pihak?
Respons guru:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
113
Pertanyaan:
4. Apakah di SMP Negeri 13 Makassar memiliki format dan panduan
penanaman nilai karakter?
Respons guru:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
5. Kegiatan apa sajakah yang sering dilakukan sekolah pada setiap hari
untuk menanamkan nilai karakter?
Respons guru:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
6. Apakah kegiatan penanaman nilai karakter yang dilakukan sekolah pada
setiap hari mendapat dukungan dari semua pihak?
Respons guru:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
7. Apakah Bapak/Ibu memperhatikan secara khusus penanaman nilai karakter
dalam setiap mengajar?
Respons guru:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
8. Nilai karakter apa sajakah yang Bapak/Ibu tanamkan kepada peserta didik
pada setiap mengajar di kelas?
Respons guru:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
114
Pertanyaan:
9. Apakah di SMP Negeri 13 Makassar memiliki format dan panduan
penanaman nilai karakter?
Respons guru:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
10. Kegiatan apa sajakah yang sering dilakukan sekolah pada setiap hari
untuk menanamkan nilai karakter?
Respons guru:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
11. Apakah kegiatan penanaman nilai karakter yang dilakukan sekolah pada
setiap hari mendapat dukungan dari semua pihak?
Respons guru:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
12. Apakah Bapak/Ibu memiliki program penilaian dalam pembelajaran
Agama Islam!
Respons guru:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
115
LAMPIRAN 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS VII
KELAS VIII
KELAS IX
116
LAMPIRAN 3
LEMBAR
PENGAMATAN DAN
OBSERVASI PROSES
PEMBELAJARAN
AGAMA ISLAM
117
OBSERVASI DAN PENGAMATAN PROSES PEMBELAJARAN
AGAMA ISLAM
Nama Guru :
Kelas :
Semester :
Tahun :
N
O
Kegiatan Yang Diamati
Bai
Pertemuan I
Cuku Kuran
Bai
Pertemuan
II Cuku Kuran
k
p
g
k
p
g 1. Kegiatan pendahuluan
Guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan
salam Guru mengarahkan
peserta didik membaca
artikel sebagai bentuk LITERASI Guru mengecek keadaan
fisik dan psikis peserta
didik Gurumelakukan
apersepsi/motivasi
dengan menampilkan
video motivator
Mengecek kesiapan
peserta didik mengikuti
pembelajaran di kelas Memberi pertanyaan
kepada peserta didik untuk mengetahui
konsep-konsep prasyarat
yang sudah dikuasai oleh
peserta didik.
Menyampaikan KD,
indikator, materi yang
118
diajarkan 2. Kegiatan inti
Guru mengorganisasikan
peserta didik dalam bentuk kelompok
heterogen
Guru menyajikan materi dengan media,
pendekatan, model, dan
metode yang inovatif dan
variatif.
Menuntun peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas
belajaryang
berhubungan dengan
masalah (menetapkan
topik, tugas, dll).
Membimbing peserta
didik pada pembelajaran 4C (Creativity,
Collaboration, Critical
Thinking,
Communication) dan
HOTS (Hight Order
Thinking Skill)
Guru memantau setiap kelompok dalam
mengerjakan LKS secara
individu maupun
kelompok
Membimbingpeserta didikmenganalisis
(analyze) cara-cara
(means) yang dibutuhkan
untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Guru menugaskan
perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan
hasil kerjanya, dan
menyempurnakan
119
jawaban peserta didik
yang kurang tepat
Guru memberikan
kesempatan pada setiap
kelompok untuk
menanggapi hasil
persentase kelompok lain
Guru mengecek pemahaman peserta didik
dengan memberi umpan
balik (refleksi) 3. Kegiatan penutup
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan
dari materi yang telah
dipelajari
Gurumemberikan penghargaan pada
kelompok yang memiliki
kinerja yang baik
Guru menyampaikan
materi selanjutnya
120
LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI PENELITIAN
KEGIATAN PENANANAMAN
NILAI KARAKTER
121
Aktivitas Peserta Didik Sebelum Memulai Pembelajaran Agama Islam
Aktivitas Peserta Didik dalam Melaksanakan Salat Wajib
122
Diskusi Kelompok sebagai Wujud Penanaman Karakter Tanggung Jawab
Kegiatan Sosial Tukar Beras
dari Hasil Pengumpulan Sampah
123
Kegiatan Kebersihan Lingkungan Sekitar Sekolah
Kegiatan Kebersihan Lingkungan dalam Sekolah
124
Kegiatan Membaca sebagai Wujud Literasi
Kegiatan Membaca sebagai Wujud Literasi
125
Kegiatan Literasi Baca di Perpustakaan
Aktivitas Peserta Didik di Luar Kelas untuk Merumuskan Masalah
Pembelajaran dalam Kaitannya dengan Lingkungan Sekitar
126
Aktivitas Pesserta Didik Mengerjakan Tugas Secara Individu
127
Aktivitas Peserta Didik Setiap Hari dengan Antre
dan Mengatur Barisan untuk Bersalaman dengan Guru
\Peserta Didik Tampil Menyampaikan Pendapat
di Depan Peserta Didik Lainnya
128
Model Penanaman Nilai Aklak Demokratis melalui Rembuk, Diskusi,
dan Musyawarah
128
Model Penanaman Nilai Aklak Demokratis melalui Rembuk, Diskusi,
dan Musyawarah