PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIALTERHADAP ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIALASUHAN ANAK (PSAA) PUTRA UTAMA 03 TEBET
JAKARTA SELATAN
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
PIPIT FEBRIANTI1110054100013
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 September 2014
PIPIT FEBRIANTI
1110054100013
i
ABSTRAK
Pipit Febrianti
1110054100013
Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar di Panti Sosial AsuhanAnak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan
Fenomena merebaknya anak terlantar di Indonesia merupakan persoalansosial yang kompleks. Hidup menjadi anak terlantar memang bukan merupakanpilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidakmemungkinkan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Melihat permasalahantersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan ini. Pemerintah danmasyarakat telah melakukan upaya untuk mengentaskan permasalahan anakterlantar melalui Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 TebetPenelitian ini diperlukan untuk mengetahui “Bagaimana tahapan pelayanankesejahteraan sosial di PSAA PU 03 Tebet?” dan “Bagaimana bentuk-bentukpelayanan kesejahteraan sosial di PSAA PU 03 Tebet?” untuk menjawabperumusan masalah tersebut peneliti menggunakan teori tahapan pelayanankesejahteraan sosial yang dikemukakan oleh Pramuwito, prinsip-prinsip pekerjasosial, metode pekerja sosial dan teori sistem.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yangkemudian dituangkan dalam metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukandengan observasi, wawancara dan studi dokumentasi dengan memilih informanyang dipilih secara sengaja, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambilkarena ada pertimbangan tertentu (purposive sampling). Informan dalampenelitian ini berjumlah 6 orang.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa tahapan pelayanankesejahteraan sosial diantaranya dengan menggunakan Generalist InterventionModel (GIM) adalah sebagai berikut: tahapan pendekatan awal (engagement),assesment, tahapan planning, tahapan intervention (yang didalamnya terdapatpelayanan bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, bimbingan fisik, bimbinganmental, bimbingan pendidikan), tahapan evaluasi, tahapan pengakhiran pelayananatau terminasi dan follow-up (tindak lanjut) meliputi tahapan resosialisasi, tahapanpenyaluran, dan tahapan bimbingan lanjut. Lalu dapat diketahui juga bentuk-bentuk dari pelayanan kesejahteraan sosial yaitu, pelayanan pengasramaan,pelayanan kebutuhan pangan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan,pelayanan konseling, pelayanan keagamaan, pelayanan keterampilan, pelayanantransportasi, pelayanan rekreasi atau hiburan, dan pelayanan tabungan.
Kata kunci: Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Anak Terlantar
ii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat ilahi Robbi yang telah
memberikan nikmat yang tiada terhingga, terutama nikmat sehat wal afiat
sehingga peneliti dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad SAW, penghulu para nabi, suri tauladan bagi umatnya yang
membawa ajaran islam sebagai rahmatan lil alamin.
Peneliti menyadari sepenuh hati bahwa penulisan skripsi masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari segala materi, maupun
pembahasan, dan tata bahasa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan
peneliti yang masih perlu mengisi diri dengan ilmu pengetahuan. Untuk itu,
kritikan dan saran yang bertujuan membangun sungguh merupakan masukan bagi
peneliti demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya
peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi serta Bapak Dr. Suparto, M.Ed Ps.D, MA selaku Pudek I,
Bapak Dr. Jumroni, M.Si, MA selaku Pudek II, dan Bapak Dr.H.Sunandar,
MA selaku Pudek III Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial dan Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial dan juga selaku Dosen Pembimbing Akademik
angkatan 2010 yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk
memberi perhatian, bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat
iii
serta motivasi yang sangat besar kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Bapak M. Hudri, MA, selaku dosen pembimbing skripsi dengan
kesabarannya membimbing penulis dan rela meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, masukan serta motivasi kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen Fakulas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan seluruh
Civitas Akademika yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan
dan membimbing peneliti selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan
Kementerian Sosial RI, terimakasih karena sudah membantu memberikan
referensi buku untuk skripsi penulis.
6. Ibu Hikmah, SE.MM, selaku kepala panti PSAA Putra Utama 03 yang
telah memberikan izin dan informasi kepada peneliti untuk mengadakan
penelitian di PSAA Putra Utama 03 Tebet.
7. Ibu Dra.Hj.Fatimah, selaku Kasubag Tata Usaha yang telah membantu
peneliti dalam perizinan dan informasi mengenai PSAA Putra Utama 03.
8. Ibu Dra.Hj.Nurlela, Ibu Zulfarini Thaib, S.Sos, Kak Loren Siska Ginting,
S.ST dan teman-teman di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama
03 Tebet yang telah membantu memberikan informasi dan data-data untuk
peneliti dalam mengerjakan skripsi.
iv
9. Terimakasih kepada kedua orangtuaku tercinta, Ibu Siti Aminah dan
Bapak Waluyo, yang penuh kasih sayang serta perhatiannya telah
memberikan dorongan moril dan materil, serta doa yang senantiasa
dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita peneliti.
10. Untuk adik-adikku, Dimas Dwiki Septiawan dan Adinda Novia Fajar
Ningrum, terimakasih karena selalu mendoakan dan memberikan
semangat kepada penulis.
11. Almarhumah Nenek tercinta Karmi binti Harto Sentono, terimakasih
Mbah sudah selalu mendoakan tanpa henti agar peneliti menjadi orang
yang sukses dan berhasil serta selalu dimudahkan dalam setiap menjalani
pekerjaan. Semoga Mbah ditempatkan ditempat yang terindah disana.
Amiiin
12. Nenek dan Kakek Tercinta, Mbah Harto dan Mbah Kasih, terimakasih
penulis ucapkan karena Mbah selalu memberikan semangat dan tiada
hentinya selalu mendoakan penulis agar dilancarkan dan dimudahkan
segala urusannya selama menulis skripsi ini.
13. Sahabat-sahabat setia penulis, Ika Nurjayanti, Siti Jumartina, Fifi
Nurmaghfirah, Isnaniyah, Shabrina Dwi Pitarini Putri, Putera Mahesa
yang selalu ada untuk membantu, memotivasi, dan memberikan semangat
disaat penulis mengalami kesusahan dan kebingungan dalam mengerjakan
skripsi. Serta dengan adanya canda dan tawa dari mereka membuat hati
penulis terhibur sehingga mengurangi rasa penat penulis saat penyusunan
v
skripsi ini. Semoga selalu selamanya bersahabat, serta tak lupa iringan doa
selalu untuk penulis dari mereka.
14. Prapty Anggorowati, Noviyani Muslikhah, dan Lusi Melani yang sudah
menjadi teman terbaik penulis dari awal kita masuk sampai lulus saat ini.
Bani Fauziyyah Jehan, teman berantem dan teman penghibur penulis
disaat kita sedang berkumpul baik di dalam kelas maupun di organisasi
intra kampus. Lufi Arna, teman diskusi yang selalu memberikan bantuan
dan masukan yang bermanfaat terhadap penulis selama belajar di jurusan
kesejahteraan sosial ini.
15. Teman-teman praktikum I PSPP Khusnul Khotimah, Putri Puspitasari,
Muhammad Fadly, dan Syamsul Bahri, serta teman-teman praktikum II
Lebak, Banten (Desa Wantisari), Pinasti Septian, Dinda Anggraeni, Hafiz
Zuldi, Risdiyanto, Ihsan Heryana, dan Reizky Riyadi
16. Serta teman-teman jurusan Kesejahteraan Sosial angkatan 2010 yang lain,
terimakasih atas dukungan, semangat dan juga kesempatan menjadi teman
dan keluarga selama kurang lebih empat tahun di UIN dan semoga
selamanya akan menjadi keluarga dan selalu tetap menjaga komunikasi
walaupun telah berpisah untuk berjuang di jalan kita masing-masing.
17. Nurfie Ramadhani Marjuki, teman dari SMA yang selalu setia
memberikan semangat dan dukungan yang luar biasa kepada penulis untuk
segera menyelesaikan skripsi ini.
18. Angga Ariyana, terimakasih karena selalu memberikan dukungan untuk
peneliti agar bisa cepat menyelesaikan skripsi ini, serta telah memberikan
vi
kasih sayangnya beserta iringan doa untuk penulis, menemani, membantu,
dan memberikan kembali semangat yang telah hilang saat penulis mulai
rapuh dalam penyelesaian skripsi ini.
19. Untuk kakak-kakak alumni, adik-adik dan teman-teman di LSO ku
tercinta SKETSA (Komunitas edukasi seni tari saman) yang tiada hentinya
memberikan semangat terhadap penulis agar bisa cepat selesai dalam
penulisan skripsi ini.
20. Terakhir kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya,
namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendoakan penulis dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tak mengurangi rasa
hormat, penulis mengucapkan banyak-banyak terimakasih.
Demikianlah skripsi ini peneliti buat dan peneliti persembahkan, peneliti
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan semua
pembaca pada umumnya terutama dalam memajukan Bidang Kesejahteraan
Sosial. Sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah memberikan semua perhatiannya, motivasi dan bantuan selama ini,
semoga apa yang telah diberikan menjadi amal sholeh disisi Allah SWT.
Amiiiin…
Ciputat, September 2014
Pipit Febrianti1110054100013
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………… x
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………….. 10
1. Manfaat Akademis ……………………………... 10
2. Manfaat Praktis ………………………………… 10
D. Metodologi Penelitian………………………………. 11
1. Pendekatan Penelitian …………………………... 11
2. Jenis Penelitian………………………………….. 12
3. Tempat dan Waktu……………………………… 13
4. Teknik Pengumpulan Data……………………… 13
a. Observasi……………………………………. 13
b. Wawancara………………………………….. 14
c. Studi Dokumentasi………………………….. 14
5. Teknik Pemilihan Informan…………………….. 15
6. Macam Data…………………………………….. 17
7. Teknik Analisis Data……………………………. 18
8. Keabsahan Data…………………………………. 20
9. Teknik Pencatatan Data…………………………. 21
E. Tinjauan Pustaka…………………………………….. 22
F. Sistematika Penulisan………………………………... 24
BAB II KAJIAN TEORI……………………………………….. 25
A. Definisi Pelayanan Kesejahteraan Sosial
1. Pengertian Kesejahteraan Sosial………………... 25
a. Usaha Kesejahteraan Sosial…………………. 28
b. Memahami Konsep Organisasi Sosial………. 30
2. Definisi Pelayanan Kesejahteraan Sosial……... 31
viii
a. Tujuan Pelayanan Kesejahteraan Sosial…….. 34
b. Fungsi Pelayanan Kesejahteraan Sosial…...... 35
c. Pelayanan Kesejahteraan Sosial Dalam
Panti………………………………………… 37
d. Tahapan Pelayanan Kesejahteraan Sosial….. 39
e. Metode Pelayanan Kesejahteraan Sosial…… 46
f. Prinsip-Psinsip Pekerja Sosial……………… 49
B. Definisi Anak dan Anak Terlantar…………………. 53
1. Pengertian Anak………………………………... 53
a. Masa Perkembangan Anak………………… 56
b. Pemeliharaan Anak……………………….... 57
2. Pengertian Anak Terlantar……………………… 58
a. Ciri-ciri Anak Terlantar…………………….. 60
b. Keberfungsian Anak Terlantar……………… 61
C. Kerangka Berfikir…………………………………... 64
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL
ASUHAN ANAK (PSAA) PUTRA UTAMA
03 TEBET……………………………………………… 67
A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)………….. 67
1. Identitas dan Sejarah……………………………. 67
a. Pengertian PSAA…………………………… 67
b. Sejarah PSAA………………………………. 67
2. Tugas dan Fungsi PSAA……………………. 68
3. Visi dan Misi……………………………………. 69
B. Struktur Organisasi………………………………….. 71
C. Deskripsi Pekerjaan…………………………………. 71
D. Sasaran, Persyaratan dan Perekrutan Klien…………. 74
1. Sasaran Pelayanan PSAA………………………. 74
2. Persyaratan……………………………………… 75
3. Perekrutan……………………………………… 75
E. Pendanaan PSAA………………………………….. 75
F. Program pelayanan Klien…………………………... 76
ix
G. Daftar Pegawai PSAA……………………………... 78
H. Fasilitas……………………………………………... 80
I. Profil Warga Binaan Sosial (WBS)……………….... 81
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA…………………. 84
1. Tahapan Pelayanan Kesejahteraan Sosial………….. 84
A. Tahapan Pendekatan Awal (Engagement)……... 84
B. Tahapan Pengungkapan dan
Pemahaman Masalah (Assesment)……………... 90
C. Tahapan Rencana Pemecahan Masalah
(Planning)............................................................ 110
D. Tahapan Pelaksanaan Pemecahan Masalah
(Implementation)……………………………….. 121
E. Tahapan Evaluasi………………………………. 129
F. Tahapan Terminasi……………………………... 130
G. Tahapan Tindak Lanjut (Follow-Up)................... 131
2. Bentuk-bentuk Pelayanan Kesejahteraan Sosial…… 132
1. Pelayanan Pengasramaan………………………. 132
2. Pelayanan Kebutuhan Pangan………………….. 135
3. Pelayanan Konseling…………………………… 137
4. Pelayanan Kesehatan…………………………… 139
5. Pelayanan Pendidikan………………………….. 141
6. Pelayanan Keterampilan……………………….. 142
7. Pelayanan Keagamaan………………………….. 144
8. Pelayanan Rekreasi dan Hiburan……………….. 146
9. Pelayanan Transportasi…………………………. 148
10. Pelayanan Tabungan……………………………. 149
11. Pelayanan Bimbingan Lanjut…………………… 151
BAB V PENUTUP...................................................................... 155
A. Kesimpulan…………………………………………. 155
B. Saran………………………………………………... 158
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 160LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rancangan Informan…………………………………………. 17
Tabel 2 Data Pegawai di PSAA PU 03 Tebet…………………............ 78
Tabel 3 Fasilitas di PSAA PU 03 Tebet………………………………. 80
Tabel 4 Data WBS Berdasarkan Status Keluarga…………………….. 81
Tabel 5 Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan………………… 82
Tabel 6 Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah
Tingkat SMP…………………………………………………. 82
Tabel 7 Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah
Tingkat SMA…………………………………………………. 83
Tabel 8 Rencana Kegiatan…………………………………………….. 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai
penerus generasi di masa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anak-
anak merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang
menentukan masa depannya. Perlu adanya optimalisasi perkembangan anak,
karena selain krusial juga pada masa itu anak membutuhkan perhatian dan
kasih sayang dari orangtua atau keluarga sehingga secara mendasar hak dan
kebutuhan anak dapat terpenuhi secara baik. Anak seyogyanya harus dapat
tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohani,
cerdas, bahagia, bermoral tinggi dan terpuji.
Anak juga mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena anak adalah tunas
yang akan tumbuh dan berkembang menjadi bagian generasi penerus
perjuangan dalam rangka pencapaian cita-cita bangsa. Sebagai generasi
penerus maka anak perlu dirawat, dibina, dan ditingkatkan kesejahteraannya
agar dapat tumbuh dan mengembangkan kepribadian dan kemampuan serta
keterampilan dalam melaksanakan peranan dan fungsi dalam kehidupan sesuai
dengan pertumbuhan usianya.
Namun kenyataan yang ada sering kali tidak seperti yang diharapkan.
Banyak sekali anak-anak yang menyandang masalah kesejahteraan sosial,
seperti maraknya masalah anak terlantar. Kuantitas dan kualitas masalah
2
kesejahteraan sosial anak terlantar diprediksi akan mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun.
Menurut Pusat Data dan Informasi Direktorat Kesejahteraan Sosial
Anak, Kementerian Sosial RI mencatat jumlah anak terlantar pada tahun 2011
di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam jumlah mencapai 5.355, Sumatera
Utara 4.289 orang, Sumatera Barat 4.439 orang, Sumatera selatan 2.318 orang,
Bangka Belitung mencapai 926 orang, DKI Jakarta terdapat 4.017 orang,
Jawa Barat 41. 587 orang, Jawa Tengah 15,083 orang, DI Yogyakarta 2.554
orang, Jawa Timur 64.250 orang, Banten 5.355 orang, Bali 2.423 orang, Nusa
Tenggara Barat mencapai 17.026 orang, Nusa Tenggara Timur 2.103 orang,
Kalimantan Barat mencapai 5.738 orang, Kalimantan Tengah terdapat 2.327
orang, Kalimantan Selatan mencapai 420 orang, Sulawesi Utara terdapat
2.204 orang, Sulawesi Tengah mencapai 4.809 orang, Sulawesi Selatan 11,617
orang, Sulawesi Tenggara 3,197 orang, Sulawesi Barat mencapai 319 orang,
Maluku 1.337 orang, Maluku Utara 687 orang, dan Papua mencapai 3.312
orang anak terlantar. Dengan demikian, jumlah anak terlantar di Provinsi
Jawa Timur yang menduduki posisi yang paling tinggi.1
Pada dasarnya kompleksitas permasalahan anak terlantar disebabkan
oleh berbagai factor antara lain; 1) konflik keluarga; 2) anak terlantar yang
mengalami masalah dalam sistem pengasuhan seperti yang dialami anak yatim
piatu, anak yatim, anak piatu, anak dari orangtua tunggal, anak dengan ayah
atau ibu tiri, anak dari keluarga yang kawin muda dan anak yang tidak
1 Kementerian Sosial RI, Rekapan Data Anak Terlantar (Jakarta: Pusat Data danInformasi Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, 2011)
3
diketahui asal usulnya (anak yang dibuang orangtuanya); 3) anak yang
mengalami masalah dalam cara pengasuhan seperti anak yang mengalami
tindakan kekerasan baik secara fisik, sosial maupun psikologis, anak yang
mengalami eksploitasi ekonomi dan seksual serta anak yang diperdagangkan;
4) dan anak yang kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi seperti anak yang
kurang gizi dan anak yang tidak bersekolah atau putus sekolah (kemiskinan).2
KPAI juga berpandangan bahwa akar persoalan anak terlantar dan anak
jalanan adalah ketidakberdayaan orangtua dan kebijakan negara dan seluruh
sektor yang membuat mereka terpuruk menjadi kelompok tersingkir dan
termarjinalisasi. Dan yang terpenting tidak mengkriminalisasi anak karena
sesungguhnya mereka adalah korban dari tindakan orang dewasa.3
Jika hal ini dibiarkan begitu saja maka masalah ini dapat mengancam
masa depan bangsa ini. Anak-anak terlantar yang tidak mendapatkan
perawatan sebagaimana seharusnya tersebut akan rentan menjadi anak-anak
yang memiliki disfungsi sosial atau bahkan tidak memiliki masa depan jika
tidak segera ditangani dengan baik. Anak-anak tersebut harus mendapatkan
penanganan sehingga dapat tumbuh berkembang seperti layaknya anak normal
yang diasuh oleh orangtua mereka sendiri.
Anak terlantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk kategori
anak rawan atau anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus. Anak
terlantar adalah anak yang suatu sebab tidak dapat terpenuhi kebutuhan
2 Chatarina Rusmiyati,”Jurnal Kesejahteraan Sosial: Wujud Panti Asuhan Hidayatullahdalam penanganan masalah anak terlantar,” no. 3 (Juni 2008) h. 46-54.
3http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila.-Jumlah-Anak-Terlantar-17-juta, Artikel diakses pada tanggal 14 April 2014
4
dasarnya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Seorang
anak dikatakan terlantar, bukan sekedar karena ia sudah tidak lagi memiliki
salah satu orang tua atau kedua orangtuanya. Tetapi, terlantar disini juga
dalam pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang secara wajar,
untuk memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidakmengertian
orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan. 4
Sering kita lihat anak-anak terlantar berada di jalanan. Mereka memilih
jalanan dan tempat–tempat umum lainnya sebagai alternatif pelarian untuk
mencari kerja, karena mereka menganggap dijalan banyak rezeki yang bisa
didapat sesuai dengan tingkat kompetisi yang ada. Banyak pekerjaan yang
bisa mereka lakukan seperti mengamen, meminta-minta, menjadi tukang semir
sepatu, penjual asongan,dll. Hidup dijalanan membuat mereka merasa nyaman
tanpa mereka memikirkan suatu hal negatif yang bisa saja hadir di dalam diri
mereka saat mereka hidup di jalanan. Padahal seusia mereka merupakan masa
yang paling rawan, mereka mudah terpengaruh oleh hal-hal yang bagi mereka
dipandang menarik walaupun sebenarnya hal itu tidak baik buat mereka.5
Hal inilah yang kadang membuat anak terlantar sering hidup dan
berkembang di bawah tekanan dari stigma atau cap sebagai pengganggu
ketertiban. Sangat sedikit yang berpihak kepada anak-anak tersebut.
Sementara dengan memberikan belas kasihan juga bukan merupakan solusi
yang tepat, karena anak-anak tersebut bukan anak-anak yang perlu
4 Bagong suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana, 2010), h. 2125 Hanafi Dahlan, Dinamika Anak Terlantar (Yogyakarta: B2P3KS PRESS,2008), h.54
5
dibelaskasihani. Tetapi yang diperlukan adalah sebagaimana kebutuhan anak-
anak pada umumnya, yaitu perlindungan, kasih sayang, dan pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Dengan segala keterbatasan dan himpitan hidup, anak-
anak tersebut tetap maju. Mereka memiliki daya juang dan daya tahan yang
tinggi dalam mengatasi kesukaran. Dengan demikian, yang dibutuhkan dalam
hal ini bukan belas kasihan; tetapi lebih kepada pengakuan, penerimaan, dan
dukungan moral dalam menjalani kehidupan.
Namun saat ini banyak juga anak-anak terlantar yang hidup di jalanan
tidak melulu hanya memikirkan bagaimana dia bisa hidup selama tinggal di
jalanan. Tetapi mereka juga sud ah mulai membuktikan ke masyarakat luas
bahwa mereka juga mempunyai potensi, bakat, minat dan kemampuan yang
bisa dikembangkan dan ditunjukkan ke khalayak. Banyak anak terlantar yang
sudah mulai memikirkan bahwa pendidikan itu penting, mereka sudah
mempunyai keinginan untuk bisa melanjutkan sekolah mereka yang sempat
terhenti karena mereka sudah mulai memikirkan bahwa ternyata pendidikan
itu penting untuk mereka di masa depan nanti. Dengan begitu agar tumbuh
kembang anak-anak terlantar ini tidak terhambat dan dapat berkembang secara
wajar, maka orangtua, masyarakat, dan pemerintahan harus mampu
memberikan pelayanan sosial yang terbaik bagi anak-anak ini.
Pelayanan kesejahteraan sosial merupakan kegiatan yang dilaksanakan
secara langsung dan terorganisasi, terutama bertujuan untuk membantu
individu atau kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai saling
penyesuaian. Perihal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pelayanan sosial
mengarah pada tercapainya kondisi sosial individu atau kelompok agar
6
memiliki perasaan harga diri dan kepercayaan diri, sehingga mampu
menjalankan fungsi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya
pelayanan sosial merupakan program kegiatan yang memberikan jasa kepada
orang perorang untuk membantu dalam mewujudkan tujuan serta
menyelesaikan berbagai masalah mereka, dan bukan untuk kepentingan orang-
orang yang memberi pelayanan sosial tersebut. Pernyataan ini ditegaskan
dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan sosial yang
sebaik-baiknya dan berkewajiban untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam
mewujudkan kesejahteraan sosial.6
Menurut UUD 1945, Dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 juga
disebutkan bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
Negara”.7 Maka secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semua orang
miskin dan semua anak terlantar pada prinsipnya dipelihara oleh Negara,
tetapi pada kenyataannya yang ada di lapangan bahwa tidak semua orang
miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.
Mengenai anak terlantar berbagai upaya untuk menangani masalah anak
terlantar telah dilakukan baik oleh pemerintah, organisasi sosial, lembaga
swasta, lembaga keagamaan bahkan personal. Lembaga sosial merupakan
suatu perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, yang berfungsi
sebagai sarana untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan usaha
kesejahteraan sosial. Salah satu kegiatannya adalah pelayanan sosial terhadap
anak terlantar melalui model Panti Sosial Asuhan Anak. Pelayanan
6 Warto,dkk., Efektivitas Program Pelayanan Sosial DI Panti dan Non Panti(Yogyakarta: B2P3KS Press, 2009), h. 9
7 www.kemenkumham.go.id, Undang-Undang Republik Indonesia tahun 1945, Bab XIVKesejahteraan Sosial diakses pada tanggal 14 April 2014
7
kesejahteraan sosial anak terlantar melalui model Panti Sosial Asuhan Anak
mengacu pada Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kesejahteraan Sosial yang menyatakan bahwa usaha kesejahteraan sosial
merupakan tanggungjawab bersama yang diselenggarakan baik oleh
pemerintah, organisasi sosial, lembaga swasta, masyarakat maupun
perorangan.
Dalam konteks di atas, Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra
Utama 03 Tebet Jakarta Selatan di bawah naungan Dinas Sosial Republik
Indonesia mempunyai kepedulian terhadap pembinaan anak dan pelayanan
kesejahteraan sosial. Penanganan masalah anak merupakan masalah yang
harus dihadapi oleh semua pihak, bukan hanya orang tua atau keluarga saja,
tetapi juga setiap orang yang berada dekat anak tersebut harus dapat
membantu pertumbuhan anak dengan baik.
Upaya tersebut dilakukan agar anak terlantar dapat terpenuhi hak-
haknya, seperti memperoleh penghidupan layak, memperoleh pendidikan dan
kesehatan, memperoleh kasih sayang, dan mendapatkan perlindungan
sehingga anak-anak yang terlantar tersebut mendapatkan wadah yang
menampung mereka untuk mempersiapkan masa depannya. Sehingga mereka
dapat membekali dirinya terutama melalui pengetahuan dan keterampilan
sehingga kelak mereka dapat mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain.
Sesuai dengan pasal 2, ayat 3 dan ayat 4, Undang-undang Republik Indonesia
No. 4 Tahun 1979, tentang Kesejahteraan Anak berbunyi sebagai berikut:
“Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam
kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan-
8
perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau
menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar”. 8
Sementara itu ayat suci Al- Qur’an dalam surat An-Nissa ayat 9
menegaskan bahwa orang-orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak
mereka dalam keadaan lemah, Allah berfirman sebagai berikut :
Artinya :
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranyamereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yangmereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya, Oleh sebab itu, hendaklahmereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengantutur kata yang benar”. (Q.S. An-Nissa: 9)
Dengan adanya Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03
Tebet ini diharapkan anak-anak tersebut dapat meningkatkan taraf hidup
kesejahteraan sosial mereka baik yang berasal dari keluarga kurang mampu,
anak yang ditelantarkan oleh orangtua, ataupun anak yang dititipkan oleh
orangtua mereka agar menjadi anak bangsa yang konstruktif dan bermartabat
sejalan dengan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan masa depan
bangsa yang lebih berkualitas. Berkaitan dengan hal diatas peneliti
menyajikan penelitian yang berjudul:
“Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar di Panti
Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan”
8 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak (Jakarta: Akademika Pressindo, 1983), h.17
9
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.
1. Pembatasan Masalah
Melihat luasnya pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan
yang penulis teliti, untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang
berkaitan dengan penelitian ini, karena peneliti menyadari adanya
keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti. Pembatasan
masalah dilakukan agar pengkajian dalam penelitian ini tidak terlampau
jauh sehingga menjadi lebih terfokus dan efektif terhadap apa yang akan
disimpulkan. Penulis membatasi penelitian ini hanya pada Pelayanan
kesejahteraan sosial terhadap anak terlantar yang dilakukan oleh Panti
Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet.
Pelayanan kesejahteraan sosial yang meliputi tahapan pelayanan
kesejahteraan sosial seperti tahapan engagement, assesment, planning,
intervensi, dan terminasi serta bentuk pelayanan yang meliputi
pelayanan pengasramaan, pelayanan kebutuhan pangan, pelayanan
konseling, pelayanan pendidikan, pelayanan keagamaan, pelayanan
keterampilan, pelayanan rekreasi dan hiburan, pelayanan transportasi,
pelayanan kesehatan, dan pelayanan tabungan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalahan pada
latar belakang di atas, maka pertanyaan mendasar dalam Pelayanan
Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)
Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan yang ingin dijawab dan dituangkan
dalam skripsi ini adalah :
10
1. Bagaimana tahapan pelayanan yang diberikan Panti Sosial Asuhan
Anak (PSAA) Putra Utama 03 terhadap anak terlantar ?
2. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial
untuk anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama
03?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tahapan pelayanan yang diberikan oleh Panti Sosial
Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 terhadap anak terlantar.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan pelayanan kesejahteraan
sosial yang didapatkan anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Putra Utama 03.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pelayanan
kesejahteraan sosial anak terlantar yang dilakukan oleh Panti Sosial
Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03.
b. Manfaat Praktis
1) Memberikan masukan saran untuk para praktisi di lembaga
pelayanan kesejahteraan anak dan remaja, khususnya anak-anak
terlantar dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesejahteraan anak terlantar.
11
2) Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut,
khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengaan
permasalahan penanganan terhadap anak-anak terlantar.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi.9
Tujuan penelitian kualitatif adalah sebagai penelitian yang bersifat
naturalis karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah.
Peneliti dan yang diteliti bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan,
merupakan satu kesatuan yang terbentuk secara timbal balik, tidak
mungkin memisahkan sebab dengan akibat, dan melibatkan nilai-nilai.10
Dalam tradisi penelitian kualitatif proses penelitian dan ilmu
pengetahuan tidak sesederhana dengan apa yang terjadi pada penelitian
kuantitatif, karena penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan
berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara
induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial,
melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan
9 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,2010), h.110Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya,2007), Cet.ke-23, h.29
12
kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang damati.11
Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan data yang pasti. Data yang pasti
adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang
sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna di balik
yang terlihat dan terucap tersebut.12
Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang
dapat diterima oleh akal sehat manusia dan mudah dipahami oleh diri
sendiri meupun orang lain.
Dengan demikian, pendekatan kualitatif ini diharapkan bisa
menggali lebih dalam fakta-fakta yang ada di lapangan, guna mendapatkan
gambaran yang lengkap tentang langkah-langkah pelayanan kesejahteraan
sosial bagi anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra
Utama 03 Tebet serta bentuk-bentuk kegiatan pelayanan kesejahteraan
sosial apa saja yang di dapat anak terlantar di panti tersebut.
2. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah Jenis
penelitian deskriptif. Penelitian dekriptif yaitu suatu metode untuk
memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seorang, lembaga,
11 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana,2010), h.612 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , h.2
13
masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya.13
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
catatan atau memo dan dokumentasi resmi lainnya.14 Laporan penelitian
akan berisi kutipan-kutipan untuk memberi gambaran penyajian laporan
tersebut.
3. Tempat dan Waktu
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra
Utama 03 di Jl. Tebet Barat Raya No.100. Tebet, Jakarta Selatan.
b. Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian dari bulan Juli- September 2014.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan sebuah teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan penginderaan terhadap apa yang dilakukan dan
dikatakan atau diperbincangkan para responden dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. 15
13 Jalaludin Rakhmat, Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),h.2514 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2003), h. 3915 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, h.115
14
Semua yang didengar dan dilihat oleh peneliti sebagai aktivitas
observasi ketika para informan melakukan kegiatan ini, diceritakan
kembali atau dicatat sehingga data atau informasi penelitian dapat
mendukung, melengkapi atau menambah informasi yang berasal dari
hasil wawancara.
Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah mendatangi
langsung ke lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan
intern panti di sekitar lokasi penelitian, khususnya kegiatan yang
berkaitan dengan bagaimana pelayanan kesejahteraan sosial anak yang
didapatkan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA).
b. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat memperoleh
keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian. Percakapan itu dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan
(interviewer) dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan yang dilakukannya sambil bertatap muka
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama.16
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan sebuah catatan peristiwa yang
sudah berlalu dalam bentuk tulisan, gambar atau karya monumental dari
16Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h.186
15
seseorang yang kemudian penulis pelajari dokumen-dokumen tersebut
untuk mengambil data dan sebagai penambahan informasi. Studi
dokumentasi merupakan perlengkapan dari penggunaan metode
observasi dan wawancara. Hasil penelitian akan lebih cepat dipercaya
jika didukung oleh dokumen. Sumber ini terdiri dari data-data yang
tertulis, baik berupa buku, jurnal ataupun yang lainnya dan juga
rekaman.17 Teknik ini dilakukan dengan cara mengkategorisasi
kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan
masalah penelitian dan mengambil data atau informasi.
5. Teknik pemilihan informan atau wawancara
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan
informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive
sampling yaitu memilih informan yang dipilih secara sengaja yang
diambil karena ada pertimbangan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.18
Pertimbangan tertentu ini, saat penulis ingin mengambil informan WBS
(Warga Binaan Sosial) penulis berdiskusi dengan pekerja sosial mengenai
siapa saja anak-anak yang bisa dijadikan informan, karena anak-anak
disini sangat sulit untuk dijadikan informan. Hal ini disebabkan karena
panti tersebut sudah sering dijadikan tempat penelitian oleh beberapa
mahasiswa. Sehingga ada titik kejenuhan yang dimiliki oleh WBS disana
ketika akan dijadikan sumber penelitian. Oleh karena itu, pekerja sosial
merekomendasikan beberapa anak untuk peneliti melakukan pendekatan
17 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kuaitatif Teori dan Praktik (Jakarta: PT BumiAksara, 2013), h. 176
18 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.52
16
terlebih dahulu agar bisa menimbulkan suasana keakraban. Setelah peneliti
melakukan pendekatan kepada anak-anak tersebut, dapatlah 2 orang
informan yang menurut peneliti mereka ini bisa memberikan informasi
yang peneliti cari seputar pelayanan kesejahteraan sosial di panti ini, dan 2
informan tersebut merupakan anak-anak yang berlatar belakang dari
keluarga tidak mampu dan anak terlantar yang sudah hidup dari panti ke
panti karena tidak diketahui keberadaan orangtuanya.
Dalam konteks ini peneliti mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya sampai terjadi pengulangan informasi atau sudah tidak ada
informasi yang terjaring lagi. Dari teknik sampling inilah peneliti
kemudian bisa menentukan subjek dan objek penelitian.
Dalam penelitian kualitatif tidk menggunakan istilah populasi,
tetapu oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang
terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan
aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pada situasi sosial
atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam
aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place)
tertentu.19
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah orang atau
sekelompok orang yang dapat memberikan informasi, mereka terdiri dari:.
1 orang Ka.Sie Identifikasi dan Assesment, 2 orang Ka. Sie Bimbingan
dan Penyaluran, 1 orang Pekerja Sosial, dan 2 orang WBS.
19 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 49
17
Tabel 1
Rancangan Informan
No. Informasi Yang Dicari Informan Jumlah
1. Langkah-langkah pelayananyang diperoleh Warga BinaanSosial (WBS) dalam tahapanpendekatan awal(engagement), pengungkapanmasalah (assessment), rencanapemecahan masalah (planing)
Ka.SieIdentifikasi danAssesment
1 orang
2. Langkah-langkah pelayananyang diperoleh Warga BinaanSosial (WBS) dalam tahapanpemecahan masalah(intervensi), resosialisasi,penyaluran, dan bina lanjut.
Ka. SieBimbingan danPenyaluran
2 orang
3. Bentuk-bentuk kegiatanpelayanan yang diperolehWarga Binaan Sosial (WBS)dan Peran Pekerja Sosial dalammemberikan PelayananKesejahteraan Sosial.
1 Pekerja Sosial 1 orang
4. Kegiatan di PSAA 2 orang WBS 2 orang
6. Macam Data
a. Data Primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk menjawab
masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya. Data ini
merupakan data yang diperoleh dari informan dan situasi-situasi sosial
me lalui metode dan cara yang telah dijelaskan diatas. Data primer ini
diperoleh melalui pengamatan, dan wawancara informan.
b. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah dikumpulkan
untuk suatu tujuan sebelumnya. Data ini merupakan data yang
18
diperoleh dari catatan-catatan, perpustakaan, pustaka pengelolaan data,
pusat peneliti atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun
instansi yang terkait lainnya.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengkategorikannya
sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang
ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang
biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk
akhirnya bisa dipahami dengan mudah.20
Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti
mulai mengumpulkan data, dengan cara memilih mana data yang
sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya mengacu
pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian.
Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan
selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.21
a. Analisis sebelum di lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti
memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk
menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini
20 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kuaitatif Teori dan Praktik, h. 209.21 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.88
19
masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk
dan selama di lapangan.
b. Analisis selama di lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pegumpulan data
dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila
jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai
tahap tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel. Dalam buku
Sugiyono, Miles and Huberman juga mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:
1) Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
2) Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Flowchart
20
dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan
yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah bagan teks yang bersifat naratif.
3) Conclusion Drawing / Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
8. Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan, data penulisan dalam penelitian ini.
Peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :
a. Kriteria Kredibiliti (derajat kepercayaan), yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk
keperluan, pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut
(triangulasi). Hal ini dicapai dengan jalan (1) membandingkan dokumen
dari Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) dengan hasil wawancara dengan
Warga Binaan Sosial (WBS). (2) Membandingkan antara jawaban yang
diberikan pengurus panti dengan jawaban Warga Binaan Sosial (WBS)
21
mengenai pelayanan kesejahteraan sosial anak di Panti Sosial Asuhan
Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.
b. Kriteria kepastian, teknik ini dimaksud adalah uraian rici. Yaitu peneliti
melaporkan hasil penelitannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti
mungkin dan secermat mungkin. Dalam penelitian ini peneliti membuat
uraian rinci dalam bentuk sebuah laporan akhir yang disebut skripsi.22
9. Teknik Pencatatan Data
Penelitian yang biasa dilakukan adalah catatan lapangan. Penelitian
kualitatif mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan
data di lokasi penelitian. Pada waktu berada di lapangan peneliti menyusun
catatan lapangan. Catatan tersebut berupa coret-coret seperlunya yang
betul-betul sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok
isi pembicaraan atau percakapan, hasil pengamatan berupa gambar, sketsa,
diagram, sosiogram, dan sebagainya. Catatan lapangan adalah catatan
tertulis tentang apa yang didengar, apa yang dilihat, apa yang dipikirkan
dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian kualitatif. Proses itu dilakukan setiap kali selesai mengadakan
pengamatan atau wawancara, tidak boleh dilalaikan karena akan tercampur
dengan informasi lain, dan ingatan seseorang atau sifatnya terbatas.
Catatan lapangan yang lengkap dapat terdiri dari peta, diagram, foto,
wawancara, rekaman tape-recorder, video-tape, memo, objek dari
lapangan, catatan yang dilakukan peneliti dengan cepat di lapangan.
Catatan lapangan dapat memudahkan peneliti untuk terus mengikuti arah
22 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif , h.259
22
perkembangan kegiatan penelitiannya, untuk memperoleh gambaran
bagaimana rencana penelitian telah terpengaruh oleh data yang
dikumpulkan, dan untuk tetap sadar diri peneliti mengenai bagaimana
pengaruh data itu terhdapnya. Catatan lapangan peneliti kualitatif berisi
tentang apa-apa yang dilihat, dan didengar oleh peneliti, tanpa adanya
interpretasi. 23
E. Tinjauan Pustaka
Untuk perbandingan maka penulis memaparkan beberapa skripsi yang
berjudul: “Pelayanan Sosial”.
1. Dalam skripsi yang berjudul: Peran Yayasan Al-Fikr Dalam Pelayanan
Sosial Terhadap Yatim Piatu Di Desa Gembong Rt 02/04 Balaraja Barat
Tangerang.
Disusun Oleh : Nurul Hikmah
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Lulusan : 1431 H/ 2010 M
Skripsi ini jelas berbeda dengan skripsi saya, adapun letak perbedaannya
antara lain:
a. Subjek dan objeknya: subjek skripsi ini adalah peran yayasan Al-
Fikr dalam pelayanan sosial terhadap siswa yatim piatu dan
objeknya adalah Desa Gembong Rt 02/04 Balaraja Barat
Tangerang
23 M.Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshui, Metode Penelitian Kualitatif,(Jogjakarta:Ar-ruzz Media,2012), h. 213
23
b. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsinya adalah: pertama:
Kegiatan pelayanan sosial apa saja yang diberikan kepada anak-
anak yatim piatu di yayasan Al-Fikr gembong balaraja? Kedua:
Apa saja faktor pendukung dan penghambat pada yayasan Al Fikr
dalam memberikan pelayanan sosial bagi anak-anak yatim piatu?
2. Dalam skripsi yang berjudul: Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak
Autis Melalui Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi.
Disusun Oleh : Fachry Arfan
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan : Kesejahteraan Sosial
Lulusan : 1435 H/ 2014 M
Skripsi ini jelas berbeda dengan skripsi saya, adapun letak perbedaannya
antara lain:
a. Subjek dan objeknya: subjek skripsi ini adalah implementasi
program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus dan
objeknya adalah Rumah Autis Bekasi.
b. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsinya adalah:
pertama: Bagaimana implementasi program pelayanan bagi
anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi ?,
Kedua: bagaimana evaluasi hasil yang dicapai dari
implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui
sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi ?
Dengan melihat skripsi terdahulu, maka skripsi saya walaupun hampir
sama dengan skripsi diatas namun berbeda materi yang dibahas, yaitu
24
tentang: “Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar di Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.
Adapun masalah yang penulis bahas adalah:
a) Bagaimana tahapan pelayanan yang diberikan Panti Sosial Asuhan
Anak (PSAA) Putra Utama Tebet terhadap anak terlantar ?
b) Bagaimana kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial untuk anak
terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03
Tebet ?
F. Sistematika Penulisan
Dalam hal sistematika penulisan ini peneliti menggunakan Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan
CeQDA (Center for Quality Development dan Assurance ) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi
ini.
BAB I : Merupakan Pendahuluan yang menjelaskan Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka
dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Kajian Teori, memuat: Pengertian Pelayanan
Kesejahteraan Sosial: tujuan pelayanan kesejahteraan sosial,
fungsi pelayanan kesejahteraan sosial, pelayanan sosial
dalam panti, tahapan pelayanan kesejahteraan sosial,
metode-metode tahapan pelayanan kesejahteraan sosial, dan
prinsip-prinsip pekerja sosial. Pengertian Anak dan Anak
25
Terlantar, Ciri-ciri Anak Terlantar, keberfungsian sosial
anak terlantar.
BAB III : Gambaran Umum Lembaga Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan, yang meliputi :
Identitas dan Sejarah Panti Sosial, Visi dan Misi Panti,
Struktur Organisasi, Sasaran Pelayanan, Pendanaan, Daftar
nama pegawai PSAA, Fasilitas, dan Profil Warga Binaan
Sosial (WBS) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.
BAB IV : Temuan dan Analisis Data, memuat : Hasil wawancara
tentang pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar.
BAB V :Bab Penutup merupakan kesimpulan dari penelitian tentang
pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar dan manfaat
yang diperoleh anak terlantar setelah mendapatkan
pelayanan kesejahteraan sosial di panti tersebut serta saran-
saran untuk perbaikan kedepan bagi panti, peneliti, dan
Warga Binaan Sosial (WBS).
26
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi Pelayanan Kesejahteraan Sosial
1. Definisi Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang
dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih
baik, sedangkan menurut rumusan Undang-Undang Republik Indonesia No.6
tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 2
ayat 1 “Kesejahteraan Sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial materiil maupun spirituiil yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap
warganegara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknyabagi diri, keluarga serta
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia
sesuai dengan Pancasila”.1
Pengertian Kesejahteraan Sosial menurut Sumarnonugroho adalah
kesejahteraan sosial sebagai suatu fungsi terorganisasi adalah kumpulan
kegiatan-kegiatan yang bermaksud untuk memungkinkan individu-individu,
keluarga-keluarga, kelompok-kelompok dan komunitas-komunitas
1Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Jakarta: FISIP UIPress, 2005), h. 16
27
menanggulangi masalah sosial yang diakibatkan oleh perubahan kondisi-
kondisi..2
Pengertian kesejahteraan sosial sedikitnya mengandung empat makna,
yaitu3:
1. Sebagai kondisi sejahtera. Pengertian ini biasanya menunjuk pada
istilah kesejahteraan sosial sebagai kondisi terpenuhinya
kebutuhan material dan non material. Kondisi sejahtera terjadi
manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan
dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan
pendapatan dapat terpenuhi.
2. Sebagai pelayanan sosial. Di Inggris, Australia dan Selandia Baru,
pelayanan sosial umumnya mencakup lima bentuk, yakni jamninan
sosial, pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan pelayanan
sosial personal.
3. Sebagai tunjangan sosial, diberikan kepada orang yang tidak
mampu, karena sebagian besar penerima manfaat adalah orang-
orang miskin, cacat, penganggur. Keadaan ini dapat menimbulkan
konotasi negatif pada istilah kesejahteraan, seperti kemiskinan,
kemalasan, dan ketergantungan.
4. Sebagai proses atau usaha terencana. Yang dilakukan oleh
perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badan-
2 Muhammad Suud, 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), h.93Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik (Bandung: Alfabeta,201), h.104
28
badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidpan dan
menyelenggarakan pelayanan sosial.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, terlihat bahwa
kesejahteraan sosial mencakup pengertian yang luas yaitu suatu keadaan
dimana individu, keluarga, dan masyarakat ,erasa baik, sehat dan sejahtera
karena kebutuhan hidupnya baik dalam kebutuhan fisik, mental, sosial,
spiritual dan ekonomi terpenuhi secara wajar untuk memperbaiki
keberfungsian sosial dan meningkatkan taraf hidup yang lebih baik.
a. Usaha Kesejahteraan Sosial
Salah satu bentuk usaha kesejahteraan sosial adalah terbentuknya
lembaga sosial atau organisasi sosial atau panti sosial yang merupakan
wadah pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial dimana usaha
kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan dan berbagai
kegiatan secara kongkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun
masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial
itu sendiri dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok, ataupun
komunitas.
Usaha kesejahteraan sosial memberikan sumbangan untuk
mewujudkan kesejahteraan fisik, mental dan sosial setiap warga dari
segala lapisan. Untuk mewujudkan tujuan dari kesejahteraan sosial
sebagaimana telah dikemukakan, perlu disusun suatu program-program
dan kegiatan yang bermuara pada tujuan kesejahteraan sosial. Program-
29
program itulah yang biasa disebut usaha kesejahteraan sosial yang
meliputi semua upaya, program dan kegiatan yang ditujukkan untuk
mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan
kesejahteraan sosial.4
Sebagai suatu upaya untuk meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat, Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) menjadi sebuah rutinitas
sebagai upaya pengembangan sumber-sumber daya dalam
menumbuhkan, membina dan meningkatkan terwujudnya kesejahteraan
sosial serta menunjang usaha-usaha lain yang mempunyai tujuan sama.
Upaya tersebut didasarkan prinsip-psinsip dasar kesejahteraan sosial,
yakni, pertama setiap manusia berhak untuk mendapatkan taraf
kesejahteraan yang sebaik-baiknya. Kedua, usaha kesejahteraan sosial
merupakan tanggung jawab bersama antara Negara dan masyarakat.
Ketiga, dalam melaksanakan kesejahteraan sosial akan sangat diwarnai
oleh sitem nilai yang berlaku dalam masyarakat, seperti nilai-nilai
kemanusiaan, kekeluargaan, kegotong-royongan, kebersamaan dan
kesetiakawanan.5
Usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang
nyata baik ia bersifat langsung ataupun tidak langsung, sehingga apa
yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar
4Fauzik Lendriyono, ed., Beberapa pemikiran tentang pembangunan kesejahteraan sosial(Malang: UMM Press, 2007), h. 120
5 Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian danPengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial,1997), h. 46
30
ditujukan untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi
warga masyarakat, dan bukan sekedar program, pelayanan ataupun
kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya menghidupi
organisasinya sendiri ataupun menjadikan sebagai “punggung” untuk
sekedar mengekspresikan penampilan diri sendiri dalam suatu lembaga.
Belakangan ini juga cukup populer bentuk usaha kesejahteraan
sosial dengan memberikan pelayanan semi-panti yang lebih terbuka dan
tidak kaku. Para pekerja sosal menentukan program kegiatan,
pendampingan, dan berbagai pelayanan sosial dalam rumah singgah.
Rumah terbuka untuk aktivitas, rumah belajar, rumah persinggahan,
rumah keluarga pengganti.6
b. Memahami Konsep Organisasi Sosial
Organisasi pelayanan ini muncul sebagai akibat dari semakin
kompleksnya tuntutan manusia akan rasa tenang, tentram, nyaman, dan
terbebas dari berbagai permasalahan baik yang menyangkut individu,
kelompok maupun permasalahan dalam masyarakat.7Oleh karena itu
badan-badan atau organisasi-organisasi sosial, baik yang bersifat formal
maupun nonformal, merupakan lembaga yang menjalankan fungsi sosial
dalam bidang kesejahteraan sosial.
6 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT RefikaAditama,2006), h.164
7Fauzik Lendriyono, ed., Beberapa pemikiran tentang pembangunan kesejahteraan sosial, h.126
31
Organisasi sosial pada hakekatnya adalah kumpulan dari norma-
norma sosial yang diciptakan untuk dapat melaksanakan fungsi
masyarakat lebih jauh. Organisasi sosial adalah pola-pola yang telah
mempunyai kekuatan tetap atau pasti untuk mempertemukan beragam
kebutuhan manusia, yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan yang telah
mendapatkan persetujuan dari cara-cara yang sudah mapan untuk
memenuhi kesejahteraan masyarakat dan menghasilkan suatu instruktur.
Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan pengembangan
usaha bidang sosial dalam usaha kesejahteraan sosial sebagaimana yang
dikemukakan Sumarnonugroho antara lain adalah8:
1. Kemampuan mengenal masalah mereka sendiri.
2. Keinginan dan ikut serta mencari alternative pemecahan masalah.
3. Keterlibatan individu dalam pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial.
4. Penyebaran metode-metode swadaya berswadaya.
5. Bimbingan dan bantuan dari pemerintah.
2. Definisi Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Pelayanan kesejahteraan sosial adalah serangkaian kegiatan pelayanan
yang ditujukan untuk membantu individu, keluarga, kelompok, organisasi,
dan masyarakat yang membutuhkan atau mengalami permasalahan sosial,
baik yang bersifat pencegahan, perlindungan, pemberdayaan, pelayanan dan
rehabilitasi sosial, maupun pengembangan guna mengatasi permasalahan yang
8Fauzik Lendriyono, ed., Beberapa pemikiran tentang pembangunan kesejahteraan sosial, h.127
32
dihadapi dan atau memenuhi kebutuhan secara memadai, sehingga mereka
mampu melaksanakan fungsi sosial.
Pelayanan kesejahteraan sosial diartikan juga sebagai bentuk tindakan
nyata atau aktivitas yang dilaksanakan oleh individu, kelompok, masyarakat
dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau menanggulangi
permasalahan masyarakat sehingga terwujud kesejahteraan sosial yang
diharapkan.9
Dalam pengertian lebih luas, Romanyshyn menyatakan, bahwa
pelayanan kesejahteraan sosial bukan hanya sebagai usaha memulihkan,
memelihara, dan meningkatkan kemampuan keberfungsian sosial individu dan
keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya
kolektivitas seperti kelompok sosial, organisasi, serta masyarakat. 10
The Social Work Dictionary, menyebutkan bahwa pelayanan
kesejahteraan sosial merupakan aktivitas pekerja sosial dan profesi lain dalam
rangka membantu orang agar berkecukupan, mencegah ketergantungan,
memperkuat relasi keluarga, memperbaiki keberfngsian sosial, individu,
keluarga kelompok, dan masyarakat. Jenis pelayanan kesejahteraan sosial
yang spesifik adalah membantu orang memanfaatkan sumber-sumber
finansial untuk memenuhi kebutuhan, mengevaluasi kemampuan orang dalam
memelihara anak dan ketergantungan yang lain, konseling dan psikoterapi,
9Dwi Heru Sukoco, Modul Diklat Jabatan Fungsional Pekerja Sosial Tingkat Ahli Madya(Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelathan Pegawai Departement Sosial) h. 88
10 Warto, dkk. Efektivitas Program Pelayanan Sosial di Panti dan Non Panti (Yogyakarta,B2P3KS Press, 2009).h.10
33
penghubung dan rujukan, mediasi, advokasi kasus sosial, menginformasikan
organisasi yang menyediakan pelayanan kesehatan, dan mengkaitkan klien
dengan system sumber. 11
Menurut Alfred J. Khan, pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh
lembaga kesejahteraan sosial disebut dengan “pelayanan kesejahteraan
sosial”. Di Negara-negara berkembang tertentu, pelayanan kesejahteraan
sosial dimaksudkan sebagai pelayanan yang difokuskan pada bantuan untuk
perorangan atau keluarga yang mengalami masalah penyesuaian diri dan
pelaksanaan fungsi sosial, atau ketelantaran. Di Negara lainnya digunakan
istilah “pelayanan sosial” untuk mencakup apa yang terkandung dalam
pengertian pelayanan kesejahteraan sosial di atas ditambah dengan :
1. Bantuan sosial, yaitu dengan ditekankan pada pemberian bantuan
uang dan atau barang.
2. Program-program kesehatan yang tidak tercakup oleh program
yang dikembangkan oleh swasta.
3. Pendidikan
4. Perumahan rakyat
5. Program-program ketenagakerjaan
6. Fasilitas umum12
11Dwi Heru Sukoco, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategis (Jakarta:Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial), h. 102
12Nurdin Widodo, dkk, Studi Pelayanan Sosial Remaja Putus Sekolah Terlantar melalui PantiSosial Bina Remaja (Jakarta: P3KS Press, 2009), h. 24
34
Secara ideologis, pelayanan kesejahteraan sosial didasari keyakinan
bahwa tindakan sosial dan pengorganisasian sosial merupakan suatu wujud
nyata dari kebijakan sosial sebagai representasi kehendak publik dalam
mempromosikan kesejahteraan warga Negara.13
Dari beberapa uraian mengenai pengertian pelayanan kesejahteraan
sosial diatas,maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesejahteraan sosial
adalah suatu kegiatan untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dan
pemecahan masalah yang dialami oleh individu, keluarga, dan masyarakat
yang dilakukan oleh pemerintah, organisasi sosial, dan lembaga swadaya
masyarakat agar mereka memiliki haga diri dan kepercayaan diri sehingga
mampu menjalankan fungsi sosial dengan baik dalam kehidupan
bermasyarakat.
a. Tujuan Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Tujuan pelayanan sosial menurut Anthony H. Pascal adalah14 :
1) Memberikan perlindungan kepada orang yang mengalami
kehilangan kemampuan. Pelayanan kesejahteraan sosial
dilaksanakan untuk melindungi orang yang tidak memiliki
kemampuan lagi disebabkan oleh kondisi tertentu.
2) Menyediakan pilihan-pilihan kepada penerima pelayanan.Karena
setiap orang memiliki potensi diri dan masalah yang berbeda-beda.
13Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan IntervensiKomunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), h. 14
14Alit Kurnisari, dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi Putra(PSMP) (Jakarta: P3KS Press, 2009), h. 15
35
Maka setiap orang dapat memilih bentuk dan jenis pelayanan tertentu
sesuai dengan potensi dan masalah yang dihadapinya.
3) Mengembangkan keberfungsian sosial.Kondisi ini ditandai dengan
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan sosial dasar . Pelayanan
sosial diberikan untuk membantu orang agar mereka dapat memenuhi
kebutuhan sosial dasar.
4) Meningkatkan keadilan untuk memperoleh kesempatan.Pelayanan
kesejahteraan sosial diarahkan pada upaya menciptakan keadilan bagi
setiap orang untuk memperoleh berbagai kesempatan sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya.
5) Memelihara terpenuhinya kebutuhan minimal. Kebutuhan minimal
ini diarahkan pada pengertian kebutuhan dasar yang meliputi makan,
pakaian, tempat tinggal dam kesehatan. Pelayanan kesejahteraan sosial
diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan minimal ini, baik bersifat
fisik-organis, sosial, dan psikologis.
b. Fungsi Pelayanan Kesejahteraan Sosial
1. Pencegahan
Mencegah timbulnya permasalahan kesejahteraan sosial, mencegah
berkembangnya atau meluasnya permasalahan kesejahteraan sosial
dalam kehidupan masyarakat serta mencegah timbulnya kembali
36
permasalahan kesejahteraan sosial yang pernah dialami oleh
perseorangan, keluarga dan masyarakat.15
2. Rehabilitasi
Sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk
meningkatkan penyandang masalah kesejahteraan sosial mampu
melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan masyarakat.16
3. Pengembangan
Fungsi yang mengandung tiga ciri pokok, meningkatnya taraf
kesejahteraan, menjalannya efek ganda dalam lingkungan sosial
keluarga dan masyarakat serta meningkatknya kesadaran dan tanggung
jawab sosial untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.17
4. Perlindungan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memberikan kebijakan
dan program kesejahteraan sosial yang dirancang untuk mengurangi
ketelantaran melalui program jaminan sosial dan asuransi sosial seperti
akses pada pendapatan, kehidupan, pekerjaan, kesehatan, pendidikan,
gizi dan tempat tinggal.18
15Departement Sosial RI, Penelitian Evaluative tentang Efektivitas Pelaksanaan PembinaanKesejahteraan Sosial di PSBR “Taruna Yudha” Sukoharjo, (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian danPengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1998). h. 5
16Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial h. 7517Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial , h. 8518 Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, h. 156
37
5. Penunjang
Kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan
di bidang kesejahteraan sosial. Mengacu pada aplikasi keterampilan
yang bersifat praktis yang dapat mendukung terjadinya perubahan
positif pada klien.19
c. Pelayanan Kesejahteraan Sosial Dalam Panti
Panti sosial merupakan salah satu model atau system pelayanan
kesejahteraan sosial berbasis lembaga(instutional based) yang
dikembangkan di Indonesia. Model atau sistem lainnya yaitu pelayanan
berbasis keluarga (family based) dan pelayanan berbasis masyarakat
(community based). Berbagai model atau sistem pelayanan kesejahteraan
sosial tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
dan masyarakat.20 Di dalam sistem panti sosial ini, pelayanan
kesejahteraan sosial diberikan kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) yang berada di dalam panti sosial dalam batas waktu
tertentu. Selama batas waktu tertentu tersebut panti sosial memenuhi
kebutuhan sosial dasar penerima manfaat dan memberikan bimbingan
mental spiritual dan sosial.
Departemen Sosial sebagai instansi pemerintah memberi batasan
tentang panti sosial sebagai lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang
19Edi Suharto, Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat, h.9720Alit Kurnisari, dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi Putra
(PSMP), h. 17
38
memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial ke
arah kehidupan normatif secara fisik, mental dan sosial. Dalam hal ini
Departemen Sosial, memiliki kedudukan melakukan pembinaan dan
pemberdayaan terhadap panti-panti sosial.21Fungsi panti yang memadai
tentunya harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Yakni
bagaimana keberadaan panti dari aspek kelembagaan, pemenuhan
kebutuhan dasar penerima manfaat, pelayanan teknis, sumber daya
manusia, sarana dan prasarana, serta pendanaannya. Oleh karena fungsi
panti dalam pelayanan sosial perlu dilihat dari beberapa aspek, yakni22;
1) Aspek kelembagaan sebuah panti sosial perlu memiliki AD/ART, visi
dan misi, legalitas serta izin operasional.
2) Aspek pemenuhan kebutuhan dasar, sebuah panti didirikan memiliki
kewajiban untuk mampu memberikan pemenuhan kebutuhan dasar
bagi penerima manfaatnya, yang meliputi, pangan, sandang, tempat
tinggal, pendidikan dan kesehatan serta kebutuhan sehari-hari lainnya.
3) Aspek pelayanan teknis, tergantung dari masalah penerima manfaat
dan jenis pelayanan yang diberikan. Secara umum pelayanan teknis ini
meliputi kegiatan sejak pendekatan awal, assessment, perencanaan
21Alit Kurnisari, dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi Putra(PSMP),h. 18
22Alit Kurnisari, dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi Putra(PSMP),h. 19
39
intervensi, intervensi, monitoring dan evaluasi hingga pembinaan
lanjut pasca pelayanan.
4) Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) mencakup aspel penyelenggara
panti dan aspek pengembangan SDM. Penyelenggara panti meliputi
unsur pimpinan, operasional pelayanan, dan unsur penunjang. Untuk
pengembangan SDM panti perlu memiliki program pengembangan
SDM bagi personil panti.
5) Aspek sarana dan prasarana meliputi sarana pelayanan teknis, sarana
perkantoran dan sarana umum.
6) Untuk aspek pembiayaan perlu memiliki anggaran yang berasal dari
sumber tetap dan tidak tetap.
d. Tahapan Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Pelayanan Kesejahteraan Sosial adalah program yang
komprehensif dari usaha untuk meningkatkan kesejahteraan baik fisik,
mental, maupunsosial. Dalam kegiatannya terdapat beberapa tahapan
sebagai standar dalam pelayanan kesejahteraan sosial dengan
menggunakan Generalis Intervention Models (GIM) sebagai berikut:23
1. Engagement (pendekatan awal)
Pendekatan awal adalah langkah awal di mana sebagai seorang
pekerja sosial menyesuaikan diri dengan masalah yang sedang ditangani
dan mulai menjalin komunikasi juga mengatasi masalah yang dialami
23Karen K. Kirst, dkk., Understanding Generalist Practice (USA:Nelson-Hall, Inc,1999), h.34
40
orang lain. Terlepas dari apakah pekerja sosial mengejar perubahan
mikro, messa atau makro, pekerja sosial harus menjalin hubungan-
hubungan yang harmonis dengan klien dan sistem sasaran untuk
berkomunikasi dan menyelesaikan sesuatu. Pendekatan awal didasarkan
pada perolehan berbagai keterampilan mikro. Kedua kata-kata yang dapat
kamu katakan (komunikasi verbal) dan tindakan dan ekspresi langsung
kamu (komunikasi non-verbal), dapat bertindak untuk melibatkan orang
lain dalam hal membantu.
Menurut Barker komunikasi non verbal meliputi gerak tubuh,
ekspresi wajah, postur tubuh, nada suara, dan vocal suara selain kata-
kata. Banyak dimensi lain yang terlibat dalam pendekatan awal. Sikap
Anda secara keseluruhan, termasuk kemampuan Anda untuk
menyampaikan kehangatan, empati, dan kesungguhan, dapat
meningkatkan pendekatan awal. Juga, bagaimana Anda memperkenalkan
diri dan mengatur jadwal pertemuan itu mempengaruhi proses
pendekatan awal. Keterampilan pendekatan awal lainnya termasuk
mengurangi kecemasan klien dan memperkenalkan tujuan dan peran.
2.Assessment (pengungkapan dan pemahaman masalah)
Menurut Siporin, assesmen adalah yang berbeda, individual, dan
identifikasi yang akurat dan evaluasi masalah, orang, situasi dan
keterkaitan mereka. Melayani sebagai dasar yang kuat untuk membantu
mencampuri permasalahan yang bersangkutan. Meyer mendefinisikan
41
assesmen hanya dengan mengetahui, memahami, mengevaluasi, atau
mencari tahuindividualis. Untuk tujuan kita, assessment adalah
investigasi dan penentuan variable yang mempengaruhi masalah
diidentifikasi atau masalah yang dilihat dari mikro, meso atau perspektif
makro. Di posisi pertama, assesmen mengacu untuk mengumpulkan
informasi yang relevan tentang masalah sehingga keputusan dapat dibuat
tentang apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Kedua,
assessment dapat melibatkan persiapan untuk intervensi pada setiap
tingkat praktek. Assessment meliputi empat sub-langkah sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi klien Anda, Siapapun yang diidentifikasi sebagai
orang-orang yang telah disetujui (atau meminta) jasanya, diharapkan
menjadi penerima manfaat dari upaya perubahan. Dan telah
menandatangani perjanjian kerja atau kontrak dengan pekerja sosial
menjadi sistem klien.
b) Menilai situasi klien dari mikro, mezzo, makro dan keragaman
perspektif.
1. Aspek Mikro, pekerja sosial berbicara kepada klien secara
individu melalui bimbingan dan konseling. Tujuan utamanya
adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan
tugas-tugas kehidupannya.
2. Aspek Mezzo. Penilaian dilakukan terhadap sekelompok klien.
Dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi.
Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya
42
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
3. Aspek Makro. Sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan
sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian
masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi
dalam pendekatan ini. Pendekatan ini memandang klien
sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami
situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta
menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.
c) Mengutip informasi tentang masalah dan kebutuhan klien,
d) Mengidentifikasi kekuatan klien.
3. Planning (Perencenaan)
Langkah ketiga di GIM melibatkan perencanaan apa yang harus
dilakukan. perencanaan mengikuti penilaian dalam proses pemecahan
masalah. Penilaian untuk intervensi, dan perencanaan menentukan apa
yang harus dilakukan. seperti yang ditunjukkan pada gambar, perencanaan
melibatkan tujuh sub-langkah berikut:
a. Bekerja dengan klien, klien harus terlibat dalam definisi masalah dan
harus setuju sebagaimasalah yang mendapat perhatian. Selain itu,
proses perencanaan harus mengambil keuntungan dari kekuatan klien.
43
b. Memprioritaskan masalah, seringkali apa yang pekerja sosial rasa itu
penting berbeda dengan apa yang menurut klien itu penting. Jadi klien
harus menjadi bagian dalam proses ini agar sama-sama tertuju pada
prioritas masalah yang dialami klien.
c. Menerjemahkan masalah menjadi kebutuhan, klien datang kepada
pekerja sosial karena mereka mengalami masalah. Cara pekerja sosial
agar dapat membantu mereka adalah membangun apa yang mereka
butuhkan untuk memecahkan masalah. Langkah yang relatif sederhana
dalam perencanaan membantu untuk merestrukturisasi bagaimana
pekerja sosial melihat situasi sehingga lebih mudah untuk memutuskan
solusi.
d. Mengevaluasi tingkat intervensi untuk setiap kebutuhan, berfokus
pada satu kebutuhan klien pada suatu waktu, dimulai dengan orang-
orang dari prioritas tertinggi. solusi alternatif yang mungkin harus
didiskusikan dengan klien. solusi alternatif mungkin dapat fokus pada
mikro, mezzo, atau tingkat makro perubahan.
e. Menetapkan tujuan utama, dengan memperhatikan apa yang ingin
dicapai, bagaimana kebutuhan utama klien, apa yang diperlukan dan
apa kesimpulannya.
f. Tentukan tujuan, siapa yang harus melakukan, apa yang akan
dilakukan, kapan akan dilakukan dan bagaimana harus melakukannya.
g. Meresmikan kontrak, untuk menentukan banyak cara di mana pekerja
dan klien akan bekerja sama menuju tujuan mereka. kontrak
44
meresmikan kesepakatan antara klien dan pekerja. juga menjelaskan
harapan mereka.
4. Implementation (Pelaksanaan)
Tahap keempatdiGIMmelaksanakanperbuatanyang
sebenarnyasudah direncanakan. klien danpekerjamengikuti
rencanamerekauntuk mencapai tujuan mereka. kemajuanselama
pelaksanaanharus terusdipantaudan dinilai. kadang-kadang, isu-isu baru,
situasi, dan kondisimengharuskanrencanadiubah.
5. Evaluasi
Pekerja sosial harus bertanggung jawab. Yaitu, mereka harus
membuktikan intervensi mereka telah efektif. Setiap tujuan dievaluasi
untuk mengetahui sejauh mana tujuan itu dibuat. Apakah kasus tersebut
harus dihentikan atau dinilai ulang untuk menetapkan tujuan yang baru.
6. Terminasi
Langkah keenam dalam GIM adalah pemutusan perhatian.
Hubungan pekerja atau klien akhirnya harus berakhir. Setidaknya terdapat
lima alasan dasar untuk penghentian adalah sebagai berikut:
a) Penghentian dapat terjadi pada akhir sebuah rencana dan waktu
layanan terbatas.
b) Terminasi dapat terjadi dengan terus-menerus "Mulai-berakhir"
layanan "dengan kesepakatan bersama". Tujuan mungkin telah
dicapai, dan klien harus mengambil apa yang telah mereka pelajari dan
pergi dengan kemampuan yang mereka punya sendiri.
45
c) Penghentian adalah kejadian tak terduga, yang meliputi "pekerja sosial
(atau mahasiswa pekerjaan sosial) meninggalkan agen, perubahan
jadwal klien, langkah klien untuk wilayah geografis lain, kebijakan
lembaga tentang durasi layanan, memastikan batas yang dikenakan ,
dan kendala lembaga seperti beban kasus yang berlebihan.
d) Terminasi adalah transfer ke praktisi lain. pekerja sosial dapat
meninggalkan pekerjaan lain atau klien mungkin memenuhi syarat
untuk menerima layanan atau dana lainnya.
e) Penghentian "putus". Klien mungkin merasa intervensi tidak bekerja,
atau mereka tidak lagi merasa nyaman pada awalnya sehingga
menyebabkan mereka untuk mencari bantuan. Klien tidak lagi
termotivasi untuk kembali.
7. Follow- up (Tindak Lanjut)
Tindak lanjut adalah langkah ketujuh dan terakhir di GIM. Tindak
lanjut adalah pemeriksaan ulang situasi klien di beberapa titik setelah
selesai intervensi. Tujuannya adalah untuk memantau efek yang sedang
berjalan. Sering kali, langkah ini adalah yang paling sulit untuk diikuti.
Beban kasus mungkin terlalu berat dan terlalu penuh dengan krisis.
Pekerja sosial dapat terganggu oleh isu-isu dan tuntutan lainnya. Informasi
tindak lanjut mungkin sulit untuk didapatkan.
46
E. Metode-metode Pelayanan Kesejahteraan Sosial
1. Metode casework (individu dan keluarga)
Bertujuan untuk membantu individu secara tatap muka dan
individual untuk mengatasi permasalahan personal dan sosial. Casework
membantu klien untuk dapat beradaptasi dalam lingkungannya yang
penuh dengan permasalahan.Jadi pada dasarnya, metode ini
dikembangkan untuk menangani masalah keberfungsian sosial yang
dihadapi oleh individu dengan melibatkan keluarga ataupun orang-orang
yang dekat dengan individu tersebut.24 Metode pada fase permulaan case
work yang digunakan pekerja sosial adalah sebagai berikut:25
1. Mengadakan hubungan dengan klien sehingga mengurangi
kecemasannya dan meningkatkan perasaan kepercayaan dan
harapannya.
2. Membantu klien untuk menjelaskan dan memikirkan tentang
masalahnya.
3. Menolong klien untuk memfokuskan kebutuhan-kebutuhan yang
didapatkan dari pelayanan lembaga sosial dan tujuan yang klien
cari.
4. Menyerahkan partisipasi klien dalam usaha pemecahan masalah
yang akan dilaksanakan.
24Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial,h. 14525Marbun, Metode Sosial Case Work (Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial)
47
2. Metode groupwork (kelompok)
Metode ini dimaksudkan untuk memfasilitasi pengembangan
individu baik intelektual, emosional, dan sosial melalui aktivitas
kelompok sehingga dapat membantu individu meningkatkan
kemampuan berfungsi sosial dan mencapai tujuan yang diinginkan
melalui pendekatan kelompok.Metode groupwork menggunakan
pendekatan yang bersifat kelompok-kelompok sebagai media
penyembuhan. Individu-individu yang mengalami masalah sejenis
disatukan dalam kelompok penyembuhan dan kemudian dilakukan
terapi dengan dibimbing atau didampingi oleh seorang atau tim
pekerja sosial.26Prinsip-prinsip dalam bimbingan sosial kelompok
tersebut adalah sebagai berikut:27
1. Pembentukan kelompok secara terencana.
Kelompok merupakan satu kesatuan dimana individu memperoleh
pelayanan untuk mengembangkan pribadinya. Kelompok yang telah
terbentuk, maka badan sosial yang menerima kelompok dimaksud
perlu memperhatikan faktor-faktor yang erat hubungannya dengan
situasi kelompok, terutama yang dapat memberikan kemungkinan
untuk perkembangan individu menuju ke arah positif dalam
pemenuhan kebutuhan yang diinginkan oleh kelompok.
26Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri Memperkuat Tanggungjawab SosialPerusahaan (Corporate Social Responsibility) (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 37
27Pedoman Pekerjaan Sosial, Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur, Metode Pekerjaan Sosial, diakses dalam situs http://pekerjasosialtuban.wordpress.com/tag/metode-pekerjaan-sosial/
48
2. Memiliki tujuan yang akan dicapai bersama.
Di dalam bimbingan sosial kelompok tujuan, perkembangan
individu dan kelompok harus dirumuskan dengan cermat oleh
pembimbing kelompok agar terdapat keserasian antara harapan dan
kemampuan kelompok.
3. Penciptaan interaksi terpimpin.
Dalam bimbingan sosial kelompok harus dibina hubungan yang
bertujuan antara pekerja sosial dengan anggota-anggota kelompok
dan atas dasar keyakinan bahwa pekerja sosial akan menerima
anggota kelompok sebagaimana adanya.
4. Pengambilan keputusan.
Kelompok harus dibantu dalam mengambil keputusan-keputusan
sendiri dan menentukan kegiatan yang diinginkan sesuai dengan
kemampuannya.
5. Organisasi bersifat fleksibel.
Dalam arti organisasi dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Organisasi yang formal harus fleksibel dan harus didorong bila
sedang berusaha mencapai tujuan yang penting, yang dipahami oleh
para anggotanya dan dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.
6. Penggalian sumber-sumber dan penyusunan program.
Sumber yang ada di masyarakat harus dapat digunakan untuk
memperkaya pengalaman kelompok, untuk dimanfaatkan para
anggota dan kelompok itu sendiri. Penilaian kegiatan secara terus-
49
menerus terhadap proses dan hasil program atau pekerjaan
kelompok yang merupakan jaminan dan pertanggungjawaban
terhadap apa yang diselesaikan masing-masing pihak untuk
keseluruhan.
Terdapat beberapa alasan mengapa kelompok dipandang
sebagai media yang penting dalam proses pertolongan pekerjaan
sosial. Diantaranya adalah karena orang-orang yang terlibat dalam
kelompok terlibat relasi, interaksi, dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Mereka saling berbagi pengalaman, berbagi tujuan, dan berbagi
cara mengatasi suatu masalah, yang tidak selalu mungkin dilakukan
secara sendiri-sendiri.
e. Prinsip-Prinsip Pekerja Sosial
Dasar teori Midgley untuk kesemua praktek pekerjaan sosial
tersusun dalam suatu prinsip-prinsip general yang menggambarkan
keyakinan filsafat dari profesi dan menjadi sebuah pedoman pekerja sosial
untuk berkerja dengan klien-klien mereka. Prinsip-prinsip tersebut sebagai
berikut:
a. Penerimaan (acceptance)
Prinsip ini secara mendasar melihat bahwa Pekerja Sosial harus berusaha
menerima klien mereka apa adanya, tanpa menghakimi klien tersebut.28
28Chazali H. Situmorang, Mutu Pekerja Sosial di Era Otonomi Daerah (Depok: PT KhalifahMediatama, 2013), h. 82
50
b. Komunikasi (communication)
Prinsip komunikasi ini berkaitan erat dengan kemampuan pekerja
sosial untuk menangkap informasi ataupun pesan yang dikemukakan
oleh klien. Pesan yang disampaikan klien dapat berbentuk pesan
verbal, yang diungkapkan klien melalui ucapannya. Atau pesan
tersebut dapat pula berbentuk pesan non-verbal misalnya dari cara
duduk klien, cara klien menggerakan tangannya, cara klien meletakkan
tangannya, dan sebagainya.29
c. Partisipasi (participation)
Pada prinsip ini, pekerja sosial didorong untuk menjalankan peran
sebagai fasilitator. Dari peran ini, pekerja sosial diharapkan akan
mengajak kliennya untuk ikut serta berperan aktif dalam menghadapi
permasalahan yang dihadapinya30
d. Individualisasi (individualization)
Prinsip individualisasi, pada intinya menganggap setiap individu
berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehinga seorang pekerja
sosial haruslah berusaha memahami keunikan dari setiap klien.31
e. Kerahasiaan (confidentialy)
Dalam prinsip ini, pekerja sosial harus menjaga kerahasiannya dari
kasus yang sedang ditanganinya. Sehingga kasus tersebut itu tidak
29Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, h. 8330Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, h. 8331Chazali H. Situmorang, Mutu Pekerja Sosial di Era Otonomi Daerah, h. 79
51
dibicarakan dengan sembarang orang yang tidak terkait dengan
penanganan kasus tersebut.32
f. Kesadaran diri Petugas (self-awareness)
Prinsip kesadaran diri ini menuntut pekerja sosial untuk bersikap
professional dalam menjalin relasi dengan kliennya. Dalam arti
pekerja sosial harus mampu mengendalikan dirinya sehingga tidak
terhanyut oleh perasaan ataupun permasalahan yang dihadapi oleh
kliennya. Dengan kata lain, pekerja sosial haruslah menerapkan sikap
empati dalam menjalin relasi dengan kliennya.33
Dalam pelaksanaan intervensi pelayanan kesejahteraan sosial,
pekerja sosial mengunakan salah satu dari teori pekerja sosial, yaitu
teori sistem. Teori sistem adalah salah satu cara untuk
mengkonseptualisasikan permasalahan dan membuat rencana kegiatan
atau treatment. Dengan cara ini pekerja sosial dapat berupaya untuk
memahami kepentingan relatif dari beragam kepentingan dalam
kehidupan klien. Sebagai suatu cara untuk pengembangan
permasalahan yang ada, pekerja sosial dapat mengkonseptualisasi
masalah-masalah dengan peristilahan sistem klien, agen perubahan,
kegiatan, dan sistem sasaran, dalam rangka menentukan tujuan melalui
upaya perubahan terancana.34
32Chazali H. Situmorang, Mutu Pekerja Sosial di Era Otonomi Daerah, h. 8533Chazali H. Situmorang, Mutu Pekerja Sosial di Era Otonomi Daerah , h. 8434http://kesos.unpad.ac.id/?p=578 artikel diakses pada tanggal 31 Agustus 2014
52
Teori sistem merupakan teori yang menganggap bahwa
pekerja sosial merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan sosial
kepada individu dan masyarakat. Pekerja sosial berupaya untuk
memenuhi kebutuhan individual serta meningkatkan pelayanan-
pelayanan sosial tempatnya berada, sehingga dengan demikian pekerja
sosial dan pelayanan kesejahteraan sosial dapat bekerja dengan lebih
efektif.
Teori sistem merupakan teori yang membedakan antara praktik
pekerja sosial dengan profesi penolong lainnya. Hal ini karena pekerja
sosial sangat memberikan perhatian dan memperhatikan pengaruh
lingkungan sekitar klien ketika melakukan intervensi dan penyelesaian
masalah.35. Teori ini berupaya untuk mengubah masyarakat agar
bersifat lebih adil atau menciptakan pelayanan pemenuhan kebutuhan
sosial personal melalui pertumbuhan individu maupun masyarakat
dianggap sebagai gagasan utama dalam pandangan ini.
Secara teoritis Pincus dan Minahan menyatakan terdapat empat
sistem dasar dalam praktek pekerjaan sosial, yaitu36 :
1.Sistem pelaksana perubahan, pekerja sosial yang secara khusus
bekerja untuk menciptakan perubahan secara terencana.
35Siti Napsiyah dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial (Jakarta: LembagaPenelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 65
36Siti Napsiyah dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial, h. 66
53
2.Sistem Klien, adalah sekelompok orang yang sepakat meminta
pelayanan kepada pekerja sosial dan telah memberikan kewenangan
menjadi penerima pelayanan berdasarkan kesepakatan atau kontrak
dengan pekerja sosial.
3.Sistem sasaran, yaitu sekelompok orang, badan-badan, dan atau
organisasiyang dijadikan sasaran perubahan atau dijadikan media
yang dapat mempengaruhi proses pencapaian tujuan pertolongan dan
para penerima pelayanan utama memperoleh manfaat yang
diharapkan.
4.Sisem aksi atau kegiatan, istilah ini dipakai untuk menggambarkan
dengan siapa saja pekerja sosial bekerja dalam upayanya memenuhi
tugasnya dan mencapai tujuan perubahan yang diharapkan.
Teori sistem juga membantu untuk menciptakan fokus yang
menghadirkan komunikasi diantara penghuni dalam lembaga atau
panti, baik sebagai cara untuk menjelaskan permasalahan dalam situasi
tersebut atau sebagai cara untuk mengintervensi.37
B. Definisi Anak dan Anak Terlantar
1. Pengertian Anak
Anak merupakan buah hati kedua orangtuanya yang dapat
menyenangkan hati dan memberikan kebahagiaan serta sebagai perhatiasan
pada kehidupan rumah tangga karena sudahlah lengkap kebahagiaan dengan
37Siti Napsiyah dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial, h.71
54
hadirnya buah hati (anak) sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-
Kahfi ayat 46:
Artinya:
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehiduan dunia tetap amalan-amalanyang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebihbaik untuk menjadi harapan” (Q.S. Al- Kahfi: 46).
Dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
disebutkan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa,
yang dalam dirinyamelekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya;
Anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan
bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang
menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan Negara pada masa depan. anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan (Pasal 1 Ayat (1)). 38
Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan
berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam.
Menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Anak adalah
38 Makmur Sunusi, Anak dan Negara Perspektif Indonesia Abad XXI (Jakarta: JasPro Press,2012), h. 8
55
seorang yang berusia dibawah 21 tahun dan belum menikah.Disamping itu,
anak juga mengandung pengertian adalah seorang yang berada pada suatu
masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.39
Dalam aspek sosiologis anak diartikan sebagai makhluk ciptaan Allah
SWT yang senan tiasa berinteraksi dalam lingkungan masyarakat bangsa dan
negara.Dalam hal ini anak diposisikan sebagai kelompok social yang
mempunyai setatus social yang lebih rendah dari masyarakat dilingkungan
tempat berinteraksi. Pengertian anak dalam aspek agama islam, anak adalah
titipan Allah SWT kepada kedua orang tua, masyarakat bangsa dan negara
yang kelak akan memakmurkan dunia sebagai rahmatan lila’lamin dan
sebagai pewaris ajaran islam pengertian ini mengandung arti bahwa setiap
anak yang dilahirkan harus diakui, diyakini, dan diamankan sebagai
implementasi amalan yang diterima oleh akan dari orang tua, masyarakat ,
bangsa dan negara.40
Dari pengertian anak di atas dapat disimpulkan bahwa anak adalah
seseorang yang masih muda di bawah 18 tahun termasuk yang berada dalam
kandungan, belum pernah menikah, yang merupakan generasi masa depan
sebuah bangsa. Anak merupakan makhluk yang diamantkan oleh Allah SWT
kepada manusia atau orangtua untuk wajib dijaga dan dapat dibimbing
39 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Renika Cipta,1990), Cetakan ke-3.h.166
40http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/15/definisi-anak-463129.html Artikel diakses padatanggal 1 Mei 2014
56
menjadi manusia seutuhnya sebab jiwa dan jasmani anak belum penuh berdiri
dengan kokoh, karena ia masih dalam perkembangan pertumbuhan.
a. Masa perkembangan Anak
Masa perkembangan anak dibagi oleh banyak ahli dalam beberapa
periode dengan tujuan untuk mendapatkan wawasan yang jelas tentag definisi
dan perkembangan anak. Hal ini disebabkan karena pada saat-saat
perkembangan tertentu anak-anak secara umum memperlihatkan ciri-ciri dan
tingkah laku karakteristik yang hampir sama. Menurut Kartono (1995),
periode perkembangan anak terdiri dari masa bayi usia 0-1 tahun (periode
vital), masa kanak-kanak usia 1-5 tahun (periode estatis), masa anak-anak
sekolah dasar usia 6-12 tahun (periode intelektual) dan periode pueral usia 12-
14 tahun (pra-pubertas atau puber awal).
Perkembangan anak meliputi segi-segi jasmani, jiwa dan rohani juga.
Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang mengambil
peranan besar dalam membentuk watak anak.Oleh karena itu, anak berhak
untuk tumbuh kembang secara wajar serta memperoleh perawatan, pelayanan,
asuhan, dan perlindungan yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahterannya.
Anak juga berhak atas peluang dan dukungan untuk mewujudkan dan
mengembangkan potensi diri dan kemampuannya. Namun tidak semua
keluarga dapat memenuhi seluruh hak dan kebutuhan anak.
57
b. Pemeliharaan Anak
Islam meletakkan tanggung jawab membesarkan anak sepenuhnya
di atas bahu kedua orangtuanya, selain merawat secara fisik, juga meliputi
akulturasi ke dalam nilai-nilai islami dan sosialisasi ke dalam umat.
Syariat menegaskan bahwa orangtuanya harus mendidik anaknya tentang
ritual islam serta hukum dan etika islam dan tentang menjadi bagian dari
umat. Bila tidak sanggup atau gagal, maka masyarakatlah yang harus
bertanggung jawab. Orang tua membacakan syahadat ketika anaknya baru
lahir, menamainya dengan nama baik, menyunatkan apabila anaknya laki-
laki dan mengajarkan membaca al- quran secara benar. Orang tua
mendidik anaknya supaya berbakti kepada keluarga dan masyarakat,
membetulkan apabila ia melakukan kesalahan serta menasihati dan
memberinya contoh yang baik. Syariat menegaskan supaya anak
menghormati dan mematuhi orantua serta orang yang lebih tua darinya
dan membantu mereka. 41
Mengasuh dan merawat anak hukumnya wajib, sama seperti
wajibnya orang tua memberikan nafkah yang layak kepadanya. Semua ini
harus dilaksanakan demi kemaslahan dan keberlangsungan hidup anak.
Syariat Islam, dalam hubungannya dengan hak anak untuk mendapatkan
pengasuhan dan perawatan, menuntut agar setiap orang yang
berkewajiban memenuhi tugas ini agar melakukannya dengan ikhlas.
41Isma’il R. Al-Furuqi, Akar Budaya Islam, Menjelajah Kazanah Peradaban Gemilang(Bandung: Mizan,2003), h. 185
58
2. Pengertian Anak Terlantar
Anak terlantar adalah anak yang karena alasan tertentu orangtuanya
melalaikan kewajibannya, sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan dengan
wajar baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosialnya.42
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak
tercantum dalam pasal 1 ayat (6) dijelaskan bahwa “Anak terlantar adalah
anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental,
spiritual, maupun sosial”.43
Anak terlantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk kategori
anak rawan atau anak-anak membutuhkan perlindungan khusus. Seorang anak
dikatakan terlantar, bukan sekedar karena ia sudah tidak lagi memiliki salah
satu orangtua atau kedua orangtuanya. Tetapi, terlantar di sini juga dalam
pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk
memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh pelayanan
ksehatan yang memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidakmengertian
orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan.
Seorang anak yang kelahirannya tidak dikehendaki, misalnya, mereka
umumnya sangat rawan untuk diterlantarkan bahkan diperlakukan salah (child
abuse). Pada tingkat yang ekstrem, perilaku penelantarkan anak bisa berupa
tindakan orangtua membuang anaknya, entah itu di hutan, di selokan, di
42 UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak43 UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
59
tempat sampah, dan sebagainya baik ingin menutupi aib atau karena
ketidaksiapan orang tua untuk melahirkan dan memelihara anaknya secara
wajar.
Anak terlantar sebagaimana pada umumnya anak, mereka memerlukan
kebutuhan dasar sebagai haknya. Hal ini sangat berkaitan dengan tumbuh
kembang anak. Anak mampu tumbuh dan berkembang secara wajar apabila
terpenuhi kebutuhannya, baik secara jasmani, rohani, maupun sosial.
Kebutuhan dasar yang harus dipenuhi seorang anak meliputi:44
a. Kebutuhan fisik, biologi, sebagai tuntutan yang harus dipenuhi yang
menghambat pertumbuhan fisiknya.
b. Kebutuhan mental psikis, yaitu untuk menjamin kesehatan jasmani dan
rohani anak yang berkaitan dengan eksistensinya sebagai makhluk mental
psikis.
c. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan eksistensi
manusia sebagai makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup tanpa
orang lain.
Kebutuhan dasar tersebut seyogyanya dapat terpenuhi supaya anak tidak
mengalami ketelantaran. Namun sebenarnya yang lebih penting yaitu akibat
dari ketelantaran akan menyebabkan hambatan terhadap perkembangan
kepribadian anak. Pada hakikatnya masa anak-anak merupakan masa yang
terpenting bagi pertumbuhan sebab pada masa yang tersebut akan mengalami
44 Andayani Listyawati, Penanganan Anak Terlantar Melalui Panti Asuhan Milik Perorangan(Yogyakarta: B2P3KS Press,2008), h.12
60
sosialisasi dan proses perkembangan diri untuk menjadi dewasa akan
berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap hidup dimasa yang akan
datang.
Bagi anak-anak terlantar, mereka mempunyai hak-hak mereka untuk
mendapatkan suatu pelayanan kesejahteraan sosial melalui orangtua pengganti
yang akan dapat memberikan hak-haknya. Hal ini untuk memberi
perlindungan terhadap kesejahteraan anak. Pada dasarnya untuk melindungi
kesejahteraan anak ada dua hal yang hendaknya diperhatikan, yaitu: 45
a. Menjaga agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar, baik lahir
maupun batin dan bebas dari segala bentuk gangguan, hambatan dan
ancaman.
b. Mengupayakan suatu kondisi dan penghidupan anak yang dapat menjamin
pertumbuhan baik jasmani, rohani, maupun sosial.
A. Ciri-ciri Anak Terlantar
Ciri-ciri yang menandai seorang anak dikategorikan terlantar adalah :
1.Mereka biasanya berusia 5-18 tahun, dan merupakan anak yatim, piatu,
atau anak yatim piatu.
2.Anak yang terlantar sering disebut anak yang lahir dari hubungan seks di
luar nikah dan kemudian mereka tidak ada yang mengurus karena orang
tuanya tidak siap secara psikologis maupun ekonomi untuk memelihara
anak yang dilahirkannya.
45 Andayani Listyawati, Penanganan Anak Terlantar Melalui Panti Asuhan MilikPerorangan. h. 14
61
3.Anak yang kelahirannya tidak direncanakan atau tidak diinginkan oleh
kedua orangtuanya atau keluarga besarnya, sehingga cenderung rawan
diperlakukan salah.
4.Meski kemiskinan bukan satu-satunya penyebab anak diterlantarkan dan
tidak selalu pula keluarga miskin akan menelantarkan anaknya. Tetapi,
bagaimanapun harus diakui bahwa tekanan kemiskinan dan kerentanan
ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka memberikan
fasilitas dan memenuhi hak anaknya menjadi sangat terbatas.
5.Anak yang berasal dari keluarga yang broken home, korban perceraian
orang tuanya, anak yang hidup di tengah kondisi keluarga yang
bermasalah.46
B. Keberfungsian Sosial Anak Terlantar
Keberfungsian Sosial adalah kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupan, memenuhi kebutuhan, dan
mengatasi masalah.47 Keberfungsian sosial mengacu pada cara yang
dilakukan individu-individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas
kehidupan dan memenuhi kebutuhannya. Konsep ini pada intinya
menunjuk pada kapabilitas individu, keluarga atau masyarakat dalam
menjalankan peran-peran sosial di lingkungannya.
46 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010).Cet ke-1, h. 216
47Glosarium Kemensos RI, Keberfungsian Sosial . artikel diakses pada tanggal 3 September2014 dari https://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos
62
Baker, Dubois dan Miley menyatakan bahwa keberfungsian sosial
berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan
dasar diri dan keluarganya, serta dalam memberikan kontribusi positif
bagi masyarakat. Konsepsi ini mengedepankan nilai bahwa manusia
adalah subjek dari segenap proses dan aktivitas kehidupannya. Bahwa
manusia memiliki kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan
dalam proses pertolongan. Bahwa manusia memiliki dan atau dapat
menjangkau, memanfaatkan, dan memobilisasi aset dan sumber-sumber
yang ada di sekitar dirinya.48
Menurut Achlis keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang
dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam
situasi sosial tertentu berupa adanya rintangan dan hambatan dalam
mewujudkan nilai dirinya mencapai kebutuhan hidupnya.49Indikator
peningkatan keberfungsian sosial dapat dilihat dari ciri-ciri seperti yang
diungkapkan Achlis sebagai berikut:
1. Individu mampu melaksanakan peran di masyarakat
2. Individu intens menekuni hobi serta minatnya
3. Individu memiliki sifat afeksi pada dirinya dan orang lain atau
lingkungannya.
48Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 14649Fanky Febryanto Banfatin, “ Identifikasi Peningkatan Keberfungsian Sosial dan
Penurunan Risiko Bunuh Diri Bagi Penderita Gangguan Kesehatan Mental Bipolar DisorderDi Kota Medan Melalui Terapi Pendampingan Psikososial,” jurna diakses pada tanggal 16November 2014 dari jurnal.usu.ac.id/index.php/ws/article/download/.../262...
63
4. Individu menghargai dan menjaga persahabatan.
5. Individu mempunyai daya kasih sayang yang besar serta mampu
mendidik.
6. Individu semakin bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban.
7. Individu memperjuangkan tujuan hidupnya.
8. Individu belajar untuk disiplin dan manajemen diri.
64
C. Kerangka Berfikir
Dibina
Diberikanpelayanan
Hal yang diharapkan
Proses Pelayanan Kesejahteraan Sosial
1. Generalis Intervention Model (GIM)a. Engagementb. Assesment casework: bimbinganc. Planning konselingd. Implementatione. Evaluationf. Terminationgroupwork: supportg. Follow-upgroup, dinamika klmpk
2. Bentuk-Bentuk Pelayanan- Pengasramaan - Kebutuhan pangan- Konseling - Kesehatan- Pendidikan Formal - Keterampilan- Keagamaan - Rekreasi/Hiburan- Transportasi - Tabungan
Anak Terlantar
Panti Sosial AsuhanAnak (PSAA) Putra
Utama 03 Tebet
Keberfungsian Sosial
Indikator peningkatan keberfungsian sosial dapat dilihat dari ciri-ciri seperti yang diungkapkan Achlis sebagai berikut:
1. Individu dapatt melaksanakan peran di masyarakat
2. Individu intens menekuni hobi serta minatnya
3. Individu memiliki sifat afeksi pada dirinya dan orang lain
atau lingkungannya.
4. Individu menghargai dan menjaga persahabatan.
5. Individu mempunyai daya kasih sayang yang besar serta
mampu mendidik.
6. Individu semakin bertanggung jawab terhadap tugas dan
kewajiban.
7. Individu memperjuangkan tujuan hidupnya.
8. Individu belajar untuk disiplin dan manajemen diri.
65
Anak terlantar adalah anak yang karena alasan tertentu orangtuanya
melalaikan kewajibannya, sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan dengan wajar baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosialnya. Dengan tidak terpenuhinya
kebutuhan tersebut, mereka jadi putus sekolah, tumbuh kembang anak menjadi
terhambat, tingkah laku mereka tidak terkontrol, dan mereka jadi tidak mempunyai
keterampilan yang mendukung mereka untuk lebih mandiri. Karena permasalahan ini
sebaiknya anak dirujuk oleh keluarga atau masyarakan untuk mendapatkan pelayanan
kesejahteraan sosial di panti PSAA PU 03 Tebet yaitu panti yang memberikan
pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar.
Anak dihadapkan dengan rangkaian proses pelayanan yang dilakukan secara
bertahap. Tahapan pelayanan kesejahteraan sosial yang dimaksud mulai dari langkah-
langkah pelayanan kesejahteraan sosial seperti pendekatan awal, assessment, sampai
merencana intervensi yang akan diberikan, intervensi, proses resosialisasi, evaluasi
dan terminasi. Kemudian bentuk-bentuk pelayanan kesejahteraan sosial dalam panti
mulai dari pelayanan pengasramaan, kebutuhan pangan, konseling, kesehatan,
pendidikan, keagamaan, keterampilan, transportasi, tabungan, dan rekreasi atau
hiburan.
Pelayanan tersebut diberikan agar anak kembali berfungsi sosial. Selama
proses pelayanan berlangsung, sebenarnya hak dan kebutuhan anak tetap terjamin.
Tujuan akhir dari pelayanan kesejahteraan sosial ini adalah Individu dapatt
melaksanakan peran di masyarakat, menekuni hobi serta minatnya, memiliki sifat
afeksi pada dirinya dan orang lain atau lingkungannya, menghargai dan menjaga
persahabatan, mempunyai daya kasih sayang yang besar serta mampu mendidik,
66
semakin bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban, memperjuangkan tujuan
hidupnya, serta belajar untuk disiplin dan manajemen diri.
Pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial tidak terbatas pada aspek-aspek
yang terkait dengan masalah kelembagaan dan pengelolaannya, namun juga penting
ditelusuri kondisi klien baik yang sedang maupun yang telah selesai menerima
pelayanan. Akhirnya dapat diketahui bagaimana proses pelayanan yang diberikan
pada anak, yang akan berdampak pada keberfungsian sosial di keluarga maupun
masyarakat.
67
BAB III
GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) PUTRAUTAMA 03 TEBET
A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)
1. Identitas dan Sejarah PSAA
a. Pengertian PSAA
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet adalah
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang
mempunyai tugas memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak
terlantar.
b. Sejarah PSAA
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet didirikan
pada tahun 1999 yang saat itu bernama Panti Sosial Taman Penitipan Anak
(PSTPA) Bina Insan Nusantara sebagai salah satu Unit Penitipan Teknis
(UPT) Kanwil Departemen Sosial Provinsi DKI Jakarta. Sejak tanggal 28
Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara menjadi UPT Dinas Sosial
Provinsi DKI Jakarta yang kemudian berubah nama menjadi Panti Sosial
Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa.1
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2000 tentang Bentuk
Susunan Organisasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI
Jakarta dan Keputusanl Gubernur Provinsi daerah Khusus Ibukota Jakarta
1 Leaflet Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet
68
Nomor 41 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Bina
Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial.
Dengan terbitnya Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor
163 tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Dinas Bina Mental dan
Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta, maka sejak tanggal 13
November 2002 nama PSAA Balita Tunas Bangsa berubah menjadi Panti
Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet. Selanjutnya terbit Peraturan
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 61 tahun 2010
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama.2
c. Tugas dan Fungsi PSAA
1) Tugas Pokok Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet:
Tugas pokok PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial anak
terlantar yang meliputi identifikasi dan asesmen, bimbingan dan
penyaluran serta bina lanjut.
2) Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet yaitu:
a. Pelaksaan pendekatan awal meliputi registrasi, persyaratan
identifikasi, motivasi, dan seleksi.
2 Leaflet Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet
69
b. Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan
administrasi dan penempatan dalam panti.
c. Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan, dan perlindungan
sosial.
d. Pelaksanaan asesmen meliputi penelahaan, pengungkapan
dan pemahaman masalah dan potensi.
e. Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan,
bimbingan mental, sosial, kepribadian, pendidikan dan
latihan keterampilan.
f. Pelaksanaan sosialisasi meliputi kehidupan dalam keluarga,
masyarakat dan lingkungan, persiapan pendidikan serta
melaksanakan penyaluran dan bantuan kemandirian.
g. Pelaksanaan binaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi,
asistensi, pemantapan dan terminasi. 3
2. Visi dan Misi
1) Visi
Panti Sosial Asuhan Anak Putra (PSAA) Utama 03 Tebet
mempunyai visi “Terentasnya anak terlantar, yaitu/piatu/yatim piatu
dan berasal dari keluarga tidak mampu di Provinsi DKI Jakarta dalam
kehidupan yang layak dan normatif”.
3 Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) PutraUtama 03 Tebet pada tanggal 23 Juli 2014.
70
2) Misi
Adapun misi Panti Sosial Asuhan Anak Putra (PSAA) Utama
03 Tebet yaitu4:
a) Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap
anak yatim/piatu/yatim piatu dan anak terlantar yang ada di
lingkungan masyarakat.
b) Membentuk anak yang mengalami ketelantaran agar dapat
tumbuh kembang secara wajar melalui pemenuhan baik
jasmani, rohani maupun sosial.
c) Mengentaskan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) yatim/piatu terlantar ke dalam kehidupan yang layak,
normatif dan manusiawi.
4 Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) PutraUtama 03 Tebet pada tanggal 23 Juli 2014.
71
B. Struktur Organisasi
C. Deskripsi Pekerjaan
a) Kepala Panti mempunyai tugas:
1. Memimpin pelaksanaan dan fungsi Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)
Putra Utama 03 Tebet.
2. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan sub bagian, seksi
dan sub kelompok jabatan fungsional.
3. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan Kepala Dinas.
b) Bagian Tata Usaha mempunyai tugas:
Ka. Panti
Hikmah, SE.MM
Kasubag.TU
Dra. Hj. Fatimah
Sub. Pok. Jafung
Ka. Bimbingan dan Penyaluran
Zulfarini Thaib, S.sos
Ka. Identifikasi danAsessmen
Dra. Hj. Nurlela
72
1. Melaksanakan urusan administrasi umum, keuangan, kepegawaian
perlengkapan dan melaksanakan sara serta prasarana panti.
2. Meneliti kesiapan seumber daya manusia sarana dan prasarana untuk
melaksanakan pekerjaan.
3. Membina kinerja dan disiplin pegawai.
4. Membina kinerja dan disiplin Tenaga Pelayanan Sosial.
5. Melaksanakan perencanaan dan pelaporan serta penyusunan Job desk
pegawai dan Tenaga Pelayanan Sosial.
6. Mewakili Kepala Panti bila berhalangan.
7. Mengkoordinir petugas piket dan melaksanakan piket.
8. Melaksanakan koordinaso dengan unit-unit terkait.
9. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
10. Melaksanakan tugas-tugas pendampingan kepada WBS.
c) Seksi Identifikasi dan Assesmen mempunyai tugas:
1. Mendayagunakan sarana dan SDM untuk melaksanakan seluruh
kegiatan seksi identifikasi dan asessmen.
2. Melaksanakan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,
identifikasi, motivasi, dan seleksi.
3. Melaksanakan penerimaan meliputi; registrasi, persyaratan
administrasi dan penempatan dalam panti.
4. Melaksanakan perawatan, pemeliharaan, dan perlndungan sosia.
5. Melaksanakan asesmen meliputi penelaahan, pengungkapan dan
pemahaman masalah dan potensi.
73
6. Memantau perkembangan WBS di dalam panti atau di luar panti.
7. Mewakili kepala panti bila berhalangan
8. Memonitor sarana dan prasarana perawatan WBS
9. Mengawasi pelaksanaan petugas asrama WBS, memonitor kesehatan
WBS.
10. Menyediakan obat-obatan dan rujukan rumah sakit, puskesmas dan
dokter.
11. Melaksanakan piket.
12. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan kepala panti.
13. Melaksanakan pendampingan WBS.
d) Seksi Bimbingan dan Penyaluran mempunyai tugas:
1. Mendayagunakan sarana dan SDM untuk melaksanakan seluruh
kegiatan seksi bimbingan dan penyaluran.
2. Melaksanakan bimbingan sosial perorangan, kelompok, dan
masyarakat.
3. Melaksanakan pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental,
sosial dan kepribadian.
4. Melaksanakan bimbingan pelatihan dan keterampilan dalam penerapan
kemandirian.
5. Melaksanakan sosialisasi dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan
pendidikan.
6. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan penyaluran kembali kepada
keluarga, masyarakat dan rujukan ke lembaga sosial lainnya.
74
7. Melaksanakan bina lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi,
dan pemantapan.
8. Melaksanakan tugas kedinasaln lain yang diberikan kepala panti.
9. Mendayagunakan sarana dan SDM untuk melaksanakan seluruh
kegiatan bimbingan dan terhada WBS.
10. Mewakili kepala panti bila berhalangan.
11. Melaksanakan piket.
12. Memonitor WBS di sekolah-sekolah.
13. Menghubungi wali kelas, komite sekolah tempat WBS belajar.
14. Menyiapkan guru-guru pembimbing, instruktur dan pembinaan WBS
di dalam lingkungan panti.
15. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepala panti.
D. Sasaran, Persyaratan dan Perekrutan Klien
a. Sasaran Pelayanan PSAA
Sasaran Pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet
adalah remaja perempuan anak terlantar usia 13 tahun sampai dengan 18 tahun
yang sedang menempuh pendidikan di tingkat SLTP dan SLTA yang karena
suatu sebab orangtuanya tidak dapat mencukupi kebutuhannya secara wajar
baik jasmani, rohani maupun sosial. 5
5 Leaflet Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet
75
b. Persyaratan
Sedangkan persyaratan untuk menjadi Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA
Putra Utama 03 Tebet adalah6:
1) Anak usia 13 tahuan sampai dengan 18 tahun (khusus perempuan)
2) Surat keterangan tidak mampu dari Rt/Rw, Lurah setempat
3) Surat keterangan sehat dari dokter/Puskesmas.
4) Foto copy KTP orangtua/wali (Domosili DKI Jakarta)
5) Pas foto 4x6 = 2 lembar, 2x3=2lembar
6) Pemilik ijazah/raport terakhir.
7) Bersedia tinggal dan mengikuti tata tertib yang berlaku di PSAA Putra
Utama 03 Tebet.
8) Rujukan dari panti terkait.
c. Perekrutan
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet (PSAA PU 03 Tebet)
dalam merekrut klien yang masuk ke panti ini adalah berdasarkan hasil rujukan
dari panti ke panti, rujukan keluarga dan berasal dari organisasi sosial (Karang
taruna, SSK, dan PSM ) .7
E. Pendanaan PSAA
Dana operasional Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet,
berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta setiap tahunnya untuk pendanaan pendidikan, kesehatan,
6 Leaflet Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet,7 Leaflet Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet
76
dan permakanan, karena PSAA Merupakan panti di bawah naungan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jika ada kerusakan dalam sarana dan
prasarana, maka APBD dapat digunakan. PSAA juga menerima sumbangan
dari masyarakat namun sifatnya tidak rutin.
F. Program pelayanan Klien
Program pelayanan pengasuhan yang dilakukan oleh Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet terhadap anak-anak asuhnya merupakan
bagian dari intervensi kesejahteraan sosial. Pelayanan-pelayanan
kesejahteraan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi kasus yang
dilaksanakan secara diindividualisasi, langsung dan terorganisasi, yang
bertujuan membantu individu, kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya
mencapai saling penyesuaian.
Berdasarkan tujuan didirikannya, Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)
Putra Utama 03 Tebet memiliki program-program kegiatan yang kesemuanya
ditujukan untuk; 1). Mengembangkan sikap mental positif, 2). Membangun
akhlak karimah, 3). Menggali serta memberdayakan potensi yang dimiliki
anak asuh, 4) memberikan keterampilan kerja dan penempatan kerja.
Program-program yang dicanangkan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) lebih
difokuskan pada permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi anak
asuh. Adapan program-program kegatan tersebut adalah sebagai berikut8:
8 Wawancara dengan Kak Loren, 3 Juli 2014
77
1. Bimbingan Fisik dan Kesehatan
Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)
Pencak Silat
Pemeriksaan Kesehatan
Kebersihan Lingkungan
2. Bimbingan Mental Keagamaan
Bimbingan ibadah (wudhu, sholat, puasa, dan lain-lain)
Mengaji,
Membaca Wakiah,
Ceramah
3. Bimbingan Sosial
Bimbingan Kelompok (Group Work)
Bimbingan Individu (Case Work)
Pola pendampingan
Rekreasi atau kegiatan Out Bond
4. Bimbingan Pendidikan
Pendidikan formal ( tingkat SMP – SMA/SMK)
Bimbingan belajar (Les)
5. Bimbingan Keterampilan
Menjahit mute-mute
Menyulam
Membuat kreativitas dari bahan-bahan daur ulang
78
Komputer
Kesenian (Band, teater, membaca puisi, vocal group dan
menari tradisional )
6. Bimbingan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan
7. Kegiatan Koperasi
8. Program Tabungan
9. Penyaluran dan penempatan kerja.
G. Daftar Pegawai di PSAA
Jumlah seluruh pegawai PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah 20 orang,
seperti terlihat dalam tabel dibawah ini9:
Tabel 2.
Data Pegawai di PSAA PU 03 Tebet
9 Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) PutraUtama 03 Tebet pada tanggal 11 Agustus 2014.
NO. NAMA NIP JABATAN /GOLONGAN
1. Hikmah, SE. MM 19610227 198101 2 002 Kepala PantiIV/b
2. Dra. Hj. Fatimah 19591022 198603 2 004 Ka. Sub.Bag. TUIV/a
3. Dra. Hj. Nurlaela 19671010 199303 2 012 Kasie Ident & AssesmenIII/d
4. Zulfarini Thaib, S.Sos 19581117 198203 2 005 Kasie Bimbingan &Penyaluran
III/d5. Yuanita Bakar, SH 19610428 198911 2 001 Staf Sie Iden & Assesmen
III/d
79
6. Saodah 19681024 198903 2 004 Staf Sub Bag. TUIII/b
7. Aris Susilo Hadi 19650805 199003 1 009 Staf Sub Bag. TUIII/b
8. Sri Wahyuni 19650827 198707 2 001 Staf Sub Bag. TUIII/b
9. Sofiawati 19641019 198703 2 003 Staf Sie Iden & AssesmenIII/b
10. Yasinta RA, S.Psi 19841228 201101 2 012 Staf Sie Bim &PenyaluranIII/a
11. Nurdin Iskandar 19601118 198203 1 010 Staf Sie Iden & AssesmenII/d
12. Mohammad Dasir 19630715 200701 1 026 Staf Sie Iden & AssesmenII/b
13. Dainel Rusdi 19800803 200701 1 006 Staf Sub.Bag.TUII/b
14. Junta Sasmican 19750531 200701 1 009 Staf Sie Iden & AssesmenII/b
15. Siti Nurhayati 19801006 200801 2 023 Staf Sub.Bag.TUII/b
16. Gunawan Sukaton 19780430 200801 1 015 Staf Sub.Bag.TUII/b
17. Gusfarianty 19780807 200701 2 025 Staf Sub.Bag.TUII/b
18. Puji Lestari 19850320 200801 2 011 Staf Sie Bimbingan &Penyaluran
II/b19. Reni Kuat Tiah 19770702 200701 2 012 Staf Sie Bimbingan
&PenyaluranI/d
20. Budiarso 19711006 200701 1 018 Staf Sub.Bag.TUI/d
21. Theddy Armeinsyah 14001 Staf Seksi Identifikasi danAssesmen / TenagaPelayanan Sosial
22. Rianawaty, SE 14002 Staf Sub.Bag. TU23. Boy Haidir, S.Kom 14003 Staf Sub.Bag. TU /
Tenaga Pelayanan Sosial24. Nurhani 14004 Staf Identifikasi dan
Assesmen / PetugasPelayanan Sosial
25. Agus Jaka Haeludin 14005 Staf Sub Bag. TU /Tenaga Pelayanan Sosial
26. Loren Siska Ginting, 14006 Staf Bimbingan &
80
Sumber : TU PSAA PU 03 Tebet
H. Fasilitas di PSAA
Adapun fasilitas di PSAA Putra Utama 03 Tebet ialah berupa10:
Table 3.
Fasilitas di PSAA PU 03 Tebet
No. Fasilitas Lokal/Unit Keterangan1 Luas tanah 5.100 m2 -2. Taman/ halaman 1.000 m2 -3. Ruang Kantor 1 lokal Ruang pimpinan, ruang staff, ruang
rapat.4. Peralatan Kantor 39 Unit 5 buah computer, 2 buah mesin tik, 1
buah fax, 12 buah meja, 12 buah kursi,dan 7 buah lemari berkas, 1 buahmesin foto copy.
5. Ruang Asama 8 lokal Kamar no. 1- 4 terletak dilantai 1,kamar no. 5-8 terletak di lantai 2.
6. Ruangketerampilan
2 lokal Ruang keterampilan menjahit danruang keterampilan computer.
7. Ruang makan dandapur
2 lokal -
8. Aula ruang 1 lokal -
10 Leaflet Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet
S.ST Penyaluran / TenagaPelayanan Sosial
27. Mashudi 14007 Staf Bimbingan &Penyaluran / Tenaga
Pelayanan Sosial28. Komsiah Petugas Dapur29. Nurmila Petugas Dapur30. Jamilah Petugas Dapur31. Atminah Petugas Dapur32. Diah Petugas Keamanan33. Maskana Petugas Keamanan34. Febri Hidayatullah Petugas Keamanan35. Muhammad Petugas Keamanan36. Agung Prasetya Petugas Keamanan37. Abdul Choir Petugas Keamanan
81
pertemuan
9. Musholla 1 lokal -
10. Olahraga 1 lokal Bulu tangkis, tenis meja, basket dan
bola voli.
11. Peralatan
Komunikasi
2 unit 1 buah telepon dan 1 buah mesin fax
12. Peralatan
pendukung
6 Unit 1 lemari P3K, peralatan mandi,
peralatan makan, peralatan dapur,
sarana tidur dan 1 buah televisi.
13. Peralatan
operasional
3 Unit 2 buah mobil dan 1 buah motor
Sumber : TU PSAA PU 03 Tebet
I. Profil Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)
Putra Utama 03 Tebet
Tabel 4.
Data WBS Berdasarkan Status Keluarga
No. Status Keluarga Keterangan1. Orangtua Tidak Mampu 62 Orang2. Yatim 5Orang3. Piatu 5 Orang4. Yatim Piatu 3 Orang5. Keluarga Retak 6 Orang6. Anak Terlantar 5 Orang
Jumlah 86 OrangSumber : TU PSAA PU 03 Tebet
Daya tampung WBS PSAA PU 03 Tebet tahun 2014 ini terdapat 86
anak yang biasanya daya tampung mencapai 90 anak. Berdasarkan tabel
tersebut, terdapat enam puluh dua orang yang berstatus keluarga tidak
82
mampu, lima orang yatim, lima orang piatu, tiga orang yatim piatu, enam
orang keluarga retak, dan lima orang anak terlantar.
Di bawah ini adalah profil WBS PSAA PU 03 Tebet berdasarkan
tingkat pendidikan, data WBS pada tingkat SMP terdapat dua puluh empat
orang dan SMA/SMK terdapat enam puluh dua orang. Dapat dilihat dengan
rinci pada table di bawah ini:
Tabel 5.
Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan KelasI
KelasII
Kelas1II
KET
1. SMP 7 10 7 242. SMA/SMK 20 19 23 62
Jumlah 86Sumber : TU PSAA PU 03 Tebet
Kemudian berikut ini adalah data WBS berdasarkan penyebaran
sekolah tingkat SMP. Terdapat empat SMP rujukan yang disediakan oleh
PSAA PU 03 Tebet untuk para WBS, yaitu SMP PR 2, SMP PR I, SMP DCB
PALAD, dan SMPN 15. Jumlah WBS yang bersekolah di masing-masing
SMP adalah sebagai berikut:
Tabel 6.
Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMP
No. Nama Sekolah KelasVII
KelasVIII
KelasIX
Ket
1. SMP PR I 6 1 -2. SMP PR 2 1 9 -
83
3. SMP DCB PALAD - - 54. SMPN 15 - - 2
Jumlah 7 10 7 24Sumber : TU PSAA PU 03 Tebet
Dari Tingkat SMA/SMK, terdapat sekolah rujukan yang lebih
bayak yaitu terdapat Sembilan dari SMK dan satu dari SMA. Di bawah ini
adalah gambaran jumlah WBS yang bersekolah di tingkat SMA/SMK.
Tabel 7.
Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMA/SMK
No. Nama Sekolah KelasX
KelasXI
KelasXII
Ket
1. SMAN 37 - - 12. SMKN 7 - - 23. SMKN 16 - - 34. SMKN 31 - - 25. SMKN 46 1 - 16. SMKN 50 - - 27. SMK 7 1 -8. SMK JAKTIM 4 - -9. SMK JAK-TIM I - 10 7
10. SMK PANCASILA 8 8 5JUMLAH 20 19 23 62Sumber : TU PSAA PU 03 Tebet
84
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Tahapan pelayanan yang diberikan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)Putra Utama 03 terhadap anak terlantar
Dalam pelayanan kesejahteraan sosial ada yang berbasis panti dan ada yang
berbasis non panti. Pelayanan kesejahteraan sosial berbasis panti menggunakan
model atau sistem pelayanan berbasis lembaga (institutional based) seperti yang
sudah dijelaskan di bab II halaman 35. Pelayanan kesejahteraan sosial berbasis
panti mempunyai sifat pelayanan yang berbentuk pencegahan, rehabilitasi sosial,
pengembangan, perlindungan, dan penunjang guna mengatasi permasalahan yang
dihadapi atau memenuhi kebutuhan secara memadai, sehingga penyandang
masalah kesejahteraan sosial mampu melaksanakan fungsi sosial.
Dari hasil penelitian, penulis menemukan beberapa hal mengenai pelayanan
kesejahteraan sosial anak terlantar, baik dari segi subyeknya maupun dari
obyeknya sebagai upaya yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)
Putra Utama 03 Tebet. Berikut merupakan tahapan-tahapan pelayanan
kesejahteraan sosial yang telah di paparkan pada bab II halaman 39
menggunakan teori Generalist Intervention Model (GIM):
A. Tahapan Pendekatan Awal (Engagement)
Pendekatan awal merupakan suatu proses kegiatan yang mengawali
keseluruhan proses pelayanan sosial yang ada di PSAA PU 03 Tebet. Tahap
pendekatan awal diawali dengan sosialisasi, identifikasi, adaptasi, motivasi
dan seleksi. Kegiatan yang dilakukan oleh PSAA PU 03 Tebet adalah dengan
85
penyampaian informasi program pelayanan kesejahteraan sosial kepada
masyarakat, instansi terkait, serta organisasi sosial/LSM guna memperoleh
dukungan dari berbagai pihak mengenai pelayanan kesejahteraan sosial anak
terlantar. Langkah-langkah pendekatan awal ini adalah:
a. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan langkah awal dari proses pelayanan sosial
yang ada di PSAA PU 03 Tebet. Pada tahap ini, panti melakukan
penyampaian informasi mengenai program pelayanan, metode yang
dipakai dalam sosialiasi seperti penyebaran pamphlet, penyebaran leaflet,
adanya website, bekerjasama dengan pilar-pilar partisipan usaha
kesejahteraan sosial yang terkait untuk mendapatkan pengesahan atau
pengakuan, dan peran sertanya dalam pelaksanaan program. Tujuannya
adalah untuk merekrut calon siswa, sekaligus melakukan sosialisasi
tentang kegiatan dan program di PSAA PU 03 Tebet. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra.Hj. Nurlela sebagai berikut:
“Jadi yang masuk itu biasanya mereka taunya dari alumni. Adajuga yang tahu dari masyarakat luar yang mereka cari-cariinformasi untuk bisa masuk sisni, jadi kebanyakan dari orang keorang, pernah kita membuka website tapi kan tidak semua orangtau website, apalagi orang ngga mampu yah. kita juga cariinformasi, dan memberikan informasi kepada teman-teman yangada wilayah namanya dengan SSK (Seksi Sosial Kecamatan).Ada namanya TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan).TKSK itu ada informasi dari masyarakat ada yang ngga mampu,udah ngga sekolah. Ada juga yang memang dari panti ke panti,jadi apabila itu anak Negara atau tidak mampu yang memangsudah tinggal di panti sejak kecil ketika dia akan melanjutkan keSMP dan SMA dia akan dipindahkan ke panti ini.”1
1 Wawancara pribadi dengan Dra.Hj. Nurlela, Jakarta, 3 Juli 2014.
86
b. Identifikasi :
Identifikasi adalah proses pengumpulan data dan informasi awal
calon penerima pelayanan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang data permasalahannya guna penetapan
calon penerima. Metode yang dilakukan yaitu dengan wawancara yang
menanyakan mengenai keluarga, kegiatan yang dilakukan sehari-hari,
kemauan anak untuk masuk dipanti ini dan mengumpulkan persyaratan-
persyaratan lain yang harus dipenuhi. Hal ini sebagaimana diungkapkan
oleh Ibu Dra. Hj. Nurlela ketika menjelaskan proses identifikasi sebagai
berikut:
“Jadi begitu dia kesini awal pertama dia ambil formulir, syarat-syarat saya terangin awal secara gambaran tentang panti ini.kembali 2 minggu kemudian mengisi syarat-syarat atau formuliryang udah ada dan harus dipenuhi. Setelah 2 minggu diakembali disini kita ngobrol-ngobrol. Sebelum home visit,orangtua di wawancara dengan Saya, Bu Nita dan Pak Restu.Kalau anak-anak dengan psikolog dan peksos Kak Loren. Habisitu di test lagi test agama dengan saya. Selanjutnya home visit,Habis melakukan home visit, beberapa minggu kemudian kitarapat lagi untuk membahas hasil home visit.
Proses identifikasi yang diterima klien “R” dan klien “V” sama
seperti yang sudah dijelaskan oleh Kasie. Identifikasi dan Assesment
diatas, terdapat perbedaan diantara mereka. klien “V” dan “R” tidak
harus melakukan tahapan-tahapan yang ada karena mereka merupakan
hasil rujukan dari panti yang sebelumnya jadi klien “V” dan “R” sudah
pasti diterima. Hal ini seperti diungkapkan oleh Ibu Dra. Hj. Nurlela
sebagai berikut:
87
“tapi kalau klien “V” dan “R” ini karena dia merupakan daripanti, itu otomatis kita terima yah. Udah kita terima, kitapelajari berkas-berkas dia waktu di klender, sebelumnya diacerita dulu, lalu dijelasin anaknya ini tipe seperti apa. Abis ituya sama isi formulir juga untuk data di panti ini. Jadi kalo klien“V” dan “R” kita hanya melihat data-data dia yang dibawa olehpengasuh dari panti sebelumnya.”2
Hal serupa juga diungkapkan oleh klien “R” dan “V” sebagai
berikut:
“Proses waktu saya masuk, karena saya kan dari panti yang diKlender. Saya memang sudah seharusnya berada disini, karenakan saya ingin masuk SMP dan SMA. Jadi saya ditempatkadisini, jadi saya ini rujukan dari panti sebelumnya. Pas datangsaya diantar pengasuh saya yang dari Klender. Terus sayaditemui oleh petugas panti yang disini. Abis itu saya mengisiformulir untuk kebutuhan panti sini, terus yaudah saya disuruhbawa barang-barang ke kamar yang udah disediain”3
“Waktu datang kesini karena kan memang panti saya sudahbekerjasama dengan panti ini, dan memang ketika saya harusmelanjutkan ke SMP dipindahkan kesini khusus untukperempuan yah kak. Waktu saya datang, ya saya ke kantordiantar pengasuh saya dari panti sana. Kemudian di cek data-data saya yang dibawa pengasuh. Terus saya disuruh isi formulirdiajak ngobrol-ngobrol, Terus udah disini berapa minggu anak-anak baru kaya saya dan yang lain juga ada test psikolog kak.Kira-kira seperti itu deh kak.”4
c. Motivasi
Motivasi ialah kegiatan program pengenalan kepada klien untuk
menumbuhkan keinginan dan dorongan yang tinggi melaksanakan
program pelayanan kesejahteraan sosial. Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Putra Utama 03 Tebet ini juga memberikan motivasi kepada
2 Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Nurlela, Jakarta, 3 Juli 2014.3 Wawancara pribadi dengan klien “R”, Jakarta, 18 Juli 2014.4 Wawancara pribadi dengan klien “V”, Jakarta, 7 Juli 2014.
88
calon-calon Warga Binaan Sosial yang akan masuk ke panti ini. Motivasi
yang diberikan oleh panti ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Dra. Hj.
Nurlela :
“Kita motivasi memberitahukan kepada mereka, bahwa merekatidak dibuang oleh orang tuanya, tetapi untuk biar dia menjadianak yang lebih baik dan mandiri terutama masa depannya lebihbagus karena keterbatasan ekonomi. Karena disini kan nantidisekolahin, diberi keterampilan. Jadi panti bukan hal yangberarti kalian tinggal disini karena dibuang atau orangtua kaliantidak mau mengurusi. jadi memberikan hal-hal yang positifsupaya anak semangat dan merasa betah tinggal di pantinantinya.” 5
Tujuan dari kegiatan motivasi ini adalah untuk menumbuhkan
kemauan anak-anak asuh untuk mengikuti program pelayanan. Cara
pelaksanaanya dapat dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan secara lisan,
langsung, persuasive, dan meyakinkan.
d. Seleksi
Seleksi adalah kegiatan pengelompokan atau klasifikasi penyandang
masalah kesejahteraan sosial terutama yang sudah dimotivasi, untuk
menentukan siapa yang memenuhi persyaratan dan siapa yang tidak dapat
diterima menjadi calon penerima pelayanan.
Proses melakukan seleksi biasanya dilakukan dengan adanya home
visit untuk melihat langsung keadaan yang dialami calon klien apakah
sesuai dengan hasil wawanacara yang sudah dilakukan saat mereka
datang. Akan tetapi, untuk klien “V” dan “R” dia tidak perlu melakukan
tahap seleksi seperti klien yang lain , karena sudah pasti klien “V” dan
5 Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Nurlela, Jakarta, 3 Juli 2014.
89
“R” diterima dipanti. Jadi ketika memang itu anak Negara yang sudah
dari kecil hidup dari panti ke panti dan keberadaan keluargannya tidak
diketahui itu sudah pasti diterima. Kemudian staf identifikasi dan
assessment hanya melihat dari data-data yang ada dari panti sebelumnya
saja kemudian dipelajari dengan melihat riwayat hidupnya. Hal ini seperti
diungkapkan oleh Ibu Dra. Nurlaela sebagai berikut :
“Kalau untuk klien “V” dan “R” kita memang tidakmenggunakan cara ini, Jadi ketika anak-anak Negara sepertiklien “V” yang memang sudah tinggal dari panti ke panti, yangtidak punya siapa-siapa, kita tanya hanya lihat dari data pantisebelumnya sama riwayat. Tapi ketika memang dia masihmempunyai sanak saudara kita tetap melakukan home visit samaseperti yang lain.”6
e. Adaptasi
Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri anak dengan
lingkungan PSAA PU 03 Tebet, melihat kegiatan yang ada di panti,
mengetahui tata tertib dan mengenali para pegawai yang ada. Pada proses
ini, pihak panti berusaha menumbuhkan kemauan dan kemampuan anak
menjadi klien PSAA. Proses kegiatan ini berlangsung selama satu minggu
dengan dipimpin oleh anggota Organisasi Citra Intra Panti (OCIP)
semacam OSIS yang biasanya ada di sekolah. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Ibu Dra.Hj. Nurlela sebagai berikut:
“Pas adaptasi yaa. Ketika mereka sampai sini kita sudah kasihtau kamar buat mereka. Kasih tau juga ini lemari mereka tempattidur mereka. Terus kan disini ada OCIP (Organisasi Citra IntraPanti) yaa. Jadi anak-anak yang baru masuk itu di MOS terlebih
6 Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Nurlela, Jakarta, 3 Juli 2014.
90
dahulu sama mereka. Dikasih tau latar belakang panti samaperaturan-peraturan yang ada di panti.ohh ngga berat koktujuannya menghibur saja sebagai pendekatan.” 7
Merujuk pada Bab II halaman 49 bahwa salah satu prinsip-prinsip
pekerja sosial adalah penerimaan, dalam hal ini pelayanan kesejahteraan
sosial yang diberikan oleh Pekerja sosial ketika menerima klien adalah
seorang pekerja sosial harus menerima klien apa adanya, tanpa
menghakimi klien tersebut dan tidak boleh membeda-bedakan
permasalahan yang dialami klien. Pelayanan kesejahteraan yang
diberikan oleh petugas disana dengan beranggapan bahwa klien-klien
diterima sebagai diri mereka sendiri tanpa memandang masalah yang
dimiliki oleh mereka.
B. Tahapan Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment)
Assessment adalah untuk mengumpulkan informasi yang relevan
tentang masalah sehingga keputusan dapat dibuat tentang apa yang harus
dilakukan untuk mengatasinya. Asessmen dapat melibatkan persiapan untuk
intervensi pada setiap tingkat praktek. Pada tahapan ini pekerja sosial
melakukan assesmen terhadap klien dengan mengidentifikasi klien tersebut
dahulu untuk menemukan masalah, kebutuhan, potensi dan menganalisis
masalah klien juga merumuskan masalah tersebut.
Sesudah di identifikasi permasalahan klien, pekerja sosial melihat
situasi klien dari mikro, mezzo dan makro yang ada dalam diri klien, agar
pekerja sosial mengetahui bagaimana individu dari klien tersebut, bagaimana
7 Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Nurlela, Jakarta, 3 Juli 2014.
91
klien berada dalam suatu kelompok, dan bagaimana klien memahami sistem
lingkungan yang lebih luas. Setelah pekerja sosial melihat dari ketiga aspek
tersebut, pekerja sosial dapat mengutip informasi tentang masalah yang
dialami klien dan apa yang dibutuhkan klien, kemudian pekerja sosial
mengidentifikasi juga kekuatan-kekuatan yang dimiliki klien untuk
membantu pekerja sosial merencanakan pemecahan masalah yang tepat yang
akan diberikan terhadap klien. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren
Siska Ginting S.ST sebagai berikut:
“Dalam proses assesmen, ya saya wawancara klien tersebutmengenai permasalahannya yang dia alami. Di identifikasi lahintinya untuk menemukan masalah. Abis itu kita cari daripermasalahan tersebut apa yang dibutuhkan anak ini kita tanya jugakekuatan yang dimilikinya. Saya juga melakukan wawancara enggayang formal banget ya kaya ngobrol-ngobrol biasa aja sampaipermasalahannya itu ketahuan apa yang dialaminya.”8
1. Profil Klien
A) Klien A ( V )
Nama Inisial : V
Tempat Tanggal lahir :Jakarta, 28 Februari 1998
Jenis Kelamin :Perempuan
Alamat : PSAA Putra Utama 03 Tebet
Umur :18 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Rujukan dari : PSAA Putra Utama 01 Klender,Jakarta Timur.
8 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
92
B) Klien B ( R)
Nama Inisial : R
Tempat Tanggal lahir :Jakarta, 2 Desember 1998
Jenis Kelamin :Perempuan
Alamat : PSAA Putra Utama 03 Tebet
Umur :16 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Rujukan dari : PSAA Putra Utama 01 Klender, Jakarta Timur
2. Riwayat Masalah Klien
Kasus I:
Klien “V”, (P). 18 tahun, belum menikah, saat ini masih sekolah di
bangku SMK. Berperawakan agak gemuk, tidak terlalu pendek, dan
berkulit sawo matang. Klien “V” tidak mempunyai keluarga, sehingga
klien “V” merupakan salah satu anak Negara yang harus dilindungi.
Klien ini memang sudah tinggal di panti sejak bayi. Ketika bayi, klien
“V” tinggal di Panti Sosial Tunas Balita (PSTB) sampai umur 6 tahun,
kemudian dilanjutkan ke Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama
01 Klender, Jakarta Timur untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat
Sekolah Dasar (SD), dan saat ini mereka tinggal di PSAA PU 03 Tebet
untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
93
Di panti ketika awal mereka ditempatkan sampai pada saat mereka
pindah ke panti PSAA PU 01 Klender, tidak ada catatan kasus yang berat
yang dihadapi oleh klien “V”. Karena klien “V’ masih kecil dan masih
bisa menuruti apa yang dinasehati oleh pengasuhnya.
Saat diidentifikasi pekerja sosial, klien “V” mengungkapkan
perasaannya selama tinggal di panti dan tidak ada orang tua yang
memberikan kasih sayangnya, klien “V” sedih karena harus tinggal di
panti dan tidak mengatahui siapa orang tuanya, kadang perasaan iri
muncul melihat teman-teman mereka yang masih mempunyai orang tua.
Mereka diberikan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan. Sedangkan
klien “V” tidak pernah merasakan hal tersebut. Sesekali sempat pernah
merasakan ingin bertemu orang tuanya, tetapi harus cari kemana juga
tidak tahu, dan wajah orangtuanya seperti apa juga mereka tidak tahu
karena belum pernah melihat.
Perasaan menyesal juga pasti kadang menghinggapi kehidupannya,
menyesal karena harus menerima takdir seperti ini tidak mempunyai
orang tua yang benar-benar bisa memberikan perhatiannya yang tulus.
Tetapi, mereka sadar bahwa ini semua memang takdir Allah yang harus
dijalani dengan keikhlasan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien
“V” sebagai berikut:
“Terus tinggal disini ya ada senangnya ada sedihnya. Sedihnyapengen ngerasain gimana sih punya rumah dalam satu keluargaterus berkumpul. Senangnya ya disini juga kan saya
94
mendapatkan pengasuh yang berperan sebagai orangtua sayadisini. Jadi saya bisa tetap mendapatkan rasa sayang.9
Hal serupa juga diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST selaku
pekerja sosial sebagai berikut:
“Kalau saya menanyakan, perasaan mereka gimana berada dipanti, ya pasti jawabannya sedih karena mereka kan inginmerasakan sama apa yang di rasain teman-teman merekakumpul dan bercanda dengan keluarganya. Selain itu jugamereka tuh punya perasaan kaya menyesal gitu, kenapa gitumungkin dipikiran mereka. Kenapa harus mereka yang kayagini, tapi ya terus mereka mau apa juga kan ngga bisa maumenyalahkan siapa juga ngga tau. Jadi kita motivasi-motivasiaja.10
Pekerja sosial mulai mengidentifikasi klien selama tinggal di panti
PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan untuk mendapatkan pendidikan ke
tingkat yang lebih tinggi. Selama disini awalnya klien ini merupakan
anak yang sangat patuh pada peraturan yang ada di panti, mereka
mengikuti semua kegiatan yang diberikan panti untuk membuat mereka
lebih aktif dan merasa terampil, tetapi setelah mereka sudah cukup lama
disini sifat rajinnya mereka itu lama-lama hilang karena berbagai alasan.
Klien “V” saat ini dia menjadi anggota OCIP (Organisasi Citra Intra
Panti), walaupun dia terkadang malas mengikuti kegiatan keterampilan
yang ada, tetapi juga dia terlihat aktif karena ingin menjadi bagian dari
OCIP. Klien “V” mempunyai teman yang banyak di panti, mereka selalu
mengobrol, bercanda, saling berbagi cerita dan bermain bersama.
Hubungan klien “V” dengan petugas yang ada di panti juga cukup baik,
9 Wawancara pribadi dengan klien “V”, Jakarta, 7 Juli 2014.10 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
95
mereka sangat menghormati sekali. Namun, pekerja sosial juga
menjelaskan bahwa terkadang mereka pasti ada tidak sukanya karena
terdapat petugas panti yang terlalu berlebihan membuat peraturan
menurut mereka sehingga mereka merasa menjadi terkekang.
Selama di panti, klien “V” juga pernah mengalami permasalahan
baik dengan teman-temannya di dalam panti dan dengan teman sekolah.
Klien “V” pernah mempunyai masalah karena meminjam uang temannya,
dan pernah berantem dengan temannya. Petugas panti mengetahui
permasalahan ini, mencoba menjadi mediator diantara mereka agar
permasalahan yang mereka alami tidak menjadi masalah yang panjang.
Klien “V” ini memiliki watak yang keras kepala, apabila dia melakukan
kesalahan lalu diberikan nasehat pasti dia akan tetap merasa bahwa
dirinya itu benar. Selain itu, klien “V” juga malas sekali melakukan
sholat.
Permasalahan di sekolah yang dialami klien “V” adalah anak ini
memang suka membolos sekolah. Hubungan klien “V” dengan teman-
temannya memang sangat baik, teman-teman di sekolahnya tidak
memandang sebelah mata dengan kondisi yang dialami klien “V” ini.
Mereka ingin berteman apa adanya. Hal ini seperti diungkapkan Loren
Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:
“Selama dia tinggal di panti, memang ngga selalu dia bisaberperan sebagai anak yang baik. Kadang kan anak aja adatingkah lakunya. Waktu itu, klien “V” pernah ada masalah dipanti sama temen-temannya, dia pernah minjem uang temannya,terus pernah juga berantem sama ya paling kadang peraturan
96
yang di panti ngga dikerjain sama dia. Di sekolah, dia memangngga pernah ada sama temen-temen di kelasnya tapi dia pernahmembolos sekolah.”11
Harapan yang dimiliki klien “V” dan klien “R” supaya bisa
mempunyai perilaku yang lebih baik lagi, sekolahnya juga semakin bagus
dan berprestasi, berusaha untuk tidak pernah membuat kesalahan lagi dan
setelah mendapatkan pelayanan yang diberikan di panti mulai dari
keterampilan, keagamaan, tabungan, dll kedua klien ini bisa hidup
mandiri dengan bekal kemampuan yang suda dia kantongi selama
diberikan pendidikan di panti ini. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
klien V” sebagai berikut:
“Harapan saya ya saya sih berharap saya bisa jadi orang yanglebih baik aja. Patuhin peraturan yang ada di panti yang ada disekolah. jadi ngga punya masalah lagi. Jadi orang baik yangnantinya bisa bikin orang lain senang sama sikap saya. Terussupaya juga saya ngga bolos sekolah lagi. Temen-temen maumenerima kekurangan saya gitu aja Kak”12
Dengan mengetahui permasalahan yang dialami klien setelah
diidentifikasi, pekerja sosial dapat melihat situasi klien “V” dari segi
aspek mikro, mezzo dan makro. Dalam aspek mikro, ketika pekerja sosial
berbicara kepada klien secara individu melalui bimbingan dan konseling,
dapat terlihat hubungan relasi antara pekerja sosial dan klien yang
bermasalah ini semakin dekat. Sehingga memudahkan pekerja sosial
untuk menggali informasi yang ada dalam individu klien ini dan pekerja
sosial dengan mudah bisa melihat permasalahan yang muncul
11 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.12 Wawancara pribadi dengan Klien “V”, Jakarta, 7 Juli 2014
97
berdasarkan dari tipe individunya sendiri. Klien “V” di dalam
individunya sendiri diketahui mempunyai permasalahan dengan sifatnya
yang dia miliki.
Seiring berjalannya waktu, klien “V” pun tumbuh menjadi anak
gadis remaja ia mulai membutuhkan aktualisasi dan ekspresikan dirinya
kepada teman sepergaulannya. Hal tersebut dibuktikan dengan
memperlihatkan sifat-sifat seperti keras kepala, anaknya terkadang malas
tidak pernah mengikuti bimbingan keterampilan, dan juga jarang
melakukan sholat lima waktu. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
klien “V” sebagai berikut:
“Aku emang kadang suka malas kak kalo ikut keterampilan,ngga tau males aja gitu rasanya.kan saya ikut kegiatan musik itusetiap hari minggu, jadi tuh saya mikirnya karena udah sekolahdari senin –jumat terus di weekend itu maunya istirahat aja nggaada kegiatan. Kalo solat iya nih kak masih jarang-jarang, nggatau sifat malesnya ada aja.”13
Pada aspek mezzo, pekerja sosial melihat situasi klien ini dengan
memantau kegiatan yang biasa dilakukan mereka di dalam panti, apakah
mereka mematuhi peraturan yang ada, mendengarkan nasehat pengasuh
dan petugas yang lain demi kebaikan mereka, selain itu juga pekerja
sosial memantau kegiatan yang mereka lakukan di sekolah.
Menurut pekerja sosial, dalam aspek mezzo ini klien “V” sangat
berperan sekali di dalam panti, Anaknya terkadang patuh dengan
peraturan yang ada di panti terkadang juga tidak. Seperti misalnya, di
13 Wawancara pribadi dengan Klien “V”, Jakarta, 7 Juli 2014.
98
penti terdapat kegiatan yang wajib untuk dilakukan seperti pencak silat,
namun klien “V” ini jarang mengikuti sehingga diberikan hukuman
dengan memotong uang jajannya. Selain itu, klien “V” juga pernah
memiliki permasalahan di dalam panti seperti meminjam uang temannya
dan pernah juga berantem dengan temannya.
Namun, dibalik permasalahannya tersebut klien “V” bisa berperan
dengan mengikuti kegiatan OCIP yang ada di panti dan bisa mengajarkan
tarian saman yang dipelajarinya di sekolah untuk di bawa ke panti. Klien
“V” mengajarkan adik-adiknya (junior) yang ada di dalam panti untuk
bisa menari tarian saman. Dan sekarang tarian saman itu banyak sekali
peminatnya dan sudah pernah mendapatkan undangan untuk tampil di
luar. Hal ini seperti diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai
berikut:
“Kalau klien “V” kan anaknya emang kadang gampang diatur,kadang juga susah banget. Selama disini dia itu punya masalahkaya misalnya suka minjem uang temen sama terus pernahberantem juga. Tapi dibalik sikapnya yang seperti itu, dia itusangat berperan sekali di sini. Dia mau aktif menjadi bagian dariOCIP dan sering juga memberikan masukan-masukan yang baikkalau mau buat acara. Terus juga dia karna di sekolah ikut narisaman ekskulnya, dia bawa tarian itu ke panti untuk diajarkan kejuniornya. Dari situ banyak yang ikut terus juga udah seringtampil di luar panti.”14
Akan tetapi, klien “V” juga mempunyai permasalahan di
sekolahnya menurut pekerja sosial klien “V” ini sering membolos sekolah
karena tugas sekolah belum selesai dan terkadang membolos karena
14 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
99
malas mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru mereka. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh klien “V” sebagai berikut:
“iyah kak aku emang pernah punya masalah waktu itu, aku tuhdulu sering banget kak bolos sekolah. kadang suka ikutin temen,kalo temen bolos yaudah aku ikutan aja. Bilang ke panti mahsekolah, tapi padahal ngga pergi ke sekolah. engga tau kakmales aja gitu kadang juga males gitu sama gurunya. Karenangajarnya gitu lagi bikin males sekolah, jadi yaudah bolos.”15
Sedangkan pada aspek makro, Aspek makro disini adalah
memberikan pelayanan yang tepat untuk membantu permasalahan yang
dialami oleh klien. Dalam aspek ini, klien “V” diberikan pelayanan-
pelayanan yang dapat membantu permasalahan mereka. Apa yang
diberikan dalam pelayanan tersebut untuk memberikan pertolongan ke
mereka. Pekerja sosial kemudian memberikan pelayanan konseling,
pelayanan keagamaan sebagai bimbingan mental klien, bimbingan fisik,
bimbingan sosial, pelayanan kesehatan, pelayanan keterampilan,
pelayanan pendidikan, dan pelayanan tabungan. Pelayanan-pelayanan
yang diberikan ini bukan hanya asal diberikan, tetapi terdapat alasan dari
pekerja sosial mengapa memberikan pelayanan-pelayanan ini sebagai
proses pertolongan mereka. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren
Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:
“Pada tahapan ini saya memberikan beberapa pelayananpendukung yang akan membantu proses penyembuhan kliendari masalah yang dihadapi. Seperti misal pelayanan konseling,bimbingan mental, fisik, sosial, pendidikan dan keterampilan.Pelayanan-pelayanan ini yang dianggap sangat membantumemecahkan masalah yang dialami. Dari judulnya aja sudah
15 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST. Jakarta, 3 Juli 2014.
100
terlihat, seperti apa proses dari pelayanan yang direkomendasikan.”16
Setelah melihat situasi klien “V” dari aspek mikro, mezzo, dan
makro, pekerja sosial dapat melihat potensi yang dimiliki klien “V”
sebagai kekuatan yang dapat menolong klien “V” dalam proses
pertolongan agar bisa berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Klien
“V” memiliki kemampuan dalam bidang kesenian dia bisa bermain musik
dan mengajarkan menari saman ke teman-teman di panti serta dia
memiliki sikap percaya diri yang tinggi, selain itu prestasi di sekolah juga
lumayan bagus.
KASUS II:
Klien “R”, (P). 16 tahun, belum menikah, saat ini sedang menjalani
pendidikan SMK kelas 1. Berperawakan kecil, tidak terlalu tinggi, dan
berkulit hitam. Klien “R” tidak mengetahui keberadaan orangtuanya.
Sejak kecil, dia sudah tinggal di panti, sebelumnya klien ini berada di
jalan dilanjutkan ke PSAA PU 01 Klender untuk diberikan pendidikan
tingkat SD. Dan saat sudah ingin melanjutkan ke tingkat SMP dan
SMA/SMK, klien “R” dipindahkan ke PSAA PU 03 Tebet ini. Semasa
kecil, ketika masih tinggal di panti yang lama klien ini tidak memiliki
permasalahan kasus. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat penurut dan
mematuhi nasehat yang diberikan oleh pengasuhnya.
16 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
101
Klien “R” juga mengungkapkan perasaannya karena harus tinggal
di panti sejak kecil tanpa mendapakan perhatian dan kasih sayang
langsung yang diberikan oleh orang tuanya. Klien “R” terkadang juga iri
melihat teman-teman lain yang masih mmpunyai orangtua, dan ketika
mendapat liburan dari panti mereka bisa kembali ke rumah orangtuanya.
Akan, tetapi hal tersebut tidak bisa dirasakan oleh klien “R” ketika
mendapat liburan dari panti. Dia mungkin hanya tetap di panti atau
mengikuti temannya pulang ke rumahnya atau terkadang juga dia
mengunjungi panti yang di Klender untuk bertmu dengan ibu asuhnya
yang mengasuhnya sejak umur 6 tahun. Hal ini sebagaimana diungkapkan
oleh klien “R” sebagai berikut:
“Perasaannya sedih kak tinggal di panti, ngga nyangka aja.Setiap orang kan pasti pengen tinggal di rumahnya sendiri samaorangtuanya. Cuma ya gimana yah kak saya juga ngga bisamilih, ini memang sudah jalannya gini. Kadang suka iri ajasama temen-temen yang masih ada orangtuanya, di kasihperhatian sama kasih sayang yang lebih. Terus kalo ada liburandari panti juga mereka enak bisa balik ke rumah mereka kumpulsama keluarga, kalau kaya saya gini kalo ngga kadang ikut jugasama mereka ya paling diem aja di panti atau ngga ke Klenderikut pengasuh yang lama.”17
Klien “R” selama di Panti PSAA PU 03 Tebet ini awalnya memang
anak yang rajin, mengikuti kegiatan yang diberikan oleh panti ini.
Namun, karena sudah semakin beranjak remaja dan sudah mulai
mengenal kehidupan luar klien ini semakin susah diatur dan sangat malas
17 Wawancara pribadi dengan klien “R”, Jakarta, 18 Juli 2014.
102
sekali. Sehingga membuat klien ini tidak terlalu aktif di kegiatan-kegiatan
yang ada di panti. Tapi beberapa masih diikuti karena sifatnya wajib.
Klien “R” merupakan anak yang pendiam sekali, dia jarang sekali
mengobrol dan berkumpul dengan teman-temannya di panti. Tapi bukan
berarti dia tidak punya teman, dia mempunyai teman sama seperti anak-
anak yang lain. Namun memang sifat pendiamnya sudah dimiliki sejak
dia datang ke panti ini. Selama di panti, klien “R” tidak memiliki
masalah, dia juga tidak pernah macam-macam di panti.
Selain dengan teman-teman di panti dan petugas-petugas panti,
klien “R” juga mempunyai teman-teman di sekolah, saat ini dia sedang
mengalami permasalahan di sekolahnya. Dia beberapa hari yang lalu
membolos sekolah dan ingin pindah sekolah karena ada masalah dengan
temannya di kelas. Permasalahan tersebut, membuat klien “R” tidak
nyaman berada di kelas sehingga klien “R” menginginkan pindah sekolah
di tempat yang lebih nyaman dan banyak orang yang bisa menerima
keberadaannya. Hal ini diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST
sebagai berikut:
“Seperti baru-baru ini klien “R” mempunyai masalah disekolahnya, dia itu ngga mau sekolah disitu lagi dan mintapindah sekolah karena menurut dia ada beberapa temannya ituyang ngga suka melihat dia, sebenarnya permasalahan tersebutpernah dialami juga saat masih di SMP. Tapi kita nasehatin diamengerti gitu nurut supaya jangan pindah sekolah dia mauikutin. Tapi sekarang karena dia udah beranjak besar agaksedikit sulit untuk diberikan nasehat seperti itu lagi.”18
18 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST , Jakarta, 3 Juli 2014.
103
Kemudian setelah teridentifikasi permasalahan yang dialami klien
ini, pekerja sosial mulai menanyakan harapan yang ingin dicapai selama
dia berada di panti ini dan setelah keluar dari panti. Harapan yang
dirasakan bisa seputar bagaimana mereka bisa menghadapai
permasalahan yang ada pada dirinya dan bagaimana harapan mereka
setelah mereka keluar dari panti.
Harapan yang dimiliki klien “R” supaya kejadian di sekolah
tersebut tidak terjadi lagi, dan dia bisa merasa nyaman ketika berada di
sekolah. Lalu dia juga berharap dia bisa semakin percaya diri, selain itu
dia akan berusaha untuk bisa lebih baik lagi. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh klien “R” sebagai berikut:
“kalau harapan saya sih yah kak, gimana saya bisa jadi orangbaik aja deh kak disini, berkelakuan baik, disenengin banyakorang, terus prestasi saya bagus selain di pendidikan juga dikegiatan yang lain jadi bisa buat pegangan saya pas keluar daripanti.”19
Dengan melihati permasalahan setelah diidentifikasi, pekerja sosial
dapat melihat situasi klien “V” dari segi aspek mikro, mezzo dan makro.
Dalam aspek mikro, Klien “R” mengalami kondisi psikologis yang dapat
dikatakan anak yang pendiam sekali, tidak banyak berbicara, kalau
bercanda atau mengobrol sama teman di panti seperlunya saja, dan dia
juga kurang aktif di setiap keterampilan yang diberikan. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:
19 Wawancara pribadi dengan Informan “R”, Jakarta, 18 Juli 2014
104
“Klien “R” memang awalnya rajin mengikuti kegiatan yang adadisini, cuma mungkin beranjak dewasa dan ada pengaruh dariluar jadi sifat malasnya muncul. Udah gitu karena anak ini jugapendiam, jadi beradaptasinya itu kurang dengan teman-temannya. Anak ini juga kurang percaya diri jadi sulit sekaliuntuk berbaur atau gimana.”20
Sifat yang seperti ini, kadang membuat klien “R” susah untuk
berinteraksi sama teman-temannya. Sehingga membuat klien “R” juga
jadi malas untuk melakukan kegiatan keterampilan yang diberikan panti
untuknya. Klien “R” termasuk anak yang baik, walaupun terlalu pendiam
dan jarang mengikuti kegiatan keterampilan. Namun, dia juga anak yang
rajin, dibuktikan dengan prestasi yang bagus.
Kemudian untuk aspek mezzo terhadap klien “R”, klien “R”
terkadang anak yang tidak penurut terkadang juga penurut, setiap
peraturan yang ada dia patuhi di panti. Klien “R” memang tidak terlalu
aktif di panti. Selama di dalam panti, dia tidak pernah ada masalah
dengan siapapun. Hal ini diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST
sebagai berikut:
“walaupun anak ini tipe anak yang pendiam sekali, tapihubungan dia sama teman-teman yang lain cukup baik nggapernah berbuat masalah di panti. Klien “R” ini memang tidakterlalu aktif di panti. Jadi biasanya ya kalau udah pulang sekolahlangsung ke kamarnya terus makan ya seperti itu.”21
Begitu juga ketika dia berada di sekolah, anaknya tetap pendiam.
Dia mematuhi apa yang ada di sekolah. Bahkan dia malah terlihat aktif di
20 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.21 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
105
sekolahnya, dengan menjadi anak yang selalu berprestasi dan masuk ke
10 besar. Akan tetapi, baru-baru ini klien “R” memiliki masalah di
sekolahnya. Klien “R” diketahui sudah beberapa hari membolos sekolah
dan ingin pindah sekolah, dikarenakan klien “R” tidak suka dengan
beberapa temannya di kelas, karena sering menjadi korban bullying. Hal
itu terjadi, karena klien “R” ini sering datang sekolah terlambat dan
teman-temannya mengejek klien “R” dengan melihat fisik klien “R” yang
memang kurang rapi dan berkulit hitam. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:
“Klien “R” ini, terkadang anak ini memang jarang melakukanketerampilan yang ada. Dia ngga mempunyai masalah kok samateman-temannya. Emang anaknya baik ngga pernah macem-macem.. Kalau di sekolah, juga sama kaya gitu, dia malahterlihat aktif dibuktikan dengan dia anak yang berprestas karenaselalu mendapatkan peringkat 10 besar di sekolah. tapi baru-baru ini ada masalah dia membolos sekolah sampai berapa harikarena di sekolah ada masalah, teman-teman kelasnya seringmembully klien “R” karena sering datang terlambat di sekolah,dan melihat keadaan fisik klien “R”. Makanya dia sampai mintauntuk pindah sekolah.”22
Dalam aspek makro, klien ini diberikan pelayanan yang tepat untuk
membantu permasalahan yang dialami oleh klien. Pekerja sosial
memberikan pelayanan konseling (case work), pelayanan keagamaan
sebagai bimbingan mental klien, bimbingan fisik, bimbingan sosial,
pelayanan kesehatan, pelayanan keterampilan, pelayanan pendidikan, dan
pelayanan tabungan. Pelayanan-pelayanan yang diberikan ini bukan
22 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST. Jakarta, 3 Juli 2014.
106
hanya asal diberikan, tetapi terdapat alasan dari pekerja sosial mengapa
memberikan pelayanan-pelayanan ini sebagai proses pertolongan mereka.
Menurut pekerja sosial pelayanan konseling dibutuhkan supaya
kedua klien ini bisa menceritakan mengenai permasalahan yang dia alami
secara leluasa. Pelayanan keagamaan diberikan agar membuat klien “R”
dan klien “V” untuk memahami diri sendiri, dan orang lain dengan
belajar tentang keagamaan, cara berfikir positif dan keinginan untuk
berprestasi. Bimbingan ini bertujuan untuk memulihkan kesadaran dan
tanggung jawab moral, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta
memberikan pengertian-pengertian dari sudut pandang agama.
Pekerja sosial mengetahui, bahwa kedua klien ini sangat kurang
sekali dalam pengetahuan agama yang mereka anut. Oleh karena itu,
bimbingan ini sangat dibutuhkan mereka. Bimbingan fisik diberikan
sebagai proses pertolongan karena memperkenalka praktek cara-cara
hidup sehat, secara teratur dan disiplin agar kondisi badan atau fisik
dalam keadaan selalu sehat. Selain itu bimbingan fisik juga membantu
kedisiplinan anak. Dengan begitu, membantu klien “R” dan “V” untuk
bisa mempunyai sikap yang disiplin terhadap apapun.
Klien “V” dan “R” juga membutuhkan pelayanan bimbingan sosial
dalam membantu permasalahan mereka, bimbingan sosial ini bertujuan
untuk memulihkan kemampuan berinteraksi sosial secara wajar, sehat,
dan positif sehingga klien mempunyai sebuah kesadaran diri mereka dan
tanggung jawab sosial, harga diri serta kepercayaan diri. Bentuk-bentuk
107
bimbingan sosial seperti dinamika kelompok, support group,
pendampingan yang dilakukan petugas panti seperti memberi nasehat
atau kultum. Bimbingan sosial membantu individu meningkatkan
kemampuan berfungsi sosial dan mencapai tujuan yang diinginkan
melalui pendekatan kelompok sebagai media penyembuhan.
Terdapat juga pelayanan pendidikan untuk membantu segala usaha
mengembangkan nilai, menyampaikan nilai untuk dipakai oleh anak
sehingga menjadi pintar, baik, mampu hidup dan berguna bagi
masyarakat, yaitu baik usaha sendiri mengejar nilai itu ataupun meminta
bantuan orang lain. Dan yang terakhir terdapat pelayan keterampilan yang
akan membantu klien “V” dan “R” bisa mengembangkan kreativitas
mereka masing-masing.
Dengan melihat permasalahan tesebut, klien membutuhkan
pendampingan lebih yang dilakukan pengasuh agar diberikan motivasi,
dukungan, dan mengembalikan semangat lagi supaya mereka tidak
mengalami permasalahan ini lagi kedepannya dan mereka tumbuh
menjadi anak yang baik.
Setelah diidentifikasi dengan melihat riwayat permasalahan dari
masa lalu, masa sekarang dan harapan yang ingin dicapai, serta pekerja
sosial juga sudah menilai situasi klien dari aspek mikro, mezzo dan
makro dalam kedua klien ini, sehingga membuat pekerja sosial semakin
memahami akan permasalahan yang dialami oleh klien. Dengan begitu,
pekerja sosial dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa
108
permasalahan klien dan rencana intervensi yang dibuat harus sesuai
dengan apa yang dibutuhkan klien di permasalahan yang dialaminya.
Pekerja sosial mencoba mencoba mengidentifikasi kekuatan yang
dimiliki klien sehingga kekuatan tersebut bisa membantu klien untuk
mengatasi permasalahannya. Pekerja sosial menanyakan mengenai apa
kemampuan yang dia miliki, tetapi ditanyakan melalui percakapan yang
santai dan tidak seperti mengintrogasi. Dari hasil identifikasi yang
dilakukan terhadap kedua klien tersebut, terlihat bahwa klien “R”
memiliki kemampuan dalam bidang pendidikan yaitu dia termasuk anak
yang berprestasi.
Dengan pekerja sosial mengidentifikasi kekuatan klien, hal itu dapat
membantu proses intervensi klien, karena kekuatan klien tersebut bisa
menjadi hal yang positif yang dimiliki klien. kemampuan tersebut bisa
digunakan klien sebagai alternatif-alternatif pemecahan masalah yang
akan diberikan pekerja sosial ke klien.
Namun, pekerja sosial juga mengalami kesulitan pada proses
assesmen, karena klien memiliki sifat tertutup dan keras kepala jadi agak
sulit untuk di identifikasi dalam pengungkapan permasalahan klien, selain
itu karena pekerja sosial disini juga sebagai pengasuh, terkadang anak
memberikan batasan untuk cerita, karena takut diceritakan ke pengasuh
lainnya.
109
Merujuk pada bab II halaman 41 terdapat prinsip pekerja sosial
yaitu komunikasi, ketika pekerja sosial memberikan pelayanan
kesejahteraan sosial pada tahap assessment, pekerja sosial menjaga
komunikasi yang baik terhadap calon klien untuk bisa menangkap
informasi ataupun pesan yang dikemukakan oleh klien mengenai
permasalahan yang dialaminya. Pekerja sosial menangkap pesan yang
disampaikan klien melalui pesan verbal yang dilihat dari ucapannya, dan
pesan non-verbal seperti melihat dari cara duduk klien, cara
menggerakan tangannya, dan segala aktivitas yang membuat calon klien
merasa nyaman sehingga komunikasi antara pekerja sosial dengan klien
dapat terjaga.
Dalam tahapan ini juga terdapat prinsip pekerja sosial yaitu
menggunakan prinsip individualisasi, dengan meyakini bahwa setiap
individu berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehingga pekerja
sosial harus menaruh kepercayaan terhadap klien yang dicirikan
penjalinan relasi yang bermakna dengan mereka. Pekerja sosial harus
menjalin relasi yang baik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anak
tersebut.
Terdapat juga salah satu prinsip pekerja sosial yaitu, kesadaran diri
petugas (self-awareness) pada Bab II halaman 43. Dalam melakukan
assesment, disini pekerja sosial bersifat professional dalam menjalin
relasi dengan klien. Tidak boleh terhanyut oleh perasaan ataupun
110
permasalahan yang dihadapi oleh klien. Pekerja sosial harus fokus bahwa
klien bisa menerima pelayanan kesejahteraan sosial di panti tersebut.
Selain menggunakan prinsip komunikasi, individualisasi, dan self-
awareness pekerja sosial juga menggunakan prisip kerahasiaan ketika
melakukan assessment terhadap klien. Dalam prinsip ini, pekerja sosial
harus menjaga kerahasiannya dari kasus yang sedang ditanganinya,
dengan menjaga kerahasiaan dari permasalahan yang dialami klien, klien
juga mempunyai rasa percaya diri untuk bercerita mengenai
permasalahannya ke pekerja sosial sehingga pekerja sosial menjadi
mudah untuk mengajak klien merencanakan sesuatu pemecahan masalah
yang lebih baik untuk dirinya nanti.
C. Tahapan Rencana Pemecahan Masalah (Planning)
Langkah ketiga di GIM adalah merencanakan perencanaan apa yang
harus dilakukan. Perencanaan mengikuti penilaian dalam proses pemecahan
masalah. Perencanaan tujuan untuk mengarahkan secara langsung suatu
kegiatan. Penentuan tujuan akan lebih efektif jika ada pembagian proses,
dimana klien mempunyai tanggungjawab utama untuk memutuskan
kebutuhan yang akan dan perlu dipenuhi serta bagaimana mewujudkannya.
Proses penentuan tujuan merupakan proses timbal balik dalam upaya
menemukan kebutuhan yang harus dipenuhi dan tindakan yang perlu diambil
guna mengatasi masalah. Pemberian kesempatan dan tanggungjawab kepada
klien akan dapat meningkatkan komitmennya dalam proses pemecahan
masalah. Klien akan merasa dan menyakini bahwa tujuan yang telah
111
ditetapkan benar-benar sesuai dengan pilihan dan relevan dengan
keinginanya. Proses rencana pemecahan masalah (planning) yang dilakukan
pekerja sosial adalah pertama sesudah memahami permasalahan klien,
pekerja sosial kemudian bekerja dengan klien, dalam arti pekerja sosial harus
melibatkan klien secara aktif dalam mengenal masalahnya, dalam tahapan ini
klien harus lebih dominan daripada pekerja sosial. Peran pekerja sosial dalam
tahapan ini adalah sebagai fasilitator. Kedua, pekerja sosial bertugas untuk
menyelesaikan prioritas permasalahan klien dari beberapa permasalahan yang
dialami klien. pekerja sosial berusaha mengutamakan suatu masalah yang
lebih penting daripada yang lain untuk diatasi atau dipecahkan. Sehingga
permasalahan klien bisa diselesaikan secara kasus per kasus. Ketiga, pekerja
sosial menjadikan masalah itu sebagai kebutuhan untuk dibantu
penyelesaiannya untuk segera dicarikan solusi alternatif yang baik untuk
mereka. Kempat, pekerja sosial mengevaluasi tingkat intervensi dari aspek
mikro, mezzo dan makro agar proses perubahan yang akan di rencanakan
dapat dirasakan dari berbagai aspek sehingga sifatnya menyeluruh. Kelima,
pekerja sosial dan klien menetapkan tujuan utama yang ingin dicapai dalam
proses penyelesaian masalah klien. Keenam, pekerja sosial dan klien
melakukan penetapan tujuan mengenai siapa yang akan menjalankan proses
perubahan tersebut agar dapat membantu proses pertolongan, dan apa yang
akan dilakukan untuk melihat perubahan dari permasalahan klien. Ketujuh,
pekerja sosial akan membuat kontrak kesepakatan rencana perbaikan antara
112
klien dan pekerja sosial. Penjelasan dari proses planning yang akan dilakukan
pekerja sosial seperti dibawah ini:
a. Bekerja dengan klien
Pekerja sosial harus bekerja dengan klien, dalam arti pekerja sosial
harus melibatkan klien mengenal masalah yang dialaminya. Pekerja
sosial dan klien harus sama-sama menciptakan pemecahan masalah yang
baik untuk klien. Klien yang terlibat dalam relasi dengan pekerja sosial,
juga harus merasakan adanya masalah yang sedang ia hadapi, akan tetapi
belum mampu mengatasi permasalahan tersebut. Pekerja sosial
melakukan perencanaan dengan melibatkan secara aktif klien “R” dan
klien “V” untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana cara mengatasinya, dengan begitu dapat memikirkan beberapa
alternatif program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan.
Pada bagian ini, pekerja sosial didorong untuk menjalankan peran
sebagai fasilitator. Dari peran ini, pekerja sosial diharapkan akan
mengajak kliennya untuk ikut serta berperan aktif dalam menghadapi
permasalahan yang dihadapinya. Karena tanpa peran aktif dari klien,
maka tujuan dari intervensi nantinya sulit untuk dicapai. Tanpa peran dan
usaha yang aktif dari kedua klien ini untuk mengatasi permasalahannya,
maka upaya yang dilakukan pekerja sosial tidak akan membawa hasil
yang diinginkan.
Dengan melibatkan klien secara aktif dalam menghadapi
permasalahannya, dapat terlihat bahwa klien mempunyai peran yang
113
sangat besar atas kesembuhannya sendiri. Berbagai anjuran yang
disampaikan oleh pekerja sosial akan menjadi tidak bermakna bila tidak
ada keikutsertaan dari klien itu sendiri. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:
“Iyaa.. setiap permasalahan yang dialami klien pasti sayamengajak klien untuk berperan aktif juga dalam mengatasipermasalahannya. Misalnya nih yaa mereka sadar, mereka adamasalah, terus kita harus bantu supaya anak ini ngga begitu lagi.Kita tanya, kamu mau kan merubah sikap kamu, kamu mau kanbisa menjadi yang lebih baik. Terus dia jawab iya maumerubahnya .Terus kita kerjasama untuk bisa menjalankan apayang sudah sama-sama kita rencanakan, dengan begitu klienmerasa mempunyai peran dalam kesembuhan dari permasalahanyang mereka alami.”23
Dalam hal ini klien dan pekerja sosial bekerja dengan sama-sama
untuk membantu permasalahan klien “V” dan klien “R” yang dialami
dalam aspek mikro, mezzo dan makro yang sudah dibahas pada tahapan
assesmen.
b. Memprioritaskan masalah
Dengan memprioritaskan masalah pada klien, maka pekerja sosial
berusaha mengutamakan suatu masalah yang lebih penting daripada yang
lain untuk diatasi atau dipecahkan. Dalam hal ini, pekerja sosial mulai
menyusun permasalahan-permasalahan yang dialami klien “V” dan klien
“R” baik dari aspek mikro, mezzo dan makro yang sudah dibahas.
Dengan melihat, berbagai permasalahan yang dialami klien, maka
pekerja sosial dan klien memperioritaskan terhadap masalah pendidikan
23 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
114
terlebih dahulu. Karena permasalahan ini apabila di diamkan saja akan
menjadi hal buruk dalam proses pendidikan yang sedang dijalani oleh
kedua klien ini. Sehingga pendekatan dalam melakukan terapi lebih
diutamakan dengan penanganan kasus per kasus dan bukan
pengeneralisasi cara penanganan masalah.
Permasalahan yang menjadi prioritas dalam hal ini adalah
permasalahan membolos sekolah yang dilakukan oleh kedua klien ini.
Karena permasalahan ini, yang membuat pendidikan klien menjadi jelek
karena dirusak dengan hasil absensi. Hal ini sebagaimana diungkapkan
oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagi berikut:
“Kan tadi kita udah tau permasalahannya itu apa. Nah daripermasalahan yang ada, saya sama kedua klien ini sepakatmenarik satu masalah yang akan kita jadikan sebagai prioritasmasalah. Masalah yang kita pilih ini adalah masalah kedua klienyang sering membolos sekolah. karena kan kalo bolos sekolahpasti banyak ruginya kan, kaya misalnya materi ketinggalan, teruspas ujian ngga ngerti sama materi itu karena pas dijelasin nggamasuk, absensi juga jadi jelek. Padahal misalnya prestasinyabagus, tapi karena absensinya jelek ya tetep aja jadinya jelek kan.Ya begitu kira-kira ”24
c. Masalah menjadi kebutuhan
Pekerja sosial menjadikan masalah yang dialami oleh klien “R” dan
klien “V” menjadi kebutuhan untuk segera dicarikan solusi alternatif
yang baik untuk mereka. Pekerja sosial membantu mereka dalam
membangun apa yang mereka butuhkan dengan melihat situasi yang
dimiliki klien, sehingga lebih mudah untuk memutuskan solusi.
24 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
115
Pada tahapan ini, pekerja sosial berasumsi bahwa klien tahu apa
yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka.
Pemeran utama dalam perubahan klien adalah klien itu sendiri. Tugas
pekerja sosial lebih bersifat menggali dan mengembangkan potensi klien.
Klien “R” dan klien “V” diberikan kesempatan untuk membuat analisis
dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri, serta
mereka diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk
mencapai tujuan yang mereka inginkan. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:
“kan tadi kita udah ketemu masalah apa yang menjadi prioritas,nah sekarang masalah tersebut itu dijadikan kebutuhan untukdicarikan solusi alternatif yang tepat. Apa yang menjadipermasalahan klien, itu sudah menjadi kebutuhan yang harussegera diselesaikan, disini saya hanya berperan untuk membantumereka dalam membangun apa yang mereka butuhkan danmenggali serta mengembangkan potensi yang dialami klien. apayang dibutuhkan klien, hanya klien sendiri yang tahu.”25
Permasalahan yang menjadi kebutuhan klien “R” dan klien “V”
dapat disimpulkan bahwa kedua klien ini membutuhkan pendampingan
dan perhatian khusus dalam mengatasi sikap kedua klien yang sering
membolos sekolah. Kemudian klien dan pekerja sosial bekerja sama
merumuskan beberapa rencana intervensi nantinya yang akan mereka
lakukan, untuk mendukung proses perubahan tersebut.
25 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
116
d. Mengevaluasi tingkat intervensi untuk setiap kebutuhan
Dalam proses ini, pekerja sosial mulai membantu klien
menganalisis dan mengkaji pokok permasalahan yang akan ataupun
sedang mereka bahas bersama. Pekerja sosial dan klien mulai mencarikan
solusi alternatif yang tepat dalam memilih tindakan-tindakan yang akan
mereka lakukan di setiap kebutuhan mereka dalam proses penyelesaian
masalah ini. Solusi alternatif dapat berfokus pada perubahan di tingkat
mikro, mezzo, atau tingkat makro. Dengan demikian, solusi alternatif
untuk permasalahan pada tingkat mikro, mezzo dan makro yang sudah
dispekati antara pekerja sosial dan klien adalah sebagai berikut:
1) Tingkat mikro
Klien “V” berusaha untuk merubah perilakunya untuk tidak
membolos sekolah dengan tidak memperdulikan ajakan teman,
melaksanakan tugas sekolah, dan tetap masuk sekolah meskipun dia
malas dengan pelajaran atau gurunya. Sedangkan klien “R” tidak akan
membolos sekolah lagi dengan berusaha berpenampilan rapi serta
tidak lagi memiliki sikap pendiam dan kurang percaya diri.
2) Tingkat mezzo
Pihak lembaga memberikan pendampingan dan perhatian yang lebih
lagi agar kedua klien ini tidak membolos lagi dan lebih dewasa dalam
menyelesaikan permasalahan yang dialami di sekolahnya dan pihak
lembaga juga harus lebih memperhatikan kemampuan klien dalam
pendidikan seperti memberikan penghargaan (reward) kepada kedua
117
klien ini, apabila kedua klien ini bisa menunjukkan prestasi belajar
yang baik dan tidak membolos sekolah lagi. Lalu memberi hukuman
(punishment) kepada klien untuk membuat efek jera apabila klien
melakukan kesalahan lagi.
3) Tingkat makro,
Pelayanan yang diberikan kepada kedua klien ini menjadi proses alat
pendukung agar klien bisa merubah perilakunya agar tidak membolos
lagi dan agar bisa lebih terlihat aktif lagi mengikuti kegiatan yang ada
di panti. Pekerja sosial memberikan pelayanan konseling, pelayanan
keagamaan sebagai bimbingan mental klien, bimbingan fisik,
bimbingan sosial, pelayanan kesehatan, pelayanan keterampilan,
pelayanan pendidikan, dan pelayanan tabungan.
Mengevaluasi tingkat intervensi dari aspek mikro, mezzo dan makro
ini penting untuk dilakukan, agar pekerja sosial mengetahui apa yang
akan klien lakukan dan harapkan dari ketiga aspek tersebut. Dengan
begitu harapan klien akan penyelesaian dari masalah yang dialami dapat
dibantu dari berbagai aspek. Pertama dari dirinya sendiri, kedua dari
perhatian yang diperhatikan lembaga, dan ketiga dari pelayanan yang
diberikan lembaga untuk mendukung proses perubahan klien agar
menjadi yang lebih baik.
e. Menetapkan tujuan utama
Setelah mempertimbangkan berbagai alternatif yang ada dengan
seksama, pekerja sosial dan klien menentukan tujuan utama dari program
118
ataupun kegiatan yang akan dilakukan. Dari beberapa alternatif tersebut
kemudian diputuskan alternatif mana yang paling logis dan paling
mungkin akan diterapkan serta program atau kegiatan apa saja yang akan
dilaksanakan. Mana yang benar-banar bisa dicapai dalam proses
pemecahan masalah klien. Hal ini seperti diungkapkan oleh Loren Siska
Ginting, S.ST sebagai berikut:
“ nah.. dengan sudah membuat rencana intervensi tadi denganmelihat dari individunya, bahwa dia ingin merubah supayatidak membolos sekolah lagi dan bisa berpikir dewasa dengandidukung oleh perhatian dan kasih sayang yang akan diberikanpihak lembaga berupa penghargaan atas keberhasilan disekandan juga didukung oleh pelayanan-pelayanan yang ada disiniuntuk membantu proses perubahan anak. Sehingga bisa kitatemua alternatif pemecahan solusi yang bisa dicapai dan dapatmemenuhi kebutuhan utama klien.”26
Dalam hal ini, pekerja sosial dan klien menentukan tujuan utamanya
adalah kedua klien ini tidak membolos sekolah lagi dan bisa berpikir
lebih dewasa terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan menetapkan
tujuan utama ini, maka pekerja sosial berharap bahwa individu kedua
klien ini bisa lebih baik lagi dengan menerima masukan dan perhatian
serta kasih sayang yang diberikan oleh pengasuh kepada mereka.
f. Penetapan tujuan
Tujuan merupakan hal yang relatif, dan sangat tergantung dengan
sasaran dan tujuan umum dari pekerja sosial. Pada dasarnya, ada dua
macam tujuan. Pertama, tujuan yang menyeluruh dan berjangka panjang,
dan yang kedua adalah yang bersifat khusus dan berjangka pendek.
26 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
119
Tujuan jangka pendek terkait dengan melihat tujuan utamanya
adalah agar kedua klien ini tidak lagi membolos sekolah karena hal-hal
yang tidak begitu penting. Tujuan jangka panjang nya adalah agar mereka
terus menjadi orang yang lebih baik dalam segala hal dan selalu berpikir
dewasa dalam memtuskan mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Berikut merupakan tabel kegiatan untuk mendukung proses
pemecahan masalah agar bisa tetap terpantau dan dilihat keberhasilannya.
Tabel 8Rencana Kegiatan
Siapa?
Akan melakukanapa ?
Kapan ? Bagaimana akanmengukur kesuksesannya
?Klien“V”dan“R”
Berusaha untuktidak memboloslagi dengan alasanyang tidak jelas.
Setiap hari(berangkatsekolah )
Dalam sebulan sekalimeminta laporan dari walikelas mengenai absenkedua klien ini.
Klien“V”
Mengerjakan tugassekolah tepatwaktu
Setiap harisekolah
Menanyakan ke klien tugassudah dikerjakan ataubelum dan mendampingiklien dalam mengerjakantugas sekolah setiap hari.
Klien“V”
Menghilangkansikap malas kesekolah dankepada guru yangmengajar.
Seminggu2 x
Bekerjasama dengan temanterdekatnya dalamseminggu sekali untuk ikutmembantu memantau klienhadir di sekolah atau tidak.
Klien“R”
Menghilangkansikap pendiamnyadan kurangpercaya dirinya.
Setiap hari Menanyakan ke temansekelasnya mengenaikeadaan klien “R” disekolah setiap sebulansekali apakah sudah mauberadaptasi danberinteraksi dengan teman-temannya di kelas.
Klien“R”
Merubah dirinyauntuk terlihat lebih
Setiap hari Mengingatkan mengenaimenjaga penampilan setiap
120
rapi. di panti dan saat berangkatsekolah.
Dengan penetapan tujuan tersebut, proses perencanaan akan
menjadi terarah karena disini terlihat jelas klien akan melakukan proses
perubahan seperti apa, dan berapa lama di lakukan lalu dilihat juga
kesuksesan dari apa yang akan dilakukan klien itu seperti apa. Sehingga
dapat mendukung rencana jangka panjang dan jangka pendek yang sudah
dibuat antara pekerja sosial dank lien.
g. Menyusun kontrak
Disini klien dan pekerja sosial membuat kontrak yang berkaitan
dengan cara dan rentang waktu dan kebutuhan untuk fokus pada masalah
yang dirumuskan. Keduanya juga membahas hasil yang diantisipasi.
Namun di panti ini pekerja sosial dan klien tidak membuat kontrak
rencana perbaikan antara kesepakatan pekerja sosial dan klien. Karena
menurut pekerja sosial ketika membuat kontrak, klien menjadi takut
karena masalah yang dihadapi klien hanya masalah ringan. Begitu adanya
kontrak anak malah menjadi takut tidak ingin bercerita mengenai
permasalahannya. Pada saat diajak wawancara pun mengenai
permasalahan yang dialami dia takut dan sulit sekali. Jadi proses rencana
perbaikan disesuaikan dengan melihat perubahan anak itu sampai sejuah
mana. Hal ini seperti diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST
sebagai berikut:
“Kalau untuk kontrak sih ngga ada pembuatan kontraknya dipanti ini, jadi fleksibel aja. Justru disini kalau buat kontrak
121
malah horror kesannya. Karena disini itu anak-anaknya nggabisa kaya gitu. Begitu ada kontrak, anaknya jadi takut. Orangwawancara kaya gini aja dia tuh jadi takut anaknya. Seakan-akan punya masah besar, padahal permasalahannya hanyaringan-ringan saja.”27
D. Tahapan Pelaksanaan Pemecahan Masalah (Implementation)
Tahap keempat di GIM melaksanakan perbuatan yang sebenarnya
sudah direncanakan. Klien dan pekerja mengikuti rencana mereka untuk
mencapai tujuan mereka. kemajuan selama pelaksanaan harus terus dipantau
dan dinilai. Tahap ini merupakan tahapan yang memfokuskan pada upaya
mentransfer perencanaan program menjadi pelaksanaan program dalam
bentuk kegiatan-kegiatan yang nyata. Pelaksanaan implementasi disesuaikan
dengan rencana pemecahan masalah yang sudah dibuat dari tingkat mikro,
mezzo dan makro sebagai berikut:
1) Tingkat mikro
Klien “V” berusaha untuk merubah perilakunya untuk tidak membolos
sekolah dengan tidak memperdulikan ajakan teman, melaksanakan tugas
sekolah, dan tetap masuk sekolah meskipun dia malas dengan pelajaran
atau gurunya. Sedangkan klien “R” tidak akan membolos sekolah lagi
dengan berusaha berpenampilan rapi serta tidak lagi memiliki sikap
pendiam dan kurang percaya diri.
2) Tingkat mezzo
Pihak lembaga memberikan pendampingan dan perhatian yang lebih lagi
agar kedua klien ini tidak membolos lagi dan lebih dewasa dalam
27 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
122
menyelesaikan permasalahan yang dialami di sekolahnya dan pihak
lembaga juga harus lebih memperhatikan kemampuan klien dalam
pendidikan seperti memberikan penghargaan (reward) kepada kedua
klien ini, apabila kedua klien ini bisa menunjukkan prestasi belajar yang
baik dan tidak membolos sekolah lagi. Lalu memberi hukuman
(punishment) kepada klien untuk membuat efek jera apabila klien
melakukan kesalahan lagi.
3) Tingkat makro
Pelayanan yang diberikan kepada kedua klien ini menjadi proses alat
pendukung agar klien bisa merubah perilakunya agar tidak membolos lagi
dan agar bisa lebih terlihat aktif lagi mengikuti kegiatan yang ada di
panti. Pekerja sosial memberikan pelayanan konseling, pelayanan
keagamaan sebagai bimbingan mental klien, bimbingan fisik, bimbingan
sosial (group work), pelayanan kesehatan, pelayanan keterampilan,
pelayanan pendidikan, dan pelayanan tabungan.
Dengan melihat ketiga aspek tersebut, menurut pekerja sosial semua
sudah dilakukan sesuai dengan rencana awal dan sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh klien. Seperti misalnya pada aspek mikro, pekerja sosial dan
klien saat itu membuat perencanaan Klien “V” berusaha untuk merubah
perilakunya untuk tidak membolos sekolah lagi dengan tidak memperdulikan
ajakan teman dan tetap masuk sekolah meskipun dia tidak paham dengan
mata pelajarannya. Sedangkan klien “R” tidak akan membolos sekolah lagi
dan tidak peduli teman-teman di sekolah akan berbicara seperti apa tentang
123
dirinya serta menghilangkan sikap pendiamnya agar bisa bersosialisasi
dengan teman-teman di sekolah.
Rencana ini sudah dilakukan dengan baik oleh kedua klien ini, mereka
berusaha sekali supaya tidak membolos sekolah dengan alasan-alasan yang
tidak penting dan tidak memperdulikan apa yang dikatakan orang tentang dia.
Seperti klien “R”, walaupun dia mempunyai masalah di sekolahnya tetapi dia
sudah mulai kembali masuk sekolah meskipun akhirnya dia harus pindah
sekolah, saat ini dia sedang belajar dengan merubah penampilan agar terlihat
rapi dan datang ke sekolah tepat waktu supaya dia tidak menjadi korban
bullying seperti yang dia rasakan saat di sekolah yang lama serta berusaha
untuk merubah sikapnya agar tidak menjadi orang yang keras kepala, kurang
percaya diri dan pendiam.
Begitu juga dengan klien “V’, saat ini juga dia sudah berusaha
meninggalkan perilakunya yang suka membolos, dengan mengerjakan tugas
sekolah tepat waktu dan berusaha suka dengan mata pelajaran yang diajarkan
gurunya. Mereka sekarang lebih rajin. Mereka bisa seperti ini karena kembali
diberikan nasehat-nasehat dan motivasi oleh pengasuhnya, dan juga mereka
membuat perencanaan yang akan di lakukan sesuai dengan kemampuan
mereka. Sehingga saat ini rencana yang sudah dipikirkan dapat terlaksana
dengan baik. Maka semangat untuk kembali sekolah muncul lagi diantara
mereka. Hal ini diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:
“iya semenjak permasalahan itu pengasuh lebih intens lagimendampingi anak-anaknya. Mereka memberikan nasehat-nasehatdan motivasi supaya mereka tidak membolos sekolah lagi kalau
124
alasannya tidak jelas. Pengasuh juga memberikan nasehat kalaubolos sekolah banyak yang dirugikan nanti. Jadi harus semangatlagi sekolahnya ngga boleh males. Terus klien “R” juga kita bantuuntuk mempercantik dirinya dengan kita ajak ke salon di pantisebelah (PSBR), supaya dia bisa belajar cara mempercantik dirinya.Dari situ perlahan mereka sadar, dan apa yang udah diberikanpengasuh mereka inget-inget dan mereka pegang supaya ngga bakalngelakuin itu lagi.”28
Selain itu pada aspek mezzo, Pihak lembaga memberikan
pendampingan dan perhatian dengan memberikan penghargaan kepada kedua
klien ini, apabila berperilaku baik dan bisa menonjolkan prestasinya serta
memberikan hukuman (punishment) sebagai peringatan dari kesalahan yang
sudah diperbuat agar tidak di ulangi lagi.
Perencanaan ini sudah dilakukan oleh pihak lembaga, penghargaan dan
hukuman sangat diterapkan sekali dilembaga ini karena untuk menghargai
apa yang sudah diberikan anak-anak ke pada panti seperti prestasi belajar dan
selalu berkelakuan baik. Hukuman diberikan kepada mereka agar membuat
mereka jera terhadap perbuatan yang telah mereka lakukan dan agar
perbuatan tersebut tidak diulangi kembali.
Seperti misalnya, klien “R” walaupun dia mempunyai masalah tetapi
dia membuktikan bahwa prestasi belajar di sekolahnya baik maka dari itu
dia mendapatkan reward dari panti berupa hadiah yang bisa membangkitkan
lagi semangatnya bersekolah dan mempertahankan prestasinya. Apabila dia
melakukan membolos sekolah lagi maka dia akan diberikan hukuman,
karena dia sudah berjanji tidak akan mengulangi lagi. Begitu juga dengan
28 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
125
yang dialami klien “V”. Hal ini seperti diungkapkan oleh Loren Siska
Ginting, S.ST sebagai berikut:
“Iya disini saya jelaskan, mengapa memutuskan untuk mengambilpendampingan mengenai diberikannya reward dan punishment.Itu karena memang sudah diterapkan disini sangat diterapkansekali. Baik klien “R” atau klien “V” ketika dia mendapatkanprestasi yang baik di sekolahnya atau dilihat dari tingkah lakuanak ini yang tidak pernah membuat kesalahan lagi maka merekamendapatkan reward. Oleh karena itu pihak panti memberikanhadiah dan ditambah tingkah laku mereka juga sudah mulaiterlihat baik. Punishment diberikan apabila mereka melakukankesalahan lagi.”29
Pada aspek makro, pekerja sosial dan klien membuat pelaksanaan
bahwa klien “R” dan klien “V” harus diberikan pelayanan konseling (case
work), pelayanan keagamaan sebagai bimbingan mental klien, bimbingan
fisik supaya membantu klien berperilaku disiplin, pelayanan keterampilan,
pelayanan pendidikan dan pelayanan bimbingan sosial.
Proses pelaksanaan pelayanan konseling, dilakukan setiap seminggu
dua kali, untuk melakukan konsultasi terhadap perubahan yang sudah
dilakukan selama ini dan untuk mengetahui sampai mana dia sudah yang
mencapai apa yang sudah di rencanakan sebelumnya. Di pelayanan ini
pekerja sosial juga memberikan bimbingan supaya kedua klien ini bisa
merubah perilakunya. Lalu salam pelayanan bimbingan mental kedua klien
ini sudah menjalankan sesuai jadwal bimbingan keagamaan, dengan
mengikuti kegiatan ini secara serius, sudah terlihat perubahan yang dialami
oleh keduanya. Keduanya jadi rajin sholat dan melaksanakan kewajiban yang
29 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
126
harus dilakukan anak-anak yaitu membaca surat wakiah setiap malam selasa.
Kemudian saat ini mereka juga sedang kembali belajar membaca Al-quran
dengan dipimpin oleh ustadz dan ustadzah. Dengan mempelajari keagamaan,
mereka bisa semakin tahu mana perbuatan yang baik untuk di lakukan dan
mana yang tidak dalam kehidupan sehari-hari, dan dengan memahami
agamanya klien juga bisa memutuskan sesuatu hal lebih dewasa lagi.
Kemudian dalam pelayanan keterampilan, klien “R” dan “V” sudah
kembali aktif mengikuti keterampilan yang mereka sukai, dan klien “V”
mengikuti keterampilan kesenian dengan bermain musik gitar dan juga dia
aktif menari saman. Di pelayanan pendidikan, mereka mematuhi peraturan
yang ada di sekolah dengan tidak membolos lagi. Kemudian mereka
menunjukkan prestasi belajar mereka di sekolah. Sedangkan pada bimbingan
sosial disini diajarkan bagaimana cara klien mengatasi permasalahan dengan
kelompok.
Dengan begitu, yang tadinya klien “R” memiliki sifat pendiam bisa
lebih terlihat aktif dan berinteraksi antar kelompoknya dalam memecahkan
suatu masalah. Untuk klien “V” dengan adanya bimbingan sosial ini
membuat dia menjadi belajar bahwa segala sesuatu itu tidak boleh ditanggapi
dengan keras kepala dalam menyelesaikan suatu masalah, tetapi harus dengan
hati yang tenang dan memahami setiap proses penyelesaian. Namun, pekerja
sosial sulit menyatukan karakter mereka karena berasal dari latar belakang,
budaya, kebiasan dan pendapat yang berbeda sehingga menyebabkan sulitnya
127
mencarikan solusi dalam memecahkan permasalahan mereka dalam
kelompok.
Dalam tahapan implementasi ini, pekerja sosial menggunakan teori
sistem ketika ingin memberikan pelayanan kesejahteraan sosial untuk anak-
anak asuh seperti yang peneliti tulis di Bab II halaman 43, dikatakan bahwa
teori sistem adalah salah satu cara untuk mengkonseptualisasikan
permasalahan dalam membuat rencana kegiatan atau treatment. Dan pekerja
sosial dalam melakukan pengembangan masalah yang ada
mengkonseptualisasi masalah-masalah klien dengan peristilahan, agen
perubahan, sistem klien, sistem sasaran dan sistem kegiatan. Ke empat istilah
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Sistem pelaksana perubahan
Sistem pelaksana perubahan adalah pekerja sosial yang secara
khusus bekerja untuk menciptakan perubahan secara terencana. Kegiatan
pelayanan kesejahteraan sosial dilaksanakan selama 2 bulan sesuai
dengan kontrak yang sudah disepakati antara pekerja sosial dan kedua
klien ini. Terdapat seorang yang menjadi agen peubah untuk memberikan
pelayanan kesejahteraan sosial, yaitu pekerja sosial lah yang berperan
sebagai agen perubah dimana dia bekerja yang akan memberi pertolongan
kepada sistem klien yang mempunyai permasalahan.
2. Sistem Klien
Sistem klien adalah sekelompok orang yang sepakat meminta
pelayanan kepada pekerja sosial dan telah memberikan kewenangan
128
menjadi penerima pelayanan atau terkena perubahan baik secara langsung
maupun tidak langsung, dan yang bekerja berdasarkan kesepakatan atau
kontrak dengan pekerja sosial. Dalam hal pelayanan kesejahteraan sosial
yang menjadi sistem klien adalah klien “V” dan “R” yang memiliki
permasalahan membolos sekolah.
3. Sistem Sasaran
Sistem sasaran adalah sekelompok orang, badan-badan, dan atau
organisasi yang dijadikan sasaran perubahan atau dijadikan media yang
dapat mempengaruhi proses pencapaian tujuan pertolongan dan para
penerima pelayanan utama memperoleh manfaat yang diharapkan.
Adapun yang menjadi sistem sasaran dalam penerimaan pelayanan
kesejahteraan sosial adalah orang-orang terdekat klien, seperti teman-
teman dekat klien, pengasuh, guru dan teman-teman sekolah klien.
Orang-orang tersebut akan diidentifikasi oleh pekerja sosial untuk
mengetahui permasalahan sebenarnya yang terjadi itu seperti apa, kenapa
sistem klien (klien “R” dan “V”) tersebut bisa membolos sekolah. Dan
orang-orang ini dijadikan media agar proses pencapaian tujuan
pertolongan bisa terlaksana dengan baik dan memenuhi apa yang
dibutuhkan klien.
4. Sistem aksi atau kegiatan,
Sistem aksi atau kegiatan adalah untuk menggambarkan dengan
siapa saja pekerja sosial bekerja dalam upayanya memenuhi tugasnya dan
129
mencapai tujuan perubahan yang diharapkan. Ketika pekerja sosial sudah
melakukan identifikasi dan penelaahan terhadap masalah (assessment)
pada sistem klien dan sistem sasaran, dan sudah diketahui apa sebenarnya
permasalahan yang dihadapi oleh mereka dan apa yang mereka butuhkan
ketika ke PSAA PU 03 Tebet ini, pekerja sosial kemudian mengintervensi
mereka dengan sistem aksi yaitu dengan memberikan Pelayanan
Kesejahteraan Sosial yang ada di panti PSAA PU 03 Tebet ini mulai dari
pelayanan pengasramaan, kebutuhan pangan, konseling, kesehatan,
pendidikan, keagamaan, keterampilan, rekreasi dan hiburan, program
tabungan dan transportasi.
E. Tahapan Evaluasi
Pekerja sosial harus bertanggung jawab. Yaitu, mereka harus
membuktikan intervensi mereka telah efektif. Setiap tujuan dievaluasi untuk
mengetahui sejauh mana tujuan itu dibuat. Apakah kasus tersebut harus
dihentikan atau dinilai ulang untuk menetapkan tujuan yang baru.
Tahapan evaluasi adalah untuk memastikan apakah proses pelayanan
kesejahteraan sosial anak terlantar berlangsung sesuai rencana yang telah
ditetapkan wajib dilakukan evaluasi dari setiap tahapan proses yang dilalui.
Evaluasi juga bisa dikatakan sebagai proses pengawasan dari klien dan
Pekerja Sosial terhadap program, yang sedang berjalan pada pelayanan
kesejahteraan sosial anak terlantar. Evaluasi dilakukan dengan melihat tujuan
awal apa yang ingin dilakukan untuk klien “R” dan klien “V”. Tujuan
utamanya pengasuh memberikan perhatian yang lebih kepada kedua klien ini
130
seperti memberikan motivasi dan dukungan agar mereka bisa merubah
individunya tersebut menjadi lebih baik. Setelah diberikan proses
implementasi dalam jangka waktu yang lama, tingkat pencapaian dari
intervensi sudah terlihat dan dialami oleh kedua klien ini.
Pencapaian keberhasilan sudah sesuai dengan yang dipikirkan pekerja
sosial. Karena pada dasarnya anak-anak ini baik sekali, jadi mudah ketika
ingin melakukan intervensi. Mereka bisa seperti itu karena memang kurang
pengawasan dari pihak panti dan juga pengasuh serta ada faktor dari luar
yang mempengaruhi mereka. Pekerja sosial ini selalu melakukan evaluasi
setiap seminggu sekali untuk melihat perkembangannya seperti apa proses
dari pelayanan kesejahteraan sosial yang sudah diberikan. Dengan melihat
keberhasilan, dari proses ini dan sudah dijalankan selama dua bulan. Maka,
klien memutuskan untuk mengakhirinya dengan proses terminasi. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:
“berdasarkan apa yang sudah dilaksanakan dalam proses intervensi,pencapaian keberhasilan sudah mulai terlihat dari kedua klien ini.Mereka semakin hari semakin bisa merubah perilaku mereka yangtidak baik seperti membolos sekolah. pada dasarnya anak-anak inimemang baik dan permasalahannya juga tidak terlalu besar. Sayamelakukan evaluasi setiap sebulan sekali untuk melihat tingkah lakukedua klien ini.”30
F. Tahapan Terminasi ( Pengakhiran Pelayanan)
Langkah keenam dalam GIM adalah pemutusan perhatian. Hubungan
pekerja atau klien akhirnya harus berakhir. Pekerja sosial memutuskan untuk
mengakhiri proses penyelesaian masalah ini karena dianggap sudah tercapai
30 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST Jakarta, 11 Agustus 2014.
131
dengan apa yang diinginkan klien berdasarkan hasil evaluasi yang sudah kita
bahas bersama dan juga batas kontrak dalam melaksanakan proses
penyelesaian yang dilakukan sudah selesai. Dengan berakhirnya, proses ini
maka pekerja sosial berharap klien bisa selamanya berperilaku seperti ini
bahkan lebih baik lagi sehingga klien tidak mengalami permasalahan lagi.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai
berikut:
“Habis di evaluasi kan kita sudah liat tuh bahwa apa yang kita udahrencanain dari awal itu terlaksana sesuai dengan harapan. Maka dariitu proses pertolongan ini harus berakhir karena sudah sesuaidengan tujuan yang kita inginkan dalam perubahan kan Makanyakita melakukan proses terminasi ini ke klien.”31
G. Follow- Up (Tindak Lanjut)
Tindak lanjut adalah langkah ketujuh dan terakhir di GIM. Tindak
lanjut adalah pemeriksaan ulang situasi klien di beberapa titik setelah selesai
intervensi. Tujuannya adalah untuk memantau efek yang sedang berjalan.
Tindakan lanjut yang dilaksanakan setelah klien “V” dan “R” sudah selesai
mendapatkan pertolongan untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka
alami.
Dalam hal ini, pekerja sosial tidak langsung lepas tangan, walaupun
pertolongan sudah selesai tetapi pekerja sosial harus tetap memantau sejauh
mana kedua klien ini benar-benar sudah baik. Karena bisa saja, situasi dan
kondisi di luar kembali merusak apa yang sudah benar di dalam diri klien.
Pekerja sosial tetap memberikan nasehat-nasehat agar mereka tetap
31 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST Jakarta, 11 Agustus 2014.
132
mempertahankan perlaku baik yang sudah ada dalam diri mereka. Namun,
jika terlihat mereka membuat kesalahan lagi, maka pekerja sosial akan
mengassesmen ulang mereka dan memberikan intervensi yang berbeda. Hal
ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai
berikut:
“Setelah sudah selesai proses pertologan, dan sudah berhasildilakukan oleh kedua klien ini. Perubahannya juga terlihat. Sehabisterminasi, saya juga tetap masih bekerja untuk memantau kegiatanyang dilakukan kedua klien ini. Apakah benar-benar dia sudahberubah, karena kan factor dari luar tuh ada aja, takutnya merekaterhasut lagi atau bagaimana. Jadi merusak apa yang sudahdibangun kemaren. Untuk itu, saya tetap adakan tindak lanjut yaamemberi nasehat-nasehat dan pengawasan berlanjut denganpengasuhnya supaya mereka tetap mempertahankan sikap yangsudah baik yang kita sama-sama bantu prosesnya. Tetapi ketikaterlihat anak-anak ini melakukan kesalahan lagi maka akan di tindaklanjuti untuk di berikan pertolongan dari awal dengan intervensiyang berbeda.”32
B. Bentuk-bentuk kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial untuk anakterlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet.
1. Pelayanan Pengasramaan
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet dalam
mengasuh, membina dan mendidik anak asuh telah menyediakan seluruh
kegiatan yang diprogramkan oleh pengurus panti selama mereka
mendapatkan pelayanan sosial di panti ini. Pelayanan pegasramaan yang
diberikan oleh panti ini telah menyediakan bangunan permanen, tempat
beribadah, ruang kantor pengurus panti, tersedianya 8 kamar (1 kamar terdiri
dari 10 – 12 orang, yang difasilitasi dengan satu buah AC, tempat tidur,
32 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
133
bantal, sprei, lemari pakaian, meja gosokan, setrikaan, dan lemari sepatu di
depan pintu kamar mereka masing-masing), ruangan dapur, laboratorium
komputer, 1 ruangan aula dengan difasilitasi alat music, 22 kamar mandi, dan
koperasi.33
Bentuk dari program pelayanan pengasramaaan ini yaitu memberikan
anak-anak asuh tempat tinggal yang nyaman dan tentram. Tujuan program ini
untuk membantu anak asuh yang ada di panti dalam menjalankan kegiatan
sehari-hari mereka baik didalam panti maupun kegiatan diluar panti, supaya
mereka bisa betah dan nyaman tinggal di panti, karena panti adalah tempat
tinggal atau rumah ke dua untuk mereka.
Menurut hasil penelitian penulis bahwa pelayanan pengasramaan ini
sudah sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya oleh PSAA
PU 03 Tebet ini. Jumlah kapasitas kamar tidur sebanding dengan jumlah anak
yang ada di panti ini. Selain itu setiap bulan mereka juga mendapatkan
perlengkapan mandi dan mencuci pakaian seperti sabun, detergen, shampoo,
pasta gigi, pewangi pakaian, dan pelicin pakaian. Hal ini diungkapkan oleh
salah seorang klien “R” sebagai berikut:
“Waktu saya datang kesini, saya langsung Kak dikasih tau oleh staffkamar saya disini, ini tempat tidur saya, ini lemari saya gitu Kak,terus juga sebulan sekali nih Kak pasti deh dapet kaya keperluanmencuci misalnya detergen, atau juga pelicin pakaian buat nyetrikabaju, pokoknya lengkap Kak.” 34
33 Observasi Gedung PSAA PU 03 Tebet pada tanggal 3 Juli 201434 Wawancara pribadi dengan informan “R”, Jakarta, 18 Juli 2014.
134
Namun beberapa fasilitas yang ada dikamar mereka seperti AC dan
bantal guling akan segera ditarik oleh panti. Menurut pengakuan WBS hal
tersebut dikarenakan menurut pihak panti fasilitas tersebut terlalu mewah
untuk anak panti. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh seorang WBS (LS)
sebagai berikut:
“iyah Kak disini sih lengkap kok fasilitasnya. Tapi nih yah Kak,katanya sih nanti kayak AC, bantal guling terus boneka-boneka itubakal ditarik sama panti. Jadi kita tidur ngga pakai AC lagi, teruskak kalo tidur cuma pakai bantal aja biasa. Terus tuh Kak pakaiankotor kita disediainnya pakai plastik aja. Kan jadi ngga rapi yahKak. Kalau aku denger sih yah Kak dari ibu pengasuh, kita ituterlalu mewah untuk ukuran anak panti. Jadi ngga perlu tidur pakaiAC.”35
Mengenai hal tersebut kemudian dijelaskan oleh pekerja sosial megapa
beberapa fasilitas yang ada di panti dan di kamar mereka harus ditarik.
Berikut penjelasan dari Loren Siska Ginting sebagai berikut:
“oh mengenai hal tersebut ya dikarenakan guling yang mereka pakaimemang sudah tidak layak menutut kami. Kami sedang melakukanpengajuan untuk membeli bantal guling yang baru. Kalau mengenaiAC, memang akan kita cabut karena untuk ukuran panti itu terlalumewah,mewah disini bukan hal yang gimana gimana ya. Tapimasalah AC memang untuk semua panti ngga boleh ada, efeknyangga baik buat mereka, jadi malas dan manja. Orang mereka tinggaldirumah aja ngga pakai AC kok takutnya mereka jadiketergantungan ketika sudah keluar dari panti dan jadi tidakmandiri.”36
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa ditariknya beberapa fasilitas yang
ada di panti dikarenakan agar tidak membuat anak-anak panti menjadi manja
dan ketergantungan terhadap fasilitas AC setelah mereka keluar dari panti.
35 Wawancara pribadi dengan informan “R”, Jakarta, 18 Juli 2014.36 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 10 Agustus 2014.
135
Karena AC juga sebenarnya di semua panti ngga boleh ada di kamar anak-
anak terutamanya. Selain itu juga membuat anak tidak menjadi mandiri.
2. Pelayanan Kebutuhan Pangan
Pelayanan kebutuhan pangan adalah pelayanan pemberian makan
kepada anak asuh yang berada di panti. Dalam pemberian makan, ada ibu
dapur yang menyiapkan makanan untuk mereka. Mereka makan 3x sehari.
Sarapan dilakukan pada pukul 07.00 pagi, makan siang pukul 11.00, dan
makan malam pukul 19.00.
Tujuan dari pelayanan kebutuhan pangan ini untuk menjadikan anak-
anak asuh sehat, karena mereka mendapatkan makanan yang bergizi.
Makanan yang disediakan untuk anak-anak asuh yang ada di panti berupa
makanan 4 sehat 5 sempurna. Seperti: nasi, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-
buahan, dan susu. Biasanya makanan yang diberikan sudah terjadwal, menu
makanan tersebut biasanya didapat dari puskesmas. Hal ini diungkapkan oleh
Kak Loren Siska Ginting sebagai berikut:
“Kalau permakanan kan diatur sama ibu dapur. Kita punya tukangmasak sendiri. Disini ada 4 orang tukang masaknya. Disini merekamakan 3x sehari. Sarapan itu jam 07.00 terus makan siang jam11.00 soalnya kan mereka mau sekolah. Abis itu makan malamnyaabis sholat maghrib. Di depan itu ada kok makan pagi apa, siangapa, malam apa itu hari senin sampai hari minggu terus juga adakandungan gizinya misalnya kalori berapa gitu.”37
Kemudian hal serupa juga diungkapkan oleh klien “R” sebagai berikut :
“Enak disini makanannya, apa aja ada. Kita mau makan ayam ada.Mau buah-buahan setiap hari juga ada. Nih yah kak kalau sarapan
37 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
136
jam 07.00, kalau makan siang jam 11.00. kalau makan malam nantibareng-bareng abis sholat Maghrib Kak. Menu-menunya jugadisiapin Kak setiap hari ini apa apa aja.
Namun, beberapa kali Ibu Dapur juga memberikan kesempatan kepada
anak-anak untuk berhak menentukan apa yang mereka ingin makan, agar
anak-anak asuh tidak bosan juga terhadap menu yang sering disediakan. Ibu
dapur tidak sendiri dalam memasak, beliau juga dibantu oleh anak-anak asuh
yang memiliki jadwal piket untuk memasak. Ibu dapur hampir setiap hari
belanja, biasanya bahan belanjaan memang hanya untuk hari itu saja. Untuk
biaya belanja bahan makanan biasanya Ibu dapur langsung meminta ke TU
dan untuk belanja kebutuhan dalam sehari biasanya habis sekitar Rp.
1.200.000,-. Hal ini diungkapkan oleh salah satu Ibu Dapur yaitu Ibu Kokom.
“iya untuk makanan anak-anak setiap harinya memang sudah adajadwalnya, tetapi tidak menutup kemungkinan kadang kita sukaminta ke anak-anak apa yang ingin dimasak. Karena kan anak-anaksuka bosan dengan makanan yang sudah dijadwal. Ingin menu lain.Biasanya kalau belanja kita hampir setiap hari belanja, belanja ituuntuk bahan makanan dari pagi sampai malam. Kalau untuk biayabiasanya Saya langsung minta ke TU dan biasanya itu habis sekitarRp 1.200.000,- / hari.” 38
Pelayanan kebutuhan pangan merupakan pelayanan penting dan harus
ada dalam keidupan sehari-hari, karena tanpa pelayanan kebutuhan pangan
ini anak-anak asuh yang ada di panti tidak dapat hidup sehat. Pada
pelaksanaan pelayanan kebutuhan pangan ini tidak mempunyai hambatan
berat, karena kegiatan ini sering dilaksanakan setiap hari dan wajib ada di
panti ini.
38 Wawancara pribadi dengan Kokom, Jakarta, 15 Agustus 2014.
137
3. Pelayanan Konseling
Pelayaan konseling pada umunya sangat diperlukan pada setiap
lembaga-lembaga sosial guna memberikan ruang kepada kliennya untuk
merasakan kenyamanan dimana mereka bisa berkonsultasi saat mereka
menghadapi segala permasalahan.
Pelayanan konseling yang dilakukan oleh pekerja sosial dan psikolog
kepada klien biasanya dalam bentuk konsultasi dari diri klien kepada pekerja
sosial atau psikolog yang bertugas sebagai pembimbingnya dan waktu yang
dilakukan dalam seminggu hanya sekali. Mereka mengajukan 3 sampai 4
orang dengan melihat permasalahan yang mereka alami. Misalnya ketika
psikolog dan pekerja sosial sudah melihat anak ini perilakunya berbeda dari
biasanya, sering murung, atau banyak diam. Mereka akan dianjurkan untuk
berkonsultasi dengan psikolog yang ada. Namun, jika ada klien yang ingin
konsultasi di lain hari atau lain kesempatan dari pihak pekerja sosial
mempersilahkannya. Jadi pelayanan konseling yang diberikan kepada klien
di PSAA ini adalah sesuai dengan kebutuhan dari klien tersebut. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:
“Kalo seminggu sekalinya itu kita ajuin 3 atau 4 orang. Misalnyanih kira-kira ada anak yang kok sekarang agak aneh ya, kok dia adaperubahan, dia suka bolos, suka termenung atau apa. Itu kita ajuin 3atau 4 orang per minggu. Begitu psikolog datang kita langsungkasih aja. Psikolog biasanya datang seminggu sekali, tapi kadang 2minggu, tergantung sih dia bisanya kapan gitu ya. Udah dijadwalinsama dianya.”39
39 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
138
Dengan adanya seorang psikolog yang hadir di panti diharapkan dapat
membantu pekerja sosial dalam menangani masalah yang dihadapi anak
asuh yang bermasalah maupun anak asuh yang ingin konsultasi tentang apa
yang menjadi permasalahannya dan mengganggu pikirannya selama ini.
Tujuan pelaksanaan dari pelayanan konseling ini yaitu untuk
memberikan semangat atau motivasi kepada anak-anak asuh mereka jika
mempunyai masalah pribadi maupun masalah sekolah, tidak boleh
menyerah atau putus asa dalam menyelesaikan masalah tersebut, semua
masalah pasti ada jalan keluarnya yang lebih baik.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, ditemukan bahwa
panti sosial ini sebenarnya dalam perencanaan dan proses pelaksanaan
konseling belum memiliki hasil yang optimal atau sempurna, dikarenakan
anak-anak asuh tidak memanfaatkan kesempatan ini banyak dari mereka
yang tidak melakukan konsultasi, mereka lebih nyaman untuk cerita sama
teman-teman mereka. Selain itu, psikolog juga jarang hadir ke panti
sehingga anak-anak asuh kurang dekat dengan psikolog. Kemudian belum
adanya ruangan khusus untuk pelayanan konseling. Pelayanan konseling
dilakukan setiap hari Jumat, akan tetapi terkadang juga disesuaikan dengan
jadwal psikolog kapan bisa datang ke panti. Hal ini diungkapkan oleh klien
“R” sebagai berikut:
“Psikolog yang datang kesini setiap hari jumat. Tapi tergantungdianya bisa apa ngga. Jarang datang juga soalnya Kak. Aku jugajarang sih Kak.. konseling gitu sama psikolog. Biasanya lebih sering
139
cerita aja sama temen dibanding psikolog. Lebih enak aja Kak samatemen kaya curhat gitu jadinya.”40
4. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan perlu
diperhatikan. Kesehatan yang kurang baik akan menghambat aktivitas atau
kegiatan anak asuh mereka sehari-hari, maka tujuan dari pelayanan
kesehatan ini adalah untuk dapat mengetahui bagaimana kesehatan semua
anak-anak asuh yang ada di panti asuhan ini.
Pelayanan kesehatan yang disedakan di PSAA ini adalah dengan
adanya pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter seminggu sekali. Di panti
ini juga disediakan obat-obatan apabila mereka mengalami penyakit yang
ringan seperti pusing, batuk, pilek atau nyeri haid yang dirasakan wanita.
Biasanya apabila ada yang sakit ringan seperti itu, yang biasa melayani
adalah Organisasi Citra Intra Panti (OCIP). Mereka membantu teman-
temannya yang sedang sakit seperti mengambil obat dan memberi makanan.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien “R” sebagai berikut”
“Kesehatan sih.. yaaa.. karena kalau itu kan ada petugas kesehatan,disini ada OCIP . jadi melalui OCIP dulu Kak. Mereka membantukasih makanan terus mengambil obat untuk kita. Ya merawat kitagitu kak. Karena kan juga disediain obatan-obatan juga kak disinikalau memang penyakitnya tidak terlalu parah.”41
Jika terdapat anak asuh yang mengalami sakit yang cukup parah. Staff
Identifikasi dan Assesment yang akan mengurusinya. Pihak panti langsung
secepat mungkin mengambil tindakan dengan membawa ke puskesmas atau
40 Wawancara Pribadi dengan informan “R”, Jakarta, 18 Juli 201441 Wawancara pribadi dengan informan “R”, Jakarta, 18 Juli 2014.
140
rumah sakit milik pemerintah. Semua anak asuh disini sudah memiliki kartu
BPJS. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting sebagai
berikut:
“Jadi misalnya ada anak yang sakit ada anak yang apa, disini kananak-anaknya sudah memakai BPJS. Jadi kalau anak-anak yangsakit atau apa langsung dibawa ke puskesmas atau nggakerjasamanya dengan Rumah Sakit milik pemerintah. disini jugadisediakan obat-obatan tapi itu yang ringan-ringan aja. Kaya pusing,karena perempuan kan sering nyeri haidh, minyak tawon, vitamin-vitamin. Tapi kalau cek kesehatan, disini setahun sekali ada. Wajibsampai harus di rontgen.” 42.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dua orang Dokter yang
didatangkan dari Puskesmas Kecamatan Tebet. Biasanya Dokter datang ke
panti itu seminggu sekali dan lebih sering datang pada malam hari karena
saat malam hari anak-anak panti sudah berada di panti ketika sudah selesai
melaksanakan pendidikan sekolah. Ibu Dokter ini biasanya ketika ke panti
melakukan pemeriksaan kepada anak-anak yang sedang sakit dan
melakukan materi penyuluhan untuk anak-anak. Seperti yang diungkapkan
oleh salah satu Dokter yaitu Ibu fadhlina sebagai berikut:
“Biasanya sih seminggu sekali, setiap hari Jumat tetapi malam hari.Karena anak-anak kan sudah kumpul semua yang habis pulangsekolah. Oh iya, penyuluhan tentang materi-materi menjagakesehatan, penyakit-penyakit berbahaya, bagaimana menjagakondisi tubuh dengan baik. Seputar itu ya Mba yaaa.” 43
Dalam pelayanan pemeriksaan kesehatan tidak terhambat, walaupun
dilaksanakan setiap hari, karena anak-anak asuh yang ada di panti ini,
42 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 3 Juli 2014.43 Wawancara pribadi dengan Dr. Fadhlina, Jakarta, 15 Agustus 2014.
141
Alhamdulillah, jarang ada yang sakit, mereka semua sehat wal’afiat, karena
pihak panti sangat teliti dalam menjaga kesehatan anak-anak asuh disini.
5. Pelayanan Pendidikan
Pendidikan adalah segala usaha mengembangkan nilai, menyampaikan
nilai untuk dipakai oleh anak sehingga menjadi pintar, baik, mampu hidup
dan berguna bagi masyarakat, yaitu baik usaha sendiri mengejar nilai itu
ataupun meminta bantuan orang lain.
Pendidikan merupakan suatu yang sangat penting, untuk pemenuhan
hak anak mengenai pendidikan formal bagi anak asuh. Panti Sosial Asuhan
Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet ini memberikan pelayanan pendidikan
dari tingkat SMP dan SMA/SMK. Anak-anak asuh disini diserakan kepada
sekolah-sekolah yang ada di luar panti dan jaraknya dekat. Perlu diketahui,
bahwa salah satu tujuan utama didirikannya PSAA PU 03 Tebet ini adalah
untuk memberikan kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya kepada
mereka (anak terlantar) sehingga mereka mampu merasakan pendidikan
layaknya anak-anak yang lain yang setara dengan mereka.
Panti ini bekerja sama dengan beberapa sekolah yang lokasinya dekat
dari panti. Untuk memilih sekolah tersebut, anak asuh yang memiliki hasil
UAN (Ujian Akhir Negara) tinggi dan ingin mencoba masuk ke sekolah
negeri mereka diperkenankan untuk daftar sendiri di beberapa sekolah negeri
sesuai dengan keinginan mereka asal jarak sekolah dengan panti tidak boleh
terlalu jauh baik siswa SMP maupun siswa SMA/SMK. Apabila hasil UAN
142
mereka tidak mencukupi, mereka ditempatkan di sekolah swasta yang akan
diurusi oleh pihak panti. Hal ini seperti diungkapkan oleh Kak Loren siska
ginting sebagai berikut:
“Masalah persekolahan, dia mau sekolah dimana. Kita anjurin diNegeri. Kalau misalnya dia ngga dapat di Negeri, kalau misalnya dinegeri dia bisa tentukan sendiri pokoknya jangan jauh dari panti.Tapi kalau sekolah swasta kita yang tetapin, kita sudah punyakerjasama dengan sekolah-sekolah yang dekat sini.” 44
Saat ini panti hanya memberikan fasilitas pendidikan dari tingkat SMP
sampai SMA saja, padahal anak-anak di dalam panti menginginkan adanya
fasilitas pendidikan sampai ke tingkat perguruan tinggi. Anak-anak asuh
berharap adanya beasiswa bagi mereka yang berprestasi agar mereka bisa
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
6. Pelayanan Keterampilan
Pelayanan keterampilan ini merupakan pelayanan yang sangat bagus
untuk anak-anak yang ada di panti ini supaya mereka bisa mengembangkan
kreativitas mereka masing-masing. Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra
Utama 03 Tebet selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak
asuhnya, diantaranya usaha-usaha yang dilakukan adalah memberikan
keterampilan kepada anak-anak asuh. Pelayanan ini disediakan untuk mengisi
waktu luang mereka dipanti selepas mereka pulang sekolah atau se belum
mereka berangkat sekolah bagi anak asuh yang sekolah masuk siang.
44 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
143
Di panti ini tidak banyak keterampilan yang diberikan kepada anak-
anak asuh. Adapun keterampilan yang dibelikan oleh panti ini seperti
menjahit (mute-mute), menyulam, menjahit bahan-bahan daur ulang,
komputer, seni musik (Band, paduan suara, dan teater). Pada saat
keterampilan mute-mute proses pelaksanaannya Instruktur keterampilan
membagi 5 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari empat orang.
Kemudian ketua kelompok dari masing-masing kelompok mengambil bahan-
bahan yang akan digunakan dalam membuat bunga, seperti benang, dan
manik-maniknya. Ketika bahan-bahan sudah disiapkan, instruktur
keterampilan memberikan contoh membuat bunga kepada para WBS yang
ada. Sambil instruktur memberikan contoh, anak-anak mengikuti dengan
serius dan dibantu ketua kelompok mereka. Setiap kelompok harus
menjadikan 7 bunga. 45
Begitu pula dengan keterampilan bahan daur ulang, Warga Binaan
Sosial (WBS) dipersilahkan untuk mengambil kursi dan duduk dengan rapi
lalu mereka dibagikan plastik bungkus kopi yang sudah tidak terpakai untuk
dilipat-lipat. Ketika lipatannya sudah jadi lumayan banyak, mereka mulai
menyusun lipatan tersebut dengan rapi. Setelah susunan lipatan itu sudah
banyak, tahap selanjutnya dibuat untuk menjadi tas atau tempat minum. 46
Tidak semua anak-anak mengikuti keterampilan yang terdapat di panti,
dikarenakan mereka sudah terlalu lelah dengan kegiatan yang sudah ada di
45 Observasi Keterampilan Mute-mute PSAA PU 03 Tebet pada tanggal 11 Agustus 2014.46 Observasi Keterampilan Memanfaatkan Bahan Daur Ulnag di PSAA PU 03 Tebet pada
tanggal 12 Agustus 2014.
144
sekolah. Namun, setiap anak memiliki kewajiban untuk memilih satu
keterampilan yang harus diikuti.
Dalam belajar keterampilan menyulam dan menjahit bahan-bahan daur
ulang biasanya instruktur keterampilan membebaskan mereka untuk
melakukan apa yang mereka ingin buat. Hal ini diungkapkan oleh instruktur
keterampilan menjahit bahan-bahan daur ulang.
“Itu.. adakalanya buu.. kenapa ngga ngerenda… bahannyakebetulan bahan belum beli. Tapi ternyata tadi ada anak baru yangkepengen bikin taplak meja. Jadi berarti anak itu memang betul-betul ingin bisa, ingin tahu. Kalau yang lama-lama itu tinggal buattaplak meja, keset, bikin bunga dari sedotan. Iya jadi ngga harusbuat daur ulang. Bisa saja mereka membuat taplak meja, keset,merenda. Jadi saya mengikuti apa yang mereka inginkan.” 47
Kemudian untuk hasil yang mereka buat, ketika sudah jadi akan dijual.
Lalu hasil juaan tersebut akan diberikan kepada anak-anak asuh yang sudah
membuatnya. Barang-barang yang sudah jadi itu seperti taplak meja, keset,
tas-tas dari bahan daur ulang.
7. Pelayanan Keagamaan
Pelayanan keagamaan ini merupakan bentuk kebutuhan mental untuk
anak-anak asuh. Pelayanan ini disediakan untuk pemenuhan spiritual pada
anak-anak asuh dengan belajar tentang keagamaan, cara berfikir positif dan
mengubah sikap normatif mereka agar lebih baik. Pembinaan keagamaan
adalah usaha dan cara untuk memperbaiki dan meningkatkan ketakwaan
kepada Allah SWT, serta meningkatkan wawasan serta keimanan seseorang,
47 Wawancara Pribadi dengan Sunarto, Jakarta, 12 Agustus 2014.
145
pengamalan amal ibadah seseorang, sehingga mereka dapat mengatasi
permasalahan yang dihadapi.
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai program ini dapat dikatakan telah
berhasil dilaksanakan dengan baik. Dengan adanya program ini akhlak,
aqidah dan fiqh anak-anak asuh disini menjadi lebih bertambah. Kegiatan
bimbingan keagamaan ini merupakan kegiatan yang wajib bagi semua anak
yang ada di PSAA PU 03 Tebet. Untuk memperlancar kegiatan ini telah
disediakan seorang Ustadz dan seorang Ustadzah mereka kebetulan suami
istri. Pada saat bimbingan keagamaan diberikan tidak hanya memberikan
ceramah keagamaan saja, pelayanan kesejahteraan sosial di bidang
keagamaan yang dilakukan PSAA PU 03 Tebet terhadap para anak asuhnya
membaca IQRA dan Al-Quran yang dilakukan setiap hari Senin dan Kamis
setelah membaca surat Yasin, kemudian membaca surat wakiah, pelayanan
ini dilakukan setiap hari Senin ketika habis melaksanakan sholat Maghrib,
adanya tausiyah untuk menambah pengetahuan keagamaannya, bimbingan
cara berwudhu, praktek gerakan sholat, bacaan solat, dan lain-lain. Untuk
melakukan sholat 5 waktu mereka wajib melakukan sholat berjamaah untuk
sholat Subuh, Maghrib dan Isya. Untuk Zuhur dan Ashar mereka bisa
melakukan sendiri di kamar dan belajar rebana yang biasa dilakukan hari
Jumat, yang diajarkan oleh Ustadz mereka yaitu Bapak Ali.
Pelaksanaan bimbingan mental ini biasa dilakukan malam hari saat
anak-anak asuh sudah pulang dari kegiatan belajar mengajar di sekolah
146
mereka. Dalam melihat perkembangan kegiatan pelayanan keagaman yang
diberikan untuk anak-anak asuh, petugas panti mempunyai catatan khusus
mengenai ibadah sholat 5 waktu mereka. Mereka mempunyai kewajiban
untuk melakukan 3 sholat fardhu (Subuh, Maghrib dan Isya) secara
berjamaah. Hal ini diungkapkan oleh Loren Siska Ginting sebagai berikut:
“Mereka wajib bangun setengah 5 untuk sholat subuh berjamaah.Disini yang paling wajib sholat itu 3, sholat subuh, maghrib danisya wajib berjamaah. Sampai kita buat bukunya, kita control dalammasalah persholatan ya..kalau dilihat tidak ada yang sholat di 3waktu wajib itu untuk berjamaah. Uang jajan mereka akandipotong”48
Akan tetapi, walaupun sudah ada buku catatan untuk mengkontrol
ibadah persolatan anak-anak asuh, ternyata masih terdapat diantara mereka
yang tidak menjalankan sholat 5 waktu dan saat bulan puasa datang terdapat
beberapa anak-anak asuh yang tidak berpuasa padahal saat itu mereka sedang
tidak berhalangan.
8. Pelayanan Rekreasi dan Hiburan
Pelayanan hiburan dan rekreasi merupakan hal yang sangat penting
bagi kehidupan masyarakat pada umumnya, guna menghilangkan rasa stress
dan jenuh setelah melaksanakan berbagai aktvitas setiap harinya. Hiburan
dan rekreasi tidak kalah pentingnya bagi anak-anak, dimana hiburan dan
rekreasi juga dapat memberikan hal yang positif dalam perkembangan anak-
anak yang masih dalam proses pertumbuhan.
48 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
147
Pelayanan hiburan atau rekreasi merupakan suatu program yang harus
dilaksanakan atau dijalankan setahun dua kali yaitu pada saat liburan anak-
anak sekolah. Adapun tujuan dari pelaksanaannya program ini adalah
berguna untuk menghilangkan stress dan jenuh setelah melakukan berbagai
aktivitas setiap harinya. Pada pelaksanaan program ini Panti Sosial Asuhan
Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet tidak mempunyai hambatan yang berarti
karena kegiatan tersebut sering dilaksanakan ketika akhir tahun atau liburan
anak-anak sekolah. Pada pelaksanaan program ini segenap pengurus dan
anak-anak asuh yang ada di panti ikut terlibat dalam menyukseskan
berkembangnya program pelayanan hiburan dan rekreasi. Kegiatan yang
biasa dilakukan yaitu seperti Outbond.
Kadang juga mereka melakukan outbond atau rekreasi itu gabungan
dengan PSAA lain atau sering juga hanya PSAA PU 03 Tebet sendiri yang
mengadakan. Selain itu, anak-anak asuh disini juga kadang suka melakukan
rekreasi atau hiburan seperti berenang, karena kan disini juga ada yang
mempunyai hobby berenang. Seperti yang diungkapkan oleh Kak Loren
Siska Ginting sebagai berikut:
“kaya liburan outbond..jadi disini dijatah 2 x setahun. Jalan-jalankeluar panti. Itu kita bilangnya bimbingan sosial luar panti. Terusselebihnya itu misalnya libur suka ada uang tabungan anak-anakmereka jalan-jalan kana da anak-anak yang tidak punya orang tuakalo temennya libur kan masih punya orangtua mereka pulang kerumahnya. Kalo yang tidak punya orang tua kadang mereka jalan-jalan sendiri asal ada izin dari panti.” 49
49 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
148
Kemudian hal serupa juga diungkapkan oleh klien “V” sebagai berikut:
“Ada kok kak, baru bulan kemaren kita jalan-jalan ke Ciater samaTangkuban Perahu. Kita outbond kerjasama dengan EO disana Kak.Biasanya mah kalau jalan-jalan setiap tahun pasti ada buatrefreshing hehehehe”50
9. Pelayanan Transportasi
Alat transportasi merupakan suatu sarana yang sangat penting yang
harus dimiliki oleh setiap lembaga-lembaga sosial. Oleh karena itu, setiap
lembaga-lembaga sosial harus mempunyai sarana transportasi seperti motor
atau mobil guna memberikan kelancaran dan kemudahan dalam menjalankan
aktivitas kelembagaannya.
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet sampai saat
ini sudah mempunyai alat transportasi berupa 1 buah mobil dan 2 buah
motor. Namun, transportasi ini hanya digunakan untuk keperluan penting saja
yang berurusan dengan kebutuhan panti. Seperti misalnya mengantar anak
asuh ke rumah sakit atau puskesmas.
Untuk transportasi anak-anak sendiri ketika ingin berangkat sekolah
mereka menggunakan angkutan umum dengan diberikan uang saku sebesar
Rp. 15. 000,- untuk siswa SMP dan Rp 20.000,- untuk siswa SMA. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai pekerja
sosial:
“Mereka juga dapat ongkos, kenapa harus deket itu karena merekasudah ada ongkosnya. Anak SMK Rp 20.000, anak SMP Rp 15.000itu dibagikan setiap hari. Memang anggarannya segitu. Kalau
50 Wawancara pribadi dengan klien “V”, Jakarta, 7 Juli 2014.
149
kebutuhan di luar dari uang transpot itu tergantung yaa, adakebutuhan yang kita cover, ada juga kebutuhan yang tidak di cover.Misalnya yang kita cover, pendaftaran-pendaftaran atau registrasikebutuhan sekolah, pembelian LJK, buku itu semua kita cover. Tapikalau kaya remedial, ngerjain tugas-tugas biasa ngga kita coverbiayanya. Kalau biaya yang ngga kita cover mereka bisa melakukanpengajuan di program tabungan yang mereka punya setiapindividu.”51
Kemudian hal serupa juga diungkapkan oleh klien “V” sebagai berikut:
“ Dikasih Kak ongkos gitu kalau kita mau berangkat sekolah. Kalausaya Rp 20.000,- terus kan karena kita naik angkutan umum makanyadikasih segitu. Kalau anak SMP Rp. 15.000,- Kak. Terus uangnya itulangsung dipotong separuhnya untuk ditabung dan jadi tabungan kitamasing-masing. Untuk uang segitu yah cukup kok kak buat jajan”52
10. Pelayanan Tabungan
Pelayanan ini diberikan anak-anak asuh agar anak-anak asuh
mempunyai pegangan ketika mereka keluar dari panti ini sehingga membuat
anak-anak asuh semakin mandiri. Panti ini bekerja sama dengan Bank DKI,
panti ini mengadakan tabungan yang setiap anak wajib menabungkan
sebagian dari uang jajan mereka. Jadi, uang jajan yang mereka dapat tidak
sepenuhnya diambil, sebagian ditabungkan untuk kebutuhan masa depan
mereka. Untuk siswa SMP uang jajan yang seharusnya Rp 15.000 tadi
menjadi Rp 8.000 saja dan untuk siswa SMA uang jajan yang seharusnya Rp
20.000 hanya menjadi Rp 10.000 saja.
Pelayanan ini didapatkan dari awal mereka masuk, mereka sudah
dibukakan tabungan untuk mereka oleh panti. Mereka bisa menggunakan
uang itu jika memang ada keperluan mendesak di sekolah seperti foto kopi
51 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 3 Juli 2014.52 Wawancara pribadi dengan klien “V”, Jakarta, 7 Juli 2014.
150
atau remedial ulangan. Untuk pengeluaran dan pemasukkan dari tabungan
mereka, pihak panti sangat transparan menginformasikannya ke mereka
karena mereka punya buku tabungan sendiri-sendiri. Saat ini kebanyakan
anak-anak asuh sudah memiliki tabungan hampir Rp 3.000.000 – Rp
4.000.000 bahkan lebih setiap orangnya. Jumlah yang sangat membantu
mereka ketika mereka sudah selesai menerima pelayanan di panti ini untuk
hidup lebih mandiri dan proses mencapai kesejahteraannya. Hal ini
sebgaimana diungkapkan oleh klien “V” sebagai berikut:
“Pelayanan tabungan yah Kak. Jadi nih kayak yang tadi aku bilang,aku kan jajan dikasih Rp 20.000,- karena jarak sekolah aku deketjadi aku dipotong Rp 10.000,- itu buat ditabung. Kan kita ada Kakbuku tabungannya dari Bank DKI. Jadi kita tau kak tabungan kitaitu ada berapa. Anak-anak sini udah banyak banget Kak. Ada yangsampe Rp 3.000.000,- Alhamdulillah kan yah kak lumayan bangetuntuk pegangan kita nanti.” 53
Kemudian hal serupa juga diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST
sebagai berikut:
“jadi mereka ini misalnya kaya gini nih, mereka punya uang Rp20.000,- mereka liat sekolahnya deket. Kita potong Rp 10.000,-mereka udah punya tabungan sendiri. Kita punya kerjasama denganBank DKI. Jadi dipotong Rp 10.000,- langsung dimasukkan ketabungannya, yang Rp 10.000,- lagi itu termasuk uang jajan dia danongkosnya. Seandainya dia butuh untuk tugas segala macam, diabisa melakukan pengajuan. Misalnya Kak aku butuh Rp 50.000,-untuk tugas, nanti kita ambil dari tabungannya. Tapi kita transparandananya, ada buku kecilnya kan. Ini kamu liat, kamu uangnyaterakhir segini, saldonya segini, kamu butuh uang segini, sekarangsaldo kamu segini.”54
53 Wawancara pribadi dengan klien “V”, Jakarta, 7 Juli 2014.54 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S. ST, Jakarta, 3 Juli 2014.
151
Menurut penulis, pelayanan inilah yang paling menarik dari beberapa
pelayanan yang diberikan. Karena pelayanan ini jarang sekali ada di panti-
panti manapun dan dengan adanya pelayanan ini sangat membantu anak-anak
asuh untuk hidup lebih mandiri tidak tergantung oleh orang lain karena
mereka sudah mempunyai bekal selama mereka tinggal di dalam panti.
11. Pelayanan Bimbingan Lanjut
a. Resosialisasi
Resosialisasi merupakan tahapan dilaksanakannya hubungan partisipasi
keluarga dan masyarakat dalam penerimaan kembali eks WBS dengan
membantu proses kesadaran dan tanggung jawab sosial, adaptasi sosial serta
lapangan kerja yang layak bagi penerima manfaat sekembalinya dilingkungan
masyarakat. Hubungan dengan masyarakat diwujudkan melalui berbagai
kegiatan, antara lain kegiatan bakti sosial dan merayakan peringatan hari-hari
besar bersama masyarakat dalam wilayah yang dirujuk oleh panti, Adapun
kegiatan resosialisasi meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
1) Bimbingan kesiapan kembali ke keluarga
Bimbingan kesiapan kembali ke keluarga adalah kegiatan dimana
anak-anak panti ini sudah akan selesai dalam pemberian pelayanan dan
akan segera dikembalikan ke keluarga mereka kembali. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Reni Kuat Tiah sebagai berikut:
“ada jadi sebelum mereka keluar semua orang tua dikumpulinkesini. Ada 2 tipe. Jadi pertama kadang kita yang nyamperin,tergantung keadaan keluarganya. Kita kasih tau bahwa anak inisudah mau keluar. Kita kasih bekal bahwa mereka ini ada uang
152
saku. Anak ini harus bekerja. Jangan sampai anak ini harus kerjadulu jangan langsung nikah karena kan udah disekolahin tinggi-tinggi, terus sama mereka yang dipanggil kesini, sekalianpengambilan ijazah atau apa gitu ” 55
2) Bimbingan Kerja
Bimbingan kerja ialah kegiatan tuntutan praktek berusaha atau kerja
untuk dapat menciptakan lapangan kerja yang layak, serta praktek
mengelola usaha, menuju terciptanya kondisi usaha yang efektif dan
efisien.
“seperti contohnya waktu itu di Hanamasa terus disalon-salonyang kepunyaan Wulan Guritno. Kebetulan yang diutamakanyang hidupnya dari panti ke panti yang tidak punya siapa-siapaya. Kan kasian juga ya Mba yaa. Jangan sampai dia keluar daripanti itu tidak punya kerjaan. Jadi kalau yang salon itu, anak-anak diajarkan dulu sebelum terjun ke salon karena kansebelumnya disini ngga ada keterampilan salon. Jadi dia belajardulu, jangan sampai dia ngga punya keahlian main terjun ajakan nanti ada yang complain. Kira-kira mereka diajarkan selama3 bulanan. Lama juga lho Mba.” 56
b. Penyaluran
Penyaluran adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan pada anak untuk
kembali ke orang tua, lingkungan atau tersalurkan pada perusahaan atau
lembaga kerja. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menempatkan penerima
pelayanan pada lapangan kerja sesuai dengan keterampilan yang dimiliki dan
perangkat yang tersedia.
Adapun caranya adalah melalui pemantapan penempatan penyandang
masalah sosial pada lapangan kerja. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
55 Wawancara pribadi dengan Reni Kuat Tiah Jakarta, 11 Agustus 2014.56 Wawancara pribadi dengan Reni Kuat Tiah Jakarta, 11 Agustus 2014.
153
perkembangan potensi diri anak juga partisipasinya dalam masyarakat. Untuk
menyalurkan ke lapangan pekerjaan juga harus disesuaikan dengan minat
yang dimiliki anak. Tidak selalu anak ini disalurkan ke beberapa perusahaan
yang memang sudah bekerjasama dengan panti. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:
“ehm yaa.. tapi tergantung anaknya. Itu kan minat ya. Mereka ini kanmaunya kadang kerja di kantoran, tapi kan sesuai dengan levelnyakan kadang susah juga ya masuk ke kantoran. Jadi semampu kita aja.Kita masuk dengan beberapa perusahaan yang sudah kerjasamaseperti dengan hanamasa, terus salon apa gitu kalau mereka ada minatdisitu ya kita coba bantu masukin.”57
c. Bimbingan Lanjut
Bimbingan lanjut adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan
kepada klien dan masyarakat guna lebih memantapkan, meningkatkan dan
mengembangkan kemandirian klien dalam kehidupan serta penghidupan
yang layak.
Setelah Warga Binaan Sosial (WBS) selesai mengikuti pendidikan di
PSAA PU 03 Tebet ini, tidak dilepas begitu saja oleh panti. Akan tetapi ada
bimbingan lanjut yang diberikan oleh panti seperti dalam pemberian motivasi
hidup mandiri dan pembinaan dalam rangka kelangsungan kerja eks WBS.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Reni Kuat Tiah sebagai berikut:
“Jadi yang dimaksud begini Mba, selama dia dididik disini, jadidalam arti anak disini harus punya motivasi. Kan selama merekadisini ya misalnya kita kasih keterampilan misalnya pembuatan tasatau keset. Jadi jangan sampai setelah mereka keluar darisini tidakpunya keahliannya. Ya selama disini anak-anak harus belajar lah.
57 Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta 3 Juli 2014.
154
Jadi kan kalau misalnya dia punya keahlian dan bisa hidup mandiri.Jadi diluar nanti tidak bisa ngapa-ngapain jadi dipandang sebelahmata.”58
Dalam bimbingan lanjut ini juga terdapat pembinaan dalam rangka
kelangsungan kerja eks WBS. Setiap WBS yang sudah bekerja di tempat
yang pihak panti beri rujukan, pihak panti tetap memberikan bimbingan dan
memantau bagaimana kinerja anak tersebut selama bekerja di tempat itu.
“iya jadi maksudnya yang sudah kerja kami pantau. Jadi tetap masihdalam pemantauan panti. Kan biasanya pas kerja kita pantau supayatau jangan sampai malas. Kita lihat bener ngga anak tersebut kerjadisini., bagaimana cara kerjanya dia, apakah bagus atau masih harusbanyak belajar lagi. Kita juga nanyanya ke bos nya dia ya mba. Kalaumisal memang masih banyak kekurangan dari dia, ya kami mintauntuk agar dibimbing anaknya supaya bisa kerja lebih baik lagi”59
58 Wawancara pribadi dengan Reni Kuat Tiah Jakarta, 11 Agustus 2014.59 Wawancara pribadi dengan Reni Kuat Tiah Jakarta, 11 Agustus 2014.
155
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet dibina anak
terlantar yang diberikan pelayanan kesejahteraan sosial dari tahapan
engagement, assessment, planning, implementation, evaluation,
termination, sampai pada tahapan follow-up. Dari tahapan-tahapan yang
diberikan tersebut, pekerja sosial membimbing klien melalui metode case
work dan group work.
Dalam metode case work , pada tahapan-tahapan ini sudah berjalan
dengan baik, pekerja sosial menjalani setiap tahapan dengan memberikan
penanganan yang bersifat individualis terhadap klien sendiri. Proses
pelaksanaannya sebagai berikut:
Tahapan Proses Pelaksanaan yang dilakukan Pekerja SosialEngagement Pekerja sosial mulai menciptakan komunikasi dengan klien
agar timbul suatu relasi yang baik.Assessment 1. Pekerja sosial mulai mengidentifikasi permasalahan
klien dengan melihat dari aspek mikro, mezzo danmakro,
2. Pekerja sosial bisa mendapatkan informasi dari ketigaaspek tersebut untuk melihat kebutuhan dankemampuan yang dimiliki klien sehinggamempermudahkan pekerja sosial untuk membuatrencana pemecahan masalah.
Planning 1. Pekerja sosial mulai bekerja dengan klien untuk sama-sama memikirkan mengatasi permasalahannya,
2. Pekerja sosial memprioritaskan masalah yang akandijadikan kebutuhan untuk proses pertolongan,
3. setelah itu dalam tahapan ini pekerja sosial jugamengintervensi kebutuhan klien dari aspek mikro,mezzo, dan makro
156
4. lalu pekerja sosial menetapkan tujuan jangka panjangdan pendek yang akan dilakukan klien.
5. terakhir pekerja sosial menyusun kontrak dengan klienuntuk menentukan berapa lama proses rencanaperbaikan akan berlangsung.
Implementation 1. Pekerja sosial dalam hal ini melaksanakan rencana yangsudah disepakati dengan klien dari aspek mikro, mezzodan makro,
2. kemudian pekerja sosial memantau kemajuannya yangsudah dilakukan klien seperti apa dan melihat apakahrencana yang sudah dilaksanakan klien perlu di revisiatau sudah sempurna dilakukan.
Evaluation 1. Pekerja sosial mengevaluasi pelaksanaan intervensiyang sudah dilakukan antara peksos dengan klienapakah sudah mencapai tujuan utamanya, dan
2. bagaimana tingkat pencapaiannya sudah berhasil ataubelum.
3. Pekerja sosial juga memutuskan apakah harus terminasiatau mengulang dari awal.
Termination 1. Pekerja sosial melakukan terminasi kepada klien yangdilihat dengan adanya perubahan yang dialami klien.
2. Pekerja sosial juga melakukan terminasi karena sudahsampai pada batas waktu yang sudah disepakati.
Follow - Up Pekerja sosial memantau klien apakah benar klien sudahberubah atau belum, kalau klien melakukan kesalahan lagimaka pekerja sosial akan mengassesmen ulang kembali.
Namun, pekerja sosial mengalami juga kesulitan pada proses assesmen,
karena klien memiliki sifat tertutup dan keras kepala jadi agak sulit untuk
di identifikasi dalam pengungkapan permasalahan klien, selain itu karena
pekerja sosial disini juga sebagai pengasuh, terkadang anak memberikan
batasan untuk cerita, karena takut diceritakan ke pengasuh lainnya.
Pada metode group work, yang dilakukan pekerja sosial setelah
menjalani tahapan-tahapan tersebut secara individualisasi terhadap klien
untuk diberikan pertolongan, maka pekerja sosial kemudian memberikan
tindak lanjutnya dalam bentuk umum atau secara kelompok. Pekerja sosial
157
juga sudah melakukan tahapan-tahapan tersebut dengan baik. Disini
pekerja sosial mengumpulkan 4-5 anak yang mempunyai masalah yang
sama untuk membentuk suatu kelompok pendampingan yang akan
dilakukan oleh psikolog dalam membantu menyelesaikan permasalahan
mereka. Namun, pekerja sosial sulit menyatukan karakter mereka karena
berasal dari latar belakang, budaya, kebiasan dan pendapat yang berbeda
sehingga menyebabkan sulitnya mencarikan solusi dalam memecahkan
permasalahan mereka dalam kelompok. Metode case work dan group
work sudah berjalan dengan benar sesuai dengan tujuan yang ada. Yaitu
dalam case work untuk membantu individu secara tatap muka dan
individual untuk mengatasi permasalahan personal dan sosial. Sedangkan
dalam group work memfasilitasi pengembangan individu baik intelektual,
emosional, dan sosial melalui aktivitas kelompok sehingga dapat
membantu individu meningkatkan kemampuan berfungsi sosial dan
mencapai tujuan yang diinginkan melalui pendekatan kelompok.
Pelayanan yang unik dalam tahapan ini terdapat di tahapan
planning, pada peran pekerja sosial dalam mengintervensi kebutuhan klien
dari aspek mikro, mezzo, dan makro karena dengan melihat ketiga aspek
tersebut, pekerja sosial menjadi tahu bahwa rencana perubahan klien tidak
hanya berasal dari dirinya sendiri, namun juga melibatkan orang-orang
yang juga dianggap penting, seperti teman-teman panti dan teman-teman
sekolah serta pelayanan yang diberikan untuk membantu proses
pertolongan kepada klien.
158
2. Dari beberapa bentuk-bentuk pelayanan kesejahteraan sosial yang
diberikan oleh PSAA PU 03 Tebet untuk klien, terdapat pelayanan
tabungan yang membuat peneliti sangat kagum dengan PSAA PU 03
Tebet, karena panti ini benar-benar sangat memperhatikan kehidupan
masa depan anak-anak asuhnya ketika mereka sudah keluar nanti. Dengan
diberikannya pelayanan tersebut otomatis membuat anak-anak asuh
semakin mandiri dan percaya diri untuk bisa melanjutkan kehidupan yang
lebih baik di luar panti nanti dengan modal yang mereka punya selama
mereka tinggal di panti.
3. Indikator peningkatan keberfungsian sosial dapat dilihat dari ciri-ciri yang
diungkapkan Achlis. Indikator keberfungsian sosial menuru Achlis
tersebut, hampir semua sudah terpenuhi dan terlihat di diri klien. Namun,
terdapat satu indikator yang belum dijalankan dengan baik oleh klien.
Seperti dalam indikoator keberfungsian sosial yang membuat individu
semakin bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban, disini klien
terkadang masih suka melalaikan apa yang sudah menjadi tanggung jawab
tugas dan kewajibannya. Seperti menjalankan sholat 5 waktu.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan
dalam skripsi ini, maka ada beberapa saran-saran yang ingin peneliti
sampaikan, yaitu :
159
1. Dalam metode case wrok, pekerja sosial harus lebih terampil dalam
melakukan assesmen saat menemukan berbagai tipe klien. Sedangkan,
pada metode group work, pekerja sosial harus memberikan arahan kepada
klien bahwa manusia itu berbeda satu sama lain dan harus bisa
menghargai pendapat orang lain demi menciptakan kerjasama yang baik
dalam satu kelompok agar permasalahan dapat diselesaikan secara
bersama.
2. Dalam pelayanan kagamaan sebaiknya petugas lebih meningkatkan lagi
pemantauan dengan melakukan pendekatan terhadap anak-anak asuh
mengenai ibadah mereka dikarenakan masih ada diantara mereka yang
jarang melakukan sholat 5 waktu.
3. Dalam pelayanan pendidikan, sebaiknya panti PSAA PU 03 Tebet
mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi untuk memberikan
beasiswa bidikmisi terhadap anak-anak asuh yang berprestasi agar dapat
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
4. Pihak panti lebih memberikan bimbingan lagi ke Warga Binaan Sosial
(WBS) agar mereka bisa menjadi individu yang bertanggung jawab dan
melaksanakan tugas dan kewajibannya di panti.
5. Seharusnya pekerja sosial itu jadilah sebagai pekerja sosial, tapi pada
kenyatannya, pekerja sosial juga dijadikan sebagai pengasuh. Sehingga
membuat WBS membatasi cerita tentang permasalahannya ke pekerja
sosial karena ditakutkan pekerja sosial akan cerita ke pengasuh yang lain
sehingga membuat WBS merasa tidak nyaman.
160
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Adi, Isbandi Rukminto. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial .Jakarta:FISIP UI Press, 2005.
Adi, Isbandi Rukminto Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan IntervensiKomunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia, 2001.
Al-Furuqi, Isma’il R. Akar Budaya Islam, Menjelajah Kazanah PeradabanGemilang. Bandung: Mizan,2003.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana,2010.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta:PT Raja GrafindoPersada, 2003.
Dahlan, Hanafi. Dinamika Anak Terlantar . Yogyakarta: B2P3KS PRESS,2008.
Departement Sosial RI, Penelitian Evaluative tentang Efektivitas PelaksanaanPembinaan Kesejahteraan Sosial di PSBR “Taruna Yudha” Sukoharjo.Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan PelayananKesejahteraan Sosial, 1998.
Ghony, M. Djunaedi dan Fauzan Almanshui. Metode Penelitian Kualitatif.Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012.
Gosita,Arif. Masalah Perlindungan Anak . Jakarta: Akademika Pressindo, 1983.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek. Jakarta: PT BumiAksara, 2013
Kirst, Karen K., dkk. Understanding Generalist Practice. USA: Nelson-Hall,Inc,1999
Kementerian Sosial RI, Rekapan Data Anak Terlantar Jakarta: Pusat Data danInformasi Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, 2011
Kurnisari,Alit, dkk. Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial MarsudiPutra (PSMP). Jakarta: P3KS Press, 2009.
161
Lendriyono Fauzik, ed. Beberapa pemikiran tentang pembangunan kesejahteraansosial. Malang: UMM Press, 2007
Listyawati, Andayani. Penanganan Anak Terlantar Melalui Panti Asuhan Milik Perorangan.Yogyakarta: B2P3KS Press,2008.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya,2000
Napsiyah, Siti dan Fuaida, Lisma Diawati Belajar Teori Pekerjaan Sosial. Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial . Yogyakarta: Balai Besar Penelitian danPengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial,1997.
Rakhmat, Jalaludin. Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Rusmiyati, Chatarina. “Wujud Panti Asuhan Hidayatullah dalam penanganan masalahanak terlantar,” no. 3 (Juni 2008): h. 46-54
Situmorang, Chazali H. Mutu Pekerja Sosial di Era Otonomi Daerah . Depok: PT KhalifahMediatama, 2013.
Soemanto, Wasty.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Renika Cipta,1990.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,2010.
Suharto, Edi. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik . Bandung: Alfabeta, 2011.
Suharto, Edi Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT RefikaAditama,2006.
Suharto,Edi. Pekerja Sosial di Dunia Industri Memperkuat Tanggungjawab SosialPerusahaan (Corporate Social Responsibility). Bandung: PT RefikaAditama, 2007
Sukoco, Dwi Heru. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategis.Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial.
Sukoco, Dwi Heru. Modul Diklat Jabatan Fungsional Pekerja Sosial Tingkat AhliMadya. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelathan Pegawai Departement Sosial.
Sunusi, Makmur. Anak dan Negara Perspektif Indonesia Abad XXI. Jakarta: JasProPress, 2012).
Suud, Muhammad. 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006.
Suyanto, Bagong . Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana, 2010.
162
Warto,dkk. Efektivitas Program Pelayanan Sosial Di Panti dan Non Panti.Yogyakarta: B2P3KS Press, 2009.
Widodo, Nurdin, dkk. Studi Pelayanan Sosial Remaja Putus Sekolah Terlantarmelalui Panti Sosial Bina Remaja.Jakarta: P3KS Press, 2009.
UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
INTERNET
http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila.-Jumlah-Anak-Terlantar-17-juta.
http://kesos.unpad.ac.id/?p=578. Artikel diakses pada tanggal 31 Agustus 2014
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/15/definisi-anak-463129.html Artikel diakses padatanggal 1 Mei 2014
Glosarium Kemensos RI, Keberfungsian Sosial . artikel diakses pada tanggal 3 September2014 dari https://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos
Undang-Undang Republik Indonesia tahun 1945, Bab XIV Kesejahteraan Sosialdiakses dari www.kemenkumham.go.id
HASIL OBSERVASI
Observasi Gedung PSAA PU 03 Tebet
Hari : Kamis
Tanggal : 3 Juli 2014
Penulis melakukan penelitian untuk melengkapi pelayanan pengasramaan
yang menjadi milik Warga Binaan Sosial (WBS) selama mendapatkan pengasuhan di
PSAA PU 03 Tebet ini. Penulis ketika datang ke panti ini meminta izin terlebih
dahulu melalui Ibu Fatimah untuk melakukan observasi terhadap panti ini. Lalu ibu
Fatimah pun mempersilahkan, Saya pertama melihat segala ruangan yang ada di
lantai 1 gedung PSAA PU 03 Tebet ini. Di lantai 1 terdapat ruang staff pegawai,
musholla, ruang rapat, meja tamu, meja piket, terdapat empat kamar WBS, kamar
mandi pegawai, terdapat 8 kamar mandi WBS, gudang, dapur, ruang makan,
lapangan, koperasi, dan tempat wudhu. Penulis berjalan sedikit ke belakang disitu
terdapat tempat untuk mencuci pakaian, dan 6 kamar mandi serta tempat untuk
menjemur pakaian WBS setelah dicuci.
Kemudian penulis memasuki kamar salah satu WBS untuk melihat
perlengkapan yang WBS miliki selama tinggal di panti ini. Di dalam kamar tersebut
terdapat lemari pakaian dengan jumlah yang disesuaikan oleh penghuni kamar,
tempat tidur, rak sepatu, bantal, bantal guling, AC, meja gosokan dan radio. Kamar
WBS terlihat cukup rapi sekali. Setelah selesai melihat-lihat isi dalam kamar, penulis
mengobrol dengan beberapa WBS di dalam kamar tersebut. Sebelum memulai
mengobrol, penulis menjelaskan maksud kedatangan penulis ke panti tersebut, dan
mereka pun sangat memahami dengan kehadiran penulis diantara mereka.
Selesai mengobrol dengan mereka, penulis melakukan observasi ke lantai 2
dari gedung PSAA PU 03 Tebet ini, disini penulis melihat terdapat empat kamar lagi
dengan fasilitas yang sama seperti kamar yang dibawah, kemudian terdapat 14 kamar
mandi diatas, aula serbaguna yang cukup luas. Di dalam aula tersebut terdapat
panggung beserta alat band untuk WBS bermain musik, dan ada juga music angklung
yang berdiri di samping aula, kemudian ada sofa dan meja lalu foto-foto pengurus
PSAA PU 03 Tebet yang terdahulu dan sekarang, selain itu terdapat juga beberapa
alat olahraga seperti meja pingpong, dan beberapa meja untuk bimbingan belajar
mereka. Di lantai 2 ini juga terdapat laboratorium komputer yang biasa digunakan
WBS saat melakukan bimbingan keterampilan komputer, di lantai ini juga terdapat
beberapa gudang.
Observasi Keterampilan Mute-mute PSAA PU 03 Tebet
Hari : Senin
Tanggal : 11 Agustus 2014
Penulis melakukan observasi terhadap keterampilan mute-mute yang ada di
PSAA PU 03 Tebet ini. Keterampilan ini dilakukan pada pukul 09.00 pagi saat
selesai mereka melakukan sarapan dan mandi. Saat itu yang mengikuti keterampilan
cukup banyak. Instruktur keterampilan membagi 5 kelompok yang setiap kelompok
terdiri dari empat orang. Kemudian ketua kelompok dari masing-masing kelompok
mengambil bahan-bahan yang akan digunakan dalam membuat bunga, seperti
benang, dan manik-maniknya. Ketua kelompok yang dipilih adalah mereka yang
sudah lama tinggal di panti ini kemudian mereka harus mengajarkan kepada adik-adik
mereka yang baru masuk panti dan mengikuti keterampilan ini.
Ketika bahan-bahan sudah disiapkan, instruktur keterampilan memberikan
contoh membuat bunga kepada para WBS yang ada. Sambil instruktur memberikan
contoh, anak-anak mengikuti dengan serius dengan dibantu ketua kelompok mereka.
Setiap kelompok harus menjadikan 7 bunga. Beberapa diantara mereka mengalami
kebingungan bahkan ada yang tidak mengerti. Ketua kelompok dan instruktur
keterampilan turun tangan untuk membantu mereka. Saat itu penulis juga mencoba
belajar membuat bunga dari mute-mute tersebut, walaupun sempat bingung, tetapi
setelah diajarkan akhirnya penulis mengerti dan penulis bisa menghasilkan 3 bunga.
Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 11.00, keterampilan mute-mute pun ditutup
dan WBS kembali ke kamar masing-masing untuk siap-siap ke sekolah.
Observasi Keterampilan Memanfaatkan Bahan Daur Ulang di PSAA PU 03Tebet
Hari : Selasa
Tanggal : 12 Agustus 2014
Penulis hadir pada pukul 09.00 untuk melihat keterampilan bahan daur ulang,
saat penulis hadir keterampilan tersebut sudah dimulai. Lalu penulis meminta izin
kepada instruktur untuk mengikuti keterampilan yang beliau berikan, instruktur pun
mengizinkan dan mempersilahkan masuk ke dalam ruangan. Saat penulis masuk,
teman-teman WBS sudah dibagikan plastik bungkus kopi yang sudah tidak terpakai
untuk dilipat-lipat. Kemudian penulis dipanggil oleh instruktur keterampilan yaitu Ibu
Sunarto untuk duduk terpisah dengan teman yang lain karena penulis akan diajarkan
khusus oleh beliau. Penulis pun duduk di kursi yang sudah disiapkan lalu penulis
langsung diberikan plastic bungkus kopi, dan diajarkan cara melipat plastic tersebut.
Ternyata melipat plastic tersebut tidak mudah, harus rapi dan sesuai dengan gambar
yang ingin diambil dalam bungkusan itu. Agar ketika dijadikan tas atau tempat
minum terlihat bagus.
Setelah sudah jadi beberapa plastik yang penulis lipat, beberapa WBS sudah
meminta untuk selesai keterampilan tersebut karena sebagian dari mereka ada yang
belum mandi, dan ada yang belum mengerjakan tugas sekolah. Akhirnya Ibu Sunarto
menyudahi keterampilan tersebut, lalu Ibu Sunarto mengajari penulis ke proses
selanjutnya yaitu menyusun lipatan plastik tersebut satu per satu agar terlihat rapi.
Ketika plastik-plastik itu sudah tersusun rapi, beliau meminta penulis melanjutkan
lagi dirumah. Kemudian penulis melanjutkan pertemuan tersebut dengan mengajak
ngobrol Ibu Sunarto mengenai pengalaman beliau yang sudah lama mengajar
keterampilan ini dari panti ke panti.
PEDOMAN WAWANCARA
Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Jabatan :
Hari/tanggal :
Tempat :
B. Wawancara Kepala Seksi Identifikasi dan Assesment
1. Bagaimana Ibu melakukan tahapan engagement terhadap calon WBS ?2. Bagaimana proses sosialisasi dalam tahapan engagement tersebut ?3. Bagaimana persyaratan atau kriteria apa saja yang harus ditempuh oleh calon WBS
agar dapat menjadi WBS di panti ini dalam proses identifikasi ?4. Kemudian dalam proses adaptasi, seperti apa kegiatan yang diberikan oleh panti?5. Biasanya anak-anak yang masuk itu agak takut ya bu merasa berbeda atau gimana. Itu
gimana ibu memotivasi ?6. Siapa biasanya yang membantu dalam pengungkapan masalah (assessment) WBS ?7. Bagaimana kemudian panti memberikan rencana pemecahan masalah (planning)
untuk WBS ?8. Bagaimana rencana intervensi untuk mereka ?
PEDOMAN WAWANCARA
Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Jabatan :
Hari/tanggal :
Tempat :
B. Wawancara Kepala Seksi Bimbingan dan Penyaluran
1. Apa saja bimbingan yang ada di PSAA PU 03 Tebet ?2. Contoh dari kegiatan bimbingan mental yang ada disini misalnya seperti apa?3. Biasanya dilakukan dalam seminggu berapa kali ?4. Dalam bentuk apa bimbingan fisik diberikan?5. Apakah ada instrukturnya ?6. seperti apa kegiatan dalam bimbingan sosial?7. Siapa yang sering menjadi pendamping di bimbingan sosial ini ?8. Contoh dari bimbingan keterampilan seperti apa?9. Apakah hampir semua anak-anak aktif mengikuti bimbingan keterampilan ini ?10. Apakah wajib untuk anak-anak mengikuti semua kegiatan keterampilan ini ?11. Apa saja yang sudah dihasilkan anak-anak dari bimbingan keterampilan yang ada di panti
ini ?12. Bagaimana proses pendidikan formal yang di dapat anak-anak ini ?13. Apakah semua biaya sekolah ditanggung oleh panti ?14. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 03 kepada anak yang berprestasi
disekolahnya ?15. Kebutuhan apa saja yang diperlukan Warga Binaan Sosial untuk pendidikan mereka di
sekolah ?16. Bagaimana dengan bimbingan belajar yang diberikan oleh panti ?17. Dalam tahapan, pembinaan lanjut ketika mereka sudah selesai menerima pelayanan
kesejahteraan sosial disini. Bagaimana melakukan proses resosialisasi, penyaluran danbina lanjut ?
18. Apakah mereka tetap tinggal disini ketika mereka sudah bekerja ?19. Bagaimana evaluasi yang dilakukan untuk menilai setiap tahapan proses yang dilalui ?20. Berapa kali dalam sebulan ibu melakukan evaluasi ?21. Bagaimana proses terminasi itu berlangsung ?
PEDOMAN WAWANCARA
Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Jabatan :
Hari/tanggal :
Tempat :
B.Wawancara Pekerja Sosial
1. Apa peran pekerja sosial dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial mulai dariengagement?
2. Bagaimana cara pekerja sosial melakukan proses assesme terhadap anak yang mengalamimasalah ?
3. Bagaimana proses merencanakan pemecahan masalah (planning) terhadap klien tersebut?
4. Bagaimana memantau proses pelaksanaan intervensi terhadap klien ?5. Bagaimana melakukan tahapan evaluasi ?6. Berapa kali melakukan evaluasi terhadap penyelesaian permasalahan klien ?7. Bagaimana melakukan tahapan terminasi ?8. Apakah ada tindak lanjutnya ketika pelayanan pertolongan yang diberikan sudah selesai ?9. Metode apa yang digunakan kalau melakukan intervensi atau memecahkan masalah yang
dialami klien ?10. Apakah ada hukuman yang diberikan ketika dia melakukan kasus yang besar ?11. Kalau dalam proses penyaluran biasanya seperti apa ? apa sudah pasti anak-anak disini
disalurkan ke perusahaan yang memang sudah bekerjasama dengan panti ?12. Kalau selain kegiatan di panti, apakah pekerja sosial mengadakan kegiatan penunjang
lain ?13. Apakah pekerja sosial dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial menggunaka
prinsip-prinsip pekerja sosial ?14. Bagaimana pelayanan pengasramaan terhadap WBS ?15. Bagaimana pelayanan permakanan terhadap WBS ?16. Bagaimana pelayanan konseling terhadap WBS ?17. Bagaimana pelayanan kesehatan terhadap WBS ?18. Bagaimana pelayanan pendidikan terhadap WBS ?
19. Bagaimana pelayanan tabungan terhadap WBS ?20. Bagaimana pelayanan keagamaan terhadap WBS ?21. Bagaimana pelayanan hiburan dan rekreasi terhadap WBS ?22. Bagaimana pelayanan keterampilan terhadap WBS ?23. Bagaimana pelayanan transportasi terhadap WBS ?24. Kegiatan apa yang dilakukan pekerja sosial dalam mengevaluasi pelayanan kesejahteraan
sosial ?
PEDOMAN WAWANCARA
Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan
A. Biodata Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Jabatan :
Hari/tanggal :
Tempat :
B. Wawancara Warga Binaan Sosial (WBS)
1. Mengapa kamu ditempatkan di PSAA ?2. Kamu tau darimana panti ini ?3. Siapa yang membuat keputusan di tempatkan di panti ini ?4. Sudah berapa lama kamu tinggal di panti ini ?5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA ?6. Kegiatan apa saja yang Anda ikuti disini ?7. Apakah panti ini sangat membantu Anda ? dalam hal apa saja ?8. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan
pengasramaan ?9. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan
kebutuhan pangan ?10. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan
kesehatan ?11. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan
konseling ?12. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan
keagamaan ?13. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan
pendidikan ?14. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan
transportasi?15. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan rekreasi
dan hiburan ?16. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayanan
tabungan ?
17. Apa saja yang kamu ketahui tentang kegiatan pelayanan panti melalui pelayananketerampilan ?
18. Selain pelayanan yang saya tanyakan tadi, adakah pelayanan yang lain yang kamudapatkan ?
19. Menurut kamu, pelayanan-pelayanan yang sudah kamu dapatkan ini sudah cukup ?20. Apa harapan atau keinginan kamu terhadap PSAA ini ?
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Dra. Hj Nurlaela
Jabatan : Kasie. Identifikasi dan Assesment
Hari/Tanggal : Kamis, 3 Juli 2014
Waktu :12.32 – 13.00 WIB
Tempat :Ruang Kantor
1. Bagaimana Ibu melakukan tahapan engagemen terhadap calon WBS ?Kalau tahapan pendekatan awal yah biasa disebutnya, disini ada prosessosialisasi, identifikasi, motivasi, seleksi dan adaptasi sih Mba biasanya selalubegitu.
2. Bagaimana proses sosialisasi dalam tahapan engagement tersebut ?
Jadi yang masuk itu biasanya mereka taunya dari alumni ada beberapa yangtahun ini 2014 ini tau denger dari alumni atau dari tetangga yang dulu disini.Ada alumni tahun sekian tahun sekian, ada yang malah dulu kakaknya tinggaldisini terus sekarang masukin adeknya disini. Ada juga yang tahu darimasyarakat luar yang mereka cari-cari informasi untuk bisa masuk sisni, jadikebanyakan dari orang ke orang, pernah kita membuka website tapi kan tidaksemua orang tau website, apalagi orang ngga mampu yah. Jadinya dia cumananya denger denger cerita dari tetangga. Tapi kita tetep buka website, kita jugacari informasi, dan memberikan informasi kepada teman-teman yang ada wilayahnamanya dengan SSK (Seksi Sosial Kecamatan). Setiap tahun kalau di panti-panti gitu terutama panti anak sekolah termasuk WBS ini. Tempo hari ada kanyang datang kesini itu namanya TKSK (Tenaga Kesejahteraan SosialKecamatan). TKSK itu ada informasi dari masyarakat ada yang ngga mampu,udah ngga sekolah. Karena kemaren ada satu. Ketemu kan ya waktu saya dimusholla, ada PSM namanya kak fitri dia punya tetangga, kebetulan bapaknya diPHK, anaknya sudah tidak sekolah satu tahun karena tidak kemampuan orangtua, kalo tahun ini dia tidak sekolah lagi merasa bersalah orangtuanya tetapi apadaya dia tidak mampu untuk membiayai sekolah. Seari-hari aja dia ditopang olehsaudara dan tetangga, karena di PHK dan dia jadi supir pun juga shift shifan.Daripada dia khawatir tahun ini dia ngga sekolah lagi, anaknya sudah samatemannya dicibir eh kamu ngga sekolah. Makanya dibawa kesini. Sayawawancara kemaren ternyata anaknya mau saya kasih waktu 2 hari dia berpikir,saya telpon PSM (Pekerja Sosial Mayarakat), eh akhirnya dia mau. Tapi ada satuyang ngga mau, kebetulan mungkin ada saudaranya yang ingin membiayai. Jadi
gitu, ada teman-teman kita di wilayah ada PSM, karang taruna akhirnya diasaran untuk masuk ke panti lebih seringnya dari mulut ke mulut, tetangga yangdulu pernah tinggal disini diinfokan kembali. Ada juga yang memang dari pantike panti, jadi apabila itu anak Negara atau tidak mampu yang memang sudahtinggal di panti sejak kecil ketika dia akan melanjutkan ke SMP dan SMA diaakan dipindahkan ke panti ini
3. Bagaimana proses sosialisasi untuk klien “R” dan “V” Bu ?Kedua klien tersebut merupakan anak Negara, memang sudah tinggal dari pantike panti sejak kecil karena merupakan anak Negara. Jadi begitu dia sudahselesai di panti yang lama, selesai sekolah SD. mereka dipindahkan kesini untukmelanjutkan sekolah tingkat SMP dan SMA. Dan memang sudah seperti ituprosesnya
4. Lalu bagaimana persyaratan atau kriteria apa saja yang harus ditempuh oleh calonWBS agar dapat menjadi WBS di panti ini dalam proses identifikasi ?Jadi begitu dia kesini awal pertama dia ambil formulir, syarat-syarat sayaterangin awal secara gambaran tentang panti ini. Setelah itu dia kembali 2minggu kemudia mengisi syarat-syarat atau formulir yang udah ada dan harusdipenuhi. Setelah 2 minggu dia kembali disini kita ngobrol-ngobrol. Lewatngobrol sudah oke simpan nanti secara data mungkin ada yang belum gapapamungkin dia masih dalam ujian. Gapapa itukan belakangan, yang penting syaratini yang lain harus dipenuhi. Setelah dikasih kita terima, tapi terima juga nggaasal terima kita liat kuota. Kuota yang keluar dan yang masuk harus balance.Jadi kebetulan saat ini yang keluar 20. Tetapi ada yang naik ke SMA. Jadi Yangsma 13, yang smp 12. Setelah 2 minggu, kita ada rapat dengan teman-temanbahwa sudah banyak berkas yang masuk akan kita tinjau lapangan. Abis tinjaulapangan, kita panggil semua anak-anak dan orangtuanya untuk kita psikotest,karena ngga sembarangan yah kita disini. Disini anak dan orang tua harussejalan. Ada orang tuanya mau anaknya ngga mau, ada anaknya ngga mau orangtua mau. Ngga bisa begitu, jadi kita harus sejalan. Sebelum home visit, orangtuadi wawancara dengan saya, Bu Nita dan Pak Restu. Kalau anak-anak denganpsikolog dan peksos Kak Loren. Habis itu di test lagi test agama dengan saya.Dia solat dan ngaji. Lalu pengukuran baju seragam yaitu bimlur. Selanjutnyahome visit, kita kasih 1 pegawai 1 orang. Itu ada standar yang harus dibawa danharus ada perizinan dari RT setempat. Terus kita kasih waktu selama 1 minggu.Habis melakukan home visit, beberapa minggu kemudian kita rapat lagi untukmembahas hasil home visit.
5. Bagaimana bu proses identifikasi klien “R” dan klien “V” yang kebetulan merekaini berasal dari rujukan panti?
tapi kalau klien “V” dan “R” ini karena dia merupakan dari panti, itu otomatiskita terima yah. Udah kita terima, kita pelajari berkas-berkas dia waktu diklender, sebelumnya pengasuh cerita dulu, lalu dijelasin anaknya ini tipe sepertiapa. Abis itu ya sama isi formulir juga untuk data di panti ini. Jadi kalo klien“V” dan “R” kita hanya melihat data-data dia yang dibawa oleh pengasuh daripanti sebelumnya.
6. Kan biasanya anak-anak yang masuk itu agak takut ya bu merasa berbeda ataugimana. Itu gimana ibu memotivasi ?Iya jadi gini biasa dari awal kita kasih tau apa yang akan dilakukan disini itupasti akan berbeda keadaan dirumah dan disini itu kita motivasi, Kita motivasimemberitahukan kepada mereka, bahwa mereka tidak dibuang oleh orangtuanya, tetapi untuk biar dia menjadi anak yang lebih baik dan mandiri terutamamasa depannya lebih bagus karena keterbatasan ekonomi. Karena disini kannanti disekolahin, diberi keterampilan. Jadi panti bukan hal yang berarti kaliantinggal disini karena dibuang atau orangtua kalian tidak mau mengurusi. Yaaseperti itu kita memberikan motivasi, jadi memberikan hal-hal yang positifsupaya anak semangat dan merasa betah tinggal di panti nantinya.
7. Bagaimana proses seleksi itu dilakukan untuk klien “R” dan “V” ?
Kalau untuk klien “V” dan “R” kita memang tidak menggunakan cara ini, Jadiketika anak-anak Negara seperti klien “V” yang memang sudah tinggal daripanti ke panti, yang tidak punya siapa-siapa, kita tanya hanya lihat dari datapanti sebelumnya sama riwayat. Tapi ketika memang dia masih mempunyai sanaksaudara kita tetap melakukan home visit sama seperti yang lain.Tapi ketikamemang dia masih mempunyai sanak saudara kita tetap melakukan home visit.
8. Kemudian dalam proses adaptasi, seperti apa kegiatan yang diberikan oleh panti ?
Pas adaptasi yaa. Ketika mereka sampai sini kita sudah kasih tau kamar buatmereka. Kasih tau juga ini lemari mereka tempat tidur mereka. Terus kan disiniada OCIP (Organisasi Citra Intra Panti) yaa. Jadi anak-anak yang baru masukitu di MOS terlebih dahulu sama mereka. Dikasih tau latar belakang panti samaperaturan-peraturan yang ada di panti.ohh ngga berat kok tujuannya menghibursaja sebagai pendekatan.
9. Kalo misalnya dari proses assesmentnya (penggalian masalah) yang dihadapiWarga Binaan Sosial gimana Bu?
Ya kan nanti dari hasil wawancara itu kan ada point-point. Pertama memasukkandisini, setelah mereka tinggal disini kan ada ibu-ibu pengasuh nanti baru tergalipermasalahan. Tapi tahun ini sih kebanyakan dari anak yang kurang mampu,ngga ada yang misalnya dia anak nakal atau korban perceraian ataupermasalahan yang berat. Kita sudah tau dari awal kan kita punya data dari
awal. Kita amati darisini. Kita tahu latar belakangnya dari sini. Kita pantauterus. Ada catatannya anak ini seperti apa seperti apa. Pendekatannya berbedadan kita bertahap terus kalau yang punya masalah dari awal.. Nanti kan kita jugaada psikolog mereka bergantian untuk curhat. Kita utamakan ada beberapa anakyang susah didekati. Tapi kalo misalnya ngga ada mereka tetap mempunyaikesempatan dan itu sudah jatah mereka untuk digali permasalahannya.
10. Lalu bu apakah untuk klien “R” dan klien “V” ada masalah yang cukup seriussetelah dilakukan assessment ?
Untuk klien “R” dan “V” sendiri, saat dia masuk ke dalam panti dari hasilassessment yang sudah dilakukan pekerja sosial dan saya tidak ada mengalamipermasalahan atau kasus besar, paling masalah hanya membolos sekolah saja.
11. Bagaimana kemudian panti memberikan rencana pemecahan masalah (planning)untuk klien “R” dan klien “V” serta WBS yang lainnya bu ?
Kalau untuk klien “R” sama klien “V” ya ngga cuma mereka sih ya, untuk setiapanak kita langsung kan yah setelah memang mereka masuk disini, langsung kitakasih kegiatan kayak pendidikan itu udah pasti, keagamaan kayak misalnyadiajarkan mengaji, terus baca surat yasin, sama praktek sholat, terus ada lagikonseling seperti kalau misalnya mereka ada masalah baik itu di sekolah ataupundi dalam panti, mereka bisa melakukan konsultasi sama psikolog yang ada atausama peksosnya untuk membantu mereka menyelesaikan masalah atau misalnyapsikolog membuat kegiatan ke mereka seperti permainan yang sifatnya untukkebutuhan konseling, terus ada pemeriksaan kesehatan yang biasa dilakukan olehdokter atau dokter memberikan penyuluhan mengenai kesehatan, samaketerampilan, disini ada beberapa keterampilan yang kami siapkan untuk anak-anak selain sebagai modal dia juga untuk mengisi waktu luang dia di panti. Jadimereka disini tidak diam saja, ada kegiatan juga untuk mereka.
12. Rencana intervensi untuk mereka seperti apa ?Ya biasanya disini kebetulan pola yang baru ini pengasuh ya, pengalaman yangkemaren kan 1 bunda 5 anak, kalo sekarang saya ngga megang, karenadiserahkan ke pengasuh. Pengalaman tahun lalu saya pegang 5. Kita pantau yakita motivasi terus kalo mereka yang rajin saya kasih reward. Saya kemarensemua anak saya, saya kasih reward, kita Tanya mau apa kamu perlu apa. Jadikita kasih motivasi, kita kasih gambaran, kita kasih reward biar mereka adaperhatian. Itu nanti mereka bisa berubah. Ada satu anak perempuan, yangberubah. Tidak perlu anak saya saja. Semua saya panggil. Saya kasih perhatian.Karena kita kasih motivasi karena disini kita keluarga, kita hari hari bahkanbertahun tahun bersama-sama. Jadi saling menyayangi dan saling mengingatkan.Tidak boleh berantem, tetapi saling membantu. Jadi kita memotivasi mereka
supaya mereka percaya diri mereka bukan anak panti yang sering dipandangsebelah mata. Anak panti sama dengan anak rumah bedanya dengan rumah saja.Anak panti punya hak yang sama. Bayaran sama, hak belajar pun sama. Ternyatabanyak yang ranking, kemaren Ratih apa siapa itu dapat ranking 5. Jadi tetapdari motivasi, ketika ada yang mulai goyah kita deketin, apa sih maunya. Jadikita berperan sebagai ibu. Memang mereka perlu sentuhan itu. Jadi kita memakaipendekatan dan motivasi.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Zulfarini Thaib, S.Sos
Jabatan : Kasie. Bimbingan dan Penyaluran
Hari/Tanggal : Senin. 14 Juli 2014
Waktu :11.37 – 12.30 wib
Tempat : Ruang Kantor
1. Apa saja bimbingan yang ada di PSAA ini Bu ?Disini ya biasa ya sama kaya panti-panti yang lain ada bimbingan mental, fisik,sosial, dan keterampilan.
2. Contoh dari kegiatan bimbingan mental seperti apa ?Kalau disini kita ada ustadz Pak Ali, kalau dari ustadzahnya itu ada Ibu Aminah.Dari pa kali ngajarnya tausiyah dan akhlak, kalau ibu aminah membaca al-qurankalau hari senin sama kamis. Tapi anak-anak dari turun temurun dari kakakkakaknya sudah biasa. Karena mereka punya organisasi OCIP, mereka udahbiasa sesudah Maghrib setiap Senin membaca Wakiah. Kalo Kamis ya sebelumgurunya datang membaca surat Yasin. Kalau hari Jumat, Pak Ali biasanyamengajar rebana.
3. Lalu bagaimana dengan klien “R” dan klien “V” setelah dia mendapatkanbimbingan agama yang diberikan oleh Ustad dan Ustadzah bu ?Kedua klien ini memang mengikuti bimbingan keagamaan yang ada, namun,mereka memang untuk solat masih jarang melakukan. Taip setiap kegiatanagama mereka hadir kok.
4. Berarti bimbingan mental hanya seputar agama saja ya Ibu ?Iya benar.. hanya seputar agama saja
5. Biasanya dilakukan dalam seminggu berapa kali Bu ?3 x ya… Hari Senin, Kamis dan Jumat
6. Kalau misalkan bimbingan fisik Bu ?Áda SKJ (Senam Kesegaran Jasmani), sebelum ibu datang dilakukan pada hariRabu, setelah ibu ada ibu minta hari Jumat karena setelahnya ada kegiatan kerjabakti.
7. Itu ada instrukturnya ngga Ibu ?Ada kok ada, biasanya kita cari ya orang yang deket-deket sekitar panti untukmemberi senam.
8. Kalau dari bimbingan sosialnya Ibu bagaimana ?Kalau misalnya ini biasanya di intern aja mungkin dari sekedar kultum, dinamikakelompok, pola pendampingan ya sama ibu asuh. Cuma kalau bimbingan sosial
keluar, kemaren 3 tahun berturut-turut kan PSAA gabungan ada outbond.Kemaren juga rekreasi. Tetapi karena PSAA kan punya kegiatan masing-masingjadi kita kemaren di Lembang adakan Outbond intern kita aja dengan anak-anakdan EO disana. Baru kita adakan rekreasi ke Ciater dan Tangkuban Perahu.
9. Siapa yang sering menjadi pendamping di bimbingan sosial ini Bu ?Biasanya ya Pekerja sosial, Psikolog, Ibu asuh ya pegawai-pegawai.
10. Kalau dari keterampilannya bagaimana Ibu ?Keterampilannya dulu ada menjahit baju, anak-anak mungkin karena pola lamadari instrukturnya. Jadi anak-anak ada titik jenuhnya. Anak-anak disini kan baruya dari anak-anak ke remaja jadi ada titik jenuh. Kalau misalnya ya bagaimanaya ikutin selera. Ya misalnya instruktur nanya, anak-anak mau apa ya. Mute-muteya apa gelang, ya apa bross, apa bunga. Ya selera anak harus diikutin intruktur,jangan kemauan instruktur. Kalau kemaren ya mungkin ya ada berapa anak yangmau, ya ada juga mikir yah bu satu baju aja lama banget ya namanya anak yakan ngga bisa dipaksakan. Ya mute-mute, membuat keset, dia punya banksampah. Bekas-bekas daur ulang ya dia buat tas gitu. Computer ada di labcomputer yang ngajar alumninya namanya Kak Dwi. Kalo kesenian juga adakaya Band music gitu yang ngajar temennya Kak Tedi namanya Kak Robi. Itusetiap hari Sabtu kan kalo hari Minggu dia pencak silat.
11. Kalau pencak silat instrukturnya darimana Ibu ?Iya dari luar kita cari yang memang ahli dibidagnya untuk mengajar anak-anaksupaya punya bela diri intinya begitu.
12. Tapi anak-anak aktif di semua keterampilan Ibu ?Ngga semua sih, paling ya anak-anak baru aja yang kita minta. Biar tau disiniada keterampilan.
13. Apakah wajib untuk anak-anak mengikuti semua kegiatan keterampilan ini ?Yang wajib itu keterampilan computer dan pencak silat. Tapi banyak anak-anakyang suka tidak ikut. Karena mungkin dia sudah lelah dengan kegiatan disekolah. Jadi kita juga tidak bisa memaksakan.
14. Apa saja yang sudah dihasilkan anak-anak dari bimbingan keterampilan yang adadi panti ini ?Banyak ya Mba, ada baju, mute-mute, tas, bross, handycraft, taplak meja.
15. Lalu bu, bagaimana proses pendidikan formal yang di dapat anak-anak ?Ya kalau sudah selesai tahap identifikasi dan assessment, dan sudah positifditerima. Saya langsung urus siapa saja yang sekolah di SMP siapa saja yang diSMK/SMA. Lalu kita ukur pakaian seragam anak-anak, kita kasih juga sepatu.Untuk mendapatkan sekolah, biasanya kita liat ya nem dari anak-anak itu
tercukupi atau tidak jika ada yang masuk sekolah negeri. Kalau serasa tercukupiya saya minta dia untuk urusi saja berdasarkan sekolah negeri yang kitatentukan. Pastinya tetap dengan kebutuhan yang ditanggung oleh panti. Jikamemang nemnya kurang, saya mengurusinya ke sekolah swasta. Begitu Mbaprosesnya.
16. Panti ini bekerjasama dengan sekolah mana saja Bu ?Ada beberapa sekolah, untuk SMP ada sekitar 4 sekolah, untuk SMA 1sekolahkarena kebetulan yang bisa masuk SMA hanya 1 orang, untuk SMK 9sekolah. Kita cari sekolah yang dekat dengan panti supaya anak-anak tidakmerasa jauh dan kita mudah memantau.
17. Bagaimana proses pendidikan formal yang diperoleh untuk klien “R” dan klien“V” Bu ?Waktu itu klien “R” dipindahkan kesini ketika akan melanjutkan ke SMP, ketikadia sudah masuk panti. Proses pendidikan kita yang urus, dia sudah kita pilihsekolah mana yang akan dijadikan tempat pendidikan. Sama juga sama klien “V”dia anak yang cukup baik, dia masuk kesini saat lulus SD. Karena kan diamemang dari panti Klender ya. Jadi pas masuk SMP dipindah kesini. Sekarangdia sudah kelas 2 SMK ya. Anaknya aktif dia.
18. Apa semua biaya sekolah WBS ditanggung oleh panti ?Iya semuanya Mba… bayaran SPP, buku-buku, semuanya ditanggung oleh panti.
19. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA kepada anak-anak yang berprestasidisekolahnya ?Oh kalau untuk beasiswa belum ada ya Mba… tetapi sebenarnya itu yang kitainginkan. Karena kan lumayan yah, misalnya beasiswanya itu dalam bentukmelanjutkan ke perguruan tinggi.
20. Kebutuhan apa saja yang diperlukan WBS untuk pendidikan mereka disekolah ?Ya seragam, tas sekolah, sepatu, buku-buku pelajaran, alat tulis itu semua kitatanggung kok Mba…
21. Kalau yang bimbingan belajar itu bu ?Oh bimbel.. kalau yang kelas 9 biasa kita kerjasama dengan Nurul Fikri, tapikalau kelas X, XI, XII biasanya untuk matematika, bahasa inggris, akuntansi,dan bahasa indonesia. Kita kerjasama dengan anak-anak mahasiswa-mahasiswa. Mereka ngajar disini, setiap hari tapi orangnya ganti-ganti dansetiap malam abis Isya. Termasuk juga klien “LS” dank lien “V” ini ya kitakasih bimbingan belajar, mereka bisa konsultasi jika ada pelajaran yang sulit.Kalau seperti mereka ini, mereka bimbel disini yah setiap malam. Seminggu adayang 2 kali ada yang 3 kali tergantung dari pengajarnya.
22. Kalau yang di Nurul Fikri ini mereka les disana ?Iya. Sabtu minggu untuk kelas 9. Ya mereka ke nurul fikri
23. Kalau bimbingan itu seputar ini aja atau ada yang lain ?Ya gimana ya mba, kita mau nambahin banyak kaya keterampilan, kan merekadari sekolah kan juga ada kegiatan dari luar sekolah. Kaya ada latihangelanggang remaja Jakarta timur, ada dari dinas pendidikan. Jadi kadang-kadang, Kalau banyak juga anak-anak capek, fit nya kurang kalo ke sekolah.
24. Dalam tahapan, pembinaan lanjut ketika mereka sudah selesai menerimapelayanan kesejahteraan sosial disini. Bagaimana melakukan proses resosialisasi,penyaluran dan bina lanjut ?ya mereka setelah lulus SMK. Kita bantu cari kerja karena kan kita juga adakerja sama dengan beberapa perusahaan. Terus kita pantau ke lapangan, tapingga selalu saya ya. Saya ajak temen, yang pernah jadi ibu asuhnya. berangkatyaa… udah pulang Bu.. oh udah pulang.. oiya yaah pancasila yah kalian.(menyapa anak-anak asuh ketika mereka pulang sekolah). Jadi anak-anak yangudah lulus kalo masih nganggur ya kadang-kadang sedih juga. Terus kalaumisalnya mereka ada keluarga yang punya penghasilan bisa membiayai adekyake perguruan tinggi ya Alhamdulillah ya. Kaya si Ade angkatan 2012 sudahmasuk semester 7, terus si Indri di UNINDRA semester 7, Ayu di Politeknik UI.
25. Apakah mereka tetap tinggal disini ketika mereka sudah bekerja ?Setelah tamat dan setelah dia sudah terima surat lulus SKHUN, mereka sudahkita kembalikan ke keluarga, atau kita salurkan ke pekerjaan. Mereka kemudiaberkemas-kemas barang mereka 6 tahun itu banyak bisa sampai 1 taxi. Lalu kitabuat acara penyerahan anak. Ya kalao mereka berangkat kerja ya dari rumahberangkatnya.
26. Berapa kali dalam sebulan ibu melakukan evaluasi ?Biasanya kita mengadakan sebulan sekali yah.
27. Bagaimana proses terminasi itu berlangsung ?Terminasi ya maksudnya sudah berakhirnya pelayanan untuk dia di panti ini. Yakita kembalikan lagi surat-suratnya penting yang mereka punya saat mendaftar.Kita undang orangtuanya untuk menjemput mereka, kita jelaskan mereka sudahselesai dididik disini. Lalu abis itu biasanya kita adain pesta pelepasan muriddisini. Kita buat juga surat penyerahan anak pakai materai diatas hitam putih,lalu tanda tangan.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Reni Kuat Tiah
Jabatan :Staf. Seksi Bimbingan dan Penyaluran
Hari/Tanggal : Senin, 11 Agustus 2014
Waktu :11.38 – 12.15 WIB
Tempat : Ruang Kantor
1. Apa saja bimbingan yang ada di PSAA ini Bu ?oh bimbingan yang disini ya. Ya kaya ada mental, fisik, keterampilan, sosial
2. Contoh dari kegiatan bimbingan mental seperti apa ?Iya bimbingan mental agama. Mereka diajarkan mengaji, membaca wakiah,sama qasidahan. Kalau ngaji setiap malam selasa dan malam jumat, kalauqasidahan itu malam sabtu habis maghrib. Pengajarnya dari ustadz danustadzah.
3. Kalau bimbingan fisik seperti apa bu ?Ada SKJ, cuma senam aja terus dilanjutkan dengan kerja bakti abis itusetiap hari jumat
4. Bimbingan sosial yang diberikan panti untuk anak asuh biasanya apa Bu ?Kalau bimbingan sosial itu, ya kaya pola pendampingan, saling cerita ibuasuh ke anak asuh biasanya itu di kamar ya itu biasanya disebut metodegroup work. Kita ada juga bimbingan sosial luar panti kaya misalnyarekreasi atau outbond.
5. Kalau dari keterampilannya bagaimana Ibu ?Disini ada mute-mute, pembuatan tas terus ada kesenian juga organ tunggal,main gitar, main angklung. Kalau keterampilan itu semua serba sekalimelakukan kegiatan ini dalam seminggu jadi ganti-ganti keterampilannya.
6. Apa saja yang sudah dihasilkan anak-anak dari bimbingan keterampilan yangada di panti ini ?Aduh banyak banget itu Mba, nih ya ada keset, tas dibuat dari bahan-bahandaur ulang, pakaian, handycraft, ini kita lagi mau buat taplak meja Mba.
7. Apakah wajib untuk anak-anak mengikuti semua kegiatan keterampilan ini ?Ngga sih Mba, karena disini setiap anak kegiatannya banyak. Yang pentingsetiap anak wajib mengikuti kegiatan entah itu di music, pencak silat, entahitu di pembuatan mute-mute. Tapi yang wajib itu seperti kegiatan komputerdan les-les gitu sama pencak silat.
8. Berbicara mengenai pendidikan formal anak-anak bu, bagaimana prosespendidikan formal yang di dapat anak-anak ini ?
Prosesnya yaaa… kan disini kita macam-macam ya. Ada yang dari panti kepanti, ada juga dari keluarga tidak mampu. Ada yang dari SD ke SMP ada,dari SMP ke SMK juga ada. Jadi pas mereka datang mendaftar,dan misalnyaudah diterima. Langsung dari pihak bimlur memberikan anak-anak untuk kesekolahan. Sekolahnya nanti didaftarkan.
9. Panti ini bekerjasama dengan sekolah mana saja ?Ada beberapa sekolah yang kerjasama dengan panti ini. Kita cari yangdekat-dekat panti yaa.
10. Apakah semua biaya yang bersangkutan dengan sekolah ditanggung olehpanti ?Semua keperluan anak-anak diurus dari panti. Mereka itu tinggal belajar,sekolah, tidur sama piket. Buku-buku juga dari panti. Biaya SPP juga kankita dapat dana dari pemerintahan ya, ya kita tanggung semuanya. Yangmasuk kesini ngga bayar ya berdasarkan persyaratan. hati-hati ya nengyaa….. (memberi nasehat kepada anak-anak yang ingin berangkat sekolah).
11. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 03 kepada anak yang berprestasidisekolahnya ?Kalau beasiswa sih belum ada ya Mba yaa. Cuma paling kita kasih rewardaja ke mereka. Hadiah gitu ajalah Mba.
12. Kebutuhan apa saja yang diperlukan WBS untuk pendidikan merekadisekolah ?Pokoknya nih ya Mba.. kaya misal tas sekolah, sepatu, buku-buku pelajaran,sama sergam tuh yaaa. Udah pihak bimlur kasihin ke anak-anak
13. Ini ibu saya mau nanya di bagian resosialisasi mengenai bimbingan kembalikeluarga itu gimana ? (menunjuk ke leaflet)Yang mana ya Mba, aduh tulisannya kecil bener lagi ini hahahaha (sambiltertawa). ada jadi sebelum mereka keluar semua orang tua dikumpulinkesini. Ada 2 tipe. Jadi pertama kadang kita yang nyamperin, tergantungkeadaan keluarganya. Kita kasih tau bahwa anak ini sudah mau keluar. Kitakasih bekal bahwa mereka ini ada uang saku. Anak ini harus bekerja.Jangan sampai anak ini harus kerja dulu jangan langsung nikah karena kanudah disekolahin tinggi-tinggi, terus sama mereka yang dipanggil kesini,sekalian pengambilan ijazah atau apa gitu.
14. Masih di bagian resosialisasi Ibu, Kalo bimbingan kerja ini bagaimana ya Ibumaksudnya ?Kalau bimbingan kerja ini, ya tersalurkan ke tempat pekerjaan-pekerjaantertentu Mba. Tapi ada juga ya Mba ya beberapa anak-anak setelah lulus
darisini disalurkan. Seperti contohnya waktu itu di Hanamasa terus disalon-salon yang kepunyaan Wulan Guritno. Kebetulan yang diutamakan yanghidupnya dari panti ke panti yang tidak punya siapa-siapa ya. Kan kasianjuga ya Mba yaa. Jangan sampai dia keluar dari panti itu tidak punyakerjaan. Jadi kalau yang salon itu, anak-anak diajarkan dulu sebelum terjunke salon karena kan sebelumnya disini ngga ada keterampilan salon. Jadidia belajar dulu, jangan sampai dia ngga punya keahlian main terjun ajakan nanti ada yang complain. Kira-kira mereka diajarkan selama 3 bulanan.Lama juga lho Mba.
15. Kalau di bagian bina lanjut ini bu. Apa maksudnya dari pemberian motivasihidup mandiri ?Jadi yang dimaksud begini Mba, selama dia dididik disini, jadi dalam artianak disini harus punya motivasi. Kan selama mereka disni ya misalnya kitakasih keterampilan misalnya pembuatan tas atau keset. Jadi jangan sampaisetelah mereka keluar darisini tidak punya keahliannya. Ya selama disinianak-anak harus belajar lah. Jadi kan kalau misalnya dia punya keahliandan bisa hidup mandiri. Jadi diluar nanti tidak bisa ngapa-ngapain jadidipandang sebelah mata.
16. Kalau pembinaan dalam rangka kelangsungan kerja eks-WBS dalam binalanjut gimana Ibu ?Mana mba yang nomor berapa Mba ? oh yang ini. iya jadi maksudnya yangsudah kerja kami pantau. Jadi tetap masih dalam pemantauan panti. Kanbiasanya pas kerja kita pantau supaya tau jangan sampai malas. Kita lihatbener ngga anak tersebut kerja disini., bagaimana cara kerjanya dia, apakahbagus atau masih harus banyak belajar lagi. Kita juga nanyanya ke bos nyadia ya mba. Kalau misal memang masih banyak kekurangan dari dia, yakami minta untuk agar dibimbing anaknya supaya bisa kerja lebih baik lagi
17. Apakah Ibu melakukan evaluasi untuk menilai setiap tahapan proses yangdilalui ?Ohh iya dong Mba. Evaluasi itu penting harus dilakuin untuk melihat sudahtercapai atau belum yang kita berikan. Kan begitu yaaah.
18. Berapa kali dalam sebulan ibu melakukan evaluasi ?Oh kalau evaluasi sih biasa sebulan sekali untuk liat perkembangannya.
19. Bagaimana proses terminasi berlangsung ?Prosesnya ya itu, kalau semua anak yang masuk kesini ada surat-suratnya.Setelah selesai kita kembalikan lagi surat-suratnya dan catatan kasus. Pakaimaterai diatas hitam putih, tanda tanan bahwa kamu itu surat-suratnya tida
ada disni lagi. Karena semua anak-anak disini, data-datanya asli. Ijazahsama akte kelharian gitu-gitu kan Mba.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Loren Siska Ginting, S. ST
Jabatan : Pekerja Sosial
Hari/Tanggal : Kamis, 3 Juli 2014
Waktu :11.55 – 12.30 WIB
Tempat : Ruang Kantor1. Apa peran pekerja sosial dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
mulai proses engagement ?Kalau di proses engagement kita kaya penjalinan relasi biasa ya. Gimanabisa ngedektin anak itu sampai mau kita assesmen. Karena anak-anak disiniterkadang susah untuk di wawancarai. Ya biasa buat suasana sesantaimungkin. Kita disini ngga ada kontrak yah ngga dibuat memang di panti ini.Karena kalau ada kontrak dan terlalu terfokus anak disini biasanya kadangsuka sulit untuk diberikan pertolongan malah jadi takut.
2. Bagaimana cara pekerja sosial melakukan proses assesmen ?Dalam proses assesmen, ya saya wawancara klien tersebut mengenaipermasalahannya yang dia alami. Di identifikasi lah intinya untukmenemukan masalah, kebutuhan, potensi, dan menganalisis masalah klientersebut. Terus kita juga lihat gimana individu anak tersebut seperti apa sihtipenya. Terus karena dia tinggal di panti saya tanyakan juga bagaimana diadi panti kegiatan apa yang diikuti terus perasaan tinggal di panti itu sepertiapa menurut mereka. Selain itu, saya juga menanyakan bagaimana pelayananyang diberikan untuk dia, apa sudah diterima atau dijalankan dengan baik.Abis itu kita cari dari permasalahan tersebut apa yang dibutuhkan anak inikita tanya juga kekuatan yang dimilikinya. Saya juga melakukan wawancaraengga yang formal banget ya kaya ngobrol-ngobrol biasa aja sampaipermasalahannya itu ketahuan apa yang dialaminya.
3. Lalu apa yang diungkapkan klien mengenai perasannya selama tinggal dipanti ?Kalau saya menanyakan, perasaan mereka gimana berada di panti, ya pastijawabannya sedih karena mereka kan ingin merasakan sama apa yang dirasain teman-teman mereka kumpul dan bercanda dengan keluarganya.Selain itu juga mereka tuh punya perasaan kaya menyesal gitu, kenapa gitumungkin dipikiran mereka. Kenapa harus mereka yang kaya gini, tapi yaterus mereka mau apa juga kan ngga bisa mau menyalahkan siapa juga nggatau. Jadi kita motivasi-motivasi aja.
4. Bagaimana untuk klien “V” dan “R” apa permasalahan yang dia alami selamatinggal di panti maupun di sekolah?
Selama dia tinggal di panti, memang ngga selalu dia bisa berperan sebagaianak yang baik. Kadang kan anak aja ada tingkah lakunya. Waktu itu, klien“V” pernah ada masalah di panti sama temen-temannya, dia pernah minjemuang temannya, terus pernah juga berantem sama ya paling kadangperaturan yang di panti ngga dikerjain sama dia. Di sekolah, dia memangngga pernah ada sama temen-temen di kelasnya tapi dia pernah membolossekolah. Kalau klien “R” ini memang anaknya pendiam sekali, di panti sihngga pernah buat ada masalah. Semua peraturan di patuhi sama dia.Walaupun pendiam seperti itu, tapi kalau sama petugas juga dia masih sukabercanda, ngobrol dikit-dikit. Orangnya ngga pernah macem-macem sih diaini. Namun, Seperti baru-baru ini klien “R” mempunyai masalah disekolahnya, dia itu ngga mau sekolah disitu lagi dan minta pindah sekolahkarena menurut dia ada beberapa temannya itu yang ngga suka melihat dia,sama dia itu bolos sekolah karena suka bangun kesiangan.
5. Apakah klien “V” dan “R” aktif di dalam di panti ?Kalau klien “V” kan anaknya emang kadang gampang diatur, kadang jugasusah banget. Selama disini dia itu punya masalah kaya misalnya sukaminjem uang temen sama terus pernah berantem juga. Tapi dibalik sikapnyayang seperti itu, dia itu sangat berperan sekali di sini. Dia mau aktif menjadibagian dari OCIP dan sering juga memberikan masukan-masukan yang baikkalau mau buat acara. Terus juga dia karna di sekolah ikut nari samanekskulnya, dia bawa tarian itu ke panti untuk diajarkan ke juniornya. Darisitu banyak yang ikut terus juga udah sering tampil di luar panti. Klien “R”memang awalnya rajin mengikuti kegiatan yang ada disini, cuma mungkinberanjak dewasa dan ada pengaruh dari luar jadi sifat malasnya muncul.Udah gitu karena anak ini juga pendiam, jadi beradaptasinya itu kurangdengan teman-temannya. Anak ini juga kurang percaya diri jadi sulit sekaliuntuk berbaur atau gimana. Walaupun anak ini tipe anak yang pendiamsekali, tapi hubungan dia sama teman-teman yang lain cukup baik nggapernah berbuat masalah di panti. Klien “R” ini memang tidak terlalu aktif dipanti. Jadi biasanya ya kalau udah pulang sekolah langsung ke kamarnyaterus makan ya seperti itu. Klien “R” ini, terkadang anak ini memang jarangmelakukan keterampilan yang ada. Dia ngga mempunyai masalah kok samateman-temannya. Emang anaknya baik ngga pernah macem-macem.. Kalau disekolah, juga sama kaya gitu, dia malah terlihat aktif dibuktikan dengan diaanak yang berprestas karena selalu mendapatkan peringkat 10 besar disekolah. tapi baru-baru ini ada masalah dia membolos sekolah sampaiberapa hari karena di sekolah ada masalah, teman-teman kelasnya sering
membully klien “R” karena sering datang terlambat di sekolah, dan melihatkeadaan fisik klien “R”. Makanya dia sampai minta untuk pindah sekolah.
6. Pelayanan apa yang diberikan pekerja sosial untuk klien “V” dan “R” dalamproses penyelesaian masalah yang dialami klien ?Pada tahapan ini saya memberikan beberapa pelayanan pendukung yangakan membantu proses penyembuhan klien dari masalah yang dihadapi.Seperti misal pelayanan konseling, bimbingan mental, fisik, sosial, pendidikandan keterampilan. Pelayanan-pelayanan ini yang dianggap sangat membantumemecahkan masalah yang dialami. Dari judulnya aja sudah terlihat, sepertiapa proses dari pelayanan yang di rekomendasikan.
7. Apa kekuatan yang dimiliki kedua klien ini dalam menyelesaikan masalahnya?Klien “R” merupakan anak yang berprestasi di sekolahnya, sedangkan klien“V” selain juga dia merupakan anak yang memiliki prestasi yang bagus, klien“V” juga sangat suka dalam bidang kesenian, dia bisa main gitar dan menarisaman. Seperti yang sudah saya katakana tadi.
8. Lalu bagaimana pekerja sosial dengan klien mendiskusikan rencanapemecahan masalah (planning) yang tepat untuk kedua klien ini ?Pertama saya melakukan kerjasama dengan klien, menyadarkan klien akanmasalah yang dihadapinya kemudian membuat klien aktif dalammenyelesaikan permasalahannya, jadi disini klien yang lebih aktif bukansaya. Saya hanya sebagai fasilitator saja. Lalu saya dan klien mencari apaprioritas permasalahan dari beberapa permasalahan yang dimiliki klien.misalnya membolos sekolah yaudah berarti membolos sekolah yang jadiprioritas pertama untuk diseselesaikan dan masalah tersebut menjadikebutuhan untuk dicarikan solusi-solusi alternative dalam memecahkanpermasalahan klien. Abis itu kita evaluasi deh apa yang dibutuhin kliendalam membantu permasalahan tersebut, terus kita tetapkan tujuan utamanyaapa yang ingin dicapai. Kalau udah baru saya membuat kaya semacamkegiatan perubahan yang akan dilakukan klien sambil juga dilihatkemajuannya seperti apa. Kira-kira seperti itu dalam proses memecahkanrencana penyelesaian masalah yang dialami klien.
9. Berarti pekerja sosial disini melibatkan klien secara aktif dalam prosespemecahan masalahnya ?Iyaa.. setiap permasalahan yang dialami klien pasti saya mengajak klienuntuk berperan aktif juga dalam mengatasi permasalahannya. Misalnya nihyaa mereka sadar, mereka ada masalah, terus kita harus bantu supaya anak
ini ngga begitu lagi. Kita tanya, kamu mau kan merubah sikap kamu, kamumau kan bisa menjadi yang lebih baik. Terus dia jawab iya mau merubahnya.Terus kita kerjasama untuk bisa menjalankan apa yang sudah sama-samakita rencanakan, dengan begitu klien merasa mempunyai peran dalamkesembuhan dari permasalahan yang mereka alami.
10. Bagaimana proses memprioritaskan masalah itu dilakukan ?Kan tadi kita udah tau permasalahannya itu apa. Nah dari permasalahanyang ada, saya sama kedua klien ini sepakat menarik satu masalah yang akankita jadikan sebagai prioritas masalah. Masalah yang kita pilih ini adalahmasalah kedua klien yang sering membolos sekolah. karena kan kalo bolossekolah pasti banyak ruginya kan, kaya misalnya materi ketinggalan, teruspas ujian ngga ngerti sama materi itu karena pas dijelasin ngga masuk,absensi juga jadi jelek. Padahal misalnya prestasinya bagus, tapi karenaabsensinya jelek ya tetep aja jadinya jelek kan. Ya begitu kira-kira.
11. Bagaimana pekerja sosial melakukan menggali permasalahan klien danmengembangkan potensi klien pada tahapan ini ?kan tadi kita udah ketemu masalah apa yang menjadi prioritas, nah sekarangmasalah tersebut itu dijadikan kebutuhan untuk dicarikan solusi alternatifyang tepat. Apa yang menjadi permasalahan klien, itu sudah menjadikebutuhan yang harus segera diselesaikan, disini saya hanya berperan untukmembantu mereka dalam membangun apa yang mereka butuhkan danmenggali serta mengembangkan potensi yang dialami klien. apa yangdibutuhkan klien, hanya klien sendiri yang tau.
12. Apa yang dibutuhkan klien dalam proses rencana penyelesaian masalah ini ?nah.. dengan sudah membuat rencana intervensi tadi dengan melihat dariindividunya, bahwa dia ingin merubah supaya tidak membolos sekolah lagidan bisa berpikir dewasa dengan didukung oleh perhatian dan kasih sayangyang akan diberikan pihak lembaga berupa penghargaan atas keberhasilandisekan dan juga didukung oleh pelayanan-pelayanan yang ada disini untukmembantu proses perubahan anak. Sehingga bisa kita temua alternatifpemecahan solusi yang bisa dicapai dan dapat memenuhi kebutuhan utamaklien.
13. Langkah apa selanjutnya yang diberikan pekerja sosial dalam menyusunrencana pemecahan masalah ?Kita buat jangka pendek dan jangka panjangnya apa supaya bisa tercapaidengan apa yang diinginkan. Kemudian saya mulai membuat rencana untukkegiatan yang akan dilakukan klien agar proses perubahan bisa terlihat.
Disini juga dilihat bagaimana mengukur keberhasilan terhadap rencana yangsudah disusun.
14. Apakah pekerja sosial membuat rencana kontrak perbaikan dengan klien ?Kalau untuk kontrak sih ngga ada pembuatan kontraknya di panti ini, jadifleksibel aja. Justru disini kalau buat kontrak malah horror kesannya. Karenadisini itu anak-anaknya ngga bisa kaya gitu. Begitu ada kontrak, anaknya jaditakut. Orang wawancara kaya gini aja dia tuh jadi takut anaknya. Seakan-akan punya masah besar, padahal permasalahannya hanya ringan-ringansaja
15. Bagaimana tahapan implementasi dilakukan ?Dengan melihat apa yang sudah kita rencanakan, apakah sudah dilakukanoleh klien rencana-rencana tersebut, atau sudah juga atau belum dilakukanoleh pihak lembaga dalam memberikan penghargaan sebagai bentuk kasihsayang terhadap klien ini. Lalu kita pantau kemajuannya seperti apa jikamemang sudah dilakukan oleh klien. kalau sudah terlihat ya berarti rencanayang direncanakan sudah sesuai. Kalau belum, berarti kita buat rencanaulang baiknya itu seperti apa untuk klien.
16. Bagaimana peran pengasuh ketika melihat anaknya mengalami permasalahandan apakah pengasuh sudah melakukan proses intervensi ke anak asuhnya ?iya semenjak permasalahan itu pengasuh lebih intens lagi mendampingianak-anaknya. Mereka memberikan nasehat-nasehat dan motivasi supayamereka tidak membolos sekolah lagi kalau alasannya tidak jelas. Pengasuhjuga memberikan nasehat kalau bolos sekolah banyak yang dirugikan nanti.Jadi harus semangat lagi sekolahnya ngga boleh males. Terus klien “R” jugakita bantu untuk mempercantik dirinya dengan kita ajak ke salon di pantisebelah (PSBR), supaya dia bisa belajar cara mempercantik dirinya. Dari situperlahan mereka sadar, dan apa yang udah diberikan pengasuh merekainget-inget dan mereka pegang supaya ngga bakal ngelakuin itu lagi.
17. Seperti apa pihak lembaga menghargai usaha klien untuk merubah tingkahlakunya agar tidak membolos sekolah lagi ?Iya disini saya jelaskan, mengapa memutuskan untuk mengambilpendampingan mengenai diberikannya reward dan punishment. Itu karenamemang sudah diterapkan disini sangat diterapkan sekali. Baik klien “R”atau klien “V” ketika dia mendapatkan prestasi yang baik di sekolahnya ataudilihat dari tingkah laku anak ini yang tidak pernah membuat kesalahan lagimaka mereka mendapatkan reward. Oleh karena itu pihak panti memberikanhadiah dan ditambah tingkah laku mereka juga sudah mulai terlihat baik.Punishment diberikan apabila mereka melakukan kesalahan lagi.
18. Bagaimana proses evaluasi berlangsung ?Berdasarkan apa yang sudah dilaksanakan dalam proses intervensi,pencapaian keberhasilan sudah mulai terlihat dari kedua klien ini. Merekasemakin hari semakin bisa merubah perilaku mereka yang tidak baik sepertimembolos sekolah. pada dasarnya anak-anak ini memang baik danpermasalahannya juga tidak terlalu besar. Saya melakukan evaluasi setiapsebulan sekali untuk melihat tingkah laku kedua klien ini.
19. Bagaimana proses terminasi terjadi antara pekerja sosial dengan klien ?Habis di evaluasi kan kita sudah liat tuh bahwa apa yang kita udah rencanaindari awal itu terlaksana sesuai dengan harapan. Maka dari itu prosespertolongan ini harus berakhir karena sudah sesuai dengan tujuan yang kitainginkan dalam perubahan kan Makanya kita melakukan proses terminasi inike klien.
20. Apakah ada tindak lajutnya ketika sudah terminasi ?Setelah sudah selesai proses pertologan, dan sudah berhasil dilakukan olehkedua klien ini. Perubahannya juga terlihat. Sehabis terminasi, saya jugatetap masih bekerja untuk memantau kegiatan yang dilakukan kedua klien ini.Apakah benar-benar dia sudah berubah, karena kan factor dari luar tuh adaaja, takutnya mereka terhasut lagi atau bagaimana. Jadi merusak apa yangsudah dibangun kemaren. Untuk itu, saya tetap adakan tindak lanjut yaamemberi nasehat-nasehat dan pengawasan berlanjut dengan pengasuhnyasupaya mereka tetap mempertahankan sikap yang sudah baik yang kita sama-sama bantu prosesnya. Tetapi ketika terlihat anak-anak ini melakukankesalahan lagi maka akan di tindak lanjuti untuk di berikan pertolongan dariawal dengan intervensi yang berbeda.
21. Metode apa yang digunakan kalau melakukan intervensi atau memecahkanmasalah yang dialami klien ?Panti disini sudah menggunakan metode case work dan group work dalammemecahkan masalah. Kalau case work yang tadi udah saya bilangprosesnya seperti konseling ya membangun relasi, menggali permasalahan,motivasi sampai pada mencari alternatif. Kalau group work menyelesaikanmasalah dengan melakukan pendekatan kelompok. Kayak misalnya dinamikakelompok, kultum yang diberikan pengasuh, penyuluhan kesehatan atau jugaada penyuluhan yang disampaikan kepolisian.
22. Kalau dalam proses penyaluran itu seperti apa Kak ? Apa sudah pasti anak-anak disini disalurkan ke perusahaan yang memang sudah bekerjasamadengan panti ini ?
ehm yaa.. tapi tergantung anaknya. Itu kan minat ya. Mereka ini kan maunyakadang kerja di kantoran, tapi kan sesuai dengan levelnya kan kadang susahjuga ya masuk ke kantoran. Jadi semampu kita aja. Kita masuk denganbeberapa perusahaan yang sudah kerjasama seperti dengan hanamasa, terussalon apa gitu kalau mereka ada minat disitu ya kita coba bantu masukin.
23. Kalau selain kegiatan di panti, apakah pekerja sosial mengadakan kegiatanpenunjang lain ?Karena memang apa yaa.. ini kan peksos peksos tapi kan tetap ada pekerjaanlain yang harus dilakukan. Misalnya kaya saya tetap pegang kamar terussaya juga di bagian bimlur. Kalau membuat acara khusus dari pekerja sosialsih ngga ya. Tapi kalo misalnya manggil orang lain saya hanya sebagaiperantara. Kan kalau pekerja sosial ngga musti yang harus selalu yang turuntangan dia juga bisa sebagai perantara. Paling misalnya liat ada masalahbanyak yang mengarah ke kriminal, kriminal bukan berarti membunuh ya.Banyak yaa.. misalnya merokok atau apa. Paling saya menyampaikan kepalaseksinya terus diarahkan untuk memanggil kepolisian untuk mengisi kegiatan.Jadi ngga ujuk ujuk saya yang langsung masuk ngarahin ke meraka tapi hayasebagai penghubung aja. Karena kalau saya yang menjadi narasumbernyasebenarnya anak-anak sudah jenuh, sudah tidak mungkin juga. Jadi harusorang yang baru. Kalau saya lagi karena anak-anak agak susah merekasudah hapal dengan kata-kata saya.
24. Apakah pekerja sosial dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosialmenggunaka prinsip-prinsip pekerja sosial ?Oh iya dong.. tapi ngga cuma saya aja sebagai peksos ya.. semua pegawaidisini juga paham kok hal seperti itu. Walaupun disini yang pekerja sosial itusaya tapi banyak pegawai disini itu lulusan sosial dan dia sudah sangatpaham betul hal tersebut kayak bagaimana menerima klien apa adanya,komunikasi yang baik, individualisasi, berpartisipasi, menjaga kerahasiaanpermasalahan klien, yang seperti itu kan yaa.. kami menggunakan prinsiptersebut kok.
25. Bagaimana pelayanan pengasramaan terhadap anak-anak WBS ?Aku ceritain dari awal masuk ya. Jadi disini da kriterianya ya. Kalau diapindahan dari panti ke panti kita wajib terima. Tapi kalau yang dirujuk darimasyarakat mereka punya PSM. PSM itu kayak mereka yang menjaringmasyarakat setempat yang memang tidak mampu, terus dari mulut ke mulut.Misalnya dari alumni sini ngomong ke tetangga atau temennya. Nah nantikita buka pendaftaran, pas naik kelas kita buka pendaftaran. Nanti merekakesini, isi formulir biasalah. Terus nanti kalau datanya udah lengkap kita
home visit. Home visit kerumahnya, lihat keadannya sesuai apa ngga.Sebelum home visit, kita wawancara anaknya. Bener ngga anaknya maumasuk sini, bener dari dianya atau paksaan. Kalau paksaan kita ngga terima.Karena supaya mereka merasa nyaman. Jadi kita Tanya dulu anaknya. Untukpengasramaan, nanti setelah dia masuk kesini, baru dimasukin aja. Ini kanmisalnya kuota 90 orang. Ada 20 orang yang keluar. Jadi 20 orang yang baruitu dimasukkan ke kasur yang kososng. Jadi ini kaya gini nih, anak-anak yanglama kan lagi liburan. Nah disini tuh lagi dipersiapkan, tempat-tempatnya.Ini lemari buat anak baru, ini bantal, ini kasur. Jadi pas mereka datangmereka tinggal nempatin udah terima semuanya kita tinggal nunjukin. Terusuntuk setelah dia masuk, kita adain assesment ulang.
26. Apa saja kegiatan pelayanan sosial PSAA melalui pelayanan permakanan ?Kalau permakanan kan diatur sama ibu dapur. Kita punya tukang masaksendiri. Disini ada 4 orang tukang masaknya. Disini mereka makan 3x sehari.Sarapan itu jam 07.00 terus makan siang jam 11.00 soalnya kan emreka mausekolah. Abis itu makan malamnya abis sholat maghrib. Anak-anak disiniwajib bangun jam setengah 5 pagi untuk sholat subuh. Disini masalahpermakanan itu ada daftar menu diambil dari puskesmas. Di depan itu adakok makan pagi apa, siang apa, malam apa itu hari senin sampai hariminggu terus juga ada kandungan gizinya misalnya kalori berapa gitu.
27. Bagaimana dengan kegiatan konseling yang ada di PSAA ini Kak ?Kalau misalnya ada ajaran baru, ada kayak ini salah satu contohnya(menunjukkan contoh psikotest) ini keterangan dia apa, dia sosoknya gimana,minat bakatnya apa. Nah kalau ini yang sekaligus. Itu 1 kali atau 2 kalisetahun. Tapi kalo seminggu sekalinya itu kita ajuin 3 atau 4 orang. Misalnyanih kira-kira ada anak yang kok sekarang agak aneh ya, kok dia adaperubahan, dia suka bolos, suka termenung atau apa. Itu kita ajuin 3 atau 4orang per minggu. Begitu psikolog datang kita langsung kasih aja. Psikologbiasanya datang seminggu sekali, tapi kadang 2 minggu, tergantung sih diabisanya kapan gitu ya. Udah dijadwalin sama dianya
28. Apa saja kegiatan pelayanan sosial PSAA Pelayanan pemeriksaan kesehatan ?Nah disitu ada 3 bagian. TU, bimbingan dan penyaluran, ada identifikasi danassesment. Nah kalau bagian bimlur kayak bagian persekolah, kegiatan anakdiluar, tentang pendidikannya, kegiatan sosialnya. Kalau identifikasi danassessment itu permakananan sama kesehatan. Jadi misalnya ada anak yangsakit ada anak yang apa, disini kan anak-anaknya sudah memakai BPJS. Jadikalau anak-anak yang sakit atau apa langsung dibawa ke puskesmas ataungga kerjasamanya dengan Rumah Sakit milik pemerintah. disini juga
disediakan obat-obatan tapi itu yang ringan-ringan aja. Kaya pusing, karenaperempuan kan sering nyeri haidh,minyak tawon, vitamin-vitamin.
29. Tapi disini ada poliklinik ngga Kak ?Nah poli itu baru dibangun, sudah ada tempatnya. Kan sekarang harus adapolinya juga ya di panti-panti. Paling sebentar lagi ada kok poliklinik. Tapikalau cek kesehatan, disini setahun sekali ada. Wajib sampai harus dirontgen.
30. Lalu bagaimana Kak dengan pelayanan Pendidikan ?Masalah persekolahan, dia mau sekolah dimana. Kita anjurin di Negeri.Kalau misalnya dia ngga dapat di Negeri, kalau misalnya di negeri dia bisatentukan sendiri pokoknya jangan jauh dari panti. Tapi kalau sekolah swastakita yang tetapin, kita sudah punya kerjasama dengan sekolah-sekolah yangdekat sini.
31. Kalau misalnya dia ada kebutuhan di luar ini gimana Kak ?Tergantung, ada kebutuhan yang kita cover, ada juga kebutuhan yang tidak dicover. Misalnya yang kita cover, pendaftaran-pendaftaran atau registrasikebutuhan sekolah, pembelian LJK, buku itu semua kita cover. Tapi kalaukaya remedial, ngerjain tugas-tugas biasa ngga kita cover biayanya. Kalaubiaya yang ngga kita cover mereka bisa melakukan pengajuan di programtabungan yang mereka punya setiap individu.
32. Oh begitu Kak ? bagaimana dengan pelayanan tabungannya Kak ?Jadi mereka ini misalnya kaya gini nih, mereka punya uang Rp 20.000,-mereka liat sekolahnya deket. Kita potong Rp 10.000,- mereka udah punyatabungan sendiri. Kita punya kerjasama dengan Bank DKI. Jadi dipotong Rp10.000,- langsung dimasukkan ke tabungannya, yang Rp 10.000,- lagi itutermasuk uang jajan dia dan ongkosnya. Seandainya dia butuh untuk tugassegala macam, dia bisa melakukan pengajuan. Misalnya Kak aku butuh Rp50.000,- untuk tugas, nanti kita ambil dari tabungannya. Tapi kita transparandananya, ada buku kecilnya kan. Ini kamu liat, kamu uangnya terakhir segini,saldonya segini, kamu butuh uang segini, sekarang saldo kamu segini.
33. Apa saja kegiatan pelayanan sosial PSAA dalam bidang keagamaan ?Mereka wajib bangun setengah 5 untuk sholat subuh berjamaah. Disini yangpaling wajib sholat itu 3, sholat subuh, maghrib dan isya wajib berjamaah.Sampai kita buat bukunya, kita control dalam masalah persholatan ya..kalaudilihat tidak ada yang sholat di 3 waktu wajib itu untuk berjamaah. Uangjajan mereka akan dipotong Itu hari apa ya ? kalian pengajian hari apa ya ?(bertanya pada salah satu WBS) malam selasa sama malam jumat. Selainyang itu ya. Tau ngga yang suka main rebana gitu.
34. Biasanya kalau pelayanan rekreasi atau hiburan, apa saja kegiatannya Kak ?kaya liburan outbond..jadi disini dijatah 2 x setahun. Jalan-jalan keluarpanti. Itu kita bilangnya bimbingan sosial luar panti. Terus selebihnya itumisalnya libur suka ada uang tabungan anak-anak mereka jalan-jalan kanada anak-anak yang tidak punya orang tua kalo temennya libur kan masihpunya orangtua mereka pulang ke rumahnya. Kalo yang tidak punya orangtua kadang mereka jalan-jalan sendiri asal ada izin dari panti. kaya liburanoutbond.jadi disini dijatah 2 x setahun. Jalan-jalan keluar panti. Itu kitabilangnya bimbingan sosial luar panti. Terus selebihnya itu misalnya libursuka ada uang tabungan anak-anak mereka jalan-jalan kana da anak-anakyang tidak punya orang tua kalo temennya libur kan masih punya orangtuamereka pulang ke rumahnya. Kalo yang tidak punya orang tua kadangmereka jalan-jalan sendiri asal ada izin dari panti
35. Bagaimana dengan pelayanan keterampilan yang ada disini untuk anak-anakPSAA ?Terus kegiatan panti itu ada pencak silat, band, mute-mute, supaya anak-anakngga bosan. Terus bikin sulaman. Kadang-kadang ada latihan masak, tapi itungga ada jadwalnya. Cuma kalau liburan aja itu. Kalau pencak silat hariminggu, band juga hari minggu, mute senin, menyulam selasa, tapi anaknyangga dipaksain yang mau aja. Kalau pencak silat itu wajib.
36. Kalau dengan pelayanan transportasi bagaimana ?Mereka juga dapat ongkos, kenapa harus deket itu karena mereka sudah adaongkosnya. Anak SMK Rp 20.000, anak SMP Rp 15.000 itu dibagikan setiaphari. Memang anggarannya segitu.
37. Kegiatan apa yang dilakukan pekerja sosial dalam mengevaluasi pelayanankesejahteraan sosial ?Menyusun laporan kegiatan evaluasi terhadap pelayanan kesejahteraan yangsudah didapat oleh warga binaan.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : “V”
Hari/Tanggal : 7 Juli 2014
Waktu : 12.30 – 13.00 WIB
Tempat : Kamar Asrama
1. Mengapa kamu ditempatkan di PSAA ?Kalau aku kenapa bisa disini, ya karena memang kan aku sebelumnya tinggaldi panti yang di klender kak. Aku dari kecil sudah ada disana kak. Disana kanjuga pendidikannya hanya sampai SD. Pas aku sudah mau masuk SMP ya akuharus pindah ke panti ini kak. Karena juga sudah prosedurenya disana cumasampai kelas 6 SD, pas SMP sampai SMA ya kesini Kak.
2. Sudah berapa lama kamu tinggal di panti ini ?Sudah 5 tahun Kak disini dari SMP.
3. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA ?Terus tinggal disini ya ada senangnya ada sedihnya. Sedihnya pengenngerasain gimana sih punya rumah dalam satu keluarga terus berkumpul.Senangnya ya disini juga kan saya mendapatkan pengasuh yang berperansebagai orangtua saya disini. Jadi saya bisa tetap mendapatkan rasa sayang
4. Apa harapan kamu selama kamu tinggal di panti ?Harapan saya ya saya sih berharap saya bisa jadi orang yang lebih baik aja.Patuhin peraturan yang ada di panti yang ada di sekolah. jadi ngga punyamasalah lagi. Jadi orang baik yang nantinya bisa bikin orang lain senangsama sikap saya. Terus supaya juga saya ngga bolos sekolah lagi. Temen-temen mau menerima kekurangan saya gitu aja Kak
5. Kegiatan apa saja yang kamu lakuin di panti ?Aku paling sih yah Kak.. bersih-bersih, sekolah, belajar gitu-gitu dah.
6. Panti ini sangat membantu kamu apa tidak ?Membantu Kak. Saya bisa merasakan sekolah terutama yah Kak.
7. Bagaimana proses identifikasi yang dilakukan panti ini ketika kamu ingindaftar masuk ke panti ini ?waktu datang kesini karena kan memang panti saya sudah bekerjasamadengan panti ini, dan memang ketika saya harus melanjutkan ke SMP yangtadinya tinggal di panti sana akan dipindahkan kesini khusus untukperempuan yah kak. Waktu saya datang, ya saya ke kantor diantar pengasuhsaya dari panti sana. Kemudian di cek data-data saya yang dibawa pengasuh.Terus saya disuruh isi formulir diajak ngobrol-ngobrol, terus pengurus sinimulai ngejelasin apa apa saja kegiatan yang ada disini. Terus udah disiniberapa minggu anak-anak baru kaya saya dan yang lain juga ada testpsikolog kak. Kira-kira seperti itu deh kak.
8. Kamu pernah mempunyai masalah tidak selama di panti ?iyah kak aku emang pernah punya masalah waktu itu, aku tuh dulu seringbanget kak bolos sekolah. kadang suka ikutin temen, kalo temen bolos yaudahaku ikutan aja. Bilang ke panti mah sekolah, tapi padahal ngga pergi kesekolah. engga tau kak males aja gitu kadang juga males gitu sama gurunya.Karena ngajarnya gitu lagi bikin males sekolah, jadi yaudah bolos.
9. Kalau pelayanan panti dalam pengasramaan gimana ?Karena saya dari panti ke panti. Jadi pas sampai sini, saya langsung dikasihkamar. Saya ngga perlu melalui tahapan persyaratan itu Kak . Waktu pasmasuk sini, kita disini kaya ada MOS gitu kak. Jadi dikumpulin anak-anak dilapangan, terus kita perkenalkan lingkungan panti, tata tertib panti, kegiatanpanti sama nanti anak-anak disuruh minta tanda tangan untuk seluruh staffyang ada disini, itu semua yang melakukan OCIP kak.
10. Kalau kebutuhan makan gimana pelayanannnya ?Makanannya enak-enak banget Kak. Pokoknya kita makan 3x sehari.
11. Kalau untuk bimbingan fisik biasanya kegiatannya seperti apa saja ?kalau bimbingan fisik sih yah kak biasanya itu kan kaya olahraga gitu Kak.Kalau disini itu adanya SKJ kak senam gitu kan itu dilakukan setiap Jumatpagi, abis itu dilanjut sama kerja bakti. Kalau bimbingan fisik yang lain itudilakukan setiap hari minggu kaka da kegiatan pencak silat. Kalau kaya mainvolli, badminton itu mah jarang-jarang sih kak. Kalau pas kita lagi mau mainaja
12. Bagaimana pelayanan kesehatan yang ada di panti ini ?Kalau kesehatan sih ada dokter kak biasanya, terus disini juga disediain obat-obatan kok
13. Bagaimana dengan pelayanan transportasi ?Dikasih Kak ongkos gitu kalau kita mau berangkat sekolah. Kalau saya Rp20.000,- terus kan karena kita naik angkutan umum makanya dikasih segitu.Kalau anak SMP Rp. 15.000,- Kak. Terus uangnya itu langsung dipotongseparuhnya untuk ditabung dan jadi tabungan kita masing-masing. Untukuang segitu yah cukup kok kak buat jajan.
14. Ada pelayanan konseling ngga ?Ada kok Kak. Biasanya sama psikolog kalau ngga sama ibu pengasuh sih.
15. Kalau pelayanan keagamaan gimana menurut kamu ?Disini kita membaca wakiah setiap malam selasa, malam jumat kita bacayasin bareng-bareng kak. Yang ngajarin ustadzah Kak. Terus juga ya sholat 5
waktu Kak.. diajarin gimana wudhu, baca-bacaan sholat, terus juga ada mainrebana Kak. Semuanya dilakukan malam hari pad kita udah kumpul baliksekolah Kak.
16. Waktu kamu mendapatkan pendidikan disini. Bagaimana prosesnya ?Karena aku sekolah swasta yah Kak. Jadi aku diurusin sama panti Kak. Tapikaya seragam, sepatu, tas, buku-buku kita dapat Kak dari panti. Bayaransekolah juga Kak.
17. Kalau dari rekreasi bagaimana ?Ada kok kak, baru bulan kemaren kita jalan-jalan ke Ciater sama TangkubanPerahu. Kita outbond kerjasama dengan EO disana Kak. Biasanya mah kalaujalan-jalan setiap tahun pasti ada buat refreshing hehehehe
18. Kalau pelayanan keterampilan yang ada disini bagaimana ?Ada komputer, mute-mute, membuat tas, membuat keset, pencak silat,kesenian gitu kak.
19. Kamu aktif ngga di keterampilan ?Aku emang kadang suka malas kak kalo ikut keterampilan, ngga tau males ajagitu rasanya.kan saya ikut kegiatan musik itu setiap hari minggu, jadi tuhsaya mikirnya karena udah sekolah dari senin –jumat terus di weekend itumaunya istirahat aja ngga ada kegiatan. Kalo solat iya nih kak masih jarang-jarang, ngga tau sifat malesnya ada aja
20. Kalau kamu ikut keterampilan apa ?Nah kalo sekolahnya masuk siang kita diikutin kegiatan keterampilan, jadingga diem aja disini Kak. Diberikan kegiatan untuk mengisi waktu luang.Kalau waktu saya sih yah kak, saya disuruh ikut dulu kegiatan menjahit kayamute-mute sama daur ulang disuruh coba dulu ikut itu. Tapi cuma dapatberapa minggu, saya bilang ke pengurus panti saya ngga suka karena sayaorangnya ngga sabaran. Yaudah abis itu pengurus kasih kepercayaan samasaya mau ikut keterampilan yang mana, yang penting harus ikut. Yaudah sayaikut keterampilan music kak. Terus saya juga karena disekolah ikut saman.Saya coba masukin tari saman ke panti ini jadi saya ngajarin beberapa temensaya. Terus Alhamdulillah malah dipercaya kak, udah sering manggung-manggung.
21. Kalau pelayanan tabungan itu bagaimana menurut kamu ?Pelayanan tabungan yah Kak. Jadi nih kayak yang tadi aku bilang, aku kanjajan dikasih Rp 20.000,- karena jarak sekolah aku deket jadi aku dipotongRp 10.000,- itu buat ditabung. Kan kita ada Kak buku tabungannya dari BankDKI. Jadi kita tau kak tabungan kita itu ada berapa. Anak-anak sini udah
banyak banget Kak. Ada yang sampe Rp 3.000.000,- Alhamdulillah kan yahkak lumayan banget untuk pegangan kita nanti
22. Ada pelayanan lagi ngga yang ingin kamu dapati ?Apa yah kak. Udah sih kayaknya abis semuanya juga udah dapat
23. Harapan kamu untuk PSAA ini untuk kedepannya bagaimana ?Yaa biar lebih baik aja Kak hehe.. ya saya sih pengennya peraturannyajangan ketat-ketat banget gitu.
24. Peran pengasuh disini biasanya seperti apa ?Ya ibu pengasuh paling ya memberi kita nasehat, mematuhi peraturan, jagakebersihan kamar gitu-gitu Kak
FOTO-FOTO KEGIATAN
Salah satu kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan oleh PSAAPU 03 Tebet adalah pendidikan formal untuk anak-anak asuh dari tingkat SMPsampai SMA. Pihak panti memfasilitasi mereka sekolah di luar panti namunjarak antar sekolah dengan panti harus dekat.
Salah satu proses pendampingan anak yang dilakukan oleh Psikolog denganmetode case work atau konseling. Kedua anak tersebut sedang menceritakanpermasalahan yang mereka alami untuk mendapatkan jalan keluar dari proseskonsultasi dengan psikolog tersebut yang sudah disediakan oleh panti.
Salah satu proses pendampingan anak yang dilakukan oleh staff dan pegawaipanti dengan metode group work yang bersifat seperti kultum atau diskusi.Serta metode group work dengan bentuk kegiatan dinamika kelompok
Pelayanan pengasramaan yang diberikan untuk anak-anak asuh berupa kamar,tempat tidur, lemari pakaian dan rak sepatu. Mereka menyusun pakaian danmerapikan tempat tidur mereka dengan rapi serta mereka juga membiasakanuntuk menaruh sepatu dan sandal mereka di dalam rak sepatu yang disediakandi depan kamar mereka.
Meja makan yang biasa digunakan untuk anak-anak asuh melakukan kegiatanmakan bersama-sama 3x sehari. Ibu dapur yang biasa menyiapkan anak-anakasuh makan dengan memasak menu-menu yang sudah dijadwalkan setiapharinya.
Kegiatan keterampilan yang ada di panti yaitu keterampilan komputer dengandisediakan beberapa unit komputer dan terdapat ruangan laboratorium komputeruntuk memberikan kenyamanan anak-anak asuh ketika mereka belajar.Kemudian ada juga beberapa alat music seperti angklung dan alat-alat banduntuk kegiatan kesenian yang biasa dilakukan setiap hari Minggu, selain itu adajuga keterampilan mute-mute yang akan menghasilkan bross, tempat minum, tasdan ada juga keterampilan bahan daur ulang yang biasa memanfaatkan daribungkusan makanan atau apa saja yang bisa disaur ulang dan akanmenghasilkan tas, taplak meja, tempat minum, dll. Semua hasil dari kegiatantersebut di letakkan di lemari etalase yang ada di dalam panti untukmemamerkan kepada tamu-tamu yang datang hasil-hasil kegiatan yangdikerjakan anak-anak, namun hasil keterampilan mereka tidak hanya diletakkansaja melainkan juga dijual.
Lapangan yang ada di dalam panti yang biasa digunakan untuk anak-anak asuhmelakukan bimbingan fisik seperti kegiatan olahraga (bermain vola voli,badminton, dan pencak cilat)
Pihak panti PSAA PU 03 Tebet juga menyediakan fasilitas poliklinik untukanak-anak asuhnya. Dengan adanya poliklinik ini bisa dapat mempermudahmelakukan pemeriksaan terhadap anak-anak asuh yang sedang sakit. Di dalam ,poliklinik tersebut, disediakan tempat tidur, lemari obat-obatan, alat tensi danperalatan kesehatan lainnya.