Pelatihan Budidaya Ikan Lele, , Pelatihan
Wirausaha Budidaya Ikan Air Tawar, Pelatihan
Budidaya Ikan Patin
budidaya lele dalam tong, budidaya lele sangkuriang, budidaya lele kolam terpal, budidaya lele
di lahan sempit, cara budidaya lele organic, Bisnis Usaha Ternak Lele, Pelatihan Bisnis Lele,
Pelatihan Wirausaha Ikan Air Tawar, Pelatihan Persiapan Pensiun, Program Persiapan
Pensiun.Training Persiapan Pensiun, Pelatihan Budidaya Lele Bioflok, Pelatihan Ternak Lele
Sistem Bioflok, Budidaya Lele di Depok, Jual Bibit Lele di Depok, Peternak Lele di Depok, Pelatihan
Agrobisnis, Budidaya Ikan Lele, Pelatihan Perikanan, Pelatihan Wirausaha Budidaya Ikan Air
Tawar, Pelatihan Budidaya Ikan Patin.
Ket. Gbr: Kunjungan perwakilan pemerintah Australia, perwakilan KADIN Australia dan pengusaha Australia
BIOFLOC-165
Industrialisasi Perikanan Budidaya Menuju
Kedaulatan Pangan Bangsa Oleh Legisan S Samtafsir M.Ag
Direktur PT Agro165 Nusantara Jaya
(Pengelola P2MKP Farm-165)
Saat ini penduduk dunia berjumlah 7 miliar. Sebagian yang 250 juta tinggal di Indonesia dan
setiap tahun bertambah 5 juta orang. Tentu, tantangan utamanya adalah kecukupan pangan,
yang bersumber dari pertanian, peternakan dan perikanan. Tantangan ini semakin berat karena
daya dukung bumi untuk menopang pertumbuhan itu, semakin terbatas. Seperti fluktuatifnya
perubahan cuaca akan menjadi hambatan besar bagi proses produksi, juga menurunnya kualitas
dan kuantitas lahan pertanian karena alih fungsi lahan ke sektor industri, serta menurunnya hasil
tangkapan ikan laut.
Bagi bangsa Indonesia, fakta ini semakin krusial dan menuntut kita untuk peduli melakukan
program yang solutif. Khusus berkaitan dengan perikanan, perlu terobosan teknologi budidaya,
yang mampu berproduksi berlipat ganda dalam lahan sempit, ramah lingkungan, tidak
tergantung perubahan cuaca, menghasilkan kualitas ikan yang sehat, bisa dijalankan secara lebih
efektif dan efisien, serta bisa menarik kaum generasi muda untuk menekuninya.
Di sisi lain diperlukan terobosan peningkatan kualitas SDM, yang harus transform dari mentalitas
petani menjadi entreprenuer, dari cara budidaya ikan yang hanya mengandalkan alam menjadi
cara budidaya berbasis teknologi, dari mentalitas tukang ikan menjadi pengusaha perikanan, dan
dari importir menjadi ekportir. Transformasi ini urgent dilakukan mengingat persaingan global
semakin yang kuat. Dalam kaitan dengan transformasi inilah, diperlukan program pelatihan,
pendampingan, akses modal dan perluasan akses pasar.
Oleh karenanya pengembangan bisnis perikanan budidaya tidak cukup hanya bertumpu pada
perbaikan sistem dan teknologi budidayanya, tetapi juga harus pada sikap mental SDM-nya.
Dengan kata lain, diperlukan penggabungan antara teknologi budidaya dengan sikap mental
sekaligus. Ancangan project Biofloc-165 adalah upaya untuk menjawab tantangan di atas. Biofloc
adalah inovasi teknologi budidaya, yang relevan dan efektif, yang bahkan dipandang akan
menjadi alternatif teknologi budidaya masa depan, sedangkan ‘165‘ adalah simbol dari prinsip-
prinsip pembentukan kualitas sikap mental SDM yang mampu menyatukan antara akal dan hati.
Apabila, sistem biofloc mengharuskan disiplin teknologi (standart operating procedure) yang
tertatur dan terukur, seperti dosis dan cara penggunaan probiotik, garam, molasses, serta
kesesuaian PH dan salinitas air, maka pelaksanaan SOP sistem tersebut pun memerlukan disiplin
orangnya. Inilah yang disebut disiplin budidaya. Dengan kata lain, Biofloc-165 adalah integrasi
antara disiplin teknologi dengan disiplin budidaya sekaligus.
Dalam model Biofloc-165 ini, usaha perikanan budidaya tidak sekedar memelihara dan
menghasilkan ikan, tetapi juga membangun (dan dibangun di atas) misi, visi dan nilai -nilai
spiritual dalam pelaksanaannya. Pembudidaya tidak sekedar bekerja menghasilkan ikan, tetapi
harus memiliki integritas pada kebenaran, memiliki misi kemanusiaan dan kearifan ekologi dan
juga membangun visi besar kedaulatan pangan bangsa. Dalam kesehariannya, pembudidaya
harus menguasai SOP teknologi biofloc dan memiliki kesadaran spiritualitas sekaligus.
Legisan Sugimin Samtafsir, Memanfaatkan Rahmat
Tuhan Dengan memaanfaatkan teknologi tepat guna, minimnya lahan untuk budidaya ikanakan bisa
teratasi.Legisan Sugimin Samtafsir adalah satu di antara pembudidaya lele yang terus
berinovasimencari teknik budidaya paling menguntungkan. Sejak 2010 ia memutar otak
untukmemanfaatkan lahan yang sempit tetapi hasil produksi tetap tinggi dan
tentumenguntungkan pembudidaya. Kemudian pada Januari 2013 Legisan bersama temannya
sukses merintis inovasi teknologi budidaya lele super intensif sistem bioflok. Teknologi ini pun
ternyata mampu menjawab permasalahan tersebut. & minimnya lahan, mahalnya biaya
pembuatan kolam,dan sulitnya pemeliharaan, sudah tidak masalah lagi dengan teknologi super
intensif ini, ungkap Pemilik Farm Biofloc 165 ini.
Banyak Berminat
Sejak dikenalkan ke beberapa orang, teknologi yang dikembangkan Sarjana Filsafat Islam Jurusan
Dakwah Komunikasi, IAIN Sumatera Utara ini, bersama temannya tersebutmampu menarik para
pembudidaya lele. Ketertarikan mereka lantaran hasil produksi duakali lipat, modalnya tidak
besar, dan menurunkan nilai konversi pakan FCR feed conversion ratio 3 di bawah 1
Antusiasme masyarakat begitu tinggi pada teknologi ini. Beberapa pembudidaya lele dari
berbagai daerah pun datang untuk belajar seperti dari Sumatera, Kalimantan,Sulawesi hingga
Papua,( jelas Legisan). Ia mengakui, masih banyak pelaku seusai belajar tidak bisa langsung
menerapkan teknologi anyar itu di daerahnya masing-masing, tapi lebih pada coba-coba pada
satu kolam. Jika dianggap berhasil biasanya mereka mulai meningkatkan kapasitas jumlah kolam
seiring kemahiran mereka,( ungkapnya). Berita baiknya, inovasi itu sangat cocok diadopsi pelaku
usaha yang memiliki modal pas-pasan, sebab hanya dengan 2,5 juta pelaku pemula dan rumah
tangga yang ingin mendapatkan pendapatan sampingan dari usaha ini bisa melakukannya. Modal
itu untuk pembelian kolam terpal, benih, dan biaya produksi selama tiga bulan,( katasuami
Rahmayani ini. Teknologi bioflok membutuhkan kolam terpal berbentuk bulat berdiameter 2,+ m
setinggi1 m yang diisi benih lele mencapai 500- 1.000 ekor/siklus. Tingkat keberhasilannya cukup
tinggi, yaitu 90%. Tambahan lagi, nilai konversi tentu sangat menguntungkan bagi pelaku usaha
karena biaya pakanakan lebih rendah FCR feed conversion ratio 3 di bawah 1
Kunci agar FCR rendah adalah dengan mengelola air, memilih pakandan benih berkualitas,(
bebernya.Kepadatan tebar tinggi tentu menghasilkan limbah yang tidak sedikit. /ntuk itu,
Legisanmenyarankan pembuatan resapan pembuangan air di sisi kolam dan menanam sayurandi
areal resapan tersebut. Limbah buangan ini bisa dimanfaatkan untuk memasokkebutuhan nutrisi
tanaman. &'emanfaatkan limbah dengan memadukan usahaperikanan dan tanaman sayuran
tentu akan memberikan nilai tambah bagipembudidaya. Sebab dalam satu siklus produksi, air
perlu dibuang " 6 : kali sebanyak20%,( jelas Legisan)
Dari Teknologi Sebelumnya
Berbeda dengan teknologi budidaya lele sebelumnya (tradisional dan intensif), kolam yang
digunakan dari terpal berbentuk melingkar, kepadatan tebar benih 2 -4 kali lipat dari teknologi
sebelumnya setara 500-2500 ekor/m2
Selain bisa meningkatkan produksi, teknologi ini juga mampu mengefisienkan tenaga kerja.
Untuk 20 kolam lele bioflok bisa ditangani dengan hanya satu orang tenaga kerja,( ungkapnya)
Menurut ayah tiga orang anak ini, budidaya lele dengan teknologi baru ini tidak sulit,tetapi
memang membutuhkan keterampilan pembudidaya. Bagi pelaku pemula mungkin banyak
kendala pada segi teknisnya saja,( katanya). Legisan menguraikan, biasanya pelaku usaha
budidaya lele pemula ini tidak tahu keadaan lapang seperti apa, jadi mereka masih meraba.
Ketika kolam bau, padahal kolam yang sehat tidak akan ada aromanya. Meski sudah banyak yang
tahu tapi kenyataan di lapangan banyak yang mengabaikan sehingga perlu ada pendampingan
agar kolam tetap sehat dan bisa nyaman buat kehidupan lele,( ulasnya)
Kesempatan Wirausaha
Masalah yang sering terjadi, pelaku dengan mudah bisa membudidayakan dan menerapkan
teknologi tetapi ketika memasarkan produksinya tidak bisa. Keberhasilan usaha budidaya dengan
sistem ini harus ditunjang dari segi pemasaran. alasannya, bila hasil panen melimpah tapi pasar
tidak mampu menyerap, maka pelaku usaha akan rugi. Kondisi oversuplai pun, menurut Legisan,
masih bisa diatasi dengan menjadikan komoditas lele sebagai bahan baku untuk pangan olahan,
seperti bahan untuk membuat bakso, nugget, dan abon. Orang sudah mulai terpikir untuk
menjual olahan, jadi orang tidak hanya terpikir menjual lele gelondongan. Kalau lele lagi murah,
akan diolah menjadi penganan olahan,( ujar motivator di pusat pelatihan sumber dayamanusia,
ESQ 165 Jakarta. Dengan begitu, tambahnya, tentu saja akan menumbuhkan kewirausahaan lain
atau pengembangan usaha, meski juga perlu ada persiapan untuk sarana dan prasarana serta
teknologinya. Pria asli Desa Limau Manis, Kec. Tanjung Morawa, kab. Deli Serdang, Sumatera
Utara, ini, meyakini pasar ikan sangat besar.alasannya, sekarang ini suplai protein hewani masih
didominasi dari ternak seperti ayam dan telur. Apalagi konsumsi ikan masyarakat masih rendah
jika disandingkan konsumsi protein hewani dari daging ayam dan telur.
Masih banyak pasar olahan ikan yang bisa diisi, seperti di sekolah dan pondok pesantren yang
juga mengandalkan sumber protein dari daging ayam dan telur. Kalau kita bias menyajikan
makanan sehat ini lebih lebih murah atau bersaing dengan protein hewani lainnya, maka
permintaan ikan ini akan tinggi dan bisa bersaing,( ulas pria kelahiran 18 Juni 1971 ini. Mengilas
balik ketertarikannya pada budidaya lele, Legisan melihat ikan berkumis ini mengandung nilai
spiritual, yaitu sebagai bahan pangan, mampu memberdayakanmasyarakat, proteinnya sangat
tinggi, dan mudah dibudidayakan. Lele merupakan bagian dari sektor pangan yang harus tumbuh
dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan pangan Indonesia, ( tegasnya).
Untuk menampung hasil produksi dari teknologi temuannya, Legisan juga membukarestoran
yang diberi nama Restoran Biofloc165 dengan aneka menu utama seperti lele goreng krispi,
pepes lele, gulai lele, dan sate lele. Inilah bentuk integrasi ala Legisan karena keinginannya
memanfaatkan rahmat yang diberikan Tuhan. Tuhan melimpahkan segalanya, namun banyak
yang tidak memanfaatkannya sehingga mubaajir. Ia mencontohkan cahaya matahari yang
melimpah, hujan, tidak banyak yang memanfaatkan, lahan kosong dibiarkan terbengkalai. Kita
ini seperti mati dilumbung makanan, merana di tengah melimpahnya harta. Kita ini tukang
buang-buang,(tutupnya).
Tri Mardi Rasa, Windi Listianingsih
Saat ini penduduk dunia berjumlah 7 miliar. Sebagian yang 250 juta tinggal di Indonesia dan
setiap tahun bertambah 5 juta orang. Tentu, tantangan utamanya adalah kecukupan pangan,
yang bersumber dari pertanian, peternakan dan perikanan. Tantangan ini semakin berat karena
daya dukung bumi untuk menopang pertumbuhan itu, semakin terbatas. Seperti fluktuatifnya
perubahan cuaca akan menjadi hambatan besar bagi proses produksi, juga menurunnya kualitas
dan kuantitas lahan pertanian karena alih fungsi lahan ke sektor industri, serta menurunnya hasil
tangkapan ikan laut.
Bagi bangsa Indonesia, fakta ini semakin krusial dan menuntut kita untuk peduli melakukan
program yang solutif. Khusus berkaitan dengan perikanan, perlu terobosan teknologi budidaya,
yang mampu berproduksi berlipat ganda dalam lahan sempit, ramah lingkungan, tidak
tergantung perubahan cuaca, menghasilkan kualitas ikan yang sehat, bisa dijalankan secara lebih
efektif dan efisien, serta bisa menarik kaum generasi muda untuk menekuninya.
Di sisi lain diperlukan terobosan peningkatan kualitas SDM, yang harus transform dari mentalitas
petani menjadi entreprenuer, dari cara budidaya yang hanya mengandalkan alam menjadi cara
budidaya berbasis teknologi, dari mentalitas tukang ikan menjadi pengusaha perikanan, dan dari
importir menjadi ekportir. Transformasi ini urgent dilakukan mengingat persaingan global
semakin yang kuat. Dalam kaitan dengan transformasi inilah, diperlukan program pelatihan,
pendampingan, akses modal dan perluasan akses pasar.
Oleh karenanya pengembangan bisnis perikanan budidaya tidak cukup hanya bertumpu pada
perbaikan sistem dan teknologi budidayanya, tetapi juga harus pada sikap mental SDM-nya.
Dengan kata lain, diperlukan penggabungan antara teknologi budidaya dengan sikap mental
sekaligus. Ancangan project Biofloc-165 adalah upaya untuk menjawab tantangan di atas. Biofloc
adalah inovasi teknologi budidaya, yang relevan dan efektif, yang bahkan dipandang akan
menjadi alternatif teknologi budidaya masa depan, sedangkan ‘165‘ adalah simbol dari prinsip-
prinsip pembentukan kualitas sikap mental SDM yang mampu menyatukan antara akal dan hati.
Apabila, sistem biofloc mengharuskan disiplin teknologi (standart operating procedure) yang
tertatur dan terukur, seperti dosis dan cara penggunaan probiotik, garam, molasses, serta
kesesuaian PH dan salinitas air, maka pelaksanaan SOP sistem tersebut pun memerlukan disiplin
orangnya. Inilah yang disebut disiplin budidaya. Dengan kata lain, Biofloc-165 adalah integrasi
antara disiplin teknologi dengan disiplin budidaya sekaligus.
Dalam model Biofloc-165 ini, usaha perikanan budidaya tidak sekedar memelihara dan
menghasilkan ikan, tetapi juga membangun (dan dibangun di atas) misi, visi dan nilai -nilai
spiritual dalam pelaksanaannya. Pembudidaya tidak sekedar bekerja menghasilkan ikan, tetapi
harus memiliki integritas pada kebenaran, memiliki misi kemanusiaan dan kearifan ekologi dan
juga membangun visi besar kedaulatan pangan bangsa. Dalam kesehariannya, pembudidaya
harus menguasai SOP teknologi biofloc dan memiliki kesadaran spiritualitas sekaligus.
Founder Biofloc-165
Legisan Samtafsir
Direktur PT Agro 165 Nusantara Jaya
Kepala P2MKP Farm-165
Trainer P2MKP Farm-165
Vice Direktur Marketing ESQLC (2010)
Vice Direktur Training ESQ LC (2005-09)
Trainer ESQ-165 (2004-2012)
Staf BUMN PTPIV Persero (1991-2003)
Ir. SUPRAPTO
KIMBis Pacitan
Koor. Tim Teknis – Shrimp Club Indonesia
Trainer Biofloc P2MKP Farm-165 Depok
Konsultan Teknis PT Blue Sky Biotech
Konsultan Teknis PT Blue Aqua Int’
Wakil Ketua KTNA Kab. Pacitan
Staf Ahli CV. Biotirta Bandar Lampung
Vision & Mission
MISI
1. Menegakkan Moral Ketuhanan
2. Membangun Kedaulatan Pangan
3. Memberdayakan Kaum Lemah
4. Mengentaskan Kemiskinan
5. Menciptakan SDM Insan Kamil
VISI
Menjadi Industry Perikanan Budidaya terbesar dan terbaik di Indonesia 2020
– 165 Farm
– 27.225 Kolam
– 2.640 Restoran dan Fishmart
– 27.225 Staff
– Membangun Menara Al Balad 165 Lantai
NILAI-NILAI
Integritas, Komitmen, Eksekusi, Profesional
Struktur
Perintis Pendirian:
Legisan Samtafsir
Amir Sobirin (Ah Ming)
Ir. Suprapto
Jaja Jamaluddin
Drs. H. Aladdin Siregar
Direktur
Legisan Samtafsir
General Manager
Muhammad Syafii
Training & Development
Ir. Suprapto
Hatchery
Jamaludin Jamal
Production
Nana Supriatna
Fishmart & Resto
Zarkony Otay
Store & Storage
Roni Sianturi
Finance & Accounting
Rahmayani Saragih
Plasma Development
Muhammad Syafii
Budidaya Ikan Lele, Pelatihan Perikanan, Pelatihan Wirausaha Budidaya Ikan Air Tawar,
Pelatihan Budidaya Ikan Patin
Contact Us : Rachmanyani
Telephone +62 812 8891 5025
Email: [email protected]
Address: Jl. Raya Keadilan (Rawa Denok) Ds. Rangkapan Jaya Baru Kec. Pancoran Mas Kota
Depok