Download - Pedoman Teknis Survei Harga Produsen 2014
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 i
KATA PENGANTAR
Buku Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen ini merupakan buku pedoman untuk
pelaksanaan kegiatan pengumpulan data harga produsen dan penghitungan Indeks Harga Produsen
(IHP) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) secara rutin setiap bulannya.
Dengan semakin banyaknya tuntutan untuk lebih mengembangkan data indeks harga secara
lebih komprehensif, maka perlu dibangun penghitungan IHP untuk melengkapi ketersediaan data
indeks harga yang selama ini sudah dilakukan oleh BPS. Buku ini berisi uraian tentang pemilihan tahun
dasar, penyusunan paket komoditas, diagram timbang, dan metode penghitungan IHP serta penjelasan
tentang Indeks Harga Produsen (Producer Price Index).
Dalam buku ini juga diuraikan pedoman pelaksanaan Survei Harga Produsen yang meliputi
cakupan survei, metodologi, kuesioner yang digunakan, arus dokumen, dan tata cara pengisian
kuesioner.
Kritik dan saran untuk penyempurnaan sangat diharapkan. Akhirnya, saya sampaikan terima
kasih dan semoga buku ini bermanfaat bagi pelaksanaan dan pengembangan Statistik Harga Produsen
selanjutnya.
Jakarta, November 2013 Direktur Statistik Harga
Yunita Rusanti
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………
PEDOMAN TEKNIS STATISTIK HARGA PRODUSEN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………………………..
1.2. Tujuan ………………………………………………………………………………….
1.3. Ruang Lingkup ………………………………………………………………………..
II. METODOLOGI
2.1. Pemilihan Tahun Dasar ………………………………………………………...……
2.2. Diagram Timbang ………….…………………………………………………………
2.3. Pengumpulan Data Harga …………..………………………………………………
2.4. Metode Penghitungan IHP …………………………………………………………..
2.5. Penyusunan Direktori Survei ……………………………………………………..…
2.6. Penyajian Data IHP ………………………………………………………………...
III. KONSEP DAN DEFINISI
3.1. Konsep dan Definisi …………………………………………………………………
3.2. Jenis Harga Yang Dikumpulkan ……………………………………………………
IV. PELAKSANAAN LAPANGAN
4.1. Organisasi Lapangan ………….……………………………………………………..
4.2. Daftar Yang Digunakan ………………………………………………………..…….
4.3. Jadwal Waktu Pelaksanaan …………………………………………………………
4.4. Pemeriksaan Daftar …………………...……………………………………………..
i
ii
1
2
3
5
5
18
19
20
21
23
25
27
27
28
28
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 iii
V. PENCACAHAN HP-S
5.1. Pemilihan Sampel Lokasi ………………………………………………………...……
5.2. Pemilihan Responden …………………………………………………………………
5.3. Pemilihan Komoditi dan Kualitas …………………………………………………….
5.4. Sistem Pengiriman Laporan ………………………………………………………….
5.5. Cara Pengisisan Daftar HP-S ……………………………………………………….
VI. PENCACAHAN HP-K
6.1. Pemilihan Sampel Lokasi ………………………………………………………...……
6.2. Pemilihan Responden …………………………………………………………………
6.3. Pemilihan Komoditi dan Kualitas …………………………………………………….
6.4. Sistem Pengiriman Laporan ………………………………………………………….
6.5. Cara Pengisian Daftar HP-K ………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………….
LAMPIRAN ……………………………………………………………………………………………..
31
31
32
32
33
39
39
40
40
40
45
47
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
inamika pembangunan nasional yang telah berlangsung selama ini telah
berhasil melakukan perubahan struktur perekonomian yang sebelumnya
masih didominasi sektor pertanian, namun berangsur telah didominasi oleh sektor industri
dan jasa. Perubahan struktur perekonomian ini juga mengakibatkan pola perdagangan dan
produksi barang dan jasa mengalami perubahan yang relatif besar. Pola distribusi dan
produksi barang dan jasa semakin bervariasi dan memiliki variasi level harga sesuai dengan
posisi pelaku pasar. Kenaikan harga barang dan jasa di pasaran pada berbagai level harga
seperti harga produsen, harga perdagangan besar, dan harga eceran, pada akhirnya dapat
mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat.
Fluktuasi harga biasanya dimulai pada tingkat harga produsen, yang kemudian
menjalar (contagion effect) pada level harga selanjutnya, yaitu harga perdagangan besar dan
harga eceran. Harga produsen (HP) sebagai harga pertama merupakan price leader dari
level harga lainnya. Level harga ini perlu dilakukan monitoring perkembangannya sebagai
sistem peringatan dini (early warning system) terhadap gejolak harga pada level-level harga
selanjutnya.
Sejak tahun 1998, Lembaga Internasional seperti: ILO, IMF, OECD, UNECE, dan
Bank Dunia telah melakukan kolaborasi dalam membangun Producer Price Index Manual.
Menurut konsep, Indeks Harga Produsen (IHP) merupakan indikator untuk mengukur tingkat
perubahan harga barang dan jasa yang dibeli (input) dan harga yang dijual (output) oleh
produsen. Saat ini, IHP yang dihitung BPS adalah IHP dari sisi output, yaitu menggunakan
harga barang yang dijual di tingkat produsen.
Pada Oktober 2013, BPS telah me-release perdana IHP pada level nasional.
Cakupan sektor IHP baru untuk 3 (tiga) sektor barang, yaitu: sektor pertanian, sektor
pertambangan dan penggalian, dan sektor industry pengolahan. Kedepan BPS akan
mengembangkan cakupan IHP ke sektor jasa. Tahun dasar yang digunakan adalah 2010=100,
dengan jumlah komoditas yang masuk dalam paket komoditas IHP sebanyak 238 komoditas.
Permintaan pengguna data, khususnya terhadap data IHP semakin meningkat. Dari
D
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 2
sisi cakupan wilayah dan cakupan kegiatan, beberapa pengguna data sudah meminta IHP
untuk level provinsi dan IHP sampai level subsektor. Tentunya ini menjadi tantangan BPS
dalam rangka pelayanan prima kepada para stakeholder. BPS dituntut untuk dapat
menyediakan data yang lengkap, akurat, dan mutakhir. Melalui Survei Harga Produsen,
diharapkan data harga yang dikumpulkan akurat dan tepat waktu, sehingga kedepan BPS
mampu menyajikan IHP sampai level provinsi dan cakupan kegiatannya sampai level
subsektor baik sektor barang maupun jasa.
1.2. TUJUAN
Tujuan buku pedoman ini adalah untuk membantu menelaah dalam perhitungan
IHP dan menyediakan data IHP untuk kepentingan pemerintah, pengusaha dan masyarakat.
Kegunaan data IHP adalah sebagai berikut:
a. Sebagai indikator ekonomi (Economic Indicator)
IHP sering digunakan sebagai indikator awal dari inflasi harga konsumen yaitu
IHP yang merefleksikan pergerakan harga komoditas pertama kali (leader price) dalam
suatu rantai perdagangan, sebelum menuju pada level harga eceran (retail level). Di
berbagai negara maju sudah digunakan IHP untuk memformulasikan kebijakan fiskal
dan moneter dengan berdasarkan trend inflasi yang ditunjukkan IHP. Para ekonom yang
bergerak di bidang swasta, konsultan, penasihat keuangan menggunakan IHP sebagai
salah satu ukuran untuk melihat sehat atau tidaknya perekonomian. Banyak juga
perusahaan swasta menggunakan data trend IHP untuk meramal pergerakan harga
relatif di masa datang untuk memproduksi output dan input yang diperlukan.
b. Sebagai deflator dari data series ekonomi lainnya
IHP dapat digunakan untuk mengkonversikan nilai nominal kepada nilai riil
rupiah, yaitu dengan memakai trend inflasi yang didasari pergerakan IHP. Salah satu
contohnya adalah penggunaan IHP sebagai deflator dalam mengestimasi Produk
Domestik Bruto (PDB)/ gross domestic product (GDP).
c. Sebagai dasar Eskalasi Kontrak/proyek dan evaluasi aset/saham
Banyak para pengusaha yang sedang melakukan kontrak/proyek dengan
rekanannya menggunakan angka IHP untuk menghitung kembali pendapatannya
sebagai akibat perubahan harga untuk transaksi di masa depan.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 3
Dalam hal pencacahan lapangan survei harga produsen, buku pedoman ini bertujuan
untuk membantu kegiatan statistik harga produsen dalam pembinaan teknis dan non teknis
petugas di daerah baik di BPS Propinsi maupun BPS Kabupaten/Kota. Kegiatan statistik ini
dimulai dari proses pengumpulan data harga produsen, pengolahan, sampai bentuk penyajian.
Dengan meningkatkan kemampuan para petugas, maka dapat memperbaiki kualitas data
sehingga data yang diperoleh memiliki tingkat kecermatan, akurat, aktual, dan tepat waktu.
1.3. RUANG LINGKUP
1. Pengumpulan data harga berbagai jenis barang dan jasa dalam paket komoditas yang
digunakan dalam menghitung IHP. Pelaksanaan kegiatan survei dilakukan secara bulanan
diseluruh 33 provinsi di Indonesia dan beberapa kabupaten/kota potensial yang dapat
memenuhi secara optimal target paket komoditas.
2. Jenis barang yang dikumpulkan data harganya adalah jenis barang yang termasuk dalam
paket komoditas IHP. Paket komoditas yang dipilih adalah barang-barang yang dominan
diproduksi dan dijual dalam jumlah besar. Klasifikasi jenis barang tersebut dibedakan
menjadi beberapa kelompok, yaitu :
a. Dikelompokkan menurut penyedia barang. Dalam kelompok ini, jenis barang
dikelompokkan secara sektoral, yaitu sektor pertanian, pertambangan dan
penggalian, dan industri;
b. Menurut tahapan proses produksi (stage of processing); dan
c. Menurut penggunaan (end use).
3. Responden Survei Harga Produsen (SHP) adalah produsen baik dari perusahaan/industri
maupun petani yang menghasilkan barang dan menjualnya ke pedagang/konsumen dan
bukan menjual kepada konsumen rumah tangga. Khusus untuk sektor pertanian,
pencatatan harga produsen diambil dari dokumen Survei Harga Produsen Pedesaan yang
dilakukan oleh Sub Direktorat Statistik Harga Pedesaan.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 4
PROFIL INDEKS HARGA PRODUSEN (IHP)
PROFIL KETERANGAN
1. Tahun dasar 2010=100, mengikuti Tabel Input-Output 2010 updated yang
digunakan sebagai acuan diagram timbang IHP
2. Cakupan wilayah Nasional
3. Cakupan sektor Pertanian, Pertambangan & Penggalian, Industri Pengolahan
4. Basket komoditas 238 Komoditas
5. Kriteria pemilihan komoditas Pemilihan komoditas menggunakan kriteria cut-off point, share
terhadap total output ≥ 0,001
6. Responden 4.670 responden perusahaan di 33 provinsi
7. Harga IHP (2010=100) masih menggunakan harga produsen belum
menggunakan basic price (limitation)
Harga dikumpulkan bulanan, tanggal 1-15
8. Stage of Production (SoP) IHP (2010=100) belum sesuai SoP (limitation)
9. Formula Indeks Elementary Aggregate: Geometric Mean dan Arithmetic Mean
Higher Level: Modified Laspeyres Index
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 5
METODOLOGI
2.1. PEMILIHAN TAHUN DASAR
ndeks Harga Produsen (IHP) sebagai salah satu indikator untuk melihat
perkembangan harga komoditas dari paket komoditas terpilih memerlukan suatu
tahun dasar sebagai patokan perkembangan atau trend harga itu sendiri. Pemilihan tahun
dasar biasanya didasari oleh situasi perekonomian yang normal atau menunjukkan kinerja
perekonomian yang relatif cukup baik. Pemilihan tahun dasar ini juga harus didasarkan pada
data pendukung yang digunakan untuk penyusunan penimbang seperti table I-O. Tabel I-O
yang paling mutakhir dan sudah tersedia adalah table I-O updating 2010.
2.2. DIAGRAM TIMBANG
2.2.1. Sumber Penimbang
Sebagai angka indeks, IHP dihitung sebagai rata-rata dari relatif harga dari
berbagai harga barang yang dikumpulkan. Rata-rata tersebut diberikan penimbang
(weighted) untuk mencerminkan seberapa penting dari masing-masing harga barang, dalam
hal share-nya terhadap total output dari perusahaan tersebut. Idealnya suatu penimbang
harus melekat pada tiap harga yang dikumpulkan.
2.2.2. Peranan Penimbang
IHP dihitung dari harga-harga yang dikumpulkan dari semua jenis perusahaan yang
mencakup produk dan aktifitas ekonomi tertentu. Harga-harga yang telah dikumpulkan
pertama dikombinasikan untuk menyusun indeks masing-masing produk. Misalnya, dari 10
jenis harga transaksi yang berbeda dari suatu produk dikumpulkan, dan harga-harga ini
digabung untuk menghasilkan angka indeks suatu produk. Penimbang biasanya tidak
tersedia untuk tiap transaksi individual, sehingga indeks untuk tiap perusahaan dihitung
dengan rata-rata tidak terimbang. Setelah tahapan ini selesai, indeks tersebut digabung
untuk menghasilkan indeks sub kelompok dan indeks kelompok. Karena beberapa produk
memiliki tingkat produksi atau penjualan yang lebih besar dari yang lain, tiap produk diberikan
penimbang untuk menunjukkan seberapa pentingnya tiap komoditi terhadap total output
selama periode dasar untuk penimbang. Untuk sampai pada angka indeks agregat, relatif
I
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 6
harga dari produk individual dikalikan dengan penimbang tersebut untuk menghasilkan
Indeks agregat rata-rata tertimbang (weighted average aggregate index).
Dengan demikian, penimbang merupakan elemen kunci dalam membangun IHP.
Penimbang menentukan dampak bahwa perubahan sebagian harga akan ada pada
keseluruhan indeks. Misalnya, di beberapa Negara, kenaikan 5 persen harga produk susu
akan memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan 5 persen dari harga
produk teh, karena nilai output produk susu lebih besar daripada teh. Tanpa penimbang,
perubahan relative harga untuk semua komoditi pada basket IHP dianggap sama pentingnya
pada penghitungan indeks diatas. Tentu saja, jika memang tidak ada dispersi perubahan
harga, maka penimbang menjadi tidak penting.
Seiring waktu, tingkat produksi perusahaan mengalami pergeseran sesuai dengan
kondisi perekonomian. Beberapa produk menjadi lebih penting, dan beberapa lainya menjadi
tidak penting. Lembaga statistik secara berkala harus mengupdate penimbang IHP untuk
merefleksikan perubahan pada struktur pasar. Survei untuk updating diagram timbang
sebaiknya dilakukan setiap lima tahun.
2.2.3. Kelayakan Penimbang dan Susunannya Untuk IHP
a. Nilai Penimbang
Berbagai survei dari neraca nasional menyatakan bahwa nilai yang sejajar
dengan harga dasar yang diterima oleh produsen barang dan jasa merupakan nilai
produksi. Dengan demikian, untuk estimasi IHP dengan menggunakan formula rata-rata
tertimbang jangka panjang. Pendekatan yang terbaik adalah menggunakan penimbang
nilai produksi pada harga dasar untuk semua level gabungan indeks. Nilai produksi
secara keseluruhan merupakan penerimaan penjualan dari seluruh output dan
perubahan nilai barang-barang produk di akhir periode.
b. Kuantitas Terimbang
Pada formula Laspeyres sederhana, kuantitas periode dasar dapat digunakan
sebagai penimbang untuk menilai volume produksi periode dasar pada periode berjalan.
Perhatikan rumus berikut :
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 7
Dimana:
mc
LI . = relatif harga laspeyres sub kategori ”c” bulan ”m”
m
ip = rata-rata harga produk ”i” pada bulan ”m”
0
iq = kuantitas produk ”i” yang terjual pada periode dasar ”0”
0
ip = rata-rata harga produk ”i” pada periode dasar ”0”
Penggunaan penimbang kuantitas dikatakan layak selama produk tersebut
memiliki spesifikasi barang yang sama dengan hasil produksi pada periode dasar,
dimana tidak ada perbedaan kualitatif antara produk saat ini dengan produk pada
periode dasar.
Pada kelompok level yang lebih tinggi, misalnya level kelompok barang atau
level industri, nilai agregat lebih layak digunakan untuk menghitung indeks karena ada
variasi kuantitas yang digunakan oleh produk yang berbeda-beda. Alternatifnya, formula
yang digunakan pada nilai rata-rata tertimbang relatif harga periode dasar menjadi
sebagai berikut:
Dimana:
mc
LI . = relatif harga laspeyres sub kategori ”c” bulan ”m”
m
ip = rata-rata harga produk ”i” pada bulan ”m”
0
iq = kuantitas produk ”i” yang terjual pada periode dasar ”0”
0
ip = rata-rata harga produk ”i” pada periode dasar ”0”
c. Penimbang Output Netto
Output salah satu kegiatan seringkali digunakan sebagai input kegiatan
lainnya pada kelompok industri yang sama. Penggunaan nilai penimbang kasar untuk
00
0.
ii
ti
m
imc
Lqp
qpI
00
0
0
.
ii
ti
m
i
i
m
imc
Lqp
qp
p
pI
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 8
kedua kegiatan dapat menghasilkan penghitungan ganda, karena nilai output pada
kegiatan pertama (misalnya bahan mentah) dapat menjadi nilai input pada kegiatan
kedua (barang jadi). Karena itu nilai output pada kegiatan kedua akan mencakup nilai
output dari kegiatan pertama. Jika kedua kegiatan ini diagregasikan untuk menghasilkan
indeks kelompok, arti dari kegiatan pertama terhitung dua kali dalam indeks
kelompoknya. Untuk mengeliminir efek penghitungan ganda maka digunakan nilai
penimbang netto.
Penggunaan skema pembobotan berdasarkan penimbang output netto dapat
mengiliminir penghitungan ganda pada saat agregasi indeks. Namun, sebelum
penimbang output netto dapat didefinisikan, perlu ditentukan struktur agregasinya.
Dengan demikian, proses pembentukan penimbang output netto melibatkan 2 (dua)
tahapan, yaitu:
(i) Menentukan kelompok agregasi sedemikian rupa yang memungkinkan untuk
mengidentifikasi bagian dari produk yang diproduksi dalam agregasi yang dijual
kepada pembeli di luar agregasi tersebut.
(ii) Menentukan penimbang untuk produk yang diproduksi di dalam agregasi yang hanya
mencerminkan nilai produk yang dijual kepada pembeli di luar agregasi tersebut.
Penimbang ini disebut penimbang output netto karena hanya mengandung nilai
output produk diluar agregasi, yaitu output netto.
Ketika jenis struktur penimbang ini digunakan, pergerakan harga barang
termasuk hanya sebatas barang yang dijual di luar struktur agregasi. Dengan demikian,
masing-masing indeks agregat dapat dilihat sebagai ukuran perubahan harga untuk
pembeli dari produk akhir dari perusahaan yang termasuk dalam struktur agregasi.
d. Barang-Barang dan Industri-Industri Yang Tidak Penting
Beberapa industri-industri dan barang-barang bisa jadi hanya memiliki andil
yang kecil terhadap total produksi. Sebagai contoh, suatu industri yang hanya mewakili
kurang dari 0,1 persen produksi pada sektor industri atau jasa dapat dikeluarkan dari
sampel. Pada beberapa kasus, output untuk industri yang dikeluarkan dapat
didistribusikan pada beberapa barang terpilih, atau dibagi pada industri dengan karakter
yang mirip (relasi terdekat).
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 9
e. Periode Referensi Penimbang
Periode referensi penimbang merupakan periode waktu yang biasanya adalah
satu tahun dimana penimbang digunakan. Akurasi dan reliabilitas IHP secara garis
besar ditentukan struktur penimbang. Untuk alasan ini, pilihan periode yang dicakup oleh
penimbang menjadi sangat krusial. Periode yang dipilih sebagai periode referensi
penimbang harus cukup stabil normal dan tidak terlalu jauh dari periode referensi harga.
Periode referensi penimbang dan periode referensi harga yang digunakan
pada formula indeks harus merujuk pada periode yang sama. Ketika periode tersebut
berbeda, maka penimbang harus diperbarui untuk perubahan harga di antara periode
penimbang dan periode referensi harga.
Penimbang bisa dipilih dari beberapa periode tergantung pada formula yang
digunakan untuk menghitung indeks. Dalam prakteknya, penimbang sering tidak
tersedia untuk periode berjalan secara cukup tepat waktu, oleh karena itu biasanya
digunakan penimbang periode dasar (base-period weights). Sebagai contoh, penimbang
dapat mewakili:
i. Nilai output yang dihasilkan selama periode referensi harga (Indeks Laspeyres),
ii. Nilai output yang dihasilkan selama periode berjalan (Indeks Paasche), atau
iii. Nilai rata-rata geometrik dari periode berjalan dan periode dasar (Indeks Fisher dan
Törnqvist).
Sebuah indeks yang dihitung menggunakan penimbang kuantitas atau nilai pada
periode berjalan dapat dihasilkan dengan time-lag, karena memerlukan waktu untuk
mengumpulkan dan mengolah data berjalan. Itulah mengapa kebanyakan lembaga
statistik menggunakan Indeks Laspeyres yang hanya membutuhkan penimbang
kuantitas atau nilai pada periode dasar saja.
2.2.4. Agregat Dasar atau Tingkat Level Penimbang
a. Cakupan Penimbang
Penghitungan indeks seluruh industri atau seluruh produk dimulai dengan
menghitung perubahan relatif harga untuk elementary aggregate, yang merupakan level
pertama observasi harga digabungkan untuk menghitung indeks. Penimbang untuk tiap
indeks dasar harus mewakili semua nilai produksi yang dihasilkan di dalam stratum,
tidak hanya nilai untuk sampel terpilih dari produk dan perusahaan tertentu.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 10
b. Sumber-Sumber Penimbang
Sumber utama informasi penimbang untuk IHP di antaranya: sensus ekonomi,
survei industri atau usaha, dan neraca nasional.
(i) Sensus Ekonomi
Sensus Ekonomi mencakup seluruh perusahaan yang memiliki aktifitas
produksi dalam satu geografis. Sensus ini dapat menjadi acuan beberapa tahun dengan
aktifitas ekonomi yang berbeda. Sebagai contoh, Sensus Ekonomi 2006 dapat menjadi
perantara satu tahun aktifitas sensus industri (pertambangan, industri) dan sensus jasa-
jasa pada tahun berikutnya.
(ii) Survei Industri
Jika sistem IHP disusun untuk indeks yang tunggal, tanpa ada
pengelompokkan komoditas, maka tidak diperlukan struktur penimbang yang
komprehensif. Tetapi, jika sistem IHP disusun dengan suatu pengelompokkan komoditas
tertentu, maka diperlukan suatu sistem penimbang (weight system) yang akan
memberikan bobot yang lebih besar kepada komoditas yang banyak diperjualbelikan
dalam rantai distribusi (distribution channel) sehingga memiliki pengaruh yang besar
terhadap pergerakan indeks dalam kelompok komoditas IHP.
Penimbang yang digunakan dalam penghitungan IHP adalah nilai produksi
komoditas yang dihasilkan pada tingkat produsen secara keseluruhan dalam suatu
perekonomian pada suatu periode. Nilai produksi ini dapat diperoleh dari hasil kegiatan
Sensus seperti Sensus Ekonomi, hasil Survei Industri atau berasal dari data Tabel I-O
(neraca nasional). Data nilai produksi untuk seluruh komoditas dalam suatu
perekonomian terekam dalam Tabel I-O. Nilai produksi komoditas ini diklasifikasikan
dalam sektor-sektor ekonomi yang dapat diperbandingkan dengan pengklasifikasian
standard atau internasional.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 11
Tabel 1. Metode Penghitungan Diagram Timbang Berdasarkan Tabel I-O
METODE PENGHITUNGAN DIAGRAM TIMBANG IHP BERDASARKAN DATA TABEL I-O
SEKTOR PERTANIAN, PERTAMBANGAN & PENGGALIAN DAN INDUSTRI
No. Kode I-O Uraian Output Penimbang Ket.
(1) (2) (3) (4) (7) (8)
Untuk Sektor Pertanian,
Pertambangan & Penggalian, dan
Sektor Industri
(600)
Kol (4) terhadap total kol
(4) dalam bentuk permil
atau persen
Diambil dari tabel
transaksi domestik
2.2.5. Paket Komoditas
1. Paket komoditas IHP mencakup komoditas terpilih yang didasarkan pada:
a. Jenis barang yang memiliki nilai produksi yang relatif cukup besar;
b. Data harga dari jenis barang dalam paket komoditas dapat dipantau secara
berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.
2. Komoditas dikelompokkan berdasarkan pengkodean KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia) 2009 dan KBKI (Klasifikasi Baku Komoditas Indonesia) 2010,
ditambah dengan pengklasifikasian berdasarkan kebutuhan tertentu. IHP dapat dihitung
dalam bentuk kombinasi atau klasifikasi komoditas yang dapat menggambarkan harga
input dan output lainnya. Klasifikasi jenis barang tersebut dibedakan menjadi beberapa
kelompok yaitu:
a. Menurut kelompok penyediaan/ penawaran barang. Dalam kelompok ini, jenis
barang dikelompokkan secara sektoral yaitu sektor pertanian, pertambangan &
penggalian, dan industri;
b. Menurut tahapan proses produksi (stage of processing);
c. Menurut penggunaan (end use).
2.2.6. Penyusunan Klasifikasi Komoditas
A. Klasifikasi Jenis Barang
IHP dapat diklasifikasikan dan dihitung sebagai indeks harga input menurut industri,
menurut tahap pengolahan (stage of processing), menurut komoditas, menurut regional
(wilayah), tahap produksi, dan lain-lain.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 12
1) Klasifikasi menurut kelompok industri
Indeks yang paling dasar adalah indeks output yang diklasifikasikan menurut sistem
klasifikasi industri standar, dalam hal ini didasarkan KBLI 2009 (4-5 digit).
2) Pengelompokkan Makroekonomi
Salah satu contoh pengelompokkan menurut makroekonomi pada pengelompokkan
tingkat tinggi adalah komoditas dikelompokkan menurut kelompok seluruh industri
(manufaktur) untuk memonitor trend makroekonomi. Klasifikasi di seluruh sektor industri
ini tidak termasuk kelompok industri makanan, minuman, tembakau, dan minyak bumi.
Hal ini perlu dilakukan agar pengguna dapat menganalisa trend makroekonomi tanpa
pengaruh industri yang paling fluktuatif.
3) Klasifikasi menurut analisis komoditas
Harga input pada harga pembelian yang dilakukan industri dapat dikelompokkan dan
dianalisa menurut komoditas. Analisis menurut komoditas menyatakan dampak dari
tekanan inflasi dari bahan mentah industri (raw material), dimana harga pada pasar
internasional sering berada di luar kontrol dari lembaga-lembaga domestik. Contoh yang
utama adalah perubahan harga dari minyak mentah. Pengelompokkan komoditas dapat
juga disusun untuk menunjukkan seluruh dampak perubahan harga komoditas dalam
suatu ekonomi.
4) Klasifikasi menurut tahapan proses (Stage of processing)
Metode lain untuk klasifikasi komoditas untuk analisis adalah pengelompokkan
komoditas menurut tahapan proses (stage of processing). Konsep ini mengklasifikasikan
barang dan jasa-jasa menurut posisi barang dan jasa dalam rantai produksi yaitu dalam
kelompok produk awal (primary product), barang antara (intermediate goods) dan
barang akhir (final product).
5) Klasifikasi menurut tahap produksi (stage of production)
Metode lebih jauh untuk menganalisis adalah mengelompokkan barang dan jasa
menurut tahapan produksi (stage of production) dimana setiap komoditas dialokasikan
ke dalam tahapan yang digunakan dalam produksi. Klasifikasi komoditas ini berbeda
dengan klasifikasi stage of processing karena suatu produk termasuk dalam seluruh
tahap yang terjadi dalam suatu proses produksi dan tidak ditugaskan secara tunggal ke
dalam suatu tahapan produksi. Klasifikasi produk menurut tahapan yang berbeda
biasanya diperoleh dengan cara merujuk pada referensi tabel I-O agar menghindari
penghitungan ganda dari tahapan yang tidak perlu dikelompokkan.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 13
6) Klasifikasi komoditas menurut indeks harga pengeluaran akhir (final expenditure price
indeks/FEPI)
Varian lain untuk mengelompokkan komoditas untuk menghitung IHP adalah FEPI.
Indeks ini mengukur harga yang dibayar menurut konsumen, bisnis, dan pemerintah
untuk pembelian akhir barang-barang dan jasa, kecuali pembelian antara (intermediate
purchase). IHP digunakan sebagai pendekatan untuk harga yang dibayar untuk
investasi barang-barang oleh para bisnis dan pemerintah dalam model FEPI. Hal ini
dilakukan karena kebanyakan fungsi IHP mencerminkan perubahan harga dasar atau
harga produsen (bukan harga pembelian).
7) Klasifikasi IHP menurut regional atau wilayah
Secara umum, pemerintah dan provinsi sangat tertarik untuk memiliki pengukuran
regional dari produk-produk domestik dan juga lebih menyukai untuk mengukur
perubahan riil output dari pemerintah dan provinsi. Dengan dasar seperti itu, hal ini
memungkinkan untuk membuat IHP regional dalam suatu negara untuk
menggunakannya sebagai deflator.
8) Klasifikasi komoditas menurut analisis produktivitas (productivity analysis)
Penggunaan akhir IHP adalah untuk menurunkan (deflate) nilai tambah nominal dari
suatu industri ke dalam suatu nilai tambah yang riil. Industri tersebut mengukur nilai
tambah riil yang kemudian dibagi dengan input buruh terhadap industri untuk membuat
estimasi produktifitas buruh industri, atau nilai tambah riil tersebut dibagi dengan indeks
penggunaan input utama industri untuk membuat estimasi faktor produktifitas total
industri.
Komoditas yang dicakup dalam IHP dikelompokkan dalam beberapa sistem
klasifikasi utama yang masing-masing memiliki struktur, sejarah, dan penggunaannya. Dalam
buku ini, klasifikasi komoditas IHP disusun berdasarkan kombinasi antara pengkodean KBLI
dengan sistem klasifikasi komoditas yang selama ini digunakan dalam menghitung IHPB.
B. Klasifikasi komoditas berdasarkan tahapan proses (stage of processing)
Klasifikasi komoditas IHP yang didasarkan pada stage of process mengelompokkan
kembali komoditas pada tingkat kelas subproduk menurut kelas pembeli dan jumlah pemrosesan
secara fisik atau produk-produk yang mengalami perakitan (assembling).
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 14
Barang Jadi (finished goods) didefinisikan sebagai komoditas yang siap untuk dijual sesuai
dengan permintaan pengguna/pemakai akhir (final-demand users) atau konsumen secara
individu, atau perusahaan bisnis. Dalam terminologi penghitungan pendapatan nasional, indeks
harga barang-barang jadi dapat mengukur secara kasar perubahan-perubahan harga yang
diterima oleh produsen untuk dua bagian dari Gross National Product (GNP) yaitu:
(1) pengeluaran konsumsi personal untuk barang-barang (personal consumption expenditure on
goods);
(2) pengeluaran-pengeluaran investasi modal untuk perlengkapan (capital investment
expenditure on equipment).
Dalam indeks harga barang jadi, kategori makanan konsumen mencakup makanan yang tidak
diproses (unprocessed foods) seperti telur dan buah segar, dan juga makanan yang diproses
seperti produk roti dan daging. Komponen barang-barang energi jadi (the finished energy goods
component) mencakup jenis-jenis barang-barang energi untuk dijual ke rumahtangga seperti
bensin, minyak pemanas rumah (home heating oil), gas rumahtangga (residential gas) dan listrik
rumahtangga. Kategori barang-barang konsumen yang lain selain makanan dan energi
mencakup barang-barang tahan lama seperti mobil penumpang (passengers car) dan furnitur
rumah tangga, dan barang-barang tidak tahan lama seperti pakaian dan obat-obatan dengan
resep dokter. Indeks perlengkapan modal mengukur perubahan-perubahan harga yang diterima
oleh produsen tentang barang-barang investasi yang tahan lama seperti traktor, truk yang
bermesin besar, alat-alat mesin.
Kategori bahan-bahan intermedier, persediaan, dan komponen-komponen terdiri dari sebagian
komoditas yang telah diproses tetapi masih membutuhkan proses yang lebih jauh. Contoh
kategori ini adalah barang-barang setengah jadi (semifinished goods) seperti tepung, benang
tenun, produk-produk pabrik baja (stell mill products), dan kayu. Kategori barang-barang
intermedier juga meliputi barang–barang tidak tahan lama, barang-barang yang secara fisik
lengkap yang dibeli oleh perusahaan-perusahaan bisnis sebagai input untuk operasi mereka.
Contoh kategori ini adalah bensin diesel, kotak kertas, ban, dan pupuk.
Bahan mentah (crude materials) untuk proses lebih jauh didefinisikan sebagai komoditas yang
tidak diproses dan tidak dijual secara langsung ke konsumen. Bahan makanan mentah dan
bahan makanan mencakup item-item seperti butir padi dan ternak. Kategori bahan-bahan energi
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 15
mentah terdiri dari minyak bumi mentah, gas alam yang disalurkan melalui pipa-pipa gas dan
batu bara. Contoh bahan-bahan non makanan mentah lainnya selain energi adalah koral dan
pasir untuk konstruksi, kapas mentah (raw cotton) dan potongan besi dan baja.
C. Klasifikasi Menurut Sektor Bahan Bangunan/Konstruksi
Teknik penyusunan klasifikasi komoditas menurut sektor bahan bangunan/konstruksi
dalam penghitungan IHP dapat dilakukan dengan pendekatan bahan bangunan/konstruksi atau
kelompok bahan bangunan/konstruksi seperti teknik penyusunan klasifikasi komoditas yang
sama dalam penghitungan IHPB yang selama ini dilakukan oleh Subdit Statistik HPB.
2.2.7. Metode Penarikan Sampel
Salah satu komponen yang penting untuk menghitung IHP adalah data harga
produsen (Producer Price). Oleh karena itu, untuk mendapatkan data harga yang relevan,
teknik pengambilan sampel sangat mutlak diperhatikan. Data yang akurat dapat diperoleh
dengan melakukan suatu penetapan sampel atau responden melalui mekanisme penarikan
sampel yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan konsep IHP itu sendiri.
Alokasi sampel responden untuk setiap provinsi dilakukan oleh BPS berdasarkan
direktori perusahaan produsen sampel Survei Industri Besar Sedang dan Survei Harga
Produsen Pertanian. Metode penarikan sampel di masing-masing kelompok komoditas
memiliki perlakuan yang berbeda walaupun perbedaannya tidak terlalu jauh. Hal ini
disebabkan antara lain oleh karakteristik masing-masing responden pada 4 kelompok
komoditas di bawah berbeda-beda sehingga memerlukan perlakuan tersendiri.
A. Sektor Pertanian
Sampling unit di sektor ini adalah para petani yang potensial yang tersebar di
seluruh provinsi di Indonesia. Seperti yang telah disebutkan di atas, ada beberapa sumber
informasi untuk mendapatkan responden ini, yaitu diperoleh dari hasil survei harga produsen
dan konsumen pedesaan atau dari hasil survei khusus. Setelah memiliki sample frame dari
responden di sektor ini, maka dilakukan penarikan sampel dengan menggunakan metode
penarikan sampel purposive. Alasan digunakan metode purposive pada sektor ini adalah
biasanya perbedaan harga jual produk pertanian tidak terlalu besar atau relatif sama diantara
petani dalam suatu wilayah. Begitu pula dengan perusahaan agroindustri yang relatif sedikit
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 16
populasinya dalam suatu wilayah, sehingga penarikan sampel dengan metode purposive
dapat dilakukan dengan mudah. Sebelum penarikan sampel, dilakukan stratifikasi yang
didasarkan pada variasi jenis produk pertanian. Dengan demikian, stratifikasi ini akan
memenuhi kebutuhan data harga yang tercakup dalam paket komoditas IHP.
Khusus mengenai startifikasi sampling unit di sektor pertanian, sampling unit di
sektor pertanian adalah petani potensial yang mengelola dan memproduksi berbagai hasil
komoditas pertanian. Yang dimaksud dengan petani potensial disini adalah petani yang
menghasilkan beberapa jenis komoditas pertanian dan jumlah produksinya cukup besar
sehingga harga komoditas pertaniannya dapat dipantau secara berkesinambungan. Data
harga produsen berbagai komoditas pertanian yang diperoleh disektor ini adalah harga
transaksi yang terjadi pada saat petani menjual hasil komoditas pertanian kepada pedagang
besar pertama.
Di sektor ini, petani merupakan sampling unit yang harus dipilih berdasarkan kriteria
yang telah disebutkan di atas. Sebelum memilih sampel maka perlu dilakukan tahap
pemilihan kabupaten oleh masing-masing propinsi dengan menggunakan metode purposive
bersyarat yaitu yang memiliki potensi pertanian. Setelah kabupaten terpilih, maka dilakukan
pemilihan kecamatan dengan cara purposive yang memiliki kriteria sebagai kecamatan
sentra produksi pertanian. Pemilihan sampel kecamatan dilakukan oleh BPS Propinsi dan
usulan kabupaten terpilih sampel. Tahap selanjutnya adalah memilih petani potensial yang
berada pada kecamatan terpilih dengan menggunakan metode purposive.
B. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Setelah penyusunan direktori produsen hasil barang-barang tambang dan galian
yang dikelompokkan berdasarkan pengkodean KBLI terbaru, maka dilakukan penarikan
sampel. Metode penarikan sampel di sektor ini sama dengan metode penarikan sampel di
sektor pertanian, yaitu metode purposive. Target pemenuhan data HP yang tercakup dalam
paket komoditas menjadi acuan dalam membuat suatu stratifikasi sampel yang didasarkan
variasi produk pertambangan dan penggalian.
Penarikan sampel dari daftar establishment yang sudah distratifikasikan sesuai
dengan kode KBLI golongan pokok 10 dan 14 dengan menggunakan metode purposive.
Metode ini dipergunakan karena penyebaran establishment di sektor ini tidak merata dan
jumlahnya relatif sedikit. Di samping itu, diharapkan agar dapat memenuhi data harga
komoditas yang diklasifikasikan dalam paket komoditas.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 17
C. Sektor Industri
Sebelum dilakukan pengumpulan data HP di sektor industri, perlu dilakukan
pemilihan establishment yang dijadikan sebagai perusahaan sampel IHP. Definisi
establishment di sini adalah suatu entitas produksi yang berada dalam suatu lokasi tersendiri.
Karena adanya variasi yang sangat beragam dan kompleks serta mempertimbangkan
pemenuhan kebutuhan data dalam paket komoditas yang telah disusun, maka diperlukan
tahapan pemilihan perusahaan sampel yang lebih detail dan teliti. Adapun tahapan tersebut
adalah sebagai berikut :
Langkah Pertama
Langkah awal dalam penarikan sampel dalam menyusun kerangka sampel (sample
frame) adalah mengelompokan berdasarkan klasifkasi industri besar, sedang, menengah,
mikro dan kecil. Seluruh perusahaan yang tercakup dalam kelompok industri besar dan
sedang dijadikan sebagai sampel.
Langkah Kedua
Menentukan wilayah atau propinsi untuk melakukan pengelompokan establishment
yang memiliki potensi industri. Dalam pengumpulan data HP, dilakukan pemilihan
kabupaten/kota yang memiliki potensi tersebut. Pemilihan kabupaten/kota ini dengan
menggunakan metode purposive.
Di masing-masing propinsi dilakukan stratifikasi establishment untuk mengambil
perusahaan sampel. Untuk mempermudah pengelompokan establishment digunakan
klasifikasi kode KBLI sektor industri sampai 5 digit. Jumlah establishment yang tersebar akan
dijadikan kerangka sampel sampai dasar penarikan sampel.
Langkah Ketiga
Untuk kelompok industri mikro dan kecil dilakukan strata berdasarkan kelompok
sektor/subsektor/komoditi. Rancangan ini mungkin berbeda di masing-masing sektor yang
disesuaikan dengan potensi daerah yang menjadi daerah sasaran penarikan sampel. Setelah
merancang jumlah establishment dalam bentuk strata di masing-masing propinsi selanjutnya
memilih establishment sebagai sampel dengan metode systematic sampling. Apabila potensi
industri atau jumlah establishment suatu daerah kurang memenuhi target sebagai sumber
data harga produsen, maka dilakukan suatu special treatment dengan menggunakan metode
purposive didalam penarikan sampelnya.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 18
2.3. Pengumpulan Data Harga
Salah satu komponen penting dalam penghitungan IHP adalah data harga
komoditas. Data harga dikumpulkan dengan melakukan survei harga produsen yang
dilakukan di seluruh propinsi di Indonesia. Responden terpilih berada di seluruh
kabupaten/kota terpilih yang dapat memberikan data harga komoditas dalam paket
komoditas.
Periode survei dalam pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1-15 setiap bulan
dan selanjutnya dikirim ke BPS. Pengumpulan data melibatkan petugas untuk mengunjungi
pengusaha sampel secara individu, dan menekankan pentingnya IHP dan menerima
informasi dasar seperti barang dan jasa yang terbesar diproduksi oleh perusahaan, transaksi
penting antara klien, kontak individu jika diperlukan informasi yang terjadi berulang-ulang,
dan lain-lain. Jarak dan jumlah bisnis yang dikunjungi dan jenis harga barang dan jasa akan
sangat bervariasi antara kota dan daerah. Instrumen survei yang digunakan untuk
mengumpulkan data dapat menggunakan kuesioner, email atau telepon.
Pengumpulan data harga adalah bagian penting dari seluruh proses kompilasi IHP.
Tanpa prosedur pengumpulan data kualitas harga yang baik, sangat sulit dan tidak mungkin
untuk menghasilkan hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Waktu dan Frekuensi Pengumpulan Data Harga
Penghitungan IHP memerlukan pengumpulan data harga dari perusahaan penjual
produk. Frekuensi pengumpulan data secara bulanan, meskipun sejumlah negara ada yang
mengumpulkan data harga secara kuartalan. Jika pengumpulan data harga dilakukan pada
suatu periode, ada 2 (dua) pilihan dasar dari periode pengumpulan, yaitu waktu satu titik
(point-in time) atau rata-rata periode (period averages).
1. Data harga point-in time berhubungan dengan harga produk pada suatu tanggal tertentu
dalam suatu bulan seperti hari pertama, minggu pertama, hari perdagangan yang
terdekat pada tanggal 15 setiap bulan, dan lain-lain. Pendekatan ini membuat
pengumpulan langsung pada satu tanggal, dan akan dipahami oleh perusahaan yang
data harga disediakan sesuai dengan tanggal transaksi. Keuntungan utama dari sistem
point-in time ini adalah perbandingan dari bulan ke bulan akan menjadi konsisten. Salah
satu kelemahan sistem ini adalah bahwa suatu transaksi mungkin tidak terjadi pada
tanggal atau waktu tertentu. Jika hal ini terjadi, maka responden diminta untuk
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 19
menyediakan detail transaksi yang terjadi sedekat mungkin dengan tanggal/waktu
tersebut. Kelemahan lain adalah bahwa estimasi point-in time sangat rentan terhadap
pengaruh jangka pendek (misalnya musim yang ekstrim, pemogokan buruh, dll)
sehingga dapat mempengaruhi harga pada hari pengumpulan data harga pada waktu
tertentu.
2. Rata-rata periode adalah melakukan estimasi dari data harga sepanjang bulan atau rata-
rata harga untuk satu bulan. Harga suatu periode seharusnya dihitung ketika perubahan
harga terjadi selama satu bulan. Contoh, jika harga produk adalah Rp100 pada 10 hari
pertama, kemudian harga meningkat menjadi Rp 150 selama 20 hari terakhir, maka rata-
rata harganya (10X100)+(20X150)/30 = 133,33. Rata-rata ini biasanya digunakan dan
membutuhkan tanggal yang tepat dari perubahan harga yang diberikan responden.
Pendekatan ini biasanya menghasilkan data waktu series yang lebih luas (smoother)
dan kurang rentan terhadap waktu terjadinya peningkatan harga.
Seringkali pencatatan tanggal diambil untuk mewakili rata-rata harga seluruh
periode referensi tertentu. Ukuran yang lebih akurat dari rata-rata harga transaksi adalah
harga suatu nilai unit (unit value price). Secara teori, unit value adalah penjualan total dibagi
dengan jumlah total unit yang terjual dalam suatu periode.
2.4. Metode Penghitungan IHP
Setelah menyusun direktori survei dan membuat klasifikasi komoditas IHP,
membuat diagram timbang komoditas dan menetapkan metode pengumpulan data harga,
maka langkah selanjutnya adalah menghitung IHP. Untuk memperoleh angka IHP dari data
harga produsen yang telah dikumpulkan maka ditentukan cara penghitungan IHP dengan
menggunakan formula Modified Laspeyres.
Rumus Indeks Laspeyres ini dimodifikasi dengan tujuan untuk mempermudah
penghitungan, sehingga perumusannya menjadi sebagai berikut:
a). Indeks Laspeyres:
j
i
ii
j
i
ini
n
qp
qp
I
1
00
1
0
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 20
b). Indeks Laspeyres modifikasi (Modified Laspeyres):
di mana:
= Harga barang i pada periode yang berlaku, bulan n
= Harga barang i pada periode sebelumnya (bulan yang lalu), bulan (n-1)
= Relatif Harga (RHn) jenis barang i pada bulan n.
= Nilai akhir/nilai Marketed Surplus (MS) barang i bulan (n-1)
= Nilai akhir/nilai MS barang i pada tahun dasar
j = Jumlah paket komoditas yang termasuk dalam penghitungan indeks
2.5. Penyusunan Direktori Survei
Kualitas hasil survei sangat tergantung pada hasil pengumpulan data harga di
lapangan yang diperoleh dari responden survei. Daftar responden survei yang sistematis dan
dapat memenuhi kebutuhan data harga dalam paket komoditas sangat mutlak disusun. Untuk
itu perlu disusun direktori survei yang memuat seluruh responden survei yang berada di
daerah yang dapat memberikan data yang sesuai dengan metodologi survei HP. Responden
survei HP berasal dari produsen yang tersebar di berbagai sektor ekonomi seperti dalam
pengklasifikasian komoditas IHP yang memerlukan dukungan informasi yang relatif besar
agar dapat memperoleh responden yang tepat dan benar. Sumber data yang digunakan
untuk menentukan responden yang tersebar di sektor pertanian, pertambangan dan
penggalian, dan industri adalah sebagai berikut :
A. Sektor Pertanian
Untuk sektor pertanian, ada beberapa alternatif dalam menyusun direktori sampel
yaitu dapat berdasarkan:
a) Informasi yang diterima dari daerah tentang jumlah petani atau nelayan potensial di
j
i
ii
j
i
iin
in
ni
n
qp
qpp
p
I
1
00
1
0)1(
)1(
in
ni
p
p
)1(
nip
inp )1(
oiin qp )1(
oioiqp
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 21
setiap propinsi yang menjadi sumber data harga produsen di sektor pertanian.
Informasi ini dapat diperoleh dengan melakukan suatu survei khusus yang dapat
menggali informasi responden pertanian dan juga informasi responden pada sektor
lainnya.
b) Sebagian informasi responden di sektor ini dapat diperoleh juga dari hasil Survei
Harga Produsen yang dilakukan oleh Subdit Statistik Harga Pedesaan. Survei ini
dilakukan secara rutin setiap bulannya di seluruh propinsi di Indonesia.
B. Sektor Industri
Direktori survei di sektor ini dapat juga disusun dengan cara :
a) Menggunakan direktori perusahaan yang established (establishment) dari hasil
Sensus Ekonomi 2006 (SE06) dan kegiatan survei industri besar-sedang yang
dilakukan oleh Subdit Statistik Industri Besar Sedang setiap tahunnya di seluruh
propinsi di Indonesia. Dalam direktori perusahaan tersebut, tidak semua
establishment akan menjadi responden dalam survei IHP tetapi akan dipilih sesuai
dengan karakteristik establishment dan kebutuhan survei tersebut. Tetapi diharapkan
bahwa cakupan jenis barang dalam paket komoditas dapat dipenuhi dengan
pemilihan sampel establishment yang diperoleh dari direktori perusahaan tersebut;
b) Bekerja sama dengan Departemen Perdagangan dan Perindustrian untuk
mendapatkan direktori establishment yang paling mutakhir;
c) Melakukan survei khusus yang memuat informasi tentang keberadaan establishment
dan informasi lainnya di sektor industri di Indonesia.
C. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Produsen atau establishment yang bergerak di bidang pertambangan dan
penggalian dapat diketahui keberadaannya dari hasil survei Pertambangan, Energi, dan
Konstruksi yang dilakukan oleh Subdit Statistik Pertambangan, Energi, dan Konstruksi setiap
tahunnya.
2.6. Penyajian Data IHP
Penyajian data IHP Indonesia dibedakan dalam cara pengelompokan sebagai
berikut:
a. IHP menurut klasifikasi komoditas yang terdiri dari :
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 22
1) Sektor pertanian
2) Sektor pertambangan dan penggalian
3) Sektor industri
b. IHP menurut tingkatan dalam proses produksi (stage of processing) :
1) Bahan baku (raw materials)
2) Produk antara (intermediate products)
3) Produk akhir (finished goods)
c. IHP khusus sektor bahan konstruksi
Untuk tahap awal, penyajian IHP akan dikelompokan menurut klasifikasi komoditas (poin a.)
saja.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 23
KONSEP DAN DEFINISI
3.1. KONSEP DAN DEFINISI
Indeks Harga Produsen (IHP) adalah suatu ukuran perubahan harga yang diterima
oleh produsen barang dan jasa di dalam negeri untuk mengetahui perkembangan harga antar
waktu. Secara umum, IHP dapat digambarkan sebagai indeks yang dirancang untuk mengukur
rata-rata perubahan pada harga barang dan jasa baik setelah melalui proses produksi maupun
masuk dalam proses produksi. IHP dikategorikan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
1) IHP input merefleksikan perubahan harga yang dibayar oleh produsen untuk bahan baku
(raw material) dan produk antara (intermediate goods) disebut juga sebagai Harga
Pembelian (Purchaser’s Price);
2) IHP output merefleksikan perubahan harga yang diterima produsen pada tingkat pertama
rantai perdagangan atau harga transaksi pabrik dengan pedagang besar pertama yaitu
pada harga dasar atau harga produsen.
Istilah angka IHP yang biasanya dipakai adalah mengacu kepada IHP Output.
Pada SNA tahun 1993, definisi harga dasar (basic price) dan harga produsen
(producer price) sebagai berikut:
Harga dasar, adalah harga yang dapat diterima oleh produsen dari pembeli untuk suatu unit
barang atau jasa yang dihasilkan sebagai output yang dikurangi dengan pembayaran pajak
ditambah dengan subsidi yang diterima, semua itu merupakan suatu konsekuensi dari produksi
dan penjualan barang tersebut. Harga ini tidak termasuk ongkos transport yang ditagihkan
secara terpisah oleh produsen.
Harga produsen, adalah harga yang diterima oleh produsen dari pembeli untuk suatu unit
barang atau jasa yang dihasilkan sebagai output dikurangi dengan VAT (value added tax) atau
sejenis pajak yang dapat dikurangi. Harga ini tidak termasuk biaya transpor yang dibayarkan
secara terpisah oleh produsen.
Harga dasar (harga pokok produsen) = Harga jual produsen – pajak + subsidi
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 24
Perbedaan antara harga dasar dengan harga produsen secara umum adalah subsidi per unit
yang produsen terima dan pajak atau produksi barang. Sementara harga dasar adalah lebih
disarankan dalam IHP karena harga tersebut mewakili pendapatan per unit yang diterima oleh
produsen, namun harga produsen juga bisa digunakan jika informasi subsidi pada barang atau
jasa tidak tersedia. Dalam banyak kasus, produsen tidak menerima subsidi, sehingga harga
dasar dan produsen akan sama.
Harga observasi adalah suatu harga produk tertentu pada suatu titik waktu atau selama
periode pengumpulan data harga dan pada masa penjualan. Untuk meyakinkan konsistensi
dalam indeks akhir, harga observasi harus dibandingkan dengan dari suatu periode ke periode
lainnya. Harga seharusnya adalah satu dimana konsumen telah membayar untuk membeli
suatu produk dan termasuk seluruh diskon dan penawaran khusus. Harga tersebut bisa
dikatakan sebagai harga transaksi riil. Tujuan IHP adalah untuk mengukur harga aktual yang
diterima oleh produsen untuk barang-barang dan jasa.
Harga lokal loko gudang adalah harga transaksi yang terjadi atas suatu barang antara
penjual dan pembeli di dalam negeri di gudang penjual tidak termasuk ongkos
transpor/angkutan barang tersebut dari gudang penjual ke gudang/tempat pembeli.
Harga discount adalah potongan harga. Potongan harga ini bisa berupa komisi kepada
agen/distributor.
Produsen
Yang dimaksud dengan produsen disini adalah suatu entitas produksi dalam suatu industri dan
berada dalam lokasi tersendiri dimana data tentang unit-unit produksi dan tenaga kerja
dikumpulkan.
Petani
Dalam pengumpulan data harga produsen di sektor pertanian, petani yang dimaksud adalah
petani tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan rakyat, baik petani pemilik maupun
petani penggarap (sewa/kontrak/bagi hasil) atas resiko sendiri dengan tujuan untuk dijual.
Orang yang bekerja di sawah/ladang orang lain dengan mengharapkan upah atau buruh tani
bukan termasuk petani. Selain petani, nelayan atau penangkap ikan yang menjual hasil
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 25
tangkapannya dapat menjadi responden survei harga produsen guna menangkap pergerakan
harga-harga komoditas perikanan di tingkat harga produsen.
Party/grosir atau jumlah besar yang dimaksud adalah bukan eceran. Batasan ini relatif,
mengingat sulit menentukan besarannya, baik kuantitas maupun nilai dari suatu komoditas. Hal
ini sangat tergantung dari karakteristik komoditas sendiri.
Persentase perubahan harga untuk setiap kualitas adalah perubahan harga dari harga bulan saat
pengamatan terhadap harga bulan sebelumnya dengan rumus:
% Perubahan Harga =
11n
n
P
P x 100
Pn = Harga satuan kualitas jenis barang pada bulan pengamatan (n)
Pn-1 = Harga satuan kualitas jenis barang pada bulan sebelumnya (n-1)
3.2. JENIS HARGA YANG DIKUMPULKAN
Jenis harga yang dicatat dengan urutan alternatif sebagai berikut :
a. Harga Dasar
b. Harga Produsen (jika harga dasar tidak tersedia) digunakan harga lokal loko gudang
Pengertian dari tingkat atau jenis harga dapat dipahami melalui diagram alur
perdagangan sebagai berikut :
Pencatatan lokal yang diutamakan adalah harga dasar/basic price. Hindari harga penjualan pada rumahtangga
Produsen
Pedagang Besar II (PB II)
Pedagang Besar I (PB I)
Konsumen rumah tangga
Pedagang Eceran
Harga Produsen
Harga Perdagangan Besar (HPB)
Harga Konsumen
IHP/PPI IHPB/WPI IHK/CPI
Konsumen non rumah tangga
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 26
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 27
PELAKSANAAN LAPANGAN
4.1. ORGANISASI LAPANGAN
1. Kepala Kantor BPS Propinsi dan Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas kelancaran
pelaksanaan survei HP di wilayahnya.
2. Kepala Bidang Statistik Distribusi di BPS Propinsi, bertanggung jawab secara teknis dan
mengkoordinasikan pelaksanaan pengumpulan data HP di wilayahnya sampai pengiriman
hasilnya ke Pusat.
3. Kepala Seksi Statistik Keuangan dan Harga Produsen di BPS Propinsi, dan Kepala Seksi
Statistik Distribusi di BPS Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas
pengawasan/pemeriksaan hasil pengumpulan data HP dan kebenaran isiannya serta
memberi petunjuk secara berkala kepada petugas pencacah mengenai metodologi,
konsep dan definisi serta menjelaskan betapa pentingnya data yang dikumpulkan.
4. Petugas pencacah adalah staf BPS Propinsi dan BPS Kabupaten/Kota atau KSK yang
ditunjuk, bertanggung jawab atas isian data yang diperoleh dalam pelaksanaan
pengumpulan data di lapangan.
4.2. DAFTAR YANG DIGUNAKAN
Daftar yang digunakan dalam survei ini adalah Daftar HP-S dan Daftar HP-K.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data harga produsen untuk sektor
pertambangan dan penggalian, serta industri non bahan konstruksi adalah kuesioner/daftar
HP-S. Sedangkan daftar HP-K digunakan untuk mengumpulkan data harga produsen bahan
bangunan/konstruksi.
Daftar ini digunakan untuk melakukan pencacahan data HP terhadap responden
terpilih. 1 (satu) set daftar HP-S digunakan untuk mencacah satu responden terpilih, dan 1
(satu) set daftar HP-K digunakan untuk mencacah satu responden terpilih.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 28
4.3. JADWAL WAKTU PELAKSANAAN
1. Pencacahan, pengawasan, dan pemeriksaan hasil pencacahan Daftar HP-S dan HP-K
dilakukan pada tanggal 1 – 15 setiap bulan. Pencacahan dilaksanakan dengan melakukan
kunjungan wawancara langsung atau telepon pada responden terpilih.
2. Pengiriman data harga dari daftar HP-S dan HP-K ke BPS paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya. Misalnya pencacahan antara tanggal 1 – 15 Januari 2013, maka pengiriman
laporan diterima sampai dengan 20 Pebruari 2013.
4.4. PEMERIKSAAN DAFTAR
Untuk mendapatkan kualitas data harga produsen yang baik, maka perlu dilakukan
pemeriksaan hasil pencacahan survei pada daftar HP-S dan HP-K yang dilakukan baik di BPS
Kabupaten/kota maupun BPS Propinsi. Pemeriksaan mencakup:
1. Responden/perusahaan dalam survei ini adalah perusahaan yang benar-benar
menghasilkan dan menjual barang-barang yang diproduksinya ke pedagang
besar/konsumen non rumah tangga. Apabila hanya ditemukan pedagang besar, usahakan
untuk menanyakan harga beli barang tersebut dari produsennya dan nama/alamat
produsennya. Untuk survei berikutnya, dapat dilakukan penggantian responden dengan
responden berkriteria produsen.
2. Harga barang yang termasuk dalam survei ini adalah barang yang termasuk dalam paket
komoditas. Jumlah sampel harus memenuhi target sampel.
3. Perubahan harga yang tidak lazim misalnya terlalu rendah, tinggi atau selalu stabil dalam
3-4 bulan supaya diperiksa kembali ke lapangan. Kemungkinan perubahan harga yang
mencolok disebabkan perbedaan spesifikasi/kualitas barang. Berikan penjelasan di blok
catatan.
4. Harga yang dilaporkan tidak sama antara kuesioner bulan pada saat pencacahan dengan
bulan sebelumnya, misalnya harga untuk bulan sebelumnya (n-1) pada kuesioner bulan
yang bersangkutan berbeda dengan harga bulan pencacahan (n) pada kuesioner bulan
sebelumnya. Periksa kembali dokumen pada bulan sebelumnya.
5. Satuan barang yang dilaporkan tidak konsisten. Misalkan dibulan sebelumnya satuan
barang kg tetapi pada bulan berikutnya berubah menjadi ton. Diperiksa kembali dan beri
penjelasan di blok catatan.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 29
6. Perubahan harga suatu barang tidak sesuai dengan issue yang berkembang saat ini. Cek
lapangan dan konsultasikan dengan pihak terkait.
7. Harga yang didapat dari produsen lebih tinggi dibandingkan harga ecerannya. Cek ulang
ke responden dan beri catatan.
8. Periksa kelengkapan dan variasi barang/kualitas apakah sudah optimal dan sesuai
dengan kondisi daerah.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 30
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 31
PENCACAHAN HP-S
5.1 PEMILIHAN SAMPEL LOKASI
Alokasi jumlah sampel ditentukan oleh BPS Pusat berdasarkan banyaknya
perusahaan dan variasi jenis barang dari dokumen yang masuk. Pemilihan sampel lokasi
ditentukan oleh BPS Provinsi yang meliputi ibukota provinsi dan beberapa kabupaten/kota
yang dianggap representatif sebagai sentra produksi / pusat industri yang ramai.
Kabupaten/kota dipilih secara purposif dengan kriteria :
1) Banyak terdapat perusahaan industri / produsen yang masih aktif;
2) Banyak variasi barang yang dihasilkan;
3) Memiliki hasil produksi yang unik dan tidak ditemukan di kota lain sehingga dapat
memenuhi paket komoditas.
5.2 PEMILIHAN RESPONDEN
Jenis barang yang disurvei dalam daftar HP-S adalah komoditas yang tercakup dalam
sektor pertambangan & penggalian, dan industri non bahan konstruksi. Pemilihan responden
dilakukan secara purposif dengan kriteria sebagai berikut :
1) Produsen/Perusahaan (umumnya berbadan hukum seperti PT, CV, Firma);
2) Menghasilkan barang yang tercakup dalam paket komoditas yang terdiri dari sektor
pertanian, pertambangan & penggalian, dan industri non bahan konstruksi;
3) Menjual barang yang dihasilkan dengan jumlah banyak (grosir) ke pedagang atau
perusahaan lain kecuali konsumen rumah tangga;
4) Diprioritaskan responden yang menghasilkan dan menjual banyak ragam komoditas;
5) Pencarian daftar nama dan alamat responden dapat diperoleh dari instansi yang terkait,
BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota (melalui direktori perusahaan Survei Triwulanan
Industri Besar dan Sedang, hasil SE 06 dan hasil Survei Pertambangan, Energi dan
Konstruksi ), majalah, buku telepon, informasi dari petugas lapangan;
6) Responden dapat diganti apabila perusahaan sudah tidak beraktifitas lagi (tutup) atau
perusahaan beralih ke produksi lainnya yang tidak terdapat dalam paket komoditas. Jika
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 32
terjadi pergantian responden, ditanyakan juga data harga pada bulan sebelumnya dari
responden pengganti.
Apabila kriteria diatas tidak dapat dipenuhi maka laporkan ke BPS Provinsi agar
responden dapat diganti dengan kabupaten/kota lain.
5.3 PEMILIHAN KOMODITI DAN KUALITAS
Komoditi dan kualitas barang ditentukan oleh Sub Direktorat Statistik Harga
Produsen BPS, yaitu yang tertulis dalam paket komoditas. Jenis barang dan kualitas yang
terpilih adalah:
1) Jenis barang yang memiliki nilai produksi yang cukup besar dan data harganya dapat
dipantau secara berkesinambungan dalam waktu yang relative lama;
2) Kualitas umum yang biasanya ada diseluruh kota;
3) Kualitas yang dominan di kabupaten/kota yang bersangkutan;
4) Setiap jenis barang cukup diwakili oleh dua atau tiga responden sehingga target jumlah
sampel terpenuhi secara maksimal pada kabupaten/kota yang bersangkutan;
5) Setiap jenis barang cukup diwakili dua atau tiga kualitas yang dominan;
6) Kualitas dapat diganti apabila data harga kualitas barang tersebut sudah jarang ditemui.
Jika terjadi pergantian kualitas, perlakukan hal yang sama dengan penggantian
responden.
5.4 SISTEM PENGIRIMAN LAPORAN
Daftar HP-S dibuat dalam 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap untuk BPS dan 1 (satu)
rangkap lagi disimpan sebagai arsip di BPS Kabupaten/Kota.
Mekanisme sistem pelaporan survei HP-S adalah sebagai berikut :
1) Setelah daftar HP-S diperiksa oleh pengawas di BPS Kabupaten/Kota, 1 (satu) rangkap
dokumen HP- S dikirim ke BPS Provinsi;
2) BPS Provinsi memeriksa kembali dokumen yang masuk dan memasukkan data isian
kuesioner sesuai dengan format entrain. Setelah digabung kemudian dilaporkan menurut
kelompok komoditi dan dikirimkan ke BPS, Sub Direktorat Statistik Harga Produsen,
melalui fax nomor (021) 3863818 atau email ke [email protected] sesuai jadwal yang
sudah ditentukan, yaitu paling lambat tanggal 20 bulan setelah pencacahan. Kemudian
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 33
Dokumen HP-S dapat dikirim menyusul ke Sub Direktorat Statistik Harga Produsen,
Direktorat Statistik Harga, BPS.
5.5 CARA PENGISIAN DAFTAR HP-S
Daftar HP-S diisi dengan cara wawancara baik secara langsung maupun melalui telepon
dengan responden. Jika tidak memungkinkan, daftar ini dapat ditinggal dengan mengisi terlebih
dahulu Blok I, Blok II rincian (1) dan (2) dan Blok III kolom (1), (2), (3), (4), dan (7). Meskipun
demikian tetap diusahakan untuk bertemu secara langsung apalagi bila datanya belum lengkap atau
meragukan.
Satu set Daftar HP-S digunakan untuk mencacah satu responden terpilih. Daftar ini terdiri
dari 6 (enam) blok, yaitu: Identitas Perusahaan dan Periode Pencacahan, Keterangan Petugas,
Harga Produsen, Keterangan Harga, Keterangan Keabsahan Isian, dan Catatan.
Cara pengisian daftar HP-S adalah sebagai berikut:
BLOK I. IDENTITAS PERUSAHAAN DAN PERIODE PENCACAHAN
Rincian 1 dan 2:
Isi nama propinsi pada rincian 1, dan nama kabupaten / kota pada rincian 2, kemudian tulis kode
propinsi, dan kode kabupaten/kota, pada kotak yang ada di bawah masing-masing rincian.
Rincian 3 dan 4:
Isi bulan pada saat observasi di rincian 3 dan tahun pencacahan di rincian 4 lalu pindahkan dalam
bentuk angka ke kotak di bawah masing-masing rincian.
Contoh: Bulan Tahun
Januari 2013
0 1 2 0 1 3
Rincian 5:
Tulis nama lengkap perusahaan.
Rincian 6:
Isikan alamat lengkap perusahaan beserta kecamatannya dan nomor telepon
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 34
Rincian 7:
Lingkari kode yang ada pada skala klasifikasi industri, kemudian tulis kode tersebut di kotak sebelah
kanan. Industri kecil adalah industri yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 20 orang, biasanya
industri rumahan. Industri sedang adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 20 orang
sampai 99 orang. Industri besar adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 100
orang
BLOK II. KETERANGAN PETUGAS
Cukup Jelas
BLOK III. HARGA PRODUSEN (Rp/Satuan)
Blok ini digunakan untuk mencatat harga barang yang diproduksi dan diperdagangkan di
dalam negeri oleh responden terpilih.
Kolom 1: Kode Barang
Isikan kode jenis barang sesuai dengan jenis barang/komoditi dan kualitas. Kode ini diisi di BPS.
Kolom 2: Nama Komoditi
Isikan seluruh nama komoditi/barang yang diproduksi dan yang memilik pangsa pasar yang besar.
Kolom 3: Kualitas Komoditi
Tulis kualitas/spesifikasi barang secara lengkap dan jelas.Kualitas adalah sifat atau ciri khusus yang
menunjukkan karakteristik suatu barang sehingga dapat dibedakan antara barang yang satu dengan
yang lain. Kualitas dapat berupa tipe, model, kemampuan (Volt, Ampere), ukuran, bahan, proses
pembuatan, merk dsb.
Contoh: Air mineral kemasan botol 1 liter, kerupuk terbuat dari ikan tenggiri, ikan teri
dikeringkan, dsb
Kolom 4: Satuan
Tulis satuan standar untuk setiap kualitas/spesifikasi barang Satuan/unit barang adalah suatu
besaran yang digunakan untuk menyatakan kuantitas/jumlah barang yang biasanya digunakan dalam
perdagangan besar/grosir, misalnya: ton, m3, lusin, 100 kg. Apabila produsen menggunakan satuan
yang berbeda, maka petugas harus mengkonversikannya ke dalam satuan standar dan memberikan
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 35
penjelasan cara perhitungannya di blok catatan.
Kolom 5: Jumlah Produksi bulan sebelumnya
Isikan jumlah atau banyaknya barang yang diproduksi pada saat bulan sebelum pencacahan. Satuan
jumlah produksi disesuaikan dengan satuan pada kolom 4. Apabila satuan barang yang diproduksi
berbeda dengan satuan yang dijual maka konversikan ke satuan standard.
Kolom 6: Tingkatan Proses Produksi
Isikan kode yang menunjukkan kelompok komoditas menurut posisi barang dalam rantai produksi.
Jawaban bisa lebih dari satu dengan menjumlahkan kodenya.
Contoh:
Perusahaan X menghasilkan dan menjual CPO (Crude Palm Oil) ke pabrik lain. Selain itu perusahaan
juga memproduksi minyak goreng kemasan dan diperdagangkan melalui distributor. Dengan
demikian CPO termasuk produk antara (kode 2) dan produk akhir (kode 4). Kemudian minyak goreng
kemasan diklasifikasikan sebagai produk akhir (kode 4). Maka isian pada kolom (1) dan (4) adalah
sebagai berikut :
Kolom (1) Kolom (4)
CPO 6 = ( 2 + 4)
Minyak goreng kemasan 4
Kolom 7 dan 8: Harga Produsen (Rp/ Satuan)
Isikan besarnya harga jual produsen per satuan/unit (Rp) untuk setiap spesifikasi/kualitas barang
pada bulan sebelumnya di kolom (7) dan pada bulan pencacahan di kolom (8). Produsen kadang
memberikan discount pada pembeli atau hanya memberikan informasi daftar harga/price list
konsumen kepada petugas, maka harga yang dicatat disini adalah harga jual setelah ada potongan
harga. Harga produsen = price list – discount (komisi dealer). Harga dinyatakan dalam Rupiah.
Apabila harga jual dalam nilai mata uang asing agar dikonversikan dulu ke Rupiah sesuai dengan
angka kurs yang berlaku pada saat pencacahan.
Kolom 9: Nilai Pajak (Rp/ Satuan)
Tanyakan kepada responden jika ada, besarnya pembayaran pajak (Rp) per satuan barang oleh
produsen pada bulan pencacahan.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 36
Kolom 10: Nilai Subsidi (Rp/ Satuan)
Isikan jika ada nilai subsidi (Rp) per satuan komoditi pada bulan pencacahan
Isian kolom (9) dan (10) digunakan untuk mengetahui harga dasar, yaitu :
Sebelum melakukan pencacahan, isikan terlebih dahulu dengan jelas dan lengkap kolom (2),
(3), (4), (6) dan (7), untuk pengontrolan series data.
Contoh Kasus:
Harga jual produsen minyak sawit beserta PPn, subsidi pemerintah untuk produsen dan discount
untuk agen penjual pada bulan Maret (n-1) dan bulan pencacahan April (n) adalah sebagai berikut:
dengan demikian cara pengisian daftar HP-S di Blok III adalah:
BLOK IV. KETERANGAN HARGA
Rincian 1:
Isikan kode (1) jika terjadi perubahan yang ekstrim/signifikan antara harga produsen pada bulan
pencacahan dengan bulan sebelumnya. Perubahan harga dianggap cukup ekstrim/signifikan jika
harga bulan pencacahan turun/naik ≥ 20%. Isikan kode (2) jika tidak.
Harga Jual/ton Pajak = 10% / ton Subsidi/ton
Maret April April April
(1a) (1b) (2) (3)
4.250.000 4.800.000 10%x4.800.000
= 480.000 100.000
Kode
Barang
(|Diisi di
BPS
Pusat)
Nama
Komoditi
Kualitas Komoditi Satuan
Jumlah
Produksi
bulan
sebelumnya
Tingk.
Proses
Prod.
Harga Produsen (Rp)
Nilai Pajak
(Rp)
Nilai Subsidi
(Rp)
n-1
kol(1a)/
10kg
n
Kol(1b)/
10 kg
Kol(2)/
10 Kg
Kol (3) /
10 Kg
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Minyak
goreng
Minyak goreng
kemasan terbuat
dari sawit
100 kg
10 4 425.000 480.000 48.000
10.000
Harga dasar = Harga jual produsen - pajak + subsidi
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 37
Rincian 2:
Jika jawaban pada rincian 1 adalah Ya, maka sebutkan komoditi yang mengalami perubahan harga
dan jelaskan secara singkat alasan mengapa terjadi perbedaan harga jual dari bulan sebelumnya,
misalnya karena kenaikan jumlah penjualan akibat munculnya produk baru, atau karena kelangkaan
bahan baku akibat musim kering. Jawaban ditulis pada kotak di bawahnya.
BLOK V. KETERANGAN KEABSAHAN ISIAN
Rincian 1:
Tulis nama lengkap pemberi informasi isian kuesioner pada saat wawancara
Rincian 2:
Tulis jabatan/posisi pemberi data dalam perusahaan
Rincian 3:
Cantumkan nomor telepon rumah atau hand phone narasumber yang bisa dihubungi. Hal ini
diperlukan apabila ada pengecekan ulang atau pertanyaan lebih lanjut.
Rincian 4:
Jika ada, tulis alamat e-mail narasumber
Rincian 5:
Bubuhkan tanda tangan narasumber dan/atau stempel perusahaan
BLOK VI. CATATAN
Blok ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan survei dan
dianggap penting. Misalnya penjelasan mengenai perubahan kualitas jenis barang yang sudah jarang
ditemui, dll.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 38
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 39
PENCACAHAN HP-K
6.1 PEMILIHAN SAMPEL LOKASI
Mengingat semakin meningkatnya pembangunan fisik di kota maupun daerah maka
data-data harga barang bahan bangunan/konstruksi sangat diperlukan. Untuk kebutuhan
tersebut maka Survei Harga Produsen Bahan Konstruksi (HP-K) dilaksanakan di tingkat
propinsi dan kabupaten/kota untuk mengakomodir data harga produsen dari berbagai jenis
bahan bangunan yang banyak digunakan.
Jumlah sampel ditentukan oleh BPS dan alokasi sampel dilakukan oleh BPS Provinsi
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi secara optimal seluruh isian barang yang tertera
pada kuesioner HP-K. Lokasi sampel tergantung dari target sampel. Jika dari sampel di ibukota
propinsi belum memenuhi target karena variasi jenis barang dari paket komoditas HP-K belum
maksimal, maka pelaksanaan survei harga produsen konstruksi dilakukan di kabupaten/kota.
6.2 PEMILIHAN RESPONDEN
Responden terdiri dari produsen berskala besar dan sedang yang menjual bahan
bangunan/konstruksi dan juga bisa merangkap sebagai pedagang besar, eksportir, atau
importer. Pemilihan responden dilakukan secara purposif dengan kriteria yang sama dengan
responden pada survei HP-S, yaitu:
1) Perusahaan yang memproduksi dan menjual bahan bangunan/konstruksi. Responden
umumnya berbadan hukum seperti PT, CV, Firma;
2) Menghasilkan barang yang tercakup dalam paket komoditas bahan bangunan/konstruksi
dalam kuesioner HP-K;
3) Diprioritaskan responden yang menghasilkan dan menjual banyak variasi komoditas;
4) Responden dapat diganti apabila perusahaan sudah tidak beraktivitas lagi (tutup) atau
perusahaan beralih ke produksi lainnya yang tidak terdapat dalam paket komoditas. Jika
terjadi pergantian responden, ditanyakan juga data harga pada bulan sebelumnya dari
responden pengganti.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 40
6.3 PEMILIHAN KOMODITI DAN KUALITAS
Komoditi dan kualitas barang ditentukan oleh BPS, yaitu berdasarkan paket komoditi
yang tercakup dalam diagram timbang (2010=100). Cara memilih jenis barang dan kualitas
pada daftar HP-K adalah sama dengan cara memilih jenis barang dan kualitas pada daftar HP-
S.
6.4 SISTEM PENGIRIMAN LAPORAN
Daftar HP-K dibuat dalam 2 (dua) rangkap, 1 (satu) rangkap untuk BPS Pusat dan 1
(satu) rangkap lagi disimpan sebagai arsip di BPS Provinsi.
Pada prinsipnya pelaporan dan arus dokumen HP-K hampir sama dengan dokumen
HP-S, yaitu:
1) Dokumen HP-K diperiksa oleh pengawas di BPS Provinsi;
2) Apabila telah lengkap seluruh isian, BPS Provinsi bertanggung jawab dalam membuat
rekapitulasi hasil survei HP-K, yaitu dengan menggabungkan data dari seluruh responden;
3) Selanjutnya, berdasarkan daftar rekapitulasi, BPS Provinsi melakukan entri data sesuai
dengan isian pada kuesioner menurut kelompok komoditi dan dikirimkan ke Sub Direktorat
Statistik Harga Produsen BPS Pusat melalui fax nomor (021) 3863818 atau email ke
[email protected] sesuai jadwal yang sudah ditentukan, yaitu paling lambat tanggal 20
setelah bulan pencacahan. Kemudian Dokumen HP-K dapat dikirim menyusul melalui pos
ke BPS.
6.5 CARA PENGISIAN DAFTAR HP-K
Daftar HP-K diisi dengan cara wawancara baik secara langsung maupun melalui telepon
dengan responden. Satu set Daftar HP-K digunakan untuk mencacah satu responden terpilih. Daftar
ini terdiri dari 5 (lima) blok, yaitu: Identitas Perusahaan dan Periode Pencacahan, Keterangan
Petugas, Harga Produsen Bahan Bangunan/Konstruksi, Keterangan Harga, Keterangan Keabsahan
Isian, dan Catatan.
Cara pengisian daftar HP-K adalah sebagai berikut:
BLOK I. IDENTITAS PERUSAHAAN DAN PERIODE PENCACAHAN
Cukup Jelas
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 41
BLOK II. KETERANGAN PETUGAS
Cukup Jelas
BLOK III. HARGA PRODUSEN BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI
Blok III berisi keterangan harga produsen bahan bangunan. Konsep dan definisi harga
produsen dapat dilihat bagian Pedoman Penghitungan Indeks Harga Produsen.
Kolom 1: Kode Barang
Isikan kode jenis barang sesuai dengan jenis barang/komoditi dan kualitas. Kode ini diisi di BPS
Pusat
Kolom 2: Nama Komoditi
Isikan seluruh nama komoditi/barang yang diproduksi dan yang memilik pangsa pasar yang besar.
Kolom 3: Kualitas Komoditi
Tulis kualitas/spesifikasi barang secara lengkap dan jelas.Kualitas adalah sifat atau ciri khusus yang
menunjukkan karakteristik suatu barang sehingga dapat dibedakan antara barang yang satu dengan
yang lain. Kualitas dapat berupa tipe, model, kemampuan (Volt, Ampere), ukuran, bahan, proses
pembuatan, merk dsb.
Contoh : Travo Portal / Cantol 100 KVA
Kolom 4: Satuan
Tulis satuan standar untuk setiap kualitas/spesifikasi barang Satuan/unit barang adalah suatu
besaran yang digunakan untuk menyatakan kuantitas/jumlah barang yang biasanya digunakan dalam
perdagangan besar/grosir, misalnya: ton, m3, lusin, 100 kg. Apabila produsen menggunakan satuan
yang berbeda, maka petugas harus mengkonversikannya ke dalam satuan standar dan memberikan
penjelasan cara perhitungannya di blok catatan.
Kolom 5: Jumlah Produksi bulan sebelumnya
Isikan jumlah atau banyaknya barang yang diproduksi pada saat bulan sebelum pencacahan. Satuan
jumlah produksi disesuaikan dengan satuan pada kolom 5. Apabila satuan barang yang diproduksi
berbeda dengan satuan yang dijual maka konversikan ke satuan standard.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 42
Kolom 6: Tingkatan Proses Produksi
Isikan kode yang menunjukkan kelompok komoditas menurut posisi barang dalam rantai produksi.
Jawaban bisa lebih dari satu dengan menjumlahkan kodenya. Penjelasan sama dengan HP-S.
Kolom 7 dan 8: Harga Produsen (Rp/ Satuan)
Isikan besarnya harga jual produsen per satuan/unit (Rp) untuk setiap spesifikasi/kualitas barang
pada bulan sebelumnya di kolom (7) dan pada bulan pencacahan di kolom (8). Produsen kadang
memberikan discount pada pembeli atau hanya memberikan informasi daftar harga/price list
konsumen kepada petugas, maka harga yang dicatat disini adalah harga jual setelah ada potongan
harga. Harga produsen = price list – discount (komisi dealer). Harga dinyatakan dalam Rupiah.
Apabila harga jual dalam nilai mata uang asing agar dikonversikan dulu ke Rupiah sesuai dengan
angka kurs yang berlaku pada saat pencacahan.
Kolom 9: Nilai Pajak (Rp/ Satuan)
Tanyakan kepada responden jika ada, besarnya pembayaran pajak (Rp) per satuan barang oleh
produsen pada bulan pencacahan.
Kolom 10: Nilai Subsidi (Rp/ Satuan)
Isikan jika ada nilai subsidi (Rp) per satuan komoditi pada bulan pencacahan
Isian kolom (9) dan (10) digunakan untuk mengetahui harga dasar, yaitu :
Sebelum melakukan pencacahan, isikan terlebih dahulu dengan jelas dan lengkap kolom (2),
(3), (4), (6) dan (7), untuk pengontrolan series data.
BLOK IV. KETERANGAN HARGA
Rincian 1:
Isikan kode (1) jika terjadi perubahan yang ekstrim/signifikan antara harga produsen pada bulan
pencacahan dengan bulan sebelumnya. Perubahan harga dianggap cukup ekstrim/signifikan jika
harga bulan pencacahan turun/naik ≥ 20%. Isikan kode (2) jika tidak.
Harga dasar = Harga jual produsen - pajak + subsidi
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 43
Rincian 2:
Jika jawaban pada rincian 1 adalah Ya, maka sebutkan komoditi yang mengalami perubahan harga
dan jelaskan secara singkat alasan mengapa terjadi perbedaan harga jual dari bulan sebelumnya,
misalnya karena kenaikan jumlah penjualan akibat munculnya produk baru, atau karena kelangkaan
bahan baku akibat musim kering. Jawaban ditulis pada kotak di bawahnya.
BLOK V. KETERANGAN KEABSAHAN ISIAN
Cukup Jelas dan sama dengan petunjuk pengisian daftar HP-S
BLOK VI. CATATAN
Blok ini berisi catatan atau keterangan terhadap isian kuesioner, misalnya apabila terjadi perubahan
kualitas atau ketidakjelasan komoditi, agar dilakukan pengecekan kembali dan beri penjelasan pada
blok catatan.
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 44
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 45
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2007. Indikator Statistik Industri Besar dan Sedang Indonesia 2005. Jakarta:
BPS
Badan Pusat Statistik. 2008. Pedoman Teknis Subdirektorat Statistik Harga Perdagangan Besar
Tahun 2008. Jakarta: BPS
Eugene Becker. 1997. BLS Handbook of Methods. Bureau of Labor Statistics.
Fenella Maitland – Smith, Division for Non Members Statistics Directorate OECD. 2000. Producer
Price Indices. Joint OECD/ESCAP Workshop on Key Economic Indicators (Bangkok, 22-25
May 2000).
International Labour Organisation, International Monetary Fund, Organisastion for Economic Co-
operation and Development, United Nations Economic Commision for Europe. 2004.
Producer Price Index Manual : Theory and Practice. Washington DC: IMF
Pedoman Teknis Statistik Harga Produsen Tahun 2014 46
LAMPIRAN KUESIONER HPS DAN HPK
* Jl. Dr. Sutomo No. 6 -8, Jakarta 10010
) Telp: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, ext .6210-13
2 Fax : (021) 3863818
: E-mail : [email protected]
Homepage : http://www.bps.go.id
1.
2.
3.
4.
…...……………………………………………………………………
…...…………………………………………………………………
…...…………………………………………………………………
Kode Pos:
E-mail : ………………………….
7. KLASIFIKASI INDUSTRI 1. Besar 2. Sedang 3. Kecil
2. NIP
Survei ini dijamin oleh Undang-undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik, yang menjamin kerahasiaan
data individu. Oleh karena itu, responden wajib memberikan keterangan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
5. NAMA PERUSAHAAN
2. KABUPATEN/KOTA
………………………………
4. TANDA TANGAN
Telp : (…..…) …………………..
Fax : (…..…) …………………..
II. KETERANGAN PETUGAS ( diisi oleh petugas BPS )
3. TANGGAL
4. TAHUN
………………
PENCACAH
PEMERIKSA
6. ALAMAT PERUSAHAAN
……………………………
1. PROVINSI 3. BULAN
RINCIAN 1. NAMA
Periode survei dilakukan pada tanggal 1 - 15 setiap bulan dan hasil pencacahan sudah diterima BPS
Pusat paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
Survei ini tidak berhubungan dengan pajak dan responden tidak dikenakan biaya apapun.
……………
I. IDENTITAS PERUSAHAAN DAN PERIODE PENCACAHAN
HP-S
BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA
SURVEI HARGA PRODUSENBARANG NON KONSTRUKSI
Survei ini digunakan untuk mengetahui data harga jual aktual yang diterima produsen dari suatu
komoditas atau barang non konstruksi , guna menyusun angka Indeks Harga Produsen (IHP).
2014
2
Contoh : Bulan
September
0 9 2 0 1 4
Rincian 5 : Tulis nama lengkap perusahaan.
Rincian 6 : Isikan alamat lengkap perusahaan beserta kecamatannya dan nomor telepon
Rincian 7 : Lingkari kode yang ada pada skala klasifikasi industri kemudian tulis kode tersebut di
kotak sebelah kanan
Kolom 1 : Kode jenis barang diisi di BPS Pusat
Kolom 2 :
Kolom 3 :
Kolom 4 : Tulis dulu satuan standard untuk setiap kualitas/spesifikasi barang secara lengkap dan jelas
Kolom 5 : Isikan jumlah atau banyaknya barang yang diproduksi pada bulan sebelum pencacahan
sesuai dengan satuan yang tertera pada kolom (4)
Kolom 6 : Isikan terlebih dahulu kode yang menunjukkan kelompok komoditas menurut posisi barang
dalam rantai produksi. Jawaban bisa lebih dari satu pilihan dengan menjumlahkan kodenya
Contoh :
Maka isian pada kolom (2) dan (6) adalah sebagai berikut :
Kolom (6)
6 (= kode 2+4)
Minyak goreng kemasan 4
Kolom 7 & 8 :
Kolom 9 :
Kolom 10 :
Contoh : Berikut adalah data yang diperoleh dari produsen CPO
Produksi bulan sebelumnya = 6000 kg Pajak = 10 %/ton Subsidi = Rp. 100.000/ton
Harga jual bulan pencacahan = Rp. 4.250.000/ ton Nilai Pajak = 10% x 4.250.000 = 425.000
dengan demikian cara pengisian daftar HP-S di Blok III :
Kolom (5) Kolom (6) Kolom (9) Kolom (10)
Ton Rp. 4.250.000 Rp. 425.000 Rp. 100.0006 6
Kolom (8)
PENJELASAN
BLOK I. IDENTITAS PERUSAHAAN DAN PERIODE PENCACAHAN
BLOK II. KETERANGAN PETUGAS ( cukup jelas )
Tahun
2014
Rincian 1 & 2 : Isi nama provinsi pada rincian 1, dan nama kabupaten / kota pada rincian 2, kemudian tulis kode
provinsi, dan kode kabupaten/kota pada kotak yang ada di bawah masing-masing rincian
Isi bulan observasi di rincian 3 dan tahun observasi di rincian 4 dan pindahkan dalam bentuk angka
ke kotak di bawah masing-masing rincian
BLOK III. HARGA PRODUSEN BARANG NON KONSTRUKSI (HP-S)
Rincian 3 & 4 :
Sebelum melakukan pencacahan, isikan terlebih dahulu dengan jelas seluruh nama komoditi yang
diproduksi perusahaan untuk pengontrolan series data
Isikan besarnya harga jual produsen per satuan untuk setiap spesifikasi/ kualitas barang pada bulan
sebelum pencacahan di kolom (7) dan bulan pencacahan di kolom (8). Harga dinyatakan dalam
Rupiah. Apabila harga jual dalam nilai mata uang asing agar dikonversikan dulu ke Rupiah sesuai
dengan angka kurs yang berlaku pada saat pencacahan. Sebelum melakukan pencacahan, isian
kolom (7) agar ditulis terlebih dahulu
Perusahaan X menghasilkan dan menjual CPO (Crude Palm Oil ) ke pabrik lain. Selain itu X juga
memproduksi minyak goreng kemasan dan diperdagangkan melalui distributor. Dengan demikian CPO
termasuk produk antara (kode 2) dan produk akhir (kode 4). Kemudian minyak goreng kemasan
diklasifikasikan sebagai produk akhir (kode 4)
Tulis terlebih dahulu kualitas/spesifikasi barang secara lengkap dan jelas untuk setiap komoditi. Cara
penulisan kualitas mengikuti pedoman pada KBKI 2012
Kolom (2)
Isikan jika ada nilai subsidi per satuan komoditi (Rp.) pada bulan pencacahan
Kolom (2)
CPO
Kolom(4)
Isikan jika ada nilai pajak per satuan komoditi (Rp.) pada bulan pencacahan
CPO
3
Jumlah
Produksi
Bulan
Sebelumnya
dalam satuan
pada kol. (4)
(1) (2) (3) (4) (5)
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Sebelum melakukan pencacahan, nama komoditi, kualitas, satuan, tingkatan proses produksi dan harga sebelum bulan pencacahan agar ditulis terlebih dahulu untuk pengontrolan series data
Kode Tingkatan : 1. Bahan baku 4. Produk akhir *) Nilai Pajak dan Nilai Subsidi per satuan barang diisi jika ada.
Proses Produksi 2. Produk antara 6. Produk antara & Produk akhir Data ini digunakan untuk mengetahui Harga Dasar
3. Bahan baku & Produk antara 7. Bahan baku & Produk antara & Produk akhir
(10)
Satuan (Diisi dulu
dengan
lengkap dan
jelas)
Kode Barang (Diisi oleh BPS-
Pusat)
Tingkatan Nama Komoditi
(Diisi terlebih dahulu dengan
lengkap dan jelas)
III. HARGA PRODUSEN BARANG NON KONSTRUKSI (HP-S)
Harga Jual
Produsen
per Satuan Bulan
Pencacahan
Kualitas Komoditi (Diisi terlebih dahulu
dengan lengkap dan
jelas)
Nilai Pajak*)
per Satuan
Nilai
Subsidi*)
per Satuan
(8) (9)
Proses
Produksi
(6)
Harga Jual
Produsen
per Satuan Bulan Sebelumnya
(Diisi terlebih
dahulu )
(7)
(Kode diisi
dulu)
4
1. Apakah terjadi perbedaan harga yang signifikan dari bulan sebelumnya ?
Kode 1, jika YA
2, jika TIDAK
2. Jika Ya, jelaskan pada kotak di bawah ini komoditi apa dan berikan alasan perubahan harga.
(cthnya : karena kenaikan penjualan, perubahan musim, produk baru, dll).
1. NAMA NARASUMBER : 5 . TANDA TANGAN DAN ATAU
2. JABATAN :
3. TELP / HP :
4. E-MAIL :
BLOK V. KETERANGAN KEABSAHAN ISIAN
Tulis nama lengkap pemberi informasi isian kuesioner pada saat wawancara
Tulis jabatan/posisi pemberi data dalam perusahaan
Cantumkan nomor telepon rumah atau hand phone narasumber
Tulis alamat e-mail narasumber
Bubuhkan tanda tangan narasumber dan atau stempel perusahaan
BLOK VI. CATATAN
Blok ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan survei dan dianggap penting,
misalnya pergantian perusahaan, pergantian kualitas, dsb.
IV. KETERANGAN HARGA
STEMPEL PERUSAHAAN
BLOK IV. KETERANGAN HARGA
Rincian 1 :
Rincian 2 : Jika jawaban pada rincian 1 adalah kode 1 (YA), maka sebutkan komoditi yang mengalami
perubahan harga dan jelaskan alasan mengapa terjadi perbedaan harga jual dari bulan
sebelumnya, misalnya karena kenaikan jumlah penjualan akibat munculnya produk baru, atau
karena kelangkaan bahan baku akibat musim kering. Jawaban ditulis pada kotak di bawahnya.
Isikan pada kotak sebelah kiri, kode 1 jika YA atau kode 2 jika TIDAK
Untuk mempercepat laporan isian dokumen, dapat dikirimkan melalui fax atau e-mail ke Sub Direktorat Statistik
Harga Produsen, BPS Pusat. E-mail : [email protected] ; Fax : (021) 3863818.
Rincian 3 :
Rincian 4 :
Rincian 5 :
V. KETERANGAN KEABSAHAN ISIAN
PENJELASAN
VI. CATATAN
Rincian 1 :
Rincian 2 :
* Jl. Dr. Sutomo No. 6 -8, Jakarta 10010
) Telp: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, ext .6210-13
2 Fax : (021) 3863818
: E-mail : [email protected], [email protected]
Homepage : http://www.bps.go.id
1.
2.
3.
4.
5.
1. PROVINSI ……...………………………………………….
2. KABUPATEN/KOTA …………………………………………………
3. NAMA PERUSAHAAN
4. ………...…………………………………………………
……………...…………………………………….……..
Kode Pos: Telp : ( ) ………………
Fax : ( ) ……………………………. E-mail: ……………………….
5. BULAN PENCACAHAN ………………………………
6. TAHUN PENCACAHAN ………………………………
3. TANGGAL
PERHATIAN
HP-K
SURVEI HARGA PRODUSEN
BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA
BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI
Survei Harga Produsen Bahan Bangunan/Konstruksi ini semata-mata hanya untuk keperluan Statistik, dan
datanya akan disajikan dalam bentuk agregat.
BLOK II: KETERANGAN PETUGAS (Diisi oleh petugas BPS )
BLOK I: IDENTITAS PERUSAHAAN DAN PERIODE PENCACAHAN
…………...………………………………………………
ALAMAT PERUSAHAAN
RINCIAN
Survei ini digunakan untuk mengetahui data harga produsen bahan bangunan / konstruksi, guna menyusun
angka Indeks Harga Produsen Bahan Bangunan/Konstruksi.
Survei ini dijamin oleh Undang-undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik, yang menjamin kerahasiaan
data individu. Oleh karena itu, responden wajib memberikan keterangan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
PENCACAH
PEMERIKSA
1. NAMA 2. NIP 4. TANDA TANGAN
Periode survei dilakukan pada tanggal 1 - 15 setiap bulan dan hasil pencacahan sudah diterima BPS Pusat
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
Survei ini tidak berhubungan dengan pajak dan responden tidak dikenakan biaya apapun
2014
2
Rincian 1 & 2 :
Rincian 3 : Tulis nama lengkap perusahaan
Rincian 4 : Isikan alamat lengkap perusahaan beserta kecamatannya dan nomor telepon
Rincian 5 & 6 :
Contoh :
Bulan Pencacahan : September 0 9
Tahun Pencacahan : 2014 2 0 1 4
BLOK II. KETERANGAN PETUGAS ( cukup jelas )
BLOK III. HARGA PRODUSEN BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI
Kolom 1 : Kode jenis barang diisi di BPS Pusat
Kolom 2 :
Kolom 3 :
Kolom 4 :
Kolom 5 : Isikan jumlah atau banyaknya barang yang diproduksi pada bulan sebelum pencacahan
sesuai dengan satuan yang tertera pada kolom (4)
Kolom 6 : Isikan terlebih dahulu kode yang menunjukkan kelompok komoditas menurut posisi barang
dalam rantai produksi. Jawaban bisa lebih dari satu pilihan dengan menjumlahkan kodenya
Kolom 7 & 8 :
Kolom 9 :
Kolom 10 :
Contoh :
Harga jual pada bulan pencacahan = Rp. 237.500/buah Pajak = 2 % / buah
Nilai Pajak = 2 % x 237.500 = Rp. 4.750 / buah Subsidi = Rp. 10.000/buah
dengan demikian cara pengisian daftar HP-K di Blok III :
Kolom (10)
Rp. 10.000
Isikan jika ada nilai subsidi per satuan komoditi (Rp.) pada bulan pencacahan
Kolom (9)Kolom (8)
Isikan besarnya harga jual produsen per satuan untuk setiap spesifikasi/ kualitas barang pada
bulan sebelumnya di kolom (7) dan pada bulan pencacahan di kolom (8). Harga dinyatakan
dalam Rupiah. Apabila harga jual dalam nilai mata uang asing agar dikonversikan dulu ke
Rupiah sesuai dengan angka kurs yang berlaku pada saat pencacahan. Sebelum melakukan
pencacahan, isian kolom (7) agar ditulis terlebih dahulu
PENJELASAN
Isi nama provinsi pada rincian 1, dan nama kabupaten / kota pada rincian 2, kemudian tulis
kode provinsi, dan kode kabupaten/kota pada kotak yang ada di sebelah kanan masing-
masing rincian
Isi bulan observasi di rincian 5 dan tahun observasi di rincian 6 dan pindahkan dalam bentuk
angka ke kotak di sebelah kanan masing-masing rincian
Sebelum melakukan pencacahan, isikan terlebih dahulu dengan jelas seluruh nama komoditi
yang diproduksi perusahaan untuk pengontrolan series data
Rp. 237.500 Rp. 4.750
BLOK I. IDENTITAS PERUSAHAAN DAN PERIODE PENCACAHAN
Tulis dulu satuan standard untuk setiap kualitas/spesifikasi barang secara lengkap dan jelas
Tulis terlebih dahulu kualitas/spesifikasi barang secara lengkap dan jelas untuk setiap
komoditi. Cara penulisan kualitas mengikuti pedoman pada KBKI 2012
Isikan jika ada nilai pajak per satuan komoditi (Rp.) pada bulan pencacahan
Jumlah
Produksi
Bulan
Sebelumnya
dalam satuan
pada kol. (4)
(1) (2) (3) (4) (5)
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp.
Sebelum melakukan pencacahan, nama komoditi, kualitas, satuan, tingkatan proses produksi dan harga sebelum bulan pencacahan agar ditulis terlebih dahulu untuk pengontrolan series data
Kode Tingkatan : 1. Bahan baku 4. Produk akhir *) Nilai Pajak dan Nilai Subsidi per satuan barang diisi jika ada.
Proses Produksi 2. Produk antara 6. Produk antara & Produk akhir Data ini digunakan untuk mengetahui Harga Dasar
3. Bahan baku & Produk antara 7. Bahan baku & Produk antara & Produk akhir
(9) (10)
Proses
Produksi
(Kode
diisi dulu)
(6) (7) (8)
BLOK III : HARGA PRODUSEN BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI (HP-K)
Kode Barang (Diisi oleh BPS-
Pusat)
Nama Komoditi (Diisi terlebih dahulu dengan
lengkap dan jelas)
Kualitas Komoditi (Diisi terlebih dahulu
dengan lengkap dan
jelas)
Satuan (Diisi dulu
dengan
lengkap dan
jelas)
Harga Jual
Produsen
per Satuan Bulan Sebelumnya
(Diisi terlebih
dahulu )
Harga Jual
Produsen
per Satuan Bulan
Pencacahan
Nilai Pajak*)
per Satuan
Nilai
Subsidi*)
per Satuan
Tingkatan
4
1. Apakah terjadi perbedaan harga yang signifikan dari bulan sebelumnya ?
Kode 1, jika YA
2, jika TIDAK
2. Jika Ya, jelaskan pada kotak di bawah ini komoditi apa dan berikan alasan perubahan harga.
(cthnya : karena kenaikan penjualan, perubahan musim, produk baru, dll).
1. NAMA NARASUMBER : 5. TANDA TANGAN DAN ATAU
2. JABATAN :
3. TELP / HP :
4. E-MAIL :
Rincian 1:
Rincian 2:
BLOK V. KETERANGAN KEABSAHAN ISIAN
Tulis nama lengkap pemberi informasi isian kuesioner pada saat wawancara
Tulis jabatan/posisi pemberi data dalam perusahaan
Cantumkan nomor telepon rumah atau hand phone narasumber
Tulis alamat e-mail narasumber
Bubuhkan tanda tangan narasumber dan atau stempel perusahaan
BLOK VI. CATATAN
Blok ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan survei dan dianggap penting,misalnya pergantian perusahaan, pergantian kualitas, dsb.
Untuk mempercepat laporan isian dokumen, dapat dikirimkan melalui fax atau e-mail ke Sub Direktorat
Statistik Harga Produsen, BPS Pusat. E-mail : [email protected] ; Fax : (021) 3863818
STEMPEL PERUSAHAAN
PENJELASAN
BLOK IV. KETERANGAN HARGA
BLOK VI : CATATAN
BLOK V : KETERANGAN KEABSAHAN ISIAN
BLOK IV : KETERANGAN HARGA
Rincian 2 :
Rincian 3 :
Rincian 4 :
Rincian 5 :
Isikan pada kotak sebelah kiri, kode 1 jika YA atau kode 2 jika TIDAK
Jika jawaban pada rincian 1 adalah kode 1 (YA), maka sebutkan komoditi yang mengalami
perubahan harga dan jelaskan alasan mengapa terjadi perbedaan harga jual dari bulan
sebelumnya, misalnya karena kenaikan jumlah penjualan akibat munculnya produk baru, atau
karena kelangkaan bahan baku akibat musim kering. Jawaban ditulis pada kotak di bawahnya.
Rincian 1 :