PENGORGANISASIAN MATERI PENGAJARAN
A. Pendahuluan
Dalam penyampaian materi belajar diperlukan rancangan instruksional yang
sistematis agar dapat diterima secara mudah oleh peserta didik. Oleh karena itu
dibutuhkan pengorganisasian bahan ajar yang tersusun secara rinci dan sistematis.
Kegiatan ini dimulai dengan memilih dan menetapkan bahan ajar yang sesuai serta
mampu mencapai tujuan instruksional mata ajar. Bahan ajar tersebut terdiri dari
serangkaian pokok bahasan yang harus ditata secara sistematis dan saling berkaitan.
Dalam memilih pokok bahasan tersebut, fungsi dan tujuan pokok bahasan harus
diketahui untuk menunjang tercapainya tujuan mata kuliah.
Selanjutnya, tujuan setiap pokok bahasan dijabarkan lebih rinci menjadi
beberapa subpokok bahasan sehingga sasaran belajar dapat ditetapkan. Sasaran
belajar merupakan gambaran kemampuan peserta didik yang dapat diamati dan
diukur.
B. Pengorganisasian Materi Pengajaran
Menurut KBBI pengorganisasian merupakan proses, cara, perbuatan untuk
mengatur dan menyusun bagian sehingga seluruhnya menjadi satu kesatuan yang
teratur. (Siagian,1983 dalam Andrian) Sedangkan Szilagji (dalam Andrian)
mengemukakan bahwa fungsi pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan
dengan koordinasi kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas,
otoritas, tenaga kerja dan komunikasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pengorganisasian materi ajar adalah proses atau cara penyusunan materi ajar
menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan dan tertata secara sistematis yang akan
disampaikan kepada peserta didik. Dalam pengorganisasian materi pengajaran
diperlukan rancangan instruksional yang sistematis sesuai dengan tujuan dari
penyampaian bahan ajar. Rancangan ini dibuat untuk menjawab tiga pertanyaan,
yaitu :
1. Apa yang harus dipelajari (tujuan pembelajaran)?
2. Bagaimana prosedur dan sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk
mencapai hasil belajar yang diinginkan (kegiatan dan sumber belajar)?
1
3. Bagaimana kita mengetahui bahwa hasil belajar yang diharapkan telah
tercapai (evaluasi)?
Tahapan untuk membuat rancangan instruksional adalah :
1. Menyusun pokok bahasan (tujuan, topik, dan tujuan umum)
2. Menyebutkan karateristik peserta didik yang penting sehubungan dengan
rancangan yang akan dibuat.
3. Menyebutkan tujuan belajar yang akan dicapai oleh peserta didik sehingga hasil
belajar tersebut memungkinkan untuk di ukur (sasaran pembelajaran).
4. Membuat kisi-kisi (materi) pelajaran yang akan membantu masing-masing
tujuan belajar tersebut (isi materi).
5. Membuat tes perkiraan (assesmant) untuk menjajaki latar belakang peserta didik
dan pengetahuan peserta didik tentang pokok bahasan yang akan di ajarkan
(reassesmant).
6. Menentukan kegiatan dan sumber-sumber belajar dan mengajar.
7. Memfasilitasi semua sarana penunjang seperti anggaran, personalia, fasilitas,
peralatan dan jadwal kegiatan untuk menunjang pelaksanaan rencana pengajaran
support service.
8. Membuat evaluasi hasil belajar siswa untuk menguji kembali apakah
perencanaan sudah atau belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Selanjutnya, jika flow chart telah dibuat maka kedelapan komponen tersebut
akan bekerja sebagai berikut :
1. Kedelapan komponen tersebut saling bekerja sama dan saling bergantung.
2. Adanya perubahan daya atau adanya yang bertentangan pada salah satu
komponen berpengaruh pada komponen lainnya.
3. Proses yang terjadi dalam pembuatan rancangan instruksional menunjukkan
kemungkinan revisi tiap komponen jika diperlukan.
4. Revisi dilakukan terhadap data pada komponen sebelum dan selanjutnya.
Berbeda dengan pendekatan terhadap instruksi yang sistematik, pembuatan
rancangan instruksional ini dapat dimulai dari komponen mana saja. Dengan
2
demikian, pembuatan rancangan dapat dimulai dengan merencanakan pokok
bahasan lebih dahulu, atau dapat dimulai dengan evaluasi. Pemilihan komponen
dan prioritas yang didahulukan bergantung pada kesiapan, dan ketersediaan data,
situasi dan kondisi tempat berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar, serta
pembuat rancangan (pendidik).
C. Tujuan Pengorganisasian Materi Pengajaran
Kegiatan mengorganisasikan bahan ajar dimulai dengan memilih dan
menetapkan bahan ajar yang sesuai dan mampu untuk mencapai tujuan
instruksional mata kuliah. Bahan ajar tersebut tentunya terdiri dari serangkai
pokok-pokok bahasan yang harus ditata urutannya dan saling berkaitan satu sama
lain. Di dalam memilih pokok-pokok bahasan tersebut, tentunya telah diketahui dan
ditetapkan kegunaan dan tujuan dari setiap pokok bahasan, yang pada dasarnya
setiap tujuan instruksional pokok bahasan ditujukan untuk menunjang tercapainya
tujuan mata kuliah. Selanjutnya, dari setiap pokok bahasan yang telah ditetapkan
tujuannya itu, dijabarkan lebih rinci menjadi beberapa subpokok bahasan sehingga
mampu untuk menetapkan sasaran-sasaran belajar. Sasaran belajar merupakan
gambaran kemampuan mahasiswa (learning outcomes) yang bisa diamati dan
diukur.
Menetapkan Tujuan Instruksional
a. Tujuan Instruksional Umum
Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah tujuan instruksional pokok-pokok
bahasan. Pertama, karena tujuan pokok bahasan umumnya masih bersifat umum,
sehingga belum dinyatakan perubahan perilaku yang spesifik, disamping itu
jumlahnya relatif masih sedikit. Kedua, karena penetapan tujuan pokok bahasan
dapat dipakai sebagai dasar dalam menentukan tujuan yang lebih khusus, yaitu
penetapan sasaran belajar (atau Tujuan Instruksioanal Khusus). Oleh sebab itu,
meskipun masih bersifat umum, tujuan pokok bahasan harus sudah
mengungkapkan materi bahasan dan kedudukan bahasan tersebut dalam
kesatuan ketercapaian tujuan mata kuliah. Fungsi TIU adalah :
3
1. Menunjukkan kedudukan pokok bahasan tertentu dalam kesatuan bahan
perkuliahan;
2. Menyatakan ringkasan tujuan pokok bahasan;
3. Merupakan pedoman dalam menyusun sasaran belajar ; dan
4. Merupakan pedoman menentukan kegiatan mengajar.
Rumusan tujuan Intruksional Umum (TIU) masih bersifat : Luas dan umum;
Belum dinyatakan dalam bentuk prilaku yang dikehendaki dan Jumlahnya tidak
banyak. Setelah penetapan pokok bahasan selesai, tugas berikutnya adalah
merangkainya dalam urutan yang terbaik agar tujuan mata kuliah dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Urutan pokok-pokok bahasan tersebut disajikan dalam
bentuk bagan rangkaian urutan antarpokok bahasan, yang menunjukkan mana
yang terlebih dahulu diberikan untuk kemudian disusul bagian yang lain. Bagan
skema semacam itu disebut sebagai skema tata hubungan antarpokok bahasan.
Manfaat skema hubungan pokok bahasan, disamping mampu memberikan
argumentasi yang logis tentang urutan sajian pokok bahasan juga mambantu
dalam merancang alokasi waktu pertemuan atau perkuliahan yang dibutuhkan.
Banyaknya kebutuhan waktu tersebut tentunya sangat tergantung pada tujuan
pokok bahasan (terutama macam bahan ajar dan perubahan perilaku yang
diharapkan).
b. Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) adalah Sasaran Belajar. Karena sasaran
belajar merupakan pernyataan tujuan instruksioanal yang sudah sangat rinci.
Pada pernyataan sasaran belajar ini harus sudah dapat diketahui macam bahan
ajar dan tingkat perubahan perilaku yang diharapkan. Untuk itu sasaran belajar
harus menyatakan sesuatu yang teramati, terukur dan operasional. Sasaran
belajar harus dituliskan dari segi kemampuan mahasiswa. Artinya
mengungkapkan perubahan apa yang diharapkan terjadi pada diri mahasiswa
setelah mengikuti pengajaran satu subpokok bahasan tertentu.
a. Merumuskan Sasaran Belajar
Variabel pengajaran yang paling utama dalam sasaran belajar adalah
tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran yang paling rinci ternyatakan sebagai
4
sasaran belajar. Sangat penting untuk dapat menyatakan sasaran belajar
dengan baik dan benar, karena semua variabel pengajaran yang lain harus
disusun sedemikian rupa dengan maksud untuk mencapai sasaran belajar
tersebut.
Selanjutnya apabila rancangan pengorganisasian bahan ajar telah selesai,
yang ditandai dengan selesainya penulisan semua pokok bahasan, maka
perlu dilanjutkan dengan penulisan TIU setiap pokok bahasan, bagan skema
hubungan antara pokok bahasan, rincian sub-subpokok bahasan dan jabaran
sasaran belajar.
Bila rancangan organisasi bahan ajar yang telah selesai disusun dengan
memperhatikan kepada karakteristik siswa seperti latar belakang siswa,
minat siswa, terhadap bahan ajar, prapengetahuan siswa terhadap
pengetahuan yang akan diajarkan, dan berbagai karakteristik siswa yang lain
serta kondisi fisik suasana pengajaran (seperti jumlah siswa per kelas,
keadaan fisik ruangan, perkiraan media pengajaran yang tersedia, dan lain-
lainnya), maka selanjutnya perlu dirancang bentuk, cara serta media yang
akan dipakai guna menyajikan bahan ajar.
b. Menyusun Bahan Ajar
Bila TIU dan TIK telah ditetapkan, matriks Satuan Acara Perkuliahan (SAP)
telah disusun dan skema tata hubungan antara pokok bahasan telah ditetapkan,
maka dosen tinggal menyusun materi bahan ajar. Materi ini dapat berupa:
1. Buku teks atau diktat yang pernah dituliskannya;
2. Buku teks, jurnal, laporan penelitian, laporan seminar yang biasanya
disimpan di perpustakaan; dan
3. Media cetak yang lain, seperti dari koran, majalah dan sebagainya.
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) adalah rancangan pembelajaran selama
satu semester yang memberikan gambaran umum tentang satu mata kuliah
tertentu dan disahkan oleh jurusan atau program studi, yang berfungsi sebagai
bukti dokumen administratif bahwa dosen yang diharapkan dapat efektif dan
efisien. Menyusun diktat atau buku ajar, memang tidak dapat sekaligus; tetapi
harus bertahap. Disamping itu juga isinya baru, bukan saja berupa teori atau
5
gagasan si penulisnya, tetapi juga latihan-latihan. Maksudnya agar buku tersebut
mampu menampilkan sisi kognitif, psikomotorik dan afektif dari siswa atau
mahasiswa.
D. Manfaat Pengorganisasian Materi Pengajaran
Manfaat pengorganisasian materi pengajaran, yakni :
1. Bahan ajar dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik.
2. Materi pengajaran lebih tersusun secara rinci dan sistematis.
3. Tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat.
4. Perencanaan kegiatan dan sumber belajar dapat lebih terencana.
E. Aspek-aspek Materi Pengajaran
Seperti dijelaskan sebelumnya, rancangan (desain) instruksional adalah
rancangan yang disusun secara logis dan sistematis oleh pendidik untuk
meningkatkan hasil pengajaran. Pembuatan rancangan oleh pendidik dapat
disesuaikan dengan kondisi ketika rancangan ini akan diberikan. Rancangan
instruksional terdiri dari tiga bagian utama, yaitu penyajian bahan ajar, evaluasi
pengajaran, dan garis-garis besar program pengajaran.
Kegiatan ini dimulai dengan memilih dan menetapkan bahan ajar yang sesuai
serta mampu mencapai tujuan intruksional mata ajar. Bahan ajar tersebut terdiri dari
serangkaian pokok bahasan yang harus ditata secara sistematis dan saling berkaitan.
Dalam memilih pokok bahasan tersebut, fungsi dan tujuan pokok bahasan harus
diketahui untuk menunjang tercapainya tujuan mata kuliah.
Selanjutnya, tujuan setiap pokok bahasan dijabarkan lebih rinci menjadi
beberapa subpokok bahasan sehingga sasaran belajar dapat ditetapkan. Sasaran
belajar merupakan gambaran kemampuan peserta didik yang dapat diamati dan
diukur.
6
1. Penyajian Bahan Ajar
Penyajian bahan ajar ini dilakukan dengan mengidentifikasi karakteristik
peserta didik dan kondisi serta lingkungan pengajaran. Identifikasi ini juga berguna
untuk memilih dan menetapkan kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik.
Kegiatan identifikasi menghasilkan rancangan bentuk, cara, atau penyajian bahan
ajaran, dan media serta waktu yang dibutuhkan dalam menyajikan bahan ajar agar
sasaran belajar tercapai dengan efektif dan efisien.
2. Evaluasi Pengajaran
Evaluasi ini diperlukan untuk mengamati, mengukur ketercapaian sasaran
belajar, dan menentukan metode, cara, dan alat yang tepat untuk melakukan
pengamatan serta pengukuran sasaran belajar.
3. Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
GBPP atau course outline (silabus) adalah rumusan tujuan dan pokok isi mata
ajar atau program pengajaran yang meliputi satu mata ajar untuk diajarkan selama
satu semester. GBPP terdiri dari komponen berikut:
a) Standar Kompetensi
Standar kompetensi atau tujuan instruksional umum TIU) adalah rumusan
tentang tujuan akhir pengajaran. Standar ini berisi kompetensi umum yang
diharapkan dikuasai, ditunjukkan atau ditampilkan oleh peserta didik setelah
selesai menyelesaikan suatu mata ajar. Langkah utama di dalam merumuskan
standar kompetensi adalah dengan melakukan analisis instruktional. Analisis
instruktional adalah proses menjabarkan kompetensi umum menjadi kompetensi
yang lebih rinci atau khusus. Standar kompetensi dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja yang bersifat perilaku, dapat diukur, dan operasional.
Penggunaan kata kerja dalam standar kompetensi tidak menyebabkan
menyempitnya lingkup materi yang dicakup, karena lingkup materi dalam
standar kompetensi ini tidak terletak di dalam kata kerjanya. Kompetensi umum
dianggap cukup baik dari segi keluasan scope) maupun tingkat pencapaiannya
jika:
7
1. Kompetensi tersebut mempunyai arti dan manfaat bagi kehidupan peserta
didik kelak, ketika bekerja dalam bidang yang sedang dipelajari.
2. Kompetensi tersebut mempunyai arti dan manfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan atau bidang keahlian yang sedang dipelajari oleh
peserta pembelajaran.
3. Kompetensi tersebut mempunyai kontribusi bagi tercapainyatujuan
program pendidikan yang bersangkutan.
Dengan demikian, kecukupan kompetensi umum tersebut bergantung pada
penilaian profesional dari pendidik yang mengajarkannya. Penilaian profesional
dilakukan setelah pengajar tersebut melakukan suatu proses identifikasi
kebutuhan intruksional. Kompetensi umum dalam standar kompetensi akan
dicapai peserta didik menyelesaikan mata ajaran tersebut. Oleh karena itu,
kompetensi disebut sebagai hasil proses belajar. Contoh penulisan standar
kompetensi : “setelah menyelesaikan mata ajar ini, peserta didik diharapkan
mampu”:
1. Melakukan pengkajian fisik dalam tindakan asuhan keperawatan.
2. Menerapkan proses pendokumentasian asuhan keperawatan.
3. Menerapkan manajemen kesehatan di dalam pemberian asuhan keperawatan
pada klien, keluarga, dan masyarakat.
b) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar atau dahulu disebut tujuan instruksional khusus merupakan
sasaran belajar atau tujuan pembelajaran, yang didalamnya terdiri dari
kompetensi khusus yang akan dicapai peserta didiksetelah mengikuti mata ajaran
tersebut. Kompetensi-kompetensi khusus tersebut merupakan uraian dari
kompetensi umum yang ada di dalam standar kompetensi. Proses penjabaran
kompetensi umum menjadi kompetensi khusus disebut analisis instruksional.
Oleh karena itu, penyusun rancangan instruksional yang merumuskan standar
kompetensi harus menafsirkan pengertian standar kompetensi tersebut secara
operasional sebelum menjabarkannya menjadi kompetensi dasar. Jika pendidik
tidak menafsirkan kompetensi umum dalam kompetensi dasar tersebut secara
8
pasti, pendidik tidakakan dapat menjabarkannya atau menganalisisnya dengan
tepat.
Hasil analisis instruksional adalah kompetensi khusus yang tersusun dari
kompetensi yang sederhana sampai yang sulit atau kompleks. Ssusunan
koompetensi khusus juga menjabarkan keterkaitan di antara kompetensi.
selanjutnya, dengan memperhitungkan kompetensi awal peserta didik, pendidik
akan dapat mengidentisikasi kompetensi khusus apa saja yang akan dijadikan
kompetensi dasar. Contoh penulisan kompetensi dasar: “Setelah menyelesaikan
mata ajar ini, mahasiswa semester II PSIK Universitas Sriwijaya, diharapkan
mampu memahami konsep dasar pemeriksaan fisik dengan benar minimal 90%.”
c) Pokok Pembahasan
Pokok bahasan atau topic adalah judul yang mencerminkan isi atau materi
yang sesuai dengan setiap kompetensi dasar. Untuk menemukan pokok bahasan
ini, unsure objek dalam kompetensi dasar harus dibaca. Unsure objek dalam
kompetensi dasar menunjukkan pokok bahasan.
d) Subpokok Bahasan
Subpokok bahasan mencerminkan rincian materi kuliah yang sesuai dengan
pokok bahasan.
e) Deskripsi Singkat
Deskripsi singkat adalah paragraph pernyataan yang terdiri dari keseluruhan
isi mata ajar. Pernyataan ini merupakan rangkuman dari keseluruhan isi mata
ajar. Pernyataan ini merupakan rangkuman dari pokok bahasan dan subpokok
bahasan dalam mata ajar.
f) Estimasi Waktu
Estimasi waktu adalah perkiraan waktu dalam satuan menit yang diperlukan
pendidik untuk mengajarkan materi pelajaran untuk setiap subpokok bahasan.
Estimasi waktu ini penting untuk menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan
pendidik dalam mengajarkan seluruh materi mata kuliah tersebut.
9
Dengan perkiraan waktu ini, pendidik dapat menaksir bobot satuan kredit
semester (SKS) mata ajar tersebut. Ketentuan yang berlaku menunjukkan bahwa
kegiatan pendidik 1 SKS untuk materi teori meliputi :
1. Memberi kuliah tatap selama 50 menit x 16 minggu efektif pembelajaran.
2. Memberikan bimbingan dalam kegiatan terstruktur selama 60 menit x 16
minggu efektif pembelajaran.
Dari ketentuan tersebut, kedua kegiatan tersebut masih harus ditambah
dengan kegiatan belajar mandiri selama 60 menit x 16 minggu efektif
pembelajaran. Dalam pemberian asuhan kepada pasien, perawat memerlukan
waktu 30 menit/sif untuk melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan, waktu
ini dianggap efektif jika sesuai dengan kondisi dan kemampuan dari pasien
tersebut.
g) Sumber Kepustakaan
Sumber kepustakaan adalah buku atau sumber materi yang digunakan dalam
setiap pokok bahasan atau subpokok bahasan. Teknik penulisannya mengikuti
kaidah penulisan ilmiah dan dimulai dari nama penulis, tahun, judul buku, kota,
penerbit, dan halaman. Penulisan sumber kepustakaan ini untuk memudahkan
peserta didikyang ingin mempelajari mata ajar lebih lanjut. Oleh karena itu,
buku sumber yang dijadikan referensi pokok perlu diberi tanda bintang (*) yang
ditulis di depan nama pengarang.
h) Rancangan Pembelajaran
Rancangan pembelajaran atau satuan acara pembelajaran (SAP) terdiri dari
komponen-komponen yang lebih lengkap dari GBPP (silabus). Selain terdiri dari
komponen-komponen yang sama seperti yang ada di dalam GBPP, rancangan
pembelajaran juga terdiri dari komponen-komponen kegiatan belajar mengajar,
media dan alat pengajaran, serta evaluasi. Karena sebagian komponen rancangan
pembelajaran ini telah dibahas dalam GBPP, maka dalam bagian ini hanya
dikemukakan cara menuliskan komponen rancangan pembelajaran yang tidak
termasuk dalam komponen silabus tersebut.
10
F. Kriteria Pemilihan Materi Pengajaran
Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang
dipilih untuk diajarkan oleh dosen di satu pihak dan harus dipelajari mahasiswa di
lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang
tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan
bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi. Setelah
diketahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah pada langkah-langkah
pemilihan bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar
meliputi:
1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu
diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
harus dipelajari atau dikuasai mahasiswa. Aspek tersebut perlu
ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar
memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi
pembelajaran atau bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu
pencapaiannya.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar
Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi
pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara
terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip
dan prosedur (Reigeluth, 1987).
a) Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama
tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau
komponen suatu benda, dan lain sebagainya.
b) Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi.
c) Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium,
paradigma, teorema.
11
d) Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu
secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan
telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.
e) Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon,
penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian.
f) Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin,
dan rutin.
3. Memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah
ditentukan. Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai
sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi.
Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang
sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi
apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau
gabungan lebih dari pada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi
jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan
kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi
pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi
tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa.
Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan
mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan
strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang
berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah
dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics),
sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”. Cara
yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan
diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan mengacu pada kompetensi dasar,
12
kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta,
konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik.
G. Jenis-Jenis Materi pembelajaran
1. Materi Fakta
Segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek,
peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau
komponen suatu benda dan sebagainya. Contoh : Mata pelajaran Pengantar
profesi keperawatan : pembentukan organisasi keperawatan PPNI.
2. Materi Konsep
Segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang timbul sebagai hasil
pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakekat, inti/isi, dan
sebagainya. Contoh : Mata pelajaran Biologi Medik : materi genetika.
3. Materi Prinsip
Berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil,
rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep
yang menggambarkan implikasi sebab akibat.
Contoh : Mata pelajaran Fisika : hukum newton, gesekan statis dan gesekan
kinetis.
4. Materi Prosedur
Meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan
suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
Contoh : Mata pelajaran TIK
13