Download - pbl sken3 ipt
LINDAH SYAFAASTUTI1102011141A8 – SKENARIO 3
L.I. 1. Memahami dan mempelajari plasmodium
L.O. 1.1. Klasifikasi & morfologi
Morfologi Plasmodium berbeda-beda tiap spesies. Sitoplasmanya mempunyai bentuk yang tak teratur pada berbagai stadium pertumbuhan dan mengandung kromatin, pigmen serta granula. Pigmen malaria terdiri dari protein yang telah didenaturasi, yaitu hemozoin atau hematin yang merupakan hasil metabolisme antara parasit dengan bahan-bahan dari eritrosit.
1. Plasmodium vivax- Tropozoit muda tampak sebagai cincin dengan inti pada satu sisi.- Tropozoit tua tampak sebagai cincin amuboid akibat penebalan sitoplasma yang tidak merata.- Dalam waktu 36 jam parasit akan mengisi lebih dari setengah sel eritrosit yang membesar.- Proses selanjutnya inti sel parasit akan mengalami pembelahan dan menjadi bentuk schizont yang berisi merozoit berjumlah antara 16 – 18 buah.- Gametosit mengisi hampir seluruh eritrosit. Mikrogametosit berinti besar dalam pewarnaan Giemsa akan berwarna merah muda sedangkan sitoplasma berwarna biru. Makrogametosit berinti padat berwarna merah letaknya biasanya di pinggir.- Terdapat bintik-bintik merah yang disebut titik Schuffner pada eritrosit yang terinfeksi parasit ini.
2. Plasmodium falciparum- Hanya ditemukan bentuk tropozoit dan gametosit pada darah tepi, kecuali pada kasus infeksi yang berat.- Schizogoni terjadi di dalam kapiler organ dalam termasuk jantung.- Sedikit schizont di darah tepi, terkait berat ringannya infeksi.- Schizont berisi merozoit berjumlah 16 – 20 buah.- Eritrosit yang terinfeksi tidak mengalami pembesaran.- Bisa terjadi multiple infeksi dalam eritrosit (ada lebih dari satu parasit dalam eritrosit), bentuk acolle (inti menempel dinding eritrosit) dan spliting (inti parasit terpecah dua).- Gametosit berbentuk pisang, makrogametosit inti kompak (mengumpul) biasanya di tengah sedangkan makrogametosit intinya menyebar.- Sitoplasma eritrosit terdapat terdapat bercak-bercak merah yang tidak teratur disebut titik Maurer.
3. Plasmodium malariae -Trofozoit muda(bentuk cincin)-Trofozoit mudadengan sitoplasma yang tebal-Trofozoit muda (bentuk pita)-Trofozoit lanjut (bentuk pita) dengan banyakpigmen-Skizon matang dengan merozoit (9) tersusunseperti roset-Mikrogametosit dengan kromatin yang tersebar-Makrogametosit dengan kromatin yang kompak
4. Plasmodium ovale -Trofozoit muda(bentuk cincin) dengan titik-titikSchüffner-Trofozoit muda (eritrosit membesar)-Trofozoit lanjut dengan tepi berumbai (fimbriated )-Skizon muda dengan eritrosit yang tidak teratur
-Skizon matang dengan merozoit (8) tersusun tidakteratur-Mikrogametosit dengan kromatin yang tersebar-Makrogametosit dengan kromatin yang kompak
L.O. 1.2 Sifat plasmodiumPlasmodium Falciparum
PlasmodiumVivax
PlasmodiumOvale
Plasmodiummalariae
Daur praeritrosit 5,5 hari 8 hari 9 hari 10-15 hariHipnozoit - + + -Jumlah merozoit hati
40.000 10.000 15.000 15.000
Skizon hati 60 mikron 45 mikron 70 mikron 55 mikronDaur eritrosit 48 jam 48 jam 50 jam 72 jamEritrosit yang dihinggapi
Muda dan normosit
Retikulosit dan normosit
Retikulosit dan normosit muda
Normosit
Pembesaran eritrosit
- ++ + -
Titik-titik eritrosit Maurer Schuffner Schuffner ZiemannPigmen Hitam Kuning tengguli Tengguli tua Tengguli hitamJumlah merozoit eritrosit
8-24 12-18 8-10 8
Daur dalam nyamuk pada 27oC
10 hari 8-9 hari 12-14 hari 26-28 hari
L.O. 1.3. Siklus hidupPlasmodium mengalami 2 siklus, yaitu :
1. Siklus aseksual (schizogoni) di dalam tubuh vertebrata (termasuk manusia)
2. Siklus seksual (sporogoni) di dalam tubuh nyamuk. Schizogoni : - Sporozoit infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles dimasukkan ke dalam aliran darah hospes vertebrata / manusia. - Dalam 30 menit, sporozoit memasuki sel parenkim hati dan memulai stadium eksoeritrositer. - Dalam sel hati sporozoit berkembang menjadi schizont, kecuali sebagian parasit yang tidak berkembang akan mengalami masa “ tidur “ (dormant) dan disebut sebagai hipnosoit yang sewaktu waktu dapat berkembang menjadi aktif. - Schizont matang dalam sel hati akan membelah dan mengeluarkan merozoit. - Merozoit hati memasuki eritrosit dan mulai berjalan stadium eritrositer. - Merozoit dalam eritrosit berkembang menjadi bentuk tropozoit. - Tropozoit berkembang menjadi schizont, yang bila telah matang akan pecah dan mengeluarkan merozoit. - Sebagian merozoit akan mengalami fagositosis, sebagian lagi akan memasuki eritrosit lain dan mengulang siklus schizogoni, sementara sebagian lainnya lagi akan memasuki eritrosit tetapi tidak membentuk schizont melainkan membentuk gametosit. Sporogoni : - Gametosit dalam eritrosit akan masuk ke tubuh nyamuk bersamaan saat nyamuk menggigit manusia yang terinfeksi Plasmodium. - Mikrogametosit matang akan mengeluarkan filament yang aktif dan bisa membuahi makrogametosit dan menghasilkan zigot. - Dalam waktu 12 – 24 jam setelah nyamuk menghisap darah, zigot menjadi ookinet yang dapat
menembus dinding lambung berkembang menjadi ookista. - Di dalam ookista dibentuk ribuan sporozoit. - Saat ookista pecah, sporozoit keluar dan akan menuju ke seluruh bagian tubuh nyamu termasuk menembus kelenjar liurnya - Bila nyamuk menggigit manusia, sporozoit masuk ke tubuh manusia dan dimulailah siklus schizogoni.
P.falciparum P.vivax P.ovale P.malariaeSiklus eksoeritrositik primer (hari)
5-7 8 9 14-15
Siklus aseksual dalam darah (hari)
48 48 50 72
Masa prepaten (hari)
6-25 8-27 12-20 18-59
Masa inkubasi (hari)
7-27 13-17 14 23-69
Keluarnya gametosit (hari)
8-15 5 5 5-23
Jumlah merozoit per skizon jaringan
30-40.000 10.000 15.000 15.000
Siklus sporogoni dalam nyamuk (hari)
9-22 8-16 12-24 16-35
L.I. 2. Memahami dan mempelajari malaria
L.O. 2.1. Definisi malariaPenyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang
termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) serangga nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Penderita umumnya tinggal didaerah rawa-rawa yang mengeluarkan gas-gas berbau busuk, sehingga sebagian masyarakat percaya bahwa udara buruk diaderah rawa sebagai penyebab malaria.Istilah malaria diambil dari dua kata yaitu mal = buruk dan area = udara. Secara harfiah dapat dikatakan malaria adalah penyakit yang timbul akibat lingkungan yang kotor dimana merupakan tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti nyamuk.
L.O. 2.2. Etiologi malariaMalaria disebabkan oleh parasite sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk anopheles akan menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar. Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai dengan jumlah sporozoit, kualitas plasmodium, dan daya tahan tubuhnya.
Sporozoit akan memulai stadium eksoeritrositer dengan masuk ke sel hati. Di hati sporozoit matang menjadi skizon yang akan pecah dan melepaskan merozoit jaringan, merozoit akan memasuki aliran darah dan menginfeksi eritrosit untuk memulai siklus eritrositer. Merozoit dalam eritrosit akan mengalami perubahan morfologi yaitu: merozoit → bentuk cincin → trofozoit → merozoit. Proses ini
berlangsung 2-3 hari. Diantara merozoit-merozoit tersebut ada yang berkembang membentuk gametosit untuk kembali memulai siklus seksual menjadi mikrogamet dan makrogamet.
L.O. 2.3 Patogenesis malariaPatogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit infeksi pada umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama lain, dan menentukan manifestasi klinis malaria yang bervariasi mulai dari yang paling berat ,yaitu malaria dengan komplikasi gagal organ (malaria berat), malaria ringan tanpa komplikasi, atau yang paling ringan, yaitu infeksi asimtomatik. Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul bervariasi tergantung pada berbagai hal antara lain usia penderita, cara transmisi, status kekebalan, jenis plasmodium, infeksi tunggal atau campuran. Selain itu yang tidak kalah penting adalah kebiasaan menggunakan obat anti malaria yang kurang rasional yang dapat mendorong timbulnya resistensi. Berbagai faktor tersebut dapat mengacaukan diagnosis malaria sehingga dapat disangka demam tifoid atau hepatitis, terlebih untuk daerah yang dinyatakan bebas malaria atau yang Annual Parasite Incidence –nya rendah.
L.O. 2.4. Manifestasi KlinikAdalah penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan gejala utama
demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut :
• Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat. • Nafsu makan menurun. • Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah. • Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum. • Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa. • Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan. • Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret
(diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.
• Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu : 1. Stadium dingin (cold stage).
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
2. Stadium demam (Hot stage). Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala menjadi –jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat hasil dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit darah kedalam aliran darah.
3. Stadium berkeringat (sweating stage). Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada species parasit dan umur dari
penderita, gejala klinis yang berat biasanya teljadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum
LO 2.5. Diagnosis & Diagnosis BandingDiagnosis malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboraturium dan
pemeroksaan penunjang. Diagnosis pasti dibuat dengan ditemukannya parasit malaria dalam pemeriksaan mikroskopis laboraturium1. Gejala Klinis
a. AnamnesisKeluhan utama yang sering muncuk adalah demam lebih dari 2 hari, menggigil dan berkeringat (trias malaria). Demam karena P. Falciparum dapat terjadi setiap hari, P vivax atau Ovale demamnya berselang satu hari. Sedangkan pada demam P.Malariae berselang 2 hariSumber penyakit harus ditelusurui, apakah pernah berpergian dan bermalam di daerah endemik malaria dalam 1 bulan terakhir.Kecurigaab adanya tersangja malaria berat dapat dilihat dari adanya satu gejala atau lebih, yaitu gangguan kesadaran,kelemahan atau kelumpuhan otot, kejang-kejang,kekuningan pada bola mata,munta darah atau berak darah.
b. Pemeriksan fisikPasien mengalami demam 37.5-40 C, serta anemia dibuktikan dengan konjuntiva palbera yang pucat, Penderita sering disertai adanya pembesaran limpa dan hati. Pada malaria berat, ditemukan penurunan kesadaran, dehidrasi dan diikuti dengan munculnya gejala neurologs
2. Pemeriksaan Laboraturiuma. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut teknis pembuatannya dibagi menjadi preparat darah tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya parasit malaria di dalam darah. Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat jenis plasmodium dan stadiumnya, serta kepadatan parasitnya.Kepadatan parasit dapat dilihat melalui 2 cara yaitu semikuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah menghitung parasit dalam Lapangan Pandang Besar.
b. Tes Diagnostik cepat (RDT,Rapid Diagnostic)Metode ini mendeteksi adanya antigen maria dalam darah dengan imunokrumatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tes ini empunyai kelebuhan yaitu hasil pengujian lebih cepat dapat diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesifisitas dan sensivitasnya.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita, meliputi pemerksaan kadar hemoglobin, hematrokit, jumlah leukosit,trombosit dan eritrosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah (gula darah,SGOT,SGPT,tes funsgi ginjal). Serta pemeriksaan toraks,EKG dan lainnya sesuai indikasi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderitam meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematocrit, jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT, SGPT, tes fungsi ginjal), serta pemeriksaan foto toraks, EKG, dan pemeriksaan lainnya yang sesuai indikasi.
Pemeriksaan tes darah untuk malaria
Tetesan preparat darah tebalMerupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Preparat dinyatakan negatif apabila setelah diperiksa 200 lapang pandang dengan pembesaran kuat 700-1000 kali tidak ditemukan parasit.
Tetesan darah tipisDigunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan.Kepadatan parasite dinyatakan sebagai hitung parasit, dapat dilakukan berdasarkan jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah.Bila jumlah parasite > 100.000/µL darah menandakan infeksi yang berat.
Tes Antigen: P-F test
Yaitu mendeteksi antigen dari P. falciparum (Histidine Rich Protein II).Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidka memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus.Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar di pasaran yaitu dengan metode ICT.
Tes Serologi
Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal.Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer: > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru; dan tes > 1:20 dinyatakan positif.
Pemeriksaan PCR
Dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup tepat dan sensitivitasnya maupun spesifitasnya tinggi.Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasite sangat sedikit dapat memberikan hasil positif.
Diagnosis banding
Pada malaria berat, diagnose banding tergantung manifestasi malaria beratnya. Pada malaria ikterus, diagnose bandingnya adalah demam tifoid dengan hepatitis, kolesistitis, abses hati, dan leptospirosis. Hepatitis pada saat timbul ikterus biasanya tidak dijumpai demam lagi.Pada malaria serebral harus dibedakan dengan infeksi pada otak lainnya seperti meningitis, ensefalitis, tifoid ensefalopati, tripanososmiasis.Penurunan kesadaran dan koma dapat terjadi pada gangguan metabolik (diabetes, uremi), gangguan serebrovaskular (sktrok), eklampsia, epilepsy, dan tumor otak.
L.O. 2.6 Komplikasi- Malaria cerebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan berdasarkan penilaian GCS. - Academia/acidosis: pH darah < 7.25 atau plasma bicarbonate <15 mmol/1 - Anemia berat (Hb < 5 g/dl atau hematokrit < 15% ) pada keadaan parasit > 10.000/ul; bila anemianya hipokromik dan/atau miktositik harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia/hemoblobinopati lainya.
- Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24 jam pada orang dewasa atau 12ml/BB pada anak anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg/dl - Edema paru non kardoigenic/ARDS - Hipoglikemi : gula darah < 40 ml/dl. - Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistol < 70 mmHg (anak 1-5 tahun<50 mmHg); disertai keringat dingin atau perbedaan temperature kulit mukosa>10°C. - Pendarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan/atau disertai kelainan labolatorik adanya gangguan koagulasi intravascular. - Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam. - Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti malaria/kelainan eritrosit(kekurangan G-6-PD)).
- Diagnosis post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler pada jaingan otak
L.O. 2.7. Pengobatan dan pencegahan
Pengobatan
malaria vivaks / malaria
ovale Hari
Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur
0 - 1bulan
2 - 11 bulan
1 -4 tahun
5 – 9 tahun
10 – 14 tahun
> 15tahun
1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3 – 4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3 – 4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Primakuin - - ¼ ¾ 1
H4-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan untuk Pv / Po :
- Klorokuin : hari I & II = 10 mg/kg bb, hari III = 5 mg/kg bb
- Primakuin : 0,25 mg/kg bb /hari, selama 14 hari.
Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama, maka diberikan pengobatan lini kedua seperti tabel di bawah ini.
Tabel 4. Pengobatan
malaria vivaks / malaria
ovale resisten klorokuin
Jenis obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0–1
bulan
2-11
bulan
1 – 4
tahun
5 – 9
tahun
10–14
tahun
> 15
tahun
Hari
1 - 7 Kina *) *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1
½
3 x 2
1 - 14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Dosis berdasarkan berat badan : - Kina 30 mg/Kgbb/hari (dibagi 3 dosis)
- Primakuin 0,25 mg/kgbb.
Obat malaria berat
Lini pertama :Artemether injeksi diberikan secara intramuskuler, selama 5 hari.
Setiap ampul Artemether berisi 80 mg/ml.
Dosis dan cara pemberian Artemether:
Untuk dewasa: dosis inisial 160 mg (2 ampul) IM pada hari ke 1, diikuti 80 mg (1 ampul) IM pada hari ke 2 s/d ke 5. Dosis anak tergantung berat badan yaitu:
Hari Pertama : 3,2 mg/KgBB/hari
Hari II- V : 1,6 mg/KgBB/hari
Lini kedua : Kina perinfus/drip
Cara pemberian kina per-infus: Dosis dewasa (termasuk ibu hamil) : Kina HCl 25 % dosis 10
mg/Kgbb (1 ampul isi 2 ml = 500 mg kina HCl 25 %) yang dilarutkan dalam 500 ml dekstrose 5
% atau NaCl 0,9 % diberikan selama 8 jam, diulang dengan cairan yang sama setiap 8 jam terus-
menerus sampai penderita dapat minum obat.
Atau :
Kina HCl 25 % (perinfus), dosis 10mg/Kg BB/4jam diberikan setiap 8 jam, diulang dengan cairan
dan dosis yang sama setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat.
Dosis anak-anak : Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6-8 mg/kg bb) diencerkan dengan 5-10 cc dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 % per kgbb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum obat.
Apabila tidak memungkinkan pemberian kina per- infus maka kina dapat diberikan intramuskular. Sediaan yang ada untuk pemberian intramuskular yaitu Kinin antipirin dengan dosis: 10 mg/kgbb IM (dosis tunggal) yang merupakan pemberian anti malaria pra rujukan.
Tatalaksana Pengobatan lebih lengkap dapat dilihat pada Buku ”Tatalaksana kasus Malaria” yang dikeluarkan oleh Direktorat jenderal PPM&PL, Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang tahun 2003
L.O. 2.8. PrognosisPrognosis malaria vivaks biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Bila tidak diberi
pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau lebih. Rata-rata infeksi malaria vivaks tanpa pengobatan berlangsung 3 tahun, tetapi pada beberapa kasus dapat berlangsung lebih lama, terutama karena relapsnya.
L.O. 2.9. EpidemiologiMalaria dapat ditemukan di daerah mulai dari belahan bumi utara 49o-64o lintang utara (Amerika
Utara sampai Eropa dan Asia) ke belahan bumi selatan pada 32o lintang selatan (Amerika Selatan). Mulai dari daerah dengan ketinggian 2850 m (Bolovia) sanmpai dengan daerah dengan ketinggian 400 m dibawah permukaan laut. Daerah yang sejak semula bebas dari malaria adalah daerah pasifik tengah dan selatan (Hawai dan Selandia Baru).
Keadaan malaria saat ini, diperkirakan terdapat 300-500 juta kasus malaria klinis/tahun dengan 1,5 juta-2,7 juta kematian. Di Asia Tenggara Negara yang termasuk wilayah endemic malaria adalah Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia, Maldives, Myangmar, Nepal, Srilanka, dan Thailand. Di Indonesia malaria ditemukan tersebar pada semua pulau dengan derajat dan berat infeksi yang bervariasi. Menurut data hamper separuh dari populasi Indonesia bertempat tinggal di daerah endemic malaria dan diperkirakan ada 30 juta kasus malaria setiap tahunnya. Di Jawa-Bali endemisitas malaria tersebar di 39 daerah dan untuk Jawa Tengah dan Jawa Barat kasus malarianya merupakan penyakit yang muncul kembali. Untuk luar Jawa-Bali 70 juta diantaranya terdapat di wilayah yang mempunyai risiko terhadap malaria dengan 30 juta terdapat di wilayah Indonesia Timur. Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum dan P. vivax, sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi antara lain : Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua. P. ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua.
L.I. 3. Memahami dan mempelajari vector malaria (anopheles)
L.O. 3.1 MorfologiNyamuk Anopheles aconitus berukuran kecil (4-13 mm) dan rapuh. Kepalanya
mempunyai probosis halus dan panjang melebihi panjang kepala. Pada nyamuk betinaprobosis dipakai sebagai alat untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantanuntuk menghisap bahan-bahan cair seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, danjuga keringat. Di kiri kanan probosis terdapat palpus yang terdiri atas 5 ruas dansepasang antena yang terdiri atas 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat(plumose) dan pada nyamuk betina jarang (pilose). Sebagian besar toraks yang tampak(mesontom), diliputi bulu halus. Bulu ini berwarna putih/kuning dan membentukgambaran yang khas untuk masing-masing spesies. Posterior dari mesonotum terdapatskutelum yang berbentuk melengkung (rounded). Sayap nyamuk panjang dan langsing,mempunyai vena yang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang
terletak mengikuti vena. Pada pinggir sayap terdapat sederetan rambut yang disebutfringe. Abdomen berbentuk silinder dan terdiri atas 10 ruas. Dua ruas yang terakhirberubah menjadi alat kelamin. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki (hexapoda) yangmelekat pada toraks dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas femur, 1 ruas tibia, dan 5 ruastarsus (Hoedojo, 2000). Nyamuk Anopheles aconitus menghisap darah atau cairan laindalam posisi menungging (Soedarto, 1989)
L.O. 3.2 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Superfamily : Culicoidea
Family : Culicidae
Subfamily : Anophelinae
Genus : Anopheles
NO VEKTORTEMPAT PERINDUKAN
LARVAPERILAKU NYAMUK
DEWASA
1 An.sundaicus
Muara sungai yang dangkal pada musim kemarau, tambak ikan yang kurang terpelihara, parit- parit di sepanjang pantai bekas galian yang terisi air payau, tempat penggaraman (Bali) di air tawar (kaltim dan Sum)
Antropofilik > zoofilik; mengigit sepanjang malam
Tit: di dalam dan di luar rumah
2 An. aconitus Persawahan dengan saluran irigasi, tepi sungai pada musim kemarau, kolam ikan dengan
Zoofilik > antropofilik
eksofagik mengigit di waktu
tanaman rumput di tepinyasenja sampai dengan dini hari
Tit: di luar rumah (pit traps)
3 An. subpictus
Kumpulan air yang permanan/ sementara, celah tanah bekas kaki bnatang, tambak ikan dan bekas galian di pantai (pantai utara pulau jawa)
Ntropofilik > zoofilik
Mengigit di waktu malam
Tit: di dalam dan di luar rumah (kandang)
4 An. barbirostisSawah dan saluran irigasi, kolam, rawa, mata air, sumur dan lain- lain
Antropofilik (sul & NT) zoofilik (jawa & sumatera) eksofagik > endofagik
Mengigit malam
Tit: di luar rumah (pada tanaman)
5. An. balanbacensis
Bekas roda yang tergenang air, air, bekas jejak kaki binatang yang berlumpur yang berair, tepi sungai pada musim kemarau, kolam atau kali yang berbatu di hutan atau daerah pedalaman
Antropofilik < zoofilik endofilik mengigit malam
Tit: di luar rumah (di sekitar kandang)
6. An. LetiferAir tergenang (tahan hidup ditempat asam) terutama dataran pinggir pantai
Antropofilik > zoofilik
Tit: bagian bawah atap di luar rumah
7. An. farauti
Kebun kangkung, kolam, genangan air dalam perahu, genangan air hujan, rawa- rawa dan saluran air
Antropofilik > zoofilik
Eksofagikmengigit malam
Tit: di dalam dan diluar rumah
8. An. punctulatus
Air di tempat terbuka dan terkena sinar matahari, pantai (pada musim penghujan), tepi sungai
Antrofopolik > zoofilik
Mengigit malam
Tit: di dalam rumah
9. An. Lodlowi Sungai di daerah pergunungan Antropofilik >> zoofilik
10. An. koliensis
Bekas jejak roda kendaraan, lubang- lubang di tanah yang berisi air, saluran- saluran, kolam, kebun kangkung dan rawa- rwa tertutup
Antropofilik >> zoofilik
Mengigit malam
Tit: di dalam rumah
11. An. nigerrimusSawah, kolam dan rawa yang ada tanaman air
Zoofilik > antropofilik
Mengigit pada senja- malam
Tit: di luar rumah (kandang)
12. An. sinensisSawah, kolam dan rawa yang ada tanaman air
Zoofilik > antropofilik
Mengigit pada senja- malam
Tit: di luar rumah (kandang)
13. An. flavirostisSungai dan mata air terutama apabila bagian tepinya berumput
Zoofilik > antropofilik
Tit: belum ada laporan
14. An. karwariAir tawar yang jernih yang terkena sinar matahari, di daerah pergunungan
Zoofilik > antropofilik
Tit: di luar rumah
15. An. Maculatus
Mata air dan sungai dengan air jernih yang mengalir lambat di daerah pergunungan dan perkebunan teh (di jawa)
Zoofilik > antropofilik
Mengigit malam
Tit: di luar rumah (sekitar kandang)
16. An. bancrofti
Danau dangan tumbuhan bakung, air rawa yang tergenang dan rawa dengan tumbuhan pakis
Zoofilik > antropofilik
Tit: belum jelas
17 An. barbumbrosus
Di pinggir sungai yang terlindung dengan air yang mengalir lambat dekat hutan di dataran tinggi
Bionomiknya belum banyak dipelajari antropofiliknya
L.O. 3.3 HabitatTempat perindukan nyamuk Anopheles bermacam-macam tergantung kepada spesies dan dapat
dibagi menurut 3 kawasan yaitu kawasan pantai, kawasan pedalaman, dan kawasan kaki gunung dan gunung. Anopheles aconitus ditemukan di kawasan pedalaman yang ada sawah, rawa, dan saluran air irigasi (Hoedojo, 2000).
L.I. 4. Memahami dan Mempelajari Pemberantasan Malaria
a. Tujuan
Umum: menekan moriditas dan mortalitas & mempertahankan daerah bebas malaria
Khusus: morbiditas <0.08/1000 penduduk & high case incidence kecamatan<10 ; kelurahan<100
b. Sasaran
Sasaran nasional pada tahun 2001 adalah morbiditas ≤1/%0 di jawa-bali.
c. kebijaksanaan
Memperluas daerah bebas malaria Menanggulangi focus Meningkatkan aspek manajerial petugas Meningkatkan kualitas survailans Memberantas vector Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas vector
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pengobatan%20malaria&source=web&cd=2&sqi=2&ved=0CDEQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.who.or.id%2Find%2Fcontents%2Faceh%2FPedoman%2520Malaria%2520di%2520daerah%2520bencana.pdf&ei=hkGFT7DEEYnprAeH07W5Bg&usg=AFQjCNE5dd8DnMb_KB4aUEtXjMmWPJICFA&cad=rja
http://www.sodiycxacun.web.id/2010/06/mengenal-plasmodium-sp.html
http://www.scribd.com/doc/44531013/plasmodium-p
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I.(2009). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. Jakarta:Interna Publishing
Sutanto, Inge, Is Suhariah, Ismid, Pudji K. Sjarifudding, et all. (2009). Buku ajar parasitology kedokteran. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Widoyono.(2011). Penyakit Tropis. Edisi II. Jakarta : Erlangga