Download - pap smear 2
7
BAB II
TINJUAN TEORI
A. Teori
1. Konsep Dasar Pemeriksaaan Pap Smear
a. Pengertian Pap Smear
Test Pap Smear diartikan sebagai pemeriksaan epitel porsio
dan endoserviks uteri untuk pemantauan adanya perubahan diporsio
atau serviks pada tingkat pra ganas dan ganas (Sukaca, 2009, p.88).
Test Pap Smear juga diartikan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang
diambil satu dari leher rahim dan kemudian di periksa di bawah
mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel
tersebut (Diananda, 2009, p.46).
b. Tujuan test Pap Smear
Tujuan dari test Pap Smear menurut Sukaca (2009, p.89) sebagai
berikut:
1) Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat
berkembang menjadi kanker serviks.
2) Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi
seseorang yang belum menderita kanker.
3) Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker
leher rahim.
4) Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.
8
c. Wanita yang dianjurkan test Pap Smear
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan test Pap Smear
biasanya mereka yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi
kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya
memeriksakan diri. Wanita-wanita sasaran test Pap Smear menurut
Sukaca (2009, p.89-90) sebagai berikut:
1) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah
atau belum namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
2) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual
atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin.
3) Setiap tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun.
4) Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
5) Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun.
6) Pap Smear test setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun
dan juga bagi wanita di bawah 20 tahun yang seksualnya aktif.
7) Sesudah 2 kali pap test (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan
bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap test.
8) Sesering mungkin jika hasil Pap Smear menunjukan abnormal,
sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan pra kanker
maupun kanker serviks.
9
d. Syarat pendeteksian Pap Smear
Jika ingin melakukan tes Pap Smear harus memperhatikan
beberapa hal penting. Hal-hal penting yang harus diperhatikan menurut
Sukaca (2009, p.90-91) sebagai berikut:
1) Waktu pengambilan sebaiknya memperhatikan waktu menstruasi
anda yaitu pengambilan dimulai minimal 2 minggu setelah dan
sebelum menstruasi berikutnya.
2) Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada petugas mengenai
aktivitas seksualnya dan riwayat kesehatan yang pernah dideritanya.
3) Hindarilah hubungan intim yang tidak boleh dilakukan dalam waktu
24 jam sebelum pengambilan bahan pemeriksaan.
4) Pembilasan vagina dengan bermacam-macam cairan kimia tidak
boleh dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.
5) Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang
pemeriksaan Pap Smear.
6) Jika anda meminum obat maka informasikan kepada petugas sebab
beberapa obat akan mempengaruhi hasil analisis sel.
e. Mengelompokan hasil pemeriksaan Pap Smear
Mengelompokan atau pengklasifikasian Pap Smear menurut Sukaca
(2009, p.91-92) sebagai berikut:
1) Kelas I
Pada kelas I identik dengan normal smear. Pemeriksaan ulang 1
tahun sekali.
10
2) Kelas II
Pada kelas II menunjukan adanya infeksi ringan non spesifik,
terkadang disertai dengan kuman atau virus tertentu. Disertai pula
dengan kariotik ringan. Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi.
Pengobatannya disesuaikan dengan penyebabnya. Bila ada radang
bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang setelah
pengobatan.
3) Kelas III
Kelas III dapat ditemukan sel diagnostik sedang keradangan berat.
Pemeriksaan ulang dilakukan setelah pengobatan.
4) Kelas IV
Di kelas IV telah ditemukan sel-sel yang mencurigakan dan ganas.
5) Kelas V
Ditemukan sel-sel ganas.
f. Cara pemeriksaan Pap Smear
Cara pemeriksaan Pap Smear memang agak berisiko, sebab
leher rahim berada di dalam. Namun petugas yang ahli sudah tentu
mengatasi hal ini. Adapun cara pemeriksaan Pap Smear menurut
Sukaca (2009, p.92-94) sebagai berikut:
1) Wajib mengisi wadah spesimen.
Preparat yang digunakan diberi label dengan diisi tulisan tanggal
serta nomer identitas pasien.
2) Menginsersi spekulum dengan ukuran tetap.
11
3) Empat metode pengumpulan spesimen:
a) Menempatkan ujung spatula kayu.
Sepatula kayu harus mengenai dan masuk kedalam mulut
eksternal serviks.
b) Mengambil spesimen kanalis servikalis dengan memutar spatula
satu lingkaran penuh. Ujung kapas dilembabkan dengan normal
saline. Menginsersi aplikator berujung kapas ke dalam saluran
serviks 2 cm, memutar 360 derajat.
c) Menginsersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran servik
dan putar 90-180 derajat.
d) Mengumpulkan sel-sel pada spatula kayu, tempatkan dekat label
diatas setengah bagian atas preparat. Usap 1 kali sampai ujung
preparat. Setelah itu membalikkan spatula, tempatkan sisi datar
lain dekat label pada setengah bagian bawah preparat dan usap
satu kali sampai ujung preparat.
e) Memasukkan bahan preparat didalam tabung berisi larutan
fiksasi.
f) Melakukan pengamatan mikroskopik di laboratorium.
2. Kanker Serviks
a. Kanker Serviks
Kanker adalah terjadinya pembelahan sel yang tidak
terkendali. Sel-sel tersebut kemudian menyerang dan merusak jaringan
12
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis) (Ghofar, 2009. p.11).
Leher rahim adalah bagian dari sistem reproduksi perempuan
yang terletak di bagian bawah yang sempit dari rahim (uterus atau
womb). Sedangkan, rahim adalah suatu organ berongga yang berbentuk
buah pir pada perut bagian bawah. Adapun penghubung rahim menuju
vagina adalah mulut rahim (serviks) (Sabrina, 2009, p.77).
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi
pada serviks, sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan
fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai
dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang
abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang (Sukaca, 2009,
p.24-25).
Kanker servik adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel
serviks, kanker serviks dapat berasal dari sel-sel di leher rahim tetapi
dapat pula tumbuh dari sel-sel mulut rahim atau keduanya (Nurwijaya,
dkk., 2010, p.8)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kanker serviks
Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi adanya kanker
serviks adalah sebagai pemicu tumbuhnya sel tidak normal. Beberapa
faktor predisposisi kanker serviks ada tiga faktor yaitu faktor individu,
faktor resiko dan faktor pasangan laki-laki (Sukaca, 2009, p.37).
13
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kanker serviks
menurut Sukaca (2009, p.37-49) sebagai berikut:
1) Faktor Resiko
a) Makanan
Makanan yang mungkin juga meningkatkan resiko
terjadinya kanker serviks pada wanita adalah makanan yang
rendah : beta karoten, vit A, C, dan E.
b) Pemakaian Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu yang
lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan resiko kanker serviks
sebanyak 2 kali.
c) Pemakaian DES (dietilstilbesterol)
Pemakain DES pada obat penguat kandungan adalah
untuk wanita hamil, yang bertujuan untuk mencegah keguguran
bnyak digunakan pada tahun 1940-1970), ini sebenarnya dapat
memicu kanker serviks.
d) Golongan ekonomi lemah
Golongan ekonomi lemah tidak mampu melakukan Pap
Smear secara rutin. Pengetahuan mereka mengenai resiko kanker
serviks juga sangat rendah. Oleh karena itu mereka banyak yang
terjangkit penyakit ini.
14
2) Faktor Individu
a) HPV (Human Papillomavirus)
Infeksi HPV dapat menyebabakan kanker serviks. Dua
sub tipe HPV dengan resiko tinggi keganasan, yaitu tipe 16 dan
18 yang ditemukan pada 70% kanker leher rahim.
b) Herpes Simpleks Virus (HVS) tipe 2
Pada awal tahun 1970 herpes simpleks tipe 2 sebagai
timbulnya kanker serviks. Virus ini hanya diduga sebagai faktor
pemicu terjadinya kanker.
c) Merokok
Sebuah penelitian menunjukkan, lendir serviks pada
wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada
di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan
serviks disamping merupakan kokarsinogen infeksi virus.
d) Umur
Menopause memang akan dialami semua wanita. Pada
masa itu sering terjadi perubahan sel-sel abnormal pada mulut
rahim. Pada usia 35-55 tahun memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk
menderita kanker serviks.
e) Paritas
Paritas merupakan seorang wanita yang pernah
melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas yang berbahaya adalah
dengan memiliki jumlah anak lebih dari dua orang atu jarak
15
persalinan terlalu dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya
perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim.
3) Faktor Pasangan
a) Hubungan seks dalam usia muda
Faktor resiko ini merupakan faktor utama. Berdasarkan
penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks
pada usia kurang dari 17 tahun, mempunyai resiko tiga kali lebih
besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
b) Pasangan seksual lebih dari satu (multipartner sex)
Perilaku berganti-ganti pasangan akan meningkatkan
penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti
HPV telah terbukti dalam meningkatkan timbulnya kanker
serviks. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada
wanita yang mempunyai teman seksual 6 orang atau lebih.
Disamping itu, virus herpes simpleks tipe -2 dapat menjadi faktor
pendamping.
c. Gejala Kanker Serviks
Ada beberapa gejala dan cara pemeriksaan serviks menurut Sukaca
(2009, p.71-106) sebagai berikut:
1) Gejala penderita pra kanker serviks
Pada fase sebelum terjangkitnya kanker sering penderita
tidak mengalami gejala atau tanda khas. Beberapa gejala-gejala yang
sering ditemukan menurut Sukaca (2009, p.71-72) sebagai berikut:
16
a) Keluar cairan encer dari vagina (keputihan).
b) Pendarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi
pendarahan yang abnormal.
c) Timbulnya pendarahan setelah masa menopause.
d) Pada fase invasi dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan,
berbau dan dapat bercampur darah.
e) Timbul gejala anemia bila terjadi pendarahan kronis.
f) Terjadi nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada
radang panggul.
g) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang
gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus
besar bagian bawah (rektum).
2) Gejala Kanker Serviks
Namun bila sel-sel tidak normal ini berkembang menjadi
kanker serviks, menurut Sukaca (2009, p.75) gejalanya berupa:
a) Perdarahan pada vagina dan tidak normal. Hal ini dapat ditandai
dengan pendarahan di antara periode menstruasi yang regular,
periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari
biasanya, perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan
panggul.
b) Rasa sakit saat berhubungan seksual.
c) Jika kanker berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejala-
gejala seperti berkurangnya nafsu makan, penurunan berat badan,
17
kelelahan, nyeri panggul dan tungkai, keluar air kemih dan tinja
dari vagina.
d. Pemeriksaan Kanker serviks
Ada beberapa cara pemeriksaan kanker serviks menurut
Sukaca (2009, p.88-106) sebagai berikut:
1) Mendeteksi kanker serviks dengan Pap Smear
Test Pap Smear diartikan sebagai pemeriksaan epitel
porsio dan endoservik uteri untuk pemantauan adanya perubahan di
porsio atau serviks pada tingkat pra ganas dan ganas.
2) IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) Tes
IVA tes merupakan cara sederhana untuk mendeteksi
kanker leher rahim sedini mungkin. Alat ini begitu sederhana sebab
saat pemeriksaannya tidak perlu ke laboratorium.
3) Mendiagnosis Serviks dengan Kolposkopi
Kolposkopi merupakan suatu pemeriksaan untuk melihat
permukaan leher rahim. Pemeriksaan ini menggunakan mikroskop
berkekuatan rendah yang memperbesar permukaan leher rahim.
Perbesaran dari 10-40 kali dari ukuran normal. Ini dapat membantu
mengidentifikasi area permukaan leher rahim yang menunjukkan
ketidaknormalan.
4) Vagina Inflammation Self Test Card
Vagina Inflammation Self Test Card adalah alat
pendeteksian yang dapat menjadi ’’Warning Sign”. Di tes dengan
18
alat ini adalah tingkat keasaman (pH), tes ini cukup akurat, sebab
pada umumnya apabila seorang wanita terkena infeksi, mioma, kista
bahkan kanker serviks, kadar pH nya tinggi. Dengan begitu maka
melalui tes ini paling tidak wanita dapat mengetahui kondisi vagina
secara kasar.
5) Schillentest
Cara kerja pemeriksaan ini adalah :
1) Serviks diolesi dengan larutan yodium.
2) Sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat.
3) Sedangkan sel abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glikogen
karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio di beri yodium maka
epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedangkan
yang terkena karsinoma tidak berwarna.
6) Kolpomikroskopi
Kolpomikroskopi adalah pemeriksaan yang bergabung
dengan Pap Smear. Kolpomikroskopi dapat melihat hapusan vagina
(Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
7) Sitologi
Sitologi adalah untuk mendeteksi lesi secara dini. Sejak
kanker masih dalam tingkat displasia dan NIS (Neoplasia
Intraepitelial Serviks). Ketelitian sitologi melebihi 90% bila
dilakukan dengan baik.
19
8) Dilatasi dan Kuretase ( D & K)
Dilatasi dan kuretase jarang digunakan. Sebab tindakan ini
kadang-kadang perlu dilakukan untuk menilai perluasan proses ke
atas. Terutama apabila diperlukan modifikasi dalam pengobatan.
Kuretase dilakukan secara bertingkat, mencakup kanalis servikalis
dan kavum uterus.
e. Mencegah Kanker Leher Rahim
Adapun cara mencegah pra kanker dan cara menghindari kanker serviks
menurut Sukaca (2009, p.111-121) sebagai berikut:
1) Mencegah displasia atau pra kanker
Pencegahan displasia atau pra kanker adalah pencegahan
sebelum datangnya kanker leher rahim. Menghindari displasia
kanker leher rahim sebagai berikut:
a) Pencegahan Primer
Cara-cara pencegahan primer adalah :
(1) Tundalah hubungan seksual sampai usia diatas remaja.
(2) Batasi jumlah pasangan.
(3) Menolak berhubungan seksual dengan yang mempunyai
banyak pasangan.
(4) Menolak berhubungan seksual dengan orang yang terinfeksi
genetalia.
(5) Hubungan seksual yang aman, kondom tidak memproteksi
infeksi HIV.
20
(6) Jika anda merokok maka hentikan merokok.
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan
dengan cara uji Pap Smear dengan teratur. Hal ini dapat
dilakukan pada :
(1) Semua wanita usia 18 tahun atau telah melakukan hubungan
seksual.
(2) Bila telah tiga kali Pap Smear dan hasilnya normal maka
pemeriksaan akan lebih jarang.
(3) Wanita yang telah dilakukan pengangkatan rahim.
(4) Wanita yang telah menopause masih dibutuhkan
pemeriksaan uji Pap Smear.
2) Cara Menghindari Kanker Serviks
Menghindari dapat juga mencegah terjadinya kanker
serviks, yang harus dilakukan untuk menghindari kanker ini dengan
cara sebagai berikut:
a) Menunda waktu untuk menjadi wanita yang memiliki aktivitas
seksual yang tinggi
Orang yang aktifitas seksualitasnya tinggi dapat
terjangkitnya kanker rahim, maka semakin muda orang
melakukan hubungan seksual maka akan semakin besar
kemungkinan berkembangnya kanker serviks.
21
b) Jangan berganti-ganti pasangan pasangan
Berganti-ganti pasangan dapat tertular virus HPV.
Semakin banyak seorang wanita memiliki pasangan seks maka
semakin besar pula kemungkinan tertular virus ini.
c) Melakukan vaksinasi HPV (Human Papillomavirus)
Vaksin HPV dapat dilakukan sebelum remaja. Bila
dilakukan saat umur 9 tahun. Hal ini dilakukan agar dapat
terhindar dari kanker yang mematikan ini.
d) Melakukan pemeriksaan rutin
Pemeriksaan rutin dapat dilakukan dengan bermacam-
macam. Namun yang paling sering adalah dengan menggunakan
Pap Smear.
e) Hindarilah rokok
Zat yang terkandung dalam nikotin akan
mempermudah selaput sel lendir sel-sel tubuh beraksi.
Sedangkan isi dari serviks adalah lendir. Dengan begitu resiko
untuk berkembangnya sel yang abnormal akan semakin mudah.
f) Jangan mencuci vagina terlalu sering
Pencucian vagina terlalu sering dapat menimbulkan
iritasi berlebihan. Dengan begitu maka akan merangsang
terjadinya perubahan sel. Pada akhirnya dapat menyebabakan
perubahan menjadi kanker.
22
g) Hindari lemak tinggi
Wanita yang banyak mengkonsumsi lemak akan lebih
beresiko terkena kenker. Untuk mencegah timbulnya kanker,
sebaiknya hindari mengkonsumsi makanan berlemak tinggi dan
mulai mengkonsumsi makanan yang sehat dan segar.
f. Cara pengobatan kanker serviks
Ada beberapa cara kanker serviks Menurut Sukaca (2009, p.117-121)
cara pengobatannya sebagai berikut:
1) Dengan vaksin HPV atau screening
Vaksin HPV dapat berguna dalam pengobatan sedangkan
screening untuk mengurangi kejadian kanker serviks. Kedua
kombinasi ini juga bisa mengobati kondisi pra kanker dan serviks
pada kasus yang ringan.
2) Vaksin menggunakan AS04
Sistem ajuvan nomor 4 (AS04) dapat merespon tubuh
dibandingkan dengan sistem vaksin yang lain. Menurut penemuan
dari penelitian dengan menggunakan AS04 maka dapat
menyebabkan:
a) Antibodi yang tinggi terhadap HPV tipe 16 dan 18 (menyebabkan
70% kanker serviks di dunia).
b) Perempuan yang di vaksinasi dengan rentang usia yang luas 10
tahun hingga 55 tahun.
23
c) Perlindungan 100% selama 5,5 tahun terhadap HPV tipe 16 dan
18 yang berhubungan dengan lesi pra kanker yang mengarah pada
kanker serviks.
3) Cervarix
Cervarix merupakan vaksin kanker. Vaksin ini ditujukan
baik bagi remaja putri maupun perempuan dewasa (usia 10-55 tahun)
untuk mencegah kanker. Vaksin ini bermanfaat untuk para penderita
kanker.
4) Gardasir
Gardasir dapat mencegah infeksi dua tipe HPV yang
kanker, yaitu tipe 16 dan 18. Vaksin ini juga bekerja mencegah dua
tipe HPV lain yang tidak menyebabkan kanker yaitu tipe 6 dan 11.
5) Terapi radiasi
Terapi radiasi atau sering disebut dengan radioterapi dapat
digunakan untuk mengobati kanker leher rahim. Pengobatan ini
menggunakan sinar pengion, namun dapat juga menggunakan
gelombang panas (hyperthermia). Gelombang panas ini digunakan
untuk mendapatkan respon radiasi yang lebih baik untuk tumor
tertentu.
6) Biopsi
Pengobatan dengan biopsi adalah pengobatan dengan
acara operasi. Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis
karsinomanya. Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul
24
tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika Pap
Smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.
7) Konisasi
Konisasi adalah sebuah cara mengangkat jaringan yang
mengandung selaput lendir serviks dan epitel gepeng serta
kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
8) Histerektomi
Histerektomi merupakan sebuah operasi pengangkatan
kandungan (rahim/uterus) seorang wanita. Setelah menjalani
histerektomi seorang wanita tidak mungkin lagi untuk hamil dan
mempunyai anak.
9) Kemoterapi
Kemoterapi adalah sebuah pengobatan yang bersifat
pembantu (adjuvant atau paliatif). Sel yang aktif membelah dapat
diperkecil dengan obat-obatan sitostatiska. Obat-obatan sitostatiska
bekerja pada salah satu atau beberapa fase atau siklus sel. Dengan
begitu maka memerlukan pengobatan yang berulang.
10) Terapi biologis
Terapi biologis adalah pengobatan dengan menggunakan
zat-zat untuk memperbaiki kekebalan tubuh melawan penyakit.
Pengobatan ini dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke tubuh
25
lain. Pengobatan ini sering menggunakan interferon dan bisa
dikombinasikan dengan kemoterapi.
g. Stadium kanker serviks
Sistem yang umumnya digunakan untuk pembagian stadium
kanker serviks adalah sistem yang diperkenalkan oleh Internasional
Federation of Ginekology and Obstetrics (FIGO). Pada sistem ini,
angka romawi 0 sampai IV menggambarkan stadium kanker. Semakin
besar angkanya, maka kanker semakin serius dan dalam tahap lanjut.
Stadium kanker serviks sebagai berikut :
1) Stadium 0
Stadium ini disebut juga carcinoma in situ (CIS). Tumor masih
dangkal, hanya tumbah di lapisan sel serviks.
2) Stadium I
Kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar
kemanapun. Stadium ini dibagi menjadi:
a) Stadium IA1, Dokter tidak dapat melihat kanker tanpa
mikroskop. Kedalamannya kurang dari 3 mm dan besarnya
kurang dari 7 mm.
b) Stadium IA2, Dokter tidak dapat melihat kanker tanpa
mikroskop. Kedalamannya antara 3-5 mm dan besarnya kurang
dari 7 mm.
c) Stadium IB1, Dokter dapat melihat kanker serviks dengan mata
telanjang. Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm.
26
d) Stadium IB2, Dokter dapat melihat kanker dengan mata
telanjang. Ukuran lebih besar dari 4 cm.
3) Stadium II
Kanker berada dibagian dekat serviks tapi bukan diluar panggul.
Stadium ini dibagi menjadi:
a) Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum
menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina.
b) Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina
den serviks, namun belum sampai ke dinding panggul.
4) Stadium III
Kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks
sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin
ke kandung kemih.
5) Stadium IV
Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh,
seperti kandung kemih, rectum, atau paru-paru. Stadium IV dibagi
menjadi:
a) Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti
kandung kemih dan rectum.
b) Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh,
seperti paru- paru.
27
3. Konsep Dasar Pasangan Usia Subur (PUS)
Dikutip dari Statistik Indonesia (2011) dalam pengertian dan
istilah Keluarga Berencana (KB) menjelaskan bahwa Pasangan Usia Subur
(PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. Ini
dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai.
Sedangkan menurut Hanafi (2004, p.45), PUS yaitu usia 15-49
tahun dengan jalan mereka bertahap menjadi peserta KB yang aktif dan
rutin, sehingga memberi efek langsung penurunan fertilitas.
Dengan mulainya PUS menggunakan KB, PUS juga harus
waspada terhadap kanker serviks. Penggunaan KB seperti kontrasepsi pil
dalam jangka waktu yang lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan resiko
kanker serviks sebanyak 2 kali (Sukaca, 2009, p.37).
4. Konsep Dasar Pengetahuan
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku
seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng
daripada tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003, p.121).
28
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku
masyarakat, pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat
dibandingkan dengan pendekatan korelasi. Konsep umum yang
digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep menurut
Notoatmodjo (2003, p.13-14) yaitu perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor
utama :
1) Faktor Predisposisi (Predisposing Faktor)
Faktor yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan lain-
lain.
2) Faktor Pemungkin (Enabling Factor)
Faktor yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana
atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih,
tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan
makanan bergizi dan lain-lain.
3) Faktor Penguat (Reinforcing Factor)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk
petugas-petugas kesehatan.
29
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan
sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting). Sebaiknya apabila perilaku tersebut tidak didasari
oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama
(Notoatmodjo, 2003, p.122).
c. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003, p.122-124), ada 6 tingkatan pengetahuan,
yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang tidak
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, meramalkan, dan sebagainya.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
30
sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan metode, hukum-hukum, rumus, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada. Misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
31
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatan pengetahuan
Menurut Wawan&Dewi (2010, p.16-18), Ada dua faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu:
1. Faktor Internal
a) Pendidikan
Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo
(2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk
juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama motivasi
untuk sikap berperan serta pembangunan. Pada umumnya makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
b) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),
pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya.
Bekerja pada umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu. Bejerja bagi ibu0ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga.
c) Umur
Menurut Huclok (1998) yang dikutip oleh
Wawan&Dewi (2010) semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang
lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
32
kedewasaannya. Hal ini sebagai pengalaman dan kematangan
jiwa. Usia dewasa dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a. Dewasa awal: 18- 40 tahun
b. Dewasa tengah: 40-60 tahun
c. Dewasa akhir: >60 tahun.
2. Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam
(2003) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
e. Cara memperoleh pengetahuan
Ada 2 cara untuk memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo
(2005, p.11-14), yaitu:
1) Cara tradisional
a) Cara coba salah (trial and error)
Cara yang paling tradisional adalah melalui coba-coba
atau dengan kata yang yang mudah dikenal trial and error. Cara
coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
33
dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut
tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.
b) Cara kekuasaan dan otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan pada tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemimpin
agama maupun ahli ilmu pengetahuan.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh kebenaran pengetahuan.
d) Melalui jalan pikiran
Manusia menggunakan penalaran atau jalan pikiran
dsalam memperoleh pengetahuannya.
2) Cara modern
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah.
f. Cara mengukur pengetahuan
Dikutip oleh Wawan&Dewi (2010, p.16-18), menurut
Arikunto (2003) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: baik
76%-100%, cukup 56%-75%, dan kurang >56%.
34
5. Konsep Dasar Pendidikan
a. Pendidikan
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk
meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi
pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan
jasmani (panca indra serta ketrampilan-ketrampilan). Pendidikan juga
berarti pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan
manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai
tujuannya (Ihsan, 2010, p.7).
b. Faktor-faktor pendidikan
Faktor-faktor pendidikan yang dapat membentuk pola
interaksi atau saling mempengaruhi, terutama terletak pada faktor
pendidik dengan segala kemampuan dan keterbatasannya. Adapun
faktor-faktor pendidik menurut Ihsan (2010, p.7-10) sebagai berikut:
1) Faktor tujuan
Banyak sekali tujuan pendidikan yang diinginkan oleh
pendidik agar dapat dicapai (dimiliki) oleh peserta didiknya.
Menurut Langeveld dalam bukunya Beknopte Teoritischr
Pedagogic dibedakan adanya macam-macam tujuan sebagai berikut:
a) Tujuan umum
b) Tujuan tak sempurna
c) Tujuan sementara
d) Tujuan perantara
35
e) Tujuan insendental.
2) Faktor pendidik
Ada dua kategori yang membedakan pendidik yaitu:
a) Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua
b) Pendidik menurut jabatan, yaitu guru.
3) Faktor peserta didik
Peserta didik dalam usia dan tingkat kelas yang sama bisa
memiliki profil materi pengetahuan yang berbeda-beda. Hal ini
tergantung kepada konteks yang mendorong perkembangan
seseorang.
Secara teoritis peserta didik bisa berkembang secara
optimal dalam arti mampu berkembang kreatif optimal, jika
mendapat lingkungan pendidikan optimal, di sekolah yang ideal
dimana peserta dapat melakukan cara belajar siswa aktif sekaligus
menghayati atau mengimplikasikan nilai-nilai.
4) Faktor isi atau materi pendidikan
Materi pendidikan ialah segala sesuatu oleh pendidik
langsung diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan di
keluarga, disekolah dan di masyarakat, ada syarat utama dalam
pemilihan beban atau materi materi pendidikan, yaitu:
a) Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan
b) Materi harus dengan peserta didik.
36
5) Faktor metode pendidikan
Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan
alat untuk mencapai tujuan. Untuk menentukan apakah ada sebuah
metode dapat disebut baik diperlukan patokan (kriteria) yang
bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan
adalah tujuan yang akan dicapai.
6) Faktor situasi lingkungan
Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil
pendidikan. Situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisis,
lingkungan teknis dan lingkungan sosia-kultural.
c. Jenis pendidikan
Jenis pendidikan adalah satuan pendidikan yang dikelompokkan sesuai
sifat dan tujuannya. Jenis pendidikan menurut Ihsan (2010, p.20-21)
sebagai berikut:
1) Pendidikan Sekolah
Jenis pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang
berjenjang, berstruktur dan berkesimanbungan, sampai dengan
pendidikan tinggi. Jenis pendidikan sekolah mencakup pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, dan pendidikan Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia.
37
2) Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah adalah jenis pendidikan yang
tidak selalu terikat oleh jenjang dan struktur perselakolahan, tetapi
dapat berkesinambungan. Pendidikan luar sekolah menyediakan
program pendidikan yang memungkinkan terjadinya perkembangan
peserta didik dalam bidang sosial, keagamaan, budaya dan
ketrampilan dan keahlian.
d. Jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang
berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat peekembangan
peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan
bahan pengajaran. Jenjang pendidikan menurut Ihsan (2010, p.22-23)
sebagai berikut:
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang
diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik
untuk mengikuti pendidikan menengah. Termasuk pendidikan dasar
adalah sekolah dasar (SD) dan SMP sebagai kesatuan dilaksanakan
dalam masa program belajar 9 tahun.
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
38
memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal-balik dengan
lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau
pendidikan tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari sekolah
menengah atas (SMU).
3) Pendidikan Tinggi
Menurut Kepmendikbud (No. 0186/P/1984) Pendidikan
tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan
tinggi yang bersifat akademik dan professional sehingga dapat
mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan
kesejahteraan manusia. Termasuk pendidikan tinggi adalah
pendidikan di Universitas atau perguruan tinggi akademik seperti
tingkat sarjana muda (S1).
39
B. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
Sumber : Lawrence&Green dalam Notoatmodjo (2003).
Faktor Pendorong (Predisposing)
1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. Umur
4. Sikap
5. Status sosial, ekonomi, dan
budaya
Faktor Penguat (Reinforcing)
1. Perilaku masyarakat
2. Partisipasi masyarakat
Faktor Pemungkin (Enabling)
1. Ketersediaan fasilitas dan
sarana
2. Keterjangkauan fasilitas
Pemeriksaan
Pap Smear
40
C. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Gambar 2. Kerangka konsep hubungan pengetahuan dan tingkat pendidikan
Ibu tentang kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear.
D. Hipotesis
Ha: Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemeriksaan Pap Smear.
Ha: Ada hubungan pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan
pemeriksaan Pap Smear.
Pengetahuan Ibu tentangkanker serviks
Pendidikan
Pemeriksaan Pap Smear