OPTIMASI PENGUSAHAAN LAHAN PETANI KELAPA SAWIT
SWADAYA DI KABUPATEN TULANG BAWANG PROVINSI LAMPUNG
(SKRIPSI)
Shintia Maria Williyani Sinaga
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRACT
OPTIMIZATION OF SELF-HELP PALM OIL FARMERS’ LANDCULTIVATION IN TULANG BAWANG DISTRICT OF LAMPUNG
PROVINCE
By
SHINTIA MARIA WILLIYANI SINAGA
This research aimed (1) to determine optimal income obtained by farmers withoptimal use of labor and land both in mineral and in peat land, and (2) to identifypalm oil marketing channel in Tulang Bawang District. The research wasconducted by survey method in Penawar Tama and Gedung Aji Baru Subdistrictsof Tulang Bawang District Lampung Province in July 2017. The sampling wasdone by census to 17 self-help palm oil farmers. Data was analized by using linearprogramming model, land productivity, farm income, and descriptive analysis ofmarketing channel. There were 2 kinds of scenario used in linear programmingmodel included Scenario 1 as the objective value to optimize the farm income inpeat land and Scenario 2 in mineral land. The results showed the optimal incomethat could be achieved in Scenario 1 was Rp 32.805.860 with optimal labor usageof 120,28 HOK, whereas in Scenario 2 the optimal income that could be achievedwas Rp 46.976.300 with optimal labor usage for 125,2 HOK. There were 2marketing channels of palm oill established in Kabupaten Tulang Bawang.Channel 1 with 76.47 percent of farmers started from the farmers, distributed tothe wholesalers and then to palm oil mill. Channel 2 with 23.3 percent of farmersstarted from the farmers, distributed to the middlemen, to wholesalers and to palmoil mill.
Keywords: land optimization, palm oil, marketing channel
ABSTRAK
OPTIMASI PENGUSAHAAN LAHAN PETANI KELAPA SAWITSWADAYA DI KABUPATEN TULANG BAWANG PROVINSI LAMPUNG
Oleh
SHINTIA MARIA WILLIYANI SINAGA
Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui pendapatan optimal yang diperoleh petanidengan penggunaan tenaga kerja serta lahan secara optimal baik di lahan mineralmaupun di lahan gambut dan (2) mengetahui saluran tataniaga kelapa sawit diKabupaten Tulang Bawang. Penelitian dilakukan dengan metode survei diKecamatan Penawar Tama dan Kecamatan Gedung Aji Baru Kabupaten TulangBawang Provinsi Lampung pada Bulan Juli 2017. Pengambilan sampel dilakukandengan cara sensus terhadap 17 orang petani kelapa sawit swadaya. Analisis datayang digunakan yaitu model linear programming, analisis produktivitas lahan,analisis pendapatan usahatani, dan analisis deskriptif saluran tataniaga. Terdapat2 jenis skenario yang digunakan pada model linear programming yanng meliputiSkenario 1 sebagai fungsi tujuan untuk mengiptimasi pendapatan usahatani dilahan gambut dan Skenario 2 pada lahan mineral. Hasil penelitian menunjukkanbahwa keuntungan optimal yang dapat dicapai pada Skenario 1 adalah sebesar Rp32.805.860 dengan penggunaan tenaga kerja yang optimal sebesar 120,28 HOK,sedangkan pada Skenario 2 keuntungan optimal yang dapat dicapai adalah sebesarRp 46.976.300 dengan penggunaan tenaga kerja optimal sebesar 125,2 HOK.Saluran tataniaga kelapa sawit yang terbentuk di Kabupaten Tulang Bawangterdapat 2 saluran, yaitu Saluran 1 dari petani langsung menuju pedagang besarlalu ke pabrik kelapa sawit dengan jumlah petani sebanyak 76,47 persen. PadaSaluran 2 yaitu dari petani ke agen/tengkulak lalu ke pedagang besar kemudian kepabrik kelapa sawit dengan jumlah petani sebanyak 23,3 persen.
Kata kunci : kelapa sawit, optimasi lahan, saluran tataniaga
OPTIMASI PENGUSAHAAN LAHAN PETANI KELAPA SAWIT SWADAYA DI
KABUPATEN TULANG BAWANG PROVINSI LAMPUNG
Oleh
SHINTIA MARIA WILLIYANI SINAGA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada 21 Juni 1995 dari
pasangan Bapak Wilson Sinaga dan Ibu Hilaria
Isumiyati. Penulis adalah anak pertama dari tiga
bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di Sekolah
Dasar Negeri 2 Rajabasa 2001-2007, Sekolah Menengah
Pertama Xaverius 4 Bandar Lampung 2007-2010 dan
Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Bandar Lampung tahun 2010-2013. Penulis
diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lampung pada tahun 2013 melalui jalur SBMPTN dan memperoleh beasiswa
Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di lembaga kemahasiswaan seperti
anggota Himpunan Mahasiswa Agribisnis (Himaseperta) periode 2014/2015 dan
menjabat sebagai Kepala Bidang Pengembangan Akademik dan Profesi periode
2016/2017, menjadi anggota English Society (ESo) periode 2013/2014 dan
menjabat sebagai Deputy of Creativity and Financial Support periode 2014/2015,
setelah itu menjadi bagian divisi Human Resource Development periode
2015/2016. Penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah English
for Agribisnis pada semester ganjil tahun 2015 dan 2016, Bahasa Inggris pada
semester ganjil tahun 2016, Pengantar Ilmu Ekonomi pada semester genap tahun
2015, dan menjadi tutor pada program tutorial Himaseperta semester ganjil tahun
2014. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada Bulan Januari-Maret tahun
2016 selama 60 hari di Desa Kebumen Kecamatan Sumber Rejo Kabupaten
Tanggamus. Penulis melaksanakan Praktik Umum pada Bulan Juli-Agustus tahun
2016 selama 30 hari di Taman Wisata Edukasi Sentulfresh Indonesia.
SANWACANA
Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “
Optimasi Pengusahaan Lahan Petani Kelapa Sawit Swadaya Di Kabupaten
Tulang Bawang Provinsi Lampung”.
Selama penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan,
nasihat, dorongan semangat, doa dan saran yang membangun kepada penulis.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan
hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr.Ir. Raden Hanung Ismono, M.P., sebagai Pembimbing Pertama atas
ketulusan hati dan kesabaran, bimbingan, motivasi, arahan, nasihat, ilmu yang
bermanfaat dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis selama
perkuliahan dan selama proses penyelesaian skripsi.
2. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., sebagai Pembimbing ke dua yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat, bimbingan, motivasi, arahan, dan saran
kepada penulis selama proses penyelsaian skripsi.
3. Prof. Dr.Ir. Bustanul Arifin, M.Sc., selaku Dosen Pembahas atas ilmu yang
bermanfaat, arahan, bantuan, saran dan masukan yang telah diberikan untuk
penyempurnaan skripsi ini.
4. Ani Suryani, S.P., M.Sc., selaku Pembimbing Akademik atas nasihat dan
dorongan semangat kepada penulis selama perkuliahan.
5. Dr. Ir. F. E. Prasmatiwi, M.Si selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
6. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
7. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung
atas ilmu yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.
8. Seluruh karyawan Jurusan Aribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung
yaitu Mbak Ayi, Mbak Iin, Mbak Tunjung, Mas Bukhori dan Mas Boim atas
bantuannya selama ini.
9. Orang tua tercinta dan adik-adikku tersayang yang selalu memberikan
dukungan dan semangat kepada penulis selama menjalani perkuliahan dan
menyelesaikan skripsi ini yaitu Bapak Wilson Sinaga, Ibu Hilaria Isumiyati,
Willy Andreas, dan Theresia Octaviani.
10. Bapak Rozikun, Bapak Bingat, Bapak Rahmat, Bapak Sutrisno dan seluruh
masyarakat Kecamatan Penawar Tama dan Gedung Aji Baru Kabupaten
Tulang Bawang atas segala bantuan yang diberikan selama proses penelitian
di lapangan.
11. Gadis-gadis tersayang Felicia Helga Inez dan Florensi Oktallia yang selalu
setia memberikan doa dan semangat.
12. Geng berkualitas Gita Marindra, Jenisa Devy, Rayssa A. Harbani dan
Romidah Astuti yang selalu ada kapanpun dan dimanapun, selalu memberi
semangat dan dukungan.
13. Keluarga Besar Just Speak Kak Aulia, Mida, Kak Ipo, Bang Rehan, Susan,
Epi, Ayuk Nisa, Kak Vetty, Kak Fadlan, Akbar, Novita dan lainnya yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
14. Putri Lampung Shella Pratiwi dan Putri Solo Gesa Gustami yang tiada henti
memberikan semangat dan motivasi sejak di bangku SMA.
15. Rekan turlap Febriko, Haryadi, Reki, Mifta yang berkenan membantu
penelitian di Tulang Bawang.
16. Sahabat-sahabat seperjuangan Agribisnis 2013 yaitu Tiara, Erika, Wardiah,
Suci, Dilla Bazay, Biha, Stella, Selvi, Cici, Bella Aldila, Rani Satiti, Meri
Handayani, Ade Novia, Dhanar, Doni, Boim, Riski, Hesti, Tero, Asti, Lita,
Ade Akta dan rekan-rekan Agribisnis 2013 seluruhnya.
17. Kanda yunda 2012, 2011, dan 2010 serta adik-adik 2014, 2015, dan 2016 atas
bantuan dan saran kepada penulis selama proses perkuliahan.
18. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis hingga
terselesaikan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang tepat atas segala
bantuan yang telah diberikan. Semoga hasil karya ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis meminta maaf atas segala
kesalahan dan mohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bandar Lampung, Januari 2018
Penulis,
Shintia Maria Williyani Sinaga
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1B. Rumusan Masalah ........................................................................... 9C. Tujuan Penelitian............................................................................. 9D. Manfaat Penelitian........................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 111. Karakteristik Kelapa Sawit ........................................................ 112. Budidaya Kelapa Sawit .............................................................. 123. Teori Produksi ............................................................................ 154. Usahatani .................................................................................... 165. Faktor Produksi dalam Usahatani............................................... 196. Biaya dalam Usahatani ............................................................... 237. Konsep Pendapatan Usahatani.................................................... 258. Produktivitas............................................................................... 29
9. Optimalisasi Usahatani dengan Linear Programming ............... 2910. Analisis Sensitivitas.................................................................... 3711. Lahan Gambut ............................................................................ 39
11.1.Kendala Karakteristik Sifat Gambut................................... 3911.2.Kendala Terjadinya Kebakaran .......................................... 41
12. Pengelolaan Gambut Untuk Pertanian........................................ 4212.1. Perbaikan Sifat Gambut Untuk Pengelolaan Pertanian..... 4212.2. Perbaikan Sistem Tata Air ................................................ 43..
13. Potensi dan Pengelolaan Lahan Gambut untuk TanamanTahunan ...................................................................................... 44
14. Saluran Tataniaga ....................................................................... 45
ii
B. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 46C. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 54
III. METODOLOGI
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ....................................... 57B. Metode Penelitian, Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian ..... 61C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data… .............................. 63D. Metode Analisis Data.................................................................... 63
1. Analisis Produktivitas Lahan Rawa dan Lahan Kering .......... 642. Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit......................... 643. Kapasitas Tenaga Kerja .......................................................... 654. Model Linear Programming ................................................... 665. Analisis Saluran Tataniaga ..................................................... 68
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
1. Gambaran Umum Kecamatan Gedung Aji Baru ........................... 691.1.Letak Geografis dan Topografis Daerah Penelitian ................. 711.2.Demografi Daerah Penelitian................................................... 711.3.Sarana Pendidikan dan Kesehatan ........................................... 72
2. Gambaran Umum Kecamatan Penawar Tama ............................... 722.1.Letak Geografis dan Topografis Daerah Penelitian................. 722.2.Demografi Daerah Penelitian................................................... 732.3.Sarana Pendidikan dan Kesehatan ........................................... 73
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden............................................................... 751. Pendidikan Petani Responden................................................. 762. Usia Petani Responden ........................................................... 763. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden................... 774. Lama Usahatani ...................................................................... 77
B. Karakteristik Usahatani................................................................. 781. Jenis Lahan.............................................................................. 782. Luas Lahan.............................................................................. 793. Usia Tanaman ......................................................................... 79
C. Keragaan Usahatani ...................................................................... 801. Penyediaan Saprodi .................................................................. 802. Budidaya................................................................................... 83
D. Kondisi Aktual .............................................................................. 861. Penggunaan Sarana Produksi Pertanian................................. 862. Potensi Tenaga Kerja ............................................................. 903. Penggunaan Tenaga Kerja ..................................................... 944. Luas Lahan............................................................................. 995. Produktivitas Lahan Kelapa Sawit......................................... 1006. Pendapatan Usahatani ............................................................ 102
E. Model Linear Programming ......................................................... 108
iii
1. Skenario 1 .............................................................................. 1082. Skenario 2 .............................................................................. 110
F. Solusi Optimal .............................................................................. 1111. Analisis Primal Solution ........................................................ 1112. Analisis Dual Solution ........................................................... 1133. Analisis Sensitivitas............................................................... 118
G. SaluranTataniaga........................................................................... 121
VI. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ................................................................................... 125B. Saran ............................................................................................. 125
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 127
LAMPIRAN............................................................................................... 132
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit menurutstatus pengusahaan Provinsi Lampung tahun 2011-2015(5 tahun)............................................................................................. 3
2. Perkembangan produksi tanaman tahunan perkebunan rakyat(PR) Provinsi Lampung tahun 2011-2015 (5 tahun) ......................... 5
3. Luas areal dan produksi kelapa sawit menurut kabupaten/kotaDi Provinsi Lampung tahun 2015...................................................... 6
4. Luas areal dan produksi perkebunan rakyat (PR) KabupatenTulang Bawang tahun 2015............................................................... 7
5. Hasil penelitian terdahulu .................................................................. 49
6. Karakteristik petani responden .......................................................... 75
7. Karakteristikusahatanipetaniresponden ............................................. 80
8. Penggunaan sarana produksi pertanian lahan rawa per hektar .......... 86
9. Penggunaan sarana produksi pertanian lahan kering per hektar........ 89
10. Jumlah TKDK yang tersedia pada Rumah Tangga petaniresponden........................................................................................... 91
11. Kapasitas Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) ........................... 92
12. Jumlah maksimum TKLK yang dapat dipekerjakan di lahan rawa... 93
13. Jumlah maksimum TKLK yang dapat dipekerjakan di lahankering ................................................................................................. 93
14. Penggunaan tenaga kerja aktual per luasan lahan rawa..................... 94
v
15. Penggunaan tenaga kerja aktual per luasan lahan kering .................. 95
16. Penggunaan tenaga kerja aktual di lahan rawa per hektar................. 96
17. Penggunaan tenaga kerja aktual di lahan kering per hektar .............. 97
18. Penggunaan tenaga kerja di lahan rawa berdasarkan kegiatan.......... 98
19. Penggunaan tenaga kerja di lahan kering berdasarkan kegiatan ....... 98
20. Luas lahan masing-masing usahatani lahan rawa.............................. 99
21. Luas lahan masing-masing usahatani lahan kering ........................... 100
22. Produktivitas lahan usahatani kelapa sawit rakyat di KabupatenTulang Bawang.................................................................................. 101
23. Produktivitas lahan usahatani kelapa sawit berdasarkan jenis lahan. 102
24. Pendapatan rata-rata usahatani per luasan lahan rawa....................... 103
25. Pendapatan rata-rata usahatani per luasan lahan kering .................... 104
26. Pendapatan rata-rata usahatani lahan rawa per hektar ....................... 105
27. Pendapatan rata-rata usahatani lahan kering per hektar .................... 106
28. Model matematis Linear Programming Skenario 1 .......................... 109
29. Model matematis Linear Programming Skenario 2........................... 110
30. Hasil analisis primal solution ............................................................ 112
31. Hasil analisis dual solution ................................................................ 114
32. Penggunaan tenaga kerja optimal Skenario 1.................................... 115
33. Penggunaan tenaga kerja optimal Skenario 2.................................... 116
34. Pendapatan rumah tangga aktual petani ............................................ 117
35. Nilai kisaran kepekaan objective function value dalamobjective coefficient ranges................................................................ 119
36. Nilai kisaran sensitivitas sumberdaya pertanian dalamrighthand side ranges………………………………………………. 120
37. Identitas petani responden lahan gambut di Kecamatan
vi
Gedung Aji Baru................................................................................ 133
38. Identitas petani responden lahan mineral di KecamatanPernawar Tama .................................................................................. 134
39. Biaya penyusutan peralatan pertanian lahan gambut ........................ 135
40. Biaya peyusutan peralatan peranian lahan mineral ........................... 139
41. Biaya saprodi usahatani kelapa sawit per luasan lahangambut (2,32 ha) ............................................................................... 141
42. Biaya saprodi usahatani kelapa sawit per luasan lahanmineral (1,25 ha) ............................................................................... 144
43. Biaya saprodi usahatani kelapa sawit lahan gambut per hektar ........ 146
44. Biaya saprodi usahatani kelapa sawit lahan mineral per hektar ........ 149
45. Biaya saprodi usahatani karet per luasan lahan gambut (1,17 ha)..... 150
46. Biaya saprodi usahatani karet per luasan lahan mineral (0,58 ha) .... 153
47. Biaya saprodi usahatani karet lahan gambut per hektar .................... 154
48. Biaya saprodi usahatani karet lahan mineral per hektar .................... 157
49. Biaya saprodi usahatani padi per luasan lahan gambut (1,15 ha)...... 158
50. Biaya saprodi usahatani padi per luasan lahan mineral (0,67 ha)...... 169
51. Biaya saprodi usahatani padi lahan gambut per hektar ..................... 172
52. Biaya saprodi usahatani padi lahan mineral per hektar ..................... 182
53. Sebaran tenaga kerja usahatani kelapa sawit per luasan lahangambut (2,32 ha)................................................................................ 185
54. Sebaran tenaga kerja usahatani kelapa sawit per luasan lahanmineral (1,25 ha)................................................................................ 192
55. Sebaran tenaga kerja usahatani kelapa sawit lahan gambut perhektar ................................................................................................. 196
56. Sebaran tenaga kerja usahatani kelapa sawit lahan mineral perhektar ................................................................................................. 203
57. Biaya tenaga kerja usahatani kelapa sawit per luasan lahan
vii
gambut (2,32 ha)................................................................................ 20758. Biaya tenaga kerja usahatani kelapa sawit per luasan lahan
mineral (1,25 ha)................................................................................ 209
59. Biaya tenaga kerja usahatani kelapa sawit lahan gambut perhektar ................................................................................................. 210
60. Biaya tenaga kerja usahatani kelapa sawit lahan mineral perhektar ................................................................................................. 212
61. Sebaran tenaga kerja usahatani karet per luasan lahan gambut(1,17 ha) ............................................................................................ 213
62. Sebaran tenaga kerja usahatani karet per luasan lahan mineral(0,58 ha)............................................................................................. 222
63. Sebaran tenaga kerja usahatani karet lahan gambut per hektar ......... 227
64. Sebaran tenaga kerja usahatani karet lahan mineral per hektar ......... 236
65. Biaya tenaga kerja usahatani karet per luasan lahangambut (1,17 ha)................................................................................ 242
66. Biaya tenaga kerja usahatani kelapa sawit per luasan lahanmineral (0,58 ha) ............................................................................... 243
67. Biaya tenaga kerja usahatani karet lahan gambut per hektar ............ 244
68. Biaya tenaga kerja usahatani karet mineral per hektar ...................... 246
69. Sebaran tenaga kerja usahatani padi per luasan lahan gambut(1,15 ha)............................................................................................. 247
70. Sebaran tenaga kerja usahatani padi per luasan lahan mineral(0,67 ha)............................................................................................. 253
71. Sebaran tenaga kerja usahatani padi lahan gambut per hektar .......... 256
72. Sebaran tenaga kerja usahatani padi lahan mineral per hektar .......... 262
73. Biaya tenaga kerja usahatani padi per luasan lahan gambut(1,15 ha)............................................................................................. 265
74. Biaya tenaga kerja usahatani padi per luasan lahan mineral(0,67 ha)............................................................................................. 267
75. Biaya tenaga kerja usahatani padi lahan gambut per hektar.............. 268
viii
76. Biaya tenaga kerja usahatani padi lahan mineral per hektar.............. 270
77. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada kondisi aktualusahatani lahan gambut...................................................................... 271
78. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada kondisi aktualusahatani lahan mineral ..................................................................... 274
79. Penerimaan usahatani kelapa sawit per luasan lahan gambut(2,32 ha)............................................................................................. 276
80. Penerimaan usahatani kelapa sawit per luasan lahan mineral(1,25 ha)............................................................................................. 280
81. Penerimaan usahatani kelapa sawit lahan gambut per hektar............ 282
82. Penerimaan usahatani kelapa sawit lahan mineral per hektar ........... 286
83. Penerimaan usahatani karet per luasan lahan gambut (1,17 ha) ........ 288
84. Penerimaan usahatani karet per luasan lahan mineral (0,58 ha)........ 292
85. Penerimaan usahatani karet lahan gambut per hektar........................ 294
86. Penerimaan usahatani karet lahan mineral per hektar ....................... 298
87. Penerimaan usahatani padi per luasan lahan gambut (1,15 ha) ......... 300
88. Penerimaan usahatani padi per luasan lahan mineral (0,67 ha)......... 300
89. Biaya lain-lain per luasan lahan kelapa sawit lahan gambut(2,32 ha)............................................................................................. 301
90. Biaya lain-lain per luasan lahan kelapa sawit lahan mineral(1,25 ha)............................................................................................. 301
91. Biaya lain-lain per luasan lahan karet lahan gambut (1,17 ha).......... 302
92. Biaya lain-lain per luasan lahan karet lahan mineral (0,58 ha) ......... 302
93. Biaya lain-lain per luasan lahan padi lahan gambut (1,15 ha)........... 303
94. Biaya lain-lain per luasan lahan padi lahan mineral (0,67 ha) .......... 303
95. Biaya lain-lain per luasan lahan kelapa sawit lahan gambutper hektar ........................................................................................... 304
96. Biaya lain-lain per luasan lahan kelapa sawit lahan mineral
ix
per hektar ........................................................................................... 304
97. Biaya lain-lain per luasan lahan karet lahan gambut per hektar ........ 305
98. Biaya lain-lain per luasan lahan karet lahan mineral per hektar........ 305
99. Biaya lain-lain per luasan lahan padi lahan gambut per hektar ......... 306
100. Biaya lain-lain per luasan lahan padi lahan mineral per hektar......... 306
101. Pendapatan usahatani kelapa sawit per luasan lahan gambut(2,32 ha).............................................................................................. 307
102. Pendapatan usahatani kelapa sawit per luasan lahan mineral(1,25 ha)............................................................................................. 309
103. Pendapatan usahatani karet per luasan lahan gambut (1,17) ............. 310
104. Pendapatan usahatani karet per luasan lahan mineral (0,58) ............. 312
105. Pendapatan usahatani kelapa sawit lahan gambut per hektar ............ 313
106. Pendapatan usahatani kelapa sawit lahan mineral per hektar ............ 315
107. Pendapatan usahatani karet lahan gambut per hektar ........................ 316
108. Pendapatan usahatani karet lahan mineral per hektar ........................ 318
109. Pendapatan usahatani padi per luasan lahan gambut (1,15) .............. 319
110. Pendapatan usahatani padi per luasan lahan mineral (0,67) .............. 321
111. Pendapatan usahatani padi lahan gambut per hektar ......................... 322
112. Pendapatan usahatani padi lahan mineral per hektar ......................... 324
113. Pendapatan off farm lahan gambut..................................................... 325
114. Pendapatan off farm lahan mineral .................................................... 325
115. Pendapatan nonfarm lahan gambut .................................................... 326
116. Pendapatan nonfarm lahan mineral.................................................... 326
117. Pendapatan rumah tangga patani lahan gambut................................. 327
118. Pendapatan rumah tangga patani lahan mineral................................. 327
x
119. Model matematis LP Skenario 1 (Lahan Gambut) ............................ 328
120. Model matematis LP Skenario 2 (Lahan Mineral) ............................ 329
ix
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
1. Bagan alur kerangka pemikiran optimasi pengusahaan lahanpetani kelapa sawit swadaya di Provinsi Lampung ........................... 56
2. Pola tanam ......................................................................................... 66
3. Saluran pemasaran kelapa sawit swadaya di Kabupaten TulangBawang .............................................................................................. 122
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil olah data fungsi linear programing Skenario 1 ....................... 330
2. Hasil olah data fungsi linear programing Skenario 2 ....................... 331
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi dan kontribusi yang besar
terhadap pembangunan ekonomi nasional. Sebagian besar penduduk Indonesia
juga menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian
memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, karena sektor ini
memberikan sumbangan devisa, menyediakan lapangan pekerjaan dan
mendukung perkembangan sektor lain terutama dalam menyediakan bahan
baku industri. Sektor pertanian terdiri dari subsektor peternakan, perkebunan,
pangan, perikanan, dan kehutanan yang memiliki peran yang besar dalam
penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Subsektor yang paling diunggulkan
adalah sektor perkebunan.
Perkebunan merupakan subsektor yang berperan penting dalam perekonomian
nasional dan perkebunan memiliki kontribusi besar dalam pendapatan nasional,
penyediaan lapangan kerja, penerimaan ekspor dan penerimaan pajak
(Hasibuan, 2008). Salah satu komoditas dalam pembangunan perkebunan yang
sangat menonjol adalah komoditas kelapa sawit yang dalam perkembangannya
: 1) mampu menggantikan peran kelapa (Cocos nucifera) sebagai bahan baku
industri pangan dan non-pangan di dalam negeri, dan 2) sebagai salah satu
2
primadona ekspor non-migas Indonesia yang mampu memberikan pemasukan
devisa bagi negara (Fauzi, 2007).
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup
penting sebagai penghasil devisa negara sesudah minyak dan gas. Indonesia
merupakan negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar dunia. Selain
peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar minyak sawit dan minyak inti
sawit di dalam negeri masih cukup besar. Minyak kelapa sawit juga
merupakan salah satu bahan yang dapat dijadikan sumber bahan bakar/energi
(biodiesel) yang terbarukan untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari
minyak bumi yang semakin tipis persediannya (BPS Indonesia, 2011).
Dibandingkan dengan komoditi lainnya pada subsektor perkebunan, kelapa
sawit merupakan salah satu komoditas yang pertumbuhannya paling pesat pada
dua dekade terakhir, yaitu era Tahun 1980-an sampai dengan pertengahan
Tahun 1990-an. Pada periode tersebut, areal meningkat dengan laju sekitar 11
persen per tahun. Sejalan dengan perluasan areal, produksi juga meningkat
dengan laju 9,4 persen per tahun. Konsumsi domestik dan ekspor juga
meningkat pesat dengan laju masing-masing 10 persen dan 13 persen per tahun
(Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2004). Laju yang demikian
pesat menandai era dimana kelapa sawit merupakan salah satu primadona pada
subsektor perkebunan.
Kegiatan ekonomi utama kelapa sawit di Sumatera memegang peranan penting
bagi suplai kelapa sawit di Indonesia dan dunia. Luas lahan kelapa sawit
Indonesia 70 persen berada di Sumatera. Kegiatan ekonomi kelapa sawit
3
membuka lapangan pekerjaan yang luas.Sekitar 42 persen lahan kelapa sawit
dimiliki oleh petani kecil. Di Sumatera, kegiatan ekonomi utama kelapa sawit
memberikan kontribusi ekonomi yang besar untuk PDRB masing-masing
daerah yang berada di koridor Sumatera, termasuk Provinsi Lampung
(Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).
Provinsi Lampung menjadikan kelapa sawit sebagai komoditas perkebunan
andalan. Di Provinsi Lampung, kelapa sawit memiliki peran penting dalam
perekonomian rakyat karena melibatkan 95.792 petani pekebun (34,43 persen
dari keseluruhan petani pekebun). Luas areal perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Lampung pada tahun 2015 adalah 207.820 hektar dengan produksi
175.064 ton. Dari keseluruhan luas areal perkebunan pada tahun 2015 tersebut,
53,62 persen merupakan perkebunan rakyat (Dinas Perkebunan Provinsi
Lampung, 2016).
Tabel 1. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit menurut statuspengusahaan Provinsi Lampung tahun 2011-2015 (5 tahun)
No Jenis Komoditi
TahunRata-rata
Pertumbuhan
2011(ha)
2012(ha)
2013(ha)
2014(ha)
2015(ha)
2011s/d
2015(%)
2014s/d
2015(%)
1Kelapa Sawit(PR)
82.670 85.120 86.570 114.464 111.414 8,56 14,78
2Kelapa Sawit(PBN)
11.787 13.825 12.844 14.032 14.654 5,97 2,22
3Kelapa Sawit(PBS)
100.159 110.344 110.344 109.118 81.752 (4,01) (13,10)
Total PR PBN PBS 194.616 209.289 209.758 237.614 207.820 2,13 0,37Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2016
4
Tabel 1 menunjukkan perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit
menurut status pengusahaan di Provinsi Lampung dalam jangka waktu lima
tahun terakhir mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Status
pengusahaan areal perkebunan kelapa sawit terbagi menjadi tiga, yaitu
Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan
Besar Swasta (PBS). Pada Tabel 1 terlihat bahwa luas areal perkebunan rakyat
sejak tahun 2011 hingga tahun 2014 mengalami kenaikan yang cukup
signifikan terutama antara tahun 2013 dan tahun 2014. Namun pada tahun
2015 luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat mengalami penurunan dari
114.464 hektar menjadi 111.414 hektar.
Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat juga diiringi dengan
peningkatan produksi tanaman kelapa sawit yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Meningkatnya produksi tanaman kelapa sawit di Provinsi Lampung
membuktikan bahwa sektor perkebunan khususnya tanaman kelapa sawit
masih menjadi primadona dan andalan masyarakat petani. Selain itu
peningkatan tersebut juga menunjukkan adanya ketergantungan masyarakat di
Provinsi Lampung terhadap tanaman kelapa sawit sebagai sumber pendapatan
rumah tangga. Sumbangan dari perkebunan kelapa sawit juga sangat besar
terhadap perekonomian daerah Provinsi Lampung.
Tabel 2 menunjukkan perkembangan produksi beberapa tanaman tahunan
perkebunan rakyat di Provinsi Lampung selama lima tahun terakhir yaitu sejak
tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Pada Tabel 2 terlihat bahwa tanaman
kelapa sawit memiliki jumlah produksi tertinggi diantara tanaman tahunan
5
perkebunan lainnya. Tanaman perkebunan kelapa sawit rakyat di Provinsi
Lampung mencapai produksi tertinggi pada tahun 2014 yaitu mencapai
183.876 ton, namun menurun menjadi 175,064 ton pada tahun 2015.
Penurunan luas areal maupun produksi tanaman kelapa sawit di Provinsi
Lampung tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
peralihan komoditas dari tanaman kelapa sawit menjadi tanaman lain.
Tabel 2. Perkembangan produksi tanaman tahunan perkebunan kelapa sawitrakyat (PR) Provinsi Lampung tahun 2011-2015 (5 tahun)
NoJenis
Komoditi
TahunRata-rata
Pertumbuhan
2011(ton)
2012(ton)
2013(ton)
2014(ton)
2015(ton)
2011s/d
2015(%)
2014s/d
2015(%)
1 Aren 80 217 234 1.484 1.133 172,40 255,272 Kelapa Dalam 116.925 111.859 112.217 96.631 89.895 (6,22) (10,43)
3KelapaHibrida
1.061 1.262 1.301 2.478 1.953 22,83 34,64
4 Karet 45.240 52.443 53.319 143.237 141.254 46,21 83,635 Kelapa Sawit 167.820 171.964 172.118 183.876 175.064 1,15 1,026 Kapuk 245 204 199 352 371 15,77 41,147 Jambu Mete 30 13 13 10 10 (19,94) (11,54)8 Kemiri 87 107 105 430 369 79,11 147,679 Kenanga - - - - - - -
10 Jarak Merah - - - - - - -11 Jarak Pagar 460 346 209 56 107 (1,73) 8,93
Jumlah 331.948 338.415 339.715 428.554 410.156 27,41 24,00Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2016
Menurunnya luas areal perkebunan dan produksi tanaman kelapa sawit di
Provinsi Lampung disebabkan oleh peralihan komoditas kelapa sawit menjadi
tanaman lain. Sebagian besar petani kelapa sawit di Provinsi Lampung salah
satunya di Kabupaten Tulang Bawang mulai memaksimalkan pemanfaatan
lahan yang dimiliki yaitu dengan menanam tanaman lain selain kelapa sawit
seperti karet, padi, maupun tanaman lainnya. Fluktuasi harga TBS kelapa
6
sawit yang cukup signifikan menjadi salah satu faktor pendorong petani
melakukan peralihan komoditas. Hal tersebut dilakukan oleh petani untuk
memaksimalkan pendapatan keluarga.
Tabel 3. Luas areal dan poduksi kelapa sawit menurut kabupaten/kota diProvinsi Lampung Tahun 2015
No Kabupaten/KotaJumlah luas areal
(ha)Jumlah produksi
(ton)Produktivitas
(ton/ha)
1 Mesuji 78.161 218.238 2,792162 Tulang Bawang 36.672 95.548 2,6054763 Lampung Tengah 33.267 90.589 2,7230894 Way Kanan 28.765 41.617 1,4467935 Lampung Selatan 13.652 35.331 2,5879726 Lampung Utara 19.186 19.757 1,0297617 Pesisir Barat 6.582 14.379 2,184594
8Tulang BawangBarat
7.643 10.732 1,404161
9 Lampung Timur 7.592 8.897 1,17189110 Lampung Barat 2.480 6.333 2,55362911 Pesawaran 1.587 3.172 1,9987412 Pringsewu 1.337 1.562 1,16828713 Bandar Lampung 64 48 0,7514 Tanggamus 30 36 1,215 Metro 1 3 3Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2016
Tabel 3 menunjukkan luas areal dan produksi kelapa sawit di kabupaten/kota
yang terdapat di Provinsi Lampung. Pada tabel 3 terlihat bahwa Kabupaten
Mesuji merupakan wilayah dengan jumlah luas areal 78.161 hektar dan
produksi mencapai 218.238 ton dan merupakan wilayah dengan luas areal serta
produksi kelapa sawit tertinggi pertama di Provinsi Lampung. Posisi kedua
ditempati oleh Kabupaten Tulang Bawang dengan jumlah luas areal 36.672
hektar dan produksi sebesar 95.548 ton. Selanjutnya posisi ketiga yaitu
Kabupaten Lampung Tengah dengan jumlah luas areal 33.267 hektar dan
7
produksi sebesar 90.589 ton. Posisi keempat ditempati oleh Kabupaten Way
Kanan dengan jumlah luas areal 28.765 hektar dan produksi sebesar 41.617
ton. Kemudian yang kelima adalah Kabupaten Lampung Selatan dengan
jumlah luas areal 13.652 hektar dan produksi sebesar 35.331 ton.
Tabel 4. Luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit rakyat (PR)Kabupaten Tulang Bawang tahun 2015
No KecamatanLuasAreal(Ha)
Produksi(Ton)
Produktivitas(Ton/Ha)
JumlahPetani
1 Menggala 202 212 1,049505 1322 Gedung Aji Baru 1.994 5.219 2,617352 1.3033 Banjar Agung 625 1.561 2,4976 4084 Gedong Aji 948 2.138 2,255274 6205 Gedong Meneng 1.133 2.795 2,466902 7416 Penawar Tama 5.003 11.898 2,378173 3.2707 Gambut Jitu Selatan 252 665 2,638889 1658 Meraksa Aji 462 1.275 2,75974 3029 Banjar Margo 858 2.096 2,44289 57110 Penawar Aji 893 971 1,087346 59411 Dente Teladas 1.893 1.983 1,047544 1.24712 Gambut Pitu 1.520 2.471 1,625658 99313 Menggala Timur 1.687 3.611 2,140486 1.11314 Banjar Baru 1.452 2.097 1,444215 950
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2016
Tabel 4 menunjukkan dua kecamatan dengan luas areal dan produksi
perkebunan rakyat tertinggi di Kabupaten Tulang Bawang. Hasil observasi di
lapangan, usahatani kelapa sawit rakyat swadaya di Provinsi Lampung
sebagian ada yang dilakukan di daerah gambut dan juga di lahan mineral.
Tanaman kelapa sawit yang ditanam di daerah gambut cenderung memiliki
produktivitas yang lebih rendah dengan tanaman kelapa sawit yang ditanam di
lahan mineral. Hal tersebut dikarenakan pH tanah lebih asam pada lahan
gambut dibandingkan dengan lahan mineral.
8
Selain itu, banyak petani kelapa sawit swadaya yang tidak hanya
mengandalkan tanaman kelapa sawit sebagai sumber pendapatan utama.
Sebagian besar petani menanam tanaman lain selain kelapa sawit seperti
palawija, tanaman pangan, maupun tanaman perkebunan lain seperti tanaman
karet. Hal tersebut karena petani berpendapat bahwa penerimaan dari hasil
produksi kelapa sawit tidak mampu menutupi seluruh kebutuhan keluarga,
disebabkan oleh harga kelapa sawit yang relatif rendah dan fluktuatif yaitu
sekitar Rp 1.030,00 sampai dengan Rp 1.500,00 per kilogram serta cuaca yang
cenderung tidak menentu. Cuaca menjadi salah satu faktor penting yang
menentukan produktivitas tanaman kelapa sawit. Sehingga jika cuaca
cenderung buruk seperti kemarau sepanjang tahun, maka kualitas TBS kelapa
sawit juga akan menurun.
Harga kelapa sawit yang sangat fluktuatif mempengaruhi petani kelapa sawit
untuk lebih mengoptimasi penggunaan lahan yang dimiliki untuk menanam
tanaman lain guna memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Permasalahan
yang dihadapi oleh petani kelapa sawit swadaya saat ini adalah rendahnya
harga TBS kelapa sawit, sehingga banyak petani petani kelapa sawit di
Provinsi Lampung terutama di Kabupaten Tulang Bawang memilih untuk
menanam tanaman perkebunan lainnya seperti karet dan padi guna
memaksimalkan pendapatan keluarga. Latar belakang tersebut mendorong
peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Optimasi Pengusahaan
Lahan Petani Kelapa Sawit Swadaya di Kabupaten Tulang Bawang Provinsi
Lampung” untuk melihat bagaimana penggunaan lahan petani kelapa sawit
secara optimal sehingga petani memperoleh keuntungan secara maksimum agar
9
mampu memenuhi kebutuhan keluarga petani dengan kehidupan yang layak,
dan saluran tataniaga kelapa sawit rakyat di Kabupaten Tulang Bawang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi
permasalahan penelitian sebagai berikut :
1) Bagaimana pendapatan optimal yang diperoleh petani dengan penggunaan
tenaga kerja serta penggunaan lahan petani kelapa sawit swadaya secara
optimal baik di lahan mineral maupun lahan gambut di Kabupaten Tulang
Bawang?
2) Bagaimana saluran tataniaga kelapa sawit rakyat di Kabupaten Tulang
Bawang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui pendapatan optimal yang diperoleh petani dengan penggunaan
tenaga kerja serta penggunaan lahan petani kelapa sawit swadaya secara
optimal baik di lahan mineral maupun lahan gambut di Kabupaten Tulang
Bawang.
2) Mengetahui saluran tataniaga kelapa sawit rakyat di Kabupaten Tulang
Bawang.
10
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1) Bahan informasi bagi petani kelapa sawit dalam mengoptimumkan
pemanfaatan luas lahan yang dimiliki.
2) Bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil keputusan terkait
dengan pengembangan perkebunan kelapa sawit.
3) Bahan informasi dan pembanding bagi peneliti lain yang berhubungan
dengan masalah-masalah relevan dalam penelitian ini.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Karakteristik Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman multiguna yang kini tersebar di berbagai
daerah di Indonesia (Suwarto, 2010). Menurut Pahan (2008), tanaman
kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Embryophyta Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : 1. E. guineensis Jacq.
2. E. oleifera (H.B.K.) Cortes
3. E. odora
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Kelapa sawit merupakanan tanaman monokotil. Tanaman ini
berakar serabut yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah,
12
Respirasi tanaman dan sebagai penyangga berdirinya tanaman. Batangnya
tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang kelapa
sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm. Pada tanaman muda,
batang tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun.
Daun kelapa sawit mirip daun kelapa, yaitu membentuk susunan daun
majemuk, bersirip genap, dan bertulang daun sejajar. Daun-daun ini
membentuk pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9 m. Kelapa
sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan
dan betina terdapat dalam satu tanaman serta masing-masing terangkai
dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan dihasilkan dengan siklus yang
bergantian dengan bunga betina sehingga pembungaan secara bersamaan
jarang terjadi. Buah (fructus) pada kelapa sawitdihasilkan setelah tanaman
berumur 3,5 tahun dan diperlukan waktu 5-6 bulan dari penyerbukan hingga
buah matang dan siap dipanen (Fauzi, 2002).
2. Budidaya Kelapa Sawit
Dalam pelaksanaannya budidaya kelapa sawit dimulai dari pembukaan
lahan. Daerah yang akan dijadikan areal perkebunan perlu “dibuka” dahulu
dengan cara menebang pohon yang mengganggu serta membersihkan
tunggul-tunggul, sisa-sisa tanaman rumput, dan alang-alang. Pembersihan
ini dilakukan agar sisa-sisa tanaman tidak menjadi sarang hama penyakit
yang dapat mengganggu nantinya (Suwarto, 2010). Setelah atau pun
beriringan dengan pembukaan lahan dilakukan upaya pengadaan bibit. Ada
tiga cara pengadaan bibit kelapa sawit di Indonesia. Pertama, membeli
13
benih dan bibit liar. Kedua, membeli biji dari produsen resmi lalu
mengecambahkannya sendiri. Ketiga, membeli bibit hasil kultur jaringan.
Setelah pengadaan bibit telah dilakukan dilanjutkan dengan penanaman.
Bibit dari pembibitan dipilih untuk ditanam di areal perkebunan.
Penanaman ini memperhatikan jarak tanam agar tidak terjadi persaingan
dalam penggunaan lahan, sinar matahari, dan makanan. Kerapatan tanaman
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit.
Jarak optimum adalah 9 m untuk tanah datar dan 8,7 m untuk tanah
bergelombang. Setelah hal itu dilakukan dapat di lakukan penanaman
penutup tanah. Untuk perkebunan rakyat biasanya tanaman ditanam dengan
jarak 8 m antar pokok dengan mengarah pada sistem mata lima walaupun
aktual di lapangan sistem mata lima yang dilakukan masyarakat belum
sempurna (Fauzi, 2012).
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pemeliharan. Pemeliharaan
tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting yang
menentukan masa produktif tanaman. Pemeliharaan bukan hanya ditujukan
pada tanaman tetapi juga pada media tumbuh. Pemeliharaan tanaman
kelapa sawit yang belum menghasilkan dan yang sudah menghasilkan
memiliki beberapa perbedaan. Kegiatan yang perlu dilakukan di dalam
pemeliharaan untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman
menghasilkan (TM) berbeda. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang
belum menghasilkan meliputti perawatan tanaman penutup tanah, perawatan
piringan,pembukaan pasar kontrol dan pasar pikul, pemupukan, penyisipan,
14
serta kastrasi. Sedangkan pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang sudah
menghasilkan, meliputi: pemupukan, pemberantasaan gulma, penunasan,
dan penjarangan tanaman (Suwarto, 2010).
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur
2-3 tahun. Buah akan masak pada 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses
pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit
buahnya. Buah akan menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah
masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu
matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya.
Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol. Proses pemanenan pada
tanaman kelapa sawit rakyat meliputi pekerjaan memotong tandan buah
masak, memungut berondolan, dan mengangkutnya ke tempat pengumpulan
hasil (TPH) kemudian menjualnya kepada pedagang desa atau langsung ke
pabrik kelapa sawit (Fauzi, 2002).
Saat ini, kriteria umum yang biasa dipakai untuk pemanenan adalah jumlah
brondolan, yaitu setiap 1 kg tandan segar terdapat dua brondolan.
Berdasarkan tinggi tanaman, cara panen di Indonesia ada tiga cara. Untuk
tanaman dengan tinggi 2-5 m, digunakan cara panen jongkok dengan alat
dodos, sedangkan untuk tanaman dengan tinggi 5-10 m dipanen dengan cara
berdiri menggunakan alat kapak siam. Untuk tanaman yang tingginya lebih
dari 10 m, pemanenan dilakukan menggunakan alat arit bergagang panjang
yang disebut egrek. Kriteria lain yang perlu diperhatikan adalah rotasi dan
15
sistem panen. Rotasi panen dianggap baik jika buah tidak lewat panen
(Suwarto, 2010).
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai
panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan besar kelapa sawit di
Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen tujuh hari, artinya satu
areal panen harus dimasuki oleh pemetik tiap tujuh hari (Fauzi, 2012).
3. Teori Produksi
Fungsi produksi menggambarkan metode produksi yang efisien, dalam arti
menggunakan kualitas bahan mentah yang minimal, tenaga kerja yang
minimal dan modal yang minimal. Konsep fungsi produksi yang bersifat
teknis masih perludidukung oleh konsep tentang input-input atau faktor-
faktor produksi lainnya, seperti faktor keahlian, motivasi kerja dan lain-lain.
Fungsi produksi menunjukkan seberapa besar pemakaian input dan
menghasilkan sejumlah output, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
besar kecilnya output yang dihasilkansangat tergantung pada seberapa besar
penggunaan input (Samuelson dan William, 1992).
Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi, faktor produksi
dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi
variabel (variableinput). Faktor produski tetap adalah faktor produksi yang
jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada
tidaknya kegiatan produksi, faktor produksi tetap harus tetap tersedia.
Sedangkan jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada
16
tingkat produksinya, makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor
produksi yang digunakan. Faktor produksi tetap dan faktor produksi
variabel terkait dengan waktu yang dibutuhkan untuk menambah atau
mengurangi faktor produksi tersebut. Hubungan antara input dan output
dapat di formulasikan kepada suatu fungsi produksi yang dalam bentuk
matematis: Y = f (X1,X2, X3, ……), dimana Y adalah total produksi fisik
dan X1, X2, X3, ……adalah faktor-faktor produksi. Dalam produksi
pertanian misalnya produksi padi, maka produksi fisik dihasilkan oleh
bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan
tenaga kerja (Daniel, 2002).
4. Usahatani
Usahatani merupakan kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset
dan cara dalam pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi
dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian (Daniel, 2002).
Menurut Hernanto (1994), usahatani adalah organisasi dari alam, kerja
danmodal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi
ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh
seseorang atau sekelompok orang-orang, segolongan sosial, baik yang
berkaitan geneologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya.
Menurut Soekartawi (1985), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
efektifdan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
17
tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya dan dikatakan
efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran
(output) yang melebihi masukan (input). Apabila harga output dikalikan
maka akan membentuk penerimaan dan input dikalikan harga input akan
menjadi biaya produksi.
Menurut Rahim dan Hastuti (2008), usahatani diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok yaitu berdasarkan cara mengusahakan, sifat dan corak
usahatani, pola usahatani, dan tipe usahatani. Berdasarkan cara
mengusahakannya, usahatani dibagi menjadi tiga yaitu usahatani
perorangan, usahatani kolektif dan usahatani kooperatif. Usahatani
perorangan merupakan usahatani yang dilakukan secara perorangan dan
faktor produksi dimiliki secara perorangan. Usahatani kolektif merupakan
usahatani yang dilakukan bersama-sama atau kelompok sehingga hasilnya
dibagi oleh anggota kelompok tersebut. Usahatani kooperatif merupakan
usahatani yang dikelola secara kelompok tetapi tidak seluruh faktor
produksi dikuasai oleh kelompok, hanya kegiatan yang dilakukan bersama-
sama.
Berdasarkan sifat dan corak, usahatani dapat dilihat sebagai usahatani
subsisten dan usahatani komersil. Usahatani subsisten merupakan 20
usahatani yang hasil panennya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
petani atau keluarganya sendiri tanpa melalui peredaran uang. Usahatani
komersial merupakan usahatani yang keseluruhan hasil panennya dijual
18
kepasar atau melalui perantara maupun langsung ke konsumen (Rahim dan
Hastuti, 2008).
Berdasarkan polanya, usahatani terdiri dari tiga macam pola, yaitu pola
khusus, tidak khusus, dan campuran. Pola usahatani yang khusus
merupakan usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang usahatani.
Pola usahatani tidak khusus merupakan usahatani yang mengusahakan dua
cabang atau lebih usahatani, tetapi batasnya masih tegas, sedangkan pola
usahatani campuran merupakan usahatani yang mengusahakan dua ataulebih
usahatani yang batasnya tidak tegas (Rahim dan Hastuti, 2008).
Tipe usahatani merupakan jenis komoditas pertanian yang akan ditanam
atau diusahakan, misalnya usahatani tanaman pangan, usahatani
hortikultura, usahatani perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan,
dan usaha kehutanan (Rahim dan Hastuti, 2008).
Menurut Soekartawi (1995), keberhasilan usahatani dapat diuji dengan
beberapa analisis, yaitu :
a. Analisis biaya per satuan hasil
b. Analisis imbangan penerimaan dan biaya atau R/C rasio,
c. Analisis pendapatan atau keuntungan cabang usaha, serta
d. Analisis imbangan tambahan manfaat dan biaya atau B/C rasio.
19
Mubyarto (1989), menyatakan bahwa produktivitas dan produksi pertanian
yang lebih tinggi dapat dicapai melalui dua cara :
a. Perbaikan alokasi sumberdaya yang dimiliki petani seperti penggunaan
lahan, tenaga kerja, serta rendahnya produktivitas, akan menentukan
pendapatan yang diperoleh petani dimana pada tingkat biaya dan
hargaproduk yang sama, sehingga pendapatan akan lebih tinggi bila
produktivitas lebih tinggi.
b. Memperkenalkan sumberdaya baru dalam bentuk modal dan teknologi.
Teknologi dapat berupa perubahan cuaca, jenis tanaman, serta
saranalainya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Suatu
teknologi baru dapat diterima petani jika mampu memberikan
keuntungan yang berarti dan dengan penerapan teknologi akan terjadi
peningkatan pendapatan. Penerapan teknologi yang dianjurkan bagi
petani adalah yang sesuai dengan rekomendasi dari Dinas Pertanian.
Penerapan teknologi pertanian secara efektif dan efisien sesuai anjuran
diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi.
5. Faktor Produksi dalam Usahatani
Menurut Hernanto (1988), faktor-faktor produksi dalam usahatani terdiri
atas empat unsur pokok, yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan.
Keempat faktor produksi tersebut dalam usahatani mempunyai kedudukan
yang sama pentingnya. Faktor-faktor produksi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
20
a. Faktor produksi tanah
Mubyarto (1989) menyatakan bahwa tanah merupakan pabrik hasil- hasil
pertanian. Tanah merupakan faktor produksi yang bertahan lama
sehingga tidak mengalami depresiasi dan mendapatakan bagian dari hasil
produkis karena jasanya dalam produksi tersebut. Pembayaran atas jasa
produksi ini disebut dengan sewa tanah.
Tanah sangat mempengaruhi pendapatan usahatani. Faktor-faktor tanah
yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah luas lahan, kondisi
fisik, fragmentasi tanah, lokasi tanah dari pusat perekonomian serta status
penguasaan lahan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa semakin luas
lahan yang digarap, semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh
lahan tersebut (Rahim dan Hastuti, 2008).
Menurut Daniel (2002), luas penggunaan lahan pertanian
merupakansesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun
usahatani dan usaha pertanian. Kepemilikan atau penguasaan lahan yang
sempit dalam usahatani sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang
lebih luas. Kepemilikan atau penguasaan lahan berhubungan dengan
efisiensi usahatani. Semakin luas lahan yang dikuasai, akan
semakinefisien penggunaan masukan atau input. Lebih lanjut, Daniel
(2002), menjelaskan bahwa penyebab luas lahan mengakibatkan tindakan
yang mengarah pada segi efisiensi adalah sebagai berikut:
1) Lemahnya pengawasan pada faktor produksi seperti bibit, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja.
21
2) Terbatasnya persediaan tenaga kerja di sekitar daerah tersebut yang
pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usahatani tersebut.
3) Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usahatani dalam
skala luas tersebut.
b. Tenaga kerja
Menurut Daniel (2002), tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja
15 – 64 tahun yang dapat bekerja untuk memproduksi. Tenaga kerja
manusia dapat berasal dari dalam maupun luar keluarga .Tenaga Kerja
Luar Keluarga (TKLK) diperoleh dengan cara upahan atau arisan tenaga
kerja. Tenaga kerja dalam keluarga umumnya oleh petani tidak
diperhitungkan karena sulit pengukuran penggunaannya. Tenaga kerja
dibagi lagi menjadi tenaga kerja laki-laki, tenaga kerja perempuan, serta
tenaga kerja anak-anak. Batasan tenaga kerja anak-anak adalah berumur
14 tahun ke bawah (Hernanto, 1988).
Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga
kerja. Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang
dipakai. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja
(HOK). Satuan ukuran yang dipergunakan untuk menghitung besarnya
tenaga kerja adalah satu HOK atau sama dengan satu hari kerja pria
(HKP), yaitu jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses
produksi yang diukur dengan ukuran kerja pria. Untuk menyetarakan,
dilakukan konversi berdasarkan upah di daerah penelitian. Hasil
konversinya adalah satu hari kerja seorang pria dinilai sebagai satu hari
22
kerja pria (HKP) dengan delapan jam kerja efektif per hari (Rahim dan
Hastuti, 2008).
c. Modal
Menurut Hernanto (1988), modal adalah barang atau uang yang secara
bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan hasil
pertanian. Menurut Rahim dan Hastuti (2008) modal dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap
(variable cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan
peralatan pertanian dimana biaya yang dikeluarkan dalam prosesproduksi
tidak habis dalam sekali proses produksi. Modal tidak tetap terdiri dari
benih, pupuk, pakan, obat obatan, dan upah yang dibayarkan kepada
tenaga kerja.
Sumber modal dalam usahatani berasal dari petani itu sendiri atau dari
pinjaman. Besar kecilnya modal yang dipakai ditentukan oleh besar
kecilnya skala usahatani. Makin besar skala usahatani makin besar pula
modal yang dipakai, begitu pula sebaliknya. Macam komoditas tertentu
dalam proses produksi pertanian juga menentukan besar kecilnya modal
yang dipakai (Rahim dan Hastuti, 2008).
d. Pengelolaan (manajemen)
Pengelolaan digambarkan sebagai kemampuan petani dalam
menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan
faktor-faktor produksi yang bermacam-macam itu seefektif mungkin,
sehingga produksi pertanian memberikan hasil yang lebih baik. Ukuran
23
keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap faktor
maupun produktivitas dari usahanya (Hernanto, 1988).
Menurut Daniel (2002), keberadaan manajemen tidak menyebab
kanproses produksi tidak berjalan atau batal. Fungsi pengelolaan atau
manajemen adalah memaksimalkan produk dengan mengkombinasikan
faktor tanah, modal dan tenaga kerja dengan menerapkan teknologi yang
tepat. Faktor atau variabel manajemen jarang digunakan dalam analisis
ekonomi pertanian karena sulitnya melakukan pengukuran terhadap
variabel tersebut.
6. Biaya dalam Usahatani
Menurut Hernanto (1994), biaya atau pengeluaran usahatani adalah semua
biaya operasional dengan tanpa memperhitungkan bunga dari
modalusahatani dan nilai kerja pengelola usahatani. Rahardja dan
Manurung (2006), menyatakan bahwa biaya dalam usahatani dapat dibagi
menjadidua yaitu:
a. Biaya tetap (fixed cost – FC)
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami
perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan
(dalam batas tertentu). Biaya tetap dapat diartikan sebagai biaya yang
besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas produksi yang
dihasilkan. Biaya tetap mencakup gaji yang dibayar tetap, sewa tanah,
pajak tanah, alat dan mesin, bangunan ataupun bunga uang serta biaya
tetap lainnya.
24
b. Biaya variabel (variable cost – VC)
Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai
dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Biaya variabel dapat
diartikan sebagai biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya output
yang dihasilkan, atau tergantung kepada skala produksi yang dilakukan.
Biaya variabel dalam usahatani mencakup biaya bibit,biaya pupuk, biaya
obat-obatan, serta termasuk ongkos tenaga kerja yang dibayar
berdasarkan penghitungan volume produksi.
Menurut Soekartawi (2001), biaya usahatani mencakup pengeluaran
tunai dan tidak tunai. Biaya tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah
uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani,
seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya pembelian bibit, pupuk
dan obat- obata serta biaya upah tenaga kerja sedangkan biaya tidak tunai
terdiri dari biaya penyusutan alat-alat pertanian dan biaya sewa lahan.
Hal tersebut sejalan dengan Kasim (2004) yang menyebutkan bahwa
biaya terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
TC = Tce + TCi
Dimana :TC = Biaya total usahatani dalam periode usahataniTce = Biaya tunai (explicit costs)TCi = Biaya diperhitungkan (implicit costs)
25
7. Konsep Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan total dan semua
biaya baik biaya tetap maupun biaya variabel. Ada dua tujuan utama dari
analisis pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan
usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanan.
Ada dua pengertian mengenai pendapatan usahatani menurut Hernanto
(1994) yaitu :
a. Pendapatan kotor yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam
usahataninya selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil
penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah,
berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil.
b. Pendapatan bersih yaitu sebagian dari pendapatan kotor yang telah
dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi.
Hernanto (1994) lebih lanjut menyatakan bahwa kegiatan usahatani pada
akhirnya akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi
setelah dikurangi atau memperhitungkan dari nilai produksi
setelahdikurangi atau memperhitungkan biaya yang dikeluarkan. Salah satu
alokasi dari pendapatan adalah untuk biaya usahatani, karena biaya dapat
mempengaruhi tingkat produksi usahatani. Untuk keperluan analisa
pendapatan petani diperlukan empat unsur, yaitu: (1) rata-rata inventaris, (2)
penerimaan usahatani, (3) pengeluaran usahatani, dan (4) penerimaan dari
berbagai sumber. Untuk mengetahui suatu usahatani menguntungkan atau
26
tidak, digunakan analisis perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C
ratio).
Menurut Soekartawi (1989), pendapatan kotor usahatani (gross farm
income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka
waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual, sedangkan
pengeluaran total usahatani (total farm expenses) didefinisikan sebagai nilai
semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi,
tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga tani. Jadi dapat dikatakan bahwa
pendapatan bersih usahatani (net farm income) merupakan selisih antara
pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani.
Selanjutnya Soekartawi (1995) menyatakan bahwa pendapatan atau
keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.
Secara matematis menghitung keuntungan dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut:
= Y. Py − Xi. Px − BTTKeterangan :
= KeuntunganY = Jumlah produksi yang dari usahatani i (i = 1,2,3,.......,n)Py = Harga per satuan produksiXi = Faktor produksiPx = Harga per satuan faktor produksiBTT = Biaya tetap total
27
Menurut Soekartawi (1986), pendapatan bersih usahatani (Net Farm
Income) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
NFI = GFI – TFE
NFI = Py.Yi – Px.Xi – TC
Keterangan:NFI = Pendapatan bersih usahatani (Net Farm Income)GFI = Pendapatan kotor usahatani (Gross Farm Income)TFE = Total pengeluaran usahatani (Total Farm Expenses)Yi = Total produksiXi = Sumberdaya pertanianPy = harga output per unitPx = Harga sumberdaya pertanian per unitFC = Biaya tetap
Menurut Kasim (2004), pendapatan dibagi 2 yaitu pendapatan atas biaya
tunai yang disebut sebagai pendapatan dan pendapatan atas biaya total yang
disebut keuntungan. Penerimaan usahatani, pendapatan dan keuntungan
menurut Kasim (2004) dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Penerimaan
TR = Y. Py
Dimana:TR = Penerimaan total (Rp)Y = Produksi yang diperoleh selama periode produksinya (kg)Py = Harga dari hasil produksi (Rp/kg)
b. Pendapatan
I = TR – Tce
Dimana:I = Pendapatan usahatani (Rp)TR = Total penerimaan (Rp)Tce = Total biaya eksplisit (Rp)
28
c. Keuntungan
п = TR – TC
Dimana :П = Keuntungan (Rp)TR = Penerimaan total (Rp)TC = Biaya total (Rp)
Ratag (1982) mengatakan bahwa ilmu usahatani merupakan ilmu yang
mempelajari cara-cara menentukan serta mengkoordinasikan penggunaan
faktor-faktor produksi seefektif mungkin sehingga produksi pertanian
memberikan pendapatan keluarga petani yang lebih baik. Definisi ini
terkandung satu tujuan utama yaitu peningkatan pendapatan keluarga petani.
Tujuan dilakukannya kegiatan usaha tani adalah memperoleh pendapatan.
Menurut Marta (2007), pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan
semua biaya. Untuk memperoleh laba maka jumlah penerimaan harus lebih
besar dari total biaya. Ada beberapa ukuran untukmenghitung pendapatan
usahatani yaitu :
a. Pendapatan usahatani diperoleh dengan menghitung semua penerimaan
dikurangi dengan semua pengeluaran,
b. Pendapatan keluarga tani diperoleh dari menambah pendapatan tenaga
kerja keluarga dengan bunga modal milik sendiri dan nilai sewa, dan
c. Pendapatan petani diperoleh dari menambah pendapatan tenaga kerja dan
biaya modal sendiri (Soekartawi, 1995).
29
8. Produktivitas
Produktivitas merupakan istilah dalam kegiatan produksi sebagai
perbandingan luaran (output) dengan masukan (input). Dimana
produktivitas merupakan ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya
sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil optimal.
Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu
industri dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi
perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan. Ukuran-
ukuran produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada aspek-aspek output
atau input yang digunakan sebagai agregat dasar, misalnya: indeks
produktivitas buruh, produktivitas biaya langsung, produktivitas biayatotal,
produktivitas energi, dan produktivitas bahan mentah (Samuelson dan
William, 1992).
9. Optimalisasi Usahatani dengan Linear Programming
Optimalisasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi
beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan
memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Pembatasan tersebut
meliputi lahan bagi suatu usahatani, tenaga kerja (man) yang merupakan
jumlah ketersediaan tenaga kerja keluarga dalam kegiatan usahatani, modal
(money) merupakan ketersediaan modal (uang) yang dimiliki petani untuk
kegiatan usahatani (Lestari, 2006).
30
Kegiatan usahatani sebagai salah satu bentuk unit produksi, selalu
memiliki upaya untuk memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan
biaya dalam keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, sehingga perlu
dirumuskan perencanaan usahatani dengan mengkombinasikan berbagai
input dalam berbagai karakter keterbatasan untuk memaksimumkan
keuntungan atau meminimumkan biaya. Perumusan ini dapat dilakukan
melalui pendekatan teknik Linear Programming (Soekartawi, 1992).
Menurut Supranto (1983), Linear Programming adalah suatu persoalan
untuk menentukan besarnya masing-masing nilai variabel sedemikian
rupa sehingga nilai fungsi tujuan yang linier menjadi optimum dengan
memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada yaitu pembatasan
mengenai inputnya. Menurut Soekartawi (1992), Linear Programming
adalah suatu metode programasi yang variabelnya disusun dengan
persamaan linier. Lebih lanjut, Soekartawi menjelaskan bahwa dalam
aplikasi LP untuk perencanaan pertanian memerlukan pemahaman ilmu
pengetahuan pendukung seperti metode penelitian sosial ekonomi, ilmu
usahatani, ekonomi produksi pertanian, dan ekonomi pertanian.
Menurut Arga (1999) Linear Programming adalah suatu metode
matematik yang bertujuan memaksimumkan satu atau beberapa fungsi
tujuan yang linier di bawah beberapa kendala yang linier pula. Teknik
Linear Programming dapat digunakan dalam dua cara, yaitu :
31
a. Meminimumkan biaya dalam rangka tetap mendapatkan total penerimaan
atau total keuntungan sebesar mungkin (program minimisasi atau
minimumkan).
b. Memaksimumkan total penerimaan atau total keuntungan pada kendala
sumberdaya yang terbatas (program memaksimumkan atau maksimasi).
Menurut Soekartawi (1992), kelemahan penggunaan LP adalah bila alat
bantu komputer tidak tersedia, maka cara LP dengan menggunakan banyak
variabel akan menyulitkan untuk diselesaikan dengan cara manual.
Kelebihan-kelebihan dari LP adalah:
a. Mudah dilaksanakan, apalagi bila didukung alat bantu komputer;
b. Dapat menggunakan banyak variabel, sehingga berbagai kemungkinan
untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya yang optimum dapat
dicapai,
c. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau
berdasarkan data yang tersedia.
Nasendi dan Anwar (1985) menyatakan untuk dapat menyusun dan
merumuskan suatu permasalahan yang dihadapi ke dalam model Linear
Programming, maka harus memenuhi lima syarat sebagai berikut:
a. Tujuan
Apa yang menjadi tujuan permasalahan yang dihadapi yang ingin
dipecahkan dan dicari jalan keluarnya. Tujuan ini harus jelas dan tegas
yang disebut fungsi tujuan. Fungsi tujuan tersebut dapat berupa dampak
positif, manfaat-manfaat, keuntungan-keuntungan,dan kebaikan-kebaikan
32
yang ingin dimaksimumkan, atau dampak negatif, kerugian-kerugian,
resiko-resiko, biaya-biaya, jarak, waktu,dan sebagainya yang ingin
diminimumkan.
b. Alternatif perbandingan (proporsionalitas)
Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang ingin dibandingkan.
Misalnya antara kombinasi waktu tercepat dan biaya tertinggi dengan
waktu terlambat dan biaya terendah, atau antara alternatif padat modal
dengan padat karya, atau antara kebijakan A dengan kebijakan B, atau
antara proyeksi permintaan tinggi dengan rendah.
c. Sumberdaya
Sumberdaya yang dianalisis harus berada dalam keadaan yang terbatas.
Misalnya keterbatasan waktu, keterbatasan biaya, keterbatasan tenaga,
keterbatasan luas tanah, keterbatasan ruangan, dan lain-lain.
Keterbatasan dalam sumberdaya tersebut dinamakans ebagai kendala.
d. Perumusan kuantitatif
Fungsi tujuan dan kendala tersebut harus dapat dirumuskan secara
kuantitatif dalam apa yang disebut model matematika.
e. Keterkaitan peubah
Peubah-peubah yang membentuk fungsi tujuan dan kendala tersebut
harus memiliki hubungan fungsional atau hubungan keterkaitan.
Hubungan keterkaitan tersebut dapat diartikan sebagai hubungan yang
saling mempengaruhi, hubungan interaksi, interdepedensi, timbal- balik,
saling menunjang, dan sebagainya.
33
Lebih lanjut Nasendi dan Anwar (1985) mengatakan bahwa salah satu ciri
khas model Linear Programming adalah model yang didukung oleh lima
macam asumsi. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
a. Linearitas
Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara input yang satu
dengan input yang lainnya, atau untuk suatu input dengan output
besarnya tetap dan terlepas (tidak tergantung) pada tingkat produksi.
b. Proporsionalitas
Asumsi ini menyatakan bahwa jika peubah pengambil keputusan berubah
maka dampak perubahannya akan menyebar dalam proporsi yang sama
terhadap fungsi tujuan dan juga pada kendalanya.
c. Addivitas
Asumsi ini menyatakan bahwa nilai parameter suatu kriteria optimasi
(koefisien peubah pengambil keputusan dalam fungsi tujuan) merupakan
jumlah dari nilai individu-individu dalam model Linear Programming.
d. Divisibilitas
Asumsi ini menyatakan bahwa peubah-peubah pengambil keputusan, jika
diperlukan dapat dibagi kedalam pecahan-pecahan.
e. Deterministik
Asumsi ini menghendaki agar semua parameter dalam model Linear
Programming tetap dan diketahui atau ditentukan secara pasti.
34
Model dasar atau model baku Linear Programming menurut Nasendi dan
Anwar (1985) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Fungsi tujuan : optimumkan (maksimumkan atau minimumkan)
Z = C1X1 + C2X2 + ……. + CnXn
Fungsi kendala:
a11X1 + a12X2 + …… + a1nXn ≤ b1
a21X1 + a22X2 + …… + a2nXn ≤ b2
:: : : : : :
am1X1 + am2X2 + ……+ amnXn ≤ bm
Syarat non negatif:
Xj ≥ 0, untuk j = 1,2, ……….,n
Dalam bentuk kompaknya:
= CjXj, untuk j = 1,2, ……nKendala:
∑ aijXj ≤ bi, untuk i = 1,2, ……m dan Xj ≥ 0
Keterangan:Cj = Parameter yang dijadikan kriteria optimasi, atau koefisien
peubah pengambilan keputusan dalam fungsi tujuanXj = Peubah pengambil keputusan atau kegiatan (yang ingin dicari:
yang tidak diketahui)aij = Koefisien teknologi peubah pengambil keputusan (kegiatan yang
bersangkutan) dalam kendala ke-i yang diperlukan untuk
35
memproduksi satu satuan Xjbi = Sumberdaya yang terbatas, yang membatasi usaha atau kegiatan
yang bersangkutan; disebut juga konstanta atau “nilai sebelahkanan” dari kendala ke-i
Z = Nilai skalar kriteria pengambilan keputusan; suatu fungsi tujuan.
Lebih jauh Nasendi dan Anwar (1985) mengatakan rumusan model Linear
Programming tersebut terlihat bahwa ada tiga unsur penting yang dipenuhi
oleh persoalan Linear Programming untuk dapat dirumuskan secara
matematis, yaitu:
1) Suatu fungsi tujuan,
2) Berbagai kendala fungsional, dan
3) Kendala tidak boleh negatif (atau syarat ikatan non negatif).
Dari berbagai uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
Linear Programming adalah mengoptimalisasikankan penggunaan
sumberdaya yang terbatas sehingga diperoleh pendapatan maksimum,
atau meminimumkan biaya. Menurut Soekartawi (1992), model LP dapat
dijelaskan baik dengan pendekatan grafis maupun matematis. Bentuk grafis
model LP berbeda- beda berdasarkan tujuan dari model yang dirancang
apakah untuk memaksimumkan atau untuk meminimumkan. Secara pintas,
model LP yang memaksimumkan berbentuk cekung mengahadap ke atas
dan model LP yang meminimumkan berbentuk cembung menghadap ke
atas. Jika jumlah variabel yang digunakan tidak banyak, maka kedua
pendekatan tersebut dapat lebih mudah digunakan, sedangkan jika variabel
yang terlibat jumlahnya banyak, maka penyelasaian terbaik adalah dengan
menggunakan program komputer.
36
Menurut Soekartawi (1992) berikut adalah beberapa faktor penting yang
perlu diperhatikan dalam analisis LP yaitu:
a. Penyelesaian simultan
Penyelesaian simultan digunakan karena sering terjadi suatu kondisi
dimana faktor kendala (pembatas) dapat diidentifikasikan sebagai
faktor kendala yang memenuhi persyaratan maksimisasi (tanda ≤);
minimisasi (tanda ≥), dan kesamaan (equality, dengan tanda =).
Penyelesaian program LP tersebut perlu diselesaikan secara simultan
tanpa harus melihat apakah tanda (≥), (≤) atau (=) harus ditulis sama atau
tidak. Fungsi tujuan harus dinyatakan secara jelas apakah bertujuan
untuk memaksimumkan atau meminimumkan.
b. Penyelesaian Infeasible
Penyelesaian infeasible atau infeasible solution dapat terjadi jika
terjadi kekeliruan dalam menetapkan masalah LP dalam bentuk
persamaan matematis, sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Bila melakukan kekeliruan ketika
merumuskan masalah LP, maka feasible solution tidak akan diperoleh
dan sebaliknya, yang didapat adalah infeasible solution (tidak terjadi
penyelesaian seperti yang diharapakan).
c. Penyelesaian Unboundness
Penyelesaian unboundness terjadi karena tidak diperoleh kombinasi
Penggunaan input yang optimum. Bila digambakan secara grafik,
fungsi tujuan memotong semua persamaan sehingga penyelesaian batas
optimum tidak terjadi. Nilai Z tidak dapat ditunjukkan karena
37
tidak terjadi perpotongan dengan daerah feasible solution sehingga
tidak terjadi titik optimum. Hal tersebut disebabkan karena feasible
solution tidak terbatas (infinite).
d. Penyelesaian Multiple Optima
Jika pada persamaan unbounded diperoleh unbounded infinite
solution, maka penyelesaian unbounded ini tidak akan memberikan
banyak manfaat. Penyelesaian multiple optima akan diperoleh
penyelesaian yang bounded infinite solution. Lebih lanjut Soekartawi
(1992) menyatakan bahwa ada tiga macam kemungkinan penyelesaian
pada multiple optima yaitu:
1) Terjadi satu solusi optimum
2) Tidak terjadi solusi optimum
3) Terjadi beberapa solusi optimum tetapi nilainya tidak terbatas
(infinite).
Lebih lanjut Soekartawi (1992), menjelaskan bahwa selain beberapa faktor
di atas, ada beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan dalam analisis
LP, yaitu:
a. Adanya nilai harga bayangan (shadow price)
b. Adanya nilai dualitas (duality)
10. Analisis Sensitivitas
Wathoni (2009), menyatakan bahwa Linear Programming dikembangkan
sebagai suatu alat analisis yang sifatnya normatif yang menuntut asumsi-
asumsi sangat ketat, maka untuk mengeliminir situasi dunia nyata yang
38
senantiasa berubah menyebabkan analisis sensitivitas digunakan untuk
mengkaji kepekaan nilai program optimal jika terjadi perubahan dalam
koefisien aktivitas maupun penyediaan sumberdaya. Menurut Soekartawi
(1992), dalam masalah LP, sensitivitas adalah memberlakukan parameter
sumberdaya yang tersedia pada batas yang paling kecil (lower limit) dan
batas paling besar (upper limit). Bu’lolo (2005), menyatakan bahwa analisis
sensitivitas adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat atau
pengaruh dari perubahan yang terjadi terhadap penyelesaian optimal yang
telah diperoleh.
Menurut Siswanto (2000), analisis sensitivitas akan menjelaskan interval
atau batas perubahan dari parameter agar tidak merubah penyelesaian
optimal. Tujuan utama dari analisis sensitivitas selain digunakan untuk
pengecekan adalah untuk mengurangi perhitungan-perhitungan dan
menghindari penghitungan ulang bila terjadi perubahan koefisien-koefisien
pada model Linear Programming setelah dicapai tahap optimal.
Kisaran perubahan penggunaan faktor produksi dapat dilihat dari nilai dual
value atau shadow price yang berarti bahwa setiap tambahan penggunaan
sumberdaya sebesar satu-satuan aktivitas akan menambah nilai solusi
optimal sebesar nilai dualnya (Wathoni, 2009). Kisaran sensitivitas dilihat
dari allowable decrease dan allowable increase.Allowable decrease dan
allowable increase menunjukkan perubahan penggunaan faktor produksi
yang dapat dilakukan tanpa merubah pendapatan maksimum.
39
Menurut Montarcih (2008), analisis sensitivitas dilakukan jika
dikhawatirkan ada masalah dengan akurasi data sehingga perlu diketahui
bagaimana penyelesaian bisa berubah jika data yang digunakan berbeda.
Akan tetapi, analisis sensitivitas tidak dapat memberikan dasar yang jelas
meskipun penyelesaian dan strukturnya tampak stabil. Namun,
penyelesaian yang diajukan mungkin tidak tepat dalam menghadapi
ketidakpastian.
11. Lahan Gambut
Pengembangan lahan gambut sebagai lahan pertanian terdapat berbagai
kendala baik fisik, kimia maupun biologis. Lahan gambut merupakan lahan
yang sangat fragile dan produktivitasnya sangat rendah. Kendala sifat fisik
gambut yang paling utama adalah sifat kering tidak balik (irreversible
drying), sehingga gambut tidak dapat berfungsi lagi sebagai koloid organik.
Produktivitas lahan gambut yang rendah karena rendahnya kandungan unsur
hara makro maupun mikro yang tersedia untuk tanaman, tingkat kemasaman
tinggi, serta rendahnya kejenuhan basa. Tingkat marginalitas dan fragilitas
lahan gambut sangat ditentukan oleh sifat-sifat gambut yang inherent, baik
sifat fisik, kimia maupun biologisnya (Agus dan Subiko, 2008).
11.1. Kendala Karakteristik Sifat Gambut
Terdapat tiga kendala yang mendasar pada lahan gambut, yaitu
kendala sifat fisik, kimia dan biologi gambut.
a. Sifat Fisik
40
Kendala sifat fisik tanah utamanya adalah rendahnya bulk density
(0,1 – 0,2g.cm-3) yang menyebabkan daya tumpu (bearing
capacity) tanah rendah sehingga mudah mengalami subsiden.
Subsiden dan dekomposisi bahan organic dapat menimbulkan
masalah apabila bahan mineral di bawah lapisan gambut
mengandung pirit (FeS2) atau pasir kuarsa. Selain itu, apabila
gambut mengalami kekeringan yang berlebihan akan menyebabkan
koloid gambut menjadi rusak karena partikel – partikel gambut
mempunyai lapis luar kaya resin yang menghambat penyerapan
kembali air setelah pengeringan dan akhirnya gambut tidak mampu
lagi menyerap hara dan menahan air (Nurzakiah dan Jumberi,
2004).
b. Sifat Kimia
Tanah gambut terbentuk dari timbunan bahan organik, sehingga
kandungan karbon pada tanah gambut sangat besar. Fraksi organik
tanah gambut di Indonesia lebih dari 95%, kurang dari 5% sisanya
adalah fraksi anorganik. Fraksi organik terdiri atas senyawa
senyawa humat sekitar 10 hingga 20%, sebagian besar terdiri atas
senyawa-senyawa non-humat yang meliputi senyawa lignin,
selulosa, hemiselulosa, lilin, tannin, resin,suberin, dan sejumlah
kecil protein. Sedangkan senyawa-senyawa humat terdiri atas
asam humat, himatomelanat dan humin (Ratmini, 2012).
41
Tanah gambut mengandung hara yang sangat rendah khususnya P
dan K, dan basa-basa. Kandungan hara semakin rendah dengan
semakin meningkatnya ketebalan gambut . Hal ini berkaitan
dengan kemampuan akar tanaman untuk mencapai tanah mineral
dibawahnya untuk menyerap hara dan meredistribusikannya
melalui daun yang gugur ke permukaan tanah. Namun pada tanah
gambut yang terbentuk di atas tanah mineral yang sangat miskin
seperti pasir kuarsa, maka kandungan unsur hara juga sangat
rendah, walaupun gambutnya tipis (Ratmini, 2012).
c. Sifat Biologi
Sifat biologi tanah yang merupakan masalah di lahan gambut yang
mempunyai lapisan pirit, yaitu adanya aktivitas mikroorganisme
yang berperan sebagai katalisator mempercepat proses reaksi
oksidasi-reduksi. Oksidasi pirit tidak hanya terjadi secara kimia
tetapi dapat pula secara biologis reaksi oksidasi pirit sebagai
berikut : FeS2 +1/2O2 + 2H+ Fe2+ + 2S + H2O. Rendahnya
perombakan oleh mikroorganisme sangat lambat karena hanya
sedikit bakteri yang mampu hidup pada kondisi an-aerob
(Nurzakiah dan Jumberi, 2004).
11.2. Kendala Terjadinya Kebakaran
Meningkatnya pertumbuhan populasi masyarat, sehingga terdapat
unsur atau keingingan membuka lahan untuk mendapatkan
perekonomian, sehinggga daya dukung tersebut membuat masyarakat
42
aktif dalam pembukaan lahan, kebakaran merupakan unsur terbesar
yang dapat menyebabkan degradasi lahan diamana akan terjadi
penipisan fungsi olah lahan dan daya simpan air tanahnya, simpanan
karbon akan keluar bersama tingginya persentase lahan yang terbakar
(Nurzakiah dan Jumberi, 2004).
12. Pengelolaan Gambut Untuk Pertanian
12.1. Perbaikan Sifat Gambut Untuk Pengelolaan Pertanian
Salah satu upaya dalam pengelolaan gambut untuk memperbaiki sifat
gambut adalah dengan pemberian ameliorasi. Amelioran adalah
bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan
kondisi fisik dan kimia. Kriteria amelioran yang baik bagi lahan
gambut adalah memiliki kejenuhan basa (KB) yang tinggi, mampu
meningkatkan derajat pH secara nyata, mampu memperbaiki struktur
tanah, memiliki kandungan unsur hara yang lengkap, dan mampu
mengusir senyawa beracun terutama asam-asam organik. Amelioran
dapat berupa bahan organik maupun anorganik. Pemberian bahan
amelioran seperti pupuk organik, tanah mineral, zeolit, dolomit, fosfat
alam, pupuk kandang, kapur pertanian, abu sekam, purun tikus
(Eleocharis dulcis) dapat meningkatkan pH tanah dan basa-basa
tanah. Penambahan bahan-bahan amelioran yang banyak
mengandung kation polivalen juga dapat mengurangi pengaruh buruk
asam-asam organik beracun. Penambahan kation Fe3+ sebagai bahan
43
amelioran digunakan untuk menekan emisi metana pada lahan gambut
(Mario, 2002).
12.2. Perbaikan Sistem Tata Air
Pengelolaan air di lahan gambut bertujuan untuk mengatur
pemanfaatan sumber daya air secara optimal sehingga didapatkan
hasil/produktivitas lahan yang maksimal, serta sekaligus
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan tersebut. Salah satu
teknik pengelolaan air di lahan gambut dapat dilakukan dengan
membuat parit atau saluran, dengan tujuan:
a) mengendalikan keberadaan air tanah di lahan gambut sesuai dengan
kebutuhan tanaman yang akan dibudidayakan. Artinya, gambut
tidak menjadi kering di musim kemarau, tapi juga tidak tergenang
di musim hujan. Hal demikian dapat dicapai dengan membuat
pintu air (flapgate) yang dapat mengatur tinggi muka air tanah
gambut sekaligus menahan air yang keluar dari lahan;
b) mencuci asam-asam organik dan anorganik serta senyawa lainnya
yang bersifat racun terhadap tanaman dan memasukan (suplai) air
segar untuk memberikan oksigen;
c) memanfaatkan keberadaan air di dalam saluran sebagai media
budidaya ikan, baik budidaya aktif (dimana benih ikan ditebarkan
di dalam saluran) maupun budidaya pasif (dimana parit/saluran
digunaan sebagai perangkap ikan ketika sungai di sekitarnya
meluap).
44
Selain itu keberadaan air di dalam parit akan berfungsi sebagai sekat
bakar yang dapat mencegah terjadinya kebakaran di lahan gambut
sebagai sarana transportasi hasil panen. Salah satu faktor kunci
keberhasilan pengembangan pertanian di lahan gambut, selain
meningkatkan kesuburannya adalah mengendalikan tinggi muka air di
dalamnya sehingga gambut tetap basah tapi tidak tergenang dimusim
hujan dan tidak kering di musim kemarau. Pengaturan tinggi muka air
yang tepat juga dimaksudkan agar proses pencucian bahan beracun
berjalan dengan lancar sehingga tercipta media tumbuh yang baik bagi
tanaman. Beberapa teknik pengelolaan air yang telah lama
dikembangkan di lahan rawa (termasuk gambut) antara lain:
a. Sistem parit ataun handil di tepi sungai
b. Sistem saluran model garpu di lahan pasang surut
c. Sistem Tata Air Mikro
(Agus dan Subiksa, 2008)
13. Potensi dan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Tanaman Tahunan
Lahan gambut dengan ketebalan antara 1,4-2 m tergolong sesuai marjinal
(kelas kesesuaian S3) untuk beberapa tanaman tahunan seperti karet dan
kelapa sawit, sedangkan gambut yang tipis termasuk agak sesuai (kelas
kesesuaian S2). Gambut dengan ketebalan 2-3 m tidak sesuai untuk
tanaman tahunan kecuali jika ada sisipan atau pengkayaan lapisan tanah atau
lumpur mineral. Salah satu komponen penting dalam pengaturan tata air
lahan gambut adalah bangunan pengendali berupa pintu air di setiap saluran.
45
Pintu air berfungsi untuk mengatur muka air tanah supaya tidak terlalu
dangkal dan tidak terlalu dalam.
Tanaman tahunan memerlukan saluran drainase dengan kedalaman berbeda-
beda. Tanaman karet memerlukan saluran drainase mikro sekitar 20 cm,
tanaman kelapa sedalam 30-50 cm, sedangkan tanaman kelapa sawit
memerlukan saluran drainase sedalam 50-80 cm. Gambut yang relatif tipis
(<100 cm) dan subur juga dapat ditanami dengan tanaman kopi dan kakao
dengan saluran drainase sedalam 30-50 cm.
Unsur hara utama yang perlu ditambahkan untuk berbagai tanaman tahunan
di lahan gambut terutama adalah unsur P dan K. Tanpa unsur tersebut
pertumbuhan tanaman sangat merana dan hasil tanaman yang diperoleh
sangat rendah. Sedangkan unsur hara lainnya seperti N dibutuhkan dalam
jumlah yang relatif rendah karena bisa tersedia dari proses dekomposisi
gambut (Ratmini, 2012).
14. Saluran Tataniaga
Tataniaga merupakan salah satu cabang aspek pemasaran yang menekankan
bagaimana suatu produksi dapat sampai ke tangan konsumen (distribusi).
Tataniaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil
produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu
mengadakan pembagian keuntungan yang adil dari keseluruhan harga yang
dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan
produksi dan tataniaga (Rahardi, 2000).
46
Menurut Limbong dan Sitorus (1987), lembaga tataniaga merupakan badab-
badan atau lembaga yang berusaha dalam bidang tataniaga, menggerkkan
barang dari produsen ke konsumen melalui penjualan. Lembaga tataniaga
pada dasarnya harus berfungsi dalam memberikan pelayanan kepada
pembeli maupun komoditas itu sendiri. Produsen mempunyai peran utama
dalam menghasilkan barang-barang dan sering melakukan kegiatan
tataniaga. Sementara itu pedagang menyalurkan komoditas dalam waktu,
bentuk, dan tempat yang diinginkan konsumen.
Adanya jarak antara produsen dan konsumen menyebabkan penyaluran
produk dari produsen ke konsumen sering melibatkan beberapa lembaga
perantara, dimulai dari produsen itu sendiri, lalu lembaga-lembaga perantara
sampai ke konsumen akhir. Di dalam proses penyaluran selalu
mengikutsertakan keterlibatan berbagai pihak. Keterlibatan tersebut dapat
dalam bentuk perorangan maupun kelembagaan, perserikatan, atau
perseroan (Limbong & Sitorus, 1987).
B. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang terkait dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan peneliti lainnya. Hasil-hasil penelitian
terdahulu tentusangat relevan sebagai referensi ataupun pembanding, karena
terdapat beberapa kesamaan prinsip, walaupun dalam beberapa hal terdapat
perbedaan. Penggunaan hasil-hasil penelitian sebelumnya dimaksudkan
47
untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dalam kerangka dan kajian
penelitian ini seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Hasil penelitian terdahulu tidaklah semata-mata digunakan sebagai acuan
dalam penulisan hasil dan pembahasan penelitian ini. Hal tersebut
dibuktikan dari adanya persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan
kelima penelitian terdahulu yang tercantum pada Tabel 5 adalah hanya
sebatas pada persamaan penggunaan alat analisis penelitian yaitu analisis
Linear Programing (LP), analisis biaya dan pendapataan usahatani petani.
Kesamaan dengan hasil penelitian terdahulu hanya dijadikan sebagai
referensi dan salah satu acuan pada penelitian ini.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian
ini yang akan dikaji adalah pemanfatan luas lahan untuk usahatani kelapa
sawit serta tanaman sampingan berupa karet dan padi secara optimum oleh
petani kelapa yang akan menghasilkan pendapatan secara optimal dan
saluran tataniaga, sedangkan penelitian sebelumnya hanya melihat optimasi
pemanfaatan lahan usahatani. Penelitian ini dilakukan terhadap petani
kelapa sawit swadaya di Kecamatan Gedung Aji Baru dan Penawar Tama,
Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung.
Pada penelitian ini jenis lahan, luas lahan, penggunaan tenaga kerja dan
biaya akan berpengaruh pada pendapatan usahatani petani kelapa sawit
swadaya di Kabupaten Tulang Bawang. Selain itu, perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah dalam penggunaan alat analisis, dimana
pada penelitian sebelumnya menggunakan Analisis Model FAO dan
48
Analisis Matriks Leopold sedangkan pada penelitian ini akan digunakan
Analisis Pendapatan Usahatani, Analisis Linear Programing (LP), dan
Analisis Saluran Tataniaga.
Tidak hanya itu, lokasi penelitian dan komoditas yang diteliti juga
merupakan salah satu perbedaan penelitian ini dengan ketujuh penelitian
terdahulu yang dicantumkan pada Tabel 5. Penelitian terkait optimasi
pengusahaan lahan petani kelapa sawit swadaya merupakan penelitian yang
pertama kali dilakukan sehingga belum ada pembanding dengan penelitian-
penelitian lain. Oleh karena itu, dengan dilakukannya penelitian ini
diharapkan dapat membantu petani kelapa sawit swadaya dalam
mengoptimalisasi pengusahaan lahan yang dimiliki saat ini.
49
Tabel 5. Hasil Penelitian Terdahulu
No Tujuan Penelitian Judul/Penelitian/Tahun Metode Analisis Hasil/Kesimpulan1. 1. Mengetahui produksi
dan pendapatanpetani kelapa sawitdi Desa SuliliranBaru KecamatanPasir BelengkongKabupaten Paser
2. Mengetahui produksioptimal danpendapatanmaksimal petanikelapa sawit di DesaSiliriran KecamatanPasir BelengkongKabupaten Paser
OptimalisasiPendapatan UsahataniKelapa Sawit(Mursidah, 2008)
1. Teori Biaya danPenerimaan
2. Teori Produksi
1. Total produksi yang dicapai oleh 40responden kelapa sawit rata-rata sebesarRp 9.205 kg/ha/tahun/responden sehinggadidapatkan pendapatan yang diperoleholeh petani kelapa sawit di Desa SuliliranBaru sebesar Rp9.352.522,60/ha/tahun/responden.
2. Produksi optimal yang bisa dicapai olehpetani kelapa sawit sebesar 36.913,25kg/ha/tahun, sehingga didapatkanpendapatan maksimal yang dicapai padaproduksi optimal yaitu sebesar Rp24.362.214,51/ha/tahun.
2. 1. Mengetahuikesesuaian polapemanfaatan lahanusahatani di daerahtransmigrasi.
2. Mengetahuikombinasi cabangusahatani yang manadapat dilakukan agar
Optimasi PolaPemanfaatan LahanUsahatani yangBerwawasanLingkungan di DaerahTransmigrasi UPTLalunduKabupaten Donggala(Nur, 2004)
1. Analisis ModelFAO
2. Metode AnalisisProgram Linier(LP)
3. Analisis MatriksLeopold
1. Pola pemanfaatan lahan sawah dan kebunbelum optimal. Kontribusi pendapatanusahataninya pada tahun 2014 sebesar Rp410.635.000 nilai ini diperoleh daripengusahaan delapan jenis komoditi yaitupadi, kedelai, kacang hijau, kacang tanah,jagung, kelapa, kakao dan kopi. Dari 15kegiatan pola usahatani terdapat 6 (enam)pola usahatani optimal dengan kontribusi
50
tercapai tingkatproduksi danpendapatan yangmaksimal.
pendapatan pola usahatani dicapaimaksimal sebesar Rp 636.561.000. Nilaiini meningkat sekitar Rp 225.926.000(35%) dari pendapatant ahun 2013.
2. Bila pengelolaan usahatani dilakukansecara intensif dengan penambahanpenggunaan sumberdaya yang ada makaterdapat 8 (delapan) pola usahatanioptimal dengan kontribusi pola usahatanidicapai maksimal Rp 885.767.000. nilaiini meningkat sekitar Rp 475.132.000(54%) dari pendapatan tahun 2014.
3. 1. Mengetahui luaslahan yang optimaluntuk usahatanitomat dan mentimunjika petani memiliki
Optimalisasi LahanUsahatani Tomat danMentimun denganKendala Tenaga Kerja(Karmini dan
1. Model LinearProgramming
1. Luas lahan yang optimal untuk usahatanitomat dan mentimun dengan kendalatenagakerja adalah 1 ha untuk tomat dan 1ha untuk mentimun.
kendala tenaga kerjadi Desa Loa LepuKecamatanTenggarong SeberangKabupaten KutaiKartanegara
Aisyah, 2008)
4. 1. Mengetahui polatanam optimal danpendapatan optimalpada usahatanisayuran sawi dan
Optimasi Pola TanamUsahatani SayuranSelada(Khalik dkk, 2013)
1. Model LinearProgramming
1. Pola tanam yang menghasilkanpendapatan optimal adalah pola tanampadi dan sawi untuk musim pertama, sertaselada pada musim kedua.
51
2. selada di daerahproduksi padi
2. 2.
5. 1. Mengetahui tingkatoptimasi sumberdaya produksi jambumete dan tanamansela
Optimasi UsahataniJambu Mete denganTanaman TumpangSari(Damanik, 2008)
1. Model LinearProgrammingdengan metodesimpleks
1. Pola tanam yang optimal danmenguntungkan petani adalah pola tanamjambu mete dengan kacang kedelai. Polausahatani optimal dapat diperluas arealusahanya hingga 400% agar masih tetapmemberikan keuntungan yang optimal.
6. 1. Menentukan alokasisumber dayaproduksi (lahan,benih, pupuk dantenaga kerja)usahatani padi,petsai/sawi danmentimun pada lahansawah.
Optimalisasi UsahataniPadi Dan Sayuran padaMusim Gadu di KotaSingkawang(Puspitasari dkk, 2013)
1. Model LinearProgramming dananalisis sensitivitas
1. Penggunaan faktor produksi belumoptimal. Tingkat pendapatan petani setelahdilakukan optimasi lebih besar dari padapendapatan aktual petani.
7. 1. Menganalisispendapatan petanidari berbagaiusahatani sayuranserta menentukankombinasi usahatanisayuran yangmemaksimumkanpendapatan petanisayuran datarantinggi Sembalun,
Optimalisasi UsahataniSayuran DataranTinggi(Wathoni, 2009)
1. Model LinearProgrammingdengan metodesimpleks
1. Komoditi bawang daun paling sensitifterhadap perubahan harga outputdibandingkan aktivitas lainnya. Untukmengoptimalkan usahatani sayuran denganrata-rata lah angarapan 0,27 hektar, polausahatani yang dianjurkan adalahusahatani kentang seluas 8,3 are, buncis 2are, kubis 11,4 are dan bawang daunseluas 5,3 are.
52
Lombok Timur8. 1. Menentukan
keuntungan danpendapatan optimalyang dapat dicapaidenganmenggunakan polatanam strip
Optimalisasi usahatanikencur dengan polatanam stripintercropping di DesaFajar Asri KecamatanSeputih Agung(Maryana, 2015)
1. Model LinearProgramming dananalisis sensitivitas
1. Keuntungan optimal yang dapat dicapaipada Skenario 1 adalah sebesar Rp7.984.403 dimana terjadi penurunansebesar 0,55% sedangkan pada Skenario 2,pendapatan yang dapat dicapai sebesar Rp33.760.470 dengan peningkatanpendapatan sebesar 36,27%.
intercropping.2. Menentukan
penggunaan lahanoptimal usahatanikencur dan tanamansampingan yangmemberikankeuntungan danpendapatan optimal
2. Penggunaan lahan optimal pada Skenario1 yang dapat memberikan pendapatanoptimal pada Skenario 1 yang dapatmemberikan pendapatan optimal adalah0,125 ha kencur dan 0,6 ha jagung padamusim tanam I dan 1,005 ha ubi kayu padamusim tanam II sedangkan pada Skenario2, pendapatan optimal dapat dicapaidengan membudidayakan 0,87 ha kencur
bagi petani. dan 0,26 ha jagung pada musim tanam Idan 0,26 ha ubi kayu pada musim tanamII.
9. 1. Menganalisisproduktivitastanaman kelapa sawitdan faktor-faktoryang mempengaruhi.
Analisis ProduktivitasKelapa Sawit (Alaeisguineensis Jacq.) diPT. Perdana Inti SawitPerkasa I, Riau(Yohansyah danIskandar, 2014)
1. Analisisproduktivitas
2. Model regresilinear berganda
1. Tanaman kelapa sawit memilikiproduktivitas rata-rata/siklus sebesar 24ton/ha.
2. Umur tanaman, tenaga kerja panen, curahhujan, dan hari hujan berpengaruh nyataterhadap produktivitas kelapa sawitdengan nilai koefisien determinasi sebesar79,8%.
53
10. 1. Menganalisis salurantataniaga tandan buahsegar (TBS) kelapasawit di Desa MerantiPaham, KecamatanPanai Hulu,Kabupaten LabuhanBatu.
Analisis EfisiensiTataniaga TandanBuah Segar (TBS)Kelapa Sawit di DesaMeranti Paham,Kecamatan Panai Hulu,Kabupaten LabuhanBatu (Harahap dkk,2017)
1. Deskriptif 1. Saluran tataniaga tandan buah segar (TBS)di Desa Meranti Paham, KEcamatan PanaiHulu, Kabupaten Labuhan Batu terdiri darisaluran I dan saluran II. Saluran I terdiridari petani, pedagang besar, pabrik kelapasawit (PKS) dan saluran II terdiri daripetani, pedagang besar, pabrik kelapasawit (PKS).
11. 1. Menganalisa salurantataniaga kelapa sawityang terbentuk diDesa Tanjung Jaya.
2. Menganalisa efisiensitataniaga petani padapemasaran kelapasawit di DesaTanjung Jaya.
Analisis TataniagaKelapa Sawit di DesaTanjung JayaKecamatan BangunRejo KabupatenLampung TengahProvinsi Lampung(Asmarantika, 2013)
1. Analisiskualitatiflembaga dansalurantataniaga
2. Analisisefisiensitataniaga
1. Proses tataniaga kelapa sawit di DesaTanjung Jaya terdiri dari 2 saluran.Saluran I terdiri dari 17 orang petani,dimulai dari petani, agen perantara danpabrik pengolahan. Saluran 2 terdiri dari15 orang petani yang dimulai dari petani,pedagang pengumpul dan pabrikpengolahan.
2. Saluran I merupakan saluran yang palingefisien. Saluran ini dinilai sebagaialternatif saluran yang efisien karenatercapainya kesejahteraan petani yangterlibat dalam saluran ini terlihat dari nilaimarjin dan farmer’s share yang dihasilkandan dengan volume penjualan 71,85 tonatau sekitar 69,7 persen dari total produksipetani.
54
C. Kerangka Pemikiran
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebungan yang dapat menghasilkan
minyak nabati disamping tanaman kacang-kacangan dan jagung.
Pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit ini dikenal dengan tiga bentuk
utama usaha perkebunan yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar
Swasta (PBS), dan Perkebunan Besar Negara (PBN). Walaupun dihadapkan
kepada berbagai hambatan, sejak Pelita 1 sampai sekarang upaya perluasan
areal dan peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia tetap berlangsung
dengan laju yang cepat (Mangoensoekarjo, 2003).
Lampung merupakan provinsi yang memiliki sumberdaya yang baik untuk
tanaman kelapa sawit. Hal ini menjadikan Provinsi Lampung sebagai salah
satu provinsi yang berpotensi untuk mengembangkan komoditas kelapa sawit.
Daerah yang paling banyak mengusahakan perkebunan kelapa sawit adalah
Kabupaten Tulang Bawang, Way Kanan, Mesuji, Lampung Tengah, dan
Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tulang Bawang yang
sebagian bentuk usaha perkebunannya adalah perkebunan rakyat dan
budidayanya dilakukan di lahan mineral dan lahan gambut/gambut.
Optimasi pengusahaan lahan petani akan diukur melalui penggunaan tenaga
kerja dan luas lahan yang diusahakan petani. Selain itu juga akan dilihat
saluran tataniaga kelapa sawit petani swadaya yang terbentuk di Kabupaten
Tulang Bawang. Produktivitas lahan, optimalisasi pada biaya faktor produksi
yang harus dikeluarkan petani, serta alur rantai pasok yang efisien akan
membantu peneliti dalam memberikan rekomendasi pengusahaan lahan yang
55
optimal bagi petani kelapa sawit. Sehingga petani dapat menekan biaya
usahatani dan meningkatkan pendapatan usahataninya melalui optimasi
pengusahaan lahan yang dimiliki. Kerangka pemikiran penelitian secara grafis
dapat dilihat pada Gambar 1.
56
Gambar 1. Bagan alur kerangka pemikiran optimasi pengusahaan lahan petanikelapa sawit swadaya di Kab. Tulang Bawang Provinsi Lampung
Usahatani Kelapa Sawit
Perkebunan Rakyat(PR)
Perkebunan Besar Negara(PBN)
Perkebunan Besar Swasta(PBS)
Perkebunan RakyatMandiri/Swadaya
Perkebunan RakyatMitra
Lahan Mineral Lahan Gambut
Produktivitas Lahan
Produksi
Pendapatan Usahatani
Tanaman Kelapa SawitTanaman Sampingan- Karet- Padi
Faktor-faktor produksi:- Benih- Lahan- Tenaga Kerja
Optimasi Pengusahaan Lahan
Biaya Usahatani
Penerimaan Usahatani
Harga
Kec. Penawar Tama Kec. Gedung Aji Baru
SaluranTataniaga
Dampak Perkebunan Kelapa Sawit- Aspek Lingkungan- Aspek Sosial dan Ekonomi
57
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan
menciptakan data akurat yang dianalisis sehubungan dengan tujuan penelitian.
Responden merupakan petani kelapa sawit swadaya yang usia tanaman kelapa
sawitnya ≥ 5 tahun, tidak melakukan mitra dengan pihak manapun, menanam
tanaman karet dan padi sebagai tanaman sampingan yang dijual, menanam
tanaman kelapa sawit di lahan gambut atau lahan mineral, dan bersedia untuk
diwawancarai.
Kelapa sawit merupakan tanaman industri penghasil minyak seperti minyak
makan, minyak industri dan minyak bahan bakar.
Tanaman sampingan merupakan tanaman lain yang dibudidayakan selain
tanaman kelapa sawit, yaitu karet dan padi yang juga memberi kontribusi
terhadap pendapatan usahatani petani kelapa sawit.
Usahatani merupakan kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit, padi dan karet
yang dilakukan di lahan mineral maupun lahan gambut dengan tujuan produksi
yang memberikan keuntungan.
58
Faktor produksi merupakan sumberdaya yang digunakan dalam berusahatani
berupa lahan, benih dan tenaga kerja yang digunakan dalam optimalisasi
pengusahaan lahan petani yang diukur dalam satuan hektar (ha), kilogram per
hektar (kg/ha), dan HOK per tahun (HOK/tahun).
Produktivitas lahan kelapa sawit merupakan produksi kelapa sawit yang dapat
dicapai per satu hektar lahan yang diukur dalam satuan kilogram per hektar
(kg/ha).
Biaya merupakan semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani untuk
memperoleh faktor-faktor produksi yaitu benih, lahan dan tenaga kerja dalam
berusahatani serta biaya pemasaran yang meliputi biaya angkut kelapa sawit
pasca panen yang diukur dalam satuan rupiah (Rp) per tahun.
Luas lahan merupakan area yang digunakan untuk melakukan usahatani kelapa
sawit dan tanaman sampingan di atas sebidang tanah yang diukur dalam satuan
hektar (ha) per tahun.
Dampak perkebunan kelapa sawit merupakan dampak positif maupun negatif
yang ditimbulkan oleh aktivitas perkebunan kelapa sawit terhadap aspek-aspek
lingkungan fisik, dan sosial ekonomi yang akan dijelaskan secara deskriptif
berdasarkan persepsi responden.
Dampak lingkungan merupakan dampak yang ditimbulkan dari aktivitas
perkebunan kelapa sawit rakyat yang meliputi rusaknya infrastruktur jalan,
pencemaran air dan berkurangnya resiko banjir.
59
Dampak sosial ekonomi merupakan dampak yang ditimbulkan dari aktivitas
perkebunan kelapa sawit rakyat yang meliputi meningkatnya kesejahteraan
rumah tangga petani dan meningkatnya lapangan pekerjaan.
Produksi merupakan jumlah hasil tanaman kelapa sawit dan tanaman
sampingan yang dihasilkan dalam satu tahun yang diukur dalam satuan
kilogram per tahun (kg/tahun).
Penerimaan usahatani sejumlah nilai uang yang diterima oleh petani dari
penjualan hasil produksi usahatani yang diukur dalam satuan rupiah per tahun
(Rp/tahun).
Biaya tunai adalah jumlah biaya yang dibayarkan secara langsung oleh petani
meliputi biaya pembelian sarana produksi, upah TKLK, dan pajak. Biaya tunai
diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya diperhitungkan adalah jumlah uang yang tidak dibayarkan secara
langsung namun diperhitungkan sebagai biaya meliputi tenaga kerja dalam
keluarga, sewa lahan, dan penyusutan alat-alat. Biaya diperhitungkan diukur
dalam satuan rupiah (Rp).
Pendapatan atas biaya tunai (pendapatan) usahatani merupakan keuntungan
yang diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan secara tunai baik dari kegiatan usahatani kelapa sawit maupun
tanaman sampingan yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).
60
Pendapatan atas biaya total (keuntungan) usahatani merupakan keuntungan
yang diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan secara tunai maupun biaya diperhitungkan baik dari kegiatan
usahatani kelapa sawit maupun tanaman sampingan yang diukur dalam satuan
rupiah per tahun (Rp/tahun).
Optimasi pengusahaan lahan merupakan pemanfaatan lahan, benih dan tenaga
kerja yang dimiliki oleh petani secara maksimal baik dengan menanam
tanaman kelapa sawit maupun tanaman sampingan untuk memperoleh
pendapatan secara optimal yang diukur dalam satuan hektar (ha).
Harga merupakan nilai uang yang dapat ditukarkan untuk mendapatkan sarana
produksi berupa pupuk, benih, alat pertanian dan tenaga kerja serta hasil
produksi tanaman utama maupun tanaman sampingan yang diukur dalam
satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
Biaya sewa lahan merupakan biaya yang dikeluarkan petani atas lahan yang
digunakan dalam periode satu tahun, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Saluran tataniaga merupakan organisasi atau lembaga yang saling terkait dalam
kegiatan menyalurkan buah kelapa sawit mulai dari petani hingga ke pabrik
kelapa sawit.
Semester 1 adalah periode tumbuh tanaman yang dimulai dari Bulan Juli
hingga Bulan Desember.
61
Semester 2 adalah periode tumbuh tanaman yang dimulai dari Bulan Januari
hingga Bulan Juni.
Saluran tataniaga merupakan jalur pemasaran yang terbentuk dari proses
penjualan kelapa sawit mulai dari petani hingga pedagang besar.
B. Metode Penelitian, Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode sensus. Menurut
Singarimbun dan Effendi (1995), metode survei dibatasi pada penelitian yang
datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh
populasi melalui kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Metode
penelitian survei dapat digunakan untuk meneliti berbagai jenis masalah,
diantaranya bidang produksi, usahatani, masalah kemasyarakatan, masalah
komunikasi dan pendapat umum, masalah politik, dan masalah pendidikan.
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Penawar Tama dan Kecamatan Gedung
Aji Baru Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung pada Bulan Juli 2017.
Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
bahwa berdasarkan data statistik Dinas Perkebunan Provinsi Lampung tahun
2015, Kabupaten Tulang Bawang merupakan pusat produksi kelapa sawit
dengan jumlah petani kelapa sawit terbesar kedua di Provinsi Lampung setelah
Kabupaten Mesuji. Usahatani kelapa sawit di kedua daerah tersebut dilakukan
di lahan mineral dan lahan gambut. Lokasi penelitian yang dipilih yaitu
Kecamatan Gedung Aji Baru dan Penawar Tama atas dasar pertimbangan
jumlah produksi kelapa sawit terbanyak di Kabupaten Tulang Bawang.
Kecamatan Penawar Tama memiliki jumlah produksi sebesar 11.898 ton
62
dengan jumlah petani sebanyak 3.270 orang, sedangkan Kecamatan Gedung
Aji Baru memiliki jumlah produksi sebesar 5.219 ton dengan jumlah petani
sebanyak 1.303 orang. Selain itu, berdasarkan hasil pra survei sebagian petani
di Kecamatan Penawar Tama dan Gedung Aji Baru menanam tanaman kelapa
sawit dan tanaman sampingan berupa karet dan padi untuk mengoptimalkan
pendapatan usahatani.
Sampel penelitian adalah petani kelapa sawit swadaya yang membudidayakan
tanaman sampingan berupa karet dan padi. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara sensus terhadap 17 petani kelapa sawit swadaya yang terdiri dari
11 petani lahan gambut/gambut di Kecamatan Gedung Aji Baru dan 6 petani
lahan mineral di Kecamatan Penawar Tama dengan kriteria yaitu:
1) Petani menanam tanaman kelapa sawit dan tidak melakukan mitra dengan
pihak manapun.
2) Tanaman kelapa sawit berusia ≥ 5 tahun.
3) Petani menanam tanaman kelapa sawit sebagai tanaman utama dan tanaman
sampingan berupa karet dan padi.
4) Petani menjual hasil produksi kelapa sawit, karet dan padi mereka sebagai
sumber pendapatan usahatani.
5) Petani menanam tanaman kelapa sawit di lahan gambut atau lahan mineral.
6) Petani bersedia diwawancara.
63
C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Teknik pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara
langsung dengan petani responden menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan)
yang telah disiapkan dan pengamatan langsung. Data sekunder diperoleh dari
lembaga atau instansi terkait seperti dinas perkebunan dan BP3K serta literatur
lain seperti jurnal, skripsi, publikasi, dan pustaka lainnya yang terkait dan
relevan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kuantitatif (statistik). Analisis kuantitatif adalah analisis yang
menggunakan angka-angka dan data-data statistik. Analisis deskriptif
digunakan untuk menjelaskan hasil yang didapatkan dari analisis kuantitatif.
Tujuan pertama dalam penelitian ini dijawab dengan model Linear
Programming dengan kendala lahan permusim tanam dan tenaga kerja per
bulan, terlebih dulu dilakukan perhitungan pendapatan dari masing-masing
usahatani. Tujuan kedua dijawab dengan analisis deskriptif untuk melihat
dampak kegiatan perkebunan kelapa sawit rakyat terhadap aspek lingkungan
dan sosial budaya. Selanjutnya tujuan ketiga dijawab dengan Analisis Saluran
Tataniaga untuk melihat alur pemasaran kelapa sawit dari petani hingga ke
pabrik kelapa sawit. Usahatani yang dianalisis adalah usahatani kelapa sawit
dan usahatani sampingan yang terdiri dari tanaman karet dan padi. Metode
pengolahan data dilakukan dengan metode tabulasi dan komputerisasi.
64
1. Analisis Produktivitas Lahan Gambut dan Lahan Mineral
Menurut Subiyanto (1993), produktivitas lahan adalah potensi lahan dalam
usahatani untuk menghasilkan pada tingkat produksi dan satuan luas tertentu
seperti tingkat produksi yang dapat dicapai per hektar dalam satu musim
tanam. Samuelson dan Nordhaus (1992) menyebutkan pengukuran
produktivitas input sebagai jumlah output per unit input. Berdasarkan teori
tersebut maka produktivitas lahan dianalisis menggunakan rumus :
Produktivitas = Jumlah produksi (ton)Luas lahan (ha)
2. Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit
Perhitungan pendapatan petani dari usahatani kelapa sawit dan tanaman
sampingan, digunakan pendapatan atas biaya total (keuntungan) dan
pendapatan atas biaya tunai (pendapatan) dari masing-masing usahatani.
Keuntungan dan pendapatan dihitung dengan menggunakan rumus Kasim
(2004), yaitu :
a. Penerimaan
TR = Y. Py
Dimana:TR = Penerimaan total (Rp)Y = Produksi yang diperoleh selama periode produksinya (kg)Py = Harga dari hasil produksi (Rp/kg)
65
b. Pendapatan
I = TR – Tce
Dimana:I = Pendapatan usahatani (Rp)TR = Total penerimaan (Rp)Tce = Total biaya eksplisit (Rp)
c. Keuntungan
п = TR – TC
Dimana :П = Keuntungan (Rp)TR = Penerimaan total (Rp)TC = Biaya total (Rp)
3. Kapasitas Tenaga Kerja
Kapasitas TKLK dilihat dari jumlah maksimum tenaga kerja yang dapat
dipekerjakan oleh petani responden dalam 1 bulan. Menurut Karmini dan
Aisyah (2008), Kapasitas TKDK merupakan jumlah tenaga kerja dalam
rumah tangga petani responden setiap bulan. Dalam penelitian Karmini dan
Aisyah (2008), kapasitas TKDK tiap bulannya dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
K = (JH x TKp x 1) + (JH x TKw x 0,8)
Keterangan:K = Kapasitas (HOK/bulan/mt)JH = Jumlah hari kerja tiap bulan (hari/bulan)TKp = Jumlah tenaga kerja pria dalam keluarga (orang)TKw = Jumlah tenaga kerja wanita dalam keluarga (orang)
66
4. Model Linear Programming
Pendapatan dan keuntungan maksimum, penggunaan lahan serta tenaga
kerja optimal dianalisis menggunakan model Linear Programming dengan
kendala lahan dan tenaga kerja per bulan. Fungsi tujuan dari penelitian ini
adalah optimasi pemanfaatan lahan yang dianalisis melalui maksimisasi
pendapatan yang terdiri dari pendapatan usahatani kelapa sawit dan tanaman
sampingan.
Agar permasalahan yang ada di lapangan dapat sesuai dengan model yang
dikehendaki, diperlukan beberapa batasan yaitu :
a. Dalam satu tahun terdiri dari 2 Semester yaitu :
Semester 1 : Juli - Desember
Semester 2 : Januari - Juni
b. Pola tanam yang digunakan oleh petani adalah yaitu :
Semester 1 Semester 2Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Tn Pn Tn Pn
Keterangan :
Gambar 2. Pola tanam
Semester 1Semester 2Usahatani kelapa sawitUsahatani tanaman karetUsahatani tanaman padi
67
Berdasarkan batasan-batasan tersebut dirumuskan model linear
programming sebagai berikut :
Fungsi tujuan :
Maks Z = C1X1 + C2X2 +C3X3
Fungsi kendala :
Kendala lahan :
Lahan : X1 + X2+ X3 ≤ b
Kendala tenaga kerja :
Juli : k1X1 + k1X2 + k1X3 ≤ K1
Agustus : k2X1 + k2X2 + k2X3 ≤ K2
September : k3X1 + k3X2 + k3X3 ≤ K3
Oktober : k4X1 + k4X2 + k4X3 ≤ K4
November : k5X1 + k5X2 ≤ K5
Desember : k6X1 + k6X2 + k6X3 ≤ K6
Januari : k7X1 + k7X2 + k7X3 ≤ K7
Februari : k8X1 + k8X2 + k8X3 ≤ K8
Maret : k9X1 + k9X2 + k9X3 ≤ K9
April : k10X1 + k10X2 ≤ K10
Mei : k11X1 + k11X2 ≤ K11
Juni : k12X1 + k12X2 ≤ K12
Syarat non negatif :
X1, X2, X3 ≥ 0
Keterangan :Cj = Pendapatan bersih untuk setiap luasan lahanusahatani (Rp/ha)b = Kendala lahan (ha)K1-12 = Kendala kapasitas tenaga kerja Bulan Juli – Juni
(HOK)k1-12 = Tenaga kerja Bulan Juli – Juni yang digunakan untuk
setiap luasan lahan usahatani (HOK/ha)X1 = Luasan lahan usahatani kelapa sawit (ha)X2 = Luasan lahan usahatani karet (ha)X3 = Luasan lahan usahatani padi (ha)
68
5. Analisis Saluran Tataniaga
Saluran tataniaga kelapa sawit di Kabupaten Tulang Bawang diamati mulai
dari petani dengan menghitung persentase pasokan sampai pedagang besar.
Jalur tataniaga tersebut akan menggambarkan peta saluran tataniaga.
Semakin panjang saluran tataniaga, maka marjin tataniaga yang terjadi
antara produsen dan pedagang besar semakin tinggi. Saluran tataniaga
kelapa sawit di Kabupaten Tulang Bawang dianalisis dengan mengamati
lembaga-lembaga tataniaga yang berperan sebagai pihak perantara dalam
proses penyampaian produk dari produsen ke pedagang besar serta
pembentukan peta saluran tataniaga.
69
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Daerah penelitian terletak di Kabupaten Tulang Bawang yang meliputi dua
kecamatan, yaitu Kecamatan Gedung Aji Baru dan Penawar Tama. Saat ini
Kabupaten Tulang Bawang memiliki luas wilayah ± 4.385,84 km2, yang tersebar
dalam 15 wilayah pemerintahan kecamatan, 4 keluarahan dan 148 kampung.
Kabupaten Tulang Bawang berjarak sekitar 120 km dari Ibukota Provinsi Lampung,
Bandar Lampung. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang adalah sebagai
berikut:
a. Sebelah utara : Kabupaten Mesuji
b. Sebelah selatan : Kabupaten Lampung Tengah
c. Sebelah timur : Laut Jawa
d. Sebelah barat : Kabupaten Tulang Bawang Barat
Secara statistik, potensi pengembangan perkebunan di Tulang Bawang sangat
menjanjikan. Pada sektor perkebunan, komoditas unggulan adalah karet dan kelapa
sawit. Produktivitas dua komoditas ini mengalami peningkatan setiap tahunnya dan
bahkan telah menjadi mata pencaharian utama sekitar 54% dari jumlah masyarakat
Tulang Bawang. Data terakhir untuk tanaman karet produksinya mencapai 48.315,21
ton dan kelapa sawit 14.717,05 ton.
70
Saat ini di Kabupaten Tulang Bawang juga sedang dikembangkan pemanfaatan
sumberdaya perkebunan dikarenakan besarnya potensi sektor perkebunan di wilayah
tersebut. Wilayah pengembangan komoditi unggulan tanaman pangan dan
perkebunan tersebar di daerah Kabupaten Tulang Bawang dengan rincian sebagai
berikut:
1) Padi, pusat pertumbuhan dan produksi meliputi Kecamatan Rawapitu, Rawajitu
Selatan, Menggala, Menggala Timur, Gedung Aji Baru, Penawar Tama, Gedung
Aji.
2) Jagung, pusat pertumbuhan dan produksi meliputi Kecamatan Menggala,
Menggala Timur, Gedung Meneng, Dente Teladas, Banjar Baru, Rawajitu Selatan,
Gedung Aji Baru.
3) Ubi kayu, pusat pertumbuhan dan produksi meliputi Kecamatan Menggala,
Menggala Timur, Gedung Meneng, Dente Teladas, Banjar Baru, Banjar Agung,
Banjar Margo, Penawar Tama, Gedung Aji Baru, Penawar Aji, Gedung Aji,
Meraksa Aji.
4) Karet, pusat pertumbuhan dan produksi meliputi Kecamatan Banjar Baru, Banjar
Agung, Banjar Margo, Penawar Tama, Gedung Aji Baru, Gedung Meneng,
Gedung Aji, Meraksa Aji.
5) Sawit, pusat pertumbuhan dan produksi meliputi Kecamatan Banjar Baru, Banjar
Agung, Banjar Margo, Penawar Tama, Gedung Aji Baru, Gedung Meneng,
Gedung Aji, Meraksa Aji.
71
1. Gambaran Umum Kecamatan Gedung Aji Baru
1.1. Letak Geografis dan Topografis Daerah Penelitian
Kecamatan Gedung Aji Baru merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Tulang Bawang dengan luas wilayah sebesar 95,36 km2. Kecamatan Gedung
Aji Baru secara administrative terbagi menjadi 9 desa/kelurahan yaitu Batu
Ampar, Suka Bhakti, Sido Mukti, Makarti Tama, Setia Tama, Mesir Dwi
Jaya, Sumber Jaya, Mekar Asri dan Sido Mekar. Secara geografis Kecamatan
Gedung Aji Baru berbatasan dengan Kabupaten Mesuji di sebelah utara,
Kecamatan Penawar Tama di sebelah barat, Kecamatan Rawa Pitu dan
Penawar Aji di sebelah selatan kemudian di sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Rawajitu Selatan dan Rawajitu Utara. Kecamatan Gedung Aji
Baru merupakan kecamatan yang berpotensi di bidang pertanian, baik
tanaman pangan maupun perkebunan. Kecamatan Gedung Aji Baru
bertopografi dataran rendah, dengan suhu rata-rata berkisar antara 32ºC
sampai 38ºC yang membuat daerah ini cocok untuk tanaman tropis seperti
padi, kelapa sawit dan karet.
1.2. Demografi Daerah Penelitian
Komposisi penduduk di Kecamatan Gedung Aji Baru sejak tahun 2008 hingga
kini masih didominasi oleh penduduk laki-laki. Tercatat jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 11.384 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak
72
10.623 jiwa. Kepadatan penduduk terbesar terdapat di Kampung Suka Bhakti
dan terkecil di Kampung Mesir Dwi Jaya.
1.3. Sarana Pendidikan dan Kesehatan
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan suatu daerah atau
negara adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu
daerah maka akan semakin baik pula perkembangan daerah tersebut. Di
Kecamatan Gedung Aji Baru sudah tersedia fasilitas pendidikan sampai jenjang
SMA dengan rincian sekolah SD negeri/swasta sebanyak 15 unit, SMP
negeri/swasta 5 unit, serta SMA negeri/swasta sebanyak 2 unit. Disamping
sarana pendidikan, saat ini fasilitas kesehatan yang dimiliki Kecamatan Gedung
Aji Baru sudah cukup lengkap. Terdapat 1 puskesmas, 4 puskesmas pembantu,
2 tempat praktek dokter, 10 tempat praktek bidan dan 13 kegiatan posyandu
yang tersebar di seluruh kampung.
2. Gambaran Umum Kecamatan Penawar Tama
2.1. Letak Geografis dan Topografis Daerah Penelitian
Kecamatan Penawar Tama merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Tulang Bawang dengan luas wilayah sebesar 13.761,05 ha. Kecamatan
Penawar Tama secara administratif terbagi menjadi 14 desa/kelurahan yaitu
Bogatama, Tri Rejo Mulyo, Sidoharjo, Sidomulyo, Tri Jaya, Tri Tunggal Jaya,
Wiratama, Pulo Gading, Sidodadi, Dwimulyo, Rejo Sari, Wira Agung Sari,
73
Sido Makmur, Tri Karya. Secara geografis Kecamatan Penawar Tama
berbatasan dengan Kabupaten Mesuji di sebelah utara, Kecamatan Banjar
Margo di sebelah barat, Kecamatan Penawar Aji dan Meraksa Aji di sebelah
selatan kemudian di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Gedung Aji
Baru. Kecamatan Penawar Tama bertopografi dataran rendah, dengan suhu
rata-rata 35ºC sampai 38ºC yang membuat daerah ini cukup panas.
2.2. Demografi Daerah Penelitian
Dari tahun 2014 hingga 2015 penduduk Kecamatan Penawar Tama terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 jumlah penduduk yang terdata
sebanyak 28.398 jiwa dengan komposisi jumlah laki-laki sebanyak 14.025
jiwa dan perempuan sebanyak 13.488 jiwa. Jumlah rumah tangga di
Kecamatan Penawar Tama adalah 8.333, dengan jumlah paling banyak adalah
Desa Sidoarjo. Selain itu, Desa Sidoarjo merupakan pusat perekonomian
terbesar di Penawar Tama. Jumlah rumah tangga yang sedikit berada pada
desa pemekaran seperti Pulo Gadung, Sidodadi, Dwimulyo, Rejo Sari, Wira
Agung Sari, Sidomakmur, dan Tri Karya.
2.3. Sarana Pendidikan dan Kesehatan
Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu daerah maka akan semakin baik pula
perkembangan derah tersebut. Upaya pemenuhan tujuan tersebut
dilaksanakan melalui penyelenggaraan pendidikan yang tersebar di seluruh
wilayah kecamatan, baik negeri atau swasta. Pada tahun 2016, di Kecamatan
74
Penawar Tama sudah tersedia pendidikan sampai pada jenjang SMA dengan
rincian sekolah SD negeri/swasta sebanyak 19 unit, SMP negeri/swasta 6 unit,
serta SMA negeri/swasta sebanyak 5 unit. Dari aspek sarana kesehatan,
jumlah tenaga medis di Kecamatan Penawar Tama tahun 2016 meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya, dimana jumlah dokter hanya tersedia
sebanyak 1 orang, 16 orang sebagai perawat, dan 29 orang sebagai bidan desa.
125
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Keuntungan optimal yang dapat dicapai pada Skenario 1 adalah sebesar Rp
32.805.860 dengan penggunaan tenaga kerja yang optimal sebesar 120,28
HOK, sedangkan pada Skenario 2 keuntungan optimal yang dapat dicapai
adalah sebesar Rp 46.976.300 dengan penggunaan tenaga kerja optimal
sebesar 125,2 HOK.
2. Saluran tataniaga kelapa sawit yang terbentuk di Kabupaten Tulang Bawang
terdapat 2 saluran, yaitu Saluran 1 dari petani langsung ke pedagang besar
lalu ke pabrik kelapa sawit dengan jumlah petani sebanyak 76,47 persen.
Pada Saluran 2 yaitu dari petani ke agen/tengkulak lalu ke pedagang besar
kemudian ke pabrik kelapa sawit dengan jumlah petani sebanyak 23,3
persen.
B. Saran
Saran yang dapat diajukan dari penelitian ini yaitu:
1. Petani dapat menggunakan seluruh luas lahan yang dimiliki untuk usahatani
kelapa sawit agar mencapai pendapatan yang optimal.
126
2. Petani dapat memanfaatkan sisa tenaga kerja yang tersedia dengan bekerja
pada usahatani milik orang lain atau bekerja di luar sektor pertanian.
3. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis, dapat
menggunakan kendala dan skenario yang berbeda dalam model Linear
Programming.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F dan I.G. M. Subiko. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian danAspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre(ICRAFT). Bogor.
Arga. 1999. Program Linier. Diktat Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian FakultasPertanian Universitas Udayana. Denpasar.
Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
Asmarantika, R. A. 2013. Analisis Tataniaga Kelapa Sawit di Desa Tanjung JayaKecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung.Skripsi S-1. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. CV. Ganda SariSejahtera. Jakarta.
Balai Penelitian Sembawa. 2005. Penyadapan Tanaman Karet. Balai PenelitianPerkebunan Sembawa. Palembang.
Bu’lolo, F. 2005. Analisis Sensitivitas pada Program Integer Campuran. JurnalSistem Teknik Industri. 4: 78-84. Diakses pada tanggal 27 Januari 2017.
Damanik, S. 2008. Optimasi Usahatani Jambu Mete dengan Tanaman TumpangSari di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Littro, 19 (1) : 100-108.http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/bultro/article/view/1913/5483. Diakses pada 27 Januari 2017.
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. 2016. Luas Areal dan Produksi KelapaSawit Rakyat (PR) Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2015. PemerintahProvinsi Lampung. Bandar Lampung.
__________. 2016. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit MenurutStatus Pengusahaan Provinsi Lampung Tahun 2011 sampai dengan Tahun2015 (5 tahun). Pemerintah Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
__________. 2016. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa SawitMenurut Status Pengusahaan Provinsi Lampung Tahun 2011 sampaidengan Tahun 2015 (5 tahun). PemerintahProvinsi Lampung. BandarLampung.
__________. 2016. Perkembangan Produksi Tanaman Tahunan PerkebunanRakyat (PR) Provinsi Lampung Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015 (5tahun). Pemerintah Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004. Statistik PerkebunanIndonesia (Kakao) 2001-2003. Departemen Pertanian, Jakarta.
Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
___________. 2007. Analisa Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.
___________. 2012. Kelapa Sawit, Budi Daya Pemanfaatan Hasil Limbah danLimbah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Harahap, G., E. S. Simanullang, dan M. Romadon. 2017. Analisis EfisiensiTataniaga Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di Desa Meranti PahamKEcamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhan Batu. Jurnal Wahana Inovasi,6 (2): 170-180. http://penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/11.-Gustami-Harahap-dkk.pdf . Diakses pada tanggal 28 Januari 2017.
Hasibuan, B. 2008. Upaya PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) di KebunanMarihat untuk Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan. Skripsi S-1.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sumatera Utara.
Hernanto. 1988. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
___________. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Indrajit, E dan R. D. Pranoto. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain: StrategiMengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan Modern diIndonesia. Grasindo. Jakarta.
Karmini, S dan Aisyah. 2008. Optimalisasi Lahan Usahatani Tomat danMentimun dengan Kendala Tenaga Kerja (Pendekatan Program Linier).Jurnal EPP, 2 (5) : 25-27. http://agb.faperta.unmul.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/jurnal-vol-5-no-2-sy-aisyah.pdf. Diakses pada tanggal 27Januari 2017.
Kasim, S. 2004. Petunjuk Menghitung Keuntungan dan Pendapatan Usahatani.Universitas Lambung Mangkurat. Banjar baru.
Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian. 2011. Masterplan Percepatandan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2015 (MP3EI).Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian. Jakarta.
Khalik, R., Safrida, dan A. H. Hamid. 2013. Optimasi Pola Tanam UsahataniSayuran Selada dan Sawi di Daerah Produksi Padi. Jurnal Agrisep, 14 (1) :19-27. https://media.neliti.com/media/publications/13169-ID-optimasi-pola-tanam-usahatani-sayuran-selada-dan-sawi-di-daerah-produksi-padi-st.pdf. Diakses pada 27 Januari 2017.
Lestari, L.A. 2006. HACCP. http://hazardanalysiscriticalcontrolpoint-keamanandan ketahanan pangan.html. Diakses pada tanggal 27 Januari 2017.
Lombong, W.H. dan S. Panggabean. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian.Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Mantra, I.B. 2004. Demografi Umum. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Mario, M.D. 2002. Peningkatan Produktivitas dan Stabilitas Tanah Gambutdengan Pemberian Tanah Mineral yang Diperkaya oleh Bahan BerkadarBesi Tinggi. Disertasi Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Marta. 2007. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di DesaWonokerto Kecamatan Bantur Kabupaten Malang. Universitas Brawijaya.Malang.
Maryani, A. 2015. Optimalisasi usahatani kencur dengan pola tanam stripintercropping di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung. Skripsi S-1.Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.
Montarcih, L. 2008. Pengaruh Perubahan Cuaca Terhadap Optimasi Irigasidengan Program Linier. Citra Malang. Malang.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Mursidah. 2008. Optimalisasi Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit. JurnalAgribisnis, 6 (2) : 11-15. http://agb.faperta.unmul.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/jurnal-vol-6-no-2-mursidah.pdf. Diakses pada 27 Januari 2017.
Nasendi, B .dan A. Anwar. 1985. Program Linier dan Variasinya. Gramedia.Jakarta.
Nazir, M. 2002. Metode Analisis Deskriptif. Penerbit Erlangga. Yogyakarta.
Nazir. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Nur, M. I.2004. Optimasi Pola Pemanfaatan Lahan Usahatani yang BerwawasanLingkungan di Daerah Transmigrasi UPT Lalundu Kabupaten Donggala.Jurnal Agrotekbis, 3 (2): 271-287. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Agrotekbis/article/view/5108/3898. Diakses pada 27 Januari 2017.
Nurzakiah, S dan Jumberi, A. 2004. Potensi dan Kendala Pengelolaan LahanGambut untuk Pertanian. Jurnal Agroscientiae, 1 (11): 33-38. http://www.academia.edu/3554385/Pemanfaatan_Lahan_Gambut_untuk_Pertanian.Diakses pada tanggal 20 Mei 2017.
Pahan, I. 2008. Panduan lengkap Kelapa sawit. Managemen Agribisnis dari huluhingga hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Puspitasari, E., N. Kusrini, dan Nurliza. 2013. Optimalisasi Usahatani Padi DanSayuran pada Musim Gadu di Kota Singkawang. Jurnal Agroteksos, 2 (2) :75-84. http://jurna l.untan.ac.id/index.php/jsea/article/view/5133/5256.Diakses pada 27 Januari 2017.
Rahardi. 2000. Tataniaga Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahardja, P. dan M. Manurung. 2006. Teori Ekonomi Mikro, Suatu Pengantar.Edisi Ketiga. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UniversitasSumatera Utara. Medan.
Rahim, A. dan D. R. D. Hastuti. 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus EkonomikaPertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ratag. 1982. Dasar-Dasar Pengelolaan Usahatani. Fakultas PertanianUniversitas Sam Ratulangi. Manado.
Ratmini, S. 2012. Karakteristik dan pengelolaan lahan gambut untukpengembangan pertanian. Jurnal lahan suboptima. 1 (2): 197-206. Diaksespada tanggal 20 Mei 2017.
Samuelson, P. A. dan William D. Nordhaus. 1992. Makro Ekonomi, Edisi XIV.Alih bahasa. Haris Munandar. Erlangga.Jakarta.
Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agro Media Pustaka. Jakarta
Singarimbun, M dan Effendi.1995. Metode Penelititan Survei. LP3S. Jakarta.
Sinungan, M. 2003. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara. Jakarta.
Siswanto. 2000. Operations Research Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Soekartawi. 1985. Ilmu Usaha Tani. Erlangga.Jakarta.
__________. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan PetaniKecil. UI Press. Jakarta.
__________. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. UI Press. Jakarta.
__________. 1992. Linear Programming Teori dan Aplikasinya Khususnya dalamBidang Pertanian. Rajawali. Jakarta.
__________. 1995. Ilmu Usaha Tani. Erlangga. Jakarta.
__________. 2001. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta.
Subiyanto, I. 1993. Metodologi Penelian. Akademi Manajemen Perusahaan (UPPAMP) YPKN. Yogyakarta.
Sudana,W. 2005. Potensi dan Prospek Lahan Rawa sebagai Sumber ProduksiPertanian. Balai Pengkajian dan Pengembangan Wilayah. Fajar Gemilang.Samarinda.
Sudren, Y. N. 2013. Mahir Menggunakan SPSS Secara Otodidak.PT. ElexMedia Komputindi. Jakarta.
Supranto, J. 1983. Linear Programming. Edisi kedua. Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia. Jakarta.
Suwarto. 2010. Budidaya Tanaman Unggulan Perkebunan. Penebar Swadaya.Jakarta.
Wathoni, N. 2009. Optimalisasi Usahatani Sayuran Dataran Tinggi SembalunLombok Timur. Jurnal Agroteksos, 3 (19): 139-146. http://docplayer.info/35980252-Kata-kunci-sayuran-pola-usahatani-optimalisasi-lp-keywords-vegetables-farming-paterns-optimalization-lp.html. Diakses pada tanggal 28Januari 2017.
Yohansyah, W.M. dan I. Lubis. 2014. Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeisguineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau. JurnalAgrohorti, 2(1): 125-131. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=167608&val=197&title=Analisis%20Produktivitas%20Kelapa%20Sawit%20. Diakses pada tanggal 28 Januari 2017.
.