Download - Nitrat, Fosfat, BOD
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang sangat kompleks. Interaksi
faktor biotik dan abiotik ini akan menyebabkan perubahan-perubahan yang cukup
rumit. Kelangsungan hidup faktor biotik atau makhluk hidup yang mendiami
perairan akan sangat tergantung pada dinamika yang terjadi di dalam badan
perairan tersebut. Perairan yang memiliki kualitas baik atau subur maka akan
ditemukan biota-biota yang sangat beragam, sebaliknya, jika biota yang
ditemukan kurang beragam, maka dapat diindikasikan bahwa suatu perairan
kurang subur untuk keberlangsungan biota akuatik. Salah satu aspek yang dapat
digunakan untuk memperlihatkan hal tersebut adalah produktivitas perairan.
Produktivtas perairan secara umum dapat didefinisikan sebagai
kemampuan suatu perairan menghasilkan bahan organik maupun bahan anorganik
dalam suatu runutan rantai makanan yang saling berhubungan dalam jaring-jaring
makanan. Hal ini sekaligus menekankan bahwa produktivitas suatu perairan erat
kaitannya dengan sistem aliran makanan atau energi antar biota yang ada dalam
suatu ekosistem perairan. Rantai makanan yang ada di suatu ekosistem
menunjukkan peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan urutan
tertentu dikenal dengan istilah rantai makanan. Terdapat makhluk hidup yang
berperan sebagai produsen, konsumen, dan dekomposer dalam suatu rantai
makanan.
Penilaian produktivitas suatu perairan dapat dilakukan dengan tiga
pendekatan yaitu pendekatan fisika, kimia dan biologi. Pendekatan fisika meliputi
2
faktor-faktor fisik seperti suhu, salinitas, cahaya, kecerahan, kekeurahan dan pH.
Faktor kimia seperti DO, COD maupun nutrien. Adapun faktor biologi adalah
biota yang berada di perairan tersebut. Beberapa parameter ini akan dibahas
secara rinci dalam laporan ini.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum produktivitas perairan mengenai pengamatan nitrat,
fosfat dan BOD5 ini adalah agar praktikan dapat mengetahui serta melihat jumlah
kadar nitrat, fosfat dan BOD yang ada di dalam perairan kolam budidaya
perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Kegunaannya adalah agar
praktikan dapat mengetahui cara menentukan kadar nitrar, fosfat dan BOD dalam
perairan serta metode pengukurannya.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Nitrat adalah salah satu jenis senyawa kimia yang sering ditemukan di
alam, seperti dalam tanaman dan air. Senyawa ini terdapat dalam tiga bentuk,
yaitu ion nitrat (ion-NO)3, kalium nitrat (KNO3), dan nitrogen nitrat (NO3-N).
Aktivitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung
nitrogen organik pertama – tama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan
menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan
menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam
air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk
nitrogen, termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan maupun
manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang
mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah bermigrasi
dengan air bawah tanah. (Harry Wahyudhy Utama, 2009).
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrien bagi pertumbuhan lamun. Nitrat sangat mudah larut dalam air
dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa
nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia
menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan
berlangsung pada kondisi. Nitrat dapat digunakan untuk mengelompokan tingkat
kesuburan perairan. Perairan oligtrofik memiliki kadar nitrat antara 0 – 5 mg/L,
perairan mesotrofik memiliki kadar nitrat antara 1 – 5 mg/L, dan perairan eutrofik
memiliki kadar nitrat yang berkisar antara 5 – 50 mg/L ( Effendi, 2003).
Nitrifikasi adalah proses dimana ammonium (NH4+) yang dioksidasi ke
nitrat (NO2-) dan kemudian menjadi nitrat (NO3-). Rataan nitrifikasi juga di
4
pengaruhi oleh kelembaban tanah dan cenderung menjadi sangat lambat pada
tanah kering, dimana air encer membatasi difusi dari NH4+ ke nitrifiers. Secara
spontan nitrifikasi adalah proses keasaman dalam oksidasi dari NH4+ ke NO3-
menghasilkan ion H+. Sedangkan ini juga sensitif untuk mengubah pH perairan,
nitrifikasi tak berarti dibawah pH 4,5. Tetapi rataan nitrifikasi cenderung menjadi
lemah pada temperatur perairan rawa (Bardgett, 2008).
Dalam keadaan menguntungkan berlangsungnya kedua reaksi tersebut,
transformasi dari amonium menjadi benuk nitrit berlangsung sangat cepat
menyusul reaksi pertama, sehingga tidak sempat terjadi penimbunan nitrit. Hal ini
sangat menguntungkan karena bentuk nitrit bersifat racun bagi tanaman, akibatnya
bentuk nitrat cenderung diakumulasikan di dalam tanah. Sebagai catatan bahwa
bentuk ion nitrit ini tidak umum terdapat di dalam tanah dalam jumlah yang
banyak (Damanik, 2011).
Fosfat merupakan unsur yang sangat esensial sebagai bahan nutrien bagi
berbagai organisme akuatik. Fosfatmerupakan salah satu zat hara yang diperlukan
dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup
organisme di laut (Romimohtarto dan Juana,2003 dalam Nybakken, 1992).
Sumber fosfat di perairan laut pada wilayah pesisir dan paparan
benuaadalah sungai. Karena sungai membawa hanyutan sampah maupun sumber
fosfatdaratan lainnya, sehingga sumber fosfat dimuara sungai lebih besar
darisekitarnya. Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai menjadi senyawa
ionisasiantara lain dalam bentuk ion H2PO4-, HPO42-, PO43-. Fosfat diabsorpsi
olehfitoplankton dan seterusnya masuk ke dalam rantai makanan. Sumber
antropogenik fosfor adalah dari limbah industri dan limbah domestik, yakni
berasal dari deterjen (Effendi, 2003).
5
Fosfat dalam air laut berbentuk ion fosfat. Ion fosfat dibutuhkan pada
proses fotosintesis dan proses lainnya dalam tumbuhan (bentuk ATP dan
nukleotid koenzim). Penyerapan dari fosfat dapat berlangsung terus walaupun
dalam keadaan gelap. Ortofosfat (H3PO4-) adalah bentuk fosfat anorganik yang
paling banyak terdapat dalam siklus fosfat. Distribusi bentuk yang beragam dari
fosfat di air laut dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik. Di permukaan air,
fosfat di angkut oleh fitoplankton sejak proses fotosintesis. Di perairan unsur
fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam
bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa
organik yang berupa partikulat (Effendi, 2003).
Fosfor tidak bersifat toksik bagi manusia, hewan dan ikan. Keberadaan
fosfor secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan nitrogen dapat
menstimulir ledakan pertumbuhan algae di perairan (algae bloom). Algae yang
berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada permukaan air yang selanjutnya
dapat menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari sehingga kurang
menguntungkan bagi ekosistem perairan. Pada saat perairan cukup mengandung
fosfor, algae mengakumulasi fosfor di dalam sel melebihi kebutuhannya.
Fenomena ini dikenal istilah konsumsi berlebih (luxury consumption). Kelebihan
fosfor yang diserap akan dimanfaatkan pada saat perairan mengalami defisiensi
fosfor sehingga algae masih dapat hidup untuk beberapa waktu selama periode
kekurangan pasokan fosfor (Effendi, 2003).
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
6
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik (Salmin, 2005).
Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen
terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada
banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan
anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung
pada jenis, stadium dan aktifitasnya (Ulqodry, dkk., 2010).
Dalam pengukuran DO dilakukan dua metode yaitu metode titrasi dan
metode elektrokimia dimana kedua-duanya dapat menghitung jumlah DO di suatu
perairan yang apabila nilai DO kecil maka dapat dipastikan suatu perairan tersebut
menjadi tercemar (Saeful, 2010).
BOD5 merupakan suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara
global proses mikrobiologis yang benar - benar terjadi dalam air. Pemeriksaan
BOD520 diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan
untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis (Alerts dan Santika, 1987
dalam Rahmawati dan Azizah, 2005).
BOD5 merupakan merupakan salah satu indikator pencemaran organik
pada suatu perairan. Perairan dengan nilai BOD5 tinggi mengindikasikan bahwa
air tersebut tercemar oleh bahan organik. Bahan organik akan distabilkan secara
biologi dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik dan anaerobik
(Marganof, 2007).
Hal ini disebabkan BOD5 dapat menggambarkan jumlah bahan organik
yang dapat diuraikan secara biologis, yaitu jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan atau mengoksidasi bahan-
bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Nilai BOD5 yang tinggi
7
menunjukkan semakin besarnya bahan organik yang terdekomposisi
menggunakan sejumlah oksigen di perairan (Rahmawati dan Azizah, 2005).
Lee et al. (1978) dalam Nurullita dan Mifbakhuddin (2011) menyatakan
bahwa tingkat pencemaran suatu perairan dapat dinilai berdasarkan nilai BOD5-
nya, seperti disajikan pada Tabel 1.
No Nilai BOD5 (ppm) Status Kualitas Air
1. ≤ 2,9 Tidak Tercemar
2. 3,0 – 5,0 Tercemar Ringan
3. 5,1 – 14,9 Tercemar Sedang
4. ≥ 15 Tercemar Berat
Tabel 1. Status kualitas air berdasarkan nilai BOD5 (Lee et al., 1978 dalam Nurullita dan Mifbakhuddin (2011).
Pemeriksaan parameter BOD5 didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik
dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya
bakteri aerobik. Untuk menguraikan zat organik memerlukan waktu ± 2 hari untuk
50% reaksi, 5 hari untuk 75% reaksi tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi
tercapai. Dengan kata lain tes BOD5 berlaku sebagai simulasi proses biologi
secara alamiah, mula-mula diukur DO nol dan setelah mengalami inkubasi selama
5 hari pada suhu 28 °C (Kale and Mehrotra, 2009).
Pengukuran akurat dari BOD5 memerlukan penentuan yang akurat DO.
Permintaan biokimia oksigen mewakili jumlah oksigen dikonsumsi oleh bakteri
dan mikroorganisme lainnya sementara bakteri dan mikroorganisme lainnya
melakukan pembusukan bahan organik di bawah aerobik pada kondisi suhu yang
ditentukan (Delzer and McKenzie, 2005).
8
III. METODE PRATIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Produktifitas Perairan tentang nitrat, fosfat dan
BOD5 dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 18 April 2015, pada pukul 13.00
WIB dan 23 April 2015 pada pukul 10.00 WIB. Pengambilan sampel dilakukan
dikolam budidaya perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau, kemudian dilakukan analisis dilaboratarium Produktifitas Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada pratikum ini adalah botol BOD, kertas saring
whatman no.42, kertas saring milipore, pipet tetes, suntik, gelas piala,
spektrofotometer, ember, aerator, gelas ukur, kantong plastic hitam, stopwatch
dan vacuum pupm
Baham yang digunakan adalah NaOH, H2SO4, NaOH-KI, MnSO4,
tiosulfat, amilum, brucine, aquades, NH4OH pekat, Ammonium molibdate dan
SnCl2.
3.3. Metode Pratikum
Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan kegiatan peninjauan,
pengamatan dan pengukuran serta pengambilan data dan informasi melalui
pengamatan langsung dilapangan. Serta dilanjutkan dengan analisis dan
pengolahan data dilakukan di laboratorium Produktifitas Perairan.
9
3.4. Prosedur Pratikum
3.4.1. Prosedur pengukuran Nitrat
Dalam pengukuran nitrat sampel air diambil dari kolam budidaya
perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Air sampel
yang diambil sekitar 25-50 ml atau setara dengan volume botol BOD. Selanjutnya
air disaring dengan menggunakan kertas saring whatman no 42, ambil 2 ml air
sampel yang telah disaring kemudian masukan kedalam gelas piala. Tambahkan
0,2 ml larutan brucine lalu diaduk, kemudian ditambah lagi dengan larutan asam
sulfat pekat sebanyak 1 ml. Buat larutan blanko dengan aquades sebanyak 5 ml
kemudian ditambah dengan larutan brucine 2 ml dan asam sulfat pekat 1 ml.
sebelum pengenceran sampai 100 ml tambahkan 20-30 ml aquades dan 8 ml asam
sulfat pekat. Kamudian lanjutkan dengan prosedur sebelumnya. Dengan larutan
blanko dan panjang gelombang 410 nm, set spektofotometer pada 0,000
Absorbance kemudian ukur sampel dan larutab setandar.
3.4.2. Prosedur pengukuran Fosfat
Ambil air sampel sebanyak 25-50 ml kemudian disaring dengan
menggunakan kertas saring milipore dengan menggunakan vakum pump. Hasil
dari penyaringan kemudian diambil sebanyak 5 ml kemudian dimasukan kedalam
gelas piala. Tambahkan larutan ammonium molybdate sebanyak 4 tetes lalu
diaduk dan tambahkan lagi 1 tetes SnCl2 lalu diamkan selama 10 menit. Buat
larutan blanko dari 25 aquades kemudian lakukan prosedur sebelumnya. Buat
larutan standar orthofosfat dengan konsentrasi 0,01; 0,05; 0,10; 0,25; 0,50; 0,75
dan 1,00 ppm dari larutan setandar 5 ppm-p. setelah didiamkan selama 10 menit
ukur dengan spektofotometer pada panjnag gelombang 690 nm.
10
3.4.3. Prosedur pengukuran BOD5
Ambil air sampel dengan memasukkan sampel air ke dalam sebuah botol
BOD tanpa ada gelembung udara. Kemudian ditambahkan 1 ml larutan NaOH 1
ml, aduk botol BOD tersebut hingga merata sampai tidak ada endapan. Kemudian
tambahkan larutan H2SO4 sampai endapan hilang dan masukan 50 ml air
tersebut ke gelas ukur , yang kemudian dilanjutkan dengan menuangnya di tabung
Erlenmeyer. Pada tabung Erlenmeyer, tambahkan larutan tiosulfat sebanyak 1 ml
atau sampai air tersebut berubah warna kuning. Setelah itu tambahkan larutan
amilum sebanyak 2 tetes sampai bewarna biru pekat dan titrasi dengan larutan
tiosulfat sebnyak 1 ml sampai air tersebut bening. Kemudian hitung DO nya.
Selanjutnya sampel dibawa ke Labiratorium untuk dilakukan pengenceran,
pengenceran dilakukan sebanyak 100 kali dengan menggunakan akuades.
Tingkatkan kadar oksigen air sampel dengan aerasi menggunakan aerator selama
6 menit. Masukkan air sampel yang telah dilakukan peningkatan oksigen tersebuat
kedalam wadah untuk selanjutnya dimasukkan kedalam botol BOD jangan sampai
terjadi bubling. Selanjutnya botol BOD di tutup dengan plastic hitam dan
disimpan selama lima hari, selanjutnya dilakukan pengukuran kembali.
11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pengamatan Trasmitan (%) Absorbance Konsentrasi (mg/L)
Nitrat 97,0 0,0143 0,03
Fosfat 95,5 0,0211 0,04
Tabel 1. Hasil pengukuran Nitrat dan Fosfat
Pengamatan mL titran mL reagen Hasil (DO)
DO1 2,4 6,5 10,12 mg/L
DO5 1.3 5 5,42 mg/L
BOD5 47,06 mg/L
Tabel 2. Hasil pengukuran DO1 dan DO5
4.2. Pembahasan
Nitrat merupakan zat hara yang juga sangat penting bagi perairan dimana
nitrat merupakan parameter yang menentukan tingkat kesuburan perairan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan kandungan nitrat yang dilakukan
terhadap periaran kolam budidaya perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan yakni 0,03 mg/L, hasil ini termasuk rendah. Rendahnya kandungan
nitrat menunjukkkan bahwa perairan ini masih bebas dari buangan sampah yang
mengandung Nitrat sehingga tidak membahayakan bagi organisme yang ada di
perairan tersebut. Keberadaan nitrat sama halnya dengan fosfat disuatu perairan,
apabila dalam suatu perairan memiliki kandungan nitrat yang rendah maka akan
12
mengurangi tingkat kesuburan suatu perairan dan sebaliknya. Apabila nitrat
disuatu perairan kosentrasinya tinggi dapat menyebabkan blooming di perairan
tersebut. Menurut Muchtar (1980) dalam Simanjuntak (1996), Nitrat pada
kosentrasi yang tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tidak
terbatas sehingga air akan mengalami kekurangan oksigen terlarut yang
menyebabkan kematian organisme air.
Untuk hasil pengamatan dari fosfat didapat hasil 0,04 mg/L, hasil yang
didapat dapat dikatekan rendah sehingga bisa dikatakan perairan tersebut masih
baik untuk dilakukan budidaya perikanan. Menurut Ulqodry (2010) senyawa nitrat
dan fospat secara alamiah berasal dari perairan itu sendiri melalui proses-proses
penguraian pelapukan atau dekomposisi tumbuhan-tumbuhan yang dengan adanya
bakteri terurai menjadi zat hara. Selain berpengaruh terhadap kualitas perairan,
kandungan fosfat juga berpengaruh terhadap organisme yang hidup diperairan
tersebut tersebut, dikarenakan fosfat merupakan zat hara yang diperlukan dan
mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme seperti
Fitoplankton.
Dalam pengamatn untuk hasil BOD5 didapat hasil 47,06 mg/L, nilai yang
didapat dari pengukuran BOD ini tergolong tinggi. Semakin besar nilai BOD pada
suatu perairan, maka kemungkinan penguraian bahan organik akan semakin cepat
dan berlangsung secara terus menerus. Hal ini sesuai degan pernyataan Linsley
dkk (1985) bahwa pengujian BOD adalah pengujian yang paling umum
dipergunakan di bidang pengolahan air limbah. Bila terdapat oksigen dalam
jumlah yang cukup, maka pembusukan biologis secara aerobik dari limbah
organik akan terus berlangsung sampai semua limbah terkonsumsi.
13
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Nitrat merupakan zat hara yang dapat dijadikan sebuah parameter tingkat
kesuburan periran. Sementara fosfat merupakan zat hara yang diperlukan dan
mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme seperti
Fitoplankton. Hasil pengukuran terhadap nitrat 0,03 mg/L sementara untuk fosfat
didapat hasil 0,04 mg/L. Kandungan nitrat dan fosfat ini dikatakan baik dan layak
untuk dilakukan budidaya prikanan. Sementara untuk BOD5 didapat hasil 47,06
mg/L, nilai yang didapat dari pengukuran BOD ini tergolong tinggi. Semakin
besar nilai BOD pada suatu perairan, maka kemungkinan penguraian bahan
organik akan semakin cepat dan berlangsung secara terus menerus.
5.2. Saran
Dalam melaksanakan pratikum kerjasama antar kelompok sangat
diperlukan untuk itu perlu ditingkatkan lagi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bardgett,R.D. 2008. The Biology of Soil : A community and Ecosystem Approach. Oxford University Press. London
Damanik, M.M.B ; B.E. Hasibuan ; Fauzi ; Sarifuddin ; H. Hanum. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius.
Kale, M. M. & Mehrotra, I. 2009. Rapid Determination of Biochemical Oxygen Demand.International Journal of Civil and Environmental Engineering 1:1 2009. Pp 15 -22.
Marganof, 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan di Danau Maninjau Sumatera Barat. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 39 – 47.
Nurulita, U dan Mifbakhuddin. 2011. Manipulasi Waktu Tinggal dan Tebal Media Filter Tempurung Kelapa Terhadap Penurunan BOD (Biochemical Oxygen Demand) Dan Tss (Total Suspended Solid) Air Limbah Rumah Tangga. Prosiding Seminar Nasional UNIMUS 2010. Hal 137 – 144.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Rahmawati, A. A. dan Azizah, R. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, Tss, dan Mpn Coliform pada Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD Nganjuk. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 2, No. 1, Juli 2005:97 – 110.
Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksgen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, Jakarta. Oseana, Vol. XXX, No. 3, 2005: 21-26.
Ulqodry, T. Z., Yulisman, Syahdan, M., dan Santoso, 2010. Karakteristik dan Sebaran Nitrat, Fosfat dan Oksigen Terlarut di Perairan Karimunjawa Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Sains, Vol. 13 No. 1(D): 35 – 41.
15
LAMPIRAN
16
1. Alat dan Bahan yang digunakan
17
Gelas Ukur Botol BOD
Erlenmeyer H2SO4
Amilum MnSO4 dan NaOHKI Thiosulfat Vacuum pump
spektofotometer Bruncine
18
2. Perhitungan DO dan BOD5
DO1 =
ml titran× N thiosulfat ×8000mlsampel x mlBOD−mlreagen terpakai
mlbotol BOD¿
¿
=
2,4×0,025×800050 x125−6,5
125¿
¿
= 48047,4
= 10,12 mg/L
DO5 =
ml titran× N thiosulfat ×8000mlsampel x mlBOD−mlreagen terpakai
mlbotol BOD¿
¿
=
1,3×0,025×800050x 125−5
125¿
¿
= 46048
= 5,416 mg/L
BOD5 = ( DO1 – DO5 ) x Faktor pengenceran
= ( 10,12 - 5,416 ) x10
= 4,706 x 10
= 47,06 ppm
19
20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum............................................ 16
2. Pertitungan ............................................................................................ 17
21
DAFTAR TABEL
Lampiran Halaman
1. Hasil pengukuran Nitrat dan Fosfat........................................................ 11
2. Hasil pengukuran DO1 dan DO5.............................................................. 11
22
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan laporan praktikum
Produktivitas Perairan yang berjudul nitrat, fosfat dan BOD5 dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Semoga laporan ini dapat membantu pembaca dalam menambah referensi
bacaan ataupun pengetahuan dalam bidang perikanan dan kelautan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan tulisan ilmiah ini.
Pekanbaru, April 2015
Penulis
23
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. iii
DAFTAR TABEL..................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 11.2 Tujuan dan Manfaat....................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
III. METODE PRAKTIKUM.................................................................. 8
3.1 Waktu dan Tempat......................................................................... 83.2 Bahan dan Alat............................................................................... 83.3 Metode Pratikum............................................................................. 8
3.4 Prosedur Praktikum........................................................................ 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 11
4.1 Hasil............................................................................................... 114.2 Pembahasan................................................................................... 11
V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 13
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 135.2 Saran.............................................................................................. 13
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA