MODUL
LAPORAN KEUANGAN DAN ANALISA
RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN
Oleh:
Dr. Wiwiek M. Daryanto, SE-Ak, MM, CMA
Sekolah Tinggi Manajemen Ipmi
1
KATA PENGANTAR
Tujuan dari penerbitan “Laporan Keuangan dan Analisa Rasio Keuangan
Perusahaan“ adalah dimaksudkan untuk menyajikan pengetahuan dasar bagi mahasiswa,
para pengusaha, dan masyarakat awam yang berminat mempelajari pengetahuan dibidang
“Laporan Keuangan dan Analisa Rasio Keuangan Perusahaan”. Dengan modul ini
diharapkan para pembaca akan memperoleh pengetahuan dasar dan gambaran umum
yang lengkap mengenai ruang lingkup Laporan Keuangan beserta Analisa Rasio
Keuangan.
Sebagaimana diketahui Laporan Keuangan dan Analisa Rasio Keuangan
Perusahaan merupakan satu hal penting bagi keberhasilan usaha suatu perusahaan.
Penguasaan mengenai Laporan Keuangan beserta Analisa Rasio Keuangan yang baik
akan menunjang tercapainya tujuan perusahaan dalam pengambilan keputusan yang baik
untuk kemajuan perusahaan.
Dengan penerbitan modul ini diharapkan akan dapat memperluas dan memperkuat
pengetahuan para pembaca agar mendapat kemudahan untuk pelajaran selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa dalam modul ini masih terdapat banyak kekurangan-
kekurangan dan untuk ini penulis dengan senang hati akan menerima segala saran yang
diberikan oleh siapapun demi kesempurnaan buku ini.
Pada akhirnya penulis ingin menyatakan terimakasih sebesarnya atas bantuan yang
telah diberikan oleh semua pihak hingga memungkinkan terbitnya modul ini.
Jakarta, 01 Mei 2020
Wiwiek Mardawiyah Daryanto
2
RIWAYAT PENULIS
Dr. Wiwiek M. Daryanto, SE-Ak., MM, CMA adalah staf pengajar Sekolah Tinggi
Manajemen Ipmi. Ia memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi dengan
predikat cum laude dari Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada (1981). Gelar
Master of Management diperolehnya dari College of Economics and Management,
University of the Philippines, Los Banos (1988). Gelar Doktor diperolehnya dari Fakultas
Teknologi Industri Pertanian, jurusan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (2004).
Sedangkan gelar professional Certified Management Accountant diperolehnya dari
Institute of Certified Management Accountant, Australia (2000).
Dr. Wiwiek M. Daryanto, SE-Ak., MM, CMA mempunyai pengalaman lebih dari 25
tahun dalam bidang konsultasi dan mengajar pada perguruan tinggi, seminar umum,
inhouse training pada perusahaan-perusahaan terkemuka. Subyek-subyek yang diajarkan
adalah akuntansi keuangan, manajemen akuntansi, dan manajemen keuangan.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
RIWAYAT PENULIS 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 6
LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN 5
1.1 NERACA Error! Bookmark not defined.
Aktiva lancar Error! Bookmark not defined.
Investasi Jangka Panjang 10
Aktiva Tetap Berwujud 10
Aktiva Tetap Tidak Berwujud 10
Beban/Biaya yang ditangguhkan 11
Aktiva lain-lain 11
Hutang-hutang 11
Pendapatan Yang Diterima di Muka 11
Hutang Jangka Panjang. 11
Modal . 12
1.2 LAPORAN RUGI LABA 14
Hasil Penjualan dan Penghasilan Jasa. 15
Harga Pokok Penjualan. 15
Biaya-Biaya Operasi. 15
Pendapatan dan Biaya Lain-lain/ Non Operasi. 15
Pajak Perseroan / Pendapatan. 15
Laba Rugi yang Tidak Biasa 16
1.3 LAPORAN PERUBAHAN MODAL 19
1.4 LAPORAN ARUS KAS 20
Arus Kas Operasional 21
Arus Kas Investasi 21
Arus Kas Pembiayaan 21
II. ANALISA RASIO PADA LAPORAN KEUANGAN 23
2.1 Liquiditas 23
2.2 Solvabilitas 26
2.3 Rentabilitas 27
4
BAB. III 28
PENGGUNAAN RATIO DALAM 28
ANALISA FINANSIAL 28
1. Arti pentingnya analisa Laporan Finansial 28
2. Analisa ratio Finansial 30
3. Macam-macam ratio finansial 31
3.4 STUDI KASUS 40
DAFTAR PUSTAKA 44
5
BAB I
LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang
merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun
yang bersangkutan. Menurut Kasmir (2008:7) laporan keuangan adalah laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu. Sesuai dengan pendapat Sutrisno (2001:9), laporan keuangan ini dibuat oleh staf
pimpinan perusahaan (manajemen) dengan tujuan untuk menyediakan informasi
keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan
pertimbangan di dalam mengambil keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut
antara lain manajemen, pemilik, kreditor, investor dan pemerintah.
Supaya pembaca laporan keuangan dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas,
maka laporan keuangan yang disusun harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim
berlaku di negara bersangkutan. Di Indonesia prinsip akuntansi tercantum pada Standar
Akuntansi Keuangan Buku 1 dan 2 yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2009:7),
Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen terdiri dari:
1. Neraca, yaitu laporan keuangan yang menunjukkan posisi/keadaan keuangan
suatu perusahaan pada tanggal tertentu.
2. Laporan Laba-Rugi, yaitu laporan yang menunjukkan hasil usaha dan biaya-biaya
yang terjadi selama satu periode akuntansi.
3. Laporan perubahan modal atau Laporan Perubahan Laba Yang Ditahan, yaitu
laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan modal atau laba yang ditahan
dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah pada akhir periode.
4. Laporan Arus Kas berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar
untuk menilai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dan setara kas dan
menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi
terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta
kepastian perolehan.
Sebelum membahas masing-masing laporan keuangan, perlu diketahui perbedaan
antara rekening ril, nominal dan campuran yang terdapat dalam Buku Besar.
Rekening ril adalah rekening-rekening aktiva, hutang dan modal yang merupakan
pos-pos neraca, sehingga dapat dikatakan bahwa rekening-rekening ril itu merupakan
rekening-rekening neraca.
Rekening Campuran adalah rekening yang saldonya mengandung unsur-unsur rekening
ril dan nominal, setiap akhir periode rekening campuran ini perlu dianalisa dan
dipisahkan menjadi rekening ril dan nominal.
Untuk memudahkan pembukuan kedalam rekening-rekening biasanya masing-
masing rekening diberi nomor kode yang disesuaikan dengan kelompoknya.
6
Pengelompokan dalam rekening-rekening dalam perusahaan adalah sebagai berikut:
7
1.1 NERACA
Neraca adalah laporan keuangan yang menunjukan posisi/ keadaan keuangan suatu
perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca dimaksudkan membantu pihak eksternal untuk
menganalisis likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, kemampuan operasional, dan
kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode tertentu (Hanafi: 2003: 50).
Sedangkan, menurut Warsono (2001: 25), neraca adalah laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Neraca
perusahaan ini disusun berdasarkan persamaan dasar akuntansi, yaitu bahwa kekayaan
atau aktiva (asets) sama dengan passiva (liabilities) ditambah modal saham (stock
equities). Sehingga apabila disusun dalam bentuk persamaan maka akan nampak bahwa:
Aktiva = Hutang + Modal
Yang termasuk kelompok aktiva, selain barang-barang dan hak yang dimiliki,
didalamnya termasuk juga biaya-biaya yang belum dibebankan dalam periode yang
bersangkutan, tetapi akan dibebankan pada periode-periode yang akan datang. Sehingga
didalam judul aktiva akan termasuk juga pos-pos kas, tagihan-tagihan surat-surat
berharga (merupakan sumber uang) dan pengeluaran-pengeluaran yang akan memberi
8
manfaat dimasa akan datang, sehingga pembebanannya juga ditunda seperti aktiva tetap,
hak paten dan porskot-porskot biaya.
Hutang merupakan milik kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan jumlah-
jumlah ini merupakan kewajiban perusahaan yang harus dilunasi.
Modal menunjukkan jumlah milik para pemilik yang ditanamkan dalam perusahaan
dan jumlah-jumlah ini merupakan kewajiban perusahaan yang harus dimiliki.
Modal menunjukkan jumlah milik para pemilik yang ditanam dalam perusahaan.
Jumlah ini timbul dari setoran para pemilik dan perusahaan-perusahaan nilai aktiva yang
terjadi karena hasil usaha perusahaan. Jumlah ini timbul dari setoran para pemilik dan
perubahan-perubahan nilai aktiva yang terjadi karena hasil usaha perusahaan. Modal ini
bukan merupakan jumlah yang harus dilunasi dan dalam hal pembubaran perusahaan
(Likuidasi), para pemilik baru menerima pelunasan sesudah para kreditur dilunasi.
Untuk memudahkan analisa, elemen-elemen dalam neraca dikelompokan sebagai
berikut:
-Aktiva Aktiva lancar ( jangka pendek )
Aktiva tidak lancar (tetap)
-Hutang
hutang lancar (jangka pendek)
hutang tidak lancar (jangka panjang)
Selanjutnya, menurut Ikatan Akuntan Indonesia, susunan aktiva dan passiva didalam
neraca adalah sebagai berikut :
Harta-harta/Aktiva:
- Aktiva Lancar
- Investasikan jangka panjang
- Aktiva tetap berwujud
- Beban/biaya-biaya yang ditangguhkan
- Aktiva/ Harta lainnya.
Hutang-hutang dan modal sendiri
- Hutang- hutang
- Hutang-hutang lancar
- Pendapatan yang diterima dimuka
- Hutang-hutang jangka panjang
- Hutang lain
Modal Sendiri
9
- Modal saham yang disetor
- Agio/ Disagio saham
- Cadangan-cadangan
- Laba Tidak Dibagi
Selanjutnya masing-masing golongan diatas akan diuraikan pengertiannya dan elemen-
elemen yang termasuk didalamnya.
1. Aktiva lancar
Yang dimaksud aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva-aktiva lain atau sumber-
sumber yang diharapkan akan direalisir menjadi uang kas dengan cara jual atau di
konsumir selama siklus usaha perusahaan yang normal atau dalam waktu satu tahun,
mana yang lebih lama.
Didalam neraca, aktiva lancar akan disusun dalam urutan-urutan likuiditas, dalam
arti yang paling likuid dicantumkan paling atas, disusul dengan pos-pos yang kurang
likuid dibandingkan dengan pos diatasnya.
Elemen-elemen yang termasuk dalam golongan aktiva lancar ialah:
1. Kas yang diperuntukkan untuk usaha sekarang dan elemen-elemen yang dapat
disamakan dengan uang kas, misalnya: check, money order, pos wesel dan lain-
lain.
2. Persediaan barang dagangan, bahan mentah, barang dalam proses, bahan jadi,
bahan pembantu serta suku cadang yang dipakai dalam pemeliharaan alat-
alat/mesin-mesin.
3. Piutang dagang dan pihutang wesel.
4. Piutang pegawai, anak perusahaan dan pihak-pihak lain, jika akan diterima dalam
waktu satu tahun.
5. Piutang angsuran dan piutang wesel angsuran, jika merupakan hal yang umum
dalam perdagangan dan akan dilunasi dalam jangka waktu satu tahun.
6. Surat-surat berharga yang merupakan investasi jangka pendek.
7. Biaya-biaya dibayar dimuka seperti asuransi, bunga sewa, pajak-pajak, bahan
pembantu dan lain-lain. Ditinjau dari batasan bahwa aktiva lancar itu adalah kas
atau aktiva lain yang diharapkan dapat segera diubah menjadi uang kas, maka
sesungguhnya biaya-biaya yang dibayar dimuka tidak dapat memenuhi kriteria
sebagai aktiva lancar karean biaya dibayar dimuka tidak dapat kembali menjadi
uang. Tetapi jika tidak dibayar dimuka maka biaya-biaya tadi akan dibayar dengan
menggunakan sumber aktiva lancar, oleh karena itu maka biaya dibayar dimuka
dimasukkan dalam kelompok aktiva lancar.
10
2. Investasi Jangka Panjang
Investasi ini merupakan aktiva tidak lancar yang didalamnya termasuk beberapa
macam investasi yang biasa terbentuk surat-surat berharga dan investasi jangka panjang
yang lain, misalnya investasi saham PT ABC, investasi Obligasi PT X, dan sebagainya.
Penanaman investasi jangka panjang ini mempunyai tujuan:
a. Untuk mengawasi perusahaan lain.
b. Untuk memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode.
c. Untuk membentuk suatu dana khusus.
d. Untuk menjamin kontinuitas supply bahan baku.
e. Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.
3. Aktiva Tetap Berwujud
Untuk kelompok ini sering juga dipakai Judul pabrik dan Alat-alat, maksudnya
adalah untuk menampung aktiva tetap berwujud milik perusahaan yang digunakan untuk
operasi perusahaan.
Cara mencantumkan didalam neraca dimulai dari yang paling panjang umurnya dan
tidak disusut, disusul dengan yang lebih pendek umurnya dan disusut. Untuk aktiva tetap
yang disusut, maka neraca harus ditunjukan harga perolehan dan akumulasi penyusutan
nya.
Aktiva tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan dapat mempunyai macam-
macam bentuk seperti: tanah, bangunan, mesin-mesin dan alat-alat, kendaraan, furnitur
dan lain-lain. Dari macam-macam aktiva tetap berwujud diatas, didalam akuntansi
dilakukan pengelompokan sebagai berikut:
a. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas, seperti tanah untuk letak perusahaan,
pertanian dan peternakan.
b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya
bisa diganti dengan aktiva sejenisnya, misalnya bangunan, furnitur, mesin-mesin,
alat-alat, kendaraan dan lain-lain.
c. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya
tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenisnya, misalnya sumber-sumber alam
seperti tambang, hutan dan lain-lain.
4. Aktiva Tetap Tidak Berwujud
Didalam kelompok ini dilaporkan hak-hak jangka panjang yang sifatnya tidak
berwujud yang dimiliki oleh perusahaan seperti goodwill, hak paten, merk dagang, hak
cipta dan lain-lain.
11
5. Beban/Biaya yang ditangguhkan
Dalam kelompok ini dimasukkan pengeluaran-pengeluaran yang belum diakui
sebagai biaya tetapi pembebanan ditunda untuk periode-periode yang akan datang, karena
baru memberikan manfaat dimasa yang akan datang. Termasuk dalam kelompok ini
adalah biaya pendirian perusahaan, biaya reklame besar-besaran, biaya riset dan
pengembangan dan lain-lain.
6. Aktiva lain-lain
Hal-hal lain yang tidak dapat dimasukan dalam elemen-elemen diatas, tetapi
merupakan kekayaan perusahaan dimasukkan dalam kelompok aktiva lain-lain, seperti
misalnya piutang jangka panjang.
7. Hutang-hutang
Hutang lancar (hutang jangka pendek) adalah kewajiban perusahaan pelunasannya
menggunakan sumber-sumber yang digolongkan aktiva lancar atau dengan menimbulkan
hutang baru dan jangka waktu pelunasannya maximum 1 tahun sejak tanggal neraca.
Termasuk dalam kelompok hutang lancar adalah:
a. Hutang dagang yaitu hutang-hutang yang timbul dari barang-barang dagangan
atau jasa.
b. Hutang wesel yaitu hutang yang memakai bukti-bukti tertulis berupa kesanggupan
untuk membayar pada tanggal tertentu.
c. Taksiran hutang pajak yaitu jumlah pajak pendapatan atau pajak perseroan yang
diperkirakan untuk laba periode yang bersangkutan.
d. Hutang biaya yaitu biaya-biaya yang sudah menjadi beban, tetapi belum dibayar,
misalnya: Hutang gaji, Hutang bunga, dan lain-lain.
e. Bagian hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo kurang dari 1 tahun sejak
tanggal neraca.
8. Pendapatan Yang Diterima di Muka
Adalah penerimaan-penerimaan yang tidak merupakan pendaptan periode yang
bersangkutan, misalnya: pendapatan sewa yang diterima di muka.
9. Hutang Jangka Panjang.
Yaitu kewajiban-kewajiban perusahaan yang jangka waktu pelunasan lebih dari 1
tahun dan tidak menggunakan sumber-sumber aktiva lancar, misalnya : hutang obligasi,
dan sebagainya.
12
10. Modal .
Perbedaan antara aktiva dengan hutang merupakan kewajiban perusahaan kepada
pemilik yang disebut modal. Dalam perusahaan perseorangan, modal ditunjukkan dalam
satu rekening yang dinamakan modal sendiri dan dalam perusahaan yang terbentuk firma
modal ditunjukan dalam rekening modal masing-masing anggota. Dalam perusahaan yang
berbentuk perseroan modal yang terdiri dari beberapa elemen sebagai berikut:
a. Modal Disetor
Adalah sejumlah uang yang disetorkan pemegang saham dan biasanya dibagi
dalam 2 kelompok yaitu:
- Modal Saham, yaitu jumal nominal saham yang beredar
- Agio/Disagio Saham, yaitu selisih antara setoran pemegang saham dengan nilai
nominal saham. Didalam neraca, agio akan ditambahkan pada modal saham
sedangkan disagio dikurangkan.
b. Laba Tidak Dibagi
Ini merupakan kumpulan laba tahun-tahun lalu yang tidak dibagikan sebagai
deviden, jadi merupakan elemen modal yang berasal dari dalam perusahaan.
Apabila laba tidak dibagi saldonya debit, disebut defisit. Saldo rekening laba tidak
dibagi sewaktu-waktu dapat diminta sebagai deviden. Untuk membatasi agar laba
tidak dapat dibagi tidak diminta sebagai deviden seluruhnya, maka bisa dibuat
cadangan dari laba tidak dibagi. Cadangan yang dibentuk dapat berupa cadangan
untuk expansi, cadangan pelunasan obligasi, cadangan penurunan harga
persediaan dan lain-lain.
Jumlah laba tidak dibagi yang sudah dicadangkan tidak dapat diminta sebagai
deviden. Didalam neraca laba tidak dibagi akan dicantumkan sebagai berikut:
Laba Tidak Dibagi;
Untuk Expansi Rp 5.000.000,00
Untuk Pelunasan Obligasi Rp 7.500.000,00
Bebas Rp 9.000.000,00
Rp 21.500.000,00
c. Modal Penilaian Kembali
Bila diadakan penilaian kembali terhadap aktiva-aktiva perusahaan, maka selisih
antata nilai buku lama dan buku baru dicatat sebagai modal penilaian kembali.
Didalam neraca modal penilaian kembai dilaporkan dalam kelompok modal dan
dijumlahkan dengan elemen-elemen modal yang lain.
d. Modal Hadiah/Modal Sumbangan/Modal Donasi
Modal sumbangan ini timbul apabila perusahaan memperoleh aktiva yang berasal
dari sumbangan. Aktiva yang diterima dicatat dalam rekening aktiva, diimbangi
dengan pencatatan dalam rekening modal sumbangan yang dilaporkan dalam
kelompok modal dan dijumlahkan. Dengan elemen-elemen modal yang lain
13
Contoh neraca dapat dilihat sebagai berikut:
PT ABC
NERACA
31 DESEMBER 1980
AKTIVA Aktiva lancar Rp 955.450,-
Kas 1.200.000,-
Surat-surat Berharga Jangka Pendek
Piutang Wesel Rp 650.000,-
Piutang Dagang 6.208.400,-
Rp 6.858.400,- Cadangan Kerugian Pihutang( 300.000,-) 6.858.400,-
Pihutang Lain-lain 78.000,-
Uang Muka Gaji Pegawai 125.000,-
Piutang Bunga 7.500,-
Persediaan Barang Dagangan 13.033.800,-
Asuransi Dibayar di Muka 60.000,-
Rp 22.018.150,-
Investasi
Investasi Obligasi PT XYZ 1.500.000,-
Aktiva Tetap Harga Perolehan Akumulasi
Depresiasi
Nilai Buku
- Mesin Rp 2.500.000,- Rp - Rp 2.500.000,-
- Bangunan 6.250.000,- Rp 1.875.000,- 4.375.000,-
- Alat 5.500.000,- 2.750.000,- 2.750.000,-
- Perabot 1.500.000,- 300.000,- 1.200.000,-
Rp 15.750.000,- Rp 4.925.000,- Rp 10.825.000,-
Aktiva Tetap Tidak Berwujud
- Paten Rp 6.000.000,-
Beban Yang Ditangguhkan
- Biaya Riset & Pengembangan Rp 120.000,-
Aktiva Lain-Lain
- Tanah Untuk Expansi Rp 5.000.000,-
JUMLAH AKTIVA Rp 45.463.150,-
PASSIVA
HUTANG & MODAL
14
Hutang Lancar Hutang Dagang Rp 1.128.750,-
Hutang Wesel Rp 575.000,-
Uang Muka Pembelian Rp 100.000,-
Taksiran Hutang Pajak Rp 800.000,-
Hutang Gaji Rp 200.000,-
Rp 2.803.750,-
Pendapatan Yang Diterima di Muka
Sewa Diterima di Muka Rp 3.000.000,-
Hutang Jangka Panjang
Hutang Obligasi, jatuh tempo 31- 12- 1985 Rp 5.000.000,-
Total Hutang Rp 10.803.750,-
Modal Sendiri
Modal Saham Rp 55.000.000,-
Belum Ditempatkan Rp ( 5.000.000,-)
Ditempatkan Rp 50.000.000,-
Belum Disetorkan Rp (20.000.000,-)
Rp 30.000.000,-
Modal Sumbangan Rp 2.500.000,-
Laba Tidak Dibagi
Belum-ada Tujuannya Rp 1.004.400,-
Cadangan Pelunasan Obligasi Rp 1.155.000,-
Rp 2.159.400,-
Jumlah Modal Sendiri Rp 34.159.400,-
JUMLAH HUTANG & MODAL SENDIRI Rp 45.463.150,-
1.2 LAPORAN RUGI LABA
Laporan rugi laba adalah suatu laporan yang menunjukkan penghasilan-penghasilan
dan biaya-biaya dari suatu unit untuk suatu periode tertentu, biasanya sejak 1 Januari 19A
sampai dengan Desember 19A. Selisih antara penghasilan-penghasilan dan biaya
merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita perusahaan. Oleh karena itu,
laporan rugi laba merupakan alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai oleh
perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau laba yang didapat dalam
suatu periode.
Adapun elemen-elemen dalam laporan rugi laba adalah sebagai berikut:
15
1. Hasil Penjualan dan Penghasilan Jasa.
Menunjukkan jumlah hasil penjualan kepada pembeli selama suatu periode
akunstansi, dikurangi penjualan retur dan potongan-potongan. Yang dimaksud
dengan hasil penjualan adalah harga jual dikalikan dengan kuantitas yang dijual.
2. Harga Pokok Penjualan.
Merupakan jumlah harga pokok barang-barang yang dijual selama suatu periode
akunstansi yang bersangkutan. Pada perusahaan perdagangan, maka harga
penjualannya adalah harga beli dikalikan kwantitas barang yang dijual. Tetapi
pada perusahaan industri, maka terlebih dahulu harus dihitung harga pokok
produksinya. Harga pokok penjualannya adalah harga pokok produksi ditambah
harga pokok persediaan barang jadi awal periode dan dikurangi harga pokok
persediaan barang jadi akhir periode.
3. Biaya-Biaya Operasi.
Dibagi menjadi dua kelompok:
a) Biaya Penjualan/Pemasaran, terdiri dari:
- Gaji dan Komisi Salesman
- Biaya Iklan/Advertensi
- Biaya pembantu untuk bagian penjualan atau toko
- Depresiasi Aktiva Tetap bagian penjualan atau toko
- Depresiasi Alat Pengangkutan Penjualan, dan
- Semua biaya yang berhubungan dengan bagian penjualan
b) Biaya Administrasi dan Umum, terdiri dari:
- Gaji dan Komisi Salesman
- Bahan Pembantu untuk Kantor
- Depresiasi Aktiva Tetap Kantor
- Telepon, Perangko, Sumbangan dan lain-lain
4. Pendapatan dan Biaya Lain-lain/ Non Operasi.
Merupakan pendapatan dan biaya yang secara teratur terjadi setiap periode dan
merupakan pendapatan dan biaya-biaya diluar usaha pokok perusahaan dan menjadi
tanggung jawab manager keuangan. Pendapatan lain-lain terdiri dari pendapatan bunga,
deviden, sewa dan lain-lain. Biaya lain-lain terdiri dari biaya bunga dan biaya yang terjadi
karena usaha untuk memperoeh pendapatan lain-lain.
5. Pajak Perseroan / Pendapatan.
Yaitu pajak yang dikerjakan terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Pajak
Perseroan(PPs) dikenakan kepada perusahaan yang berbadan hukum perseroan terbatas,
sehingga pajak pendapatan( PPd ) dikenakan kepada perusahaan perseroan.
16
6. Laba Rugi yang Tidak Biasa
Perusahaan terkadang memperoleh keuntungan atau menderita kerugian diluar usaha
pokoknya, dan hal ini terjadi tidak berulang-ulang, jarang terjadi dan tidak dapat
dipastikan secara pasti setiap terjadi, misalnya laba/ rugi penjuaan aktiva tetap, rugi
kebakaran, koreksi laba tahun sebelumnya dan lain-lain. Yang menjadi masalah ialah,
apakah keuntungan/ kerugian seperti itu akan dilaporkan dalam laporan rugi laba atau
tidak. Kalau tidak dilaporkan dalam laporan rugi laba, maka akan dilaporkan dalam laba
tidak dibagi.
Dalam Standar Akuntasi Keuangan disebut ” Keuntungan dan Kerugian yang
bersifat luar biasa dan yang timbulnya tidak berulang-ulang harus dinyatakan dalam
periode terjadinya tersebut, tetapi harus terpisahkan dari hasil usaha perusahaan yang
lazim.
Dari standar diatas dapat disimpulkan bahwa laporan rugi laba akan termasuk semua
elemen-elemen penghasilan dan biaya, baik yang biasa terjadi maupun yang tidak biasa
Berikut ini diberikan contoh untuk laporan rugi laba.
PT ABC
Laporan Rugi-Laba
1/1-1980 – 31/12-1980
Hasil Penjualan Rp 36.280.000,-
Penjualan Return Rp 570.000,-
Potongan penjualan Rp 285.000,- Rp 855.000,-
Hasil penjualan bersih Rp 35.425.000,-
Harga Pokok Penjualan
Persediaan barang
Dagangan 1/1-1980 Rp 10.800.000,-
Pembelian Rp 25.210.000,-
Ongkos angkut pembelian Rp 560.000,-
Rp 25.770.000,-
Pembelian return Rp 395.000,-
Potongan pembelian Rp 275.000,-
Rp 670.000,-
Rp 25.100.000,-
Rp 35.900.000,-
Persediaan barang dagangan
31/12-1980 Rp 13.033.000,-
Harga pokok penjualan Rp 22.867.000,-
Laba kotor Rp 12.558.000,-
17
Biaya usaha:
Biaya penjualan
Gaji Bagian Penjualan Rp 1.010.000,-
Depresi Alat-alat Rp 820.000,-
Advertensi Rp 1.375.000,-
Macam-macam biaya penjualan Rp 660.000,-
Rp 3.865.700,-
Biaya Administrsi dan umum:
Gaji pimpinan dan pegawai Rp 2.820.000,-
Premi asuransi Rp 375.100,-
Bahan Pembantu Rp 121.500,-
Depr. Alat-alat kantor Rp 375.000,-
Sumbangan Rp 62.500,-
Macam-macam biaya umum Rp 215.200,-
Rp 3.969.600,-
Rp 7.835.300,
Dipindahkan…..
Rp 7.835.300,-
Laba usaha bersih Rp 4.722.700,-
Pendapatan dan Biaya lain-lain:
Pendapatan sewa Rp 1.800.000,-
Pendpatan bunga Rp 460.000,-
Rp 2.160.000,-
Biaya lain-lain
Biaya Bunga Rp 600.000,-
Rp 1.560.000,-
Pendapatan bersih sebelum pajak Rp 6.282.700,-
PPs 20% Rp 1.256.540,-
Pendapatan bersih sesudah pajak Rp 5.026.160,-
Elemen-elemen Tak Biasa
Laba penjualan mesin Rp 2.000.000,-
Koreksi laba tahun lalu
( Depresi terlalu kecil) Rp 750.000,-
Rp 1.250.000,-
Pajak Atas Elemen-elemen
Tidak biasa Rp 250.000,-
Rp 1.000.000,-
Pendapatan bersih dan Elemen-elemen tidak biasa Rp 6.026.160,-
18
Apabila diperhatikan, kelompok harga penjualan dalam laporan rugi laba diatas,
akan nampak bahwa laporan tersebut adalah untuk perusahaan dagang, yaitu perusahaan
yang membeli barang untuk menjualnya kembali dalam bentuk yang sama, sehingga tidak
menyerap biaya produksi.
Untuk perusahaan menufacturing/ industri, yaitu perusahaan yang mengolah bahan
baku menjadi produk jadi, perhitungan harga pokok penjualan berbeda dengan
perusahaan dagang. Laporan rugi laba untuk perusahaan manufacturing biasanya disusun
dalam bentuk yang sama dengan perusahaan dagang, kecuali bagian harga pokok
penjualan, yang hanya menunjukan jumlahnya saja, sedang perinciannya disusun sebagai
lampiran. Cara seperti ini timbul karena harga pokok penjualan untuk perusahaan
manufacturing terdiri dari beberapa langkah perhitungan, yaitu pertama kali menghitung
harga pokok produksi dan kemudian menghitung harga pokok penjualan.
Bagian harga pokok penjualan dalam laporan rugi laba perusahaan manufacturing/
industri dapat disusun sebagai berikut:
Hasil Penjualan Bersih Rp 40.000.000,00
Harga Pokok Penjualan
Persediaan barang jadi 1 Januari 1980 Rp 3.000.000,00
Harga pokok produksi ( Lampiran A) Rp 14.762.500,00
Rp 17.762.500,00
Persediaan barang jadi 31 desember 1980 ( 1.562.500,00)
Harga pokok penjualan Rp 16.200.000,00
Lampiran A
PT ABC
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI
1 JANUARI 1980-31 DESEMBER 1980
Persediaan barang dalam proses, 1 Januari 1980 Rp 3.862.250,00
Bahan Baku:
Persediaan 1 Januari 1980 Rp 1.660.000,00
Pembelian Rp 4.640.000,00
Ongkos Angkut Rp 80.000,00 +
Rp 4.720.000,00
Potongan pembelian Rp 70.000,00
Potongan return Rp 180.000,00 +
(Rp 250.000,00)
Pembelian bersih Rp 4.470.000,00 +
Tersedia untuk dipakai Rp 6.130.000,00
Persediaan 31 Desember 1980 Rp 1.730.000,00 –
Harga pokok bahan baku yang dipakai Rp 4.400.000,00
19
Upah langsung Rp 4.141.250,00
Biaya Produksi Tidak Langsung:
Mandor Pabrik Rp 750.000,00
Upah tidak langsung Rp 1.090.000,00
Depr. Gedung, mesin dan alat-alat Rp 1.000.000,00
Bahan pembantu Rp 95.000,00
Listrik Rp 181.000,00
A i r Rp 300.000,00
Premi asuransi Rp 158.000,00
Supplies Rp 120.000,00
Macam-macam biaya pabrik Rp 815.000,00 +
Rp 4.509.000,00
Pokok barang dalam proses selama tahun 1980 Rp 16.912.500,00
Persediaan Barang Dalam Proses 31 Desember 1980 (Rp 2.150.000,00)
Harga Pokok Produksi Rp 14.762.500,00
1.3 LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Pada akhir periode akuntansi, disamping diadakan penyusunan neraca dan laporan rugi
laba, juga disusun laporan yang menunjukan sebab-sebab perubahan modal perusahaan.
Perusahaan dalam bentuk perseroan, perubahan modalnya ditunjukan didalam Laporan
laba Tidak Dibagi (Retained Earning)
PT ABC
Laporan Laba Tidak Dibagi
1-1-1980 - 31-12-1980
Laba Tidak Dibagi, 1 Januari 1980 Rp 6.782.600,00
Laba netto dan elemen-elemen tidak biasa Rp 5.876.800,00
Rp 12.659.400,00
Dividen yang diumumkan dalam tahun 1980 Rp 3.000.000,00
Laba tidak dibagi, 31 Desember 1980 Rp 9.659.400,00
======================
20
1.4 LAPORAN ARUS KAS
Laporan Arus Kas adalah bagian dari laporan keuangan yang menunjukkan aliran
masuk dan keluar uang (kas) perusahaan.
Laporan Arus Kas Vs. Pernyataan Pendapatan
Menurut Hanafi (2003: 59), laporan arus kas digunakan untuk menganalisis dan
memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama
periode tertentu. Dalam beberapa kasus, pernyataan arus kas mungkin memenuhi tujuan
yang sama seperti sebuah pernyataan laba. Namun ada beberapa perbedaan penting di
antara keduanya.
Dalam realita, terdapat perbedaan dalam penetapan waktu antara item pendapatan atau
biaya dicatat dan ketika kas benar-benar masuk atau keluar pintu. Disajikan contoh
singkat sebagai berikut:
Pada September, ABC Consulting melakukan jasa penawaran untuk seorang pelanggan
yang tidak sampai awal Oktober. Pada September penjualan ini akan dicatat sebagai
sebuah kenaikan baik dalam penjualan dan Account Receivable. (Dan penjualan itu akan
muncul pada pernyataan pendapatan September)
Kasnya, tetapi, tidaklah benar-benar diterima sampai Oktober, maka aktivitas ini tidak
akan muncul pada pernyataan Arus Kas September.
Perbedaan besar kedua antara keduanya adalah bahwa pernyataan Arus Kas mencakup
beberapa tipe transaksi yang tidak termasuk dalam pernyataan Pendapatan.
Contoh 1: ABC Consulting mengambil pinjaman dari banknya. Pinjaman tersebut tidak
muncul pada pernyataan Pendapatan karena transaksi itu bukanlah item pendapatan
melainkan item biaya. Pinjaman hanyalah sebuah kenaikan aktiva (cash) dan liabilitas
(note payable). Namun karena pinjaman tersebut menimbulkan arus kas masuk, maka
pinjaman akan muncul dalam pernyataan Laporan Arus Kas.
Contoh 2: ABC Consulting membayar dividen senilai Rp. 30.000 kepada para pemegang
saham. Dividen bukanlah sebuah biaya melainkan sebuah distribusi laba. Maka, dividen
tidak akan muncul dalam pernyataan pendapatan. Tetapi pembayaran dividen akan
muncul dalam pernyataan arus kas sebagai arus kas keluar.
Laporan Arus Kas mengandung dua macam aliran atau arus kas, yaitu:
1. Kas masuk (Cash Inflow)
Cash inflow adalah arus kas yang terjadi pada transaksi yang menguntungkan
menyebabkan keuntungan kas (penerimaan kas). Contoh: hasil penjualan,
pinjaman/hutang dari pihak lain, penjualan aktiva tetap yang ada, penagihan
piutang dari penjualan kredit, dan pendapatan lainnya.
2. Kas keluar (Cash Outflow)
Cash outflow adalah arus kas yang terjadi pada transaksi yang mengakibatkan
beban pengeluaran kas. Contoh: pengeluaran biaya baku dan tenaga kerja
21
langsung, pembayaran hutang-hutang perusahaan, pembelian aktiva tetap,
pembayaran sewa, dan pengeluaran lainnya.
Adapun menurut PSAK No. 2 (2002:9), terdapat katagori-katagori dalam laporan arus kas
sebagai berikut:
1. Arus kas melalui aktivitas operasi (Operational Cash Flow)
2. Arus kas melalui aktivitas investasi (Investing Cash Flow)
3. Arus kas melalui aktivitas pembiayaan (Financing Cash Flow)
1. Arus Kas Operasional
Arus Kas Operasi adalah arus kas yang terkait kegiatan operasional
perusahaan pada suatu periode. Pada singkatnya, arus kas ini berfungsi untuk
mencerminkan sebagian besar dari transaksi kas yang akan dimasukkan dalam
determinasi pendapatan bersih.
Item-item umum yang dikategorikan sebagai arus kas dari aktivitas operasi terdiri dari:
● Penerimaan dari penjualan barang atau jasa
● Pembayaran ke para pemasok
● Pembayaran ke para karyawan
● Pembayaran bunga ke pemberi pinjaman
● Bunga atau dividen yang diterima dari investasi, dan
● Pembayaran pajak
2. Arus Kas Investasi
Arus Kas Investasi mencakup kas yang dibelanjakan pada –atau diterima dari
penjualan –investasi pada efek keuangan (saham, obligasi, dan lain-lain) serta kas yang
dibelanjakan pada –atau diterima dari penjualan – aktiva modal (yaitu aktiva yang
diharapkan berusia lebih dari satu tahun). Item-item khas dalam kategori ini mencakup:
● Pembelian atau penjualan property, pabrik, atau peralatan, dan
● Pembelian atau penjualan saham atau obligasi.
3. Arus Kas Pembiayaan
Arus Kas Pembiayaan mencakup arus kas masuk dan arus kas keluar yang
berkaitan dengan transaksi dengan pemilik perusahaan dan kreditur. Item-item umum
yang terdapat dalam kategori ini mencakup:
● Kas yang diterima dari investor ketika perusahaan menerbitkan saham baru
● Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham
● Kas yang diterima dari pengambilan pinjaman, dan
● Kas yang dibayarkan untuk membayar kembali pokok pinjaman
Pembayaran bunga dikelompokkan sebagai aktivitas operasi).
22
PT ABC
Laporan Arus Kas
Per 31 Desember 1980
Arus Kas Operasional
Kas yang diterima dari pelanggan Rp 320.000
Kas dibayarkan ke pemasok Rp (50.000)
Kas dibayarkan ke karyawan Rp (40.000)
Pajak Pendapatan yang dibayarkan Rp (55.000)
Net Arus kas diperoleh dari aktivitas operasional Rp 175.000
Arus kas dari aktivitas Investasi
Kas dibelanjakan untuk pembelian peralatan Rp (210.000)
Net Kas diperoleh dari aktivitas investasi Rp (210.000)
Arus kas dari aktivitas Pembiayaan
Dividen yang dibayarkan ke pemegang saham Rp (25.000)
Kas diterima dari penerbitan saham baru Rp 250.000
Net Arus kas diperoleh dari aktivitas Pembiayaan Rp 225.000
Kenaikan bersih dalam kas dan bank Rp 190.000
Saldo awal kas dan bank Rp 310.000
Saldo akhir kas dan bank Rp 500.000
23
II. ANALISA RASIO PADA LAPORAN KEUANGAN
Menurut (Munawir, 2007 : 37) analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk
mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara
individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Rasio keuangan sangat penting
gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor
jangka pendek dan menengah pada umumnya lebih banyak tertarik pada kondisi
keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang
memadahi (Fahmi, 2013:44).
Analisis rasio keuangan merupakan penjelasan atau hasil dari perhitungan rasio
keuangan, ini digunakan untuk menilai kondisi keuangan perusahaan pada periode
tertentu.
1. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Metode Analisis Laporan Keuangan Analisis-analisis laporan keuangan terdiri dari
penelahan atau mempelajari hubungan-hubungan dan kecendrungan untuk menentukan
posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Munawir (2010:35) metode analisis terbagi menjadi dua yaitu :
1. Analisis horizontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan
keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui
perkembangannya. Metode horizontal ini disebut pula sebagai analisis dinamis.
2. Analisis vertical yaitu apabila laporan keuangan dianalisis hanya meliputi satu
periode atau satu saat saja, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu
dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan
diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja, analisis vertical
ini disebut juga sebagai metode analisis yang statis karena kesimpulan yang akan
diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.
Menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan
digunakan metode dan teknik analisis tertentu. Dari hasil analisis dapat diketahui
perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut dan pengaruhnya bila
dibandingkan dengan laporan keuangan dari beberapa periode untuk satu perusahaan
tertentu.
2.Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Jenis-jenis rasio keuangan adalah sebagai berikut:
2.1 Liquiditas
Masalah Likuiditas adalah berhubungan dengan kemamapuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dipenuhi. Menurut Sutrisno
24
(2009:215), mendefinisikan likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi. Kewajiban yang segera harus
dipenuhi adalah hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini biasa digunakan untuk
mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek, serta mengukur apakah operasi
perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih Jumlah
alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat
tertentu merupakan ”kekuatan membayar” sedemikian besarnya sehingga mampu
memenuhi segala kewajiban keuangannya yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa
perusahaan tersebut adalah ”likuid”, dan sebaliknya yang tidak mempunyai ”kemampuan
membayar” adalah ”ilikuid”. Apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan
dengan kewajiban kepada pihak luar (kreditur) dinamakna ” Likuiditas badan usaha ”
Likuiditas badan usaha dapat diketahui dari neraca pada suatu saat antara lain dengan
membandingkan jumlah aktiva lancar (current assets) disatu pihak dengan hutang lancar
(current liabilities) di lain pihak, hasil perbandingan tersebut ialah apa yang disebut
”current ratio” atau ”working capital ratio”. Secara kasar dapatlah dikatakan bahwa bagi
perusahaan-perusahaan yang bukan perusahaan kredit, current ratio kurang dari 2 : 1
dianggap kurang baik, sebab apabila aktiva lancar turun lebih dari 50% maka jumlah
aktiva lancarnya tidak akan cukup lagi untuk menutup hutang lancarnya. Apabila
pedoman current ratio 2:1 atau 200% sudah ditetapkan sebagai ratio minimum yang akan
dipertahankan oleh suatu perusahaan, maka perusahaan dalam penerikan kredit jangka
pendeknya harus selalu berdasarkan pada pedoman tersebut.
Apabila suatu perusahaan telah menetapkan bahwa current ratio yang harus
dipertahanakan adalah 3:1 atau 300%, ini berarti bahwa setiap hutang lancar sebesar
Rp1,- harus dijamin dengan aktiva lancar Rp 3,- atau dijamin dengan ”net working
capital” sebesar Rp2,-. Dengan demikian maka ratio modal kerja dengan hutang lancar
adalah 2:1, karena modal kerja tak lain adalah kelebihan aktiva lancar diatas hutang
lancar (2 = 3 – 1)
Untuk mendapatkan kepastian yang lebih besar dalam mengukur tingkat likuiditas
suatu perusahaan, selain dengan current ratio, digunakan juga ”Quick ratio” atau ” Acid
test rato” sebagai alat pengukurnya.
Dalam hal ini kita hanya membandingkan beberapa elemen dari aktiva lancar yang
mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi, yaitu kas, surat-surat berharga (marketable
securities) dan piutang dengan hutang lancarnya. Elemen persediaan barang tidak
diperhitungkan, karena elemen tersebut dipandang sebagai elemen aktiva lancar yang
tingkat likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga. Sebenarnya yang
utama menjadi pusat perhatian terus menerus dari para kreditur, terutama bank-bank ialah
tingkat ”quick ratio”, dimana mereka menghendaki agar hutang-hutang perusahaan pada
para kreditur tersebut segera harus dibayar, haruslah tersedia alat-alat likuid yang cukup,
sehingga pada waktunya kewajiban-kewajiban akan dapat dipenuhi oleh perusahaan-
perusahaan yang bersangkutan.
25
Apabila kita dalam mengukur tingkat likuiditasnya dengan menggunakan current ratio
sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan
dapat dipertinggi dengan jalan sebagai berikut:
1. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah hutang lancar
2. Dengan hutang lancar terentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar.
3. Dengan mengurangi jumlah hutang lancar bersama-sama dengan mengurangi aktiva
lancar.
Dengan cara diatas, maka transaksi-transaksi dapat diadakan pada sektor aktiva lancar,
hutang lancar, atau kedua-duanya.
a. Disektor Aktiva lancar (current assets).
Transaksi-transaksi yang dapat mengakibatkan kenaikan aktiva lancar, sebagai
berikut :
- Menjual aktiva tetap
- Mendapat tambahan modal sendiri
- Mendapat tambahan hutang jangka panjang.
b. Di sektor hutang lancar (current liabilities)
Transaksi-transaksi yang dapat mengakibatkan turunnya/ berkurangnya hutang
lancar adalah sebagai berikut:
- Menjual aktiva tetap.
- Mendapatkan tambahan modal sendiri
- Mendapatkan tambahan hutang jangka panjang.
c. Di sektor aktiva lancar dan hutang lancar.
Dengan adanya transksi-transaksi yang menyangkut kedua ” current account”
tersebut akan dapat mengakibatkan perubahan curent ratio. Misalnya dengan mengurangi
aktiva lancar digunakan untuk mengurangi hutang lancar.
Apabila suatu perusahaan ingin mempunyai suatu tingkat current ratio tertentu maka
perusahaan tersebut dapat mengubah berbagai jumlah aktiva lancar dalam hubungannya
dengan hutang lancarnya. Untuk lebih jelasnya dapat diberikan contoh sebagai berikut:
Contoh:
Pada akhir tahun 1980 suatu perusahaan mempunyai aktva lancar sejumlah
Rp3.000.000,00 dan hutang lancar Rp1.000.000,00.
a. Apabila perusahaan ingin membeli persediaan barang dengan kredit jangka
pendek, agar supaya current ratio tidak kurang dari 250%, berapakah jumlah
persediaan barang yang dapat dibiayai dengan hutang lancar ??
Jawaban :
Misalkan jumlah persediaan barang yang akan dibeli = Rp X ,-
26
3.000.000 + x = 2.500.000 + 2,5x
3.000.000- 2.500.000 = 2,5x – x
500.000 = 1,5x
x =
x = Rp 333.333,33
b. Kalau perusahaan ingin mencapai current ratio = 400% berapakah jumlah kas yang
dapat digunakan untuk membayar hutang
lancar ?
Jawaban :
Misalkan jumlah uang kas yang akan digunakan untuk membayar hutang lancar = Rp x,-
=> 3.000.000 – x = 4.000.000 – 4x
4x - x = 4.000.000 – 3.000.000
3x = 1.000.000
x = Rp 333.333,33
c. Berapakah jumlah persediaan barang yang perlu dijual perusahaan untuk melunasi
hutang
lancar kalau menghendaki current ratio = 500%
3.000.000 –x = 5.000.000 – 5x
5x - x = 5.000.000 - 3.000.000
4x = 2.000.000
x = Rp 500.000
2.2 Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
segala kewajiban keuanganya apabila seandainya perusahaan tersebut dilikuidasikan. Di
sini persolananya ialah apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, apakah kekayaan yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut cukup untuk melunasi semua hutang-hutangnya?
Dengan demikian maka pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai alat pengukur
sampai seberapa jauh aktiva perusahan dibiayai dengan hutang (Sutrisno (2009:217- 218).
Suatu perusahaan yang solvabel berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva
atau kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya, tetapi tidak dengan
sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut likuid. Sebaliknya perusahaan yang
27
insolvabel (tidak solvabel) tidak dengan sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut
adalah juga likuid.
Dalam hubungannya antara likuditas dan solvabilitas ada 4 kemungkinan yang dapat
dialami oleh perusahaan yaitu :
a. Perusahaan yang likuid tetapi insolvabel.
b. Perusahaan yang likuid dan solvabel.
c. Perusahaan yang solvabel tetapi ilikuid.
d. Perusahaan yang insolvabel dan ilikuid.
Baik perusahaan yang insolvabel maupun yang ilikuid, kedua-duanya pada suatu
waktu akan menghadapi kesukaran keuangan, yaitu pada waktu tiba saatnya untuk
memenuhi kewajibannya.
Bagaimana kita dapat mengetahui tingkat solvabilitas suatu perusahaan?. Solvabilitas
suatu perusahaan dapat diukur dengan membandingkan jumlah aktiva (total assets) di satu
pihak dengan jumlah hutang (baik jangka pendek atau jangka panjang) dilain pihak
dinyatakan dalam ”ratio” atau dalam ”persentase” dan disebut juga total Asseets to Det
Ratio. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas ialah dengan
membandingkan modal sendiri ( Net Worth), yang merupakan kelebihan nilai (exsess
value) dari aktiva diatas hutang di lain pihak.
Tingkat solvabilitas dapat dipertinggi dengan jalan sebagai berikut:
1. menambah aktiva tanpa menambah hutang atau menambah aktiva relatif lebih besar
daripada tambahan hutang
2. mengurangi hutang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi hutang relatif lebih
besar dari pada berkurangnya aktiva.
Baik dengan jalan petama atau kedua, tidak lain mengharuskkan adanya tambahan
modal sendiri. Apabila pada alternatif pertama tambahan modal sendiri ditambahkan pada
aktiva, sedangkan pada alternatif kedua tambahan modal sendiri digunakan untuk
mengurangi atau melunasi hutang.
2.3 Rentabilitas
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva
atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan suatu laba selama periode tertentu,
dan pada umumnya dirumuskan sebagai berikut:
x 100 %
L = jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu.
M = Modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
28
Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adlah bermacam-macam dan
tergantung pada laba aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan
yang lainya. Apakah yang diperbandingkan itu laba yang berasal dari operasi/ usaha atau
laba neto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva kongkrit (tangible),
ataukah yang akan diperbandingkan itu laba neto sesudah pajak dengan jumlah modal
sendiri.
Ada dua cara penilaian rentabilitas, yaitu:
a. Rentabiitas ekonomi, ialah perbandingan antara laba usaha/ operasi dengan seluruh
sumber
yang tersedia di perusahaan, baik dari kreditur atau dari pemilik.
b. Rentabilitas Modal Sendiri atau Rentabilitas Usaha, ialah perbandingan antara jumlah
laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri
yang menghasilkan laba tersebut.
BAB. III
PENGGUNAAN RATIO DALAM
ANALISA FINANSIAL
1. Arti pentingnya analisa Laporan Finansial
Sebagaimana diuraikan dimuka bahwa dengan menghubungkan elemen-elemen dari
berbagai aktiva satu dengan yang lain, elemen-elemen dari berbagai passiva satu dengan
yang lainnya serta menghubungkan elemen-elemen dari akrtiva dan pasiva dalam Neraca
pada suatu saat tertentu akan diperoleh banyak gambaran mengenai posisi atau keadaan
finansial suatu perusahaan. Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan
finansial suatu perusahaan perlulah kita mengadakan interprestasi atau analisa terhadp
data finansial dari perusahaan yang bersangkutan, dan data finansial itu akan tercermin di
dalam ” Laporan Finansial”-nya.
Laporan finansial(Finansial Statement), memberikan ikhtisar mengenai keadaan
finansial suatu perusahaan, dimana Neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva,
hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan Rugi& laba (Income
Statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selam suatu periode tertentu biasanya
meliputi periode satu tahun.
29
Mengadakan interprestasi atau analisa terhadap laporan finansial suatu perusahaan
akan sangat bermamfaat bagi penganalisa untuk dapat mengetahui keadaan dan
perkembangan finansial dari perusahaan yang bersangkutan.
Pimpinan perusahaan atau menegement sangat berkepentingan terhadap laporan
finansial dari perusahaan yang dipimpinnya. Dengan mengadakan analisa laporan
finansial dari perusahaannya, manager akan dapat mengtahui keadaan dan perkembangan
finansial dari perusahaannya, dan akan dapat diketahui hasi-hasi finansial yangtelah
dicapai dalam waktu-waktu yang lalu dan waktu yang sedang berjalan. Dengan
mengadakan analisa data finansial dari tahun-tahun yang lalu, dapat diketahui kelemahan-
kelamahan dari perusahaannya serta hasil-hasil yang telah dianggap cukup baik. Hasil
analisa historis tersebut sangat penting artinya bagi perbaikan penyusunan perencana atau
policy akan dilakukan diwaktu yang akan datang. Dengan mengetahui kelemahan-
kelamahan yang dimilikinya, diusahakan dalam penyusunan rencana untuk thun-tahun
yang akan datang, kelemahan-klemahan tersebut dapat diperbaiki. Hasil-hasil yang
dianggap sudah cukup baik diwaktu-waktu yang lampau harus dipertahankan untuk
waktu-waktu mendatang.
Dalam hubungan dengan analisa laporan finansial tersebut management adalah ”orang
dalam”, orang yang dapat menggunakan data finansial apapun yang ada di dalam
perusahaan, dan hasil analisa yang dilakukan oleh manegement tersebut disebut ” analisa
intern”
Selain dari management, para kreditur pun berkepentingan terhadap laporan finansial
dari perusahaan yang telah atau akan menjadi debitur atau nasabahnya. Para kreditur
berkepentingan untuk ”kemanan” mereka sendiri. Kreditur sebelum mengambil
keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlulah
mengadakan analisa terlebih dahulu terhadap laporan finansial dari perusahaan yang
mengajukan kredit, untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan tersebut dalam
membayar kembali hutangnya, plus beban-beban bunganya. Para kreditur jangkla panjang
berkepentingan untuk dapat mengetahui apakah kredit yang akan diberikan cukup dapat
jaminan dari aktiva, terutama aktiva tetap dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan
kata lain apakah sebagian besar atau seluruh aktiva tetapnya diikatkan atau dijadikan
jaminan terhadap kredit jangka panjang lain yang telah diterima sebelumnya oleh
perusahaan tersebut dari kreditur lain.
Para kreditur jangka pendek berkepentingan terhadap kepentingan nasabahnya untuk
dapat memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi. Mereka lebih tertarik
pada kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar hutang lancarnya dengan dana
yang berasal dari aktiva lancarnya.
Para investorpun berkepentingan terhadap laporan finansial suatu perusahaan dalam
rangka penentuan penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah ” rate of
return” dari dana yang akan diinvestasikan dalam surat-surat berharga yang dikeluarkan
oleh suatu perusahaan.
30
Para kreditur maupun investor merupakan ”orang luar” dari perusahaan, sehingga
mereka dalam mengadakan analisa finansial terbatas datanya, yaitu hanya atas dasar
laporan-laporan finansial yang dipublikasikan oleh perusahaan tersebut. Data finansial
yang dapat dianalisa oleh kreditur atau investor sangatlah terbatas, tidak seperti halnya
dengan manegement. Berhubungan dengan itu analisa yang akan dilakukan oleh kreditur/
investor sering disebut ”analisa extern”
Dengan demikian maka jelaslah bahwa mengadakan interprestasi atau analisa laporan
finansial suatu perusahaan menjadi sangat penting arinya bagi pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan yang bersangkutan meskipun kepentingan mereka
masing-masing berbeda.
2. Analisa ratio Finansial
Dalam mengadakan interprestasi dan analisa laporan finansial suatu perusahaan,
seorang penganalisa finansial memerlukan adanya ukuran atau ”yardstick” tertentu.
Ukuran yang sering digunakan dalam analisa finansial adalah ”ratio”. Pengertian ratio itu
sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam ”Arithmatical term” yang dapat
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial. Dengan
penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antar pos dan dapat
membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan
memberikan penilaian (Harahap, 2011:297). Macam ratio finansial banyak sekali, karena
ratio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa.
Penganalisa finansial dalam mengadakan analisa ratio finansial pada dasarnya dapat
melakukannya dengan 2 macam cara perbandingan, yaitu:
1) membandingkan ratio sekarang (present ratio) dengan ratio-ratio dari waktu yang lalu
(ratio historis) atau dengan ratio-ratio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan
datang dari perusahaan yang sama. Misalnya current ratio tahun 1996 dibandingkan
dengan current ratio dari tahun yang sebelumnya. Dengan cara perbandingan tersbut akan
dapat diketahui perubahan-perubahan dari ratio tersebut dari tahun ke tahun. Dengan
menganalisa satu macam ratio saja tidak banyak artinya, karena tidak dapat mengetahui
faktor-faktor apa yang menyebabkan adanya perubahan tersebut.
2) Membandingkan ratio-atio dari suatu perusahaan (ratio perusahaan/ company ratio)
dengan ratio-ratio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (ratio industri/
ratio rata-rata/ ratio standard) untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan ratio
perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek finansial tertentu berada diatas rata-rata
industri (above average), berada pada rata-rata (average) atau terletak dibawah rata-rata
(below average).
Apabila suatu perusahaan mengetahui bahwa dia berada dibawah rata-rata industri,
haruslah dianalisa fktor-faktor apa yang menyebabkan, untuk kemudian diambil
kebijaksanaan finansial untuk meningkatkan rationya sehingga menjadi ”average” atau
”above average” di dalam industri.
31
Penganalisa finansial sedapat mungkin menghindari penggunaan ”the rule of the
thumb”, pedoman kasar dalam mengadakan analisa finansial dalam perusahaan.
Penganalisa finansial harus menganalisa laporan finansial suatu perusahaan dalam
hubungannya dengan perusahaan-perusahaan lain yang bekerja dalam bidang usaha yang
sama dengan perusahaan yang dianalisa. Dengan demikian adalah tidak tepat apabila
seorang penganalisa mengatakan bahwa untuk semua perusahaan, current ratio kurang
dari 200% adalah kurang baik, yang hanya mendasarkan pada pedoman sangat kasar atau
”the rule the tumb”. Banyak perusahaan-perusahaan sehat yang mempunyai current ratio
kurang dari 200%. Hanya dengan mmbandingkan finansial ratio suatu perusahaan dengan
finansial ratio perusahaan-perusahaan lain yang sejenis atau ratio industri atau dengan
mengadakan analisa ratio historis dari perusahaan yang bersangkutan selama periode,
penganalisa dapat membuat penilaian atau pendapat realitis.
3. Macam-macam ratio finansial
Sebagaimana disebut di muka, macam ratio finansial banyak sekali karena atio dapat
dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Demikian pengelompokan ratio juga macam-
macam. Apabila dilihat dari sumbernya dari mana ratio itu dibuat, maka ratio-ratio dapat
digolongkan dalam 3 golongan, yaitu:
1. Ratio-ratio Neraca (Balance Sheet Ratio) ialah ratio-ratio yang disusun dari
data yang berasal dari neraca, misalnya: current ratio, acid-test ratio, current assets
to total assets ratio, current liabilities to total assets ratio dan lain-lain sebagainya.
2. Ratio-Ratio Laporan Rugi & laba (Income statement ratios) ialah ratio-ratio
yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross provit
margin, net operating margin, operating ratio dan lain-lain.
3. Ratio-ratio antar laporan (inter- statement ratios) ialah ratio-ratio yang
disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya berasal dari income
statement, misalnya assest turnover, inventory turnover, receivables turnover
danlain-lain.
Adapula penulis yang menggunakan istilah “ finansial ratios” untuk ratio-ratio neraca, “
operating ratios” untuk ratio-ratio rugi& laba, dan “ finansial operating ratios” untukratio-
ratio antar laporan.
Sedangkan, Martono dan Agus (2009) mengelompokan ratio-ratio dalam ratio-ratio
likuiditas, ratio-ratio leverage, ratio-ratio aktivitas, dan ratio-ratio provabilitas. Ratio
likuiditas adalah ratio-ratio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan
(current ratio, acid test ratio). Ratio leverage adalah ratio-ratio yang dimasudkan untuk
sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Debt to total assets ratio,
net worth to debt ratio dan lain sebagainya).
Ratio-ratio aktivitas, ialah ratio-ratio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa
besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber dananya (inventory
turnover, average collection period dan lain sebagainya)
32
Ratio-ratio profitabilitas, ialah ratio-ratio yang menunjukan hasil akhir dari sejumlah
kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return on total assets,
return on net worth, dan lain sebagainya).
Dalam bab ini akan dikemukakan beberapa macam ratio, cara perhitungannya, serta
interprestasinya berdasarkan laporan fianansial dibawah ini:
PT ‘ HARUN’
Neraca per 31 Desember 1995
Aktiva Hutang dan Modal Sendiri
Aktiva Lancar (AL) Hutang lancar (HL)
Kas Rp 200.000,00 Hutang Perniagaan Rp 300.000,00
Efek Rp 200.000,00 Hutang Wesel Rp 100.000,00
Piutang Rp 160.000,00 Hutang Pajak Rp 160.000,00
Persediaan Rp 840.000,00 Hutang H.L Rp 560.000,00
Jumlah A .L Rp 1.400.000,00
Aktiva Tetap (AT) Hutang Jangka Panjang Mesin Rp 700.000,00 5 % Obligasi Rp 600.000,00
Akumulasi depresiasi Rp (100.000,00)
Rp 600.000,00 Modal Sendiri
Modal Saham Rp 1.200.000,00
Agio Saham Rp 200.000,00
Bangunan Rp 1.000.000,00 Rp 1.400.000,00
Akumulasi depresiasi Rp (200.000,00) Laba Ditahan Rp 440.000,00
Rp 800.000,00 Modal Sendiri Rp 1.840.000,00
Alat-alat Rp 200.000,00
Jumlah A.T Rp 1.600.000,00
Jumlah Aktiva
Rp 3.000.000,00
Jumlah Hutang dan
Modal Sendiri Rp 3.000.000,00
PT. “ HARUN”
Laporan Rugi & Laba
Selama Setahun
Diakhiri tgl. 31 Desember 1995
33
Penjualan Rp4.000.000,00
Harga pokok Penjualan Rp3.000.000,00
Laba Bruto Rp1.000.000,00
Biaya biaya administrsi, penjualan, umum Rp 570.000,00
Keuntungan sebelum bunga dan pajak Rp 430.000,00
Bunga Obligasi (5% x Rp 600.000,-) Rp 30.000,00
Keutungan sebelum pajak Rp 400.000,00
Pajak perseroan Rp 160.000,00
Keuntungan neto sesudah pajak Rp 240.000,00
======================
berdasarkan data dari laporan finansial tersebut kita akan menghitung berbagai macam
ratio finansial/ keuntungan seperti tampak dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1.
Ratio-ratio finansial/ keuntungan
Ratio Metode Perhitungan Interprestasi
I. Ratio Likuiditas :
a. Current ratio Altiva lancar
Hutang lancar
atau 250%
kemampuan untuk
membayar
hutang yang segera harus
dipenuhi dengan aktiva
lancar.
Setiap hutang lancar Rp 1,-
Dijamin oleh aktiva lancar
Rp2,50,-
b. Cash ratio
(Ratio of immediate
solvency)
Kemampuan untuk
membayar
Hutang yang segera harus
dipenuhi dengan kas yang
tersedia dalam perusahaan
dan efek yang segera dapat
34
= 0,71 : 1 atau 71 %
diuangkan. Setiap hutang
lancar Rp 1,- dijamin oleh
& efek Rp 0.71,-.
e. Quick ( Acid test)
ratio
200.000+200.000+160.000
560.000
= 1 : 1 atau 100%
Kemampuan untuk
membayar hutang segera
harus dipenuhi dengan
aktiva lancar yang likuid (
quick assets). Setiap hutang
lancar Rp 1,- dijamin oleh
quick assets Rp 1,-
d. Working capital to total
assets ratio
Akt.lancar – Hutang lancar
Jumlah Aktiva
1.400.000 - 560.000
3.000.000
=0,28 : 1 atau 28%
Likuiditas dari total aktiva
dan posisi modal kerja
(neto).
II. Ratio Leverage (solvency)
a. Total Debt to Equity
ratio
Htg.lancar + Htg. Jangka Pjg
Jumlah Modal Sendiri
560.000+ 600.000
1.840.000
= 0,63 : 1 atau 63 %
Bagian dari setiap rupiah
modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk
keseluruhan hutang.
Rp0,63 dari setiap rupiah
modal sendiri menjadi
hutang.
b. Total debt to total
Capital/Assets
Htg.Lancar+Htg.jangka Pnjg
Jumlah Modal/Aktiva
560.000 + 600.000
3.000.000
= 0,29 : 1 atau 29 %
Berapa bagian dari
keseluruhan kebutuhan
dana yang dibelanjai
dengan hutang atau bagian
dari aktiva yang digunakan
untuk menjamin hutang;
Rp0,39 dari setiap rupiah
aktiva digunakan untuk
menjamin hutang.
35
c. Long term debt to Equity
ratio
Hutang jangka panjang
Modal Sendiri
600.000
1.840.000
= 0,33 : 1 atau 33%
Bagian dari setiap rupiah
modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk
hutang jangka panjang; Rp
0,33 dari setiap modal
sendiri digunakan untuk
menjamin hutang jangka
panjang.
d. Tangible assets debt
coverage
Juml. Aktiva – Intangibles
Hutang lancar_______
Hutang jangka panjang
300.000-100.000-560.000
600.000
=3,9 : 1 atau 39%
Besarnya aktiva tetap
tangible yang digunakan
untuk menjamin hutang
jangka panjang setiap
rupiahnya. Setiap rupiah
hutang jangka panjang
dijamin oleh aktiva
tangible sebesar Rp3,90
e. times interest earned
ratio
EBIT_____________
Bunga hutang Jgk. Panjang
430.000_______
30.000
= 14,3 x
Besarnya jaminan
keuntungan untuk
membayar bunga hutang
jangka panjang. Setiap
rupiah bunga hutang
jangka panjang dijamin
oleh keuntungan Rp 14,33
III. Ratio Aktivitas
a. Total assets turnover Penjualan neto __
Jumlah aktiva
4.000.000_____
3.000.000
= 1,33 : 1 atau 1,33 x
Kemampuan dana yang
tertanam dalam keseluruhan
aktiva berputar dalam suatu
periode tertentu atau
kemampuan modal yang
diinvestasikan untk
menghasilkan ” revenue”.
Dana yang tertenam dalam
keseluruhan aktiva rata-rata
dalam satu tahun berputar
1,33x atau setiap rupiah
aktiva selama setahun dapat
menghasilakan revenue
sebesar Rp 1,33
b. Receivables turn over Penjualan Kredit______
Pihutang rata-rata
Kemampuan dana yang
tertanam dalam piutang
berputar dalam suatu
36
= 4.000.0000___
100.000
= 25 x
periode tertentu. Dalam satu
tahun rata-rata dana yang
tertanam dalam piutang
berputar 25 x
c. Average colecction
period
Pihutang rata-rata x 360
Penjualan kredit
160.000 x 360
4.000.000
=14,4 hari atau
15 hari
Periode rata-rata yang
diperlukan untuk
mengumpulkan pihutang.
Pihutang dikumpulkan rata-
rata setiap 15 hari sekali.
Makin kecil jumlah harinya
makin baik.
d. Inventory turn over Harga poko penjualan
Inventory rata-rata
3.000.000_____
840.000
=3,6 x
Kemampuan dana yang
tertanam dalam Inventory
berputar dalam satu periode
tertentu atau likuiditas dari
Inventory dan tendensi
untuk adanya ” overstock”.
Dana yang tertanam dalam
Inventory berputar rata-rata
3,6 x dalam setahun.
e. Average day`s
Inventory
Inventory rata-rata x 360
Harga pokok penjualan
840.000 x 360
3.000.000
= 10 hari
Periode menahan persediaan
rata-rata atau periode rata-
rata persediaan barang
berada di gudang. Inventory
baerada di gudang rata-rata
10 hari.
f. Working capital
turnover
Penjualan neto_____
Akt. Lancar – Hutang lancar
4.000.000_____
1.400.000 – 560.000
=4,8 x
Kemamapuan modal kerja
(neto) berputar dalam suatu
periode tertentu atau
indikasi dari siklis kas (cash
cycle ) perusahaan. Dana
yang tertanam dalam modal
kerja berputar rata-rata 4,8 x
dalam setahun.
IV. Ratio Keuntungan
a. Gross profit margin Penjualan neto – Harga
Pokok Penjualan_________
Penjualan Neto
4.000.000 - 3.000.000___
Laba bruto per rupiah
penjualan. Setiap rupiah
penjualan menghasilkan
laba bruto Rp 0,25
37
4.000.000
= 25%
.
b. Operating income ratio
(Operating profit margin)
Penjualan neto – Harga
Pokok Penjualan – Biaya
Biaya Administrasi,
Penjualan umum
Penjualan Neto
4.000.000-3.000.000-
570.000
4.000.000
=10,75% = 11%
Laba operasi sebelum
bunga dan pajak (net
Operating income) yang
dihasilkan oleh setiap
rupiah penjualan. Setiap
rupiah penjualan
menghasilkan laba.
c. Operating Ratio Harga pokok penjualan +
Biaya biaya administrsi +
Penjualan umum____
Penjualan neto
3.000.000 + 570.000__
4.000.000
= 89,25%
Biaya operasi per rupiah
penjualan. Setiap rupaih
penjualan mempunyai biaya
operasi Rp 0,89. makin
besar ratio ini berarti makin
buruk.
d. Net profit margin
(sales margin )
Keuntungan neto sesudah
pajak_________________
Penjualan neto
24.000__
4.000.000
= 6 %
Keuntungan neto per rupiah
penjualan. Setiap penjualan
menghasilkan keuntungan
neto sebesar Rp 0,06.
e. Earning Power of total
invesment (Rate of return
on total assets)
EBIT_________
Jumlah aktiva
= 430.000 = 14,3 %
atau operating profit margin x
Total Assets turnover
=10,75 % x 1,33
= 14,3 %
Kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan
bagi semua investor
(pemegang obligasi&
saham). Setiap satu rupiah
modal menghasilkan
keuntungan Rp0,14 untuk
semua investor.
f. Net earning power ratio
(Rate of Return on
Invesment/ ROI)
Keuntungan neto sesudah
Pajak__________
Jumlah Aktiva
= 240.000 = 8 %
3.000.000
Kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan
neto.
38
g.Rate of return for the
owners
(Rate of return on Net
Worth)
Keuntungan neto sesudah
Pajak_________
Jumlah modal sendiri
= 240.000 = 13 %
1.840.000
Kemampuan dari modal
sendiri untuk menghasilkan
keuntungan bagi pemegang
saham preferen dan saham
biasa. Setiap rupiah modal
sendiri menghasilkan
keuntungan neto Rp 0,13
yang tersedia bagi
pemegang saham preferen
dan saham biasa.
3.4 STUDI KASUS
Studi Kasus No.1.
Genmo Corporation
Pada suatu malam tanggal 27 Februari 1994 beberapa dokumen perusahaan hangus dalam
suatu kebakaran yang terjadi. Dua hari kemudian pemilik utamanya bertemu dengan
seorang investor untuk membicarakan kemungkinan untuk menjual perusahaan itu.
Pemilik itu membutuhkan informasi sebanyak-banyaknya untuk keperluan ini.
Pada pagi hari tanggal 28 Februari, informasi dibawah ini sudah didapatkannya :
1) Neraca per tanggal 31 Desember 1992, laporan laba-rugi untuk 1992 (Exhibit 1).
2) Beberapa data dan ratio yang sudah dihitung dari laporan keuangan yang terakhir
(Exhibit 2). Laporan keuangan itu sendiri termasuk yang hangus dalam kebakaran
(dalam ratio yang menyangkut neraca, Genmo menggunakan angka kahir tahun ,
bukan angka rata-rata).
3) Data berikut ini :
Penjualan dalam 1993 $10,281
Hutang lancar, 31 Desember 1993 2,285
Exhibit 1
Laporan Keuangan GENMO CORPORATION (dalam 000 dollar)
Neraca
Per Tanggal 31 Desember 1992
39
Aktiva
Aktiva lancar
Kas $ 18
Surat berharga jangka pendek 494
Piutang dagang 728
Persediaan 972
Biaya dibayar dimuka 214
2,426
Investasi
Gedung, pabrik, dan mesin $4,727
Dikurangi: akumulasi penyusutan 2,433 2,294
Peralatan khusus 171
Goodwill 594
Total Aktiva $ 6,383
Exhibit 1 (Lanjutan)
Hutang dan Modal Sendiri
Hutang Lancar
Hutang Dagang $ 732
Hutang Jangka Panjang 266
Hutang Biaya 1,232
Total Hutang Lancar 2,230
Hutang Jangka Panjang 250
Hutang jangka Panjang lainnya 951
Total hutang 3,431
Modal Sendiri
Saham istimewa 25
Saham biasa 54
Agio saham 667
Laba yang ditahan 2,206
Total modal sendiri 2,952
Total hutang dan modal sendiri $ 6,383
Laporan Rugi/Laba, 1992
40
Total Penjualan $ 9,779
Harga pokok (diluar penyusustan dan amortisasi) $ 8,165
Penyusutan 278
Amortisasi goodwill dan peralatan khusus 343
8,786
Biaya penjualan, umum dan administrasi 430
Cadangan untuk pajak keuntungan 163
Total Biaya 9,379
Laba Bersih $ 400
Exhibit 2 Ratio Keuangan
1993 1992
Acid-test ratio 0.671 0.556
Current Ratio 1.172 1.088
Inventory turnover 10.005 8.400
Days receivable 39.66 27.17
Gross margin percentage 15.12 16.50
Profit margin percentage 2.831 4.090
Invested capital turnover 2.091 2.355
Debt/equity ratio (percentage) 62.15 40.68
Return on shareholder’s equity ? 13.55
Pertanyaan :
1. Siapkan neraca per 31 Desember 1993 dan laporan rugi/laba tahun 1993.
2. Berapakah “Return on Shareholder’s Equity” untuk tahun 1993?
Studi Kasus No.2.
STERN CORPORATION (A)
Pada tanggal 31 Desember, 2010, sebelum laporan keuangan perusahaan dipresentasikan,
Controller Perusahaan melakukan pemeriksaan terhadap transaksi-transaksi tertentu yang
berpengaruh terhadap Piutang Dagang dan Cadangan Kerugian Piutang Dagang. Hal
pertama yang dilakukannya adalah memeriksa dan menguji terhadap Neraca Perusahaan
per 31 Desember, 2009 (Ekshibit 1 di halaman …). Pengujian terhadap transaksi-
transaksi yang berkaitan dengan Piutang Dagang adalah sebagai berikut:
1. Penjualan kredit selama 2010 berjumlah $ 9,965,575.
2. Penerimaan tunai 2010 dari penagihan piutang berjumlah $ 9,685,420.
3. Selama 2010, piutang dagang berjumlah $ 26,854 dinyatakan tidak dapat tertagih
dan dihapuskan.
4. Dua rekening piutang yang sudah dihapuskan pada tahun 2009, ternyata dapat
ditagih pada tahun 2010. Satu rekening berjumlah $2,108 dan dibayar penuh. Dan
terjadi pelunasan sebagian sejumlah $1,566 dari Perusahaan Hollowel atas
hutangnya yang berjumlah $2,486. Controller sangat yakin atas pelunasan ini.
5. Kebijakan atas Cadangan Kerugian Piutang akan disesuaikan menjadi 3% dari
Piutang Dagang pada akhir tahun.
41
Pertanyaan:
1. Lakukanlah analisa terhadap dampak dari transaksi-transaksi di atas yang
menyangkut Piutang Dagang, Cadangan Kerugian Piutang Dagang, dan terhadap
rekening lainnya yang mungkin terpengaruh. Dan siapkanlah jurnalnya.
2. Hitunglah jumlah Piutang Dagang dan Cadangan Kerugian Piutang Dagang yang
benar per tanggal 31 Desember, 2010, setelah transaksi-transaksi di atas dicatat.
3. Hitunglah Current Ratio, Acid Test Ratio, dan Day’s Account Receivables per
tanggal 31 Desember 2010. Asumsikan jumlah rekening-rekening lainnya sama
dengan jumlah pada tanggal 31 Desember 2009.
Ekshibit 1
STERN CORPORATION
Neraca
Per 31 Desember, 2010
Dst lihat halaman 133
Studi Kasus No. 3.
PT. MEGALASER TEKNIK (PT.MT)
Megalaser Tenik (MT) didirikan oleh dua orang, Ayu Sunarti dan Tya Ningsih
segera setelah keduanya lulus dari ITB. Dalam jangka waktu lima tahun perusahaan ini
berkembang dengan pesat, terutama dalam pengembangan produk berupa instrumen
pengukur yang berdasarkan pada prinsip sinar laser. Keberhasilan ini memaksa mereka
untuk mencari tambahan modal permanen. Setelah melakukan perhitungan dengan
seksama, mereka menyimpulkan bahwa kebutuhan mereka adalah sebesar Rp. 1,2 milyar.
Modal ini akan dapat melunasi pinjaman yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat dan
memungkinkan mereka melakukan ekspansi dan serta memenuhi kebutuhan modal
kerjanya.
Pada mulanya, mereka mencoba menghubungi investor atau kelompok investor
yang kuat untuk menyediakan kebutuhan modal sebesar Rp. 1,2 milyar itu dengan
imbalan bunga yang memadai. Namun mereka kemudian menyadari bahwa walaupun ada
beberapa investor yang berminat dalam bisnis ini, tidak satupun dari mereka itu bersedia
menjadi partner dalam bisnis manufaktur yang mempunyai resiko tinggi itu. Oleh karena
itu, Ayu dan Tya memutuskan untuk mengubah bentuk usahanya menjadi Perseroan
Terbatas (corporation) dan mereka berdua akan menjadi pemilik seluruh sahamnya.
Setelah melakukan penelitian, mereka menemukan sebuah perusahaan venture
capital bernama PT. Bayu Orixa Capita (PT BOC) yang berminat untuk menyediakan
pendanaan secara permanen. Dalam mempersiapkan proposal yang akan diajukan kepada
PT BOC, Ayu dan Tya memutuskan untuk meminta PT. BOC menyediakan sejumlah Rp.
1,2 milyar, dimana Rp. 1,1 milyar berupa pinjaman jangka panjang. Sisanya, Rp. 100
juta, PT. BOC akan menerima saham biasa PT. MT yang hanya sebagai “pemanis” atau
“icip-icip” saja, karena jumlahnya hanya 10% dari keseluruhan modal saham biasa PT.
42
MT. Kalau PT. BOC setuju dengan proposal untuk membeli 10% jumlah saham itu
seharga Rp. 100 juta, maka ini berarti bahwa 90% jumlah saham yang dimiliki oleh Ayu
dan Tya akan mempunyai nilai sebesar Rp. 900 juta .
Dengan perhitungan sederhana, PT.BOC merasa yakin bahwa gagasan ini (dalam
hal ini disebut Proposal A) mengandung resiko yang terlalu tinggi. Kalau dihitung, debt
to equity ratio akan lebih besar dari 100%, yang dirasakan kurang menguntungkan untuk
perusahaan manufaktur secara umum.
Gagasan mereka yang kedua yaitu mengubah debt to equity ratio dengan jalan
menerbitkan saham istimewa (preferred stock) untuk menggantikan sebagian besar
pinjaman itu. Khususnya, mereka mempertimbangkan suatu paket yang terdiri atas
pinjaman sebesar Rp. 200 juta, preferred stock sebesar Rp 900 juta, dan common stock
sebesar Rp. 100 juta (ini disebut Proposal B). Namun, mereka sadar bahwa PT. BOC
tidak berminat untuk membeli preferred stock walaupun dividennya lebih besar dari
bunga pinjaman. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk mengajukan alternatif
proposal lainnya kepada PT. BOC, yaitu pinjaman jangka panjang sebesar Rp. 600 juta
dan sisanya Rp. 600 juta merupakan penyertaan modal saham biasa (Proposal C). Untuk
penyertaan modal saham biasa sebesar Rp. 600 juta itu, PT. BOC akan menerima 6/15
bagian, atau 40% dari jumlah saham biasa atau common stock.
Sesungguhnya PT. BOC sangat tertarik pada perusahaan ini dan prospeknya,
tetapi mereka biasanya tidak melakukan pendanaan dalam jumlah yang besar untuk
perusahaan yang relatif masih baru, kecuali kalau mereka dapat menguasai 50% dari total
modal saham biasa PT. MT. PT. BOC hanya tertarik pada proposal yang terdiri atas
pinjaman jangka panjang Rp 300 juta dan Rp. 900 juta sisanya merupakan 50% dari total
modal saham biasa PT. MT (proposal D). Debt to equity ratio proposal ini cukup
menarik. Sebaliknya bagi Ayu dan Tya yang tidak begitu tertarik untuk membagi
pengendalian perusahaannya dengan pihak lain, apalagi mencapai 50%.
Sebelum bertindak lebih jauh, Ayu dan Tya memutuskan untuk mencari
perusahaan venture capital lainnya yang bersedia menerima salah satu proposal mereka.
Dalam memperhitungkan implikasi dari proposal-proposal itu, mereka menggunakan
asumsi tingkat bunga pinjaman jangka panjang sebesar 12%, yang lazim dikenakan untuk
perusahaan seperti PT. MT, dan dividen untuk preferred stock sebesar 14%. Mereka
mempunyai anggapan yang moderat bahwa keuntungan operasional sesudah pajak tetapi
sebelum memperhitungkan biaya bunga dan penghematan pajaknya akan mencapai Rp.
300 juta setahun. Mereka tetap akan mempertahankan penyertaan sahamnya senilai Rp.
900 juta.
Mereka juga membuat perhitungan yang pesimis atas dasar keuntungan tersebut
diatas sebesar Rp. 100 juta setahun (sebagai alternatif dari Rp. 300 juta diatas) dan
perhitungan optimis dengan keuntungan sebesar Rp. 500 juta setahun. Mereka menyadari
bahwa perhitungan pesimis itu bukanlah angka yang terendah; bahkan mereka menyadari
ada kemungkinan untuk merugi sama sekali. Sebaliknya, perhitungan optimis sebesar Rp.
500 juta itu sudah merupakan jumlah yang tertinggi yang dapat diharapkan dengan
pendanaan sebesar Rp. 1,2 milyar itu. Pajak perseroan yang digunakan dalam perhitungan
keuntungan tersebut adalah sebesar Rp 34%.
43
Pertanyaan :
1. Untuk keempat proposal itu, hitunglah return of common shareholders equity (net
income setelah preferred deviden dibagi dengan common shareholders equity), yang
akan diperoleh atas dasar salah satu dari ketiga asumsi itu. Bulatkanlah
perhitungannya.
2. Dari sudut pandang PT. BOC, hitunglah pretax earnings dan return on investment dari
Rp. 1,2 milyar itu terhadap keempat proposal itu. Apakah PT BOC benar dalam
memutuskan menolak proposal A dan B ?
3. Apakah pendapat saudara mengenai kemungkinan PT. MT dapat menemukan
perusahaan pendanaan yang bisa memberikan pendanaan lebih baik dari Proposal D ?
4. Misalkan proposal D diterima, dan net asset (total asset dikurangi liabilities)
partnership ( sebelum menjadi PT ) adalah sebesar Rp. 700 juta, dan dengan
dibentuknya PT direncanakan akan diterbitkan 180.000 lembar saham biasa dengan
nilai nominal (par value) per lembar Rp. 1000,-. Kedua pemilik (Ayu dan Tya) akan
menguasai 90.000 lembar saham, dan 90.000 saham lainnya akan dimiliki oleh PT.
BOC. Buatlah neraca awal terbentuknya PT.MT dengan mengakui adanya goodwill.
44
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan. PSAK No. 1:
Penyajian Laporan Keangan. Jakarta: Salemba Empat.
Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers:Jakarta.
Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi. Yogyakarta :
EKONISIA.
Munawir. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Edisi Empat, Liberty.
Irham, Fahmi. 2013. Pengantar Manajemen Keuangan. Cetak 2. Bandung: Alfabeta.
Munawir, S. 2010. Analisis laporan Keuangan Edisi keempat. Cetakan Kelima Belas.
Yogyakarta: Liberty.
Sutrisno. (2009), Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama,
Cetakan Ketujuh, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.
Agus Harjito, Martono. (2009). Manajemen Keuangan, Edisi1.Yogyakarta: EKONISIA.
Harahap Sofyan Syafri (2011), Teori Akuntansi. Edisi Revisi 2011. Jakarta:
RajawaliPers.
Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Revisi.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Warsono. (2001). Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Kedua. Malang: UMM
Pres.