i
METODE PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN
DI YAYASAN KARANTINA TAHFIDZH QUR’AN NASIONAL
(YKTN) SALATIGA TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
OLEH
SUPRI HIDAYATI
23010150135
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SALATIGA
TAHUN 2019
ii
iii
METODE PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN
DI YAYASAN KARANTINA TAHFIDZH QUR’AN NASIONAL
(YKTN) SALATIGA TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan UntukMemenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
OLEH
SUPRI HIDAYATI
23010150135
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SALATIGA
TAHUN 2019
iv
v
vi
vii
MOTTO
)رواه البخاري( خي ركم من ت علم القرآن وعلمه قال لم ه عن النبه صلى الله عن عثمان رض الله عن عليه و
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan
mengajarkanya” (H.R Bukhari)
Kunci Mengaji Al-Qur’an itu ada Tiga:
Jangan melihat siapa Gurunya
Jangan malu karena Umur
Dan lama waktu Tempuhnya.
(KH. ARWANI AMIN)
-Kudus-
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk:
1. Almarhum Ayahku dan ibundaku tersayang, Jumini yang selalu
membimbingku, memberi doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam
hidupku.
2. Saudaraku kandungku kakak Joko, kakak Sartini, kakak Dahmi, kakak Kerno,
kakak Kiryadi, kakak Ashari, kakak Waliyah, atas motivasi yang tidak ada
hentinya kepadaku shingga proses penempuhan gerlar sarjana ini bias tercapai.
3. Keluarga besar Yayasan Amanah Ambarawa yang selama ini telah memotivasi
kepadaku sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.
4. Abah Ahmad Afif Dimyati dam Keluarga besar Pondok Pesantren A.P.I Al-
Masykur yang senantiasa memberikan petuah dan doanya hingga saya proses
penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai,
5. Guru-guru yang mulia dari SD sampai sekarang yang telah memberikan ilmu
yang insyaAllah sangat bermanfaat di dunia dan di akhirat, serta ustad/ustadzah
tehebat yang saya hormati yang telah membimbing dengan penuh kesabaran.
6. Sahabat-sahabat YA BISMILLAH (Youth Assosiaton Of Bidikmisi
Limardatilah), yang selama ini kita menuntut ilmu bersama di IAIN Salatiga
tanpa biaya sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.
7. Saudaraku Wahid hidayat yang selalu mendukung dan memberikan motivasi
yang tidak ada hentinya dan membantu kepadaku shingga proses penempuhan
gerlar sarjana ini bisa tercapai.
ix
8. Sahabat-sahabatku Ainun, Mariatul, Munifah, Viky, Imro, Indiana, Anisa CH,
mb Wahyu yang telah menemaniku belajar selama ini dan selalu memberikan
motivasi yang tidak ada hentinya dan membantu kepadaku shingga proses
penempuhan gerlar sarjana ini bias tercapai.
9. Sahabat-sahabatku Tahfidz Pondok Pesantren A.P.I Al-Masykur yang selalu
memberikan motivasi yang tidak ada hentinya dan membantu kepadaku
shingga proses penempuhan gerlar sarjana ini bias tercapai.
10. Sahabat-sahabat PPL MAN 2 Semarang, KKN Ds. Sonorejo, kelas D PAI, dan
sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2015 khususnya jurusan PAI.
11. Rekan-rekanita IPPNU yang selalu memberikan motivasi yang tidak ada
hentinya dan membantu kepadaku shingga proses penempuhan gerlar sarjana
ini bisa tercapai
x
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum wr.wb
Segenap rasa puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang dengan rahmat, taufik, dan hidayahNya, skripsi demgan judul Metode
Pembelajaran Tafidzul Qur’an di Yayasan Karantina Tahfidz Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga Tahun 2019 ini bisa terselesaikan.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada baginda Rasulullah
Muhammad SAW, manusia inspiratif penuh keteladanan yang senantiasa
dinantikan syafa’atnya di hari kiamat. Tidak lupa shalawat dan salam juga
disampaikan kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa
istiqamah di jalan kebaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak
akan selesai tanpa motivasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga yang senantiasa
memberikan wejangan inspirasinya.
2. Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Dra. Siti Asdiqoh M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
IAIN Salatiga.
xi
4. Prof. Dr. Muh. Saerozi, M. Ag. Selaku Pembimbing Akademik
5. Dra. Urifatun Anis., M.Pd selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam proses
penulisan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
ilmu, semangat, dan inspirasinya kepada penulis.
7. Teman-teman Mahasiswa Bidikmisi IAIN Salatiga angkatan 2015
8. Teman-teman setingkat dan seperjuangan yag selalu memberikan dorongan dan
semangat, serta semua pihak yan tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis hanya bisa berdo’a semoga Allah Swt membalas kebaikan
terhadap pihak tersebut dan meridloi setiap langkahnya serta mencatatnya sebagai
amal shalih. Jazakumullahu bi ahsanil jaza’.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, baik secara substansil ataupun
teknis. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak agar bisa menjadi evaluasi dan perbaikan di masa-masa yang akan datang.
Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca semua khususnya
kepada pribadi penulis.
Wassalamualaikum wr. wb
Salatiga, 2019
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR BERLOGO ............................................................................................ ii
HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv
PENGESAHAN ....................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.............................................................. vi
MOTTO................................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ....................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
ABSTRAK ........................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Fokus Penelitian .................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 6
xiii
E. Penegasan Istilah ................................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .................................................................................... 12
B. Kajian Terdahulu ................................................................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 42
B. Kehadiran Penelitian ........................................................................... 42
C. Lokasi Penelitian ................................................................................. 43
D. Sumber Data ........................................................................................ 44
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 44
F. Analisis Data ....................................................................................... 45
G. Pengecekan Keabsahan Data ............................................................... 48
H. Tahap-tahap Penelitian ........................................................................ 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil YKTN Salatiga .......................................................................... 52
B. Temuan Penelitian ............................................................................... 74
C. Pembahasan ......................................................................................... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 101
B. Saran ................................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 105
Lampiran-Lampiran
xiv
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel
Tabel 4.1 : Muhafidz/Muhafidzah YKTN Salatiga
Tabel 4.2 : Data santriYKTN Salatiga
Tabel 4.3 : Keadaan Sarana dan Prasarana YKTN Salatiga
Tabel 4.4 : Jadwal Kegiatan Karantina Tahfidzh
Tabel 4.5 : Program Tahfidz (YKTN) Salatiga
Tabel 4.6 : Perolehan hafalan santri YKTN Salatiga
Bagan
Bagan 4.1 : Dewan Pengawas YKTN Salatiga
Bagan 4.2 : Dewan Pembina YKTN Salatiga
Bagan 4.3 : Struktur Kepengurusan YKTN Salatiga
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar I : Denah Lokasi Yayasan Tahfidz Qur’an
Gambar II : Proses Wawancara dengan santri putra
Gambar III : Proses Wawancara dengan santri putri
Gambar IV : Proses Wawancara dengan Pengurus/ustadz
Gambar V : Proses pembelajaran santri
Gambar IV : Proses setoran hafalan kepada Muhafidzah
Gambar VII : Kegiatan shalat berjamaah
Gambar VIII : Contoh Al-Qur’an Yadain
Gambar XI : Contoh isi Al-Qur’an Yadain
Gambar X : Peneliti dengan santri
xvi
ABSTRAK
Hidayati, Supri, 2019. Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Yayasan
Karantina Tahfidz Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga Tahun 2019. Skripsi:
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negri Salatiga. Pembimbing : Dra. Urifatun Anis
M.Pd
Kata Kunci: Metode Pebelajaran, Tahfidzul Qur’an.
Tujuan pendidikan Yayasan Karantina adalah untuk mencetak muslim
yang dapat menguasai ilmu-ilmu agama secara mendalam serta menghayati, dan
mengamalkannya dengan ikhlas. Guna mencapai tujuan ini, Yayasan Karantina
mengajarkan pembelajaran Al-Qur’an atau Tahfidzul Qur’an. Tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaa
pembelajaran Tahfidzul Qur’an, metode pembelajaran Tahfidzul Qur’an, dan
faktor pendukung dan faktor penghambatnya di Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan ( field research) dan
bersifat deskritip kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber
primer dan sumber skunder. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi
sumber. Data yang terkumpul dianalisis dengan cara reduksi data penyajian data,
dan verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, Pelaksanaan Pembelajaran
Tahfidz Al-Qur’an di Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN)
Salatiga memeliki 3 program pembelajaran yaitu: (a) Tahsin (b) Tahfidz (c)
Mutqin. Kedua, Metode pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Yayasan Karantina
Tahfidz Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga adalah metode Yadain Litahfizhil
Qur’an. Ketiga faktor pendukung pembelajaran Tahfidzul Qur’an adalah (a)
Niatnya yang ikhlas (b) Sesuai dengan SOPnya yayasan (c) Muroja’ah (d) Fokus
(e) Temannya atau Patner yang saling memberi motoivasi (f) Ta’dzim (g)
menggunakan waktunya sebaik mungkin (h) Tersedinya Muhafidz yang selalu
memberikan dukungan (i) adanya fasilitas yang memadai. Sedangkan Faktor
penghambat pembelajaran Tahfidzul Qur’an adalah (a) Tidak memenuhi standar
SOP Yayasan Karantina (b) Tidak datang saat setoran (c) Tahsinya kurang bagus
(d) Belum begitu paham tentang metode yang digunakan (e) kesehatan (f) belum
begitu paham tentang metodenya (g) bagraundnya berbeda-beda (h) Malas (i)
mengantuk (j) Capek (k) Home sick (l) Makin banyak juga kelamaan setoranya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dalam bahasa Arab yang dinukilkan kepada generasi
sesudahnya secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, tertulis
dalam mushaf dimulai dari surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-
Nas. Al-Qur’an merupakan sumber dan tiangnya syari’at Islam, yang
didalamnya terdapat berbagai kaidah yang tidak akan berubah dengan
perubahan zaman dan tempat. Al-Quran juga mengandung hukum-hukum
global dan penjelasan mengenai akidah yang benar, disamping sebagai
hujjah untuk tetap berdirinya agama Islam (Syafe’i, 2015:50-53).
Sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkanya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
خي ركم من ت علم القرآن وعلمه
Artinya: “ sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang
mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”(H.R Bukhari). Selain
mempelajari dan mengamalkannya umat manusia juga disarankan untuk
menghafal Al-Qur’an sebab, menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu
perbuatan yang sangat terpuji dan mulia. Terdapat banyak sekali hadis-
hadis yang menerangkan tentang hal tersebut (Wahid, 2013: 144).
Seorang Huffadz mempunyai kedudukan terhormat di kalangan kaum
muslimin umumnya serta di hadapan Allah dan RasulNya khusunya,
kondisi yang demikian, merangsang mereka untuk berlomba menghafal
2
Al-Qur’an. Kedudukan penghafal Al-Qur’an yang sedemikian tinggi itu
disabdakan oleh Rasulullah SAW sebagai berikut: ” sesungguhnya Allah
mengangkat derajat kaum/kelompok dengan kitab ini (Al-Qur’an) dan
merendahkan/menghinakan yang denganya” (Usman, 2009:60).
Menurut Abu Raihan-Ummu Raihan dalam bukunya mencetak Hafidz
Cilik mengatakan:
ض كفا ية قرآن عن ظهر ق لب فر ان حفظ ال
Artinya: “sesunggunya menghafal al-Qur’an di luar kepala hukumnya
fardu kifayah”.
Dari ungkapan di atas sudah jelas bahwa menghafal Al-Qur’an
hukumnya adalah fardu kifayah, maka sudah seharusnya kaum muslim
memperhatikan pentingnya menghafal Al-Qur’an. Salah satu cara untuk
mempelajari Al-Qur’an adalah dengan memasukkan anak-anak mereka ke
pondok pesantren atau Yayasan (Raihan, 2016:23).
Tahfidzh atau menghafalkan Al-Qur’an adalah suatu perbuatan yang
sangat mulia dan terpuji. Sebab, orang yang menghafalkan Al-Qur’an
merupakan salah satu hamba yang Abdullah di muka bumi. Itulah
sebabnya, tidaklah mudah dalam menghafal Al-Qur’an diperlukan metode-
metode khusus ketika menghafalkannya. Selain itu, juga harus disertai
dengan doa kepada Allah swt (Wahid, 2014:12). YKTN Salatiga ini Salah
satu cara guru mencapai sasaran dan tujuan pembelajaran adalah melalui
penerapan metode tertentu. Pada hakikatnya, metode merupakan jalan
mencapai sasaran dan tujuan pendidikan. Jadi, nalar guru memilih atau
menerapkan suatu metode ialah memperhatikan kesesuaian terhadap
3
materi yang diajarkan. Salah itu, melalui metode tertentu, guru hendak
menjadikan kegiatan belajar lebih menyenangkan, memberi semangat,
serta memudahkan murid dalam memahami suatu materi. Tentu hal ini
menjadi tantangan bagi pendidik khususnya pendidik Al-Qur’an (Setyanto,
2014: 162).
Dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat yang terkait secara langsung
tentang dorongan untuk memilih metode secara tepat dalam proses
pembelajaran, diantaranya dalam surat An-Nahl ayat 125.
بيل ربهك بلكمة والموعظة السنة وجادلم ب إن ربك يو لي ي ححسن ادع إل
بيله ويو حعلم بلمهتدين ﴿ ﴾١٢٥حعلم بن ضل عن
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl ayat: 125)
Maksud ayat di atas Allah SWT memberikan pedoman-pedoman
kepada Rasul-Nya tentang cara mengajak manusia ke jalan Allah. Yang
dimaksud jalan Allah di sini adalah agama Allah yakni syari’at Islam yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Allah meletakkan dasar-dasar
seruan untuk pegangan umatnya.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam
untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral
4
keagamaan sebagai pedoman sehari-hari (Mutohar dan Anam, 2013:171).
Di antara sebab kebahagiaan keluarga muslim adalah jika anak-anak
mereka termasuk penghafal Al-Qur’an. Kita bersyukur karena memiliki
banyak lembaga-lembaga pendidikan yang mempunyai program tahfidzul
Qur’an di Indonesia, salah satunya adalah Yayasan Karantina Tahfidz
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga. Yayasan ini menempati lokasi yang
strategis karena dekat dari pusat kota, mempunyai lokasi yang sangat luas
sehingga untuk proses penghafalan Al-Qur’an sangat mendukung,
dilengkapi dengan kegiatan yang terprogram dengan rapi sehingga proses
belajar mengajar lebih efektif.
Dari hasil observasi di Yayasan Karantina Tahfidz Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga merupakan lembaga swasta yang bergerak dibidang
pendidikan ataupun percepatan menghafal Al-Qur’an. Kegiatan dimana
para peserta didik akan di karangtina atau di tempatkan pada suatu asrama
selama 30 hari untuk fokus menghafal Al-Qur’an setiap hari dengan
diselingi istirahat, idur siang, dan shalat bersama. Para siswa diberikan
pengawasan kesehatan intensif dengan pemberian asupan makanan yang
bergizi serta suplemen tambahan. Karantina Tahfidzh Al-Qur’an pertama
kali diterapkan di Bandung pada tanggal 10 Juni hingga 10 Juli 2014
dengan target selama 30 hari mampu menyelesaikan hafalan sebanyak 30
juz. Dan kegiatan ini menghasilkan para hafidzh yang mampu menghafal
ribuan ayat Al-Qur’an dalam kurun waktu 30 hari bahkan beberapa
diantaranya mampu menyelesaikan dalam waktu kurang dari 30 hari. para
5
peserta berasal dari berbagai usia mulai dari di bawah 10 tahun hingga di
atas 40 tahun. Juga dari profesi yang beragam, mulai dari pelajar,
mahasiswa, ibu rumah tangga, guru hingga pengusaha. Yayasan ini
berbeda dengan Pondok-pondok yang lain yang biasanya menghafal Al-
Qur’an membutuhkan waktu yang cukup lama akan tetapi di Yayasan ini
membutuhkan waktu yang singkat.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti lebih
mendalam tentang ragam metode yang digunakan dalam menghafal Al-
Qur’an di Yayasan Karantina Tahfidz Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga
dengan judul “Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Yayasan
Karantina Tahfidz Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga Tahun 2019”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan penulis
diatas, permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Yayasan Karantina
Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga?
2. Bagaimana Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Yayasan
Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga?
3. Apa Saja Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Tahfidzul
Qur’an di Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN)
Salatiga?
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui Pembelajaran Tahfizhul Qur’an di Yayasan Karantina
Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga
2. Mengetahui Metode yang digunakan dalam Pembelajaran Tahfizhul
Qur’an di Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN)
Salatiga
3. Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran
Tahfizhul Qur’an di Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritik
Dapat menambah wawasan dan keilmuan dalam bidang pengajaran
Al-Qur’an, khususnya mengenai metode yang efektif dan cepat dalam
menghafal Al-Qur’an. Dengan mengetahui metode pembelajaran
tahfizhul Qur’an di Yayasan Karangtina Tahfizh Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga, dapat memberikan motivasi atau semangat dalam
menghafal yang tidak hanya diterapkan dalam menghafal Al-Qur’an
saja, akan tetapi dapat diterapkan pada pembelajaran ilmu lainnya dan
menyumbangkan informasi guna meningkatkan kualitas masa depan
pondok pesantren yang lebih baik.
7
2. Secara praktis
a. Bagi Pondok Tahfidz
Bagi pondok Tahfidz Al-Qur’an yang ada di Indonesia
khususnya di daerah Salatiga, penelitian ini bias menjadi sebuah
bahan atau acuan untuk meningkatkan proses pembelajaran tahfizh
yang dilakukan di pondok Tahfidznya masing-masing yang sedang
berlangsung.
b. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat dijadikan
pemahaman dan pembuka wawasan bahwa kehadiran lembaga atau
Pondok Tahfidz Al-Qur’an dengan menggunakan metode-metode
yang unik dapat membimbing dan mencetak generasi Qur’ani di
tanah air melalui sumbangan moral dan spiritual. Lebih dari itu
kepada masyarakat diharapkan untuk bersama-sama
mensekolahkan atau memondokkan anak-anaknya ke Pondok
Tahfidz Al-Qur’an yang ada di daerah masing-masing.
c. Bagi Peneliti
Bagi peneliti, tentu masih banyak hal yang bermanfaat.
Pertama, dapat menjawab pertanyaan dan kegelisahan selama ini
yang selalu penasaran penuh bertanya-tanya tentang metode yang
digunakan dalam pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an pada Yayasan
Karantina Tahfidz Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga tersebut.
Kedua, akan menjadi sebuah referensi bagi peneliti jika pulang ke
8
daerah untuk membuka dan mendirikan Pondok Tahfidz Al-
Qur’an. Hasil penelitian ini juga bisa peneliti pakai jika menjadi
seorang pendidik di Lembaga Tahfidz Al-Qur’an yang ada di
daerah sehingga membawa dan memberi wawasan baru untuk
kemajuan bersama dalam mencetak generasi Qur’ani di tanah air.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penulisan skripsi ini maka
penulis memberikan penjelasan dan penegasan istilah sebagai berikut:
Metode pembelajaran Tahfidzul Qur’an adalah sebuah proses interaksi
antara peserta didik dan pendidik dan sumber belajar dengan
menggunakan cara teratur dalam mempelajari dan mengulang-ngulang
bacaan yang ada dalam Al-Qur’an agar mampu menghafal Al-Qur’an
dengan baik sesuai hukum dan qaidah bacaan yang benar. Agar lebih
mudah dan spesifik untuk memahami maka penulis mendefinisikan
beberapa istilah sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran
Kata metode berasal dari bahasa Yunani, secara etimologi, kata
metode berasal dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta
berati “melalui” dan hodos berati “jalan” atau “cara”. Dalam Bahasa
Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berati langkah-
langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Sedangkan dalam bahasa Inggris metode disebut method
yang berati cara dalam bahasa Indonesia (Sudarto, 2016:147).
9
Pembelajaran merupakan proses kerja sama antara guru dan siswa
dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi
yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat
dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun
potensi yang ada diluar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan
sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
(Sanjaya, 2017: 26).
Jadi dapat disimpulkan metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan pendidik dalam mengadakan hubungan dengan peserta
didik pada saat berlangsung pembelajaran. Dengan kata lain, metode
ini digunakan dalam konteks pendekatan secara personil antara
pendidik dan peserta didik supaya peserta didik tertarik dan menyukai
dengan materi yang diajarkan. Suatu pelajaran tidak akan pernah
berhasil jika tingkat antusias peserta didik berkurang.
2. Tahfidz Al-Qur’an
Tahfidz Al-Qur‟an terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfidz dan Al-
Qur‟an, yang mana keduanya mempunyai arti yang berbeda. Pertama,
tahfidz berasal dari bahasa Arab حفهظ حفظا –يفظ– (hafidza - yahfadzu
– hifdzan), yaitu memelihara, menjaga dan menghafal (Marza,
2017:150). Pengertian menghafal menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu
ingat ( Depdikbud, 1999:33). Kedua, Al-Qur’an dalam bahasa Arab
10
diambil dari kata qara’a ق رح seperti lafal Al-Gufron yang diambil dari
kata gafara غفر. Dikatakan: qaraá, yaqra’u, qira’atan, dan quránan ق رح-
ق ران -قرحة -ي قرح yang artinya bacaan. Sedangkan secara istilah Al-qur’an
adalah sesuatu yang dihimpun antara lembaran mushaf yang dimulai
dari surah Al-Fatihah dan ditutup dengan sura An-Nas, yang kita
terima secara mutawatir, baik melalui tulisan maupun lisan, dari
generasi ke generasi, dan tetap terpelihara dari perubahan dan
penggantian apa pun (Khallaf, 2014:23).
Sedangkan menurut Wiwi Alawiyah Wahid definisi menghafal Al-
Qur’an merupkan suatu proses, mengigat materi yang dihafalkan harus
sempurna, karena ilmu tersebut terpelajari untuk dihafalkan, bukan
untuk dipahami.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan penulis susun dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Pada bagian awal meliputi: sampul, lembar berlogo, judul,
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian
tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,
daftar tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian Inti
Pada bagian inti terdiri dari beberapa bab, yaitu:
11
Bab I: Pendahuluan. Bab ini membahas tentang latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan
istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II: Kajian pustaka. Pada bab ini akan diuraikan berbagai teori
yang menjadi landasan teoritik penelitian, meliputi: pengertian metode
pembelajaran, tahfizul Qur’an, dasar, tujuan dan syaratnya.
Bab III: Metode penelitian berisi tentang Jenis Penelitian,
Kehadiran Penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Metode
Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data,
Tahap-tahap Penelitian.
Bab IV: Hasil dan pembahasan. Berisi tentang gambaran umum
Yayasan Karangtina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga yang
meliputi: sejarah bendirinya, letak geografis, visi dan misi, struktur
kelembagaan, sarana dan prasarana, keadaan guru/ustadz, keadaan
santri, program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Hasil
wawancara tentang metode pembelajaran, implementasi metode
pembelajaran, serta evaluasi metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di
Yayasan Karangtina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga.
Bab V: Penutup. Bab terakhir ini berisikan kesimpulan dan saran
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir ini termuat: daftar rujukan, lampiran-lampiran,
dan riwayat hidup penulis.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Metode
a. Pengertian Metode
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu
“meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita
dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain
menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica
artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode
berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab
disebut thariq. Apabila kita artikan secara bebas metode adalah
cara yang diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai
suatu maksud (Suparta dan Hefni, 2003:7).
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode adalah suatu cara
kerja yang sistematik dan umum, yang berfungsi sebagai alat untuk
mencapai suatu tujuan. Makin baik suatu metode makin efektif
pula dalam pencapaiannya. Tetapi tidak ada satu metode pun yang
dikatakan paling baik/dipergunakan bagi semua macam usaha
pencapaian tujuan. Baik tidaknya, tepat tidaknya suatu metode
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor utama yang menentukan
13
metode adalah tujuan yang akan dicapai (Fthurrohman dan
Sulistyorini, 2012:252).
Beberapa ahli memberikan definisi metode seperti diuraikan
dibawah ini diantaranya:
a. J.R. David mendefinisikan bahwa metode adalah a way in
achieving something “cara untuk mencapai sesuatu”. Untuk
melaksanakan suatu strategi digunakan seperangkat metode
pengajaran tertentu. Dalam pengertian demikian maka metode
pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi belajar
mengajar. Unsur seperti sumber belajar, kemampuan guru dan
siswa, media pendidikan, materi pengajaran, organisasi adalah:
waktu tersedia, kondisi kelas dan lingkungan merupakan unsur-
unsur yang mendukung strategi belajar-mengajar. Dalam
bahasa Arab dikenal dengan istilah thariq (jalan-cara) (Majid,
2012:132).
b. Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar
bermakna segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh
guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang
diajarkannya, ciri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana
alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk
mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku mereka (Sudarto 2016:147-
148).
14
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai
pengetian metode diatas beberapa hal yang harus ada dalam metode
adalah:
a. Adanya tujuan yang hendak dicapai
b. Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan
c. Aktivitas itu terjadi saat proses pembelajaran berlangsung
d. Adanya perubahan tigkah laku setelah aktivitas itu dilakukan
2. Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang kemudian menjadi
sebuah kata kerja berupa “pembelajaran”. Pembelajaran sebenarnya
merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang hal tersebut
tidak dapat sepenuhnya dijelaskan dengan detail. Adapun maksud dari
pembelajaran secara sederhana adalah produk interaksi berkelanjutan
antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang
lebih kompleks, hakikat dari pembelajaran adalah usaha sadar dari
seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainya) dalam rangka mencapai tujuan
yang diharapkan (Nuha, 2016:143).
Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasikan sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar
dalam diri siswa. Dalam proses pembelajaran siswa merupakan subjek
yang belajar dan guru merupakan subjek yang mengajar. Mengajar
dapat pula diartikan proses membantu seseorang atau kelompok
15
melakukan kegiatan sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung efektif (Guntur Cahyono, 2019:5).
Menurut pendapat para ahli mendefinisikan pengertian
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Suherman, menjelaskan pembelajaran merupakan proses
komunikasi antara peserta didik dalam rangka perubahan perilaku
(Wardoyo 2015:21).
b. Degeng, Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk
membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam
pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pembangunan metode ini
didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan
tersebut pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan
pembelajaraan (Hamzah, 2007:83-84 ).
c. Gegne, pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang
untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh
langsung terhadap proses belajar siswa dan pembelajaran harus
menghasilkan belajar. Belajar merupakan konsep yang tidak dapat
di hilangkan dalam proses belajar mengajar (pembelajaran).
Belajar menunjuk kepada apa yang harus dilakukan seseorang
16
sebagai subyek yang menerima pelajaran (sasaran didik)
(Sulistyorini, 2012:9).
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan Pembelajaran adalah
usaha sadar guru untuk membantu siswa atau anak didik, agar mereka
dapat belajar sesuai dengan kebutuhan yang diminatnya. Antara
pendidikan, pembelajaran dan pengajaran saling terkait. Pendidikan
akan dapat tercapai tujuan jika pembelajaran bermakna dengan
pengajaran yang tepat. Sebaliknya pendidikan tidak akan mencapai
tujuan jika pembelajaran tidak bermaknadengan pengajaran yang tidak
tepat.
3. Tahfidz Al-Qur’an
a. Pengertian Tahfidz Qur’an
Tahfidz Al-Qur‟an terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfidz dan
Al-Qur‟an, yang mana keduanya mempunyai arti yang berbeda.
Pertama, tahfidz berasal dari bahasa Arab حفهظ حفظا –يفظ–
(hafidza - yahfadzu – hifdzan), yaitu memelihara, menjaga dan
menghafal (Marza, 2017:150). Pengertian menghafal menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berusaha meresapkan ke
dalam pikiran agar selalu ingat ( Depdikbud, 1999:33). Kedua, Al-
Qur’an dalam bahasa Arab diambil dari kata qara’a ق رح seperti
lafal Al-Gufron yang diambil dari kata gafara غفر. Dikatakan:
17
qaraá, yaqra’u, qira’atan, dan quránan ق ران -قرحة -ي قرح -ق رح yang artinya
bacaan. Sedangkan secara istilah Al-qur’an adalah sesuatu yang
dihimpun antara lembaran mushaf yang dimulai dari surah Al-
Fatihah dan ditutup dengan sura An-Nas, yang kita terima secara
mutawatir, baik melalui tulisan maupun lisan, dari generasi ke
generasi, dan tetap terpelihara dari perubahan dan penggantian apa
pun (Khallaf, 2014:23).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tahfidzul
Qur’an adalah kegiatan menghafal Al-Qur’an dengan maksud
beribadah yang dimulai dari surat Al-Fatihah sampai surat An-Nas
agar ayat-ayat Al-Qur’an dapat dijaga, dihafal, dan diingat dalam
diri dan pikiran seseorang.
b. Hukum menghafal Al-Qur’an
Mayoritas ulama sependapat mengenai hukum menghafal Al-
Qur’an, yakni fardhu kifayah. Pendapat ini mengandung pengertian
bahwa orang yang menghafal Al-Qur’an tidak boleh kurang dari
jumlah mutawatir. Artinya, apabila dalam suatu masyarakat tidak
ada seorang pun yang hafal Al-Qur’an, maka berdosa semuanya.
Namun, jika sudah ada, maka gugurlah kewajiban dalam suatu
masyarakat tersebut (Wahyudi dan Wahidi, 2016:14).
Syaikh Nashiruddin Al-Albani sependapat dengan mayoritas
ulama yang mengatakan bahwa hukum menghafal Al-Qur’an
adalah fardhu kifayah. Begitu pula mengenai hukum mengajarkan
18
Al-Qur’an. Jika di dalam suatu masyarakat tidak ada seorang pun
yang mau mengajarkan Al-Qur’an maka berdosalah satu
masyarakat tersebut. Perlu diketahui, mengajarkan Al-Qur’an
merupakan ibadah seorang hamba yang paling utama. Rasulullah
Saw bersabda:
ن ت علم القرآن وعلمه خي ركم م
Artinya: “ sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang
yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”(H.R
Bukhari).
c. Syarat mnghafal Al-Qur’an
Setiap orang yang ingin menghafal Al-Qur’an harus
mempunyai hafalan dapat berjalan dengan baik dan benar. Selain
itu, persiapan ini merupakan syarat yang harus dipenuhi supaya
hafalan yang dilakukan bisa memperoleh hasil yang maksimal dan
memuaskan. Menurut pendapat Wahid (2014:24-63 ) menjelaskan
bahwa ada tujuh persiapan atau syarat-syarat yang harus dilakukan
antara lain sebagai berikut:
1) Niat yang ikhlas
Niat yang ikhlas yang tertanam kuat dalam sanubari
penghafal Al-Qur’an akan mengantarkanya ke tempat tujuan
yang diinginkannya dan akan menjadi banteng atau tameng
terhadap kendala-kendala yang mungkin akan dilaluinya
(Rafiul Wahyudi dan Ridhoul Wahidi, 2016:30).
19
2) Meminta izin kepada orang tua atau suami
Semua anak yang hendak mencari ilmu atau menghafalkan
Al-Qur’an, sebaiknya terlebih dahulu meminta izin kepada
kedua orang tua dan kepada sang suami (bagi wanita yang
sudah menikah). Sebab, hal itu akan menentukan dan
membantu keberhasilan dalam meraih cita-cita untuk
menghafalkan Al-Qur’an.
3) Mempunyai tekad yang besar dan kuat
Seorang yang hendak menghafalkan Al-Qur’an wajib
mempunyai tekad atau kemauan yang besar dan kuat. Hal ini
akan sangat membantu kesuksesan dalam menghafalkan Al-
Qur’an. Sebab, saat proses menghafalkan Al-Qur’an, seseorang
tidak akan terlepas dari berbagai masalah dan akan diuji
kesabaranya oleh Allah, seperti kesulitan dalam menghafal
ayat-ayat, mempunayai masalah dengan teman atau pengurus di
asrama atau pondok, masalah keuangan, susah melawan rasa
malas, dan masalah cinta, atau bahkan masalah keluarga yang
terbawa hingga kepondok. Sehingga proses penghafalan
menjadi terganggu.
4) Istiqamah
Sikap disiplin atau istiqamah merupakan sikap yang harus
dimiliki oleh setiap penghafal Al-Qur’an, baik mengenai waktu
20
menghafal, tempat yang biasa digunakan buat menghafal Al-
Qur’an, maupun terhadap materi-materi yang dihafal.
5) Harus berguru kepada yang ahli
Seorang yang menghafalkan Al-Qur’an harus berguru
kepada ahlinya, yaitu guru tersebut harus seorang yang hafal
Al-Qur’an, serta orang yang sudah mantap dalam segi agama
dan pengetahuannya tentang Al-Qur’an, seperti ulumul Qur’an,
asbab an-nuzul-nya, tafsir, ilmu tajwid, dan lain-lain. Selain
itu, guru tersebut juga mesti terkenal oleh masyarakat bahwa ia
mampu menjaga diri, keluarga, dan santrinya.
6) Mempunyai akhlak terpuji
Sangat penting sekali meneladani akhlak Rasulullah Saw.,
terutama bagi orang yang menghafalkan Al-Qur;an yang
menghafalkan Al-Qur’an bahkan hanya bagus bacaan dan
hafalannya, melainkan juga harus terpuji akhlaknya karena ia
adalah calon hamilul Qur’an. Jadi, sifat dan perilakunya mesti
sesuai dengan semua yang akan diajarkan dalam Al-Qur’an.
mengenai akhlak yang terpuji, dalam Al-Qur’an, Allah Swt
berfirman sebagai berikut:
وة حسنة لمن كان ي ول الل ح والي و اخخر رجو الل لقد كان لكم ف ر
وذكر الل كثيرا
21
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (Q.S Al-Ahzab {33}:21)
7) Berdoa agar sukses menghafal Al-Qur’an
Berdoa adalah permintaan atau permohonan seorang hamba
kepada sang Khaliq. Oleh karena itu, bagi penghafal Al-
Qur’an, harus memohon kepada Allah Swt. Supaya
dianugerahkan nikmat dalam proses menghafalkan Al-Qur’an
cepat khatam dan sukses sampai 30 juz, lancer, fasih dan selalu
istiqamah, serta rajin taqrir.
d. Etika penghafal Al-Qur’an
Menurut Wahyudi dan Wahidi 2016:41-53 Seorang penghafal
Al-Qur’an harus memerhatikan etika (tata krama) sebagai orang
yang menyandang gelar hafidzh Al-Qur’an. Hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1) Tidak mencari penghidupan dengan Al-Qur’an
Terkait hukum mengajarkan Al-Qur’an dengan mengambil
upah, terdapat perbedaan pendapat. Ada yang mengharamkan
dan ada pila yang membolehkan. Ulama yang melarang
mengambil upah dari mengajarkan Al-Qur’an ialah Az-Zuhri
dan Abu Hanifah. Sedangkan ulama yang membolehkan
mengajarkan Al-Qur’an untuk diambil upahnya apabila
terdapat perjanjian adalah Al-Hasan Al-Bashriy, As-Sya’bi,
dan Ibnu Sirin. Imam Malik, Syafi’i, Atha’, dan ulama lain
22
memperbolehkan mengambil upah dari mengajar Al-Qur’an
jika diperjanjikan serta dengan upah yang sah.
2) Menjaga hafalan dan banyak mengulang hafalan
Untuk menjaga hafalan Al-Qur’an, banyak kiat yang dapat
dilakukan dengan semuanya sudah banyak diajarkan oleh
ulama-ulama sebelum kita. Kiat menjaga dan memperbanyak
mengulang hafalan yaitu dengan menghatamkan Al-Qur’an
dalam satu bulan tiga kali. Ada juga yang satu bulan dua kali
khatam. Ada pula setiap satu minggu Khatam, dan ada juga
yang tiap dua hari khatam. Kegiatan ini dalam rangka menjaga
hafalan agar terpelihara dengan baik. Semuanya dilakukan
sesuai dengan kemampuan masing-masing individu. Apabila
ada waktu luang dan tidak terlalu sibuk, maka bisa mengulang
untuk mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu singkat. Begitu
juga sebaliknya, jika sedang mempunyai kesibukan lainya,
maka dilakukan semampunya saja.
3) Membiasakan membaca pada malam hari
Dalam proses menghafal, sebaliknya mewajibkan diri
sendiri untuk sesering mungkin bangun malam untuk
menghafal Al-Qur’an, karena banyak dalil yang menjelaskan
keutamaan dalam memaca Al-Qur’an pada malam hari.
Rasulullah Saw bersabda:
23
قا باة آية كتب من من قا بعشرآي ت ل يكتب من الغا فلي ومن
ة كتب من المقنطرين القا نتي ومن قا بلف آي
“Barangsiapa bangun (shalat malam) dan membaca
sepuluh ayat, maka dia tidak akan dicatat sebagai orang-orang
yang lalai. Barangsiapa bangun (shalat malam) dengan
membaca seratus ayat, maka dia akan dicatat sebagai orang
yang tunduk dan patuh, dan barangsiapa bangun (shalat
malam) dengan membaca seribu ayat, maka ia akan dicatat
sebagai orang-orang yang dermawan.” (HR. Abu Daud)
4) Memelihara dan menjaga hafalan Al-Qur’an
Menjaga hafalan lebih sulit daripada menghafalkannya.
Karena itu, perlu sesering mungkin diulang. Untuk hafalan
baru, harus lebih banyak mendapat porsi ulangan daripada
hafalan yang sudah lama. Berikut penjelasan Rasulullah Saw.
tentang pentingnya menjaga hafalan dan ancaman bagi yang
tidak melakukanya:
دت ت فلتتا من اإ يدو ايذا القر آن ف والذي ن فس ممد بيده ت عا بل لو ح
ف عقلها
“Berjanjilah oleh kalian Al-Qur’an ini (dengan banyak
membacanya), karena demi Dzat yang jiwa Muhammad berada
di tangan-Nya, ia lebih cepat hilangnya daripada unta dari
tambatanya.” (HR. Muslim).
5) Menjadikan Al-Qur’an sebagai wirid
Rasulullah Sw. Bersabda:
24
ء منه ف قر من ن عن حزب ر وصاة الظته حه فيما ب ي ه حوعن ر صاة الف
ا ق ر كتب له حه من الليل كأن
“Siapa yang ketiduran dari hizib (bacaan Al-Qur’an) atau
sesuatu daripadanya, lantas ia membacanya katika di antara
shalat fajar (subuh) dan shalat zuhur, maka akan dicatat
baginya sebagaimana ia membacanya ketika malam hari.”
(HR. Muslim)
e. Teori menghafal Al-Qur’an
Kata menghafal dapat disebut juga sebagai memori, dimana
apabila mepelajarinya maka membawa kita pada psikologi
kognitif, terutama pada model manusia sebagai pengolah
informasi. Menurut Atkinson yang dikutip oleh Wahid (2010: 16-
25) mengatakan proses menghafal melewati tiga proses yaitu:
1) Encoding (memasukan informasi ke dalam ingatan)
Encoding adalah suatu proses memasukkan data-data
informasi ke dalam ingatan. Proses ini melalui dua alat indra
manusia, yaitu menggunakan pendengaran dan penglihatan.
Kedua alat indra tersebut mempunyai peran yang sangat
penting dalam menerima informasi yang telah banyak
dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an bahwa sesungguhnya
mata dan telinga manusia selalu berdampingan (Wahid 2010:
16).
25
2) Storage (penyimpanan)
Storage adalah penyimpanan informasi atau materi ke
dalam memori. Gudang memori itu terletak di dalam memori
jangka panjang. Gudang memori tersebut menyimpan dan
memasukkan semua informasi yang diterima dan tidak akan
pernah hilang atau rusak. Masalah yang sering terjadi dan
menimpa pada manusia mengenai ingatan adalah penyakit lupa.
Pada dasarnya, penyakit lupa hanya karena seseorang tidak
berhasil menemukan kembali informasi yang sedang
dibutuhkan di dalam gudang penyimpanan memori (Wahid
2010: 20).
3) Retrieval (pengungkapan kembali)
Retrieval adalah mengungkapan kembali informasi-
informasi yang telah disimpan di dalam ingatan. Tahap akhir
ini terjadi proses verifikasi pada proses berpikir kreatif ingatan
terdiri struktur informasi yang terorganisasi dan proses
penelusuran bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang
paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan
rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh (Ashadi,
2018:1001). Adakalanya, hal ini dilakukan sekaligus atau
langsung ingat, namun terkadang embutuhkan pancingan
supaya hafalan teringat kembali. Ketika sedang dalam
melakukan proses menghafal Al-Qur’an, urutan-urutan ayat
26
sebelumnya secara otomatis menjadi pancingan terhadap ayat-
ayat selanjutnya. Maka dari itu, biasanya lebih sulit untuk
mengungkapkan atau menyebut ayat-ayat yang terletak
sebelumnya ketimbang ayat yang terletak sesudahnya.
f. Metode Menghafal Al-Qur’an
Ada beberapa metode menghafal Al-Qur’an yang sering
dilakukan oleh para penghafal, diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Metode Wahdah, Yang dimaksud metode ini, yaitu menghafal
satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk
mencapai hafalan awal, setiap ayat dapat dibaca sebanyak
sepuluh kali atau dua puluh kali atau lebih, sehingga proses ini
mampu membentuk pola dalam bayangannya (Umar, 2017:9).
2) Metode tasmī’. Metode tasmī’ sangat banyak diterapkan
sebagai metode untuk menghafalkan al-Qur’an, metode ini
dilakukan dengan cara seorang siswa yang telah menghafal ¼,
½, atau 1 Juz diminta untuk memperdengarkan hafalannya
kepada ustadz atau teman sebaya dan yang mendengarkannya
diberi hak untuk membenarkannya jika terjadi kesalahan.
Menurut Yahya Abdul Fattah18, salah satu metode
menghafalkan al-Qur’an yaitu dengan cara memperdengarkan
bacaan kepada orang lain. Metode ini yang sering disebut
dengan tasmī’ (Muthoifin, 2016:6).
27
3) Metode Kitabah, Kitabah artinya menulis. Metode ini
memberikan alternatif lain dari pada metode yang pertama.
Pada metode ini penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang
akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan
untuk dihafal. Kemudian ayat tersebut dibaca sampai lancar
dan benar, kemudian dihafalkannya (Umar, 2017:9).
4) Metode Gabungan. Metode ini merupakan gabungan antara
metode wahdah dan kitabah. Hanya saja kitabah disini lebih
mempunyai fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat
yang telah dihafalnya. Prakteknya yaitu setelah menghafal
kemudian ayat yang telah dihafal ditulis, sehingga hafalan akan
mudah diingat (Umar, 2017:10).
5) Metode Jama’, Cara ini dilakukan dengan kolektif, yakni ayat-
ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama,
dipimpin oleh instruktur. Pertama si instruktur membacakan
ayatnya kemudian siswa atau siswa menirukannya secara
bersama-sama (Umar, 2017:10).
g. Manfaat menghafal Al-Qur’an
Allah Swt. Menciptakan segala sesuatu pasti ada manfaatnya.
Begitu pula dengan orang yang menghafal Al-Qur’an pasti banyak
memiliki manfaat. Di antara manfaat menghafal Al-Qur’an adalah:
1) Jika disertai amal saleh dan keikhlasan, maka hal ini
merupakan kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
28
2) Di dalam Al-Qur’an banyak kata-kata bijak yang mengandung
hikmah dan sangat berharga bagi kehidupan. Semakin banyak
yang menghafal Al-Qur’an, semakin banyak pula mengetahui
kata-kata bijak untuk dijadikan pelajaran dan pengamalan
dalam kehidupan sehari-hari.
3) Di dalam Al-Qur’an terdapat ribuan kosa kata atau kalimat.
Jika kita menghafal Al-Qur’an dan memahami artinya, secara
otomatis kita telah menghafal semua kata-kata tersebut.
Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat tentang iman,
amal, ilmu dan cabang-cabangnya, aturan yang berhubungan
dengan keluarga, pertania dan perdagangan, manusia dan
hubungannya dengan masyarakat, sejarah dan kisah-kisah, dakwah,
akhlak, Negara dan masyarakat, agama-agama dan lain-lainnya.
Seorang penghafal Al-Qur’an akan mudah menghadirkan ayat-ayat
itu dengan cepat mudah menghadirkan ayat-ayat itu dengan cepat
untuk menjawab permasalahan-permasalahan diatas (Wahyudi dan
Wahidi, 2016:15-16).
h. Keutamaan menghafal Al-Qur’an
Al-Qur’an memiliki banyak fadhilah yang tidak terhingga,
sehingga Al-Qur’an ternilai lebih tinggi dibandingkan dengan yang
lainya . Di antara keutamaan itu ialah sebagai berikut:
1) Syafaat bagi Shahibul Qurán
Rasulullah Saw bersabda:
29
فيعا لص حا به اق رءوا القرآن فإنه يت ي و القيا مة
“Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada
hari kiamat memberinya syafaat bagi pembacanya” (H.R
Muslim)
Hadis di atas menganjurkan kita untuk membaca Al-
Qur’an, karena dengan membaca Al-Qur’an, kelak pada hari
kiamat ia akan menjadi penolong kita.
2) Dibolehkan iri kepada penghafal Al-Qur’an
Rasulullah Saw bersabda:
القرآن ف هو ي قو به آنء الليل وآن لاحسدإلاف اث ن ت ي رجل آته الل
ءالن هار وآن مالاف هو ي نفقه آنءالليلءالن هارورجل آته الل
”Tidak boleh dengki kecuali pada dua hal. (petama)
kepada seorang yang telah diberi Allah (hafalan) Al-Qur’an,
sehingga ia membacanya siang dan malam. (kedua) kepada
seorang yang dikaruniakan Allah harta kekayaan, lalu
dibelanjakannya harta itu siang dan malam (di jalan Allah).
(H.R Muslim)
Hasud (iri dan dengki) yang dimaksud dalam hadis tersebut
adalah ghibath, yakni seorang yang ingin mendapatkan
kebaikan seperti apa yang didapat orang lain, tanpa
berkeinginan agar nikmat yang diterima orang lain itu hilang.
iri seperti inilah yang diperbolehkan dalam agama islam.
3) Penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan pahala yang berlipat
ganda
Rasulullah Saw bersabda:
30
حر بعشر حمثالا لاحقول ال ة والسن اب الل ف له به حسنة ححر فا من كت من ق ر
ف ولكن حلف حر ف ولا حر ف وميم حرف
“Barangsiapa membaca satu huru dari Kitabullah (Al-
Qur’an), maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala
kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku
tidak mengatakan ‘alif ‘laam miim’ itu satu huruf, akan tetapi
‘alif satu huruf ‘laam satu huruf dan miim’ satu huruf.” (H.R
Tirmidizi)
Dalam hadis lain diterangkan, orang yang membaca Al-
Qu’an ketika shalat akan mendapat seratus pahala kebaikan
dalam setiap hurufnya, dan dua puluh lima pahala kebaikan
bagi yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci tapi diluar
shalat. Sepuluh pahala kebaikan bagi yang membaca Al-Qur’an
sedang dirinya dalam keadaan berhadas kecil.
4) Menjadikan keluarga Allah
Rasulullah Saw bersabda:
ول الناس ق إن لل حيلي من آن حيل الل القر يم حيل ل ا يم ق الل من الواي ر
وجاصته
“Sesungguhnya Allah mempunyai banyak ahli (keluarga)
dari kalangan manusia. “ Para Sahabat bertanya, “Ya
Rasulullah, siapakah mereka itu? “Beliau menjawab, “mereka
adalah ahli Al-Qur’an, merke ialah keluarga dan orang yang
diistemewakan Allah.” (H.R Ibnu Majah)
Berbahagialah mereka yang hafal Al-Qur’an karena,
mereka menjadi bagian dari keluarga Allah Swt. Yang berada
di bumi, yakni para penjaga Al-Qur’an.
31
5) Penghafal Al-Qur’an digolongan sebagai orang-orang pilihan
yang mulia bersama para nabi dan syuhada
Rasulullah Saw bersabda:
فرة ثل الذي ي قر ح القر م الذي لكرا الب ررة ومثل اآن ويو حافظ له مع الس
ديد ف له حجران ي قر حويو ي ت عا يده ويو عليه
“Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an
sedangkan ia menghafalnya, maka ia akan bersama para
malaikat yang mulia. Sedangkan perumpamaan seorang yang
membaca Al-Qur’an dengan tekun, atau yang memeliharanya
Al-Qur’an dan ia mengalami kesulitan atasnya, maka dia akan
mendapat dua ganjaran pahala.” (H.R Bukhari)
6) Orangtua penghafal Al-Qur’an akan diberi mahkota pada hari
kiamat
Rasulullah Saw bersabda:
القيا مة ضوءه ححسن من من ق رح القرآن وعمل با فيه حلبس والداه تجاي و
ن يا لوكانت فيكم فما ظ ذا ضوء الشمس ف ب يو ت الدت نتكم بلذي عمل
“Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dan melaksanakan
apa yang telah terkandung di dalamnya, maka kedua orang
tuanya pada hari kiamat nanti akan di pakaikan mahkota yang
sinarnya lebih terang daripada sinar matahari di dalam
rumah-rumah di dunia. Jika mataari tersebut ada di antara
kalian, maka bagaimana perkiraan kalian dengan orang yang
melaksanakan isi Al-Qur’an?” (H.R Abu Daud)
Beruntunglah orang tua yang mampu mengarahan anak-
anaknya untuk menghafalkan Al-Qur’an. Karena, walaupun
32
mereka (orangtuanya) tidak mampu menghafal Al-Qur’an, ia
akan memperoleh syafa’at (pertolongan) dari anaknya.
7) Penghafal Al-Qur’an akan dipakaikan mahkota kehormatan dan
jubah karamah, serta mendapat keridhaan Allah
Rasulullah Saw bersabda:
ربه ل ي و تج الكرامة ث ي ق بس ل يرب حلهه ف ي ل و ي ءالقرآن ي و القيامة ف ي ق
ادبكله وارق وت ز ه ف ي قال له اق رح زده ف ي لبس حلةالكرامة ث ي قول يربه ارض عن
آيةحسنة
“Pada hari kiamat, Al-Qur’an akan datang, lalu berkata,
‘Wahai Tuhanku, berilah dia pakaian,’ maka dipakaikanlah
kepadanya mahkota kemuliaan. Kemudia Al-Qur’an berkata
lagi, ‘Wahai Rabb, tambahkanlah kepadanya,’ maka
dipaikanlah kepadanya pakaian kemuliaan. Kemudian Al-
Qur’an berkata lagi, ‘Wahai Rabb, ridhailah dia,’ akhirnya dia
pun diridhai. Kemudian dikatakan kepada ahli Al-Qur’an,
‘Bacalah dan naiklah, niscaya akan ditambahkan kepadamu
satu pahala kebaikan pada setiap ayat.” (H.R Tirmidzi)
8) Diberikan ketenangan jiwa
Rasa tenang akan selalu menemani orang yang membaca Al-
Qur’an. Ini tergambar dalam firman Allah berikut:
الل تطمئنت القلوب الذين آمنوا وتطمئنت ق لوب هم بذكر الل حلا بذكر
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram dengan mengigat Allah, Ingatlah, hanya
dengan mengigat Allah, hati menjadi tentram.” (QS. Ar-
Ra’ad:28)
33
9) Penghafal Al-Qur’an dapat memberi syafaat kepada
keluarganya
Rasulullah Saw bersabda:
فع م النة و كلتهم ل ب يته ه ف عشرة من حي ن ق رح القر آن وحفظه حد خله الل
ت و جبوا النار قدا
“Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan menghafalnya,
maka Allah akan memasukannya kedalam surga dan ia bisa
memberi syafa’at kepada sepuluh dari keluarganya yang
seharusnya masuk neraka.” (H.R Ibnu Majah)
10) Ada perintah untuk memuliakan Ahli Al-Qur’an dan dilarang
menyakitinya
Allah Swt berfirman:
عار الل فإن ها من ت قوى القل وب ذلك ومن ي عظهم
“Demikianlah (Perintah Allah). Dan barangsiapa
mengagungkan syair-syair Allah, maka sesungguhnya itu
timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj:32)
ا بوا ف قد احتملوا ب هتان و والذين ي ؤذون المؤمني والمؤمنات بغير ما اكتس إ
مبينا
“Orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-
laki maupun perempuan tanpa kesalahan yang mereka berbuat,
maka sungguh telah memikul kebohongan dan dosa yang
nyata.” (QS. Al-Azab:58)
11) Penghafal Al-Qur’an diprioritaskan hingga wafat
34
Ketika wafat, para penghafal Al-Qur’an tetap memperoleh
keistimewaan dan keutamaan dibandingkan yang lainnya,
sebagaimana disebutkan dalam hadis:
لم يمع ب ي الر عليه و جلي من ق تل ححد ف ث وب كان النبت صل الل
ير ل ل ححد ها قدمه ف ه إ واحد ث ي قول حي تهم حكث ر حخذا للقرآن فإذا ح
هيد على يؤلاءي و القيا مة وحمرب دفنهم ف دما هم ول اللحد وقال حن
ي غسلواول يصل عليهم
“Nabi Muhammad saw, pernah menggabungkan dua orang
laki-laki yang gugur dalam perang Uhud dalam satu kain,
kemudian bersabda, “Siapakah di antara mereka yang lebih
banyak mempunyai hafalan Al-Qur’an?” Ketika beliau telah
diberi tahu tentang salah satu di antara keduanya, maka beliau mendahulukan orang yang hafal Al-Qur’an untuk dimasukkan
ke dalam liang lahat, dan bersabda, “Aku akan menjadi saksi
atas mereka pada hari kiamat. “Beliau memerintahkan agar
menguburkan mereka dengan darah-darah mereka, tidak
dimandikan dan juga dishalatkan.” (HR. Bukhari)
i. Faktor pendukung dan penghambat Pembelajaran Tahfizhul
Qur’an
1) Faktor pendukung Pembelajaran Tahfizhul Qur’an
Menurut Rasyid (2017: 101), ada beberapa hal yang
dianggap penting sebagai pendukung tercapainya tujuan
menghafal Al-Qur’an. Faktor-faktor pendukung tersebut
adalah:
a) Motivasi menghafal yang tinggi
35
Hal ini menekankan pada hal-hal mengarahkan perilaku
individu dalam mencapai suatu tujuan. Pada umumnya
motivasi ini berasal dari diri sendiri dan dari orang lain.
Selain itu motivasi datang ketika mengetahui keutamaan
menghafal Al-Qur’an yang menjadikan penolong dalam
kehidupan di dunia dan akhirat.
Motivasi pada awalnya di tumbuhkan oleh orangtua
melalui berbagai macam kisah tentang keutamaan bagi
orang yang hafal Al-Qur’an sehingga responden tergugah
untuk menghafal Al-Qur’an. Akan tetapi pada umumnya
responden menjadikan motivasi dari orangtua tersebut
menjadi motivasi yang keluar dari dalam dirinya sendiri,
karena mereka telah merasakan manfaat menghafal Al-
Qur’an sebagaimana responden mengatakan ketika dalam
satu hari dia tidak membaca Al-Qur’an, mereka merasakan
ada yang kurang dan ada yang tertinggal.
Hal itu menggambarkan bahwa dalam proses
menghafal, sebagian responden mengalami perkembangan
dalam motivasi, yang awalnya kurang termotivasi menjadi
semakin tinggi motivasinya.
b) Pola hidup yang seimbang
Fokus dalam hal ini adalah mengatur waktu beristirahat
yang cukup untuk menghafal. Individu yang memiliki pola
36
hidup seimbang, istirahat yang cukup tidak akan mengalami
kesulitan ketika menghafalkan materi yang harus
dihafalkan karena otaknya akan menerima materi hafalan
dengan mudah diserap. Walaupun menghafalkan materinya
tidak begitu banyak tetapi ketika istirahat cukup materi
yang dihafal mudah untuk diingat kembali, sehingga
hafalan Al-Qur’an sedikit demi sedikit menjadi tambah
banyak.
c) Manajemen waktu
Fokus dalam hal manajemen waktu adalah cara
meluangkan waktu untuk menghafal, bukan mencari waktu
luang untuk menghafal. Waktu terus berputar dan ketika
kita meluangkan waktu untuk menghafal Al-Qur’an berati
kita sudah memiliki niat untuk menghafal Al-Qur’an. Niat
menjadi suatu alat penggerak dalam berbagai aktivitas
karena ketika memiliki niat yang jelas waktu yang ada tidak
akan terbuang sia-sia. Waktu dan niat sangat berpengaruh
pada hasil yang akan di peroleh dalam segala perbuatan.
2) Faktor penghambat Pembelajaran Tahfidzhul Qur’an
Ada sebagian sebab yang mencegah penghafalan dan
membantu melupakan Al-Qur’an (dan aku berlindung darinya).
Orang yang ingin menghafal Al-Qur’an harus menyadari hal itu
dan menjahuinya. Menurut Abrah (2006:64-70) ada enam
37
hambatan-hambatan yang menonjol dalam pembelajaran
Tahfidzhul Qur’an adalah sebagai berikut:
a) Maksiat
Maksiat dapat melemahkan kekuatan hafalan dan
menyebabkan hati mati. Kegiatan memperbanyak perbuatan
maksiat tidak bisa berkumpul bersama kegiatan menghafal
ilmu Syariat, terlebih Al-Qur’an. Allah Swt berfirman:
وات قوا الل وي علهمكم الل
Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu (Q.S
Al-Baqarah: 282)
Oleh karena itu, apabila anda sedang berusaha
menghafalkan sebuah ilmu dengan mengerahkan segala
kemampuan, sementara anda sama sekali tidak melihat
tanda-tanda keberhasilan, maka ketahuilah bahwa anda
sedang menanggung dosa yang membuat anda berhijab
menghafalkan dan memahami. Maka bertaubatlah kepada
Allah dan kembali berusaha menghafalkan.
b) Sibuk urusan dunia dan tidak terluang waktu untuk
menghafalkan Al-Qur’an
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin al-Aswad dari
ayahnya ia berkata:
“Saya dan ‘Alqamah pernah memperoleh sebuah
lembaran, lalu kami membawanya kepada Abdullah bin
Mas’ud. Ia kemudian menuturkan sebuah kisah yang ada di
38
lembaran itu dan mengatakan: “Sesungguhnya hati ini
adalah wadah. Maka sibukanlah dengan Al-Qur’an, jangan
kalian sibukkan dengan selainya.”
c) Tidak meraja’ah secara kontinu
Al-Qur’an sangat mudah lepas daripada seekor unta.
Nabi Muhammad Saw bersabda:
“Jagalah Al-Qur’an, karena demi Dzat yang jiwaku berada
di tangan-Nya, Al-Qur’an itu sangat mudah lepas
dibanding seekor unta lepas dari kandangnya.” (HR. Al-
Bakhariy)
Hadis ini merupakan ungkapan metafora yang sangat
dalam. Al-Qur’an memang harus diulang-ulang dan di
muraja’ah secara kontinu, melebihi materi hafalan yang
lain.
d) Porsi hafalan berlebihan
Pencari ilmu tidak boleh menghafalkan suatu ilmu
melebihi kemampuanya. Porsi hafalan yang sesuai
kemampuan seseorang bisa diketahui dengan cara
berkonsultasi dengan guru dari pengalamannya sendiri.
e) Kekenyangan
Kebanyakan makan dan mengisi perut secara berlebihan
merupakan hal yang tidak terpuji dalam pandangan agama.
Dampak dampak negatif yang ditimbulkannya tidak pada
39
proses menghafal saja, tapi juga pada kualitas kesehatan
fisik. Oleh karena itu, Rasulullah Saw bersabda
memperingatkan bahaya kekenyangan. Beliau bersabda:
“Manusia tidak memenuhi wadah yang lebih buruk
daripada perut. Cukuplah manusia memakan beberapa
suapan untuk menguatkan tenaganya. Jika tidak bisa, maka
sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumanyan
dan sepertiga sisanya untuk nafasnya.”( HR. Turmudzi dan
Ibn Majah)
f) Kebanyakan menonton telivisi dan komputer
Apalagi terlalu lama bermain internet. Hal ini akan
melemahkan kekuatan menghafal, meletihkan urat syaraf,
dan berpotensi besar pada menghambat proses menghafal.
B. Kajian Pustaka
1. Ahmad Ali Azim mahasiswa Fakultas Tarbuyah dan Ilmu Keguruan
Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang Jurusan
Pendidikan Agama Islam tahun 2016 yang berjudul “ Metode
Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Bagi Mahasiswa di Pesantren Al-
Adzkiya’ Nurus Shofa Karangbesuki Sukun Malang” skripsi ini
membahas beberapa metode menghafal (Tahfizh) Al-Qur’an yang
40
digunakan di Pesantren Al-Adzkiya’ Nurus Shofa Karangbesuki Sukun
Malang adalah: (a) metode Wahdah (menghafal satu persatu terhadap
ayat-ayat yang hendak dihafalkan). (b) metode Sima’I (mendengarkan
suatu bacaan untuk dihafalkan). (c) metode Bi Al Nadzar (membaca
dengan cermat ayat-ayat Al-Qur’an yang akan dihafal dengan melihat
mushnaf secara berulang-ulan). (d) metode Tahfdiz (menghafal sedikit
demi sedikit Al-Qur’an yang telah dibaca secara berulang-ulang). (e)
metode Talaqqi (menyetorkan atau mendengarkan hafalan yang baru
dihafal kepada Ustadzah). (f) metode Taqrir (mengulang hafalan atau
menyima’kan hafalan yang pernah dihafalkan/sudah disima’kan
kepada Ustadz/ustadzah). (g) metode Tasmi’ (mendengarkan hafalan
kepada sesame santri, maupun kepada seluruh santri).
2. Fitriani Chusnul Chotimah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Purwokerto Program Studi Pendidikan
Agama Islam Tahun 2016 Yang Berjudul “Metode Pembelajaran
Tahfiidz Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Huffaadzil Qur’an
Fadllulloh Kuripan Kidul Kesugihan Cilacap “ skripsi ini membahas
Metode pembelajaran tahfizh Al-Qur’an yang digunakan oleh pondok
pesantren Huffaadzil Qur’an Fadlulloh Kuripan Kidul antara lain yaitu:
(a) Metode bin-nazhar yaitu para santri sebelum menghafal Al-Qur’an
terlebih dahulu membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur’an yang
akan dihafal dengan melihat mushaf secara berulang-ulang. Metode ini
diterapkan pada tingkat siffir, bin-nazhar, juz ‘amma, dan juga bil
41
ghaib. (b) Metode tahfiidz yaitu para santri menghafalkan sedikit demi
sedikit ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dibaca berulang-ulang, secara
bin nazhar tersebut. (c) Metode wahdah yaitu para santri menghafal
satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafal secara berulang-
ulang. Per ayatnya bisa mencapai 20 kali atau lebih. (d) Metode takrir
(deresan) yaitu para santri mengulang-ulang hafalan atau men-sima’-
kan hafalan yang sudah pernah dihafalkan kepada pengasuh supaya
hafalan yang pernah dihafal senantiasa terpelihara dan melancarkan
hafalan yang pernah dihafal. Pada metode ini lebih dikhususkan untuk
tingkat juz ‘amma dan tingkat bil-ghaib. (e) Metode talaqqi yaitu para
santri menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal
kepada seorang guru atau pembimbing yang sudah bisa dipertanggung
jawabkan. (f) Metode tasmi’ (sima’an) yaitu biasanya dilakukan para
santri untuk memperdengarkan hafalannya kepada orang lain baik
kepada perseorangan maupun kepada jama’ah, setiap 5 juz santri juga
wajib mengikuti tashihan.
3. Cindra Nurdi Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta Program Studi Pendidikan Agama Islam Tahun 2017/2018
Yang Berjudul “Metode Pembelajaran Tahfizh Al-Qur’an (Studi
Komparasi Pada Pondok Tahfizh Hamalatul Qur’an Bantul Dan
Pondok Tahfizhul Qur’an Sahabatqu Depok Sleman)” skripsi ini
membahas Metode pembelajaran Tahfizh Al-Qur’an yang digunakan
di Pondok Tahfizh Hamalatul Qur’an yaitu metode tahsin, metode
42
punishment, metode reward, metode lajnah, metode penekanan,
metode mengenali ayat, metode mengulang-ulang ayat, metode
memahami arti ayat, metode melihat ayat tanpa dibaca, metode ayat
per ayat, metode awal-akhir ayat, metode mushaf standar, metode
manajemen waktu, metode shalat sunnah, metode halaqah berkala,
metode muraja’ah berkala, metode kitabah, metode membagi ayat
beberapa bagian, metode menghubungkan ayat dengan benda sekitar,
metode menghafal bersama teman. Metode pembelajaran tahfizh al-
qur’an yang digunakan di Pondok Tahfizul Qur’an SahabatQu yaitu
metode tahsin, metode talaqqi, metode juz 30 lebih dahulu, metode
pengulangan ayat per halaman, per ayat, metode halaqah berkala,
metode menirukan bacaan ustadz, metode bersama teman, metode
akhir-awal, metode one day one ayat, metode shalat sunnah.
Dari telaah pustaka yang telah dilakukan, penulis ingin
mengemukakan bahwa penelitian ini (yang dilakukan) terdapat
kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang telah disebutkan di
atas belum ada yang mengulasnya, persamaanya adalah penelitian
kualitatif tentang metode menghafal Al-Qur’an. Adapun perbedaanya
adalah tidak ditemukan penelitian yang dilakukan di Karantina
Tahfizhul Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga yang berfokus pada
metode pembelajaran menghafal Al-Qur’an program satu bulan bisa
hafal Al-Qur’an 30 juz bagi Peserta serta tujuan dari penelitian ini
yakni dari proses pembelajaran, metode pembelajan, serta hambatan
43
dan faktor pendukung pembelajaran Tahfidzul Qur’an. Oleh karena itu
penulis perpendapat bahwa penelitian ini layak diangkat
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
research) yang menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
dilakukan peneliti yang berada langsung dengan obyek, terutama dalam
memperoleh data dan berbagai informasi. Dengan kata lain peneliti
langsung berada di lingkungan yang hendak ditelitinya. Jenis penelitian ini
deskriptif, yaitu dengan membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di Di Yayasan
Karangtina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga agar dapat tercapai
tujuan atau target yang diinginkan, yaitu santri mampu menghafal al-
Qur’an dengan fasih dan jelas secara efektif 30 juz dalam jangka waktu
yang telah ditentukan dalam kurikulum pondok tersebut.
B. Kehadiran Peneliti
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian, maka
peneliti hadir dan terlibat secara langsung dalam aktivitas santri di lokasi
penelitian, terutama dalam memperoleh data-data dan berbagai informasi
yang diperlukan. maka dalam penelitian kualitatif ini peneliti menjadi
seorang pelajar yakni belajar dari orang yang dipelajarinya yang menjadi
sumber data.
45
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat Di Yayasan Karangtina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga yang terletak Jl. Merdeka Selatan III
No.09 Sidorejo Lor, Sidorejo, Kota Salatiga Jawa Tengah 50714. Alasan
peneliti memilih lokasi adalah karena letak yayasan yang strategis,
mudah dijangkau serta transportasinya yang mudah. Waktu pelaksanaan
penelitian ini adalah pada bulan 15 Mei 2019
D. Sumber Data
1. Data Utama
a. Sumber Lisan
Sumber lisan adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang
diamati atau diwanwancarai. Dalam penelitian ini yang menjadi
sumber lisan adalah data yang berupa kata-kata santri atau peserta,
dan guru-guru tahfidz di Yayasan Karangtina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga .
b. Sumber Tertulis
Sumber tertulis adalah tulisan-tulisan yang diambil dari buku-
buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.
Sumber tertulis dalam penelitian ini adalah data-data yang
diperoleh dari dokumen sekolah tentang profil Yayasan Karangtina
Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga dan Perkembangannya.
Informasi tertulis dari arsip tentang proses pembelajaran tahfidz.
46
2. Data Tambahan
Data tambahan adalah data-data lain yang sifatnya mendukung
yang ditemukan selama penelitian dan bukan menjadi data utama.
Adapun jenis-jenis data penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Kualitatif
Data Kulitatif dalam Penelitian ini adalah perkataan santri dan
guru tahfidz di Yayasan Karangtina Tahfizh Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga.
b. Data Kuantitatif
Dalam Penelitian ini data kuantitatifnya adalah data tentang
jumlah tenaga pengajar, jumlah siswa serta data-data yang lain
yang relevan dengan pnelitian.
E. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data di atas, metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Metode Observasi
Metode observasi merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan
data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung. Dalam penggunaan teknik ini, bentuk observasi
adalah observasi partisipatif yang berarti pengamatan ikut serta dalam
kegiatan yang sedang berlangsung (Rully Indrawan dan Poppy
Yaniawati 2016:134).
47
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi
secara langsung yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam hal
ini peneliti akan langsung melakukan pengamatan terhadap metode
pembelajaran tahfidzul Qur’an di Yayasan Karangtina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga untuk mengetahui tentang syarat yang
harus dipenuhi untuk mengikuti pembelajaran tahfidz. Selain itu untuk
memperoleh gambaran umum tentang pondok tersebut.
2. Metode wawancara
Metode wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (sugiyono 2016:231).
Pada penelitian ini, peneliti akan memberikan wawancara kepada
pengasuh atau pengurus yayasan karantina, guru pengajar atau
uztadz/uztadzah tahfidz, dan beberapa santri/peserta untuk
mendapatkan informasi terkait metode pembelajaran Tahfidzul Qur’an
di Yayasan Karantina Tahfidzul Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga.
3. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan sebagai
upaya untuk memperoleh data dan informasi berupa catatan
tertulis/gambar yang tersipan berkaitan dengan masalah yang diteliti
(Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati 2016:139). Metode ini
digunakan untuk mengetahui pengembangan data jumlah santri,
48
aktivitas santri setiap hari, susunan pengurus pesantren dan lain
sebagainya.
F. Analisis Data
Analisi data kualitatif pada dasarnya merupakan proses
pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam katagori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan pola, tema yang dapat dirumuskan
sebagai hipotesis kerja. Jadi pertama-tama yang harus dilakukan dalam
analisa data adalah pengorganisasian data dalam bentuk mengatur,
mengurutkan, mengelompookkan, memberi kode dan mengatagorikannya.
Tujuan pengorganisasian dan pengolahan data tersebut untuk menemukan
tema dan hipotesa kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori (Rasimin
2018:141).
Dengan demikian proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh
data yang dikumpulkan, baik yang diperoleh melalui wawancara,
pengamatan yang sudah tertulis dalam catatan lapangan atau melalui data
dokumen baik yang resmi maupun tidak resmi. Analisis data yang
digunakan untuk penelitian sebagai berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi
data kasar yang muncul secara tertulis dilapangan. Selama
pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi
selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusuri data,
49
memuat memo dan sebagainya). Reduksi data berlangsung terus
menerus selama penelitian berlangsung.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data menunjukkan pada penataan informasi/data
yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan tindakan yang
diambil pada langkah-langkah berikutnya.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu kemungkinan
setingkat dengan pemikiran kembali yang melintas dalam
menganalisis selama menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-
catatan di lapangan serta tukar pikiran dan akhirnya berusaha
menarik kesimpulan. Dengan demikian verifikasi yang pada
mulanya mengambang atau kabur menjadi releven.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam hal pengecekan keabsahan data penelitian terhadap kriteria
keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat. Setiap data
yang diperoleh peneliti tidak selalu benar sesuai dengan realita yang ada.
Oleh karena itu, peneliti harus melakukan pemeriksaan apakah data yang
diperoleh memiliki keabsahan atau tidak. Teknik pemeriksaan yaitu dalam
penelitian ini harus terdapat kredibilitas yang dibuktikan dengan
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, trianggulasi,
50
pengecekan sejawat kecukupan referensi, adanya kriteria kepastian dengan
teknik uraian rinci.
Untuk menjamin validitas data peneliti menggunakan trianggulasi
sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data, dimana pengertian dari
trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam bukunya
Moleong, (2009: 330), pada trianggulasi terdapat tiga strategi yaitu:
1. Trianggulasi sumber dilakukan dengan membandingkan dan mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Trianggulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data
diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan observasi dan
dokumentasi.
3. Trianggulasi Teori yaitu dilakukan dengan perbandingan antara teori
dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti.
Untuk mendapatkan data yang absah dengan trianggulasi, peneliti akan
menggunakan strategi yang pertama dan kedua. Pertama trianggulasi
sumber yaitu dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber.
Dalam hal ini peneliti menguji keabsahan data tentang metode
pembelajaran Tahfidzul Qur’an yang digunakan dalam pembelajaran di
Yayasan Karantina Tahfidzul Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga. Maka,
51
pengumpulan data diperoleh dari pengasuh Yayasan, guru pengajar, serta
santri/peserta yang mengikuti pembelajaran. Kedua, trianggulasi teknik
yaitu dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber sama dengan
teknik berbeda. Data diperoleh dengan wawancara yaitu dengan
mewawancarai pengasuh Yayasan, Guru pengajar, serta santri yang
mengikuti pembelajaran di Yayasan. kemudian yang ketiga, dicek dengan
observasi yaitu peneliti melakukan penelitian pada saat proses belajar
mengajar di dalam kelas. Sedangkan dokumentasi yaitu peneliti
mengumpulkan dokumen seperti rencana pembelajaran, data santri-santri
dan data-data lainnya.
H. Tahap-tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum ke
lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan
laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Tahap sebelum ke lapangan
Dalam tahap ini peneliti harus menyusun rancangan penelitian,
memilih lapangan penelitian, pengurus perizinan, menyiapkan
perlengkapan penelitian. Untuk penelitian di Yayasan Karangtina
Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga ini, maka peneliti
menyusun rancangan penelitian berupa rangkaian kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam penelitian, memilih dan menentukan informan,
serta menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian.
52
2. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini dibagi atas tiga bagian, yaitu: (1) memahami latar
penelitian dan persipan diri, (2) memasuki lapangan, (3) berperan
sambil mengumpulkan data.
3. Tahap analisis data
Tahap menganalisi data melalui hasil temuan data dari penelitian
baik secara lisan maupun secara tulisan yang diperoleh melalui
observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan pengasuh,
ustadz, santri dan masyarakat yang berada di sekitar lingkunga n
yayasan tersebut. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan
konteks permasalahan yang diteliti. Selanjutnya pengecekan keabsahan
data dengan mengecek sumber data yang didapat dan metode
perolehan data sehingga data benar-benar valid. Data yang valid adalah
dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan
proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang
diteliti.
4. Tahap penulisan laporan
Tahap ini meliputi kegiatan hasil penelitian dari semua rangkaian
kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu
dilakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk
mendapatkan perbaikan dan saran-saran demi kesempurnaan skripsi
yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan tersebut dengan
53
penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan
penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional YKTN
Salatiga
1. Letak Geografis
Berdasarkan dokumen yang peneliti terima, kondisi geografis
Yayasan Karangtina Tahfidz Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga yang
terletak di Jl. Merdeka Selatan. III No.9, Sidorejo Lor, Sidorejo, Kota
Salatiga, Jawa Tengah 50714, Email : [email protected] Call
Center 081261315137 Kecamatan Sidorejo beriklim Tropis dengan
cuaca berhawa sejuk dan udaranya segar. Berikut ini peta letak lokasi
Yayasan Karangtina Tahfidz Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga.
Gambar 4.1 Denah Lokasi Yayasan Tahfidz Qur’an
55
2. Sejarah Berdirinya
Berawal dari pemikiran antara guru dan murid yakni Ust. Ma’mun
AL-Qurthuby, S.Pd.I Al-Hafizh dan Ust. Yadi Iryadi, Al-Hafizh untuk
membumikan Al-Qur’an. Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an
Nasional (YKTN) tercetus untuk bergerak dibidang pendidikan dan
akselerasi menghafal Al-Qur’an 30 Juz melalui sistem karantina,
ditunjang metode Yadain Litahfizhil Qur’an dibawah bimbingan
penasehat DR. KH. Ahsin Sakho Muhammad, M.A., Al-Hafizh dan
pengawas Prof. DR. KH. Didin Hafiduddin, M.Sc. Yayasan Karantina
Tahfizh Al-Qur’an Nasional (YKTN) didirikan pada tanggal 27
Ramadhan 1436 H tepatnya 25 Juli 2014. Untuk kemudian menjadi
pusat Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional dengan jumlah 70
Mitra/Cabang (September, 2018) yang telah bekerjasama tersebar di
Indonesia dan Malaysia.
Berdaskan hasil wawancara dengan pengurus Yayasan Karantina
Tahfizh Al-Qur’an Nasional YKTN Salatiga bahwa sejarah berdirinya
Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional YKTN Salatiga
bermula dari pemikiran Bapak Yulianto Wali Kota Salatiga yang
awalnya putra dari Bapak Yulianto mengikuti program Tanfidzh di
Karangtina Pusat yang berada di Jl. Baru Obyek Wisata Cibulan,
RT/17/RW.04, Maniskidul, Jalaksana, Kabupaten Kuningan Jawa
Barat. Putra dari Bapak Yulianto ini telah menyelesaikan pogram
hafalan di Karantina. Dari sinilah hati Bapak Yulianto terketuk untuk
56
mendirikan Yayasan Karantina Tahfidz dan akhirnya Bapak Yulianto
membuka mitra Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
YKTN di Salatiga yang mana rumah dari Bapak Yulianto ini dirombak
untuk didirikan suatu Yayasan Karantina Tahfidz bersama Ibu serta
Putra-putranya yang dilakukan selama 3 bulan. Yayasan Karantina
Tahfizh Al-Qur’an Nasional YKTN di Salatiga ini diresmikan pada
tanggal 23 Desember 2018 Yayasan ini merupkana mitra atau cabang
dari Pusatnya Kuningan Jawa Barat yang berada di Salatiga.
3. Visi dan Misi
a. VISI
Terwujudnya Setiap Keluarga Muslim Minimal Satu Hafizh atau
hafizhah 2030
b. MISI
1) Menyelenggarakan Seminar, Bimbingan, Karantina Tahsin dan
Tahfizh Al-Qur’an
2) Menyiapkan generasi Qurani yang berkualitas
3) Menciptakan suasana Qurani di masyarakat
57
4. Struktur Organisasi Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga
Bagan 4.1 Dewan Pengawas YKTN
Bagan 4.2 Dewan Pembina YKTN Salatiga
DEWAN PENGAWAS
Mudir Karantina Tahfizh Al-Qur'an
Nasional
Ust. Ma’mun Al-Qurthuby, S.Pd.I, Al-
Hafizh
KETUA
DR. KH. AHSIN SAKHO MUHAMMAD, MA, Al-
Hafizh
DEWAN PEMBINA
Ust. AnisMaftukhin
Ust. Sutomo
H. Yulianto, SE. MM
58
Bagan 4.3 Struktur Kepengurusan YKTN Salatiga
5. Data Muhaffizh
Muhaffizh Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga berasal dari para santri/peserta yang sudah
menyelesaikan program di Karantina dan yang sudah hafal 30 Juz
setelah menyelesaikan program karantina peserta yang sudah wisuda
disaring untuk dijadikan Muhafizh. Adapun Data Muhaffizh Yayasan
Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga berdasarkan
tahun 2019 sebagai berikut:
NO. NAMA KETERANGAN
1. Ust. Kamal Mustofa, Al-
Hafizh
Ketua Muhaffizh
2. Ust. Zainal Arifin Anggota
3. Ust. Khoirudin Anggota
PENGURUS YAYASAN
Wakil Ketua Yayasan
Rashad Imam Reza
Bendahara Yayasan
Siti Inayah
Sekretaris Yayasan
Dwi Cahyono
Ketua Yayasan
Hj. TitikKirnaningsih, SE
59
4. Ust. Habibur Rohman Anggota
5. Ust. Usman Anggota
6. Ust. Syamsul Bahri Anggota
7. Ust. Saiful Anggota
8. Usth. Mugi Utami Anggota
9. Usth. Hirza Anggota
10. Usth. Lala Anggota
11. Usth. Atiq Nurul F Anggota
12. Usth. Eli Anggota
13. Usth. Novia N A Anggota
14. Usth. Syifa U Anggota
Tabel 4.1 Muhafidz/MuhafidzahYKTN Salatiga
6. Data Santri/peserta
Santri di Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional (YKTN)
Salatiga ini terdiri dari beberapa angkatan diantaranya sebagai berikut:
ANGKATAN 01
No Nama Tempat, tanggal Lahir
1 Aufa Sultan Majid Syach Salatiga, 10 Maret 2005
2
Muhammad Avicena Al-
Attar
Salatiga, 23 Desember 2007
3
Muhammad Zain Eka
Wahyudi
Semarang,16 September 2009
60
4 Hasan Magelang,11 Maret 2009
5 Muhammad Ikhwan Atallah Balikpapan, 24 Januari 2009
6 Husain Magelang,26 Oktober 2007
7 Ahmad Saddat Taangerang, 25 September 2007
8 Mahadi Cipta Pramana Sragen, 24 Agustus 2007
9 Abdul Hakim Al-Malik Salatiga, 14 Januari 2008
10
Asna Aldis Zahrani Nur
Mahmudi
Surakarta,31 Oktober 2007
11 Najwa Hafida Mujiono Tangerang,16 Oktober 2008
12 Hanifa Farida Temanggung, 8 Desember 2009
13 Bilqis Hasna Azizah Karanganyar, 28 April 2007
14 Ummu Kultsum Purwakarta,18 Mei 2008
15
Aisyah Karina Salsabilah
Yuliyanto
Kab.Semarang,11 September
2011
16 Sarah Jakarta, 28 Februari 2010
17 Alifandra Wirdian Balikpapan,09 februari 2003
18 Bary Ahmad Salatiga, 23 Januari 2009
19
Muhammad Hafiizh Dimas
Saputra
Kab.Semarang,03 Oktober 2004
20
Muhammad Malekad Majeed
Syach Putra
Kab. Semarang, 20 Agustus 2007
21 Muhammad Wildan Salatiga,06 Oktober 2003
61
Mukholladun
22 Usamah Ad-dari Batam,30 Maret 2006
23 Nunik Nugrahani Karanganyar, 30 September 1981
24 Naura Fina Rahadatu Aisyi Surakarta, 2 Mei 2009
25 Tiara Faisha Maulani Surakarta,16 Oktober 2003
26 Roidah Agustin Sragen, 12 Agustus 1995
27
Fuziah Habibie dzahabiyah
khuluq
Sleman,03 september 2008
28 Haniah Firdauzi Radliya Salatiga,27 maret 2007
29 Haura Hafidzatur Radliyah Salatiga,07 januari 2002
30 Ashofiyatu Arrayan Kab. Semarang, 9 september
31 Naila Salsabila Arifin Surakarta, 23 Juli 2006
32 Nadia Husnayain Arifin Magetan,13 September 2003
33 Ahmad Yusuf Abdurrahman Malang,23 februari 2008
34 Kenar Kenji Nurcahyo Salatiga, 11 July 2008
35 Ahmad Syakieb Al Ghifari GAK LENGKAP
36
Nasrullah
Lombok Barat, 10 September
1987
37
Muhammad Rasyah Aulia
Sabdana
Salatiga, 26 Desember 2007
38
Faiz Najhan Averous
Kab Semarang 23 November
2006
62
39 Hauzan Lathif Al-Fadhil Klaten,12 januari 2008
40 Al Musofa Kab. Smg, 5 Januari 1972
41
Maulana Fakhri Ainun
Na’im
Salatiga, 18 Maret 2008
42
Muhammad Hafizh Ikhram
Muslimin
Salatiga, 07 Juni 2010
43 Agus Setiawan Salatiga, 17 Agustus 1959
44 Nurjazuli Kediri, 12 Agustus 1963
45
Aisya Kirany Salsabila
Yuliyanto
Kab.Semarang,11 September
2011
46 Amira Fitri Naila Balikpapan,13 Oktober 2009
47 Anisa Abidatu Syakiro Kediri, 2 Agustus 2006
48 Hasna Noor Alifa GAK ADA FORMNYA
49 Dian Farida Anies Surabaya, 6 April 1972
50 Aisyah Boyolali, 29 Maret 2010
51 Zidny Taqiya GAK ADA FORMNYA
52
Annisa Rahma Qorina
Shihhah
Salatiga, 09 agustus 2001
53 Rania Hanan Nabila Salatiga, 5 oktober 2004
54 Rista Perwin Sukoharjo, 6 April 2006
55 Abdillah Boyolali, 21 Oktober 2008
56 Tsaqif Arayyan Yusuf Salatiga, 05 April 2010
63
57 Dimarazka Tsabita Semarang, 25 Desember 2006
58 Naufal Edria Depok, 21 Mei 2005
59 Mawla Kemal Rizwan Salatiga, 9 Juni 2007
60 Muhammad Syafi’ Surakarta, 6 November 2007
61 Farah Alfi Kamila Blitar, 04 april 2003
62 Hafizha Agny Nur Shofyya Bandung,10 November 2009
63 Nasywa Aulia Fathul Jannah Salatiga, 4 September 2009
64 Prisa Fairuz Dina Jakarta, 17 februari 2007
65 Sabriya Amira Andini Salatiga, 10 mei 2010
66 Naura Khoirotin Hisan Salatiga, 07 februari 2008
67 Adilah Zahra Salsabila
68 Haula Zhilla Zalila Jakarta, 17 Maret 1999
69 Ida Agus Suryani Pekalongan, 17 Agustus 1971
70 Rosyida Nurhamidah Majalengka, 29 Februari 1972
71 Ayuk Natalia Kab. Semarang, 31 Juli 1990
72 Ariyanti Dwi Astuti Salatiga, 08 Januari 1993
73 Desi Windi Saputri Semarang, 14 Desember 1996
74 Muizzatul Azizah Brebes, 11 Maret 1979
75 Riyani Boyolali, 13 September 1988
76 Rosiya Qisma Abida Salatiga,17 maret 2008
77 Dimarazka Tsabita Semarang,25 desember 2006
78 Dafina Rahmanisa Salatiga,09 maret 2011
64
79 Ardra Aziza Salatiga, 3 Juli 2007
80 Bunga Arifah Kusumawati Salatiga, 12 Maret 2008
81 Sofia Rif’atul Mazidah Salatiga,25 maret 2008
82 Nayla Aisyah Siregar Salatiga,25 september 2007
83 Nurfaiza Syahhana Putri Salatiga,03 november 2010
84 Choirul Amirudin Magetan, 01 Juni 1997
85 Alles Anandhita A jepara, 4 February 2002
86 Ahmad Faiz Alghifari Kotabaru, 25 Februari 2000
87 Hanan Fitria Salam Jakarta, 14 November 2004
88 Hanif Fajrul Falah Jakarta, 31 Maret 1997
89 M Azzam Hafidzulhaq Surakarta, 12 Februari 2005
90 M Zidane Arya P Salatiga,14 desember 2006
91 Nasywan Ahnaf Diaulaq
92 Ahmad Habib Azhar Farizy Sragen, 21 Desember 2006
93 Faiz Perwiz Sukoharjo, 7 Agustus 2009
94 Ilyas Kab Semarang, 17 Januari 2009
95 Faiq Taqiyyudin Purworejo, 2 Januari 2008
96
Fahri Zaidan Ramadhan
Kab. Semarang, 17 September
2009
97 Arya Bima Al-Ghozali 9 Februari 2010
98 M. Malekad Majeed Ahmad
99 Arsyi Hanif Budiman
65
100
Shofia Dewi Fortuna
Kab. Semarang, 26 November
2000
101 Ratna Noviyanti Magelang, 26 November 1996
102 Lilik Sri Erowati 06 April 1968
103 Ammara Anindhita Aura Salatiga, 13 Januari 2007
104 Hasna Beauty Fadila Semarang, 31 Juli 2007
105 Sugiyati Kab. Smg, 10 November 1973
106 D M P Erlinawati
107 Pipin Nopianti Lahat, 12 November 1984
108 Nazilatul Qoni’ah Kab. Semarang, 30 Maret 1990
109 Sutri Handayani Lampung barat, 05 Juli 1989
110 Siti Zuriyah Oku Timur, 23 April 1990
111 Siti Zuraidah
112 Adibah Ayda Masyanti Salatiga, 12 mei 2010
113 Annisa Ayu Praditha Kab.Semarang,03 januari 2007
114 Davina Safa Salsabila Kab,semarang,25 januari 2007
115 Raisya Luna Pramesti Wonosobo, 29 Oktober 2007
116 Naura Kamila Zahra Salatiga, 06 oktober 2010
117 Calista Aliya Tsabita Kab.semarang, 28 mei 2009
118 Monifa FeoFanofa A Semarang, 08 desember 2010
119 Muji Nurrohmah
120 Ika Rahmawati Kab. Semarang, 30 Mei 1989
66
121 Ika olivia Salatiga, 14 April 2000
122 Feyza Najhan Avicena Semarang, 6 September 2005
ANGKATAN 02
123
Syifa Aulia Yulita
Kusumawardhani
Demak, 08 Juli 1998
124 Siti Aminah Grobogan,06 Juli 1963
125 Audita Kusuma Astuti Boyolali, 16 Agustus 1999
126 Syifa Maulida Handiyani Salatiga, 20 Juni 2000
127 Thoriq Shidiq Shobakhi Boyolali, 01 Juni 1998
128 Khofifah Nadia Jannaty Salatiga, 12 Juli 1999
129 Ratu prasta selly mahesi Sukoharjo, 05 Januari 2003
130 Della Ananda Farista Ayu Sukoharjo. 27 Maret 2003
ANGKATAN 03
131 Anggit Risangaji Wonogiri, 27 Juni 1996
132 Sidiq Aprianto Semarang, 04 April 1989
133 Bani Adlina Shabrina Salatiga, 08 Mei 1993
134 Zidni Shofy Cirebon, 21 Agustus 2002
ANGKATAN 04
135 Khansa Nailah Surakarta, 07 November 2000
136 Hikmah Nur Anisa Fajriani Salatiga , 29 Juni 1995
137 Amilatu Sholihah POnorogo, 30 Agustus 1997
138 Rizky Aulia Rohman Bondowoso, 26 Juli 2002
67
139 Siti hafshoh Magelang, 29 Januari 1974
140 H N A Fajriani Salatiga, 29 Juni 1995
141 Anggit Risangaji Wonogiri, 27 Juni 1996
142
Elgiend Rizky Fajar Wulan
Romadhona
Sukoharjo, 26 Oktober 2004
143 Nadiawati Nugraheni
144
Husain Abdullah Ali
LAMONGAN, 14 Desember
1997
145 Yunartati Semarang, 14 Oktober 1961
146 FIQHAN ANDZARULLAH Samarinda, 04 Februari 2001
147 Auwalynnisa Fimagfirotila Tuban, 19 November 2002
148 Nila Nadia Latifah Kendal, 20 Maret 2001
149 Annisa Nururrahma Lubuk Linggan, 25 Juni 1997
150 Andita Khoilina Rahmanda Balik Papan, 15 Juni 1997
151
Hana Amelia A
Lombok Barat, 26 Desember
1996
152 Rina Nur Safitri Cirebon, 22 April 2003
153 Alfa Arsyad Umam Salatiga, 9 November 2003
154 Puteri Aulia Azzahra Bondowoso, 16 Oktober 2000
155 Roidus Salam Banyumas, 27 Oktober 1990
156 Maulana Yusuf Abdullah Ciamis, 30 September 2000
157 Alya Anindhita Azzahra Salatiga, 15 April 2004
68
158 Lulu Uswatun Hasanah Purworejo, 26 Oktober 2000
159 Setya Abdillah Citrasdi Semarang, 04 April 2000
160 Fayyad Yaqfi Ahmada Semarang, 21 Desember 2003
161 Afni Lathifah Sragen, 22 Maret 2001
162 Dra. Ani Abidatin, M.Si Semarang, 20 September 1964
163 Muhammad Khoirur Rijal Wonosobo, 21 Juli 2003
164 Kanza Aulya Sabian Kupang, 09 Agustus 2006
165 Kinantan Fairuz Chalissa Mojokerto, 07 April 2008
166 Didanfa Bulan Al Zauhari Ngawi, 13 Desember 2003
167 Amalia Nur Azizah Sukoharjo, 21 Agustus 2004
168 Dinda Ayu Octavia Difani Madiun, 09 Oktober 2003
169 Putri Isnani Suhartini Salatiga, 23 April 2007
170 Nahla Sania Salatiga, 11 Juni 2007
171 Naura Khalila Ikma 04 Juli 2007
172 Aura Nila Alifianty Demak, 3 September 2004
173 Aghnia Nuha Zahidah Serang, 28 April 2001
174 M.Agus Nurrosyid Purworejo, 18 Agustus
175 M. Ali Rahmatullah Yogyakarta, 23 Maret 2004
176 Naela Asna Mufida Karanganyar, 14 November 2004
177 Melia Salsabila Kendal, 5 Januari 2000
178 Zahra Roidah Amalia H Temanggung,01 November 2002
Tabel 4.2 data santriYKTN Salatiga
69
7. Sarana dan Prasarana
Dalam proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik jika
didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Adapun
keadaan sarana dan prasarana di Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an
Nasional (YKTN) cukup memadai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
NO SRANA DAN
PRASARANA
JUMLAH KEADAAN
1. Ruang Administrasi 1 Baik
2. Mushola 2 Baik
3. Ruang Ustadz 1 Baik
4. Ruang Ustadzah 1 Baik
5. Kamar Ustadz 1 Baik
6. Kamar Ustadzah 1 Baik
7. Kamar Mandi Akhwat 14 Baik
8. Kamar Mandi Ikhwat 9 Baik
9. Ruang Halaqah Akhwat 1 Baik
10. Ruang Halaqah Ikhwat 1 Baik
11. Dapur 1 Baik
12. Ruang Makan Akhwat 1 Baik
13. Ruang Makan Ikhwar 1 Baik
Tabel 4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana Karantina Tahfidz
70
8. Jadwal Kegiatan
NO WAKTU KEGIATAN
1. 03.00-03.30 WIB Bangun dan Qiyamullail:
Pada pukul 02.45 – 03.00 WIB, para peserta
akan dibangunkan oleh pengelola untuk
mengikuti program yang pertama, yaitu
shalat tahajjud atau Qiyamullail. Para
peserta diwajibkan untuk melaksanakan
shalat tahajjud secara berjamaah. Shalat
tahajjud dilaksanakan sebanyak dua rakaat.
Adapun yang dibaca pada surah tahajjud
adalah Al-Qur’an sebanyak setengah juz
dari Al-Qur’an. Waktu yang dihabiskan
biasanya ± 30 menit.
2. 03.30-04.00 Setoran hafalan 1 halaman
Para peserta setelah shalat tahajjud akan
dikondisikan untuk menghafal hafalan baru
yang akan disetorkan pada kegiatan
berikutnya. Diberikan keleluasaan bagi
peserta untuk menggunakan metode seperti
apa yang baginya mudah untuk menghafal,
misalnya terdapat peserta yang menghafal
sambil berjalan atau berdiri, ada yang
71
bersandar di dinding, ada yang menghadapa
dinding, bahkan ada yang sambil shalat
sunnah untuk memastikan hafalan yang
akan disetorkan sudah matang.
3. 04.00-04.20 Shalat shubuh berjama’ah
Shalat shubuh dilaksanakan secara
berjamaah di mushalla, dipimpin salah
seorang muhafidzh (Guru yang menerima
setoran hafalan),
4. 04.20-07.00 Setoran hafalan 5 halaman
Para peserta maju ke depan, duduk
menghadap kiblat untuk menyetorkan atau
memperdengarkan hafalannya kepada
muhafidzh (guru) secara bergantian.
Muhafidzh menyimak bacaan santri sampai
selesai, jika ada kesalahan pengasuh
langsung memberikan arahan dan
perbaikan. Muhafidzh akan menandatangani
dan memberikan nilai terhadap kualitas
setoran
hafalan peserta dalam buku laporan setoran.
5. 07.00-08.00 Sarapan dan mandi Pagi
Setelah setoran, para peserta diberikan
72
waktu untuk istirahat sarapan dan mandi
pagi selama 60 menit. Peserta tidak perlu
mencuci memikirkan pakaiannya yang
belum dicuci, karena pengelola sudah
memberikan layanan laundry kepada
peserta, sehingga bisa focus untuk
menghafal.
6. 08.00-11.00 Setoran 6 hafalan
Para peserta maju ke depan, duduk
menghadap kiblat untuk menyetorkan atau
memperdengarkan hafalannya kepada
muhafidzh (guru) secara bergantian.
Muhafidzh menyimak bacaan santri sampai
selesai, jika ada kesalahan pengasuh
langsung memberikan arahan dan
perbaikan. Muhafidzh akan menandatangani
dan memberikan nilai terhadap kualitas
setoran hafalan peserta dalam buku laporan
setoran.
7. 11.00-12.00 Istirahat
Setelah setoran, para peserta diberikan
waktu untuk istirahat.
8. 12.00-13.00 Sholat Dzuhur berjama’ah dan makan
73
siang
Sholat dzuhur dilaksanakan secara
berjamaah dan dilanjutkan makan siang.
9. 13.00-15.00 Setoran 4 halaman
Para peserta maju ke depan, duduk
menghadap kiblat untuk menyetorkan atau
memperdengarkan hafalannya kepada
muhafidzh (guru) secara bergantian.
Muhafidzh menyimak bacaan santri sampai
selesai, jika ada kesalahan pengasuh
langsung memberikan arahan dan
perbaikan. Muhafidzh akan menandatangani
dan memberikan nilai terhadap kualitas
setoran hafalan peserta dalam buku laporan
setoran.
10. 15.00-15.30 Sholat ashar berjama’ah taushiyah ba’da
ashar
Sholat ashar dilaksanakan secara berjamaah
dan dilanjutkan taushiyah setelah solat
berjama’ah.
11. 15.30-17.00 Setor 3 halaman
Para peserta maju ke depan, duduk
menghadap kiblat untuk menyetorkan atau
74
memperdengarkan hafalannya kepada
muhafidzh (guru) secara bergantian.
Muhafidzh menyimak bacaan santri sampai
selesai, jika ada kesalahan pengasuh
langsung memberikan arahan dan
perbaikan. Muhafidzh akan menandatangani
dan memberikan nilai terhadap kualitas
setoran hafalan peserta dalam buku laporan
setoran.
12. 17.00-18.00 Makan sore dan mandi
Setelah setoran peserta makan sore dan
membersihkan diri (mandi)
13. 18.00-19.00 Sholat maghrib berjamaah dan setor 1
halaman
Sholat maghrib dilaksanakan secara
berjamaah dan dilanjutkan setoran hafalan 1
halaman.
14. 19.00-21.00 Shalat Isya dan setor 4 halaman
Shalat isya dilaksanakan secara berjamaah
dan Para peserta menyetorkan atau
memperdengarkan hafalannya kepada
muhafidzh (guru) secara bergantian. Guru
akan menandatangani dan memberikan nilai
75
terhadap kualitas setoran hafalan peserta
dalam buku laporan setoran. Setelah peserta
menyetorkan hafalan, dia akan kembali lagi
ke barisan pada bagian belakang untuk
menunggu giliran murojaah (mengulang)
hafalannya kepada muhafidzh.
15. 21.00-03.00 Tidur Malam/istirahat:
Pada pukul 23.00 WIB, pengelola
mewajibkan setiap peserta untuk kembali ke
kamar masing-masing. Pengelola akan
mengawasi agar tidak ada peserta yang
melaksanakan aktifitas selain istirahat,
karena waktu yang disediakan untuk tidur
malam tidak lebih dari 4 jam. Sehingga
harus benar-benar dimanfaatkan dengan
efektif.
Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Karantina Tahfidzh
9. Tata Tertib Yayasan Karangtina Tahfidzh Al-Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga
a. Ikhlas niat karena Allah
b. Datang mengikuti acara pembukaan
c. Menempati kamar yang ditentukan panitia
d. Mengikuti pengkuruan baju seragam wisuda
76
e. Tidur siang jam 11.00-12.00 tidur malam 23.00-03.00
f. Waktu mandi maksimal 7 menit
g. Handuk dan peralatan mandi disimpan rapi
h. Makan pada waktu dan tempat yang ditentukan
i. Berpakaian rapi dan syar’i saat setoran hafalan
j. Selalu memakai tanda pengenal pada setiap kegiatan
k. Rapikan sandal posisi siap pakai
l. Tidak merokok di bumi Allah
m. Ijin jika keluar area Karantina
n. Alat komunikasi digunakan hanya pada hari jum’at jam 13.00-
17.00
o. Penjengukan setiap hari jum’at jam 13.00-19.00
p. Kumpulkan pakaian kotor di tempat yang ditentukan untuk di
laundry max 20 kg
q. Buang sampah pada tempatnya
r. Memakai seragam wisuda
B. Temuan Penelitian
Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dihasilkan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran Tahfizhul Qur’an
a. KM (31 tahun)
KM adalah ketua Muhaffizh Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga yang berasal dari Surabaya.
77
Beliau adalah yang memberikan pembelajaran Tahfizhul Qur’an
yang ada di Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN)
Salatiga yaitu Tahsin, Tahfdz, Mutqin. Seperti ungkapan KM
berkut ini:
Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Yayasan Karantina
Tahfidzul Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga memiliki tiga program
yaitu yang pertama Tahsin, Tahsin ini fokus pada pembelajaran
Al-Qur’an memperbaiki bacaan Al-Qur’an dan mempelancar
membaca Al-Qur’an. Kedua Tahfidz, program Tahfidz ini jika
santri sudah memenuhi kriteria tahsin maka program selanjutnya
yaitu setoran atau Tahfidz. Ketiga Mutqin, Mutqin yaitu fokus
muroja’ah atau mengulang hafalan dan melancarkan hafalan.
(KM, 19-05-2019)
b. MU (23 tahun)
MU adalah Muhaffizh putri Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga berasal dari. Beliau adalah yang
mengampu pembelajran yang ada di YKTN Salatiga yaitu Tahsin,
Tahfdz, Mutqin. Seperti ungkapan MU berkut ini:
Untuk pembelajaran yang digunakan ada 3 program yaitu
tahsin (memperlancar hafalan), tahfid (menghafal) kita menerima
setoran dan mutqin ( memperlancar hafalan) selama 3 bulan.(MU,
19-05-2019)
c. SL (24 tahun)
SL adalah Muhaffizh putri Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga berasal dari Cirebon. Beliau adalah
yang mengampu pembelajran yang ada di YKTN Salatiga yaitu
Tahsin, Tahfdz, Mutqin. Seperti ungkapan SL berkut ini:
Pembelajaran yang digunakan ada 3 program yaitu tahsin
(memperlancar hafalan), tahfid (menghafal) kita menerima setoran
dan mutqin ( memperlancar hafalan) selama 3 bulan.(SL, 19-05-
2019)
78
Evaluasi selalu menjadi final dari setiap pembelajaran yang sudah
berlangsung sebagai tolak ukur atau sebagai cara untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman dan penangkapan santri terhadap apa yang
telah dipelajarinya. Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga mengadakan evaluasi dapat dilihat pada hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan responden, sebagai
berikut:
a. KM (31 tahun)
KM adalah ketua Muhaffizh Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga yang berasal dari Surabaya.
Beliau adalah yang mengawasi setiap harinya santri (YKTN)
Salatiga sehingga beliau yang mengevaluasi santri. Seperti
ungkapan KM berkut ini:
Kita melakukan evaluasinya dengan cara mengecek buku
penghubung apabila santri tidak sesuai dengan target maka santri
ini dipanggil untuk diberikan konseling, coaching, training dan
terapi” (KM, 19-05-2019)
b. SL (24 tahun)
SL adalah Muhaffizh putri Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga berasal dari Cirebon. Beliau adalah
yang mengawasi setiap harinya santri (YKTN) Salatiga sehingga
beliau yang mengevaluasi santri.. Seperti ungkapan SL berkut ini:
Evalusainya adalah dengan cara ada rapat koordinasi ketika
ada masalah kita ambil solusi kemudian disampaikan kepada
santri. (SL, 19-05-2019)
79
c. MU (23 tahun)
MU adalah Muhaffizh putri Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga berasal dari Purworejo. Beliau adalah
yang mengawasi setiap harinya santri di YKTN Salatiga Salatiga
sehingga beliau yang mengevaluasi santri . Seperti ungkapan MU
berkut ini:
Evalusainya adalah dengan cara ada rapat koordinasi ketika
ada masalah kita ambil solusi kemudian disampaikan kepada
santri. (MU, 19-05-2019)
2. Metode Pembelajaran Tahfizhul Qur’an
a. KM (31 tahun)
KM adalah ketua Muhaffizh Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga yang berasal dari Surabaya.
Beliau adalah yang memberikan metode pembelajaran Tahfizhul
Qur’an yang ada di Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga yaitu metode Yadain Litahfizhil Qur’an.. Seperti
ungkapan KM berkut ini:
Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an yang digunakan
Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga ini
menggunakan metode Yadain Litahfizhil Qur’an. Yadain itu berati
2 tangan, ada dua sisi didalam Al-Qur’an kalau ada baik pasti
ada buruk intinya mengetahui siapa pelakunya, apa yang
dikerjakan dan sifatnya itu bagaimana dan mentadaburi isi al
quran apa yg dibaca. (KM, 19-05-2019)
80
b. MU (23 tahun)
MU adalah Muhaffizh putri Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga berasal dari Purworejo. Beliau adalah
yang memberikan pembelajran tentang metode pembelajaran yang
ada di YKTN Salatiga yaitu metode Yadain Litahfizhil Qur’an.
Seperti ungkapan MU berkut ini:
Metode yang digunakan di Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga dengan metode Yadain yaitu Perkata
untuk ditadabur. dengan cara merekan dengan semua pancaindra
mulai dari melihat, merasaakan mendengar dan memperagakan.
Semisal satu ayat direkam dulu lalu di tadabur kemudian baru
dihafalkan. (MU, 19-05-2019)
d. SL (24 tahun)
SL adalah Muhaffizh putri Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga berasal dari Cirebon. Beliau adalah
yang memberikan pembelajran tentang metode pembelajaran yang
ada di YKTN Salatiga yaitu metode Yadain Litahfizhil Qur’an.
Seperti ungkapan SL berkut ini:
Metode yang digunakan di Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga dengan metode Yadain yaitu dengan
cara merekan dengan semua pancaindra mulai dari melihat,
merasaakan mendengar dan memperagakan. Semisal satu ayat
direkam dulu lalu di tadabur kemudian baru dihafalkan. (SL, 19-
05-2019)
c. AN (18 tahun)
AN adalah santri Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga dari salatiga. Dia merupakan santri angkatan satu
yang sudah mampu menghafal Al-Qur’an 30 jua dalam waktu 1
81
bulan. Dia menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan metode
Yadain Litahfizhil Qur’an. Seperti ungkapan AN berkut ini:
Disni metode yang diberikan adalah metode Yadain yaitu kita
itu agar dapat memisahkan kanan kiri Yadain itu sendiri dari kata
yadun kanan dan kiri. kanan (kata-kata positif) yaitu Akhirat dan
kiri (kata-kata negatif) yaitu hal-hal yang ada di dunia dengan
kanan kiri ini agar dapat membedakan mana yang baik dan yang
buruk dengan metode Yadain ini agar dapat memahami artinya
terlebih dahulu.(AN, 18-05-2019)
d. HN (23 tahun)
HN adalah santri Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga dari salatiga. Dia merupakan santri angkatan
keempat mengambil program 1 bulan hafal 30 juz. Dia menghafal
Al-Qur’an dengan menggunakan metode Yadain Litahfizhil
Qur’an. Seperti ungkapan HN berkut ini:
Jadi YKTN memiliki metode Yadain yaitu berfokus
menghafalnya itu dengan panca indera. Menghafal kosa katanya
dan artinya dengan sekali kedip. Tetapi kembali setiap individu
punya cara masing masing. (HN, 18-05-2019)
e. HD (18 tahun)
HD adalah santri Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga dari salatiga. Dia merupakan santri angkatan
keempat mengambil program 1 bulan hafal 30 juz. Dia menghafal
Al-Qur’an dengan menggunakan metode Yadain Litahfizhil
Qur’an. Seperti ungkapan HN berkut ini:
Disini menggunakan Al-Qur’an Yadain Metode yag digunakan
yaitu metode Yadain itu dalam satu halaman kan ada 15 baris
dalam 1 baris dihafal 1 menit. 15 menit buat menghafal dan 15
menit buat melancarkan baru disetorkan. (HD, 18-05-2019)
82
3. Faktor Pendukung dan Penghambat
a. KM (31 tahun)
KM adalah ketua Muhaffizh Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga yang berasal dari Surabaya.
Beliau adalah yang mengawasi setiap harinya santri (YKTN)
Salatiga sehingga beliau paham faktor pendukung dan
penghambatnya. Seperti ungkapan KM berkut ini:
Faktor Pendukungnya yaitu rezeki dari Allah dan fasilitas yg
terpenui. Dan untuk faktor penghambatnya yaitu tidak memenuhi
SOP, tidak datang, tahsinya kurang bagus, belum begitu paham
tentang metode yang digunakan, dan kesehatan. (19-05-2019)
b. SL (24 tahun)
SL adalah Muhaffizh putri Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga berasal dari Cirebon. Beliau adalah
yang mengawasi setiap harinya santri (YKTN) Salatiga sehingga
beliau paham faktor pendukung dan penghambatnya.. Seperti
ungkapan SL berkut ini:
Faktor Pendukung yaitu sesuai dengan SOPnya yayasan,
niatnya ikhlas, muroja’ah, fokus, temannya, takdim, menggunakan
waktunya sebaik mungkin. Faktor Penghambatnya yaitu anaknya
bisa tidak bisa mengoptimalkan waktu dan tidak sesuai dengan
SOP.
c. HD ( 18 tahun)
HD adalah santri Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga dari Sragen. Dia merupakan santri angkatan
kesatu dan sekarang mengkuti angkatan keempat dia sudah mampu
menghafal Al-Qur’an selama 1 bulan hafal 30 juz. Dia menghafal
83
Al-Qur’an tentunya mempunyai faktor pendukung dan
penghambatnya. Seperti ungkapan AN berkut ini:
Faktor Pendukungnya yaitu Para muhafidzohnya selalu
memmberikan semangat dan temannya. Penghambatnya yaitu
ngantuk, soalnya kan sama Al-Qur’an otomatis syaiton tidak
membiarkan kita mesti diganggu entah itu ngantuk, ingin ke kamar
mandi, ngobrol dll. (HD, 18-05-2019)
f. HN (23 tahun)
HN adalah santri Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga dari salatiga. Dia merupakan santri angkatan
keempat mengambil program 1 bulan hafal 30 juz. Dia menghafal
Al-Qur’an tentunya mempunyai faktor pendukung dan
penghambatnya.. Seperti ungkapan HN berkut ini:
Faktor pendukungnya yaitu Pengajarnya, fasilitas dll. Faktor
penghambat pertama yaitu backgraundnya berbeda, males,
ngatuk, capek, home sick, makin banyak santri juga kelamaan
setoranya. (HN, 18-05-2019)
C. Pembahasan
Dari hasil diskusi dan wawancara di Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga, ditemukan beberapa pembelajaran,
metode, faktor pendukung dan penghambat yang digunakan santri dalam
menghafal Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut :
1. Pembelajaran Tahfizhul Qur’an Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga
Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga
mempunyai program Tahfidzul Qur’an yang masih berjalan hingga
saat ini, program tersebut mempunyai peran penting sebagai Ruhnya
84
Yayasan Karantina Tahfidz, dan tujuan yang sistematis, serta metode
dalam pembelajaranya. Program Tahfidzul Qur’an merupakan program
di Yayasan Karantina sehingga santri yang diterima belajar agama di
Yayasan ini adalah santri yang mempunyai keinginan kuat untuk
menghafal Al-Qur’an dan menjaganya. Menurut Yadi Iryadi (2018:
85-97) dibagi menjadi 3 program adalah sebagai berikut:
a. Tahsin
Tahsin adalah mengeluarkan suatu huruf-huruf Al-Qur’an dari
tempat keluarnya dengan memberikan hak dan mustahaknya. Atau
dengan kata lain menyempurnakan semua hal yang berkaitan
dengan kesempurnaan pengucapan huruf-huruf Al-Qur’an dari
aspek sifat-sifatnya yang senantiasa melekat padanya dan
menyempurnakan pengucapan hukum hubungan antara satu huruf
dengan yang lainya seperti idzhar, idgham, ikhfa dan sebaigainya.
b. Tahfidz
Tahfidz adalah proses untuk memelihara, menjaga dan
melestarikan kemurniaan Al-Qur’an yang diturunkan kepada
Rasulullah saw di luar kepala agar tidak terjadi perubahan dan
pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara
keseluruhan maupun sebagianya.
c. Mutqin
Mutqin adalah memperkuat hafalan terhadap lafadz-lafadz Al-
Qur’an dan menghafal maknanya dengan kuat.
85
Pelaksanaan program Tahfidz Yayasan Karantina Tahfizh Al-
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga ada;ah sebagai berikut:
NO. PROGRAM KETERANGAN
1. Karantina Tahsin Sabtu
Ahad
Program ini 2 hari yaitu
(Sabtu-Ahad) yang
dikhususkan untuk belajar
membaca Al-Qur’an dari nol,
atau untuk memperbaiki
bacaan yang belum fasih serta
belajar ilmu tajwid.
2. Karantina Tahsin Sabtu
Ahad Menghafal 1 Juz
Program ini menghafalkan Al-
Qur’an dengan Target 1 Juz
selama dua hari (sabtu-ahad)
dengan syarat telah bisa
membaca Al-Qur’an dengan
benar dan lancar sesuai dengan
Ilmu Tajwid.
3. Karantina Tahfizh
Sepekan Menghafal 5
Juz
Program ini menghafalkanAl-
Qur’an dengan Target 5 Juz
selama sepekan, dengan syarat
telah bisa membaca Al-
Qur’an dengan benar dan
lancar sesuai dengan Ilmu
86
Tajwid.
4. Karantina Tahfizh
Sebulan Menghafal 30
Juz
Program ini menghafalkan Al-
Qur’an dengan Target 30Juz
selama sebulan, dengan syarat
telah bisa membaca Al-Qur’an
dengan benar dan lancar sesuai
dengan Ilmu Tajwid.
5. Karantina Tahfizh
Mutqin Mukim 3 Bulan
Program memutqinkan
(menguatkan/memantapkan)
hafalan AlQur’an selama 3
Bulan (mukim diKarantina)
dengan syarat pernah
menyetorkan hafalan Al-
Qur’an sebanyak 20 Juz
dengan menyertakan
Syahadah/Ijazah (tertulis) dari
lembaga.
Tabel 4.5 Program Tahfidz (YKTN) Salatiga
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai
pembelajaran Tahfidzul Qur’an yang berlaku di Yayasan Karantina
Tahfidzul Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga dapat dilihat pada hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan responden, sebagai
berikut:
87
“Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Yayasan Karantina
Tahfidzul Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga memiliki tiga
program yaitu yang pertama Tahsin, Tahsin ini fokus pada
pembelajaran Al-Qur’an memperbaiki bacaan Al-Qur’an dan
mempelancar membaca Al-Qur’an. Kedua Tahfidz, program
Tahfidz ini jika santri sudah memenuhi kriteria tahsin maka
program selanjutnya yaitu setoran atau Tahfidz. Ketiga Mutqin,
Mutqin yaitu fokus muroja’ah atau mengulang hafalan dan
melancarkan hafalan, mutqin ini terdiri dari 3 level. Level 1 yaitu 1
hari 5 halaman, level 2 yaitu 1 hari 7 halaman, level 3 yaitu 1 hari
10 halaman.” (KM, 19-05-2019)
Dari hasil paparan Ustd. K M mengenai pembelajaran
Tahfidzul Qur’an di Yayasan Karantina Tahfidzul Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga dapat diketahui bahwa pembelajran yang
dilaksanakan memiliki tiga program yaitu pertama Tahsin, karena
backgraund yang masuk di Yayasan berbeda-beda maka untuk
menghafal santri harus di tahsin terlebih dahululu untuk membenarkan
dan melancarkan bacaan. Kedua Tahfidz, setelah santri lulus tahsin
maka pembelajaran selanjutnya yaitu menghafal. Ketiga Mutqin
setelah santri selesai atau khatam hafalnya maka santri dianjurkan
untuk mengikuti program mutqin agar hafalnya kuat, dapat dilihat pada
hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan responden,
sebagai berikut:
Wawancara dengan santri, nama A kelas 2 SMA Gontor
program mutqin, tanggal 18 Mei 2019 di halaman Yayasan
karantina “pembelajaran yang dilakukan di di Yayasan
Karantina Tahfidzul Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga ini
memiliki 3 program pembelajran yaitu Tahsin, Tahfidz dan
Mutqin berawal dari pelajaran 0 sampai memperkuat hafalan ”
Wawancara dengan santri, nama H N kuliah di IAIN
Salatiga semester Akhir program Tahfidz tanggal 18 Mei 2019
di halaman Yayasan Karantina “ untuk program
88
pembelajarannya memiliki 3 program pembelajran yaitu
Tahsin, Tahfidz dan Mutqin. Pembelajaranya yaitu dengan
sistem setoran perhalaqoh maju satu-satu yang sudah siap
untuk menyetorkan hafalan”
Dari hasil wawancara yang dipaparkan di atas menunjukan
bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di Yayasan
Karantina Tahfidzul Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga ini memiliki 3
program yaitu Tahsin, Tahfidz dan Mutqin program ini dimulai dari
awal masuk Yayasan santri dibimbing dari awal atau tahsin
memperbaiki bacaan terlebih dahulu setelah santri lulus tahsin maka
santri lanjut ke program tahsin dan dianjurkan untuk program mutqin
untuk memperkuat hafalannya.
Evaluasi selalu menjadi final dari setiap pembelajaran yang sudah
berlangsung sebagai tolak ukur atau sebagai cara untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman dan penangkapan santri terhadap apa yang
telah dipelajarinya. Maka hasil evaluasi menjadi goal yang akan
menilai hasil belajar para santri. Begitu juga dengan pembelajaran
Tahfidz di Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN)
Salatiga ini, sebagai pemahaman santri maka pihak yayasan dan
pengajar yang mengampu Tahfidz dengan metode Yadain mengadakan
evaluasi dapat dilihat pada hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dengan responden, sebagai berikut:
“Kita melakukan evaluasinya dengan cara mengecek buku
penghubung apabila santri tidak sesuai dengan target maka santri
ini dipanggil untuk diberikan konseling, coaching, training dan
terapi” (KM, 19-05-2019)
89
Berikut hasil evaluasi santri Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga:
ANGKATAN 01
No Nama Perolehan Program
1
Aufa Sultan Majid
Syach
15 halaman
1 Pekan
2
Muhammad Avicena
Al-Attar
10 halaman
1 Pekan
3
Muhammad Zain Eka
Wahyudi
10 halaman
1 Pekan
4 Hasan 8 ½ halaman 1 Pekan
5
Muhammad Ikhwan
Atallah
6 halaman
1 Pekan
6 Husain 5 ½ halaman 1 Pekan
7 Ahmad Saddat 5 halaman 1 Pekan
8
Mahadi Cipta
Pramana
4 ½ halaman
1 Pekan
9
Abdul Hakim Al-
Malik
4 halaman
1 Pekan
10
Asna Aldis Zahrani
Nur Mahmudi
1 Juz
1 Pekan
11 Najwa Hafida 9 halaman 1 Pekan
90
Mujiono
12 Hanifa Farida 5 halaman 1 Pekan
13 Bilqis Hasna Azizah 8 halaman 1 Pekan
14 Ummu Kultsum 12 halaman 1 Pekan
15
Aisyah Karina
Salsabilah Yuliyanto
9 halaman
1 Pekan
16 Sarah 8 halaman 1 Pekan
17 Alifandra Wirdian 1 Juz 10 halaman 1 Pekan
18 Bary Ahmad 6 halaman 1 Pekan
19
Muhammad Hafiizh
Dimas Saputra
1 Juz 1 halaman
1 Pekan
20
Muhammad Malekad
Majeed Syach Putra
11 halaman
1 Pekan
21
Muhammad Wildan
Mukholladun
1 juz 6 Halaman
1 Pekan
22 Usamah Ad-dari 1 juz 1 Pekan
23 Nunik Nugrahani 10 halaman 1 Pekan
24
Naura Fina Rahadatu
Aisyi
6 halaman
1 Pekan
25 Tiara Faisha Maulani 2 juz 1 Pekan
26 Roidah Agustin 1 juz 1 Pekan
27
Fuziah Habibie
dzahabiyah khuluq
17 halaman
1 Pekan
91
28
Haniah Firdauzi
Radliya
15 halaman
1 Pekan
29
Haura Hafidzatur
Radliyah
1 juz 9 halaman
1 Pekan
30 Ashofiyatu Arrayan 2 juz 6 halaman 1 Pekan
31 Naila Salsabila Arifin 3 halaman 1 Pekan
32
Nadia Husnayain
Arifin
10 halaman
1 Pekan
33
Ahmad Yusuf
Abdurrahman
1 juz
1 Pekan
34
Kenar Kenji
Nurcahyo
1 juz
1 Pekan
35
Ahmad Syakieb Al
Ghifari
½ juz
2 Hari
36 Nasrullah 2 juz 2 Hari
37
Muhammad Rasyah
Aulia Sabdana
1 juz
1 Pekan
38 Faiz Najhan Averous 1,5 juz 2 Hari
39
Hauzan Lathif Al-
Fadhil
1 juz
1 Pekan
40 Al Musofa ½ juz 2 Hari
41
Maulana Fakhri
Ainun Na’im
1 juz
1 Pekan
92
42
Muhammad Hafizh
Ikhram Muslimin
1 juz
1 Pekan
43 Agus Setiawan 2 juz 2 hari
44 Nurjazuli 5 surat tahsin 2 hari
45
Aisya Kirany
Salsabila Yuliyanto
8 halaman
1 Pekan
46 Amira Fitri Naila 14 halaman 1 Pekan
47
Anisa Abidatu
Syakiro
3 juz
1 Pekan
48 Hasna Noor Alifa 7 juz 1 Pekan
49 Dian Farida Anies 12 lembar 1 Pekan
50 Aisyah 4 seper 4 halaman 1 Pekan
51
Zidny Taqiya
1 juz lebih 15
halaman
1 Pekan
52
Annisa Rahma Qorina
Shihhah
10 halaman
1 Pekan
53 Rania Hanan Nabila 4 halaman 1 Pekan
54 Rista Perwin 14 halaman 1 Pekan
55 Abdillah 2 halaman 1 Pekan
56 Tsaqif Arayyan Yusuf 2 halaman 1 Pekan
57 Dimarazka Tsabita 20 halaman 1 Pekan
58 Naufal Edria 2 halaman 1 Pekan
93
59 Mawla Kemal Rizwan 20 halaman 1 Pekan
60 Muhammad Syafi’ 17 halaman 1 Pekan
61 Farah Alfi Kamila 1 1/2 juz 1 Pekan
62
Hafizha Agny Nur
Shofyya
9 halaman
1 Pekan
63
Nasywa Aulia Fathul
Jannah
5 halaman
1 Pekan
64 Prisa Fairuz Dina 1 ¼ juz 1 Pekan
65 Sabriya Amira Andini 6 halaman 1 Pekan
66
Naura Khoirotin
Hisan
1 juz 2 halaman
1 Pekan
67
Adilah Zahra
Salsabila
12 halaman
2 Hari
68 Haula Zhilla Zalila 5 halaman 2 Hari
69 Ida Agus Suryani 17 halaman 2 Hari
70 Rosyida Nurhamidah 20 halaman 2 Hari
71 Ayuk Natalia 11 halaman 2 Hari
72 Ariyanti Dwi Astuti 12 halaman 2 Hari
73 Desi Windi Saputri 1 ¼ juz 2 Hari
74 Muizzatul Azizah 1 ½ juz 2 Hari
75 Riyani 5 halaman 2 Hari
76 Rosiya Qisma Abida 1 juz 2 halaman 1 pekan
94
77 Dimarazka Tsabita 10 halaman 1 pekan
78 Dafina Rahmanisa 16 halaman 1 pekan
79 Ardra Aziza 1 juz 5 halaman 1 pekan
80
Bunga Arifah
Kusumawati
1 juz 3 halaman
1 pekan
81
Sofia Rif’atul
Mazidah
1 juz
1 pekan
82 Nayla Aisyah Siregar 16 halaman 1 pekan
83
Nurfaiza Syahhana
Putri
1 juz 3 halaman
1 pekan
84 Choirul Amirudin 8 juz 2 pekan
85 Alles Anandhita A 4 juz 2 pekan
86 Ahmad Faiz Alghifari 3 juz 2 pekan
87 Hanan Fitria Salam 7 halaman 2 Hari
88 Hanif Fajrul Falah 5 halaman 2 Hari
89
M Azzam
Hafidzulhaq
2 juz
1 pekan
90 M Zidane Arya P 1 1,7 halaman 1 pekan
91
Nasywan Ahnaf
Diaulaq
3 juz
1 pekan
92
Ahmad Habib Azhar
Farizy
1,5 juz
1 pekan
93 Faiz Perwiz 12 halaman 1 pekan
95
94 Ilyas 18 halaman 1 pekan
95 Faiq Taqiyyudin 6 halaman 1 pekan
96
Fahri Zaidan
Ramadhan
8 halaman
1 pekan
97
Arya Bima Al-
Ghozali
11 halaman
1 pekan
98
M. Malekad Majeed
Ahmad
2 Juz
2 Pekan
99 Arsyi Hanif Budiman 1 Juz 4 Halaman 1 Pekan
100 Shofia Dewi Fortuna 24 Juz 1 bulan
101 Ratna Noviyanti 5 Juz 1 bulan
102 Lilik Sri Erowati 20 halaman 2 pekan
103
Ammara Anindhita
Aura
1 juz 4 hal
2 pekan
104 Hasna Beauty Fadila 6, 1/3 halaman 2 Hari
105 Sugiyati 6,5 hal 2 Hari
106 D M P Erlinawati 12 halaman 2 Hari
107 Pipin Nopianti 2 Hari
108 Nazilatul Qoni’ah 1 juz 3,5 halaman 2 Hari
109 Sutri Handayani 12 halaman 2 Hari
110 Siti Zuriyah 30 Juz 1 bulan
111 Siti Zuraidah 7,5 halaman 2 Hari
96
112
Adibah Ayda
Masyanti
1 juz 3 halaman
1 pekan
113 Annisa Ayu Praditha 16 hal 1 pekan
114 Davina Safa Salsabila 9 halaman 1 pekan
115 Raisya Luna Pramesti 1 juz 9 halaman 1 pekan
116 Naura Kamila Zahra 1 juz 3 halaman
117 Calista Aliya Tsabita 20 halaman 1 pekan
118 Monifa FeoFanofa A Tahsin 1 pekan
119 Muji Nurrohmah 3 halaman 2 Hari
120 Ika Rahmawati 1 juz 4 halaman 2 Hari
121 Ika olivia Tahsin 11 halaman 2 Hari
122
Feyza Najhan
Avicena
8 halaman
2 Hari
ANGKATAN 02
123
Syifa Aulia Yulita
Kusumawardhani
4 Juz 8 Hal
TAHSIN 4 Hari
124 Siti Aminah 1 Juz 8 Hal Sabtu Ahad
125 Audita Kusuma Astuti 3 Juz 1 pekan
126
Syifa Maulida
Handiyani
4 Juz 8 Hal
1 pekan
127
Thoriq Shidiq
Shobakhi
14 Juz ¼
2 Pekan
97
128
Khofifah Nadia
Jannaty
5 Juz
2 Pekan
129
Ratu prasta selly
mahesi
2 Juz
1 Bulan
130
Della Ananda Farista
Ayu
Tahsin
1 Bulan
ANGKATAN 03
131 Anggit Risangaji 15 Juz 1 Bulan
132 Sidiq Aprianto 2 Juz 1 Bulan
133 Bani Adlina Shabrina 2 Juz 1 Pekan
134 Zidni Shofy 30 Juz 1 Bulan
Tabel 4.6 perolehan hafaan santri YKTN Salatiga
Dari paparan diatas evaluasi yang di lakukan di Yayasan Karantina
Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga dengan cara setiap santri
memiliki buku muthahabbah yang akan diisi oleh muhafidz/muhafidzah
yang berisi beberapa setoran hari itu juga. Evaluasi ini akan dicek setiap
harinya seberapa mampu menghafalnya. Apabila santri tidak sesuai
dengan target atau bisa jadi karena kondisi prikologis maka di Yayasan
Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga permasalahan seperti
ini inya Allah bisa diatasi dalam waktu 5-15 menit dengan konseling,
coaching, training dan terapi, insya Allah bisa. Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga mengadakan evaluasi sebagai
peningkatan hasil belajar santri yang dilaksanakan pada setiap minggu.
98
2. Metode Pembelajaran Tahfizhul Qur’an Yayasan Karantina
Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga
Dalam proses pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Yayasan
Karantina Tahfidz Qur’an dilakukan berbagai upaya yang telah penulis
jelaskan diatas, bahwasanya untuk mencapai pembelajaran yang efektif
dan efesien perlu adanya metode yang atau cara yang jelas. Agar
pembelajaran berjalan lancar juga tersistem secara rapi. Sebagaimana
definisi “Metode” pembelajaran sudah penuli jelaskan di bab
sebelumnya. Metode merupakan alat atau cara yang diatur dan melalui
proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud (Suparta dan Hefni,
2003:7).
Dalam proses pencarian data dan informasi yang ada di Yayasan
Karantina Tahfidz Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga. penulis
menemukan beberapa cara normatif maupun alternatif yang digunakan
oleh santri untuk menghafal dan mengulang hafalan Al-Qur’an nya.
Diantara cara atau metode tersebut adalah dengan menggunakan
metode Yadain Litahfizhil Qur’an. Karena cara ini sangat efektif untuk
mengigat ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan santri putri sebagai berikut:
“Disni metode yang diberikan adalah metode Yadain yaitu kita
itu agar dapat memisahkan kanan kiri Yadain itu sendiri dari kata
yadun kanan dan kiri. kanan (kata-kata positif) yaitu Akhirat dan
kiri (kata-kata negatif) yaitu hal-hal yang ada di dunia dengan
kanan kiri ini agar dapat membedakan mana yang baik dan yang
buruk dengan metode Yadain ini agar dapat memahami artinya
terlebih dahulu. Metode Yadain Litahfizhil Qur’an dirancang untuk
mengoptimalkan seluruh potensi indera manusia. Sehingga
99
menghafal bukan hanya dengan mengedepankan gaya visual secara
ekternal saja namun juga secara internal” (AN, 18-09-2019)
Jadi YKTN memiliki metode Yadain yaitu berfokus
menghafalnya itu dengan panca indera. Menghafal kosa katanya
dan artinya dengan sekali kedip. Tetapi kembali setiap individu
punya cara masing masing. (HN, 18-05-2019)
Dari ungkapan Santri tersebut dapat penulis simpulkan, bahwa
menghafal Al-Qur’an tidak seperti menghafal naskah atau teks pidato.
Sebab kemu’jizatan Al-Qur’an sendiri tidak bisa disamakan dengan karya
sastra manapun. Dan cara dan metode yang digunakann adalah seperti
diatas. Sebab banyak di anatara penghafal Al-Qur’an yang sudah selesai
30 Juz tapi sering lupa di beberapa ayat bahkan beberapa juz, ada juga
yang Tajwid dan Makhorijul hurufnya belum sempurna. Itu semua terjadi
karena pada awal menghafal nya kurang penekanan terhadap Tajwid dan
Makhorijul hurufnya. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
Ustadz Kamal Mustofa:
“pertama yang diujikan adalah tahsin Al-Qur’an. Dari kami akan
meminta kita untuk membaca beberapa ayat dari Al-Qur’’an fungsinya
agar muhafiz dan muhafidahnya tau akan tingkat bacaan kita. Tak
perlu takut jika masih belum lancar membaca Al-Qur’an, karena nanati
akan masuk ke kelas tahsin terlebih dahulu karena dikhawatirkan jika
tidak diuji terlebih dahulu sebelum ujian akan terjadi kesalahan-
kesalahan kesil seperti salah baca huruf (Makhorijul) atau Tajwidnya.
Dan itu apabila sudah melekat pada ingatan, akan salah sampai
seterusnya dan akan susah membenahinya karena sudah melekat pada
ingatan” (KM, 19-05-2019)
Dari situ menunjukkan bahwa sebelum pelaksanaan pembelajaran
Tahfidzul Qur’an maka setiap santri mengikuti program Tahsin karena
kamampuan membaca Al-Qur’an yang sesuai dengan kaidah tajwid
sangat penting dikuasi sebelumnya terjun kedunia menghafal Al-Qur’an.
Bacaan Al-Qur’an yang tidak tepat akan menyulitkan proses menghafal,
100
sebagaimana bacaan Al-Qur’an yang lancar dan benar bisa mempermudah.
Mengapa? Karena proses membaca sudah tidak menjadi hambatan
sehingga penghafal bisa lanjut ke tahapan berikutnya yaitu memahami.
Metode Yadain yang diterapkan di Yayasan Karantina Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga ini sangat efektif dan mudah untuk
diterapkan dalam menghafal Al-Qur’an karena metode ini metode
menghafal Al-Qur’an bisa dilaksanakan dalam waktu yang singkat, cepat
dan permanen. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Haura
Dia Ulhaq:
“awalnya dulu saya tidak tahu metode ini setelah saya
mengikuti seminar di daerah Solo maka saya tertarik dengan
program ini, dengan itu akhirnya saya mencoba dan Alhamdulillah
yang awalnya tidak tau metode ini sekarang menjadi tahu metode
ini sangat mudah karena kita menghafal Al-Qur’an sekaligus
mentadaburinya maka dari situ akan lebih melekat di dalam
ingatan kita”(AD, 18-05-2-19)
Dari hasil wawancara yang dipaparkan diatas menunjukkan bahwa
metode Yadain Litahfizhil Qur’an sangat evektif untuk hafaln Al-
Qur’an dikarenakan cara atau metode belajarnya dengan
menggabungkan semua kemampuan panca indera. Mata, hidung,
telinga, kulit, dan lidah digunakan untuk menghafal.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Tahfizhul
Qur’an Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN)
Salatiga
a. Faktor Pendukung
Dalam rangka meningkatkan kualitas hafalan bagi penghafal
Al-Qur’an perlu adanya penyemimbangan anatara faktor
101
pendukukng dan faktor penghambat pembelajaran Tahfidz Al-
Qur’’an. Upaya ini terus dilakukan oleh pengasuh dan Ustadz atau
Ustadzah Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN)
meskipun masih banyak faktor penghambat yang muncul Oleh
karena faktor pendukung yang ada di Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai faktor
pendukung pembelajaran Tahfidzul Qur’an yang berlaku di
Yayasan Karantina Tahfidzul Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga
dapat dilihat pada hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dengan responden, sebagai berikut:
“Faktor Pendukung yaitu sesuai dengan SOPnya yayasan,
niatnya ikhlas, muroja’ah, fokus, temannya, takdim,
menggunakan waktunya sebaik mungkin”(SL, 19-05-2019)
b. Faktor Penghambat
Setiap proses pembelajaran pasti ada problem atau kendala atau
hambatan yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang dituju.
Problem yang dihadapi dalam pembelajaran Tahfidzul Qur’an
adalah:
“Faktor penghambatnya yaitu tidak memenuhi SOP, tidak
datang, tahsinya kurang bagus, belum begitu paham tentang
metode yang digunakan, dan kesehatan” (KM, 19-05-2019)
“Faktor penghambat pertama yaitu bagraundnya berbeda,
males, ngatuk, capek, home sick, makin banyak santri juga
kelamaan setoranya” (HN, 1-05-2019)
Problem atau kendala/hambatan yang dihadapi selama
pelaksanaan pembelajaran Tahfidzul Qur’an yaitu: dari segi
102
santrinya yang mana santri itu macam-macam ada yang cepat hafal
dan ada yang lambat dalam menghafal Al-Qur’an, ada yang godaan
dari dalam diri sendiri seperti ngatuk, capek, males, home sick,
kesehatan dll sehingga itu akan menjadi hambatan untuk mencapai
target. Santri yang kurang dalam menghafal maka santri tidak akan
mencapai target. Dari segi yayasan yang mana kebanyakan santri
tidak memenuhi SOP dan metode yang digunakan yang telah
ditentukan dari yayasan maka hal ini juga menghambat dan tidak
memenuhi target.
103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian secara keseluruhan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian ini, maka sebagai akhir pembahasan,
peneliti akan memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di Yayasan Karantina
Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga memeliki 3 program
pembelajaran yaitu: (a) Tahsin adalah cara memperindah atau
memperbaiki bacaan yang meliputi makhorijul huruf (tempat-tempat
keluarnya huruf),,mad (panjang pendek), dan tajwid (hukum bacaan).
(b) Tahfidz dengan sistem pebelajaran bertatap muka langsung
menyetorkan hafalanya. (c) Mutqin adalah memperkuat hafalan
terhadap lafadz-lafadz Al-Qur’an dan menghafal maknanya dengan
kuat. Evaluasi yang di lakukan di Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga dengan cara setiap santri memiliki buku
penghubung yang akan diisi oleh muhafidz/muhafidzah yang berisi
beberapa setoran hari itu juga. Evaluasi ini akan dicek setiap harinya
seberapa mampu menghafalnya. Apabila santri tidak sesuai dengan
target atau bisa jadi karena kondisi prikologis maka di Yayasan
Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga permasalahan
seperti ini bisa diatasi dengan cara konseling, coaching, training dan
terapi.
104
2. Metode yang digunakan di Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga adalah metode Yadain Litahfizhil Qur’an
metode ini sangat evektif untuk menghafal Al-Qur’an dikarenakan cara
atau metode belajarnya dengan menggabungkan semua kemampuan
panca indera. Mata, hidung, telinga, kulit, dan lidah digunakan untuk
menghafal.
3. Adapun Faktor pendukung dan penghambat pembelajaran Tahfidz Al-
Qur’an di Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN)
Salatiga adalah: (a) Niatnya yang ikhlas (b) Sesuai dengan SOPnya
yayasan (c) Muroja’ah (d) Fokus (e) Temannya atau Patner yang saling
memberi motivasi (f) Ta’dzim (g) menggunakan waktunya sebaik
mungkin (h) Tersedinya Muhafidz yang selalu memberikan dukungan
(i) adanya fasilitas yang memadai. Sedangkan faktor penghambatnya
adalah: (a) Tidak memenuhi standar SOP Yayasan (b) Tidak datang
saat setoran (c) Tahsinnya kurang bagus (d) Belum begitu paham
tentang metode yang digunakan (e) kesehatan (f) backgraundnya
berbeda (h) Males (i) Mengantuk (j) Capek (k) Home sick (l) Makin
banyak santri juga kelamaan setoranya”
B. Saran
Dengan segala keterbatasan dan kekurangan, tidak mengurangi
rasa hormat penulis kepda pengasuh sekaligus Asatidz dan Santri
Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga, penulis
berusaha memberi saran dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian
105
dan pembahasan tentang Metode Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di
Santri Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga.
maka peneliti akan menyampaikan beberapa saran yang berhubungan
dengan hal-hal yang bersangkutan. Adapun beberapa saran tersebut
adalah:
1. Bagi Yayasan
Diharapkan bagi Yayasan untuk lebih menambah serta
mengembangkan program yang sudah ada seperti program
Muruja’ah setiap harinya agar dalam hafalan lebih kuat lagi dalam
ingatan karena Muruja’ah itu tidak semudah membuat hafalan.
2. Bagi Muhafidz/Muhafidzah
Diharapkan bagi Muhafidz/Muhafidzah memberikan evaluasi
bukan hanya mengecek buku muthahabbah dan konseling,
coaching, training dan terapi saja akan tetapi juga diberikan
evaluasi tes Hafalanya agar dapat mengetahui sebagaimana
kemampuan mengigat hafalanya.
3. Bagi Santri
Untuk lebih memudahkan dalam menghafal Al-Qur’an dan
mempertahankan ayat yang sudah dihafal. Maka usahakan ayat
yang sudah dihafal di Muroja’ah tidak menambah hafalan terus
agar ayat yang sudah di hafal tidak cepat lupan dan kuat.
Santri diharapkan salalu tekun dalam mengikuti pembelajaran
dan selalu menaati peraturan dan nasehat Pengasuh atau
106
Muhafidz/Muhafidzah. Ayat yang sudah dihafalkan, supaya
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan digunakan secara
fungsional untuk membaca dan memahami setiap situasi sehari-
hari, seperti dalam bertutur kata, berperilaku datau dalam
berdakwah.
107
DAFTAR PUSTAKA
Abrahah, Awlad Ahmad. 2018. Rihlah Tahfizh Metode Pendidikan dan
Menghafal Al-Qur’an. Lirboyo: Lirboyo Press.
Anam Nurul, Mutohar Ahmad. 2013. Moderesasi Pendidikan Islam dan
Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ali Murtadlo, Zainal Aqib. 2016. Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Inovatif. Bandung: CV Yrama Widya.
Ashadi. 2018. Reviewed From Information Processing Model For Primary Scool
Teachers. Jurnal UNS, No. 17, Vol. 09.
Badwilan, Salim Ahmad. 2009. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an dan
Rahasia-rahasia Keajaibannya. Jogjakarta: DIVA Press.
Cahyono, Guntur. 2019. Media Pembelajaran Teori dan Praktik Pembelajaran.
Sukoharjo: Oase Pustaka.
Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif fan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hefni Harjani, Suparta Munzier. 2003. Metode Dakwah. Jaakarta Timur: Prenada
Media
Iryadi Yadi, Al-Makhtum Saied. 2018. Karangtina Hafal Al-Qur’an Sebulan.
Ponorogo: CV Alam Pena.
Khallaf, Wahhab Abdul. 2014. Ushul Fiqih. Semarang: Toha Putra Semarang.
Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Marza. 2017. Regulasi Diri Remaja Penghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Jami’atul Qurro’ Sumatera Selatan. Jurnal Raden Fatah, Vol. 06, No. 01.
Moleong.2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Murtadlo Ali, Aqib Zainal. 2016. Kumpulan Metode Pembelajaran. Bandung: CV
Yrama Widya.
Muthoifin. 2016. Metode Pembelajaran Taḥfīẓ Al-Qur’an Di Madrasah Aliyah
Taḥfīẓ Nurul Iman Karanganyar Dan Madrasah Aliyah Al-Kahfi Surakarta.
Jurnal Studi Islam, Vol. 17, No. 2.
Nuha, Ulin. 2016. Ragam Metodologi dan Media Pembelajaran Bahasa Arab.
Yogyakarta: DIVA Press.
108
Raihan Ummu. 2016. Mencetak Hafidz Cilik. Solo: Gazza Media.
Rasimin. 2018. Metode Penelitian. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Rasyid. 2016. Strategi Peningkatan Hafalan Qur’an Melalui Gerakan Madrasah
Menghafal Al-Qur’an. Bandung: UI Press
Sanjaya, Wina. 2017. Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Setyanto, Ardi. 2014. Panduan Sukses Komunikasi Belajar Mengajar. Jogjakarta:
DIVA Press.
Syafe’i, Rachmat. 2015. Ilmu Ushull Fiqih. Bndung: CV Pustaka Setia.
Sudarto. 2016. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: CV Budi Setia.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
CV Alfabeta
Sulistyorini, Fthurrohman Muhammad. 2012. Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Teras.
Umar. 2017.Implementasi Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Di Smp Luqman Al-
Hakim. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 1.
Usman. 2009. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: TERAS.
Wardoyo, Mangun Sigit. 2015. Pembelajaran Konstruktivisme. Bandung:
Alfabeta.
Wahid, Alawiyah Wiwi. 2013. Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an.
Yogyakarta: DIVA Press.
Wahyudi Rofiul, Wahidi Ridhoul. 2016. Sukses menghafal Al-Qur’an Meski Sibuk
Kuliah. Yogyakarta: Semesta Hikmah.
Yaniawati Poppy, Indrawan Rully. 2016. Metodologi Penelitian. Bandung: PT
Refika Aditama.
109
1
TRANSTLITERASI ARAB – LATIN
(Dari Buku Panduan Standar Penulisan dan Penerjemahan Pustaka Al-Kautsar)
TH = ط A = ا
DZ = ظ B = ب
‘ = ع T = ت
GH = غ TS = ث
F = ف J = ج
Q = ق H = ح
K = ك KH = خ
L = ل D = د
M = م ZH = ذ
N = ن R = ر
W = و Z = ز
H = ه S = س
‘ = ء SY = ش
Y = ي SH = ص
DH = ض
2
3
4
SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Supri Hidayati Jurusan : Pendidikan Agama Islam
NIM : 23010150135 Dosen PA : Prof. Dr. MUH. Saerozi,
M.Ag.
NO JENIS KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN
SEBAGAI NILAI
1. CERTIFICATE ACHIEVEMENT
HAS JOINED IN ENGLISH
COURSE AND CAMP EGYPT
Islamic Boarding and Caurse (Pare,
Kediri, Jawa Timur)
5 Januari – 3
Februari 2017
Peserta 10
2. SYAHADAH OF ACHIEVEMENT
HAS JOINED IN ARABIC
COURSE AND CAMP EGYPT
Islamic Boarding and Caurse (Pare,
Kediri, Jawa Timur)
7 Januari – 3
Februari 2018
Peserta 10
3. Sertifikat Program Bidikmisi IAIN
Salatiga “Menghafal Juz 30” di
Pondok Pesantren Madrosatul
Qur’an Boyolali
11 Januari – 9
Februari 2016
Peserta 10
4. IJAZAH (Kursus Pembina Pramuka
Tingkat Dasar ) KMD Gerakan
Pramuka Kwartir Cabang 1132 Kota
Salatiga Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Gerakan Pramuka
06 – 11
September
2016
Peserta 8
5. IJAZAH (Kursus Pembina Pramuka
Mahir Tingkat Lanjut ) KML
22 – 27
September
Peserta 8
5
Gerakan Pramuka Kwartir Cabang
1132 Kota Salatiga Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Gerakan Pramuka
2017
6. Sertifikat Seminar Nasional LDK FA
“ Ya Allah I’m Falling in Love ”
26 November
2016
Peserta 8
7. Sertifikat Seminar Nasional dan
Launching LPM Dinamika “
HEDONISME ”
4 Maret 2017 Peserta 8
8. Sertifikat Seminar Nasional HMJ
KPI “ Peran Media Masa Terhadap
Kelestarian Lingkungan Hidup “
19 November
2015
Peserta 8
9. Sertifikat Seminar Nasional HMJ
SKI “ Jendral Sudirman Inspirasi
Anak Bangsa “
11 November
2015
Peserta 8
10. Sertifikat Seminar Nasional HMI “
Pembangunan Karakter Bangsa
Upaya Mewujudkan Generasi Muda
yang Berbudaya untuk Indonesia
Bermartabat “
9 April 2016 Peserta 8
11. National Achievement Motivation
Training “ Solusi Cerdas, Sukses
Akademis dan Organisasi “
01 Oktober
2016
Peserta 8
12. Sertifikat Seminar Nasional HMJ
PAI “ Pendidikan Agama Menjadi
Pelopor Kebangkitan Nasional di Era
Modern “
21 Mei 2016 Peserta 8
13. Certificate National Seminar CEC “
The Use of English as a Medium of
Islamic Preaching”
28 Maret 2016 Peserta 8
14. Sertifikat Seminar Nasional 29 November Peserta 8
6
Tantangan Literasi di Era Digitsl “
Santri Melawan Hoax dan Tolak
Politisasi SARA Demi Tegaknya
Pancasila dan NKRI”
2018
15. Sertifikat Bahasa Arab UPTPB IAIN
Salatiga
22 Februaro –
10 Juni 2016
Peserta 6
16. Sertifikat Bahasa Inggris UPTPB
IAIN Salatiga
22 Februaro –
10 Juni 2016
Peserta 6
17. Certificate Scholarship Seminar YA
BISMILLAH “ Unlocking The
Future Through Sxholarship”
23 Maret 2017 Peserta 3
18. Sertifikat MAKESTA IPNU IPPNU
PAC Tuntang
24-25 Februari
2018
Peserta 3
19. Sertifikat Annivarsary YA
BISMILLAH Ke-5 “ Satu Arah,
Satukan Langkah dalam Mencapai
Masa Depan Gemilang “
12 Agustus
2017
Peserta 3
20. Sertifikat HMI Dialog interaktif dan
sebagai donator korban bencana
29 Juni 2016 Peserta 3
21. Sertifikat Penerimaan Anggota Baru
JQH al-Furqon 2015 “ Keep on
Loving Holy Qur’an to Reach a
Peacefullness of Life “
25-26
Desember
2015
Peserta 3
22. Sertifikat Ramadhan In Campus “
Bersahabat dengan Al-Qur’an,
Menjadi Keluarga Terdekat Sang
Maha Rahman “
15 Juni 2017 Peserta 3
23. Sertifikat Dauroh Marhalah (DM) “
Optimalisasi Peran Pemuda Sebagai
Director of Change “
17-18 Oktober
2015
Peserta 3
7
24. Sertifikat IBTIDA’ LDK FA 29-30 Oktober
2016
Peserta 3
25. Sertifikat Training Entrepreneurship
YA BISMILLAH “ Kiat
Berwirausaha Sukses dan Mandiri
Melalui Bisnin Online “
30 Oktober
2017
Peserta 3
26. Sertifikat Library User Education
UPT Perpustakaan
21 Agustus
2015
Peserta 3
27. Sertifikat Training Kader I LDK FA
“ Mencetak Kader Dakwah yang
Berkarakter Rabbani Demi
Mewujudkan Generasi Unggul “
8-9 April 2017 Peserta 3
28. Sertifikat Training Kader II LDK FA
“ Membentuk Kader Dakwah
Cerdas, Berkarakter dan Siap
Berkontribusi di Masyarakat ”
1-2 Desember
2017
Peserta 3
29. Sertifikat Seminar Motivasi “
Mrnumbuhkan Semangat Berprestasi
Sebagai Wujud Pengabdian Bangsa
di Era Global “
24 Desember
2015
Peserta 3
30. Sertifikat Diskusi Aktif HMJ PAI “
Peran Perempuan dalam Dunia
Pendidikan “
10 September
2015
Peserta 3
31. Sertifikat Seminar Regional HMJ
PGRA “ Spiritual dan Prophetic
Parenting di Era Digital “
14 September
2016
Peserta 3
32. Sertifikat Pelatihan Desain Grafis
“Berkreasi melalui Desain Grafis “
17-18 Mei
2017
Peserta 3
8
9
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber :Ustadz/Ustadzah dan pengurus Yayasan Karantina
Tahfidzul Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga
Judul Penelitian :Metode Pembelajaran Tahfizul Qur’an di
Yayasan Karangtina Tahfizh Qur’an Nasional
(Yktn) Salatiga Tahun 2019
1. Bagaimana Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga?
2. Bagaimana Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an yang dipakai di Yayasan
Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga?
3. Apa Saja Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Tahfidzul Qur’an
di Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga?
4. Bagaimana evaluasi pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Yayasan Karantina
Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga?
10
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber :Santri/Peserta Yayasan Karantina Tahfidzul Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga
Judul Penelitian :Metode Pembelajaran Tahfizul Qur’an di
Yayasan Karangtina Tahfizh Qur’an Nasional
(Yktn) Salatiga Tahun 2019
1. Bagaimana metode yang anda gunakan dalam menghafal Al-Qur’an di
Yayasan Karantina Tahfidzul Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga?
2. Apa Saja Faktor Pendukung Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Yayasan
Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga?
3. Apa Saja Faktor Penghambat Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Yayasan
Karantina Tahfizh Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga?
11
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Kamal Mustofa
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Ustadz
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana Pembelajaran Tahfidzul
Qur’an di Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga?
Pembelajaran Tahfidzul Qur’an
di Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN)
Salatiga ini memiliki 3 program
tahsin atau ditalaki dari nol atau
memperbaiki bacaan samoai
dengan lancar, tahfidz dengan
cara setoran kepada ustadz
secara bertatap muka dan mutqin
atau memperlacar hafalan.
2. Bagaimana Metode Pembelajaran
Tahfidzul Qur’an yang dipakai di
Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga?
Metode Pembelajaran Tahfidzul
Qur’an yang digunakan
Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN)
Salatiga ini menggunakan
metode Yadain Litahfizhil
Qur’an. Yadain itu berati 2
12
tangan, ada dua sisi didalam Al-
Qur’an kalau ada baik pasti ada
buruk intinya mengetahui siapa
pelakunya, apa yang dikerjakan
dan sifatnya itu bagaimana dan
mentadaburi isi al quran apa yg
dibaca.
3. Apa Saja Faktor Pendukung dan
Penghambat Pembelajaran Tahfidzul
Qur’an di Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga
Faktor Pendukungnya yaitu
rezeki dari Allah dan fasilitas yg
terpenui. Dan untuk faktor
penghambatnya yaitu tidak
memenuhi SOP, tidak datang,
tahsinya kurang bagus, belum
begitu paham tentang metode
yang digunakan, dan kesehatan.
4. Bagaimana evaluasi pembelajaran
Tahfidzul Qur’an di Yayasan
Karantina Tahfizh Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga?
Evalusinya dengan cara
mengadakan rapat ustadz, staf,
admin dan pendamping, sudah
ada perhalaqah ada kendala atau
tidak, jikalau ada dievaluasi
kesalahanya apa kekuranganya
apa lalu diberikan solusi
kemudian disampaikan kepada
13
santri.
14
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Sela
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Ustadzah
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana Pembelajaran Tahfidzul
Qur’an di Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga?
pembelajaran yang digunakan
ada 3 program yaitu tahsin
(memperlancar hafalan), tahfid
(menghafal) kita menerima
setoran dan mutqin (
memperlancar hafalan) selama 3
bulan.
2. Bagaimana Metode Pembelajaran
Tahfidzul Qur’an yang dipakai di
Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga?
Metode yang digunakan di
Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN)
Salatiga dengan metode Yadain
yaitu dengan cara merekan
dengan semua pancaindra mulai
dari melihat, merasaakan
mendengar dan memperagakan.
Semisal satu ayat direkam dulu
lalu di tadabur kemudian baru
15
dihafalkan.
3. Apa Saja Faktor Pendukung dan
Penghambat Pembelajaran Tahfidzul
Qur’an di Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga
Faktor Pendukung yaitu sesuai
dengan SOPnya yayasan,
niatnya ikhlas, muroja’ah, fokus,
temannya, takdim,
menggunakan waktunya sebaik
mungkin. Faktor
Penghambatnya yaitu anaknya
bisa tidak bisa mengoptimalkan
waktu dan tidak sesuai dengan
SOP.
4. Bagaimana evaluasi pembelajaran
Tahfidzul Qur’an di Yayasan
Karantina Tahfizh Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga?
Evalusainya adalah dengan cara
ada rapat koordinasi ketika ada
masalah kita ambil solusi
kemudian disampaikan kepada
santri.
16
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Mugi Utami
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Ustadzah
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana Pembelajaran Tahfidzul
Qur’an di Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga?
Untuk pembelajaran yang
digunakan ada 3 program yaitu
tahsin (memperlancar hafalan),
tahfid (menghafal) kita
menerima setoran dan mutqin (
memperlancar hafalan) selama 3
bulan.
2. Bagaimana Metode Pembelajaran
Tahfidzul Qur’an yang dipakai di
Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga?
Metode yang digunakan di
Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN)
Salatiga dengan metode Yadain
yaitu Perkata untuk ditadabur.
dengan cara merekan dengan
semua pancaindra mulai dari
melihat, merasaakan mendengar
dan memperagakan. Semisal
satu ayat direkam dulu lalu di
17
tadabur kemudian baru
dihafalkan.
3. Apa Saja Faktor Pendukung dan
Penghambat Pembelajaran Tahfidzul
Qur’an di Yayasan Karantina Tahfizh
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga
Faktor Pendukung yaitu sesuai
dengan SOPnya yayasan,
niatnya ikhlas, muroja’ah, fokus,
temannya, takdim,
menggunakan waktunya sebaik
mungkin. Faktor
Penghambatnya yaitu anaknya
bisa tidak bisa mengoptimalkan
waktu dan tidak sesuai dengan
SOP.
4. Bagaimana evaluasi pembelajaran
Tahfidzul Qur’an di Yayasan
Karantina Tahfizh Qur’an Nasional
(YKTN) Salatiga?
Evalusainya adalah dengan cara
ada rapat koordinasi ketika ada
masalah kita ambil solusi
kemudian disampaikan kepada
santri.
18
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Alles Anandita
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Santri
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana metode yang anda
gunakan dalam menghafal Al-Qur’an
di Yayasan Karantina Tahfidzul
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga?
Disni metode yang diberikan
adalah metode Yadain yaitu kita
itu agar dapat memisahkan
kanan kiri Yadain itu sendiri dari
kata yadun kanan dan kiri. kanan
(kata-kata positif) yaitu Akhirat
dan kiri (kata-kata negatif) yaitu
hal-hal yang ada di dunia dengan
kanan kiri ini agar dapat
membedakan mana yang baik
dan yang buruk dengan metode
Yadain ini agar dapat
memahami artinya terlebih
dahulu.
2. Apa Saja Faktor Pendukung
Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di
Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Untuk faktor pendukung dri saya
yaitu motifasi,
19
Nasional (YKTN) Salatiga?
3. Apa Saja Faktor Penghambat
Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di
Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga?
Kalau kendala biasanya yang
bikin susah hafalan yaitu faktor
kita deket dengan Allah atau
tidak faktor maksiat juga, faktor
mandsetnya kita.
20
HASIL WAWANCARA
Narasumber : H N A Fajriani
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santri
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana metode yang anda
gunakan dalam menghafal Al-Qur’an
di Yayasan Karantina Tahfidzul
Qur’an Nasional (YKTN) Salatiga?
Jadi YKTN memiliki metode
Yadain yaitu berfokus
menghafalnya itu dengan panca
indera. Menghafal kosa katanya
dan artinya dengan sekali kedip.
Tetapi kembali setiap individu
punya cara masing masing.
2. Apa Saja Faktor Pendukung
Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di
Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga?
Faktor pendukungnya yaitu
Pengajarnya, fasilitas dll
3. Apa Saja Faktor Penghambat
Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di
Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga?
Faktor penghambat pertama
yaitu bagraundnya berbeda,
males, ngatuk, capek, home sick,
makin banyak santri juga
kelamaan setoranya.
21
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Haura Dia Ulhaq
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santri
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana metode yang anda
gunakan dalam menghafal Al-
Qur’an di Yayasan Karantina
Tahfidzul Qur’an Nasional (YKTN)
Salatiga?
Disini menggunakan Al-Qur’an
Yadain Metode yag digunakan
yaitu metode Yadain itu dalam
satu halaman kan ada 15 baris
dalam 1 baris dihafal 1 menit. 15
menit buat menghafal dan 15
menit buat melancarkan baru
disetorkan .
2. Apa Saja Faktor Pendukung
Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di
Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga?
Faktor Pendukungnya yaitu Para
muhafidzohnya selalu
memmberikan semangat dan
temannya.
3. Apa Saja Faktor Penghambat
Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di
Yayasan Karantina Tahfizh Qur’an
Nasional (YKTN) Salatiga?
Penghambatnya yaitu ngantuk,
soalnya kan sama Al-Qur’an
otomatis syaiton tidak
membiarkan kita mesti digagu
22
entah ituk ngantuk, ingin ke
kamar mandi, ngobrol dll.
23
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar II Proses Wawancara dengan santri putra
Gambar III Proses Wawancara dengan santri putri
24
Gambar IVProses Wawancara dengan Pengurus/ustadz
Gambar V proses pembelajaran santri
25
Gambar IV Proses setoran hafalan kepada Muhafidzah
Gambar VII kegiatan shalat berjamaah
26
Gambar VIII Contoh Al-Qur’an Yadain
Gambar XI Contoh isi Al-Qur’an Yadain
27
Gambar X Peneliti dengan santri
28
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. Data Pribadi
Nama : SUPRI HIDAYATI
Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang 31 Juli 1997
NIM : 23010150135
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Alamat Asal : Dsn. Santan 10/02, Ds. Kuwarasan, Kec.
Jambu, Kab. Semarang
B. Orang Tua
Ayah : Alm Suniman
Ibu : Jumini
Pekerjaan : Petani
C. Motto
Enom tirakat, tuo nemu derajat
D. Riwayat Pendidikan
No. Instansi Pendidikan Masuk (Tahun) Lulus (Tahun)
1. SD N Kebondalem 01 2003 2009
2. SMP Muhammadiyah Jambu 2009 2012
3. SMK Islam Sudirman 1
Ambarawa
2012 2015
4. S1 PAI IAIN Salatiga 2015 2019