Download - MAPRI - nike.docx
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
1/28
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar BelakangPenerapan paradigma pembangunan kesehatan baru yaitu paradigma sehat
merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat
proaktif. Paradigma sehat tersebut merupakan model pembangunan kesehatan
yang dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap
mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang tinggi
pada pentingnya pelayanan kesehaatan yang bersifat promotif dan preventif.
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat antara lain
melalui perbaikan status gizi. Gizi merupakan satu modal dasar dalam
pembangunan manusia yang berkualitas. Kekurangan gizi mengakibatkan
penurunan kualitas kesehatan yang akhirnya berdampak pada gangguan
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta penurunan kecerdasan. Pembangunan
tidak akan berhasil tanpa didukung oleh sumber daya yang berkualitas.
Di Indonesia, masalah gizi kurang dan gizi buruk masih menjadi perhatian
utama selain juga masalah gizi mikro dan pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan
data Riskesdas 2007, prevalensi gizi buruk yang berada di atas rata-rata nasional
(5,4%) ditemukan pada 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota. Masalah gizi mikro
di 10 provinsi tahun 2006, diperoleh gambaran prevalensi xerophtalmia pada
balita 0,13% dan proporsi balita dengan serum retinol
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
2/28
2
GAKY dan vitamin A masih tetap diupayakan. Pada dasarnya kegiatan gizi yang
dilaksanakan di puskesmas masih bertolak pada empat masalah gizi utama yaitu
GAKY, anemia gizi besi, KEP, dan kurang vitamin A. Akan tetapi upaya terhadap
masalah gizi yang lain seperti akibat penyakit degeneratif merupakan beban
ganda.
Untuk melakukan perbaikan status gizi diperlukan beberapa program yang
harus direncanakan. Tapi sebelum program itu dibentuk, kita harus mengetahui
akar dari masalah gizi itu sendiri. Langkah awal untuk mengetahui akar dari
masalah gizi adalah dengan melakukan identifikasi masalah gizi tersebut untuk
selanjutnya dicarikan pemecahan masalah sekaligus memberantas akar dari
masalah gizi tersebut.
1.2.Batasan MasalahMakalah ini membahas tentang identifikasi masalah-masalah gizi di
Puskesmas Ambacang secara khusus.
1.3.Tujuan Penulisan1.3.1.Tujuan UmumMengetahui masalah gizi masyarakat di puskesmas secara umum.
1.3.2.Tujuan Khusus- Mengetahui tentang masalah gizi masyarakat di Puskesmas Ambacang.- Sebagai salah satu tugas dalam menjalankan kepanitraan klinik di bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
1.4. Metode PenulisanMetode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari
berbagai literatur.
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
3/28
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Gizi
Gizi adalah suatu proses menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme,
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Ilmu gizi adalah pengetahuan tentang makanan dalam hubungannya dengan
kesehatan atau pengetahuan tentang cara memberikan makanan dengan benar agar
tubuh berada dalam keadaan sehat.
Ilmu gizi dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan sifatnya, yakni gizi
yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan
perorangan dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut
gizi kesehatan masyarakat (public health nutrition). Kedua sifat keilmuan ini
akhirnya masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu sendiri, yakni cabang
ilmu gizi kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinical nutrition) dan
cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat (community nutrition).
Kedua cabang ilmu ini dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya. Gizi
klinik berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita
gangguan kesehatan akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Jadi gizi klinik lebih
menitikberatkan pada kuratif. Gizi masyarakat berkaitan dengan gangguan gizi
pada kelompok masyarakat. Oleh sebab itu, sifat dari gizi masyarakat lebih
ditekankan pada preventif dan promotif.
2.2. Zat Gizi pada Makanan
Zat gizi pada makanan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan
kesehatan dikelompokkan menjadi 5 macam:
a. KarbohidratBerdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan menjadi
monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi karbohidrat adalah sebagai
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
4/28
4
pembentuk energi. Sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh-tumbuhan (beras,
jagung, singkong, dan lain-lain) yang merupakan makanan pokok.
b. ProteinDiperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (protein
nabati) dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein bagi tubuh
antara lain:
- Membangun sel yang rusak- Membentuk zat pengatur seperti enzim dan hormon- Membentuk energic. Lemak
Berasal dari minyak goreng, daging, dan margarin. Fungsi lemak bagi
tubuh adalah:
- Menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia- Pelarut vitamin A, D, E, K- Sebagai pelindung tubuh pada temperatur rendahd. Vitamin
Dibedakan menjadi dua, yakni vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan
C) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K). Fungsi dari masing-
masing vitamin antara lain:
- Vitamin A, berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan sebagai pengaturkepekaan rangsangan sinar pada saraf dan mata.
- Vitamin B1, berfungsi untuk metabolisme karbohidrat, keseimbangan airdalam tubuh, dan penyerapan zat lemak oleh usus.
- Vitamin B2, berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf mata danenzim berfungsi dalam proses oksidasi dalam sel-sel.
- Vitamin B6, berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah dan prosespertumbuhan serta pekerjaan urat saraf.
- Vitamin C, berfungsi sebagai aktivator macam-macam enzim perombakprotein dan lemak, oksidasi dan dehidrasi dalam sel, dan penting dalam
pembentukan trombosit.
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
5/28
5
- Vitamin D, berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor, memperbesarpenyerapan zat kapur dan fosfor dari usus, dan mempengaruhi kerja kelenjar
endokrin.
- Vitamin E, berfungsi mencegah perdarahan bagi wanita hamil serta mencegahkeguguran dan diperlukan saat sel membelah.
- Vitamin K, berfungsi dalam pembentukan protrombin.e. Mineral
Terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat fluor (F), natrium (Na), chlor
(Cl), kalium (K), dan iodium (I). Secara umum fungsi mineral adalah sebagai
bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari
struktur sel dan jaringan.
2.3.Status GiziStatus gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level individu (level
yang paling mikro). Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan
makanan dan infeksi, sedangkan faktor tidak langsung yaitu ketahanan pangan di
keluarga, pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk
akses terhadap pelayanan kesehatan. Hal yang sama diutarakan oleh Daly, et al.
(1979) bahwa konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai faktor dimensi yang
sangat kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi
makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan,
pengolahan makanan, dan tersedianya bahan makanan.
Seperti yang telah diketahui, ada beberapa kelompok umur yang rentan
terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi, yaitu kelompok bayi dan anak balita.
Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakatadalah melalui status gizi balita (bayi dan anak balita). Selama ini telah banyak
dihasilkan berbagai pengukuran status gizi tersebut dan masing-masing ahli
mempunyai argumentasi sendiri dalam mengembangkan pengukuran tersebut.
Cara penilaian status gizi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 920/Menkes/SK/VII/2002 adalah melalui nilai indeks antopometri (BB/U,
TB/U, BB/TB) dibandingkan dengan nilai rujukan WHO-NCHS dimana istilah
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
6/28
6
status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak terjadi
kerancuan dalam interpretasi.
Tabel 2.1. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB,
Standar Baku WHO-NCHS
Indeks Status GiziAmbang
Batas
Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Gizi Lebih +2 SD
Gizi Baik-2 SD sampai
+2 SD
Gizi Kurang-3 SD sampai
< -2 SD
Gizi Buruk < -3 SD
Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi > +2 SD
Normal-2 SD sampai
+2 SD
Pendek-3 SD sampai
< -2 SD
Sangat Pendek < -3 SD
Berat Badan Menurut Tinggi Badan
( BB/ TB )
Gemuk + 2 SD
Normal-2 SD sampai
+ 2 SD
Kurus ( wasted )-3 SD sampai
< -2 SD
Kurus Sekali < -3 SD
Sumber: Depkes RI 2004
2.4. Konsep Dasar dan Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Masalah Gizi
Masalah merupakan keadaan dimana terjadinya kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Masalah gizi diartikan sebagai kesenjangan antara
keadaan gizi yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Konsumsi gizi
makanan pada seseorang menentukan tercapainya tingkat kesehatan atau yang
disebut status gizi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak
seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi kesalahan akibat gizi
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
7/28
7
(malnutrition). Malnutrisi ini mencakup kelebihan gizi disebut gizi lebih
(overnutrition) dan kekurangan gizi (undernutrition).
Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja,
melainkan terkait dengan aspek lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan,
kependudukan, dan sebagainya. Masalah dasar yang menyebabkan timbulnya
masalah gizi di negara Indonesia adalah adalah krisis politik dan ekonomi.
Kemudian muncul masalah utama berupa kemiskinan, pendidikan rendah,
ketersediaan pangan, dan kesempatan kerja. Ketersediaan pangan tingkat rumah
tangga, perilaku kesehatan ibu dan anak, dan pelayanan kesehatan menjadi
penyebab tidak langsung timbulnya masalah gizi. Sedangkan asupan gizi dan
penyakit infeksi secara langsung mempengaruhi masalah gizi di masyarakat.
Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai dimensi yang sangat
kompleks. Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi masalah gizi yang sangat
dipengaruhi oleh faktor pejamu, agens, dan lingkungan. Faktor penjamu meliputi
fisiologi, metabolisme, dan kebutuhan zat gizi. Faktor agens meliputi zat gizi
yaitu zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro
seperti vitamin dan mineral. Faktor lingkungan (makanan) meliputi bahan
makanan, pengolahan, penyimpanan, penghidangan dan higienis, serta sanitasi
makanan.
2.5.Kelainan Gizi2.5.1.Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang energi protein (KEP) terjadi karena ketidakseimbangan antara
konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi. Pada
umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita karena pada umur tersebut anakmengalami pertumbuhan yang pesat. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP
akibat kekurangan asupan nutrisi yang pada umumnya didasari oleh masalah
sosial ekonomi, pendidikan, serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi.
Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena
adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis, ataupun kelainan
pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat,
penyerapan nutrisi yang turun, dan meningkatnya kehilangan nutrisi. Makanan
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
8/28
8
yang tidak adekuat akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan
untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan
pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan
melalui proses katabolik. Klasifikasi KEP menurut WHO-CDC:
- KEP Ringan : >8090 % BB ideal terhadap TB- KEP Sedang : >7080 % BB ideal terhadap TB- KEP Berat :
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
9/28
9
2.5.2.AnemiaAnemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah
normal. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut
oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh. Anemia gizi adalah suatu
keadaan dimana kadar hemoglobin di dalam darah lebih rendah dari normal akibat
kekurangan satu macam atau lebih zat-zat gizi yang diperlukan untuk
pembentukan darah (misalnya: zat besi, asam folat, vitamin B12) tanpa
memandang penyebab kekurangan tersebut.
Penyebab umum terjadinya anemia:
a. Perdarahan hebatb. Berkurangnya pembentukan sel darah merahc. Meningkatnya penghancuran sel darah merahd. Menu makanan sehari-hari kurang mengandung zat besie. Infestasi parasit
Anemia bisa menyebabkan menurunnya produktivitas kerja atau
kemampuan kapasitas kerja. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat
menyebabkan perdarahan waktu melahirkan bayi, melahirkan bayi prematur, atau
berat badan bayi lahir rendah. Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan
adanya anemia yaitu pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit.
Anemia gizi karena kekurangan zat besi prevalensinya masih tinggi di
masyarakat. Prevalensi anemia pada wanita hamil berkisar antara 50-70%, wanita
dewasa 30-49%, anak balita 40%, dan anak sekolah 25-35%. Zat besi merupakan
mikroelemen yang esensial bagi tubuh yang sangat diperlukan dalampembentukan darah (hemoglobin). Zat besi lebih mudah diserap oleh usus dalam
bentuk ferro. Penyerapan ini memiliki mekanisme autoregular yang diatur oleh
kadar ferritin yang terdapat dalam sel-sel mukosa usus. Dalam kondisi Fe yang
baik, hanya 10% saja dari Fe yang terdapat dalam makanan diserap ke dalam
mukosa usus. Ekskresi Fe dilakukan melalui kulit dan dilepaskan oleh permukaan
tubuh yang jumlahnya sangat kecil sekali. Sedangkan pada wanita ekskresi Fe
lebih banyak melalui menstruasi. Oleh sebab itu, kebutuhan Fe pada wanita
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
10/28
10
dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria. Pada wanita hamil kebutuhan Fe
meningkat karena bayi yang dikandung juga memerlukan Fe.
Program penanggulangan anemia besi khususnya untuk ibu hamil sudah
dilakukan melalui pemberian tablet Fe secara gratis melalui puskesmas atau
posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu-
ibu hamil maka program ini tampak berjalan lambat.
2.5.3.Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)Yodium adalah salah satu mikromineral yang amat penting dan dibutuhkan
sejak dalam kandungan, sehingga kekurangan yodium akan mengakibatkan
GAKY, yaitu gangguan pertumbuhan dan kecerdasan anak, bahkan dapat
menyebabkan abortus, prematur, kretinisme, dan lain-lain.
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) terjadi sebagai akibat dari
rendahnya kandungan yodium dalam bahan makanan sehari-hari karena
rendahnya kandungan yodium dalam tanah. Yodium dikenal sebagai salah satu
mineral yang sangat mudah larut dalam air, sehingga semakin tinggi curah hujan
di suatu daerah maka semakin besar risiko untuk penduduknya menderita GAKY.
Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid akibat kekurangan yodium
yang diperlukan untuk pembentukan hormon tiroid dalam waktu yang lama.
Gondok endemik adalah suatu istilah dalam konsep kesehatan masyarakat yang
berarti di masyarakat terdapat lebih dari 10 % jumlah penduduknya menderita
gondok. Kretin endemik adalah keadaan penderita yang lain di daerah gondok
endemik dan menunjukkan dua atau lebih kelainan berikut:
a. Retardasi mentalb.
Gangguan pendengaran (bisa sampai tuli)
c. Kelainan saraf (bila berjalan langkahnya khas, spastic diplegia, mata juling,gangguan bicara sampai bisu, dan reflek fisiologis yang meninggi)
Faktor yang menyebabkan kurangnya kandungan zat yodium dalam
makanan:
a. Lingkungan yang buruk, terutama berhubungan dengan:- Pencemaran yang mengakibatkan rendahnya kadar yodium dari sumber-
sumber makanan dari laut seperti dilaporkan oleh Kung (1996) berkaitan
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
11/28
11
dengan rendahnya kadar yodium di Laut China Selatan sebagai akibat
pencemaran dari limbah pabrik di sekitarnya.
- Rendahnya kadar selenium pada makanan. Selenium adalah salah satu bahanpembentuk enzim yang mengatur pembentukan hormon tiroksin di kelenjar
tiroid.
b. Perilaku manusiaPerilaku manusia terutama yang berhubungan dengan:
- Rendahnya pemahaman tentang pentingnya pemakaian garam beryodium.- Rendahnya kepedulian industri, distributor dan pedagang garam terhadap
risiko dan akibat garam yang tidak beryodium yang dijualnya terhadap
kualitas hidup bangsa di masa depan.
- Ketidakseimbangan konsumsi goiterogenik agen seperti bayam, ubi kayu, koldengan ketersediaan yodium dalam garam.
c. PelayananPelayanan yang diberikan oleh institusi terkait, seperti penyuntikan lipiodol,
pendistribusian kapsul beryodium, forifikasi garam, dan lain-lain.
Klasifikasi pembesaran kelenjar tiroid:
- Grade 0 : Tidak teraba/tidak terlihat- Grade 1 : Teraba dan tidak terlihat pada posisi kepala biasa- Grade 2 : Terlihat pada posisi kepala biasa- Grade 3 : Sangat besar dan bisa dilihat dari jauh
Prevalensi GAKY diukur berdasarkan perhitungan pembesaran kelenjar
gondok:
1. Total Goiter Rate (TGR) adalah semua kasus dengan pembesaran kelenjargondok (grade I + II) dibagi dengan seluruh anak yang diperiksa
2. Visible Goiter Rate(VGR) adalah semua kasus dengan grade 2 dibagi semuaanak yang diperiksa.
Terapi gondok pada dewasa pada umumnya tidak memuaskan. Oleh sebab
itu, penanggulangan yang paling baik adalah pencegahan, yaitu dengan
memberikan yodium kepada para ibu hamil. Untuk penanggulangan penyakit
akibat kekurangan yodium dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat dapat
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
12/28
12
dilakukan melalui program yodiumisasi, yaitu dengan penyediaan garam dapur
yang diperkaya dengan yodium.
2.5.4.Kurang Vitamin AVitamin A adalah satu zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin
ini tidak terdapat dalam makanan yang berasal dari sayuran tapi provitamin untuk
pembentukan vitamin A sangat banyak terdapat dalam sayuran. Fungsi vitamin A
adalah pembentukan pigmen retina mata, mencegah buta senja, dan pertumbuhan
serta proliferasi normal berbagai jenis sel epitel.
Gejala akibat kekurangan vitamin A adalah:
- Keratinisasi kornea yang menimbulkan kekeruhan kornea dan kebutaan- Buta senja- Struktur epitel yang rusak seringkali menjadi terinfeksi misalnya, konjungtiva
pada mata, sel yang melapisi traktus urinarius, dan saluran pernapasan
Vitamin A banyak terdapat pada makanan nabati seperti wortel, bayam,
brokoli, dan makanan hewani seperti daging sapi, hati ayam, ikan, susu, dan keju.
2.5.5.Obesitas dan OverweightObesitas dan overweight adalah dua kata yang mempunyai arti yang
berbeda dalam segi gizi klinis, meskipun keduanya selalu disamaratakan dan
disejajarkan penggunaanya.
Tabel 2.2. Klasifikasi Overweightdan Obesitas WHO
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
13/28
13
Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan yang berasal dari lemak. Bila berat
badan lebih dari 120% berat badan standar. Seorang bayi atau anak yang
kegemukan memiliki kemungkinan lebih besar untuk tetap kegemukan pada masa
pubertas dan dewasa. Penimbunan lemak yang berlebihan pada kegemukan
disebabkan oleh konsumsi energi yang melebihi kebutuhan termasuk kebutuhan
energi untuk pertumbuhan. Penyebab gangguan keseimbangan energi antara lain
adalah faktor keturunan, konsumsi energi, dan pengeluaran energi.
Cara yang digunakan untuk mengukur obesitas adalah Indeks Massa
Tubuh (IMT) dan lingkar perut. Obesitas yang diukur dengan IMT dapat dibagi
menjadi obesitas perifer dan obesitas sentral atau abdominal berdasarkan lingkar
perut. Bagi orang Asia, lingkar perut pada laki-laki harus kurang dari 90 cm
sementara pada wanita kurang dari 80 cm. Jadi, IMT yang melebihi 23 dengan
lingkar perut lebih dari 90 cm pada laki-laki dan 80 cm pada wanita dapat
digolongkan kedalam obesitas abdominal.
Overweight
Overweight lebih mengacu pada kelebihan berat badan dibandingkan
dengan standar normal yaitu bila berat badan 110-120% berat badan standar.
Berat badan overweight bisa berasal dari otot, tulang, organ- organ vital, dan
sebagainya. Contoh dari kasus overweightadalah para binaragawan. Berat badan
mereka mungkin lebih daripada orang normal dengan umur yang sama namun
meski mereka lebih berat, tidak bisa dikatakan sebagai obesitas karena kelebihan
berat badanya berasal dari otot.
2.6.Program Gizi2.6.1.Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) adalah suatu keluarga yang mampu
mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu
keluarga disebut Kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan
minimal dengan:
a. Menimbang berat badan secara teratur
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
14/28
14
b. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umurenam bulan (ASI eksklusif)
c. Makan beraneka ragamd. Menggunakan garam beryodiume. Minum suplemen gizi sesuai anjuran
Untuk mewujudkan perilaku Kadarzi, sejumlah aspek perlu dicermati.
Aspek ini berada di semua tingkatan yang mencakup:
a. Tingkat keluarga- Pengetahuan dan keterampilan keluarga- Kepercayaan, nilai, dan norma yang berlaku
b. Tingkat masyarakat- Norma yang berkembang di masyarakat- Dukungan pemangku kepentingan (stakeholders) yang mencakup eksekutif
legislatif, tokoh agama/masyarakat, LSM, ormas, media massa, sektor swasta,
dan donor
c. Tingkat pelayanan kesehatan- Pelayanan preventif dan promotifd. Tingkat pemerintah- Kebijakan pemerintah yang mendukung dan pelaksanaan kebijakan yang
dapat dipertanggungjawabkan
2.5.2.Pencegahan dan Penanggulangan Kekurangan Vitamin APrinsip dasar dalam menanggulangi masalah kekurangan vitamin A
dengan menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh. Hal ini dapat ditempuh
dengan 2 cara:1. Penyuluhan untuk meningkatkan konsumsi sumber vitamin A alami terutama
sayuran
2. Suplementasi vitamin A yang dapat dilakukan dengan 2 cara:- Langsung: melalui distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU)- Tidak langsung: melalui fortifikasi vitamin A pada bahan makanan
Distribusi vitamin A dapat didapatkan melalui pelayanan di puskesmas
dan posyandu. Sasaran kegiatan ini adalah:
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
15/28
15
- Semua anak balita (1-5 tahun) yang sehat- Anak-anak balita yang menderitaxerophthalmia- Anak balita yang menderita sakit (seperti campak)- Ibu-ibu dalam masa nifas
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
16/28
16
BAB III
ANALISIS SITUASI
3.1. Gambaran Umum
Puskesmas Ambacang Kuranji diresmikan pada 5 Juli 2006 dengan 15
orang staf. Awalnya, pelaksanaan program puskesmas ini masih bekerja sama
dengan Puskesmas Kuranji, karena empat kelurahan sebagai wilayah kerja
sebelumnya merupakan wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Akan tetapi, sekarang
program kerja Puskesmas Ambacang Kuranji telah dilaksanakan secara mandiri
dan berkesinambungan. Misi dari puskesmas ini sendiri yaitu menggerakkan
pembangunan berwawasan kesehatan. Sedangkan strateginya adalah mendorong
kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau, meningkatkan kesehatan
perorangan, keluarga, dan masyarakat.
3.2. Kondisi Geografis
Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan
kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas
Ambacang. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Ambacang yaitu:
- Utara : wilayah kerja Puskesmas Kuranji- Timur : wilayah kerja Puskesmas Pauh- Selatan : wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji- Barat : wilayah kerja Puskesmas Alai dan Puskesmas Nanggalo
Puskesmas Ambacang terletak pada 0 55' 25.15" lintang selatan dan
+100 23' 50.14" lintang utara dengan luas wilayah kerja Puskesmas Ambacangsekitar 12 km2, mewilayahi empat kelurahan, yaitu Kelurahan Pasar Ambacang,
Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang, dan Kelurahan Lubuk Lintah dimana
umumnya masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan mempunyai
aksesibilitas yang mudah dari dan ke puskesmas.
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
17/28
17
3.3. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas
Ambacang selama tahun 2013 adalah 48.519 jiwa dengan distribusi
kependudukan menurut kelurahan sebagai berikut:
- Kelurahan Pasar Ambacang : 17.399 jiwa- Kelurahan Anduring : 13.875 jiwa- Kelurahan Lubuk Lintah : 10.073 jiwa- Kelurahan Ampang : 7.172 jiwa
3.4. Sarana dan Prasarana Puskesmas
Pada saat ini, Puskesmas Ambacang telah memiliki prasarana dan sarana
yang relatif lebih baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Prasarana
gedung dengan dua lantai dapat dimanfaatkan untuk pelayanan dan kegiatan
administrasi/manajemen. Begitu pula prasarana kendaraan roda empat dan roda
dua telah mampu menjangkau pelayanan terutama luar gedung, seperti posyandu,
UKS, dan UKGS serta pembinaan desa siaga.
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
18/28
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan
wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan orang-orang
yang menjalankan program serta analisis laporan tahunan puskesmas dan laporan
tahunan bagian gizi Puskesmas Ambacang. Beberapa potensi masalah gizi yang
berhasil diidentifikasi di puskesmas Ambacang adalah:
4.1. Pencapaian D/S, N/D, dan BGM/D
4.1.1. Persentase D/S
Persentase balita yang ditimbang terhadap sasarannya dapat dilihat pada
grafik berikut:
Grafik 4.1. Cakupan D/S Balita Semester I Tahun 2013 di Wilayah Kerja
Puskesmas Ambacang
Target : 80%
Dari grafik 4.1 didapatkan bahwa D/S tertinggi berada pada Kelurahan
Pasar Ambacang 66,33%. Pada grafik diatas tampak bahwa cakupan D/S pada
semester I tahun 2013 rata-rata belum mencapai target. Dari hasil diskusi dengan
pemegang program, kendala dalam pencapaian D/S yang ditemukan dilapangan
antara lain disebabkan karena masih adanya anggapan bahwa ke posyandu untuk
mendapatkan imunisasi, sehingga setelah imunisasi bayinya lengkap maka para
ibu tidak lagi membawa balitanya ke posyandu, petugas/ kader tidak aktif
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
PS.AMB AND LB.LTH AMP HC
D/S-Juni 67.39 61.86 64.79 61.72 64.29
D/S-Juli 66.33 61.58 65.08 63.89 64.35
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
19/28
19
mengajak masyarakat datang ke posyandu, kondisi posyandu yang kurang layak,
ketersediaan alat yang terbatas, kegiatan posyandu terkesan monoton sehingga
perlu adanya inovasi kegiatan di posyandu yang memungkinkan masyarakat mau
datang ke posyandu.
4.1.2. Persentase N/D
Persentase balita yang ditimbang yang mengalami peningkatan berat badan
dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 4.2. Cakupan N/D Balita Semester I Tahun 2013 di Wilayah Kerja
Puskesmas Ambacang
Target : 89%
Berdasarkan grafik 4.2, hasil N/D pada Puskesmas Ambacang belum
mencapai target. Hal ini antara lain disebabkan karena banyaknya balita yangtidak rutin datang ke posyandu setiap bulan sehingga banyak status pertumbuhan
balita yang tidak dapat nilai. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar ibu balita
rutin membawakan balitanya ke posyandu dan diberikan penyuluhan tentang
pentingnya menimbang anak secara teratur setiap bulan.
01020
30
40
50
6070
80
90
100
PS.AMBAND
LB.LTHAMP
HC
PS.AMB AND LB.LTH AMP HC
N/D-Juni 86.12 83.67 76.28 84.82 88.61
N/D-Juli 86.63 84.11 77.66 86.07 88.64
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
20/28
20
4.1.3. Presentase BGM/D
Presentase balita yang ditimbang yang status gizinya berada di bawah garis
merah dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 4.3. BGM/D di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Semester I Tahun
2013
Target: < 15%
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa angka BGM pada Puskesmas
Ambacang sudah memenuhi target yaitu kurang dari 15%. Angka BGM/D
tertinggi untuk Puskesmas Ambacang terdapat pada Kelurahan Pasar Ambacang
yaitu sebesar 0,42% dan terendah pada Kelurahan Lubuk Lintah yaitu 0,15%.
Berarti dapat kita simpulkan bahwa masih terdapat kasus kurang gizi di wilayah
Puskesmas Ambacang.
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
PS. AMB AND LB. LTH AMP HC
BGM/D-Juni 0.49 0.34 0.15 0.22 0.34
BGM/D-Juli 0.42 0.34 0.15 0.2 0.31
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
21/28
21
4.2. Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A pada Balita
Persentase balita yang mendapatkan suplai vitamin A dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Kapsul Vitamin A Semester I Tahun 2013 di Wilayah Kerja
Puskesmas Ambacang
Bayi Anak Balita
Pasar Ambacang 93,55% 92,54%
Anduring 91,91% 91,08%
Lubuk Lintah 94,44% 92,94%
Ampang 93,26% 95,05%
Hc 93,22% 92,57%
Target: 83%
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa cakupan distribusi vitamin
A pada bayi dan anak balita semester I tahun 2013 sudah mencapai target, yaitu
93, 22% pada bayi dan 92,57% pada anak balita.
4.3. Cakupan Distribusi Tablet Fe pada Ibu Hamil
Berikut cakupan distribusi tablet Fe pada ibu hamil semester I tahun 2013:
Grafik 4.4. Cakupan Distribusi Tablet Fe 1 dan Fe 3 pada Ibu Hamil Semester I
Tahun 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
0
7.75
15.5
23.2531
38.75
46.5
54.25
62
69.75
77.5
85.25
93
PS.AMB AND LB.LTH AMP HC
FE 1 55.78 56.29 47.62 57.67 54.5
FE 3 51.26 55.35 40.69 36.81 48.11
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
22/28
22
Target: 54,25%
Berdasarkan tabel diatas pencapaian distribusi tablet Fe 1 dan Fe 3 belum
mencapai target. Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan yang lebih optimal
untuk meningkatkan cakupan distribusi tablet Fe 1 dan Fe 3 sesuai dengan target
yang telah ditetapkan (54,25%).
4.4. Ibu Hamil Anemia/KEK
Grafik 4.5. Jumlah Ibu Hamil Anemia dan KEK Berdasarkan Kunjungan Ibu
Hamil Semester I Tahun 2013 di Puskesmas Ambacang
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa pada kunjungan ibu hamil
di Puskesmas Ambacang semester I tahun 2013 terdapat 119 orang bumil anemia
dan 45 orang bumil KEK. Oleh karena itu pemantauan terhadap bumil harus lebih
dioptimalkan agar dapat dilakukan pencegahan terhadap anemia dan KEK.
4.5. Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan Tablet Fe pada Ibu Nifas
Cakupan distribusi vitamin A dan tablet Fe pada ibu nifas pada semester I
tahun 2013 adalah sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
PS.AMB AND LB.LTH AMP HC
BUMIL KEK 20 13 7 5 45
BUMIL ANEMIA 50 29 27 13 119
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
23/28
23
Grafik 4.6. Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan Tablet Fe pada Ibu Nifas
Target : 39,96%
Berdasarkan grafik di atas, pencapaian distribusi vitamin A dan tablet Fe
pada ibu nifas pada semester I tahun 2013 sudah mencapai target (39,96%), yaitu
55,69%.
4.6. Kunjungan Pojok Gizi
Pasien yang datang ke Pozi (Pojok Gizi) merupakan pasien rujukan dari
BP, KIA, keinginan sendiri, dan posyandu yang datang dengan berbagai macam
penyakit dan keluhan. Perbandingan jumlah kunjungan pasien ke pojok gizi diPuskesmas Ambacang tahun 2012 sampai dengan semester I tahun 2013 dapat
dilihat pada grafik berikut:
0
6.66
13.32
19.98
26.64
33.3
39.96
46.62
53.28
59.94
66.6
73.26
79.92
PS.AMB ANDLB.LTH
AMPHC
PS.AMB AND LB.LTH AMP HC
Jan-Juni 49.72 48.09 47.14 47.29 48.36
Jan-Juli 58.29 56.06 51.43 54.73 55.69
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
24/28
24
Grafik 4.7. Perbandingan Jumlah Kunjungan Pasien ke Pojok Gizi (Pozi) Tahun
2012 s.d. Semester I Tahun 2013 di Puskesmas Ambacang
Pada semester I tahun 2013, jumlah kunjungan POZI baru mencapai 183
orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, diperkirakan jumlah ini dapat
melebihi angka kunjungan di tahun 2012.
4.7. Pendataan Kadarzi dan PSG
Pendataan keluarga sadar gizi ini dilakukan pada keluarga yang memiliki
balita, ibu hamil, dan ibu nifas dengan jumlah sampel sebanyak 120 KK,
kemudian dilihat lima indikator Kadarzi, yaitu menimbang berat badan secara
teratur, memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI
eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, serta minum
suplemen gizi.
Tabel 4.2. Hasil Pendataan Kadarzi Semester I Tahun 2013
KELURAHANTIMBANG BB
TERATUR
KONSUMSI
ANEKA
RAGAM
KONSUMSI
GARAM
YODIUM
ASI
EKSLUSIF
SUPLEMEN
GIZI
PASARAMBACANG
22 (55%) 40 (100%) 38 (95%) 25 (62,5%) 37 (92,5%)
ANDURING 17 (85%) 20 (100%) 20 (100%) 14 (70%) 19 (95%)
AMPANG 22 (55%) 39 (97,5%) 36 (90%) 33 (82,5%) 37 (92,5%)
LUBUK LINTAH 14 (70%) 19 (95%) 20 (100%) 13 (65%) 20 (100%)
HC 75 (62,5%) 118 (98,33%) 114 (95%) 85 (70,83%) 113 (94,17%)
351
183 2012
JAN-JULI'13
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
25/28
25
Target per indikator:
1. Timbang BB teratur : 80 %2. Konsumsi aneka ragam makanan : 80 %3. Konsumsi garam beryodium : 90 %4. Pemberian ASI ekslusif : 80 %5. Suplemen gizi : 80 %Vitamin A
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa menimbang berat badan secara
teratur dan memberikan ASI eksklusif belum mencapai target. Penyuluhan yang
lebih optimal pada keempat kelurahan tersebut dapat dilakukan untuk
meningkatkan capaian target.
4.8. Klinik Laktasi
Penerapan pola pemberian makanan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai
anak berumur 2 tahun belum terlaksana dengan baik khususnya dalam hal
pemberian ASI eksklusif. Beberapa kendala dalam hal pemberian ASI eksklusif
adalah karena ibu tidak percaya diri bahwa dirinya mampu menyusui dengan baik
sehingga mencukupi seluruh kebutuhan gizi bayi. Salah satu tujuan adanya
keberadaan klinik laktasi adalah untuk menjawab tantangan/kendala tersebut.
Berikut ini jumlah kunjungan klinik laktasi pada tahun 2012 dan semester I tahun
2013:
Grafik 4.8. Perbandingan Jumlah Kunjungan Pasien ke Klinik Laktasi Tahun 2012
s.d. Semester I Tahun 2013 di Puskesmas Ambacang
216
147 TH 2012
JAN-JULI '13
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
26/28
26
Pada semester I tahun 2013, jumlah kunjungan ke Klinik Laktasi baru
mencapai 147 orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, diperkirakan jumlah
ini dapat melebihi angka kunjungan di tahun 2012.
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
27/28
27
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data-data di atas maka dapat disimpulkan bahwa masalah gizi
yang ada di Puskesmas Ambacang meliputi:
- D/S belum mencapai target- N/D belum mencapai target- BMG/D sudah mencapai target- Cakupan distribusi kapsul vitamin A pada balita sudah mencapai target- Cakupan distribusi tablet Fe pada ibu hamil belum mencapai target- Belum maksimalnya pemantauan terhadap ibu hamil anemia/KEK- Cakupan distribusi kapsul vitamin A pada ibu nifas sudah mencapai target- Kunjungan Pojok Gizi diperkirakan akan meningkat- 2 dari 5 indikator Kadarzi belum tercapai- Kunjungan Klinik Laktasi diperkirakan akan meningkat
5.2. Saran
- Tingkatkan kerjasama lintas program, khususnya promkes.- Berdayakan kegiatan yang ada untuk mengatasi masalah yang ditemukan
seperti: kelas bumil dan kelas ibu balita.
- Promosi lebih gencar tentang manfaat Fe dan melakukan pembinaan sertapendekatan yang baik kepada Bidan Praktek Swasta (BPS).
- Maksimalkan pemantauan wilayah setempat.
-
8/14/2019 MAPRI - nike.docx
28/28
DAFTAR PUSTAKA
Notoadmojo, Soekidjo. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Ribeka Cipta.
Minarto DR., MPS. 2010. Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi Di
Kabupaten/Kota. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Laporan Tahunan Program Gizi Puskesmas Ambacang Tahun 2012.
-. 2004. Buletin Kesehatan dan Gizi. Indonesia: Helen Keller Internasional.
Diunduh tanggal 17 November 2012.
http://www.pediatrik.comdiunduh pada tanggal 17 November 2012.
http://www.pediatrik.com/http://www.pediatrik.com/http://www.pediatrik.com/