TUGAS KELOMPOK
“ MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN“
DISTRIBUSI KEPADA PEMEGANG SAHAM :
DIVIDEN DAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM
OLEH :
1. NI NYOMAN YASRI P. (A1B113162)
2. YOGA ASMARADITHA A. (A1B113246 )
3. M. SAOFAN (A1B112153)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MATARAM
S1 MANAJEMEN REGULER SORE
2013/2014
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perusahaan yang meraih keuntungan biasanya akan menghadapi tiga pertanyaan penting
1) Berapa banyak arus kas yang harus diberikan kepada para pemegang saham?
2) Apakah perusahaan sebaiknya memberikan uang ini kepada pemegang sahamnya
dengan menaikkan deviden atau membeli kembali sahamnya?
3) Apakah perusahaan sebaiknya menjaga kebijakan pembayaran yang konsisten dan
stabil, atau apakah perusahaan membiarkan saja pembayaran mengalami variasi
sesuai dengan perubahan kondisi?
Pembahasan pada bab ini mengenai permasalahan yang mempengaruhi kebijakan distribusi
kas perusahaan.Perusahaan yang sudah mapan dengan arus kas yang stabil dan peluang
pertumbuhan yang terbatas cenderung akan lebih banyak mengembalikan kas kepada
pemegang saham, baik itu melalui pembayaran dividen atau menggunakan kas untuk
membeli kembali saham biasa. Sebaliknya perusahaan yang tumbuh pesat dengan peluang
investasi yang baik lebih condong menginvestasikan sebagian besar kas yang tersedia pada
proyek – proyek dan memiliki kemungkinan lebih kecil akan membayar dividen atau
membeli saham kembali. Sebagian besar perusahaan membuat kebijakan yang akan
memperhitungkan ramalan arus kas dan pengeluaran modalnya, dimana kemudian mereka
berusaha mengikutinya. Kebijkan tersebut dapat mengalami perubahan, namun hal ini dapat
menimbulkan masalah karena perubahan-perubahan seperti itu akan membuat para pemegang
saham merasa tidak nyaman, mengirimkan sinyal-sinyal yang tidak diinginkan dan
menunjukkan kesan dividen yang tidak stabil.
B. TUJUAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan
BAB II
PEMBAHASAN
DISTRIBUSI KEPADA PEMEGANG SAHAM :
DIVIDEN DAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM
Penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham
sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan untuk menentukan kebijakan
dividen yang optima. Artinya manajer keuangan harus mampu menentukan kebijakan
yang akan menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat pertumbuhan dividen dimasa
yang akan datang, agar nilai perusahaan dan harga saham dapat ditingkatkan.
DIVIDEN VS CAPITAL GAIN
1. Dividen
Dividen adalah sebagian laba perusahaan yang dibagikan oleh perusahaan kepada
pemegang saham. Tidak semua laba dibagikan kepada pemegang saham karena
digunakan untuk kepentingan investasi perusahaan. Beberapa perusahaan rutin
member dividen tiap tahun, namun ada beberapa perusahaan yang tidak member
dividen. Alasan pertama perusahaan tidak member dividen adalah karena
perusahaannya tidak memperoleh laba yang cukup atau malah merugi. Ada juga
perusahaan yang tidak pernah member dividen, namun harga sahamnya terus
naik. Hal ini dapat terjadi karena laba perusahaan dimanfaatkan oleh perusahaan
terkait untuk pengembangan usahanya. Contoh : Microsoft, Inc.
Besar kecilnya pembagian dividen ditentukan dalam RUPS / Rapat Umum
Pemegang Saham.
2. Capital Gain ( keuntungan modal )
Capital Gain merupakan keuntungan yang diperoleh dari kenaikan harga saham.
Sebagaimana investasi dalam bidang yang lain, misalnya Property, seorang
investor memperoleh keuntungan dari kenaikan harga property tersebut.
Sedangkan dalam saham, investor diuntungkan dengan kenaikan harga saham
tersebut.
Misal :
Hari ini beli saham ASGR Rp 1000, tahun depan harganya menjadi Rp 2500,
maka investor memperoleh keuntungan sebesar Rp 1500 per lembar sahamnya.
Ketika memutuskan seberapa besar jumlah kas yang akan didistribusikan
manajer keuangan harus selalu ingat bahwa tujuan perusahaan adalah untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham. Sehingga sebagian besar sasaran rasio
pembayarn yang didefinisikan sebagai persentase laba bersih yang akan
dibayarkan sebagai dividen tunai seharusnya didasarkan atas prefensi investor
atas dividen versus keuntungan modal. Setiap perubahan kebijakan pembayaran
akan mengakibatkan dua dampak yang berlawanan, sehingga kebijakan dividen
yang optimal harus menghasilkan keseimbangan antara dividen saat ini dan
pertumbuhan dimasa depan yang memaksimalkan harga saham.
CASH DIVIDEN VERSUS STOCK REPURCHASE
1. Cash Dividen ialah dividen yg diberikan oleh perusahaan kepada para
pemegang saham dalam bentuk uang tunai (cash). Pada waktu rapat pemegang
saham perusahaan memutuskan bahwa sejumlah tertentu dari laba perusahaan
akan dibagi dalam bentuk cash dividen (M. Munandar 1983: 312).
Perusahaan hanya berkewajiban membayar dividen setelah perusahaan
tersebut mengumumkan akan membayar dividen. Dividen dibayarkan kepada
pemegang saham yg nama tercatat dalam daftar pemegang saham. Pembayaran
dividen dapat dilakukan oleh perusahaan sendiri atau melalui pihak lain
umpama bank.
Cara yg kedua biasa yg dipilih perusahaan krn bank mempunyai banyak
cabang sehingga memudahkan pemegang saham yg mungkin sekali tersebar
luas di seluruh Indonesia (Arief Suaidi 1994: 230). Yang perlu diperhatikan
oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman ada dividen kas adl
apakah jumlah kas yg ada mencukupi utk pembagian dividen tersebut.
2. Stock Repurchase ( pembelian kembali saham )
Yaitu suatu transaksi dimana suatu perusahaan membeli kembali
sahamnya sendiri, sehingga menurunkan jumlah lembar saham beredar ,
meningkatkan EPS dan sering kali menaikkan harga saham. “pertumbuhan
dalam laba per saham (earning per share- EPS)”
Pembelian kembali saham pada umumnya dilakukan dengan tiga cara :
a. Perusahaan yang dimiliki public dapat membeli langsung sahamnya melalui
pialang di pasar terbuka
b. Perusahaan dapat melakukan penawaran tender (tender offer), dimana
perusahaan membolehkan pemegang saham untuk mengirimkan (dalam hal ini
“tender”) sahamnya kepada perusahaan dengan menerima harga saham
tertentu. Dalam hal ini, perusahaan biasanya mengindikasikan bahwa
perusahaan akan membeli saham dalam jumlah maksimal tertentu dalam
periode waktu tertentu (biasanya selama kurang lebih 2 minggu); jika lebih
banyak saham yang dikirimkan daripada yang ingin dibeli oleh perusahaan,
pembelian akan dilakukan secara pro rata.
c. Perusahaan dapat membeli satu blok saham dari satu pemegang saham besar
dengan cara negosiasi. Jika pembelian dengan negosiasi itu terlaksana,
perusahaan harus berhati-hati dalam memastikan agar pemegang saham besar
tersebut tidak menerima perlakuan istimewa di atas pemegang saham yang
lain atau perlakuan istimewa itu dapat dijustifikasi oleh “alasan bisnis yang
baik”.
Terdapat 3 jenis utama pembelian kembali saham (stock repurchase)
1) Situasi dimana perusahaan memiliki kas yang tersedia untuk didistribusikan
kepada pemegang sahamnya , dan perusahaan mendistribusikan kas ini melalui
pembelian kembali saham dan bukan membayar dividen tunai
2) Situasi dimana perusahaaan berkesimpulan bahwa struktur modalnya terlalu
berat pembobotannya pada ekuitas, dan kemudian menjual utang lalu
menggunakan hasil penjualannya untuk membeli kembali saham , dan
3) Situasi dimana perusahaan menerbitkan opsi kepada karyawan dan kemudian
menggunakan pembelian kembali di pasar saham terbuka untuk memperoleh
saham yang akan digunakan ketika opsi tersebut dilaksanakan.
Mengapa Perusahaan Perlu Membagikan Dividen ?
Setiap investor yang membeli saham di pasar, paling tidak ada dua ekspektasi yang
melekat. Pertama, investor berharap harga saham yang dibelinya naik sehingga bisa
menikmati capital gain. Ekspektasi kedua, investor berharap mendapat dividen dari
perusahaan atau emiten. dividen menjadi salah satu pertimbangan investor dalam
memutuskan pembelian saham. Namun, di atas kertas sebenarnya membagi atau tidak
membagi dividen tidaklah berbeda.
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan
guna pembiayaan investasi di masa mendatang. Suatu perusahaan baik perusahaan terbuka
maupun perseorangan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para pemilik
maupun para investornya. Tujuan tersebut dimaksudkan agar dapat meningkatkan
kesejahteraan para pemegang sahamnya dengan cara membagikan dividen setiap tahunnya.
Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang saling bertentangan
yaitu para pemegang saham dengan dividennya dan kepentingan perusahaan dengan laba
ditahannya. Masalah dalam kebijakan dan pembayaran dividen mempunyai dua dampak yang
sangat penting bagi para investor maupun bagi perusahaan yang akan membayarkan
dividennya.
Pada umunya para investor mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
yaitu dengan mengharapkan return dalam bentuk capital again. Dilain pihak perusahaan juga
mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan
kelangsungan hidup yang sekaligus juga harus memberikan kesejahteraan kepada para
pemegang saham. Tentunya hal ini sangat unik karena kebijakan dividen sangat penting
untuk memenuhi harapan para pemegang saham terhadap dividen dan di satu sisi juga harus
menghambat perusahaan. Investor yang mengharapkan penambahan arus kas untuk jangka
pendek akan membeli saham yang membagiakan sebagian besar pendapatan atau laba
sebagai dividen. Sedangkan investor yang tidak mengharapkan pengembalian investasinya
dalam jangka pendek akan membeli saham yang sebagian besar labanya ditanamkan kembali
dalam perusahaan. Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung dari
kebijakan masing – masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih
serius dari manajemen perusahaan.
KEBIJAKAN DIVIDEN
Pendekatan dalam kebijakan dividen
Kebijaksanaan perusahaan untuk membagi keuntungan kepada pemegang saham membawa
arti dalam dua hal :
1. Dana yang dibagikan kepada para pemegang saham. Hal ini ditunjukan oleh
pembayaran kepada para pemegang saham.
2. Dana untuk membelanjai kebutuhan perkembangan usaha. Hal ini tercermin dalam
rencana pada pos laba yang ditahan.
Oleh karena politik dividen mempengaruhi baik pada jangka panjang maupun bagian yang
dibagikan kepada para pemegang saham maka dalam hal ini terdapat dua pendekatan dalam
membahas masalah dividen.
1) Sebagai Kebijaksanaan pembelanjaan jangka panjang
Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa semua laba sesudah pajak yang diperoleh
oleh perusahaan adalah merupakan sumber dana jangka panjang. Pengumuman atas
pembagian laba sebagai dividen berarti pengurangan terhadap sumber dana jangka
panjang yang dapat dipergunakan untuk membelanjai kebutuhan perkembangan
usaha.
2) Sebagai Kebijaksanaan untuk memaksimumkan Nilai Perusahaan
Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa kebijaksanaan dividen mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar. Oleh karena itu
maka manajer dalam hal ini dituntut untuk membagikan dividen sebagai realisasi dari
harapan hasil yang di dambakan oleh seorang investor dalam mengeluarkan uangnya
untuk membeli saham tersebut. Keberatan dalam pendekatan itu telah dikemukakan
oleh adanya teori Modegilani dan Miler (MM teori) yang mengatakan bahwa dividen
tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Masalah yang timbul dalam politik dividen adalah apakah dividen itu akan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Apabila perusahaan sedang menghadapi
perkembangan yang pesat dan banyak proyek – proyek investasi yang harus
diperhitungkan maka kaba harus banyak seperti yang dikemukakan oleh MM teori.
Akan tetapi apabila tidak dapat kemungkinan investasi yang terbuka maka akan lebih
baik laba tersebut dibagikan kepada pemegang saham.
KEBIJAKAN DIVIDEN YANG OPTIMAL
Kebanyakan investor mengharapkan diperolehnya hasil dari pembelian saham terhadap dua
hal yaitu :
1. Kenaikan Modal
Para investor mengharapkan adanya kenaikan modal dalam bentuk kenaikan harga
saham yang telah dibelinya.
2. Dividen
Disampimg itu tentu saja para investor, sampai pada tingkat tertentu akan
mengharapkan adanya pembagian laba yang diperoleh perusahaan.
Kebijaksanaan Pembayaran Dividen
Dalam kebijaksanaan pembayaran dividen pada garis besarnya adalah :
a) Stable Dividen Policy
(Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang Stabil)
Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah
yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang semakin menurun. Jadi besarnya
dividen dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam
net income.
Apabila pada suatu saat kondisi perusahaan mengalami kerugian, pembayaran dividen
akan di ambilkan dari cadangan stabilisasi dividen. Keuntungan pembayaran yang
stabil :
a. Harga saham pada umunya naik, maka saham – saham yang diterbitkan oleh
perusahaan yang menganut kebijaksanaan pembayaran dividen stabil tingkat
kenaikannya akan lebih tajam.
b. Jika harga saham pada umunya turun, maka penurunan harga saham yang
diterbitkan oleh perusahaan yang menganut kebijaksanaan pembayaran
dividen stabil tingkat penurunannya lebih lambat.
c. Lebih mudah diakui oleh badan Pembina pasar modal sebagai go public,
sehingga penjualan sahamnya akan lebih mudah dan mudah untuk masuk legal
list.
b) Fluctuating Dividend Policy
(Kebijakan Pembayaran Dividen yang Berfluktuasi)
Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan mendasarkan pada tingkat
keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungannya tinggi maka
besarnya dividen yang dibayarkan relative tinggi, dan sebaliknya bila tingkat
keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah, atau dapat
dikatan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntunga.
c) Kombinasi Stable Dividend Policy dan Fluktuating Dividend Policy
Pada kebijakan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil
atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan
yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham
masih mendapatkan dividen tetap dan apabila di dapatkan keuntungan dari hasil
operasiya didapatkan bagian dari keuntungan. Bagian dividen yang bersifat
proporsional besarnya tidak sama dengan dividen yang menggunakan kebijakan
fluktuatif.
Menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M., (2002) alasan-alasan dilaksanakannya
kebijakan pembayaran dividen stabil adalah:
a. Memberikan penjelasan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang baik di masa-masa mendatang.
b. Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari dividen.
c. Pada banyak Negara dalam ketentuan pasar modalnya, hanya diijinkan
menanamkan dananya dalam saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan
yang menjalankan kebijakan pembayaran dividen yang stabil.
Dari uraian tersebut, ternyata kebijakan dividen tersebut menimbulkan dua akibat
yang bertentangan, oleh karena itu penentuan besarnya dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan yang harus
mampu menentukan kebijakan yang akan menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat
pertumbuhan dividen di masa yang akan datang agar memaksimumkan harga saham.
Dividen dipengaruhi oleh banyak variabel. Contoh, arus kas dan kebutuhan investasi
suatu perusahaan mungkin berubah-ubah dengan cepat sehingga sulit untuk menentukan
jumlah dividen tetap yang tinggi. Di pihak lain, perusahaan mungkin menginginkan
pembayaran dividen yang tinggi untuk menyalurkan dana yang tidak di butuhkan untuk
investasi (J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1998)
Factor – factor yang mempengaruhi kebijakan dividen dapat dikelompokkan menjadi
empat kategori umum:
1. Pembatasan pembayaran dividen
- Perjanjian obligasi ( bond indenture) . kontrak utang sering kali membatasi pembayaran
dividen atas laba yang dihasilkan setelah pinjaman diberikan. Kontrak utang juga sering
kali menyatakan bahwa tidak ada pembayaran dividen kecuali jika rasio lancar, rasio
kelipatan pembayaran bunga, dan rasio –rasio keamanan lainnya melebihi nilai minimum
yang telah ditentukan.
- Pembatasan saham preferen. Pada umumnya, dividen saham biasa tidak dapat dibayarkan
jika perusahaan menghilangkan dividen saham preferennya. Tunggakan saham preferen
harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum dividen saham biasa dapat diteruskan
pembayarannya.
- Aturan penurunan nilai modal (impairment of capital rule) . pembayaran dividen tidak
dapat melebihi pos “ laba ditahan “ neraca. Pembatasan secara hukum ini yang dikenal
sebagai aturan penurunan niali modal, dirancang untuk melindungi kreditor. Tanpa
adanaya aturan ini, perusahaan yang berada dalam kesulitan mungkin akan
mendistribusikan sebagian besar asetnya kepada pemegang saham dan tidak menyisakan
apa-apa bagi para pemberi utang. ( divden likuidasi dapat dibayarkan dari modal, namun
dividen ini harus dinyatakan demikian, dan harus tidak mengurangi modal di bawah batas
yang dinyatakan dalam kontrak utang ).
- Ketersediaan kas. Dividen tunai hanya dapat dibayarkan dengan kas. Jadi, kekurngan kas
pada bank dapat membatasi pembayaran dividen. Namun, kemampuan untuk melakukan
pinjaman akan dapat menutupi factor ini.
- Denda pajak atas laba yang tidak terakumulasi secara wajar. Untuk mencegah orang-
orang kaya menggunakan perusahaan untuk menghindari pajak pribadi, peraturan
perpajakn memiliki pajak khusus atas laba yang terakumulasi secara tidak wajar. Jadi,
jika IRS dapat membuktikan bahwa rasio pembayaran dividen suatu perusahaan secara
sengaja diturunkan guna membantu para pemeganng sahamnya menghindari pajak
pribadi, perusahaan tersebut dapat dikenakan denda dalam jumlah besar. Factor ini
terutama relevan bagi perusahaan yang dimiliki secara pribadi.
2. Peluang investasi
- Jumlah peluang investasi yang menguntungkan. Jika suatu perusahaan memiliki banyak
peluang investasi yang menguntungkan, hal ini cenderung akan menghasilkan sasaran
rasio pembayaran yang rendah, dan kebalikannya jika perusahaan memiliki sedikit
peluang investasi yang menguntungkan.
- Kemungkinan mempercepat atau menunda proyek. Kemampuan untuk mempercepat atau
menunda proyek akan memungkinkan suatu perusahaan lebih patuh kepada kebijakan
dividen yang stabil.
3. Ketersediaan dan biaya sumber-sumber modal alternative
- Biaya penjualan saham baru. Jika suatu perusahaan perlu mendanai investasi dalam
tingkat tertentu, perusahaan dapat mendapatkan ekuitas dengan menahan laba atau
menerbitkan saham biasa baru.
- Kemampuan untuk mensubstitusi utang dengan ekuitas. Perusahaan dapat mendanai
tingkat investasi tertentu menggunakan baik itu utang atau ekuitas. Biaya transaksi saham
yang rendah memungkinkan kebijakan dividen yang lebih fleksibel karena ekuitas dapat
dihimpun melalui penahanan laba atau penjualan saham baru. Situasi yang sama berlaku
bagi kebijakan utang : jika perusahaan dapat menyesuaikan rasio utangnya tanpa harus
meningkatkan WACC secara tajam, perusahaantersebut dapat membayar dividen yang
diharapkan, bahkan meskipun laba mengalami fluktuasi, dengan meningkatkan rasio
utangnya.
- Pengendalian. Jika manajemen berkepentingan dengan mempertahankan pengendalian,
perusahaan bisa jadi enggan untuk menjual saham baru, sehingga mungkin akan menahan
lebih banyak laba daripada seharusnya. Akan tetapi, jika pemegang saham menginginkan
dividen yang lebih tinggi dan terpampang perang mandate ( proxy fight ) di depan mata,
maka dividen akan dinaikkan.
4. Dampak kebijakan dividen pada ₨
Dampaknya dapat dilihat dari 4 faktor :
- Keinginan pemegang saham untuk mendapatkan laba saat ini versus masa depan
- Anggapan tingkat resiko dividen versus keuntungan modal
- Keuntugan pajak atas keuntungan modal dibandingkan dividen
- Muatan informasi dividen (sinyal)
KASUS TERINTEGRASI
Southheastern Steel Company
Kebijakan dividen Southheastern Steel Company (SSC) didirikan 5 tahun yang lalu untuk
mengeksploitasi proses pengecoran secara kontinyu yang baru. Para pendiri SSC, Donald
Brown dan Margo Valencia, sebelumnya bekerja di departemen penelitian perusahaan baja
besar terintegrasi, tetapi ketika perusahaan memutuskan untuk tidak menggunakan proses
yang baru itu ( yang dikembangkan oleh Brown dan Valencia ) mereka memutuskan untuk
mengerjakannya sendiri. Salah satu keunggulan proses yang baru adalah modal yang
dibutuhkan relative kecil jika dibandingkan dengan perusahaan baja pada umumnya,
sehingga Brown dan Valencia telah mampu menghindari penerbitan saham baru,dan
karenanya mereka memiliki seluruh saham perusahaan. Namun, SSC kini telah mencapai
tahap dimana dibutuhkan modal ekuitas dari luar jika perusahaan ingin mencapai sasaran
pertumbuhannya namun dengan tetap mempertahankan struktur modal sasaran sebesar 60 %
ekuitas dan 40% utang. Jadi Brown dan Valencia telah memutuskan untuk membawa
perusahaan masuk bursa. Sampai dengan saat ini, Brown dan Valencia telah menggaji diri
mereka sendiri dengan jumlah yang wajar tetapi secara berkala menginvestasikan kembali
seluruh laba setelah pajak perusahaan, sehingga kebijakan dividen bukan merupakan suatu
permasalahan. Namun sebelum berbicara dengan investor dari luar yang potensial, mereka
harus menentukan kebijakan dividen terlebih dahulu.
BAB III
KESIMPULAN
Pada umunya para investor mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan yaitu
dengan mengharapkan return dalam bentuk capital again . Dilain pihak perusahaan juga
mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan
kelangsungan hidup yang sekaligus juga harus memberikan kesejahteraan kepada para
pemegang saham. Dividen merupakan sebagian laba perusahaan yang dibagikan oleh
perusahaan kepada pemegang saham. Penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan
kepada pemegang saham sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan untuk
menentukan kebijakan dividen yang optima. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah
laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen
atau ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang Besar
kecilnya pembagian dividen ditentukan dalam RUPS / Rapat Umum Pemegang Saham.
Ketika memutuskan seberapa besar jumlah kas yang akan didistribusikan manajer
keuangan harus selalu ingat bahwa tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai
pemegang saham. Setiap perubahan kebijakan pembayaran akan mengakibatkan dua dampak
yang berlawanan, sehingga kebijakan dividen yang optimal harus menghasilkan
keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa depan yang memaksimalkan
harga saham.