Download - makalah standar pelayanan.docx
STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL
Disusun Oleh :
KELOMPOK VIII
1. SRI LESTARI2. SUPARTI3. SARI PURNAMAWATI4. ZAIRINA AMALIAH5. SUDARTATI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul STANDAR PENANGANAN
KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL
. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Mutu Layanan Kebidanan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Pangkalan Bun, 2014
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Standarisasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting artinya sebagai
salah satu alatyang efektif dan efisien guna menggerakkan kegiatan organisasi, dalam
meningkatkan produktifitas dan menjamin mutu produk dan / atau jasa, sehingga
dapat mingkatkan daya saing, melindungi konsumen, tenaga kerja, dan masyarakat
baik keselamatan maupun kesehatannya (Djoko Wijono, 1999 : 623).
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, gangguan perinatal
merupakan penyebab utama kematian bayi (33,5%) di luar pulau jawa-bali dan
merupakan penyebab kematian kedua (26,9%) diluar jawa-bali. Standar pelayanan
kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan
dalalm menjalani praktek sehari-hari. Standar ini juga dapat digunakan sebagai dasar
untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan
kurikulum pendidikan.
Selain itu, standar pelayanan dapat membantu dalam penentuan kebutuhan
operasional untuk penerapannya, misalnya kebutuhan akan pengorganisasian,
mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan. Ketika audit terhadap pelaksana
kebidanan dilakukan, maka berbagai kekurangan yang berkaitan dengan hal-hal
tersebut akan ditemukan sehingga perbaikannya dapat dilakukan secara lebih spesifik.
Salah satu indikator keberhasilan pelayanankesehatan perorangan di puskesmas
adalah kepuasan pasien.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun dalam makalah ini akan kami bahas mengenai :
1. Apa yang dimaksud standar?
2. Apa syarat standar?
3. Apa saja standar penanganan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Standar
Menurut Clinical Practice Guideline (1990) Standar adalah keadaan ideal atau tingkat
pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan
minimal.Menurut Donabedian (1980) Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai
diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.Menurut
Rowland and Rowland (1983) Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus
dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat
memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
Secara luas, pengertian standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang
mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome)
sistem layanan kesehatan.Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk
menjabarkan mutu layanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga semua
orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien,
penyedia layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan, ataupun manajemen organisasi
layanan kesehatan, dan akan bertanggung gugat dalam menjalankan tugas dan perannya
masing-masing.
Di kalangan profesi layanan kesehatan sendiri, terdapat berbagai definisi tentang
standar layanan kesehatan. Kadang-kadang standar layanan kesehatan itu diartikan sebagai
petunjuk pelaksanaan, protokol, dan Standar Prosedur Operasional (SPO).
Petunjuk pelaksanaan adalah pernyataan dari para pakar yang merupakan rekomendasi
untuk dijadikan prosedur. Petunjuk pelaksanaan digunakan sebagai referensi teknis yang
luwes dan menjelaskan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukanoleh pemberi
layanan kesehatan dalam suatu sotiuasi klinis tertentu. Protokol adalah ketentuan rinci dari
pelaksanaan suatu proses atau penatalaksaan suatu kondisi klinis. Protokol lebih ketat dari
petunjuk pelaksanaan. Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah pernyataan tentang
harapan bagaimana petugas kesehatan melakukan suatu kegiatan yang bersifat administratif.
2. Syarat Standar
a. Jelas
b. Masuk akal
c. Mudah dimengerti
d. Dapat dicapai
e. Absah
f. Meyakinkan
g. Mantap, spesifik serta eksplisit
3. PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM SEKUNDER
Tujuan :
Mengenali gejala dan tanda – tanda perdarahan postpartum sekunder
serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa
ibu.
Pernyataan Standar :
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
perdarahan postpartum sekunder, dan melakukan pertolongan
pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, dan / atau merujuknya.
Hasil :
Kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan postpartum
sekunder menurun.
Ibu yang mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum
sekunder ditemukan dini dan segera ditangani secara memadai.
Prasyarat :
1. Sistem yang berjalan dengan baik agarr ibu dan bayi
mendapatkan pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih sampai
dengan 6 minggu setelah persalinan, baik dirumah, dipuskesmas
ataupun dirumah sakit.
2. Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan perawatan nifas,
termasuk pengenalan dan penanganan bila terjadi perdarahan
postpartum sekunder.
3. Tersedia alat / perlengkapan penting yang diperlukan seperti
sabun bersih, air bersihyang mengalir, handuk bersih untuk
mengeringkan tangan alat suntik steril sekali pakai, set infus
dengan jarum berukuran 16 dan 18 G, beberapa pasang sarung
tangan DTT / steril.
4. Obat – obatan yang penting dan tersedia : oksitoksika
( oksitoksin, metergine ), cairan IV ( Ringer Laktat ) dan
antibiotika. Tempat penyimpanan yang mrsedia.
5. Adanya pencatatan pelayanan nifas / Kartu ibu.
6. Sistem rujukan efektif, termasuk bank darah yang berfungsi
dengan baik untuk ibu degan perdarahan postpartum.
Proses
Bidan harus :
1. Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum sekunder.
Perdarahan dari vagina atau lokhia berlebihan pada 24 jam – 42 hari
sesudah persalinan dianggap sebagai perdarahan postpartum
sekunder dan memerlukan pemeriksaan dan pengobatan segera.
2. Pantau dengan hati – hati ibu yang berisiko mengalami perdarahan
postpartum sekunder paling sedikit selama 10 hari pertama terhadap
tanda – tanda awalnya ibu yang berisiko adalah ibu yang mengalami :
Kelaian placenta dan selaput ketuban tidak lengkap.
Persalinan lama.
Ineksia uterus.
Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan alat.
Terbentuknya luka setelah bedah sesar.
Terbukanya luka setelah episiotomi.
3. Jika mungkin, mulai berikan Ringer Laktat IV menggunakan jarum
berlubang besar ( 16 atau 18 G ).
4. Berikan obat – obatan oksitoksika : oksitoksin 10 IU dalam 500 cc
Ringer Laktat, Oksitoksin 10 IU IM atau Metergin 0,2 mg IM ( jangan
berikan Metergine jika ibu memiliki tekanan darah yang tinggi ).
5. Berikan antibiotika Ampisilin 1 gr IV, rujuk segera ke rumah sakit
atau puskesmas yang memadai.
6. Bila kondisi ibu buruk, atau ibu mengalami tanda atau gejala syok,
pasang IV untuk menggantikan cairan yang hilang dan segera rujuk.
( cairan IV dengan tetesan cepat supaya nadi bertambah kuat, lalu
tetesan dipelankan dan diperhatikan terus sampai ibu tiba di rumah
sakit ).
Gejala dan Tanda Syok
Nadi lemah dan cepat ( 110 / menit atau lebih ).
Tekanan darah sangat rendah, tekanan sistolik < 90 mmHg.
Nafas cepat ( Frekuensi pernafasan 30 kali / menit atau lebih ).
Air seni kurang dari 30 cc / jam.
Bingung, gelisa atau pingsan.
Berkeringat atau kulit menjadi dingin dan basah.
Pucat.
7. Jelaskan dengan hati – hati kepada ibu, suami dan keluarganya
tentang apa yang terjadi.
8. Rujuk ibu bersama bayinya ( jika mungkin ) dan anggota
keluarganya yang dapat menjadi donor darah jika diperlukan kerumah
sakit.
9. Observasi dan catat tanda – tanda vital secara teratur, catat
dengan teliti riwayat perdarahan : kapan mulainya dan berapa banyak
darah yang sudah keluar. ( Hal ini akan menolong dalam mendiagnosis
secara cepat memutuskan tindakan yang tepat ).
10. Berikan suplemen zat besi dan asam folat selama 90 hari kepada
yang mengalami perdarahan postpartum sekunder ini.
11. Buat catatan yang akurat.
Ingat !
Lakukan tes sertivikasi sebelum memberikan suntikan antibiotika.
Bila terjadi syok, gantikan semua cairan yang hilang.
Pertolongan persalinan pertama yang berkualitas dapat mencegah
terjadinya perdarahan postpartum sekunder.
Kelahiran placenta dan selaputnya yang tidak lengkap merupakan
penyebab utama perdarahan postpartum sekunder.
Ibu yang mengalami perdarahan post partum sekunder
memerlukan bantuan untuk dapat melanjutkan pemberian ASI, ibu
harus cukup sering menyusui bayinya dan untuk periode yang cukup
lama untuk menjaga persediaan ASI yang cukup.
Ibu dengan perdarahan postpartum sekunder perlu tambahan zat
besi.
PENANGANAN SEPSIS PUERPURALIS
Tujuan :
Mengenali tanda – tanda sepsis puerpularis dan mengambil tindakan
yang tepat.
Pernyataan Standar :
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis
puerpularis, melakukan perawatan dengan segera dan merujuknya.
Hasil :
Bidan dengan sepsis puerpuralis mendapat penanganan yang
memadai dan tepat waktu. Penurunan kematian dan kesakitan akibat
sepsis puerpuralis.
Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas.
Prasyarat :
1. Sistem yang berjalan dengan baiik agar ibu mendapatkan
pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6
minggu setelah persalinan, baik dirumah, dipuskesmas ataupun
dirumah sakit.
2. Bidan berlatih dan terampil dalam memberikan pelayanan nifas,
termasuk penyebab, pencegahhan, pengenalan dan penanganan
dengan tepat sepsis puerpuralis.
3. Tersedia peralatan / perlengkapan penting : sabun, air bersih yang
mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntik
sekali pakai, set infus steril dengan jarum berukuran 16 dan 18 G,
sarung tangan bersih DTT / steril.
4. Tersedia obat – oabatan penting : cairan infus ( Ringer Laktat ),
dan antibiotika. Juga tersedianya tempat penyimpanan untuk obat –
obatan yang memadai.
5. Adanya sarana pencatatan pelayanan nifas / Kartu Ibu.
6. Sistem rujuukan yang efektif, termasuk bank darah, berjalan
dengan baik untuk ibu dengan komplikasi pasca persalinan.
Proses :
Bidan harus :
1. Amati tanda dan gejala infeksi puerpuralis yang diagnosa bila 2
atau lebih gejala dibawah ini terjadi sejak pecahnya selaput ketuban
mulai hari ke 2.
2. Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal / gejala
infeksi.
3. Beri penyuluhan kepada ibu, suami . keluargany agar waspada
terhadap tanda / gejala infeksi, dan agar segera mencari pertolongan
jika memungkinkannya.
4. Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk
mencari sumber infeksi.
5. Jike uterus nyeri, pengecilan uter lambat, atau terdapat
perdarahan pervaginam, mulai berikan infus Ringer Laktat dengan
jarum berlubang besar ( 16 – 18G ), rujuk ibu segera ke RS ( ibu perlu
diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya sisa jaringan placenta ).
6. Jika kondisinya gawat dan terdapat tanda / gejala septik syok dan
terjadi dehidrasi, beri cairan IV dan antibiotika sesuai dengan
ketentuan. Rujuk ibu ke RS.
7. Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah dan sulit merujuk
berikan antibiotika.
8. Pastikan bahwa ibu / bayi dirawat terpisah / jauh dari anggota
keluarga lainnya, sampai infeksi teratasi.
9. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah memeriksa
inu / bayi.
10. Alat – alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain,
terutama untuk ibu nifas / bayi lain.
11. Beri nasehat kepada ibu pentingnya kebersihan diri, penggunaan
pembalut sendiri dan membuangnya dengan hati – hati.
12. Tekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi
baik dan banyak minum bagi ibu.
13. Motivasi ibu untuk tetap memberikan AS.
14. Lakukan semua Pencatatan dengan seksama.
15. Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik
dalam 24 jam, segera rujuk ke RS.
16. Jika syok terjadi ikuti langkah – langkah penatakasaan syok yang
didiskusikan di satandar 21.
Ingat !
Lakukan tes sensitivitas sebelum memberikan suntikan
antibiotika.
Semua ibu nifas berisiko terkena infeksi, dan ibu yang telah
melahirkan bayi dalam keadaan mati, persalinan yang memanjang,
pecahnya selaput ketuban yang lama mempunyai risiko yang lebih
tinggi.
Kebersihan dan cuci tangan sangatlah penting, baik untuk
pencegahan maupun penanganan sepsis.
Infeksi bisa menyebabkan perdarahan postpartum sekunder.
Keadaan ibu akan semakin memburuk jika antibiotika tidak
diberikan secara dini dan memadai.
Ibu dengan sepsis puerpuralis perlu dukungan moril, karena
keadaan umumnya dapat menyebabkannya menjadi sangat letih dan
depresi.
PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM
Tujuan :
Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum,
mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan
kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia
neonatorum.
Pernyataan Standar :
Bidan mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan afiksia, serta
melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi bayi baru lahir,
mengusahakan bantuan medis yang diperlukan merujuk bayi baru
lahir dengan tepat, dan memberikan perawatan lanjutan yang tepat.
Hasil :
Penurunan kematian bayi akibat asfiksia neonatorum. Penurunan
kesakitan akibat asfiksia neonatorum.
Meningkatnya pemanfaatan bidan.
Prasyarat :
1. Bidan sudah dilatih dengan tepat untuk mendampingi persalinan
dan memberikan perawatan bayi baru lahir dengan segera.
2. Ibu, suami dan keluarganya mencari pelayanan kebidanan untuk
kelahitan bayi mereka.
3. Bidan terlatih dan terampil untuk :
Memulai pernafasan pada bayi baru lahir.
Menilai pernafasan yang cukup pada bayi baru lahir dan
mengidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi.
Menggunakan skor APGAR.
Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir.
4. Tersedianya ruang hangat, bersih, dan bebas asap untuk
persalinan.
5. Adanya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang bersih
dan aman bagi bayi baru lahir, seperti air bersih, sabun dan handuk
bersih, sabun dan handuk bersih, dua handuk / kain hangat yang
bersih ( satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk menyelimuti
bayi ), sarung tangan bersih dan DTT, termometer bersih / DTT dan
jam.
6. Tersedia alat resusitasi dalam keadaan baik termasuk ambubag
bersih dalam keadaan berfungsi baik, masker DTT ( ukuran 0 - 1 ),
bola karet penghisap atau penghisap DeLee steril / DTT.
7. Kartu ibu, kartu bayi dan patograf.
8. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru lahir
yang efektif.
Proses :
Bidan harus :
1. Selalu cuci tangan dan gunakan tangan bersih / DTT sebelum
menangani bayi baru lahir. Ikuti praktek pencegahan infeksi yang baik
pada saat merawat dan melakukan resusitasi pada bayi baru lahir.
2. Ikuti langkah pada standar 13 untuk perawatan segera bayi baru
lahir.
3. Selalu waspada untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada
setiap kelahiran bayi, siapkan semua peralatan yang diperlukan dalam
keadaan bersih, tersedia dan berfungsi dengan baik.
4. Sagera setelah bayi lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu
dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat.
Setelah bayi kering, selimuti bayi termasuk bagian kepalanya dengan
handuk baru yang bersih dan hangat.
5. Nilai bayi dengan cepat untuk memastikan bahwa bayi bernafas /
menangis sebelum menit pertama nilai APGAR, jika bayi tidak
menangis dengan keras, bernafas dengan lemah atau bernafas cepat
dangkal, pucat atau biru dan / atau lemas.
Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar,
kepala sedikit ditengadahkan agar jalan nafas terbuka. Bayi harus
tetap diselimuti ! Hal ini penting sekali untuk hipotermi pada bayi baru
lahir.
Hisap mulut dan kemudian hidung bayi dengan lembut dengan
karet penghisap DTT atau penghisap DeLee DTT / steril.
Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi. Nilai ulang
keadaan bayi. Jika bayi mulai menangis atau bernafas dengan normal,
tidak diperlukan tindakan lanjutan. Lanjutkan dengan perawatan bagi
bayi baru lahir yang normal bayi tetap tidak bernafas dengan normal
atau menangis, teruskan dengan ventilasi.
6. Melakuan ventilasi pada bayi baru lahir :
Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan, nilai dengan cepat
apakah bayi bernafas spontan dan tidak ada pelekukan dada atau
dengkuran, tidak diperlukan resusitasi lebih lanjut. Teruskan dengan
langkah awal perawatan bayi baru lahir.
7. Lanjutkan ventilasi sampai tiba di tempat rujukan, atau sampai
keadaan bayi membaik atau selama 30 menit.
8. Kompresi dada :
Jika memungkinkan, dua tenaga kesehatan diperlukan untuk
melakukan ventilasi dan kompresi dada.
Kebanyakan bayi akan membaik hanya dengan ventilasi.
Jika ada daua tenaga kesehatan terampil dan pernafaasan bayi
lemah atau kurang dari 30 kali / menit dan detak jantung kurang dari
60 kali / menit setelah ventilasi selama 1 menit, tenaga kesehatan
yang kedua dapat mulai melakukan kompresi dada dengan
keceepatan 3 kompresi dada berbanding 1 ventilasi.
Harus berhati – hati pada saat melakukan kompresi dada, tulang
rusuk bayi masih peka dan mudah patah, jantung dan paru – paru nya
mudah terluka.
Lakukan tekanan pada jantung dengan cara meletakkan kedua jari
tepat dibawah garis puting bayi di tengah dada ). Dengan jari – jari
lurus, tekan dada sedalam 1 – 1,5 cm.
9. Setelah bayi bernafas dengan normal, periksa sushu, jika dibawah
365 0C, atau punggung sangat hangat, lakukan penghangatan yang
memadai, ikuti standar 13.
10. Perhatikan warna kulit bayi, pernafasan, dan nadi bayi selama 2
jam. Ukur suhu tubuh bayi setiap jam hingga normal ( 36 5 -37 5 0 C ).
11. Jika kondisinya memburuk, rujuk ke fasilitas rujukan terdekat,
dengan tetap melakukan penghangatan.
12. Pastikan pemantauan yang sering pada bayi selama 24 jam
selanjutnya. Jika tanda – tanda kesulitan bernafas kembali terjasi,
persiapkan untuk membawa bayi segera ke rumah sakit yang paling
tepat.
13. Ajarkan pada ibu, suami / keluarganya tentang bahaya dan tanda –
tanda nya pada bayi baru lahir. Anjurkan ibu, suami / keluarganya agar
memperhatikan bayinya dengan baik – baik. Jika ada tanda – tanda
sakit atau kejang, bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit atau
menghubungi bidan secepatnya.
14. Catat dengan seksama semua perawatan yang diberikan.
Riset membuktikan :
Hipotermi dapat memperburuk asfiksia.
Bayi jangan dujungkir, karena dapat mengakibatkan perdarahan
otak hebat.
Bayi tidak perlu diperlakukan secara kasar atau ditepuk telapak
kakinya untuk merangsang pernafasan.
Tindakan yang tidak dianjurkan dan akibat yang
ditimbulkannya :
Tindakan :
Menepuk bokong.
Menekan rongga dada.
Menekan paha ke perut bayi.
Mendilatasi sfingterani.
Kompres dingin / panas.
Meniupkan oksigen atau udara dengan ke muka atau tubuh bayi.
Akibat :
Trauma dan melukai.
Faraktur, pnemotoraks, gawat nafas, kematian.
Ruptura hati / limpa, perdarahan.
Robekan atau luka pada sfingter.
Hipotermi, luka bakar.
Hipotermi.
Prinsip – prinsip Resusitasi :
Airway / saluran nafas :
Bersihkan jalan nafas dahulu.
Breath / nafas :
Lekukan bantuan pernafasan sederhana. Kebanyakan bayi akan
membaik hanya dengan ventilasi.
Circulation / sirkulasi :
Jika tidak ada / nadi dibawah 60, lakukan pijatan jantung, dua tenaga
kesehatan terampil diperlukan untuk melakukan terampil diperlukan
untuk melakukan kompresi dada dan ventilasi.
Ingat !
Jangan lupa keadaan ibu.
Selalu siap untuk melakukan resusitasi, tidak mungkin
memperkirakan kapan tindakan tersebut dilakukan.
Nilai pernafasan setiap bayi baru lahir segera setelah pengeringan
dan sebelum menit pertama nilai APGAR.
Klem dan potong tali pusat dengan cepat.
Jaga bayi tetap hangat selama dan sesudah resusitasi.
Buka jalan nafas, betulkan letak kepala bayi dan lakukan
penghisapan pada mulut, baru kemudian hidung.
Ventilasi dengan kentungan yang bisa mengembang sendiri dan
masker yang lembut atau sungkup, gunakan ukuran masker yang
sesuai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana
pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang merupakan uatu pernyataan
tentang mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran
(outcome) sistem layanan kesehatan. Standar Kebidanan meliputi tujuan, pernyataan standar
dan hasil yang diharapkan. Standar Pelayanan Kebidananan terdiri dari 24 Standar.
.2 Saran
Bagi Petugas Kesehatan :
1. Memahami dan mengamalkan standar pelayanan kebidanan
2. Menerapkan pelayanan kebidanan sesuai standar yang ditetapkan
3. Mempertahankan mutu pelayanan kebidanan
DAFTAR PUSTAKA
http://bhetryelandira.wordpress.com/2012/12/10/standar-pelayanan-kebidanan/
http://kesehatan.jadilah.com/2013/09/24-standar-pelayanan-kebidanan.html
http://nafieun.wordpress.com/2013/04/10/24-standar-asuhan-pelayanan-kebidanan/
http://hernikebidanan.wordpress.com/2013/04/08/24-standar-pelayanan-kebidanan/