Download - MAKALAH Kep. Keluarga - HIPERTENSI.docx
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Komunitas 1
( Keperawatan Keluarga )
Dosen Pengampu : Dwi Novitasari, S. Kep.,Ns, M, Si
Disusun Oleh :
Lia Dian S 010111b001
Majrul Hairy 010111a069
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi ( Tekanan Darah Tinggi ) adalah penyakit dimana
umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap penyakit
hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Dimana tekanan
darah itu sendiri adalah tekanan didalam pembuluh arteri ketika darah
dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh. Tekanan darah dapat
dilihat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya ditunjukkan dengan
angka seperti berikut 120/180 mmHg. Angka 120 menunjukkan tekanan
sistolik. Angka 80 menunjukkan tekanan ketika jantung sedang
berelaksasi, disebut dengan tekanan diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka.
Dikatakan tekanan darah tinggi jika tekanan sistolik mencapai 140 mmHg
atau lebih atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih. Dikatakan
hipertensi jika didapatkan ukuran yang tinggi ( misalnya 160/90 mmHg )
sebanyak dua kali dalam tiga kali pengukuran, selama paling sedikit dua
bulan (8minggu).
B. Tujuan
1. Untuk mempelajari Asuhan keperawatan Hipertensi pada keluarga
2. Untuk memberikan pengetahuan pada keluarga tentang : tanda, gejala
dan hal-hal lain yang berhubungan dengan hipertensi
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan keluarga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal.
Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya
lebih tinggi dari 140/90 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastol.
(Elisabet Corwin, hal 356).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140
mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen,
1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah
diastolic 90 mmHg atau lebih (Barbara Hearrison 1997).
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan tekanan
sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap atau telkanan diastolik
lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnosa dipastikan dengan mengukur
rata-rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah pada dua waktu
yang terpisah. Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan
tahanan vaskuler perifer pada tingkat arteriol.
2. Etiologi
Hipertensi adalah asimtomatik. Gejala-gejala menandakan
kerusakan pada organ targeet seperti otak, ginjal, mata, dan jantung.
Bila tak teratasi, hipertensi dapat menimbulkan stroke, gagal ginjal,
dan kebutaan, dan gagal jantung kongestif. Berdasarkan penyebabnya
hipertensi dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1) Esensial (primer/idiopatik) etiologi tak diketahui, dapat
dipercepat atau maligna, namun banyak factor yang
mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas,
susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stress
2) Sekunder atau hipertensi renal disebabkan oleh proses penyakit
dasar. Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler
renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin
dll.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac
output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa
factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan
eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang
tua serta pelabaran pembuluh darah.
e. Faktor-faktor yang mempertinggi resiko terjadinya hipertensi
antara lain:
a) Keturunan
b) Usia
c) Berat badan
d) Perokok
e) Pola makan dan gaya hidup
f) Aktivitaas olah raga
3. Patofisiologi
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan
pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Penurunan kesadaran, daan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Menurunnya tonus
vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis.
Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin
yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan
pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada
pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Selain itu
juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan
retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan
darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan
kerusakan pada organ organ seperti jantung.
4. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi (JNL, 1997) : The sixt Report of Join
National Committee on Prevention 1997 dikutip oleh Mansjoer Arif,
dkk, 1999 hal 519, dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Sistolik mmHg Diastolik mmHg
a. Normal 130 – 139 85 – 89
b. Perbatasan 140 – 159 90 – 99
c. Hipertensi tingkat I 160 – 179 100 – 109
d. Hipertensi tingkat 2 > 180 < 85
e. Hipertensi tingkat 3 < 130 > 110
5. Manifestasi Klinik
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala bila demikian, gejala baru ada setelah terjadi komplikasi pada
ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan
adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdenging, mata
berkunang-kunang dan pusing . (Mansjoer Arif, dkk, 1999).
Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak).Pada tingkat awal sesungguhnya, Hipertensi
asimtomatis, mempunyai gejala :
1) Sakit kepala : pada occipital,, seringkali timbul pada pagi hari.
2) Vertigo dan muka merah.
3) Epistaksis spontan.
4) Kelelahan
5) Mual dan muntah
6) Sesak nafas
7) Gelisah
8) Penglihatan kabur atau scotomas dengan perubahan retina.
9) Kekerapan nocturnal akibat peningkatan tekanan dan bukan oleh
gangguan ginjal.
10) Sebagai akibat hipertensi yang berkepanjangan, maka akan
terjadi :
a. Insufiensi koronen dan penyumbatan.
b. Gagal jantung.
c. Gagal ginjal.
d. Cerebrovaskular accident (stroke).
6. Pathway
Umur ObesitasGaya HidupJenis Kelamin
Elastisitas, arteriosklerosis
Hipertensi
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Perubahan Struktur
Penyumbatan pembuluh darah
Vasokonstriksi Gangguan Sirkulas
otak
Suplai O2
otakRetensi pembuluh darah otak
Ginjal
Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal
Retina
Spasme arteriole
diplopiaNyeri Kepala
Gangguan pola tidur
Sinkop Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal
Blood Flow menurun
Respon RAA
Gangguan Perfusi Jaringan
Resiko injuri
Retensi Naedema
Kelebihan volume
Pembuluh Darah
Sistemik Koroner
vasokonstriksi
Iskemi miokard
After load meningk
Nyeri dada
Penurunan curah jantung
fatigue
Intoleransi aktivitas
2. Proses Keperawatan Keluarga
Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi :
1. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga
Yang termasuk pada pengkajian keluarga adalah :
a. Mengidentifikasi data demografi dan sosiokultural
b. Data lingkungan
c. Struktur dan fungsi keluarga
d. Stress dan strategi koping yang digunakan keluarga
e. Perkembangan keluarga
Sedangkan yang termasuk pada pengkajian terhadap individu
sebagai anggota keluarga adalah pengkajian :
a. Fisik
b. Mental
c. Emosi
d. Sosial
e. Spiritual
2. Perumusan diagnosis keperawatan
3. Penyusunan perencanaan
Perencanaan disusun dengan berdasarkan prioritas, menetapkan
tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi
keperawatan.
4. Pelaksanaan asuhan keperawtan
Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi
sumber-sumber daya yang ada di keluarga, masyarakat dan
pemerintah.
5. Evaluasi
Pada tahapan evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Prinsip Pemberian Asuhan Keperawatan pada Keluarga
1. Bekerjasama dengan keluarga secara kolektif
2. Mulai sesuai dengan kemauan keluarga
3. Sesuaikan NCP dengan tahap perkembangan keluarga
4. Terima dan akui struktur keluarga
5. Penekanan pada kemampuan keluarga.
Tahap Pengkajian (Assessment)
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Pengkajian dapat juga diartikan sebagai tindakan yang digunakan oleh
perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan memakai
norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem
yang terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya (Effendy,
1998).
Dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu perbandingan, suatu
ukuran atau suatu penilaian mengenai keadaan keluarga dengan
menggunakan norma-norma yang diambil dari kepercayaan, nilai-nilai,
prinsip-prinsip, aturan-aturan dan harapan-harapan, teori, konsep yang
berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi oleh keluarga.
Sumber informasi dari tahap pengkajian dapat menggunakan metode :
1. Wawancara
Berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik,
mental, sosial-budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dsb.
2. Observasi-pengamatan
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena
sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja. Misalnya : yang
berkaitan dengan lingkungan fisik (ventilasi, penerangan, kebersihan,
dsb).
3. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (head to toe)
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik.
Misalnya : kehamilan, kelainan organ tubuh, dan tanda-tanda
penyakit.
4. Data sekunder (studi dokumentasi)
Contoh : hasil laboratorium, hasil rontgen, pap smear, dll. Studi yang
berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak, diantaranya KMS,
kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan lainnya.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
1. Data umum :
Nama kepala keluarga (KK), alamat dan telpon, pekerjaan kepala
keluarga, pendidikan kepala keluarga dan komposisi keluarga. Selain
itu, perlu dikaji pula tentang :
a. Tipe keluarga : menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta
kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe
keluarga tersebut
b. Suku bangsa : mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.
c. Agama : mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
d. Status sosial ekonomi keluarga : status sosial ekonomi keluarga
ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
e. Aktivitas rekreasi keluarga: Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat
kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi
tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton TV dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan
keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti. Misalnya
: keluarga Bpk. A mempunyai 2 orang anak, anak pertama berusia
8 tahun dan anak kedua berusia 5 tahun, maka keluarga Bpk. A
berada pada tahapan perkembangan keluarga dengan usia anak
sekolah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi
oleh keluarga, serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi. Misalnya : keluarga tengah baya, yang seharusnya
sudah mampu mendirikan keluarga sendiri, tetapi belum
mempunyai rumah sendiri sehingga beberapa tugas tidak terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti: Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
terhadap pencegahan penyakit (status imuniasi), sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga, serta pengalaman-
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya : Dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas setempat
c. Mobilitas geografis keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. Sistem pendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
b. Struktur kekuatan keluarga
c. Struktur peran
d. Nilai atau norma keluarga
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif : Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi :Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana
interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan :Menjelaskan sejauhmana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat
anggota keluarga yang sakit. Sejauhmana pengetahuan keluarga
mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga di dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan,
melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
Hal-hal yang perlu dikaji sejauhmana keluarga melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :
1. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga
mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, tanda-gejala, faktor penyebab dan yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
2. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji
adalah :
a. Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai
sifat dan luasnya masalah
b. Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
c. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialami
d. Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan
penyakit
e. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
yang ada
f. Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga
kesehatan
g. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah
3. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji adalah :
a. Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya
(sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa, dan cara
perawatannya)
b. Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c. Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan
d. Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber yang
ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung
jawab, sumber keuangan/finansial, fasilitas fisik,
psikososial)
e. Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit
4. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat. Hal yang perlu
dikaji adalah :
a. Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber
keluarga yang dimiliki
b. Sejauhmana keluarga melihat keuntungan/manfaat
pemeliharaan lingkungan
c. Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene
sanitasi
d. Sejauhmana keluarga mengatahui upaya pencegahan
penyakit
e. Sejauhmana sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene
sanitasi
f. Sejauhmana kekompakan antar anggota keluarga
5. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat. Hal
yang perlu dikaji adalah :
a. Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan
b. Sejauhmana keluarga memahami keuntungan-keuntungan
yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan
c. Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap
petugas dan fasilitas kesehatan
d. Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang
baik terhadap petugas kesehatan
e. Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh
keluarga
d. Fungsi reproduksi: Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi
reproduksi keluarga adalah berapa jumlah anak, bagaimana
keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga dan metode apa
yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah
anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi : Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi
keluarga adalah sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan, serta sejauhmana keluarga
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga.
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu + 6 bulan
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam jangka waktu lebih dari
6 bulan
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor : Hal
yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap
situasi/stressor.
c. Strategi koping yang digunakan: Strategi koping apa yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d. Strategi adaptasi disfungsional :Dijelaskan mengenai strategi
adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan
7. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan
pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik.
8. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
BAB III
LAPORAN KASUS
KASUS:
Ny.K umur 95 tahun, beliau mengatakan sering pusing berputar saat
setelah beraktivitas ataupun bangun tidur. Jika klien merasa sakit atau
pusing klien mengaku hanya membelikannya obat warung dan jika dirasa
dengan obat warung tersebut tidak ada perubahan keluarga langsung segera
memeriksakan klien ke dokter daerah ungaran. Klien tinggal bersama anak,
menantu dan ketiga cucunya. Keseharian klien hanya bermain dengan cucu
dan duduk didepan teras rumah karena mengalami keterbatasan dalam
berjalan dan beraktifitas, serta kadang sempoyongan saat berjalan, jalan
hanya dibantu dengan tongkat sekedarnya. Klien mengaku pernah
menjalani operasi pada kaki tepatnya pada patela tahun 2013 kemarin pada
bulan puasa. Saat pengkajian didapat Tekakanan Darah klien 160/140
mmhg, HR 89x/menit, RR 19x/menit, tidak ada keluhan yang dirasakan saat
pengkajian
A. Pengkajian keluarga
1. Data Umum
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn K
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : OB
Alamat : Ngablak, kec. Ungaran
No. Telp : -
N
o
Nama L/P Hub.
Klg
Usia Pendidi
kan
Imunisasi Ket
BC
G
DPT Polio Ca
m
Hep B
1 Ny. K P Ibu 95 th SD
2 Tn. K L suami 40 th SMP
3 Ny. S P istri 35 th SMP
4 An. D P anak 7 th SD
5 An. R P anak 5 th TK
6 An. S L anak 3 th PAUD
Tipe keluarga :
a. Jen is type keluarga : big family
b. Masalah yang terjadi dengan type tersebut : Terkadang terjadi
pertengkaran antara anak kedua dengan anak ketiga dikarenakan
sifatnya yang masih kekanak-kanakan dan tidak mau mengalah
Suku Bangsa : Jawa
Agama : islam
Status sosial dan Ekonomi Keluarga :
a. Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. K
b. Penghasilan : Rp 1.200.000,-/bulan
c. Harta benda yang dimiliki : Rumah, motor,
kulkas, TV, perabot Rumah Tangga, dll
d. Aktivitas rekreasi keluarga : keluarga mengaku
tidak pernah rekreasi bersama
2. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini : Keluarga Tn. K
mempunyai seorang istri, ibunya yaitu Ny, K dan 3 orang anak.
Anak pertama umur 7 th, anak kedua umur 5 tahun dan anak ketiga
umur 3 th. Ny. K tiap harinya menjalankan rutinitas yang sekiranya
dia mampu untuk kerjakan sendiri karena keterbatasanya dalam
berjalan, sehingga kadang untuk kebutuhan yang lain dibantu oleh
menantunya.
b. Tahap Keluarga yang Belum Terpenuhi : Ny.K terkadang
merasakan sakit berputar saat setelah beraktivitas, kaki sakit saat
berjalan dan berjalan dengan bantuan tongkat seadanya, sehingga
keluarga harus membantu jika klien benar membutuhkan
pengobatan segera ataupun bantuan untuk berjalan. Memberikan
perhatian yang lebih dan juga kasih sayang yang cukup
c. Riwayat keluarga inti : dalam keluarga tidak ada yang mempunyai
penyakit hipertensi ataupun penyakit menurun atau menular
lainnya seperti DM. Hanya Ny. K yang mengalami sakit hipertensi
sejauh ini. Jika ada anggota keluarga ada yang sakit langsung
dibawa kepusat kesehatan terdekat..
d. Riwayat keluarga sebelumnya : Tn. K adalah anak dari kedua dari
dua bersaudara, anak pertama meninggal dikarenakan sakit dan
suami Ny. K atau ayah dari Tn. K juga sudah meninggal sejak 9
tahun yang lalu.
3. Data lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Luas rumah : 144 m2
Tipe rumah : Permanen
Kepemilikan : Pribadi
Jumlah dan ratio kamar : 3 kamar
Ventilasi jendela : Cukup dengan terdapatnya
ventilasi disetiap kamar dan ruangan
yang lain
Pemanfaatan ruangan : Baik dengan penerangan yang
cukup
Septic tank : Tidak ada (Pembuangan langsung
ke sungai)
Sumber air : Menggunakan sumur
Kamar mandi/WC : Terdapat 1 kamar mandi menyatu
dengan WC
Sampah : Pembuangan sampah di tanah
kosong atau pekarangan
Kebersihan lingkungan : Cukup bersih dimana terdapat
saluran irigasi dibelakang rumah
yang digunakan untuk pembuangan
(feses) sekaligus pekarangan untuk
pembuangan sampah baik organic
maupun non organic
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
1. Kebiasaan : Klien dengan tetangga sekitar rumah sangat dekat
dan merupakan saudaranya sendiri sehingga terbiasa saling
membantu bila salah satu mempunyai kegiatan di
lingkungannya. Jarak rumah Kelurga Tn K dengan tetangganya
termasuk dekat
2. Aturan : Bahwa setiap warga harus ikut andil dalam kebersihan
lingkungan terutama kebersihan sepanjang jalan dan got.
Warga diminta untuk mau ikut kerja bakti demi kebersihan
lingkungan.
3. Kebersihan : Setiap 1-2 bulan sekali warga membersihkan
lingkungan.
4. Budaya : Budaya yang digunakan adalah gotong royong.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Semenjak kecil, dan menikah sampai sekarang Ny.S dan Tn.A
tidak pernah bepindah-pindah tempat.
d. Perkumpulan keluaraga dan interaksi dengan masyarakat :
Keluarga Tn. A tergolong anggota masyarakat yang aktif dalam
mengikuti musyawarah dan kerja bakti yang diadakan di
masyarakat. Serta dapat berinteraksi dengan baik. Ny.S aktif
dengan kegiatan keagamaan di lingkungan rumahnya. Sedangkan
kedua anaknya setiap sore mengaji di mushola dekat rumah. Dan
Ny. K biasanya hanya dirumah, dan jarang mengikuti kegiatan
karena keterbatasan saat berjalan.
e. Sistem pendukung keluarga :
Selama Ny. K sakit yang merawatnya adalah anak dan
menantunnya, membelikannya obat dan jika dengan obat masih
kurang berhasil biasanya Tn.K langsung membawa Ny. K ke
puskesmas atau Rumah sakit ungaran. Untuk setiap kebutuhan
yang dibutuhkan biasanya menantu Ny. K yang mencukupi dan
membantu untuk memenuhi kebutuhan kesehariaanya. Semua Itu
diterapkan, jika ada anggota keluarga yang sakit.
4. Struktur keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga :
Keluaga Ny.S dan Tn.K melakukan komunikasi secara terbuka,
sehingga Ny. K dapat memberi masukan tentang suatu hal kepada
anak-anaknya. Ny.S adalah ibu yang santai yang jarang memarahi
anak-anknya tapi Tn.K sangat tegas tehadap anak-anaknya dan tak
segan memaraahi ana-anaknya ketika mereka salah.
b. Struktur Peran Keluarga :
Tn.A menjadi seorang ayah dan pencari penghasilan utama bagi
keluarga. Ny.S adalah ibu rumah tangga dan Ny. S adalah ibu dan
juga mertua serta eyang bagi anak menantu dan juga cucunya.
c. Struktur Peran
a. Tn. K sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam
mengatur rumah tangga
b. Ny. S sebagai istri dan Ibu rumah tangga
c. An. D sebagai anak pertama sekolah di SD
d. An. R sebagai anak kedua sekolah di TK
e. An. S sebagai anak ketiga dan sekolah di PAUD
d. Nilai dan Norma Keluarga :
Tidak ada nilai dan norma dalam keluarga yang dapat
mempengaruhi penyakit menurut mereka. Ny.S sakit memang
karena disebabkan oleh suatu penyakit bukan karena hal-hal
tertentu.sehingga mereka lebih memilih untuk memeriksakan
kesehatannya ke dokter atau dengan obat-obat tradisional.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif :
Ny.S dan Tn.A menganggap anaknya sudah tumbuh menjadi anak-
anak yang baik dan saling menghormati dalam keluarga,meskipun
kadang-kadang ada pertengkaran kecil antara anak-anak mereka
dikarenakan hal yang sepele tapi dengan cepat mereka juga
berbaikan lagi.
b. Fungsi Sosial :
Keluarga mereka semua muslim sehingga mereka aktif dengan
kegiatan keagamaan meskipun tidak mengikuti organisasi.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan :
keluarga dapat mengidentifiksi penyakit Ny. K meskipun secara
awam,saat Ny.K mengalami pusing ataupun sakit keluarga selalu
tanggap untuk segera memberikan pertolongan dengan membelikan
obat atau membuat ramuan tradisional, sehingga keluarga dapat
mengambil keputusan dengan cepat ketika Ny.K sakit tetapi masih
belum mampu meningkatkan status kesehatan keluarga.
d. Fungsi Reproduksi :
Ny.S dan Tn.A mengatakan tidak ingin mempunyai anak lagi
mereka sudah bersyukur mempunyai tiga orang anak yang baik-
baik, Ny.S masih mengikuti program KB dikarenakan masih haid
dan melakukan hubungan suami istri. Mereka sepakat untuk
membesarkan anaknya dengan baik dan memberi pendidikan yang
baik.
e. Fungsi Ekonomi :
Keluarga mengatakan kondisi keluarga mereka tetap stabil
meskipun Ny.K sering mengeluh sakit kepala, Tn.A masih tetap
sanggup untuk membiayai berobat atau hanya sekedar membeli
obat.
6. Stressor dan koping keluarga
a. Stresor Jangka Pendek dan panjang :
1 tahun yang lalu Ny. K sakit dan kakinya harus dioperasi,
meskipun itu hanya operasi biasa namun cukup membuat Tn, K
dan istrinya panik.
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stresor :
Keluarga berharap anak-anaknya dapat menjalani sekolahnya
dengan baik dan kelak menjadi anak yang berguna.
c. Strategi Koping Yang Digunakan :
Keluarga Ny. S dan suami selalu membicarakan masalah keluarga
bersama dan sesekali bersama Ny. K jika membicarakan tentang
harapan-harapan mereka terhadap anaknya.
d. Strategi Adaptasi Disfungsional :
Tidak pernah terdapat perselisihan antar anggota keluarga dalam
mengambil suatu keputusan.
7. Pemeriksaan fisik
Tanggal 20 september 2014
a. Keadaan Umum
- Kesadaran : Composmentis
- Penampilan umum : Klien tampak sehat
- TTV: TD : 160/140mmhg
N :89x/menit
RR :19x/menit
b. Kepala
- Kulit Kepala dan Rambut
Tidak ada lesi pada kulit kepala, tampak bersih, warna
rambut klien tampak putih/beruban, rambut tampak bersih
dan penyebarannya merata serta tidak bercabang.
- Mata
Pergerakan bola mata dapat digerakkan ketas dan kebawah,
kekiri dan kesamping, tidak mengalami buta warna dan tidak
terdapat katarak, konjungtiva anemis, sklera ikterik, mata
kanan dan kiri simtris dan lapang pandang sedikit mengalami
penurunan.
- Hidung
Kedua hidung tampak simetris, tidak ada sekret, fungsi
penciuman baik.
- Telinga
Telinga kanan dan kiri tampak simetris, tidak tampak adanya
serumen, fungsi pendengaran sebelah kiri mengalami
gangguan, namun klien masih mampu untuk menjawab
pertanyaan dengan jelas.
c. Mulut dan Tenggorokan
Mukosa tampak lembab, tidak terdapat stomatitis, tidak ada gigi,
klien masih bisa membedakan rasa makanan dan tidak mengalami
kesulitan saat menelan.
d. Kulit
Kulit tampak kering dan keriput, turgor kulit tidak elastis, warna
kulit sawo matang dan tidak ada lesi, kuku lebih tebal, bentuk
cembung, tidak ada lesi.
e. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan, bisa
digerakan/digelengkan.
f. Thorax
Bentuk dada simetris
g. Urinari
Klien BAB sehari 1x sehari dengan konsistensi feses lembek,
warna kuning. BAK 3-4x/hari dengan konsistensi warna kuning
jernih, dan bau khas urin.
h. Abdomen
i. Reproduksi
Klien sudah menopouse
j. Ekstremitas
- Ektremitas atas
Kedua tangan dan kiri bisa digerakkan dengan bebas
kedegala arah dan tidak mengalami gangguan, tidak ada lesi
dan tidak ada jaringan parut.
- Ekstremitas bawah
Klien mengalami gangguan saat berjalan terutama pada kaki
kiri pasca operasi terasa kesemutan setiap saat dan nyeri
sehingga saat berjalan dibantu oleh tongkat.
8. Harapan keluarga
Keluarga berharap Ny.K dapat sembuh dan tidak sering pusing-pusing
lagi dan petugas kesehatan dapat memberi pelayanan kesehatan dengan
baik.
Analisa Data
DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS: Klien mengatakan saat dikaji tidak ada
keluahan yang dirasakan.
DO:
TD: 160/140mmhg
N : 89x/menit
RR:19x/menit
Hipertensi
Skoring Dan Prioritas Masalah
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenahan
1. Sifat masalah
1. Actual (3)
2. Resiko tinggi (2)
3. Potensial (1)
3/3 x 1 1 Adanya ancaman keseha-
tan tetapi tidak perlu
ditangani segera.
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah
1. Tinggi (2)
2. Sedang (1)
3. Rendah (0)
1/2 x 2 1 membawa Ny.K ke
pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan
pengobatan dan
perawatan.
3.
4
Potensi untuk mence-
gah masalah
1. Mudah (3)
2. Cukup (2)
3. Tidak dapat (1)
2/3 x 1 2/3 Pencegahan bias
dilakukan dengan
menjaga pola hidup dan
pola makan.
Menonjolnya masalah
Masalah dirasakan dan
perlu penanganan segera
(2)
Masalah dirasakan,
tidak perlu di tangani
segera (2)
Masalah tidak di
rasakan (0)
2/2 x 1 1 Tn.A dan Ny.S bisa
menerima keadaan
mereka saat ini meskipun
belum stabil.
Total Skor 3 2/3
Diagnosa Sesuai Prioritas
Hipertensi pada Ny.S keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal karakteristik penyakit dan perawatannya.
Rencana keperawatan
N
o
Diagnosis
Kep.
Keluarga
Tujuan Kriteria Evaluasi
Rencana IntervensiUmum Khusus Kriteria Standart
1 Hipertensi
pada Ny.S
keluarga
Tn.A
berhubunga
n dengan
ketidakmam
puan
keluarga
mengenal
karakteristik
penyakit
dan
perawatann
ya
Setelah
dilakuka
n
kunjunga
n
keperaw
atan,
keadaan
penyakit
Ny.S
berangsu
r
membaik
1. setelah
dilakuka
n
kunjunga
n 2-3
hari
selama
30 menit
Keluarga
dapat
mengena
l ka-
rakteristi
k pen-
yakit
hipertens
i
Verbal
Pasien
dapat
menyebu
tkan
dengan
jelas dan
benar
- Pengertian
hipertensi
- Penyebab :
- Keturunan
- Kelelahan
- Kurang
olah raga
- Penyakit
tekanan
darah
tinggi
- Menjawa
b
pertanyaa
n dengan
baik dan
benar.
a. Berrikan
pengetahuan
keluarga tentang
karakteristik
penyakit hiprtensi
dan perawatannya.
b. Mendiskusikan
bersama tentang
karakteristik
penyakit hipertensi
dan perawatannya.
c. Memberikan
bimbingan dengan
ilustrasi
menggunakan
brosur dan
sebagainya.
d. Mendengarkan
dengan seksama
sanggahan yang
diajukan keluarga.
e. Menanggapi
pertanyaan dengan
sabar.
f. Membimbing
keluarga untuk
mengulangi
penjelasan yang
sudah diberikan.
g. Berikan pujian bila
keluarga mampu
menjawab dengan
baik dan benar.
2. setelah
dilakukan
kunjunga
n 2-3 hari
selama
30menit
Keluarga
dapat
membuat
kepu-
tusan
yang
tepat
tentang
upaya
pengobat
an Ny.K
ke sarana
kesehatan
dan
bersedia
memberi
kan
perawata
n yang
Verbal
Pasien
memperh
atikan
dengan
baik
Keputusan
yang dibuat
keluarga dan
Ny.K sendiri
a. Mendiskusikan
alternatif untuk
mengatasi masalah
yaitu :
b. Pentingnya berobat
teratur ke sarana
kesehatan.
c. Pentingnya
kerjasama dengan
petugas kesehatan.
d. Manfaat istirahat
dan olah raga
teratur
e. Berikan dorongan
kepada keluarga
dan Ny.S untuk
membuat
keputusan.
f. Beri pujian
terhadap
keputusan yang
baik dan benar
sebaliknya beri
koreksi atas
keputusan keliru
baik dan
benar.
. 3. pada
akhir
pertemua
n
Keluarga
sepakat
jika
diadakan
evaluasi
sewaktu-
waktu.
Perilaku
Pasien
melaksan
akn apa
yang
sudah di
ajarkan
dengan
baik
- melakuka
n olah
raga yang
cukup
- makan
teratur
- meluangk
an waktu
untuk
istirahat
dan
refreshing
.
a. Menjelaskan
manfaat evaluasi
sewaktu-waktu.
b. Menjelaskan bahwa
diskusi akan
dilanjutkan jika
hasil evaluasi
tidak sesuai
dengan keputusan
yang telah dibuat
keluarga.
Implementasi Dan Evaluasi
No Diagnosa Implementasi Evaluasi Waktu
1 Hipertensi
pada Ny.K
keluarga Tn.K
berhubungan
dengan
ketidakmampu
an keluarga
mengenal
karakteristik
penyakit dan
perawatannya
- Mengucapkan salam
- Memvalidasi keadaan
keluarga
- Mengingatkan kontrak
- Menjelaskan tujuan
TUK
Memberikan pendidikan
kesehatan tentang Hipertensi
yang meliputi:
a. Pengertian hipertensi
b. Tanda dan gejala
c. Penyebab dan
pencegahan
S:
- Keluarga menjawab
salam.
- Tn.A mengatakan Ny.S
masih sedikit pusing dan
belum bisa sepenuhnya
melakukan aktifitas.
- Keluarga menyetujui
pertemuan saat ini
selama 30 menit tentang
pentingnya aktifitas
sehari-hari.
- Keluarga dan pasien
15.30-
16.15
d. Memeberikan
masukan /saran kepada
keluarga untuk
membawa Ny.K untuk
berobat ke pelayan
kesehatan sebagai
keputusan yang baik.
e. Mengajukan kontrak
waktu pada akhir
pertemuan untuk di
lakukan evaluasi
keadaan Ny.K dan
keluarga.
mengatakan belum
sepenuhnya memahami
apa itu yang berkaitan
dengan hipertensi.
- Keluarga sudah
membawa Ny.S ke
dokter yang biasa di
kunjungi.
O:
- Keluarga kooperatif dan
aktif saat dijelaskan.
- Keluarga mendengarkan
penjelasan yang
diberikan.
- Ny.K masih terlihat
sedikit lemas , tapi
sudah agak lebih baik.
- TD: 160/140mmHg
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal
dengan tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap atau telkanan
diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnosa dipastikan dengan
mengukur rata-rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah pada dua
waktu yang terpisah. Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan
tahanan vaskuler perifer pada tingkat arteriol.
Hipertensi disebabkan oleh pola makan dan kebiasaan yang kurang
baik, begitu juga factor usia dan keturunan termasuk factor resiko
terjadinya hipertensi.
Keluarga dengan salah satu anggota mengalami hipertensi harus
mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan hipertensi
dan komplikasi hipertensi yang bisa menyebabkan CVA / stroke.
B. Saran
1) Hindari makanan yang tinggi garam dan tinggi lemak karena hal itu
akan memperberat hipertensi.
2) Olahraga yang cukup dan terapkan pola hidup yang sehat, berhenti
merokok.
3) Pergilah ke pelayanan kesehatan untuk memeriksa keadaan tubuh jika
dirasa ada yang sakit, sehingga penyakit akan diketahui sedini
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara. 1998. Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Jakarta : EGC.
FK UI, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta : 2001.
Mansjoer Arif, dkk, The sixt Report of Join National Committee on Prevention
(JNL, 1997).
Scribd, Askep Hipertensi dan CVA, 2009.
Susilawati. Kumpulan Askep. 29 Februari 2008.
Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC.