Download - Makalah Kasus 2 SGA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Umumnya sekresi hormon pertumbuhan berperan dalam menstimulasi
pertumbuhan dan repilkasi sel melalui sintesis protein. Hormon ini berperan
juga dalam peningkatan pertumbuhan organ-organ dalam, lemak jaringan,
jaringan konektif dan kelenjar endokrin.
Pada mekanisme yang tidak normal dimana apabila sekresi hormone
pertumbuhan ini tidak normal, dapat memberikan beberapa dampak yang
kurang baik pada tubuh. Pada anak-anak misalnya dapat memberikan dampak
pertumbuhan tinggi tubuh yang berlebih hingga bisa mencapai 200 cm.
Sedangkan pada orang dewasa yang pertumbuhan tulangnya sudah berhenti,
maka akan memberikan dampak penebalan pada tulang-tulang misalnya pada
akral dan tulang di wajah. Keadaan tersebut lebih dikenal dengan istilah
Sindrom Gigantisme dan Akromegali.
Oleh karena itu diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
kepada masyarakat sehingga dapat dilakukan pencegahan dini. Sekalipun
penyakit ini sudah tidak dapat dicegah, setidaknya dapat meminimalkan
berbagai gambaran klinis dan komplikasi.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini mengenai Sindrom
Gigantisme dan Akromegali, dimana terdapat kasus seorang klien berusia 44
tahun dengan keluhan pembesaran pada telapak tangan dan kaki dan berbagai
tanda dan gejala lainnya yang menunjukan klien tersebut SGA. Makalah ini
berisi anatomi dan fisiologi kelenjar hipofisis, pembahasan kasus dan
penjelasan mengenai SGA (konsep SGA, penatalaksanaan SGA, patofisiologi
SGA, dan asuhan keperawatan klien dengan SGA).
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah SGA adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
endocrine system in nursing dan memperbanyak ilmu kita tentang anatomi dan
fisiologi kelenjar hipofisis dan materi SGA mulai dari konsep SGA, penatalaksanaan
SGA, patofisiologi SGA, dan asuhan keperawatan klien dengan SGA.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah:
- Membaca buku (studi literature)
- Mencari sumber dari media elektronik.
- Berdiskusi dengan teman sekelompok
BAB II
ISI
KASUS 2
Ny. E berumur 44 tahun. Suku Sunda. Golongan darah B. sudah menikah. Datang
ke Poli Endokrin dengan keluhan utama pembesaran pada telapak tangan dan
kaki. Tiga bulan yang lalu Klien mulai merasakan kulit yang melapisi hidung,
bibir, dan bagian dari wajah menjadi tebal dan kasar, rahang menjadi lebih
menonjol, kulit lebih berlemak, lidah kian besar dan suara memberat . Klien
mengatakan malu dengan kondisi tersebut. Tanda – Tanda vital : Nadi 78 x /
menit, Suhu : 35.10 C, Tekanan Darah : 120/90 mmHg, RR : 20x/menit.
Hasil Lab : Hb : 12.8. Leukosit : 5.900. Hct : 37%. Eritrosit : 4.31. Trombosit :
215.000. Pemeriksaan kadar growth Hormon menunjukkan peningkatan IGF-I dan
tanda Sindroma Gigantisme Akromegali/SGA. Pada MRI kepala tampak adenoma
hipofisis.
FISIOLOGI HIPOFISIS
• Kelenjar hipofisis serta hubungannya denganhipotalamus
Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar kecil-kecil diameternya kira-kira 1 cm dan
beratnya 0,5-1 gram yang terletak di sela tursika, rongga tulang basis otak, dan
dihubungkan dengan hipotalamus oleh tungkai hipofisis atau hipofisial.
Dipandang dari sudut fisiologi, kelenjar hipofisis dibagi menjadi:
1) Hipofisis Anterior (Adenohipofisis)
Hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior berperan utama dalam
pengaturan fungsi metabolisme di seluruh tubuh. Hormon-hormonnya yaitu:
Hormon Pertumbuhan
Meningkatkan pertumbuhan seluruh tubuh dengan cara
mempengaruhi pembentukan protein,pembelahan sel, dan deferensiasi
sel.
Adrenokortikotropin (Kortikotropin)
Mengatur sekresi beberapa hormon adrenokortikal, yang selanjutnya
akan mempengaruhi metabolism glukosa, protein dan lemak.
Hormon perangsang Tiroid (Tirotropin)
Mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar
tiroid, dan selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar reaksi
kimia diseluruh tubuh.
Prolaktin
Meningkatkan pertunbuhan kelenjar payudara dan produksi air susu.
Hormon Perangsang Folikel dan Hormon Lutein
Mengatur pertumbuhan gonad sesuai dengan aktivitas reproduksinya.
2) Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)
Ada 2 jenis hormon:
i. Hormon Antideuretik (disebit juga vasopresin)
Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan
cara ini akan membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan
tubuh.
ii. Oksitosin
Membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke
putting susu selama pengisapan dan mungkin membantu
melahirkan bayi pada saat akhir masakehamilan.
3) Pars Intermedia
Daerah kecil diantara hipofisis anterior dan posterior yang relative avaskular,
yang pada manusia hamper tidak ada sedangkan pada bebrapa jenis binatang
rendah ukurannya jauh lebih besar dan lebih berfungsi.
Pembuluh darah yang menghubungkan hipotalamus dengan sel- sel kelenjar
hipofisis anterior. Pembuluh darah ini berkhir sebagai kapiler pada kedua
ujungnya, dan makanya disebut system portal.dalam hal ini system yang
menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar hipofisis disebut juga system
portal hipotalamus – hipofisis. System portal merupakan saluran vascular
yang penting karena memungkinkan pergerakan hormone pelepasan dari
hypothalamus ke kelenjar hipofisis , sehingga memungkinkan hypothalamus
mengatur fungsi hipofisis. Rangsangan yang berasal dari tak mengaktifkan
neuron dalam nucleus hypothalamus yang menyintesis dan menyekresi
protein degan berat molekul yang rendah. Protein atau neuro hormone ini
dikenal sebagai hormone pelepas dan penghambat. Hormon –hormon ini
dilepaska kedalam pembuluh darah system portal dan akhirnya mencapai sel
– sel dalam kelenjar hipofisis. Dalam rangkaian kejadian tersebut hormon-
hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis diangkt bersama darah dan
merangsang kelenjar-kelenjar lain ,menyebabkan pelepasan hormon – hormon
kelenjar sasaran. Akhirnya hormon – hormon kelenjar sasaran bekerja pada
hipothalamus dan sel – sel hipofisis yang memodifikasi sekresi hormone.
• Sistem porta hipothalamus – hipofisis
1) Sekresi hormon pelepas hipothalamus dan hormon penghambat ke
eminensia mediana.
Neuron-neuron khusus di dalam hypothalamus mensintesis dan mensekresi
hormone pelepas hypothalamus dan hormone penghambat yang mengatur
sekresi hormone hipofisis anterior. Neuron –neuron ini berasal dari berbagai
bagian hypothalamus dan mengirimkan serat – serat sarafnya nenuju ke
eminensia mediana da tuber sinerum , jaringan hypothalamus yang menyebar
menuju tangkai hipofisis. Bagian ujung serat – serat saraf ini berbeda dengan
ujung- ujung serat saraf umum yang ada di dalam system saraf pusat.dimana
funsi serat ini tidak menghantarkan sinyal – sinyal yang berasal dari neuron
ke neuron yang lain namun hanya mensekresi hormone pelepas dan hormone
penghambat hypothalamus saja ke dalam cairan jaringan. Hormone- hormone
ini segera diabsorbsi ke dalam kapiler system porta hypothalamus dan
hipofisis dan langsung diangkut ke sinu kelenjar hipofisis anterior.
2) Fungsi hormon pelepas dan hormon penghambat dalam hipofisis
anterior.
Hormone –hormon pelepas dan hormone – hormone pnghambat berfungsi
mengatur sekresi hormone hipofisis anterior. Untuk sebagian besar hormone
hipofisis , yang penting adalah hormone pelepas ,tetapi untuk
prolaktin ,mungkin sebagian besar hormone penghambat yang mempunyai
pengaruh paling banyak terhadap pengaturan hormone. Hormone – hormone
pelepas dan penghambat hypothalamus yang terpenting adalah :
TRH : hormone pelepas tiroid yang menyebabkab pelepasan
hormone perangsang tiroid.
Hormone pelepaS kortikotropin(CRH) : menyebabkan pelepasan
adenokortikotropin.
Hormone pelepas hormone pertumbuhan (GHRH) : menyebabkan
pelepasan hormone pertumbuhan dan hormone penghambat
hormone pertumbuhan (GHIH) yang mirip dengan hormone
somatostatin dan menghambat pelepasan hormone pertumbuhan.
Hormone pelepas gonadotropin(GnRH) : menyebabkan pelepasan
dari dua hormone gonadotropik, hormone lutein dan hormone
perangsang folikel.
Hormone penghambat prolaktin (PIH) : menghambat sekresi
prolaktin.
3) Daerah –daerah spesifik dalam hipothalamus yang mengatur sekresi
faktor pelepas dan faktor penghambat hipothalamus yang spesifik.
Sebelum diangkut ke kelenjar hipofisis anterior , semua atau hamper semua
hormone hypothalamus disekresi ke ujung serat saraf yang terletak di dalam
eminensia mediana. Perangsangan listrik pada daerah ini merangsang ujung-
ujung saraf dan oleh karena itu pada dasarnya menyebabkan pelepasan semua
hormone hypothalamus. Akan tetapi badan sel neuron yang menyebar ke
eminensia mediana ini terletak di daerah khusus dalam hypothalamus atau
pada daerah yang berdekatan dengan bagian basal otak.
KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena
sekresi hormone pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH) yang berlebihan.
(Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, edisi 3)
Gigantisme dan akromegali merupakan peningkatan hormone protein
dalam banyak jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan
adipose dan kadar glukosa darah. (Keperawatan Medikal Bedah,
Bruner&Suddarth, 2001)
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal, terutama dalam tinggi badan
(melebihi 2,14 m) yang disebabkan oleh karena sekresi Growth Hormone (GH)
yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan
epifisis (Brooker, 2008).
Akromegali berasal dari bahasa Yunani, akros yang berarti ekstremitas,
dan megas, yang berarti besar. Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang
ditandai oleh pertumbuhan tulang ekstremitas, muka, rahang, dan jaringan lunak
secara berlebihan dan kelainan metabolik sekunder akibat hipersekresi hormone
pertumbuhan yang berlebihan sesudah terjadi penutupan lempeng epifiseal
(Sudiono, 2007). Perbedaan antara akromegali dan gigantisme adalah akromegali
timbul apabila hipersekresi
Growth Hormone
terjadi pada masa dewasa dan mengenai pertumbuhan jaringan lunak dan
struktur tulang, misalnya hidung, bibir, rahang, dahi, tangan , dan kaki, karena
pertumbuhan atau pembesaran berlangsung secara progresif. Sedangkan
gigantisme terjadi pada masa kanak-kanak dan masa pubertas sebelum lapisan
epifisis menutup, sehingga pertumbuhan tulang proporsional (Baradero, 2005).
B. ETIOLOGI
Gigantisme disebabkan oleh sekresi Growth Hormone yang berlebihan
pada masa kanak-kanak sebelum tertutupnya lempeng epifisis. Penyakit, kelainan,
dan kondisi yang menyebabkan kelebihan sekresi Growth Hormone adalah:
a) Tumor jinak pada kelenjar hipofisis Tumor ini menekan kelenjar hipofisis
dan menyebabkan sekresi Growth Hormone yang berlebih. Inilah
penyebab utama gigantisme.
b) Carney Complex Carney Complex merupakan mutasi gen yang jarang
ditemukan, dapat menyebabkan risiko tinggi tumor, termasuk hipofisis
adenoma.
c) Multiple endocrine neoplasia type 1 Kelainan yang diturunkan yang dapat
menyebabkan tumor di kelenjar endokrin dan menyekresikan hormon
secara hiperaktif, teemasuk Growth Hormone.
d) Neurofibromatosis Kelainan genetis yang dapat menyebabkan tumor.
Sedangkan akromegali disebabkan oleh sekresi Growth Hormone berlebih
oleh kelenjar hipofisis. Sekresi yang berlebih ini menurut National Institute of
Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), 95 % disebabkan karena
adanya hipofisis adenoma, yaitu tumor jinak di kelenjar hipofisis. Tumor di luar
kelenjar hipofisis juga dapat menyebabkan akromegali, namun hal ini jarang
ditemukan.
Penyebab gigantisme dan akromegali dapat digolongkan sebagai berikut:
a) GA (Gigantisme Akromegali) Primer atau Hipofisis, dimana penyebabnya
adalah adenoma hipofisis.
b) GA Sekunder atau Hipotalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi
GHRH dari Hipotalamus.
c) GA yang disebabkan oleh karena tumor ektopik (paru, pancreas, dll) yang
mensekresi HP atau GHRH.
C. MANIFESTASI KLINIS
Klien dengan gigantisme dapat memiliki manifestasi klinis sebagai berikut
:
a. Berperawakan tinggi lebih dari 2 meter, dengan proporsi tubuh
yang normal. Hal ini terjadi karena jaringan lunak seperti otot
tetapi tumbuh.
b. Memiliki gangguan penglihatan, seperti diplopia atau penglihatan
ganda apabila tumor pada kelenjar hipofisis menekan chiasma
opticum yang merupakan jalur saraf mata.
c. Hiperhidrosis. Gigantisme dapat menyebabkan hipermetabolisme
pada tubuh penderita, termasuk hiperhidrosis. Hiperhidrosis adalah
keadaaan dimana terjadi pengeluaran keringat yang berlebih
(Schwartz, 1999)
d. Jadwal menstruasi yang tidak teratur pada usia remaja.
e. Rahang yang membesar, tulang dahi yang menonjol, dan
penampakan wajah yang kasar.
f. Kelemahan dan sensasi kesemutan di lengan dan kaki akibat
perbesaran jaringan dan saraf yang tertekan
g. Sakit kepala akibat tekanan dari tumor yang menyebabkan
kenaikan tekanan intrakranial
h. Galacthorrea, atau keluarnya air susu secara spontan saat kanak-
kanak.
i. Endocrinopathies (misalnya, hipogonadisme, diabetes dan / atau
toleransi glukosa, hiperprolaktinemia)
j. Ditemukan juga manifestasi klinis sesuai dengan pembesaran
tumor, yaitu:
1. Pembesaran keatas (Superior)
a) Sakit kepala
b) Gangguan penglihatan
2. Pembesaran ke lateral
a) Kelumpuhan saraf III, IV, V, dan VI
b) Penyumbatan pembuluh darah (sinus kavenosus)
c) Kejang (temporal lobe seizures)
3. Pertumbuhan ke inferior (dasar sella), menimbulkan CSF
Rinorea
4. Pertumbuhan ke anterior, menyebabkan perubahan
kepribadian
Manifestasi klinis akromegali dapat muncul selama 5-10 tahun
menyebabkan terdapatnya rentang waktu yang lama antara diagnosis dan
terjadinya penyakit. Pada hampir 70% kasus saat diagnosis akromegali
ditegakkan, ukuran tumor telah mencapai >10 mm (makro adenoma)
(Rahmat,2010).
Manifestasi klinis akromegali yaitu sebagai berikut :
Perubahan pada bentuk wajah: hidung, bibir, dahi, rahang, serta lipatan
kulit menjadi besar dan kasar secara progresif. Rahang bawah menjadi
besar dan menonjol ke depan sehingga gigirenggang. Jaringan lunak juga
tumbuh sehingga wajah nampak seperti edema.
Tangan dan kaki yang membesar secara progresif.
Lidah, kelenjar ludah, limpa, jantung, ginjal, hepar, dan organ lainnya juga
membesar.
Gangguan toleransi glukosa bisa berkembang hingga diabetes mellitus.
Gangguan metabolisme lemak dengan akibat hiperlipidemia.
Rambut di tubuh menjadi kasar
Warna kulit menggelap
Hiperhidrasi dan bau badan
Suara menjadi lebih dalam
Tulang rusuk menjadi lebih tebal, menunjukkan adanya barrel chest
Nyeri pada persendian
Snoring
Sakit kepala
Impoten pada pasien akromegali laki-laki, apabila tumor menggeser sel
penyekresi gonadotropin di hipofisis anterior.
Penyakit kardiovaskuler mencakup hipertensi, LVH dan kardiomiopati.
Kardiomiopati ditandai oleh disfungsi diastolik dan aritmia.
D. KLASIFIKASI
E. KOMPLIKASI
Carpal Tunnel Syndrome
Penyakit dipegerlangan tangan akibat penekanan syaraf atau neruus
medianus pada saat melalui terowongan carpal dipergelangan tangan
Penyakit arteri koroner
Menyempit atau tersumbatnya pembuluh arteri karena penimbunan plak di
dinding arteri
Kardiomiopati yang disertai aritmia, hipertrofi ventrikular kiri, dan fungsi
diastolik menurun
Penyakkit yang melemah dan memperbesar otot jantung atau disebut juga
miokardium
Hipertensi
Obstruksi jalan nafas
Diabetes Melitus
Kebutaan
Kelumpuhan saraf III, IV, V, & VI
F. PENCEGAHAN
Pengobatan dini terhadap acromegaly dapat mencegah komplikasi dari
berkembang atau menjadi lebih buruk.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Pengukuran kadar GH melalui radio immunoassay, kadarnya hanya
meningkat pada penyakit aktif dan tidak ditekan oleh glukosa standar
b) Perimetri untuk mencari defek lapang pandang visual bitemporal
c) Rontgen tengkorak untuk melihat pembesaran sella, erosi prosesua klinoid,
alur supraorbita, dan rahang bawah.
d) Ct scan atau MRI untuk melihat ekstensi suprasellar
e) Rontgen tangan untuk mencari bentuk lempeng pada falang distal dan
peningkatan jarak rongga antara sendi karena hipertrofi kartilago.
f) Kadar glukosa serum meningkat
g) Kadar fosfat dalam serum saat puasa bisa meningkat namun tidak
memiliki manfaat diagnostic
h) Rontgen dada dan EKG bisa menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri akibat
hipertensi
i) Pemeriksaan kadar GH sewaktu, tidak bernilai diagnostik oleh karena
sekresi GH yang episodik, waktu paroh yang pendek dan terdapat tumpang
tindih nilai GH akromegali dan sehat.
Yang bernilai diagnostik adalah test supresi GH untuk melihat kemampuan
pembebanan glukosa oral dalam menekan kadar GH. Diperiksa kadar GH
pada sebelum, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit setelah
pemberian 75 – 100gr glukosa oral. Pada pasien dengan akromegali,
glukosa tidak dapat menekan kadar GH sampai < 2 ng/ml (atau < 1 mcg/l
dengan metoda IRMA).
Pemeriksaan IGF-1 (waktu paruh lebih panjang) lebih berguna untuk
menilai sekresi GH secara terintegrasi, untuk skrining akromegali dan
memantau hasil pengobatan. Perlu dicatat bahwa IGF-1 menurun pada
kelaparan, obesitas dan DM, serta meningkat pada kehamilan.
Pemeriksaan IGFBP-3 (IGF-binding protein-3) bernilai diagnostik bagi
akromegali, disamping berguna untuk menilai aktifitas penyakit selama
pengobatan.
Pemeriksaan kadar PRL (prolaktin) perlu dilakukan oleh karena sekitar
20% adenoma hipofisis menghasilkan PRL bersamaan dengan GH.
Prolaktin biasanya meningkat pada anak-anak dengan kelebihan GH.
Pemeriksaan lain yang jarang dilakukan adalah kadar GHRH. Peninggian
GHRH menunjukkan adanya GHRH ektopik. Pada penyakit hipofisis
(GHRH independen), kadar GHRH normal atau menurun.
Apabila diperlukan, dilakukan pemeriksaan hormon hipofisis lainnya,
seperti TRH (thyrotropic hormone), ACTH (adrenocorticotrophic
hormone) dan gonadotropin.
Disamping itu perlu dilakukan pemeriksaan kadar gula darah, trigliserida,
kalsium urine dan fosfat darah.
Diagnosis akromegali / gigantisme ditegakkan atas dasar gambaran klinis
yang cukup jelas dan dipastikan oleh ditemukannya :
a) Kadar GH tidak bisa ditekan sampai < 2 ng/ml dalam 2 jam
setelah pembebanan dengan glukosa sebanyak 75 – 100 gr.
b) Peningkatan kadar IGF-1 berdasarkan nilai normal untuk
usianya.
c) Peningkatan kadar IGFBP-3.
d) Tumor hipofisis atau tumor-tumor lain (hipotalamus, paru,
pankreas, dll) pada pemeriksaan CT-Scan atau lebih baik MRI.
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah:
Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF-1
Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
Menormalkan fungsi hipofisis
Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IGF-1 akibat
pembesaran tumor
Terdapat 3 macam pengobatan akromegali yaitu pengobatan medis, bedah dan
radiasi.
1. Pembedahan
Untuk adenoma hipofisis, pembedahan transsphenoid merupakan
pilihan dan dapat menyembuhkan. Walaupun pembedahan tidak dapat
menyembuhkan pada sejumlah pasien, namun terapi perbedahan disepakati
sebagai terapi lini pertama. Pada pasien-pasien dengan gejala sisa setelah
pembedahan dapat diberikan pengobatan penunjang (medis dan radiasi).
Hipofisektomi transsfenoid akan segera menghilangkan keluhan-keluhan
akibat efek lokal massa tumor sekaligus menekan / menormalkan kadar
GH / IGF-1. Remisi tergantung pada besarnya tumor, kadar GH dan
keterampilan ahli bedahnya. Angka remisi mencapai 80 – 85% pada
mikroadenoma dan 50 – 65% pada makroadenomia. Pembedahan hipofisis
transsphenoid berhasil pada 80 – 90% pasien dengan tumor < 2 cm dan
kadar GH < 50 ng/ml.
Hal – hal yang harus diperhatikan pasca operasi :
insulin tolerance test (ITT) : diperlukan untuk memantau aksis
ACTH-kortisol, pada kasus yang membutuhkan pengobatan
dengan kortisol sebagai terapi substitusi.
OGTT, dikerjakan apabila kadar hormone pertumbuhan
menetap diatas 2 µg/l.
TRH test harus dibuat untuk menunjukan test positif pre
operatif.
Fungsi kelenjar tiroid, apabila terjadi penurunan sekresi
hormone tiroid, maka terapi substitusi hormone tiroid harus
diberikan.
Fungsi gonad, dengan melakukan pemeriksaan hormone
testoreron dan FSH/LH.
2. Radiasi.
Untuk tercapainya hasil yang diharapkan dengan terapi radiasi
diperlukan waktu bertahun-tahun. Terapi radiasi hanya diberikan sebagai
terapi penunjang untuk tumor besar dan invasif dan apabila terdapat
kontraindikasi operasi. Apabila mungkin, terapi radiasi harus dihindari
untuk pengobatan gigantisme.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
a. Radiasi secara konvensional
menggunakan sinar energi proton dimulai dengan dosis kecil
( waktu 5 minggu) tujuannya adalah untuk mencegah kerusakan
jaringan sehat. Misalnya khiasma optikum atau hipotalamus. Total
radiasi dengan cara ini dapat mencapai 4500 rad. Radiasi
memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar
hormone pertumbuhan, tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi
hipofisis. Penurunan kadar hormone pertumbuhan umunya
mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan.
b. Radiasi dengan energy tinggi partikel berat
dapat memberikan hasil yang lebih baik tetapi membawa resiko
lebih besar pada gangguan penglihatan. Radiasi ini dilaksanakan
dengan dosis 12.000 cGy atau 12.000 rad, dan diarahkan kesentral
adenoma.
3. Pengobatan medis.
Tujuan pengobatan medis adalah menghilangkan keluhan / gejala efek
lokal dari tumor dan / atau kelebihan GH / IGF-1. Untuk itu sasaran
pengobatan adalah kadar GH < 2 ng/ml pada pemeriksaan setelah
pebebanan dengan glukosa ( < 1 mcg / l dengan cara IRMA), disamping
tercapainya kadar IGF-1 normal.
Pengobatan medis utama adalah dengan analog somatostatin dan
analog dopamin. Oleh karena somatostatin, penghambat sekresi GH,
mempunyai waktu paruh pendek maka yang digunakan adalah analog
kerja panjang yang dapat diberikan 1 kali sebulan. Ocriotide adalah
reseptor somatostatin sub tipe II dan V dan menghambat sekresi GH.
Lanreotide, suatu analog somatostatin “sustained-release” yang dapat
diberikan satu kali dua minggu ternyata efektif dan aman untuk
pengobatan akromegali.
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200
mikrogram diberikan setiap 8 jam.
Perbaikan klinis yang dicapai:
Menurunkan kadar GH sampai <5ng/ml pada 50% pasien
Menormalkan kadar IGF-1 pada 50% kasus
Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri
local/di daerah suntikan dank ram perut
Brokriptin
Bromokriptin merupakan suatu antagonist dopamin yang banyak
digunakan dalam menekan kadar GH / IGF-1, akan tetapi kurang efektif
dibandingkan dengan oktreotid
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan
dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang
dicapai antara lain adalah:
Ukuran tangan dan jari mengecil, dan
Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi
ortostatik, sesak napaf ringan, nausea, konstipasi, dll
Suatu agonist dopamin yang baru, yaitu cabergoline ternyata lebih efektif dan
lebih dapat ditolerir dalam menekan GH terutama apabila terdapat kombinasi
dengan hiperprolatinemia. Akhir-akhir ini pegvisomant, suatu antagonist reseptor
GH terbukti dapat menormalkan kadar IGF-1 dan memperbaiki gejala klinis.
G. PERAN PERAWAT
Perawat sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memerhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan sesuai kebutuhan dasar manusia, kemudian dpat
dievaluasi tingkat perkembangannya.
Perawat sebagai Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan
yang diberikan kepada klien, juga dapat berperan memertahankan dan
melindungi hak-hak klien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-
baiknya, hak atas informasi penyakit, hak atas privasi, hak untuk
memnentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat
kelalaian.
Perawat sebagai Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dapat meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
Perawat sebagai Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisir pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah sesuai dengan kebutuhan
klien.
Perawat sebagai Kolaborator
Perawat melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya dalam
mengidentifikasi pelayan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
Perawat sebagai Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah
atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan
atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.
Perawat sebagai Pembaharu
Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan sistematis dan terarah sesuai metode pemberian
pelayanan kesehatan. Perawat dapat membaharui/merubah system atau
metode terdahulu apabila metode yang ada sekarang lebih sistematis
dan terarah.
Peran perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983: (tambahan
untuk peran perawat yang diatas)
Perawat sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan (= Pemberi Asuhan
Keperawatan)
Perawat sebagai Pengelola Pelayanan dan Institusi Keperawatan (=
Koordinator)
Perawat sebagai Pendidik (= Edukator)
Perawat sebagai Peneliti dan Pengembang Pelayanan Keperawatan
Perawat ikut berperan dalam pengembangan body of knowledge
keperawatan dan perawat perlu menciptakan tambahan pendidikan tingkat
tinggi sehingga proses kreativitas juga pemikiran yang lebih kritis dapat
tercapai.
I. PENGKAJIAN
Identias klien
nama : Ny. E
usia : 44 Tahun
suku : sunda
golongan darah : B
Status : sudah menikah
Diagnosa Medis: syndrome gigantisme akromegali
Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : terjadi pembesaran pada telapak tangan dan
kaki
b. Riwayat kesehatan masa lalu : 3 bulan yang lalu klien mulai
merasakan kulit yang melapisi hidung, bibir, dan bagian dari
wajah menjadi tebal dan kasar, rahang menjadilebih menonjol,
kulit lebih berlemak, lidah kian besar, dan suara membesar.
Riwayat psikologis
Klien mengatakan malu dengan kondisi tersebut TTV
e) Nadi : 78x/menit
f) Suhu : 35.1ºC
g) TD : 120/90 mmHg
h) RR : 20x/menit
Hasil LAB
Hb : 12.8
Leukosit : 5900
Ht : 37%
Trombosit : 215.000
MRI kepala tampak adenoma hipofisis
Pola fungsi kesehatan
a. Aktivitas : terganggu karena terjadi pembesaran pada telapak
tangan dan kaki, suara memberat
b. Cairan dan nutrisi : terganggu karena rahanng menjadi
menonjol, lidah membesar, kulit bibir menebal
Pemeriksaan B6
a. Breath (B1) : biasanya terjadi gangguan nafas biasanya
terjadi akibat adanya tumor
b. Blood (B2) : jantung biasanya membesar dan fungsinya
terganggu. Sering terjadi gagal jantung
c. Brain (B3 ) : terjadi nyeri kepala bitemporal, gangguan
penglihatan
d. Bladder (B4) : biasanya pertumbuhan alat kelamin tak
sempurna, penurinan lipido, impotensi
e. Bowel (B5) : pola BAB normal, terjadi gigantisme, gigi
meregang sehingga sulit menggigit dan sulit makan, lidah
membesar
f. Bone (B6) : deformitas tulang belakang, nyeri sendi
pada bahu, tulang, dan lutut.
Pengkajian fokus
Inspeksi : pembesaran telapak tangan dan kaki, kulit yang
melapisi hidung, bibir, dan bagian dari wajah menjadi tebal dan
kasar, rahang menjadi lebih menonjol, lidah kian besar
Palpasi : kulit yang melapisi hidung, bibir, dan bagian dari
wajah menjadi tebal dan kasar, kulit lebih berlemak
Auskultasi: suara kian memberat
J. ANALISIS DATA
No Data Kemungkinan Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS :
i) Klien mengeluh
pembesaran pada
telapak tangan dan kaki
j) Sejak 3 bulan
yang lalu klien mulai
merasakan kulit yang
melapisi hidung, bibir
dan bagian dari wajah
menjadi tebal dan
kasar, rahang menjadi
lebih menonjol, kulit
lebih berlemak, lidah
kian besar dan suara
memberat
k) Klien mengatakan
malu dengan
kondisinya
DO :
Pemeriksaan kadar
Growth Hormone :
peningkatan IGF-I dan
tanda Sindroma
Gigantisme Akromegali
Pada MRI kepala tampak
adenoma hipofisis
Hipersekresi GH
Masa post pubertas
Lempeng epifisis sudah
menutup
Penebalan tulang dan
pertumbuhan jar.lunak
abnormal
Pembesaran telapak
tangan dan kaki
Raut wajah, hidung
dan bibir semakin
kasar dan tebal
lidah membesar
Rahang menonjol ke
depan
Suara lebih dalam dan
berat
Malu dengan kondisinya
Gg. Konsep diri : body
image
Gg. Konsep diri : body
image
2 DS :
l) Klien mengeluh
pembesaran pada
Hipersekresi GH
Masa post pubertas
Gg. Integritas kulit
telapak tangan dan kaki
m) Sejak 3 bulan
yang lalu klien mulai
merasakan kulit yang
melapisi hidung, bibir
dan bagian dari wajah
menjadi tebal dan
kasar, kulit lebih
berlemak
DO :
Pemeriksaan kadar
Growth Hormone :
peningkatan IGF-I dan
tanda Sindroma
Gigantisme Akromegali
Lempeng epifisis sudah
menutup
Penebalan tulang dan
pertumbuhan jar.lunak
abnormal
Pembesaran telapak
tangan dan kaki
Raut wajah, hidung
dan bibir semakin
kasar dan tebal
Gg. Integritas kulit
3 DS : -
DO : -
Pembesaran tumor
Penekanan struktur sekitar
oleh massa tumor
Risiko komplikasi
dan
Hipersekresi GH
gg. metabolik
↓pemakaian glukosa di tubuh
Glukosa banyak beredar di
Risiko komplikasi
sirkulasi
Glukosa darah ↑
Hiperglikemia
Diabetes mellitus
Risiko komplikasi
K. NURSING CARE PLANNING
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan
dengan adanya
tumor (adenoma
hipofisis) yang
ditandai dengan
pada MRI kepala
adanya adenoma
hipofisis
Tupen :
nyeri klien
berkurang
Tupan :
nyeri klien
hilang
Kaji karakteristik
nyeri
Ciptakan
lingkungan yang
nyaman
Berikan kompres
panas lembab
pada kepala
Ajarkan teknik
relaksasi bila
nyeri
Kolaborasi :
Terapi
medikamentosa :
diberikan agosis
dopamine seperti
brokriptin dan
ocreotide (long
acting
somatostatin
analogue)
Terapi
pembedahan :
bedah makro dan
mikro
Terapi radiasi :
Membantu dalam
membuat diagnose
Lingkungan yang
nyaman membantu
klien untuk beristirahat
Untuk mengurangi
sakit kepala klien
Dapat mengalihkan
persepsi nyeri klien
Untuk menurunkan
kadar HP dalam darah
Bedah ini dilakukan
tergantung dengan
besarnya tumor
Sebagai terapi pilihan
secara tunggal, apabila
tindakan operasi tidak
memungkinkan
secara
konvensional atau
dengan energy
pqrtikel berat
Ganguan Konsep
Diri : Body Image
berhubungan dengan
perubahan struktur
tubuh ditandai
dengan telapak
tangan dan kaki
membesar, kulit
yang melapisi
hidung, bibir dan
bagian dari wajah
menjadi tebal dan
kasar, rahang
menjadi lebih
menonjol, pasien
mengatakan malu
dengan kondisinya
sekarang
Tupen:
dalam waktu
7x24 jam
pasien bisa
menerima
kondisinya.
Tupan: tidak
terjadi
penurunan
body image
yang
berlebihan
pada pasien
n) Pertahankan
lingkungan yang
kondusif untuk
membicarakan
perubahan citra
tubuh dan
menjalin trust
kepada pasien
o) Kaji klien dengan
mengidentifikasi
dan
mengembangkan
mekanisme
koping pasien
p) Bantu pasien
mengidentifikasi
kekuatannya serta
segi-segi positif
yang dapat
dikembangkan
oleh pasien
q) Bantu pasien
dalam
mengembangkan
rencana untuk
menyelaraskan
semua perubahan
Agar pasien dapat
mengungkapkan
tentang perasaan dan
anggapan mengenai
keadaanya
Untuk membantu pasien
dalam mengatasi
perubahan fisik
Membantu pasien untuk
mengalihkan perhatian
tentang keadaannya
dengan melakukan ha
positif
Gaya hidup pasien sangat
berpengaruh dalam
mengembangkan dan
mengontrol koping
pasien terhadap
perubahan tubuh
dalam gaya hidup
r) Berikan pasien
support dan
keyakinan bahwa
penyakit pasien
dapat sembuh
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan
anggota keluarga
pasien untuk
selalu mensupport
klien
Meningkatkan koping dan
kepercayaan terhadap
kesembuhan
penyakitnya
Agar pasien merasa tidak
sendiri dan
meningkatkan
kepercayaan diri
pasien