Download - Makalah Farmakologi I Sistem Saraf Pusat
TUGAS FARMAKOLOGI
OBAT-OBAT SISTEM SARAF PUSAT
Penyusun :
Nama : Sintia Jumitera
NIM : 1208010090
Kelas : II B
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2013
PENDAHULUAN
Sistem saraf adalah jaringan komplek dari saraf dan sel yang membawa impuls ke otak dan
sumsum tulang belakang kemudian diantarkan ke organ bagian tubuh lainnya sebagai
penerima. Dikenal pula sebagai pusat koordinasi semua kerja sistem organ, Sistem Saraf
memiliki fungsi. Yaitu :
1. Menerima rangsangan dari lingkungan atau rangsangan yang terjadi dalam tubuh;
2. Mengubah rangsangan ini dalam perangsangan saraf, menghantar dan
memprosesnya;
3. Mengkoordinasi dan mengatur fungsi tubuh melalui impuls-impuls yang dibebaskan
dari pusat ke perifer.
Sistem saraf secara titik pandang anatomi-topografi dan fungsional mengkoordir sistem-
sistem lainnya di dalam tubuh dibagi dalam dua kelompok yaitu:
a. Susunan Saraf pusat (SSP), yang terdiri dari otak dan susunan sumsum tulang
belakang
b. Sistem Saraf Perifer, yang terbagi dalam dua bagian, yakni :
1) Saraf-saraf motoris atau saraf Eferen yang menghantarkan impuls (isyarat)
listrik dari SSP ke jaringan perifer melalui neuron eferen (motoris); menuju
kelenjar disebut serabut sekretorik.
2) Saraf-saraf sensoris atau saraf Aferen yang menghantarkan impuls dan
periferi ke SSP melalui neuron aferen (sensori); berasal dari organ panca
indera disebut serabut sensorik.
Saraf eferen terbagi menjadi 2 sub sistem utama:
c. Sistem Saraf Otonom, yang menegendalikan organ-organ dalam secara tidak sadar.
Menurut fungsinya SSO dibagi menjadi dua cabang, yakni Sistem (Ortho)Simpatis
dan Sistem Parasimpatis (SO dan SP).
d. Sistem Saraf Motoris atau Somatik, yang mengendalikan fungsi-fungsi tubuh
secara sadar.
Impuls eksogen diterima oleh sel-sel penerima (Reseptor) untuk kemudian diteruskan
ke otak atau sumsum tulang belakang. Rangsangan dapat berupa perangsang (stimuli) nyeri,
suhu, perasaan, penglihatan, pendengaran, dll.
Unsur penyusun sistem saraf adalah neuron, terdiri atas : badan sel, inti sel, cabang-
cabang. Cabang yang lebih panjang disebut neurit atau serabut saraf selalu ada dan cabang
pendek disebut dendrit.
Badan sel suatu neuron berdiameter 5-100 µm dengan inti ditengah dan badan Golgi
berkembang disekitar inti. Badan Nissl terdiri atas lamella rangkap dari retikulum
endoplasma. Sel-sel kaya akan mitokondria, akibat hilangnnya sentriol ,sel-sel saraf tidak
bias berkembang biak, sehingga tidak bisa beregenerasi. (Mutschler, Ernest:107, 1991).
Serabut Saraf terdiri atas akson (silinder aksis) yang dikelilingi oleh membrane sel dan
pembungkus glia. Pada Sistem Saraf Pusat dibentuk oleh cabang-cabang dari sel penunjang
(sel Oligodendroglia), pada serabut serabut saraf perifer dikelilingi oleh sel Schwann.
Serabut saraf terdiri dari dua yaitu serabut saraf tak bersumsum dan serabut
bersumsum atau bermielin. Pada serabut-serabut tipis tak bersumsum, akson hanya
diselimuti sel-sel Schwann. Pada sel saraf tebal yang mengandung sumsum, pembungkus
terdiri atas banyak lamela mengandung lipid dan protein yang mengelilingi akson dalam
bentuk spiral.
Pada serabut saraf perifer yang mengandung medulla, terlihat lapisan bermedula
menunjukkan pemutusan-pemutusan dalam jarak yang teratur yaitu nodus Ranvier penting
untuk laju hantaran
Beberapa serabut saraf disatukan oleh perineurium menjadi berkas tipis dan saling
digabungkan oleh epineurium menjadi saraf (nervus). Lapisan-lapisan pembungkusnya
menjadi penghalang difusi untuk sebagian besar ion dan juga bahan berkhasiat lain.
Rangsangan dihantarkan ke sel-sel lain melalui neurit, pada dendrit berakhir sebagian
serabut saraf neuron lain, terjadi pengalihan rangsangan.
Potensial istirahat, antara bagian dalam suatu serabut saraf dan ruang ekstrasel
terdapat perbedaan potensial, potensial (istirahat) membran, dari -60 sampai -100 mV.
Potensial membran dapat dibuktikan dengan adanya elektroda dari sifat kenegatifan dari
bagian dalam sel terhadap sekitarnya membentuk perbedaan distribusi ion-ion dalam kedua
ruangan.
Konsentrasi ion kalium dalam sel menjadi ± 30 kali konsentrasi diluar sel karena
adanya kerja pompa ion yang membutuhkan energi secara tetap. Sebaliknya, konsentrasi ion
Natrium di luar sel menjadi ± 10 kali lebih tinggi daripada di dalam serabut saraf.
Dalam keadaan istirahat, membran praktis relatif cenderung terhadap ion kalium
dibandingkan ion natrium. Berdasarkan perbedaan konsentrasi, ion-ion kalium mencoba
berdifusi keluar, akan tetapi anionnya (terutama protein), tidak dapat mengikuti karena
membran tidak telap terhadapnya. Melalui aliran (terbatas) ion kalium yang bermuatan
positif, dibentuk potensial membran disebut juga sebagai potensial difusi kalium yang
kemudian ditunjang oleh potensial difusi klorida (konsentrasinya lebih rendah di dalam
dibandingkan diluar sel).
Potensial Aksi dipengaruhi oleh rangsangan kimia atau fisika mengubah potensial
membran. Potensial membran yang menurun dalam jumlah tertentu akibat rangsangan
(depolarisasi) yang melewati ambang tertentu (potensial Ambang), maka potensial
membrane menurun dalam waktu singkat (< 0,1 milidetik). Bahkan untuk sementara bagian
dalam saraf lebih positif dibandingkan diluar membran. Potensial membran sebelumnya
dibentuk kembali (Repolarisasi). Proses depolarisasi dan repolarisasi yang berlangsung
dengan diikuti perubahan potensial membran dalam waktu yang singkat disebut potensial
aksi
Membran menjadi 500 kali lebih telap terhadap ion natrium, mengalir secara pasif
mengikuti landaian konsentrasi memasuki silinder sumbu, akan membalik polarisasi
(overshoot). Dengan penurunan ketelapan terhadap natrium secara tepat dan kenaikan
ketelapan kalium yang lambat, maka dicapai potensial istirahat.
Sinaps adalah tempat peralihan rangsangan dari suatu akson pada suatu sel saraf, sel
otot atau sel kelenjar. Sinap memiliki :
1) Fungsi katup, kerjanya yang mengarahkan perangsangan selalu hanya ke satu arah
(dari ujung akson ke neorun berikutnya)
2) Fungsi belajar dan fungsi berpikir/mengingat, penggunaan mengarah ke
3) Fungsi menyalurkan dan menghambat, stimulasi dan menekan berlangsung berkaitan.
stimulasi.
Sinaps diklasifikasikanberdasarkan letaknya, sebagai berikut :
1) Sinaps akson-somatik, menghubungkan ujung suatu saraf dengan badan sel.
2) Sinaps akson-dendritik, ujung saraf saraf dekat dengan badan sel dari dendrit.
3) Sinaps akson-aksonik, perkaitan pada ujung neurit.
Klasifikasi Neuron
1. Fungsi.
Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi impulsnya.
a) Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit,
organ indera atau suatu organ internal ke SSP.
b) Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP ke efektor.
c) Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam SSP.
Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan
informasi ke interneuron lain.
2. Struktur.
Neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah prosesusnya.
a) Neuron unipolar memiliki satu akson dan dua denderit atau lebih. Sebagian besar
neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis, masuk dlam
golongan ini. Neuron unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal, tetapi
neuron ini sebenarnya bipolar.
b) Neuron bipolar memiliki satu akson dan satu dendrite. Neuron ini ditemukan pada
organ indera, seperti amta, telinga dan hidung.
3. Sel Neuroglial.
Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang
berfungsi sebagai jaringan ikat.
a) Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang,
sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui pedikel atau “kaki
vascular”.
b) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah
prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek.
c) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya memilik
peran fagositik.
d) Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga serebral dan
ronggal medulla spinalis.
4. Kelompok Neuron
a) Nukleus adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di dalam SSP.
b) Ganglion adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di bagian luar SSP dalam
saraf perifer.
c) Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf (serabut) yang terletak di luar SSP.
d) Saraf gabungan. Sebagian besar saraf perifer adalah saraf gabungan ; saraf ini
mengandung serabut arefen dan eferen yang termielinisasi dan yang tidak
termielinisasi.
e) Traktus adalah kumpulan serabut saraf dalam otak atau medulla spinalis yang
memiliki origo dan tujuan yang sama.
f) Komisura adalah pita serabut saraf yang menghubungkan sisi-sisi yang berlawanan
pada otak atau medulla spinalis.
SISTEM SARAF PUSAT DAN SISTEM SARAF PERIFER
I. OTAK
a. Perkembangan Otak
Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh, mengkonsumsi 25%
oksigen dan menerima 1,5% curah jantung. Bagian cranial pada tabung saraf
membentuk tiga pembesaran (vesikel) yang berdiferensiasi untuk membentuk:
1) Otak depan (proensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi :
a) Telensefalon merupakan awal hemisfer serebral atau serebrum dan basal
ganglia serta korpus striatum (substansi abu-abu) pada serebrum.
b) Diensefalon menjadi thalamus, hipotalamus dan epitalamus.
2) Otak tengah (mesensefalon) terus tumbuh dan pada orang dewasa disebut otak
tengah.
3) Otak belakang (rombensefalon), terbagi menjadi dua subdivisi :
a) Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan serebelum.
b) Mielensefalon menjadi medulla oblongata. Rongga pada tabung saraf tidak
berubah dan berkembang menjadi ventrikel otak dan kanal sentral medulla
spinalis.
b. Lapisan Pelindung
Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang disebut
meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter, lapisan araknoid dan durameter.
1) Pia meter
Lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada otak.
2) Lapisan araknoid
Terletak di bagian eksternal pia meter dan mengandung sedikit
pembuluh darah. Runga araknoid memisahkan lapisan araknoid dari piameter
dan mengandung cairan cerebrospinalis, pembuluh darah serta jaringan
penghubung serta selaput yang mempertahankan posisi araknoid terhadap
piameter di bawahnya.
3) Durameter
Lapisan terluar adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari dua lapisan.
Lapisan ini biasanya terus bersambungan tetapi terputus pada beberapa sisi
spesifik.
Lapisan periosteal luar pada durameter melekat di permukaan dalam
kranium dan berperan sebagai periosteum dalam pada tulang tengkorak.
Lapisan meningeal dalam pada durameter tertanam sampai ke dalam
fisura otak dan terlipat kembali di arahnya untuk membentuk falks serebrum,
falks serebelum, tentorium serebelum dan sela diafragma. Ruang subdural
memisahkan durameter dari araknoid pada regia cranial dan medulla spinalis.
Ruang epidural adalah ruang potensial antara perioteal luar dan lapisan
meningeal dalam pada durameter di regia medulla spinalis.
c. Cairan Cerebrospinalis
Cairan serebrospinalis mengelilingi ruang sub araknoid di sekitar otak dan
medulla spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak. Cairan
cerebrospinalis menyerupai plasma darah dan cairan interstisial, tetapi tidak
mengandung protein. Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh plesus koroid dan
sekresi oleh sel-sel ependimal yang mengitari pembuluh darah serebral dan melapisi
kanal sentral medulla spinalis.
Fungsi cairan cerebrospinalis adalah sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak
otak dan medulla spinalis, juga berperan sebagai media pertukaran nutrient dan zat
buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis.
d. Serebrum
Serebrum tersusun dari dua hemisfer serebral, yang membentuk bagian terbesar
otak. Koterks serebral terdiri dari 6 lapisan sel dan serabut saraf. Ventrikel I dan II
(ventrikel lateral) terletak dalam hemisfer serebral. Korpus kolosum yang terdiri dari
serabut termielinisasi menyatukan kedua hemisfer. Fisura dan sulkus. Setiap
hemisfer dibagi oleh fisura dan sulkus menjadi 4 lobus (frontal, paritetal, oksipital
dan temporal) yang dinamakan sesuai tempat tulangnya berada.
1) Fisura longitudinal membagi serebrum menjadi hemisfer kiri dan kanan
2) Fisura transversal memisahkan hemisfer serebral dari serebelum
3) Sulkus pusat / fisura Rolando memisahkan lobus frontal dari lobus parietal.
4) Sulkus lateral / fisura Sylvius memisahkan lobus frontal dan temporal.
5) Sulkus parieto-oksipital memisahkan lobus parietal dan oksipital.
6) Girus. Permukaan hemisfer serebral memiliki semacam konvolusi yang disebut
girus.
e. Area Fungsional Korteks Serebri
1) Area motorik primer pada korteks
Area primer terdapat dalam girus presentral. Disini neuron mengendalikan
kontraksi volunteer otot rangka. Area pramotorik korteks terletak tepat di sisi
anterior girus presentral. Neuron mengendalikan aktivitas motorik yang terlatih dan
berulang seperti mengetik. Area broca terletak di sisi anterior area premotorik pada
tepi bawahnya.
2) Area sensorik korteks
Terdiri dari area sensorik primer, area visual primer, area auditori primer. Area
olfaktori primer dan area pengecap primer (gustatory).
3) Area asosiasitraktus serebral
Terdiri area asosiasi frontal, area asosiasi somatic, area asosiasi visual, area wicara
Wernicke.
4) Ganglia basal
Adalah kepulauan substansi abu-abu yang terletak jauh di dalam substansi putih
serebrum.
f. Diensefalon
Terletak di antara serebrum dan otak tengah serta tersembunyi di balik hemisfer
serebral,kecuali pada sisi basal.
TALAMUS Terdiri dari dua massa oval (lebar 1 ¼ cm dan panjang 3 ¾ cm)
substansi abu-abu yang sebagian tertutup substansi putih. Masing-masing massa
menonjol keluar untuk membentuk sisi dinding ventrikel ketiga.
HIPOTALAMUS Terletak di didi inferior thalamus dan membentuk dasar serta
bagian bawah sisi dinding ventrikel ketiga. Hipotalamus berperan penting dalam
pengendalian aktivitas SSO yang melakukan fungsi vegetatif penting untuk kehidupan,
seperti pengaturan frekwensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air,
selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual. Hipotalamus juga berperan
sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan dan
kemarahan. Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan atau inhibisi
hormon kelenjar hipofise sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin.
EPITALAMUS Membentuk langit-langit tipis ventrikel ketiga. Suatu massa
berukuran kecil, badan pineal yang mungkin memiliki fungsi endokrin, menjulur dari
ujung posterior epitalamus.
g. Sistem Limbik
Terdiri dari sekelompok struktur dalam serebrum dan diensefalon yang terlibat
dalam aktivitas emosional dan terutama aktivitas perilaku tak sadar. Girus singulum,
girus hipokampus dan lobus pitiformis merupakan bagian sistem limbic dalam korteks
serebral.
h. Otak Tengah
Merupakan bagian otak pendek dan terkontriksi yang menghubungkan pons dan
serebelum dengan serebrum dan berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat refleks.
Otak tengah, pons dan medulla oblongata disebut sebagai batang otak.
i. Pons
Hampir semuanya terdiri dari substansi putih. Pons menghubungkan medulla
yang panjang dengan berbagai bagian otak melalui pedunkulus serebral. Pusat
respirasi terletak dalam pons dan mengatur frekwensi dan kedalaman pernapasan.
Nuclei saraf cranial V, VI dan VII terletak dalam pons, yang juga menerima informasi
dari saraf cranial VIII.
j. Serebelum
Terletak di sisi inferior pons dan merupakan bagian terbesar kedua otak. Terdiri
dari bagian sentral terkontriksi, vermis dan dua massa lateral, hemisfer serebelar.
Serebelum bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan mengendalikan ketepatan
gerakan otot dengan baik. Bagian ini memastikan bahwa gerakan yang dicetuskan di
suatu tempat di SSP berlangsung dengan halus bukannya mendadak dan tidak
terkordinasi. Serebelum juga berfungsi untuk mempertahankan postur.
k. Medulla Oblongata
Panjangnya sekitar 2,5 cm dan menjulur dari pons sampai medulla spinalis dan
terus memanjang. Bagian ini berakhir pada area foramen magnum tengkoral. Pusat
medulla adalah nuclei yang berperan dalam pengendalian fungsi seperti frekwensi
jantung, tekanan darah, pernapasan, batuk, menelan dan muntah. Nuclei yang
merupakan asal saraf cranial IX, X, XI dan XII terletak di dalam medulla.
l. Formasi Retikular
Formasi retukular atau sistem aktivasi reticular adalah jarring-jaring serabut saraf
dan badan sel yang tersebar di keseluruhan bagian medulla oblongata,pons dan otak
tengah. Sistem ini penting untuk memicu dan mempertahankan kewaspadaan serta
kesadaran.
II. Medulla Spinalis
Sistem sarat tepi adalah sistem saraf yang berada pada paling ujung sistem saraf.
Sistem saraf tepi langsung berhubungan reseptor saraf. Sistem saraf tepi biasa juga
disebut dengan sistem saraf perifer. Kerja sistem saraf tepi ada dua macam, ada yang
bekerja dalam sistem sadar, dan ada pula diluar kesadaran (otonom).
Sistem saraf tepi berada diluar sistem saraf pusat, dan tidak dilindungi oleh rangka
khusus, sehingga mudah mengalami kerusakan, seperti terpapar racun, luka akibat
benturan dan lani-lain. Tetapi kerusakan sistem saraf tepi biasanya mudah mengalami
regenerasi dan tidak terlalu berefek negatif dalam skala besar, mengingat jumlah sel
dalam sistem saraf tepi sangat banyak.
a. Fungsi Medulla Spinalis
Medulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas refleks dalam tubuh. Bagian
ini mentransmisi impuls ke dan dari otak melalui traktus asenden dan desenden.
Refleks merupakan jawaban motorik atas rangsangan sensoris yang diberikan
pada kulit. Penampakan refleks berupa peningkatan atau penurunan kegiatan,
Sebagai contoh berupa kontraksi atau relaksasi otot-otot. Penurunan atau
peningkatan sekresi kelenjar atau dilatasi pembuluh darah.
b. Struktur Umum
Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun diameter
medulla spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran jari
kelingking. Panjang rata-rata 42 cm. Dua pembesaran, pembesaran lumbal dan
serviks menandai sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai.
Tiga puluh satu pasang (31) saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui
foramina intervertebral.
c. Struktur Internal
Terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang diselubungi substansi putih.
Kanal sentral berukuran kecil dikelilingi oleh substansi abu-abu bentuknya seperti
huruf H. Batang atas dan bawah huruf H disebut tanduk atau kolumna dan
mengandung badan sel, dendrite asosiasi dan neuron eferen serta akson tidak
termielinisasi.
Tanduk dorsal adalah batang vertical atas substansi abu-abu. Tanduk ventral
adalah batang vertical bawah. Tanduk lateral adalah protrusi di antara tanduk
posterior dan anterior pada area toraks dan lumbal sistem saraf perifer. Komisura
abu-abu menghubungkan substansi abu-abu di sisi kiri dan kanan medulla spinalis.
Setiap saraf spinal memiliki satu radiks dorsal dan satu radiks ventral.
d. Traktus Spinal
Substansi putih korda yang terdiri dari akson termielinisasi, dibagi menjadi funikulus
anterior,posterior dan lateral. Dalam funikulus terdapat fasiukulu atau traktus.
Traktus diberi nama sesuai dengan lokasi, asal dan tujuannya.
III. Sistem Saraf Perifer
Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada di bagian luar otak dan medulla
spinalis. Sistem ini juga mencakup saraf cranial yang berasal dari otak ; saraf spinal,
yang berasal dari medulla spinalis dan ganglia serta reseptor sensorik yang berhubungan.
a. Saraf Kranial
12 pasang saraf cranial muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa
saraf cranialhanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagaian besar tersusun
dari serabut sensorik dan serabut motorik.
1. SARAF OLFAKTORIUS ( CN I )
Merupakan saraf sensorik. Saraf ini berasal dari epithelium olfaktori
mukosa nasal.Berkas serabut sensorik mengarah ke bulbus olfaktori dan
menjalar melalui traktus olfaktori sampai ke ujung lobus temporal (girus
olfaktori), tempat persepsi indera penciuman berada.
2. SARAF OPTIK ( CN II )
Merupakan saraf sensorik. Impuls dari batang dan kerucut retina di bawa
ke badan sel akson yang membentuk saraf optic. Setiap saraf optic keluar dari
bola mata pada bintik buta dan masuk ke rongga cranial melaui foramen optic.
Seluruh serabut memanjang saat traktus optic, bersinapsis pada sisi lateral nuclei
genikulasi thalamus dan menonjol ke atas sampai ke area visual lobus oksipital
untuk persepsi indera penglihatan.
3. SARAF OKULOMOTORIUS ( CN III )
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik.
Neuron motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke seluruh otot
bola mata (kecuali otot oblik superior dan rektus lateral), ke otot yang membuka
kelopak mata dan ke otot polos tertentu pada mata. Serabut sensorik membawa
informasi indera otot (kesadaran perioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke
otak.
4. SARAF TRAKLEAR ( CN IV )
Adalah saraf gabungan , tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik dan
merupakan saraf terkecil dalam saraf cranial.Neuron motorik berasal dari langit-
langit otak tengah dan membawa impuls ke otot oblik superior bola mata.
Serabut sensorik dari spindle otot menyampaikan informasi indera otot dari otot
oblik superior ke otak.
5. SARAF TRIGEMINAL ( CN V )
Saraf cranial terbesar, merupakan saraf gabungan tetapi sebagian besar
terdiri dari saraf sensorik. Bagian ini membentuk saraf sensorik utama pada
wajah dan rongga nasal serta rongga oral. Neuron motorik berasal dari pons dan
menginervasi otot mastikasi kecuali otot buksinator. Badan sel neuron sensorik
terletak dalam ganglia trigeminal. Serabut ini bercabang ke arah distal menjadi 3
divisi :
a) Cabang optalmik membawa informasi dari kelopak mata, bola mata, kelenjar
air mata,sisi hidung, rongga nasal dan kulit dahi serta kepala.
b) Cabang maksilar membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral (gigi
atas, gusi dan bibir) dan palatum.
c) Cabang mandibular membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir, kulit
rahang dan area temporal kulit kepala.
6. SARAF ABDUSEN ( CN VI )
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik.
Neuron motorik berasal dari sebuah nucleus pada pons yang menginervasi otot
rektus lateral mata. Serabut sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot
rektus lateral ke pons.
7. SARAF FASIAL ( CN VII )
Merupakan saraf gabungan. Meuron motorik terletak dalam nuclei pons.
Neuron ini menginervasi otot ekspresi wajah, termasuk kelenjar air mata dan
kelenjar saliva. Neuron sensorik membawa informasi dari reseptor pengecap
pada dua pertiga bagian anterior lidah.
8. SARAF VESTIBULOKOKLEARIS ( CN VIII )
Hanya terdiri dari saraf sensorik dan memiliki dua divisi. Cabang koklear
atau auditori menyampaikan informasi dari reseptor untuk indera pendengaran
dalam organ korti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli
inferior, ke bagian medial nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian ke
area auditori pada lobus temporal. Cabang vestibular membawa informasi yang
berkaitan dengan ekuilibrium dan orientasi kepala terhadap ruang yang diterima
dari reseptor sensorik pada telinga dalam.
9. SARAF GLOSOFARINGEAL ( CN IX )
Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berawal dari medulla dan
menginervasi otot untuk wicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid.
Neuron sensorik membawa informasi yang berkaitan dengan rasa dari sepertiga
bagian posterior lidah dan sensasi umum dari faring dan laring ; neuron ini juga
membawa informasi mengenai tekanan darah dari reseptor sensorik dalam
pembuluh darah tertentu.
10. SARAF VAGUS ( CN X )
Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berasal dari dalam medulla
dan menginervasi hampir semua organ toraks dan abdomen. Neuron sensorik
membawa informasi dari faring, laring, trakea, esophagus, jantung dan visera
abdomen ke medulla dan pons.
11. SARAF AKSESORI SPINAL ( CN XI )
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari serabut
motorik. Neuron motorik berasal dari dua area : bagian cranial berawal dari
medulla dan menginervasi otot volunteer faring dan laring, bagian spinal muncul
dari medulla spinalis serviks dan menginervasi otot trapezius dan
sternokleidomastoideus. Neuron sensorik membawa informasi dari otot yang
sama yang terinervasi oleh saraf motorik ; misalnya otot laring, faring, trapezius
dan otot sternokleidomastoid.
12. SARAF HIPOGLOSAL ( CN XII )
Termasuk saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik.
Neuron motorik berawal dari medulla dan mensuplai otot lidah. Neuron sensorik
membawa informasi dari spindel otot di lidah.
b. Saraf Spinal
31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan
ventral (anterior). Pada bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks bergabung
membentuk satu saraf spinal. Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan (motorik
dan sensorik), membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan
meninggalkan korda melalui neuron eferen.
Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna bertebra
tempat munculnya saraf tersebut.
1) Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang berjumlah 8 buah dan membentuk
daerah tengkuk. C1 – C8.
2) Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung) yang berjumlah 12 buah dan
membentuk bagian belakang torax atau dada. T1 – T12.
3) Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang berjumlah 5 buah dan
membentuk daerah lumbal atau pinggang, L1 – L5.
4) Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang) yang berjumlah 5 buah dan
membentuk os sakrum (tulang kelangkang). S1 – S5.
5) Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang berjumlah 4 buah dan
membentuk tulang koksigeus (tulang tungging).
Setelah saraf spinal meninggalkan korda melalui foramen intervertebral, saraf
kemudian bercabang menjadi empat divisi yaitu : cabang meningeal, ramus dorsal,
cabang ventral dan cabang viseral. Pleksus adalah jarring-jaring serabut saraf yang
terbentuk dari ramus ventral seluruh saraf spinal, kecuali TI dan TII yang
merupakan awal saraf interkostal.
c. Sistem Saraf Otonom
Merupakan sistem motorik eferen visceral. Sistem ini menginervasi jantung;
seluruh otot polos, seperti pada pembuluh darah dan visera serta kelenjar-kelenjar.
SSO tidak memiliki input volunteer ; walaupun demikian, sistem ini dikendalikan
oleh pusat dalam hipotalamus, medulla dan korteks serebral serta pusat tambahan
pada formasi reticular batang otak.
Serabut aferen sensorik (visera) menyampaikan sensasi nyeri atau rasa kenyang
dan pesan-pesan yang berkaitan dengan frekwensi jantung, tekanan darah dan
pernapasan, yang di bawa ke SSP di sepanjang jalur yang sama dengan jalur serabut
saraf motorik viseral pada SSO.
Divisi SSO memiliki 2 divisi yaitu divisi simpatis dan divisi parasimpatis.
Sebagian besar organ yang diinervasi oleh SSO menerima inervasi ganda dari saraf
yang berasal dari kedua divisi. Divisi simpatis dan parasimpatis pada SSO secara
anatomis berbeda dan perannya antagonis.
1) DIVISI SIMPATIS / TORAKOLUMBAL
Memiliki satu neuron preganglionik pendek dan stu neuron postganglionic
panjang. Badan sel neuron preganglionik terletak pada tanduk lateral substansi
abu-abu dalam segemen toraks dan lumbal bagian atas medulla spinalis.
2) DIVISI PARA SIMPATIS / KRANIOSAKRAL
Memiliki neuron preganglionik panjang yang menjulur mendekati organ
yang terinervasi dan memiliki serabut postganglionic pendek. Badan sel neuron
terletak dalam nuclei batang otak dan keluar melalui CN III, VII, IX, X, dan
saraf XI, juga dalam substansi abu-abu lateral pada segmen sacral kedua, ketiga
dan keempat medulla spinalis dan keluar melalui radiks ventral.
3) NEUROTRANSMITER SSO
Asetilkolin dilepas oleh serabut preganglionik simpatis dan serabut
preganglionik parasimpatis yang disebut serabut kolinergik. Norepinefrin
dilepas oleh serabut post ganglionik simpatis, yang disebut serabut adrenergic.
Norepinefrin dan substansi yang berkaitan, epinefrin juga dilepas oleh medulla
adrenal.
BAB I
ANXIOLTIS SEDATIF
Ansietas adalah gangguan mental berupa suatu ketegangan yang tidak
menyenangkan, rasa takut, gelisah dan penyebabkannya tidak diketahui. Ansietas ringan
tidak perlu diobati, ansietas berat diobati. Gejala ansietas adalah Takhikardi, berkeringat,
gemetar, palpitasi dan aktivitas simpatik. Secara farmakologi penyebab ansietas karena
terjadinya letupan neuritansmitter di otak, sehingga obat – obat yang digunakan untuk
menurunkan gejala ansietas adalah menormalkan letupan neurotransmitter yang terjadi di
otak.
Anxiolilitis, yaitu mampu meniadakan rasa bimbang, takut, gelisah dan agerasi yang
hebat. Oleh karena itu adakalanya obat ini digunakan dalam dosis rendah sebagai minor
transquillizer pada kasus-kasus serius, dimana benzodiazepine kurang efektif, misalnya
pimozida dan thioridiazin.
Hipnotika-sedativa merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP)
yang relatif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang dan kantuk,
menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati,
yang tergantung dari dosis obat yang diberikan. Pada dosis terapi obat sedatif menekan
aktivitas, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipnotik
menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai
tidur fisiologis.
Obat penenang, juga disebut ataraktika atau anxiolitika, terutama benzodiazepin zat
yang dapat menekan sistem saraf pusat dengan sifat penenang dan hipnotis, dan di samping
itu juga diberdayakan anxiolitis, antikonvulsif dan relaksasi otot.
Golongan Obat Antiansietas (Anxiolitik)
Obat yang digunakan untuk mengobati cemas, golongan obat dibedakan berdasarkan
sifat ada tidaknya efek hipnotik. Hipnotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu
senyawa barbiturat dan benzodiazepine.
1. Barbiturat
Barbital digunakan sebagai obat pereda untuk dosis yang siang hari lebih rendah dari dosis
sebagai pil tidur, yang 0,5 sampai 1/6 kali. Misalnya, fenobarbital dalam dosis 15-30 mg
bekerja sebagai sedativum dan 100 mg atau lebih sebagai obat tidur.
2. Benzodiazepin
Pada intinya, semua benzodiazepin memiliki kekuatan senyawa yang disebutkan di
atas, yaitu efikasi anksiolitis, sedatif hipnotis, antikonvulsif, relaksasi otot dan kekuasaan.
Penggunaan ada dua (2). Zat yang relatif kuat sifat sedatif hipnotik dari sifat-sifat
lainnya, terutama digunakan dalam pil tidur. Penggunaan lainnya adalah sebagai
spasmolitikum (senyawa rilis kejang), misalnya pada tetanus (terutama klonazepam dan
diazepam), dan sebagai premedikasi sebelum diferensiasi (terutama midazolam), di mana
alam anestetisnya berguna.
Keuntungan dari obat ini dibandingkan dengan pil tidur barbital dan lainnya tidak
atau hampir tidak menghalangi-tidur REM. Namun, benzodiazepin bila digunakan untuk
hanya beberapa minggu, oleh banyak ahli dianggap sebagai pil tidur relatif aman, dan
merupakan pilihan hipnotika pertama.
Farmakokinetik. Berkat sifat lipofilnya, resorpinya berjalan dengan baik di usus (80-
90%) dan cepat, sedangkan konsentrasi maksimum dalam plasma tercapai dalam jarak 0,5
sampai 2 jam.
Faktor-faktor yang membatasi penggunaan barbiturate dan menyebabkan penggunanya
terdesak oleh benzodiazepine adalah :
a. Toleransi dan ketergantungan cepat timbul mengenai sifat menidurkan pada dosis
berulang dan lebih ringan mengenai efek anti-epilepsinya. Dalam jangka panjang,
toleransi diperkuat induksi-enzim. Enzim mikrosomal hati pembentukannya
ditingkatkan, menyebabkan percepatan pengaruhnya (auto-induksi).
b. Stadium-REM (tidur dengan mimpi) dipersingkat,sehingga tidur kurang nyaman.
c. Efek paradoksal, dalam dosis rendah keadaan nyeri, justru eksitasi dan kegelisahan.
d. Overdose barbital menimbulkan depresi sentral, penghambahatan pernafasan,
koma dan kematian.
Permasalahan muncul jika pemakaiannya untuk jangka yang lebih panjang contoh
pada pasien dengan gangguan pada fisik hebat seperti radang sendi (Rheumathoid Arthritis),
pasien stres, pasien frustrasi, pasien depresi dan penyakit lain yang dikatagorikan gangguan
jiwa. Pemakaian panjang mulai bulanan hingga tahunan ini berakibat tidak hanya
ketergantungan secara fisik saja namun juga ketergantungan secara psikis. Kondisi ini
membuat pasien sukar untuk lepas obat. Dan jika dipaksakan untuk putus obat maka dapat
berakibat munculnya gejala putus obat seperti kondisi emosi-emosi yang tidak terkontrol
(senang berlebihan , takut berlebihan, cemas berlebihan, dll). Semakin tingginya tingkat
ketergantungan ini menyebabkan semakin sukar pula untuk melepaskan penggunaan obat
penenang ini. Ditambah lagi jika ini merupakan kombinasi antara sakit fisik dan sakit mental
(two in one deh).
Penjelasan Obat Golongan Benzodiazepin
Efek benzodiazepin hampir semua merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP
dengan efek utama : sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas,
relaksasi otot dan antikonvulsi.
Benzodiazepin mempengaruhi aktivitas saraf pada semua tingkatan, namun beberapa
derivat benzodiazepin pengaruhnya lebih besar dari derivat yang lain, sedangkan sebagian
lagi memiliki efek yang tidak langsung. Benzodiazepin bukan suatu depresan umum seperti
barbiturat.
Peningkatan dosis benzodiazepin menyebabkan depresi SSP yang meningkat dari
sedasi ke hipnosis dan dari hipnosis ke stupor. Keadaan ini sering dinyatakan sebagai efek
anestesia, tapi obat golongan ini tidak benar-benar memperlihatkan efek enestesi umum
yang spesifik karena kesadaran penderita biasanya tetap bertahan dan relaksasi otot yang
diperlukan untuk pembedahan tidak tercapai. Namun pada dosis preanestetik, benzodiazepin
menimbulkan amnesia bagi kejadian yang berlangsung setelah pemberian obat; jadi hanya
menimbulkan ilusi mengenai anestesia yang baru dialaminya (amnesia anterogad).
Benzodiazepin dengan dosis hipnotik menimbulkan efek samping sebagai berikut :
light headedness, lambat bereaksi, inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental
dan prikomotor, gangguan koordinasi berpikir, bingung, amnesia enterograd, mulut kering
dan rasa pahit. Kemampuan berpikir sedikit kurang dipengaruhi dibandingkan dengan
penampilan gerak.
Golongan benzodiazepin Bersifat ansiolitik dan tidak mempunyai efek hipnotik
adalah Alprazolam, Klordiazepoksid, Klonazepam, Klorazepat, Diazepam dan Lorazepam .
Kedua Golongan benzodiazepine Bersifat Hipnotik adalah Quazepam, Midazolam,
Estazolam, Flurazepam, Temazepam dan Triazolam.
Mekanisme Kerja benzodiazepine sebagai anti cemas
1) Letupan neuron (cemas) dapat terjadi karena tertutupnya saluran Cl, karena tidak
ada ikatan pada GABA sehingga reseptor kosong.
2) Pengikatan GABA menyebabkan saluran ion Cl membuka. Bila pengikatan GABA
diperkuat oleh benzodiazepin (obat ansiolitik), yang menyebabkan masuknya Cl
lebih banyak.
3) Masuknya Cl membuat hiperpolarisasi yang dapat menghambat letupan neuron.
Indikasi obat golongan Ansiolitik
1) Untuk gangguan ansietas digunakan diazepam, untuk pasien yang memerlukan
pengobatan lama. Alprazolam untuk pengobatan lama atau pendek. Obat ini
menimbulkan adiksi sehingga hanya untuk ansietas kronik.
2) Untuk gangguan otot digunakan diazepam, bisa juga digunakan untuk kaku otot.
3) Untuk penanganan kejang dengan obat klonazepam untuk kejang karena epilepsi.
epilepsi Klorazepat, diazepam dan oksazepam untuk pengobatan akut putus alkohol.
4) Untuk gangguan tidur, tidak semua benzodiazepam dapat digunakan sebagai obat
tidur, meskipun semua mempunyai efek sedatif dan penenang. Yang digunakan
untuk gangguan tidur (obat tidur) adalah Flurazepam, Temazepam, Triazolam.
BAB II
ANTIPSIKOTIKA
Antipsikosis/Transkuiliser mayor sebagai neuroleptik (tidak menekan fungsi
intelektual) adalah obat yang pertama kali dibuat untuk mengobati pasien yang mengidap
gangguan jiwa dengan gejala psikotika , seperti Skizoprenia, mania dan depresi psikotis.
Seringkali obat Transkuiliser Mayor diresepkan untuk pasien gangguan perilaku serius
Demensia dengan gejala agitasi, delusi (melihat dan mendengar yang tak ada), kesulitan
tidur, mengurangi halusinasi dan agitasi dengan cara menghambat reseptor dopamin di otak.
Efek menenangkan dan mengurangi gerakan spontan. Gejala yang timbul berupa simtom
positif dan simtom negatif, yang selalu didapat bersamaan, tetapi dengan aksen berlainan
dengan pada setiap pasien.
Simtom Positif berupa waham (seolah-olah mendengar suara orang yang
memerintahkan berbuat sesuatu), halusinasi (keinsafan realitas terganggu), pikiran janggal
dan desorganisasi kognitif (daya asosiasi terganggu, tak dapat berpikir jelas). Prognosa
pasien dengan gejal-gejala ini yang dominan, dianggap agak baik. Sedangkan, Simtom
negatif berupa kemiskinan psikomotoris (berkurangnya bicara dan bergerak, pemerataan
emosional). Pengelakan hubungan sosial, apatis, hilangnya enersi serta inisiatif. Prognosa
pasien berfungsi social buruk, tidak baik.
Antipsikotika mekanisme kerjanya dengan menghambat (agak) kuat reseptor
dopamine (D2) di system limbic otak dan disamping itu juga menghambat reseptor D1/D4,
α1(dan α2)-adreneg, serotonin, muskarinik dan histamine. Riset baru mengenai otak telah
ditemukan pula blokade tuntas dari reseptor D2 saja tidak cukup untuk menanggulangi
schizophrenia secara efektif, perlu neurohormone lainnya seperti serotonin (5HT2),
glutamate, dan GABA (gamma-butyric acid).
Ada dua jenis utama pengobatan antipsikotika:
1. Konvensional, Obat Typis atau antipsikotik klasik.
Pengobatan ini umumnya efektif dalam mengelola gejala-gejala positif
schizophrenia. Pengobatan ini kerap dan berpotensi menimbulkan efek samping
neurologis, termasuk kemungkinan tardive dyskinesia atau gerakan menyentak tanpa
sadar. Kelompok pengobatan ini termasuk:
a) Derivate fenotiazin : Klorpromazin, Levomepromazin dan Triflepromazin,
Thiozidazin dan Periciazin, Perfenazin dan Flufenazin, Perazin, Proklorperazin dan
Thietilperazin.
b) Derivate Thioxanthen : Klorprotixen dan Zuklopentixol.
c) Derivate Butirofenon : Haloperidol, Bromperidol, Pipamperon dan Droperidol.
d) Derivate Butilpiperidin : Pimozida, Fluspirilen dan Penfluridol.
2. Generasi baru, atau disebut juga obat atypis antipsikotika.
Pengobatan antipsikotik terbaru ini dalam mengelola simtom negatif yang praktis
kebal terhadap obat klasik dan tetap simtom positif. Efek sampingnya lebih ringan,
khususnya gangguan ekstrapiramidal dan dyskinesia tarda.
Yang termasuk obat jenis ini antara lain: Sulpirida, Clozapine (Clozaril),
Risperidone (Risperdal), Olanzapine (Zyprexa), Quetiapine (Seroquel), Ziprasidone
(Geodon), Aripiprazole (Abilify), Paliperidone (Invega)
Risperidone (Risperdal) adalah satu-satunya obat atipikal antipsikotik yang telah
disetujui Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi schizophrenia pada anak-
anak usia 13 hingga 17 tahun. Pengobatan antipsikotik atypis memiliki efek samping
terhadap metabolisme, termasuk pertambahan berat badan, diabetes dan kolesterol
tinggi.
BAB III
ANTIDEPRESI
Keadaan yang tidak sesuai dengan kehidupan yang bersangkutan disertai hambatan
emosi menyeluruh. Depresi berbeda dengan skizoprenia yang menggangu dalam pemikiran.
Depresi adalah keadaan psikis yang tidak sesuai (cocok) dengan keadaan kehidupan yang
bersangkutan yang disertai hambatan emosi menyeluruh. (ini yang membedakan depresi
dengan kesedihan, yang merupakan reaksi psikis adekuat terhadap suatu keadaan tertentu).
(Mutscher, 1991).
Penyakit depresi mayor dan bipolar adalah penyakit alam perasan yang menyimpang,
mengganggu energi, pola tidur, nafsu makan, libido dan kemampuan bekerja. Gejala depresi
yaitu, emosi yang jatuh, tanpa harapan, tidak nafsu makan, dan tidak bisa tidur. Cara berfikir
pasien monoton berkisar hanya pada diri sendiri. Disertai gejala bandaniah rasa lelah, nyeri
lambung, nyeri jantung. Bila ditutupi oleh keluhan-keluhan organis maka disebut depresi
terselubung. Depresi berat akan menyebabkan bunuh diri.
Berdasarkan penyebabnya, menurut Kiel-holz depresi dibagi atas bentuk:
1) Organik
Disebabkan perubahan struktur otak, misalnya akibat aterosklerosis atau pasca trauma.
2) Menggejala atau Simpatomatik
Gejala lanjutuan penyakit ekstraserebral, dapat terjadi antara lain yaitu penyakit infeksi
pada penyakit jantung – system sirkulasi kronis, atau gangguan endokrin (misalnya
setelah kehamilan, dan masa klimakterium).
3) Endogen atau Melankoli
Termasuk dalam maniak-depresif yaitu siklotimi. Ditandai dengan fase maniak yaitu
mood yang baik, aktivitas yang meningkat dan penuh ide-ide, keadaan tubuh terasa
sehat, terlalu percaya diri. Serta fase depresi yang berlangsung lebih lama, ada ritme
harian, semakin siang hari semakin membaik.
4) Neurotik
Disebabkan oleh desakan konflik (pertentangan).
5) Kelelahan
Akibat situasi pembebanan psikis yang berlangsung lama, hanya dimengerti sampai
batas-batas tertentu.
6) Reaktif
Akibat pengalaman yang menyakitkan.
Depresi disebabkan karena defisiensi monoamin seperti norepinefrin dan serotonin otak
pada tempat-tempat penting di otak. Sementara manik (bipolar) disebabkan karena
peningkatan neurotransmiter diatas normal pada otak. Kerja Semua golongan antidepresi
bekerja dengan memperkuat langsung atau tidak langsung kerja norepinefrin, dopamin dan
atau serotonin otak.
Penggolongan Obat Antidepresan
Terdapat 3 (tiga) golongan obat antidepresan yaitu, Antidepresan Trisiklik (TCA),
Selektif Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI) dan Mono Amin Oksidase Inhibitor (MAOI)
1. Antidepresan Trisiklik (TCA)
Mekanisme kerja TCA yaitu Menghambat ambilan neurotransmiter, TCA
menghambat pengambilan norepinefrin dan serotonin neuron masuk ke terminal saraf
pra sinaps, dengan menghambat jalan utama pengeluaran neurotransmiter, TCA akan
meningkatkan konsentrasi monoamin dalam celah sinaps, menimbulkan efek
antidepresan.
Efek TCA adalah meningkatkan pikiran, memperbaiki kewaspadaan mental,
meningkatkan aktifitas fisik, mengurangi angka kesakitan pada depresi.
Efek timbul memerlukan waktu 2 minggu atau lebih. Indikasi untuk Depresi, gangguan
panik, dan dapat digunakan untuk mengontrol ngompol bagi anak diatas 6 tahun.
Yang termasuk obat golongan TCA adalah Amitriptilin, Amoksapin, Desipramin,
Doksepin, Imipramin, Maprotilin, Nortriptilin, Trimipramin.
2. Selektif Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI)
SSRI merupakan Antidepresan baru, sehingga penggunaannya harus hati - hati,
karena efek jangka panjangnya belum diketahui. Mekanisme kerjanya sama seperti TCA
tetapi lebih selektif menghambat ambilan neurotransmitter serotonin dibanding yang lain
(dopamin).
Indikasi SSRI Untuk depresi (lebih unggul dari golongan TCA), penderita Bulimia
nevrosa, anoreksia nevrosa, gangguan panik, nyeri neuropati diabetik, dan sindrom
premenstrual.
Yang termasuk obat golongan SSRI adalah Fluoksetin, Fluvoksamin, Nefazodon,
Paroksetin, Sertralin, Trazodon, Venlafaksin.
3. Mono Amin Oksidase Inhibitor (MAOI)
Monoamin oksidase adalah suatu enzim mitokondria yang ditemukan dalam jaringan
saraf dan jaringan lain, seperti usus dan hati. Dalam neuron, MAO berfungsi sebagai
katup penyelamat (menonaktifkan neurotransmiter monoamin NorEfineprin (NE),
dopamin, serotonin).
Mekanisme kerja MAOI :
a) MAO menginaktifasi monoamin (NE,serotonin,dopamin) yang keluar dari vesikel
sehingga monoamin dalam neuron berkurang.
b) Obat MAOI menghambat inaktivasi monoamin oleh MAO, sehingga monoamin
tetap aktif dan berdifusi kedalam ruang sinaps.
Yang termasuk golongan MAOI yaitu, Isokarboksazid, Fenelzin dan Tranilsipromin.
Indikasi MAOI yaitu :
1) Untuk depresi pada pasien yang tidak responsif atau alergi oleh antidepresan
trisiklik.
2) Ansietas hebat
3) Pasien Aktivitas psikomotorik lemah
4) Pengobatan fobia
5) Depresi atipikal (pikiran labil, menolak kebenaran, gangguan nafsu makan)
BAB IV
PSIKOSTIMULAN
Psikostimulansia dapat meningkatkan aktivitas psikis. Senyawa ini dapat
menghilangkan penat dan kelelahan, serta meningkatkan kemampuan beraktifitas yang
bersangkutan. Senyawa ini tidak memiliki khasiat antipsikotika. Tidak begitu kuat,
sedangkan ketergantungan psikis bervariasi dari lemah (kofein) sampai sangat kuat
(amfetamin, kokain) melalui terjadinya toleransi.
Ketergantungan psikis maupun fisik dan toleransi dapat terjadi dengan cepat pada
penggunaan kronis. Bila penggunaan dihentikan dengan mendadak, timbul gejala
withdrawal, seperti perasaan letih dan mengantuk yang berlangsung sampai 2-3 hari.
Senyawa amfetamin, pada perang dunia ke-II banyak digunakan untuk efek
stimulasinya, antara lain meningkatkan daya tahan, menghilangkan rasa letih,
menghilangkan rasa kantuk, maupun lapar dan meningkatkan kewaspadaan serta aktivitas.
Disamping itu, efek simpatomimetik periferalnya yang juga meningkatkan tekanan darah
dan rate jantung, yang dapat menyebabkan stroke maupun serangan jantung. Zat ini juga
berdaya melepaskan dopamin dan norepinefrin di ujung saraf. Sedangkan kokain,
memblokir penarikan kembali dopamin ke ujung-ujung saraf, sehingga memberikan efek
yang sama dengan amfetamin.
Overdose dapat menyebabkan kekacauan pikiran, delirium, halusinasi, prilaku ganas,
dan juga aritmia jantung, untuk mengatasinya dapat dengan sedatif, misalnya diazepam.
Obat perangsang atau stimulan adalah obat-obatan yang dapat menimbulkan rangsang
tertentu pada pemakainya. Obat ini bekerja dengan memberikan rangsangan terhadap otak
dan saraf melalui peningkatan kadar dopamine atau penghambaan re-uptake norefineprin.
Obat rangsang dapat berupa amphetamine atau turunannya serta kokain dan kofein, Stimulan
yang sering beredar di pasaran adalah ekstasi dan shabu-shabu.
1. Ekstasi
Ekstasi atau methylenedioxy amphetamine (MDMA) merupakan zat kimia turunan
amphetamine yang memiliki reaksi yang lebih kuat dibandingkan dengan amphetamine.
Ekstasi mempunyai rumus kimia C11H15NO2. Ekstasi juga disebut pil setan, karena
pengaruhnya seperti setan yang merusak sistem saraf pusat dan sel-sel otak. Selain itu,
pil ini juga dapat menyebabkan ketergantungan. Ekstasi dapat dikategorikan sebagai
kelompok obat yang mudah dimodifikasi struktur kimianya untuk memperoleh bahan
aktif yang lebih ampuh khasiatnya. Jika ekstasi diminum maka akan segera timbul
gejala-gejala berikut.
a. Perasaan menjadi sangat gembira, tersanjung, bersemangat, dan puas diri serta
menjadi lebih terbuka kepada orang lain.
b. Tubuh gemetar, gigi gemeletuk, keluar keringat dingin, dan detak jantung tidak
normal.
c. Nafsu makan hilang, pandangan kabur, dan keluar air mata terusmenerus.
d. Badan panas luar biasa (hipertermia), yang apabila diikuti dengan minum terlalu
banyak airakan menimbulkan ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh yang disebut
dengan hipotermia. Jika terjadi komplikasi dapat menimbulkan kematian.
2. Shabu-shabu
Salah satu turunan amphetamine yang lain adalah metamphetamine yang memiliki
rumus kimia C10H15N. Zat ini juga dikenal sebagai shabu-shabu. Bentuknya yang berupa
kristal tidak berwarna dan tak berbau sangat mudah larut dalam air. Shabu-shabu
memiliki efek yang sangat keras pada susunan saraf. Efek yang dapat ditimbulkan
cenderung lebih cepat dan lebih hebat daripada ekstasi. Secara psikis shabu-shabu dapat
menimbulkan efek-efek berikut.
1) Timbulnya perasaan sehat, percaya diri, bersemangat, dan rasa gembira yang
berlebihan.
2) Muncul perasaan berkuasa disertai peningkatan konsentrasi semu.
3) Nafsu makan menurun, sulit tidur, dan biasanya muncul halusinasi.
4) Mirip seperti jika mengonsumsi alkohol, pemakai ekstasi dapat dalam jangka lama
dapat mengalami penurunan berat badan terus-menerus, kerusakan organ dalam,
stroke, bahkan kematian. Jika orang sudah kecanduan, ia akan terus-menerus gelisah,
ketakutan, sensitif, bingung, dan putus asa.
3. d-Amfetamin
Terutama memicu pelepasan norefeneprin dan menghambat re-uptakenya.
Akibatnya peningkatan frekuensi jantung dan tekanan darah. Euphoria terutama
disebabkan oleh meningkatnya dopamine bebas yang disusul dengan perasaan lelah
serta depresi dan dapat berlangsung berminggu-minggu. Peningkatan DA bertanggung
jawab atas gejala ketagihan dan perubahan perilaku.
Pemakaian amphetamine sebagian besar dimanfaatkan untuk menekan nafsu
makan berlebih, mengobati penderita hiperaktif, dan penderita narcolepsy, yaitu
serangan rasa mengantuk berat yang tiba-tiba dan tidak terkontrol. Akan tetapi, stimulan
juga banyak disalahgunakan dalam bentuk konsumsi di luar batas takaran yang
dianjurkan.
Pada tahap awal pemakaian, akan timbul perasaan senang berlebihan, rasa percaya diri
yang besar, dan semangat yang terlalu tinggi. Pada pemakaian dalam dosis berlebih
akan menunjukkan gejala-gejala seperti kejang-kejang, panik, muntah-muntah, diare,
bola mata membesar, halusinasi yang menakutkan, tidak dapat mengendalikan emosi,
dan koma, yang jika dibiarkan dapat menyebabkan kematian.
4. Kokain
Merupakan alkaloid dari yang di otak.daun Erytroxylon coca yang dapat
memungkinkan terjadinya perintangan re-uptake noradrenalin diujung saraf memelihara
penyaluran impuls dari SSP. Kokain memelihara kadar DA tinggi di ujung-ujung saraf
dengan jalan merintangan zat-zat transport yang berfungsi mengangkut kembali
dopamine ke sel-sel.
5. Nikotin
Dengan meningkatkan kadar hormone dan dopamine di dalam plasma, berdasarkan
rangsangannya terhadap “chemoreseptor trigger zone” (CTZ) dari sumsum tulang
(medulla oblongata) dan stimulasinya dari refleks vagal.
6. Kofein
Alkaloid berasal dari tanaman kopi (Coffea Arabica/robusta) dan teh (Camellia
sinensis).
BAB V
OBAT HALUSINASI
Halusinasi dapat dimanifestasikan dalam berbagai bentuk. Berbagai bentuk halusinasi
mempengaruhi indera yang berbeda, kadang-kadang terjadi secara bersamaan, menciptakan
halusinasi sensorik beberapa bagi mereka mengalaminya.
1. Visual
Modalitas yang paling umum disebut ketika orang berbicara tentang halusinasi. Ini
termasuk fenomena melihat hal-hal yang tidak ada atau persepsi visual yang tidak
berdamai dengan realitas konsensus.
Ada banyak penyebab yang berbeda, yang telah diklasifikasikan sebagai
psychophysiologic (gangguan struktur otak), psychobiochemical (gangguan
neurotransmiter), dan psikologis (misalnya pengalaman bermakna kesadaran).
Banyak gangguan dapat melibatkan halusinasi visual, mulai dari gangguan psikotik
dengan demensia untuk migrain, namun mengalami halusinasi visual tidak dengan
sendirinya berarti ada gangguan tentu. Halusinasi visual yang berhubungan dengan
perintah dos organik otak dan penyakit terkait narkoba dan alkohol.
2. Pendengaran
Halusinasi auditori (juga dikenal sebagai Paracusia), terutama dari satu atau lebih
suara berbicara, terutama dikaitkan dengan gangguan psikotik seperti skizofrenia atau
mania, terus makna khusus dalam mendiagnosis kondisi ini, meskipun banyak orang
tidak menderita penyakit mental diagnosa kadang-kadang mendengar suara juga.
Halusinasi pendengaran non-organik asal yang paling sering bertemu dengan
dalam skizofrenia paranoid.
Rekan visual mereka dalam penyakit yang non-perasaan berbasis realitas menjadi
melihat atau menatap.
Jenis lain dari halusinasi pendengaran termasuk sindrom kepala meledak dan
sindrom telinga musik, dan kelumpuhan dapat terjadi selama tidur. Pada yang terakhir,
orang akan mendengar musik bermain di pikiran mereka, biasanya lagu-lagu mereka
yang akrab dengan. Hal ini dapat disebabkan oleh: lesi pada batang otak (yang sering
dihasilkan dari stroke), juga, tumor, ensefalitis, atau abses.
Alasan lain termasuk gangguan pendengaran dan aktivitas epilepsi. Halusinasi
pendengaran juga merupakan hasil dari mencoba bangun-inisiasi mimpi jernih.
3. Penciuman
Phantosmia adalah fenomena berbau bau yang tidak benar-benar hadir. Bau yang
paling umum adalah bau yang tidak menyenangkan seperti daging busuk, muntah, urin,
kotoran, asap, atau orang lain.
Phantosmia sering hasil dari kerusakan pada jaringan saraf dalam sistem
penciuman. Kerusakan dapat disebabkan oleh infeksi virus, tumor otak, trauma, operasi,
dan mungkin terkena racun atau obat-obatan.
Phantosmia juga dapat disebabkan oleh epilepsi mempengaruhi korteks penciuman
dan juga diduga mungkin memiliki asal-usul kejiwaan. Phantosmia berbeda dari
parosmia, di mana bau sebenarnya hadir, namun dirasakan berbeda dari bau biasa.
Halusinasi penciuman juga telah dilaporkan pada migrain, walaupun frekuensi
halusinasi tersebut tidak jelas.
4. Perabaan
Jenis lain dari halusinasi menciptakan sensasi taktil input sensorik, simulasi
berbagai jenis tekanan pada kulit atau organ lain. Jenis halusinasi yang sering dikaitkan
dengan penggunaan narkoba, seperti seseorang yang merasa bug merangkak pada
mereka (dikenal sebagai formication) setelah periode lama kokain atau menggunakan
amfetamin.
5. Gustatory
Jenis halusinasi biasanya berfokus pada makanan dan umum kepada individu
menyajikan persepsi persecutory bersama dengan pengalaman aura epilepsi.
6. Sensasi somatik Umum
Umum Sensasi somatik yang bersifat halusinasi yang dialami ketika seseorang
merasa bahwa tubuhnya sedang dimutilasi yakni memutar, robek, atau disembowelled.
Kasus yang dilaporkan lainnya adalah invasi oleh hewan dalam organ internal
seseorang.
Halusinogen adalah obat yang mendistorsi cara Anda memandang realitas. Mereka
dapat menyebabkan Anda untuk melihat, merasakan dan mendengar hal-hal yang tidak ada,
sehingga sulit untuk berkomunikasi atau berpikir jernih. Mereka juga dapat menyebabkan
cepat, intens perubahan suasana hati emosional
Halusinogen bekerja dengan mengganggu bagaimana sel-sel saraf dan neurotransmitter
serotonin berinteraksi seluruh otak dan tulang belakang. Secara umum Halusinogen memiliki
mekanisme kerja yaitu memanfaatkan pelepasan serotonin (5-HT).
Dengan mengubah normal, struktur yang sehat serotonin dalam tubuh, halusinogen
memutar dan mengubah cara otak memproses indera, perasaan dan informasi visual. Jadi
idak dapat mendapatkan pegangan pada realitas, peristiwa normal dan situasi bisa menerima
suatu kualitas nyata dan menakutkan.
Halusinogen yang paling umum adalah:
1) LSD (lysergsaure-diethylamid, dietilamida-lisergat) (AKA: Asam, tinta, kubus,
microdot, sinar matahari kuning, biru langit, Cid) - Merupakan Turunan indol, tidak
berbau, tidak berwarna kimia yang berasal dari ergot, jamur yang tumbuh pada biji-
bijian.
2) Jamur (Psilocybin) (AKA: Simple Simon, shrooms, dempul konyol, sherms, musk,
boomer) - pada tahun 1948 A. Hofman mengisolasikan psiolosin dan psilosibin dari
jamur Psilocybe mexicana “Heim”. Psilocybin adalah kimia halusinogen ditemukan pada
sekitar 190 spesies jamur.
3) Mescaline (AKA: Cactus, kaktus tombol, kaktus bersama, Mesc, mescal, mese, mezc,
bulan, musk, topi) - terjadi secara alami dalam beberapa jenis tanaman kaktus, termasuk
kaktus peyote.
4) Cannabis indica dari Cannabis sativa var indica diisolasi mariyuana dan hasyis.
Mariyuana berasal dari herbal dan pucuk ranting yang dikeringkan, hasyis merupakan
dammar yang dikeringkan.zat berkhasiat utama yang dikandungnya adalah ∆9-
tetrahidrokanabinol.
Zat-zat ini juga dinamakan Psikedelika, bekerja kuat dengan resiko besar
ketergantungan psikis, dapat menyebabkan kecemasan, ketakutan dan paranoia, kadang-
kadang verging pada psikosis (kerugian lengkap kontak dengan realitas).
Meskipun lebih umum dengan LSD, semua halusinogen dapat menyebabkan kilas
balik-perasaan dan pikiran yang berulang efek berada di minggu obat atau bahkan bertahun-
tahun setelah mengonsumsinya. Karena semua halusinogen mengganggu fungsi normal
otak, mereka menempatkan Anda pada risiko mengembangkan psikosis jangka panjang atau
gangguan mental. Efek dari obat halusinogen tidak bisa ditebak tergantung pada jumlah
yang diambil dan kepribadian pemakai sendiri dan faktor kimia dalam tubuh.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. ANXIOLTIS SEDATIF (hipnotik, sedatif, obat penenang minor)
"Obat-obatan yang menyebabkan tidur dan mengurangi kecemasan"
Pengikatan GABA menyebabkan saluran ion Cl membuka. Bila pengikatan GABA
diperkuat obat anxiolitik, yang menyebabkan masuknya Cl lebih banyak.
2. OBAT ANTIPSIKOTIK (neuroleptik, obat penenang utama, anti-skizofrenia
"Obat yang efektif dalam mengurangi gejala penyakit skizofrenia"
menghambat (agak) kuat reseptor dopamin (D2) di system limbik otak dan disamping
itu juga menghambat reseptor D1/D4, α1(dan α2)-adreneg, serotonin (5HT2),
muskarinik dan histamin. neurohormone lainnya seperti serotonin glutamate, dan
GABA (gamma-butyric acid).
3. OBAT ANTIDEPRESAN (thymoleptics)
"Obat yang mengurangi gejala penyakit depresi"
memperkuat langsung atau tidak langsung kerja norepinefrin, dopamin dan atau
serotonin otak. Digolongkan sebagai Antidepresan Trisiklik (TCA), Selektif
Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI) dan Mono Amin Oksidase Inhibitor (MAOI).
4. STIMULAN PSIKOMOTORIK (Psikostimulan)
"Obat-obatan yang dapat menyebabkan terjaga dan euforia"
Memberikan rangsangan terhadap otak dan saraf melalui peningkatan kadar
dopamine atau penghambaan re-uptake norefineprin.
5. OBAT HALUSINOGEN (psychodysleptics, psychotomimetics)
"Obat-obatan yang menyebabkan gangguan persepsi dan perilaku dengan cara yang
tidak bisa hanya dicirikan sebagai efek penenang atau stimulan"
Secara umum Halusinogen memiliki mekanisme kerja yaitu memanfaatkan
pelepasan serotonin (5-HT). Dengan mengubah struktur yang sehat, halusinogen
memutar dan mengubah cara otak memproses indera, perasaan dan informasi visual.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Muschleir, Ernst. 1991. Dinamika Obat, edisi kelima , Bandung : ITB
Purwanto, SL dan Istiantoro, Yati. 1992. DOI (Data Obat DiIndonesia). Jakarta: PT.
Grafindian Jaya.
Tjay, Tan Hoan, dan Kirana Rahardja. 1991. Obat-Obat Penting Edisi Keempat. Jakarta :
PT. Alex Media Komputindo.