Download - makalah ansietas
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Khasus (masalah utama)
Ansietas
B. Alasan Masuk Rumah Sakit:
Pasien datang ke rumah sakit X, karena klien gelisah, Sering napas pendek,
nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi,
berkeringat, tremor, sakit kepala, dan sulit tidur.
C. Rentang respons ansietas
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut,
yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah
respons emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi
cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat
tidak sejalan dengan kehidupan.
1
RENTANG RESPONS ANSIETAS
Respons adaptif Respons mal adaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
Gangguan ansietas merupakan masalah psikiatri yang paling sering
terjadi di Amerika Serikat.
Tingkat ansietas sebagai berikut.
1. Ansietas ringan berhugungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari; ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan
lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas.
2. Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang
persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian
yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan
untuk melakukannya.
3. Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu
cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan
teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan
kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan
menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan;
jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan
kematian.
2
D. Proses terjadinya masalah
1. Definisi
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut
atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak
mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada
objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Corner, 1992).
Ansietas merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda
bahaya kepada individu. Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut
Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu berkembang dengan
adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi
kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu
kehidupan seseorang.
2. Etiologi
Penyebab ansietas meliputi :
a. Perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu.
b. Pengalaman traumatis seperti trauma perpisahan, kehilangan atau
bencana.
c. Rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan.
d. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis
atau gangguan terhadap kebutuhan dasar.
e. Ancaman terhadap konsep diri (identitas diri, harga diri, dan perubahan
peran).
3. Selain itu faktor yang mempengaruhi sebagai berikut:
a. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa:
3
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan
dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik
yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak
dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine
dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA)
yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
4
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam
harga diri.
b) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
4. Stresor Pencetus
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor
pencetus dapat dikelompokan dalam dua kategori:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang
akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk mlakukan aktifitas
sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga
diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
5. Penilaian Stresor
Pemahaman tentang ansietas perlu integrasi banyak faktor, termasuk
pengetahuan dari perspektif psikoanalitis, interpersonal, perilaku, genetik,
dan biologis. Penilaian mendorong pengkajian perilaku dan persepsi
5
pasien dalam mengembangkan intervensi keperawatan yang tepat.
Penilaian juga menunjukkan berbagai faktor penyebab dan menekankan
hubungan timbal balik antara faktor-faktor tersebut dalam menjelaskan
perilaku yang terjadi. Dengan demikian, pemahaman yang benar tentang
ansietas bersifat holistik.
.
6. Sumber Koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan
sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut yang berupa modal
ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan
keyakinan budaya dapat membantu individu mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping
yang berhasil.
7. Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya; ketidakmampuan mengatasi ansietas
secara konstruktif merupakan penyebbab utama terjadinya perilaku
patologis. Pola yang biasa digunakan individu unuk mengatasi ansietas
ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menjadi lebih intens.
Ansietas ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar.
6
D. Pohon Masalah
E. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan untu pasien ini dirumuskan menjadi: Ansietas.
7
Halusinasi
Perilaku Kekerasan
Ansietas
Perubahan persepsi konseptual
Defisit perawatan diri
Intoleransi
aktivitas
Isolasi sosial
HDR, Peran diri, Ideal diri, Identitas diri, Body Image
Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan
merusak lingkungan, serta Resiko Bunuh Diri.
Stressor (traumatif, frustasi, ancaman terhadap
konsep diri, kurangnya pengetahuan)
Koping individu tidak
efektif.
Menarik Diri
Kurang kooperatif: Sulit di ajak Bicara
F. Rencana Tindakana Keperawatan
GENERALIS SPESIALIS
PADA KLIEN DENGAN ANSIETAS
TUJUAN TINDAKAN TERAPI TUJUAN
TUM:
Pasien mampu
mengatasi rasa ansietas
Individu:
A. CBT
B. Perilaku
C. Relaksasi training
1. Napas dalam
2. Meditasi
3. Visualisasi
4. Penghentian pikiran
A. Memberikan informsi tentang ansietas dan cara
mengatasi
B. Management perilaku, perubahan perilaku
1. Mengatasi atau menurunkan ansietas dengan
meningkatkan kapasitas paru sehingga
menimbulkan efek relaksasi (management gejala)
2. Mengatasi atau menurunkan ansietas yang
mengakibatkan gangguan konsentrasi
3. Mengatasi atau menurunkan ansietas dengan
menciptakan kenyataan hidup
4. mengatasi atau menurunkan ansietas dengan
mengatasi pikitran negatif atau mal adaptif
8
TUK 1 (SP 1)
1. Pasien mampu
mengungkapkann rasa
ansietas dan cara
mengatasi yang telah
digunakan
1.Mendiskusikan kondisi
saat ini
2.Mendiskusikan cara
mengatasi takut/ cemas
Kelompok:
1. Kelompok support
2. Musik
1. Meningkatkan kemampuan koping
2. Mengatasi atau menurunkan ansietas dan
meningkatkan kemampuan klien
TUK 2 (SP 2)
1. Pasien menerima
dukungan emosional,
sosial dan spiritual
1.Melatih cara mengatasi
takut dan cemas dengan
dukungan emosi
2.Melatih cara mengatasi
takut dan cemas dengan
dukungan social
3.Melatih cara mengatasi
takut dan cemas dengan
dukungan spiritual
Keluarga:
1. Psikoedukasi 1. Menurunkan ansietas keluarga sampai ke tingkatan
paling rendah dengan meningkatkan pengetahuan
tentang penyakit dan cara perawatan klien serta
memberi dukungan keluarga.
9
Tindakan Berdasarkan Tingkatannya
Ringan sampai Sedang Strategi perawatan
Memberi informasi nyata
Memperingatkan kejadian stresful
Memberikan kesempatan untuk control dan partisipasi (mengajarkan ketrampilan koping secara langsung
Pengetahuan tentang ketakutan
Meningkatkan kesempatan untuk mengontrol pengambilan keputusan, aktivitas, stimulasi sensosi, dan
dukungan social
Menurunkan nyeri
Menurunkan gangguan sensori dan isolasi
Membangun harapan
10
Sedang sampai berat Strategi perawatan
Menunjukkan dukungan
Mendorong express feeling, keragu-raguan, dan ketakutan
Ekplorasi kejadian stressful Memberikan informasi yang akurat Evaluasi pengobatan anti anxietas
Control nyeri
Meningkatkan control pasien
Managemen pani
Pijatan, sentuhan dan latihan fisik
Relaksasi, nafas dalam, focusing dan teknik imagery
Hubungi sumber-sumber yang ahli.
11
Berat sampai panik Strategi perawatan
Temani pasien
Mempertahankan situasi yang tenang, menurunkan stimulasi Gunakan pengobatan anti anxietas, monitor
secara hati-hati Pastikan kontrol nyeri adekuat
Gunakan teknik focusing dan nafas dalam
Gunakan demontrasi
Ulangi jawaban singkat
Hubungi sumber-sumber yang ahli
12
Tindakan Kolaborasi (Psikofarmaka)
Jenis obat yang diberikan Penggunaan
Obat anti ansietas
1.Benzodiazepin (ansiolitika)
Obat antidepresan
1. SSRI: Sertraline, Paroxetine,
1. Ansietas berat, digunakan dalam waktu pendek, mempunyai
efek adiksi
1. Tidak menimbulkan efek
adiksi jika digunakan jangka panjang
13
STRATEGI DAN PELAKSANAAN TINDAKAN SETIAP HARI
A. Kondisi Klien
a. Respon fisik (mungkin ditemukan): Pasien sering mengalami napas
pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi, gelisah, berkeringat, tremor, sakit kepala, dan sulit tidur.
b. Respon kognitif: Lapang persepsi menyempit, pasien tidak mampu
menerima rangsang luar, dan berfokus pada apa yang menjadi
perhatiannya.
c. Respon perilaku dan emosi: Pasien mengalami bicara berlebihan dan
cepat, gerakan tersentak-sentak, dan perasaan tidak aman.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan untu pasien ini dirumuskan menjadi: Ansietas
C. Tujuan
Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien ansietas:
1. Pasien mampu mengenal ansietas
2. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.
3. Pasien mampu memeragakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas.
Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga:
1. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya.
2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas.
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalamai ansietas.
4. Keluarga mampu mempraktikan cara merawat pasien ansietas.
5. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas.
14
D. Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan pada pasien:
1. Bina hubungan saling percaya. Dalam membina hubungan saling percaya,
perlu di pertimbnagkan kenyamanan pasien dan saat berinteraksi.
TIndakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya
adalah:
a. Ucapan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Jelaskan tujuan interaksi
d. Buat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2. Bantu pasien mengenal ansietasnya:
a. Bantu pasien untuk mengidntifikasaikan dan menguraikan
perasaannya.
b. Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.
c. Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri:
a. Pengalihan situasi
b. Latihan relaksasi: Tarik napas dalam, mengerutkan dan mengendorkan
otot-otot.
c. Hipnotis teknik lima jari. Motivasi pasien untuk melakukan teknik
relaksasi setiap kali muncul ansietas.
Tindakan keperawatan untuk keluarga:
1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Diskusikan proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala.
3. Diskusikan penyebab dan akibat ansietas.
4. Diskusikan cara merawat pasien ansietas dengan mengajarkan teknik
relaksas: mengalihkan situasi, latihan relaksasi (meliputi napas dalam,
mengerutkan dan mengendorkan otot), teknik lima jari.
15
5. Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan
bagaimana merujuk pasien.
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan untuk
pasien:
SP 1-Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
ansietas, dan membantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan cemas
A. Fase Orientasi:
“Assalamualaikum pak, perkenalkan saya perawat Wahyu Wulan, panggil
saja saya Wulan, saya perawat yang akan merawat bapak dan datang kerumah
bapak seminggu dua kali, yaitu hari rabu dan Sabtu jam 10.00 pagi. “Nama
bapak siapa, suka dipanggial apa?” “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Oh,
jadi bapak merasa tidak nyaman?”, “Baiklah pak, kita akan berbincang-
bincang tentang perasaan yang bapak rasakan. “Berapa lama kita bincang-
bincang? “Bagaimana kalau 20 menit”.”Dimana tempatnya pak? Bagaimana
kalau disini saja?”
B. Fase Kerja:
“Apa yang bapak rasakan?, “Bagaimana perasaan itu bisa muncul?”. “Apa
yang bapak lakukan jka perasaan itu cemas itu muncul?”. “Oh, jadi bapak
mondar-mandir dan banyak bicara jika perasaan cemas dan tidak nyaman itu
muncul”.”Ada peristiwa apa sebelum ansietas itu muncul? “Atau adakah hal-
hal yang bapak pikirkan sebelumnya?”
“Jadi bapak akan merasa cemas jika ada pekerjaan bapak yang belum bisa
bapak selesaikan. Bisa kita diskusikan apa yang membuat pekerjaan bapak
tidak selesai? Oh, jadi bapak merasa beban kerja yang diberikan diluar
kesanggupan bapak untuk menyelesaikannya”.
“Apakah sebelumnya bapak pernah mendapatkan beban kerja yang tinggi
pula? Apakah bapak bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut? Wah, baik
16
sekali, berarti dulu bapak mampu menyelesaikan pekerjaan yang banyak.
Bagaimana cara bapak menyelesaikan pekerjaan itu waktu dulu?”.
C. Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bincang-bincang?”. “Coba bapak
sebutkan lagi apa yang membuat Bapak cemas?” apa perubahan yang bapak
rasakan dengan kondisi kecemasan,”. “Dua hari lagi saya akan datang untuk
mengajarkan latihan relaksasi, jam 10.00 tempatnya disini ya Pak, Sekarang
saya pamit dulu Assalamualaikum Wr Wb.”
SP 2-pasien. Mengevaluasi latihan pengalihan situasi. Mengajarkan dan melatih
latihan relaksasi tarik napas dalam, masukkan ke jadwal kegiatan harian.
A. Fase Orientasi:
“Selamat pagi, Pak Ahmad. Bagai mana perasaan bapak hari ini? Apakah
bapak sudah melatih cara mengalihkan situasi untuk menghilangkan
kecemasan Bapak? Bisa saya lihat jadwal kegiatan harian Bapak? Bagus
sekali apakah perasaan cemas berkurang? Hari ini saya akan mengajar
Bapak latihan relaksasi dengan teknik tarik napas dalam. Berapa lama kita
akan berlatih, Pak? Bagaimana jika 30 menit? Dimana kita diskusi? Bagai
mana kita ditaman bunga Pak?”
B. Fase Kerja:
“Coba Bapak ulangi apa yang bapak rasakan jika cemas muncul? Ya, jadi
bapak merasa seluruh badan Bapak tegang, baik fikiran maupun fisik. Nah,
latihan relaksasi ini bermanfaat untuk membuat fisik Bapak rileks atau
santai. Dalam latihan ini, Bapak harus memusatkan pikiran dan perhatian
pada pernapasan, gerakan mengembang dan mengempisnya otot dada Bapak
saat bernapas. Bisa kita mulai, Pak? Sekarang, Bapak silahkan duduk bersila
seperti saya. Pertama-tama, tarik napas perlahan-lahan. Dalam hitungan
satu, pikirkan udara memasuki bagian bawah paru-paru bapak pada hitungan
dua bayangkan udara mengisi bagian tengah paru-paru, dan pada hitungan
17
tiga, bayangkan seluruh paru-paru sudah terisi dengan udara. Setelah itu
denga hitungan tiga tahan nafas, lalu hembuskan udara melalui mulut degan
meniup udara perlahan-lahan. Nah, sekarang bapak lihat saya
mempraktikannya. Sekarang, coba bapak praktikkan! Wah, bagus sekali.
Bapak sudah mampu melakukannya. Ayo kita latih kembali selama 5-10
kali. Bagus sekali.”
C. Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan tarik napas dalam ini? Jadi sudah
beberapa cara yang kita pelajari untuk mengatasi kecemasan Bapak, bisa
bapak sebutkan ? bagus sekali. Pukul berapa bapak akan berlatih cara ini?
Mari kita masukkan ke jadwal harian. Bapak setiap kali mulai merasa cemas.
Bapak langsung bisa mempraktikkan cara ini selama berlatih sesuai jadwal
yang sudah bapak buat. Lusa saya akan datang lagi untuk mengajarkan
latihan yang lain yaitu mengendurkan dan mengencangkan seluruh otot atau
relaksasi otot Bapak agar terasa rileks dan nyaman. Seperti biasa, pukul 10.
Selamat pagi.”
SP 3-Pasien: Mengevaluasi latihan tarik nafas dalam, mengajarkan dan melatih
latihan mengerutkan dan mengendurkan otot, memasukkan ke jadwal kegiatan
harian.
A. Fase Orientasi:
“Selamat pagi, pak. Bagaimana pernapasan bapak hari ini? Apakah bapak
sudah melatih kembali cara napas dalam untuk menghilangkan kecemasan
bapak? Bisa saya lihat jadwal kegiatan bapak ? wah, bagus sekali, bagaimana
perasaannya, baik sekali?”
B. Fase Kerja:
“Dalam melakukan latihan relaksasi mengerutkan dan mengendurkan otot
perlu diperhatikan konsentrasi bapak terhadap gerakan-gerakan otot. Bapak
jangan memikirkan hal yang lain saat latihan ini, hanya fokus pada otot. Baik
pak, kita mulai, posisi duduk saja, namun harus santai. Otot yang akan kita
18
latih mulai dari otot muka sampai otot kaki. Silahkan bapak kerutkan otot
muka seperti ini, kemudian kendorkan, lagi pak? Kerutkan otot muka, lalu
kendorkan. Baik sekali. Nah, sekarang otot punggung pak. Kerutkan otot
punggung, kendurkan, mari kita ulangi sampai 3 kali. Sekarang otot perutnya
pak, silahkan kerutkan, kendurkan, lagi, sampai bapak merasa nyaman. Nah,
sekarang otot tangan ya, pak, kerutkan, kendurkan. lalu yang terakhir otot
kaki, silahkan kerutkan, kemudia kendurkan. Bagus sekali.”
C. Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan? Coba sebutkan berapa cara
yang dipelajari. Nah, sekarang masukkan lagi cara ini dalam jadwal.
Hari rabu depan, saya akan mengajari bapak satu cara lagi yaitu dengan
tekhnik 2 jari. Jam nya sama ya, pak. Selamat pagi.”
SP 4-Pasien. Mengevaluasi latihan mengerutkan dan mengendurkan otot,
mengajarkan dan melatih latihan relaksasi dengan tknik hipnotis 5 jari,
memasukkan ke jadwal kegiatan harian.
A. Fase Orientasi:
“Selamat pagi pak Ahmad, bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bapak
sudah melatih 3 cara yang sudah kita pelajari? Cara mana yang paling bapak
sukai? Apakah cara itu dpat mengurangi kecemasan bapak? Pak, hari ini kita
akan mendiskusikan latihan relaksasi dengan teknik 5 jari.. berapa lama kita
akan berlatih, psk? Bagaimana jika 30 menit? Dimana kita diskusi?
Bagaimana jika diruang ini saja?
B. Fase Kerja:
“Baiklah, pak, kita akan mulai latihan 5 jari, latihan ini berguna untuk
memberi sugesti pikiran. Bapak agar tidak terfokus pada kecemasan. Latihan
ini berguna untuk meningkatkan semangat, menimbulkan kedamaian dihati
bapak, dan bapak dapat lakukan setiap kali bapak merasa tegang. Bapak bisa
lakukan latihan ini dengan berbaring, mata ditutup, lingkungan harus
tenang/sunyi sehingga bapak bisa konsentrasi. Baiklah, pak, langkah pertama,
19
satukan ibu jari dengan telunjuk, sambil melakuannya, kenang saat bapak
merasa sehat, menikmati kegiatan fisik yang menyenangkan, misalnya.
Bayangkan ketika bapak baru saja selesai mengikuti pertandingan bulu
tangkis dan bapak menjadi pemenangnya. Kedua, sentuhkan ibu jari bapak
dengan jari tengah, sambil melakukannya, kenang saat bapak bersama dengan
orang yang bapak sayangi (anak, orang tua, pasangan hidup, sahabat). Ketiga,
satukan ibu jari bapak dengan jari manis dan bayangkan ketika bapak
menerima pujian yang paling berkesan. Terakhir, satukan ibu jari bapak
dengan kelingking dan bayangkan bapak berada disatu tempat yang paling
bapak sukai, misalnya pantai, bayangkan bapak berjalan disekeliling pantai,
kembangkan khayalan bapak. Nah, bapak masih ingat apa yang harus bapak
bayangkan setiap ibu jari berentuhan dengan jari lainnya? Sekarang silahkan
bapak coba, saya akan menemani bapak disini. Sudah, pak? Coba sekali lagi.
Bagus sekali. Bapak tampak santai saat melakukan latihan ini.”
C. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah mempraktikannya sendiri? Bapak
merasakan rileks? Coba bapak sebutkan lagi ada beberapa cara yang sudah
kita pelajari untuk mengatasi cemas bapak. Bapak bisa melakukan latihan ini
sendiri setiap kali bapak merasa tegang. Jam berapa akan bapak latih cara ini,
silahkan bapak masukkan kedalam jadwal kegiatan harian bapak. Baiklah,
pak, saya rasa latihan kita cukup, dua hari lagi saya akan datang untuk
melihat apakah kecemasan bapak sudah benar-benar berkurang. Selamat pagi,
pak.”
Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan untuk
keluarga:
SP 1-Keluarga: Membina hubungan saling percaya, mendiskusikan masalah
yang dihadapi keluarga., menjelaskan proses terjadi, tanda dan gejala, penyebab
ansietas pada pasien.
A. Fase Orientasi:
20
“Selamat pagi bu, perkenalkan saya perawat Wahyu Wulan, panggil saja saya
Wulan, saya perawat yang akan merawat pak Ahmad dan akan datang ke
rumah ibu satu minggu 2x. yaitu hari rabu dan sabtu pukul 10 pagi. Nama ibu
siapa dan senang dipanggil siapa. Bagaimana perasaan anda hari ini? Apa
yang ibu rasakan saat merawat bapak ahmat? Baiklah bu, kita akan
berbincang-bincang kondisi pak ahmat? Berama lama kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau 30 menit? Dimana tempatnya? Bagaimana kalau
disini saja?”
B. Fase Kerja:
“Menurut ibu apa yang diderita bapak ahmad? Ya ibu benar, bapak ahmat
menderita cemas yaitu adanya perasaan tidak nyaman, tidak berdaya, dan
tidak menentu. Menurut ibu apa yang menyebabkan pak ahmat menderita
kecemasan? Oh begitu, jadi bu, kecemasan muncul akibat adanya perasaan
takut tidak diterima dilingkungan, rasa frustasi karena tidak dapat mencapai
tujuan, dan ancaman terhada diri pak ahmat. Contohnya adalah takut tidak
mampu menjadi kepala rumah yang baik. Saat pak ahmat cemas, perilaku apa
yang sering muncul? Selain perilaku yang ibu sebutkan tadi, tanda lain yang
sering pula muncul secar fisik adalah? Sering napas pendek, nadi dan tekanan
darah naik, tidak nafsu makan, diare atau sulit buang air besar,dan tampak
gelisah. Untuk tingkat konsentrasi, akan terlihat bahewa persepsi menyempit,
tidak mampu menerima rangsangan dari luar, dan hanya berfokus pada
sesuatu yang menjadi perhatian pak Ahmad. Sementara untuk perilaku dan
emosi, akan terlihat adanya gerakan yang tersentak-sentak, bicara cepat dan
berlebihan, sulit tidur dan adanya perasaan tidak aman. Ya, jadi pak Ahmad
cemas dan perlu dibantu agar teratasi. Tadi saya telah mengajarkan cara
mengalirkan kecemasan, tolong ibu ingatkan caranya.”
C. Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi? Bisa ibu ulangi lagi apa itu
cemas dan apa penyebab dan tanda – tandanya. Bagus sekali, ibu sudah
mampu menyebutkannya. Nanti, ibu fikirkan lagi apa saja tanda dan gejala
21
saat bapak Ahmad menderita cemas dan kalau sudah terjadi ingatkan dia
melakukan cara yang sudah kami ajarkan. Dua hari lagi, saya akan datang
lagi untuk menjelaskan cara merawat cemas pak Ahmad, pukul 10 ya, Bu
selamat pagi”.
SP 2- Keluarga: Mengajarkan cara merawat pasien dengan latihan relaksasi.
A. Fase Orientasi:
“Selamat pagi, ibu. Bagaimana perasaan ibu hari ini ? apakah ibu melihat
tanda- tanda cemas pada pak Ahmad? Apakah pak Ahmad sudah mencoba
cara yang kami latih? Apakah ada manfaatnya? Baiklah, Bu, sesuai dengan
kesepakatan kita, hari ini kita akan berbincang-bincang tantang catra merawat
pak Ahmad yang mengalami kecemasan. Berapa lama kita akan diskusi, bu?
Bagaimana kalau 30 menit? Diruang tamu aja, ya , bu?”
B. Fase Kerja:
“Bu, untuk mengatasi kecemasan ada 4 cara yang dapat kita lakukan, yaitu
pengalihan situasi, latihan tarik napas dalam, latiha relaksasi otot dan teknik 5
jari. Latihan- latihan ini berguna untuk mengurangi kecemasan, dan membuat
kita lebih santai. Cara pertama yaitu pengalihan situasi. Saat pak Ahmad
mulai cemas, coba ibu ajak pak Ahmad jalan- jalan ketempat yang pak
Ahmad sukai dan aman, misalnya pak Ahmad suka berkebun ya bu? Cara ke
dua adalah latihan tarik napas dalam, ibu dapat membantu pak Ahmad
menarik napas dalam-dalam sampai hitungan ke tiga kemudian tahan napas
dalam hitungan 3 dan terakhir keluarkan napars sambil meniup dalam
hitungan 3. Pak Ahmad sudah dilatih bu. Cara ke 3 adalah latihan relaksasi
otot. Pak Ahmad diminta mengerutkan dan mengendurkan otot-ototnya dari
bagian atas sampai otot paling bawah. Cara ke 4 adalah teknik 5 jari. Caranya
adalah pak Ahmad di minta untuk menyentuh ibu jari dan telunjuk sambil
membayangkan saat selesai berolahraga, kemudian ibu jari menyentuh jari
22
tengah sambil membayangkan ketika sedang dekat dengan orang yang di
sayangi seperti anak, istri, atau orang tua, menikah dan lainnya. Kemudian
ibu minta bapak menyentuh ibu jari dengan jari manis sambil membayangkan
saat pertama kali mendapat pujian yang paling berkesan, terakhir sentuh ibu
jari dengan kelingking dan bayangkan ketika berada ditempat yang paling
Ahmad sukai. Kegiatan ini harus ditempat yang tenang dan nyaman,
bagaiman bu, sudah jelas? Jadi, ada 4 cara yang dapat ibu bantu untuk
dilakukan bapak, dan semua sudah masuk jadwal harian pak Ahmad. Tolong
ibu ingatkan dilakukan dan beri pujian.”
C. Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi tentang cara merawat pak
Ahmad? Ibu bisa mengingat- ingat cara- cara tadi. Saya berikan leaflet yang
bisa ibu baca. 2 hari lagi saya akan datang lag. Saya akan menemani ibu
untuk mempratikkan langsung satu cara untuk mengatasi kecemasan. Cara
man ayang ibu pilih? Oh, jadi kita akan latihan cara tarik napas dalam dulu,
Baiklah, bu, untuk hari ini saya rasa cukup. Masih ada yang ingin ibu
diskusikan dengan saya? Jika tidak, saya pamit, bu selamat pagi.”
SP 3- Keluarga: Melatih keluarga merawat pasien ansietas (tarik napas dalam).
Keluarga dapat mengulang teknik relaksasi yang lain.
A. Fase Orientasi:
“Apa kabar, bu. Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah hafal
cara – cara merawat bapak Ahmad melalui teknik relaksasi? Baiklah bu
sesuai kesepakatan kita, hari ini saya akan mememani ibu melatih pak Ahmad
cara tarik napas dalam. Berapa lama kita akan latihan, bu? Bagaiman jika 30
menit ? mana pak Ahmad? Ya, mari kita duduk bersama disini.”
B. Fase Kerja:
(sebelumnya perawat sudah membuat kontrak dengan pasien). “Selamat pagi,
pak Ahmad. Seperti yang suster katakan hari ini, suster akan menemani istri
bapak untuk melatih bapak cara tarik napas dalam. Bapak bersediakan?
23
Silhkan ibu mencoba. Wah, bagus sekali. Ibu sudh mampu melatih bapak
Ahmad dengan benar.” (perawat dan keluarga pamit meninggalkan pasian).
C. Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah melatih pak Ahmad? Ibu bisa melatih cara
ini setiap kali ibu melihat pak Ahmad cemas. 2 hari lagi saya akan datang,
dan saya akan menemani ibu untuk mempraktikkan langsung cara lain untuk
mengatasi kecemasan. Cara mana yang ibu pilih? Oh teknik 5 jari. Baiklah
bu, untuk hari ini saya rasa cukup. Ada yang masih ingin ibu diskusikan
dengan saya? Jika tidak, saya pamit bu, selamat pagi.”
SP 4-Keluarga: Merujuk pasian ansietas.
A. Fase Orientasi:
“Selamat pagi, bu. Bagaimana keadaan ibu hari ini? Sudahkah ibu latih
kembali pak Ahmad untuk mengatasi cemasnya? Wah, bagus sekali.
Bagaimana kondisi pak Ahmad? Jadi, sudah tidak cemas ya? Hari ini saya
akan menjelaskan perilaku pak Ahmad yang harus segera ibu rujuk dan
bagaimana cara merujuk. Apa ibu masih ingat? Dimana kita akan bicara?
Berapa lama, bu?”
B. Fase Kerja:
“Apa ibu masih ingat tanda dan gejala pak Ahmad jika cemasnya muncul?
Bisa ibu ulangi lagi? Nah, ibu jika ibu melihat tanda-tanda seperti napas
pendek , rasa tercekik dan berdebar, sakit dada, pucat, hipotensi, tidak
mampu berfokus pada hal lain, tidak dapat berfikir logis, mengamuk dan
marah, ketakutan, teriak-teriak, perilaku tidak terkendali dan persepsinya
kacau, sebaikmya ibu langsung bahwa pak Ahmad ke puskesmas. Disana,
saya akan membantu mengatasi perilaku pak Ahmad, atau ibu bisa bertemu
perawat. CMHN yang lain yaitu pak Shaleh, dan bisa di periksa dokter,
mungkin perlu makan obat. Jika kondisi bapak Ahmad tidak membaik, kita
akan merujuk pak Ahmad ke RSU terdekat. Disana ada psikiater yang akan
menangani pak Ahmad.”
24
C. Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi? Baik, bu. Jangan lupa jika pak
Ahmad sudah menunjukkan parilaku yang sudah kita dskusikan tadi,
langsung ibu rujuk. Baiklah, bu. Karena kondisi pak Ahmad sudah membaik
dan keluarga pun sudah mempunyai kemampuan untuk merawat pak Ahmad
secara mandiri saya tidak datang kerumah ibu lagi. Jika ada sesuatu, ibu bisa
menghubungi saya di puskesmas. Selamat pagi bu.”
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna, dkk. (2012). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN
(Intermediate Course). Jakarta: EGC.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Struat, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta: EGC
25