Download - Lokal Anastesi Pd Gi2
Kesehatan gigi merupakan blog yang dibuat untuk sekedar share tentang kesehatan gigi dan mulut, untuk menyebarkan pesan kesehatan kepada masyarakat luas. semoga bisa bermanfaat untuk semua. Terima Kasih
penyebab kegagalan anestesi lokal ( bius ) pada pasien.
In Dunia Medis Kita
Beberapa dari kita mungkin pernah mengalami kegagalan anestesi pada saat pencabutan atau perawatan gigi. Kegagalan anestesi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, hal ini tentu saja sangat merugikan kita. Tidak ada salahnya jika kita mengetahui beberapa faktor penyebab kegagalan anestesi.
1: Variasi AnatomiBius lokal selalu efektif jika disuntikkan di daerah anatomi yang tepat dan diberikan waktu yang cukup untuk bekerja. Bius bekerja dengan menghambat pasokan saraf ke daerah tertentu di bawah pengaruh obat. Namun pada beberapa orang ditemukan keadaan saraf yang tidak biasa, jadi cara umum yang digunakan oleh dokter gigi tidak akan bekerja dengan maksimal. diperlukan anestesi yang lebih untuk menanggulangi masalah ini dan disuntikkan ditempat yang berbeda untuk blok yang lebih maksimal terhadap gigi tersebut.Anatomi yang tidak biasa ini bisa menjadi masalah dengan rahang bawah, karena disini dokter gigi menggunakan blok saraf sebagai lawan infiltrasi di rahang atas. hal ini karena saraf berjalan berbeda dirahang atas dan rahang bawah. Saraf gigi pada rahang bawah terdapat pada tulang padat sedangkan saraf pada rahang atas terdapat dipermukaan sebelum masuk ke gigi. Rahang atas lebih poreous yang berarti bahwa ketika anestesi disuntikkan di sebelah gigi, dapat terhubung dengan akar, membuat gigi akan mati rasa. Rahang bawah lebih padat dan suntikan di samping gigi biasanya tidak cukup untuk membuat gigi tersebut mati rasa.Alasan beberapa orang tidak bisa dibius dengan baik pada rahang bawah adalah karena pembukaan kanal tersebut tidak berada di tempat biasa, jadi memerlukan metode yang berbeda dari biasa untuk mengatasi hal tersebut.
2. Kesalahan operator ( dokter gigi ) dalam pemberian anestesi.Beberapa dokter gigi kadang mengalami kesalahan dalam menyintikkan bius. namun hal ini jarang menjadi masalah karena akan dilakukan tes terhadap daerah yang dibius, apa bila bius tidak bekerja dapat dilakukan injeksi ditempat yang berbeda. Sebagai pasien
sebaiknya pada saat dokter gigi anda menanyakan apakah masih sakit jawab dengan jujur jangan ditahan atau menyepelekan rasa sakit pada saat di tes, karena akan sangat menggangu anda pada saat pencabutan atau perawatan gigi.
3. Pasien resisten terhadap obat yang diberikan.Beberapa pasien yang resisten terhadap pengaruh obat bius lokal tertentu (misalnya lignocaine / lidokain), jawabannya adalah sederhana - menggunakan solusi LA berbeda.
4. Anxiety (bius lokal tidak bertahan lama atau terlalu cepat habis).Ketika seseorang sangat stres atau cemas, anestesi lokal mungkin tidak bekerja seperti ketika Anda bersantai. Hormon-hormon yang berhubungan dengan kecemasan (seperti epinephrine alias adrenalin) dapat mencegah bius lokal bekerja dengan baik pada beberapa orang. Pengaruh anestesi lokal mungkin tertunda, atau mungkin terlalu cepat hilang.Oleh karena itu lebih baik anada tidak cemas atau stres pada saat datang ke dokter gigi. Ingat dokter gigi bertujuan membantu anda bukan untuk membunuh anda ^^.
5. Adanya infeksi atau abcess.Infeksi dapat mencegal bius lokal bekerja secara efektif jadi lebih baik pengobatan fokus kepada infeksi tersebut. Mungkin anda sering bertanya kenapa kalau gigi sakit ga boleh dicabut?? salah satu jawabannya adalah ini, bius tidak akan bekerja maksimal pada saat terjadi masalah pada gusi atau jaringan lunak.
http://kesehatangigi.blogspot.com/2010/08/penyebab-kegagalan-anestesi-lokal-bius.html
Topik : Anastesi Lokal pada GigiTautan : http://www.gudangmateri.com/2010/03/anastesi-lokal-pada-gigi.htmlTanggal Akses : Friday, October 15, 2010Pengertian
• obat yang mengahambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup (Ganiswarna, 1995))• obat yang menyebabkan anestesia, mati rasa, melumpuhkan ujung saraf sensorik atau serabut saraf pada tempat pemberian obat (Kamus saku Kedokteran Dorland, 1998)
Indikasi:
• Menghilangkan rasa sakit pada gigi dan jaringan pendukung• Sedikit perubahan dari fisiologi normal pada pasien lemah• Insidensi morbiditas rendah• Pasien pulang tanpa pengantar• Tidak perlu tambahan tenaga terlatih• Teknik tidak sukar dilakukan• Persentase kegagalan kecil• Pasien tidak perlu berpuasa
Kontra Indikasi:
• Pasien menolak / takut/ khawatir• Infeksi• Di bawah umur• Alergi• Bedah mulut besar• Penderita gangguan mental• Anomali lain
Faktor-faktor pemilihan anestesi:
• Area yang dianestesi• Durasi• Kedalaman• Adanya infeksi• Kondisi pasien• Umur pasien• hemostatistika
Anestesi Lokal di Kedokteran Gigi
1. Ester2. Amida3. Hidroksi
Sumber :http://yukiicettea.blogspot.com/2009/09/introduction-local-anaesthesia-in.html
Teknik-teknik anastesi blok pada maksila
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kontrol nyeri sangat penting dalam praktek operasi kedokteran gigi. Kontrol nyeri
yang baik akan membantu operator dalam melakukan operasi dengan hati-hati, tidak
terburu-buru, tidak menjadi pengalaman operasi yang buruk bagi pasien dan dokter
bedah. Sebagai tambahan pasien yang tenang akan sangat mambantu bagi seorang dokter
gigi. Operasi dentoalveolar dan prosedur operasi gigi minor lainnya yang dilakukan pada
pasien rawat jalan sangat tergantung pada anestesi lokal yang baik. (1)
Menurut istilah, anestesi local (anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada
bagian tubuh tertentu tanpa desertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local
merupakan aplikasi atau injeksi obat anestesi pada daerah spesifik tubuh, kebalikan dari
anestesi umum yang meliputi seluruh tubuh dan otak. Local anestesi memblok secara
reversible pada system konduksi saraf pada daerah tertentu sehingga terjadi kehilangan
sensasi dan aktivitas motorik. (2)
Untuk menghasilkan konduksi anestesi, anestesi local diinjeksikan pada permukaan
tubuh. Anestesi lokal akan berdifusi masuk ke dalam syaraf dan menghambat serta
memperlambat sinyal terhadap rasa nyeri, kontraksi otot, regulasi dari sirkulasi darah dan
fungsi tubuh lainnya. Biasanya obat dengan dosis atau konsentrasi yang tinggi akan
menghambat semua sensasi (nyeri, sentuhan, suhu, dan lain-lain) serta kontrol otot. Dosis
atau konsentrasi akan menghambat sensasi nyeri dengan efek yang minimal pada
kekuatan otot. (1)
Anestesi local dapat memblok hampir setiap syaraf antara akhir dari syaraf perifer
dan system syaraf pusat. Teknik perifer yang paling bagus adalah anestesi local pada
permukaan kulit atau tubuh. (1)
Adapun manfaat dari anestesi local adalah sebagai berikut : (1)
Digunakan sebagai diagnostic, untuk menentukan sumber nyeri
Digunakan sebagai terapi, local anestesi merupakan bagian dari terapi untuk kondisi
operasi yang sangat nyeri, kemampuan dokter gigi dalam menghilangkan nyeri pada
pasien meski bersifat sementara merupakan ukuran tercapainya tujuan terapi
Digunakan untuk kepentingan perioperatif dan postoperasi. Proses operasi yang bebas
nyeri sebagian besar menggunakan anestesi local, mempunyai metode yang aman dan
efektif untuk semua pasien operasi dentoalveolar.
Digunakan untuk kepentingan postoperasi. Setelah operasi dengan menggunakan anestesi
umum atau lokal, efek anestesi yang berlanjut sangat penting untuk mengurangi
ketidaknyamanan pasien. (1)
Keuntungan dari anestesi local yaitu : (1)
Tidak diperlukan persiapan khusus pada pasien
Tidak membutuhkan alat dan tabung gas yang kompleks
Tidak ada resiko obstruksi pernapasan
Durasi anestesi sedikitnya satu jam dan jika pasien setuju dapat diperpanjang sesuai
kebutuhan operasi gigi minor atau adanya kesulitan dalam prosedur
Pasien tetap sadar dan kooperatif dan tidak ada penanganan pasca anestesi
Pasien-pasien dengan penyakit serius, misalnya penyakit jantung biasanya dapat
mentolerir pemberian anestesi lokal tanpa adanya resiko yang tidak diinginkan
Tidak dibutuhkan ahli anestesi. (1)
Untuk mencapai keadaan anestesi lokal, dikenal beberapa cara pemberian, khusus
dibidang kedokteran gigi yaitu : (1)
Anestesi topikal
Anestesi infiltrasi
Anestesi blok
Field blok
Nerve blok
I.2 Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk mengemukakan teknik-teknik pemberian
anestesi lokal dalam dunia kedokteran gigi, selain itu dapat juga diketahui keuntungan
dan kerugian dari berbagai macam teknik anestesi lokal sehingga dapat ditentukan teknik
yang terbaik yang akan digunakan dan untuk menghindari terjadinya komplikasi-
komplikasi akibat injeksi anestesi lokal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip dasar dari anestesi lokal juga berlaku untuk anestesi blok syaraf serta untuk teknik
lainnya. Larutan anestesi lokal didepositkan didekat atau disekitar bundel serat syaraf,
untuk mendapatkan anestesi jaringan yang disuplai oleh bundel nerovaskular. Perbedaan
pertama pada kasus anestesi blok syaraf adalah diperlukannya sejumlah besar larutan
anestetik lokal untuk memperoleh anestesi yang memadai. Selain itu, ukuran anatomi dari
bundel syaraf membuat larutan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menembus
bagian tengahnya, jadi harus diberikan waktu yang lebih lama sebelum prosedur operasi
dilakukan. (2)
Pada teknik anastesi ini kita lakukan penghambatan jalannya penghantar rangsangan dari
pusat perifer. (2)
Dikenal dua cara yaitu :
Nerve blok yaitu : anestesi lokal dikenakan langsung pada syaraf, sehingga menghambat
jalannya rangsangan dari daerah operasi yang diinnervasinya.
Field blok yaitu: disuntikkan pada sekeliling lapangan operasi, sehingga menghambat
semua cabang syaraf proksimal sebelum masuk kedaerah operasi. (2)
Anastesi blok berfugsi untuk mengontrol daerah pembedahaan. Kontraindikasi dari
anastesi blok yaitu pada pasien dengan pendarahan, walaupun perdarahan terkontrol.
Kesuksesan anastesi blok tergantung pada pengetahuan anatomi local dan teknik yang
baik. (2)
II.1 Macam-macam Anestesi Lokal Pada Maksila : (4)
Anestesi Gigi Geligi Permanen
Molar ketiga atas, molar kedua, dan akar distobukal serta palatal molar
pertama diinervasi oleh cabang-cabang saraf gigi superior posterior. Cabang-cabang
kecil dari saraf yang sama akan meneruskan sensasi jaringan pendukung bukal pada
daerah molar dan mukoperiosteum yang melekat padanya. Deposisi larutan anestesi
di dekat saraf setelah saraf keluar dari kanalis tulang, akan menimbulkan efek
anastesi regional dari struktur yang disuplainya. Teknik ini disebut blok gigi superior
posterior.
Sejak diperkenalkannya agen anastesi lokal modern, teknik infiltrasi sudah
lebih sering digunakan untuk daerah tersebut karena deposisi larutan 1 ml,
normalnya memberikan efek anastesi tanpa resiko kerusakan pleksus venosus
pterigoid atau arteri-arteri kecil yang ada di daerah ini.
Akar mesiobukal dari molar pertama, kedua gigi premolar dan jaringan
pendukung bukal serta mukoperiosteum yang berhubungan dengannya mendapat
inervasi dari saraf gigi superior tengah. Teknik infiltrasi biasanya digunakan untuk
menganastesi struktur-struktur tersebut. Deposisi 1 ml larutan sudah cukup untuk
menganastesi lingkaran saraf luar yang mensuplai premolar kedua. (4)
Anastesi Gigi-gigi Anterior Permanen
Gigi-gigi insicivus dan kaninus atas diinervasi oleh serabut yang berasal dari
saraf gigi superior anterior. Saraf ini naik pada kanalis tulang yang kecil untuk
bergabung dengan saraf infraorbital 0,5 cm di dalam kanalis infraorbitalis. Gigi
insicivus sentral, insicivus lateral atau kaninus dapat teranestesi bersama dengan
jaringan pendukungnya, pada penyuntikan 1 ml larutan anestesi di dekat apeks gigi
yang dituju. (4)
Anastesi Jaringan Palatal
Ujung-ujung saraf pada jaringan lunak palatum berhubungan dengan gigi-gigi
anterior atas dan prenaksila, erta meneruskan sensasi melalui fibril saraf yang
bergabung untuk membentuk saraf speno-palatina panjang. Saraf berjalan melalui
foramen insisivus dan kanalis, ke atas dank e belakang melewati septum nasal kea
rah ganglion speno-palatina.
Berbagai cabang-cabang kecil dari gingival palatal dan mukoperiosteum di
daerah molar dan premolar akan bergabung untuk membentuk saraf palatine besar.
Stelah berjalan ke belakang di dalam saluran tulang yang terletak di pertengahan
antara garis tengah palatun dan tepi gingival gigi geligi, saraf masuk ke kanalis
melalui foramen palatine besar. Saraf kemudian berjalan naik untuk bergabung
dengan ganglion speno-palatina yang berhubungan dengan saraf maksilaris.
Saraf speno-palatina panjang dan palatine besar akan beranastomosis di
daerah kaninus palatum dan membentuk lingkaran saraf dalam. Mukoperiosteum
palatal mempunyai konsistensi keras dan beradaptasi erat terhadap tulang.
Karakteristik ini menyebabkan suntikan subperiosteal perlu diberikan dan diperlukan
tekanan yang lebih besar dari biasa untuk mendepositkan larutan anestesi local.
Karena itulah, pasien harus diberitahu terlebih dahulu bahwa suntikan palatal akan
menimbulkan rasa tidak enak namun tidak sakit. Rasa kurang enak ini dapat
diperkecil dengan menginsersikan jarum dengan bevel yang mengarah ke tulang dan
tegak lurus terhadap vault palatum. Pada premaksila, suntikan di papilla insisivus
akan menimbulkan rasa sakit yang hebat dank arena itu, suntikan ini sebaiknya
dihindari. (4)
Anastesi Gigi-gigi Susu
Pada anak-anak, bidang alveolar labio-bukal yang tipis umumnya banyak
terpeforasi oleh saluran vaskular. Untuk alas an inilah, maka teknik infiltrasi dapat
digunakan dengan efektif untuk mendapat efektif untuk mendapat efek anastesi pada
gigi-gigi susu atas tanpa perlu mendepositkan lebih dari 1 ml larutan secara perlahan-
lahan di jaringan. Penyuntikan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari
kesalahan dalam menentukan panjang akar dan insersi jarum yang terlalu dalam ke
jaringan.
Pada anak yang masih muda, rasa tidak enak dari suntikan palatum yang
digunakan untuk prosedur pencabutan gigi atau pemasangan matriks, dapat dihindari
dengan cara sebagai berikut.
Setelah efek suntukan supraperiosteal pada sulkus labio-bukal diperoleh,
jarum diinsersikan dari aspek labio-bukal, melalui ruang interproksimal, setinggi
jaringan gingival yang melekat pada periosteum di bawahnya. Ujung jarum harus
tetap berada pada papilla dan tidak boleh menyentuh tulang. Sejumlah kecil larutan
anastesi local didepositkan perlahan sampai mukoperiosteum palatal atau lingual
memucat. Sejumlah kecil larutan anastesi yang didepositkan dengan cara ini akan
memberikan efek anastesi yang memadai pada jaringan palatum. Teknik ini dikenal
sebagai suntikan interpapila dan sering digunakan oleh para ahli pedodonti. Para ahli
lainnya umumnya suka menggunakan suntikan jet atau suntikan intraligamental. (4)
Suntikan Infraorbital
Karena teknik infiltrasi sangat efektif bila digunakan pada maksila, maka
anastesi regional umumnya jarang dipergunakan. Walaupunn demikian, suntikan
infraorbital akan sangat bermanfaat bila akan dilakukan pancabutan atau operasi
besar pada daerah insisivus dan kaninus rahang atas. Suntikan ini juga dapat
digunakan untuk menganastesi gigi anterior dimana teknik infiltrasi tidak mungkin
dilakukan karena ada infeksi di daerah penyuntikan.
Teknik ini berdasar pada fakta bahwa larutan akan didepositkan pada orifice
foramen infraorbital, berjalan sepanjang kanalis ke saraf gigi superior anterior dan
superior tengah, menimbulkan anastesi pada gigi-gigi insicivus, kaninus dan
premolar serta struktur pendukungnya. Larutan ini kadang-kadang dapat mencapai
ganglion speno-palatina dan menganastesi lingkaran saraf dalam, namun seringkali
masih diperlukan suntikan palatum tambahan.
Baik cara intraoral maupun ekstraoral dapat digunakan untuk blok
infraorbital. Teknik infraorbital umumnya lebih popular dan memungkinkan jarum
ditempatkan di luar lapang pandang pasien. Suntikan tersebut dapat dilakukan
dengan cara berikut ini.
Dengan ujung jari telunjuk lakukanlah palpasi linger infraorbital dan takikan
infraorbital, kemudian geser jari sedikit ke bawah agar terletak tepat di atas foramen
infraorbital. Dengan tetap mempertahankan posisi ujung jari tersebut, ibu jari dapat
digunakan untuk membuka bibir atas dan mengekspos daerah yang akan disuntik. (4)
II.2 Teknik-teknik Anestesi Blok Pada Maksila
II.2.1 Blok Nervus Alveolaris Superrior Anterior
Titik suntik terletak pada lipatan mukolabial sedikit mesial dari gigi kaninus, Arahkan
jarum keapeks kaninus, anastetikum dideponir perlahan ke atas apeks akar gigi tersebut.
Injeksi yang dilakukan pada kedua kaninus biasanya bisa menganastesi keenam gigi
anterior. Injeksi N.Alvolaris Superrior Anterior biasanya sudah cukup untuk prosedur
operatif. Untuk ekstraksi atau bedah, diperlukan juga tambahan injeksi palatinal pada
region kaninus atau foramen incisivum. (2)
II.2.2 Blok Nervus Alveolaris Superrior Posterior
Blok syaraf alveolaris superior posterior diperoleh dengan menempatkan jarum didistal
molar terakhir, ke atas dan medial, bersudut 45º, memungkinkan deposisi larutan 1,5 ke
permukaan disto bukkal maxilla. (2)
Komplikasi umum dari teknik ini adalah bila beberapa pembuluh darah plexus vena
pterigoid pecah, menimbulkan haematoma. Karena obat-obat analgesia lokal, teknik
infiltrasi meliputi deposisi hanya 1 ml larutan digunakan. (2)
Gigi-gigi molar kecuali akar molar satu
Processus alveolaris bagian bukkal dari gigi molar termasuk periosteum.
Jaringan ikat dan membran mukosa
Anatomi landmarks : (2)
Lipatan zygomatikus pada maxilla
Processus zygomatikus pada maxilla
Tuberositas maxilla
Bagian anterior dan processus coronoideus dari ramus mandibula.
Tekniknya : (2)
Bila anestesi adalah nervus alveolaris superior posterior dexter
Operator berdiri sebelah kanan depan
Masukkan jari telunjuk kiri kita ke vestibulum oris sebelah kanan penderita, kemudian
jari telunjuk pada daerah lipatan mukobukkal di sebelah posterior gigi premolar dua
sampai teraba proccesus zygomaticus
Lengan kita turun kebawah sehingga jari telunjuk membuat sudut 90º terhadap oklusal
plane gigi rahang atas, dan membentuk sudut 45º bidang sagital penderita. Hal ini dapat
dilakukan bilamana penderita dalam keadaan setengah tutup mulut, sehingga bibir dan
pipi dapat ditarik kelateral posterior
Jari telunjuk disisi merupakan pedoman tempat penusukan jarum
Ambil spoit yang telah disiapkan, dan sebelumnya tempat yang akan disuntik harus
dilakukan desinfeksi terlebih dahulu
Arah jarum harus sejajar dengan jari kita, penusukan jarum sedalam ½-¾ inch
Aspirasi, jika tidak darah yang masuk, keluarkan larutan secara perlahan-lahan sebanyak
1,5 cc.
II.2.3 Blok Nervus Intra Orbital
Blok infraorbital paling sering digunakan. Pinggir intra orbital dapat teraba dengan
menggunakan ujung jari pertama, notah infraorbital dapat diidentifikasi. Dengan ujung
jari tetap pada posisi ini, ibu jari dapat digunakan untuk menarik bibir atas. Ujung jarum
dimasukkan jauh ke dalam sulkus di atas apeks premolar kedua dan meluas segaris
dengan sumbu panjang gigi sampai sedalam 1,5-2 cm baru larutan analgesic didepositkan
. pembengkakan jaringan dapat diraba dibalik jari pertama bila letak ujung jarum, tepat.
Biarkan keadaan ini selama 3 menit, untuk memastikan diperolehnya analgesia yang
memadai. (2)
Saraf yang teranestesi : (2)
Nervus alveolaris superior, anterior dan medium
Nervus infra orbital
Nervus palpebra inferior
Nervus nasalis lateralis
Nervus labialis superior
Daerah yang teranestesi : (2)
Gigi incisivus sampai premolar
Akar mesio bukkal dari molar satu
Jaringan pendukung dari gigi tersebut
Bibir atas dan kelopak atas
Sebagian hidung pada sisi yang sama
Anatomi Landmark : (2)
Infra orbital ridge
Supra orbital notch
Gigi anterior dan pupil mata
Tekniknya : (2)
Intra oral approach
Dudukkan penderita, kemudian buka mulut sampai daratan oklusal gigi rahang atas
membentuk 45º dengan garis horizontal, dan penderita disuruh melihat ke arah depan
Kita menggambarkan suatu garis khayal yang lurus, berjalan vertikal melalui pupil mata
ke infra orbital dan gigi premolar dua rahang atas
Bila sudah menemukan infra orbital notch, maka jari telunjuk yang kita pakai palpasi,
kita gerakkan ke bawah kira-kira ½ cm, disinilah akan kita temukan suatu cekungan
dimana letaknya foramen infra orbital
Setelah ditemukan foramen infra orbital, maka jari telunjuk tetap diletakkan pada tempat
foramen infra orbitalis untuk mencegah tembusnya jarum mengenai bola mata
Bibir atas diangkat dengan ibu jari
Lakukan desinfeksi pada muko bukkal regio premolar dua rahang atas
Pergunakan jarum 27 gauge dan 1 5/8 inch
Jarum suntikan tersebut ditusukkan pada lipatan muko bukal regio premolar dua rahang
atas, mengikuti arah garis khayalan yang telah dibuat. Untuk mengurangi rasa sakit, pada
saat jarum menembus mukosa, injeksikan beberapa strip larutan, kemudian jarum
tersebut diteruskan secara perlahan-lahan, hingga mencapai foramen intra orbitalis, maka
dapat dirasakan oleh jari yang kita letajjan pada foramen tersebut.
Aspirasi, kemudian keluarkan anestetikum sebanyak 1-1½ cc (jumlah larutan tersebut
tergantung dari kebutuhan) (2)
b. Extra oral approach :
Indikasi : bila intra oral approach tidak dapat dilakukan, misalnya ada peradangan.
Tekniknya : (2)
Tentukan letak foramen intra orbital (sama dengan teknik pada intra oral approach)
Pada waktu akan di tusuk jarum, penderita dianjurkan menutup mata untuk mencegah
kemungkinan bahaya untuk mata
Titik insersi jarum kira-kira 1 cm di bawah foramen infra orbital, kita memasukkan jarum
dengan membuat sudut 45º, dan jarum tersebut diluncurkan sesuai dengan arah garis
khayalan sejajar 1 cm, kemudian keluarkan secara perlahan-lahan larutan anestetik.
Ujung jarum dimasukkan melalui papila nasopalatina sampai ke lubang masuk kanalis
insisivus. Bila tulang berkontak dengan jarum, jarum harus ditarik kira-kira 0,5-1 mm.
Kira-kira 0,1-0,2 ml larutan didepositkan, larutan tidak boleh dikeluarkan terlalu cepat
karena dapat menimbulkan rasa tidak enak. Jaringan akan memucat, dan timbulnya
analgesia cukup cepat.
II.2.4 Blok Nervus Naso Palatinus
Nervus naso palatinus keluar dari foramen incisivus. Daerah yang teranestesi adalah
bagian bukkal dari palatum durum sampai gigi caninus kiri dan kanan.(2)
Anatomi Landmark : (2)
Incisivus papilla
Incisivus centralis
Tekniknya : (2)
Incisivus papilla ini sangat sensitif, eleh karena itu pada penusukan jarum yang pertama
harus disuntikkan beberapa tetes anestetikum. Kemudian jarum tersebut diluncurkan
dalam arah paralel dengan longaxis gigi incisivus, dan tetap dalam garis median.
Jarum tersebut diluncurkan kira-kira 2 mm kemudian larutan anestesi dikeluarkan secara
perlahan-lahan sebanyak 0,5 cc.
Jarum yang digunakan adalah jarum yang pendek
Analgesia palatum pada salah satu sisi sampai kekaninus dapat diperoleh dengan
mendepositkan 0,5-0,75 ml larutan pada syaraf palatina besar ketika syaraf keluar dari
foramen palatina besar.
Secara klinis, jarum dimasukkan 0,5 cm. Suntikan diberikan perlahan karena jaringan
melekat erat. Mukosa dapat memutih, dan ludah dari kelenjar ludah minor dapat
dikeluarkan.
II.2.5 Blok Nervus Palatinus Anterior
Syaraf ini keluar dari foramen palatinus major. Daerah yang teranestesi adalah
bagian posterior dari palatum durum mulai dari premolar(2)
Anatomi Landmark : (2)
Molar dua dan tiga maxilla
Tepi gingiva sebelah palatinal dari molar dua dan molar tiga maxilla
Garis khayal yang kita buat dari 1/3 bagian tepi gingiva sebelah palatinal ke arah garis
tengah palatum.
Indikasi : (2)
Untuk anestesi daerah palatum dari premolar satu sampai molar tiga
Untuk operasi daerah posterior dari palatum durum.
Tekniknya : (2)
Nervus palatinus anterior keluar dari foramen palatinus mayor yang terletak antara molar
dua, molar tiga dan 1/3 bagian dari gingiva molar menuju garis median
Jika tempat tersebut telah ditentukan, tusuklah jarum dari posisi berlawanan mulut (bila
di suntikkan pada sebelah kanan, maka arah jarum dari kiri menuju kanan)
Sehingga membentuk sudut 90º dengan curve tulang palatinal
Jarum tersebut ditusukkan perlahan-lahan hingga kontak dengan tulang kemudian kita
semprotkan anestetikum sebanyak 0,25-0,5 cc.
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Teknik-teknik anastesi blok pada maksila : (3)
Injeksi Zigomatik
Titik suntikan terletak pada lipatan mukosa tertinggi diatas akar distobukal molar
kedua atas. Arahkan jarum ke atas dan ke dalam dengan kedalaman kurang lebih 20
mm. ujung jarum harus tetap menempel pada periosteum untuk menghindari
masuknya jarum ke dalam plexus venosus pterygoideus.
Perlu diingat bahwa injeksi zigomatik ini biasanya tidak dapat menganestesi akar
mesiobukal molar pertama atas. Karen itu, apabila gigi tersebut perlu dianestesi untuk
prosedur operatif atau ekstraksi, harus dilakukan injeksi supraperiosteal yaitu di atas
premolar kedua. Untuk ekstraksi satu atau semua gigi molar, lakukanlah injeksi
n.palatinus major. (3)
Injeksi Infraorbital
Pertama-tama tentukan letak foramen infraorbitale dengan cara palpasi. Foramen ini
terletak tepat dibawah crista infraorbitalis pada garis vertikal yang menghubungkan
pupil mata apabila pasien memandang lurus ke depan. Tarik pipi, posisi jari yang
mempalpasi jangna dirubah dan tusukkan jarum dari seberang gigi premolar ke dua,
kira-kira 5 mm ke luar dari permukaan bukal. Arahkan jarum sejajar dengan aksis
panjang gigi premolar kedua sampai jarum dirasakan masuk kedalam foramen
infraorbitale di bawah jari yang mempalpasi foramen ini. Kurang lebih 2 cc
anestetikum dideponir perlahan-lahan.
Beberapa operator menyukai pendekatan dari arah garis median, dalam hal ini,
bagian yang di tusuk adalah pada titik refleksi tertinggi dari membran mukosa
antara incisivus sentral dan lateral. Dengan cara ini, jarum tidak perlu melalui otot-
otot wajah.
Untuk memperkecil resiko masuknya jarum ke dalam orbita, klinisi pemula
sebaiknya mengukur dulu jarak dariforamen infraorbitale ke ujung tonjol bukal gigi
premolar ke dua atas. Kemudian ukuran ini dipindahkan ke jarum. Apabila
ditransfer pada siringe jarak tersebut sampai pada titik perbatasan antara bagian
yang runcing dengan bagian yang bergigi. Pada waktu jarum diinsersikan sejajar
dengan aksis gigi premolar kedua, ujungnya akan terletak tepat pada foramen
infraorbitale jika garis batas tepat setinggi ujung bukal bonjol gigi premolar kedua.
Jika foramen diraba perlahan, pulsasi pembuluh darah kadang bisa dirasakan. (3)
Injeksi N. Nasopalatinus
Titik suntikan terletak sepanjang papilla incisivus yang berlokasi pada
garis tengah rahang, di posterior gigi insicivus sentral. Ujung jarum diarahkan ke
atas pada garis tengah menuju canalis palatina anterior. Walaupun anestesi topikal
bisa digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit pada daerah titik suntikan,
anestesi ini mutlak harus digunakan untuk injeksi nasopalatinus. Di anjurkan juga
untuk melakukan anestesi permulaan pada jarigan yang akan dilalui jarum.
Injeksi ini menganestesi mukoperosteum sepertiga anterior palatum yaitu
dari kaninus satu ke kaninus yang lain. Meskipun demikian bila diperlukan anestesi
daerah kaninus, injeksi ini biasanya lebih dapat diandalkan daripada injeksi
palatuna sebagian pada daerah kuspid dengan maksud menganestesi setiap cabang
n.palatinus major yang bersitumpang. (3)
Injeksi Nervus Palatinus Major
Tentukan titik tengah garis kayal yang ditarik antara tepi gingiva molar
ketiga atas di sepanjang akar palatalnya terhadap garis tengah rahang. Injeksikan
anestetikum sedikit mesial dari titik tersebut dari sisi kontralateral.
Karena hanya bagian n.palatinus major yang keluar dari foramen
palatinum majus (foramen palatinum posterior) yang akan dianestesi, jarum tidak
perlu diteruskan sampai masuk ke foramen. Injeksi ke foramen atau deponir
anestetikum dalam jumlah besar pada orifisium foramen akan menyebabkan
teranestesinya n.palatinus medius sehingga palatum molle menjadi keras. Keadaan
ini akan menyebabkan timbulnya gagging.
Injeksi ini menganestesi mukoperosteum palatum dari tuber maxillae
sampai ke regio kaninus dan dari garis tengah ke crista gingiva pada sisi
bersangkutan. (3)
Injeksi Sebagian Nervus Palatinus
Injeksi ini biasanya hanya untuk ekstraksi gigi atau pembedahan. Injeksi
ini digunakan bersama dengan injeksi supraperiosteal atau zigomatik.
Kadang-kadang bila injeksi upraperiosteal dan zigomatik digunakan untuk
prosedur dentistry operatif pada regio premolar atau molar atas, gigi tersebut masih
tetap terasa sakit. Disini, anestesi bila dilengkapi dengan mendeponir sedikit
anestetikum di dekat gigi tersebut sepanjang perjalanan n.palatinus major. (3)
IV.2 Kegagalan Anatesia(5)
Banyak kasus kegagalan dalam mendapatkan anestesia yang memadai dengan
injeksi anestetikum lokal. Beberapa mengkin gagal sama sekali, sedangkan lainnya hanya
pada injeksi atau daerah mulut tertentu saja. Memang ada variasi individual dalam
menerima efek obat-obatan tertentu. Pada pasien yang peka terhadap anestetikum lokal,
sejumlah kecil anestetikum saja sudah dapat berdifusi dengan mudah dan memberikan
efek anestesia yang kuat pada daerah yang luas, sedangkan pada pasien yang kurang peka
diperlukan larutan yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama.
Rasa takut bisa menyebabkan pasien menjadi gelisah meski sebenarnya ia tidak
merasa takut. Anomali inervasi nervus atau variasi bentuk dan kepadatan tulang juga
dapat menghambat usaha operator untuk mendapat efek anestesi yang layak. Kurangnya
pengetahuan mengenai anatomi bisa mengakibatkan teknik anetesi yang digunakan
kurang baik sehingga akhirnya menimbulkan kegagalan.
Kecerobohan, rasa percaya diri yang berlebihan, keacuhan atau operasi yang
dilakukan sebelum efek anestesi maksimal, merupakan penyebab kegagalan pada beberap
kasus. Operasi yang dilakukan sebelum efek anestesi yang memuaskan diperoleh, akan
memberikan hasil akhir yang meragukan. Jaringan-jaringan yang mengalami peradangan
dan infeksi kronis tidak mudah dianestesi.(5)
Pada injeksi n.mentalis, kegagalan akan timbul apabila jarum tidak masuk ke
dalam foramen mentale atau jika n.lingualis atau nn.cervicales superficiales tidak
teranestesi.
BAB III
PENUTUP
I.1 KESIMPULAN
Anestesi local (anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada bagian tubuh
tertentu tanpa desertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local merupakan aplikasi
atau injeksi obat anestesi pada daerah spesifik tubuh.
Anestesi blok berfungsi untuk mengontrol daerah pembedahaan. Kontraindikasi
dari anastesi blok yaitu pada pasien dengan pendarahan, walaupun perdarahan terkontrol.
Kesuksesan anastesi blok tergantung pada pengetahuan anatomi local dan teknik yang
baik. (2)
Kemudian, Pada teknik anastesi ini kita lakukan penghambatan jalannya
penghantar rangsangan dari pusat perifer. (2)
Dikenal dua cara yaitu :
Nerve blok yaitu : anestesi lokal dikenakan langsung pada syaraf, sehingga menghambat
jalannya rangsangan dari daerah operasi yang diinnervasinya.
Field blok yaitu: disuntikkan pada sekeliling lapangan operasi, sehingga menghambat
semua cabang syaraf proksimal sebelum masuk kedaerah operasi. (2)
I.2 SARAN
Buat dosen pembimbing diharapkan memberikan penjelasan yang lebih, pada tiap-
tiap teknik dari anastesi blok terutama pada maksila karena kami sebagai mahasiswa
masih kurang memahami dan hanya sedikit mendapatkan referensi mengenai teknik-
teknik blok anestesi local pada maksila.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Fadillah. Teknik-teknik anestesi local. 2007.
Rughaidah. Teknik anestesi local gow gates dan citoject. 1994
Purwanto, drg. Petunjuk praktis anestesi local. 1993. Penerbit buku kedokteran. Jakarta:
EGC
Howe, Geoffrey L. Anestesi local. 1994. Jakarta : Hipokrates
Read more: http://blogs.myspace.com/index.cfm?fuseaction=blog.view&friendId=189826226&blogId=487522508#ixzz12RU1Ko00
Selasa, 08 Juni 2010
MEKANISME PENCEGAHAN RASA SAKIT MELALUI ANESTESI
I. PENDAHULUANPada umumnya rasa sakit atau nyeri timbul sebagai reaksi dari mekanisme protektif, tetapi sering kali muncul tanpa tujuan yang berguna dan dapat mengganggu kemampuan kerja, tidur, makan dan dalam bentuk ekstrim malah mempengaruhi keinginan hidup seseorang. Sebagai suatu gejala, rasa nyeri menuntut pertolongan segera dan biasanya membawa banyak penderita pergi kedokter daripada penyebab yang lainnya. Rasa nyeri ini bukan hanya pengalaman yang menyengsarakan tetapi apabila berlangsung terus menerus juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada organ-organ vital yang mengakibatan gangguan atau kerusakan jaringan.Macam-macam cara dipakai untuk memerangi rasa nyeri tersebut. Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar. Anestesi antara lain adalah blok syaraf atau blok analgesic melalui penyuntikan anestesi lokal atau bahan-bahan neurolitik ke dekat atau ke dalam syaraf/syaraf-syaraf atau ke dalamstruktur yang peka akan rasa nyeri. Cara ini relatif sederhana tidak memerlukan peralatan macam-macam, ruang dan tenaga yang banyak, dan masa perawatan singkat. Untuk lebih memahami tentang anestesi, macam-macam anestesi dan mekanisme kerjanya, maka di dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam tentang anestesi tersebut.
II. RUMUSAN MASALAHDalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai anastesi, antara lain:A. Apakah yang dimaksud dengan anestesi?B. Berapa macamkah pembagian anestesi?C. Bagaimana mekanisme kerja anestesi?D. Apakah terdapat kebaikan-kebaikan dan efek samping dari anestesi?
III. PEMBAHASANA. Pengertian AnestesiAnestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.Anestetika adalah obat-obatan yang dapat menimbulkan anesthesia atau narkosa (bahasa Yunani: an = tanpa, aesthesis = perasaan yakni suatu keadaan depresi umum yang bersifat reversible dari pelbagai pusat-pusat di SSP, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan, sehingga agak mirip keadaan pingsan. Sedangkan anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang meliputi pemberian anestesi ataupun anelgesi, pengawasan keselamatan pasien dioperasi atau tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perasaan intensif pasien gawat. Pemberian terapi inhalasi, dan penanggulangan nyeri menahun. B. Pembagian AnestesiAnestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi umum dan anestesi lokal. Pada anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilangnya kesadaran, sedangkan pada anestesi lokal hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran.1. Anestesi UmumAnestesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali Komponen trias anestesi ini dapat dicapai dengan menggunakan obat yang berbeda secara terpisah. Teknik ini sesuai untuk pembedahan abdomen yang luas, intraperitonium, toraks, intrakanial, pembedahan yang berlangsung lama dan operasi dengan posisi tertentu yang memerlukan pengendalian pernapasan. Cara pemberian anestesi umum:a) Parenteral (intramuscular/intravena). Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi anestesi. Umumnya diberikan thiopental, namun pada kasus tertentu dapat digunakan ketamin, diazepam dll. Untuk tindakan yang lama anestesi parenteral dikombinasikan dengan cara lain.b) Perektal. Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau tindaka singkat.c) Anestesi inhalasi yaitu anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestesi yang mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestetik melalui udara pernapasan. Zat anestetik yang digunakan berupa campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi zat anestetik tersebut tergantung dari tekanan parsialnya. Tekanan parsial dalam jaringan otak akan menentuka kekuatan daya anestesi. Zat anestetik disebut kuat bila dengan tekanan parsial yang rendah sudah dapat member anestesi yang adekuat.
Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter kedalam 4 stadium yaitu:a) Stadium I (analgesi) dimuai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan seperti pencabutan gigi dan biopsy kelenjar dapat dilakukan pada stadium ini.b) Stadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran dan refleksi bulu mata sampai pernapasan kembali teratur pada stadium ini terlihat adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pasien tertawa, berteriak, menangis, pernapasan tidak teratur, kadang-kadang apne dan hiperpnu, tonus otot rangka meningkat, inkontinensiaurin dan alvi dan muntah. Stadium ini harus cepat dilewati karena dapat menyebabkan kematian.c) Stadium III (pembedahan) dimulai dengan teraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan hilang. Stadium III dibagi menjadi 4 plana yaitu:
Plana I : pernapasan teratur dan spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak, pupil miosis, refleks cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada dan belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna. Plana 2 : pernapasan teratur dan spontan, perut dan volume dada tidak menurun, frekuensi meningkat, bola mata tidak bergerak terfiksasi ditengah, pupil midriasis, refleks cahaya mulai menurun, relaksasi oto sedang dan refleks laring hilang sehingga dapat dikerjakan intubasi. Plana 3 : pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriassis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksaai otot lurik hampir sempurna (tonus otot semakin menurun). Plana 4 : pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfingterani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempurna (tonus otot sangat menurun).d) Stadium IV (paralisis medulla oblongata) dimulai dengan melemahnya pernapasan perut dibanding stadium III plana 4. Pada stadium ini tekanan darah tidak dapat diukur, denyut jantung berhenti dan akhirnya terjadi kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan. 2. Anestesi LokalAnestesi/analgesi lokal adalah tindakan menghilangkan nyeri atau sakit secara lokal tanpa disertai hilangnya kesadaran. Pemberian anestetik lokal dapat dilakukan dengan teknik:a) Anestetik permukaan yaitu pengolesan atau penyemprotan analgetik lokal diatas selaput mukosa seperti mata, hidung, dan faring.b) Anestesi infiltrasi yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan disekitar tempat lesi, luka atau insisi. Cara infiltrasi yang sering digunakan adalah blokade lingkar dan obat disuntikan intradermal atau subkutan.c) Anestesi blok yaitu penyuntikan analgetik lokal langsung ke syaraf utama atau pleksus syaraf. Hal ini bervariasi dari blokade pada syaraf tunggal misalnya syaraf oksipital dan pleksus brankialis, nestesi lokal, anestesi epidural, dan anestesi kaudal. Pada anestesi spinal, analgetik lokal disuntikkan kedalam ruang subaraknoid diantara konus medularis dan bagian akhir ruang subaraknoid. Anestesi epidural diperoleh dengan menyuntikkan zat anestetik lokal kedalam ruang epidural. Pada anestesi kaudal, zat anelgetik lokal disuntikkan melalui hiatus sakralis.d) Analgesi regional intravena yaitu penyuntikkan larutan analgetik lokal intravena.Ekstremitas dieksanguinasi dan isolasi bagian proksimalnya dari sirkulasi sintemik dengan turniket pneumatik. Untuk suatu obat dapat digunakan sebagai anestetikum lokal yang baik, maka beberapa persyaratan harus dipenuhi, antara lain:a) Tidak merangsang jaringan;b) Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf;c) Toksisitas sistemik yang rendah;d) Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir;e) Waktu untuk memulai daya kerjanya sesingkat mungkin dan untuk jangka waktu yang cukup lama, dan;f) Dapat larut dalam air serta menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pemanasan (sterilisasi).
C. Mekanisme Kerja AnestesiMekanisme pencegahan rasa sakit melalui anestesi bertujuan untuk meminimalisasi adanya efek samping yang membahayakan seperti pada penggunaan narkosa. Walaupun demikian, terdapat perbedaan dalam mekanisme kerja anestesi lokal dan anestesi umum yang sangat mencolok, antara lain sebagai berikut:1) Anestesi UmumKebanyakan anestesi umum tidak dimetabolisasi oleh tubuh karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faal. Maka teori-teori yang dicoba untuk menerangkan khasiatnya selalu berdasarkan sifat-sifat fisiknya.Yang tertua adalah teori lemak dari Meyer-Overton yang membuktikan adanya hubungan erat antara sifat lipofil suatu zat dengan kekuatan anestetiknya. Atas dasar perbandingan daya-larutannya dalam munyak dan dalam air telah dibuat penggolongan dari anestetika. Teori ini ternyata kurang memuaskan dan sebetulnya tidak menjelaskan mekanisme kerjanya obat atas membrane sel atau atas reseptor apapun.Suatu teori baru menyarankan bahwa anestetika umum dapat membentuk hidrat-hidrat dengan air yang stabil di bawah pengaruh protein-protein SSP. Hidrat-hidrat gas SSP ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan-rangsangan di sinaps-sinaps dan dengan demikian mengakibatkan anesthesia. Mekanisme kerja obat anestesi umum sampai sekarang belum jelas meskipun mekanisme kerja susunan syaraf pusat dan susunan syaraf perifer mengalami banyak kemajuan pesat. Maka timbullah berbagai teori. Beberapa teori yang dikemukakan adalah:a) Teori koloid : zat anestesi akan menggumpalkan sel koloid yang menimbilkan anestesi yang bersifat reversible diikuti dengan proses pemulihan. Christiansen (1965) membuktikan bahwa pemberian eter dan halotan akan menghambat gerakan dan aliran protoplasma dalam amoeba.b) Teori lipid : ada hubungan kelarutan zat anestetik dalam lemak dan timbulnya anestesi. Makin tinggi kelarutan makin kuat sifat anestetinya.c) Teori adsorpsi dan tegangan permukaan : pengumpulan zat anestesi pada permukaan sel menyebabkan proses metabolisme dan transmisi neural terganggu sehingga timbul anestesi.d) Teori biokimia : pemberian zat anestesi akan menurunkan transmisi sinaps di ganglion servikalis superiror dan menghambat formation retikularis asenden untuk mempertahankan kesadaran.e) Teori fisika : zat anestesi dengan air didalam susunan syaraf pusat dapat membentuk mikrokristal sehingga mengganggu fungsi sel otak. 2) Anestesi LokalPusat mekanisme kerja anestetika lokal adalah di membran sel. Seperti juga alkohol dan barbital-barbital, maka anestetika local memblokir penerusan impuls dengan jalan mencegah kenaikan permeabelitas membrane sel terhadap ion-ion natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Pada waktu yang bersamaan ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat-laun meningkat yang pada akhirnya memblokir penerusan (konduksi) impuls.Diperkirakan bahwa proses stabilisasi membrane tersebut ion-ion kalsium memegang peranan penting, yakni molekul-molekul lipofil besar dari anestetika local mungkin mendesak sebagian ion-ion kalsium di dalam membrane sel tanpa mengambil alih fungsinya. Dengan demikian membrane sel menjadi lebih padat dan stabil, serta dapat
lebih baik melakukan segala sesuatu perubahan dalam permeabelitas.Di samping ini anestetika local menggangu fungsi dari semua organ-organ dalam mana terjadi konduksi/transmisi dari impuls-impuls. Dengan demikian anestetika local mempunyai efek yang penting terhadap SSP, ganglia otonom, cabang-cabang neuromoskular dan semua jaringan otot.Obat anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran syaraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan syaraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada setiap bagian syaraf. Pemberian anestetik lokal pada kulit akan menghambat transmisi impuls sensorik. Sebaliknya, pemberian anestesi lokal pada batang syaraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di daerah yang dipersyarafinya. Mekanisme kerja anestesi lokal adalah mencegah konduksi dan timbulnya impuls syaraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel. Obat anestetik lokal dikelompokkan menjadi:a) Kokainb) Anestetik lokal sintetik seperti brokan, lidokain, batetamid, dibukain, mepivakain, tetrakain dsb.D. Efek Samping AnestesiHampir semua anestetika mengakibatkan sejumlah efek samping, walaupun tetap ada beberapa kebaikan/keuntungannya, misalnya pada:1. Anestesi Umum Kebaikan-kebaikannyaa) Alat-alat dan obat lebih kompleks dibandingkan dengan alat dan obat-obat untuk analgesi regional.b) Fasilitas perawatan pasca bedah dan cara perawatan lebih rumit dibandingkan dengan penderita sadar yang telah mengalami analgesia regional.
Efek sampingnyaa) Menekan pernafasan; paling sedikit pada N2O, eter dan trikloretilen.b) Mengurangi kontraksi jantung, terutama halotan dan metoksifluran; paling ringan efek ini pada eter.c) Merusak hati, terutama senyawa-senyawa klor, misalnya kloroform.d) Merusak ginjal, khususnya metoksifluran. 2. Anestesi Lokal Kebaikan-kebaikannyaa) Kemungkinan pneumothorax, blockade, n. laryneus recurrent, n. phrenicus, n. vagus, penyuntikan epidural atau subarachnoideal tidak ada sama sekali.b) Kalau perlu dapat dilakukan blockade kiri-kanan tanpa takut gangguan pernafasan Efek sampinga) Kadang-kadang penderita dengan kelainan di tangan tidak melakukan abduksi, flexi dan supinasi.b) Volume yang digunakan jauh lebih banyak daripada supraclavicular block.c) Sangat susah dilakukan pada penderita gemuk dimana pulsasi arteri susah diraba. IV. KESIMPULAN1. Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.2. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu:a. Anestesi Umumb. Anestesi Lokal3. Mekanisme kerja anestesi:a. Anestesi umumKebanyakan anestesi umum tidak dimetabolisasi oleh tubuh karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faal. Maka teori-teori yang dicoba untuk menerangkan khasiatnya selalu berdasarkan sifat-sifat fisiknya.b. Anestesi lokalMekanisme kerja anestesi lokal adalah mencegah konduksi dan timbulnya impuls syaraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel.4. Hampir semua anestetika menyebabkan efek samping, tetapi anestesi juga memiliki beberapa kebaikan-kebaikan/keuntungan.
V. PENUTUPDemikian uraian makalah ini, apabila ada kesalahan baik itu dari penulis, penggunaan kata-kata yang kurang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia maupun dari penguraian masalah yang kurang jelas, penulis mohon maaf. Tentunya sebagai manusia biasa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu bimbingan atau kritikan akan membangun bagi penulis agar menjadi lebih baik di kesempatan mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin….
Daftar Pustaka
DRS. Tan Hoan Tjay & DRS. Kirana Rahardja. Obat-Obat Penting. Jakarta. CV. Permata: 1978.Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI: 2000.Sukandar, Enday, dkk. Bunga Rampai Ilmu Kedokteran. Bandung. Offset Alumni: 1982.http://moveamura.wordpress.com/farmakologi/ Jumat, 04 Desember 2009 Jam 09.24http://www.isfinational.or.id/artikel/59/743-seputar-obat-bius-lain-jenis-lain-kegunaannya.html Jumat, 04 Desember 2009 Jam 09.30
Adenotonsilektomi adalah tindakan pengangkatan tonsil yang dilakukan dengan teknik anestesi umum. Anestesi umum adalah suatu prosedur tindakan anestesi yang bertujuan untuk menimbulkan keadaan tidak sadar dan hilangnya sensasi nyeri dari seluruh tubuh
yang bersifat sementara. Asma bronkiale adalah hipereaktivitas dari saluran pernafasan. Anestesi umum mempunyai peningkatan resiko terjadinya penyulit pada pasien dengan riwayat asma bronkiale. Pada pasien akan dilakukan tonsilektomi dengan anestesi umum. Pasien mempunyai riwayat sakit asma yang kambuh terakhir kali kurang lebih 10 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda tonsilitis kronik, dan secara umum tidak didapatkan kelainan.
Kata kunci :adenotonsilitis, asma bronkiale, adenotonsilektomi, anestesi umum
Kasus
Seorang perempuan berusia 18 tahun datang ke poliklinik THT RSUD Temanggung pada tanggal 2 Juni 2010 dengan keluhan utama Nyeri tenggorokan disertai dengan nyeri telan, tidur mendengkur. Nyeri tenggorokan kambuh-kambuhan sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu. Jika nyeri tenggorokan kambuh disertai dengan nyeri telan dan demam. Dalam 1 tahun terakhir nyeri telan kambuh lebih dari 3 kali. Beberapa bulan terakhir pasien mengeluh jika tidur pasien mendengkur. Pasien pernah berobat sebelumnya, keluhan membaik tapi masih sering kambuh. Dua tahun yang lalu pasien disarankan operasi tapi pasien menolak. Pasien punya riwayat asma, kambuh terakhir kali 10 tahun yang lalu.
Dari pemeriksaan didapatkan, Keadaan Umum Baik, Kesadaran compos mentis,Tekanan Darah 120/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, Respirasi 20 x/menit, Suhu 36,6 0
C. Pemeriksaan kepala-leher, pada hidung tidak ditemukan Polip, konkha hipertrofi, maupun perdarahan, terdapat palatal phenomen, Mulut: tidak ada Gigi palsu, Tonsil T3-T3, hiperemis, detritus, kripta melebar, Malampati 1, Tyro Mental Distance > 6,5 cm, Limfonodi tidak teraba membesar. Pemeriksaan thorak, abdomen, dan ekstremitas tidak didapatkan kelainan.
Pemerikasaan penunjang : darah lengkap Hb L 11,6 g/dL, MCV L 78, 3 fL, MCH L 24,0 pg, MCHC L 30,7 g/dL, Netrofil L 48,5 %, LED 1 jam H 22 mm, LED 2 jam H 45 mm. Foto Thorax: Pulmo dan besar cor normal
Diagnosis
Adenotonsilitis kronik
Terapi
Adenotonsilektomi dengan teknik anestesi umum
Rencana Anestesi yang Diberikan
Status fisik pasien ASA II, Teknik anestesi yang akan dilakukan pada pasien adalah anestesi umum dengan respirasi terkendali dengan NT. Pada saat kunjungan Pre Operasi diinstruksikan pemasangan Infus RL 20 tetes per menit dan puasa 8 jam sebelum operasi. Pasien mempunyai riwayat asma jadi pada premedikasi diberika Dexamethasone
10 mg intravena, Sulfas Atrophine 0.25 mg, dan midazolam 2 mg. Untuk melemahkan otot saluran nafas diberikan muscle relaxant berupa Atacrurium bromide 20 mg intravena. Induksi menggunakan Recofol 100 mg, untuk maintenance durante operasi dengan cara inhalasi menggunakan O2 3 L/menit, N2O 3 L/menit, dan sevoflurane 2 % volume. Selain itu saat operasi diberikan obat tambahan berupa Injeksi Ondancetron 4 mg i.v untuk mencegah terjadinya muntah dan Trolac 30 mg drip sebagai obat analgetik dan mengurangi inflamasi yang terjadi.
Monitoring pasca Operasi
Skor Lockharte/Aldrete Pasien
Jam I (per 15’) Jam II Jam III Jam IV
Aktivitas 2 2
Respirasi 2 2
Sirkulasi 2 2
Kesadaran 1 2
Warna kulit 2 2
Skor total 9 10
Instruksi Pasca Operasi
Pasien ditidurkan sampai sadar penuh, Awasi tanda-tanda vital tiap setengah jam, awasi perdarahan, Infus RL 20 tetes per menit, Injeksi Trolac 30 mg / 8 jam i.v., jika pasien sudah sadar penuh pasien boleh makan/minum bebas.
Diskusi
Pada pasien diatas dari pre operasi (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang) didapatkan pasien mempunyai riwayat penyakit asma (terakhir kali kambuh 10 tahun yang lalu) dan anemia mikrositik hipokromik ringan. Sehingga status fisik pasien berdasar klasifikasi ASA termasuk ke ASA 2. Dari pemeriksaan fisik didapatkan malampati 1, TMD > 6,5 cm, suara paru vesikuler. Sehingga pasien termasuk dalam asma asimptomatik. akan dipilih teknik anestesi umum dengan pipa nasotrakeal, pada pasien dengan asma perlu diberikan premedikasi pemberian steroid untuk mencegah terjadinya bronkokonstriksi.
Asma adalah peradangan saluran napas yang dapat meningkatkan spasme, edema, sekresi mukus, dan hiperresponsif jalan napas. Adanya faktor resiko asma akan mempermudah terjadinya penyumbatan saluran napas oleh sekret mukus, bronkospasme akut, dan laringospasme saat induksi anestesi dan intubasi endotrakeal, misalnya induksi dengan propofol dan thiopental, untuk penderita asma induksi paling baik menggunakan ketamin. Selain itu, obat anestesi inhalasi juga dapat mengiritasi saluran napas, dengan tingkat kerusakan desflurane>isoflurane>enflurane>halothane>sevoflurane. Dengan diketahui adanya faktor resiko asma, pada saat ekstubasi pasien asma akan dilakukan ekstubasi dalam untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan buruk diatas.
Pasien tergolong kedalam kategori asma asimptomatik, karena pada pasien sudah tidak pernah kambuh lebih dari 10 tahun yang lalu. Hal ini berdasarkan pembagian oleh beberapa ahli yang membagi populasi asma yang akan menjalani anestesi ke dalam tiga kelompok yaitu Asma asimptomatik dan inaktif (pasien asimptomatik pada saat diperiksa dan tanpa adanya episode bronkospasme selama 2 tahun). Kelompok asimptomatik pada saat diperiksa namun mempunyai riwayat penyakit yang aktif yang diindikasikan sebagai gejala yang menetap atau adanya episode bronkospasme dalam 2 tahun terakhir. Kelompok dengan penyakit aktif yang simptomatis.
Pada pasien ini mendapat terapi untuk preoperative berupa dexametasone 10 mg intravena yang bertujuan menurunkan inflamasi, edema, sekresi mukosa, konstriksi otot polos. Meskipun sangat berguna pada eksaserbasi akut, efek klinisnya membutuhkan waktu beberapa jam. Steroid dapat diberikan melalui inhalasi (misal, flunisolide dosis terukur, 2 semprot tiap 6 jam) untuk mengurangi efek samping sistemik. Kortikosteroid dapat meningkatkan efek bronkodilator agonis beta-2.
Beberapa terapi lainnya yang dilakukan pada penderita asma bronkiale yang akan menjalani operasi adalah dengan berhenti merokok, mengatasi infeksi sebagai predisposisi terjadinya bronkospasme dan laringospasme, fisioterapi dada, terapi medis dengan Simpatomimetik atau beta2 adrenergik agonis, Parasimpatolitik (Ipratropium bromide, Sulfas atropine), Metilxantin, Kortikosteroid, Kromolin, Mukolitik.
Saat paling kritis untuk pasien asma yang akan mengalami pembiusan adalah saat instrumentasi jalan nafas. Anestesi umum dengan mask atau regional akan terhindar dari masalah ini, namun tidak menghilangkan kemungkinan bronkhospasme. Nyeri, stress emosional atau stimulasi selama dangkal dapat mencetuskan bronchospasme untuk pembedahan abdominal atas dan thorakal.
Beberapa obat yang perlu diperhatikan pada pasien asma :
- Obat-obat yang berhubungan dengan pelepasan histamine (missal curare, atracurium, mivacurium, morfin, dan meperidin) sebaiknya dihindari
- Agen penghambat neuromuscular (d-tubocurarin, atracurium, dan mivacurium) melepaskan histamine dari sel mast. Mereka juga terkait langsung pada reseptor
muskarinik pada ganglion ujung saraf dan otot polos jalan nafas. Kedua mekanisme tersebut secara teori dapat meningkatkan resistensi jalan nafas..
- Thiopental dapat mencetuskan bronkospasme sebagai akibat pelepasan histamine. Propofol dan etomidat merupakan alternatif yang sesuai.
- Ketamin, satu-satunya agen intravena dengan kemampuan bronkhodilatasi. Ketamin menghambat re-uptake noradrenalin pada ujung saraf simpatis sehingga berefek bronchodilator.
- Halothan dan sevofluran dapat memberikan induksi inhalasi yang tenang dengan efek bronkhodilatasi pada pasien anak-anak dengan asma.
- Opioid pada dosis tinggi memblok reflek jalan nafas. Penggunaan morfin masih diperdebatkan karena aktifitas pelepasan histamine. penggunaannya sebaiknya dititrasi untuk menghindari depresi respirasi
Tabel Obat-obat yang aman untuk pasien asma
Drug considered safe for asthmatics
Induction Propofol, etomidate, ketamine, midazolam
Opioids Pethidine, fentanyl, alfentanyl
Muscle relaxants Vecuronium, suxamethonium, rocuronium, pancuronium
Volatile agents Halotan, isoflurane, endfluran, sevoflurane.
Kesimpulan
Anestesi umum adalah pilihan anestesi untuk tonsilektomi. Anestesi umum mempunyai beberapa resiko, resiko tersebut meningkat pada pasien dengan riwayat asma bronkiale. Terjadinya bronkospasme dapat terjadi karena proses pemberian berbagai macam obat, intubasi, tindakan operasi, maupun saat ekstubasi. Perlu diberikan premedikasi pada pasien asma yang akan dilakukan operasi, dan diberikan obat-obat yang sedikit menimbulkan bronkospasme.
Referensi
1. Latief, Said A, Kartini A. Suryadi dan M. Ruswan Dachlan. 2001. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UI: Jakarta.
2. Anonim. 2007. Obat-obat anestesia. Diakses dari: http://en.wikipedia.org
3. M. Arjun.2009. Anestesi. Stanford University School of Medicine. Diakses dari: http://emedicine.medcape.com
4. Atlas anatomi Sobotta,2007, Jakarta, JEC
Penulis :
Andy Kurniawan, bagian Anestesiologi dan Reanimasi RSUD Temanggung